pengaruh ovaprim dengan dodis yang berbeda …
TRANSCRIPT
204
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
PENGARUH OVAPRIM DENGAN DODIS YANG BERBEDA
TERHADAP PEMIJAHAN BUATAN PADA IKAN MAS
(CYPRINU SCARPIO)
Andi Idrus
Dosen Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma Palopo
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect ovaprim injection of different
doses of the hatching and the survival of larvae carp (cyprinuscarpio). This study took
place in May-June 2015 located at a place of execution (BBI) Salupao Village Maroangin
Telluwanua District of Palopo.
In this study, the results of the P3 highest hatchability of 93.3%, followed by 80.13%
P2 and P1 amounted to 71.12%, .So also obtained the highest graduation rate of life
followed P2 P3 88.51 90.49% P1% and 78.94%, while the fastest time latency is P1 650
minutes, followed by P2 and P3 669 minutes 693 minutes. This study uses a completely
randomized design (CRD) with three treatments and three replications.
Keywords: Use of different doses ovaprim
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat akan
protein hewani semakin meningkat, hal
ini sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Ikan merupakan salah satu
sumber protein hewani yang dapat
dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan protein masyarakat.Karena
ikan sangat mudah dibudidayakan dan
dapat hidup dan berkembang pada
perairan umum yang banyak terdapat
disebagian besar wilayah Indonesia.
Semakin berkembangnya usaha
budidaya, kebutuhan benih dirasa masih
kurang akibatnya, produksi benih tidak
mencukupi. Ketersediaan benih
merupakan suatu hal yang sangat penting
bagi kegiatan akuakultur. Namun yang
menjadi kendala adalah benih ikan itu
sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan
atau dengan kata lain tidak tersedia
sepanjangtahun.
Peningkatan produksi hasil
pembenihan ikan mas (cyprinuscarpio),
dalam memenuhi ketersedian benih yang
dibutuhkan dari waktu kewaktu adalah
dengan jalan pemijahan buatan, sehinga
dapat menghasilkan telur yang terbuahi
dan jumlah bibit yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan pemijahan secara
alami pada ikan mas dan waktu yang
digunakan lebih efisien sehingga nantinya
dapat memenuhi persediaan benih yang
205
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
dibutuhkan dalam kegiatan usaha
pembenihannya.
Kematangan gonad pada ikan jantan
dan betina sering kali tidak terjadi secara
bersamaan waktunya dan sering kali
didapatkan jumlah sperma sedikit
sehingga tidak cukup untuk pembuahan,
(Anonim, 2014), keakuratan atau
ketepatan dalam peruses pemijahan,
sehingga penelitian dapat dilakukan
dengan penggunaan ovaprim dengan dosis
yang berbeda terhadap pemijahan secara
buatan pada ikan mas (cyprinus carpio).
Rumusan Masalah
1. Bagaimana dampak penyuntikan
ovaprim dengan dosis yang berbeda
pada ikan mas (cyprinuscarpio),
terhadap daya tetas dan telur ikan mas
(cyprinus carpio)
2. Berapa banyak jumlah kelulusan hidup
larva / survival rate (SR) yang
dihasilkan dengan menggunakan
ovaprim dengan dosis yang berbeda
Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penyuntikan ovaprim dengan
dosis yang berbeda terhadap fertilitas,
daya tetas dan kelulusan hidup larva ikan
mas (cyprinus carpio). Kegunaan
penelitaan ini adalah
memberikan informasi tentang
penyuntikan ovaprim dengan dosis yang
berbeda untuk menghasilkan nilai
fertilitas, daya tetas dan kelulusan hidup
larva ikan mas (cyprinus carpio) dalam
usaha pembenihan.
B. METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari
Bulan Mei sampai dengan Juni 2015, di
(BBI) Salupao Kelurahan Maroangin
Kecamatan Telluwanua Kota Palopo.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan selama penelitian ini dapat
dilihat pada penjelas Tabel dibawah ini.
