perancangan animasi interaktif pengenalan · pdf filediajukan untuk melengkapi tugas dan...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN
TOKOH PAHLAWAN ACEH BERBASIS ADOBE FLASH
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Informatika
Universitas Ubudiyah Indonesia
Oleh
Nama : ZUHRI
Nim : 121020120014
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
BANDA ACEH
2016
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini, tidak lupa pula shalawat beriring salam penulis hantarkan kepada
junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari
alam kegelapan dan kebodohan kealam yang terang benderang dan penuh dengan
ilmu pengetahuan, seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis memilih judul “PERANCANGAN
ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN TOKOH PAHLAWAN ACEH
BERBASIS ADOBE FLASH”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana pada Program Studi S-1 Teknik Informatika Fakultas Ilmu
Komputer Unversitas Ubudiyah Indonesia.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan
dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, nasihat dan saran serta
kerjasama dari berbagai pihak, khususnya pembimbing, segala hambatan tersebut
akhirnya dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Marniati, M.Kes selaku Rektor Universitas Ubudiyah Indonesia.
2. Bapak M. Bayu Wibawa, S.Kom., M.MSI selaku Ketua Program Studi
Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Ubudiyah
Indonesia.
3. Ibu Sarini Vita Dewi, S.T., M.Eng selaku dosen pembimbing yang
telah banyak membantu dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga pikiran
dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang
sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
4. Ibu Desita Ria Yusian TB, S.ST,.M.T selaku penguji I dan Ibu Zulaida
Rahmi, S.Kom selaku penguji II, yang telah meluangkan waktu,
vi
tenaga, pikiran dalam mengoreksi kesalahan serta memberikan
masukan dalam proses penyusunan skripsi.
5. Ibunda dan Ayahanda tercinta, yang telah melahirkan dan
membesarkan penulis yang sekarang sudah tiada semoga amal dan
ibadahnya diterima disisi Allah SWT, Amiin ya Allah. berkat doanya
dan izin Allah, Alhamdulillah penulis mampu menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
6. Saudara-saudara tercinta yang telah banyak memberikan dorongan,
semangat, perhatian, dan kasih sayang dan bantuan baik secara moril
dan material. Serta doa-doa yang tak pernah henti-hentinya demi
keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh dosen dan staf akademik yang telah membantu dan
meluangkan waktu dan tenaga untuk penulis.
8. Terimakasih banyak buat semua teman-teman angkatan 2012
khususnya Teknik Informatika atas kebersamaan dan dorongan,
semangat serta bantuan yang sangat berarti bagi penulis. Dan untuk
semua pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dalam metode penulisan maupun
pembahasan materi. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa depan. Akhirnya, hanya kepada
Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin
Banda Aceh, 04 April 2016
ZUHRI
121020120014
vii
ABSTRAK
Pemanfaatan teknologi secara otomatis memberi kemudahan dalam penyampaian
sebuah informasi. Dalam penelitian ini pemanfaatan teknologi dapat dilakukan
dengan menggunakan animasi untuk menyampaikan pengetahuan tentang sejarah
pahlawan Aceh yang telah berjasa dalam mempertahankan daerah tanah lahirnya,
dan juga mempunyai peran penting terhadap kemerdekaan negara Indonesia ini
dalam mempertahankan wilayah ujung barat pulau sumatera dari penjajahan
bangsa asing. Namun sayangnya pengetahuan terhadap sejarah perjuangan
pahlawan Aceh pada generasi muda masih rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya
minat generasi muda dan kurangnya kepedulian masyarakat dalam menerapkan
ilmu pengetahuan sejarah kepada generasi muda. Dari permasalahan ini maka
penulis melakukan penelitian tentang perancangan animasi interaktif pengenalan
tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash. Software yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Adobe Flash Professional CS5, Adobe Photoshop, Format
Factory, dan GoldWave sebagai software pendukung. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang merupakan metode penelitian
yang lebih difokuskan dengan situasi atau fenomena-fenomena yang diteliti.
Adapun juga tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan dan
memberi ilmu pengetahuan sejarah pahlawan Aceh kepada setiap generasi muda
dan untuk mengingatkan kembali atau mengenang akan jasa para pahlawan.
Kata Kunci : Pahlawan Aceh, Animasi Interaktif, Sejarah
viii
ABSTRACT
The use of technology will automatically provide convenience in the delivery of
information. In this study, the use of technology can be done by using animation
to convey knowledge about the history of Aceh heroes who had been instrumental
in maintaining the land area of birth, and also have an important role to the
independence of Indonesia's state in defending the western tip of Sumatra island
nation from foreign occupation. Unfortunately, knowledge of the history of the
struggle heroes of Aceh on the younger generation is still low. This is due to lack
of interest of young people and the lack of public awareness in applying the
science of history to younger generations. Of these problems, the authors
conducted research on the design of interactive animated introduction to the hero
of Aceh based on Adobe Flash. Software used in this study is Adobe Flash
Professional CS5, Adobe Photoshop, Format Factory, and GoldWave as
supporting software. The method used in this study is a qualitative method which
is a method that is more focused research with the situation or phenomenon under
study. As is also the purpose of this study was to introduce and provide historical
science Aceh hero to every young generation and of recalling or remembering
would merit heroes.
Keywords : Hero Aceh, Interactive Animation, History
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................. iii
LEMBAR PERTANYAAN ............................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... v
ABSTRAK........................................................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.6 Keaslian Penelitian ........................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Animasi ........................................................................................... 6
2.2 Jenis-Jenis Animasi .......................................................................................... 6
2.2.1 Animasi Gambar Diam (Stop-Motion Animation) .................................. 7
2.2.2 Animasi Tradisional (Tradisional Animation) ........................................ 7
2.2.3 Animasi Komputer (Computer Animation) ............................................. 8
2.3 Adobe Flash Professional CS5 ......................................................................... 9
x
2.4 Adobe Photoshop .............................................................................................. 11
2.5 Sejarah Tokoh-Tokoh Pahlawan Aceh ............................................................. 12
2.5.1 Teuku Umar............................................................................................. 12
2.5.2 Cut Nyak Dhien ....................................................................................... 16
2.5.3 Laksamana Keumalahayati ..................................................................... 20
2.5.4 Cut Meutia ............................................................................................... 23
2.5.5 Teungku Chik Di Tiro ............................................................................. 28
2.5.6 Panglima Polem....................................................................................... 33
2.5.7 Sultan Iskandar Muda.............................................................................. 36
2.5.8 Teuku Nyak Arif ..................................................................................... 41
2.5.9 Pocut Baren ............................................................................................. 46
2.5.10 Pocut Meurah Intan .............................................................................. 48
2.6 Pengertian Storyboard ...................................................................................... 50
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 51
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 51
3.3 Alur Penelitian .................................................................................................. 52
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 54
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................ 55
3.6 Metode Pengolahan Data .................................................................................. 55
3.7 Perancangan Animasi ....................................................................................... 56
3.7.1 Menentukan Tokoh Pahlawan ................................................................. 56
3.7.2 Storyboard Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh ....................... 57
3.7.3 Desain Gambar ........................................................................................ 74
3.7.4 Menentukan Layar (Scene)...................................................................... 74
3.7.5 Action Script ............................................................................................ 74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Produksi ............................................................................................................ 75
4.1.1 Desain Karakter Tokoh Pahlawan ........................................................... 75
xi
4.1.2 Desain Gambar Pendukung ..................................................................... 76
4.1.3 Membuat Gambar Bergerak .................................................................... 77
4.2 Halaman Utama Animasi Interaktif Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh ......... 78
4.3 Tombol Menu Interaktif ................................................................................... 79
4.4 Halaman Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh .................................... 80
4.5 Pengisian Suara ................................................................................................. 81
4.6 Hasil Akhir........................................................................................................ 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 88
5.2 Saran ................................................................................................................. 88
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Istilah Dalam Adobe Flash Professional CS5 ....................................... 10
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ................................................................................... 51
Tabel 3.2 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Umar ..................... 57
Tabel 3.3 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Nyak Dhien ............... 59
Tabel 3.4 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Laksamana Kumalahayati 60
Tabel 3.5 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Meutia ....................... 62
Tabel 3.6 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Sultan Iskandar Muda ...... 64
Tabel 3.7 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Teungku Chik Di Tiro ...... 66
Tabel 3.8 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Panglima Polem ............... 67
Tabel 3.9 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Baren ...................... 69
Tabel 3.10 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Meurah Intan ........ 71
Tabel 3.11 Storyboard Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Nyak Arif ............ 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian........................................................................................ 52
Gambar 4,1 Hasil Desain Karakter Tokoh Pahlawan Aceh ....................................... 75
Gambar 4.2 Gambar Animasi Bergerak ..................................................................... 76
Gambar 4.3 Hasil Desain Gambar Pendukung .......................................................... 77
Gambar 4.4 Proses Pembuatan Gambar Bergerak ..................................................... 78
Gambar 4.5 Tampilan Utama Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh ............. 78
Gambar 4.6 Tampilan Tombol Menu Scroll Sebelah Kiri ......................................... 79
Gambar 4.7 Tampilan Tombol Menu Scroll Sebelah Kanan ..................................... 79
Gambar 4.8 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Umar ......................... 80
Gambar 4.9 Tampilan Utama Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh ............. 81
Gambar 4.10 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Umar ....................... 82
Gambar 4.11 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Nyak Dhien ................. 82
Gambar 4.12 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Keumalahayati ................... 83
Gambar 4.13 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Meutia ......................... 83
Gambar 4.14 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Sultan Iskandar Muda ........ 84
Gambar 4.15 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teungku Chik Di Tiro ....... 84
Gambar 4.16 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Panglima Polem ................. 85
Gambar 4.17 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Baren ....................... 85
Gambar 4.18 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Meurah Intan ........... 86
Gambar 4.19 Tampilan Halaman Sejarah Aceh ......................................................... 86
Gambar 4.20 Tampilan Halaman Galeri .................................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dikenal dari berbagai peristiwa sejarahnya
terutama yang berhubungan dengan peristiwa sejarah kemerdekaan negara
Indonesia itu sendiri, dimana peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam menuju
kemerdekaan Indonesia, meliputi dari berbagai tahapan, yaitu masa sebelum
penjajahan, masa penjajahan, sampai pada masa kemerdekaan. Dengan terjadinya
peristiwa-peristiwa tersebut negara Indonesia ini banyak melahirkan para
pahlawan bangsa yang begitu gagah dan berjasa dalam memperjuangkan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tokoh pahlawan Aceh sendiri, selain mempertahankan daerah tanah lahirnya,
mereka juga mempunyai peran penting terhadap kemerdekaan negara Indonesia
ini dalam mempertahankan wilayah ujung barat pulau sumatera dari penjajahan
bangsa asing, dengan pengorbanan dan pertumpahan darah yang seharusnya dapat
dihargai dan dapat di pelajari dari kisah perjuangannya, namun pengetahuan
terhadap sejarah tokoh pahlawan Aceh kepada sebagian generasi muda saat ini
masih kurang, hal ini disebabkan dengan kurangnya minat dari generasi-generasi
muda sendiri untuk mengetahui sejarah perjuangan para tokoh pahlawan Aceh.
Berdasarkan informasi yang didapatkan terhadap sejarah perjuangan para
pahlawan Aceh, umumnya masih dijelaskan dalam bentuk teks saja yang
didapatkan dari buku-buku maupun dari sumber-sumber lainnya. Sehingga hal ini
bisa saja terkesan tidak menarik dan membosankan terhadap generasi muda untuk
mengetahui sejarah dari para tokoh pahlawan Aceh. Namun dengan
perkembangan teknologi sekarang, untuk menyampaikan sebuah informasi dapat
lebih mudah dan akurat, dimana data-data yang diolah dan dihasilkan akan
menjadi informasi yang berguna setiap harinya, teknologi merupakan bagian yang
2
tidak bisa dipisahkan pada kehidupan sekarang, karena teknologi adalah alat bantu
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Dengan teknologi dapat menyampaikan informasi dalam bentuk teks, gambar,
animasi, video dan sebagainya. Dan di dalam ilmu komputer hal ini disebut
multimedia, pemanfaatan multimedia ini dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dalam memberikan ilmu-ilmu pengetahuan serta informasi yang
menarik dan mudah dipahami.
Sesuai dengan judul penelitian yaitu “ Perancangan Animasi Interaktif
Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh Berbasis Adobe Flash” dengan merancang
animasi interaktif dapat memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan
kepada masyarakat tentang sejarah tokoh pahlawan Aceh menjadi lebih menarik
dari segi tampilan, animasi ini juga dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada
generasi muda maupun yang akan datang terhadap sejarah tokoh pahlawan Aceh.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah kurangnya minat dan pemahaman sejarah pahlawan
Aceh pada generasi muda disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah media
pembelajaran/informasi yang didapatkan masih dijelaskan dalam bentuk teks,
sehingga terkesan tidak menarik dan membosankan pada sebagian generasi-
generasi muda untuk mengetahui sejarah pahlawan Aceh.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengolah informasi yang berkaitan tentang
sejarah tokoh pahlawan Aceh yang dulunya dari bentuk teks menjadi ke dalam
bentuk animasi dan mengaplikasikan seluruh informasi tentang sejarah pahlawan
Aceh, sehingga dapat dijadikan media pembelajaran untuk memperkenalkan dan
memberi ilmu pengetahuan tentang sejarah pahlawan Aceh kepada setiap generasi
muda maupun yang akan datang agar dapat mengingatkan kembali dan
mengenang akan jasa para pahlawan Aceh.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Dapat menghasilkan informasi secara menarik dan mudah dipahami
tentang sejarah tokoh pahlawan Aceh dengan animasi interaktif
2. Dapat mengaplikasikan informasi tentang sejarah pahlawan Aceh menjadi
animasi interaktif.
3. Dapat memperkenalkan dan memberi ilmu pengetahuan tentang sejarah
tokoh pahlawan Aceh kepada generasi muda maupun yang akan datang
4. Dapat mengingatkan kembali dan mengenang akan jasa perjuangan para
pahlawan Aceh dengan animasi interaktif
1.5 Batasan Masalah
Sehubungan dengan keterbatasan waktu yang diperlukan dan untuk
menghindari adanya perluasan cakupan masalah dari tujuan dan lebih terarah
maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembuatan animasi interaktif ini hanya memperkenalkan tokoh pahlawan
Aceh kepada generasi muda agar dapat dikenang kembali dan tidak
dilupakan.
2. Tokoh pahlawan Aceh yang digunakan pada animasi interaktif ini hanya
10 karakter yang ditentukan.
3. Animasi yang ditampilkan hanya menjelaskan latarbelakang pahlawan,
perjuangan pahlawan, dan meninggalnya pahlawan.
4. Animasi interaktif ini hanya dihasilkan dalam bentuk 2 dimensi saja.
1.6 Keaslian Penelitian
Desy Ariani pernah melakukan penelitian yang terkait dengan animasi
interaktif sejarah pahlawan nasional dalam skripsinya yang berjudul “ Aplikasi
Interaktif Pengenalan Pahlawan Revolusi Indonesia Berbasis Multimedia ( Studi
Kasus di MI AL-GINA ) ” merupakan sebuah aplikasi pembelajaran untuk
mengenal pahlawan revolusi Indonesia dengan cepat dan tepat, kepada siswa
Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) AL-GINA. Dengan metode penelitiannya yang
4
digunakan adalah metode pembelajaran konversional dan metode interaktif
multimedia, dalam pembuatan aplikasi yang dibuat menggunakan software Adobe
Flash CS3 dengan Action Script 2.0. STMIK Bina Sarana Global, 2014.
Ilham Eka Putra, S.Kom., M.Hum pernah melakukan penelitian terkait dengan
animasi interaktif pembelajaran sejarah dalam jurnal penelitiannya yang berjudul
“ Teknologi Media Pembelajaran Sejarah Melalui Pemanfaatan Multimedia
Animasi Interaktif “ merupakan sebuah penelitian dalam memanfaatkan
multimedia animasi interaktif untuk meningkatkan tingkat pemahaman siswa
terhadap mata pembelajaran pelajaran sejarah. Dengan metode penelitiannya yang
digunakan adalah metode pendekatan R&D (Research and Development), metode
ini merupakan metode reset dasar untuk informasi yang dibutuhkan dan
pengembangan produk media pembelajaran, dalam pembuatan aplikasi yang
dibuat menggunakan software Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, CorelDraw,
Macromedia Flash dan Camtasia. STMIK Indonesia Padang, 2013
Zulkifli Rusdi pernah melakukan penelitian terkait animasi interaktif sejarah
kemerdekaan Republik Indonesia dalam skripsinya yang berjudul “ Aplikasi
Media Pembelajaran Sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia Menggunakan
Metode Computer Assisted Intructions ( CAI ) “ merupakan sebuah aplikasi
pembelajaran mengajar dan belajar tentang sejarah kemerdekaan Republik
Indonesia, dengan metode penelitiannya yang digunakan adalah Computer
Assisted Intrucions, dalam pembuatan aplikasi yang dibuat menggunakan
software Macromedia Flash 8.0 . STMIK Budi Darma Medan, 2013
Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya perbedaan dalam penelitian ini
adalah berfokus pada sejarah pahlawan Aceh dalam memperkenalkan tokoh-tokoh
pahlawan Aceh kepada generasi-generasi baru dengan pemanfaatan multimedia
sebagai media pembelajaran sedangkan penelitian-penelitan sebelumnya mereka
lebih berfokus kepada sejarah pahlawan nasional, pemanfaatan multimedia
menjadi media pembelajaran sejarah, dan sejarah kemerdekaan Indonesia, maka
penelitian yang dilakukan belum pernah diteliti sebelumnya, yaitu “Perancangan
5
Animasi Interaktif Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh Berbasis Adobe Flash”
pada penelitian ini peneliti menggunakan software Adobe Flash Professional CS5,
Adobe Photoshop, Format Factory, dan GlodWave sebagai software pendukung
dalam pembuatan animasi interkatif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Animasi
Kata animasi berasal dari bahasa Latin, anima yang berarti “hidup” atau
animare yang berarti “meniupkan hidup ke dalam”. Kemudian istilah tersebut
dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi Animate yang berarti memberi
hidup (to give life to), atau Animation yang berarti ilusi dari gerakan, atau hidup.
Lazimnya isitilah animation diartikan membuat film kartun (the making of
cartoons). Istilah animation tersebut dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi Animasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:53) kata animasi
diartikan lebih teknis lagi yaitu acara televisi yang berbentuk rangkaian lukisan
atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis sehingga tampak di layar
menjadi bergerak.
Ilusi dari gerakan tersebut dapat terjadi dengan cara menggerakkan secara
cepat dari serangkaian gambar yang mempunyai gerakan secara bertahap dari
masing-masing bagian objek gambar tersebut. Apabila rangkaian gambar tersebut
digerakkan secara cepat, maka mata akan menangkap gerakan dari objek, dan
bukan lagi gambar per frame-nya. Standar animasi seperti itu sering kali disebut
sebagai stop-frame cinematography. (Ranang Agung Sugihartono, Basnender
Herryprilosadoso, dan Asmoro Nurhadi Panindias, 2010: 9)
2.2 Jenis-Jenis Animasi
Animasi sangat terkait dengan perkembangan teknologi dan industri animasi
di luar negeri. Di awal tahun 1920-an, popularitas kartun animasi berangsur
menurun dan para sineas mulai cenderung mencari alternatif lain sebagai media
hiburan. Masyarakat mulai jenuh dengan konsep animasi yang pada saat itu tidak
memikirkan story line dan pengembangan karakter tokoh.
