pengaruh variabel internal bank terhadap non...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH VARIABEL INTERNAL BANK TERHADAP NON PERFORMING
FINANCING (NPF) PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
DI INDONESIA
(Periode Januari 2010 – Juni 2016)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
M Irsyad Hidayatulloh
1113085000077
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. INFORMASI PRIBADI
Nama : M Irsyad Hidayatulloh
Alamat : Perum Bukit Cikasungka Blok ADF 16 No 22 RT
03/09 Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang
15730
No. Telepon : 083876803015
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1994
Anak ke dari : 2 dari 8 bersaudara
Agama : Islam
Kebangsaaan : Indonesia
II. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama
Lembaga Kota
Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
TK TK Anak Sholeh Tangerang 1998 2000
SD Swasta Dian Pertiwi Tangerang 2000 2006
SMP Negeri 2 Cisoka Tangerang 2006 2009
SMA Swasta Ponpes La Tansa Lebak 2009 2013
Perguruan Tinggi
Negeri
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta -
Perbankan
Syariah
Tangerang
Selatan 2013 2017
ii
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga / Institusi Tahun
Koordinator Dept. Hubungan Luar
dan Kampus HMJ Perbankan
Syariah
Staff Div. Keilmuan Lingkar
Studi Ekonomi Syariah
(LISENSI)
Koordinator Dept. Kajian dan
Penelitian Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA) Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
2015 – 2016
2015 – 2016
2016 - 2017
IV. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara individu maupun tim
Mampu berkomunikasi dengan baik
V. PENGALAMAN KERJA
Lembaga / Institusi Lokasi Posisi
Bank Syariah
Mandiri
Lembaga Konsultan
Perbankan dan
Keuangan Syariah
Iqtishad Consulting
Masyarakat
Ekonomi Syariah
(MES)
Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI)
Indonesia
Kantor Pusat, Gedung
Wisma Mandiri I
Thamrin, Jakarta
Pusat
Kantor Pusat MES,
Jln Setia Budi, Jakarta
Selatan
Kantor Pusat MES,
Jln Setia Budi, Jakarta
Selatan
Gedung Dhanapala,
Kementerian
Keuangan RI, Jakarta
Pusat.
Staff Distribution
Startegic Group (PKL)
Freelance Staff Event
Organizer
Freelance Staff Event
Organizer
Freelance Staff Event
Organizer
iii
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Saeful Tasman, SE.
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 06 Juni 1966
Pekerjaan : PNS UIN Syarif Hidayatullah
Ibu : Amalia NS
Tempat, Tanggal Lahir : Ciamis, 24 Juli 1972
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
iv
ABSTRACT
This study aims to examine and analyze the Non Performing Financing (NPF) of
Sharia Rural Bank in Indonesia. As for some of the factors analyzed in the influence of
Non Performing Financing (NPF) is Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to
Deposit Ratio (FDR) and the Ratio of Operational Expenses to Operational Revenue.
Data analysis methods used in study is an analysis of Multiple Linear Regression, data
obtained on the basis of mothly data contained in the Islamic banking statistics from
January 2010 to june 2016. The data gathering used from Indonesia Financial Services
Authority Publications Reports.
The result of Multiple Linear Regression test study showed that partially Capital
Adequacy Ratio (CAR) with value of significant 0,116 has not a significant influence to
Non Performing Financing (NPF), when Financing to Deposit Ratio (FDR) with value
of significant 0,004 and The Ratio of Operational Expenses to Operational Revenue
with value of significant 0,000 has a significant influence to Non Performing Financing
(NPF). Simultaneously, the overall independent variables have a significant influence to
Non Performing Financing (NPF).
Keywords: Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR) and The Ratio of Operational Expenses to
Operational Revenue.
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis Non Performing
Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia. Adapun
beberapa faktor yang dianalisis dalam mempengaruhi Non Performing Financing (NPF)
adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda, data diperoleh
berdasarkan data bulanan yang di terdapat di statistika perbankan syariah dari bulan
januari 2010 sampai dengan juni 2016. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
bersumber dari Laporan Publikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hasil penelitian uji regresi linier berganda menunjukan bahwa secara parsial
Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan nilai signifikan sebesar 0,116 maka tidak
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing, sedangkan Financing to
Deposit Ratio (FDR) dengan nilai signifikan sebesar 0,004 dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dengan nilai signifikan sebesar 0,000 maka
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF). Secara simultan,
keseluruhan variabel independen memiliki pengaruh signifikan terhadap Non
Performing Financing (NPF).
Kata kunci: Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO).
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia, hidayah dan kasih sayang – Nya yang tidak terkira
kepada hambanya. Shalawat serta Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah memberikan dan menyampaikan kepada kita semua ajaran
Islam, sehingga kita dapat tetap Istiqomah di jalan kebenaran. Alhamdulillah penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Internal Bank
terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode Januari 2010 – Juni 2016)”. Semoga skripsi
ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar–besarnya
kepada :
1. Allah SWT, Karena tanpa kuasa dan segala pertolongan – Nya tidak mungkin
saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah sebagai ucapan rasa syukur
hamba atas segala nikmat dan hikmah yang Engkau berikan selama ini,ya Rabbi
2. Keluarga yang luar biasa, sumber motivasi, dan tersayang yang saya miliki,
Ayahanda Saeful Tasman yang selalu mengajarkan butir–butir mutiara
kehidupan, selalu memberikan motivasi disaat diri ini lemah dan selalu
berkorban untuk kebahagiaan anaknya. Ibunda Amalia yang telah melahirkan
dan merawat diriku dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan sabar dari kecil
hingga dewasa saat ini, dari dirimulah anakmu termotivasi untuk selalu
berkembang, belajar sabar, ikhlas dan kasih sayang. Kakakku Immatul Aliyah
dan Adik–Adikku tercinta Nurlaila Fitriani, Lukman Abdul Hakim, M Fajrul
Haq, Muhammad Ramadhan A R, Amar Iskandar Zulkarnaen, Umar Abdul
Aziz, dan Yahya Abdurrahman (Alm) yang telah menghibur dan memberikan
dukungan disaat suka maupun duka. Tanpa dukungan dan pengorbanan kalian
saya tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang.
3. Bapak Drs.Agustianto.MA selaku Presiden Direktur Iqtishad Consulting, Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Ahli Ekonomi
Islam (IAEI) Indonesia yang telah memberikan saya banyak pengalaman dan
kesempatan untuk terjun langsung di dunia Akademisi dan Praktisi Perbankan
Syariah.
4. Bapak Dr.M Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama kuliah ini.
vii
5. Ibu Aini Masruroh,SEI,.MM. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan,
ilmu, serta bimbingan yang sangat berarti selama proses penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih atas semua arahan dan bimbingan yang Ibu berikan selama proses
penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini, semoga Allah SWT membalas
kebaikan Ibu.
6. Ibu Cut Erika Ananda,SE.M.BA. selaku Ketua Program Studi Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan.
7. Ibu Fitri Damayanti,SE.,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, yang
telah meluangkan waktunya untuk mendengarkan kesulitan saya dan
memberikan saran yang terbaik serta arahan yang sangat bermanfaat.
8. Bapak Dr.Ade Sofyan mulazid.,M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama kuliah dari awal masuk
hingga selesai saat ini.
9. Seluruh jajaran dosen fakultas ekonomi dan bisnis yang telah memberikan ilmu
yang sangat berharga dan mudah – mudahan bermanfaat khusus bagi diri saya
dan umumnya untuk orang banyak. Dan juga seluruh jajaran karyawan dan staf
Fakultas maupun universitas yang telah bersedia melayani secara administratif
dengan baik dan membantu saya selama perkuliahan.
10. Kakak – Kakak dan Sahabat – Sahabat Keluarga Besar Lingkar Studi Ekonomi
Syariah (LISENSI) yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu – persatu, yang
telah bersama saya selama kepengurusan dan banyak memberikan saya
kesempatan, ilmu dan relasi dari berbagai Lembaga Keuangan Syariah.
11. Kakak-Kakak Angkatan 2012 Perbankan Syariah yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu – persatu, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman–teman seperjuangan perbankan syariah angkatan 2013 yang saya cintai
dan banggakan, terima kasih atas empat tahun yang begitu berkesan bersama–
sama kalian dan semoga kita tetap bisa terus berkomunikasi, bersilaturahmi dan
saling terus mengingatkan dalam hal kebaikan.
13. Seluruh jajaran pengurus HMJ Perbankan Syariah 2015/2016 dan seluruh
Mahasiswa/i perbankan syariah dari semua angkatan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu–persatu, yang telah bersama saya selama
kepengurusan,terima kasih atas kerjasama, pembelajaran dan loyalitas kalian
selama kepengurusan.
viii
14. Seluruh jajaran pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis 2016/2017 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu–persatu, yang
telah bersama saya selama kepengurusan, terima kasih atas kerjasama,
pembelajaran dan loyalitas kalian selama kepengurusan..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan, baik kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 02 Desember 2016
M Irsyad Hidayatulloh
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ i
ABSTRACT ...........................................................................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 14
E. Sistematika Penelitian ................................................................................. 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................ 18
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
a Definisi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ......................................... 18
b Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............................. 19
2. Non Performing Financing (NPF)
a Definisi NPF ...................................................................................... 20
b Faktor-Faktor yang Mempengaruhi NPF ............................................. 21
c Penilaian Kesehatan NPF.................................................................... 25
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a Definisi CAR ...................................................................................... 27
b Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank ................................... 28
x
4. Financing to Deposit Ratio ...................................................................... 30
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional .............................. 31
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 33
C. Keterkaitan Antar Variabel Independen dengan Dependen .......................... 40
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 42
E. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 44
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 46
B. Data Penelitian ............................................................................................ 46
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 47
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 48
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 49
a Uji Normalitas .................................................................................... 49
b Uji Multikolonieritas .......................................................................... 51
c Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 54
d Uji Autokorelasi ................................................................................. 55
2. Uji Hipotetis ........................................................................................... 57
a Uji Parsial (Uji-t) ................................................................................ 57
b Uji Simultan (Uji-F) ........................................................................... 58
c Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ................................................ 59
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 60
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 61
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................. 64
B. Deskripsi Data ............................................................................................. 65
1. Deskripsi Variabel Capital Adequay Ratio .............................................. 65
2. Deskripsi Variabel Financing to Deposit Ratio ........................................ 67
3. Deskripsi Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional . 68
4. Deskripsi Variabel Non Performing Financing ........................................ 70
C. Analisis Data dan Pembahasan .................................................................... 72
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 72
a Uji Normalitas .................................................................................... 72
b Uji Multikolonieritas .......................................................................... 75
c Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 77
d Uji Autokorelasi ................................................................................. 78
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 79
a Uji t (Parsial) ...................................................................................... 79
b Uji F (Simultan) ................................................................................. 81
xi
c Uji Adjusted R Square ........................................................................ 82
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................ 84
D. Interpretasi .................................................................................................. 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 90
B. Implikasi ..................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 93
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
1.1 Komposisi Pem. yang diberikan BPRS Berdasarkan Akad Pembiayaan ......... 4
1.2 Capital Adequacy Ratio pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ................... 8
1.3 Financing to Deposit Ratio pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............. 10
1.4 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah ............................................................................................ 12
2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 33
3.1 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ........... 60
4.1 Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2010-2016 ............................... 66
4.2 Data Financing to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2010-2016 ........................... 67
4.3 Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tahun
2010-2016 ................................................................................................... 69
4.4 Data Non Perfoming Financing (NPF) Tahun 2010-2016............................. 71
4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov .......................................................... 75
4.6 Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF Coefficients...................... 76
4.7 Uji Durbin Watson ...................................................................................... 78
4.8 Uji t (parsial) ............................................................................................... 79
4.9 Uji F (simultan) ........................................................................................... 81
4.10 Uji Adjusted R Square (R2Adj) .................................................................... 83
4.11 Analisis Regresi Linier Berganda................................................................. 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
1.1 Non Performing Financing pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ................. 5
2.2 Kerangka Pemikiran....................................................................................... 43
4.1 Perkembangan Non Performing Financing ..................................................... 64
4.2 Grafik Histogram .......................................................................................... 73
4.3 Grafik P-p Plot ............................................................................................... 74
4.4 Grafik Scatterplot........................................................................................... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ..................................................................... 99
Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 101
Lampiran 3 : Uji Hipotesis .................................................................................... 104
Lampiran 4: Tabel F .............................................................................................. 105
Lampiran 5 : Tabel t .............................................................................................. 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat
pula permintaan/kebutuhan pendanaan untuk membiayai proyek–proyek
pembangunan. Namun, dana pemerintah yang bersumber dari APBN sangat
terbatas untuk menutup kebutuhan dana diatas, karenanya pemerintah
menggandeng dan mendorong pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam
membiayai pembangunan potensi ekonomi bangsa. Pihak swasta pun, secara
individual maupun kelembagaan, kepemilikan dananya juga terbatas untuk
memenuhi operasional dan pengembangan usahanya. Maka perbankan nasional
memegang peran penting dan startegis dalam kaitannya penyediaan permodalan
pengembangan sektor – sektor produktif (Muhammad, 2005 : 15).
