pengembangan alat peraga matematika materi … · album alat peraga diperoleh rerata 3,6 dengan...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PEMBAGIAN UNTUK ANAK DENGAN BERKESULITAN
BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA)
DI SD NEGERI MERTELU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Rahmawati Suharno
NIM 131134055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah, dan anugerahNya
sehingga skripsi ini selesai dengan lancar dan tepat waktu.
Kedua orang tuaku, Bapak Suharno dan Ibu Tugi yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan semangat.
Adik-adikku tercinta, Taufik Sanjaya dan Nayla Rizky Rahmadani yang selalu
menghiburku dikala bosan dengan proses pengerjaan skripsi.
Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. dan Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.
Psi., M. Psi. yang membimbingku dalam proses pengerjaan skripsi.
Seluruh dosen PGSD USD yang telah memberikan pengalaman belajar yang luar
biasa.
Teman-temanku satu payung, Witanti Wiyantari dan Mariyah yang selalu
memberikan bantuan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi.
Teman-teman terdekatku, Marta, Galuh, Windha, Itri, Voo, Rajiv, Adel, Adiktia,
dan Dessy Riska yang selalu memberikan bantuan dan semangat.
Teman-teman PGSD angkatan 2013, terimakasih atas kebersamaan, dukungan,
bantuan, dan saling berbagi selama belajar di PGSD USD.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan. Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Terjemahan Q.S Al-Insyirah: 6-8)
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Terjemahan Q.S Anfal: 46)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Juni 2017
Penulis
Rahmawati Suharno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rahmawati Suharno
Nomor Mahasiswa : 131134055
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas
Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI
PEMBAGIAN UNTUK ANAK DENGAN BERKESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA (DISKALKULIA) DI SD NEGERI MERTELU
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk
media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara
terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 13 Juni 2017
Yang menyatakan
Rahmawati Suharno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA MATERI PEMBAGIAN
UNTUK ANAK DENGAN BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
(DISKALKULIA) DI SD NEGERI MERTELU
Rahmawati Suharno
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang
dilakukan di SD N Mertelu. Hasil analisis kebutuhan menyatakan bahwa materi
pembagian dirasa paling sulit untuk dipelajari. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak S, sekolah mengalami keterbatasan dalam menyediakan alat peraga
untuk membantu anak dalam memahami suatu konsep Matematika. Misalnya, alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 dapat membantu anak berkesulitan
belajar Matematika (Diskalkulia) dalam memahami konsep pembagian. Tujuan
dari penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa papan pembagian tanpa
sisa 1-30 dan mendeskripsikan kualitas produk yang telah dikembangkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research &
Development). Prosedur pengembangan penelitian ini menggunakan prosedur
pengembangan yang diungkapkan oleh Sugiyono. Peneliti hanya menggunakan
tujuh dari sepuluh langkah Sugiyono. Karena untuk sampai pada langkah
kesepuluh memerlukan keahlian khusus pada bidangnya. Subyek penelitian ini
yaitu tiga anak Diskalkulia di kelas IV SD N Mertelu. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman
observasi.
Prosedur pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi 7
langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk,
(4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk
akhir sampai menghasilkan produk akhir berupa prototipe papan pembagian tanpa
sisa 1-30. Hasil validasi oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa kualitas alat
peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk anak Diskalkulia kelas
IV di SD N Mertelu dikategorikan sangat baik. Dari hasil validasi alat peraga
diperoleh rerata 3,6 dengan kategori “sangat baik”. Sedangkan dari hasil validasi
album alat peraga diperoleh rerata 3,6 dengan kategori “sangat baik”. Hasil akhir
penelitian berupa prototipe alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-
30 beserta albumnya.
Kata kunci: Penelitian dan pengembangan, alat peraga, diskalkulia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPING MEDIA OF MATHEMATICS DIVISION MATERIAL FOR
CHILDREN WITH MATH DISABILITY (DYSCALCULIA) IN
SD NEGERI MERTELU
Rahmawati Suharno
Universitas Sanata Dharma
2017
This study was conducted based on the needs analysis that was done in
SDN Mertelu. Based on the result of needs, it was found that division material
was the most difficult material to learn. Based on the result of interview, Bapak S
stated that school did not have enough media to help children to learn
mathematics concept. For instance, division board 1-30 without remains could
help dyscalculia children in understanding division concept. This study aimed to
produce a media in a form of division board 1-30 without remains and describe
the quality of the media developed.
This study is a research and development study. The procedures developed
of this study used procedure development by Sugiyono. The researcher only used
seven of ten Sugiyono’s steps. To get into step tenth, need special skills in the
field. The subjects of this study were three dyscalculia children in Grade IV SDN
Mertelu. The instruments used were questionnaire, interview guideline, and
observation guideline.
There were seven steps of procedure development that had been conducted
in this study. They were (1) potential and problem, (2) data gathered, (3) product
design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product testing, (7) the last
product revision in a form of division board prototype 1-30 without remains. The
result of validation showed that the quality of Mathematics division board 1-30
without remains media for dyscalculia children in Grade IV SDN Mertelu was
categorized very good by the experts. The result of media validation got mean 3,6
which was categorized very good. Besides, the result of media album validation
got mean 3,6 which was categorized very good. The finishing result of the study
was in a form media of Mathematics division board 1-30 without remains along
with the album.
Key words: Research and Development, media, dyscalculia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karuniaNya yang berlimpah peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
MATERI PEMBAGIAN UNTUK ANAK DENGAN BERKESULITAN
BELAJAR MATEMATIKA (DISKALKULIA) DI SD NEGERI MERTELU”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan program S1 Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma dan persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat dibuat dengan baik karena doa
dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan memberikan doa serta
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Peneliti ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., Ketua Program Studi Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar sekaligus Dosen Pembimbing I yang
telah membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakil Program Studi Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., Dosen Pembimbing II
yang selalu memberi pengarahan, kritik dan saran sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
bantuan dan pelayanan peneliti dengan baik.
6. Para validator yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.
7. Kepala Sekolah SD Negeri Mertelu yang dengan tangan terbuka telah
bekerja sama dan memberikan izin penelitian di sekolah.
8. Guru kelas IV SD Negeri Mertelu yang telah membantu selama proses
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Siswa-siswi dengan berkesulitan belajar Matematika (Diskalkulia) kelas
IV SD Negeri Mertelu yang dengan berbaik hati mau berpartisipasi dan
memberikan waktu kepada peneliti.
10. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan berbagai pengalaman belajar.
11. Kedua orang tuaku, Bapak Suharno dan Ibu Tugi yang selalu
memberikan dukungan, doa, dan semangat.
12. Adik-adikku tercinta, Taufik Sanjaya dan Nayla Rizky Rahmadani yang
selalu menghiburku dikala bosan dengan proses pengerjaan skripsi.
13. Teman-teman terdekatku yang telah memberikan bantuan, semangat, dan
dukungan.
14. Teman-teman satu payung yang telah memberikan bantuan dan
dukungan.
15. Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa peneliti sebutkan satu
persatu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan mohon maaf jika
ada kesalahan dalam penyusunan skripsi.
Yogyakarta, 13 Juni 2017
Penulis
Rahmawati Suharno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
1.5 Spesifikasi Produk ....................................................................................... 7
1.6 Definisi Operasional.................................................................................. 12
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... ..14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1 Kajian pustaka ........................................................................................... 14
2.1.1 Alat Peraga ....................................................................................... 14
2.1.2 Matematika ....................................................................................... 17
2.1.3 Kesulitan Belajar .............................................................................. 27
2.1.4 Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) .................................... 35
2.1.5 Materi Pembagian ............................................................................ 43
2.2 Penelitian yang Relevan ........................................................................... 45
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................... 48
2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 52
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 52
3.2 Setting Penelitian ....................................................................................... 56
3.2.1 Subjek Penelitian .............................................................................. 56
3.2.2 Objek Penelitian ............................................................................... 56
3.2.3 Lokasi Penelitian .............................................................................. 56
3.2.4 Waktu Penelitian .............................................................................. 57
3.3 Prosedur Pengembangan ........................................................................... 57
3.4 Teknik Pengumpulan data ......................................................................... 62
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................................. 66
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................. 69
3.6.1 Data Kualitatif .................................................................................. 69
3.6.2 Data Kuantitatif ................................................................................ 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 73
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 73
4.1.1 Potensi dan Masalah ......................................................................... 73
4.1.2 Pengumpulan Data ........................................................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.1.3 Desain Produk .................................................................................. 80
4.1.4 Validasi Desain ................................................................................ 83
4.1.5 Revisi Desain ................................................................................... 84
4.1.6 Uji Coba Produk ............................................................................. 100
4.1.7 Revisi Produk ................................................................................. 102
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 103
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 107
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 107
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 108
5.3 Saran ....................................................................................................... 109
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 110
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................114
BIODATA PENELITI.......................................................................................173
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 48
Bagan 3.1 Langkah-langkah Research and Development (R&D.......................... 53
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Alat Peraga Papan Pembagian 1-30 Penelitian
dan Pengembangan ............................................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Garis Besar Pertanyaan untuk Kepala Sekolah ..................................... 66
Tabel 3.2 Garis Besar Pertanyaan untuk Guru Kelas IV ...................................... 66
Tabel 3.3 Garis Besar Pertanyaan untuk Anak Diskalkulia kelas IV ................... 66
Tabel 3.4 Garis Besar Pertanyaan untuk Guru Kelas IV ...................................... 67
Tabel 3.5 Rambu-Rambu Pengamatan terhadap Anak Diskalkulia ...................... 67
Tabel 3.6 Pengukuran Skala Likert ....................................................................... 68
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Alat Peraga ............................................. 68
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Instrumen Validasi Album Alat Peraga................................. 68
Tabel 3.9 Klasifikasi Hasil Penilaian .................................................................... 70
Tabel 4.1 Komentar dan Saran Terhadap Alat Peraga oleh Dosen Ahli ............... 84
Tabel 4.2 Komentar dan Saran Terhadap Album Alat Peraga oleh Dosen Ahli... 84
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Validasi Alat Peraga Sebelum Revisi dan Sesudah
Revisi oleh Dosen Ahli Matematika ..................................................................... 87
Tabel 4.4 Komentar dan Saran Terhadap Alat Peraga oleh Dosen Ahli Psikologi
Anak ...................................................................................................................... 88
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Validasi Album Alat Peraga Sebelum Revisi dan
Sesudah Revisi oleh Dosen Ahli Matematika ....................................................... 89
Tabel 4.6 Rekapitulasi Data Validasi Alat Peraga oleh Dosen Ahli Psikologi Anak
............................................................................................................................... 91
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Validasi Album Alat Peraga Sebelum dan Sesudah
Revisi oleh Dosen Ahli Psikologi Anak ............................................................... 93
Tabel 4.8 Komentar dan Saran Album Alat Peraga Sebelum dan Sesudah Revisi
oleh Dosen Ahli Psikologi Anak ........................................................................... 93
Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Validasi Alat Peraga oleh Kepala Sekolah .............. 95
Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Validasi Album Alat Peraga oleh Kepala Sekolah 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Validasi Alat Peraga oleh Guru Kelas IV.............. 98
Tabel 4.12 Rekapitulasi Data Validasi Album Alat Peraga oleh Guru Kelas IV . 99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Produk ..................................................................................... 8
Gambar 1.2 Bagian-Bagian Papan Pembagian ....................................................... 9
Gambar 1.3 Kartu Soal .......................................................................................... 11
Gambar 1.4 Kartu Bilangan yang Dibagi .............................................................. 11
Gambar 1.5 Kartu Bilangan Pembagi ................................................................... 11
Gambar 1.6 Kartu Bilangan Hasil Bagi ................................................................ 11
Gambar 1.7 Tabung Kecil (Tab) ........................................................................... 12
Gambar 1.8 Kotak Penyimpanan .......................................................................... 12
Gambar 4.1 Desain Alat Peraga Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30 ................... 82
Gambar 4.2 Desain Alat Peraga setelah Direvisi .................................................. 85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Melakukan Penelitian................................................... 115
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................ 116
Lampiran 3. Surat Pengantar Validasi Dosen Ahli Matematika ....................... 117
Lampiran 4. Surat Pengantar Validasi Dosen Ahli Psikologi Anak ................. 118
Lampiran 5. Surat Pengantar Validasi Kepala Sekolah .................................... 119
Lampiran 6. Surat Pengantar Validasi Guru Kelas IV ...................................... 120
Lampiran 7. Hasil Validasi Alat Peraga oleh Dosen Ahli Matematika ............ 121
Lampiran 8. Hasil Validasi Alat Peraga oleh Dosen Ahli Psikologi Anak ....... 123
Lampiran 9. Hasil Validasi Alat Peraga oleh Kepala Sekolah.......................... 125
Lampiran 10. Hasil Validasi Alat Peraga oleh Guru Kelas IV ........................... 127
Lampiran 11. Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Dosen Ahli Matematika 129
Lampiran 12. Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Dosen Ahli Psikologi
Anak……………………………………………………………………………131
Lampiran 13. Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Kepala Sekolah ............. 133
Lampiran 14. Hasil Validasi Album Alat Peraga oleh Guru Kelas IV ............... 135
Lampiran 15. Garis Besar Pertanyaan Wawancara Potensi dan Masalah ........... 137
Lampiran 16. Garis Besar Pertanyaan Wawancara Pengumpulan Data ............. 138
Lampiran 17. Pedoman Observasi ...................................................................... 139
Lampiran 18. Album Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Papan Pembagian untuk
Anak Berkesulitan Belajar Matematika .............................................................. 140
Lampiran 19. Foto Penelitian .............................................................................. 172
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini berisi (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3)
tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) spesifikasi produk yang dikembangkan,
dan (6) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Matematika merupakan salah satu pelajaran wajib yang ditempuh oleh
peserta didik mulai usia sekolah dasar hingga tingkat menengah. Matematika
memiliki objek kajian yang abstrak. Hal inilah yang mengakibatkan banyak peserta
didik kesulitan memahami pelajaran Matematika. Hasil wawancara dengan guru kelas
IV menyatakan bahwa dari mata pelajaran yang terdapat di Sekolah, pelajaran
Matematika dirasa paling sulit untuk dipahami. Pengertian Matematika sendiri pun
tidak didefinisikan secara mudah dan tepat mengingat ada banyak fungsi dan peranan
Matematika terhadap bidang studi yang lain. Kalau ada definisi tentang Matematika
maka itu bersifat tentatif, tergantung kepada orang yang mendefinisikannya. Bila
seorang tertarik dengan bilangan maka ia akan mendefinisikan Matematika adalah
kumpulan bilangan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan hitungan
dalam perdagangan (Ali & Muhlisrarini, 2014: 47). Matematika sudah tidak asing
lagi bagi kehidupan manusia, karena secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-
hari manusia selalu menggunakan konsep dasar Matematika. Misalnya sewaktu
membaca waktu pada jam tangan, yang melibatkan pemahaman tentang angka. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
karena itu, pembelajaran Matematika hendaknya diajarkan pada anak mulai dari usia
dini dengan mengenalkan konsep dasar Matematika mulai dari tahap yang konkrit,
semi konkrit, dan abstrak. Hal tersebut dapat membantu anak berpikir logis dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam proses pembelajaran konsep dasar Matematika pada anak-anak
tidak selalu berkembang sebagaimana mestinya, karena masing-masing anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda. Ada anak yang
cepat dan ada juga yang lamban atau kesulitan dalam memahami konsep dasar
Matematika. Dari hasil wawancara dengan dugaan anak Diskalkulia, pelajaran
Matematika memang dirasa sebagai pelajaran yang paling sulit bagi sebagian besar
anak. Bagi anak dengan Diskalkulia, butuh waktu yang lebih lama untuk memahami
konsep Matematika dibanding dengan anak biasa pada umumnya. Pembagian sering
kali dianggap sebagai salah satu materi yang paling sulit dimengerti oleh anak dan
pengajarannya jarang menggunakan alat peraga. Alat peraga sangat diperlukan untuk
menunjang proses belajar anak Diskalkulia. Alat peraga dapat membantu anak
menangkap pesan/materi yang terkandung dalam suatu pembelajaran, khususnya
Matematika. Alat peraga yang menarik juga dapat membangkitkan semangat dan
minat belajar anak.
Marilyn & Bursuck (2015: 53) menjelaskan bahwa teknologi dapat digunakan
untuk membantu para siswa penyandang disabilitas baik yang ringan ataupun berat
dalam banyak hal, misalnya untuk berkomunikasi, mengakses pembelajaran,
menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi secara penuh di sekolah dan juga di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
masyarakat. Teknologi bantu merujuk pada perangkat apa pun, baik itu suatu alat,
produk, atau barang lainnya yang dapat digunakan untuk menaikkan,
mempertahankan, atau meningkatkan kemampuan fungsional individu penyandang
disabilitas. Tingkatan teknologi bantu yang dapat digunakan siswa disabilitas yaitu
(1) tanpa teknologi atau teknologi rendah, (2) teknologi menengah, dan (3) teknologi
tinggi. Alat peraga yang dikembangkan dalam penelitian ini tergolong dalam
tingkatan pertama, yaitu tanpa teknologi atau teknologi rendah. Tanpa teknologi atau
teknologi rendah merujuk pada alat dan barang yang tidak termasuk dalam tipe
elektronik apa pun.
Analisis kebutuhan pada penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
Mertelu, Piji, Mertelu, Gedangsari, Gunung Kidul pada tanggal 23, 26, dan 28
November 2016 pada tahun ajaran 2016/2017. Peneliti menggunakan 3 anak
Diskalkulia di kelas IV. Dari ketiga anak tersebut, masing-masing menampakkan
karakteristik anak Diskalkulia. Karakteristik yang paling ditampakkan adalah asosiasi
visual-motor, dimana anak sering tidak dapat menghitung benda secara berurutan
sambil menyebutkan bilangannya. Anak mungkin baru memegang benda yang
ketujuh namun telah mengucapkan “9”, atau sebaliknya. Anak semacam ini dapat
memberikan kesan mereka hanya menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
Hal tersebut terlihat ketika peneliti mendikte sebuah bilangan kemudian anak diminta
untuk menuliskan simbol bilangannya. Misalnya, peneliti mendikte “lima puluh
empat” anak justru menuliskan “504” bukan “54”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Hasil wawancara dengan guru kelas IV di SD N Mertelu diperoleh hasil
bahwa beliau belum pernah menggunakan alat peraga apapun untuk mengajarkan
anak Diskalkulia tentang konsep pembagian. Beliau juga mengatakan bahwa di
sekolah tersebut belum tersedia alat peraga Matematika tentang pembagian. Alat
peraga yang disediakan oleh sekolah hanya terbatas pada materi tertentu saja. Beliau
hanya menjelaskan berulang kali untuk mengatasi masalah yang ada pada anak
tersebut, namun hal itu dirasa tidak membuat anak menjadi paham. Guru meminta
peneliti mendesain alat peraga untuk mengajarkan konsep pembagian pada anak
Diskalkulia. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2015) yang berjudul
“Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Perkalian dan
Pembagian Berbasis Metode Montessori” dijelaskan bahwa alat peraga dapat
membantu dalam memahami konsep perkalian dan pembagian. Selain itu, alat peraga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari hasil pretest ke posttest menunjukkan
perbedaan sebesar 90,4%. Hal tersebut menegaskan bahwa alat peraga Matematika
tentang pembagian sangat dibutuhkan untuk membantu anak Diskalkulia dalam
memahami konsep pembagian.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Pengembangan Alat Peraga Matematika Materi
Pembagian untuk Anak dengan Berkesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) di SD
Negeri Mertelu”. Materi pembelajaran Matematika dibatasi pada standar kompetensi
1 “memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah” pada kompetensi dasar 1.3 “melakukan operasi perkalian dan pembagian”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
khususnya materi pembagian. Peneliti kemudian mempersempit materi kajiannya
menjadi pembagian tanpa sisa 1 sampai dengan 30 dimana bilangan pembaginya 1
sampai dengan 10. Hal tersebut dimaksudkan agar anak Diskalkulia terlebih dahulu
memahami konsep pembagian dan berhitung.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengembangan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk
anak dengan Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu?
1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mengembangkan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk anak
Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu.
1.3.2 Mengetahui kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan yang baru dan bermanfaat
bagi pembaca, sehingga banyak orang tertarik untuk mempraktikkan apa yang
telah dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
“Pengembangan Alat Peraga Matematika Materi Pembagian untuk Anak
dengan Berkesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) di SD Negeri Mertelu”
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini mampu memberikan pengalaman langsung kepada peneliti
tentang mengembangkan alat peraga Matematika sesuai dengan karakteristik
anak Diskalkulia di Sekolah Dasar.
1.4.2.2 Bagi Siswa
Siswa kelas IV yang mengalami gangguan Diskalkulia dapat mempelajari
materi pembagian dengan alat peraga yang telah melalui serangkaian uji coba
ilmiah. Siswa juga dapat merasakan suasana belajar yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan.
1.4.2.3 Bagi Guru
Menambah wawasan guru mengenai cara mengajar dan mengembangkan alat
peraga untuk anak berkebutuhan khusus yang mengadopsi ciri-ciri alat peraga
yang terdapat dalam pendidikan Montessori.
1.4.2.4 Bagi Sekolah
Penelitian ini menambah referensi untuk mengembangkan alat peraga untuk
anak berkebutuhan khusus lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Alat peraga yang akan dikembangkan peneliti berupa papan pembagian tanpa
sisa 1-30 dimana bilangan pembaginya 1-10. Kelengkapan alat peraga tersebut
meliputi kartu soal, kartu bilangan, kartu bilangan yang dibagi, kartu bilangan
pembagi, kartu bilangan hasil pembagian, tab (tabung), album petunjuk, dan kotak
penyimpanan beserta tutup. Papan pembagian dibuat dengan bentuk persegi panjang
dengan panjang 53 cm dan lebar 68 cm, serta ketebalan papan 1 cm. Papan tersebut
dibuat dengan bahan kayu jenis teak wood. Pada papan terdapat 600 lubang yang
berbentuk lingkaran untuk meletakkan tabung kecil (Tab) yang mempunyai diameter
1,6 cm dan tinggi 4,5 cm dengan diameter lubang 1,7 cm serta dalamnya lubang
sebesar 1 cm. Selain itu terdapat juga 4 lubang berbentuk persegi panjang berukuran
5 cm x 9 cm dengan dalamnya lubang sebesar 0.5 cm. Lubang berbentuk persegi
panjang ini digunakan untuk meletakkan kartu yang berukuran 5 cm x 7 cm.
Kotak penyimpanan alat peraga terbuat dari kayu dengan panjang, lebar, dan
tingginya masing-masing berukuran 21,5 cm x 12,5 cm x 5 cm. Bagian dalam kotak
penyimpanan dibuat bersekat-sekat untuk membedakan jenis kartu dan untuk
meletakkan tabung kecil (Tab). Sebagai kontrol dari latihan soal, kartu soal
dilengkapi kunci jawaban yang tertulis di bagian belakang dari muka kartu soal.
Album pembelajaran merupakan buku panduan penggunaan media papan pembagian.
Dalam album ini berisi tentang pengenalan alat peraga, tujuan pembelajaran, dan cara
penggunaan media. Album pembelajaran berguna sebagai panduan dalam melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
aktivitas pembelajaran menggunakan papan pembagian. Desain produk dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1 Desain Produk
Alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 terdiri dari empat bagian, yaitu
papan pembagian, kartu, tabung kecil (Tab), dan kotak penyimpanan. Pertama, papan
pembagian merupakan sebuah papan yang digunakan untuk mejelaskan konsep
pembagian. Papan pembagian terdiri dari 10 bagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Gambar 1.2 Bagian-bagian papan pembagian
Keterangan:
1. Judul alat peraga. Judul alat peraga ini adalah “Papan Pembagian Tanpa Sisa
1-30”. Judul ini berfungsi untuk memudahkan anak mengetahui fungsi alat
peraga yang akan digunakan.
