peraturan wkf 2013

62
PERATURAN PERTANDINGAN KATA DAN KUMITE REVISI 8.0 BERLAKU MULAI 1.1.2013 1

Upload: jimy-yulius-mambu

Post on 19-Oct-2015

138 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

PERATURAN PERTANDINGANKATA DAN KUMITE

12

REVISI 8.0

BERLAKU MULAI 1.1.2013

DAFTAR ISIDAFTAR ISI1PERATURAN KUMITE2PASAL 1: AREA PERTANDINGAN KUMITE2PASAL 2: SERAGAM RESMI3PASAL 3: PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE5PASAL 4: PANEL WASIT6PASAL 5: DURASI PERTANDINGAN KELAS7PASAL 6: PENILAIAN8PASAL 7: KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN11PASAL 8: TINDAKAN TERLARANG13PASAL 9: PERINGATAN & HUKUMAN16PASAL 10: CEDERA DAN KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN18PASAL 11: PROTES RESMI19PASAL 12: WEWENANG DAN TUGAS22PASAL 13: MEMULAI, MENAHAN DAN MENGAKHIRI PERTANDINGAN25PASAL 14: PERUBAHAN27

PERATURAN KATA28PASAL 1: AREA PERTANDINGAN KATA28PASAL 2: SERAGAM RESMI28PASAL 3: PENGATURAN PERTANDINGAN KATA28PASAL 4: PANEL JURI29PASAL 5: KRITERIA PENILAIAN30PASAL 6: PELAKSANAAN PERTANDINGAN32

LAMPIRAN34LAMPIRAN 1: PERISTILAHAN34LAMPIRAN 2: ISYARAT TUBUH DAN ISYARAT BENDERA37LAMPIRAN 3: PEDOMAN OPERASIONAL BAGI PARA WASIT DAN JURI46LAMPIRAN 4: SIMBOL PAPAN NILAI49LAMPIRAN 5: TATA AREA PERTANDINGAN KUMITE51LAMPIRAN 6: TATA AREA PERTANDINGAN KATA52LAMPIRAN 7: KARATE -GI53LAMPIRAN 9: PANDUAN WARNA CELANA WASIT DAN JURI54PERATURAN KUMITE

PASAL 1: AREA PERTANDINGAN KUMITE

1. Area pertandingan harus rata dan bebas dari bahaya.

2. Area pertandingan adalah matras berbentuk persegi, dengan tipe yang diakui WKF, dengan sisi-sisi 8 m (diukur dari bagian luar) dengan tambahan 2 m pada semua sisinya sebagai area aman. Harus ada 2 m area aman yang kosong di tiap sisi.

3. Sebuah garis m harus dibuat 2 m dari titik tengah area pertandingan untuk tempat wasit.

4. Dua garis sejajar masing-masing sepanjang 1 m yang tegak lurus terhadap garis wasit tersebut, harus dibuat pada jarak 1,5 m dari titik tengah area pertandingan untuk tempat peserta pertandingan.

5. Masing-masing juri akan duduk di sudut-sudut matras pada area aman. Wasit boleh bergerak ke seluruh tatami, termasuk ke area aman di mana para juri duduk. Tiap juri akan diperlengkapi dengan 1 bendera merah dan 1 biru.

6. Pengawas pertandingan akan duduk tepat di bagian luar area aman, di belakang dan di kiri atau kanan wasit. Ia akan diperlengkapi dengan sebuah bendera merah atau alat isyarat dan sebuah peluit.

7. Pengawas nilai akan duduk di meja nilai pertandingan, di antara papan nilai dan pencatat nilai.

8. Para pelatih akan duduk di luar area aman, di bagian mereka masing-masing di sisi tatami menghadap meja pertandingan. Bila area tatami ditinggikan, para pelatih ditempatkan di luar area yang ditinggikan tersebut.

9. Garis 1 m harus diberi warna yang berbeda dari area matras.

PENJELASAN:

I. Tidak boleh ada papan, lembaran dan tiang iklan pada jarak 1 m dari area aman.

AI. Matras yang dipakai tidak boleh bergeser saat diletakkan pada lantai dan memiliki koefisien geser yang rendah pada permukaannya. Tidak boleh sepadat matras Judo sebab akan menghambat gerakan Karate. Wasit harus memastikan bahwa lembaran matras tidak akan terlepas sepanjang pertandingan sebab adanya celah bisa menyebabkan cedera dan meningkatkan resiko. Desainnya harus yang diakui WKF.

PASAL 2: SERAGAM RESMI

1. Peserta pertandingan dan pelatihnya harus mengenakan seragam resmi sebagaimana diatur dalam peraturan ini.

2. Komisi Wasit dapat mengeluarkan pendamping dan peserta mana pun yang tidak menaati aturan ini.

WASIT

1. Wasit dan Juri harus mengenakan seragam resmi yang dirancang Komisi Wasit. Seragam ini harus dipakai dalam seluruh turnamen dan kursus.

2. Seragam resmi adalah sbb:

Jas biru laut bergaris kancing tunggal menggunakan 2 kancing perak.Kemeja putih lengan pendek polos. Dasi resmi yang dikenakan tanpa penjepit dasi. Celana warna abu-abu terang polos tanpa lipatan. (LAMPIRAN 9). Kaus kaki warna biru tua atau hitam polos dan sepatu hitam tertutup untuk digunakan di area pertandingan. Wasit dan Juri perempuan boleh menggunakan jepit rambut.

PESERTA PERTANDINGAN

1. Peserta harus mengenakan karate gi putih tanpa garis, bis atau bordir pribadi. Lambang atau bendera negara dipakai di dada kiri baju dan tidak boleh melebihi batas keseluruhan 12 cm x 8 cm (lihat LAMPIRAN 7). Hanya label asli pabrik yang boleh ditampilkan pada gi. Sebagai tambahan, identitas yang dikeluarkan Panitia Pelaksana dipakai di bagian belakang. Seorang peserta mengenakan sabuk merah dan yang lainnya biru. Sabuk merah dan biru harus sekitar 5 cm lebarnya dan di tiap sisi panjangnya memungkinkan 15 cm dari ikatan. Sabuk harus berwarna merah dan biru polos tanpa bordiran pribadi, iklan atau tanda apapun selain label dari pabrik.

2. Pengecualian paragraf 1 di atas, Komite Eksekutif bisa mengijinkan pemasangan label atau merek khusus dari sponsor resmi.

3. Baju ketika diikat dengan sabuk, panjang minimalnya harus menutupi pinggul tapi tidak boleh lebih daripada paha panjangnya. Peserta perempuan boleh menggunakan kaos putih polos di dalam baju Karate.

4. Panjang maksimum lengan baju tidak boleh lebih daripada lekukan pergelangan tangan dan tidak boleh lebih pendek daripada lengan bawah. Lengan baju tidak boleh digulung.

5. Celana panjangnya harus cukup menutupi sekurangnya 2/3 tulang kering dan tidak boleh melewati mata kaki. Celana tidak boleh digulung. 6. Peserta harus menjaga kebersihan rambut, memangkas sepanjang yang tidak menghalangi jalannya pertandingan. Hachimaki (bandana) tidak diijinkan. Karena Wasit berhak menilai rambut peserta manapun yang terlalu panjang dan/atau tidak bersih maka ia dapat mengeluarkan peserta dari pertandingan. Jepit rambut dilarang begitu juga jepit dari logam. Pita rambut, manik-manik dan asesoris lainnya dilarang. Ikat rambut karet yang aman atau pengikat rambut ekor kuda diijinkan. Peserta perempuan bisa mengenakan kain penutup kepala hitam polos (hijab) resmi WKF untuk menutupi rambut tapi tidak boleh menutupi leher.

7. Peserta harus pendek kukunya dan tidak boleh mengenakan benda logam atau apapun yang bisa mengakibatkan lawan cedera. Penggunaan kawat gigi logam harus atas ijin Wasit dan dokter pertandingan. Peserta sepenuhnya bertanggungjawab sendiri terhadap cedera apapun yang mungkin terjadi.

8. Peralatan pelindung berikut ini adalah wajib:

8.1. Sarung tangan (mitt) yang diakui WKF, seorang peserta mengenakan warna merah dan yang lainnya biru. 8.2. Pelindung gusi (gum shield). 8.3. Pelindung badan (body protection) yang diakui WKF (bagi seluruh atlet) dan pelindung dada (chest protector) bagi atlet perempuan. 8.4. Pelindung tulang kering (shin pad) yang diakui WKF, seorang peserta mengenakan warna merah dan yang lainnya biru. 8.5. Pelindung kaki (foot protection) yang diakui WKF, seorang peserta mengenakan warna merah dan yang lainnya biru. 8.6. Lalu hingga Kadet, juga mengenakan pelindung wajah (face mask) yang diijinkan WKF.

Pelindung kemaluan (groin guard) tidak diwajibkan tapi bila dipakai harus dengan tipe yang diakui WKF.

9. Kacamata dilarang. Soft contact lense dapat dipakai dengan resiko ditanggung peserta sendiri.

10. Dilarang menggunakan pakaian dan peralatan yang tidak diijinkan.

11. Semua peralatan pelindung harus yang secara sah diakui WKF.

12. Tugas Pengawas Pertandinganlah (Kansa) memastikan sebelum pertandingan bahwa para peserta mengenakan peralatan yang diakui. (Dalam hal berhubungan dengan Kejuaraan-kejuaraan Tingkat Benua, Internasional atau Nasional harus diperhatikan bahwa keharusan memakai peralatan yang diakui WKF, harus diterima dan tidak boleh ditolak).

13. Penggunaan perban, bebat atau kelengkapan penunjang akibat cedera harus diijinkan oleh Wasit atas nasehat Dokter Pertandingan.

PELATIH

1. Sepanjang kejuaraan, pelatih harus mengenakan pakaian olah raga resmi Federasi Nasionalnya dan memperlihatkan identitas resmi mereka.

PENJELASAN:

I. Peserta harus menggunakan sebuah sabuk saja yaitu merah untuk AKA atau biru untuk AO. Sabuk sesuai tingkatan tidak boleh dipakai selama bertanding.

AI. Pelindung gusi harus pas.

BI. Jika seorang peserta memasuki area dengan pakaian atau kelengkapan yang tidak dipakai dengan tepat, ia tidak akan segera didiskualifikasi; malah mereka akan diberi waktu 1 menit untuk memperbaikinya.

IV.Jika Dewan Wasit setuju, Pejabat Wasit diijinkan melepas jas mereka.

PASAL 3: PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE

1. Sebuah kejuaraan Karate terdiri dari nomor Kumite dan/atau nomor Kata. Pertandingan Kumite selanjutnya bisa dibagi ke dalam nomor beregu dan nomor perorangan. Nomor perorangan selanjutnya bisa dibagi ke dalam kelompok usia dan berat. Berat akhirnya terbagi lagi dalam kelas-kelas. Istilah kelas selanjutnya menjelaskan nomor Kumite perorangan diantara pasangan yang bertanding dari anggota-anggota regu yang ada.

2. Peserta tidak boleh digantikan oleh orang lain dalam nomor perorangan.

3. Peserta nomor perorangan atau beregu yang tidak ada ketika dipanggil akan didiskualifikasi (KIKEN) dari nomornya. Dalam pertandingan beregu, nilai bagi kelas yang tidak hadir akan diberikan 8-0 bagi regu lawannya.

4. Regu Putra terdiri dari 7 anggota dengan 5 yang bertanding dalam 1 Babak. Regu Putri terdiri dari 4 anggota dengan 3 yang bertanding dalam 1 Babak.

5. Para peserta adalah seluruh anggota regu. Tak ada pemain cadangan.

6. Sebelum dimulai, seorang wakil regu harus meminta ke meja pertandingan, formulir pertandingan berisi nama dan urutan pertandingan dari anggota regu yang bertanding. Para peserta nama-namanya diambil dari 7 anggota tim penuh atau hanya 4 anggota saja dan urutan pertandingannya dapat dirubah untuk tiap Babak dan urutan pertandingan yang baru harus diberitahukan terlebih dulu dan kalau sudah diumumkan tidak bisa dirubah lagi hingga Babak tersebut selesai.