Sejak tahun 1992, perkembangan perbankan syariah cukup pesat sampai
saat ini. Hal ini itu boleh jadi karena adanya UU No. 10 tahun 1998 yang
memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system, sehingga bank –
bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka unit usaha
syariah (Amin, 2007 : 1).
Menurut Undang – Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan,
yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dana atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka
2
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dalam rangka mendukung perkembangan perekonomian nasional, maka
diperlukan lembaga perbankan yang mampu memberikan layanan secara luas
kepada masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan adanya lembaga perbankan
syariah dirasa cukup tinggi. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut, maka
dalam sistem perbankan nasional dimungkinkan adanya pendirian bank syariah
yang salah satu jenisnya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Keberadaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan layanan perbankan
secara cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha
menengah, kecil dan mikro baik di pedesaan maupun perkotaan yang selama ini
belum terjangkau oleh layanan bank umum.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009, BPRS sebagai
salah satu lembaga kepercayaan masyarakat yang kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah, dituntut agar selalu dapat mengemban amanah dari para pemilik
dana dengan cara menyalurkannya untuk usaha produktif dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam menjalankan kegiatan usahanya,
BPRS harus selalu memegang teguh prinsip kehati–hatian serta mampu
menerapkan prinsip syariah secara konsisten, sehingga tercipta BPRS yang sehat
dan mampu memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
3
Tujuan dari perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, seperti melakukan fungsi untuk mendukung sektor riil
melalui pembiayaan sesuai prinsip syariah dan transaksi riil, dalam rangka
pemerataan kesejahteraan rakyat. Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial
dalam menggerakkan sektor riil mendapat perhatian tinggi dari perbankan syariah.
Dalam penyaluran pembiayaan, bank syariah dapat memberikan berbagai macam
akad yakni : mudharabah, murabahah, musyarakah, salam, istisna, ijarah dan
qard (Wardiantika, 2014 : 1550).
Kualitas perbankan syariah sangat ditentukan oleh kemampuan kinerja bank
syariah dan kelangsungan usahanya. Kinerja dan kelangsungan usaha bank yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sangat di pengaruhi oleh
kualitas dari penanaman dana atau pembiayaan (Muhammad, 2005).
Berdasarkan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
perkembangan pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dari januari tahun 2010 sampai juni 2016 terus mengalami
peningkatan. Dalam Tabel 1.1 berikut ini ditunjukan komposisi pembiayaan yang
disalurkan berdasarkan akad pembiayaan.
4
Tabel 1.1
Komposisi Pembiayaan uang diberikan BPRS
Berdasarkan akad pembiayaan
(Juta Rupiah)
Akad 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Akad Mudharabah 65.471 75.807 99.861 106.851 122.467 168.516 182.677
Akad Musyarakah 217.954 246.796 321.131 426.528 567.658 652.316 764.862
Akad Murabahah 1.621.526 2.154,494 2.854.646 3.546.361 8.965.548 4.491.697 4.927.908
Akad Salam 45 20 197 26 16 15 14
Akad Istishna 27.598 23.673 20.751 17.614 12.881 11.135 9.388
Akad Ijarah 13.499 13.815 13.522 8.318 5.179 6.175 7.508
Akad Qardh 63.000 72.095 81.666 93.325 97.709 123.588 189.772
Multijasa 51.344 89.230 162.245 234.469 233.456 311.729 431.711
Total 2.060.437 2.675.930 3.554.019 4.433.492 5.004.909 5.765.171 6.513.840 Sumber : Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2010 - 2016
Pada Tabel 1.1 menunjukan bahwa selama rentan waktu tahun januari 2010
sampai juni 2016 mengalami kenaikan setiap tahunnya, melihat dari kenaikan
jumlah pembiayaan dari keseluruhan akad tersebut, pembiayaan terbesar
disalurkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) pada bulan juni tahun 2016
sebesar 6.513.840 juta rupiah. Salah satu akad pembiayaan yang paling
mendominasi dibanding akad pembiayaan yang lain yaitu akad murabahah dengan
komposisi pembiayaan sebesar 4.927.908 juta rupiah pada bulan juni 2016,
semakin meningkatnya pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) maka semakin besar pula risiko akan pembiayaan
bermasalah. Pembiayaan merupakan bagian yang memiliki andil tingginya tingkat
penyaluran alokasi dana bank syariah dan memberi peluang untuk mendapatkan
keuntungan terbesar pula bagi pihak bank. Namun, demikian risiko yang akan
dihadapi oleh bank dalam penempatan dana tersebut juga akan semakin besar.
5
Oleh karena itu bank harus berhati - hati dalam menempatkan dana tersebut dalam
bentuk pembiayaan.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan maka
semakin tinggi pula tingkat risiko bank dalam hal pembiayaan bermasalah. Hal ini
dibuktikan pada Gambar 1.1 sebagai berikut
Sumber : Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2010 - 2016
Gambar 1.1
Non Performing Financing pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Data statistik yang tercantum dalam Gambar 1.1 menggambarkan bahwa
terjadi fluktuasi nilai Non performing Financing (NPF). Dari tahun 2010 sampai
dengan 2011 terjadi peningkatan, sedangkan dari tahun 2011 sampai dengan 2012
terjadi penurunan yang signifikan. Pada tahun 2012 sampai bulan juni 2016
mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat Non Performing Financing
(NPF) terendah sebesar 6,15% pada tahun 2012, kemudian pada bulan juni 2016
meningkat drastis hingga sebesar 9,18% dengan rata – rata kenaikan Non
6.57.05
6.156.5
7.89 8.2
9.18
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
NPF
NPF
6
Performing Financing (NPF) sepanjang januari tahun 2010 hingga juni 2016
sebesar 7,35%. Non Performing Financing (NPF) mengalami fluktuasi yang tinggi
pada bulan juni tahun 2016 sudah melewati batas kesehatan bank yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia yaitu 5% yang artinya bank harus lebih berhati – hati dan
lebih selektif dalam menyalurkan dananya pada sektor rill.
Agustianto Mingka (Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam) Indonesia
mengatakan, banyak tantangan yang masih membelit perbankan syariah di tahun
2016, seperti masalah permodalan, efisiensi, inovasi produk, SDM, teknologi,
layanan dan jaringan, pendanaan (funding), kualitas aset dan lainnya. Dari sekian
banyak masalah tersebut, salah satu permasalahan penting yang dihadapi masalah
kualitas aset, yakni bagaimana perbankan syariah mengatasi dan mencegah
pembiayaan bermasalah (non performing financing /NPF). “Hal ini penting karena
di 2015, NPF perbankan syariah lebih tinggi dibanding non performing loan
(NPL) konvensional,”kata Agustianto. (keuangansyariah.mysharing.com)
Menurut Achmad K Permana Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo), ada beberapa faktor yang menyebabkan NPF industri
perbankan syariah meningkat. Pertama, Peningkatan kredit macet bisa karena
under control costumer atau di luar control nasabah. Size perbankan syariah yang
masih kecil, jika ada satu nasabah yang jatuh akan mempengaruhi secara
keseluruhan. Kedua, total aset turun karena bank tidak bisa ekspansi pembiayaan
dalam kondisi ekonomi yang sedang melemah. Ketiga, tidak banyak dana murah
di portofolio bank syariah. Perputaran uang tidak banyak di bank syariah, lebih
7
banyak dana mahal seperti deposito. Sehingga, hal itu menjadi tantangan bagi
industri perbankan syariah untuk mencari cara menyiapkan dana murah. Keempat,
ketersediaan infrastruktur dan network (jaringan) perbankan syariah belum
menjangkau sampai ke pelosok. Dari sisi kompleksitas produk, mayoritas nasabah
berminat pada prosedur yang tidak banyak dokumen. Kelima, nasabah yang
datang karena tertarik sistem bagi hasil yang tinggi. Nasabah bagus atau grade A
terbiasa dengan konsep konvensional. Sementara di bank syariah nasabah setiap
bulan harus membuat laporan (report) kepada bank sebagai pertimbangan dalam
konsep bagi hasil. Keenam, Pangsa pasar atau market share perbankan syariah
masih 4,9 persen sehingga dana yang dihimpun belum bisa disalurkan secara
maksimal. "Kalau market share sudah 30-40 persen dan sudah tahan goncangan,
bagi hasil akan kompetitif dengan konvensional” (www.republika.co.id).
Penyebab terjadi NPF pada sektor perbankan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu pertama, faktor internal bank, yang berhubungan dengan kebijakan dan
strategi yang ditempuh pihak bank baik berupa manajemen maupun kualitas
sumber daya manusia. Kedua, faktor eksternal yang berhubungan dengan
perekonomian nasional, persaingan dan usaha debitur. Pada kesempatan ini
penulis ingin menganalisis faktor – faktor yang menyebabkan Non Peforming
Financing pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia hanya
dari sisi Internal Bank terdiri dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO).
8
Untuk mengurangi risiko yang timbul dari masalah pembiayaan, maka bank
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko
kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank yang disebut Capital
Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula
kemampuan bank dalam meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi, artinya
bank tersebut mampu menutupi risiko pembiayaan yang terjadi dengan besarnya
cadangan yang diperoleh dari perbandingan modal dan Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR). Permodalan bank syariah yang tercermin dalam rasio
kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi salah satu tolak
ukur bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan.
Tabel 1.2
Capital Adequacy Ratio pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
PERIODE CAR %
2010 27,46
2011 23,49
2012 26,16
2013 22,08
2014 22,75
2015 21,47
2016 20,22
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Pada bulan desember tahun 2010 nilai CAR tertinggi sebesar 27,46% dan
nilai CAR terendah pada juni 2016 sebesar 20,22%, menurunnya nilai CAR
menjadi perhatian khusus bahwa modal adalah faktor terpenting dalam bisnis
9
perbankan syariah, jika nilai CAR menurun maka semakin lemah pula
kemampuan bank dalam meminimalisir risiko pembiayaan yang terjadi, CAR
menjadi salah satu tolak ukur bank syariah dalam menyalurkan pembiyaan. Kuat
atau tidaknya permodalan bank syariah yang tercermin dalam CAR menunjukan
fungsi tersebut dalam menanggung risiko kerugian yang dapat dialami bank.
Sebaliknya, semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank tersebut
dalam menghadapi risiko baik dari pembiayaan atau aktiva produktif yang
berisiko.
Dalam menyalurkan pembiayaan bank syariah harus memperhatikan batas –
batas dalam pemberian pembiayaan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah
ketentuan Financing to Deposit Ratio (FDR) (Muhammad, 2005 : 49). Financing
to Deposit Ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara
pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank dengan dana yang dihimpun dari
masyarakat,dalam hal ini disebut dana pihak ketiga. Besarnya FDR suatu bank,
mampu menggambarkan besar peluang munculnya pembiayaan bermasalah.
