perancangan materi pengajaran character building bagi guru
TRANSCRIPT
ii
1. Pendahuluan
Pembentukan karakter atau character building dewasa ini sangat penting
untuk membentuk karakter seseorang, terlebih di jaman sekarang ini dimana
orang sering mengabaikan nilai-nilai karakter dan akan menimbulkan penurunan
nilai martabat pada manusia Pendidikan character building saat ini di Indonesia
belum optimal untuk mensosialisasikan nilai-nilai moral dan pembentukan
akhlak siswa, mengingat kenyataan yang sehari-hari ditemui, pendidikan formal
rasanya belum cukup untuk mendukung pembentukan karakter siswa. Menurut
Eios Sunarti, banyak perubahan dilakukan oleh beberapa lembaga
menyelenggarakan pendidikan melalui perumusan, kurikulum, metode dan teknik
pembelajaran. Pendidikan dasar bagi anak dapat membantu dalam pembentukan
karakter anak terutama dalam tahap praoperasional dimana anak mulai dapat
menjelaskan sesuatu dengan kata-kata, dan gambar. Tahap praoperasional
dialami ketika anak masuk ke usia sekolah, sementara anak di usia prasekolah
kurang mampu melakukan operasi seperti yang dikatakan oleh Piaget.
Pendidikan dasar sangat diperlukan untuk anak dalam tahap ini untuk
membentuk karakter mereka. [1].
Beberapa penelitian mengenai pembentukan karakter anak di Indonesia saat
ini memiliki perbedaan orientasi di jaman dulu dan sekarang. Orientasi
pendidikan di jaman dulu mementingkan pertumbuhan anak agar menjadi anak
yang berakhlak mulia dan memberikan ajaran nilai kehidupan pada manusia.
Sementara pada jaman sekarang ini pengajar masih memperhatikan nilai tersebut
namun ada beberapa hal yang masih kurang diperhatikan, yaitu perkembangan
teknologi dan gaya hidup, gaya hidup yang tidak baik terkadang membuat anak
menjadi melihat hal tersebut, padahal anak di usia tersebut memiliki daya
tangkap akan informasi yang kuat. Misi utama lembaga pendidikan adalah
mengajarkan budi pekerti, etika, saling mengalah dan mendulukan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi [2]. Hal ini diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Sebagai salah satu
cara untuk mendukung pengajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai dasar
dalam pembentukan karakter anak yaitu mengajarkan materi character building
dengan menggunakan media gambar agar anak lebih mudah mengerti karena
media ini merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menstimulus
kemauan, dan kemampuan membaca pada siswa. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan karakteristik anak yang mudah bosan dan kurang tertarik jika
hanya dihadapkan dengan kata-kata dalam beberapa kalimat, dengan adanya
ilustrasi atau visual maka akan lebih mudah menarik anak-anak untuk
menumbuhkan minat baca mereka dan sebagai buku pegangan guru untuk
memberikan materi pembelajaran untuk siswanya[3]. Melihat hal tersebut,
permasalahan yang dihadapi dalam pembentukan karakter antara lain kurangnya
perhatian orangtua terhadap perkembangan anak di jaman sekarang dimana orang
bisa dengan mudah mengakses segala macam informasi dari banyak hal
iii
sementara banyak media yang mengekspos hal-hal yang negative untuk
perkembangan anak seperti korupsi, tawuran dan kriminal.
Didasari oleh latar belakang masalah yang ada, maka diperlukan untuk
merancang media pengajaran baru berupa buku cerita bergambar yang menarik
dengan ilustrasi yang mendukung materi untuk menarik minat baca anak dan
mudah menerima materi serta diterapkan dalam kehidupannya.
2. Tinjauan Pustaka
Metode picture to picture ini sendiri memiliki beberapa aspek yang harus
ada dalam penyampaiannya, antara lain prinsip dasar mengenai pembelajaran
yang sifatnya kooperatif dimana setiap siswanya mampu menyusun atau
memasang gambar menjadi urutan yang logis sehingga pembelajaran jadi
bermakna. Hal yang harus diantisipasi salah satunya adalah apabila antara siswa
satu dengan yang lain tidak mau bekerja sama saat metode pembelajaran ini
sedang berlangsung. (Johnson & Johnson). Selain itu, anak juga belajar tentang
sistem, aturan dan metode yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan
efektif dan efisien. (Erik Erikson, 1994).
