pengertian dan sejarah ilmu hadis

16
Pengertian dan Sejarah Ilmu Hadis http://istanailmu.com/2011/02/15/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis/html  MANUSIA dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan. Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli . Sumber yang bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara khusus, maupun masalah dunia pada umumnya. Dan sumber yang sangat otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Alquran dan Hadis Rasulullah SAW. Allah telah menganugerahkan kepada umat kita para pendahulu yang selalu menjaga Alquran dan hadis Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur, amanah, dan memegang janji. Sebagian di antara mereka mencurahkan perhatiannya terhadap Alquran dan ilmunya yaitu para mufassir. Dan sebagian lagi memprioritaskan perhatiann ya untuk menjaga hadis Nabi dan ilmunya, mereka adalah para ahli hadis. Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya istilah Ulumul Hadis (Ilmu Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang penting di dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami hadis-hadis Nabi SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran dan hukum Islam kedua setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun begitu perlu disadari bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan hukum dan pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber ajaran Islam adalah hadis-hadis yang Maqbul (yang diterima), yaitu hadis sahih dan hadis hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula hadis Mardud, yaitu hadis yang ditolak serta tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum atau sumber ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin jumlah hadis mardud jauh lebih banyak jumlahnya daripada hadis yang maqbul. Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan mengamalkan ajaran yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu dikaji dan diteliti keotentikannya

Upload: -paqar

Post on 07-Apr-2018

264 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 1/15

Pengertian dan Sejarah Ilmu Hadis

http://istanailmu.com/2011/02/15/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis/html 

MANUSIA dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan.

Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu naqli dan aqli .

Sumber yang bersifat naqli ini merupakan pilar dari sebagian besar ilmu

pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia baik dalam agamanya secara

khusus, maupun masalah dunia pada umumnya. Dan sumber yang sangat 

otentik bagi umat Islam dalam hal ini adalah Alquran dan Hadis Rasulullah

SAW.

Allah telah menganugerahkan kepada umat kita para pendahulu yang selalu

menjaga Alquran dan hadis Nabi SAW. Mereka adalah orang-orang jujur,

amanah, dan memegang janji. Sebagian di antara mereka mencurahkan

perhatiannya terhadap Alquran dan ilmunya yaitu para mufassir. Dan

sebagian lagi memprioritaskan perhatiannya untuk menjaga hadis Nabi dan

ilmunya, mereka adalah para ahli hadis.

Salah satu bentuk nyata para ahli hadis ialah dengan lahirnya istilah Ulumul 

Hadis (Ilmu Hadis) yang merupakan salah satu bidang ilmu yang penting di

dalam Islam, terutama dalam mengenal dan memahami hadis-hadis Nabi

SAW. Karena hadis merupakan sumber ajaran dan hukum Islam kedua

setelah dan berdampingan dengan Alquran. Namun begitu perlu disadari

bahwa hadis-hadis yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan

hukum dan pelaksanaan ibadah serta sebagai sumber ajaran Islam adalahhadis-hadis yang Maqbul (yang diterima), yaitu hadis sahih dan hadis

hasan. Selain hadis maqbul, terdapat pula hadis Mardud, yaitu hadis yang

ditolak serta tidak sah penggunaannya sebagai dalil hukum atau sumber

ajaran Islam. Bahkan bukan tak mungkin jumlah hadis mardud jauh lebih

banyak jumlahnya daripada hadis yang maqbul.

Untuk itulah umat Islam harus selalu waspada dalam menerima dan

mengamalkan ajaran yang bersumber dari sebuah hadis. Artinya, sebelum

meyakini kebenaran sebuah hadis, perlu dikaji dan diteliti keotentikannya

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 2/15

sehingga tidak terjerumus kepada kesia-siaan. Adapun salah satu cara

untuk membedakan antara hadis yang diterima dengan yang ditolak adalah

dengan mempelajari dan memahami Ulumul Hadis yang memuat segala

permasalahan yang berkaitan dengan hadis.

A- Pengertian Ilmu Hadis 

Ilmu Hadis atau yang sering diistilahkan dalam bahasa Arab dengan Ulumul 

Hadis yang mengandung dua kata, yaitu ‘ulum’  dan ‘al-Hadis ’. Kata ulum

dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm , jadi berarti ilmu-ilmu,

sedangkan al-Hadis dari segi bahasa mengandung beberapa arti,

diantaranya baru, sesuatu yang dibicarakan, sesuatu yang sedikit dan

banyak. Sedangkan menurut istilah Ulama Hadits adalah “apa yang

disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan,

sifat, atau sirah beliau, baik sebelum kenabian atau sesudahnya”.

Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, hadis adalah: “perkataan, perbuatan,

dan penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah

kenabian.” Adapun sebelum kenabian tidak dianggap sebagai hadis, karena

yang dimaksud dengan hadis adalah mengerjakan apa yang menjadi

konsekuensinya. Dan ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan apa yang

terjadi setelah kenabian. Adapun gabungan kata ulum dan al-Hadis ini

melahirkan istilah yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu,

yaitu Ulumul Hadis yang memiliki pengertian “ilmu-ilmu yang membahas

atau berkaitan dengan Hadits Nabi SAW”. 

Pada mulanya, ilmu hadis memang merupakan beberapa ilmu yang masing-

masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang Hadis Nabi SAW dan para

perawinya, sepertiIlmu al-Hadis al-Sahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al- Asma’ wa 

al-Kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadis secara parsial dilakukan,

khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H. Umpamanya, Yahya ibn Ma’in

(234H/848M) menulis Tarikh al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad (230H/844)

menulis Al — Tabaqat , Ahmad ibn Hanbal (241H/855M) menulis Al- 

‘Ilal dan Al-Nasikh wal Mansukh , serta banyak lagi yang lainnya.

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 3/15

Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan

Ulumul Hadis, karena masing-masing membicarakan tentang Hadis dan

para perawinya. Akan tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang

terpisah itu mulai digabungkan dan dijadikan satu, serta selanjutnya

dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Terhadap ilmu

yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan tersebut tetap

dipergunakan nama Ulumul Hadis, sebagaimana halnya sebelum disatukan.

Jadi penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadis setelah keadaannya menjadi

satu adalah mengandung makna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadis ,

karena telah terjadi perubahan makna lafaz tersebut dari maknanya yang

pertama (beberapa ilmu yang terpisah ) menjadi nama dari suatu disiplin

ilmu yang khusus yang nama lainnya adalahMusthalahul Hadis .

B- Pembagian Ilmu Hadits 

Para Ulama Hadis telah membagi Ilmu Hadis kepada dua bagian, yaitu Ilmu

Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah.

1) Ilmu Hadis Riwayah 

Adapun yang dimaksud dengan Ilmu Hadis Riwayah, sebagaiamana yang

disebutkan oleh Zhafar Ahmad ibn Lathif al-Utsmani al-Tahanawi di

dalam Qawa’id fi Ulum al -Hadis seperti yang dikutip oleh Nawir Yuslem

dalam Ulumul Hadis adalah sebagai berikut:

 ه ا ى  حأ و  ه    أ و مسو هع ل ى  س ر لا ى  أ  ه ب ف   ي م   ع : ى   ت يا و  ب ص  خا  ي د   ا م    ع

   ظ  أ  ي    و      ض و    يا و ر و Ilmu Hadis yang khusus dengan riwayah adalah ilmu yang dapat diketahui 

dengannya perkataan, perbuatan, dan keadaan Rasul SAW serta 

 periwayatan, pencatatan, dan penguraian lafaz-lafaznya .

Dari definisi tentang ilmu Hadis Riwayah di atas dapat difahami bahawa

Ilmu Hadis Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara

periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadis Nabi

SAW.

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 4/15

 

  Objek Kajian Ilmu Hadis Riwayah 

1. 1.  cara periwayatan hadis, baik dari segi cara penerimaan dan

demikian juga cara penyampaiannya dari seorang perawi kepada

perawi yang lain.

2.  cara pemeliharaan hadis, yaitu dalam bentuk penghafalan,

penulisan, dan pembukuannya.

  Tujuan Ilmu Hadis Riwayah 

Adapun tujuan ilmu hadis riwayah ini adalah agar tidak lenyap dan sia-sia,

serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses

periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan

demikian, hadis-hadis Nabi SAW dapat terpelihara kemurniannya dan

dapat diamalkan hukum-hukum dan tuntunan yang terkandung di

dalamnya, hal ini sejalan dengan perintah Allah SAW agar menjadikan Nabi

SAW sebagai ikutan dan suri teladan dalam kehidupan ini (QS. Al-Ahzab

[33] : 21).

