pengembangan kawasan tod -...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN KAWASAN TODFocus Group Discussion (FGD) Kajian Sistem Pengelolaan Kawasan
Transit Oriented Development (TOD)DEWAN RISET DAERAH PROV. DKI JAKARTA
1 Agustus 2019
PERDA NO. 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) 2030
Pembangunan berorientasi transit/Transit Oriented Development (TOD), adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal.
Pengembangan kawasan TOD dilakukan di terminal/stasiun antar moda di pusat kegiatan, stasiun, shelter dan terminal angkutan umum massal yang terintegrasi dengan daerah di sekitarnya.
Kawasan TOD merupakan kawasan campuran permukiman dan komersil dengan aksesibilitas tinggi terhadap angkutan umum massal, dimana stasiun angkutan umum massal dan terminal angkutan umum massal sebagai pusat kawasan dengan bangunan berkepadatan tinggi.
PERDA NO. 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG & PERATURAN ZONASI (RDTR & PZ)
Pembangunan berorientasi transit atau TOD adalah kawasan terpadu dari berbagai kegiatan fungsional kota dengan fungsi penghubung lokal dan antar lokal.
PERATURAN GUBERNUR NO. 67 TAHUN 2019 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN TODPembangunan berorientasi transit/Transit Oriented Development (TOD), adalah Pengembangan Kawasan di sekitar titik transit yang berorientasi pada kemudahan pergerakan dan perpindahan orang, peningkatan aksesibilitas dan konektivitas Kawasan, pembauran kegiatan, pemanfaatan Lahan yang padat dalam rangka peremajaan kota dan peningkatan penggunaan Angkutan Umum Massal.Kawasan TOD adalah Kawasan terintegrasi Angkutan Umum Massal yang mendorong pergerakan pejalan kaki, pesepeda, penggunaan Angkutan Umum Massal dan pembatasan kendaraan bermotor dalam radius jarak 350 m (tiga ratus lima puluh meter) sampai dengan 700 m (tujuh ratus meter) dan i pusat Kawasan yang memiliki prinsip-prinsip Kawasan Berorientasi Transit.
Ruang Lingkup PerGub 67/2019
Kelembagaan
Kriteria Penetapan, Prinsip Pengembangan dan Tipologi Kawasan
Mekanisme Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Baru
Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang
Insentif, Disinsentif dan Pengelolaan Peningkatan Nilai Kawasan
Mekanisme Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit Yang telah Ditetapkan
• KAWASAN YANG DIRENCANAKAN ATAU DITETAPKAN SEBAGAI PUSAT KEGIATAN;
• KAWASAN YANG DILAYANI ATAU DIRENCANAKAN UNTUK DILAYANI OLEH ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS REL DAN ANGKUTAN UMUM LAINNYA;
• BERADA PADA KAWASAN DENGAN KERENTANAN BENCANA RENDAH DISERTAI DENGAN MITIGASI UNTUK MENGURANGI RISIKO BENCANA.
KRITERIA PENETAPAN, PRINSIP PENGEMBANGAN DANTIPOLOGI KAWASAN
KRITERIA PERENCANAAN
1
KELEMBAGAAN2KELEMBAGAAN
PENGEMBANGAN KAWASAN TOD DILAKSANAKAN OLEH OPERATOR UTAMA YANG DITUGASKAN DAN/ATAU DITETAPKAN SEBAGAI PENGELOLA KAWASAN OLEH GUBERNUR
memprakarsai penyusunan Panduan Rancang Kota pada kawasan Berorientasi Transit yang belum ditetapkan dalam rencana tata ruang dan berkoordinasi denganPerangkat Daerah terkait;
mewujudkan Panduan Rancang Kota pada Kawasan Berorientasi Transit yang telah ditetapkan;
mendorong Masyarakat untuk melaksanakan kewajiban Kawasan yang telah ditetapkan dalam Panduan Rancang Kota Kawasan Berorientasi Transit yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama antara Pengelola Kawasan dengan Masyarakat;
mengoperasikan dan memelihara bangunan interkoneksi pada lahan yang menjadi aset Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
TUGAS PENGELOLA KAWASAN
KELEMBAGAAN2memberikan Pertimbangan Teknis kepada Masyarakat dalam rangka pengajuan perizinan tata ruang dan/atau bangunan yang telah ditetapkan dalam Panduan Rancang Kota Kawasan Berorientasi Transit;
mengusulkan insentif dan disinsentif dalam rangka mewujudkan Panduan Rancang Kota;
mewujudkan prasarana, sarana dan utilitas sebagai kewajiban Kawasan yang dibutuhkan dalam mewujudkan Kawasan Berorientasi Transit dan berkoordinasi dengan Perangkat Daerah terkait;