2. Lubang kartu soal. Lubang persegi panjang berwarna putih digunakan untuk
meletakkan kartu soal.
1
5
4 3
2
7
6
8
9
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3. Lubang kartu bilangan yang dibagi. Lubang persegi panjang berwarna biru
untuk meletakkan kartu bilangan yang dibagi.
4. Lubang kartu bilangan pembagi. Lubang persegi panjang berwarna hijau
untuk meletakkan kartu bilangan pembagi.
5. Lubang kartu bilangan hasil bagi. Lubang persegi panjang berwarna merah
untuk meletakkan kartu bilangan hasil bagi.
6. Lubang tabung kecil (Tab). Lubang berbentuk lingkaran digunakan untuk
meletakkan tabung kecil (Tab).
7. Bilangan yang dibagi. Bilangan berwarna biru menunjukkan jumlah lubang
tabung kecil (Tab) yang harus digunakan untuk meletakkan tabung kecil
(Tab).
8. Bilangan pembagi. Bilangan berwarna hijau menunjukkan jumlah lubang
tabung kecil (Tab) yang harus digunakan untuk meletakkan tabung kecil (Tab)
setiap barisnya.
9. Bilangan hasil bagi. Bilangan berwarna merah menunjukkan jumlah bilangan
hasil bagi.
10. Kayu pengendali. Pada bilangan berwarna merah terdapat kayu penutup yang
dapat ditarik ke bawah. Kayu penutup berfungsi sebagai pengendali kesalahan
ketika anak menghitung bilangan hasil bagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Bagian kedua dari alat peraga papan pembagian adalah kartu. Terdapat 4 jenis
kartu yang berbeda, yaitu kartu soal, kartu bilangan yang dibagi, kartu bilangan
pembagi, dan kartu bilangan hasil bagi.
Tampak depan Tampak belakang
Gambar 1.3 Kartu soal
Gambar 1.5 Kartu bilangan pembagi
Gambar 1.4 Kartu bilangan yang dibagi
Gambar 1.6 Kartu bilangan hasil bagi
Tulisan pada bagian muka (depan) kartu soal mempunyai tiga warna, yaitu biru,
hitam, dan hijau. Tulisan berwarna biru menunjukkan bilangan yang dibagi, hitam
menunjukkan simbol pembagian, dan hijau menunjukkan bilangan pembagi. Pada
kartu soal dilengkapi dengan pengendali kesalahan yang terdapat di bagian belakang
kartu soal.
Bagian ketiga dari alat peraga ini adalah tabung kecil (Tab). Tabung kecil
pada papan pembagian ini disebut “Tab” untuk memudahkan dalam pengucapan. Tab
melambangkan jumlah bilangan yang sesuai dengan kartu soal.
Delapan Belas
Dibagi
Enam
18 : 6 = 3
18
6 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 1.7 Tabung kecil (Tab)
Bagian terakhir dari alat peraga ini adalah kotak penyimpanan. Kotak
penyimpanan berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan kartu dan tabung kecil
(Tab).
Gambar 1.8 Kotak penyimpanan
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Alat Peraga
Alat peraga adalah benda-benda yang digunakan dalam pembelajaran untuk
membantu anak memahami suatu materi yang diajarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.6.2 Matematika
Matematika adalah pengetahuan yang mengkaji pola dan hubungan suatu
gagasan yang terstruktur dengan menggunakan berbagai simbol dan bilangan
untuk memecahkan suatu masalah.
1.6.3 Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar yang disebabkan oleh
berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar yang dapat
menyebabkan anak mengalami gangguan berbicara, mengeja, menulis,
membaca, ataupun berhitung.
1.6.4 Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar Matematika adalah ketidakmampuan anak dalam belajar
Matematika, disebut juga Diskalkulia.
1.6.5 Alat Peraga Montessori
Terdapat lima ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori. Ciri-ciri
tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan
kontekstual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini akan membahas (1) kajian pustaka, (2) penelitian yang relevan, (3)
kerangka berpikir, dan (4) pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Alat Peraga
2.1.1.1 Hakikat Alat Peraga
Alat peraga adalah alat bantu pembelajaran dan segala macam benda
yang digunakan untuk memperagakan materi pembelajaran (Arsyad, 2014: 9).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 37) dijelaskan bahwa alat peraga
adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memperagakan sesuatu supaya apa
yang diajarkan mudah dimengerti oleh anak didik. Senada dengan pengertian
tersebut, Prastowo (2015: 297) memberikan pengertian alat peraga sebagai media
yang menggambarkan atau mengilustrasikan konsep atau materi yang diajarkan
sehingga anak lebih mudah dalam mempelajari materi yang diajarkan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah benda-benda yang
digunakan dalam pembelajaran untuk membantu anak memahami suatu materi
yang diajarkan.
Alat peraga memiliki fungsi untuk menerangkan atau memperagakan
suatu mata pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar (Sudono, 2010: 14). Alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
peraga memudahkan dalam memberi pengertian kepada siswa dari perbuatan
yang abstrak sampai ke yang sangat konkret (Sanaky, 2013: 24). Segala sesuatu
yang masih bersifat abstrak dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat
dijangkau dengan pemikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan
dirasakan (Arsyad, 2014: 13).
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dimaksudkan untuk
mengoptimalkan keseluruhan fungsi panca indra siswa (Widiyatmoko &
Pamelasari, 2012: 52). Melibatkan indra penglihatan, pendengaran, perasaan,
penciuman, dan peraba dalam pembelajaran dapat memberikan kesan paling utuh
dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu (Arsyad, 2014: 13). Berdasarkan teori di atas, alat peraga dapat
membantu siswa dalam mempelajari suatu materi. Dengan alat peraga, siswa juga
dapat mengembangkan seluruh panca indranya. Materi yang diajarkan kepada
anak menjadi lebih mudah diterima apabila menggunakan alat peraga karena
melibatkan seluruh panca indra yang dimiliki. Salah satu metode yang memiliki
kekhasan penggunaan alat peraga dalam pembelajarannya adalah metode
Montessori.
2.1.1.2 Alat Peraga Berbasis Metode Montessori
Terdapat lima ciri-ciri alat peraga berbasis metode Montessori. Ciri-
ciri tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan
kontekstual. Ciri yang pertama adalah menarik. pembelajaran bagi anak diarahkan
untuk pengembangan panca indra. Alat peraga ini dibuat menarik dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
memperhatikan warna, kontur permukaan yang lembut, dan beratnya, sehingga
anak tertarik untuk menyentuh, meraba, dan memegangnya. Anak normal akan
mengulangi kegiatan yang mereka lakukan karena ketertarikan. Mereka
melakukan modifikasi dalam menggunakan alat peraga (Motessori, 2002: 170-
174).
Ciri yang kedua adalah bergradasi. Gradasi alat peraga terkait dengan
warna, bentuk, dan usia anak. Alat peraga bergradasi ini memungkinkan
digunakan dengan melibatkan panca indra anak dan bisa digunakan untuk anak-
anak dari beragam usia dalam hal pembentukan konsep belajar anak (Montessori:
2002: 174). Ciri yang ketiga adalah auto-correction. Alat peraga yang dibuat
memiliki pengendali kesalahan. Dengan adanya pengendali kesalahan, anak bisa
mengetahui jika mereka melakukan kesalahan dalam menggunakan alat peraga
tanpa diberi tahu oleh orang lain (Montessori, 2002: 171).
Ciri keempat adalah auto-education. Alat peraga yang digunakan
dapat mengembangkan kemampuan anak untuk belajar secara mandiri. Anak kan
fokus pada apa yang dikerjakannya walaupun terdapat gangguan di sekitarnya.
Anak memperoleh pengalaman dari aktivitas dengan panca indranya
menggunakan alat peraga secara berulang. Hal tersebut merupakan cara mendidik
dirinya sendiri. Dalam belajar, guru hanya sedikit campur tangan dan lebih
banyak mengamati dan mengarahkan. Karena itu, guru di sekolah Montessori
disebut sebagai direktris (Montessori, 2002: 172-173). Ciri yang kelima adalah
kontekstual. Dalam prinsip pendidikan Montessori, belajar hendaknya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Kontekstual yang dimaksud
adalah sesuai dengan lingkungan yang ada di sekitar anak. Selain itu, alat peraga
dibuat dengan menggunakan material yang ada di alam sekitar.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti mengembangkan alat peraga
dengan memperhatikan ciri-ciri alat peraga Montessori. Alat peraga yang
dikembangkan menarik, dengan memberikan warna dan cara penggunaan yang
menyenangkan. Alat peraga yang dikembangkan juga bergradasi karena dapat
terdiri dari berbagai warna dan tekstur. Memiliki auto-correction sehingga siswa
dapat mengetahui kesalahannya sendiri ketika belajar. Melalui alat peraga ini,
siswa juga dapat belajar secara mandiri tanpa didampingi oleh guru (auto-
education). Alat peraga yang dikembangkan juga dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan yng dapat ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar.
2.1.2 Matematika
2.1.2.1 Pengertian Matematika
Matematika berasal dari kata mathema artinya pengetahuan,
mathanein artinya berpikir atau belajar. Dalam kamus Bahasa Indonesia
diartikan Matematika adalah ilmu tentang bilangan hubungan antara bilangan
dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah
mengenai bilangan (Depdiknas). Pengertian Matematika tidak didefinisikan
secara mudah dan tepat mengingat ada banyak fungsi dan peranan
Matematika terhadap bidang studi yang lain. Kalau ada definisi tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Matematika maka itu bersifat tentatif, tergantung kepada orang yang
mendefinisikannya. Bila seorang tertarik dengan bilangan maka ia akan
mendefinisikan Matematika adalah kumpulan bilangan yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan persoalan hitungan dalam perdagangan. Beberapa orang
mendefinisikan Matematika berdasarkan struktur Matematika, pola pikir
Matematika, pemanfaatannya bagi bidang lain, dan sebagainya.
Atas dasar itu, Anitah (dalam Hamzah & Muhlisrarini, 2014: 47-48)
menjelaskan beberapa definisi tentang Matematika yaitu:
a) Matematika adalah cabang pengetahuan eksak dan terorganisasi.
b) Matematika adalah ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak.
c) Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-
hubungannya.
d) Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan hubungannya
yang diatur menurut urutan yang logis.
e) Matematika adalah ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang
didasarkan pada observasi (induktif) tetapi diterima generalisasi yang
didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.
f) Matematika adalah ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma
atau postulat akhirnya ke dalil atau teorema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
g) Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan
besaran, dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak
dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Selain itu John & Rising (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28)
mendefiniskan Matematika sebagai berikut:
a) Matematika adalah pengetahuan terstruktur, dimana sifat dan teori dibuat
secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah
dibuktikan kebenarannya.
b) Matematika ialah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan
menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan
akurat.
c) Matematika adalah seni, dimana keindahannya terdapat dalam keterurutan
dan keharmonisan.
Beth & Piaget (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28) mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan
dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut
sehingga terorganisasi dengan baik. Sementara Kline (dalam Runtukahu &
Kandou, 2014: 28) lebih cenderung mengatakan bahwa Matematika adalah
pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk
memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Di
pihak lain, Reys (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 28-29) mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bahwa Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir
dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk
memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Dari pendapat beberapa
tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang
mengkaji pola dan hubungan suatu gagasan yang terstruktur dengan
menggunakan berbagai simbol dan bilangan untuk memecahkan suatu
masalah.
2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Praktis
Reys (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 30-32) mengemukakan
prinsip-prinsip praktis pendekatan belajar kognitif dalam pembelajaran
Matematika yang menurut pendapat penulis dapat diaplikasikan secara umum
pada anak Diskalkulia. Prinsip-prinsip praktis yang dianjurkan tidak berdiri
sendiri, tetapi berhubungan satu dengan yang lainnya.
a. Belajar Matematika harus berarti (meaningful)
Belajar dengan penuh pengertian meliputi semua materi Matematika yang
diajarkan di SD.
b. Belajar Matematika adalah proses perkembangan
Belajar Matematika yang efektif dan efisien tidak dengan sendirinya terjadi
karena membutuhkan cukup waktu dan perencanaan yang baik. Guru
memegang peranan penting dalam menyediakan lingkungan belajar yang kaya
sesuai dengan perkembangan koqnitif anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
c. Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur
Keterampilan Matematika harus dibangun dari keterampilan sebelumnya.
Keterampilan prasyarat harus dipenuhi sebelum berpindah pada materi belajar
berikutnya. Oleh sebab itu, pendekatan spiral dalam belajar Matematika
sangat cocok.
d. Anak aktif terlibat dalam belajar Matematika
Belajar aktif merupakan inti belajar Matematika yang memungkinkan anak
berkesulitan belajar membentuk pengetahuan mereka. Keterlibatan secara
aktif dapat berupa keterlibatan fisik, tetapi jangan lupa setiap kegiatan fisik
tidak terlepas dari kegiatan mental.
e. Anak harus mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas Matematika
Anak biasanya mau bekerja keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang nyata,
jelas dan dimengerti. Sebagai tambahan, nilai-nilai yang ada pada anak sangat
dipengaruhi oleh guru. Jika guru hanya menekankan pada pengajaran
keterampilan berhitung, mereka akan menganggap berhitung sangat penting.
Jika guru memberi penekanan pada pemecahan masalah Matematika, anak
akan memandang pemecahan masalah Matematika penting. Keterampilan
Matematika akan sangat bermanfaat bagi dirinya dan kelanjutan hidupnya
setelah selesai sekolah.
f. Komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar
Anak dari semua tingkatan belajar harus belajar bagaimana menggunakan
kata-kata Matematika secara lisan sebelum mereka menyajikannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tanda simbol. Anak berkesulitan belajar Matematika dianjurkan untuk
“berbicara” apa yang dipikirkannya (Garnett, 2004).
g. Menggunakan berbagai bentuk atau model Matematika (multiembodied)
dalam belajar Matematika
Matematika dibandingkan degan mata pelajaran lain yang diajarkan di sekolah
adalah abstrak. Oleh sebab itu, materi, model, dan strategi Matematika akan
sangat membantu mereka belajar Matematika. Alat bantu yang digunakan
harus menyangkut banyak model dan mendorong anak berpikir abstrak.
Model Matematika konkret dan terstruktur yang digunakan tergantung dari
anak dan isi Matematika.
h. Variasi Matematika membantu siswa belajar Matematika
Belajar Matematika sangat tergantung pada kemampuan membuat abstraksi
dan generalisasi. Prinsip, bentuk, dan model Matematika tergantung pada
pengalaman anak dengan berbagai bentuk fisik yang dikaitkan dengan
konsep-konsep Matematika.
i. Metakognisi mempengaruhi anak belajar
Metakognisi adalah kemampuan mengamati diri sendiri tentang apa yang
diketahui dan merefleksikan apa yang diamati.
j. Pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension
Retension adalah jumlah pengetahuan yang tahan lama dan terpelihara.
Retension Matematika menyangkut pengetahuan Matematika yang dapat
digunakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip praktis dalam
Matematika adalah (1) meaningful, (2) belajar sesuai dengan tahap perkembangan
anak, (3) membangun keterampilan Matematika, (4) anak aktif dalam
pembelajaran, (5) mengetahui tujuan pembelajaran Matematika, (6) komunikasi,
(7) model Matematika, (8) variasi mempelajari Matematika, (9) metakognisi, dan
(10) retension.
2.1.2.3 Fungsi Matematika
Dalam masyarakat pendidikan dan umum kata Matematika sering
dipakai dalam pergaulan. Ketika sekelompok orang membicarakan tentang
perkembangan ekonomi, maka beredar pembicaraan perhitungan Matematika
yang mendorong dan membantu persoalannya. Hamzah & Muhlisrarini (2014:
49-52) mengungkapkan ada beberapa macam fungsi Matematika yaitu:
a. Sebagai suatu struktur
Banyak dijumpai simbol yang satu berkaitan dengan simbol lainnya
dalam Matematika, misalnya dalam konsep matrik di mana terdapat baris dan
kolom, keduanya dihubungkan satu sama lain. Dalam diferensial dikenal
adanya simbol variabel x dan y, keduanya saling berkaitan membentuk
turunan. Matematika sebagai suatu struktur atau bentuk jelas dengan contoh di
atas. Matematika disusun atau dibentuk dari hasil pemikiran manusia seperti
ide, proses, dan penalaran. Kita sering mendengar seorang anak menghafal
perkalian dengan bilangan-bilangan tertentu. Hafalan itu merupakan bentuk
atau susunan yang menurut aturan dan disepakati bersama sebagai suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kebenaran. Kalau tidak ada simbol-simbol, barangkali kita tidak dapat
berkomunikasi Matematika. Simbol-simbol itu dibentuk dari ide, misalkan
bilangan satu maka ide kata satu diberi simbol ‘1’.
Komunikasi secara efektif dan efisien dapat dilakukan dengan adanya
simbol Matematika yang dibentuk dari suatu hal yang abstrak. Berawal dari
ide-ide lalu disimbolisasi, kemudian dari simbol-simbol dikomunikasikan.
Dari komunikasi diperoleh informasi dan dari informasi-informasi itu dapat
dibentuk konsep-konsep baru. Pengembangan produk berbentuk konsep baru
melahirkan Matematika, yaitu suatu ilmu yang tersusun secara hierarkis, logis,
dan sistematis dari konsep yang sederhana sampai kepada konsep yang
kompleks. Dalam prosesnya, ide yang menjadi simbol harus dipahami lebih
dahulu sebelum ide tersebut disimbolkan, sehingga penggunaan simbol tidak
mengalami kekeliruan. Kekeliruan penggunaan simbol dalam Matematika
sangat berbahaya karena akan mengalami kekeliruan dalam menipulasi
aturan-aturan atau rumus-rumus pada tahap berikutnya.
b. Kumpulan Sistem
Matematika sebagai kumpulan sistem mengandung arti bahwa dalam
satu formula Matematika terdapat beberapa sistem di dalamnya. Misalkan
pembicaraan sistem persamaan kuadrat, maka ada di dalamnya variabel-
variabel, faktor-faktor, sistem linier yang menyatu dalam persamaan kuadrat
tersebut. Persamaan linier merupakan bagian dari sistem kuadrat. Di samping
sebagai sistem, Matematika dibagi lima cabang yaitu aritmatika, geometri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
aljabar, analisis, dan dasar Matematika. Aritmatika membahas teori bilangan,
dasar Matematika membicarakan tentang logika dasar. Matematika dapat
digambarkan sebagai pohon dengan semua cabang-cabangnya dan logika
dasar sebagai akar pohon tersebut. Walaupun berurai menjadi beberapa
macam, Matematika tetap bersifat konsisten dalam arti bebas dari kontradiksi
yang di dalamnya di samping mempunyai sistem deduktif.
c. Sebagai Sistem Deduktif
Kita mengenal pengertian pangkal atau primitif pada bidang
Matematika. Definisi-definisi dasar ini memuat beberapa definisi, sekumpulan
asumsi, banyak postulat dan aksioma serta sekumpulan teorema atau dalil.
Ada hal-hal semacam di atas sebagai tidak dapat didefinisikan, akan tetapi
diterima sebagai suatu kebenaran, konkretnya yakni tentang titik, garis,
elemen atau unsur dalam Matematika tidak didefinisikan, akan menjadi
konsep yang bersifat deduktif.
d. Ratunya Ilmu dan Pelayan Ilmu
Kalau melihat Matematika sebagai bahasa dalam arti bahasa simbol
dan sebagai alat yakni perangkat yang diperlukan dalam suatu aktivitas maka
akan banyak yang menggunakannya terutama bidang sains dan sosial.
Matematika dapat melayani ilmu-ilmu karena rumus, aksioma dan model
pembuktian yang dipunyainya dapat membantu ilmu-ilmu tersebut. Peran
sebagai ratunya ilmu tergantung pada bagaimana seseorang dapat
menggunakannya. Ketika ada peran yang berkembangmaka kita dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengatakan bahwa Matematika memberikan dampak yang cukup berarti
terhadap perkembangan ilmu dan Matematika itu sendiri, sehingga ke depan
akan senantiasa melakukan penemuan-penemuan baru. Inilah umpan balik
dalam bentuk dorongan perkembangan iptek kepada Matematika.
Dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan alat untuk
menyelesaikan masalah menerjemahkan masalah-masalah ke dalam simbol-
simbol Matematika. Di samping itu, penerjemahan ke dalam Matematika
berbentuk model yang dikatakan model Matematika. Masalah yang
diterjemahkan dalam model Matematika kemudian dianalisis, disintesis, dan
dihitung dalam ruang Matematika sampai selesai. Hasil yang diperoleh
dikembalikan lagi ke dalam bidang permasalahan semula, bidang keilmuan
yang memerlukan Matematika itu untuk lebih jauh dianalisis. Dalam hal ini
Matematika tidak campur tangan lagi.
Dalam menyelesaikan masalah di luar Matematika diperlukan tiga
tahapan yaitu tahap pembentukan model, tahap penanganan model, dan tahap
penerjemahan hasil. Matematika sebagai alat, lebih banyak berperan dalam
tahap penanganan model yang prosesnya memperlihatkan adanya unsur
penterjemahan bahan dari bahasa ilmu di mana permasalahan berada ke dalam
bahasa Matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.1.3 Kesulitan Belajar
2.1.3.1 Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris
learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena
learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga
terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar (Mulyono,
2012: 1). Runtukahu & Kandou (2014: 19) juga mempunyai pendapat bahwa
berkesulitan belajar atau learning disabilities artinya ketidakmampuan belajar.
Arti yang tepat sukar ditetapkan karena digunakan dalam berbagai disiplin
ilmu pendidikan, antara lain psikologi dan ilmu kedokteran. Anak-anak
berkesulitan belajar agak sukar dibedakan dari anak-anak yang berprestasi
akademik kurang, tunagrahita ringan, atau tunalaras ringan (Heward &
Orlansky dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 19)
Mulyono (2012: 2) menjelaskan bahwa definisi kesulitan belajar
pertama kali dikemukakan oleh The United States Office of Education
(USOE) pada tahun 1977 yang dikenal dengan Public Law (PL) 94-142, yang
hampir identik dengan dengan definisi yang dikemukakan oleh The National
Advisory Committee on Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi
tersebut seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985: 14)
seperti berikut ini.
“Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau
lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan
tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka
pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak
mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab
utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan,
pendengaran, atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena
gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan lingkungan,
budaya, atau ekonomi.”
Meskipun definisi USOE merupakan definisi resmi yang digunakan
oleh pemerintah Amerika Serikat, tetapi banyak kritik yang diarahkan pada
definisi tersebut. Sebagai konsekuensi dari adanya berbagai kritik terhadap
definisi PL 94-142 tersebut, maka The National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD) mengemukakan definisi sebagai berikut Mulyono
(2012: 3).
“Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran
dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap,
membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi
Matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh
adanya disfungsi sistem saraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar
mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang
mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan
sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya
perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor
psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau
pengaruh langsung (Hammil, et al., 1981: 336).”
