penurunan kreativitas pada masa kanak-kanak

17
BAB I ISI I. 1 Penurunan Kreativitas pada Masa Kanak-kanak dan Hubungannya dengan Sistem Pendidikan Judul : Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak Pengarang : Yeni Rachmawati, S.Pd., M.Pd. & Euis Kurniati, S.Pd., M.Pd. Kota & Nama Penerbit : Jakarta, Kencana ; Prenada Media Group Tebal : 184 hlm Zaman keemasan umat manusia dalam bidang penelitian dan pengembangan hal-hal baru dalam dunia ilmu pengetahuan sudah mulai berkurang dari waktu ke waktu. Manusia menjadi lebih cepat puas dengan ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Termasuk di negara kita Indonesia, penduduk di negara kita pun cenderung lebih cepat puas dan hanya ingin menjadi pengguna teknologi ataupun penerapan ilmu pengetahuan yang diterapkan atau ditemukan negara-negara lain. Negara kita lebih sering menjadi pengguna daripada menjadi penemu. Apakah hal tersebut berhubungan dengan penurunan kreativitas pada 1

Upload: fransiscus-yosua-surojo

Post on 13-Aug-2015

33 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

AKhir-akhir ini terdapat penurunan drastis yang terjadi di kalangan anak-anak zaman sekarang. Hal-hal yang serba instan membuat anak-anak menjadi lebih malas dalam meraih sesuatu hal.Essay ini dibuat untuk membahas mengenai penurunan kreativitas yang terjadi pada masa anak-anak

TRANSCRIPT

Page 1: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

BAB I

ISI

I. 1 Penurunan Kreativitas pada Masa Kanak-kanak dan Hubungannya dengan

Sistem Pendidikan

Judul : Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak

Pengarang : Yeni Rachmawati, S.Pd., M.Pd. & Euis Kurniati, S.Pd., M.Pd.

Kota &

Nama Penerbit : Jakarta, Kencana ; Prenada Media Group

Tebal : 184 hlm

Zaman keemasan umat manusia dalam bidang penelitian dan pengembangan hal-hal baru

dalam dunia ilmu pengetahuan sudah mulai berkurang dari waktu ke waktu. Manusia

menjadi lebih cepat puas dengan ilmu pengetahuan yang ada sekarang. Termasuk di negara

kita Indonesia, penduduk di negara kita pun cenderung lebih cepat puas dan hanya ingin

menjadi pengguna teknologi ataupun penerapan ilmu pengetahuan yang diterapkan atau

ditemukan negara-negara lain. Negara kita lebih sering menjadi pengguna daripada menjadi

penemu. Apakah hal tersebut berhubungan dengan penurunan kreativitas pada masa kanak-

kanak yang melanda generasi saat ini. Pada buku “Strategi Pengembangan Kreativitas pada

Anak Usia Taman Kanak-kanak” dibahas pula penurunan kreativitas yang berhubungan

dengan sistem pendidikan di Indonesia.

“Persoalan yang terjadi di lapangan, sistem pengajaran kita cenderung bersifat akademis. Pengajaran yang bersifat akademis cenderung hanya mengembangkan otak kiri dan mengabaikan pengembangan otak kanan. Kegiatan-kegiatan seperti membaca, menulis, berhitung, ataupun kemampuan yang banyak menggunakan cara berpikir logis, rasional dan linier ataupun sekadar menghafal data merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan otak kiri. Sedangkan bentuk kegiatan yang dapat mengembangkan otak kanan di antaranya seperti menggambar, bermain musik, menggambar bebas, dan drama jarang dilakukan. Dengan demikian terjadi ketidakseimbangan fungsi otak kiri dan kanan. Hingga akhirnya terjadi penurunan kreativitas (creativity drop) pada usia 7-12 tahun sebagaimana yang dilaporkan Torrance (Supriadi, 1994)”

1

Page 2: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

Dikutip dari “Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak”, Bab 2 Konsep Dasar Pengembangan Kreativitas, Subbab 2. Otak Kiri dan Otak Kanan, hlm 26.