2) Ilmu Hadis Dirayah 

Mengenai pengertian Ilmu Hadis Dirayah, para ulama hadis memberikan

definisi yang bervariasi, namun jika dicermati berbagai definisi yang

mereka kemukakan, maka akan ditemukan persamaan antara satu dengan

lainnya, terutama dari segi sasaran dan pokok bahasannya. Di sini akan

penulis kemukakan dua di antaranya:

Ibn al-Akfani memberikan definisi Ilmu Hadis Dirayah sebagai berikut:

ةا و ا ل  ح و      ك  حأ و    عا ى  نأ و   ط و  ش و  ت يا و ا  ت     ح  ه    ف   ي م   ع :  ت يا ر دب ص  خا  ي د   ا م    ع و  ـ ب ق     ي   و ث ي و   ا ف   أ و م  ط و  ش و 

“Dan ilmu hadis yang khusus tentang dirayah adalah ilmu yang bertujuan

untuk mengetahui hakikat riwayat , syarat-syarat , macam-macam ,

dan hukum-hukumnya ,keadaan para perawi , syarat-syarat mereka , jenis 

 yang diriwayatkan , dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya.” 

Dari definisi ini dapat dijelaskan beberapa hal, yaitu:

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 5/15

  Hakikat Riwayat , yaitu kegiatan periwayatan hadis dan

penyandarannya kepada orang yang meriwayatkannya dengan

kalimat tahdis , yaitu perkataan seorang perawi, “haddasana fulan ”

(telah menceritakan kepada kami si Fulan), atau ikhbar , seperti

perkataan: “akhbarana fulan ” (telah mengabarkan kepada kami si

Fulan).

  Syarat-Syarat Riwayat , yaitu penerimaan para perawi terhadap apa

yang diriwayatkannya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam

penerimaan riwayat (cara-cara tahammul al-Hadis ),

seperti sama’  (perawi mendengar langsung bacaan hadis dari seorang

guru), qira’ah  (murid membacakan catatan hadis dari gurunya

dihadapan guru tersebut), ijazah (member izin kepada seseorang untuk 

meriwayatkan suatu hadis dari seorang ulama tanpa dibacakan

sebelumnya),munawalah (menyerahkan suatu hadis yang tertulis

kepada seseorang untuk diriwayatkan), kitabah (menuliskan hadis

untuk seseorang), I’lam  (member tahu seseorang bahwah hadis-hadis

tertentu adalah koleksinya), washiyyat (mewasiatkan kepada seseorang

koleksi hadis yang dimilikinya), dan wajadah (mendapatkan koleksi

tertentu tentang hadis dari seorang guru.

  Macam-macam Riwayat , yaitu seperti

periwayatan muttsahil (periwayatan yang bersambung mulai dari

perawi pertama sampai kepada perawi

terakhir,ataumunqathi’  (periwayatan yang terputus, baik di awal, di

tengah, atau di akhir, dan lainnya.

  Hukum Riwayat , yakni al-qabul (diterimannya suatu riwayat karena

telah memenuhi persyaratan tertentu, dan al-radd (ditolak, karena

adanya persyaratan tertentu yang tidak terpenuhi.

  Keadaan para Perawi , maksudnya adalah keadaan mereka dari segi

keadilan mereka (al- ‘adalah ) dan ketidakadilan mereka (al-jarh ).

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 6/15

  Syarat-syarat Mereka , yaitu syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh

seorang perawi ketika menerima riwayat (syarat-syarat 

pada tahammul ) dan syarat ketika menyampaikan riwayat (syarat 

pada al- add’ ).

   Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat) , adalah penulisan hadis

di dalam kitab al-musnad , al- mu’jam , atau al- ajza’ dan lainnya dari

jenis-jenis kitab yang menghimpun hadis-hadis Nabi SAW.

Selain itu, M. ‘Ajjaj al-Khatib mendefinisikan Ilmu Hadis Dirayah sebagai

berikut:

ن   يو   ا و يوا ا ل  ح   ـ ب ف       ت ا  ئ  س   ا ذ  عا ى ق ا ة  ع ى    ج   : ى ه ة ا ر ذ ب صخ ا ث  ذ   ا م     د ا و ل ى  ق ا ث   ح 

“Ilmu hadis dirayah adalah kumpulan kaedah-kaedah dan masalah-masalah 

untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi diterima dan 

ditolaknya.” 

Definisi ini dapat kita jelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

  Al-Rawi atau perawi adalah orang yang meriwayatkan atau

menyampaikan hadis dari satu orang ke orang yang lain.

