pengelolaan limbah kimia
DESCRIPTION
pengelolaan limbah kimiaTRANSCRIPT
BAB II Tinjauan Pustaka
1. Definisi Limbah Secara Umum
Banyak orang yang mengartikan limbah sebagai
bahan buangan. Banyak juga yang menyamakan limbah
dengan sampah. Sebenarnya, apa pengertian dan definisi
limbah itu sendiri? Dibawah ini akan dijelaskan pengertian
dan definisi limbah menurut para ahli yang bisa membuka
mata dan cara pandang kita mengenai limbah itu sendiri.
Stokes (1991)
Limbah infeksius adalah limbah yang mampu menimbulkan penyakit, Limbah
berbahaya adalah limbah yang membahayakna manusia dan lingkungannya Limbah toksik
limbah yang mampu menimbulkan efek toksik, Limbah medik adalah setiap limbah padat
yang terjadi saat penegakan diagnosis, perawatan atau pengimunisasian manusia maupun
hewan
Okun & Ponghis (1975)
Kata limbah cair seharusnya dipakai untuk mengratikan semua limbah cair rumah tangga,
termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke sistem saluran limbah cair,
kecuali air hujan atau drainase permukaan
Tchobanoglous & Elliassen (1979)
Gabungan cairan atau sampah yang terbawa air dari tempat tinggal, kantor, bangunan
perdagangan, industri, serta air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada
Willgoose (Udin Djabu, 1990/1991)
1
Limbah cair adalah air yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan
perdagangan, dan industri berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan
tersuspensi
Environmental Protection Agency (Udin Djabu, 1990 / 1991)
Limbah cair adalah air yang membawa bahan padat terlarut atau tersuspensi dari tempat
tinggal, kebun, bangunan perdangangan, dan industri
Ir. Hieronymus Budi Santoso
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas
manusia atau proses-proses alam, dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan
dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif
Cahyono Budi Utomo
Limbah adalah benda atau zat yang timbul dari hasil kegiatan manusia yang tidak
digunakan lagi, sehingga dibuang
Diah Aryulina
Limbah adalah suatu benda atau zat yang emngandung berbagai bahan yang membayakan
kehidupan manusia, hewan, serta mahluk hidup lainnya
Saktiyono
Limbah adalah sisa proses produksi
Darmadi
Limbah adalah produk akhir yang berupa material bangunan dari sebuah proses
pencucian, dekontaminasi atau proses metabolisme tubuh, yang dapat berbentuk cairan atau
setengah padat
2
Keptusan Menperindag Ri No. 231/Mpp/Kep/7/1997 Pasal 1
Limbah adalah bahan / barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi
yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia atau
hewan
Deden Abdurahman
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena menurunkan kualitas lingkungan
Mahida
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, yang mengandung bahan berbahaya
atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, atau jumlahnya, baik secara langsung atau tidak
langsung akan dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
atau makhluk hidup lainnya
Nothing Vanishes
Sedang teori hukum alam yaitu suatu zat tidak ada yang lenyap artinya bahan kimia
apapun apabila dibuang tidak akan lenyap dari lingkungan kita. Ada kemungkinan mengubah
material dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Akan tetapi material asli dan material yang
telah diubah tetap berada di lingkungan kita. Itulah problematika besar bagi kita. Dengan
demikian apabila kita menerapkan manajemen limbah yang baik akan mengurangi efek buruk
dari material terhadap lingkungan di masa mendatang.
2. Penggolongan Limbah
Setiap limbah perlu dikarakteristik terlebih dahulu sebelum rancangan proses dimulai.