7. Sebuah regu akan didiskualifikasi jika ada anggotanya atau pelatihnya merubah komposisi tim atau urutan pertandingan tanpa menuliskan pemberitahuan sebelumnya di Babak tersebut.

8. Dalam nomor beregu di mana seorang peserta mengalami kekalahan karena menerima Hansoku atau Shikkaku, nilai berapa pun dari peserta tersebut akan diset ke nol dan nilai 8-0 akan disimpan bagi regu lawan dalam nomor beregu tersebut.

PENJELASAN:

I. Sebuah Babak merupakan suatu tahapan tersendiri yang mengarah pada penentuan finalis. Dalam Babak penyisihan Kumite, babak tersebut akan menyisihkan 50% dari peserta yang bertanding, termasuk para peserta yang bye. Dalam konteks ini, Babak dapat berlaku baik dalam penyisihan primer maupun repechage. Dalam sistem kompetisi, sebuah Babak hanya mengijinkan tiap peserta bertanding 1 kali saja.

AI. Penggunaan nama peserta sering menyebabkan masalah penyebutan dan pengenalan. Nomor pertandingan harus dibagikan dan dipakai.

BI. Saat berbaris sebelum bertanding, regu yang ada harus menghadirkan para peserta yang akan bertanding. Peserta yang tidak akan bertanding dan pelatihnya tidak termasuk dan harus duduk di area yang disediakan bagi mereka.

IV.Untuk menyelesaikan pertandingan, regu putra harus menghadirkan paling tidak 3 peserta dan regu putri harus menghadirkan paling tidak 2 peserta. Regu yang anggotanya kurang dari jumlah yang ditetapkan, tidak akan diperbolehkan bertanding (Kiken).

V. Formulir daftar peserta yang akan bertanding dapat diserahkan oleh Pelatih maupun peserta yang ditunjuk dari regu tersebut. Kalau Pelatih yang menandatangani formulir tersebut maka ia harus menuliskan identitasnya dengan jelas sebab jika tidak maka dapat ditolak. Daftar tersebut harus mencantumkan nama negara atau perguruan, warna sabuk yang akan dipakai regu tersebut dalam pertandingan dan urutan turun bertanding dari para peserta beregu tersebut. Baik nama-nama peserta maupun jumlah pertandingan harus dicantumkan dan formulir tersebut ditandatangani oleh pelatih atau orang yang ditunjuk.

VI.Para pelatih harus menunjukkan pengenal mereka bersama pelatih peserta atau regu lawan ke meja pertandingan. Para pelatih harus duduk di kursi yang disediakan dan tidak boleh mengganggu jalannya pertandingan dengan kata-kata maupun tindakan.

VII.Jika karena kelalaian pencatatan ada peserta yang salah turun bertanding maka apapun hasilnya pertandingan tersebut dinyatakan tidak berlaku. Untuk mengurangi kesalahan seperti itu maka pemenang dalam tiap kelas/nomor harus memastikan kemenangannya dengan papan kontrol sebelum meninggalkan area pertandingan.

PASAL 4: PANEL WASIT

1. Panel Wasit untuk tiap pertandingan harus terdiri dari seorang Wasit (SHUSHIN), 4 Juri (FUKUSHIN), dan seorang Pengawas Pertandingan (KANSA).

2. Wasit dan Juri nomor Kumite tidak boleh berkebangsaan yang sama dengan peserta yang sedang bertanding.

3. Selain itu untuk memudahkan jalannya pertandingan, harus diangkat sejumlah pencatat waktu, penyiar, pencatat nilai dan pengawas nilai. PENJELASAN:

I. Pada awal pertandingan Kumite, Wasit berdiri di tepi luar area pertandingan. Pada kiri Wasit berdiri Juri nomor 1 dan 2, dan di kanannya berdiri Juri nomor 3 dan 4.

AI. Setelah melakukan sikap saling memberi hormat oleh para peserta dan panel wasit, Wasit mundur selangkah, para Juri dan Wasit membalik tubuh ke arah dalam area pertandingan dan bersama-sama melakukan sikap memberi hormat. Lalu mereka menempati posisi masing-masing.

BI. Saat pergantian Juri, mereka yang akan digantikan, kecuali Pengawas Pertandingan, menempati posisi sebelumnya saat pertandingan dimulai, saling memberi hormat lalu bersama-sama meninggalkan area pertandingan.

IV.Saat pergantian seorang Juri saja, Juri yang mengganti menuju Juri yang akan digantikan, saling memberi hormat dan melakukan pergantian.

V. Dalam pertandingan beregu, asalkan seluruh panel memenuhi syarat, posisi Wasit dan Juri dapat dirotasi untuk tiap kelas.

PASAL 5: DURASI PERTANDINGAN KELAS

1. Durasi pertandingan dalam kelas-kelas Kumite ditetapkan 3 menit untuk Kumite Putra Senior (baik beregu maupun perorangan) dan 4 menit untuk perebutan medali perorangan. Kelas Senior Putri adalah 2 menit dan 3 menit untuk perebutan medali perorangan. Usia di bawah 21 tahun adalah 3 menit untuk Putra dan 2 menit untuk Putri (tak ada tambahan waktu dalam perebutan medali). Kelas Kadet dan Yunior 2 menit (tak ada tambahan waktu dalam perebutan medali).

2. Waktu awal pertandingan adalah ketika Wasit memberi isyarat mulai dan berhenti tiap kali Wasit meneriakkan YAME.

3. Pencatat waktu harus memberi isyarat yang jelas dengan gong atau bel yang menunjukkan sisa 10 detik dan waktu habis. Isyarat waktu habis menandai berakhirnya pertandingan.

PASAL 6: PENILAIAN

1. Penilaian meliputi sbb:

a)IPPONNilai 3

b)WAZA-ARINilai 2

c)YUKONilai 1

2. Nilai diberikan ketika sebuah teknik dilancarkan menurut kriteria yang meliputi area penilaian sbb:

a) Bentuk yang baik (good form)

b) Sikap sportif (sporting attitude)c) Penerapan penuh semangat (vigorous application)d) Kesadaran/ kewaspadaan penuh (ZANSHIN) e) Pengambilan waktu yang baik (Good timing) f) Jarak yang tepat (correct distance)

3. IPPON diberikan untuk:

a) Tendangan Jodan.

b) Semua teknik yang dilancarkan saat lawan dijatuhkan atau terjatuh.

4. WAZA-ARI diberikan untuk:

a) Tendangan Chudan.

5. YUKO diberikan untuk:

a) Chudan atau Jodan Tsuki.

b) Jodan atau Chudan Uchi.

6. Serangan dibatasi hanya pada area berikut ini:

a) Kepala

b) Wajahc) Leher

d) Daerah perut e) Dadaf) Punggungg) Samping tubuh

7. Teknik benar yang dilancarkan bersamaan dengan isyarat berakhirnya pertandingan, dinyatakan sah. Teknik yang sekalipun benar tapi dilancarkan setelah aba-aba menahan sementara atau menghentikan pertandingan, tidak akan dinilai dan bisa mengakibatkan pemberian hukuman pada yang menyerang.

8. Teknik yang dilancarkan saat kedua peserta berada di luar area pertandingan tidak akan dinilai sekalipun teknik tersebut benar. Namun jika salah seorang peserta melancarkan teknik yang benar ketika ia masih di dalam area pertandingan dan sebelum Wasit meneriakkan YAME, maka teknik tersebut akan dinilai.

PENJELASAN:

Untuk bisa memperoleh nilai, teknik harus dilancarkan ke area penilaian sebagaimana yang sudah dijelaskan pada ayat 6 di atas. Teknik tersebut harus terkontrol penuh pada area yang diserang dan harus memenuhi kesemua aturan 6 kriteria penilaian dalam ayat 6 di atas.

KOSA KATAKRITERIA TEKNIS

1. Tendangan Jodan. Jodan meliputi wajah, kepala dan leher

Ippon (nilai 3) diberikan untuk:

2. Semua teknik yang memenuhi syarat penilaian yang dilancarkan pada saat lawan dijatuhkan atau terjatuh sendiri.

Waza-Ari (nilai 2)Tendangan Chudan. Chudan meliputi area perut,

diberikan untuk:dada, punggung dan samping tubuh.

1. Tiap pukulan (Tsuki) yang dilancarkan di 7 area penilaian.

Yuko (nilai 1)

diberikan untuk:2. Tiap serangan (Uchi) yang dilancarkan di 7 area penilaian.

I. Demi alasan keamanan, dilarang menjatuhkan lawan dengan memegangnya di bagian bawah pinggang, menjatuhkan tanpa menahan lawan atau menjatuhkan lawan dengan cara yang membahayakannya atau menjatuhkan lawan di mana titik porosnya (pivot point) berada di bagian atas sabuk dan jika dilakukan akan mendapat peringatan atau hukuman. Pengecualian diberikan pada teknik-teknik sapuan kaki konvensional karate, yang dilakukan tanpa perlu menahan lawan ketika sapuan dilancarkan seperti, de ashi-barai, ko uchi gari, kani waza etc. Setelah menjatuhkan lawan, Wasit akan mengijinkan peserta selama 2 detik melancarkan teknik yang menghasilkan nilai.

AI. Kalau seorang peserta dijatuhkan sesuai aturan, tergelincir, terjatuh yang diikuti pemasukan nilai oleh lawan maka nilainya IPPON.

BI. Teknik yang memiliki bentuk yang baik adalah yang memenuhi karakteristik yang memungkinkan efektifitas dalam kerangka konsep Karate tradisional.

IV.Sikap sportif adalah unsur dari bentuk yang baik dan berdasarkan sikap yang tidak membahayakan, yang dilancarkan penuh konsentrasi saat pengambilan nilai.

V. Penerapan penuh semangat berarti teknik yang bertenaga dan cepat yang diperlihatkan dengan jelas saat melakukannya.

VI.Zanshin adalah kriteria yang seringkali terabaikan saat nilai diberikan. Zanshin adalah keadaan di mana peserta secara terus menerus mempertahankan konsentrasi, pengamatan dan kesadaran/ kewaspadaan sepenuhnya akan potensi serangan balik dari lawan. Peserta tidak boleh memalingkan wajahnya selama melancarkan teknik dan tetap menghadapi lawan sesudahnya.VII.Pengambilan waktu yang baik berarti melancarkan teknik yang akan menghasilkan dampak potensial terbesar.

VIII.Jarak yang tepat berarti melancarkan teknik dalam jarak yang tepat yang akan menghasilkan dampak potensial terbesar. Maka jika teknik tersebut dilancarkan saat lawan menghindar dengan cepat, dampak potensial serangan tersebut berkurang.

IX.Pengaturan jarak juga berhubungan dengan titik ketika suatu teknik yang dilancarkan sepenuhnya berhenti pada sasaran atau mendekati sasaran. Pukulan atau tendangan yang dilancarkan antara skin touch dan 5 cm dari wajah, kepala atau leher bisa dikatakan memiliki jarak yang tepat. Namun, teknik Jodan yang dilancarkan 5 cm jaraknya dari target dan lawan tidak menangkis atau menghindar, akan dihitung nilainya, selama teknik tersebut memenuhi kriteria-kriteria lainnya. Pada kelompok Kadet dan Yunior tidak boleh ada kontak ke kepala, wajah ataupun leher (termasuk pelindung wajah) kecuali kontak yang amat ringan (yang sebelumnya dikenal dengan skin touch) untuk tendangan Jodan dan jarak penilaiannya diperpanjang hingga maksimal 10 cm.

X. Teknik yang buruk tetaplah buruk, tak perduli di bagian mana dan bagaimana itu dilancarkan. Teknik yang amat buruk dari segi bentuk yang baik, atau kurang tenaga, tidak akan dinilai.

XI.Teknik yang dilancarkan ke bawah sabuk bisa dinilai asalkan di atas tulang kemaluan.