7
Pada pertengahan tahun 1920-an perubahan besar dimulai setelah beberapa
perusahaan animasi mengembangkan konsep komersialisasi, studio-studio besar
mengambil alih studio lokal dan kemudian menentukan standar untuk animasi.
sampai saat ini animasi dibagi dalam kategori besar, yaitu:
2.2.1 Animasi Gambar Diam (Stop-Motion Animation)
Stop-motion animation sering pula disebut Claymation karena dalam
perkembangannya, jenis animasi ini sering menggunakan tanah liat (clay)
sebagai objek yang digerakkan. Teknik animasi stop-motion pertama kali
ditemukan oleh Stuart Blakton pada tahun 1906 dengan menggambar ekspresi
wajah tokoh kartun di papan tulis, diambil gambarnya dengan still camera,
kemudian dihapus untuk menggambarkan ekspresi wajah selanjutnya.
Teknik animasi stop-motion ini sering digunakan dalam efek visual
untuk film-film di era tahun 1950-1960-an bahkan sampai saat ini.
Perkembangan animasi stop-motion di Indonesia belum kelihatan karena
sangat jarang animator yang mau berkarya pada bidang ini. Salah satu
penyebabnya adalah tingkat kesulitan pengerjaan animasi dan kesabaran yang
cukup tinggi, karena harus memiliki ketrampilan menggambar langsung yang
baik, yang tentu saja tidak dipunyai oleh setiap orang. (Ranang Agung
Sugihartono, Basnender Herryprilosadoso, dan Asmoro Nurhadi Panindias,
2010: 44)
2.2.2 Animasi Tradisional (Tradisional Animation)
Animasi tradisional merupakan teknik animasi yang pertama kali
dikembangkan dan telah menjadi jenis animasi paling dikenal sampai saat ini.
Animasi tradisional juga sering disebut Animasi Sel (Cel animation) karena
teknik pengerjaannya dilakukan pada celluloid transparent yang sekilas mirip
sekali dengan transparansi OHP yang sering digunakan untuk presentasi.
Karena bentuknya lembaran-lembaran gambar dua dimensi tersebut, teknik
ini disebut juga dengan istilah Animasi 2 Dimensi (2D), dan saat ini lebih
popular daripada istilah Animasi Sel itu sendiri.
8
Dengan berkembangnya teknologi komputer, teknik animasi tradisional
berubah menggunakan komputer. Beberapa aplikasi perangkat lunak
(software) diciptakan untuk mendukung produksi animasi 2D, seperti Adobe
Image Ready, Macromedia Flash, Animator Pro dan sebagainya. Meskipun
begitu sistem animasi sel tetap dipergunakan dalam aplikasi-aplikasi tersebut,
terutama melalui sistem lapisan transparan (layering) di Adobe Photoshop
yang mendukung animasi dengan Adobe Image Ready. Animator Pro pernah
menjadi tren di tahun 1990-an, tetapi saat ini tergeser dengan perangkat lunak
yang lain terutama Macromedia Flash.
Dalam beberapa dekade terakhir, proses konversional sudah mulai
ditinggalkan oleh banyak studio. Proses digitalisasi gambar menjadi vektor,
dalam pembuatan bentuk objek, dan pewarnaan semua dikerjakan dengan
mudah melalui komputer. Secara ekonomi, teknik baru dalam pembuatan
animasi ini menekan biaya produksi jauh lebih murah. Selain itu lebih cepat
dari pada proses konvensional yang memakan banyak waktu pengerjaan.
Efisiensi yang dapat dicapai itu menjadikan banyak studio animasi beralih
pada teknologi digital dalam produksi animasi. (Ranang Agung Sugihartono,
Basnender Herryprilosadoso, dan Asmoro Nurhadi Panindias, 2010: 46)
2.2.3 Animasi Komputer (Computer Animation)
Sesuai dengan namanya, animasi jenis ini secara keseluruhan
dikerjakan dengan bantuan komputer. Melalui menu gerakan kamera dalam
program komputer, dan keseluruhan objek bisa diperlihatkan secara tiga
dimensi (3D animation). Pembuatan animasi ini digunakan pada perangkat
lunak (software) yang bersifat komensial, dan banyak nama-namanya kita
kenal seperti Alies Power Animator, Soft-Image, Maya, 3D Max, Blender dan
sebagainya. Secara garis besar proses pembuatan animasi 3D meliputi empat
tahapan, yaitu pembuatan model (modelling), penganimasian (animating),
pembuatan tekstur (texturing), dan rendering. (Ranang Agung Sugihartono,
Basnender Herryprilosadoso, dan Asmoro Nurhadi Panindias, 2010:49)
9
2.3 Adobe Flash Professional CS5
Adobe Flash Professional CS5 merupakan salah satu perangkat lunak
(software) dalam pembuatan animasi 2D vektor yang sangat handal. Tidak heran
jika dalam perkembangannya, perangkat lunak Adobe Flash melakukan banyak
penyempurnaan pada setiap versinya. Dalam versi CS5 ini, Adobe Flash
mengusung beberapa fitur baru yang membuat Adobe Flash semakin canggih
untuk urusan animasi 2D berbasis vektor.
Dengan Adobe Flash Professional CS5 kita dapat membuat berbagai aplikasi
animasi 2D mulai dari animasi kartun, animasi interaktif, game, company profile,
presentasi, video clip, movie, web animasi dan aplikasi animasi lainnya. Dan kini
Adobe Flash Professional CS5 didukung dengan kemampuannya dalam membuat
animasi transformasi 3D, serta panel yang khusus untuk pembuatan animasi
dengan Action Script untuk lebih mudah dalam pemakaiannya.
Banyak fasilitas dan fitur baru lainnya dalam software Adobe Flash
Professional CS5 yang akan membantu para animator untuk membuat animasi
semakin mudah dan canggih. Dengan adanya fitur-fitur baru Adobe Flash
Professional CS5 menjadi sebagai salah satu aplikasi yang digemari oleh para
animator. Dan untuk mengenal komponen Adobe Flash Professional CS5 adalah
sebagai berikut.
2.3.1 Fitur Terbaru Adobe Flash CS5
Fitur terbaru dari Adobe Flash ini telah menghadirkan perubahan yang
menarik bagi penggunanya mulai dari perintah animasinya hingga tambahan
beberapa efek pada tool pengolah gambar dan animasi. berikut ini beberapa
perubahan baru yang terdapat dalam Adobe Flash Professional CS5.
Text Layout Framework
Text Layout Framework Text atau disingkat TLF Text adalah fasilitas
terbaru yang berguna untuk memformat teks secara lengkap.
Panel Code Snippets
Panel Code Snippets memungkinkan non-programmer untuk
mengatur perintah kode Action Script 3.0 tanpa perlu menguasai
Action Script.
10
Menambahkan Video
Pada software Adobe Flash CS5 ini sekarang lebih mudah untuk
menambah video dalam lembar kerja.
Effect Decorative Drawing tool baru
Beberapa efek baru telah ditambahkan ke dalam Decorative
Drawing tool.
Template baru
Adobe Flash CS5 menampilkan berbagai template baru yang
membuatnya lebih mudah untuk mendesain sebuah animasi.
Template muncul di layer welcome dan kotak dialog new document.
(MADCOMS, 2011 : 1)
2.3.2 Istilah dalam Adobe Flash Professional CS5
Berikut ini beberapa istilah yang ada dalam lembar kerja Adobe Flash
Professional CS5.
Tabel 2.1 Istilah dalam Adobe Professional CS5
Istilah Keterangan
Properties Jendela yang menampilkan perintah dari suatu perintah yang lain
Animasi Suatu gerakan objek gambar atau teks yang diatur sedemikian rupa
sehingga kelihatan bergerak
Action Script Suatu perintah yang diletakkan pada suatu frame atau objek sehingga
frame atau objek tersebut akan menjadi interaktif
Movie Clip Suatu animasi yang dapat digabungkan dengan animasi atau objek
yang lain
Frame Bagian dari layer yang digunakan untuk mengatur pembuatan animasi
Scene Scene yaitu layer yang digunakan untuk menyusun objek-objek baik
berupa teks maupun gambar
Time Line Bagian lembar kerja yang menampilkan layer dan frame
Masking Perintah yang digunakan untuk menghilangkan isi dari suatu layer dan
11
isi layer tersebut akan tampak saat animasi dijalankan
Layer Sebuah nama tempat yang digunakan untuk menampung satu gerakan
objek, sehingga jika ingin membuat gerakan lebih dari satu objek
sebaiknya diletakkan pada layar yang berbeda
Keyframe Suatu tool berbentuk lingkaran kecil yang digunakan untuk membatasi
suatu gerakan animasi
Dengan adanya fitur-fitur dan komponen yang baru dalam Adobe Flash
Professional CS5 ini, maka tahap untuk pembuatan animasi 2D vektor lebih
mudah dan efisien. (MADCOMS, 2011 : 2)
2.4 Adobe Photoshop
Adobe Photoshop atau biasa disebut photoshop adalah perangkat lunak editor
citra buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan
pembuatan efek. Perangkat lunak ini banyak digunakan oleh fotografer digital dan
perusahaaan iklan sehingga dianggap sebagai pemimpin pasar (market leader)
perangkat lunak pengolah gambar/foto ini, dan bersama Adobe Acrobat, perangkat
lunak ini dianggap sebagai produk terbaik yang pernah diproduksi oleh Adobe
Systems.
Versi kedelapan aplikasi ini disebut dengan nama Photoshop CS (Creative
Suite), versi Sembilan disebut Adobe Photoshop CS2, versi sepuluh disebut Adobe
Photoshop CS3, versi kesebelas adalah Adobe Photoshop CS4 dan versi yang
terakhir (kedua belas) adalah Adobe Photoshop CS5. Adobe Photoshop pada
intinya sama saja, memang terdapat beberapa perbedaan dalam setiap versinya.
Namum tidak terlalu signifikan, biasanya perbedaan ini terdapat pada fitur
tambahan atau otomatisasi dalam sebuah plugin. Adapun menu, tool-tool dalam
Adobe Photoshop pada beberapa versi sama.(Heri Hidayat, 2011: 9)
Photoshop juga memiliki hubungan erat dengan beberapa perangkat lunak
penyunting media, animasi, dan authoring buatan-Adobe lainnya. File format asli
Photoshop, PSD, dapat diekspor ke dalam software lain, seperti Adobe
12
ImageReady, Adobe be Illustrator, Adobe Premiere Pro, After Effects dan Adobe
Flash.(Heri Hidayat, 2011: 11)
2.5 Sejarah Tokoh-Tokoh Pahlawan Aceh
Aceh adalah nama sebuah Bangsa yang mendiami ujung paling utara pulau
sumatera yang terletak di antara samudera hindia dan selat malaka. Aceh
merupakan sebuah nama dengan berbagai legenda dan mitos, sebuah bangsa yang
sudah dikenal dunia Internasional sejak berdirinya kerajaan poli di Aceh Pidie dan
mencapai puncak kejayaan dan masa keemasan pada zaman Kerajaan Aceh
Darussalam di masa pemerintahan Sulthan Iskandar Muda hingga berakhirnya
kesulthanan Aceh pada tahun 1903 di masa Sultan Muhammad Daud Syah.
Aceh mempunyai andil yang sangat besar dalam mempertahankan Nusantara
ini dengan pengorbanan rakyat dan harta benda yang sudah tak terhitung nilainya
hingga Aceh bergabung dengan Indonesia dari permintaan dan permohonan
Soekarno terhadap Daud Beureueh yang ternyata termakan oleh janji manisnya.
Dan walau dalam masa 42 tahun sejak 1903 s/d 1945 Aceh tanpa pemimpin, Aceh
tetap berdiri dan terus berjuang mempertahankan kemerdekaannya dari tangan
Belanda dan Jepang yang dipimpin oleh para bangsawan, hulubalang dan para
pahlawan Aceh. Namun riwayat hidup para pahlawan Aceh dalam
mempertahankan wilayah dan memperjuangan kemerdekaannya dari tangan
penjajahan bangsa asing adalah sebagai berikut:
2.5.1 Teuku Umar
Salah satu diantara pahlawan nasional yang patut diteladani adalah Teuku
Umar, seorang pahlawan Aceh yang berjuang imperialisme Belanda antara
tahun 1875-1899. Selanjutnya Teuku Umar diangkat sebagai pahlawan
nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
087/TK/tahun 1973, pada tanggal 6 November 1973. Umar dilahirkan di
Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854. Ayahnya bernama Achmad Mahmad
yang berasal dari keturunan Uleebalang Meulaboh. Nenek moyang Umar
berasal dari keturunan Minangkabau yaitu Datuk Machudum Sati. Salah orang
13
keturunan Datuk Machudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang
pada waktu itu terancam oleh panglima Sagi yang merebut kekuasaannya.
Berkat jasa panglima keturunan Minangkabau ini Sultan Aceh terhindar dari
bahaya. (Seno, 1996 : 59)
Kepribadian Teuku Umar dibentuk oleh pengalaman hidup, ia tidak
bersekolah seperti pemimpin-pemimpin lainnya, tetapi ia mempunyai otak
yang cerdas dan kemauan yang keras, untuk mencapai cita-cita dalam
membebaskan Aceh dari tangan bangsa asing, Aceh harus mempunyai pasukan
yang kuat dan terlatih. Berkat ketekunan dan kewibawaan serta kecakapannya
maka akhirnya Umar berhasil membentuk pasukan. Orang-orang yang berani
dan tangkas oleh Umar direkrut menjadi anggota pasukan yang siap
tempur.(Seno, 1996 : 60)
Setelah Cut Nyak Dhien menjadi janda karena suaminya Teuku Ibrahim
Lamnga gugur dalam perang tahun 1878, Teuku Umar sangat
memperhatikannya. Sebenarnya yang menarik hatinya bukan hanya
kecantikannya, tetapi sifat keprajuritan yang ada dalam diri Cut Nyak Dhien,
memang seorang wanita yang berjiwa prajurit dan mencintai kemerdekaan
Aceh. Wanita seperti Cut Nyak Dhien sangat tepat menjadi istri seorang
pejuang kemerdekaan seperti Teuku Umar.
Pada tahun 1871 Inggris dan Belanda membuat perjanjian yang disebut
dengan Traktat Sumatera, yang isinya menyebutkan bahwa Belanda bebas
bergerak dan mengadakan perluasan wilayah di Aceh. Rakyat Aceh marah
mengetahui perjanjian tersebut. Kemarahan itu sebenarnya sudah lama terjadi
semejak daerah Siak mulai diduduki Belanda tahun 1857. Padahal Siak adalah
daerah taklukan Aceh. Setelah lahir Traktat Sumatera tersebut rakyat Aceh
semakin meluap-luap kemarahannya.(Seno, 1996 : 61)
Pada tanggal 5 April 1873, Belanda dengan kekuatan 3.000 orang tentara
menyerang Aceh Besar dan berhasil menduduki Mesjid Raya Baiturahman.
Namun dapat direbut kembali oleh pejuang Aceh setelah panglima tentara
Belanda Mayor Jenderal JHR, Kohler ditembak mati oleh pejuang Aceh pada
tanggal 14 April 1873 dan akhirnya penyerbuan tidak diteruskan lagi.
14
Pada waktu Jenderal Van Der Heiden menggantikan Jenderal Pel
mulailah diadakan ofensif dengan mengirimkan ekspedisi ke mukim 22.
Panglima polem terpaksa mengundurkan diri ke daerah lain.
Melihat tentara Aceh terus terdesak oleh ofensif Belanda, maka Teuku
Umar mulai bekerja keras menghubungi pemuda-pemuda Aceh bahwa
mempertahankan tanah air dan tanah tumpah darah dari serangan penjajah itu
adalah kewajiban setiap orang Aceh terhadap Tuhan, Artinya barang siapa
yang tidak mau mengusir atau melawan penjajah, maka orang itu akan
mendapat hukuman dari Tuhan sebab tanah tumpah darah itu sebagai karunia
Tuhan kepada manusia yang harus diperlihara dengan sebaik-baiknya dan
dilarang orang menyerahkan kepada bangsa asing. Milik Aceh adalah untuk
rakyat Aceh. demikian cara Teuku Umar menggugah semangat perjuangan
para pemuda Aceh untuk mempertahankan kemerdekaannya. Dengan cara
demikian Teuku Umar berhasil merekrut sejumlah besar tentara pejuang yang
berani mati.(Seno 1996 :62)
Pada tahun 1883 di Aceh terjadi suatu peristiwa yang sangat
menggemparkan, yaitu berita Teuku Umar menyerahkan diri dan memihak
kepada Belanda. Rakyat Aceh marah, sebagian rakyat telah mengutuknya
sebagai pengkhianat dan ada lagi rakyat yang menghendaki agar Teuku Umar
dibunuh oleh rakyat sendiri. Sementara itu Belanda, sangat gembira menerima
penyerahan diri Teuku Umar itu sebab dengan begitu seluruh rakyat Aceh akan
dapat ditundukkan.(Seno, 1996 : 64)
Setelah Teuku Umar berhasil menerima kepercayaan Belanda, Teuku
Umar ditugaskan memimpin penumpasan perlawanan rakyat Aceh. Dalam
pertempuran itu memang banyak korban jatuh didua belah pihak. Tentara Aceh
hanya berpura-pura saja berperang melawan tentara Umar. Demikian juga
sebaliknya Umar juga berpura-pura menyerang Aceh dengan tujuan untuk
merampas senjata dan alat perang lainnya dari tentara Belanda.
Ketika sebuah kapal Inggris yang bernama “Nicero” terdampar dan
dirampas oleh raja Teunom, kapten dan awak kapalnya disandra. Raja Teunom
menuntut kepada pemilik kapal bahwa sandera akan dibebaskan jika pemilik
15
kapal sanggup menebusnya dengan uang tunai sebesar 10.000 dollar. Oleh
pemerintah kolonial Belanda Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan
kapal tersebut. Pada waktu menerima tugas tersebut Teuku Umar menyatakan
bahwa merebut kembali kapal “Nicero” dari Teunom merupakan pekerjaan
yang berat sebab tentara raja Teunom sangat kuat. Wajarlah kalau Inggris
sendiri tidak dapat merebut kembali kapal tersebut. Namun ia sendiri dengan
pasukan Belanda yang dipimpinnya sanggup merebut kembali kapal itu asal ia
diberi perbekalan dan persenjataan yang banyak sehingga dapat bertahan untuk
jangka waktu yang lama.(Seno, 1996 : 65)
Namun kalangan Belanda dikejutkan lagi oleh sebuah berita yang
menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ditugaskan untuk merebut
kembali kapal “Nicero” telah dibunuh di tengah laut oleh Teuku Umar bersama
anak buahnya. Seluruh senjata dan amunisi beserta perlengkapan perang
lainnya dirampas. Sejak saat itu Teuku Umar kembali memihak pejuang Aceh
untuk melawan Belanda.(Seno 1996: 60)
Pada bulan Februari 1899 Jenderal Van Heutsz berada di Meulaboh
dengan tanpa pengawalan yang ketat sebagaimana biasanya. Keadaan ini
diketahui oleh Teuku Umar dari mata-matanya yang bertugas disana, maka
Teuku Umar segera ke Meulaboh dengan jumlah pasukannya untuk mencegah
dan menangkap Van Heutsz hidup atau mati di perbatasan Meulaboh. Namun
malangnya Teuku Umar dan seluruh pasukannnya. Siasatnya itu diketahui oleh
Belanda sebelum dapat dilaksanakan.
Pada malam menjelang tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar bersama
pasukannya telah berada di pinggiran kota Meulaboh, pasukan Aceh terkejut
ketika mengetahui pasukan Van Heutsz telah mencegahnya. Dengan
keadaannya sudah sangat mendesak dan tidak mungkin lagi untuk mundur.
Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasukannya adalah bertempur. Dalam
pertempuran itu Teuku Umar gugur terkena peluru musuh yang menembus
dadanya. Seorang tangan kanannya yang sangat setia bernama Pang Laot
begitu melihat Teuku Umar rebah terkena tembakan peluru Belanda segera
melarikan jenazah Teuku Umar, agar tidak jatuh ke tangan musuh. Kemudian
16
jenazahnya dimakamkan di halaman Mesjid kampong Mugo di hulu sungai
Meulaboh. Ketika Cut Nyak Dhien istrinya mendengar berita kematian
suaminya ini, Cut Nyak Dhien sangat bersedih namun bukan berarti perjuangan
telah berakhir. Justru dengan gugurnya suaminya tersebut Cut Nyak Dhien
bertekad untuk meneruskan perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda.(Seno,
1996 : 74)
2.5.2 Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien dilahirkan pada tahun 1848 di kampong Lam Padang,
wilayah 6 mukim, Aceh Besar. Ia dilahirkan sebagai seorang wanita dari
golongan bangsawan. Keadaan ini tidak menjadikan dirinya manja dan bangga
atas kedudukan orang tuanya. Sifat kepahlawanan yang dimilikinya justru
tumbuh karena warisan dari ayahnya yang bernama Teuku Nanta Seutia,
Uleebalang 6 mukim, bagian wilayah 25 mukim, yang merupakan salah
seorang pejuang dalam menentang kolonial Belanda. Ibunya juga merupakan
seorang keturunan bangsawan yang terpandang dari kampong Lam Pagar.(Irini
Dewi Wanti, 1996 : 3)
Di saat Cut Nyak Dhien menginjak 12 tahun, ia dijodohkan oleh
orangtuanya dengan anak saudara laki-laki dari pihak ibunya yang bernama
Teuku Ibrahim. Putra Teuku Po Amat, Uleebalang Lamnga 13 mukim
Tungkop, dipilihnya Teuku Ibrahim sebagai jodoh Cut Nyak Dhien bukan
hanya karena Teuku Ibrahim anak seorang Uleebalang yang sederajat
dengannya, tetapi juga disebabkan ia orang pemuda yang taat kepada agama,
berpandangan luas, seorang alim yang memperoleh pendidikan agama dari
Dayah Bitay. Setelah Cut Nyak Dhien dan Teuku Ibrahim menikah dan merasa
sudah cukup mandiri membiayai rumah tangganya. Mereka pindah ke rumah
yang telah disediakan oleh Teuku Chik Nanta untuk mereka.
Pecahnya perang Aceh melawan kolonial Belanda 1873 menggerakkan
seluruh rakyat Aceh untuk berjuang mengusir kolonial. Sultan Aceh,
Uleebalang beserta rakyatnya bersama-sama mempertahankan daerah-daerah
yang akan diduduki oleh Belanda. Salah satunya adalah Teuku Nanta sebagai
17
Uleebalang 6 mukim. Ia disibukan dengan kegiatan perang. Teuku Nanta
bersama dengan Teuku Chik Ibrahim dan Imeum Leung Bata membantu
Tuanku Hasyim Banta Muda mempertahankan Mesjid Raya dan Kraton
Sultan.( Irini Dewi Wanti, 1996 : 4)
Mesjid Raya dan Kraton dipertahankan mati-matian oleh pasukan Aceh,
dan akhirnya, Mesjid Raya jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 6 Januari
1874. Kraton terus-menerus dihujani oleh peluru dan dapat dikuasai oleh
Belanda pada tanggal 31 Januari 1874. Dengan menguasai Kraton dan Mesjid
Raya Belanda menganggap perlawanan rakyat Aceh telah dapat dipatahkan.
Namun tenyata keadaan ini justru semakin menimbulkan amarah yang semakin
menyala. Perlawanan pun semakin ditingkatkan.
Teuku Chik Ibrahim meninggalkan Cut Nyak Dhien di Lam padang
untuk berjuang bersama dengan Teuku Imeum Leung Bata mereka maju ke
perbatasan 6 mukim dan berusaha menaklukkan Meuraxa. Belanda semakin
gencar untuk menundukkan daerah-daerah lainnya di luar Aceh Besar. Banyak
pula daerah-daerah yang sengaja “berdamai” kepada Belanda sebagai salah
satu strategi agar dapat memasuk keperluan tempur pasukan Aceh.
Berbulan-bulan Teuku Chik Ibrahim tidak bertemu dengan Cut Nyak
Dhien. Kedatangannya ingin mengabarkan bahwa Cut Nyak Dhien dan rakyat
6 mukim harus meninggalkan Lam Padang mengungsi ke tempat yang aman
dan menyiapkan bekal karena akan melakukan perjalanan panjang. Pada
tanggal 29 Desember 1875 rombongan Cut Nyak Dhien meninggalkan Lam
Padang. Keadaan yang semikian itu menimbulkan bibit kebencian pada
Belanda.
Certia yang didengar oleh Cut Nyak Dhien dari ayahnya dan suaminya
seakan turut pula dirasakannya, suasana perang mengerikan dan menyakitkan.
Teuku Nanta dan Teuku Chik Ibrahim berjuang bersama dengan pejuang-
pejuang lainnya yaitu Teuku Chik Di Tiro, Panglima Polem, dan mereka
bergabung pula dengan Habib Abdurrahman.( Irini Dewi Wanti, 1996 : 5)
18
Pada saat pencarian Habib ke Sela Glee Tarum terjadi pertempuran
secara frontal yang tiba-tiba dilakukan oleh Belanda. Pertempuran ini rupanya
sebagai akhir dari perjuangan Teuku Chik Ibrahim karena ia tertembak oleh
Belanda dan gugur meninggalkan Habib yang telah menghianatinya dengan
menyerah kepada Belanda dengan pergi ke mekah dan mendapatkan tunjangan
12.000 dollar setiap tahun.
Perasaan sedih dan rasa kecewa dialami oleh Cut Nyak Dhien. Gugurnya
orang yang ia cintai Teuku Chik Ibrahim dan semakin tuanya Teuku Nanta,
memberikan seuatu pertanyaan siapa yang akan menjadi penerus perjuangan
ini. Perjuangan rakyat semakin mengendur, sementara cita-cita untuk
kemerdekaan masih tetap membara. Siapa teman setia yang sanggup membawa
rakyat Aceh dalam gelanggang perjuangan menentang Belanda, dan siapa
teman untuk bertukar pikiran.
Keadaan ini mulai berubah di saat hadirnya Teuku Umar sebagai orang
yang selanjutnya akan menggantikan Teuku Chik Ibrahim. Teuku Umar yang
masih satu kakek dengan Cut Nyak Dhien adalah seorang petualang. Teuku
Umar yang berjiwa muda, keras dan jalan pikirannya yang tidak mudah
diduga-duga, berbeda dengan Cut Nyak Dhien yang lembut, agung, bijaksana,
tabah dan sabar, kehadiran Teuku Umar di Montasik adalah bukan sekedar
siasat dari segala ambisi Teuku Umar yang ingin “istimewa” tetapi juga suatu
perjodohan yang benar-benar serasi untuk perjuangan selanjutnya.
Bersatunya dua kesatria ini mengobarkan kembali semangat juang rakyat
Aceh. kekurangan yang telah terpecah kembali dipersatukan. Cut Nyak Dhien
dan Teuku Umar membangun rumah di Lam Pisang karena Lam Padang telah
menjadi lien konsentrasi di pihak Belanda. Rumah mereka dijadikan markas
pertemuan tokoh-tokoh pejuang dan alim ulama yang mengorbarkan semangat
jihad fisabilillah.
Dukungan sepenuhnya datang dari Teungku Chik Di Tiro dan teman-
teman seperjuangannya. Teuku Cut Rayut adik dari Cut Nyak Dhien diangkat
sebagai Uleebalang pengganti Teuku Nanta. Hal ini Sebenarnya Cut Nyak
Dhien adalah kunci dari pemerintahan. ( Irini Dewi Wanti, 1996 : 6)
19
Antara Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar mempunyai perbedaan
pemikiran yang kadang memang sangat bertentangan. Cut Nyak Dhien sendiri
kadang-kadang tidak mengerti maksud-maksud Teuku Umar, ia juga tidak
setuju atas tindakan-tindakan yang dilakukan Umar, seperti pembelotan dari
pasukan, kembali lagi ke pasukan dan spekulasi-spekulasi yang dilancarkannya
terhadap Belanda dan rakyat adalah cara tersendiri yang tidak dimiliki oleh
pejuang rakyat yang manapun.
Hal ini adalah pengalaman yang diperoleh oleh Cut Nyak Dhien selama
mendampingi Teuku Umar. Teuku Umar adalah sosok pejuang rakyat yang
unik, ia dicintai rakyat dan pernah dibenci. Ia juga pernah disanjung oleh
Belanda sebagai Teuku Johan pahlawan dan akhirnya menjadi musuh utama
Belanda hingga ia tewas di Ujong Kala Meulaboh yang meningkatkan dendam
Cut Nyak Dhien kepada Belanda.
Kebencian Cut Nyak Dhien kepada Belanda memuncak setelah tewasnya
Teuku Umar suami yang dicintainya dan Panglima Nyak Makam dibunuh
secara kejam oleh Belanda pada Bulan Juli 1896. Cut Nyak Dhien selain
menganggap Nyak Makam sebagai putra sendiri, ia juga mengagumnya
sebagai perwira yang tegas dan gagah berani.
Sebelumnya Cut Nyak Dhien hanya sebagai orang berperan di belakang
layar. Kesuksesan Teuku Umar berada dibawah pengaruh Cut Nyak Dhien.
Selain itu, ia juga menjadi pendorong suaminya supaya tetap bersabil di jalan
Allah, kembali kepada rakyat Aceh pada saat Teuku Umar memihak kepada
Belanda di sekitar tahun 1894.
Sejak terjunnya Cut Nyak Dhien ke arena peperangan secara langsung,
bukan hanya ratusan korban yang timbul, tetapi ribuan jiwa dan biaya jutaan.
Sebagai pemimpin ia tidak pernah merasa lelah dan takluk. Ia seorang yang
fanatik dan tabah. Mampu merasakan pahit perjuangan bersama-sama dengan
pengikutnya. Masuk dan keluar belantara, naik dan turun gunung hingga ia
uzur dan rabun tetap rencong terselip di pinggangnya dan siap terhunus untuk
musuhnya. Cut Nyak Dhien juga mendapat dukungan yang begitu besar dari
teman-teman seperjuangan, setiap saat ia selalu memberikan semangat untuk
20
memerangi kaphe-kaphe kompeni melalui fatwa yang dikeluarkannya. ( Irini
Dewi Wanti, 1996 : 7)
Pada 7 November 1905 Cut Nyak Dhien ditangkap dengan keadaan uzur
dan matanya rabun. Dengan keadaan Cut Nyak Dhien seperti itu Letnan Van
Vuren dan Kapten Van Veltman memberikan hormat kepada Cut Nyak Dhien
dan dibawa ke kutaradja dan diperlakukan sebaik mungkin layaknya seorang
putri bangsawan dengan makanan, pakaian, dan pelayanan yang baik.( Irini
Dewi Wanti, 1996 : 13)
Ketika Cut Nyak Dhien berada di kutaradja berganti-gantian rakyat
menjenguknya. Hal ini pula yang menimbulkan kecemasan pemerintahan
kolonial. Van Daalen yang saat itu sebagai Gebernur Belanda di kutaradja tidak
menghendaki suasana ini karena dianggap akan membahayakan, karena
kemungkinan antara rakyat dengan Cut Nyak Dhien masih dapat dilakukan.
Disebabkan dengan hal tersebut pada tahun 1908 Cut Nyak Dhien diasingkan
di sumendang. Pada tanggal 6 November 1908 Cut Nyak Dhien meninggal
dalam pengasingan jauh dari keluarga dan rakyat yang dicintainya.( Irini Dewi
Wanti, 1996 : 14)
2.5.3 Laksamana Keumalahayati
Keumalahayati wanita Aceh yang lahir pada tahun 1585, namanya
memiliki arti yang sangat istimewa, yaitu batu indah dan bercahaya. Ia
merupakan laksamana perempuan pertama dalam sejelah angkatan laut
Indonesia dan dunia. Sepanjang sejarah kemiliterannya, nama Malahayati
dianggap sebagai petarung garis depan yang memimpin 2.000 pasukan.
Ratusan kapal yang mengikutinya membuat Selat Malaka yang sempit
itu semakin terasa sesak, suaranya lantang menyeru diantara deru meriam
perang memompa semangat para prajurit. Berjuang menegakkan kedaulatan
negeri yang tengah berjaya. Dialah Keumalahayati panglima perang
Kesultanan Aceh, perempuan perkasa yang sangat disegani pada zamannya.
Bahkan armada-armada Portugis dan Belanda dibuat bertekuk lutut padanya.
21
Sosok pahlawan ini memang luar biasa, meskipun perempuan ia
dipercaya memimpin ribuan tentara laut. Sebuah tugas yang pada zaman itu
hanya bisa dilakukan kaum laki-laki, dan dunia mencatatnya sebagai
laksamana wanita pertama dijagat pelayaran perang.
Di dalam tubuh Keumalahayati memang mengalir darah pejuang karena
ia merupakan anak dari laksamana Mahmud Syah, Panglima Kerajaan Aceh.
dan kakeknya bernama Muhammad Said Syah, juga merupakan laksamana
terkemuka. Kakek buyutnya Sultan Salahuddin Syah merupakan pemimpin
Aceh pada tahun 1530-1539. Ia merupakan wanita garis keturunan bangsawan
yang berjuang untuk bangsanya.
Dengan lingkungan masa kecilnya yang sudah akrab dengan laut,
sehingga terlepas dari pesatren, ia menempuh pendidikan angkatan laut, dan
menimba ilmu di akademi militer kerajaan Aceh. Akademi militer terkenal
yang dibangun atas sokongan Sultan Selim II, penguasa Turki Utsmaniyah.
Keumalahayati dibekali otak yang cemerlang, sehingga ia tak kalah bersaing
dengan kaum lelaki di akademi militer tersebut. Ia bahkan tumbuh sebagai
prajurit brilian yang mempunyai jiwa pemimpin yang luar biasa.
Keumalahayati menikah dengan salah seorang kakak kelasnya yang
merupakan lulusan akademi militer kerajaan Aceh tersebut, Keumalahayati
diangkat menjadi Komandan Protokol Istana Dunia Kerajaan Aceh
Daurussalam. Sedangkan sang suami didaulat menjadi laksamana. Namun
sayangnya ketika sang suami yang bertempur melawan Portugis di Teluk Haru
alias Selat Malaka ia gugur dalam tugasnya. Hal ini membuat Keumalahayati
terpukul, namun ia tak berlarut-larut dalam kesedihan. Setelah kematian sang
suami semangatnya malah bertambah untuk berjuang melawan Portugis dan
Belanda.
Keumalahayati memohon kepada Sultan al Mukammil, Raja Aceh yang
berkuasa pada masa itu, untuk membentuk armada perang yang prajuritnya
terdiri dari para janda-janda yang suaminya gugur di pertempuran Selat
Malaka, dari permohonannya sang Sultan setuju dan memberi izin padanya.
Kesultanan Aceh pada masa itu memang sedang meningkatkan keamanan dari
22
gangguan Portugis. Sejak kekalahan Kesultanan Malaka dari Portugis pada
tahun 1511, Kesultanan Aceh menjadi musuh terbesar penjajah asal Eropa itu.
Keumalahayati kemudian berinisiatif membentuk armada Inong Balee
atau armada Perempuan Janda. Ia menjadi Panglima pasukan yang bermarkas
di Teluk Lamreh Krueng Raya. Benteng Kuto Inong Balee setinggi tiga meter
dibangun dan dilengkap meriam pada masa itu. Tak hanya menyusun
pertahanan di darat, pasukan Inong Balee juga dilengkapi seratus lebih kapal
perang. Dari unit inilah Keumalahayati dipercaya sebagai Laksamana
Kesultanan Aceh.
John Davies, kapten Inggris yang bekerja untuk kapal Belanda mencatat
kala itu Aceh tengah menggencarkan pelayaran di Selat Malaka. Aceh
menyebar seratus kapal perang besar dengan awak kapal 400 hingga 500
tentara laki-laki. Salah satu komandan kapal perang Aceh itu adalah
Laksamana Keumalahayati, menurut catatan itu Keumalahayati tak hanyak
gagah saja di kapal. Ia dengan perkasa terlibat dalam pertempuran besar itu
bersama anak buahnya di Selat Malaka. Salah satu pertempuran yang paling
dikenal adalah penenggelaman enam kapal Portugis di Selat Malaka.
Keumalahayati juga tampil gemilang saat melawan pasukan Belanda,
dimana pasukan Belanda yang baru saja bertempur melawan Kesultanan
Banten kemudian tiba di Aceh. Kala itu 21 Juni 1599, rombongan yang
dipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman disambut dengan baik. Namun
armada asing itu malah bertindak kurang ajar, mereka menyerbu pelabuhan
Aceh. Pasukan Aceh melawan, Keumalahayati yang menjadi garis paling
depan bersama pasukannya melawan Belanda pertempuran itu terjadi hingga
berpekan-pekan. Akhirnya armada Belanda berhasil dikalahkan bahkan pada
11 Septembar, Cornelis de Houtman tewas di tangan Malahayati. Sementara
Frederick de Houtman ditawan selama dua tahun.
Niat menjajah Aceh membuat Belanda tak jera, mereka kembali
mengirim pasukan pada 21 November 1600. Kali ini di bawah komando Paulus
van Caerden. Saat itu merapat di Aceh dan mereka langsung menyerang
dengan membabi buda. Kapal-kapal yang penuh muatan rempah dijarah, atau
23
kapal-kapal di pantai Aceh itu juga ditenggelamkan. Juni tahun berikutnya,
Keumalahayati berhasil menangkap Laksamana Belanda, Jacob Van Neck
yang tengah berlayar di pantai Aceh. Setelah berbagai insiden Belanda
mengirim surat diplomatik dan pemohon maaf kepada Kesultanan Aceh
melalui utusan Maurits van Oranjesent.
Kesepakatan dari permohonan maaf itu akhirnya ke dengaran di telinga
Ratu Elizabeth, penguasa Inggris sehingga mereka memilih cara damai untuk
saat hendak melintas di Selat Malaka. Pada Juni 1602, Ratu Elizabeth
mengirim surat kepada Sultan Aceh melalui James Lancaster untuk membuka
jalur pelayaran menuju Jawa, karena negosiasi dengan Keumalahayati berhasil,
Ratu Elizabeth menganugerahi gelar knighthood kepada Lancaster.
Ketika Portugis mengetahui bahwa Keumalahayati masih memimpin
pasukan Aceh, Portugis di bawah pimpinan Alfonso de Castro yang menyerbu
Krueng Raya Aceh pada Juni 1606. Sejumlah sumber sejarah menyebut
Keumalahayati gugur dalam pertempuran itu dan dimakamkan di lereng Bukit
Kota dalam sebuah desa nelayan yang berjarak 34 kilometer dari Banda Aceh.
2.5.4 Cut Meutia
Cut Meutia dilahirkan pada tahun 1870, anak dari hasil perkawinan
antara Teuku Ben Daud Pirak dengan Cut Jah. Dalam perkawinan tersebut
mereka dikaruniai 5 orang anak. Cut Meutia merupakan putri satu-satunya di
dalam keluarga tersebut, sedangkan ke empat saudaranya adalah laki-laki.
Saudara tertua bernama Cut Beurahim disusul kemudian Teuku Muhammad
Syah, Teuku Cut Hasan dan Teuku Muhammad Ali. Ayahnya adalah seorang
Uleebalang di Desa Pirak yang berada dalam daerah Keuleebalangan
Keureutoe.
