penyebaran informasi ham oleh direktorat informasi …
TRANSCRIPT
PENYEBARAN INFORMASI HAM
OLEH DIREKTORAT INFORMASI HAM
DI MASA PANDEMI COVID-19
MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI
PADA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
@ditjenham /ditjen.ham @ditjenham http://ham.go.id
TIM PENYUSUN
Pengarah:
Dr. Mualimin Abdi, SH, MH
Direktur Jenderal HAM
RR. Risma Indriyani, SH, M.Hum
Sekretaris Direktorat Jenderal HAM
Penanggung Jawab:
Hajerati, SH, MH
Direktur Informasi HAM
Redaktur:
Diyah Pramusari, SE, SH, MBA
Syarifah Herlina, SH, MH
Tim Editor:
Ratih Ekarini Savitri, SH., CN., MSi
Setiaji Wibowo, SIP
Ilham, SH
Layouting:
Ginanjar Mulyo Utomo, S.Kom
i
Kata Pengantar
Terima kasih atas Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
lah dapat diselesaikan pembuatan Modul “Penyebaran Informasi
Ham Oleh Direktorat Informasi Ham Di Masa Pandemi Covid-19
Melalui Teknologi Informasi Pada Revolusi Industri 4.0”. Tujuan dari
pembuatan modul iniialah sebagai perwujudan dari konsep
Corporate University yang telah dicanangkan oleh Kementerian
Hukum dan HAM. Corporate University merupakan sebuah babak
baru metode pembelajaran bagi Aparatur Sipil Negara di mana
pembelajaran tidak lagi terikat oleh keterbatasan ruang dan waktu.
Pembelajaran tidak lagi harus dilaksanakan di dalam ruang kelas,
dengan waktu yang sudah ditentukan. Pembelajaran dalam konsep
corporate university dilaksanakan secara fleksibel dengan
menggunakan sarana teknologi. Para peserta didik bisa
melakukan pembelajaran melalui sarana e-learning, online
meeting, dan sebagainya. Waktu belajar juga bisa dijalankan
secara lebih fleksibel dengan fokus pada ouput pembelajaran,
bukan hanya sekedar penyampaian materi.
Pembelajaran dalam konteks Corpu bisa dilakukan dalam berbagai
macam tema. Salah satunya ialah mengenai pengenalan secara
ii
mendalam unit-unit kerja di lingkungan Kementerian Hukum dan
HAM. Dalam hal ini disusunlah modul ini sebagai salah satu bahan
untuk lebih mengenal Direktorat Informasi, salah satu unit eselon II
di bawah Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia. Karena memang
untuk bisa menjalankan pembelajaran melalui corporate university
ini dibutuhkan materi pembelajaran yang lengkap agar para
peserta didik dapat mempelajari secara mandiri material yang
diberikan.
Besar harapan agar modul ini dapat mendukung pembelajaran
melalui metode corporate university yang diterapkan Kementerian
Hukum dan HAM RI.
Akhir kata, sekian, dan terima kasih.
Daftar Isi
Tim Penyusun
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Pembuatan Modul 6
BAB II KONSEP CORPORATE UNIVERSITY DAN REVOLUSI 7 INDUSTRI 4.0 DALAM RANGKA PENYEBARAN INFORMASI HAM
Konsep Teori 7
Konsep Dasar Corporate University 7
Konsep Dasar Revolusi Industri 4.0 13
Tugas dan Fungsi 14
Tugas dan Fungsi Subdirektorat Pengembangan 14 dan Pengelolaan Teknologi Informasi Komunikasi
Tugas dan Fungsi Subdirektorat Publikasi 21
Tugas dan Fungsi Subdirektorat Perpustakaan 23 dan Dokumentasi
BAB III KINERJA 25
Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan TIK 25
Subdirektorat Publikasi Media 30
Seksi Publikasi Media Cetak 30
Seksi Publikasi Media Elektronik 35
Seksi Publikasi Media Online 37
Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi 43
Seksi Perpustakaan 43
Seksi Dokumentasi 46
iv
BAB IV STRATEGI MENCAPAI TUJUAN DAN TANTANGAN 51 YANG DIHADAPI (TANTANGAN DAN PERKEMBANGAN KE DEPANNYA)
Best Practice Subdirektorat Pengembangan dan 51 Pengelolaan TIK
Metode Pengembangan Sistem Informasi 51
Pengelolaan dan Pemeliharaan Sistem dan 62 Jaringan TIK
Dokumentasi
Daftar Pustaka 93
Glosarium 94
4.2. Best Practice Subdirektorat Publikasi Media 75
4.2.1. Seksi Publikasi Media Cetak 75
4.2.2. Seksi Publikasi Media Elektronik 76
4.2.3. Seksi Publikasi Media Online 79
4.3. Best Practice Subdirektorat Perpustakaan dan 81
4.3.1 Seksi Perpustakaan 81
2.2.3. Seksi Dokumentasi 87
BAB V PENUTUP 91
5.1. Kesimpulan 91
5.2. Saran 92
Latar Belakang
Teknologi informasi di saat sekarang ini sudah bukan menjadi hal yang
asing lagi. Seiring dengan perkembangan zaman kemajuan teknologi
menjadi suatu kebutuhan. Teknologi informasi sangat diperlukan untuk
menunjang kinerja Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia, Direktorat Informasi merupakan salah satu unit kerja
yang ada di Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia yang bertugas untuk
menyebarluaskan informasi HAM. Pandemi COVID-19 mengubah cara
BAB 1
Pendahuluan
1
2 3 Pendahuluan Pendahuluan
hidup kita dalam berbagai macam bidang, termasuk juga soal metode
kerja. Bekerja dari rumah (work from home) saat ini menjadi sebuah
norma baru untuk mendukung kinerja pegawai. Presiden Joko Widodo
meminta kita hidup berdampingan dengan virus corona. Konsep new
normal kemudian diperkenalkan. Menurut Ketua Tim Pakar Gugus
Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku
Adisasmita, new normal adalah perubahan perilaku
untuk tetap menjalankan aktivitas normal, tapi
ditambah dengan penerapan protokol
kesehatan guna mencegah terjadinya
penularan COVID-19.
Prinsip new normal adalah bisa
menyesuaikan dengan pola hidup.
"Transformasi ini adalah untuk menata
kehidupan dan perilaku baru, ketika
pandemi, yang kemudian akan dibawa terus
ke depannya sampai ditemukannya vaksin
untuk COVID-19.¹
Dalam menanggapi terkait New Normal, Menteri
Keuangan Sri Mulyani akan memberlakukan kebijakan flexible
working space atau FWS untuk pegawai di Kementeriannya setelah
pandemi virus Corona berakhir. Dengan kebijakan tersebut, pegawai bisa
bekerja dari mana pun, seperti dari ruang kerja bersama Kementerian
Keuangan, tempat yang menunjang fasilitas FWS, hingga rumah masing-
masing. Sistem itu merupakan terobosan penting sebagai bentuk
adaptasi akan wabah pandemi Corona atau Covid-19. Perubahan ini
telah mendorong semua pihak untuk melakukan suatu terobosan penting
tentang cara kita bekerja ke depannya. Dikatakan oleh Sri Mulyani
melalui akun Instagram resminya @smindrawati pada Jumat, 15 Mei
2020, Kemenkeu menerapkan kebijakan FWS sebagai new normal
setelah pandemi ini berakhir.²
1 Redaksi Indonesia.go.id, (31 Mei 2020). Mengenal Konsep New Normal. Diakses 7 Agustus 2020, dari https://indonesia.go.id/ragam/komoditas/ekonomi/mengenal-konsep-new-normal
2 Rosana, F. (15 Mei 2020). Sri Mulyani Atur Pegawai Bisa Bekerja dari Rumah, Apa Syaratnya? Diakses 7 Agustus 2020, dari https://bisnis.tempo.co/read/1342506/sri-mulyani-atur-pegawai- bisa-bekerja-dari-rumah-apa-syaratnya
smindrawati
Keberadaan COVID-19 memberikan banyak pelajaran baru. Kita dipaksa untuk berubah dan beradaptasi dengan cepat. Perubahan ini juga telah mendorong kita untuk melakukan suatu terobosan penting tentang cara kita bekerja ke depannya, yaitu dengan memberlakukan Flexible Working Space (FWS) sebagai new normal setelah pandemi ini berakhir.
FWS bukanlah sesuatu yang bersifat hak melainkan sebuah privilege yang diberikan agar kita dapat bekerja lebih produktif.FWS memungkinkan kita untuk dapat bekerja dari mana saja.
Sudah siapkah anda?
15 Mei
4 5 Pendahuluan Pendahuluan
i
Guna mendukung tercapainya proses kerja dan mempersiapkan New
Normal tersebut diperlukan adanya teknologi Informasi yang mumpuni.
Begitu juga dalam hal penyebaran Informasi HAM, teknologi Informasi
menjadi semakin relevan di tengah masa pandemi ini. Sudah terbukti
bahwa memaksimalkan teknologi Informasi dapat menunjang
penyebaran Informasi secara efektif dan e�sien.
Seiring dengan adanya Corporate University dari kementerian Hukum
dan HAM, maka diadakanlah kegiatan untuk mengembangkan
pembelajaran, pengetahuan, dan kebijaksanaan
organisasi dan individu untuk mencapai misi dar
organisasi induk. Maka dari itu Direktorat
Informasi berkolaborasi dengan BPSDM
Kemenkumham untuk membuat modul guna
menunjang Corporate University.
Dengan adanya revolusi industri 4.0 diharapkan adanya teknologi cyber
dan teknologi otomatisasi. di mana dalam penerapannya berpusat pada
konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan
Manusia. Contohnya ada aplikasi SIMASHAM untuk mendukung kinerja
Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat. Selain itu ada juga aplikasi
KKPHAM (Kabupaten Kota Peduli HAM) yang digunakan oleh Direktorat
Kerja Sama untuk melakukan penilaian KKPHAM.
SIMASHAM dan Aplikasi Penilaian Kabupaten/Kota Peduli HAM
Selain itu untuk mengembangkan penyebarluasan informasi HAM, juga
digunakan sarana website Ditjen HAM yang beralamatkan http://
ham.go.id . Di dalam website tersedia berbagai macam informasi mulai
dari berita HAM secara umum, kegiatan Ditjen HAM dalam hal pemajuan
HAM, dan juga bahan-bahan tentang HAM. Berita mengenai isu HAM
selalu di-update secara berkala jika
ada isu baru yang berkembang atau
jika Ditjen HAM baru saja melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan
tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya.
Direktorat Informasi selaku pihak yang memiliki fungsi untuk
pemajuan HAM. ham.go.id
menyebarkan Informasi HAM dalam hal ini telah menerapkan
penggunaan teknologi informasi dengan mengembangkan aplikasi-
aplikasi untuk mendukung kinerja Direktorat Jenderal Hak Asasi
Untuk mendapatkan informasi mengenai koleksi buku hukum dan hak
asasi manusia terdapat pelayanan perpustakaan Ditjen HAM di mana
katalognya dapat diakses di situs http://perpustakaan.ham.go.id. Selain
itu untuk mendapatkan informasi mengenai dokumen-dokumen hukum
secara tertib terpadu dan berkesinambungan serta merupakan sarana
pemberian pelayanan informasi hukum secara lengkap terdapat fasilitas
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Ditjen HAM yang
dapat diakses melalui http://jdih.ham.go.id
Dengan adanya website dan berbagai macam aplikasi yang tersedia
diharapkan akan dapat meningkatkan pelayanan publik yang diberikan
oleh Direktorat Informasi HAM.
Perpustakaan dan JDIH Ditjen HAM
Tujuan Pembuatan Modul
Modul ini dibuat dengan tujuan menambah wawasan masyarakat luas
dan ASN di lingkungan Kemenkumham melalui corporate university, dan
dengan adanya revolusi industri penyampaian informasi akan lebih
mudah melalui sarana digital. Dengan adanya modul ini diharapkan ASN
dapat menambah informasi dan meningkatkan kompetensi tanpa harus
mengikuti diklat yang menghabiskan banyak waktu dan anggaran
sehingga e�siensi dan optimalisasi dapat tercapai dengan baik.