Leher dan kerongkongan adalah area sasaran. Namun tidak boleh ada kontak ke kerongkongan dan nilai dapat diberikan pada teknik yang dikontrol dengan tepat yaitu yang tidak menyentuh kerongkongan.

XII.Teknik yang dilancarkan ke tulang belikat bisa dinilai. Daerah bahu yang tidak masuk penilaian adalah sambungan antara tulang bagian atas lengan dengan tulang belikat dan tulang selangka.

XIII.Isyarat bel tanda akhir pertandingan mengakhiri pengambilan nilai dalam pertandingan meskipun mungkin secara tidak disengaja tidak segera menghentikan pertandingan tersebut. Isyarat bel tanda berakhir pertandingan bukanlah tanda bahwa hukuman-hukuman tidak bisa diterapkan lagi. Hukuman dapat dikenakan oleh Panel Wasit hingga saat para peserta meninggalkan area pertandingan setelah keputusan pemenang. Hukuman bisa juga diberikan sesudahnya tapi hanya oleh Komisi Wasit atau Komisi Hukum dan Disiplin.

XIV.Jika kedua peserta melancarkan serangan di waktu yang sama, kriteria penilaian pengambilan waktu yang baik belum terpenuhi dan dengan penilaian yang tepat sebenarnya nilai tidak diberikan. Namun masing-masing peserta dapat diberi nilai jika masing-masing memperoleh 2 bendera yang menguntungkan mereka dan penilaian atas mereka diberikan sebelum yame dan isyarat waktu tanda selesai.

XV.Jika seorang peserta memperoleh nilai dengan lebih daripada 1 teknik berturut-turut sebelum pertandingan dihentikan, peserta tersebut akan diberi nilai dengan teknik yang tertinggi tidak perduli bagaimana urutan dari teknik ternilai yang dilancarkannya. Misalnya: jika sebuah tendangan yang masuk dilakukan setelah pukulan yang masuk, nilai untuk tendanganlah yang diberikan sekalipun pukulan masuklah yang pertama dilancarkan, sebab tendangan memiliki nilai yang lebih tinggi.

PASAL 7: KRITERIA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Hasil pertandingan ditentukan bila:a. ada peserta yang unggul dengan nilai bersih 8, b. pada saat waktu habis memiliki nilai yang lebih tinggi, c. dengan melakukan pengambilan keputusan (HANTEI), atau d. karena ada peserta yang memperoleh HANSOKU, SHIKKAKU, atau KIKEN.

1. Tidak ada nomor perorangan yang dinyatakan seri. Hanya dalam nomor beregu ketika pertandingan berakhir dengan nilai sama, Wasit menyatakan seri (HIKIWAKE).

2. Dalam nomor perorangan, jika setelah waktu berakhir tak ada yang memperoleh nilai atau nilainya sama, keputusan akan dibuat melalui pengambilan keputusan akhir oleh 4 Juri dan Wasit yang masing-masing menyatakan pilihan mereka. Keputusan memenangkan salah seorang peserta adalah wajib dan diambil berdasarkan kriteria sbb:

a) Sikap, semangat bertanding dan kekuatan yang diperlihatkan para peserta. b) Keunggulan taktik dan teknik yang ditampilkan. c) Peserta manakah yang berinisiatif melakukan aksi yang dominan.

3. Regu pemenang adalah yang memiliki kemenangan terbanyak dalam kelas yang dipertandingkan. Jika ada 2 regu yang memiliki jumlah kemenangan yang sama dalam kelas yang dipertandingkan maka yang dinyatakan menang adalah yang mempunyai nilai terbanyak dengan memperhitungkan baik kemenangan maupun kekalahan di tiap kelas. Perbedaan nilai maksimum atau keunggulan maksimum pada tiap pertandingan adalah 8.

4. Jika 2 regu memiliki jumlah kemenangan di tiap kelas dan jumlah nilai yang sama, maka dilakukanlah pertandingan penentuan. Masing-masing regu menetapkan seorang peserta dari regu mereka untuk bertarung dalam pertandingan tambahan, tak perduli apakah peserta tersebut sudah bertanding di kelasnya di antara 2 regu tersebut. Jika pertandingan tambahan tidak menghasilkan pemenang berdasarkan keunggulan nilai maka hasil pertandingan tambahan tersebut ditetapkan berdasarkan HANTEI menurut aturan yang sama dalam nomor perorangan. Hasil dari HANTEI pertandingan tambahan tersebut kemudian juga akan menentukan hasil dari pertandingan beregu.

5. Dalam pertandingan beregu kalau sebuah regu telah meraih jumlah kemenangan yang cukup atau telah mengumpulkan nilai yang cukup untuk dinyatakan pasti sebagai pemenang maka pertandingan tersebut dinyatakan berakhir dan tidak akan ada pertandingan lebih lanjut.

PENJELASAN:

I. Ketika diberlakukan pengambilan keputusan (HANTEI) di akhir pertandingan yang hasilnya belum dipastikan, Wasit bergerak menuju batas area pertandingan dan meneriakkan HANTEI, yang diikuti dengan peniupan peluit 2 kali. Para Juri menunjukkan pilihan mereka melalui bendera mereka dan Wasit di saat yang bersamaan menentukan pilihannya dengan memberi isyarat tangan. Kemudian Wasit meniupkan peluit 1 kali secara singkat, kembali ke posisinya semula dan menyatakan hasil keputusan yang menentukan pemenangnya dengan cara seperti biasa.

PASAL 8: TINDAKAN TERLARANG

Ada 2 kategori tindakan terlarang yaitu Kategori 1 dan Kategori 2.

KATEGORI 1

1. Teknik yang mengakibatkan kontak berlebihan ke area ternilai dan teknik yang mengakibatkan kontak ke tenggorokan.

2. Serangan ke lengan, kaki, pangkal paha, persendian atau sisi dalam telapak kaki (instep). 3. Serangan ke wajah dengan teknik tangan terbuka. 4. Teknik bantingan yang berbahaya dan terlarang.

KATEGORI 2

1. Berpura-pura cedera atau melebih-lebihkan cedera.

2. Keluar dari area pertandingan (JOGAI) bukan karena lawan. 3. Bersikap membahayakan diri sendiri dengan sengaja membuat diri terbuka untuk dicederai lawan atau gagal mengambil langkah yang memadai untuk melindungi diri sendiri (MUBOBI). 4. Menghindari pertarungan untuk mencegah lawan memiliki kesempatan mengambil nilai. 5. Bersikap pasif tidak berusaha terlibat dalam pertarungan. 6. Merangkul, bergulat, mendorong, menarik atau berdiri berhadapan dada, tanpa melancarkan jatuhan atau teknik lainnya.

7. Teknik yang sifatnya tidak bisa dikontrol, yang membahayakan keselamatan lawan dan yang berbahaya dan serangan yang tidak terkontrol. 8. Serangan sengaja dengan kepala, lutut atau siku. 9. Berbicara pada lawan atau memanas-manasi lawan, tidak mematuhi perintah Wasit, bertindak tidak sopan terhadap para pejabat Wasit, atau pelanggaran etika lainnya.

PENJELASAN:

I. Pertandingan Karate adalah olahraga dan karena alasan itulah maka teknik-teknik yang paling berbahaya dilarang dan semua teknik harus dikontrol. Para peserta dewasa yang terlatih sanggup menerima pukulan yang relatif kuat pada daerah berotot seperti perut tapi kenyataannya tetap saja daerah kepala, wajah, leher, pangkal paha dan persendian sangatlah rentan terhadap cedera. Karena itu teknik apapun yang mengakibatkan cedera dapat dikenai sanksi kecuali itu terjadi disebabkan si penerima itu sendiri. Para peserta harus menampilkan seluruh teknik secara terkendali dan dengan bentuk yang baik sebab jika tidak, maka teknik apapun yang salah digunakan tersebut akan mendapat peringatan atau hukuman. Perhatian khusus harus diberikan dalam kelompok Kadet dan Yunior.

AI. KONTAK WAJAH SENIOR: Bagi para peserta Senior, kontak yang tidak mencederai, ringan, terkontrol ke wajah, kepala dan leher diijinkan (kecuali ke tenggorokan). Jika kontak yang dilakukan dipandang terlalu kuat oleh Wasit tapi tanpa mengurangi kesempatan peserta untuk menang, peringatan (CHUKOKU) bisa diberikan. Kontak ke-2 dengan jenis yang sama akan menghasilkan KEIKOKU. Serangan kontak selanjutnya akan mengakibatkan HANSOKU CHUI. Kontak apapun selanjutnya, meskipun tidak cukup mempengaruhi kesempatan lawan untuk menang, akan tetap mengakibatkan HANSOKU. BI. KONTAK WAJAH KADET DAN YUNIOR: Bagi para peserta Kadet dan Yunior, tidak boleh ada kontak dengan teknik tangan ke kepala, wajah atau leher (termasuk pelindung wajah). Kontak apapun, tak perduli seringan apapun, akan dihukum, sebagaimana dijelaskan dalam ayat II di atas, kecuali diakibatkan oleh si penerima sendiri (MUBOBI). Tendangan Jodan boleh menggunakan sentuhan ringan (skin touch) dan tetap dinilai. Semua yang lebih daripada sentuhan ringan akan mendapatkan peringatan atau hukuman kecuali diakibatkan si penerima sendiri (MUBOBI).

IV.Wasit harus terus mengamati peserta yang cedera dengan melakukan penundaan yang singkat agar bisa menilai gejala cedera seperti mimisan supaya tidak menjadi lebih parah. Pengamatan juga akan mengungkapkan usaha apapun oleh peserta tersebut melakukan taktik dengan memperburuk cedera ringannya. Misalnya, menghembuskan nafas kuat-kuat lewat hidung yang terluka atau menggosok-gosok wajah secara kasar.

V. Cedera-cedera yang sudah ada sebelumnya bisa menghasilkan gejala-gejala melebihi tingkat kontak yang terjadi saat itu dan Wasit harus mempertimbangkan hal tersebut saat memberikan hukuman terhadap kontak yang berlebih. Contoh, kontak yang kelihatannya amat lunak bisa membuat lawan tidak bisa melanjutkan pertandingan akibat efek kumulatif dari cedera berkelanjutan dalam pertandingan sebelumnya. Sebelum memulai pertandingan, Manajer Tatami harus memeriksa kartu medis dan memastikan bahwa para peserta benar-benar sanggup bertanding. Wasit harus diberitahu jika ada peserta yang pernah dirawat karena cedera.

VI.Peserta yang melakukan reaksi berlebihan terhadap kontak ringan agar Wasit menghukum lawannya, seperti memegangi wajah atau berpura-pura sempoyongan atau pura-pura roboh, justru akan segera dihukum.

VII.Berpura-pura cedera padahal sama sekali tidak cedera, adalah pelanggaran yang amat serius. SHIKKAKU akan diberikan pada peserta yang berpura-pura cedera seperti roboh dan berguling-guling di lantai yang tidak didukung bukti cedera yang sebanding dengan laporan dokter yang netral.

VIII.Tindakan melebih-lebihkan dampak cedera yang sebenarnya lebih ringan, bukanlah hal yang serius tapi tetap dianggap sebagai perbuatan yang tidak bisa diterima sehingga tindakan pertama akibat melebih-lebihkan tersebut akan menerima peringatan minimal yaitu HANSOKU CHUI. Perbuatan melebih-lebihkan yang serius seperti sempoyongan, berdiri dan roboh lagi, dll akan langsung menerima HANSOKU tergantung beratnya pelanggaran.

IX.Peserta yang menerima SHIKKAKU karena berpura-pura cedera akan dikeluarkan dari area pertandingan dan langsung diserahkan ke Komisi Medis WKF yang akan segera memeriksa peserta. Komisi Medis akan menyampaikan laporannya sebelum Kejuaraan berakhir sebagai bahan pertimbangan bagi Komisi Wasit. Peserta yang berpura-pura cedera akan dikenakan hukuman terberat, hingga meliputi penangguhan sementara agar pelanggaran tidak berulang.

