pengaruh pendidikan dan pendapatan orang
DESCRIPTION
pengaruhTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang
pembangunan. Pandangan ini mengandung suatu pengertian bahwa pendidikan dapat
memotori dan menopang proses pembangunan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi
salah satu kebutuhan masyarakat yang dianggap sangat penting. Namun cukup
banyak permasalahan yang dihadapi dalam proses pemenuhan akan pendidikan,
khususnya di Indonesia yaitu masalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan dari
lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari kualitas lulusan yang
dihasilkannya.
Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah prestasi belajar
yang dicapai oleh siswa. Menurut Muhibbin (2011: 141), “Prestasi belajar adalah
tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah
program”. Prestasi belajar ini digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa
pada akhir jenjang pendidikan tertentu. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat
dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik (Syaodih, 2003: 102-103).
Rendahnya prestasi belajar merupakan salah satu masalah yang sering kita
jumpai dalam masyarakat kita dan masalah ini hampir terdapat di seluruh sekolah
baik itu tingkat dasar, menengah bahkan di perguruan tinggi. Sebagai bangsa yang
ingin maju, kita juga tentu menginginkan agar kualitas pendidikan kita dapat
meningkat. Tetapi persoalannya adalah bahwa masalah pendidikan ini sangat
2
kompleks yang terkait dengan berbagai hal, dari masalah kebijakan pemerintah
secara nasional sampai dengan masalah yang menyangkut masing-masing peserta
didik.
Mengingat pentingnya mutu pendidikan, maka perlulah kiranya untuk
menyelidiki variabel-variabel yang berhubungan dan sejauh mana hubungan tersebut
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena kebanyakan orang percaya
kegagalan anaknya disebabkan oleh kemampuan otaknya yang kurang. Mereka
belum menyadari bahwa masih banyak faktor lain yang ikut menentukan
keberhasilan studi anak. Meskipun kita tidak dapat menyangkal bahwa otak yang
cerdas merupakan faktor yang dominan dalam menentukan studi seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar banyak jenisnya, tetapi
dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor ekstern dan faktor intern. Ini sesuai
dengan pendapat Slameto (2003 : 54) yang menyatakan bahwa, “Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu
faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor ekstern yaitu faktor yang ada pada luar
individu, dapat berasal dari keluarga, sekolah, masyarakat, sebagai contoh yaitu
keharmonisan keluarga, pendidikan dan pendapatan orang tua. Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu siswa, baik berasal dari jasmani maupun rohani
seperti cacat tubuh, aspek psikologis anak dan sikap siswa terhadap pelajaran
tertentu.
Faktor penentu keberhasilan belajar dalam proses pembelajaran adalah
individu sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, dan
keterlibatan individu dalam pembelajaran, maka hasil belajar kurang maksimal.
3
Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun untuk pertama kalinya
aktivitas belajar dilakukan dalam lingkungan keluarga, sebab keluarga adalah
lingkungan yang pertama dan utama bagi pendidikan anak. Kondisi keluarga sangat
berpengaruh terhadap perilaku siswa, karena dari lingkungan inilah siswa mulai
berinteraksi dengan orang lain, baik keluarga maupun masyarakat sekitarnya.
Variabel status keluarga seperti tingkat pendidikan orangtua telah dianggap
sebagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi akademik anak-anak. Tingkat
pendidikan orang tua akan menentukan cara orang tua dalam membimbing dan
mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan. Tingkat pendidikan orang tua yang
rendah akan cenderung sempit wawasannya terhadap pendidikan, sedangkan tingkat
pendidikan orang tua yang tinggi akan lebih luas wawasannya terhadap pendidikan.
Mereka akan mengarahkan dan membimbing anaknya untuk terus menambah ilmu
sehingga anak tersebut mempunyai minat dalam belajar.
Kemudian pendapatan sebuah keluarga juga sangat berpengaruh terhadap
kelancaran proses belajar anak. Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang
dikenal oleh anak dan dalam keluarga ini dapat ditanamkan sikap-sikap yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Keluarga bertanggung jawab
menyediakan dana untuk kebutuhan pendidikan anak. Keluarga (orang tua) yang
mempunyai pendapatan tinggi tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan sekolah anak, berbeda dengan orang tua yang pendapatannya
rendah. Contohnya anak dalam belajar akan sangat memerlukan sarana penunjang
belajarnya, yang kadang-kadang harganya mahal. Bila kebutuhannya tidak terpenuhi
maka ini akan menjadi penghambat bagi anak dalam pembelajaran.
4
Sikap adalah faktor intern yang mempengaruhi proses belajar dan hasil
belajar siswa. Sikap diartikan sebagai penilaian seseorang terhadap suatu obyek,
situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar
maupun pengalaman di lapangan yang menyatakan rasa suka (respon positif) dan
rasa tidak suka (respon negatif).
Dalam pembelajaran matematika sikap sangat penting karena sikap
merupakan salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat menentukan keberhasilan
seseorang dalam proses pembelajaran. Sikap belajar ikut menentukan intensitas
kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sikap belajar yang negatif. Siswa yang sikap
belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.
Sikap mengandung tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan tingkah laku
(Azwar S, 2009: 4). Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek dan sikap terhadap
objek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Sikap belajar penting karena
didasarkan atas peranan guru dalam proses belajar mengajar. Gaya mengajar yang
diterapkan guru disekolah berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Sikap
belajar bukan saja sikap yang ditujukan pada guru , melainkan juga pada tujuan yang
dicapai, materi pelajaran, tugas, dan lain-lain. Sikap senang atau tidak senang siswa
dalam belajar matematika akan berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar yang
dicapainya.
Peneliti pernah melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP
Negeri 3 Sigli Kabupaten Pidie pada bulan Agustus sampai dengan bulan November
5
2012. Dalam proses pembelajaran, peneliti banyak menemukan perbedaan sikap
belajar antara satu siswa dengan siswa lainnya. Oleh karena itulah, peneliti menjadi
tertarik untuk membuat penelitian tentang sikap siswa tersebut.
Di samping itu, di daerah pedesaan atau di daerah pelosok penghasilan orang
tua relatif dianggap homogen. Tetapi akan menjadi lain bila kita mengamati hal yang
sama pada SMP Negeri 3 Sigli, mengingat bahwa SMP ini adalah sekolah yang
berlokasi di daerah pinggiran pantai. Sebagaimana yang dimaksudkan dari penelitian
ini penulis melihat penghasilan sebulan dari orang tua siswa. Berlatar belakang
sosiokultur pedesaan dan bahkan sekelompok orang pedesaan bersosiokultur
perkotaan, maka tentu penghasilan keluarga disana juga jadi bervariasi dan
heterogen. Keadaan dengan penghasilan orang tua yang bervariasi dan heterogen
seperti ini menciptakan karakteristik tersendiri yang khas. Dengan kondisi
penghasilan orang tua seperti di atas juga dapat menyebabkan prestasi belajar siswa
yang beraneka ragam.
Dari paparan diatas, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pendidikan Orang Tua dan Pendapatan Orang Tua
terhadap Sikap dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 3 Sigli
Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemikiran seperti yang telah diuraikan di atas maka lingkup
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada pengaruh
pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua terhadap sikap dan prestasi belajar
6
matematika siswa serta interaksi dari variabel-variabel tersebut. Untuk lebih jelasnya
maka masalah penelitian dirumuskan seperti berikut:
a. Bagaimana pengaruh pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua
terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli? Selanjutnya
rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh langsung pendidikan orang tua dan pendapatan orang
tua terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli, baik
secara individual maupun klasikal?
b. Bagaimana pengaruh pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap
siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli?
Selanjutnya rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh langsung pendidikan orang tua, pendidikan orang tua,
dan sikap siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri
3 Sigli, baik secara individual maupun klasikal?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Pengaruh pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua terhadap sikap
belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli, baik secara individual maupun
klasikal.
b. Pengaruh pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan sikap siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli, baik secara
individual maupun klasikal.
7
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
a. Menjadi bahan informasi bagi orang tua siswa maupun para pengelola
pendidikan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan mutu pendidikan
yaitu prestasi belajar siswa.
b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya terutama yang erat
kaitannya dengan permasalahan di atas.
1.5 Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Anggapan Dasar
Menurut Arikunto (2006 : 72-73), "Anggapan dasar adalah sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang
dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian".
Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sikap dan
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern.
1.5.2 Hipotesis penelitian
Menurut Suryabrata (2004: 21), “Hipotesis penelitian adalah jawaban
sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara
emperis”. Berdasarkan latar belakang masalah dan pendapat para ahli maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
a. Pendapatan orang tua dan pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika siswa
SMP Negeri 3 Sigli.
8
b. Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini terbatas di SMP Negeri 3 Sigli tahun ajaran 2012/2013.
b. Teknik pengumpulan data yang digunakan hanya angket dan dokumentasi.
c. Penilaian yang digunakan untuk menilai prestasi belajar matematika siswa
diperoleh dari raport siswa semester ganjil.
1.7 Organisasi Laporan Penelitian
Operasi laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu dengan perincian
sebagai berikut:
Bab I Sebagai bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar
dan hipotesis penelitian, ruang lingkup penelitian, dan organisasi laporan
penelitian.
Bab II Sebagai bab landasan teori yang membahas tentang konsep dan pengertian
belajar, prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sikap
siswa dalam belajar, tingkat pendidikan orang tua, hubungan tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa, tingkat pendapatan
orang tua, dan hubungan tingkat pendapatan orang tua dengan prestasi
belajar siswa.
9
Bab III Membahas tentang metodologi penelitian yang berisikan tentang tempat
dan waktu penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data,
proses pengumpulan data dan teknik pengolahan data.
Bab IV Memuat hasil penelitian dan membahas tentang pengumpulan data,
pengolahan data, tinjauan terhadap hipotesis penelitian dan pembahasan.
Bab V Sebagai bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran
hasil penelitian.
10
B A B II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Konsep dan Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut saling berhubungan sehingga menjadi kompleks. Definisi yang tepat tentang
belajar menjadi semakin rumit, namun demikian dengan sudut pandang yang
beragam para ahli pendidikan telah mencoba memberikan definisi tentang belajar.
Winkel (Darsono, 2000: 4) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis dalam interaksi aktif subyek dengan lingkungan dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap yang
bersifat menetap”.
Pendapat senada dikemukakan oleh Garrett (Rasyad, 2003: 29) yang
menyatakan bahwa, “Belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan
diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu”. Pengertian
belajar selanjutnya dikemukakan oleh Slameto (2003: 57) yang menyatakan bahwa,
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara menyeluruh sebagai hasil
pengalaman anak itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan”. Dari sudut
pandang lain, Ahmadi (2003: 81) menyatakan bahwa, “Belajar adalah suatu proses,
bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif
dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai tujuan”.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
yang membawa perubahan tingkah laku berupa pengetahuan pada diri anak sehingga
11
terjadi perubahan-perubahan yang lebih baik dari yang dicapai sebelumnya.