Mulyono (2012: 3-4) mengungkapkan bahwa meskipun definisi yang
dikemukakan oleh NJCLD memiliki kelebihan bila dibanding dengan definisi
yang dikemukakan dalam PL 94-142, the Board of the Association for
Children and Adulth with Learning Disabilities (ACALD) tidak menyetujui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
definisi tersebut, dan karena itu mereka mengemukakan definisi seperti
dikutip oleh Lovitt (1989: 7) sebagai berikut ini:
“Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga
bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu
perkembangan integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau non
verbal.”
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar adalah ketidakmampuan belajar yang disebabkan oleh berbagai faktor,
baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar yang dapat menyebabkan anak
mengalami gangguan berbicara, mengeja, menulis, membaca, ataupun
berhitung.
2.1.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Berbagai faktor dapat menyebabkan kesulitan belajar. Faktor
penyebab kesulitan belajar sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi
dapat dikemukakan beberapa penyebab sebagai berikut.
a. Keturunan
Keturunan dapat menyebabkan kesulitan belajar, tetapi tidak semua pakar
PLB menyetujuinya. Hal ini karena laporan-laporan hasil penelitian yang
berbeda-beda.
b. Otak tidak berfungsi
Tidak berfungsinya otak dapat menyebabkan anak-anak berkesulitan
belajar karena terdapat kelainan pada otaknya sehingga tidak berfungsi
dengan baik, akan tetapi tingkat kerusakannya tidak begitu berat. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
karena itu, anak-anak berkesulitan belajar sering disebut anak-anak yang
mengalami kerusakan otak ringan. Tidak semua anak berkesulitan belajar
mengalami kerusakan otak, tetapi sampai sekarang istilah ini masih sering
digunakan, khususnya dalam bidang kedokteran.
c. Lingkungan dan malnutrisi (kurang gizi)
Tekanan lingkungan dan malnutrisi dapat menyebabkan kesulitan belajar.
Tekanan lingkungan antara lain sikap negatif masyarakat terhadap anak
penyandang cacat dan keluarganya. Malnutrisi pada umur dini dapat
mempengaruhi pusat saraf yang selanjutnya akan mempengaruhi belajar
dan perkembangan anak.
d. Ketidakseimbangan biokimia
Banyak anak berkesulitan belajar yang tidak mempunyai masalah kelainan
fungsi otak, tekanan lingkungan atau malnutrisi. Salah satu dugaan
penyebab selain yang disebutkan ialah ketidakseimbangan biokimia dalam
tubuh anak. Ketidakseimbangan biokimia lebih dikhususkan pada darah
anak yang tidak dapat mempertahankan jumlah vitamin dalam tubuhnya.
Pemberian vitamin dan diet telah diupayakan untuk mengatasi kesulitan
belajar, namun ada yang berhasil dan ada yang tidak (Lerner dalam
Runtukahu & Kandou, 2014: 21-22).
Dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar berasal
dari dalam diri seseorang dan luar diri seseorang. Faktor dari dalam yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
keturunan dan kondisi fisik seseorang. Sedangkan faktor dari luar adalah
pengaruh keluarga maupun lingkungan sekitar.
2.1.3.3 Jenis dan Komponen Kesulitan Belajar
Dikutip dari Kirk dan Galagher, 2008; Hamill dan Bavel, 1990 dalam
Runtukahu & Kandou (2014: 23), menjelaskan bahwa secara umum kesulitan
belajar dapat dibedakan atas kesulitan belajar dalam perkembangan
(developmental learning disabilities) dan kesulitan belajar akademik.
Kesulitan belajar berhubungan dengan perkembangan psikologis anak
menyimpang dari linguistik yang normal. Ketidakmampuan yang
berhubungan dengan perkembangan biasanya mengalami kesulitan belajar,
sedangkann kesulitan belajar tidak semuanya diasosiasikan dengan masalah
kemampuan akademik. Misalnya, ada anak berkesulitan belajar dengan
kelainan persepsi motorik tidak dapat membaca. Kesulitan belajar akademik
merupakan kondisi-kondisi yang secara signifikan terdapat pada proses
belajar (1) membaca; (2) menulis; (3) Matematika. Ketidakmampuan tersebut
terdapat pada anak-anak yang belajar di sekolah dengan pencapaian hasil
belajar di bawah kemampuan akademik yang sebenarnya. Kesulitan belajar
akademik dalam membaca dikenal dengan istilah disleksia, menulis adalah
disgrafia, dan berhitung adalah Diskalkulia.
Hubungan apa yang terdapat antara ketiga jenis kesulitan belajar ini
belum dapat ditentukan secara pasti karena masalah kesulitan belajar dalam
perkembangannya tidak selalu mengakibatkan kesulitan belajar akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Walaupun kita tidak tahu hubungannya, perbedaan antara ketiga jenis
kesulitan belajar ini akan membantu kita dalam menentukan penyebab
kesulitan belajar (Kirk dan Galagher dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 23)
sebagai contoh, seorang anak menunjukkan ketidakmampuan akademik. Ia
kurang dalam Matematika, membaca, dan menulis. Ia sulit belajar Matematika
dengan metode yang digunakan pada anak-anak yang bersekolah di sekolah
umum atau sekolah inklusi. Setelah kesulitan belajar akademik diketahui,
perlu dicari faktor-faktor penyebab lain yang berhubungan dengan
perkembangan anak tersebut. Jika kesulitan belajar bukan karena faktor dalam
diri anak (tunagrahita atau kelainan perilaku yang cukup berat) maka perlu
dicari penyebab lain.
Penyebab lain ialah perhatian, ingatan, dan bahasa. Jika didapati anak
kurang dalam ingatan visual, guru dapat menggunakan kemampuan
mendengar untuk mengajarkan Matematika atau bahasa. Sebaliknya jika anak
kurang dalam kemampuan mendengar, guru dapat menggunakan kemampuan
visual. Akan tetapi, bila anak mengalami kesulitan, baik pada kemampuan
visual dan mendengar maka anak mengalami kesulitan belajar yang cukup
berat. Kesulitan belajar biasanya berhubungan dengan perkembangan ganda
(misalnya persepsi dan bahasa), dan kesemuanya akan menyebabkan kesulitan
belajar akademik.
Selain jenis-jenis kesulitan belajar, guru perlu mengetahui tentang
komponen-komponen kesulitan belajar yang berhubungan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
perkembangan anak. Beberapa komponen kesulitan belajar yang utama telah
dikemukakan oleh Lovit dalam Runtukahu & Kandou (2014: 24-25) sebagai
berikut.
a. Perhatian
Anak dikerumuni oleh banyak stimulus jika sedang belajar. Perhatian
adalah kemampuannya untuk memilih stimulus (rasangan) dari sekian
banyak stimulus ia dapat belajar. Kesulitan belajar terkait respons pada
stimuli apa saja yang dihadapinya. Jika siswa tidak mampu memilih
stimulus yang menunjang belajar, ia tidak tahan belajar dan tidak dapat
memusatkan perhatian pada belajar.
b. Mengingat (memory)
Mengingat adalah kemampuan untuk meningkatkan apa yang telah
didengar, dilihat, dan dialami waktu belajar. Kesulitan belajar biasanya
kurang atau tidak mampu dalam mengingat kembali apa yang telah
dipelajarinya.
c. Persepsi
Kemampuan persepsi visual mungkin tidak meliputi kata-kata yang ditulis
atau simbol-simbol visual seperti angka yang ditulis dan tidak ada
kesadaran akan objek-objek yang dilihatnya. Ketidakmampuan untuk
mengerti melalui terjemahan simbol menyebabkan gangguan orientasi
kiri-kanan, orientasi spasial, dan belajar motorik serta melihat satu objek
secara menyeluruh walaupun yang disajikannya adalah bagiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
d. Berpikir
Kesulitan utama dalam operasi kognitif ialah adanya kelainan dalam
berpikir, seperti pemecahan masalah, pembentukan konsep, dan asosiasi.
Pemecahan masalah Matematika membutuhkan kemampuan membuat
analisis dan sintesis, yaitu perilaku yang dapat membantu anak
mengadakan respons atau beradaptasi dengan situasi baru. Pembentukan
suatu konsep sangat tergantung pada kemampuan mangklasifikasikan
objekdan peristiwa. Kelainan dalam berpikir juga berhubungan dengan
kemampuan bahasa lisan.
e. Bahasa
Kelainan jenis ini sangat banyak ditemukan pada anak berkesulitan belajar
yang tidak dapat berbicara dan tidak dapat mengadakan respons terhadap
suatu perintah atau pernyataan verbal seperti yang dilakukan anak-anak
normal.
2.1.4 Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)
2.1.4.1 Pengertian Kesulitan Belajar Matematika
Kesulitan belajar Matematika disebut juga Diskalkulia (dyscalculis)
(Lerner dalam Mulyono, 2012: 210). Istilah Diskalkulia memiliki konotasi
medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf
pusat. Kesulitan belajar Matematika yang berat oleh Kirk (dalam Mulyono,
2012: 210) disebut Diskalkulia. Kirk dan Galagher serta Hamill dan Bavel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dalam Runtukahu & Kandou (2014: 23) juga menjelaskan bahwa kesulitan
belajar akademik dalam berhitung disebut Diskalkulia. Dari pendapat
beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan kesulitan belajar Matematika
adalah ketidakmampuan anak dalam belajar Matematika, disebut juga
Diskalkulia.
2.1.4.2 Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Matematika
Menurut Lerner dalam Mulyono (2012: 210-213) ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar Matematika, yaitu (1) adanya gangguan
dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas persepsi visual, (3) asosiasi
visual-motor, (4) perseverasi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol,
(6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca,
(8) Perfomance IQ jauh lebih rendah daripada skor Verbal IQ.
a. Gangguan Hubungan Keruangan
Konsep hubungan keruangan seperti atas-bawah, puncak-dasar,
jauh-dekat, tinggi-rendah, depan-belakang, dan awal-akhir umumnya
telah dikuasai oleh anak pada saat mereka belum masuk SD. Anak-anak
memperoleh pemahaman tentang berbagai konsep hubungan keruangan
tersebut dari pengalaman mereka dalam berkomunikasi dengan
lingkungan sosial mereka atau melalui berbagai permainan.
Tetapi sayangnya, anak berkesulitan belajar sering mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan lingkungan sosial juga sering tidak
mendukung terselenggaranya suatu situasi yang kondusif bagi terjalinnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
komunikasi antar mereka. Adanya kondisi intrinsik yang diduga karena
disfungsi otak dan kondisi ekstrinsik berupa lingkungan sosial yang tidak
menunjang terselenggaranya komunikasi dapat menyebabkan anak
mengalami gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan
keruangan. Adanya gangguan dalam memahami konsep-konsep hubungan
keruangan dapat mengganggu pemahaman anak tentang sistem bilangan
secara keseluruhan. Karena adanya gangguan tersebut, anak mungkin
tidak mampu merasakan jarak antara angka-angka pada garis bilangan
atau penggaris, dan mungkin anak juga tidak tahu bahwa angka 3 lebih
dekat ke angka 4 daripada ke angka 6.
Untuk mempelajari Matematika, anak tidak cukup hanya
menguasai konsep hubungan keruangan, tetapi juga berbagai konsep dasar
yang lain. Ada empat macam konsep dasar yang harus dikuasai oleh anak
pada saat masuk SD. Keempat konsep dasar tersebut adalah (1) konsep
keruangan, (2) konsep waktu, (3) konsep kuantitas, dan (4) konsep
serbaneka (miscallaneous) (Boehm dalam Mulyono, 2012: 211).
b. Abnormalitas Persepsi Visual
Anak berkesulitan belajar Matematika sering mengalami kesulitan
untuk melihat berbagai objek dalam hubungannya dengan kelompok atau
set. Kesulitan semacam itu merupakan salah satu gejala adanya
abnormalitas persepsi visual. Kemampuan melihat berbagai objek dalam
kelompok merupakan dasar yang sangat penting yang memungkinkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
anak dapat secara cepat mengidentifikasi jumlah objek dalam suatu
kelompok. Anak yang mengalami abnormalitas persepsi visual akan
mengalami kesulitan bila mereka diminta untuk menjumlahkan dua
kelompok benda yang masing-masing terdiri dari lima dan empat anggota.
Anak semacam itu mungkin akan menghitung satu per satu anggota tiap
kelompok lebih dahulu sebelum menjumlahkannya.
Anak yang memiliki abnormalitas persepsi visual juga sering tidak
mampu membedakan bentuk-bentuk geometri. Suatu bentuk bujursangkar
mungkin dilihat oleh anak sebagai empat garis yang tidak saling terkait,
mungkin sebagai segi enam, dan bahkan mungkin tampak sebagai
lingkaran. Adanya abnormalitas persepsi visual semacam ini tentu saja
dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar Matematika, terutama dalam
memahami berbagai simbol.
c. Asosiasi Visual-Motor
Anak berkesulitan belajar Matematika sering tidak dapat
menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan
bilangannya “Satu, dua, tiga, empat, lima”. Anak mungkin baru
memegang benda yang ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”, atau
sebaliknya, telah menyentuh benda kelima tetapi baru mengucapkan
“tiga”. Anak-anak semacam ini dapat memberikan kesan mereka hanya
menghafal bilangan tanpa memahami maknanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Perseverasi
Ada anak yang perhatiannya melekat pada suatu objek saja dalam
jangka waktu yang relatif lama. Gangguan perhatian semacam itu disebut
perseverasi. Anak demikian mungkin pada mulanya dapat mengerjakan
tugas dengan baik, tetapi lama-kelamaan perhatiannya melekat pada suatu
objek tertentu. Misalnya:
4 + 3 = 7
5 + 3 = 8
5 + 2 = 7
5 + 4 = 9
4 + 4 = 9
3 + 4 = 9
Angka 9 diulang beberapa kali tanpa memperlihatkan kaitannya
dengan soal Matematika yang dihadapi.
e. Kesulitan Mengenal dan Memahami Simbol
Anak berkesulitan belajar Matematika sering mengalami kesulitan
dalam mengenal dan menggunakan simbol-simbol Matematika seperti +, -
, =, >, <, dan sebagainya. Kesulitan semacam ini dapat disebabkan oleh
adanya gangguan persepsi visual.
f. Gangguan Penghayatan Tubuh
Anak berkesulitan belajar Matematika sering memperlihatkan
adanya gangguan penghayatan tubuh (body image). Anak demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
merasa sulit untuk memahami hubungan bagian-bagian dari tubuhnya
sendiri. Jika anak diminta untuk menggambar tubuh orang misalnya,
mereka akan menggambarkan dengan bagian-bagian tubuh yang tidak
lengkap atau menempatkan bagian tubuh pada posisi yang salah.
Misalnya, leher tidak tampak, tangan diletakkan di kepala, dan
sebagainya.
g. Kesulitan dalam Bahasa dan Membaca
Matematika itu sendiri pada hakikatnya adalah simbolis (Johnson
& Myklebust dalam Mulyono A, 2012: 213). Oleh karena itu, kesulitan
dalam bahasa dapat berpengaruh terhadap kemampuan anak di bidang
Matematika. Soal Matematika yang berbentuk cerita menuntut
kemampuan membaca untuk memecahkannya. Oleh karena itu, anak yang
mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan pula dalam
memecahkan soal metematika yang berbentuk cerita tertulis.
h. Skor PIQ Jauh Lebih Rendah dari pada Skor VIQ
Hasil tes intelegensi dengan menggunakan WISC (Wechsler
Intelligence Scale for Children) menunjukkan bahwa anak berkesulitan
belajar Matematika memiliki skor PIQ (Perfomance Intelligence Quotient)
yang jauh lebih rendah dari pada skor VIQ (Verbal Intelligence Quotient).
Tes intelegensi ini memiliki dua subtes, tes verbal dan tes kinerja
(perfomance). Subtes kinerja mencakup (1) informasi, (2) persamaan, (3)
aritmatika, (4) perbendaharaan kata, dan (5) pemahaman. Subtes kinerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
mencakup (1) melengkapi gambar, (2) menyusun gambar, (3) menyusun
balok, (4) menyusun objek, dan (5) coding (Anastasi dalam Mulyono A,
2012: 213).
Rendahnya skor PIQ pada anak berkesulitan belajar Matematika
tampaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep keruangan,
gangguan persepsi visual, dan adanya gangguan assosiasi visual-motor.
2.1.4.3 Kekeliruan Umum yang Dilakukan Oleh Anak Berkesulitan
Belajar Matematika
Guru perlu mengenal berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh
anak dalam menyelesaikan tugas-tugas dalam bidang studi Matematika agar
dapat membantu anak berkesulitan belajar Matematika. Beberapa kekeliruan
umum tersebut menurut Lerner (dalam Mulyono, 2012: 213) adalah
kekurangan pemahaman tentang (1) simbol, (2) nilai tempat, (3) perhitungan,
(4) penggunaan proses yang keliru, dan (5) tulisan yang tidak terbaca.
a. Kekurangan Pemahaman tentang Simbol
Anak-anak umumnya tidak terlalu banyak mengalami kesulitan jika
kepada mereka disajikan soal-soal seperti 4 + 3 = …, atau 8 – 5 = …;
tetapi akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal-soal seperti 4 +
… = 7; 8 = … + 5; … + 3 = 6; atau … - 4 = 7; atau 8 - … = 5. Kesulitan
semacam ini umumnya karena anak tidak memahami simbol-simbol
seperti sama dengan (=), tidak sama dengan (≠), tambah (+), kurang (-),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dan sebagainya. Agar anak dapat menyelesaikan soal-soal Matematika,
mereka harus lebih dahulu memahami simbol-simbol tersebut.
b. Nilai Tempat
Ada anak yang belum memahami nilai tempat seperti satuan, puluhan,
ratusan, dan seterusnya. Ketidakmampuan tentang nilai tempat akan
semakin mempersulit anak jika kepada mereka dihadapkan pada lambang
bilangan basis bukan sepuluh. Bagi anak yang tidak berkesulitan belajar
pun anyak yang mengalami kesulitan untuk memahami lambang bilangan
yang berbasis bukan bersepuluh. Oleh karena itu, banyak yang
menyarankan agar pelajaran Matematika di SD lebih menekankan pada
aritmatika atau berhitung yang dapat digunakan secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari.
Ketidakpahaman terhadap nilai tempat banyak diperlihatkan oleh
anak-anak seperti berikut ini. Anak yang mengalami kekeliruan semacam
itu dapat juga karena lupa cara menghitung persoalan pengurangan atau
penjumlahan tersusun ke bawah, sehingga kepada anak tidak cukup hanya
diajak memahami nilai tempat tetapi juga diberi latihan yang cukup.
c. Penggunaan Proses yang Keliru
Kekeliruan dalam penggunaan proses penghitungan dapat dilihat pada
contoh berikut ini:
1) Mempertukarkan simbol-simbol.
2) Jumlah satuan dan puluhan ditulis tanpa memperhatikan nilai tempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3) Semua digit ditambahkan bersama (alogaritma yang keliru dan tidak
memperhatikan nilai tempat).
4) Digit ditambahkan dari kiri ke kanan dan tidak memperhatikan nilai
tempat.
5) Dalam menjumlahkan puluhan digabungkan dengan satuan.
d. Perhitungan
Ada anak yang belum mengenal dengan baik konsep perkalian tetapi
mencoba menghafal perkalian tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
kekeliruan jika hafalannya salah. Daftar perkalian mungkin dapat
membantu memperbaiki kekeliruan anak jika anak telah memahami
konsep perkalian.
e. Tulisan yang Tidak Dapat Dibaca
Ada anak yang tidak dapat membaca tulisannya sendiri karena bentuk-
bentuk hurufnya tidak tepat atau tidak lurus mengikuti garis. Akibatnya,
anak banyak mengalami kekeliruan karena tidak mampu bagi membaca
tulisannya sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekeliruan
yang dilakukan oleh anak berkesulitan belajar Matematika dikarenakan
kurangnya pemahaman pada konsep awal Matematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.1.5 Materi Pembagian
Pembagian sederhana dilakukan di bawah 100 dengan hasil dua angka dan
satu angka. Menurut Supriadi (2013: 46), pembagian adalah konsep membagikan
bilangan pada kelompok-kelompok yang diinginkan sehingga bilangan tersebut
terbagi merata di setiap kelompok. Pembagian merupakan pengurangan yang
berulang hingga habis (Heruman: 2010: 7). Sedangkan menurut Simanjuntak (2003:
130), membagi merupakan mengurang dengan pengurangan tetap. Pengurang yang
tetap yang dimaksud adalah pembagi. Pengurangan merupakan salah satu dari empat
operasi dasar Matematika, dan pada prinsipnya merupakan kebalikan dari operasi
penjumlahan (Supriadi, 2013: 32). Dari pengertian beberapa ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa pembagian adalah pengurangan yang berulang hingga habis,
dimana bilangan pengurangannya tetap. Standar kompetensi Matematika yang
digunakan dalam penelitian ini adalah standar kompetensi 1 “memahami dan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah” pada
kompetensi dasar 1.3 “melakukan operasi perkalian dan pembagian”. Berikut materi
pembagian pada kelas IV SD (Mustaqim dan Ary, 2008: 147).
a. Bagaimana cara membagi bilangan 20 dengan 5? Mari kita kurangi secara
berulang.
20 – 5 = 15
15 – 5 = 10
10 – 5 = 5
5 – 5 = 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan berulang
tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:
20 : 5 = 4
Pembagian tersebut dinamakan pembagian tanpa sisa.
b. Bandingkan dengan pembagian bilangan 20 oleh bilangan 6 berikut ini.
20 – 6 = 14
14 – 6 = 8
8 – 6 = 2
Berapa kali pengurangan dilakukan? Berapa hasil akhir pengurangan berulang
tersebut? Dalam operasi pembagian dituliskan:
20 : 6 = 3 (sisa 2)
Pembagian tersebut dinamakan pembagian bersisa. Hasil pembagian bersisa
kita tuliskan sebagai berikut.
20 : 6 = 3 (sisa 2) = =
Bentuk tersebut dinamakan pecahan campuran.
2.2 Penelitian yang Relevan
2.2.1 Penelitian Alat peraga Matematika tentang Pembagian
Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian dari Charla (2015) dan
Anastasia (2016) mengenai alat peraga Matematika untuk materi pembagian. Charla
(2015) melakukan pengembangan alat peraga pembelajaran Matematika SD untuk
materi perkalian dan pembagian berbasis metode Montessori. Jenis penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
digunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development (R & D). Hasil dari
penelitian tersebut menunjukkan bahwa alat peraga memiliki 5 ciri khas, yaitu
menarik, bergradasi, auto-education, auto correction, dan kontekstual, yaitu dengan
rerata skor 3,7 dan masuk ke dalam kategori “Sangat baik”. Hasil tes siswa juga
menunjukkan perbedaan sebesar 90,4%. Perbedaan tersebut adalah hasil dari pretest
ke posttest setelah menjalani pendampingan menggunakan alat peraga kotak peraga
perkalian dan pembagian. Perbedaan ini sebagai bukti yang mendukung bahwa alat
peraga kotak perkalian dan pembagian layak digunakan.
Anastasia (2016) mengimplementasi alat peraga pembagian berbasis metode
Montessori pada pembelajaran Matematika materi pembagian kelas II SD Kanisius
Kenalan, Magelang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini berupa deskripsi pengimplementasian alat
peraga pembagian berbasis metode Montessori pada pembelajaran Matematika.
Dampak pengimplemensian alat peraga pembagian berbasis metode Montessori
menunjukkan dampak yang positif, yaitu hasil belajar siswa yang baik, dengan rata-
rata nilai tes 86, motivasi belajar siswa yang tinggi dengan rata-rata hasil angket
4.105 dan hasil observasi 81.24.