X. Tenggorokan adalah daerah yang amat rentan sehingga kontak seringan apapun akan menerima peringatan atau hukuman, kecuali jika itu terjadi akibat kesalahan si penerima sendiri. XI.Teknik jatuhan dibagi dalam 2 tipe:1. Teknik sapuan kaki konvensional karate seperti de ashi barai, ko uchi gari, dsb., di mana lawan diganggu keseimbangannya atau dijatuhkan tanpa dipegang terlebih dulu; dan 2. Jatuhan/ bantingan yang lawannya harus dipegang atau ditahan terlebih dulu baru kemudian boleh menjatuhkan lawan. Titik poros (pivotal point) jatuhan tidak boleh melebihi batas sabuk peserta yang menjatuhkan/ membanting dan selama menerapkan teknik jatuhan, lawan harus dipegang sehingga bisa mendarat dengan aman. Bantingan lewat bahu seperti seoi nage, kata guruma, dsb., sangat dilarang, termasuk bantingan dengan menjatuhkan diri sendiri seperti tomoe nage, sumi gaeshi, dsb. Peserta juga dilarang membekap lawan di bawah pinggangnya dan mengangkat serta menjatuhkan lawan atau membungkuk untuk meraih kaki lawan. Jika ada peserta cedera akibat teknik jatuhan/ bantingan, para Juri akan memutuskan apakah hukuman perlu dijatuhkan.

XII.Teknik tangan terbuka ke wajah dilarang karena membahayakan penglihatan peserta.

XIII.JOGAI terjadi dalam situasi di mana seorang peserta kakinya atau bagian manapun dari tubuhnya, menyentuh bagian luar area pertandingan. Pengecualian diberikan kalau peserta secara fisik didorong atau dijatuhkan dari area pertandingan oleh lawannya. Peringatan harus diberikan meskipun pada JOGAI yang pertama. Definisi JOGAI bukan lagi keluar berulangkali tapi hanya keluar yang tidak disebabkan oleh lawan. Tapi kalau sisa waktu kurang dari 10 detik, Wasit minimal akan langsung menerapkan HANSOKU CHUI pada peserta yang JOGAI.

XIV.Peserta yang melancarkan teknik ternilai lalu keluar dari area pertandingan sebelum Wasit meneriakkan YAME akan tetap diberi nilai yang sesuai dan tidak akan dinyatakan Jogai. Jika usaha peserta mendapat nilai gagal maka keluarnya tersebut dinyatakan Jogai.

XV.Jika AO segera keluar setelah AKA menghasilkan nilai dengan serangan yang berhasil maka YAME akan segera diucapkan karena nilai yang masuk tersebut dan keluarnya AO tidak akan dianggap Jogai. Kalau AO sedang keluar atau sudah keluar ketika AKA memasukkan nilai (sementara AKA tetap berada di dalam area pertandingan) maka AKA akan mendapat nilai dan hukuman Jogai atas AO tetap diberikan.

XVI.Penting untuk dipahami bahwa yang dimaksud dengan Menghindari Pertarungan mengacu pada situasi di mana seorang peserta berusaha mencegah lawannya memiliki kesempatan mengambil nilai dengan bertindak mengulur-ulur waktu. Peserta yang terus menerus mundur tanpa balasan yang efektif, yang merangkul, mengunci atau keluar dari area pertandingan dan tidak memberi pada lawan kesempatan untuk mengambil nilai, harus diperingati atau dihukum. Biasanya ini terjadi selama detik-detik terakhir pertandingan. Kalau peserta melakukannya sebelum sisa 10 detik pertandingan maka Wasit akan memberi peringatan dengan menerapkan CHUKOKU. Kalau sebelumnya ia sudah mendapat peringatan Kategori 2 maka ia akan mendapat KEIKOKU. Tapi kalau itu terjadi dalam sisa waktu kurang dari 10 detik, Wasit akan langsung memberikan HANSOKU CHUI pada pelanggar (entah sebelumnya ada KEIKOKU kategori 2 atau tidak). Kalau sebelumnya sudah ada HANSOKU CHUI kategori 2 maka Wasit akan menghukum pelanggar dengan HANSOKU dan memberikan kemenangan pada pihak lawannya. Tapi Wasit harus memastikan bahwa perilaku peserta bukanlah tindakan mempertahankan diri dari perbuatan lawannya yang sembrono dan membahayakan. Kalau itu penyebabnya maka penyeranglah yang harus diperingati atau dihukum.

XVII. Bersikap pasif mengacu pada situasi di mana kedua peserta tidak saling berusaha melancarkan teknik dalam suatu jangka waktu.

XVIII. Contoh MUBOBI misalnya peserta melancarkan serangan bertubi-tubi tanpa memperhatikan keselamatan pribadinya. Beberapa peserta melancarkan gyaku tsuki dan lalai menangkis serangan balik lawannya. Serangan yang terbuka dianggap sebagai tindakan Mubobi dan tidak akan mendapat nilai. Sebagai aksi siasat sandiwara, beberapa peserta segera berputar menjauh dengan bersikap seakan-akan mengungguli lawan untuk memperlihatkan seolah-olah mereka memasukkan nilai. Mereka mengurangi pertahanan diri dan mengurangi kesadaran/ kewaspadaan terhadap lawan. Tujuan mereka berputar menjauh ialah untuk menarik perhatian Wasit pada teknik mereka. Ini juga jelas termasuk tindakan Mubobi. Kalau pelanggar mendapat kontak berlebihan dan/ atau cedera, Wasit akan mengeluarkan peringatan atau hukuman Kategori 2 kepadanya dan tidak menghukum lawannya.

XIX.Segala tindakan tidak sopan dari anggota utusan resmi dapat mengakibatkan peserta, seluruh regu atau utusan didiskualifikasi dari kejuaraan.

PASAL 9: PERINGATAN & HUKUMAN

CHUKOKU:CHUKOKU dikenakan pada pelanggaran ringan yang dilakukan pertama kali sesuai kategori pelanggaran.

KEIKOKU:KEIKOKU dikenakan pada pelanggaran ringan yang dilakukan kedua kali pada kategori tersebut atau pada pelanggaran yang belum cukup serius untuk menerima HANSOKU-CHUI.

HANSOKU-CHUI: Adalah peringatan ancaman akan didiskualifikasi yang biasanya dikenakan pada pelanggaran dimana sebelumnya KEIKOKU telah diberikan dalam pertandingan yang sedang berlangsung tersebut atau dapat dikenakan langsung untuk pelanggaran yang serius, dimana hukuman HANSOKU belum tepat diberikan.

HANSOKU:Hukuman diskualifikasi yang diberikan seiring pelanggaran yang sangat serius atau ketika sebuah HANSHOKU-CHUI sudah pernah diberikan. Pada pertandingan beregu, peserta yang menjadi korban akan menerima nilai 8, dan nilai lawannya akan dinolkan.

SHIKKAKU:Adalah diskualifikasi dari turnamen, kompetisi atau kelas. Agar dapat menetapkan batasan SHIKAKU harus dikonsultasikan dengan Komisi Wasit. SHIKAKU dapat diberlakukan jika peserta melakukan tindakan: 1. mengabaikan perintah wasit, 2. menunjukan kebencian/ tindakan tidak terpuji, 3. merusak prestise dan kehormatan Karate-do atau 4. tindakan lainnya yang dianggap melanggar aturan dan semangat turnamen.

Pada pertandingan beregu, anggota regu bisa saja menerima SHIKAKU, regu korban akan mendapat nilai 8 dan regu pelanggar nilainya dinolkan.

PENJELASAN:

I. Ada 3 tingkat peringatan: CHUKOKU, KEIKOKU dan HANSOKU CHUI. Sebuah peringatan menjadi koreksi yang diberikan pada peserta untuk menjelaskan bahwa ia sedang melanggar aturan pertandingan tapi tanpa memberikan hukuman langsung.

AI. Ada 2 tingkat hukuman: HANSOKU dan SHIKKAKU, keduanya akan membuat peserta yang melanggar aturan, didiskualifikasi dari: 1. pertandingan yang sedang dijalaninya (HANSOKU) atau 2. dari seluruh turnamen (SHIKKAKU) dengan kemungkinan larangan bertanding dalam jangka waktu tertentu.

BI. Peringatan Kategori 1 dan Kategori 2 tidak saling berakumulasi.

IV.Sebuah peringatan terhadap pelanggaran aturan bisa langsung diberikan tapi begitu 1 kali diberikan, pengulangan kategori pelanggaran tersebut harus disertai dengan peringatan yang lebih keras dan pemberian hukuman. Misalnya, tidak boleh memberikan peringatan atau hukuman terhadap suatu kontak berlebihan lalu memberikan lagi peringatan yang tingkatnya sama terhadap kontak berlebihan kedua.

V. CHUKOKU biasanya diberikan terhadap pelanggaran pertama dari pelanggar, yang kesalahannya tidak akan mengurangi kesempatan lawannya untuk menang.

VI.KEIKOKU biasanya diberikan pada pelanggar, di mana karena kesalahannya, potensi lawannya untuk menang agak berkurang (dalam pandangan para Juri).

VII.HANSOKU CHUI bisa langsung diberikan atau setelah sebuah KEIKOKU pernah diberikan pada pelanggar dan dipakai di mana karena kesalahannya, potensi lawannya untuk menang telah sungguh-sungguh berkurang (dalam pandangan para Juri).

VIII.HANSOKU diberikan pada pelanggar karena akumulasi hukumannya atau bisa langsung diberikan atas pelanggaran berat terhadap aturan. Ini diberikan bila karena kesalahannya, potensi lawannya untuk menang berkurang hampir nol (dalam pandangan para Juri).

IX.Setiap peserta yang menerima HANSOKU karena mencederai lawannya, dan yang menurut pandangan para Juri dan Manajer Tatami, bertindak sembrono atau membahayakan atau dianggap tidak memiliki kemampuan kontrol yang diperlukan dalam kompetisi WKF, akan dilaporkan ke Komisi Wasit. Komisi Wasit akan memutuskan apakah peserta tersebut dari seluruh kompetisi tersebut dan/ atau pertandingan-pertandingan dalam kompetisi tersebut.

X. SHIKKAKU bisa langsung diberikan tanpa peringatan apapun sebelumnya. Peserta tanpa melakukan kesalahan pun dapat menerima SHIKKAKU jika pelatihnya atau anggota selain peserta dari delegasi si peserta tersebut melakukan tindakan yang merusak prestise dan kehormatan Karate-Do. Jika Wasit yakin bahwa seorang peserta telah melakukan tindakan tercela, terlepas dari apakah dia sudah benar-benar menyebabkan cedera atau tidak, SHIKKAKU dan bukan hanya HANSOKU, merupakan hukuman yang tepat.

XI.Suatu SHIKKAKU harus diumumkan ke masyarakat.

PASAL 10: CEDERA DAN KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN

1. KIKEN atau mengundurkan diri adalah keputusan yang dibuat ketika peserta tidak menghadirkan diri ketika namanya dipanggil, tidak mampu melanjutkan, mengabaikan pertandingan atau mengabaikan perintah Wasit. Alasan meninggalkan pertandingan bisa meliputi cedera yang terjadi bukan karena tindakan lawan bertanding.

2. Jika kedua peserta saling mencederai atau menderita dampak cedera yang mereka peroleh sebelumnya, yang oleh Dokter Pertandingan telah dinyatakan tidak dapat melanjutkan pertandingan maka pertandingan tersebut dimenangkan peserta yang mengumpulkan nilai terbanyak. Dalam Nomor Perorangan jika nilainya sama maka pengambilan keputusan (HANTEI) akan dilakukan untuk menetapkan hasil pertandingan. Dalam Nomor Beregu, Wasit akan menyatakan seri (HIKIWAKE). Kalau situasinya terjadi dalam pertandingan tambahan pada final Nomor Beregu maka pengambilan keputusan (HANTEI) akan menentukan hasilnya.

3. Peserta yang cedera dan sudah dinyatakan tidak bisa bertanding oleh dokter pertandingan tidak bisa bertanding lagi dalam kompetisi tersebut.