Perubahan terjadi karena adanya usaha anak yang sengaja dilakukan untuk mencapai
tujuan. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan tersebut
sudah dicapai atau belum maka pengetahuan anak dapat dilihat melalui tes yang
diberikan oleh gurunya.
2.2 Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dari
suatu kegiatan belajar. Darmadi (2009: 100) menyatakan bahwa, “Prestasi belajar
adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah
melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut
mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya”.
Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses
belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emseosional, atau perubahan tingkah
laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008: 13). Sedangkan menurut
Haryati (2008: 43), ”Prestasi belajar merupakan hasil usaha yang dilakukan dan
menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk menunjukkan
kemampuan pencapaian belajar dalam waktu tertentu”.
Dari pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang telah dicapai murid, yaitu perubahan tingkah laku yang
dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi pelajaran yang telah dipelajari. Ini berarti bahwa prestasi merupakan suatu
12
ukuran berhasil tidaknya seorang siswa setelah mengikuti pelajaran tertentu termasuk
pelajaran matematika.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor yang
berasal dari diri sendiri meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan faktor yang berasal dari luar dirinya
meliputi faktor sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat dan lingkungan masyarakat), faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan
faktor lingkungan spiritual.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang
bersangkutan dengan seluruh pribadi baik fisik maupun mental. Faktor ini dibagi
menjadi dua faktor yaitu:
a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
adalah sebagai berikut:
i. Kesehatan jasmani
Kesehatan jasmani sangat mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar, anak didik yang mengalami kekurangan fisik akan mengalami
kesulitan dalam belajar. Adapun cacat jasmani yang mungkin ada pada
anak didik di antaranya adalah tuli, bisu dan sebagainya.
13
Cacat yang telah disebut di atas, jika salah satunya ada pada anak
didik maka si anak akan terganggu dalam proses belajar dan merasa
minder sehingga dia akan tertinggal dalam belajar.
ii. Kesehatan rohani
Kesehatan rohani juga sangat penting dan berpengaruh dalam
proses belajar, dapat kita lihat bahwa kegiatan yang disebut berpikir
dalam prosesnya sangat berkait dengan kemampuan kecerdasan siswa.
Kecerdasan sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajar, jika siswa lemah
dalam berpikir maka akan mengalami kesulitan dalam proses belajar.
Kegiatan belajar siswa banyak tergantung pada faktor ingatan dan
perasaan.
b. Faktor psikologis
Jika seseorang anak yang mengalami gangguan psikologis dalam
belajar akan mengganggu kebahagiaan fisik yang pada akhirnya berpengaruh
pada prestasi belajar siswa. Faktor psikologis adalah faktor yang
mempengaruhi kejiwaan. Adapun faktor ini antara lain:
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap
individu yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan belajar, cepat
tidaknya suatu permasalahan dapat dipecahkan tergantung kemampuan
intelegensinya. Winkel (Darsono, 2000: 529) menyatakan bahwa,
"Intelegensi atau kemampuan intelektual menunjukkan peranan yang
sangat penting khususnya terpengaruh kuat terhadap tinggi rendahnya
14
prestasi yang dicapai oleh siswa, kenyataan ini semakin nampak dalam
prestasi pada bidang studi yang menuntut banyak berpikir”.
b. Bakat
Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan seseorang yang
perlu dilatih dan dikembangkan agar lebih tertuju. Menurut Slameto
(2003: 57), ”Jika bahan pelajaran yang dipelajari dengan bakatnya maka
hasil belajarnya lebih baik pula”.
Bakat juga merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya
terhadap pemahaman dalam mencapai prestasi yang lebih baik bagi siswa.
Kalau sebaliknya siswa tidak mengembangkan bakat yang ada pada
dirinya maka sedikit demi sedikit bakat itu akan hilang dengan sendirinya.
c. Minat
Minat merupakan keinginan untuk belajar. Jika siswa tidak
berminat pada pelajaran maka siswa tersebut tidak memahami dengan
baik pelajaran yang disajikan, sehingga tidak berhasilnya proses belajar
seperti yang diharapkan. Menurut Sumardi (2004: 184), “Jika seseorang
tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan
bahwa ia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut”.
d. Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001: 71). Sementara itu
Dalyono (2005: 55) memaparkan bahwa, “Motivasi adalah daya
15
penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa
berasal dari dalam diri dan juga dari luar”.
Dari pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi merupakan dorongan terhadap seseorang untuk melakukan
sesuatu motivasi akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan. Motivasi sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan dalam belajar. Apabila motivasi belajar kuat maka semangat
belajar pun tinggi, sebaliknya apabila motivasi belajar lemah maka
semangat belajar pun rendah. Dengan demikian motivasi adalah suatu
faktor yang mempengaruhi belajar.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang timbul dari luar diri siswa yang
mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Slameto (2003: 2) membagi faktor ekstern
kepada tiga bagian sebagai berikut:
1. Faktor keluarga
Keluarga merupakan tempat yang pertama bagi seorang anak dalam
pembentukan moral serta tingkah laku sehari-hari dan juga memberi
ketenangan dan kegembiraan anak untuk menjalani hidup selanjutnya. Siswa
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua
mendidik relasi antara keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi
keluarga.
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, maka anak
berpikir bahwa orang tua saja tidak mau tahu tentang belajarnya, tidak pernah
16
memberikan dorongan untuk belajar. Apapun yang terjadi dalam belajar
misalnya memperoleh nilai jelek, orang tua tidak pernah menanyakan atau
memperhatikan.
2. Faktor sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai
peranan penting dalam usaha meningkatkan potensi siswa dan sekolah
mempunyai tujuan sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.
Lingkungan sekolah ditentukan oleh beberapa faktor, metode
mengajar yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan akan
mengakibatkan siswa cepat bosan. Ketidaklengkapan sarana dan prasarana
mengakibatkan gangguan dalam mencapai tujuan pendidikan sebagaimana
yang diharapkan. Kemampuan guru sangat dituntut dan memegang peranan
penting dalam usaha meningkatkan prestasi dan keberhasilan siswa.
Kurikulum yang baik, interaksi antara guru dan siswa harus terlihat akrab.
3. Faktor masyarakat
Diantara faktor-faktor masyarakat yang banyak mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah media, pergaulan siswa dan kegiatan siswa
dalam masyarakat. Rahayu (2002: 6) mengatakan ada empat faktor, yaitu:
1. Mess media, misalnya bioskop, TV, majalah, radio dan lain-lain.2. Teman bergaul.3. Aktivitas dalam masyarakat. 4. Corak kehidupan lingkungan masyarakat yang jelek, misalnya
lingkungan penjudi, prostitusi dan pencuri.
17
2.3 Sikap Siswa Dalam Belajar
2.3.1 Pengertian Sikap
Menurut Muhibbin (2011: 132), “Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tendence) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif”.
Menurut Djaali (2008: 114), “Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overt behavior)
melainkan masih bersifat tertutup (covert behavior)”. Menurut Robert R.Gabe
(Siskandar, 2008: 440), “Sikap merupakan kesiapan yang terorganisir yang
mengarahkan atau mempengaruhi tanggapan individu terhadap obyek”.
Definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, masih umum dan bersifat
teoritis. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengukurannya, oleh sebab itu Show
dan Wright (Azwar, 2000: 5) menyatakan bahwa, ”Sikap memiliki referensi atau
kelas referensi yang spesifik dan membatasi konstruksi sikap komponen afektif saja”.
Lebih jauh mereka mengemukakan, aspek afektif ini mendahului tingkah laku dan
didasarkan pada proses kognitif.
Menurut Azwar, sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin dapat mengubah sikap seseorang.
18
Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen konatif berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
Dari semua pengertian yang di ungkapan di atas dapat diambil sebuah
pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah penerimaan, tanggapan, dan penilaian
seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri
akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyebabkan
perasaan senang (positif/sangat positif) atau tidak senang (negatif/sangat negatif).
2.3.2 Tingkatan Sikap
Menurut Silverius (Riyono, 2005: 11), sikap meliputi lima tingkat
kemampuan yaitu:
a. Menerima (Receiving)
Tingkat ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut
dalam suatu fenomena atau stimulus khusus, misalnya dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk
rumusan indikatornya adalah menanyakan, menyebutkan, mengikuti, dan
menyeleksi.
b. Menanggapi/Menjawab (Responding)
Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tetapi
juga bereaksi terhadapnya. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan
untuk rumusan indikatornya adalah menjawab, berbuat, melakukan, dan
menyenangi.
19
c. Menilai (Valuing)
Tingkat ini berkenaan dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap
sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tingkat ini berjenjang mulai dari hanya
sekedar penerimaan sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi. Kata-kata
kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah
membedakan, mempelajari, dan membaca.
d. Organisasi (Organization)
Hasil belajar pada tingkat ini berkenaan dengan organisasi suatu nilai
(merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya). Kata-kata kerja
operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah
menyiapkan, mempertahankan, mengatur, menyelesaikan, dan menyusun.
e. Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai
Hasil belajar pada tingkat ini meliputi banyak kegiatan, tapi
penekanannya lebih besar diletakkan pada kenyataan bahwa tingkah laku itu
menjadi ciri khas atau karakteristik siswa tersebut. Kata-kata kerja operasional
yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menerapkan,
membenarkan cara pemecahan masalah, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini tingkatan sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dijabarkan sebagai berikut:
1. Pada tingkat pertama (menerima), sikap positif siswa dapat dilihat dari kesediaan siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika di kelas.
2. Pada tingkat kedua (menanggapi), siswa yang bersikap positif akan cenderung menyenangi pembelajaran matematika di kelas.
3. Pada tingkat ketiga (menilai), siswa yang bersikap positif akan berusaha untuk mempelajari materi matematika lebih dalam lagi. Sebagai contoh mempelajari materi matematika saat di rumah.
20
4. Pada tingkat keempat (organisasi), siswa yang bersikap positif akan berusaha menyelesaikan masalah / soal-soal matematika yang ada secara maksimal walaupun soal-soal tersebut tergolong sangat sulit.
5. Pada tingkat kelima (karakteristik), siswa yang bersikap positif terhadap pembelajaran matematika akan berusaha menerapkan pengetahuannya dalam memecahkan masalah pada kehidupan sehari-hari atau dapat berpikir kritis dalam menghadapi segala hal.
2.3.3 Pengukuran sikap
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap.