Kedua penelitian tersebut sama-sama menggunakan alat peraga Matematika
pada materi pembagian untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep
pembagian. Ketiga penelitian tersebut juga membuktikan bahwa penggunaan alat
peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan dari ketiga penelitian
tersebut terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Charla (2015) menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D),
sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Anastasia (2016) menggunakan jenis
penelitian kualitatif.
2.2.2 Penelitian Anak Diskalkulia
Berikut ini akan dipaparkan penelitian yang relevan mengenai anak
Diskalkulia dari junal yang ditulis oleh Sony dan Dyah (2015). Penelitian tersebut
berjudul Diary of Dyscalculia untuk anak berkesulitan belajar Matematika. Penelitian
ini merancang dan menghasilkan media papan permainan pop up dengan nama Diary
of Dyscalculia dengan mengembangkan prinsip PECS sehingga terdapat beberapa
kartu-kartu gambar dengan tujuan mempermudah siswa dalam berkomunikasi dan
mempelajari mata pelajaran Matematika. Selain karena alasan mudah dan murah,
board game merupakan salah satu jenis permainan konvensional yang memiliki
beberapa keunggulan antara lain unsur fleksibel, interaktif sosial, rekreatif, serta
edukasi yang dikemas dalam satu permainan. Desain sengaja menggunakan pop up
untuk mempermudah dalam menarik perhatian siswa serta untuk menggambarkan
situasi yang lebih riil bagi siswa. Penggunaan kartu membantu siswa dalam
memahami inti dari permainan dan membantu memahami konsep dasar materi yang
diajarkan pada Matematika.
Layaknya perancangan media game berbasis digital, perancangan media
board games Diary of Dyscalculia juga membutuhkan tahapan desain sesuai dengan
tujuan dan sasaran pengguna yang ingin dicapai. Programmer juga harus menentukan
tema dan inti cerita yang akan dibuat serta bagaimana cara penggunaannya. Dari segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
visual dan konsep penulis telah memenuhi standar yang mengacu pada selera pasar
yaitu attractive and challenging. Seluruh konten pada board games mengacu pada
konsep materi pelajaran Matematika yang diperoleh pada kelas dasar. Diary of
Dyscalculia dapat dimainkan dengan lima cara berbeda yang disesuaikan dengan
tujuan dasar pada setiap masing-masing permainan. Hal ini untuk memberikan variasi
permainan serta mencegah kebosanan pada anak. Untuk kedepannya, soal-soal pada
Diary of Dyscalculia harus diperbanyak dan divariasikan sehingga bisa digunakan
untuk jenjang materi yang lebih tinggi tingkat kesulitannya.
Berdasarkan studi literatur tentang penelitian sebelumnya, belum ada belum
ada penelitian pengembangan alat peraga Matematika untuk anak Diskalkulia pada
materi pembagian kelas IV SD yang mengadopsi prinsip-prinsip metode Montessori.
Peneliti akan melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga Matematika
berupa papan pembagian tanpa sisa 1-30 dimana bilangan pembaginya 1-10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2.3 Kerangka Berpikir
Pengertian tentang anak berkesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam
kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara
keliru. Banyak orang, termasuk sebagian guru, tidak dapat membedakan antara
kesulitan belajar, lambat belajar, dan tuna grahita. Ketika peneliti mencari potensi dan
masalah kebeberapa SD, sebagian besar kepala sekolah mengatakan banyak anak
Diskalkulia di sekolah tersebut. Namun setelah peneliti memperjelas bahwa anak
Diskalkulia merupakan anak berkebutuhan khusus, kepala sekolah dengan sigap
Bagan 2.1 Penelitian yang relevan
Yang akan diteliti:
Pengembangan alat peraga
matematika untuk anak
berkesulitan belajar
matematika (diskalkulia).
Sony dan Dyah (2015)
Merancang dan menghasilkan media
papan permainan pop up dengan nama
Diary of Dyscalculia dengan
mengembangkan prinsip PECS.
Penelitian Anak
Berkesulitan Belajar
Matematika
(Diskalkulia)
Charla (2015)
Pengembangan alat peraga pembelajaran
matematika SD untuk materi perkalian
dan pembagian berbasis metode
Montessori.
Anastasia (2016)
Implementasi alat peraga pembagian
berbasis metode Montessori pada
pembelajaran matematika materi
pembagian kelas II SD Kanisius
Kenalan, Magelang.
Penelitian Alat peraga
Matematika tentang
Pembagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
menepis pernyataan yang telah diucapkan. Tanpa memahami pengertian kesulitan
belajar, akan sulit pula menentukan jumlah anak berkesulitan belajar. Sehingga akan
sulit juga untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka. Oleh karena itu,
sebelum melakukan pembelajaran guru semestinya sudah menggolongkan anak-anak
berkesulitan belajar menurut jenisnya. Setelah itu guru juga harus memahami
karakteristik dan cara penanggulangannya. Anak-anak berkesulitan belajar
Matematika memerlukan lebih banyak pengalaman dengan belajar prabilangan
sebagai landasan belajar Matematika. Anak tidak dapat diharapkan melakukan
penalaran abstrak tanpa perkembangan dan pengalaman prasyarat. Oleh karena itu,
guru harus menyadari taraf perkembangan anak. Anak Diskalkulia memerlukan
pendekatan belajar tuntas tentang berbagai konsep melalui pembelajaran langsung
yang terstruktur dan terancang secara sistematis.
Friend & Bursuck (2015: 53) menegaskan bahwa teknologi rendah (berupa
alat peraga) dapat digunakan untuk membantu para siswa penyandang disabilitas baik
yang ringan maupun berat dalam banyak hal. Bagi anak berkesulitan belajar,
khususnya Diskalkulia, alat peraga sangat diperlukan untuk menunjang proses
belajarnya. Alat peraga dapat membantu anak menangkap pesan/materi yang
terkandung dalam suatu pembelajaran, khususnya Matematika. Prinsip-pripsip yang
terdapat dalam pendidikan Montessori sangat mendukung untuk diimplementasikan
ke anak Diskalkulia. Aktivitas belajar dengan menggunakan metode Montessori
memegang prinsip bahwa anak mempunyai tugas unik dalam melengkapi formasi
pengetahuannya hingga dewasa. Dalam proses perkembangannya, anak diberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
aktivitas yang bisa membangun pemikirannya itu dengan menciptakan lingkungan
anak yang sesungguhnya. Anak diberi kebebasan dalam beraktivitas, namun juga
bertanggung jawab atas aktivitasnya. Alat peraga yang digunakan disesuaikan dengan
anak, dari segi ukuran, warna, dan tekstur permukaan yang lembut. Alat peraga yang
digunakan ini mengandung prinsip menarik, bergradasi rangsangan indera, memiliki
pendali kesalahan (auto correction), memungkinkan anak belajar secara mandiri
(auto education), dan kontekstual.
Peneliti memandang perlu melakukan penelitian dan pengembangan ini
karena hendak mengatasi minimnya alat peraga yang digunakan guru untuk anak
Diskalkulia di Sekolah Dasar. Penelitian ini juga dirasa perlu karena alat peraga
Matematika ini mengadopsi ciri-ciri alat peraga yang terdapat pada pendidikan
Montessori yang sangat cocok untuk digunakan ke anak Diskalkulia. Selain itu, alat
peraga yang dikembangkan akan mempunyai kualitas yang sangat baik.
2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana pengembangan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk
anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu?
2.4.2 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu menurut dosen ahli
Matematika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2.4.3 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu menurut dosen ahli Psikologi
anak?
2.4.4 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu menurut guru kelas IV?
2.4.5 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu menurut kepala sekolah?
2.4.6 Bagaimana kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30
untuk anak dengan Diskalkulia di SD N Mertelu menurut hasil uji coba produk?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini menjabarkan mengenai (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian,
(3) prosedur pengembangan, (4) uji validitas produk, (5) teknik pengumpulan data,
(6) instrumen penelitian, dan (7) teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan yang lebih sering disebut dengan Research and Development (R&D).
Menurut Sugiyono (2015: 407) Research and Development (R&D) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji
kefektifan produk tertentu. Sukmadinata (2012: 164) mengungkapkan bahwa
penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan menurut Borg & Gall (dalam Punaji,
2010: 194-195), penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang akan
dikembangkan pada penelitian ini adalah alat peraga Matematika untuk anak
Diskalkulia berupa papan pembagian tanpa sisa 1-30. Berdasarkan pendapat di atas,
dalam disimpulkan bahwa Research and Development (R&D) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk baru atau untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menyempurnakan produk lama yang kemudian akan diujikan keefektifan dari produk
tersebut.
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi
langkah-langkah Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015: 409)
dengan modifikasi. Terdapat 10 langkah dalam penelitian ini antara lain: (1) potensi
dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi
produk, dan (10) produksi masal.
Bagan 3.1 Langkah Research and Development (R&D) (Sugiyono, 2015: 409)
Langkah-langkah dalam bagan 3.1 akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan
Pengump-
ulan data
Validasi
Desain
Revisi
Desain
Potensi dan
Masalah
Desain
Produk
Revisi
Produk
Ujicoba
Produk
Ujicoba
Pemakaian
Revisi
Produk Produksi Massal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.
Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak dapat
mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Namun demikian, masalah juga dapat
dijadikan potensi, apabila kita dapat mendayagunakannya. Potensi dan masalah
yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data yang empirik.
2. Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut.
3. Desain Produk
Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat
digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Desain produk
harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan toleransinya, alat
yang digunakan untuk mengerjakan, serta prosedur kerja.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk efisien dan efektif atau tidak bila digunakan. Validasi desain dapat
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kelebihannya.
5. Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan para ahli
lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut
selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.
6. Uji Coba Produk
Desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba, tetapi harus
dibuat menjadi terlebih dahulu barang, dan barang tersebut yang akan diuji coba.
Uji coba produk dilakukan secara terbatas dengan cara membandingkan keadaan
sebelum dan setelah menggunakan produk yang telah dibuat.
7. Revisi Produk
Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil uji coba untuk menyempurnakan
produk yang telah diuji coba secara nyata.
8. Uji Coba Pemakaian
Uji coba pemakaian diterapkan dalam lingkup yang lebih luas dari sebelumnya.
Sama halnya dengan uji coba produk, uji coba produk tetap harus dinilai
kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian terdapat
kekurangan dan kelemahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
10. Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan apabila produk yang telah diuji coba
dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 3 anak Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu
tahun ajaran 2016/2017. Peneliti memilih anak tersebut berdasarkan hasil
diskusi dan rekomendasi dari wali kelas. Peneliti juga memberikan beberapa
pertimbangan terkait pemilihan subjek berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada saat pembelajaran Matematika berlangsung di kelas.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah alat peraga Matematika berupa papan pembagian
tanpa sisa 1-30 yang terbuat dari kayu. Peneliti merancang alat peraga tersebut
berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada anak Diskalkulia di
kelas IV. Alat peraga ini dirancang untuk membantu anak dalam memahami
konsep pembagian. Alat peraga ini juga dapat melatih anak dalam menghitung
jumlah benda sesuai dengan bilangan yang sudah ditentukan. Alat peraga ini
terdiri dari papan pembagian, kartu (kartu soal & kartu bilangan), tabung kecil
(Tab), dan kotak penyimpanan.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Negeri Mertelu yang
merupakan salah satu SD Inklusi di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sekolah Dasar ini terletak di daerah Piji, Mertelu, Gedangsari, Gunung Kidul,
Yogyakarta. Peneliti memilih sekolah tersebut atas dasar informasi yang
diperoleh dari kepala sekolah bahwa di SD N Mertelu terdapat anak
Diskalkulia.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan selama 9 bulan dari bulan
september 2016 sampai Mei 2017. Penelitian ini dimulai dari mencari potensi
dan masalah dan diakhiri dengan revisi produk akhir.
3.3 Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi
langkah-langkah Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2015:
409). Terdapat 10 langkah dalam penelitian ini antara lain: (1) potensi dan
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi
produk, dan (10) produksi masal. Berdasarkan penjelasan langkah-langkah
penelitian dan pengembangan pada di atas, peneliti hanya membatasi pada 7
langkah saja, karena untuk sampai pada langkah kesepuluh diperlukan keahlian
khusus dalam bidangnya. Ketujuh langkah tersebut yaitu (1) potensi dan
masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi
desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk. Ketujuh langkah tersebut
disajikan dalam bagan 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Alat Peraga Papan Pembagian 1-30
LANGKAH KEENAM
Uji Coba Produk
(Uji coba terbatas dilakukan pada anak berkesulitan belajar Matematika (Diskalkulia) kelas IV di SD N Mertelu)
LANGKAH KETUJUH
Revisi Produk Akhir
Produk Akhir (Prototipe Alat Peraga Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30)
LANGKAH KELIMA
Revisi Desain
Ahli Matematika
Ahli Psikolog
Anak
Revisi Desain Pembuatan Alat Peraga dan
Album Alat Peraga Validasi Produk
Guru Kelas IV
Kepala Sekolah
LANGKAH KEEMPAT
Validasi Desain
Validasi Desain
Ahli Matematika
Ahli Psikolog Anak
LANGKAH KETIGA
Desain Produk
Desain Alat Peraga
Data Analisis Kebutuhan
Desain Album Alat Peraga
LANGKAH KEDUA
Pengumpulan Data
Analisis Kebutuhan
Observasi
Wawancara
Siswa
Guru Kelas
LANGKAH PERTAMA
Potensi dan Masalah
Potensi dan Masalah Wawancara Kepala Sekolah Wawancara Guru Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Langkah-langkah dalam bagan 3.2 akan dijelaskan secara rinci sebagai
berikut ini:
3.3.1 Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara.
Jenis wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur atau
terbuka dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data tersebut dikarenakan peneliti belum mengetahui secara
pasti data yang akan diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara
terbuka mempunyai cakupan yang lebih luas dan berkembang. Peneliti terlebih
dahulu mengajukan pertanyaan mengenai anak Diskalkulia di SD N Mertelu
kepada kepala sekolah. Dari informasi kepala sekolah, peneliti kemudian
melakukan wawancara kepada guru kelas untuk memperoleh informasi yang lebih
dalam lagi mengenai anak Diskalkulia di kelas IV. Potensi yang akan ditemukan
peneliti adalah mengembangkan alat peraga Matematika untuk anak Diskalkulia,
sedangkan masalah yang akan digali oleh peneliti adalah bagaimana cara
menangani anak Diskalkulia tersebut dengan menggunakan alat peraga
Matematika yang akan dikembangkan.
3.3.2 Pengumpulan Data
Langkah kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Pada langkah
ini peneliti melakukan analisis kebutuhan melalui observasi pembelajaran
Matematika pada anak Diskalkulia, wawancara guru kelas IV, dan wawancara
anak. Analisis kebutuhan dilakukan guna untuk mencari informasi lebih dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
mengenai masalah yang dihadapi anak terkait dengan mata pelajaran Matematika
serta cara mengatasinya. Dari segi porses pelaksanaannya, peneliti menggunakan
jenis observasi nonpartisipan. Peneliti memilih observasi nonpartisipan
dikarenakan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen saja.
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, peneliti menggunakan jenis
observasi tidak terstruktur. Dalam observasi ini, peneliti tidak menyiapkan
instrumen apapun terhadap objek yang akan diamati karena peneliti tidak
mengetahui secara pasti tentang apa yang akan terjadi pada anak berkebutuhan
khusus yang diamati. Peneliti hanya mencatat, menganalisa, dan menyimpulkan
apa yang dilihat ketika observasi. Melalui observasi, peneliti dapat mengetahui
karakteristik anak Diskalkulia secara detail.
Pada langkah pertama dan kedua, peneliti menggunakan jenis wawancara
yang sama yaitu wawancara tidak terstruktur (terbuka). Namun pada langkah
kedua ini wawancara terbuka dilakukan kepada guru kelas IV dan anak
Diskalkulia. Selain itu, wawancara pada langkah kedua ini dilakukan lebih
mendalam untuk menggali tentang ketersediaan serta penggunaan alat peraga
Matematika dan mengetahui permasalahan belajar Matematika yang dialami anak
Diskalkulia. Sehingga peneliti dapat menganalisis alat peraga Matematika yang
diperlukan serta sesuai dengan karakteristik anak Diskalkulia berdasarkan data
analisis kebutuhan yang didapatkan di lapangan.
3.3.3 Desain Produk
Desain produk dapat dibuat setelah peneliti memperoleh data analisis
kebutuhan dari subjek yang diteliti. Desain produk yang akan dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
berupa desain papan pembagian tanpa sisa 1-30 serta desain album alat peraga
tersebut. Desain produk dibuat menggunakan kertas karton dengan
menggambarkan alat peraga secara rinci. Sedangkan desain album alat peraga
tersebut dibuat menggunakan komputer. Album alat peraga tersebut berisi tentang
pengenalan bagian-bagian alat peraga serta cara penggunaannya.
3.3.4 Validasi Desain
Desain alat peraga Matematika yang dikembangkan kemudian diuji terlebih
dahulu oleh ahli di bidangnya. Para ahli yang melakukan validasi desain adalah
ahli Matematika dan ahli Psikologi anak. Para ahli memberikan penilaian berupa
komentar dan saran secara lisan terhadap desain produk yang telah
dipresentasikan peneliti.
3.3.5 Revisi Desain
Setelah desain produk divalidasi dengan para ahli, maka akan diketahui
kekurangannya. Kekurangan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan
cara memperbaiki desain produk. Revisi desain dilakukan peneliti dengan
mempertimbangkan komentar dan saran para ahli mengenai kekurangan dari
desain produk yang telah dirancang. Desain produk yang sudah diperbaiki
kemudian diwujudkan menjadi produk nyata. Alat peraga papan pembagian tanpa
sisa 1-30 beserta albumnya selanjutnya divalidasi oleh para ahli. Validasi produk
pada langkah ini peneliti memilih 4 validator yaitu dosen Matematika, dosen
Psikologi anak, guru kelas IV, dan kepala sekolah. Berbeda dengan validasi
desain, validasi produk menggunakan instrumen penilaian untuk menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kelayakan alat peraga yang telah dikembangkan. Selain itu, validator memberikan
komentar dan saran secara tertulis bukan secara lisan.
3.3.5 Uji Coba Produk
Produk yang sudah divalidasi kemudian diuji coba secara terbatas kepada 3
anak Diskalkulia di kelas IV. Uji coba terbatas ini dilakukan untuk mengetahui
keefektifan dan keefisienan produk dalam mengatasi masalah. Pada langkah ini,
peneliti dapat melihat secara nyata proses pemakaian produk yang telah
dikembangkan pada anak Diskalkulia. Peneliti dapat mengetahui kekurangan dan
kelebihan produk ketika digunakan di lapangan.
3.3.6 Revisi Produk
Setelah melakukan validasi produk dan uji coba produk, maka peneliti dapat
melakukan revisi produk akhir berupa prototipe. Peneliti dapat
mempertimbangkan masukan dan saran dari ahli dengan kenyataan di lapangan
ketika uji coba produk. Revisi produk akhir pada langkah ini menghasilkan
prototipe alat peraga Matematika berupa papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk
anak Diskalkulia.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan kuisioner. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka digunakan
untuk mencari potensi dan masalah serta analisis kebutuhan pada anak
Diskalkulia. Observasi nonpartisipan-tidak terstruktur digunakan untuk mencari
informasi lebih dalam mengenai masalah yang dihadapi anak terkait dengan mata
pelajaran Matematika serta cara mengatasinya. Sedangkan kuisioner instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
validasi produk digunakan untuk menilai produk yang telah dikembangkan supaya
menghasilkan data kuantitatif.
3.4.1 Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015: 194).
Penelitian ini menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur atau terbuka.
Menurut Sugiyono (2015: 197-198) wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti menggunakan jenis wawancara
tersebut dikarenakan peneliti belum mengetahui secara pasti data yang akan
diperoleh. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara terbuka mempunyai
cakupan yang lebih luas dan berkembang. Wawancara yang dilakukan pada
langkah pertama untuk mencari potensi dan masalah penelitian. Wawancara
dilakukan dengan Kepala SD N Mertelu dan guru kelas IV. Tujuan dilakukannya
wawancara pada langkah pertama yaitu untuk menemukan permasalahan yang
akan diteliti. Sedangkan wawancara yang dilakukan pada langkah kedua untuk
menggali lebih mendalam tentang ketersediaan serta penggunaan alat peraga
Matematika dan mengetahui permasalahan belajar Matematika yang dialami anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Diskalkulia. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dan anak Diskalkulia di
kelas IV.
3.4.2 Observasi
Hadi (dalam Sugiyono, 2015: 203) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Dari segi porses pelaksanaannya, peneliti menggunakan
jenis observasi nonpartisipan. Peneliti memilih observasi nonpartisipan
dikarenakan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen saja.
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, peneliti menggunakan jenis
observasi tidak terstruktur. Dalam observasi ini, peneliti tidak menyiapkan
instrumen apapun terhadap objek yang akan diamati, tetapi hanya berupa rambu-
rambu pengamatan. Hal itu dikarenakan peneliti tidak mengetahui secara pasti
tentang apa yang akan terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang diamati.
Peneliti hanya mencatat, menganalisa, dan menyimpulkan apa yang dilihat ketika
observasi. Melalui observasi, peneliti dapat mengetahui karakteristik anak
Diskalkulia secara detail.
3.4.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Terdapat dua kuesioner dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
penelitian ini, yaitu kuisioner validasi alat peraga dan kuesioner validasi album
alat peraga.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner tertutup supaya
memudahkan responden untuk menjawab dengan cepat dan memudahkan peneliti
dalam melakukan analisis data terhadap semua kuesioner yang sudah terkumpul.
Peneliti telah menyediakan alternatif jawaban dari setiap pertanyaan atau
pertanyaan yang tersedia. Kuesioner digunakan untuk validasi alat peraga papan
pembagian tanpa sisa 1-30 pada ahli Matematika dan ahli Psikologi anak.
Kuesioner yang ada pada instrumen validasi digunakan untuk menilai kelayakan
alat peraga yang telah dikembangkan. Jawaban setiap item instrumen mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif sesuai dengan skala Likert.
Menurut Sugiyono (2015: 134), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam
suatu kontimum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai
dengan sangat positif (Widoyoko, 2014: 151). Peneliti menyusun pernyataan
kuesioner validasi produk berdasarkan indikator karakteristik alat peraga yang
digunakan dalam pengembangan produk. Karakteristik alat peraga tersebut adalah
menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Kuesioner
validasi diisi oleh ahli setelah peneliti mempresentasikan alat peraga yang
dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam mengukur fenomena sosial
yang diamati (Sugiyono, 2015: 147). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuisioner.
3.5.1 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini menggunakan garis besar
pertanyaan. Wawancara yang dilakukan pada langkah pertama untuk mencari
potensi dan masalah penelitian. Wawancara dilakukan dengan Kepala SD N
Mertelu dan guru kelas IV. Adapun garis besar pertanyaan yang diajukan pada
langkah pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Garis besar pertanyaan untuk kepala sekolah
No. Garis besar pertanyaan
1. Bagaimana penerapan sekolah inklusi di SD N Mertelu?
2. Anak berkebutuhan khusus apa saja yang terdapat di SD N Mertelu?
3. Dimana kelas berapa yang terdapat anak Diskalkulia?
Tabel 3.2 Garis besar pertanyaan untuk guru kelas IV
No. Garis besar pertanyaan
1. Bagaimana karakteristik anak Diskalkulia di kelas IV?
2. Apa saja masalah yang dihadapi anak Diskalkulia di kelas IV?
Wawancara yang dilakukan pada langkah kedua dilakukan dengan guru
kelas IV dan anak Diskalkulia di kelas IV.