4. Peserta yang cedera lalu memenangkan pertandingan melalui diskualifikasi karena cedera, tidak diijinkan bertanding lagi dalam kompetisi tersebut tanpa ijin dokter. Peserta yang cedera bisa memenangkan pertandingan kedua melalui diskualifikasi tapi segera dikeluarkan dari pertandingan Kumite selanjutnya dalam turnamen tersebut.

5. Kalau seorang peserta cedera, Wasit harus segera menghentikan sementara pertandingan tersebut dan memanggil dokter. Dokter hanya berwenang mendiagnosa dan menangani cedera.

6. Seorang peserta yang mengalami cedera dalam pertandingan yang sementara berlangsung dan memerlukan penanganan medis akan diijinkan menerima penanganan medis tersebut selama 3 menit. Kalau tindakan tersebut belum selesai selama waktu yang diijinkan, Wasit akan memutuskan apakah peserta tersebut tidak bisa melanjutkan pertandingan (PASAL 13, Ayat 8d), atau memberikan penambahan waktu penanganan medis.

7. Tiap peserta yang terjatuh, terlempar atau dijatuhkan dan tidak bisa berdiri dengan kuat pada kedua kakinya dalam waktu 10 detik akan dinyatakan tidak layak melanjutkan pertandingan dan secara otomatis dikeluarkan dari semua Kumite dalam turnamen tersebut. Dalam hal kontestan terjatuh, terlempar atau dijatuhkan dan tidak dapat berdiri lagi diatas kedua kakinya dengan segera, Wasit akan memberi isyarat kepada pencatat waktu untuk memulai penghitungan mundur 10 detik dengan meniup peluitnya dan mengangkat tangannya dan pada waktu yang bersamaan dokter dipanggil sesuai ayat 5 diatas. Pencatat waktu akan menghentikan perhitungan waktu jika Wasit telah mengangkat tangannya. Dalam segala kondisi pada saat penghitungan waktu 10 detik, dokter akan diminta memeriksa peserta tersebut. Dalam insiden robohnya peserta yang berada dalam peraturan 10 detik ini, peserta dapat diperiksa di dalam area matras.

PENJELASAN:

I. Jika dokter menyatakan peserta tidak layak bertanding, catatan tentang hal tersebut harus dibuat pada kartu pantauan peserta. Tingkat keadaan tidak sehat harus dijelaskan pada Panel Wasit.

AI. Seorang peserta dapat menang karena lawan didiskualifikasi akibat akumulasi pelanggaran Kategori 1. Mungkin pemenang tersebut tidak mengalami cedera yang berarti. Kemenangan kedua dari peserta tersebut berdasarkan alasan yang sama akan mengarah pada penarikan peserta tersebut dari pertandingan, walaupun secara fisik ia mampu melanjutkan pertandingan.

BI. Wasit harus memanggil dokter ketika seorang peserta cedera dan memerlukan penanganan medis dengan mengangkat tangannya dan berteriak memanggil dokter.

IV.Jika secara fisik bisa dilakukan, peserta yang cedera harus dikeluarkan dari matras untuk pemeriksaan dan penanganan dari dokter.

V. Dokter wajib membuat rekomendasi keselamatan hanya berkaitan dengan pengelolaan medis yang tepat dari peserta yang mengalami cedera tertentu.

VI.Saat menerapkan Aturan 10 Detik waktu akan terus dihitung oleh pencatat waktu yang ditunjuk khusus untuk tugas tersebut. Bel peringatan akan dibunyikan pada detik ke-7 diikuti bel terakhir pada detik ke-10. Pencatat waktu akan memulai penghitungan atas isyarat wasit. Pengawas waktu akan menghentikan penghitungan ketika peserta berdiri sepenuhnya dan wasit mengangkat tangannya.

VII.Para Juri akan memutuskan pemenang berdasarkan HANSOKU, KIKEN, atau SHIKKAKU sesuai kasus yang terjadi.

VIII.Jika dalam nomor beregu seorang peserta anggota regunya menerima KIKEN, atau didiskualifikasi (HANSOKU atau SHIKKAKU), berapapun nilai mereka dalam pertandingan tersebut, akan dinolkan dan lawannya diberi nilai 8.

PASAL 11: PROTES RESMI

1. Tidak seorangpun boleh memprotes penilaian pada anggota Panel Wasit.

2. Jika prosedur Perwasitan terlihat bertentangan dengan peraturan, Pimpinan Federasi atau wakil resmilah satu-satunya pihak yang diperbolehkan menyatakan protes.

3. Protes tersebut berbentuk laporan tertulis, berisi yang menjadi pokok protes tersebut lalu diserahkan segera setelah pertandingan (satu-satunya pengecualian untuk ini adalah protes yang berkaitan dengan kesalahan administrasi, Manajer Tatami harus diberitahu segera ketika terjadi kesalahan administrasi).

4. Protes harus diserahkan kepada perwakilan dari Juri Banding. Pada waktunya Juri akan meninjau keadaan yang mengarah pada keputusan yang diprotes. Setelah mempertimbangkan semua fakta yang ada, mereka akan membuat laporan, dan menjadi wewenang untuk mengambil tindakan sebagaimana yang diminta dalam laporan Juri Banding tersebut.

5. Setiap protes mengenai penerapan aturan harus dilakukan sesuai dengan prosedur pengaduan yang ditetapkan oleh WKF EC. Ini harus disampaikan secara tertulis dan ditandatangani oleh perwakilan resmi dari regu atau peserta yang bersangkutan.

6. Pihak yang mengajukan protes harus menyetorkan Biaya Protes yang disetujui oleh WKF EC, yang diserahkan bersama-sama dengan protes yang disampaikan pada perwakilan Juri Banding.

7. Komposisi Juri Banding

Juri Banding terdiri dari tiga wakil Wasit Senior yang ditunjuk oleh Komisi Wasit. Tidak boleh ada 2 anggota diangkat dari Federasi Nasional yang sama. Komisi Wasit juga harus menunjuk tiga anggota tambahan yang ditetapkan dengan nomor dari 1 sampai 3 yang secara otomatis akan menggantikan salah satu anggota Juri Banding utama jika terdapat situasi konflik kepentingan di mana anggota juri adalah dari kebangsaan yang sama atau memiliki hubungan keluarga sedarah atau keluarga secara hukum dengan salah satu pihak yang terlibat dalam insiden yang diprotes tersebut, termasuk jika berhubungan dengan anggota panel Wasit yang terlibat dalam insiden yang diprotes tersebut.

8. Proses Penilaian Juri Banding

Tanggung jawab pihak yang menerima protes adalah mengadakan sidang Juri Banding dan menyerahkan setoran biaya protes kepada Bendahara.

Setelah bersidang, Juri Banding akan segera mencari informasi dan menyelidiki, bila mereka menganggap layak protes tersebut. Masing-masing dari tiga anggota wajib menyampaikan keputusannya terhadap keabsahan protes tersebut. Tidak boleh ada abstain.

9. Protes Ditolak

Jika protes ternyata tidak valid, Juri Banding akan menunjuk salah satu anggotanya secara lisan memberitahukan pemrotes bahwa protes telah ditolak, menandai dokumen asli dengan kata "DITOLAK", dan telah ditandatangani oleh masing-masing anggota Juri Banding, sebelum menyetorkan biaya protes pada Bendahara, yang selanjutnya akan meneruskannya kepada Sekretaris Jenderal.

10. Protes Diterima

Jika protes diterima, Juri Banding akan bekerja sama dengan Komisi Organisasi (OC) dan Komisi Wasit untuk mengambil langkah-langkah praktis yang dapat ditempuh mengatasi situasi tersebut termasuk kemungkinan:- Merubah keputusan sebelumnya yang ternyata bertentangan dengan aturan - Membatalkan hasil pertandingan yang terkena dampak keputusan yang salah dalam pool tersebut kembali ke titik sebelum insiden tersebut - Mengulangi pertandingan yang terkena dampak insiden tersebut - Menerbitkan rekomendasi kepada Komisi Wasit bahwa para Wasit yang terlibat sudah dievaluasi untuk diberikan sanksi.

Juri Banding bertanggungjawab untuk menyampaikan dan memberikan penilaian dengan cara yang bijaksana jika harus mengambil tindakan yang akan mengganggu jalannya turnamen. Mengulangi proses pertandingan demi mengamankan hasil yang adil adalah pilihan terakhir.

Juri Banding akan menunjuk salah satu anggotanya yang secara lisan akan memberitahukan pemrotes bahwa protes telah diterima, menandai dokumen asli dengan kata "DITERIMA", dan telah ditandatangani oleh semua anggota Juri Banding, sebelum menyetorkan biaya protes pada Bendahara, yang akan mengembalikan jumlah deposit ke pemrotes, dan selanjutnya meneruskan dokumen protes kepada Sekretaris Jenderal.

11. Laporan InsidenSetelah penanganan insiden dengan cara seperti yang ditentukan di atas, Panel Juri akan bersidang dan menjelaskan laporan singkat insiden yang diprotes, menyampaikan temuan mereka dan menyatakan alasan mereka untuk menerima atau menolak protes tersebut. Laporan tersebut harus ditandatangani oleh ketiga anggota Juri Banding dan disampaikan kepada Sekretaris Jenderal.

12. Wewenang dan Batasan

Keputusan Juri Banding bersifat mutlak dan hanya bisa ditolak oleh keputusan dari Komite Eksekutif.

Juri Banding tidak dapat menjatuhkan sanksi atau hukuman. Fungsi mereka adalah untuk memberikan penilaian atas kelayakan protes dan merekomendasikan tindakan yang diperlukan dari Komisi Wasit (RC) dan Komisi Organisasi (OC) untuk mengambil tindakan perbaikan demi memperbaiki prosedur perwasitan yang ditemukan melanggar aturan.

PENJELASAN:

I. Protes harus mencantumkan nama-nama peserta, para Wasit yang memimpin, dan rincian tepat dari apa yang diprotes. Tuntutan yang sifatnya umum tentang standar secara keseluruhan tidak akan diterima sebagai protes yang sah. Tanggungjawab untuk membuktikan keabsahan protes terletak pada pemrotes.

AI. Protes akan ditinjau oleh Juri Banding dan sebagai bagian dari tinjauan tersebut, Juri Banding akan mempelajari bukti yang diajukan untuk mendukung protes tersebut. Juri juga dapat mempelajari video dan menanyai mereka yang bertugas, dalam upaya untuk menguji validitas protes itu secara obyektif.

BI. Jika protes dinyatakan valid oleh Juri Banding, tindakan yang tepat akan diambil. Selain itu, semua langkah-langkah tersebut akan diambil untuk menghindari berulangnya kesalahan pada kompetisi-kompetisi mendatang. Deposit yang dibayarkan akan dikembalikan oleh Bendahara.

IV.Jika protes dinyatakan tidak valid oleh Juri Banding maka akan ditolak dan depositnya diserahkan ke WKF.

V. Pertandingan dalam kelas atau nomor berikutnya tidak akan tertunda, bahkan jika protes resmi sedang dipersiapkan. Menjadi tanggung jawab Pengawas Pertandingan, untuk memastikan bahwa pertandingan telah dilakukan sesuai dengan Peraturan Pertandingan.

VI.Dalam kasus kesalahan administrasi selama pertandingan berlangsung, Pelatih dapat langsung memberitahu Manajer Tatami. Selanjutnya Manajer Tatami akan memberitahu Wasit tersebut.

PASAL 12: WEWENANG DAN TUGAS

KOMISI WASIT

Wewenang dan tugas Komisi Wasit adalah sbb:

1. Memastikan persiapan yang benar dalam setiap turnamen dengan berkonsultasi dengan Komisi Organisasi, berkaitan dengan penataan area kompetisi, penyediaan dan penyebaran semua peralatan dan fasilitas yang diperlukan, pelaksanaan dan pengawasan pertandingan, tindakan pengamanan, dll

2. Mengangkat dan mengerahkan para Manajer Tatami (Kepala Wasit) ke area masing-masing, bertindak berdasarkan dan mengambil tindakan yang mungkin diperlukan, atas laporan dari Manajer Tatami.3. Mengawasi dan mengoordinir keseluruhan kinerja petugas perwasitan. 4. Memilih petugas pengganti di mana perlu. 5. Mengambil keputusan akhir tentang hal-hal yang bersifat teknis yang mungkin timbul selama pertandingan dan yang tidak ada ketentuannya dalam aturan.