Artinya semakin tinggi FDR sebuah bank, maka semakin tinggi pula peluang
risiko pembiayaan yang akan terjadi dan sebaliknya.
10
Tabel 1.3
Financing to Deposit Ratio pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
PERIODE FDR %
2010 128,47
2011 127,71
2012 120,96
2013 120,93
2014 124,24
2015 120,06
2016 129,35
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Tabel 1.3 nilai tertinggi rasio FDR pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) terjadi pada bulan juni tahun 2016 sebesar 129,35% dan nilai terendah
pada bulan desember tahun 2015 sebesar 120,06% selama kurun waktu enam
tahun terakhir. Pada bulan tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 120,93%
menjadi 124,24% pada tahun 2014. Adanya kenaikan nilai FDR menunjukan
peningkatan kinerja fungsi intermediasi yang dilakukan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Namun, peningkatan fungsi intermediasi ini diikuti oleh besarnya
kemungkinan pembiayaan bermasalah. Hal ini dapat dilihat dari nilai FDR yang
menunjukan bahwa terjadi peningkatan selama 2 tahun terakhir pada tahun 2013
dan tahun 2014 sebesar 3,31% peningkatan FDR sejalan dengan meningkatnya
nilai NPF pada tahun 2013 dan tahun 2014 sebesar 1,39% dapat disimpulkan
bahwa semakin besar pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah maka semakin besar pula tingkat pembiayaan bermasalah.
11
Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penyaluran pembiayaan bank,
yang salah satunya merupakan bagian dari kegiatan operasional, maka digunakan
rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio ini
diukur dengan membandingkan total biaya operasi dengan total pendapatan
operasi. Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan pendapatan operasional
dalam menutup biaya operasional. Rasio yang besar menggambarkan bank
tersebut tidak mampu mengkontrol penggunaan biaya operasional. Bank
Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio BOPO adalah dibawah 90 %,
karena jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank
tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya, dalam
hal ini biaya tidak terkontrol yang akan menyebabkan pendapatan menurun dan
berujung pada menurunya juga kualitas pembiayaan karena kurangnya pendapatan
untuk menutupi kegiatan operasional penyaluran pembiayaan.
12
Tabel 1.4
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah
PERIODE BOPO %
2010 78,08
2011 76,31
2012 80,02
2013 80,75
2014 87,79
2015 88,09
2016 87,94
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Pada tabel 1.4 nilai tertinggi rasio BOPO terjadi pada tahun 2015 sebesar
88,09% dan nilai terendah pada tahun 2011 sebesar 76,31% dalam kurun waktu 6
tahun. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 87,79% menjadi 88,09 pada
tahun 2015, artinya bank tersebut tidak mampu mengkontrol penggunaan biaya
operasional sehingga tidak efektivitas dalam penyaluran pembiayaan. Namun,
Kategori ini masih dalam kategori nilai baik untuk rasio BOPO yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia sebesar dibawah 90%.
Berdasarkan Uraian tersebut, maka peneliti mencoba meneliti lebih lanjut
penelitian diatas, dengan judul “Pengaruh Variabel Internal Bank terhadap
Non Performing Financing (NPF) Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Di Indonesia Periode Januari 2010 – Juni 2016”.
13
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing
to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Non Performing
Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia ?
2. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing
to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) secara simultan terhadap Non Performing
Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia ?
3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi Non
Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia ?
14
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Non
Performing Financing (NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan terhadap Non
Performing Financing (NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
di Indonesia.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi
Non Performing Financing (NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pembiayaan
bermasalah pada bank syariah beserta variabel - variabel yang
mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan bermasalah atau Non Performing
15
Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sehingga
kegiatan perbankan syariah tetap berjalan dengan baik.
2. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang
pembiayaan bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah serta
sebagai karya ilmiah untuk menerapkan berbagai teori perbankan
syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah.
3. Bagi Pembaca Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat membawa wawasan dibidang
perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal ini yang berkaitan
dengan pembiayaan bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) dan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pembiayaan bermasalah.
16
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab.
Pada tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan
skripsi ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait alasan
pemilihan judul atau latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan
landasan teori yang dilengkapi definisi bank pembiayaan
rakyat syariah, Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing
to Deposit Ratio (FDR), Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), penelitian terdahulu, keterkaitan
hubungan antar variabel, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian.
BAB II I METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan
ruang lingkup penelitian, metode penentuan sampel,
metode pengumpulan data, metode analisis data dan
operasional variabel penelitian.
17
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil
penelitian: sekilas gambaran umum objek penelitian,
analisis data dan pembahasan terdiri dari: hasil uji asumsi
klasik (uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas
dan autokorelasi), hasil uji hipotesis (uji-t, uji-f dan uji
adjusted r square), hasil analisis regresi linier berganda dan
interpretasi.
BAB V PENUTUP
Penutup yang didalamnya mencangkup kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya serta implikasi yang dapat penulis sampaikan
dalam penulisan skripsi ini.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
a. Definisi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) Tahun 2009, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Yang perlu diperhatikan dari ketentuan diatas adalah
kepanjangan BPRS yang berupa bank perkreditan rakyat syariah.
Ini berarti semua peraturan perundang – undangan yang menyebut
BPRS dengan bank perkreditan rakyat syariah harus dibaca bank
pembiayaan rakyat syariah. (Hasan, 2009:7)
Namun BPRS merupakan bagian dari bank syariah yang
melakukan kegiatan usahanya dalam ruang lingkup yang lebih
kecil. Berbeda dengan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS). BPRS memiliki peran dalam memajukan
masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah kebawah
terutama pada wilayah pedesaan atau para pelaku usaha mikro,
kecil dan menengah melalui pembiayaan yang disalurkan dengan
akad – akad yang sesuai dengan prinsip syariah.
19
b. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Berkaitan dengan BPRS, sebagaimana tercantum dalam pasal
21 UU Perbankan Syariah, kegiatan usaha yang dapat dilakukan
oleh lembaga ini adalah
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berlandaskan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan investasi berupa
deposito atau tabungan yang lainnya yang dipersamakan
dengan itu berlandaskan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2. Menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan bagi hasil
berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah, pembiayaan
berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna. Pembiayaan
berdasarkan akad qardh, pembiayaan penyewaan barang
barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah
berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bit tamlik dan pengambil alihan hutang berdasarkan
akad hiwalah.
3. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk
titipan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan
mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah.
20
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada
di BUS, Bank Umum konvensional dan UUS.
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank
Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah
berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
2. Non Performing Financing
a Definisi Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah suatu rasio yang
membandingkan tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan
yang dikualifikasikan) terhadap total pembiayaan yang diberikan
(www.bi.go.id). Sedangkan, menurut penelitian Bambang Agus
Pramuka (2010:73) Non Performing Financing (NPF) adalah
ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang
diterima dari bank syariah beserta imbalannya sesuai dengan
jangka waktu yang sudah ditentukan.
Menurut Riyadi dan Yulianto (2014:469) Non Performing
Financing (NPF) Merupakan pembiayaan macet, ini sangat
berpengaruh terhadap laba bank syariah NPF erat kaitannya dengan
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah kepada nasabahnya.
Apabila NPF menunjukan nilai yang rendah diharapkan pendapatan
akan meningkat sehingga laba yang dihasilkan juga akan
21
meningkat, namun sebaliknya apabila nilai NPF tinggi maka
pendapatan akan menurun sehingga laba yang didapat akan turun.
b Faktor – Faktor yang Mempengaruhi NPF
Dari perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah
disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai
berikut (Siamat, 2004 : 175) :
1. Faktor Internal
Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan
kebijakan dan startegi yang ditempuh pihak bank.
a Kebijakan perkreditan yang ekspansif
Bank yang memiliki kelebihan dana sering
menetapkan kebijakan perkreditan yang terlalu ekspansif
yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu
dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus
dicapai untuk kurun waktu tertentu. Keharusan
pencapaian target kredit dalam waktu tertentu cenderung
mendorong pejabat kredit menempuh langkah – langkah
yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga
mengakibatkan tidak lagi selektif dalam memilih calon
debitur dan kurang menerapkan prinsip – prinsip
perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit
sebagaimana seharusnya. Disamping itu, bank sering
saling membajak nasabah dengan memberikan
22
kemudahan yang berlebihan. Bank dalam beberapa kasus
sering mengabaikan kalau calon debiturnya masuk dalam
daftar kredit macet yang diterbitkan Bank Indonesia.
b Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang
disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai
dengan pedoman dan tata cara dalam suatu bank. Hal
yang sering terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur
membuat studi kelayakan dan menyampaikan data
keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan
prosedur perkreditan tersebut bisa disebabkan karena
jumlah dan kualitas sumber daya manusia, khususnya
yang menangani masalah perkreditan belum memadai.
Di samping itu salah satu penyebab timbulnya kredit
bermasalah tersebut dari sisi intern bank adalah adanya
pihak dalam bank yang sangat dominan dalam
pemutusan kredit.
c Lemahnya sistem adminstrasi dan pengawasan kredit
Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan
pengawasan kredit bank dapat dilihat dari dokumen
kredit yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak
dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap
dan tidak teratur,pemantauan terhadap usaha debitur
23
tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan
langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik.
Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan tersebut
menyebabkan kredit yang secara potensial akan
mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini,
sehingga bank terlambat melakukan langkah – langkah
pencegahan.
d Lemahnya Informasi Kredit
Sistem informasi yang tidak berjalan sebagaimana
seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan
bank yang pada gilirannya sulit melakukan deteksi dini.
Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya
pengambilan langkah – langkah yang diperlukan untuk
mencegah terjadinya kredit bermasalah.
e Itikad Kurang Baik dari Pihak Bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali
memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan
kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan
kehati – hatian perbankan terutama legal lending limit.
Skenario lain adalah pemilik atau pengurus bank
memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya
fiktif. Padahal kredit tersebut digunakan untuk tujuan
lain. Skenario ini terjadi karena adanya kerja sama antara
24
pemilik dan pengurus bank yang memilki itikad kurang
baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor ekternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha
debitur yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah
antara lain terdiri dari :
a Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga
kredit
Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh
adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat
kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank
Indonesia yang menyebabkan tingkat bunga naik dan
pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar
cicilan pokok dan bunga kredit.
b Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak
sehat oleh debitur
Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank
menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan
diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan
pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit.
c Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat
usaha debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal,
25
misalnya kegagalan dalam pemasaran produk karena
perubahan harga di pasar, adanya perubahan pola
konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional.
d Debitur mengalami musibah
Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya
meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran
atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi
dengan asuransi.
3. Loan Review
Loan Review dimaksudkan untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya kerugian akibat tidak dibayarnya
kembali kredit yang akhirnya harus dihapuskan dari
pembukuan bank. Tingginya persentase terjadinya kredit
bermasalah pada suatu bank sangat ditentukan oleh penilaian
kredit oleh pejabat kredit. Penilaian kredit yang baik
berdasarkan prinsip – prinsip analisis kredit yang sehat akan
dapat meminimalkan timbulnya kredit bermasalah.
c. Penilaian Kesehatan NPF
Setiap Bank Syariah harus mampu menganalisis dan
mengantispasi penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat
melakukan upaya untuk memulihkan kembali kualitas pembiayaan
tersebut. Semakin banyak jumlah pembiayaan yang disalurkan,
26
maka akan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh
pihak bank yang bersangkutan.
Bank sangat memperhatikan risiko ini, mengingat sebagian
besar bank melakukan pembiayaan sebagai bisnis utamanya. Saat
ini, sejarah menunjukan bahwa risiko pembiayaan merupakan
kontributor utama yang menyebabkan kondisi bank memburuk,
karena nilai kerugian yang ditimbulkannya sangat besar sehingga
mengurangi modal bank secara cepat. Indikator yang menunjukan
kerugian akibat risiko pembiayaan adalah tercermin dari besarnya
Non Performing Financing (NPF) (Tabrizi, 2014:24).
