pengaruh pemberian pupuk organik night soilpada zea...
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK Night SoilPADABUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)DI TANAH
SEDIMEN MERAPI
Usulan Penelitian
Diajukan oleh :Widi Kusuma20130210060
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
ii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belangkang
Tanah merupakan sumber daya alam senantiasa dimanfaatkan manusia untuk
kesejahteraan kehidupannya. Dalam mengimbangi laju pertumbuhan dan
perkembangan struktur perekonomian dengan laju pertambahan produksi
pertanian maka usaha untuk peningkatan produksi, harus melakukan usaha
peningkatan kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhi oleh
kondisi fisik tanah, sifat kimia dan biologi tanah (Thompson, 1957), tercermin
pada sifat fisik tanah, tanah sedimen Merapi merupakan salah jenih tanah dengan
tingkat kesuburan yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh dampak erupsi
gunung Merapi yang menyebabkan berbagai permasalahan terhadap sifat fisik,
kimia dan biologi tanah. Hal ini di sebabkan oleh temperatur yang dimiliki awan
panas dan material volkanik menyebabkan musnahnya potensi kesuburan tanah
yang bersifat marginal lahan dan endapan material volkanik sedikitnya banyak
menyebabkan berubah dan hilangnya sistem tata air setempat.
Tanah yang tertimbun sedimen Merapi dengan jumlah banyak juga dapat
berdampak negatif bagi pertumbuhan tanaman, terutama terhadap tanah sebagai
media tumbuhnya. Masalah yang ditimbulkan pada lahan baru terdapat material
volkanik untuk dijadikan sebagi media tanam adalah sifat fisik, kimia dan
biologinya yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Berdasarkan kadar silikanya, batuan hasil erupsi gunung berapi dapat
dikelompokkan menjadi batu vulkanik masam (kadar SiO2 > 65%), sedang (35-
65%) dan basa (< 35%) (McGeary et al., 2002). Tingginya kadar Si, Al dan Fe
dalam material vulkanik Merapi akan memberikan dampak yang sangat
merugikan bagi pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah. Diketahui bahwa
material volkanik belum dapat menyumbangkan unsur hara bagi tanaman, karena
merupakan bahan baru (recent material) yang belum mengalami pelapukan
sempurna dan juga dominasi fraksi pasir menjadikan material volkanik ini tidak
dapat menahan air.
2
Hardjowigeno (2003) menyatakan bahwa bobot isi (bulk density)
menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah,
termasuk volume pori-pori tanah. Bobot isi tanah merupakan petunjuk kepadatan
tanah, dimana semakin tinggi bobot isi tanah semakin sulit untuk meneruskan air
atau ditembus akar tanaman. Maka dari itu perlunya pemupukan dengan
menambahan bahan organik memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi suatu
media tanam (Lengkong dan Kawulusan, 2008). Fungsi utama bahan organik
antara lain memperbaiki struktur tanah, daya simpan air, penyuplai unsur hara dan
asam-asam organik untuk melepaskan ikatan-ikatan material secara kimia,
meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya ikat hara, serta sebagai sumber
karbon, mineral dan energi bagi mikroba (Syukur dan Harsono, 2008). Dapat
dikatakan bahwa tanpa adanya bahan organik semua kegiatan biokimia dalam
tanah akan terganggu, maka mempertahankan bahan organik pada tingkat tertentu
merupkan suatu keharusan. Salah satu bahan organik yang belum di optimalkan
pemanfaatannya yaitu feses manusia.
Dilihat dari pertumbuhan penduduk Indonesia berdasarkan sensus penduduk
pada tahun 2014 sebesar 248.000.000 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014). Jika
diasumsikan manusia pada umumnya mengeluarkan kotoran sebanyak kurang
lebihnya 250 gram per hari (Soeparman dkk., 2002), maka jumlah feses yang
dikeluarkan 62.000.000 ton per hari. Dari Hasil output yang belum termanfaatkan
di Indonesia. Hal ini sangat potensial untuk dimanfaatkan kembali dibidang
pertanian, produksi fases manusia menjadikan sumber energi terbaharukan yang
sangat menguntungkan dengan di manfaatkannya sebagai bahan pupuk dasar yang
digunakan untuk mensuplai hara bagi tanaman. Penggunaan feses manusia sudah
sangat popular digunakan di berbagai Negara seperti Swedia, Cina, Norwegia
digunakan sebagai pupuk dasar yang sangat baik untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia tanah dan sebagai media tumbuh tanaman, dan dikenal dengan nama nihgt
soil.
night soil adalah nama lain dari hasil perombakan feses manusia yang diambil
pada malam hari dari tangki septik (septic tank) yang terkadang digunakan
sebagai pupuk (Anonim, 2016). Night Soil dihasilkan berupa bentukan padat yang
3
diproses melalui metode tertentu sehingga aman digunakan sebagai pupuk.
