penyiangan (weeding) bahan pustaka pada...
TRANSCRIPT
PENYIANGAN (WEEDING) BAHAN PUSTAKA PADA KANTOR
PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI (KPAK)
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Eka Fitri Ardiyanti
1111025100036
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2015 M
i
ABSTRAK
Eka Fitri Ardiyanti (1111025100036). Penyiangan Bahan Pustaka di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Di bawah
bimbingan Nuryudi, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui kebijakan Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur tentang penyiangan/ weeding
bahan pustaka. (2) Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan kegiatan penyiangan/
weeding bahan pustaka pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur. (3) Untuk mengetahui solusi yang dilakukan Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur dalam mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi tentang kegiatan penyiangan/ weeding bahan pustaka.
Jenis penelitian ini adalah Kualitatif dengan menggunakan pendekatan Deskriptif.
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah Observasi
(pengamatan),Wawancara, Dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data adalah
Reduksi Data, Penyajian Data, Penarikan Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Penyiangan bahan pustaka di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur secara garis besar
dilakukan dua tahun sekali berbarengan dengan kegiatan stock opname dan dilakukan
oleh pustakawan. Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur memiliki kriteria khusus untuk bahan pustaka yang disiangi, diantaranya
seperti bahan pustaka yang sudah out of date dan buku yang rusak secara fisik.
Selama ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
telah melakukan usaha yang cukup maksimal dan optimal dalam hal penyiangan
bahan pustaka, namun tetap saja ada hambatan yang dihadapi. Secara garis besarnya
hambatan-hambatan tersebut diantaranya adalah kebijakan tertulis yang sampai saat
ini tidak dimiliki oleh KPAK Jakarta Timur dan juga minimnya tenaga pelaksana
weeding. Problematika seperti ini menjadi bahan pembicaraan bagi para pustakawan,
terutama bagian Pengembangan Koleksi KPAK Jakarta Timur.
Kata Kunci: Penyiangan, Kebijakan, Prosedur, Perpustakaan Umum.
ii
ABSTRACT
Eka Fitri Ardiyanti (1111025100036). Weeding Library Materials in the Library and
Archives Office of the City Administration (KPAK) On East Jakarta. Under
the guidance of Nuryudi, MLIS. The Library Science Program Faculty of
Adab and Humanities Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
2015.
The purpose of this study are: (1) To determine the policy of the Office of Library
and Archives Administration (KPAK) East Jakarta on weeding / weeding of library
materials. (2) To know the procedures for implementing the activities of weeding /
weeding of library materials on the Library and Archives Office of the City
Administration (KPAK) East Jakarta. (3) To find a solution that made the City
Library and Archive Office Administration (KPAK) East Jakarta in overcoming the
obstacles encountered on the activities of weeding / weeding of library materials. This
type of research is using a qualitative descriptive approach. The technique used for
data collection is observation (observation), Interview, Documentation. While the
data processing techniques are data reduction, data presentation, drawing conclusions.
Results of this research concluded that the weeding of library materials in the Office
of the City Library and Archive Administration (KPAK) East Jakarta outline
conducted every two years in conjunction with the activities in which inventory check
done by librarians. Office of Library and Archives Administration (KPAK) East
Jakarta has specific criteria for library materials weeded, such as library materials are
already out of date, damaged books and library materials that contain outdated
information. During this time the Office of Library and Archives Administration
(KPAK) East Jakarta has made considerable effort maximal and optimal in terms of
weeding of library materials, but still there are barriers faced. In broad outline these
constraints include a written policy which until now has not owned by KPAK East
Jakarta and also the lack of skilled labor. This becomes problematic as study
materials for librarians, especially the weeding of library materials which under
KABAG Collection Development Office of Library and Archives Administration
(KPAK) East Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang
telah memberikan kekuatan iman dan Islam, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Baginda Nabi besar Muhammad Saw, yang telah memberikan
wejangan dan fatwa kepada seluruh ummatnya hingga akhir zaman.
Disadari sepenuhnya dengan kerendahan hati, bahwa penulisan skripsi ini
tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya tanpa bantuan, bimbingan,
serta dorongan dari beberapa pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya penulisan skripsi ini, diantaranya kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Mukmin Suprayogi, MSi, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
4. Nuryudi, MLIS, selaku pembimbing skripsi yang begitu baik mencurahkan
ilmunya dan bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sampai
terselesaikannya skripsi ini.
5. Amir Fadillah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan
waktunya untuk ACC judul skripsi penulis.
6. Ir. Yati Sudiharti, M.Si selaku Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penelitian di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur.
7. Ahmad Staniurachman, Sarti, selaku informan dan segenap Staf Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur yang telah
memberikan informasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini
8. Seluruh dosen Fakultas Adan dan Humaniora, terlebih kepada dosen Jurusan Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan segala
ilmunya kepada penulis.
9. Kedua orangtuaku Bapak H. Sukardi dan Mamahku tercinta Salmah Aryani yang
selalu melimpahkan seluruh kasih sayangnya dan tidak pernah bosan memberikan
nasehat, dukungan moril dan materilnya serta Nenekku Hj. Maryamah terima
kasih untuk doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis, kedua adikku Syifa Nur
Azizah dan M. Faqih Al-hafidz yang tiada lelah menyemangati penulis.
10. Sahabat-sahabat terbaiku Ade Amelia, Afda Chairunnisa, Aini Apriliana, Ummi
Nuqoyatun Nisa yang tiada hentinya memberikan semangat kepada penulis.
v
Teman-teman KKN Kaaffah UIN Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terima kasih untuk segala masukan dan motivasinya.
11. Teman-teman JIP angkatan 2011, khususnya kelas B Karina, Adzani, Maeta,
Nurul, Maria, Destia, Asma, Pathur Rohmah, Sasmita, Denisya, Eko, Bintang,
Yogi, M. Arif, Maliki, Uli, Wahyudin, Wildan terima kasih canda tawa kalian
selama ini.
12. Sahabat kecilku Choirunnisya Al-ayubi, terima kasih atas canda tawa serta
motivasi yang selalu diberikan kepada penulis. Hendi Achmad terima kasih atas
motivasi, semangat dan waktu luangnya yang dengan ikhlas mengantarkan
penulis mulai dari bimbingan, penelitian, hingga sampai terselesaikannya skripsi
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan hal ini karena adanya keterbatasan dari penulis. Penulis berharap
skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi para
pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bekasi, 11 September 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………...…………….…… i
ABSTRACT ………………………………………………..……………...….…… ii
KATA PENGANTAR ……………………………….…………......………….….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………….…...………....…. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………..……..…….…… ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………..…….……...………….. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………….………...……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………….………...… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………….……. 8
D. Definisi Istilah …………………………………………….…….……….. 9
E. Sistematika Penulisan ……………………….……………..……….…… 11
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum …………………………………………………….. 12
1. Pengertian Perpustakaan Umum ……...…………………………...… 14
2. Tujuan Perpustakaan Umum …………………………..………….…. 16
3. Fungsi Perpustakaan Umum ………………...………………….…… 18
4. Tugas Perpustakaan Umum ……………………………………….… 20
5. Koleksi Perpustakaan Umum …………………………………...…… 21
B. Pengembangan Koleksi ……………………………..…………………… 22
1. Pengertian Pengembangan Koleksi ………………………….....…….22
2. Tujuan Pengembangan Koleksi ……………………..…………….… 23
3. Aspek-Aspek Pengembangan Koleksi …………..……………...…… 23
vii
4. Kebijakan Pengembangan Koleksi ………………………………….. 24
C. Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka …………….………….………… 27
1. Pengertian Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ….…...………… 27
2. Tujuan dan Manfaat Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ……...… 28
3. Kebijakan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ……….…….….. 30
4. Kriteria Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka …………………...… 32
5. Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ……………………. 33
6. Hambatan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ……….……..…… 34
D. Penelitian Terdahulu …………………………………......……………… 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ………………………...…………….… 38
B. Sumber Data ……………...………………………………………………39
C. Informan ………………………….……………………………………… 40
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………...………………..…… 40
E. Teknik Pengolahan Data ………………………………………………… 42
F. Jadwal Penelitian …………………...…………………………………… 45
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur ……………………………….……………..…… 46
1. Sejarah KPAK Jakarta Timur …………………………………..…… 46
2. Visi dan Misi ………………………………………………........…… 47
3. Sumber Daya Manusia ………………………………………………. 48
4. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………..…… 51
5. Koleksi …………………………………………………………...….. 52
6. Sarana dan Prasarana ……………………………..…………….…… 55
7. Waktu Layanan Perpustakaan ………………………………..……… 57
8. Layanan Perpustakaan ………………………………………………. 57
9. Jenis Kegiatan …………….…………………………………………. 60
viii
B. Profil Informan …………………………..………….……………………64
C. Hasil Penelitian …………………………….………………………….… 66
1. Kebijakan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ….……..………… 66
2. Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ………..................... 68
3. Hambatan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka ……………...…… 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 81
B. Saran …………………………………………………….………….…… 83
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jadwal Penelitian ………………………………………..………… 46
Tabel 2 Tanda-Tanda Penyiangan ……………………………………..……72
Tabel 3 Status Bahan Pustaka …………………………………....………… 73
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
Gambar 2 Buku Yang Sangat Jarang Dipinjam Disiangi
Gambar 3 Buku Dengan Informasi Yang Kadaluarsa
Gambar 4 Buku Rusak
Gambar 5 Buku Yang Beberapa Bagian Isinya Hilang
Gambar 6 Buku Dengan Cover Rusak
Gambar 7 Buku Tersiram Air Disiangi
Gambar 8 Jajaran Buku Rusak di Rak Penyiangan
Gambar 9 Buku Dengan Jumlah Duplikasi Yang Banyak
Gambar 10 Rak Penyimpanan Hasil Penyiangan Tampak Samping Kanan
Gambar 11 Rak Penyimpanan Hasil Penyiangan Tampak Samping Kiri
Gambar 12 Rak Penyimpanan Hasil Penyiangan Tampak Depan
Gambar 13 Ruangan Khusus Hasil Penyiangan
Gambar 14 Suasana Penumpukan Buku di Gudang
Gambar 15 Beberapa Ikat Buku di Gudang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan adalah sesuatu ruangan yang digunakan untuk menyimpan
bahan pustaka seperti buku, majalah, jurnal, bibliografi, indeks ataupun non buku
lainnya yang disusun secara sistematis menurut kasifikasinya agar mudah di
temukan kembali dan dapat disajikan kepada para pembaca.1 Pernyataan tersebut
diperkuat dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Sulistyo Basuki mengenai
perpustakaan. Menurutnya, perpustakaan adalah sebuah ruangan atau gedung
yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainya yang biasanya
disimpan menurut tata susunan tertentu yang digunakan pembaca dan bukan
untuk dijual.2
Perpustakaan merupakan sebuah lembaga pemberi layanan informasi
kepada masyarakat dan pelestarian budaya bangsa dalam bentuk bahan pustaka
untuk keperluan pendidikan, penelitian, ilmu dan teknologi, serta pengembangan
kebudayaan. Dalam sebuah perpustakaan tentu terdapat sebuah bahan pustaka dan
tempatnya atau sarana dan prasarana yang mendukung. Menurut Kosam
Rimbarawa bahwa bahan pustaka merupakan segala bentuk karya tulis, cetak dan
1Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003), h. 7. 2Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1991), h. 10.
2
rekam, seperti naskah, buku, terbitan berkala, surat kabar, brosur, peta, film,
foto, pita rekaman, dan lain-lain bahan sejenis.3
Perpustakaan bukanlah sebuah gedung yang hanya dijadikan tempat
menyimpan bahan pustaka, melainkan didalamnya terdapat proses manajemen
yang mengatur kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan tujuan dari
perpustakaan itu sendiri adalah untuk memberikan layanan berupa informasi
sebagai sarana pembelajaran dan hiburan melalui koleksi yang disajikan, sesuai
dengan kebutuhan pengguna yang sarat akan informasi, selalu up to date dan
segar.
Sutarno NS, menjelaskan bahwa perpustakaan dipergunakan sebagai salah
satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian
khazanah budaya Indonesia serta berbagai layanan jasa lainnya. Mengingat
pentingnya manfaat sebuah perpustakaan, maka pada sebuah perpustakaan tidak
boleh lepas dari tiga prinsip penting, yaitu mengumpulkan (to collect) informasi-
informasi yang sesuai dengan bidang kegiatan dan misi lembaga dan masyarakat
yang dilayaninya. Kedua, atau yang selanjutnya adalah melestarikan, memelihara
dan merawat seluruh koleksi perpustakaan agar tetap dalam keadaan baik, utuh,
layak pakai, dan tidak lekas rusak, baik karena pemakaian maupun karena usianya
(to preserve). Ketiga, menyediakan untuk siap dipergunakan dan diperdayakan (to
3Kosam Rimbarawa, Gedung, Tata Ruang, Perabot dan Perlengkapan
Perpustakaan, (Jakarta: Hakaesar, 2010), cet. Ke-7, h.2.
3
make available) atas seluruh sumber informasi atau koleksi yang dimiliki
perpustakaan bagi para pemakainya.4
Perpustakaan berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan dan informasi
dan terhimpun secara sistematis kepada masyarakat dan pengguna jasa
perpustakaan, sehingga pemakai perpustakaan lebih menarik menggunakan
koleksi perpustakaan. Pada hakikatnya perpustakaan merupakan penyedia bahan
informasi dan wahana pembelajaran bagi seluruh kalangan masyarakat. Saat ini
perpustakaan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tersebut berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan informasi
masyarakat, baik dikalangan pelajar, mahasiswa, instansi pemerintahan dan
masyarakat pada umumnya. Untuk itu pengguna jasa pepustakaan dapat
dikelompokan menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenis perpustakaannya
yaitu perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi
dan perpustakaan khusus.
Perpustakaan umum menurut Sulistyo Basuki adalah "perpustakaan yang
diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani masyarakat umum”.
Menurut UU No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, perpustakaan umum
adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas sebagai sarana
pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras,
agama dan status sosial ekonomi.
Sehubungan dengan hal tersebut, segala bentuk informasi yang dikoleksi
dan diolah oleh perpustakaan umum haruslah sesuai dengan tujuan awal
4Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, h. 1.
4
perpustakaan. Kebutuhan informasi dari setiap pemakai perpustakaan dalam hal
ini disebut pemustaka sangatlah beragam, terutama kebutuhan informasi pada
perpustakaan umum yang merupakan jantungnya informasi bagi semua
masyarakat luas.
Perpustakaan umum sebagai sarana layanan masyarakat, berupaya
memasyaratkan perpustakaan dengan mengadakan penyajian yang menarik dan
menempatkan lokasi perpustakaan pada pusat keramaian sehingga masyarakat
mudah untuk mendatanginya. Perpustakaan umum turut membina masyarakat
agar gemar membaca sedini mungkin terutama anak-anak berusia balita, anak
sekolah, dan masyarakat pada umumnya. Perpustakaan umum menyediakan
buku-buku berdasarkan kelompok usia agar sesuai dengan selera dan
kebutuhannya.5
Di dalam perpustakaan, baik perpustakaan umum atau jenis perpustakaan
yang lainnya bahan pustaka atau koleksi merupakan unsur yang penting. Bahan
pustaka adalahsemua hasil karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam.
Dikatakan unsur yang penting karena suatu bahan pustaka mengandung nilai
informasi. Bertambahnya bahan pustaka di perpustakaan yaitu bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna secara cepat dan tepat. Hal ini dilakukan
pustakawan dalam proses pengembangan koleksi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi kebutuhan
pengguna perpustakaan yang meningkat serta berubah dari waktu ke waktu, serta
5Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996), h. 17.