Daerah Uleebalang Pirak merupakan daerah yang berdiri sendiri karena
daerah ini mempunyai pemerintahan dan kehakiman tersendiri sehingga dapat
memutuskan perkara-perkara dalam tingkat yang rendah. Saat daerah
Uleebalang Pirak dibawah kepemimpinan Teuku Ben Daud (ayah Cut Meutia)
suasana penuh dengan ketenangan dan kedamaian. Sebagai seorang yang
24
bijaksana perhatian Teuku Ben Daud selalu tertumpah pada rakyatnya. Selain
sebagai Uleebalang dia juga dikenal sebagai seorang ulama yang sampai akhir
hayatnya tidak mau tunduk dan patuh pada Belanda, tidaklah mengherankan
sifat kesatria itu muncul dalam diri Cut Meutia kelak.(Elly Widarni, 1996 : 20)
Dari penempaan semangat jihad fisabilillah sang ayahnya ikut
memotivasi Cut Meutia nantinya hingga ia bangkit bersama-sama suaminya
Teuku Cut Muhammad, Pang Nanggroe dan secara sendiri ia muncul sebagai
pimpinan pergerakan meneruskan perjuangan mengusir penjajah Belanda.
Cut Meutia ditunangkan/dikawinkan oleh orangtuanya dengan Teuku
Syamsarif yang mempunyai gelar Teuku Chik Bintara namun ia mempunyai
watak lemah dan sikap hidupnya yang ingin berdampingan dengan Kompeni.
Ia merupakan anak angkat dari Teuku Chik Muda Ali dan Cut Nyak Asiah
Uleebalang Keureutoe. Daerahnya mencakup dari Krueng Pase sampai ke
Panton Labu (Krueng Jambo Aye) yang pusat pemerintahannya di daerah
Kutajrat Manyang yang sekarang terletak 20 Km dari Kota Administratif
Lhokseumawe.
Pertentangan-pertentangan pendirian yang semakin hari semakin terasa
membuat Cut Meutia merasa tidak layak lagi hidup berdampingan dengan
Teuku Chik Bintara. Di dalam jiwanya telah terpatri semangat fisabilillah
sehingga sikap anti kepada Belanda selalu mengiringinya. Berbeda dengan
Teuku Chik Bintara yang senantiasa senang bekerjasama dengan Belanda.
Cut Meutia selain cantik tapi juga gairah dan gayanya tidak layak ia
menjadi istri Teuku Bintara apalagi diajak bergantung pada “kompeni” ialah
putri yang murni dari bangsanya. Jiwa raganya melekat terus kepada para
pejuang yang tidak mau tunduk dan tinggal di gunung, mereka hanya tunduk
dan mengabdi pada jalan fisabilillah dimana ayah dan bundanya aktif serta.
Kesanalah idamannya, di tempat yang selalu ia pergi bebas dari kafir.( Elly
Widarni, 1996 : 21)
Akhirnya perkawinan mereka tidak bertahan lama, ia bercerai dan
kemudian kawin dengan adik Syamsarif sendiri yaitu Teuku Chik Muhammad
atau yang lebih dikenal dengan nama Teuku Chik Tunong. Cut Meutia telah
25
mendapat pria yang menjadi idamannya. Seirama dan cita-cita dalam derap
langkah memerangi kompeni(Belanda). Mereka lalu berhijrah ke gunung bahu
membahu bersama pejuang lainnya menyusun rencana dalam rangka menyusun
penyerangan terhadap Belanda. Selain itu, perkawinan ini juga berarti
sekaligus merupakan suatu cara meraih cita-cita karena bukan saja ia
mendapatakan seorang suami yang gagah berani, tetapi juga sebagai pemimpin
pejuang perlawanan yang sanga ditakuti oleh Belanda sebagaimana yang
didambakannya selama ini.
Untuk menukilkan sejarah perjuangan Cut Meutia, tidaklah terlepas pada
uraian tentang masa perjuangannya bersama Teuku Chik Muhammad (sebagai
suami ke dua), atau dengan Pang Nanggroe (sebagai suami ke tiga), dan
perjuangannya sendiri sebagai pemmimpin perang pada masa itu.
Awal pergerakannya dimulai pada tahun 1901 dengan basis perlawanan
dari daerah Pasai atau Krueng Pasai (Aceh Utara sekarang) di bawah komando
perang Teuku Chik Muhammad atau Teuku Chik Tunong(suaminya sendiri),
Cut Meutia berjuang bersama-sama, bahu membahu dengan suami dan para
pejuang lainnya. Ia bukan saja sebagai ibu rumah tangga, tetapi ia juga
bertindak sebagai pengatur strategi pertempuran sehingga taktiknya tersebut
dapat memporak porandakan pertahanan pasukan Belanda yang sedang
berpatroli dan merampas senjata serta amunisi mereka yang akan digunakan
untuk memperkuat persenjataan pejuang muslimin.( Elly Widarni, 1996 : 22)
Dalam bulan Juni 1902, berdasarkan informasi dari spionnya bahwa
pasukan Belanda akan melakukan operasi dan patroli dengan kekuatan 30
orang personil di bawah pimpinan sersan Van Steijn Parve. Di dalam
perlawanan tersebut pasukan Belanda mengalami kekalahan yang cukup besar
yaitu dengan matinya pimpinan pasukan dan 8 orang serdadu dan banyak
anggota pasukan yang cidera berat dan ringan, sedangkan di pihak pejuang
muslimin syahid 10 orang.( Elly Widarni, 1996 : 23)
26
Pegerakan dan penyerbuan pasukan Teuku Chik Tunong Cut Meutia
semakin ditingkatkan, salah satu taktik lain yang dijalankan adalah taktik tipu
daya dan taktik jebakan. Pada bulan November 1902 diisukan oeh salah
seorang pejuang muslimin(dalam hal ini Pang Gadeng) bahwa pasukan Teuku
Chik Tunong-Cut Meutia besarta pasukan muslimin lainnya akan mengadakan
kenduri yang bertempat di Gampong Matang Rayeuk, di seberang sungai
Sampoiniet. Pemilihan lokasi jebakan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa
satu-satunya jalan yang akan dilalui menuju tempat tersebut adalah dengan
memakai perahu. Dengan demikian jebakan akan mudah dilaksanakan, isu
yang disebarluaskan tersebut ternyata mendapat respon serius dari pimpinan
pasukan Belanda di Desa Matang Rayeuk. Di bawah pimpinan Letnan RDP De
Cok bersama dengan 46 orang personilnya, mereka melakukan perjalanan
menuju tempat yang diinformasikan tersebut. Setibanya pasukan di tepi sungai
telah ada dua orang pendayung perahu(yaitu pejuang muslim yang menyamar
sebagai pendayung) tanpa ada kecurigaan sedikitpun pasukan Belanda
memerintahkan kepada pendayung tersebut untuk segera meminta
menyeberangkan pasukan Belanda. .( Elly Widarni, 1996 : 23)
Sesuai dengan rencana yang telah disusun dan diatur oleh pejuang
muslimin bahwa di tengah sungai pendayung tersebut melakukan gerakan
untuk membalikan perahu. Dalam suasana malam gelap gulita kacaulah
pasukan Belanda dan dengan tiba-tiba muncullah pasukan Teuku Chik
Tunong-Cut Meutia melakukan penyerangan dengan tembakan-tambakan
gencar dan dengan padang dan rencong terhunus melakukan gerakan
perkelahian jarak dekat sehingga pasukan Belanda kacau dan punah, dimana
pasukan De Cok bersama dengan 28 pasukannya mati serta pasukan muslim
dapat merampas 42 pucuk senapan.( Elly Widarni, 1996 : 24)
Akhir perjuangan Teuku Chik Muhammad-Cut Meutia adalah sebagai
akibat dari peristiwa di Meurandeh Paya. Sebelah timur kota Lhosukon
(tepatnya tanggal 26 Januari 1905). Peristiwa tersebut diawali dengan
terbunuhnya pasukan Belanda yang sedang berpatroli dan berteduh di
Meunasah Meurandeh Paya, pembunuhan atas pasukan Belanda ini
27
memrupakan pukulan yang sangat besar dan berat bagi pemerintah Belanda di
dalam penyelidikannya dan berdasarkan informasi yang diterima dari mata-
mata Belanda bahwa Teuku Chik Tunong turut terlibat, hal ini adalah
merupakan fitnah semata. Oleh karena itu, pemerintah Belanda menangkapnya
dan dalam peradilan militer di Lhokseumawe diputuskan Teuku Chik Tunong
dihukum gantung dan terakhir dirubah menjadi hukuman tembak mati.
Pelaksanaan hukuman tembak mati dilaksanakan pada Maret 1905 ditepi
pantai Lhokseumawe dan dimakamkan di Mesjid Mon Geudong, tidak jauh
dari kota Lhokseumawe. Sebelum hukuman tembak dilaksanakan ia dapat
bertemu dengan salah seorang staf setia atau sahabatnya dalam perjuangan,
yaitu Pang Nanggroe. Seorang panglima muslimin yang juga teman yang
paling dekat dan dipecayainya. Kata terakhir yang diucapkan kepada Pang
Nanggroe adalah. Sudah tiba masanya aku ini tidak terlepas lagi dari tuntutan
hukuman. Pada saatnya hari perpisahan kita sudah dekat, oleh sebab itu
perliharalah anakku, aku izinkan isitriku kawin dengan engkau dan teruskanlah
perjuangan ini. .( Elly Widarni, 1996 : 25)
Sesuai dengan amanah dari suaminya Teuku Chik Tunong, perjuangan
terus dilanjutkan dan ia bersedia menerima Pang Nanggroe sebagai suami dan
sekaligus sebagai pendamping dalam perjuangannya.( Elly Widarni, 1996 : 26)
Hari kelabu dan sedih akhirnya datang juga bagi Pang Nanggroe, yaitu
pada tanggal 25 September 1910 di daerah Rawa dekat Paya Cicem, tepatnya
dibukit Hague terjadi penyergapan dan pertempuran dahsyat, pasukan Pang
Nanggroe dan Cut Meutia mengalami pukulan hebat atas penyerangan inilah
Pang Nanggroe syahid karena terkena tembakan peluru Belanda sedangkan Cut
Meutia dan beberapa pejuang muslimin dapat melepaskan diri dari kepungan
serta anaknya Teuku Raja Sabi juga dapat diselamatkan. Jenazah Pang
Nanggroe dimakamkan di samping Masjid Lhoksukon. .( Elly Widarni, 1996 :
28)
Walaupun Pang Nanggroe suaminya sekaligus pemimpin perlawanan
telah syahid menghadap Ilahi, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan dan
perlawanan bersenjata terhadap Belanda.( Elly Widarni, 1996 : 29)
28
Pengejaran demi pengejaran yang dilakukan oleh pasukan Belanda
terhadap pasukan Cut meutia berakhirlah sudah, tapatnya pada tanggal 25
Oktober 1910. Pasukan Belanda bergerak ke arah Krueng Peuto yang airnya
dangkal trjadilah bentrokan dahsyat. Pasukan Cut Meutia tidak mungkin
mundur lagi dengan semangat jihad fisabilillah mereka maju menentang
pasukan Belanda dengan keyakinan yang satu lebih baik syahid dari pada
menyerah kepada kaphe Belanda penjajah tanah air tercinta. Oleh karena posisi
Cut Meutia Kurang menguntungkan dengan sikap gagah berani Cut Meutia
tampil ke depan dengan rencong terhunus maju bertempur disertai dengan
senjata dan jiwa kesatria. Sebagai wanita pejuang Aceh ia maju seperti benteng
terluka dengan pekikan Allahu Akbar beliau iringi penyerangan.( Elly Widarni,
1996 : 30)
Dalam pertempuran inilah Cut Meutia syahid sebagai pahlawan bangsa
bersama-sama dengan beberapa pejuang muslimin lainnya serta para ulama
seperti Teuku Chik Paya Bakong, Teungku Seupot Mata dan Teuke Mat
Saleh.( Elly Widarni, 1996 : 31)
2.5.5 Teungku Chik Di Tiro
Muhammad Saman, yang kemudian terkenal sebagai Teungku Chik Di
Tiro, adalah putra dari Teungku Sjech Abdullah, anak Teungku Sjech
Ubaidillah dari kampong Garot negeri Samaindra, Sigli. Ibunya bernama Siti
Aisyah, putri dari Teungku Sjech Abdussalam Muda Tiro anak Leube Polem
Tjut Rheum, kakak dari Tgk Chik Muhammad Amin Dajah Tjut. Ia lahir pada
tahun 1836 Masehi, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Krueng
kenegerian Tjombok Lamlo, yang sekarang terkenal dengan kota Bakti.
Teungku Chik Di Tiro mempunyai lima orang putra yaitu Teungku Mat Amin,
Teungku Mahidin, Teungku di Tungkob, Teungku di Buket(Teungku
Muhammad Ali Zainulabidin), dan Teungku Lambada.
29
Teungku Chik Di Tiro semasa kecilnya hidup dalam masyarakat kaum
agama dan bergaul dengan ayahnya yang mengajar bermacam-macam ilmu di
Garot. Ia belajar Qur’an dan ilmu agama pada ibunya di rumah dan tulisan
Arab pada ayahnya.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 42)
Ketika awal pertama kali Tgk Chik Di Tiro berjuang, ia tidak mempunyai
apa-apa, ia hanya mempunyai uang 80 ringgit Aceh yang merupakan hasil dari
menggadaikan beberapa petak sawah, beberapa rencong dan pedang hadiah
dari Tgk Dayah Tjut, serta semangat juang yang berkobar-kobar. Tanggapan
terhadap perjuangannya pun ada yang bersikap sinis kepadanya. Teungku Chik
Di Tiro bukan keturunan panglima, ia hanya seorang haji dan ulama. Kalaupun
ia pandai memimpin perang, adakah senjata dan uang untuk biaya perang.
Musuh memakai senapan dan meriam, sedangkan Tgk Chik Di Tiro hanya
memakai rencong dan pendang, hal itu sama dengan bunuh diri saja.
Menghadapi sikap sinis sebagian orang tersebut, Tgk Chik Di Tiro
menerima dengan sabar. Hal tersebut malah menjadikan sebuah tantangan yang
harus ditaklukkan. Teungku Chik Di Tiro yakin bahwa ia akan mampu
menghadapi segala rintangan yang ada. Usaha pertama yang dilakukannya
adalah membangkitkan semangat para pejuang dan mengumpulkan para
pejuang dalam satu kesatuan yang kokoh yang tidak dapat dipecah belah.
Dalam hal ini cara yang ditempuh Tgk Chik Tiro cukup unik juga. Pada
setiap kesempatan ia singgah di suatu tempat, ia mengadakan ceramah di
masjid atau mengadakan kenduri. Pada kesempatan itu ia pergunakan untuk
menyebarluaskan ajarannya mengenai perang Sabil, menyadarkan orang-orang
untuk memerangi kaum kafir, berjuang di jalan yang diridhai Allah, serta untuk
memperoleh informasi dari mereka yang hadir. Pada kesempatan itu pula, ia
pergunakan untuk menbagi-bagikan azimat untuk para pengikutnya.(Agus Budi
Wibowo, 1996 : 44)
Selain itu, ia juga mengirim surat kepada para uleebalang dan keuchik
yang tidak dapat dihubungi secara lisan yang berisi panggilan suci kepada
mereka untuk berjuang di jalan Allah, baik kepada mereka yang telah
mengakui kedaulatan dan memihak kepada Belanda maupun kepada mereka
30
yang karena suatu hal kembali lagi ke kampong halaman. Tugas
menyampaikan surat-surat tersebut dilakasanakan oleh Habib Samalanga dan
Habib Lamnyong dengan dibantu oleh pemimpin agama seperti Tgk Polem di
Njong. Tgk Aweh Geutah di Peusangan, Tgk di Blang Bagoh, dan pengikut-
pengikut Tgk Chik Di Tiro lainnya.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 45)
Seruan yang berisi ajakan perang sabil ini diperkuat lagi dengan hikayat
perang sabil, adanya unsur perang sabil dipergunakan sebagai basis ideology
dan dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam perlawan terhadap
Belanda. Hal ini Nampak bahwa kepercayaan yang ditanamkan dalam perang
kolonial Belanda di Aceh oleh Tgk Chik Di Tiro ke dalam para pengikutnya
adalah kepercayaan dari sudut duniawi dan akhirat. Dari sudut duniawi
tertanam kepercayaan bahwa mereka akan dapat memenangkan pertempuran
dan mengusir musuh sedangkan dari sudut akhirat dianggap bahwa perang ini
adalah perang suci.
Gerakan angkatan perang sabil Tgk Chik Di Tiro mulai menampakkan
pengaruhnya. Pemerintah Hindia Belanda di Aceh pun mulai mendengar
gerakan perang ini. Namun mereka belum tahun siapa sebenarnya Tgk Chik Di
Tiro, Gubernur Van Der Heyden menyebut keadaan Aceh dalam sebuah
laporannya sebagai berikut:
Suasana Aceh sekarang seperti api dalam sekam. Setelah persiapan dirasa
cukup, maka segera diambil langkah pertama yaitu memutuskan hubungan
antar benteng Belanda. Pasukan perang sabil memotong kawat telepon antar
benteng agar mereka tidak dapat saling berhubungan. Sebagai markas besar,
Tgk Chik Di Tiro membangun sebuah benteng yang kuat di Mureu. Lokasi
benteng ini mempunyai letak yang sangat strategis yaitu terletak di tepi Krueng
Inong.
Selama kurun waktu 1882-1883 terjadi pertempuran yang dahsyat antara
kedua pihak. Pasukan Tgk Chik Di Tiro mengalami banyak kemajuan.
Beberapa benteng dapat direbutnya dari Belanda seperti benteng di Krueng
Raja dan Kadju. Karena kuatnya tekanan pasukan Tgk Chik Di Tiro, maka
akhinya Belanda pun menarik diri dari salah satu benteng terkuatnya selama ini
31
di Aneuk Galong dan mundur ke Lambaro dan Keutapang Dua. Sebelum
meniggalkan Aneuk Galong Belanda sempat melakukan strategi bumi hangus
sehingga pasukan Aceh tidak banyak memperoleh hasil dari sana. Untuk
mempertahankan diri Belanda membuat garis konsentrasi yang terbentang dari
Kuta Pohama ke Keutapang Dua. Tgk Chik Di Tiro berusaha merebutnya dari
arah laut, tetapi belum berhasil.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 47)
Pada 5 Maret 1883 Gebernur Van Der Hoeven memberitahukan kepada
pemerintah pusat di Jawa tentang kondisi Aceh tersebut. Namun kemudian
gubernur ini malah diganti oleh P.F Laging Tobias pada 16 Maret 11883, pada
masa pemerintahannya Belanda menghadapi masalah yang berat sampai pada
ia mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa Belanda di Aceh hampir
putus asa.Tgk Chik Di Tiro sempat pula menyerang Kutaraja, walaupun tidak
berhasil merebutnya, seorang Controler Belanda J.P. Van Lith menemui
ajalnya sedangkan dari pihak Aceh Panglima Pang Nyak Hasan tewas.
Melihat Belanda hampir jatuh, Tgk Chik Di Tiro memberi ultimatum
kepada Belanda dengan mengirim surat kepada Asisten Residen Van Langen
pada tahun 1885 untuk mengadakan perdamaian. Tgk Chik Di Tiro bersedia
berdamai dengan Belanda apabila Belanda bersedia memeluk agama
Islam.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 48)
Usaha Tgk Chik Di Tiro mengajak Belanda untuk berdamai dengan
mengajak mereka masuk Islam tidak berhasil. Demikian pula usaha Belanda
mengajak ulama ini berdamai dan bersedia berdiam di Kuta Raja tidak berhasil.
Akhirnya Tgk Chik Di Tiro pun setelah itu tidak pernah lagi mengajak
berdamai kepada Belanda. Ia akan terus berjuagn menurut semboyan perang
sabil “Mencari syahid dan tidak mau melihat muka kafir”.