6 Pendahuluan
Konsep Teori
Konsep Dasar Corporate University
Corporate University (Corpu) merupakan strategi pengembangan SDM
yang mengedepankan program terarah dan sistematis dalam
pencapaian tujuan suatu organisasi. Pembelajaran dalam Corpu
merupakan rangkaian dari manajemen perubahan yang dilakukan untuk
menutup kesenjangan kompetensi. Dalam konteks manajemen
perubahan, kompetensi yang timpang atau surplus SDM maka dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi lain dalam
7
BAB II
Konsep Corporate
University dan
Revolusi Industri 4.0
Dalam Rangka
Penyebaran Informasi
HAM
Informasi HAM Informasi HAM
pendekatan kesisteman. Penting untuk memahami hubungan antara
Corpu dengan manajemen talenta, bahwa Corpu adalah wadah
pendidikan terkait dengan penjenjangan karir. (Khamdan: 3)
Manajemen talenta merupakan salah satu prasyarat menuju Smart ASN.
Hal tersebut adalah amanat dari RPJMN 2020-2024 berupa world class
government. Capaian demikian mengacu pada empat buah indikator:
percepatan layanan, efisiensi layanan, akurasi layanan dan fleksibilitas
kerja. Dalam hal ini menjadi penting untuk melakukan pemetaan
kompetensi bagi seluruh pegawai sehingga mudah dilakukan treatment
pada kekurangan kompentensi atau untuk melakukan distribusi
kompetensi strategis (Khamdan: 11).
Indikator tercapainya world class government ialah selain memiliki
wawasan global juga harus menguasai teknologi informasi. Kualitas
aparatur dipengaruhi kemampuan untuk mendapatkan pengetahuan
serta keterampilan yang sesuai dengan tugas dan fungsi.
Pengembangan SDM harus fokus kepada pencapaian target kinerja
didukung dengan model pembelajaran Applicative, Impactful, Relevant,
Accessible (AIRA) (Khamdan: 12-13).
Konsep Kumham Corporate University merupakan manajemen strategis
pengembangan Sumber Daya Manusia yang fokus pada program
strategis kementerian, dengan mengelola individu pegawai dalam
8 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran
ekosistem organisasi pembelajar, serta pengelolaan pengetahuan untuk
pencapaian karakter unggul di bidang hukum dan HAM.
Corporate university tidak mengacu kepada Lembaga atau institusi
Pendidikan dan pelatihan yang menempel (embedded), tetapi strategi
manajemen agar terjadi pembelajaran individu dan pembelajaran dalam
organisasi, serta pengelolaan pengetahuan individu dan pengetahuan
strategis organisasi. Pembentukan ekosistem organisasi pembelajar
memberikan kesempatan bagi seluruh komponen untuk belajar setiap
saat dan mengembangkan diri untuk memenuhi standardisasi potensi
atau talenta (Khamdan: 22).
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 9
10 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 11 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Tujuan kebijakan dan output strategi corporate university adalah
kebijakan sertifikasi kompetensi, inovasi pembelajaran strategi
pengembangan dan kerja sama, serta implementasi manajemen
pengetahuan. Kejelasan tugas dan proses koordinasi merupakan kunci
kesuksesan strategi corporate university. Secara struktur, Menteri
Hukum dan HAM merupakan pemimpin tertinggi di Kementerian sebagai
CEO dan Sekretaris Jenderal sebagai Vice Executive Officer. Chief
Knowledge dan Learning Officer dikendalikan oleh Kepala BPSDM
Hukum dan HAM. Sedangkan para dekan dijabat oleh pimpinan di
masing-masing unit eselon I. (Khamdan: 21-22).
Ada 3 aspek yang perlu dikembangkan dalam desain arsitektur
pengembangan. Pertama, Learning Driver. Mekanisme yang
memastikan selaras dan terintegrasinya human capital learning dan
pengembangan program prioritas. Kedua, Organization yaitu BPSDM
bertanggung jawab dalam operasionalisasi strategi dan koordinasi
dalam human capital learning dan pengembangan SDM. Ketiga, Strategi
yaitu mengembangkan strategi pembelajaran dan pengembangan SDM
yang terintegrasi dengan pencapaian tujuan prioritas dan tujuan
strategis organisasi (Khamdan: 24).
Corporate University tidak harus berbentuk sekolah, tetapi lebih pada
fasilitas pelatihan yang mendorong seluruh anggota organisasi untuk
terus menerus mencari, mengumpulkan, menyimpan, mengolah,
mendistribusikan, dan menerapkan sejumlah pengetahuan yang
diperoleh secara berkesinambungan. Strategi Corpu adalah untuk
memberikan kesempatan pada seluruh komponen organisasi untuk
selalu belajar (Khamdan: 27).
Dalam mendukung pelaksanaan Corpu, salah satu pilarnya adalah
manajemen pengetahuan. Hal yang vital dalam manajemen
pengetahuan adalah terbentuknya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga para pegawai termotivasi untuk terus belajar, memanfaatkan
informasi atau pengetahuan yang disediakan organisasi, dan
menumbuhkembangkan pengetahuan individualnya sehingga mau
12 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 13 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
berbagi pengetahuan baru yang didapatnya untuk menjadi pengetahuan
organisasi. Manajemen pengetahuan fokus agar pegawai produktif
menumbuhkembangkan pengetahuan dan mau berbagi pengetahuan
yang dimilikinya (Khamdan: 45).
Selanjutnya terkait pengembangan Corpu dibutuhkan pengembangan
talenta. Istilah ini diperkenalkan oleh Ed Michaels, dkk, tahun 2001.
Praktik manajemen talenta menekankan persaingan di level
kemampuan individu. Manajemen talenta sebagai bentuk proses
manajemen SDM sangat terkait dengan tiga proses pengelolaan SDM.
pertama, proses pengembangan dan penguatan pegawai saat pertama
kali masuk perusahaan. Kedua, memelihara sekaligus mengembangkna
pegawai yang sudah ada dalam perusahaan, Ketiga, menarik sebanyak
mungkin pegawai yang memiliki kompetensi, komitmen, karakter, dan
potensi terbaik perusahaan. Ketiga, menarik sebanyak mungkin
pegawai yang memiliki kompetensi, komitmen, karakter, dan potensi
terbaik perusahaan (Khamdan: 57-58).
Praktik manajemen talenta adalah untuk mengoptimalkan peran SDM
yang dimiliki organisasi. Pengelolaan SDM dalam konteks manajemen
talenta menggunakan proses analisis, pengembangan, dan
pemanfaatan talenta yang berkelanjutan dan efektif untuk
mengembangkan keunggulan kompetitif (competitive advantage)
organisasi. Dalam prosesnya, manajemen talenta membagi sejumlah
pegawai masuk dalam kotak kompetensi yang telah diuji dan diukur
dengan beberapa instrumen. Proses pemetaan SDM organisasi itu lebih
dikenal dengan talent mapping melalui assessment center (Khamdan:
58).
Konsep Dasar Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 menerapkan konsep otomatisasi yang dilakukan
oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia dalam
pengaplikasiannya. Dimana hal tersebut merupakan hal vital yang
dibutuhkan oleh para pelaku industri demi e�siensi waktu, tenaga kerja,
dan biaya. Penerapan Revolusi Industri 4.0 di pabrik-pabrik saat ini juga
14 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 15 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
dikenal dengan istilah Smart Factory. Tidak hanya itu, saat ini
pengambilan ataupun pertukaran data juga dapat dilakukan on time saat
dibutuhkan, melalui jaringan internet. Sehingga proses produksi dan
pembukuan yang berjalan di pabrik dapat termotorisasi oleh pihak yang
berkepentingan kapan saja dan dimana saja selama terhubung dengan
internet.³
Revolusi Industri Inggris abad ke-18.
Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai dengan
penemuan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi barang.
Saat itu, di Inggris, mesin uap digunakan sebagai alat tenun mekanis
Bohlam Lampu ciptaan Thomas Alva Edison disebut sebagai awal listrik ditemukan.
Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan
hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut.
Revolusi industri 2.0 terjadi di awal abad ke-20. Revolusi industri ini
ditandai dengan penemuan tenaga listrik. Tenaga otot yang saat itu
sudah tergantikan oleh mesin uap,
perlahan mulai tergantikan lagi
oleh tenaga listrik.
Revolusi industri 3.0 dipicu oleh
mesin yang dapat bergerak dan
pertama yang dapat meningkatkan produktivitas industri tekstil. berpikir secara otomatis, yaitu Apple II, Personal Computer pertama yang
sukses di pasaran.
3 Baenanda, L. (2 Mei 2019). Mengenal lebih jauh Revolusi Industri 4.0. Diakses 7 Agustus 2020, dari https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/
komputer dan robot. Pada Revolusi Industri 3.0 yang digantikan adalah
manusianya. Di saat ini, dunia bergerak memasuki era digitalisasi.
Sebagian akti�tas yang sebelumnya hanya dapat dilakukan manusia
16 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 17 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
seperti menghitung atau menyimpan hal penting seperti dokumen, mulai
dapat dilakukan oleh computer. Revolusi yang terjadi juga bergerak, tidak
Belanja online, salah satu aktivitas yang lahir setelah hadirnya Internet dan jamak dilakukan di era Industri 4.0
hanya mengenai revolusi di bidang industry namun juga di bidang
informasi.
Revolusi industri 4.0 e�siensi mesin dan manusia sudah mulai
terkonektivitas dengan internet of things. Revolusi industri 4.0
menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai
bidang kehidupan manusia.
Revolusi industri 4.0 membawa banyak perubahan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali dalam lingkungan kerja ASN.
Kehadiran teknologi informasi akan menggantikan beberapa rangkaian
fungsi pekerjaan manual. ASN membutuhkan teknologi informasi untuk
mendukung kenyamanan dalam berakti�tas di kantor. Tugas dan fungsi
ASN sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publik dan perekat
pemersatu bangsa serta pelayan publik, Berkaitan dengan era Revolusi
Industri 4.0 maka sebagai pelayan publik tentunya ASN dituntut untuk
bekerja lebih maksimal lagi agar ekspektasi masyarakat terhadap ASN
semakin terjawabkan. Revolusi Industri 4.0 secara fundamental
mengakibatkan berubahnya cara ASN berpikir atau mind set, cara ASN
dalam menyikapi kemajuan zaman, dan cara ASN dalam berinteraksi
satu dengan yang lain. Bagaimanapun semua akan mengalami
perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang harus dilakukan. Bahkan
ada ahli administrasi manajemen yang mengatakan bahwa jika kita tidak
berubah maka kita akan tertinggal. (Petter Sange, 2008)
Dari pola pikir,ASN harus mulai meninggalkan rutinitas kerja yang tidak
efektif dan e�sien. Pola pikir masuk pagi pulang sore, gajian awal
bulan,tanpa ada hasil harus disingkirkan.
Teknologi informasi merupakan indikator dari revolusi industri 4.0. ASN
harus bisa menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi yang
ada. Jangan sampai teknologi informasi yang ada, pemanfaatan hanya
untuk bermedia sosial atau berselancar di dunia maya tanpa adanya hasil
yang bermanfaat. Jika ASN tidak menguasai teknologi maka pekerjaan
yang dilakukannya akan tertinggal dan menghilang. Apalagi ini pernah
di-statement-kan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara Republik
18 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 19 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Indonesia yang menyatakan bahwa 65% pekerjaan saat ini akan hilang
dalam kurun waktu 10 tahun mendatang. (Bima Harya Wibisana, 2018).
Begitu pentingnya peran asn dalam menguasai teknologi ini karena
kedepan, diprediksi bahwa 75% pekerjaan selain melibatkan
kemampuan sains, teknik dan matematika, juga teknologi dan internet of
things (Zimmerman, 2018)
Pada konteks hubungan kerja baik antara pimpinan dengan bawahan,
antara pimpinan dengan teman sekerja, antara satu unit kerja dengan
unit kerja lain, jangan lagi terjadi egoisme kerja. Jangan lagi terjadi
egoisme antar bidang, egoisme antar unit kerja, jangan lagi terjadi
kompetisi yang saling sikut menyikut. pola kerja ‘asal bos senang” dan
cari muka ke atasan harus segera dihilangkan. Yang dibutuhkan adalah
kesamaan visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama.
