pengaruh perubahan belanja modal, perubahan …eprints.ums.ac.id/59572/2/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI DANA BAGI
HASIL PAJAK TERHADAP SISA LEBIH PEMBIAYAAN
ANGGARAN (SILPA)
(Studi Empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Se-Jawa Tahun 2016)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
NISA NUR ISWARI
B 200 140 200
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
PENGARUH PERUBAHAN BELANJA MODAL, PERUBAHAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN REALISASI DANA BAGI
HASIL PAJAK TERHADAP SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA)
(Studi Empiris di Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perubahan Belanja Modal (P_BM), Perubahan Pendapatan Asli Daerah (P_PAD), dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak (R_DBHP) terhadap Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) di pemerintah daerah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemerika Keuangan Republik Indonesia (LHP BPK RI) atas Laporan Realisasi Anggaran APBD pada tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu menggunakan kriteria-kriteria tertentu sehingga didapatkan 111 sampel dari populasi 113 Kabupaten/Kota Se Jawa. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji f, uji t, dan uji koefisien determinasi.Hasil penelitian menyatakan bahwa P_BM, P_PAD, dan R_DBHP berpengaruh secara signifikan terhadap SiLPA di Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016. Hasil uji koefisien determinasi menggunakan nilai Adjusted R Square sebesar 0,616 atau 61,6% SiLPA dapat dijelaskan oleh P_BM, P_PAD, dan R_DBHP sedangkan sisanya 0,384 atau 38,4% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model yang diteliti.
Kata Kunci: Perubahan Belanja Modal, Perubahan Pendapatan Asli Daerah, Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sis Lebih Pembiayaan Anggaran
Abstract
This study aims to determine the effect of Capital Expenditure (P_BM), Local Own Revenue Change (P_PAD), and Realization of Profit Sharing Fund (R_DBHP) to the Financing surplus of APBD (SILPA) in the city/district Governments of Java in 2016. This research uses the data from budget realization report in 2016 based on Audit report of local government financial report. This study uses porposive sampling method by using certain criterias that resulted 111 samples obtained from 113 local governments in entire Java. Multiple linier regression were used for analysis by using F test, T test, and test of coefficient determination. The result of this research explains that all the independent variables namely P_BM, P_PAD, and R_DBHP, have significance influence to SILPA in the city/district Governments of Java in 2016. Based on Coefficient determination test uses in this study, Adjusted R Square value of 0.616 or 61.6% SILPA can be explained by P_BM, P_PAD, and R_DBHP while the rest of 0.384 or 38.4% can be explained by other factors outside the model under study.
Keywords: Capital Expenditure, Local Own Revenue Change, Realization of
Profit Sharing Fund and Financing surplus of APBD (SILPA)
2
1. PENDAHULUAN
Era reformasi publik yang ditandai dengan perubahan bentuk
pemerintahan yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi, memberikan
dampak bagi pemerintah daerah. Pemerintah daerah dituntut untuk dapat mandiri
dalam mengelola keuanganny daerahnya masing-masing. Mengelola keuangan
daerah yang dimaksud yaitu mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
Pemerintah daerah dalam mengimplementasikan APBD harus
memperhatikan prinsip value for money. Menurut Ferina (2016) prinsip value for
money dalam mengukur kinerja pemerintah daerah yakni ekonomis dalam
pengadaan dan alokasi sumber daya, efektif dalam meminimalkan penggunaan
sumber daya alam dan memaksimalkan hasilnya, serta efektif atau berhasil guna
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Dapat dikatakan bahwa APBD memegang
peranan yang penting bagi pemerintah daerah, oleh karena itu pemerintah daerah
wajib melakukan perencanaan dan pelaksanaan APBD dengan baik. Menurut
Ramadhan (2015) menyatakan bahwa jika Perencanaan dan Pelaksanaan APBD
buruk dapat mengakibatkan tidak tercapainya target penerimaan dan tidak
terlaksananya program dan kegiatan sehingga menghasilkan Sisa Lebih/Kurang
Perhitungan Anggaran (SILPA/SIKPA) yang tinggi pada tahun berkenaan.
Permasalah utama yang sering terjadi adalah rendahnya daya serap anggaran.