Adapun besaran rasio Non Performing Loan (NPL)/ Non
Performing Financing (NPF) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
berdasarkan Peraturan BI Nomor 15/2/PBI/2013 adalah maksimal
5%. Jika melebihi 5%, maka akan mempengaruhi tingkat kesehatan
bank yang bersangkutan. Berikut merupakan rumus untuk
mengukur tingkat NPF (Djamil, 2012:66):
Bila risiko pembiayaan bermasalah meningkat, margin/bunga
kredit akan meningkat pula. Sementara itu, dalam ekonomi Islam
sektor perbankan tidak mengenal istrumen bunga, sistem keuangan
Islam menerapkan sistem pembagian keuntungan dan kerugian,
NPF =Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan x 100%
27
bukan kepada tingkat bunga yang telah menetapkan tingkat
keuntungan di muka.
Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun
bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya
kolektabilitas pembiayaan. Secara umum kolektabilitas
pembiayaan dikategorikan menjadi lima macam, yaitu
(Muhammad 2005:165):
1. Lancar atau kolektabilitas 1
2. Kurang lancar atau kolektabilitas 2
3. Diragukan atau kolektabilitas 3
4. Perhatian khusus atau kolektabilitas 4
5. Macet atau kolektabilitas 5
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
a. Definisi CAR
Kegagalan pada pengelolaan risiko pembiayaan dapat
mengakibatkan peningkatan rasio pembiayaan bermasalahyang
berdampak terhadap menurunnya kepercayaan nasabah terhadap
bank. Untuk melindungi modal bank perlu dilakukan langkah
konservatif demi menjaga eksistensi perbankan dalam hal ini Bank
Indonesia menetapkan ketentuan jumlah modal minimum atau yang
lazim kita dengar sebagai CAR (Yusuf, 2016:96). Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung aktiva risiko (kredit,
28
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana – dana
dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman
(utang), dan lain – lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio
adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko (Dendawijaya, 2009:121). Semakin tinggi
CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat
digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan mengatisipasi
potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran
kredit.(Wardiantika, 2014:1552)
b. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Kekayaan suatu bank terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap yang merupakan penjamin solvabilitas bank, sedangkan dana
(modal) bank dipergunakan untuk modal kerja dan penjamin
likuiditas bank bersangkutan. Dana bank adalah sejumlah uang
yang dimiliki dan kuasai suatu bank dalam kegiatan
operasionalnya. Menurut Peraturan Bank Indonesia No
3/21/PBI/2001, Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar
8 % dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam
Capital Adequacy Ratio (CAR).
Rasio ini digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri
dibandingkan dengan dana dari luar di dalam pembiayaan kegiatan
29
usaha perbankan. Semakin besar rasio tersebut maka semakin baik
posisi modal sebuah bank. Menurut (Muhammad 2005:55) modal
disini meliputi:
1. Modal disetor maupun dana setoran modal
2. Cadangan umum
3. Cadangan lainnya
4. Sisa laba tahun lalu
5. Laba tahun berjalan
Ketentuan mengenai batas minimum CAR tersebut dari
waktu ke waktu telah diubah oleh Bank Indonesia, antara lain:
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.26/20/KEP/DIR tanggal 29 Mei 1993, Bank Indonesai
menetapkan CAR sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang
Menurut Ratio (ATMR).
- Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31/146/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 menjadi
sebesar 4% dari ATMR. Penurunan ini dikarenakan krisis
ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada saat
itu.
Secara sederhana perhitungan CAR sebagai berikut:
CAR =Jumlah Keseluruhan Modal
Jumlah Keseluruhan Aktiva x 100%
30
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan syariah yang dalam aktivitasnya menggunakan prinsip –
prinsip syariah tidak mengenal istilah kredit (loan) dalam fungsinya
sebagai penyalur dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktivitas
penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada
pembiayaan (financing).
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara besarnya
seluruh volume kredit atau pembiayaan yang disalurkan oleh bank dan
jumlah penerimaan dana dari berbagi sumber. Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, dana yang dihimpun bank dalam
penerapan rasio tersebut adalah dana masyarakat/dana pihak ketiga dan
modal inti bank (Dendawijaya, 2009:59). Sedangkan menurut penelitian
Kusuma, (2016:8) Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu rasio
likuditas yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya kepada pihak deposan. Jika Bank tidak mampu
menyalurkan pembiayaan sementara dana yang terhimpun banyak,
maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Meningkatnya Dana Pihak
Ketiga atau kelebihan likuditas dan pola pendekatan FDR membuat
Bank Syariah melakukan ekspansi pembiayaan, sehingga total
pembiyaan tercermin oleh rasio FDR akan meningkat (Daisy,
2015:515)
Tingkat FDR Bank Syariah haruslah dijaga agar tidak menjadi
terlalu rendah ataupun terlalu tunggi. Untuk itu, diperlukan suatu
31
standar mengenai tingkat FDR. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
No.15/7/PBI 2013 tanggal 01 Desember 2013, besarnya Financing to
Deposit Ratio ditetapkan oleh Bank Indonesia menetapkan batasan
FDR berada pada tingkat 78% - 100%.
Sanksi bagi Bank di Indonesia yang tingkat FDR berada di luar
kisaran 78% - 100%, maka BI akan mengenakan denda sebesar 0,1%
dari jumlah simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk setiap 1%
kekurangan FDR yang dialami bank, sedangkan bank yang memiliki
tingkat FDR di atas 100% akan diminta oleh BI untuk menambah
setoran Giro Wajib Minimum (GWM) Primer sebesar 0,2% dari jumlah
simpanan nasabah di bank bersangkutan untuk tiap 1% nilai kelebihan
FDR yang dialami bank, dimana penambahan dana GWM primer tidak
diberikan bunga, kecuali bagi bank yang memiliki CAR di atas 14%
tidak kena penalty walau FDR diatas 100%.
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Peningkatan Profitabilitas atau rentabilitas bank memberika ukuran
yang baik dalam tingkat efektivitas manajemen khususnya efektivitas
dalam pengelolaan biaya operasional (Junita, 2015:6). BOPO
merupakan rasio efisiensi biaya yang sering dipakai oleh Bank dalam
penilaian kesehatan bank. BOPO ini rasio yang digunakan dalam
FDR =Pembiayaan Yang Diberikan
Dana Pihak Ketiga x 100%
32
praktek di Bank Syariah. BOPO adalah rasio yang mengukur seberapa
besar suatu perusahaan atau bank mampu mengendalikan biaya-biaya
yang terdapat dalam bank tersebut untuk menghasilkan pendapatan
(Hartini, 2008:45). BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinspinya
adalah bertindak sebagia perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. (Dendawijaya,
2009:121).
BOPO =Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100%
Semakin rendah tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan
sumber daya yang ada di perusahaan. Jika angka rasio BOPO
menunjukan angka diatas 90 % dan mendekati 100 % ini berarti bahwa
kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat rendah.
Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75 % ini berarti kinerja
bank bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi. (Slamet
Riyadi, 2006:159)
33
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang
terait dengan judul, antara lain :
Tabel 1.2
Penelitian terdahulu
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Mutaminah
dan Siti Nur
Zaidah
Chasanah
(2012)
Analisis
Eksternal
dan Internal
dalam
menentukan
Non
Performing
Financing
Bank
Umum
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
GDP, Kurs
Nilai Tukar,
Inflasi,
profit loss
sharing, dan
return total
pembiayaan
(RR)
Hasil
penelitian ini
menunjukkan
bahwa bahwa
pertumbuhan
GDP riil dan
kurs nilai tukar
rupiah
terhadap dolar
mempunyai
pengaruh
positif
terhadap Non
Performing
Financing
tetapi tidak
signifikan;
inflasi
mempunyai
pengaruh
negatif
34
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
dan signifikan
terhadap Non
Performing
Financing.
2 Mares Suci
Ana Popita
(2013)
Analisis
Penyebab
Terjadinya
Non
Performing
Financing
Pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Analisis
Regresi
Linier
Berganda.
FDR
GDP Riil,
SWBI,
Inflasi
Return
Total
Pembiayaan
(RR) dan
Total Asset
Hasil
penelitian ini
menunjukan
bahwa
pertumbuhan
GDP riil dan
FDR
berpengaruh
tidak
signifikan
positif
terhadap NPF
dan Inflasi,
SWBI, RR
berpengaruh
tidak
signifikan
negatif
terhadap NPF
Sedangkan
Total Asset
mempunyai
35
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
pengaruh
signifikan
negatif
terhadap NPF.
3 Ach.Yasin
(2014)
Analisis
Faktor –
Faktor
Yang
Mempengar
uhi Non
Performing
Financing
(NPF) Di
Industri
Bank
Pembiayaan
Rakyat
(BPR)
Syariah Di
Indonesia
Analisis
Regresi
Linier
Berganda,
Financing
to Deposit
Ratio
(FDR),
Gross
Domestic
Product
(GDP),
Inflasi,
Margin
Murabahah
(MM) dan
Rasio
Pembiayaan
Terhadap
Total
Pembiayaan
(MMR).
Berdasarkan
hasil pengujian
dalam
penelitian ini
adalah
Pertumbuhan
Ekonomi,
Inflasi, Rasio
Pembiayaan
Terhadap Total
Pembiayaan
(MMR), dan
Margin
Murabahah
Berpengaruh
Secara Parsial
Terhadap Non
Performing
Financing
(NPF).
Sedangkan
Financing to
Deposit Ratio
36
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
(FDR), Gross
Domestic
Product (GDP)
dan Rasio
Pembiayaan
Bagi Hasil
terhadap Total
Pembiayaan
(MMR)
berpengaruh
Negatif
Terhadap Non
Performing
Financing
(NPF).
Sedangkan
Inflasi dan
Margin
Murabahah
(MM)
berpengaruh
positif
terhadap Non
Performing
Financing
(NPF)
37
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
4 Muhammad
Rahmadi
Yusuf
(2016)
Analisis
Variabel
Makro dan
Rasio
Keuangan
terhadap
Kredit
Bermasalah.
CAR, dan
Analisis
Regresi
Credit Rate,
Exchange
Rate, LDR
dan GDP
CAR, Suku
Bunga Kredit,
LDR, GDP
dan Nilai
Tukar secara
signifikan
berpengaruh
terhadap rasio
Non
Performing
Loan (NPL).
Diantara
Variabel
Independen
yang paling
dominan
dalam
mempengaruhi
Non
Performing
Loan (NPL)
adalah tingkat
suku bunga
kredit.
38
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Silvia Eka
Febrianti
(2015)
Analisis
Pengaruh
GDP,
Inflasi, BI
Rate dan
Nilai Tukar
terhadap
Kredit
Bermasalah
pada Bank
Konvension
al dan Bank
Syariah
GDP,
Inflasi, BI
Rate, Nilai
Tukar dan
Error
Correction
Model
(ECM)
Pertumbuhan
GDP, Inflasi
(IHK), BI
Rate, dan Nilai
Tukar Rupiah
terhadap dollar
Secara
bersama –
sama
berpengaruh
pada NPL
Bank
Konvensional,
sedangkan
pada NPF
Bank Syariah
menunjukan
hasil bahwa
Pertumbuhan
GDP, Inflasi
(IHK), BI Rate
dan Nilai
Tukar Rupiah
terhadap dollar
secara bersama
sama
berpengaruh
39
Lanjutan Tabel 1.2
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Penelitian
Persamaan Perbedaan
pada NPF bank
syariah.
Variabel yang
berpengaruh
signifikan
terhadap NPF
dalam jangka
panjang adalah
BI Rate dan
Nilai Tukar.
Dalam jangka
pendek,
keempat
variabel
independent
yang
digunakan
dalam
penelitian ini
tidak
signifikan
berpengaruh
pada NPF.