Perancangan media pembelajaran sebelumnya telah banyak dibuat, salah
satunya adalah tentang Pola Makanan Seimbang bagi Anak-anak usia 4 sampai 6
tahun melalui permainan yang pernah dibuat oleh Maria Hendriani dari
Universitas Kristen Petra, Surabaya [4]. Hasil yang didapatkan dari perancangan
tersebut, anak menjadi lebih mengenal secara jelas dan sederhana mengenai
makanan yang sehat dan kurang sehat untuk tubuh. Dari segi pendidikan moral
seperti pada penelitian yanbg dilakukan oleh William Giarno dari Universitas
Tarumanegara yang berjudul Perancangan Tugas Akhir Seri Buku Cergam : Seri
Majapahit, yaitu cerita bergambar dibuat dengan tujuan pendidikan yang
menyampaikan pesan moral kepada anak [5]. Manfaat media pembelajaran
menggunakan metode tersebut maka fungsi utama dari media pembelajaran
sendiri sudah tersampaikan, yaitu menjadi alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas. Selain itu media pembelajaran digunakan dalam
rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta
dapat digunakan secara massa, kelompok besar dan kelompok kecil. Hasil
prnrlitian perancangan tersebut adalah bahwa adanya visualisasi atau gambar-
gambar sebagai pendukung dalam media pembelajaran sangat membantu proses
berpikir anak dalam belajar. Panduan pelaksanaan untuk membuat media
pembelajaran tentang karakter building yaitu melakukan analisa konteks terlebih
dahulu dengan mempelajari nilai-nilai kekuatan, kelemahan, kesempatan,
ancaman atau yang lebih dikenal dengan analisa SWOT (strong, weakness,
opportunity, threat). Analisa tersebut dilakukan untuk menyusun materi media
pembelajaran.
Buku merupakan suatu media penyampaian pesan yang paling kuno. Tahun
1951, seni modern mulai masuk ke dalam elemen buku. Sehingga buku bukan
iv
hanya menjadi media komunikasi verbal tetapi juga media komunikasi visual
dengan tampilan yang semakin bervariasi.
Layout adalah susunan atau penataan teks, gambar dan elemen visual
lainnya dalam sebuah desain untuk menyelaraskannya kedalam satu kesatuan
desain yang memiliki daerah aktif dan pasif sebagai penuntun mata untuk
membaca informasi didalamnya [6].
Tipografi dan teks merupakan salah satu bagian terpenting dalam
perancangan buku ini, selain membantu penyampai pesan komunikasi, tipografi
juga mempunyai dampak pada layout dua dimensi, sehingga penentuan tipografi
seperti memilih type face dan ukuran huruf sangatlah berpengaruh terhadap
desain media yang dirancang [7].
Warna memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan pada saat
proses purchasing. Dalam desain grafis, warna dapat memberikan kontribusi yang
luar biasa dalam efektifitas penyampaian pesan. Warna dapat menciptakan
suasana tertentu baik yang berkaitan dengan nuansa atau emosi [8].
Ilustrasi merupakan hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik
drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya. Ilustrasi digunakan
untuk menerangkan suatu informasi tertulis [9]. Dalam perancangan ini, ilustrasi
membantu menarik minat anak-anak sehingga penggunaan ilustrasi cukup
penting. Ilustrasi gambar menggunakan gaya kartun, karena dapat lebih menarik
minat anak-anak. Kesimpulan tersebut didapat berdasarkan penelitian awal berupa
wawancara dan pengisian kuesioner terhadap 30 siswa kelas 1 Sekolah Dasar dan
guru Sekolah Dasar dari SDN Salatiga 1, yang berada di daerah perkotaan, kota
Salatiga. Contoh ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Contoh ilustrasi gaya kartun [10].
