pengendalian persediaan suku cadang pesawat …... · ini membahas mengenai perbaikan pengendalian...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG PESAWAT TERBANG
DENGAN PENDEKATAN MODEL PERIODIC REVIEW (Studi kasus PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia)
Skripsi
MONICA BHAKTYARTHI AKYATI I1307015
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK Monica Bhaktyarthi Akyati, NIM : I1307015, PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG PESAWAT TERBANG DENGAN PENDEKATAN MODEL PERIODIC REVIEW. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2011. PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia (PT. GMF AA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan perawatan dan perbaikan pesawat terbang. PT. GMF AA mengelompokkan suku cadang menjadi 3 jenis, yaitu rotable, repairable, dan consumable. PT. GMF AA mempunyai permasalahan kekurangan dan kelebihan persediaan suku cadang pada jenis consumable. Bila kondisi persediaan seperti ini terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan meningkatnya total biaya persediaan. Oleh karena itu, penelitian ini membahas mengenai perbaikan pengendalian persediaan suku cadang jenis consumable. Tahap penelitian ini diawali dengan peramalan suku cadang. Kemudian dilakukan penentuan tingkat persediaan yang meliputi periode waktu antar pemesanan (T) dan jumlah persediaan maksimum (R) dengan menggunakan model Periodic Review. Tahap akhir dari penelitian ini adalah melakukan perbandingan total biaya pesediaan antara model Periodic Review dengan model kebijakan perusahaan. Adapun penentuan total biaya persediaan yang sesuai dengan model kebijakan perusahaan dilakukan dengan Simulasi Montecarlo. Penelitian ini menghasilkan periode waktu antar pemesanan (T) dan jumlah persediaan maksimum (R) yang optimal, yang dapat meminimalkan total biaya persediaan. Hasil perbandingan total biaya pesediaan antara model Periodic Review dengan model kebijakan perusahaan mengindikasikan adanya penghematan total biaya pesediaan yang cukup signifikan sebesar 37,07%. Kata kunci : suku cadang, model Periodic Review, Simulasi Montecarlo, periode waktu antar pemesanan (T), jumlah persediaan maksimum (R) xix + 96 halaman; 9 gambar; 23 tabel; 5 lampiran Daftar pustaka : 7 (1994-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Monica Bhaktyarthi Akyati, NIM: I1307015, AIRCRAFT SPARE PART INVENTORY CONTROL USING PERIODIC REVIEW MODEL APPROACH, Thesis. Surakarta: Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, October 2011. Garuda Maintenance Facility AeroAsia Ltd.(PT GMF AA) is a company engaged in the field of an aircraft-maintenance and repairing services. GMF AA Ltd. classifies the aircraft spare parts into three groups namely rotable, repairable, and consumables. GMF AA Ltd. has a problem of having an excessive inventory and shortage of the consumable spare part. If this problem is not solved, it can increase the total inventory cost. Therefore, this study discusses the improvement of the inventory control of the consumable spare parts.
The first phase of this study is forecasting the existing spare part. Then, the we determine the inventory level which ordering period (T) and maximum inventory (R) using Periodic Review Model. The final phase of this study is comparing the total inventory cost in accordance with the corporate policy model. We use Montecarlo Simulation to determine corporate total inventory cost.
This research result an ordering period (T) and maximum inventory (R) which is optimal and can minimizes the total inventory cost. The comparative results between the total inventory cost using Periodic Review Model and corporate policy model indicate the significant saving of the total inventory cost of 37.07%.
Keywords : spare parts, Periodic Review Model, Montecarlo Simulation, ordering period (T), maximum inventory (R) xix + 96 pages; 9 figures; 23 tables; 5 appendixes Bibliography : 7 (1994-2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK vi ABSTRACT vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI xi DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xiv
BAB I PENDAHULUAN I-I 1.1. Latar Belakang Masalah I-1 1.2. Perumusan Masalah I-4 1.3. Tujuan Penelitian I-4 1.4. Manfaat Penelitian I-4 1.5. Batasan Masalah I-5 1.6. Asumsi Penelitian I-5 1.7. Sistematika Penulisan I-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 2.1. Profil Perusahaan II-1 2.2. Peramalan II-2
2.2.1. Pengertian Peramalan II-2 2.2.2. Manfaat Peramalan II-2 2.2.3. Prinsip-prinsip Peramalan II-2 2.2.4. Langkah-langkah Peramalan II-3 2.2.5. Metode-metode Peramalan II-4 2.2.6. Metode-metode Peramalan Kuantitatif Time Series II-7 2.2.7. Pengukuran Kesalahan Peramalan II-10 2.2.8. Validasi Model Peramalan II-11
2.3. Persediaan II-11 2.3.1. Pengendalian Persediaan II-13 2.3.2. Klasifikasi Persediaan dengan Metode ABC II-15 2.3.3. Model Pengendalian Persediaan Periodic Review II-17
2.4. Simulasi Montecarlo II-25 2.5. Penelitian Sebelumnya II-26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 3.1. Tahap Identifikasi Masalah III-3 3.2. Peramalan Jumlah Permintaan Suku Cadang III-5 3.3. Perhitungan Holding Cost, Ordering Cost dan Shortage Cost III-6 3.4. Penentuan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan
Persediaan Maksimum (R) III-7 3.5. Penentuan Total Biaya Persediaan Suku Cadang Berdasarkan Kebijakan Perusahaan III-9 3.6. Perbandingan Hasil Perhitunagn Total Biaya Persediaan Model Persediaan Periodic Review dengan Model Kebijakan Perusahaan III-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3.7. Analisis Hasil III-11 3.8. Kesimpulan dan Saran III-12
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1 4.1 Pengumpulan Data IV-1
4.1.1. Data Historis Permintaan Suku Cadang IV-1 4.1.2. Data Harga Suku Cadang IV-1 4.1.3. Data Leadtime Pemesanan Suku Cadang IV-3 4.1.4. Komponen Holding Cost, Ordering Cost dan Shortage Cost IV-5 4.1.5. Suku Cadang yang Diteliti IV-6
4.2 Pengolahan Data IV-8 4.2.1. Peramalan Jumlah Permintaan Suku Cadang IV-8 4.2.2. Perhitungan Holding Cost, Ordering Cost dan
Shortage Cost IV-15 4.2.3. Penentuan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan
Persediaan Maksimum (R) IV-17 4.2.4. Penentuan Total Biaya Persediaan Suku Cadang
Berdasarkan Kebijakan Perusahaan IV-24 4.2.5. Perbandingan Hasil Perhitungan Total Biaya
Persediaan Model Persediaan Periodic Review dengan Model Kebijakan Perusahaan IV-37
BAB V ANALISIS HASIL V-1 5.1. Analisis Periose Waktu Antar Pemesanan (T) V-1 5.2. Analisis Persediaan Maksimum (R) V-2 5.3. Perbandingan Total Biaya Persediaan V-3 5.4. Perubahan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) Suku Cadang Kelas B V-5 5.5. Perubahan Jumlah Permintaan Suku Cadang Kelas B V-9
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI-1 6.1. Kesimpulan VI-1 6.2. Saran VI-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Perusahaan L-1 Lampiran 2 : Klasifikasi ABC L-50 Lampiran 3 : Peramalan L-54 Lampiran 4 : Model Perioic Review L-56 Lampiran 5 : Simulasi Montecarlo L-60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah
untuk mengidentifikasi masalah yang diangkat, tujuan dan manfaat dari
penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan yang bermanfaat untuk
membantu dalam menyelesaikan penelitian.
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan persediaan dalam kegiatan usaha tidak dapat dihindarkan.
Salah satu penyebab utamanya adalah barang-barang tersebut tidak dapat
diperoleh secara instan, tetapi diperlukan tenggang waktu untuk memperolehnya.
Persediaan dalam suatu usaha dapat dikategorikan sebagai modal kerja yang
berbentuk barang. Keberadaanya tidak saja dianggap sebagai beban karena
merupakan pemborosan, tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan
yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai. Dari nilai persediaan yang
ada, akan dapat diketahui sampai seberapa besar pentingnya pengelolaan
persediaan bagi suatu usaha. Semakin tinggi nilai persediaan yang harus dikelola
dan semakin tinggi aktivitas perputaran persediaan, akan semakin besar pula
pentingnya perencanaan dan pengendalian persediaan (Bahagia, 2006).
PT. Garuda Maintenance Facility AeroAsia (PT. GMF AA) merupakan
salah satu anak perusahaan PT. Garuda Indonesia (Persero) yang bergerak pada
bidang jasa, yaitu pusat pelayanan perawatan dan perbaikan pesawat terbang.
Lokasi PT. GMF AA terletak pada area Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Secara khusus PT. GMF AA melayani perawatan dan perbaikan pesawat terbang
milik PT. Garuda Indonesia (Persero). Seiring berjalannya waktu, PT. GMF AA
juga membuka pelayanan perawatan pesawat terbang bagi maskapai penerbangan
dalam negeri maupun luar negeri yang mengalami kerusakan di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta.
PT. GMF AA mengelompokkan suku cadang menjadi 3 jenis, yaitu jenis
rotable, repairable, dan consumable. Suku cadang jenis rotable yaitu suku cadang
yang dapat dirotasikan antar pesawat, dapat diperbaiki, dan harganya relatif paling
mahal dibandingkan dengan suku cadang lain. Suku cadang jenis repairable yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 2
suku cadang yang diperbaiki ketika suku cadang tersebut rusak dan memiliki sifat
hampir sama dengan suku cadang jenis rotable namun, harganya masih lebih
murah dari suku cadang jenis rotable. Suku cadang jenis consumable yaitu suku
cadang yang tidak dapat diperbaiki lagi jika terjadi kerusakan. Jumlah dari jenis
suku cadang jenis rotable, repairable, dan consumable lebih dari 700 jenis. Untuk
itu PT. GMF AA harus mempunyai pengendalian persediaan yang baik demi
menjaga kelancaran proses operasional perusahaan. Namun pada kenyataannya
PT. GMF AA belum dapat merealisasikan hal tersebut, terbukti dengan sering
terjadinya beberapa masalah mengenai persediaan suku cadang. Salah satu
masalah yang sering terjadi adalah habisnya persediaan di gudang suku cadang
saat dibutuhkan. Pengendalian persediaan di PT. GMF AA selama ini melakukan
pengadaan suku cadang jika persediaan suku cadang di gudang habis. Hal ini
menyebabkan pesawat terbang milik beberapa maskapai penerbangan harus
menunggu untuk diperbaiki dalam beberapa hari, karena suku cadang yang
dibutuhkan tidak ada di gudang. Adanya waktu tunggu karena perbaikan tertunda,
menyebabkan berkurangnya tingkat kepercayaan maskapai penerbangan terhadap
PT. GMF AA yang dinilai memiliki tingkat pelayanan yang rendah. Selain
kekurangan persediaan, masalah yang terjadi di PT. GMF AA adalah adanya
beberapa suku cadang yang tersimpan di gudang terlalu banyak karena permintaan
sedikit atau bahkan tidak ada permintaan sama sekali. Penyimpanan suku cadang
yang terlalu banyak menyebabkan modal yang tertanam untuk pengadaan suku
cadang meningkat.
Pada pengamatan yang dilakukan di bulan Maret 2011, dari beberapa suku
cadang yang mengalami kekurangan persediaan antara lain suku cadang 337-541-
9205 memiliki jumlah permintaan sebanyak 40 unit sedangkan jumlah persediaan
di gudang 9 unit. Suku cadang 3101768-1 memiliki jumlah permintaan sebanyak
121 unit sedangkan jumlah persediaan di gudang 5 unit. Suku cadang
BACB30FQ6A8 memiliki jumlah permintaan sebanyak 285 unit sedangkan
jumlah persediaan di gudang 19 unit. Beberapa suku cadang yang mengalami
kelebihan persediaan pada pengamatan yang dilakukan di bulan Maret 2011 yaitu
suku cadang NAS1919M05S03AU tidak memiliki permintaan, sedangkan jumlah
persediaan yang ada di gudang 60 unit. Suku cadang NAS1169C8L tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 3
memiliki permintaan, sedangkan jumlah persediaan yang ada di gudang 148 unit.
Suku cadang HL720PN5-6 tidak memiliki permintaan, sedangkan jumlah
persediaan yang ada di gudang 25 unit. Beberapa suku cadang yang sering
mengalami permasalahan kekurangan dan kelebihan persediaan adalah suku
cadang jenis consumable.
Pengendalian persediaan sangat berpengaruh terhadap biaya operasi, oleh
karena itu dalam mengelola persediaan dibutuhkan persediaan yang optimal.
Berdasarkan beberapa masalah yang terjadi di PT. GMF AA, penelitian ini
berusaha untuk menyelesaikan masalah pengendalian persediaan suku cadang
jenis consumable. Pengendalian persediaan suku cadang jenis consumable diteliti
karena dilihat dari proses kebutuhan, penggunaan, sampai dengan pengadaan dan
pemenuhan mutlak harus dipenuhi apabila ada suatu aktivitas perawatan ataupun
perbaikan terjadi. Pada penelitian Chu,dkk (2008) pengendalian persediaan
dilakukan dengan klasifikasi ABC. Klasifikasi ABC dilakukan untuk mengetahui
tingkat kepentingan persediaan. Pengendalian persediaan dilakukan pada
persediaan yang mempunyai kategori sangat penting dan penting menurut
klasifikasi ABC. Karena, persediaan yang termasuk dalam kategori sangat penting
dan penting mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya operasional
perusahaan. Persediaan yang masuk ke dalam kategori sangat penting sebagai
kelas A dan penting sebagai kelas B. Chu,dkk (2008) merekomendasikan model
yang dipakai untuk mengendalikan persediaan adalah Continous Review untuk
kelas A dan Periodic Review untuk kelas B. Penelitian selanjutnya dilakukan
Muhbiantie (2011) untuk mengklasifikasikan 60 suku cadang jenis consumable di
PT. GMF AA. Penelitian Muhbiantie (2011) mengklasifikasikan 60 suku cadang
jenis consumable dengan klasifikasi ABC, serta memperbaiki pengendalian
persediaan suku cadang untuk kelas A dengan model Continous Review yang
mengacu pada penelitian Chu,dkk (2008).
Penelitian ini mengacu pada hasil klasifikasi yang dilakukan Muhbiantie
(2011). Pada penelitian ini, pengendalian persediaan dilakukan untuk kelas B
dengan model Periodic Review. Model Periodic Review merupakan model
persediaan dimana status persediaan ditentukan pada interval yang teratur atau
tetap, dan memesan banyaknya pemesanan yang dibutuhkan sampai mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 4
target level persediaan maksimum (Gaspersz, 2001). Dengan menggunakan model
Periodic Review, proses operasional perusahaan akan lebih efektif dan efisien. Hal
ini disebabkan karena pemantauan persediaan tidak dilakukan setiap saat,
melainkan pada periode tertentu berdasarkan interval yang ditentukan. Selain itu
model Periodic Review mampu meminimasi shortage serta dapat meminimasi
total biaya persediaan. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah
membandingkan total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dengan total
biaya persediaan usulan. Total biaya perusahaan akan ditentukan dengan simulasi,
karena tidak ada ketersediaan data mengenai jumlah backorder. Sehingga model
perusahaan tidak memungkinkan untuk diselesaikan menggunakan persamaan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan suatu
pokok permasalahan dari laporan penelitian ini adalah :
1. Bagaimana melakukan perbaikan pengendalian persediaan suku cadang
pesawat terbang untuk meminimalkan total biaya persediaan di PT.GMF
AA.
2. Bagaimana melakukan perbandingan hasil perbaikan pengendalian
persediaan dengan pengendalian perusahaan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menentukan waktu pemesanan yang dapat meminimalkan total biaya
persediaan.
2. Menentukan jumlah persediaaan maksimal yang dapat meminimalkan total
biaya persediaan.
3. Membandingkan total biaya persediaan usulan dengan perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memudahkan perusahaan untuk memantau persediaan karena pemantauan
dilakukan dalam interval waktu tertentu.
2. Mengurangi terjadinya backorder karena persediaan tidak nol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 5
3. Shortage yang terjadi berkurang sehingga dapat meminimalkan total biaya
persediaan suku cadang.
4. Perusahaan dapat mengetahui seberapa baik model usulan dengan
perbandingan total biaya persediaan.
1.5. Batasan Masalah
Pada laporan penelitian ini, dicantumkan batasan masalah agar
permasalahan yang dibahas jelas, yaitu mengoptimalkan persediaan suku cadang.
Batasan masalah yang digunakan adalah :
1. Suku cadang yang diamati adalah suku cadang jenis consumable untuk
pesawat terbang tipe B737.
2. Suku cadang yang diteliti sebanyak 60 item yang didasarkan pada jumlah
permintaan suku cadang yang paling tinggi.
3. Data permintaan suku cadang yang digunakan adalah data permintaan
suku cadang pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.
4. Pengendalian persediaan hanya dilakukan pada suku cadang kelas B hasil
dari penelitian Muhbiantie (2011).
1.6. Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Suku cadang yang dipesan datang dengan jumlah sesuai pesanan dan
dalam keadaan baik.
2. Permintaan suku cadang berdistribusi normal.
3. Harga suku cadang yang digunakan dalam penelitian merupakan harga
pada tahun 2010.
4. Pemasok selalu dapat memenuhi permintaan dari PT. GMF AA.
1.7. Sistematika Penulisan
Pada penulisan laporan penelitian ini, dicantumkan sistematika penulisan
yang menguraikan setiap bab untuk mempermudah dalam pembahasannya.
Laporan penelitian ini terdapat enam bab, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 6
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan pengantar permasalahan seperti latar
belakang masalah yang terdapat di PT. GMF AA, perumusan masalah
pengendalian persediaan suku cadang pesawat terbang pada gudang,
tujuan dan manfaat penelitian untuk memperbaiki sistem pengendalian
persediaan suku cadang di PT. GMF AA, batasan masalah, asumsi dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tinjauan umum PT. GMF AA dan teori-teori yang
berhubungan dengan materi yang diambil dari beberapa referensi baik
buku, jurnal maupun internet. Materi tersebut adalah pengertian
pesediaan, metode klasifikasi ABC, peramalan (forecasting), metode
Periodic Review serta Simulasi Montecarlo.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai pelaksanaan penelitian yang dilakukan
yang terstruktur tahap demi tahap dan digambarkan dalam bentuk
flowchart. Tahapan yang dilalui dimulai dari tahap pendahuluan yaitu
identifikasi masalah, melakukan proses perbaikan pengendalian
persediaan suku cadang, analisis dan interpretasi hasil serta tahap
terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan dan memberikan
saran.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menyajikan pengumpulan data dan pengolahan data untuk
melakukan pengendalian persediaan suku cadang yang optimal.
Pengumpulan data berupa data permintaan suku cadang selama tahun
2001-2010, data harga suku cadang, data leadtime pemesanan suku
cadang, komponen ordering cost, holding cost dan shortage cost serta
data jumlah lot pemesanan dan titik pemesanan kembali perusahaan.
Setelah itu dilakukan pengolahan data sesuai dengan perumusan
masalah yang berdasarkan metodologi penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I - 7
BAB V ANALISIS HASIL
Bab ini berisi pembahasan dari hasil pengumpulan dan pengolahan data
mengenai perbaikan pengendalian persediaan suku cadang pesawat
terbang untuk meminimalkan total biaya persediaan dan perbandingan
hasil perbaikan pengendalian persediaan dengan pengendalian
perusahaan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab paling akhir dalam laporan penelitian ini yang
berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh dari pengolahan data dan
analisis yang dilakukan, disertai rekomendasi perbaikan pengendalian
persediaan untuk PT. GMF AA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas prodil perusahaan dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisa permasalahan yang ada.
2.1. Profil Perusahaan
PT. Garuda Maitenance Facilities Aero Asia atau biasa disingkat PT. GMF
AA merupakan salah satu perusahaan jasa perawatan pesawat yang terbesar di
Indonesia. PT. GMF AA adalah anak perusahaan dari PT. Garuda Indonesia, yang
dahulunya bernama Garuda Maintenance Facility Support Center yang berdiri
pada tahun 1984. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya, pada tahun
1996 GMF berubah menjadi Unit Bisnis Strategi (SBU) dengan nama SBU-GMF
dan mulai melayani operator pihak ketiga. Pada tahun 2002, GMF berubah dari
SBU-GMF menjadi perusahaan sendiri yaitu PT. GMF AA yang terpisah dari PT.