Tabel 3.3 Garis besar pertanyaan untuk anak Diskalkulia di kelas IV.
No. Garis besar pertanyaan
1. Siapa nama anak Diskalkulia?
2. Bagaimana latar belakang keluarga anak Diskalkulia?
3. Materi apa yang paling sulit pada pelajaran Matematika?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah pada materi tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 3.4 Garis besar pertanyaan untuk guru kelas IV
No. Garis besar pertanyaan
1. Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajaran Matematika untuk anak Diskalkulia?
2. Bagaimana cara mengatasi masalah pada materi tersebut?
3. Apa saja alat peraga Matematika di kelas IV?
3.5.2 Pedoman Observasi
Pedoman observasi pada penelitian ini menggunakan rambu-rambu anak
Diskalkulia pengamatan. Observasi dilakukan di kelas IV terhadap anak
Diskalkulia pada saat pelajaran Matematika. Observasi dilakukan untuk melihat
karakteristik anak Diskalkulia. Rambu-rambu pengamatan dapat dilihat pada tabel
3.6.
Tabel 3.5 Rambu-rambu pengamatan terhadap
anak Diskalkulia
No. Rambu-rambu pengamatan
1. Karakteristik yang ditampakkan anak Diskalkulia.
2. Kesesuaian teori karakteristik anak Diskalkulia dengan kenyataan di lapangan.
3.5.3 Kuisioner
Peneliti memilih menggunakan skala empat dalam menyusun kuesioner
untuk mendapat jawaban secara pasti sehingga tidak ada jawaban yang ragu-ragu
atau netral. Oleh karena itu, dalam instrumen validasi produk peneliti
menyediakan menyediakan alternatif jawaban berupa sangat baik, baik, kurang
baik, dan sangat kurang baik. Tabel pengukuran skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 3.6 Pengukuran skala Likert
Keterangan Skor
Sangat Baik 4
Baik 3
Kurang Baik 2
Sangat Kurang Baik 1
Sumber: Sugiyono (2015: 135)
Dalam penyusunan setiap kuesioner validasi dilengkapi dengan kisi-kisi.
Berikut ini merupakan tabel kisi-kisi kuesioner validasi alat peraga dan album alat
peraga:
Tabel 3.7 Kisi-kisi instrumen validasi alat peraga
Indikator Deskriptor No item
Auto-education 1. Membantu anak dalam memahami konsep
Matematika
2. Anak belajar secara mandiri
1, 2, dan 8
Auto-corecation 1. Membantu anak dalam menemukan kesalahan
sendiri
2. Membantu anak dalam menemukan jawaban
yang benar
3, 6, dan 7
Menarik 1. Menarik minat anak untuk belajar 4 dan 5
Bergradasi 1. Memiliki warna dan bentuk yang sesuai
dengan usia anak
11, 12, 13, 14, dan 15
Kontekstual 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
9 dan 10
Tabel 3.8 Kisi-kisi instrumen validasi album alat peraga
Indikator Deskriptor No Item
Auto-education 1. Membantu anak dalam memahami cara
penggunaan alat peraga
1
Auto-correction 1. Bahasa yang digunakan dapat membantu anak
dalam menggunakan alat peraga
8, 9, 10, dan 11
Menarik 1. Menarik minat anak untuk mempelajari cara
penggunaan alat peraga
4 dan 7
Bergradasi 1. Memiliki warna yang sesuai dengan
karakteristik anak
2. Memiliki jenis dan ukuran huruf yang sesuai
dengan karakteristik anak
5 dan 6
Kontekstual 1. Memanfaatkan benda dari lingkungan sekitar
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar
2 dan 3
Hasil kuesioner yang diisi oleh ahli selanjutnya direvisi sesuai dengan
komentar yang diberikan oleh validator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan
penjelasan sebagai berikut:
3.6.1 Data Kualitatif
Widoyoko (2012: 18) mengatakan bahwa data kualitatif merupakan data
yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada, baik keadaan, proses,
peristiwa atau kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan
atau berupa kata-kata. Data kualitatif bisa berupa narasi verbal meliputi transkripsi
rekaman ungkapan pikiran dan perasaan dalam wawancara, ungkapan pikiran dan
perasaan dalam puisi prosa, atau esai, rencana kegiatan, laporan kegiatan,
deskripsi perilaku atau situasi hasil pengamatan yang diperoleh baik lewat
pengamatan langsung maupun dengan perekam audio-visual, maupun berupa
produk atau hasil karya nonverbal bisa berupa gambar, bagan atau pola, dan benda
(Supratiknya, 2012: 112).
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
hasil validasi alat peraga beserta album alat peraga. Data kualitatif wawancara
didapatkan peneliti untuk menemukan potensi dan masalah serta digunakan untuk
analisis kebutuhan. Peneliti menganalis hasil wawancara dengan mengambil
kesimpulan dari setiap informasi yang diperoleh. Data kualitatif observasi
digunakan peneliti untuk mengetahui karakteristik anak Diskalkulia. Dari data
hasil wawancara dan observasi, peneliti dapat mengetahui jenis alat peraga yang
akan dikembangkan. Setelah alat peraga diwujudkan dalam benda nyata dan
sudah divalidasi oleh para ahli, maka akan diperoleh data kualitatif dari hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
validasi ahli. Data hasil validasi yang diperoleh sebelumnya diolah secara
kuantitatif kemudian disimpulkan secara kualitatif. Hasil validasi produk berupa
komentar dan saran yang diberikan para ahli merupakan data kualitatif yang akan
dianalisis guna untuk memperbaiki dan mengetahui kelayakan produk yang
dikembangkan.
3.6.2 Data Kuantitatif
Widoyoko (2012: 21) mengatakan bahwa data kuantitatif merupakan data
yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Data
kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang. Analisis
data secara kuantitatif terdapat pada kuesioner validasi produk. Data instrumen
validasi yang dianalisis sebagai dasar dari hasil penilaian kuesioner diubah
menjadi data interval. Langkah awal yang dilakukan yaitu menghitung rata-rata
dari hasil instrumen validasi yang dinilai dengan rumus seagai berikut:
Skala penilaian terhadap alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 yang
dikembangkan yaitu sangat baik (4), baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang
baik (1). Adapun aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian dengan
acuan menurut Widoyoko (2014: 144) sebagai berikut:
1. Skor pernyataan yang negatif kebalikan dari pernyataan yang positif.
2. Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian × jumlah
pilihan (gradasi skor dalam rubrik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
3. Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) × jumlah kelas
interval.
4. Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya kalau penilaian
menggunakan skala 4, hasil penilaian diklasifikasi menjadi 4 kelas interval.
5. Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus:
Ji = (t - r) / Jk
Keterangan:
t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor terendah ideal dalam skala
Jk = jumlah kelas interval
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dibuat klasifikasi hasil penilaian
dengan skala 4 sebagai contoh, adalah sebagai berikut:
a. Skor tertinggi ideal = 4
b. Skor terendah ideal = 1
c. Jarak interval = (4 - 1) / 4 = 0,75
d. Klasifikasi hasil penilaian =
Tabel 3.9 Klasifikasi hasil penilaian
Skor akhir Klasifikasi
3,25 > x ≤ 4,00 Sangat baik (SB)
2,50 > x ≤ 3,25 Baik (B)
1,75 > x ≤ 2,50 Kurang baik (KB)
1,00 > x ≤ 1,75 Sangat kurang baik (SKB)
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut diatas, diperoleh rerata nilai.
Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
acuan dari Widoyoko (2014: 144). Tabel 3.10 adalah tabel data kuantitatif ke
kualitatif menurut Widoyoko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Potensi dan Masalah
Potensi dan masalah merupakan langkah awal dalam penelitian ini untuk
mencari permasalahan serta potensi yang dapat dikembangkan menjadi alat
peraga. Potensi dan masalah dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah SD N Mertelu dan guru kelas IV. Wawancara dilakukan
secara tidak terstruktur atau terbuka supaya peneliti dapat menggali potensi dan
masalah yang ada di sekolah tersebut lebih mendalam. Wawancara dilakukan pada
hari Senin 21 November 2016 di SD N Mertelu. Peneliti terlebih dahulu
mengajukan pertanyaan mengenai anak Diskalkulia di SD N Mertelu kepada
kepala sekolah. Dari informasi kepala sekolah, peneliti kemudian melakukan
wawancara kepada guru kelas untuk memperoleh informasi yang lebih dalam lagi
mengenai anak Diskalkulia di kelas IV.
4.1.1.1 Hasil Wawancara
a. Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara dengan kepala sekolah mempunyai tiga garis besar pertanyaan
yang diajukan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan kepala sekolah SD
N Mertelu, Gedangsari, Gunung Kidul.
Garis besar pertanyaan pertama yaitu mengenai informasi sekolah inklusi di
SD N Mertelu. Kepala sekolah menyatakan bahwa di Kabupaten Gunung Kidul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
semua sekolah dasar (SD) diwajibkan untuk menerima anak berkebutuhan khusus.
Artinya, semua sekolah dasar (SD) di Kabupaten Gunung Kidul merupakan
sekolah inklusi. Namun pada praktiknya banyak sekolah yang tidak menggunakan
administrasi sekolah inklusi. Kepala sekolah mengatakan bahwa administrasi
sekolah inklusi lebih sulit dan merasa direpotkan jika harus membuat dua
administrasi (administrasi sekolah negeri dan inklusi). Jadi perangkat
pembelajaran yang digunakan untuk anak biasa pada umumnya juga digunakan
pada anak berkebutuhan khusus. Sekolah juga merasa keberatan untuk membawa
anak ke psikolog anak untuk melakukan tes psikologi anak berkebutuhan khusus.
Hal itu dikarenakan akses jalan yang cukup jauh dan biaya yang dikeluarkan
cukup mahal untuk setiap anaknya. Guru hanya menebak tipe setiap anak
berkebutuhan khusus sesuai dengan pengetahuan yang diperoleh ketika di bangku
kuliah.
Garis besar pertanyaan kedua yaitu macam-macam anak berkebutuhan
khusus di SD N Mertelu. Kepala sekolah mengatakan bahwa di sekolah tersebut
terdapat anak tuna grahita, anak Diskalkulia, dan lamban belajar (Slow Learner)
yang paling banyak ditemui.
Garis besar pertanyaan ketiga yaitu keberadaan anak Diskalkulia di setiap
kelas. Guru menduga bahwa di kelas II terdapat satu anak lamban belajar (Slow
Learner). Di kelas III terdapat dua anak lamban belajar (Slow Learner) dan satu
anak tuna grahita yang wajahnya sudah seperti down syndrome. Di kelas IV
terdapat tiga anak Diskalkulia, satu anak lamban belajar (Slow Learner), dan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
anak tuna grahita. Dan di kelas VI terdapat satu anak lamban belajar (Slow
Learner).
b. Wawancara Guru Kelas IV
Wawancara dengan guru kelas IV mempunyai dua garis besar pertanyaan
yang diajukan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD
N Mertelu, Gedangsari, Gunung Kidul.
Garis besar pertayaan pertama yaitu mengenai karakteristik anak Diskalkulia
di kelas IV. Guru mengungkapkan bahwa anak Diskalkulia di kelas IV
memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat memahami suatu konsep
Matematika. Meskipun berada di kelas IV, namun kemampuan berhitung anak
tersebut sangat rendah. Kurangnya perhatian dari orang tua semakin
memperburuk keadaan anak tersebut. Guru juga menjelaskan bahwa ada salah
satu anak Diskalkulia di kelas IV yang bernama Danar sudah menjadi yatim piatu
sejak kelas III dan hanya tinggal bersama neneknya. Dalam kurun waktu sebulan
anak tersebut ditinggal kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Guru merasa
kasihan dan tidak tega untuk menekan anak tersebut ketika pelajaran berlangsung.
Garis besar pertanyaan kedua yaitu mengenai masalah yang dihadapi anak
Diskalkulia di kelas IV. Guru mengeluhkan ingatan anak dan pemusatan perhatian
anak selama mengajar. Setelah dijelaskan dan ditanya kembali, anak tersebut
sudah tidak ingat bahkan menjawab dengan asal-asalan. Ingatan anak yang
bersifat sementara membuat guru harus mengulang kembali pelajaran yang sudah
diajarkan. Pemusatan perhatian anak selama pembelajaran pun hanya dalam
hitungan menit saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4.1.2 Pengumpulan Data
Pada langkah kedua dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis
kebutuhan dengan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan pada anak
Diskalkulia ketika pelajaran Matematika. Observasi dilakukan pada tanggal 23,
26, dan 28 November 2016 ketika pelajaran Matematika. Sedangkan wawancara
dilakukan peneliti dengan narasumber guru kelas IV dan anak Diskalkulia.
Wawancara dilakukan di akhir observasi pada tanggal 28 November 2016.
4.1.2.1 Hasil Wawancara
a. Wawancara Anak Diskalkulia
Wawancara dilakukan dengan tiga anak Diskalkulia yaitu Danar, Siti, dan
Risna. Wawancara dilakukan dengan tiga garis besar pertanyaan yang diajukan.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan tiga anak Diskalkulia di kelas IV SD
N Mertelu.
Garis besar pertanyaan pertama mengenai identitas diri anak Diskalkulia.
Yang pertama berinisial DNF lahir pada tanggal 21 Februari 2007. Laki-laki yang
mempunyai hobi bermain bola tersebut bercita-cita ingin menjadi seorang TNI.
Yang kedua berinisial SM lahir pada tanggal 27 Mei 2007. Ia mempunyai hobi
menyanyi dan ingin bercita-cita menjadi seorang penyanyi. Yang terakhir
berinisial RMW lahir pada tanggal 25 Januari 2006. Ia mempunyai hobi menyanyi
dan mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang dokter.
Garis besar pertanyaan kedua mengenai latar belakang keluarga anak
Diskalkulia. DNF merupakan anak yatim piatu. Saat ini ia tinggal bersama
neneknya. Kedua orang tuanya meninggal dalam bulan yang sama ketika DNF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kelas III. Ia mempunyai dua orang kakak dan satu adik tiri. Namun ibu tiri dan
adik tirinya tidak tinggal bersama DNF. Sedangkan kedua kakaknya bekerja di
luar kota. Berbeda dengan DNF, SM di tinggal kedua orang tuanya merantau ke
Jakarta mencari nafkah dengan berjualan nasi goreng. Ia hanya tinggal bersama
nenek dan adiknya karena kedua kakaknya sudah bekerja di luar kota. RMW
mempunyai nasib yang lebih beruntung dibanding DNF dan SM. RMW masih
bisa merasakan kasih peneliting dari keluarganya karena ia tinggal bersama kedua
orang tua, kakak, dan adiknya. Ibunya merupakan ibu kantin di SD N Mertelu
sedangkan ayahnya bekerja sebagai petani.
Garis besar pertanyaan ketiga mengenai materi yang dirasa paling sulit pada
pelajaran Matematika. RMW dan SM merasa pembagian adalah materi yang
paling sulit pada pelajaran Matematika. Mereka kesulitan dalam membagi angka
dengan nilai yang besar. Berbeda dengan kedua temannya, DNF mempunyai
kesulitan dalam membaca jam. Ia belum memahami besarnya satuan waktu
(menit) pada angka yang terdapat pada jam analog. Ia hanya bisa membaca jam
pada angka yang ditunjuk oleh jarum pendek saja.
Garis besar pertanyaan keempat mengenai cara mengatasi masalah pada
materi yang dirasa paling sulit. Ketiga anak Diskalkulia tersebut merasa bingung
untuk menjawab pertanyaan mengenai cara mengatasi kesulitannya. Hal itu
dikarenakan mereka tidak mengungkapkan kesulitan dalam belajarnya kepada
orang lain. Mereka mengatakan bahwa takut dan malu bertanya kepada guru
ketika pelajaran berlangsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
b. Wawancara Guru Kelas IV
Wawancara guru kelas IV dilakukan setelah pelajaran selesai degan tiga
garis besar pertanyaan. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan guru kelas IV
SD N Mertelu.
Garis besar pertanyaan pertama mengenai materi yang paling sulit diajarkan
pada pelajaran Matematika untuk anak Diskalkulia. Guru keals IV menjelaskan
bahwa mengajarkan materi tentang jam dan pembagian dirasa sangat sulit. Saat
dijelaskan anak tersebut terlihat memperhatikan dengan serius. Namun ketika
anak tersebut ditanya tidak bisa menjawab atau menjawab dengan asal-asalan.
Guru harus mengulang-ngulang kembali materi yang sudah diajarkan hingga
paham. Guru kelas IV juga mengungkapkan bahwa terkadang beliau merasa lelah
ketika mengajar anak tersebut berulang kali namun tetap tidak ada peningkatan.
Garis besar pertanyaan kedua mengenai cara mengatasi masalah pada materi
tersebut. Guru kelas IV mengatakan bahwa cara mengatasi masalah tersebut
dengan mengulang kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya. Selain itu,
guru juga menggunakan media jam dinding untuk mengajarkan materi membaca
jam pada anak Diskalkulia. Tidak ada penanganan khusus terhadap anak
Diskalkulia oleh guru kelas IV. Guru kelas IV belum berani memberitahukan
kondisi anak tersebut kepada orang tuanya. Beliau khawatir orang tua anak
tersebut tidak terima dengan apa yang terjadi pada anaknya. Hal itu dikarenakan
latar belakang pendidikan dan wawasan yang rendah dari orang-orang di sekitar
SD N Mertelu mengenai anak berkebutuhan khusus. Dalam pemberian soal tes,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
guru memberikan soal yang sama dengan anak biasa pada umumnya. Guru hanya
menurunkan standar penilaian dari anak biasa pada umumnya.
Garis besar pertanyaan ketiga mengenai ketersediaan alat peraga
Matematika di kelas IV. Guru menjelaskan bahwa alat peraga yang tersedia di
kelas sangat kurang. Hanya terdapat jam dinding, busur, kubus dan penggaris.
Dari pihak sekolah pun tidak ada tindakan terhadap keterbatasan alat peraga yang
digunakan.
4.1.2.2 Hasil Observasi
Observasi dilakukan tiga kali pertemuan pada jam pelajaran Matematika.
Observasi dilakukan pada tanggal 23, 26, dan 28 November 2016 pukul 07.30 -
08.40 WIB. Peneliti melakukan observasi dengan meminta tiga anak Diskalkulia
untuk belajar di perpustakaan. Hal itu dikarenakan supaya peneliti lebih mudah
dalam melakukan pengamatan terhadap anak Diskalkulia. Observasi dilakukan
dengan dasar rambu-rambu pengamatan yang telah dibuat peneliti. Rambu-rambu
pengamatan pertama mengenai karakteristik yang ditampakkan anak Diskalkulia.
Rambu-rambu pengamatan kedua mengenai kesesuaian teori karakteristik anak
Diskalkulia dengan kenyataan di lapangan. Berikut adalah hasil observasi yang
dilakukan terhadap anak Diskalkulia di kelas IV SD N Mertelu.
Hari pertama penelitian, peneliti memberikan soal Matematika tentang
pembagian tanpa menggunakan media apapun. Mereka kebingungan bagaimana
cara mengerjakannya. Anak tersebut mengerjakan lima soal dengan waktu yang
sangat lama. Jawaban dari soal pun sebagian besar salah semua. Ketika peneliti
mendikte soal pun sebagian anak tersebut menuliskan bilangan tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dengan apa yang peneliti diktekan. Misalnya, ketika peneliti mendikte “lima puluh
empat” responden menuliskan “504” bukan “54”.
Di hari kedua dan ketiga penelitian, peneliti mencoba menggunakan sedotan
sebagai alat peraga. Anak tersebut mengambil sedotan sesuai jumlah bilangan
yang dibagi, setelah itu anak membagi sedotan sesuai dengan bilangan pembagi.
Ketika peneliti mendampingi anak untuk menghitung soal pembagian dengan
menggunakan sedotan, mereka menghitung sembari mengucapkan angka namun
tidak sesuai dengan jumlah sedotan. Anak mungkin baru memegang benda yang
ketiga tetapi telah mengucapkan “lima”, atau sebaliknya, telah menyentuh benda
kelima tetapi baru mengucapkan “tiga”. Selain itu, anak juga masih salah
memahami urutan dari sebuah angka. Misalnya, setelah anak mengucapkan angka
23 kemudian mereka mengucapkan angka 34. Anak tersebut juga sering kesulitan
mengucapkan angka setelah angka 29, 39, 49, dst.
Mereka membutuhkan waktu yang sangat lama untuk melanjutkan
menghitung ke angka selanjutnya. Hal itu yang membuat responden sering kali
mengambil sedotan lebih atau kurang dari jumlah bilangan yang dibagi. Sehingga
hasil baginya sering kali salah dan ada sedotan yang sisa ataupun kurang.
Berdasarkan hasil observasi, mereka mengalami gangguan asosiasi visual-motor
dimana anak tidak bisa menghitung benda secara berurutan.
4.1.3 Desain Produk
Dari hasil analisis kebutuhan, peneliti merancang desain alat peraga yang
sesuai dengan data yang diperoleh. Dari hasil wawancara, peneliti memilih materi
pembagian dalam mengembangkan alat peraga untuk anak Diskalkulia. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mengambil standar kompetensi 1 “memahami dan menggunakan sifat-sifat
operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah” pada kompetensi dasar 1.3
“melakukan operasi perkalian dan pembagian”, khususnya materi pembagian.
Peneliti kemudian mempersempit materi kajiannya menjadi pembagian tanpa sisa
1 sampai dengan 30 dimana bilangan pembaginya 1 sampai dengan 10. Beberapa
bahan yang dipilih dalam pembuatan produk adalah kayu, kertas, stiker, dan
spiral. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat peraga adalah kayu dengan
jenis teak wood. Kayu jenis teak wood mempunyai berat yang ringan dan cocok
untuk membuat alat peraga di Sekolah Dasar (SD). Kayu jenis teak wood
digunakan untuk membuat papan pembagian, tabung kecil (Tab), dan kotak
penyimpanan. Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat album alat
peraga dan kartu adalah kertas invory 260. Spiral digunakan untuk menyatukan
setiap halaman pada album alat peraga. Dalam pembuatan alat peraga, peneliti
menggunakan tiga warna yaitu biru, hijau, dan merah sebagai warna penting.
Warna tersebut digunakan untuk membedakan jenis bilangan yang dibagi,
bilangan pembagi, dan bilangan hasil bagi. Selain itu, warna tersebut lebih kontras
dengan warna background kayu yaitu coklat. Tulisan dan warna yang terdapat
pada papan pembagian dibuat dengan stiker. Jenis huruf yang digunakan untuk
membuat alat peraga maupun album alat peraga adalah Times New Roman.
Berikut ini adalah desain papan pembagian yang telah dikembangkan peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Gambar 4.1 Desain alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30
Alat peraga yang akan dikembangkan peneliti berupa papan pembagian
tanpa sisa 1-30 dimana bilangan pembaginya 1-10. Kelengkapan alat peraga
tersebut meliputi kartu soal, kartu bilangan, kartu bilangan yang dibagi, kartu
bilangan pembagi, kartu bilangan hasil pembagian, tabung kecil (Tab), album
pelajaran, dan kotak penyimpanan beserta tutup. Papan pembagian dibuat dengan
bentuk persegi panjang dengan panjang 72 cm dan lebar 90.5 cm, serta ketebalan
papan 1 cm. Papan tersebut dibuat dengan bahan kayu. Pada papan terdapat 600
lubang yang berbentuk lingkaran untuk meletakkan tabung kecil (Tab) yang
mempunyai diameter 1 cm dan tinggi 2 cm dengan diameter lubang 1 cm serta
dalamnya lubang sebesar 0.5 cm. Selain itu terdapat juga 4 lubang berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
persegi panjang berukuran 3 cm x 5 cm dengan dalamnya lubang sebesar 0.5 cm.
