pengembangan kurikulum kbk
DESCRIPTION
pendidikanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk
menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju
pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat
terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap
jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Sebenarnya berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai latihan
dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan
peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai
indikator mutu pendidikan seperti kualitas outputnya belum
menunjukkan peningkatan yang berarti.
Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan secara merata.
1
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan
nasional menggunakan pendekatan education production function atau
input output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai
pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang
diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan
menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap
bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan
buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana
pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara
otomatis akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi, Mengapa? Karena selama ini dalam
menerapkan pendekatan education production function terlalu
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada
proses pendidikan. Padahal proses pendidikan sangat menentukan
output pendidikan.
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan
secara birokratik sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi
yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang
kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah
setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi
dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya
2
termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasional.
Faktor ketiga adalah peran serta masyarakat, khususnya orang
tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.
Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya lebih bersifat
dukungan financial (keuangan) dan bukan pada proses pendidikan
mulai dari pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan
akuntabilitas. Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai
salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan.
Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut
diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam hubungannya dengan pendidikan, prinsip prinsip
tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada proses dan
manajemen sistem pendidikan. Tuntutan tersebut menyangkut
pembaharuan sistem pendidikan, diantaranya pembaharuan kurikulum,
yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta didik dan potensi
daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang dilakukan
secara profesional. Penyusunan standar kompetensi tamatan yang
berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi
setempat, penyusunan standar pembaharuan pendidikan untuk setiap
3
satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan
pelaksanaan manajemen pendidikan berbasis sekolah.
Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
diperlukan adanya sistem pendidikan dan kurikulum yang bersifat
fleksibel dan dinamis serta mampu mengakomodasi keanekaragaman
kemampuan siswa, potensi daerah, kualitas sumber daya manusia,
sarana pembelajaran dan kondisi sosial budaya. Kurikulum tahun
1994, masih bersifat nasional, sarat materi, sebagian materi tumpang
tindih pada tingkat pendidikan yang berbeda, sehingga sebagian
kegiatan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
Berdasarkan permasalahan diatas, Ketetapan MPR No. IV/1999
bidang pendidikan menyatakan perlunya dilakukan pembaharuan
sistem pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2000
tentang Otonomi Daerah, perlu pembenahan kurikulum yang dapat
mengakomodasi diversifikasi potensi sumber daya di masing-masing
daerah. Untuk itu disusunlah kurikulum yang berbasis kompetensi yang
lebih fleksibel dan dinamis.
Dalam kurikulum ini pemerintah pusat menentukan standar
kompetensi umum secara nasional yang berlaku di seluruh daerah,
sedangkan daerah diberi kekuasaan untuk mengembangkan kurikulum
sesuai dengan potensi dan karakteristik masing masing.
Melihat begitu kompleks dan rumitnya persoalan pendidikan
yang ada dibalik rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia,
4
maka diperlukan upaya yang sungguh sungguh untuk mengurangi dan
menyelesaikan persoalan pendidikan secara menyeluruh
(komprehensif) dengan melihat seluruh komponen masyarakat
(stakeholder). Untuk itu dibutuhkan visi dan misi yang jelas.sehingga
mampu memberi arah kebijakan secara menyeluruh tentang apa yang
hendak dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Upaya mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan globalisasi, berdasarkan Ketetapan MPR
No IV/1999 Bidang Pendidikan menyatakan perlunya dilakukan
pembaharuan sistem pendidikan dan peraturan pemerintah No. 22
tahun 2000 tentang otonomi daerah. Dalam kerangka otonomi
pendidikan Depdiknas mengembangkan suatu pola Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sebagai entry point
menuju pengelolaan pendidikan yang berorientasi pada mutu dengan
mendasarkan kepada empat aspek yaitu demokrasi, transformasi,
berkelanjutan dan akuntabilitas.
Disamping itu perlu pembenahan kurikulum yang dapat
mengakomodasi potensi sumber daya di masing masing daerah, maka
disusunlah kurikulum yang berbasis kompetensi yang lebih fleksibel
dan dinamis. Dalam kurikulum ini pemerintah pusat menentukan
standar kompetensi umum secara nasional yang berlaku di seluruh
daerah, sedangkan daerah diberi kekuasaan untuk mengembangkan
5
kerikulum sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-
masing.
Penilaian dikembangkan dengan sistem penilaian yang berbasis
portofolio (portofolio based assessment) yaitu usaha untuk
memperoleh berbagai informasi secara berkala, pengembangan
wawasan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik yang
bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajarnya.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : Strategi Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Ditinjau Dari Prespektif Sumber Daya
Manusia Di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan Kecamatan Amanatun
Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut diatas, maka
dapatlah dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Sumber daya manusia secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap strtaegi pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan ?