Garuda Indonesia. Dengan ini PT. GMF AA memiliki badan hukum sendiri
sehingga dapat membuat kebijakan-kebijakan sendiri tanpa harus bersandar oleh
kebijakan-kebijakan PT. Garuda Indonesia. PT. GMF AA sendiri terletak di
kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta dengan luas lahan sebesar 115
hektar.
PT. GMF AA memiliki visi ke dalam tiga tahap selama 15 tahun, berikut
visi pada tahun (2003-2018), yang dikenal dengan ‘Global Challenge’ :
· Tahap pertama (2003-2007) : “Membangun fondasi GMF untuk dominasi
di regional” (building a foundation for regional dominance).
· Tahap kedua (2008-2012) : “GMF menjadi MRO kelas dunia pilihan
customer choice)
· Tahap ketiga (2013-2018) : “GMF menjadi pemain dominan di pasar
dunia” (Dominant player in the world market).
Dalam mencapai visi yang telah ditetapkan PT. GMF AA mempunyai misi
dengan menyediakan solusi perawatan, reparasi, dan overhaul yang teritegrasikan
dan handal untuk keselamatan ruang udara dan menjamin kualitas hidup umat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 2
manusia (to provide integrated and reliable maintenance, repair, and overhaul
solutions for a safety sky and secured quality of life of mankind).
2.2. Peramalan
2.2.1. Pengertian Peramalan
Aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha
memperkirakan penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk itu
dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat. Dengan demikian peramalan merupakan
suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang berdasarkan pada beberapa
variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu historis (Gaspersz, 2001).
2.2.2. Manfaat Peramalan
Peramalan permintaan sangat bermanfaat bagi perusahaan karena
berhubungan dengan pengambilan keputusan. Manfaat dari peramalan permintaan
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menentukan kebijakan dalam persoalan penyusunan anggaran untuk
segala aktivitas yang dilaksanakan, seperti anggaran penjualan dan
sebagainya.
2. Pedoman untuk pengendalian persediaan, karena bila persediaan terlalu
besar maka akan menimbulkan biaya penyimpanan yang tinggi dan
sebaliknya bila persediaan terlalu kecil maka akan berpengaruh pada
tingkat pelayanan terhadap konsumen. Oleh karena itu, peramalan dapat
digunakan sebagai pedoman untuk mengendalikan persediaan.
3. Merupakan langkah evaluasi yang baik untuk mengatur tingkat pelayanan
(kemampuan memenuhi permintaan) terhadap konsumen.
2.2.3. Prinsip-prinsip Peramalan
Permalan mempunya prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya :
1. Secara umum, teknik peramalan berasumsi bahwa sesuatu yang
berlandaskan pada sebab yang sama yang terjadi dimasa lalu akan
berlanjut dimasa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 3
2. Tidak ada peramalan yang sempurna, peramalan hanya tidak mengurangi
ketidakpastian dari suatu kondisi yang akan terjadi dimasa yang akan
datang. Dengan demikian hasil peramalan mengandung nilai kesalahan.
3. Peramalan untuk family item cenderung lebih akurat dari pada peramalan
untuk produk individu.
4. Peramalan jangka pendek mengandung ketidakpastian yang lebih sedikit
daripada peramalan untuk jangka waktu yang lebih lama. Dengan
demikian peramalan untuk jangka waktu yang lebih pendek lebih akurat.
2.2.4. Langkah-langkah Peramalan
Langkah-langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin efektivitas dan
efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen permintaan, yaitu:
1. Menentukan tujuan dari peramalan
Tujuan utama dari peramalan permintaan adalah untuk menentukan
permintaan dari produk-produk independent demand dimasa yang akan
datang.
2. Memilih produk independent demand yang akan diramalkan
Pemilihan produk independent demand tergantung pada situasi dan kondisi
aktual dari masing-masing industri manufaktur dan tujuan peramalan itu
sendiri.
3. Menentukan horizon waktu peramalan semakin jauh periode dimasa
datang yang diramalkan (dengan asumsi faktor lain tetap) maka hasil
ramalan akan semakin kurang akurat.
4. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan
Data yang diperlukan untuk melakukan peramalan adalah data permintaan,
leadtime, persediaan dan lain sebagainya. Jangka waktu untuk proses
peramalan secara normal minimal 1 tahun.
5. Memilih model-model peramalan
Pemilihan model peramalan bergantung pada pola data dan horizon waktu
peramalan. Pola data dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 4
· Pola horizontal (H), terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar
rata-rata yang konstan. Deret seperti ini stasioner terhadap nilai rata-
rata.
· Pola musiman (S), terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musiman, misalnya tahun, minggu, atau hari tertentu.
· Pola siklis (C), merupakan pola musiman dengan periode waktu jangka
panjang, biasanya berhubungan dengan siklus bisnis.
· Pola trend (T), terjadi bilamana ada kenaikan atau penurunan jangka
panjang dalam data.
Dari identifikasi pola dasar maka akan ditemukan formulasi model
matematis (dengan asumsi yang diperlukan) sehingga pola tersebut dapat
diteruskan dan diperbaharui untuk masa yang akan datang.
6. Penentuan model peramalan
Model peramalan yang baik adalah model peramalan yang dapat
memberikan hasil ramalan yang tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang
terjadi. Dengan kata lain model peramalan yang baik adalah yang dapat
memberikan simpangan terkecil antara hasil peramalan dengan data
aktualnya.
7. Validasi model peramalan
Validasi model peramalan dapat dilakukan dengan menggunakan tracking
signal. Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu
ramalan memperkirakan nilai-nilai aktual.
8. Membuat peramalan
2.2.5. Metode-metode Peramalan
Semua metode peramalan menggunakan pengalaman masa lalu untuk
meramalkan masa depan yang mengandung ketidakpastian. Oleh karena itu
peramalan mengasumsikan bahwa kondisi-kondisi yang menghasilkan data masa
lalu tidak berbeda dengan kondisi di masa datang. Secara garis besar ada 2 macam
metode peramalan yang dapat digunakan (Gaspersz, 2001):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 5
1. Teknik Peramalan Kualitatif
Adalah peramalan yang lebih mengandalkan jugdement dan intuisi
manusia ketimbang penggunaan data historis yang dimiliki. Macam Teknik
Peramalan Kualitatif (Gaspersz, 2001):
a. Metode Eksploratoris : Metode peramalan kualitatif yang dimulai dari
masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak ke arah masa
depan secara heuristik.
Contoh : Metode Delphi, Kurva Pertumbuhan, penelitian morfologis.
b. Metode Normatif : Metode peramalan kualitatif yang dimulai dengan
menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian bekerja
mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala,
sumber daya, dan teknologi yang tersedia. Peramalan kualitatif tidak
bertujuan untuk memberikan suatu peramalan numerik tertentu, dan
biasanya digunakan untuk keadaan jangka panjang dan menengah seperti
perumusan strategi, pengembangan produk dan teknologi baru.
2. Teknik Peramalan Kuantitatif
Adalah peramalan dengan menggunakan data histories dengan syarat jika
data histories yang tersedia cukup memadai dan jika data dianggap cukup
representatif untuk meramalkan masa datang. Peramalan kuantitatif dapat
diterapkan bila terdapat tiga kondisi (Gaspersz, 2001):
a. Tersedianya informasi tentang masa lalu.
b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
c. Dapat diasumsikan bahwa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di
masa mendatang.
Macam teknik peramalan kuantitatif (Gaspersz, 2001):
a. Metode deret berkala (time series)
Metode peramalan kuantitatif yang bertujuan untuk menemukan pola
dalam deret data histories dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan.
Berdasarkan pola datanya, metode time series ada 4 tipe yaitu: pola horizontal,
musiman, (seasional), siklis, dan trend. Gambar 3.1 merupakan gambar dari
masing-masing pola data time series (Gaspersz, 2001):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 6
A B
C D
Gambar 2.1. Pola Data Time Series Sumber : Gaspersz, 2001 Keterangan gambar :
· A adalah suatu data runtut waktu yang bersifat stasioner atau horisontal,
dimana serial data nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu.
· B adalah suatu data runtut waktu yang bersifat musiman, dimana data
mempunyai perubahan yang berulang.
· C adalah suatu data siklis, yaitu didefinisikan sebagai fluktuasi seperti
gelombang di sekitar trend.
· D adalah suatu data runtut waktu yang bersifat trend. Suatu data runtut
waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya berubah
sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan akan meningkat atau
menurun selama periode dimana peramalan diinginkan.
b. Metode kausal
Metode peramalan kuantitatif yang mengasumsikan faktor yang
diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih
variabel bebas. Baik peramalan model deret berkala maupun model kausal
mempunyai keuntungan dalam situasi tertentu. Model time series dapat digunakan
untuk meramalkan dengan mudah, sedangkan model kausal dapat digunakan
dengan keberhasilan yang lebih besar untuk pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan. Untuk bahasan selanjutnya hanya dibatasi pada metode-metode
time series, yaitu sesuai dengan bahasan dari laporan yang bertujuan untuk
menganalisa permintaan dan persediaan. (Gaspersz, 2001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 7
2.2.6. Metode-metode Peramalan Kuantitatif Time Series
Berikut ini adalah beberapa metode peramalan yang digolongkan model
kuantitatif untuk model deret berkala (time series) yaitu: rata-rata bergerak
(moving averages model), pemulusan eksponensial (exponential smoothing), dan
adaptive exponential smoothing.
1. Model Rata-rata Bergerak (Moving Average Model)
Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan
yang baru untuk membangkitkan nilai ramalan untuk permintaan di masa yang
akan datang. Metode rata-rata bergerak akan efektif bila kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar terhadap produk akan tetap stabil
sepanjang waktu (Gaspersz, 2001).
Teknik ini akan bekarja secara sempurna bila pola data yang digunakan
stasioner atau relative steady, tidak ada lonjakan atau penurunan terlalu tajam.
Metode ini tidak dapat digunakan untuk menangani data yang memiliki komponen
trend dan musiman. Model rata-rata bergerak diperoleh degan menghitung rata-
rata suatu nilai runtut waktu dan kemudian mengunakannya untuk meramal
periode selanjutnya. Persamaan metode ini adalah : Rata-rata bergerak n-Periode = ∑ (permintaan dalam n-Periode terdahulu)n
…⽘2.1… 2. Model Rata-rata Bergerak Terbobot (Weighted Moving Averages
Model)
Model rata-rata bergerak terbobot lebih responsive terhadap perubahan,
karena data dari periode yang baru biasanya diberi bobot yang besar. Suatu model
rata-rata bergerak n-periode terbobot, dinyatakan sebagai berikut (Gaspersz,
2001):
Weighted MA(n) = ∑ (pembobot periode n)(permintaan aktual periode n)∑ (pembobot) ….⽘2.2…
3. Model Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
Model peramalan pemulusan eksponensial bekerja hamper sama dengan
alat thermostat, dimana bila galat ramalan (forecast error) adalah positif, yang
berarti nilai aktual permintaan lebih tinggi daripada nilai ramalan (A-F > 0).
Sebaliknya apabila galat ramalan adalah negatif, berarti nilai aktual permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 8
lebih rendah daripada nilai ramalan (A-F < 0), maka model pemulusan
eksponensial akan secara otomatis menurunkan nilai ramalan. Proses penyesuaian
ini berlangsung terus-menerus, kecuali galat ramalan telah mencapai nol. Model
peramalan biasa digunakan apabila pola data historis dari data aktual permintaan
bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu (Gaspersz, 2001).
a. Metode Single Exponential Smoothing
Metode ini adalah suatu prosedur yang terus menerus memperbaiki
peramalan dengan merata-rata (menghaluskan atau smoothing) nilai masa lalu dari
suatu runtut data dengan exponential. Persamaan yang dipakai dalam metode ini
adalah (Gaspersz, 2001):
Ft-1 =荒X1 峸 ⽘1石荒…F1………………………………………………………..⽘2.3… Dimana:
Ft+1 = peramalan untuk periode t + 1
α = konstanta pemulusan
Xt = data aktual periode t
Ft = peramalan untuk periode t jika t = 1
Pada metode ini nilai yang lebih baru diberikan bobot yang relative besar
dari yang lama. Metode ini cocok untuk data stasioner. Kelebihan dari metode ini
adalah tidak memerlukan data yang terlalu banyak dan dapat mengurangi masalah
penyimpanan data.
b. Metode Double Exponential Smoothing
Pada metode double exponential smoothing secara teoritis akan sesuai jika
series data yang memiliki pola data horizontal (tidak memiliki trend). Jika data
tersebut dipakai untuk serial data yang memiliki trend yang konsisten, ramalan
yang dibuat akan berada dibelakang trend itu. Metode double exponential
smoothing ini menghindari masalah tersebut dengan cara explisit mengenali dan
mempertimbangkan adanya trend. Metode ini menggunakan dua konstanta
pemulusan. Konstanta tersebut adalah α dan β (Gaspersz, 2001).
S’t = αXt + (1-α) S’t-1…………………………..………………………………(2.4)
S’’t = β*S’t + (1- β) S’t-1………………………..……………...………………(2.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 9
c. Adaptive Exponential Smoothing
Metode ini dimulai dengan menetapkan nilai α pada setiap periode.
Pengecekan terhadap nilai α dengan tiga nilai, α - 0.05, α, α + 0.05, makan akan
diperoleh nilai F(t) dengan error absolut terkecil. Formula untuk metode ini
adalah (Gaspersz, 2001):
F(0) = A(1)
F(t) = α A(t) + (I – α) F(t-I)……………………………....…...………………(2.6)
Dimana :
F(t) = peramalan untuk periode t
A(t) = aktual data dalam periode t
I = seasonal index untuk periode t
4. Model Analisis Garis Kecenderungan (Trend Analysis Model)
Model analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai model
peramalan apabila pola historis dari data aktual permintaan menunjukkan adanya
suatu kecenderungan menaik dari waktu ke waktu. Model analisis garis
kecenderungan yang paling sederhana adalah menggunakan persemaan garis lurus
(straight line equation), sebagai berikut (Gaspersz, 2001):
Ft = a +bt……………………………………………………………………. (2.7)
dimana,
Ft = nilai ramalan permintaan pada period ke-t
a = intersep
b = slope dari garis kecenderungan (trend line), merupakan tingkat
perubahan dalam permintaan
t = indeks waktu (t = 1, 2, 3, … , n) ; n adalah banyaknya periode waktu
Slope dan intersep dari persamaan garis lurus dihitung dengan
menggunakan formulasi sebagai berikut :
b = ∑ tA - n(t - bar)(A - bar)∑ t挠石柜⽘棍石̈A …挠 ………………………………………………….(2.8)
a = A-bar – b(t-bar)………………………………………………………..….(2.9)
dimana,
b = slope dari persamaan garis lurus
a = intersep dari persamaan garis lurus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 10
t = indeks waktu
t-bar = nilai rata-rata dari t
A = variabel permintaan (data aktual permintaan)
A-bar = nilai rata-rata permintaan per periode waktu, rata-rata dari A
2.2.7. Pengukuran Kesalahan Peramalan
Peramalan yang baik mempunyai berbagai kriteria yang penting antara lain
akurasi, biaya dan kemudahan. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan
bias dan konsistensi peramalan. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan
tersebut terlalu tingi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikataka konsisten jika besar kesalahan
peramalan relatif kecil. Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan tingkat
perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang dsebenarnya terjadi.
Ukuran akurasi peramalan yang biasa digunakan yaitu:
1. Mean Error 玐∑硅平n
………………………………………………………….⽘2.10… 2. Mean AbsoluteError 玐∑|硅平|
n……………………………………………....⽘2.11…
3. Sum of SquareError 玐素 硅平2 ……………………………………………...⽘2.12… 4. Mean SquaredError 玐∑⽘硅平…2
n………………………………………….….⽘2.13…
5. Standard Deviation ofError 玐顺∑硅平2⽘n-1… .…………………………….…..…..⽘2.14… 6. Percentage Error 玐 硅平贯平时100%………………………………………….…..⽘2.15… 7. Mean Percentage Error =
∑丸Ǵ平柜 ……………………………………………(2.16)
8. Mean Absolute Percentage Error = ∑|丸Ǵ平|柜 ………………………………...(2.17)
Dimana ei merupakan kesalahan (error) pada periode i yang nilainya didapat
dari selisih antara nilai actual dengan nilai ramalan periode i. Secara sistematis ei
dinyatakan sebagal berikut:
e = Xi – Fi .................................................................................................... .…(2.18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 11
dimana Xi: data aktual pada periode ke-i
Fi : hasil forecasting pada periode ke-i.
2.2.8. Validasi Model Peramalan
Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan
memperkirakan nilai-nilai aktual. Suatu ramalan diperbaharui setiap minggu,
bulan, atau triwulan, sehingga data permintaan yang baru dibandingkan terhadap
nilai-nilai ramalan. Tracking signal dihitung sebagai running sum of the forecast
error (RFSE) dibagi dengan mean absolute deviation (MAD). Persamaan untuk
menentukan tracking signal adalah :
Tracking signal= RFSEMAD
………………………………….………………….(2.19)
2.3. Persediaan
Persediaan merupakan asset penting yang dimiliki suatu perusahaan guna
memenuhi permintaan pelanggannya. Salah satu alat ukur manajemen persediaan
adalah total biaya persediaan dan service level. Pihak manajemen perlu
merencanakan kebijakan persediaan yang dimilikinya guna mengoptimalkan biaya
persediaan dan service level (Jauhari, 2008).
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan dan akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, serta untuk suku cadang dan suatu peralatan atau mesin
(Herjanto, 1999). Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang
dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Persediaan merupakan suatu hal
yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan sebagai berikut:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu
barang tidak dapat terpenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia
sebelumnya. Untuk menyiapkan barang tersebut, diperlukan waktu untuk
pembuatan dan pengiriman, maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit
dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat
permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun kedatangan,
waktu pembuatan yang tidak cenderung konstan antara satu produk dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 12
produk berikutnya, waktu tenggang (leadtime) yang cenderung tidak pasti karena
banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam
dengan mengadakan persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan
besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
Keberadaan inventori tidak saja dianggap sebagai beban karena
merupakan pemborosan, tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan
yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (Bahagia, 2006). Klasifikasi
persediaan menjadi tiga bentuk sesuai dengan keberadaannya, yaitu (Bahagia,
2006):
1. Bahan baku (raw material)
Merupakan masukan awal proses transformasi produksi yang selanjutnya
akan diolah menjadi produk jadi. Ketersediaan bahan baku akan sangat
menentukan kelancaran proses produksi sehingga perlu dikelola secara saksama.
Inventori jenis ini didatangkan dari luar system dan keberadaannya secara fisik
biasanya disimpan di gudang penerimaan (receiving storage).
2. Barang setengah jadi (work in process)
Merupakan bentuk peralihan dari bahan baku menjadi produk jadi. Dalam
system manufaktur yang bersifat pesanan (job order), adanya inventori barang
setengah jadi ini biasanya tidak dapat dihindari sebab proses transformasi
produksinya memerlukan waktu yang cukup lama. Sementara dalam sistem
manufaktur yang bersifat produksi massa (mass production), adanya inventori
barang setengah jadi karena karakteristik prosesnya yang memang demikian atau
terjadi karena lintasan produksinya yang tidak seimbang.
3. Barang jadi (finished good)
Merupakan hasil akhir proses transformasi produksi yang sia dipasarkan
kepada pemakai. Sebalum diangkut kepada pemakai yang membutuhkan, barang
jadi disimpan untuk bebrapa waktu sampai dengan datangnya pembeli, sedangkan
dalam sistem manufaktur yang bersifat produksi massa (mass production),
biasanya barang yang jadi disimpan untuk bebrapa waktu sampai dengan
datangnya pembeli, sedangkan dalam sistem manufaktur yang bersifat pesanan
(job order), begitu barang tersebut selesai diproduksi akan segera diambil oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 13
pemakai yang memesannya. Dengan demikian, dalam sistem manufaktur
berdasarkan pesanan sangat jarang ditemui barang inventori barang jadi di
gudang.
