penyebab ibu perokok aktif di desa pulau medang …repository.umrah.ac.id/2410/1/ranimah,...
TRANSCRIPT
1
PENYEBAB IBU PEROKOK AKTIF DI DESA PULAU MEDANG
KECAMATAN SENAYANG, KABUPATEN LINGGA
Ranimah1, Suryaningsih
2, Rahma Syafitri
3
Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Email: [email protected]
ABSTRAK
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok bagi
perempuan di desa pulau medang sudah menjadi budaya dari sejak tahun 60an,
dimana setiap perempuan di desa ini yang sudah menikah mereka akan
mengkonsumsi rokok dan menjadi ibu perokok aktif. Kebiasaan merokok terjadi
karena pengaruh lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
anak yang bertanggung jawab terhadap penanaman nilai dan norma dan pembentukan
prilaku anak. Dimana mereka melihat kebiasaan keluarganya yang merokok setiap
hari kemudian timbul rasa ingin coba-coba dan motivasi dari dalam diri sendiri
setelah melihat oran lain merokok. Dan dari lingkungan sosia yang sudah
mendukung. Rokok didesa pulau medang melambangkan sikap dewasa, rokok juga
dapat mengatasi kesepian, kesedihan, dan stress.
Kata Kunci: Rokok, Penyebab, dan Budaya Patriaki.
2
PENDAHULUAN
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan
membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Rokok
biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir,
bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari
merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada
kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
( www.wikipedia.com, 28 Agustus 2016 )
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa
Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad
16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah
Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke
Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa.
Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa
orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang
Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara
Islam. Rokok seakan telah menjadi sebuah budaya, saat ini rokok di Indonesia sudah
menjadi milik semua kalangan, baik orang tua maupun anak-anak, baik pria maupun
3
wanita, baik orang kaya maupun orang miskin, baik bos maupun kuli.Di Indonesia
pada tahun 2014 dari laporan WHO menyebutkan Indonesia menjadi negara ketiga di
dunia yang memiliki jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan
India.Indonesia juga tercatat sebagai negara ketiga di dunia setelah Cina, India, Rusia
dan Amerika Serikat dengan tingkat konsumsi rokok tertinggi didunia
(https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok, 7 November 2016)
Rokok bagi perempuan di desa pulau medang sudah menjadi budaya dari
sejak tahun 60an, dimana setiap perempuan di desa ini yang sudah menikah mereka
akan mengkonsumsi rokok dan menjadi ibu perokok aktif. Kebiasaan merokok terjadi
karena pengaruh lingkungan keluarga yang sangat berpengaruh bagi perkembangan
anak yang bertanggung jawab terhadap penanaman nilai dan norma dan pembentukan
prilaku anak. Dimana mereka melihat kebiasaan keluarganya yang merokok setiap
hari kemudian timbul rasa ingin coba-coba dan motivasi dari dalam diri sendiri
setelah melihat oran lain merokok. Dan dari lingkungan sosia yang sudah
mendukung. Rokok didesa pulau medang melambangkan sikap dewasa, rokok juga
dapat mengatasi kesepian, kesedihan, dan stress.
Perempuan yang sudah menikah mereka pasti akan merokok karena dianggap
sudah dewasa dan bukan lagi tanggug jawab orang tua. Kebiasaan ini mereka ikuti
dari kebiasaan orang tua. Suami yang istrinya merokok ada yang melarang mereka
merokok karena menurut suaminya rokok bahaya untuk istrinya. Suaminya takut
istrinya tidak bisa memiliki keturunan, dan ada juga yang memberi kebebasan dimana
suaminya melihat kondisi lingkungan dimasyarakat yang mayoritas perempuan yang
4
sudah menikah mereka merokok, dan bahkan meraka merokok bersama-sama. Bagi
suami yang melarang, istrinya akan merokok secara sembunyi-sembunyi dan saat
ketahuan dia akan dimarah oleh suaminya. Tapi hal tersebut tidak membuat istrinya
jera, sehingga membuat suaminya lelah untujk melarang istrinya merokok dan
memberi kebebesan pada istrinya.
Bagi masyarakat di Desa Pulau Medang perempuan yang sudah menikah atau
ibu rumah tangga yang merokok tidak lagi dianggap tabu tetapi melainkan dianggap
hal yang bias dan menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Bahkan di desa ini akan
melihat aneh jika perempuan yang sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga
tidak merokok, mereka menganggap yang tidak merokok adalah istri yang takut
suami. Sedangkan perempuan yang belum menikah mereka tidak mengkonsumsi
rokok dikarenakan orang tua mereka yang melarang mereka untuk merokok dan jika
mereka merokok akan ada penilaian dari masyarakat bahwa mereka merupakan
perempuan nakal, dan tidak ada laki-laki yang mendekati. Sehingga penilaian dari
masyarakat menimbulkan rasa takut tidak laku atau takut laki-laki tidak tertarik
kepeda mereka. Sehingga mereka merokok secara sembunyi-sembunyi.