Kandungan yang terdapat dalam feses manusia memiliki potensi sebagai pupuk
kompos karena memiliki kandungan dan kriteria standart pupuk kompos. Menurut
Wiharyanto dkk (2007), pengeringan lumpur tinja selama 30 hari telah memenuhi
standar kompos yang ditetapkan oleh SNI No. 19-7030-2004. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan menetapkan strategi penambahan night soilpada tanah
sedimen Merapi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Sehingga
dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil produksi pangan, terutama
pada tanaman pangan semusim.
B. Perumusan Masalah
Ektensifikasi lahan pertaniantahun 2014 mencapai 19 juta hektar, dengan
tanaman jagung mencapai 0,87 % dari luas panen 3,786,815 juta per hektar (BPS,
2015), membutuhkan suplai bahan organik sebesar 757,363 ton. Hal ini, tidak di
ikuti dengan produksi pupuk kandang. Sehingga di perlukan sumber bahan lain
yang mampu memenuhi kebutuhan bahan organik tersebut. Pupuk kompos feses
manusia memiliki potensi untuk menggantikan pupuk kandang sebagai sumber
bahan organik pensuplai hara. Feses manusia memiliki kandungan Nitrogen
sekitar 1,5% yang baik bagi tanaman. Namun ada beberapa masalah yang perlu
dikaji :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk nights oil terhadap pertumbuhan
tanaman jagung manis di tanah sedimaen Merapi ?
2. Berapakah takaran pembrian pupuk night soil yang optimal sebagai subsitusi
pupuk kandang, pada pertumbuhan jagung manis di tanah sedimen Merapi ?
4
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui pengaruh penggunaan night soil terhadap pertumbuhan dan hasil
jagung manis di tanah sedimen Merapi.
2. Menentukan takaran pupuk night soil yang efektif dan efisien sebagai
subsitusi pupuk kandang, pada pertumbuhan jagung manis di tanah sedimen
Merapi.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Night soil
Di beberapa negara seperti China, Jepang, India, Vietnam, Swedia, Norwegia
dan lain-lain telah menggunakan night soil sebagai pupuk dasar pada kegiatan
pertanian mereka (Shintia, 2008; Steineck et al., 1999). Night Soil merupakan
pupuk yang berasal dari pengomposan feses manusia. Manusia pada umumnya
mengeluarkan kotoran sebanyak kurang lebih 250 gram per hari (Soeparman dkk.,
2002). Jika diasumsikan dengan jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 sejumlah 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014),
maka akan dihasilkan kurang lebih 59.410,33 ton feses manusia per hari.
Kandungan yang terdapat dalam feses manusia memiliki potensi yang dapat
dipergunakan kembali sebagai pupuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wiharyanto Oktiawan dkk. (2007)
menunjukkan bahwa kandungan feses manusia yang telah dikomposkan selama 3,
7, 10, dan 30 hari dari IPLT Semarang terdapat dalam tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Karakteristik Lumpur Tinja dengan Kompos menurut SNINo.19-7030-2004
ParameterLumpur Pengeringan (hari) Standar
Kompos3 7 10 30
Suhu (oC) 30,9 30 27,8 30 ± 30,0
Ph 7,28 7,23 6,84 6,43 6,8 - 7,49
Kadar air (%) 85,41 82,9 80,6 51,62 50 – 60
C (%) 30,4 30,29 29,85 15,62 9,8 – 32
N (%) 2,91 2,94 2,96 1,5 ≥ 0,4
Rasio C/N 10,44 10,32 10,09 10,41 10 – 20
P (%) 7,52 7,33 7,02 6,45 ≥ 0,10
(Sumber: Wiharyanto dkk., 2007)
6
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa lumpur tinja pengeringan 30 hari
telah memenuhi karakteristik kompos matang sehingga sudah dapat digunakan
sebagai pupuk organik.
Sutanto (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar kelebihan pupuk organik
yaitu antara lain :
1. Memperbaiki sifat fisik tanah
Pemberian bahan organik akan membuat warna tanah menjadi lebih gelap
dan strukturnya menjadi remah, sehingga perakaran tanaman lebih mudah
menembus tanah sehingga aerasi dan drainase menjadi lebih baik.