Pada tahun 1887 Habib Abdurrahman datang dari Turki, kemudian ia
mengadakan perundingan dengan Tgk Chik Di Tiro dan Imam Leung Bata di
Pidie guna membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan strategi perang.
Penyerangan Habib Abdurrahman terutama bertujuan untuk mengacaukan dan
memperlemah pos-pos Belanda yang merupakan garis pembendung (afsluiting
linie) yang melingar antara Krueng Raba, Lambaro, dan Klieng. Para pejuang
32
juga berusaha menghambat kemajuan dan membatasi ruang gerak pasukan
Belanda dengan jalan mencegah pasukan Belanda, membakar gudang di
Pendeti, serta merusak jembatan yang menghubungkan Krueng Tjut dan
Silang.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 50)
Teungku Chik Di Tiro terus bertempur melawan Belanda tidak kurang
dahsyatnya dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Semangat pasukan
pun tidak pernah kendur menghadapi Belanda. Selama tahun 1890 Tgk
Muhammad Amin putra Tgk Chik Di Tiro yang tertua sudah ikut memimpin
pasukan. Beberapa kali ia mendapat luka dan terpaksa diangkut ke Aneuk
Galong.
Mengetahui bahwa jiwa perang sabil terdapat pada Tgk Chik Di Tiro,
maka Belanda berusaha membunuh ulama ini. Belanda kembali
mempergunakan siasat adu domba dimana salah seorang bangsawan yang
berambisi menjadi panglima sagi diperalat untuk membunuh ulama tersebut.
Tgk Chik Di Tiro diundang ke Tui Seilemeung dan di dalam benteng itu ulama
ini diberi makananan beracun. Tgk Chik Di Tiro kemudian jatuh sakit. Pada
tanggal 25 Januari 1891 ulama ini wafat di Aneuk Galong.
Setelah Tgk Chik Di Tiro meninggal, maka kelompok pimpinan pasukan
perang sabil diserahkan kepada putranya, Tgk Mat Amin sebagai Tgk Chik. Ia
lebih dikenal ahli dalam hal berperang daripada hokum agama. Setelah Tgk
Mat Amin Syahid dalam mempertahankan benteng Aneuk Galong pada tahun
1896, ia digantikan oleh adiknya Tgk Di Tungkob alias Tgk Beb.
Walaupun sudah wafat, pengaruh Tgk Chik Di Tiro tetap besar, karena
perjuangannya sampai ke Lhoksukon Aceh Utara. Dalam sebuah salinan
Hikayat perang sabil yang dibuat oleh Controuler Lhoksukon pada tanggal 25
Oktober 1924 dinyatakan bahwa Tgk Chik Di Tiro lah yang mewakili jejak
langkah Nabi dalam meneruskan perang sabil sedangkan ulama lain ada yang
diam diri. Ketika pasukan Belanda pada tahun 1908 mencari keturunan Tgk
Chik Di Tiro yang masih hidup, rakyat tidak bersedia memberitahu tempat
merka berada.(Agus Budi Wibowo, 1996 : 52)
33
2.5.6 Panglima Polem
Sebutan nama Panglima Polem bukanlah nama asli dari tokoh yang
bersangkutan, tetapi merupakan gelar kehormatan yang dinobatkan karena
kebangsawan sekaligus karena jabatan seseorang. Oleh karena itu dalam
sejarah kerajaan Aceh ditemukan gelar panglima polem yang selalu diikuti oleh
nama lain sebagai nama asli dari tokoh yang bersangkutan.
Seperti Teuku Panglima Polem Muhammad Daud, yang berasal dari
keturunan kaum bangsawan Aceh, tetapi sampai saat ini belum ditemukan
keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahirannya. Ayahnya
bernama Panglima Polem Raja Kuala yang merupakan anak dari Teuku
Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan
Cut Banta.
Setelah dewasa, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud menikah
dengan salah seorang putri dari Tuanku Hasyim Bangtamuda, tokoh pahlawan
Aceh ini, dia diangkap sebagai Panglima Polem 9 pada bulan Januari 1891
untuk menggantikan ayahnya Panglima Polem Raja Kuala yang telah
meninggal. Setelah pengangkatannya Panglima dia kemudian mempunyai
nama lengkap Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad
Daud(Ibrahim Alfian, 1977 : 209)
Semasa perjuangannya melawan Belanda dan sampai pada tahun 1896,
Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud bergabung
dengan Teuku Umar bersama 400 orang pasukan pengikutnya untuk
menghadapi serangan Belanda(Ibrahim Alfian, 1977 : 45)
Dalam pertempuran besar-besaran yang berlangsung selama 14 hari,
sejak tanggal 8 sampai 21 April pihak Belanda jatuh korban sebanyak 215
orang tewas dan 190 orang luka-luka. Dengan perasaan takut dan bercampur
marah pasukan Belanda kembali menekan dan mempertajam serangannya,
sehingga dalam pertempuran di Aneuk Galong Belanda berhasil menjatuhkan
korban dipihak Aceh sebanyak 110 orang sedangkan dipihak mereka pada saat
itu hanya diantara 4 oarang pewira. Para pejuang Aceh yang gugur dalam
pertempuran itu kebanyakan berasal dari daerah Pidie. Dan di dalam
34
pertempuran itu juga terdapat salah seorang tokoh pejuang Aceh yang sangat
tangguh yakni Teungku Chik Di Tiro.
Belanda di bawah pimpinan Gubernur J.W. Stemfoort, Belanda merubah
pola pertahannya dari sistem konsentrasi ke politik agresi. Walaupun demikian
Belanda tetap menjaga keamanan wilayah yang penduduknya sedikit agak
bersahabat dengan pihak mereka, seperti 26 mukim, 4 mukim, dan 6 mukim
yang dalam perkembangan selanjutnya menjadi sasaran Teuku Umar dan
Panglima Polem.
Awal bulan Juli 1896 kawasan 22 mukim, tampat dimana Sultan
Muhammad Duad Syah berada mendapat serangan besar-besaran darik pihak
Belanda. Penyerangan ini memaksa Sultan Aceh mengundurkan diri ke
pedalamam Seulimeum pada tanggal 29 Juli 1896. Pihak Belanda dengan
kekuatan 1,5 batalion infantry kemudian menyerang kawasan Seulimeum
setelah mengetahui keberadaan Sultan Aceh di sana, dengan mendapatkan
penyerangan itu, Sultan hijrah ke Pidie.maka demi menegakkan hak, martabat
dan harga diri rakyat Aceh, Panglima Polem bersama pasukannya langsung
menuju ke pegunungan 22 mukim. Mereka berusaha memperkuat benteng
pertahanan di wilayah itu, sejak awal September hingga akhir bulan Oktober
1896 Belanda menyerang 22 mukim.
Belanda dapat mendesak dan menghancurkan kubu-kubu pertahanan
Aceh, hingga mereka berhasil menduduki Jantho. Menghadapi kenyataan itu
Panglima Polem bersama pasukannya mulai membuat perhitungan dengan
pasukan Belanda, terutama dengan cara bergrilya sambil mendirikan kubu-
kubu pertahanan di pegunungan Seulimeum.
Pada tahun 1897 Belanda terpaksa mengambil inisiatif untuk menambah
pasukannya di Aceh. sejak saat itu serangan pihak Aceh mulai menurun dan
Teuku Umar pun mengambil jalan pintas mengundurkan diri ke Daya Hulu
untuk mengelabui Belanda tentang keberadaannya, Teuku Umar sengaja
meninggalkan Panglima Polem bersama sejumlah pasukannya di wilayah
pegunungan Seulimeum.
35
Selama masa peperangan terjadi Belanda selalu memburu Sultan
Muhammad Daud Syah dan Panglima Polem mulai ke beradaannya dari
Seulimeum, Pidie, hingga ke daerah Gayo. Namun kegagalan demi kegagalan
dalam usahanya menangkap Sultan Muhammad Daud Syah bersama Panglima
Polem, maka selama hampir satu bulan Belanda menghentikan
penyerangannya ke daerah Gayo. Selama itu pula Belanda mengatur strategi
baru dengan cara yang sangat licik yakni dengan cara menangkap orang-orang
dekat, ahli kerabat yang paling disayangi Sultan. Pada tanggal 26 November
1902, pasukan masose di bawah Christoffel kemudian melakukan penyerbuan
dan berhasil menangkap istri Sultan dan Teungku Putroe yang pada saat itu
masih berada di Glumpang Payong. Sebulan kemudian bertepatan dengan hari
Natal, Belanda berhasil menangkap istri Sultan lainnya Pocut Cot Murong dan
juga seorang putri Sultan di Lam Meulo.
Setelah berhasil menangkap kerabat Sultan Muhammad Daud Syah,
Belanda kemudian mengeluarkan ancaman yang berisi apabila Sultan tidak
menyerahkan diri dalam tempo satu bulan, maka kedua istrinya akan dibuang.
Menerima berita ancaman itu, akhirnya pada tanggal 10 Januari 1903
Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa berdamai dengan Belanda. Selanjutnya
pemerintah Hindia Belanda mengasingkannya ke Ambon dan terakhir dipindah
ke Batavia sampai Sultan meninggal pada tanggal 6 Februari 1939. Sedangkan
Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud baru pada
tanggal 7 September 1903 seara terpaksa juga berdamai dengan Belanda.
Secara khusus dengan berdamainya Sultan Muhammad Daud Syah dan
Panglima Polem pihak Belanda mengira bahwa secara keseluruhan wilayah
Aceh dan rakyat Aceh telah berhasil mereka kuasai sepenuhnya. Perkiraan
Belanda ternyata sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi
kemudian, dimana ternyata rakyat Aceh tidak pernah mau berdamai apalagi
menyerah kepada Belanda. Peperangan demi peperangan antara rakyat Aceh
dengan Belanda terus saja berlangsung.
36
2.5.7 Sultan Iskandar Muda
Sultan Iskandar Muda dilahirkan pada tahun 1590, 1591. Dan bahkan ada
juga yang mengatakan bahwa ia dilahirkan pada tahun 1586, hal ini disebabkan
bahwa berbagai sumber yang ada memberikan keterangan berbeda satu sama
lain, dari berbagai buku ataupun karya lainnya yang dibuat oleh para pujangga
ataupun penulis bangsa asing pada masa itu yang mencatat tahun kelahiran
Sultan Iskandar Muda berbeda versi masing-masing.
Sultan Iskandar Muda merupakan garis keturunan dari para Sultan Aceh,
ia merupakan cucu dari Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al Mukammil. Ia
merupakan buah perkawinan antara pasangan Putri Raja Indera Bangsa dengan
Sultan Mansyur Syah. Berdasarkan asal usul pasangan ini tenyata masih
mempunyai pertalian darah dengan para Sultan Aceh. maka tidaklah
mengherankan apabila kakeknya(al Mukammil) amat menyayangi cucunya
itu.(Irvan Setiawan, 1996 : 104)
Sultan Iskandar Muda, sebelum dinobatkan sebagai Sutlan Aceh dulunya
ia bernama Darmawang Tun Pangkat yang mempunyai arti budiman, sopan
santun, adil, setia kawan, cinta kebenaran, cinta bangsa dan agama. Semasa
kecilnya ia banyak dibekali ilmu-ilmu yang sudah ditanamkan oleh
kakeknya(al Mukammil) yang akan berguna kelak ketika ia dewasa.(Irvan
Setiawan, 1996 : 105)
Dari keahlian yang dimilikinya serta kedudukan Darmawang Tun
Pangkat sebagai cucu kesayangan al Mukammil, putra Mukammil yang
bernama Sultan Muda merasa iri hingga berniat membunuh Darmawang Tun
Pangkat ke Daratan Tinggi Gayo. Dan semasa hidup Sultan Alauddin Ri’ayat
Syah al Mukammil ketika melihat kamampuan dan keahlian cucunya, al
Mukammil semakin yakin bahwa Darmawang Tun Pangkat akan membawa
Kerajaan Aceh kembali ke masa jayanya. Ujian peratama Darmawangsa Tun
Pangkat adalah melawan Portugis dibawah pimpinan Martin Alffonso De
Castro pada tahun 1606. Keahliannya mengendarai gajah dibuktikan dalam
peperangan tersebut dan berhasil membuat pasukan Protugis tercerai-cerai.
Bahkan dengan tentara gajahnya Darmawangsa Tun Pangkat lebih duluan
37
merebut kembali benteng Aceh yang telah diduduki Portugis. Meskipun
sebenarnya bukan benteng itu saja direbut, tetapi juga berhasil mengusir
pasukan Protugis dari Kerajaan Aceh.
Adapun penyebab perang yang terjadi antar saudara pada Kerajaan Aceh
semua bermula dari pengangkatan Sultan Muda sebagai Sultan Aceh dengan
gelar Sultan Aluddin Ri’ayat Syah setelah berhasil menggulingkan
pemerintahan ayahnya(al Mukammil) yang tidak sabar untuk menduduki
kedudukan ayahnya sebagai Sultan Aceh. dari peristiwa tersebut membuat
Darmawang Tun Pangkat menjadi benci akan tingkah laku pamannya yang
merebut tahta kakeknya secara paksa. Dan membuat adiknya Sultan Aluddin
Ri’ayat Syah sendiri yang bernama Sultan Pedir marah terhadap perbuatan
kakaknya kepada ayahnya.
Dengan rasa irinya dan kebenciannya Sultan Aluddin Ri’ayat Syah
segera menangkap Darmawangsa Tun Pangkat dan memenjarakannya. Namun
berkat tipu muslihat dan pengalaman Laksamana Muda Cut Meurah Inseun dan
Laksamana Meurah Ganti(merupakan pengasuh Darmawangsa Tun Pangkat),
Akhirnya dapat meloloskan diri dari penjara. Ia kemudian pergi ke Pedir untuk
meminta perlindungan kepada pamannya yang menjabat sebagai Sultan
Pedir.(Irvan Setiawan, 1996 : 108)
Sultan alauddin Ri’ayat Syah yang mengetahui bahwa Darmawangsa Tu
Pangkat telah bebas dari penjara dan kini di bawah perlindungan adiknya lalu
tidak tinggal diam. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah kemudian meminta kepada
Sultan Pedir agar Darmawangsa Tun Pangkat diserahkan kembali. Sultan Pedir
menolak karena Darmawangsa Tun Pangkat merupakan cucu kesayangan ayah
mereka(al Mukammil) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah kemudian segera
mengerahkan angkatan perang Aceh untuk menyerang Pedir. Namun tenyata
Sultan Pedir tidak mampu lagi mengimbangi kehebatan angkatan perang Aceh,
akhirnya dengan terpaksa Sultan Pedir menyerahkan Darmawang Tun Pangkat
kepada kakaknya untuk ditahan kembali.
Di dalam tahanan, Darmawangsa Tun Pangkat rupanya mengetahui
bahwa telah terjadi penyerangan dari pihak Portugis di bawah pimpinan Martin
38
Alffonso De Castro. Darmawangsa Tun Pangkat lalu bermohon pada Sultan
Alauddin Ri’ayat Syah agar dibebaskan dari tahanan dengan imbalan bahwa
dia bersedia ikut membantu Sultan Alauddin Ri’ayat Syah mengusir Portugis
dari bumi Aceh. Sultan Alauddin Ri’ayat Syah akhirnya bersedia mengabulkan
permintaan Darmawangsa Tun Pangkat. Setelah bebas Darmawangsa Tun
Pangkat segera mengerahkan prajuritnya yang dibantu dengan prajurit Sultan
Alauddin Ri’ayat Syah untuk melakukan serangan terhadap Portugis. Pada
bulan Juni 1606 Darmawangsa Tun Pangkat berhasil mengalahkan Portugis.
Kemenangannya itu membawa perubahan besar bagi Kerajaan Aceh.
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah merasa khawatir karena Darmawangsa Tun
Pangkat pernah membencinnya dan bahkan pernah memenjarakannya karena
telah pernah menentang pemerintahannya. Gajala yang mendukung
Darmawangsa untuk segera menggantikan Sultan Alauddin Ri’ayat Syah
timbul dan pendukungnya bertambah banyak. Para ulama yang juga membenci
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah telah memberi dukungan kepada Darmawangsa.
Kebencian ulama terhadap Sultan Alauddin Ri’ayat Syah saran yang diberikan
kepada Sultan yang lebih suka berjudi daripada memperhatikan pemerintahan
ternyata dihiraukan. Bahkan Sultan Alaudddin Ri’ayat Syah memerintahkan
para pengawalnya agar menyingkirkan para ulama dari pemerintahan.
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah hanya memiliki masa pemerintahan yang
singkat. Setelah berhasil menggulingkan pemerintahan ayahnya(1604), ia
hanya menduduki masa pemerintahannya selama tiga tahun dan meninggal
pada tanggal 4 April 1607. Sebagai penggantinya adalah keponakannya sendiri
yaitu Darmawangsa Tun Pangkat, dan menurut kalangan pejabat istana pada
masa itu ia tidak berhak menduduki jabatan sebagai Sultan Aceh. Alasannya
adalah Sultan Husen yang kini masih menduduki jabatan Sultan Pedir menurut
ketentuan ia lebih berhak menduduki jabatan Sultan Aceh. Namun itu semua
dapat diatasi berkat jasa ibunya(putri Raja Indera Bangsa) yang berhasil
mempengaruhi kalangan pejabat istana sebelum Sultan Husen tiba di Kerajaan
Aceh untuk meminta haknya. Dengan demikian, diangkatlah Darmawangsa
39
Tun Pangkat sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda pada
awal tahun 1607.(Irvan Setiawan, 1996 : 104)
Setelah Darmawangsa Tun Pangkat disahkan sebagai Sultan Aceh
dengan gelar Sultan Iskandar Muda, berbagai pengaturan dilakukan di bidang
pemerintahan, adat dan agama serta juga disertai dengan pembersihan aparat-
aparat pemerintah yang dianggap kurang disiplin dalam menjalankan tugas.
Dalam bidang pemerintahan, Sultan Iskandar Muda mulai mengatur
susunan wilayah atau teritorial. Wilayah terkecil bernama Gampong yang
terdiri dari kelompok-kelompok rumah yang berdekatan satu sama lain. Kepala
Gampong bernama Geucik sedangkan wakilnya Teungku Meunasah dan
Ureung Tuha adalah orangtua yang berpengalaman dan dijadikan sebagai
pembantu Geucik.
Kempulan dari Gampong di berinama Mukim(atau sekarang disebut
dengan kecamatan), dengan ketua/kepalanya bernama “ Kepala Mukim”. Tiap
mukim diharuskan memilki 1.000 orang laki-laki yang tangkas memainkan
senjata dengan tujuan untuk memudahkan pihak kerajaan apabila memerlukan
banyak tentara tambahan. Kumpulan dari Mukim adalah Nanggroe yang
dikepalai oleh Uleebalang. Gelar sebagai Uleebalang diperoleh secara turun
temurun namun harus diberi tanda Cap Sikureung oleh Sultan. Uleebalang juga
diperbolehkan membuat ketentuan adat atau peratuan di kekuasaannya sendiri
namun dalam hal-hal tertentu harus tunduk pada kekuasaan Sultan(Raja Aceh).
(Irvan Setiawan, 1996 : 110)
Politik yang dijalankan oleh Sultan Iskandar Muda, ia memberikan balas
jasa bagi orang atau negeri yang telah berbuat terhadap kerajaannya, akan
tetapi juga memperlakukan tidak baik terhadap orang atau negeri yang
dianggap merugikan bagi karajaannya. Namun prinsip pokok yang dipegang
oleh Sultan Iskandar Muda adalah bahwa setiap perjanjian dagang haruslah
menguntungkan bagi kerajaannya dan kekayaan pribumi harus dikuasai oleh
bangsa pribumi itu sendiri. (Irvan Setiawan, 1996 : 114)
Dengan berpedoman pada prinsip tersebut, Sultan Iskandar Muda
berusaha mengamankan dan menguasai jalur perdagangannya yang meliputi
40
jalur Sumatera Timur. Sumatera Barat dan jalur Malaka agar jangan sampai
jatuh ke tangan bangsa asing(terutama Portugis) yang dianggap merugikan
perdagangan kerajaannya. Oleh karena itu semangat berperang kembali
berkobar setelah beberapa lama terhenti. Namun sebelum itu, wilayah taklukan
harus ditata kembali seperti wilayah Sumatera bagian Timur hingga Tamiang.
