pengukuran kinerja dan evaluasi program fix

16
1 Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penganggaran dan Evaluasi Kinerja Sektor Publik Disusun Oleh : 1. Mariatul Ulfa Mansyur (125020300111034) 2. Martina Dyah Ayu Retnani (125020307111047) 3. Adisty Bramantyo Sehartian (125020306111001) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: brionee-anabella

Post on 21-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Public Sector Accounting

TRANSCRIPT

Page 1: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

1

Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Penganggaran dan Evaluasi Kinerja

Sektor Publik

Disusun Oleh :

1. Mariatul Ulfa Mansyur (125020300111034)

2. Martina Dyah Ayu Retnani (125020307111047)

3. Adisty Bramantyo Sehartian (125020306111001)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

2

PENDAHULUAN

Pada saat sekarang ini, tuntutan terhadap penyelenggaraan tata kelola pemerintahan

yang baik atau Good Governance kepada pemerintah semakin mengemuka. Adapun

beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Good Governance antara lain

transparansi, akuntabilitas, serta tujuan yang jelas dengan penerapan anggaran berbasis

kinerja. Untuk kesuksesan hal tersebut diperlukan keseriusan aparat pemerintah agar sesuai

dengan prinsip – prinsip good governance tersebut.

Pelaksanaan anggaran berbasis kinerja merupakan mekanisme penganggaran

(budgeting) yang menjadikan kinerja dan pencapaian hasil sebagai wujud

pertanggungjawabannya. Pada penerapan anggaran berbasis kinerja, diperlukan adanya

standardisasi sebagai tolak ukur kinerja, agar pengukuran pertanggungjwaban kegiatan

anggaran tidak bias. Anggaran berbasis kinerja yang efektif akan mengidentifikasikan

keterkaitan antara nilai uang dan hasil.

Keunggulan anggaran berbasis kinerja, adalah bahwa penyusunan anggaran ini

dilakukan dengan mendasarkan pada program, fungsi serta aktivitas dengan menetapkan

satuan pengukuran tertentu dan tujuan yang telah dirumuskan, sehingga dapat dilakukan

penilaian terhadap masukan dan keluaran atau penilaian terhadap kinerja pelaksanaan

kegiatan.

Dengan penerapan anggaran berbasis kinerja diharapkan dapat menghasilkan

anggaran daerah yang benar – benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan dari

masyarakat daerah terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan

efektif. Berikut ini paradigma – paradigma dari anggaran daerah yang diperlukan :

Anggaran daerah harus bertumpu pada kepentingan publik

Anggaran daerah harus dikelola dengan hasil yang baik dan biaya rendah

Anggaran daerah harus mampu memberikan transparansi dan akuntanbilitas secara

rasional untuk keseluruhan siklus anggaran

Anggaran daerah harus dikelola dengan pendekatan kinerja untuk seluruh jenis

pengeluaran maupun pendapatan

Page 3: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

3

Anggaran daerah harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap

organisasi yang terkait

Anggaran daerah harus dapat memberikan keleluasaan bagi para pelaksananya

untuk memaksimalkan pengelolaan dananya dengan memperhatikan prinsip value

for money

Dengan demikian, sangat penting bagi sektor publik untuk berupaya memperbaiki

proses penganggaran melalui penerapan anggaran berbasis kinerja. Melalui penerapan

anggaran berbasis kinerja , maka dapat dilakukan penilaian terhadap masukan dan

keluarannya, atau penilaian terhadap kinerja setiap pelaksanaan kegiatan di sektor publik.

Page 4: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

4

ERA MANAJEMEN BERBASIS KINERJA

Perubahan menuju era manajemen berbasis kinerja sebenarnya merupakan bagian

dari gerakan welfare reform di negara-negara Eropa. Gerakan welfare reform menghendaki

organisasi sektor publik, khususnya pemerintahan, memberikan pelayanan yang efisien dan

efektif kepada masyarakat.Jika selama ini manajemen sektor publik, berfokus pada

pengendalian input, output, pemenuhan standar, dan kepatuhan anggaran, maka setelah

reformasi bergeser pada penekanan kinerja yang mengukur outcome, hasil, manfaat, dan

dampak terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Osborne dan Gaebler (1992) menyatakan bahwa pemerintah selalu menghitung

sesuatu atau mengeluarkan laporan – laporan statistk yang hanya berfokus pada input atau

output saja namun jarang mereka berfokus pada outcome atau hasil, seperti misalnya

berapa dana dibelanjakan, berapa orang dilayani, dan pelayanan apa saja yang diterima oleh

tiap – tiap orang. Jauh sebelumnya, Sorensen dan Grove (1977) telah menyarankan

organisasi sektor publik untuk menggunakan teknik penilaian kinerja yang berfokus pada

analisis cost-outcome dan cost-effectiveness atas program pelayanan yang diberikan.

Costoutcome adalah biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan outcome tertentu,

sedangkan cost effectiveness mengacu pada seberapa efektif biaya yang dikeluarkan

mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.Analisis cost-outcome dan cost-effectiveness

tersebut diperlukan karena beberapa alasan :

1. Terkait dengan adanya kegagalan dalam menentukan indikator sosial dalam analisis

biaya manfaat (cost-benefit analysis).

2. Adanya peran yang semakin besar bagi organisasi sektor publik dan tuntutan

akuntabilitas. Keberadaan organisasi sektor publik adalah untuk memberikan

pelayanan, bukan mengejar laba, sehingga pilihan alternatif tindakan dan penilaian

atas kinerja menjadi suatu yang sulit. Semakin kompleks pelayanan yang harus

dilakukan organisasi sektor publik akan menciptakan tekanan baru mengenai

perlunya sistem penilaian kinerja yang lebih efektif.

3. Tuntutan terhadap penilaian kinerja tidak saja berasal dari pihak eksternal, tetapi

juga dari pihak internal. Manajer publik membutuhkan penilaian terhadap

pencapaian outcome atas program dan kegiatan yang dilakuakn serta penilaian

manfaat dan dampak aktivitas tersebut terhadap sistem sosial secara holistik.

Page 5: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

5

STRUKTUR PROGRAM YANG JELAS UNTUK MENCAPAI OUTPUT DAN

OUTCOME YANG TERUKUR, SERTA JELAS PENANGGUNG JAWABNYA

Program merupakan kumpulan kegiatan – kegiatan yang sistematis dan terpadu

guna mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan – kegiatan tersebut

merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan program yang telah

ditetapkan dan merupakan cerminan dari strategi konkrit untuk diimplementasikan dengan

sebaik – baiknya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran. Perencanaan program

menjelaskan hubungan garis organisasi secara kolektif yang menunjukan apa yang hendak

dicapai (output dan outcome) dan bagaimana setiap rupiah (input) dialokasikan untuk

memenuhi program dan sasaran. Oleh karena itu diperlukan struktur program yang jelas

untuk dapat dicapai output dan outcome yang terukur.

Bagan Penanggung Jawab dan Indikator Kinerja

Anggaran berbasis kinerja pada dasarnya merupakan pendekatan yang

mengutamakan output dari berbagai program dan kegiatan yang akan dicapai sehubungan

dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Hal ini berati

bahwa setiap dana yang dianggarkan untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan

harus terukur secara jelas indikator kinerjanya yang dipresentasikan ke dalam tolak ukur

kinerja input, output, outcome, benefit, dan impact serta target yang diharapkan.

Penanggung jawab

Menteri/pimpinan lembaga

Kepala Satker

Program

Satker

Hasil / Outcome

Keluaran / Output

Level Indikator Anggaran

Berbasis

Kinerja

dan

Indikator

Kinerja

Page 6: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

6

INDIKATOR KINERJA

Indikator Kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan

pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Indikator

kinerja juga berarti sebagai ukuran kuantitatif dan/ atau kualitatif yang menggambarkan

tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000).

Agar pengukuran dapat dilakukan, maka kinerja harus dapat dinyatakan dalam angka

(kuantifikasi). Oleh karena itu diperlukan indikator-indikator yang dapat menunjukkan

secara tepat tingkat prestasi kerja/kinerja.

KONSEP “VALUE FOR MONEY” (VFM)

Salah satu prinsip utama yang mesti terkandung dalam penganggaran adalah penekanan

pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output yang diukur dengan

beberapa indikator. Tiga elemen dalam konsep value for money meliputi:

a) Ekonomis

Ekonomis dapat diartikan sebagai pemerolehan input dengan kuantitas dan kualitas

tertentu pada harga terendah atau dalam praktik berarti “meminimalkan penggunaan

sumberdaya dalam melaksanakan suatu kegiatan”. Input (masukan) merupakan

segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk

menghasilkan keluaran. Input dapat berupa anggaran/dana, sumber daya manusia,

peralatan/teknologi, material yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Organisasi harus dapat memastikan bahwa dalam pemerolehan sumber daya input,

seperti material, barang, dan bahan baku tidak terjadi pemborosan.

b) Efisien

Efisien dapat dimaknai sebagai pemanfaatan input minimal untuk mencapai hasil

yang maksimal atau dalam praktik berarti “melaksanakan sesuatu dengan benar”.

Suatu program (kegiatan) dikatakan efisien jika program atau kegiatan tersebut

mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya atau dengan

input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.

c) Efektif

Kata efektif kerap diartikan mencapai tujuan dan sasaran dengan target yang telah

ditetapkan secara maksimal atau dalam praktik berarti “melakukan hal yang benar”.

Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil

yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan

tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin

efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekenomi berfokus pada input,

efeisiensi pada output atau proses, maka efektivitas berfokus pada outcome (hasil).

Suatu program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa

memenuhi tujuan yang diharapkan.

Page 7: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

7

JENIS INDIKATOR KINERJA

a) Masukan (Input): Merupakan sumber daya yang digunakan untuk memberikan

pelayanan pemerintah. Ukuran masukan berguna dalam rangka memonitor jumlah

sumber daya yang digunakan untuk mengembangkan, memelihara dan

mendistribusikan produk, kegiatan dan atau pelayanan.

b) Keluaran (Output): Indikator keluaran dapat menjadi landasan untuk menilai

kemajuan suatu kegiatan apabila target kinerjanya (tolok ukur) dikaitkan dengan

sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu.

Indikator keluaran harus sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang

bersangkutan. Indikator keluaran (output) digunakan untuk memonitor seberapa

banyak yang dapat dihasilkan atau disediakan.

c) Efisiensi: Ukuran efisiensi biaya berkaitan dengan biaya setiap kegiatan/aktivitas

dan menjadi alat dalam membuat Analisis Standar Biaya (ASB) serta menentukan

standar biayanya. Ukuran efisiensi merupakan fungsi dari biaya satuan (unit cost)

yang membutuhkan alat pembanding dalam mengukurnya. Indikator ini berguna

untuk memonitor hubungan antara jumlah yang diproduksi dengan sumber daya

yang digunakan. Ukuran efisiensi menunjukkan perbandingan input dan output dan

sering diekspresikan dengan rasio atau perbandingan.

d) Kualitas (Quality): Ukuran kualitas digunakan untuk menentukan apakah harapan

konsumen sudah dipenuhi. Perbandingan antara input-output sering digunakan

untuk menciptakan ukuran kualitas dan mengidentifikasikan aspek yang pasti

perihal pelayanan, produk dan aktivitas yang diproduksi unit kerja yang diperlukan

masyarakat. Perbandingan antara output yang spesifik dengan keseluruhan output

menciptakan ukuran akurasi, ketepatan waktu, dan aturan tambahan yang

diperlukan.

e) Hasil (Outcome): Indikator hasil (outcome) merupakan ukuran kierja dari program

dalam memnuhi sasarannya. Ukuran hasil (outcome) digunakan untuk menentukan

seberapa jauh tujuan dari setiap fungsi utama, yang dicapai dari output suatu

Input:

Pendanaan

Program/

Kegiatan Output Outcome

Outcome

Outcome

Outcome

Outcome

“Efisiensi” “Efektivitas”

Page 8: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

8

aktivitas (produk atau jasa pelayanan), telah memenuhi keinginan masyarakat yang

dituju.

PENENTUAN INDIKATOR KINERJA

Penentuan indikator kinerja harus memenuhi criteria-kriteria sebagai berikut:

1. Spesifik

Berarti unik, menggambarkan obyek/subyek tertentu, tidak berdwimakna atau

diinterpretasikan lain.

2. Dapat Diukur

Secara obyektif dapat diukur baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

3. Relevan

Indikator kinerja sebagai alat ukur harus terkait dengan apa yang diukur dan

menggambarkan keadaan subyek yang diukur, bermanfaat bagi pengambilan

keputusan.

4. Tidak Bias

Tidak memberikan kesan atau arti yang menyesatkan.

PENGUKURAN KERJA DAN EVALUASI PROGRAM

Pengukuran kinerja diperlukan untuk menilai seberapa besar perbedaan (gap) antara kinerja

actual dengan kinerja diharapkan. Sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dilakukan

dengan baik.

Menurut (Otley, 1999) kinerja mengacu pada sesuatu yang terkait dengan kegiatan

melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut.

Kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/kegiatan/kebijakan dalam mewujudkan sasaran tujuan, misi, dan visi

organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Jadi, pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat atau

menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga

dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan

dan akuntanbilitas.

ELEMEN-ELEMEN POKOK PENGUKURAN KINERJA

1. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi

Page 9: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

9

2. Merumuskan indicator dan ukuran kinerja

3. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran organisasi

4. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi meningkatkan kualitas

pengambilan keputusan dan akuntabilitas)

MANAJEMEN KINERJA TERINTEGRASI

Menurut Mahmudi, 2006, Manajemen kinerja terintegrasi (intergrated performance

management) terdiri atas dua bagian utama, yaitu :

a. Perencanaan kinerja

Adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan kedepan untuk menetapkan

tingkat kinerja yang diinginkan dimasa mendatang.

Perencanaa kinerja terdiri atas 4 tahap :

1. Penentuan misi, visi, tujuan, dan strategi

2. Penerjemahan misi, visi, tujuan dan strategi kedalam sasaran strategic, inisiatif

strategic, indicator kinerja (input, output, outcome, benefit, impact)

3. Penyusunan program

4. Penyusunan anggaran

b. Pengukuran kinerja

Sementara itu rerangka pengukuran kinerja value for money dibangun atas tiga

komponen utama, yaitu :

1. Komponen misi, visi, sasaran dan target

2. Komponen input, proses, output dan outcome

3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas

Sebelum dilakukan pengukuran ekonomi efisiensi, dan efektivitas, tahap pertama yang

harus dilakukan adalah menentukan misi, visi, tujuan, sasaran, dan target kinerja.

Penentuan misi, visi, tujuan, sasaran dan target dapat didahului dengan kegiatan

penjaringan aspirasi masyarakat. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa

pelayanan adalah fungsi kebutuhan, bukan fungsi ketersediaan dana, maka penjaringan

aspirasi masyarakat dilakukan untuk mengetahui kebutuhan public. Tingkat kebutuhan

public akan berimplikasi pada tingkat dan jenis peayanan yang perlu diberikan.

Page 10: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

10

Setelah perangkat berupa misi, visi, tujuan, sasaran, target kinerja, sasaran dan program

ditetapkan tahap berikutnya adalah mengembangkan metodologi penilaian kinerja. Langkah

pertama organisasi harus menentukan indicator input, output, outcome, benefit dan impact.

Setelah indicator-indikator tersebut ditetapkan, organisasi kemudian baru bisa mengukur

ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Apakah pengukuran kinerja itu ?

Pengukuran kinerja pemerintah daerah mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda,

tergantung potensi yang dimilikinya. Secara internasional, ukuran indicator digunakan

untuk pengembangan program sebagai informasi pembuat keputusan.

Menurut KPMG government service yang dimaksud dengan pengukuran kinerja adalah

sebuah sistem yang membantu pimpinan daerah dalam :

1. Membuat standard an tujuan outcome

2. Mengukur kinerja pada tujuan, standar atau benchmark, dan

3. Mengkomunikasikan hasil

Intinya, pengukuran kinerja mengarahkan pemikiran dan memfokuskan pada teknik praktik

dalam penilaian dan pembangunan akuntabilitas. Pada tahun 1980, GAO mendefinisikan

PERENCANAAN KINERJA

visi

misi

tujuan

Kebijakan

nn

program

Kegiatan

Sub kegiatan

Page 11: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

11

pengukuran kinerja, sebagai sebuah penilaian dari kinerja organisasi, termasuk pengukuran

kinerja, sebagai sebuah penilaian dari kinerja organisasi, termasuk pengukuran mengenai:

1. Productivity, merupakan rasio output dan input organisasi

2. Effectiveness, merupakan bagaimana organisasi mencapai tujuan, dan

3. Timeliness, merupakan ketepatan waktu dalam pencapaian tujuan.

INFORMASI PENGUKURAN KINERJA

Dalam pengukuran kinerja, GASB mengelompokkan beberapa tipe informasi antara lain:

a. Input. Mengukur sumberdaya pemerintah dalam penyediaan jasa

b. Output. Indicator jumlah jasa yang disediakan.

c. Outcome. Mengukur bagaimana tujuan pelayanan dapat dicapai

d. Efficiency. Indicator yang mengukur permintaan jumlah sumberdaya dalam

memproduksi unit satuan dari output atau dalam mencapai outcome tertentu.

e. Explanatory Information. Relevansi kesesuaian data yang akan dan berdampak pada

kinerja pelayanan karena data menjelaskan isi dengan pelayanan yang disediakan.

TUJUAN INFORMASI KINERJA

1. Setting tujuan dan sasaran

2. Perencanaan aktivitas program untuk mencapai tujuan dan sasaran

3. Mengalokasikan sumberdaya kedalam program

4. Memonitor dan mengevaluasi hasil untuk menentukan progress dalam pencapaian

tujuan dan sasaran, dan

5. Memodifikasi perencanaan program untuk meningkatkan kinerja.

Page 12: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

12

TAHAP PENILAIAN KINERJA

Berikut tiga tahapan penilaian kinerja pemerintah daerah :

PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA

Berdasarkan ICD (international conference on decentralitation) ketigas yang dilaksanakan

di Philipina, merekomendasikan tiga alat pendekatan dalam melakukan pengukuran kinerja

di pemerintah daerah, anatar lain :

(a) Balance scorecard approach

Karakteristik dari pendekatan ini adalah memfokuskan pada integrasi antara unit kerja,

stakeholder, dan perspektif organisasi.

(b) Logic model,

Karakteristiknya berorientasi investasi, praktis dan strategis, dan mempunyai pola

jangka panjang dan jangka pendek

(c) Performance benchmarking

Tahap 1:

Mendefiniskan misi dan keluaran yang diinginkan

Langkah :

1. Melibatkan stakeholder

2. Menilai lingkungan

3. Mengarahkan aktivitas, proses inti dari sumber

daya

Tahap 3:

Menggunakan

informasi kinerja

Langkah :

6. mengidentifikasi

perbedaan kinerja

7. lap. Informasi

8. penggunaan

informasi

Tahap 2:

Mengukur kinerja

Langkah :

4. menciptakan satu set ukuran kinerja pada

masing-masing unit organisasi yang :

a. menunjukkan hasil

b. terbatas pada hal-hal tertentu

c. tanggapan atas prioritas ganda, dan

d. terhubung dengan program-program

pertanggungjawaban

5. pengumpulan data

Memperkuat

implementasi hasil

pengukuran

Langkah :

9. pelimpahan

pengambilan keputusan

atas dasar akuntabilitas

10. memberikan intensif

11. membangun keahlian

12. integrasi reformasi

manajemen

Page 13: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

13

Karakteristiknya model ini adalah berdasarkan bukti, melibatkan organisasi/entitas

lain, praktik terbaik dari organisasi atau entitas lain.

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH

Organisasi dengan sifat dan karakteristiknya yang unk, memerlukan ukuran penilaian

kinerja yang luas. Pengukuran kinerja organisasi sector public meliputi aspek-aspek antara

lain :

a. Masukan (input)

Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk

menghasilkan keluaran

b. Proses (process)

Adalah ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi

pelaksanaan kegiatan

c. Keluaran (output)

Adalah segala sesuatu yang diharapkan langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan

yang dapat berwujud (tangible) maupun tidak terwujud (intangible).

d. Hasil (outcome)

Adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada

jangka menengah yang mempunyai efek langsung

e. Manfaat (manfaat)

adalah segala sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan

f. Dampak (impact)

Adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negat if.

PENETAPAN TARGET KINERJA

Penetapan target kinerja dimaksudkan untuk mengetahui target dari pelaksanaan

kegiatan/program dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan pemerintah daerah dan

perangkat pemerintah daerah.

Indicator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja

(performance measure)

Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam penetapan target kinerja:

Page 14: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

14

1. Memilih dasar penetapan sebagai justifikasi penganggaran yang diprioritaskan pada

setiap fungsi/bidang pemerintahan

2. Memperhatikan tingkat pelayanan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

terhadap suatu kegiatan tertentu

3. Kelanjutan program, tingkat inflasi, dan tingkat efisiensi menjadi bagian yang penting

dalam menentukan target kinerja

4. Ketersediaan sumber daya dalam kegiatan tersebut

5. Kendala yang mungkin dihadapi dimasa depan

Criteria penetapan target kinerja :

a. Spesifik

b. Dapat diukur

c. Dapat dicapai

d. Realistis

e. Kerangka waktu pencapaiannya (time frame) jelas

f. Menggambarkan hasil atau kondisi perubahan yang diinginkan.

Contoh ukuran kinerja

Fungsi

Pemerintahan

Ukuran

Input

Ukuran

Output/beban

kerja

Ukuran

Efisiensi

Ukuran

Kualitas

Ukuran

outcome

Sanitasi Jumlah

jam

tenaga

kerja

pada

dinas

kebersiha

n

Anggaran

dinas

kebersiha

Jumlah ton

sampah

yang

dikumpulka

n

Panjang

jalan

(km)yang

dibersihkan

Jumlah

pelanggan

Jumlah ton

sampah yang

dikumpulkan

untuk tiap

jam kerja

pegawai

(output to

input)

Rupiah yang

dihabiskan

untuk

Persentase

masyarakat

yang

menilai

jalan itu

kurang

bersih,

sudah

bersih, atau

sangat

bersih

Persentase

jalan yang

bersih

(misalnya

diukur

dengan

peninjauan

fisik secara

periodic;

survey oleh

masyarakat

Page 15: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

15

n

Jumlah

kendaraan

yang diberi

jasa

(dilayani)

membersihk

an sampah

tiap (km)

(input to

output)

)

Page 16: Pengukuran Kinerja Dan Evaluasi Program Fix

16

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yunita dan B. Hendra Puranto (2010). Anggaran Berbasis Kinerja: Penyusunan

APBD Secara Komprehensif. UPP STIM YKPN.