206
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
Prosedur Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di kolam
pemijahan dengan ukuran hapa 2 m x2 m
dan aquarium dengan ukuran lebar 70 cm
x panjang 1 m melalui beberapa tahapan
pengamatan yaitu penggunaan ovaprim
dengan dosis yang berbeda pada
pemijahan secara buatan ikan mas
(cyprinus carpio)
1. Persiapan Ikan Uji, Ikan Mas
(Cyprinus Carpio)
Menurut (Khairuman dan Amri
2014), sebelum dilakukan penyuntikan
terlebih dahulu dilakukan pengambilan
sampel telur untuk mengetahui diameter
dan kematangan gonad. Ikan uji yang
digunakan adalah ikan matang kelamin
yang siap untuk dipijahkan. Dalam
pemilihan induk jantan dan betina yang
unggul dan sudah matang, gonad
sebaiknya memperhatikan beberapa hal
yaitu;
Tabel 1. Peralatan Yang Digunakan
No Alat Kegunaan
1 Aquarium Tempat Proses Penetasan Telur dan Kelulusan Hidup
Larva
2 Hapa Tempat Sebelum dan Sesudah Ikan Uji Disuntik
3 Jarum Suntik Penyuntikan Ikan Uji (Ikan Mas)
4 Kamera Digital Dokumentasi
5 Keranjang Mengambil Induk Ikan Dikolam Pemeliharaan Induk
6 Mangkuk Telur Sampel Ikan Mas Dari Hasil Pemejitan
7 pH Meter Pengukur pH Air
8 Thermometer Pengukur Suhu Air
9 Timbangan Menimbang Induk Ikan Uji (Ikan Mas)
10 Saringan Penyaring Air
11 Bulu Ayam Pengaduk Telur Hasil Striping Ikan Uji
12 Baskom Tempat Proses Pemijahan
13 Aerator Penyuplai Oksigen Diwadah Uji
14 DO Meter Mengukur Kadar Oksigen
15 Mistar Mengukur Kecerahan
Tabel 2. Bahan Yang Digunakan
No Bahan Kegunaan
1 Induk Betina dan Jantan Hewan Uji (Ikan Mas)
2 Ovaprim Obat Perangsang Matang Gonad
3 NaCL Pencampuran Sperma dan Telur
207
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
a. Induk jantan berumur 8 bulan dan berat
> 0,5 kg/ekor sedangkan induk betina
berumur 1,5-2 tahun dengan berat 1,5-
2 kg/ekor.
b. Secara fisik ikan tidak cacat
c. Sisik tersusun rapi,cerah dan tidak
kusam
d. Pangkal ekor kuat dan normal dengan
panjang pangkal ekor harus lebih
panjang dibandingkan dengan
lebar/tebal ekor.
2. Penyuntikan dan Pengurutan
Sebelum dilakukan
penyuntikan ikan dipuasakan terlebih
dahulu. Hal ini bertujuan agar
hormon yang akan disuntikan
memberi efek yang lebih baik dan untuk
mengosongkan perut sehingga sedikit
membentuk fase yang mungkin
menggagu pada saat pengeluaran telur
(Khairuman ,Susenda, Gunadi, 2007).
Penyuntikan dilakukan dua kali
secar intra-muskuler, yaitu jarum suntik
ditusukkan kedalam otot
punggung sedalam ± 2 diatas gurat sisi
dengan kemiringan 45º dan
dibawah sirip punggung bagian
depan dengan selang waktu suntikan
pertama dengan selang waktu suntikan
kedua adalah 8 - 11 jam (Khairuman dan
Amri 2014). Hormon ovaprin
disuntikan pertama, pada
penyuntikan kedua tetap diberikan
hormon yang sama dengan penyuntikan
pertama. Hal ini diperkuat oleh perlakuan
masing-masing dosis
yang telah ditentukan sedangkan
pengamatan
terhadap peubah yang diukur
dilakukan 8 - 11 jam setelah
penyuntikan kedua. Secara umum,
urutan striping, sebagai berikut :
a. Siapakan mangkokyang bersih untuk
telur sampel
b. Induk betina yang akan di striping
c. Perut induk betina diurut berlahanlahan
d. Telur yang keluar ditampung didalam
baskom
e. Perut induk jantan juga diurut secara
perlahan-lahan dari bagian depan
f. Telur dan seperma selanjutnya diaduk
sampai rata menggunakan bulu ayam
g. Setelah itu, air dibuang dan diganti
dengan air yang baru sebagi
pembilasan.
h. Pembilasan ini dilakukan 2-3 kali
hingga sisa sperma dan sebagian
gelembung minyak pada telur
berkurang
i. Induk dikembalikan di kolam
pemeliharaan induk.