Ketika permintaan bersifat probabilistik, persediaan bisa dikelompokkan
menjadi 4, yaitu (Silver dkk, 1998),:
1. On-hand stock
Merupakan persediaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik ada di
gudang dan nilainya selalu positif.
2. Net stock
Net stock = (on-hand) – (backorder), persediaan ini bisa negatif ketika
terjadi backorder.
3. Inventory position
Disebut juga available stock.
Inventory position = (on-hand) + (on-order) – (backorder) – (commited)
4. Safety stock
Rata-rata tingkat net stock sebelum pembelian material berikutnya
diterima.
2.3.1 Pengendalian Persediaan
Model inventori probabilistic adalah model utnuk menjawab persoalan
inventori dimana fenomenanya tidak diketahui secara pasti, namun nilai
ekspektasi, variansi, dan pola distribusi kemungkinannya dapat diprediksi
(Bahagia, 2006). Persoalan utama dalam inventori probabilistic adalah selain
menentukan besarnya stok operasi juga menentukan besarnya cadangan pengaman
(safety stock).
Untuk menentukan berapa besar cadangan pengaman (ss) pada suatu
leadtime (L) dan tingkat pelayanan (η) perlu diketahui bagaimana bentuk pola
distribusi kemungkinan permintaan selama leadtime tersebut. Jika distribusi
kemungkinan permintaan selama leadtime berdistribusi normal dengan fungsi
kepadatan probabilitas f(x) dan harga rata-rata sebesar DL, standar deviasi sebesar
SL maka besarnya cadangan pengaman (ss) untuk besar kemungkinan kekurangan
(α) dapat direprentasikan pada Gambar 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 14
Gambar 2.2. Representasi Cadangan Pengaman (ss) Distribusi Normal Sumber : Bahagia, 2006
Keterangan :
SL : standar deviasi selama leadtime
DL : ekspektasi permintaan selama leadtime
r : inventori yang dimiliki saat pemesanan dilakukan
ss : cadangan pengaman (safety stock)
α : kemungkinan kekurangan
Unsur biaya yang terdapat dalam pengendalian persediaan dapat
digolongkan menjadi tiga, yaitu biaya pemesanan, biaya penyimpanan, dan biaya
kekurangan persediaan.
1. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan (ordering cost, set up cost, procurement cost) adalah
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan suku cadang,
sejak dari pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan ini
meliputi biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan barang
tersebut, yang dapat mencakup biaya administrasi dan penempatan order, biaya
pemilihan vendor atau pemasok, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan biaya
pemeriksaan barang. Biaya pemesanan tidak tergantung dari jumlah yang dipesan,
tetapi tergantung dari berapa kali pesanan dilakukan.
2. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (carrying cost, holding cost) adalah biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk
biaya ini antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji
pegawai gudang, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 15
asuransi, ataupun biaya kerusakan, kehilangan atau penyusutan barang selama
dalam penyimpanan. Biaya modal merupakan komponen biaya penyimpanan
terbesar, baik itu berupa biaya bunga kalau modalnya berasal dari pinjaman
maupun biaya oportunitas apabila modalnya milik sendiri. Biaya penyimpanan
dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai presentase dari nilai rata-rata
persediaan per-tahun dan dalam bentuk rupiah per-tahun per-unit barang.
3. Biaya kekurangan persediaan
Biaya kekurangan persediaan (shortage cost, stock out cost) adalah biaya
yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya
kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan
berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk dalam biaya ini, antara lain
semua biaya kesempatan yang timbul karena terhentinya proses produksi sebagai
akibat tidak adanya bahan yang diproses, biaya administrasi tambahan, biaya
tertundanya penerimaan keuntungan, bahkan biaya kehilangan pelanggan.
2.3.2 Klasifikasi Persediaan dengan Metode ABC
Metode pengendalian persedian ABC didasarkan pada hubungan distribusi
pendapatan yang dikemukakan oleh Pareto bahwa distribusi sebagian pendapatan
(80%) terpusat pada sebagian kecil individu (20%) dari total populasi. Hubungan
serupa juga terjadi dalam persediaan. Sebagian kecil item persediaan
menyebabkan sebagian besar ongkos persediaan keseluruhan. Pengendalian ketat
atas part-part dengan biaya yang tinggi akan membawa kepada pengendalian
yang efektif atas seluruh biaya persediaan. Ongkos administrasi pada saat yang
sama juga akan dapat ditekan.
Metode pengendalian persediaan untuk menangani hal ini dikenal sebagai
metode ABC, menurut klasifikasi persediaan. Persediaan yang bernilai tinggi
digolongkan ke dalam kelas A, persediaan yang bernilai sedang digolongkan ke
dalam kelas B, dan persediaan bernilai rendah digolongkan ke dalam kelas C.
Perbedaan kebijaksanaan persediaan untuk ketiga kelas ini. Investasi harus
ditekan untuk item persediaan kelas A dan B sehingga kebijaksanaan minimasi
ongkos harus dilakukan dengan ketat. Item persediaan kelas C dapat disediakan
agak berlebihan dan dengan pengendalian longgar untuk mengurangi resiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 16
kehabisan persediaan. Penggunaan analisis ABC untuk menetapkan, yaitu
(Gaspersz, 2001):
1. Frekuensi perhitungan inventori (cycle counting), dimana material-
material kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan
inventory dibandingkan material-material kelas B atau C.
2. Prioritas rekayasa (engineering), dimana material-material kelas A dan B
memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program
reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu
difokuskan.
3. Prioritas pembelian (perolehan), dimana aktifitas pembelian seharusnya
difokuskan pada bahan-bahan baku bernilai tinggi (high cost) dan
penggunaan dalam jumlah tinggi (high usage). Fokus pada material-
material kelas A untuk pemasokan (sourcing) dan negosiasi.
4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih
baik dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC
boleh digunakan sebagai indikator dari material-material mana (kelas A
dan B) yang seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci
untuk mencegah kehilangan, kerusakan atau pencurian.
5. Sistem pengisian kembali (replenishment system), dimana klasifikasi ABC
akan membantu mengidentifikasi metode pengendalian yang digunakan.
Akan lebih ekonomis apabila mengendalikan material-material kelas C
dengan simple two-bin system of replenishment (bin reserve system or
visual review system) dan metode-metode yang lain untuk material-
material kelas A dan B.
6. Keputusan investasi, karena material-material kelas A menggambarkan
investasi yang lebih besar dalam inventori, maka perlu lebih berhati-hati
dalam membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stok pengaman
terhadap material-material kelas A dibandingkan terhadap material-
material kelas B dan C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 17
Terdapat sejumlah prosedur untuk mengelompokan material-material
inventori ke dalam kelas A, B dan C antara lain (Gaspersz, 2001) :
1. Tentukan volume penggunaan per periode waktu (biasanya per tahun) dari
material-material inventori yang ingin diklasifikasikan.
2. Gandakan (kalikan) volume penggunaan per periode waktu (per tahun)
dari setiap material inventori dengan biaya per unitnya guna memperoleh
nilai total penggunaan biaya per per periode waktu (per tahun) untuk setiap
material inventori itu.s
3. Jumlahkan nilai total penggunaan biaya dari semua material inventori itu
untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya agregat (keseluruhan).
4. Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu dengan
nilai total penggunaan biaya agregat, untuk menentukan persentase nilai
total penggunaan biaya dari setiap material inventori itu.
5. Daftarkan material-material itu dalam rank persentase nilai total
penggunaan biaya dengan urutan menurun dari terbesar sampai terkecil.
6. Klasifikasikan material-material inventori itu ke dalam kelas A, B dan C
dengan kriteria 20% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas A,
30% dari jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas B, dan 50% dari
jenis material diklasifikasikan ke dalam kelas C.
2.3.3 Model Pengendalian Persediaan Periodic Review
Metode periodic review adalah salah satu metode untuk menentukan
kebijakan perusahaan. Dengan metode periodic review, status persediaan di
gudang ditentukan pada interval yang teratur dan tetap, dan memesan order
quantity yang dibutuhkan sampai mencapai level persediaan maksimum.
Persediaan pengaman (safety stock) yang disediakan di gudang harus lebih besar
daripada metode continous review karena dalam metode periodic review
persediaan pengaman harus mencakup variasi permintaan selama periode review
dan selama waktu tunggu (leadtime).
Metode periodic review merupakan system pemesanan kembali secara
periodek, dimana interval waktu di antara pesanan-pesanan adalah tetap
(misalnya: mingguan, bulanan, atau triwulan), tetapi ukuran pemesanan bervariasi
sesuai dengan pemakaian pada saat review terakhir. Adopsi metode periodic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 18
review disarankan untuk diterapkan dalam kondisi-kondisi berikut (Gaspersz,
2001) :
1. Produk-produk inventori berada dalam situasi independent demand.
2. Kelompok produk dibeli dari supplier yang sama.
3. Produk-produk yang memiliki daya tahan terbatas adalah ideal dengan
menggunakan metode periodic review.
4. Pertimbangan economic advantage dalam membangun full truckload
shipment atau penggunaan secara penuh kapasitas yang tersedia.
Model Periodic Review merupakan model persediaan dimana status
persediaan ditentukan pada interval yang teratur atau tetap, dan memesan
banyaknya pemesanan yang dibutuhkan sampai mencapai target level persediaan
maksimum (Gaspersz, 2001). Ada beberapa macam model Periodic Review,
sebagai berikut :
1. Model (R,s)
A. Formulasi Model P
Karakteristik kebijakan inventori model P ditandai oleh dua elemen dasar
sebagai berikut.
· Pemesanan dilakukan menurut suatu selang interval waktu yang tetap (T).
· Ukuran lot pemesanan besarnya merupakan selisih antara inventori
maksimum yang diinginkan (R) dengan inventori yang ada pada saat
pemesanan dilakukan.
Sesuai dengan karakteristik tersebut, secara grafis situasi inventori yang
ada dalam gudang bila menggunakan model P dapat digambarkan seperti pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.3. Situasi Inventori dengan Model P Sumber : Bahagia, 2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 19
Pada gambar 2.3 terlihat bahwa mekanisme pengendalian dilakukan
dengan memesan menurut interval waktu T dan jumlah yang dipesan adalah
sebesar (R – r) yang merupakan ukuran lot bersifat variabel. Variabilitas ini
dikarenakan permintaan bersifat probabilistic sedangkan waktu pemesanan (T)
selalu tetap sehingga ukuran lot pemesanan antara satu pemesanan dengan
pemesanan lain berubah-ubah (variabel). Disamping itu tampak juga adanya suatu
periode waktu tertentu di mana kemungkinan barang tidak ada di gudang atau
terjadi kekurangan inventori (out of stock). Dalam metode P, kekurangan
inventori mungkin terjadi selama T dan selama leadtime (L). Oleh sebab itu,
cadangan pengaman yang diperlukan digunakan untuk meredam fluktuasi
kebutuhan selama T dan selama leadtime (L) tersebut. Penentuan besarnya
cadangan pengaman (ss) akan diperoleh dengan mencari keseimbangan antara
tingkat pelayanan dan ongkos inventori yang ditimbulkan (Bahagia, 2006).
Berdasarkan ekspektasi, ongkos inventori total (OT) terdiri dari komponen
ordering cost, holding cost, dan shortage cost. Berikut ini akan dirinci
formulasinya sehingga akan dapat ditentukan variabel-variabel keputusan yang
akan dikendalikan yaitu T dan R (Bahagia, 2006) :
1. Ordering cost (Op)
Ordering cost per tahun (Op) dapat dinyatakan sebagai berikut :
Op (ongkos tiap kali pesan) × (frekuensi pemesanan per tahun)
Op = A × f
Jika setiap kali pemesanan dilakukan selang waktu T, frekuensi
pemesanan per tahun sebesar : 玐 1T
Dengan demikian ordering cost per tahun dapat diformulasikan sebagai: 关颇玐 AT
……………………………………………………………….(2.20)
2. Holding cost (Os)
Holding cost per tahun (Os) merupakan perkalian antara ekspektasi
inventori per tahun (m) dengan holding cost per unit per tahun (h) atau :
Os = m × h
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 20
Dalam suatu siklus tertentu, inventori akan berada pada tingkat (s + TD) di
awal siklus pada tingkat (s) di akhir siklus, sehingga inventori ekspektasi
harga adalah : 桂玐 s + TD2
Seperti pada metode Q, untuk menghitung s untuk kasus backorder yaitu :
Dalam kasus backorder kekurangan inventori dapat dipenihi kemudian,
secara sistematis dengan backorder memungkinkan nilai s berharga
negative sehingga ekspektasi harga s adalah :
s玐穨⽘R-z…f⽘z…捧0
dz
玐R-穨 zf⽘z…捧0
dz
dimana,
穨 zf⽘z…捧0
dz玐D⽘L峸T… 玐DL 峸 TD
sehingga,
s = R – DL – TD
Keterangan:
z : Variabel acak permintaan barang selama (T + L) periode
f(z) : Distribusi kemungkinan permintaan sebesar z
DL : Ekspektasi permintaan selama L periode
T : Interval waktu antar pemesanan
Dengan demikian diperileh ekspektasi inventori (m) sebagai berikut : 桂玐 R - DL- TD+ TD2
桂玐 R - DL- TD2
………………………………………..…………(2.21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 21
dengan mensubstitusikan persamaan 2.4 ke dalam Os, maka holding cost
(Os) dapat diformulasikan sebagai :
Os 玐 收R-DL- TD2寿h……………………...………………………..…(2.22)
3. Shortage cost (Ok)
Dalam model P, kemungkinan terjadinya kekurangan inventori dapat
terjadi setiap saat. Oleh sebab itu, cadangan pengaman yang
perkudiberikan harus dapat meredam fluktuasi kebutuhan selama (T+L).
Seperti pada metode Q, untuk menghitung shortage cost ini dapat
dilakukan atas dasar kuantitas inventori yang kurang. Jika ongkos setiap
unit kekurangan inventori sebesar cu dan jumlah total kekurangan inventori
selama satu tahun adalah NT, shortage cost per tahun adalah :
Ok = NTcu
Adapun harga NT dapat ditentukan sebagai perkalian antara jumlah siklus
dalam satu tahun dengan jumlah kekurangan inventori untuk setiap siklus,
maka :
NT 玐 N时1T
玐 NT
Dengan demikian shortage cost sebesar :
Ok 玐 cuNT
…………………...……………………………………...(2.23)
B. Model P dengan Backorder
Formulasi model dan solusi berikut ini hanya berlaku bila kekurangan
inventori diberlakukan dengan backorder. Dalam hal ini pengguna mau
menunggu barang yang diminta sampai tersedia di gudang (Bahagia, 2006).
1. Formulasi Model
Hasil yang diperoleh dari persamaan 2.20 sampai dengan 2.23 jika
disustitusikan ke dalam OT dengan kekurangan inventori diperlakukan secara
backorder akan diperoleh :
OT = Op + Os + Ok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 22
OT玐DP 峸AT
峸 h收R-DL峸 DT2寿峸 cu
T穨⽘z-R…f⽘z…捧R
dz………...……….…...(2.24)
Dari formulasi ongkos total OT pada persamaan 2.24 nampak bahwa ada
dua variabel keputusan yang akan ditentukan, yaitu T dan R. Untuk mencari nilai
variabel keputusan optimal T, R dan ss diperoleh dengan menggunakan prinsip
optimasi, yaitu dengan memanfaatkan sifat konveksitas OT terhadap T dan.
Dengan demikian syarat agar OT minimal adalah : �OT�T玐 0
玐 A馆2 峸 12
hDcu馆2 穨⽘z-R…f⽘z…捧
R
dz 玐 0
T∗ 玐 顺2侍A峸cu 董 ⽘z-R…f⽘z…捧R
dz市hD
……...……….……………………...…...(2.25) �OT�R玐 0
玐 h- cu
T穨 f⽘z…捧r
dz 玐 0
α 玐 穨 f⽘z…捧r
dz玐Thcu
……...……….……………………………...………..(2.26)
2. Solusi dengan Metode Hadley-Within
Secara prinsip dari dua persamaan di atas nilai T dan R dapat ditentukan.
Namun, persamaan 2.25 dan 2.26 tersebut merupakan fungsi implisit sehingga
secara analitik sulit dipecahkan. Oleh sebab itu, untuk menentukan nilai T* dan R*
dicari dengan cara iterative. Seperti pada model Q, cara pencarian solusi T* dan R*
juga akan menggunakan metode Hadley-Within dengan cara sebagai berikut :
a. Menghitung nilai T sebagai berikut :
T玐顺2ADh
b. Hitung nilai α dan R dengan menggunakan persamaan 2.26. 荒玐 Thcu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 23
Jika kebutuhan berdistribusi normal, nilai R mencakup kebutuhan selama
(T+L) periode dan dinyatakan dengan :
R = D(T + L) + zα √馆 峸 拐
c. Hitung total ongkos inventori (OT)0 dengan menggunakan persamaan 2.24.
d. Ulangi mulai langkah b dengan mengubah T0 = T0 + ∆T0
· Jika hasil (OT)0 baru lebih besar dari (OT)0 awal, iterasi penambahan T0
dihentikan. Kemudian dicoba dengan iterasi pengurangan (T0 = T0 - ∆T0) sampai ditemukan nilai T* = T0 yang memberikan nilai (OT)*
minimal.
· Jika hasil (OT)0 baru lebih kecil dari (OT)0 awal, iterasi penambahan (T0
= T0 + ∆T0) dilanjutkan dan baru berhenti apabila (OT)0 baru lebih
besar dari (OT)0 yang dihitung sebelumnya. Harga T0 yang
memberikan ongkos total terkecil (OT*) merupakan selang waktu
optimal (T*)
2. Model (R, s, S)
(R, s, S) adalah merupakan kombinasi dari sistem (s, S) dan (R, S). (R, s, S)
menggunakan asumsi periodic review system (Silver dkk, 1998). Dalam sistem
(R, s, S), setiap R unit waktu dilakukan pemeriksaan posisi persediaan. Apabila
posisinya berada di bawah atau sama dengan reorder point, s, maka dilakukan
pemesanan sampai posisi persediaan mencapai S. Tapi apabila di atas s maka tidak
dilakukan pemesanan sampai saat pemeriksaan berikutnya.
Dalam bukunya, Silver dkk (1998) menulis salah satu formulasi model (R,
s, S) sistem yang merupakan pengembangan dari power approximation
menentukan dua parameter pengendali inventori yaitu Q = S – s dan s. Berikut
merupakan langkah-langkah dalam model pengembangan power approximation.
· Menghitung 冠颇玐1.30果绥片难.恼̊恼 峸收故郭 寿难.闹难淖组1 峸 徽片嫩痞挠果绥片挠 钻难ニ囊囊淖
……………………....(2.27)
dan 滚颇玐 0ニ973果绥片嫩痞峸徽片嫩痞挠 收0ニ183过 峸 1ニ0k3石2ニ192过寿…………………...(2.28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 24
dimana
z玐顺 Q颇 徽片嫩痞顾………………………………………………………….....(2.29… 果绥片玐DR 果绥片嫩痞玐D⽘R峸L… · Jika Qp / 果绥片 > 1,5 maka :
s = sp
S = sp + Qp
Jika tidak, maka lanjut ke langkah 3
· Menghitung 管难玐果绥片嫩痞峸k徽片嫩痞 dimana k diperoleh dari 贵粕砒⽘k…玐 顾峸
maka
s = minimum {sp, S0}…………………………………………….…..(2.30)
S = minimum {sp + Qp, S0}…………………………………………..(2.31)
Keterangan :
A : ordering cost
vr : holding cost
D : demand per tahun 果绥片 : rata-rata demand selama periode review 果绥片嫩痞 : rata-rata demand selama periode review dan leadtime 徽片 : standar deviasi demand selama periode review 徽片嫩痞 : standar deviasi demand selama periode review dan leadtime
s : reorder point
S : maksimum stock
B : shortage cost
k : safety factor 贵粕砒⽘k… : fungsi variabel distribusi normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 25
2.4 Simulasi Montecarlo
Simulasi Montecarlo adalah tipe simulasi probabilistic yang memberikan
solusi masalah menggunakan sampling dari suatu proses random. Hal ini
dilakukan dengan terlebih dulu menentukan distribusi probabilitas dari variabel
dan kemudian diambil sampling secara random dari distribusi untuk
mengumpulkan data. Rangkaian bilangan random digunakan untuk menjelaskan
bahwa setiap variabel adalah random dari waktu ke waktu (Tersine, 1994).