5
kegiatan pengembangan koleksi yang dilakukan secara terus menerus
menyebabkan bertambahnya koleksi di perpustakaan. Dan tentunya sebagian
koleksi di perpustakaan akan berkurang manfaatnya, seperti halnya dengan
adanya perkembangan yang baru sehingga diperlukan edisi yang mutakhir. Ada
juga koleksi bahan pustaka yang sudah tua usianya tetapi nilai informasi yang
terkandung di dalamnya masih tinggi seperti nilai ilmiahnya (intrinsik), maupun
fisiknya (ekstrinsik). Koleksi perpustakaan tersebut merupakan karya langka yang
memuat nilai sejarah di dalamnya serta diakui sebagai akar perkembangan ilmiah
masa kini. Masalah lain yang timbul adalah dengan semakin bertambahnya
koleksi di perpustakaan maka semakin terbatasnya ruang penyimpanan koleksi
dan semakin tingginya biaya pemeliharaan. Sehingga perpustakaan perlu
mengurangi koleksi yang tidak bermanfaat, koleksi yang sudah tua, kebutuhan
informasi pemustaka yang telah berubah, koleksi yang informasi di dalamnya
sudah out of date, dan bahan pustaka yang telah memiliki edisi terbaru dengan
kandungan informasi yang lebih baik meskipun dengan judul yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, maka kegiatan penyegaran koleksi dan pelestarian
terhadap bahan pustaka perlu dilakukan terutama di perpustakaan umum melalui
kegiatan penyiangan (weeding) bahan pustaka.
Dalam hal ini Evans menyebutkan bahwa "Weeding is considered as an
integral part of the collection development program by authors of standards
6
collection development" yang artinya adalah penyiangan merupakan bagian
integral dalam pengembangan koleksi.6
Penyiangan merupakan upaya penyegaran bagi koleksi yang sudah rusak,
memiliki eksemplar yang banyak, telah memiliki edisi baru, kurang up to date,
bahasanya yang kurang dikenal pengguna dan sebagainya. Adapun tujuan dari
penyiangan/ weeding adalah untuk memperoleh tambahan tempat (shelf space)
untuk koleksi yang baru, membuat koleksi lebih bisa dimanfaatkan sebagai
sumber yang akurat, dan memungkinkan staf perpustakaan untuk mengelola
koleksi lebih efektif dan lebih efisien.7
Weeding dilakukan dalam rangka menjaga kemutakhiran dan daya guna
koleksi perpustakaan. Dapat dikatakan juga penyiangan/ weeding merupakan re-
evaluasi koleksi (mengevaluasi koleksi yang telah ada). Dan untuk dapat
melakukan kegiatan tersebut tentunya dibutuhkan kebijakan-kebijakan yang
nantinya akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan penyiangan/ weeding
bahan pustaka.
Peneliti memilih Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur sebagai tempat penelitian karena pada dasarnya KPAK Jakarta
Timur memiliki koleksi dalam jumlah yang relativ besar, serta koleksi buku
bertambah setiap tahun menyebabkan perpustakaan menambah kapasitas ruangan
agar koleksi bisa masuk ke jajaran koleksi. Untuk mengatasi penumpukan koleksi
6Lelis Masridah, "Kebijakan Penyiangan Koleksi Di Badan Perpustakaan Daerah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta," (Skripsi S1 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), h.
14. 7Yuyu Yulia, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, Cet 2 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 1.23.
7
maka KPAK Jakarta Timur harus menyediakan ruangan yang besar, sedangkan
keberadaan ruangan sudah sangat tidak memungkinkan lagi untuk menampung
buku-buku baru. Untuk itu langkah yang ditempuh oleh KPAK Jakarta Timur
guna mengurangi penumpukan bahan pustaka adalah melakukan penyiangan/
weeding bahan pustaka secara berkala. Tujuannya agar tidak terjadi penumpukan
buku dan juga menghemat ruangan dan menjaga agar koleksi tetap up to date.
Mengingat pentingnya penyiangan/ weeding bahan pustaka, maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan penyiangan/
weeding bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur, yang dituangkan dalam penelitian yang berjudul:
"Penyiangan (weeding) Bahan Pustaka Pada Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur"
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak keluar dari permasalahan maka
penelitian ini dibatasi pada:
a. Kebijakan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur tentang penyiangan/ weeding bahan pustaka.
b. Prosedurpelaksanaan kegiatan penyiangan/ weeding bahan pustaka
padaKantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur.
8
c. Solusi yang dilakukan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi
tentang kegiatan penyiangan/ weeding bahan pustaka.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana kebijakan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur tentang penyiangan/ weeding bahan pustaka?
b. Bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan penyiangan/ weeding bahan
pustaka pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta?
c. Bagaimana solusi yang dilakukan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi tentang kegiatan penyiangan/ weeding bahan pustaka?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui kebijakan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur tentang penyiangan/ weeding bahan
pustaka.
9
2. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan kegiatanpenyiangan/ weeding bahan
pustaka pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur dalam mengatasi kendala-kendala yang
dihadapi tentang kegiatan penyiangan/ weeding bahan pustaka.
Adapun manfaat dari penelitian ini, diantaranya:
1. Menambah wawasan mengenai penyiangan bahan pustaka baik bagi peneliti
maupun bagi masyarakat umum.
2. Diharapkan dapat menambah sumbangan pemikiran untuk Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur.
3. Sebagai masukan kepada para pemegang kebijakan di perpustakaan untuk
menentukan kebijakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur.
D. Definisi Istilah
1. Penyiangan
Penyiangan (weeding) adalah upaya mengeluarkan koleksi dari susunan
rak karena tidak diminati, terlalu banyak eksemplarnya, telah ada edisi terbaru
maupun koleksi itu tidak relevan. Koleksi yang dikeluarkan ini dapat
diberikan ke perpustakaan lain, atau dihancurkan untuk dibuat kertas lagi.8
8Maunglib’s Weblog, Analisis Koleksi Perpustakaan Seleksi, Penyiangan dan
Evaluasi, http://maunglib.wordpress.com, diakses pada 30 Desember 2013, 20:17 WIB
10
Dalam definisi lain, penyiangan bahan pustaka (weeding) adalah proses
mengeluarkan bahan pustaka dari rak buku dan memperhitungkan kembali
nilai dari segi kebutuhan saat ini. Sekali bahan pustaka dikeluarkan, maka hal
itu akan dipindahkan, dibuang atau disimpan dan dikelompokan dalam
gudang, atau diputuskan untuk dijual atau dihadiahkan kepada perpustakaan
lain.9
2. Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan
kelompok sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan
dan hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku
sedangkan kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang paling mungkin
memperoleh hasil yang diinginkan.
3. Bahan Pustaka
Bahan pustaka menurut UU Perpustakaan No. 43 tahun 2007 tentang
perpustakaan, memberikan pengertian bahwa bahan perpustakaan atau bahan
pustaka adalah semua hasil karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam.10
4. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum menurut UU No. 43/ 2007 tentang perpustakaan,
perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat
9Heri Kusnanto, Penyiangan Bahan Pustaka Di Perpustakaan Utama Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011. 10Ibid.,
11
luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur,
jenis kelamin, suku, ras, agama dan status sosial ekonomi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar
belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, definisi istilah, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Bab ini berisi landasan teori terhadap hal –hal yang berkaitan yang
hendak diteliti dari segi definisi, fungsi dan koleksi perpustakaan
umum. Selain itu menjelaskan mengenai pengembangan koleksi,
definisi penyiangan/ weeding bahan pustaka, tujuan dan fungsi
penyiangan/ weeding, kebijakan penyiangan/ weeding, metode
penyiangan/ weeding bahan pustaka dan penelitian relevan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang mana
meliputi jenis dan pendekatan penelitian, sumber data yang digunakan
dalam penelitian, informan, dan teknik pengumpulan data.
12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang kondisi Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur yang meliputi sejarah
berdirinya perpustakaan visi dan misi, sumber daya manusia, tugas
pokok dan fungsi, dan sarana dan prasarana serta berisi hasil temuan
penelitian dan pembahasan terkait yang dijelaskan secara objektif
mengenai kebijakan, prosedur, kendala penyiangan/ weeding dan
koleksi pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan dan saran terkait temuan-temuan hasil dari
penelitian
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum
Menurut Manifesto UNESCO Perpustakaan umum merupakan perpustakaan
yang dianggap penting oleh umum (badan PBB yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan kebudayaan) guna membantu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Unesco mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum pada tahun 1972 yang
menyatakan bahwa perpustakaan umum harus terbuka bagi semua orang tanpa
membeda-bedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan dan ras.11
Dalam bahasa Inggris perpustakaan umum dikenal dengan nama “Public
Library”, yaitu perpustakaan yang disediakan untuk kepentingan pelayanan
kepada masyarakat umum, berbeda dengan ketiga jenis perpustakaan lainnya
yaitu: perpustakaan sekolah (school library), perpustakaan perguruan tinggi
(university library), dan perpustakaan khusus (special library). Perpustakaan
umum melayani masyarakat pemakai tidak mengenal adanya batasan. Maksudnya
adalah bahwa ruang lingkup dan layanan perpustakaan umum diperuntukan bagi
semua masyarakat (terutama yang berdomisili di daerah dimana perpustakaan
berada). Keberadaan perpustakaan umum biasanya terkait dengan keberadaan
pemerintah, baik yang berada di tingkat pusat (perpustakaan nasional), maupun
11Sulistiyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1993), h. 152.
14
pemerintah daerah, mulai dari daerah tingkat I (provinsi) sampai ke pemerintah
desa.12
Perpustakaan umum sebagai sarana layanan masyarakat, berupaya
memasyarakatkan perpustakaan dengan mengadakan penyajian yang menarik dan
menempatkan lokasi perpustakaan pada pusat keramaian sehingga masyarakat
mudah untuk mendatanginya. Kebiasaan membaca di perpustakaan umum
merupakan proses pendidikan secara mandiri dan berlaku seumur hidup.
Masyarakat dapat memilih koleksi yang tersedia di perpustakaan umum sesuai
kebutuhannya, karena tujuan perpustakaan umum adalah untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan membaca. Perpustakaan umum turut membina
masyarakat agar gemar membaca sedini mungkin, terutama anak-anak berusia
balita, anak sekolah, dan masyarakat pada umumnya.13
1. Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah tempat penyimpanan berbagai jenis bacaan,
disitu masyarakat dapat memanfaatkan bacaannya untuk menambah
pengetahuan, mencari informasi atau sekedar mendapatkan hiburan. Oleh
karena itu perpustakaan umum sangat berperan penting bagi masyarakat
umum guna mencerdaskan seluruh lapisan masyarakat dengan keberadaannya.
12Kosasih E, Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, (Bandung: Geger
Sunten, 1997), h.16. 13Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996), h. 16.
15
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian
dananya disediakan oleh masyarakat dan penggunanya tidak terbatas pada
kelompok orang tertentu.14 Pernyataan yang sama juga dinyatakan oleh
Sulistyo Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan, bahwa
perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana
umum dengan tujuan melayani masyarakat umum.15 Dari definisi tersebut
dapat digambarkan bahwa perpustakaan umum merupakan suatu perpustakaan
yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat umum dan
pengguna perpustakaan umum tidak terbatas pada satu kelompok orang dalam
masyarakat tetapi secara bebas perpustakaan umum tersedia bagi seluruh
lapisan masyarakat. Oleh karena itu anggota masyarakat mana pun dan dari
mana pun berhak menggunakan segala fasilitas yang disediakan oleh
perpustakaan umum.
Perpustakaan juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan bagi
masyarakat umum dengan menyediakan berbagai sumber informasi, ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya sebagai sumber belajar untuk memperoleh
dan meninggkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat.16
Perpustakaan umum juga dapat diarikan sebagai perpustakaan yang
14Ibid., h. 17. 15Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 46. 16 Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, h. 32.
16
mempunyai tugas melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan
usia, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain.17
Perpustakaan umum berperan sebagai pionir dalam melayani kelompok-
kelompok khusus seperti tuna netra, tuna rungu dan masyarakat lainnya.
Karena itu pada abad ini pula lahir pelayanan perpustakaan. Perpustakaan
umum pun semakin lama semakin lengkap sebagai suatu lembaga yang
dikelola secara mantap untuk mencapai tujuan. Pada hakikatnya perpustakaan
umum menjadi suatu unit kerja yang mengorganisasi kegiatan pengumpulan,
pemilihan, pengolahan, pelayanan, perawatan koleksi dengan sistem tertentu
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, informasi, rekreasi, dan
kebudayaan.18
2. Tujuan Perpustakaan Umum
Pada dasarnya penyelenggaraan perpustakaan umum memiliki beberapa
tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuannya antara lain:
a. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan
pustaka yang tersedia di perpustakaan umum.
b. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, dan
memanfaatkan informasi yang tersedia di Perpustakaan Umum.
c. Mendidik masyarakat agar dapat menggunakan informasi yang
tersedia di Perpustakaan Umum.
d. Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
e. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan
imajinasi masyarakat.
17 Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta:
Kanisius, 1992), h. 34. 18Ibid.,h. 35.
17
f. Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah,
tanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan
nasional.”19
Adapun dalam Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO dinyatakan
bahwa Perpustakaan Umum mempunyai empat tujuan utama yaitu:
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan
pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah
kehidupan yang lebih baik.
b. Menyediakan informasi yang cepat, tepat dan murah bagi
masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi
mereka dan sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat
dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini sering
disebut sebagai fungsi pendidikan perpustakaan umum, lebih tepat
disebut sebagai pendidikan berkesinambungan ataupun pendidikan
seumur hidup. Pendidikan seperti ini hanya dapat dilakukan oleh
perpustakaan umum karena perpustakaan umum merupakan satu-
satunya pranata kepustakawanan yang terbuka bagi umum.
Perpustakaan nasional juga terbuka untuk umum namun untuk
memanfaatkannya tidak selalu terbuka langsung bagi perorangan,
adakalanya harus melalui perpustakaan lain.
d. Bertindak sebagai agen kultural artinya perpustakaan umum
merupakan pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat
sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan budaya
masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran
membaca, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi
yang dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni.”20
Sedangkan dalam Buku Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum tujuan perpustakaan umum terbagi ke dalam tiga jenis tujuan sebagai
berikut:
19Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, h. 18. 20Ibid.,h. 19.
18
a. Tujuan Umum perpustakaan adalah membina dan mengembangkan
kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu proses yang
berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran jasmani dan rohani
masyarakat berada dalam jangkauan layanan, sehingga berkembang daya
kreasi dan inovasinya bagi peningkatan martabat dan produktivitas setiap
warga masyarakat secara menyeluruh dalam menunjang pembangunan
nasional.
b. Tujuan Fungsional dan tujuan khusus Perpustakaan Umum adalah :
1) Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca
khususnya, serta mendayagunakan budaya tulisan dalam segala sektor
kehidupan.
2) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah serta memanfaatkan
informasi.
3) Mendidik masyarakat pada umumnya agar dapat memelihara dan
memanfaatkan bahan pustaka secara tepat guna dan berhasil guna.
4) Meletakkan dasar-dasar ke arah belajar mandiri.
5) Memupuk minat dan bakat masyarakat.
6) Menumbuhkan apresiasi terhadap pengalaman imajinatif.
7) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri
dengan mengembangkan kemampuan membaca masyarakat.