3. Pengamatan
Pengamatan pemijahan dengan
mengindentifikasi ikan mas (cyprinus
carpio) pada saat setelah proses pemijahan
di lakukan. pengamatan ini dilakunan
setiap hari pada pukul 07.00 – 09.00 dan
pada pukul 16.00 – 17.00, untuk
mengetahui tingkat daya tetas larva, laju
pertumbuhan larva sampai menjadi benih
208
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
dan tingkat kelulusan hidup larva sampai
studi akhir selama penelitian. 4.
Pengamatan kualitas air
Pengukuran dan pengamatan
kulitas air dilaksanakan pada pukul 07.00
dan 17.00
a. Oksigen terlarut
b. Suhu
c. pH air
d. Kecerahan
A. Analisis Data
Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 3
ulangan. Untuk
Persentase masing-masing dosis
ditentukan berdasarkan pemakaian
ovaprim, menurut (Susanto, 2014)
menggunakan dosis 0,3 ml, penggunaan
dosis ovaprim 0,5 ml (Khairuman dan
Amri, 2014) dan (Suseno, D. 1994) dosis
1,0 ml dengan dosis yang berbeda
terhadap ikan mas satuan percobaan yang
digunakan adalah induk ikan mas
sebanyak tiga (3) yang masing-masing
beratnya kisaran satu kg dan tiga ekor
jantan dengan kisaran berat masingmasing
30 gram untuk induk betina dimasukkan
kedalam kolam yang telah ditentukan
yang didalamnya terdapat hapa yang
berukuran 2 m x 2 m dan kedalaman air
kisaran 50 cm, penempatan percobaan
dilkukan secara acak dengan cara di lot.
Letak masing-masing
perlakuan RAL dalam penelitian ini
setelah di lot adalah sebagai berikut :
P1.3
P1.1
P1.2
mengetahui pengarauh perlakuan (cyprinus carpio), maka dilakukan terhadap
penyuntikan ovaprim dengan analisis ragam terhadap data yang dosis yang berbeda pada
ikan mas diperoleh.
Tabel 3. Perlakuan Yang Diberikan
Perlakuan
No Wadah Dosis
Ovaprim
1 P1 100% 0,3 ml Ovaprim
2 P2 100% 0,5 ml Ovaprim
3 P3 100% 1,0 ml Ovaprim
209
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
P3.1
P2.1
P2.3
P3.3
P2.2
P3.2
Gambar 1. Layout Wadah
1. Peubah Yang Diukur a. Daya tetas
Peubah yang diukur dalam Daya tetas ditentukan dengan penelitian ini adalah
fertilitas, daya tetas menggunakan rumus yang dikemukakan dan kelulusan hidup larva
ikan uji (%) oleh Yusrisal, M, (2000) rumus dari peubah trsebut adalah:
Daya Tetas (%) = Jumlah Telur Sampel Yang Menetasx 100
Jumlah Telur Sampel yang di Buahi
b. Persentase angka kelulusan
kehidupan Larva / survival Rate
(SR)
Kelulusan kehidupan larva ikan
mas menurut Murtidjo (2001) dapat
dihitung menggunakan rumus yaitu :
SR (%) = NT x 100
NO
Dimana :
SR = tingkat kelulusan hidup (%)
NO = jumlah larva pada awal penelitian
(ekor)
NT = Jumlah larva pada akhir penelitian
(ekor)
2. Asumsi
Asumsi yang diajukan
pada penelitian ini adalah:
a. Kondisi induk setiap ikan uji dianggap
sama
b. Tingkat kematangan gonad ikan uji
dianggap sama
c. Tingkat ketelitian pada masing –
masing dosis perlakuan dianggap sama
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
H a s i l
1. Jumlah Daya Tetas dan Kelulusan
Hidup Larva
Data tingkat daya tetas dan
kelulusan hidup larva ikan mas (cyprinus
Tabel 4. Nilai Daya Tetas dan Kelulusan Hidup Larva Ikan Mas
No Perlakuan Daya Tetas (%) Kelulusan Hidup (%)
1 P1 71,12 78,94
2 P2 80,13 88,51
3 P3 93,9 90,49
210
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
carpio), selama penelitian dari
masingmasing perlakuan disajikan pada
Table 4.
a. P1: perlakuan 0,3 ovaprim
b. P2: perlakuan 0,5 ovaprim
c. P3 : perlakuan 1,0 ovaprim
Dari Tabel 4 menujukan bahwa
perbedaan penggunaan penyuntikan dosis
ovaprim yang berbeda yang digunakan
selama penelitian memberi perbedaan
terhadap daya tetas. tingkat kelulusan
hidup tingakat daya tetas yang tertinggi
adalah P3. dengandosis 1,0 ml, sedangkan
penggunaan dosis 0,5 ml, tingakat daya
tetas sedangdan dosis 0,3 tingkat daya
tetas yang terendah.