Menurut Bloom (Annisa, 2011: 20) dalam pengajaran matematika dikenal dua
kategori skala sikap yaitu “Interest and Attitude” dan “Appreciation”. Kategori
pertama mencakup lima dimensi afektif, yaitu:
1. Attitude yaitu tingkat kecenderungan positif atau egative yang berhubungan dengan suatu objek psikologis.
2. Interest atau minat yaitu kecenderungan menghayati suatu objek untuk mengenal objek tersebut.
3. Motivation (motivasi) yaitu kekuatan yang ada didalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
4. Anxiety yaitu kecemasan seseorang yang disebabkan oleh rasa ketidakmampuannya dalam memecahkan suatu permasalahan.
5. Self – concept yaitu pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang sangat dipengaruhi oleh anggapan dan pendapat dari orang lain.
Kategori kedua dibedakan atas tiga dimensi, yaitu:
1. Extrinsic Appreciation adalah aktivitas yang timbul akibat dari dorongan yang berasal dari luar diri individu.
2. Intrinsic Appreciation adalah aktivitas yang timbul karena adanya dorongan dari dalam diri individu itu sendiri.
3. Operational Appreciation adalah bentuk perbuatan intelektual yang mungkin terjadi selama proses berpikir.
Beberapa aspek sikap yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu:
a. Keyakinan
Kategori keyakinan dirancang untuk mengukur kepercayaan diri siswa
dan konsep kinerja mereka dalam matematika. Contohnya siswa yakin dapat
21
mempelajari matematika dengan baik, tidak merasa gugup dan tertekan saat
belajar matematika, dapat memecahkan masalah matematika tanpa banyak
kesulitan, dan percaya pada diri sendiri saat mengerjakan soal matematika.
b. Nilai
Nilai dari kategori matematika dirancang untuk mengukur keyakinan
siswa pada relevansi, kegunaan dan nilai matematika dalam kehidupan mereka
sekarang dan di masa depan. Contohnya dengan memahami matematika ada
keyakinan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dan berusaha memperdalam
pengetahuan tentang matematika misalnya mengikuti kursus matematika di luar
sekolah.
c. Kenikmatan
Kenikmatan dari kategori matematika dirancang untuk mengukur sejauh
mana siswa menikmati pelajaran matematika dan kelas matematika. Contohnya
senang mengikuti pelajaran mattematika dan mengerjakan latihan soal maupun
tugas matematika tepat waktu.
d. Motivasi
Kategori motivasi ini dirancang untuk mengukur minat dalam matematika
dan keinginan untuk melanjutkan studi dalam matematika. Contohnya siswa
merasa tertantang jika guru memberikan soal matematika yang sulit, dan merasa
penting untuk mendapatkan penilaian ataupun penghargaan atas latihan soal atau
tugas matematika.
22
2.3.4 Sikap Matematika
Menurut Arcavi (2006: 2), “Sikap matematika adalah kecenderungan
intelektual terhadap matematika dan pemecahan masalah, termasuk perspektif
tentang apa matematika dan aktivitas matematika”. Khalik (2006: 2) menjelaskan
bahwa, “Sikap matematika adalah faktor afektif yang sangat penting dalam
menentukan perilaku siswa dalam pemikiran matematika dan pemecahan masalah
karena upaya siswa dalam pemikiran matematis tergantung pada bagaimana mereka
tertarik dalam pemecahan masalah atau pelajaran”.
Definisi sikap matematika juga dikemukakan oleh Katagiri (2006: 13), yang
menegaskan bahwa ,”Mathematical thinking seperti sebuah sikap, di dalamnya dapat
dinyatakan sebagai keadaan "mencoba untuk melakukan" atau "bekerja untuk
melakukan" sesuatu. Hal ini tidak terbatas pada hasil yang diwakili oleh tindakan,
seperti dalam "kemampuan untuk melakukannya," atau "bisa melakukan" atau "tidak
bisa melakukan" sesuatu”.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita pahami bahwa sikap
matematika merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak
suka terhadap suatu aktifitas pemecahan masalah matematika. Perubahan sikap
seorang siswa dapat diamati dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pemecahan
matematika dan aktivitas matematika maka sikap matematika dapat diukur pada
empat dimensi pengukuran sikap yang disintesis berdasarkan definisi-definisi di atas
yaitu:
1. Memahami masalah dan tujuan serta substansi masalah dengan jelas secara
mandiri
23
2. Mencoba mengambil tindakan logis
3. Mencoba untuk mengekspresikan hal-hal dengan jelas dan ringkas
4. Mencoba mencari penyelesaian yang lebih baik.
2.4 Tingkat Pendidikan Orang Tua
2.4.1 Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 14 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 yang dimaksud pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Menurut Ihsan (2003: 05), pendidikan dapat diartikan sebagai:
1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan;2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya; 3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang
dikehendaki oleh masyarakat; 4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju
kedewasaan.
2.4.2 Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan
bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran (Ihsan, 2003: 18). Jenjang
pendidikan sekolah terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
24
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat
(Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Menurut Ihsan (2003: 22), “Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam
masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah”.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Undang-undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 18 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan menengah adalah
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial
budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan (Ihsan, 2003: 23).
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan Tinggi dapat
25
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas (Undang-
undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 19 dan 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Menurut Undang-Undang No.2 tahun 1999, pengukuran tingkat pendidikan
formal digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh pendidikan tinggi
2. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat3. Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua
adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui
pendidikan formal di sekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai
tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi.
2.5 Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Menurut Slameto (2003: 60-64), “Siswa yang belajar akan menerima
pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan”. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi memiliki sumber daya yang cenderung lebih besar, baik pendapatan, waktu,
tenaga, dan jaringan kontak, yang memungkinkan mereka untuk terlibat lebih jauh
dalam pendidikan anak. Dengan demikian, pengaruh tingkat pendidikan orang tua
pada prestasi terbaik siswa mungkin direpresentasikan sebagai hubungan yang
dimediasi oleh interaksi antara proses dan variabel status.
Literatur juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
pengetahuan orang tua, keyakinan, nilai, dan tujuan tentang pengasuhan, sehingga
26
berbagai perilaku orang tua berkaitan langsung dengan prestasi sekolah anak-anak.
Sebagai contoh, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan fasilitas
orang tua untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka, dan juga
memungkinkan orang tua untuk memperoleh model keterampilan sosial dan strategi
pemecahan masalah yang kondusif bagi sekolah untuk keberhasilan anak-anak.
Dengan demikian, siswa yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan yang lebih
tinggi mungkin memiliki hal untuk kesempurnaannya belajar, keyakinan akan
kemampuan yang lebih positif, orientasi kerja yang kuat, dan mereka mungkin
menggunakan strategi belajar yang lebih efektif daripada anak-anak dengan orang tua
yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.
Sementara banyak teori para ahli dan peneliti yang berpendapat bahwa siswa
yang memahami makna prestasi telah memiliki dasar-dasar yang cukup baik dalam
proses sosialisasi, seperti belajar melalui pengamatan permodelan orangtuanya, yang
lain berpendapat bahwa melalui kualitas pribadi mereka, anak-anak aktif terhadap
bentuk pengasuhan yang mereka terima. Orang tua mensosialisasikan anak-anak
mereka, tetapi anak-anak juga mempengaruhi orang tua mereka. Orang tua dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri
pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak mereka belajar. Dengan
tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan akan berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan akademis anak-anak.
2.6 Tingkat Pendapatan Orang Tua
Dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan yang lainnya setiap
orang memerlukan pekerjaan. Dengan bekerja mereka akan memperoleh pendapatan.
27
Apabila pendapatan tersebut dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari dan mencukupi
kebutuhan rumah tangga lainnya, maka keluarga tersebut dikatakan makmur.
Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik berupa uang
ataupun jasa. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang
untuk mengejar apa yang mereka cita-citakan.
Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, hasil dari
pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk keluarga yang
berpenghasilan menengah mereka lebih terarah kepada pemenuhan kebutuhan pokok
yang layak seperti makan, pakaian, perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan
keluarga yang berpenghasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi
segala keinginan yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan
anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Karsidi, 2008:34).
Di dalam menyekolahkan anak, masyarakat membutuhkan pembiayaan yang
tidak sangat kecil sehingga membutuhkan suatu pengorbanan sehingga pendidikan
itu dianggap sebagai suatu investasi di masa depan. Menurut Schultz (Soenarya,
2000: 31), “Pembiayaan yang dialokasikan untuk pendidikan tidak semata-semata
bersifat konsumtif, tetapi lebih merupakan suatu investasi dalam rangka
meningkatkan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan barang dan jasa.
Pendidikan di sekolah merupakan salah satu bagian investasi dalam rangka
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia”.
Investasi yang dilakukan masyarakat dalam dunia pendidikan tidak lepas dari
pengaruh pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari pekerjaan yang mereka
28
jalani. Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008)
membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata 1.500.000,00 per bulan
Menurut Lipton (Rustiadi, 2007: 99) , “Meskipun secara historis negara Asia
mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi sebagian (proportion)
dari masyarakat perdesaan masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan dan
jumlahnya tidak banyak berkurang”. Kemudian secara umum dia menyimpulkan
bahwa di dalam ekonomi telah terjadi misalokasi sumber daya antara kawasan
perkotaan dan wilayah perdesaan yang dia sebut sebagai urban biased. Kita ketahui
bahwa jumlah penduduk perdesaan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk
kota, namun bentuk permukiman penduduk perdesaan lebih tersebar, lebih miskin,
tidak berpikiran inovatif dan kurang terorganisasi dengan baik dibanding dengan
penduduk kota. Sebagai akibatnya terjadi bias dalam alokasi sumber daya yang
tercermin dalam kepincangan antara wilayah perdesaan dan kawasan perkotaan yang
secara ekonomi tidak efisien. Keadaan tersebut menyebabkan kurangnya investasi
dilakukan di wilayah perdesaan sebagai akibat dari transfer sumber daya yang
berlebihan ke arah kota-kota yang tercermin dari kurangnya fasilitas jasa-jasa umum
yang disediakan kepada masyarakat perdesaan yang miskin.
Kecenderungan umum juga terlihat dari terkonsentrasinya fasilitas umum
yang berlokasi pada pusat administrasi pemerintahan lokal, sedangkan di dalam
29
wilayah perdesaan yang jauh dan miskin bahwa fasilitas-fasilitas seperti sekolah,
puskesmas, penyuluh pertanian sering tidak dapat menjangkau. Kalaupun fasilitas
tersebut ada, tetapi ketersediaannya sangat tidak mencukupi, yang menyebabkan
sangat jauhnya perjalanan murid-murid pergi ke sekolah dan jarang dikunjungi
penyuluh pertanian, sehingga produktivitas mereka rendah.
