pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

125
i PENGARUH NEGATIVE FRAMING DAN JOB ROTATION PADA KONDISI ADVERSE SELECTION TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ESKALASI KOMITMEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Disusun oleh : RATIH DEWANTI NIM. C2C006118 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Upload: domien

Post on 22-Jan-2017

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

i

PENGARUH NEGATIVE FRAMING DAN JOB ROTATION PADA KONDISI ADVERSE

SELECTION TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ESKALASI KOMITMEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro

Disusun oleh :

RATIH DEWANTI NIM. C2C006118

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG 2010

Page 2: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

ii

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Ratih Dewanti

Nomor Induk Mahasiswa : C2C006118

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/ Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH NEGATIVE FRAMING

DAN JOB ROTATION PADA KONDISI

ADVERSE SELECTION TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ESKALASI KOMITMEN

Dosen Pembimbing : Drs. Daljono, Msi, Akt.

Semarang, 16 September 2010

Dosen Pembimbing,

(Drs. Daljono, Msi, Akt.)

NIP. 1960915 199303 1001

Page 3: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

iii

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Penyusun : Ratih Dewanti

Nomor Induk Mahasiswa : C2C006118

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/ Akuntansi

Judul Skripsi : PENGARUH NEGATIVE FRAMING DAN

JOB ROTATION PADA KONDISI

ADVERSE SELECTION TERHADAP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ESKALASI KOMITMEN

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 28 September 2010

Tim Penguji

1. Drs. Daljono, Msi., Akt. (………………………….............)

2. Dul Muid, S.E., Msi., Akt. (………………………….............)

3. Drs. P. Basuki H., MBA.,MAcc., Akt. (………………………………….)

Mengetahui,

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. H. Arifin Sabeni, Mcom (Hons), Akt.

NIP.19600909 198703 1023

Page 4: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Ratih Dewanti, menyatakan

bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH NEGATIVE FRAMING DAN JOB ROTATION PADA KONDISI ADVERSE SELECTION TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN ESKALASI KOMITMEN , adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.

Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-seolah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Semarang, 16 September 2010

Yang membuat pernyataan

Ratih Dewanti

NIM : C2C006118

Page 5: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sebab sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

(Al Qur’an, Surat Al Insyirah: 5-6)

Ambillah kesempatan lima sebelum lima:

Mudamu sebelum tua,

Sehatmu sebelum sakit,

Kayamu sebelum miskin,

Hidupmu sebelum mati, dan

Senggangmu sebelum sibuk

(HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)

Kupersembahkan untuk:

Kedua Orangtua dan Adik Tercinta,

Page 6: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

vi

ABSTRACT

This study is intended to examine the influence of negative framing and adverse selection to manager’s decision for continuing a failing project (escalation of commitment) and influence of job rotation to manager’s decision for discontinuing a failing project. Prospect and agency theory are used for explaining this study.

This experiment was using factorial design 2 x 2 with instrument like cases given for 160 respondents. Hypotheses in this study were analyzed by using two ways ANOVA to find out the main effect and joint effect between two variables.

The results show that negative framing has significance influence to manager’s decision for continuing a failing project. On the other hand, interactive effect between negative framing and adverse selection to manager’s decision for continuing a failing project has no significance influence. This study also shows that there is significance influence between job rotation to manager’s decision for discontinuing a failing project. However interactive effect between job rotation and adverse selection to manager’s decision for discontinuing a failing project has no significance influence.

Key words: Negative framing, adverse selection, job rotation, escalation of commitment

Page 7: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh framing negatif dan adverse selection terhadap keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan (eskalasi komitmen) dan pengaruh job rotation terhadap keputusan manajer untuk tidak melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori prospek dan teori agensi.

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain faktorial 2 x 2 dengan instrumen berupa kasus yang diberikan kepada 160 responden. Hipotesis dalam penelitian ini dianalisis dengan two ways ANOVA untuk mengetahui pengaruh utama dari tiap variabel dan pengaruh bersama antara dua variabel.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa framing negatif berpengaruh signifikan pada keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Sementara itu pengaruh interaksi antara framing negatif dengan adverse selection terhadap keputusan manajer untuk melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Penelitian ini juga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara job rotation terhadap keputusan manajer untuk tidak melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Namun demikian pengaruh interaksi antara job rotation dengan adverse selection terhadap keputusan manajer untuk tidak melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

Kata Kunci: Framing negatif, adverse selection, job rotation, eskalasi komitmen

Page 8: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

viii

KATA PENGANTAR

Pada lembar ini tidak ada yang lebih utama ditulis selain syukur kepada

Allah SWT yang telah menunjukkan kekuasaan-Nya sehingga penulisan skripsi

ini terselesaikan tepat pada waktuNya. Skripsi dengan judul “Pengaruh Negative

Framing dan Job Rotation Pada Kondisi Adverse Selection Terhadap

Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen” disusun dalam rangka memenuhi

salah satu persyaratan akademis dalam menempuh pendidikan pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak andil berbagai pihak dalam

penyelesaian penulisan ini. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih

kepada:

1. Allah SWT, yang selalu menjaga hamba-Nya ini dan tak pernah tidur.

2. Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis,

shalawat dan salam senantiasa tercurah baginya.

3. Dr. HM. Chabachib, M.Si, Akt selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

4. Dr. Daljono, M.Si, Akt selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan masukan serta dukungan yang sangat

berharga bagi penulis.

Page 9: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

ix

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang telah

membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis

6. Kedua orang tua penulis, terima kasih banyak atas pengorbanan, doa dan

semangat yang senantiasa diberikan kepada penulis.

7. Iwan Suranata, adik yang telah memberikan semangat, dukungan dan

perhatiannya kepada penulis.

8. Habiburahman, SH, terima kasih atas segenap perhatian, motivasi dan

bantuan yang senantiasa diberikan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat penulis semasa kuliah, Diastiti O. Dewi, Fitri Rahmawati,

Indra Dewi, Nur Amalina, Yohana Indriani, dan Sufiana Noor terimakasih

atas warna-warni persahabatan yang diberikan kepada penulis.

10. Teman-teman KKN Tim I UNDIP 2010, Desa Jurang, Kec. Gebog, Kab.

Kudus, atas doa dan dukungannya

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada para pembaca dan akan memberikan suatu sumbangsih bagi Universitas

Diponegoro.

Semarang, 16 September 2010

Penulis

Ratih Dewanti

Page 10: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN DAN KELULUSAN UJIAN .............. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ..................................... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................. v

ABSTRACT .......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 8

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................. 9

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 9

1.5 Sistematika Penulisan ................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 12

2.1 Landasan Teori ............................................................. 12

2.1.1 Pengambilan Keputusan ...................................... 12

2.1.2 Eskalasi Komitmen .............................................. 17

2.1.3 Framing ............................................................... 19

2.1.4 Adverse selection ................................................. 20

2.1.5 Job rotation........................................................... 21

2.1.6 Teori Prospek ....................................................... 22

2.1.8 Teori Agensi ........................................................ 26

2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................... 28

Page 11: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

xi

2.3 Kerangka Pemikiran ..................................................... 32

2.4 Hipotesis ......................................................................... 34

2.4.1 Negative Framing ................................................... 34

2.4.2 Interaksi antara Adverse Selection dan

Negative Framing.................................................... 36

2.4.3 Job Rotation ........................................................... 37

2.4.4 Interaksi antara Adverse Selection dan

Job Rotation ........................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ......................... ........................ 41

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel.......................................................................... 41

3.1.1 Variabel Terikat .................................................. 42

3.1.1.1 Eskalasi Komitmen ................................. 42

3.1.2 Variabel Bebas..................................................... 42

3.1.2.1 Framing Negatif ...................................... 42

3.1.2.2 Adverse Selection .................................... 44

3.1.2.3 Job Rotation ............................................ 44

3.2 Populasi dan Sampel ...................................................... 45

3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................. 46

3.4 Metode Pengumpulan Data .......................................... 46

3.4.1 Desain Penelitian .................................................. 46

3.4.2 Pilot Tes ................................................................ 49

3.5 Metode Analisis ............................................................. 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 52

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................ 52

4.2 Analisis Data ................................................................. 55

4.2.1 Uji Kualitas Data ................................................. 63

4.2.2 Uji Reliabilitas ...................................................... 63

4.2.3 Uji Validitas ......................................................... 63

4.2.4 Pengujian Hipotesis ............................................. 65

Page 12: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

xii

4.3 Interpretasi Hasil ............................................................ 71

4.3.1 Framing Negatif ................................................... 71

4.3.2 Framing negatif dan Adverse Selection ................ 72

4.3.3 Job Rotation .......................................................... 73

4.3.4 Job Rotation dan Adverse Selection .................... 73

BAB V PENUTUP ......................................................................... 75

5.1 Kesimpulan ................................................................... 75

5.2 Keterbatasan ................................................................. 77

5.3 Saran ............................................................................. 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................... 82

Page 13: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................... 30 Tabel 3.1 Desain eksperimen 2x2 (Framing negatif x Adverse Selection) ............................ 46 Tabel 3.2 Desain Eksperimen 2x2 (Job Rotation x Adverse Selection) ................................. 47 Tabel 3.3 Desain Penelitian-Kondisi Adverse Selection Dan Tanpa Adverse Selection ............................................................... 48 Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Demografi Responden Kondisi Adverse Selection ............................................................... 53 Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Demografi Responden Kondisi Tanpa Adverse Selection ............................................................... 54 Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Demografi Partisipan Yang Mendapat Manipulasi Kondisi Adverse Selection .............................. 56 Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Demografi Partisipan Yang Mendapat Manipulasi Kondisi Tanpa Adverse Selection.................... 58 Tabel 4.5 Pengujian Variansi Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Adverse Selection (Perlakuan A,B,C,D) ...... 60 Tabel 4.6 Pengujian Variansi Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Tanpa Adverse Selection (Perlakuan E,F,G,H) ........................................................... 60 Tabel 4.7 Pengujian Anova Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Adverse Selection............................................... . 61 Tabel 4.8 Pengujian Anova Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Tanpa Adverse Selection .................................. 62 Tabel 4.9 Uji Reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha ....................... 64 Tabel 4.10 Uji Homogenitas Variance ................................................ 65 Tabel 4.11 Pengujian Interaksi Framing Negatif dengan Adverse Selection Two Way Anova .................................................. 66 Tabel 4.12 Uji Homogenitas Variance ………………………………. 68 Tabel 4.13 Pengujian Interaksi Job Rotation dengan Adverse

Selection Two Way Anova……………………………….. 69

Page 14: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kendali Manajerial ......................................................... 13 Gambar 2.2 Proses Pembuatan Keputusan Rasional ......................... 15 Gambar 2.3 Fungsi Nilai Teori Prospek ............................................ 25 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ....................................................... 32 Gambar 4.1 Interaksi Framing Negatif dengan Adverse Selection

Terhadap Keputusan Eskalasi …………………………… 67 Gambar 4.2 Interaksi Job Rotation dengan Adverse Selection

Terhadap Keputusan Eskalasi…………………………..... 70

Page 15: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I Kuesioner ....................................................................... 84 Lampiran II Jawaban Responden ....................................................... 86 Lampiran III Hasil Analisis Jawaban Responden ................................ 101

Page 16: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Salah satu aspek penting dalam fungsi kepemimpinan (leadership)

manajemen adalah pengambilan keputusan (decision making). Pengambilan

keputusan menjadi bagian integral dari keberhasilan atau kegagalan seorang

manajer (Buhler dalam Sahmuddin, 2003). Pengambilan keputusan berarti

melakukan penilaian dan menetapkan pilihan. Keputusan diambil setelah melalui

beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif mengingat bahwa fungsi

pengambilan keputusan berorientasi ke masa depan.

Stoner, et al. (1995) menyatakan bahwa pembuatan keputusan berarti

mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah

tertentu. Menurut Soenhadji (2010) seorang pengambil keputusan haruslah

memperhatikan hal-hal seperti logika, realita, rasional dan pragmatis. Dengan

demikian, maka banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku pengambilan

keputusan diantaranya seperti diungkapkan Miller dalam Soenhadji (2010) yang

menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku pengambilan

keputusan diantaranya jenis kelamin, peranan pengambil keputusan dan

keterbatasan kemampuan. Faktor-faktor berpengaruh terhadap perilaku

pengambilan keputusan tersebut memungkinkan keragaman keputusan yang

dibuat oleh individu dalam menghadapi suatu masalah yang sama.

Page 17: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

2

Bazerman dalam Koroy (2008) menyebutkan bahwa manajer seringkali

mempunyai kesulitan dalam memisahkan keputusan yang diambil sebelumnya

dengan keputusan yang berhubungan ke masa depan. Dalam hal ini manajer

merasa memiliki ikatan emosional yang kuat terhadap keputusan yang telah

diambil sebelumnya sehingga manajer merasa perlu bertanggungjawab atas masa

depan komitmen yang telah dibuatnya.

Sebagai konsekuensi atas ikatan emosional tersebut manajer akan

cenderung membiaskan keputusannya karena tindakan di masa lalu dan

mempunyai kecenderungan untuk semakin meningkatkan komitmennya terutama

bila kemudian menerima umpan balik negatif. Perilaku meningkatkan komitmen

seringkali disebut sebagai eskalasi komitmen. Perilaku eskalasi komitmen ini

dapat dilihat pada kondisi ketika manajer memilih untuk tetap mempertahankan

proyeknya meskipun prospek ekonominya mengindikasikan kegagalan.

Ruchala (1999) menyebutkan fenomena eskalasi sebagai keputusan untuk

tetap melanjutkan proyek meskipun prospek ekonominya mengindikasikan bahwa

proyek tersebut harus dihentikan. Staw (1997) juga menjelaskan bahwa eskalasi

komitmen terjadi ketika individu maupun organisasi memilih serangkaian

tindakan untuk tetap bertahan meskipun tengah ada kerugian yang didapat,

dimana kesempatan untuk tetap bertahan atau meninggalkan komitmen tersebut

sama-sama memiliki ketidakpastian dalam konsekuensinya.

Eskalasi sering dikaitkan dengan perilaku pengabaian atas sinyal

kegagalan. Ross dan Staw (1993) menyebutkan bahwa penyebab timbulnya

Page 18: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

3

fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti psikologis,

sosial, faktor organisasi dan proyek.

Faktor psikologis dan sosial menunjukkan pada kehadiran ego dan

keinginan untuk menjaga reputasi diri yang membuat seseorang enggan

mengakui kesalahan dan kegagalan. Faktor organisasi menunjukkan adanya

permainan politik yang membawa pada minat terselubung yang ditunjukkan oleh

beberapa orang berpengaruh dalam organisasi. Sementara itu, faktor proyek lebih

menunjukkan pada tingkat return kegiatan bisnis yang tidak segera dicapai. Hal

ini mendorong manajer cenderung untuk terus melakukan tindakan tunggu dan

lihat (wait and see) perkembangan dari tingkat return tersebut.

Dwita (2007) menyebutkan bahwa eskalasi komitmen dapat menyebabkan

kerugian yang lebih besar bagi perusahaan dibandingkan dengan keputusan

menghentikan proyek segera setelah menunjukkan prospek yang buruk. Eskalasi

dapat menyebabkan kebangkrutan bagi organisasi atau perusahaan.

Agensi teori menawarkan penjelasan mengenai fenomena eskalasi.

Penelitian Harrison dan Harrell (1993) mengembangkan pandangan lebih luas

mengenai pengambilan keputusan berdasarkan kerangka teori keagenan.

Pandangan ini menunjukkan bahwa manajer dalam pengambilan keputusan

termotivasi oleh kepentingannya sendiri. Hasil penelitian Harrison dan Harrell

(1993) memperlihatkan bahwa manajer yang berada pada kondisi adverse

selection (memiliki informasi privat) akan bertindak sesuai kepentingan diri

sendiri dan tidak memaksimalkan keuntungan yang diharapkan perusahaan yakni

dengan tetap melanjutkan pembiayaan proyek meskipun mengindikasikan

Page 19: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

4

kegagalan dalam prospek ekonominya. Dalam hal ini, manajer merasa memiliki

ikatan emosional dan takut kredibilitasnya menurun apabila proyek tersebut

dihentikan.

Jensen dan Meckling dalam Junita (2009) menjelaskan bahwa adverse

selection adalah kondisi yang terjadi ketika ada asimetri informasi antara

prinsipal, dalam hal ini adalah pemilik perusahaan dengan agen, yang dalam hal

ini adalah manajer. Prinsipal tidak mampu mengetahui apakah suatu keputusan

yang diambil oleh manajer benar-benar didasarkan atas informasi yang telah

diperolehnya atau telah terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk).

Scott (2000) menyatakan bahwa pada kondisi adverse selection, manajer

mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibanding

prinsipal. Fakta-fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang dapat

diambil oleh prinsipal tersebut tidak disampaikan informasinya.

Adanya kesempatan untuk memiliki informasi privat dan juga melalaikan

tugas tersebut memberikan peluang bagi manajer untuk mengambil keputusan

tetap melanjutkan proyek meskipun mengindikasikan kegagalan (eskalasi).

Kanodia dalam Effriyanti (2005) menyebutkan eskalasi sebagai keputusan

manajer yang tidak rasional. Hal tersebut dikarenakan secara langsung maupun

tak langsung manajer cenderung mengabaikan kepentingan perusahaan dan lebih

mementingkan kepentingan ekonomi pribadinya.

Pertimbangan lain seorang manajer dalam mengambil keputusan

melanjutkan pembiayaan proyek adalah framing atau pembingkaian informasi.

Page 20: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

5

Framing berkaitan dengan bagaimana individu merasakan atau menstruktur suatu

keputusan (Main dan Lambert dalam Sahmuddin, 2003).