Sedangkan kelulusan hidup larva
ikan mas (cyprinus carpio), tertinggi juga
terdapat pada perlakuan P3 = 1,0 ml
ovaprim dan terendah pada P1 = 0,3 ml
dan untuk jelasnya dapat dilihat pada
grafik gambar 2.
Dari hasil penggunaan dosis
ovaprim yang berbeda tersebut terhadap
penetasan dan kelulusan hidup larva pada
tiap perlakuan yang diberikan,
menunjukan pengaruh yang nyata, yang
ditandai dengan data Tabel 4 dan grafik
gambar 2.
Berdasarkan Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 3
ulangan..Penetasan dan kelulusan hidup
larva menunjukan bahwa
P3.memberikan tingkat penetasan yaitu
93,3 dan kelulusan hidup larva yaitu
93,3tertinggi dan terendah pada
parlakuan P1 dengn tingkat daya tetas
yaitu.71,12 dan kelulusan hidup larva
yaitu78, 94, menurut (Suseno, D. 1994)
Gambar 2 .Grafik Batang Nilai Daya Tetas dan Kelulusan
Larva Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
0
20
40
60
80
100
P1 P2 P3
1 2 3
perlakuan Dosis Ovaprim
Daya tetas (%)
Kelulusan Hidup (%)
211
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
Menggunakan dosis ovaprim 1,0
ml, menghasilkan jumlah daya tetas dan
kelulusan hidup larva yang terbaik.
Perbandingan tiap perlakuan yang
diberikan terhadap daya tetas dan
kelulusan hidup larva yaitu pengguanaan
dosis 1,0 ml menunjukan perbedaan nyata
dengan dua perlakuan lainya (dosis 0,5 ml
dan pengguanaan dosis 0,3 ml). Hal ini
disebabkan oleh jumlah larva pada
pengguanaan dosis 1,0 ml yang berhasil
hidup sampai penelitian selesai lebih
banyak dibandingkan dengan penggunaan
dosis lainnya. Ini menunjukan perbedaan
nyata kerna jumlah larva yang hidup
menunjukan perbedaan yang jauh ini di
akibatat pengaruh tingakat kematangan
gonad ikan mas (Cyprinus carpio),
perlakuan yang diberikan dan pengaruh
kulitas air.(Anonim. 2014).
2. Latensi Waktu Proses Pemijahan
Dalam proses pemijahan latensi
waktu sangat menentukan perbedaan
perlakuan dari tiap kode perlakuan yang
diberikan yang dilakukan selama
penelitian berlasung. Hasil perhitungan
latensi waktu selama penelitian, lebih
Pada Tabel 5 tersebut diatas, hasil
pengukuran latensi waktu pemijahan
dalam penelitian, seblelum melakukan
perhitungan latensi waktu, telebih dahulu
memerikasa kondisi ikan uji yang siap di
pijahkan.dalam perlakuan P1 dengan
dosis 0,3 kondisi induk pada ikan ikan uji
lebih dahulu telah memberikan tanda –
tanda siap memijah serta di ikuti pada
perlakuan P2 dan P3. Latensi waktu
pemijahan ikanmas (Cyprinus carpio),
dihitung berdasarkan data yang diambil
selama proses pemijahan berlangsung
dengan cara menghitung selisih waktu
setelah penyuntikan sampai keluarnya
telur atau ovulasi. yang menujukan
latensi waktu yang paling cepat menetas
pada perlakuan P1. yang menguanakan
dosis 0,3 dengan waktu yang di butukan
650menitini di sebabkan tingkat matang
gonad sangat cepat pada saat striping atau
pengelurutan yang di akukan lebih cepat
jelasnya selisi waktu proses pemijahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Latensi Waktu Proses Pemijahan
No Perlakuan Latensi Waktu Pemijahan (Menit)
1 P1 650
2 P2 669
3 P3 693
212
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
dari peda perlakuan lainya dan waktu
paling tertinggi pada P3 yaitu 693 menit
dari perlakuan dan pengguanan dosis
lainya, ini menunjukan adanya perbedaan
nyata lamanya waktu yang diperlukan
sampai proses pemijahan selesai, Dari
hasil penelitia ini menunjukan, bahwa
induk betina ikan mas (Cyprinus carpio)
yang disuntikan dapat meningkatkan
kosentrasi hormon gonedotropin didalam
darah, sehingga merangsang
perkembangan telur dan mempercepat
proses pemijahan ikan uji dengan latensi
waktu 650 menit, sedangkan penyuntikan
ovaprim pada dosis 0,5 ml dan 1,0 ml,
tidak terlalu berpengaruh terhadap
peningkatan gonadtropin.Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Epler
(1981) bahwa PGF2α ini sangat berperan
dalam kontaksi selaput folikel, dengan
meningkatnya PGF2α di dalam darah
akan meningkatkan kontraksi selaput
folikel sehingga folikel dalam waktu
yang lebih cepat akan berkontraksi dan
terjadilah ovulasi.