2. Apakah Sumber daya manusia secara Parsial berpengaruh
signifikan terhadap strtaegi pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan
3. Manakah faktor-faktor sumber daya manusia yang paling
dominan berpengaruh terhadap strtaegi pengembangan
6
kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun
Selatan
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan pokok permasalahan yang
telah diutarakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah;
1. Untuk mengetahui apakah Sumber daya manusia secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap strtaegi pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun
Selatan ?
4. Untuk mengetahui apakah Sumber daya manusia secara Parsial
berpengaruh signifikan terhadap strtaegi pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1 Amanatun
Selatan
5. Untuk mengetahui manakah faktor-faktor sumber daya manusia
yang paling dominan berpengaruh terhadap strtaegi
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi di SMP Negeri 1
Amanatun Selatan
1.3. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis.
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan media latihan
yang sangat baik untuk menambah wawasan.
7
2. Bagi dunia pendidikan, hasil penelitian dapat
digunakan untuk menyusun kerangka pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan di daerah khususnya
di Kabupaten Timor Tengah Selatan
1.4.2. Manfaat Teoritis.
Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian
ini memberi sumbangan pemikiran konseptual dalam
mengantisipasi tuntutan masyarakat terhadap peningkatan
mutu pendidikan di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Strategi
Strategi adalah “rencana yang disatukan, luas dan
berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis organisasi
dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan
bahwa tujuan utama organisasi dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh organisasi (G & Jauch, 2006).
Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
a) Pengertian umum
Strategi adalah proses penentuan para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan
tersebut dapat dicapai.
b) Pengertian khusus
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi
hamper selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan
dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar
yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan
9
kompetensi inti (core competencies). Organisasi perlu mencari
kompetensi inti dalam usaha yang dilakukan.
Selanjutnya bahwa perumusan strategi merupakan proses
penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk
membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis
organisasi, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut
dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Adapun beberapa langkah yang perlu dilakukan organisasi
dalam merumuskan strategi yaitu:
1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh organisasi di
masa depan dan menentukan misi organisasi untuk mencapai visi
yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk
mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman
yang akan dihadapi oleh organisasi dalam menjalankan misinya.
3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success
factors) dari strategi yang dirancang berdasarkan analisis
sebelumnya.
4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi sebagai
alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumber daya yang
dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka
pendek dan panjang.
10
Demikian beberapa kajian mengenai strategi, dalam penulisan
ini peneliti mencoba melihat definisi dan uraian strategi tersebut di
atas, guna melakukan pengkajian terhadap strategi pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada SMP Negeri 1 Amanatun
Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
2.1.2. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah kurikulum yang
seperti namanya didasari oleh kompetensi. Kompetensi sendiri adalah
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara terus-menerus dan
konsisten (Dr. Nurhadi. 2007).
Kurikulum berbasis kompetensi sendiri adalah seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai siswa. Bisa dikatakan bahwa kurikulum ini
mengharapkan hasil dimana para siswa dapat melakukan sesuatu
dalam konteks tertentu dengan tindakan yang sesuai dengan konteks
yang terjadi. Bisa dikatakan juga siswa dapat menyesuaikan diri pada
suatu konteks nyata yang terjadi.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut
(http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com/):
Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
Penguatan integritas nasional
11
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
Kesamaan memperoleh kesempatan
Abad pengetahuan dan teknologi informasi
Pengembangan keterampilan hidup
Belajar sepanjang hayat
Berpusat pada anak dan penilaian yang berkelanjutan dan
komperhensif
Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Kurikulum berbasis kompetensi merupakan kerangka inti yang
memiliki empat komponen yaitu kurikulum dan hasil, penilaian
berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar dan pengelolaan kurikulum
berbasis sekolah (http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com).
Kurikulum dan hasil belajar, memuat perencanaan
pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara
keseluruhan sejak lahir hingga 18 tahun, kurikulum dan hasil belajar
ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA
sampai dengan kelas XII (TK dan RA – 12).
Penilaian berbasis kelas, memuat prinsip, sasaran dan
pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten
sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil
belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar
yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan
pelaporan.
12
Kegiataan belajar mengajar, memuat gagasan-gagasan pokok
tentang pembelajaran dan pengajaran yang untuk mencapai
kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan pedagogis dan
androgogis yang mengelola pembelajaran agar tidak mekanistik.
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, memuat berbagai
pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lain untuk
meningkatkan mutu belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan
pembentukan jaringan kurikulum (curriculum council) pengembangan
perangkat kurikulum (a.l.silabus), pembinaan profesional tenaga
kependidikan dan pengembangan sistem informasi kurikulum.