Gasiaswaty (2009) menyebutkan bahwa framing sangat erat kaitannya

dengan titik referensi, yaitu sebuah titik yang dijadikan patokan dalam

perbandingan. Dalam framing, titik referensi ini menjadi bingkai seseorang dalam

mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan-kemungkinan

yang telah terframing tersebutlah yang kemudian dievaluasi oleh pembuat

keputusan.

Pada konteks keputusan terhadap proyek yang mengindikasikan

kegagalan, biaya yang telah dikeluarkan (sunk cost) bertindak sebagai titik

referensi bagi manajer dalam membuat keputusan. Fakta bahwa proyek mulai

menunjukkan prospek yang negatif membawa pada beberapa kemungkinan

diantaranya yaitu kemungkinan kerugian/keuntungan yang pasti terjadi dan

kemungkinan kerugian/keuntungan di masa mendatang yang kurang pasti. Ketika

kemungkinan-kemungkinan tersebut diframing secara positif, maka informasi

mengenai keuntungan akan lebih ditonjolkan. Ketika kemungkinan-kemungkinan

tersebut diframing secara negatif, maka informasi mengenai kerugian yang akan

lebih ditonjolkan. Bateman dan Zeithaml dalam Koroy (2008) menyatakan bahwa

ketika informasi disajikan dalam bingkai keputusan negatif, pengambil keputusan

cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Sementara pada

informasi yang disajikan dalam bingkai positif, pengambil keputusan akan

cenderung menghindari resiko dengan tidak melanjutkan proyek.

Page 21: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

6

Berbeda dengan teori keagenan yang menjelaskan kondisi adverse

selection, teori yang digunakan dalam menguji bias framing ini adalah teori

prospek . Teori ini mengemukakan bahwa frame yang diadopsi seseorang dapat

mempengaruhi keputusannya. Dalam hal ini ketika seorang pengambil keputusan

diberikan alternatif keputusan yang dibingkai secara positif maka keputusan yang

diambil akan cenderung menghindari risiko atau risk averse. Sedangkan ketika

informasi disajikan secara negatif maka keputusan yang diambil cenderung

mengambil risiko atau risk seeking (Yusnaini, 2005).

Beberapa bukti empiris seperti yang ditunjukkan oleh Rudledge dan

Harrel (1994) dan Rudledge (1995) juga mendukung penjelasan teori prospek

tersebut. Mengenai kedua teori tersebut, telah banyak penelitian yang berusaha

untuk membuktikan penjelasan kedua teori tersebut. Sharp dan Salter (1997)

menemukan bahwa adverse selection dan negative framing tidak berpengaruh

terhadap kecenderungan eskalasi komitmen. Hasil serupa juga ditemukan oleh

Dwita (2007) yang mendapati bahwa negative framing dan kondisi adverse

selection ternyata tidak signifikan mengindikasikan pengaruhnya terhadap

keputusan evaluasi proyek oleh manajer. Namun demikian, Salter et al. (2004)

menunjukkan hasil yang berbeda, yakni terdapat pengaruh antara framing dengan

adverse selection terhadap kecenderungan eskalasi komitmen.

Kontroversi temuan para peneliti tersebut memotivasi peneliti untuk

menguji kembali pengaruh kedua variabel yakni framing dan adverse selection

terhadap kecenderungan eskalasi komitmen. Dalam hal ini peneliti ingin menguji

Page 22: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

7

kembali apakah dengan menggunakan teori yang sama akan memberikan hasil

yang sama dengan penelitian terdahulu.

Dwita (2007) menyebutkan bahwa eskalasi dapat menyebabkan

kebangkrutan bagi organisasi atau perusahaan. Dengan demikian eskalasi

dianggap membahayakan perusahaan.

Mengingat bahwa diperlukannya sebuah proses akuntabilitas yang dapat

dengan efektif mengendalikan kecenderungan eskalasi yang dilakukan oleh

manajer yang memulai suatu proyek. Peneliti mencoba menambahkan variabel

independen lain dalam penelitian ini, yakni job rotation.

Job rotation didefinisikan sebagai perpindahan tugas secara lateral bagi

para karyawan dalam suatu organisasi dengan berbagai variasi interval waktu,

seperti lima tahun atau lebih yang berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang

karir mereka, dimana tidak termasuk promosi (Champion dalam Chong dan

Surwayati, 2007). Wikipedia (2007) menyebutkan bahwa pada job rotation

individu dipindahkan tugaskan secara terjadwal. Job rotation juga dilakukan

untuk memberikan kesempatan bagi karyawan untuk memperluas wawasan

tentang perusahaan dan mengurangi kebosanan serta menambah kepuasan kerja

melalui variasi pekerjaan.

Kebijakan job rotation dapat terjadi pada semua level jabatan dalam

sebuah perusahaan atau organisasi. Eguchi (2005) menemukan bahwa job

rotation pada perusahaan dapat mencegah para karyawan dari performa aktivitas

yang mementingkan kepentingan pribadi.

Page 23: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

8

Kebijakan job rotation memerlukan kerjasama antara ongoing employee

dengan incoming new employee terutama pada masa transisi. Seorang manajer

yang tengah menangani sebuah proyek perlu bekerja sama dengan calon

penggantinya dalam hal memberikan laporan yang komprehensif mengenai

performa proyek tersebut. Hal tersebut tentu saja dapat menjadi kendali bagi

kepemilikan informasi privat terutama bila rotasi terjadi pada level manajer.

Dengan demikian kebijakan job rotation dapat mengurangi perilaku eskalasi yang

dapat membahayakan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti

sebagai berikut:

1. Apakah negative framing berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

eskalasi?

2. Apakah negative framing pada kondisi adverse selection berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan eskalasi?

3. Apakah job rotation berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

eskalasi?

4. Apakah job rotation pada kondisi adverse selection berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan eskalasi?

Page 24: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

9

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan atas proyek

investasinya bila dihadapkan pada informasi yang disajikan dengan negative

frame

2. Untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan atas proyek

investasinya bila dihadapkan pada informasi yang disajikan dengan negative

frame pada kondisi adverse selection

3. Untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan atas proyek

investasinya bila mulai menunjukkan sinyal negatif dengan memperhatikan

kebijakan job rotation perusahaan

4. Untuk mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan atas proyek

investasinya bila mulai menunjukkan sinyal negatif dengan memperhatikan

kebijakan job rotation perusahaan pada kondisi adverse selection

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang dikemukakan,

hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai

berikut:

Page 25: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

10

1. Dalam bidang akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai

pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse selection

terhadap bias keputusan manajerial

2. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengurangi over

komitmen manajer terhadap sumberdaya bagi proyek yang tidak lagi

menguntungkan

3. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang akuntansi

keperilakuan serta memberikan bukti empiris dan konfirmasi konsistensi

dengan hasil penelitian sebelumnya. Selain itu penelitian ini juga dapat

digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika penulisan

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini akan dibagi dalam lima bab. Bab

pertama adalah pendahuluan yang akan menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan.

Bab kedua adalah tinjauan pustaka. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai

tinjauan pustaka sebagi dasar penelitian yang terdiri dari landasan teori, penelitian

terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Page 26: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

11

Bab ketiga berisi tentang metode penelitian yang digunakan pada

penelitian. Bab ini meliputi penjelasan mengenai variabel penelitian dan definisi

operasional variable penelitian, penentuan sampel, metode pengumpulan data dan

metode analisis.

Bab keempat berisi tentang hasil dan pembahasan. Bab ini menguraikan

tentang deskripsi objek penelitian yang terdiri dari gambaran umum sampel dan

analisis data serta interpretasi hasil penelitian.

Bab kelima yaitu penutup yang merupakan simpulan penelitian. Dalam

bab ini juga disebutkan tentang keterbatasan dan saran-saran bagi penelitian

selanjutnya.

Page 27: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan seringkali disamakan dengan proses berpikir,

mengatur, dan memecahkan masalah. Dalam setting organisasional, pengambilan

keputusan seringkali didefinisikan sebagai proses memilih diantara berbagai

alternatif tindakan yang mempengaruhi masa depan. Menurut Kahneman dan

Tversky (dikutip dari Sahmuddin, 2003) keputusan didefinisikan sebagai tindakan

atau opsi diantara yang harus dipilih, konsekuensi dari tindakan dan probabilitas

kondisional atau kontinjensi yang berhubungan dengan hasil dari tindakan.

Stoner, et al. (1995) menyebutkan bahwa pengambilan keputusan adalah

proses mengidentifikasi dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi

masalah tertentu atau mengambil keuntungan dari suatu kesempatan. Dalam

membuat keputusan banyak diantaranya yang menyangkut peristiwa pada masa

depan yang sulit diramalkan. Situasi pembuatan keputusan seringkali

dikategorikan pada suatu kesatuan (continuum) yang berkisar dari kepastian

(ketepatan ramalan tinggi), melewati risiko, sampai pada ketidakpastian

(ketepatan ramalan rendah) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut :

Page 28: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

13

Gambar 2.1 Kendali Manajerial

Sumber : Stoner, et al., 1995, Manajemen, 6 ed. Jakarta: Prenhallindo

Stoner et al. (1995) menyebutkan empat tahap proses mendasar dari

keputusan rasional, yaitu pengamatan situasi, pengembangan alternatif, evaluasi

alternatif dan memilih yang terbaik dan yang terakhir adalah implementasi

keputusan dan memonitor hasilnya. Pada tahap pengamatan situasi terdapat tiga

aspek yang perlu diperhatikan. Pertama yaitu mendefinisikan masalah yang

muncul terutama jika menghambat tujuan organisasi. Aspek yang kedua adalah

mendiagnosis penyebab. Pengambil keputusan atau manajer dapat menggunakan

informasi yang ada untuk memperoleh gambaran penyebab suatu masalah yang

terjadi. Aspek yang terakhir adalah menentukan tujuan keputusan yang akan

dibuat. Aspek ini terkait dengan apa yang harus tercakup dalam penyelesaian

efektif yang diharapkan manajer. Sebagian besar masalah terdiri dari beberapa

elemen dan seorang manajer kebanyakan tidak mempunyai sebuah penyelesaian

yang dapat dipakai untuk berbagai macam masalah sekaligus.

Proses berikutnya dalam tahapan pembuatan keputusan rasional menurut

Stoner et al. (1995) adalah pengembangan alternatif. Manajer seringkali sulit

kepastian ketidakpastian risiko

TINGGI RENDAH

Page 29: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

14

menemukan penyelesaian terbaik untuk masalah yang sedang dihadapi. Untuk

menghindari hal tersebut maka tidak ada keputusan yang dibuat sebelum beberapa

alternatif penyelesaian berhasil dikembangkan. Setelah alternatif berhasil

dikembangkan maka manajer harus mengevaluasi masing-masing alternatif

penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan segi kelayakan, kepuasan serta

konsekuensi yang dihasilkan. Evaluasi dari masing-masing alternatif penyelesaian

masalah tersebut dapat membawa manajer suatu pilihan alternatif terbaik sehingga

manajer dapat segera mengimplementasikan keputusan serta memonitor hasil

keputusannya.

Proses pembuatan keputusan rasional menurut Stoner et al. (1995) secara

rinci dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut :

Page 30: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

15

Gambar 2.2 Proses Pembuatan Keputusan Rasional

Sumber : Stoner, et al., 1995, Manajemen, 6 ed. Jakarta: Prenhallindo

Sementara itu Siegel dan Marconi (1989), menjabarkan proses

pengambilan keputusan ke dalam serangkaian tahapan. Yang pertama yaitu

pengenalan dan pendefinisian masalah atau peluang. Tahap ini merupakan reaksi

dari suatu masalah yang terjadi, yakni dilihat sebagai sebuah ancaman atau

sebuah peluang. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah dan peluang,

pembuat keputusan memerlukan informasi lingkungan, keuangan dan operasional.

Informasi tentang kondisi lingkungan luar seperti misalnya produk baru yang

1. Pengamatan Situasi

-definisi masalah

-diagnosis penyebab

-tujuan keputusan

2. Mengembangkan Alternatif

-cari alternatif secara kreatif

3.Mengevaluasi Alternatif dan Memilih yang Terbaik

-evaluasi alternatif

-pilih alternatif terbaik

4.Implementasi Keputusan dan Monitor Hasil

-rencanakan implementasi

-implementasikan rencana

-monitor implementasi dan buat penyesuaian yang perlu

Page 31: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

16

muncul, peluang pasar atau ancaman status quo. Informasi keuangan atau

operasional dapat menjadi sinyal bagi manajemen atas masalah yang

membutuhkan perhatian segera. Pendidikan, pengalaman, karakter personal dan

faktor-faktor perilaku lainnya yang dimiliki oleh pembuat keputusan menentukan

apakah sebuah masalah akan dianggap kritis atau dilihat sebagai peluang yang

menjanjikan. Beberapa manajer menikmati status quo dan hanya akan bertindak

untuk masalah-masalah pokok yang tidak terantisipasi. Sementara manajer yang

lainnya sudah merasa terganggu dengan berbagai penyimpangan kecil yang terjadi

dan tidak tenang sebelum solusi yang memuaskan ditemukan untuk kemudian

diterapkan.

Tahap berikutnya menurut Siegel dan Marconi (1989) adalah mencari

alternatif tindakan dan mengkuantifikasi konsekuensi-konsekuensinya. Pada

tahapan ini, alternatif tindakan harus sebanyak mungkin diidentifikasi dan

dievaluasi. Tahapan ini sering diawali dengan mencari masalah serupa yang

pernah terjadi di masa lalu dan tindakan apa yang telah diambil pada waktu itu.

Jika tindakan yang telah diambil tersebut ternyata mampu bekerja dengan baik,

maka kemungkinan akan diterapkan kembali. Jika tidak, pencarian alternatif yang

lain akan dilakukan.

Kemudian setelah mencari alternatif tindakan dan mengkuantifikasi

konsekuensi-konsekuensinya, manajer dapat memilih alternatif yang optimal atau

memuaskan untuk dapat segera diimplementasikan. Kesuksesan atau kegagalan

dari pilihan terakhir tergantung pada efisiensi implementasinya. Implementasi

hanya akan sukses jika individu yang memiliki pengendalian atas sumber daya

Page 32: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

17

organisasi yang diperlukan untuk implementasi keputusan adalah benar-benar

berkomitmen.

2.1.2 Eskalasi Komitmen

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, h. 151) disebutkan bahwa

eskalasi adalah pertambahan jumlah, pertambahan volume dan kenaikan.

Sementara itu Oxford Learner’s Pocket Dictionary (2003, h.145) eskalasi

diterjemahkan sebagai “become or make something bigger or more serious”.

Dengan demikian eskalasi komitmen dapat dikatakan sebagai upaya

meningkatkan keseriusan atau keloyalan terhadap komitmen yang telah dibuat.

Eskalasi komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasi

dihadapkan pada dua kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan

(dalam hal ini serangkaian tindakan yang telah diambil ternyata tidak berjalan

seperti yang diharapkan). Individu atau organisasi tersebut berkesempatan untuk

memilih bertahan atau menarik kembali serangkaian tindakan yang telah

dilakukan. Kedua kesempatan tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam

konsekuensinya. Staw (1997) mencontohkan, ketika organisasi mengetahui bahwa

sebuah produk pengembangan yang baru memiliki kemungkinkan, yakni

menguntungkan maupun tidak menguntungkan di masa yang akan datang,

melanjutkan investasi pada produk tersebut adalah merupakan eskalasi komitmen.

Menurut Tapifrios (2009) eskalasi komitmen adalah peningkatan terhadap

keputusan sebelumnya walaupun ada bukti bahwa keputusan itu mungkin keliru.

Dalam eskalasi komitmen, manajer seringkali menaruh komitmen yang terlalu

Page 33: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

18

besar pada keputusan yang telah dibuat. Keputusan yang telah dibuat akan sangat

sulit untuk ditarik kembali.

Beberapa penjelasan dapat dikemukakan untuk perilaku eskalasi. Pertama,

penerimaan umpan balik negatif atas keputusan yang telah dijalankan

menyebabkan individu-individu yang bertanggungjawab pada keputusan tersebut

mengeskalasi komitmen mereka dalam upaya mencoba membenarkan keputusan

mereka semula (Bazerman dalam Kadous, 2002). Kedua, teori prospek

menjelaskan bahwa seorang pembuat keputusan akan melihat umpan balik negatif

yang mungkin diterima pada keputusan berikutnya (Kahneman dan Tversky

1979). Oleh karena itu, perilaku risk seeking dalam bentuk eskalasi komitmen

terhadap serangkaian tindakan yang gagal mungkin saja terjadi (Whyte dalam

Kadous, 2002). Ketiga, teori keagenan menjelaskan bahwa antara kepentingan

pemilik dan manajer seringkali bertentangan.

Menurut Harrel dan Harrison (1994) tingkat perolehan informasi antara

manajer dan pemilik menentukan apakah manajer memiliki kesempatan untuk

membuat keputusan dengan mengorbankan kepentingan pemilik. Manajer

mempercayai bahwa menghentikan sebuah proyek akan memberi dampak negatif

pada reputasi mereka dan sangat berpotensi membahayakan karir mereka. Dengan

demikian, manajer akan cenderung melakukan eskalasi.

