pengertian work sampling

14
Pengertian Work Sampling Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pada awalnya cara ini dikembangkan di Inggris oleh seorang yang bernama L.H.C. Tippet di pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya cara ini kemudian dipakai di negara lain secara lebih luas. Dari namanya dapat diduga bahwa cara ini menggunakan ilmu statistik, tetapi pada sampling pekerjaan hal ini tampak lebih nyata. Pengukuran waktu jam henti merupakan cara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung di tempat berjalannya pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamatan tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati (di tempat pekerjaan) hanya pada sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak. sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak (Sutalaksana, 1979). Metode sampling pekerjaan sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang relatif panjang. Pada dasarnya prosedur pelaksanaanya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (Sritomo, 1992). Kegunaan dan Langkah Sampling Pekerjaan. Sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi sampling untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan tersebut yaitu untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja, mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik, menentukan waktubaku bagi pekerja-pekerja tidak langsung dan dapat memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan (Sutalaksana, 1979).

Upload: mauliansyah-syachzero

Post on 27-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Work Sampling

Pengertian Work Sampling

Work Sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pada awalnya cara ini dikembangkan di Inggris oleh seorang yang bernama L.H.C. Tippet di pabrik tekstil di Inggris, tetapi karena kegunaannya cara ini kemudian dipakai di negara lain secara lebih luas. Dari namanya dapat diduga bahwa cara ini menggunakan ilmu statistik, tetapi pada sampling pekerjaan hal ini tampak lebih nyata.

Pengukuran waktu jam henti merupakan cara langsung karena dilakukan dengan melakukan pengukuran secara langsung di tempat berjalannya pekerjaan. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamatan tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati (di tempat pekerjaan) hanya pada sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak. sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat pada waktu yang ditentukan secara acak (Sutalaksana, 1979).

Metode sampling pekerjaan sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang relatif panjang. Pada dasarnya  prosedur pelaksanaanya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini dalam keadaan bekerja atau menganggur (Sritomo, 1992).

Kegunaan dan Langkah Sampling Pekerjaan.

Sampling pekerjaan mempunyai beberapa kegunaan lain di bidang produksi sampling untuk menghitung waktu penyelesaian. Kegunaan tersebut yaitu untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja, mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik, menentukan waktubaku bagi pekerja-pekerja tidak langsung dan dapat memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan (Sutalaksana, 1979).

Selanjutnya langkah dalam melakukan sampling pekerjaan tidak berbeda dengan cara jam henti. Begitu pula langkah-langkahnya adalah menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling pekerjaan dilakukan, yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan. Jika sampling ditujukan untuk mendapatkan waktu baku, lakukanlah penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja yang baik. Jika sebelum, perbaikan atas kondisi dan cara kerja harus dilakukan dahulu. Memilih operator yang baik, bila perlu mengadakan latihan bagi para operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan. Melakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan.Menyiapkan perlatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembar-lembar pengamatan, pena atau pensil (Sutalaksana, 1979).

Cara melakukan sampling pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan. Langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi yang diperlukan untuk tingkat keyakinan yang diperlukan (Sutalaksana, 1979).

Page 2: Pengertian Work Sampling

Pada langkah sampling pendahuluan dilakukan sejumlah kunjungan yang banyaknya ditentukan oleh pengukur, biasanya tidak kurang dari 30. Pada langkah pengujian keseragaman data, didapatkan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas kontrol yang kita cari bisa kita dapatkan melalui rumus sebagai berikut:

dengan nilai P1 didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

Menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan yaitu diperlukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% diketahui melalui rumus sebagai berikut:

Dimana k adalah konstanta, S adalah tingkat ketelitian dan P didapatkan melalui rumus sebagai berikut:

Waktu Baku Pengamatan  Acak

Kunjungan dilakukan dalam waktu yang ditentukan secara acak. Biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satuan waktu tidak terlampau singkat dan juga tidak terlampau panjang. Berdasarkan satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.

Selanjutnya dikatakan bahwa panjang satuan waktu tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang. Pertama kalinya sudah jelas, yaitu bila terlalu pendek misalkan satu menit, kemugkinan mendapatkan dua atau lebih kunjungan berturut-turut setiap satu menit sekali tentunya menyulitkan. Kedua mudah pula dimengerti, yang akan

Page 3: Pengertian Work Sampling

menyebabkan jumlah kunjungan per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, 1979).         

Seperti yang sudah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab beberapa hal yaitu persentase atau proporsi antara aktvitas dan idle, penetapan waktu baku kegiatan. Seperti halnya dalam Stopwatch Time Study maka disini juga harus diestimasikan terlebih dahulu performance rating dari operator yang diukur dan waktu longgar yang ada (Sritomo, 1992).