Kurikulum ini pada bentuknya bertujuan pada pencapaian
siswa pada kompetensi tertentu setidaknya standar-standar akan
kompetensi yang telah ditentukan dapat terpenuhi. Pembelajaran
yang dilakukan tidak terpaku pada hasil pendidikan tetapi lebih
kepada proses pembelajaran itu sendiri dimana siswa dapat
bereksperimen dengan keadaan yang tersedia di depannya, demi
untuk tercapainya pengetahuan karena memang pembelajaran tidak
hanya bersumber dari guru saja melainkan dari non-guru, selama hal
itu mendukung kompetensi siswa yang diharapkan.
Selain itu, mutu pendidikan yang diberikan tidak dipatok pada 1
tingkatan mutu atau keadaan saja melainkan diberikan secara
demokratis yaitu bisa saja pendidikan dikembangkan lebih baik atau
mungkin hanya sekedarnya. Hal ini didasarkan pada keadaan siswa
13
yang ada. Bahkan mengenai demokrasi mutu ini, pada tahun 2005,
J.Drost, SJ mengusulkan bahwa dengan pemberian mutu pengajaran
yang demokratis seperti ini maka baginya, pengajarannya juga
dipisahkan antara orang-orang yang cerdas dengan orang-orang yang
tidak terlalu menonjol kecerdasannya. Akan tetapi di luar hal itu
pendidikan yang diselenggarakan tidak sepenuhnya diberikan plot-plot
pengajaran itu melainkan diatur sesuai keadaan yang ada pada siswa
dengan catatan standarisasi kecakapan atau kompetensi siswa tetap
dapat terpenuhi.
Pada bagian lain yaitu metode pembelajaran siswa adalah
metode pembelajaran yang didasari oleh konteks sosial maka dibuat
sedemikian rupa keadaan dimana siswa dapat diikutsertakan dalam
rekonstruksi konteks sosial yang telah diberikan.
Untuk memperjelas keterangan di atas, saya akan memberikan
contoh sekolah yang telah menggunakan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) disekolahnya, yaitu (http://www.
kurikulumberbasiskompetensi.com/):
Dari “Green Apple”-Suara MBE, Kota Batu permainan domino
untuk pembelajaran pecahan. Mendengar kata domino, pikiran kita
langsung tertuju pada kartu permainan dengan bulatan-bulatan merah
berjumlah 1-6. Biasanya kita menggunakan domino untuk bermain
sambil mengisi waktu luang. Tetapi tidak bagi bu Juliati, Guru kelas III
dari SD Songgokerto III Batu. Domino dimodifikasi dan digunakan
14
sebagai media bagi pembelajaran pecahan pada siswa kelas III SD
serta mengantarkan ibu Juli sebagai Juara I lomba Kreativitas Guru
Sains dan Matematika tingkat Jawa Timur. Ibu Juli memodifikasi
bulatan-bulatan domino.
Aturan permainan dalam pembelajaran ini ada tiga macam,
yaitu:
Pembelajaran pecahan-pecahan yang ekivalen. Siswa
memasangkan gambar dengan angka atau angka dengan angka
atau gambar dengan gambar yang senilai atau ekivalen.
Pembelajaran perbandingan dua pecahan yang nilainya berbeda
lebih besar. Siswa memasangkan suatu gambar dengan angka
atau angka dengan angka atau gambar dengan gambar yang
nilainya lebih besar.
Pembelajaran perbandingan dua pecahan yang nilainya berbeda
lebih kecil. Aturan permainannya siswa memasangkan suatu
gambar dengan angka atau angka dengan angka atau gambar
dengan gambar yang nilainya lebih kecil.
Dengan menggunakan media domino yang dimodifikasi puzzle
ini ternyata murid-murid kelas III menjadi lebih mudah memahami
konsep pecahan. Siswa-siswa juga merasa senang karena mereka
dapat belajar melalui bermain.
15
2.1.3. Pendidikan menurut Confucianisme
Confucius berusaha menata secara baik terhadap situasi dan
kondisi masyarakat Cina sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku
pada waktu itu melalui sarana pendidikan dengan cara membenahi
hal-hal yang dipandang tidak benar. Confucius berpendapat bahwa
pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu (Widyastini, 2005: 7-8):
Khusus: membimbing dan mendidik agar senantiasa siap menjadi
generasi-generasi penerus bangsa.
Umum: mewujudkan manusia-manusia yang bermoral, pandai, dan
mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
Confucius mengatakan bahwa di dalam dunia pendidikan tidak
mengenal tinggi dan rendahnya kedudukan seseorang: semua sama
(Widyastini, 2006: 7-8). Di dalam buku Analects, Confucius berkata
bahwa (Confucius, 2005: 20-21):
Belajar lebih intensif
Mengajar tidak memandang keturunan
Mengajar harus sesuai dengan kecakapan para murid
Mengajar hendaknya dianggap sebagai media hiburan
Mengajar hendaknya menggunakan metode yang tepat
Mengajar hendaknya tanpa adanya rasa segan
Mengajar hendaknya merupakan evaluasi dari beberapa kasus
yang timbul
16
Belajar hendaknya merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat.