Dan wilayah Sumatera Barat yang sudah dikuasai seperti Paseman, Tiku,
Panaman, Salida, dan Indrapura.
Dengan kekuatan angkatan perangnya Sultan Iskandar Muda hingga
tahun 1625 telah berhasil merebut daerah Deli, Johor, Pahang, Kedah, dan
Perak. Hanya Malaka yang belum berhasil direbutkan olehnya. Sebelum
penyerangan ke Malaka, angkatan perang harus dipersiapkan terledih dahulu
agar cukup baik dan kuat karena Portugis menggunakan Malaka sebagai pusat
angkatan perangnya. Sebelumnya Malaka juga pernah diserang oleh Sultan
Ikandar Muda pada bulan November 1615 namun berakhir dengan kegagalan
pasukan Sultan Iskandar Muda. (Irvan Setiawan, 1996 : 115)
Namun kemauan dan ambisi Sultan Iskandar Muda untuk merebut
Malaka dan mengusir Portugis yang telah menggangu jalur perdagangannya,
dan juga pernah mengalahkan pasukan kerajaannya. Ia juga mencoba
menyerang kembali Malaka dengan armada yang dikirim dalam penyerbuan ke
tersebut, cukup besar untuk ukuran pada waktu itu yaitu berjumlah 250 kapal
layar dan 47 kapal besar serta 20.000 tentara.
Kekalahan pasukan Aceh dalam penyerbuan ke Malaka ternyata
berakibat fatal bagi Kerajaan Aceh. Pengawasan terhadap daerah atau wilayah
taklukan menjadi lemah hingga membuat Belanda yang tadinya tidak aktif
dalam mencari hubungan dagang di sumatera kini menjadi bersemangat lagi
meski hanya sebatas daerah-daerah yang berada jauh dari pengawasan Aceh
seperti Johor dan Pantai Barat Sumatera. Peristiwa tersebut amat merisaukan
Sultan Iskandar Muda. Ia mulai berfikir untuk mencari pengganti yang cocok
untuk membawa Kerajaan Aceh kembali ke masa jayanya. Langkah yang
diambil adalah merencanakan untuk mencalonkan anak angkatnya yaitu Sultan
41
Iskandar Thani sebagai calon pengganti kelak apabila Sultan Iskandar Muda
sudah tidak sanggup untuk memimpin Kerajaannya.
Meninggalnya Sultan Iskandar Muda disebabkan dari rencana jahatnya
Portugis, dalam rancananya melalui perantara para wanita Makassar dengan
memberikan racun secara diam-diam kepada Sultan Iskandar Muda. Rencana
tersebut ternyata berhasil dilakukan hingga menyebabkan kematian yang tiba-
tiba terhadap Sultan Iskandar Muda pada tanggal 27 Desember 1636.(Irvan
Setiawan, 1996 : 119)
2.5.8 Teuku Nyak Arif
Teuku Nyak Arif merupakan anak seorang Uleebalang Panglima Sagi 26
mukim, yang lahir pada tanggal 17 Juli 1899 di Ulee Lheue 5 km dari Banda
Aceh. Ayahnya bernama Teuku Sri Imaeum Muda Nyak Banta, sering
dipanggil dengan Teuku Nyak Banta. Sedangkan ibunya bernama Cut Nyak
Reyeuk. Saudara kandung Teuku Nyak Arif yang se ayah dan se ibu sebanyak
5 orang, dua orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Mereka adalah Cut
Nyak Asmah, Cut Nyak Mariah, Teuku Nyak Arif, Cut Nyak Samsiah, dan
Teuku Muhammad Yusuf.
Pada tahun 1908 Teuku Nyak Arif masuk sekolah Raja di Bukit Tinggi
sumatera barat dengan mengambil jurusan ilmu pamong raja(pemerintahan).
Pemilihan jurusan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa ia adalah calon
Panglima Sagi 26 mukim yang akan menggantikan kedudukan ayahnya. Teuku
Nyak Arif adalah seorang yang pandai sehingga tidak mengherankan di
sekolahnya jika ia setiap tahun naik kelas dengan nilai-nilai yang memuaskan.
Teuku Nyak Arif yang gemar membaca, seni, dan olahraga, serta
mengagum tulisan Haji Agus Salim ini, sangat benci kepada Belanda. Karena
itu ia tidak pernah mau menerima tunjangan sebesar 10 Golden tiap bulannya
yang diberikan pemerintah Hindia Belanda bagi anak-anak bangsawan yang
bersekolah di Bukit Tinggi. Sekolah Raja ini dijalaninya hingga tahun 1913.
Kemudian Teuku Nyak Arif melanjutkan dalam bidang ilmu pamong
42
praja(pemerintahan) pada OSVIA (Oplaiding School Voor Inlandsche
Ambtenaren) di Sarang, Banten Jawa Barat. (Djuniat, 1996 : 79)
Semakin jauh Teuku Nyak Arif dari kampong halamannya, maka
semakin banyak pula pengetahuan, pengalaman, serta teman yang di
perolehnya. Hal ini membuat Teuku Nyak Arif semakin matang dalam bidang
politik, sehingga semakin tinggi pula jiwa nasionalismenya. Tidak semua
peraturan sekolah yang dibuat Belanda dipenuhi olehnya, apalagi yang
menyinggung jiwa nasionalismenya.
Rasa benci Teuku Nyak Arif terhadap Belanda tidak pernah pudar
sehingga tidak jarang terjadi konflik dengan guru-guru dan direktur
sekolahnya. Sebagaimana biasa ia tidak pernah bersedia menghapus papan
tulis. Pernah suatu ketika hal yang sama kembali disuruh guru padanya, tetapi
menolak. Kejadian kali ini benar-benar membuat gurunya sangat marah dan
tidak bersedia memberikan pelajaran pada hari itu. Kendatipun demikian
terhadap teman-temannya putra pribumi Teuku Nyak Arif sangat baik, akrab,
dan ramah serta tidak pernah memandang dari daerah asal seseorang.
Selama menempuh masa pendidikan di Sarang ia bersama rekan-
rekannya tidak pernah membiarkan waktu berlalu begitu saja. Apabila ada
waktu luang mereka selalu menggunakannya untuk mendiskusikan masalah-
masalah politik nasional. Berkat kegitan tersebut pengetahuan Teuku Nyak
Arif di bidang politik semakin luas dan mendalam. Jiwa nasionalismenya
semakin mantap dan menemui jalan keluar dari permasalahan yang semakin
sempurna. Menurutnya dalam mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia, salah
satu jalan yang harus ditempuh adalah tetap bersatu.(Djuniat, 1996 : 80)
Teuku Nyak Arif bukanlah seorang pemimpin yang sombong, dengan
sifat bijaksana yang dimilikinya, ia mampu menyelesaikan pertikaian yang
terjadi, baik antara golongan tua dan muda maupun antara bangsawan dan para
ulama. Pada tahun 1920 Teuku Nyak Arif diangkat sebagai Panglima Sagi 26
mukim untuk menggantikan kedudukan ayahnya Teuku Nyak Banta.
Ketika suatu hari Teuku Nyak Arif beserta kawan-kawannya dalam
perbincangan persidangan Volksraad. Teuku Nyak Arif membantah keras
43
pendapat Belanda yang tidak mau menyetujui penambahan anggota bangsa
Indonesia di Volksraad, menurut pihak Belanda yang perlu dibina adalah
kerjasama antara anggota Belanda, Tiong Hoa, dan Indonesia dengan
membentuk komisi perdamaian dan kerjasama yang dapat menyenangkan
semua pihak. Teuku Nyak Arif menujukan kata-katanya sebagai berikut:
“ Tidaklah akan menambah kehormatan pada tuan-tuan dimata orang
Indonesia dengan tuan-tuan bersikap banyak cingcong itu. Berlakulah sebagai
laki-laki untuk kepentingan Indonesia”.
Ketika Jepang sudah mengetahui bahwa Teuku Nyak Arif adalah
pemimpin terkemuka di Aceh. Oleh karenanya ia diangkat sebagai penasehat
militer untuk daerah Aceh. Kemudian Teuku Nyak Arif diangkat sebagai
Gunco di Kutaraja, Teuku Panglima Polem Gunco di Seulimeun, dan Teuku
Hasan Dik menjadi Gunco di Sigli. Teuku Nyak Arif melihat ada gejala yang
membahayakan akan timbul dari penjajahan Jepang ini. Jepang juga
menjalankan politik adu domba di mana kompetei seolah-olah pro Uleebalang
dan Satotai(Dinas Rahasia Jepang) seolah-olah berpihak pada PUSA(Persatuan
Ulama Seluruh Aceh). Melihat situasi yang demikian, Teuku Nyak Arif
berkesimpulan tidak ada jalan lain untuk menghancurkan Jepang ini, kecuali
berpura-pura bekerja sama. Jepang memang mengharapkan sekali bantuan dari
Teuku Nyak Arif.
Sebagai wujud rasa tidak senang Teuku Nyak Arif pada Jepang tampak
dari kata yang sering diucapkannya yaitu “Kita usir anjing, datang babi”.
Jepang lebih jahat dari Belanda. Analisa Teuku Nyak Arif ternyata benar, tidak
lama sesudah Jepang datang pada tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot
Pling di bawah pimpinan Teuku Adul Jalil. Pada penyerangan pertama dan
kedua Jepang kalah dan baru penyerangan yang ketiga Jepang berhasil
membakar mesjid.Belajar dari peristiwa itu, Jepang mulai lebih berhati-hati
dalam bertindak terhadap Aceh, Aceh diperlakukan lebih istimewa dari daerah-
daerah lain di Indonesia. Dan sebagian tuntutan rakyat Aceh dikabulkan,
setelah dengan terjadinya peristiwa itu pemerintah Jepang menyempurnakan
lagi aparatnya di Aceh, maka dibentuklah Aceh Syiu Sangikai(Dewan
44
Perwakilan Rakyat Aceh) dan memilih Teuku Nyak Arif sebagai ketua dari
tahun 1943 sampai dengan 1945
Bersama Teuku Hasan Dik dan beberapa pemimpin lain dari pulau
Sumatera, mereka diundang ke Tokyo pada bulan Juli 1943 untuk member
keyakinan kepada mereka agar betul-betul menyokong Jepang dalam perang
Asia Timur Raya. Selama dalam perjalanan, mereka selalu diindoktrinasi
tentang kemakmuran Asia Timur Raya. Rombongan dipandu seorang Jepang
yang bernama Tuan Sato. Di samping itu Tuan Sato bertindak sebagai ketua,
sedangkan wakil ketua adalah Teuku Hasan Dik dan Teuku Nyak Arif.
Sesampai di Jepang setelah disambut oleh petugas militer, rombongan
dibawa ke Istana Kaisar Tennoheika dan diperintahkan Seekere(memberi
hormat dengan kepala rukuk). Namun Teuku Nyak Arif dan Teuku Hasan Dik
menolak perintah ini dan mereka mengatakan bahwa hanya Tuhan yang
bersedia kami sembah. Akhirnya timbullah ketegangan antara rombongan
dengan pembesar-pembesar Jepang.Selanjutnya rombongan dijamu oleh
Perdana Menteri Jepang pada waktu itu, yaitu Jenderal Tozio.(Djuniat, 1996 :
85)
Dalam pidato sambutan pada acara jamuan makan tersebut, Tozio
menguraikan tentang perang Asia Timur Raya dan Teuku Hasan Dik
menguraikan tentang Indonesia dengan mengharapkan setelah perang usai
Indonesia harus dilepas oleh Jepang, kemdian ia mengharapkan juga agar
tentara-tentara Jepang yang ditempatkan di Indonesia harus yang berakhlak
baik. Jepang ingin memisahkan antara Jawa dengan Sumatera. Rombongan
Sumatera dan Jawa selalu dijaga ketat untuk tidak bertemu. Dalam setiap
pidato, pihak Jepang tidak pernah menyebut Indonesia kecuali Sumatera atau
Jawa saja. Akan tetapi Teuku Nyak Arif dan Teuku Hasan Dik selalu
menekankan pada Indonesia.
Pada saat rombongan berada di Tokyo keadaan di sana tidak aman karena
kota ini sering diserang oleh pesawat tempur Amerika. Akibatnya, rombongan
harus pulang dengan kapal kecil dengan perjalanan memakan waktu 42 hari
sampai di Singapura. Setelah seminggu berada di Singapura barulah mereka
45
pulang ke daerahnya masing-masing. Teuku Nyak Arif pulang melalui jalur
Pakan baru, Bukit Tinggi, Tapanuli, dan Langsung ke Aceh.
Setalah di Aceh mereka diperintahkan oleh Jepang berpidato untuk
menyampaikan kesan baik-baik selama berada di Jepang. Kedua-duanya
terpaksa memenuhi permintaan ini dengan berat hati sehingga pidato mereka
bernada ejekan kepada Jepang. Di antara salah satu pidato Teuku Hasan Dik
mengatakan bahwa orang Jepang yang berada di negerinya mempunyai sifat
yang baik sedangkan orang Jepang yang berada di Indonesia mempunyai sifat
jahat dan jelek. Akibat dari pidatonya kemudian Teuku Hasan Dik ditangkap
dan dibunuh oleh Jepang. Hal ini yang membuat Teuku Nyak Arif semakin
benci kepada Jepang.
Dalam suatu perjalanan ke Jeuram Aceh Barat, Teuku Nyak Arif bertemu
dengan Teuku Ismail Yacob lalu ia mengatakan, “kita harus menggunakan apa
saja dari Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Kita harus
menganjurkan kepada rakyat untuk belajar berperang dan menanamkan anti
penjajahan. Jepang pasti kalah dalam perang pasifik ini, dan Belanda pasti
kembali ke Indonesia. Pada waktu itu kita pakai ilmu yang telah kita pelajari
mengenai berperang dan lain-lain. Sekarang inilah kesempatan yang paling
baik, dan kesempatan lainnya sudah tidak ada lagi. Pakailah ilmu yang sudah
kita pelajari untuk melawan Belanda yang ingin kembali. Persatuan Indonesia
harus dipekokoh, Jawa tidak dapat berjuang sendiri bengitupun pulau-pulau
lain di Indonesia”.
Pada saat itu kondisi kehidupan rakyat sudah sangat parah sekali. Harta
benda diambil secara paksa dan apabila bersedia dibeli dihargai dengan harga
yang sangat murah. Dalam keadaan yang demikian, Teuku Nyak Arif adalah
seorang bangsawan yang selalu memperhatikan kepentingan rakyat, tampil ke
depan untuk membelanya. Memasuki tahun 1944 dalam perang pasifik Jepang
telah merasa bahwa kekuasaannya sebentar lagi akan runtuh dan mereka
membayangkan akan menerima kekalahan dari pihak sekutu. Akibatnya,
mereka memcoba melibatkan rakyat Indonesia dalam lapangan politik dan
militer. Dalam lapangan politik salah satu diantaranya dibentuk Sumatera Cuo
46
Sangi yang berpusat di Bukit Tinggi dengan ketua Moh. Syatei dan Teuku
Nyak Arif sebagai wakilnya. Dengan bekal pengalaman di Dewan
Rakyat(Volksraad) pada masa penjajahan Belanda dan pengerakan kebangsaan.
Teuku Nyak Arif mampu memanfaatkan kerjasama dengan Jepang melalui
badan ini untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan demi memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.(Djuniat, 1996 : 87)
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu. Berita ini tidak dapat diketahui di Aceh kecuali salah seorang
kepercayaan kepala polisi Jepang di Langsa yang bernama Abdullah yang
berlagak sebagai mata-mata Jepang. Kemudian dengan keberatannya Abdullah
menyampaikan berita ini kepada Teuku Nyak Arif yang ia kenal sebagai
pemimpin rakyat yang sudah lama terkenal sejak zaman penjajahan
Belanda.(Djuniat, 1996 : 88)
Teuku Nyak Arif, sebelum ia meninggal dunia, beliau memberi pesan
kepada keluarganya agar jangan menaruh rasa dendam dan meletakkan
kepentingan rakyat diatas segala-segalanya. Setelah ia menyampaikan beberapa
pesan yang dianggap penting pada keluarganya, pada tanggal 4 Mei 1946
Teuku Nyak Arif meninggal dunia dengan tenang, dan dimakamkan di pusara
keluarga di Desa Lam Reung Aceh Besar.(Djuniat, 1996 : 95)
2.5.9 Pocut Baren
Pocut Baren telah menorehkan namanya dengan tinta emas sebagai
pejuang perempuan Aceh yang tangguh, ia mengobarkan perang dari tahun
1903 hingga 1910. Meskin seorang perempuan, tetapi tidak menghalanginya
untuk memimpin pasukan menyerbu marsose Belanda. Pocut Baren adalah
seorang bangsawan. Ayahnya bernama Teuku Cut Amat, seorang Uleebalang
di Tungkop, Aceh Barat.
Masa kecilnya, ia lalui sebagaimana penduduk Aceh lainnya yaitu belajar
ilmu agama. Pocut Baren dibesarkan dalam lingkungan Aceh yang sedang
berkecamuk perang. Situasi ini membentuknya menjadi seorang perempuan
yang berkepribadian tangguh, berani, dan militan. Jiwa mudanya bergejolak
47
dengan semangat berkobar-kobar untuk mengusir Kaphee(si kafir) Belnda. Ia
pun bertekad akan menggabungkan dirinya dengan para pejuang Aceh.
Setelah dewasa Pocut menikah dengan seorang Uleebalang di Gume.
Suaminya merupakan seorang pejuang tangguh yang memimpin perlawanan
rakyat daerah Woyla. Bersama-sama mereka bahu membahu melawan
Belanda, dan keluar masuk hutan berantara untuk berperang. Pocut bukanlah
seorang wanita manja, dia sadar dengan resiko jalan hidup yang dipilihnya
yaitu sebagai pejuang. Dia rela meninggalkan kemewahan duniawi, rela naik
turun gunung atau pun keluar masuk hutan brantara untuk berperang.
Pengalaman dan penderitaan hidupnya seperti itu mulai ia jalani semasa
berjuang bersama-sama dengan Cut NyakDhien di masa gadisnya.
Kesederhanaan dan keteguhan prinsip mewarnai kehidupannya setelah
menikah, dan Pocut tidak pernah mengeluh atas kerasnya kehidupan yang
dijalaninya. Dia bahagia dan bangga dapat membaktikan hidupnya demi
kemuliaan agama dan bangsanya. watak dari kepribadiannya membuat modal
yang berharga dalam perjuangan, ia sangat dihormati dan disegani oleh teman-
teman seperjuanannya. Bahkan ia ditakuti oleh musuh-musuhnya. Hal ini
diakui sendiri oleh Doup, salah seorang mantan Komandan marsose di Aceh.
Doup mengabadikan perjuangan Pocut Baren dalam buku Gedenk Book Van
Het Korps Marechaussee. Pocut telah berhasil membuat kalangan pasukan
Belanda kabut dan menelan kerugian besar.
Pocut hidup sezaman dengan Cut Nyak Dhien, ia berjuang bersama-sama
Cut Nyak Dhien di daerah Aceh Barat. Ketika Cut Nyak Dhien tertangkap pada
tanggal 4 November 1905, Pocut tetap melanjutkan perjuangannya hingga
tahun 1910. Bahkan ketika suaminya syahid di salah satu pasukan tempur yang
tetap teguh berjuang melawan Belanda. Ia memimpin pasukannya untuk tetap
tegar dan berjuang hingga syahid menjelang. Hidup mulia atau mati syahid
adalah prinsip hidupnya.