Penyerapan dana tidak efektif tercermin dalam Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA). SiLPA/SiKPA didapatkan dari selisih lebih atau kurang
realisasi penerimaan atau pendapatan dengan realisasi pengeluaran atau belanja
selanjutnya ditambah dengan pembiayan neto atau selisih dari penerimaan
pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan. Terjadinya SiLPA tidak selalu
menunjukkan bahwa kinerja pemerintah daerah itu baik dalam efisiensi
pengelolaan belanja daerah tetapi bisa jadi karena realisasi pengeluaran atau
belanja yang lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan yang terjadi karena
adanya program/kegiatan yang tidak terlaksana pada tahun anggaran yang
bersangkutan sehingga anggaran tidak terserap secara maksimal. Oleh karena itu
3
terjadinya SiLPA harus ditelaah lebih jauh apakah hal tersebut merupakan prestasi
atau malah sebaliknya.
Adapun belanja daerah yang bersifat investasi, baik jangka panjang
maupun jangka pendek yaitu belanja modal. Menurut Permendagri no 13 Tahun
2006 belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai
nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,
seperti pembelian aset tetap yang dapat meningkatkan kemampuan pemerintah
daerah dalam pelayanan kepada masyarakat. Menurut Hakim (2016) menyatakan
bahwa faktor penyebab SiLPA pada Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon
Progo yaitu komitmen pemerintah daerah dalam merealisasikan belanja, artinya
pemerintah daerah yang memiliki komitmen yang tinggi dalam memastikan
belanja daerahnya, maka belanja daerah akan terealisasikan dan meminimalisir
terbentuknya SiLPA pada tahun anggaran.
Menurut Lewis dan Oesterman (2009) dalam Ramadhan (2016)
menyatakan bahwa salah satu rendahnya penyerapan disebabkan karena kehati-
hatian pemerintah daerah yang terlalu rendah mengestimasikan pendapatan dan
terlalu tinggi dalam mengestimasikan pengeluaran. Pemerintah daerah yang
memiliki pertumbuhan yang tinggi serta dapat menggali sumber-sumber yang
dimiliki daerahnya masing-masing yang tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah
akan memberikan sumbangan yang besar pada pendapatan daerahnya. Apabila
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi akan menyebabkan surplus dan SILPA juga
tinggi.
Pemerintah daerah yang dapat meningkatkan PADnya diharapkan dapat
mengurangi sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan sehingga
dapat meningkatkan kemandirian daerah. Namun penerimaan dari pusat melalui
dana perimbangan masih cukup tinggi hal ini menunjukkan masih tingginya
tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana dari pemerintah pusat.
Menurut dulahi (2016) dalam penelitiannya di Kabupaten/Kota pada Provinsi
Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa besarnya sisa lebih pembiayaan anggaran
(SILPA) dominan dipengaruhi oleh dana dari pusat dibandingkan dengan
4
pendapatan daerahnya sendiri, hal ini menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah di Sulawesi Tengah masih rendah dalam memaksimalkan intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat kemandirian
daerah.
Dana Bagi Hasil merupakan komponen dari dana perimbangan yang
bersumber dari pendapatan APBN dan dialokasikan kepada daerah berdasarkan
persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari dua jenis yaitu Dana Bagi Hasil Pajak
dan Bukan Pajak (Sumber Daya Alam). Penerimaan Negara atas Penerimaan
Pajak yang dibagikan kepada daerah tercermin dari Dana Bagi Hasil Pajak,
menurut Izudin (2013) SILPA terjadi karena pelampauan penerimaan yang
melebihi target. Penerimaan yang bersumber dari Dana Perimbangan dalam
penelitian ini yaitu Dana Bagi Hasil Pajak. Dana Bagi Hasil Pajak sering kali
terlambat disalurkan ke daerah-daerah membuat tidak optimalnya penggunaan
dana dari pusat tersebut, sehingga dana tersebut sering nganggur di daerah. Selain
itu menurut Izudin (2013) penerimaan yang bersumber dari dana perimbangan
sering kali tidak bisa diperkirakan secara akurat angkanya sehingga akan
berdampak pada kurang akuratnya penerimaan yang menyebabkan terjadinya sisa
anggaran yang tinggi dari tahun ke tahun.