19
8) Berpartisipasi aktif dalam menunjang pembangunan nasional yang
menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan dalam pembangunan
sesuai kebutuhan seluruh lapisan masyarakat.
c. Tujuan Operasional, Tujuan operasional Perpustakaan Umum merupakan
pernyataan formal yang terperinci tentang sasaran yang harus dicapai serta
cara mencapainya, sehingga tujuan tersebut dapat dimonitor, diukur dan
dievaluasi keberhasilannya.21
3. Fungsi Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah tempat menyimpan berbagai jenis bahan
bacaan. Disitu masyarakat dapat memanfaatkan bacaannya untuk menambah
pengetahuan, mencari informasi, atau sekedar mendapatkan hiburan. Berbagai
jenis koleksi yang tersedia yaitu berupa buku, majalah surat kabar, bahan
audio visual, rekaman kaset, film, dan lain-lain. Fungsi perpustakaan pun
semakin luas yaitu sebagai saran penyebaran budaya bangsa-bangsa tanpa
batas ruang dan waktu. Dengan tersedianya berbagai jenis fungsi bahan
pustaka tersebut maka fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Fungsi Edukatif
Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan
berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber
belajar dan manambah pengetahuan secara mandiri. Budaya
mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar seumur hidup
dan gemar membaca.
21Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Umum, (Jakarta: Perpustakaan Nasinal RI, 2000), h. 5.
20
b. Fungsi Informatif
Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan
lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah
populer berupa buku dan majalah ilmiah serta data-data penting
lainnya yang diperlukan pembaca.
c. Fungsi Kultural
Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai
hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk terekam/tercetak.
Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya
berbagai karya budaya manusia dan setiap waktu dapat diikuti
perkembangannya melalui koleksi perpustakaan.
d. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan
ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku
fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja, dan dewasa.
Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman atau menumbuhkan
imajinasi pembacanya dan banyak digemari oleh anak-anak dan
dewasa.”22
4. Tugas Perpustakaan Umum
Sesuai dengan pengertian perpustakaan bahwa tugas perpustakaan
umum adalah mengumpulkan, menyimpan dan menyajikan koleksi bahan
pustaka kepada pemakai, maka tugas pokok Perpustakaan umum adalah
sebagai berikut:
a. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat
untuk melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.
b. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat
menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca
sedini mungkin.
c. Mendorong masyrakat untuk terampil mmilih bacaan yang sesuai
dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk
menunjang pendidikan formal, nonformal dan informal.
d. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk
dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.”23
22Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, h. 21. 23Ibid., h. 18.
21
5. Koleksi Perpustakaan Umum
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin
banyak informasi yang dibutuhkan semakin banyak pula jenis bahan pustaka
yang tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat mengembangkan
koleksinya sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Berikut
ini akan dijelaskan secara garis besar berbagai jenis bahan pustaka, hasil karya
pemikiran manusia yang dituangkan dalam berbagai jenis media, baik tercetak
maupun non tercetak.24
a. Buku teks atau monograf: membahas satu masalah dari karya
pengarang tunggal, ganda atau editor. Monografi bias berupa karya
asli, terjemahan atau saduran dalam bentuk satu buku atau
beberapa jilid buku.
b. Buku fiksi adalah buku yang berisi rekaan, misalnya adalah cerpen
dan novel.
c. Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk
diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu dan
yang termasuk jenis ini adalah harian, majalah, bulanan, buletin
jurnal, warta/ news latter dll.
d. Buku referensi atau dikenal dengan rujukan umum. Contohnya
adalah kamus, ensiklopedia, biografi, autobiografi, peta, buku
tahunan, abstrak, direktori dan lain-lain.
e. Brosur atau pamflet; suatu terbitan yang isinya bersifat sementara
berupa uraian mengenai hal-hal actual dan diterbitkan dalam
jumlah terbatas serta tidak diperdagangkan.
f. Disamping bahan tercetak ada pula yang disebut bahan grafis
yaitu:
1) Bahan pustaka yang dapat diproyeksikan seperti film hidup dan
slide.
2) Bahan pustaka yang dapat dilihat langsung yaitu karya seni asli,
seni cetak, bagan, foto dan poster.
g. Bahan kartografi adalah karya referensi grafis dari bumi, matahari,
bulan, benda-benda ruang angkasa, peta dan atlas.
h. Bentuk computer atau non buku.”25
24Yuyu Yulia, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, Cet 2 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 1.23. 25Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum, h.26-29
22
B. Pengembangan Koleksi
1. Pengertian Pengembangan Koleksi
Pengembangan koleksi merupakan serangkaian proses atau kegiatan
yang bertujuan mempertemukan pembaca atau pengguna perpustakaan dengan
sumber-sumber informasi dalam lingkungan perpustakaan atau unit informasi
yang mencakup kegiatan penyusunan kebijakan pengembangan koleksi,
pemilihan, pengadaan, pemeliharaan dan promosi, penyiangan serta evaluasi
pendayagunaan koleksi.26
Pengembangan koleksi merupakan suatu proses universal untuk
perpustakaan karena setiap perpustakaan akan membangun koleksi yang kuat
demi kepentingan pengguna perpustakaan. Pengembangan koleksi adalah
awal dari pembinaan koleksi perpustakaan, bertujuan agar koleksi tetap sesuai
dengan kebutuhan masyarakat pemakai, dan jumlah bahan pustaka selalu
mencukupi.
Pengembangan koleksi adalah aktivitas perpustakaan yang mencakup
semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan.
Kegiatan tersebut, antara lain seleksi dan evaluasi bahan pustaka (pengukuran
terhadap sejauh mana koleksi itu), kajian kebutuhan pemakai (analisis
pemakai) untuk memberikan yang tepat dan sesuai dengan pemakainya,
pengadaan bahan pustaka mencakup pembelian, tukar menukar, dan hadiah.27
26Edward Evans, Developing Library and Information Center Collection, (Colorado:
Libraries Unlimited, 1995), h.17. 27Shaleh,Abdul Rahman, Manajemen Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 32.
23
2. Tujuan Pengembangan Koleksi
Tujuan pengembangan koleksi adalah untuk menambah koleksi
perpustakaan yang baik dan seimbang, sehingga mampu melayani kebutuhan
pengguna yang berubah dan tuntutan pengguna masa kini serta masa
mendatang.28 Tujuan pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan
dan disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan pengguna agar perpustakaan
dapat secara berencana mengembangkan koleksinya.29
Pengembangan koleksi adalah awal pembinaan koleksi perpustakaan
yang bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan kebutuhan pengguna dan
jumlah bahan pustaka selalu mencukupi.Mutu perpustakaan dibentuk oleh
kegiatan pengembangan koleksi.30
3. Aspek-Aspek Dalam Pengembangan Koleksi
Aspek-aspek pengembangan koleksi meliputi:
a. Seleksi Bahan Pustaka
Seleksi merupakan aktifitas yang tidak mudah karena mengandung
banyak resiko. Seleksi terkait pada pengguna atau pemakai
perpustakaan, maksud dari visi dan misi institusi.
b. Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh salah satu perpustakaan atau pusat dokumentasi dan
informasi. Kegiatan pengadaan bertujuan agar bahan pustaka yang
dibutuhkan tersedia dalam jajaran koleksi.
c. Penyiangan Bahan Pustaka
28Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Sugeng Seto, 2006), h. 115. 29Yuyu Yulia, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, Cet 2, h. 23. 30Ibid.,h. 30.
24
Penyiangan adalah proses mengeluarkan bahan pustaka dari rak
buku dan memperhitungkan kembali (reassessing) nilainya dari
segi kebutuhan saat ini.
d. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran terhadap sejauh mana baiknya
suatu item atau koleksi bahan pustaka.”31
Untuk melaksanakan semua kegiatan tersebut diperlukan anggaran yang
memadai, karyawan yang cakap dan berdedikasi, struktur organisasi yang
mantap, dan alatbantu pemilihan bahan perpustakaan yang relevan.
4. Kebijakan Pengembangan Koleksi
Kebijakan pengembangan koleksi ada juga yang menyebutkan selection
policies, yakni rumusan atau dokumen tertulis yang memberi arah dan
membimbing mengenai koleksi yang akan kita kembangkan. Terangkum
didalamnya adalah kebijakan-kebijakan yang mengatur seleksi bahan-bahan
pustaka, pertukaran, hadiah, serta hal-hal lain yang berhubungan.32
Kebijakan pengembangan koleksi menjelaskan mengenai kekuatan dan
kelemahan koleksi menjadi panduan bagi staf perpustakaan. Kebijakan
pengembangan koleksi seharusnya menjadi suatu dokumen yang hidup, dapat
berubah dan berkembang. Kebijakan tersebut menjadi panduan yang dapat
dimodifikasi disaat koleksi perpustakaan memerlukan perubahan.33
31Yuyu Yulia, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, h. 28. 32NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik,h.153. 33Fadhlan Abdul Wadud Imron, “Kebijakan Pengembangan Koleksi Terbitan
Berkala di Perpustakaan Nasional RI,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 19.
25
Secara umum pengembangan koleksi perlu rujukan terhadap prinsip-
prinsip pengembangan koleksi yaitu sebagai berikut:
a. Relevansi
Relevansi merupakan aktifitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan
program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada dan
berorientasi kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna
menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.
b. Kelengkapan
Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks tetapi
juga menyangkut segala disipin ilmu. Komponen koleksi disesuaikan
dengan tingkan prioritas yang dibutuhkan.
c. Kemutakhiran
Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber
informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit.
Jika bahan pustaka diterbitkan pada tahun terakhir, maka dapat dilihat dari
kemutakhiran dan dapat dikatakan mutakhir.
d. Kerjasama
Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama
yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi
berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen
yang terlibat dalam pembinaan koleksi seperti kepala perpustakaan,
26
petugas perpustakaan atau pustakawan, guru, serta pihak yang mengadakan
pembelian.34
Adapun fungsi kebijakan pengembangan koleksi tersebut memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai pedoman bagi para petugas perpustakaan, karena dengan adanya
kebijakan para petugas perpustakaan akan lebih terarah karena sasaran
yang jelas dan dana yang ada dapat dimanfaatkan dengan lebih bijaksana.
b. Sebagai sarana komunikasi; kebijakan akan memberitahukan kepada
pemakai, administrator, serta pihak lain mengenai tahapan dan cirri-ciri
koleksi yang ada dan direncanakan untuk pengembangan selanjutnya.
c. Sebagai sarana perencanaan; kebijakan ini memberikan informasi yang
akan membantu dalam proses alokasi dana yang ada.
Disamping ketiga fungsi tersebut diatas, kebijakan tertulis
pengembangan koleksi juga bermanfaat sebagai berikut:
a. Membantu menetapkan metode untuk bahan pustaka sebelum
dibeli.
b. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan bahan pustaka
c. Membantu dalam perencanaan anggaran jangka panjang dengan
menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran
pengembangan.
d. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerjasama dengan
perpustakaan lain. Seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama
dalam pengadaan dan bentuk kerjasama yang lainnya.
e. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari
koleksi.35
34Ibid.,h. 20-21. 35Yuyu Yulia, ,Materi Pokok Pengembangan Koleksi, h.28.
27
C. Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
1. Pengertian Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Penyiangan bahan pustaka atau weeding adalah upaya mengeluarkan
koleksi dari susunan rak karena tidak diminati atau terlalu banyak
eksemplarnya, telah ada edisi terbaru maupun koleksi itu tidak relevan.
Koleksi yang dikeluarkan ini dapat diberikan ke perpustakaan lain, atau
dihancurkan untuk dibuat kertas lagi.36
Penyiangan koleksi (weeding) adalah suatu praktik dari pengeluaran atau
pemindahan ke gudang, duplikat bahan pustaka, buku-buku yang jarang
digunakan, dan bahan pustaka lainnya yang tidak lagi dimanfaatkan oleh
pengguna. Hasil penyiangan bisa saja dihadiahkan kepada perpustakaan lain,
dipertukarkan, dijual murah kepada para penggemar buku atau dititip jual
kepada pedagang yang khusus menjual buku-buku out of print (buku yang
sudah tidak tersedia di pasaran).37
Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar bahan pustaka
yang sudah tidak sesuai lagi dapat digantidengan bahan pustaka yang baru.
Pemilihan bahan pustaka yang dikeluarkan dari koleksi sebaiknya dilakukan
oleh petugas perpustakaan dan guru, kemudian untuk dipisahkan atau
36Manglib’s Weblog, Analisis Koleksi Perpustakaan Seleksi, Penyiangan dan
Evaluasi, http//manglib.wordpress.com, diakses pada 13Maret 2015, 20:08 WIB. 37Yuyu Yulia, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, h. 9.26.
28
dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan
pertimbangan kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.38
2. Tujuan dan Manfaat Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Adapun tujuan dari kegiatan penyiangan bahan pustaka adalah untuk
memperoleh tambahan tempat (shelf space) untuk koleksi yang baru,
membuat koleksi lebih bisa dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang
akurat, relevan, up to date dan menarik, memberi kemudahan kepada pemakai
koleksi, dan memungkinkan staf perpustakaan untuk mengelola koleksi lebih
efektif dan efisien.
Sedangkan fungsi dari penyiangan itu sendiri adalah:39
a. Menghemat Tempat
Biaya penyediaan ruangan dan rak tidak lebih rendah dari biaya yang
sebenarnya untuk pembelian rak tambahan untuk pengerakan lebih banyak
buku. Suatu perawatan koleksi yang baik akan menghemat biaya
pengerakan buku, mengurangi debu dari buku yang tidak satupun
digunakan dan membuat ruang lebih banyak untuk pergeseran buku.
b. Menghemat Waktu
Menghemat waktu baik bagi pengguna maupun staf dan yang terbaik bagi
semua. Rak-rak penuh sesak dengan buku compang-camping dan
38Donna J. Baumbach dan Linda L. Miller, Less is More A Practical Guide to
Weeding School Library Collection, (Chicago: American Library Association, 2006), h. 7. 39Syakirin Pangaribuan, Manual Penyiangan Koleksi Perpustakaan Modern, (Medan:
Fakultas Ilmu Budaya USU, 2012), h.5.
29
memerlukan waktu untuk memeriksa tanda-tanda yang tak terbaca.
Pengguna yang mencari buku tertentu harus memilah-milah buku yang
jelas tidak diinginkan. Staf mencoba untuk mengesampingkan buku yang
kembali harus bergeser dan buku tersebut disusun kembali untuk membuat
ruang.
c. Membuat Koleksi Lebih Menarik
Dengan mengganti buku compang-camping, tercoreng dengan penjilidan
kembali yang menarik dan buku-buku baru yang tidak menarik.
d. Meningkatkan Reputasi Perpustakaan
Penyiangan juga dimaksudkan untuk kehandalan dan kemutakhiran dan
membangun kepercayaan publik. Pelanggan berharap bahwa bahan pustaka
yang dipilih oleh para ahli adalah informasi oyang up-to-date dan dapat
diandalkan.
e. Mengetahui Kebutuhan Koleksi
Penyiangan memberikan hasil pemeriksaan berkelanjutan tentang perlunya
memperbaiki atau menjilid kembali, pemberitahuan staf perpustakaan
untuk buku hilang atau dicuri yang membutuhkan pengganti, dan menjamin
hitungan volume yang lebih akurat.
f. Mendapatkan Masukan Yang Konstan Pada Kekuatan dan Kelemahan
Koleksi
Informasi ini dapat membantu ketika meminta sumbangan dan membuat
keputusan tentang pembelian. Misalnya, mengetahui bahwa buku bisnis
out-of-date, pustakawan bias mendekati kelompok terorganisir atau
30
individu dan permintaan bantuan khusus dalam mengembangkan pada
bidang kepentingan khusus dan kegunaannya bagi mereka.
3. Kebijakan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Kebijakan atau policy merupakan landasan atau pedoman untuk
menyusun kebutuhan. Ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan untuk
menjaga kesinambungan antara tempat, koleksi yang selalu bertambah dengan
koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna.