  Al-Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada yang lainnya,

seperti Sahabat atauTabi’in .

  Keadaan Perawi dari segi diterima atau ditolaknya , adalah mengetahui

keadaan para perawi dari

segi jarh dan ta’dil  ketika tahammul dan adda’ al -hadis , dan segalasesuatu yang berhubungan dengannya dalam kaitannya dengan

periwayatan hadis.

  Keadaan Marwi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan 

ittishal al-sanad (persambungan sanad) atau terputusnya ,

adanya ‘illat  atau tidak, yang menentukan diterima atau ditolaknya

suatu hadis.

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 7/15

  Objek Kajian Ilmu Hadis Dirayah 

1. 1.  segi persambungan sanad (ittishal al-sanad ), yaitu bahwa suatu

rangkaian sanad hadis haruslah bersambung mulai dari Sahabat 

sampai kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau

membukukan hadis tersebut. Oleh karenanya tidak dibenarkan

suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak 

diketahui identitasnya atau tersamar;

2.  segi keterpercayaan sanad (siqat al-sanad ), yaitu bahwa setiap

perawi yang terdapat di dalam sanad suatu hadis harus memiliki

sifat adil dan dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi

hadisnya);

3.  segi keselamatannya dari kejanggalan (syadz );

4.  segi keselamatannya dari cacat (‘illat ); dan

5.  tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad.

Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-shahih- an

atau ke-dha’ifan -nya. Hal tersebut dapat terlihat melalui kesejalannya

dengan makna dan tujuan yang terkandung di dalam Al-Qur’an, atau harus

selamat dari beberapa hal berikut:

1. 1.  Selamat dari kejanggalan redaksi (rakakat al-fadz );

2.  Selamat dari cacat atau kejanggalan pada maknanya (fasad al- 

ma’na ) karena bertentangan dengan akal dan pancaindera, atau

dengangan kandungan dan makna Al-Qur’an, atau dengan fakta

sejarah;

3.  Selamat dari kata-kata asing ( ghorib ), yaitu kata-kata yang tidak 

bisa dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.

 Tujuan dan Urgensi Ilmu Hadis Diwayah 

Tujuan dan urgensi ilmu hadis dirayah adalah untuk mengetahui dan

menetapkan hadis-hadis yang Maqbul (yang dapat diterima sebagai dalil

atau untuk diamalkan) dan yang Mardud (yang ditolak).

Ilmu hadis dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum dikenal

dengan Ulumul Hadis , Musthalahul Hadis , atau Ushul al-Hadis. Keseluruhan

nama-nama di atas meskipun bervariasi, namun mempunyai arti dan tujuan

yang sama, yaitu ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk 

mengetahui keadaan perawi (sanad ) dan marwi (matan ) suatu hadis, darisegi diterima dan ditolaknya.

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 8/15

Para Ulama hadis membagi Ilmu Hadis Dirayah atau Ulumul Hadis ini

kepada beberapa macam, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas

padanya, seperti:

  pembahasan tentang pembagian Hadis Shahih, Hasan dan Dha’if  , sertamacam-macamnya,;

  pembahasan tentang tata cara penerimaan (tahammul ), dan

periwayatan (adda’ ) hadis;

  pembahasan al-jarh dan al- ta’dil serta tingkatan-tingkatannya,

  pembahasan tentang perawi, latar belakang kehidupannya, dan

pengklasifikasiannya antara yang tsiqat dan yang dha’if  ;

  dan lain-lain.

Masing-masing pembahasan di atas dipandang sebagai macam-macam dariUlumul Hadis, sehingga karena banyaknya, Imam Al-Suyuthi menyatakan

bahwa macam-macam ulumul hadis tersebut banyak sekali, bahkan tak 

terhingga jumlahnya. Sementara Ibn Al-Shalah menyebutkan ada 65 macam

Ulumul Hadis sesuai dengan pembahasannya, seperti yang dikemukakan di

atas.

C- Sejarah dan Perkembangan Ulumul Hadis 

Pada dasarnya Ulumul Hadis telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadisdi dalam Islam, terutama setelah Rasul SAW wafat, ketika umat merasakan

perlunya menghimpun hadis-hadis Rasul SAW dikarenakan adanya

kekhawatiran hadis-hadis tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat 

mulai giat melakukan pencatatan dan periwayatan hadis. Mereka telah

mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-metode tertentu dalam

menerima hadis, namun mereka belumlah menuliskan kaidah-kaidah

tersebut.