2.1.3 Framing

Menurut Suartana (2005) framing adalah sebuah fenomena yang

mengindikasikan pengambil keputusan akan memberi respon dengan cara berbeda

Page 34: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

19

pada masalah yang sama jika disajikan dalam format berbeda. Framing atas

informasi dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Arnold (1997) menjelaskan dalam literatur psikologi sering disebutkan

bahwa cara suatu informasi disajikan kepada pembuat keputusan dapat

mempengaruhi proses pembuatan keputusan itu sendiri. Dalam prospect theory,

Kahneman dan Tversky dalam Arnold (1997) menyebutkan bahwa penyajian

(framing) dari berbagai alternatif dapat mempengaruhi risiko outcome dari

keputusan yang dibuat. Dari perspektif managerial accounting, manajer

mempertimbangkan informasi akuntansi dan membuat keputusan yang

berpengaruh terhadap masa depan perusahaan. Interpretasi awal dari informasi

dapat menentukan informasi tambahan yang akan dipertimbangkan ketika

membuat keputusan yang berkenaan dengan masa depan. Dari perspektif auditing,

keyakinan awal dapat menentukan jumlah dan jenis informasi yang perlu

dikumpulkan untuk memenuhi kecukupan bukti dalam membentuk opini yang

berkenaan dengan kewajaran dari penyajian laporan keuangan.

Pada konteks keputusan terhadap proyek yang mengindikasikan

kegagalan, biaya yang telah dikeluarkan (sunk cost) bertindak sebagai titik

referensi bagi manajer dalam membuat keputusan. Fakta bahwa proyek mulai

menunjukkan prospek yang negatif membawa pada beberapa kemungkinan

diantaranya yaitu kemungkinan kerugian/keuntungan yang pasti terjadi

(kerugian/keuntungan yang pasti terjadi masih berupa kemungkinan karena

asumsi bahwa manajer masih belum mengambil keputusan untuk

Page 35: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

20

menghentikan/melanjutkan proyek) dan kemungkinan kerugian/keuntungan di

masa mendatang yang kurang pasti.

Ketika kemungkinan-kemungkinan tersebut diframing secara positif,

maka informasi mengenai keuntungan akan lebih ditonjolkan. Ketika

kemungkinan-kemungkinan tersebut diframing secara negatif, maka informasi

mengenai kerugian yang akan lebih ditonjolkan

2.1.4 Adverse selection

Manajer memiliki informasi superior tentang informasi internal dan

prospek perusahaan di masa depan dibanding pemilik. Kondisi

ketidakseimbangan informasi ini dinamakan informasi asimetri (asymmetric

information). Informasi asimetri dapat menimbulkan dua permasalahan yang

disebabkan adanya kesulitan pemilik untuk memonitor dan melakukan control

terhadap tindakan-tindakan manajer. Menurut Jensen dan Meckling dalam Junita

(2009) permasalahan tersebut adalah :

a. Moral hazard, yakni permasalahan yang timbul jika manajer tidak

melaksanakan hal-hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja. Hal ini

dikarenakan kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui

oleh pemegang saham maupun kreditur.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana pemilik tidak dapat

mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer benar-

benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau terjadi

kelalaian tugas (incentive to shirk).

Page 36: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

21

2.1.5 Job rotation

Champion dalam Chong dan Surwayati (2007) mendefinisikan kebijakan

job rotation sebagai perpindahan tugas secara lateral bagi para karyawan dalam

suatu organisasi dengan berbagai variasi interval waktu, seperti lima tahun atau

lebih yang berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang karir mereka, dimana

tidak termasuk promosi. Berbagai perspektif teori menjelaskan mengapa

perusahaan perlu mengadopsi kebijakan job rotation. Employee learning and

motivation theory mengemukakan bahwa penggunaan job rotation membawa

banyak keuntungan bagi perusahaan. Mengadopsi job rotation meningkatkan

pengalaman karyawan yang kemudian membawa kepada akumulasi sumber daya

manusia, dan mengurangi kebosanan karyawan dan membuat pekerjaan tertentu

menjadi lebih menarik bagi karyawan.

Job rotation juga dapat digunakan sebagai mekanisme pengendalian

efektif. Sebagai contoh, Eguchi (2005) menemukan bahwa transfer karyawan

diantara berbagai pekerjaan dalam perusahaan dapat mencegah karyawan dari

performa yang melibatkan aktivitas untuk kepentingan pribadi. Dalam literatur

auditing, rotasi auditor mampu meningkatkan independensi auditor dan

meningkatkan objektivitas auditor dalam membuat penilaian audit. Petty dalam

Chong dan Surwayati (2007) berpendapat bahwa dengan rotasi auditor, pekerjaan

auditor akan lebih objektif dan independen. Dopuch et al. (2001) secara empiris

membuktikan bahwa kewajiban rotasi dapat meningkatkan independensi auditor.

Tan dalam Chong dan Surwayati (2007) menemukan bahwa rotasi auditor

dapat mengurangi dampak konsistensi dari penilaian audit sebelumnya dan

Page 37: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

22

memperbaiki kualitas proses keputusan audit. Rotasi staf dapat digunakan untuk

mencegah manajer melanjutkan komitmen mereka terhadap keputusan

sebelumnya dimana secara ekonomi tindakan tersebut tidak rasional. Tan dalam

Chong dan Surwayati (2007) juga menyatakan bahwa rotasi staf audit dapat

membuat proses pengambilan keputusan audit lebih akurat.

2.1.6 Teori prospek (Prospect theory)

Analisis pembuatan keputusan di bidang ekonomi sekarang ini didominasi

oleh expected utility theory. Dominasi teori ini nampak jelas dalam pembahasan

tentang pembuatan keputusan pada kondisi ketidakpastian yang terdapat dalam

berbagai literatur akuntansi manajemen, manajemen keuangan, dan ekonomi

manajerial (Gudono dan Hartadi,1998). Teori ini mengasumsikan bahwa jika hasil

keputusan bisa digambarkan sebagai xi dan memiliki probabilitas pi, maka

pembuatan keputusan bisa digambarkan sebagai pemilihan alternatif yang

menghasilkan S xi pi tertinggi. Expected utility theory menganggap bahwa

individu bisa membuat keputusan secara efisien dan memiliki informasi yang

lengkap untuk mengoptimalkan utilitasnya. Dengan kata lain, individu akan

bertindak rasional tanpa terpengaruh oleh urutan informasi yang diterimanya

maupun framing situasi yang dihadapinya.

Namun demikian, dalam praktek seringkali ditemui penyimpangan dari

asas rasionalitas. Sebagai contoh, hasil penelitian Arkes dan Blumer (dalam

Sahmuddin, 2003) menunjukkan bahwa manajer seringkali meneruskan proyek

yang mengalami kerugian terus menerus meskipun secara ekonomis proyek itu

seharusnya dihentikan. Penelitian dibidang auditing juga menunjukkan bahwa

Page 38: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

23

urutan jenis bukti yang diterima ternyata juga mempengaruhi keputusan seorang

auditor (Ashton and Ashton dalam Sahmuddin, 2003). Salah satu riset mengenai

penyimpangan dari asas rasionalitas yang sangat berpengaruh dalam literatur

ekonomi adalah riset Kahneman dan Tversky tentang teori prospek (1981 dan

1979).

Sahmuddin (2003) menyebutkan bahwa prospect theory yang

dikemukakan oleh Kahneman dan Tversky (1981,1979) merupakan teori yang

diajukan untuk mengkritik expected utility theory yang dikemukakan oleh

Friedman dan Savage (1948). Kahneman dan Tversky (1981,1979) menemukan

bahwa banyak terjadi penyimpangan dari prinsip-prinsip pembuatan keputusan

yang digunakan oleh expected utility theory. Mereka menyimpulkan bahwa

expected utility theory tidak valid jika digunakan sebagai suatu model yang

deskriptif. Selanjutnya mereka mengembangkan suatu model alternatif dari

pembuatan keputusan berisiko secara individual yang disebut prospect theory.

Dalam teori prospek, hasil keputusan (outcome) digambarkan sebagai

deviasi positif atau negatif (keuntungan atau kerugian) dari suatu titik referen

yang bersifat netral yang ditetapkan nilainya sebesar nol. Menurut teori ini

individu membobot secara berlebihan hasil yang akan dicapai dengan kepastian

apabila dibandingkan hasil yang masih berupa kemungkinan. Kecenderungan ini

disebut certainty effect, yang memberikan sifat risk aversion dalam pilihan pasti

akan untung, dan risk taking pada pillihan pasti akan mendapat rugi. Individu

secara umum membuang komponen sama yang dimiliki semua prospek yang

menjadi objek pilihan. Kecenderungan ini disebut isolation effect, yang akan

Page 39: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

24

mengarahkan pada pilihan yang tidak konsisten jika pilihan yang sama disajikan

dalam bentuk yang berbeda (framing secara positif maupun negatif).

Kahneman dan Tversky dalam Sahmuddin (2003) mengembangkan

prospect theory yang menyatakan bahwa perubahan dalam kesejahteraan,

dibandingkan keadaan akhir, memberikan peningkatan perubahan dalam nilai.

Evaluasi perubahan nilai merupakan fungsi dari dua argument; yaitu, titik acuan

dari mana evaluasi dibuat dan jumlah perubahan titik acuan. Selanjutnya

Kahneman dan Tversky dalam Gudono dan Hartadi (1998) berpendapat bahwa

fungsi nilai (value function) hasil penilaian subjektif pembuat keputusan

berbentuk S (lihat gambar2.1), dimana kurva tersebut cekung pada saat di atas

titik referen dan cembung pada saat dibawah titik referen. Dengan kurva yang

berbentuk S, individu akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang

tertentu dalam suatu taruhan lebih besar dari pada nilai kemenangan sejumlah

uang yang sama. Itulah sebabnya dalam situasi rugi (misal di titik B di gambar

2.3), individu cenderung lebih nekat dalam menanggung risiko, karena kegagalan

lebih lanjut akan menghasilkan nilai subjektif lebih rendah dibandingkan

keberhasilan.

Page 40: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

25

Gambar 2.3 Fungsi Nilai Teori Prospek

Gambar

Sumber : Gudono dan Bambang Hartadi, 1998, Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia? : Sebuah Replikasi Penelitian Tversky dan Kahneman, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.1, No. 1, p: 29-42.

Dari gambar tersebut di atas, terlihat bahwa bilamana informasi disajikan

dengan framing positif pengaruhnya lebih kecil jika dibandingkan dengan

informasi yang disajikan dengan framing negatif.

Sahmuddin (2003) menyebutkan bahwa teori prospek sudah diterapkan di

berbagai bidang penelitian. Misalnya, White et.al. (1993), menggunakan teori

prospek untuk memprediksi ketaatan membayar pajak. Penelitian tersebut

menemukan bahwa wajib pajak yang berada pada posisi tax due memiliki

kecenderungan yang lebih besar untuk tidak taat dalam membayar pajak

dibandingkan mereka yang berada pada posisi tax refund. Teori prospek juga telah

gains

value

losses

+

-

B

Page 41: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

26

digunakan untuk menjelaskan perilaku dipasar uang (Harvey, 1996) dan auditing

(Karim et al., 1995)

Di Indonesia pengaplikasian teori ini telah diteliti oleh Gudono dan

Hartadi (1998). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa teori ini tidak

sepenuhnya bisa diterapkan di Indonesia. Terdapat beberapa perbedaan hasil

dengan teori prospek. Pengujian secara penelitian yang mereka lakukan

mengindikasikan bahwa orang Indonesia lebih bersifat risk neutral daripada risk

averse. Bukti juga menunjukkan orang Indonesia lebih konsisten dalam

memandang nilai nominal uang, baik dalam bentuk uang atau bentuk lain (barang

dan jasa).

2.1.7 Teori agensi (Agency Theory)

Pada kebanyakan organisasi, otoritas pengambilan keputusan

didelegasikan dari level yang lebih tinggi dalam organisasi ke level yang lebih

rendah. Kontrak seringkali dipakai untuk mengalokasikan sumber daya dan output

ketika hubungan delegasi tersebut ada.

Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai

sekumpulan kontrak diantara faktor-faktor produksi dan hubungan diantara

prinsipal dan agen. Dalam kerangka kerja teori agensi, baik prinsipal maupun

agen membuat keputusan yang semata-mata dimotivasi oleh kepentingan pribadi.

Kepentingan prinsipal diasumsikan sejalan dengan motif maksimalisasi laba

perusahaan. Sementara itu kepentingan pribadi agen mungkin saja sejalan dengan

kepentingan perusahaan atau malah bertentangan.

Page 42: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

27

Menurut Rudledge dan Karim (1998) ketika kepentingan agen

bertentangan dengan kepentingan perusahaan, agen memiliki insentif untuk

melalaikan tugas (incentive to shirk). Insentif tersebut mendorong agen membuat

keputusan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Model agensi

berasumsi bahwa untuk bertindak atas insentif mengabaikan kepentingan

perusahaan, agen harus memiliki kesempatan. Ketersediaan informasi dapat

menjadi sarana bagi kesempatan tersebut. Masalah adverse selection kemudian

muncul ketika agen termotivasi untuk tidak menyajikan informasi privat agar

dapat mengimplementasikan keputusan yang bertentangan dengan keseluruhan

kepentingan perusahaan. Jika perusahaan dan agen memiliki ketersediaan

informasi yang sama (simetri informasi), maka perusahaan dapat membuktikan

apakah agen bertindak sejalan dengan seluruh kepentingan perusahaan. Agen

tidak akan memiliki kesempatan untuk mengabaikan atau membuat keputusan

yang bertentangan dengan seluruh kepentingan perusahaan.

Ketika agen memiliki informasi privat yang tidak tersedia bagi perusahaan

(asimetri informasi), perusahaan tidak lagi dapat menguji apakah keputusan agen

sejalan dengan kepentingan perusahaan. Hal ini memberikan kesempatan bagi

agen untuk mengabaikan kepentingan perusahaan dengan membuat keputusan

yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Ketika agen berada pada

kondisi incentive to shirk dan opportunity to shirk yang dalam hal ini adalah

keberadaan informasi privat, maka adverse selection dapat terjadi.

Harrell dan Harrison (1994) menemukan bahwa ketika agen (manajer

proyek) memiliki insentif untuk melalaikan tugas maupun informasi privat, maka

Page 43: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

28

agen akan berperilaku yang mengarah pada kepentingan pribadi dan tidak

memaksimalisasi keuntungan yang diharapkan perusahaan. Perilaku agen yang

mendasarkan pada kepentingan pribadi menjelaskan mengapa beberapa manajer

mengalokasikan penambahan sumber daya untuk proyek, meskipun prospek

ekonomi mengindikasikan bahwa proyek tersebut seharusnya dihentikan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel

yang dibahas dalam penelitian ini antara lain :

Penelitian yang dilakukan oleh Sany Dwita (2007) yang menganalisis

pengaruh adverse selection dan framing negatif terhadap eskalasi komitmen pada

keputusan evaluasi proyek. Penelitian tersebut menggunakan eksperimen

laboratorium dan analisis ANOVA faktorial 2 x 2 untuk memeriksa apakah

adverse selection dan framing negatif mempengaruhi keputusan evaluasi proyek

oleh manajer.

Penelitian tersebut gagal membuktikan bahwa adverse selection, negative

framing maupun kondisi keduanya mempengaruhi keputusan eskalasi oleh

manajer. Hasil penelitian oleh Sany Dwita (2007) tersebut menunjukkan bahwa

secara statistik adverse selection, negative framing maupun kondisi keduanya

tidak signifikan pengaruhnya terhadap eskalasi komitmen.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri Ramaraya Koroy (2008) yang berjudul

Pengujian Efek Pembingkaian sebagai Determinan Dalam Keputusan Investasi:

Dampak Dari Pengalaman Kerja. Pembingkaian atau framing dimanipulasi

Page 44: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

29

dengan mengungkapkan adanya biaya yang sudah terjadi (sunk cost) sebagai

kerugian (loss), dan mendeskripsikan pilihan eskalasi sebagai kesempatan untuk

menghindari kerugian yang sudah terjadi.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian tersebut adalah menggunakan

adaptasi kasus dari Rudledge (1995). Penelitian tersebut tidak mengambil jenis

instrumen dari Harrell dan Harrison (1994) untuk dapat menyesuaikan dengan

kasus yang biasa dihadapi manajer di dunia nyata. Instrumen kasus oleh Harrell

dan Harrrison menggunakan ungkapan secara eksplisit atas proyeksi ekonomis

masa depan, yang tidak bersifat ambigu yang kemungkinan dapat mengurangi

kecenderungan eskalasi. Hasil dari penelitian Tri Ramaraya Koroy (2008)

menunjukkan bahwa pembingkaian mempengaruhi subjek yang tidak

berpengalaman dalam keputusan eskalasi.

Penelitian oleh Chong dan Surwayati (2007) yang berjudul De-escalation

strategies: The impacts of job rotation and monitoring control on managers’

project evaluation decisions. Penelitian ini dibangun berdasarkan perkiraan bahwa

kebijakan job rotation dan monitoring control mampu mengurangi kecenderungan

eskalasi komitmen pada keputusan evaluasi proyek oleh manajer.

Hasil dari penelitian Chong dan Surwayati (2007) tersebut menunjukkan

bahwa manajer proyek cenderung tidak melakukan eskalasi pada proyek yang

mengindikasikan kegagalan ketika ada kebijakan job rotation. Ketika manajer

memiliki informasi privat, kebijakan job rotation secara signifikan mengurangi

dampak informasi privat pada perilaku eskalasi.

Page 45: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

30

Penelitian yang dilakukan oleh Sahmuddin (2003) yang berjudul Framing,

Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Keputusan Pemberian

Kredit. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji apakah pengalaman

mempunyai hubungan jika informasi di framing terhadap keputusan pemberian

kredit, dan apakah pengalaman mempunyai hubungan dengan tanggungjawab

terhadap keputusan pemberian kredit.