40
C. Keterkaitan antar Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pembiayaan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Non
Performing Financing (NPF)
Bank dapat dikatakan sehat, jika nilai CAR mencapai 8% sesuai
ketentuan BI. Semakin tinggi nilai CAR, maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko atas setiap
pembiayaan yang disalurkan dan aktiva produktif yang berisiko.
Semakin tinggi rasio kecukupan modal maka akan dapat berfungsi
untuk menampung risiko kerugian yang dihadapi oleh bank karena
peningkatan pembiayaan bermasalah. Teori ini didukung oleh
penelitian Yulianto (2013) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh positif terhadap Non
Performing Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Ha : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
Non Performing Financing (NPF).
2. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing
Financing (NPF)
Salah satu penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu
mudahnya bank memberikan pinjaman atau pembiayaan karena terlalu
dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas, sehingga penilaian
41
kredit kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya resiko usaha yang dibiayainya (Muhammad, 2004:143).
Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan
semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah
Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas
bank dalam menyalurkan pembiayaan. Teori ini didukung oleh
penelitian Sholihah (2013) Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing
Financing (NPF) pada Perbankan Syariah di Indonesia. Berdasarkan
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah
Ha : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap
Non Performing Financing (NPF).
3. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Non Performing Financing (NPF)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinspinya adalah
bertindak sebagia perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana,
maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
bunga dan hasil bunga. (Dendawijaya, 2003:121). Teori ini didukung
oleh penelitian Dandy (2015) Biaya Operasional terhadap Pendapatan
42
Operasional (BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat Non Performing Finanicng (NPF) Pada bank Umum Syariah.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
Ha : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF)
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel
independen bebas yaitu Capital Adequacy Ratio, Financing to Deposit
Ratio dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap
variabel dependen yaitu Non Performing Financing (NPF).
43
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Latar Belakang
“ Pengaruh Variabel Internal Bank terhadap Non Performing Financing (NPF)
Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode Januari
2010 – Juni 2016)”
Landasan Teori
Metode : Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji Adjusted R Square
3. Uji Regresi Linier Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi
CAR (X1) FDR(X2) BOPO (X3)
NPF (Y)
44
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis adalah
pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran
sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar
kerja serta panduan dalam verifikasi (Nazir, 1983 : 151) Adapun Hipotesis
yang diajukan peneliti ini adalah sebagai berikut :
1 Secara Individu (Parsial)
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy
Ratio (CAR) terhadap Non Performing Financing (NPF).
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Capital Adequacy Ratio
(CAR) terhadap Non Performing Financing (NPF).
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing (NPF).
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing (NPF).
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non
Performing Financing (NPF).
45
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non
Performing Financing (NPF).
2 Secara Bersama-sama (Simultan)
Ho : Tidak terdapat pengaruh secara simultan Capital Adequacy Ratio
(CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Non Performing Financing (NPF).
Ha : Terdapat pengaruh secara simultan antara Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Non Performing Financing (NPF).
46
III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena
tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara dua
variabel. Metode yang digunakan adalah metode penelitian Historis
yang bersifat Kausal-Distributif artinya penelitian yang dilakukan
untuk menganalisa suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan
arah hubungan antara variabel independen yaitu : Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan variabel
dependen yaitu Non Performing Financing (NPF) pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Data operasional yang digunakan peneliti ini menggunakan data
runtut waktu (time series). Data rasio keuangan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia secara nasional dalam bulanan
dimulai dari Januari 2010 sampai dengan Juni 2016 yang dikeluarkan
oleh Otoritas Jasa Keuangan.
B. Data Penelitian
Data pada penelitian ini berupa rasio keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia secara nasional yang
terdata di Otoritas Jasa Keuangan sampai bulan Juni tahun 2016.
47
Kriteria penulis dalam pengambilan data yaitu, Rasio Keuangan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) secara nasional yang terdata di
Otoritas Jasa Keuangan dan memiliki laporan tiap bulannya.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder, data
tersebut diperoleh langsung dari laporan situs resmi Otoritas Jasa
Keuangan, seperti Laporan Bulanan Otoritas Jasa Keuangan tentang
Statistik Perbankan Syariah. Metode yang digunakan dalam
pngumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut
waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil
dari data bulanan Statistik Perbankan Syariah dengan rentang
waktu dari bulan Januari 2010 – Juni 2016 dan data bulanan Non
Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional
Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang diperoleh dari
situs resmi Otoritas Jasa Keuangan
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari membaca literatur, buku, artikel, jurnal dan
48
sejenisnya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai
upaya memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya
waktu, Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis
melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet. Sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu
dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan
penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh : Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non
Performing Financing (NPF). Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program
computer (software) SPSS versi 24 dan Microsoft Excel 2013. Berikut
ini adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada
penelitian ini:
49
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah
terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Uji Asumsi Klasik penting dilakukan untuk menghasilkan
estimator linier tidak bisa dengan varian yang minimum (Best
Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi
tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukan pendektesian
lebih lanjut diantaranya :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah
residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai
residual berdistribusi normal merupakan suatu kurva berbentuk
lonceng (bell shaped curve) yang kedua sisinya melebar
sampai tidak terhingga. Distribusi data tidak normal karena
terdapat nilai ekstrem dalam data yang diambil.(Suliyanto,
2005:63)
Salah satu cara mudah untuk melihat normalitas
residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan
melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya
jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
50
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. Rumus Uji Normalitas :
D = max {Fn(x) − F0(x) }
Keterangan :
F0(x) =frekuensi relatif kumulatif yang dihitung
menggunakan distribusi teoritis sebagaimana
dinyatakan dalam hipotesis nol.
Fn(x) =frekuensi relatif kumulatif yang dihitung
menggunakan distribusi empiris (yang sedang diuji)
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila data tidak
normal, diantaranya adalah :
1) Jika jumkah sampel besar, kita perlu menghilangkan nilai
outliner dari data. Kita bisa membuang nilai-nilai yang
ekstrem, baik atas atau bawah. Nilai ekstrem ini disebut
outliers. Pertama kita perlu membuat grafik, dengan sumbu
x sebagai frekuensi dan y sebagai semua nilai yang ada
dalam data kita. Dari sini kita akan bisa melihat nilai mana
yang sangat jauh dari kelompoknya. Nilai inilah yang
51
kemudian perlu dibuang dari data kita, dengan asumsi nilai
ini muncul akibat situasi yang tidak biasanya.
2) Melakukan transformasi data, ada banyak cara untuk
mentransformasi data kita, misalnya dengan mencari akar
kuadrar dari data kita, dll.
3) Menggunakan alat analisis nonparametric, analisis ini
disebut juga analisis yang distribusi free. Sayangnya
analisis ini seringkali mengubah data menjadi lebih rendah
dari tingkatnya. Misal kalau sebelum data kita termasuk
data interval dengan analisis ini akan diubah menjadi data
ordinal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi
atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam
model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut
dinyatakan mengandung gejala multikolonier (Suliyanto,
2011:81).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat
dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
52
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah
yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian
sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan
diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolonieritas (Ghozali, 2016 : 103). Rumus Uji
Multikolinieritas :
VIF =1
1 − R2
Keterangan :
VIF = Variance Inflation Factor
R2 = estimasi regresi parsial variabel penjelas
Jika model mengandung multikolonieritas yang serius
yakni korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkannya:
1) Menghilangkan Variabel Independen
Salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan
adalah dengan menghilangkan salah satu variabel
53
independen yang mempunyai hubungan linier kuat. Namun
menghilangkan variabel independen di dalam suatu model
akan menimbulkan bias spesifikasi model regresi.
2) Transformasi Variabel
Transformasi variabel dapat dilakukan dengan cara
melakukan transformasi ke dalam bentuk diferensi pertama
(first difference). Bentuk difference pertama ini akan
mengurangi masalah multikolonieritas. Transformasi
variabel ini akan tetap menimbulkan maslaah berkaitan
dengan masalah variabel gangguan. Kesalahan pengganggu
Vt mungkin tidak memenuhi salah satu asumsi dari pada
model regresi linier klasik yang mengatakan bahwa
kesalahan pengganggu tidak berkorelasi antara yang satu
dengan yang lainnya, akan tetapi kemungkinan besar
berkorelasi serial (serially correlated).
3) Penambahan Data
Masalah multikolonieritas ada dasarnya merupakan
persoalan sampel. Oleh karena itu, masalah
multikolonieritas seringkali diatasi jika kita menambah
jumlah data. Ketika menambah jumlah data karena ada
masalah multikolonieritas antara X1 maka akan
menyebabkan variansi β1 akan mengalami penurunan. Jika
varian mengalami penurunan maka otomatis standar error
54
juga akan mengalami penurunan. Dengan kata lain, jika
multikolonieritas variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen melalui uji t, maka
dengan penambahan jumlah data maka sekarang variabel
independen menjadi signifikanm mempengaruhi variabel
dependen. (Agus Widarjono, 2010).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk
semua pengamatan. Gejala heterokedastisitas ditunjukan oleh
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap
nilai absolut residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari
nilai alpha (Sig. > α), maka dapat dipastikan model tidak
mengandung gejala heterokedastisitas. (Gunawan Sudarmanto,
2005)
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara lain nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Dasar analisis : (1) Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas; (2) Jika tidak
ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
55
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. (Ghozali, 2013:139). Rumus Uji
Heteroskedastisitas :
ui = α + Xi + ui
Keterangan :
ui = Nilai Residual mutlak
Xi = Variabel bebas
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji model
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-sebelumnya. Adanya
autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai
varians tidak minimum dan uji-t tidak dapat digunakan, karena
akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada beberapa cara
untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu
menggunakan metode Durbin-Watson dan metode Run Test
sebagai salah satu uji statistik non-parametik. Uji Durbin-
Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk
menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. (Gunawan Sudarmanto, 2005)
56
Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin-
Watson (DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil
keputusan adalah :
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi.
3) Bilai nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negatif
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya),
menjadi tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatas
dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan
transformasi data dan menambah data observasi. Rumus yang
digunakan untuk uji Durbin Watson adalah :
DW = (e − et−1
)2
et2
Keterangan :
DW = Nilai Durbin Watson Test
e = Nilai Residual
et-1 = Nilai Residual satu periode sebelumnya.
57
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari
variabel-variabel yang akan diteliti. Pengolahan data
menggunakan software Microsoft Excel 2013 dan SPSS 24.
Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-t dan
Uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
(Independen) secara masing-masing parsial atau individual
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
(dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan
menganggap variabel bebas bernilai konstan. Langlah-
langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan
pengujian yaitu : (Nachrowi dan Usman, 2006 : 17).
Hipotesis:
Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Ha : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% variabel bebas tidak signifikan
atau tidak mampu mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (Ho terima, Ha tolak).
58
Bila probabilitas < α 5% variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha
terima). Untuk mengetahui besarnya nilai t hitung digunakan
rumus berikut :
t = bj
Sbj
Keterangan :
t = Nilai t hitung
bj = Koefisien regresi
sbj = Kesalahan baku koefisien regresi
b. Uji Simultan (Uji –F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketetapan model
(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan,
untuk menguji apakah variabel bebas yang digunkan dalam
model mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat
atau tidak. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu
dengan menggunakan suatu variabel yang disebut dengan
tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai
signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan > 0,05
maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka
H1 diterima. Untuk mengetahui besarnya nilai F hitung
digunakan formula berikut :
59
F =R2/(k − 1)
1 − R2/(n − k)
Keterangan :
F = Nilai F hitung
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Uji koefisien determinasi R Square. Koefisien
determinasi ini menunjukan kemampuan garis regresi yang
menerangkan variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh
variabel bebas X.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 – 1. Bila nilai
koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara
bila nilai koefisien determinasi sama dengan 1 (R2 = 1),
artinya variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh
X. Rumus Uji koefisien determinasi R Square :
R2 = 1 −Σ(Y − Y)2
Σ(Y − Y)2
Keterangan :
R2 = Koefsien determinasi
(Y-Y)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y prediksi
60
(Y-Y)2 = Kuadrat selisih nilai Y riil dengan nilai Y rata-rata
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat
digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiono, 2009:231):
Tabel 3.1
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis
regresi liner berganda atau OLS. Sebelum melakukan estimasi
yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji
BLUE. Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen (X1, X2…) terhadap variabel
dependen (Y). Pengaruh regresi linier berganda dapat ditulis
sebagai berikut:
61
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……… + bnXn + e
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut
menunjukkan pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari
variabel peneliti yang diperoleh melalui pengamatan dan penelitian
terdahulu.