Dalam penghitungan waktu baku, waktu kelonggaran dan faktor penyesuaian sangat menentukan. Lebih mudahnya dapat dilakukan melalui urutan langkah dari rumus sebagai berikut:

Kelonggaran dapat ditentukan dari 2 hal yaitu sifat kegiatan dari kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri. Misalnya, untuk menghilangkan rasa fatigue operator tidak selalu berhenti bekerja, tetapi juga dapat dengan melambatkan kecepatan kerja. Kedua adalah bahwa operator yang diukur harus seorang yang melakukan kegiatan-kegiatan kelonggaran secara wajar, artinya dia tidak bercakap-cakap terlampau banyak, sering minum atau ke kamar kecil karena badan yang tidak sehat dan sebagainya. Hal ini adalah untuk menjamin agar kelonggaran yang berakhirnya didapatkan merupakan kelonggaran yang sepantasnya (Sutalaksana, 1979).

Cara schumard memberikan patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri. Pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas-kelas Superfast+, Fast, Fast-, Exellent dan seterusnya. Seorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan nama performance kerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian.

Page 4: Pengertian Work Sampling

Kelas penyesuaian

Superlast

Fast +

Fast

Fast –

Exellent

Good +

Good

Good –

Normal

Fair +

Fair

Fair  -

Poor

100

95

90

85

80

75

70

65

60

55

50

45

40

Peringkat Kinerja Operator (Performance   Rating)

Posted by fariedpradhana on April 25, 2012 Posted in: Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. Tagged: APK&E, definisi pengukuran, pengukuran adalah, sampling pekerjaan, waktu baku. 2 Komentar

Definisi Pengukuran

Pengukuran adalah membandingkan besaran yang digunakan dengan besaran standar. Sesuai dengan namanya, pengukuran waktu ini menggunakan jam henti atau stopwatch sebagai alat utamanya. Cara ini sering digunakan karena merupakan cara yang paling banyak dikenal, alasan lainnya yang menyebabkan metode ini sering digunakan adalah kesederhanaan aturan-aturan pengukuran yang dipakai (Sutalaksana, 2006).

Teknik pengukuran waktu dibagi menjadi pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan di tempat di mana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan, termasuk di dalamnya cara jam berhenti dan sampling pekerjaan. Untuk pengukuran waktu secara tidak langsung, perhitungan waktu dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan. Bisa dilakukan

Page 5: Pengertian Work Sampling

dengan membaca tabel-tabel yang menggambarkan elemen-elemen gerakan, termasuk di dalamnya data waktu baku dan data waktu gerakan (Sutalaksana, 2006).

Pengukuran waktu kerja dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang terbaik diantaranya di lihat dari segi waktu, dicari dari sistem kerja yang membutuhkan waktu penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu ditujukan juga untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik (Sutalaksana, 2006).

Langkah-Langkah Sebelum Melakukan Pengukuran

            Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti, apalagi jam biasa. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dll. Berikut langkah-langkahnya: (elearning.janabadra.ac.id).

1. Penetapan Tujuan Pengukuran. Dalam pengukuran waktu, hal-hal yang penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.

2. Melakukan Penelitian Pendahuluan. Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut. Artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun dengan kondisi yang bersangkutan itu.

3. Memilih Operator. Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan dapat diandalkan hasilnya.

4. Melatih Operator. Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang pelatihan masih diperlukan bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga operator tidak berpengalaman menjalankannya.

5. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerja. Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah waktu dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak mulai bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.

6. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran. Setelah kelima langkah di atas dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan perlengkapan yang diperlukan, hal-hal tersebut adalah:

Page 6: Pengertian Work Sampling

a. Jam Henti

Yaitu mempunyai sebuah jarum penunjuk, bila tombol A ditekan jarum akan berputar dan berhenti jika tombol B ditekan. Tombol C berfungsi untuk mengembalikan jarum ke skala nol.

b. Lembaran-Lembaran Pengamatan

Lembaran-Lembaran Pengamatan digunakan untuk mencatat hasil-hasil pengukuran. Agar catatan ini baik biasanya lembaran-lembaran itu disediakan sebelum pengukuran dengan kolom dan baris yang memudahkan pencatatan dan pembacaan kembali.

c. Pena dan Pensil

Disiapkan untuk mencatat segala yang diperlukan pada lembaran-lembaran pengamatan.

d. Papan Pengamatan

Dipakai sebagai alas lembaran pengamatan sehingga memudahkan pencatatan. Contoh bentuk papan yang baik, yaitu bersifat ergonomic.

Melakukan Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan. Bila operator telah siap di depan mesin atau tempat kerja lain yang waktu kerjanya akan diukur. Pengukur memilih posisi untuk tempat operator berdiri mengamati dan mencatat. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu gerakan-gerakannya atau merasa canggung karena merasa terlampau diamati (Sutalaksana, 2006).

Hal yang pertama dilakukan adalah pengukuran pendahuluan. Tujuan melakukan hal ini adalah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistical dari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan. Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah pengukuran yang banyak ditentukan oleh pengukur, biasanya 16 kali atau lebih. Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan, selanjutnya dijalankan tahap-tahap kegiatan menguji keseragaman data dan menghitung jumlah pengukuran yang harus dilakukan. Bila jumlah pengukuran yang dilakukan belum mencukupi, dilanjutkan dengan pengukuran tambahan, yaitu mengukur lagi untuk ‘mengejar’ jumlah minimum yang diperlukan. Untuk kecermatan, setelah pengukuran memenuhi syarat kecukupan data seperti yang telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman data dan perhitungan kecukupan data. Bila kali ini data yang ada terhitung cukup, barulah pengukuran dihentikan (Sutalaksana, 2006).

Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Pada pengukuran-pengukuran ini adalah waktu sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran yang ideal tentunya dilakukan

Page 7: Pengertian Work Sampling

pengukuran-pengukuran yang sangat banyak, karena demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya. Namun, sebaliknya jika dilakukan hanya beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Dengan demikan yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga, dan biaya yang besar tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja (Sutalaksana, 2006).

Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali, pengukur akan kehilangan sebagian kepastian akan ketetapan/rata-rata waktu penyelesaian yang sebenarnya, hal ini harus disadari oleh pengukur. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen atau dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi, inipun dinyatakan dalam persen (Sutalaksana, 2006).

Melakukan Perhitungan Waktu Baku

Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlah telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka selesailah kegiatan pengukuran waktu. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data terkumpul itu adalah sebagai berikut: (Sutalaksana, 2006).

a. Hitung waktu siklus, yang tidak lain adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran.

b. Hitung waktu normal.

Wn = Ws × p

c. Hitung waktu baku

Wb = Wn + (Wn × ℓ)

Keterangan :  Ws  = waktu siklus

∑Xi             = jumlah nilai data

N    = jumlah data

Wn  = waktu normal

Page 8: Pengertian Work Sampling

p     = penyesuaian

Wb  = waktu baku

ℓ     = kelonggaran

Tujuan Melakukan Penyesuaian

Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah karena diburu waktu, atau alasan menjumpai kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab itu dapat mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Jadi, tujuan dari penyesuaian adalah untuk menentukan harga rata-rata waktu dan harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian (Sutalaksana, 2006).

Penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Bila operator bekerja di atas normal atau terlalu cepat, maka harga p nya akan lebih besar dari 1, bila dipandang di bawah normal maka harga p nya akan lebih kecil dari harga 1, dan bila operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1. Menurut konsep yang dikemukakan oleh Lawry Maynard dan Stegemarten melalui cara penyesuaian westinghouse bahwa ada empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau tidak dalam bekerja yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi (Sutalaksana, 2006).

Cara Menentukan Faktor Penyesuaian

Cara pertama yaitu cara persentasi, dimana faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melekukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukuran pengamat menentukan harga p yang menurutnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Cara ini merupakan cara yang paling sederhana maka segera pula terlihat terdapat kekurangan ketelitian sebagai akibat dari kasarnya cara penelitian. Maka dikembangkan cara lain yang lebih objektif seperti cara shumard di mana memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performance kerja di mana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Kelas-kelas tersebut seperti menurut kelas superfast+,  fast,  fast-, excellent dan seterusnya. Berbeda dengan cara shumard, cara westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau tidak dalam bekerja seperti keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi (Sutalaksana, 2006).

Cara terakhir yaitu objektif, dengan memperhatikan dua faktor kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerjaan yang dipandang secara bersama dapat menentukan berapa harga p untuk mendapatkan waktu normal. Disini pengukur melakukan penilaian keseluruhan yaitu menilai semua faktor yang dianggap berpengaruh sekaligus (Sutalaksana, 2006).

Fungsi Kelonggaran

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat terhindarkan. Ketiga hal ini

Page 9: Pengertian Work Sampling

merupakan hal-hal secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama pengukuran tidak teramati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan (Sutalaksana, 2006).

Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi

Termasuk ke dalam kelonggaran kebutuhan pribadi disini adalah, hal-hal seperti minum sekedarnya, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan kejenuhan dalam bekerja. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya, karena setiap pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan ‘tuntutan’ yang berbeda-beda. Penelitian yang khusus perlu dilakukan untuk menentukan besarnya kelonggaran ini secara tepat seperti dengan sampling pekerjaan ataupun secara fisiologis. Berdasarkan penelitian ternyata besarnya kelonggaran ini bagi pekerja pria berbeda dari pekerja wanita misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal pria memerlukan 2-2,5 dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal) (elearning.janabadra.ac.id).

Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Fatigue

Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya salah satu cara untuk menentukan kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat saat-saat di mana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat di mana menurunnya hasil produksi disebabkan oleh timbulnya rasa fatigue karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannnya (Sutalaksana, 2006).

Jika rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatigue. Bila hal ini berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatigue total yaitu, jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal ini jarang terjadi karena berdasarkan pengalaman pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa, sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditunjukkan untuk menghilangkan rasa fatigue ini (Sutalaksana, 2006).

Kelonggaran untuk Hambatan-Hambatan Tak Terhindarkan

Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai ‘hambatan’. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada di luar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan yang pertama jelas tidak ada pilihan lain selain menghilangkannya, sedangkan bagi yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin, hambatan akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan adalah: (Sutalaksana, 2006).

Page 10: Pengertian Work Sampling

1. Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.2. Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin.3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong

yang patah.4. Mengasah peralatan potong.5. Mengambil alat-alat atau bahan-bahan khusus dari gudang.

Waktu Normal = Total waktu x performans rating (%)Waktu Standard = Waktu normal + % allowances x waktu normal