Itulah kenyataan mengenai sistem pendidikan di Indonesia, siswa cenderung menghapal

tanpa memahami. Hal tersebut sudah dimulai sejak SD bahkan seringkali hingga proses

perkuliahan. Akibat negatif yang ditimbulkan sangat besar, yaitu berkurangnya tingkat

kreativitas pelajar Indonesia dan mereka lebih senang terpaku pada apa yang diajarkan

dalam pendidikan mereka ketimbang mencari hal-hal baru dalam dunia pendidikan demi

meningkatkan peradaban umat manusia. Dampak tersebut berlanjut pada kehidupan

seterusnya dimana Plagiarisme semakin marak dan sudah dianggap lumrah sehingga

kreativitas manusia di Indonesia perlahan-lahan semakin meredup.

Kenyataan yang ditunjukkan di atas seharusnya menyadarkan diri kita sedari sekarang

bahwa siste pendidikan di Indonesia sekarang harus mengalami revolusi. Sistem

pendidikan yang sekarang yang sering mengalami pergantian kurikulum pun terkesan

seperti copy-paste dari kurikulum sebelumnya dan hanya berganti nama serta penambahan

beberapa hal agar terlihat baru. Padahal sistem pendidikan seharusnya menjadi sistem

pembentukan karakter manusia seperti pembentukan kreativitas, bukan pembentukan robot

plagiarisme. Apabila sistem pendidikan di Indonesia diubah menjadi sistem pendidikan

yang mengedepankan kreativitas, niscaya negara kita akan menjadi negara penemu bukan

negara pengguna seperti sekarang.

I. 2 Melayani itu menyenangkan

Judul : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!

Pengarang : Ajahn Brahm

Kota &

Nama Penerbit : Jakarta, Awareness Publication

Tebal : 402 hlm

Masa teknologi seperti sekarang ini membuat manusia menjadi lebih individualis. Dengan

kecanggihan gadget-gadget yang mereka miliki, waktu mereka lebih sering tersita di depan

2

Page 3: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

gadget dibandingkan melakukan sesuatu yang lebih positif. Bahkan dengan teknologi yang

semakin maju dan memanjakan manusia, manusia seperti memiliki ruang atau dunia

tersendiri dalam hidupnya ketika bersama gadget kesayangannya. Individualisme seperti

inilah yang menyebabkan manusia menjadi kurang peka dan kurang melayani sesamanya.

Namun, kisah menggelitik dalam buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!” justru

dapat menyadarkan kita bahwa melayani sesama itu menyenangkan.

“ Singkat cerita, ketika Ajahn Brahm seorang biksu Buddha ini sedang belajar sebagai

biksu muda di Thailand. Ia terheran-heran dengan biksu-biksu yang ada di vihara tersebut

yang selalu bersemangat untuk menjadi pembasuh biksu guru yang ada di vihara tersebut

yaitu Ajahn Chah. Memang sudah menjadi tradisi bahwa biksu senior seperti Ajahn Chah

mendapatkan pelayanan dari orang-orang disekitarnya sebagai bentuk penerapan budaya

“Melayani orangtua dan guru”. Dalam pikiran Ajahn Brahm yang merupakan orang Barat,

sangat aneh melihat 27 biksu muda membasuh sepasang kaki seorang biksu senior dan

masing-masing biksu muda tersebut hanya dapat membasuh sedikit bagian dari kaki Ajahn

Chah. Ajahn Brahm pun mencobanya pada suatu hari dan mendapatkan jempol kaki Ajahn

Chah untuk dibasuh. Yang Ajahn Brahm rasakan adalah kesenangan dalam berbuat derma

terhadap sesama. Kadang kita tidak menyadari banyaknya kebahagiaan yang dapat

diperoleh dari membantu orang lain, dari memberi, meskipun itu perbuatan sepele dan

tidak diperlukan. “

Dikutip dari buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!”, cerita 51 “Mencuci kaki

Ajahn Chah”, hlm 154.

Dari cerita di atas, kita sendiri tergelitik bahwa hal-hal sepele dan tidak terlintas di pikiran

kita karena kita pikir bahwa hal tersebut dapat dilakukan sendiri oleh orang lain dapat

membuat kita merasakan kebahagiaan berderma. Mungkin akan terasa indah apabila kita

mencoba mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan merasakan indahnya

melayani sesama dibandingkan menunggu dilayani oleh orang lain. Oleh karena itu,

cobalah dari sekarang untuk mengurangi waktu bersama gadget anda dan mulailah peka

3

Page 4: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

dengan orang-orang serta makhluk hidup di sekitar anda. Amati dan lakukan apa yang kau

bisa lakukan kepada sesama untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.