Beberapa penelitian terdahulu telah membahas mengenai Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran seperti Samaloisa (2014), Ramadhan (2015), Izudin
(2013), Fitroh (2016), Iswahyudin (2016), Dulahi (2016), Suharna (2015), dan
Hakim (2016). Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu
menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaan ini
karena peneliti ingin mempersempit atau mengkhususkan pada komponen
Pendapatan Asli Daerah yang merupakan komponen dari Pendapatan Daerah dan
Belanja Modal yang merupakan komponen dari Belanja Daerah, selain itu pada
variabel tersebut yang digunakan sebagai alat ukurnya yaitu selisih antara realisasi
dengan anggarannya. Pada penelitian ini juga menambah variabel dari dana
perimbangan yaitu Dana Bagi Hasil Pajak namun hanya dilihat realisasinya saja
5
karena peneliti ingin mengetahui apakah tingginya SILPA dipengaruhi oleh
realisasi dana transfer pemerintah pusat.
2. METODE
2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota se Jawa yang terdiri dari 113. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi
dengan menggunakan kriteri tertentu. Sehingga didapatan 111 sampel dari 113
populasi. Kriteria-kriteria yang ditentukan yaitu :
1. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang menyusun laporan keuangan
pemerintah daerah dan telah diaudit oleh BPK-RI serta dapat diakses.
2. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut ditampilkan secara lengkap
pada tahun anggaran 2016.
2.2 Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yaitu berupa Laporan
Realisasi Anggaran Tahun 2016 yang ada di dalam Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Repiblik Indonesia (BPR RI) atau yang ada didalam Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) BPK RI tahun 2016. Data tersebut bersumber dari BPK RI Pusat di Jakarta
dapat diperoleh secara langsung maupun melalui email dari Badan Pemeriksaan
Keuangan Pusat dengan prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan.
2.3 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
2.3.1 Variabel dependen
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)
Menurut Peraturan Pemerintah NO. 71 Tahun 2010, Sisa Lebih/kurang
Pembiayaan Anggaran (SILPA/SiKPA) diartikan sebagai selisih lebih/kurang
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD selama satu periode
pelaporan. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala nominal sebagai
berikut:
SILPA = Surplus/Defisit + Pembiayaan Neto
6
2.3.2 Variabel Independen
Perubahan Belanja Modal
Perubahan belanja modal merupakan perubahan yang dilakukan oleh
Pemda sesuai dengan kebutuhan dan atau prioritas daerah. Perubahan Belanja
Modal yaitu selisih antara realisasi dengan anggaran belanja modal. Perubahan
belanja modal diukur dengan cara menghitung selisish antara Anggaran Belanja
Modal dengan Realisasi Belanja Modal. Dalam penelitian ini perubahan Belanja
Modal diukur menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan Belanja Modal = Anggaran BM Tahun 2016 – Realisasi BM Tahun
2016
Perubahan Pendapatan Asli Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2005,
jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Realisasi pendapatan yang tidak sesuai dengan anggarannya disebut selisih
pendapatan. Dalam penelitian ini perubahan Pendapatan Asli Daerah diukur
menggunakan skala nominal dengan rumus sebagai berikut :
Perubahan PAD = Realisasi PAD Tahun 2016 – Anggaran PAD Tahun 2016
Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Pajak merupakan dana transfer dari pemerintah pusat
yang bersumber dari penerimaan negara atas Pajak seperti Pajak Penghasilan PPh
Pasal 21 dan PPh Pasal 25/29, PBB, dan BPHTB. Penelitian ini menggunakan
variabel Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak yang didapatkan dari Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2016. Variabel ini
diukur dari jumlah realisasi Dana Bagi Hasil Pajak pada LHP BPK RI. Dalam
menghitung jumlah Dana Bagi Hasil Pajak dengan rumus sebagai berikut :
DBH Pajak = DBH – DBH SDA
Realisasi DBH Pajak = £ Realisasi DBH Pajak Setiap Kabupaten/Kota Se-Jawa
7
2.3.3 Metode Analisis
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data yang
menjelaskan mengenai nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum,
dan nilai minimum dari masing-masing variabel dalam penelitian. Variabel-
variabel yang digunakan yaitu Perubahan Pendapatan Asli Daerah, Perubahan
Belanja Modal, Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak, dan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan bahwa model penelitian
mampu memberikan hasil terbaik. Penelitian yang lolos dari uji asumsi klasik
apabila variabel berdistribusi normal atau telah diuji normalitasnya, dalam
penelitian ini menggunakan uji normalitas Central Limit Theorem (CLT).