Di era digital ini banyak memberikan dampak positif dan juga dampak
negatif. Kita sebagai ASN harus bisa menyikapinya secara positif agar
dapat bersaing di era globalisasi ini.Kita harus melakukan perubahan di
segala lini. Dalam melakukan perubahan dalam menghadapi revolusi
industri 4.0, atasan harus bergerak lebih aktif dan bisa jadi percontohan
bagi bawahannya. Jangan sampai atasan membawa keruntuhan
terhadap organisasi ini. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan ASN
dalam menghadapi revolusi industri 4.0, perlu diberikan pendidikan dan
pelatihan kepada ASN. Untuk mendukung ini diperlukan kerjasama
18 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 19 Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
antara Pejabat Pembina
Kepegawaian, atasan dan ASN
yang bersangkutan.
Tugas dan Fungsi
Tugas dan Fungsi
Subdirektorat
Pengembangan dan
Pengelolaan Teknologi
Informasi Komunikasi
Dalam Peraturan Menteri Hukum
dan HAM tentang Organisasi
Tata Laksana No 29 Tahun 2015
Pasal 935 Subdirektorat
Pengembangan dan Pengelolaan
Teknologi Informasi dan
Komunikasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang perancangan, pembangunan,
pengembangan, dan pengujian serta
pengelolaan teknologi informasi dan
20 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 21 Informasi HAM
komunikasi, aplikasi, basis data, dan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi.
Pasal 936 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 935, Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; dan
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi.
Pada Subdit PPTIK terdiri atas dua seksi yaitu :
a. Seksi Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi:
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
20 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 21 Informasi HAM
b. Seksi Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi:
Mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis
dan supervisi serta
pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengelolaan teknologi
informasi dan komunikasi.
Tugas dan Fungsi
Subdirektorat Publikasi
Pasal 939 Subdirektorat
Publikasi Media mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan
bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang publikasi media cetak, media
elektronik, dan media online.
22 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 23 Informasi HAM
Pasal 940 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 939, Subdirektorat Publikasi Media menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
publikasi media cetak;
b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
publikasi media elektronik;
c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
publikasi media online.
Pasal 941 Subdirektorat Publikasi Media, terdiri atas:
a. Seksi Publikasi Media Cetak mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang publikasi media
cetak.
b. Seksi Publikasi Media Elektronik mempunyai tugas melakukan
22 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran Informasi HAM
Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran 23 Informasi HAM
penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di
bidang publikasi media
elektronik.
c. Seksi Publikasi Media Online
mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, pelaksanaan
pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta
pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di
bidang publikasi media
online.
Tugas dan Fungsi
Subdirektorat Perpustakaan dan
Dokumentasi
Pasal 943 Subdirektorat Perpustakaan
dan Dokumentasi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan bahan
Informasi HAM
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberian layanan perpustakaan, dan
dokumentasi hak asasi manusia.
Pasal 944 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 943, Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi,
menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pemberian layanan perpustakaan; dan b. penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang dokumentasi hak asasi manusia.
Pasal 945 Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi terdiri atas: a.
Seksi Perpustakaan; dan b. Seksi Dokumentasi. Pasal 946 (1) Seksi
Perpustakaan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pemberian layanan perpustakaan. (2)
Seksi Dokumentasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan,
24 Konsep Corporate University dan Revolusi Industri 4.0 Dalam Rangka Penyebaran
BAB III
Kinerja
Informasi HAM
Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi semakin berkembang pada masa sekarang
ini, hal ini disebabkan manusia yang menuntut kecepatan untuk
memenuhi segala kebutuhannya. Demikian pula halnya dengan
organisasi yang sangat membutuhkan kecepatan untuk
mendukung seluruh aktivitasnya dapat dilaksanakan secara
cepat dan tentu saja dengan hasil yang baik, efektif, dan e�sien.
Inilah penyebab mengapa teknologi sangat diperlukan dan
semakin diperbarui.
25
Teknologi dalam organisasi memiliki peran penting dalam mempelajari
sifat-sifat dari teknologi suatu organisasi dan hubungan teknologi
terhadap struktur organisasi, tetapi dalam penerapannya harus
didasarkan karakteristik dari organisasi tersebut. Organisasi adalah
sebuah sistem terbuka, dan teknologi organisasi merupakan jenis
kegiatan internal yang terjadi dalam organisasi tersebut, dalam hal ini
jelas sangat keterkaitan satu sama lain.
Penerapan teknologi dalam organisasi dapat memberikan dampak yang
signi�kan pada efekti�tas dan e�siensi serta meningkatkan daya saing
karena teknologi informasi memberikan sejumlah data mengenai
jalannya organisasi tersebut sehingga organisasi dapat memperoleh
data-data yang diperlukan sebagai dasar mereka dalam mengambil
keputusan strategis.
Dalam penerapan teknologi pada organisasi, terdapat pengaruh positif
dan negatif. Contoh positif dalam penerapan teknologi ini seperti:
a. Sebagai media untuk mengawasi kinerja organisasi.
b. Sebagai media untuk meningkatkan kualitas informasi.
c. Sebagai media untuk menganalisa daya saing organisasi.
d. Penghematan biaya, waktu, dan peningkatan produktivitas.
e. Untuk membantu aktivitas manajemen sumber daya manusia.
26 Kinerja
Selain pengaruh positif terdapat juga pengaruh negatif dalam penerapan
teknologi, seperti:
a. Kemungkinan penyalahgunaan teknologi.
b. Tingginya kemungkinan masalah penolakan penggunaan teknologi.
c. Mengurangi sifat sosial.
Penerapan teknologi informasi pada organisasi sesungguhnya sangat
diperlukan dan penting, karena dapat membantu jalannya organisasi
menjadi lebih baik. Namun, penerapannya perlu dikendalikan dengan
baik pula agar dampak negatif dapat diminimalisir.
Peran Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan TIK dalam
organisasi adalah sebagai unit yang bertanggung jawab atas
pengelolaan sistem tata kelola pemerintahan berbasis elektronik pada
Direktorat Jenderal HAM. Subdirektorat Pengembangan dan
Pengelolaan TIK memiliki peran penting dalam pengelolaan Teknologi
informasi sebagai fasilitator penyedia teknologi informasi guna
menunjang tugas dan fungsi organisasi.
Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi terdiri atas :
1. Seksi Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Seksi Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kinerja 27
28 29 Kinerja Kinerja
mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian
bimbingan teknis dan supervisi serta pelaksanaan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
2. Seksi Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Seksi Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi mempunyai
tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, pelaksanaan pemberian bimbingan teknis
dan supervisi serta pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi.
Sistem informasi mempunyai peranan yang sangat penting, semakin
besar suatu organisasi maka semakin besar juga sistem Informasi yang
dimiliki dan memiliki peranan yang semakin penting. Tuntutan
keberadaan sistem informasi yang semakin baik adalah akibat adanya
tuntutan perkembangan organisasi, perkembangan teknologi, kebijakan
pemerintah, perubahan prosedur serta tuntutan kebutuhan informasi.
Adapun pengertian pengembangan sistem informasi, adalah:
Kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang dan pemakai yang
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi
• Tahapan kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem
informasi
• Proses merencanakan, mengembangkan dan mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem informasi dan menggunakan metode,
teknik dan alat bantu pengembangan tertentu.
Pengembangan Sistem Informasi perlu dilakukan, hal tersebut
disebabkan oleh beberapa hal:
• Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di
sistem yang lama.
• Untuk meraih kesempatan-kesempatan
• Adanya instruksi dari pimpinan/ adanya peraturan pemerintah
30 31 Kinerja Kinerja
Pengembangan sistem informasi dilakukan melalui beberapa tahap,
dimana masing-masing langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari
tahap sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan sistem umumnya
dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi
pendekatan sistem rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan
penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan organisasi jangka
menengah dan jangka panjang, lazimnya untuk periode 3 (tiga) sampai 5
(lima) tahun.
Subdirektorat Publikasi Media
Seksi Publikasi Media Cetak
Publikasi media cetak pada Direktorat Jenderal HAM dikelola oleh Seksi
Publikasi Media Cetak yang berada dibawah Subdirektorat Publikasi
Media pada Direktorat Informasi HAM. Publikasi media cetak diwujudkan
melalui kegiatan penerbitan Majalah Mediasi HAM setiap tahunnya.
Mungkin muncul pertanyaan, mengapa masih perlu menerbitkan media
cetak di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini.
Di masa sekarang ini banyak orang lebih memilih media online karena
hal e�siensi dan kepraktisan. Akan tetapi publikasi media cetak memiliki
kelebihan tersendiri. Pada beberapa media online, kontennya agak sulit
dipertanggungjawabkan karena masih banyak juga yang belum
memahami kode etik jurnalistik, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya kesalahan penyedia informasi. Media cetak lebih mampu
mencegah informasi yang tidak layak serta menyajikan berita secara
lebih akurat.
Kelebihan media online adalah semua informasi bisa didapatkan dalam
waktu yang relatif cepat. Berbeda dengan media digital, informasi dari
media cetak yang tidak bisa didapatkan dalam waktu yang relatif cepat.
Hal ini dikarenakan hampir seluruh berita/artikel yang disajikan
melalui proses editing oleh tim redaksi sehingga
isinya lebih bisa
d i p e r t a n g g u n g j a w a b k a n .
Sedangkan beberapa
media online, agak sulit
dipertanggungjawabkan
karena masih banyak juga
yang belum memahami kode
etik jurnalistik, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya kesalahan
penyedia informasi. Media cetak lebih
mampu mencegah informasi yang tidak
layak serta menyajikan berita secara lebih
akurat.
32 33 Kinerja Kinerja
Menurut Gumelar dan Maulana (2013), media cetak masih menjadi
menarik karena informasi yang diterbitkan bisa disimpan tanpa harus
melakukan "recording" seperti dalam media siaran, dan informasi
tersebut masih bisa didapatkan kembali jika suatu saat diperlukan.
Dengan beberapa alasan diatas publikasi media cetak masih tetap
dipertahankan di Direktorat Jenderal HAM. Walaupun begitu, Direktorat
Jenderal HAM tidak melawan arus perkembangan teknologi digital, alih-
alih menerapkan konsep konvergensi media untuk memperluas
jangkauan pembaca informasi seputar HAM yang diterbitkan melalui
media cetak.
Produk utama media cetak yang dimaksud adalah Majalah Mediasi HAM.
Majalah Mediasi HAM adalah majalah yang berisi artikel-artikel terkait isu
HAM. Setiap tahunnya, Majalah Mediasi HAM mengangkat tema yang
berbeda. Sebagai gambaran, empat tahun terakhir Majalah Mediasi HAM
membahas mengenai Menurunkan Derajat Kemiskinan dan Solusinya
di Indonesia (2017), Peran Kementerian Hukum dan HAM dalam
Tindak Lanjut Universal Periodic Review (2018), P5HAM bagi
penyandang disabilitas (2019), dan Perlindungan dan Pemenuhan
Hak Anak di Indonesia (2020). Tema-tema tersebut merupakan hasil
dari rapat Dewan Redaksi Majalah Mediasi HAM. Tema yang terpilih
merupakan tema terbaik dari usulan-usulan tema yang muncul dalam
diskusi dengan berbagai pertimbangan utamanya urgensi tema tersebut.
(Dari kiri) Majalah Mediasi Edisi 2017, 2018, dan 2019
Dalam rapat Dewan Redaksi ditentukan pula materi yang akan menjadi
sub tema Majalah Mediasi HAM. Penentuan sub tema dilakukan untuk
memudahkan proses penulisan hingga editing sehingga antara satu
artikel dan lainnya menjadi satu kesatuan. Disamping itu, ketentuan
penulisan juga disusun untuk mempermudah penulisan. Salah satu poin
utama dalam ketentuan penulisan tersebut adalah artikel/tulisan bukan
merupakan jiplakan tulisan lain dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya.
Setelah tema dan sub tema ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah
menyebarkan informasi terkait penulisan artikel untuk Majalah Mediasi
HAM baik di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM (pusat dan kantor
wilayah) maupun kepada publik yang berkompeten dalam bidangnya
untuk menulis artikel terkait tema yang sudah ditentukan. Keterlibatan
penulis dari berbagai kalangan dimaksudkan untuk memperkaya isi
34 35 Kinerja Kinerja
tulisan dan menyeimbangkan sudut pandang
dari masing-masing artikel yang akan
dipublikasikan. Waktu penulisan adalah tidak
lebih dari satu bulan.
