pengaruh self-concept dan school climate terhadap...

106
PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP BERPERILAKU BULLYING PADA MASA KANAK-KANAK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Muhammad Abdul Aziz Robbani NIM : 1111070000143 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2016 M

Upload: others

Post on 04-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE

TERHADAP BERPERILAKU BULLYING

PADA MASA KANAK-KANAK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Muhammad Abdul Aziz Robbani

NIM : 1111070000143

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 2: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

ii

PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE

TERHADAP BERPERILAKU BULLYING

PADA MASA KANAK-KANAK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

Muhammad Abdul Aziz Robbani

NIM: 1111070000143

Pembimbing

Liany Luzvinda, M.Si

NIP: 19780216 200710 2 001

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H / 2016 M

Page 3: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE

TERHADAP BERPERILAKU BULLYING PADA MASA KANAK-KANAK ” telah

diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 April 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 29 April 2016

Sidang Munaqosah

Dekan/ Wakil Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si

NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 002

Anggota

Natris Indriyani, Dr. M.Si Layyinah, M.Si

NIP. 19790723 200710 2 002 NIP. 19770101 201101 2 004

Liany Luzvinda, M.Si NIP. 19780216 200710 2 001

Page 4: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 April 2016

Muhammad Abdul Aziz Robbani NIM : 1111070000143

Email: [email protected]

Page 5: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (asy-Syarh: 5)

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya akan diberi jalan keluar dari

setiap urusannya dan diberi dari arah tak diduga, dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya”

(At-Thalaq: 2-3)

“Sesungguhnya tempat curhat terbaik dan terpercaya adalah tuhan mu, Allah SWT

Cobalah untuk curhat dalam sholat dan dzikir kepada-Nya

Aku sudah mencobanya, kamu?”

-Penulis

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, saudara-saudara saya, dan kepada semua sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung dan mendoakan. Terimakasih atas segalanya, semoga Allah SWT memberikan rahmat

dan keberkahan-Nya *Aamiin

Page 6: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) April 2016

C) Muhammad Abdul Aziz Robbani

D) Pengaruh self-concept dan school climate terhadap berperilaku bullying pada

masa kanak-kanak

E) xiv + 92 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel self-concept dan

school climate terhadap berperilaku bullying. Sampel berjumlah 201 siswa siswi

dari total keseluruhan populasi berjumlah 533 siswa di sekolah dasar negeri baru

X pagi kelas 5 & 6 yang diambil dengan teknik non-probability sampling. Penulis

membuat sendiri alat ukur berdasarkan dimensi dari teori yang digunakan.

Bullying di ukur menggunakan indikator yang dikemukakan oleh Ken Rigby

(2007). Self-concept menggunakan model teori Shavelson, Hubner, & Stanton

(1976), yang terdiri dari self-concept akademik dan non-akademik(self-concept

sosial, self-concept emosi, self-concept fisik). School climate menggunakan

dimensi yang dikemukakan oleh Gage & Larson (2014), yaitu school safety,

social relationship, school connectedness. Uji validitas alat ukur menggunakan

teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik

analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menununjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel

self-concept dan school climate terhadap berperilaku bullying. Hasil yang menguji

masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variabel menunjukkan

terdapat tiga variabel yang pengaruhnya signifikan yaitu emosi, school safety dan

social relationship yang mengarah pada tanda negatif. Karena itu, semakin negatif

school climate dan self-concept maka semakin tinggi untuk berperilaku bullying.

Bahan bacaan: 55; buku: 19 + jurnal: 26 + tesis: 1 + disertasi: 1 + artikel: 8

Page 7: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) April 2016

C) Muhammad Abdul Aziz Robbani

D) xiv + 92 pages + attachments

E) The effect of self-concept and school climate to the bullying behavior in childhood

F) This study aims to determine the effect of variable self-concept and school climate

against bullying behavior. Sample of 201 students of the total population of 533

students in a SDN Baru Pagi class 5 & 6 are drawn with non-probability sampling

technique. Authors create their own measurement tool based on dimentions of the

theory used. Bullying is measured using indicators proposed by Ken Rigby (2007).

Self-concept using a theoretical model Shavelson, Hubner, and Stanton (1976), which

consists of academic self-concept and non-academic (social self-concept, emotional

self-concept, physical self-concept). School climate using the dimentions proposed by

Gage & Larson (2014), which is school safety, social relationship, school

connectedness. Test the validity of measurement tools using techniques confirmatory

factor analysis (CFA). Analysis of data using multiple regression analysis techniques.

The results showed that there was a significant effect of the variable self-concept and

school climate against bullying behavior. The results of that test each of the

dependent variable regression coefficient indicates that there are three variables that

significantly influence the emotions, school safety and social relationships that lead to

a negative sign. Therefore, the more negative school climate and self-concept, the

higher for bullying behavior.

G) Reading: 55; books: 19 + journals: 26 + thesis: 1 + dissertation: 1 + articles: 8

Page 8: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-

Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan.

Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta

pengikutnya.

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak luput dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya.

2. Ibu Liany Luzvinda, M.Si yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran,

perhatian, dan kepedulian dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas

waktu dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.

3. Ibu Layyinah, M.Si sebagai dosen pembimbing seminar proposal serta penguji dalam

sidang hasil yang telah banyak membantu, mendukung, dan memberikan masukan

dalam menyusun skripsi. Terima kasih atas masukan dan saran yang telah diberikan

kepada penulis

4. Ibu Luh Putu Suta Haryanti M.Psi, Psi selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah membantu, mendukung dan memberi masukan selama masa perkuliahan.

Terima kasih atas saran dan perhatian yang telah diberikan selama ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN Syarif

Page 9: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

ix

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam pelayanan administrasi dan lain-

lain. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas segala yang

diberikan.

6. Kedua orang tua penulis, yang selalu memberikan dukungan, baik moriil maupun

materiil, motivasi, serta senantiasa memanjatkan doa yang tak henti kepada penulis.

Juga kepada abang dan adik penulis yang selalu memberikan doa dan motivasi untuk

penulis.

7. Kepala Sekolah dan Guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri Baru Pagi

kelurahan kalisari yang telah mempersilahkan penulis untuk meneliti di sekolah

tersebut dengan keramah-tamahannya, serta siswa-siswi yang ikut terlibat sebagai

responden penelitian, semoga diberkahi dan sukses selalu.

8. Teman-teman angkatan 2011 Fakultas Psikologi, dan khususnya kelas D yang telah

menemani penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Serta terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta yang telah

memberikan kasih sayang, persahabatan, dukungan, bantuan dan motivasi yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata,

sangat besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat yang besar,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan

untuk mengeksplorasinya lebih lanjut.

Jakarta, 29 April 2016

Penulis

Page 10: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................................iv

MOTTO ..........................................................................................................................v

ABSTRAK ......................................................................................................................vi

ABSTRACT ....................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................viii

DAFTAR ISI...................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................xiv

Bab 1. Pendahuluan ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 7

1.2.1 Pembatasan Masalah ............................................................................. 7

1.2.2 Perumusun Masalah Mayor ................................................................... 9

1.2.3 Perumusan Masalah Minor .................................................................... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 10

Bab 2. Landasan Teori ................................................................................................ 12 2.1 Bullying ............................................................................................................. 12

2.1.1 Pengertian bullying ................................................................................. 12

2.1.2 Karakteristik dari bullying ...................................................................... 15

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi bullying ...................................................... 17

2.1.4 Pengukuran bullying ............................................................................... 19

2.2 Self-concept ....................................................................................................... 21

2.2.1 Pengertian self-concept ........................................................................... 21

2.2.2 Aspek-aspek dalam self-concept ............................................................. 22

2.2.3 Pengukuran self-concept ......................................................................... 28

2.3 School climate ................................................................................................... 29

2.3.1 Pengertian school climate ....................................................................... 29

2.3.2 Aspek-aspek dalam school climate ......................................................... 32

2.3.3 Pengukuran school climate ..................................................................... 34

2.4 Kerangka Berpikir............................................................................................. 35

2.5 Hipotesis ........................................................................................................... 39

2.5.1 Hipotesis mayor ..................................................................................... 39

2.5.2 Hipotesis minor ...................................................................................... 39

Page 11: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

xi

Bab 3. Metode Penelitian .........................................................................................40

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 40

3.2 Variabel Penelitian ....................................................................................... 41

3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................. 42

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 43

3.3.1 Skala perilaku bullying ......................................................................... 43

3.3.2 Skala self-concept ................................................................................. 44

3.3.3 Skala school climate ............................................................................. 44

3.4 Uji Validitas Konstruk .................................................................................. 45

3.4.1 Uji validitas konstruk bullying .............................................................. 45

3.4.2 Uji validitas konstruk self-concept akademik dari skala self-concept .. 47

3.4.3 Uji validitas konstruk self-concept sosial dari skala self-concept ......... 48

3.4.4 Uji validitas konstruk self-concept emosi dari skala self-concept ........ 49

3.4.5 Uji validitas konstruk self-concept fisik dari skala self-concept ........... 49

3.4.6 Uji validitas konstruk school safety dari skala school climate ............. 50

3.4.7 Uji validitas konstruk social relationship dari skala school climate .... 51

3.4.8 Uji validitas konstruk school connectedness dari skala school climate 52

3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 53

3.6 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 54

3.6.1 Persiapan penelitian .............................................................................. 54

3.6.2 Pelaksanaan penelitian .......................................................................... 55

Bab 4. Hasil Penelitian .............................................................................................56

4.1 Gambaran Subyek Penelitian ....................................................................... 56

4.2 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................................. 56

4.3 Hasil Uji Hipotesis ....................................................................................... 58

4.3.1 Pengujian hipotesis mayor .................................................................... 58

4.3.2 Pengujian hipotesis minor ..................................................................... 59

4.3.3 Pengujian proporsi varians masing-masing independen variabel ......... 62

Bab 5. Kesimpulan, Diskusi dan Saran ..................................................................65

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 65

5.2 Diskusi .......................................................................................................... 65

5.3 Saran ............................................................................................................. 68

5.3.1 Saran teoritis .............................................................................................. 68

5.3.2 Saran Praktis .............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................70

LAMPIRAN..............................................................................................................75

Page 12: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala perilaku bullying ............................................................ 43

Tabel 3.2 Blue Print Skala self-concept .................................................................... 44

Tabel 3.3 Blue Print Skala school climate ................................................................ 45

Tabel 3.4 Bobot skor tiap item………… .................................................................. 45

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Bullying .................................................................... 46

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Self-concept Akademik ............................................ 47

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Self-concept Sosial…. .............................................. 48

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Self-concept Emosi…. .............................................. 49

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Self-concept Fisik…… ............................................. 50

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item School safety …. ....................................................... 51

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Social relationship …. .............................................. 52

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item School connectedness …… ...................................... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ...................................................... 57

Tabel 4.2 Norma Skor Variabel ................................................................................ 57

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................................ 58

Tabel 4.4 Tabel R Square .......................................................................................... 58

Tabel 4.5 Tabel Anova .............................................................................................. 59

Tabel 4.6 Tabel Koefisien Regresi ............................................................................ 60

Tabel 4.7 Tabel Proporsi Varian Untuk Masing-masing Independen Variabel ........ 62

Page 13: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................38

Page 14: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Skala .......................................................................................................75

2. Lampiran Hasil Lisrell ............................................................................................82

3. Lampiran Hasil Uji Hipotesis (output SPSS) .........................................................91

Page 15: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluriah untuk berkumpul bersama

dengan teman-temannya, dari latar belakang yang sama atau berbeda menjadi keunikan

dalam sebuah pergaulan sesama manusia. Dalam suatu pergaulan tentunya terdapat

hal yang negatif yang dilakukan orang tertentu terhadap orang lain dengan maksud dan

tujuan tertentu. Di dalam ruang lingkup pertemanan, fenomena umum yang terjadi

dalam lingkungan pergaulan khususnya remaja dan anak-anak saat ini adalah bullying.

Bullying dapat definisikan sebagai sebuah perilaku anak-anak muda dengan

sengaja bermaksud untuk melukai atau mengganggu anak lainnya yang dilakukan

berulang-ulang dan melibatkan perbedaan kekuatan antara pelaku dan korban, yang

pelaku memiliki kekuatan lebih besar dari pada korban. Termasuk dalam bentuk

perilaku fisik dan non-fisik, seperti mengganggu, memanggil sebutan jelek,

menyebarkan gosip, dan menjauhinya (Blood & Blood, 2004). Bullying terjadi ketika

seseorang yang menjadi korban mendapat perlakuan negatif yang terjadi berulang-

ulang setiap waktu dalam suatu bagian dari kelompoknya (Olweus, 1993).

Bullying terutama di lingkungan sekolah, telah menjadi masalah serius dalam

ruang lingkup global. Pada tahun 1997–1998 dilakukan sebuah penelitian internasional

yang melibatkan 120.000 siswa dari 28 sekolah, yang hasilnya adalah 20% dari anak-

anak usia kurang dari 15 tahun melaporkan pernah mengalami bullying saat mereka

berada di sekolah (Sampson, 2002). Penelitian Storey (dalam Hertinjung, 2013) tahun

Page 16: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

2

2008 secara nasional di Amerika menunjukkan bahwa sekitar 30% anak-anak tingkat

sekolah dasar atau 5.700 anak setiap tahun mengalami bullying selama di sekolah, baik

sebagai pelaku, korban maupun keduanya.

Di Indonesia, data yang tercatat oleh World Vision Indonesia, pada 2008 terjadi

1.626 kasus bullying,dan tahun 2009 meningkat hingga 1.891 kasus bullying, 891 di

antaranya kasus di sekolah. Menurut KPAI kasus bullying menduduki peringkat teratas

dalam pengaduan masyarakat, dari 2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369

pengaduan terkait masalah tersebut. Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di

bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk

kekerasan di sekolah, mengalahkan tawuran pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun

aduan pungutan liar (Firmansyah, 2014).

Bullying tidak hanya terjadi pada kalangan remaja saja dewasa ini, pada usia

masa kanak-kanak akhir pun yang menjadi fokus subyek penelitian disini juga kerap

kali terjadi. Pada rentang usia sekolah dasar bullying kerap terjadi dan menindas anak-

anak yang lemah. Laporan dalam bank data KPAI (KPAI, 2015) yang terjadi pada

tahun 2015 di Indonesia disebutkan banyak kasus yang melibatkan kekerasan pada

anak, kurang lebihnya terdapat 1.844 pengaduan yang di laporkan. Perilaku bullying

disekolah yang benar-benar dilaporkan kepada KPAI tercatat 9 laporan, sedang tingkat

korban dan pelaku kekerasan fisik maupun psikis pada anak tercatat lebih dari 100

laporan. Hal tersebut tentu belum termasuk perilaku bullying yang belum dilaporkan.

Fenomena bullying di sekolah dasar terus bermunculan di daerah-daerah

Indonesia. Dari hasil survey penulis dalam berita-berita portal online Indonesia, kasus

Page 17: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

3

bullying di sekolah dasar muncul dari provinsi Sumatera Barat tepatnya kota

Bukittinggi lewat video kekerasan yang dilakukan dua siswa kepada seorang siswi,

seorang siswi tersebut ditendang dan dipukul karena menghina ibu pelaku (Sudiaman,

2014). Di provinsi Sumatera Selatan, Palembang, kasus bullying sekolah dasar juga

terjadi di daerah Lahat. Siswa yang menjadi korban mendapat pukulan dan tusukan

yang mengakibatkan wajah dan anggota tubuh lainnya mengalami lebam, bahkan

pelaku juga sempat mengancam untuk membunuh korban (Haryadi, 2014). Di provinsi

Banten, tepatnya di Serpong, Tanggerang, seorang siswa juga menjadi korban perilaku

bullying. Korban takut untuk pergi ke sekolah karena teman-temanya memukuli dan

merampas barang miliki korban (Meisa, 2015).

Perilaku bullying dapat ditemukan di lingkungan penulis sendiri. Berdasarkan

hasil survey penulis yang didapat dari laporan wawancara langsung dengan korban

inisial R dan ibu korban. R adalah siswa kelas empat sekolah dasar negeri di kelurahan

Baru, R memiliki kelemahan fisik pada kakinya sehingga dianggap tidak normal. R

juga merupakan anak yang mudah dihasut atau disuruh-suruh oleh teman-temannya.