2. Memperbaiki sifat kimia tanah
Dengan menambah bahan organik, kapasitas tukar kation (KTK) dan
ketersediaan hara menjadi meningkat.
3. Mempengaruhi sifat biologi tanah
Bahan organik mengandung sumber energi yang diperlukan oleh
mikroorganisme tanah. Dengan pemberian bahan organik, aktivitas dan populasi
mikroorganisme meningkat yang dapat berakibat baik untuk tanaman.
B. Tanah Sedimen Merapi
Sedimen merupakan material atau fragmen yang terangkut melalui proses
transportasi yang kemudian mengalami proses pengendapan (sedimentasi) yang
dipengaruhi oleh tenaga air atau angin (Linsley, 1949). Hasil sedimen
(Sedimenyield) merupakan hasil total dari suatu proses sedimentasi yang terjadi
dalam suatu DAS. Selain itu sedimen juga diendapkan dari material yang
melayang didalam air. Pengertian sedimen adalah hasil proses erosi,baik erosi
permukaan, erosi parit, atau tanah lainya (Asdak, 2002).Sifat tanah, penggunaan
lahan, tofografi, dan relief merupakn karakteristik yang terpengaruh oleh daerah
aliran sungai. Karakteristik dari daerah aliran sungai akan merespon curah hujan
dan dapat memberi pengaruh terhadap proses-proses yang terjadi, dinataranya :
7
evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi ( Asdak, 1995).Dari aktivitaf gunung Merapi
mencakup pembentukan magma dan pelepasan magma, komposisi kimiawi dari
semburan dan larva pijar sangat ditentukan oleh batuan penyusun magma
(aluminium silikat dan batuan beku), rehabilitasi lahan pertanian tidak hanya
masalah kimiawi atau kandungan unsur hara di dalam bahan volkan saja, tetapi
juga masalah fisik, karena bergantung juga pada ketebalan timbunan, proses yang
mengendap dan ukuran bahan yang tertimbun. Dengan contoh lahan yang terkena
lontaran bahan volkan seperti hujan abu atau pasir bahkan kerikil. Lahan pertanian
yang terkena hujan abu/pasir/kerikil tersebar secara luas, seperti Muntilan,
Sleman, Klaten bahkan sampai ke Purworejo. Jika bahan-bahan volkan ini
menutupi tanah dengan ketebalan tidak lebih dari 5 cm, missal di Kecamatan Turi
dan Sleman maka tanah dapat di olah seperti sediakala. Tetapi jika lahan-lahan di
ketebalan volkan nya lebih dari 10 cm, pengolahan tanah dalam perlakuan
sedalam 20 cm. penambahan bahan organik sangat penting bagi daerah ini,
terutama jika yang terendapkan adalah bahan-bahan yang kasar seperti campuran
pasir dan krikil.
C. Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan/pakan yang mencakup
kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung
mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan
makanan pokok pengganti beras.
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah
yang khusus. Agar dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya
humus. jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik
8
dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah
pH antara 5,6 - 7,5. (http://www.ristek.go.id, 2015). Salah satu jenis jagung yang
mempunyai prospek yang baik dan menguntungkan adalah jagung manis. Jagung
manis biasa dikenal dengan sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) termasuk
dalam tanaman sayuran dimana merupakan tipe jagung yang dikembangkan
masyarakat indonesia. Selain mempunyai rasa yang manis, faktor lain yang
menguntungkan adalah masa produksinya yang relatif lebih cepat. Buah tanaman
ini digemari untuk sayur, lauk pauk, kue, jagung bakar ataupun dikonsumsi
langsung dalam buah rebusan, serta dapat diolah dalam bentuk produk kalengan,
susu jagung dan lain-lain (Purwono dan Hartono, 2005).
Ada beberapa perbedaan umum antara jagung manis dan jagung biasa yaitu
bunga jantan jagung manis berwarna putih sedangkan pada jagung biasa kuning
kecoklatan. Perbedaan lainya adalah jagung manis lebih genjah dan memiliki
tongkol lebih kecil dibandingkan jagung biasa. Tongkol umumnya sudah siap
dipanen ketika tanaman berumur antara 60-70 hari. Jagung manis juga memiliki
kandungan gizi yang sangat tinggi diantaranya 96 cal Energi, 3,5 gram protein, 1
gram lemak, 22,8 gram Karbohidrat (Dinas Pertanian Sumatera Barat, 2004).