Simulasi Montecarlo mengembangkan model stokastik dari situasi nyata
dan kemudian menampilkan percobaan sampling pada model. Langkah utama
dalam Simulasi Montecarlo adalah :
1. Mendefinisikan distribusi probabilitas dari variabel kunci tertentu. Data
dapat berdistribusi standar, seperti Poisson, Normal atau Eksponensial
atau dapat berdistribusi empiris dari data masa lalu. Distribusi dapat
dihasilkan dari masa lampau atau dari percobaan.
2. Sampel random digunakan untuk menentukan nilai variabel yang spesifik
dalam simulasi. Cara mengambil sampel antara lain dengan tabel bilangan
random. Urutan bilangan random akan mengikuti pola dari variasi yang
diharapkan.
3. Mensimulasikan proses dan menganalisa observasi dalam jumlah yang
banyak. Jumlah yang tepat dari replikasi ditentukan dengan cara yang
sama dengan ukuran yang sesuai dengan sampel dalam eksperimen yang
aktual.
Sampel dari sistem dalam Simulasi Montecarlo ditentukan dengan
bilangan random. Bilangan random adalah sekumpulan nilai numerik yang terjadi
dengan kemungkinan sama dan tanpa pola yang diketahui. Cara yang paling
mudah dalam membangkitkan bilangan random adalah mengambil sampel
random dari dari semangkuk koin yang ditandai angka 1-100. Kebanyakan
bilangan random dibangkitkan oleh komputer dan disebut sebagai bilangan
random pseudo. Kelemahan dari bilangan random ini adalah tidak ada random
secara sempurna tetapi cukup random untuk tujuan simulasi. Bilangan random
ada yang tersedia dalam tabel. Bilangan ini dibangkitkan oleh perangkat
elektronik dan dapat menghasilkan bilangan random yang sempurna. Kelemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 26
dari peralatan ini adalah harganya yang mahal. Oleh karena itu, dalam simulasi
komputer lebih umum digunakan bilangan random pseudo yang dibangkitkan
oleh program komputer.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tentang manajemen persediaan dan penataan gudang spare part bus di
PO. Safari Eka Kapti (Ariyadi, 2010). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah melakukan manajemen persediaan yang optimal dengan menentukan
jumlah pemesanan dan ROP yang optimal. Ada beberapa tahapan yang dilakukan
dalam penelitian ini. Pada langkah awal diperlukan pengumpulan data yang
berhubungan dengan objek penelitian yaitu spare part bus. Beberapa data yang
diperlukan diantaranya: data historis permintaan spare part, data historis
pengadaan spare part, biaya pengadaan spare part, data leadtime spare part,
komponen holding cost, ordering cost dan shortage cost. Setelah beberapa yang
diperlukan terkumpul, maka pertama kali yang dilakukan adalah uji distribusi
normal permintaan. Uji ini dilakukan untuk mencocokkan apakah data permintaan
sudah sesuai dengan asumsi berdistribusi normal yang dipakai dalam model
persediaan. Selanjutnya melakukan pemilihan spare part dengan melakukan
klasifikasi ABC. Langkah berikutnya adalah perhitungan jumlah pemesanan (Q)
dan titik pemesanan kembali (ROP) dilakukan dengan menggunakan pendekatan
model persediaan single item dengan mengakomodasi adanya backorder policy
sehingga mampu meminimalkan biaya total persediaan spare part. Algoritma
yang dipakai adalah algoritma yang telah dikembangkan oleh Hariga et al (2004).
Sedangkan untuk menghitung total biaya persediaan dilakukan dengan Simulasi
Montecarlo. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah pemesanan (Q)
dan titik pemesanan kembali (ROP) yang mampu meminimalkan total biaya
persediaan dan backorder.
Selain itu penelitian yang lain adalah penelitian tentang penentuan model
persediaan spare part dengan mempertimbangkan terjadinya backorder (Jauhari,
2008). Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan solusi
model persediaan spare part dengan mempertimbangkan backorder. Ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II - 27
beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Pada tahap awal adalah
melakukan peramalan dengan metode Croston. Metode Croston pada dasarnya
memisahkan permintaan suatu item yang intermittent menjadi ukuran permintaan
dan waktu antar kedatangan. Tahap selanjutnya adalah pengembangan model,
pada tahap ini menentukan model biaya penyimapanan yang mengacu pada model
Tersine (1994). Penurunan rumus dilakukan untuk mencari ekspektasi jumlah
backorder yang mengikuti model yang sudah ada pada Tersine (1994) dan Chopra
dan Meindl (2001). Sedangkan untuk pencarian solusi model, yang dilakukan
adalah menetukan variabel keputusan q, variabel keputusan k dan algoritma
penyelesaian model. Pada algoritma penyelesaian model, pencarian solusi
dilakukan terhadap nilai q dan k yang mengacu pada ide dasar algoritma yang
telah dikembangkan oleh Ben-Daya dan Hariga (2004). Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah model persediaan untuk meminimasi terjadinya backorder
dengan beberapa variabel respon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 1
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Proses pembuatan laporan penelitian ini terstruktur tahap demi tahap dan
digambarkan dalam bentuk flowchart, berikut uraiannya secara singkat.
Gambar 3.1. Flowchart Metodologi Penelitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 2
Gambar 3.1. Flowchart Metodologi Penelitian (lanjutan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 3
Proses penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan yang diuraikan secara
singkat berikut ini :
3.1. Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini dilakukan sebagai studi awal sebelum melakukan penelitian
yang terdiri dari :
a. Studi Lapangan dan Studi Literatur
Studi lapangan berupa studi terhadap permasalahan yang terjadi di tempat
penelitian, yang diamati adalah manajemen persediaan suku cadang pesawat jenis
consumable. Pengamatan tersebut dilakukan untuk mengetahui permasalahan
mengenai manajemen persediaan suku cadang yaitu kurang terealisasinya
manajemen persediaan suku cadang yang baik karena sering terjadi kekurangan
ataupun kelebihan persediaan suku cadang.
Sedangkan, studi literatur berupa studi pustaka seperti apa yang termuat
dalam landasan teori, dilakukan dengan mempelajari materi yang didapat dari
buku, jurnal dan internet. Studi literatur dilakukan untuk mencari ide-ide,
rumusan-rumusan, konsep-konsep teoritis seperti: konsep persediaan, konsep
peramalan, dan konsep simulasi.
b. Latar Belakang Masalah
Pada penelitian ini latar belakang masalahnya yaitu untuk memperbaiki
sistem manajemen persediaan suku cadang pesawat agar persediaan yang ada di
dalam gudang optimal, sehingga dapat meminimalkan total biaya persediaan
namun perusahaan tetap dapat memenuhi permintaan perbaikan pesawat.
c. Perumusan Masalah
Pada tahap ini dirumuskan permasalahan yang digunakan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang diteliti. Pada perumusan masalah dilakukan
penetapan sasaran yang akan dibahas dan kemudian dicari solusi permecahan
masalahnya pada tahap pengolahan data. Hal ini dilakukan agar dapat fokus dalam
membahas permasalahan yang diterjadi. Perumusan masalah pada penelitian ini
adalah melakukan perbaikan pada pengendalian persediaan suku cadang pesawat
terbang untuk meminimalkan total biaya persediaan dan melakukan perbandingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 4
hasil perbaikan pengendalian persediaan usulan dengan pengendalian yang
dilakukan perusahaan.
d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan
menyelesaikan rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
waktu antar pemesanan dan persediaan maksimum sehingga mampu
meminimalkan biaya total persediaan suku cadang, serta membandingkan total
biaya persediaan usulan dengan perusahaan.
e. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan agar masalah yang dibahas
tidak menyimpang dari pokok permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan.
Perusahaan mengelompokkan suku cadang menjadi tiga jenis, yaitu rotable,
repairable, dan consumable. Pada penelitian ini, suku cadang yang diteliti adalah
suku cadang jenis consumable. Pengendalian persediaan suku cadang jenis
consumable diteliti karena dilihat dari proses kebutuhan, penggunaan, sampai
dengan pengadaan dan pemenuhan mutlak harus dipenuhi apabila ada suatu
aktivitas perawatan ataupun perbaikan terjadi. Hal ini dikarenakan suku cadang
jenis consumable sering sekali dipakai dan tidak dapat diperbaiki lagi bila terjadi
kerusakan. Suku cadang jenis consumable diperoleh dengan melakukan
pemesanan ke beberapa pemasok yang membutuhkan waktu pemesanan berbeda-
beda karena suku cadang tersebut didatangkan dari beberapa negara yang berbeda
pula.
Di dalam gudang banyak sekali jenis suku cadang yang disimpan, akan
tetapi ada beberapa suku cadang yang jarang disimpan. Oleh karena itu, suku
cadang yang diambil merupakan data suku cadang yang mempunyai permintaan
tinggi. Data suku cadang yang diambil adalah 60 jenis suku cadang consumable
yang paling tinggi permintaannya mulai tahun 2001 hingga tahun 2010. Hal ini
dikarenakan penelitian dilakukan pada tahun 2011 dan pada proses penyelesaian
penelitian ini memerlukan data permintaan beberapa tahun yang lalu. Harga suku
cadang yang dipakai adalah harga suku cadang pada tahun 2010, karena harga
pada tahun tersebut paling mendekati dengan harga suku cadang pada tahun 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 5
3.2. Peramalan Jumlah Permintaan Suku Cadang
Peramalan jumlah permintaan digunakan untuk meramalkan jumlah
permintaan suku cadang satu tahun yang akan datang. Suku cadang yang diteliti
adalah suku cadang kelas B yang mengacu pada hasil penelitian Muhbiantie
(2011). Dalam melakukan peramalan terdapat tiga tahapan yaitu tahap agregasi,
tahap peramalan dan penentuan demand forecast. Pada tahap peramalan
digunakan alat bantu software WinQSB untuk membantu meramalkan permintaan
suku cadang satu tahun ke depan. Data yang diperlukan dalam proses peramalan
adalah data historis permintaan suku cadang selama tahun 2001-2010.
1. Tahap Agregasi
Agregasi merupakan proses pengelompokan dari produk individu ke
dalam famili produk. Hal ini dilakukan karena peramalan famili produk lebih
akurat jika dibandingkan dengan peramalan produk individu.
2. Tahap Peramalan
Peramalan permintaan suku cadang dilakukan untuk mengetahui besarnya
nilai demand forecast untuk satu tahun ke depan. Pada tahap peramalan digunakan
alat bantu software WinQSB untuk membantu meramalkan permintaan suku
cadang.
3. Tahap Disagregasi
Untuk mengetahui demand forecast masing-masing suku cadang, maka
dilakukan disagregasi yaitu perhitungan proporsi dari masing-masing suku
cadang. Pada penelitian ini hanya memfokuskan pada suku cadang kelas B, untuk
itu pada tahap disagregasi, suku cadang yang dihitung adalah suku cadang kelas
B. Pada proses disagregasi diperlukan proporsi dari setiap suku cadang.
4. Perhitungan Standar Deviasi
Standar deviasi digunakan untuk membandingkan penyebaran atau
penyimpangan data jumlah permintaan suku cadang. Untuk menghitung standar
deviasi, langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung rata-rata permintaan,
berikut uraiannya : 憀呻 =∑ xi柜 ………………………………………………………………………..(3.1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 6
Keterangan :
xi : jumlah permintaan pada periode ke-n 坘 : rata-rata jumlah permintaan
n : jumlah periode
Sedangkan langkah kedua adalah menghitung besarnya standar deviasi,
berikut langkah-langkahnya :
S =顺Ƽx1-x 邹2+ Ƽx2-x 邹2+Ƽx3-x 邹2+Ƽx4-x 邹2+…+Ƽxn-x 邹2n - 1
……………………..(3.2)
Keterangan :
S : standar deviasi
xn : jumlah permintaan pada periode ke-n 坘 : rata-rata jumlah permintaan
n : jumlah periode
3.3. Perhitungan Holding Cost, Ordering Cost dan Shortage Cost
Biaya-biaya yang digunakan untuk perhitungan total biaya persediaan
suku cadang adalah holding cost, ordering cost dan shortage cost. Berikut ini
adalah uraian dari masing-masing komponen biaya tersebut :
1. Holding Cost (Os)
Holding cost adalah biaya yang digunakan untuk merawat persediaan suku
cadang. Dalam menentukan holding cost, terdapat dua komponen yaitu interest
rate dan biaya operasional gudang. Biaya operasional gudang terdiri dari gaji
pegawai gudang. berikut adalah uraian perhitungan holding cost :
Os = I + B…………………..………………………………………………….(3.3)
dimana,
Os = holding cost (Rp/unit/tahun)
I = interest rate (Rp/unit/tahun)
B = biaya operasional gudang (Rp/unit/tahun)
Keterangan :
I = bunga pinjam bank × harga suku cadang per item……………..………(3.4)
B = gaji pegawai selama satu tahunrata-rata persediaan suku cadang
……………………………………….(3.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 7
2. Ordering Cost (Op)
Ordering cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh suku cadang dari pemasok. Ordering cost diperoleh dari : Op = bt
j ………………………………………………………………………..(3.6)
dimana,
Op= Ordering cost (Rp/order)
bt = Biaya internet selama satu tahun (Rp/tahun)
j = Jumlah seluruh order dalam satu tahun (order/tahun)
3. Shortage Cost (Ok)
Shortage cost merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan karena
terjadi kekurangan persediaan. Shortage cost ditetapkan oleh perusahaan untuk
masing-masing suku cadang yaitu 20% dari harga suku cadang.
3.4. Penentuan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan Persediaan
Maksimum (R)
Penentuan periode waktu antar pemesanan dan persediaan maksimum
menggunakan model persediaan periodic review, berikut langkah-langkahnya :
a. Langkah 1 : menghitung nilai T
T虠顺2ADh
………………………………………………………………..Ƽ3.7)
Keterangan :
T : periode waktu antar pemesanan
A : ordering cost
D : permintaan
H : holding cost
b. Langkah 2 : menghitung nilai 荒 荒虠 Th 固粕………………………………………………………………...(3.8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 8
Keterangan :
T : periode waktu antar pemesanan
h : holding cost
Cu : shortage cost
c. Langkah 3 : menghitung nilai R R 虠 DT 十 DL 十过崎√T + L………………………….….……………...(3.9) dimana,
zα = nilai tabel dari α …………………………………………….……(3.10)
Keterangan :
R : persediaan maksimum
D : permintaan
T : periode waktu antar pemesanan
L : leadtime pemesanan
d. Langkah 4 : menghitung nilai N N 虠 S√T + L揍fƼ过崎邹石过崎ѰƼ过崎邹租…………………………………….(3.11)
dimana, fƼ过崎邹虠NORMDIST(z,0,1,0)………………………….…….…….(3.12) ѰƼ过崎邹虠NORMDIST(z ,0,1,0)-z试1-NORMDISTƼz,0,1,1邹守….…….(3.13)
Keterangan :
N : jumlah suku cadang
S : standar deviasi
T : periode waktu antar pemesanan
L : leadtime pemesanan
e. Langkah 5 : menghitung nilai OT 关飘虠 AT十收R-D 十DT
2寿h 十收固粕
T十h寿N……………………………(3.14)
Keterangan :
OT : total biaya persediaan
T : periode waktu antar pemesanan
A : ordering cost
R : persediaan maksimum
D : permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 9
Cu : shortage cost
h : holding cost
N : jumlah suku cadang
f. Langkah 6 : menentukan T dan R optimal
Setelah mengetahui OT dari T awal, dicoba dengan penambahan T awal
sebesar 0,005 tahun sehingga T awal bertambah, selanjutnya kembali ke
Langkah 2. Terdapat dua kemungkinan pada iterasi ini, yaitu :
· Jika pada penambahan T awal, OT yang dihasilkan lebih kecil maka
lanjutkan iterasi penambahan T sebesar 0,005 hingga hasil OT paling
kecil.
· Jika pada penambahan T awal, OT yang dihasilkan lebih besar maka
iterasi penambahan T berhenti dan dilanjutkan iterasi dengan
pengurangan T awal sebesar 0,005 hingga hasil OT paling kecil.
Penentuan periode waktu antar pemesanan ( T ) dan persediaan maksimum
( R ) yang optimal adalah pada OT terkecil.
3.5. Penentuan Total Biaya Persediaan Suku Cadang Berdasarkan
Kebijakan Perusahaan
Total biaya persediaan suku cadang berdasarkan kebijakan perusahaan
ditentukan untuk membandingkan dengan total biaya persediaan usulan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa baik model persediaan usulan. Dalam
menentukan total biaya persediaan suku cadang berdasarkan kebijakan
perusahaan, langkah yang dilakukan adalah melakukan simulasi Montecarlo.
Total biaya persediaan perusahaan dihitung dengan simulasi, karena tidak ada
ketersediaan data mengenai jumlah backorder. Sehingga model perusahaan tidak
memungkinkan untuk diselesaikan menggunakan persamaan.
Simulasi Montecarlo akan digunakan untuk penentuan total biaya
perusahaan karena simulasi ini adalah simulasi model persediaan yang cara
kerjanya menggunakan beberapa parameter. Simulasi Montecarlo digunakan
untuk mengetahui persediaan rata-rata suku cadang selama satu tahun, jumlah
order, dan banyaknya shortage. Simulasi Montecarlo merupakan simulasi dengan
model probabilistic, dimana data dihasilkan dari bilangan random yang kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 10
disusun suatu distribusi probabilitas. Langkah-langkah dalam Simulasi
Montecarlo :
1. Menentukan parameter yang diamati dalam sistem, untuk hal ini adalah
permintaan suku cadang.
2. Membuat distribusi frekuensi permintaan.
3. Membuat distribusi probabilitas kumulatif.
4. Mengkaitkan nilai parameter dengan bilangan random.
5. Melakukan simulasi
Simulasi digunakan untuk menentukan total biaya persediaan menurut
model perusahaan. Ada bebrapa tahap dalam melakukan simulasi yaitu :
a. Penentuan jumlah permintaan suku cadang
Jumlah permintaan suku cadang ditentukan berdasarkan hasil dari
pengkaitan nilai parameter dengan bilangan random.
b. Penentuan jumlah lot pemesanan
Jumlah lot pemesanan ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah
pemesanan pada kebijakan perusahaan.
c. Penentuan jumlah posisi persediaan
Posisi persediaan adalah jumlah persediaan yang ada di gudang. Untuk
jumlah posisi persediaan dihitung dengan persamaan :
Posisi persediaan n = Posisi persediaan (n-1) + lot pemesanan (n) – Permintaan
(n) – shortage (n-1)……………………….…………(3.15)
d. Penentuan banyaknya shortage
Shortage dilakukan apabila nilai posisi persediaan < permintaan, untuk
jumlah banyaknya shortage dihitung dengan persamaan :
Shortage (n) = permintaan (n) - posisi persediaan (n)……………………..….(3.16)
e. Penentuan banyaknya order
Untuk jumlah banyaknya order didasarkan pada kebijakan perusahaan
yaitu saat posisi persediaan 0 unit.
f. Penentuan total biaya persediaan
Untuk nilai jumlah pemesanan (Q) dan titik pemesanan kembali (ROP)
yang digunakan adalah berdasarkan kebijakan perusahaan. Setelah dilakukan
simulasi maka akan diketahui persediaan rata-rata, jumlah order, dan banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 11
shortage sehingga total biaya persediaan suku cadang dapat dihitung dengan
menggunaakan persamaan sebagai berikut :
OT = ( rata-rata persediaan × Os ) + ( jumlah shortage × Ok ) + ( jumlah order ×
Op )……………………………………………………...…………….(3.17)
Keterangan :
OT : total biaya persediaan (Rp/tahun)
Os : holding cost (Rp/unit/tahun)
Ok : shortage cost (Rp/unit)
Op : ordering cost (Rp/order)
Pada proses simulasi data yang dibutuhkan adalah :
· Data banyaknya lot pemesanan perusahan (Q) setiap suku cadang
· Data titik pemesanan kembali perusahaan (ROP) setiap suku cadang
· Data leadtime pemasanan
· Data komponen holding cost, ordering cost dan shortage cost
3.6. Perbandinagan Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Model
Periodic Review dengan Model Kebijakan Perusahaan
Pada tahap ini akan dipaparkan hasil perhitungan total biaya persediaan
model periodic review dengan model kebijakan perusahaan. Dengan melihat hasil
perhitungan total biaya persediaan, dapat dibandingkan model persediaan mana
yang terbaik untuk perusahaan.