Selanjutnya bebas dari uji multikolonieritas yaitu dengan melihat nilai tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF) masing-masing variabel. Selain itu penelitian
harus bebas dari uji heterokedastisitas yang digunakan untuk menguji terjadi
tidaknya ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamat lain.
Seharusnya uji asumsi klasik juga menyangkut uji autokorelasi, namun
dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan satu tahun anggaran saja yaitu
tahun 2016 maka tidak melakukan pengujian autokorelasi.
Pengujian Hipotesis
Alat analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini
yaitu analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 24. Pengujian
hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh Perubahan Belanja Modal,
Perubahan Pendapatan Asli Daerah dan Realisasi Dana Bagi Hasil terhadap Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun
2016. Model pengukuran diuji dengan persamaan sebagai berikut
SILPA = α + β1 P_BM + β2P_PAD +β3R_DBHP + ε
Keterangan:
8
SILPA = Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
P_BM = Perubahan Alokasi Belanja Modal
P_PAD = Perubahan Pendapatan Asli Daerah
R_DBHP = Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak
β = Koefisien Regresi Variabel Independen
α = Konstanta
ε = Error of estimation
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Asumsi Klasik
3.1.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini terdapat 107 sampel, sehingga dengan menggunakan
Central Limit Theorem (CLT) menyatakan jika sampel dengan n > 30 maka
aproksimasi CLT akan semakin akurat atau semakin mendekati distribusi normal.
3.1.2 Uji Multikolinearitas
Nilai tolerance value dan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan
bahwa nilai tolerance semua variabel independen lebih besar dari 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada penelitian ini bebas dari uji multikolinearitas.
3.1.3 Uji Heterokedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan melihat nilai probabilitas (sig) dalam
tiap model regresi yaitu sebesar 0,072 atau 7,2% untuk Perubahan Belanja Modal,
0,308 atau 30,8% untuk Perubahan Pendapatan Asli Daerah, dan 0,286 atau
28,6% untuk Realisasi Dana Bagi Hasil. Artinya dari masing-masing variabel
memiliki nilai Sig lebih besar dari 0,05 atau 5% sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas dalam model
regresi.
9
3.2 Uji Hipotesis
Tabel 1
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Koefisien Std. Error T Sig.
(Constant) 20851311257.61 20346421412.8 1.025 0.308
P_BM 1.530 0.188 8.157 0,000
P_PAD 0.003 0.001 2,009 0,047
R_DBHP 1.116 0.209 5.337 0.000
R 0,791 Fhitung 57,571
Rsquare 0,626 Sig. 0.000b
Adjusted R
Square
0.616
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 24
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh bentuk umum persamaan
regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut :
SILPA = 20.851.311.257,61 + 1,530P_BM + 0,003P_PAD +
1,116R_DBHP + e
3.3 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah P_BM, P_PAD dan R_DBHP
secara bersama-sama berpengaruh terhadap SiLPA. Adapun cara mencari Ftabel
α, k, n-k-1 pada df denominator n-k-1 = (107-3-1=103), df numerator = 3, jadi,
Ftabel = 2,692841. Nilai Fhitung lebih besar dibandingkan nilai Ftabel yaitu
57,571 > 2,692841 dan nilai signifikansi F lebih kecil dibandingkan level of
significant yang digunakan dalam penelitian sekarang yaitu 0,000 < 0,05. Artinya
bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel P_BM (Perubahan Belanja
Modal), P_PAD (Perubahan Pendapatan Asli Daerah), dan R_DBHP (Realisasi
Dana Bagi Hasil Pajak) berpengarih terhadap SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran).