Hasil dari penelitian Sahmuddin (2003) menunjukkan bahwa tidak adanya

perbedaan keputusan individu yang berpengalaman dan tidak berpengalaman jika

informasi disajikan dalam framing baik positif maupun negatif.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil

Sany Dwita (2007)

The Influence of Adverse Selection and Negative Framing on Escalation of Commitment in Project Evaluation Decisions

Terikat: Eskalasi Komitmen Bebas: Adverse selection dan negative framing

adverse selection, negative framing maupun kondisi keduanya secara statistik tidak signifikan pengaruhnya terhadap eskalasi komitmen

Tri Ramaraya Koroy (2008)

Pengujian Efek Pembingkaian sebagai Determinan Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja

Terikat : Kecenderungan eskalasi Bebas : Pembingkaian positif maupun negatif dan Pengalaman Kerja

Pembingkaian keputusan mempengaruhi subjek yang tidak berpengalaman dalam eskalasi

Page 46: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

31

Chong dan Surwayati (2007)

De-escalation strategies: The impacts of job rotation and monitoring control on managers’ project evaluation decisions

Terikat : Keputusan evaluasi manajer proyek Bebas : Job rotation dan monitoring control

Manajer proyek cenderung tidak melakukan eskalasi pada proyek yang mengindikasikan kegagalan ketika ada kebijakan job rotation Ketika manajer memiliki informasi privat, kebijakan job rotation secara signifikan mengurangi dampak informasi privat pada perilaku eskalasi

Sahmuddin (2003)

Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Keputusan Pemberian Kredit

Terikat : Keputusan pemberian kredit Bebas : Framing, Tanggung jawab dan Pengalaman

Tidak ada pengaruh pengalaman dalam pengambilan keputusan dalam hal pemberian kredit jika informasi disajikan dalam framing positif. Tidak ada pengaruh pengalaman dalam pengambilan keputusan dalam hal pemberian kredit jika informasi disajikan dalam framing negatif. Pengalaman seorang individu untuk melaksanakan tanggung jawabnya berpengaruh dalam pembuatan keputusan pemberian kredit jika individu bertanggungjawab tinggi.

Page 47: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

32

2.3 Kerangka pemikiran

Teori prospek dapat menjelaskan bagaimana manajer dapat membuat

keputusan eskalasi ketika menerima informasi yang diframing negatif. Ketika

seorang manajer menerima return negatif atas proyek investasinya yang dalam hal

ini berarti berada pada posisi rugi, maka kerugian lebih lanjut akan menghasilkan

nilai subjektif yang lebih rendah. Dengan demikian, ketika manajer menerima

informasi yang diframing secara negatif dalam bentuk pilihan antara kerugian

pasti yang telah terjadi dengan kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti,

maka manajer cenderung memilih kerugian dimasa mendatang yang kurang pasti

dengan harapan kelak mendapat return yang positif. Pada kondisi ketika proyek

mulai mengindikasikan kegagalan, manajer akan melihat peluang untuk

memperbaiki kerugian yang telah terjadi. Hal tersebut diimplementasikan dalam

bentuk tetap melanjutkan proyek (melakukan eskalasi).

Gambar 2.4 Kerangka pemikiran

Adv

erse

Sel

ectio

n

Framing Negatif

Job Rotation

Eskalasi Komitmen

Page 48: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

33

Kondisi asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemilik

memberi kesempatan bagi manajer untuk melakukan eskalasi terhadap proyek

yang terkadang dapat membahayakan perusahaan. Penguasaan informasi yang

hanya dimiliki oleh manajer (informasi privat) membuatnya dapat melakukan

seleksi atas informasi yang akan disampaikan kepada pemilik (adverse selection),

termasuk dalam hal ini adalah informasi performa proyek yang mulai memburuk.

Hal tersebut memberikan peluang bagi manajer untuk melakukan eskalasi.

Perilaku eskalasi terhadap proyek yang mengindikasikan kegagalan tentu

saja membawa perusahaan pada dua resiko besar, yakni kemungkinan

keberhasilan dalam memperbaiki kondisi atau bahkan kegagalan selanjutnya yang

akan diterima perusahaan. Dengan demikian, ada dampak buruk yang dibawa oleh

perilaku eskalasi. Ketika faktor-faktor seperti reputasi dan kepentingan-

kepentingan pribadi manajer turut serta mendorong manajer untuk melakukan

perilaku eskalasi, maka keputusan eskalasi tesebut akan membahayakan

perusahaan.

Perusahaan membutuhkan suatu strategi untuk dapat mengurangi dampak

dari perilaku eskalasi yang membahayakan perusahaan. Salah satu strategi yang

dapat dipakai perusahaan adalah dengan menerapkan kebijakan job rotation.

Kebijakan job rotasi (dalam hal ini yang terjadi pada level manajer)

memungkinkan manajer yang sedang berjalan (ongoing manager) bekerjasama

dengan manajer penggantinya (incoming new manager). Kerjasama ini termasuk

dalam hal memberikan informasi performa proyek. Kondisi tersebut menjadi

Page 49: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

34

kendali bagi perusahaan atas informasi privat yang dimiliki seorang manajer

sehingga perilaku eskalasi yang dapat membayakan perusahaan dapat dihindari.

2.4 Hipotesis

2.4.1 Negative Framing

Kahneman dan Tversky dalam Gudono dan Hartadi (1998) menjelaskan

dalam teori prospeknya bahwa hasil keputusan (outcomes) digambarkan sebagai

deviasi positif atau negatif (keuntungan dan kerugian) dari suatu titik referen yang

bersifat netral yang ditetapkan nilainya sebesar nol. Teori prospek menyatakan

bahwa fungsi nilai (value function) hasil penilaian subjektif pembuat keputusan

berbentuk S, dimana kurva tersebut cekung pada saat di atas titik referen dan

cembung pada saat dibawah titik referen. Dengan kurva yang berbentuk S,

individu akan merasakan seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu

dalam suatu taruhan lebih besar dari pada nilai kemenangan sejumlah uang yang

sama. Itulah sebabnya dalam situasi rugi, individu cenderung lebih nekat dalam

menanggung risiko, karena kegagalan lebih lanjut akan menghasilkan nilai

subjektif lebih rendah dibandingkan keberhasilan.

Apa yang dikemukakan teori prospek dapat menjelaskan bagaimana

manajer dapat membuat keputusan eskalasi ketika menerima informasi yang

diframing negatif. Ketika seorang manajer menerima pengembalian negatif atas

proyek investasinya yang dalam hal ini berarti berada pada posisi rugi, maka

kerugian lebih lanjut akan menghasilkan nilai subjektif yang lebih rendah. Dengan

demikian, ketika manajer menerima informasi yang diframing secara negatif

Page 50: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

35

dalam bentuk pilihan antara kerugian pasti yang telah terjadi dengan kerugian

dimasa mendatang yang kurang pasti, maka manajer cenderung memilih kerugian

dimasa mendatang yang kurang pasti dengan harapan kelak mendapat

pengembalian yang positif.

Selain fungsi nilai dalam teori prospek yang menjelaskan mengapa

manajer mengadopsi framing negatif pada keputusan eskalasi , sunk cost juga

turut mendorong manajer untuk mempertimbangkan pilihan eskalasi. Whyte

dalam Dwita (2007) menyebutkan bahwa sunk cost mempengaruhi manajer untuk

mengadopsi framing negatif. Sunk cost mendorong perilaku menanggung risiko

(risk seeking) yang dimanifestasikan sebagai eskalasi komitmen terhadap

serangkaian tindakan yang gagal.

Ketika outcome digambarkan sebagai suatu kerugian yang pasti (framing

negatif), manajer cenderung mengambil risiko untuk menghindari kerugian yang

pasti tersebut dibandingkan ketika outcome digambarkan sebagai keuntungan

yang pasti (framing positif). Whyte dalam Dwita (2007) menyatakan bahwa

meskipun dalam perspektif rasional ekonomi, sunk cost tidaklah relevan dengan

pembuatan keputusan yang berorientasi masa depan, keberadaan sunk cost dalam

konteks pembuatan keputusan dapat memancing manajer untuk mengambil risiko.

Hal tersebut dapat terjadi ketika keberadaan sunk cost dalam konteks pembuatan

keputusan sama halnya dengan membingkai keputusan yang berarti tidak

melakukan apa-apa. Hal tersebut identik dengan menerima kerugian yang pasti.

Sementara itu, ketika eskalasi komitmen belum pasti, masih ada kesempatan

untuk memperbaiki kerugian yang telah didapat (recovering the past loss). Potensi

Page 51: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

36

untuk memperbaiki kerugian yang telah didapat, sesuai dengan teori prospek,

lebih disukai daripada kerugian pasti yang telah terjadi, meskipun probabilitas

nilai dari keputusan untuk memperbaiki kerugian adalah kurang dari nol (Whyte

dalam Dwita, 2007). Uraian tersebut membawa peneliti pada hipotesis :

H1 : Ketika informasi disajikan dalam framing negatif, pengambil

keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan

2.4.2 Interaksi antara Adverse Selection dan Negative Framing

Kondisi yang dibutuhkan oleh teori agensi untuk memungkinkan eskalasi

terjadi adalah keberadaan dari asimetri informasi dan kesempatan untuk

melalaikan tugas (Harrison dan Harrel, 1993). Para manajer dalam kondisi

memiliki insentif untuk melalaikan tugas dan memiliki informasi privat (adverse

selection) akan lebih memaksimalkan kepentingan mereka (Dwita, 2007).

Ketika manajer dihadapkan pada umpan balik negatif dari proyeknya,

manajer akan melihat kemungkinan untuk menghentikan proyek atau tetap

melanjutkan proyek tersebut. Kondisi adverse selection memungkinkan manajer

untuk tetap melanjutkan proyeknya sehubungan dengan masa depan reputasinya.

Manajer (agen) memiliki informasi privat dan kesempatan untuk melalaikan tugas

karena pemilik (prinsipal) tidak dapat memverifikasi apakah tindakan yang

dilakukan oleh manajer telah benar-benar sejalan dengan kepentingan perusahaan.

Dwita (2007) menyatakan jika manajer dalam kondisi adverse selection

diberikan informasi dalam framing negatif, manajer akan terdorong untuk

Page 52: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

37

mempertimbangkan keputusan melanjutkan proyek yang menawarkan mereka

kesempatan untuk memperoleh laba di masa depan untuk memperbaiki kerugian

dari initial investment. Sehingga, manager yang berada pada kondisi adverse

selection dan negatitive framing akan lebih termotivasi untuk mengeskalasi

komitmen mereka. Uraian tersebut membawa peneliti pada hipotesis :

H2 : Ketika informasi disajikan dalam framing negatif dan

dihadapkan pada kondisi adverse selection, pengambil

keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan

2.4.3 Job rotation

Menurut De Dreu et al. (dalam Chong dan Surwayati, 2007) proses

akuntabilitas ditunjukkan untuk menstimulasi proses sistem informasi,

mengurangi kecenderungan self-enhancement dan bias informasi, dan

memperbaiki keakuratan penilaian (judgement accuracy). Simonson dan Staw

(dalam Chong dan Surwayati, 2007) menyebutkan bahwa proses akuntabilitas

merupakan teknik yang efektif untuk mengurangi eskalasi. Ketika terdapat

penekanan pada proses akuntabilitas, manajer diharapkan menggunakan strategi

keputusan yang tepat dan evaluasi yang cermat terhadap berbagai alternatif

sebelum keputusan dibuat.

Salah satu strategi yang dapat dikembangkan perusahaan untuk

mengurangi eskalasi adalah dengan penerapan kebijakan job rotation. Job rotation

menurut Wikipedia (2007) adalah pemindahtugasan individu secara terjadwal.

Champion dalam Chong dan Surwayati (2007) mendefinisikan job rotation

Page 53: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

38

sebagai perpindahan tugas secara lateral bagi para karyawan dalam suatu

organisasi dengan berbagai variasi interval waktu, seperti lima tahun atau lebih

yang berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang karir mereka, dimana tidak

termasuk promosi.

Kebijakan job rotation dalam penelitian ini adalah kebijakan untuk

mentransfer manajer ke divisi investasi yang berbeda dalam sebuah perusahaan.

Kebijakan ini membutuhkan pendekatan antara ongoing project manager dengan

incoming new project manager selama beberapa bulan untuk melancarkan proses

transisi. Manajer harus menyediakan laporan perkembangan komprehensif yang

berkenaan dengan seluruh proyek investasi kepada manajer yang baru. Uraian

tersebut membawa peneliti pada hipotesis :

H3: Ketika terdapat kebijakan job rotation, pengambil keputusan

cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan

2.4.4 Interaksi antara Adverse Selection dan Job Rotation

Teori agensi berasumsi bahwa untuk bertindak mengabaikan kepentingan

perusahaan, agen harus memiliki kesempatan. Ketersediaan informasi dapat

menjadi sarana bagi kesempatan tersebut. Masalah adverse selection kemudian

muncul ketika agen termotivasi untuk tidak menyajikan informasi privat agar

dapat mengimplementasikan keputusan yang bertentangan dengan keseluruhan

kepentingan perusahaan. Jika perusahaan dan agen memiliki ketersediaan

informasi yang sama (simetri informasi), maka perusahaan dapat membuktikan

apakah agen bertindak sejalan dengan seluruh kepentingan perusahaan. Agen

Page 54: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

39

tidak akan memiliki kesempatan untuk mengabaikan atau membuat keputusan

yang bertentangan dengan seluruh kepentingan perusahaan.

Ketika agen memiliki informasi privat yang tidak tersedia bagi perusahaan

( asimetri informasi), perusahaan tidak lagi dapat menguji apakah keputusan agen

sejalan dengan kepentingan perusahaan. Hal ini memberikan kesempatan bagi

agen untuk mengabaikan kepentingan perusahaan dengan membuat keputusan

yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Ketika agen berada pada

kondisi incentive to shirk dan opportunity to shirk yang dalam hal ini adalah

keberadaan informasi privat, maka adverse selection dapat terjadi.

Harrell dan Harrison (dalam Chong dan Surwayati, 2007) juga

menyebutkan bahwa ketersediaan informasi mengenai performa sebuah proyek

mempengaruhi manajer dalam keputusan melanjutkan proyek. Ketika informasi

yang relevan mengenai performa proyek tersedia untuk publik, manajer akan

mengurangi kecenderungan melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan. Ketika informasi tersedia untuk publik, maka prinsipal akan memiliki

informasi yang cukup untuk memonitor perilaku agen yang dalam hal ini adalah

manajer yang bertanggungjawab atas proyek yang sedang berjalan.

Sementara itu dalam kondisi informasi privat yang dalam hal ini berarti

informasi mengenai performa proyek hanya tersedia untuk manajer, eskalasi

komitmen atas proyek yang mengindikasikan kegagalan sangat mungkin terjadi.

Dalam kondisi informasi privat, prinsipal tidak dapat memonitor perilaku manager

secara menyeluruh. Potensi manajer untuk melalaikan tugas kemudian muncul,

Page 55: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

40

sebagai contoh, manajer menghindari menghentikan proyek investasi jika

berdampak negatif pada masa depan karirnya (Rudledge dan Karim, 1998).

Kebijakan job rotation menuntut manajer proyek yang sedang berjalan

(ongoing project) untuk bekerjasama dalam beberapa bulan dengan manajer yang

akan menggantikannya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya melancarkan proses

transisi dan menyediakan laporan perkembangan komprehensif yang berkenaan

dengan seluruh proyek investasi kepada manajer yang baru. Dengan demikian,

adanya kebijakan job rotation diharapkan mampu mengurangi dampak informasi

privat pada eskalasi komitmen proyek yang mengindikasikan kegagalan. Uraian

tersebut membawa peneliti pada hipotesis :

H4 : Ketika terdapat kebijakan job rotation, dan dihadapkan pada

kondisi adverse selection, pengambil keputusan cenderung tidak

akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan

Page 56: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dirancang dalam bentuk eksperimen dengan tujuan untuk

mengetahui kecenderungan perilaku pembuat keputusan atas proyek investasi

yang mengindikasikan kegagalan. Dalam hal ini mahasiswa yang menjadi

surrogate pengambil keputusan (manajer).

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Sekaran (2003) variabel adalah sesuatu yang dapat

mengakibatkan perbedaan atau keragaman nilai. Nilai-nilai dapat berbeda pada

beragam waktu baik untuk objek yang sama maupun berlainan. Variabel bebas

(independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik

positif maupun negatif. Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah

variabel yang menjadi fokus utama bagi peneliti. Tujuan peneliti adalah untuk

memahami dan mendiskripsikan variabel terikat , menjelaskan variabilitasnya,

atau memprediksikannya. Dengan kata lain, variabel terikat adalah variabel utama

yang menjadi faktor keberhasilan dalam suatu penelitian.

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah eskalasi

komitmen. Sedangkan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini

adalah framing, job rotation dan adverse selection. Definisi dari setiap variabel

adalah sebagai berikut.

Page 57: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

42

3.1.1 Variabel Terikat

3.1.1.1 Eskalasi Komitmen

Eskalasi komitmen adalah kecenderungan menjadi over commitment

terhadap serangkaian tindakan yang gagal sehingga tetap bertahan dengan

tindakan tersebut dalam upaya memenuhi tujuan dimasa depan (Khavul et al.,

2009). Secara umum pembuat keputusan merasa kesulitan untuk menghentikan

proyek yang mengindikasikan kegagalan karena tindakan tersebut berarti

menerima kenyataan bahwa rencana awal yang telah menguras komitmen

terhadap emosional, motivasi dan juga keuangan ternyata gagal.

Menurut Tapifrios (2009) eskalasi komitmen adalah peningkatan terhadap

keputusan sebelumnya walaupun ada bukti bahwa keputusan itu mungkin keliru.

