pengaruh pendapatan per kapita, tingkat …

14
PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN, PENDIDIKAN, RASIO KEBERGANTUNGAN PENDUDUK, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT FERTILITAS DI ASEAN JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Nurilla Dewi Khotimah 145020100111027 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT

PARTISIPASI ANGKATAN KERJA PEREMPUAN,

PENDIDIKAN, RASIO KEBERGANTUNGAN

PENDUDUK, DAN TINGKAT PENGANGGURAN

TERHADAP TINGKAT FERTILITAS DI ASEAN

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Nurilla Dewi Khotimah

145020100111027

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020

Page 2: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Judul :Pengaruh Pendapatan Per-Kapita, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan,

Pendidikan, Rasio Kebergantungan Penduduk, dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat

Fertilitas di ASEAN

Nurilla Dewi Khotimah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan per kapita, tingkat partisipasi

angkatan kerja perempuan, rasio kebergantungan usia, dan tingkat pengangguran terhadap tingkat

fertilitas di ASEAN. Metode penelitian ini menggunakan regresi data panel untuk melihat pengaruh

pendapatan per kapita, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan, rasio kebergantungan usia, dan

tingkat pengangguran terhadap tingkat fertilitas di ASEAN. Ditemukan hasil bahwa R-square dari

penelitian ini adalah sebesar 94,6% sehingga sisanya sebesar 0,4%nya dijelaskan oleh variabel lain di

luar model. Hasil first order test menunjukkan bahwa variabel bebas berpengaruh pada variabel terikat

baik secara parsial maupun simultan.

Kata kunci: fertilitas;tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan;pendidikan; rasio kebergantungan

penduduk; pendapatan per-kapita; ASEAN..

A. PENDAHULUAN

Transisi demografi di setiap negara ASEAN bergerak dengan kecepatan yang berbeda. Perbedaan

tahapan aspek demografi yang dialami ASEAN beragam. Penjelasan mengenai penurunan fertilitas

terjadi karena beberapa factor yaitu, perubahan sosio-ekonomi yang cepat, program Keluarga Berencana

yang terorganisir secara spasial, dan proses difusi sosial yang beragam secara signifikan dan intens

seiring berjalannya waktu, menurut Hirschman (2001:6). Selama tiga dekade, penurunan fertilitas di

Asia Tenggara secara koinsiden dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi. Maka dari itu, timbul dugaan

apabila pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penurunan fertilitas menurut Anu Rammohan (2015:1).

ASEAN telah mengalami penurunan fertilitas secara drastic lebih dari 10 persen sejak 1990

berdasaarkan penelitian Subramaniam dkk., (2018:1). Pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai

replacement level pada negara-negara ASEAN. Sedangkan, 5 dari 10 negara telah jatuh di bawah

replacement level. Kamboja, Indonesia, Filipina, dan Laos masih di atas 2.1% dari replacement level.

Tingkat fertilitas mengalami penurunan 6 kelahiran menjadi 3, penundaan menikah berkontribusi besar

pada penurunan temporal fertilitas di beberapa negara ASEAN. Hal tersebut dinyatakan oleh Hirschman

(2001:1).

Penelitian ini mengkaji demografis terkait kelahiran (tingkat fertilitas) di sepuluh negara ASEAN

sebagaimana telah telah diteliti terlebih dahulu pada Asia Selatan maupun Eropa beserta penyebabnya.

Adapun kajian mengenai demografis di Arab Saudi. Namun, menurut Salam,Al Mutairi, Elsegaey, dan

Jumaah (2016:1), penelitian demografis tidak banyak dikaji karena tradisi, budaya, dan norma. Akan

tetapi, modernisasi, urbanisasi, dan industrialisasi yang mendorong perbaikan Pendidikan dan perubahan

gaya hidup. ASEAN pun memiliki keberagaman atas tradisi, budaya, dan norma yang dipatuhi di tiap-

tiap negaranya. ASEAN juga memiliki ragam tahapan industrialisasi. Negara-negara di dunia

menghadapi penuaan penduduk, termasuk negara-negara ASEAN, kecuali Filipina berdasarkan ERIA

pada situsnya (2017). Sementara itu, Kujis dalam kolomnya di Brink (2017) untuk beberapa

perekonomian Asia, transisi demografi bukan hal baru, seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Taiwan, dan

Hongkong. Akan tetapi, kebanyakan negara anggota ASEAN belum mengalaminya.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi fertilitas di

ASEAN dan memberikan proyeksi yang dapat menjadi bahan pertimbangan kebijakan, penulis

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan per-kapita, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan, Rasio Kebergantungan Usia, Tingkat Pengangguran, dan

Pendidikan terhadap Fertilitas di ASEAN.

Page 3: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

B. KAJIAN TEORITIS

Analisis Ekonomi dari Fertilitas Becker (1965)

Analisis Becker menunjukkan bahwa kematian anak telah mengalami kejatuhan sehingga perubahan

pendapatan memiliki pengaruh kecil pada jumlah anak yang selamat. Penurunan jumlah kematian anak

akan menyebabkan penurunan jumlah pada anak. Kedua, sekarang kelahiran dapat dikendalikan tanpa

kendali diri sehingga tidak menjamin besarnya pertumbuhan pendapatan di atas tingkat subsisten dari

peningkatan fertilitas. Menurut Becker (1965:4) perubahan biaya pada anak merupakan perubahan

kualitas yang diberikan, karena adanya perubahan harga pada makanan maupun Pendidikan. Biaya

memiliki anak dapat meningkat tapi peningkatan pengeluaran tidak menjamin peningkatan kualitas pada

anak. Keluarga dengan tingkat pendapatan lebih tinggi memilih kualitas yang lebih baik bagi anak

dibandingkan opsi lain. Biaya yang lebih tinggi menjelaskan mengapa keluarga dengan tingkat

pendapatan lebih tinggi memiliki lebih sedikit anak karena adanya tekanan sosial yang mempengaruhi

perilaku tersebut.