Ketika Belanda mengira dengan kematian suaminya dan tertangkapnya
Cut Nyak Dhien. Pocut akan menyerah karena dianggap sudah lemah dan
mudah untuk ditaklukan. Tetapi ternyata perkiraan Belanda meleset jauh, Pocut
48
tetap tegar melanjutkan perjuangan meskipun seorang diri memimpin pasukan.
Ia memobilisasi penduduk Aceh Barat untuk bergabung dalam jihad fisabilillah
menegakan agama Allah dan membela bangsa.
Penduduk pun menyambut dengan penuh semangat ajakan Pocut Baren
tersebut, bahkan Pocut Baren bersama anak buahna membangun benteng di
Gunong Mancang sebagai basis pertahanannya. Dari benteng inilah segala
taktik dan siasat diatur. Pocut berkoordinasi dengan anak buahnya untuk
melakukan serangan-serangan ke tangsi militer maupun patroli Belanda, di
benteng kokoh inilah Pocut memimpin perang selama bertahun-tahun.
Setelah masa-sama perang yang tidak dapat dijalaninya lagi, karena
dengan keadaan kakinya yang di amputasi yang disebabkan oleh terinfeksi dari
luka tembakan. Pocut Baren mengabdikan dirinya di Tungkop hingga akhir
hayatnya. Ia meninggal pada tahun 1933, dan seluruh rakyatnya merasa sangat
kehilangan Uleebalang yang begitu berwibawa. Mereka berterimakasih kapada
Pocut Baren yang telah membawa angin perubahan di Tungkop. Meskipun
telah meninggal tapi nama Pocut Baren tetap abadi dan menjadi teladan bagi
seluruh rakyat Aceh.
2.5.10 Pocut Meurah Intan
Pocut Meurah Intan lahir pada tahun 1873, masyarakat desa sering
memanggilnya Pocut Biheue, karena lahir dan tempat tinggal ayahnya di
Biheue. Ia anak kepada Uleebalang Biheue, pada zaman penjajahan daerah ini
masuk sagi 22 mukim Panglima Polem, Aceh Besar. Tetapi dalam akhir abad
19 karena peperangan, negeri itu dirampas oleh Teuku Raja Pakeh Pidie atas
dukungan Tgk di Buloh.
Pocut Meurah Intan merupakan istri pertama Tuanku Abdul Majid, atau
ibu tiri dari Teungku Putroe, permaisuri Sultan Alaiddin Muhammad Daud
Syah dan Tuanku Mahmmad Daun Syah dan Tuanku Mahmud. Pocut Meurah
Intan mempunyai tiga orang putra dengan Tuanku Abdul Majid, anak yang
pertama bernama Tuanku Muhammad, kedua Tuanku Budiman dan ketiga
Tuanku Nurdin. Dalam agresi Belanda Pocut Meurah Intan serta putranya yang
49
tinggal di Batee dekat Grong-grong turut bergerilya bersama-sama tokoh
perang yang lain. Pocut Meurah Intan serta anaknya mempunyai pengikut-
pengikut dan tokoh-tokoh yang kuat yang selalu bergerliya dalam hutan sekitar
daerah VII mukim Pidie(Padang Tiji) dan Laweueng.
Pada pertengahan masa penjajahan Belanda terhadap Aceh, Pocut
Meurah Intan yang sedang semangat dalam berjuang untuk kemerdekaan
bangsanya, ketika mendengarkan berita tentang suaminya, Tuanku Abdul
Majid telah menyerah kepada Belanda. Mengetahui hal tersebut Pocut Meurah
Intan sangat marah kepada suaminya dan bertambah bencinya ia kepada
Belanda. Hal ini membuat ia mengingatkan dan berpegang teguh dari amanah
ayahnya sebelum meninggal agar dalam keadaan bagaimanapun jangan sekali-
kali tunduk kepada “Kompeuni Belanda”. Amanah ayahnya inilah yang
membuatnya berpegang teguh oleh Pocut Meurah Intan selalu. (78)
Semangat perlawanannya tidak pernah padam, bahkan perjuangan
Pocut Meurah Intan dikagumi oleh Belanda, dalam permulaan tahun 1902
syahidlah putranya yang pertama, Tuanku Muhammad. Pada 1 Agustus 1902
Pocut Meurah Intan dan putranya Tuanku Nurdin terkepung dalam asrama di
hutan Laweueng. Pocut Meurah Intan atau Pocut Biheue yang pada saat itu,
Belanda menyerangnya hingga Pocut Meurah Intan terkena tembakan peluru
sampai berpuluhan dan ia ditinggalkan begitu saja. Karena tangapan Belanda
pada saat itu menganggapnya sudah tiada, akan tetapi walaupun begitu parah
lukanya. Allah melindunginya sampai lukanya sembuh dengan baik. Tuanku
Nurdin putranya pada saat itu juga memiliki luka tempur yang sama seperti
ibunya.
Setelah peristiwa itu dan lukanya sembuh dengan baik Pocut Meurah
Intan beserta anaknya Tuanku Nurdin ditangkap oleh serdadu Belanda pada
bulan Januari 1904 dan dibawa ke Kutaraja. Kemudian ia beserta putranya
dibuang ke pulau Jawa ditempatkan di Blora dalam daerah Jawa Tengah.
Dalam usia yang telah lanjut dan dengan membawa bekas luka-luka parah
ditubuhnya, 20 September 1937 Pocut Meurah Intan meninggal dan
dikebumikan
50
2.6 Pengertian Storyboard
Salah satu tahapan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam
pembuatan animasi, video, film, dan sebagainya. Tahapan dasar yang diperlukan
dalam pembuatannya adalah pembuatan storyboard. Storyboard merupakan
serangkaian sketsa yang dibuat dan menggambarkan suatu urutan(alur cerita
maupun ide) yang disampaikan sehingga menjadi naskah yang diperlukan pada
tahap pembuatan animasi, video, film dan sebagainya.
Storyboard merupakan konsep komunikasi dan ungkapan kreatif, yang
menyampaikan pesan dan gagasan secara visual. Dan juga berperan menjadi
gambaran dasar dari sebuah produk yang akan dibuat, dimana lembar kertas atau
naskah yang dibuat ini. Menceritakan semua perencanaan ide-ide yang ada dan
dipaparkan ke dalam storyboard.
Pengertian storyboard yang lebih jelas merupakan scenario dari alur cerita
yang akan ditampilkan, bentuk gambaran dari storyboard di ibaratkan seperti
komik namun perbedaan storyboard dengan komik. Adalah storyboard lebih
menjelaskan pada tahapan-tahapan yang akan ditampilkan untuk selanjutnya,
sedangkan komik lebih menjelaskan ke inti cerita yang diungkapkan. Pada
dasarnya kedua hal ini diungkapkan sama karena perbedaannya tidak jauh beda
pada sebelumnya. Tetapi kedua hal ini dinyatakan berbeda karena tujuan dan
kegunaannya yang tidak sama.
51
BAB III
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif, merupakan suatu metode penelitian yang lebih difokuskan dengan
situasi atau fenomena-fenomena yang diteliti.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian perancangan animasi interaktif pengenalan tokoh
pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash ini, dilakukan pada Pusat Dokumentasi
dan Informasi Aceh, yang berada tepat dalam lokasi Museum Aceh yang
beralamat Jln. Sultan Salahuddin, Banda Aceh.
2. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian dalam proses pembuatan animasi interaktif
pengenalan tokoh pahlawan Aceh ini seperti dipelihatkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2015
Oktober November Desember Januari Frebruari Maret
1 Studi Lapangan
2 Pengumpulan Data
3 Analisa dan Desain
4 Perancangan Animasi
5 Penulisan Laporan
52
3.3 Alur Penelitian
Alur penelitian dalam perancangan dan pembuatan animasi interaktif
pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash bisa dilihat pada gambar
3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1 Alur Penelitian
a. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menjelaskan bahwa data-data yang
dikumpulkan dan dihasilkan merupakan hasil dari pengumpulan data primer
dan data sekunder, dapat dijelaskan sebagai berikut ;
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan mengamati
secara langsung setiap sumber atau objek yang akan diteliti.
53
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan cara
mengumpulkan referensi dari sumber-sumber yang sudah diteliti
sebelumnya yang mengenai tentang penelitian dan berhubungan
dengan masalah yang diteliti
b. Analisa Data
Setelah tahap pengumpulan data dilakukan, maka penulis melakukan
analisa data untuk menghasilkan konsep perencanaan dalam pembuatan
animasi.
c. Konsep Perencanaan
Dalam konsep perencanaan penulis menentukan berapa jumlah tokoh
pahlawan yang akan digunakan dan konsep cerita untuk animasi yang
tampilkan (storyboard).
d. Desain Animasi
Dalam alur penelitian ini, desain animasi yang dilakukan oleh penulis
adalah bertujuan untuk mendesain objek gambar serta mendesain tombol
yang akan dijadikan interaktif.
e. Pembuatan Animasi
Pembuatan animasi dalam alur penelitian ini, penulis menjelaskan bahwa
tahapan ini merupakan proses penentuan frame, objek gambar, suara dan
layar.
f. Hasil
Hasil dalam alur penelitian ini, merupakan output yang didapatkan dari
proses tahapan pengumpulan data, analisa data, konsep perencanaan, desain
animasi dan pembuatan animasi.
54
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melengkapi data-data dalam perancangan dan pembuatan animasi
interaktif pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash, maka teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan data lapangan dan studi
literatur, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Lapangan
Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung
sumber atau objek yang akan diteliti, yaitu dengan mengadakan
peninjauan secara langsung ke Museum Aceh. Hasil dari pengumpulan
data lapangan merupakan data primer. Teknik pengumpulan data ini dapat
menggunakan metode pengumpulan data berupa:
a. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data-data dan
informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan animasi interaktif
pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash dengan cara
tanya jawab kepada pihak yang lebih memahami terkait tentang
penelitian yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini penulis melakukan
wawancara dengan ketua pengelola Pusat Dokumentasi dan Informasi
Aceh, Dra. Junaidah Hasnawati yang dilakukan selama 3 hari, mulai
pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB lokasi di Museum Aceh.
b. Observasi
Suatu pengamatan yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan
informasi dengan cara meninjau dan mendatangi langsung hal yang
berkaitan terhadap objek yang akan diteliti untuk mendapatkan data
secara umum. Dalam penelitan ini penulis melakukan observasi di
Museum Aceh
55
2. Studi Literatur
Merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan
mengumpulkan referensi baik, internet maupun sumber-sumber lainnya
mengenai tentang penelitian yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Hasil dari penelitian ini merupakan data sekunder.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang akan digunakan dalam proses penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Hardware
1. Toshiba, dengan spesifikasi : Intel(R) Corel(TM) i3 CPU @
2.10 GHz
2. RAM : 2 GB
3. System type : 32-bit Operating System
4. Modem, sebagai koneksi internet
5. Handphone Asus Zenfone 4, sebagai alat bantu perekam suara
b. Software
1. Adobe Flash Professional CS5
2. Adobe Photoshop CC 2015 (32-bit)
3. Format Factory
4. GoldWave
3.6 Metode Pengolahan Data
Dalam metode pengolahan data diperlukan tahap-tahap dalam penelitian yang
akan dirincikan sebagai berikut:
a. Analisa Data
Tahap analisa data merupakan sebuah proses yang dibutuhkan dalam
metode pengolahan data. Analisa data adalah sebuah proses yang memahami
secara mendalam pemahaman terhadap data-data yang diperoleh dalam
penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui potensi, kendala dan solusi
yang akan dilakukan di dalam proses penelitian.
56
b. Konsep dan Perencanaan
Setelah proses analisa data dilakukan dan kemudian dikembangkan
menjadi konsep dasar yang bertujuan untuk merencanakan sebuah gambaran
yang akan didesain dalam proses penelitian.
c. Desain
Tahap desain ini merupakan akhir dari konsep perencanaan yang telah
dikembangkan secara detail dan digambarkan ke dalam bentuk animasi sesuai
dengan kebutuhan dalam proses penelitian.
3.7 Perancangan Animasi
Dalam perancangan animasi interaktif pengenalan tokoh pahlawan Aceh
berbasis Adobe Flash ini, penulis melakukan beberapa tahapan dasar pada saat
perancangan dan pembuatan animasi antara lain sebagai berikut:
3.7.1 Menentukan Tokoh Pahlawan
Tokoh-tokoh pahlawan yang ditentukan dalam perancangan animasi
interaktif pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash ini, penulis
telah menentukan beberapa karakter tokoh yang akan digunakan pada proses
pembuatan animasi antara lain sebagai berikut:
1. Teuku Umar
2. Cut Nyak Dhien
3. Laksamana Keumalahayati
4. Cut Meutia
5. Teungku Chik Di Tiro
6. Sultan Iskandar Muda
7. Panglima Polem
8. Pocut Baren
9. Pocut Meurah Intan
10. Teuku Nyak Arif
57
3.7.2 Storyboard Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh
Storyboard ini merupakan alur cerita yang ditampilkan dalam
perancangan animasi interaktif pengenalan tokoh pahlawan Aceh yang dibuat
dalam penelitian ini. Dengan total durasi yang ditentukan semuanya 25
Menit. Hal ini bisa dilihat dari tabel-tabel berikut.
Tabel 3.2 Storyboard Animasi Pahlawan Teuku Umar
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Teuku Umar pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, merupakan
latarbelakang dari tokoh pahlawan
Teuku Umar pada animasi pengenalan
tokoh pahlawan Aceh
Tampilan keempat, merupakan
penjelasan tentang kepribadian dari
sosok pahlawan Teuku Umar pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh.
58
Tampilan kelima, merupakan penjelasan
masa penjajahan semasa hidup
pahlawan Teuku Umar pada animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh.
Tampilan keenam, merupakan
penjelasan dari perjuangan pahlawan
Teuku Umar pada masa penjajahan,
yang ditampilkan pada animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh
Tampilan ketujuh, merupakan
penjelasan taktik perang atau strategi
yang diatur oleh pahlawan Teuku Umar
pada masa penjajahan.
Tampilan kedelapan, merupakan
penjelasan tahun-tahun yang bersejarah
pada masa penjajahan semasa hidup
pahlawan Teuku Umar dalam animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh.
Tampilan kesembilan, menceritakan
perjuangan pahlawan Teuku Umar pada
saat melawan penjajah.
59
Tampilan kesepuluh, merupakan
penjelasan meninggalnya pahlawan
Teuku Umar. Tampilan ini juga
merupakan tampilan penutup dari
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh.
Tabel 3.3 Storyboard Animasi Pahlawan Cut Nyak Dhien
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Cut Nyak Dhien pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dan kepribadian tokoh
pahlawan Cut Nyak Dhien pada animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh
Tampilan keempat, merupakan tampilan
penjelasan kehadiran Teuku Umar
dalam perjuangan Cut Nyak Dhien.
60
Tampilan kelima, menjelasan awal
perjuangan yang dilakukan pahlawan
Cut Nyak Dhien pada masa penjajahan.
Tampilan keenam, menjelaskan dampak
dari perjuangannya pahlawan Cut Nyak
Dhien dalam pertempuran melawan
Belanda.
Tampilan ketujuh, merupakan tampilan
penjelasan peristiwa yang terjadi pada
masa perjuangan pahlawan Cut Nyak
Dhien.
Tampilan kedelapan, menjelaskan
meninggalnya pahlawan Cut Nyak
Dhien. Dan tampilan ini juga tampilan
penutup.
Tabel 3.4 Storyboard Animasi Pahlawan Laksamana Keumalahayati
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
61
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Keumalahayati pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari tokoh pahlawan
Keumalahayati dalam animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh
Tampilan keempat, menjelaskan tokoh
pahlawan Keumalahayati dikenal pada
masa penjajahan.
Tampilan kelima, menjelaskan
Keumalahayati berasal dari keturunan
para Sultan.
Tampilan keenam, merupakan penjelasan
awalnya Keumalahayati masuk angkatan
laut perang akademi militer kerajaan
Aceh.
62
Tampilan ketujuh, merupakan tampilan
penjelasan meninggalnya suami
Keumalahayati di pertempuran selat
malaka.
Tampilan kedelapan, menjelaskan
tentang armada perang yang dibentu oleh
Keumalahayati pada masa penjajahan.
Tampilan kesembilan, menjelaskan
perjuangan pahlawan Keumalahayati
pada masa penjajahan di selat malaka.
Tampilan kesepuluh, menjelaskan
meninggalnya pahlawan Keumalahayati
dalam pertempuran melawan penjajah.
Dan tampilan ini juga tampilan penutup
dari tokoh pahlawan Keumalahayati.
Tabel 3.5 Storyboard Animasi Pahlawan Cut Meutia
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
63
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Cut Meutia pada animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari tokoh pahlawan Cut
Meutia pada animasi pengenalan tokoh
pahlawan Aceh.
Tampilan keempat, menjelaskan awal
keinginan Cut Meutia berjuang melawan
penjajahan Belanda.
Tampilan kelima, penjelasan awal
pergerakan Cut Meutia dalam perjuangan
melawan Belanda.
Tampilan keenam, menjelaskan strategi
pertempuran yang diatur oleh Cut Meutia
melawan Belanda. tampilan ini juga
menjelaskan kejadian meninggalnya
suami Cut Meutia
64
Tampilan ketujuh, menjelaskan
perjuangan Cut Meutia hingga akhir
ayatnya. Dan tampilan ini adalah
tampilan penutup dari animasi tokoh
pahlawan Cut Meutia.
Tabel 3.6 Storyboard Animasi Pahlawan Sultan Iskandar Muda
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Sultan Iskandar Muda
pada animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari Sultan Iskandar Muda
dalam animasi pengenalan tokoh
pahlawan Aceh.
Tampilan keempat, menjelaskan nama
asli Sultan Iskandar Mudaa sebelum di
angkat menjadi Sultan Aceh.
65
Tampilan kelima, menjelaskan
perjuangan awal Sultan Iskandar Muda
dalam pertempuran melawan Portugis
Tampilan keenam, menjelaskan penyebab
perang yang terjadi antara saudara di
pemerintahan kerajaan Aceh
Tampilan ketujuh, menceritakan
perjuangan Sultan Iskandar Muda pada
saat melawan Portugis.
Tampilan kedelapan, menjelaskan
pengangkatan Darmawang Tun Pangkat
menjadi Sultan Aceh dengan gelar Sultan
Iskandar Muda.
Tampilan kesembilan, menjelaskan
meninggalnya Sultan Iskandar Muda
pada masa penjajahan Portugis. Tampilan
ini adalah tampilan penutup dari animasi
tokoh pahlawan Sultan Iskandar Muda.
66
Tabel 3.7 Storyboard Animasi Pahlawan Teungku Chik Di Tiro
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Teungku Chik Di Tiro
pada animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari sosok tokoh pahlawan
Teungku Chik Di Tiro pada animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh
Tampilan keempat, menjelaskan nama-
nama dari anak Teungku Chik Di Tiro
yang merupakan ulama-ulama terkemuka
di Aceh
Tampilan kelima, menceritakan
perjuangan Teungku Chik Di Tiro pada
saat membawa hikayat-hikayat perang
sabil kepada rakyat Aceh
67
Tampilan keenam, menceritakan
perjuangan Teungku Chik Di Tiro pada
saat memimpin pasukan perang sabil
melawan Belanda
Tampilan ketujuh, menjelaskan keadaan
Belanda yang hampir putus asa, dari
serangan pasukan perang sabil yang
dipimpin oleh Teungku Chik Di tiro.