Perlakuan P1 ikan mas (cyprinus
carpio) yang digunakan sudah maksimum
dengan demikian dapat dikatan bahwa
pemberian hormone ovaprim dapat
mempercepat proses pemijahan dan
menghasilkan latensi waktu tercepat
3. Kualitas Air
setelah penyuntikan dengan penggunaan jelasnya dapat dilihat pada grafik 2. dosis
0,3 ml serta 1,0 ml dan lebih
Gambar 3. Grafik Latensi Waktu Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
620
640
660
680
700
P1 P2 P3
1 2 3
LATENSI WAKTU PEMIJAHAN
LATENSI WAKTU PEMIJAHAN
213
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
Menurut Khairuman dan Amri
2014,air merupakan salah satu faktor
penting bagi kelangsungan hidup ikan dan
harus tersedia dalam kualitas yang
baik,Pergantian air sangat menunjang
kualitas air, proses perputaran air
padawada penelitianberguna agar daya
tetas dan larva tidak stres di akibatkan
kulitas air yang tidak baik, yang diberikan
dan kualitas litas air yang menurunsingga
proses pergantian air dan pemasukan air
pada wada aquariumdengan
menggunakan selang infus guna daya
gerak air tidak berpengaruh pada saat daya
tetas dan larva selama proses pemeliaraan
dari daya tetas serta awal sampai stadia
akhir larva. Fungsi pergantian air yaitu
untuk menyuplai DO, mejaga suhu, pH
dan keceraha agar stabil di wada
aquarium, guna untuk daya tetas dan
kelangsungan hidup larva selama
penelitian, lebih jelasnya disajikan
padaTabel 6. perlakuan, masih berada
pada batas toleransi yang baik sehingga
baik pula untuk dilakukan pemijahan
buatan, selama penelitian kulitas air tidak
berubah.
Pembahasan
Menurut Effendi (1997), telur-telur
hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya
berkembang menjadi embrio dan akhirnya
menetas menjadi larva, sedangkan telur
yang tidak dibuahi akan mati dan
membusuk. Pengaruh penggunaan dosis
ovaprim dengan dosis yang berbeda
menujuhkan perpedaan yang nyata, untuk
tingkat daya tetas pada perlakuan P1 yaitu
71,12 %, serta P2 yaitu 80,13 % dan P3
yaitu 93,9%. Pada tiap perlakuan daya
tetas sangat berpengaruh nyata ini di
sebabkan tingkat kematangan gonad induk
ikan mas (cyprinus carpio) dengan
pengguanaan dosis yang berbeda, dan
kuwalitas telur yang dihasilkan. Pada
perlakuan P3 Tingkat daya tetas daya
tertinggi ini disebabkan kuwalitas telur
yang baik dibandingkan dengan perlakuan
P1 dan P2. Untuk kelulusan hidup larva
sangat berpengaruh, proses pengeluaran
Tabel 6. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Perlakuan Suhu (oC) pH Kadar
Oksigen (ppm)
Kecerahan
(Cm)
A 23-24 6,6-6,8 3-4 7-17
B 22-24 6,6-6,7 3-4 7-17
C 22-24 6,6-6,8 3-4 7-17
Dari Tabel 6 diatas menunjukan perlakuan baik dalam proses penetasan bahwa
pengukuran kulitas air dari tiap dan kelulusan hidup larva dari tiap wada
214
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
sampai stadi akhir larva pada perlakuan P1
yaitu 78,94% serta P2 yaitu 88,51% dan
P3 yaitu 90,49%, ini manandakan adanya
perbedaan tingkat kelululusan hidup larva
ikan mas (cyprinus carpio), ini pengaruhi
oleh kuwalitas larva dan benih yang
hasilkan dari tiap perlakuan yang
diberikan dengan penggunaan dosis
ovaprim, sehingga hasil yang diperoleh
berbeda nyata baik dari daya tetas dan
kelulusan hidup larva.
