pengaruhmetode ok5rterhadappeningkatan...
TRANSCRIPT
PENGARUHMETODE OK5RTERHADAPPENINGKATAN
KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERPEN
PADA SISWA KELAS VII3
MTS ATTAQWA PUSAT PUTRA BEKASI
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
oleh:
Dzul Hamdi
108013000064
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Dzul Hamdi, 108013000064, 2014, “Pengaruh Metode OK5R terhadap
Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas
VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Membaca merupakan kunci sukses siswa untuk meningkatkan
kemampuannya di setiap mata pelajaran sekolah. Dengan membaca, siswa dapat
memahami materi pelajaran yang disampaikan melalui media tulis. Sayangnya,
pembelajaran membaca di sekolah masih terdapat masalah. Salah satu masalahnya
adalah minimnya penggunaan metode membaca sehingga pembelajaran tersebut
menjadi monoton. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi jenuh, sehingga proses
pembelajaran menjadi tidak efektif. Bahkan kondisi demikian mengakibatkan
siswa kurang menggemari kegiatan membaca yang pada akhirnya berdampak
pada penurunan kemampuan baca dan pemahaman siswa.
Bertalian dengan kondisi tersebut maka diperlukan serangkaian upaya untuk
meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Salah
satu upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan berbagai
metode membaca. Salah satu metode membaca yang tepat untuk meningkatkan
kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen yaitu OK5R. Metode ini
diawali dari overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect.
Berdasarkan masalah yang diungkapkan sebelumnya, maka penelitian ini
mengambil judul Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan
Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra
Bekasi Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode OK5R
terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa.
Penelitian ini dilakukan di MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran
2012/2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan desain control group pre-test-post-test. Desain ini
menggunakan dua kelompok, pertama kelompok eksperimen, yaitu kelas VII 3,
dan kedua kelompok kontrol atau pembanding, yaitu kelas VII 2. Desain ini
memberikan perlakuan yang sama pada dua kelompok tersebut ketika diadakan
pretest. Selanjutnya, diberikan perlakuan yang berbeda ketika diadakan posttest.
Metode ini didukung dengan teknik pengumpulan data meliputi observasi,
wawancara, dan pemberian tes. Setelah dilakukan pengolahan data penelitian
dapat diketahui thitung > ttabel, yaitu 2,73 > 1,99, yang berarti hipotesis nol (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, sehingga ada perbedaan yang
signifikan antara hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan
demikian terdapat pengaruh metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan
membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra
Bekasi.
Kata Kunci: Metode OK5R, Keterampilan Membaca, Membaca Pemahaman
Cerpen
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak
nikmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode OK5R dalam Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs
Attaqwa Pusat Putra Bekasi Tahun Pelajaran 2012-2013” ini disusun untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan S1 (Strata Satu) pada Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini penulis
banyak menerima dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu
memberikan kemudahan dan semangat.
3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan
semangat dan bimbingan.
4. Rosida Erowati, M.Hum., dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya di sela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan,
dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua, H. Abd. Rochman dan Hj. Chosyi’ah, yang selalu
memberikan kasih sayang kepada penulis serta tak pernah hentinya
mendoakan penulis agar menjadi orang yang benar dan sukses.
6. Seluruh kakakku yang selalu mendukung.
vi
7. Seluruh dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Teman-teman di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya
kelas B angkatan 2008.
9. Keluarga Besar MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi yang telah membantu
penulis dalam penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat
ganda, serta diberikan keberkahan dalam menjalani hidup sehari-hari.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Amin.
Ciputat, 18 Januari 2014
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ………………………….. ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………… iii
ABSTRAK ………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………. v
DAFTAR ISI ………………………………………………………. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 3
D. Rumusan Masalah .................................................................. 3
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................. 5
A. Membaca ................................................................................ 5
1. Pengertian Membaca ........................................................ 5
2. Tujuan Membaca .............................................................. 5
3. Manfaat Membaca ............................................................ 6
4. Membaca Pemahaman ...................................................... 7
B. Sastra ……………………………………………………….. 9
1. Hakikat Sastra ………………………………………….. 9
2. Ragam Sastra …………………………………………… 10
C. Cerita Pendek ........................................................................... 11
1. Hakikat Cerita Pendek ....................................................... 11
2. Ciri-ciri Cerita Pendek ....................................................... 12
3. Unsur-unsur Cerita Pendek ................................................ 12
viii
D. Metode ……............................................................................ 15
E. Metode OK5R ………………………………………………. 17
F. Kerangka Konseptual ............................................................... 19
G. Hipotesis Penelitian ………………………………………….. 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 21
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 21
B. Metode Penelitian .................................................................... 21
1. Jenis Penelitian …………………………………………… 21
2. Desain Penelitian …………………………………………. 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………… 22
D. Variabel Penelitian …………………………………………… 22
E. Prosedur Penelitian …………………………………………… 23
1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian ……………………… 24
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ……………………………… 24
3. Tahap Penyelesaian Penelitian …………………………….. 24
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 23
1. Observasi …………………………………………………. 25
2. Pemberian Tes ……………………………………………. 25
3. Wawancara ……………………………………………….. 26
G. Instrumen Penelitian …………………………………………… 26
1. Kisi-Kisi Instrumen ………………………………………… 26
2. Kriteria Penilaian …………………………………………… 28
3. Uji Coba Instrumen Penelitian ……………………………… 30
H. Teknik Analisis Data ………………………………………….. 34
1. Teknik Analisis Deskriptif …………………………………. 34
2. Pengujian Prasyarat Analisis Data …………………………. 36
3. Analisis Data Hasil Belajar …………………………………. 39
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………….. 42
A. Deskripsi Data …………………………………………………. 42
1. Profil Madrasah …………………………………………….. 42
2. Data Nilai Harian …………………………………………… 52
ix
3. Data Pretest dan Posttset ……………………………… 53
4. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas
Eksperimen …………………………………………… 56
5. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas
Kontrol ……………………………………………….. 60
6. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas
Eksperimen …………………………………………… 64
7. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas
Kontrol ……………………………………………….. 68
B. Analisis Data Hasil Belajar …………………………….. 74
1. Uji Normalitas Data …………………………………. 74
2. Uji Homogenitas Data ……………………………… 77
3. Pengujian Hipotesis …………………………………. 82
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………. 86
BAB V PENUTUP ……………………………………………… 89
A. Simpulan ……………………………………………….. 89
B. Saran …………………………………………………… 89
PUSTAKA ACUAN
UJI REFERENSI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR BAGAN, DIAGRAM, DAN TABEL
BAGAN
Bagan 3.1 Prosedur Penelitian
Bagan 4.1 Struktur Organisasi MTs Attaqwa Pusat Putra
DIAGRAM
Diagram 4.1 Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Diagram 4.2 Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman CerpenSoal
Prestest
Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman CerpenSoal
Posttest
Tabel 4.1 Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Pendidikan MTs Attaqwa
Pusat Putra
Tabel 4.2 Daftar Rekapitulasi Siswa MTs Attaqwa Pusat PutraTahun
Pelajaran 2012/2013
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana MTs Attaqwa Pusat Putra
Tabel 4.4 Data Nilai Harian Membaca PemahamanKelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Tabel 4.5 Data Pretest dan PosttestKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.6 Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen
xi
Tabel 4.8 Nilai Pretest Kelas Kontrol
Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol
Tabel 4.10 Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Tabel 4.11 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen
Tabel 4.12 Nilai Posttest Kelas Kontrol
Tabel 4.13 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol
Tabel 4.14 Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasi Pretest-
Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen
Tabel 4.16 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol
Tabel 4.17 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen
Tabel 4.18 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol
Tabel 4.19 Tabel Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Tabel 4.20 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.21 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.22 Tabel Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.23 Tabel Uji Hipotesis Data Pretest dan Data Posttest
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, setiap siswa diharuskan menguasai
empat keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut adalah keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan
membaca merupakan kemampuan berbahasa bersifat reseptif. Sedangkan
keterampilan berbicara dan menulis merupakan kemampuan berbahasa bersifat
produktif.
Salah satu keterampilan berbahasa yang semakin penting peranannya pada
abad ke-21 adalah membaca. Dengan majunya teknologi terutama di bidang
percetakan, ratusan bahkan ribuan judul buku atau artikel dari berbagai ilmu
pengetahuan terbit setiap harinya. Dengan memiliki keterampilan membaca yang
efektif dan efisien berbagai informasi yang terdapat dalam berbagai tulisan dapat
dipahami dengan mudah.
Di sekolah keterampilan membaca juga sampai saat ini masih merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini disebabkan bahwa membaca mempunyai andil yang
besar bagi siswa dalam memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan
informasi.Membaca merupakan kegiatan yang tidak pernah absen dalam
pembelajaran di kelas. Bahkan di semua mata pelajaran sekolah membaca
merupakan hal yang dibutuhkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan
guru.
Membaca merupakan kunci sukses siswa untuk meningkatkan
kemampuannya di setiap mata pelajaran sekolah. Tapi sayangnya, pembelajaran
membaca di sekolah itu sendiri masih terdapat masalah. Salah satu masalah yang
mendasar dalam pembelajaran membaca bahwa pembelajaran membaca belum
menitikberatkan pada usaha membentuk generasi muda yang cinta membaca.
Selain masalah di atas, pembelajaran membaca juga masih dianggap sebagai
pembelajaran yang monoton dan membosankan. Hal ini disebabkan oleh belum
maksimalnya guru dalam melaksanakan pembelajaran membaca di sekolah.
2
Sebagian guru masih menerapkan prosedur membaca bagi siswa ala kadarnya
saja. Guru memberikan bacaan kepada siswa. Setelah siswa membacanya guru
memberikan beberapa soal untuk dijawab oleh siswa. Hal demikian seakan-akan
membaca bagi siswa hanya dianggap kegiatan menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru, tanpa menyadari manfaat membaca yang lainnya.
Di sisi lain, penggunaan metode membaca untuk mengembangkan
kemampuan pemahanan siswa terhadap buku bacaan juga masih diabaikan.
Kondisi ini akan mempengaruhi kebiasaan atau perilaku siswa dalam membaca.
Pembiasaan membaca yang buruk dan kurangnya strategi membaca membuat
siswa hanya mampu membaca dengan satu gaya membaca untuk semua ragam
wacana. Padahal ada beberapa ragam wacana yang membutuhkan jenis membaca
tertentu, contohnya membaca sastra dengan membaca pemahaman.
Pelaksanaan membaca pemahaman terhadap karya sastra, khususnya cerpen
(cerita pendek) di sekolah juga monoton. Sering kali siswa ditugaskan untuk
membaca salah satu cerpen lalu mengerjakan soal yang telah disediakan. Hal
tersebut mengakibatkan siswa menjadi jenuh, sehingga proses pembelajaran
menjadi tidak efektif. Bahkan kondisi demikian mengakibatkan siswa kurang
menggemari kegiatan membaca yang pada akhirnya berdampak pada penurunan
kemampuan baca dan pemahaman siswa .
Bertalian dengan kondisi tersebut maka diperlukan serangkaian upaya untuk
meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Salah
satu upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan berbagai
metode membaca. OK5R merupakan metode yang dimungkinkan tepat untuk
meningkatkan kemampuan baca dan pemahaman siswa terhadap cerpen. Metode
ini mempunyai sejumlah langkah yang harus ditempuh oleh pembaca. Langkah itu
diawali dari overview, key ideas, read, record, recite, review, dan reflect.
Berdasarkan latar belakang di atas metode OK5R dikatakan metode yang
tepat untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen karena
metode tersebut salah satunya mempunyai langkah reflectatau perenungan.
Langkah ini mengajak pembaca untuk merenungkan ide-ide ceritadengan lebih
mendalam, kemudian dibandingkan satu sama lain untuk melihat persamaan dan
3
perbedaannya. Selanjutnya dihubungkan atau dibandingkan dengan pengetahuan
yang telah ia miliki dari sumber lain, kemudian mengaitkannya dengan kehidupan
pembaca ataupun kehidupan di sekitarnya. Jadi, dengan adanya langkah ini alur
cerita dan nilai-nilai yang ada di dalam sebuah cerpen akan lebih membekas di
pikiran dan hati pembaca. Dengan demikian penelitian ini akan mengambil judul
“Pengaruh Metode OK5R terhadap Peningkatan Keterampilan Membaca
Pemahaman Cerpen pada Siswa Kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi
Tahun Ajaran 2012-2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran membaca belum menitikberatkan pada usaha membentuk
generasi muda yang cinta membaca.
2. Pembelajaran membaca masih dianggap sebagai pembelajaran yang monoton
dan membosankan.
3. Penggunaan metode membaca untuk mengembangkan kemampuan pemahanan
siswa terhadap buku bacaan masih diabaikan.
4. Pelaksanaan membaca pemahaman terhadap karya sastra, khususnya cerpen
(cerita pendek) di sekolah masih monoton.
5. Siswa memerlukanmetode yang tepat untuk meningkatkan membaca
pemahamancerpen.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui bahwa penggunaan metode OK5R
dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas
VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi semester dua tahun pelajaran 2012-2013.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Adakahpengaruh
4
penggunaanmetode OK5R terhadap peningkatan keterampilanmembaca
pemahamancerpenpada siswa kelas VII 3MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun
pelajaran 2012-2013?”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaanmetode
OK5R terhadap peningkatan keterampilanmembaca pemahaman cerpen pada
siswa kelas VII 3MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran 2012-2013.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis, baik
secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai manfaat tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru dalam memilih metode membaca
cerpenyang tepat.
b. Untuk menambah khazanah konsep tentang penerapan metode OK5R.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
metodepengajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca dan pemahaman siswa terhadap cerpen.
b. Bagi siswa, hasil penelitian akan dapat meningkatkan kemampuannya
dalammembaca pemahaman cerpen dengan lebih baik.
c. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkret
untukmeningkatkan kualitas proses belajar mengajar siswa. Dengan
demikian,kualitas sekolah juga akan lebih baik.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Membaca
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis1.
Setiap keterampilan tersebut erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
lainnya, sehingga keempat aspek keterampilan berbahasa itu tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Membaca mempunyai hubungan yang erat dengan
menulis. Misalnya ketika seseorangingin membaca tentu harus ada tulisan atau
buku. Tulisan atau buku tidak lain merupakan hasil dari kegiatan menulis. Begitu
juga sebaliknya, ketika seseorang ingin menulis tentu ia harus menulis sesuatu
yang orang lain bisa membacanyaatau minimal dirinya sendiri bisa membacanya.
Berbicara mengenai pengertianmembaca, maka harus mengacu kepada
pendapat para ahli. Tarigan mengungkapkan bahwamembaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.2Rahim
berpendapat bahwa membaca adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak
hal, tidak hanyasekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,
berpikir, psikolingualistik, dan metakognitif.3
Menurut kedua pendapat ini pembaca tidak hanya menyuarakan bacaan tetapi
juga perlu berperan aktif dalam meresponssumber bacaan. Membaca merupakan
interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, namun
bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan makin baik,
jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik. Membacamerupakan
aktivitas pembelajaran yang memerlukan interaksi aktif terhadap bacaan sehingga
memperoleh makna dan pemahaman dari apa yang dibaca.
1Henry Guntur Tarigan,Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa(Bandung: Angkasa,
Edisi Revisi2010), h. 1. 2Ibid., h. 7.
3 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2.
6
2. Tujuan Membaca
Paul S. Anderson mengemukakan beberapa tujuan membaca,4 yaitu (1)
membaca untuk memperoleh fakta atau perincian-perincian,yakni membaca untuk
mengetahui penemuan-penemuan yang telahdilakukan oleh tokoh, apa yang telah
diperbuat oleh tokoh, apa yang terjadi pada tokoh; (2) membaca untuk
memperoleh ide-ide utama, yaitu membaca untukmengetahui masalah, apa yang
dialami tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan tokoh untuk mencapai
tujuannya; (3) membaca untuk mengetahui urutan atauorganisasi cerita, yaitu
membaca untuk mengetahui setiap bagian cerita; (4) membacauntuk
menyimpulkan, yaitu membaca untuk mengetahui mengapa tokoh
berbuatdemikian, apa yang dimaksud pengarang dengan cerita atau bacaan itu,
mengapa terjadi perubahan pada tokoh; (5) membaca untuk mengelompokkan,
yaitu membacauntuk menemukan dan mengetahui hal-hal yang tidak biasa, apa
yang lucu dalamcerita atau bacaan, apakah cerita itu benar atau tidak; (6)
membaca untuk menilai,yaitu membaca untuk mengetahui apakah tokoh berhasil,
apa baik kita berbuat seperti tokoh; (7) membaca untuk membandingkan atau
mempertentangkan, yaitu membacauntuk mengetahui bagaimana caranya tokoh
berubah, bagaimana hidupnya yang kitakenal, bagaimana dua buah cerita
mempunyai kesamaan, dan sebagainya.
3. Manfaat Membaca
Menurut Widyamartaya manfaat membaca di antaranya dapat membuka
cakrawala kehidupan bagi pembaca; dapat menyaksikan dunia lain, yaitu dunia
pikiran dan renungan; dan merubah pembaca menjadi memesona dan terasa
nikmat tutur katanya.5 Khusus untuk membaca sastra ada beberapa manfaat
sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahmanto di antaranya sebagai berikut.6
4A. Widyamartaya, Seni Membaca untuk Studi (Yogyakarta: Kasinius, 1992), h. 90.
5Ibid.,h. 140.
6B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1996), h. 16-25.
7
a. Membantu Keterampilan Berbahasa
Dalam proses pembelajaran di sekolah kegiatan bersastra dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa siswa. Contohnya saat siswa membaca puisi atau cerpen
dapat berperan meningkatkan keterampilan membaca siswa menjadi lebih baik.
b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Dengan adanya pengajaran sastra di sekolah dapat mengantarkan siswa
berkenalan dengan budaya yang diceritakan dalam sebuah karya sastra yang
dibacanya. Dengan demikian hal ini dapat menumbuhkan pemahaman siswa pada
setiap budaya dengan ciri khasnya masing-masing.
c. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Dengan membaca cerpen dapat mengembangkan pemikiran pembaca karena
dalam kegiatan tersebut pembaca secara tidak langsung ikut aktif dalam
menganalisis dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang diungkapkan di
dalam cerpen, meskipun pada akhirnya solusi pengaranglah yang mengatasi
permasalahan tersebut.Selain itu, pembaca karya sastra atau cerpen akan
memiliki perasaan yang lebih tanggap terhadap permasalah yang ada di
sekitarnya.
d. Menunjang Pembentukan Watak
Dengan dilakukannya kegiatan bersastra di sekolah, seperti membaca cerita
pendek siswa akan memiliki perasaan yang lebih peka. Karena di dalam karya itu
sendiri siswa dihadapkan pada rangkaian kemungkinan hidup manusia, seperti
kebahagian, kesetiaan, kesedihan, dan pengkhianatan. Selain itu, kegiatan
bersastra juga dapat membentuk watak siswa berdasarkan perbuatan tokoh yang
ada di dalam cerita atau pesan yang disampaikan pengarang, baik secara tersurat
ataupun tersirat.
4. Membaca Pemahaman
a. Pengertian Membaca Pemahaman
Tarigan mengungkapkan bahwa membaca pemahaman adalah sejenis
membaca untuk memahami standar kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan
8
pola-pola fiksi.7Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang
berupaya menafsirkan pengalaman; menghubungkan informasi yang telah
diketahui; menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan kognitif dari bahan
tertulis.8Abidin berpendapat bahwa membaca pemahaman dapat pula diartikan
sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh
informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan.9
Kegiatan membaca pemahaman minimalnya membutuhkan dua keterampilan
dasar membaca, yakni keterampilan visual dan keterampilan kognitif.