Ketika didalam kelaspun R sering dijadikan kambing hitam oleh teman-temannya

ketika guru sedang marah. Teman-temannya juga sering meminta uang kepada R

selesai pulang sekolah (wawancara pada bulan Oktober 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Hertinjung (2013) pada anak sekolah dasar di

surakarta mengenai bentuk-bentuk bullying yang terjadi di sekolah dasar menunjukkan

bahwa anak-anak cenderung atau paling sering melakukan bullying verbal dari pada

bullying fisik dan bullying psikologis. Dalam sudut pandang pelaku/bullies, bentuk

Page 18: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

4

bullying yang dilakukan secara verbal sebanyak 43% dilanjutkan bullying psikologis

sebanyak 30% kemudian bullying fisik sebanyak 27%. Sedangkan menurut

korban/victim setelah bullying verbal (43%) adalah bullying fisik (34%) dilanjutkan

bullying psikologis (23%).

Bentuk bullying verbal yang sering dilakukan pada masa kanak-kanak ini

berupa memanggil dengan panggilan buruk, mengejek, menggoda, serta mengancam.

Dalam bentuk bullying fisik berupa mendorong, memukul, mengambil barang, dan

berkelahi. Dan bentuk bullying psikologis berupa memfitnah dan mengucilkan

(Hertinjung, 2013).

Dalam penelitian Kim (2006) mengatakan perilaku bullying dapat dilihat dari

faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal terdiri dari atribusi, self, social

relationship, self-perception dan social support. Sedang faktor lingkungan terdapat

pada school environment, dan family environment.

Selanjut dari beberapa peneliti yang sama-sama meneliti perilaku bullying yaitu

Cook, Williams, Guerra, Kim, dan Sadek, (2010) ditemukan banyak faktor yang

mempengaruhi perilaku bullying khususnya pada masa kanak-kanak. Individual

predictor dan Contextual predictor menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku

bullying. Individual predictor mencakup faktor-faktor pada diri individu seperti Social

Competence, Externalizing behavior, Internalizing behavior, Self-related

cognitions/Self-concept, Other-related cognitions, dan Academic performance.

Contextual predictor adalah adaptasi dari sudut pandang lingkungan hidup-sosial

Page 19: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

5

seperti School climate, Community Factor, Peer status, Family/home environment, dan

Peer influence.

Kim (2006) serta Cook, Williams, Guerra, Kim, dan Sadek (2010) sama-sama

mengatakan bahwa perilaku bullying dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal.

Self-concept disebutkan dapat mempengaruhi tindakan berperilaku bullying yang

dimulai dari masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak erat kaitannya dengan usia dimana

perkembangan self-concept nya terbentuk serta usia dimana hubungan sosialnya

meningkat dan kebanyakan di masa usia ini anak-anak menjalin hubungan sosial

dengan sebayanya di lingkungan sekolah. Berdasarkan survey online yang telah penulis

lakukan, lingkungan sekolah diketahui merupakan tempat bullying pertama kali

berkembang sehingga memiliki pengaruh terhadap perilaku bullying. Oleh karena itu

dari latar belakang diatas penulis mengambil self-concept dari internal dan school

climate dari eksternal sebagai variable bebas yang meneliti pengaruh perilaku bullying.

Self-concept pada setiap inidividu menjadikan manusia sebagai mahkluk yang

unik. Konsep diri terbentuk dan berkembang dipengaruhi oleh pengalaman eksternal

dengan lingkungannya dan juga pengalaman internal tentang dirinya. Seperti pada

pengertian self-concept oleh Shavelson, Hubner, dan Stanton tahun 1976 (Shavelson &

Bolus, 1981) yang menjelaskan bahwa self-concept itu merupakan persepsi individu

tentang dirinya sendiri yang terbentuk melalui suatu pengalaman dari intrepetasi

lingkungannya dan akan terpengaruh oleh adanya penguat, evaluasi diri, dan suatu

sebab-akibat suatu perilaku.

Page 20: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

6

Houbre and colleagues (2006) menemukan bahwa perubahan self-concept bisa

mengubah hubungan yang dimiliki anak dengan dunia luarnya, yang mana dapat

menyebabkan konsekuensi pada perkembangan masalah yang lebih serius, seperti

mental disorder (dalam Roeleveld, 2011). Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Houbre, Tarquinio, dan Lanfranchi (dalam Roeleveld, 2011) menyebutkan bahwa

self-concept yang negatif menyebabkan atau berkonsekuensi terhadap perilaku

bullying yang bersifat jangka panjang. Self-concept yang buruk atau negatif,

menjadikan individu sulit menerima keberadaan orang lain maupun diri sendiri.

Christie-Mizell (dalam Roeleveld, 2011) mengindikasikan konsep diri negatif adalah

salah satu prediktor dari perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah dasar

maupun menengah.

Astuti (dalam Magfirah & Rachmawati, 2010) menyebutkan salah satu faktor

penyebab perilaku bullying lainnya adalah situasi sekolah/school climate yang tidak

harmonis atau diskriminatif. School climate (Iklim sekolah) adalah mutu sekolah dalam

menciptakan tempat pendidikan yang sehat, memelihara impian dan aspirasi para orang

tua dan anak, guru-guru yang kreatif dan antusias, dan menjunjung tinggi nilai-nilai

yang ada disekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak. School climate juga

merupakan jiwa dari sebuah sekolah yang terdiri dari para peserta didik atau siswa,

guru-guru, administrator, dan karyawan lainnya yang menjadikan sebuah sekolah itu

ada dan hidup (Freiberg, 1999).

School climate didasarkan pada pola siswa, orang tua, dan pengalaman personil

sekolah dari kehidupan sekolah dan mencerminkan norma-norma, tujuan, nilai-nilai,

Page 21: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

7

hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, dan struktur organisasi. Sebuah

school climate yang positif akan mendorong perkembangan siswa dan proses belajar

yang produktif, kontribusi, serta kehidupan yang memuaskan dalam bermasyarakat

(DeWitt & Slade, 2014). Menurut Gage dan Larson (2014) bahwa school climate yang

positif menurunkan tingkat perilaku bullying yang ada disekolah, sebaliknya school

climate yang negatif memunculkan perilaku tersebut. Suatu perilaku yang buruk di

suatu disekolah dapat dikaitkan dengan school climate yang negatif, seperti pada

penelitian Smithh dan Brain (dalam Woolley, 2006) bahwa perilaku bullying di sekolah

dengan iklim negatif berkaitan erat dengan rendahnya harga diri siswa, depresi dan

bunuh diri

Peneliti hanya akan berfokus pada beberapa faktor yang diambil dalam faktor

internal dan faktor eksternal, yaitu konsep diri (Self-Concept) dan faktor lingkungan

sekolah (School Climate) serta fokus subyek penelitian kepada masa kanak-kanak..

Berdasarkan sebagian faktor-faktor yang disebutkan, peneliti melakukan penelitian dan

mengetahui Pengaruh Self-Concept dan School Climate terhadap Berperilaku

Bullying Pada Masa Kanak-Kanak.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi untuk

meneliti self-concept dan school climate terhadap perilaku bullying yang didefinisikan

sebagai berikut:

Page 22: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

8

a) Perilaku bullying pada penelitian ini dibatasi pada suatu tindakan penindasan secara

psikologis dan fisik yang diulang-ulang kepada orang yang lemah oleh orang atau

kelompok yang kuat dan bentuknya berupa bullying fisik, bullying non-fisik (verbal

dan non-verbal/psikis) yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung (Rigby,

2007).

b) Self-Concept dalam penelitian ini adalah kesadaran akan kemampuan atau potensi

diri yang dibentuk dari pengalaman intrepetasi lingkungan dan dapat berubah-ubah

karena adanya pengaruh penguat, evaluasi diri, perilaku karena suatu sebab, dan

perkembangan fisik dan psikis yang dilalui selama proses perkembangan. Dalam

penelitian ini merujuk pada model teori Shavelson/ Shavelson, Hubner dan Stanton

(1976) dengan empat dimensi yaitu self-concept akademik, self-concept sosial, self-

concept emosional, self-concept fisik.

c) School Climate dalam penelitian ini adalah tingkat dari respek dan perlakuan adil

siswa oleh guru, teman, pengurus sekolah serta lingkungan sekolah sebagaimana

perasaan anak dari keikutsertaan dengan sekolah. Dalam peneilitian ini merujuk

pada pendapat Gage dan Larson (2014) dengan tiga dimensi yaitu school safety,

social relationship, school connectedness.

d) Masa kanak-kanak yang dimaksud dalam penelitian adalah anak-anak yang masuk

tingkat akhir/masa kanak-kanak akhir dengan rentang usia enam sampai dengan 12

tahun (Hurlock, 1980), dan dikhususkan yang memasuki usia sekolah dasar kelas

lima dan enam dikarenakan kemajuan dalam pengertian terhadap kuesiner yang

diberikan sudah semakin baik.

Page 23: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

9

1.2.2 Perumusan Masalah Mayor

a. Apakah ada pengaruh dari variabel self-concept dan variabel school climate

terhadap berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir?

b. Seberapa besar pengaruh dari self-concept dan school climate terhadap berperilaku

bullying?

c. Variabel mana yang paling berpengaruh signifikan dari self-concept dan school

climate terhadap perilaku bullying?

1.2.3 Perumusan Masalah Minor

a. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept akademik terhadap

berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir?

b. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept Sosial terhadap berperilaku

bullying pada masa anak-anak akhir?

c. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept emosi terhadap berperilaku

bullying pada masa anak-anak akhir?

d. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari self-concept fisik terhadap berperilaku

bullying pada masa anak-anak akhir?

e. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate; school safety

terhadap berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir?

f. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate; social

relationship terhadap berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir?

g. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate; school

connectednes terhadap berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir?

Page 24: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tuhuan yang ingin dicapai

dan diperoleh melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk mengukur pengaruh variabel self-concept dan variabel school climate

terhadap berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir

b. Untuk mengukur pengaruh self-concept akademik terhadap berperilaku bullying

pada masa anak-anak akhir

c. Untuk mengukur pengaruh self-concept sosial terhadap berperilaku bullying pada

masa anak-anak akhir

d. Untuk mengukur pengaruh self-concept emosi terhadap berperilaku bullying pada

masa anak-anak akhir

e. Untuk mengukur pengaruh self-concept fisik terhadap berperilaku bullying pada

masa anak-anak akhir

f. Untuk mengukur pengaruh school climate : school safety terhadap berperilaku

bullying pada masa anak-anak akhir

g. Untuk mengukur pengaruh school climate : social relationship terhadap

berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir

h. Untuk mengukur pengaruh dimensi school climate : school connectednes terhadap

berperilaku bullying pada masa anak-anak akhir.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua manfaat, yaitu teoritis dan praktis

Page 25: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

11

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan teori-teori dan penelitian

psikologi selanjutnya khususnya dalam fenomena bullying yang berhubungan dengan

perkembangan pada masa kanak-kanak.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan

dalam mengenali bentuk-bentuk bullying dari pada pelaku bullying di kalangan siswa-

siswi sekolah dasar dan faktor apa yang mempengaruhinya sehingga dapat menurunkan

tingkat perilaku bullying dan meminimalisir korban-korban bullying lainnya. Dengan

minimnya tindak perilaku bullying kedepan diharapakan generasi anak selanjutnya

menjadi faktor kemajuan dalam berkembangnya keamanan bangsa dari tindak

kekerasan bentuk lainnya sehingga menjadikan bangsa yang aman dan tentram.

Page 26: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Bullying

2.1.1 Pengertian Bullying

Bullying adalah perilaku kompleks dan sulit untuk didefinisikan. Seringnya

didefinisikan sebagai perilaku ekstrem yang kasar, yang mana anak-anak akan merasa

takut atau sedih untuk pergi kesekolah. Oleh karena itu Tattum dan Herbert (dalam La

Fontaine, 1991) yang berfokus pada kajian mengenai intenss bullying mengatakan

bahwa bullying sebagai kesengajaan, sadar ingin menyakiti, dan mengancam dan

menakuti seseorang.

Definisi oleh Rigby (2003) menjelaskan bahwa bullying adalah suatu tindakan

yang dimulai seseorang ketika ingin menyakiti orang lain sehingga tertekan, memiliki

hasrat untuk menyakiti dan merugikan orang lain, kekutan yang tidak seimbang,

penyalahgunaan kekuatan, dan umumnya berulang-ulang. Rigby (2003) juga

berpendapat bahwa bullying berbeda dari deskripsi umum agresi dan kekerasan.

Menggabungkan gagasan bahwa bullying terjadi karena terdapat ketidakseimbangan

kekuatan antara pelaku dan korban. Bullying tidak hanya mengacu pada konflik antara

orang-orang dengan kekuatan yang sama. Olweus (2003) menambahkan bahwa

tindakan negatif dari bullying yang dimaksnud adalah ketika seseorang secara sengaja

melukai atau membuat seseorang tidak nyaman dengan perlakuannya yang secara tidak

langsung tersirat dalam definisi perilaku agresif.

Page 27: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

13

Storey, Slaby, Adler, Minotti, dan Katz (2008) mendefinisikan bullying sebagai

suatu bentuk penyalahgunaan emosional atau fisik dengan tiga (3) karakteristik,

meliputi; Deliberated (disengaja), yaitu pelaku cenderung menyakiti seseorang;

Repeated (diulangi), pelaku melakukan perilaku bullying nya kepada korban sama dan;

Power Imbalance (ketidakseimbangan kekuatan), pelaku memilih korban yang lebih

lemah darinya. Olweus (2011) mengatakan bullying terjadi ketika terdapat tiga

indicator seperti perilaku negatif yang intens, umumnya terjadi pengulangan yang

sama, dan mengarah kepada orang yang tidak bias mempertahankan dirinya sendiri

atau orang lemah.

Berdasarkan teori diatas, penulis menggunakan definisi perilaku bullying oleh

Ken Rigby (2007) yang menjelaskan bahwa bullying adalah penindasan secara

psikologis dan fisik yang diulang-ulang kepada orang yang lemah oleh orang atau

kelompok yang kuat. Bentuknya berupa bullying fisik, dan bullying non-fisik (verbal

dan non-verbal) yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

A. Dampak dari bullying

Menurut Harris dan Petrie (2003) dampak bullying berpengaruh tidak hanya kepada

korban (victim) saja tetapi juga kepada pelaku (bully), dan saksi (bystander).

1) Victim, pengalaman karena ditindas memeiliki efek jangka panjang yang dapat

mengakibatkan turunnya harga diri, jarang hadir di kelas, depresi, dan bunuh diri.

Tekanan emosional yang dimiliki anak akan mempengaruhi prestasi akademik

disekolahnya

Page 28: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

14

2) Bully, anak yang terindifikasi sebagai pelaku memiliki resiko putus sekolah,

kenakalan, terbawa hingga berkeluarga , dan memiliki resiko keturunan yang

menjadi pengganggu sehingga melanjutkan siklus bullying yang terjadi

3) Bystander, sebagai anak yang mengamati anak lain yang diganggu dapat

menyebabkan konflik emosi dalam melihatnya seperti marah, sedih, takut, dan

ketidakpeduliannya

Anak-anak yang mengatakan dirinya menjadi korban bullying mengaku lebih

sering kesepian dan mengalami kesulitan berteman, sementara anak-anak yang

melakukan bullying lebih cenderung memiliki nilai rendah, kenakalan, dan melakukan

hal buruk lainnya (Santrock, 2012). Menurut Hanish dan Guerra (2004) menemukan

bahwa anak-anak yang cemas, menarik diri secara sosial, dan agresif sering kali

menjadi korban bullying. Anak-anak yang cemas dan menarik diri secara sosial

mungkin menjadi korban bullying karena mereka tidak mengancam dan cenderung

tidak membalas jika digertak, sedang anak-anak yang agresif mungkin menjadi korban

bullying karena perilaku mereka yang menyebalkan bagi para pelaku bullying (Rubin,

Bukowski, & Parker, 2004).