Berdasarkan uraian di atas, pendapatan masyarakat antara satu sama lain
berbeda-beda tergantung jenis/profesi pekerjaan yang dilakukan sehingga variasi
tingkatan pendapatannya dapat berbeda-beda. Pendapatan yang dihasilkan dari
pekerjaan yang dilakukan ada yang dibayarkan per hari, mingguan atau bulanan
sehingga pendapatan inilah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
baik keperluan makan atau keperluan lain seperti untuk keberlanjutan pendidikan
anak yang merupakan suatu investasi untuk masa depan.
2.7 Hubungan Tingkat Pendapatan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
Pendidikan memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang cukup untuk berhasil,
disamping potensi fisik dan mental yang dimiliki. Biaya pendidikan yang dimaksud
di sini adalah biaya pendidikan formal, ketika biaya ini tidak dipenuhi pada saat
diperlukan maka akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan kemajuan
belajar anak.
Pernyataan di atas cukup beralasan mengingat untuk dapat mengembangkan
kecerdasan dan intelegensi anak dibutuhkan antara lain pemenuhan gizi yang cukup
dan tersedianya fasilitas belajar yang memadai. Pada golongan penghasilan kecil,
biaya yang dialokasikan untuk itu relatif kecil pula atau bahkan tidak sama sekali.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Mulyanto (2005: 68) bahwa, “Golongan yang
30
berpenghasilan kecil adalah golongan yang memperoleh pendapatan sebagai imbalan
terhadap kerja mereka yang jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan
kebutuhan pokoknya. Jadi bagaimana mungkin memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain
bila kebutuhan pokok pun sulit dipenuhi”.
Sementara itu orang tua sendiri akan mengalami tekanan yang bersifat
fundamental, sehingga tidak dapat memberikan dorongan dan dukungan bagi
keberhasilan pendidikan anak-anaknya. Lain halnya dengan orang tua yang
perekonomiannya mapan, maka sang anak akan mendapatkan kesempatan yang lebih
luas dalam mengembangkan berbagai kesempatan yang tidak dapat ia kembangkan
apabila tidak ada alat-alatnya. Hubungan sosial antara orang tua dan anak akan
berlainan coraknya apabila orang tua hidup dalam keadaan ekonomi yang serba
cukup, sebab orang tua kurang mengalami tekanan yang sifatnya fundamental.
Oleh karena itu dapat dipahami bahwa siswa dengan penghasilan orang tua
yang besar akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk meningkatkan prestasi
belajarnya. Sedangkan bagi siswa dengan tingkat penghasilan orang tua rendah maka
kesempatan untuk itu relatif sempit.
31
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu SMP Negeri 3 Sigli
Kabupaten Pidie tahun pelajaran 2012/2013. Adapun penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 29 s/d 30 April 2013.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti dalam suatu penelitian
penetapan suatu objek penelitian merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan,
karena penelitian itu sendiri bertujuan untuk mengambil kesimpulan objek secara
keseluruhan. Sedangkan sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
Untuk memperoleh keterangan mengenai populasi dan sampel dalam
penelitian ini, penulis mengutip pendapat Sudjana (2005 : 6) yang menyatakan
bahwa, “Totalisme semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan
populasi. Adapun sebagian yang di ambil dari populasi disebut sampeling”.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arikunto (2006 : 134) bahwa, “Apabila
subjeknya kurang dari 100, sampelnya lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika jumlah subyeknya
besar, sampel dapat diambil di antara 10-15% atau lebih, tergantung kemampuan
32
peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana”. Sedangkan populasi penelitian ini lebih
dari 100, maka peneliti ini mengambil sampel 15% dari populasi untuk
mempermudah dalam penelitian ini.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 3
Sigli yang berjumlah 195 siswa. Kemudian diambil sampel sebanyak 15% dari 195
siswa yaitu 29,25 dan digenapkan menjadi 30 siswa.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian. Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan
dalam penelitian agar hasil penelitian yang dibuat tidak menyimpang dari tujuan.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan beberapa
tehnik pengumpulan data, meliputi:
a. Kuesioner/angket
Yang dimaksud dengan kuesioner/angket yaitu suatu cara untuk
mendapatkan data dengan cara memberikan daftar-daftar pertanyaan yang
kemudian akan diisi oleh responden atau objek penelitian untuk memperoleh
data. Pada penelitian ini, jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
tertutup atau kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan
jawabannya. Jawaban Kuesioner disusun untuk mengetahui kecocokan responden
dengan indicator-indikator yang sudah disusun dengan menggunakan skala
Likert.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei yaitu penelitian
yang bersifat menjelaskan hubungan kausal dan untuk pengujian hipotesis.
33
Penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal antar
variabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan
sebab berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi. Variabel sebab-
akibat tersebut adalah pendidikan orang tua (X1), pendapatan orang tua (X2),
sikap belajar matematika siswa (X3), terhadap prestasi belajar matematika siswa
(Y).
Dalam penelitian ini, pertama-tama kuesioner dijustifikasi oleh dosen
pembimbing (pakar), kemudian dilakukan uji tryout kuesioner sementara yang
disebar kepada siswa SMP Negeri 2 Peukan Pidie sebanyak 30 orang. Uji tryout
ini dilakukan untuk menguji validitas dan realibilitas dari kuesioner. Jika tidak
valid dan reliabel, maka yang tidak valid akan dibuang. Jika benar-benar valid
dan reliabel, maka akan digunakan untuk penelitian pada responden
sesungguhnya.
b. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari catatan-catatan (dokumen) yang sudah ada. Tehnik ini digunakan
sebagai pelengkap data yang tidak dapat diperoleh dari tehnik angket.Tehnik
dokumentasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang prestasi belajar matematika siswa berupa nilai raport siswa di SMP
Negeri 3 Sigli semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
3.4. Uji Coba Instrumen
Agar suatu instrumen dapat memperoleh hasil yang baik, maka instrumen
harus memenuhi suatu kriteria yang baik pula. Kriteria tersebut adalah dengan
34
mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan. Sebelum
angket digunakan untuk mengumpulkan data dari subyek penelitian, terlebih dahulu
harus dilakukan uji coba instrumen. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh alat
ukur yang valid dan reliabel.
3.4.1. Uji Validitas
Validitas data menunjukkan seberapa jauh suatu test atau satu set dari
operasi-operasi untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2004: 120)
dan Azwar S (2000: 5) mengartikan validitas sebagai sejauh mana kesempatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dalam pengujian
instrumen pengumpulan data, validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan
validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari
satu faktor (antara faktor yang satu dengan yang lain ada kesamaan).
Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengorelasikan antara skor faktor
(penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan
faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengorelasikan antara
skor item dengan skor total item. Rumus yang digunakan dalam Uji Validitas Data
adalah sebagai berikut:
rxy = N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )√¿¿¿
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi suatu butir/item
N = jumlah subyek
X = skor suatu butir/item
Y = skor total (Arikunto, 2006 : 72)
35
Nilai r kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (rkritis). Bila rhitung dari rumus di
atas lebih besar dari rtabel maka butir tersebut valid. Tapi bila rhitung dari rumus di atas
lebih kecil dari rtabel maka butir tersebut tidak valid.
Menurut Juliandi (2007, 7-9), berikut langkah – langkah yang digunakan
untuk melakukan uji validitas menggunakan progam SPSS:
1. Buka progam SPSS2. Masukan skor – skor angket dan total skornya di lembar editor SPSS. Lalu
klik Variable View3. Pada kolom label, isi dengan keterangan (item X ke 1, item X ke 2, item X ke
3, dan seterusnya) sesuai dengan jumlah butir pertanyaan, dan total X4. Lalu klik menu Analyze, Correlate, Bivariat5. Blok semua item (item X ke 1,dst), klik ikon panah, sehingga seluruhnya
akan berpindah ke kotak variable, lalu klik OK6. Selanjutnya, perhatikan tabel Correlations pada halaman Output.
Instrumen valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan
nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] ≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
3.4.2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah
pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran
tersebut diulang (Priyanto, 2008: 25). Supardi (2005: 159) menjelaskan bahwa,
“Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran
relatif konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih”. Dalam setiap
penelitian, adanya kesalahan pengukuran cukup besar karena itu untuk mengetahui
hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran itu sangat diperhitungkan.
Makin kecil error pengukuran makin reliabel alat pengukur. Sebaliknya,
makin besar error makin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Realibilitas dinyatakan
dengan angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien. Koefisien yang tinggi
36
menunjukkan reliabiltas yang tinggi dan makin rendah kesalah pengukuran. Dalam
penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.
Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang
benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.
Dalam menguji reliabilitas dalam penelitian ini digunkaan uji konsistensi
internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.
r11=[ kk−1 ] [1−
∑ σb2
V t2 ]
, (Arikunto, 2006 : 193)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σb2
= jumlah varian butir/item
V t2
= varian total
Menurut Juliandi (2007, 11-12), berikut langkah – langkah yang digunakan
untuk melakukan uji reliabilitas menggunakan progam SPSS:
1. Pada progam SPSS, klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis2. Blok butir – butir item pertanyaan, lalu pindahkan ke kotak items dengan
mengklik tanda panah.3. Pada menu Model, pilih salah satu, misalnya Alpha, lalu klik OK.
Suatu angket dikatakan reliable (andal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk
menginterpretasikan tingkat keandalan dari instrument digunakan patokan dari
Suharsimi Arikunto adalah sebagai berikut:
37
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 TinggiAntara 0,600 sampai dengan 0,799 CukupAntara 0,400 sampai dengan 0,599 Agak rendahAntara 0,200 sampai dengan 0,399 RendahAntara 0,000 sampai dengan 0,199 Sangat rendah(Arikunto, 2006 : 319)
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel bila koefisien
reliabilitas (r11) ≥ 0,6. Sedangkan bila koefisien reliabilitas (r11) < 0,6 maka instrumen
penelitian tidak reliabel.
3.5. Teknik Pengolahan Data
3.5.1 Uji Prasyarat Analisis
3.5.1.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data suatu variabel normal
atau tidak. Data yang berdistribusi normal merupakan salah satu syarat dilakukannya
parametrik-test, sedangkan data yang tidak berdistribusi normal analisisnya
menggunakan non-parametrik test. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
metode lilliefors sebagai berikut:
a. Hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b. Taraf signifikansi = 5%
c. Statistika uji
L = maks {[F(Zi) – S(Zi)]}
Dimana:
F(Zi) = P(Z ≤ Zi); Z ~ N(0,1)
38
S(Zi) = proporsi cacah Z ≤ Zi terhadap seluruh Zi
Zi =
( x1−x )S ;
S =√n ∑ f i x i2 −(∑ f i x i)
2
n (n - 1 )
S = standar deviasi, x = mean sampel
d. Daerah kritik
Dk = {L L > Lα dari table lilliefors}
e. Kesimpulan
Ho ditolak jika L ∈ daerah kritik
Ho diterima jika L ∉ daerah kritik (Budiyono, 2000 : 169-170)
Menurut Ghozali (2009: 37) berikut langkah – langkah yang digunakan untuk
melakukan uji normalitas menggunakan progam SPSS:
1. Pada progam SPSS, klik menu Analyze, Nonparametric tests, 1-sample K-S2. Selanjutnya masukkan data variabel yang ingin diuji normalitasnya ke kolom
Test Variable List3. Lalu klik OK
Kriteria pengujian adalah tolak Ho nilai sig. (P-value) < 0,05 dan terima Ho
jika nilai sig. (P-value) ≥ 0,05.