Ketidakpastian dalam produksi dijelaskan oleh ketidakpastian konsumsi. Ketidakpastian ini

menentukan manfaat actual dan manfaat yang diperkirakan. Kelompok orangtua diasumsikan

mendapatkan manfaat marjinal setara dengan 𝑈𝑚 dan 𝑈𝑓 dari anak perempuan. Perkiraan manfaat dari

tambahan anak setara dengan 𝐸𝑈 = 𝑃𝑈𝑚 + (𝑡 − 𝑃)𝑈𝑡 ≅𝑈𝑚+ 𝑈𝑓

2 dimana P adalah probabilitas dari laki-

laki yang setara dengan I

2. Orangtua akan menambah anak Ketika perkiraan manfaat per dollar atau

perkiraan manfaat atas perkiraan biaya tambahan anak lebih besar daripada di baya lainnya. Konsekuensi

kedua dari menyatukan konsumsi dan produksi adalah jumlah anak yang tersedia tidak hanya dijelaskan

oleh pendapatan dan biayanya tapi juga kemampuan keluarga memiliki anak.

Populasi dan Pertumbuhan Ekonomi (Becker, Gleaser, dan Murphy:1990)

Model Malthusian dipandang lemah jika dihadapkan perekonomian perkotaan. Peningkatan populasi

dan urbanisasi membantu spesialisasi dan investasi lebih besar pada sumber daya manusia dan pesatnya

akumulasi pengetahuan baru. Model Becker menjelaskan tiga pilihan bagi generasi keluarga yaitu

melalui konsumsi, memiliki anak, dan investasi pada sumber daya manusia terhadap anak mereka

dengan mengabaikan modal fisik.

Orangtua mengalokasikan proporsi tetap atas waktu (T) antara memproduksi konsumsi sekarang dan

memproduksi anak. Batasan waktunya dijelaskan oleh 𝑇 = 𝑙 + 𝑛ℎ, dimana 𝑙 adalah waktu yang

dihabiskan di pasar tenaga kerja dan 𝑛 adalah jumlah anak, sementara ℎ adalah jumlah waktu yang

dihabiskan untuk memiliki dan mengasuh anak. Asumsi dari fungsi manfaat dapat dipisahkan antara

konsumsi masa sekarang [dinotasikan dengan 𝑢(𝑐)] 𝑈 = 𝑢(𝑐) + 𝑎𝑛1−𝑒𝑉(𝑞)

𝑒 adalah elastisitas konstan atas manfaat yang dirasakan orangtua sehubungan dengan jumlah anak.

Populasi masuk melalui dampak produksi konsumsi dan investasi barang. Output konsumsi diasumsikan

pada fungsi yaktu yang dihabiskan untuk bekerja seperti pada formula berikut.

𝑐 = 𝑐(𝑙, 𝑃) Turunnya pengembalian dapat terjadi karena pertumbuhan penduduk membutuhkan persediaan

sumber daya alam. Akan tetapi, tingkat penduduk yang lebih besar dapat menghasilkan spillover positif

melalui spesialisasi yang lebih mumpuni antara pekerja pada sector konsumsi.

Teori Fertilitas dan Pertumbuhan Ekonomi (Becker, Murphy, dan Tamura:1990)

Analisis ini tumbuh dari asumsi fertilitas endogen dan meningkatnya tingkat pengembalian

sumberdaya manusia selaras dengan meningkatnya sejumlah sumber daya manusia. Ketika sumber daya

manusia berlimpah, tingkat pengembalian investasi sumber daya manusia meningkat relative pada

tingkat pengembalian pada anak dimana sumber daya manusia menjadi langka, tingkat pengembalian

sumber daya manusia rendah sehubungan dengan jumlah anak.

Sumber daya manusia dapat diabaikan sehingga tingkat fertilitas tinggi, sementara, sumber daya

manusia tersebar dan tumbuh sepanjang waktu secara intensif memberikan penekanan pada tingkat upah

yang tinggi karena sumber daya manusia ataupun modal fisik per pekerja menyebabkan efek substitusi,

terpisah dari fertilitas dengan meningkatnya biaya pada anak.

Asumsi kedua mengenai fertilitas lebih baru dan datang dari penelitian terbaru oleh Becker dan Barro

dalam Becker, Murphy dan Tamura (1990:5) yang menyatakan bahwa tingkat bunga diskonto diterapkan

Page 4: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

pada generasi masa sekarang pada pendapatan per-kapita generasi berikutnya bergantung secara

negative pada fertilitas generasi pada masa sekarang. Becker dan Barro mendorong asumsi dengan

fungsi utilitas orangtua altruistic terhada anak-anaknya. Tingkat diskonto antar generasi dijelaskan

dengan derajat altruism orang tua pada tiap anak. Menurunnya marjinal utilitas menunjukkan tingkat

diskonto digunakan untuk utilitas tiapp anak menurunkan tingkatan jumlah anak. Formula

sedeerhananya sebagai berikut.