Pada proses budidayanya terutama pemupukan, dianjurkan menggunakan
pupuk organik (pupuk kandang/ kompos ) sebanyak 20 ton/hektar. Sedangkan
untuk pupuk anorganik: Urea 400 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCI 250
kg/hektar. Pupuk dasar diberikan sebelum tanam atau bersamaan tanam sejumlah
20 ton/hektar pupuk organik, 200 kg/hektar Urea, 300 kg/hektar TSP, dan 250
kg/hektar KCl. Pupuk susulan diberikan 3-4 minggu setelah tanam berupa Urea
200 kg/hektar (Bilman dkk., 2002).
9
D. Hipotesis
Perlakuan dengan dosis 15 ton/hektar diduga memiliki perlakuan terbaik.
10
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April 2016.
Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan dan Laboratorium Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat penelitian
Peralatan yang digunakan adalah oven, polybag, penggaris, sekop, ember,
cangkul, karung, timbangan analitik, Leaf Meter,botol semprot, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah sedimen Merapi, benih
jagung, Urea, ZA, SP 36, KCl, night soil yang diperoleh dari IPLT Semarang dan
telah dijemur selama ±30 hari.
C. Metode Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan menggunakan metode eksperimen yang disusun
dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:
A = Night Soil5ton/hektar
B =Night Soil 10 ton/hektar
C = Night Soil15ton/hektar
D = Night Soil 20 ton/hektar
E = Pupuk Kandang 20 ton/hektar
Masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit perlakuan.
Setiap perlakuan terdiri dari 9 tanaman, meliputi 3 tanaman sempel, dan 6
tanaman korban. Sehingga terdapat 45 unit percobaan.
11
D. Cara Penelitian
1. Persiapan media tanam dan aplikasi Night Soil
Dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah sedimen Merapi yang kemudian
dikering anginkan, kemudian disaring dengan diameter 2 mm. Kemudian setelah
itusampel tanah sedimen Merapi dicampur dengan Night Soil dosis 20 ton/hektar,
dosis urea, 300 kg/hektar dosis SP-36, dilakukan diluar polybag. Setelah homogen
masukan ke polybag masing-masing 15 kg dan diinkubasikan selama 7 hari.
Adapun jumlahNight Soil yang harus ditimbang adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Night Soil berdasarkan takaran perlakuan untuk tiap tanamanjagung.
Takaran perlakuanNight soil
(g)
Night Soil 5 ton/hektar 125
Night Soil 10 ton/hektar 250
Night Soil 15 ton/hektar 375
Night Soil 20 ton/hektar 500
Pupuk Kandang 20 ton/hektar 500
4. Persiapan Media Tanam dan Penanaman jagung
Persiapan media tanam dilakukan dengan cara menimbang tanah sedimen
Merapi sebanyak 15 kg kemudian dimasukan dalam polybag. Kemudian setelah 1
minggu inkubasi, setiap polybag dimasukan benih jagung sebanyak 3 biji dengan
kedalaman penanaman kurang lebih 2 cm.
5. Pemeliharaan
a. Pengairan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
sedimen Merapi telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan
tujuan menjaga agar tanaman tidak layu.
14
b. Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai
dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan
yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi.
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting
yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Penyulaman bertujuan untuk mengganti
benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam.
Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu
penanaman. Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu
penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam.
6. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman jagung manis dilakukan 2 kali, yaitu pemupukan
dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar yang diberikan yaitu berupa 20
ton/hektar night Soil yaitu sebanyak 500 gram/tanaman, dosis pupuk Urea yaitu
sebanyak 5 gram/tanaman , 300 kg/hektar dosis pupuk SP-36 yaitu sebanyak 7,5
gram/tanaman dan 250 kg/hektar dosis pupuk KCl sebanyak 6,25 gram/tanaman.
Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam
dengan pemberian 200 kg/hektar dosis pupuk Urea yaitu sebanyak 5 gram
(Bilman dkk., 2002) (Perhitungan pupuk terlampir pada lampiran).
7. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk
memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga
untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi.
8. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT yang dilakukan berupa pengendalian hama, gulma dan
penyakit. Pengendalian terhadap hama dilakukan dengan cara teknis dan juga
secara kimiawi bergantung pada serangan hama dan besar kerusakannya. Apabila
serangan dan kerusakan tanamantelah melebihi ambang batas ekonomi
14
makadilakukan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Furadan 3GR
dengan dosis 5-10 gram/m2 dilarutkan dalam 100 ml air kemudian disemprotkan.