Korban bullying memiliki resiko tinggi menderita sakit kepala, masalah tidur,

sakit perut, kecemasan, merasa tidak senang, nafsu makan berkurang, ngompol yang

tidak terkendali. Tingkatan depresi anak ketika di bully meningkat tiga sampai tujuh

kali lebih tinggi (Fekkes, Pijpers , Fredicks, Vogels, & Vanhorick, 2006). Bullying

memiliki pengaruh besar pada kesehatan anak-anak yang menjadi target bullying.

Kerusakan yang dapat disebakan oleh bullying bisa dilihat dari aspek psikologis, social,

Page 29: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

15

fisik, emotional, dan akademik. Anak yang menjadi pelaku bullying juga mengalami

konsekuensi negatif yang sama (Losey, 2011).

2.1.3 Karakteristik dari bullying

A. Berdasarkan Jenisnya

Menurut Rigby (2007) bullying memiliki dua jenis yang dibedakan menjadi Malign

bullying dan non-malign bullying.

1) Malign bullying (bullying dengan fitnah)

Tipe bullying yang disengaja untuk mencoba mengganggu seseorang dengan

memperlihatkan kekuatan yang berbeda antara korban dan pelaku. Dalam jenis ini

terdapat tujuh unsur yang khas:

a) Awal keinginan untuk menyakiti

b) Keinginan mengekspresikan dalam tindakan

c) Seseorang tersakiti

d) Diarahkan oleh orang/kelompok yang kuat untuk melawan orang yang lemah

e) Tanpa dasar kebenaran

f) Secara khas diulang

g) Adanya kesenangan yang timbul

2) Non-malign bullying (bullying tanpa fitnah)

Tipe bullying yang didasari oleh kebencian akan seseorang. Penyebab bullying ini

adalah pengalaman atau pikiran mengenai seseorang. Terdapat dua macam dalam

non-malign bullying, yaitu:

Page 30: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

16

a) Mindless bullying, bullying yang pelakunya tidak muncul sebagai musuh, dan

menyerang orang yang memiliki kekuatan yang sama dengan dirinya atau

mungkin orang yang disukai

b) Educational bullying, bullying yang tidak ada keinginan sadar untuk menyakiti,

tidak dengan rasa kegembiraan ktika menyakiti, yang tujuaan untuk kebaikan

korban

B. Berdasarkan bentuknya

Rigby (2007) menjelaskan bahwa terdapak klasifikasi dari bentuk-bentuk bullying.

Ada tipe bullying fisik dan tipe bullying non-fisik (verbal, non-verbal) yang keduanya

memiliki bentuk langsung dan tidak langsung:

1) Bullying Fisik

Adalah bullying yang dilakukan dengan sentuhan fisik antara pelaku bullying dan

korbannya yang sifatnya terlihat. Perilaku yang termasuk antara lain, Langsung:

memukul, menendang, meludahi, mendorong, mencekik, melukai menggunakan

benda, merusak benda milik korban, dan segala tindakan berbentuk fisik yang

melukai korban.

Tidak langsung: menyuruh orang lain utuk menyerang seseorang

2) Bullying non-fisik

a) Verbal; adalah bullying dengan bahasa verbal yang bertujuan menyakiti hati

seseorang dan sifatnya dapat terdengar. Perilaku yang termasuk antara lain:

Langsung: mengejek, memberi nama julukan yang tidak pantas

Tidak langsung: memfitnah, menyebar isu-isu atau gosip

Page 31: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

17

b) Non-verbal; adalah jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak dapat di

lihat dari luar yang terjadi diam-diam dan tidak terpantau oleh mata dan telinga.

Perilaku yang termasuk seperti:

Langsung: memandang sinis, memandang penuh ancaman, memelototi,

mendiamkan.

Tidak langsung: membuang atau menyembunyikan barang-barang, dengan

sengaja mengeluarkan individu dari kelompok atau aktifitas.

Dari banyaknya karakteristik bullying yang telah dipaparkan, disini penulis

menggunakan alat ukur berdasarkan bentuknya oleh Rigby (2007) berupa fisik dan

non-fisik (verbal/non-verbal). Karena dalam bentuk ini, perilaku bullying dapat

dimengerti oleh responden.

2.1.4 Faktor yang memengaruhi terjadinya bullying

Cook, William, Guerra, Kim, dan Sadek (2010) menyebutkan bahwa terdapat 13 faktor

yang memprediksikan perilaku bullying pada anak-anak dan remaja. Delapan prediktor

berasal dari karakteristik individual (indivdual predictor) dan lima dari contextual

predictor.

1) Individual Predictor

a) Gender: perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki menjadi salah

satu pemicu akan munculnya perilaku bullying, konsep laki-laki yang memiliki

sifat maskulin berbeda dengan konsep perempuan dengan sifat feminism.

Page 32: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

18

b) Age: tingkatan umur yang berbeda dalam lingkungan pergaulan membuat sisi

dominasi dari umur yang lebih tua, sehingga individu dengan umur di bawah

terancam akan dominasi dari umur yang lebih tua.

c) Externalizing Behavior: adalah tindakan yang terkontrol dalam sifat dasar dan

karakteristik pemiliknya. Bisa dalam perilaku yang agresive, menentang,

mengganggu, dan respon yang tidak mau mengalah.

d) Internalizing behavior: tindakan yang dibawah kendali dari sifat yang mengarah

pada hati atau perasaan. Tindakannya bisa berupa menarik diri, depresi, cemas,

dan respon yang menghindar.

e) Social competence: adalah sebuah kemampuan social yang dimiliki individu,

untuk bisa membuat individu tersebut berinteraksi secara efektif dengan yang lain

guna mengindari atau menghalangi perilaku yang tidak diterima secara sosial.

f) Self-related cognitions: pemikiran anak-anak, kepercayaan, atau sikap terhadap

diri mereka sendiri, dalam hal ini seperti self-concept.

g) Other-related cognitions: pemikiran anak-anak, kepercayaan, perasaan, dan

sikap terhadap orang lain. Seperti empati, kepercayaan normative akan orang

lain, dan perspektif praduga.

h) Academic performance: kemampuan dalam segi akademik yang dilihat dari

pencapaian individu terhadap mata pelajaran tertentu. Individu yang pintar atau

sebaliknya rentan akan dibenci individu lainnya karena bawaan iri atau senang

mempermainkan.

Page 33: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

19

2) Contextual predictor

a) Family/home environment: aspek-aspek dari keluarga dan lingkungan rumah

mencakup konflik orang tua, rukun keluarga, pantauan orang tua, status sosial-

ekonomi keluarga, dan pola asuh.

b) School climate: tingkat respek dan perlakuan adil kepada siswa oleh guru dan

pihak sekolah sebagaimana yang anak rasakan selama berada disekolah.

c) Community factor: karakteristik dari komunitas atau tetangga yang dimana anak-

anak tumbuh kembang. Masuk didalamnya berupa indicator sosial-ekonomi,

tingkatan kekerasan dan criminal dilingkungan, dan perdagangan narkoba.

d) Peer status: kualitas hubungan dari anak-anak dan para remaja dengan teman

sebayanya. Seperti penolakan, isolasi, popularitas, dan suka tidak suka.

e) Peer influence: dampak positif dan negatif dari sebaya dalam pola hubungan

anak-anak. Seperti anggota sebaya yang menyimpang, aktivitas grup prososial

dan penguat perilaku yang tepat/tidak tepat.

2.1.5 Pengukuran bullying

Terdapat banyak alat ukur dalam mengukur bullying, beberapa alat ukur yang terbukti

akan validitasnya dibuat oleh Dan Olweus, berikut adalah beberapa alat ukur tersebut.

A. BVQ (the Olweus Bully/Victim Questonaire)

BVQ dipublikasikan oleh olweus pada tahun 1978. BVQ adalah alat ukur yang

paling sering digunakan di banyak negara terdiri dari 38 item yang mengukur self-

report dengan menayakan ke seluruh siswa yang pernah atau tidak pernah menjadi

pelaku bully atau korban bully dalam rentang waktu satu sampai dengan dua bulan

Page 34: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

20

sebelum tes. Siswa yang melaporkan di bully selama dua sampai tiga kali selama

sebulan di klasifikasi sebagai korban. Indicator pengukuran bullying di dasari dari

bentuk-bentuk bullying yang dikemukakan oleh olweus berupa bullying verbal,

fisik, dan psikologis.

B. BVQ-R (Bully/Victim Questionaire-Revised)

Dipublikasikan pada tahun 1996 dan hampir sama dengan versi sebelumnya namun

dalam BVQ-revisi ini ditambahkan beberapa item sehingga menjadi 40 item. Yang

mana mengukur perpanjangan dari perilaku bullying mencakup bullying fisik,

verbal, rasial, seksual dan lainnya yang terjadi dalam kurun waktu dua hingga tiga

bulan.

Dalam penelitian ini bullying diukur menggunakan indikator bentuk bullying

dari Ken Rigby (2007). Berupa bullying fisik dan bullying non-fisik (verbal & non-

verbal) dalam bentuk langsung maupun tidak langsung. Alasan penulis menggunakan

alat ukur tersebut karena alat ukur aslinya berupa BVQ-R sulit untuk didapatkan, dan

bentuk bullying dari ken rigby hampir sama dengan bentuk-bentuk bullying yang

dikemukakan oleh olweus berupa bullying berupa fisik, verbal, dan psikologis.

2.2 Self-concept

2.2.1 Pengertian Self-concept

Shavelson, hubner, dan Stanton mengungkapkan Self-concept adalah persepsi

seseorang tentang dirinya sendiri yang terbentuk melalui suatu pengalaman dari

intrepetasi lingkungannya dan akan terpengaruh oleh adanya penguat, evaluasi dari

pengalaman yang lain, dan suatu penyebab karena suatu perilaku (Shavelson & Bolus,

Page 35: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

21

1981). Self-concept menurut Baumeister (1997) adalah keyakinan individu tentang

dirinya, termasuk atribut seseorang dalam mengetahui siapa dan apa tentang dirinya.

Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri adalah aspek

penting dalam diri seseorang, yang merupakan kerangka acuan dalam berinteraksi

dilingkungan. Ketika individu mulai mempersepsikan, bereaksi, memberikan arti dan

menilai tentang dirinya, berarti kesadaran diri dan kemampuannya untuk melihat

dirinya sama baiknya dengan diri memandang dunia luarnya. Sedangkan Pastorino dan

Doyle-Portillo (dalam Cherry, 2014) mengatakan bahwa “self-concept adalah persepsi

kita atau gambaran dari kemampuan dan keunikan kita yang pada awalnya self-concept

yang kita miliki sangat umum dan mudah berubah-ubah. Namun semakin kita tumbuh

besar, persepsi yang ada semakin lebih terorganisir, detail, dan spesifik.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Weiten, Dunn, dan Hammer (dalam

Cherry, 2014) menjelaskan self-concept adalah kumpulan dari keyakinan tentang

kemurnian diri, keunikan yang berkualitas, dan perilaku yang khas. Self-concept juga

gambaran mental tentang diri sendiri dan menjadi sebuah persepsi diri.

Dalam penelitian ini, teori self-concept yang digunakan oleh Shavelson,

Hubner, dan Stanton (1976) adalah kesadaran akan kemampuan atau potensi diri yang

dibentuk dari pengalaman intrepetasi lingkungan dan dapat berubah-ubah karena

adanya pengaruh penguat, evaluasi diri, perilaku karena suatu sebab, dan

perkembangan fisik dan psikis yang dilalui selama proses perkembangan.

Page 36: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

22

2.2.2 Aspek-aspek dalam Self-Concept

A. Jenis dan bentuk self-concept

Dalam self-concept memiliki dua jenis yang membedakan keduanya. Jenis-jenis yang

terdiri dari self-concept yang dimaksud adalah self-concept positif dan self-concept

yang negatif. Callhoun dan Acocella (1990) menjelasakannya konsep diri terbentuk

melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga

dewasa. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari

perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun

ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat, sehingga self-concept

dapat terbentuk menjadi dua jenis menjadi negatif atau positif.

1) self-concept positif

Adalah penerimaan diri terhadap diri sendiri dimana individu dengan self-concept

yang positif mengenal dirinya dengan baik. Self-concept positif bersifat stabil dan

bervariasi, individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan

menerima sejumlah fakta mengenai diri sendiri sehingga terdapat evaluasi pada

dirinya untuk menjadi lebih baik dan terbuka untuk menerima keberadaan orang

sekitar. Secara garis besar memandang subyektif terhadap kondisi tubuh sendiri.

Konsep diri yang positif akan dimiliki kalau merasa puas (menerima) keadaan fisik

diri sendiri.

2) self-concept negatif

a) Pandangan individu mengenai diri sendiri yang tidak teratur tidak memiliki

kestabilan emosi, dan keutuhan diri. Individu benar-benar tidak tahu siapa

Page 37: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

23

dirinya, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dan sulit menghargai kehidupan

yang dimilikinya.

b) Pandangan individu mengenai diri sendiri yang terkekang akan kestabilan dan

keteraturan. Individu dididik dalam dalam peraturan yang menjeratnya, sehingga

terciptanya image atau gambaran diri yang melarang dirinya untuk melanggar

hukum yang berada dipikirannya dan merasa pikirannya merupakan cara hidup

yang tepat.

Ada banyak kondisi dimana konsep diri anak menjadi buruk, salah satunya

karena hubungan dengan keluarga. Hurlock (1980) menyebutkan faktor-faktor yang

menyebabkan hubungan dengan keluarga tidak baik disebabkan sikap terhadap peran

orang tua, harapan orang tua, pola asuh, status sosial-ekonomi, pekerjaan orang tua,

perubahan sikap kepada orang tua, konflik antarsaudara, perubahan sikap kepada sanak

keluarga, dan orang tua tiri. Semua faktor diatas dapat menyebabkan konsep diri

seorang anak tidak terbentuk dengan baik, yang akhirnya menimbulkan konsep diri

negatif.

Menurut Brooks dan Emmart (dalam Agustiani, 2013), negatif self-concept

juga ditandai dengan beberapa hal:

1) Peka terhadap kritik, dalam artian tidak tahan terhadap kritik yang diterimanya dan

mudah marah.

2) Responsif terhadap pujian. Semua yang menunjang harga diri menjadi pusat

perhatiannya.

Page 38: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

24

3) Bersikap hiperkritis, artinya selalu mengeluh, mencela, dan meremehkan apapun

atau siapapun sehingga sulit menghargai dan mengakui kelebihan orang lain.

4) Merasa tidak disenangi dan tidak diperhatikan sehingga menganggap orang lain

adalah musuh.

5) Bersikap pesimis terhadap sebuah kompetisi, yang berarti enggan bersaing dan

merasa tidak berdaya jika berkompetisi dengan orang lain.

Selain adanya self-concept Positif dan self-concept negatif. Bentuk lain

dijelaskan oleh seorang Psikologi humanis Carl Rogers (McLeod, 2008). Roger

berpendapat self-concept itu terbagi menjadi 3 bagian berbeda. Bagian itu terdiri dari

selef-image, self-esteem, dan ideal self.

1) Self-image: bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Setiap orang harus

menyadari gambaran diri tidak seharusnya bertepatan dengan kenyataan. Ini berarti

bahwa orang-orang dapat memompa gambaran dirinya dan yakin bahwa mereka

lebih baik dari apa yang ada. Setiap gambaran diri seseoranga memiliki aspek-

aspek yang berbeda dalam karakteristik fisik, sifat kepribadian, dan peran

sosialnya.

2) Self-esteem: bagaimana seseorang menghargai dirinya sendiri. Beberapa faktor

yang berbeda dapat berpengaruh pada self-esteem, seperti bagaimana seseorang

membandingkan dirinya dengan yang lain dan bagaimana orang lain merespon

dirinya. Ketika respon orang lain positif terhadap perilaku diri, seseorang itu akan

mengembangkan self-esteem yang posiif. Namun ketika dirinya membandingkan

Page 39: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

25

diri sendiri dengan yang lain yang ternyata dirinya kurang, itu dapat mengakibatkan

dampak negatif pada self-esteem-nya.

3) Ideal self : bagaimana seseorang bisa menjadi yang diinginkan, sesorang yang

melihat dirinya sesuai dengan apa yang diharapkan, dan bagaimana dirinya

bersikap untuk menghargai/menilai dirinya sendiri.