1. Penyuntikan dan Pengurutan
Sebelum dilakukan penyuntikan
ikan dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar hormon yang akan
disuntikan memberi efek yang lebih baik
dan untuk mengosongkan perut sehingga
sedikit berbentuk fase yang mengganggu
pada saat pengeluaran telur. Dalam proses
striping dilakukan setelah ada tanda-
tanda ovulasi, biasanya sekitar 8 11 jam
dari penyuntikan. Cara striping yang
umumnya dilakukan adalah striping
dengan metode dry striping atau metode
kering (Khairuman dan Amri, 2014).
a. Penyuntikan
Penyuntikan dengan menggunakan
dosis ovaprim 0,3 ml, 0,5 ml serta 1,0 ml
dilakukan pada induk betina dengan
kemiringan 40°- 45° dan kedalaman jarum
± 1 cm sebaiknya penyuntikan dilakukan
pada sore hari atau malam hari antara
pukul 17.00 – 20.00 frekunsi suntik
dilakukan sebanyak satu kali dengan
menggunakan spoit berukuran 1 ml.
b. Striping
Striping dilakukan 11 jam setelah
penyuntikan , ikan uji dinyatakan ovulasi
saat telur melalui lubang genitalnya.
Proses pengurutan dilakukan dengan cara
berlahan dari atas menuju ke lubang
genital pengurutan di hentikan apabila
telur yang dikeluarkan bercampur dengan
dara, agar hasil yang diharapkan bisa
optimal sesuai yang diharapkan.
Selanjutnya jika ikan uji pada
pengurutan pertama tidak menunjukan
tanda-t anda ovulasi maka pengurutan
berikutnya dilakukan setiap 1 jam sekali
samapai terjadi ovulasi pada ikan uji.
c. Penebaran Telur Diwadah
Penelitian
Setelah telur dan sperma bercampur
dengan NaCl, maka campuran tersebut
diaduk dengan menggunakan bulu ayam
agar menyatu. Telur yang telah diaduk
diambil sebanyak 1 tutup botol aqua
plastik untuk dijadikan sampel dan
kemudian ditimbang dan dihitung jumlah
telur yang akan di teber di akuarium atau
wadah perlakuan. Untuk sampel
penelitian maka diambillah 1 tutup botol
aqua telur yang kemudian ditebar di
wadah.
215
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
2. Proses Pemijahan dan Daya Tetas
Telur
Proses pemijahan dalam penelitian
dilakukan dengan
menggunakan akuarium, pengambilan
sperma ikan jantan dantelur betina
dilakukan dengan cara pengurutan,
seperma tersebut diletakan di dalam
mangkok kecil kemudian ditambahkan
larutan NaCl. Setelah diperolah telur dan
sperma kemudian di lakukan pembuhan
yakni dengan cara pencampuran telur dan
sperma di dalam baskom dan diaduk
dengan bantuan bulu ayam agar sperma di
dalam baskom dapat membuahi selulur
telur yang ada. Setelah itu pengambilan
sampel ditebar didalam wadah aquarium
yang telah diberikan kode perlakuan.
Perhitungan jumlah telur yang terbuahi
dilakukan dengan cara volumettrik atau
manual yakni menghitung langsung telur
yang berwarna kecoklatan dan transparan
yang dilakukan 1 jam setelah pemijahan.
(Khairuman, Susenda, Gunadi, 2007)
Menetas merupakan saat terakhir
pada masa inkubasi, yakni hasil dari
beberapa proses sehingga embrio keluar
dari cangkang (Wibowo, Bayu,.2011)
jumlah telur yang terbuahi pada P1, P.2
dan P.3 menunjukan bahwa peggunaan
dosis ovaprim yang mempunyai potensi
yang berbeda untuk meningkatkan jumlah
telur yang dibuahi pada ikan yang
diujikan.