MANAJER TATAMI

Wewenang dan tugas Manajer Tatami adalah sbb:

1. Mendelegasikan, mengangkat dan mengawasi Wasit dan Juri dalam semua pertandingan yang berada di bawah pengawasan mereka.

2. Mengawasi kinerja Wasit dan Juri pada area mereka, dan memastikan bahwa petugas yang ditunjuk mampu melaksanakan tugas yang diberikan pada mereka.

3. Memerintahkan Wasit menghentikan pertandingan ketika Pengawas Pertandingan menunjukkan adanya pelanggaran terhadap Peraturan Pertandingan. 4. Setiap hari mempersiapkan laporan tertulis tentang kinerja masing-masing petugas yang ada di bawah pengawasan mereka, bersama dengan rekomendasi mereka kepada Komisi Wasit (jika ada).

WASIT

Wewenang dan tugas Wasit adalah sbb:

1. Wasit (SHUSHIN) mempunyai kekuasaan melaksanakan pertandingan termasuk pengumuman memulai, menunda dan mengakhiri pertandingan. 2. Memberi nilai berdasarkan keputusan Juri. 3. Menghentikan pertandingan apabila pada pandangan wasit terjadi pemasukan nilai, ada pelanggaran atau demi memastikan keselamatan peserta. 4. Meminta konfirmasi dari putusan Juri ketika dalam suatu kasus, menurut pandangan Wasit, ada yang bisa dijadikan dasar bagi juri untuk mengevaluasi kembali permintaan mereka akan peringatan atau hukuman.

5. Jika diperlukan, menjelaskan dasar suatu pengambilan keputusan kepada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding. 6. Menjatuhkan hukuman dan memberi peringatan. 7. Bertindak berdasarkan pendapat para Juri. 8. Mengumumkan dan memulai pertandingan tambahan dalam nomor beregu jika diperlukan. 9. Memimpin pengambilan keputusan dari para Juri termasuk keputusannya sendiri (HANTEI) dan mengumumkan hasilnya. 10. Mengumumkan hasil seri. 11. Mengumumkan pemenang. 12. Kewenangan Wasit tidak terbatas semata-mata dalam area kompetisi saja tetapi juga semua perimeter terdekatnya.

13. Wasitlah yang harus memberikan seluruh aba-aba dan menyampaikan semua pengumuman.

JURI

Wewenang dan tugas Juri (Fukushin) adalah sbb:

1. Memberi isyarat pemasukan nilai, peringatan dan hukuman.

2. Menggunakan hak mereka untuk memberikan suara pada setiap keputusan yang akan diambil.

Para Juri harus berhati-hati mengamati tindakan para peserta dan memberi isyarat pada Wasit pendapat mereka dalam hal-hal sbb: a) Ketika pemasukan nilai. b) Ketika peserta melakukan tindakan dan/ atau teknik terlarang. c) Ketika melihat peserta cedera, sakit atau tidak mampu melanjutkan pertandingan. d) Jika kedua peserta atau salah seorang diantaranya keluar dari area pertandingan (JOGAI). e) Dalam kasus-kasus lain yang dipandang perlu untuk meminta perhatian Wasit.

PENGAWAS PERTANDINGAN

I. Pengawas Pertandingan (KANSA) akan membantu Manajer Tatami mengawasi kelas atau nomor yang sedang berlangsung. Bila keputusan Wasit dan/ atau Juri, tidak sesuai dengan Peraturan Pertandingan, Pengawas Pertandingan akan segera menaikkan bendera merah dan meniup peluitnya. Manajer Tatami akan memerintahkan Wasit menghentikan sementara pertandingan dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Catatan pertandingan yang dibuat akan menjadi catatan resmi setelah disetujui Pengawas Pertandingan. Sebelum memulai pertandingan, Pengawas Pertandingan akan memastikan bahwa para peserta sudah mengenakan perlengkapan yang diijinkan. Pengawas Pertandingan tidak akan diganti selama nomor beregu.

PENGAWAS NILAI

Pengawas nilai akan mencatat nilai yang diberikan oleh Wasit dan pada saat bersamaan mengawasi para pencatat waktu dan pencatat nilai yang ditunjuk.

PENJELASAN:

I. Ketika dua Juri atau lebih memberi isyarat yang sama atau menunjukkan suatu nilai bagi peserta yang sama, Wasit akan menghentikan sementara pertandingan dan memberikan keputusan yang sesuai. Bila Wasit tidak menghentikan pertandingan maka Pengawas Pertandingan akan mengangkat bendera merah dan membunyikan peluit.

AI. Kalau 2 Juri atau lebih memberikan isyarat yang sama atau menunjukkan suatu nilai bagi peserta yang sama, Wasit harus menghentikan sementara pertandingan dan mengumumkan keputusan yang diambil para Juri.

BI. Ketika Wasit memutuskan untuk menghentikan sementara pertandingan karena suatu isyarat dari 2 Juri atau lebih maka ia akan meneriakkan YAME bersamaan dengan isyarat tangan yang sesuai lalu para Juri mengisyaratkan pandangan mereka dan Wasit akan memberikan keputusan yang disepakati 2 Juri atau lebih tersebut.

IV.Dalam hal kedua peserta sama-sama mendapat nilai, peringatan atau hukuman yang ditunjukkan oleh 2 Juri atau lebih, kedua peserta akan diberi nilai, peringatan atau hukuman yang sesuai.

V. Jika seorang peserta memperoleh nilai, peringatan atau hukuman yang ditunjukkan oleh lebih dari 1 Juri dan nilai atau hukuman tersebut berbeda diantara para Juri maka nilai, peringatan atau hukuman yang lebih rendahlah yang akan diterapkan bila tidak ada mayoritas pendapat dalam hal level nilai, peringatan atau hukuman yang sama.

VI.Apabila terjadi keputusan mayoritas meskipun masih ada perbedaan diantara para juri mengenai suatu level pada nilai, peringatan atau hukuman, mayoritas pendapat tersebut akan mengesampingkan penerapan nilai, peringatan ataupun hukuman terendah.

VII.Saat HANTEI, 4 Juri dan Wasit masing-masing memiliki 1 suara.

VIII.Pengawas Pertandingan berperan memastikan bahwa nomor atau kelas dilaksanakan sesuai Peraturan Pertandingan. Ia tidak bertindak sebagai Juri tambahan, tidak memiliki hak suara dan tidak memiliki wewenang menilai, misalnya tentang sah tidaknya nilai yang diberikan atau bila terjadi JOGAI. Tanggungjawab satu-satunya hanyalah dalam hal prosedur. Pengawas Pertandingan tidak digilir selama nomor beregu.

IX.Dalam hal Wasit tidak mendengar bel tanda habis waktu, Pengawas Nilai akan meniupkan peluitnya.

X. Ketika menjelaskan dasar pengambilan keputusan, setelah pertandingan para Juri bisa berbicara pada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding. Mereka tidak boleh menjelaskannya pada orang lain.

PASAL 13: MEMULAI, MENAHAN DAN MENGAKHIRI PERTANDINGAN

1. Istilah dan isyarat gerak yang dipakai Wasit dan para Juri dalam menjalankan pertandingan harus sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran 1 dan 2.

2. Wasit dan para Juri harus menempati posisi yang sudah ditetapkan bagi mereka yang diikuti dengan saling memberi hormat diantar para peserta lalu Wasit akan meneriakkan SHOBU HAJIME! dan pertandingan dimulai.

3. Wasit akan menghentikan pertandingan dengan meneriakkan YAME. Bila perlu, Wasit akan memerintahkan para peserta mengambil posisi awal mereka lagi (MOTO NO ICHI).

4. Ketika Wasit kembali ke posisinya, para Juri akan menunjukkan pendapat mereka melalui isyarat. Kalau ada nilai yang akan diberikan, Wasit mengenali peserta yang memasukkan nilai (AKA or AO) dan area yang diserangnya lalu memberikan nilai yang sesuai dengan isyarat tubuh yang sudah ditetapkan kemudian Wasit melanjutkan pertandingan dengan meneriakkan TSUZUKETE HAJIME.

5. Bila salah seorang peserta memimpin nilai bersih 8 selama pertandingan tersebut, Wasit harus meneriakkan YAME dan memerintahkan para peserta kembali ke garis awal mereka masing-masing lalu pemenangnya diumumkan dan ditunjukkan dengan cara Wasit mengangkat salah 1 tangannya yang berada di sisi pemenang dan meneriakkan AO (AKA) NO KACHI. Maka berakhirlah pertandingan.

6. Ketika waktu habis, peserta yang memiliki nilai terbanyak dinyatakan sebagai pemenang yang ditunjukkan dengan Wasit mengangkat salah 1 tangannya yang berada di sisi pemenang dan meneriakkan AO (AKA) NO KACHI. Maka berakhirlah pertandingan.

7. Dalam hal keputusan seri pada akhir pertandingan yang berlangsung tanpa salah 1 pemenang, Panel Wasit (Wasit dan 4 Juri) akan memutuskan hasil pertandingan dengan HANTEI.

8. Wasit akan meneriakkan YAME! dan menahan sementara pertandingan saat menghadapi situasi sbb:

a. Bila salah 1 atau kedua peserta keluar dari area pertandingan. b. Bila Wasit memerintahkan peserta mengatur karate-gi atau kelengkapan pelindungnya. c. Bila seorang peserta melanggar peraturan. d. Bila menurut Wasit salah 1 atau kedua peserta tidak bisa melanjutkan pertandingan karena cedera, sakit atau sebab lainnya. Dengan memperhatikan pandangan dokter pertandingan, Wasit akan memutuskan apakah pertandingan harus dilanjutkan atau tidak.

e. Bila salah peserta mencengkeram lawannya dan dalam 2 detik tidak segera melakukan teknik susulan atau lemparan. f. Bila salah 1 atau kedua peserta jatuh atau dilempar dan dalam 2 detik tidak ada teknik efektif yang dilancarkan. g. Bila kedua peserta saling menangkap atau merangkul selama 2 detik tanpa menerapkan lemparan/ bantingan atau teknik.

h. Bila kedua peserta berhadapan rapat selama 2 detik tanpa melancarkan lemparan/ bantingan atau teknik lainnya. i. Bila kedua peserta tidak berdiri setelah jatuh atau terlempar dan mulai bergulat. j. Bila 2 Juri atau lebih menunjukkan nilai atau pelanggaran dari peserta yang sama. k. Bila Wasit berpendapat ada pemasukan nilai, terjadi pelanggaran atau situasi yang mengharuskan untuk menghentikan sementara pertandingan demi alasan keselamatan. l. Bila ada permintaan dari Manajer Tatami.

PENJELASAN:

I. Saat memulai pertandingan, Wasit terlebih dulu memanggil para peserta menempati garis mulai. Bila peserta terlalu dini memasuki area maka mereka harus diberi isyarat untuk kembali ke garis mulai. Para peserta harus saling memberi hormat dengan benar sebab memberi hormat secara cepat merupakan sikap yang tidak sopan dan tidak pantas. Wasit dapat memerintahkan untuk memberi hormat jika tidak ada yang mau melakukannya terlebih dulu dengan gerakan isyarat seperti yang ditunjukkan dalam LAMPIRAN 2 tentang peraturan tersebut.

AI. Saat memulai kembali pertandingan, Wasit harus memeriksa bahwa kedua peserta berada pada garis mereka masing-masing dan dengan sikap yang tenang. Peserta yang melompat-lompat atau bersikap tidak tenang lainnya harus ditenangkan sebelum pertandingan dimulai kembali. Wasit harus memulai kembali pertandingan dengan penundaan seminimal mungkin.

BI. Para peserta harus saling memberi hormat di awal dan akhir pertandingan.