1. Varibel Dependen (Y)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan
yang berkaitan dengan risiko pembiayaan bermasalah. Non
Performing Financing adalah perbandingan antara total
pembiayaan yang diberikan kepada debitur dengan total
pembiayaan bermasalah. Data operasional yang digunakan dalam
62
penelitian ini diproksikan dengan Non Performing Financing
(NPF) diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan yaitu Statistika
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan dari tahun Januari
2010 sampai dengan Juni 2016 dalam persentase.
2. Variabel Independen
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independen
antara lain sebagai berikut:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung aktiva risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank disamping memperoleh dana – dana dari sumber diluar
bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain –
lain. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan yaitu Statistika
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan dari
Januari 2010 sampai dengan Juni 2016 dalam persentase.
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X2)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara
besarnya seluruh volume kredit atau pembiayaan yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari
berbagi sumber. Data operasional yang digunakan dalam
63
penelitian ini diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan yaitu
Statistika Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan
bulanan dari Januari 2010 sampai dengan Juni 2016 dalam
persentase.
c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
(X3)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional. BOPO
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Data operasional
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Otoritas
Jasa Keuangan yaitu Statistika Perbankan Syariah
berdasarkan perhitungan bulanan dari Januari 2010 sampai
dengan Juni 2016 dalam persentase.
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Pembiayaan memiliki peranan sangat tinggi pada bagian tingkat
penyaluran dana perbankan syariah. Pertumbuhan bisnis perbankan syariah
selalu menunjukkan kinerja positif setiap tahunnya, namun seiring
meningkatnya penyaluran pembiayaan pihak bank harus berhati-hati karena
diikuti risiko pembiayaan bermasalah yang semakin meningkat, dapat dilihat
dari Gambar 4.1 berikut:
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK yang telah diolah
Gambar 4.1
Perkembangan Non Performing Financing (NPF)
Dari Gambar diatas bisa dilihat bahwa NPF mengalami kenaikan yang
sangat drastistis pada bulan Desember 2013 sebesar 6,5%, kemudian pada
bulan Juni 2016 mengalami kenaikan sebesar 9,18%. Menurut Peraturan
Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tanggal 12 April 2004 tentang sistem
6.57.05
6.156.5
7.89 8.2
9.18
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
NPF
NPF
65
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Bank Syariah, semakin tinggi
nilai NPF (di atas 5 %), maka bank tersebut dinyatakan dalam kondisi tidak
sehat, kenaikan NPF tertinggi pada bulan juni tahun 2016 sudah melampaui
batas yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Dalam hal ini Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) harus mampu meminimalisir dan
mengantisipasi risiko pembiayaan bermasalah baik dari faktor internal
maupun eksternal, untuk menjaga likuiditas bank dan mampu mencapai
profitabilitas yang diharapkan.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal bank
yang diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah modal dengan aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR), CAR atau sering disebut rasio
permodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank.
Dalam penelitian Yulianto (2013) mengatakan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Non Performing Financing (NPF)
karena semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan
penyaluran pembiayaan. Dengan bertambahnya sumber daya finansial
yang digunakan untuk pembiayaan maka risiko pembiayaan bermasalah
juga semakin besar.
66
Tabel 4.1
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) di Indonesia Tahun 2010-2016
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 30.80 30.12 25.90 25.06 24.62 24.43 23.48
Februari 33.25 29.75 25.24 24.45 23.78 24.67 23.17
Maret 31.35 28.42 24.93 24.10 23.08 23.04 22.15
April 30.70 27.71 24.53 22.76 22.78 22.53 21.22
Mei 29.60 24.63 23.28 22.44 22.50 21.73 20.54
Juni 29.64 26.71 24.33 22.40 22.21 21.73 20.22
Juli 29.20 25.24 24.36 22.09 21.86 21.52
Agustus 27.17 25.24 24.48 22.10 21.78 20.85
September 29.10 24.75 25.26 21.96 21.80 20.71
Oktober 26.25 24.63 25.04 22.40 22.22 20.93
November 28.70 24.78 23.87 24.63 22.34 22.08
Desember 27.46 23.49 25.16 22.08 22.77 21.47
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Pada tabel diatas menunjukan bahwa nilai CAR tertinggi pada tahun
2010 terjadi pada bulan Februari sebesar 33,25% dan nilai terendah pada
bulan Oktober sebesar 26,25%. Pada tahun 2011 nilai CAR tertinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 30.12% dan nilai terendah terjadi pada
bulan Desember sebesar 23,49%. Pada tahun 2012 nilai CAR tertinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 25,90% dan nilai terendah terjadi pada
bulan Mei sebesar 23,28%. Pada tahun 2013 nilai CAR tertinggi terjadi
pada bulan Januari sebesar 25,06% dan nilai terendah terjadi pada bulan
September sebesar 21,96%. Pada tahun 2014 nilai CAR tertinggi terjadi
pada bulan Januari sebesar 24,62% dan nilai terendah terjadi pada bulan
Agustus sebesar 21,78%. Pada tahun 2015 nilai CAR tertinggi terjadi pada
bulan Februari sebesar 24,67% dan nilai terendah terjadi pada bulan
September sebesar 20,71%. Pada tahun 2016 nilai CAR tertinggi terjadi
67
pada bulan Januari sebesar 23,48% dan nilai terendah terjadi pada bulan
Juni sebesar 20,22%.
Sedangkan selama periode penelitian CAR tertinggi terjadi pada bulan
Januari 2010 sebesar 33,25% dan terendah pada bulan Juni 2016 sebesar
20,22%.
2. Deskripsi Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit/ pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh
bank (Dendawijaya, 2009:116).
Meningkatnya Dana Pihak Ketiga atau kelebihan likuiditas dan pola
pendekatan FDR membuat perbankan syariah melakukan ekspansi
pembiayaan. Sehingga total pembiayaan yang tercermin oleh rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) akan meningkat.
Tabel 4.2
Data Financing to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2010-2016
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 123.61 127.04 124.41 119.48 120.52 123.50 118.56
Februari 126.23 128.27 125.03 119.46 122.30 124.75 119.92
Maret 129.05 129.40 125.53 119.67 123.10 125.60 121.55
April 130.51 130.38 124.98 122.50 126.58 126.67 121.55
Mei 131.17 133.22 126.04 125.40 130.09 129.63 125.03
Juni 135.20 136.20 129.73 129.63 134.64 135.68 129.35
Juli 135.74 137.29 129.76 131.51 135.04 132.47
Agustus 139.96 139.58 127.74 126.96 129.96 130.28
September 135.82 134.75 126.71 126.52 131.70 129.01
Oktober 133.36 133.53 124.82 125.92 130.14 127.21
November 134.50 132.26 124.21 124.76 129.27 125.64
Desember 128.47 127.71 120.96 120.93 124.24 120.06
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
68
Pada Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa nilai FDR tertinggi pada
tahun 2010 terjadi pada bulan Agustus sebesar 139,96% dan nilai terendah
pada bulan Januari sebesar 123,61%. Pada tahun 2011 nilai FDR tertinggi
terjadi pada bulan Agustus sebesar 139,58% dan nilai terendah pada bulan
Januari sebesar 127,04%. Pada tahun 2012 nilai FDR tertinggi terjadi pada
bulan Juli sebesar 129,76% dan nilai terendah pada bulan Desember
sebesar 120,96%. Pada tahun 2013 nilai FDR tertinggi terjadi pada bulan
Juli 131,51% dan terendah pada bulan Februari sebesar 119,46%. Pada
tahun 2014 nilai FDR tertinggi terjadi pada bulan Juli sebesar 135,04%
dan nilai terendah pada bulan Januari sebesar 120.52%. Pada tahun 2015
nilai FDR tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 135,68% dan nilai
terendah pada bulan Desember 120,06%. Pada tahun 2016 nilai FDR
tertinggi terjadi pada bulan Juni sebesar 129,35% dan nilai terendah pada
bulan Januari 118,56%.
Sedangkan selama periode penelitian FDR tertinggi terjadi pada bulan
Juli 2010 sebesar 139,96% dan terendah pada bulan Januari 2016 sebesar
118,56%.
3. Deskripsi Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional
dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya (Veithzal, 2007 : 722).
69
Tabel 4.3
Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Tahun 2010-2016
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 76.30 76.29 78.42 79.34 89.48 88.03 91.89
Februari 76.78 76.37 78.13 79.17 86.72 87.16 90.18
Maret 76.18 77.27 77.88 79.13 87.55 88.66 89.56
April 75.35 77.65 78.73 78.69 87.93 88.68 89.56
Mei 75.34 77 79.14 78.97 87.95 88.38 89.17
Juni 75.20 77.35 79.13 78.99 87.51 88.13 87.94
Juli 75.61 76.59 80.22 79.65 89.77 89.24
Agustus 76.49 76.96 80.91 81.29 89.65 89.20
September 76.93 75.75 80.89 80.08 89.13 89.55
Oktober 77.18 78.23 79.08 79.62 88.49 89.14
November 76.24 78.79 79.10 79.96 88.50 89.38
Desember 78.08 76.31 80.02 80.75 87.79 88.09
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Pada Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa nilai BOPO tertinggi pada
tahun 2010 terjadi pada bulan Desember sebesar 78,08% dan nilai
terendah pada bulan Juni sebesar 75,20%. Pada tahun 2011 nilai BOPO
tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 78,79% dan nilai terendah
pada bulan September sebesar 75,75%. Pada tahun 2012 nilai BOPO
tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar 80,91% dan nilai terendah
pada bulan maret sebesar 77,88%. Pada tahun 2013 nilai BOPO tertinggi
terjadi pada bulan Agustus sebesar 81,29% dan nilai terendah pada bulan
April sebesar 78,69%. Pada tahun 2014 nilai BOPO tertinggi terjadi pada
bulan Juli sebesar 89,77% dan nilai terendah pada bulan Februari sebesar
86,72%. Pada tahun 2015 nilai BOPO tertinggi terjadi pada bulan
September sebesar 89,55% dan nilai terendah pada bulan Februari 87,16%.
70
Pada tahun 2016 nilai BOPO tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar
91,89% dan nilai terendah pada bulan Juni 87,94%.
Sedangkan selama periode penelitian BOPO tertinggi terjadi pada
bulan Januari 2016 sebesar 91,89% dan terendah pada bulan Juni 2010
sebesar 75,20%.
4. Deskripsi Variabel Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing adalah suatu rasio yang membandingkan
tingkat pembiayaan bermasalah (pembiayaan yang dikualifikasikan)
terhadap total pembiayaan yang diberikan.
Menurut Sholihah (2013) pembiayaan bermasalah tentu akan
memberikan dampak yang kurang baik bagi perbankan Indonesia. Bahaya
yang timbul dari pembiayaan bermasalah adalah tidak terbayarnya kembali
pembiayaan tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya. Semakin besar
pembiayaan bermasalah pada suatu bank, maka semakin menurun tingkat
kesehatan bank tersebut.