Dalam eskalasi komitmen, manajer seringkali menaruh komitmen yang terlalu

besar pada keputusan yang telah dibuat. Keputusan yang telah dibuat akan sangat

sulit untuk ditarik kembali. Eskalasi komitmen dalam penelitian ini diproksikan

dengan keputusan manajer untuk tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan.

Pengukuran variabel eskalasi komitmen dalam instrumen dilakukan

dengan melihat pilihan jawaban responden dalam skala Likert 1-6 (dimana 1 =

menghentikan proyek sampai dengan 6 = melanjutkan proyek).

Page 58: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

43

3.1.2 Variabel bebas

3.1.2.1 Framing Negatif

Framing dalam teori sosial terdiri dari skema dan intepretasi. Dalam

Wikipedia (2007) disebutkan bahwa framing adalah sekumpulan anekdot dan

stereotip yang menjadi pedoman individu dalam memahami dan merespon suatu

kejadian. Dalam terminologi yang lebih sederhana, individu-individu sepanjang

hidupnya membangun serangkaian filter mental emosional. Mereka menggunakan

filter tersebut untuk memahami. Sehingga pilihan-pilihan yang mereka buat

kemudian dipengaruhi oleh bingkai (framing) atau filter emosional mereka.

Main dan Lambert (dalam Sahmuddin, 2003) menyebutkan bahwa framing

berkaitan dengan bagaimana individu merasakan atau menstruktur suatau

keputusan. Lebih lanjut Yusnaini (2005) menyebutkan bahwa framing merupakan

salah satu alasan penyebab terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Teori

yang digunakan dalam menguji bias akibat framing ini adalah teori prospek yang

mengemukakan bahwa frame yang diadopsi seseorang dapat mempengaruhi

keputusannya. Dalam hal ini, ketika seorang pengambil keputusan diberikan

alternatif keputusan yang dibingkai secara positif (kondisi laba yang pasti) maka

keputusan yang diambil akan cenderung risk averse. Sedangkan ketika informasi

disajikan secara negatif (kerugian yang pasti) maka keputusan yang diambil akan

cenderung risk seeking.

Framing negatif dalam penelitian ini diproksikan dengan penyajian

informasi mengenai kerugian yang pasti. Pengukuran variabel framing negatif

Page 59: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

44

dalam instrumen dilakukan dengan dengan menggunakan skala Likert 1-6

(dimana 1 = menghentikan proyek sampai dengan 6 = melanjutkan proyek).

Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk

menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan.. Skala 6 mencerminkan

jawaban responden (dalam hal ini responden merupakan surrogate dari manajer)

yang memilih tetap melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan

(eskalasi).

3.1.2.2 Adverse Selection

Adverse selection adalah salah satu permasalahan yang disebabkan adanya

kesulitan prisipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-

tindakan agen. Adverse selection dapat terjadi pada kondisi asimetri informasi

yang terjadi antara prinsipal dan agen.

Distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen

memungkinkan informasi tentang ukuran keberhasilan yang dibutuhkan oleh

prinsipal tidak seluruhnya disajikan oleh agen. Akibatnya informasi yang

diperoleh prinsipal kurang lengkap sehingga tetap tidak dapat menjelaskan kinerja

agen yang sesungguhnya dalam mengelola kekayaan prinsipal yang dipercakan

kepada agen. Pengukuran variabel adverse selection dalam instrumen dilakukan

dengan dengan menggunakan skala Likert 1-6 (dimana 1 = menghentikan proyek

sampai dengan 6 = melanjutkan proyek).

. Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk

menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan

Page 60: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

45

jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan (eskalasi).

3.1.2.3 Job Rotation

Kebijakan job rotation adalah perpindahan tugas secara lateral bagi para

karyawan dalam suatu organisasi dengan berbagai variasi interval waktu, seperti

lima tahun atau lebih yang berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang karir

mereka, dalam hal ini tidak termasuk promosi (Champion dalam Chong dan

Surwayati, 2007). Pengukuran variabel Job Rotation dalam instrumen dilakukan

dengan dengan menggunakan skala Likert 1-6 (dimana 1 = menghentikan proyek

sampai dengan 6 = melanjutkan proyek).

. Skala 1 mencerminkan jawaban responden yang memilih untuk

menghentikan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Skala 6 mencerminkan

jawaban responden yang memilih tetap melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan (eskalasi).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro. Mahasiswa diharapkan dapat mewakili keadaan yang ada

karena mahasiswa tidak berbeda secara signifikan dengan para praktisi bisnis

dalam menyelesaikan tugas pengambilan keputusan (Ashton dan Kramear dalam

Sahmuddin, 2003).

Jumlah populasi dalam penelitian ini ditentukan sejumlah 180 orang dan

besar sampel yang diambil berjumlah 160 orang. Sampel ditentukan dari tabel

Page 61: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

46

ukuran sampel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (dalam Sugiyono,

2004). Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah simple random

sampling, yakni pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi (populasi dianggap

homogen).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan sumber datanya, data dapat dikelompokkan menjadi data

sekunder dan data primer. Untuk keperluan penelitian ini, maka data yang

dikumpulkan adalah data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner dalam

bentuk instrumen penelitian berupa kasus.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, responden dibagikan kuesioner yang telah

terstruktur. Seluruh kuesioner yang dibagikan berjumlah 160 kuesioner.

Kuesioner akan dibagikan kepada responden yang merupakan mahasiswa

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro yang telah mengambil mata kuliah

akuntansi manajemen.

3.4.1 Desain Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan instrumen berupa

kasus pembuatan keputusan. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2

(lihat tabel 3.1 dan tabel 3.2). Faktor-faktornya terdiri atas tiga variabel

Page 62: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

47

independen, yaitu framing negatif, adverse selection, dan job rotation dan variabel

dependen yaitu eskalasi komitmen.

Responden yang mendapat perlakuan A diberikan informasi yang

berframing negatif pada kondisi adverse selection. Responden yang mendapat

perlakuan B diberikan informasi yang tidak diframing negatif pada kondisi

adverse selection. Responden yang mendapat perlakuan E diberikan informasi

yang diframing negatif pada kondisi tanpa adverse selection. Responden yang

diberi perlakuan F diberikan informasi yang tidak diframing negatif dan pada

kondisi tanpa adverse selection.

Tabel 3.1 Desain eksperimen 2x2 (Framing negatif x Adverse Selection)

Framing Negatif ada Framing Negatif tidak

ada Adverse selection ada Perlakuan A Perlakuan B Adverse selection tidak ada

Perlakuan E Perlakuan F

Tabel 3.2 Desain Eksperimen 2x2 (Job Rotation x Adverse Selection)

Job Rotation ada Job Rotation tidak ada

Adverse selection ada Perlakuan C Perlakuan D Adverse selection tidak ada

Perlakuan G Perlakuan H

Responden yang mendapat perlakuan C diberikan kebijakan job rotation

dan kondisi adverse selection. Responden yang mendapat perlakuan D tidak

diberikan kebijakan job rotation namun diberikan kondisi adverse selection.

Responden yang mendapat perlakuan G diberikan kebijakan job rotation tanpa

Page 63: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

48

kondisi tanpa adverse selection. Responden yang diberi perlakuan H tidak

diberikan kebijakan job rotation dan adverse selection.

Pada penelitian ini responden diminta bertindak dan berpikir seolah-olah

ada dalam situasi yang tergambar dalam kuesioner. Variabel framing negatif

dalam penelitian eksperimen ini dimanipulasi dengan penyajian informasi

kemungkinan kerugian yang pasti terjadi dan kemungkinan kerugian di masa

mendatang yang kurang pasti. Variabel job rotation dalam penelitian ini

dimanipulasi dengan informasi bahwa perusahaan memiliki kebijakan job rotation

yang dilakukan setiap empat tahun sekali. Variabel adverse selection dimanipulasi

dengan adanya kepemilikan informasi privat bagi manajer yang tidak diketahui

oleh orang di luar perusahaan. Sementara itu variabel eskalasi komitmen

dimanipulasi dengan pilihan alternatif keputusan untuk melanjutkan proyek.

Responden dikelompokkan masing-masing ke dalam 4 kelompok group

perlakuan penelitian yang terdiri atas dua manipulasi kondisi yaitu (1) dengan

adverse selection dan (2) tanpa adverse selection. Kriteria, kondisi dan perlakuan

group responden secara rinci disajikan pada tabel 3.3.

Page 64: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

49

Tabel 3.3. Desain Penelitian – Kondisi Adverse Selection dan Tanpa Adverse Selection

Group &

Kriteria

Kondisi yang diinginkan Perlakuan yang diberikan

A/E Framing Negatif

• Responden diproyeksikan sebagai manajer pengambil keputusan keberlangsungan proyek

• Saat ini proyek yang baru berjalan 2 tahun dan telah menghabiskan dana 4 milyar menunjukkan prospek kegagalan. Ada peluang menyelamatkan proyek dengan tambahan dana 2 milyar

• Responden diminta untuk membuat keputusan menghentikan atau melanjutkan proyek

• Informasi diframing negatif dengan menyajikan kerugian 4 milyar yang pasti terjadi atau 67% kerugian yang belum pasti terjadi

B/F Tanpa Framing Negatif

• Responden diproyeksikan sebagai manajer pengambil keputusan keberlangsungan proyek

• Saat ini proyek yang baru berjalan 2 tahun dan telah menghabiskan dana 4 milyar menunjukkan prospek kegagalan. Ada peluang menyelamatkan proyek dengan tambahan dana 2 milyar

• Responden diminta untuk membuat keputusan menghentikan atau melanjutkan proyek

• Informasi tidak diframing (netral) dengan menyajikan kemungkinan hemat 2 milyar yang pasti terjadi atau 33% kemungkinan memulihkan investasi 6 milyar (break even)

C/G Job Rotation

• Responden diproyeksikan sebagai manajer pengambil keputusan keberlangsungan proyek

• Saat ini proyek yang baru berjalan 2 tahun dan telah menghabiskan dana 4 milyar menunjukkan prospek kegagalan. Ada peluang menyelamatkan proyek dengan tambahan dana 2 milyar

• Responden diminta untuk membuat keputusan menghentikan atau melanjutkan proyek

• Diberikan informasi awal tahun depan terjadi job rotation

D/H Tanpa Job Rotation

• Responden diproyeksikan sebagai manajer pengambil keputusan keberlangsungan proyek

• Saat ini proyek yang baru berjalan 2 tahun dan telah menghabiskan dana 4 milyar menunjukkan prospek kegagalan. Ada peluang menyelamatkan proyek dengan tambahan dana 2 milyar

• Responden diminta untuk membuat keputusan menghentikan atau melanjutkan proyek

Page 65: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

50

3.4.2 Pilot Tes

Pilot tes dilakukan terhadap kuesioner untuk meningkatkan validitas

internal. Pilot tes dilaksanakan dengan melibatkan 48 orang mahasiswa S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuannya

adalah untuk mengetahui apakah kasus yang diberikan dapat dipahami oleh subjek

atau tidak. Beberapa perubahan terhadap desain awal kuesioner kemungkinan

dilakukan dengan masukan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.5 Metode Analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu :

Tahap 1 :

Pada tahapan ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan tujuan

untuk menghasilkan data yang berkualitas. Cara yang dapat ditempuh adalah dua

cara : (1) menggunakan alat ukur (instrumen) siap pakai yang validitas dan

reliabilitasnya telah dibuktikan oleh para peneliti pada penelitian terdahulu; (2)

menggunakan alat ukur baru yang belum diketahui tingkat validitas dan

reliabilitasnya (Hair, dkk, dalam Sahmuddin 2003). Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan cara yang pertama, yaitu menggunakan instrumen yang sudah teruji

validitas dan reliabilitasnya. Walaupun demikian mengingat penelitian ini

dilakukan di tempat dan sampel yang berbeda maka peneliti melakukan uji

validitas dan reliabilitas ulang untuk mempertegas hasil dengan melakukan pilot

tes terhadap instrument penelitian.

Page 66: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

51

Tingkat reliabilitas suatu instrumen diukur dengan menghitung besarnya

nilai Cronbach alpha. Nilai Cronbach alpha dapat dikatakan reliable apabila nilai

Cronbach alpha lebih besar dari 0,6 (Nunnaly dalam Ghozali, 2006). Sekaran

(2003) menyatakan bahwa pada umumnya reliabilitas yang kurang dari 0,6

dikatakan kurang reliable, antara 0,6 s.d. 0,8 adalah cukup reliable dan lebih dari

0,8 suatu instrument dikatakan baik. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu

alat dapat diandalkan atau dapat dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan

diukur. Dengan uji reliabilitas dapat dilihat konsistensi alat dalam mengukur

gejala yang sama.

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur kualitas kuisioner dan

mengetahui kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya

diukur, atau dengan kata lain, instrumen tersebut dapat mengukur construct sesuai

yang diharapkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah siap pakai

dan diuji validitas pengukurannya oleh peneliti sebelumnya. Namun, untuk

memberikan keyakinan bahwa pengukuran yang digunakan adalah pengukuran

yang tepat, maka dalam penelitian ini peneliti melakukan pengujian kembali

terhadap validitas instrument. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat adanya

perbedaan lingkungan, waktu dan responden yang berbeda dengan penelitian

terdahulu. Uji validitas pengukuran menggunakan analisis faktor (factor analysis)

dengan varimax rotation untuk masing-masing item yang menunjukkan

pencantuman kriteria dalam suatu faktor. Analisis faktor digunakan untuk

memastikan bahwa masing-masing pertanyaan akan terklasifikasi pada variabel-

variabel tertentu. Menurut Kaiser dan Rice dalam Sahmuddin (2003), untuk

Page 67: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

52

menunjukkan construct validity dari masing-masing variabel maka nilai Kaiser

Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy (Kaiser’s MSA) yang disyaratkan

agar data yang terkumpul dapat dilakukan analisis faktor harus diatas 0,5.

Kemudian akan digunakan statistik deskriptif untuk mengetahui mean dan standar

deviasinya.

Tahap 2 :

Tahap terakhir analisis dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian data

yang mengacu pada hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk menguji hipotesis-

hipotesis penelitian, digunakan two-way Analysis of Variance (ANOVA) Pengujian

hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5 %. Untuk mengetahui

signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang dihasilkan dari

pengolahan data tersebut.

Page 68: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

.

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro yang diproyeksikan sebagai manajer proyek. Salah satu tugas manajer

proyek yang berhubungan dalam penelitian ini adalah membuat keputusan

melanjutkan atau menghentikan proyek yang ditanganinya ketika mulai

mengindikasikan prospek yang negatif.

Karakterisitik demografi responden pada penelitian ini terdiri dari tiga

bagian utama yaitu umur, jenis kelamin dan Indeks Prestasi Kumulatif. Sebanyak

160 responden yang berhasil dilibatkan dalam penelitian ini dibagi kedalam dua

manipulasi kondisi yakni adverse selection (memiliki informasi privat) dan tanpa

adverse selection. Hasil pengolahan data mengenai karakteristik demografi

responden secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.

Page 69: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

54

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Demografi Responden Kondisi Adverse Selection

Keterangan Frek Range Min Max Mean Std. Dev

Var

Umur

20

21

22

23 Total

16 38 25 1 80

3

20

23

21,1375

0,74194

0,550

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Total

26 54 80

1

0

1

0,6750

0,47133

0,222

IPK

2,50 – 2,99 3,00 – 3,49 3,50 – 4,00

Total

7 68 5 80

0,86

2,75

3,61

3,1681

0,19757

0,039

Sumber: Data primer 2010, diolah

Hasil pengolahan data di tabel 4.2 yaitu statistik deskriptif demografi

responden untuk responden yang mendapatkan manipulasi kondisi adverse

selection (memiliki informasi privat) menunjukkan bahwa responden terbanyak

berumur 21 tahun dengan frekuensi 38 responden. Responden termuda berumur

20 tahun dan tertua berumur 23 tahun. Umur rata-rata responden adalah 21,14

tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (54 responden).

Page 70: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

55

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) paling banyak berada diantara 3,00 sampai

dengan 3,49 sebanyak 68 partisipan.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Demografi Responden Kondisi Tanpa Adverse Selection

Keterangan Frek Range Min Max Mean Std. Dev

Var

Umur

20

21

22

23

Total

34 23 21 2 80

3

20

23

20,8875

0,88581

0,785

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan Total

26 54 80

1

0

1

0,6750

0,47133

0,222

IPK

2,50 – 2,99 3,00 – 3,49 3,50 – 4,00

Total

10 66 4 80

0,86

2,75

3,61

3,1846

0,20984

0,44

Sumber: Data primer 2010, diolah

Hasil pengolahan data di tabel 4.2 yaitu statistik deskriptif demografi

responden untuk responden yang mendapatkan manipulasi kondisi tanpa adverse

selection (tidak memiliki informasi privat) menunjukkan bahwa responden

terbanyak berumur 20 tahun dengan frekuensi 34 responden. Responden termuda

Page 71: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

56

berumur 20 tahun dan tertua berumur 23 tahun. Umur rata-rata responden adalah

20,89 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (54

responden). Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) paling banyak berada diantara 3,00

sampai dengan 3,49 sebanyak 66 partisipan.

4.1 Analisis Data

Responden dalam eksperimen ini dibagi kedalam delapan group dengan

empat group individu yang diberi manipulasi kondisi adverse selection yaitu

group A,B,C,D dan group individu yang diberi manipulasi kondisi tanpa adverse

selection yaitu group E,F,G,H. Analisis of Variance (ANOVA) digunakan untuk

menguji apakah ada perbedaan signifikan diantara group-group perlakuan yang

dibentuk. Sebagai verifikasi bahwa randomisasi dihasilkan dalam tiap group

perlakuan dengan berbagai hasil pengukuran yang hampir sama, maka

karakteristik demografi kedelapan group perlakuan masing-masing akan

dibandingkan dalam hal umur, jenis kelamin dan IPK. Hasil uji ANOVA

mengenai statistk deskriptif demografi dari kedelapan perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 4.3 dan 4.4.