Sebelum mereka mengkonsumsi rokok dulunya mereka memakan sirih. Awal
mulanya ibu-ibu di desa pulau medang sangat suka makan sirih pinang yang
dicampur dengan daun sirih, pinang kapur, gambir dan sedikit tembakau. Desa Pulau
Medang dari dulu hingga sekarang ini tidak memiliki tanaman sirih pinang, dan
bahkan mereka sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menanam tanaman
tersebut padahal mereka sangat suka memakan sirih pinang.
5
Untuk mendapatkan sirih pinang mereka harus ke desa lain yang terdapat
tanaman sirih pinang dan membelinya. Mereka memakan sirih pinang tidak mengenal
waktu pagi, siang, sore dan malam bahkan membuat mereka kecanduan hingga pada
saat mereka berpergian atau berkumpul akan selalu membawa sirih pinang tersebut
dengan menggunakan tempat yang dianyam dengan rotan, kaleng, dan lain-lain.
Kecanduan sirih pinang sama halnya seperti kecanduan rokok yang tidak mengenal
waktu untuk menikmatinya. Kemudian lama kelamaan sirih pinang sulit untuk di
dapatkan sehingga mereka mencoba menggantikan dengan rokok, dimana rokok
sudah mulai bisa di dapatkan di desa tersebut. Rokok yang pertama mereka coba
adalah rokok padang dan rokok gulung yang menggunakan kertas putih dan
tembakau.
Rokok di Desa Pulau Medang sudah ada atau sudah mulai di konsumsi pada
tahun 60an dan 70an, dimana rokok tersebut di dapatkan melalui orang-orang dari
Tanjungpinag, Batam dan Singapura yang berkunjung ke Desa Pulau Medang untuk
melihat sanak-saudara mereka ataupun sekedar jalan-jalan. Mereka awalnya datang
hanya membawa rokok untuk diri mereka sendiri kemudian saat mereka berkumpul
bersama masyarakat di desa tersebut, dari pihak laki-laki yang membawa rokok
tersebut menawarkan rokok kepihak laki-laki di Desa Pulau Medang. Dan ternyata
laki-laki di desa ini menyukainya dan bahkan mereka memesan rokok tersebut.
Kemudian pihak perempuan yang sudah menikah yang dulunya menyirih mulai
penasaran dan tertarik untuk mencoba rokok, pertama kali mencoba mereka tidak
begitu suka tetapi dikarenakan sirih untuk dimakan sulit didapatkan dan di desa ini
6
dulunya susah untuk mendapatkan makanan atau cemilan untuk dimakan saat mereka
bersantai atau berkumpul bersama akhirnya mereka mulai mengkonsumsi rokok
secara terus menerus hingga sampai sekarang ini.
BAHAN DAN METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Satori
(2011:199) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian
yang menjawab permasalahan penelitian memerlukan pemahaman secara mendalam
dan menyeluruh sesuai dengan objek yang diteliti, untuk menghasilkan kesimpulan-
kesimpulan peneliti dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan. Sedangkan
bentuk penelitian menurut aspek metode yang digunakan adalah deskriptif. Menurut
sukardi (2014:14) penelitian deskriptif berusaha menjelaskan kegiatan penelitian
yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis.
Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian untuk
memperoleh data yang berasal dari informan.dalam penelitian ini peneliti mengambil
lokasi di Desa Desa Pulau Medang. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut
karna di Desa tersebut perempuan yang sudah menikah mereka akan merokok.
Sumber data penelitian diperoleh dari Data primer yaitu data yang diperoleh
secara lansung dilapangan baik dari hasil pengamatan maupun wawancara yang
besumber dari responden kemudian data dikumpulkan, ditabulasi, diklasifikasi sesuai
kebutuhan peneliti. Dan Data skunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui
studi kepusatan yaitu dari dokumen baik literature, laporan-laporan, arsip, data dari
7
penelitian terdahulu dan berbagai data yang berkenaan dengan penelitian ini. Untuk
penelitian ini data skundernya antara lain bersumber dari laporan monografi Desa
Pulau Medang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Merokok dalam masyarakat merupakan prilaku sehari-hari yang dianggap
wajar dan diterima oleh masyarakat kemudian merokok tersebut dianggap sebagai
kebiasaan yang tidak jarang dianggap menunjukkan jati diri seseorang. Tetapi
tentunya berbeda apabila yang merokok adalah perempuan karena sering menjadi
perdebatan ditengah-tengah masyarakat terkait kepantasannya, perempuan yang
merokok dianggap perempuan dengan stigma negatif hal tabu dan tidak pantas
dilakukan oleh perempuan. Hingga saat ini stigma dan anggapan negatif mengenai
wanita yang menjadi perokok aktif masih banyak ditemui. Perempuan di desa pulau
yang belum menikah belum boleh merokok karena dicap perempuan nakal, dianggap
tabu dan masih menjadi tanggung jawab orang tua. Tetapi mereka mempelajari rokok
sebelum mereka minikah dari lingkungan keluarga inti yakni dari ayah dan ibu,
lingkungan keluarga besar dari kakek, nenek, paman dan bibi, dan masyarakat yang
ada di desa pulau medang.