𝑉𝑡 = 𝑢(𝑐𝑡) + 𝑎(𝑛𝑡)𝑛𝑡𝑉𝑡+1 , Dengan 𝑢′ > 0, 𝑢′′ < 0, 𝑑𝑎𝑛 𝑎′ < 0; 𝑉𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑉𝑡+1 adalah utilitas orangtua dan tiap anak; 𝑐𝑡adalah

konsumsi orangtua; dan 𝑛𝑡 adalah jumlah anak. Derajat altruism per anak, 𝑎(𝑛) sevara negatif

berhubungan dengan jumlah anak.

Gambar 1. Implikasi pada Sumber Daya Manusia dan Fertilitas Ketika Tingkat Fertilitas Berada pada

Steady State

Sumber: Becker, Murphy, dan Tamura. 1990. Human Capital, Fertility, and Economic Growth.

Chicago: University of Chicago Press.

[𝑎(𝑛∗)]−1 > 𝑅ℎ(𝐻∗),

(3)

Dimana 𝑛∗ adalah steady state tingkat fertilitas. Jika tingkat pengembalian akhirnya jatuh ketika

𝐻 semakin besar, 𝐻∗ merujuk pada tingkat konstan dari 𝐻, sebagaimana pada 𝐿 pada figure 1.

Bagaimanapun, jika asimtot 𝑅ℎ pada tingkat konstan, maka 𝐻∗ merujuk pada tingkat konstan

pertumbuhan dari 𝐻, digambarkan oleh kurva ℎ′ℎ′ pada figure 2.

Kebijakan fungsi ℎℎ dan ℎ′ℎ′ pada figure 1 dan 2 memberikan sumber daya manusia pada saat

𝑡 + 1 sebagai fungsi dari sejumlah 𝑡. Steady state saat 𝐻 = 0 dan 𝐻 = 𝐻∗ stabil secara lokal karena ℎℎ

dan ℎ′ℎ′ di bawah garis steady state 𝐻𝑡+1 = 𝐻𝑡 untuk seluruh 𝐻 < �̂� dan di atas garis steady state untuk

seluruh 𝐻 > �̂�. Titik 𝑊 pada 𝐻 − �̂� adalah steady state ketiga, tapi karena tidak stabil, simpangan

negatif (𝐻 < �̂�) mengarah kepada 𝐻 = 0 dan simpangan positif (𝐻 > �̂�) mengarah kepada 𝐻∗.

Steady state pada tingkat �̂� non-optimal ketika program tidak cekung secara global. Steady state tidak

stabil �̂� kemudian digantikan oleh ambang batas stok sumber daya manusia 𝐻 ≠ 𝐻 . Pada 𝐻, orangtua

tidak memperdulikan antara mengurangi atau menambah sumber daya manusia pada anaknya.

Page 5: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Gambar 2. Keseimbangan Tingkat Pengembalian Investasi Dalam Modal Fisik Setara Dengan Tingkat

Diskonto Endogen

Sumber: Becker, Murphy, dan Tamura. 1990. Human Capital, Fertility, and Economic Growth.

Chicago: University of Chicago Press.

Keseimbangan stok modal fisik positif ketika steady state dengan 𝐻 = 0. Keseimbangan

tingkat pengembalian pada investasi dalam modal fisik setara dengan tingkat diskonto endogen.

[𝑎(𝑛𝑢)]−1 = 𝑅𝑘 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐻 = 0, 𝐾 = 𝐾𝑢 ,

(4)

Dimana 𝑅𝑘 adalah tingkat pengembalian investasi dari K.

Jumlah per kapita dari modal fisik pada steady state dengan 𝐻 = 𝐻∗ cenderung lebih besar daripada

steady state dengan 𝐻 = 0 karena tingkat diskonto yang lebih rendah, walaupun keseimbangan stok per

kapita dari modal fisik dipengaruhi juga oleh derajat komplementaritas atau substitusi dalam produksi

antara 𝐾 dan 𝐻. Bagaimanapun, jika 𝐻 tumbuh pada tingkat konstan pada steady state, keseimbangan

stok modal fisik pun akan tumbuh konstan.

Sektor konsumsi pun memiliki fungsi produksi Cobb-Douglas sebagai berikut:

𝐶𝑡 + 𝑓𝑛𝑡 = 𝐷𝑙𝑡(𝑑𝐻0 + 𝐻𝑡),

Dimana 𝑐 adalah konsumsi per kapita orang dewasa, 𝐷 mengukur produktivitas sektor ini, 𝑙 adalah waktu

yang dihabiskan tiap orang dewasa untuk memproduksi barang konsumen, dan 𝑑 adalah tingkat

pertukaran antara 𝐻0 dan 𝐻. Fertilitas yang Diharapkan dan Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (Robert J. Willis:2016)

Model teoritis dari perilaku keluarga ditunjukkan oleh model permintaan fertilitas sebagai berikut,

𝑁 = {𝑁0(𝐻, 𝑇) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑅 = 0 𝑁1(𝐻, 𝑘, 𝑇)

𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑅 = 1 𝑅 = 𝑅(𝑆0 (𝐻, 𝑇), 𝐻, 𝑘, 𝑇) (1)

Jika 𝑁0 adalah fungsi permintaan milik keluarga untuk jumlah anak jika istri tidak bekerja (𝑅 = 0) dan

keluarga menghadapi fungsi permintaan tipe-𝐾; 𝑁1 adalah fungsi permintaan jika istri bekerja ( 𝑅 = 1) dan keluarga menghadapi batasan 𝐽 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐽∗; dan 𝑅 adalah fungsi angkatan kerja istri dimana fungsi

permintaan untuk 𝑆 di bawah batasan tipe- 𝐾, 𝑆0(𝐻, 𝑇) telah disubstitusi untuk S. Sebelum 𝑁0, 𝑁1, dan

𝑅 diselidiki persamaan di atas akan dirumuskan kembali agar lebih cocok untuk tujuan empiris.