I. 3 Mengakui Kesalahan, Kesatriaan Abad Ini

Judul : 7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan Cara-cara Memperbaikinya

Pengarang : John C. Friel, Ph. D & Linda D. Friel, M.A.

Kota &

Nama Penerbit : Bandung, Kaifa

Tebal : 184 hlm

Siapapun di dunia ini tidak mau dipersalahkan, di tunjuk sebagai pihak yang salah berarti

menjadi pihak yang akan menerima hukuman dari kesalahan tersebut. Cara aman untuk

menghindari hukuman dari kesalahan yang kita perbuat adalah berusaha mencari kambing

hitam baik itu orang lain maupun kehidupan kita, pokoknya hal-hal yang dapat menjadi

tumbal ataupun sasaran kesalahan selain diri kita. Namun, tidak ada yang dapat

diselesaikan apabila kita selalu menghindar dan tidak mengakui kesalahan yang telah kita

perbuat.

Seperti kutipan di bawah ini yang berasal dari buku “7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan

Cara-cara Memperbaikinya”, Bagian I : Bersiap-siap, Bab 2 Aturan Permainan, dengan

judul “Anda tidak bisa mengubah sesuatu yang tidak mau anda akui, dan sesuatu yang

tidak anda akui cenderung memegang kendali”.

“Jika rumah tangga Anda berantakan, anak-anak Anda tidak bisa diatur, Anda diam-diam

membenci pasangan Anda karena dia selalu memihak anak-anak, dan Anda berfantasi

untuk lari ke sebuah pulau tropis yang jauh. Namun, Anda tidak mau mengakui semua

perasaan ini kepada siapa pun, termasuk diri sendiri, maka Anda tidak mungkin mengubah

kondisi ini. Jika Anda tidak mengakui bahwa ada masalah, bagaimana Anda akan

menyelesaikannya? Dan jika anda tidak mengeluarkan perasaan Anda, apa pun yang tidak

dibicarakan dan dibahas cenderung terungkap lewat tingkah laku. Mengatakan bahwa

4

Page 5: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

anda merasa ingin melarikan diri tidak akan membuat dunia berakhir. Menunggu sampai

Anda benar-benar lari mungkin menjadi akhir dari dunia sehat anda.”

Suatu kesalahan yang anda perbuat memiliki potensi untuk merubah anda menjadi lebih

baik jika anda mau mengakuinya, dan juga potensi untuk merubah anda menjadi pribadi

yang kabur dari satu masalah untuk menciptakan masalah baru. Apabila anda berani

mengakui kesalahan dan tidak menimpakannya pada yang lain, masalah anda akan

terselesaikan karena anda akan berusaha fokus untuk memahami dan menyelesaikannya.

Apabila anda menimpakan masalah anda pada yang lain seperti orang lain, hidup anda,

ataupun benda-benda yang dapat anda rusak untuk melampiaskan kekesalah anda terhadap

kesalahan tersebut, masalah baru akan terus datang dan mengejar-ngejar anda. Hadapilah

dan selesaikannya seperti manusia sejati.

I. 4 Egoisme BBM di Indonesia

Judul : Isme-Isme dari A sampai Z

Pengarang : A. Mangunhardjana

Kota &

Nama Penerbit : Yogyakarta, Kanisius

Tebal : 244 hlm

Masih cukup segar di ingatan kita mengenai Rencana Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak pada tahun 2012 yang lalu yang menimbulkan pro dan kontra di negara ini. Untuk

kepentingan hajat hidup orang banyak seperti BBM ini, apabila ada rencana untuk

menaikkan harganya pasti akan menyebabkan polemik di masyarakat karena berpengaruh

terhadap harga kebutuhan pokok. Rencana kenaikan BBM selalu diikuti dengan demo

menolak kenaikan harga tersebut. Seperti masyarakat tidak peduli akan keadaan keuangan

negara yang terbebani oleh subsidi BBM yang terus terlampaui kuotanya. Masyarakat

kecil berusaha dengan berdemo untuk menahan kenaikan harga BBM yang dapat

menambah beban hidup mereka, tetapi yang menikmati subsidi BBM justru lebih banyak

orang-orang yang mampu ketimbang tidak mampu. Inilah salah satu contoh egoism energi

yang telah terjadi hampir di seluruh dunia.