3. Metode Penelitian
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif [11]. Metode yang dilakukan tidak hanya
mengumpulkan data berupa angka saja, tapi dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, memo dan dokumen resmi lainnya. Pendekatan
v
kualitatif penelitian ini adalah dengan mencocokan antara realita empirik dengan
teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
Tahapan penelitian yang dilakukan untuk perancangan ini adalah sebagai
berikut
Gambar 2 Alur Penelitian
. Tahapan secara garis besar dalam perancangan buku “Belajar Budi Pekerti
dan Pancasila” dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut
Gambar 3 Alur perancangan
Yang pertama dilakukan pada perancangan buku ini adalah identifikasi,
pada tahap ini dilakukan wawancara pada guru mata pelajaran Pendidikan dan
Kewarganegaraan di SD Negeri Salatiga 1 mengenai media pembelajaran yang
digunakan dan cara mengajar. Selain wawancara dengan guru, dilakukan pula
wawancara dengan siswa kelas 1 sekolah dasar tentang buku pelajaran seperti apa
yang diinginkan.
Identifikasi
masalah
Analisa Data Konsep Desain
Sketsa Kasar Koreksi / layout kasar Finishing
Dummy
Identifikasi masalah
Pengkajian masalah
Wawancara
Pengolahan data
vi
Data yang terkumpul kemudian dianalisa dan menghasilkan suatu
kesimpulan untuk membuat konsep desain sesuai dengan target yaitu
mempertimbangkan isi buku pegangan yang digunakan dan keinginan siswa akan
adanya buku pelajaran dalam bentuk buku cerita yang menumbuhkan minat baca
mereka mengingat pada jaman sekarang ini minat baca pada anak menurun karena
berkembangnya teknologi dan internet [12]. Setelah konsep jadi, yaitu
menggabungkan ilustrasi bergaya kartun, cerita kehidupan sehari-hari yang akan
dikemas dalam bentuk cerita bergambar dan kurikulum yang digunakan untuk
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau pengembangan karakter.
Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa kelas 1 sekolah dasar, maka
didapatkan kesimpulan bahwa mereka menyukai ilustrasi yang sederhana, segala
sesuatu yang visual dan nyata.Cerita yang akan dibuat adalah cerita kehidupan
sehari-hari seorang anak bernama Genduk yang bersekolah di SD Budi Pekerti
dan duduk di kelas 1, dia memiliki beberapa teman dekat yang berasal dari
berbagai daerah yang ada di Indonesia. Mereka adalah Farah yang berasal dari
Aceh, Rio dari Jakarta, Made dari Bali, Hasan dari Pontianak, Melissa dari
Makassar dan Audri dari Papua. Dalam cerita ini dibagi menjadi menjadi 2 bab
sesuai dengan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan kelas 1 sekolah dasar
semester 1 yaitu Hidup Rukun dalam Perbedaan dan Hidup Tertib. Pada bab 1,
diceritakan Genduk yang saat itu baru saja masuk sekolah dan bertemu dengan
teman-teman dari beberapa daerah yang akan menjelaskan tentang hidup rukun
dalam agama yang berbeda dan suku yang berbeda. Kemudian pada bab 2 adalah
cerita kegiatan sehari-hari Genduk di rumah dan di sekolah yang mewakili bab
hidup tertib di rumah dan di sekolah. Penokohan dalam cerita ini dibuat dengan
konsep anak-anak yang berasal dari beberapa daerah untuk melambangkan bahwa
Indonesia memiliki daerah dengan budaya yang beraneka ragam serta
persahabatan mereka yang menggambarkan adanya persatuan bangsa Indonesia
yang sekarang ini dinilai berkurang. Setelah konsep jadi, kemudian membuat
sketsa kasar untuk memvisualisasikan naskah. Sketsa yang sudah disetujui
kemudian dilakukan tahap scan dan coloring. Dalam buku ini juga terdapat soal-
soal latihan yang fungsinya untuk evaluasi belajar siswa, dalam beberapa bagian
cerita terdapat kuis dan permainan sederhana untuk melatih kepekaan siswa
terhadap cerita tersebut dan memberikan respon cerita dengan ikut
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan untuk konsep cover akan dibuat ceria, mewakili isi buku yaitu
dengan menunjukkan tokoh utama (Genduk) dan teman-temannya yang berasal
dari beberapa daerah di Indonesia yang berada di dalam lingkaran kuning yang
menunjukkan bahwa mereka yang sebagai gambaran dari perbedaan yang ada di
Indonesia bisa bersatu dan salah satu guru mereka yang menggambarkan sosok
guru disini sebagai pembimbing mereka dalam membentuk karakter yang baik di
vii
sekolah serta sabagai gambaran bahwa buku ini juga sebagai buku pegangan
untuk guru.