PASAL 14: PERUBAHAN

Hanya Komisi Olahraga WKF atas persetujuan Komite Eksekutif WKF yang bisa merubah atau memodifikasi peraturan-peraturan ini.

PERATURAN KATA

PASAL 1: AREA PERTANDINGAN KATA

1. Area pertandingan harus datar dan bebas dari bahaya.

2. Area pertandingan ukurannya harus cukup sehingga tidak mengganggu penampilan Kata.

PENJELASAN:

I. Agar kata dapat ditampilkan dengan benar, sangat dibutuhkan permukaan yang mulus dan stabil. Biasanya area matras kumite dapat digunakan.

PASAL 2: SERAGAM RESMI

1. Para peserta dan Juri harus mengenakan seragam resmi sebagaimana ditetapkan dalam PASAL 2 Peraturan Kumite.

2. Siapapun yang tidak mematuhi peraturan ini dapat dikeluarkan.

PENJELASAN:

I. Baju karate-gi tidak boleh terlepas selama menampilkan Kata.

AI. Para peserta yang tidak mengenakan seragamnya dengan benar akan diberi waktu 1 menit memperbaikinya.

PASAL 3: PENGATURAN PERTANDINGAN KATA

1. Pertandingan Kata terbagi atas Nomor Perorangan dan Beregu. Nomor Beregu terdiri dari pertandingan antar regu yang beranggotakan 3 orang. Tiap regu hanya khusus putra atau putri saja. Nomor Kata Perorangan terdiri dari penampilan perorangan yang dipisahkan antara putra dan putri.

2. Penyisihan dengan sistem repechage akan diterapkan.

3. Semua kata karate tradisional boleh ditampilkan kecuali kata yang menggunakan senjata (Kobudo).

4. Diijinkan menampilkan variasi yang dilatihkan oleh aliran Karate peserta.

5. Papan nilai terlebih dulu akan mencantumkan kata pilihan di tiap babak.

6. Para peserta harus menampilkan kata yang berbeda-beda dalam tiap babak. Kata yang sudah dibawakan peserta tidak boleh ditampilkan lagi.

7. Dalam pertandingan perebutan medali Kata Beregu, kedua regu finalis akan menampilkan KATA pilihan mereka dalam cara yang normal. Kemudian mereka akan menampilkan satu demontrasi makna KATA (BUNKAI), dengan total waktu yang diijinkan untuk Kata dan demontrasi Bunkai adalah 6 menit. Pencatat waktu akan mulai penghitungan pada saat anggota regu mulai memberi hormat pada saat memasuki Tatami dan menghentikan penghitungan pada saat pemberian hormat setelah berakhirnya peragaan Bunkai. Regu yang tidak memberi hormat pada saat berakhirnya peragaan kata atau melebihi 6 menit waktu yang diberikan akan didiskualifikasi. Penggunaan senjata tradisional dan peralatan pelengkap lainnya tidak diizinkan.

PENJELASAN:

1. Jumlah Kata yang dibutuhkan tergantung pada jumlah peserta perorangan atau beregu sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini. Peserta yang bye dihitung juga sebagai peserta perorangan atau beregu.

Jumlah Peserta Perorangan atau BereguKata Yang Dibutuhkan

65-1287

33-646

17-325

9-164

5-83

42

PASAL 4: PANEL JURI

1. Panel 5 Juri dalam tiap pertandingan diatur oleh Manajer Tatami.

2. Para Juri pertandingan Kata tidak boleh berkebangsaan yang sama dengan peserta.

3. Akan ditetapkan pencatat waktu, pencatat nilai dan penyiar.

PENJELASAN:

I. Juri Kepala akan duduk di posisi tengah menghadap ke arah peserta sedangkan 4 Juri lainnya duduk di 4 sudut area pertandingan.

AI. Tiap Juri memegang bendera merah dan biru atau tombol kalau menggunakan papan nilai elektronik.

PASAL 5: KRITERIA PENILAIAN

Penilaian

Ketika menilai penampilan peserta atau regu, para Juri akan mengevaluasi penampilan berdasarkan 4 kriteria utama: 1. kesesuaian, 2. penampilan teknik, 3. penampilan atletis dan 4. tingkat kesulitan teknik.

Keseluruhan 4 kriteria utama yang diberikan sama pentingnya dalam menilai penampilan.

Bunkai harus dianggap sama pentingnya dengan kata itu sendiri.

Penampilan KataPenampilan Bunkai

(diterapkan dalam perebutan medali nomor beregu)

1.Kesesuaian1.Kesesuaian (dengan kata)

dengan bentuk asli dan dengan standar yang berlaku dalam aliran karate dari kata yang ditampilkan menggunakan gerakan yang sama sebagaimana yang ditampilkan dalam kata

2.Penampilan Teknis2.Penampilan Teknis

a.Kuda-kudaa.Kuda-kuda

b.Teknikb.Teknik

c.Transisi gerakan c.Transisi gerakan

d.Timing/ Sinkronisasid.Timing

e.Pernapasan yang benar e.Kontrol

f.Fokus (kime)f.Fokus (kime)

3.Penampilan Atletis3.Penampilan Atletis

a.Kekuatana.Kekuatan

b.Kecepatanb.Kecepatan

c.Keseimbanganc.Keseimbangan

d.Iramad.Irama

4.Tingkat Kesulitan Teknik4.Tingkat Kesulitan Teknik

dari kata yang ditampilkan.dari bunkai yang ditampilkan.

Diskualifikasi

Peserta atau regu yang bertanding dapat didiskualifikasi karena alasan sbb:

1. Menampilkan atau mengucapkan kata yang salah. 2. Jeda yang berbeda dari yang seharusnya atau terhenti beberapa detik saat membawakan kata. 3. Mengganggu tugas Juri (misalnya Juri terpaksa bergerak karena alasan keamanan dirinya atau terjadi kontak fisik dengan Juri). 4. Sabuk terjatuh selama menampilkan kata. 5. Melebihi batas keseluruhan waktu selama 6 menit untuk menampilkan kata dan bunkai. 6. Tidak mematuhi perintah Wasit Kepala atau ketidaksopanan lainnya.

Pelanggaran

Jika kelihatan jelas, pelanggaran berikut ini harus dipertimbangkan dalam memberikan penilaian sesuai kriteria di atas:

a) Kehilangan keseimbangan b) Menampilkan gerakan secara tidak benar atau tidak lengkap (menghormat merupakan bagian dari gerakan kata), misalnya tidak sempurna melakukan tangkisan atau pukulan yang salah sasaran. c) Gerakan yang tidak sinkron, misalnya melakukan teknik sebelum transisi tubuh diselesaikan atau dalam kasus kata beregu, gagal melakukan gerakan serentak.

Penggunaan isyarat bunyi (dari orang lain, termasuk anggota tim lainnya) atau gerakan tambahan seperti menghentakkan kaki, menampar dada, lengan, atau karategi, atau dengan pernafasan yang tidak perlu.

Mengulur waktu, termasuk berjalan terlalu lama, penghormatan yang terlalu membungkuk atau jeda yang terlalu lama sebelum memulai peragaan.

d) Menyebabkan cedera karena kurangnya kontrol teknik saat memeragakan bunkai.

PENJELASAN:

I. Kata bukanlah tarian atau penampilan teatrikal tapi harus mengikuti nilai dan prinsip tradisional sehingga dari segi perkelahian harus realistis dan memperlihatkan konsentrasi, kekuatan serta dampak potensial dari tekniknya. Maka harus mendemonstrasikan kekokohan, kekuatan dan kecepatan serta keanggunan, irama dan keseimbangan.

AI. Dalam Kata beregu, ketiga anggota regu harus memulai Kata dengan menghadap ke arah yang sama dan berhadapan dengan Wasit Kepala.

BI. Para anggota regu harus menunjukkan kemampuan serta sinkronisasi dalam segala hal saat memeragakan Kata. IV.Aba-aba untuk memulai dan mengakhiri peragaan, menghentakkan kaki, menampar dada, lengan, atau karategi, serta pernafasan yang tidak perlu merupakan contoh isyarat eksternal dan harus diperhitungkan oleh para Juri saat mengambil keputusan.

V. Pelatih dan peserta bertanggungjawab memastikan bahwa KATA yang tercantum pada papan nilai sesuai untuk babak tertentu.

PASAL 6: PELAKSANAAN PERTANDINGAN

1. Di awal tiap pertandingan para peserta menanggapi pemanggilan nama mereka dengan berdiri di tepi area pertandingan menghadap ke arah Juri Kepala Kata, seorang memakai sabuk merah (AKA) dan yang lainnya memakai sabuk biru (AO). Selanjutnya mereka memberi hormat ke arah Panel Juri lalu saling memberi hormat. Setelah itu AO mundur keluar dari are pertandingan. AKA bergerak menuju posisi mulai, meneriakkan dengan jelas nama Kata yang akan diperagakan lalu memulai peragaan. Usai peragaan Kata, AKA akan meninggalkan area dan menunggu peragaan Kata dari AO. Setelah AO menyelesaikan peragaan Kata, kedua peserta kembali ke tepi area pertandingan dan menunggu hasil keputusan Panel Juri.

2. Jika Kata diperagakan tidak sesuai Peraturan atau ada ketidakberesan lainnya maka Juri Kepala bisa memanggil para Juri lainnya agar bisa mengambil keputusan.

3. Jika seorang peserta didiskualifikasi, Juri Kepala akan menyilangkan bendera lalu melepaskan tanda silang.

4. Setelah kedua Kata selesai diperagakan, para peserta berdiri berdampingan di tepi area pertandingan. Juri Kepala akan memberi aba-aba untuk pengambilan keputusan (HANTEI) dan meniup peluit 2 kali kemudian para Juri menyampaikan keputusan mereka.

5. Keputusannya akan memenangkan AKA atau AO. Tidak boleh ada seri. Peserta yang menerima mayoritas suara akan dinyatakan sebagai pemenang oleh penyiar.

6. Para peserta saling memberi hormat lalu memberi hormat kepada Panel Juri kemudian meninggalkan area pertandingan.

PENJELASAN:

I. Titik mulai dari peragaan Kata berada di pinggir bagian dalam area pertandingan.

AI. Juri Kepala akan memberi aba-aba untuk pengambilan keputusan (HANTEI) dan meniup peluit 2 kali. Para Juri mengangkat terus bendera sesuai pilihan mereka. Setelah menyediakan cukup waktu untuk menghitung suara (kira-kira 5 detik) bendera diturunkan setelah sebuah tiupan pendek peluit.

Bila seorang peserta atau regu tidak bisa hadir saat dipanggil atau menarik diri (Kiken) keputusan yang diambil adalah memenangkan lawan secara otomatis tanpa perlu memeragakan Kata yang yang telah diumumkan sebelumnya. Dalam hal ini peserta atau regu yang dimenangkan itu boleh menggunakan Kata yang tidak jadi dibawakan tersebut dalam babak selanjutnya.

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: PERISTILAHAN

SHOBU HAJIMEMemulai pertandinganSetelah aba-aba ini, Wasit mundur selangkah.

ATOSHI BARAKUSisa waktu tinggal sedikitPencatat waktu memberikan isyarat suara 10 detik sebelum waktu pertandingan benar-benar habis dan Wasit meneriakkan Atoshi Baraku.

YAMEBerhentiMenahan atau mengakhiri pertandingan. Bersamaan dengan aba-aba tersebut, Wasit melakukan gerakan memotong ke bawah dengan tangannya.

MOTO NO ICHIPosisi awalPeserta dan Wasit kembali ke posisi awal mereka.

TSUZUKETETerus bertanding!Perintah meneruskan pertandingan kalau sempat terhenti secara tidak sah.

TSUZUKETE HAJIMEPertandingan dilanjutkan- MulaiWasit dalam posisi zenkutsu dachi. Saat mengatakan Tsuzukete ia mengembangkan kedua tangannya dengan telapak tangan ke depan menghadap kedua peserta.

Saat mengatakan Hajime, ia menurunkan kedua tangannya secara cepat dan berhadapan 1 sama lain lalu di saat bersamaan mundur ke belakang.