Byrne (1996) menjelaskan bahwa self-concept memiliki permasalahan dalam

setiap pendefinisiiannya, banyak dari peneliti memiliki pendapat yang berbeda, acak,

dan memiliki berbagai bentuk self tersendiri. Hattie merangkum berbagai bentuk dari

self ke dalam 2 kategori besar self, yaitu area self-concept dand area self-esteem. Area

self-concept meliputi; self, self-estimation, self-identity, self-image, self-perception,

self-conciousness, self-imagery, dan self-awareness. Sedang self-esteem meliputi; self-

rgard, self-reverence, self-acceptance, self-respect, self-worth, self-feeling, dan self-

evaluation (Byrne, 1996).

B. Dimensi self-concept

Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek

penting dalam diri seseorang, karena itu fit membagi konsep diri ke dalam dua dimensi

pokok, yaitu :

1) Dimensi internal

a) Identity self: aspek dasar dari konsep diri, merupakan gambaran atau label

mengenai siapa dirinya, yang dikenakan pada diri dan di cap oleh seseorang guna

menjelaskan dirinya dan membentuk identitasnya. Sumber utama dari aspek ini

adalah behavioral self.

Page 40: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

26

b) Behavioral self: seseorang melakukan sesuatu sesuai dorongan stimuli internal

dan eksternal. Konsekuensi perilaku tersebut mempengaruhi kelanjutan atau

selesainya perilaku tersebut, juga menentukan apakah suatu perilaku akan

diabstraksikan, disimbolisasikan, digabungkan ke dalam identity self.

c) Judging self: interaksi antara identity self dan behavioral self serta integrasinya

ke dalam konsep diri yang melibatkan dirinya sendiri. Disini manusia memiliki

kapasitas kemampuan untuk sadar diri serta mengamati dirinya dalam sebuah

tindakan dan penilaian diri.

2) Dimensi eksternal

a) Physical self: persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik, seperti

kesehatan, penampilan dan keadaan tubuh.

b) Moral-etichal self: persepsi individu terhadap keadaan dirinya dilihat dari standar

pertimbangan nilai moral dan etika.

c) Personal self: persepsi individu terhadap keadaan pribadinya

d) Family self: menunjukkan persepsi individu yang berhubungan dengan

kedudukannya dalam sebuah keluarga

e) Social self: persepsi individu terhadpa interaksi dirinya dengan orang lain atau

lingkungan di sekitarnya.

Sedangkan dalam peneilitian ini teori yang digunakan adalah self-concept oleh

Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) atau biasa yang disebut sebagai the shavelson

model yang dibagi ke dalam dua bentuk, yaitu:

Page 41: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

27

1) Academic self-concept, yaitu konsep diri individu akan pandangan tentang dirinya

terhadap mata pelajaran tertentu, konsep diri mengenai persepsi individu akan bisa

atau tidak kemampuannya terhadap pelajaran tertentu.

2) Non-academic self-concept, yaitu kemampuan persepsi/pandangan individu dalam

segi non-akademik yang terdiri dari;

a) social self-concep : konsep diri dalam hubungannya dengan dunia luar, persepsi

individu akan kemampuanya dalam bergaul dan berinterkasi dengan temannya.

b) emotional self-concept : konsep diri mengenai emosi yang dimilikinya, persepsi

individu terhadap keadaan-keadaan emosi yang dialaminya baik yang bersifat

sementara maupun menetap.

c) physicall self-concept : konsep diri terhadap pandangan mengenai bentuk fisik

yang dimilikinya, persepsi individu mengenai fisik yang dimilikinya, kesadaran

akan bentuk dan kemampuannya untuk terlibat didalam kegiatan-kegiatan fisik.

Alasan penulis menggunakan teori Shavelson, Hubner, dan Stanton karena

fokus dalam penelitian ini adalah lingkungan sekolah yang mana perilaku bullying

diteliti, sehingga dimensi self-consept milik Shavelson, Hubner dan Stanton ini

mewakili dalam menggambarkan konsep diri anak di lingkungan sekolah dan

pergaulannya.

2.2.3 Pengukuran self-concept

A. Six-Factor Self-Concept Scale (SFSCS)

Self-concept dapat diukur menggunakan Six-Factor Self-Concept Scale/SFSCS

oleh Stake (dalam Yanico & Lu, 2000). SFSCS mengukur self-concept orang

Page 42: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

28

dewasa yang terdiri dari 36 item dengan 6 subskala, yaitu : Power, berkaitan dengan

kemapuan untuk mempengaruhi orang lain; Task Accomplishment, memiliki

kebiasaan bekerja yang baik; Giftedness, memiliki bakat spesial Vulnerability,

ketahanan bekerja dibawah tekanan; likeability, mudah bergaul; Morality, memiliki

nilai-nilai moral yang baik.

B. Piers-Harris Children’s Self-Concept Scale, Second Edition

Alat ukur ini terdapat 60 skala item yang mengukur self-concept umum dari para

remaja. Diukur berdasarkan enam aspek meliputi penyesuaian tingkah laku, status

sekolah dan intektual, penampilan fisik dan sifat, bebas dari kecemasan,

popularitas, dan kabahagian dan kepuasan.

Alat ukur self-concept yang digunakan dalam penelitian adalah berdasarkan

indikator dari dimensi self-concept yang dikemukakan Shavelson, Hubner, dan Stanton

(1976). Dimensi tersebut adalah Academic self-concept dan Non-academic self-

concept, yang terdiri dari social self-concept, emotional self-concept, dan physical self-

concept. Alasan peneliti menggunakan dimensi tersebut sebagai alat uku karena setiap

dimensi self-concept nya menggambarkan konsep diri anak dalam lingkungan sekolah

dan merupakan dimensi dasar dari self-concept yang masuk dalam bagian perspektif

multidimensional dari grand theory yang disebut juga dengan the shavelson model

(Byrne, 1996).

Page 43: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

29

2.3 School Climate

2.3.1 Pengertian School climate

Tagiuri (dalam Anderson, 1986) menjelaskan bahwa iklim dan atmosfer sebagai

ringkasan konsep yang berhadapan dengan total kualitas lingkungan dalam sebuah

organisasi yang terdiri dari dimensi-dimensi yang ada didalam organisasi. School

climate merupakan ciri-ciri yang memberi gambaran tentang sebuah sekolah yang

membedakannya daripada sekolah-sekolah yang lain (Sergiovanni, 1991).

School climate (iklim sekolah) merupakan jiwa dari sebuah sekolah yang terdiri

dari para peserta didik atau siswa, guru-guru, administrator, dan karyawan lainnya yang

menjadikan sebuah sekolah itu ada dan hidup (Freiberg, 1999). Rogers dan Freiberg

(dalam Freiberg, 1999) mengatakan, school climate adalah mutu sekolah dalam

menciptakan tempat pendidikan yang sehat, memelihara impian dan aspirasi para orang

tua dan anak, guru-guru yang kreatif dan antusias, dan menjunjung tinggi nilai-nilai

yang ada disekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak.

Loukas (2007) mengatakan bervariasinya suatu lingkungan sekolah, dengan

ada bentuk sekolah yang ramah, mengundang, mendukung, merasa di priotaskan, dan

bentuk sekolah yang membuat tidak nyaman, perasaan dan sikap yang ditimbulkan

oleh lingkungan sekolah ini disebut sebagai school climate.

Haynes, Emmons dan Ben-Avie (dalam Roberts, 2007).menjelaskan bahwa

school climate mengacu pada kualitas dan konsistensi interaksi antar pribadi dalam

komunitas sekolah yang mempengaruhi kognitif anak-anak, sosial, dan psikologis

Page 44: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

30

pengembangan school climate. Interaksi ini termasuk orang-orang di antara staf, antara

staf dan siswa, antara siswa, dan antara rumah dan sekolah.

Brookover (dalam Aldridge & Ala'l, 2013). juga menjelaskan bahwa kualitas

dan karakteristik dari hidupnya sekolah, yaitu adanya norma, nilai, dan ekspektasi

sekolah itu diterima dan dipertimbangkan serta menciptakan lingkungan yang mana

karyawan, siswa, dan orang tua merasa aman dari segi social, emosi, fisik merupakan

pengertian dari school climate.

School climate sebagai norma-norma, nilai-nilai, dan harapan yang mendorong

orang-orang untuk merasakan aspek sosial, aspek emosi, dan aspek fisik yang kuat

(O'Brennan, Bradshaw, & Hopkins, 2013). Gage dan Larson (2014) menyebutkan

school climate adalah sebuah kualitas dan karakter dari lingkungan sosial sekolah yang

merupakan kumpulan dari terbentuknya norma, nilai, peran dan struktur dari sebuah

sekolah.

A. Kriteria school climate yang baik

Terdapat tiga kategori kriteria sebagai dasar dari konsep sebuah sekolah yang baik,

ketiga faktor itu mencakup kualitas (quality), waktu (time), dan kesempatan

(opportunity), faktor-faktor ini dikondisikan pada tingkatan kelas yang berbeda

menurut Creemes (dalam Freiberg, 1999). Berikut adalah faktor yang terkait:

1) Kualitas

a) Adanya peraturan dalam setiap kelas

b) Terdapat kebijakan evaluasi atau sistem evaluasi

c) Kebijakan dalam intervensi, supervisi, profesionalitas

Page 45: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

31

2) Waktu

a) Adanya jadwal yang terorganisir

b) Peraturan mengenai ketepatan waktu

3) Kesempatan

a) Memiliki kurikulum yang jelas

b) Terdapat peraturan tentang pelaksanaan kurikulum sekolah.

Ketika ketiga komponen diatas menyatu satu sama lain, maka akan muncul efek

yang menguatkan yang disebut sebagai dasar consistency (Freiberg, 1999). Dari efek

yang menguatkan ini akan muncul yang namanya cohesion, constancy, dan mutual

responsibility, yaitu ketika seluruh warga sekolah mencapai ke ‘konsistensi’-an, maka

akan muncul ‘kesatuan’ terhadap kelompok, perilaku ‘konstan’ untuk melanjutkannya,

dan ‘evaluasi’ terhadap siswa dan fungsi-fungsi sekolah sehingga terbentuk pondasi

yang kuat dalam menciptkan school climate.

2.3.2 Aspek-aspek dalam school climate

Banyak aspek-aspek dan dimensi dari school climate, berikut adalah beberapa aspek-

aspek tersebut. Menurut Freiberg (1999), faktor school climate dengan faktor

efektivitas tidak dapat dipisahkan dari system pendidikan. Karena itu, Freiberg

meyebutkan faktor iklim yang dipisahkan harus mencakup faktor iklim yang

dikembangkan oleh Brandsma dan bos, tahun 1994 dan inspectie tahun 1995 yang

diambil dari konsep-konsep utama item dari himpunan berbagai topik disekolah.

Berikut adalah dimensi yang diukur:

1) school plan for effectiveness ( kefektifan dari rancangan sekolah)

Page 46: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

32

2) physical environment (fasilitas yang mendukung sarana dan prasarana seklah

3) teacher behavior (perilaku guru dan hubungannya dengan siswa-siswi didalam

maupun diluar sekolah)

4) school’s system (system yang diterapkan dalam suatu sekolah dalam menetapkan

kurukulum yang dipakai sekolah).

Kassabri, Benbeneshty, dan Astor (2005) juga membagi aspek school climate

yang terdiri atas tiga aspek, yaitu:

1) School policy against violence that include clear, consist and fair rules

Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku kekerasan, kejelasan ini terjadi

secara konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi pertimbangan para siswa

mengenai kebijakan sekolah atau prosedur yang mengarah pada pengurangan

kekerasan.

2) Teacher support of students

Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa meliputi hubungan guru dan siswa

yang dapat mendukung siswa.

3) Students participation in decision making and in the design of interventions to

prevent school violence

Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan rancangan

intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan

mengukur perasaan responden bagaimana peran siswa dalam melihat isu kekerasan

di sekolah.

Page 47: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

33

Selain aspek-aspek diatas, terdapat aspek lain. Tagiuri (dalam Anderson, 1986),

mengembangkan bentuk-bentuk school climate kedalam beberapa dimensi yaitu :

1) ecology (aspek fisik dan matrial)

seperti: bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru,

ruang BK dan sejenisnya.

2) milieu (dimensi social yang konsen pada kehadiran seseorang atau kelompok)

seperti: moral kerja guru, latar belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya.

3) social system (dimensi social yang konsen kepada pola hubungan seseorang dan

kelompok)

seperti: komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf dalam pengambilan

keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan, kolegialitas,

hubungan guru-siswa.

4) culture (dimensi social yang konsen kepada system kepercayaan nilai-nilai,

struktur cognitive, dan meaning)

sepert: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.

Gage dan Larson (2014) mengembangkan dimensi school climate menjadi tiga

dimensi yaitu, school climate yaitu school safety, social relationship, school

connectedness.

1) School safety adalah kenyamanan dari sekolah yang ditempati meliputi aspek fisik

dan material, dan peraturan atau norma-norma dari sekolah.

Page 48: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

34

2) Social relationship adalah interaksi, komunikasi, dan hubungan antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa lainnya, dan cara siswa memandang sikap guru dan

temannya.

3) School connectedness adalah hubungan yang terjalin antara siswa dengan ruang

lingkup sekolahnya yang terbentuk dari awal masuk hingga menjadi anggota atau

bagian dari sekolah. Yang selanjutnya ketiga dimensi yang dinyatakan oleh gage

dan Larson ini akan menjadi alat ukur dalam penelitian ini.

2.3.4 Pengukuran school climate

A. School Climate Survey-Revised Version

Alat ukur ini dikembangkan oleh Emmons, Haynes, dan Comer pada tahun 2002.

Terdiri dari 37 iem berdasarkan skala likert (3=setuju, 2=tidak yakin, 1= tidak

setuju). Alat ukur ini mengukur faktor aturan dan disiplin, keterlibatkan orang tua,

pembagian sumber, hubungan interpersonal siswa, hubungan guru-murid.

B. School Climate Questionnaire

Alat ukur yang dikembangkan oleh scherman pada tahun 2002, yang mengukur

persepsi siswa terhadap school climate mereka. Terdapat enam construct yaitu,

kohesivitas, kepercayaan, respect, kontrol, kekerasan, fasilitas sekolah. Itemnya

terdiri dari 47 item dengan pilihan menguunakan skala liker seperti, “sangat

setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Di dalam penelitian ini, pengukuran school climate menggunakan indicator dari

dimensi school climate yang dijelaskan oleh gage dan Larson (2014) yaitu, school

safety, social relationship, school connectedness yang terdiri dari 16 item. Alasan

Page 49: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

35

peneliti menggunakan dimensi tersebut sebagai alat ukur karena ketiga dimensi mampu

menggambarkan keseluruhan aspek-aspek dari suatu sekolah mulai dari kenyamanan

dan keamanan sekolah, interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa, serta

hubungan sekolah dengan siswa-siswanya.

2.4 Kerangka berpikir

Perilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir kerap kali terjadi ketika anak mulai

bergaul dengan lingkungan pergaulannya. Lingkungan pergaulan yang dimaksud

adalah lingkungan dimana sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan yaitu sekolah.

Sekolah menjadi tempat tumbuh suburnya perilaku bullying yang terjadi pada anak-

anak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa school climate memiliki peranan dalam

muncul tidaknya perilaku bullying pada anak-anak tergantung dari baik-buruknya

kualitas pendidikan yang dianut oleh setiap sekolah.

Self-concept disini akan memunculkan perilaku negatif dan perilaku positif

tergantung darimana pengaruh itu didapat. Kemampuan individu dalam memahami

mata pelajaran tertentu menjadi sebuah indikator untuk menilai perilaku individu,

perilaku yang dimunculkan bisa perilaku positif ataupun perilaku negatif yang kearah

perilaku bullying. Kemampuan lainnya seperti konsep diri sosial, konsep diri emosi,

dan konsep diri fisik menjadi indikator lainnya dari konsep diri individu untuk menilai

perilaku mana yang akan muncul, apakah perilaku positif atau perilaku negatif.