Jenis huruf yang digunakan di buku ini ada tiga macam :
3D Stripes untuk judul bab. Jenis huruf ini digunakan karena bentuknya yang
tidak kaku dan cukup jelas untuk dibaca, selain itu 3D Stripes juga termasuk salah
satu jenis huruf decorative sebagai penyeimbang huruf yang digunakan pada judul
sub bab dan teks cerita.
ABCDEFGHIJKLMNOPQVWRS
TUVWXYZ 1234567890 .,:?!
BD Rouen untuk judul sub bab. Jenis huruf ini digunakan karena bentuknya yang
seperti tulisan tangan dan menimbulkan kesan yang fleksibel .
ABCDEFGHIJKLMNOPQVWRS
TUVWXYZ 1234567890 .,:?!
Century Gothic untuk teks cerita dan soal latihan karena jenis huruf ini
mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, dari segi bentuk, ukuran dan jaraknya
cukup jelas, ringan dan tegas.
ABCDEFGHIJKLMNOPQVWRS
TUVWXYZ 1234567890 .,:?!
viii
Gambar 4 Sketsa Cover depan buku Gambar 5 Sketsa halaman utama bab 1
“Belajar Budi Pekerti dan Pancasila” “Hidup Rukun dalam Perbedaan”
Gambar 6 Sketsa salah satu halaman Gambar 7 Sketsa salah satu halaman
pengenalan tokoh pada bab 1 yang menjelaskan tentang agama pada bab
1
Gambar 8 Sketsa halaman utama bab 2 Gambar 9 Salah satu sketsa halaman kuis
“Hidup Tertib” yaitu gambar halaman rumah “Hidup Tertib” yang melatih siswa Genduk yang mewakili cerita Genduk untuk bisa membedakan yang sebaiknya
di rumahnya pada pagi hari. Dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan di sekolah.
ix
Gambar 10 Salah satu sketsa pada bab 2 yang menceritakan
rutinitas pagi Genduk sebelum berangkat ke sekolah
Gambar 11 Cover depan buku setelah Gambar 12 halaman utama bab 1
proses coloring setelah proses coloring
x
Gambar 13 halaman pengenalan tokoh Gambar 14 halaman pengenalan agama
pada bab 1 proses coloring setelah proses coloring
Gambar 15 halaman utama bab 2 Gambar 16 halaman rutinitas pagi
Genduk
“Hidup Tertib” setelah proses coloring setelah proses coloring
xi
Gambar 17 salah satu halaman kuis “Hidup Tertib”
setelah di revisi
Setelah proses coloring selesai, selanjutnya adalah finishing, dimana buku
siap untuk dicetak dan diujikan pada target yaitu siswa kelas 1 sekolah dasar dan
guru mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan. Buku dibuat dengan
ukuran 20,5 cm x 28,5 cm sesuai dengan ukuran buku lembar kerja siswa pada
umumnya.
Untuk media pendukung, setiap buku terdapat agenda atau buku harian
untuk mengisi kegiatan sehari-hari siswa dan sebagai salah satu tugas siswa untuk
belajar mengatur waktunya dengan baik. Pada buku harian tersebut ada dua
macam tabel untuk kegiatan siang dan malam hari, selain itu juga ada beberapa
lembar untuk catatan. Ukuran buku dibuat A5 (14,8 cm x 21 cm).
xii
Gambar 18 cover depan buku harian Gambar 19 halaman untuk catatan di
dalam buku harian
Gambar 20 tabel kegiatan dalam buku harian untuk membantu siswa
belajar mengatur waktunya
Dikarenakan belum semua guru mata pelajaran mengenal metode
pengajaran picture to picture, maka guna memperkenalkan metode ini akan ada
seminar “Metode Pengajaran Kewarganegaraan yang Menarik untuk Guru kelas 1
Sekolah Dasar”.
4. Pembahasan dan Pengujian
Hasil dari penelitian dan perancangan ini adalah berupa buku yang
fungsinya sama dengan lembar kerja siswa, namun perbedaan dengan buku yang
xiii
sudah ada alur ceritanya, buku ini dicetak full color sehingga anak lebih tertarik
untuk mengetahui lebih banyak atau lebih dalam isi buku ini. Cover didesain
sesuai dengan karakter anak-anak yang ceria dan menggunakan warna yang terang
seperti pada gambar 21 dan 22.