3.7. Analisis Hasil
Pada tahap ini dilakukan beberapa analisis dari hasil pengolahan data yang
dilakukan, analisis tersebut adalah :
1. Analisis periode waktu antar pemesanan (T).
2. Analisis persediaan maksimum (R).
3. Perbandingan total biaya persediaan.
4. Perubahan periode review suku cadang kelas B.
5. Perubahan jumlahpermintaan suku cadang kelas B.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
III - 12
3.8. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap analisis hasil maka dapat ditarik kesimpulan
sesuai dengan tujuan penelitian mengenai manajemen persediaan suku cadang.
b. Saran
Saran merupakan usulan dari peneliti yang mungkin dapat ditindaklanjuti
oleh perusahaan dalam mengendalikan persediaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 1
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data
Pada tahap ini menjelaskan mengenai data-data pendukung untuk
pengolahan data mengenai manajemen persediaan suku cadang pesawat yang
berasal dari perusahaan, data-data yang dimaksud adalah data historis permintaan
suku cadang, data harga suku cadang, data leadtime pemesanan suku cadang,
komponen holding cost, ordering cost dan shortage cost.
4.1.1. Data Historis Permintaan Suku Cadang
Data historis permintaan suku cadang diperoleh dari hasil pencatatan
tahunan yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Data tersebut berisi jumlah
permintaan 60 suku cadang jenis consumable dengan permintaan paling banyak
selama tahun 2001-2010. Data ini digunakan untuk melakukan peramalan jumlah
permintaan suku cadang untuk satu tahun yang akan datang. Adapun data
permintaan selama tahun 2001-2010 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
1.1.
4.1.2. Data Harga Suku Cadang
Data harga suku cadang yang diperoleh dari perusahaan merupakan harga
dalam satuan mata uang U$ dollars, maka dari itu untuk mempermudah
perhitungan dikonversikan ke dalam satuan mata uang rupiah dengan
mengalikannya Rp 8.900,00. Data harga suku cadang tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.1. Data harga suku cadang digunakan untuk penentuan total biaya
persediaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 2
Tabel 4.1. Harga Suku Cadang
No. Nama Suku Cadang Harga ($/unit) Harga (Rp/unit)
1 CH34736 $ 669.48 Rp 5,958,369 2 335-299-401-0 $ 74.60 Rp 663,941 3 S9413-11 $ 473.34 Rp 4,212,726 4 MFFA632/2 $ 11,716.01 Rp 104,272,489 5 740001 $ 107.54 Rp 957,120 6 D717-01-100 $ 877.44 Rp 7,809,216 7 FK16588 $ 3,157.33 Rp 28,100,193 8 088-1031-006 $ 1,556.49 Rp 13,852,783 9 KB29665 $ 259.42 Rp 2,308,797
10 4L83-046 $ 963.01 Rp 8,570,745 11 QA03963 $ 170.58 Rp 1,518,178
12 5709-4 $ 604.71 Rp 5,381,885
13 362-509-9002 $ 677.92 Rp 6,033,452
14 65-90305-15 $ 132.85 Rp 1,182,356
15 16135-62 $ 569.87 Rp 5,071,843
16 335-299-401 $ 11.31 Rp 100,685
17 453A1810-33 $ 615.76 Rp 5,480,231
18 AB0473993 $ 216.20 Rp 1,924,190
19 740007 $ 42.25 Rp 375,991
20 QA03362 $ 555.10 Rp 4,940,346
21 MS20995C32 $ 41.79 Rp 371,912
22 65-90305-20B $ 75.63 Rp 673,090
23 AC9380F4010 $ 211.98 Rp 1,886,582
24 F5746293620200 $ 385.94 Rp 3,434,896 25 ABS0368-01 $ 13.98 Rp 124,442 26 BV03112-03-33 $ 78.06 Rp 694,767 27 2315M20-3 $ 100.37 Rp 893,272 28 ASPF-S-V06 $ 11.54 Rp 102,743 29 65-90305-17 $ 76.99 Rp 685,202 30 QD1004-125 $ 22.88 Rp 203,654 31 69-41868-3 $ 89.83 Rp 799,460 32 CA00075A $ 16.22 Rp 144,347 33 FK20159 $ 36.55 Rp 325,320 34 77870949 $ 48.10 Rp 428,101 35 65-90305-59 $ 13.27 Rp 118,074 36 BACH20X3 $ 327.98 Rp 2,919,022 37 QA06123 $ 22.62 Rp 201,312 38 332A1034-25 $ 214.13 Rp 1,905,727
Sumber : SAP PT. GMF AA, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 3
Tabel 4.1. Harga Suku Cadang (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Harga ($/unit) Harga (Rp/unit)
39 RG1969 $ 30.35 Rp 270,102 40 65C27738-2 $ 303.49 Rp 2,701,017 41 OF25-021 $ 23.79 Rp 211,709 42 BACC63BV14B7SN $ 36.31 Rp 323,191 43 FK20158 $ 37.85 Rp 336,902 44 BACR15BB6D7C $ 19.75 Rp 175,775 45 MS29526-2 $ 16.49 Rp 146,748 46 BACB30NN4K4 $ 0.78 Rp 6,952 47 ABS0367-030 $ 7.35 Rp 65,377 48 ABS0604-4 $ 1.09 Rp 9,657 49 F5746293620100 $ 6.56 Rp 58,359 50 BACR15GF8D7 $ 53.50 Rp 476,150 51 BACN10YR3C $ 0.22 Rp 1,933 52 MS29513-334 $ 0.85 Rp 7,601 53 S9413-111 $ 0.32 Rp 2,804 54 BACN10JC4CD $ 0.53 Rp 4,740 55 65B10920-171 $ 31.42 Rp 279,638 56 4551 $ 0.07 Rp 659 57 1683 $ 0.07 Rp 631 58 M83248/1-906 $ 0.14 Rp 1,260 59 BACB30VF4K12 $ 0.92 Rp 8,210 60 BACW10BP41CD $ 0.44 Rp 3,916
Sumber : SAP PT. GMF AA, 2010
4.1.3. Data Leadtime Pemesanan Suku Cadang
Data leadtime pemesanan suku cadang yang diperoleh dari perusahaan
merupakan data leadtime pemesanan dalam satuan hari. Untuk memudahkan
perhitungan pada metode periodic review satuan tersebut dikonversikan ke dalam
satuan tahun dengan membagi 365 hari. Sedangkan untuk memudahkan proses
simulasi persediaan suku cadang selama satu tahun, menggunakan leadtime dalam
satuan hari yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 4
Tabel 4.2. Leadtime Pemesanan Suku Cadang
No. Nama Suku Cadang Leadtime Leadtime
(hari) (tahun)
1 CH34736 45 0.123 2 335-299-401-0 96 0.263 3 S9413-11 21 0.058 4 MFFA632/2 23 0.063 5 740001 10 0.027 6 D717-01-100 23 0.063 7 FK16588 21 0.058 8 088-1031-006 11 0.030 9 KB29665 23 0.063 10 4L83-046 7 0.019 11 QA03963 29 0.079
12 5709-4 35 0.096
13 362-509-9002 29 0.079
14 65-90305-15 7 0.019
15 16135-62 7 0.019
16 335-299-401 26 0.071
17 453A1810-33 23 0.063
18 AB0473993 89 0.244
19 740007 20 0.055
20 QA03362 11 0.030
21 MS20995C32 45 0.123
22 65-90305-20B 11 0.030
23 AC9380F4010 8 0.022
24 F5746293620200 10 0.027 25 ABS0368-01 14 0.038 26 BV03112-03-33 58 0.159 27 2315M20-3 23 0.063 28 ASPF-S-V06 7 0.019 29 65-90305-17 8 0.022 30 QD1004-125 8 0.022 31 69-41868-3 96 0.263 32 CA00075A 46 0.126 33 FK20159 45 0.123 34 77870949 8 0.022 35 65-90305-59 46 0.126 36 BACH20X3 46 0.126 37 QA06123 46 0.126 38 332A1034-25 26 0.071
Sumber : SAP PT. GMF AA, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 5
Tabel 4.2. Leadtime Pemesanan Suku Cadang (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Leadtime Leadtime
(hari) (tahun)
39 RG1969 46 0.126 40 65C27738-2 21 0.058 41 OF25-021 23 0.063 42 BACC63BV14B7SN 46 0.126 43 FK20158 35 0.096 44 BACR15BB6D7C 7 0.019 45 MS29526-2 29 0.079 46 BACB30NN4K4 45 0.123 47 ABS0367-030 8 0.022 48 ABS0604-4 20 0.055 49 F5746293620100 45 0.123 50 BACR15GF8D7 9 0.025 51 BACN10YR3C 22 0.060 52 MS29513-334 11 0.030 53 S9413-111 182 0.499 54 BACN10JC4CD 46 0.126 55 65B10920-171 45 0.123 56 4551 10 0.027 57 1683 35 0.096 58 M83248/1-906 23 0.063 59 BACB30VF4K12 14 0.038 60 BACW10BP41CD 16 0.044
Sumber : SAP PT. GMF AA, 2010
4.1.4. Komponen Holding Cost, Ordering Cost dan Shortage Cost
1. Holding Cost
Penentuan besarnya holding cost terdapat dua komponen, yaitu interest
rate dan biaya operasional gudang. Dalam penentuan interest rate diperlukan
bunga pinjam bank dan harga masing-masing suku cadang, bunga pinjam bank
ditentukan sebesar 6%. Sedangkan dalam penentuan biaya operasional diperlukan
data rata-rata semua suku cadang yang terdapat di gudang selama tahun 2010
yaitu sebesar 20.039 unit, jumlah pegawai di gudang persediaan yaitu 15 orang
dan gaji pegawai sebesar Rp 4.000.000,00 setiap bulannya.
2. Ordering Cost
Ordering cost diperoleh dari beberapa komponen yaitu biaya internet yang
digunakan oleh pihak perusahaan dalam pemesanan seluruh suku cadang sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 6
Rp 300.000,00 tiap bulan, persentase penggunaan internet sepenuhnya untuk
pemesanan suku cadang yang dibutuhkan perusahaan. Selain itu komponen
ordering cost yang dibutuhkan adalah jumlah pemesanan yang dilakukan
perusahaan selama satu tahun adalah 1.067 kali.
3. Shortage Cost
Shortage cost merupakan biaya kekurangan persediaan saat dibutuhkan,
besarnya shortage cost telah ditentukan perusahaan. Shortage cost pada dasarnya
bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Termasuk
dalam biaya ini, antara lain semua biaya kesempatan yang timbul karena
terhentinya proses perbaikan pesawat terbang sebagai akibat tidak adanya suku
cadang yang dibutuhkan, biaya administrasi tambahan, biaya tertundanya
penerimaan keuntungan, bahkan biaya kehilangan pelanggan. Data shortage cost
merupakan data yang diambil dari perusahaan yaitu sebesar 20% dari harga suku
cadang tersebut, shortage cost dapat dilihat pada Tabel 4.10.
4.1.5. Suku Cadang yang Diteliti
Pada penelitian ini suku cadang yang diteliti adalah suku cadang kelas B
berdasarkan hasil pengklasifikasian dari penelitian Muhbiantie (2011). Hasil dari
pengklasifikasian suku cadang dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil Klasifikasi ABC
No. Nama Suku Cadang Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase Pemakaian Kelas
Nilai Pemakaian Nilai Pemakaian Suku Cadang
1 CH34736
Rp 2,808,350,055 79.613% 23.068% Kelas A
2 335-299-401-0 3 S9413-11 4 MFFA632/2 5 740001 6 D717-01-100 7 FK16588 8 088-1031-006 9 KB29665 10 4L83-046 11 QA03963 12 5709-4 Rp 521,112,802 14.773% 16.904% Kelas B
Sumber : Muhbiantie, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 7
Tabel 4.3. Hasil Klasifikasi ABC (lanjutan)
No. Nama Suku Cadang Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase Pemakaian Kelas
Nilai Pemakaian Nilai Pemakaian Suku Cadang
13 362-509-9002
Rp 521,112,802 14.773% 16.904% Kelas B
14 65-90305-15 15 16135-62 16 335-299-401 17 453A1810-33 18 AB0473993 19 740007 20 QA03362 21 MS20995C32 22 65-90305-20B 23 AC9380F4010 24 F5746293620200 25 ABS0368-01
Rp 198,035,858 5.614% 60.028% Kelas C
26 BV03112-03-33 27 2315M20-3 28 ASPF-S-V06 29 65-90305-17 30 QD1004-125 31 69-41868-3 32 CA00075A 33 FK20159 34 77870949 35 65-90305-59 36 BACH20X3 37 QA06123 38 332A1034-25 39 RG1969 40 65C27738-2 41 OF25-021 42 BACC63BV14B7SN 43 FK20158 44 BACR15BB6D7C 45 MS29526-2 46 BACB30NN4K4 47 ABS0367-030 48 ABS0604-4 49 F5746293620100 50 BACR15GF8D7
Sumber : Muhbiantie, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 8
Tabel 4.3. Hasil Klasifikasi ABC (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase Pemakaian Kelas
Nilai Pemakaian Nilai Pemakaian Suku Cadang
51 BACN10YR3C
Rp 198,035,858 5.614% 60.028% Kelas C
52 MS29513-334 53 S9413-111 54 BACN10JC4CD 55 65B10920-171 56 4551 57 1683 58 M83248/1-906 59 BACB30VF4K12 60 BACW10BP41CD
Sumber : Muhbiantie, 2011
4.2. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan tahap demi tahap sesuai dengan langkah-
langkah yang dijelaskan pada metodologi penelitian. Pengolahan data yang
dilakukan meliputi: peramalan jumlah permintaan suku cadang, perhitungan biaya
(holding cost, ordering cost dan shortage cost), penentuan waktu antar pemesanan
(T) dan penentuan persediaan maksimum (R) dengan model periodic review, serta
penentuan total biaya persediaan perusahaan dengan simulasi Montecarlo. Untuk
proses peramalan, suku cadang yang diramalkan adalah suku cadang kelas B yang
mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhbiantie (2011). Penelitian
ini memiliki kesamaan objek dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhbiantie
(2011) di PT. GMF AA.
4.2.1. Peramalan Jumlah Permintaan Suku Cadang
Peramalan jumlah permintaan digunakan untuk meramalkan jumlah
permintaan suku cadang satu tahun yang akan datang. Peramalan jumlah
permintaan ini nantinya akan dijadikan sebagai demand yang digunakan untuk
menentukan periode waktu antar pemesanan (T) dan persediaan maksimum (R)
dalam model periodic review.
Pada penelitian ini, suku cadang yang teliti adalah suku cadang kelas B,
maka dari itu pada tahap peramalan ini suku cadang yang akan diramalkan adalah
suku cadang kelas B. Dalam melakukan peramalan terdapat tiga tahapan yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 9
tahap agregasi, tahap peramalan dan disagregasi. Pada tahap peramalan digunakan
alat bantu software WinQSB untuk membantu meramalkan permintaan suku
cadang satu tahun ke depan.
1. Agregasi
Agregasi merupakan proses pengelompokan dari produk individu ke
dalam famili produk. Hal ini dilakukan karena peramalan famili produk lebih
akurat jika dibandingkan dengan peramalan produk individu. Melalui agregasi
diperoleh juga hasil plot data untuk mengetahui pola data permintaan suku cadang
tersebut. Hasil dari agregasi data permintaan suku cadang dapat selengkapnya
dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Agregasi Permintaan Suku Cadang
No. Nama Suku
Cadang Jumlah Permintaan (unit)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1 CH34736 4 0 23 6 52 46 53 194 75 123 2 335-299-401-0 8 8 0 12 4 1 15 13 319 521 3 S9413-11 16 6 8 57 118 228 207 38 148 133 4 MFFA632/2 4 34 0 5 5 8 2 0 0 2 5 740001 34 54 12 1 19 272 100 27 268 196 6 D717-01-100 8 2 0 6 4 5 12 10 6 24 7 FK16588 11 3 2 2 1 3 0 7 10 6 8 088-1031-006 2 2 0 0 4 5 12 16 6 8 9 KB29665 42 34 69 4 19 24 21 30 33 48 10 4L83-046 0 6 22 38 69 273 518 72 5 12 11 QA03963 12 20 6 4 37 31 30 13 49 61 12 5709-4 6 21 15 13 11 18 28 3 15 13 13 362-509-9002 4 18 10 2 3 2 4 0 18 10 14 65-90305-15 0 11 16 21 46 55 81 107 56 50 15 16135-62 5 13 28 4 4 1 15 17 7 11 16 335-299-401 67 1 17 16 260 366 108 13 319 521 17 453A1810-33 5 0 1 1 1 5 5 9 14 8 18 AB0473993 7 3 11 11 13 16 22 11 24 17 19 740007 34 23 11 47 27 113 108 94 215 87 20 QA03362 4 2 2 0 2 0 2 209 2 6 21 MS20995C32 3 13 34 1 10 1 12 2 24 60 22 65-90305-20B 144 20 4 0 89 124 190 168 95 31 23 AC9380F4010 1 3 10 8 14 8 27 64 15 11 24 F5746293620200 3 3 1 6 1 0 2 221 2 6 25 ABS0368-01 50 9 206 475 207 174 65 6 273 153 26 BV03112-03-33 1 4 2 2 23 16 50 834 46 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 10
Tabel 4.4. Hasil Agregasi Permintaan Suku Cadang (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Jumlah Permintaan (unit)
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
27 2315M20-3 33 16 31 4 29 15 25 233 3 21
28 ASPF-S-V06 6 9 75 4 56 0 175 8 238 146 29 65-90305-17 9 19 32 15 14 12 27 62 17 19 30 QD1004-125 24 12 1 4 33 33 30 337 41 60 31 69-41868-3 2 2 9 12 5 15 1 520 35 13 32 CA00075A 57 2 6 45 79 95 86 12 117 72 33 FK20159 1 3 16 0 4 6 7 332 15 25 34 77870949 4 7 12 3 6 6 5 0 23 16 35 65-90305-59 70 37 14 35 82 108 129 2 112 56 36 BACH20X3 20 3 3 1 10 11 7 8 5 2 37 QA06123 3 1 6 0 16 6 10 23 20 29 38 332A1034-25 11 3 7 10 4 3 6 1 5 3 39 RG1969 6 10 11 1 9 4 5 1 10 20 40 65C27738-2 3 2 1 0 5 1 2 5 4 2 41 OF25-021 15 22 3 7 11 17 5 0 11 24 42 BACC63BV14B7SN 34 12 76 11 25 20 28 10 29 14 43 FK20158 9 23 16 0 5 7 14 38 15 12 44 BACR15BB6D7C 24 2 2 12 22 15 52 3 24 23 45 MS29526-2 11 3 1 1 10 19 26 26 16 21 46 BACB30NN4K4 154 39 18 20 165 436 159 16 258 208 47 ABS0367-030 0 20 36 77 10 63 0 10 151 21 48 ABS0604-4 24 11 15 281 108 99 150 9 246 125 49 F5746293620100 23 4 12 17 11 7 12 23 14 18 50 BACR15GF8D7 12 9 2 1 1 7 1 5 5 2 51 BACN10YR3C 17 22 11 70 232 348 547 5 288 403 52 MS29513-334 0 2 3 8 200 150 130 26 16 84 53 S9413-111 9 6 8 57 119 228 207 29 222 214 54 BACN10JC4CD 12 5 78 14 151 155 30 2 3 118 55 65B10920-171 6 0 3 1 1 0 1 2 4 2 56 4551 211 6 3 8 30 619 651 4 645 548 57 1683 95 6 22 37 438 273 518 5 509 385 58 M83248/1-906 0 1 19 4 29 15 25 12 4 57 59 BACB30VF4K12 1 3 24 6 20 42 83 24 6 4 60 BACW10BP41CD 12 12 22 8 11 18 28 348 5 4
TOTAL 1,393 647 1,108 1,516 2,994 4,648 4,871 4,319 5,160 4,916
Berdasarkan hasil agregasi data permintaan suku cadang yang terdapat
pada Tabel 4.4 dapat diketahui jumlah total permintaan semua suku cadang setiap
tahunnya mulai dari tahun 2001-2010. Jumlah permintaan semua suku cadang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 11
setiap tahunnya akan di plot sehingga dapat diketahui pola data tersebut. Selain
itu, jumlah permintaan semua suku cadang setiap tahun akan menjadi input pada
peramalan menggunakan software WinQSB untuk menghasilkan demand
forecast. Pola data yang dimaksud dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Plot Data Permintaan Suku Cadang Tahun 2001-2010
2. Peramalan
Langkah selanjutnya setelah mengagregasikan data adalah tahap
peramalan. Peramalan permintaan suku cadang dilakukan untuk mengetahui
besarnya nilai demand forecast untuk satu tahun ke depan. Pada Gambar 4.1 plot
data yang dihasilkan adalah grafik yang cenderung memiliki pola trend, untuk itu
metode peramalan yang digunakan untuk meramalkan permintaan suku cadang
adalah peramalan regresi linier. Hasil dari peramalan yang diperoleh dari
software WinQSB dapat dilihat pada Tabel 4.5. Hasil peramalan permintaan
semua suku cadang pada Tabel 4.5 menggunakan metode regresi linier sebesar
6.192,9 unit. Melalui hasil peramalan tersebut dapat diketahui demand forecast
masing-masing suku cadang.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jum
lah
perm
inta
an (u
nit)
Tahun
Permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 12
Tabel 4.5. Hasil Peramalan Permintaan Suku Cadang
Forecast Result for Example Problem
Year Actual Forecast by Forecast
CFE MAD MSE MAPE
(%) Tracking R-
sqaure Data LR Error Signal
1 1393 673.4 719.6 719.6 719.6 517798.2 51.7 1.0 1.0 2 647 1225.4 -578.4 141.2 649.0 426154.8 70.5 0.2 0.6 3 1108 1777.3 -669.3 -528.1 655.8 433433.4 67.2 -0.8 1.0 4 1516 2329.3 -813.3 -1341.4 695.1 490428.2 63.8 -1.9 1.0 5 2994 2881.2 112.8 -1228.6 578.7 394886.2 51.8 -2.1 1.0 6 4648 3433.2 1214.8 -13.8 684.7 575038.2 47.5 0.0 0.5 7 4871 3985.1 885.9 872.1 713.4 604999.9 43.3 1.2 0.5 8 4319 4537.1 -218.1 654.0 651.5 535319.8 38.5 1.0 0.6 9 5160 5089.0 71.0 725.0 587.0 476399.4 34.4 1.2 0.7
10 4916 5641.0 -725.0 0.0 600.8 481319.3 32.4 0.0 0.8 11 6192.9
CFE 7.32E-04 MAD 600.8049 MSE 481319.3 MAPE 32.43655 Trk.Signal 1.22E-06 R-sqaure 0.8392756 a=121.4665 b=551.9515
3. Disagregasi
Hasil peramalan pada Tabel 4.5 merupakan demand forecast untuk semua
suku cadang selama satu tahun ke depan. Untuk mengetahui demand forecast
masing-masing suku cadang, maka dilakukan disagregasi yaitu perhitungan
proporsi dari masing-masing suku cadang. Pada penelitian ini hanya
memfokuskan pada suku cadang kelas B, untuk itu pada tahap disagregasi, suku
cadang yang dihitung adalah suku cadang kelas B.