Sifat limbah cair yang perlu diketahui adalah volume aliran, konsentrasi organic, karakteristik
dan toksisitas. Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah juga bergantung pada
3
jenis dan karakteristik limbah. Berdasarkan sumber atau asal limbah, maka limbah dapat
dibagi kedalam beberapa golongan yaitu :
a) Limbah domestic, yaitu semua limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur, tempat
cuci pakaian, dan lain sebagainya, yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri atas zat
organik baik padat maupun cair, bahan berbahaya dan beracun (B-3), garam terlarut,
lemak.
b) Limbah nondomestic, yaitu limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, dan transportasi serta sumber-sumber lainnya. Limbah
pertanian biasanya terdiri atas pestisida, bahan pupuk dan lainnya (Kristianto,2002)
c) Berdasarkan jenisnya :
Limbah organik
Limbah anorganik
Limbah kayu atau kaca
d) Berdasarkan bentuknya :
Limbah cair
Limbah padat
Limbah gas
e) Berdasarkan keamanannya
Limbah berbahaya dan beracun
Limbah tak berbahaya
f) Berdasarkan sumbernya
Limbah rumah tangga
Limbah pasar
Limbah rumah tangga
Limbah pabrik
4
Limbah perkantoran
Limbah sekolah
Limbah pertanian
Limbah hotel
Limbah rumah sakit
Akan tetepi limbah pun dapat menjadi suatu yang sangat berguna dan memiliki nilai jual
tinggi kala limbah diolah baik dan benar.tetapi jika limbah tidak diolah dengan baik dan
benar akan menyebabkan berbagai polusi udara,air dan polusi yang menyebabkan penyakit.
Oleh karena itu sebuah limbah harus di kelola dengan baik sehingga tidak merugikan
orang lain,sesuai dengan etika dalam bermasyarakat yang melihat dari nilai-nilai norma yang
ada.
3. Sumber Limbah
Dalam berbagai penelitian telah di simpulkan bahwasanya ada beberapa sumber
limbah dominan yang selama ini di ketahui...inilah 8 sumber limbah dominan yang
telah di simpulkan :
3.1. Industri Tekstil dan industri kulit Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil
adalah penggunaan zat warna. Beberapa zat warna dikenal mengandung Cr, seperti
senyawa Na2Cr2O7 atau senyawa Na2Cr3o7. Industri batik menggunakan senyawa
Naftol yang sangat berbahaya. Senyawa lain dalam kategori B3 adalah H2O2 yang
sangat reaktif dan HClO yang bersifat toksik.
3.2. Beberapa tahap proses pada indusrti kulit yang mneghasilkan limbah B3 antara lain
washing, soaking, dehairing, lisneasplatting, bathing, pickling, dan degreasing.
Tahap selanjutnya meliputi tanning, shaving, dan polishing. Proses tersebut
5
menggunakan pewarna yang mengandung Cr dan H2SO4. Hal inilah yang menjadi
pertimbangan untuk memasukkan industrikulit dalam kategori penghasil limbah B3.
3.3. Pabrik kertas dan percetakan Sumber limbah padat berbahaya di pabrik kertas
berasal dari proses pengambilan kmebali (recovery) bahan kimia yang memerlukan
stabilisasi sebelum ditimbun. Sumber limbah lainnya ada pada permesinan kertas,
pada pembuangan (blow down) boiler dan proses pematangan kertas yang
menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut diolah, dihasilkan konsentrat
lumpur beracun. Produk samping proses percetakan yang dianggap berbahaya dan
beracun adalah dari limbah cair pencucian rol film, pembersihan mesin, dan
pemrosesan film. Proses ini menghasilkan konsentrat lumpur sebesar 1-4 persen dari
volume limbah cair yang diolah. Industri persuratkabaran yang memiliki tiras jutaan
eksemplar ternyata memiliki potensi sebagai penghasil limbah B3.
3.4. Industri kimia besar Kelompok industri ini masuk dalam kategori penghasil limbah
B3, yang antara lain meliputi pabrik pembuatan resin, pabrik pembuat bahan
pengawet kayu, pabrik cat, pabrik tinta, industri gas, pupuk, pestisida, pigmen, dan
sabun. Limbah cair pabrik resin yang sudah diolah menghasilkan lumpur beracun
sebesar 3-5 persen dari volume limbah cair yang diolah. Pembuatan cat
menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (water-base) maupun zat
pelarut (solvent-base). Sedangkan industri tinta menghasilkan limbah terbesar dari
dari pembersihan bejana-bejana produksi, baik cairan maupun lumpur pekat.
Sementara, timbulnya limbah beracun dari industri pestisida bergantung pada jenis
proses pada pabrik tersebut, yaitu apakah ia benar-benar membuat bahan atau hanya
memformulasikan saja.