Page 72: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

57

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Demografi Partisipan yang Mendapat Manipulasi

Kondisi Adverse Selection

Sumber: Data primer 2010, diolah

Keterangan: A : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi Adverse Selection - Framing

negatif B : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi Adverse Selection -tanpa

Framing negatif C : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi Adverse Selection - Job

Rotation D : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi Adverse Selection - tanpa Job

Rotation

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Upper Bound Bound

Minimum

Maximum

UMUR A 20 20,80 ,767 ,17168 20,4407 21,1593 20,00 23,00 B 20 21,20 ,894 ,20000 20,7814 21,6186 20,00 22,00 C 20 21,55 ,510 ,11413 21,3111 21,7889 21,00 22,00 D 20 21,00 ,562 ,12566 20,7370 21,2630 20,00 22,00

GENDER

A 20 ,65 ,489 ,109 ,42 ,88 0 1 B 20 ,70 ,470 ,105 ,48 ,92 0 1 C 20 ,60 ,503 ,112 ,36 ,84 0 1 D 20 ,75 ,444 ,099 ,54 ,96 0 1

IPK

A 20 3,240 ,233 ,052 3,1308 3,3492 2,75 3,61 B 20 3,201 ,186 ,042 3,1141 3,2879 3,00 3,61 C 20 3,085 ,162 ,036 3,0090 3,1610 2,80 3,33 D

20 3,147 ,181 ,040 3,0619 3,2311 2,80 3,41

Page 73: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

58

Berdasarkan pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa:

Partisipan perlakuan A mempunyai rata-rata 20,80 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,4407 sampai dengan

21,1593 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,240.

Partisipan perlakuan B mempunyai rata-rata 21,20 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 21,3111 sampai dengan

21,7889 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,201.

Partisipan perlakuan C mempunyai rata-rata 21,55 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,4407 sampai dengan

21,1593 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,085.

Partisipan perlakuan D mempunyai rata-rata 21,00 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,7370 sampai dengan

21,2630 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,147.

Page 74: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

59

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Demografi Partisipan yang Mendapat Manipulasi

Kondisi Tanpa Adverse Selection

Sumber: Data primer 2010, diolah

Keterangan: E : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi tanpa Adverse Selection -

Framing negatif F : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi tanpa Adverse Selection -

tanpa Framing negatif G : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi tanpa Adverse Selection - Job

Rotation H : Perlakuan bagi partisipan yang mendapat manipulasi tanpa Adverse Selection -

tanpa Job Rotation

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Lower Upper Bound Bound

Minimum

Maximum

UMUR E 20 21,30 ,865 ,19331 20,8954 21,7046 20,00 22,00 F 20 20,80 1,056 ,23620 20,3056 21,2944 20,00 23,00 G 20 20,35 ,489 ,10942 20,1210 20,5790 20,00 21,00 H 20 21,10 ,788 ,17622 20,7312 21,4688 20,00 22,00

GENDER

E 20 ,90 ,308 ,069 ,76 1,04 0 1 F 20 ,80 ,410 ,092 ,61 ,99 0 1 G 20 ,70 ,470 ,105 ,48 ,92 0 1 H 20 ,40 ,503 ,112 ,16 ,64 0 1

IPK

E 20 3,197 ,240 ,054 3,0846 3,3094 2,80 3,61 F 20 3,208 ,193 ,043 3,1174 3,2986 2,80 3,30 G 20 3,166 ,207 ,046 3,0691 3,2629 2,75 3,41 H

20 3,197 ,240 ,054 3,0846 3,3094 2,80 3,61

Page 75: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

60

Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa:

Partisipan perlakuan A mempunyai rata-rata 21,30 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,8954 sampai dengan

21,1593 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,197.

Partisipan perlakuan B mempunyai rata-rata 20,80 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,3056 sampai dengan

21,2944 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,208.

Partisipan perlakuan C mempunyai rata-rata 20,35 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,1210 sampai dengan

20,5790 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,166.

Partisipan perlakuan D mempunyai rata-rata 21,10 tahun. Dengan tingkat

kepercayaan 95%, rata-rata umur berada pada range 20,7312 sampai dengan

21,4688 tahun. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) rata-rata sebesar 3,197.

Test of homogeneity of Variance dilakukan untuk mengetahui apakah

kedelapan perlakuan yang terdiri dari empat group (A,B,C,D) untuk individu yang

mendapat kondisi adverse selection dan empat group lainnya (E,F,G,H) untuk

individu yang tidak mendapatkan kondisi adverse selection. Adapun hasil

pengujiannya ditunjukkan pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.

Page 76: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

61

Tabel 4.5 Pengujian Variansi Karakteristik Demografi Individu pada Kondisi Adverse

Selection (Perlakuan A,B,C,D) Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

UMUR ,603 2 76 ,550 GENDER ,392 1 78 ,533 IPK 1,355 11 54 ,231

Sumber : Data primer 2010, diolah

Hasil pengujian di tabel 4.5 menunjukkan bahwa untuk keempat group

perlakuan A,B,C dan D bagi individu yang mendapat kondisi adverse selection

mempunyai variasi (umur, jenis kelamin dan IPK) yang identik. Hal itu dapat

dilihat dari p-value semua karakteristik demografi responden yang lebih besar dari

0,05 baik itu untuk demografi umur (0,550), gender (0,533) maupun IPK (0,231).

Tabel 4.6 Pengujian Variansi Karakteristik Demografi Individu pada Kondisi Tanpa

Adverse Selection (Perlakuan E,F,G,H)

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

UMUR 7,443 3 76 ,000 GENDER 3,007 1 78 ,087 IPK 2,538 13 56 0.08

Sumber : Data primer 2010, diolah

Hasil pengujian di tabel 4.6 menunjukkan bahwa untuk keempat group

perlakuan E,F,G dan H bagi individu yang mendapat kondisi tanpa adverse

Page 77: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

62

selection mempunyai variasi (umur, jenis kelamin dan IPK) yang identik. Hal itu

dapat dilihat dari p-value semua karakteristik demografi responden yang lebih

besar dari 0,05 baik itu untuk demografi umur (0,550), gender (0,533) maupun

IPK (0,231).

Setelah dilakukan pengujian variansi, maka selanjutnya akan dilakukan

pengujian ANOVA untuk mengetahui apakah kedelapan group yang terdiri dari

empat group perlakuan yang mendapat kondisi adverse selection dan empat group

perlakuan yang mendapat kondisi tanpa adverse selection memiliki rata-rata

(mean) yang identik. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8.

Tabel 4.7 Pengujian Anova Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Adverse

Selection

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

UMUR Between Groups

12,903 3 4,301 1,256 ,296

Within Groups 260,285 76 3,425 Total 273,188 79 GENDER Between

Groups Within Groups Total

26,118

247,069

273,187

1

78

79

26,118

3,168

8,246

,005

IPK Between Groups Within Groups Total

104,717

168,470

273,188

25

54

79

4,189

3,120

1,343

,181

Sumber : Data primer 2010, diolah

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa hasil pengujian ANOVA

untuk sampel individu yang mendapat kondisi adverse selection menunjukkan

Page 78: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

63

bahwa p-value untuk semua karakteristik demografi responden mempunyai nilai

yang berbeda-beda tingkat signifikansinya. Demografi umur memiliki p-value

yang tidak signifikan sebesar 0,296. Demografi jenis kelamin memiliki p-value

yang signifikan pada 0.005. Sementara demografi IPK memiliki p-value yang

tidak signifikan sebesar 0,181. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa keempat

group perlakuan A,B,C dan D rata-rata karakteristik demografinya adalah tidak

identik. Hasil pengujian ANOVA selengkapnya mengenai Post Hoc Test dan

Homogeous Subset dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 4.8 Pengujian Anova Karakteristik Demografi Individu Pada Kondisi Tanpa

Adverse Selection

Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

UMUR Between Groups

53,381 3 17,794 5,483 , 002

Within Groups 246,619 76 3,425 Total 300,000 79 GENDER Between

Groups Within Groups Total

8,571

291,429

300.000

1

78

79

8,571

3,736

2,294

,134

IPK Between Groups Within Groups Total

87,188

212,812

300,000

23

56

79

3,791

3,800

,998

,483

Sumber : Data primer 2010, diolah

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa hasil pengujian ANOVA

untuk sampel individu yang mendapat kondisi tanpa adverse selection

menunjukkan bahwa p-value untuk semua karakteristik demografi responden

Page 79: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

64

mempunyai nilai yang berbeda-beda tingkat signifikansinya. Demografi umur

memiliki p-value yang signifikan sebesar 0,02.. Demografi jenis kelamin memiliki

p-value yang tidak signifikan pada 0.134. Sementara demografi IPK memiliki p-

value yang tidak signifikan sebesar 0,483. Dengan demikian dapat dibuktikan

bahwa keempat group perlakuan E,F,G dan H rata-rata karakteristik demografinya

adalah tidak identik. Hasil pengujian ANOVA selengkapnya mengenai Post Hoc

Test dan Homogeous Subset dapat dilihat pada lampiran C.

4.2.2 Uji kualitas data

Dalam mengukur kualitas data dapat digunakan dua konsep pengukuran,

yakni reliabilitas dan validitas. Suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan

yang bias jika datanya kurang reliable dan kurang valid. Sedangkan kualitas data

penelitian ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data (Sahmuddin, 2003).

4.2.3 Uji Reliabilitas

Ghozali (2006) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu

kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Penelitian ini menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α) yang menurut

Nunnaly dalam Ghozali (2006) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel

jika nilai Cronbach Alpha > 0,60. Hasil uji reliabilitas instrumen yang dipakai

dalam penelitian ini menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,672 seperti

Page 80: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

65

ditunjukkan pada tabel 4.9. Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen yang

dipakai dalam penelitian ini adalah reliabel.

Tabel 4.9 Uji Reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha

Reliability Statistics

Sumber : Data primer 2010, diolah

4.2.4 Uji Validitas

Suatu instrument pengukur dikatakan valid jika instrumen mengukur apa

yang seharusnya diukur. Dengan perkataan lain, instrumen tersebut dapat

mengukur konstruk sesuai dengan yang diharapkan.

Uji validitas instrument pengukur menggunakan analisis untuk masing-

masing variabel. Hasil analisis faktor menunjukkan nilai factor loading diatas

55% yaitu 80,9% hal ini berarti bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian

ini dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil pengujian validitas ini,

selengkapnya disajikan pada lampiran C.

Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items ,672 ,672 2

Page 81: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

66

4.2.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk memberikan jawaban atas masalah

penelitian yang telah disusun sebelumnya. Alat uji yang digunakan adalah two

ways ANOVA yang mengukur main effect dan interaction effect dari variabel

independen terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan untuk H1,H2,H3

dan H4.

Pengujian H1 dan H2 dilakukan untuk mengetahui apakah ketika

informasi disajikan dalam framing negatif, pengambil keputusan cenderung akan

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan dan apakah ketika

informasi disajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverse

selection, pengambil keputusan juga cenderung akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan. Hasil pengujian two ways ANOVA untuk menguji

H1 dan H2 ditunjukkan pada tabel 4.10 dan tabel 4.11.

Tabel 4.10 Uji Homogenitas Variance

Levene's Test of Equality of Error Variances

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

F df1 df2 Sig.

1,618 3 76 ,192

Sumber : Data primer 2010, diolah

Nilai F hitung sebesar 1,618 secara statistik pada levene’s test

menunjukkan variance yang sama (tidak signifikan sebesar 0,192). Hasil tersebut

Page 82: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

67

memenuhi asumsi untuk dapat menggunakan uji statistik ANOVA

(Ghozali,2006).

Tabel 4.11 Pengujian Interaksi Framing Negatif dengan Adverse Selection

Two Way Anova Dependent Variable: KEP.ESKALASI

Source

Type III Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Corrected Model 29,800(a) 3 9,933 3,370 ,023 Intercept 1584,200 1 1584,200 537,496 ,000 NGTFRAME 20,000 1 20,000 6,786 ,011 ADVERSE ,000 1 ,000 ,000 1,000 NGTFRAME * ADVERSE

9,800 1 9,800 3,325 ,072

Error 224,000 76 2,947 Total 1838,000 80 Corrected Total 253,800 79

a R Squared = ,117 (Adjusted R Squared = ,083)

Sumber : Data primer 2010, diolah

Hasil uji Anova yang ditunjukkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh langsung negative framing terhadap keputusan eskalasi. Hal ini terlihat

dari nilai F sebesar 6,786 dan signifikan sebesar 0,011 (p<0,05). Hasil pengujian

mendukung H1 bahwa ketika informasi disajikan dalam framing negatif,

pengambil keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan. Tabel 4.11 memperlihatkan nilai F hitung sebesar 3,325 ternyata tidak

signifikan pada 0,72 bagi pengaruh interaksi antara framing negatif dengan

kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi. Dengan demikian hasil

pengujian tidak mendukung H2 yang menyatakan bahwa ketika informasi

disajikan dalam framing negatif dan dihadapkan pada kondisi adverse selection,

Page 83: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

68

pengambil keputusan cenderung akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan. Hasil interaksi antara negative framing dengan adverse selection

terhadap keputusan eskalasi dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Interaksi Framing Negatif dengan Adverse Selection Terhadap Keputusan

Eskalasi

NGTFRAMETIDAK ADAADA

5.50

5.00

4.50

4.00

3.50

TIDAK ADAADA

ADVERSE

Estimated Marginal Means of KEP.ESKALASI

Page 84: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

69

Pengujian H3 dan H4 dilakukan untuk mengetahui apakah ketika terdapat

kebijakan job rotation, pengambil keputusan cenderung tidak akan melanjutkan

proyek yang mengindikasikan kegagalan dan apakah ketika terdapat kebijakan job

rotation, dan dihadapkan pada kondisi adverse selection, pengambil keputusan

juga cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

Hasil pengujian two ways Anova untuk menguji H3 dan H4 ditunjukkan pada

tabel 4.12 dan tabel 4.13.

Tabel 4.12 Uji Homogenitas Variance

Levene's Test of Equality of Error Variances Dependent Variable: KEP.ESKALASI

F df1 df2 Sig.

5,658 3 76 ,001

Sumber: Data primer 2010, diolah

Nilai F hitung pada Levene’s Test sebesar 5,658 secara statistic signifikan

pada 0,01 yang berarti terjadi penyimpangan terhadap asumsi Anova. Meskipun

demikian, Box dalam Ghozali (2006) menyatakan bahwa Anova masih tetap dapat

digunakan oleh karena Anova robust untuk penyimpangan yang kecil dan moderat

dari homogeneity of variance, sehingga analisis dapat dilanjutkan.

Page 85: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

70

Tabel 4.13 Pengujian Interaksi Job Rotation dengan Adverse Selection

Two Way Anova

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

Source

Type III Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Corrected Model 16,900(a) 3 5,633 2,137 ,102 Intercept 540,800 1 540,800 205,196 ,000 JOBROTATE 12,800 1 12,800 4,857 ,031 ADVERSE 4,050 1 4,050 1,537 ,219 JOBROTATE * ADVERSE

,050 1 ,050 ,019 ,891

Error 200,300 76 2,636 Total 758,000 80 Corrected Total 217,200 79

a R Squared = ,078 (Adjusted R Squared = ,041) Sumber : Data primer 2010, diolah

Hasil uji ANOVA yang ditunjukkan tabel 4.13 menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh langsung job rotation terhadap keputusan eskalasi. Hal ini

terlihat dari nilai F sebesar 4,857 dan signifikan sebesar 0,031 (p<0,05). Hasil

pengujian mendukung H3 bahwa ketika terdapat kebijakan job rotation,

pengambil keputusan cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan.

Tabel 4.13 memperlihatkan nilai F hitung sebesar 0,019 ternyata

tidak signifikan pada 0,891 bagi pengaruh interaksi antara job rotation dengan

kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi. Dengan demikian hasil

pengujian tidak mendukung H4 yang menyatakan bahwa ketika terdapat kebijakan

job rotation, dan dihadapkan pada kondisi adverse selection, pengambil

Page 86: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

71

keputusan juga cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan

kegagalan. Hasil interaksi antara job rotation dengan adverse selection terhadap

keputusan eskalasi dapat dilihat pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Interaksi Job Rotation dengan Adverse Selection Terhadap Keputusan

Eskalasi

JOBROTATETIDAK ADAADA

3.20

3.00

2.80

2.60

2.40

2.20

2.00

TIDAK ADAADA

ADVERSE

Estimated Marginal Means of KEP.ESKALASI

Page 87: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

72

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Framing Negatif

Hasil pengujian untuk mengukur apakah variabel independen framing

negatif berpengaruh terhadap variabel dependen keputusan manajer dalam

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan (keputusan eskalasi)

menunjukkan pengaruh yang signifikan sebesar 0,011 (p<0,05). Hasil tersebut

mampu membuktikan bahwa informasi yang disajikan dalam framing negatif

mampu mempengaruhi pengambil keputusan (manajer) untuk melakukan eskalasi

terhadap komitmennya yang dalam hal ini diukur dengan pertimbangan untuk

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Temuan penelitian ini

membantah hasil penelitian Dwita (2007) yang menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh signifikan antara framing negatif terhadap keputusan evaluasi proyek

oleh manajer.