Tampilan kedelapan, menceritakan
perjuangan Teungku Chik Di Tiro terus
berlanjut melawan Belanda
Tampilan kesembilan, menjelaskan
penyebab meninggalnya Teungku Chik
Di Tiro pada masa penjajahan Belanda.
Tampilan inin juga tampilan penutup dari
animasi tokoh pahlawan Teungku Chik
Di Tiro
Tabel 3.8 Storyboard Animasi Pahlawan Panglima Polem
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
68
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Panglima Polem pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, merupakan tampilan
penjelasan latarbelakang dan nama asli
dari tokoh pahlawan Panglima Polem
pada animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh.
Tampilan keempat, menceritakan
perjuangan panglima polem pada saat
melawan Belanda
Tampilan kelima, menjelaskan Belanda
menyerang Sultan Aceh, dan ingin
menangkapnya. Pada masa perjuangan
Panglima Polem.
Tampilan keenam, menceritakan Belanda
berhasil menangkap anak dan istri dari
Sultan Muhammad Daud Syah.
(Sultan Aceh)
69
Tampilan ketujuh, menjelaskan Sultan
dan Panglima Polem terpaksa berdamai
dengan Belanda. karena tertangkapnya
keluarga Sultan
Tampilan kedelapan, menceritakan rakyat
Aceh terus melakukan perlawanan
terhadap Belanda, walaupun Sultan Aceh
dan Panglima Polem terpaksa berdamai.
Tampilan ini adalah tampilan penutup
dari animasi tokoh pahlawan Panglima
Polem.
Tabel 3.9 Storyboard Animasi Pahlawan Pocut Baren
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Pocut Baren pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari tokoh pahlawan Pocut
Baren selama masa perjuangannya.
70
Tampilan keempat, menceritakan
perjuangan Pocut Baren melawan
Belanda.
Tampilan kelima, menjelaskan
kepribadian dari Pocut Baren pada masa
perjuangannya melawan Belanda.
Tampilan keenam, menjelaskan Pocut
Baren juga pernah berjuang bersama Cut
Nyak Dhien.
Tampilan ketujuh, menceritakan Cut
Nyak Dhien tertangkap, pada masa
perjuangan Pucut Baren.
Tampilan kedelapan, menceritakan Pocut
Baren bersama pasukan pengikutnya
membangun benteng di gunung mancang
sebagai basis pertahanannya melawan
Belanda.
Tampilan kesembilan, menjelaskan akhir
dari perjuangan Pocut Baren melawan
Belanda. Dan tampilan ini adalah
tampilan penutup dari animsai tokoh
pahlawan Pocut Baren.
71
Tabel 3.10 Storyboard Animasi Pahlawan Pocut Meurah Intan
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Pocut Meurah Intan pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari Pocut Meurah Intan
selama masa penjajahan,
Tampilan keempat, menceritakan
perjuangan Pocut Meurah Intan dan
bersama pengikutnya melawan Belanda.
Tampilan kelima, menjelaskan berita
tentang suaminya yang menyerah kepada
Belanda pada pertengahan masa
penjajahan Belanda.
72
Tampilan keenam, menceritakan
perjuangan Pocut Meurah Intan yang
dikepung oleh Belanda di asrama hutan
laweung.
Tampilan ketujuh, menjelaskan
meninggalnya Pocut Meurah Intan pada
masa penjajahan Belanda. Tampilan ini
adalah tampilan penutup dari animasi
tokoh pahlawan Pocut Meurah Intan.
Tabel 3.11 Storyboard Animasi Pahlawan Teuku Nyak Arif
Tampilan pertama merupakan tampilan
pembuka (intro) dari animasi yang akan
ditampilkan.
Tampilan kedua, menampilkan nama
tokoh pahlawan Teuku Nyak Arif pada
animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh
Tampilan ketiga, menjelaskan
latarbelakang dari sosok pahlawan Teuku
Nyak Arif dalam animasi pengenalan
tokoh pahlawan Aceh.
73
Tampilan keempat, menceritakan masa
pendidikan Teuku Nyak Arif dan
bertambahnya pengetahuan, pengalaman,
serta teman-teman yang di peroleh untuk
berjuang demi kemerdekaan.
Tampilan kelima, menjelaskan Teuku
Nyak Arif di angkat sebagai panglima
sagi, dan Jepang mulai masuk ke
Indoneisa pada tahun 1942.
Tampilan keenam, menceritakan Teuku
Nyak Arif di angkat oleh Jepang sebagai
penasehat militer di daerah Aceh.
Tampilan ketujuh, menjelaskan Jepang
menggunakan politik adu domba kepada
pemimpin-pemimpin Aceh.
Tampilan kedelapan, menceritakan
Teuku Nyak Arif mampu memanfaatkan
kerjasamanya dengan Jepang, dengan
politik yang digunakan Teuku Nyak Arif
mampu meningkatkan persatuan dan
kesatuan demi kemerdekaan.
74
Tampilan kesembilan, menjelaskan
perjuangan Teuku Nyak Arif berakhir
pada masa sebelum kemerdekaan.
3.7.3 Desain Gambar
Desain gambar yang akan dilakukan pada tahap perancangan animasi
menggunakan software Adobe Flash Professional CS5 untuk mendesain
objek-objek gambar yang dijadikan animasi bergerak. Dan untuk desain
background menggunakan software adobe photoshop CC.
3.7.4 Menentukan Layar ( Scene )
Jumlah layar yang akan digunakan pada tahap perancangan animasi
interaktif pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash, penulis
menentukan 13 layar (scene) pada proses pembuatannya.
3.7.5 Action Script
Action script yang digunakan pada perancangan animasi pengenalan
tokoh pahlawan Aceh berbasis Adobe Flash ini, penulis menggunakan action
script 2.0 merupakan bahasa pemograman yang digunakan dalam software
Adobe Flash untuk memberikan instruksi atau perintah pada objek yang ingin
ditentukan.
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Produksi
Adapun proses pembuatan dalam memproduksi animasi pengenalan tokoh
pahlawan Aceh ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap pertama adalah
penulis harus memahami jelas sejarah perjuangan dari setiap tokoh pahlawan
Aceh yang sudah ditentukan. Kemudian proses pemahaman dianalisa sehingga
menghasilkan sebuah konsep cerita untuk animasi yang akan ditampilkan. Setelah
tahapan ini dilakukan maka penulis melanjutkan untuk tahapan lain sebagai
berikut:
4.1.1. Desain Karakter Tokoh Pahlawan
Dalam mendesain karakter tokoh pahlawan, penulis menggunakan
software adobe flash professional CS5. Objek yang didesain sesuai dengan
gambar asli dari setiap tokoh pahlawan. Hasil gambar yang didesain bisa dilihat
pada tampilan gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil Desain Karakter Tokoh Pahlawan Aceh
76
Seteleh proses mendesain semua karakter tokoh pahlawan yang
dibutuhkan, maka penulis melanjutkan desain kedua untuk setiap tokoh pahlawan
yang akan dijadikan sebagai objek animasi bergerak. Hasil desain kedua bisa
dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Gambar Animasi Bergerak
4.1.2. Desain Gambar Pendukung
Dalam pembuatan animasi pengenalan tokoh pahlawa Aceh,
objek/gambar pendukung sangat dibutuhkan untuk melengkapi tampilan animasi
menjadi lebih menarik, desain gambar pendukung di ikuti sesuai dengan alur
cerita yang sudah ditentukan (storyboard). Gambar yang didesain adalah tokoh
masyarakat, tokoh penjajah, mesjid raya baiturrahman, kapal perang, dan
perumahan. Hasil desain gambar pendukung bisa dilihat pada tampilan gambar
4.3 sebagai berikut.
77
Gambar 4.3 Hasil Desain Gambar Pendukung
4.1.3. Membuat Gambar Bergerak
Dalam proses pembuatan gambar bergerak penulis melakukan pada
halaman symbol movie clip yang ada pada software adobe flash professional CS5.
Halaman movie clip merupakan halaman tersendiri untuk proses animasi yang
dijalankan pada flash, halaman movie clip tidak berhubungan langsung dengan
halaman scene sebelumnya. Maka keuntungan dalam penggunaan movie clip
dapat membuat setiap objek bergerak dengan halaman sendirinya. Dan tidak
terlalu memakan jumlah layar serta frame yang berada pada timeline scene
sebelumnya.
Proses mengubah objek menjadi symbol movie clip dilakukan dengan
cara men-convert objek menjadi symbol movie clip sehingga setiap objek yang
diubah menjadi movie clip mempunyai halaman lain secara sendiri, dan di dalam
halaman movie clip objek akan diubah dan diatur pada setiap kondisi frame yang
berbeda. Sehingga ketika animasi dijalankan objek akan terlihat bergerak secara
sendiri, dan tidak mempengaruhi terhadap objek lain. Dan untuk gambar – gambar
yang dijadikan sebagai animasi symbol movie clip pada pembuatan animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh adalah tokoh pahlawan, tokoh masyarakat, dan
tokoh penjajah. Berikut salah satu contoh proses pembuatan animasi bergerak
dalam movie clip bisa dilihat pada tampilan gambar 4.4 berikut ini.
78
Gambar 4.4 Proses Pembuatan Gambar Bergerak
Dari gambar di atas menjelaskan bahwa setiap kondisi frame yang
berada dalam timeline movie clip di isi objek yang berbeda-beda dengan jarak
durasi yang ditentukan dari frame 1 menuju ke frame 5, dan seterusnya. Hasil
dari penentuan setiap frame ini akan memproses sebuah objek bergerak ketika
animasi dijalankan.
4.2. Halaman Utama Animasi Interaktif Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh
Halaman utama ini dibuat sebagai awal pembuka dari animasi interaktif
pengenalan tokoh pahlawan Aceh dengan tampilan intro pembuka dari gambar
tokoh pahlawan Aceh yang sudah didesain serta background transparan yang
dibuat pada software adobe photoshop CC. Berikut adalah gambar tampilannya
yang ditunjukkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5 Tampilan Utama Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh
79
4.3. Tombol Menu Interaktif
Dalam pembuatan tombol menu interaktif untuk animasi pengenalan tokoh
pahlawan Aceh, penulis membuat secara manual dengan mendesain sebuah objek
dan men-convert objek tersebut menjadi symbol button pada adobe flash
professional CS5. Perintah symbol button digunakan untuk mengubah objek
menjadi sebuah tombol/button. Setelah proses pembuatan tombol berhasil maka
tombol menu akan diatur dan ditentukan kondisi objek yang berbeda pada frame
yang berada dalam timeline sehingga proses ini menghasilkan tampilan tombol
menu secara scroll yang bisa bergeser dan tersembunyi pada tampilan animasi
ketika dijalankan. Tombol menu interaktif diletakkan pada sudut kiri dan kanan
layar pada setiap halaman animasi yang ditampilkan. Hasil dari proses pembuatan
tombol menu interaktif ini bisa dilihat pada tampilan gambar 4.6 dan gambar 4.7
Gambar 4.6 Tampilan Tombol Menu Scroll Sebelah Kiri
Gambar 4.7 Tampilan Tombol Menu Scroll Sebelah Kanan
80
Setiap tombol yang didesain akan diberikan perintah action script, maka
untuk tombol keluar diberi perintah action script on (release) { fscommand
("quit",true); }. Perintah ini berfungsi ketika tombol di klik akan mengakhiri dan
menutup animasi yang sedang berjalan. Dan untuk tombol menu lainnya diberi
perintah action script on(release){ loadMovieNum ("nama_file.swf", 0); }.
Perintah action script ini berfungsi ketika tombol di klik akan menuju ke file yang
berformat .swf yang berada dalam satu folder yang sama.
4.4. Halaman Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh
Halaman animasi pengenalan tokoh pahlawan Aceh dibuat dengan cara
menggabungkan semua objek gambar yang sudah didesain dan menggabungkan
sebagian gambar movie clip yang sudah ditentukan. Kemudian proses pembuatan
dilanjutkan dengan mengatur kondisi frame pada timeline dalam sebuah halaman
scene pada flash. Proses pembuatan halaman ini dilakukan pada setiap animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh. Berikut salah satu tampilan dari animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh bisa dilihat pada gambar 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.8 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Umar
81
4.5. Pengisian Suara
Dalam proses pengisian suara pada animasi pengenalan tokoh pahlawan
Aceh, dilakukan dengan cara merekam suara melalui hanphone kemudian suara di
edit pada software goldwave dan diubah format file suara tersebut melalui
software format factory. Sehingga file suara dapat di import pada software adobe
professional CS5 kemudian suara diatur sesuai dengan tampilan animasi.
4.6. Hasil Akhir
hasil akhir yang didapatkan pada penelitian ini dalam pembuatan animasi
pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis adobe flash, bisa dilihat pada gambar-
gambar berikut ini.
Gambar 4.9 Tampilan Utama Animasi Pengenalan Tokoh Pahlawan Aceh
Tampilan utama ini menceritakan tampilan pembuka pada saat animasi
dijalankan dan ketika proses animasi berjalan maka akan menampilkan semua
tokoh pahlawan yang akan diperkenalkan.
82
Gambar 4.10 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teuku Umar
Tampilan animasi ini hanya menceritakan tentang sejarah perjuangan teuku
umar pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
Gambar 4.11 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Nyak Dhien
Tampilan animasi ini juga merupakan tampilan yang menceritakan sejarah
perjuangan cut nyak dhien pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
83
Gambar 4.12 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Keumalahayati
Tampilan animasi ini menceritakan sejarah perjuangan keumalahayati pada
masa penjajahan portugis dan Belanda terhadap Aceh.
Gambar 4.13 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Cut Meutia
Tampilan animasi ini merupakan tampilan yang menceritakan sejarah
perjuangan cut meutia pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
84
Gambar 4.14 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Sultan Iskandar Muda
Tampilan animasi ini merupakan tampilan yang menceritakan sejarah
perjuangan sultan iskandar muda pada masa penjajahan Portugis terhadap
kerajaan Aceh.
Gambar 4.15 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Teungku Chik Di Tiro
Tampilan animasi ini menceritakan sejarah perjuangan Teungku Chik Di
Tiro pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
85
Gambar 4.16 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Panglima Polem
Tampilan animasi ini menceritakan sejarah perjuangan dari panglima
polem pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
Gambar 4.17 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Baren
Tampilan animasi ini menceritakan sejarah perjuangan pocut baren pada
masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
86
Gambar 4.18 Tampilan Animasi Pengenalan Pahlawan Pocut Meurah Intan
Tampilan animasi ini menceritakan tentang sejarah perjuangan pocut
meurah intan pada masa penjajahan Belanda terhadap Aceh.
Gambar 4.20 Tampilan Halaman Sejarah Aceh
Tampilan halaman ini hanya sebagai tampilan pelengkap untuk menjelaskan
latarbelakang Aceh hingga Aceh bergabung dengan Indonesia.
87
Gambar 4.21 Tampilan Halaman Galeri
Tampilan halaman ini cuma menampilkan gambar-gambar asli dari tokoh
pahlawan Aceh dengan tujuan untuk mengenal tokoh asli dari para pahlawan.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tahapan dalam proses pembuatan animasi interaktif
pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis adobe flash, penulis mengambil
kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini total frame yang digunakan untuk menghasilkan
animasi pengenalan tokoh pahlawan Aceh adalah 36.082 frame.
2. Pada sebagian objek gambar yang digunakan dalam animasi pengenalan
tokoh pahlawan Aceh ini, dibuat melalui halaman movie clip dengan
tujuan untuk memudahkan proses pembuatan animasi.
3. Animasi pengenalan tokoh pahlawan Aceh ini dibuat bertujuan untuk
memberikan informasi serta gambaran kejadian yang terjadi pada masa
penjajahan.
4. Setiap tokoh pahlawan yang dijelaskan dalam penelitian ini sesuai dengan
pemaparan sejarah perjuangannya, dan durasi yang ditampilkan juga
berbeda.
5. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat animasi interaktif
dijalankan, maka diwajibkan untuk setiap file yang berbentuk format .swf
harus disimpan ke dalam satu folder yang sama agar proses ini dapat
menghindari dari kesalahan yang terjadi ketika tombol interaktif bekerja.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan dalam penelitian ini, maka saran dapat
diberikan sebagai berikut:
1. Animasi pengenalan tokoh pahlawan Aceh berbasis adobe flash ini masih
jauh dari kesempurnaan, diharapkan animasi ini bisa dikembangkan lagi
secara mendalam tentang sejarah perjuangan para pahlawan Aceh.
89
2. Tokoh pahlawan Aceh yang digunakan dalam penelitian ini hanya 10
tokoh karakter, diharapkan untuk penelitian kedepannya semoga ada
tambahan tokoh pahlawan Aceh lainnya agar tidak dilupakan.
3. Interaktif yang digunakan pada animasi pengenalan tokoh pahlawan Aceh
ini hanya berfungsi sebagai menu pilihan untuk menampilan tokoh
pahlawan, diharapkan untuk penelitian kedepannya ada tambahan
perintah interaktif lainnya agar tampilan animasi lebih menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Desy. 2014. Aplikasi Interaktif Pengenalan Pahlawan Revolusi Indonesia
Berbasis Multimedia (Studi Kasus di MI AL-GINA). Jurnal STMIK Bina
Sarana Global
Dayat, Heri. 2011. Menjadi Master Photoshop Untuk Pemula dari Nol Hingga
Mahir. Penerbit Dunia Komputer
Haryadi, Edy. 2014. Hero(2): Malahayati, Laksamana Muslimah Penakluk
Penjajah. http://m.dream.co.id/dinar/keumala-hayati-laksamana-muslimah-
penakluk-penjajah--141110w.html, Diakses pada tanggal 8 Desember 2015
MADCOMS. 2011. Kupas Tuntas Adobe Flash Professional CS5. Yogyakarta :
Penerbit Andi
Putra, Ilham Eka, S.kom., M.Hum. 2013. Teknologi Media Pembelajaran Sejarah
Melalui Pemanfaatan Multimedia Animasi Interaktif. Jurnal STMIK
Indonesia Pandang
Redaksi, 2012. Sejarah Panglima Polem. http://www.tendasejarah.com/2012/11,
Diakses pada tanggal 9 Desember 2015
Rusdi, Zulkifli. 2013. Aplikasi Media Pembelajan Sejarah Kemerdekaan Republik
Indonesia Menggunakan Metode Computer Assisted Instructions(CAI).
Jurnal STMIK Budidarma Medan
Sugihartono, R.A., Basnender Herryprilosadoso, & Asmoro Nurhadi. 2010.
Animasi Kartun Dari Analog Sampai Digital, Jakarta : Penerbit PT.Indeks
Thajeb, Dr. Sjarif, et al. 1987. Pocut Meurah Intan Srikandi Nasional Dari Tanah
Rencong. Jakarta : Penerbit Yayasan TP Aceh
Wanti, Irini Dewi, et al. 1996. Enam Pahlawan Nasional Asal Aceh. Banda Aceh :
Penerbit Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional
BIODATA MAHASISWA IDENTITAS PERSONAL
Nama Lengkap : Zuhri NIM : 121020120014 Jenis Kelamin : Laki-laki Tempat/Tanggal lahir : Lamreh/ 26 Juni 1994 IPK : 3.68 Status : Belum Nikah Tahun Masuk : 2012 Tempat Asal : Aceh Besar Alamat Sekarang : Desa Lamreh No Telp/HP : 085260110016 Berat Badan : 45 kg Tinggi Badan : 160 cm Keterampilan Khusus : Desain Animasi, Pemograman Database Hobby : Berenang, Melukis
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Syarbaini ABD ( alm ) Pekerjaan Ayah : - No Telp/HP : - Nama Ibu : Hindon ( almh ) Pekerjaan Ibu : - No Telp/HP : - Alamat Rumah : Jln. Laksamana Malahayati, Krueng Raya Desa Lamreh
Banda Aceh, 04 April 2016
ZUHRI