Kedelapan prinsip tersebut diatas, sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Confucius, tidak hanya berpengaruh dalam
pendidikan kuno saja, tetapi hal ini masih dan tetap digunakan dalam
pendidikan modern saat ini.
Confucius dikenal sebagai filosof Cina, ciri khas pemikiran
pragmatis dan melingkupi hal-hal yang sifatnya praktis; sehingga lebih
banyak menjauhi masalah-masalah yang dogmatis (teoritis), dalam
hal ini kebenaran dibuktikan melalui akal dan dibuktikan melalui
empiris. Menurut Lasiyo sebagaimana dinyatakan oleh Confucius
kepada murid-muridnya bahwa sebaiknya dalam menghadapi suatu
permasalahan hendaknya diusahakan dengan berpikir secara mandiri,
maka tidak mudah mengikuti pendapat orang lain dan harus dapat
menganalisis secara benar, ia berkata (Widyastini, 2007: 18):
”Sang guru tidak boleh mendiktekan sesuatu kebenaran
kepada murid-muridnya, murid-murid harus berpikir sendiri dan
apabila kebenaran menurut mereka bertentangan dengan apa yang
diajarkan gurunya mereka dapat mendebat gurunya” (Lasiyo, 2007:
26), maka seorang pendidik yang baik adalah pendidik yang memberi
kebebasan berpikir kepada anak didiknya sehingga mereka dapat
menghasilkan penemuan-penemuan baru, jika kebenaran yang
didapatkan berlainan dengan yang diajarkan oleh sang pendidik,
maka peserta didik diperbolehkan mengadu argumentasi, untuk lebih
17
menumbuhkembangkan pemikiran dan penalaran mereka, maka
dalam hal ini dibutuhkan kematangan dalam berpikir dan berperilaku
(Lasiyo, 2007: 3).”
Salah satu konsep yang mendasar dalam pendidikan Confucius
ialah konsep mengenai Tao. Tao sendiri mempunyai arti ”Jalan/cara”
(the way) atau ”alur” (path). Tao adalah “Jalan”, dengan huruf besar J,
artinya jalan diatas segenap jalan lain yang seharusnya diikuti
manusia (Creel, 2006: 34-35). Tujuan yang hendak dicapainya ialah
kebahagiaan, dalam hidup ini, disini dan kini, untuk segenap umat
manusia.
2.1.4. KBK dalam Pendidikan Confucianisme
Kurikulum berbasis kompetensi, suatu perencanaan dengan
dasar kompetensi. Seperti telah dijabarkan sebelumnya terlihat sangat
mementingkan peran aktif siswa atau peserta didik hal ini
diperlihatkan pada metode pelajaran yang disusun dalam KBK. Dalam
metode ini seperti dituliskan sebelum ini yaitu dalam pembelajaran
yang lebih kepada eksperimen, konstruksi masalah dan kompetensi.
Dalam tataran ini memang pada kurikulum berbasis kompetensi
begitu jelasnya berusaha menggambarkan pendidikan yang diajarkan
oleh confucius lebih jauh lagi dalam tujuan yang diambil dalam
kurikulum berbasis kompetensi kurang lebih mirip dengan pengertian
pendidikan confucianisme serta pola yang dibangun yaitu:
Belajar hendaknya merupakan sesuatu yang lebih bermanfaat
18
Mengajar hendaknya dianggap sebagai media hiburan
Mengajar hendaknya merupakan evaluasi dari beberapa kasus
yang timbul, dll.
Selain itu, Confucius sendiri juga mengatakan bahwa
pendidikan yang diterapkan pada masanya tidak hanya berpengaruh
dalam pendidikan kuno saja, tetapi hal ini masih dan tetap digunakan
dalam pendidikan modern saat ini. Akan tetapi kita tidak bisa
mengambil kesimpulan bahwa model pendidikan confucianisme sama
dengan sistem pendidikan KBK. Karena jika kita teliti lebih dalam lagi,
walaupun banyak kesamaan antara sistem KBK dengan pendidikan
Confucianisme, namun sebenarnya antara keduanya sangat berbeda.
Hal tersebut terlihat pada masih ada rasa segan diantara kedua belah
pihak, baik dari pihak pengajar maupun peserta didik, serta masih ada
otoritas dari pendidik.
Namun, bagaimanapun juga dengan metode baru serta
pandangan filosofis yang bisa dikatakan baru dilaksanakan pada
kurikulum pendidikan di Indonesia diharapkan bisa membangun
sumber daya manusia menjadi lebih baik.