Academic self-concept, konsep diri mengenai persepsi individu akan bisa atau

tidak kemampuannya terhadap pelajaran tertentu. Individu yang merasa tidak memiliki

kemampuan memahami dan mengerti tentang suatu pelajaran, akan menimbulkan

Page 50: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

36

perasaan iri dan cemburu terhadap siswa yang mampu, sehingga dapat terjadi bentuk

berperilaku bullying.

Social self-concept, persepsi individu akan kemampuannya dalam bergaul dan

berinteraksi dengan temannya. Pandangan individu terhadap dirinya apakah disukai

atau tidak disukai menjadi kriteria bagaimana individu memandang dirinya. Konsep

diri social yang negatif menghasilkan individu berperilaku bullying terhadap orang lain

yang tidak disukai.

Emotional self-concept, persepsi individu terhadap keadaan-keadaan emosi

yang dialaminya baik yang bersifat sementara maupun menetap. Individu yang tidak

mampu mengontrol keadaan emosi dalam situasi dan kondisi tertentu, menjadikan

emosi yang labil dan berubah-ubah. Konsep diri emosi yang negatif menghasilkan

individu yang bertindak atas kesenangan pribadi dan berperilaku bullying tinggi.

Physical self-concept, persepsi individu mengenai fisik yang dimilikinya,

kesadaran akan bentuk dan kemampuannya untuk terlibat didalam kegiatan-kegiatan

fisik. Individu yang tidak dapat menerima kondisi fisik memaksakannya untuk

mengejar kesempurnaan dan membenci orang-orang yang lebih baik darinya. Konsep

diri fisik yang negatif menghasilkan individu yang cemburu berlebihan yang mengarah

pada perilaku bullying. Konsep diri yang baik dari penilaian terhadap kemampuan

akademiknya, kemampuan sosial, kemampuan emosi, dan kemampuan fisik

menghasilkan perilaku yang positif dan rendah akan perilaku bullying.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nansel, Haynie, and Simons-Morton

(Espelage, Holt, & Poteat, 2010) diketemukan bahwa korban dan pelaku bullying kelas

Page 51: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

37

enam sekolah dasar didapat karena school climate yang terdapat disekolah tersebut

kualitasnya buruk, yang artinya sekolah memiliki beberapa kendala dalam administrasi

dan sekolah membiarkannya. Pengaruh dari school climate yang dilihat dapat

mempengaruhi perilaku bullying adalah school safety, social relationship dan school

connectedness.

School safety, bagaimana lingkungan sekolah yang mencakup aspek fisik dan

material mampu mempengaruhi seseorang untuk berperilaku bullying. Dalam suasana

lingkungan yang buruk seperti sekolah yang kotor, fasilitas yang tidak memadai dan

tidak terawat, dan kenyamanan siswa berkurang, serta bagaimana norma atau peraturan

yang ditetapkan sekolah mampu melindungi atau sebaliknya mengekang siswa,

sehingga tingkat distress siswa meninggi yang mengakibatkan memiliki perilaku

bullying.

Social relationship, bagaimana interaksi, komunikasi, hubungan dengan siswa

dan para guru dapat mengakibatkan seseorang untuk berperilaku bullying. Komunikasi

yang buruk, interaksi sesama teman dan guru yang tidak baik, serta hubungan yang

tidak baik dapat mengakibatkan seseorang perilaku bullying.

School connectedness, proses guru dengan siswa menciptakan keterikatan

selama di sekolah dan persepsi siswa memandang gurunya. Bagaimana karakteristik-

karakteristik individu dalam sekolah mempegaruhi seseorang untuk berperilaku

bullying. Dapat diartikan, dimensi ini melihat keterikatan guru, kelas dengan siswanya

sehingga proses didalamnya dapat atau tidak memunculkan perilaku bullying. School

climate positif akan menurunkan perilaku bullying di suatu sekolah, sebaliknya school

Page 52: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

38

climate negatif akan meningkatkan perilaku bullying siswa di suatu sekolah. Berikut

gambaran pengaruh independent variable terhadap dependent variable dapat dilihat

pada gambar 2.1

Gambar 2.1 bagan kerangka berpikir

2.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

2.5.1 Hipotesi Mayor

Ada pengaruh yang signifikan dari variabel self-concept dan variabel school climate

terhadap perilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir.

2.5.2 Hipotesi Minor

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari self-concept akademik terhadap

berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir

Page 53: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

39

H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari self-concept sosial terhadap berperilaku

bullying pada masa kanak-kanak akhir

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari self-concept emosi terhadap berperilaku

bullying pada masa kanak-kanak akhir

H4 : Ada pengaruh yang signifikan self-concept fisik terhadap berperilaku

bullying pada masa kanak-kanak akhir

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate: school safety

terhadap berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate: social

relationship terhadap berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir

H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi school climate: school

connectedness terhadap berperilaku bullying pada masa kanak-kanak akhir

Page 54: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

40

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Baru X Pagi di daerah

kecamatan Pasar Rebo dengan jumlah populasi sebanyak 533 siswa. Jumlah sampel

dalam penelitian ini berdasarkan pada rumus yang dibuat oleh Roscoe yaitu 10 kali

jumlah variabel penelitian (dalam Sugiono, 2011). Dalam penelitian ini sampel

berjumlah 201 responden dari total keseluruhan adalah 533 siswa. Subjek adalah masa

kanak-kanak akhir yang dalam penelitian ini sampel berusia sembilan sampai dengan

12 tahun dan masuk kategori kelas lima, dan enam. Teknik sampling menggunakan

non-probability sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada kriteria tertentu

dalam suatu sekolah dan pengambilan sampel menggunakan purposive random

sampling, dalam hal ini kriteria tersebut adalah siswa-siswi yang pernah melakukan

tindak perilaku bullying dalam bentuk fisik dan non-fisik (verbal & non-

verbal/psikologis).

3.2 Variabel Penelitian

A. perilaku bullying (Y) sebagai dependent variable.

B. self-concept sebagai independent variable, yang meliputi: self-concept akademik

(X1), self-concept sosial (X2), self-concept emosi (X3), self-concept fisik (X4))

C. school climate sebagai independent variable, yang meliputi: school safety (X5),

social relationship (X6), school connectedness (X7)

Page 55: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

41

3.2.1 Definisi Operasional

Setelah menentukan variabel yang menjadi variabel terikat dan variabel bebas, peneliti

selanjutnya menentukan definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas

yang akan digunakan dalam penyusunan instrument pengumpulan data.

Berikut adalah definisi operasional variabel:

A. Perilaku bullying yang dimaksud adalah bentuk bullying menurut pandangan Ken

Rigby (2007) yang menjelaskan bahwa bullying adalah penindasan secara

psikologis dan fisik yang diulang-ulang kepada orang yang lemah oleh orang atau

kelompok yang kuat. Bentuknya berupa bullying fisik dan bullying non-fisik

(verbal & non-verbal/psikis) yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Tindakan bullying fisik secara langsung yang berkaitan dengan aktivitas fisik

seperti memukul, menendang, mendorong, dan merusak, sedang bentuk tidak

langsung sepert menyuruh teman untuk menyerang seseorang. Bentuk non-fisik

berupa verbal dan non-verbal, dalam tindakan bullying verbal secara langsung

meliputi mengejek, menggangu, memanggil dengan julukan buruk, sedang yang

tidak langsung seperti menyebarkan gossip. Bentuk bullying non-verbal/psikis

meliputi tindakan mengancam dan bertingkah cabul, sedang bentuk tidak

langsungnya seperti mengeluarkan seseorang dari anggota kelompok,

memanipulasi teman, dan mengirim pesan ancaman.

B. self-concept yang dimaksud adalah dimensi dari model teori Shavelson, Hubner,

dan Stanton (dalam Shavelson & Bolus, 1981) berupa self-concept akademik dan

Page 56: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

42

self-concept non-akademik yang terdiri dari konsep diri sosial, konsep diri emosi,

dan konsep diri fisik.

a) Academic self-concept, konsep diri mengenai persepsi individu akan bisa atau

tidak kemampuannya terhadap pelajaran tertentu.

b) Social self-concept, persepsi individu akan kemampuanya dalam bergaul dan

berinterkasi dengan temannya.

c) Emotional self-concept, persepsi individu terhadap keadaan-keadaan emosi yang

dialaminya baik yang bersifat sementara maupun menetap.

d) Physical self-concept, persepsi individu mengenai fisik yang dimilikinya,

kesadaran akan bentuk dan kemampuannya untuk terlibat didalam kegiatan-

kegiatan fisik.

C. School climate yang dimaksud adalah dimensi yang ada pada teori Gage dan Larson

(2014) yang mengambil dari konsep-konsep utama item himpunan berbagai topik

disekolah. Mencakup; school safety, social relationship, school connectedness.

a) School safety bentuk keamanan dari suatu sekolah yang melibatkan persepsi

siswa akan kenyamanan di suatu sekolah (seperti kondisi fisik dan material

sekolah) serta peran dan ekspektasi mereka terhadap sekolah dan norma-norma

yang berlaku di sekolah.

b) Social relationship adalah interaksi, komunikasi, dan hubungan antara siswa

dengan guru, siswa dengan siswa, dan bagaimana siswa memandang sikap guru

dan teman mereka.

Page 57: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

43

c) School connectedness adalah keterikatan lebih lanjut antara siswa dengan

sekolah, yang tercipta dari pengalaman mereka selama disekolah, sehingga

menciptakan kesan tersendiri terhadap guru-gurunya.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti membuat kuesioner yang dibuat dalam

bentuk skala likert. Skala yang dimaksud disini adalah sejumlah peryataan tertulis yang

responden memilih pernyataan yang ada sesuai dengan dirinya. Peryataan item berupa

pernyataan negative (favorable) dan pernyataan positif (unfavorable). Cara merespon

jawaban dengan system rating kategoti yaitu “sering”, “kadang-kadang”, “jarang”, dan

“tidak pernah”. Terdapat tiga bentuk skala pengukuran yaitu skala self-concept, skala

school climate, dan skala bullying.

3.3.1 Skala perilaku bullying

Tabel 3.1

Bentuk dan indicator bullying

Bentuk Indikator Fav Unfav Jumlah

Fisik Langsung : memukul, menendang,

mendorong, merusak atau mencuri

barang

Tidak Langsung : menyuruh teman

menyerang seseorang

1,2,3,4 5,6 6

Verbal Langsung : mengejek, mengganggu,

memanggil dengan julukan

Tidak Langsung : Menyebarkan

rumor/gossip

7,8,9,10 11 5

Non-

Verbal/Psikolog

is

Langsung : mengancam, bertingkah

cabul

Tidak Langsung : mengeluarkan dari

kelompok, memanipulasi teman,

mengirim pesan ancaman

12,13,14,1

5

16,17 6

Jumlah 17

Page 58: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

44

Peneliti membuat konstruksi alat ukur dapat dilihat pada tabel 3.1 dari bentuk-bentuk

bullying oleh Ken Rigby (2007) yaitu bentuk fisik dan non-fisik (verbal & non-

verbal/psikologis) berupa perilaku bullying yang langsung dan tidak langsung.

3.3.2 Skala self-concept

Pembuatan skala self-concept, merujuk pada model teori Shavelson, Hubner, dan

Stanton (dalam Shavelson & Bolus, 1981). Dimensi dan indikatornya dapat dijelaskan

pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Aspek dan Indikator self-concept

Aspek Indikator Nomor Item Jumlah

Fav Unfav

Akademik

Kemampuan dalam memahami

pelajaran, mandiri dalam

mengerjakan tugas, rajin dalam

belajar

1,2,4 3 4

Sosial

Toleransi, menghargai satu sama

lain, kepercayaan diri dalam

bersosial

6,7 5,8 4

Emosi

kontrol diri, mawas diri,

tanggung jawab,

9,10,11 12 4

Fisik Kepercayaan diri dengan tubuh

yang dimiliki, kemampuan

aktivitas fisik, kebahagian dalam

bentuk tubuh yang dimiliki

13,15,16 14 4

Jumlah 16

3.3.3 Skala school climate

Peneliti mengembangkan sendiri skala school climate yang mengacu pada indikator

pada dimensi yang dikembangkan Gage dan Larson (2014). Berikut aspek-aspek dan

indikatornya dijelaskan pada Tabel 3.3.

Page 59: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

45

Tabel 3.3

Aspek dan indikator school climate

Aspek Indikator Nomer Item ∑

Fav Unfav

School Safety bangunan sekolah, ruang

perpustakaan, ruang kepala sekolah,

ruang guru, ruang BK dan sejenisnya,

norma pergaulan siswa, ekspektasi

siswa terhadap sekolah, disiplin

sekolah

2,4,14,16 1,3,13, 15 8

Social Relationship komunikasi kepala sekolah-guru,

partispasi staf dalam pengambilan

keputusan, keterlibatan siswa dalam

pengambilan keputusan, kolegialitas,

hubungan guru-siswa

10,12 9,11 4

School Connectedness moral kerja guru, Karakteristik siswa,

stabilitas staf dan sebagainya

6,7,8 5 4

Jumlah 16

Tabel 3.4

Bobot skor tiap item

School climate, Self-concept &

Bullying Kategori Unfav Fav

Sering 4 1 4 Kadang-kadang 3 2 3 Jarang 2 3 2 Tidak pernah 1 4 1

3.4. Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Lisrel 8.70. CFA

lebih tepat digunakan pada pengujian teori karena langsung menguji teori dan tingkat

fit pada model dapat diukur dalam berbagai cara.

3.4.1 Uji validitas konstruk bullying

Uji validitas konstruk bullying dilakukan menggunakan software Lisrel untuk menguji

19 item yang bersifat unidimensional, artinya hanya mengukur bullying. Berdasarkan

pengujian diperoleh hasil Chi-Square= 830,39 df= 152 P-Value= 0,00000 RMSEA=

0,149. Karena P-Value< 0,05 dan RMSEA> 0,05 maka model dinyatakan tidak fit.

Page 60: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

46

Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan

memperbolehkan error antar item yang saling berkorelasi. Untuk memodifikasi model

dapat melihat output Lisrel dan mencari nilai error antar item yang paling besar. Setelah

melakukan modifikasi model sebanyak 55 kali, diperoleh nilai Chi-Square= 119,45 df=

97 P-Value= 0,06073 RMSEA= 0,034. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value>0,05

namun nilai RMSEA< 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut model dapat dinyatakan fit,

artinya model dengan satu faktor (unidimensional) seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu bullying. Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang

mengukur apa yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid

dapat melihat nilai T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5%.

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item bullying

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.69 0.07 10.17 √

2 0.31 0.07 4.63 √

3 0.60 0.07 8.72 √

4 0.48 0.07 7.15 √

5 0.47 0.07 7.25 √

6 0.51 0.07 7.54 √

7 0.58 0.06 8.99 √

8 0.48 0.07 7.40 √

9 0.21 0.07 3.11 √

10 0.73 0.06 11.40 √

11 0.46 0.07 6.78 √

12 0.16 0.07 2.30 √

13 0.73 0.06 11.52 √

14 -0.01 0.07 -0.15 ×

15 0.51 0.07 7.49 √

16 0.54 0.07 7.80 √

17 0.50 0.07 7.49 √

18 0.55 0.07 8.25 √

19 0.34 0.07 5.18 √

Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96), tanda × = tidak signifikan

Page 61: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

47

Berdasarkan tabel 3.5 nilai t bagi koefisien muatan faktor item nomor 1 sampai

19, hanya item nomer 14 saja yang tidak signifikan. Item lainnya selain item 14

dinyatakan signifikan karena t >1.96 dan lamda positif. Karena item 14 yang tidak

signifikan ini maka item 14 harus di drop. Hal ini berarti item 1 sampai 19 kecuali item

14 akan dinalisis dalam perhitungan factor score dan true score.