Artikel-artikel yang masuk ke sie publikasi
media cetak selanjutnya akan disortir untuk
diambil enam artikel terbaik. Artikel-artikel
terbaik ini merupakan hasil keputusan dari
Dewan Redaksi Majalah Mediasi HAM.
Keenam penulis artikel ini akan dibuatkan
Surat Keputusan yang berkaitan dengan
honor penulis. Melalui Rapat Dewan Redaksi
selanjutnya, keenam artikel akan dicermati
lebih dalam untuk proses revisi jika
dibutuhkan. Revisi dilakukan untuk
memperbaiki baik struktur tulisan maupun
substansi tulisan dengan kesepakatan
bersama antara penulis dan Dewan Redaksi.
Setelah proses revisi selesai, Dewan Redaksi
akan memulai proses penyusunan artikel ke
dalam bentuk Majalah. Hal ini termasuk
layout-ing dan pembuatan sampul Majalah
34 35 Kinerja Kinerja
Mediasi
HAM.
Bersamaan
dengan
penyusunan
tersebut,
para penulis
juga akan
diminta
untuk
mengirimka
n surat
pernyataan
ditandatang
ani diatas
materai
yang berisi
bahwa
artikel yang
ditulis
adalah asli,
bukan hasil
plagiat dan belum pernah dipublikasikan
sebelumnya. Majalah Mediasi yang siap cetak
akan dimasukkan ke percetakan untuk dicetak.
Seksi Publikasi Media Elektronik
Negara melalui Pemerintah Republik Indonesia
memegang amanah berdasarkan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 untuk menghormati,
memenuhi, melindungi, menegakkan, dan
memajukan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam
rangka Pemajuan HAM, Direktorat Jenderal
HAM melalui Direktorat Informasi HAM
menyelenggarakan tugas salah satunya
mengembangkan dan menyebarluaskan
informasi tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Salah satu strategi dalam melakukan publikasi
berbagai informasi dan kebijakan Direktorat
36 37 Kinerja Kinerja
Jenderal HAM baik internal maupun eksternal yaitu dengan
menggunakan media elektronik.
Dalam rangka publikasi informasi HAM yang berkualitas dan akurat
dibutuhkan penyusunan data atau Informasi yang terkait dengan HAM
sebagai bahan publikasi sehingga menjadi informasi yang siap
disampaikan kepada masyarakat luas khususnya dalam format media
elektronik.
Dulunya Direktorat Jenderal HAM melaksanakan Publikasi media
elektronik melalui berbagai kanal media elektronik, diantaranya televisi,
radio, website Direktorat Jenderal HAM. Namun dengan semakin
berkembangnya dinamika organisasi, terjadi pengurangan anggaran
yang berakibat tidak ada lagi anggaran untuk melakukan publikasi ham
di televisi. Dengan semakin terbatasnya anggaran maka seksi publikasi
media elektronik harus mencari cara untuk bisa tetap bisa melakukan
kegiatan see�sien mungkin.
Seksi Publikasi Media Elektronik memiliki sasaran kerja tahunan yang
diwujudkan melalui SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). SKP ini mencakup
target kinerja yang ingin dicapai di dalam satu tahun anggaran. Untuk
mewujudkan SKP tersebut maka dilaksanakan proses kerja harian yang
mencakup:
a. Menyiapkan bahan permohonan pengajuan kegiatan seksi publikasi
media online;
b. Menyiapkan pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi dalam
rangka publikasi media online;
c. Menyusun notula rapat dalam rangka publikasi media online;
d. Mengupload materi berita/kegiatan ke dalam website Ditjen HAM;
e. Menyiapkan bahan laporan kegiatan publikasi media online;
f. Inventarisasi dan pembuatan database arsip publikasi berita/kegiatan
dari Unit eselon II Direktorat Jenderal HAM dan terkait dengan
bidang HAM Kanwil Seluruh Indonesia.
g. Membuat Konten Digital untuk diupload di Sosial Media Direktorat
Jenderal HAM;
h. Melakukan Back Up data Website Ditjen HAM
Seksi Publikasi Media Online
Pada era digitalisasi saat ini, media online mampu menjadi sarana
publikasi yang efektif. Berbagai instansi pendidikan, swasta, maupun
pemerintah sudah mulai beralih menggunakan media online sebagai
sarana publikasi. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, karena menurut
38 39 Kinerja Kinerja
data dari Kementerian Kominfo Republik Indonesia, pada tahun 2018
pengguna internet di Indonesia mencapai 54 persen atau 143 juta dari
265 juta jiwa penduduk Indonesia. Artinya penyebaran informasi melalui
media online memiliki potensi jumlah penerima data yang begitu besar.
Selain itu media online sebagai sebuah platform mampu menyajikan
konten-konten menarik memiliki peranan penting sebagai sarana yang
efektif dan e�sien dalam kegiatan publikasi untuk melakukan penyebaran
informasi kepada publik.
Direktorat Jenderal HAM berperan serta dalam menyebarluaskan
informasi tentang HAM kepada masyarakat. Dalam hal ini yang berperan
serta terutama di bidang media online ialah Direktorat Informasi c.q.
Subdirektorat Publikasi Media c.q Seksi Publikasi Media Online.
Penyebarluasan informasi ini terutama dilakukan melalui media website.
Konten yang diunggah adalah berita dan kegiatan yang dilakukan oleh
Ditjen HAM Manusia maupun kegiatan seputar Hak Asasi Manusia yang
dilakukan oleh Kantor Wilayah (kanwil) Kemenkumham, informasi
pelayanan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia,
dan informasi seputar Hak Asasi Manusia.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses penyebarluasan informasi HAM
melalui website termasuk di dalamnya: internal subdirektorat publikasi,
perwakilan dari subdirektorat PPTIK, perwakilan dari unit eselon II di
Direktorat Jenderal HAM, dan perwakilan dari Kantor Wilayah.
Rapat rutin antar direktorat mengenai pengelolaan website untuk bertukar pikiran mengenai konten.
Perwakilan PPTIK bertugas ata maintenance website, perwakilan unit
eselon II dan kanwil bertugas untuk mengupload berita, dan internal
subdit publikasi bertugas untuk meng-approve dan mengedit berita yang
dikirim oleh perwakilan kanwil dan perwakilan unit eselon II.
Proses pembuatan berita kegiatan dalam website Ditjen HAM ada alur
yang harus dilakukan oleh administrator/operator. Alur proses publikasi
berita pada website Ditjen HAM adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi jadwal kegiatan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil melakukan inventarisasi kegiatan
40 41 Kinerja Kinerja
yang dilakukan oleh masing-masing unit eselon 2 atau Kantor Wilayah
Kemenkumham yang berkaitan dengan HAM, seperti Bidang HAM
mengadakan rapat pembahasan Rancangan Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia (RANHAM), Bidang HAM mengadakan sosialisasi
Penghormatan, Perlindungan, Pemajuan, Penegakan, dan Pemenuhan
Hak Asasi Manusia (P5 HAM), atau Kakanwil membuka sosialisasi P5
HAM.
2. Membuat berita kegiatan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil membuat berita terkait kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan standar dan kriteria penulisan berita
pada website Ditjen HAM.
3. Meminta Persetujuan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil meminta persetujuan kepada
penyelenggara kegiatan untuk memastikan bahwa berita yang akan
diunggah ke dalam website Ditjen HAM merupakan berita yang dapat
dipertanggung jawabkan informasinya.
4. Mengunggah berita
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil mengunggah berita yang telah dibuat
dan disetujui oleh penanggung jawab kegiatan atau atasannya ke dalam
website Ditjen HAM dengan URL www.ham.go.id.
5. Mengirim surat persetujuan.
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil mengunggah surat persetujuan
penayangan berita ke email [email protected].
6. Inventarisasi jadwal kegiatan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil melakukan inventarisasi kegiatan
yang dilakukan oleh masing-masing unit eselon 2 atau Kantor Wilayah
Kemenkumham yang berkaitan dengan HAM, seperti Bidang HAM
mengadakan rapat pembahasan Rancangan Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia (RANHAM), Bidang HAM mengadakan sosialisasi
Penghormatan, Perlindungan, Pemajuan, Penegakan, dan Pemenuhan
Hak Asasi Manusia (P5 HAM), atau Kakanwil membuka sosialisasi P5
HAM.
7. Membuat berita kegiatan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil membuat berita terkait kegiatan yang
telah dilaksanakan sesuai dengan standar dan kriteria penulisan berita
pada website Ditjen HAM.
42 43 Kinerja Kinerja
8. Meminta Persetujuan
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil meminta persetujuan kepada
penyelenggara kegiatan untuk memastikan bahwa berita yang akan
diunggah ke dalam website Ditjen HAM merupakan berita yang dapat
dipertanggung jawabkan informasinya.
9. Mengunggah berita
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil mengunggah berita yang telah dibuat
dan disetujui oleh penanggung jawab kegiatan atau atasannya ke dalam
website Ditjen HAM dengan URL www.ham.go.id.
10. Mengirim surat persetujuan.
Administrator/operator masing-masing unit eselon 2 pada Ditjen HAM
atau administrator/operator kanwil mengunggah surat persetujuan
penayangan berita ke email [email protected].
11. Menggunggah berita
Setelah proses itu sudah dilakukan, administrator/operator akan
mengunggah berita kegiatan.
Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi
Seksi Perpustakaan
Seksi Perpustakaan mempunyai tugas utama melakukan layanan
perpustakaan. Perpustakaan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia
terletak di Lantai 3 Gedung Ditjen HAM. Lokasinya terletak di sebelah kiri
saat keluar dari lift. Perpustakaan Ditjen HAM memberikan layanan
perpustakaan untuk pegawai internal Ditjen HAM dan juga untuk
masyarakat umum. Jam buka perpustakaan ialah setiap Senin-Jumat jam
08.00-16.00 dengan waktu istirahat jam 12.00-13.00.
Masyarakat umum bisa melakukan kunjungan setiap saat selama jam
buka perpustakaan. Di dalam perpustakaan tersedia fasilitas meja dan
kursi, wi�, dan juga air conditioner untuk mendukung kenyamanan
42 43 Kinerja Kinerja
pengunjung. Masyarakat umum tidak bisa melakukan
peminjaman buku.
44 45 Kinerja Kinerja
Akan tetapi seksi perpustakaan menyediakan fasilitas fotokopi untuk
halaman-halaman tertentu yang diperlukan.
Keanggotaan perpustakaan terbatas hanya kepada para pegawai Ditjen
HAM. Fasilitas yang membedakan untuk anggota dan bukan anggota
adalah soal peminjaman. Untuk para pegawai internal Ditjen HAM,
mereka bisa melakukan peminjaman buku dengan syarat masa
peminjaman hanya selama seminggu. Peminjaman bisa diperpanjang
sekali lagi untuk minggu selanjutnya. Setiap pegawai Ditjen HAM
otomatis langsung menjadi anggota perpustakaan. Pegawai hanya perlu
datang ke perpustakaan untuk melakukan registrasi sebelum melakukan
peminjaman.
Prosedur yang ditetapkan untuk melakukan peminjaman ialah
pengunjung perlu melakukan kunjungan langsung ke perpustakaan,
membuat kartu anggota (bagi yang belum mempunyai), mencari buku di
aplikasi katalog, melakukan transaksi peminjaman melalui staf seksi
perpustakaan, mengembalikan buku sesuai jadwal peminjaman. Setelah
selesai melakukan peminjaman anggota perpustakaan kemudian
mengembalikan buku secara langsung ke perpustakaan Ditjen HAM.
Perpustakaan Ditjen HAM telah telah memiliki sistem katalog digital dari
yang sebelumnya bersifat manual. Dulunya untuk mencari buku, anggota
perpustakaan harus mencarinya satu persatu di rak yang tersedia.
Memang terdapat data buku berbentuk soft copy tetapi data tersebut
44 45 Kinerja Kinerja
hanya bisa dilihat secara offline di komputer yang terletak di
perpustakaan Ditjen HAM. Berbeda dengan saat ini di mana
sistem katalognya telah menjadi benar-benar digital.
Pengunjung perpustakaan bisa mencari data buku secara
online melalui alamat website http:// perpustakan.ham.go.id.