3.4 Uji t
Dari hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Nilai Signifikansi Perubahan Belanja Modal (P_BM)
Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Perubahan Belanja Modal
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan level of significant yaitu
10
sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 8.157 lebih besar dibandingkan
dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan demikian Hipotesis Pertama (H1)
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Perubahan Belanja Modal mempunyai
pengaruh terhadap SILPA pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun
2016 dan mempunyai hubungan positif terhadap SILPA.
2) Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Perubahan Pendapatan
Asli Daerah (P_PAD) memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan
level of significant yaitu sebesar 0,047 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 2,009
lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan
demikian Hipotesis Pertama (H2) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
Perubahan Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh terhadap SILPA
pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016 dan mempunyai
hubungan positif terhadap SILPA.
3) Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa Realisasi Dana Bagi Hasil
Pajak (R_DBHP) memiliki nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan level of
significant yaitu sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai thitung sebesar 5.337 lebih besar
dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 1,983264. Dengan demikian Hipotesis
Pertama (H3) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa Realisasi Dana Bagi Hasil
Pajak mempunyai pengaruh terhadap SILPA pada Pemerintah
Kabupaten/Kota Se-Jawa Tahun 2016 dan mempunyai hubungan positif
terhadap SILPA.
3.5 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Nilai R square dalam analisis regresi linier berganda diperoleh angka
koefisien determinasi dengan adjusted R2 sebesar 0,616. Hal ini berarti 61,6%
variasi variabel SilLPA dapat dijelaskan oleh Perubahan Belanja Modal,
Perubahan Pendapatan Asli Daerah, dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak.
Sedangkan sisanya 38,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang
diteliti.
11
3.6 Pembahasan
3.6.1 Hasil Uji Hipotesis Pertama
Belanja modal bertujuan untuk pembangunan dan pengembangan sarana
dan prasarana agar dapat meningkatkan pelayanan publik. Oleh karena itu
pemerintah daerah dihimbau untuk dapat memaksimalkan penyerapan anggaran
Belanja Modal. Namun pada kenyataanya Belanja Modal tidak selalu terserap
maksimal di pemerintah daerah sehingga dapat menyebabkan sisa anggaran yang
berdampak pada SILPA.
Penelitian ini tidak sejalan dengan Iswahyudin (2016) yang menyatakan
hubungan antara belanja modal dengan SILPA adalah berpengaruh negatif.
Dikarenakan perbedaan dalam pengambilan sampel, dimana Iswahyudin (2016)
menggunakan realisasi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan perubahan
atau selisih antara realisasi dengan anggarannya. Jika hanya menggunakan
realisasi maka terjadi perbedaan realisasi belanja modal antar pemerintah daerah
dan realisasi berarti jumlah uang yang dikeluarkan atau sudah dibelanjakan
sehingga tidak menjadi SILPA. Hubungan positif dan signifikan dimaksud adalah
awal pemerintah daerah menganggarkan belanja modal namun saat dialokasikan
kemungkinan bisa terjadi penurunan atau efisiensi artinya anggaran lebih besar
daripada realisasi maka terjadi sisa anggaran belanja modal atau perubahan positif
artinya akan menambah SILPA. Namun apabila terjadi kenaikan atau
penggelembungan anggaran belanja modal artinya realisasi lebih besar daripada
anggaran atau perubahan negatif maka akan mengurangi SILPA.
3.6.2 Hasil Uji Hipotesis Kedua
Hubungan positif dan signifikan terjadi karena semakin tingginya
perubahan atau selisih realisasi dengan anggaran akan menyebabkan SILPA naik.
Dikarenakan apabila terjadi pelampauan target maka sisa target tersebut tidak
boleh dibelanjakan langsung sebelum adanya pengesahan secara otomatis terjadi
SILPA.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhan (2015) yang
menyatakan bahwa Pendapatan (yang salah satu komponennya adalah PAD)
berpengaruh terhadap SILPA karena terjadi pelampauan atas target pendapatan
12
daerah. Selain itu dalam penelitian Suharna (2015) menyatakan bahwa komponen-
komponen yang terdapat didlam APBD yaitu pendapatan, belanja, dan
pembiayaan jika menunjukkan perubahan-perubahan baik peningkatan maupun
penurunan akan berkontribusi terhadap peningkatan maupun penurunan SILPA.