3.4.2 Uji validitas konstruk self-concept akademik dari skala self-concept

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap keempat item yang

mengukur konstruk self-concept akademik diperoleh hasil Chi-Square= 12,69 df=2 P-

Value= 0,00175 RMSEA= 0,164. Karena P-Value< 0,05 maka model dinyatakan tidak

fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak sekali

sehingga diperoleh nilai Chi-Square= 3,42 df= 1 P-Value=0,06451 RMSEA= 0,110. P-

Value telah bernilai <0.05 dan RMSEA >0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model

fit. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi self-concept

akademik.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa

yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat

nilai T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item self-concept akademik

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.47 0.12 3.88 √

2 0.12 0.09 1.35 ×

3 0.76 0.17 4.36 √

4 0.33 0.10 3.32 √

Keterangan: tanda √= Signifikan (t>1.96), tanda × = tidak signifikan

Page 62: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

48

Berdasarkan tabel 3.6, hanya tiga item yang signifikan t >1.96 dan lamda

positif. Namun, satu item tidak signifikan yaitu item 2. Sehingga item 2 di drop dan

ketiga item lainnya akan dianalisis dalam perhitungan factor score dan true score.

3.4.3 Uji validitas konstruk self-concept sosial dari skala self-concept

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap empat item yang

mengukur self-concept sosial diperoleh hasil Chi-Square= 25,3 df=3 P-Value= 0,00001

RMSEA= 0,193. Karena P-Value< 0,05 maka model dinyatakan tidak fit. Oleh karena

itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak sekali sehingga diperoleh

nilai Chi-Square= 2,09 df=2 P-Value=0,35183 RMSEA= 0,015. P-Value telah bernilai

>0.05 dan RMSEA <0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model fit. Artinya seluruh

item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi self-concept sosial.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa

yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat

nilai T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item self-concept sosial

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.96 0.05 18.60 √

2 0.48 0.07 7.23 √

3 0.79 0.14 5.55 √

4 0.27 0.06 4.34 √

Keterangan: tanda √= Signifikan (t>1.96)

Berdasarkan tabel 3.7, keempat item signifikan karena t >1.96 dan lamda

positif. Dengan demikian keempat item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor

score dan true score.

Page 63: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

49

3.4.4 Uji validitas konstruk self-concept emosi dari skala self-concept

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap empat item yang

mengukur self-concept emosi diperoleh hasil Chi-Square= 15.66 df=3 P-Value=

0,00133 RMSEA= 0,145. Karena P-Value> 0,05 dan RMSEA< 0,05 maka model

dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model

sebanyak sekali sehingga diperoleh nilai Chi-Square= 5.55 df=2 P-Value=0,06230

RMSEA= 0,095. P-value telah bernilai >0.05 sehingga dapat dinyatakan bahwa model

fit. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi self-concept emosi..

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa yang

hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat nilai

T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item self-concept emosi

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.96 0.05 18.60 √

2 0.22 0.07 3.13 √

3 1.38 0.43 3.23 √

4 -0.06 0.05 -1.21 ×

Keterangan: tanda √= Signifikan (t>1.96), tanda × = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.8, hanya ketiga item yang signifikan t >1.96 dan lamda

positif. Satu item tidak signifikan yaitu item 4, sehingga item 4 di drop dan dengan

demikian hanya tiga item yang akan dianalisis dalam perhitungan factor score dan true

score.

3.4.5 Uji validitas konstruk self-concept fisik dari skala self-concept

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap empat item yang

mengukur self-concept fisik diperoleh hasil Chi-Square= 17.99 df=3 P-Value= 0,00044

Page 64: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

50

RMSEA= 0,0158. Karena P-Value> 0,05 dan RMSEA< 0,05 maka model dinyatakan

tidak fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model sebanyak

sekali sehingga diperoleh nilai Chi-Square= 2.14 df=2 P-Value=0,34258 RMSEA=

0,019. P-value telah bernilai >0.05 dan RMSEA< 0,05 sehingga dinyatakan bahwa

model fit. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi self-concept

fisik

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa

yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat

nilai T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item self-concept fisik

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.96 0.05 18.60 √

2 0.18 0.06 2.83 √

3 1.21 0.47 2.58 √

4 0.15 0.06 2.60 √

Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96)

Berdasarkan tabel 3.9, kelima item signifikan karena t >1.96 dan lamda positif.

Dengan demikian keempat item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor score

dan true score.

3.4.6 Uji validitas konstruk school safety dari skala school climate

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap 8 item yang

mengukur dimensi school safety diperoleh hasil Chi-Square=66,78, df=20 P-Value=

0,00000 RMSEA= 0,108 Karena P-Value< 0,05 dan RMSEA> 0,05 maka model

dinyatakan tidak fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model

sebanyak tiga kali sehingga diperoleh nilai Chi-Square= 26,46 df= 17 P-Value=

Page 65: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

51

0,06645 RMSEA= 0,053. P-Value telah bernilai >0.05 sehingga dapat dinyatakan

bahwa model fit. Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi

school safety.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa

yang hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat

nilai T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item school safety

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.36 0.08 4.38 √

2 0.66 0.08 8.16 √

3 0.24 0.08 2.85 √

4 0.22 0.08 2.59 √

5 0.02 0.08 0.29 ×

6 0.46 0.08 5.76 √

7 0.74 0.08 8.90 √

8 0.30 0.08 3.66 √

Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96), tanda × = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.10, hanya tujuh item yang signifikan yaitu t >1.96 dan

lamda positif sedangkan satu itemnya yaitu item 5 dinyatakan tidak signifikan karena

t >1.96. Dengan demikian item 5 di drop dan ketujuh item lainnya akan dianalisis

dalam perhitungan factor score dan true score.

3.4.7 Uji validitas konstruk social relationship dari skala school climate

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap empat item yang

mengukur social relationship diperoleh hasil Chi-Square= 1.89 df=2 P-Value=

0,38879 RMSEA= 0,000. Karena P-Value< 0,05 dan RMSEA> 0,05 maka model

sudah dinyatakan fit. Oleh karena itu, peneliti tidak melakukan apapun terhadap model.

Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi social relationship.

Page 66: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

52

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa yang

hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat nilai

T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item social relationship

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.71 0.08 8.95 √

2 0.56 0.08 7.25 √

3 0.75 0.08 9.32 √

4 0.29 0.08 3.58 √

Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96)

Berdasarkan tabel 3.11, keempat item signifikan karena t >1.96 dan lamda

positif. Dengan demikian keempat item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor

score dan true score.

3.4.8 Uji validitas konstruk school connectedness dari skala school climate

Dari hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor terhadap empat item yang

mengukur school connectedness diperoleh hasil Chi-Square= 2,11 df=2 P-Value=

0,34897 RMSEA= 0,016. Karena P-Value< 0,05 dan RMSEA> 0,05 maka model

sudah dinyatakan fit. Oleh karena itu, peneliti tidak melakukan apapun terhadap model.

Artinya seluruh item hanya mengukur satu faktor yaitu dimensi school connectedness.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat item mana yang memang mengukur apa yang

hendak diukur atau valid dan mana yang tidak. Kriteria item valid dapat melihat nilai

T-value > 1,96 dengan taraf signifikansi 0.05 atau 5% pada setiap item.

Berdasarkan tabel 3.12, keempat item signifikan karena t >1.96 dan lamda

positif.Dengan demikian keempat item akan ikut dianalisis dalam perhitungan factor

score dan true score.

Page 67: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

53

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item school connectedness

No Item. Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan

1 0.25 0.09 2.95 √

2 0.70 0.10 7.10 √

3 0.42 0.08 4.98 √

4 0.65 0.10 6.77 √

Keterangan: tanda √ = Signifikan (t>1.96)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam menguji hipotesis penelitian, penulis akan menggunakan teknik Multiple

Regression Analysis atau analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah

suatu metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat lebih dari satu variabel

bebas terhadap satu variabel terikat dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi dan

regresi. Pengujian hipotesis yang akan diukur, penulis menggunakan teknis analisis

regeresi berganda dengan rumus:

Y = a+ b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+e

Keterangan:

Y = perilaku Bullying

a = konstanta

b = koefisien regresi

X1 = self-concept akademik

X2 = self-concept sosial

X3 = self-concept emosi

X4 = self-concept fisik

X5 = school safety

X6 = social relationship

Page 68: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

54

X7 = school connectedness

e = eror

Melalui regresi berganda maka dapat diperoleh nilai R2 atau koefisien determinasi

berganda yaitu besarnya variasi antara berperilaku bullying yang disebabkan oleh self-

concept (akademik, sosial, emosi, dan fisik) dan school climate (yang meliputi school

safety, social relationship dan school connectedness).

Rumus untuk mendapatkan nilai R2 adalah sebagai berikut :

R2 = 𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔

∑𝑦2

Berikutnya, penulis melakukan uji signifikansi. Paling tidak ada tiga uji signifikansi

yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Pertama ialah uji signifikansi R2 dengan uji

F. Kedua adalah uji signifikansi koefisien regresi atas masing-masing variabel

independen dengan uji T. Terakhir adalah uji proporsi varians yang dapat dijelaskan

dengan R2 change.

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Persiapan Penelitian

1 Mencari fenomena dan permasalahan yang menarik, kemudian mencari referensi

dan melakukan studi pustaka untuk membangun latar belakang serta variabel

penelitian, kemudian penulis membataskan dan merumuskan masalah yang akan

diteliti

Page 69: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

55

2 Melakukan studi pustaka mencari definisi, faktor yang mempengaruhi dan

pengukuran terkait dengan variabel. Penulis membangun kerangka berpikir serta

hipotesis penelitian.

3 Menentukan sampel, dan teknik pengambilan sampel penelitian. Menentukan dan

menyusun instrument yang akan digunakan dalam penelitian yaitu bullying, self-

concept, dan school climate.

4 Mengurus perizinan kepada instansi terkait untuk selanjutnya mengumpulkan data

dengan menyebar kuisioner penelitian dan langsung meneliti di lapangan

5 Menganalisis data dimulai dari skoring hasil kemudian melakukan uji reliabilitas

instrumen dengan menggunakan CFA dan menguji hipotesis penelitian dengan

analisis regresi berganda. Terakhir penulis membuat kesimpulan dan saran hasil

penelitian.

5.6.1 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Baru X Pagi, Jakarta Timur.

Dengan izin mengambil waktu jam belajar siswa dari jam 10 sampai dengan jam 12

kepada guru setiap kelas.

Page 70: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

56

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 201 siswa-siswi yang berusia Sembilan sampai

dengan 12 tahun. Subyek dalam penelitian ini merupakan siswa-siswi kelas lima

sampai enam Sekolah Dasar Negeri Baru X Pagi di Jakarta Timur yang merupakan

siswa dan siswi yang pernah melakukan bullying di sekolah dalam bentuk fisik maupun

non-fisik(verbal & non-verbal/psikologis).

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Data skor variabel penelitian diperoleh melalui kuesioner yang disebar kepada siswa

siswi sekolah dasar di kecamatan pasar rebo dengan izin dari pihak atau pengurus

sekolah, karena adanya kriteria dalam pemilihan responden terkait penelitian ini,

penulis hanya mengambil dua tingkat kelas, yakni kelas lima dan enam sekolah dasar.

Setelah mendapatkan data dari 201 responden, kemudian peneliti melakukan uji

statistika deskriptif. Sehingga didapat skor minimum, maksimum, standar deviasi dan

varians yang terdapat pada tabel 4.1.

Pada tabel 4.1 dapat diketahui jumlah subjek penelitian sebanyak 201

responden dengan skor bullying terendah adalah 38,79 dan tertinggi 83,49. Skor

standar deviasi bullying sebesar 8,92432 dan untuk skor varians bullying sebesar

79,644. Begitupun nilai minimum, maksimum, standar deviasi dan varians setiap

variable tercantum pada tabel 4.1.

Page 71: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

57

Tabel 4.1

Deskripsi Statistik Variabel Penelitian

N Min Max Mean Std. Dev Var

Bullying 201 38,79 83,49 50 8,92432 79,644

Self-Concept

Akademik 201 29,91 55,91 50 6,98360 48,771

Sosial 201 16,16 58,37 50 7,80620 60,937

Emosi 201 34,19 60,89 50 7,11325 50,598

Fisik 201 34,42 59,60 50 6,66748 44,455

School Climate

Safety 201 28,23 61,01 50 7,75717 60,174

Relationship 201 8,50 55,40 50 7,52258 56,589

Connectedness 201 11,39 58,74 50 7,74232 59,943

Berikutnya peneliti membagi klasifikasi masing-masing variabel dengan

membaginya menjadi tiga klasifikasi skor, yaitu skor rendah dan tinggi. Sebelum

mengkategorisasikan skor masing-masing variabel, terlebih dahulu ditetapkan norma

dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi yang berlaku untuk

semua variabel seperti pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Norma Skor Variabel

Kategori Rumus

Rendah X<M-1SD

Tinggi X>M+1SD

Kategorisasi skor tiap variabel dapat diperoleh dan digolongkan ke dalam

kategori rendah, dan tinggi. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kategorisasi skor

responden pada seluruh variabel rata-rata berada dalam kategori tinggi hanya bullying

yang masuk dalam kategori rendah dengan persentase sebanyak 61,2% atau 123 orang.

Sementara sebanyak 38,8% atau 78 orang tergolong kategori tinggi dalam varaibel

bullying.

Page 72: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

58

Dengan menggunakan norma yang telah ditetapkan, kategorisasi skor masing-

masing variabel diperoleh hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Variabel

Dimensi Rendah Tinggi

Jumlah % Jumlah %

Bullying 123 61,2% 78 38,8%

Akademik 88 43,8% 113 56,2%

Sosial 81 40,3% 120 59,7%

Emosi 98 48,7% 103 51,3%

Fisik 92 45,8% 109 54,2%

S.Safety 90 44,8% 111 50,2%

S.Relationship 71 35,3% 130 64,7%

S.Connectedness 85 42,3% 116 57,7%

4.3 Hasil Uji Hipotesis

4.3.1 Pengujian hipotesis mayor

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 20. Pada regresi berganda ada tiga hal yang

dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians

dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable, melihat signifikansi

pengaruh keseluruhan independent variable terhadap dependent variable, dan melihat

signifikansi koefisien regresi dari masing-masing independent variable.

Tabel 4.4

Tabel R-Square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .519 .269 .242 7.76791

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0,269

atau 26,9%. Hal tersebut berarti bervariasinya perilaku bullying pada masa kanak-

kanak akhir yang dijelaskan oleh faktor self-concept akademik, self-concept sosial,

Page 73: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

59

self-concept emosi, self-concept fisik, school safety, social relationship, dan school

connectedness, adalah sebesar 26,9% sedangkan 73,1% sisanya dipengaruhi oleh

varibel lain diluar self-concept dan school climate dalam penelitian ini.

Tabel 4.5

Tabel Anova

Model Sum of Squares df Mean

Square

F Sig.

1 Regression 4283.010 7 611.859 10.140 .000b

Residual 11645.695 193 60.340

Total 15928.705 200

Selanjutnya peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable

yaitu self-concept (self-concept akademik, self-concept sosial, self-concept, emosi, self-

concept fisik) dan school climate (school safety, social relationship, school

connectedness) terhadap bullying. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.5 dengan nilai

F hitung sebesar 10,140 dan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal tersebut berarti hipotesis

mayor yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan dari seluruh independen

variabel terhadap bullying diterima. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari

variable self-concept akademik, self-concept sosial, self-concept emosi, self-concept

fisik, school safety, social relationship, school connectedness, terhadap perilaku

bullying pada masa kanak-kanak akhir.

4.3.2 Pengujian hipotesis minor

Uji hipotesis minor untuk melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai

koefisien regresi memiliki nilai signifikansi < 0.05 (p<0.05), maka koefisen regresi

tersebut signifikan. Artinya, independent variable tersebut memiliki pengaruh yang

Page 74: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

60

signifikan terhadap dependent variable. Hasil analisis koefisien regresi ditampilkan

pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Tabel Koefisien Regresi

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 97,581 8,821 11,062 ,000

S.Akademik -.024 .084 -.018 -.282 .778

S.Sosial -.012 .072 -.010 -.161 .873

S.Emosi -.282 .085 -.225 -3.337 .001

S.Fisik -.017 .085 -.013 -.203 .840

Safety -.380 .081 -.331 -4.716 .000

Relationship -.198 .076 -.167 -2.613 .010

Connect -.040 .072 -.034 -.547 .585

Berdasarkan koefisen regresi pada tabel 4.6 dapat dijelaskan persamaan regresi sebagai

berikut:

bullying= 97,581 – 0,024 self-concept akademik - 0,012 self-concept sosial - 0,282

self-concept emosi - 0,017 self-concept fisik 0,380 s.safety - 0,198 s.relationship-

0,040 s.connectedness

Hasil tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kognitif, afektif dan konatif berpengaruh secara

signifikan terhadap bullying. Hal tersebut dapat dilihat dari kolom Sig. pada tabel 4.6

jika p<0.05 maka koefisen regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

bullying dan begitu sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh

pada masing-masing independent variabel adalah sebagai berikut:

Page 75: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

61

1. Self-concept akademik

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,024 dengan signifikansi 0,778

(sig>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel akademik dari self-concept secara

negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying.