Keluarga inti berdasarkan hasil wawancara pembentuk prilaku terhadap
perokok aktif di Desa Pulau Medang adalah proses sosialisasi dalam keluarga,
walaupun orang tua tidak mengajarkan kepada anak-anaknya tetapi prilaku orang
menjadi contoh bagi anak dalam perkembangannya. Sehingga prilaku dalam diri
mereka memang sudah terbentuk diawal masa pertumbuhan, maka tidak
8
mengherankan apabila mencapai usia dewasa prilaku tersebut tidak asing bagi
mereka. Bahkan pada saat mereka sudah tua prilaku tersebut akan terus
disosialisasikan kepada keseharian anak-anak sehingga mereka mengikuti contoh
tersebut tanpa memahami dampak dari perbuatan tersebut.
Keluarga besar Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga besar
terutama kakek dan nenek memberikan pengaruh besar dalam membentuk prilaku
merokok ibu-ibu di Pulau Medang sehingga mereka di konstruksi menjadi bagian dari
prilaku yang mengarah kepada pembelajaran, kebiasaan dan pelembagaan. ditambah
dengan kontrol dari lingkungan keluarga besar tidak seketat sebagaimana keluarga
inti. Walaupun paman dan bibik mereka merokok tidak serta merta bebas merokok
dihadapan mereka melainkan melalui tahap sembunyi dan tertutup serta mengalami
proses baik laki-laki dan perempuan, sehingga prilaku perokok aktif menjadi bagian
dari diri mereka sendiri.
Masyarakat juga menjelaskan rokok dalam keseharian sebagai bentuk
kebiasaan yang menimbulkan kecanduan, mulai dari anak-anak hingga orang tua
kecanduan dengan rokok yang bahkan merambah kepada jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, jadi rokok bukan hanya kecanduan bagi laki-laki bahkan juga bagi
perempuan ditambah dalam fenomena masyarakat yang menghilangkan sifat tabu dari
rokok tersebut kepada perempuan maka dengan kebebasan ini kecanduan akan rokok
dilakukan secara terang terang tanpa rasa malu, maka pada akhirnya masyarakat
mengganggap rokok sebagai gaya hidup dari kecanduannya, pada saat ibu-ibu
berkumpul bersama teman-temannya mereka masing-masing menyediakan rokok lalu
membakarnya bersama-sama, maka fenomena rokok yang dikonstruksi masyarakat
9
Desa Pulau Medang menjadi gaya hidup ibu-ibu yang tersignifikasi dalam
kesehariaan mereka.
Perempuan di Desa Pulau Medang dipengaruhi proses belajar melalui
anggota keluarga seperti seorang istri yang melihat kebiasaan suami perokok
sehingga kebiasaan suami tidak jarang menjadi pembangkit kebiasaan istri yang
berhenti merokok untuk merokok kembali. lingkungan keluarga yaitu kebiasaan
merokok suami dalam praktiknya memberikan pengaruh besar terhadap istri,
sehingga yang awalnya mereka tidak merokok terpaksa merokok karena
mendapatkan pengenalan lingkungan sosio-kultural melalui kebiasaan suami.
Kemampuan beradaptasi dari kebiasaan suami menjadikan mereka sebagai
perokok aktif, oleh karena itu pengalaman dari kebiasaan suami ini membentuk
pengetahuan dan mengkonstruksi sesuatu kepada istri. Tetapi kebiasaan suami
tersebut sebagai istri bisa merespon apakah menerima, menolak atau
menyesuaikan untuk menjadikan kebiasaan tersebut sebagai bagian dari prilaku
dirinya dengan pengetahuan yang dimiliki atau menjadikannya sebagai fakta
sosial dari prilakunya yang bersama mendukung kebiasaan merokok tersebut.
Suami memiliki derajat lebih tinggi, suami, merupakan kepala rumah tangga.