Gambar 21 dan 22 Cover depan dan belakang buku
Untuk isi buku dibuat berwarna dengan ilustrasi yang tidak terlalu rumit
sehingga anak mudah memahami apa yang menjadi materi dari pelajaran ini,
gmbar 23, 24, 25 dan 26 merupakan sebagian dari isi buku “Belajar Budi Pekerti
dan Pancasila” untuk kelas 1 Sekolah Dasar.
Gambar 23, 24, 25 dan 26 halaman dalam buku membedakan laki-laki dan perempuan,
penjelasan agama Islam dan Kristen pada bab “Hidup Rukun dalam Perbedaan”, salah satu tokoh
cerita yang memakai pakaian adat Kalimantan dan ada sedikit penjelasan tentang pulau
Kalimantan, halaman awal Bab 2 “Hidup Tertib”
xiv
Gambar 27 dan 28 Cover depan buku harian dan bagian dalamnya, tabel kegiatan siang dan
malam
Pengujian desain ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak
perancangan media pengajaran ini. Pengujian desain menggunakan metode
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian kualitatif dilakukan terhadap pihak pengajar atau pendidik
sebagai pendukung, dikarenakan berperan penting dalam membantu proses
pembentukan karakter anak di sekolah dan pengajar sendiri memiliki fungsi
sebagai ‘orangtua’ para siswa diluar rumah atau diluar keluarga yang ada di
rumah. Dalam perancangan ini hasil perancangan langsung diujikan pada guru
mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan di SD Negeri Salatiga 1,
berdasarkan hasil wawancara, menurut Ibu Murni dengan adanya media
pengajaran dalam bentuk buku cerita bergambar merupakan salah satu hal yang
baru dan menarik karena anak-anak menjadi lebih tertarik dan lebih mudah
memperhatikan pelajaran ketika dijelaskan. Efek positif yang lain adalah dengan
adanya beberapa kuis atau permainan yang ada di buku ini maka anak menjadi
lebih peka dengan keadaan sekitar mereka, anak-anak juga lebih mengerti mana
yang harus mereka lakukan dan mana yang tidak.
Pengujian kuantitatif dilakukan pada siswa kelas 1 di SD Negeri Salatiga 1
dengan kisaran usia 6-7 tahun. Pertanyaan yang dibuat adalah pertanyaan
sederhana dengan jawaban YA atau TIDAK dan diperoleh hasil sebagai berikut :
xv
Profil Responden
Kriteria Sub Kriteria Jumlah
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
14
16
Pekerjaan Responden Siswa
30
Tabel 1 Profil Responden
Tanggapan responden mengenai ilustrasi buku
Tanggapan mengenai
Ilustrasi yang digunakan
Jumlah %
Menarik 24 80
Tidak menarik 6 2
Tabel 2 Ilustrasi buku
Dapat disimpulkan bahwa ilustrasi dari buku ini adalah menarik karena
dari hasil kuisioner diperoleh data sebanyak 80 % menjawab menarik.
xvi
Tanggapan responden mengenai tingkat kemudahan dalam
mengingat materi yang diajarkan
Tanggapan mengenai
tingkat kemudahan
dalam mengingat materi
Jumlah %
Mudah diingat 23 76,7
Tidak mudah diingat 7 23,3
Tabel 3 Tingkat kemudahan dalam mengingat materi
Dapat disimpulkan bahwa 23 anak dari 30 atau 76,7 % mudah dalam
mengingat materi dari buku ini, sehingga materi yang disampaikan
melalui cerita bergambar ini bisa menyampaikan materi yang diajarkan.
Tanggapan responden mengenai ketertarikan menggunakan
metode picture to picture
Tanggapan mengenai
Ketertarikan
menggunakan metode
picture to picture
Jumlah %
Tertarik 25 83,3
Tidak tertarik 5 16,7
Tabel 4 Tingkat ketertarikan menggunakan metode picture to picture
Sebanyak 25 dari 30 anak atau 83,3 % menjawab tertarik menggunakan
metode picture to picture untuk kegiatan belajar mengajar di kelas.
xvii
Tanggapan responden mengenai kesesuaian materi antara media
pengajaran dengan kurikulum
Tanggapan mengenai
kesesuaian materi
antara media
pengajaran dengan
kurikulum
Jumlah %
Sesuai 27 90
Tidak sesuai 3 10
Tabel 5 Tingkat kesesuaian materi dengan kurikulum
Dapat disimpulkan sebanyak 27 anak atau 90 % responden menjawab
bahwa materi antara media pengajaran dengan kurikulum sudah sesuai.