2.2.Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup
pengembangan program tahunan, program semester, program modul
(pokok bahasan) program mingguan dan harian program pengayaan
19
dan remedial serta program bimbingan dan konseling (Mulyasa, 2006:
95)
a) Program tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program selanjutnya.
Sumber-sumber yang dapat dijadikan bahan pengembangan
program tahunan antara lain :
1) Daftar kompetensi dasar (standar Competency) sebagai
konsesus nasional yang dikembangkan dalam buku Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang
akan dikembangkan.
2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi
pembelajaran tersebut disusun berdasarkan pokok-pokok
bahasan dan sub pokok bahasan, yang mengandung ide-ide
pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama
satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan
hak-hak peserta didik. Dalam kalender pendidikan dapat kita
20
lihat beberapa jam waktu efektif yang dapat digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, termasuk waktu libur dan lainnya.
b) Program semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal
yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
Program semester ini merupakan penjabaran dari program
tahunan,pada umumnya program ini berisikan bulan, pokok
bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan dan
keterangan-keterangan.
c) Progam pengayaan dan remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari program
mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap
kegiatan belajar, terhadap tugas-tugas modul, hasil tes dan
ulangan dapat diperoleh tingkat kemampuan peserta didik
sehingga program ini dapat digunakan untuk panduan dan
menentukan peserta didik yang ikut remedial atau pengayaan.
d) Program bimbingan dan konseling
Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang menyangkut pribadi sosial belajar dan
karier.
21
2.3. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)
Gagne (2005: 67 ) mengemukakan untuk terjadinya belajar
pada diri siswa diperlukan kondisi belajar baik kondisi internal
maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan
(arising) memori siswa sebagai hasil belajar siswa terdahulu.
Memori siswa terdahulu merupakan komponen kemampuan yang
baru dan ditempatkan bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi
aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu
pembelajaran. Ini bertujuan antara lain merangsang ingatan siswa
menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing siswa belajar
materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa
menghubungkan pengetahuan yang ada dengan informasi yang
baru (Mulyasa, 2007 : 85)
1) Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,
2002:100).
Mulyasa (2002:101) mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
22
perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan
pembelajaran mencakup tiga hal yaitu :
a) Pre Tes (tes awal ); Pre tes memegang peranan penting
dalam proses pembelajaran.Fungsi pretes ini antara lain
dapat dikemukakan sebagai berikut :
Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar
Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik
sehubungan dengan proses pembelajaran yang
dilakukan.
Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki
peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan
dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
Untuk mengetahui darimana seharusnya proses
pembelajaran dimulai, tujuan mana yang perlu mendapat
penekanan dan perhatian khusus.
b) Proses
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari
segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian peserta
didik terlibat 75 % secara aktif, baik fisik, mental, maupun
kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan
rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil,
proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
23
perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik
belajar.
c) Post tes
Pada umumnya proses pembelajaran diakhiri dengan post
tes,adapun fungsi dari pos tes antara lain adalah :
Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara
individu maupun kelompok.
Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan yang dapat
dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan
yang belum dikuasai.
Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti
remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan,
serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul
Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan
terhadap komponen modul, dan proses pembelajran
yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi.
Mengenai prinsip-prinsip belajar, Arnie (2006:10)
mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yaitu :
Belajar harus berorientasi peda tujuan yang jelas.
24
Proses belajar akan terjadi bila seseorang dihadapkan
pada situasi problematic.
Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna
daripada belajar dengan hafalan
Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada
belajar secara terbagibagi.
Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap
intisari pelajaran itu sendiri.
Belajar merupakan proses yang kontinyu
Proses belajar memerlukan metode yang tepat
Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa.
Sedangkan mengajar menurut Oemar hamalik (2007:44)
ialah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau
murid di sekolah. Sedangkan pelajaran adalah sesuatu yang
dikaji atau dipahami atau yang diajarkan misalnya,
membaca, latihan dan pendidikan. Arnie (2007:13)
mengemukakan aktifitas siswa yang dimaksud disini adalah
aktifitas jasmaniah maupun mental yang dapat digolongkan
kedalam lima macam aktifitas sebagai berikut :
Aktivitas visual (visual activities )
Aktivitas lesan (oral activities )
Aktifitas mendengarkan (listening activities )
Aktivitas gerak (motor activities)
25
Aktivitas menulis (writing activities )
Selain aktivitas tersebut diatas terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam kegiatan mengajar yaitu :
Pengetahuan awal siswa
Refleksi
Motivasi
Keragaman individu
Kemandirian dan kerjasama
Belajar untuk kebersamaan
Rasa ingin tahu kreatifitas dan ketuhanan
Interaksi dan komunikasi
Suasana yang mendukung
2) Pemilihan metode dan media
Menurut Nasution (2004: 64), pemilihan metode dalam
pembelajaran ada dua macam cara yaitu dengan melakukan:
1) Pendekatan audio tutorial
Sistem ini dirasakan menarik oleh siswa antara lain karena
mereka merasa turut bertanggung jawab atas pendidikannya
sendiri. Untuk itu mereka harus menyusun jadwal dirinya
sendiri karena mereka merasa turut aktif dalam membentuk
dirinya sendiri. Cara belajar ini bertambah menarik karena
setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mendapat
26
angka tertinggi yaitu ”A” Jadi cara belajar ini didasarkan atas
rasa sukses dan bukan kegagalan atau frustasi.