3.5.1.2 Uji Linearitas Data
Uji linearitas digunakan untuk menguji apakah hubungan antara setiap
variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian bersiat linear atau tidak. Sebelum
menggunakan uji linearitas terlebih dahulu dicari persamaan regresinya. Dalam
mencari persamaan regresi ini digunakan metode kuadrat terkecil.
Persamaan regresi : Y = a + bx
Statistik uji: F =
s2 Tcs2 e (Sudjana, 2002 : 15-18)
39
Keterangan:
s = standar deviasi
Tc = rata-rata jumlah kuadrat
e = jumlah kuadrat
Hipotesis:
Ho : model regresi linier
H1 : model regresi tidak linier
Keputusan uji:
Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel dengan α = 5%, dk = k-3
Menurut Santoso (2000: 48) langkah – langkah yang digunakan untuk
melakukan uji linearitas menggunakan progam SPSS adalah sebagai berikut:
1. Klik Analyze - Compare Mean – Mean
2. Masukkan predictor (variabel bebas) ke Independent List dan variabel terikat
ke Dependent List.
3. Klik Option dan Tandai Test For Linierity.
4. Kemudian klik OK.
Perhatikan Sig pada Deviation From Linierity. Jika Sig > 0.05, maka
dinyatakan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah
Linier. Jika sig < 0.05, dapat dinyatakan hubungan yang terjadi adalah tidak Linier
(model signifikansinya terbalik dengan uji hipotesis).
3.5.1.3 Uji Multikolinieritas
40
Dalam uji multikolinieritas, menuntut bahwa antar variabel X tidak boleh ada
korelasi yang sangat tinggi, yaitu apabila harga rhitung lebih besar 0,800. Untuk
menghitung multikolinieritas menggunakan korelasi product moment guna
menghitung korelasi antar variable X.
rxy = N ∑ XY−(∑ X ) (∑Y )√¿¿¿
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi X dan Y
N = jumlah responden
∑ XY = total perkalian skor X dan Y
∑Y = jumlah skor variabel Y
∑ X = jumlah skor variabel X
∑ X2= total kuadrat skor variabel X
∑Y 2= total kuadrat skor variabel Y (Arikunto, 2006 : 213)
Pengujian multikolinieritas melalui SPSS menurut Wijaya (2010: 51) dapat
dilakukan dengan langkah berikut:
1. Buka progam SPSS2. Pilih menu Analyze – Regression – Linier 3. Pada kotak Dependent, isikan variabel terikat4. Pada kotak Independent, isikan variabel bebas5. Pada kotak Method, isikan Enter6. Pilih menu Statistic untuk memunculkan kotak dialog linear Regression :
Statistic7. Beri tanda pada pilihan Colinearity Diagnostic. Lalu klik continue
41
8. Klik OK
Deteksi multikolinieritas berdasarkan VIF dan Tolerence, yaitu model regresi
bebas multikolinieritas bila mempunyai nilai VIF sekitar 1 dan angka Tolerance
mendekati 1. Deteksi multikolinieritas berdasarkan korelasi antar variabel bebas,
yaitu model regresi bebas multikolinieritas bila koefisien korelasi antar variabel
bebas kecil (dibawah 0,5).Berdasarkan kedua kriteria tersebut dapat dilihat apakah
model regresi yang dianalisis terjadi multikolinieritas atau tidak.
3.5.2 Uji statistik
3.5.2.1 Analisis Jalur
Analisis jalur (path analysis) digunakan untuk menganalisis pola hubungan
antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui hubungan langsung atau tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Analisis jalur (path analysis) untuk pertama kali diperkenalkan oleh biolog bernama
Sewall Wright pada tahun 1921 dan selanjutnya dikembangkan ke dalam ilmu-ilmu
sosial oleh sosiolog O.D. Duncan pada tahun 1960.
Aspek teoritis analisis jalur model Sewall Wright tidak ada hal baru, analisis
regresi klasik dapat digunakan sehingga asumsi-asumsi regresi klasik terikat pada
analisis jalur tersebut. Tujuan analisis jalur adalah apakah model yang diusulkan
cocok tidak dengan data, yaitu dengan cara membandingkan matriks korelasi teoritis
dengan matriks korelasi empiris. Jika kedua matriks relatif sama, maka model
dikatakan cocok atau fit. Manfaat dari model analisis jalur adalah untuk menjelaskan
fenomena yang diteliti, memprediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai
variabel bebas (X).
42
Langkah-langkah menguji analisis jalur adalah sebagai berikut (Kuncoro,
2008: 116-117):
4. Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural
5. Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi
a. Gambar diagram jalur lengkap dengan sub-sub struktural yang sesuai
dengan hipotesis yang diajukan.
b. Menghitung koefisien regresi yang telah dirumuskan
6. Menghitung koefisien jalur secara srimultan (keseluruhan)
Pengujian keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut:
H0 : ρ y x1 = ρ yx2 = … = ρ y x k = 0
H1 : ρ y x1 = ρ yx2 = … = ρ y x k ≠ 0
a. Kaidah pengujian signifikan secara manual : menggunakan tabel F
F = (n−k−1 ) Ryxk
2
k (1−R yxk
2 )
Keterangan:
N = jumlah sampel
K = jumlah variable eksogen
R yx k
2 = Rsquare
Dengan taraf signifikan α = 0,05, mencari nilai Ftabel menggunakan tabel F
dengan rumus :
Ftabel = F{(1-α)(dk = k), (dk = n-k-1)}
Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka tolak H0 artinya signifikan dan
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka terima H0 artinya tidak signifikan
43
b. Kaidah pengujian signifikansi
7. Menghitung koefisien jalur secara individu
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis
statistik berikut:
Ha : ρ y x k > 0
H0 : ρ y x k = 0
Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung
dengan rumus (Kuncoro, 2008: 117)
t k=ρ x i
se ρk
; (dk = n – k - 1)
Keterangan:
ρ x i = Koefisien regresi dari variabel X
seρk= Standard error koefisien regresi
8. Mencari besar kontribusi bersama atau koefisien determinasi (KD) dengan
mengalikan Rsquare dengan 100%
9. Meringkas dan menyimpulkan
44
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Uji Instrumen
4.1.1 Uji Validitas
a. Hipotesis :
Ho : Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor (item valid)
H1 : Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (item tidak valid)
b. Pengambilan keputusan
Syarat :
Ho diterima : jika rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel
Ho ditolak : jika rhitung negative dan rhitung < rtabel
Untuk mendapatkan nilai rtabel dapat dihitung dengan rumus :
rtabel = t
√t 2+df
Dimana:
t = ttabel
df = N – 2
N = jumlah sampel
rtabel = 1,701
√1,7012+30−2
= 0,306
45
4.1.1.1 Uji Validitas Variabel pendidikan orang tua (X1)
Untuk variabel ini, terdapat dua (2) pertanyaan yang mewakilinya. Dalam
mengolah data ini, peneliti menggunakan bantuan progam SPSS 16.0, maka didapat
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Uji Validitas variabel pendidikan orang tua (X1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
pendidikan terakhir ayah 3.1667 .695 .495 .245 .a
pendidikan terakhir ibu 3.3000 .769 .495 .245 .a
Nilai rhitung setiap item dapat dilihat dalam kolom Corrected Item-Total
Correlation :
rhitung = 0,495
rtabel = 0,306
rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel, sehingga H0 diterima.
Dari hasil uji coba instrumen penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa dari 2
item yang diujikan untuk variabel pendidikan orang tua (X1), semua item dinyatakan
valid sehingga bisa dipakai untuk penelitian selanjutnya.
46
4.1.1.2 Uji Validitas Variabel pendapatan orang tua (X2)
Untuk variabel ini, terdapat dua (2) pertanyaan yang mewakilinya. Dalam
mengolah data ini, peneliti menggunakan bantuan progam SPSS 16.0, maka didapat
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Validitas variabel pendapatan orang tua (X2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
pendapatan perbulan ayah 1.4000 .455 .471 .222 .a
pendapatan perbulan ibu 2.2667 .271 .471 .222 .a
rhitung = 0,471
rtabel = 0,306
rhitung positif dan rhitung ≥ rtabel, sehingga H0 diterima.
Dari hasil uji coba instrumen penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa dari 2
item yang diujikan untuk variabel pendapatan orang tua (X2), semua item dinyatakan
valid sehingga bisa dipakai untuk penelitian selanjutnya.
4.1.1.3 Uji Validitas Variabel sikap siswa (X3)
Untuk variabel ini, terdapat dua puluh (20) pertanyaan yang mewakilinya.