Sebelum melakukan kunjungan secara langsung ke
perpustakaan, pengunjung bisa mengecek apakah buku yang
dicari ada di database perpustakaan. Jika memang buku yang
dicari terdapat di perpustakaan, pengunjung bisa kemudian
datang ke perpustakaan sehingga tidak ada lagi ada kasus
buku yang dicari tidak ada di tempat.
46 47 Kinerja Kinerja
Koleksi buku di perpustakaan Ditjen HAM sebagian besar merupakan
koleksi buku dengan tema hukum dan HAM. Jumlah judul buku terdapat
sekitar 3000 judul buku dengan jumlah eksemplar sekitar 6000 buah.
Selain buku teks juga terdapat koleksi jurnal, majalah, buletin, kamus,
ensiklopedia, novel, koran mingguan, dan tabloid. Selain terdapat
terbitan secara umum, juga terdapat terbitan internal Ditjen HAM atau
internal Kemenkumham.
Subdit Perpustakaan dan Dokumentasi secara rutin melakukan
kunjungan ke perpustakaan-perpustakaan instansi pemerintahan yang
terletak di daerah DKI Jakarta. Kunjungan ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana praktek pengelolaan perpustakaan di instansi
pemerintahan. Setiap instansi pastinya memiliki gaya pengelolaan
perpustakaan yang berbeda-beda. Setiap gaya memiliki plus dan
minusnya. Kunjungan ini dapat digunakan untuk mempelajari gaya
pengelolaan tersebut untuk diambil sisi mana yang dapat diterapkan di
perpustakaan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia. Contoh dari
instansi yang pernah dikunjungi misalnya perpustakaan Mahkamah
Konstitusi, perpustakaan Kementerian BUMN, perpustakaan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan anak, dan lain-lain.
Seksi Dokumentasi
Belajar dari kesulitan yang dihadapi saat melakukan kerja rutin,
Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi melakukan kebijakan
46 47 Kinerja Kinerja
berbeda terkait pengumpulan data. Pertama, terkait jangka
waktu data yang dikumpulkan bukan lagi didasarkan di tahun
yang berjalan tetapi dipilih dari tahun sebelumnya. Misalnya di
tahun 2020 saat ini, data yang dikumpulkan berarti dari data
tahun sebelumnya yaitu 2019.
Selain itu untuk bentuk data tidak lagi berupa laporan kegiatan, foto-
foto,
�le presentasi yang dilakukan saat kegiatan, dan notulensi.
Akan tetapi data yang dikumpulkan berupa data dokumentasi
produk hukum dan HAM. Data yang dikumpulkan adalah
misalnya peraturan menteri hukum dan ham tentang tusi Ditjen
HAM, peraturan presiden terkait tusi Ditjen HAM, UU terkait
dengan HAM, kovenan internasional, dan juga produk- produk
HAM yang dihasilkan oleh setiap direktorat.
48 49 Kinerja Kinerja
Perubahan cara kerja ini didasarkan kepada terintegrasinya data
dokumentasi Ditjen HAM dengan sistem Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum Nasional (JDIHN). Berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Nasional (JDIHN), JDIH adalah wadah pendayagunaan bersama
atas dokumen hukum secara tertib, terpadu, dan berkesinambungan,
serta merupakan sarana pemberian pelayanan informasi hukum secara
lengkap, akurat, mudah, dan cepat.
Menurut pasal 4 Perpres No. 33 Tahun 2012, pengelolaan JDIH ini
penanggungjawabnya di biro hukum dan/atau unit kerja yang tugas dan
fungsinya menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan
dokumentasi hukum; perpustakaan hukum pada perguruan tinggi negeri
dan perguruan swasta; lembaga lain yang bergerak di bidang
pengembangan dokumentasi dan informasi hukum yang ditetapkan oleh
Menteri Di lingkungan Kementerian hukum dan HAM terkait teknis JDIH
ini, dihasilkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 02 Tahun 2013
tentang Standarisasi Pengelolaan Teknis Dokumentasi dan Informasi
Hukum. Berdasarkan Permenkumham tersebut, pengelolaan JDIH yang
melekat dengan tugas dan fungsi Direktorat informasi HAM dalam hal ini
pengelolaan JDIH berada pada Subdirektorat Perpustakaan dan
Dokumentasi, khususnya di seksi dokumentasi.
Seksi Dokumentasi memiliki tugas utama untuk mengumpulkan data
dokumentasi di bidang hak asasi manusia di lingkungan Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia. Pengumpulan data ini utamanya dilakukan
pada direktorat Teknis yang terdiri lima direktorat: Direktorat Informasi,
Direktorat Pelayanan Komunikasi Masyarakat, Direktorat Diseminasi dan
Penguatan, Direktorat Kerja Sama, dan Direktorat Instrumen.
Data dokumentasi yang dikumpulkan di kategorisasi berdasarkan dari
direktorat masing-masing termasuk di dalamnya:
• dokumentasi mengenai pelayanan komunikasi masyarakat di bidang
HAM
• dokumentasi mengenai instrumen peraturan perundang-undangan
berbasis HAM
• dokumentasi mengenai kerja sama HAM
• dokumentasi mengenai materi penguatan dan diseminasi HAM
• dokumen mengenai penyebaran informasi terkait materi dan berita
HAM
Pengumpulan data dokumentasi ini dilakukan dengan meminta data
kepada para perwakilan di masing-masing direktorat. Secara berkala
seksi dokumentasi akan melakukan koordinasi dengan para perwakilan
di masing-masing direktorat melalui undangan rapat. Dalam rapat ini
akan dibahas data-data yang dibutuhkan. Kemudian setelah rapat,
anggota dari seksi dokumentasi akan menghubungi para perwakilan itu
untuk meminta data yang telah disepakati pada saat rapat.
Dulunya data yang diminta adalah data di tahun berjalan. Misalkan di
tahun 2020. berarti data yang diminta adalah data-data yang dikeluarkan
di tahun 2020 dari awal tahun sampai akhir tahun. Bentuk data yang
diminta adalah seluruh data kegiatan yang dilakukan bisa berupa laporan
kegiatan, foto-foto, �le presentasi yang dilakukan saat kegiatan, dan
notulensi.
Kesulitan dari pengumpulan data di tahun berjalan ialah data yang
diharapkan bisa didapatkan ternyata sulit dikumpulkan karena masih
dikerjakan oleh masing-masing direktorat. Walhasil akhirnya data yang
dikumpulkan kurang bisa maksimal karena proses pendokumentasian di
masing-masing direktorat juga belum berjalan maksimal.
Selain itu kesulitan dari pengumpulan data melalui bentuk (laporan
kegiatan, foto-foto, �le presentasi yang dilakukan saat kegiatan, dan
notulensi) ternyata sudah dilakukan juga oleh Bagian Program dan
Pelaporan (PPL). Akibatnya pekerjaan yang dilakukan oleh seksi
dokumentasi menjadi redundan dengan apa yang dilakukan oleh Bagian
PPL.
50 Kinerja
Best practice Subdirektorat Pengembangan dan
Pengelolaan TIK
Metode Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi adalah Pengembangan sistem
Informasi sering disebut sebagai proses pengembangan sistem
(System Development). untuk menghasilkan sistem informasi
tersebut terdiri dari:
a. System analysis
upaya mendapatkan gambaran bagaimana sistem bekerja dan masalah-
masalah apa saja yang ada pada system dalam hal ini Subdirektorat
51
BAB IV
Strategi Mencapai
Tujuan dan
Tantangan yang
Dihadapi (Tantangan
dan Perkembangan
ke Depannya)
52 53 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Informasi HAM melakukan analisis permasalahan dan kebutuhan dengan
melibatkan unit Eselon II lainnya sebagai pengguna layanan.
b. System development
adalah langkah-langkah mengembangkan sistem informasi yang baru
berdasarkan gambaran cara kerja sistem dan permasalahan yang ada.
Berdasarkan hasil pembahasan pada tahapan analisis permasalahan
bersama dengan Unit Eselon II pengguna layanan menghasilkan
spesi�kasi teknis aplikasi berdasarkan tingkat kesulitannya yang
kemudian akan menjadi bahan pertimbangan apakah akan melakukan
pembuatan sistem secara mandiri atau melibatkan pihak ke-3 (vendor).
Tahapan-tahapan Pengembangan Sistem Informasi
1) Daur Hidup Pengembangan Sistem: Metode daur hidup ini terdiri
dari beberapa tahapan proses, yaitu: yaitu tahap perencanaan, analisis,
perancangan, penerapan, evaluasi, penggunaan dan pemeliharaan.
2) Tahap perencanaan sistem Informasi: Pada tahap ini, tim pembuat
sistem mencoba memahami permasalahan yang muncul dan
mende�nisikannya secara rinci, kemudian membentuk tujuan pembuatan
sistem dan mengidenti�kasi kendala-kendalanya.
3) Tahap analisis sistem Informasi: Pada tahapan ini dilakukan
penganalisisan terhadap berbagai macam bentuk masalah yang ada dan
lebih mendalam lagi dengan cara melakukan penyusunan sebuah studi
akan kelayakan.
4) Tahapan perancangan sistem Informasi: Pada tahapan ini haruslah
memperhatikan kebutuhan operator, pemakai, hingga hal teknis
sekalipun.
5) Tahap evaluasi: Yang dimana dilakukan proses uji coba bahwa apa
yang dibuat telah benar.
6) Tahap penggunaan dan pemeliharaan: Yang dimana melakukan
penerapan aplikasi sesungguhnya dan melakukan penataan ulang
database, backup hingga scanning virus.
Model Pengembangan Sistem
Model Waterfall
Waterfall merupakan salah satu metode dalam SDLC yang mempunyai
ciri khas pengerjaan setiap fase dalam waterfall harus diselesaikan
terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke fase selanjutnya. Artinya fokus
terhadap masing-masing fase dapat dilakukan maksimal karena tidak
adanya pengerjaan yang sifatnya paralel.
Tahapan tahapan dari metode waterfall adalah sebagai berikut:
54 55 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
1. Requirement Analysis: Seluruh kebutuhan software harus bisa
didapatkan dalam faseini, termasuk didalamnya kegunaan software
yang diharapkan pengguna dan batasan software. Informasi ini
biasanya dapat diperoleh melalui wawancara dalam bentuk rapat ,
survey atau diskusi dengan melibatkan unit teknis Eselon II
(Pengguna aplikasi). Informasi tersebut dianalisis untuk
mendapatkan dokumentasi kebutuhan pengguna untuk digunakan
pada tahap selanjutnya.
2. System Design: Tahap ini dilakukan sebelum melakukan coding.
Tahap ini bertujuan untuk memberikan gambaran apa yang
seharusnyadikerjakan dan bagaimana tampilannya. Tahap ini
membantu dalam menspesi�kasikan kebutuhan hardware dan sistem
serta mende�nisikan arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementation: Dalam tahap ini dilakukan pemrograman.
Pembuatan software dipecah menjadi modul-modul kecil yang
nantinya akan digabungkan dalam tahap berikutnya. Selain itu dalam
tahap ini juga dilakukan pemeriksaaan terhadap modul yang dibuat,
apakah sudah memenuhi fungsi yang diinginkan atau belum.
4. Integration & Testing: Di tahap ini dilakukan penggabungan modul-
modul yang sudah dibuat dan dilakukan pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah software yang dibuat telah sesuai dengan
desainnya dan masih terdapat kesalahan atau tidak.
5. Operation & Maintenance: Ini merupakan tahap terakhir dalam
model waterfall. Software Yang sudah jadi dijalankan serta dilakukan
pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki
kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.
Perbaikan implementasi unit sistem dan peningkatan jasa sistem
sebagai kebutuhan baru
56 57 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Model Prototipe
Prototype adalah suatu proses yang memungkinkan developer membuat
sebuah model software,metode ini baik digunakan apabila client tidak
bisa memberikan informasi yang maksimal mengenai kebutuhan yang
diinginkannya.
Prototype dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Paper Prototype, menggambarkan interaksi manusia dan mesin
dalam sebuah bentuk yang memungkinkan user mengerti
bagaimana interaksi itu terjadi.
2. Working Prototype, adalah prototype yang mengimplementasikan
beberapa bagian dari fungsi software yang diinginkan seperti pada
pendekatan pengembangan software.