Kenyataan ini disebabkan karena
telur yang menetas berasal dari telur yang
dibuahi sebelumnya dengan
meningkatnya nilai daya tetas telur.
Persentase telur yang di tetaskan erat
hubungannya dengan terlur yang
terbuahi, walaupun telur yang dibuahi
belum tentu dapat menjamin penetasan.
Namun semakin banyak telur yang
terbuahi maka semakin besar peluang
telur untuk menetas.Perhitungan jumlah
telur yang menetas dilakukan setelah larva
berumur 3 hari dengan cara mengambil
larva tersebut degan menggunakan
mangkok kecil dan dipindahkan kewadah
aquarium sambil dihitung jumlah hidup
larva ikan mas (cyprinus carpi). Dari hasil
penelitian tarnyata penggunaan dosis
ovaprim 1,0 ml yang menghasilkan
jumlah telur yang terbuahi dan tingkat
daya tetas lebih tinggi dengan
penggunaan dosis ovaprim 0,3 ml dan 0,5
ml. Ini menunjukan perbedaan nyata kerna
jumlah larva yang hidup menunjukan
perbedaan yang jauh ini di akibat
pengaruh tingakat kematangan gonad ikan
mas (cyprinus carpio), perlakuan yang
diberikan dan pengaruh kulitas air selama
penelitian. (Khairuman ,Susenda, Gunadi,
2007).
216
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
Telur yang menetas akan menjadi
larva. Selama 3– 4 hari, larva tidak diberi
pakan karena masih memiliki kuning
telur didalam tubuhnya sebagai cadangan
makanan. Suhu air dalam penelitian ini
berkisar antara 23°C-24°C.Menurut (
Wibowo Bayu P, 2011) hal yang perlu
diperhatikan adalah kondisi air harus
tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya
serta suhu air masih dalam batas normal,
yaitu 26°C-28°C, dengan ketinggian air
sekitar 10-30 cm.
a. Pemeliharaan Larva
Adapun tahapan
pemeliharaan larvaadalah sebagai
berikut :
1. Umur 1 - 3 Hari
Menurut (Anonim, 2014) telur yang
menetas akan menjadi larva. Selama 1 - 3
hari, larva tidak diberi pakan karena masih
memiliki kuning telur sebagai cadangan
makanan di dalam tubunya. Suhu air
dalam penelitian ini berkisar antara. 22°C-
24°C.
Menurut Khairuman dan Amri
2014, hal yang perlu diperhatikan adalah
kondisi air harus tetap terjaga kualitas dan
kuantitasnya. Pastikan suhu air masih
dalam batas normal, yaitu 26°C-28°C,
dengan ketinggian air pada wadah
perlakuan sekitar 7 - 17 cm.
2. Umur 4 -10 hari
Pada hari ke 4 setelah menetas,
barulah larva diberi pakan tambahan.
Pakan yang diberikan bisa berupa telur
yang telah direbus dan diambil kuning
telur, kemudian dihaluskan dan dicampur
air secukupnya. Sebutir kuning telur dapat
memenuhi kebutuhan larva sekitar 65.000
ekor larva.
Pakan yang baik adalah pakan yang
bisa menjadi sumber energi, memelihara
tubuh, mendorong pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Artinya, pakan
harus mengandung nutrisi sesuai dengan
kebutuhan ikan. Bila hal ini dipenuhi,
maka ikan bisa terhindar dari
kemungkinan serangan berbagai
penyakit, khususnya penyakit nutrisi
yang disebabkan oleh pemberian pakan
yang sembarangan. (Anonim,
2013).Pakan diberikan dengan frekuensi
2 kali dalam sehari. Waktu pemberiannya
di lakuakan pada pukul 07.00-08.00dan
pada sore hari pukul 16.00-17.00.