Sebelum melaksanakan penyiangan, staf pengembangan koleksi harus
mempelajari lagi kebijakan dari penyiangan. Staf pengembangan koleksi
harus mempertimbangkan berbagai hal, seperti memilih alternatif dari tiga
tindakan terhadap koleksi, mengkaji ulang perkembangan kebutuhan
informasi pengguna, kecenderungan perkembangan koleksi yang terjadi akhir-
akhir ini, dan anggaran yang tersedia untuk penyiangan bahan pustaka.
Berbagai kebijakan yang berkaitan dengan koleksi, apabila dipersiapkan
dengan baik akan membantu mengurangi masalah ruangan dengan
pengawasan pertumbuhan koleksi.40
Penyiangan bahan pustaka haruslah memiliki acuan koleksi mana saja
yang akan disiangi, maka perpustakaan harus memiliki kabijakan koleksi yang
akan disiangi. Seperti dalam sebuah buku yang berjudul Less Is More: a
40Yulia Yuyu, Materi Pokok Pengembangan Koleksi, h. 9.27
31
pratical guide to weeding school library collection dijelaskan bahwa
kebijakan penyiangan harus berisi hal-hal sevagai berikut:41
a. Who weeds the collection?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi tentang SDM yang akan melakukan
kegiatan penyiangan koleksi.
b. What is the purpose the weeding?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi tentang alasan atau tujuan
dilakukannya kegiatan tersebut.
c. What criteria applied?
Kebijakan penyiangan koleksi, berisi tentang criteria koleksi yang akan
dijadikan acuan, untuk menentukan koleksi yang akan disiangi.
d. What professional tools are used an evaluating the collection and is
material?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi alat bantu yang akan digunakan dalam
menunjang kegiatan penyiangan yang akan dilaksanakan.
e. How regularly is weeding to take place?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi tentang koleksi yang disiangi akan
dipindahkan atau disimpan ketempat yang lain.
f. What is done with material removed from the collection?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi tentang tindak lanjut koleksi yang
telah disiangi atau dikeluarkan dari jajaran koleksi.
41Donna J. Baubach, Linda L. Milner, Less Is More: a pratical guide to weeding
school library collection, (Chicago: American Library Association, 2006), h.10.
32
g. What are step-by-step procedures to be followed in weeding?
Kebijakan penyiangan koleksi berisi tentang prosedur atau langkah-
langkah dalam melaksanakan kegiatan penyiangan.Tujuannya agar
pelaksana kegiatan penyiangan melaksanakan pekerjaannya secara
sistematis.
4. Kriteria Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Penyiangan bukanlah proses yang bisa dilakukan dalam semalam dan
bukan sebuah fungsi yang dapat dikerjakan secara terpisah dari proses-proses
lain dalam pengembangan koleksi. Untuk melaksanakan penyiangan perlu
memepertimbangan tujuan dan aktivitas perpustakaan, ketersediaan dana
untuk membeli bahan pustaka baru, keterkaitan dari satu buku dengan buku
yang lain pada subjek yang sama, sampai dimanakah tanggung jawab
perpustakaan sebagai unit kearsipan dari sumber daya pengetahuan, dan
potensi kegunaan dari sebuah bahan pustaka di masa yang akan datang.
Setelah mengetahui berbagai faktor terkait masalah koleksi, barulah
dapat diidentifikasi beberapa kriteria dalam penyiangan. Adapun kriteria
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Subjek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
a. Bahan pustaka yang sudah usang isinya.
b. Edisi baru sudah ada sehingga edisi lama dapat dikeluarkan dari
koleksiperpustakaan.
33
c. Bahan pustaka yang secara fisik sudah terlalu rusak dan tidak dapat
diperbaiki lagi.
d. Bahan pustaka yang isinya tidak lengkap lagi dan tidak dapat diusahakan
untuk melengkapi isi yang hilang tersebut.
e. Bahan pustaka yang jumlah eksemplarnya terlalu banyak, permintaannnya
sedikit atau pemakaiannya rendah.
f. Bahan pustaka yang karena sesuatu hal peredarannya dilarang oleh
negara.42
5. Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Hal selanjutnya yang tak kalah penting untuk dikaji adalah masalah
prosedur penyiangan. Prosedur adalah sebuah cara sistematis dan terpikir
secara baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran.
Dalam pedoman penyiangan koleksi biasanya berisi butir-butir, antara lain:
a. Menentukan persyaratan koleksi yang akan disiangi. Misalnya atas
dasar usia terbit, subjek, cakupan, atau kandungan informasi.
b. Menentukan jenis koleksi yang akan disiangi. Seperti buku,
majalah, brosur, kaset rekaman, atau laporan tahunan.
c. Mengeluarkan kartu buku, mencabut katalog dari semua jajaran
katalog, dan menghapus data dari pangkalan data/ OPAC.
d. Koleksi perpustakaan yang disiangi diberi cap yang tertulis:
"dikeluarkan dari koleksi perpustakaan".
e. Membuat berita acara tentang penyiangan koleksi untuk keperluan
administrasi dengan lampiri daftar bahan pustaka hasil penyiangan.
f. Menyimpan koleksi hasil penyiangan tersebut di gedung atau dapat
ditawarkan kepada perpustakaan lain yang membutuhkan.43
42Saleh Abdul Rahman, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), h. 3.22.
34
6. Hambatan Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka
Kegiatan penyiangan bukanlah suatu hal yang mudah yang dapat
dilakukan oleh siapa saja. Karena proses weeding memerlukan proses yang
panjang dan tidak sebentar. Selain itu dalam pelaksanaannya banyak kendala
atau hambatan dalam pihak pengelola perpustakaan itu sendiri. Berkaitan
dengan hal ini penulis melihat beberapa kendala dalam pelaksanaan kegiatan
penyiangan.44
Adapun beberapa hambatannya sebagai berikut:
a. Adanya kebanggaan terhadap bahan pustaka (hambatan psikologis) seperti
adanya perasaan tidak rela untuk membuang bahan pustaka.
b. Masih adanya anggapan bahwa jumlah koleksi menentukan mutu. Jumlah
kolesi akan dianggap menunjukan kehebatan perpustakaan tanpa
memperhatikan kondisi dan relevansi bahanpustaka tersebut dengan tujuan
perpustakaan.
c. Adanya anggapan bahwa penyiangan berlawanan dengan tujuan pengadaan
atau konsep pembangunan koleksi.
d. Masih dijumpainya prosedur yang rumit, terutama untuk koleksi yang ada
di perpustakaan pemerintah, karena setiap pengeluaran barang harus
dilakukan melalui prosedur yang membutuhkan waktu yang lama dan
terkesan rumit.
43Bancin Tekka, Penyiangan Koleksi Bahan Pustaka,
http://tekkabancin.blogspot.com/2013/05/penyiangan-koleksi-bahan-pustaka.html, Diakses pada
9Maret 2014, 10:42 WIB. 44Yunus Winoto, "Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka: Sebuah Tinjauan Teoritis"
Journal Info PERSADA: Media Informasi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, Vol.2/
No.2/ Agustus 2004, h. 17.
35
e. Ketidaktahuan seseorang mengenai ilmu dan manfaat weeding, sehingga
timbul rasa takut akan membuang koleksi yang berharga atau seharusnya
tidak dibuang, atau bahan koleksi yang baru.45
D. Penelitian Terdahulu
Tinjauan literature ini dimaksudkan pada karya ilmiah yang memiliki tema
serupa dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Berikut adalah
karya ilmiah berupa skripsi yang memiliki tema yang serupa:
1. Kebijakan penyiangan koleksi di Badan Perpustakaan Daerah Provinsi DIY.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan penyiangan
koleksi (weeding) di Badan Perpustakaan Daerah Provinsi DIY tahun 2009,
skripsi ini diajukan oleh Lelis Marsidah mahasiswa Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Badan Perpustakaan Daerah
Provinsi DIY telah melakukan kegiatan penyiangan dan memiliki kriteria
serta prosedur penyiangan bahan pustaka namun belum memiliki kebijakan
penyiangan secara tertulis. Maka diharapkan agar Badan Perpustakaan Daerah
Provinsi DIY memiliki kebijakan penyiangan secara tertulis demi
meningkatkan kinerja perpustakaan sebagai penyedia informasi yang
bermanfaat bagi penggunanya.
45Donna J. Baumbach dan Linda L. Miller, Less is More A Practical Guide to
Weeding School Library Collection, h.4.
36
2. Penyiangan bahan pustaka pada perpustakaan SMP/SMA Islam Al-Azhar
skripsi diajukan oleh Maria Ulfah Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Jakarta tahun 2013. Hasil penelitian yang dapat
disimpulkan bahwa perpustakaan SMP/SMA Islam Al-Azhar belum
mempunyai kebijakan secara tertulis, penyiangan dilakukan bersamaan
dengan kegiatan Stock Opname, selain itu pustakawan juga melakukan Stuck
Reading setiap seminggu sekali untuk memeriksa buku-buku yang rusak atau
sobek halamannya. Kendala yang dialami oleh pustakawan dalam melakukan
kegiatan penyiangan diantaranya adalah kendala psikologis, datanya tidak
akurat. Selain itu kendala lainnya juga pada masalah manajemen, misalnya
terkait soal manajemen waktu kerja yang masih belum efektif, dana
pemeliharaan, tempat dan hasil dari penyiangan kemudian disumbangkan ke
perpustakaan yang membutuhkan.
3. Penyiangan koleksi di perpustakaan Universitas Prof. Dr. HAMKA Limau
Jakarta Selatan skripsi diajukan oleh Lutfan Zulwaqar mahasiswa Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta tahun 2014. Hasil
penelitian yang dapat di simpulkan adalah Perpustakaan Universitas Prof. Dr.
HAMKA Limau Jakarta Selatan memiliki kebijan tertulis mengenai
penyiangan bahan pustaka, isi dari kebijakan tersebut adalah “Jenis koleksi
yang akan disiangi, criteria dalam melakukan penyiangan, alur kerja
penyiangan koleksi” manfaat yang didapatkan dengan adanya kebijakan
tersebut adalah kegiatan penyiangan dapat dilakukan secara teratut dan
dengan pedoman yang jelas.
37
Sedangkan penulis meneliti tentang Penyiangan Bahan Pustaka pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Peneliti ingin
mengetahui kebijakan penyiangan, pelaksanaan kebijakan, proses serta kendala
penyiangan bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.46 Selain itu, menutut Bogdan dan Taylor, sebaimana
yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari dari orang-orang atau perilaku yang diamati.47
Pendekatan penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam
melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat
alami. Karena orientasinya demikian, sifatnya mendasar dan naturalistis atau
bersifat kealamian, serta tidak bias dilakukan di laboratorium melainkan di
lapangan. Oleh sebab itu penelitian semacam ini sering disebut dengan
naturalistic inquiry atau field study. Penelitian kualitatif ini juga yang akan
46
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. ALFABETA, 2008),
h. 1. 47 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 3.
39
menjawab setiap permasalahan secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek
yang akan diteliti guna menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks
waktu dan situasi yang bersangkutan.48
Sementara itu, dilihat dari teknik penyajian datanya, penelitian
menggunakan pola deskriptif. Yang dimaksud pola deskriptif menurut Best
(sebagaimana dikutip oleh Sukardi), adalah metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.49 Dari
definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian kualitatif dengan pola
deskriptif yang dilakukan, bermaksud menggambarkan secara sistematis fakta dan
karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.
B. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J.
Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam kata-
kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistic.50
Sedangkan yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam
48Ibid., hlm 17 49Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2009), h. 112. 50Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 112.
40
mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang
merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun
lisan. Apabila menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa
benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.51
C. Informan
Informan adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti melalui
narasumber yang bersangkutan. Dalam penelitian ini narasumber yang
bersangkutan adalah pustakawan dan staf penyiangan pada Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Alasan peneliti mengambil
informan tersebut dalam penelitian ini adalah karena jabatan yang mereka duduki
dan pengalaman serta pengetahuan di bidang penyiangan bahan pustaka dan
dipandang dapat memberikan jawaban atau data yang dibutuhkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data lapangan, peneliti menggunakan teknik field
research (penelitian lapangan). Peneliti merumuskan gagasan dan topik.
Selanjutnya peneliti memilih kelompok sosial dan lokasi untuk diteliti. Adapun
teknik pengumpulan datanya melalui:
51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
PT. Rineka Cipta, 2002), h. 107.
41
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Kerena itu, observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus selalu mengingat dan memahami
betul apa yang hendak direka. Agar tidak mengganggu objek pengamatan,
maka pencatatan merupakan hal yang mat dilematis dilakukan. Pencatatan
langsung jika diterapkan akan mengganggu objek pengamatan, tetapi apabila
tidak dilakukan biasanya peneliti dihadapkan dengan keterbatasan daya ingat.
Menghadapi hal ini maka seni mencatatat hasil observasi harus terus
diciptakan dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan hasil
yang baik.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan.52 Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di
mana seorang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
52 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135.
42
pertanyaan yang akan diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang
disusun dengan ketat.53
Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus
mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja
sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang
sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara
terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa
pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Hal ini dimaksudkan
agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang
dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga
digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui
pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.54
3. Dokumentasi
Metode ini adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.
Dalam hal ini data data-data tersebut merupakan data yang bersifat tulisan.55
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
kondisi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur, seperti letak geografis, latar belakang dan struktur kelembagaan.
53Ibid., h. 138. 54 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, h. 203. 55Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi: Mixed Methods(Bandung: CV.
ALFABETA, 2011), h. 326.
43
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan
menggunakan analisis data menurut Miles dan Hubermen, yang mana analisis ini
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.
Aktivitas dalam analisis data ini yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk dicari tema dan polanya
(data reduction), kemudian data disajikan dalam sebuah pola yang sesuai dengan
kajian (data display), dan setelah itu ditarik sebuah kesimpulan yang
menghasilkan sebuah hipotesis dan deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap menjadi jelas (conclusion drawing)
atau (verification).
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi adalah merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, mencari tema polanya, dan membuang yang tidak perlu
sehingga data lebih mudah untuk dikendalikan.56
Setelah semua data yang telah terkumpul melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi, maka perlu difokuskan sesuai dengan rumusan masalah
dalam penelitian ini, yaitu pada pelaksanaan kebijakan penyiangan bahan
pustaka pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur.
56Ibid., h. 338
44
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Di dalam
penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan dengan teks yang
bersifat naratif.
Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang
telah dipahami tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka langkah selanjutnya
setelah direduksi adalah mendisplaykan data, yaitu membuat uraian yang
bersifat naratif, sehingga dapat diketahui rencana kerja selanjutnya
berdasarkan yang telah dipahami dari data tersebut. Rencana kerja tersebut
bisa berupa mencari pola-pola data yang dapat mendukung penelitian yang
bersangkutan57
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapakan adalah temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada atau berupa gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas. Kesimpulan ini masih sebagai hipotesis, dan dapat menjadi
teori jika didukung oleh data-data yang lain.
57Ibid., h. 339
45
Dari penjelasan di atas, maka langkah penarikan kesimpulan ini dimulai
dengan mencari pola, tema, hubungan, hal-hal yang sering timbul, yang
mengarah pada pelaksanaan kebijakan penyiangan bahan pustaka pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur.58
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur yang terletak di Jalan Jatinegara Timur
(Komplek Pendidikan Rawa Bunga) Jakarta Timur. Penelitian dilaksanakan dari
bulan februari 2015-Mei 2015 dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal Penelitaian
No Kegiatan Bulan
April Mei Juni Juli Agustus Sep Okt
1 Penyusunan
Proposal
√
2 Pengajuan
Proposal
√
3 Bimbingan
Skripsi
√ √ √ √ √
4 Penelitian √ √ √ √ √
5 Penyusunan
Skripsi
√ √ √ √ √
6 Pengajuan
Sidang
√
7 Sidang
Skripsi
√
58Ibid., h. 343.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur
1. Sejarah Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur
Pada tahun 1950 Kegiatan perpustakaan pemerintah daerah khusus Ibu
Kota Jakarta sudah dimulai masih berbentuk Kotapradja Djakarta Raja tahun
1950. Tahun 1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya
menjadi Daerah Tingkat I daerah khusus Ibu Kota Jakarta, namanya menjadi
“Perpustakaan Balai Kota”.