5

Page 6: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

“Karena hanya berpedoman kepada kepentingan pribadi, egoisme sebagai sikap membawa dampak negatif baik bagi para penganut maupun bagi orang lain. Bagi para penganut sendiri, oleh egoisme mereka menggiring diri sendiri menjadi manusia berpandangan sempit. Bagi mereka hidup hanya berisi kepentingan pribadi. Isi bumi yang lain hanyalah alat untuk mencapai pemenuhan pribadi. Egoisme mendorong para penganutnya menjadi manusia rakus dan serakah karena kepentingan diri tak memiliki “plafon” dan batas.”

Dikutip dari buku “Isme-Isme dari A sampai Z”, Bab 14 Egoisme, hlm. 58.Masyarakat Indonesia cenderung egois dalam mengonsumsi energi. Mereka berharap

dapat mengonsumsi energi sepuas mereka dengan harga murah hasil subsidi dari

pemerintah. Terutama masyarakat kelas menengah ke atas, mereka menggunakan tameng

rakyat kecil untuk menahan kenaikan harga BBM, padahal subsidi tersebut mereka

pergunakan untuk menjalankan usaha atau bisnis maupun konsumsi diri mereka sendiri

untuk memperoleh sumber energi dengan harga murah.

Rakyat kecil yang seharusnya mendapatkan subsidi BBM malah terdesak oleh

kepentingan segelintir orang yang memonopoli penerimaan subsidi BBM. Di daerah-

daerah di pulau Jawa, yang membayar lebih untuk menyogok petugas keamanan di SPBU

akan mendapat jatah BBM bersubsidi terlebih dahulu, dibandingkan rakyat kecil yang

harus mengantri kadangkala sampai menginap di SPBU untuk mendapatkan BBM.

Egoisme pihak-pihak tertentu dengan kekuasaan uang yang mereka miliki telah mendepak

rakyat kecil yang sebenarnya menjadi pihak yang paling membutuhkan BBM bersubsidi.

Egoisme seperti ini tidak dapat dibiarkan demi menjaga keberlangsungan sumber energi di

negara kita.

Pemerintah harus lebih tegas dalam mengatur pendistribusian BBM bersubsidi agar lebih

tepat sasaran kepada pihak-pihak yang benar-benar membutuhkan. Daripada berpolemik

mengenai keputusan menaikkan harga BBM, pemerintah lebih baik secara bertahap

mengusahakan pengurangan konsumsi energi tidak terbarukan seperti BBM dengan cara

mensubsidi penelitian untuk mencari sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan

BBM. Dengan cara seperti itu, negara kita tidak akan menjadi terlalu tergantung dengan

satu sumber energi saja, tetapi dapat menggunakan beberapa varian dari energi terbarukan

seperti energi surya, energi angin, dan energi panas bumi yang berlimpah di Bumi

6

Page 7: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

Indonesia. Dan diharapkan egoisme energi seperti BBM tidak terjadi lagi di Indonesia

karena semakin beragamnya pilihan energi.

I. 5 Rendah hati di Media Jejaring Sosial

Judul : 7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan Cara-cara Memperbaikinya

Pengarang : John C. Friel, Ph. D & Linda D. Friel, M.A.

Kota &

Nama Penerbit : Bandung, Kaifa

Tebal : 184 hlm

Siapa yang tidak kenal media jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, dll.

Media jejaring sosial seringkali digunakan orang-orang untuk menunjukkan siapa dirinya,

apa yang sedang ia lakukan, sedang dimanakah dirinya, pokoknya segala hal yang dapat

menunjukkan eksistensi dirinya di media jejaring sosial untuk mendapatkan perhatian dari

pengguna media jejaring sosial yang lain. Media jejaring sosial yang mencakup banyak

pengguna juga sering dimanfaatkan sebagai sarana publikasi, contohnya publikasi restoran

yang baru buka di wilayah tertentu hingga publikasi penjualan barang-barang. Namun,

tidak sedikit juga yang memanfaatkan media tersebut untuk menunjukkan kehebatan diri

mereka seperti para remaja sebagai pengguna terbanyak media jejaring sosial yang

menunjukkan gadget, ataupun aksesoris terbaru mereka ataupun lokasi liburan mereka di

luar negeri di foto-foto yang mereka upload di media jejaring sosial. Semakin lama, media

jejaring sosial memiliki kemungkinan untuk menjadi tempat mempertontonkan apa yang

kita miliki kepada orang banyak.