Adapun dasar dan landasan periwayatan hadis di dalam Islam dijumpai

dalam Alquran dan hadis Nabi SAW. Dalam QS. Al-Hujarat ayat 6, Allah

memerintahkan orang-orang yang beriman untuk menelitu dan

mempertanyakan berita-berita yang datang dari orang lain, terutama dari

orang fasik. Firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang telah 

beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita maka 

 periksalah berita tersebut dengan teliti agar kamu tidak menimpakan 

musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan (yang sebenarnya) 

 yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu ”.(QS. Al-Hujurat: 6).

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 9/15

Sementara dalam hadis disebutkan, “(Semoga) Allah membaguskan rupa 

seseorang yang mendengar dari kami sesuatu (hadis), lantas dia 

menyampaikannya (hadis tersebut) sebagaimana dia dengar, kadang- 

kadang orang yang menyampaikan lebih hafal daripada yang mendengar ”.

(HR. At-Tirmizi).

Dalam ayat al Quran serta dua hadits tersebut jelas terdapat suatu prinsip

ketentuan mengenai pengambilan suatu berita sekaligus tata cara dalam

menerima suatu berita tertentu; dengan cara melakukan tabayyun

(memperjelasnya) serta menelitinya dan agar hati-hati dalam

menyampaikan suatu berita kepada orang lain. Dalam rangka

melaksanakan perintah Allah dan Rasuyl-Nya itu, maka para sahabat telah

menetapkan ketentuan-ketentuan dalam menyampaikan suatu berita

sekaligus dalam hal menerimanya, terutama ketika mereka meragukan

terhadap kejujuran dari orang yang menyampaikan berita tersebut. Atas

dasar ini, maka nampak jelaslah kedudukan serta nilai sanad dalam rangka

untuk menerima atau menolak suatu berita.

Dalam muqadimah Shahih Muslim, dari riwayat Ibnu Sirin, dikatakan

Semula mereka tidak pernah mempertanyakan tentang sanad, kemudian

setelah timbul fitnah, mereka baru mempertanyakannya: ‘Sebutkanlah 

kepada kami orang-orang yang meriwayatkan hadits kepada kamu sekalian ‘. Lalu jika ternyata mereka yang meriwayatkan hadits tersebut 

adalah orang-orang Ahli Sunnah maka terimalah hadits itu, sebaliknya, jika

ternyata memang orang-orang Ahli Bid’ah , maka janganlah kamu

mengambil hadits yang diriwayatkannya.

Berpijak pada prinsip bahwa suatu hadis itu tidak dapat diterima kecuali

sesudah dikatahui sanadnya, maka munculah ilmu Jarh wa Ta’dil , dan (ilmu

mengenai) pembicaraan terhadap rawi-rawi hadis, serta (cara)

pembicaraan terhadap rawi-rawi hadis, serta (cara) mengetahui sanad-

sanad yang muttasil dan yang munqati’ , dan mengetahui cacat-cacat yang

tersembunyi. Bahkan telah muncul pula pembicaraan pada sebagian rawi-

rawi yang tercela. Meskipun masih sangat sedikit sekali- karena sedikitnya

rawi-rawi yang benar-benar tercela pada masa awalnya.

Kemudian para ulama lama kelamaan memperluas (jangkauan

pembahasan) dalam masalah yang demikian itu, hingga lahirlah

pembahasan dalam beberapa cabang yang berhubungan dengan hadits dari

segi pencatatannya, tata cara menerimanya serta menyampaikannya, dan

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 10/15

mengetahui nasikh-mansukhnya, gharibnya dan hal-hal selainnya, hanya

saja demikian itu dilakukan para ulama secara lisan.

Dalam kitab Mabahits Ulumil Hadis , Syekh Manna Al-Qaththani

menyimpulkan bahwa yang mendasari lahir dan berkembangnya IlmuHadis ada 2 (dua) hal pokok, yaitu adanya: (1) dorongan agama , dan

(2) dorongan sejarah. Berikut akan penulis paparkan secara singkat kedua

hal pokok tersebut:

Pertama: Dorongan Agama 

Bahwasanya umat manusia memperhatikan warisan pemikiran yang dapat 

menyentuh dan membangkitkan kehidupan mereka, memenuhi kecintaan

hati mereka, menjadi pijakan kebangkitan mereka, lalu mereka terdorong

untuk menanamkannya pada anak-anak mereka agar menjadi orang yang

memahaminya, hingga warisan itu selalu hadir di hadapan mereka,

membimbing langkah dan jalan mereka.