Dalam mengolah data ini, peneliti menggunakan bantuan progam SPSS 16.0, maka
didapat hasil sebagai berikut:
47
Tabel 4.3 Uji Validitas variabel sikap belajar siswa (X3)
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
sikap positif (S1) 68.0667 84.685 -.324 .511 .864
sikap negatif (S2) 67.9000 67.266 .581 .802 .806
sikap negatif (S3) 67.6000 69.421 .512 .797 .811
sikap positif (S4) 67.4000 69.283 .611 .820 .807
sikap negatif (S5) 68.2000 66.993 .570 .829 .806
sikap positif (S6) 67.2667 70.685 .511 .821 .811
sikap positif (S7) 67.4333 77.013 .074 .716 .830
sikap negatif (S8) 67.6667 68.782 .701 .824 .803
sikap negatif (S9) 68.4333 68.047 .572 .774 .807
sikap positif (S10) 67.3333 70.368 .600 .778 .808
sikap negatif (S11) 68.8667 74.809 .183 .784 .827
sikap positif (S12) 67.4667 73.361 .338 .850 .819
sikap negatif (S13) 68.6333 71.413 .499 .583 .813
sikap negatif (S14) 68.5000 71.293 .342 .723 .820
sikap negatif (S15) 67.7333 71.099 .407 .711 .816
sikap positif (S16) 67.1333 71.706 .564 .875 .811
sikap negatif (S17) 68.1000 68.369 .601 .888 .806
sikap positif (S18) 67.4000 73.972 .337 .684 .820
sikap negatif (S19) 67.7000 71.321 .332 .849 .821
sikap positif (S20) 67.1333 72.947 .452 .807 .815
Nilai rhitung setiap item dapat dilihat dalam kolom Corrected Item-Total
Correlation :
Item1, item7 dan item11 merupakan item yang tidak valid karena rhitung <
rtabel= 0,306 maka Ho ditolak. Karena ada item yang tidak valid, maka item yang
tidak valid tersebut dikeluarkan dan proses analisis diulang untuk item yang valid
48
saja. Setelah item1, item7 dan item11 dikeluarkan, maka output akan seperti di
bawah ini :
Tabel 4.4 Uji Validitas variabel sikap siswa (X3) setelah item tidak valid dikeluarkan
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
sikap negatif (S2) 58.1667 67.247 .582 .753 .865
sikap negatif (S3) 57.8667 69.292 .521 .783 .867
sikap positif (S4) 57.6667 68.782 .649 .761 .862
sikap negatif (S5) 58.4667 66.120 .622 .750 .863
sikap positif (S6) 57.5333 70.395 .532 .799 .867
sikap negatif (S8) 57.9333 68.547 .720 .806 .860
sikap negatif (S9) 58.7000 67.872 .583 .768 .864
sikap positif (S10) 57.6000 70.386 .599 .763 .865
sikap positif (S12) 57.7333 72.754 .384 .822 .872
sikap negatif (S13) 58.9000 71.610 .484 .509 .869
sikap negatif (S14) 58.7667 70.875 .366 .714 .875
sikap negatif (S15) 58.0000 71.241 .398 .653 .873
sikap positif (S16) 57.4000 71.903 .546 .829 .867
sikap negatif (S17) 58.3667 68.585 .587 .843 .864
sikap positif (S18) 57.6667 74.161 .321 .626 .874
sikap negatif (S19) 57.9667 70.378 .386 .848 .874
sikap positif (S20) 57.4000 73.559 .398 .772 .872
Semua item dinyatakan valid sehingga bisa dipakai untuk penelitian
selanjutnya.
49
4.1.2 Uji Reliabilitas
a. Hipotesis
Ho: Skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor (item reliabel)
H1 : Skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor (item tidak
reliabel)
b. Pengambilan keputusan
Syarat :
Ho diterima : jika ralpha positif dan ralpha ≥ 0,6
Ho ditolak : jika ralpha negatif dan r alpha < 0,6
4.1.2.1 Uji Reliabilitas Variabel pendidikan orang tua
Tabel 4.5 Uji Reliabilitas variabel pendidikan orang tua (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.662 .662 2
Nilai Cronbach’s Alpha diatas terlihat sebesar 0.662 maka dapat dikatakan
bahwa data diatas bersifat reliabel karena ralpha ≥ 0,6.
50
4.1.2.2 Uji Reabilitas Variabel pendapatan orang tua
Tabel 4.6 Uji Reliabilitas variabel pendapatan orang tua (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.626 .640 2
Nilai Cronbach’s Alpha diatas terlihat sebesar 0.626 maka dapat dikatakan
bahwa data diatas bersifat reliabel karena ralpha ≥ 0,6.
5. Variabel sikap siswa
Tabel 4.7 Uji Reliabilitas variabel sikap siswa (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.875 .879 17
Nilai Cronbach’s Alpha diatas terlihat sebesar 0.875 maka dapat dikatakan
bahwa data diatas bersifat reliabel karena ralpha ≥ 0,6. Karena semua item
sudah valid dan reliabel, maka kuesioner sudah bisa digunakan dalam
penelitian selanjutnya.
51
5.1 Uji Prasyarat Analisis
5.1.1 Uji Normalitas
a. Hipotesis :
Ho : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : data berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal
b. Pengambilan keputusan
Dengan menggunakan analisis data dengan SPSS 16.0, pengambilan
keputusannya adalah:
Ho diterima : jika nilai sig ≥ 0,05
Ho ditolak : jika nilai sig < 0,05
5.1.1.1 Uji Normalitas Variabel Pendidikan Orang Tua (X1)
Tabel 4.8 Uji Normalitas variabel pendidikan orang tua (X1)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pendidikan
orang tua
N 30
Normal Parametersa Mean 2.3667
Std. Deviation .70629
Most Extreme Differences Absolute .208
Positive .125
Negative -.208
Kolmogorov-Smirnov Z 1.140
Asymp. Sig. (2-tailed) .148
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil diatas terlihat bahwa data pendidikan orang tua siswa
memiliki nilai sig = 0,148. Karena Nilai sig > 0,05, maka H0 diterima. Jadi,
52
data pendidikan orang tua siswa berasal dari populasi yang terdistribusi
normal.
5.1.1.2 Uji Normalitas Variabel Pendapatan Orang Tua (X2)
Tabel 4.9 Uji Normalitas variabel pendapatan orang tua (X2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pandapatan
orang tua
N 30
Normal Parametersa Mean 1.9167
Std. Deviation .41695
Most Extreme Differences Absolute .213
Positive .208
Negative -.213
Kolmogorov-Smirnov Z 1.164
Asymp. Sig. (2-tailed) .133
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil diatas terlihat bahwa data pendapatan orang tua siswa
memiliki nilai sig = 0,133. Karena Nilai sig > 0,05, maka H0 diterima. Jadi,
data pendapatan orang tua siswa berasal dari populasi yang terdistribusi
normal.
53
5.1.1.3 Uji Normalitas Variabel Sikap Siswa (X3)
Tabel 4.10 Uji Normalitas variabel sikap siswa (X3)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sikap
siswa
N 30
Normal Parametersa Mean 3.6353
Std. Deviation .35944
Most Extreme Differences Absolute .113
Positive .113
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .617
Asymp. Sig. (2-tailed) .841
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil diatas terlihat bahwa data sikap siswa memiliki nilai sig =
0,841. Karena Nilai sig > 0,05, maka H0 diterima. Jadi, data sikap siswa
berasal dari populasi yang terdistribusi normal
54
5.1.1.4 Uji Normalitas Variabel Prestasi Belajar Matematika Siswa
Tabel 4.11 Uji Normalitas variabel prestasi belajar matematika siswa (Y)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
prestasi
matematika
siswa
N 30
Normal Parametersa Mean 7.4600
Std. Deviation .38291
Most Extreme Differences Absolute .192
Positive .192
Negative -.121
Kolmogorov-Smirnov Z 1.050
Asymp. Sig. (2-tailed) .220
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil diatas terlihat bahwa data prestasi belajar matematika siswa
memiliki nilai sig = 0,220. Karena Nilai sig > 0,05, maka H0 diterima. Jadi,
data prestasi belajar matematika siswa berasal dari populasi yang terdistribusi
normal
5.1.2 Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi
variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Berdasarkan garis regresi yang telah
dibuat, selanjutnya diuji keberartian koefisien garis regresi serta linieritasnya.
a. Hipotesis:
Ho : model regresi linier
H1 : model regresi tidak linier
55
b. Pengambilan keputusan
Dengan menggunakan analisis data dengan SPSS 16.0, pengambilan
keputusannya adalah:
Jika nilai sig ≥ 0,05, maka terima Ho
Jika nilai sig < 0,05, maka tolak Ho
5.1.2.1 Uji Linieritas Variabel Pendidikan Orang Tua (bebas) dengan Variabel Sikap Siswa (terikat)
Tabel 4.12 Uji linieritas variabel pendidikan orang tua (X1) dengan variable sikap siswa (X3)
Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai sig = 0,863. Karena nilai sig > 0,05
maka terima H0, berarti model regresi linier.
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
sikap siswa *
pendidikan
orang tua
Between
Groups
(Combined) 1.039 5 .208 1.843 .142
Linearity .896 1 .896 7.941 .010
Deviation from
Linearity.143 4 .036 .318 .863
Within Groups 2.707 24 .113
Total 3.747 29
56
5.1.2.2 Uji Linieritas Variabel Pendapatan Orang Tua (bebas) dengan Variabel Sikap Siswa (terikat)
Tabel 4.13 Uji linieritas variabel pendapatan orang tua (X2) dengan variable sikap siswa (X3)
D Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai sig = 0,719. Karena nilai sig
> 0,05 maka terima H0, berarti model regresi linier.
5.1.2.3 Uji Linieritas Variabel Pendidikan Orang Tua (bebas) dengan Variabel Prestasi Belajar Matematika Siswa (terikat)
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
sikap siswa *
pendapatan
orang tua
Between
Groups
(Combined) .154 3 .051 .372 .774
Linearity .062 1 .062 .448 .509
Deviation from
Linearity.092 2 .046 .335 .719
Within Groups 2.707 3.592 26 .138
Total 3.747 3.747 29
57
Tabel 4.14 Uji linieritas variabel pendidikan orang tua (X1) dengan variable prestasi belajar matematika siswa (Y)
Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai sig = 0,857. Karena nilai sig > 0,05
maka terima H0, berarti model regresi linier.
5.1.2.4 Uji Linieritas Variable Pendapatan Orang Tua (bebas) dengan Variable Prestasi Belajar Matematika Siswa (terikat)
Tabel 4.15 Uji linieritas variabel pendapatan orang tua (X2) dengan variable prestasi belajar matematika siswa (Y)
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Prestasi
matematika
siswa *
pendidikan
orang tua
Between
Groups
(Combined) 2.054 5 .411 4.486 .005
Linearity 1.934 1 1.934 21.123 .000
Deviation from
Linearity.120 4 .030 .327 .857
Within Groups 2.707 2.198 24 .092
Total 3.747 4.252 29
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Prestasi matematika siswa * pendapatan orang tua
Between Groups
(Combined) .205 3 .068 .440 .727
Linearity .004 1 .004 .029 .867
Deviation from Linearity
.201 2 .100 .645 .533
Within Groups 2.707 4.047 26 .156
Total 3.747 4.252 29
58
Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai sig = 0,533. Karena nilai sig > 0,05
maka terima H0, berarti model regresi linier.
5.1.2.5 Uji Linieritas Variabel Sikap Siswa (bebas) dengan Variabel Prestasi Belajar Matematika Siswa (terikat)
Tabel 4.16 Uji linieritas variabel sikap siswa (X3) dengan variable prestasi belajar matematika siswa (Y)
Dari hasil diatas terlihat bahwa nilai sig = 0,933. Karena nilai sig > 0,05
maka terima H0, berarti model regresi linier.