“Terlebih lagi, ketika orangtua terlalu malu mengakui rasa malu mereka, maka anak-anak

belajar bahwa rendah hati dan syukur hanya untuk orang-orang lemah, bukan untuk mereka

yang kuat.”

Dikutip dari buku “7 Kesalahan Terbesar Orangtua dan Cara-cara Memperbaikinya”,

Bagian II : Tujuh Kesalahan, Bab 6 Mengabaikan Kehidupan Emosional atau Spiritual, 1.

Rendah Hati Tidak Penting (Arogansi).

7

Page 8: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

Para remaja sebagai manusia yang sedang berada pada tingkat kelabilan dalam hidup

seringkali mencontoh orang tua mereka yang terlalu malu mengakui rasa malu mereka. Hal

tersebut dapat dilihat dari media jejaring sosial para remaja. Apabila media jejaring sosial

mereka penuh dengan foto-foto yang menarik perhatian orang banyak melalui komentar-

komentar yang diberikan oleh pengguna yang lain, mereka akan merasa terkenal di media

jejaring sosial dan merasa punya banyak teman. Tetapi jika media jejaring sosial mereka

sepi, tidak banyak komentar dari orang lain, foto-foto mereka kurang menarik, remaja

tersebut seringkali menjadi bahan tertawaan teman-temannya karena dianggap kuper dan

tidak ada yang menarik dari dirinya.

Rendah hati semakin terkikis di media jejaring sosial yang digunakan remaja, karena jika

mereka tidak menunjukkan sesuatu yang dapat meningkatkan status sosial mereka. Mereka

akan merasa minder dan merasa akan berkurang perhatian orang lain terhadap mereka di

media jejaring sosial. Foto-foto mereka seperti ketika liburan di luar negeri, mobil atau

motor baru yang mereka miliki, gadget dan barang-barang elektronik terbaru dapat mereka

gunakan untuk menarik perhatian. Hal-hal seperti itulah yang dapat membuat mereka

memiliki banyak teman di media jejaring sosial, ditinjau dari banyak-sedikitnya komentar

orang lain terhadap hal tersebut.

Orangtua sebagai pendamping kehidupan anak-anak mereka yang menginjak usia remaja

seharusnya dapat membimbing mereka bahwa sikap narsisme ataupun sikap sombong yang

ditunjukkan secara tidak langsung di media jejaring sosial anak-anak mereka dapat

mendorong mereka secara tidak langsung untuk menjadi pribadi yang kurang rendah hati.

Orangtua dapat memberikan bimbingan bahwa teman sejati yang dapat diperoleh oleh

anak-anak mereka diperoleh bukan melalui foto-foto yang menarik perhatian orang banyak

di media jejaring sosial, tetapi melalui sikap atau budi baik mereka terhadap orang lain.

Sikap rendah hati yang diterapkan pada anak-anak yang menginjak remaja akan

mengarahkan mereka menjadi pribadi yang baik dan dapat bergaul dengan siapa saja tanpa

memandang status. Hal-hal seperti itulah yang dapat mempertemukan mereka dengan

teman sejati, bukan teman ilusi di media jejaring sosial.

8

Page 9: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

I. 6 Mendengar Lagu Favorit saja

Judul : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!

Pengarang : Ajahn Brahm

Kota &

Nama Penerbit : Jakarta, Awareness Publication

Tebal : 402 hlm

Pernahkah anda memiliki keyakinan yang sangat kuat pada suatu hal yang menurut anda

benar tetapi ternyata salah. Keyakinan yang salah yang seringkali membawa kita ke

suasana pertengkaran dengan sesama karena perbedaan keyakinan. Perselisihan tersebut

seringkali disebabkan pikiran kita yang kurang terbuka dalam melihat suatu hal ataupun

masalah sehingga kita hanya ingin melihat dan mendengar sesuai yang kita inginkan. Dan

akhirnya masalah tersebut kadangkala tak kunjung selesai karena kedua pihak tetap

mempertahankan argumennya.

“Hal ini terkait dengan bagaimana dalam hidup ini kita mendengarkan satu sama lain,

bagaimana antar-pemuka agama atau politisi saling mendengarkan. Kita hanya mendengar

apa yang ingin kita dengar. Begitulah Anda bisa memahami penyebab munculnya

pertengkaran dan perselisihan dalam hidup. Beginilah kita membengkokkan persepsi dari

apa yang sesungguhnya terjadi.”