Dengan demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan Bateman dan

Zeithaml dalam Koroy (2008) yang dalam penelitian mereka menemukan bahwa

dalam ketika informasi disajikan dalam bingkai keputusan negatif, pengambil

keputusan cenderung untuk mencari resiko dengan melanjutkan proyek. Penelitian

ini mendukung bahwa teori prospek yang dikembangkan oleh Kahneman dan

Tversky (1981) mampu menjelaskan bagaimana frame yang diadopsi seseorang

bisa mempengaruhi keputusannya. Dalam hal ini ketika seorang pengambil

keputusan diberikan alternatif keputusan yang dibingkai secara positif maka

keputusan yang diambil akan cenderung menghindari risiko atau risk averse.

Page 88: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

73

Sedangkan ketika informasi disajikan secara negatif maka keputusan yang diambil

cenderung mengambil risiko atau risk seeking (Yusnaini, 2005).

4.3.2 Framing negatif dan Adverse Selection

Pengujian untuk mengukur pengaruh interaksi antara framing negatif

dengan kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi komitmen oleh

manajer menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p-value sebesar 0,72.

Hasil tersebut membuktikan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara framing

negatif dengan kondisi adverse selection terhadap keputusan eskalasi komitmen

oleh manajer. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Dwita (2007) yang juga

gagal membuktikan pengaruh interaksi antara framing negatif dengan adverse

selection terhadap keputusan evaluasi proyek oleh manajer. Dengan demikian

penelitian ini sekaligus gagal menunjukan bahwa kepemilikan informasi privat

(adverse selection) oleh manajer ketika terjadi asimetri informasi dengan prinsipal

sebagaimana dijelaskan oleh teori agensi mempengaruhi manajer sehingga akan

cenderung bertindak sesuai kepentingan diri sendiri dan tidak memaksimalkan

keuntungan yang diharapkan perusahaan.

Hal tersebut mungkin saja terjadi ketika manajer memiliki pandangan

bahwa kesuksesan organisasi erat hubungannya dengan kepuasan prinsipal.

Manajer akan lebih kooperatif karena menganggap bahwa terdapat utilitas yang

lebih besar pada perilaku kooperatif terhadap kepentingan perusahaan. Dengan

demikian, meskipun memiliki kesempatan untuk melalaikan tugas maupun

memiliki informasi privat tentang prospek suatu proyek yang mengindikasikan

Page 89: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

74

kegagalan, manajer tetap mengutamakan kepentingan perusahaan dengan tidak

mengeskalasi komitmennya.

4.3.3 Job Rotation

Hasil pengujian untuk mengukur apakah ketika terdapat kebijakan job

rotation, pengambil keputusan cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan menunjukkan pengaruh yang signifikan sebesar 0,031

(p<0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan adanya kebijakan job

rotation, maka manajer akan memilih untuk tidak mengeskalasi

komitmennya.Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Chong dan Surwayati

(2007) yang menemukan bahwa manajer proyek yang menerima kebijakan job

rotation cenderung tidak melanjukkan proyek yang mengindikasikan kegagalan.

Kebijakan job rotation menuntut manajer proyek yang sedang berjalan

(ongoing project) untuk bekerjasama dalam beberapa bulan dengan manajer yang

akan menggantikannya. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya melancarkan proses

transisi dan menyediakan laporan perkembangan komprehensif yang berkenaan

dengan seluruh proyek investasi kepada manajer yang baru. Dengan demikian,

kebijakan job rotation dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk mengurangi

perilaku eskalasi komitmen yang merugikan perusahaan.

4.3.4 Job Rotation dan Adverse Selection

Pengujian untuk mengukur pengaruh interaksi antara job rotation dengan

kondisi adverse selection terhadap keputusan untuk tidak melakukan eskalasi

komitmen oleh manajer menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan p-value

Page 90: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

75

sebesar 0,891. Hasil tersebut gagal membuktikan pengaruh interaksi antara job

rotation dengan adverse selection terhadap keputusan untuk tidak melakukan

eskalasi komitmen. Temuan ini berlawanan dengan hasil yang diperoleh pada

penelitian Chong dan Surwayati (2007) yang mampu menunjukkan pengaruh

interaksi antara job rotation dengan adverse selection terhadap keputusan untuk

tidak melakukan eskalasi komitmen.

Hal tersebut dapat terjadi mengingat bahwa meskipun manajer memegang

kendali terhadap informasi (adverse selection) mengenai prospek proyeknya yang

mengindikasikan kegagalan, kebijakan job rotation membuat manajer yang sedang

berjalan (ongoing manajer) mau tidak mau bekerjasama dalam jangka waktu

beberapa bulan selama masa transisi dengan manajer yang akan

menggantikannya. Dengan demikian kesempatan manajer atas kondisi adverse

selection tidak dapat dioptimalkan dalam melakukan keputusan eskalasi proyek

yang dapat merugikan perusahaan.

Page 91: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

76

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh negative framing dan job

rotation terhadap keputusan eskalasi komitmen baik pada kondisi adverse

selection maupun tidak terdapat kondisi adverse selection. Untuk itu dilakukan

pengujian dengan menggunakan simple factorial ANOVA (two way anova) agar

dapat mengetahui pengaruh langsung dari masing-masing variabel yakni negative

framing dan job rotation terhadap eskalasi komitmen (main effect) serta pengaruh

interaksi antara variabel negative framing maupun job rotation dengan adverse

selection terhadap variabel eskalasi komitmen (join effect).

Dari pengujian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa :

1. Framing negatif berpengaruh signifikan terhadap keputusan eskalasi

komitmen oleh manajer. Hasil pengujian mendukung H1 bahwa ketika

informasi disajikan dalam framing negatif, pengambil keputusan cenderung

akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Temuan tersebut

tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya oleh Dwita (2007) yang

menemukan bahwa negative framing tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan evaluasi proyek oleh manajer.

2. Hasil interaksi antara framing negatif dengan adverse selection tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan manajer untuk

melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan. Dengan demikian H2

Page 92: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

77

yang menyatakan bahwa ketika informasi disajikan dalam framing negatif

dan dihadapkan pada kondisi adverse selection, maka pengambil keputusan

cenderung akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan,

ditolak. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya oleh

Dwita (2007) yang juga gagal membuktikan pengaruh interaksi antara kedua

variabel independen yakni framing negative dan adverse selection terhadap

variabel dependen keputusan evaluasi proyek oleh manajer.

3. Job Rotation berpengaruh signifikan terhadap keputusan manajer untuk tidak

melakukan eskalasi pada proyek yang mengindikasikan kegagalan. Hasil

pengujian mendukung H3 bahwa ketika terdapat kebijakan job rotation,

pengambil keputusan cenderung tidak akan melanjutkan proyek yang

mengindikasikan kegagalan. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian

sebelumnya oleh Chong dan Surwayati (2007) bahwa manajer proyek

cenderung tidak melakukan eskalasi pada proyek yang mengindikasikan

kegagalan ketika ada kebijakan job rotation.

4. Hasil interaksi antara job rotation dan adverse selection tidak menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan manajer untuk tidak melakukan

eskalasi pada proyek yang mengindikasikan kegagalan. Dengan demikian H4

yang menyatakan bahwa ketika terdapat kebijakan job rotation, dan

dihadapkan pada kondisi adverse selection, pengambil keputusan cenderung

tidak akan melanjutkan proyek yang mengindikasikan kegagalan, ditolak.

Temuan tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian oleh Chong dan

Surwayati (2007) bahwa ketika manajer memiliki informasi privat, kebijakan

Page 93: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

78

job rotation secara signifikan mengurangi dampak informasi privat pada

perilaku eskalasi.

5.2 Keterbatasan

Terdapat beberapa keterbatasan yang kemungkinan dapat berpengaruh

pada hasil penelitian. Keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Besarnya bias yang kemungkinan timbul akibat pemilihan sampel sebagai

responden yang mungkin tidak sesuai dengan proksi yang diinginkan dalam

penelitian. Penelitian ini hanya melibatkan mahasiswa sebagai proksi dari

pengambil keputusan (manajer).

2. Dalam menyampaikan treatment (perlakuan) kepada responden melalui

penggunaan kuesioner dapat menimbulkan perbedaan persepsi dan

pemahaman terhadap maksud treatment (perlakuan) yang diinginkan dalam

penelitian.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang ada, beberapa saran yang

dapat dikemukakan untuk perbaikan penelitian yang akan datang antara lain :

1. Penggunaan laboratorium eskperimen mungkin dapat lebih mengontrol

bahwa penyampaian treatment (perlakuan) telah sesuai dengan yang

diharapkan dalam penelitian dan tidak menimbulkan bias persepsi responden.

Page 94: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

79

2. Penelitian terhadap faktor-faktor lainnya yang mungkin juga berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan eskalasi seperti pengalaman dan juga

budaya perlu dilakukan.

3. Penelitian sebaiknya diperluas dalam hal pengambilan sampel baik dalam

segi kuantitas maupun kualitas, yakni dengan mengambil sampel yang sesuai

dengan proksi yang diinginkan dalam penelitian. Dalam hal ini perlu

dilakukan pengambilan sampel terhadap para pelaku pengambil keputusan

evaluasi proyek sebenarnya yang terlibat langsung di lapangan (manajer).

.

Page 95: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

80

DAFTAR PUSTAKA

Buhler, Patricia, 2001, “Decision-making : A Key to Successful Management Supervison”, Burlington, Vol.25.

Chong dan Surwayati, 2007, De-escalation strategis: The impact of job rotation and monitoring control on manager’s project evaluation decisions, http://www.papers.ssrn.com, Diakses tanggal 23 Juli 2010.

Dwita, Sany, 2007, Influence of Adverse Selection and Negative Framing on Escalation of Commitment In Project Evaluation Decisions, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Dopuch, N., King, R. R., & Schwartz, R. 2001, ‘An Experimental Investigation of Retention and Rotation Requirements’, Journal of Accounting Research, vol. 39, no. 1, p: 93-117.

Effriyanti, 2005, Pemanfaatan Informasi Akuntansi Untuk Menghindari Eskalasi Komitmen Pada Level Pengambilan Keputusan, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Eguchi, K, 2005, “ Job Transfer and Influence Activities”, Journal of Economic Behavior and Organization, Vol. 56, pp.187-197.

Grasiaswaty, Novika, 2009, Fenomena Framing di balik Diskon Besar-besaran, http://ruangpsikologi.com, Diakses tanggal 30 Agustus 2010.

Gudono dan Bambang Hartadi, 1998, Apakah Teori Prospek Tepat untuk Kasus Indonesia? : Sebuah Replikasi Penelitian Tversky dan Kahneman, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.1, No. 1, p: 29-42.

Harrison, Paul D. dan Adrian Harrell, 1993, Impact of “Adverse Selection” on Project Evaluation Decisions, Academy of Manajement Journal, Vol.36, No.3, p: 635-643.

Jensen, Michael C., dan William H. Meckling, 1976, “Theori of the Firm, Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3, p: 305-360.

Kadous, Kathryn 2002, The Role Mental Representation in Organizational Escalation of Commitment, http://www.emeraldinsight.com, Diakses tanggal 4 November 2009.

Kahneman, D, dan A. Tversky, 1979, Prospect Theory, http://www.prospect-theory.behaviouralfinance.net/, diakses pada tanggal 1 Februari 2010.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997, Amanah, Surabaya.

Page 96: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

81

Koroy, Tri Ramaraya, 2008, Pengujian Efek Pembingkaian Sebagai Determinan Eskalasi Komitmen Dalam Keputusan Investasi: Dampak Dari Pengalaman Kerja, SimposiumNasional Akuntansi XI, Pontianak.

Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2004, 3 ed, Oxford University Press.

Ruchala, Linda V, 1999, The Influence of Budget Goal Attainment on Risk Attitudes and Escalation, Behavioral Research in Accounting, Vol.11, p:161-191.

Rudledge, Robert W. dan Adrian M. Harrell, 1994, The Impact of Responsibility and Framing of Budgetary Information on Group-Shifs, Behavioral Research in Accounting, Vol.6, p: 92-100.

Rudledge, Robert.W. dan K. E. Karim, 1999, “The Influence of Self-Interest and Ethical Considerations on Manager’s Evaluation Judgements”, Accounting, Organisation and Society, Vol. 24, p: 173-184.

Sahmuddin, 2003, Framing, Tanggung Jawab dan Pengalaman dalam Pembuatan Keputusan Pemberian Kredit, Tesis Tidak Dipublikasikan, Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro.

Salter, Stephen B., Philip A. Lewis, dan Luis Felipe Jua’rez Valdes, 2004, “Aqui No Habla Agencia. An Examination of the Impact of Adverse Selection and Framing in Decision-Making: a US/Mexico Comparison”, Journal of International Financial Management and Accounting, 15 (2): 93-117.

Scott, William R, 2000, Financial Accounting Theory, Prentice-Hall Canada Inc: Scarborough, Ontario.

Sekaran, Umma, 2003, Research Methods fo Business: A Skill-Building Approach, 4 ed. Singapore, John Wiley & Sons, Inc.

Sharp, D. dan S. Salter, 1997, “Project Escalation and Sunk Cost : A Test of International Generalizability of Agency and Prospect Theories”, Journal of International Business Studies, 28 (1): 101-102.

Siegel, Gary dan H. R. Marconi, 1989, “Behavior Accounting”, Cibcinati Ohio, South Weatern, Co. Boston.

Soenhadji, Iman Murtono, 2010, “Teori Pengambilan Keputusan”, Power Point Presentation, Universitas Gunadarma.

Staw, B. 1997. The escalation of commitment: An update and appraisal. In Organizational Decision Making, ed. Z. Shapira, 191-215. Cambridge, UK: Cambridge UniversityPress.

Stoner, et al., 1995, Manajemen, 6 ed. Jakarta: Prenhallindo

Page 97: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

82

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Bisnis, Bandung:Alfabeta,CV.

Arnold, Vicky, 1997, Behavioral Accounting Research Foundations and Frontiers. American Accounting Association, p:58-59.

Yusnaini, 2005, Analisis Framing dan Causal Cognitive Mapping Dalam Pengambilan Keputusan Strategik : Suatu Studi Eksperimental, Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Page 98: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

83

LAMPIRAN

Page 99: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

84

LAMPIRAN I

Page 100: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

85

TERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIHTERIMA KASIH

Atas Partisipasi Anda Dalam Penelitian Ini

Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami secara lebih mendalam

beberapa aspek pembuatan keputusan seperti faktor-faktor yang

mempengaruhi. Mengingat pembuatan keputusan merupakan aktivitas yang

sangat vital diberbagai bidang, keikutsertaan Anda sebagai partisipan pada

penelitian ini sangat berharga sekali. Bila Anda memiliki pertanyaan dan/atau

masukan perihal penelitian ini, peneliti akan dengan senang hati menjawab

pertanyaan dan menerima masukan Anda, setelah penelitian ini selesai

dilaksanakan.

Apa yang perlu Anda tahu dan lakukan selama eksperimen :

Pertama Jawablah pertanyaan demografis di bawah ini. Semua

informasi akan dirahasiakan. Berilah tanda X dalam kotak

jawaban yang Anda pilih.

Kedua � Bacalah dengan cermat ilustrasi kasus di halaman

berikutnya. Mohon Anda mempersepsikan diri

sebagaimana yang tertera dalam ilustrasi kasus dan

buatlah keputusan sesuai dengan keinginan Anda.

� Lakukan sebagaimana permintaan dalam kuesioner/kasus,

tidak ada jawaban salah dalam kuesioner ini dan Anda

tidak perlu menghitung.

Pertanyaan Demografis

1. Berapa umur Anda? … tahun

2. Jenis Kelamin : � LAKI-LAKI � PEREMPUAN

3. IPK Anda : …

Page 101: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

86

PERLAKUAN A

FRAMING NEGATIF PADA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih unggul.

Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar

Jika seandainya Anda memilih untuk melanjutkan proyek, informasi tentang

kegagalan maupun keberhasilan proyek ini tidak akan diketahui orang lain

dalam perusahaan anda sampai dengan proyek tesebut selesai dikerjakan (3

tahun mendatang). Reputasi Anda sebagai manajer senior berbakat akan tetap

terjaga.

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek,

Jika Anda menghentikan proyek, maka akan terjadi kerugian sebesar 4 milyar

B. Melanjutkan proyek,

Jika Anda melanjutkan proyek maka: ada kemungkinan sebesar 33% kerugian

akan nol, dan ada kemungkinan sebesar 67% kerugian proyek akan sebesar 6

milyar

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 102: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

87

PERLAKUAN B

TANPA FRAMING NEGATIF PADA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih unggul.

Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar

Jika seandainya Anda memilih untuk melanjutkan proyek, informasi tentang

kegagalan maupun keberhasilan proyek ini tidak akan diketahui orang lain

dalam perusahaan anda sampai dengan proyek tesebut selesai dikerjakan (3

tahun mendatang). Reputasi Anda sebagai manajer senior berbakat akan tetap

terjaga.

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

Jika anda menghentikan proyek, Anda akan menghemat 2 milyar

B. Melanjutkan proyek

Jika anda melanjutkan proyek, ada kemungkinan sebesar 33 % untuk

memulihkan investasi sebesar 6 milyar dan ada kemungkinan 67 % bahwa

tidak sepeser pun yang dapat dipulihkan

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 103: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

88

PERLAKUAN C

JOB ROTATION PADA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Sayangnya belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih

unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Meskipun begitu masih ada peluang untuk menyelamatkan proyek yakni dengan

menambah anggaran 2 milyar

Informasi mengenai performa proyek hanya diketahui oleh Anda selaku

manajer dari proyek tersebut

Sebagai tambahan informasi, perusahaan “the AFROZ SHOP” tempat Anda

bekerja memiliki kebijakan job rotation, yakni setiap 4 tahun sekali akan ada

transfer pegawai. Posisi Anda akan digantikan oleh manajer baru dari divisi lain

dalam perusahaan awal tahun depan. Hal ini membuat Anda harus dekat dengan

manajer pengganti Anda selama masa transisi. Anda harus menyediakan Laporan

kemajuan yang komprehensif berkaitan dengan proyek yang anda tangani.