71
Tabel 4.4
Data Non Performing Financing (NPF) Tahun 2010-2016
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7.36 6.79 6.68 6.91 7.77 8.97 9.08
Februari 7.48 7.04 6.61 7.33 7.71 9.11 9.41
Maret 7.37 7.15 6.42 7.21 7.74 10.36 9.44
April 7.19 7.02 6.5 7.32 8 9.33 9.51
Mei 7.13 6.82 6.47 7.69 8.23 9.38 9.6
Juni 6.92 7.09 6.39 7.25 8.18 9.25 9.18
Juli 7.16 7 6.68 7.35 8.62 9.8
Agustus 7.18 7.05 6.91 7.89 8.83 9.74
September 7.43 7.05 6.87 7.58 8.68 9.87
Oktober 7.48 7.05 6.83 7.48 8.94 10.01
November 7.53 7.05 6.8 7.34 8.81 9.69
Desember 6.5 7.05 6.15 6.5 7.89 8.2
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK
Pada Tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa nilai NPF tertinggi pada
tahun 2010 terjadi pada bulan November sebesar 7,53% dan nilai terendah
pada bulan Desember sebesar 6,5%. Pada tahun 2011 nilai NPF tertinggi
terjadi pada bulan Maret sebesar 7,15% dan nilai terendah pada bulan
Januari sebesar 6,79%. Pada tahun 2012 nilai NPF tertinggi terjadi pada
bulan Agustus sebesar 6,91% dan nilai terendah pada bulan Desember
sebesar 6,15%. Pada tahun 2013 nilai NPF tertinggi terjadi pada bulan
Agustus 7,89% dan nilai terendah pada bulan Desember sebesar 6,5%.
Pada tahun 2014 nilai NPF tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar
8,94% dan nilai terendah pada bulan Februari sebesar 7,71%. Pada tahun
2015 nilai NPF tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 10,36% dan nilai
terendah pada bulan Desember sebesar 8,2%. Pada tahun 2016 nilai NPF
72
tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar 10,36% dan nilai terendah pada
bulan Desember sebesar 8,2%.
Sedangkan selama periode penelitian NPF tertinggi terjadi pada bulan
Maret 2016 sebesar 10,36% dan terendah pada bulan Desember 2012
sebesar 6,15%.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
73
1. Analisis Grafik Histogram
Sumber: data yang diolah
Gambar 4.2
Grafik Histogram
Berdasarkan gambar di atas, histogram Regression
Standardized Residual membentuk kurva seperti lonceng,
maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data
berdistribusi normal.
74
2. Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Sumber : data yang diolah
Gambar 4.3
Grafik P-p Plot
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa
penyebaran data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data
berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
75
3. Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.5
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 78
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .98032595
Most Extreme Differences
Absolute .114
Positive .067
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z 1.005
Asymp. Sig. (2-tailed) .265
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, terlihat bahwa Sig. (2-tailed)
sebesar 0,265 > 0,05 (Sig > α). Hal ini berarti nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance >
76
0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak
terdapat gejala multikolonieritas. Dari uji multikolonieritas yang
dilakukan penulis, tidak ditemukannya data tidak terdapat gejala
multikolonieritas terlihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Uji Multikolonieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficients
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
CAR .482 2.073
FDR .914 1.094
BOPO .463 2.161
a. Dependent Variable: NPF
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.6 di atas
terlihat bahwa dari nilai Tolerance CAR sebesar 0,482 (0,482 >
0,10), nilai Tolerance FDR sebesar 0,914 (0,914 > 0,10), dan nilai
Tolerance BOPO sebesar 0,463 (0,463 > 0,10). Berdasarkan tabel
di atas untuk nilai VIF CAR sebesar 2,073 (2,073 < 10,00), nilai
VIF sebesar FDR sebesar 1,094 (1,094 < 10,00) dan nilai
Tolerance BOPO sebesar 2,161 (2,161 < 10,00). Kesimpulan dari
hasil nilai Tolerance menunjukkan > 0,10 dan nilai VIF sebesar <
10,00 berarti menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak
terdapat Multikolonieritas.
77
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model
regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel
pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka
disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model
regresi adalah yang homokedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heterokedastisitas menggunakan Analisis Grafik dengan
Scatterplot :
Sumber : data yang diolah
Gambar 4.4
Grafik Scatterplot
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.4 di
atas terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.
Oleh karena itu maka berdasarkan uji heterokedastisitas
78
menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang
terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa
penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data
time-series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman
(inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya dan
periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat
populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari
model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji
autokorelasi :
Tabel 4.7
Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .872a .760 .751 .54464 .570
a. Predictors: (Constant), BOPO, FDR, CAR b. Dependent Variable: NPF
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar
0,570. Uji Autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Watson dengan
79
nilai diantara -2 < Nilai Durbin Watson < 2. Berdasarkan hasil
tabel di atas menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0,570. Hal
ini menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi gejala autokerelasi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masiing-masing variabel independen CAR, FDR dan BOPO secara
individual (parsial) terhadap variabel dependen NPF yang diuji
pada tingkat signifikan 0,05, maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil pengujian
hipotesis dengan uji t adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Uji t (parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.744 2.734 -5.392 .000
CAR .049 .031 .130 1.591 .116
FDR .038 .013 .178 2.993 .004
BOPO .200 .017 .996 11.909 .000
a. Dependent Variable: NPF
Sumber : data yang diolah
1) Uji t terhadap variabel CAR
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 diatas, variabel CAR
secara statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan pada
80
nilai lebih besar dari α (0,116 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung
X1 = 1,591 dan tabel t sebesar 1,666 (df (n-k-1) 78-4-1 = 73, α
= 0,05), sehingga t hitung > t tabel (1,591 < 1,666) Maka H0
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel CAR secara parsial tidak berpengaruh secara
siginifikan terhadap Non Performing Financing (NPF).
2) Uji t terhadap variabel FDR
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 diatas, variabel
Financing to Deposit Ratio (FDR) secara statistik menunjukan
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,004 <
0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 2,993 dan tabel t sebesar
1,666 (df (n-k-1) 78-4-1 = 73, α = 0,05), sehingga t hitung > t
tabel (3,749 > 1,666) Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel FDR secara parsial
berpengaruh secara siginifikan terhadap Non Performing
Financing (NPF).
3) Uji t terhadap variabel BOPO
Hasil yang di dapat pada Tabel 4.8 diatas, variabel Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara
statistik menunjukan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil
dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 11,909 dan
tabel t sebesar 1.666 (df (n-k-1) 78-4-1 = 73, α = 0,05),
sehingga t hitung > t tabel (11,909 > 1,666) Maka H0 ditolak
81
dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
BOPO secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
Non Performing Financing (NPF).
b. Uji F (Simultan)
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA (Analysis of
Variance) apakah secara simultan variabel CAR, FDR dan BOPO
memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap Non
Performing Financing (NPF) dengan membandingkan nilai F
hitung dengan F tabel dan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau
5%). Jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 ditolak. Berikut adalah
hasil uji F :
Tabel 4.9
Uji F (simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regressio
n 69.669 3 23.223 78.288 .000b
Residual 21.951 74 .297
Total 91.620 77
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), BOPO, FDR, CAR
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 diatas nilai F-hitung sebesar 78,288
dengan nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan lebih
kecil dari 0,000 < 0,05, dan nilai hitung F hitung > F tabel (78,288
82
> 2,73) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (78-
4) = 2,73. Maka H0 ditolak atau Ha diterima dan dapat disimpulkan
bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio
(FDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh secara simultan (secara bersama-sama)
terhadap Non Performing Financing (NPF).
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel
terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias
terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model
regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah
pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun
variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang
telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
83
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil uji
Adjusted R Square :
Tabel 4.10
Uji Adjusted R Square (R2 Adj)
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 .872a .760 .751 .54464 .570
a. Predictors: (Constant), BOPO, FDR, CAR b. Dependent Variable: NPF
sumber : data yang diolah
Berdasarkan hasil tabel diatas R menunjukan nilai korelasi
atau hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Nilai
R sebesar 0,872 atau 87,2% menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) secara bersama-sama terhadap variabel Non
Performing Financing (NPF).
Nilai R Square menunjukan besarnya pengaruh antara
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai R Square sebesar
0,760 atau 76%, menyatakan terdapat pengaruh sebesar 76% antara
Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR)
dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
secara bersama-sama terhadap variabel Non Performing Financing
84
(NPF), sementara sisanya 24% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
model.
Besarnya Adjusted R Square adalah 0,751 atau sebesar
75,1%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Capital Adequacy
Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Non Performing Financing (NPF) adalah 75,1%. Sedangkan
sisanya 24,9% (100% - 75,1%) dipengaruhi variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini, misalnya seperti
GDP, pembiayaan murabahah, ROA dan lain-lain.
Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai
sebesar 0,872 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikatnya adalah sangat kuat karena berada di
antara 0,80 sampai 1,000.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas,
selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 24 untuk
mengetahui besarnya pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing
(NPF). Hasil pengelolaan data dengan SPSS dapat dilihat Tabel 4.11
dibawah ini :
85
Tabel 4.11
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.744 2.734 -5.392 .000
CAR .049 .031 .130 1.591 .116
FDR .038 .013 .178 2.993 .004
BOPO .200 .017 .996 11.909 .000
a. Dependent Variable: NPF
Sumber : data yang diolah
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut :
Y = -14,744 + 0,049 X1 + 0,038 X2 + 0,200 X3
Keterangan :
Y = Logaritma Non Performing Financing (NPF)
X1 = Logaritma natural Nilai CAR
X2 = Logaritma natural Nilai FDR
X3 = Logaritma natural Nilai BOPO
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan
regresi di atas adalah sebagai berikut :
1) Apabila Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit
Ratio (FDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) bernilai 0, maka nilai Non Performing Financing (NPF)
adalah -14,744% Maksudnya adalah jika Capital Adequacy Ratio
86
(CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak melakukan kegiatan
operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode Januari 2010 sampai
Juni 2016 jumlah Non Performing Financing (NPF) sebesar -14,744%
2) Jika variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 0,049
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% CAR akan menyebabkan
meningkatnya Non Performing Financing (NPF) sebesar 4,9%, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
3) Jika variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0,038
maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% FDR menyebabkan
meningkatnya Non Performing Financing (NPF) sebesar 3,8%, dengan
catatan variabel lain dianggap konstan.
4) Jika variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sebesar 0,200 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1%
BOPO menyebabkan meningkatnya Non Performing Financing (NPF)
sebesar 20%, dengan cacatan variabel lain konstan.
87
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Non Performing
Financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) mempunyai nilai signifikan 0,116 > 0,05. Hal ini berarti
menerima H0 dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siti Raysa (2014) semakin besar jumlah modal yang dimiliki suatu
bank maka akan semakin kecil peluang terjadinya Non performing
Financing. Semakin tinggi rasio kecukupan modal makan akan dapat
berfungsi menampung riskio kerugian yang dihadapi oleh bank karena
peningkatan pembiayaan bermasalah.
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing
Financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, variabel Financing to Deposit
Ratio (FDR) mempunyai nilai signifikan 0,004 < 0,05. Hal ini berarti
menerima Ha dan menolak H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF). Hasil
88
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sholilah (2013) bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing
Financing (NPF). Hal ini di karenakan semakin tinggi rasio FDR akan
diikuti dengan besarnya risiko pembiayaan berupa Non Performing
Financing (NPF).
3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, variabel Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai nilai signifikan
0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha dan menolak H0 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Dandy (2015) Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat Non Performing Finanicng (NPF), hal ini karena semakin
tinggi rasio BOPO maka kualitas pembiayaan akan berkurang,
sehingga hal tersebut juga menyebabkan peningkatan rasio
pembiayaan bermasalah karena total pembiayaan berkurang.
89
4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF)
Berdasarkan tabel 4.9, variabel CAR, FDR dan BOPO secara
bersama-sama mempunyai nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini
berarti menerima Ha dan menolak H0 sehingga dapat disimpulkan
bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio
(FDR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) berpengaruh secara simultan (secara bersama-sama)
terhadap Non Performing Financing (NPF).