Keterampilan visual merupakan keterampilanmembaca lambang-lambang bahasa
tulis dalam teks dan keterampilan kognitif merupakan keterampilan memaknai
informasi dan pesan yang terkandung dalam teks tersebut.10
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang
ditekankan padapemahaman isi bacaan, terutama karya sastra secara mendalam.
b. Indikasi Membaca Pemahaman
Dalam membaca pemahaman terdapat beberapa indikasi pemahaman yang
perlu diperhatikan guna menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Indikasi
membaca pemahaman yang harus tercapai adalah sebagai berikut.11
1) Melakukan
Pembaca memberikan respons secara fisik terhadap perintah membaca.
2) Memilih
Pembaca memilih alternatif bukti pemahaman, baik secara lisan maupun
tulisan.
3) Mengalihkan
Pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya.
4) Menjawab
Pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan.
7Tarigan, Op.Cit. h. 1.
8Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa (Bandung: Angkasa, 2009), h. 43.
9 Yunus Abidin, Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter (Bandung: Refika
Aditama, 2012), h. 60. 10
Ibid. 11
Ibid.
9
5) Mempertimbangkan
Pembaca mampu menggarisbawahi atau mencatat pesan-pesan penting yang
terkandung dalam bacaan.
6) Memperluas
Pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu menyusun
bagian akhir cerita.
7) Menduplikasi
Pembaca mampu membuat wacana serupa dengan wacana yang dibacanya
(menulis cerita berdasarkan versi pembaca).
8) Modeling
Pembacamampu memainperankan cerita yang dibacanya.
9) Mengubah
Pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain yang
mengindikasikan adanya pemrosesan informasi.
B. Sastra
1. Hakikat Sastra
Sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu sas dan
tra. Akar kata sas- bararti „mengarahkan, menajar, memberi petunjuk atau
intruksi‟ dan akhiran –tra berarti alat atau sarana. Dengan demikian sastra dapat
berarti „alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku intruksi atau pengajaran‟.
Misalnya Nitisastra, yang berarti kitab petunjuk tentang kebijaksanaan hidup.12
Wellek dan Warren dalam bukunya, Teori Kesusastraan, mengungkapkan
bahwa sastra adalah suatu kegiatan yang bersifat kreatif.13
Selain itu, sastra juga
berarti suatu karya seni yang terbatas pada segala sesuatu yang tertulis atau
dicetak.14
Dengan demikian segala sesuatu yang tertulis entah itu ilmu kedokteran,
ilmu sosial, atau apa saja yang tertulis adalah sastra.
12
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1984),
h. 23. 13
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan (Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya, Cet. Ke-
5, 2014), h. 3. 14
Ibid., h. 10.
10
Pembatasan sastra pada sesuatu yang tertulis, menurut Teeuw sesuai dengan
pengertian sastra itu sendiri dalam bahasa Barat, literature yang berarti sesuatu
yang tertulis, pemakaian dalam bentuk tertulis.15
Sastra dikatakan sesuatu tertulis
masih bersifat umum. Oleh karena itu, Wellek dan Warrenlebih lanjut membatasi
sastra pada “mahakarya” (great book), yaitu buku-buku yang dianggap “menonjol
karena bentuk dan ekspresi sastranya”. Dalam hal ini, kriteria yang dipakai adalah
nilai estetis dikombinasikan dengan nilai ilmiah.16
Lain halnya dengan Atar Sani. Ia mengungkapkan bahwa sastra adalah suatu
bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya dengan bahasa sebagai mediumnya.17
Pendapat ini menjelaskan
bahwa sastra itu tidak harus berupa tulisan atau buku, akan tetapi semua hasil
kreativitas yang menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun lisan, dan isinya
mengungkapkan pengalaman manusia.
2. Ragam Sastra
Karya sastra berdasarkan hakikatnya terbagi menjadi tiga, yaitu prosa, puisi,
dan drama.18
Prosa atau yang disebut dengan cerita rekaan, hakikatnya adalah
sebuah cerita atau narasi. Hal ini dikarenakan hampir semua karya sastra yang
berbentuk prosa disampaikan dengan narasi, meskipun ada beberapa prosa yang
disampaikan dengan bentuk dialog, seperti cerpen “Seribu Kunang-Kunang di
Manhattan” karya Umar Kayam. Prosa berdasarkan panjang-pendeknya
dibedakan menjadi tiga jenis: pertama cerita penjang (cerpan); kedua cerita
menengah (cermen); dan ketiga cerita pendek (cerpen).19
Hakikat drama adalah dialog. Setiap peristiwa yang ada dalam drama
dibangun berdasarkan rangkaian dialog tokoh-tokohnya. Dengan dialog ini juga
15
A. Teeuw, Op.Cit. h. 22. 16
Rene Wellek dan Austin Warren, Op.Cit. h. 11. 17
M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 8. 18
Maman S. Mahayana, 9 Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik (Jakarta: Bening
Publishing, 2005), h. 134. 19
Ibid., h. 134-135.
11
dapat diketahui watak tokoh, latar tempat dan waktu, tema cerita, dan bentuk alur
cerita.20
Hakikat puisi adalah citraan. Setiap kata dalam wacana puisi mengandung
muatan makna sekaligus pula dapat menghadirkan citraan. Dengan citraan ini
membuka peluang bagi para pembaca untuk menghadirkan berbagai penafsiran
sesuai dengan wawasannya masing-masing21
.
C. Cerita Pendek
1. Hakikat Cerita Pendek
Cerita pendek atau short story merupakan salah satu jenis prosa modern
selain roman dan novel.Menurut Sumardjo cerpen secara umum adalah cerita atau
narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi di mana
saja dan kapan saja) serta relatif pendek.22
Kosasih juga berpendapat yang sama
bahwa cerpen adalah cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk
pendek.23
Pernyataan tersebut didukung oleh Stewart Beach dalam Tarigan yang
menyatakan bahwa cerpen itu merupakan bentuk yang paling pendek dari fiction
atau prosa.24
Ukuran panjang-pendeknya suatu cerita itu relatif. Namun, pada
umumnya cerpen itu cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh sampai tiga puluh
menit. Jumlah katanya sebagaimana yang diutarakan oleh Notosusanto sekitar
5.000 kata atau kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap
pada dirinya sendiri.25
Dari segi isinya, menurut Mathewsdalam Tarigan cerpen setidaknya harus
ada sesuatu yang diceritakan.26
Sedangkan Sedgwick dan Camby dalam buku yang
samaberpendapat bahwa cerpen adalah cerita yang memberikan kesan tunggal
pada jiwa pembaca.27
Dengan demikian, cerita pendek pada umumnyabertema
20
Ibid., h. 136. 21
Ibid., h. 136-137. 22
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan (Jakarta: Gramedia, 1986), h. 37. 23
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra (Bandung: Yrama Widya), h. 34. 24
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa), h. 179. 25
Ibid., h. 180. 26
Ibid., h. 179. 27
Ibid., h. 179.
12
sederhana, jumlah tokohnya terbatas, jalan ceritanya sederhana, dan latarnya
meliputi ruang lingkup yang terbatas juga.
2. Ciri-ciri Cerita Pendek
Berdasarkan dari beberapa definisi cerpen di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Cerpen memiliki bentuk yang pendek.
b. Cerpen merupakan jenis prosa yang paling pendek.
c. Jumlah katanya sekitar 5.000 kata.
d. Cerpen harus menimbulkan kesan tunggal pada jiwa pembaca.
e. Cerpen memiliki tema dan alur yang sederhana, serta jumlah tokoh dan
latar yang terbatas.
3. Unsur-unsur Cerita Pendek
Seperti rumah yang dibangun dari beberapa unsur, seperti pondasi, tiang,
atap, dan sebagainya,cerpen juga dibangun dari beberapa unsur. Unsur yang
membangun sebuah cerpen ada dua macam, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik.
a. Unsur-unsur Intrinsik
Unsur intrinsik menurut Nurgiantoro adalah unsur-unsur yang membangun
karya itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang membuat karya sastra hadir sebagai
karya sastra. Unsur-unsur ini juga secara faktual akan dijumpai pembaca karya
sastra.28
Adapun unsur-unsur intrinsik cerpen sebagai berikut.
1) Tema
Tema menurut Kosasih adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.
Tema suatu cerita menyangkut segala persoalan, seperti masalah
kemanusiaan dan masalah percintaan.29
Zaidan dkk. berpendapat bahwa
tema adalah gagasan, ide, pikiran utama, atau pokok pembicaraan di dalam
28
Burhan Nugiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 2001),
h. 23. 29
E. Kosasih, Op.Cit. h. 40.
13
karya sastra yang dapat dirumuskan dalam kalimat pernyataan.30
SelanjutnyaStanton dan Kenny mendefinisikan tema adalah makna yang
dikandung oleh sebuah cerita.31
Sebagai kesimpulan bahwa tema adalah
gagasan atau pokok pembicaraan yang menjadi dasar sebuah cerita.
2) Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra.32
Sedangkan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.33
Ada beberapa teknik
yang digunakan pengarang untuk menggambarkan karakteristik tokoh,
yaitu:
2.1) teknik analitik atau penggambaran langsung;
2.2) penggambaran fisik dan perilaku tokoh;
2.3) penggambaran lingkungan kehidupan tokoh;
2.4) penggambaran tata kebahasaan tokoh; dan
2.5) pengungkapan jalan pikiran tokoh.
3) Alur
Alur adalah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab
akibat. Maksudnya urutan peristiwa yang ada dalam cerita disusun
berdasarkan hubungan sebab akibat. Peristiswa 1 merupakan sebab dari
peristiwa 2 dan peristiwa 2 merupakan akibat yang ditimbulkan dari
peristiwa 1 dan seterusnya.
Sedangkan menurut Tarigan alur adalah struktur yang menjadi penggerak
dalam fiksi atau drama.34
Pada dasarnya suatu fiksi haruslah bergerak dari
permulaan (begining), pertengahan (middle), sampai menuju akhir
(ending).35
3.1) Beginning
30
Abdul Rozak Zaidan dkk., Kamus Istilah Sastra (Jakarta: Balai Pustaka), h. 204. 31
Burhan Nugiantoro, Op.Cit. h. 67. 32
Abdul Rozak Zaidan dkk.Op.Cit. h. 206. 33
E. Kosasih, Op.Cit. h. 36. 34
Henry Guntur Tarigan,Op.Cit. h. 126. 35
Burhan Nugiantoro, Op.Cit. h. 142-145.
14
Tahap awal sebuah cerita biasanya sebagai tahap perkenalan. Tahap
perkenalan berisi tentang informasi penting yang berkaitan dengan
berbagai hal, seperti tokoh cerita, latar cerita, dan pemunculan konflik
cerita.
3.2) Middle
Pada tahap ini konflik yang diceritakan pada tahap awal mulai
berkembang, meningkat, meruncing, dan mencapai klimaks. Oleh
karena itu tahap ini disebut sebagai tahap pertikaian karena konfliknya
menjadi menegangkan.
3.3) Ending
Tahap ini berisi bagaimana kesudahan cerita setelah konfliknya
mencapai klimaks.
4) Latar
Kosasih mengungkapkan bahwa latar atau setting merupakan tempat dan
waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita. Latar berfungsi untuk
memperkuat dan mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita
ataupun terhadap karakter tokoh.36
Dengan demikian jika pembaca sudah
menerima latar sebagai sesuatu yang benar adanya, maka ia cenderung lebih
siap untuk menerima karakter tokoh dan peristiwa-peristiwa yang ada dalam
cerita.
Nurgiantoro mengungkapkan bahwa latar itu tidak hanya mencakup tempat
dan waktu, tetapi juga keadaan sosial masyarakat yang diceritakan dalam
cerita. Latar sosial juga berhubungan status sosial tokoh yang
bersangkutan.37
5) Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view adalah posisi pengarang dalam
membawakan cerita.38
Ada dua macam sudut pandang, yaitu:
5.1) Sudut pandang orang pertama
36
E. Kosasih, Op.Cit. h. 38. 37
Burhan Nugiantoro,Op.Cit. h. 227-234. 38
E. Kosasih, Op.Cit. h. 69.
15
Pengarang mengambil posisi sebagai tokoh utama cerita. Biasanya
ditandai dengan kata ganti orang pertama: aku atau saya.
5.2) Sudut pandang orang ketiga
Pengarang menjadi pengamat yang menceritakan apa yang terjadi di
antara tokoh-tokoh cerita yang dikarangnya. Biasanya ditandai dengan
kata ganti orang ketiga: dia atau ia.
6) Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui karyanya.39
b. Unsur-unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik menurut Kosasih adalah unsur dari luar yang turut
mempengaruhi isi karya sastra.Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang
dan keadaan sosial budaya saat karya tersebut dibuat.40
1) Latar belakang pengarang menyangkut di dalamnya asal daerah atau suku
bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideologi.
2) Keadaan sosial budaya dimaksudkan bahwa cerpen yang dibuat oleh
seseorang yang hidup di tengah-tengah kehidupan perkotaan akan berbeda
dengan cerpen yang dibuat di tengah-tengah kehidupan pedesaan.
C. Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos yang berarti jalan atau
cara. Subana dan Sunarti berpendapat bahwa metode dalam dunia pengajaran
adalah penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis
berdasarkan pendekatan tertentu.41
Pendapat ini sesuaidengan yang diungkapkan
Pringgawidagda dalam Abidin bahwa metode adalah tingkat yang menerapkan
teori-teori pada tingkat pendekatan.Berdasarkan tingkatannya, metode merupakan
penjabaran dari pendekatan. Maksudnya metode merupakan rencana keseluruhan
39
Ibid., h. 71. 40
.Ibid., h. 72. 41
Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan,
Metode, Teknik, dan Media Pembelajaran (Bandung: Pustaka Setia), h. 20.
16
bagi penyajian bahan bahasa secara rapi dan tertib, tidak ada bagian-bagian yang
berkontradiksi dan semuanya itu didasarkan pendekatan yang digunakan. Metode
mengacu pada pengertian langkah-langkah secara prosedural dalam mengolah
kegiatan mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan,
sampai dengan mengevaluasi pembelajaran.42
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri utama dari
metode adalah adanya prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh ketika
pelaksanaan pembelajaran.
D. Metode OK5R
Metode OK5R dikembangkan oleh Walter Pauk, direktur Reading-Study
Center dan Cornell University. Metode OK5R terdiri dari tujuh langkah, yaitu 1)
overview (menyelidiki); 2) key ideas (ide-ide kunci); 3) read (membaca); 4)
record (mencatat); 5) recite (mendaras); 6) review(mengulangi);dan 7)
reflect(merenungkan).43
OK5R stands for Overview, Key ideas, Read, Record, Recite, Review, Reflect.
Overview refers to skimming to get the general impression of the text yaou are
going to study. Key ideas refers to scanning the material for the key ideas. Read
through. Then write down. After writing down try to talk about the material from
your head. After that check through what you have written. Finally think about the
notes you have made in this session including asking yourself if there is any need
for more research on the same topic.44
Metode ini diawali siswa membaca skimming untuk mendapatkan kesan
umum dari teks bacaan yang akan dipelajari. Kedua,siswa mencari ide kunci teks
bacaannya. Ketiga, siswa mulai membacanya dari awal sampai akhir. Keempat,
siswa membuat catatan dari teks bacaan tersebut. Kelima, siswa menceritakan
kembali apa yang diperoleh dari teks bacaan. Keenam, siswa melihat kembali
catatan yang telah dibuatnya.Langkah terakhir atau ketujuh,siswa bertanya pada
diri sendiri tentang topik yang ada di teks bacaan.
42
Yunus Abidin, Op.Cit. h. 71-72. 43
A. Widyamartaya, Op.Cit. h. 62. 44
Sumbye Kapena, How to Succeed in Your Studies and Work (Limuru: Paulines, 2006), h. 28.
17
Adapun langkah metode OK5R dalam membaca cerita pendek akan
dijelaskan sebagai berikut.
Langkah overview sama dengan survey. Dalam langkah ini, Pembaca
membaca secara cepatuntuk memperoleh gambaran besar mengenai ide-ide
yang dibahas dan problem-problem yang diungkap di dalam cerpen.
Langkah key ideas mengarahkan pembacamerumuskan ide-ide cerita setelah
melakukan overview.
Langkah read, pembaca mulai membaca cerpen secara teliti.
Langkah record meminta pembaca untuk membuat catatan-catatan, misalnya
menandai bacaan dan membuat ringkasan ide-ide pokok. Ringkasan ini dapat
berupa tulisan ringkas atau garis besar (outline).Pembaca juga mencatat hal-
hal yang penting dari cerpen, seperti tema, tokoh dan perwatakannya, alur,
latar, dan amanatnya.
Langkah recite, pembaca berusaha untuk mempertahankan kontruksi
pemahaman yang diperoleh dari hasil membaca dengan cara menceritakan
kembali isi cerpen dengan kata-kata sendiri.
Langkah review, pembaca mengulangi kembali apa yang telah dibaca.
Sehingga penguasaan bacaan menjadi bulat dan menyeluruh.
Langkahreflect mengajak pembaca untuk mengadakan perenungan. Ide-ide
cerita dipikirkan lebih mendalam, kemudian dibandingkan satu sama
lainuntuk melihat persamaan dan perbedaannya. Selanjutnya dihubungkan
ataudibandingkan dengan pengetahuan yang telah ia miliki dari sumber lain,
kemudian mengaitkannya dengan kehidupan pembaca ataupun kehidupan di
sekitarnya.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penerapan metode OK5R dan metode membaca yang lain
dalam kegiatan membaca siswa telah banyak dilakukan. Oleh karena itu penulis
mengutip beberapa penelitian yang relevan sebagai bahan penguat penelitian yang
penulis garap.
18
1. Penelitian yang dilakukan Saryi (UNPAK), “Penggunaan MetodeOK5R dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Peneliti
mengkaji mengenai penggunaan metode OK5R dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa. Hasil yang diperoleh pada siklus satu rata-rata
nilai siswa 66,77% sedangkan pada siklus dua nilai siswa meningkat mencapai
77,34%. Dengan demikian metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa.
Persamaan penelitian Saryi dengan skripsi initerletak pada variabel x atau
variabel bebas, yaitu penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya
dengan skripsi ini terletak pada variabel y atau variabel terikatnya. Variabel
terikat pada penelitian Saryi adalah hasil belajar membaca bacaan nonsastra,
sedangkan penulis adalah hasil belajar membaca pemahaman bacaan sastra,
yaitu cerpen.
2. Penelitian oleh Lidwina Oktarina Damanik dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Teknik Membaca OK5R terhadap Kemampuan Menceritakan
Kembali Cerita Anak yang Dibaca Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Medan
Tahun Pembelajaran 2012/2013.”Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dengan desain penelitian post-test only design
group. Instrumen yang digunakan adalah tes menceritakan kembali cerita anak
dalam bentuk tes lisan. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 72,8, sedangkan
untuk kelas kontrol adalah 57,6. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai
rata-rata kemampuan menceritakan kembali cerita anak yang dibaca di kelas
eksperimen lebih tinggi daripada di kelas kontrol.
Persamaan penelitian Lidwina dengan skripsi ini adalah membahas pengaruh
penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi ini
adalahpenelitian yang dilakukan Lidwina untuk mengetahui pengaruh
penggunaan metode OK5R terhadap keterampilan menceritakan atau berbicara
siswa, sedangkan skripsi ini untuk mengetahui pengaruh OK5R terhadap
keterampilan membaca siswa.