Pada proses disagregasi diperlukan proporsi dari setiap suku cadang. Hasil
perhitungan proporsi dan hasil perhitungan demand forecast untuk tiap suku
cadang dapat dilihat pada Tabel 4.6. Berikut contoh perhitungan demand forecast
untuk suku cadang 5709-4 :
demand forecast = proporsi × demand forecast WinQSB
= 0,0283 × 1.008,5 unit = 28,542 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 13
Tabel 4.6. Hasil Proporsi dan Demand Forecast Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang Total (unit) Proporsi
Hasil Demand Forecast
(unit) Forecast
(unit)
1 5709-4 143 0.0045 6192.9 28.050 2 362-509-9002 71 0.0022 6192.9 13.927 3 65-90305-15 443 0.0140 6192.9 86.896 4 16135-62 105 0.0033 6192.9 20.596 5 335-299-401 1,688 0.0535 6192.9 331.106 6 453A1810-33 49 0.0016 6192.9 9.611 7 AB0473993 135 0.0043 6192.9 26.481 8 740007 759 0.0240 6192.9 148.880 9 QA03362 229 0.0073 6192.9 44.919
10 MS20995C32 160 0.0051 6192.9 31.384 11 65-90305-20B 865 0.0274 6192.9 169.672 12 AC9380F4010 161 0.0051 6192.9 31.581 13 F5746293620200 245 0.0078 6192.9 48.057
4. Standar Deviasi
Standar deviasi digunakan untuk membandingkan penyebaran atau
penyimpangan data jumlah permintaan suku cadang. Untuk menghitung standar
deviasi, langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung rata-rata permintaan
selama sepuluh tahun. Hasil perhitungan rata-rata permintaan dapat dilihat pada
Tabel 4.7, berikut contoh perhitungan rata-rata permintaan suku cadang 5709-4 : స呻 =∑ xi柜
స呻 = 6+21+15+13+11+18+28+3+15+13(unit)10unit
స呻 =14unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 14
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Rata-rata Permintaan Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang Jumlah Pemakaian (unit) Rata-rata
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 (unit)
1 5709-4 6 21 15 13 11 18 28 3 15 13 14 2 362-509-9002 4 18 10 2 3 2 4 0 18 10 7 3 65-90305-15 0 11 16 21 46 55 81 107 56 50 44 4 16135-62 5 13 28 4 4 1 15 17 7 11 11 5 335-299-401 67 1 17 16 260 366 108 13 319 521 169 6 453A1810-33 5 0 1 1 1 5 5 9 14 8 5 7 AB0473993 7 3 11 11 13 16 22 11 24 17 14 8 740007 34 23 11 47 27 113 108 94 215 87 76 9 QA03362 4 2 2 0 2 0 2 209 2 6 23
10 MS20995C32 3 13 34 1 10 1 12 2 24 60 16 11 65-90305-20B 144 20 4 0 89 124 190 168 95 31 87 12 AC9380F4010 1 3 10 8 14 8 27 64 15 11 16 13 F5746293620200 3 3 1 6 1 0 2 221 2 6 25
Sedangkan untuk hasil perhitungan standar deviasi dapat dilihat pada
Tabel 4.8, berikut ini merupakan contoh perhitungan standar deviasi suku cadang
5709-4 :
S =ᄌ纵x1-x 邹2+ 纵x2-x 邹2+纵x3-x 邹2+纵x4-x 邹2+…+纵xn-x 邹2n - 1
S ᄌ纵6 石14 邹2 十纵21石14 邹2 十纵15石14邹2 十…十纵13 石14邹2
9
7,134 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 15
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Standar Deviasi Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang Jumlah Permintaan (unit) Standar
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Deviasi (unit)
1 5709-4 6 21 15 13 11 18 28 3 15 13 7.134 2 362-509-9002 4 18 10 2 3 2 4 0 18 10 6.607 3 65-90305-15 0 11 16 21 46 55 81 107 56 50 33.300 4 16135-62 5 13 28 4 4 1 15 17 7 11 8.114 5 335-299-401 67 1 17 16 260 366 108 13 319 521 184.599 6 453A1810-33 5 0 1 1 1 5 5 9 14 8 4.458 7 AB0473993 7 3 11 11 13 16 22 11 24 17 6.433 8 740007 34 23 11 47 27 113 108 94 215 87 61.643 9 QA03362 4 2 2 0 2 0 2 209 2 6 65.412
10 MS20995C32 3 13 34 1 10 1 12 2 24 60 18.856 11 65-90305-20B 144 20 4 0 89 124 190 168 95 31 69.870 12 AC9380F4010 1 3 10 8 14 8 27 64 15 11 18.297 13 F5746293620200 3 3 1 6 1 0 2 221 2 6 69.072
4.2.2. Perhitungan Holding Cost, Ordering Cost dan Shortage Cost
Biaya yang digunakan untuk penentuan total biaya persediaan suku cadang
adalah holding cost, ordering cost dan shortage cost. Berikut adalah perhitungan
dari masing-masing biaya tersebut.
1. Holding Cost
Holding cost adalah biaya yang digunakan untuk menyimpan persediaan
suku cadang selama dalam gudang, dalam perhitungan holding cost menggunakan
persamaan 3.3, 3.4 dan 3.5. Hasil perhitungan holding cost selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.9. Contoh perhitungan holding cost untuk suku cadang 5709-
4 adalah sebagai berikut :
I = bunga pinjam bank × harga suku cadang per item
= 6% /tahun × Rp 5.381.885,00/unit
= Rp 322.913,00/unit/tahun B = gaji pegawai selama satu tahunrata-rata persediaan suku cadang
= (15×Rp 4.000.000,00) × 12 bulan20.039 unit
= Rp 35.930,00/unit/tahun
Os = I + B
= Rp 358.843,00/unit/tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 16
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Holding Cost Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang Harga (Rp/unit) Holding Cost
(Rp/unit/tahun)
1 5709-4 Rp 5,381,885 Rp 358,843 2 362-509-9002 Rp 6,033,452 Rp 397,937 3 65-90305-15 Rp 1,182,356 Rp 106,871 4 16135-62 Rp 5,071,843 Rp 340,241 5 335-299-401 Rp 100,685 Rp 41,971 6 453A1810-33 Rp 5,480,231 Rp 364,744 7 AB0473993 Rp 1,924,190 Rp 151,381 8 740007 Rp 375,991 Rp 58,489 9 QA03362 Rp 4,940,346 Rp 332,351 10 MS20995C32 Rp 371,912 Rp 58,245 11 65-90305-20B Rp 673,090 Rp 76,315 12 AC9380F4010 Rp 1,886,582 Rp 149,125 13 F5746293620200 Rp 3,434,896 Rp 242,024
2. Ordering Cost
Ordering cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh persediaan suku cadang. Ordering cost untuk semua suku cadang
adalah sama. Perhitungan ordering cost menggunakan persamaan 3.4, berikut
perhitungannya :
Op = bt
j
= Rp 300.000,00 × 121.067
= Rp 3.374,00/order
3. Shortage Cost
Shortage Cost merupakan biaya yang dikeluarkan persahaan karena terjadi
kekurangan persediaan di gudang. Shortage cost ditetapkan oleh perusahaan untuk
masing-masing suku cadang yaitu 20% dari harga suku cadang. Penentuan
shortage cost dapat dilihat pada Tabel 4.10, contoh perhitungan shortage cost
untuk suku cadang 5709-4 adalah sebagai berikut :
Ok = 20% × harga suku cadang
= 20% × Rp 5.381.885,00
= Rp 1.076.377,00/unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 17
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Shortage Cost Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang Harga (unit)
Shortage
Cost (unit)
1 5709-4 Rp 5,381,885 Rp 1,076,377 2 362-509-9002 Rp 6,033,452 Rp 1,206,690 3 65-90305-15 Rp 1,182,356 Rp 236,471 4 16135-62 Rp 5,071,843 Rp 1,014,369 5 335-299-401 Rp 100,685 Rp 20,137 6 453A1810-33 Rp 5,480,231 Rp 1,096,046 7 AB0473993 Rp 1,924,190 Rp 384,838 8 740007 Rp 375,991 Rp 75,198 9 QA03362 Rp 4,940,346 Rp 988,069 10 MS20995C32 Rp 371,912 Rp 74,382 11 65-90305-20B Rp 673,090 Rp 134,618 12 AC9380F4010 Rp 1,886,582 Rp 377,316 13 F5746293620200 Rp 3,434,896 Rp 686,979
4.2.3. Penentuan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan Persediaan
Maksimum (R)
Untuk penentuan periode waktu antar pemesanan dan persediaan
maksimum mengacu pada persamaan 3.7 sampai dengan persamaan 3.14. Berikut
adalah contoh langkah-langkah penentuan periode waktu antar pemesanan (T) dan
persediaan maksimum (R) suku cadang 5709-4:
· Iterasi 1
Langkah 1 : menghitung nilai T
Tᄌ2ADh
ᄌ 2×Rp 3.373,9528,542 × Rp 358.843,00
0,0259 tahun
Langkah 2 : mengitung nilai α 荒 Th 固粕
0,0259 × Rp 358.843,00 Rp1.076.376,95
0,0086
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 18
Langkah 3 : mengitung nilai R
R DT 十DL 十过崎√T + L 纵28,542×0,0259邹十纵28,542×0,096邹十2,3802税0,0259+ 0,096
4,2466 unit
dimana,
zα = 2,3802 hasil nilai tabel dari α = 0,0086
Langkah 4 : mengitung nilai N
N S√T + L揍f纵过崎邹石过崎Ѱ纵过崎邹租 7,134税0,0259+0,096揍0,0235 石纵2,3802×0,0029邹租 0,0413
dimana, f纵过崎邹NORMDIST(z,0,1,0) NORMDIST(2,3802 ,0,1,0)
0,0235 Ѱ纵过崎邹NORMDIST(z ,0,1,0)–z试1-NORMDIST纵z,0,1,1邹守 NORMDIST(2,3802 ,0,1,0)–2,3802 试1-NORMDIST纵2,3802 ,0,1,1邹守 0,0029
Langkah 5 : mengitung OT 关飘 AT十收R-DL 十DT
2寿h 十足规粕
T十h卒N
Rp 3.373,950,0259
十收4,2466-纵28,542×0,096邹十28,542×0,02592
寿 时Rp 358.843,00 十收Rp 1.076.376,95
0,0259寿0,0029
Rp 2.538.224,02/tahun
Setelah mengetahui OT dari T awal = 0,0259, akan dicoba dengan
penambahan T awal sebesar 0,005 tahun sehingga T = 0,0309, selanjutnya kembali
ke Langkah 2.
· Iterasi 2
Langkah 2 : mengitung nilai α 荒 Th 固粕
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 19
0,0309 × Rp 358.843,02 Rp1.076.376,95
0,0103
Langkah 3 : mengitung nilai R
R DT 十DL 十过崎√T + L 纵28,542×0,0309邹十纵28,542×0,096邹十2,3102税0,0309+ 0,096
4,3788 unit
dimana,
zα = 2,3102 hasil nilai tabel dari α = 0,0103
Langkah 4 : mengitung nilai N
N S√T + L揍f纵过崎邹石过崎Ѱ纵过崎邹租 7,134税0,0309+0,096揍0,0277 石纵2,3102×0,0036邹租 0,0494
dimana, f纵过判邹NORMDIST(z,0,1,0) NORMDIST(2,3102 ,0,1,0)
0,0264 Ѱ纵过判邹NORMDIST(z ,0,1,0)-z试1-NORMDIST纵z,0,1,1邹守 NORMDIST(2,3102 ,0,1,0)–2,3102试1-NORMDIST纵2,3102 ,0,1,1邹守 0,0036
Langkah 5 : mengitung OT 关飘 AT十收R-DL 十DT
2寿h 十足规粕
T十h卒N
Rp 3.373,950,0309
十收4,3788-纵28,542×0,096邹十28,542×0,03092
寿 时Rp 358.843,02 十收Rp 1.076.376,95
0,0309寿0,0036
Rp 2.593.191,00/tahun
Iterasi penambahan T awal tidak dilanjutkan karena nilai OT yang
dihasilkan lebih besar dari sebelumnya. Oleh karena itu, akan dilakukan iterasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 20
pengurangan T awal sebesar 0,005 tahun sehingga T = 0,0209, selanjutnya
kembali ke Langkah 2.
· Iterasi 3
Langkah 2 : mengitung nilai α 荒 Th 固粕
0,0209 × Rp 358.843,02 Rp1.076.376,95
0,0070
Langkah 3 : mengitung nilai R
R DT 十DL 十过崎√T + L 纵28,542×0,0209邹十纵28,542×0,096邹十2,4598税0,0209+ 0,096
4,1163 unit
dimana,
zα = 2,4598 hasil nilai tabel dari α = 0,0070
Langkah 4 : mengitung nilai N
N S√T + L揍f纵过崎邹石过崎Ѱ纵过崎邹租 7,134税0,0209+0,096揍0,0194 石纵2,4598×0,0023邹租 0,0336
dimana, f纵过判邹NORMDIST(z,0,1,0) NORMDIST(2,4598 ,0,1,0)
0,0194 Ѱ纵过判邹NORMDIST(z ,0,1,0)-z试1-NORMDIST纵z,0,1,1邹守 NORMDIST(2,4598 ,0,1,0)–2,4598试1-NORMDIST纵2,4598 ,0,1,1邹守 0,0022
Langkah 5 : mengitung OT 关飘 AT十收R-DL 十DT
2寿h 十足规粕
T十h卒N
Rp 3.373,950,0209
十收4,1163-纵28,542×0,096邹十28,542×0,02092
寿
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 21
时Rp 358.843,02 十收Rp 1.076.376,950,0209
寿0,0023
Rp 2.510.251,03/tahun
Iterasi pengurangan akan dilanjutkan karena nilai OT yang dihasilkan lebih
kecil dari sebelumnya. Oleh karena itu, akan dilakukan iterasi pengurangan T
sebesar 0,005 tahun sehingga T = 0,0159, selanjutnya kembali ke Langkah 2.
· Iterasi 4
Langkah 2 : mengitung nilai α 荒 Th 固粕
0,0159 × Rp 358.843,02 Rp1.076.376,95
0,0053
Langkah 3 : mengitung nilai R
R DT 十DL 十过崎√T + L 纵28,542×0,0159邹十纵28,542×0,096邹十2,5597税0,0159+ 0,096
3,9913 unit
dimana,
zα = 2,5597 hasil nilai tabel dari α = 0,0053
Langkah 4 : mengitung nilai N
N S√T + L揍f纵过崎邹石过崎Ѱ纵过崎邹租 7,134税0,0159+0,096揍0,0151 石纵2,5597×0,0017邹租 0,0258
dimana, f纵过判邹NORMDIST(z,0,1,0) NORMDIST(2,5597 ,0,1,0)
0,0151 Ѱ纵过判邹NORMDIST(z ,0,1,0)-z试1-NORMDIST纵z,0,1,1邹守 NORMDIST(2,5597 ,0,1,0)–2,5597试1-NORMDIST纵2,5597 ,0,1,1邹守 0,0017
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 22
Langkah 5 : mengitung OT 关飘 AT十收R-DL 十DT
2寿h 十足规粕
T十h卒N
Rp 3.373,950,0159
十收3,9913-纵28,542×0,096邹十28,542×0,01592
寿 时Rp 358.843, 十收Rp 1.076.376,95
0,0159寿0,0017
Rp 2.506.443,85/tahun
Iterasi pengurangan akan dilanjutkan karena nilai OT yang dihasilkan lebih
kecil dari sebelumnya. Oleh karena itu, akan dilakukan iterasi pengurangan T
sebesar 0,005 tahun sehingga T = 0,0159, selanjutnya kembali ke Langkah 2.