Tahun 1972 perpustakaan merupakan salah satu bagian pada Organisasi
dan Ketatalaksanaan. Tahun 1978 menjadi satu lembaga Perpustakaan Umum
yang menangani jenis-jenis Perpustakaan Umum di lingkungan pemerintah
DKI Jakarta. Seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri
Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di 5 (lima) wilayah Kotamadya DKI
Jakarta.
Tahun 1981 Perpustakaan bernaung dibawah biro bina mental spiritual
dengan status non stuktural. Tahun 1989 Perpustakaan Umum 5 (lima)
wilayah Kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas
Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksanaan Teknis
47
Dinas (UPTD). Sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Broadjonegoro
masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spritual DKI Jakarta.
Tahun 1992 Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada menteri
dalam negeri agar dilingkungan Sekwilda DKI Jakarta di bentuk satu wadah
organisasi yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari
Kepala Perpustakaan Nasional. Tahun 1993 di bentuk Perpustakaan Umum
Pemerintah Daerah Pemda DKI Jakarta dengan Perda No.8 tahun 1993.
Tahun 2001 Perda No.3 tahun 2001 dan SK Gubernur DKI Jakarta
No.109 tahun 2001 Kantor Perpustakaan Umum daerah DKI. Tahun 2008-
sekarang berdasarkan Perda No.10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat
Daerah disusun sesuai kebutuhan kinerja organisasi dalam meningkatkan
mutu pelayanan, khususnya mewujudkan layanan prima di bidang
perpustakaan dan kearsipan. Sejak saat itu berubah menjadi Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai tempat
layanan pengelola dan pelestarian bahan tercetak dan terekam dapat
menyajikannya sebagai sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dalam meningkatkan kreatifitas dan kesejahteraan. Yang sekarang
terletak di Jalan Jatinegara Timur IV Komplek Pendidikan Rawa Bunga.
2. Visi dan Misi
a. Visi
“Terwujudnya Pelayanan Prima Dalam Bidang Perpustakaan Dan Arsip”
48
b. Misi
1) Menyelenggarakan urusan perpustakaan dan kearsipan yang efisien
dan efektif dengan kaidah good governance;
2) Mengembangkan sarana dan prasarana serta pemberdayaan
masyarakat dalam urusan perpustakaan dan kearsipan yang
berkualitas;
3) Mengembangkan sumber daya manusia berbasis kompetensi dan
budaya kerja yang tinggi;
4) Mengembangkan system perpustakaan dan kearsipan daerah yang
terintegrasi dengan system nasional;
5) Pelayanan perpustakaan dan kearsipan dengan prinsip pelayanan
prima.
3. Sumber Daya Manusia
a. Organisasi
Kantor Perpustakaan Dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur, terdiri dari:
1) Kepala Kantor
2) Sub Bagian Tata Usaha
3) Sub Bagian Pelayanan
4) Sub Bagian Pengembangan Koleksi
5) Sub Bidang Pembinaan
49
6) Tenaga Pustakawan
7) Tenaga Arsiparis
Struktur Organisasi
Gambar 1
Struktur Organisasi
50
Adapun jenis tugas yang ada pada Subag dan Seksi adalah :
1) Subag Tata Usaha
a) Penyusunan rencana dan program
b) Pelaksanaan urusan kepegawaian
c) Pelaksanaan urusan keuangan
d) Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perlengkapan
kerumah tanggaan.
2) Subag Pelayanan dan Pengembangan Koleksi
a) Mengumpulkan dan menginventarisasi berbagai jenis bahan
pustaka
b) Melaksanakan seleksi dan pengadaan bahan pustaka
c) Mengolah dan menyusun jenis bahan pustaka
3) Subag Bidang Pembinaan
a) Melakukan pencatatan anggota dan pengunjung perpustakaan
b) Melakukan layanan Audio Visual
c) Melakukan layanan bahan pustaka, koleksi khusus, rujukan dan
informasi.
b. Ketenagaan
Jumlah Pegawai yang ada terdiri dari 17 orang Pegawai Negeri Sipil dan
13 orang Pegawai Tidak Tetap.
51
4. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan arsip
daerah pada lingkup kota administrasi.
Program meningkatkan minat baca masyarakat, mengunjungi
perpustakaan yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan
budaya, bahasa, sastra Indonesia dan daerah guna membangun masyarakat
berpengetahuan, berbudaya, maju, modern dan mandiri.
Program utamanya adalah meningkatkan kualitas pelayanan
perpustakaan dan arsip. Dengan cara terencana, terarah dan
berkesinambungan menambah koleksi sehingga masyarakat merasa
semakin membutuhkan layanan perpustakaan dan arsip.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas Kantor Perpustakaan dan Arsip
KotaAdministrasi Jakarta Timur mempunyai fungsi :
1) Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan Perpustakaan dan Keasipan;
2) Pembinaan, pemantauan, pengendalian, pengevaluasian pelaksanaan
perpustakaan dan kearsipan;
3) Pelaksanaan jasa pelayanan perpustakaan dan kearsipan;
4) Memfasilitasi pembinaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
perpustakaan dan kearsipan;
5) Pelaksanaan pengelolaan bahan perpustakaan;
52
6) Memudahkan dan menemukan kembali dokumen serta menjaga
kerahasiaan dokumen;
5. Koleksi
Untuk koleksi yang berada di KPAK Administrasi Jakarta Timur memiliki
10.736 judul buku dengan masing-masing judul memiliki 5 eksemplar yang
terbagi dalam beberapa kategori yaitu:
a. Koleksi anak
Kelas 000 (25 judul, 118 eksemplar), kelas 100 (35 judul, 170 eksemplar),
kelas 200 (26 judul, 130 eksemplar), kelas 300 (25 judul, 120 eksemplar),
kelas 400 (42 judul, 210 eksemplar), 500 (36 judul, 175 eksemplar), kelas
600 (28 judul, 140 eksemplar), kelas 700 (35 judul, 185 eksemplar), kelas
800 (30 judul, 145 eksemplar), kelas 900 (34 judul, 170 eksemplar), kelas
fiksi (20 judul, 120 eksemplar), koleksi referensi (24 judul, 120
eksemplar). Jadi total keseluruhan koleksi anak sebanyak 456 judul
dengan 1.798 eksemplar.
b. Koleksi remaja dan dewasa (umum)
Kelas 000 (121 judul, 605 eksemplar), kelas 100 (98 judul, 490
eksemplar), kelas 200 (125 judul, 625 eksemplar), kelas 300 (126 judul,
630 eksemplar), kelas 400 (130 judul, 650 eksemplar), kelas 500 (157
judul, 785 eksemplar), kelas 600 (155 judul, 775 eksemplar), kelas 700
(160 judul, 800 eksempar), kelas 800 (154 judul, 770 eksemplar), kelas
900 (143 judul, 715 eksemplar), kals fiksi (95 judul, 385 eksemplar),
53
koleksi referensi (120 judul, 580 eksemplar). Jadi total keseluruhan
koleksi remaja dewasa (umum) sebanyak 1.584 judul dengan 7.810
eksemplar.
c. Koleksi Paket atau Taman Baca Masyarakat
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK) Jakarta Timur memiliki
koleksi paket untuk di pinjamkan ke Taman Baca Masyarakat yang ada di
Jakarta timur, berikut adalah daftar taman baca masyarakat yang ada di
Jakarta Timur:
1) Taman Bacaan Uyah – Matraman Jakarta Timur (85 judul, 425
eksemplar).
2) Sanggar Paksi Safa Kawijayan – Cipinang Pulo, Jatinegara, Jakarta
Timur (50 judul, 250 eksemplar).
3) Mentari (PKBM) – Matraman, Jakarta Timur (55 judul, 275
eksemplar).
4) Balai Baca Cikal 08 - Cipinang, Jakarta Timur (85 judul, 425
eksemplar).
5) Sanggar Akar - Cipinang Jakarta Timur (60 judul, 300 eksemplar).
6) Yayasan Ibu Hj. A Slamet – Kramat Jati, Jakarta Timur (75 judul, 375
eksemplar).
7) Perpustakaan Dompet Sosial ALKAUTSAR (DSAK) – Warudoyong,
Jatinegara, Jakarta Timur (50 judul, 250 eksemplar).
8) TBM Fatahillah – Komp. Bulak Rantai, Jakarta Timur (80 judul, 400
eksemplar).
54
9) TBM Saung Manggar – Pondok Kelapa, Jakarta Timur (65 judul, 325
eksemplar).
10) TBM Balai (LPM – UIJ) – Matraman, Jakarta Timur (80 judul, 400
eksemplar).
11) Kampung Buku – Cibubur, Jakarta Timur (85 judul, 425 eksemplar).
12) Rumah Baca Al Karimah – Utan Kayu Selatan, Jakarta Timur (65
judul, 325 eksemplar).
13) Taman Baca K3 – Komunitas Kp Kramat – Kampung Kramat
Cililitan, Jakarta (70 judul, 350 eksemplar).
Jadi total keseluruhan koleksi paket atau koleksi taman baca
masyarakat adalah sebanyak 905 judul dengan 4.525 eksemplar.
d. Mobil Keliling
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK) Jakarta Timur memiliki 5
unit mobil perpustakaan keliling yang tersebar di wilayah Jakarta Timur,
dengan jumlah koleksi untuk masing-masing unit sebanyak 236 judul
dengan total 1.180 eksemplar. Untuk setiap unit mobil membawa kelas
000 (23 judul, 115 eksemplar), kelas 100 ( 20 judul, 100 eksemplar), kelas
200 (18 judul, 90 eksemplar), kelas 300 (35 judul, 175 eksemplar), kelas
400 (25 judul, 125 eksemplar), kelas 500 (27 judul, 135 eksemplar), kelas
600 (16 judul, 80 eksemplar), kelas 700 (13 judul, 65 eksemplar), kelas
800 (17 judul, 85 eksemplar), kelas 900 (22 judul, 110 eksemplar), kelas
fiksi (25 judul, 125 eksemplar), koleksi referensi (20 judul, 100
eksemplar). Jika setiap unit mobil membawa 236 judul, 1.180 eksemplar,
55
maka koleksi keseluruhan 5 unit mobil perpustakaan keliling adalah
sebanyak 1.180 judul dengan 5.900 eksemplar. Jadi jumlah keseluruhan
koleksi yang dimiliki oleh KPAK Administrasi Jakarta Timur adalah
sebanyak 4.125 judul dengan 20.033 eksemplar.
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di KPAK Administrasi Jakarta Timur sebagai
berikut:
a. Ruang baca anak-anak.
KPAK Jakarta Timur hanya memiliki 1 ruang baca anak-anak.
b. Ruang baca remaja dewasa
KPAK Jakarta Timur hanya memiliki 1 ruang baca remaja dewasa yang
menjadi satu dengan ruang referensi.
c. Ruang referensi
KPAK Jakarta Timur hanya memiliki 1 ruang baca referensi yang menjadi
satu dengan ruang remaja dewasa.
d. Mobil perpustakaan keliling
KPAK Jakarta Timur memiliki mobil perpustakaan keliling sebanyak 5
unit yang melayani masyarakat di wilayah Jakarta Timur.
e. Sepeda motor layanan paket
KPAK Jakarta Timur memiliki sepeda motor sebanyak 5 unit untuk
mengantarkan layanan paket peminjaman ke taman baca masyarakat di
wilayah Jakarta Timur.
56
f. Boks arsip
KPAK Jakarta Timur memiliki 100 boks arsip yang dapat dipergunakan
sebagai media pemyimpanan sementara untuk arsiparsip dan surat-surat
yang ada sebelum dipilah lebih lanjut.
g. Map arsip
KPAK Jakarta Timur menyediakan sebanyak 800 buah map arsip untuk
surat-surat penting dan kedinasan.
h. Rak arsip
KPAK Jakarta Timur memiliki sebanyak 10 buah Rak Arsip yang
dipergunakan untuk menyimpan boks-boks arsip.
i. Filing cabinet
KPAK Jakarta Timur memiliki 10 buah filing cabinet yang dapat
dipergunakan untuk menyimpan dokumen-dokumen penting yang telah
disortir/dipilah.
j. Loker penitipan barang
KPAK Jakarta Timur memiliki loker penitipan yang dapat dipergunakan
oleh pengunjung perpustakaan untuk menitipkan barang sebanyak 50
buah.
57
7. Waktu Layanan Perpustakaan
Senin – Kamis : Pukul 09.00 – 20.00
Jum’at : Pukul 09.00 – 20.00
(Istirahat Pukul 11.30 – 13.00)
Sabtu : Pukul 09.00 – 20.00
Minggu : Pukul 09.00 – 20.00
Tutup : Hari libur resmi/nasional
Apabila ada pemustaka yang ingin membuat kartu anggota terlebih dahulu
dengan membawa syarat:
a. Mengisi formulir pendaftaran
b. Warga DKI Jakarta
c. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk)/Kartu Pegawai/ Kartu
Pelajar/Surat keterangan lainnya.
d. Pas foto ukuran 2 x 3 sebanyak 2 (dua) lembar
e. Untuk kehilangan Kartu Anggota dikenakan sanksi administrasi.
8. Layanan Perpustakaan
Layanan yang ada di KPAK Administrasi Jakarta Timur memiliki 2 pelayanan
yang berbeda yang dibagi menjadi 2 pelayanan. Yang pertama adalah layanan
stasioner (layanan yang berada di dalam perpustakaan itu sendiri) dan yang
kedua adalah layanan ekstensi (layanan yang berada di luar perpustakaan).
a. Layanan Stasioner
58
Layanan stasioner adalah layanan yang disediakan oleh pihak KPAK
Administrasi Jakarta Timur untuk pemustaka yang berada di dalam
perpustakaan atau layanan ini disebut layanan di dalam perpustakaan.
Layanan ini bertujuan untuk melayani pemustaka yang dapat berkunjung
ke perpustakaan dan biasanya pengunjungnya dari masyarakat sekitar.
Beberapa layanan yang disediakan oleh pihak KPAK Administrasi Jakarta
Timur adalah:
1) Layanan Perpustakaan
Layanan perpustakaan ini adalah layanan yang diperuntukkan untuk
umum yang disediakan oleh KPAK Administrasi Jakarta Timur.
Layanan ini juga bisa sebagai layanan untuk pemustaka yang ingin
melakukan konsultasi atau bertanya-tanya dengan pustakawan yang
berhubungan dengan informasi yang mereka cari. Layanan
perpustakaan ini bertempat di lantai 2 KPAK Administrasi Jakarta
Timur.
2) Layanan Anak dan Remaja
Layanan anak dan remaja, berbeda dengan layanan perpustakaan.
Layanan anak dan remaja memiliki perpustakaan yang terpisah dengan
perpustakaan utama yang berada di lantai 2. Layanan anak dan remaja
bertempat di lantai 1 KPAK Administrasi Jakarta Timur.
3) Layanan Referensi
Di KPAK Administrasi Jakarta Timur, pihak perpustakaan juga
menyiapkan layanan referensi bagi pemustaka yang membutuhkannya
59
dan memiliki ruangan tersendiri, disamping perpustakaan utama.