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

B. Melanjutkan proyek

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 104: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

89

PERLAKUAN D

TANPA JOB ROTATION PADA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Sayangnya belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih

unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Meskipun begitu masih ada peluang untuk menyelamatkan proyek yakni dengan

menambah anggaran 2 milyar

Informasi mengenai performa proyek hanya diketahui oleh Anda selaku

manajer dari proyek tersebut sampai dengan proyek tersebut terselesaikan (3

tahun mendatang).

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

B. Melanjutkan proyek

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 105: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

90

PERLAKUAN E

FRAMING NEGATIF PADA KONDISI TANPA ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih unggul.

Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek,

Jika Anda menghentikan proyek, maka akan terjadi kerugian sebesar 4 milyar

B. Melanjutkan proyek,

Jika Anda melanjutkan proyek maka: ada kemungkinan sebesar 33% kerugian

akan nol, dan ada kemungkinan sebesar 67% kerugian proyek akan sebesar 6

milyar

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 106: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

91

PERLAKUAN F

TANPA FRAMING NEGATIF DAN TANPA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih unggul.

Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

Jika anda menghentikan proyek, Anda akan menghemat 2 milyar

B. Melanjutkan proyek

Jika anda melanjutkan proyek, ada kemungkinan sebesar 33 % untuk

memulihkan investasi sebesar 6 milyar dan ada kemungkinan 67 % bahwa

tidak sepeser pun yang dapat dipulihkan

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 107: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

92

PERLAKUAN G

JOB ROTATION PADA KONDISI TANPA ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Sayangnya belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih

unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Meskipun begitu masih ada peluang untuk menyelamatkan proyek yakni dengan

menambah anggaran 2 milyar

Informasi mengenai performa proyek diberitakan luas oleh perusahaan

sehingga semua orang dalam perusahaan tahu penurunan performa proyek.

Sebagai tambahan informasi, perusahaan “the AFROZ SHOP” tempat Anda

bekerja memiliki kebijakan job rotation, yakni setiap 4 tahun sekali akan ada

transfer pegawai. Posisi Anda akan digantikan oleh manajer baru dari divisi lain

dalam perusahaan awal tahun depan. Hal ini membuat Anda harus dekat dengan

manajer pengganti Anda selama masa transisi. Anda harus menyediakan Laporan

kemajuan yang komprehensif berkaitan dengan proyek yang anda tangani.

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

B. Melanjutkan proyek

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 108: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

93

PERLAKUAN H

TANPA JOB ROTATION DAN TANPA KONDISI ADVERSE SELECTION

Anda manajer senior sebuah perusahaan kosmetik “the AFROZ SHOP” sedang

menangani proyek baru berusia 5 tahun.

Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana 4 milyar (1/4 anggaran

RnD yang disediakan perusahaan)

Sayangnya belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih

unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek Anda mulai menunjukkan kegagalan.

Meskipun begitu masih ada peluang untuk menyelamatkan proyek yakni dengan

menambah anggaran 2 milyar

Informasi mengenai performa proyek diberitakan luas oleh perusahaan

sehingga semua orang dalam perusahaan tahu penurunan performa proyek

Anda

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek

B. Melanjutkan proyek.

KEPUTUSAN :

Buatlah tanda “X” pada tempat yang paling sesuai pada kolom di bawah ini untuk

menunjukkan preferensi Anda untuk pilihan A atau pilihan B!

1 2 3 4 5 6

Pasti A Pasti B

Page 109: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

94

LAMPIRAN II

Page 110: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

95

ADVERSE SELECTION

NO. UMUR GENDER IPK KEPUTUSAN PERLAKUAN

1 20 L 3,10 6 A

2 21 L 3,21 4 A

3 22 P 2,98 6 A

4 23 P 2,98 5 A

5 21 P 3,30 6 A

6 21 P 3,28 6 A

7 21 P 3,17 5 A

8 21 P 3,56 6 A

9 21 P 3,33 6 A

10 21 P 3,34 6 A

11 21 L 3,43 6 A

12 21 L 3,17 6 A

13 21 L 2,80 1 A

14 21 L 3,51 3 A

15 20 L 3,48 1 A

16 20 P 3,61 6 A

17 20 P 3,25 1 A

18 20 P 3,23 3 A

19 20 P 2,75 4 A

20 20 P 3,32 5 A

21 20 P 3,15 6 B

22 20 P 3,00 5 B

23 20 L 3,00 4 B

24 20 L 3,01 2 B

25 20 P 3,00 5 B

26 20 P 3,58 6 B

27 21 P 3,61 6 B

28 21 L 3,03 3 B

29 21 L 3,41 5 B

30 21 L 3,29 5 B

Page 111: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

96

31 22 L 3,28 5 B

32 22 P 3,30 4 B

33 22 P 3,24 5 B

34 22 P 3,17 5 B

35 22 P 3,33 5 B

36 22 P 3,10 6 B

37 22 P 3,29 2 B

38 22 P 3,10 1 B

39 22 P 3,03 1 B

40 22 P 3,10 5 B

41 22 P 3,00 1 C

42 22 P 3,17 2 C

43 22 P 3,00 1 C

44 22 P 3,33 2 C

45 22 P 3,29 1 C

46 22 P 3,00 2 C

47 22 P 3,29 4 C

48 22 P 3,17 3 C

49 22 L 3,00 1 C

50 22 L 2,80 1 C

51 22 L 3,33 5 C

52 21 L 3,00 2 C

53 21 L 3,03 3 C

54 21 L 3,10 4 C

55 21 P 3,33 4 C

56 21 P 3,00 4 C

57 21 P 3,03 1 C

58 21 L 3,03 2 C

59 21 P 3,00 5 C

60 21 L 2,80 5 C

61 21 P 3,00 4 D

62 21 P 3,29 4 D

63 21 P 3,03 6 D

Page 112: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

97

64 21 P 3,33 4 D

65 21 P 3,00 6 D

66 21 P 3,03 6 D

67 21 P 3,00 4 D

68 22 P 3,33 5 D

69 22 P 3,00 4 D

70 20 P 3,03 5 D

71 21 P 3,41 3 D

72 22 P 3,29 1 D

73 21 P 3,41 3 D

74 21 L 3,03 1 D

75 21 L 2,80 1 D

76 21 L 3,30 1 D

77 21 L 3,00 1 D

78 21 L 3,33 2 D

79 20 P 3,03 1 D

80 20 P 3,29 2 D

Page 113: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

98

TANPA ADVERSE SELECTION

NO. UMUR GENDER IPK KEPUTUSAN PERLAKUAN 1 22 P 3,33 6 E 2 22 P 2,80 6 E 3 22 P 3,10 6 E 4 22 P 3,43 6 E 5 22 P 3,48 6 E 6 22 P 3,58 6 E 7 22 P 3,61 5 E 8 22 P 3,23 3 E 9 22 P 3,25 6 E 10 22 P 3,28 6 E 11 22 P 3,34 6 E 12 21 P 3,40 6 E 13 21 P 3,00 6 E 14 21 P 3,00 3 E 15 21 P 3,00 1 E 16 20 P 3,00 6 E 17 20 L 2,80 6 E 18 20 L 3,00 6 E 19 20 P 3,03 4 E 20 20 P 3,28 6 E 21 20 P 3,17 1 F 22 20 L 3,33 1 F 23 21 P 3,41 4 F 24 21 P 3,24 1 F 25 21 P 3,15 3 F 26 21 P 3,56 3 F 27 22 P 2,75 5 F 28 22 P 3,17 3 F 29 23 P 3,03 3 F 30 22 P 2,80 6 F 31 20 P 3,28 3 F 32 20 P 3,21 5 F 33 23 P 3,30 6 F 34 20 P 3,24 6 F 35 20 P 3,17 5 F 36 20 P 3,03 6 F

Page 114: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

99

37 20 L 3,41 3 F 38 20 L 3,33 1 F 39 20 L 3,28 1 F 40 20 P 3,30 6 F 41 20 P 3,03 1 G 42 20 P 3,17 1 G 43 20 P 3,30 1 G 44 20 P 3,21 6 G 45 20 P 3,03 4 G 46 20 P 3,30 3 G 47 20 L 2,75 5 G 48 21 P 3,30 4 G 49 21 L 2,80 5 G 50 21 P 3,29 4 G 51 21 L 3,30 4 G 52 21 P 3,29 5 G 53 21 P 3,41 6 G 54 21 P 3,30 6 G 55 20 P 2,80 3 G 56 20 P 2,98 3 G 57 20 P 3,03 3 G 58 20 L 3,33 6 G 59 20 L 3,41 1 G 60 20 L 3,29 1 G 61 20 L 2,80 6 H 62 21 L 3,29 4 H 63 20 L 2,80 6 H 64 21 P 3,41 5 H 65 22 P 3,30 6 H 66 22 P 3,29 5 H 67 22 P 3,10 4 H 68 22 L 3,10 6 H 69 22 L 3,10 6 H 70 22 L 3,03 5 H 71 22 L 3,41 4 H 72 21 L 3,00 1 H 73 21 P 3,33 2 H 74 21 P 3,29 1 H 75 21 P 3,03 1 H

Page 115: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

100

76 21 L 3,41 1 H 77 21 L 3,00 1 H 78 20 L 3,10 3 H 79 20 P 3,56 2 H 80 20 L 3,00 1 H

Page 116: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

101

PILOT TEST-ADVERSE SELECTION

No. UMUR GENDER IPK KEPUTUSAN PERLAKUAN

1 22 P 3,67 6 A

2 22 L 3,46 4 A

3 22 P 3,36 6 A

4 22 P 3,34 5 A

5 22 P 3,28 6 A

6 21 P 3,17 3 A

7 21 P 3,18 5 B

8 20 P 3,31 1 B

9 22 P 3,61 3 B

10 22 P 3,12 1 B

11 22 L 3,61 6 B

12 22 L 3,23 1 B

13 22 L 3,25 3 C

14 22 L 3,28 4 C

15 22 L 3,34 5 C

16 20 P 2,80 6 C

17 21 P 3,31 5 C

18 21 P 3,19 1 C

19 21 L 3,24 2 D

20 22 L 3,16 5 D

21 22 P 3,29 5 D

22 22 P 3,12 4 D

23 22 P 3,27 1 D

24 22 P 3,43 1 D

Page 117: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

102

PILOT TEST-TANPA ADVERSE SELECTION

No. UMUR GENDER IPK KEPUTUSAN PERLAKUAN 1 21 P 3,46 6 E 2 21 P 3,31 5 E 3 22 P 3,61 6 E 4 22 P 3,12 3 E 5 21 P 3,18 2 E 6 21 P 3,31 1 E 7 21 L 3,36 6 F 8 20 L 3,34 1 F 9 22 P 3,28 1 F 10 22 P 2,75 1 F 11 22 P 3.13 6 F 12 22 L 3,39 4 F 13 22 L 3,29 3 G 14 22 P 3,17 5 G 15 21 P 3,09 4 G 16 20 P 3,25 5 G 17 21 P 2,79 4 G 18 21 P 3,32 4 G 19 21 L 3,25 3 H 20 22 L 3,16 2 H 21 21 P 3,28 2 H 22 21 P 3,17 1 H 23 22 L 3,31 1 H 24 21 L 3,61 3 H

Page 118: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

103

LAMPIRAN III

Page 119: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

104

RELIABILITY – PILOT TEST

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,673 ,673 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ADVERS.PILOT 3,7083 1,92194 24

TNPADVER.PILOT 3,2917 1,82921 24

RELIABILITY

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,672 ,672 2

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

ADVERSE 3,6875 1,85959 80

TANPA.ADVERSE 4,0000 1,94871 80

Page 120: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

105

NORMALITAS DATA – ADVERSE SELECTION

Statistics

KEP.ESKALASI

N Valid 80

Missing 0

Std. Error of Mean ,20791

Std. Deviation 1,85959

Variance 3,458

Skewness -,255

Std. Error of Skewness ,269

Kurtosis -1,406

Std. Error of Kurtosis ,532

Range 5,00

Minimum 1,00

Maximum 6,00

KEP.ESKALASI6.004.002.000.00

Freq

uenc

y

20

15

10

5

0

Histogram

Mean =3.69�Std. Dev. =1.86�

N =80

Page 121: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

106

NORMALITAS DATA – TANPA ADVERSE SELECTION

Statistics

KEP.ESKALASI

N Valid 80

Missing 0

Std. Error of Mean ,21787

Std. Deviation 1,94871

Variance 3,797

Skewness -,432

Std. Error of Skewness ,269

Kurtosis -1,322

Std. Error of Kurtosis ,532

Range 5,00

Minimum 1,00

Maximum 6,00

KEP.ESKALASI6.004.002.000.00

Freq

uenc

y

30

20

10

0

Histogram

Mean =4.00�Std. Dev. =1.949�

N =80

Page 122: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

107

ONE WAY (ADVERSE SELECTION)

N Mean

Std.

Devia

tion

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Upper

Bound Bound

Minim

um Maximum

UMUR

A 20 20,80 ,767 ,17168 20,4407 21,1593 20,00 23,00

B 20 21,20 ,894 ,20000 20,7814 21,6186 20,00 22,00

C 20 21,55 ,510 ,11413 21,3111 21,7889 21,00 22,00

D 20 21,00 ,562 ,12566 20,7370 21,2630 20,00 22,00

GENDER

A 20 ,65 ,489 ,109 ,42 ,88 0 1

B 20 ,70 ,470 ,105 ,48 ,92 0 1

C 20 ,60 ,503 ,112 ,36 ,84 0 1

D 20 ,75 ,444 ,099 ,54 ,96 0 1

IPK

A 20 3,240 ,233 ,052 3,1308 3,3492 2,75 3,61

B 20 3,201 ,186 ,042 3,1141 3,2879 3,00 3,61

C 20 3,085 ,162 ,036 3,0090 3,1610 2,80 3,33

D

20 3,147 ,181 ,040 3,0619 3,2311 2,80 3,41

Page 123: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

108

ONE WAY (TANPA ADVERSE SELECTION)

N Mean

Std.

Devia

tion

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Lower Upper

Bound Bound

Minim

um Maximum

UMUR

E 20 21,30 ,865 ,19331 20,8954 21,7046 20,00 22,00

F 20 20,80 1,056 ,23620 20,3056 21,2944 20,00 23,00

G 20 20,35 ,489 ,10942 20,1210 20,5790 20,00 21,00

H 20 21,10 ,788 ,17622 20,7312 21,4688 20,00 22,00

GENDER

E 20 ,90 ,308 ,069 ,76 1,04 0 1

F 20 ,80 ,410 ,092 ,61 ,99 0 1

G 20 ,70 ,470 ,105 ,48 ,92 0 1

H 20 ,40 ,503 ,112 ,16 ,64 0 1

IPK

E 20 3,197 ,240 ,054 3,0846 3,3094 2,80 3,61

F 20 3,208 ,193 ,043 3,1174 3,2986 2,80 3,30

G 20 3,166 ,207 ,046 3,0691 3,2629 2,75 3,41

H

20 3,197 ,240 ,054 3,0846 3,3094 2,80 3,61

Page 124: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

109

UNIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE – NEGATIVE FRAMING

Between-Subjects Factors

Value Label N

NGTFRAME 1,00 ADA 40

2,00 TIDAK ADA 40

ADVERSE 1,00 ADA 40

2,00 TIDAK ADA 40

Descriptive Statistics

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

NGTFRAME ADVERSE Mean Std. Deviation N

ADA ADA 4,6000 1,84676 20

TIDAK ADA 5,3000 1,41793 20

Total 4,9500 1,66333 40

TIDAK ADA ADA 4,3000 1,62546 20

TIDAK ADA 3,6000 1,93037 20

Total 3,9500 1,79672 40

Total ADA 4,4500 1,72389 40

TIDAK ADA 4,4500 1,88040 40

Total 4,4500 1,79239 80

Levene's Test of Equality of Error Variances(a)

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

F df1 df2 Sig.

1,618 3 76 ,192

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal

across groups.

a Design: Intercept+NGTFRAME+ADVERSE+NGTFRAME * ADVERSE

Page 125: pengaruh negative framing dan job rotation pada kondisi adverse

110

UNIVARIATE ANALYSIS OF VARIANCE – JOB ROTATION

Between-Subjects Factors

Value Label N

JOBROTATE 1,00 ADA 40

2,00 TIDAK ADA 40

ADVERSE 1,00 ADA 40

2,00 TIDAK ADA 40

Descriptive Statistics

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

JOBROTATE ADVERSE Mean Std. Deviation N

ADA ADA 2,0000 1,12390 20

TIDAK ADA 2,4000 1,53554 20

Total 2,2000 1,34355 40

TIDAK ADA ADA 2,7500 1,77334 20

TIDAK ADA 3,2500 1,94327 20

Total 3,0000 1,85362 40

Total ADA 2,3750 1,51383 40

TIDAK ADA 2,8250 1,78149 40

Total 2,6000 1,65812 80

Levene's Test of Equality of Error Variances(a)

Dependent Variable: KEP.ESKALASI

F df1 df2 Sig.

5,658 3 76 ,001

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal

across groups.

a Design: Intercept+JOBROTATE+ADVERSE+JOBROTATE * ADVERSE