Proses-proses dalam model prototyping yaitu:
• Komunikasi terlebih dahulu yang dilakukan antara pelanggan dengan
tim pemgembang perangkat lunak mengenai spesi�kasi kebutuhan
yang diinginkan.
• Akan dilakukan perencanaan dan pemodelan secara cepat berupa
rancangan cepat(quick design) dan kemudian akan memulai
konstruksi pembuatan prototype.
• Prototipe kemudian akan diserahkan kepada para stakeholder untuk
dilakukan evaluasi lebih lanjut sebelum diserahkan kepada para
pembuat software.
• Pembuatan software sesuai dengan prototype yang telah dievaluasi
yang kemudian akan diserahkan kepada pelanggan.
• Jika belum memenuhi kebutuhan dari pelanggan maka akan kembali
ke proses awal sampai dengan kebutuhan dari pelanggan telah
terpenuhi.
tahapan-tahapan dalam prototyping tersebut adalah sebagai berikut :
58 59 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
1. Pengumpulan kebutuhan: Pelanggan dan pengembang bersama-
sama mende�nisikan format dan kebutuhan keseluruhan perangkat
lunak, mengidenti�kasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem
yang akan dibuat
2. Membangun prototyping: Membangun prototyping dengan
membuat perancangan sementara yang berpusat pada penyajian
kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan contoh
outputnya).
3. Evaluasi prototyping: Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan apakah
prototyping yang sudah dibangun sudah sesuai dengan keinginan
pelanggan. Jika sudah sesuai maka langkah keempat akan diambil.
Jika tidak, maka prototyping diperbaiki dengan mengulang langkah
1, 2 , dan
4. Mengkodekan system: Dalam tahap ini prototyping yang sudah
disepakati diterjemahkan ke dalam bahasa pemrograman yang
sesuai.
5. Menguji system: Setelah sistem sudah menjadi suatu perangkat
lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan.
Pengujian ini dilakukan dengan White Box, Black Box, Basis Path,
pengujian arsitektur dan lain-lain.
6. Evaluasi Sistem: Pelanggan mengevaluasi apakah sistem yang
sudah jadi sudah sesuai dengan yang diharapkan . Jika sudah, maka
langkah ketujuh dilakukan, jika belum maka mengulangi langkah 4
dan 5.
7. Menggunakan system: Perangkat lunak yang telah diuji dan
diterima pelanggan siap untuk digunakan.
Model Rapid Application Development (RAD)
Rapid Application Development adalah seperangkat strategi yang
terintegrasi yang ada dalam suatu kerangka kerja menyeluruh yang
disebut Information Engineering (IE).
pendekatan RAD melingkupi fase – fase sebagai berikut :
60 61 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
1. Bussiness modeling: Aliran informasi di antara fungsi – fungsi bisnis
dimodelkan dengan suatu cara untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan berikut : informasi apa yang mengendalikan proses
bisnis? Informasi apa yang dimunculkan? Siapa yang
memunculkannya? Ke mana informasi itu pergi? Siapa yang
memprosesnya?
2. Data modeling: Aliran informasi yang dide�nisikan sebagai bagian
dari fase bussiness modelling disaring ke dalam serangkaian objek
data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik
(disebut atribut) masing – masing objek diidenti�kasi dan hubungan
antara objek – objek tersebut dide�nisikan.
3. Prosess modelling: Aliran informasi yang dide�nisikan di dalam fase
data modeling ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi
yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran
pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodi�kasi,
menghapus, atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
4. Aplication generation: RAD mengasumsikan pemakaian teknik
generasi ke empat. Selain menciptakan perangkat lunak dengan
menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga yang
konvensional, RAD lebih banyak memproses kerja untuk memakai
lagi komponen program yang ada ( pada saat memungkinkan) atau
menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi (bila perlu). Pada
semua kasus, alat – alat bantu otomatis dipakai untuk memfasilitasi
konstruksi perangkat lunak.
5. Testing and turnover: Karena proses RAD menekankan pada
pemakaian kembali, banyak komponen program telah diuji. Hal ini
mengurangi keseluruhan waktu pengujian. Tetapi komponen baru
harus di uji dan semua interface harus dilatih secara penuh.
62 63 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Pengelolaan dan Pemeliharaan Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Pengelolaan dan Pemeliharaan Sistem dan Jaringan
Meminta pendapat dan masukkan terkait sistem dan jaringan dari para
pegawai juga dilakukan dalam menentukan langkah apa yang
selanjutnya harus dijalankan. Tidak jarang pemeliharaan melibatkan
pihak ketiga karena sumber daya manusia yang ada belum capable
untuk mengerjakannya.
Menampung masukkan pegawai terkait sistem dan jaringan dalam forum rapat.
Selain pendekatan insidentil tersebut, beberapa langkah rutin juga
dilakukan, di antaranya:
Backup (pencadangan)
dalam dunia komputer ialah sebuah salinan dari program atau berkas
yang disimpan terpisah dari tempat asalnya.4
Hasil dari data yang disalin tersebut digunakan apabila terjadi masalah
pada server aplikasi sehingga harus dilakukan rollback data ke backup
terbaru. Hal ini juga berlaku untuk server aplikasi yang mengalami data
loss. Oleh karena itu, maka Backup harus dilakukan rutin untuk
mencegah hal yang tidak diinginkan.
Copy data untuk backup.
Metoda yang biasa digunakan Subdirektorat Pengembangan dan
Pengelolaan TIK ialah Full Backup di mana aplikasi di-backup secara
4 Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. (n.d.). The American Heritage Dictionary entry: Backup. Diambil tanggal 13 Juni 2020, dari https://ahdictionary.com/word/ search.html?q=backup
64 65 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
keseluruhannya. Dalam Full Backup tersebut, ada dua pendekatan yang
ditempuh, yakni pengambilan data di �le system atau system image.
Pengambilan data di �le system dilakukan dengan cara mengambil �le
copy dan database via FTP (File Transfer Protocol) dari aplikasi tersebut
ke dalam media penyimpanan terpisah. Apabila terjadi masalah dan
sistem harus dibuat kembali, maka kon�gurasi tetap harus dilakukan
sebelum mengembalikan data-data tersebut.
System Image ialah salinan dari keadaan seutuhnya dari sebuah system
komputer yang disimpan dalam bentuk yang tidak temporer seperti
sebuah �le. Apabila terjadi kegagalan dan tidak bisa diperbaiki
sebagaimana mestinya, sistem dapat dikembalikan dengan cara
System Image snapshots.
membuat sistem baru dari system image tersebut dan sistem tersebut
akan melanjutkan pekerjaannya sebagaimana waktu ia di-backup.
Pengecekan Suhu Ruang Server
Carnot (1796-1832) menemukan bahwa ada batas atas dari sebuah
mesin dan batas atas tersebut tergantung dari di mana di antara dua
temperatur mesin tersebut dapat berjalan.6 Penemuan ini menjadi cikal
bakal dari apa yang selanjutnya Rudolf Clausius (1822-1888) sampaikan
dalam Hukum Kedua Termodinamika, yakni:
Dari kedua pendapat tersebut, energi akan senantiasa menghasilkan
panas, dan panas itu harus mencari tempat yang dingin agar dapat lepas
“Tidak akan ada proses yang menghasilkan dari
aliran energi sesuatu yang dingin ke sesuatu yang
panas.” 7
dari sumber panas itu dan menjaga keseimbangan lingkungan di
sekitarnya.
Hukum kedua termodinamika.
5 System image. (2019, 11 Desember). Diambil tanggal 13 Juni 2020, dari https:// en.wikipedia.org/wiki/System_image
6 Ben-Na ʻım, A. (2010). Discover entropy and the second law of thermodynamics: A playful way of discovering a law of nature. New Jersey: World Scientific.
7 Ben-Na ʻım, A. (2010). Discover entropy and the second law of thermodynamics: A playful way of discovering a law of nature. New Jersey: World Scientific.
66 67 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Panas masih menjadi isu utama dalam semua mesin, mulai dari mesin
produksi, kendaraan, sampai elektronik, meskipun penggunaan energi
saat ini sudah jauh lebih e�sien dan efektivitas daya semakin tinggi serta
sisa panas yang dihasilkan semakin rendah.
Dalam prakteknya, perangkat server dan pendukung jaringan biasanya
disimpan dalam ruangan, mulai dari Ruang Server dalam skala kecil,
sampai Pusat Data (Data Center) dalam skala besar. Ruangan tersebut
harus senantiasa didinginkan untuk menjaga agar mesin tetap berjalan
dan tidak terjadi overheating sehingga kebakaran dapat dihindari.
Server fan grill
Untuk memonitor suhu ruang server tersebut, maka pengecekan suhu
dilakukan. Langkah yang dapat dilakukan ialah dengan memasang
perangkat thermometer dan mengeceknya secara berkala.
Apabila suhu dirasa terlalu panas dan mengkhawatirkan untuk server
dan perangkat pendukung jaringan, maka Subdirektorat Pengembangan
dan Pengelolaan TIK akan berkoordinasi dengan Bagian Pengelolaan
BMN dan Umum agar dapat dilakukan langkah segera, seperti perbaikan
AC atau penggantian AC apabila AC sudah usang dan tidak optimal lagi.
Tweaking
Tweak adalah proses pengubahan kecil untuk membuat sesuatu (dalam
konteks modul ini, sistem dan jaringan) menjadi lebih baik, lebih efektif,
dan lebih sesuai.
Proses ini dilakukan sesuai kebutuhan tergantung dari permintaan
pengguna, atau tergantung kondisi saat itu.
Pelayanan Keluhan Jaringan
Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan TIK juga menerima
pengaduan keluhan jaringan internet. Hal ini pada dasarnya merupakan
IT Support secara umum.
Apabila pegawai mengalami masalah dalam mengakses internet dan
meminta bantuan dari Subdirektorat Pengembangan dan Pengelolaan
TIK, maka petugas yang menangani akan datang dan akan memperbaiki
masalah tersebut.
68 69 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Pegawai juga sesekali akan diedukasi untuk dapat melakukan
pemecahan masalah awal, seperti mengecek situs yang stabil untuk
meruncingkan pencarian masalah yang dialami, dan melakukan
shutdown pada perangkat dahulu. Hal ini dilakukan agar proses
perbaikan dapat lebih cepat.
Beberapa masalah yang sering dialami oleh pegawai ialah:
Terjadinya anomali temporer pada sistem
Meskipun shutdown dilakukan, seringkali pengguna tetap mengeluh
masalah tidak selesai. Hal ini terjadi karena sistem Shutdown beberapa
sistem operasi tidak benar-benar mematikan sistem. Sistem operasi
yang dimaksud ialah Microsoft Windows 8, 8.1, dan 10. Ketiga sistem
operasi tersebut melakukan shutdown hanya pada level sesi pengguna,
sedangkan relasi antara sistem operasi dengan perangkat pengguna
hanya dimasukkan pada system image dan disimpan di dalam
penyimpanan komputer tersebut sehingga sewaktu dinyalakan Kembali,
Ketika perangkat komputer berjalan, terkadang ada masalah yang tidak prosesnya akan lebih cepat.8 Untuk shutdown yang lebih pasti,
dapat diketahui, selayaknya manusia berjalan lalu tersandung batu.
Beberapa solusi yang dilakukan pada umumnya ialah merestart
perangkat jaringan di perangkat komputer dimaksud atau perangkat
komputer tersebut hanya perlu di-shutdown.
Disable lalu Enable perangkat jaringan. Salah satu langkah yang digunakan dalam memecahkan masalah jaringan di perangkat pengguna.
gunakanlah perintah berikut pada Run:
Shutdown yang lebih hakiki.
8 Kexugit. (9 Agustus 2011). Delivering fast boot times in Windows 8. Diambil tanggal 13 Juni 2020, dari https://docs.microsoft.com/en-us/archive/blogs/b8/delivering-fast-boot-times-in- windows-8
70 71 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Tidak login di captive portal
Akses internet di Direktorat Jenderal HAM dilengkapi dengan captive
portal yang akan mengizinkan pengguna yang hendak menggunakan
internet apabila memasukkan username dan password yang diberikan
khusus untuk pegawai tersebut.
Captive Portal
Beberapa pegawai terkadang mengeluh tidak dapat mengakses internet.