3.5. Industri farmasi Kelompok indusrti farmasi terbagi dalam dua sub-kelompok, yaitu
sub-kelompok pembuat bahan dasar obat dan sub-kelompok formulasi dan
6
pengepakan obat. Umumnya di Indonesia adalah sub-kelompok kedua yang tidak
begitu membahayakan. Tapi, limbah industri farmasi yang memproduksi atibiotik
memiliki tingkat bahaya cukup tinggi. Limbah industri farmasi umumnya berasal
dari proses pencucian peralatan dan produk yang tidak terjual dan kadaluarsa.
3.6. Industri logam dasar Industri logam dasar nonbesi menghasilkan limbah padat dari
pengecoran, percetakan, dan pelapisan, yang mengahasilkan limbah cair pekat
beracun sebesar 3 persen dari volume limbah cair yang diolah. Industri logam untuk
keperluan rumah tangga menghasilkan sedikit cairan pickling yang tidak dapat
diolah di lokasi pabrik dan memerlukan pengolahan khusus. Selain itu juga terdapat
cairan pembersih bahan dan peralatan, yang konsentratnya masuk kategori limbah
B3.
3.7. Industri perakitan kendaraan bermotor. Kelompok ini meliputi perakitan
kendaraan bermotor seperti mesin, disel, dan pembuatan badan kendaraan (karoseri).
Limbahnya lebih banyak bersifat padatan, tetapi dikategorikan sebagai non B3.
Yang termasuk B3 berasal dari proses penyiapan logam (bondering) dan pengecatan
yang mengandung logam berat seperti Zn dan Cr.
3.8. Industri baterai kering dan aki Limbah padat baterai kering yang dianggap bahaya
berasal dari proses filtrasi. Sedangkan limbah cairnya berasal dari proses penyegelan.
Industri aki menghasilkan limbah cair yang beracun, karena menggunakan H2SO4
sebagai cairan elektrolit.
3.9. Rumah sakit Rumah sakit menghasilkan dua jenis limbah padat maupun cair,
bahkan juga limbah gas, bakteri, maupun virus. Limbah padatnya berupa sisa obat-
obatan, bekas pembalut, bungkus obat, serta bungkus zat kimia. Sedangkan limbah
cairnya berasal dari hasil cucian, sisa-sisa obat atau bahan kimia laboratorium dan
lain-lain. Limbah padat atau cair rumah sakit mempunyai karateristik bisa
7
mengakibatkan infeksi atau penularan penyakit. Sebagian juga beracun dan bersifat
radioaktif. Selama ini sangat sulit mengetahui secara persis, berapa jumlah limbah B3
yang dihasilkan suatu industri, karena pihak industri enggan melaporkan jumlah dan
akrakter limbah yang sebenarnya. Padahal, kejujuran pihak industri untuk
melaporkan secara rutin jumlah dan karakter limbahnya merupakan informasi
berharga untuk menjaga keselamatan lingkungan bersama. Keengganan mereka
berawal dari biaya pengolahan limbah yang terlampau mahal, sehingga yang terjadi
adalah “kucing-kucingan” guna menghindari keharusan melakukan pengolahan.
Untuk itu diperlukan kebijaksanaan yang tidak terlampau menekan industri, agar
industri terangsang untuk mengolah limbahnya sendiri.
4. Limbah Kimia
Hingga saat ini, limbah kimia bahan beracun dan berbahaya (B3) menjadi masalah besar
bagi kita karena material limbah memberikan efek buruk terhadap lingkungan dan kesehatan.
Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian dan pengetahuan mengenai manajemen
pengolahan limbah. Pada dasarnya penanganan limbah bukanlah hal yang sulit dilakukan,
namun demikian pelaksanaannya perlu kesungguhan dan niat untuk menyelamatkan
kesehatan dan lingkungan kita.
Definisi limbah sendiri adalah produk buangan yang telah terpakai.
Limbah ini bisa berasal dari pabrik, pertambangan, pertanian,
medis, laboratorium, dll.