3. Penelitian Nuryati Muhayat yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode OK5R Siswa Kelas VIII
19
MTs Negeri Pakem.” Penelitian ini berjenis eksperimen dengan hasil penelitian
bahwa penggunaan metode OK5R dapat meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman siswa kelas VIIIC MTs Negeri Pakem. Penggunaan OK5R juga
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam membaca pemahaman, wawasan
siswa terhadap suatu topik wacana menjadi lebih luas dan kegiatan membaca
pada mulanya siswa anggap sebagai kegiatan membosankan berubah menjadi
kegiatan yang menarik.
Persamaan penelitian Nuryati dengan skripsi iniadalah membahas pengaruh
penggunaan metode OK5R. Sedangkan perbedaannya dengan skripsi ini
terletak pada bahan bacaannya. Bahan bacaan yang digunakan Nuryati adalah
bacaan nonsastra, sedangkan penulis menggunakan bahan bacaan sastra, yaitu
cerpen.
4. Penelitian yang dilakukan Ahmad Syaeful Rahman dengan judul “Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen dengan Metode SQ3R pada Siswa
Kelas IX A Madrasah Tsanawiyah Mathla‟ul Anwar 2 kota Bogor”. Nilai rata-
rata kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum pretest yaitu 52,88 atau
berada pada tingkat penguasaan 52,88%. Setelah digunakan metode SQ3R
tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa mengalami kenaikan secara
signifikan, hasil posttest berubah menjadi 86,35 atau berada pada tingkat
penguasaan 86,35%. Dengan demikian penggunaan metode SQ3R telah
berhasil meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.
Persamaan penelitian Ahmad Syaeful dengan skripsi ini terletak pada
pembahasan pengaruh beberapa metode membaca terhadap peningkatan
keterampilan membaca pemahaman cerpen. Sedangkan perbedaan keduanya
terletak pada metode membaca yang digunakan. Metode yang digunakan
Ahamad Syaeful adalah SQ3R, sedangkan penulis menggunakan metode
OK5R.
F. Kerangka Konseptual
Membaca merupakan proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh
pesan atau informasi yang terkandung di dalam teks, baik yang tersirat maupun
20
yang tersurat. Untuk memperoleh pemahaman terhadap pesan atau informasi yang
terkandung di dalam teks, pembaca perlu menginterpretasi tanda-tanda, huruf-
huruf, dan simbol-simbol kemudian menghubungkan tanda-tanda itu dengan
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki pembaca sehingga terjadi
komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui tanda-tanda dan simbol-
simbol bahasa. Kegiatan tersebut diperlukan dalam kegiatan membaca
pemahaman. Membaca pemahaman merupakan kunci keberhasilan siswa dalam
meraih kemajuan.
Mengingat peranan membaca pemahaman yang sangat besar maka
diperlukan metode membaca yang efektif, yaitu metode OK5R. Dengan
menerapkan metode tersebut diasumsikan dapat meningkatkan membaca
pemahaman siswa.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang
signifikan penggunaan metode OK5R terhadap peningkatan keterampilan
membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa Pusat Putra
Bekasi Tahun Pelajaran 2012-2013.
Adapun kriteria hipotesis penelitian ini adalah:
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R
terhadap peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap
peningkatan keterampilanmembaca pemahaman cerpen siswa.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan di MTs Attaqwa Pusat Putra Jl. KH. Noer Alie, Kp.
Ujungharapan, Ds. Bahagia, Kec. Babelan, Kab. Bekasi pada siswa kelas VII
semester dua tahun pelajaran 2012/2013. Adapun waktu penelitian ini
dilaksanakan di semester dua dari bulan April sampai Juli 2013.
B. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif
dengan jenis penelitian eksperimen lapangan. Sukardi mengungkapkan bahwa
penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling produktif, karena jika
penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang
utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat.45
Penelitian ini melibatkan
kegiatan percobaan untuk melihat hasil yang diketahui dari variabel-variabel yang
diteliti.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah control group pre-test-post-test.Desain ini
memberikan perlakuan yang sama pada dua kelompok belajar ketika diadakan
pretest. Selanjutnya, diberikan perlakuan yang berbeda ketika diadakan posttest.
Tabel 3.1
Desain Penelitian
E 01 X 02
K 03 - 04
E = Kelompok eksperimen
K = Kelompok kontrol
45
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. VIII, 2010), h. 179.
22
01 = Hasil pretest kelas eksperimen
02 = Hasil posttest kelas eksperimen
X = Perlakuan (Membaca cerpen menggunakan metode OK5R)
03 = Hasil pretest kelas kontrol
04 = Hasil posttest kelas kontrol46
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau
sesuatu yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara berencana menjadi
target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.47
Populasi dapat berupa guru,
siswa, kurikulum, fasilitas, dan sebagainya. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII MTs Attaqwa Pusat Putra yang terdiri dari sembilan
rombel (rombongan belajar).
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Dalam penelitian
eksperimen peneliti harus membagi objek yang diteliti menjadi dua grup. Pertama
grup treatment atau grup eksperimen, yaitu grup yang memperoleh perlakuan.
Kedua grup kontrol, yaitu grup yang tidak memperoleh perlakuan. Oleh karena
itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil dua sampel kelas untuk dijadikan
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Untuk penentuan kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan kelas
kontrol digunakan teknik random sampling (sampling acak) dengan cara manual.
Melalui sistem tersebut diperoleh kelas eksperimen yaitu kelas VII 3 berjumlah 25
siswa, sedangkan kelas kontrol yaitu kelas VII 2 berjumlah 25 siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sifat yang akan dipelajari dalam penelitian
kemudian ditarik kesimpulannya.48
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, Cet
XIV, 2010), h.125-126. 47
Sukardi,Op.Cit. h. 53. 48
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D(Bandung:
CV Alfabeta, 2009), h. 61.
23
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini metode OK5R sebagai
variabel bebas (x) dan hasil belajar membaca cerpen siswa sebagai variabel terikat
(y).
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini terdiri dari tiga
tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan sebelum penelitian
Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah pengurusan
surat izin penelitian dari UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan langkah selanjutnya
meliputi:
a. menetapkan materi dan alokasi waktu;
b. menyususn RPP sesuai dengan pokok materi yang telah ditentukan;
c. menyusun instrumen penelitian;
d. melakukan koordinasi dengan pihak sekolah yang akan diteliti; dan
e. menentukan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap yang kedua setelah tahap
persiapan.Tahap pelaksanaan meliputi:
a. membuat instrumen pembelajaran;
b. memberi pretest pada kelas yang telah ditentukan sampelnya, yaitu sampel
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol;
c. menerapkanpembelajaran dengan metodeOK5R pada kelas eksperimen; dan
d. memberikan posttest untuk kedua kelompok.
3. Tahap penyelesaian penelitian
Tahap ini merupakan tahap terakhir, meliputi:
a. mengolah dan menganalisis data hasil penelitian dan
b. menguji hipotesis penelitian.
24
Untuk lebih jelas langkah prosedur penelitian dapat dilihat pada bagan di
bawah ini.
Bagan 3.1
Prosedur Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan
ketika memperoleh data-data empiris untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi madrasah, pemberian tes,
dan wawancara.
TAHAP PERSIAPAN
1. Survei tempat
2. Penyusunan instrumen
TAHAP PELAKSANAAN
PRETEST
PENERAPAN METODE
OK5R PADA KELAS
EKSPERIMEN
PENERAPAN METODE
KONVENSIAL PADA KELAS
KONTROL
TAHAP AKHIR
1. Analisis data
2. Pembahasan hasil penelitian
3. Penarikan kesimpulan
POSTTEST
25
1. Observasi
Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra.49
Dalam penelitian ini peneliti
melakukan observasi secara langsung atau pengamatan langsung yang dilakukan
untuk mendapatkan gambaran tentang sekolah yang akan dijadikan tempat
penelitian, yaitu dengan mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang
diteliti di Madrasah MTs Attaqwa Pusat Putra. Adapun objek observasi di
antaranya:
a. Keadaan madrasah
b. Keadaan siswa
c. Keadaan guru
d. Keadaan sarana dan prasarana
e. Nilai Harian
2. Pemberian Tes
Tes menurut Arikunto adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi
kemampuan atau bakat yang dimiliki setiap individual maupun
kelompok.”50
Sedangkan Iskandarwassid menyatakan bahwa tes dalam proses
pembelajaran di kelas dapat diartikan “sebagai suatu alat yang digunakan oleh
pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam
memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar.51
Teknik tes yang
digunakan yaitu pretest yang diberikan pada pertemuan pertama dan posttest yang
diberikan pada pertemuan kedua. Teknik ini dilakukan untuk mengukur
keberhasilan pengajaran keterampilan membaca pemahaman cerpen dengan
menggunakan metode OK5R.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa tes tertulis
dalam bentuk uraian, untuk memperoleh data dan informasi mengenai
49
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 199. 50
Suharsimi Arikunto, Op.Cit.,h. 193. 51
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. I,
2008), h. 180
26
pemahaman bacaan yang telah dilakukan siswa. Adapun jumlah soal yang
ditentukan sebanyak 10 butir soal. Adapun mengenai instrumen penelitian akan
dibahas secara terperinci pada pembahasan yang terpisah.
3. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara.52
Wawancara ini digunakan sebagai
data pendukung untuk melengkapi data yang telah terkumpul. Wawancara
dilakukan dengan pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu salah satu guru
Bahasa Indonesia di MTs Attaqwa Pusat Putra.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Instrumen utama yang digunakan adalah tes berbentuk soal uraian dengan 15
pertanyaan.
1. Kisi-Kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi soal pretest dan postest sebagai berikut.
Tabel 3.2
Kisi-kisi Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
No. Bentuk
Soal
Jenis Soal Pertanyaan
1.
Uraian
Analisis Tema Cerpen tersebut mempunyai tema tentang ....
2. Analisis Sudut
Pandang
Cerita tersebut menggunakan sudut pandang
orang ….
3. Analisis Tokoh
dan Penokohan
Tiga tokoh dalam cerpen tersebut adalah ....
4.
Pemahaman Isi
Cerpen
Sepulang sekolah Sisi duduk sebentar di teras
rumahnya, dia mendengar suara ramai di dapur,
dia hafal kalau itu suara ibunya dan kakaknya
yang sedang …….
5. Analisis Amanat Amanat atau pesan yang ingin disampaikan
pengarang dalam cerpen tersebut adalah ....
6. Analisis Alur Konflik cerita tersebut adalah ….
7. Analisis Latar Latar tempat dan waktu ketika ibu menyuruh Sisi
mengantarkan kue adalah ....
8. Pemahaman Isi
cerpen
Ketika Sisi mau pulang, Nenek khasanah
memberikannya …………… sebagai tanda
52
Suharsimi Arikunto,Op.Cit., h. 198.
27
terima kasih.
9.
Analisis
Relevansi Isi
Cerpen dengan
Realita Sosial
Perbuatan atau kelakuan tokoh dalam cerpen
tersebut yang sesuai dengan kehidupan sehari-
hari di sekitar kita adalah ....
10. Pemahaman Isi
cerpen
Sesampainya di rumah nenek Khasanah, Sisi
mendengar ….
11.
Pemahaman Isi
Cerpen
Alasan Sisi sempat menolak perintah ibunya
untuk mengantarkan kue ke rumah Nenek
Khasanah adalah ...
12. Pemahaman Isi
Cerpen
Nama ibu Sisi adalah ....
13.
Pemahaman Isi
Cerpen
Setelah menemui dan berbicara dengan Nenek
Khasanah, akhirnya Sisi mengetahui bahwa
Nenek Khasanah mempunyai sifat ....
14. Pemahaman Isi
Cerpen
Perasaan Sisi setelah mengetahui sifat sebenarnya
Nenek Khasanah adalah ....
15. Pemahaman Isi
Cerpen
Nenek Khasanah sempat memarahi Sisi karena ....
Tabel 3.3
Kisi-kisi Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
No. Bentuk
Soal
Jenis Soal Pertanyaan
1.
Uraian
Analisis
Relevansi Isi
Cerpen dengan
Realita Sosial
Hal-hal apa saja dari cerpen tersebut yang sesuai
dengan kehidupan sehari-hari?
2. Pemahaman Isi
Cerpen
Apa makanan favorit John?
3.
Pemahaman Isi
Cerpen
Apa yang dibagikan ibu kepada anak-anaknya,
kemudian masing-masing anak mendapatkan
berapa?
4. Pemahaman Isi
Cerpen
Apa panggilan John ketika dipanggil saudara-
saudaranya?
5. Analisis Alur Peristiwa atau bagian apa dalam cerpen tersebut
yang menjadi konflik cerita?
6. Analisis Sudut
Pandang
Cerita tersebut menggunakan sudut pandang
orang ke berapa?
7.
Analisis Latar Sebutkan latar tempat yang ada dalam cerpen
tersebut, kemudian jelaskan peristiwa apa saja
yang ada dalam latar tersebut!
8. Analisis Tokoh
dan Penokohan
Bagaimana perwatakan John?
9. Analisis Tema Apa tema cerpen tersebut?
10.
Pemahaman Isi
Cerpen
Di desa John dan keluarganya tinggal di sebuah
rumah besar yang sudah lama tidak dihuni, rumah
itu adalah rumah warisan dari siapa?
28
11. Pemahaman Isi
Cerpen
Mengapa John dan keluarganya pindah ke desa?
12. Analisis Tokoh
dan Penokohan
Bagaimana perwatakan ibu ketika menyikapi
pertengkaran antara John dan kakak-kakaknya?
13. Pemahaman Isi
Cerpen
Bagaimana sikap Paul dan Sarrah setelah
mengetahui pencuri yang sebenarnya?
14. Pemahaman Isi
Cerpen
Hukuman apa yang Ibu berikan kepada John?
15. Analisis Tema Apa amanat yang terdapat dalam cerpen tersebut?
2. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian instrumen di atas meliputi aspek-aspek yang akan dinilai
seperti berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen
Soal Prestest No. Jenis Soal Skor Total Skor
1.
Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
2.
Analisis Sudut Pandang Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
3.
Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
4.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
5.
Analisis Amanat Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
6.
Analisis Alur Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
7.
Analisis Latar Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
8.
Pemahaman Isi cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
9.
Analisis Relevansi Isi Cerpen
dengan Realita Sosial
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
10.
Pemahaman Isi cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
11.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
29
12.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
13.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
14.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
15.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
Jumlah Skor Maksimum 45
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Keterampilan Membaca Pemahaman Cerpen
Soal Posttest No. Jenis Soal Skor Total Skor
1.
Analisis Relevansi Isi Cerpen
dengan Realita Sosial
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
2.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
3.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
4.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
5.
Analisis Alur Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
6.
Analisis Sudut Pandang Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
7.
Analisis Latar Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
8.
Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
9.
Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
10.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
11.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
12. Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
3
30
Kurang skor 1
13.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
14.
Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
15.
Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
Jumlah Skor Maksimum 45
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
Pengujian instrumenyang berupa tes uraian yang terdiri dari 15butir soal
dilakukan pada siswa kelas VII 7 dan VII 9MTs Attaqwa Pusat Putra Bekasi.
Adapun pengujian instrumen penelitian berupa uji validitas butir soal,uji
reliabilitas butir soal, uji tingkat kesukaran butir soal, danuji daya pembeda butir
soal.
a. Uji Validitas Butir Soal
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang tidak valid berarti
memiliki validitas rendah. Sebagaimana dikutip oleh Arikunto, Anderson
dkk, menyatakan “A test is valid if measures what it purpose to measure” atau
diartikan yaitu sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang sebenarnya diukur.53
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur validitas tes adalah
dengan rumus korelasi “product moment” dengan angka kasar, yaitu:
=
Keterangan:
: Korelasi antara variabel x dan variabel y
n : Banyak siswa
x : Skor butir soal
y : Skor total
53
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 72.
31
Uji validitas instrumen dilakukan dengan membandingkan hasil
penghitungan di atas dengan rtabel pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan
bahwa jika rxy sama atau lebih besar dari rtabel maka hipotesis nihil ditolak,
berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi positif yang
signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat dinyatakan valid.54
b. Uji Reliabilitas Butir Soal
Reabilitas dapat diartikan sebagai kepercayaan bahwa suatu soal dapat
dengan ajeg atau tetap memberikan data yang sesuai dengan kenyataan.
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reabilitas suatu tes yang
berbentuk uraian adalah dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu:
= ( ) ( ) dengan =
Keterangan:
= Reliabilitas instrumen
= Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= Jumlah varian butir
= Varian total55
c. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal
Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal
yang sesuai dengan kriteria perangkat soal yang diharuskan untuk mengukur
tingkat kesukaran. Untuk mengetahuinya digunakan rumus sebagai berikut.
P =
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran:
0,71 – 1,00 = Mudah
0,31 – 0,70 = Sedang
54
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 2007), h. 179-180. 55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 239.
32
0,00 – 0,30 = Sukar56
d. Uji Daya Pembeda Butir Soal
Uji daya pembeda butir soal bertujuan untuk mengetahui kemampuan
soal dalam membedakan kemampuan siswa. Untuk mengetahuinya digunakan
rumus berikut.
DP =
Keterangan:
DP : Daya pembeda
BA : Jumlah skor kelompok atas yang menjawab benar
BB : Jumlah skor kelompok bawah yang menjawab benar
JA : Jumlah skor maksimum kelompok atas yang seharusnya
JB : Jumlah skor maksimum kelompok bawah yang seharusnya
Klasifikasi daya pembeda:
0,71 – 1,00 = Baik sekali (excellent)
0,41 – 0,70 = Baik (good)
0,21 – 0,40 = Cukup (satisfactory)
0,00 – 0,20 = Jelek (poor)57
Setelah mendapatkan data hasil instrumen, maka dilakukan penghitungan
uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Hasil
penghitungantersebut menghasilkan data sebagai berikut.
1) Soal Pretest
1.1) Dari 15 butir soal berbentuk uraian yang telah diujicobakan,
terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 2 dan 4
dikarenakan rhitung < rtabel (0,374), sedangkan soal yang valid
berjumlah 13 butir soal.
2.1) Hasil penghitungan reliabilitas dengan jumlah siswa 30 orang
dan jumlah soal 13 butir (setelah 2 butir soal tidak valid dari 15
butir soal yang diujicobakan) diperoleh nilai r11 sebesar 0,382.
Selanjutnya nilai r11dibandingkan dengan nilai rtabel pada tabel r
56
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., h. 225. 57
Ibid., h. 232.
33
product moment dimana rtabel = 34 – 2 = 32, maka nilai rtabel
adalah 0,374. Dari hasil perhitungan tersebut r11 (0,349) > rtabel
(0,374) maka instrumen dinyatakan reliabel.
2.2) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 1 butir soal yang
dikategorikan mudah, yaitu soal nomor 6. Sedangkan sisanya,
12 butir soal, dikategorikan sedang.
2.3) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 2 butir soal yang memiliki
daya pembeda baik sekali, yaitu soal nomor 12 dan 15. 4 butir
soal memiliki daya pembeda baik, yaitu soal nomor 1, 11, 13,
dan 15. Sedangkan sisanya, yaitu 7 soal, memiliki daya
pembeda cukup.
2) Soal Posttest
2.1) Dari 15 butir soal berbentuk uraian yang telah diujicobakan,
terdapat 2 butir soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 2 dan 4
dikarenakan rhitung < rtabel (0,349), sedangkan soal yang valid
berjumlah 13 butir soal.
2.2) Hasil penghitungan reliabilitas dengan jumlah siswa 34 orang dan
jumlah soal 13 butir (setelah 2 butir soal tidak valid dari 15 butir
soal yang diujicobakan) diperoleh nilai r11 sebesar 0,377.
Selanjutnya nilai r11dibandingkan dengan nilai rtabel pada tabel r
product moment dimana rtabel = 34 – 2 = 32, maka nilai rtabel
adalah 0,344. Dari hasil perhitungan tersebut r11 (0,377) > rtabel
(0,344) maka instrumen dinyatakan reliabel.
2.3) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 1 butir soal yang
dikategorikan sulit, yaitu soal nomor 6; 9 butir soal dikategorikan
sedang, yaitu soal nomor 1, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 14, dan 15; dan 3
butir soal yang dikategorikan mudah, yaitu soal nomor 3, 12, dan
13.
34
2.4) Dari 13 butir soal yang valid terdapat 3 butir soal yang memiliki
daya pembeda baik, yaitu soal nomor 11, 14, dan 15. Sedangkan
sisanya, yaitu 10 soal, memiliki daya pembeda cukup.
Setelah diketahui hasil penghitungan uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya pembeda butir soal, maka soal yang digunakan untuk
pretest adalah soal nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, dan 15.Selanjutnya,
soal yang digunakan untuk posttest adalah soal nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 12, 13,
14, dan 15.
H. Teknis Analisis Data
1. Teknik Analisis Deskriptif
Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk menyajikan, mendeskripsikan,
serta mengkomunikasikan data mentah menjadi bentuk tabel, gambar, atau grafik.
Pengolahan dan penyajian data mentah hasil penelitian menggunakan perhitungan
dan bantuan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2010. Dari
pengolahan data mentah tersebut, maka diperoleh nilai siswa, mean, median,
modus, dan simpangan baku. Selain itu, ditampilkan pula daftar distribusi
frekuensi yang kemudian divisualisasikan dalam diagram batang. Adapun rumus-
rumus yang digunakan dalam analisis deskriptif ini adalah sebagai berikut.
a. PenentuanNilai Siswa
S = x 100
Keterangan:
S :Nilai yang diharapkan
R :Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N :Skor maksimum dari tes tersebut58
Nilai yang diharapkan akan dibulatkan jika berbentuk nilai desimal.
b. Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi
58
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja
Rosdakarya,Cet. XIII, 2006), h. 112
35
Langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi yaitu:
1) Mengurutkan data dari terkecil sampai terbesar.
2) Menghitung jarak atau rentang (R) dengan rumus:
R= Xmax - Xmin
Keterangan :
Xmax : Nilai tertinggi
Xmin : Nilai terendah
3) Menghitung jumlah kelas (K) dengan rumus:
K= 1 + 3,3 log n
Keterangan:
n : Jumlah data penelitian dan hasil akhirnya dijadikan bilangan bulat.
4) Menentukan panjang kelas interval (P) dengan rumus:
P =
5)Menentukan batas data terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan
menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas
sampai data pada data akhir. Ujung data kelas pertama nilainya harus sama
dengan atau lebih rendah dari data terkecil.
6) Membuat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara dihitung satu demi
satu yang sesuai dengan urutan interval kelas.
7) Membuat tabel distribusi frekuensi dengan cara memindahkan semua angka
frekuensi (f).59
c. Penentuan Mean, Median, Modus, dan Simpangan Baku
Formula yang digunakan yaitu :
1) Mean
=
Keterangan :
fi : Frekuensi
59
Sudjana, metode statistik (Bandung: Tarsito, 2005), h. 47-48.
36
xi : Nilai tengah60
2) Median (Me)
Me = b + p
Keterangan:
b : Batas bawah kelas median
p : Panjang kelas
n : Banyak data
F : Nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median
f : Nilai frekuensi kelas median61
3) Modus (Mo)
Mo = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas modus
p : panjang kelas
b1: frekuensi kelas modus dikurangi frekuensikelas sebelumnya
b2: frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya62
4) Simpangan Baku (S)
S =
2. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian kemudian diolah dan
dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan peneliti dan
menguji hipotesis. Pada penelitian ini data yang yang diperoleh dari instrumen tes
hasil belajar diolah dan dianalisis menggunakan statistik yaitu dengan uji t.
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui
60
Ibid., h. 67-68. 61
Ibid., h. 79. 62
Ibid., h. 77.
37
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal dan mempunya ragam yang
homogen atau tidak. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data
sebagai berikut.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data
sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
normalitas data menggunakan Uji Liliefors dengan langkah-langkah:
1) Menentukan taraf signifikansi (0,05) dengan hipotesis yang akan
diuji:
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
sampel tidak berasal dari populasi berdisribusi normal.
2.) Langkah-langkah pengujian normalitas sebagai berikut.
2.1. Data pengamatan dijadikan bilangan baku
dengan menggunakan rumus
(dengan dan s masing-masing merupakan rerata dan simpangan baku)
2.2. Menetukanbesar peluang masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z,
dan sebut dengan F (Zi).
Jika Zi> 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai Tabel
Zi< 0, maka F (Zi) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
2.3. Selanjunya dihitung proporsi yang lebih kecil atau sama
dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S maka:
yang <Zi
2.4. Menghitung selisih , kemudian menentukan harga
mutlaknya.
2.5. Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut, sebagai harga Lo atau
Lo = max |F(Zi) – F(Zi)|
2.6. Menginterpretasikan dengan membandingkannya pada tabel L.
38
2.7. Kesimpulan:
Jika
Lo< Lt : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Lo> Lt : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal63
Untuk menerima atau menolah Hipotesis nol ( dilakukan dengan
cara membandingkan Lo ini dengan atau yang didapat
dari tabel Liliefors untuk taraf nyata (signifikansi) yang dipilih, misal
.
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal daridata
yang ragamnya sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan pada pasangan skor
pretest dan posttest dengan menggunakan uji Fisher. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menetukan varians.
2) Menghitung nilai F (homogenitas) dengan rumus:
F = di mana S2 =
Keterangan:
F : Nilai Uji F
S12 : Ragam terbesar
S22
: Ragam terkecil64
3) Menentukan nilai homogenitas, adapun kriteria pengujian untuk uji
homogenitas adalah jika Fhitung< Ft pada tarif signifikansi (α) = 0,05 maka
data berdistribusi homogen. Jika Fhitung > Ft, maka data berdistribusi tidak
homogen.
63
Sudjana, metode statistik, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466-468. 64
Ibid., h. 249-250.
39
3. Analisis Data Hasil Belajar
Jika data telah dianalisis dan telah diketahui berdistribusi normal atau tidak,
homogen atau tidak, maka dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan
pengujian hipotesis.
a. Pengujian Hipotesis
Pengajuan hipotesis yang akan digunakan dalam sebuah penelitian
disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan
kehomogenan ragam. Berikut ini uji kondisi distribusi dan kehomogenan ragam
dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan yaitu:
1) Data berdistribusi normal dan homogen
Uji hipotesis untuk data yang berdistribusi normal dan homogen digunakan
uji statistik parametrik berupa uji t sesuai persamaan berikut.
t =
Dengan:
Sg =
: Rata-rata skor kelompok eksperimen
: Rata-rata skor kelompok kontrol
: Ragam gabungan (kelompok eksperimen dan
kontrol)
: Ragam kelompok eksperimen
: Ragam kelompok kontrol
: Jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
: Jumlah anggota sampel kelompok kontrol65
Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Mengajukan hipotesis, yaitu:
a. Uji kesamaan dua rerata hasil pretest
H0 : x1 = x2
65
Ibid.h. 239.
40
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H0 : x1 ≠ x2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest
H0 : x1 = x2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H0 : x1 ≠ x2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Menghitung nilai thitung dengan uji t
3. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:
dk = (n1 – 1) + (n2 – 1)
4. Menentukan nilai ttabeldengan α = 0,05
5. Menguji hipotesis
Jika -ttabel< thitung< ttabelmaka H0 diterima pada tingkat kepercayaa 0,95.
Jika thitung ≤ -ttabel atau ttabel ≤ thitung,maka H0 diterima pada tingkat
kepercayaan 0,95.
2) Data berdistribusi normal dan tidak homogen
untuk data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka untuk menguji
hipotesis digunakan uji t sebagai berikut.66
t =
: Rata-rata skor kelompok eksperimen
: Rata-rata skor kelompok kontrol
: Standar deviasi kelompok eksperimen
66
Ibid., h. 241.
41
: Standar deviasi kelompok kontrol
: Jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
: Jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujian:
1) Terima H0 jika thitung< ttabel
2) Tolak H0 jika thitung > ttabel
4. HipotesisStatistik
Hipotesis di dalam penelitian ini diuji menggunakan Uji t. Adapun hipotesis
dan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Hipotesis:
67
Keterangan:
: Rerata data kelompok eksperimen atau rerata peningkatan data
kelompok eksperimen.
: Rerata data kelompok kontrol atau rerata peningkatan data kelompok
kontrol.
H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R
terhadap peningkatan keterampilanmembaca pemahaman cerpen siswa.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap
peningkatan keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa.
67
Ibid. h. 239.
42
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Madrasah
a. Sejarah Singkat MTs Attaqwa Pusat Putra
MTs Attaqwa Pusat Putra merupakan salah satu lembaga pendidikan di
bawah naungan Pondok Pesantren Attaqwa Putra yang dikelola oleh Yayasan
Attaqwa yang dulu bernama Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan, dan
Pertolongan Islam (Yayasan P3). Pondok Pesantren Attaqwa Putra didirikan oleh
KH. Noer Alie pada tahun 1940 sekembalinya beliau menuntut ilmu di Mekkah.
Pada waktu itu sistem pembelajaran di pesantren tersebut masih bersifat
tradisional. Sebagian besar muridnya adalah santri limpahan dari KH. Zainuddin
Asahan karena beliau harus kembali pulang ke kampung halamannya, Sumatra.68
Kini Pondok Pesantren Attaqwa Putra adalah pondok pesantren modern, yang
jenjang pendidikannya terdiri dari dua tingkatan, pertama tingkat tsanawiyah dan
kedua tingkat aliyah, yang masing-masing harus ditempuh selama tiga tahun.
Dengan demikian total waktu yang dihabiskan untuk menuntaskan pendidikan di
Pondok Pesantren Attaqwa adalah selama enam tahun. Setiap siswa yang
menamatkan pendidikannya selama enam tahun maka akan mendapatkan ijazah
MTs, ijazah MA, dan Syahadah Pondok.
Fungsi Syahadah Pondok bagi siswa adalah sebagai bekal administrasi untuk
melanjutkan studinya ke perguruan tinggi luar negeri, khususnya Timur Tengah,
seperti Al-Azhar University Cairo Mesir, Islamabad, Pakistan, Riyadh, Qatar,
Sudan, Maroko dan lain-lain, karena syahadah Pondok Pesantren Attaqwa Putra
sudah mua’adalah (diakui) oleh universitas-universitas tersebut.
Kurikulum yang digunakan MTs Attaqwa Pusat Putra dan MA Attaqwa Pusat
Putra adalah kurikulum integrasi (integrated curriculum), yaitu perpaduan antara
kurikulum DEPAG, DIKNAS, dan kurikulum Internasional yang berafiliasi
kepada Timur Tengah. Dengan kurikulum ini siswa diharapkan dapat melanjutkan
68
Profil MTs Attaqwa Pusat Putra
43
pendidikan ke perguruan tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri dan dapat
hidup berkembang dalam membangun masyarakat.69
b. Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MTs Attaqwa Pusat Putra
Nomor Statistik Madrasah : 21.2.32.18.11.110
Provinsi : Jawa Barat
Pemerintahan Kabupaten : Bekasi
Kecamatan : Babelan
Desa/Kelurahan : Bahagia
Jalan dan Nomor : Pesantren Attaqwa, 01
Kode Pos : 17612
Telepon : 021 89134895
Daerah : Pedesaan
Status Madrasah : Swasta
Kelompok Madrasah : MTsN Setu
Akreditasi : A (Unggulan)
Surat Keputusan/SK : Nomor B/Kw.10.4/MTs/18/2010
Penerbit SK : Drs. H. Iik M. Akib, Lc.
Tahun Berdiri : 1965
Tahun Perubahan : 2005
Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi dan Siang
Bangunan Madrasah : Milik Sendiri
Jarak ke Pusat Kecamatan : 10 KM
Jarak ke Pusat Kota : 15 KM
c. Visi, Misi dan Tujuan
69
Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi, “Akademi”, artikel diakses pada 10 Juli 2013 dari
http://v2.attaqwaputra.sch.id/akademik
44
1) Visi MTs Attaqwa Pusat Putra
Membentuk manusia muslim yang ikhlas yang selalu berzikir, berfikir, dan
beramal saleh.
2) Misi MTs Attaqwa Pusat Putra
Melahirkan orang-orang yang amanah, benar, cerdas, beramal saleh, displin
serta terampil di dalam segala bidang, mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam negeri ataupun di luar negeri serta
mampu kembali ke masyarakat dengan bekal ilmu kemasyarakatan yang
telah dipelajari di MTs Attaqwa Pusat Putra.
3) Tujuan MTs Attaqwa Pusat Putra
3.1 Benar
3.1.1 Membentuk pribadi santri yang kaffah
3.1.2 Membekali aqidah yang benar/kuat
3.1.3 Bertakwa kepada Allah SWT
3.1.4 Memiliki Akhlakul Karimah
3.2 Cerdas
3.2.1 Membentuk pribadi santri yang cerdas
3.2.2 Mampu membaca kondisi sosial kemasyarakatan.
3.3 Terampil
3.3.1 Dengan bekal ilmu kemasyarakatan, santri akan mudah
mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan
bermasyarakat
3.3.2 Mempunyai kedisiplinan yang tinggi dalam mengatur waktu,
baik hubungan kepada Allah maupun kepada semua manusia.
d. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga pendidikan formal MTs Attaqwa Pusat Putra memiliki satu
kesatuan komponen yang terorganisir dalam melaksanakan program kerjanya
untuk mencapai tujuan pendidikan. Struktur organisasi berguna untuk menentukan
45
tugas dan fungsi masing-masing anggota organisasi sehingga akan menjadi jelas
tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan tingkatannya MTs Attaqwa Pusat Pusat berada pada naungan
Pondok Pesantren Attaqwa Putra, dan Pondok Pesantren Attaqwa Putra berada
pada naungan Yayasan Attaqwa. Adapun struktur organisasi MTs Attaqwa Pusat
Putra dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Pimpinan Yayasan Attaqwa : K.H. M. Amin Noer, MA.
Pimpinan Umum Pondok Putra : K.H. Nurul Anwar, Lc.
Kepala Madrasah Tsanawiyah : Drs. K.H. Mawardi HM, M.Pd.I.
Kepala Tata Usaha : H. Abd. Gafur, M. Pd.I.
Wakil Bidang Kurikulum : H.A. Zubair Dasuki, M. Si..
Wakil Bidang Kesantrian : Nasruddin Natsir, S.Ag.
Wakil Bidang BP/BK : Nasruddin Natsir, S. Ag.
Wakil Bidang Sarana dan Prasaran : Kamaluddin, S. Ag.
46
Bagan 4.1
Struktur Organisasi
MTs Attaqwa Putra Putra Ujungharapan Bahagia Bekasi
e. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di MTs Attaqwa Pusat Putra
sebagian besar adalah guru-guru yang pernah mengenyam pendidikan di madrasah
tersebut, baik dari lulusan dalam negeri maupun luar negeri. Tingkat
Kepala Madarasah
Drs. KH.Mawardi HM, M.Pd.I.
Tata Usaha
H. Abd. Gafur, M.Pd.I.
Dadang Hawarie, M.Pd.
Nurhasan Jurjani, S.Pd.I.
Abd. Wadud Mughnie
BP3
Wkl. Kep. Madrasah
H.A. Zubair Dasuki, M. Si.
Wali Kelas/Guru-guru
OSIS
SANTRI
Pimpinan Pondok
KH. Nurul Anwar, Lc.
Bid. Kurikulum
H.A.Zubair Dasuki, M.Si.
Bid. Kesantrian
Nasruddin Natsir, S.Ag.
Bid. BP/BK
Nasruddin Natsir, S.Ag.
Bid. Humas
Kamaluddin, S.Ag.
47
pendidikannya pun bermacam-macam, ada yang lulusan S1 dan S2. Karena
madrasah ini khusus siswa laki-laki, maka semua pegawai adalah laki-laki.
Secara lengkap jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di MTs
Attaqwa Pusat Putra dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1
Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Pendidikan
MTs Attaqwa Pusat Putra
No Nama Tempat/
Tanggal Lahir
Pend.
Terakhir Jurusan
Mata Pelajaran/
Jabatan
1 K.H. Nurul
Anwar, Lc.
Bekasi,
24/04/1954 S1 Syariah
Ushul Fiqih/
Pimpinan Umum
2 Drs. KH. Mawardi
HM, M.Pd.I.
Bekasi,
26/07/1958 S2 Manajemen
Shorof/ Kepala
Madrasah
3 H. A. Zubair
Dasuki, M.Si.
Bekasi,
12/07/1966 S2 Administrasi
Hadits/ Wakil
Kepala Madrasah
4 H. Abul Gafur, M.
Pd.I.
Bekasi,
13/08/1964 S2 Manajemen
Bhs. Arab/ Kepala
Tata Usaha
5 H. Abdul Wadud,
S. Pd.I.
Bekasi,
15/12/1959 S1 PAI Bahasa Indonesia
6 H. Nasruddin
Natsir, S.Ag.
Bekasi,
07/04/1967 S1 PAI Nahwu
7 H. Ahmad Fauzan,
S.Ag.
Jakarta,
04/09/1969 S1 PAI Khot/Imla
8 Muhdi, S.Pd.I Bekasi,
30/03/1970 S1 PAI Tauhid
9 Kamaluddin, S.
Ag
Bekasi,
18/08/1968 S1 PAI Bahasa Inggris
10 H. Shohibul
Hidayat, Lc.
Bekasi,
24/05/1972 S1 Syariah Fiqih
11 Nurhasan, S.Pd.I. Bekasi,
15/10/1980 S1 PAI
Tauhid dan
Imla/Staf TU
12 Nurhidayat,
S.Pd.I.
Jakarta,
28/10/1976 S1 PAI Matematika
48
13 Abdul Wadud Mg,
S.Pd.I.
Bekasi,
11/10/1981 S1 PAI Penjaskes/ Staf TU
14 H. Ahmad Zaini,
Lc.
Jakarta,
01/10/1970 S1 Syariah Bahasa Arab
15 Dadang Hawarie,
M.Pd.
Bekasi,
11/06/1984 S2
Teknologi
Pendidikan TIK,SBK/Staf TU
16 Ahmad Hanif, S.
Hi.
Bekasi,
28/09/1979 S1 Syariah Bahasa Arab
17 Ahmad Fathoni, S.
Hi.
Bekasi,
24/07/1978 S1 Syariah Aqidah Akhlak
18
Ahmad
Syafiuddin, S.
Th.I.
Jakarta,
18/12/1979 S1 Dakwah IPS
19 Firman Rusydi,
S.Pd.I.
Bekasi,
22/12/1982 S1 PAI IPS
20 Khotibul Umam,
S.Pd.I.
Purwakarta,
08/06/1982 S1 PAI PKN
21 Aang Kunaifi, S.
Pd.I.
Bekasi,
10/05/1983 S1 PAI Tahfidz
22 Bustanul Arifin
Muhajir, S.Pd.I.
Bekasi,
28/03/1987 SLTA PAI Kaligrafi
23 Khairy Sumardhi
SN
Bekasi,
28/11/1958 S1 Syariah Ilmu Tajwid
24 Asep Sukarna,
S.Pd.
Bekasi,
30/12/1985 S1
Pendidikan
MIPA IPA
26 Anwar Hamzah,
S. Ag.
Bekasi,
12/11/1970 S1 PAI Penjaskes
27 H. Ahmad Fauzi
Thoha, Lc.
Bekasi,
30/06/1976 S1 Syariah SKI
28 Drs. H.
Najmuddin Ma'aly
Bekasi,
11/06/1970 S1 PAI Fiqih
29 Mirwan Nijan,
M.Pd.
Bekasi,
12/11/1984 S2
Teknologi
Pendidikan Nahwu
30 H. Moch. Adib
Sholeh, Lc.
Bekasi,
02/06/1979 S1 Syariah Fiqih
31 Muhammad Al-
Habsyi, S.Hi.
Bekasi,
15/01/1985 S1 Syariah Bahasa Inggris
32 Ahmad Fauzi Bekasi,
SLTA - MTK
49
Muhajir 18/08/1990
33 Ali Mubarok, S.H. Bekasi,
08/08/1988 S1 Hukum Staf Kesiswaan
34 Amir Mahmud,
Lc.
Bekasi,
28/11/1990 S1 Syariah Nahwu
35 Dzul Hamdi Bekasi,
12/12/1989 SLTA - Bahasa Indonesia
36 Faiza Muzaki Jakarta,
12/05/1992 SLTA - Guru Piket
37 Masykur Nurhadi Bekasi,
27/05/1992 SLTA - Biologi
38 Muhammad
Subur, S.Pd.I.
Bekasi,
12/09/1983 S1 PAI Staf Tata Usaha
39 Yayat Priyatno Bekasi,
10/11/1976 - - OB
40 Muhammad Ali Bekasi,
04/05/1960 - - OB
41 Nanang
Trihandoko
Klaten,
11/08/1985 - - OB
f. Data Siswa MTs Attaqwa Pusat Putra Tahun Pelajaran 2012-2013
Siswa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia
pendidikan. Bagaimana tidak, suatu lembaga atau sekolah tanpa adanya seorang
siswa maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan. Dengan
demikian siswa menjadi faktor penting dalam suatu pembelajaran.
Jumlah siswa MTs Attaqwa Pusat Putra pada tahun pelajaran 2012/2013
tercatat berjumlah 735 siswa dengan perincian siswa kelas VII (tujuh) berjumlah
340 siswa, kelas VIII (delapan) berjumlah 237 siswa, dan kelas IX (sembilan)
berjumlah 158 siswa. Adapun jumlah rombongan belajar sebanyak 19 rombel.
Untuk rombongan belajar kelas VII (tujuh) terdiri dari 9 rombel, kelas VIII
(delapan) terdiri dari 6 rombel dan kelas IX (sembilan) terdiri dari 4 rombel.
Untuk lebih lengkapnya tentang keadaan siswa MTs Attaqwa Pusat Putra, akan
disajikan data berikut ini.
50
Tabel 4.2
Daftar Rekapitulasi Siswa MTs Attaqwa Pusat Putra
Tahun Pelajaran 2012/2013
No. Kelas Rombel Jumlah Siswa
Jumlah
Keseluruhan
Siswa
1 VII 1 38 340
2 38
3 40
4 41
5 42
6 38
7 35
8 40
9 28
2 VIII 1 41 237
2 41
3 42
4 41
5 40
6 32
3 IX 1 43 158
2 43
3 36
4 36
Jumlah 735 735
Berdasarkan tempat berdomisilinya Siswa MTs Attaqwa Pusat Putra terbagi
menjadi dua, pertama santri mukim dan kedua santri PP (Pulang-Pergi). Santri
mukim adalah siswa yang tinggal atau mondok di asrama dikarenakan jarak antara
sekolah dan rumahnya jauh, sedangkan santri PP adalah siswa yang tinggal di
rumahnya masing-masing.
g. Sarana dan Prasarana Madrasah
MTs Attaqwa Pusat Putra sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang
pendidikan, selalu berupaya memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana sekolah
yang mampu menunjang aktivitas proses belajar mengajar bagi seluruh siswa,
sehingga memudahkan siswa itu sendiri dalam menyerap berbagai mata pelajaran
51
di sekolah. Hal ini sesuai dengan komitmen madrasah yang ingin mencerdaskan
siswa didiknya. Karena sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang
penting dalam menentukan berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Selain sarana utama seperti ketersediaan ruang belajar yang memadai, MTs
Attaqwa Pusat Putra juga didukung dengan keberadaan tiga buah laboratorium,
yaitu laboratorium komputer, laboratorium IPA, dan laboratorium bahasa. Di
samping itu madrasah juga menyediakan berbagai sarana olahraga, seperti futsal,
voli, badminton, dan tenis meja. Dengan adanya sarana pendukung olahraga ini
diharapkan, selain bugar dalam segi mental, siswa juga dapat bugar dari segi fisik
dan tentunya dapat menyalurkan potensi bakat yang dimiliki siswa agar
berkembang secara maksimal. Berikut ini, akan disajikan data mengenai sarana
dan prasarana MTs Attaqwa Pusat Putra yang peneliti dapatkan pada tahun
pelajaran 2012/2013.
Tabel 4.3
Sarana dan Prasarana MTs Attaqwa Pusat Putra
No. Jenis Jumlah Keadaan
1 Luas Area Tanah Pesantren 11 Hektar Baik
2 Ruang Belajar/Kelas 19 Baik
3 Ruang Pimpinan Umum Pondok
Pesantren Attaqwa Putra
1 Baik
4 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
5 Ruang Tata Usaha 3 Baik
6 Ruang Wakil Sekolah 1 Baik
7 Ruang Kurikulum 1 Baik
8 Ruang BP/BK dan Kesiswaan 1 Baik
9 Ruang Sarana dan Prasarana 1 Baik
10 Ruang OSIS (Sekretariat PPA) 1 Baik
11 Ruang Kesehatan 1 Baik
12 Masjid 1 Baik
52
13 Aula Serba Guna 1 Baik
14 Ruang Perpustakaan 1 Baik
15 Ruang Guru 1 Baik
16 Laboratorium Komputer 1 Baik
17 Laboratorium IPA 1 Baik
18 Laboratorium Bahasa 1 Baik
19 Kantin dan Koperasi Pelajar 11 Baik
20 Toilet Guru 4 Baik
21 Toilet Siswa 7 Baik
22 Asrama 4 Baik
23 Rumah Guru Pengasuh Pesantren 2 Baik
24 Dapur Umum 1 Baik
25 Lapangan Futsal 1 Baik
26 Lapangan Bulutangkis 2 Baik
27 Lapangan Sepakbola 1 Baik
28 Lapangan Voli 2 Baik
29 Lapangan Upacara 1 Baik
30 Tenis Meja 2 Baik
2. Data Nilai Harian
Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman,
berikut ini adalah daftar nilai harian siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
dalam membaca pemahaman pada kompetensi dasar menulis kembali dengan
bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar.
Tabel 4.4
Data Nilai Harian Membaca Pemahaman
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No. Nama Siswa Nilai No. Nama Siswa Nilai
1 Ahmad Chaedar Ihsan 10 1 A. Kasyfi Badri Ali 7
2 Adam Ja’far Shodik 8 2 Abdul Hadi 7
3 Addin Mustopa Kamal 7 3 Abdul Rahman Assudais 6
53
4 Adib Muhammad 6 4 Abdul Wahid 6
5 Ahmad Alfi Fauzi 7 5 Adibilla Muhammad 6
6 Ahmad Ariz 8 6 Ali Husni 6
7 Akbar Adyatama A 7 7 Arizal Hardiansyah 8
8 Aldo Frediansyah 6 8 Chiesa Alim Aulia 7
9 Ali Fikri 6 9 Dean Andaresta 6
10 Aqshacahya Abdilah 8 10 Edi Mahendra 6
11 Arkan Faiz Setiawan 8 11 Fachri Abdul Fattah 10
12 Asri Nurdin 6 12 Fiqri Nurrohman 6
13 Azhar Nur Fauzi 10 13 Lugu Prastiyo 6
14 Bagas Alfaisal Ardiansyah 6 14 M. Nurul Fikri 6
15 Devon Adriansyah 6 15 M. Adi Susilo 6
16 Fachri Hamzah 8 16 M. Adrian Rosyid 8
17 Hanafi 8 17 M. Anang Romadhon 10
18 Kevin Nur Zaman 6 18 M. Farhan Hawari 9
19 Khoirul Latief 7 19 M. Nur Faisal Hasan 6
20 M. Alwansyah 10 20 Miftahul Ibad 6
21 M. Farhan Alfianto 8 21 Noer Achmad Gifari 7
22 M. Dicky Ramadhan 6 22 Pramtama Zikrillah 7
23 Refian Rifaldi 7 23 Rahmat Sarjony 8
24 Ridwan Farizi 8 24 Rizal Syabani Subhawannur 7
25 Riki Azwar 6 25 Rizki Armandi 6
26 Riko Yanwar 7 26 Sofyan Sauri 6
27 Rizki Rahmat Jumantri 6 27 Syahrul Gunawan 6
28 Sulthan Bahari Awan 7 28 Try Anandya Putra 6
29 Sutrisno Abdul Majid 8 29 Wildanulhadi Muharrom 6
30 Tasy Khoerun 7
31 Whisnulingga Djatisunda H 6
32 Yudza Alaydrus 6
33 Zidni Fikri 10
34 Ahmad Nabil Zein 8
35 Alif Harist 7
36 Badruttamami 6
3. Data Pretest dan Posttest
a. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini diawali dengan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
untuk dua kali pertemuan. Selanjutnya, menyusun instrumen untuk mengetahui
hasil belajar siswa.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian adalah tahap ketika peneliti akan
merealisasikan perencanaan yang telah dibuat. Tahap pelaksanaan tersebut
bertujuan agar langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pembelajaran lebih
54
fokus dan terarah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dua kali untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Adapun tahap pelaksanaan penelitian meliputi:
1.) Tahap Pembelajaran
Tahap ini diawali guru memberikan salam kepada siswa, kemudian guru
mengkondisikan kelas dengan cara memerintahkan ketua kelas untuk
menyiapkan teman-temannya. Setelah itu guru mengecek kehadiran siswa.
Sebelum memberikan materi pelajaran, guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan kembali kepada siswa tentang cerpen yang sebelumnya sudah
dipelajari. Tahap selanjutnya siswa mulai membaca materi tentang hubungan
cerpen dengan realitas sosial. Kemudian guru menjelaskan materi tersebut
sambil memberikan contoh.
Setelah itu guru membagikan sebuah cerpen dengan judul “Berburuk
Sangka” kepada setiap siswa dan memerintahkan semuanya untuk
membacanya dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam kegiatan ini
terlihat sebagian besar siswa sangat antusias ketika menerima sebuah cerpen
yang dibagikan guru dan tampak serius ketika memulai membacanya. Selesai
membaca siswa mengumpulkan cerpen tersebut dan menyerahkannya kepada
guru. Selanjutnya guru memberikan tes kepada siswa untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa.
2.) Tahap Pemberian Tes
2.1) Tahap Pemberian Tes Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pada tahap pemberian tes ini, peneliti memberikan soal pretest kepada
seluruh siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung baik
kelas eksperimen maupun kelas kontrol, adapun soal tes berbentuk uraian
dengan sepuluh pertanyaan. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama, hari
Selasa, 21 Mei 2013 pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan
waktu yang berbeda. Pada pertemuan pertama ini siswa dituntut untuk
membaca cerpen yang telah disediakan oleh peneliti, setelah itu diberikan tes
mengenai isi cerpen yang telah dibacanya.
2.2) Tahap Pemberian Tes Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
55
Pada pertemuan kedua hari Rabu, 22 Mei 2013 di kelas VII 3 sebagai
kelas eksperimen guru memperkenalkan metode OK5R dan menerangkan
teknik-teknik penggunaannya. Bahan bacaan yang menjadi contoh dalam
penerapan metode tersebut adalah cerpen yang dibaca siswa pada pertemuan
pertama. Dengan demikian siswa akan memiliki gambaran bagaimana
menerapkan metode tersebut.
Selanjutnya, guru memberikan siswa cerpen baru dengan judul “Pencuri
Kue”. Siswa dituntut untuk membacanya dengan menggunakan metode
OK5R. Dalam kegiatan tersebut sebagian besar siswa tampak sudah bisa
menggunakan metode tersebut. Terlebih dahulu mereka menyiapkan alat tulis
untuk mencatat hal-hal yang penting dari cerpen, kemudian mereka mulai
membacanya. Selain itu ada beberapa siswa yang tampak bingung dalam
menerapkan metode tersebut. Mengetahui hal itu guru menghampiri siswa
tersebut dan menjelaskan kembali bagaimana menerapkan metode tersebut.
Setelah membaca, semua cerpen yang dipegang siswa dikumpulkan
kembali dan diserahkan kepada guru. Siswa diberikan tes mengenai isi cerpen
yang telah dibacanya. Jumlah soal masih sama dengan soal pretest, yaitu 10
soal dengan bentuk uraian.
Sedangkan untuk kelas VII 2 sebagai kelas kontrol teknik pemberian
tesnya masih sama dengan tahap pemberian tes pretest. Siswa dituntut untuk
membaca cerpen yang telah disediakan tanpa menggunakan metode OK5R,
lalu diberikan tes mengenai isi cerpen yang dibacanya.
Hasil belajar siswa akan dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh penerapan metode OK5R terhadap hasil membaca pemahaman
cerpen. Di bawah ini merupakan perolehan hasil belajar siswa, baik pretest
maupun posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
56
Tabel 4.5
Data Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No.
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
1 22 73 23 77 22 73 22 73
2 10 23 12 40 16 53 18 60
3 22 73 25 83 21 70 18 60
4 22 73 24 80 22 73 21 70
5 19 63 19 63 20 67 20 67
6 14 47 22 73 15 50 20 67
7 16 53 20 67 22 73 23 77
8 26 87 29 97 23 77 22 73
9 13 43 27 90 13 43 14 47
10 11 37 19 63 18 60 23 77
11 22 73 25 83 23 77 28 93
12 18 60 22 73 11 37 19 63
13 28 93 29 97 13 43 19 63
14 24 80 27 90 13 43 13 43
15 24 80 28 93 16 53 13 43
16 20 67 22 73 20 67 21 70
17 20 67 28 93 28 93 29 97
18 16 53 18 60 17 57 17 57
19 18 60 19 63 13 43 15 50
20 6 20 17 57 17 57 12 40
21 7 23 14 47 19 63 19 63
22 17 57 19 63 18 60 21 70
23 22 73 29 97 11 37 15 50
24 19 63 27 90 13 43 13 43
25 17 57 26 87 20 67 23 77
4. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas
Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut.
57
Tabel 4.6
Nilai Pretest Kelas Eksperimen
20 47 60 67 73
23 53 60 73 80
23 53 63 73 80
37 57 63 73 87
43 57 67 73 93
Dari hasil pretest di atas, diperoleh nilai maksimum (Xmak) adalah 93 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 20. Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi dengan
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan rumus berikut.
a. Rentang (R)
R = Xmak - Xmin
= 93 – 20
= 73
b. Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (25)
= 1 + 4,6
= 5,6
= 6
c. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 12,16
= 13
Setelah diketahui nilai rentang kelas, banyak kelas, dan panjang kelas maka
dibuatlah tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan data terkecil untuk ujung
bawah kelas interval pertama.
58
Tabel 4.7
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelas Eksperimen
No. Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
Batas
Kelas fixi xi
2 fixi
2
19,5
1 20 – 32 3 26 78 676 2028
32,5
2 33 – 45 2 39 78 1521 3042
45,5
3 46 – 58 5 52 260 2704 13520
58,5
4 59 – 71 6 65 390 4225 25350
71,5
5 72 – 84 7 78 546 6084 42588
84,5
6 85 – 97 2 91 182 8281 16562
97,5
Jumlah (∑) 25 1534 23491 103090
Berdasarkan tabel distribusi di atas, maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut adalah
penghitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( )
=
=
=
59
b. Median (Me)
Me = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas median = 58,5
p : panjang kelas = 13
n : banyak data = 25
F : nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3+2+5 = 10
f : nilai frekuensi kelas median = 6
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dan hasil
pretest sebagai berikut.
Me = 58,5 + 13
= 58,5 + (13 x 0,47)
= 58,5 + 6,11
= 64,61
= 65
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas modus = 71,5
p : panjang kelas = 13
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 7 – 6 = 1
kelas sebelumnya
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 7 – 2 = 5
kelas sesudahnya
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest sebagai berikut.
60
Mo = 71,5 + 13
= 71,5 + (13 x 0,17)
= 71,5 +2,21
= 73,71
= 74
d. Standar deviasi (S)
S =
=
=
=
=
=
= 19,33
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ( )
adalah 61,36, median (Me) 65 , modus (Mo) 74, dan standar deviasi (S) 19,33
5. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas
Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil pretest yang
didapat dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8
Nilai Pretest Kelas Kontrol
37 43 57 67 73
37 43 57 67 73
43 50 60 67 77
61
43 53 60 70 77
43 53 63 73 93
Dari hasil pretest di atas, diperoleh nilai maksimum (Xmak) adalah 93 dan nilai
minimum (Xmin) adalah 37. Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi dengan
terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang
kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan rumus berikut.
a. Rentang (R)
R = Xmak - Xmin
= 93 – 37
= 56
b. Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (25)
= 1 + 4,6
= 5,6
= 6
c. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 9,33
= 10
Tabel 4.9
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest
Kelas Kontrol
No. Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
Batas
Kelas fixi xi
2 fixi
2
36,5
62
1 37 – 46 7 41,5 290,5 1722,25 12055,8
46,5
2 47 – 56 3 51,5 154,5 2652,25 7956,75
56,5
3 57 – 66 5 61,5 307,5 3782,25 18911,3
66,5
4 67 – 76 7 71,5 500,5 5112,25 35785,8
76,5
5 77 – 86 2 81,5 163 6642,25 13284,5
86,5
6 87 – 96 1 91,5 91,5 8372,25 8372,25
96,5
Jumlah (∑) 25 1507,5 28283,5 96366,3
Berdasarkan tabel distribusi di atas, maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini. Berikut adalah
penghitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( )
=
=
=
= 60
b. Median (Me)
Me = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas median = 56,5
p : panjang kelas = 10
63
n : banyak data = 25
F : nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 7 + 3 = 10
f : nilai frekuensi kelas median = 5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dan hasil
pretest sebagai berikut.
Me = 56,5 + 10
= 56,5 + (10 x 0,5)
= 56,5 + 5
= 61,5
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas modus = 66,5
p : panjang kelas = 10
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 7 – 5 = 2
kelas sebelumnya
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 7 – 2 = 5
kelas sesudahnya
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest sebagai berikut.
Mo = 66,5 + 10
= 66,5 + (10 x 0,26)
= 66,5 + 2,6
= 69,1
= 69
d. Standar deviasi (S)
64
S =
=
=
=
=
=
= 15,09 = 15,1
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ( )
adalah 60, median (Me) 61,5 , modus (Mo) 69, dan standar deviasi (S) 15,1
6. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas
Eksperimen
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10
Nilai Posttest Kelas Eksperimen
40 63 73 83 93
47 63 73 87 93
57 63 77 90 97
60 67 80 90 97
63 73 83 90 97
Dari hasil posttest di atas, diperoleh nilai maksimum (Xmak) adalah 97 dan
nilai minimum (Xmin) adalah 40. Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi
dengan terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan rumus berikut.
a. Rentang (R)
65
R = Xmak - Xmin
= 97 – 40
= 57
b. Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (25)
= 1 + 4,6
= 5,6
= 6
c. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 9,5
= 10
Tabel 4.11
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Kelas Eksperimen
No. Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
Batas
Kelas fixi xi
2 fixi
2
39,5
1 40 – 49 2 44,5 89 1980,25 3960,5
49,5
2 50 – 59 1 54,5 54,5 2970,25 2970,25
59,5
3 60 – 69 6 64,5 387 4160,25 24961,5
69,5
4 70 – 79 4 75,5 302 5700,25 22801
79,5
5 80 – 89 4 84,5 338 7140,25 28561
66
89,5
6 90 – 99 8 94,5 756 8930,25 71442
99,5
Jumlah (∑) 25 1926,5 30881,5 154696
Berdasarkan tabel distribusi di atas, maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut
adalah penghitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( )
=
=
= = 77,1
b. Median (Me)
Me = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas median = 69,5
p : panjang kelas = 10
n : banyak data = 25
F : nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 6+1+2 = 9
f : nilai frekuensi kelas median = 4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dari hasil
posttest sebagai berikut.
Me = 69,5 + 10
= 69,5 + (10 x 0,88)
= 69,5 + 8,8
= 78,3
67
= 78
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas modus = 89,5
p : panjang kelas = 10
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 8 – 4 = 4
kelas sebelumnya
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 8 – 0 = 8
kelas sesudahnya
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest sebagai berikut.
Mo = 89,5 + 10
= 89,5 + (10 x 0,33)
= 89,5 + 3,3
= 92,8
= 93
d. Standar deviasi (S)
S =
=
=
=
=
68
=
= 16,12 = 16,1
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ( )
adalah 77,1, median (Me) 78 , modus (Mo) 93, dan standar deviasi (S) 16,1.
7. Penghitungan Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas
Kontrol
Perolehan nilai terendah sampai tertinggi berdasarkan hasil posttest yang
didapat dari kelompok eksperimen adalah sebagai berikut.
Tabel 4.12
Nilai Posttest Kelas Kontrol
40 50 63 70 77
43 50 63 70 77
43 57 63 70 77
43 60 67 73 93
47 60 67 73 97
Dari hasil posttest di atas, diperoleh nilai maksimum (Xmak) adalah 97 dan
nilai minimum (Xmin) adalah 40. Selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi
dengan terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan rumus berikut.
a. Rentang (R)
R = Xmak - Xmin
= 97 – 40
= 57
b. Banyak Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log (25)
= 1 + 4,6
= 5,6
= 6
69
c. Panjang Kelas (P)
P =
=
= 9,5
= 10
Tabel 4.13
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest
Kelas Kontrol
No. Interval Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
Batas
Kelas fixi xi
2 fixi
2
39,5
1 40 – 49 5 44,5 222,5 1980,25 9901,25
49,5
2 50 – 59 3 54,5 163,5 2970,25 8910,75
59,5
3 60 – 69 7 64,5 451,5 4160,25 29121,8
69,5
4 70 – 79 8 75,5 604 5700,25 45602
79,5
5 80 – 89 - 84,5 - 7140,25 -
89,5
6 90 – 99 2 94,5 189 8930,25 17860,5
99,5
Jumlah (∑) 25 1630,5 30881,5 111396
Berdasarkan tabel distribusi di atas, maka dapat ditentukan nilai rata-rata ( ),
median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini. Berikut
adalah penghitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
70
a. Rata-rata ( )
=
=
= = 65,2
b. Median (Me)
Me = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas median = 59,5
p : panjang kelas = 10
n : banyak data = 25
F : nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5+3 = 8
f : nilai frekuensi kelas median = 7
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai median dan hasil
posttest sebagai berikut.
Me = 59,5 + 10
= 59,5 + (10 x 0,64)
= 59,5 + 6,4
= 65,9
= 66
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
Mo = b + p
Keterangan:
b : batas bawah kelas modus = 69,5
p : panjang kelas = 10
71
b1 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 8 – 7 = 1
kelas sebelumnya
b2 : frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi = 8 – 0 = 8
kelas sesudahnya
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest sebagai berikut.
Mo = 69,5 + 10
= 69,5 + (10 x 0,11)
= 69,5 + 1,1
= 70,6
= 71
d. Standar deviasi (S)
S =
=
=
=
=
=
= 14,51 = 14,5
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata ( )
adalah 65,2, median (Me) 66 , modus (Mo) 71, dan standar deviasi (S) 14,5.
Selanjutnya, hasil penghitungan pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas
72
kontrol yang masing-masing terdiri dari 25 siswa, ukuran pemusatan dan
penyebaran data dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.14
Rekapitulasi Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest-
Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Data Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Nilai Tertinggi 93 97 93 97
Nilai Terendah 20 40 37 40
Mean 61,36 77,1 60 65,2
Median 65 78 61,5 66
Modus 74 93 69 71
Standar Deviasi 19,33 16,1 15,1 14,5
Dari tabel di atas, ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil pretest untuk
kelompok eksperimen yaitu: nilai tertinggi 93; nilai terendah 20; nilai mean
61,36; nilai median 65; nilai modus 74; dan standar deviasi 19,33. Sedangkan
untuk kelas kontrol diperoleh: nilai tertinggi 93; nilai terendah 37; nilai mean 60;
nilai median 61,5; nilai modus 69; dan standar deviasi 15,1.
Selanjutnya, ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest untuk
kelompok eksperimen yaitu: nilai tertinggi 97; nilai terendah 40; nilai mean 77,1;
nilai median 78; nilai modus 93; dan standar deviasi 16,1. Sedangkan untuk kelas
kontrol diperoleh: nilai tertinggi 97; nilai terendah 40; nilai mean 65,2; nilai
median 66; nilai modus 71; dan standar deviasi 14,5.
Perbandingan ukuran pemusatan dan penyebaran data pretest dan posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada diagram batang di bawah
ini.
73
Diagram 4.1
Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Pretest kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Diagram 4.2
Diagram Batang Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Posttest kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
93
20
61.3665
74
19.33
93
37
60 61.5
69
15.1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Maksimal
Nilai Minimal
Mean Median Modus Standar Deviasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
97
40
77.1 78
93
16.1
97
40
65.2 6671
14.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Maksimal
Nilai Minimal
Mean Median Modus Standar Deviasi
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
74
B. Analisis Data Hasil Belajar
Sebelum melakukan uji hipotesis menggunakan uji t, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisi data, yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas
data.
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji Liliefors. Adapun kriteria pengujiannya sebagai berikut.
Jika Lo < Lt berarti data berdistribusi normal
Jika Lo > Lt berarti data tidak berdistribusi normal
a. Uji normalitas data pretest kelas eksperimen
Setelah diketahui nilai mean dan simpangan baku uji normalitas dapat
dihitung. Uji normalitas pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berikut.
Tabel 4.15
Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen
No. xi fi zn zi zt f(zi) s(zi) f(zi) - s(zi)
1 20 1 1 -2,14 0,4838 0,0162 0,04 0,0238
2 23 2 3 -1,98 0,4761 0,0239 0,12 0,0961
3 37 1 4 -1,26 0,3962 0,1038 0,16 0,0562
4 43 1 5 -0,95 0,3289 0,1711 0,2 0,0289
5 47 1 6 -0,74 0,2703 0,2297 0,24 0,0103
6 53 2 8 -0,43 0,1684 0,3316 0,32 0,0116
7 57 2 10 -0,23 0,091 0,409 0,4 0,009
8 60 2 12 -0,07 0,0279 0,4721 0,48 0,0079
9 63 2 14 0,08 0,0319 0,5319 0,56 0,0281
10 67 2 16 0,29 0,1141 0,6141 0,64 0,0259
11 73 5 21 0,60 0,2258 0,7258 0,84 0,1142
12 80 2 23 0,96 0,3315 0,8315 0,92 0,0885
13 87 1 24 1,33 0,4082 0,9082 0,96 0,0518
14 93 1 25 1,64 0,4495 0,9495 1 0,0505
25
Dari tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa Lhitung terbesar adalah
0,1142. Selanjutnya nilai Ltabel pada tabel Liliefors dengan perhitungan n = 25
pada derajat signifikansi 95% (α = 0,05) adalah 0,173. Dengan demikian dapat
75
simpulkan bahwa data berdistribusi normal karena Lhitung < Ltabel (0,1142 <
0,173).
b. Uji normalitas data pretest kelas kontrol
Tabel 4.16
Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol
No. xi fi zn zi zt f(zi) s(zi) f(zi) - s(zi)
1 37 2 2 -1,54 0,4382 0,0618 0,08 0,0182
2 43 5 7 -1,15 0,3749 0,1251 0,28 0,1549
3 50 1 8 -0,68 0,2517 0,2483 0,32 0,0717
4 53 2 10 -0,48 0,1844 0,3156 0,4 0,0844
5 57 2 12 -0,22 0,0871 0,4129 0,48 0,0671
6 60 2 14 -0,02 0,008 0,492 0,56 0,068
7 63 1 15 0,18 0,0714 0,5714 0,6 0,0286
8 67 3 18 0,44 0,17 0,67 0,72 0,05
9 70 1 19 0,64 0,2389 0,7389 0,76 0,0211
10 73 3 22 0,84 0,2995 0,7995 0,88 0,0805
11 77 2 24 1,11 0,3665 0,8665 0,96 0,0935
12 93 1 25 2,17 0,485 0,985 1 0,015
25
Dari tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa Lhitung terbesar adalah
0,1549. Selanjutnya nilai Ltabel pada tabel Liliefors dengan perhitungan n = 25
pada derajat signifikansi 95% (α = 0,05) adalah 0,173. Dengan demikian dapat
simpulkan bahwa data berdistribusi normal karena Lhitung < Ltabel (0,1549 <
0,173).
c. Uji normalitas data posttest kelas eksperimen
Tabel 4.17
Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen
No. xi fi zn zi zt f(zi) s(zi) f(zi) - s(zi)
1 40 1 1 -2,30 0,4898 0,0102 0,04 0,0298
2 47 1 2 -1,86 0,4686 0,0314 0,08 0,0486
3 57 1 3 -1,24 0,3925 0,1075 0,12 0,0125
4 60 1 4 -1,06 0,3554 0,1446 0,16 0,0154
5 63 4 8 -0,87 0,3078 0,1922 0,32 0,1278
6 67 1 9 -0,62 0,2324 0,2676 0,36 0,0924
76
7 73 3 12 -0,25 0,0987 0,4013 0,48 0,0787
8 77 1 13 0,00 0 0,5 0,52 0,02
9 80 1 14 0,18 0,0714 0,5714 0,56 0,0114
10 83 2 16 0,37 0,1443 0,6443 0,64 0,0043
11 87 1 17 0,62 0,2324 0,7324 0,68 0,0524
12 90 3 20 0,80 0,2881 0,7881 0,8 0,0119
13 93 2 22 0,99 0,3389 0,8389 0,88 0,0411
14 97 3 25 1,24 0,3925 0,8925 1 0,1075
25
Dari tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa Lhitung terbesar adalah
0,1278. Selanjutnya nilai Ltabel pada tabel Liliefors dengan perhitungan n = 25
pada derajat signifikansi 95% (α = 0,05) adalah 0,173. Dengan demikian dapat
simpulkan bahwa data berdistribusi normal karena Lhitung < Ltabel (0,1278 <
0,173).
d. Uji normalitas data posttest kelas kontrol
Tabel 4.18
Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol
No. xi fi zn zi zt f(zi) s(zi) f(zi) - s(zi)
1 40 1 1 -1,74 0,4591 0,0409 0,04 0,0009
2 43 3 4 -1,53 0,437 0,063 0,16 0,097
3 47 1 5 -1,26 0,3962 0,1038 0,2 0,0962
4 50 2 7 -1,05 0,3531 0,1469 0,28 0,1331
5 57 1 8 -0,57 0,2157 0,2843 0,32 0,0357
6 60 2 10 -0,36 0,1406 0,3594 0,4 0,0406
7 63 3 13 -0,15 0,0596 0,4404 0,52 0,0796
8 67 2 15 0,12 0,0478 0,5478 0,6 0,0522
9 70 3 18 0,33 0,1293 0,6293 0,72 0,0907
10 73 2 20 0,54 0,2054 0,7054 0,8 0,0946
11 77 3 23 0,81 0,291 0,791 0,92 0,129
12 93 1 24 1,91 0,4719 0,9719 0,96 0,0119
13 97 1 25 2,19 0,4857 0,9857 1 0,0143
25
Dari tabel uji normalitas di atas dapat diketahui bahwa Lhitung terbesar adalah
0,1331. Selanjutnya nilai Ltabel pada tabel Liliefors dengan perhitungan n = 25
pada derajat signifikansi 95% (α = 0,05) adalah 0,173. Dengan demikian dapat
77
simpulkan bahwa data berdistribusi normal karena Lhitung < Ltabel (0,1331 <
0,173).
Berdasarkan semua penghitungan uji normalitas data di atas, dapat diketahui
nilai Lhitung dan nilai Ltabel pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19
Tabel Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
n 25 25 25 25
61,36 77,1 60 65,2
S 19,33 16,1 15,1 14,5
Lhitung 0,1142 0,1549 0,1278 0,1331
Ltabel 0,173
α 0,05
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Lhitung untuk data pretest dari
kelas eksperimen adalah 0,1142 dan kelas kontrol adalah 0,1278. Diketahui juga
bahwa nilai Lhitung untuk data posttest dari kelas eksperimen adalah 0,1549 dan
kelas kontrol adalah 0,1331. Selanjutnya nilai Ltabel dengan taraf signifikansi α =
0,05 dan n = 25 diperoleh 0,173.
Setelah diketahui semua nilai Lhitung dan Ltabel tampak bahwa semua Lhitung <
Ltabel (0,1142; 0,1278; 0,1549; dan 0,1331 < 0,173). Dengan demikian bahwa
data pretest dan posttest dari dua kelompok berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data
Setelah kedua sampel kelompok dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya
dilakukan pengujian homogenitas data. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah data penelitian memiliki varian yang homogen atau tidak. Dalam
penelitian ini uji homogenitas dilakukan berdasarkan uji kesamaan varian kedua
78
kelas dengan menggunakan uji Fisher pada taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria
pengujian yang digunakan adalah jika Fhitung < Ftabel maka data dari kedua
kelompok mempunyai varian yang sama atau homogen.
a. Uji homogenitas data pretest kelompok eksperimen dan kontrol
Rumus yang digunakan untuk menguji homogenitas data adalah sebagai
berikut.
F = di mana S2 =
Keterangan:
F : Nilai Uji F
S12 : Ragam terbesar
S22
: Ragam terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah H0 diterima jika Fhitung <
Ftabel, di mana H0 memiliki varian yang homogen, dan H0 ditolak jika Fhitung >
Ftabel, di mana H0 memiliki varian yang tidak homogen.
Untuk pengujian Homogenitas harus diketahui nilai variansi dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah nilai pretest kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Tabel 4.20
Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. x y x2
y2
1 73 73 5329 5329
2 23 53 529 2809
3 73 70 5329 4900
4 73 73 5329 5329
5 63 67 3969 4489
6 47 50 2209 2500
7 53 73 2809 5329
8 87 77 7569 5929
9 43 43 1849 1849
10 37 60 1369 3600
11 73 77 5329 5929
12 60 37 3600 1369
79
13 93 43 8649 1849
14 80 43 6400 1849
15 80 53 6400 2809
16 67 67 4489 4489
17 67 93 4489 8649
18 53 57 2809 3249
19 60 43 3600 1849
20 20 57 400 3249
21 23 63 529 3969
22 57 60 3249 3600
23 73 37 5329 1369
24 63 43 3969 1849
25 57 67 3249 4489
1498 1479 98780 92629
Selanjutnya, nilai yang terdapat dalam tabel di atas dimasukkan dalam rumus
uji homogenitas data.
Sx2 = –
=
=
=
= 375,83
Sy2 = –
=
=
=
= 213,81
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa:
F = = = 1,76
S12 : Varian Kelas Eksperimen
S22
: Varian Kelas Kontrol
80
Dari penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah 1,76.
Kemudian dari tabel distribusi F dengan dk pembilang n-1 (25-1=24) dan dk
penyebut n-1 (25-1=24) pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh Ftabel = 1,98. Dengan
demikian tampak bahwa Fhitung < Ftabel (1,76 < 1,98). Hal ini berarti bahwa data
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
b. Uji Homogenitas data posttest Kelompok eksperimen dan kontrol
F = di mana S2 = –
Keterangan:
F : Nilai Uji F
S12 : Ragam terbesar
S22
: Ragam terkecil
Kriteria pengujian untuk uji homogenitas adalah H0 diterima jika Fhitung <
Ftabel, di mana H0 memiliki varian yang homogen, dan H0 ditolak jika Fhitung >
Ftabel, di mana H0 memiliki varian yang tidak homogen.
Untuk pengujian Homogenitas harus diketahui nilai variansi dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah nilai posttest kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Tabel 4.21
Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. x y x2
y2
1 77 73 5929 5329
2 40 60 1600 3600
3 83 60 6889 3600
4 80 70 6400 4900
5 63 67 3969 4489
6 73 67 5329 4489
7 67 77 4489 5929
8 97 73 9409 5329
9 90 47 8100 2209
10 63 77 3969 5929
11 83 93 6889 8649
12 73 63 5329 3969
13 97 63 9409 3969
14 90 43 8100 1849
81
15 93 43 8649 1849
16 73 70 5329 4900
17 93 97 8649 9409
18 60 57 3600 3249
19 63 50 3969 2500
20 57 40 3249 1600
21 47 63 2209 3969
22 63 70 3969 4900
23 97 50 9409 2500
24 90 43 8100 1849
25 87 77 7569 5929
1899 1593 150511 106893
Selanjutnya, nilai yang terdapat dalam tabel di atas dimasukkan dalam rumus
uji homogenitas data.
Sx2 =
–
=
=
=
= 260,96
Sy2 =
–
=
=
=
= 224,46
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa:
F = = = 1,16
S12 : Varian Kelas Eksperimen
S22
: Varian Kelas Kontrol
82
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah
1,16. Dari tabel distribusi F dengan dk pembilang n-1 (25-1=24) dan dk penyebut
n-1 (25-1=24) pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh Ftabel = 1,98. Dengan demikian
tampak bahwa Fhitung < Ftabel (1,16 < 1,98). Hal ini berarti bahwa data posttest
kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelas dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.22
Tabel Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
N 25 25 25 25
375,83 213,81 260,96 224,46
Fhitung 1,76 1,16
Ftabel 1,98
Α 0,05
Kesimpulan Homogen Homogen
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa untuk data pretest diperoleh Fhitung =
1,76, data posttest diperoleh Fhitung = 1,16, dan Ftabel = 1,98. Dari ketiga data
tersebut didapatkan Fhitung < Ftabel (1,76 < 1,98 dan 1,16 < 1,98). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa data dari kedua kelompok penelitian tersebut
mempunyai varian yang sama atau homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis data, diketahui bahwa data hasil
belajar kelompok pada penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, sehingga
pengujian data hasil belajar kedua kelompok dilanjutkan pada analisis data
83
berikutnya, yaitu uji hipotesis menggunakan uji t. Kriterian pengujian yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima
a. Uji Hipotesis Data Pretest
t = dengan
t =
t =
t =
t =
t =
t =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Kemudian menentukan nilai ttabel pada distribusi t dengan taraf signifikasi 5%
(α = 0,05) dan dk n1 + n2 – 2 = 25 + 25 - 2= 48. Karena pada tabel distribusi t
tidak terdapat nilai dk = 48, maka untuk mendapatkan nilai ttabel dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus interpolasi. Berikut adalah
penghitungannya.
= 2,0294
Keterangan :
C0 = Nilai t tabel dengan taraf signifikasi 5%, dk 40
C1 = Nilai t tabel dengan taraf signifikasi 5%, dk 60
B = n1 + n2 - 2
84
B0 = Nilai urut pada tabel distribusi t sebelum dk 48
B1 = Nilai urut pada tabel distribusi t sesudah dk 48
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui nilai ttabel adalah 2,0294. Dengan
demikian thitung ( ) < ttabel (2,0294), maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan. Hal ini dikarenakan belum diberikan perlakuan yang berbeda
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Uji Hipotesis Data Posttest
t = dengan
t =
t =
t =
t =
t =
t =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Sg =
Kemudian menentukan nilai ttabel pada distribusi t dengan taraf signifikasi 5%
(α = 0,05) dan dk n1 + n2 – 2 = 25 + 25 - 2= 48. Karena pada tabel distribusi t
tidak terdapat nilai dk = 48, maka untuk mendapatkan nilai ttabel dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus interpolasi. Berikut adalah
penghitungannya.
= 2,0294
Keterangan :
85
C0 = Nilai t tabel dengan taraf signifikasi 5%, dk 40
C1 = Nilai t tabel dengan taraf signifikasi 5%, dk 60
B = n1 + n2 - 2
B0 = Nilai urut pada tabel distribusi t sebelum dk 48
B1 = Nilai urut pada tabel distribusi t sesudah dk 48
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui nilai ttabel adalah . Dengan
demikian thitung ( ) > ttabel (2,0294), yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan.
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh thitung untuk nilai pretest sebesar
0,29 dan thitung untuk nilai posttest sebesar 2,73. Selanjutnya nilai ttabel pada taraf
signifikansi α = 0,05 dan df = 48, diperoleh 2,0294. Berikut adalah tabel
pengujian hipotesis data hasil belajar.
Tabel 4.23
Tabel Uji Hipotesis Data Pretest dan Data Posttest
Statistik
Pretest Posttest
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
N 25 25 25 25
375,83 213,81 260,96 224,46
Sg 17,17 15,58
thitung 0,29 2,73
ttabel 0,05
Kesimpulan Tidak dapat perbedaan Terdapat perbedaan
Dari tabel di atas pada nilai pretest tampak bahwa thitung < ttabel, yaitu 0,29 <
1,99, sehingga hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak,
sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian kedua kelas memiliki
kemampuan yang sama atau homogen dan layak dijadikan sampel penelitian.
Berbeda dengan nilai pretest, tampak bahwa pada nilai posttest kedua
kelompok setelah diberi perlakuan yang berbeda didapat thitung > ttabel, yaitu 2,73 >
86
1,99, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima,
sehingga ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dengan diterimanya H1 pada pengujian hipotesis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yang telah
diajukan, yaitu terdapat pengaruh metode OK5R terhadap membaca pemahaman
cerpen.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas, yaitu kelas VII 3
sebagai kelas eksperimen dan VII 2 sebagai kelas pembanding atau kelas kontrol.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen
dengan desain control group pre-test-post-test. Desain penelitian ini memberikan
perlakuan yang sama pada dua kelompok belajar ketika diadakan pretest.
Selanjutnya, diberikan perlakuan yang berbeda ketika diadakan posttest.
Berdasarkan hasil pretest diketahui nilai rata-rata kelas eksperimen adalah
61,36 dan kelas kontrol adalah 60. Selanjutnya, hasil posttest diketahui nilai rata-
rata kelas eksperimen sebesar 77,1 dan kelas kontrol sebesar 65,2. Nilai rata-rata
pretest kelas eksperimen tidak jauh berbeda dengan nilai rata-rata pretest kelas
kontrol yang hanya selisih 1,36. Hal ini dikarenakan kedua kelompok ini
diberikan perlakuan yang sama ketika diadakan penelitian. Hal tersebut berbeda
dengan nilai rata-rata posttest. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen jauh lebih
besar dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol dengan selisih 10,54
karena kedua kelas diberikan perlakuan yang berbeda.
Dari perbandingan data tersebut bahwa kelas eksperimen atau siswa yang
menggunakan metode OK5R dalam membaca pemahaman cerpen memiliki
peningkatan nilai lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak menggunakan
metode tersebut. Kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 15,74,
sedangkan kelas kontrol hanya naik sebesar 5,2.
87
Setelah diketahui nilai rata-rata pretest dan posttest kedua kelas kemudian
penghitungan dilanjutkan dengan uji normalitas data. Berdasarkan penghitungan
tersebut diketahui bahwa kedua data baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal, karena nilai Lo untuk data pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol (0,1142 dan 0,1278) dan nilai Lo untuk data posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol (0,1549 dan 0,1265), lebih kecil dari nilai Ltabel (0,173) dengan taraf
signifikansi α = 0,05 dan n = 25.
Setelah itu, penghitungan dilanjutkan dengan uji homogenitas data. Dari
hasil penghitungan sebelumnya ditarik kesimpulan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki varian yang sama atau homogen. Hal ini dikarenakan nilai
Fhitung dari data pretest (1,76) dan nilai Fhitung dari data posttest (1,16) lebih kecil
dari nilai Ftabel yang sebesar 1,98.
Selanjutnya, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Dari hasil
penghitungan untuk data pretest diketahui bahwa nilai Thitung (0,29) < Ttabel (1,99)
yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini berarti kedua kelas memiliki kemampuan
yang sama atau homogen. Karena kedua kelas memiliki kemampuan yang sama
maka kedua kelas ini layak dijadikan sampel penelitian.
Setelah itu, dilanjutkan dengan penghitungan data posttest. Dari hasil
penghitungan tersebut diketahui bahwa nilai thitung (2,73) > ttabel (1,99), sehingga
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, sehingga ada
perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Dengan diterimanya H1 pada pengujian hipotesis tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini dapat menguji kebenaran hipotesis yang telah
diajukan, yaitu terdapat pengaruh metode OK5R terhadap peningkatan
keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa. Hal itu dibuktikan juga bahwa
rata-rata hasil belajar membaca pemahaman cerpen kelas VII 3 sebagai kelas
eksperimen lebih baik daripada rata-rata hasil belajar membaca pemahaman
cerpen kelas VII 2 sebagai kelas kontrol.
88
Respon antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ketika pembelajaran pun
berbeda. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa kelas eksperimen lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa harus menempuh langkah-
langkah dalam metode tersebut. Sebelum membaca cerpen siswa mempersiapkan
buku serta alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Setelah itu, siswa mulai
membacanya sambil menemukan unsur-unsur intrinsiknya. Setelah selesai
membacanya, tampak beberapa siswa mencoba menceritakan kembali cerpen
tersebut dengan membaca senyap. Yang terakhir mereka mencoba merenungkan
isi cerpen tersebut: apa pesan dalam cerita tersebut, apakah isinya sesuai dengan
keadaan dirinya atau orang-orang di sekitarnya. Dengan adanya langkah-langkah
ini siswa benar-benar mendalami isi cerpen tersebut.
Kondisi tersebut kontras dengan kelas kontrol. Kegiatan mereka terhenti
ketika selesai membaca. Sebagian besar mereka hanya menunggu tugas dari guru,
tidak ada upaya mendalami isi dari cerpen tersebut. Dengan kondisi seperti ini
pemahaman siswa terhadap cerpen yang dibacanya kurang maksimal.
Di samping itu, lebih dari setengah siswa kelas eksperimen mengalami
kendala ketika menerapkan metode tersebut. Kendala yang mereka hadapi adalah
masalah waktu. Metode OK5R dalam penerapannya memerlukan banyak waktu
karena metode ini mempunyai banyak langkah. Meskipun demikian, sebagian
besar mereka menyatakan bahwa penerapan metode OK5R sesuai dengan
pembelajaran membaca pemahaman cerpen.
Berdasarkan penghitungan dan pembahasan hasil penelitian di atas, maka
metode OK5R dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran membaca
pemahaman cerpen. Selain itu, penelitian ini juga menguatkan penelitian-
penelitian sebelumnya, yaitu tentang pengaruh metode tersebut dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, yaitu kemampuan membaca dan
kemampuan berbicara.
89
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penelitian
ini dapat menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan, yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan metode OK5R terhadap peningkatan
keterampilan membaca pemahaman cerpen pada siswa kelas VII 3 MTs Attaqwa
Pusat Putra Bekasi tahun pelajaran 2012-2013. Hal ini dibuktikan thitung (2,73) >
ttabel (1,99), yang berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu, penggunaan metode OK5R dapat
meningkatkan membaca pemahaman cerpen siswa. Hal ini dibuktikan bahwa nilai
rata-rata nilai posttest kelas eksperimen (77,1) lebih tinggi dibandingkan nilai
rata-rata kelas kontrol (65,2).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan saran
sebagai berikut.
1. Dalam pembelajaran membaca pemahaman cerpen, diharapkan para guru dapat
mengemas pembelajaran tersebut dengan baik dan menarik agar ketertarikan
siswa dalam membaca menjadi lebih tinggi.
2. Diharapkan para guru menerapkan metode membaca yang tepat bagi siswa
sesuai dengan teks bacaannya, ketika siswa membaca pemahaman cerpen maka
metode OK5R bisa dijadikan alternatif.
3. Kepada para guru yang nantinya ingin menerapkan metode OK5R kepada anak
didiknya, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam metode
tersebut. Masalah yang dirasakan banyak siswa dalam penelitian ini ketika
menerapkan metode tersebut adalah masalah waktu. Penerapan metode OK5R
membutuhkan banyak waktu dikarenakan metode tersebut mempunyai banyak
langkah pula.
PUSTAKA ACUAN
A Teeuw. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya, 1984.
Abidin, Yunus. Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:
Refika Aditama, 2012.
Apriani, Rini. “Penerapan Metode SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review)
dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Teks Bahasa Jepang (Dokkai)”.
Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2012.
________________. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, Cet XIV, 2010.
Damanik, Lidwina Oktarina. “Pengaruh Penggunaan Teknik Membaca OK5R
Terhadap Kemampuan Menceritakan Kembali Cerita Anak yang Dibaca
Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013.”
Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan, 2013.
Iskandar, Alek. Beberapa Pilihan tentang Penelitian Pendidikan. Bogor: FKIP
Universitas Pakuan, 1996.
Iskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. I, 2008.
Kapena, Sumbye. How to Succeed in Your Studies and Work. Limuru: Paulines,
2006.
Kosasih, E. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya, 2012.
Mahayana, Maman S. 9 Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik.
Jakarta: Bening Publishing, 2005.
Muhayat, Nuryati. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Menggunakan Metode OK5R Siswa Kelas VIII MTs Negeri Pakem”.
Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2006.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjahmada
University Press, 2001.
Pondok Pesantren Attaqwa Putra Bekasi, “Akademi”, artikel diakses pada 10 Juli
2013 dari http://v2.attaqwaputra.sch.id/akademik
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya,
Rahim, Farida. Pengajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Rahman, Ahmad Syaeful, “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman
Cerpen dengan Metode SQ3R pada Siswa Kelas IX A Madrasah
Tsanawiyah Mathla’ul Anwar 2 kota Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Saryi, “Penggunaan Metode OK5R Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Siswa Kelas X MAN 1 Bogor”. Skripsi S1 Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan, UNPAK Bogor, 2007.
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya, 1988.
Subana dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai
Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pembelajaran. Bandung: Pustaka
Setia.
Subana. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, Cet. II, 2005.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali, 2007.
Sugiyono. Statistika untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: CV Alfabeta, 2009.
Suhendar, M.E. dan Pien Supinah. Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:
Bumi Aksara, Cet. Ke-8, 2010.
Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia,
1986.
Tarigan, Henry Guntur. Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa,
2009.
___________________. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa, Edisi Revisi 2010.
___________________. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, Edisi
Revisi 2011.
Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Jaya, Cet. Ke-5, 2014.
Widyamartaya. Seni Membaca untuk Studi.Yogyakarta: Kasinius, 1992.
Zaidan, Abdul Rozak dkk. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Pertama untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nama Sekolah : MTs Attaqwa Pusat Putra
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : 14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan
cerpen
Kompetensi Dasar : 14.2. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita
pendek) dengan realitas sosial
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta didik mampu
menentukan latar peristiwa pada cerpen dan
menjelaskan hubungan cerpen dengan realitas sosial.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
II. Materi Ajar
Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen dengan realitas sosial
1. Cerpen
Cerita pendek atau short story merupakan salah satu jenis prosa modern
selain roman dan novel dan bentuknya paling pendek.
2. Latar (Setting) Cerpen
Latar merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita.
Latar berfungsi untuk memperkuat dan mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalannya cerita ataupun terhadap karakter tokoh.
Macam-macam latar
a. Latar waktu : waktu berlangsungnya cerita.
b. Latar tempat : tempat berlangsungnya cerita.
c. Latar suasana : suasana cerita, yakni suasana batin (misal:
perasaan bahagia, terharu) dan suasana fisik (misal: sepi, ramai).
d. Latar sosial budaya : keadaan sosial masyarakat yang diceritakan dalam
cerpen atau juga status sosial tokoh cerita yang bersangkutan.
3. Realitas Sosial
Realita sosial adalah kenyataan yang benar-benar ada atau terjadi di tengah-
tengah masyarakat, seperti seorang pemulung yang mencari nafkah dengan
mengorek-ngorek sampah.
4. Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial
Hubungan latar cerpen Ulang Tahun Ibu Kartini (LKS Bahasa Indonesia, h.
32-33) dengan keadaan sosial pada saat itu bahwa orang tua akan memberikan
nama anaknya dengan nama tokoh karena kesamaan tanggal lahirnya. Dalam
cerita itu dijelaskan mengapa ibu Kartini diberikan nama demikian oleh orang
tuanya. Hal itu dikarenakan tanggal lahirnya sama dengan tanggal lahir R.A.
Kartini, pejuang emansipasi wanita dari Jepara.
III. Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Diskusi
Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama dan kedua :
A. Kegiatan Awal
Mengkondisikan kelas
Memulai dengan membaca doa
Mengecek kehadiran siswa
Apersepsi (membuka kembali ingatan peserta didik mengenai cerpen,
seperti pengertian cerpen dan unsur-unsurnya)
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi
Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Siswa membaca materi yang akan diajarkan
Guru menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek)
dengan realitas siswa
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran dengan
memberikan siswa sebuah cerpen
Siswa membaca cerpen ”Berburuk Sangka” dalam kurun waktu
yang ditentukan guru
Siswa mengumpulkan cerpen yang telah dibacanya dan
menyerahkannya kepada guru
Siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan isi
cerpen yang telah dibacanya
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi
Siswa mengumpulkan tugasnya
Guru memeriksa tugas siswa
Guru dan siswa sama-sama menjawab soal dan menuliskan
jawabannya di papan tulis
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
Pembelajaran ditutup dengan pembacaan Hamdalah
V. Sumber/Alat/bahan
Cerita pendek
LKS (Lembar Kerjas Siswa)
Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
VI. Penilaian
A. Instrumen Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen
Mampu mendata latar
cerpen
Mampu mengaitkan latar
cerpen dengan realitas
sosial masa kini
Tes Uraian
Cerpen tersebut mempunyai tema
tentang ....
Tiga tokoh dalam cerpen tersebut
adalah ....
Amanat atau pesan yang ingin
disampaikan pengarang dalam cerpen
tersebut adalah ....
Latar tempat dan waktu ketika ibu
menyuruh Sisi mengantarkan kue
adalah ....
Perbuatan atau kelakuan tokoh dalam
cerpen tersebut yang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari di sekitar kita
adalah ....
Alasan Sisi sempat menolak perintah
ibunya untuk mengantarkan kue ke
rumah Nenek Khasanah adalah ...
Nama ibu Sisi adalah ....
Setelah menemui dan berbicara dengan
Nenek Khasanah, akhirnya Sisi
mengetahui bahwa Nenek Khasanah
mempunyai sifat ....
Perasaan Sisi setelah mengetahui sifat
sebenarnya Nenek Khasanah adalah ....
Nenek Khasanah sempat memarahi Sisi
karena ....
B. Penskoran
No. Jenis Soal Skor Total Skor
1.
Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
2. Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
3. Analisis Amanat Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
4. Analisis Latar Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
5. Analisis Relevansi Isi
Cerpen dengan Realita
Sosial
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
6. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
7. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
8. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
9. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
10. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
Jumlah Skor Maksimum 30
Keterangan
Nilai akhir = x 100%
Bekasi, 20 Mei 2013
Kepala MTs Attaqwa Pusat Putra Guru Bahasa Indonesia
Drs. KH. Mawardi Mahmud, M.Pd. Dzul Hamdi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Kedua untuk Kelas Eksperimen
Nama Sekolah : MTs Attaqwa Pusat Putra
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : 14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan
cerpen
Kompetensi Dasar : 14.2. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita
pendek) dengan realitas sosial
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta didik mampu
menentukan latar peristiwa pada cerpen dan
menjelaskan hubungan cerpen dengan realitas sosial.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
II. Materi Ajar
Menjelaskan latar dan hubungan cerpen dengan realitas sosial
1. Cerpen
Cerita pendek atau short story merupakan salah satu jenis prosa modern
selain roman dan novel dan bentuknya paling pendek.
2. Latar (Setting) Cerpen
Latar merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita.
Latar berfungsi untuk memperkuat dan mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalannya cerita ataupun terhadap karakter tokoh.
Macam-macam latar
e. Latar waktu : waktu berlangsungnya cerita.
f. Latar tempat : tempat berlangsungnya cerita.
g. Latar suasana : suasana cerita, yakni suasana batin (misal:
perasaan bahagia, terharu) dan suasana fisik (misal: sepi, ramai).
h. Latar sosial budaya : keadaan sosial masyarakat yang diceritakan dalam
cerpen atau juga status sosial tokoh cerita yang bersangkutan.
3. Realitas Sosial
Realita sosial adalah kenyataan yang benar-benar ada atau terjadi di tengah-
tengah masyarakat, seperti seorang pemulung yang mencari nafkah dengan
mengorek-ngorek sampah.
4. Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial
Latar cerpen Prasangka Buruk jika dikaitkan dengan keadaan sosial pada
saat itu bahwa seseorang akan berprasangka buruk kepada seseorang yang
belum dikenalnya dengan pasti, padahal belum tentu orang itu buruk sesuai
dengan yang dipikikannya, seperti yang dialami oleh Sisi. Ia mengira Nenek
Khasanah itu orangnya jahat, tetapi setelah ia bertemu dan mengobrol
dengannya, akhirnya ia mengetahui bahwa Nenek Khasanah itu orangnya
lembut dan baik, tidak seperti yang ia pikirkan sebelumnya.
5. Metode OK5R
Metode OK5R adalah metode membaca yang dikembangkan oleh Walter
Pauk, direktur Reading-Study Center dan Cornell University. Metode OK5R
terdiri dari tujuh langkah, yaitu:
1. Overview, membaca skimming untuk mendapatkan kesan umum dari
teks bacaan yang akan dipelajari.
2. Key Ideas, mencari ide kunci teks bacaan.
3. Read, membacanya dari awal sampai akhir.
4. Record, membuat catatan dari teks bacaan tersebut.
5. Recite, menceritakan kembali apa yang diperoleh dari teks bacaan.
6. Review, melihat kembali catatan yang telah dibuatnya.
7. Reflect, bertanya pada diri sendiri tentang topik yang ada di teks
bacaan.
III. Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Diskusi
Metode membaca OK5R
Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama dan kedua :
A. Kegiatan Awal
Mengkondisikan kelas
Memulai dengan membaca doa
Mengecek kehadiran siswa
Apersepsi (membuka kembali ingatan peserta didik mengenai cerpen,
seperti pengertian cerpen dan unsur-unsurnya)
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi
Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Siswa membaca materi yang akan diajarkan
Guru menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek)
dengan realitas siswa
Guru menjelaskan metode OK5R dan contoh penerapannya
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran dengan
memberikan siswa sebuah cerpen.
Siswa membaca cerpen ”Pencuri Kue” dalam kurun waktu yang
ditentukan guru dengan menggunakan metode OK5R.
Siswa membaca secara cepat untuk memperoleh gambaran besar
mengenai ide-ide yang dibahas dan problem-problem yang diungkap
di dalam cerpen.
Siswa merumuskan ide-ide cerita setelah melakukan overview.
Siswa mulai membaca cerpen secara teliti dari awal sampai akhir.
Siswa membuat catatan-catatan, misalnya menandai bacaan dan
mencatat hal-hal yang penting dari cerpen, seperti tema, tokoh dan
perwatakannya, alur, latar, dan amanatnya.
Siswa berusaha untuk mempertahankan kontruksi pemahaman yang
diperoleh dari hasil membaca dengan cara menceritakan kembali isi
cerpen dengan kata-kata sendiri.
Siswa mengulangi kembali apa yang telah dibaca. Sehingga
penguasaan bacaan menjadi bulat dan menyeluruh.
Siswa mengadakan perenungan. Ide-ide dan amanat cerita
dipikirkan lebih mendalam, kemudian mengaitkannya dengan
kehidupan pembaca ataupun kehidupan di sekitarnya.
Siswa mengumpulkan cerpen yang telah dibacanya dan
menyerahkannya kepada guru
Siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan isi
cerpen yang telah dibacanya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi
Siswa mengumpulkan tugasnya
Guru memeriksa tugas siswa
Guru dan siswa sama-sama menjawab soal dan menuliskan
jawabannya di papan tulis
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
Pembelajaran ditutup dengan pembacaan Hamdalah
V. Sumber/Alat/bahan
Cerita pendek
LKS (Lembar Kerjas Siswa)
Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
VI. Penilaian
A. Instrumen Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen
Mampu mendata latar
cerpen
Mampu mengaitkan latar
cerpen dengan realitas
sosial masa kini
Tes Uraian
Hal-hal apa saja dari cerpen tersebut
yang sesuai dengan kehidupan sehari-
hari?
Apa yang dibagikan ibu kepada anak-
anaknya, kemudian masing-masing
anak mendapatkan berapa?
Peristiwa atau bagian apa dalam cerpen
tersebut yang menjadi konflik cerita?
Sebutkan latar tempat yang ada dalam
cerpen tersebut, kemudian jelaskan
peristiwa apa saja yang ada dalam latar
tersebut!.
Apa tema cerpen tersebut?
Mengapa John dan keluarganya pindah
ke desa?
Bagaimana perwatakan ibu ketika
menyikapi pertengkaran antara John
dan kakak-kakaknya?
Bagaimana sikap Paul dan Sarrah
setelah mengetahui pencuri yang
sebenarnya?
Hukuman apa yang Ibu berikan kepada
John?
Apa amanat yang terdapat dalam cerpen
tersebut?
B. Penskoran
No. Jenis Soal Skor Total Skor
1. Analisis Relevansi Isi
Cerpen dengan Realita
Sosial
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
2. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
3. Analisis Alur Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
4. Analisis Latar Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
5. Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
6. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
7. Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
8. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
9. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
10. Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
Jumlah Skor Maksimum 30
Keterangan:
Nilai akhir = x 100%
Bekasi, 21 Mei 2013
Kepala MTs Attaqwa Pusat Putra Guru Bahasa Indonesia
Drs. KH. Mawardi Mahmud, M.Pd. Dzul Hamdi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Pertemuan Kedua untuk Kelas Kontrol
Nama Sekolah : MTs Attaqwa Pusat Putra
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 4 × 40 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : 14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan
cerpen
Kompetensi Dasar : 14.2. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita
pendek) dengan realitas sosial
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta didik mampu
menentukan latar peristiwa pada cerpen dan
menjelaskan hubungan cerpen dengan realitas sosial.
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
II. Materi Ajar
Menjelaskan latar dan hubungan cerpen dengan realitas sosial
1. Cerpen
Cerita pendek atau short story merupakan salah satu jenis prosa modern
selain roman dan novel dan bentuknya paling pendek.
2. Latar (Setting) Cerpen
Latar merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita.
Latar berfungsi untuk memperkuat dan mempertegas keyakinan pembaca
terhadap jalannya cerita ataupun terhadap karakter tokoh.
Macam-macam latar
a. Latar waktu : waktu berlangsungnya cerita.
b. Latar tempat : tempat berlangsungnya cerita.
c. Latar suasana : suasana cerita, yakni suasana batin (misal:
perasaan bahagia, terharu) dan suasana fisik (misal: sepi, ramai).
d. Latar sosial budaya : keadaan sosial masyarakat yang diceritakan dalam
cerpen atau juga status sosial tokoh cerita yang bersangkutan.
3. Realitas Sosial
Realita sosial adalah kenyataan yang benar-benar ada atau terjadi di tengah-
tengah masyarakat, seperti seorang pemulung yang mencari nafkah dengan
mengorek-ngorek sampah.
4. Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial
Latar cerpen Prasangka Buruk jika dikaitkan dengan keadaan sosial pada
saat itu bahwa seseorang akan berprasangka buruk kepada seseorang yang
belum dikenalnya dengan pasti, padahal belum tentu orang itu buruk sesuai
dengan yang dipikikannya, seperti yang dialami oleh Sisi. Ia mengira Nenek
Khasanah itu orangnya jahat, tetapi setelah ia bertemu dan mengobrol
dengannya, akhirnya ia mengetahui bahwa Nenek Khasanah itu orangnya
lembut dan baik, tidak seperti yang ia pikirkan sebelumnya.
III. Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Diskusi
Latihan
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama dan kedua :
A. Kegiatan Awal
Mengkondisikan kelas
Memulai dengan membaca doa
Mengecek kehadiran siswa
Apersepsi (membuka kembali ingatan peserta didik mengenai cerpen,
seperti pengertian cerpen dan unsur-unsurnya)
B. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi
Guru melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
Siswa membaca materi yang akan diajarkan
Guru menjelaskan hubungan latar suatu cerpen (cerita pendek)
dengan realitas siswa
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi
Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran dengan
memberikan siswa sebuah cerpen
Siswa membaca cerpen ”Pencuri Kue” dalam kurun waktu yang
ditentukan guru
Siswa mengumpulkan cerpen yang telah dibacanya dan
menyerahkannya kepada guru
Siswa menjawab soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan isi
cerpen yang telah dibacanya
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi
Siswa mengumpulkan tugasnya
Guru memeriksa tugas siswa
Guru dan siswa sama-sama menjawab soal dan menuliskan
jawabannya di papan tulis
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran
Pembelajaran ditutup dengan pembacaan Hamdalah
V. Sumber/Alat/bahan
Cerita pendek
LKS (Lembar Kerjas Siswa)
Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
VI. Penilaian
A. Instrumen Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Bentuk
Instrumen
Instrumen
Mampu mendata latar
cerpen
Mampu mengaitkan latar
cerpen dengan realitas
sosial masa kini
Tes Uraian
Hal-hal apa saja dari cerpen tersebut
yang sesuai dengan kehidupan sehari-
hari?
Apa yang dibagikan ibu kepada anak-
anaknya, kemudian masing-masing
anak mendapatkan berapa?
Peristiwa atau bagian apa dalam cerpen
tersebut yang menjadi konflik cerita?
Sebutkan latar tempat yang ada dalam
cerpen tersebut, kemudian jelaskan
peristiwa apa saja yang ada dalam latar
tersebut!.
Apa tema cerpen tersebut?
Mengapa John dan keluarganya pindah
ke desa?
Bagaimana perwatakan ibu ketika
menyikapi pertengkaran antara John
dan kakak-kakaknya?
Bagaimana sikap Paul dan Sarrah
setelah mengetahui pencuri yang
sebenarnya?
Hukuman apa yang Ibu berikan kepada
John?
Apa amanat yang terdapat dalam cerpen
tersebut?
B. Penskoran
No. Jenis Soal Skor Total Skor
1. Analisis Relevansi Isi
Cerpen dengan Realita
Sosial
Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
2. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
3. Analisis Alur Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
4. Analisis Latar Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
5. Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
6. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
7. Analisis Tokoh dan
Penokohan
Baik skor 3
Cukup skor 2
3
Kurang skor 1
8. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
9. Pemahaman Isi Cerpen Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
10. Analisis Tema Baik skor 3
Cukup skor 2
Kurang skor 1
3
Jumlah Skor Maksimum 30
Keterangan
Nilai akhir = x 100%
Bekasi, 21 Mei 2013
Kepala MTs Attaqwa Pusat Putra Guru Bahasa Indonesia
Drs. KH. Mawardi Mahmud, M.Pd. Dzul Hamdi
Tabel Nilai r Product Moment
N Taraf Signif.
N Taraf Signif.
N Taraf Signif.
5% 10% 5% 10% 5% 10%
3 0,997 0,999 26 0,388 0,496 55 0,266 0,345
4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330
5
0,878
0,959
28
29
0,374
0,367
0,478
0,470
65
70
0,244
0,235
0,317
0,306
6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296
7 0,754 0,874
8 0,707 0,834 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286
9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278
10
0,632
0,765
33
34
0,344
0,339
0,442
0,436
90
95
0,207
0,202
0,270
0,263
11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256
12
13
0,576
0,553
0,708
0,708
36
0,329
0,424
125
0,176
0,230
14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210
15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194
16
0,497
0,623
39
40
0,316
0,312
0,408
0,403
200
300
0,138
0,113
0,181
0,148
17 0,482 0,606
18 0,468 0,590 41 0,308 0,398 400 0,098 0,128
19 0,456 0,575 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115
20 0,444 0,561 43 0,301 0,389
44
45
0,297
0,294
0,384
0,380
600
700
0,080
0,074
0,105
0,097
21 0,433 0,549
22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091
23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086
24 0,404 0,515 48 0,284 0,368
25 0,396 0,505 49
50
0,281
0,279
0,364
0,361
1000 0,062 0,081
Distribusi Student’s t
α Untuk Uji Dua Pihak
0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
dk α Untuk Uji Satu Pihak
0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
40
60
120
∞
1,000
0,816
0,765
0,741
0,727
0,718
0.711
0.706
0.703
0.700
0.697
0.695
0.694
0.692
0.691
0.690
0.689
0.688
0.688
0.687
0.686
0.686
0.685
0.685
0.684
0.684
0.684
0.683
0.683
0.683
0,681
0,679
0,677
0,674
3,078
1,886
1,638
1,533
1,476
1,440
1,415
1,397
1,383
1,372
1,363
1,356
1,350
1,345
1,341
1,337
1,333
1,330
1,328
1,325
1,323
1,321
1,319
1,318
1,316
1.315
1,314
1,313
1,311
1,310
1,303
1,296
1,289
1,282
6,314
2,920
2,353
2,132
2,015
1,943
1,895
1,860
1,833
1,812
1,796
1,782
1,771
1,761
1,753
1,746
1,740
1,734
1,729
1,725
1,721
1,717
1,714
1,711
1,708
1,706
1,703
1,701
1,699
1,697
1,684
1,671
1,658
1,645
12,706
4,303
3,182
2,770
2,571
2,447
2,365
2,306
2,262
2,228
2,201
2,179
2,160
2,145
2,131
2,120
2,110
2,101
2,093
2,086
2,080
2,074
2,069
2,064
2,060
2,056
2,052
2,052
2,048
2,045
2,021
2,000
1,980
1,960
31,821
6,965
4,541
3,747
3,365
3,143
2,998
2,896
2,821
2,764
2,718
2,681
2,650
2,624
2,602
2,583
2,567
2,552
2,539
2,528
2,518
2,508
2,500
2,492
2,485
2,479
2,473
2,467
2,462
2,457
2,423
2,390
2,358
2,326
63,657
9,925
5,841
4,604
4,032
3,707
3,499
3,355
3,250
3,169
3,106
3,055
3,012
2,977
2,947
2,921
2,898
2,878
2,861
2,845
2,831
2,819
2,807
2,797
2,787
2,779
2,771
2,763
2,756
2,750
2,704
2,660
2,617
2,576
Tabel Distribusi F
Alpha = 5% V2 = dk
penyebut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 15 20 24 30 40 60 100 INF
1 161 200 216 225 230 234 237 239 241 242 244 246 248 249 250 251 252 253 254
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.41 19.43 19.44 19.45 19.46 19.47 19.48 19.49 19.49
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.84 8.81 8.78 8.74 8.70 8.66 8.64 8.62 8.59 8.57 8.55 8.53
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.91 5.86 5.80 5.77 5.74 5.72 5.688 5.66 5.63
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.87 4.82 4.77 4.73 4.68 4.62 4.56 4.53 4.49 4.46 4.43 4.40 4.36
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.00 3.94 3.87 3.84 3.81 3.77 3.74 3.70 3.67
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.72 3.68 3.64 3.57 3.51 3.44 3.41 3.37 3.34 3.30 3.27 3.23
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.28 3.22 3.15 3.11 3.08 3.04 3.00 2.97 2.93
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.07 3.01 2.94 2.90 2.86 2.82 2.79 2.75 2.71
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.32 3.22 3.13 3.07 3.02 2.98 2.91 2.84 2.77 2.74 2.70 2.66 2.62 2.58 2.54
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.79 2.72 2.65 2.61 2.57 2.53 2.49 2.45 2.40
12 4.75 3.88 3.49 3.26 3.10 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.69 2.62 2.54 2.50 2.47 2.42 2.38 2.34 2.30
13 4.67 3.80 3.41 3.18 3.02 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.60 2.53 2.46 2.42 2.38 2.34 2.30 2.25 2.21
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.64 2.60 2.53 2.46 2.39 2.35 2.31 2.27 2.22 2.18 2.13
15 4.54 3.68 3.29 3.05 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.47 2.40 2.32 2.29 2.25 2.20 2.16 2.11 2.06
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.53 2.49 2.42 2.35 2.27 2.23 2.19 2.15 2.10 2.06 2.01
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.38 2.31 2.23 2.19 2.15 2.10 2.06 2.01 1.96
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.34 2.27 2.19 2.15 2.11 2.06 2.02 1.97 1.91
19 4.38 3.52 3.13 2.89 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.31 2.23 2.15 2.11 2.07 2.02 1.98 1.93 1.88
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.28 2.20 2.12 2.08 2.04 1.99 1.95 1.90 1.84
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.25 2.17 2.10 2.05 2.01 1.96 1.92 1.86 1.81
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.22 2.15 2.07 2.03 1.98 1.94 1.89 1.84 1.78
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.20 2.13 2.05 2.00 1.96 1.91 1.86 1.81 1.76
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.35 2.30 2.25 2.18 2.11 2.03 1.98 1.94 1.89 1.84 1.79 1.73
25 4.24 3.38 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.16 2.09 2.01 1.96 1.92 1.87 1.82 1.77 1.71
26 4.22 3.37 2.97 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.26 2.22 2.15 2.07 1.99 1.95 1.90 1.85 1.80 1.75 1.69
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.30 2.25 2.20 2.13 2.05 1.97 1.93 1.88 1.84 1.78 1.73 1.67
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.44 2.36 2.29 2.24 2.19 2.12 2.04 1.96 1.91 1.87 1.82 1.77 1.71 1.65
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.54 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.10 2.03 1.94 1.90 1.85 1.80 1.75 1.70 1.64
30 4.17 3.31 2.92 2.69 2.52 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.09 2.01 1.93 1.89 1.84 1.79 1.74 1.68 1.62
40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.33 2.25 2.18 2.12 2.08 2.00 1.92 1.84 1.79 1.74 1.69 1.64 1.58 1.51
60 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.92 1.84 1.75 1.70 1.65 1.59 1.53 1.47 1.39
125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.83 1.75 1.66 1.61 1.55 1.49 1.43 1.35 1.25
inf 3.84 2.99 2.60 2.37 2.21 2.10 2.01 1.94 1.88 1.83 1.75 1.67 1.57 1.52 1.46 1.39 1.32 1.22 1.00
Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors
Ukuran Taraf Nyata (α)
Sampel (n) 0,01 0,05 0,10 0,15 0,20
4 0,417 0,381 0,352 0,319 0,300
5 0,405 0,337 0,315 0,229 0,285
6 0,364 0,319 0,294 0,277 0,265
7 0,348 0,300 0,276 0,258 0,247
8 0,331 0,285 0,261 0,244 0,233
9 0,311 0,271 0,249 0,233 0,223
10 0,294 0,258 0,239 0,224 0,215
11 0,284 0,249 0,230 0,217 0,206
12 0,275 0,242 0,223 0,212 0,199
13 0,268 0,234 0,214 0,202 0,190
14 0,261 0,227 0,207 0,194 0,183
15 0,257 0,220 0,201 0,187 0,177
16 0,250 0,213 0,195 0,182 0,173
17 0,245 0,206 0,189 0,177 0,169
18 0,239 0,200 0,184 0,173 0,166
19 0,235 0,195 0,179 0,169 0,163
20 0,231 0,190 0,174 0,166 0,160
25 0,200 0,173 0,158 0,147 0,142
30 0,187 0,161 0,144 0,136 0,131
> 30
LUAS DIBAWAH LENGKUNGAN KURVE NORMAL
DARI 0 S/D Z
Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0,1 0398 0438 0478 0517 0557 0596 0636 0675 0714 0753
0,2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0,3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0,4 1554 1591 1628 1684 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0,5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224
0,6 2258 2291 2324 2357 2389 2422 2454 2486 2517 2549
0,7 2580 2612 2642 2673 2703 2734 2764 2794 2823 2852
0,8 2881 2910 2939 2967 2995 3023 3051 3078 3106 3133
0,9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389
1,0 3413 3438 3461 3485 3508 3531 3554 3577 3599 3621
1,1 3643 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830
1,2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1,3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1,4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319
1,5 4332 4345 4357 4370 4382 4394 4406 4419 4429 4441
1,6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1,7 4554 4564 4573 4582 4591 4599 4608 4616 4625 4633
1,8 4641 4549 4556 4664 4671 4678 4686 4693 4699 4706
1,9 4713 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4756 4761 4767
2,0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
2,1 4821 4826 4830 4834 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2,2 4861 4864 4368 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2,3 4898 4896 4898 4901 4004 4906 4909 4911 4913 4916
2,4 4918 4920 4922 4025 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2,5 4938 4940 4941 4043 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2,6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
2,7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2,8 4074 4975 4976 4977 4977 4987 4979 4979 4980 4981
2,9 4981 4982 4982 4083 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3,0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3,1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3,2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995
3,3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4997 4997
3,4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998
3,5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3,6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
BIODATA PENULIS
Dzul Hamdi, lahir di Bekasi, 12 Desember 1989. Bertempat
tinggal di Jalan Setiadarma I Rt. 01 Rw. 02 No. 3 Desa
Setiadarma Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.
Terlahir dari pasangan H. Abd. Rochman dan Hj. Chosyiah. Anak
terakhir dari enam bersaudara ini memulai pendidikan di TK
Thariq bin Ziyad, dilanjutkan ke SD Negeri 03 Tambun, lalu dilanjutkan ke MTs
Attaqwa Pusat Putra Bekasi, kemudian dilanjutkan kembali ke MA Attaqwa Pusat
Putra Bekasi, dan menyelesaikan program Strata 1 (S 1) di Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis yang memiliki hobi
menggambar ini mempunyai motto hidup yaitu Lakukan dan selesaikan apa yang
telah direncanakan dari awal.