2) Pengajaran modul
Pengajaran ini termasuk salah satu sistem individual yang
paling baru dan menggabungkan keuntungan dari berbagai
metode pengajaran individu lainnya seperti tujuan spesifik
dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur,
belajar menurut kecepatan masing- masing balikan atau
feed back yang sebanyak-banyaknya.
Selain memberi kesempatan kepada murid untuk maju
menurut kecepatan masing-masing modul mempunyai
tujuan lain yang perlu mendapat perhatian yakni :
Memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian
banyak topic dalam suatu program
Mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan
dan kelemahan siswa
Memberikan modul remidial guna pemantapan dan
perbaikan atau mengulangi bahan pelajaran untuk lebih
memantapkannya dengan menggunakan cara-cara lain
daripada modul semula, sehingga lebih mempermudah
pemahaman oleh murid. (Nasution,2008: 66)
Dari cara yang telah ditempuh di atas untuk dapat
menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan dan
27
kebutuhan murid sebagai individu. Semua metode itu
mencoba memperhatikan perbedaan individu di kalangan
pelajar.
Metode yang dikemukakan kebanyakan berusaha untuk
memusatkan kegiatan belajar kepada murid dan bukan pada
guru. Metode yang dipilih harus memperhatikan tujuan yang
ingin dicapai serta fasilitas sumber –sumber yang tersedia,
misalnya adanya komputer akan membuka kesempatan
yang lebih luas untuk memperhatikan sejumlah besar siswa
secara individual. Kelangkaan sumber dan fasilitas tentu
akan menghalangi atau mempersulit individualisasi
pengajaran (Nasution, 2007:75)
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
metode deskriptif. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SMP
Negeri Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan,
khususnya dalam hal pelaksanaan pembelajaran Kelas IX. Dalam
penelitian ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sumber data langsung berupa tata situasi alami dan peneliti
adalah instrument kunci.
2) Bersifat deskriptif dimana data yang dikumpulkan umumnya
berbentuk kata-kata, gambar-gambar, dan bukan angka-angka,
kalaupun ia angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang.
3) Lebih menekankan pada makna proses ketimbang hasil
4) Analisis data bersifat induktif
5) Makna merupakan perhatian utama dalam pendekatan penelitian
(Sudarwan 2002 :60 )
3.2. Konsep Penelitian
Strategi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa. Bisa dikatakan bahwa kurikulum ini
mengharapkan hasil dimana para siswa dapat melakukan sesuatu
dalam konteks tertentu dengan tindakan yang sesuai dengan konteks
29
yang terjadi. Pembahasan lebih jauh mengenai strategi
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi akan ditinjau dari
perspektif sumber daya manusia, dalam hal ini kompetensi kepala
sekolah dan kompetensi guru.
Untuk mempermudah pembahasan penelitian ini di buat Skema dan
tabel beriku ini;
Skema 3.1 Konsep penelitian
3.3. Subyek dan obyek penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya adalah guru dan siswa
Kelas IX sedangkan yang menjadi obyeknya adalah proses
pembelajaran pada mata pelajaran Agama, PKN, Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan
Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan,
Teknologi Informasi dan Komunikasi, Muatan Lokal.
3.4. Sampel Penelitian
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan
guru di SMP Negeri 1 Amanatun Selatan Kabupaten Timor Tengah
Selatan yang berjumlah 23 orang, dengan perincian 16 orang PNS
dan 7 orang non PNS/tenaga honorer.
30
Sumber Daya Manusia(SDM)
Kepemimpinani kepala SekolahKinerja Guru
Strategi Pengembangan
KBK
3.5. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah suatu kualitas (qualitas) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Kider (dalam
Sugiono, 2007 : 61). Selanjutnya Sugiono (2007 :61) menyatakan
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditaik kesimpulan.