Sedangkan jenis limbah bisa merupakan bahan beracun dan
berbahaya (B3) maupun limbah non B3. Limbah yang mengandung B3 ini tentunya harus
mendapat perhatian khusus karena secara langsung maupun tak langsung dapat mencemari,
merusak, termasuk membahayakan bagi linkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia maupun makhluk hidup lain. Tingkat bahaya ini dapat diketahui dari material limbah
8
berdasarkan sifat (misal air raksa/Hg), konsentrasi (misalnya tembaga/Cu) ataupun jumlahnya
(misal fenol, arsen).
Karakteristik Limbah Mudah meledak (eksplosif) (misal : bahan peledak)
Mudah terbakar ( misal: bahan bakar, solvent)
Bersifat reaktif (misal: bahan-bahan oksidator)
Berbahaya/harmful (misal logam berat)
Menyebabkan infeksi (misal :bakteri /limbah rumah sakit)
Bersifat korosif (misal : asam kuat)
Bersifat irritatif (misal : basa kuat)
Beracun (misal : HCN, As)
Karsinogenik, Mutagenik dan Teratogenik (misal : merkuri, turunan benzena)
Bahan Radioaktif (misal : Uranium, plutonium,dll)
Pengelolaan Limbah kimiaLaboratorium merupakan salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang
berbahaya bila tidak ditangani secara benar.Sumber limbah tersebut antara lain dari :
Bahan baku kadaluarsa
Bahan habis pakai (misal eluan dan medium biakan yang tidak terpakai)
Produk proses di laboratorium (misal sisa spesimen)
Berkaitan dengan pembuangan limbah ini, bukan hanya ketentuan hukum saja yang mengatur
dan menjerat, akan tetapi termasuk juga pengertian tanggung jawab pribadi terhadap
lingkungan. Sehingga sudah semestinyalah harus ditekankan untuk mengumpulkan dan
secara profesional membuang residu bahan kimia.
Potensi Polutan Air (WGK)
9
Perusahaan besar seperti Merck mencantumkan potensi polutan air terhadap berbagai
kelas dengan Wassergefaehrdungsklassen (WGK) berdasarkan bahaya polusi yang
ditimbulkan.
Kriteria penilaiannya berdasarkan NWG (nicht wassergefaehrdend) yaitu :
0 = tidak berbahaya untuk air
1 = senyawa penyebab polusi ringan
2 = senyawa penyebab polusi
3 = senyawa penyebab polusi berat
WGK 1 WGK 2 WGK 3
Asam asetat
Alumunium klorida
Besi klorida
Magnesium klorida
Metanol
Asetonitril
Klorobenzena
Kobal nitrat
Tembaga(II) sulfat
Timah hitam klorida
Benzena
Kadmium klorida
Kloroform
Nikel sulfat
Kalium kromat
Definisi Limbah Bahan Kimia Berbahaya adalah Limbah yang mempunyai efek toksik dan
berbahaya terhadap manusia.
Adapun klasifikasi pengumpulan limbah labotorium antara lain :
Kelas Jenis
A Pelarut organik bebas halogen dan senyawa organik dalam
larutan
B Pelarut organik mengandung halogen dan senyawa organik
dalam larutan
C Residu padatan bahan kimia laboratorium organik
D Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan
10
kemasan pada pH 6 -8
E Residu bahan anorganik beracun dan garam logam berat dan
larutannya
F Senyawa beracun mudah terbakar
G Residu air raksa dan garam anorganik raksa
H Residu garam logam; tiap logam harus dikumpulkan secara
terpisah
I Padatan anorganik
J Kumpulan terpisah limbah kaca, logam dan plastik
Untuk pelarut organik bebas halogen - kelas A antara lain :
• Aliphatic and alicyclic hydrocarbons
• Aromatic hydrocarbons
• Alcohols
• Ketones
• Esters
• Ethers
• Glycol ethers
Pelarut Organik mengandung Halogen – Kelas B :
• CFC (chlorinated fluorinated hydrocarbons)
• CHC (chlorinated hydrocarbons)
• HHC (halogenated hydrocarbons)
11
Cara Pengumpulan Limbah Laboratorium
Pembuangan Limbah
Limbah laboratorium dikumpulkan dan dibuang dalam wadah terpisah menurut tipe
bahan kimia yang berkaitan
Wadah diberi label (A-J)
Dengan label A-J dipastikan bahan kimia yang terkumpul dalam satu kategori tidak
bereaksi satu sama lain
Pengecekan untuk kandungan asam dan basa
Sebelum dikumpulkan, lakukan penetralan. Sediakan larutan penetral.