Dimana anggota keluarga terutama istri dan anak harus menghormati dan
menghargainya. Disini perempuan desa pulau medang harus mematuhi perintah
suaminya. Perempuan disini yang sudah menikah akan disuruh-suruh suaminya
seperti menyendokkan nasi, meletakan lauk kepiring jika tidak dilakukan suami tidak
mau makan dan menyalakan api rokok, padahal suaminya bisa melakukan sendiri
tetapi karna adanya budaya patriaki disini dimana perempuan didesa ini harus
10
menuruti apa yang diperintahkan oleh suaminya. Sehingga kebiasaan menyalakan api
rokok untuk suaminya menjadi kebiasaan dan membuat istrinya menjadi ketagihan
rokok, karena setiap menyalakan api rokok suaminya istri akan menghisap rokok
tersebut.
Mengenali rokok juga karena dipengaruhi oleh faktor stres karena di tinggal
oleh suami yang berlayar selama berbulan-bulan, sehingga membangkitkan kebiasaan
merokok kembali dalam menghilangkan kejenuhan, maka ketika menghadapi
masalah seseorang berusaha menghadapi nya dengan membuat dirinya dalam kondisi
nyaman maka pilihan tersebut jatuh kepada kebiasaan merokok. Maka seringkali kita
dengar bagi perokok bahwa rokok adalah teman setia yang selalu ada diwaktu susah
maupun senang. Padahal rokok hanyalah sebuah benda yang tidak mampu diajak
berkomunikasi bahkan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan diri pribadi
dan lingkungan, tetapi bagi perokok memiliki penilaian subjektif yang memiliki
penafsiran yang berbeda.
11
KESIMPULAN
Rokok di Desa Pulau Medang sudah di terima secara keluarga maupun
lingkungan. Penyebab ibu menjadi perokok aktif dari sebelum menikah karena
lingkungan keluarga inti yakni pengaruh dari orang tua ayah dan ibu dimana orang
tua merokok didepan anaknya secara tidak langsung mengajarkan anaknya untuk
merokok, keluarga besar pengaruh dari kakek, nenek, paman dan bibi,. Keluarga
besar selalu merokok didepan cucunya dan cucunya mengikuti prilaku keluarganya.
Kemudain dari masyarakat dimana lingkungan sosial sudah mendukung, perempuan
yang berumah tangga mayoritas akan merokok. Perempuan yang merokok dianggap
sudah dewasa, sudah menikah dan bukan lagi tanggung jawab orang tua.
Dan penyebab ibu perokok juga dipengaruhi sesudah menikah yakni dari
pengaruh suaminya. Istri lebih banyak menghabiskan waktu dengan suaminya
otomatis apa yang dilakukan suaminya istri bisa meniru atau mengikutinya. Di desa
pulau medang memiliki derajat lebih tinggi, yang mana harus di hormati dan dilayani.
Suami di desa pulau medang selalu menyuruh istrinya menyalakan api rokok saat
meraka ingin merokok, kebiasaan ini membuat isitri menjadi ketagihan atau
kecanduan rokok dan membuat mereka lama kelamaan menjadi perokok aktif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jazuli. 2007. Upaya Menjaga Diri Dari Bahaya Narkoba. Šemarang: PT.
Bengawan Ilmu.
Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Perspektif Mikro: Grounded theory,
Fenomenologi, Etnometodologi, Etnografi, Dramaturgi, Interaksi Simbolik,
Hermeneutik, Konstruksi Sosial, Analisis Wacana, dan Metodologi Refleksi,
Surabaya: Insan Cendekia.
Berger, Peter L. & Thomas Luckman. 1994. Langit suci: Agama Sebagai Realitas
Sosial. (Diterjemahkan Dari Buku Asi Sacred Canopy Oleh Hartono). Jakarta:
Pustaka LP3ES.
Berger, Peter L. & Thomas Luckman. 1990. Tafsir Sosial kenyataan Risalah
Tentang Sosiologi Pengatahuan. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Bhasin, Kamla. 1996. Menggugat Patriarki, Pengantar tentang Persoalan
Dominasi terhadap Kaum Perempuan (terjemahan). Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi sosial media massa , Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Bustman, M. N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Meular. PT. Rineka cipta
Jakarta.
Doddy, D. A. Armis Dally dkk. 2010. Kamus Bahasa Indonesia bergambar.
Semarang: Aneka Ilmu.
Dwijayanti, J.E. 1999, Perbedaan motif antara ibu rumah tangga yang bekerja dan
yang tidak bekerja dalam mengikuti sekolah pengembangan pribadi dari Jhon
Robert Powers Media Psikologi Indonesia. Vol 14, No 55. Surabaya: Fakultas
Psikologi Universitas Surabaya.
13
Effendy, U. O. 2004. Komunikasi Teori dan Pratek. Remaja. Rosdakarya: Bandung.
Em Zul fajri dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi
Revisi, Cet. 3. Semarang: Difa Pulishers.
Holil. 2002. Membuka Akses dalam Bias Gender. Bandung. Cipta Pustaka
Husaini, Aiman. 2006. Tobàt Merokok Rahasia dan Cara Empatik Berhenti
Merokok. Depok: Pustaka Liman.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.