Setelah dilakukan pengecekan, ternyata status pegawai tersebut tidak
login sehingga harus dilakukan login ulang. Hal ini bisa disebabkan
karena pegawai memang belum login, atau komputer yang masuk modus
siaga (standby mode) karena terlalu lama didiamkan. Meskipun
demikian, hal ini sudah jarang terjadi setelah dilakukan kon�gurasi yang
memperpanjang sesi login pegawai.
Sinyal WiFi lemah
Lemahnya sinyal WiFi merupakan masalah yang paling sering dikeluhkan
pegawai. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yakni:
1. Pemancar WiFi yang lemah;
2. Modul WiFi pada perangkat pengguna yang sudah melemah;
Ketika melakukan pengecekan di sisi pengguna, beberapa langkah yang
diambil ialah:
1. Mengecek apakah pemancar WiFi tersebut melemah dengan
menggunakan perangkat penerima sinyal WiFi lain seperti
smartphone. Apabila sinyal WiFi lemah, maka penambahan
pemancar akan dilakukan sebagai solusi sementara apabila belum
ada pemancar baru.
2. Mengecek bagaimana perangkat pengguna menangkap sinyal WiFi
yang terpancar. Apabila memang modul WiFi pada perangkat
melemah, dapat menggunakan USB WiFi Receiver atau
menggunakan metoda sambungan lain seperti melalui kabel
Ethernet.
Dalam menangani diagnosis pengecekan nomor 1 di atas, Subdirektorat
Pengembangan dan Pengelolaan TIK melakukan pemetaan sinyal
jaringan menggunakan perangkat lunak yang dapat membuat heatmap.
72 73 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Heatmap
Hasil pemetaan tersebut dapat dijadikan dasar untuk langkah
selanjutnya, seperti penggantian pemancar WiFi.
Situs yang dituju yang sedang bermasalah
Dalam penggunaan internet, terkadang situs yang kita tuju sedang
mengalami masalah, entah melakukan pemeliharaan berkala, atau
sedang ada gangguan. Apabila tidak dapat menggunakan situs yang
ingin dituju, maka cek dengan membuka situs lain.
Biasanya, peramban (browser) akan mengembalikan pesan error apabila
hal itu terjadi, dan disertai Kode HTTP (Hypertext Transfer Protocol) yang
diterima peramban tersebut.
HTTP Error 500
Adapun beberapa pesan error yang berasal dari situs yang dituju dan
lazim diterima pengguna ialah:
1. 404 (Not Found): Kode status error 404 mengindikasikan bahwa
peramban dapat menemukan alamat yang dituju, namun belum
tersedia saat ini. Kejadian seperti tidak adanya �le yang dimaksud
dapat mengembalikan error 404.
2. 500 (Internal Server Error): 500 error adalah respon error dasar.
Bisa terjadi apabila program di dalam server situs yang dituju
menemui masalah atau terjadinya gangguan-gangguan lain yang
tidak dapat dijabarkan. Apabila server situs yang dituju kewalahan
menangani permintaan klien dan hang, maka pesan error ini juga
dapat muncul.
74 75 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Subdirektorat Penembangan dan Pengelolaan TIK sebagai sub unit
teknis yang membidangi pengembangan dan pengelolaan TIK di
Direktorat Jenderal HAM telah mengembangkan dan mengelola
beberapa aplikasi antara lain:
Subdirektorat Publikasi Media Online
Seksi Publikasi Media Cetak
Mengingat keterbatasan biaya yang ada, Majalah Mediasi HAM dicetak
sebanyak 100-150 eksemplar setiap tahunnya. Majalah-majalah ini
selanjutnya akan didistribusikan bagi lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM dan juga masyarakat umum.
Publikasi bagi lingkungan Kementerian Hukum dan HAM dilakukan
karena mengingat pentingnya kegiatan pengayaan untuk meningkatkan
pengetahuan ASN. Majalah-majalah ini akan hadir dalam setiap
pameran-pameran yang Direktorat Jenderal HAM ikuti, sehingga
masyarakat umum dapat mengaksesnya dengan mudah.
Jumlah 150 eksemplar tentu tidak memenuhi kebutuhan publik secara
meluas. Jika dikaitkan kembali dengan bahasan awal artikel ini, maka
konsep konvergensi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan publik secara
meluas tersebut. Majalah Mediasi HAM dikonversikan dalam bentuk
elektronik dan diunggah melalui website Direktorat Jenderal HAM
(www.ditjenham.go.id). Untuk melakukan pengunggahan maka
dilakukan koordinasi dengan seksi publikasi media online. Tidak terhenti
pada konvergensi media cetak kedalam bentuk digital, melalui koordinasi
dengan Sie Publikasi Media Elektronik,
76 77 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Selain itu untuk kepentingan promosi, Majalah Mediasi HAM
dipublikasikan melalui akun sosial media DIrektorat Jenderal HAM dan
juga melalui SMS Blast ke nomor-nomor HP masyarakat yang pernah
bersinggungan dengan Direktorat Jenderal HAM melalui berbagai
macam kegiatan.
Dengan koordinasi-koordinasi yang dilakukan antar sie, semakin banyak
masyarakat yang dapat mengakses Majalah Mediasi HAM dan
memperoleh manfaat dari artikel di dalamya. Kegiatan publikasi melalui
media cetak menjadi sinergi dengan kegiatan publikasi media online dan
media elektronik. Selain sinergitas yang terwujud, pemenuhan
kebutuhan publik atas artikel-artikel yang mengangkat isu HAM juga
terpenuhi.
Seksi Publikasi Media Elektronik
Media sosial yang diberdayakan oleh
Direktorat Jenderal HAM antara lain
Facebook dan Instagram. Instagram
merupakan kanal media elektronik yang
memiliki jangkauan luas, dapat diakses
siapa saja, kapan saja, dan di mana saja,
dengan biaya rendah.
Pengelolaan Konten Digital Dalam
Publikasi Media Elektronik dilakukan
melalui beberapa tahapan, mulai dari
tahap penyusunan draft konten digital
untuk menginventarisir data/informasi
maupun masukan-masukan (sharing ide),
Instagram Story dari akun
@ditjenham
Terbatasnya anggaran Seksi Publikasi Media Elektronik membuat
mereka menciptakan solusi untuk melakukan penyebaran informasi HAM
melalui satu kanal baru yaitu media sosial. Kanal ini dipilih karena tidak
memerlukan anggaran seperti pada kanal media televisi atau radio.
Karena keterbatasan anggaran, penyebaran ham melalui televisi
ditiadakan. Penyebaran melalui media radio masih dilakukan setahun
sekali. Selain itu ada juga media SMS blast yaitu mengirimkan informasi
HAM melalui SMS yang di broadcast kepada masyarakat yang pernah
bersinggungan dengan Ditjen HAM.
menyusun draft, pengumpulan data dan informasi serta pengolahan
bahan dan materi menjadi konten digital. Proses pengelolaan konten
digital diakhiri dengan proses update dan loading konten ke media
elektronik yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal HAM.
Unit publikasi media khususnya media elektronik telah berusaha untuk
mengoptimalkan tingkat keaktifan publikasi pada website dan media
sosial Ditjen HAM dengan meminimalisir kendala-kendala yang dialami.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, berikut rincian kegiatan yang
dilaksanakan dalam pengelolaan konten digital pda Publikasi media
78 79 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
elektronik, yaitu: menyiapkan kerangka powerpoint mengenai target
visual yang ingin dicapai, membuat daftar hal-hal yang akan dilakukan
dengan metode SMART untuk mencapai target dengan spesi�k
(Speci�c) dan jelas, terukur (Measurable), dapat dicapai (Achievable),
relevan (Relevant) dan tepat waktu (Time Bount), melakukan pekerjaan
dengan sistem tim publikasi media, menyiapkan rencana schedule kerja
tim yang terstruktur, menyiapkan list schedule mengenai beban tugas
kerja tim mulai dari pengumpulan bahan, mengolah bahan dari bentuk
mentah ke dalam visual dan masuk kedalam tahapan �nishing/publish,
membuat checklist terhadap tugas yang telah diselesaikan dan siapa
yang menyelesaikan agar apabila terjadi perubahan atau terdapat
gangguan kondisi dan situasi terdapat tim yang solid untuk meng-
handle-nya dan saling dukung/backup kelebihan dan kekurangan
anggota tim dengan membangun sistem kerja tim yang berasaskan
kekeluargaan, melakukan pengaturan bahan mentah dan bahan yang
telah diolah. Diharapkan melalui pengaturan bahan pembuatan konten
digital tersebut dapat meningkatkan mutu layanan informasi HAM melalui
publikasi media khususnya media elektronik.
Pengelolaan Konten Digital Dalam Publikasi Media Elektronik hingga saat
ini telah mendapat respon positif masyarakat. Hal ini terlihat dengan
semakin meningkatnya jumlah pengikut/Followers di kanal media sosial
Ditjen HAM. Selain itu setiap postingan yang di post oleh admin
Instagram juga mendapatkan feedback yang baik dari masyarakat dilihat
dari jumlah like dan comment.
Seksi Publikasi Media Online
Proses pembuatan atau pengunggahan berita ke website Ditjen HAM
tidak selalu berjalan dengan baik, kadang ada hambatan dalam proses
pembuatan berita kegiatan di website Ditjen HAM. Mulai dari masih
kurang terjalinnya koordinasi yang baik antara atasan administrator/
operator pada masing-masing unit eselon II Ditjen HAM maupun
administrator/operator di kanwil. Dalam situasi tertentu, para atasan
masih tidak mau memberitahukan kegiatannya dengan alasan tertentu.
Hal ini berakibat pada pengunggahan atau pembuatan berita menjadi
tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sekitar 1-3 hari setelah
kegiatan dilakukan
Tampilan penulisan post pada web ham.go.id
80 81 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Untuk mengatasi permasalahan ini Seksi Publikasi Media Online
mencoba untuk melakukan koordinasi secara intensif dengan para
perwakilan unit eselon II Ditjen HAM dan perwakilan kanwil. Subdit
Publikasi secara rutin melakukan rapat dengan para perwakilan unit
eselon II setiap bulan sebanyak dua kali. Sedangkan untuk koordinasi
dengan para perwakilan kanwil, Subdit Publikasi tergabung dengan grup
Whatsapp pemajuan HAM yang di mana di dalamnya terdapat
Rapat pengelolaan website untuk bertukar pikiran mengenai konten website.
perwakilan dari Bidang HAM dari setiap Kanwil. Di situ para perwakilan
Bidang HAM rutin mengirimkan berita kegiatan HAM yang dilakukan di
Kanwil. Berita tersebut kemudian diteruskan untuk ditampilkan di
website.
Selain itu, secara prosedural Direktorat Informasi jugai membuat suatu
Surat Himbauan atau Surat Edaran ke masing-masing unit eselon II pada
Ditjen HAM maupun ke Kanwil Seluruh Indonesia untuk bisa
mendapatkan perhatian para pimpinan unit eselon II Ditjen HAM dan
Kanwil demi terjalin koordinasi yang lebih baik..
Pentingnya informasi berupa berita kegiatan ini pada website Ditjen
HAM, www.ham.go.id, bertujuan untuk memberikan informasi yang
lengkap dan akurat kepada masyarakat guna menunjang keterbukaan
informasi publik dan untuk memberitakan aktivitas aparatur pemerintah
di tingkat pusat dan daerah sehingga memberikan citra positif
kelembagaan khususnya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM.
Best Practise Subdit Perpustakaan Dokumentasi
Seksi Perpustakaan
Kemajuan teknologi menuntut masyarakat untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi dan informasi. hal ini untuk menciptakan
sumber daya manusia yang handal untuk memenuhi kebutuhan
informasi yang dibutuhkan.Perpustakaan yang berperan sebagai sumber
informasi, sumber ilmu pengetahuan,penelitian juga mengalami
perubahan dan perkembangan terutama dalam hal layanan dan jasanya.
Perpustakaan Ditjen HAM pun mengalami perubahan. Perubahan yang
terjadi adalah dari perpustakaan manual, perpustakaan terotomasi
hingga perpustakaan digital. Namun dalam melaksanakan perubahan ini,
perpustakaan Ditjen HAM menghadapi beberapa kendala seperti tidak
adanya tenaga pustakawan dan anggaran yang terbatas. Dengan kondisi
82 83 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
perpustakaan yang tidak begitu besar dan koleksi yang cukup banyak,
seksi perpustakaan harus bisa mengelola perpustakaan dengan baik.