2. Self-concept sosial

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,012 dengan signifikansi 0,873

(sig>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel sosial dari self-concept secara

negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying.

3. Self-concept emosi

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.282 dengan signifikansi 0,001

(sig<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel emosi pada self-concept secara

negatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying. Arah yang negatif

menunjukkan bahwa semakin rendah variabel emosi maka semakin tinggi skor

perilaku bullying, begitu pun sebaliknya.

4. Self-concept fisik

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,017 dengan signifikansi 0,840

(sig>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel fisik pada self-concept secara

negative tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying.

5. School safety

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,380 dengan signifikansi 0,007

(sig<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variable school safety pada school climate

secara negatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying. Arah yang

Page 76: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

62

negatif menunjukkan bahwa semakin rendah variable school safety maka semakin

tinggi skor perilaku bullying, begitu pun sebaliknya.

6. Social relationship

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,198 dengan signifikansi 0,010

(sig<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variable social relationship pada school

climate secara negatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bullying. Arah

yang negatif menunjukkan bahwa semakin rendah variabel social relationship

maka semakin tinggi skor perilaku bullying, begitu pun sebaliknya.

7. School connectedness

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,040 dengan signifikansi 0,585

(sig>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel School Connectedness pada

school climate secara negatif tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

bullying.

4.3.3 Pengujian Proporsi Varians masing-masing Independent Variable

Pada tahap ini peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari

self-concept dan school climate terhadap bullying. Dengan melihat nilai R-Square

Change sebagai jumlah sumbangan independent variable (self-concept & school

climate) terhadap variasi dependent variabel (bullying). Kemudian nilai sig F Change

untuk melihat signifikansi R-Square Change (p<0.05).

Page 77: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

63

Tabel 4.7

Tabel Proporsi Varians Untuk masing-masing Independent Variable

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .172 .030 .025 8.81264 .030 6.101 1 199 .014

2 .173 .030 .020 8.83388 .000 .044 1 198 .834

3 .385 .148 .135 8.30045 .118 27.267 1 197 .000

4 .388 .150 .133 8.30971 .002 .561 1 196 .455

5 .491 .241 .222 7.87411 .091 23.286 1 195 .000

6 .617 .268 .245 7.75387 .027 7.095 1 194 .008

7 .519 .269 .242 7.76791 .001 .299 1 193 .585

Pada tabel 4.7 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Variabel self-concept akademik memiliki nilai R Square change sebesar 0,030 atau

memberikan kontribusi sebesar 3% terhadap bullying. Kontribusi tersebut

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,014 (p<0.05).

2. Variabel self-concept sosial memiliki nilai R Square change sebesar 0,000 atau

memberikan kontribusi sebesar 0% terhadap bullying. Artinya, dimensi ini tidak

memberikan kontribusi terhadap bullying. Kontribusi tersebut tidak signifikan

secara statistik dengan sig F Change = 0,834(p>0.05).

3. Variabel self-concept emosi memiliki nilai R Square change sebesar 0,118 atau

memberikan kontribusi sebesar 11,8% terhadap bullying. Kontribusi tersebut

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,000 (p<0.05).

4. Variabel self-concept fisik memiliki nilai R Square change sebesar 0,002 atau

memberikan kontribusi sebesar 0,2% terhadap bullying. Kontribusi tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,455 (p>0.05).

Page 78: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

64

5. Variabel school safety memiliki nilai R Square change sebesar 0,091 atau

memberikan kontribusi sebesar 9,1% terhadap bullying. Kontribusi tersebut

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,000 (p<0.05).

6. Variabel social relationship memiliki nilai R Square change sebesar 0,027 atau

memberikan kontribusi sebesar 2,7% terhadap bullying. Kontribusi tersebut

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,008 (p<0.05).

7. Variabel school connectedness memiliki nilai R Square change sebesar 0,001 atau

memberikan kontribusi sebesar 0,1% terhadap bullying. Kontribusi tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan sig F Change = 0,585 (p>0.05).

Page 79: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

65

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian terhadap hipotesis, maka kesimpulan

yang didapat bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan dari self-concept dan

school climate terhadap berperilaku bullying. Dengan kata lain, semakin positif self-

concept dan school climate suatu sekolah maka semakin rendah seseorang berperilaku

bullying atau sebaliknya semakin negatif self-concept dan school climate maka

semakin tinggi untuk berperilaku bullying.

Hasil uji hipotesi minor yang menguji masing-masing koefisien regresi

terhadap bullying menunjukkan terdapat tiga variabel yang pengaruhnya signifikan

yaitu emosi, school safety dan social relationship. Sehingga pengaruh dari kedua

variabel terhadap bullying menunjukkan angka 26,9%, dapat disimpulkan bahwa masih

banyak faktor lain yang berpengaruh besar terhadap berperilaku bullying selain

variabel self-concept dan school climate.

5.2 Diskusi

Berdasarkan uraian penulis diatas, adanya pengaruh school climate dan self-concept

terhadap berperilaku bullying mengarah pada tanda negatif, hal ini berarti rendahnya

school climate dan self-concept seseorang berpengaruh terhadap tingginya berperilaku

bullying anak-anak sekolah dasar khususnya pada tahap kanak-kanak akhir.

Brooks dan Emmart (dalam Agustiani, 2013) menyebutkan self-concept negatif

dapat ditandai ketika seseorang mudah marah ketika dikritik, responsif terhadap pujian,

Page 80: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

66

dan bersikap hipekritis dengan mengeluh, mencela, dan meremehkan siapapun.

Mengacu pada penelitian terdahulunya oleh Houbre, Tarquinio, dan Lanfranchi (dalam

Roeleveld, 2011) mengenai bullying dan self-concept, mengatakan bahwa self-concept

yang negatif akan menyebabkan seseorang untuk berperilaku bullying. Houbre (dalam

Roeleveld, 2011) juga mengatakan bullies atau pelaku bully datang dari orang yang

memiliki masalah dalam self-concept-nya atau yang disebut self-concept negatif.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan Gage dan Larson (2014) bahwa ada

pengaruh dari school climate terhadap bullying, khususnya dalam pengaruh yang

positif. Mereka mengatakan school climate yang positif akan berdampak semakin

rendahnya perilaku bullying dikalangan siswa sekolah, hal ini berarti berlaku juga

terhadap school climate yang negatif. School climate yang negatif akan meningkatkan

kuantitas dari siswa sekolah untuk berperilaku bullying.

Dari beberapa pernyataan penelitian terdahulu, hal tersebut sejalan dengan

hipotesis dari penelitian ini, yaitu adanya pengaruh dari self-concept dan school climate

terhadap berperilaku bullying di masa kanak-kanak akhir. Beberapa dimensi yang

berpengaruh signifikan yaitu, dimensi emosi dari variabel self-concept, serta dimensi

school safety dan social relationship dari variabel school climate.

Emosi dari variabel self-concept juga terbukti secara signifikan mempengaruhi

seseorang berperilaku bullying. Menurut Committee for Children (2012) menjelaskan

managemen emosi adalah kemampuan dalam mengatur emosi yang kuat dan

menurunkannya ketika berlebih, artinya emosi merupakan kemampuan penting dalam

membangun hubungan yang positif dengan sesama. Seorang siswa yang mampu

Page 81: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

67

mengendalikan emosinya berupa sedih, marah, kesal, senang dapat menjaga diri dari

perilaku yang dirasa akan merugikan dirinya dan lingkungannya. Tetapi, jika seorang

siswa itu tidak memahami bagaimana mengontrol emosinya ketika kesal, marah, dan

sedih maka siswa tersebut akan melampiaskan kepada teman yang dia tidak suka

sehingga mengarah pada tindak perilaku bullying.

School safety dari komponen school climate menggambarkan bahwa siswa

yang merasa tidak nyaman dengan sekolahnya, berupa fasilitas yang kurang memadai

dan peraturan-peraturan sekolah yang tidak terlaksana dapat memunculkan perilaku

bullying di kalangan para siswa. Buhs dan Ladd (dalam Carrol-Lind, 2009) mengatakan

anak-anak yang menerima lingkungan sekolah yang buruk akan menghasilkan bullying

dan perilaku membolos yang sering serta performa yang buruk ketika di sekolah. Anak-

anak yang melihat situasi lingkungannya baik, mereka akan belajar dan meniru

bagaimana suatu lingkungan yang baik akan memunculkan perilaku yang baik juga.

Sebaliknya jika lingkungannya kurang kondusif akan memunculkan perilaku yang

tidak baik.

Social relationship merupakan interaksi dan hubungan antara guru dan siswa

menjadi penentu bagaimana membentuk sikap seorang siswa terhadap orang lain.

Dalam sebuah sekolah guru adalah orang tua yang mencontohkan anak didiknya untuk

berperilaku, ketika guru berperilaku kepada siswanya dengan contoh yang baik akan

mengajarkan pada siswa untuk berperilaku baik juga. Namun, ketika perilaku yang

dilakukan guru terhadap siswa tidak baik, maka siswa menirunya juga. Hal ini yang

Page 82: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

68

menjadikan kompenen social relationship berpengaruh signifikan terhadap berperilaku

bullying.

Tidak terlepas dari keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, masih

banyak keterbatasan dari penelitian yang dilakukan. Terbukti dari kecilnya angka

pengaruh dari variabel yang penulis uji, sehingga penulis menyimpulkan masih banyak

variabel lain atau faktor lain yang memiliki pengaruh besar selain school climate dan

self-concept ini.

5.3 Saran

5.3.1 Saran Teoritis

1. Persentase pengaruh self-concept dan school climate terhadap bullying yang

terbilang kecil, penulis menyarankan mencari variabel lain yang berpengaruh besar

terhadap bullying. Disebutkan oleh Cook, Williams, Geurra, Kim, dan Sadek

(2010) terdapat faktor lain yang mempengaruhi bullying selain dari self-concept

dan school climate yang telah di uji disini. Faktor-faktor tersebut mencakup

individual dan kontekstual yaitu Individual predictor: Social Competence,

Externalizing behavior, Internalizing behavior, Other-related cognitions, dan

Academic performance. Serta Contextual predictor: Community Factor, Peer

status, Family/home environment, dan Peer influence.

2. Untuk penelitian kedepan disarankan untuk mengkaji bullying tidak hanya dari

kalangan siswa kepada teman sebaya, perilaku bullying yang mungkin dilakukan

guru atau pihak sekolah kepada siswa dari yang sengaja maupun tidak sengaja perlu

dikaji mendalam.

Page 83: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

69

5.3.2 Saran Praktis

1. Bagi wali kelas dari setiap kelas mampu menerapkan manajemen emosi kepada

siswa-siswi nya. Bentuk dalam mengelola emosi seperti menamai emosi negatif

yang keluar, seperti tegang, cemas, sakit hati, marah dan sebagainya. Dengan cara

ini akan mengubah suatu perasaan yang tidak jelas, menakutkan dan tidak nyaman

menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan, mempunyai batas-batas, serta merupakan

hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.

2. Guru kelas perlu mengajak siswanya berkomunikasi dengan baik, mendengarkan

keluh kesah siswa yang sedang bermasalah, peka terhadap kualitas belajar siswa

yang naik atau turun, tegas dalam bersikap dihadapan siswa, serta saling tegur dan

sapa ketika guru dan siswa bertemu dimana pun. Solusi lainnya dengan

mengadakan guru bimbingan konseling di dalam sistem pengajaran. Dengan

adanya guru BK, anak-anak bisa berkonsultasi langsung dengan guru perihal

masalah yang dihadapinya.

3. Kebutuhan akan keamanan perlu ditingkatkan oleh pihak sekolah. Pihak sekolah

harus mampu membuat lingkungan belajar yang nyaman dengan cara membangun

fasilitas sekolah untuk menunjang kebutuhan belajar para siswa serta merawat

fasilitas sekolah yang telah ada.

4. Guru juga perlu mengetahui dan mempelajari mengenai bullying serta dampak

yang akan ditimbulkannya. Seminar atau presentasi dari KPAI (Komisi

Perlindungan Anak Indonesia) perlu diadakan dan mengikut sertakan guru dan

orang tua siswa guna mencegah ‘buta’ bullying dari lingkungan sekolah.

Page 84: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

70

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, Hendriati (2006). Psikologi perkembangan; pendekatan ekologi

kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja.

Bandung: PT Refika Aditama.

Aldridge, J., & Ala'l, K. (2013). Assessing students's views of school climate:

developing and validating the what's happening in this school?

(WHITS) questionnaire. Improving Schools. 16, 47-66.

Anderson, C. S. (1986). The search for school climate: a review of the research.

Review of Educational Research. 52, 368-420.

Banks, R. (1997).Bullying in school. Di unduh pada tanggal 21 agustus 2015 pada

pukul 20.00. ERIC Digest : www.eric.ed.gov

Baumeister, R. F. (1997). Self-concept, self-esteem, and identity. The Scientific

Journal Self and Identity. 9, 246-280.

Blood, G. W., & Blood, I. M. (2004). Bullying in adolescents who stutter :

communicative competence and self-esteem. Comtemporary Issues in

Communication Science and Disorders. 31, 69-79.

Byrne, B. M. (1996). Measuring self-concept across the life span. Washington:

The American Psychological Association.

Carrol-Lind, J. (2009). School safety: an inquiry into the safety of studdents at

school. Wellington: Office of the Children's Commisioner.

Calhoun, J. F & Acocella. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan

kemanusiaan 3th

ed (terj). Semarang: IKIP Semarang Press.

Cherry, K. (2014). What is self-soncept?. Di unduh pada tanggal 15 januari 2016

pada pukul 20.30 WIB dari

http://psychology.about.com/od/sindex/f/self-concept.html

Cook, C. R., Williams, K. R., Guerra, N. G., Kim, T. E., & Sadek, S. (2010).

Predictors of bullying and victimization in childhood and adolescence:

a meta-analitic investigation. School Psychology Quarlely. 25,65-83.

Committee for Children. (2012). Second step program: bullying prevention in

schools starts with social-emotional learning. Di unduh pada tanggal 4

april 2016 pada pukul 21.00 dari www.cfchildren.org/second-step

DeWitt, P., & Slade, S. (2014). School climate change: how do i build a positive

environment for learning . Alexandria: ASDC Arias.

Page 85: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

71

Espelage, D. L., Holt, M. K., & Poteat, V. P. (2010). Individual and contextual

influences on bullying. In J. L. Meece, & J. S. Eccles, Handbook of

Research on Schools, Schooling, and Human Development 146-159.

New York: Routledge.

Fekkes, M., Pijpers , F. I., Fredicks, A. M., Vogels, T., & Vanhorick, S. P. (2006).

Do bullied children get ill or do ill children get bullied? a prospective

cohort study on the relationship between bullying and health-related

symptoms. Pediatrics. 10, 1568-1574.

Firmansyah, T. (2014). Aduan bullying tertinggi. Di unduh pada tanggal 20

desember 2015 pada pukul 21.00 WIB dari

http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/14/10/15/ndh4sp-

aduan-bullying-tertinggi

Freiberg, H. J. (1999). School climate: measuring, improving and sustaining

healthy learning environments. London: Falmer Press.

Gage, L. A., & Larson, A. (2014). School climate and bullying victimization: a

latent class growth model analysis. School Psychology Quarterly. 29,

256-271.

Hanish, L. D., & Guerra, N. G. (2004). Aggressive victims, passive victims, and

bullies: developmental continuity or developmental change?. Merrill-

Palmer Quaterly. 50, 17-38.

Harris, S., & Petrie, G. F. (2003). Bullying: the bullies, the victims, the bystanders.

Lanham, Maryland, and Oxford: The Scarecrow Press.