Layanan referensi ini diperuntukkan untuk umum tanpa terkecuali.
b. Layanan Ekstensi
Layanan ekstensi adalah layanan yang disediakan pihak KPAK
Administrasi Jakarta Timur untuk masyarakat-masyarakat yang tidak
dapat berkunjung ke perpustakaan karena beberapa faktor, salah satunya
adalah jarak dan lain-lain. Layanan ekstensi ini bertujuan untuk
memudahkan masyarakat yang tidak dapat berkunjung ke perpustakaan
dapat pula mendapatkan pengetahuan melalui layanan ini karena
menyediakan berbagai layanan informasi, seperti:
1) Layanan Bercerita
Layanan bercerita adalah layanan yang dilaksanakan diluar KPAK
Administrasi Jakarta Timur. Layanan ini melakukan kegiatan bercerita
di sekolah-sekolah, taman kanak-kanak, taman baca masyarakat.
2) Layanan Paket
Layanan paket KPAK Administrasi Jakarta Timur adalah salah satu
layanan yang diberikan oleh KPAK Administrasi Jakarta Timur
kepada perpustakaan-perpustakaan yang tidak memiliki anggaran yang
cukup untuk mengadakan koleksi buku seperti Taman Baca Masyarkat
(TBM) atau suatu daerah yang mana masyarakatnya tidak mampu
datang ke perpustakaan karena masalah jarak dan waktu. Jadi layanan
paket KPAK Administrasi Jakarta Timur bertugas memberikan
sebagian koleksinya kepada perpustakaan-perpustakaan yang tidak
60
memiliki anggaran yang cukup serta memberikan koleksi kepada
masyarakat yang tidak dapat berkunjung ke perpustakaan dengan dan
hanya menyediakan ruangan untuk menaruh koleksi yang diberikan
oleh pihak perpustakaan. Namun, layanan paket ini diberikan oleh
pihak KPAK Administrasi Jakarta Timur mempunyai jangka waktu
yakni 3 bulan saja, setelah itu akan diambil lagi koleksi yang telah
dipinjamkan.
3) Layanan Perpustakaan Keliling
Selain layanan yang di atas, KPAK Administrasi Jakarta Timur juga
menyediakan layanan perpustakaan keliling. Perpustakaan keliling ini
bertujuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah yang cukup jauh dari perpustakaan.
Dengan adanya perpustakaan keliling ini, masyarakat juga dapat
meraskan layanan perpustakaan walaupun tidak dapat langsung ke
perpustakaannya.
9. Jenis Kegiatan
Setiap perpustakaan pasti memiliki kegiatan-kegiatan yang menunjang
tugas mereka yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang
berhubungan dengan perpustakaan. Begitu juga dengan KPAK
Administrasi Jakarta Timur memiliki kegiatan-kegiatan yang menunjang
tugas mereka sebagai perpustakaan diantaranya adalah:
61
a. Layanan Anak dan Membaca
Layanan anak dan membaca merupakan salah satu jenis kegiatan yang
diadakan oleh KPAK Administrasi Jakarta Timur. Tidak jauh berbeda
dengan layanan ekstensi yakni bercerta, kalau layanan anak dan
membaca dapat dilakukan dimana saja tergantung permintaan. Jadi,
layanan anak dan membaca ini bisa dari pihak KPAK Administrasi
Jakarta Timur untuk meminta salah satu sekolah, taman kanak-kanak,
atau masyarakat datang ke perpustakaan untuk diberikan layanan anak
dan membaca seperti bercerita atau story telling. Akan tetapi, bisa juga
dari pihak luar perpustakaan yang meminta KPAK Administrasi
Jakarta Timur datang untuk memberikan layanan anak dan membaca.
b. Pemilihan Abang dan None Buku
Salah satu jenis kegiatan yang ada di KPAK Administrasi Jakarta
Timur adalah pemilihan abang dan none buku. Jenis kegiatan ini
sangat unik karena tidak hanya ada abang dan none Jakarta, tetapi juga
abang dan none buku juga ada di KPAK Administrasi Jakarta Timur.
Adanya pemilihan abang dan none buku di perpustakaan bertujuan
untuk sebagai pelopor atau daya gerak gemar membaca bagi pemuda
pemudi Jakarta untuk menyukai buku dan suka membaca. Biasanya
yang menjadi peserta dalam pemilihan abang dan none buku ini
siswa/i SMA atau sederajat dan mahasiswa/i yang masih muda.
Pemilihan abang dan none buku ini berusia sekitar 16 – 20 tahun.
62
Kegiatan pemilihan abang dan none buku ini juga biasanya diadakan
satu tahun sekali.
c. Pembinaan Perpustakaan dan Kearsipan
Pembinaan perpustakaan dan arsip merupakan jenis kegiatan yang ada
di KPAK Administrasi Jakarta Timur selanjutnya. Seperti nama dan
fungsinya KPAK Administrasi Jakarta Timur, pembinaan
perpustakaan dan kearsipan dilakukan di luar perpustakaan. Untuk
kegiatan ini, pihak perpustakaan memiliki tim khusus untuk
menjalankan kegiatan ini dan bekerjasama dengan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia (PNRI), biasanya untuk pembinaan
perpustakaan dilakukan di KPAK Administrasi Jakarta Timur dengan
mengadakan seminar atau bimtek selama 3 bulan. Sedangkan untuk
pembinaan kearsipan, sasaran pihak perpustakaan adalah kantor-kantor
yang memiliki arsip tetapi tidak dikelolah secara baik. Jika melakukan
pembinaan kearsipan, KPAK Administrasi Jakarta Timur bekerjasama
dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), biasanya pihak
perpustakaan mengadakannya selama 3 bulan.
d. Wajib Kunjungan Perpustakaan
Selanjutnya adalah kegiatan wajib kunjung perpustakaan. Kegiatan ini
adalah kegiatan yang merupakan sebagai salah satu kegiatan promosi
yang ada di KPAK Administrasi Jakarta Timur. Jadi, kegiatan ini
mengundang pihak-pihak luar untuk datang ke perpustakaan guna
untuk melihat-lihat sebagai sara rekreasi dan akan dilayani dengan
63
berbagai kegiatan sederhana yang sudah disiapkan oleh pihak
perpustakaan.
e. Hari Anak dan Membaca
Hari anak dan membaca merupakan salah satu kegiatan yang
menyenangkan lainnya yang ada di KPAK Administrasi Jakarta
Timur. Dalam kegiatan ini, ada beberapa acara yang dilakukan seperti
lomba-lomba yang berhubungan dengan perpustakaan dan bertujuan
untuk gemar membaca. Lomba-lomba yang diadakan oleh pihak
perpustakaan adalah:
1) Lomba puisi
2) Lomba berpidato
3) Lomba membaca cepat
4) Lomba bercerita
5) Lomba menggambar
6) Lomba mewarnai
64
B. Profil Informan
1. Ahmad Staniurachman
Nama : Ahmad Staniurachman S.Sos., M.M.
NIP/NRK : 19711010 199703 1 005 / 121965
Pangkat/Golongan : Pembina (IV/a)
Unit Kerja : Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur
Tugas dan Tanggung Jawab
a. Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan lingkup tugas Subbid
Pengembangan Koleksi;
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur;
c. Melaksanakan Seleksi Bahan Pustaka;
d. Melaksanakan prosesing dan input data buku;
e. Menyusun katalog buku bahan rujukan;
f. Melaksanakan deposit perpustakaan pelaksanaan asistensi dalam rangka
penataan arsip di UKPD;
g. Menyiapkan bahan laporan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
Jakarta Timur yang terkait dengan tugas Subbidang Pengembangan Koleksi;
65
h. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Subbidang Pengembangan Koleksi.
2. Sarti
Nama : Sarti
NIP/ NRK :
Pangkat/ Golongan : Pustakawan
Unit Kerja : Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi
(KPAK) Jakarta Timur
Tugas dan Tanggung Jawab
a. Membuat klasifikasi bahan pustaka
b. Mengolah data dan menyusun rencana pengembangan koleksi
c. Memberikan layanan rujukan dengan cepat dan tepat
d. Bertanggung jawab dalam menelaah pengembangan di bidang perpustakaan,
dokumentasi, dan informasi. Serta beberapa tanggung jawab yang lainnya.
66
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Kebijakan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur tentang penyiangan/ weeding bahan pustaka.
Kebijakan penyiangan bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Kebijakan atau policy merupakan
landasan atau pedoman untuk menyusun kebutuhan.
Dalam wawancara khusus dengan Kasubag Pengembangan Koleksi,
yaitu SN, beliau menyebutkan bahwa kebijakan secara tertulis untuk
penyiangan belum ada, namun untuk kebijakan pengembangan koleksi sudah
ada. Pedoman yang menjadi acuan dalam kegiatan penyiangan bahan pustaka
adalah dari hasil kegiatan yang dilakaukan sebelumnya. Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur tidak memiliki kebijakan
secara tertulis mengenai penyiangan bahan pustaka
Kebijakan penyiangan bahan pustaka di KPAK belum ada, namun
kegiatannya sering kami (pihak perpustakaan) lakukan. Selama ini
penyiangan berpedoman pada kegiatan penyiangan sebelumnya atau bisa
dikatakan pedoman penyiangan adalah pengalaman dari para staff. (as)59
Sedangkan menurut SR, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur tidak memiliki kebijakan penyiangan
bahan pustaka secara tertulis penyiangan karena KPAK Jakarta Timur lebih
berfokus melakukan stock opname dari pada penyiangan. Karena menurut SR,
penyiangan yang terlalu sering dilakukan, dikhawatirkan akan menghambat
59Ahmad Staniurachman, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara
pribadi, Jakarta 15 Juni 2015
67
bertambahnya koleksi di KPAK. Namun SR juga menyebutkan bahwa hal
tersebut tidak sepenuhnya menjadi kendala karena setiap pustakawan yang
melakukan shelving dan menemukan buku yang harus di siangi langsung
disiangi saat itu juga.
Kami tidak memiliki kebijakan penyiangan bahan pustaka, secara
tertulis. Terlalu sering melakukan penyiangan juga saya khawatir akan
menghambat bertambahnya kooleksi di KPAK, terlebih semuanya milik
PEMDA DKI prosesnya agak ribet.(sr)60
Walaupun tidak adanya kebijakan namun penyiangan sering kali
dilakukan, untuk waktu rutinnya berbarengan dengan stock opname 2 tahun
sekali namun jika pustakawan sedang shelving dan kemudian menemukan
buku yang harus disiangi langsung ditarik dari jajaran rak. (as)61
Dalam hal ini, penulis menyimpulkan bahwa Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur memang belum memiliki
kebijakan khusus tentang penyiangan bahan pustaka. Hal ini dapat di lihat
melalui wawancara langsung dengan beberapa informan; yaitu KepalaBidang
Pengembangan Koleksi, pegawai penegmbangan koleksi yang sekaligus
merangkap sebagai pustakawan, dan observasi langsung ke lapangan. Setelah
menganalisa lebih dalam penulis memang tidak menemukan kabijakan khusus
untuk melakukan penyiangan, jadi hingga saat ini penyiangan yang dilakukan
masih berpatok kepada pengalaman dari staff perpustakaan yang melakukan
penyiangan bahan pustaka. Meskipun tanpa kebijakan tertulis, namun setiap
60Sarti, Pustakawan, Wawancara pribadi, Jakarta 16 Juni 2015. 61Ahmad Staniurachman, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara
pribadi, Jakarta 15 Juni 2015
68
dua tahun sekali Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur terus melakukan penyiangan.
2. Prosedur Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka Pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
Prosedur penyiangan (weeding) bahan pustaka yang dilakukan oleh
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
adalah penyiangan yang dilakukan berbarengan dengan kegiatan stock
opname yaitu dua tahun sekali, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika
ada buku yang harus segera disiangi saat itu juga langsung disiangi. Dalam
kasus ini, Kasubag Pengembangan koleksi, SN, memberikan penjelasan
tentang pelaksanaan penyiangan yang dibarengi dengan stock opneme. Beliau
menjelaskan bahwa kegiatan penyiangan tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
stock opname karena tidak adanya tenaga untuk melaksanakannya.
Penyiangan tentu dilakukan dengan kegiatan stock opname karena jika
dilaksanakan di luar dari waktu stock opname tidak ada tenaga dan waktu
memilih bahan-bahan yang akan disiangi. (as)62
Adapun yang bertanggung jawab dalam penyiangan bahan pustaka di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
adalah kepala KPAK dan kepala bidang pengembangan koleksi, sedangkan
yang melaksanakannya adalah pustakawan (khususnya bagian pengembangan
koleksi). Kemudian dalam wawancara dengan pustakawan, SR juga
62Ahmad Staniurachman, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara
pribadi, Jakarta 15 Juni 2015
69
menerangkan bahwa penanggung jawab penyiangan adalah staf
pengembangan koleksi. Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa
penanggung jawab penyiangan secara umum dipegang oleh kepala
perpustakaan dan dilaksanakan oleh kepala bidang pengembangan koleksi.
Untuk penanggung jawabnya adalah kepala perpustakaan, sedangkan
yang melaksanakan bagian pengembangan koleksi. (sr)63
Yang bertanggung jawab dalam penyiangan saya (Kepala Bidang
Pengembangan Koleksi. (as)64
Prosedur penyiangan (weeding) bahan pustaka yang dilakukan di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur adalah
sebagai berikut:
1) Pustakawan melakukan pemilihan bahan pustaka yang akan di keluarkan
(weeding).
Awalnya pustakawan yang akan melakukan penyiangan dalam hal
ini SUBAG Pengembangan Koleksi, membentuk tim pelaksana
penyiangan. Dari tim tersebutlah yang akan melakukan pemilihan bahan
pustaka yang akan disiangi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ada
sebelumnya. Umumnya penyiangan dilakukan berbarengan dengan stock
opname yaitu dua tahun sekali. Para pustakawan mengecek serta mendata
semua bahan pustaka yang telah masuk ke dalam kriteria penyiangan
bahan pustaka.
63Sarti, Pustakawan, Wawancara pribadi, Jakarta 16 Juni 2015. 64Ibid.,
70
Selain pada waktu stock opname, para pustakawan juga melakukan
stuck reading setiap harinya, pelaksanaan stuck reading biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan shelving bahan pustaka. Apabila di
jajaran koleksi terdapat buku-buku yang rusak, buku-buku yang sudah out
of date maka saat itu pula pustakawan menarik buku-buku tersebut untuk
kemudian disiangi.
2) Pustakawan menyusun daftar koleksi yang akan disiangi (dikeluarkan)
dari rak.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan
penyiangan bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur berbarengan dengan kegiatan stock
opname. Mulanya pustakawan yang telah membentuk tim penyiangan
melakuakn stock opname, dari kegiatan stock opname akan menghasilkan
beberapa buku yang kurang layak untuk dibaca, seperti out of date, rusak,
buku yang tidak dapat dijilid ulang serta kekurangan-kekurangan yang
lainnya. Langkah yang paling awal dilakukan adalah dengan mendata
semua buku yang ada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur.
Setelah data-data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pustakawan
yang telah terbentuk tim mendata dan menganalisa setiap bahan pustaka,
dari analisa yang dilakukan akan mendapatkan hasil apakah bahan pustaka
masih layak untuk dibaca oleh pemustaka ataukah masuk kedalam kriteria
71
penyiangan. Bahan pustaka yang masih layak dibaca akan diberi tanda
khusus, sedangkan untuk bahan pustaka yang tidak layak dibaca langsung
masuk kedalam kriteria penyiangan dan pada formnya akan diberi tanda
atau keterangan disiangi atau weeding.
3) Daftar koleksi yang akan disiangi dilaporkan kepada kepala Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi Jakarta Timur untuk kemudian
disetujui.