Namun menurut Wibowo, B. Prasetya,
2011, frekuensi pemberian pakan
dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi pukul
08.00-09.00, kemudian siang pukul
12.00-13.00 dan sore pukul 17.00-18.00.
b. Kelulusan Hidup Larva
Menurut (Susanto, 2014) kualitas
induk sangat menentukan hasil larva
yang dihasilkan. Induk-induk muda dan
217
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
baru pertama dipijahkan, biasanya akan
menghasilkan larva yang tidak begitu
banyak. Hal ini yang sama juga terlihat
pada induk-induk yang telah berulang
kali menghasilkan larva. Semakin
banyak pemijahan, benih yang dihasilkan
semakin sedikit.Masa paling kritis daur
hidup terhadap pada tahap larva.banyak
factor yang menyebabkan diataranya
penyakit adan juga factor biaotik yang
berhubungan langsung dengan larva ikan
mas (cyprinus carpio) itu sendiri.
Sehubungan dari pergerakan larva atau
tingkalaku larva untuk mendapatkan
persedian makanan yang baik merupakan
fektor yang mempengaruhi keberhasilan
hidup larva. Khairuman dan Amir (2014)
Pada penelitian ini kelulusan hidup
larva dihitung pada hari ke 10 yang di
tentukan dengan menghitung jumlah larva
yang masih bertahan hidup samapai hari
yang di tentukan. Kematian larva bukan
saja di sebabkan oleh kualitas air yang
tidak cocok. Pada umumnya kematian
larva disebabkan oleh factor luar seperti
kompentesi antara larva, ruang gerak dan
penanganan yang kasar,Khairuman dan
Amir (2014) selanjutnya dikatakan
kematian larva disebabkan fator dalam
tubuh ikan itu sendiri, seperti umur dan
kemempuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Pengguanan dosis ovaprim
dapat memberikan daya rangsang
pemijahan lebih tinggi, diameter lelur
lebih besar dan,waktu yang di butuhkan
singka dari proses pemijaha sampai telur
menetas.
D. PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penggunaan dosis
yang berbeda dalam penyuntikan ovaprim
terhadap ikan mas (cyprinus carpio),
memberikanpengaruh terhadap daya tetas
dan kelulusan hidup sampai larva usia 10
hari, perlakuan yang di anggap memberi
perlakuan terbaik adalah perlakuan 1,0 ml
ovaprim yang menghasilkan tingkat daya
tetas dan kelulusan hidup larva lebih
tinggi.
S a r a n
Perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang dosis yang tepat dari pengguanan
ovaprim guna menghasilkan benih yang
berkulitas dari ikan mas (cyprinuscarpio),
dan penting di lakukan penggunaan dosis
– dosis ovaprim pada hewan uji selain ikan
mas (cyprinus carpio), terutama ikan -
ikan yang benihnya tidak tersedia secara
teratur dalam mengembangkan usaha
budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kandungan Gizi Pada
218
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 2, Mei - Agustus 2016
Telur. tp., tt.
------------2014. Sukses Bisnis dan
Budidaya Ikan Mas. tp., tt.
Hengky. 2014. Efektifitas Ovaprim
Terhadap Lama Waktu Pemijahan,
Daya Tetas Telur dan Sintasan
Larva Ikan Lele Dumbo,
Clariasgariepinus. tp., tt.
Khairuman, dan Amri. 2014. Buku Pintar,
Sukses Bisnis Pembenihan Ikan
Konsumsi. tp., tt.
Khairuman, Susenda, Gunadi. 2007.
Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif., Agromedia, Jakarta.
Murtidjo, BA. 2001. Beberapa Metode
Pembenihan Ikan Air
Tawar.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Muzakar 2009. Pemberian Hormon “
Ovaprim ” Dengan Dosis 0,2 ml dan
0,4 ml Per Kilogram
BiomassaTerhadap Laju Pemijahan
Induk Betina Ikan Lele Dumbo
(Clariasglaripienus). tp., tt.
Susanto, Heru. 2014. Budidaya 25 Ikan di
Pekarangan. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Suseno, D. 1994. Pengolahan Usaha
Pembenihan Ikan Mas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Wibowo, Bayu P. 2011. Bisnis Lele
Untung 200%. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Yusrizal. M. 2000. “Perbandingan Nilai
Fertilitas, Daya Tetas. dan
Kelulusan Hidup Larva Ikan Baung
(MyttusNemurus.C,V) Yang
Diperoleh Dari Perairan Alam
Dengan Yang Dimatangkan
Dikolam Akibat Peyuntikan
Hormone Ovaorim. dan
Prostaglandin F2 A (PGF2a)”.
Skripsi Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas
Riau,Pekanbaru