5.1.3 Uji Multikolinieritas
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Prestasi matematika siswa * sikap siswa
Between Groups
(Combined) 2.842 17 .167 1.423 .271
Linearity 2.002 1 2.002 17.039 .001
Deviation from Linearity
.840 16 .052 .447 .933
Within Groups 2.707 1.410 12 .117
Total 3.747 4.252 29
59
Dalam uji multikolinieritas, menuntut bahwa antar variabel X tidak boleh ada
korelasi yang sangat tinggi, yaitu apabila harga rhitung lebih besar 0,800. Dengan
menggunakan analisis data dengan SPSS 16.0, didapat hasil sebagai berikut:
Table 4.17 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 sikap .728 1.374
pendidikan .731 1.367
pandapatan .945 1.058
a. Dependent Variable: prestasi matematika siswa
Dari table diatas terlihat bahwa nilai mempunyai nilai VIF sekitar 1 dan angka
Tolerance mendekati 1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam regresi
antara variabel bebas pendidikan orang tua (X1), pendapatan orang tua (X2), sikap belajar
siswa (X3) terhadap prestasi belajar matematika siswa (Y) tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel bebas.
5.2 Uji Statistik
Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis).
a. Hipotesis:
60
1. Pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua mempunyai pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika
siswa SMP Negeri 3 Sigli.
2. Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan sikap siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
b. Struktur:
Є Є1
Gambar 1.1 Diagram Jalur struktural
a. Hipotesis pertama
Langkah 1: Menentukan hipotesis dan persamaan struktural
Hipotesis:
Pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
Struktur:
X3 = ρ x3 x1X1 + ρ x3 x2
X2 +ρ x3Є
Langkah 2: Hitung koefisien jalur
Y
X1
X2
X3 Y
61
a. Gambar diagram jalur
Є ρ x3 x1
ρ x3
ρ x3 x2
Gambar 1.2 sub struktur 1
b. Hitung koefisien korelasi & regresi dengan menggunakan SPSS
Table 4.18 Uji korelasi untuk Hipotesis Pertama
Correlations
pendidikan
orang tua (X1)
pendapatan
orang tua (X2)
sikap siswa
(X3)
pendidikan orang tua
(X1)
Pearson Correlation 1 .107 .489**
Sig. (2-tailed) .572 .006
N 30 30 30
pendapatan orang
tua (X2)
Pearson Correlation .107 1 -.129
Sig. (2-tailed) .572 .498
N 30 30 30
sikap siswa (X3) Pearson Correlation .489** -.129 1
Sig. (2-tailed) .006 .498
N 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Matriks korelasi antar variabel dari hasil diatas:
X1 X2 X3
X1 1 0,107 0,489
X1
X2
X3
62
X2 0,107 1 -0,129
X3 0,489 -0,129 1
Langkah 3: Hitung koefisien jalur secara simultan
Ho : ρ x3 x1= ρ x3 x2
= 0 Ha : ρ x3 x1
= ρ x3 x2≠ 0
Ho : Pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika
siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Ha : Pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang
signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika siswa
SMP Negeri 3 Sigli.
Table 4.19 Uji Regresi untuk Hipotesis Pertama
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.020 2 .510 5.051 .014a
Residual 2.727 27 .101
Total 3.747 29
a. Predictors: (Constant), pendapatan orang tua (X2), pendidikan orang tua (X1)
b. Dependent Variable: sikap siswa (X3)
Nilai F = 5,051
Sig. 0,014 < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua mempunyai pengaruh
63
yang signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar matematika siswa
SMP Negeri 3 Sigli.
langkah 4: Hitung koefisien jalur secara individu
Tabel 4.20 Koefisien Jalur untuk Hipotesis Pertama
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.325 .325 10.228 .000
pendidikan orang tua (X1) .259 .084 .509 3.080 .005
pendapatan orang tua (X2) -.158 .142 -.183 -1.109 .277
a. Dependent Variable: sikap siswa (X3)
a. Ho : ρ x3 x1 = 0 Ha : ρ x3 x1
> 0
Ho : Pendidikan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri
3 Sigli.
Ha : Pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3
Sigli.
Nilai t = 0,509
Sig. 0,005 < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang
64
signifikan secara individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
b. Ho : ρ x3 x2 = 0 Ha : ρ x3 x2
> 0
Ho : Pendapatan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri
3 Sigli.
Ha : Pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3
Sigli.
Nilai t = -0,183
Sig. 0,277 > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendapatan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara individual terhadap sikap belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
Karena pengaruh pendapatan orang tua (X2) terhadap sikap siswa (X3) tidak
bermakna maka variabel pendapatan orang tua (X2) dikeluarkan dan proses
analisis diulang.
Tabel 4.21 Model Summary setelah dilakukan trimming
65
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .489a .239 .212 .31909 .239 8.799 1 28 .006
a. Predictors: (Constant), pendidikan orang tua (X1)
ρ x3Є = √1−R y x1 x2
2 = √1−0,239 = 0,872
Є ρ x3 x1 = 0,489 ρ x3= 0,872
Gambar 1.3 sub struktur 1 baru
Persamaannya:
X3 = ρ x3 x1X1 +ρ x3
Є
X3 = 0,489 X1 + 0,872 Є
Langkah 5: Memaknai hasil analisis jalur
a. Kontribusi pendidikan orang tua (X1) yang secara langsung mempengaruhi
sikap siswa (X3) = 0,4892=0,2391 = 23,91 %. Sedangkan sisanya 76,09 %
dipengaruhi faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini
b. Hipotesis kedua
Langkah 1: Menentukan hipotesis dan persamaan struktural
X3
X1
66
Hipotesis:
Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan sikap siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap sikap belajar
matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Struktur:
Y = ρ y x1X1 + ρ yx2
X2 + ρ yx3X3+ ρ yЄ1
Langkah 2: Hitung koefisien jalur
a. Gambar diagram jalur
Є1
ρ y x1 ρ yЄ1
ρ yx3
ρ yx2
Gambar 1.4 sub struktur 2
b. Hitung koefisien korelasi & regresi dengan menggunakan SPSS
Tabel 4.22 Uji Korelasi untuk Hipotesis Kedua
Y
X1
X2
X3
67
Correlations
pendidikan
orang tua
(X1)
pendapatan
orang tua
(X2)
sikap siswa
(X3)
prestasi
matematika
siswa
pendidikan
orang tua (X1)
Pearson Correlation 1 .107 .489** .674**
Sig. (2-tailed) .572 .006 .000
N 30 30 30 30
pendapatan
orang tua (X2)
Pearson Correlation .107 1 -.129 .032
Sig. (2-tailed) .572 .498 .865
N 30 30 30 30
sikap siswa
(X3)
Pearson Correlation .489** -.129 1 .686**
Sig. (2-tailed) .006 .498 .000
N 30 30 30 30
prestasi
matematika
siswa
Pearson Correlation .674** .032 .686** 1
Sig. (2-tailed) .000 .865 .000
N 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Matriks korelasi antar variabel dari hasil diatas:
X1 X2 X3 Y
X1 1 0,107 0,489 0,674
X2 0,107 1 -0,129 0,032
X3 0,489 -0,129 1 0,686
Y 0,674 0,032 0,686 1
Langkah 3: Hitung koefisien jalur secara simultan
Ho : ρ y x1= ρ y x2
= ρ y x3= 0
68
Ha : ρ y x1= ρ y x2= ρ y x3 ≠ 0
Ho : Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Ha : Pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Tabel 4.23 Uji Regresi untuk Hipotesis Kedua
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.653 3 .884 14.381 .000a
Residual 1.599 26 .061
Total 4.252 29
a. Predictors: (Constant), sikap siswa (X3), pendapatan orang tua (X2), pendidikan orang tua
(X1)
b. Dependent Variable: prestasi matematika siswa
Nilai F = 14,381
Sig. 0,00 < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap prestasi belajar
matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
langkah 4: Hitung koefisien jalur secara individu
Tabel 4.24 koefisien jalur untuk Hipotesis Kedua
69
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.961 .560 8.857 .000
pendidikan orang tua (X1) .236 .076 .435 3.093 .005
pendapatan orang tua (X2) .044 .114 .047 .383 .705
sikap siswa (X3) .511 .150 .480 3.402 .002
a. Dependent Variable: prestasi matematika siswa
a. Ho : ρ y x1 = 0 Ha : ρ yx1
> 0
Ho : Pendidikan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
Ha : Pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3
Sigli.
Nilai t = 3,093
Sig. 0,005 < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang
signifikan secara individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
b. Ho : ρ y x2 = 0 Ha : ρ y x2
> 0
70
Ho : Pendapatan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
secara individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
Ha : Pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3
Sigli.
Nilai t = 0,383
Sig. 0,705 > 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendapatan orang tua tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP
Negeri 3 Sigli.
c. Ho : ρ y x3= 0
Ha : ρ y x3> 0
Ho : Sikap siswa tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3
Sigli.
Ha : Sikap siswa mempunyai pengaruh yang signifikan secara individual
terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Nilai t = 3,402
71
Sig. 0,002 < 0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa mempunyai pengaruh yang signifikan secara
individual terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli.
Karena pengaruh pendapatan orang tua (X2) terhadap prestasi belajar
matematika siswa (Y) tidak bermakna maka variabel pendapatan orang tua
(X2) dikeluarkan dan proses analisis diulang.
Tabel 4.26 Model Summary setelah dilakukan trimming
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .789a .622 .594 .24403 .622 22.200 2 27 .000
a. Predictors: (Constant), sikap siswa (X3), pendidikan orang tua (X1)
ρ yЄ1 = √1−R y x1 x2
2= √1−0,622 = 0,614
Є1
ρ y x1= 0,445 ρ yЄ1 = 0,614
ρ yx3= 0,468
Gambar 1.5 sub struktur 2 baru
Persamaannya:
Y = ρ y x1X1 + ρ yx3
X3+ ρ yЄ1
Y = 0,445 X1 + 0,468 X3+ 0,614 Є1
Langkah 5: Memaknai hasil analisis jalur
Y
X1
X3
72
a. Kontribusi pendidikan orang tua (X1) yang secara langsung mempengaruhi
prestasi belajar matematika siswa (Y) = 0,4452=0,1980 = 19,80 %
b. Kontribusi sikap siswa (X3) yang secara langsung mempengaruhi prestasi
belajar matematika siswa (Y) = 0,4682=0,2190 = 21,9 %
c. Kontribusi pendidikan orang tua (X1) dan sikap siswa (X3) secara bersama-
sama secara langsung mempengaruhi prestasi siswa (X3) = 0,622 = 62,2 %.