Jika umat lain begitu perhatian terhadap warisan pemikiran mereka, maka

umat Islam yang mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW juga tidak kalah

dalam memelihara warisan yang didapatkan dari Nabi SAW dengan cara

periwayatan,menukil, hafalan, dan menyampaikannya, serta mengamalkan

isinya, karena itu bagian dari eksistensinya, dan hidup umat ini tiadaberarti tanpa dengan agama. Oleh karenanya Allah mewajibkan dalam

agama untuk mengikuti dan menaati Rasul-Nya, menjalani semua apa yang

dibawa beliau, dan meneladani kehidupannya.

Kedua : Dorongan Sejarah 

Dalam sejarah, umat manusia banyak dihadapkan pada pertentangan dan

halangan sehingga mendorong untuk menjaga warisan mereka dari

penyusupan yang menyebabkan terjadinya fitnah dan saling bermusuhan

serta tipu muslihat.

Dan umat Islam yang telah merobohkan pilar kemusyrikan, dan mendobrak 

benteng Romawi dan Persia, menghadapi musuh-musuh bebuyutan, tahu

benar bahwa kekuatan umat ini terletak pada kekuatan agamanya, dan

tidak dapat dihancurkan kecuali dari agama itu sendiri, dan salah satu

jalannya adalah pemalsuan terhadap hadis. Dari sini, kaum muslimin

mendapat dorongan yang kuat untuk meneliti dan menyelidiki periwayatanhadis, dan mengikuti aturan-aturan periwayatan yang benar, agar mereka

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 11/15

dapat menjaga warisan yang agung ini dari penyelewengan dan

penyusupan terhadapnya sehingga tetap bersih, tidak dikotori oleh aib

maupun oleh keraguan.

Dan di antara aturan-aturan yang diberlakukan pada masa sahabat adalah:

1- Mengurangi periwayatan hadis . 

Mereka khawatir dengan banyaknya riwayat akan tergelincir pada

kesalahan dan kelalaian, dan menyebabkan kebohongan terhadap Rasul

SAW. Selain itu mereka juga khawatir dengan memperbanyak periwayatan

akan menyibukkan umat Islam terhadap as-Sunnah dan mengabaikan Al-

Quran

2- Ketelitian dalam periwayatan. Para sahabat sangat berhati-hati dalam menerima hadis tanpa adanya

perawi yang benar-benar dapat dipercaya, karena mereka sangat takut 

terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadis Nabi SAW.

3- Kritik terhadap riwayat. 

Adapun bentuk kritik terhadap riwayat adalah dengan cara memaparkan

dan membandingkan riwayat dengan Al-Qur’an, jika bertentangan maka

mereka tinggalkan dan tidak mengamalkannya.Ketelitian dan sikap hati-hati para Sahabat Nabi SAW tersebut diikuti pula

oleh para ulama yang datang sesudah mereka, dan sikap tersebut semakin

ditingkatkan terutama setelah munculnya hadis-hadis palsu, yakni sekitar

tahun 41 H setelah masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.

Semenjak itu mulailah dilakukan penelitian terhadap sanad Hadis dengan

mempraktikkan ilmu al-jarah wa al- ta’dil , dan sekaligus mulai pulalah ilmu

ini tumbuh dan berkembang.

Setelah munculnya kegiatan pemalsuan hadis dari pihak-pihak yang tidak 

bertanggung jawab, maka beberapa aktivitas tertentu dilakukan oleh para

Ulama Hadis dalam rangka memelihara kemurnian hadis, yaitu seperti:

a) melakukan pembahasan terhadap sanad hadis serta penelitian

terhadap keadaan setiap para perawi hadis, hal yang sebelumnya tidak 

pernah mereka lakukan;

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 12/15

b) melakukan perjalanan (rihlah ) dalam mencari sumber hadis agar

dapat mendengar langsung dari perawi asalnya dan meneliti kebenaran

riwayat tersebut melaluinya;

c) melakukan perbandingan antara riwayat seorang perawi dengan

riwayat perawi lain yang lebih tsiqat dan terpercaya dalam rangka untuk 

mengetahui ke-dha’if  -an atau kepalsuan suatu hadis.