Prosedur selanjutnya adalah menyerahkan data-data koleksi yang telah
dianalisa oleh para pustakawan kepada kepala KPAK. Kepala KPAK
membaca dan mengecek kembali hasil laporan tersebut, apabila bahan
pustaka yang sudah siap disingai sesuai dengan kriteria yang ada maka
kepala KPAK akan menyetujui dan menandatanganinya. Kemudian proses
penyiangan (weeding) bahan pustaka dapat dilaksanakan.
Dalam proses penyiangan bahan pustaka pustakawan memberi tanda
khusus terhadap bahan pustaka yang disiangi. Adapun tanda-tanda
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Rusak Parah : A
b) Rusak Ringan : B
c) Out Of Date : C
72
Tabel 2
Tanda-tanda dalam penyiangan
No Tnda Keterangan
1 A Rusak Parah
2 B Rusak Ringan
3 C Out Of Date
4) Bahan pustaka yang akan dikeluarkan dari rak, nomor katalognya
dibiarkan namun koleksinya diberi keterangan tidak tersedia.
Walaupun katalog online di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur belum dapat dikatakan sempurna,
namun KPAK Jakarta Timur timur terus memaksimalkannya. Maksud dari
prosedur penyiangan ini adalah KPAK Jakarta Timur tidak benar-benar
menghapus data buku yang telah disiangi, akan tetapi pada katalog akan
diberi tanda khusus. Jika bahan pustaka yang ditarik untuk disiangi, maka
dalam katalog akan di beri tanda “rusak”. Untuk lebih jelas mengenai
tanda-tanda tersebut berikut penjelasannya.
73
No Tanda Keterangan
1 Tersedia Bahanpustaka ada di
KPAK Jakarta Timur
2 Rusak Bahan pustaka sedang
diperbaiki
Tabel 3
Tabel Status Bahan Pustaka
Tanda tersebut betujuan untuk memberikan informasi kepada pemustaka
mengenai status dari sebuah bahan pustaka yang ada di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur, apakah
tersedia atau rusak.
5) Bahan pustaka yang out of date, kurang diminati, rusak, telah terbit edisi
terbaru dapat disiangi.
Dari semua data bahan pustaka yang telah masuk kategori disiangi
biasanya dilakukan analisa ulang. Tidak semua bahan pustaka yang telah
masuk kategori disiangi benar-benar layak untuk disiangi.
Ada beberapa bahan pustaka yang masih dapat diperbaiki, seperti
dilakukan penjilidan ulang. Namun untuk bahan pustaka yang masih
banyak diminati tetapi kondisi fisiknya rusak, maka perpustakaan akan
melakukan scan terhadap bahan pustaka tersebut.
74
6) Bahan pustaka yang masih bisa diperbaiki dikembalikan kedalam rak
koleksi.
Untuk memastikan bahwa bahan pustaka memang benar-benar layak
untuk disiangi, maka perlu dilakukan pengecekan dan analisa yang benar-
benar teliti. Untuk bahan pustaka yang selayaknya masih dapat dilakukan
penjilidan ulang maka setelah diperbaiki (dijilid ulang) dikembalikan ke
rak koleksi.
Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan penyiangan tidak
serta merta dilaksanakan dalam satu waktu. Namun temponya tidak lebih
lama dari pada kegiatan stock opname. Pustakawan akan memperbaiki
bahan pustaka yang masih dapat diperbaiki dan menyiangi bahan pustaka
yang sudah tidak layak digunakan.
7) Bahan pustaka yang sudah disiangi disimpan dalam tempat khusus
(gudang).
Untuk bahan pustaka yang benar-benar tidak dapat diperbaiki lagi
maka akan disimpat dalam tempat khusus (gudang).
8) Untuk bahan pustaka yang sudah rusak tetapi masih banyak dicari, maka
buku tersebut disimpan di loker.
Sampai saat ini bahan pustaka yang telah disiangi menumpuk di
gudang penyimpanan. Menurut SN, selaku Kasubag Pengembangan
Koleksi, bahan pustaka yang telah disiangi tidak dapat dimusnahkan,
dihadiahkan, atau dijual. Kalaupun bisa dimusnahkan atau dihadiahkan
75
kepada instansi lain harus melalui beberapa tahap yang tentunya juga
memakan waktu.
Sampai saat ini buku-buku yang sudah disiangi menumpuk di
gudang. Mau dimusnahkan juga prosesnya susah karena buku-buku itu
kan di beli dari anggaran PEMDA DKI. (as)65
Buku hasil penyiangan kami simpan aja di gudang sampai rayapan.
(sr)66
Prosedur-prosedur yang telah dijelaskan diatas adalah prosedur yang
biasa dilakukan dalam kegiatan penyiangan di Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Melalui pengamatan dan
analisa langsung di lapangan, penulis banyak menemukan hambatan-
hambatan dalam pelaksanaan kegiatan penyiangan di Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur. Hal tersebut juga
dikemukakan oleh AS, menurutnya kegiatan penyiangan (weeding) di
KPAK jauh dari kata maksimal.
Menurut saya kegiatan penyiangan yang dilakukan di KPAK belum
maksimal, bahkan jauh dari kata maksimal karena masih banyak
ditemukannya hambatan-hambatan saat penyiangan. (as)
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, penulis meyakini
bahwa kegiatan penyiangan yang dilakukan oleh Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur belum maksimal, dan
banyak hambatan-hambatan serta masalah yang dihadapi.
65Sani, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara pribadi, Jakarta 15
Juni 2015 66Sarti, Pustakawan, Wawancara pribadi, Jakarta 16 Juni 2015.
76
3. Hambatan Penyiangan Bahan Pustaka di Kantor Perpustakaan dan
Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur mengalami hambatan-hambatan selama kegiatan penyiangan
berlangsung. Berdasarkan observasi langsung dan wawancara, penulis
menemukan masih banyaknya hambatan yang dihadapi KPAK. Hambatan
penyiangan yang dihadapi KPAK terbagi menjadi dua hambatan yang bersifat
teknis dan juga hambatan yang bersifat manajemen.Adapun hambatan
teknisnya adalah sebagai berikut:
a. Rasa sayang terhadap sebuah koleksi
Penyiangan memang memiliki manfaat yang besar terhadap sebuah
perpustakaan, yaitu untuk memperoleh shelf space atau tambahan tempat
untuk koleksi yang baru, membuat koleksi lebih bisa dimanfaatkan
sebagai sumber informasi yang akurat, relevan, up to date dan menarik,
memberikan kemudahan kepada pemustaka, dan memungkinkan staf
perpustakaan untuk mengelola koleksi yang lebih efektif dan efisien.
Sampai saat ini koleksi yang telah disiangi tidak ditindak lanjuti oleh
pihak perpustakaan, perpustakaan tidak pernah melakukan pemusnahan
terhadap bahan pustaka yang telah disiangi alasannya adalah karena
adanya rasa sayang terhadap koleksi atau bahan pustaka yang akan
disingkirkan, dan beberapa faktor lain. Jadi secara tidak langsung proses
dari kegiatan penyiangan sangat selektif.
77
b. Masih adanya anggapan bahwa jumlah koleksi menentukan mutu
Kendala yang selanjutnya adalah datang dari psikologis pustakawan
yang melakukan penyiangan/ weeding, bagi mereka perpustakaan yang
mutunya baik adalah perpustakaan yang memiliki jumlah koleksi yang
banyak. Akan tetapi seiring dengan perkembangan teknologi dan
informasi buku-buku yang memuat informasi yang kurang up to date
harus segera disiangi mengingat sudah ada atau sudah terbitnya edisi-edisi
terbaru yang lebih memuat informasi terkini. Apabila tidak dilakukan
penyiangan maka dikhawatirkan ruang perpustakaan akan semakin terlihat
sempit karena pengadaan terus dilakukan sementara penyiangan enggan
untuk dilaksanakan.
Hambatannya datang dari diri kita sebagai pustakawan. Enggan
untuk melaksanakan penyiangan ya itu tadi karena menurut sebagian
orang disini, tingginya mutu perpustakaan karena tinggi pula jumlah
koleksi. (sr)
c. Adanya anggapan bahwa penyiangan berlawanan dengan tujuan
pengadaan.
Hambatan tersebut sama halnya dengan hambatan sebelumnya
dimana psikologis pustakawan yang beranggapan bahwa pelaksanaan
kegiatan penyiangan berlawanan dengan tujuan pengadaan bahan pustaka.
Dimana tujuan dari pengadaan bahan pustaka adalah memperkaya koleksi
perpustakaan, sedangkan penyiangan adalah upaya mengeluarkan koleksi
dari jajaran koleksi.
78
d. Masih dijumpainya prosedur yang rumit terutama untuk koleksi yang ada
di perpustakaan pemerintah.
Karena Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur merupakan perpustakaan di bawah naungan pemerintah
DKI Jakarta maka tindak lanjut terhadap koleksi hasil penyiangan menjadi
hambatan yang sangat kompleks. Selain karena dana yang digunakan
dalam pengadaan bahan pustaka merupakan dana milik pemerintah DKI
Jakarta maka buku-buku atau koleksi hasil penyiangan tidak dapat
dimusnahkan dengan mudah. Alasannaya adalah proses yang cukup
memakan waktu ketika membuat berita acara sampai berita acara
disetujui.
Salah satu kendala yang dihadapi adalah koleksi pasca penyiangan,
sampai saat ini koleksi hasil penyiangan menumpuk begitu saja di
gudang, sampai hampir memenuhi gudang. Baiknya dihibahkan kepada
perpustakaan lain untuk buku yang masih dapat digunakan, dan untuk
buku yang benar-benar lapuk seharusnya di musnahkan. Tapi kembali
lagi karena semua milik pemerintah DKI jadi prosesnya memakan
waktu.(as)67
Selain hambatan yang bersifat teknis, KPAK juga mengalami hambatan
menejemen. Adapun hambatannya adalah sebagai berikut:
a. Manajemen waktu penyiangan yang belum efektif.
Pada dasarnya buku-buku atau bahan pustaka yang telah disiangi
tidak langsung ditindak lanjuti; baik diperbaiki, atau dikopi. Bahkan bahan
pustaka tersebut tertumpuk di gudang, karena staff yang bertanggung
67Ahmad Staniurachman, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara
pribadi, Jakarta 15 Juni 2015
79
jawab terhadap koleksi tersebut harus melakukan tanggung jawab
(pekerjaan) yang lain.
Selain hambatan teknis, masalah SDM juga menjadi problematika.
Maksudnya adalah bahan pustaka yang telah disiangi dan seharusnya
ditindak lanjuti menjadi tertunda karena staff melakukan pekerjaan yang
lainnya.(as)68
Kendala atau hambatannya menurut saya kurangnya sumber daya
manusia yang menangani kegiatan penyiangan/ weeding selain itu belum
adanya petunjuk teknis tentang penyiangan bahan pustaka. (sr)69
Menurut penulis manajemen kerja tidak efektif karena masih adanya
pekerjaan yang terabaikan demi pekerjaan yang lain.
b. Kebijakan Penyiangan Bahan Pustaka
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebijakan
penyiangan digunakan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan
penyiangan bahan pustaka. Namun hingga saat ini pada Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur belum
memiliki kebijakan penyiangan.
c. Tempat
Kendala lain yang dihadapi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur adalah tempat penyimpanan koleksi-
koleksi yang telah disiangi. Karena lama kelamaan gudang yang saat ini
digunakan akan terisi penuh terlebih setelah disiangi koleksi tidak ditindak
lanjuti.
68Sani, Kepala Sub Bagian Pengembangan Koleksi, Wawancara pribadi, Jakarta 15 Juni 2015 69Sarti, Pustakawan, Wawancara pribadi, Jakarta 16 Juni 2015.
80
Jadi hambatan yang dihadapi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur merupakan hambatan yang bersifat
teknis, psikologis dan juga manajemen.
81
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, penjelasan dan analisa tentang penyiangan
(weeding) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur, maka sebagai upaya mengakhiri pembahasan skripsi ini penulis
mengambil beberapa kesimpulan:
1. Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur,
hingga saat ini belum memiliki kebijakan penyiangan yang legal secara
tertulis. Namun demikian kabijakan yang telah dilakukan oleh Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur adalah:
a. Melakukan penyiangan bahan pustaka dua tahun sekali dan dilakukan
berbarengan dengan kegiatan stock opname.
b. Menempatkan hasil koleksi penyiangan pada gudang atau ruangan khusus
hasil penyiangan (deseleksi) bahan pustaka.
c. Menempatkan bahan pustaka hasil weeding terseleksi di lemari khusus
untuk bisa diakses kembali.
2. Prosedur penyiangan bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur diawali dari membentuk tim pelaksana
penyiangan, setelah itu tim yang telah terbentuk melakukan pemilihan
82
terhadap bahan pustaka yang akan disiangi, selanjutnya pustakawan
menyusun daftar koleksi yang akan disiangi, setelah daftar selesai dibuat
kemudian dilaporkan kepada kepala KPAK yang mempunyai wewenang. Jika
daftar koleksi yang akan disiangi telah disetujui langkah selanjutnya memberi
keterangan pada katalog bahwa buku tersebut tidak tersedia, setelah itu
pustakawan atau tim yang telah dibentuk dapat mengeluarkan koleksi
pepustakaan dengan kriteria penyiangan pada umumnya, dan terakhir buku di
tempatkan di ruang khusus (gudang).
3. Hambatan yang dialami oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur dalam melakukan kegiatan penyiangan
diantaranya adalah kendala psikologis, teknis pemusnahan bahan pustaka
yang cukup merepotkan, dan masalah minimnya tenaga ahli. Selain itu
kendala lainnya juga pada masalah manajemen, seperti mengenai manajemen
waktu kerja yang masih belum efektif, dana pemeliharaan, kebijakan
penyiangan, dan tempat. Sampai saat ini Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur tidak memiliki solusi real yang
dilakukan terhadap hambatan yang dihadapi.
83
B. SARAN
Dari hasil penelitian atau observasi yang tertuang dalam skripsi ini, kiranya
tidak berlebihan jika penulis mengungkapkan saran-saran sebagai berikut:
1. Dalam melakukan kegiatan penyiangan bahan pustaka, Kantor Perpustakaan
dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta Timur hendaknya memiliki
kebijakan secara tertulis, terutama kebijakan penyiangan agar proses
penyiangan bahan pustaka memiliki alur kerja atau konsep yang jelas dalam
menyiangi bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur.
2. Agar proses penyiangan bahan pustaka dilakukan dengan baik, alangkah
baiknya Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK) Jakarta
Timur dalam hal ini membuat alur penyiangan (weeding) seperti yang penulis
cantumkan di dalam lampiran.
3. Untuk merealisasikan proses penyiangan bahan pustaka yang baik, alangkah
baiknya jika Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Administrasi (KPAK)
Jakarta Timur memiliki dana yang cukup untuk melakukan pengadaan koleksi
dan anggaran khusus untuk pemeliharaan (dalam hal ini penyiangan). Dengan
begitu penyiangan bisa dilakukan dengan maksimal setiap tahunnya.
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Saleh, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2009.
Baumbach, Donna J., dan Miller, Linda L, Less is More: A Practical Guide to
Weeding School Library Collection, Chicago: American Library Association,
2006.
Diane, J. Young. "Get to Effective Weeding." Library Journal, no 19 (15 November
2009): hlm. 36.
Edward, Evans. Developing Library Collection, America: Libraries Unlimited, INC,
1979.
Larson, Jeanette. CREW : A Weeding Manual For Modern Libraries/ revised and
updated by Jeanette Larson. Austin, Tex. : Texas State Library and Archives
Commission, 2008.
Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.
Nelwaty dan Lily Suarni, Pedoman Teknis Pengembangan Koleksi Layanan
Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan
Perpustakaan Nasional RI Tahun 2002.