Sisanya 37,8 % dipengaruhi faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam
penelitian ini.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Ringkasan hasil penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Є1
ρ y x1= 0,445 ρ yЄ1 = 0,614
ρ x3 x1 = 0,489
ρ yx3= 0,468
ρ x3= 0,872
Є
Gambar 1.6 Sub struktur baru
Persamaannya:
X3 =ρ x3 x1X1 +ρ x3
Є
X3 = 0,489 X1 + 0,872 Є
Y = ρ y x1X1 + ρ yx3
X3+ ρ yЄ1
Y = 0,445 X1 + 0,468 X3+ 0,614 Є1
Keterangan :
X1 : Variabel tingkat pendidikan orang tua
Y
X1
X3
73
X3 : Variabel sikap belajar siswa
Y : Variabel prestasi belajar matematika siswa
ρ x3 x1 : Pengaruh secara individual pendidikan orang tua terhadap sikap
belajar siswa
ρ y x1: Pengaruh secara individual pendidikan orang tua terhadap
prestasi belajar matematika siswa
ρ y x3 : Pengaruh secara individual pendidikan sikap belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa
ρ x3Є : Pengaruh variabel residu terhadap sikap belajar siswa
ρ x3Є1 : Pengaruh variabel residu terhadap prestasi belajar matematika
siswa
a. Pengaruh Pendidikan Orang Tua terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pendidikan orang tua terhadap sikap belajar matematika siswa.
Hal ini dibuktikan dari hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur (ρ x3 x1) sebesar
0,489 dan nilai sig 0,005 < 0,05. Kontribusi pendidikan orang tua yang secara
langsung mempengaruhi sikap siswa = 0,4892 = 0,2391 = 23,91 %.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan
orang tua mempunyai pengaruh yang positif sedang dan signifikan terhadap sikap
belajar matematika siswa SMP N 3 Sigli. Hasil penelitian ini konsisten dengan
teori yang dikemukakan Walgito (2004: 89), pembentukan dan perubahan sikap
akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu :
74
a. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.
b. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap seperti faktor keluarga, mayarakat, media massa, dan faktor lingkungan.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jika semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, maka sikap belajar matematika siswa akan semakin tinggi
pula.
b. Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan
tidak signifikan antara pendapatan orang tua terhadap sikap belajar matematika
siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur (ρ x3 x2)
sebesar -0,183 dan nilai sig 0,227 > 0,05. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa variabel pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang
negatif sangat rendah dan tidak signifikan terhadap sikap belajar matematika
siswa SMP N 3 Sigli.
c. Pengaruh Pendidikan Orang Tua dan Pendapatan Orang Tua secara bersama-sama terhadap Sikap Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua secara bersama-
sama terhadap sikap belajar matematika siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil
analisis jalur diperoleh koefisien regresi sebesar 0,522 dan nilai sig 0,014 < 0,05.
Tetapi karena pengaruh dari pendapatan orang tua terhadap sikap belajar
matematika siswa tidak signifikan, maka hanya variabel pendidikan orang tua
75
yang mempunyai pengaruh terhadap sikap belajar matematika siswa SMP N 3
Sigli yaitu sebesar 23,91%. Sedangkan Sisanya 76,09 % dipengaruhi faktor lain
yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
d. Pengaruh Pendidikan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur (ρ yx1)
sebesar 0,445 dan nilai sig 0,003 < 0,05. Kontribusi pendidikan orang tua yang
secara langsung mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa = 0,4452 =
0,1980 = 19,80 %.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan
orang tua mempunyai pengaruh yang positif sedang dan signifikan terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMP N 3 Sigli. Hasil penelitian ini konsisten
dengan teori yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 54) yang menggolongkan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi dua,
yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor Ekstern, yaitu:a. Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
76
Jadi dapat dikatakan bahwa cara orang tua dalam mendidik anak yang
didasarkan pada pengalaman pendidikan yang ditempuh orang tua berpengaruh
terhadap prestasi belajar anak, dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
matematika.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian Rini (2012) yang mendapat
kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa jika semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka prestasi
belajar matematika siswa akan semakin tinggi pula.
e. Pengaruh Pendapatan Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif tapi
tidak signifikan antara pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar matematika
siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur (ρ y x2)
sebesar 0,047 dan nilai sig 0,705 > 0,05. Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa variabel pendapatan orang tua mempunyai pengaruh yang
positif sangat rendah dan tidak signifikan terhadap prestasi belajar matematika
siswa SMP N 3 Sigli.
f. Pengaruh Sikap terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara sikap terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini
77
dibuktikan dari hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur (ρ yx3) sebesar 0,480
dan nilai sig 0,002 < 0,05. Kontribusi sikap siswa yang secara langsung
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa = 0,4682 = 0,2190 = 21,9 %.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel sikap siswa
mempunyai pengaruh yang positif sedang dan signifikan terhadap prestasi belajar
matematika siswa SMP N 3 Sigli. Hasil penelitian ini konsisten dengan teori
yang dikemukakan oleh Slameto (2003: 54) yang menggolongkan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi dua, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
Faktor Intern adalah faktor yang di dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini meliputi tiga aspek, yaitu:
a. Faktor jasmaniah, seperti: faktor kesehatan, cacat tubuh.b. Faktor psikologis, seperti: sikap, intelegensi, perhatian, bakat, motif,
kematangan, kesiapan.c. Faktor kelelahan.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian Sorongan (2012) yang mendapat
kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap siswa
dalam belajar dengan prestasi belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa jika semakin tinggi sikap belajar matematika siswa, maka prestasi belajar
matematika siswa akan semakin tinggi pula.
g. Pengaruh Pendidikan Orang Tua, Pendapatan Orang Tua dan Sikap Siswa secara bersama-sama terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara pendidikan orang tua, pendidikan orang tua, dan sikap siswa
78
terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis
jalur diperoleh koefisien regresi sebesar 0,790 dan nilai sig 0,00 < 0,05. Tetapi
karena pengaruh dari pendapatan orang tua terhadap prestasi belajar matematika
siswa tidak signifikan, maka hanya pendidikan orang tua dan sikap belajar
matematika siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan orang tua,
dan sikap siswa secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif kuat dan
signifikan terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP N 3 Sigli.
Selain itu dari analisis juga diperoleh nilai R Square 0,622 yang berarti
kontribusi pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa secara
bersama-sama secara langsung mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa
adalah sebesar 62,2 %. Sedangkan Sisanya 37,8 % dipengaruhi faktor lain yang
tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan sebaik mungkin, namun demikian memiliki
keterbatasan antara lain :
1. Faktor-faktor yang diteliti untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
sikap belajar matematika siswa hanya dua variabel, yaitu pendidikan orang
tua dan pendapatan orang Tua. Masih banyak faktor lain yang juga dapat
mempengaruhi sikap belajar matematika siswa.
2. Faktor-faktor yang diteliti untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi
prestasi belajar matematika siswa hanya tiga variabel, yaitu pendidikan orang
79
tua, pendapatan orang tua dan sikap siswa. Masih banyak faktor lain yang
juga dapat mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
3. Peneliti tidak dapat menjamin bahwa para siswa yang dijadikan sebagai
subjek penelitian melakukan pengisian semua angket sesuai dengan kondisi
mereka yang sebenarnya.
BAB V
PENUTUP
5.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini secara keseluruhan dapat
80
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua
terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun Ajaran
2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar 0,489 dan nilai
sig 0,005 < 0,05. Kontribusi pendidikan orang tua yang secara langsung
mempengaruhi sikap siswa = 0,4892 = 0,2391 = 23,91 %.
b. Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendapatan orang
tua terhadap sikap belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun
Ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar –0,183
dan nilai sig 0,277 > 0,05.
c. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua
dan pendapatan orang tua secara bersama-sama terhadap sikap belajar
matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun Ajaran 2012/2013. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,522 dan nilai sig 0,014 < 0,05.
Tetapi karena pengaruh dari pendapatan orang tua terhadap sikap belajar
matematika siswa tidak signifikan, maka hanya variabel pendidikan orang tua
yang mempunyai pengaruh terhadap sikap belajar matematika siswa SMP N 3
Sigli yaitu sebesar 23,91%. Sedangkan Sisanya 76,09 % dipengaruhi faktor
lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
d. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua
terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun Ajaran
2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar 0,445 dan nilai
81
sig 0,003 < 0,05. Kontribusi pendidikan orang tua yang secara langsung
mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa = 0,4452 = 0,1980 = 19,8%.
e. Terdapat pengaruh yang positif tapi tidak signifikan antara pendapatan orang
tua terhadap prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun
Ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar 0,047
dan nilai sig 0,705 < 0,05.
f. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara sikap siswa terhadap
prestasi belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun Ajaran
2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien jalur sebesar 0,468 dan nilai
sig 0,002 < 0,05. Kontribusi sikap siswa yang secara langsung mempengaruhi
prestasi belajar matematika siswa = 0,4682 = 0,219 = 21,9 %.
g. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan orang tua,
pendapatan orang tua, dan sikap siswa secara bersama-sama terhadap prestasi
belajar matematika siswa SMP Negeri 3 Sigli Tahun Ajaran 2012/2013. Hal
ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0,790 dan nilai sig 0,014 <
0,05. Tetapi karena pengaruh dari pendapatan orang tua terhadap prestasi
belajar matematika siswa tidak signifikan, maka hanya pendidikan orang tua
dan sikap belajar matematika siswa yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika siswa. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
variabel pendidikan orang tua dan sikap siswa secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang positif kuat dan signifikan terhadap prestasi
belajar matematika siswa SMP N 3 Sigli.
82
Selain itu dari analisis juga diperoleh nilai R Square 0,622 yang
berarti kontribusi pendidikan orang tua, pendapatan orang tua dan sikap
siswa secara bersama-sama secara langsung mempengaruhi prestasi belajar
matematika siswa adalah sebesar 62,2 %. Sedangkan Sisanya 37,8 %
dipengaruhi faktor lain yang tidak dapat dijelaskan dalam penelitian ini.
5.6 Saran
a. Saran bagi Guru
Guru diharapkan untuk lebih memperhatikan prestasi belajar siswa
dengan mengoptimalkan fasilitas-fasilitas yang tersedia agar siswanya dapat
meningkatkan prestasi belajar, memantau dan mengarahkan siswa untuk tekun
belajar khususnya di lingkungan sekolah agar dapat meningkatkan prestasi
belajar.
b. Saran bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu memotivasi dengan selalu memberikan
nasihat dan memantau anaknya dalam hal belajar dan memberikan arahan tentang
pendidikan bagi anaknya. Orang tua sebaiknya juga selalu memberikan dukungan
yang dapat berupa fasilitas belajar dan bisa juga secara non material pada
anaknya untuk selalu beprestasi. Dengan adanya dukungan dari orang tua dapat
menumbuhkan keinginan dan sikap yang baik bagi siswa dalam belajar.
c. Saran bagi Peneliti Selanjutnya
83
Penelitian ini memberikan informasi bahwa faktor tingkat pendidikan
orang tua mempengaruhi sikap dan prestasi belajar matematika siswa. Sikap dan
prestasi belajar matematika siswa tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan orang tua saja, tetapi masih banyak lagi faktor yang lain.