Demikianlah kegiatan para ulama hadis di abad pertama Hijrah yang telah

memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Hadis. Bahkan

pada akhir abad pertama itu telah terdapat beberapa klasifikasi hadis,

yaitu: Hadis Marfu’, Hadis Mawquf, Hadis Muttashil, dan Hadis Mursal . Dari

macam-macam hadis tersebut, juga telah dibedakan antara hadis maqbul,

yang pada masa berikutnya disebut dengan hadis shahih dan hadis hasan,

serta hadis mardud yang kemudian dikenal dengan hadis dha’if dengan

berbagai macamnya.

Pada abad kedua Hijrah, ketika hadis telah dibukukan secara resmi atas

prakarsa Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan dimotori oleh Muhammad ibn

Muslim ibn Syihab al-Zuhri, para ulama yang bertugas dalam menghimpun

dan membukukan hadis tersebut menerapkan ketentuan-ketentuan Ilmu

Hadis yang sudah ada dan berkembang sampai pada masa mereka. Mereka

memperhayikan ketentuan-ketentuan hadis shahih, demikian juga keadaan

para perawinya. Hal ini dilakukan lantaran semakin banyaknya para

penghafal hadis yang telah wafat.

Pada abad ketiga Hijrah yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah

perkembangan Hadis, mulailah ketentuan dan perumusan kaidah-kaidah

Hadis ditulis dan dibukukan, namun masih bersifat parsial.Yahya ibn Ma’in

(w. 234H/848M) menulis tentang Tarikh ar-Rijal , Muhammad ibn Sa’ad (w.

230H/844M) menulis Al-Tabaqat , Ahmad ibn Hanbal (241H/855M)

menulis Al- ‘Ilal , dan lain-lain.

Pada abad keempat dan kelima hijrah mulailah ditulis secara khusus kitab-

kitab yang membahas tentang Ilmu Hadis yang bersifat komprehensif.

Selanjutnya, pada abad setelah itu mulailah bermunculan karya-karya di

bidang Ilmu Hadis ini yang sampai saat ini masih menjadi referensi utama

dalam membicarakan ilmu hadis. Adapun ulama yang pertama kali

menyusun kitab dalam bidang ini adalah al Qadhi Abu Muhammad al Hasan

bin Abdurrahman bin Chalad ar Ramaharmuzi (wafat pada tahun 360 H),

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 13/15

kitabnya Al Muhaddits al Fashil Baina al Rawi wa al Wa’i. (oleh: Indra L 

Muda )

DAFTAR PUSTAKA Abul-Harits Muhammad bin Ibrahim As-Salafy Al-Jazairi, Penjelasan Al- 

Mandhumah Al-Baiquniyah, terj. Abu Hudzaifah, Jakarta:Maktabah Al- 

Ghuroba’, Cet.II, 2008  

Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah Hadits, terj. Zainul Muttaqin, Bandung: 

Titian Ilahi Press, Cet. II, 1999  

M.M.Al- A’zami, Memahami Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005  

Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya, 2001  

Syekh Manna Al-Qaththani, Pengantar Studi Ilmu Hadits, terj. Mifdhol Abdurrahman, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, cet. IV, 2009  

Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis, Bandung: Bumi Aksara, 2002 

Ulama lain berpendapat, ilmu hadits dirayah adalah ilmu undang-undang

yang dapat mengetahui keadaan sanad dan matan. Definisi ini lebih pendek 

dari definisi di atas. Sedangkan definisi lain sebagaimana di sebutkan ibnu

hajar, definisi paling baik dari berbagai definisi ilmu hadits dirayah adalah

pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat memperkenalkan keadaan-keadaan rawi dan yang diriwayahkan.

Berbagai definisi di atas banyak kemiripan, pada dasarnya semua definisi

itu sama yakni pengetahuan tentang rawi dan yang diriwayahkan atau

sanad dan matannya baik juga berkaitan dengan pengetahuan tentang

syarat-syarat periwayahan, macam-macamnya atau hukum-hukumnya.

Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah

adalah ilmu ushul al-hadits. Pada mulanya pembahasan yang menyangkut 

ilmu hadits dirayah sangat beragam. Kemudian muncullah beberapa ilmu

yang bertalian dengan kajian analisis dan semuanya terangkum dalam satu

nama, yakni ilmu hadits. Munculnya berbagai ilmu tersebut diakibatkan

banyaknya topik tentang hadits dirayah tersebut dengan tujuan dan

metodenya berbeda-beda. Berikut di antara ilmu-ilmu yang bermunculan

dari berbagai ragam topik ilmu dirayah;

a. Ilmu Jarah Wa Al-Ta’dil 

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 14/15

Ilmu ini membahas para rawi, sekiranya masalah yang membuat mereka

tercela atau bersih dalam menggunakan lafad-lafad tertentu. Ini adalah

buah ilmu tersebut dan merupakan bagian terbesarnya.

b. Ilmu Tokoh-Tokoh Hadits

Dengan ilmu ini dapat diketahui apakah para rawi layak menjadi perawi

atau tidak. Orang yang pertama di bidang ini adalah al-bukhari (256 H).

dalam bukunya thabaqat, ibn sa’ad (230 H) banyak menjelaskannya. 

c. Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits

Iamam Nawawi berkata dalam kitab al-Taqrib, “ini adalah salah satu

disiplin ilmu dirayah yang terpentinng.” Ilmu ini membahas hadits-hadits

yang secara lahiriyah bertentangan, namun ada kemumkinan dapat 

diterima dengan syarat. Jelasnya, umpamanya ada dua hadits yang yang

makna lahirnya bertentangan, kemudian dapat diambil jalan tengah, atau

salah satunya ada yang di utamakan.

Misalnya sabda rasulullah SAW, “tiada penyakit menular ” dan sabdanya

dalam hadits lain berbunyi, “Larilah dari penyakit kusta sebagaimana kamu

lari singa”. Kedua hadits tersebut sama-sama shahih. Lalu diterapkanlahjalan tengah bahwa sesungguhnya penyakit tersebut tidak menular dengan

sendirinya. Akan tetapi allah SWT menjadikan pergaulan orang yang sakit 

dengan yang sehat sebagai sebab penularan penyakit.

Di antara ulama yang menulis tentang ilmu mukhtalaf al-hadits adalah

imam syafi’I (204 H), Ibn Qutaibah (276 H), Abu Yahya Zakariya Bin Yahya

al-Saji (307 H) dan Ibnu al-Jauzi (598 H).

d. Ilmu Ilal Al-Hadits

Ilmu ini membahas tetentang sebab-sebab tersembunyinya yang dapat 

merusak keabsahan suatu hadits. Misalnya memuttasilkan hadits yang

mungkati’, memarfu’kan hadits yang maukuf dan sebagainya. Dengan

demikian menjadi nyata betapa pentingnya ilmu ini posisinya dalam

disiplin ilmu hadits.

8/4/2019 Pengertian Dan Sejarah Ilmu Hadis

http://slidepdf.com/reader/full/pengertian-dan-sejarah-ilmu-hadis 15/15

 

e. Ilmu Gharib Al-Hadits

ilmu ini membahas tentang kesamaran makna lafad hadits. Karena telah

berbaur dengan bahasa arab pasar. Ulama yang terdahulu menyusun kitab

tentang ilmu ini adalah abu hasan al-nadru ibn syamil al-mazini, wafat pada

tahun 203 H.

f. ilmu Nasakh Wa Al-Mansukh Al-Hadits

ilmu nasakh wa al-mansukh al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang

hadits-hadits yang bertentangan yang hukumnya tidak dapat 

dikompromikan antara yang satu dengan yang lain.yang dating dahulu

disebut mansukh (hadits yang dihapus) dan yang datang kemudian disebut nasikh (hadits yang menghapus).

Pengetahuan ilmu tentang nasikh mansukh ini merupakan ilmu yang sangat 

penting untuk dan wajib dikuasai oleh seorang yang akan mengkaji hokum

syariat. Sebab tidak mungkin bagi seseorang yang akan membahas tentang

hokum syar’I sementara ia tidak mengenal dan menguasai ilmu tentang

nasikh mansukh.

Al-hazimi berkata: disiplin ilmu ini (nasikh mansukh) termasul

kesempurnaan ijtihad. Karena, rukun yang paling penting dalam beriitihadadalah pengetahuan tentang penulilan hadits, dan sedangkan faidah dari

pengetahuan tentang penikilan adalah pengetahuan tentang nasikh dan

mansukh.

Nasikh adalah yang menghapus atau membatalkan. Kadang-kadang nasikh

ini di lakukan oleh nabi sendiri, seperti, sabdanya, “Aku pernah melarang

ziarah kubur, lalu sekarang berziarahlah, karena itu akan mengingattkanmu

pada akhirat.” 

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2127085-

hadits-riwayah-dan-dirayah/#ixzz1Yuu9YJiJ