Meskipun model teoritis berkonsentrasi pada keluarga hipotetis tunggal, implikasi empiris

harus diuji dengan data populasi keluarga, beberapa proporsi yang menghadapi batasan 𝐽 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐽∗ dan

Page 6: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

proporsi yang ada yang menghadapi batasan tipe- 𝐾. Karena hubungan permintaan, 𝑁1 dan 𝑁0, antara

fertilitas dan ukuran dari 𝐻, 𝑘, 𝑑𝑎𝑛 𝑇 diharapkan untuk membedakan dua kelompok karena perbedaan

pada kedua batasan tersebut.

Namun, prosedur ini hanya valid di bawah asumsi tap keluarga memiliki selera yang identic

dan teknologi konsumsi yang sama, tiap istri memiliki fungsi penerimaan yang sama, dan tidak ada

kelahiran aksidental.

Perubahan Demografi dan Dampaknya pada Ekonomi (Bloom dan Canning dalam Shoven:2005)

Perubahan demografi dan kemungkinan dampak umum ekonominya dideskripsikan oleh

Bloom dan Canning dalam Shoven (2005:30). Terdapat pembahasan bagaimana demografi berpengaruh

pada pertumbuhan ekonomi: (a) pengaruh pasar tenaga kerja, (b) pengaruh pada tabungan dan akumulasi

modal, dan (c) pengaruh pada pendaftaran pendidikan dan sumber daya manusia. Pengaruh pasar tenaga

kerja dapat dijelaskan dengan melihat rasio ketergantungan yang menunjukkan pengaruh struktur usia

yang signifikan. Pengaruh pada tabungan dan akumulasi modal didasarkan oleh asumsi pasar modal

internasional yang tidak sempurna. Bagaimanapun, teori siklus hidup tidak dapat menjelaskan kenaikan

kuat dalam tabungan Asia Timur tingkat suku bunga tabungan pada dekade lalu, akan tetapi

meningkatnya harapan hidup dengan kebutuhan pada pendapatan pensiun nampaknya penjelasan yang

menjanjikan. Pengaruh pada pendaftaran sekolah dan sumber daya manusia bekerja melalui harapan

hidup yangmana predictor kuat dari tingkat pendaftaran sekolah dalam kajian antar negara menurut

Behrman dalam Shoven (2005:30).

Pengaruh Perubahan Populasi pada Pertumbuhan Ekonomi (Bloom, Canning dan Sevilla dalam

Shoven:2005)

Terdapat perdebatan mengenai pengaruh perubahan populasi pada pertumbuhan ekonomi oleh

Bloom, Canning, dan Sevilla dalam Shoven (2005:32). Terdapat tiga arahan utama:

1. Teori pesimistik yang ditunjukkan oleh Bloom dan Canning dalam Shoven (2005:32),

singkatnya, yang menyatakan pertumbuhan penduduk dapat menghalangi pembangunan

ekonomi.

2. Teori optimistic melihat kemungkinan pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi melalui kecerdasan dan skala ekonomi. Ditambah lagi, tekanan ekonomi pada sumber

daya dapat mendorong inovasi.

3. Teori netralistik melihat tidak ada pengaruh signifikan pada pertumbuhan ekonomi. Tiga

wilayah riset utama yang menjadi alasan bangkitnya netralisme penduduk pada tahun 1980-an

menurut Kelley Shoven (2005:32) adalah:

a. Semakin berkurangnya sumber daya alam yang tidak dipengaruhi secara kuat oleh

pertumbuhan penduduk karena adanya teknologi dan alokasi pasar dari sumber daya

yang efisien.

b. Dampak dari reduksi tabungan pada pertumbuhan ekonomi pada pertumbuhan

populasi tidak dapat ditemukan.

c. Pertumbuhan penduduk tidak mengarah pada diversifikasi sumber daya apapun pada

wilayah produktif secara ekonomis.

Spesifikasi dari Pengaruh Struktur Usia (Shoven:2005)

Terdapat banyak aspek dari perilaku manusia seperti penawaran tenaga kerja,

tabungan, aktivitas kriminal, dan usia spesifik. Ketika menghitung pengaruh struktur usia

timbul tantangan seperti konsekuensi dari tingginya dimensi dari struktur usia penduduk.

Beberapa peneliti menggunakan pembagian umur seoerti pada Beaudry dan Collard pada tahun

2003, ataupun menggabungkan keduanya yaitu pembagian umur dan rasio ketergantungan.

C. Metode Penelitian dan Analisis Data

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat fertilitas di

negara-negara ASEAN. Tingkat fertilitas total menurut World Bank merepresentasikan jumlah

anak yang dilahirkan seorang perempuan jika ia hidup hingga akhir tahun-tahun melahirkan

anak dan melahirkan anak sesuai dengan usia spesifik tingkat fertilitas pada tahun yang telah

ditentukan.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendapatan per

kapita, partisipasi angkatan kerja, pendidikan, rasio kebergantungan, dan tingkat

Page 7: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

pengangguran. Pendapatan per kapita, partisipasi angkatan kerja perempuan, lama masa

sekolah, rasio ketergantungan usia dan tingkat pengangguran menunjukkan ketidakpastian

ekonomi dalam mempengaruhi keputusan memiliki anak.