Prasetya Irawan. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta: Sekolah Tinggi
Administrasi LembagaAdministrasi Negara, 2004.
Sangarinbun, Masi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989.
Soetimah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius,
1992.
Syamsir Salam. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
UIN Jakarta. Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah 2011-2012. Jakarta: Biro
Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Yuni Nurjannah. Perawatan dan Penyiangan Bahan Pustaka: Pengembangan
Koleksi Modul 9. Yuni-Nurjannah.blog.undip.ac.id diakses pada 21 Agustus
2015 pukul 20:17 WIB
85
Yuni, Nurjannah. Perawatan dan Penyiangan Bahan Pustaka: Pengembangan
Koleksi Modul 9. Yuni-Nurjannah.blog.undip.ac.id diakses pada tanggal 06
Mei 2015 pukul 15:50 WIB.
Yunus Winoto, "Penyiangan (Weeding) Bahan Pustaka: Sebuah Tinjauan Teoritis"
Journal Info PERSADA: Media Informasi Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma, Vol.2/ No.2/ Agustus 2004.
Yusuf Taslimah, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka,
1996), h. 17
Yuyu Yulia. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Yuyu Yulia. Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2000.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2
Buku Yang Jarang Dipinjam
Gambar 3
Buku Out Of Date
Gambar 4
Buku Rusak
Gambar 5
Buku Yang Beberapa Halamannya Hilang
Gambar 6
Buku Rusak Cover
Gambar 7
Buku Yang Tersiram Air
Gambar 8
Jajaran Buku Rusak Di Rak Penyiangan
Gambar 9
Buku Dengan Eksemplar Banyak
Gambar 10
Rak Hasil Penyiangan Tampak Samping Kanan
Gambar 11
Rak Hasil Penyiangan Tampak Samping Kiri
Gambar 12
Rak Hasil Penyiangan Tampak Samping Depan
Gambar 13
Ruangan Khusus Hasil Penyiangan
Gambar 14
Penumpukan Buku di Gudang
Gambar 15
Beberapa Ikat Buku
HASIL WAWANCARA
TENTANG PENYIANGAN BAHAN PUSTAKA DI
KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI (KPAK)
JAKARTA TIMUR
Informan : Ahmad Staniurachman
Jabatan : Kepala Bidang Pengembangan Koleksi
Hari/ Tanggal : Senin/ 15Juni 2015
Tempat : Ruang Kerja
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana pelaksanaan penyiangan pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Penyiangan di KPAK Jakarta Timur dilakukan dua tahun sekali.
2. Apakah yang menjadi pedoman atau acuan ketika melakukan penyiangan bahan
pustaka?
Jawab: Pedomannya dari pengalaman-pengalaman staff yang pernah melakukan
penyiangan. Dari semua pengalaman di jadikan satu untuk kemudian dijadikan
acuan.
3. Bagaimana prosedur penyiangan pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Prosedur penyiangan yang kami lakukan sama halnya dengan yang
perpustakaan lain lakukan. Dari mulai membentuk tim pelaksana penyiangan,
setelah itu tim yang telah terbentuk melakukan pemilihan terhadap bahan pustaka
yang akan disiangi, selanjutnya pustakawan menyusun daftar koleksi yang akan
disiangi, setelah daftar selesai dibuat kemudian dilaporkan kepada kepala KPAK
yang mempunyai wewenang. Jika daftar koleksi yang akan disiangi telah
disetujui langkah selanjutnya memberi keterangan pada catalog bahwa buku
tersebut tidak tersedia, setelah itu pustakawan atau tim yang telah dibentuk dapat
mengeluarkan koleksi pepustakaan dengan criteria penyiangan pada umumnya,
dan terakhir buku di tempatkan di ruang khusus (gudang).
4. Apakah penyiangan dilakukan bersamaan dengan stock opname?
Jawab: Iya benar sekali, di KPAK sendiri penyiangan bahan pustaka dilakukan
berbarengan dengan stock opname dengan frekuensi dua tahun sekali.
5. Bagaimana kebijakan penyiangan bahan pustaka pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Kebijakan penyiangan bahan pustaka di KPAK belum ada, namun
kegiatannya sering kami (pihak perpustakaan) lakukan. Selama ini penyiangan
dilakukan tanpa pedoman yang sah. Hanya pedoman dari pribadi pustakawannya
saja. Tentunya semua itu tidak bisa dijadikan pedoman yang resmi menurut saya.
6. Apakah kebijakan tertulis atau tidak tertulis?
Jawab: Tidak ada, mengingat pedoman resmi saja kita (pihak perpustakaan) tidak
pegang.
7. Apa tujuan dan manfaat adanya kebijakan penyiangan?
Jawab: Manfaat dengan adanya kebijakan yaitu aktifitas atau kegiatan
penyiangan yang kami (pihak perpustakaan) lakukan mempunyai payung hukum
dan tentunya tidak dipandang sebelah mata juga oleh pihak-pihak yang tidak
mengerti akan kegiatan ini.
8. Apakah ada anggaran khusus untuk penyiangan?
Jawab: Anggaran tidak ada.
9. Bagaimana waktu pelaksanaan penyiangan?
Jawab: Penyiangan dilakukan dua tahun sekali bareng dengan stock opname.
10. Bagaimana tindak lanjut terhadap koleksi yang telah di siangi?
Jawab: Nah, inilah kendalanya mba, karena penyiangan yang dilakukan tidak
mempunyai payung hukum, tidak ada pedoman atau yang kita sebut sebelumnya
tidak ada kebijakan, nasib koleksi-koleksi yang telah selesai disiangi tidak ada
tindakan lanjut disimpan begitu saja di gudang.Terlebih buku-buku disini masih
diperlakukan seperti barang maksudnya adalah proses pemusnahannya sangat
ribet dan memakan waktu.
11. Bagaimana teknis pelaksanaan penyiangan bahan pustaka?
Jawab: Teknisnya penyiangan bahan pustaka di KPAK Jakarta Timur di lakukan
dua tahun sekali dan pelaksanaannya berbarengan dengan stock opname.
Biasanya kita (pihak perpustakaan) melakukannya pada musim libur sekolah
karena kebanyakan pemustakanya adalah pelajar.
12. Apa saja kriteria dalam melakukan penyiangan?
Jawab: Kriterianya seperti buku-buku yang benar-benar rusak dan tidak dapat
diperbaiki lagi, buku yang peminatnya tidak ada biasanya kita lihat buku itu
diminati atau tidak dari slip peminjaman bahan pustaka yang tertera di belakang
buku, kemudian buku yang nilai informasinya kudet, dan buku-buku yang
eksemplarnya terlalu banyak.
13. Siapakah yang bertanggung jawab dalam kegiatan penyiangan?
Jawab: Yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini (penyiangan) ya saya
sebagai kepala bidang pengembangan koleksi dan tentunya tak luput juga
peranan kepala KPAK itu sendiri.
14. Apakah ada tim khusus dalam melakukan penyiangan?
Jawab: Tim khusus ada tetapi dibuatnya pada saat akan melakukan penyiangan,
sebenarnya si sudah menjadi TUPOKSI dari masing-masing staff, namun karena
penyiangan itu tidaklah mudah jadi tidak semua orang mau ikut serta dalam
kegiatan ini.
15. Menurut bapak apakah KPAK perlu melakukan penyiangan?
Jawab: Sangat perlu penyiangan dilakukan, dengan dilakukan penyiangan akan
menghemat rak penyimpanan. Karena pengadaan dilakukan setiap tahun jika
penyiangan tidak dilakuakan maka dikhawatirkan menghabiskan ruangan dan
tempat.
16. Hambatan apa saja yang dihadapi KPAK Jakarta Timur selama proses penyiangan
berlangsung?
Jawab: Hambatan yang dihadapi pertama banget terkait tindak lanjut koleksi
pasca penyiangan, selain itu adalah psikologis pustakawan yang merasa sayang
terhadap buku yang akan dikeluarkan dari rak. Selain hambatan teknis, masalah
SDM juga menjadi problematika. Maksudnya adalah bahan pustaka yang telah
disiangi dan seharusnya ditindak lanjuti menjadi tertunda karena staff melakukan
pekerjaan yang lainnya
17. Bagaimana sistem temu kembali untuk koleksi yang telah disiangi?
Jawab: sistem temu kembalinya ya secara manual, pemustaka yang membutuhkan
buku tersebut dapat mencarinya di rak hasil penyiangan yang ada di gudang.
Tentunya kita (pustakawan) akan memandu dan mengawasinya. Kalau benar-
benar masih banyak peminatnya, siklus peminjamannya juga masih sering kita
simpen di loker yang ada di gudang
Mengetahui,
Pewawancara Kepala Bagian Pengembangan Koleksi
KPAK Jakarta Timur
Eka Fitri Adiyanti Ahmad Staniurachman
NIM. 1111025100036 NIP. 19711010 199703 1 005 / 121965
HASIL WAWANCARA
TENTANG PENYIANGAN BAHAN PUSTAKA DI
KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KOTA ADMINISTRASI (KPAK)
JAKARTA TIMUR
Informan : Sarti
Jabatan : Pustakawan
Hari/ Tanggal : Rabu/ 17Juni 2015
Tempat : Ruang Kerja
Pertanyaan dan Jawaban
1. Bagaimana pelaksanaan penyiangan pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Penyiangan dilakukan secara berkala, biasanya dilakukan bersamaan
dengan stock opname de.
2. Apakah yang menjadi pedoman atau acuan ketika melakukan penyiangan bahan
pustaka?
Jawab: Pedoman yang digunakan dari draft-draft penyiangan yang sebelumnya
dilakukan. Dari pengalaman-pengalaman tim yang melakukan penyiangan juga
bisa.
3. Bagaimana prosedur penyiangan pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Prosedur penyiangan bahan pustaka yang kami lakukan di mulai dari
membentuk tim pelaksana penyiangan, setelah itu tim yang telah terbentuk
melakukan pemilihan terhadap bahan pustaka yang akan disiangi, selanjutnya
pustakawan menyusun daftar koleksi yang akan disiangi, setelah daftar selesai
dibuat kemudian dilaporkan kepada kepala KPAK yang mempunyai wewenang.
Jika daftar koleksi yang akan disiangi telah disetujui langkah selanjutnya
memberi keterangan pada catalog bahwa buku tersebut tidak tersedia, setelah itu
pustakawan atau tim yang telah dibentuk dapat mengeluarkan koleksi
pepustakaan dengan kriteria penyiangan pada umumnya, dan terakhir buku di
tempatkan di ruang khusus (gudang).
4. Apakah penyiangan dilakukan bersamaan dengan stock opname?
Jawab: Iya berbarengan dengan stock opname dua tahun sekali biasanya.
5. Bagaimana kebijakan penyiangan bahan pustaka pada KPAK Jakarta Timur?
Jawab: Kami tidak memiliki kebijakan penyiangan bahan pustaka, secara tertulis.
Terlalu sering melakukan penyiangan juga saya khawatir akan menghambat
bertambahnya kooleksi di KPAK, terlebih semuanya milik PEMDA DKI
prosesnya agak ribet.
6. Apakah kebijakan tertulis atau tidak tertulis?
Jawab: Kita tidak memiliki payung hukum atau kebijakan penyiangan.
7. Apa tujuan dan manfaat adanya kebijakan penyiangan?
Jawab: Manfaatnya alur kerja jadi terarah, dan tersusun. Selain itu jika ada
kebijakan penyiangan kegiatan yang kita (pihak perpustakaan) lakukan memiliki
payung hukum.
8. Apakah ada anggaran khusus untuk penyiangan?
Jawab: Setahu saya tidak ada anggaran khusus.
9. Bagaimana waktu pelaksanaan penyiangan?
Jawab: Itu tadi penyiangan dilakukan dua tahun sekali bareng dengan stock
opname.
10. Bagaimana tindak lanjut terhadap koleksi yang telah di siangi?
Jawab: Tindak lanjut terhadap koleksi yang telah disiangi kita simpan di gudang
menyimpanan. Tidak ada proses pemusnahan bahan pustaka seperti yang
biasanya perpustakaan lain lakukan karena disini (KPAK Jakarta Timur) masih
menganggap sama antara barang dan bahan pustaka.
11. Bagaimana teknis pelaksanaan penyiangan bahan pustaka?
Jawab: Teknisnya penyiangan bahan pustaka dilakukan sesuai dengan prosedur
yang telah diketahui sebelumnya, meisahkan kembali untuk buku-buku yang
masih bisa diperbaiki dan sudah benar-benar rusak. Karena buku yang masih
bisa diperbaiki dilakukan perbaikan untuk kemudian di simpan kembali di rak
koleksi.
12. Apa saja kriteria dalam melakukan penyiangan?
Jawab: Kriterianya seperti buku-buku yang benar-benar rusak dan tidak dapat
diperbaiki lagi, buku yang peminatnya tidak ada biasanya kita lihat buku itu
diminati atau tidak dari slip peminjaman bahan pustaka yang tertera di belakang
buku, kemudian buku yang nilai informasinya kadaluarsa, dan buku-buku yang
eksemplarnya terlalu banyak.
13. Siapakah yang bertanggung jawab dalam kegiatan penyiangan?
Jawab: Yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini (penyiangan) bapak sani
sebagai kepala pengembangan koleksi dan tentunya kepada KPAK juga ikut andil
dalam penyiangan bahan pustaka.
14. Apakah ada tim khusus dalam melakukan penyiangan?
Jawab: Tim khusus ada tetapi dibuatnya pada saat akan melakukan penyiangan.
15. Menurut ibu apakah KPAK perlu melakukan penyiangan?
Jawab: Penyiangan perlu dilakukan guna untuk penyegaran terhadap koleksi
perpustakaan.
16. Hambatan apa saja yang dihadapi KPAK Jakarta Timur selama proses penyiangan
berlangsung?
Jawab: Kendala atau hambatannya menurut saya kurangnya sumber daya
manusia yang menangani kegiatan penyiangan/ weeding selain itu belum adanya
petunjuk teknis tentang penyiangan bahan pustaka.
17. Bagaimana sistem temu kembali untuk koleksi yang telah disiangi?
Jawab: Tidak ada system temu kembali untuk buku yang telah di weeding jika ada
pemustaka yang membutuhkan buku hasil weeding dapat mencarinya di gudang
penyimpanan hasil weeding dan tentunya dibawah pengawasan pustakawan.
Mengetahui,
Pewawancara Pustakawan
Eka Fitri Adiyanti Sarti
NIM. 1111025100036 NIP.
BIODATA PENULIS
Eka Fitri Ardiyanti, lahir di Bekasi 14
Desember 1993, putri pertama dari tiga
bersaudara. Terlahir dari pasangan Bapak H.
Sukardi dan Ibu Salmah Aryani. Penulis
bertempat tinggal di Jl. Toyogiri Selatan Rt
04/002 No 110 Desa Jatimulya Kecamatan
Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Penulis
menyelesaikan pendidikan pada tahun (1998-
1999) TK Islam Nur Hidayah. Lalu pada tahun (1999-2005) Sekolah Dasar Negeri
Jatimulya 08. Kemudian, pada tahun (2005-2008) melanjutkan Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 4 Tambun Selatan pada, tahun (2008-2011) Sekolah
Menengah Kejuruan jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMK Mandalahayu
Bekasi. Pada tahun (2011) penulis melanjutkan pendidikan pada program studi (S1)
Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliah dengan menulis skripsi berjudul
“Penyiangan Bahan Pustaka Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota
Administrasi (KPAK) Jakarta Timur”. Penulis juga pernah melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di Perpustakaan Kementerian Sosial Republik Indonesia (2014) dan
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa/ Kelurahan Jeungjing, Tangerang-Banten.