· Iterasi 5
Langkah 2 : mengitung nilai α 荒 Th 固粕
0,0109 × Rp 358.843,02 Rp1.076.376,95
0,0036
Langkah 3 : mengitung nilai R
R DT 十DL 十过崎√T + L 纵28,542×0,0109邹十纵28,542×0,096邹十2,6900税0,0109+ 0,096
3,8743 unit
dimana,
zα = 2,6900 hasil nilai tabel dari α = 0,0036
Langkah 4 : mengitung nilai N
N S√T + L揍f纵过崎邹石过崎Ѱ纵过崎邹租 7,134税0,0109+0,096揍0,0107 石纵2,6900×0,0011邹租 0,0181
dimana, f纵过判邹NORMDIST(z,0,1,0) NORMDIST(2,6900 ,0,1,0) = 0,0151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 23
Ѱ纵过判邹NORMDIST(z ,0,1,0)-z试1-NORMDIST纵z,0,1,1邹守 NORMDIST(2,6900 ,0,1,0)–2,6900试1-NORMDIST纵2,6900 ,0,1,1邹守 0,0011
Langkah 5 : mengitung OT 关飘 AT十收R-DL 十DT
2寿h 十足规粕
T十h卒N
Rp 3.373,950,0109
十收3,8743-纵28,542×0,096邹十28,542×0,01092
寿 时Rp 358.843, 十收Rp 1.076.376,95
0,0159寿0,0011
Rp 2.577.294,93/tahun
Iterasi pengurangan tidak dilanjutkan nilai OT yang dihasilkan lebih besar
dari sebelumnya. Dengan demikian kebijakan yang optimal untuk suku cadang
5709-4 dapat dilihat pada Tabel 4.11 dan untuk rekap kebijakan yang optimal
semua suku cadang kelas B selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.11. Hasil Optimal Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan Persediaan Maksimal (R) Suku Sadang 5709-4
Nama Suku Cadang
T R (unit)
OT (Rp /tahun) Keterangan (tahun) (hari)
5709-4
0.0259 10 4.2466 Rp 2,538,224.02 0.0309 12 4.3788 Rp 2,593,191.00 0.0209 8 4.1163 Rp 2,510,251.03 0.0159 6 3.9913 Rp 2,506,443.85 Optimal 0.0109 4 3.8743 Rp 2,577,294.93
Tabel 4.12. Rekap Hasil Optimal Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan Persediaan Maksimal (R) Semua Suku Cadang
No. Nama Suku Cadang
T R (unit)
OT
(tahun) (hari) (Rp/tahun)
1 5709-4 0.0159 6 3.9913 Rp 2,506,443.85 2 362-509-9002 0.0249 10 2.2285 Rp 2,292,373.77 3 65-90305-15 0.0120 5 3.1554 Rp 1,784,124.15 4 16135-62 0.0160 6 1.2037 Rp 1,608,858.26 5 335-299-401 0.0220 8 31.3976 Rp 3,935,036.46 6 453A1810-33 0.0239 9 1.5455 Rp 1,461,056.69 7 AB0473993 0.0310 12 8.4582 Rp 1,403,073.98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 24
Tabel 4.12. Rekap Hasil Optimal Periode Waktu Antar Pemesanan (T) dan Persediaan Maksimal (R) Semua Suku Cadang (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang T
R (unit) OT
(tahun) (hari) (Rp/tahun)
8 740007 0.0178 7 11.4063 Rp 2,188,351.13 9 QA03362 0.0113 5 2.4028 Rp 10,278,218.03
10 MS20995C32 0.0508 19 6.1961 Rp 906,685.95 11 65-90305-20B 0.0128 5 7.7958 Rp 2,746,600.50 12 AC9380F4010 0.0229 9 1.9153 Rp 1,471,274.40 13 F5746293620200 0.0091 4 2.2748 Rp 7,621,508.13
4.2.4. Penentuan Total Biaya Persediaan Suku Cadang Berdasarkan
Kebijakan Perusahaan
Total biaya persediaan suku cadang perusahaan ditentukan untuk tahap
perbandingan total biaya persediaan usulan dengan perusahaan. Perbandingan ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa baik model persediaan usulan. Dalam
menentukan total biaya persediaan suku cadang berdasarkan kebijakan perusahaan
adalah melakukan simulasi Montecarlo dengan bantuan software Microsoft Excel.
Tujuan simulasi tersebut untuk mengetahui persediaan rata-rata suku cadang
selama satu tahun, jumlah order, dan banyaknya shortage. Simulasi Montecarlo
merupakan simulasi dengan model probabilistic, dimana data dihasilkan dari
bilangan random yang kemudian disusun suatu distribusi probabilitas.
Pada simulasi Montecarlo memerlukan data jumlah permintaan suku
cadang harian beberapa tahun yang lalu. Jumlah data permintaan yang tersedia di
perusahaan selengkapnya pada Tabel 4.13, sedangkan rincian permintaan dapat
dilihat pada Lampiran 1.4 sampai dengan Lampiran 1.16.
Tabel 4.13. Banyaknya Data Permintaan Suku Cadang Harian
No. Nama Suku Cadang
Banyaknya Data
Keterangan
1 5709-4 3 tahun 2005-2007 2 362-509-9002 6 tahun 2002-2007 3 65-90305-15 5 tahun 2003-2007 4 16135-62 3 tahun 2005-2007 5 335-299-401 6 tahun 2002-2007 6 453A1810-33 4 tahun 2007-2010 7 AB0473993 6 tahun 2002-2007 8 740007 5 tahun 2003-2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 25
Tabel 4.13. Banyaknya Data Permintaan Suku Cadang Harian (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Banyaknya
Data Keterangan
9 QA03362 5 tahun 2003-2007 10 MS20995C32 3 tahun 2005-2007 11 65-90305-20B 6 tahun 2002-2007 12 AC9380F4010 5 tahun 2003-2007 13 F5746293620200 3 tahun 2005-2007
Adapun langkah-langkah dalam simulasi penentuan total biaya persediaan
untuk suku cadang 5709-4 sebagai berikut :
1. Menentukan perameter, pada penelitian ini parameter yang diamati adalah
jumlah permintaan suku cadang 5709-4 harian selama beberapa tahun
yang lalu.
2. Membuat distribusi frekuensi permintaan. Pada suku cadang 5709-4 data
permintaan harian yang tersedia adalah tiga tahun. Untuk itu jumlah
permintaan dan jumlah frekuensi selama tiga tahun selengkapnya dapat
dilihat hasilnya pada Tabel 4.14.
3. Membuat distribusi probabilitas kumulatif untuk suku cadang 5709-4,
hasil probabilitas kumulatif dapat dilihat pada Tabel 4.14. sedangkan
untuk suku cadang lain terdapat pada Lampiran 5.1 sampai dengan
Lampiran 5.13.
Tabel 4.14. Probabilitas Kumulatif Suku Cadang 5709-4 Jumlah
Frekuensi % % Frekuensi Probabilitas
Permintaan Frekuensi Kumulatif Bil. Random
0 1043 95.25 95.25 0-95.25 1 48 4.38 99.63 95.26-99.63 2 3 0.27 99.91 99.64-99.91 3 1 0.09 100.00 99.92-100
4. Mengkaitkan nilai perameter dengan bilangan random. Pada simulasi
bilangan random yang dibutuhkan adalah sebanyak 365. Angka 365
didapatkan dari jumlah hari dalam satu tahun, bilangan random yang
dihasilkan adalah jumlah permintaan dalam satu hari. Contoh bilangan
random untuk suku cadang 5709-4 selama 10 hari dapat dilihat pada Tabel
4.15. Persamaan untuk menentukan bilangan random adalah :
Bilangan random RAND()*100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 26
Tabel 4.15. Penentuan Bilangan Random Suku Cadang 5709-4
Hari ke-
Bil. random
Probabilitas Jumlah
Bil. Random Permintaan (unit)
1 89.24 0-95.25 0 2 55.28 0-95.26 0 3 4.96 0-95.27 0 4 94.15 0-95.28 0 5 99.04 95.26-99.63 1 6 47.81 0-95.25 0 7 26.81 0-95.26 0 8 35.95 0-95.27 0 9 85.25 0-95.28 0
10 94.12 0-95.29 0
5. Melakukan simulasi
Pada simulasi jumlah pemesanan (Q) ditentukan perusahaan untuk
masing-masing suku cadangnya, sedangkan titik pemesanan kembali (ROP)
adalah 0. Leadtime pemesanan menggunakan leadtime pemesanan dalam satuan
hari yang terdapat pada Tabel 4.2. Holding cost, ordering cost dan shortage cost
mengacu pada hasil perhitungan di sub bab 4.2.3. Pada simulasi, periode review
dilakukan setiap hari. Berikut adalah contoh uraian langkah-langkah proses
simulasi perusahaan pada suku cadang 5709-4 :
· Penentuan permintaan suku cadang
Permintaan suku cadang mengacu pada hasil dari Langkah 4 dan dapat
dilihat pada Tabel 4.15
· Penentuan lot pemesanan
Lot pemesanan jumlah kedatangan suku cadang yang telah dipesan pada
leadtime yang telah ditentukan. Besarnya nilai lot pemesanan didasarkan
pada jumlah yang dipesan yaitu jumlah pesanan (Q) perusahaan yang
mengacu pada Lampiran 1.3.
· Penentuan posisi persediaan
Penentuan posisi persediaan mengacu pada persamaan 3.15, berikut
contoh perhitungan pada hari (n) pertama.
Posisi persediaan n = Posisi persediaan (n-1) + lot pemesanan (n) –
Permintaan (n) – shortage (n-1)
= 2 unit + 0 unit – 0 unit – 0 unit = 2 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 27
6. Penentuan jumlah shortage
Penentuan jumlah shortage mengacu pada persamaan 3.16, berikut contoh
perhitungan pada hari (n) pertama :
Shortage (n) = permintaan (n) - posisi persediaan (n)
= 0 unit – 2 unit
= 0 unit , karena posisi persediaan > permintaan
7. Order
Order merupakan pemesanan, pada simulasi model persediaan perusahaan
order akan dilakukan jika posisi persediaan = 0 unit
8. Penentuan total biaya persediaan
Terdapat tiga komponen dalam menentukan total biaya persediaan yaitu
holding cost, ordering cost dan shortage cost. Penentuan total biaya
persediaan mengacu pada persamaan 3.17.
OT = (rata-rata persediaan × Os) + (jumlah shortage × Ok) + (jumlah
order × Op)
OT = (3 × Rp 358.843,02) + (2 × Rp 1.076.376,95) + (5 × Rp 3.373,95)
= Rp 3.149.088,61/tahun
Hasil simulasi Montecarlo suku cadang 5709-4 dapat dilihat pada Tabel
4.16, sedangkan untuk suku cadang lain selengkapnya pada Lampiran 5.14. Untuk
rekap total biaya persediaan semua suku cadang kelas B dapat dilihat pada Tabel
4.17.
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
2 1 2 0 2 2 0 3 2 0 4 2 0 5 1 1 6 1 0 7 1 0 8 1 0 9 1 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 28
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
10 1 0 11 1 0 12 1 0 13 1 0 14 1 0 15 1 0 16 1 0 17 1 0 18 1 0 19 1 0 20 1 0 21 1 0 22 0 1 1 23 0 0 24 0 0 25 0 0 26 0 0 27 0 0 28 0 0 29 0 0 30 0 0 31 0 0 32 0 0 33 0 0 34 0 0 35 0 0 36 0 0 37 0 0 38 0 0 39 0 0 40 0 0 41 0 0 42 0 0 43 0 0 44 0 0 45 0 0 46 0 0 47 0 0 48 0 0 49 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 29
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
50 0 0 51 0 0 52 0 0 53 0 0 54 0 0 55 0 0 56 0 0 57 8 8 0 58 8 0 59 8 0 60 8 0 61 8 0 62 7 1 63 7 0 64 7 0 65 7 0 66 7 0 67 7 0 68 7 0 69 7 0 70 7 0 71 7 0 72 7 0 73 7 0 74 7 0 75 6 1 76 6 0 77 6 0 78 6 0 79 6 0 80 6 0 81 6 0 82 6 0 83 6 0 84 6 0 85 6 0 86 6 0 87 6 0 88 6 0 89 6 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 30
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
90 6 0 91 6 0 92 6 0 93 6 0 94 6 0 95 6 0 96 6 0 97 6 0 98 6 0 99 6 0
100 6 0 101 5 1 102 5 0 103 5 0 104 5 0 105 4 1 106 4 0 107 4 0 108 4 0 109 4 0 110 4 0 111 4 0 112 4 0 113 4 0 114 4 0 115 4 0 116 4 0 117 4 0 118 4 0 119 4 0 120 4 0 121 4 0 122 4 0 123 4 0 124 4 0 125 4 0 126 4 0 127 4 0 128 4 0 129 4 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 31
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
130 4 0 131 4 0 132 4 0 133 4 0 134 4 0 135 4 0 136 4 0 137 4 0 138 4 0 139 4 0 140 4 0 141 4 0 142 4 0 143 4 0 144 4 0 145 4 0 146 4 0 147 4 0 148 4 0 149 4 0 150 4 0 151 4 0 152 4 0 153 4 0 154 4 0 155 3 1 156 3 0 157 3 0 158 3 0 159 3 0 160 2 1 161 2 0 162 2 0 163 2 0 164 2 0 165 2 0 166 2 0 167 2 0 168 2 0 169 2 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 32
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
170 2 0 171 2 0 172 2 0 173 2 0 174 1 1 175 1 0 176 1 0 177 1 0 178 1 0 179 1 0 180 1 0 181 1 0 182 1 0 183 1 0 184 1 0 185 0 1 186 0 0 187 0 0 188 0 0 189 0 0 190 0 0 191 0 0 192 0 0 193 0 0 194 0 0 195 0 0 196 0 0 197 0 0 198 0 0 199 0 0 200 0 0 201 0 0 202 0 0 203 0 0 204 0 0 205 0 0 206 0 0 207 0 0 208 0 0 209 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 33
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
210 0 0 211 0 0 212 0 0 213 0 0 214 0 0 215 0 0 216 0 0 217 0 0 218 0 0 219 0 0 220 0 0 221 0 0 222 0 0 223 0 1 1 224 0 0 225 0 0 226 0 0 227 0 0 228 0 0 229 0 0 230 0 0 231 0 0 232 0 0 233 0 0 234 0 0 235 0 0 236 0 0 237 0 0 238 0 0 239 0 0 240 0 0 241 0 0 242 0 1 1 1 243 0 0 244 0 0 245 0 0 246 0 0 247 0 0 248 0 1 1 1 249 0 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 34
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
250 0 0 251 0 0 252 0 0 253 0 0 254 0 0 255 0 0 256 0 0 257 0 0 258 8 6 0 259 6 0 260 6 0 261 6 0 262 6 0 263 6 0 264 6 0 265 6 0 266 6 0 267 5 1 268 5 0 269 5 0 270 5 0 271 5 0 272 5 0 273 5 0 274 5 0 275 5 0 276 5 0 277 5 0 278 5 0 279 5 0 280 5 0 281 5 0 282 5 0 283 5 0 284 5 0 285 5 0 286 5 0 287 5 0 288 5 0 289 5 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 35
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke-
lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage order
(unit) (unit) (unit) (unit)
290 5 0 291 5 0 292 5 0 293 5 0 294 5 0 295 5 0 296 5 0 297 5 0 298 5 0 299 5 0 300 4 1 301 4 0 302 4 0 303 4 0 304 4 0 305 4 0 306 4 0 307 4 0 308 4 0 309 4 0 310 4 0 311 4 0 312 4 0 313 4 0 314 4 0 315 4 0 316 4 0 317 4 0 318 4 0 319 4 0 320 3 1 321 3 0 322 3 0 323 3 0 324 3 0 325 3 0 326 3 0 327 3 0 328 3 0 329 3 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 36
Tabel 4.16. Hasil Simulasi Montecarlo Suku Cadang 5709-4 (lanjutan)
Hari ke- lot pemesanan posisi persediaan permintaan shortage
order (unit) (unit) (unit) (unit)
330 3 0 331 3 0 332 3 0 333 3 0 334 3 0 335 3 0 336 3 0 337 3 0 338 3 0 339 3 0 340 3 0 341 3 0 342 3 0 343 3 0 344 3 0 345 3 0 346 3 0 347 3 0 348 3 0 349 3 0 350 3 0 351 3 0 352 3 0 353 3 0 354 3 0 355 2 1 356 2 0 357 2 0 358 1 1 359 0 1 1 360 0 0 361 0 0 362 0 0 363 0 0 364 0 0 365 0 0
Jumlah 19 2 5
Rata-rata 3
Biaya Rp 358,843.02 Rp 1,076,376.95 Rp 3,373.95
OT Rp 979,464.97 Rp 2,152,753.91 Rp 16,869.73 Rp 3,149,088.61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 37
Tabel 4.17. Rekap Total Biaya Persediaan Perusahaan Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang OT Perusahaan
(Rp/tahun)
1 5709-4 Rp 3,149,088.61 2 362-509-9002 Rp 17,474,439.23 3 65-90305-15 Rp 2,725,353.20 4 16135-62 Rp 9,176,663.08 5 335-299-401 Rp 5,371,262.97 6 453A1810-33 Rp 1,967,814.77 7 AB0473993 Rp 3,064,476.14 8 740007 Rp 3,327,663.95 9 QA03362 Rp 10,635,221.33
10 MS20995C32 Rp 2,238,758.54 11 65-90305-20B Rp 4,131,125.17 12 AC9380F4010 Rp 1,752,534.85 13 F5746293620200 Rp 7,958,346.85
4.2.6. Perbandingan Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan Model
Periodic Review Dengan Model Kebijakan Perusahaan
Total biaya persediaan model kebijakan perusahaan dari hasil Simulasi
Montecarlo memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan total biaya persediaan
model usulan. Hal tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya komponen total biaya
persediaan yang meliputi holding cost, ordering cost serta shortage cost. Adapun
perbandingan total biaya persediaan antara metode usulan dengan kebijakan
perusahaan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Perbandingan Total Biaya Persediaan Model Periodic Review dengan Model Kebijakan Perusahaan
No. Nama Suku
Cadang Total Biaya Persediaan (Rp/tahun)
Periodic Review Perusahaan
1 5709-4 Rp 2,506,443.85 Rp 3,149,088.61 2 362-509-9002 Rp 2,292,373.77 Rp 17,474,439.23 3 65-90305-15 Rp 1,784,124.15 Rp 2,725,353.20 4 16135-62 Rp 1,608,858.26 Rp 9,176,663.08 5 335-299-401 Rp 3,935,036.46 Rp 5,371,262.97 6 453A1810-33 Rp 1,461,056.69 Rp 1,967,814.77 7 AB0473993 Rp 1,403,073.98 Rp 3,064,476.14 8 740007 Rp 2,188,351.13 Rp 3,327,663.95 9 QA03362 Rp 10,278,218.03 Rp 10,635,221.33 10 MS20995C32 Rp 906,685.95 Rp 2,238,758.54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IV - 38
Tabel 4.18. Perbandingan Total Biaya Persediaan Model Periodic Review dengan Model Kebijakan Perusahaan (lanjutan)
No. Nama Suku
Cadang Total Biaya Persediaan (Rp/tahun)
Usulan Perusahaan
11 65-90305-20B Rp 2,746,600.50 Rp 4,131,125.17 12 AC9380F4010 Rp 1,471,274.40 Rp 1,752,534.85 13 F5746293620200 Rp 7,621,508.13 Rp 7,958,346.85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 1
BAB V ANALISIS HASIL
Pada bab ini tahap analisis terdiri dari hasil analisis periode waktu antar
pemesanan (T), analisis persediaan maksimum (R), perbandingan total biaya
persediaan, perubahan periode waktu antar pemesanan (T) suku cadang kelas B,
serta perubahan permintaan suku cadang kelas B.
5.1. Analisis Periode Waktu Antar Pemesanan (T)
Periode waktu antar pemesanan (T) yang dihasilkan dari model periodic
review untuk 13 suku cadang kelas B berbeda-beda. Perbedaan periode waktu
antar pemesanan (T) pada 13 suku cadang kelas B dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Periode Waktu Antar Pemesanan (T) Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku Cadang
T (hari)
1 5709-4 6 2 362-509-9002 10 3 65-90305-15 5 4 16135-62 6 5 335-299-401 8 6 453A1810-33 9 7 AB0473993 12 8 740007 7 9 QA03362 5 10 MS20995C32 19 11 65-90305-20B 5 12 AC9380F4010 9 13 F5746293620200 4
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat hasil perhitungan periode waktu antar
pemesanan (T) pada setiap suku cadang kelas B yang berbeda-beda. Periode
waktu antar pemesanan (T) paling pendek adalah 4 hari pada suku cadang
F5746293620200 dan yang paling panjang adalah 19 hari pada suku cadang
MS20995C32. Pada suku cadang F5746293620200 periode waktu antar
pemesanan (T) yang dihasilkan paling pendek hal ini dikarenakan permintaan
suku cadang F5746293620200 cukup tinggi yaitu 49 unit/tahun juga shortage cost
yang dihasilkan tinggi yaitu Rp 686.979,13. Maka untuk mengantisipasi adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 2
shortage cost yang dapat meningkatkan total biaya persediaan, dibutuhkan
peninjauan persediaan dengan periode waktu antar pemesanan (T) yang pendek
yaitu selama 4 hari sekali.