Tabel 3.1 Sumber Data Penelitian

A Satuan Sumber Data

Pendapatan per Kapita PDB per kapita (PPP, USD) World Bank

Rata-rata Masa Sekolah Jumlah tahun yang dihabiskan

penduduk untuk sekolah

UNDP

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja,

persentase dari Penduduk Usia

15-64 (dimodelkan oleh

perkiraan ILO)

World Bank

Rasio Ketergantungan Jumlah penduduk usia muda

dan usia tua dibagi dengan

jumlah penduduk usia

produktif dikali 100% dalam

bentuk persentase

World Bank

Tingkat Pengangguran Persentase dari jumlah

pengangguran dibandingkan

jumlah angkatan kerja

World Bank

Tingkat Fertilitas Rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan oleh pasangan

menikah

World Bank

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model regresi data panel yang dibantu dengan

program eviews. Regresi data panel menawarkan data yang lebih informatif, beragam, tidak lebih

kolinear antar variabelnya, derajat kebebasan yang lebih tinggi, dan lebih efisien. Model ini

mengkombinasikan time series dari observasi cross-section. Model panel mempelajari pengulangan

cross-section sehingga cocok untuk mengkaji dinamika perubahan seperti pengangguran, job turnover,

dan mobilitas tenaga kerja seperti yang dijelaskan oleh Gujarati (2004:332).

𝐹𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝛼 + 𝛽1𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 + 𝛽2𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 + 𝛽3𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 + 𝛽4𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑒𝑏𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛+ 𝛽5𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛 𝜀𝑖𝑡

Dimana :

𝛼 = Konstanta

𝛽1𝛽2𝛽3𝛽4𝛽5 = Perubahan Y untuk Perubahan X

Fertilitas = Tingkat Fertilitas (%)

Pendapatan per Kapita = Pendapatan per Kapita (PPP, USD)

Partisipasi Angkatan Kerja = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

Pendidikan = Rata-rata Masa Sekolah

Rasio Ketergantungan = Perbandingan Jumlah Penduduk Usia Non Produktif per Jumlah Penduduk

Usia

Produktif (%)

Tingkat Pengangguran = Jumlah Pengangguran per Jumlah Angkatan Kerja (%)

𝜀𝑖𝑡 = Error Term

D. Hasil dan Pembahasan

Uji Chow

Chow test dilakukan dengan uji F statistiks merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk

memilih apakah lebih baik menggunakan model Pooled Least Square atau Fixed Effect. Terdapat

hipotesis dalam pengujian ini sebagai berikut :

𝐻0 : model common efect

𝐻1 : model fixed effect

Page 8: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka model yang dipilih untuk digunakan adalah model fixed

effect dan jika nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka yang dipilih adalah model common effect. Dengan

bantuan aplikasi Eviews 8.0 diperoleh hasil uji chow disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.7.1.1 Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistik d.f. Prob.

Cross-section F 24.491371 (9,265) 0.0000

Cross-section Chi-square 169.481058 9 0.0000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel output di atas, terdapat hasil prob. chi-square untuk hasil estimasi uji Chow

adalah senilai 0,0000. Karena nilai prob. chi-square < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model

yang digunakan adalah model fixed effect. Selanjutnya, dilakukan uji hausman untuk memilih antara

model fixed effect atau random effect.

Uji Hausman

Uji hausman digunakan untuk menentukan model yang lebih baik digunakan antara pendekatan

Random Effect atau Fixed Effect. Dengan menjalankan aplikasi software Eviews 8.0 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.7.1.2 Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistik Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 22.305029 5 0.0005

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel output di atas, didapatkan hasil bahwa prob. chi-square untuk hasil estimasi uji

hausman adalah senilai 0,0000. Karena nilai prob. chi-square < 0,0005, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendekatan menggunakan Fixed Effect.

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model telah memenuhi BLUE (Best

Linear Unbiased Estimator). Asumsi klasik dipenuhi jika telah diketahui apakah model lolos dari uji

multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu data terdistribusi secara normal.

Gambar 4.7.2 Uji Normalitas jarque-Bera

Page 9: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

0

4

8

12

16

20

24

-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Series: ResidualsSample 1 280Observations 280

Mean 3.47e-16Median -0.074557Maximum 2.018719Minimum -1.459408Std. Dev. 0.661432Skewness 0.231440Kurtosis 2.791274

Jarque-Bera 3.007961Probability 0.222244

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan hasil output di atas, bahwa nilai probability sebesar 0,22224 Karena nilai probabilitasnya

adalah (0,22224) > 0,5, maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah beberapa atau semua variabel bebas

memiliki korelasi tinggi. Dengan menjalankan aplikasi Eviews diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7.3.2 Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors

Date: 02/05/21 Time: 13:33

Sample: 1 280

Included observations: 280

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 0.259120 162.8679 NA

INCOME_CAP 4.09E-12 2.345762 1.575367

EDU 0.000964 27.14373 2.874802

LFPR 2.08E-05 48.94736 1.828068

ADR 1.27E-05 25.93464 1.514066

UNEMP 0.001329 8.575661 2.335036

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Dari output di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas karena nilai VIF untuk

variabel ukuran pendapatan per kapita, tingkat partisipasi angkatan kerja, rasio ketergantungan usia,

tingkat pengangguran dan tingkat pendidikan berada di bawah 10.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain

pada model regresi. Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu

dengan membandingkan angka Durbin-Watson hitung (DW) dengan nilai kritisnya (dL dan dU). Kriteria

pengambilan kesimpulan :

Jika DW < dL atau DW > 4 – dL, maka terdapat autokorelasi.