Selain itu pendapatan yang dominan berkontribusi terhadap kenaikan maupun
penurunan SILPA yaitu Dana Perimbangan pada pos dana bagi hasil pajak
maupun sumber daya alam, sedangkan pendapatan yang bersumber dari PAD
pada pos lain-lain PAD yang sah. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
Dulahi (2016) yang menyatakan Pajak Daerah (Komponen pembentuk PAD)
tidak signifikan berpengaruh terhadap SILPA pada Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Tengah. Disebabkan oleh besarnya pelampauan taget Pajak Daerah
(komponen pembentuk PAD) tidak mampu mempengaruhi secara signifikan
SILPA pada periode anggaran. Selain itu penelitian ini menggunakan perubahan
atau selisih antara realisasi dengan anggaran sehingga hal ini yang menyebabkan
perbedaan hasil penelitian.
3.6.3 Hasil Uji Hipotesis Ketiga
Dana Bagi Hasil Pajak merupakan dana yang ditransfer oleh pemerintah
pusat yang berasal dari penghasilan pajak. Penerimaan Realisasi Dana Bagi Hasil
Pajak yang terlalu besar pada akhir tahun dan dana tersebut tidak dapat digunakan
dengan optimal, maka akan menyebabkan sisa anggaran dan berdampak pada Sisa
Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA).
Hubungan positif dan signifikan terjadi karena pemerintah daerah jarang
akurat dalam memperkirakan Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak sehingga
dapat menyebabkan terjadi sisa anggaran yang berdampak pada SILPA. Hal ini
disebabkan karena terjadinya penumpukkan dana di akhir tahun yang tidak dapat
dengan cepat dibelanjakan secara langsung sehingga menyebabkan SILPA
menjadi naik. Hal ini sejalan dengan penelitian Suharna (2015) menyatakan
bahwa komponen pendapatan daerah dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir
yang dominan berkontribusi terhadap peningkatan maupun penurunan SILPA
berasal dari pendapatan transfer yang bersumber dari dana perimbangan pada pos
Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam. Selain itu Izudin (2013)
13
menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara komponen pendapatan
termasuk dana perimbangan pada pos DBH Pajak berpengaruh terhadap SILPA di
Kabupaten Bungo.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut (1) Perubahan Belanja Modal berpengaruh terhadap
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif, berarti H1
diterima, (2) Perubahan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap Sisa Lebih
Pembiayaan Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif berarti H2 diterima, dan
(3) Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh terhadap Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA) dengan pengaruh positif berarti H3 diterima.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis yaitu (1) Penelitian
selanjutnya dapat menambah periode waktu penelitian lebih dari satu tahun
anggaran, (2) Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel tidak hanya di
Kabupaten/Kota Se-Jawa tetapi seluruh Indonesia agar hasilnya dapat di
generalisasi, dan (3) Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen
seperti jumlah kasus korupsi, penemuan sistem pengendalian intern, dan
komitmen anggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Darise, N. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta: Index.
Dulahi Darman. 2016. “Pengaruh Pajak Daerah Dan Dana Alokasi Umum
Terhadap Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Survey Pada Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sulawesi Tengah)”. e Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6,
ISSN: 2302-2019
Ferina, I.K., Burhanudin, Dan Trisnawati, N.A. 2016. “Efektivitas Realisasi dan
Serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pada Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013-2015”. Jurnal Ilmiah
Manajemen Bisnis Dan Terapan. Tahun XIII No 2.
14
Fitroh, M., Dan Putra. I. S., 2016. “Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(Silpa) Terhadap Penetapan Jumlah Anggaran Tahun Berikutnya”. Jurnal
PETA. e-ISSN 2528-2581 Vol. 1 No. 1. 1-19
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hakim, A. R. 2016. “Identifikasi Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (Studi Kasus Pada Pemerintah Kota Yogyakarta
Dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo)”. Tesis. Universitas Gadjah
Mada
Halim, A. 2016. “Manajemen Keuangan Sektor Publik Problematika Penerimaan
dan Pengeluaran Pemerintah”. Jakarta: Salemba Empat.
Hasan, H. A., Haryadi, B., Dan Rimawati, Y. 2015. “Jalan Panjang Menuju
Pengesahan Apbd: Berdasarkan Sudut Pandang Agency Theory”. Jurnal
Keuangan dan Perbankan. Vol. 12, No.1.