Lubang berbentuk persegi panjang ini digunakan untuk meletakkan kartu yang
berukuran 4 cm x 6 cm.
Kotak penyimpanan alat peraga terbuat dari kayu dengan panjang ,lebar,
dan tingginya masing-masing berukuran 20 cm x 9 cm x 4 cm. Bagian dalam
kotak penyimpanan dibuat bersekat-sekat untuk membedakan jenis kartu dan
untuk meletakkan tabung kecil (Tab). Sebagai kontrol dari latihan soal, kartu soal
dilengkapi kunci jawaban yang tertulis di bagian belakang dari muka kartu soal.
Album pembelajaran merupakan buku panduan penggunaan media papan
pembagian. Dalam album ini berisi nama alat peraga, tujuan pembelajaran, dan
cara penggunaan media. Album pembelajaran berguna sebagai panduan dalam
melakukan aktivitas pembelajaran menggunakan papan pembagian.
4.1.4 Validasi Desain
Validasi desain produk dilakukan oleh dosen ahli Matematika dan dosen ahli
Psikologi anak. Validasi desain dilakukan pada tanggal 8 Desember 2016.
Validasi dilakukan dengan mempresentasikan hasil desain produk yang telah
dikembangkan kepada dosen ahli. Dosen ahli kemudian memberikan saran dan
komentar secara lisan dari hasil desain produk. Komentar dan saran yang
diberikan oleh dosen ahli dapat dilihat pada tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.1 Komentar dan saran terhadap alat peraga oleh dosen ahli
Dosen ahli Matematika Dosen ahli Psikologi anak
- Desain dibuat sudah sangat bagus sesuai
dengan masalah yang ada pada anak
Diskalkulia.
- Tabung kecil (Tab) terlalu kecil. Sebaiknya
ukuran tabung kecil (Tab) lebih diperbesar
agar memudahkan anak dalam
memegangnya.
- Kartu bilangan sebaiknya dibuat menjadi
satu kesatuan bilangan agar melatih anak
dalam memahami setiap bilangan.
- Sebaiknya papan pembagian ditambahkan
kayu penutup untuk menutupi bilangan
hasil bagi yang ada pada papan. Sehingga
anak dapat mengetahui jawaban yang benar
ketika terjadi kesalahan dalam menghitung.
Cara kerja kayu penutup adalah dengan
cara menarik kebawah setelah anak selesai
menghitung sendiri.
Tabel 4.2 Komentar dan saran terhadap album alat peraga oleh dosen ahli
Dosen ahli Matematika Dosen ahli Psikologi anak
- Album alat peraga kurang lengkap.
Sebaiknya dilengkapi pegenalan alat
peraga pada awal album.
- Pada setiap langkah-langkah penggunaan
alat peraga sebaiknya dilengkapi dengan
gambar untuk memperjelas pemahaman
anak.
Dari saran dosen ahli, peneliti selanjutnya melakukan revisi desain alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 beserta albumnya sebelum dilakukan
pembuatan produk.
4.1.5 Revisi Desain
Revisi desain dilakukan dengan acuan saran yang diberikan oleh dosen ahli.
Revisi desain album alat peraga pada cover album dibuat dengan menggunakan
Microsoft Office Publisher 2007 untuk memudahkan peneliti dalam membuat
desain. Pada bagian isi album peneliti menambahkan bingkai agar lebih menarik.
Hasil desain produk yang telah direvisi kemudian dikonsultasikan dengan dosen
ahli. Dosen ahli tidak memberikan saran perbaikan pada desain produk yang telah
dikembangkan. Hasil desain produk yang telah direvisi dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.2 Desain alat peraga setelah direvisi
Perbedaan desain produk yang telah direvisi adalah kayu pengendali yang
menutupi bilangan hasil bagi (berwarna merah) serta ukuran papan pembagian
yang lebih besar. Selain itu ukuran tabung kecil (Tab) dan kartu juga menjadi
lebih besar dari ukuran semula.
Peneliti kemudian melakukan pembuatan alat peraga dengan bantuan tukang
kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang terdapat pada tukang
kayu. Selain itu, dengan bantuan tukang kayu alat peraga yang dihasilkan
mempunyai kualitas yang baik. Tukang kayu yang dipilih peneliti berada di
daerah Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan alat peraga dilakukan selama satu
bulan penuh yaitu pada bulan Februari. Peneliti memberikan desain alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kepada tukang kayu sebagai acuan dalam pembuatan alat peraga. Sedangkan
album alat peraga dicetak di sebuah percetakan di daerah Gejayan, Yogyakarta.
Alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 beserta albumnya kemudian
divalidasi oleh beberapa ahli, yaitu ahli Matematika, ahli Psikologi anak, guru
kelas IV, dan Kepala SD N Mertelu.
a. Validasi oleh Ahli Matematika
Peneliti melakukan validasi dengan Ibu H sebagai ahli Matematika. Validasi
dilakukan dua kali, yaitu validasi sebelum revisi pada tanggal 20 Maret 2017 dan
sesudah revisi pada tanggal 6 April 2017. Peneliti menggunakan lima ciri-ciri alat
peraga Montessori sebagai aspek penilaian pada instrumen validasi. Kelima ciri
tersebut yaitu (1) auto-education, (2) auto-correction, (3) menarik, (4) bergradasi,
dan (5) kontekstual. Dari hasil validasi alat peraga sebelum revisi dengan Ibu H
diperoleh hasil akhir sebesar 3,53 dengan kategori “sangat baik” dan layak
digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Sedangkan hasil validasi alat
peraga sesudah revisi dengan Ibu H diperoleh hasil hasil akhir sebesar 3, 73
dengan kategori “sangat baik” dan layak digunakan atau uji coba dengan revisi
sesuai saran.
Adapun hasil penilaian setiap aspeknya sebagai berikut. (1) Total skor aspek
auto-education sebelum revisi sebesar 9 dan sesudah revisi sebesar 12, (2) total
skor aspek auto-correction sebelum revisi sebesar 10 dan sesudah revisi sebesar
10, (3) total skor aspek menarik sebelum revisi sebesar 8 dan sesudah revisi
sebesar 8, (4) total skor aspek bergradasi sebelum revisi sebesar 18 dan sesudah
revisi sebesar 18, dan (5) total skor aspek kontekstual sebelum revisi sebesar 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dan sesudah revisi sebesar 8. Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu 55. Untuk
memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata yang tertulis
pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata sebelum revisi
yaitu 3,53 dan sesudah revisi sebesar 3,73. Skor rata-rata yang diperoleh
kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori
“sangat baik” dengan acuan yang tertera pada tabel kriteria hasil penilaian skala
empat pada bab III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi alat peraga papan pembagian tanpa
sisa 1-30 sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Matematika dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Rekapitulasi data validasi alat peraga
sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Matematika
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (dosen Matematika)
Sebelum revisi Sesudah revisi
Auto-education 9 12
Auto-correction 10 10
Menarik 8 8
Bergradasi 18 18
Kontekstual 8 8
Total skor keseluruhan 53 56
Rata-rata 3,53 3,73
Kriteria Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sebelum dan sesudah revisi oleh
dosen ahli Matematika. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 menurut dosen Matematika memiliki
kriteria “sangat baik”. Saran dan komentar yang diberikan dosen ahli Psikologi
anak sebelum dan sesudah revisi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel 4.4 Komentar dan saran alat peraga
sebelum dan sesudah revisi oleh dosen ahli Matematika
Komentar dan saran validator ahli Psikologi anak
Sebelum revisi Setelah revisi
Desain alat kurang efisien karena ada
banyak bagian yang tidak terpakai.
Diperlukan kartu refleksi agar anak dapat
melakukan refleksi menggunakan alat.
Kartu refleksi perlu ditambahkan.
Menambahkan kartu soal agar penggunaan
alat lebih optimal.
Berdasarkan tabel di atas, kualitas alat peraga perlu direvisi sesuai dengan
saran yang telah diberikan Ibu H. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan revisi
alat peraga dengan acuan saran yang diberikan oleh Ibu H.
Selain itu, hasil akhir validasi album alat peraga sebelum revisi
menunjukkan hasil sebesar 3,63 dengan kategori “sangat baik” dan layak
digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran. Sedangkan hasil akhir validasi
sesudah revisi sebesar 3,9 dengan kategori “sangat baik” dan layak digunakan
atau revisi tanpa revisi. Adapun hasil perolehan skor setiap aspeknya sebagai
berikut ini. (1) Total skor aspek auto-education sebelum revisi sebesar 3 dan
sesudah revisi sebesar 3, (2) total skor aspek auto-correction sebelum revisi
sebesar 14 dan sesudah revisi sebesar 16, (3) total skor aspek menarik sebelum
revisi sebesar 8 dan sesudah revisi sebesar 8, (4) total skor aspek bergradasi
sebelum revisi sebesar 7 dan sesudah revisi sebesar 8, dan (5) total skor aspek
kontekstual sebelum revisi sebesar 8 dan sesudah revisi sebesar 8. Jumlah skor
dari keseluruhan aspek sebelum revisi yaitu 40 dan sesudah revisi yaitu 43. Untuk
memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata yang tertulis
pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata sebelum revisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
yaitu 3,63 dan sesudah revisi sebesar 3,9. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian
dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori “sangat baik”
dengan acuan yang tertera pada tabel kriteria hasil penilaian skala empat pada bab
III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi album alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Matematika
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Rekapitulasi data validasi album alat peraga
sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Matematika
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (dosen Matematika)
Sebelum revisi Sesudah revisi
Auto-education 3 3
Auto-correction 14 16
Menarik 8 8
Bergradasi 7 8
Kontekstual 8 8
Total skor keseluruhan 40 43
Rata-rata 3,63 3,9
Kriteria Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa album alat peraga
dikategorikan “sangat baik” dan tidak perlu dilakukan revisi kembali. Hal itu
ditunjukkan pada tidak adanya saran dari Ibu H pada hasil validasi album alat
peraga sebelum revisi. Sedangkan pada validasi album sesudah revisi, Ibu H
memberikan saran untuk revisi huruf supaya huruf yang digunakan tidak terlalu
formal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
b. Validasi oleh Ahli Psikologi Anak
Peneliti melakukan validasi dengan Ibu LAE sebagai ahli Psikologi anak.
Peneliti melakukan dua kali validasi album alat peraga dengan Ibu LAE, yaitu
validasi sebelum revisi pada tanggal 27 Maret 2017 dan validasi sesudah revisi
pada tanggal 7 April. Penialian alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30
berdasarkan lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu (1) auto-education, (2)
auto-correction, (3) menarik, (4) bergradasi, dan (5) kontekstual. Berdasarkan
validasi ahli Psikologi anak sebelum revisi diperoleh hasil rata-rata akhir sebesar
3,6 dengan kategori “sangat baik” dan layak digunakan atau uji coba tanpa revisi.
Adapun hasil perolehan skor setiap aspeknya sebagai berikut. (1) Total skor aspek
auto-education sebesar 10, (2) total skor aspek auto-correction sebesar 11, (3)
total skor aspek menarik sebesar 8, (4) total skor aspek bergradasi sebesar 18, dan
(5) total skor aspek kontekstual sebesar 8. Jumlah skor dari keseluruhan aspek
yaitu 55. Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-
rata yang tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata
yaitu 3,6. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan dari data
kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori “sangat baik” dengan acuan yang
tertera pada tabel kriteria hasil penilaian skala empat pada bab III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi alat peraga papan pembagian tanpa
sisa 1-30 oleh dosen ahli Psikologi anak dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tabel 4.6 Rekapitulasi data validasi alat peraga oleh
dosen ahli Psikologi anak
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (dosen Psikologi anak)
Auto-education 10
Auto-correction 11
Menarik 8
Bergradasi 18
Kontekstual 8
Total skor keseluruhan 55
Rata-rata 3,6
Kriteria Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh dosen ahli Psikologi anak. Dari
tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 menurut kepala sekolah memiliki kriteria “sangat baik”. Dalam
kolom komentar dan saran, Ibu LAE menuliskan bahwa (1) alat peraga membantu
anak Diskalkulia memahami konsep bilangan dan pembagian, (2) warna cukup
menarik dan memiliki fungsi yang berbeda, dan (3) apabila alat peraga merupakan
hasil pemikiran pribadi, peneliti dapat mengajukan HAKI.
Penilaian album alat peraga menggunakan aspek yang sama seperti penilaian
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 yaitu (1) auto-education, (2) auto-
correction, (3) menarik, (4) bergradasi, dan (5) kontekstual. Berdasarkan hasil
validasi album alat peraga sebelum revisi diperoleh hasil 3,6 dengan kategori
“sangat baik” dan layak digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran.
Sedangkan hasil validasi album alat peraga setelah revisi diperoleh hasil 3,9
dengan kategori “sangat baik” dan layak digunakan atau uji coba dengan revisi
sesuai saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Adapun hasil perolehan skor validasi album alat peraga setiap aspeknya
sebagai berikut ini. (1) Total skor aspek auto-education sebesar 4, (2) total skor
aspek auto-correction sebesar 13, (3) total skor aspek menarik sebesar 7, (4) total
skor aspek bergradasi sebesar 8, dan (5) total skor aspek kontekstual sebesar 8.
Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu 40. Untuk memperoleh hasil rata-rata,
dihitung menggunakan rumus rata-rata yang tertulis pada bab III. Dari
perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata yaitu 3,6. Skor rata-rata yang
diperoleh kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam
kategori “sangat baik” dengan acuan yang tertera pada tabel kriteria hasil
penilaian skala empat pada bab III.
Sedangkan hasil validasi album alat peraga setiap aspeknya sebagai berikut
ini. (1) Total skor aspek auto-education sebesar 4, (2) total skor aspek auto-
correction sebesar 16, (3) total skor aspek menarik sebesar 8, (4) total skor aspek
bergradasi sebesar 7, dan (5) total skor aspek kontekstual sebesar 8. Jumlah skor
dari keseluruhan aspek yaitu 43. Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung
menggunakan rumus rata-rata yang tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-
rata diperoleh skor rata-rata yaitu 3,9. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian
dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori “sangat baik”
dengan acuan yang tertera pada tabel kriteria hasil penilaian skala empat pada bab
III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi album alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Psikologi anak
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tabel 4.7 Rekapitulasi data validasi album alat peraga
sebelum revisi dan sesudah revisi oleh dosen ahli Psikologi anak
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (dosen Psikologi anak)
Sebelum revisi Sesudah revisi
Auto-education 4 4
Auto-correction 13 16
Menarik 7 8
Bergradasi 8 7
Kontekstual 8 8
Total skor keseluruhan 40 43
Rata-rata 3,6 3,9
Kriteria Sangat baik Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sebelum dan sesudah revisi
oleh dosen ahli Psikologi anak. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
kualitas alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 menurut dosen Psikologi
anak memiliki kriteria “sangat baik”. Saran dan komentar yang diberikan dosen
ahli Psikologi anak sebelum dan sesudah revisi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8 Komentar dan saran album alat peraga
sebelum dan sesudah revisi oleh dosen ahli Psikologi anak
Komentar dan saran validator ahli Psikologi anak
Sebelum revisi Setelah revisi
Beri judul gambar, terutama di bagian
pengenalan alat peraga.
Ada beberapa foto yang perlu diperbaiki.
Foto lebih baik diambil dari sisi atas
sehingga keseluruhan alat peraga terlihat
jelas.
Berdasarkan tabel di atas, kualitas album alat peraga perlu direvisi sesuai
dengan saran yang telah diberikan Ibu LAE. Langkah selanjutnya, peneliti
melakukan revisi album alat peraga dengan acuan saran yang diberikan oleh Ibu
LAE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
c. Validasi oleh Kepala Sekolah
Peneliti memilih kepala sekolah sebagai validator atas dasar saran dari guru
kelas IV. Guru kelas IV mengatakan bahwa Bapak J mempunyai latar belakang
Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang dapat membantu dalam proses validasi.
Validasi kepala sekolah dilakukan bersamaan dengan validator guru kelas IV
yaitu pada tanggal 1 April 2017. Pada penilaian alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30, aspek yang dinilai berdasarkan lima ciri-ciri alat peraga
Montessori yaitu (1) auto-education, (2) auto-correction, (3) menarik, (4)
bergradasi, dan (5) kontekstual. Berdasarkan hasil validasi yang diperoleh dari
Bapak J menunjukkan skor rata-rata alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30
yaitu 3,6 dengan kategori “sangat baik” dan alat peraga papan pembagian tanpa
sisa 1-30 layak digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran.
Adapun hasil perhitungan untuk setiap aspek yaitu (1) total skor aspek auto-
education sebesar 10, (2) total skor aspek auto-correction sebesar 11, (3) total
skor aspek menarik sebesar 8, (4) total skor aspek bergradasi sebesar 19, dan (5)
total skor aspek kontekstual sebesar 6. Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu
54. Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata
yang tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata yaitu
3,6. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke
data kualitatif dalam kategori “sangat baik” dengan acuan yang tertera pada tabel
kriteria hasil penilaian skala empat pada bab III. Rekapitulasi keseluruhan data
validasi alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh Kepala SD N Mertelu
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Tabel 4.9 Rekapitulasi data validasi alat peraga oleh kepala sekolah
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (kepala sekolah)
Auto-education 10
Auto-correction 11
Menarik 8
Bergradasi 19
Kontekstual 6
Total skor keseluruhan 54
Rata-rata 3,6
Kriteria Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh Kepala SD N Mertelu. Dari
tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 menurut kepala sekolah memiliki kriteria “sangat baik”. Bapak J
memberikan komentar bahwa alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sudah
bagus. Selain itu Bapak J juga memberikan saran kepada peneliti supaya (1)
papan pembagian dapat dibentuk binatang agar lebih menarik, (2) tabung kecil
dicat warna-warna, (3) kartu dibuat lebih besar dan diberi pegangan atau
gantungan agar memudahkan anak dalam mengambil kartu, dan (4) kayu
pengendali diberi pengait agar tidak merosot atau berpindah posisi.
Penilaian album alat peraga menggunakan aspek yang sama seperti penilaian
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 yaitu (1) auto-education, (2) auto-
correction, (3) menarik, (4) bergradasi, dan (5) kontekstual. Dari hasil validasi
album alat peraga oleh Bapak J skor rata-rata sebesar 3,54 dengan kategori
“sangat baik” dan layak digunakan atau uji coba dengan revisi sesuai saran.
Berikut ini adalah hasil perolehan skor setiap aspeknya. (1) total skor aspek auto-
education sebesar 4, (2) total skor aspek auto-correction sebesar 13, (3) total skor
aspek menarik sebesar 7, (4) total skor aspek bergradasi sebesar 8, dan (5) total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
skor aspek kontekstual sebesar 7. Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu 39.
Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata yang
tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata yaitu 3,54.
Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif dalam kategori “sangat baik” dengan acuan yang tertera pada tabel
kriteria hasil penilaian skala empat pada bab III. Rekapitulasi keseluruhan data
validasi album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh Kepala SD N
Mertelu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10 Rekapitulasi data validasi album alat peraga oleh kepala sekolah
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (kepala sekolah)
Auto-education 4
Auto-correction 13
Menarik 7
Bergradasi 8
Kontekstual 7
Total skor keseluruhan 39
Rata-rata 3,54
Kriteria Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh Kepala SD N Mertelu.
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas album alat peraga papan
pembagian tanpa sisa 1-30 menurut kepala sekolah memiliki kriteria “sangat
baik”. Bapak J memberikan komentar bahwa album petunjuk penggunaan alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sudah baik dan mudah untuk dipahami.
Namun sebaiknya pada sampul disertakan gambar alat peraga tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
d. Validasi oleh Guru Kelas IV
Peneliti melakukan validasi produk berupa alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 beserta album alat peraga tersebut dengan seorang guru kelas IV
SD N Mertelu. Guru yang menjadi validator yaitu Bapak S. Validasi dilakukan
pada tanggal 1 April 2017. Pada penilaian alat peraga papan pembagian tanpa sisa
1-30, aspek yang dinilai berdasarkan lima ciri-ciri alat peraga Montessori yaitu (1)
auto-education, (2) auto-correction, (3) menarik, (4) bergradasi, dan (5)
kontekstual. Berdasarkan hasil validasi yang diperoleh dari Bapak S
menunjukkan skor rata-rata alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 yaitu
3,33 dengan kategori “sangat baik” dan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-
30 layak digunakan atau uji coba tanpa revisi.
Adapun hasil perhitungan untuk setiap aspek yaitu (1) total skor aspek auto-
education sebesar 9, (2) total skor aspek auto-correction sebesar 10, (3) total skor
aspek menarik sebesar 8, (4) total skor aspek bergradasi sebesar 15, dan (5) total
skor aspek kontekstual sebesar 8. Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu 50.
Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata yang
tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata yaitu 3,33.
Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan dari data kuantitatif ke data
kualitatif dalam kategori “sangat baik” dengan acuan yang tertera pada tabel
kriteria hasil penilaian skala empat pada bab III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi alat peraga papan pembagian tanpa
sisa 1-30 oleh guru kelas IV SD N Mertelu dapat dilihat pada tabel berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tabel 4.11 Rekapitulasi data validasi alat peraga oleh guru kelas IV
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (guru kelas IV)
Auto-education 9
Auto-correction 10
Menarik 8
Bergradasi 15
Kontekstual 8
Total skor keseluruhan 50
Rata-rata 3,33
Kriteria Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh guru kelas IV. Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas alat peraga papan pembagian tanpa sisa
1-30 menurut guru kelas IV SD N Mertelu memiliki kriteria “sangat baik”. Bapak
S memberikan komentar bahwa secara keseluruhan alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 sangat membantu bagi anak Diskalkulia untuk memahami konsep
pembagian. Selain itu Bapak S juga memberikan saran kepada peneliti supaya alat
peraga dibuat dengan warna yang kontras dan mencolok agar menarik perhatian
anak.
Sementara itu hasil validasi album alat peraga papan pembagian tanpa sisa
1-30 diperoleh hasil hasil sebesar 3,27 dengan kriteria “sangat baik” dan album
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 layak digunakan atau ujij coba
dengan revisi sesuai saran. Pada penilaian album alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30, aspek yang dinilai berdasarkan lima ciri-ciri alat peraga
Montessori yaitu (1) auto-education, (2) auto-correction, (3) menarik, (4)
bergradasi, dan (5) kontekstual. Adapun hasil perhitungan validasi album alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sebagai berikut. (1) Total skor aspek
auto-education sebesar 4, (2) total skor aspek auto-correction sebesar 12, (3) total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
skor aspek menarik sebesar 6, (4) total skor aspek bergradasi sebesar 7, dan (5)
total skor aspek kontekstual sebesar 7. Jumlah skor dari keseluruhan aspek yaitu
36. Untuk memperoleh hasil rata-rata, dihitung menggunakan rumus rata-rata
yang tertulis pada bab III. Dari perhitungan rata-rata diperoleh skor rata-rata yaitu
3,27. Skor rata-rata yang diperoleh kemudian dikonversikan dari data kuantitatif
ke data kualitatif dalam kategori “sangat baik” dengan acuan yang tertera pada
tabel kriteria hasil penilaian skala empat pada bab III.