Jika dU < DW < 4 – dU, maka tidak terdapat autokorelasi.

Jika dL ≤ DW ≤ dU atau 4 – dU ≤ DW ≤ 4 – dL, uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan

yang pasti (inconclusive).

Dengan ukuran sampel n = 280, = 0,05 dan banyaknya variabel independen k = 5, didapat nilai kritis

dL = 1,7176 dan dU =1,8199. Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7.3.3 Hasil Uji Autokorelasi

Page 10: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

R-squared 0.895585 Mean dependent var 3.47E-16

Adjusted R-squared 0.892898 S.D. dependent var 0.661432

S.E. of regression 0.216463 Akaike info criterion -0.194640

Sum squared resid 12.74488 Schwarz criterion -0.090789

Log likelihood 35.24956 Hannan-Quinn criter. -0.152985

F-statistik 333.2857 Durbin-Watson stat 1.863989

Prob(F-statistik) 0.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,578. Karena nilai DW berada di antara

dU (1,8199) < DW (1.863989) < 4 – dU (2,1801), artinya tidak tidak terdapat autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas.. Hasil uji heteroskedastisitas

White dengan aplikasi Eviews adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistik 1.815257 Prob. F(5,19) 0.1579

Obs*R-squared 8.081809 Prob. Chi-Square(5) 0.1518

Scaled explained SS 2.916571 Prob. Chi-Square(5) 0.7128

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel output di atas, tampak bahwa nilai probabilitas obs*R-Square > 0,05 , maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Statistik

Koefisien determinasi digunakan untuk mengestimasi seberapa besar kemampuan variabel

dependen menjelaskan variabel independen dalam model ini adalah pengaruh pendapatan per kapita,

pendidikan, angkatan kerja perempuan, rasio ketergantungan usia dan tingkat pengangguran secara

bersama-sama terhadap tingkat fertilitas. Besaran pengaruh ini memiliki kisaran dari interval 0 hingga 1

atau 0% hingga 100%.

Tabel 4.7.3.1 Analisis Koefisien Determinasi

Dependent Variable: TFR

Method: Panel Least Squares

Date: 02/05/21 Time: 13:13

Sample: 1990 2017

Periods included: 28

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 280

Variable Coefficient Std. Error t-Statistik Prob.

C 3.060613 0.407284 7.514683 0.0000

INCOME_CAP -0.168514 0.017697 -9.522149 0.0000

EDU -0.208385 0.039400 -5.288895 0.0000

LFPR -0.311259 0.082347 -3.779865 0.0002

ADR 0.237547 0.042929 5.533529 0.0000

UNEMP 0.050400 0.015883 3.173236 0.0017

R-squared 0.945828 Mean dependent var 0.923248

Adjusted R-squared 0.942966 S.D. dependent var 0.360592

S.E. of regression 0.086116 Akaike info criterion -2.014164

Sum squared resid 1.965223 Schwarz criterion -1.819443

Page 11: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Log likelihood 296.9830 Hannan-Quinn criter. -1.936061

F-statistik 330.4861 Durbin-Watson stat 0.142975

Prob(F-statistik) 0.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan hasil output Eviews 8.0 di atas, diperoleh nilai R-squared sebesar 0.945828. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa variabel independen yaitu pendapatan per kapita, pendidikan, angkatan kerja

perempuan, ketergantungan usia dan tingkat pengangguran dapat menjelaskan variabel dependen yang

dalam model ini adalah tingkat fertilitas sebesar 94,6%. Sementara, sisanya sebesar 5,4% dapat

dijelaskan variabel lain di luar model yang terdapat pada penelitian ini.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya suatu pengaruh dari variabel-variabel bebas secara

bersama-sama atas suatu variabel tidak bebas digunakan uji F atau pengujian secara simultan. Dalam

model ini, perlu diketahui bagaimana kelima variabel bebas secara bersama-sama mampu

mempengaruhi variabel terikat dengan signifikan secara statistik.

Hasil uji F dengan melakukan olah data melalui Eviews 8.0 maka didapatkan hasil pada tabel

berikut:

Tabel 4.7.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Dependent Variable: TFR

Method: Panel Least Squares

Date: 02/05/21 Time: 13:13

Sample: 1990 2017

Periods included: 28

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 280

Variable Coefficient Std. Error t-Statistik Prob.

C 3.060613 0.407284 7.514683 0.0000

INCOME_CAP -0.168514 0.017697 -9.522149 0.0000

EDU -0.208385 0.039400 -5.288895 0.0000

LFPR -0.311259 0.082347 -3.779865 0.0002

ADR 0.237547 0.042929 5.533529 0.0000

UNEMP 0.050400 0.015883 3.173236 0.0017

R-squared 0.945828 Mean dependent var 0.923248

Adjusted R-squared 0.942966 S.D. dependent var 0.360592

S.E. of regression 0.086116 Akaike info criterion -2.014164

Sum squared resid 1.965223 Schwarz criterion -1.819443

Log likelihood 296.9830 Hannan-Quinn criter. -1.936061

F-statistik 330.4861 Durbin-Watson stat 0.142975

Prob(F-statistik) 0.000000

Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai Prob. F hitung sebesar 0,000000. Karena nilai Prob. F hitung

(0,000000) < 0,05, maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara simultan

terdapat pengaruh pada variabel pendapatan per kapita, pendidikan, angkatan kerja perempuan,

ketergantungan usia dan tingkat pengangguran secara bersama-sama berpengaruh signifikan secara

statistik terhadap tingkat fertilitas.

Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Sejumlah sampel pengujian 280 data dilakukan regresi. Hasil uji t berdasarkan olah data yang

dilakukan dengan Eviews 8.0 didapatkan hasil sebagaimana ditampilkan tabel berikut :

Page 12: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Untuk mengetahui besarnya pengaruh pendapatan per kapita, pendidikan, angkatan kerja

perempuan, rasio ketergantungan usia dan tingkat pengangguran terhadap tingkat fertilitas, maka

digunakan analisis regresi dengan persamaan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh bentuk persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut:

Y = 3.060613 - 0.168514X1 - 0.208385X2 - 0.311259 X 3 + 0.237547X4 + 0.050400X5

Nilai koefisien regresi pada variabel-variabel bebasnya menggambarkan apabila diperkirakan variabel

bebasnya naik sebesar satu satuan jika nilai variabel bebas lainnya diasumsikan konstan (berlaku ceteris

paribus) atau sama dengan nol, maka nilai variabel terikat akan naik atau bisa turun sesuai dengan tanda

pada koefisien regresi variabel bebasnya.

Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai konstanta sebesar 3.060613 Artinya, jika

variabel tingkat fertilitas tidak dipengaruhi oleh kelima variabel bebasnya yaitu pendapatan per kapita,

pendidikan, angkatan kerja perempuan, ketergantungan usia dan tingkat pengangguran (bernilai nol),

maka besarnya rata-rata tingkat fertilitas akan bernilai 3.060613. Jika dilihat nilai probabilitasnya 0.0000

lebih kecil daripada α = 5% maka konstantanya signifikan secara statistik.

Tanda koefisien regresi variabel bebas menunjukkan arah hubungan negatif dari variabel

𝑋1 dengan tingkat fertilitas. Koefisien regresi untuk variabel bebas 𝑋1 bernilai negatif, menunjukkan

hubungan yang tidak searah antara pendapatan per kapita dengan tingkat fertilitas. Koefisien regresi

variabel 𝑋1 sebesar 0.23754 sehingga untuk setiap pertambahan pendapatan per kapita sebesar satu

satuan akan menyebabkan menurunnya tingkat fertilitas sebesar 0.23754. Jika dilihat nilai

probabilitasnya 0.0000 lebih kecil daripada α = 5% maka pendapatan per kapita signifikan terhadap

tingkat fertilitas secara statistik

Koefisien regresi untuk variabel bebas 𝑋2 bernilai negatif, menunjukkan hubungan yang tidak

searah antara pendidikan dengan tingkat fertilitas. Koefisien regresi variabel 𝑋2 sebesar 0.311259

sehingga setiap pertambahan pendidikan sebesar satu satuan akan menyebabkan menurunnya tingkat

fertilitas sebesar 0.208385. Jika dilihat nilai probabilitasnya 0.0000 lebih kecil daripada α = 5% maka

pendidikan signifikan terhadap tingkat fertilitas secara statistik.

Koefisien regresi untuk variabel bebas 𝑋3 bernilai negatif, menunjukkan hubungan yang tidak

searah antara tingkat partisipasi angkatan kerja perempuann dengan tingkat fertilitas. koefisien regresi

variabel 𝑋3 sebesar 0.372635 mengandung arti untuk setiap pertambahan tingkat partisipasi angkatan

kerja perempuan sebesar satu satuan akan menyebabkan menurunnya tingkat fertilitas sebesar 0.372635.

Jika dilihat nilai probabilitasnya 0.0002 lebih kecil daripada α = 5% sehingga tingkat partisipasi angkatan

signifikan terhadap tingkat fertilitas secara statistik.

Koefisien regresi untuk variabel bebas 𝑋4 bernilai positif, menunjukkan hubungan yang tidak

searah antara ketergantungan usia dengan tingkat fertilitas. koefisien regresi variabel 𝑋4 sebesar

0.237547 mengandung arti untuk setiap pertambahan rasio ketergantungan usia sebesar satu satuan akan

menyebabkan meningkatnya tingkat fertilitas sebesar 0.237547. Jika dilihat nilai probabilitasnya 0.0000

lebih kecil daripada α = 5% sehingga rasio ketergantungan usia terhadap tingkat fertilitas signifikan

secara statistik.

Koefisien regresi untuk variabel bebas 𝑋5 bernilai negatif, menunjukkan hubungan yang tidak

searah antara tingkat pengangguran dengan tingkat fertilitas. koefisien regresi variabel 𝑋5 sebesar

0.050400 mengandung arti untuk setiap pertambahan tingkat pengangguran sebesar satu satuan akan

menyebabkan meningkatnya tingkat fertilitas sebesar 0.050400. Jika dilihat nilai probabilitasnya 0.0017

lebih besar daripada α = 5% sehingga tingkat pengangguran tidak signifikan terhadap tingkat fertilitas

secara statistik.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya mengenai pengaruh pendapatan per kapita,

tingkat partisipasi angkatan kerja, dan pendidikan terhadap fertilitas di negara-negara ASEAN dapat

ditarik kesimpulan yaitu,

Pendapatan per kapita secara signifikan memiliki hubungan negatif terhadap tingkat fertilitas. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita maka akan menurunkan tingkat fertilitas di

negara-negara ASEAN.