Pada suku cadang MS20995C32 periode waktu antar pemesanan (T) yang
dihasilkan paling panjang hal ini dikarenakan permintaan suku cadang
MS20995C32 tidak begitu tinggi yaitu 32 unit/tahun juga shortage cost yang
dihasilkan rendah yaitu Rp 74.382,35. Untuk memudahkan perusahaan dalam
memantau persediaan, dihasilkan periode waktu antar pemesanan (T) yang
panjang yaitu selama 19 hari sekali. Jika terjadi shortage cost diharapkan total
biaya persediaan yang dihasilkan tidak begitu tinggi karena permintaan dan
shortage cost yang rendah.
5.2. Analisis Persediaan Maksimum (R)
Persediaan maksimum (R), yang dihasilkan dari model periodic review
untuk 13 suku cadang kelas B berbeda-beda. Perbedaan persediaan maksimum (R)
pada 13 suku cadang kelas B dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Persediaan Maksimum (R) Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku Cadang
R (unit)
1 5709-4 4 2 362-509-9002 3 3 65-90305-15 4 4 16135-62 2 5 335-299-401 32 6 453A1810-33 2 7 AB0473993 9 8 740007 12 9 QA03362 3
10 MS20995C32 7 11 65-90305-20B 8 12 AC9380F4010 2 13 F5746293620200 3
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat hasil perhitungan persediaan maksimum (R)
pada setiap suku cadang kelas B yang berbeda-beda. Persediaan maksimum (R)
yang paling sedikit adalah 2 unit pada suku cadang 16135-62, 453A1810-33 dan
AC9380F4010 dan persediaan maksimum (R) yang paling banyak adalah 31 unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 3
pada suku cadang 335-299-401. Suku cadang 16135-62, 453A1810-33,
AC9380F4010 dan 335-299-401 mempunyai periode waktu antar pemesanan (T)
yang hampir sama namun persediaan maksimum (R) berbeda-beda karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada suku cadang 16135-62, 453A1810-33 dan
AC9380F4010 persediaan maksimum (R) yang dihasilkan paling sedikit hal ini
dikarenakan permintaan suku cadang 16135-62, 453A1810-33 dan AC9380F4010
tidak begitu tinggi yaitu 21 unit/tahun, 10 unit/tahun dan 32 unit/tahun. Selain itu
pada suku cadang 16135-62, 453A1810-33 dan AC9380F4010 holding cost yang
dihasilkan tinggi yaitu Rp 340.240,52/tahun, Rp 364.734,77/tahun dan Rp
149.124,83/tahun. Maka untuk mengantisipasi holding cost yang dapat
meningkatkan total biaya persediaan, dibutuhkan persediaan maksimum (R) yang
sedikit yaitu 2 unit. Sedikitnya persediaan maksimum (R) pada suku cadang
16135-62, 453A1810-33 dan AC9380F4010 diharapkan dapat meminimalkan
holding cost.
Sedangkan pada suku cadang MS20995C32 persediaan maksimum (R)
paling banyak yaitu 32 unit hal ini dikarenakan permintaan suku cadang
MS20995C32 tinggi yaitu 332 unit/tahun. Selain itu pada suku cadang
MS20995C32 holding cost yang dihasilkan rendah yaitu Rp 41.971,06/tahun.
Maka untuk mengantisipasi shortage cost yang dapat meningkatkan total biaya
persediaan, dibutuhkan persediaan maksimum (R) yang banyak yaitu 32 unit.
Banyaknya persediaan maksimum (R) pada suku cadang MS20995C32
diharapkan dapat memenuhi tingginya jumlah permintaan pada suku cadang
tersebut. Persediaan maksimum (R) cukup banyak pada suku cadang
MS20995C32 tidak akan meningkatkan total biaya persediaan karena holding cost
yang rendah.
5.3. Perbandingan Total Biaya Persediaan
Berdasarkan hasil perhitungan total biaya persediaan pada model periodic
review dan model kebijakan perusahaan, model periodic review menghasilkan
total biaya persediaan yang lebih kecil dari model kebijakan perusahaan. Pada
semua suku cadang kelas B, total biaya persediaan model periodic review yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 4
dihasilkan lebih kecil dari model kebijakan perusahaan. Selisih total biaya
persediaan untuk semua suku cadang kelas B, yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Rata-rata selisih total biaya persediaan untuk 13 suku cadang kelas B
sebesar 37,07%, dimana selisih yang paling besar terdapat pada suku cadang 362-
509-9002 yaitu sebesar 86.88%. Selisih terbesar pada suku cadang 362-509-9002
karena rata-rata persediaan yang tersedia di gudang 44 unit sedangkan besarnya
permintaan 5 unit sedangkan pada model usulan, persediaan yang harus tersedia
cenderung lebih kecil sehingga holding cost yang dihasilkan lebih kecil. Selain itu
holding cost yang dimiliki suku cadang 362-509-9002 paling tinggi dibandingkan
dengan suku cadang lain. Sedangkan selisih total biaya persediaan yang kecil
terdapat pada suku cadang QA03362 sebesar 3.36% dan suku cadang
F5746293620200 sebesar 4.23%. Selisih total biaya persediaan yang cenderung
kecil dipengaruhi oleh besarnya holding cost yang dihasilkan model usulan
dengan model perusahaan hampir sama. Hal ini disebabkan karena besarnya rata-
rata persediaan yang tersedia di gudang pada model usulan dengan model
perusahaan seimbang dengan banyaknya permintaan.
Tabel 5.3. Selisih Total Biaya Persediaan Suku Cadang Kelas B
No. Nama Suku
Cadang OT Perusahaan OT Usulan Selisih OT
(Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) (%)
1 5709-4 Rp 3,149,088.61 Rp 2,506,443.85 Rp 642,644.76 20.41% 2 362-509-9002 Rp 17,474,439.23 Rp 2,292,373.77 Rp 15,182,065.47 86.88% 3 65-90305-15 Rp 2,725,353.20 Rp 1,784,124.15 Rp 941,229.05 34.54% 4 16135-62 Rp 9,176,663.08 Rp 1,608,858.26 Rp 7,567,804.82 82.47% 5 335-299-401 Rp 5,371,262.97 Rp 3,935,036.46 Rp 1,436,226.51 26.74% 6 453A1810-33 Rp 1,967,814.77 Rp 1,461,056.69 Rp 506,758.08 25.75% 7 AB0473993 Rp 3,064,476.14 Rp 1,403,073.98 Rp 1,661,402.15 54.21% 8 740007 Rp 3,327,663.95 Rp 2,188,351.13 Rp 1,139,312.82 34.24% 9 QA03362 Rp 10,635,221.33 Rp 10,278,218.03 Rp 357,003.30 3.36%
10 MS20995C32 Rp 2,238,758.54 Rp 906,685.95 Rp 1,332,072.59 59.50% 11 65-90305-20B Rp 4,131,125.17 Rp 2,746,600.50 Rp 1,384,524.67 33.51% 12 AC9380F4010 Rp 1,752,534.85 Rp 1,471,274.40 Rp 281,260.45 16.05% 13 F5746293620200 Rp 7,958,346.85 Rp 7,621,508.13 Rp 336,838.72 4.23%
Total biaya persediaan perusahaan yang dihitung dengan simulasi
Montecarlo menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp 72.972.748,71/tahun,
sedangkan total biaya persediaan model periodic review sebesar Rp
40.203.605,29/tahun untuk semua suku cadang kelas B, yang selengkapnya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 5
dilihat pada Gambar 5.1. Model periodic review yang dilakukan dapat menghemat
total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan untuk mengelola persediaan
di PT. GMF AA. Penghematan total biaya persediaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, satu diantaranya adalah berkurangnya persediaan rata-rata semua suku
cadang kelas B di gudang. Hal ini disebabkan karena setiap suku cadang
mempunyai titik maksimal persediaan. Faktor lain adalah berkurangnya jumlah
shortage yang dilakukan oleh perusahaan karena masing-masing suku cadang
mempunyai persediaan yang lebih dari nol dan akan memesan suku cadang ketika
posisi persediaan berada di bawah titik maksimum persediaan.
Gambar 5.1. Grafik Perbandingan Total Biaya Persediaan
5.4. Perubahan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) Suku Cadang Kelas
B
Pada analisis ini, perubahan periode waktu antar pemesanan (T) dilakukan
pada semua suku cadang kelas B. Perubahan periode waktu antar pemesanan (T)
dilakukan dengan periode waktu antar pemesanan (T) mingguan dan tidak
dilakukan dengan periode waktu antar pemesanan (T) harian, karena periode
waktu antar pemesanan (T) yang dilakukan harian adalah model continous review.
Periode waktu antar pemesanan (T) mingguan dilakukan mulai dari 1 minggu
hingga 12 minggu. Hasil total biaya persediaan yang diperoleh dari perubahan
periode waktu antar pemesanan (T) memiliki titik minimal pada periode waktu
antar pemesanan (T) 6 minggu. Pada perubahan 12 periode waktu antar
Rp40,203,605
Rp72,972,749
Rp-
Rp10,000,000
Rp20,000,000
Rp30,000,000
Rp40,000,000
Rp50,000,000
Rp60,000,000
Rp70,000,000
Rp80,000,000
Usulan Perusahaan
Tota
l Bia
ya P
erse
diaa
n (R
p/ta
hun)
Model Persediaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 6
pemesanan (T) ini, hasil yang ditampilkan hanya pada periode waktu antar
pemesanan (T) pada 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu, 8 minggu, 10 minggu dan 12
minggu. Pada perubahan periode waktu antar pemesanan (T), terjadi peningkatan
total biaya persediaan seperti ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Perubahan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) Suku Cadang Kelas B Periode Total biaya Persediaan (Rp/tahun)
Review Perubahan (T) (T) awal
2 minggu Rp 93,713,865.23 Rp 40,203,605.29 4 minggu Rp 68,993,203.76 Rp 40,203,605.29 6 minggu Rp 64,598,550.03 Rp 40,203,605.29 8 minggu Rp 65,427,975.90 Rp 40,203,605.29
10 minggu Rp 68,433,010.28 Rp 40,203,605.29 12 minggu Rp 72,565,051.51 Rp 40,203,605.29
Pada Tabel 5.4, total biaya persediaan model usulan lebih kecil
dibandingkan dengan total biaya persediaan jika terjadi perubahan periode waktu
antar pemesanan (T). Hal ini membuktikan bahwa periode waktu antar pemesanan
(T) yang ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan model periodic review sudah
optimal. Apabila perusahaan menghendaki agar pengendalian persediaan suku
cadang kelas B dilakukan dengan periode waktu antar pemesanan (T) yang sama,
maka disarankan periode waktu antar pemesanan (T) yang dipakai adalah periode
waktu antar pemesanan (T) 6 minggu. Pada periode waktu antar pemesanan (T) 6
minggu total biaya persediaan yang dihasilkan paling minimum. Walaupun
semakin panjang interval periode waktu antar pemesanan (T), perusahaan akan
lebih mudah mengendalikan persediaan. Akan tetapi, penetapan periode waktu
antar pemesanan (T) harus dicermati lebih teliti oleh perusahaan karena periode
waktu antar pemesanan (T) akan mempengaruhi total biaya persediaan.
Pada Gambar 5.4, total biaya persediaan pada perubahan periode waktu
antar pemesanan (T) akan semakin turun jika interval periode waktu antar
pemesanan (T) semakin panjang. Namun pada kondisi lain ada titik balik yang
mengakibatkan total biaya persediaan akan meningkat jika periode waktu antar
pemesanan (T) semakin panjang. Titik minimum dari total biaya persediaan pada
perubahan periode waktu antar pemesanan (T) adalah pada saat interval periode
waktu antar pemesanan (T) 6 minggu dengan total biaya persediaan Rp
64,598,550.03/tahun. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 7
adalah pada saat periode waktu antar pemesanan (T) kurang dari 6 minggu,
holding cost yang dihasilkan semakin kecil sebab jumlah persediaan menurun.
Menurunnya jumlah persediaan karena tidak terjadi pengadaan persediaan selama
interval periode waktu antar pemesanan (T). Jika holding cost menurun maka total
biaya persediaan juga akan menurun.
Gambar 5.2. Grafik Perubahan Periode Waktu Antar Pemesanan (T) Suku
Cadang Kelas B
Sedangkan pada saat interval periode waktu antar pemesanan (T) lebih dari
6 minggu total biaya persediaan akan meningkat, faktor penyebabnya adalah
adanya shortage cost yang semakin membesar. Pengadaan persediaan dilakukan
pada saat periode waktu antar pemesanan (T), jika semakin lama interval periode
waktu antar pemesanan (T), jumlah persediaan yang ada di gudang semakin
menurun dan mungkin tidak dapat memenuhi semua permintaan karena
kurangnya persediaan. Jika terjadi kekurangan persediaan, perusahaan harus
mengeluarkan shortage cost. Meningkatnya shortage cost akan meningkatkan
pula total biaya persediaan.
Jika periode waktu antar pemesanan (T) mengalami perubahan pada semua
suku cadang, maka persediaan maksimum (R) juga akan berubah. Semakin
panjang periode waktu antar pemesanan (T), semakin banyak pula persediaan
maksimum (R) yang harus ada di gudang. Hal ini dikarenakan persediaan
maksimum (R) harus dapat memenuhi permintaan selama periode waktu antar
pemesanan (T). Perubahan persediaan maksimum (R) pada periode waktu antar
Rp- Rp10,000,000 Rp20,000,000 Rp30,000,000 Rp40,000,000 Rp50,000,000 Rp60,000,000 Rp70,000,000 Rp80,000,000 Rp90,000,000
Rp100,000,000
2 4 6 8 10 12
Tota
l Bia
ya P
erse
diaa
n (R
p/ta
hun)
Periode Review (minggu)
OTPerubahanPeriodeReview
OT ModelUsulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 8
pemesanan (T) selama 2 minggu sampai dengan 12 minggu dapat diihat pada
Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Grafik Perubahan Persediaan Maksimum (R) Suku Cadang Kelas B
Pada Gambar 5.3 terlihat bahwa semakin lama periode waktu antar
pemesanan (T), persediaan maksimum (R) semakin meningkat. Besarnya
peningkatan persediaan maksimum (R) setiap suku cadang pada perubahan
periode waktu antar pemesanan (T) yang sama, selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 5.5. Hampir semua suku cadang pada Tabel 5.5 mengalami peningkatan
persediaan maksimum (R) pada saat periode waktu antar pemesanan (T) antara 2
minggu hingga 12 minggu. Namun, suku cadang MS20995C32 mengalami
penurunan persediaan maksimum (R) pada periode waktu antar pemesanan (T) 2
minggu. Hal ini dikarenakan periode waktu antar pemesanan (T) yang optimal
pada suku cadang MS20995C32 adalah 19 hari. Maka pada periode waktu antar
pemesanan (T) 2 minggu, persediaan maksimum (R) berkurang dari 7 unit ke 6
unit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 9
Tabel 5.5. Perubahan Persediaan Maksimum (R) Pada Periode Waktu Antar Pemesanan (T) yang Sama
No. Nama Suku
Cadang
R awal (unit)
Perubahan R (unit) 2
minggu 4
minggu 6
minggu 8
minggu 10
minggu 12
minggu
1 5709-4 4 5 6 7 8 9 11 2 362-509-9002 3 3 3 4 5 5 6 3 65-90305-15 4 6 9 13 16 20 23 4 16135-62 2 2 3 4 5 6 6 5 335-299-401 32 37 50 63 75 88 101 6 453A1810-33 2 2 2 3 3 4 4 7 AB0473993 9 9 10 11 12 13 14 8 740007 12 15 21 26 32 38 44 9 QA03362 3 4 6 8 9 11 13
10 MS20995C32 7 6 7 9 10 11 12 11 65-90305-20B 8 13 19 26 32 39 45 12 AC9380F4010 2 3 4 5 7 8 9 13 F5746293620200 3 4 6 8 10 12 14
Total 91 109 146 187 224 293 302
5.5. Perubahan Jumlah Permintaan Suku Cadang Kelas B
Jumlah permintaan sangat mungkin berubah setiap tahunnya, perubahan
permintaan dapat terjadi pada semua suku cadang. Pada analisis ini, perubahan
jumlah permintaan terbagi menjadi dua macam yaitu peningkatan jumlah
permintaan dan penurunan jumlah permintaan. Peningkatan dan penurunan
jumlah permintaan pada analisis ini dilakukan sebesar 20%, 40%, 60%, 80% dan
100%. Jika terjadi peningkatan dan penurunan jumlah permintaan sebesar
persentase tersebut, terjadi perubahan total biaya persediaan seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.4.
Perubahan peningkatan dan penurunan jumlah permintaan memberikan
perubahan pada total biaya persediaan seperti yang ada pada Gambar 5.3. Pada
peningkatan jumlah permintaan, semakin tinggi jumlah permintaan maka semakin
besar pula total biaya persediaan. Hal ini disebabkan karena persediaan yang ada
di gudang tidak dapat memenuhi permintaan, maka banyak shortage cost yang
dapat meningkatkan total biaya persediaan meskipun tidak terdapat holding cost.
Selain itu shortage cost di PT. GMF AA lebih tinggi dibandingkan dengan
holding cost, hal ini memberikan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
V - 10
keputusan meningkatkan persediaan untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan
jumlah persediaan.
Gambar 5.4. Grafik Perubahan Jumlah Permintaan Suku Cadang Kelas B
Sedangkan pada penurunan jumlah permintaan, semakin kecil jumlah
permintaan maka semakin kecil pula total biaya persediaan. Hal ini disebabkan
karena persediaan yang ada di gudang dapat selalu memenuhi permintaan, maka
tidak ada shortage cost, meskipun masih ada ordering cost dan holding cost.
Namun ordering cost dan holding cost di PT. GMF AA cenderung memiliki nilai
yang rendah dibandingkan dengan shortage cost. Selain itu dengan adanya jumlah
persediaan maksimal (R) pada model periodic review, dapat mengatasi adanya
kelebihan persediaan yang dapat meningkatkan total biaya persediaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
VI - 1
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan mengenai hasil dari pembahasan
pengendalian persediaan suku cadang serta perbandingan model periodic review
dengan model kebijakan perusahaan. Sedangkan saran yang berisi mengenai hal-
hal yang harus dipertimbangkan untuk perusahaan dalam mengelola persediaan.
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian mengenai
persediaan suku cadang di PT. GMF AA yang sesuai dengan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Model periodic review yang telah digunakan dapat menghasilkan periode
waktu antar pemesanan (T) yang optimal untuk 13 suku cadang kelas B.
Periode waktu antar pemesanan (T) pada setiap suku cadang berbeda,
periode waktu antar pemesanan (T) paling pendek adalah 4 hari dan yang
paling lama adalah 19 hari.
2. Model periodic review yang telah digunakan dapat menghasilkan
persediaan maksimum (R) yang optimal untuk 13 suku cadang kelas B.
Persediaan maksimum (R) pada setiap suku cadang berbeda, persediaan
maksimum (R) paling sedikit adalah 2 unit dan yang paling banyak adalah
31 unit.
3. Hasil dari perbandingan total biaya persediaan model periodic review
dengan model kebijakan perusahaan adalah total biaya persediaan pada
model periodic review mempunyai nilai yang lebih kecil. Rata-rata selisih
total biaya persediaan model periodic review dengan model kebijakan
perusahaan sebesar 37,07%.
6.2. Saran
Saran untuk PT. GMF AA berdasarkan penelitian ini adalah jika
perusahaan menghendaki agar pengendalian persediaan suku cadang kelas B
dilakukan dengan periode review yang sama, maka disarankan periode review
yang dipakai adalah 6 minggu.