Adapun Variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian
kali ini adalah:Variabel bebas yaitu kpemimpinan kepala sekolah
(X!) dan kinerja guru (X2) serta Variabel terikat yaitu
Pengembangan KBK (Y)
Definisi operasional Variabel adalah pemberian arti bagi
suatu Variabel dengan cara menetapkan rincian kegiatan yang
harus dikerjakan. Definisi oprasional Variabel dalam pennelitian ini
adalah:
1. Kepemimpinan (X1) adalah kemampuan atasanm
menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Pada penelitian ini adalah kemampuan kepala sekolah
menggerakkan guru untuk mencapai tujuan sekolah.
Pada penelitian ini, kepemimpinan didapat diukur berdasarkan;
1) Fungsi kepala sekolah
2)Komunikasi dengan bawahan/guru
3)Petunjuk pelaksanaan pekerjaan
31
4)Teladan
5)Toleransi terhadap kesalahan
6)Pemberian tugas sesuai keahlian
2. Kinerja Guru (X2) adalah hasil kerja guru yang terkait dengan
proses pembelajaran di sekolah
Pada penelitian ini, Indikator kinerja guru adalah sebagai
berikut;
1) Efektifitas penggunaan waktu, biaya dan tenaga
2) Ketepatan menyelesaikan pekerjaan
3) Bekerja sesuai ketentuan
4) Paham pada tugas
5) Percaya diri dalam pelaksanaan pekerjaan
6) Berperan pada tugas tertentu
3. Pengembangan KBK (Y) adalah upaya kepala sekolah dan guru
dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
Pada penelitian ini, indikator pengembangan KBK sebagai
berikut;
1) Upaya perbaikan kualitas hasil belajar
2) Upaya perbaikan mutu pendidikan
3) Penegakan disiplin diri
4) Karakteristikindividu guru
5) Perbaikan mutu pembelajaran
6) Perbaikan rata-rata hasil belajar siswa
32
3.6. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner (angket). Kuosioner (angket) adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada responden
untuk dijawab (sugiyono, 2007 : 199). Kuosioner akan dibagikan
kepada guru yang telah dipilih untuk mendapatkan data yang
diinginkan.
Teknis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan dua cara yaitu :
a. Untuk data primer yaitu data yang diambil langsung dari
responden digunakan daftar angket atau kuesioner.
b. Untuk data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak
langsung dari responden dilakukan dengan dengan
menggunakan teknis dokumentasi, wawancara, dan observasi
langsung dari penelitian.
Berdasarkan dengan pengukuran data digunakan skala likert dengan
interval sebagai berikut
1. Skor 5 untuk jawaban selalu
2. Skor 5 untuk jawaban sering
3. Skor 5 untuk jawaban kadang-kadang
4. Skor 5 untuk jawaban jarang
5. Skor 5 untuk jawaban tidak pernah
33
Dari skala pengukuran tersebut, mengandung pengertian
bahwa semakin tinggi angka yang dipilih oleh responden maka
semakin tinggi pula tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan
pengembangan KBK(Y).
Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah pula tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan
pengembangan KBK(Y).
3.7. Teknik analisa data
Pada penelitian ini analisa data terdiri dari dua (2) bagian yaitu
analisis deskriptif dan analisa statistik. Analisa diskriptif digunakan
untuk mendiskripsikan tingkat kepemimpinan (X1) kinerja (X2) dan
pengembangan KBK(Y).
Dengan mengacu pada rumus hipotisis, analisa statistik yang
digunakan adalah analisa multipe Linier Regresi Model (Model
regresi linier berganda) dengan fungsi persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e
(Sudjana 2003:53)
Dimana
Y = Pengembangan KBK
a = Konstanta
X1 = Kepemimpinan
X2 = Kinerja guru
e = Error (kesalahan pengganggu)
34
Untuk mengetahui apakah variabel X1, X2, secara serempak
mempunyai pengaruh terhadap Y, maka dihitung besar koefesien
determinasi (R2). Kemudian dilanjutkan dengan Uji-f. Rumus yang
digunakan untuk menguji koefesien korolasi adalah:
Dimana : R = Koefisien regresi
n = Banyaknya sampel
k = Banyaknya Variabel Independen
Uji F ini bermakna bila memiliki taraf signifikan α = 5 %
Untuk mengetahui apakah ada hubungan linier pada masing-masing
variabel dari variabel terpilih yang lebih dominan (X1, X2, maka
dilakukan uji t (studen t-test).
3.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.
Uji Validitas adalah untuk mengetahui tingkat kevalidan dari
instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Uji
validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-item yang
tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan
dengan pasti apa yang diteliti. Cara yang digunakan adalah dengan
analisa item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir
pertanyaan di korelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan
suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment
(Sugiono, 1999). Syarat minimal untuk dianggap valid adalah nilai r ≥
0,3.