Hertinjung, W. S. (2013). Bentuk-bentuk perilaku bullying di sekolah dasar.

Prosiding Seminar Nasional Parenting. 7, 450-458.

Haryadi, Soegeng. (2014). Siswi SD korban bullying diancam dibunuh. Di unduh

pada tanggal 12 mei 2016 pada pukul 14.00 WIB dari

http://palembang.tribunnews.com/2014/12/15/siswi-sd-korban-

bullying-diancam-dibunuh

Howe, C. (2010). Peer groups and children's development. West Sussex: Wiley-

Blackwell.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan sepanjang

rentang kehidupan. (R. M. Sijabat, Ed., Istiwidayanti, & Soedjarwo,

Trans.) Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 86: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

72

Kassabri, M. K., Benbeneshty, R., & Astor, R. A. (2005). The effect of school

climate, socioeconomics, and cultural factors on student victimization

in Israel. Social Work Research. 29, 165-180.

Kim, S.-J. (2006). A study of personal and environmental factors influencing

bullying. Munchen: Ludwig Maximilians Universität.

KPAI. (2015). Bank data perlindungan anak. Di unduh tanggal 12 mei 2016 pada

pukul 14.00 WIB dari http://bankdata.kpai.go.id/terpilah_kpai.php

La Fontaine, J. (1991). Bullying: the child's view. London: Calouste Gulbenkian

Foundation.

Losey, B. (2011). Bullying, suicide, and homicide. New York: Taylor & Francis

Loukas, A. (2007). What is school climate? Austin: NAESP.

Magfirah, U., & Rachmawati, M. A. (2010). Hubungan antara iklim sekolah

dengan kecenderungan perilaku bullying. Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 2, 1-10

McLeod, S. (2008). Self-concept. Di unduh pada tanggal 15 januari 2016 pada

pukul 20.00 dari http://www.simplypsychology.org/self-concept.html

Meisa, Muhammad. (2015). Siswa SD di tangerang jadi korban bullying teman

sekolahnya. Diunduh pada tanggal 12 mei 2016 pada pukul 15.00 WIB

dari http://majalahkartini.co.id/berita/siswa-sd-di-tangerang-jadi-

korban-bullying-teman-sekolahnya

O'Brennan, L., Bradshaw, C., & Hopkins, J. (2013). Importance of school climate.

New York: National Educational Association.

Olweus, D. (1993). Bullying at school : what we know and what we can do.

Australia: Blackwell Publishing

Olweus, D. (2003). A profile of bullying at school. Bullying: A Research Project.

20, 48-55.

Olweus, D. (2011). Bullying at school and later criminality: findings from three

sweedish community samples of males. Criminal Behaviour and

Mental Health. 21, 151-156.

Rigby, K. (2003). Stop the bullying. Victoria: Australian Council for Educational.

Page 87: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

73

Rigby, K. (2007). Bullying in schools: and what to about it. Victoria: ACER press.

Roberts, J. L. (2007). Student's perception of school climate. New York:

Rochester Institute of Technology.

Roeleveld, W. (2011). The relationship between bullying and the self-concept of

children. Social Cosmos. 10, 111-116.

Rubin, K. H., Bukowski, w., & Parker, J. (2004). Peer interactions, relationship,

and groups. The National Institute of Mental Health. 21, 571-645

Salmivalli, C. (2009). Bullying and the peer group: a review. Aggression and

Violent Behavior. 15, 112-120.

Sampson, R. (2002). Bullying in School. Washington D.C: U.S Department of

Justice.

Santrock, J. W. (2004). Child development. New York: MCGraw-Hill.

Santrock, J. W. (2012). Life span development. New York: McGraw-Hill.

Sergiovanni, T. J. (1991). The importance of school climate and culture. The

Principalship: A Reflective Practice Perspective. 25, 215-228.

Shavelson, R. J., Bolus, R. (1981). Self-concept: the interplay of theory and

methods. Journal of Educational Psychology. 74, 3-17

Shavelson, R.J., Hubner, J.J., & Stanton, G.C. (1976). Self-concept: validation of

construct interpretations. Review of Educational Research. 46, 407-441.

Storey, K., Slaby, R., Adler, M., Minotti, J., & Katz, R. (2008). Eyes on bullying:

what can you do? Waltham: Educational Development Center.

Sudiaman, Maman. (2014). Inilah kronologi kasus bully anak SD di bukittinggi.

Di unduh pada tanggal 12 mei 2016 pada pukul 14.30 WIB dari

http://republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/12/ndbsmg-inilah-

kronologi-kasus-bully-anak-sd-di-bukittinggi

Sumandoyo, A. (2012). Bullying di don bosco diduga didalangi alumni. Di unduh

pada tanggal 15 januari 2016 pada pukul 20.00 WIB dari

http://www.merdeka.com/jakarta/bullying-di-don-bosco-diduga-

didalangi-alumni.html

Woolley, M. E. (2006). Advancing a positive school slimate for Students,

families, and staff. In C. Franklin, M. B. Harris, & P. Allen-Meares, The

Page 88: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

74

School Service Sourcebook : A Guide for School-Based Professionals.

New York: Oxford University Press.

Yanico, B., & Lu, T. G. (2000). A psychometric evaluation of the six-factor self-

concept scale in a sample of racial/ethnic minority women. Educational

and Psychological Measurement. 60, 86-89.

Page 89: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

75

LAMPIRAN

1. Lampiran Skala

Kuesioner Penelitian Perilaku Bullying di Sekolah

Selamat Pagi/Siang..

Hai adik-adik,, perkenalkan nama kakak Aziz. Saat ini kakak sedang melakukan

penelitian untuk tugas akhir kakak. Nah, untuk itu kakak perlu bantuan adik-adik semua

nih. Adik-adik hanya perlu menyilang pernyataan yang ada di bawah ini. Disini

jawabannya tidak ada yang benar ataupun salah lhoo.. Isi sesuai dengan apa yang adik-

adik rasakan ya..

Terima Kasih.. ^_^

Selamat mengerjakan.

Data Diri Siswa

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Kelas :

Petunjuk Pengisian

S : Sering

KK : Kadang-kadang

J : Jarang

TP : Tidak Pernah

Page 90: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

76

Contoh:

Jika jawaban Kalian Sering:

No Pernyataan S KK J TP

1. Saya masuk kelas tepat waktu X

Skala Bullying

No. Pernyataan S KK J TP

1 Saya memanggil teman dengan sebutan-sebutan

jelek

2 Saya berkata kepada teman dengan lembut dan

sopan

3 Saya mengejek apabila ada teman yang bodoh

atau lemah

4 Saya menceritakan kejelekan seseorang

walaupun tidak benar

5 Saya suka menyebarkan isu/gossip

6 Saya mengucilkan/menghina teman yang tidak

saya suka

Page 91: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

77

7 Saya suka menggoda teman dan

mempermalukannya didepan orang banyak

8 Saya memukul orang yang tidak saya sukai

9 Saya memisahkan teman bila ada perkelahian

10 Saya menyuruh teman untuk memukuli orang

yang tidak saya sukai

11 Saya merusak barang teman secara sengaja

12 Saya merasa bersalah bila merusak barang milik

siswa lain

13 Saya mengajak berkelahi kepada orang yang saya

anggap lemah

14 Saya merasa bersalah jika mengancam siswa lain

15 Saya sengaja “memeluk” teman lawan jenis saya

16 Saya menarik rok/celana teman lawan jenis

17 Saya tidak segan meneror teman dengan pesan di

berbagai media social (facebook,twitter,

Instagram, dll)

18 Saya men-“tag”/ memberi label hal-hal jelek ke

akun teman yang tidak saya suka

Page 92: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

78

19 Saya menjauhkan teman dari kelompok agar

tertekan

Skala School Climate

No Pernyataan S KK J TP

1 Sekolah saya bersih dan terawat

2 Saya jengkel dengan sekolah saya karena terlihat

kumuh

3 Sekolah saya memiliki fasilitas yang memadai

seperti ruang kesehatan/UKS, ruang Komputer,

dan lain sebagainya

4 Ketika toilet siswa rusak, pihak sekolah lama

untuk memperbaikinya

5 Guru menasehati saya ketika berbuat salah

6 Guru mencuekkan saya saat saya dikasari teman

7 Saya melihat guru pernah bertindak kasar kepada

murid

8 Suasana kelas selalu ribut ketika guru keluar

sebentar

Page 93: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

79

9 Menurut saya, guru adalah contoh tauladan yang

harus saya ikuti

10 Di dalam atau di luar sekolah ketika bertemu guru

saya mempraktekkan 3S (Senyum, Sapa, Salam)

11 Guru memberikan senyuman ketika saya menyapa

12 Saya mengalihkan pandangan dari guru saat

berpapasan di koridor sekolah

13 Di sekolah saya, hukuman diberikan pada murid

yang melanggar peraturan sekolah

14 Saya sering tidak mematuhi peraturan sekolah

15 Saya sering kesal dengan pihak sekolah karena

peraturan yang di buat tidak berlaku untuk guru

16 Ketika pelajaran dimulai, guru selalu datang tepat

waktu

Skala Self-Concept

No Pernyataan S KK J TP

1 Saya bisa mengikuti pelajaran dengan mudah

2 Saya sering kali lupa akan apa yang telah saya

pelajari

Page 94: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

80

3 Saya sering mengerjakan PR tanpa disuruh orang

tua

4 Saya belajar sungguh-sungguh ketika ujian

datang

5 Saya menghargai pendapat teman saya

6 Saya tidak suka jika ada yang mengkritik saya

7 Saya tidak disukai oleh teman sekelas

8 Jika saya sakit, teman-teman mengkhawatirkan

saya

9 Saya marah jika dikritik teman

10 Saya tidak bisa menahan amarah

11 Saya akan terus mengingat perlakuan buruk yang

dilakukan teman terhadap saya

12 Jika kelompok saya ditegur, saya tidak akan

menyalahkan teman

Page 95: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

81

13 Dalam pelajaran olah raga, saya ahlinya

14 Saya tidak berbakat dalam berolah raga

15 Saya menginginkan penampilan seperti teman

saya

16 Saya senang dengan tubuh yang saya miliki

Page 96: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

82

2. Lampiran Hasil Lisrell

2.1. Output CFA Bullying

UJI VALIDITAS KONSTRUK BULLYING

DA NI=19 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19

PM SY FI=BULLY.COR

MO NX=19 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

BULLYING

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1 LX5 1 LX6 1 LX7 1 LX8 1 LX9 1 LX10 1 LX11 1 LX12 1 LX13 1

LX14 1 LX15 1 LX16 1 LX17 1 LX18 1 LX19 1

FR TD 14 12 TD 5 4 TD 16 5 TD 16 15 TD 17 2 TD 16 6 TD 15 3 TD 18 6 TD 16 8 TD 14 5 TD 13 5

TD 16 12 TD 12 9 TD 13 1 TD 6 3 TD 16 10 TD 16 14 TD 17 14 TD 16 2 TD 4 2 TD 18 7 TD 13 3

TD 18 9 TD 14 9 TD 10 9 TD 9 5 TD 16 9 TD 9 7 TD 17 12 TD 15 4 TD 17 15 TD 9 2 TD 18 17 TD

18 15 TD 19 17 TD 13 12 TD 19 12 TD 16 11 TD 11 6 TD 11 5 TD 19 11 TD 11 7 TD 13 11 TD 10 1

TD 18 1 TD 10 6 TD 10 3 TD 9 8 TD 15 1 TD 16 1 TD 7 6 TD 14 7 TD 16 7 TD 12 4 TD 19 5

PD

OU TV SS MI AD=OFF

Page 97: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

83

Page 98: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

84

2.2. Output CFA Self-concept Akademik

UJI VALIDITAS KONSTRUK AKADEMIK

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=AKADEMIK.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=SY TD=SY

LK

AKADEM

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

FR TD 4 2

PD

OU TV SS MI

Page 99: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

85

2.3.Output CFA self- concept Sosial

UJI VALIDITAS SOSIAL

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=SOS.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

SOSIAL

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

FR TD 3 1

VA 0.07 TD 1 1

FI TD 1 1

PD

OU TV SS MI

Page 100: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

86

2.4. Output CFA Self- concept Emosi

UJI VALIDITAS EMOSI

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=EMOSI.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

EMOSI

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

FR TD 3 1

VA 0.07 TD 1 1

FI TD 1 1

PD

OU TV SS MI

Page 101: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

87

2.5. Output CFA self- concept Fisik

UJI VALIDITAS FISIK

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=FISIK.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

FISIK

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

FR TD 3 1

VA 0.07 TD 1 1

FI TD 1 1

PD

OU TV SS MI

Page 102: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

88

2.6. Output CFA School Safety

UJI VALIDITAS SAFETY

DA NI=8 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8

PM SY FI=SAFE.COR

MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY

LK

SAFETY

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1 LX5 1 LX6 1 LX7 1 LX8 1

FR TD 3 1 TD 6 4 TD 8 5

PD

OU TV SS MI

Page 103: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

89

2.7. Outpuy CFA Social Relationship

UJI SISOL

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=SI.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR

LK

SISOL

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

PD

OU TV SS MI

Page 104: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

90

2.8. Output CFA School Connectedness

UJI VALIDITAS SCHOOL CONNECTED

DA NI=4 NO=201 MA=PM

LA

X1 X2 X3 X4

PM SY FI=SAFE.COR

MO NX=4 NK=1 LX=FR

LK

CONNECT

FR LX1 1 LX2 1 LX3 1 LX4 1

PD

OU TV SS MI

Page 105: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

91

3. Lampiran hasil uji hipotesis (output SPSS)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Bullying 201 38.79 83.49 50.0000 8.92432 79.644

Akademik 201 29.91 55.91 50.0000 6.98360 48.771

sosial 201 16.16 58.37 50.0000 7.80620 60.937

Emosi 201 34.19 60.89 50.0000 7.11325 50.598

Fisik 201 34.42 59.60 50.0000 6.66748 44.455

Safety 201 28.23 61.01 50.0000 7.75717 60.174

Relationship 201 8.50 55.40 50.0000 7.52258 56.589

Connect 201 11.39 58.74 50.0000 7.74232 59.943

Valid N (listwise) 201

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .519a .269 .242 7.76791 .269 10.140 7 193 .000

a. Predictors: (Constant), Connect, Safety, Relationship, sosial, Fisik, Akademik, Emosi

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 4283.010 7 611.859 10.140 .000b

Residual 11645.695 193 60.340

Total 15928.705 200

a. Dependent Variable: T.Bullying

b. Predictors: (Constant), T.Connect, T.Safety, T.Relationship, T.sosial, T.Fisik, T.Akademik,

T.Emosi

Page 106: PENGARUH SELF-CONCEPT DAN SCHOOL CLIMATE TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39904... · 2018-07-04 · iii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH

92

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 97.581 8.821 11.062 .000

Akademik -.024 .084 -.018 -.282 .778

sosial -.012 .072 -.010 -.161 .873

Emosi -.282 .085 -.225 -3.337 .001

Fisik -.017 .085 -.013 -.203 .840

Safety -.380 .081 -.331 -4.716 .000

Relationship -.198 .076 -.167 -2.613 .010

Connect -.040 .072 -.034 -.547 .585

a. Dependent Variable: T.Bullying

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .172a .030 .025 8.81264 .030 6.101 1 199 .014

2 .173b .030 .020 8.83388 .000 .044 1 198 .834

3 .385c .148 .135 8.30045 .118 27.267 1 197 .000

4 .388d .150 .133 8.30971 .002 .561 1 196 .455

5 .491e .241 .222 7.87411 .091 23.286 1 195 .000

6 .517f .268 .245 7.75387 .027 7.095 1 194 .008

7 .519g .269 .242 7.76791 .001 .299 1 193 .585

a. Predictors: (Constant), Akademik

b. Predictors: (Constant), Akademik, sosial

c. Predictors: (Constant), Akademik, sosial, Emosi

d. Predictors: (Constant), Akademik, sosial, Emosi, Fisik

e. Predictors: (Constant), Akademik, sosial, Emosi, Fisik, Safety

f. Predictors: (Constant), Akademik, sosial, Emosi, Fisik, Safety, Relationship

g. Predictors: (Constant), Akademik, sosial, Emosi, Fisik, Safety, Relationship, Connect