Tanggapan responden mengenai tingkat kejelasan materi
Tanggapan mengenai
Tingkat kejelasan
materi
Jumlah %
Jelas 26 86,7
Tidak jelas 4 13,3
Tabel 6 Tingkat kejelasan materi
Sebanyak 26 dari 30 anak menjawab bahwa materi yang ada dalam
bentuk cerita bergambar sudah jelas dan dapat diterima oleh siswa.
xviii
Untuk menentukan hasil kesimpulan dari kuisioner tersebut maka
digunakan perhitungan sebagai berikut[13] :
Rata-rata skor = total skor
Jumlah item (pertanyaan)
No PERTANYAAN YA TIDAK
1
2
3
4
5
Apakah kalian suka dengan gambar yang ada
di buku ini?
Apakah mudah mengingat cerita yang ada di
buku ini?
Apakah kalian tertarik dengan buku pelajaran
yang bergambar seperti ini (picture to picture)
?
Apakah isi buku ini sama dengan buku yang
kalian pakai?
Apakah kalian sudah mengerti pelajaran yang
ada di buku ini?
24
23
25
27
26
6
7
5
3
4
JUMLAH (RATA-RATA) 25 5
JUMLAH ( % ) 83,34 % 16,66 % Tabel 7 Rangkuman hasil pertanyaan pada responden
5. Simpulan
Berdasarkan pengujian kuantitatif yang dilakukan pada 30 responden yang
merupakan siswa kelas 1 sekolah dasar di SD Negeri Salatiga 1 maka dapat ditarik
kesimpulan sebanyak 83,34 % responden menjawab baik dan sisanya yaitu 16,36
% menjawab cukup baik. Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa
media pengajaran dengan metode picture to picture dalam bentuk cerita
bergambar mendapatkan respon yang baik dan tujuan dari perancangan media ini
dapat tersampaikan dengan baik pada siswa kelas 1 sekolah dasar sebagai target
utama.
6. Daftar Pustaka
[1] Santrock, John W. 2011. Perkembangan Anak (Child
Development). Jakarta : Penerbit Erlangga.
[2] H.R, Mahmud. 2003. Hubungan Antara Gaya Pengasuhan
Orangtua dengan Tingkah Laku Prososial Anak. Bandung : Fakultas
Psikologi, Universitas Padjajaran.
[3] Hurlock, Elizabeth.B. 2002. Psikologi Perkembangan “Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta : Penerbit Erlangga.
[4] Hendriani, Maria. 2012. Media Pembelajaran Tentang Pola Makan
Seimbang Bagi Anak-anak usia 4-6 tahun Melalui Permainan. Laporan
xix
Tugas Akhir. Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya.
[5] Giarno, William. 2006. Perancangan Tugas Akhir Seri Buku Cerita
Bergambar : Seri Majapahit. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Desain
Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas
Tarumanegara Jakarta.
[6] Rustan, Surianto. 2009. Layout Dasar dan Penerapannya. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
[7] Rustan, Surianto. 2009. HUROFONTIPOGRAFI. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
[8] Klara, Roberta. 2012. Color Me Creative: How Colors Affect the
Brain. http://www.adweek.com (Diakses 18 Juli 2013).
[9] Kusno, Gustaaf. 2013. Indahnya Ilustrasi Buku Bacaan Anak
Tempo Dulu. http://kompasiana.com (diakses 21 Juni 2013)
[10] Hurlock, Elizabeth.B. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
[11] Contoh Ilustrasi Gaya Kartun. 2013. http://nick-asia.com. (Diakses 18
Juli 2013).
[12] Malik, Halim. 2012. Pengertian Data, Analisis Data dan Cara
Menganalisis Data Kualitatif. http://kompasiana.com (Diakses 6 Juli 2013).
[13] Suharsimi, Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta :
PT.Rineka Cipta.