mengusulkan distribusi Koefisien Lantai Bangunan dengan prinsip tranparansi melalui mekanisme evaluasi Panduan Rancang Kota;
mengelola Perolehan Peningkatan Nilai Kawasan;
memonitor, mendokumentasikan dan mempublikasikan perkembangan kawasan serta capaian target pengembangan yang ditetapkan dalam panduan rancang kota;membuat laporan pelaksanaan Pengelolaan Kawasan Berorientasi Transit secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
TUGAS PENGELOLA KAWASAN
MEKANISME PENETAPAN KAWASANBERORIENTASI TRANSIT BARU3
PENGEMBANGAN KAWASAN TOD BARU
PERMOHONAN DAPAT DIAJUKAN OLEH OPERATOR
UTAMAGUBERNUR
OPERATOR UTAMA:BADAN USAHA MILIK DAERAH DAN/ATAU UNIT PENGELOLA DINAS PERHUBUNGAN YANG MEMBANGUN SARANA DAN PRASARANA DAN/ATAU MENYELENGGARAKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASAAL PADA KORIDOR TERTENTU
DILENGKAPI KAJIAN
KELAYAKANDIKAJI OLEH DINAS CKTRP, DINAS PM & PTSP,DINAS PERHUBUNGAN,DINAS LINGKUNGAN HIDUP
RAPIM BKPRD
SETUJUDITETAPKAN DALAM RENCANA TATA
RUANG MELALUI MEKANISME PENINJAUAN KEMBALI RTRTIDAK SETUJU
PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT YANG TELAH DITETAPKAN4
PENGEMBANGAN KAWASAN YANG TELAH DITETAPKAN
PERDA 1 TAHUN 2014
PERDA 1 TAHUN 2012 DILAKSANAKAN DENGAN MEMPERHATIKAN DUKUNGAN JARINGAN ANGKUTAN UMUM
MASSAL
BERDASARKAN PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN YANG DISUSUN DI BAWAH KOORDINASI DINAS CIPTA
KARYA, TATA RUANG DAN PERTANAHAN
KETENTUAN TEKNIS PEMANFAATAN RUANG5Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit harus memenuhi ketentuan teknis pemanfaatan ruang sebagai berikut:a. fasilitas pejalan kaki;b. fasilitas pesepeda;c. fasilitas konektivitas;d. pemadatan bangunan;e. kerapatan ruang;f. kawasan Campuran;g. pergerakan;h. pelataran antar. moda atau Transit Plaza;i. rumah susun terjangkau; danj. kegiatan.
INSENTIF DAN DISINSENTIF DAN PENGELOLAAN NILAI KAWASAN6
INSENTIF DAN DISINSENTIFMasyarakat yang melaksanakan pembangunan sesuai denganPanduan Rancang Kota Kawasan Berorientasi Transit yang telah ditetapkan dapat diberikan Insentif.
Masyarakat yang tidak menyesuaikan dengan prinsip perencanaan dan pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, maka diberikan Disinsentif.
PENGELOLAAN NILAI KAWASANPerolehan Nilai Tambah Kawasan dikelola oleh Pengelola Kawasan dengan prinsip transparansi dan kolaborasi.
KEUNGGULAN PEMBANGUNAN KAWASAN TOD
PRINSIP PENGEMBANGAN KAWASAN TOD :
q Perwujudan Kawasan yang terintegrasi dengan Angkutan Umum Massal dan mudah diakses dengan berjalan kaki;
q Kemudahan mobilisasi pejalan kaki dengan menyediakan fasilitas pejalan kaki yang aman, nyaman dan dilengkapi elemen peneduh serta ramah bagi penyandang disabilitas;
q Kemudahan mobilisasi pesepeda dengan menyediakan jaringan infrastruktur bersepeda yang aman dan nyaman;
q Pengembangan aksesibilitas dan konektivitas pejalan kaki, pesepeda dan sarana Angkutan Umum Massal;
q Perwujudan tata bangunan yang padat dan berorientasi pada efisiensi jarak serta kemudahan akses;
q Perwujudan Kawasan yang memiliki Prasarana, Sarana dan Utilitas umum yang terintegrasi;
q Perencanaan dan Pengembangan bangunan secara vertikal yang penggunaan fungsi bangunannya beragam disesuaikan dengan optimalisasi ketersediaan dan kapasitas transportasi publik;
q Peningkatan proporsi Ruang Terbuka Hijau dan indeks hijau;
q Penyediaan ruang terbuka publik yang dapat diakses oleh semua masyarakat;
q Penyediaan Rumah Susun Terjangkau dan Ruang usaha terjangkau secara proporsional dengan kebutuhan di Kawasan;
q Pembatasan ruang parkir kendaraan bermotor melalui pengurangan ruang parkir baik On-street maupun Off-street guna mendorong penggunaan Angkutan Umum Massal;
q Fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) yang berada pada Kawasan Berorientasi Transit harus terhubung langsung dengan titik stasiun dan berada pada radius nyaman berjalan kaki yang ditetapkan dalam rencana tata ruang;
q Penurunan risiko bencana dan peningkatan ketahanan terhadap bencana.