Pengendalian terhadap gulma dilakukan dengan cara penyiangan (pengendalian
secara teknis). Pengendalian terhadap penyakit dilakukan apabila tanaman
terserang penyakit dengan cara pengendalian secara teknis yaitu mencabut
tanaman tersebut dan disulam.
9. Pengamatan Tanaman Jagung
Pengamatan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung yang dilakukan
yaitu pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar
tanaman, bobot kering tanaman, bobot segar akar, bobot kering akar, bobot segar
tongkol dan diameter tongkol.
E. Parameter yang diamati
1. Parameter Tanaman Jagung
a. Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris yang
satuannya centimeter (cm).
b. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan pertambahan jumlah daun dilakukan seminggu sekali dengan cara
menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-masing tanaman, dengan
satuan helai.
c. Bobot Segar Tanaman (gram)
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman utuh,
Dibersihkan dari kotoran (tanah) yang terbawa dari sekitar perakaran. Selanjutnya
ditimbang bobot segarnya menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam
satuan gram.
14
d. Bobot Kering Tanaman (gram)
Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman
utuh, Dibersihkan dari kotoran (tanah) yang terbawa dari sekitar perakaran,
kemudian di jemur selama 3 hari dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu
(80-150)˚C sampai beratnya konstan. Selanjutnya ditimbang bobot keringnya
menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram.
e. Bobot Segar Akar (gram)
Pengamatan berat segar akar dilakukan dengan cara mencabut tanaman utuh,
Dibersihkan dari kotoran (tanah) yang terbawa dari sekitar perakaran, kemudian
potong bagian pangkal batang dan meninmbang bagian akar yang telah
dibersihkan. Selanjutnya ditimbang bobot segarnya menggunakan timbangan
digital dan dinyatakan dalam satuan gram.
f. Bobot Kering Akar (gram)
Pengamatan bobot kering tanaman dilakukan dengan cara mencabut tanaman
utuh, Dibersihkan dari kotoran (tanah) yang terbawa dari sekitar perakaran,
kemudian di jemur selama 24jam dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu
(80-150)˚C sampai beratnya konstan. Selanjutnya ditimbang bobot kering akar
menggunakan timbangan digital dan dinyatakan dalam satuan gram
g. Luas daun
Luas daun diukur dengan menggunakan Leaf Area Meter. Daun yang akan di
ukur, dipotong terlebih dahulu, lalu dikur menggunakan LAM dan dinyatakan
dalam satuan cm2. Pengamatan dilakukan pada minggu ke-7 dan saat panen.
h. Bobot segar Tongkol jagung
Pengamatan berat segar tongkol jagung dilakukan dengan cara menimbang
tongkol jagung dengan timbangan elektrik dan dinyatakan dalam gram.
i. Bobot tongkol ekonomi
Pengamatan bobot tongkol ekonomi dilakukan setelah panen dengan cara
memisahkan tongkol jagung dari tanaman, memotong bagian ujung dan pangkal
14
tongkolnya hanya menyisakan tiga helai klobot kemudian menimbang bobot
tongkol jangung dan dinyatakan dalam satuan gram.
F. Analisis DataData hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf kesalahan 5
%.jika terdapat beda nyata antar perlakuan maka dilakukan uji DMRT dengan
taraf kesalahan 5 %. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
sebagian dalam bentuk foto atau gambar.
G. Jadwal Penelitian
No. Tahapan KegiatanJanuari Februari Maret April
Minggu ke-III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Persiapan Alat dan Bahan2 Pengurusan Surat Ijin Penelitian3 Pengolahan media tanam4 Penanaman5 Pemeliharaan6 Pengamatan Tanaman Sampel7 Panen dan Pengamatan8 Analisis dan Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Night Soil. https://en.wikipedia.org/wiki/Night_soil. Diakses 2Aprili 2016.
Bilman W. S., A.D. Nusantara dan Faradilla F. 2002. Peran EM5 dan Pupuk NPKdalam Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis pada LahanAlang-Alang. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 4 (1) : 56-61.http://repository.unib.ac.id/247/1/56.PDF . Diakses tanggal 2 April 2016.
BPS. 2014. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Chay Asdak. (2002). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Chay Asdak. (1995). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dinas Pertanian Sumatera Barat. 2004. Laporan Tahunan. Padang. Hal 197.
http://www.warintekjogja.com/ warintek/ warintek jogja/ warintek _v3/datadigital/bk/jagung %20bantul.pdf. di akses tanggal 3 April 2016.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Lengkong, J.E. & Kawulusan, R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik UntukMemelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment Agustus 2008. 6 (2):91-97
Linsley, J.G. (1949). Hydrology For Engineering. USA: Prentice Hall
Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.Jakarta.
Shintia D. A. 2008. Kotoran Manusia Sebagai Bahan Penyubur Tanah. MajalahSalam. Diterbitkan 24 Juni 2008. Hal 16-19.
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. PenerbitBuku Kedokteran EGC. Jakarta. 170 h.
Steineck, S., Stintzing, R., Rodhe, L., Elmquist, H. and Jakobsson, C. 1999. Plantnutrients in human urine and food refuse. Use of municipal organicwaste. Proceedings of NJF seminar no. 292. November 23–25, 1998.Agricultural Research Centre, Jokioinen, Finland. DIAS report PlantProduction no. 13, June 1999. 2nd volume, p. 125–130.
Troeh, F. R., J. A. Hobs., and R. L. Donahue. 1980. Soil and Water Convervationfor Produktivity and Enveromental Protection. Pretice Hall Inc.,Englewood Cliffs, New Jersey.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan danPengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 219 h.
Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan Organik terhadap Sifat-sifat Tanahdan Pertumbuhan Caisim di Tanah Pasir Pantai. J. Ilmu Tanah danLingkungan. 5 (1): 30-38
Wiharyanto Oktiawan dan Ika Bagus Priyambada. Optimalisasi InstalasiPengolahan Lumpur Tinja Dengan Pengomposan Lumpur Tinja (StudiKasus Iplt Semarang). Jurnal Presipitasi. Vol. 3 (2) : 53 – 57
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lay Out Penelitian
E1.1E1.2E1.3
A3.1A3.2A3.3
B2.1B2.2B2.3
E3.1E3.2E3.3
E1 A3 B2 E3
C3.1C3.2C3.3
E2.1E2.2E2.3
D2.1D2.2D2.3
C4.1C4.2C4.3
C3 E2 D2 C4
C1.1C1.2C1.3
B1.1B1.2B1.3
D1.1D1.2D1.3
D3.1D3.2D3.3
C1 B1 D1 D3
B4.1B4.2B4.3
D4.1D4.2D4.3
B3.1B3.2B3.3
A1.1A1.2A1.3
B4 D4 B3 A1
E4.1E4.2E4.3
C2.1C2.2C2.3
A2.1A2.2A2.3
A4.1A4.2A4.3
E4 C2 A2 A4
Keterangan :
A, B, C, D, E = Perlakuan Penelitian1, 2, 3, 4, = Ulangan Perlakuan
U
T
A
R
A
Lampiran 2. Perhitungan Kebutuhan Pupuk
Diketahui : Pupuk dasar dosis pupuk Urea 400 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar
dan Pupuk night soil 20 ton/hektar.
Ditanyakan : Berapakah dosis Urea, SP-36 dan pupuk kandang per polybag
ukuran 15 kg?
Jawab :
Ruang tanam Jagung Manis : 50 x 50 cm
Jumlah tanaman/hektar =.
=. .
= 40.000 Tanaman
Kebutuhan pupuk dasar per polybag
1. Dosis Pupuk Night Soil = 20 ton/hektar
Dosis per tanaman = . =. .. = 500 gram/tanaman
2. Dosis pupuk Urea = 400 kg/hektar diberikan 2 kali
Dosis per tanaman = . =.. = 10 gram/tanaman
Diberikan 2 kali, jadi tiap pemberian 5 gram/tanaman
3. Dosis pupuk SP-36 = 300 kg/hektar
Dosis per tanaman = . =.. = 7,5 gram/tanaman
4. Dosis KCL = 150 kg
Dosis per tanaman = . =.. = 6,25 gram/tanaman
Perlakuan Night Soil tanaman
Kebutuhan Night Soil5 ton/hektar
= ∑= . ==
. ..= 0,0025 kg/tanaman = 125 g/tanaman
Kebutuhan Night Soil 10 ton/hektar
= ∑= . ==
. ..= 0,375 kg/tanaman = 250 g/tanaman
Kebutuhan Night Soil 15 ton/hektar
= ∑= . ==
. ..= 0,5 kg/tanaman = 375 g/tanaman
Kebutuhan Night Soil 20 ton/hektar
= ∑= . ==
. ..= 0,625 kg/tanaman = 500 g/tanaman
Kebutuhan Pupuk Kandang 20 ton/hektar
= ∑= . ==
. ..= 0,625 kg/tanaman = 500 g/tanaman