Page 13: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan secara signifikan memiliki hubungan negatif

terhadap tingkat fertilitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat fertilitas di negara-negara ASEAN.

Pendidikan secara signifikan memiliki hubungan negatif terhadap tingkat fertilitas. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan mengakibatkan penurunan pada tingkat fertilitas di

ASEAN. Rasio ketergantungan usia secara signifikan memiliki hubungan positif terhadap tingkat

fertilitas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat rasio ketergantungan usia akan

menurunkan tingkat fertilitas di negara-negara ASEAN. Tingkat pengangguran secara signifikan

memiliki hubungan positif terhadap tingkat fertilitas. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat

pengangguran maka akan menurunkan tingkat fertilitas di negara-negara ASEAN.

Berdasarkan kesimpulan tersebut, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan rekomendasi

atau perhatian bagi pemerintah di negara-negara ASEAN untuk merumuskan kebijakan demografi

ekonomi. Variabel bebas dalam penelitian ini yang memiliki hubungan negatif dalam mempengaruhi

perilaku fertilitas. Pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, tingkat partisipasi angkatan kerja

perempuan sebagai variabel bebas yang secara statistik memiliki signifikansi dalam mempengaruhi

perilaku fertilitas menunjukkan bahwa ASEAN harus mempersiapkan kebijakan agar terhindar dari

penuaan populasi, mempelajari pengalaman Asia Timur seperti dalam penelitian Yakita (2017:125).

Sedangkan, untuk variabel bebas yang memiliki hubungan positif, yaitu tingkat pengangguran

dan rasio ketergantungan usia. Pengaruh tingkat pengangguran pada tingkat fertilitas berdasarkan teori

neoklasik menurut Signe dan Ozcan (2013:1). Maka dari itu, diperlukan penelitian yang lebih detail

mengenai pengangguran karena berdasarkan gender maupun kelompok usia hasailnya dapat berbeda.

Sementara itu, pengangguran dapat mereduksi biaya waktu dari melahirkan dan mengasuh anak. Oleh

karena adanya keragaman hasil penelitian terdahulu dan juga hasil penelitian ini, diperlukan penelitian

yang lebih spesifik. Rasio ketergantungan usia muda dan lanjut usia, misalnya.

Menurut The Economist (2013), ASEAN akan mengalami tingkat pengganti kependudukan

yang akan membantu meningkatkan pembangunan ekonomi. Meski begitu, ASEAN harus berhati-hati

setelah meraih tingkat pengganti dalam kependudukan agar tidak mengalami penuaan penduduk atau

tingkat fertilitas negatif.

NOMENKLATUR

𝑈𝑚 = manfaat marjinal dari anak laki-laki

𝑈𝑚 = manfaat marjinal dari anak perempuan

𝑃= probabilitas dari laki-laki

𝑇 = waktu orangtua

𝑙 = waktu yang dihabiskan di pasar tenaga kerja

ℎ = jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengasuh anak

𝑢(𝑐)= fungsi manfaat masa sekarang

𝑒= elastisitas konstan atas manfaat yang dirasakan orangtua

𝑛∗ = steady state tingkat fertilitas

𝐻 = tingkat pertumbuhan

𝑅𝑘= tingkat pengembalian investasi dari K

𝑐 = konsumsi per kapita orang dewasa

𝐷 = mengukur produktivitas sektor konsumsi

𝑙 = waktu yang dihabiskan tiap orang dewasa untuk memproduksi barang konsumen

𝑑 = tingkat pertukaran antara 𝐻0 dan 𝐻

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada dosen pembimbing dan dosen

penguji. Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

Page 14: PENGARUH PENDAPATAN PER KAPITA, TINGKAT …

DAFTAR PUSTAKA

Asia, S. (2004). Fertility and Transition Southeast Anu Rammohan in South and Southeast Asia. India:ISEAS.

Becker, Gary. (2003). A Treatise on the Family. Chicago: University of Chicago Press.

Becker, G. S. (1973). Journal of Political Economy. Chicago: University of Chicago Press.

Becker, G. S., Murphy,K., dan Tamura,R. (1990). Human Capital, Fertility, and Economic Growth. Chicago:

University of Chicago.

Bloom, Canning, Fink & Finlay. 2007. Fertility, Female Labor Force Participation, And The Demographic

Dividend. Massachucetts: National Bureau of Economic Research.

ERIA. (2017) Leveraging on ASEAN's Growing Economy to Tackle ASEAN's Ageing Population. ERIA:

Jakarta, diakses online melalui https://www.eria.org/news-and-views/leveraging-on-aseans-growing-

economy-to-tackle-aseans-ageing-population/

Kujis. 2017. ASEAN's Impending Demografic Troubles. Brink: diakses online melalui

https://www.brinknews.com/aseans-impending-demographic-troubles.

Shoven. (2011). Demography & The Economics.Chicago: University of Chicago Press.

Subramaniam, T., Loganathan, N., & Devadason, E. S. (2018). DETERMINANTS of FEMALE FERTILITY in

ASEAN-5: EMPIRICAL EVIDENCE from BOUNDS COINTEGRATION TEST. Singapore: World

Scientific.

The Economist. 2013. The disappearing workforce? Why countries in Southeast Asia need to think about

fertility rates before it's too late. The Economist.

Wahyudi (2016). Konsep dan Penerapan Ekonometrika Menggunakan E-Views. Raja Grafindo: Jakarta.