Hasanudin, I. 2015. “Apa Itu Dana Bagi Hasil Pajak”.
(https://ep507.blogspot.co.id/2015/05/apa-itu-dana-bagi-hasil-pajak.html).
Diakses 10 Desember 2017.
Iswahyudin. 2016. “Pengaruh Belanja Modal, Belanja Barang Dan Jasa Terhadap
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Kabupaten/Kota Di Sulawesi
Tengah”. E Jurnal Katalogis, Volume 4 Nomor 6.
Izudin, H., Syaparudin., dan M. Syamsudin. H. 2013. “Kinerja Keuangan Daerah
Dan Hubungan Dengan Silpa Di Kabupaten Bungo”. Jurnal Perspektif
Pembiayaan dan Pembangunan Daerah. Vol. 1 No.1.
Juanda. 2008. Hukum Pemerintah Daerah. Bandung: Alumni.
Kuncoro, M. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan
Ekonomi. Penerbit : AMP YKPN.
Lind, Marchal and Wathen. 2014. Statistical Tecniques in Bussiness and
Economic: Chapter 12, New York: McGrow-Hill.
Magdalena, M. 2013. “Perbandingan Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah
Provinsi Di Indonesia”. MODUS. Vol. 25 (1). 91-106
Mulyono, Y. 2017. “Jokowi Ancam Sanksi Kepala Daerah yang Serapan APBD-
nya Rendah”.(https://news.detik.com/berita/d-3598051/jokowi-ancam-
sanksi-kepala-daerah-yang-serapan-apbd-nya-rendah. Diakses 15
Desember 2017.
15
Noviwijaya, A. & A. Rohman. (2013). “Pengaruh Keragaman Gender dan Usia
Pejabat Perbendaharaan Terhadap Penyerapan Anggaran Satuan Kerja
(Studi Empiris pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Semarang
I)”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2 (3): 1-10.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 58 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2006
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015
Ramadhan, M. F. A., 2015. “Pengaruh Realisasi, Perubahan Anggaran Dan
Temuan Audit Terhadap Silpa Pemerintah Daerah Di Indonesia”. Skripsi
Universitas Sebelas Maret.
Samaloisa, C. 2014. “Analisis SiLPA Dan Daya Serap Anggaran Pada
Perhitungan APBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2010-2012”. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Simamora, S. 2014. “Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa),
Penerimaan Dan Pengeluaran Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah:
Dalam Presfektif Teoritis”. Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis. Volume 14
No.2
Suharna, I. 2015. “Analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) pada
APBD Pemerintah Kabupaten Bulungan Propinsi Kalimantan Utara Tahun
Anggaran 2007 s.d. 2013”. Tesis. Universitas Gajdah Mada. Yogyakarta.
Syukiy. 2012. “Varians Anggaran Pendapatan dan Varians Belanja Daerah-
Sebuah Pengantar”. (https://syukriy.wordpress.com/2012/10/16/varians-
anggaran-pendapatan-daerah). Diakses 20 desember 2017.
Undang-Undang RI No. 17 tahun 2003
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Wicaksono, K., A. 2015. “Dana Bagi Hasil: Basis Penyalurannya Diubah.
(http://finansial.bisnis.com/read/20150909/10/470530/javascript). Diakses
1 Januari 2018.
16
Winarni. N.S. 2013. “Pengaruh Faktor-Faktor dalam Aspek Manajemen
Keuangan Daerah terhadap Sisa Lebih Perhitungan Anggaran pada
Pemerintah Kota Tarakan”. Tesis. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Zarinah, M. 2016. “Pengaruh Perencanaan Anggaran Dan Kualias Sumber Daya
Manusia Terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah Di Kabupaten Aceh Utara”. Jurnal Magister Akuntansi. Volume 5,
No. 1.
_________. 2015.”Sanksi Untuk Pemerintah Daerah Yang Penyerapan
Anggarannya Rendah”.(http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/09/
03/40315/66/25/Sanksi-Untuk-Pemerintah-Daerah-Yang-Penyerapan-
Anggarannya-Rendah). Diakses 1 Desember 2017