Best Practise
Pada awal berdirinya perpustakaan Ditjen HAM, pengelolaanya masih
manual. Sistem temu kembali koleksi pada Perpustakaan Ditjen HAM
masih dilakukan secara manual. Namun seiring dengan perkembangan
teknologi informasi, maka Perpustakaan Ditjen HAM membuat
perubahan. Berawal dari proyek perubahan Diklat Kepemimpinan IV
Kepala Seksi Perpustakaan, Saudari Diyah Pramusari SE, SH, MBA, yang
memiliki ide perubahan dari manual ke digital melalui automasi
perpustakaan. Perpustakaan Ditjen HAM membuat aplikasi sistem temu
kembali informasi yang bersifat automasi yang menggunakan open
source yaitu Senayan Library Manajemen Sistem (SLiMS). Kelebihan
SLiMS antara lain dapat dimodi�kasi, berbasis free, dan dapat
dikembangkan. Hal ini berguna untuk mengautomasi seluruh koleksi
bahan pustaka baik �sik maupun digital pada Perpustakaan Ditjen HAM.
Dalam pengembangan aplikasi SLiMS, seksi Perpustakaan dibantu oleh
Subdit PPTIK tampilan halaman depan SLiMS Perpustakaan Ditjen HAM
Cakupan otomasisasi layanan perpustakaan dengan menggunakan
teknologi informasi dapat untuk menjalankan sistem layanan secara
otomatis mulai dari :
• pengadaan koleksi
• katalogisasi
• sirkulasi
• pengelolaan penerbitan berkala
• penyediaan katalog (OPAC)
• pengelolaan anggota
Perangkat yang dibutuhkan untuk otomasi adalah :
1. Perangkat keras (hardware): yang dimaksud perangkat keras di sini
adalah sebuah komputer dan alat bantunya seperti printer, barcode,
scanner dan yang lainnya.
2. Perangkat lunak (software): perpustakaan yang akan menjalankan
proses automasi maka harus ada sebuah perangkat lunak sebagai
alat bantu.
Komputer perpustakaan
84 85 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Tampilan muka SLIMS
Layanan yang ada pada sistem otomasi SLiMS perpustakaan Ditjen HAM
3. Cetak barcode eksemplar: Pencetakan
barcode menggunakan kode unik untuk
masing-masing barcode. Setiap anggota
dan dokumen yang akan diberikan barcode
harus memiliki kode barcode yang
berbeda. Di perpustakaan Ditjen HAM
dengan adanya barckod ini, peminjaman
buku dapat dilakukan dengan digital
dengan cara scan barcode lewat mesin
barcode
Buku perpustakaan yang telah dibubuhi barcode.
:
1. Bibliogra�: Bibliogra� merupakan kegiatan teknis membuat deskripsi
untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan.
Tujuan bibliogra� ini adalah untuk mengetahui adanya suatu buku
yang telah pernah diterbitkan
2. Pembuatan/pencetakan label
pada buku: Label buku adalah
label label yang berisi nomor
panggil buku atau call number.
Label buku dibuat dengan kertas
berukuran 3x4 cm kemudian
4. Keanggotaan: Perpustakaan Ditjen HAM telah membuat kartu
anggota untuk semua anggota Perpustakaan Ditjen HAM.
Kartu anggota perpustakaan
Selanjutnya Untuk pengatalogan buku di buku Perpustakaan Ditjen
HAM, sesuai dengan aktualisasi saudara Ilham dalam Pelatihan Dasar
CPNS 2019, maka untuk pengklas�kasian buku di Perpustakaan Ditjen
HAM memakai sistem Klasi�kasi Desimal Universal terbitan Badan
ditempel di bagian punggung buku. Buku perpustakaan yang telah dilabeli.
Pembinaan Hukum Nasional Kemenkumham RI. Dalam proses
86 87 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
pengatalogan ini Seksi Perpustakaan Ditjen HAM selalu berkoordinasi
dengan pustakawan BPHN dan Pustakawan BPSDM Kemenkumham.
Pustakawan tersebut memberikan pelatihan bagaimana cara
penginputan pengkatalogan buku sesuai dengan Klasi�kasi Desimal
Universal.
Buku Klasi�kasi Desimal Universal terbitan BPHN Kemenkumham
Setiap buku yang ada di Perpustakaan Ditjen HAM akan di klasi�kasikan
sesuai dengan pelatihan yang telah diberikan oleh para pustakawan.
Mengenai anggaran pembelian buku yang terbatas, seksi perpustakaan
mendapatkan tambahan dengan cara menerima buku hibah dari
direktorat lain atau dengan cara mengikuti pameran buku dimana dalam
acara pameran buku seksi perpustakaan bisa mendapatkan buku
dengan harga yang lebih murah.
Seksi Dokumentasi
Belajar dari kesulitan yang dihadapi saat melakukan kerja rutin,
Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi melakukan kebijakan
berbeda terkait pengumpulan data. Pertama, terkait jangka waktu data
yang dikumpulkan bukan lagi didasarkan di tahun yang berjalan tetapi
dipilih dari tahun sebelumnya. Misalnya di tahun 2020 saat ini, data yang
dikumpulkan berarti dari data tahun sebelumnya yaitu 2019.
Selain itu untuk bentuk data tidak lagi berupa laporan kegiatan, foto-foto,
�le presentasi yang dilakukan saat kegiatan, dan notulensi. Akan tetapi
data yang dikumpulkan berupa data dokumentasi produk hukum dan
HAM. Data yang dikumpulkan adalah misalnya peraturan menteri hukum
dan ham tentang tusi Ditjen HAM, peraturan presiden terkait tusi Ditjen
HAM, UU terkait dengan HAM, kovenan internasional, dan juga produk-
produk HAM yang dihasilkan oleh setiap direktorat.
Perubahan cara kerja ini didasarkan kepada terintegrasinya data
dokumentasi Ditjen HAM dengan sistem Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum Nasional (JDIHN). Berdasarkan Peraturat Presiden
Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Nasional (JDIHN), JDIH adalah wadah pendayagunaan bersama
atas dokumen hukum secara tertib, terpadu, dan berkesinambungan,
serta merupakan sarana pemberian pelayanan informasi hukum secara
lengkap, akurat, mudah, dan cepat.
88 89 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan Perkembangan ke Depannya)
Menurut pasal 4 Perpres No. 33 Tahun 2012, pengelolaan JDIH ini
penanggungjawabnya dibebankan kepada:
1. Biro hukum dan/atau unit kerja yang tugas dan fungsinya
menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan dokumentasi
hukum;
2. Perpustakaan hukum pada perguruan tinggi negeri dan perguruan
swasta;
3. Lembaga lain yang bergerak di bidang pengembangan dokumentasi
dan informasi hukum yang ditetapkan oleh Menteri
Di lingkungan Kementerian hukum dan HAM terkait teknis JDIH ini,
dihasilkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 02 Tahun 2013
tentang Standarisasi Pengelolaan Teknis Dokumentasi dan Informasi
Hukum. Berdasarkan Permenkumham tersebut, pengelolaan JDIH yang
melekat dengan tugas dan fungsi Direktorat informasi HAM dalam hal ini
pengelolaan JDIH berada pada Subdirektorat Perpustakaan dan
Dokumentasi, khususnya di seksi dokumentasi.
JDIH Ditjen HAM fokus untuk mengumpulkan dokumen yang terkait
dengan dokumen hukum. Yang dimaksud dengan dokumen hukum
menurut Permenkumham Nomor 2 Tahun 2013 tentang Standardisasi
Dokumentasi dan Informasi, adalah produk hukum yang berupa
peraturan perundang-undangan dan instrumen hukum lainnya atau
Mencari dokumen di JDIH Ditjen HAM
produk hukum selain peraturan perundang-undangan yang meliputi
namun tidak terbatas pada putusan pengadilan, yurisprudensi,
monogra� hukum, artikel majalah hukum, penelitian hukum, pengkajian
hukum, naskah akademis, dan rancangan peraturan perundang-
undangan.
Direktorat Informasi c.q. Subdit Perpustakaan dan Dokumentasi c.q.
Seksi Dokumentasi merupakan unit yang diserahkan untuk mengelola
JDIH di lingkungan Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia menurut pasal
2 ayat (3) Permenkuman No. 30 Tahun 2013 tentang Jaringan
Dokumentasi dan Informasi Hukum di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM. Dokumen hukum menurut pasal 4 ayat (1) Permenkuman No.
30 Tahun 2013 yang dikumpulkan adalah dokumen yang dihasilkan oleh
internal unit kerjanya.
Perkembangan ke Depannya)
Dalam hal ini, Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi
mengumpulkan data dari tiap direktorat di lingkungan Direktorat
Jenderal Hak Asasi Manusia dan juga Sekretariat Direktorat Jenderal
Hak Asasi Manusia. Dari tiap direktorat diambil dokumen dan informasi
hukum dari program-program unggulan masing-masing direktorat untuk
dimasukkan ke dalam Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Kesimpulan
Ketiga subdirektorat telah menunjukkan perkembangan yang baik
menuju skema kerja revolusi industri 4.0. Subdirektorat PPTIK sampai
saat ini telah membuat dan mengembangkan aplikasi-aplikasi untuk
mendukung kinerja Ditjen HAM berupa SimasHAM, P2HAM, KKP,
RANHAM, pembuatan Website, pendaftaran duta HAM, e-dashboard
pimpinan, aplikasi SLIMS untuk perpustakaan, dan aplikasi JDIH untuk
dokumentasi hukum dan HAM.
90 Strategi Mencapai Tujuan dan Tantangan yang Dihadapi (Tantangan dan
BAB V
Penutup
Perkembangan ke Depannya)
Subdirektorat Publikasi telah melakukan inovasi-inovasi digital
untuk mempermudah penyebaran data dan informasi HAM kepada
91
masyarakat. Seksi Media Cetak telah menerapkan digiitalisasi majalah
mediasi HAM sehingga mempermudah pengguna dalam mengakses
majalah Mediasi HAM. Seksi Publikasi Media Elektronik sudah
menggunakan media sosial untuk menyebarluaskan informasi HAM
melalui Instagram dan Facebook. Seksi Publikasi Media Online telah
menampilkan informasi HAM terkini yang dapat diberikan kepada
masyarakat.
Subdirektorat Perpustakaan dan Dokumentasi telah menerapkan
digitalisasi sehingga dapat mempermudah pencarian akses buku dan
dokumentasi HAM. Seksi Perpustakaan telah mengembangkan
Perpustakaan untuk berubah dari sistem manual menjadi otomatisasi
dan akan menuju ke perpustakaan digital. Seksi dokumentasi sudah
menyediakan portal JDIH untuk menampilkan dokumen dan informasi
hukum
Saran
Pengembangan teknologi informasi yang lebih baik ke depannya dengan
meningkatkan kualitas SDM di Direktorat Informasi melalui mekanisme
Corporate University supaya dapat secara fleksibel melaksanakan
pekerjaan di manapun terutama dalam menghadapi situasi pandemi
Covid yang belum diketahui kapan berakhirnya dan untuk mendukung
revolus industri 4.0.
92 Penutup
Daftar Pustaka
M. Khamdan. (2020). Corporate University. Depok: BPSDM Hukum dan
HAM.
Daftar Pustaka 93
Glosarium
Ditjen HAM : Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia
AIRA : Applicative, Impactful, Relevant, Accessible
Corporate University : Corpu
Dit : Direktorat
HTTP : Hypertext Transfer Protocol)
IE : Information Engineering
JDIH : Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Perpusdok : Perpustakaan dan Dokumentasi
PPTIK : Pengembangan dan Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi
RAD : Rapid Application Development
Sie : Seksi
SLIMS : Senayan Library Manajemen Sistem
SMART : Speci�c, Measurable, Achievable, Relevant,
Time Bound
Subdit : Subdirektorat
94 Glosarium
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
DIREKTORAT JENDERAL HAK ASASI MANUSIA Gedung Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia Jl. HR. Rasuna Said Kav – 4 -5 Kuningan Jakarta Selatan, DKI Jakarta, Indonesia
@ditjenham /ditjen.ham @ditjenham