Rekapitulasi keseluruhan data validasi album alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 oleh guru kelas IV SD N Mertelu dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.12 Rekapitulasi data validasi album alat peraga oleh guru kelas IV
Aspek yang dinilai Hasil perolehan skor
Validator (guru kelas IV)
Auto-education 4
Auto-correction 12
Menarik 6
Bergradasi 7
Kontekstual 7
Total skor keseluruhan 36
Rata-rata 3,27
Kriteria Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rerata skor keseluruhan hasil validasi
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 oleh guru kelas IV. Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas album alat peraga papan pembagian
tanpa sisa 1-30 menurut guru kelas IV SD N Mertelu memiliki kriteria “sangat
baik”. Bapak S memberikan komentar bahwa secara keseluruhan album alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 sudah baik, namun kalimat dalam
petunjuk penggunaan sebaiknya dibuat sederhana untuk anak Diskalkulia.
4.1.6 Uji Coba Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Uji coba terbatas dilakukan pada tanggal 1 April 2016 di SD N Mertelu. Uji
coba dilakukan ketika pelajaran Matematika dengan lima anak berkebutuhan
khusus. Peneliti melakukan uji coba dengan tiga anak Diskalkulia, satu anak
slowlearner, dan satu anak tuna grahita atas permintaan dari guru kelas IV. Guru
kelas IV berharap alat peraga papan pembagian yang dikembangkan peneliti dapat
berpengaruh pada anak berkebutuhan khusus lainnya. Beliau juga berharap
dengan alat peraga yang dikembangkan anak tersebut dapat memahami konsep
pembagian. Uji coba dilakukan di perpustakaan supaya kelima anak tersebut lebih
fokus dalam menggunakan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30. Peneliti
melakukan uji coba selama 2 jam perlajaran atau selama 70 menit. Uji coba
dimulai pukul 07.30-08.40 WIB. Peneliti membagi anak menjadi dua kelompok
dikarenakan keterbatasan alat peraga yang dikembangkan. Peneliti menyediakan
alat peraga papan pembagian tanpa sisa beserta albumnya. Peneliti menjelaskan
bagian-bagian alat peraga yang telah tersedia beserta cara penggunaannya secara
singkat. Kemudian peneliti meminta anak untuk membaca terlebih dahulu album
alat peraga yang tersedia. Setelah itu, peneliti meminta anak mempraktikkan
secara langsung cara menggunakan alat peraga tersebut. Peneliti meminta setiap
anak bergantian dalam menggunakan alat peraga tersebut agar semua anak dapat
memahami konsep pembagian.
Dari hasil uji coba, anak Diskalkulia sangat antusias dalam menggunakan
alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30. Kayu pengendali pada papan
pembagian hampir patah karna anak terlalu antusias dalam menggunakannya.
Peneliti baru menyadari bahwa kayu pengendali dalam kondisi hampir patah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
setelah uji coba selesai. Anak Diskalkulia lebih berhati-hati dan teliti dalam
menghitung setiap tabung kecil (Tab) yang diletakkan pada lubang sesuai soal.
Sehingga tidak ada tabung kecil (Tab) yang kurang atau lebih ketika sudah dibagi
sesuai bilangan pembaginya. Hanya beberapa kali anak melakukan kesalahan
ketika menghitung maupun membagi. Dalam menggunaan alat peraga, anak
terkadang lupa dengan langkah-langkah yang sesuai dengan petunjuk
penggunaannya. Mereka sering kali lupa mengubah terlebih dahulu kalimat
Matematika menjadi simbol Matematika pada buku tulisnya. Selain itu, mereka
juga lupa dalam menuliskan jawaban berupa bilangan hasil bagi pada buku
tulisnya setelah selesai menghitung. Mereka langsung mengambil kartu bilangan
tanpa menuliskan pada buku tulisnya.
Dalam mengubah kalimat Matematika menjadi simbol Matematika anak
lebih teliti dibandingkan ketika observasi. Namun pada awal uji coba anak masih
kebingungan dalam membedakan antara bilangan yang dibagi dan bilangan
pembagi. Mereka beberapa kali salah dalam mengambil dan meletakkan kartu
bilangan yang dibagi maupun bilangan pembagi. Mereka juga sedikit kesulitan
dalam mencari kartu bilangan dikarenakan banyaknya jumlah kartu bilangan pada
kotak penyimpanan. Selain itu, tinggi kartu yang sama dengan tinggi kayu
pembatas pada kotak penyimpanan membuat anak kesulitan dalam memegang
kartu. Pada akhir uji coba, peneliti melakukan refleksi dengan tanya jawab. Anak
mengatakan bahwa belajar Matematika dengan alat peraga lebih mudah dari pada
dengan menghitung biasa pada umumnya. Mereka lebih dapat memahami konsep
pembagian dengan menggunakan papan pembagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.1.7 Revisi Produk
Dari hasil validasi dan uji coba, peneliti melakukan revisi produk akhir
sesuai dengan saran dan kelemahan ketika uji coba produk. Revisi produk akhir
ini akan menghasilkan prototipe yang merupakan hasil dari penelitian. Peneliti
melakukan revisi alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 hanya pada kartu
saja. Peneliti memperbesar ukuran kartu yang semula berukuran 4,5 cm x 8 cm
menjadi 5 cm x 7 cm supaya memudahkan pemakai dalam mengambil kartu pada
kotak penyimpanan. Peneliti juga memperjelas warna biru pada kartu soal yang
semula biru tua menjadi sedikit lebih muda agar hasil cetakannya tidak mirip
dengan warna hitam.
Peneliti melakukan revisi album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-
30 pada (1) judul album, (2) jenis huruf, dan (3) foto pada petunjuk penggunaan.
Judul album alat peraga yang semula berjudul “Album Petunjuk Penggunaan Alat
Peraga Matematika Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30 untuk Anak Diskalkulia”
diubah menjadi “Album Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Papan
Pembagian Tanpa Sisa 1-30 untuk Anak Berkesulitan Belajar Matematika”. Judul
tersebut dianggap lebih umum digunakan sehingga anak tidak timbul pertanyaan
ketika membaca. Jenis huruf pada album yang semula Times New Roman diubah
menjadi Comic Sans MS supaya lebih menarik dan tidak terkesan formal. Foto
yang terdapat pada petunjuk penggunaan dirasa kurang mempunyai posisi yang
pas dalam pengambilan gambarnya. Selain itu, cahaya pada foto masih belum
semuanya terang. Oleh sebab itu, peneliti melakukan pengambilan gambar
kembali sesuai denngan saran yang diberikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.2 Pembahasan
Potensi dan masalah merupakan langkah awal dalam penelitian. Potensi
dan masalah dilakukan dengan wawancara kepala sekolah dan guru kelas IV.
Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh masalah di kelas IV yaitu keterbatasan
alat peraga Matematika khususnya materi pembagian untuk membantu
mengajarkan konsep pembagian pada anak tersebut. Dari masalah yang diperoleh
di kelas IV, maka terdapat potensi yang dapat diteliti dan dikembangkan yaitu alat
peraga Matematika materi pembagian untuk anak Diskalkulia. Setelah
menemukan potensi dan masalah, peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan
wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV dan 3 anak
Diskalkulia. Observasi dilakukan tiga kali untuk mengetahui karakteristik pada
ketiga anak tersebut. Dari hasil analisis kebutuhan diperoleh hasil bahwa materi
pembagian dirasa paling sulit pada pelajaran Matematika. Sedangkan dari hasil
observasi disimpulkan bahwa ketiga anak tersebut mengalami gangguan asosiasi
visual-motor. Menurut Lerner dalam Mulyono (2012: 210-213), anak yang
mengalami gangguan asosiasi visual-motor sering tidak dapat menghitung benda-
benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya. Pernyataan tersebut
sesuai dengan hasil observasi bahwa anak Diskalkulia di kelas IV tidak dapat
menghitung benda-benda secara berurutan sambil menyebutkan bilangannya.
Selain itu, anak sering melakukan kesalahan dalam menuliskan simbol bilangan
ketika didikte peneliti. Masalah yang dialami anak semakin buruk dengan latar
belakang keluarganya yang belum mengetahui gangguan yang dialami oleh
anaknya. Hal tersebut dikarenakan rendahnya pengetahuan orang tua mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
anak berkebutuhan khusus yang akan berimbas pada kesalahpahaman orang tua
ketika mengetahui kondisi tersebut.
Desain produk dibuat berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah
dilakukan. Desain produk dibuat dengan mempertimbangan karakteristik anak
tersebut dengan alat peraga yang akan dibuat. Produk yang dikembangkan peneliti
berupa papan pembagian tanpa sisa 1-30 beserta albumnya. Desain produk yang
dibuat kemudian divalidasi dengan ahli dan direvisi sesuai saran untuk selanjutnya
diwujudkan dalam bentuk nyata. Produk dibuat dengan mengadopsi ciri-ciri alat
peraga Matematika pada Montessori. Warna pokok pada alat peraga dibuat
berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Warna biru untuk bilangan yang dibagi,
hijau untuk bilangan pembagi, dan merah untuk bilangan hasil bagi. Warna
tersebut dimaksudkan agar anak dapat memahami fungsi bilangan yang terdapat
pada operasi bilangan pembagian. Bilangan yang terdapat pada papan pembagian
dimaksudkan agar membantu anak dalam menghitung. Kartu bilangan
dimaksudkan agar anak mampu memahami simbol bilangan sesuai dengan soal.
Lubang berbentuk lingkaran dibuat menjadi dua bagian dimaksudkan agar anak
mampu memahami konsep pembagian dengan memindahkan tabung kecil (Tab)
sesuai dengan bilangan pembaginya. Sedangkan kayu pengendali dan control of
error yang terdapat di belakang kartu soal dimaksudkan agar anak dapat
mengoreksi kesalahan yang dilakukan.
Alat peraga beserta albumnya kemudian diuji kualitas kelayakannya
kepada para ahli dan anak. Peneliti memilih empat ahli yaitu ahli Matematika, ahli
Psikologi anak, kepala sekolah, dan guru kelas IV. Dari hasil validasi alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
oleh dosen ahli Psikologi anak diperoleh hasil 3,6 dengan kategori “sangat baik”,
oleh dosen ahli Matematika diperoleh hasil 3,9 dengan kategori “sangat baik”,
oleh kepala sekolah diperoleh hasil 3,6 dengan kategori “sangat baik”, oleh guru
kelas IV diperoleh hasil 3,33 dengan kategori “sangat baik”. Sedangkan dari hasil
validasi album alat peraga oleh dosen ahli Psikologi anak diperoleh hasil 3,9
dengan kategori “sangat baik”, oleh dosen ahli Matematika diperoleh hasil 3,73
dengan kategori “sangat baik”, oleh kepala sekolah diperoleh hasil 3,54 dengan
kategori “sangat baik”, oleh guru kelas IV diperoleh hasil 3,27 dengan kategori
“sangat baik”. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga beserta
album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 mempunyai kualitas sangat
baik dan layak untuk digunakan atau diuji coba setelah direvisi sesuai saran.
Validator memberikan beberapa saran kepada peneliti untuk memperbaiki judul,
foto, dan jenis huruf yang terdapat pada album alat peraga.
Anak merasa terbantu dalam memahami konsep pembagian ketika uji coba
produk. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marilyn dan Bursuck (2015: 53)
bahwa teknologi bantu baik itu berupa suatu alat, produk, atau barang lainnya
dapat digunakan untuk menaikkan, mempertahankan, atau meningkatkan
kemampuan fungsional individu penyandang disabilitas. Mereka sangat antusias
dengan produk yang dikembangkan peneliti. Namun, anak mengalami kesulitan
ketika mengambil kartu yang terdapat pada kotak penyimpanan dikarenakan
tinggi kartu yang sejajar dengan tinggi sekat pembatas kotak penyimpanan. Selain
itu, anak kebingungan membedakan bilangan yang dibagi pada kartu soal
dikarenakan warna biru pada kartu soal medekati warna hitam. Dari hasil validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dan uji coba produk kemudian peneliti melakukan revisi sesuai dengan saran dan
kelemahan. Peneliti mengganti judul album alat peraga yang semula “Album
Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30
untuk Anak Diskalkulia” menjadi “Album Petunjuk Penggunaan Alat Peraga
Matematika Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30 untuk Anak Berkesulitan Belajar
Matematika”. Judul tersebut dianggap lebih umum digunakan sehingga anak tidak
timbul pertayaan ketika membacanya. Peneliti mengganti jenis huruf pada album
alat peraga menjadi Comic Sans MS agar anak tertarik dan tidak mudah jenuh
ketika membacanya. Hal tersebut dikarenakan jenis huruf Times New Roman
dirasa terlalu formal bagi anak tersebut. Ukuran kartu diubah menjadi 5 cm x 7
cm untuk memudahkan anak dalam pengambilan kartu. Selain itu, warna huruf
pada kartu soal yang melambangkan bilangan yang dibagi diubah menjadi lebih
cerah agar anak tidak kebingungan. Hasil dari penelitian ini berupa prototipe alat
peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30 beserta albumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan pengembangan, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengembangan alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengembangan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk anak
berkesulitan Matematika (Diskalkulia) kelas IV di SD N Mertelu
dikembangkan berdasarkan langkah-langkah pengembangan menurut
Sugiyono (2014). Prosedur pengembangan terdapat 10 langkah
pengembangan diantaranya, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan
data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba
produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan
(10) produksi massal. Namun pada penelitian ini, hanya dilakukan sampai
langkah ke 7 dikarenakan diperlukan keahlian khusus untuk dapat
mencapai langkah ke 10. Adapun 7 langkah yang digunakan meliputi: (1)
potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi
desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, dan (7) revisi produk akhir
sampai menghasilkan produk akhir berupa prototipe. Pengembangan alat
peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 mengadopsi ciri-ciri alat peraga
pada pendidikan Montessori. Ciri-ciri tersebut adalah auto-education,
auto-correction, bergradasi, menarik, dan kontekstual. Alat peraga papan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pembagian tanpa sisa 1-30 terdiri dari papan pembagian, kartu soal, kartu
bilangan (bilangan yang dibagi, bilangan pembagi, dan bilangan hasil
bagi), tabung kecil (Tab), kotak penyimpanan, dan album alat peraga.
Bahan yang digunakan untuk membuat alat peraga adalah kayu jenis teak
wood, dan kertas invory 260.
2. Kualitas alat peraga Matematika papan pembagian tanpa sisa 1-30 untuk
anak Diskalkulia kelas IV di SD N Mertelu dikategorikan sangat baik.
Dari hasil validasi alat peraga oleh dosen ahli Psikologi anak diperoleh
hasil 3,6 dengan kategori “sangat baik”, oleh dosen ahli Matematika
diperoleh hasil 3,9 dengan kategori “sangat baik”, oleh kepala sekolah
diperoleh hasil 3,6 dengan kategori “sangat baik”, oleh guru kelas IV
diperoleh hasil 3,33 dengan kategori “sangat baik”. Sedangkan dari hasil
validasi album alat peraga oleh dosen ahli Psikologi anak diperoleh hasil
3,9 dengan kategori “sangat baik”, oleh dosen ahli Matematika diperoleh
hasil 3,73 dengan kategori “sangat baik”, oleh kepala sekolah diperoleh
hasil 3,54 dengan kategori “sangat baik”, oleh guru kelas IV diperoleh
hasil 3,27 dengan kategori “sangat baik”. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa alat peraga beserta album alat peraga papan
pembagian tanpa sisa 1-30 mempunyai kualitas sangat baik dan layak
untuk digunakan.
5.2 Keterbatasan Pengembangan
Produk alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 yang dikembanngkan
mempunyai beberapa keterbatasan yang akan dipaparkan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
1. Pada pengumpulan data, tidak terdapat hasil tes Psikologi anak yang
membuktikan bahwa anak tersebut termasuk ke dalam anak Diskalkulia.
2. Produk alat peraga yang dikembangkan peneliti mempunyai berat yang kurang
sesuai dengan usia anak.
5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka
saran untuk peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga papan
pembagian tanpa sisa 1-30 sebagai berikut:
1. Pada pengumpulan data, sebaiknya responden dilengkapi dengan hasil tes
Psikologi anak yang membuktikan bahwa anak tersebut termasuk ke dalam
anak Diskalkulia guna untuk mendukung dalam pemilihan rensponden.
2. Peneliti sebaiknya mempertimbangkan berat dari alat peraga yang sesuai
dengan usia anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Daftar Referensi
Abdurrahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ananti, P.R. 2014. Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Penjumlahan
dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Anggraini, W. 2016. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Matematika Materi Pembagian Menggunakan Media Papan
Pembagina Pada Kelas III SD Negeri Denggung. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Anitah, S. 2010. Alat peraga. Surakarta: Yuma Pustaka.
Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Bumi Aksara.
Arsyad, A: 2010. Alat peraga. Jakarta: Rajawali Citra Pers.
Crain, W. 2007. Teori perkembangan, konsep, dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dewi, C.E. 2015. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD
Materi Perkalian dan Pembagian Berbasis Metode Montessori. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Diary of Dyscalculia untuk Anak Berkesulitan Matematika. Diakses melalui
http://ispijateng.org/wp-content/uploads/2016/02/DIARY-OF-
DYSCALCULIA-UNTUK-ANAK-BERKESULITAN-BELAJAR-
MATEMATIKA1.pdf. Pada hari Selasa, 11 Januari 2017. Pukul 20.01.
Friend, W & William D.B. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Prakti. Malang: bumi
Aksara.
Gutek, G.L. 2013. Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini). (A. L. Lazuardi, Penerj). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hamzah, A & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Rajawali Pers.
Hardiyanti, B.T. 2016. Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran IPS SD Materi
Keragaman Budaya Indonesia Berbasis Metode Montessori. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Holt, H. 2008. The absorbent mind, pikiran yang mudah menyerap. (Dariyatno,
Penrj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kamus, T.P. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kedua ed). Jakarta: Balai
Pustaka.
Kesulitan Belajar Matematika. Diakses melalui
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984
032-EHAN/KESULITAN_BELAJAR__MATEMATIKA.pdf. Pada hari
Selasa, 11 Januari 2017. Pukul 19.11.
Kustandi, C. 2011. Alat peraga Manual dan Digital. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lillard, P.P. 2005. Montessori today: A comprehensive approach to education
from birth to adulthood. New York: Schocken Books.
Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mustaqim, B & Ary A. 2008. Ayo Belajar Matematika 4: untuk SD/MI kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Puspitasari, M.P.N. 2017. Pengembangan Media Kartu Domino Modifikasi pada
Mata Pelajaran IPA untuk Materi Struktur Akar dan Batang Tumbuhan Kelas
IV B SDN Caturtunggal 4. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Runtukahu, J.T & Kandou, S. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Sanaky, H.A.H. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara.
Sidharta, A.P. 2016. Implementasi Alat Peraga Pembagian Berbasis Montessori
pada Pembelajaran Matematika Materi Pembagian Kelas II SD Kanisius
Kenalan Magelang. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Simanjuntak, L dkk. 2003. Metode Mengajar Matematika (Jilid 1). Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sudono, A. 2010. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2015.Metode Penelitian Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Sukiman. 2012. Pengembangan Alat peraga. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Supratiknya, A. 2012. Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supriadi, D. 2013. Matrik: Menjadikan Matematika Lebih Mudah dan
Menyenangkan. Bandung: Nuansa.
Tim Bina Karya Guru. 2007. Terampil Berhitung Matematika: untuk SD kelas IV.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Tim Catha Edukatif. __ . Matematika: untuk SD/MI kelas IV Semester 1.
Sukoharjo: CV Sindunata
Widoyoko, Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran Di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
DAFTAR LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
LAMPIRAN 1
1. Surat izin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 2
2. Surat keterangan telah melakukan
penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN 3
3. Surat pengantar validasi dosen ahli Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
LAMPIRAN 4
4. Surat pengantar validasi dosen ahli Psikologi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN 5
5. Surat pengantar validasi kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
LAMPIRAN 6
6. Surat pengantar validasi guru kelas IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN 7
7. Hasil Validasi Alat Peraga oleh Dosen Ahli Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
LAMPIRAN 8
8. Hasil validasi alat peraga oleh dosen ahli Psikologi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
LAMPIRAN 9
9. Hasil validasi alat peraga oleh kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN 10
10. Hasil validasi alat peraga oleh guru kelas IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
LAMPIRAN 11
11. Hasil validasi album alat peraga oleh dosen ahli
Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
LAMPIRAN 12
12. Hasil validasi album alat peraga oleh dosen ahli Psikologi anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
LAE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 13
13. Hasil validasi album alat peraga oleh kepala
sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
J
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 14
14. Hasil validasi album alat peraga oleh guru kelas IV
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
LAMPIRAN 15
15. Garis besar pertanyaan wawancara potensi dan masalah
Garis besar pertanyaan untuk kepala sekolah
No. Garis besar pertanyaan
1. Bagaimana penerapan sekolah inklusi di SD N Mertelu?
2. Anak berkebutuhan khusus apa saja yang terdapat di SD N Mertelu?
3. Dimana kelas berapa yang terdapat anak Diskalkulia?
Garis besar pertanyaan untuk guru kelas IV
No. Garis besar pertanyaan
1. Bagaimana karakteristik anak Diskalkulia di kelas IV?
2. Apa saja masalah yang dihadapi anak Diskalkulia di kelas IV?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
LAMPIRAN 16
16. Garis besar pertanyaan wawancara pengumpulan data
Garis besar pertanyaan untuk anak Diskalkulia di kelas IV.
No. Garis besar pertanyaan
1. Siapa nama anak Diskalkulia?
2. Bagaimana latar belakang keluarga anak Diskalkulia?
3. Materi apa yang paling sulit pada pelajaran Matematika?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah pada materi tersebut?
Garis besar pertanyaan untuk guru kelas IV
No. Garis besar pertanyaan
1. Materi apa yang paling sulit diajarkan pada pelajaran Matematika untuk anak Diskalkulia?
2. Bagaimana cara mengatasi masalah pada materi tersebut?
3. Apa saja alat peraga Matematika di kelas IV?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 17
17. Pedoman observasi
Rambu-rambu pengamatan terhadap anak Diskalkulia
No. Rambu-rambu pengamatan
1. Karakteristik yang ditampakkan anak Diskalkulia.
2. Kesesuaian teori karakteristik anak Diskalkulia dengan kenyataan di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN 18
Album Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Papan
Pembagian untuk Anak Berkesulitan Belajar
Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PENGENALAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
PAPAN PEMBAGIAN TANPA SISA 1-30
Alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 terdiri dari empat bagian, yaitu papan
pembagian, kartu, tabung kecil (Tab), dan kotak penyimpanan.
Pertama, papan pembagian merupakan sebuah papan yang digunakan untuk mejelaskan
konsep pembagian. Papan pembagian terdiri dari 10 bagian. Perhatikan gambar di
bawah ini!
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karuniaNya yang berlimpah penulis dapat menyelesaikan album
petunjuk penggunaan alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30. Alat peraga ini
dibuat untuk melengkapi tugas akhir skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat
Peraga Matematika Materi Pembagian untuk Anak dengan Berkesulitan Belajar
Matematika (Diskalkulia) di SD N Mertelu”. Disamping itu, album alat peraga berguna
sebagai buku petunjuk penggunaan dari alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30.
Penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga penulis berhasil menyelesaikan
album alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 dengan lancar. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dan
memberikan doa serta dukungan dalam menyelesaikan album alat peraga ini. Penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
16. Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan
selama kegiatan pembuatan alat peraga beserta album.
17. Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd., Kaprodi PGSD sekaligus Dosen
Pembimbing I yang telah membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
18. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakaprodi PGSD.
19. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi., Dosen Pembimbing II yang
selalu memberi pengarahan, kritik dan saran sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
20.Para validator yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini.
21. Keluarga besar SD Negeri Mertelu yang dengan tangan terbuka telah bekerja
sama dan memberikan izin penelitian di sekolah.
22.Pak Muhibat yang telah bersedia bekerjasama selama pembuatan alat peraga
papan pembagian tanpa sisa 1-30.
Penulis menyadari bahwa dalam album alat peraga ini masih banyak
kekurangan. Semoga album alat peraga ini bermanfaat bagi para pembaca dan mohon
maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan album ini.
Yogyakarta, 13 Juni
2017
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................................................ 2
Konsep Pembagian Tanpa Sisa 1-30 ................................................................................................................ 3
Pengenalan Alat Peraga Matematika Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30 ................................................ 4
Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Matematika Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30 ............................. 7
Contoh Rancangan Pembelajaran Individu (RPI) ........................................................................................ 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
KONSEP
PEMBAGIAN TANPA SISA
Pembagian adalah pengurangan yang berulang dimana bilangan pengurangnya
tetap. Sedangkan pembagian tanpa sisa adalah pengurangan berulang yang dilakukan
hingga sisanya 0 (habis).
Misalnya :
1. 18 : 3 = . . . .
Pengurangan berulangnya
18 – 3 = 15 – 3 = 12 – 3 = 9 – 3 = 6 – 3 = 3 – 3 = 0
Ada 6 kali pengurangan dengan bilangan 3.
Jadi, 18 : 3 = 6
2. 28 : 4 = . . . .
Pengurangan berulangnya
28 – 4 = 24 – 4 = 20 – 4 = 16 – 4 = 12 – 4 = 8 – 4 = 4 – 4 = 0
Ada 7 kali pengurangan dengan bilangan 4.
Jadi, 28 : 4 = 7
3. 27 : 9 = . . . .
Pengurangan berulangnya
27 – 9 = 18 – 9 = 9 – 9 = 0
Ada 3 kali pengurangan dengan bilangan 9.
Jadi, 27 : 9 = 3
Apa itu pembagian?
Apa itu pembagian tanpa
sisa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PENGENALAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
PAPAN PEMBAGIAN TANPA SISA 1-30
Alat peraga papan pembagian tanpa sisa 1-30 terdiri dari empat bagian, yaitu papan
pembagian, kartu, tabung kecil (Tab), dan kotak penyimpanan.
Pertama, papan pembagian merupakan sebuah papan yang digunakan untuk mejelaskan
konsep pembagian. Papan pembagian terdiri dari 10 bagian. Perhatikan gambar di
bawah ini!
Gambar 1 Bagian-bagian papan pembagian
1
5
4 3
2
7
6
8
9
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Keterangan:
11. Nama alat peraga. Nama alat peraga ini adalah “Papan Pembagian Tanpa Sisa
1-30”. Nama ini berfungsi untuk memudahkan anak mengetahui fungsi alat
peraga yang akan digunakan.
12. Lubang kartu soal. Lubang persegi panjang berwarna putih digunakan untuk
meletakkan kartu soal.
13. Lubang kartu bilangan yang dibagi. Lubang persegi panjang berwarna biru
untuk meletakkan kartu bilangan yang dibagi.
14. Lubang kartu bilangan pembagi. Lubang persegi panjang berwarna hijau untuk
meletakkan kartu bilangan pembagi.
15. Lubang kartu bilangan hasil bagi. Lubang persegi panjang berwarna merah
untuk meletakkan kartu bilangan hasil bagi.
16. Lubang tabung kecil (Tab). Lubang berbentuk lingkaran digunakan untuk
meletakkan tabung kecil (Tab).
17. Bilangan yang dibagi. Bilangan berwarna biru menunjukkan jumlah lubang
tabung kecil (Tab) yang harus digunakan untuk meletakkan tabung kecil (Tab).
18. Bilangan pembagi. Bilangan berwarna hijau menunjukkan jumlah lubang tabung
kecil (Tab) yang harus digunakan untuk meletakkan tabung kecil (Tab) setiap
barisnya.
19. Bilangan hasil bagi. Bilangan berwarna merah menunjukkan jumlah bilangan
hasil bagi.
20. Kayu pengendali. Pada bilangan berwarna merah terdapat kayu penutup yang
dapat ditarik ke bawah. Kayu penutup berfungsi sebagai pengendali kesalahan
ketika anak menghitung bilangan hasil bagi.
Bagian kedua dari alat peraga papan pembagian adalah kartu. Terdapat 4 jenis
kartu yang berbeda, yaitu kartu soal, kartu bilangan yang dibagi, kartu bilangan
pembagi, dan kartu bilangan hasil bagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Tampak depan Tampak belakang
Gambar 2 Kartu soal
Tulisan pada bagian muka (depan) kartu
soal mempunyai tiga warna, yaitu biru,
hitam, dan hijau. Tulisan berwarna biru
menunjukkan bilangan yang dibagi,
hitam menunjukkan simbol pembagian,
dan hijau menunjukkan bilangan
pembagi. Pada kartu soal dilengkapi
dengan pengendali kesalahan yang
terdapat di bagian belakang kartu soal.
Gambar 3 Kartu bilangan yang dibagi
Gambar 4 Kartu bilangan pembagi
Gambar 5 Kartu bilangan hasil bagi
Bagian ketiga dari alat peraga ini adalah tabung kecil (Tab). Tabung kecil pada papan
pembagian ini disebut “Tab” untuk memudahkan dalam pengucapan. Tab melambangkan
jumlah bilangan yang sesuai dengan kartu soal.
Gambar 6 Tabung kecil (Tab)
Bagian terakhir dari alat peraga ini adalah kotak penyimpanan. Kotak penyimpanan
berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan kartu dan tabung kecil (Tab).
Delapan Belas
Dibagi
Enam
18 : 6 = 3 18
6
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Gambar 7 Kotak penyimpanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
PETUNJUK PENGGUNAAN ALAT PERAGA
PAPAN PEMBAGIAN TANPA SISA 1-30
Materi Pembelajaran Pembagian
Submateri Pembagian tanpa sisa 1-30
Tujuan Anak mampu menyelesaikan masalah terkait pembagian 1-
30 dengan bilangan pembagi 1-10
Syarat Anak memahami konsep pembagian tanpa sisa
Usia 10 tahun (kelas IV SD)
Alat Peraga 1. Papan pembagian
2. Kartu
- Kartu soal
- Kartu bilangan yang dibagi
- Kartu bilangan pembagi
- Kartu bilangan hasil bagi
3. Tabung
Pengendali kesalahan 1. Warna background atau latar pada kartu
2. Warna tulisan pada kartu soal
3. Warna bilangan pada papan pembagian
4. Warna lubang persegi panjang pada papan
pembagian
5. Kunci jawaban yang terdapat pada bagian belakang
kartu soal
6. Kayu pengendali
Langkah-langkah penggunaan alat peraga:
1. Siapkan papan pembagian, kotak penyimpanan, buku tulis, dan alat tulis!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Gambar 8 Papan pembagian, kotak penyimpanan, dan alat tulis
2. Letakkan papan pembagian dan kotak penyimpanan seperti gambar di bawah
ini!
Gambar 9 Papan pembagian dan kotak penyimpanan
3. Bukalah papan pembagian serta bukalah penutup kotak penyimpanan!
Gambar 10 Lipatan papan pembagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Gambar 11 Papan pembagian dan kotak penyimpanan yang sudah dibuka
4. Ambillah kartu soal (kartu berwarna putih) lalu letakkan pada lubang
berwarna putih!
Gambar 12 Mengambil dan meletakkan kartu soal
5. Bacalah kalimat matematika yang terdapat pada kartu soal dengan lantang!
6. Tulis dan ubahlah kalimat matematika yang terdapat pada kartu soal ke
dalam operasi bilangan pembagian pada buku tulismu!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Gambar 13 Menuliskan operasi bilangan pembagian
7. Carilah kartu bilangan yang dibagi (berwarna biru) pada kotak penyimpanan
sesuai dengan bilangan yang dibagi (berwarna biru) yang sudah kamu
tuliskan di bukumu!
Gambar 14 Mencari kartu bilangan yang dibagi pada kotak penyimpanan
8. Letakkan kartu bilangan yang dibagi (berwarna biru) yang sudah kamu ambil
pada lubang berwarna biru!
Gambar 15 Meletakkan kartu bilangan yang dibagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
9. Perhatikan bilangan yang dibagi (berwarna biru) pada papan! Bilangan pada
papan menunjukkan jumlah lubang tabung kecil (Tab) yang harus digunakan
untuk meletakkan tabung kecil (Tab).
10. Ambil dan letakkan tabung kecil (Tab) ke dalam lubang tabung kecil (Tab)
yang berada di bawah lubang kartu bilangan yang dibagi (berwarna biru)
sesuai dengan jumlah bilangan pada kartu!
Gambar 16 Mengambil dan meletakkan tabung kecil (Tab)
11. Carilah kartu bilangan pembagi (berwarna hijau) pada kotak penyimpanan
sesuai dengan bilangan pembagi (berwarna hijau) yang sudah kamu tuliskan
di bukumu!
Gambar 17 Mencari kartu bilangan pembagi pada kotak penyimpanan
12. Letakkan kartu bilangan pembagi (berwarna hijau) yang sudah kamu ambil
pada lubang berwarna hijau!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Gambar 18 Meletakkan kartu bilangan pembagi
13. Perhatikan bilangan pembagi (berwarna hijau) pada papan! Bilangan pada
papan menunjukkan jumlah lubang tabung kecil (Tab) yang harus digunakan
untuk meletakkan tabung kecil (Tab) setiap barisnya.
14. Pindahkan tabung kecil (Tab) ke lubang tabung kecil (Tab) yang berada di
bawah lubang kartu bilangan pembagi (berwarna hijau) sesuai dengan
bilangan pada kartu bialangan pembagi (berwarna hijau)!
Gambar 19 Memindahkan tabung kecil (Tab) sesuai dengan bilangan pembagi
15. Pindahkan sampai tidak ada sisa! Jika masih terdapat sisa tabung yang
belum dipindahkan atau pun jumlah setiap baris pada tabung yang sudah
dipindahkan berbeda, maka jumlah tabung kecil (Tab) tidak sesuai dengan
bilangan yang dibagi (berwarna biru) pada kartu soal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
16. Hitunglah jumlah baris tabung kecil (Tab) yang telah dipindahkan! Jumlah
baris menunjukkan hasil bagi.
Gambar 20 Menghitung jumlah baris tabung kecil (Tab)
17. Tariklah kayu pengendali ke bawah sampai tepat berada di bawah lubang
yang ditempati tabung kecil (Tab) untuk mengetahui kebenaran dari
jawabanmu!
Gambar 21 Menarik kayu pengendali
18. Lihatlah bilangan hasil bagi (berwarna merah) yang terlihat pada papan!
Jika bilangan yang kamu ucapkan sama dengan bilangan hasil bagi (berwarna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
merah) maka jawabanmu benar. Namun jika bilangan yang kamu ucapkan
berbeda, maka jawabanmu salah.
19. Tulislah bilangan hasil bagi pada bukumu!
Gambar 22 Menuliskan hasil bagi
20. Carilah kartu bilangan hasil bagi (berwarna merah) pada kotak penyimpanan
sesuai dengan bilangan hasil bagi (berwarna merah) yang sudah kamu
tuliskan di bukumu!
Gambar 23 Mencari kartu bilangan hasil bagi pada kotak penyimpanan
21. Letakkan kartu bilangan hasil bagi (berwarna merah) yang sudah kamu ambil
pada lubang berwarna merah!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Gambar 24 Meletakkan kartu bilangan hasil bagi
22. Ambil dan baliklah kartu soal (berwarna putih) yang sudah diletakkan pada
lubang! Jika bilangan yang ada pada kartu sama dengan bilangan yang
terdapat pada lubang kartu, maka jawabanmu benar. Namun jika bilangan
yang ada pada kartu berbeda dengan bilangan yang terdapat pada lubang
kartu, maka jawabanmu salah.
Gambar 25 Membalik kartu soal dan mengecek kebenarannya
23. Kembalikan kartu pada kotak penyimpanan dengan menaruhnya di bagian
paling belakang susunan kartu!
24. Kembalikan tabung kecil (tab) pada kotak penyimpanan!
25. Kembalikan kayu pengendali pada posisi semula dengan mendorong kayu
pengendali dari bawah ke atas hingga bilangan hasil bagi (berwarna merah)
tertutup semua!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Gambar 26 Mengembalikan posisi kayu pengendali
26. Lakukan langkah yang sama dengan kartu soal yang berbeda jika ingin
mencoba kembali!
27. Jika sudah selesai tutup kotak penyimpanan dan lipat kembali papan
pembagian!
Gambar 27 Menutup kotak penyimpanan dan melipat papan pembagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
CONTOH
RANCANGAN PEMBELAJARAN INDIVIDU (RPI)
I. IDENTITAS
Nama Lengkap Peserta
Didik :
Angel (disamarkan)
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Tanggal Lahir :
Yogyakarta,
20 November 2007
Kelas : 4 SD Sekolah : SD Suka Cita
(disamarkan)
Tahun Ajaran :
2016/2017
Nama Orangtua/Wali :
Irwan (disamarkan)
Erna (disamarkan)
Peserta didik tinggal bersama :
Orang tua
Penyusun Program :
Rahmawati Suharno
Pelaksana Program :
Rahmawati Suharno
Guru Kelas :
Suparman, S.Pd. (disamarkan)
Guru Pendamping : -
Assesmen yang pernah dilakukan : - Hasil Asesmen : -
Kebutuhan khusus peserta didik :
(√) Kesulitan belajar Matematika
(Diskalkulia)
Peralatan yang dibutuhkan secara
khusus : -
Layanan khusus yang pernah diikuti
peserta didik : -
-
II. DESKRIPSI PSIKOLOGI PESERTA DIDIK
A. Hasil Deteksi Hambatan
Aspek Gambaran Kategori
Kognitif - Kesulitan dalam
memahami konsep
PP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Matematika.
- Kesulitan dalam
menghitung secara
berurutan sesuai
dengan jumlah benda.
- Tidak dapat
berkonsentrasi dalam
waktu yang lama.
Emosi Mudah bosan dan menyerah
jika ditegur guru bahwa
jawaban dari soal yang ia
kerjakan terus menerus salah.
PP
Sosial Dapat menjalin hubungan
pertemanan dengan baik.
Namun kurang baik dalam
bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah pada
pembelajaran.
PP
Perilaku Hanya diam jika tidak dapat
mengerjakan soal.
PP
B. Area Kekuatan
Aspek Gambaran
Kognitif Sudah dapat membaca dan menulis. Namun
memerlukan waktu yang cukup lama dalam memahami
pembelajaran yang sudah dijelaskan. Selain itu, ketika
menuliskan bilangan yang didikte guru masih terjadi
kesalahan dalam penulisan.
Emosi Stabil, tenang ketika berada di dalam kelas, hanya
sedikit ramai apabila sudah bosan dan menyerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
dengan apa yang ia kerjakan.
Sosial Interaksi dengan teman sebaya sangat baik. Namun
masih terdapat bullying dari teman-temannya ketika
mereka tidak dapat memecahkan suatu permasalahan
dalam pembelajaran.
Perilaku Aktif, dapat melakukan aktivitas sesuai dengan
perintah guru. Namun ketika tidak dapat mengerjakan,
ia hanya diam dan tidak bertanya dengan teman
maupun guru.
C. Analisis Kebutuhan
Kebutuhan Kemampuan Saat Ini Perlakuan
Kognitif Sulit dan memerlukan
waktu yang lebih lama
dalam memahami suatu
konsep Matematika.
Menciptakan
pembelajaran yang
mebuat ia aktif dalam
pembelajaran. Dapat
menggunakan benda-
benda konkrit, seperti
alat peraga sebagai
media pembelajaran
untuk menjelaskan
suatu konsep
Matematika.
Perilaku Hanya diam jika tidak
memahami suatu
materi.
Selalu ditanya dan
didampingi ketika
mengerjakan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
D. Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Di Sekolah Guru dengan sabar
dalam membimbing dan
menjelaskan berulang
kali hingga ia dirasa
lebih paham.
Masih terdapat teman
yang mengganggu
kosentrasinya ketika
belajar.
Di Rumah Kasih sayang
keluarganya cukup
terpenuhi.
Orang tua belum
mengetahui kondisi
psikologi anaknya.
Hal-hal lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Disusun pada tanggal: 24 Februari
2017
Orangtua, Guru,
(______________________) (______________________)
Mengetahui,
Kepala Sekolah
(____________________)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
III. RENCANA PERLAKUAN
Target yang akan
dicapai
Lama
Waktu
Strategi Tanggal
dimulai
Tanggal
Evaluasi
Hasil
Penanganan
Jangka
Panjang
- - - - - -
Jangka
pendek
Dapat menghitung
secara berurutan
sesuai dengan
jumlah benda
melalui alat
peraga.
1,5 bulan
Menggunakan alat
peraga dalam
mengembangkan
kemampuan
berhitung.
Maret 2017 April
2017
-
Dapat memahami
konsep pembagian
dengan
menggunakan alat
peraga.
1,5 bulan Menggunakan alat
peraga dalam
menjelaskan
konsep pembagian.
April 2017 Mei 2017 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
IV. EVALUASI
Program yang akan direkomendasikan untuk selanjutnya adalah alat peraga yang
diberikan kepada siswa harus lebih jelas dan berwarna agar siswa lebih tertarik dan
antusias.
Hal-hal lain:
Disusun pada tanggal: 24 Februari 2017
Kepala Sekolah Guru,
(______________________) (______________________)
Orangtua,
(______________________)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDU (PPI)
Satuan Pendidikan : SD Muhammadiyah Sagan
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
A. Identitas Siswa
Nama : Angel (disamarkan)
Kelas : 4 SD
Usia : 10 tahun
Jenis kesulitan : Kesulitan belajar Matematika (Diskalkulia)
B. Kekuatan dan Kelamahan
Kekuatan : Seperti anak pada umumnya
Kelamahan : Kesulitan dalam memahami suatu konsep Matematika
C. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
Standar Kompetensi :
1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam
pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar
1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian.
Indikator
- Kognitif
1.3.1 Menjelaskan konsep pembagian tanpa sisa.
- Afektif
1.3.2 Percaya diri pada saat pembelajaran berlangsung.
- Psikomotor
1.3.3 Mengitung secara berurutan sesuai dengan jumlah benda.
1.3.4 Menggunakan alat peraga sesuai dengan petunjuk penggunaan.
D. Tujuan Pembelajaran
- Kognitif
1.3.1.1 Siswa mampu menjelaskan konsep pembagian melalui alat
peraga dengan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
- Afektif
1.3.2.1 Siswa mampu menunjukkan sikap percaya diri melalui tanya
jawab dengan baik.
- Psikomotor
1.3.3.1 Siswa mampu mengitung secara berurutan sesuai dengan jumlah
benda melalui alat peraga dengan benar.
1.3.4.1 Siswa mampu menggunakan alat peraga sesuai dengan petunjuk
penggunaan melalui praktik langsung dengan baik.
E. Materi Pembelajaran
Pembagian tanpa sisa 1-30 dimana bilangan pembaginya 1-10
F. Teknik dan Metode Pembelajaran
Model pembelajaran : -
Metode : Tanya jawab, praktik, pendampingan guru dan
ceramah.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
No. Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
1. Pembuka 1. Salam, doa pembuka.
2. Guru menanyakan kabar siswa.
3. Guru bertanya jawab dengan siswa.
- Apakah yang kalian ketahui tentang
pembagian?
4. Guru meminta siswa mempraktikan
pembagian dengan media permen sesuai
dengan soal yang telah diberikan.
5. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
10 menit
2. Inti 6. Guru menjelaskan bagian-bagian alat
peraga.
7. Guru mencontohkan cara penggunaan alat
peraga.
50 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
8. Siswa mempraktikkan menggunakan alat
peraga dengan didampingi guru.
9. Guru memberikan soal kepada siswa dan
menyuruh mengerjakannya dengan
bantuan alat peraga.
3. Penutup 10. Guru bersama siswa menyimpulkan
pembelajaran dengan tanya jawab.
11. Guru membimbing siswa untuk
melakukan refleksi pembelajaran ini
- Bagaimana pembelajaran hari ini, lebih
menarik belajar menggunakan alat
peraga apa tidak?
- Apa kesulitan yang kamu hadapi ketika
menggunakan alat peraga?
12. Guru memberikan PR berupa soal
pembagian tanpa sisa.
13. Doa penutup, salam.
10 menit
H. Penilaian
- Penilaian Kognitif (terlampir)
- Penilaian Afektif (terlampir)
- Penilaian Psikomotor (terlampir)
I. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran
Sumber Belajar : -
Media Pembelajaran :
- Alat Peraga Papan Pembagian Tanpa Sisa 1-30
- Permen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Lampiran Penilaian
1. Penilaian Kognitif
Indikator 1.3.1 Menjelaskan konsep pembagian tanpa sisa.
Teknik penilaian Lisan
Instrumen Tanya jawab
- Apa yang dimaksud dengan pembagian?
- Apa yang dimaksud dengan pembagian tanpa sisa?
Kunci jawaban
- Pembagian adalah pengurangan yang berulang dimana bilangan
pengurangnya tetap.
- Pembagian tanpa sisa adalah pengurangan yang berulang dimana bilangan
pengurangnya tetap dan hasil akhir dari pengurangannya 0 (habis).
2. Penilaian Afektif
Indikator 1.3.2 Percaya diri pada saat menjawab dan menyimpulkan materi
pembagian tanpa sisa.
Teknik penilaian Pengamatan
Instrumen Lembar pengamatan
No. Aspek Penilaian Percaya Diri Nampak Belum
Tampak
1. Menjawab pertanyaan dengan suara
yang lantang.
2. Menjawab pertanyaan dengan sikap
yang baik (tidak menundukkan
kepala).
3. Menjawab pertanyaan dengan lancar
tidak terbata-bata.
4. Bertanya kepada guru jika menemui
kesulitan.
5. Mengutarakan pendapat dalam
menyelesaikan permasalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Matematika
3. Penilaian Psikomotor
Indikator 1.3.3 Mengitung secara berurutan sesuai dengan jumlah benda.
1.3.4 Menggunakan alat peraga sesuai dengan petunjuk
penggunaan.
Teknik penilaian Pengamatan
Instrumen Lembar pengamatan
No. Kriteria Penilian Sangat
Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
1. Menghitung benda secara
berurutan sesuai dengan
jumlah benda.
2. Menggunakan alat peraga
sesuai dengan langkah-
langkah penggunaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
LAMPIRAN 18
18. Foto penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
BIODATA PENULIS
Rahmawawati Suharno adalah anak pertama dari tiga
bersaudara yang lahir di Klaten pada tanggal 25 Januari
1996. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD N 2
Ceporan, tamat pada tahun 2007. Pendidikan menengah
pertama ditempuh di SMP N 1 Wedi, tamat pada tahun
2010. Pendidikan menengah atas di SMA N 2 Klaten,
tamat pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Selama menjalani masa perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan, seperti
menjadi anggota seksi publikasi, dokumentasi, dan hubungan masyarakat
(Pubdokhum) dalam acara Story Telling and Writing Contest. Salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan adalah dengan menyusun skripsi.
Skripsi yang disusun penulis berjudul “Pengembangan Alat Peraga Matematika
Materi Pembagian untuk Anak dengan Berkesulitan Belajar Matematika
(Diskalkulia) di SD N Mertelu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI