penilaian kompetensi dasar skripsi diajukan...

184
PENGEMBANGAN INSTRUl\IE:\ PENILAIAN KOMPETENSI DASAR MEMBACA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA KELAS VII Sl\IP NEGERI 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastl'a Indonesia . Oleh: Maria Rezti Dafrida NIM: 121224043 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 10-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN INSTRUl\IE:\ PENILAIAN KOMPETENSI DASAR

    MEMBACA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK

    SISWA KELAS VII Sl\IP NEGERI 15 YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastl'a Indonesia

    . Oleh:

    Maria Rezti Dafrida

    NIM: 121224043

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2016

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun atas teori

    “pendidikan berdasarkan standar” (standard base education) dan teori kurikulum

    berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar berarti ada standar atau

    tetapan tertentu yang dapat menjamin mutu pendidikan di Indonesia. Bukan hanya

    standar saja melainkan pengalaman belajar anak untuk mengembangkan

    keterampilan dan kompetensinya dalam bersikap, bertingkah laku, dan memiliki

    pengetahuan yang luas.

    Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66

    Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Tujuan dari penetapan standar

    pendidikan adalah untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta sisik sesuai

    dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian,

    (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,

    efektif, efisien,dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil

    penelitian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif (Kunandar,

    2013).

    Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan

    dengan jelas menyatakan pendidikan nasional harus memenuhi standar nasional

    pendidikan. Beberapa standar nasional pendidikan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    dimaksud adalah, (a) tenaga kependidikan,(b) standar sarana dan prasarana, (c)

    standar penilaian pendidikan. Ketiga standar pendidikan tersebut juga tentunya harus

    memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Khusus untuk standar penilaian pendidikan, harus

    memenuhi kriteria dalam asesmen, pengukuran dan penilaian hasil yang menjadi

    acuan evaluasi pendidikan. Assesment yang digunakan juga harus meliputi proses

    kinerja siswa dalam proses belajar yang dilakukan.

    Penilaian hasil belajar siswa sangatlah penting dalam mengukur sejauh mana

    siswa tersebut menguasai materi yang disampaikan sekaigus mengukur ketercapaian

    siswa terhadap indikator-indikator pembelajaran. Kompetensi lulusan dari suatu

    jenjang pendidikan merupakan hasil dari implementasi kurikulum yang di dalamnya

    mengandung tiga domain dalam tujuan pembelajaran, yaitu domain kognitif, afektif

    dan psikomotorik, atau kompetensi berpikir, perilaku dan keterampilan melakukan

    pekerjaan. Setiap mata pelajaran seharusnya menuntut ketiga domain tersebut, tidak

    terkecuali Bahasa Indonesia. Pengembangan instrumen penilaian dala pembelajaran

    Bahasa Indonesia memuat empat aspek keterampilan membaca yang terangkum

    dalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Keempat keterampilan

    tersebut meliputi (1) mendengarkan (2) berbicara (3) membaca, dan (4) membaca.

    Keempat aspek tersebut tidak dapat dipisahkan. Misalnya, ketika peserta didik

    mempelajari kompetensi dasar tentang aspek membaca, siswa juga belajar membaca,

    mendengarkan dan berbicara. Pembelajaran demikian dinamakan pembelajaran

    integratif yang mencakup 4 keterampilan berbahasa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Sebagai acuan untuk mengetahui besarnya keberhasilan siswa dalam proses

    pembelajaran adalah dengan evaluasi. Penilaian ranah afektif saat ini masih

    mengalami banyak kendala, khususnya penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    Ada banyak masalah dalam penilaian hasil belajar yang terjadi di sekolah antara lain

    belum adanya instrumen penilaian yang sesuai dengan ranah kognitif yang akan

    dinilai, rubrik penilaian atau penskoran pada soal uraian terutama untuk tulisan

    karangan belum sesuai untuk digunakan, akibatnya seorang guru bisa saja menilai

    karangan tanpa panduan penskoran yang pasti. Untuk mengetahui apakah tujuan

    pembelajaran telah tercapai, evaluasi perlu didukung dengan instrumen yang sesuai

    dengan karakteristik tujuan (termasuk kompetensi inti maupun kompetensi dasar),

    serta dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

    Berangkat dari masalah di atas, peneliti ingin mengangkat persoalan tersebut

    dalam judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Kompetensi Dasar Membaca pada

    Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta’’

    dengan mengunakan metode R&D (Research and Development). Pemilihan SMP

    Negeri 15 sebagai lokasi penilaian adalah karena di SMP Negeri 15 khususnya guru-

    guru Bahasa Indonesia, belum memiliki pegangan instrumen penilaian yang bisa

    mengukur kompetensi atau pencapaian siswa. Tidak ada pedoman penilaian yang

    tetap sehingga ketika menilai hasis belajar siswa, terkadang hasilnya akan berbeda

    oleh tiap penilai atau dalam hal ini guru Bahasa Indonesia. Selama ini, guru-guru

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    hanya menggunakan instrumen dari hasil MGMP yang lama dan sudah tidak cocok

    untuk diterapkan pada pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.

    Metode R&D dipakai karena lebih sesuai untuk mengembangkan instrumen

    penilaian yang sesuai khususnya untuk penilaian kompetensi membaca. Instrumen

    penelitian yang akan dikembangkan oleh peneliti terdiri dari kisi-kisi soal, soal-soal,

    pedoman penilaian, dan rubrik penilaian.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dipaparkan dalam

    skripsi ini adalah:

    1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca

    pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15

    Yogyakarta dengan bentuk tes pilihan ganda?

    2. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca

    pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15

    Yogyakarta dengan bentuk tes uraian?

    3. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar membaca

    pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di SMP N 15

    Yogyakarta dengan bentuk tes unjuk kerja?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    1.3 Tujuan

    Sejalan dengan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian

    ini yaitu:

    1. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi

    dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di

    SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes pilihan ganda.

    2. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi

    dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di

    SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes uraian.

    3. Mendeskripsikan proses penyusunan produk instrumen penilaian kompetensi

    dasar membaca pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas VII di

    SMP N 15 Yogyakarta dengan bentuk tes unjuk kerja.

    Penelitian pengembangan ini akan menghasilkan produk berupa instrumen

    penilaian kompetensi membaca siswa kelas VII berdasarkan kurikulum 2013.

    Instrumen penilaian ini digunakan oleh pengajar untuk siswa SMP. Di dalam

    instrumen penilaian ini terdapat ranah kognitif dan ranah keterampilan yang

    disesuaikan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar kompetensi membaca.

    1.4 Spesifikasi Produk

    Spesifikasi produk yang dibuat pada penelitian ini meliputi satu paket

    instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas VII di SMP Negeri 15

    Yogyakarta. Satu paket instrumen penilaian tersebut terdiri dari: 1) kisi-kisi soal

    yang dibuat sesuai dengan KI dan KD, 2) soal-soal Bahasa Indonesia yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    disesuaikan dengan KI dan KD meliputi soal pilihan ganda, uraian dan soal unjuk

    kerja, 3) Kunci jawaban soal pilihan ganda dan soal uraian, 4) Rubrik Penilaian 5)

    pedoman penskoran , 6) lembar observasi. Instrumen penilaian ini digunakan oleh

    guru untuk menilai kompetensi membaca siswa kelas VII berdasarkan kurikulum

    2013.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,

    bagi guru Bahasa Indonesia, bagi SMP Negeri 15 Yogyakarta sebagai sekolah

    yang menjadi tempat uji coba produk, dan bagi peneliti lain. Adapun manfaatnya

    akan dipaparkan sebagai berikut:

    a. Bagi Peneliti

    Penelitian ini mampu memberikan tambahan wawasan mengenai upaya

    mengembangkan intrumen penilaian yang baru untuk dapat diterapkan dalam

    menilai kompetensi membaca siswa.

    b. Bagi guru Bahasa Indonesia.

    Penelitian ini diharapkan mampu membantu para guru Bahasa Indonesia

    dalam menemukan instrumenpenilaian yang lebih sesuai untuk menilai

    kompetensi dasar membaca pada siswa SMP kelas VII.

    c. Bagi Sekolah

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pembaruan dalam

    peningkatan mutu pendidikan di sekolah-sekolah yang menggunakan

    instrumen penilaian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    d. Bagi Peneliti selanjutnya

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan rujukan bagi

    peneliti lain dalam mengembangkan instrumen penilaian kompetensi dasar

    membaca siswa SMP.

    1.6 Batasan Istilah

    Untuk menyamakan konsep mengenai berbagai istilah yang akan digunakan,

    peneliti memberikan batasan istilah. Di bawah ini dijelaskan batasan istilah yang

    digunakan dalam penilitian ini, yaitu:

    a. Evaluasi

    Evaluasi adalah penilaian keseluruhan yang sistematik tentang manfaat

    atau kegiatan suatu objek. Menurut Sax dalam Majid Abdul (2014)

    evaluasi adalah proses di mana pertimbangan atau keputusan suatu nilai

    dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang, serta pelatihan dari

    evaluator.

    b. Instrumen Penilaian.

    Instrumen penilaian adalah rubrik atau pedoman penilaian yang

    dipakai ketika menilai hasil belajar siswa. Instrumen penelitian ini

    digunakan untuk menilai hasil belajar siswa melalui ulangan harian di

    sekolah.

    c. Evaluasi pembelajaran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    Evaluasi adalah suatu proses di mana pertimbangan atau keputusan

    suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar belakang, serta pelatihan

    dari evaluator (Sax, 1980:18 dalam Majid, 2014:33).

    1.7 Sistematika Penyajian

    Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang

    memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, spesifikasi produk, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II

    adalah landasan teori. Bab ini memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dan

    kajian teori. Bab III adalah bab metoologi penelitian. Hal-hal yang akan dibahas

    dalam bab III adalah jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan

    data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan triangulasi data. Bab IV adalah

    bab hasil penelitian dan pembahasan. Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini

    adalah deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasan. Bab V adalah bab

    penutup. Bab ini berisi dua hal, yaitu simpulan dan saran untuk mahasiswa, dosen

    pembimbing, dan penelitian lanjutan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Penelitian yang Relevan

    Ada dua penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Pertama,

    Penelitian yang dilakukan oleh Firda Fauziah, Muhardjito, dan Asim (2012) dalam

    jurnal yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Reading

    Comperhension Materi Energi untuk Mendiagnosis Kompetensi Berpikir Kritis Siswa

    SMP” Universitas Negeri Malang. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan

    instrumen berbasis reading comprehension untuk mendiagnosis kompetensi berpikir

    kritis siswa SMP. Instrumen berbasis reading comprehension terdiri dari:1) kisi-kisi

    instrumen berbasis reading comprehension, 2) teks beserta butir-butir soal uraian, 3)

    dan rubrik penilaian. Metode penelitian yang digunakan adalah R&D (Research and

    Development). Skala penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

    Likert atau yang biasa disebut dengan skala 4 yang mengacu pada teori dari Arikunto

    (2012). Hasil dari penelitian ini berupa produk instrumen berbasis Reading

    Comperhension untuk mendiagnosis kompetensi berpikir kritis siswa SMP.

    Instrumen berbasis reading comprehension terdiri dari:1) kisi-kisi instrumen berbasis

    reading comprehension, 2) teks beserta butir-butir soal uraian, 3) dan rubrik

    penilaian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nila Maulana, Imam Agus Basuki, dan

    Bustanul Arifin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Pengembangan Instrumen

    Penilaian Pembelajaran Membaca Kelas VII SMP” Universitas Negeri Malang.

    Tujuan penelitian pengembangan ini adalah (1) mengembangan instrumen penilaian

    pembelajaran membaca kamus untuk yang valid, reliabel, dan praktis, (2)

    mengembangan instrumen penilaian pembelajaran membaca cepat 200 kata per yang

    valid, reliabel, dan praktis, (3) mengembangkan instrumen penilaian pembelajaran

    membaca teks perangkat yang valid, reliabel, dan praktis, (4) mengembangkan

    instrumen penilaian pembelajaran menceritakan kembali cerita anak yang valid,

    reliabel, dan praktis, (4) mengembangan instrumen penilaian pembelajaran

    mengomentari buku cerita anak yang valid, reliabel, dan praktis. Metode penelitian

    yang digunakan ialah metode penelitian pengembangan. Hasil penelitian ini berupa

    produk instrumen penilaian pembelajaran membaca kamus, membaca cepat,

    membaca teks upacara, menceritakan kembali cerita anak, dan mengomentari buku

    cerita anak. Instrumen penilaian membaca kamus teridiri atas tugas membaca kamus

    dan rubrik penilaian. Instrumen penilaian membaca cepat terdiri atas tes subjektif dan

    rambu-rambu jawaban. Instrumen penilaian membaca teks upacara teridiri atas tugas

    membaca teks upacara dan rubrik penilaian. Instrumen penilaian menceritakan

    kembali cerita anak terdiri atas tugas menceritakan kembali cerita anak dan rubrik

    penilaian. Instrumen penilaian mengomentari buku cerita anak terdiri tugas

    mengomentari buku cerita anak dan rubrik penilaian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Kedua penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti

    lakukan. Relevansi penelitian yang pertama dengan penelitian yang akan dilakukan

    terletak pada metode penelitian yang dilakukan yaitu metode R&D, penghitungan

    validitas produk menggunakan skala Likert atau skala 4 yang merujuk pada teori dari

    Arikunto. Perbedaannya adalah pada peneliti pertama, uji coba produk dilakukan

    pada kelas VIII, sedangkan pada penelitian ini uji coba produk dilakukan pada guru

    dan siswa kelas VII. Relevansi penelitian kedua dengan penelitian ini terletak pada

    tujuan penelitiannya yaitu menghasilkan produk instrumen penilaian keampuan

    membaca siswa kelas VII, Skala penghitungan uji kelayakan menggunakan skala

    Likert atau skala 4. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah mengembangan

    instrumen penilaian yang juga menilai kompetensi dasar membaca, tetapi penelitian

    dilakukan terhadap guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VII SMP Negeri 15

    Yogyakarta. Pengembangan instrumen yang dilakukan meliputi pembuatan kisi-kisi,

    soal, kunci jawaban, pedoman penskoran, rubrik penilaian dan lembar observasi.

    2.2 Kajian Teori

    Sub bab ini memaparkan beberapa teori terkait pengembangan instrumen

    penilaian. Beberapa teori yang digunakan adalah pengertian penilaian, pengukuran,

    dan evaluasi, prinsip-prinsip penilaian, teknik penilaian tes, instrumen penilaian,

    kompetensi dasar membaca, validitas, reliabilitas, analisis butir soal, kurikulum 2013,

    kisi-kisi, Taksonomi Bloom, langkah-langkah penyusunan perangkat tes, kaidah

    penulisan soal yang baik. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori-teori tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    2.2.1 Pengertian Penilaian, Pengukuran, dan Evaluasi.

    2.2.1.1 Penilaian

    Departemen of Education of the States, Territories and Commonwealth of

    Australia memaknai penilaian sebagai bukti-bukti yang digunakan oleh pembelajar

    (learner) dan para guru untuk menentukan apakah para pembelajar tersebur terlibat

    dalam pembelajaran, ke manakah tujuan mereka akan pergi (tujuan pembelajaran)

    (Basuki, 2014:7). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa penilaian

    merupakan segala upaya yang dilakukan untuk melihat secara keseluruhan sejauh

    mana seorang siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

    Linn dan Gronlund dalam Miller (2009:28) menyatakan bahwa assessment

    merupakan prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar

    siswa termasuk tes tertulis (misalnya essay), keterampilan mengerjakan tugas-tugas

    otentik seperti eksperimen laboraturium, obserasi oleh guru dan laporan hasil

    pengamatan diri oleh siswa. Dengan kata lain, pernyataan Linn dan Gronlund tersebut

    dapat diartikan bahwa assessment atau penilaian secara garis besar dapat dugunakan

    untuk melihat seberapa baik kinerja siswa secara pribadi dalam proses pembelajaran

    yang dilakukan.

    Hampir sama dengan pernyataan Linn dan Gronlund, Nitko dan Brookhart

    (2011:3) menyatakan bahwa penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi

    yang digunakan untuk membuat suatu pertimbangan dan keputusan terhadap siswa;

    kurikulum, program pembelajaran, dan sekolah; dan kebijakan pendidikan. Ketika

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    peneliti mengaktakan “menilai kompetensi siswa” yang peneliti maksudkan

    sebenarnya adalah peneliti mengumpulkan informasi untuk mengetahui sejauh mana

    seorang siswa mencapai target pembelajaran tersebut. Tahap assessment atau

    penilaian berdasarkan pendapat Nitko dan Brookhart merupakan tahap pengumpulan

    informasi tentang pencapaian siswa, jadi tahap ini perupakan tahap awal sebelum

    melangkah pada tahap tahap selanjutnya yaitu pengukuran dan evaluasi.

    Permendiknas Nomor 27 Tahun 2007 dan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar

    Penilaian Pendidikan ditemukan pengertian penilaian pendidikan adalah proses

    pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar

    peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga

    menjadi informasi yang bermakna.

    Menurut Nurgiyantoro (2010), penilaian merupakan proses sistematis dalam

    pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi, untuk menentukan seberapa jauh

    seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Nurgiyantoro

    sejalan dengan pendapat para ahli-ahli lain yang telah dibahas di atas menyatakan

    bahwa penilaian merupakan proses yang bertujuan untuk melihat sejauh mana siswa

    telah mencapai target atau tujuan pembelajaran.

    Dari beberapa pendapar para ahli di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa

    penilaian merupakan proses sistematis yang jigunakan untuk mengumpulkan

    informasi tentang kompetensi siswa sehingga dapat diketahui sejauh mana seorang

    siswa tersebut telah mencapai target pembelajaran yang telah ditetapkan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    2.2.1.2 Pengukuran

    Guilford (1954) dalam Basuki (2014) menyatakan pengukuran adalah proses

    penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran

    dilaksanakan untuk menjawab how much? Pengukuran dapat menggunakan tes dan

    non-tes. Maksud dari pernyataan tersebut pengukuran merupakan tahap setelah

    mengumpulkan informasi (penilaian/ assessment) yaitu dengan menetapkan ukuran

    tertentu bahwa seberapa besar kemajuan siswa atau pencapaian siswa terhadap target

    pembelajaran.

    Menurut Nurgiyantoro (2010) pengukuran merupakan proses untuk memperoleh

    deskripsi angka (skor) yang menunjukkan tingkat capaian seseorang dalam suatu

    bidang tertentu. Sejalan dengan itu, Linn dan Gronlund dalam Miller (2009) juga

    menyatakan pengukuran perupakan proses memperoleh gambaran angka atau skor

    yang menunjukkan tikat pencapaian siswa. Pengukuran menjawab pertanyaan how

    much? Nitko dan Brookhart (2011) menyatakan pengukuran adalah prosedur untuk

    penilaian angkan atau yang sering disebut skor untuk karakteristik tertentu dari

    seseorang. Dari ketiga pendapat tersebut dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa

    yang dimaksudkan dengan pengukuran adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

    mengumpulkan data atau skor atau nilai sehingga memeroleh gambaran tentang

    tingkat pencapaian siswa.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    2.2.1.3 Evaluasi

    Evaluasi dimaknai sebagai penilaian yang sistematik tentang manfaat dan

    kegunaan dari suatu objek. Dalam melaksanakan evaluasi terdapat pertimbangan

    (judgement) untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung

    unsur subjektif (Basuki, 2014). Tahap evaluasi adalah tahap penilaian keseluruhan

    yang sistematik untuk mengetahui apakah suatu objek berguna ataukah tidak.

    Nitko dan Brookhart (2011) mendefinisikan evaluasi sebagai proses dari

    membuat sebuah pertimbangan atau judgement tentang kelayakan dari produk siswa

    atau performance siswa. Pendapat tersebut jelas menerangkan bahwa evaluasi dapat

    digunakan untuk melihat apakah suatu objek tertentu layak atau tidak, memiliki

    manfaat atau tidak, berpengaruh pada perkembangan kognitif siswa atau tidl.

    Hopkins (1998) dalam Chatterji (2003) menyatakan evaluasi aalah proses setelah

    pengukuran selesai. Evaluasi digunakan untuk menentukan pertimbangan nilai atau

    interpretasi bedasarhan data hasil pengukuran yang diperoleh. Pendapat Hopkins

    dapat diartikan bahwa tahap evaluasi adalah pertimbangan tentang baik buruknya

    suatu objek berdasarkan data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap objek

    tersebut.

    Dari penjabaran tentang pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi di atas,

    peneliti dapa memperoleh pembedaan yang jelas tentang ketiganya. Fokus penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    ini adalah pada tahap penilaian. Maka beberapa hal yang dibahas dalam penelitian ini

    adalah segala sesuati yang berkaitan dengan penilaian khususnya instrumen penilaian.

    2.2.2. Prinsip-Prinsip Penilaian

    Linn dan Gronlund dalam Miller (2009) menjabarkan lima prinsip umum tentang

    penilaian yaitu: (1) Prioritas dalam proses penilaian adalah menentukan dengan jelas

    apa yang ingin dinilai; (2) Prosedur penilaian harus tepat karena berhubungan dengan

    karakteristik dan pelaksanaan yan akan diukur; (3) Penilaian yang komperhensif

    membutuhkan berbagai jenis prosedur; (4) Penggunaan yang tepat dari prosedur

    penilaian harus mempertimbangkan kelemahan dari prosedur itu sendiri; (5) Penilaian

    adalah alat untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

    Kelima prinsip di atas merupakan prinsip-prinsip yang mendukung proses

    penialain berjalan lebih efektif. Pada poin pertama jelas dinyatakan bahwa penentuan

    apa yang harus dinilai merupakan hal yang prioritas. Hal ini dikarenakan semua

    proses yang akan berlangsung akan tergantung pada seberapa besar gambaran yang

    diperoleh dari apa yang akan peneliti nilai. Ketika menilai siswa belajar, hal ini

    berarti peneliti sudah harus menentukan tujuan pembelajaran sebelum menentukan

    prosedur penilaian seperti apa yang akan peneliti gunakan. Poin kedua menyatakan

    prosedur penilaian harus tepat. Hal ini karena prosedur penilaian dipakai berdasarkan

    objektifitasnya, akurasinya, dan mudah digunakan. Poin ketiga menjelaskan bahwa

    penilaian yang kompehensif membutuhkan prosedur yang variatif. Bentuk-bentuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    penilaian yang telah ada, tidak ada satu pun yang dapat diterapkan dalam menilai

    segala aspek pembelajaran. Misalnya saja ketika menilai hasil ulangan berupa pilihan

    ganda ataujawaban singkan, yang akan peneliti lihat adalah pemahaman atau

    pengetauan siswa. Berbeda ketika peneliti menilai tugas esai atau tugas projek, yang

    peneliti lihat adalah kompetensi mereka mengungkapkan pikiran. Begitu pula pada

    tugas laporan observasi, yang peneliti nilai adalah kompetensi siswa membuat

    rumusan masalah sehingga peneliti dapat menilai tingkah laku dan minat siswa.

    2.2.3 Teknik Penilaian Tes

    Berikut ini akan dipaparkan mengenai teknik penilaian tes tertulis dan unjuk kerja

    yang akan digunakan dalam penelitian ini. Beberapa tes yang akan dinilai meliputi tes

    tertulis bentuk pilihan, tes tertulis bentuk uraian, penilaian kerja, dan penilaian

    proyek.

    2.2.3.1 Tes Tertulis Bentuk Pilihan

    Tes tertulis bentuk pilihan ganda merupakan tes yang jawabannya harus dipilih

    dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes bentuk pilihan ganda

    terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri

    atas kunci jawban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban merupakan jawban

    paling benar (Kusaeri, 2014: 70).

    Bentuk pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan diantaranya : (a) mampu

    mengukur berbagai tingkatan kognitif (mulai dari mengingat sampai mengkreasi);

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    (b) penskorannya mudah, cepat, objektif, dan mampu mencakup ruang lingkup materi

    yang luas; dan (c) tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak, dan hasilnya

    harus segera diumumkan. Kelemahan dari bentuk ini adalah (a) memerlukan waktu

    yang relatif lama untuk membaca soalnya, (b) sulit membuat pengecoh yang

    homogen dan berfungsi baik, dan (c) terdapat peluang untuk menebak jawaban

    (Kusaeri, 2014:71).

    2.2.3.2 Tes Tertulis Bentuk Uraian

    Tes tertulis bentuk uraian merupakan jenis tes yang menuntut siswa untuk

    mengingat dan mengorganisasi gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari. Caranya

    adalah dengan mengemukakan gagasan tersebut dalam uraian tertulis. Kelebihan dari

    bentuk tes uraian ini adalah mengukur kompetensi siswa dalam hal menyajikan

    jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat,

    dan mengekspresikan gagasan dengan kata-kata sendiri (Kusaeri, 2014: 90).

    2.2.3.3 Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa mendemonstrasikan

    tugas tertentu guna mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

    Penilaian kinerja dilaksanakan berdasrkan tiga asumsi pokok. Pertama, tugas-tugas

    yang diberikan atau dikerjakan oleh siswa merupakan begian yang tidak terpisahkan

    dari keseluruhan proses pembelajaran. Kedua, penilaian kinerja tidak hanya untuk

    mengetahui posisi siswa pada saat proses pembelajaran tetapi untuk memperbaiki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    proses pembelajaran itu sendiri. Ketiga, penilaian kinerja didasarkan pada partisipasi

    aktif siswa (Kusaeri, 2014: 143).

    2.2.3.4 Penilaian proyek

    Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

    diselesaikan seseorang atau sekelompok siswa dalam waktu tertentu. Tugas tersebut

    berupa kegiatan sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,

    pelaksanaan tugas, pengolahan, dan penyajian produk (bila berupa barang dan jasa)

    dan laporan tertulis.

    2.2.4 Membaca

    Membaca adalah kegiatan menginterpretasikan teks tertulis sebagai bagian dari

    komunikasi. Dengan kata lain, ada asumsi bahwa komuniasi cenderung dilakukan

    oleh penulis, yang kemudian oleh pembaca akan diinterpretasikan sehingga dapat

    memahami isi tulisan yang disampaikan penulis (Wallace, 2003:4). Wallace

    mengatakan bahwa membaca adalah mengartikan atau menginterpretasikan tulisan-

    tulisan yang ada dengan tujuan memahami isi bacaan yang ditulis. Ketika membaca,

    terjadi sebuah komunikasi antara pembaca dan penulis. Komunikasi yang terjadi tiak

    secara langsung melainkan melalui tulisan-tulisan yang ada.

    Wallace (2003) mengemukakan ada empat tujuan membaca yaitu: 1) Reading for

    survival yaitu jenis membaca dalam kaitannya dengan respon terhadap lingkungan

    sekitar, misanya tanda ‘STOP’ untuk pengendara motor atau mobil; 2) Reading for

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    learning yaitu, membaca untuk mencari informasi untuk memperoleh pengetahuan

    lebih atau wawasan yang lebih luas; 3) Reading for pleasure yaitu, ketika reading for

    survival dipakai untuk memberikan respon yang cepat terkait suatu situasi tertentu

    dan reading for learning juga berorientasi pada suatu tujuan, reading for pleasure

    juga memiliki tujuan tersendiri.

    Sandy Urquhart dan Cyril Weir (1998) mengklasifikasikan tipe atau jenis

    membaca yaitu: 1) skimming, membaca untuk inti sari. Pembaca ajan menjawab

    pertanyaan apa isi keseluruhan teks tersebut, sambil mengabaikan hal-hal yang detail;

    2) search reading menempatkan atau menandai informasi pada topic sebelumnya.

    Pembaca membutuhkan informasi untuk menjawab beberapa petanyaan atau untuk

    membuktikan data tertentu; 3) scanning, membaca secara selektif untuk mencapai

    tujuan tertentu saja misalnya menemukan nomor telepon tertentu di buku telepon,

    atau menemukan ibu kota Bavaria; 4) Careful reading, jenis membaca ini yang paling

    sering digunakan dalam dunia pendidikan dan psikologi. Hal ini terkait dengan tujuan

    membaca untuk belajar atau mempelajari sesuatu; 5) browsing adalah jenis membaca

    yang dipakai ketika tujuan membaca sebelumnya belum dicapai secara sempurna,

    beberapa bagian teks mungkin dilewatkan secara acak.

    2.2.5. Penilaian Membaca

    Beberapa jenis penilaian membaca didasarkan pada jenis membaca yang

    digunakan. Brown (2004) merumuskan ada tida tipe membaca beserta penilaiannya,

    yaitu perspecrive reading, selective reading, interactive reading, dan extensive

    reading.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Jenis penilaian untuk perspective reading menurut Brown (2004) adalah: 1)

    Readin Aloud, para siswa memperhatikan beberapa huruf terpisah, kata atau kalimat

    pendek dan membacakannya dengan lantang, satu per satu. Ketika penialaian

    kompetensi membaca , pengucapan yang sesuai dari siswa menandakan suatu

    ketepatan atau benar; 2) Tanggapan Tertulis, para siswa memeriksa kembali

    tanggapan tertulisnya. Karena di sini terjadi transfer skil, penilai perlu memeriksa

    secara hati-hati dengan anggapan bahwa kesalahan penulisan yang terjadi mungkin

    disebabkan karena kesalahan membaca; 3) Pilihan Ganda, jenis tugas ini tidah hanya

    pada soal memilij satu dari lima jawaban yang ada. Pada kasus tertentu, beberapa

    mungkin dapat berguna pada lebel membaca yang rendaj termasuk menyamakan atau

    membedakan, melingkari jawaban, benar/salah, mencocokan huruf; 4) Picture-Cued

    Item, siswa menunjukkan gambar yang telah dituliskan nomer dan kalimat pendek.

    Dari gambar tersebut mereka membacakan kalimat tertentu yang merujuk pada suatu

    gambar.

    Peneliti mengembangkan instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas

    VII. Pengembangan instrumen penilaian tersebut tentunya juga disesuaikan dengan

    KI maupun KD yang ada. Beberapa KD yang mengukur tingkat kognitif ranah

    membaca siswa kelas VII adalah KD 3.1, 3.2, 3.3, 3.4 dan 4.1.

    Berikut ini merupakan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang

    diperuntukan kelas VII berdasarkan salinan Peraturan Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013

    Sekolah Menengah Pertama:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Pertama

    Kelas VII.

    KI KD

    KI 1 : Menghargai dan menghayati

    ajaran agama yang dianutnya.

    KI 2 : Menghargai dan menghayati

    perilaku jujur, disiplin,

    tanggungjawab, peduli

    (toleransi, gotong royong),

    santun, percaya diri, dalam

    berinteraksi secara efektif

    dengan lingkungan sosial dan

    alam dalam jangkauan

    pergaulan dan keberadaannya

    KI 3 : Memahami pengetahuan

    (faktual, konseptual, dan

    prosedural) berdasarkan rasa

    ingin tahunya tentang ilmu

    pengetahuan, teknologi, seni,

    budaya terkait fenomena dan

    kejadian tampak mata

    KI 4 : Mencoba, mengolah, dan

    menyaji dalam ranah konkret

    (menggunakan, mengurai,

    merangkai, memodifikasi, dan

    membuat) dan ranah abstrak

    (membaca, membaca,

    menghitung, menggambar, dan

    mengarang) sesuai dengan

    yang dipelajari di sekolah dan

    sumber lain yang sama dalam

    sudut pandang/teori.

    1.1 Menghargai dan mensyukuri

    keberadaan bahasa Indonesia sebagai

    anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk

    mempersatukan bangsa Indonesia di

    tengah keberagaman bahasa dan

    budaya

    1.2 Menghargai dan mensyukuri

    keberadaan bahasa Indonesia sebagai

    anugerah Tuhan yang Maha Esa

    sebagai sarana memahami informasi

    lisan dan tulis

    1.3 Menghargai dan mensyukuri

    keberadaan bahasa Indonesia sebagai

    anugerah Tuhan yang Maha Esa

    sebagai sarana menyajikan informasi

    lisan dan tulis

    2.1 Memiliki perilaku jujur, tanggung

    jawab, dan santun dalam menanggapi

    secara pribadi hal-hal atau kejadian

    berdasarkan hasil observasi

    2.2 Memiliki perilaku percaya diri dan

    tanggung jawab dalam membuat

    tanggapan pribadi atas karya budaya

    masyarakat Indonesia yang penuh

    makna

    3.1 Memahami teks hasil observasi,

    tanggapan deskriptif, eksposisi,

    eksplanasi, dan cerita pendek baik

    melalui lisan maupun tulisan

    3.2 Membedakan teks hasil observasi,

    tanggapan deskriptif, eksposisi,

    eksplanasi, dan cerita pendek baik

    melalui lisan maupun tulisan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    3.4 Mengidentifikasi kekurangan teks

    hasil observasi, tanggapan deskriptif,

    eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek

    berdasarkan kaidah-kaidah teks baik

    melalui lisan maupun tulisan

    4.1 Menangkap makna teks hasil

    observasi, tanggapan deskriptif,

    eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek

    baik melalui lisan maupun tulisan

    4.2 Menyusun teks hasil observasi,

    tanggapan deskriptif, eksposisi,

    eksplanasi, dan cerita pendek sesuai

    dengan karakteristik teks yang akan

    dibuat baik secara lisan maupun tulisan

    4.3 Menelaah dan merevisi teks hasil

    observasi, tanggapan deskriptif,

    eksposisi, eksplanasi, dan cerita pendek

    sesuai dengan struktur dan kaidah teks

    baik secara lisan maupun tulisan

    4.4 Meringkas teks hasil observasi,

    tanggapan deskriptif, eksposisi,

    eksplanasi, dan cerita pendek baik secara

    lisan maupun tulisan

    2.2.6 Validitas

    Validitas adalah bentuk penguatan terhadap tafsiran terhadap penggunaan hasil

    penilaian siswa (Nikto, 2011:35). Pendapat nikto ini ingin menggambarkan peran

    validitas sebagai suatu hal yang dapat menguatkan penafsiran peneliti dengan

    didukung oleh bukti atau teori-teori yang relevan.

    Menurut Gronlund (1985) dalam Nurgiyantoro (2010) jika kita berpikir tentang

    validitas dalam kaitannya dengna tes, hal-hal berikut perlu dipertimbangkan. Pertama,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    validitas menunjuk pada kelayakan interpretasi yang dibuat berdasarkan skor hasil tes

    yang berkaitan dengan penggunaan tertentu dan bukan terhadap instrumennya itu

    sendiri. Kedua, validitas adalah masalah kadar (matter of degree), maka haruslah

    dihindari pemikiran bahwa sebuah hasil tes itu valid atau tidak valid. Ketiga, validitas

    berkaitan dengan penggunaan khusus karena tidak ada satu tes pun yang valid untuk

    semua tujuan. Maka penilaian terhadap validitas tes mesti terkait dengan tujuan

    penggunaan hasil tes itu (Nurgiyantoro, 2010:152). Dari pernyataan Gronlund, ada

    tiga hal penting yang perlu diperhatikan ketika berbicara tentang validitas. Validitas

    merupakan dukungan beberapa bukti dan teori terhadap penafsiran hasil penilaian

    siswa.

    Suatu sklala pengukuran dapat valid apabila skala tersebut digunakan untuk

    mengukur apa yang seharusnya diukur (Sarwono, 2009:99). Pernyataan tersebut

    berarti suatu skala pengukuran dikatakan valid jiha skala tersebut sesuai dengan objek

    yang akan diukur. Misalnya skala nominal digunakan untuk mengukur variable

    nominal bukan parametik.

    Empat prinsip validitas dikemukakan oleh Messick (1986b, 1994a) dalam Nitko

    dan Brookhart (2011), yaitu interpretation, uses, values, dan consequences. (1)

    Interpretasi terhadap hasil penilaian siswa hanya valid jika dapat menunjukkan bukti

    yang mendukung kelayakan dan kebenarannya, (2) penggunaan atau pemakaian hasil

    penilaian hanya valid pada tahapan yang mana yang dapat dibuktikan kebenaran dan

    kelayakannya, (3) interpretasi dan penggunaaan hasil analisis hanya valid jika nilai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    yang disiratkan mereka (para siswa) layak, (4) interpretasi dan penggunaan hasil

    penilaian hanya valid ketika akibat atau konsekuensi dari interpretasi dan penggunaan

    hasil penialaan tersebut konsisten dengan nilai kelayakannya.

    Empat prinsip di atas kurang lebih menggambarkan tentang kelayakan interpretasi,

    kelayakan penggunaan, kelayakan nilai, dan kelayakan konsekuensi atau hasil yang

    ditimbulkan. Kelayakan interpretasi yang dimaksudkan adalah interpretasi atau

    anggapan yang peneliti miliki terhadap hasil belajar siswa, baru dikatakan valid jika

    ada bukti-bukti yang mendukung interpretasi tersebut. Dalam menggunakan hasil

    penilaian, peneliti juga harus menggunakan interpretasi yang telah valid terhadap

    hasil penilaian.

    Berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan logika, validitas dapat dibedakan

    menjadi dua macam yaitu valiitas isi dan validitas konstruk. Berdasarkan data

    empirik, validitas dibedakan menjadi dua yaitu validitas sejalan dan vaiditas ramalan

    (Nurgiyantoro, 2010: 155). Berikut akan dibahas secara singkat tentang beberapa

    jenis validitas tersebut menurut Nurgiyantoro.

    1. Validitas isi

    Validitas isi menurut Gronlund (1985) dalam Nurgiyantoro (2010) disebut validasi

    yang pembuktiannya berdasarkan isi . validasi ini dimaknai sebagai proses penentuan

    seberapa jauh suatu alat tes menunjukkan kerelevansian dan keterwakulan terhadap

    ranah tugas yang diukur. Validitas isi merupakan jenis vaiditas yang harus terpenuhi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    dalam alat tes, khususnya alat tes yang disusun oleh guru untuk mengukur tingkat

    keberhasilan peserta didik. Pemenuhan dan penemuan bukti-bukti validitas isi

    terutama dilihat dari kesesuaiannya dengan kisi-kisi yang dipakai sebagai dasar

    penyusunan butir-butir tesnya itu sendiri.

    2. Validitas Konstruk

    Validitas konstruk merupakan jenis validitas yang oleh Gronlund (1985) dan

    Popham (1995) dikatakan pembuktiannya berdasarkan konstruk. Validitas konstruk

    berkaitan dengan konstruk atau konsep bidang ilmu yang akan iuji validitas tesnya.

    Konstruk merupakan suatu hipotesis yan gberkenaan dengan suatu bidang ilmu atau

    sub bidang tertentu (Nurgiyantoro, 2010: 156).

    3. Vaiditas Sejalan

    Validitas ini dimaknai sebagai proses penentuansejauh mana skor sebuah tes

    berkaitan dengan skor tes yang lain. Skor penilaian tes itu lah yang disebut sebagai

    kriteria atau pembanding. Dengan demikian vaiditas sejalan dapat dimaknai sebagai

    pembuktian apakan skor hasil tes pada suatu bidang mencerminkan atau sesuai engan

    skor bidang yang lain yang waktu pengukurannya bersamaan (Nurgiyantoro, 2010:

    157).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    4. Valiitas Prediktif

    Validitas prediktif merujuk pada pengertian pembuktian apakah skor alat tes yang

    diujikan kini mempunyai kaitan dengan skor tes atau prestasi yang diteskan atau

    dicapai kemudian (Nurgiyantoro, 2010: 159).

    2.2.7 Reliabilitas

    Realibilitas adalah konsistensi pengukuran, yaitu seberapa konsisten skor tes atau

    hasil evaluasi suatu pengukuran ke pengukuran yang lain. Suatu perangkat penilaian

    yang baik harus memiliki validitas dan realibilitas yang baik pula. Seorang peserta

    didik yang di tes beberapa kali menggunakan alat tes yang sama dan memiliki hasil

    yang sama pulam hal ini menandakan bahwa reliabilitas alat tes tersebut baik. Berikut

    ini akan dijelaskan jenis-jenis reliabilitas menurut Nurgiyantoro, (2010:167-177).

    1) Reliabilitas Ulang Uji

    Teknik tes ulang uji adalah teknik memerkirakan tingkat reliabilitas tes

    dengan melakukan kegiatan pengukuran dua kali terhadap tes yang sama kepada

    peserta didik yang sama pula.

    2) Reliabilitas Belah Dua

    Pengujian reliabilitas tes dengan teknik belah dua (split half) dilakukan

    dengan memisahkan skor hasil ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok ganjil

    dan kelompok genap atau kelompok awal dan kelompok akhir. Caranya ialah

    dengan menghitung jumlah skor untuk butir-butir soal bernomor ganjil dan yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    bernomor genap. Kedua jumlah skor tersebut kemudian dikorelasikan untuk

    mendapatkan koefisien korelasi (r) antara keduanya.

    Untuk mendapatkan korelasi realibilitas seluruh tes, kita dapat memergunakan

    rumus Spearman-Brown. Rumus Spearman-Brown yang dimaksud adalah

    sebagai berikut:

    Realibilitas seluruh tes = 1+2 𝑋 𝑟

    1+𝑟

    3) Reliabilitas Rumus Kuder-Richardson 20 dan 21

    Pengujian realibilitas tes dengan memergunakan rumus Kuder Richardson

    (K—R) 20 dan 21, dilakukan dengan membandingkan skor butir-butir tes. Jika

    butir-butir tes itu menunjukkan tingginya tingkat kesesuaian (degree of

    agreement), kita dapat menyimpulkan bahwa hasil pengukuran hasil tes itu

    konsisten. Rumus K-R 20 dan 21 menunjukkan seri karena kedua orang itu

    mengembangkan banyak rumus yang diberi nomor seri.

    Rumus K—R 20 sebagai berikut:

    r = 𝑛

    𝑛−1(1 −

    𝑝𝑞

    s2)

    r = Koefisien relibilitas tes

    n = Jumlah butir soal

    p = Proporsi jawaban betul

    q = Proporsi jawaban salah (q=1-p)

    s = Simpangan baku, s2; varian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    Rumus K—R 21 adalah sebagai berikut:

    r = 𝑛

    𝑛−1(1 −

    𝑋(𝑛−𝑋)

    ns2)

    Keterangan:

    X = rata-rata hitung (mean), sedangkan simbol-simbol yang lain sama

    seperti yang di atas.

    4) Reliabilitas Alpha Cronbach

    Rumus realibilitas Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur realibilitas

    produk instrumen penilaian berupa butir soal. Koefisien reliabilitas Alpha

    Cronbach diterapkan diterapkan pada tes yang mempunyai skor berskala dan

    dikhotomis sekaligus. Artinya, prosedur uji realibilitas ini diterapkan pada hasil

    pengukuran yang berjenjang.

    Rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

    r = 𝑘

    𝑘−1(1 −

    si2

    si2)

    keterangan:

    k = Jumlah butir soal

    si2 = Jumlah varian butir-butir

    st2 = varian total (untuk seluruh butir tes)

    5) Reliabilitas Bentuk Pararel

    Pengujian realibilitas hasil pengukuran tes dengan teknik butir pararel

    dilakukan terhadap adanya dua perangkat tes yang bersifat pararel. Untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    menguji reliabilitas hasil pengukuran tes, kedua perangkat tes tersebut

    diujicobakan kepada sejumlah subjek yang sama, kemudian hasilnya

    dikorelasikan. Tinggi rendahnya koefisien korelasi akan mencerminkan

    reliabilitas hasil pengukuran kedua perangkat tes tersebut.

    6) Reliabilitas Bentuk Tes Uraian

    Reliabilitas bentuk tes uraian dapat dicari dengan memergunakan rumus

    koefisien Alpha Cronbach. Berikut rumus koefisien Alpha Cronbach untuik soal

    uraian

    r = 𝑘

    𝑘−1(1 −

    si2

    si2)

    keterangan:

    k = Jumlah butir soal

    si2 = Jumlah varian butir-butir

    st2 = varian total (untuk seluruh butir tes)

    Realibilitas yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu realibilitas

    Alpha Cronbach. Rumus realibilitas Alpha Cronbach digunakan untuk mengukur

    realibilitas produk instrumen penilaian berupa butir soal (Nurgiyantoro,

    2010:171).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    2.2.8 Analisis Butir Soal

    Analisis Butir Soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaan-pertanyaan

    tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai. Ada

    dua jenis analisis butir soal, yakni tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda

    (Sudjana, 1990:135-141).

    1) Analisis tingkat kesulitan

    Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal-soal tes dari segi

    kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal-soal mana yang termasuk, sedang, dan

    sukar. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah kategori

    mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya keseimbangan,

    yakni jumlah soal yang sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya jumlah soal

    mudah, sedang, dan sukar jumlahnya seimbang. Pertimbangan kedua proporsi jumlah

    soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan atas kurva normal. Artinya, sebagian

    besar soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi termasuk ke dalam kategori

    mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.

    Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut:

    Keterangan:

    I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal

    B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

    𝐼 =𝐵

    𝑁

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang

    dimaksudkan

    Kriteria yang digunakan adalah akin kecil indeks yang diperoleh, maka makin

    sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal

    tersebut. Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:

    0—0,30 = soal kategori sukar

    0,31—0,70 = soal kategori sedang

    0,71—1,00 = soal kategori mudah

    2) Analisis daya pembeda

    Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan

    tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau

    rendah dan kategori kuat atau tinggi prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan

    kepada anak yang mampu, hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi; dan bila

    diberikan kepada siswa yang lemah, hasilnya rendah. Tes dikatakan tidak memiliki

    daya pembeda apabila tes tersebut, jika diujikan kepada anak berprestasi tinggi,

    hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepda anak yang lemah, hasilnya lebih tinggi.

    Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama saja. Dengan

    demikian tes yang tidakmemiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran

    hasil yang sesuai dengan gambaran siswa yang sebenarnya.

    Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan

    menggunakan tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley seperti dalam analisis tingkat

    kesukaran soal.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Rumusnya adalah:

    Keterangan:

    SR = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok rendah

    ST = Jumlah siswa yang menjawab salah kelompok tinggi

    2.2.9 Kurikulum

    Kurikulum tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran, istilah kurikulum

    berasal dari bahasa Latin, yakni “Curriculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh

    seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jarak wakut pendidikan

    yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan

    menempuh satu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah, dalam hal ini ijazah pada

    hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang

    berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu

    jarak antarsatu tempat ke tempat yang lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan

    kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai

    titik akhir dari suatu pelrjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.

    Hamalik (2001 dalam Susilo, 2007:78-79) memberikan beberapa tafsiran

    kurikulum dalam tiga hal, yaitu:

    SR—ST

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata

    ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh

    sejumlah pengetahuan. Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai

    pengalaman orang tua atau orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun

    secara sistematis dan logis.

    2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu program

    pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program itu

    para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan

    perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan

    pembelajaran. Itu sebabnya kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar

    maksud tersebut dapat tercapai

    3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Hal ini kurikulum merupakan suatu

    serangkaian pengalaman belajar.

    Pengertian ini menunjukkan, bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak

    terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan juga mencakup kegiatan-kegiatan di

    luar kelas. Tak ada pemisahan yang tegas antara intra dan ekstrakurikulum.

    Semua kegiatan yang memberikan pengalaman belajar/pendidikan bagi siswa

    pada hakikatnya adalah kurikulum.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Kurikulum menurut Soetopo dan Soemanto (1986) dalam Hamalik

    (2007:79) memiliki lima definisi. Kelima definisi tersebut akan dipaparkan

    sebagai berikut.

    1) Kurikulum dipandang sebagai suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang

    program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke

    tahun.

    2) Kurikulum dilukiskan sebagai bahan tertulis yang dimaksudkan untuk

    digunakan oleh para guru di dalam melaksanakan pelajaran untuk murid-

    muridnya.

    3) Kurikulum adalah suatu usaha yang menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri

    yang penting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk yang sedemikian

    rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh guru di sekolah.

    4) Kurikulum diartikan sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman

    belajar, alat-alat pelajaran dan cara-cara penilaian yang direncana kan dan

    digunakan dalam pendidikan.

    5) Kurikulum dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan

    dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan

    bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

    kegiatan belajar mengajar (Bab 1, Ps. 1 butir 9 dalam Hamalik, 2007:18).

    Dari berbagai pengertian kurikulum dari pendapat beberapa ahli di atas,

    peneliti berpendapat bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran

    yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh sekolah-sekolah sebagai

    acuan utama dalam melaksanakan pendidikan.

    2.2.9.1 Kurikulum 2013

    Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill,

    dan pendidikan karakter. Siswa dituntut untuk lebih memahami materi yang ada

    secara mandiri, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki karakter yang

    mulia. Kurikulum 2013 mewajibkan peserta didik untuk mengikuti mata pelajaran di

    satuan pendidikan pada setiap jenjang pendidikan.

    Menurut kemendikbud (2013), pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-

    prinsip berikut:

    1. Tantangan Internal

    Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan

    dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan Standar Nasional

    Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi

    lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian

    pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan

    penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.

    2. Tantangan Eksternal

    Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai

    isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan

    informasi.

    3. Penyempurnaan Pola Pikir

    Kurikulum 2013 dikembangkan dengan pola piker sebagai berikut: 1) pola

    pembelajaran yang berpusat pada guru menjasi pembelajaran berpusat pada

    peserta didik; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik )

    menjadi pembelajaran interaktif; 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi

    pembelajaran secara jejaring; 4) pola pembelajaran pasif menjadi pola

    pembelajaran aktif-mencari. 5) pola pikir sendiri menjadi belajar kelompok; 6)

    pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

    7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users); 8)

    pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu

    pengetahuan jamak.

    4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

    Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai

    daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk Sekolah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.

    Dalam kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: 1) tata

    kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat

    kolaboratif; 2) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kompetensi

    manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kepegawaian; 3) penguatan

    sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

    5. Penguatan materi

    Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi

    yang relevan bagi peserta didik. Kurikulum 2013 dirancang untuk karakteristik

    sebagai berikut:

    a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan

    sosial, rasa ingin tau, kreativitas, kerja sama dengan kompetensi intelektual

    dan psikomotorik.

    b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman

    belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di

    sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber

    belajar.

    c. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya

    dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

    d. Memberikan waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai

    sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    e. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci

    lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

    f. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)

    kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses

    pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan

    dalam kompetensi ini.

    g. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

    memperkuat dan memperkaya antarmata pelajaran dan jenjang pendidikan

    (Kunandar, 2013:22).

    Dari penjelasan di atas, maka peneliti mendapat gambaran tentang

    kompetensi inti dan kompetensi dasar. Jadi, dalam kurikulum 2013 istilah SK

    atau standar kompetensi telah diganti menjadi kompetensi inti yang dijabarkan

    secara lebih terperinci dalam kompetensi dasar.

    2.2.10 Kisi-kisi

    Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan kompetensi

    tertentu . fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk membaca soal atau merakit

    soal menjai perangkat tes. Kisi-kisi yang baik akan memperoleh perangkat soal yang

    relatif sama sekalipun penulis soalnya berbeda (Arifin, 2009:93).

    Kisi-kisi soal disusun berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh para guru sesuai

    dengan KD dan KI yang ada. Adapun langkah-langkah peneliti dalam membuat kisi-

    kisi soal adalah: (1) analisis KI dan KD yang tertera pada RPP; (2) menyusun kisi-

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    kisi; (3) membuat soal; (4) membuat kunci jawaban; (5) menyusun pedoman

    penskoran.

    2.2.11 Taksonomi Bloom

    Perumusan tujuan pembelajaran berttik tolak dari tingkah laku dan bersifat

    operasional. Maka dari itu perlu adanya pengklasifikasian (taksonomi) tujuan

    pembelajaran. Salah satu ahli yang merumuskan taksonomi tersebut adalah Bloom

    yang kita kenal dengan nama Taksonomi Bloom. Taksonomi tujuan pembelajaran

    umumnya terbagi menjadi tida ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

    Hierarki Taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1: Hierarki dalam taksonomi Bloom (Kusaeri, 2014:32).

    Menurut Depdikbud, Butir-butir soal dikembangkan menjadi enam tingkatan,

    yaitu: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi

    (C5), dan mencipta (C6). Proporsi di antara jenjang pengetahuan tingkat SMP untuk

    PENGETAHUAN

    Mengingat

    Menghafal

    Menyebut

    PEMAHAMAN

    Menerangkan

    Menjelaskan

    Merangkum

    PENERAPAN

    Menghitung

    Membuktikan

    Melengkapi

    ANALISIS

    Memilah

    Membedakan

    Membagi

    SINTESIS

    Merangkai

    Merancang

    Mengatur

    EVALUASI

    Mengkritik

    Menilai

    Menafsirkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    C1 – C2 berkisar 20%, C3-C4 berkisar 55%, C5 berkisar 15%, dan C6 berkisar 10%

    (Depdikbud, 2014: 48).

    1) Pengetahuan (C1)

    Ranah pengetahuan merupakan tingkat kompetensi yang terendah. Pada

    tingkatan ini soal dibuat untuk mengetahui kompetensi peserta didik dalam

    mengingat kembali materi yang pernah diterimanya. Soal pengetahuan lebih

    menuntut peserta didik dalam mengingat sesuatu (hafalan) (Depdikbud: 2014: 48).

    Contoh soal untuk jenjang C1:

    Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, penyair yang banyak membaca puisi

    kontemporer adalah ….

    A. W.S. Rendra

    B. Ramadhan K.H

    C. Sutarji Calzoum Bachri

    D. Putu Wijaya

    2) Pemahaman (C2)

    Pada tingkatan ini peserta didik dituntut untuk memahami/mengerti materi

    yang telah diajarkan dan tidak sekedar hafalan. Soal pemahaman menuntut jawaban

    berupa pernyataan atau contoh dari suatu konsep dengan bahasa sendiri

    (Depdikbud: 2014: 48). Contoh soal:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Perbedaan prosa, puisi, dan drama dalam kesusastraan Indonesia didasarkan

    atas….

    A. bahasa yang digunakan

    B. pengembangan plot dan struktur cerita

    C. perwujudan lahiriah sebuah karya sastra

    D. banyaknya tokoh dalam cerita

    3) Penerapan (C3)

    Dalam tataran penerapan, peserta didik dituntut untuk mengimplementasikan

    prinsip, konsep dalam situasi tertentu, dan umumnya belum pernah dikenal atau

    disampaikan guru di kelas (Depdikbud: 2014: 48). Contoh soal:

    4) Analisis (C4)

    Pada tataran Analisis, peserta didik dituntut untuk menggunakan informasi

    ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat,

    dan menemukan hubungan sebab akibat.Soal analisis menuntut jawaban informatif,

    penemuan asumsi, dan penemuan sebab akibat (Depdikbud: 2014: 49). Contoh soal:

    5) Evaluasi (C5)

    Jenjang soal evaluasi (C5) merupakan ranah pengetahuan menuntut peserta

    didik melakukan evaluasi informasi, seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan

    termasuk di dalamnya melakukan keputusan terhadap hasil analisis untuk suatu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    kebijakan.Soal tingkat evaluasi menuntut jawaban berupa keputusan dan penentuan

    suatu nilai informasi (Depdikbud: 2014: 49). Contoh soal:

    Hasan mendengarkan dengan tekun ” Acara Pembinaan Bahasa Indonesia ”

    melalui TV. Sebentar-sebentar ia mencatat, kemudian cepat beralih dan

    memperhatikan kembali kepada pembicara. Hasan tidak beranjak dari kursinya

    sebelum acara tersebut selesai. Berdasarkan contoh tersebut, Hasan memiliki unsur-

    unsur, misalnya, konsentrasi penuh, bertujuan, berminat, siap secara fisik dan

    mental. Unsur-unsur tersebut termasuk bagian dari …

    A. pembicara

    B. pembicaraan

    C. penyimak

    D. situasi

    6) Mencipta (C6)

    Jenjang soal mencipta (C6) merupakan ranah pengetahuan tertinggi,

    menuntut peserta didik memiliki kompetensi dalam merancang suatu kegiatan,

    membuat atau mendesain suatu benda produk dengan berbagai pertimbangan dan

    analisis. Merancang dalam ranah pengetahuan sebatas pada menghasilkan

    prototipe atau ide/gagasan dalam bentuk konseptual (Depdikbud: 2014: 50).

    Contoh soal : Akhir-akhir ini, kota-kota besar di Indonesia sering dilanda

    banjir yang cukup merepotkan. Banyak kalangan menilai bahwa tata ruang yang

    tidak sesuai dan terkesan dibangun asal-asalan menjadi penyebabnya, sehingga

    hampir tiap tahun dipastikan akan tergenang banjir. Tapi di lain pihak, kita juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    menyaksikan sampah yang berserakan di mana-mana dan tak terkendali. Sampah-

    sampah ini menghalangi aliran air yang mengalir ke tempat sebenarnya, dan

    menjadi salah satu penyebab banjir.

    Pertanyaan:

    Buatlah rancangan upaya-upaya yang sekiranya dapat dilakukan untuk

    mengurangi risiko banjir sehingga tidak menimbulkan bencana!

    2.2.12 Langkah-langkah penyusunan Perangkat Tes

    Dalam Djiwandono (2008) dijelaskan beberapa langkah-langkah yang perlu

    dilakukan sejak awal untuk menghasilkan perangkat tes seperti yang direncanakan:

    1) Penyusunan kisi-kisi tes (table of spesification), yaitu tabel yang memuat rumusan

    tiga tujuan umum, rincian tujuan khusus, yang disusun secara bertingkat mulai dari

    yang paling sederhana sampai dengan yang paling sulit, isertai jumlah atau

    presentasi butir tes atau pertanyaan untuk masing-masing rincian tujuan, sesuai

    dengan tingkat relevansi atau pentingnya pada tes yang dijalankan.

    2) Perumusan petunjuk penggunaan tes dan bila perlu pemberian contoh pengerjaan.

    3) Penyusunan kunci jawaban (untuk tes objektif) dengan skor 1 bila benar dan 0 bila

    salah, dan rambu-rambu penskoran (untuk tes subjektif) dengan rentangan skor

    tertentu (misalnya 2,1,0, atau 4,3,2,1,dll), tergantung pda ketepatan dan

    kelengkapan jawaban peserta sesuai dengan rincian rambu-rambu penskoran yang

    telah disusun sebelumnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    4) Penetapan metode validasi tes untuk melakukan kajian terhadap validitas dan

    Reliabilitas, dengan merujuk kepada rumus penghitungan yang sesuai dengan jenis

    dan format tes yang digunakan.

    5) Pengumpulan umpan balik untuk memperbaiki konsep tes yang telah tersusun

    melalui berbagai cara termasuk moderating atau editing yaitu masukan dari ahli

    dan teman sejawat tentang berbagai aspek tes yang sedang disusun.

    6) Revisi terhadap konsep tes berdasarkan umpan balik, catatan, dan hasil analisis uji

    coba untuk menghasilkan tes yang sesuai dengan yang direncanakan.

    7) Penyusunan seluruh perangkat tes yang lengkap yang terdiri dari: (a) Tes dengan

    butir-butir tes yang dilengkapi dengan petunjuk pengerjaan, (b) lembar jawaban,

    jika diperlukan, dalam jumlah yang cukup, (c) Kunci jawaban atau rambu-rambu

    penskoran untuk digunakan oleh pengajar (Djiwandono, 2008: 201-203).

    2.2.13 Kaidah Penulisan Soal yang Baik

    Kaidah-kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau pedoman yang perlu

    diikuti penulis agar soal yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Kaidah penulisan

    soal dibedakan ke dalam tiga hal yaitu materi, konstruksi, dan Bahasa yang akan

    diuraikan di bawah ini (Surapranata, 2005:179). Penyusunan soal yang baik harus

    mengikuti kaidah-kaidah penulisan soal. Jika tidak mnegikuti kaidah penulisan soal

    maka soal yang akan dihasilkan pun kurang baik. Surapranata (2005:179-193)

    menjelaskan kaidah-kaidah penulisan soal yang baik yaitu: (1) soal harus sesuai

    dengan kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum, (2) pilihan

    jawaban harus berfungsi, homogen, dan logis, (3) setiap soal harus mempunyai satu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    jawaban yang benar atau yang paling benar, (4) pokok soal harus dijelaskan secara

    jelas dan tegas, (5) rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan

    pernyataan yang diperlukan saja, (6) pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah

    jawaban benar, (7) pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif

    ganda, (8) gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal

    harus jelas dan berfungsi, (9) panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama,

    (10) pilihan jawaban jangan megandung pernyataan, “semua pilihan jawaban di atas

    salah”, atau “semua pilihan jawaban di atas benar”, (11) pilihan jawaban yang

    berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai

    angka tersebut, atau kronologis waktunya, (12) butir soal jangan bergantung pada

    jawaban soal sebelumnya, (13) setiap soal harus menggunakan Bahasa yang sesuai

    dengan kaidah Bahasa Indonesia, (14) menggunakan Bahasa yang komunikatif

    sehingga mudah dimengerti, (15) jangan menggunakan Bahasa yang berlaku

    setempat, jika soal akan digunakan untuk daaerah lain atau nasional, dan (16) pilihan

    jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan

    pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.

    2.3. Kerangka Berpikir

    Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan kerangka berpikir yang akan

    digunakan dalam mengembangkan instrumen penilaian kognitif mata pelajaran

    Bahasa Indonesia, khususnya pada aspek kompetensi membaca para siswa. Instrumen

    penilaian merupakan perangkat yang memegang peranan penting dalam proses

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    evaluasi pembelajaran. Instrumen penilaian yang baik dan benar akan berpengaruh

    pada hasil evaluasi pembelajaran. Seiring perkembangan kurikulum dan materi

    pembelajaran, maka guru tidak hanya dituntut untuk dapat menciptakan sarana

    pembelajaran yang baik tetapi juga instrumen penilaian yang tepat. Selama ini

    instrumen yang dipakai belum dapat digunakan secara maksimal dalam menilai hasil

    belajar siswa. Hal ini dikarenakan kurangnya minat para guru untuk menciptakan

    suatu instrumen penilaian baru dan yang lebih tepat guna memberikan penilaian hasil

    belajar siswa.

    Penggunaan instrumen di sekolah-sekolah terutama di tingkat SMP adalah suatu

    hal yang nyata. Masih banyak guru-guru yang memberikan penilaian tanpe

    menggunakan instrumen yang jelas. Misanya saja ketika seorang guru Bahasa

    Indonesia menilai tulisan teks eksemplum atau cerita pendek para siswa, guru tidak

    memberikan nilai berdasarkan aspek-apek yang sudah ada dalam instrumen penilaian

    tetapi hanya menilai berdasarkan misalnya penggunaan EYD (Ejaan yang

    Disempurnakan), atau penggunaan tanda baca. Penilaian seperti inilah yang menjadi

    masalah utama dan kurang tepat jika digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar

    secara keseluruhan.

    Solusi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan permasalahan di atas adalah

    peneliti melakukan pengembangan instrumen penilaian berdasarkan analisis

    kebutuhan instrumen penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 15

    Yogyakarya. Uji coba produk akan dilakukan dalam dua tahap: 1) penilaian yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    dilakukan oleh dosen ahli dari Universitas Sanata Dharma dan pengajar ahli dari

    beberapa sekolah terpilh dan 2) uji lapangan. Terakhir, revisi berdasarkan hasil uji

    coba produk.

    Peneliti melakukan penelitian dengan subjek guru SMP Negeri 15 Yogyakarta.

    Teori yang digunakan dala penelitian ini adalah: 1) instrumen penilaian; 2) membaca;

    3) validitas; 4) Reliabilitas; 5) penilaian; 6) metode R&D; dan 7) kurikulum 2013.

    Peneliti menggunakan terori tersebut agar relevansi dengan judul penelitian

    pengembangan instrumen penilaian yang akan dilakukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai: 1) jenis penelitian, 2) model

    pengembangan, 3) sumber data penelitian, 4) teknik pengumpulan data, 5) prosedur

    pengembangan, 6) uji coba produk, dan 7) teknik analisis data.

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian pengembangan instrumen penilaian kompetensi membaca siswa kelas

    VIII ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan dengan data kualitatif dan

    kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan

    mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

    yang bersifat alamiah maupun fenomena rekayasa manusia (Sukmandinata, 2011).

    Penelitian kuantitatif menurut Moleong (2007), penelitian kualitatif merupakan

    penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek

    penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Pemilihan jenis

    penelitian ini didasarkan pada tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan produk

    instrumen penilaian kompetensi membaca yang akan dibuat.

    3.2 Model Pengembangan

    Model pengembangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah model R&D

    (Research and Development). Model pengembangan ini digunakan untuk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,

    2014:297).

    Untuk dapat menghasilkan produk instrumen penilaian kompetensi membaca

    pada siswa kelas VIII digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan

    untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat digunakan oleh para guru di

    SMP Negeri 15 Yogyakarta, maka dilakukan penelitian utnuk mengujicobakan

    produk tersebut.

    Dick and Carey (2009) menjabarkan 10 langkah pengembangan instrumen

    penilaian yaitu sebagai berikut:

    Bagan 3.1 Tahapan Pengembangan Model Dick and Carey

    Selain Dick and Carey, Sugiyono (2014:409) juga merumuskan sepuluh langkah

    penelitian dan pengembangan yang ditunjukan dengan bagan berikut.

    Asses

    Need To

    Identify

    Goal (s)

    Conduct

    Instructiona

    l Analysis

    Analyze

    Learners

    and Contex

    Write

    Performanc

    e Objective

    Design and

    conduct

    Formative

    Evaluation of

    Instruction

    Develop and

    Select

    Instructional

    Materials

    Develop

    Instructional

    Strategy

    Develop

    Assesment

    Instrument

    Design and

    Conduct

    Summative

    Evaluation

    Revise Instruction

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Bagan 3.2. Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development

    (R&D)

    Berkaitan dengan judul penelitian dan kondisi yang ada di lapangan, maka

    peneliti mengadaptasi beberapa langkah-langkah yang sesuai untuk diterapkan.

    Langkah-langkah tersebut merupakan adaptasi dari kedua teori di atas yaitu teori

    Sugiyono(2012) dan teori Dick and Carey dalam Tegeh (2010). Maka langkah-

    langkah yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

    1. Analisis kebutuhan.

    2. Pengumpulan data.

    3.Pengembangan instrumen

    penilaian.

    4. Mendesain produk.

    5. Validasi desain.

    6. Revisi desain.

    7. Uji coba produk

    8. Revisi produk.

    9.Produksi.

    Potensi dan

    Masalah

    Desain

    Produk

    Pengumpulan

    Data

    Validasi

    Desain

    Uji Coba

    Pemakaian

    Revisi

    Produk

    Produksi

    Masal

    Revisi

    Desain

    Uji COba

    Produk

    Revisi

    Desain

    Revivi Produk

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    TAHAP I : ANALISIS KEBUTUHAN

    AN KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

    TAHAP II : TAHAP II : PENGUMPULAN DATA

    ANALISIS KEBUTUHAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

    Analisis

    Kompetensi Inti

    Peng Pengembangan

    Instrumen Penilaian

    embangan Instrumen

    Penilaian

    Analisis Sumber

    Belajar

    Pengembangan

    Pengembangan

    instrumen

    penilaian

    penilaian

    TAHAP III : PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

    BANGAN INSTRUMEN PENILAIAN

    KONTEN

    INSTRUMEN

    INDIKATOR

    PENGUMPULAN

    BAHAN

    DESAIN

    PRODUK

    TAHAP IV: DESAIN PRODUK

    DASI DESAIN PRODUK

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    Bagan 3.3. Skema Prosedur Penelitian Lapangan

    3.3 Prosedur Pengembangan

    Prosedur pengembangan memaparkan langkah-langkah peneliti dalam

    mengembangkan produk. Pengembangan instrumen penilaian kompetensi dasar

    membaca dilakukan dalam beberapa langkah, yaitu:

    3.3.1 Analisis Kebutuhan

    Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai sistem

    penilaian yang selama ini dilakukan, khususnya dalam pembelajaran membaca di

    kelas. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap guru pengampu

    VALIDASI

    Dosen ahli

    Guru Ahli

    Analisis

    UJI C UJI COBA LAPANGAN

    OBA LAPANGAN

    REVISI PRODUK I

    REVISI II

    REVISI II

    PRODUK INSTRUMEN PENILAIAN MEMBACA

    PENILAIAN MEMBACA

    TAHAP IV: VALIDASI DESAIN PRODUK

    DASI DESAIN PRODUK

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta dan

    menganalisis RPP yang dibuat oleh guru tersebut.

    3.3.2 Menyusun Spesifikasi Produk

    Spesifikasi produk yang ingin dihaslkan dalam penelitian ini adalah seperangkat

    instrumen penilaian kompetensi dasar membaca untuk kelas VII. Penyusunan

    spesifikasi produk mencakup kegiatan berikut ini: (1) Mempelajari RPP guru

    pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengembangkan kisi-kisi yang

    berkualitas dan memilah kompetensi dasar yang termasuk ke dalam kompetensi dasar

    membaca. (2) Menentukan bentuk tes, yaitu pilihan ganda dan uraian untuk tes

    kognitif dan tes unjuk kerja untuk ranah psikomotorik. (3) Membuat soal berdasarkan

    kisi-kisi yang sudah dibuat, membuat kunci jawaban pilihan ganda dan uraian, dan

    membuat rubrik penilaian. (4) Validasi isi oleh dosen ahli penilaian, dosen ahli

    pengajaran Bahasa, dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. (5)

    Melakukan revisi berdasarkan hasil validasi isi.

    3.3.3 Menyusun Instrumen Penilaian

    Instrumen penilaian yang dimaksud berupa, kisi-kisi soal, butir-butir soal

    kognitif dan psikomotorik, kunci jawaban soal pilihan ganda, pedoman penskoran,

    dan rubrik penilaian.

    3.3.4 Menilai Instrumen Penilaian

    Dosen ahli penilaian dan dosen ahli pengajaran Bahasa melakukan penilaian

    terhadap instrumen penilaian yang telah peneliti hasilkan. Penilaian meliputi

    kejelasan, kesesuaian, dan kebenaran perangkat instrumen penilaian kompetensi dasar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 55

    membaca. Penilaian berfungsi untuk memperbaiki kualitas instrumne penilaian

    sebelum dilakukan uji coba produk di lapangan.

    3.3.5 Revisi 1

    Peneliti melakukan perbaikan terhadap instrumen yang telah dihasilkan,

    perbaikan berdasarkan hasil penilaian yang diberikann oleh dosen ahli penilaian,

    dosen ahli pengajaran Bahasa, dan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia

    kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta. Peneliti memperbaiki instrumen penilaian

    dari segi kejelasan isi dan kelayakan instrumen yang dihasilkan.

    3.3.6 Uji Coba Instrumen Penilaian

    Uji coba instrumen penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan

    realibilitas instrumen penilaian yang telah peneliti hasilkan. Sasaran uji coba produk

    instrumen penilaian adalah siswa kelas VII di SMP Negeri 15 Yogyakarta dan guru

    pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia.

    3.3.7 Analisis Hasil Uji Coba

    Berdasarkan hasil uji coba produk di lapangan, peneliti mengetahui kualitas

    instrumen penilaian yang dihasilkan. Analisis yang dilakukan meliputi analisis

    tingkat realibilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal. Analisis validitas

    isi, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal dilakukan berdasarkan

    skor pemerolehan siswa melalui uji coba terbatas maupun uji coba dalam sampel

    besar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 56

    3.3.8 Revisi 2

    Peneliti melakukan perbaikan untuk kedua kalinya berdasarkan hasil uji coba

    produk instrumen penilaian di lapangan. Perbaikan yang peneliti lakukan berdasarkan

    pada hasil perhitungan tingkat reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir

    soal.

    3.3.9 Produk

    Setelah melalui tahap validasi isi, reliabilitas, uji coba instrumen penilaian, dan

    analisis butir soal, peneliti melakukan perbaikan terhadap produk instrumen penilaian

    tersebut. setelah melalui tahap perbaikan, instrumen penilaian dapat dikatakan

    sebagai produk akhir.

    3.4. Sumber Data Penelitian

    3.4.1. Subjek Penelitian

    Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas VII D SMP Negeri 15 Yogyakarta

    dan guru Bahasa Indonesia kelas VII SMP Negeri 15 Yogyakarta Ibu Retno

    Handayani, S.Pd. Guru sebagai sumber data dapat memberikan data yang berupa 1)

    subjek analisis kebutuhan dan 2) penggunaan instrumen penilaian kompetensi

    membaca .

    3.4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 15 Yogyakarta yang beralamat

    di Jalan Tegal Lempuyangan Nomor 61, Seleman-Yogyakarta. Penelitian dilakukan

    pada tanggal 18 sampai 25 Mei 2016.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 57

    3.4.3. Data penelitian

    Data merupakan hasil pencatatan peneliti tentang objek penelitan (Soewandi,

    2007:16) Data dalam penelitian pengembangan ini adalah data kualitatif dan

    kuantitatif. data kualitatif berupa: 1) informasi yang didapat melalui angket analisis

    kebutuhan instrumen penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek

    membaca; 2) wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII

    SMP Negeri 15 Yogyakarta; 3) saran dari hasil konsultasi dengan dosen tentang

    pengembangan instrumen penilaian.

    Data kuantitatif berupa 1) pemerolehan skor dari butir-butir angket kebutuhan

    guru terhadap instrumen penilaian; 2) pemerolehan nilai dari hasil penilaian produk

    oleh dosen pengembangan dan guru Bahasa Indonesia dan 3) pemerolehan nilai hasil

    pembelajaran siswa yang dinilai dengen instrumen penilaian yang dikembangkan.

    Setelah itu akan dilakukan penghitungan kemudian disimpulkan secara deskriptif

    untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan instrumen penilaian yang

    dibutuhkan

    3.5 Teknik Pengumpulan Data

    Di dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara

    dan angket analisis kebutuhan. Menurut Arikunto (2006:219), instrumen adalah alat

    bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan peneliti

    dalam penelitian pengembangan ini adalah instrumen non tes, yaitu: (1) wawancara

    untuk guru, dan (2) angket. Wawancara dilakukan untuk memperoleh infomasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 58

    tentang instrumen penilaian kompetensi membaca Bahasa Indonesia oleh guru.

    Angket digunakan guru untuk mengetahui informasi mengenai instrumen penilaian

    kompetensi membaca.

    1. Wawancara

    Wawancara (interview) merupakan salah satu metode pengumpulan bahan (data

    atau fakta). Pelaksanaannya bisa dilakukan bertatap muka (face to face) dengan orang

    yang diwawancarai (interviewe), atau secara tidak langsung seperti melalui telephone,

    internet, atau surat (wawancara tertulis termasuk lewat e-mail dan sms) (Romli,

    2009:35).

    Teknik ini ditujukan kepada guru Bahasa Indonesia kelas VII di SMP N 15

    Yogyakarta. Hal ini ditujukan karena guru lebih mengetahui kesulitan-kesulitan apa

    saja yang dialami guru dalam membuat instrumen penilaian kompetensi membaca

    berdasarkan dengan kurikulum 2013.

    Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara

    No Butir Pertanyaan Jumlah

    1 Apa yang Anda ketahui tentang instrumen penilaian

    membaca dalam kurikulum 2013?

    1

    2 Bagaimana pengalaman Anda dalam menggunakan

    rubrik penilaian keterampilan membaca?

    1

    3 Apakah penilaian dengan menggunakan rubrik akan

    memudahkan guru dalam memberikan penilaian?

    1

    4 Jenis tes apa saja yang Anda gunakan untuk menilai

    keterampilan membaca dalam kurikulum 2013?

    1

    5 Instrumen seperti apa yang Anda gunakan untuk

    menilai hasil belajar siswa?

    1

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 59

    6 Seberapa sering Anda menggunakan instrumen

    penilaian keterampilan membaca?

    1

    7 Apakah Anda sudah pernah membuat instrumen

    penilaian membaca?

    1

    8 Aspek apa saja yang Anda nilai dalam menilai

    keterampilan membaca siswa?

    1

    9 Kendala-kendala apa saja yang Anda temui dalam

    pelaksanaan penilaian membaca pada pembelajaran

    Bahasa Indonesia?

    1

    10 Langkah-langkah apa saja yang Anda lakukan ketika

    menghadapi kendala tersebut?

    1

    11 Apakah peran evaluasi pembelajaran dapat membantu

    proses belajar di kelas dan meningkatkan prestasi

    belajar siswa?

    1

    12 Bagaimana pendapat Anda mengenai instrumen

    penila