35
Sedangkan uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui
adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau denga
kata lain alt ukur tersebut mempunyai hasil yang dapat dipercaya
bilaman alat tersebut digunakan berulang-ulang / berkali-kali pada
waktu yang berbeda. Untuk Uji Reliabilitas ini digunakan Teknik
Alpha Cronboch, dimana suatu instrumen dapat dikatajan handal
(reliable) apabila memiliki koefesien keandalan atau alpha sebesar
0,6 atau lebih (Arikunto, 1992).
3.7.2. Pengujian Hipotesis
Dengan membandingkan F hitung (Fh) dengan F tabel (Ft) pada
α = 0,05 apabila hasil berhitung menunjukkan :
a. Fh ≥ Ft atau probabilitas kesalahan kurang 5 % maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa variasi dari model
regresi berhasil menerangkan variabel bebas secara keseluruhan
b. Fh < Ft atau probabilitas kesalahan lebiuh dari 5% maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Ini berarti bahwa variasi dari model
regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel bebas secara
keseluruhan.
c. Untuk melihat kemampuan variabel bebas dalam menerangkan
variabel tidak bebasnya dapat diketahui dari besarnya koefesien
determinasi ganda (R2). Semakin besar R2 atau semakin
mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variasi bebas yang
digunakan dalam model semakin kuat dapat menerangkan variasi
36
tidak bebasnya. Jika R2 mencapai nilai 1 menunjukkan bahwa
proporsi / presentasi sehubungan dengan variabel bebas
terhadap variabel atau naik turunnya Y sebesar 100%.
Sebaliknya jika R2 semakin kecil (mendekati 0), maka dapat
dikatakan bahwa sumbangan variasi bebas terhadap variasi
variabel tidak bebasnya semakin kecil. Sedangkan koefesien
determinasi ganda (R2) itu sendiri diantara 0 dan 1, atau 0 ≤ R2 ≤
1.
Guna membuktikan kebenaran hipotesis pengaruh secara
parsial di gunakan uji t yaitu menguji kebenaran regresi parsial. Uji t
ini, bila t hitung ≤ t tabel maka hipotesa nol (Ho) diterima, hipotesa
alternatif (Ha) ditolak. Berarti variabel-variabel bebas kurang dapat
menjelaskan variabel terikatnya dan sebaliknya bila t hitung ≥ t tabel
maka hipotisis nol (Ho) ditolak, hipotisis alternatif (Ha) diterima.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas mamapu
menjelaskan variabel terikatnya.
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat digunakan analisis dengan melihat
pada besarnya koefesien determinasi parsial (r2) untuk masing-
masing variabel bebas. Kegunaannya untuk mengetahui sejauh
mana besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat dan untuk mengetahui variabel bebas mana yang
mempunyai sumbangan terbesar (dominan terhadap variabel
37
terikat/tergantung. Birarti semakin besar r2 untuk maisng-masing
variabel bebas, menunjukkan semakin besar juga sumbangannya
terhadap variabel terikat dan jika ada variabel yang angka r2 paling
besar, probobelitasnya paling kecil/rendah, maka variabel bebas
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap variabel terikatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2007. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta
Creel, H. G. 2005. Alam Pikiran Cina; Sejak Confucius sampai Mao Zedong . Yogyakarta : P. T. Tiara Wacana.
Drost. J. 2005. dari KBK (kurikulum berbasis kompetensi) sampai MBS (manajemen berbasis sekolah); esai-esai pendidikan . Jakarta: Kompas.
Danim, Sudarwan. 2005. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi pada
Depdiknas. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2008. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. 2008. Pola Induk Pengembangan Silabus Berbasis Kemampuan
Dasar Siswa. Jakarta : Depdiknas
Ghofur, Abdul dkk. 2005. Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian KBK
Hasan ,Iqbal. 2007. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kartono, Kartini.2005. Pengantar Metodelogi Riset Sosial.Jakarta: CV Mandar Maju
Maleong L.J. 2004 Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya
38
Nasution, S . 2007. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2006. Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi aksara.
Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nurhadi, Dr. 2004. Kurikulum 2004; pertanyaan dan jawaban . Jakarta: Grasindo
Widyastini. 2004. Filsafat Manusia Menurut Confucius dan Al Ga zali. Yogyakarta : Paradigma.
http://www.kurikulumberbasiskompetensi.com/
http://www.pendidikanindonesia.com/
http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/cin-6.htm
39
PROPOSAL TESIS
STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI TINJAU DARI PERSPEKTIF SUMBER DAYA MANUSIA
DI SMP NEGERI 1 AMANATUN SELATAN KECAMATAN AMANATUN SELATAN KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar
Magister Manajemen
Diajukan Oleh:
BENYAMIN MOKOILNPM.102361009
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA
SURABAYAMEI, 2010
40