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel independen Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan tingkat signifikan sebesar 0,116 secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing
Financing, sedangkan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan
tingkat signifikan sebesar 0,004 dan Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) dengan tingkat signifikan sebesar
0,000 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Non Performing
Financing (NPF) pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa variabel independen Capital
Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dengan tingkat
signifikan sebesar 0,000 secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF)
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
3. Hasil uji regresi variabel yang paling dominan terhadap Non
Performing Financing (NPF) adalah Variabel Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
91
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis
mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat
diantaranya:
1. Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang
Perbankan Syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk
menambah wawasan. Khususnya tentang: Capital Adequacy Ratio
(CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang mempengaruhi Non
Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia.
2. Perbankan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF), oleh karena itu pihak Bank dapat menjadikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan yang akan diambil dalam
menyalurkan pembiayaan pada masyarakat sehingga dapat
mengantisipasi risiko pembiayaan bermasalah pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang
pembiayaan bermasalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah serta
92
sebagai ajang ilmiah untuk menerapkan berbagai teori perbankan
syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel, misalnya:
Pembiayaan SBIS, GDP, ROA dan Nilai Tukar perbankan di
Indonesia.
93
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ajija, Shochrul Rohamtul dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. Salemba
Empat : Jakarta. 2001.
Amin, Ma’ruf. “Prospek Cerah perbankan islam”. lembaga kajian agama &
sosial : Jakarta selatan . 2007.
Amir dan Rukmana. “Bank Syariah Teori. Kebijakan, dan Studi Empiris di
Indonesia”. Erlangga : Jakarta. 2010.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan Edisi Kedua”. Ghalia
Indonesia. Jakarta. 2009
Djamil, Faturrahman. “Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank
Syariah” Sinar Grafika : Jakarta. 2012.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Edisi 7”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. 2013.
Gujarati, Damodar. “Dasar – Dasar Ekonometrika Jilid 1. Erlangga :
Jakarta. 2007.
Gujarati, Damodar. “ Dasar – Dasar Ekonometrika. Erlangga : Jakarta. 2008.
Hasan, Zubairi. “Undang – Undang Perbankan Syariah”. PT Raja
Grafindo Persada : Jakarta. 2009.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. PT Raja Grafindo : Jakarta. 2014.
94
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT Raja Grafindo :
Jakarta. 2012.
Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. Akademik
Manajemen Perusahaan YKPN : Yogyakarta. 2005.
Nazir, Moh. “Metode Penelitian”. Ghalia Indonesia : Jakarta. 1993.
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius. “Pendekatam Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”.Ghalia Indonesia
:Jakarta. 2006.
Oramahi, HA. “Perancangan Percobaan (Aplikasi dengan SPSS dan SAS)”.
Gava Media : Yogyakarta. 2007.
Riyadi, Slamet. “Banking Asset & Liability Management”. LPUI :
Jakarta. 2006.
Rivai, Veithzal dkk. “Bank and Financial institution Management
Conventional & Syar’i System”. PT Raja Grafindo Persada:Jakarta. 2007.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. LPFEUI : Jakarta. 2004.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan : Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi
Yogyakarta. 2011.
Sudarmanto, Gunawan. “Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS”. Graha
Ilmu : Yogyakarta. 2005.
Suharyadi, & Purwanto. “Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern”. Salemba Empat : Jakarta. 2013.
95
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”.
Ekonisia:Jakarta. 2010.
Zainuddin. “Hukum Perbankan Syariah”. Sinar Grafika : Jakarta. 2008.
B. Penelitian / Karya Ilmiah
Alissanda, Dandy Gustian. Pengaruh CAR, BOPO dan FDR terhadap Non
Performing Finance (NPF) pada Bank Umum Syariah Tahun 2011–2013.
Jurnal. Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung. 2015.
Djatmiko, Budi & Dini Astrilia Rachman. Pengaruh Pembiayaan
Mudharabah dan Murabahah Terhadap Non Performing Financing (NPF)
Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. Jurnal. STIE STEM
Bandung. 2005.
Ferawati, Dwi. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Non Performing
Financing pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2012 – 2015.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Junita, Sherty. Pengarh KAP, BOPO dan FDR terhadap Net Operating Margin
(NOM) Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2014. Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta. 2015.
Kusuma, Ervina Chandra. Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Bank (CAR,
ROA, BOPO dan LDR) serta Pertumbuhan Kredit dan Kualitas Kredit
terhadap Non Performing Loan (NPL) Studi pada Bank Umum
96
Konvensional di Indonesia secara Kuartal Tahun 2013-2015.
Skripsi.Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2016.
Mutamimah, Siti Nur Zaidah Chasanah. Analisis Eksternal dan Internal
dalam Menentukan Non Performing Financing Bank Umum
Syariah Di Indonesia. Jurnal. Fakultas Ekonomi Unissula Semarang. 2012.
Ningsih, Hartini. Analisis Pengaruh Total Asset Turn Over dan BOPO
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BTN
Kantor Cabang Syariah Jakarta). Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Jakarta. 2008.
Pramuka, Bambang Agus. Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap
Tingkat Profitabilitas Bank Umum Syariah. Jurnal Akuntansi Manajemen
Bisnis dan Sektor Publik. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
2010.
Riyadi, Slamet & Agung Yulianto. Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,
Pembiayaan Jual Beli, Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non
Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah Di Indonesia. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang. 2014.
Raysa, Siti. Pengaruh CAR, FDR, ROA, BOPO, Return Pembiayaan Profit
Loss Sharing, BI Rate, SBIS dan Size Terhadap Non Performing
Financing Pada Bank Umum Syariah Periode 2010 – 2013. Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
97
Tabrizi, Ahmad. Pengaruh Variabel Makro terhadap non performing
financing (NPF) Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode
2005 – 2013. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2014.
Wardiantika, Lifstin & Rohmawati K. Pengaruh DPK, CAR, NPF dan SWBI
Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Umum Syariah (Tahun
2008– 2012). Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
2014.
Yulianto, Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Net Profit Margin (NPM),
Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing
To Deposit Ratio (FDR) terhadap Non Performing Financing (NPF)
Perbankan Syariah Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Tahun 2005–2012.
Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2013.
Yusuf, Muhammad Rahmai. Analisis Variabel Makro dan Rasio Keuangan
terhadap Kredit Bermasalah. Jurnal. Fakultas Eonomi dan Bisnis
Universitas Syiah. 2016.
98
C. Laporan
Laporan Statstika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Januari 2010
sampai Juni 2016
UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Peraturan BI Nomor 15/2/PBI/2013
Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI 2013 tanggal 01 Desember 2013
D. Website
www.ojk.go.id diakses pada tanggal 25 September 2016
www.bi.go.id diakses pada tanggal 25 September 2016
keuangansyariah.mysharing.co diakses pada tanggal 25 September 2016
www.republika.co.id diakses pada tanggal 25 September 2016
99
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1 Variabel Independen
a Capital Adequacy Ratio (CAR)
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 30.80 30.12 25.90 25.06 24.62 24.43 23.48
Februari 33.25 29.75 25.24 24.45 23.78 24.67 23.17
Maret 31.35 28.42 24.93 24.10 23.08 23.04 22.15
April 30.70 27.71 24.53 22.76 22.78 22.53 21.22
Mei 29.60 24.63 23.28 22.44 22.50 21.73 20.54
Juni 29.64 26.71 24.33 22.40 22.21 21.73 20.22
Juli 29.20 25.24 24.36 22.09 21.86 21.52
Agustus 27.17 25.24 24.48 22.10 21.78 20.85
September 29.10 24.75 25.26 21.96 21.80 20.71
Oktober 26.25 24.63 25.04 22.40 22.22 20.93
November 28.70 24.78 23.87 24.63 22.34 22.08
Desember 27.46 23.49 25.16 22.08 22.77 21.47
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam persentase)
b Financing to Deposit Ratio (FDR)
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 123.61 127.04 124.41 119.48 120.52 123.50 118.56
Februari 126.23 128.27 125.03 119.46 122.30 124.75 119.92
Maret 129.05 129.40 125.53 119.67 123.10 125.60 121.55
April 130.51 130.38 124.98 122.50 126.58 126.67 121.55
Mei 131.17 133.22 126.04 125.40 130.09 129.63 125.03
Juni 135.20 136.20 129.73 129.63 134.64 135.68 129.35
Juli 135.74 137.29 129.76 131.51 135.04 132.47
Agustus 139.96 139.58 127.74 126.96 129.96 130.28
September 135.82 134.75 126.71 126.52 131.70 129.01
Oktober 133.36 133.53 124.82 125.92 130.14 127.21
November 134.50 132.26 124.21 124.76 129.27 125.64
Desember 128.47 127.71 120.96 120.93 124.24 120.06
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam persentase)
100
c Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 76.30 76.29 78.42 79.34 89.48 88.03 91.89
Februari 76.78 76.37 78.13 79.17 86.72 87.16 90.18
Maret 76.18 77.27 77.88 79.13 87.55 88.66 89.56
April 75.35 77.65 78.73 78.69 87.93 88.68 89.56
Mei 75.34 77 79.14 78.97 87.95 88.38 89.17
Juni 75.20 77.35 79.13 78.99 87.51 88.13 87.94
Juli 75.61 76.59 80.22 79.65 89.77 89.24
Agustus 76.49 76.96 80.91 81.29 89.65 89.20
September 76.93 75.75 80.89 80.08 89.13 89.55
Oktober 77.18 78.23 79.08 79.62 88.49 89.14
November 76.24 78.79 79.10 79.96 88.50 89.38
Desember 78.08 76.31 80.02 80.75 87.79 88.09
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam persentase)
2 Variabel Dependen
a Non Performing Financing (NPF)
BULAN TAHUN
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Januari 7.36 6.79 6.68 6.91 7.77 8.97 9.08
Februari 7.48 7.04 6.61 7.33 7.71 9.11 9.41
Maret 7.37 7.15 6.42 7.21 7.74 10.36 9.44
April 7.19 7.02 6.5 7.32 8 9.33 9.51
Mei 7.13 6.82 6.47 7.69 8.23 9.38 9.6
Juni 6.92 7.09 6.39 7.25 8.18 9.25 9.18
Juli 7.16 7 6.68 7.35 8.62 9.8
Agustus 7.18 7.05 6.91 7.89 8.83 9.74
September 7.43 7.05 6.87 7.58 8.68 9.87
Oktober 7.48 7.05 6.83 7.48 8.94 10.01
November 7.53 7.05 6.8 7.34 8.81 9.69
Desember 6.5 7.05 6.15 6.5 7.89 8.2
Sumber : Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam persentase)
101
Lampiran 2: Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Sumber: data yang diolah
Sumber: data yang diolah
102
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 78
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation .98032595
Most Extreme Differences
Absolute .114
Positive .067
Negative -.114
Kolmogorov-Smirnov Z 1.005
Asymp. Sig. (2-tailed) .265
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data yang diolah
Uji Multikolonieritas
Coefficients
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
CAR .482 2.073
FDR .914 1.094
BOPO .463 2.161
a. Dependent Variable: NPF
Sumber : Data yang diolah
103
Uji Heterokedastisitas
Sumber : Data yang diolah
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .872a .760 .751 .54464 .570
a. Predictors: (Constant), BOPO, FDR, CAR
b. Dependent Variable: NPF
Sumber : Data yang diolah
104
Lampiran 3: Uji Hipotesis
Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -14.744 2.734 -5.392 .000
CAR .049 .031 .130 1.591 .116
FDR .038 .013 .178 2.993 .004
BOPO .200 .017 .996 11.909 .000
a. Dependent Variable: NPF
Sumber : data yang diolah
Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 69.669 3 23.223 78.288 .000b
Residual 21.951 74 .297
Total 91.620 77
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), BOPO, FDR, CAR
Sumber : data yang diolah
105
Lampiran 4: Tabel F
106
Lampiran 5: Tabel t
107