Dikutip dari buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!”, Cerita 39 “Persepsi yang

Melenceng”, hlm. 123.

Alangkah indahnya apabila setiap orang lebih terbuka dengan apa yang dilihat, didengar,

dan yang dirasakannya. Apabila menghadapi suatu masalah, orang tersebut tidak akan

menjadi seorang yang keras kepala dengan argumennya sendiri dan hanya ingin mendengar

apa yang ia ingin dengar. Memang untuk menghadapi orang-orang seperti itu menbutuhkan

waktu. Sama seperti yang kita lakukan ketika kita mendengar lagu favorit kita, dan lama

kelamaan kita akan bosan untuk mendengarnya dan tidak mau mendengarkannya lagi.

9

Page 10: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

Orang-orang keras kepala pun akan luluh oleh waktu dan akan terbuka untuk melihat atau

mendengar dari sisi yang lain selain sisi yang ingin ia dengar atau lihat.

Kadangkala waktu dapat meluluhkan kerasnya batu melalui proses pelapukan seperti

meluluhkan kerasnya keyakinan seseorang. Maka dari itu, ketika menghadapi masalah

sebaiknya kita yang memulai untuk terbuka dalam mendengarkan dan melihat pokok

permasalahannya dari segala sisi yang ada agar keyakinan kita tidak terpaku pada satu sisi

saja. Jika anda tidak mau melakukan atau berusaha mencobanya, biarlah waktu yang akan

melakukan pekerjaan untuk merubah keyakinan anda.

I. 7 Menghadapi masalah tanpa masalah

Judul : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 3!

Pengarang : Ajahn Brahm

Kota &

Nama Penerbit : Jakarta, Awareness Publication

Tebal : 402 hlm

Seseorang yang menghadapi suatu masalah, umumnya menunjukkan kekesalan atas

permasalahan yang terjadi dengan bersikap kasar, arogan, sedih, dan istilah populer di saat

sekarang adalah “galau”. Pikiran orang tersebut menjadi terfokus pada masalah yang

dihadapinya. Bahkan pikiran atas masalah tersebut bisa terbawa sampai ke alam mimpi.

Sikap dan kelakuan seperti itulah yang menyebabkan orang-orang yang memiliki masalah

sedikit dijauhi oleh orang lain yang takut terseret dalam arus masalah yang berupa

kemarahan si pemilik masalah. Orang yang memiliki masalah biasanya lebih cepat naik

darah ketimbang orang yang damai. Akan tetapi, mungkin orang-orang tersebut perlu

menggunakan proses “Menyelesaikan Masalah tanpa Masalah”.

“Jangan kesal, bersikap tenang, jangan memikirkan apa yang terjadi, akan tetapi pada saat

yang sama lakukan sesuatu yang positif yang berkenaan dengan hal itu.”

Dikutip dari buku “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”, cerita 45 “Penguatan Positif”,

hlm. 139.

10

Page 11: Penurunan Kreativitas Pada Masa Kanak-Kanak

Kata-kata yang tertulis dalam buku karangan Ajahn Brahm tersebut mungkin dapat

dijadikan sebagai pedoman pemecahan masalah oleh orang banyak. Contoh konkretnya

adalah diri saya sendiri, saya mengalami masalah dalam penulisan LTM ini. Saya tidak

pernah membuatnya, pengalaman pertama biasanya memiliki banyak masalah. Saya tidak

tahu harus mencari referensi dari mana. Bahkan, saya tidak tahu format penulisannya yang

benar seperti apa.

Alih-alih saya memikirkan masalah tersebut, saya malah berusaha mencari buku-buku

referensi terlebih dahulu di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, di bagian buku-buku

Psikologi. Lalu, setelah membaca buku-buku tersebut, saya langsung menuangkan

pemikiran yang terlintas di kepala saya dalam LTM yang saya buat. Saya pun menyadari

bahwa ketimbang memikirkan kesulitan atau masalah yang kita hadapi. Kenapa kita tidak

melakukan sesuatu yang dapat mengatasi masalah tersebut. Kekuatan dari semangat “Just

Do It” telah saya buktikan. Sekarang, giliran Anda yang membuktikan semangat tersebut

dan rasakan kelegaan dari terselesaikannya masalah tanpa masalah.

11