REGULASI UNTUK TOD
PRASYARAT KONSEP TOD:
q kawasan yang direncanakan atau ditetapkan sebagai pusat kegiatan;
q kawasan yang dilayani atau direncanakan untuk dilayani oleh Angkutan Umum Massal berbasis rel dan Angkutan Umum lainnya; dan
q berada pada Kawasan dengan kerentanan bencana rendah disertai dengan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana.
Kawasan TOD
q PERMEN ATR NO 16/2017q PERDA NO. 01/012q PERDA NO. 01/2014q PERGUB DKI NO. 67/2019
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KAWASAN TODCONTOH: PENGEMBANGAN KAWASAN TOD DUKUH ATAS
TINJAUAN MAKRO KAWASAN DUKUH ATASPOTENSI• Menjadi titik transit utama dari beberapa moda• Pusat pergerakan orang – menunjang fungsi kawasan ekonomi• Letak di daerah strategis, Sudirman – Menteng• Integrasi Fungsi Komersial dengan Hunian, konsep kedekatan• Potensi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, Lokasi dalam kawasan segitiga
emas dan berdekatan dengan fungsi ekonomi skala nasional - internasional
PERSOALAN• Titik-titik transit yang tidak terintegrasi• Under Developed• Tata Masa dan kondisi Bangunan yang tidak teratur • Sirkulasi pedestrian yang tidak menerus antara Koridor Thamrin dan Sudirman• Kondisi utilitas (drainase dan sewerage) yang tidak memadai
TUJUAN PENGEMBANGAN• Meningkatkan kenyamanan transportasi• Pengembangan kawasan berbasis TOD• Dikembangkan oleh public-private partnership
STAKEHOLDER Gubernur DKI (Pemprov DKI Jakarta), PD Pasar Jaya, Pemilik Gedung dan Pertokoan, PT. KAI, PT. TransJakarta, PT. MRT, PT. Jakpro, PT. Adhi Karya, Kementerian Perhubungan, Kementerian ATR, Kementerian PUPR, BWSCC
Area Dukuh Atas diproyeksikan sebagai area interchange
MRTJ KCJ
KERETA BANDARA
LRT
saat ini terpisah empat blok yang tidak terkoneksi
Landmar
k
BNI
Jl Sudirman
Utara
Selat
an
SITUASI DI KAWASAN DUKUH ATAS
MRTJ KCJ
KERETA BANDARA
LRT
Perlu dibangun infrastruktur kawasan transit yang dapat mengakomodasi dan memungkinkan pergerakan pedestrian lintas blok perkotaan Dukuh Atas yang terpisah empat bagian oleh kanal dan jalan flyover Sudirman
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU)
KPBU adalah Kerjasama antara Pemerintah dan Badan Usaha dalam penyediaan layanan infrastruktur untuk kepentingan umum berdasarkan perjanjian kedua belah pihak dengan memperhatikan prinsip pembagian risiko. (Perpres No.
38/2015)
Payu
ng H
ukum
KPB
U
Perpres No.38/2015 Tentang KPBU
Permen PPN/ Ka. Bappenas No. 4/2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU
dalam Penyediaan Infrastruktur
Perka LKPP No 19 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pengadaan Badan Usaha
Kerjasama
• Penanggung jawab proyek KPBU disebut PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerjasama).
• Sesuai Perpres 38/2015, PJPK dapat didelegasikan/ditugaskan kepada BUMN/BUMD.
• Selain itu penentuan PJPK juga harus memperhatikan peraturan sektor, misalnya PJPK untuk proyek SPAM adalah PDAM.
• Penunjukkan PJPK diatur dalam Permen PPN/ Ka. Bappenas No. 4/2015 Tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)
Pengertian Umum
Payung Hukum Tentang PJPK
KRITERIA Kerjasama pemerintah badan usaha (KPBU)
Skema
§ Proyek KPBU tidak terbatas pada sektor tertentu (dapat dilakukan untuk infrastruktur ekonomi dan sosial)
§ Proyek KPBU harus memiliki potensi pendapatan
Sektor yang sesuai
Kriteria§ Proyek merupakan bagian dari rencana pengembangan kota§ Proyek memiliki penghasilan/ potensi pendapatan§ Proyek layak secara ekonomis dan finansial (walaupun kelayakan
finansial masih harus dengan dukungan pemerintah)§ Pemerintah kota memiliki aset yang dapat digunakan sebagai
jaminan/ aset yang dapat disekuritisasi, seperti: tanah, aliran pendapatan di masa mendatang, piutang royalti dll
§ Pemerintah kota berkomitmen terhadap proses KPBU§ Auditor internal & eksternal memeriksa secara rutin§ Kota memiliki SDM yang handal untuk transaksi KPBU§ Kota transparan dalam proses pengadaan, pelaporan keuangan
dll§ Pemerintah kota memiliki standar kriteria evaluasi untuk
menganalisis pilihan pengadaan§ Pemerintah kota telah mengidentifikasi risiko, mitigasi risiko,
imbalan dari proyek