Wadah Cairan Pelarut Organik
Dapat tahan terhadap bahan kimia yang disimpan
Tidak mudah pecah/rusak
Anti-bocor dan rapat gas
Memiliki sertifikat UN untuk pengangkutan limbah internasional
Wadah harus ditempatkan di ruang berventilasi baik
Wadah harus disimpan tertutup rapat untuk mencegah penguapan uap berbahaya
Pilih wadah yang tepat (mengeliminir kebocoran)
Kemasan untuk limbah asam dan basa:
Kemasan kombinasi, 10 l dengan inliner
1. Corong untuk kemasan baja nirkarat
2. Corong untuk kemasan Kombinasi
3. Corong untuk kemasan PE
12
1 2 3
Sedang untuk pelarut organik yang secara umum bersifat mudah terbakar, perlakuan
wadah/penampungnya :
Hindari sumber nyala (api terbuka, loncatan listrik, elektris statis, permukaan panas)
Grounding (“Bumikan”) wadah penampungan
Persyaratan Wadah
Harus dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas dari korosi dan kebocoran.
Bentuk, ukuran dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah B3
yang hendak dikemas.
Terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC), atau bahan logam (teflon, baja,
karbon, SS304, SS316 atau SS440) dan tidak bereaksi bereaksi dengan limbah B3
yang disimpannya.
Prinsip Pengemasan Limbah B3 :
1. Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan berbeda.
2. Jumlah pengisian volume limbah harus mempertimbangkan terjadinya pengembangan
volume, pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama penyimpanan.
13
3. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan permanen (korosi atau bocor) dengan
kemasan lain.
4. Kemasan yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai
bagian pengelolaan limbah.
Senyawa Inkompatibel (tidak boleh dicampur)
Senyawa Tidak boleh dicampur dengan
Eksplosif atau
menghasilkan
panas, gas
atau
substansi yang
mudah
menyala
Menghasilkan
gas toksik,
atau tidak
stabil atau
substansi
berbahaya
Asam asetat Alkohol, asam kromat, etilen
glikol,asam nitrat,
asam perklorat, peroksida,
permanganat
x
Asetat anhidrat Asam kromat, etilen glikol, asam
nitrat, asam perklorat, peroksida,
permanganat.
alkohol, air : senyawa yang
mengandung hidroksil
x
Aseton Campuran asam nitrat / asam sulfat
pekat
x
Asetilen halogen, tembaga dan alloy nya, x
14
silver dan mercury, garam logam
berat
Logam alkali Air, asam, alkohol, halogen, asam
halida,oksigen udara,garam,
hidrokarbon terhalogenasi, seluruh
oksidator, karbondioksida
x
Alkil aluminium Air, udara,alkohol x
Aluminium
klorida
Air, alkohol, hidrida x
Bubuk
Aluminium
Semua agen oksidator, asam, alkali,
hidrokarbon halogenasi, peroksida
x
Amoniak dan
alkil amina yang
lebih rendah
halogen, bubuk logam, asam,
merkuri (dari termometer), kalsium
hipoklorit, asam fluorida
x
Ammonium
nitrat
Asam, bubuk logam, cairan mudah
menyala, klorat, nitrat, sulfur,
senyawa organik bercabang atau
material mudah menyala
x
Senyawa
arsenik
Senyawa pereduksi x
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari materi diatas seperti :
Manajemen limbah yang baik mengurangi efek buruk dari material terhadap
lingkungan
Jangan buang limbah langsung ke lingkungan atau ke saluran air (meledak!)
Limbah juga memberikan potensi polusi terhadap air
15
Kelompokan limbah laboratorium berdasarkan klasifikasinya
Wadah juga harus dipilih yang sesuai dengan limbah yang ditampung
Perhatikan sifat inkompetibelitas tiap zat kimia yang dibuang yang bisa
memunculkan reaksi eksotermis hingga ledakan.
16