SHUGOPara Juri dipanggilWasit memanggil para Juri di akhir pertandingan atau untuk menganjurkan SHIKKAKU.

HANTEIPengambilan Keputusan

Wasit memberi aba-aba untuk mengambil keputusan di akhir sebuah pertandingan tanpa dominansi nilai. Setelah tiupan pendek peluit, para Juri menyatakan keputusan mereka melalui isyarat bendera dan Wasit mengisyaratkan keputusannya juga dengan mengangkat salah 1 tangannya.

HIKIWAKESeri

Kalau nilainya seri, Wasit menyilangkan kedua tangannya lalu membukanya dengan telapak tangan menghadap ke depan.

AKA (AO) NO KACHIMerah (Biru) menangWasit mengangkat 45 derajat tangannya yang di sisi pemenang.

AKA (AO) IPPONMerah (Biru) memasukkan nilai 3

Wasit mengangkat 45 derajat tangannya yang di sisi pembuat nilai.

AKA (AO) WAZA-ARIMerah (Biru) memasukkan nilai 2

Wasit mengangkat setinggi bahunya, tangan yang di sisi pembuat nilai.

AKA (AO) YUKOMerah (Biru) memasukkan nilai 1Wasit menurunkan 45 derajat tangannya yang di sisi pembuat nilai.

CHUKOKUPeringatanWasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2.

KEIKOKUPeringatan

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya 45 derajat ke bawah, ke arah pelanggar.

HANSOKU-CHUIPeringatan diskualifikasi

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya secara horisontal ke arah pelanggar.

HANSOKUDiskualifikasi

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya 45 derajat ke atas, ke arah pelanggar kemudian menyatakan lawannya sebagai pemenang.

JOGAIKeluar dari area pertandingan, bukan disebabkan oleh lawan

Wasit menunjuk dengan jari telunjuknya ke sisi pelanggar untuk menunjukkan pada para Juri bahwa peserta telah keluar dari area pertandingan.

SHIKKAKUDiskualifikasi Keluar dari Area Pertandingan

Terlebih dulu Wasit menunjuk dengan jari telunjuk 45 derajat ke atas, di sisi pelanggar lalu menggerakkan jarinya tersebut ke arah luar dan belakang sambil meneriakkan AKA (AO) SHIKKAKU! kemudian ia menyatakan lawannya sebagai pemenang.

KIKENPengunduran diriWasit menunjuk 45 derajat ke bawah, di sisi garis mulai dari peserta yang tidak hadir.

MUBOBI

Membahayakan diri sendiriWasit menyentuh wajahnya lalu memajukan tangannya, memundurkannya lagi berulangkali untuk menunjukkan pada para Juri bahwa peserta membahayakan dirinya sendiri.

LAMPIRAN 2: ISYARAT TUBUH DAN ISYARAT BENDERA

ABA-ABA DAN ISYARAT TUBUH WASIT

SHOMEN-NI-REI

Wasit menjulurkan tangannya ke depan dengan telapak tangan menghadap depan.

OTAGAI-NI-REI

Wasit memberi isyarat tangan pada para peserta untuk saling menghormat.

SHOBU HAJIME

Pertandingan dimulai

Setelah memberi aba-aba, Wasit mundur selangkah.

YAME

Berhenti

Menahan atau mengakhiri pertandingan. Bersamaan dengan aba-aba tersebut, Wasit melakukan gerakan memotong ke bawah dengan tangannya.

TSUZUKETE HAJIME

Pertandingan dilanjutkan- Mulai

Wasit dalam posisi zenkutsu dachi. Saat mengatakan Tsuzukete ia mengembangkan kedua tangannya dengan telapak tangan ke depan menghadap kedua peserta. Saat mengatakan Hajime, ia menurunkan kedua tangannya secara cepat dan berhadapan 1 sama lain lalu di saat bersamaan mundur ke belakang.

YUKO (Nilai 1)

Wasit menurunkan 45 derajat tangannya yang di sisi pembuat nilai.

WAZA-ARI (Nilai 2)

Wasit mengangkat setinggi bahunya, tangan yang di sisi pembuat nilai.

IPPON (Nilai 3)

Wasit mengangkat 45 derajat tangannya yang di sisi pembuat nilai.

MEMBATALKAN KEPUTUSAN TERAKHIR

Saat telah salah memberikan nilai atau hukuman Wasit menghadap ke peserta yang nilai atau hukumannya akan dibatalkan, meneriakkan AKA atau AO, menyilangkan kedua tangannya lalu membuat gerakan memotong dengan telapak tangan menghadap ke dalam yang menandakan bahwa keputusan terakhir telah dibatalkan.

NO KACHI (Menang)

Di akhir pertandingan, sambil meneriakkan AKA (or AO) No Kachi, Wasit mengangkat 45 derajat tangannya yang di sisi pemenang.

KIKEN

Pengunduran diri

Wasit menunjuk 45 derajat ke bawah, di sisi garis mulai dari peserta yang tidak hadir lalu menyatakan lawannya sebagai pemenang.

SHIKKAKU

Diskualifikasi, Keluar dari Area Pertandingan.

Terlebih dulu Wasit menunjuk dengan jari telunjuk 45 derajat ke atas, di sisi pelanggar lalu menggerakkan jarinya tersebut ke arah luar dan belakang sambil meneriakkan AKA (AO) SHIKKAKU! kemudian ia menyatakan lawannya sebagai pemenang.

HIKIWAKE

Seri (Hanya dipakai dalam nomor beregu).

Bila waktu habis dan nilai sama atau tidak ada nilai yang diberikan.Wasit menyilangkan kedua tangannya lalu membukanya dengan telapak tangan menghadap ke depan.

PELANGGARAN KATEGORI 1

(dipakai tanpa isyarat lebih lanjut untuk CHUKOKU)

Wasit menyilangkan setinggi dada kedua tangannya dengan telapak tangan terbuka dengan salah 1 tepi pergelangan tangannya menempel pada tepi pergelangan tangan lainnya.

PELANGGARAN KATEGORI 2

(dipakai tanpa isyarat lebih lanjut untuk CHUKOKU)

Wasit menunjuk sambil lengannya tertekuk, ke arah wajah pelanggar.

KEIKOKU

Peringatan.

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya 45 derajat ke bawah, ke arah pelanggar.

HANSOKU CHUI

Peringatan diskualifikasi.

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya secara horisontal ke arah pelanggar.

HANSOKU

Diskualifikasi

Wasit menyatakan pelanggaran Kategori 1 atau 2 lalu menunjuk dengan jari telunjuknya 45 derajat ke atas, ke arah pelanggar kemudian menyatakan lawannya sebagai pemenang.

BERSIKAP PASIF

Wasit memutar-mutar kepalan tangannya di depan ulu hatinya untuk menyatakan pelanggaran Kategori 2.

KONTAK BERLEBIH

Wasit mengisyaratkan pada para Juri bahwa telah terjadi kontak berlebih atau pelanggaran Kategori 1 lainnya.

BERPURA-PURA ATAU MELEBIH-LEBIHKAN CEDERA

Wasit menahan kedua telapak tangannya menempel ke wajahnya untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

JOGAI

Keluar dari area pertandingan

Wasit mengisyaratkan pada para Juri bahwa ada peserta yang keluar, menunjuk dengan jari telunjuknya ke tepi area pertandingan di sisi pelanggar.

MUBOBI (Membahayakan diri sendiri)

Wasit menyentuh wajahnya lalu memajukan ujung tangannya, memundurkannya lagi berulangkali untuk mengisyaratkan pada para Juri bahwa peserta membahayakan dirinya sendiri.

MENGHINDARI PERTARUNGAN

Wasit membuat gerakan melingkar dengan jari telunjuk menghadap ke bawah untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

MENDORONG, MENCENGKERAM ATAU BERDIRI BERHADAPAN DENGAN DADA SALING BERSENTUHAN SELAMA 2 DETIK TANPA MELANCARKAN TEKNIK

Wasit menempelkan kedua kepalan tangannya setinggi bahu atau membuat gerakan mendorong dengan kedua tangannya yang terbuka untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

SERANGAN YANG MEMBAHAYAKAN DAN TIDAK TERKONTROL

Wasit menempelkan kepalan tangannya melewati sisi kepalanya untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

SERANGAN DENGAN KEPALA, LUTUT ATAU SIKU

Wasit menyentuh dahi, lutut atau sikunya dengan telapak tangan terbuka untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

BERBICARA PADA LAWAN, MEMANAS-MANASI LAWAN DAN PERBUATAN TIDAK SOPAN LAINNYA.

Wasit menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya untuk mengisyaratkan pada para Juri, pelanggaran Kategori 2.

SHUGO

Para Juri dipanggil

Wasit memanggil para Juri di akhir pertandingan atau untuk menyarankan SHIKKAKU.

ISYARAT BENDERA JURI

YUKO

IPPON

WAZA-ARI

PELANGGARAN

Memperingatkan adanya pelanggaran. Bendera yang sesuai dikibarkan berputar, lalu membuat isyarat Kategori 1 atau 2.

PELANGGARAN KATEGORI 1

Kedua bendera disilangkan dengan menjulurkan kedua lengan dan menunjukkan AKA (AO), tergantung siapa pelanggarnya.

PELANGGARAN KATEGORI 2

Juri menunjukkan bendera sambil menekuk lengannya.

JOGAIKEIKOKU

Mengetuk lantai dengan bendera.

HANSOKU CHUIHANSOKU

BERSIKAP PASIF

Memutar-mutar kedua bendera di depan dada.

LAMPIRAN 3: PEDOMAN OPERASIONAL BAGI PARA WASIT DAN JURI

LAMPIRAN ini diharapkan bisa membantu para Wasit dan Juri bila kurang jelas memahami pedoman dalam Peraturan dan Penjelasannya.

KONTAK BERLEBIH

Bila peserta melakukan teknik ternilai yang segera disusul dengan teknik lainnya yang menyebabkan kontak berlebih maka para Juri tidak memberikan nilai tapi malah memberikan peringatan atau hukuman Kategori 1 (kecuali kontak tersebut terjadi karena kesalahan si penerima sendiri).

KONTAK BERLEBIH DAN SIKAP MELEBIH-LEBIHKAN

Karate adalah seni beladiri dan perilaku berstandar tinggi diharapkan dari para peserta. Ketika peserta menerima kontak ringan, ia tidak boleh menggosok-gosok wajahnya, berjalan berputar sempoyongan, membungkuk, mengeluarmasukkan pelindung gusi mereka, berpura-pura seakan-akan kontak yang diterimanya terlalu kuat agar meyakinkan Wasit untuk memberikan hukuman yang lebih berat pada lawannya. Perbuatan seperti ini bersifat curang dan merendahkan olahraga kita maka harus segera diberikan hukuman.

Kalau seorang peserta berpura-pura mendapat kontak berlebihan tapi sebaliknya para Juri malah memutuskan bahwa teknik tersebut terkontrol dan memenuhi seluruh 6 kriteria pemasukan nilai maka nilai akan tetap diberikan pada lawannya sambil kepadanya tetap diberikan hukuman Kategori 2 karena berpura-pura dan bersikap melebih-lebihkan. (Sambil mempertimbangkan bahwa kasus yang parah dalam hal berpura-pura cedera bisa menjadi dasar menerapkan Shikakku.)

Situasi yang lebih rumit terjadi ketika seorang peserta menerima kontak yang lebih keras lalu roboh ke matras, terkadang berusaha berdiri lagi (untuk menghentikan penghitungan 10 detik) tapi roboh kembali. Para Wasit dan Juri harus mengingat bahwa tendangan jodan bernilai 3 dan karena besarnya hadiah uang yang akan diterima peserta nomor beregu dan perorangan yang meraih medali sehingga cobaan melakukan tindakan tidak etis semakin kuat juga. Penting untuk mengenali hal tersebut sehingga bisa menerapkan peringatan atau hukuman yang sesuai.

MUBOBI

Peringatan atau hukuman untuk Mubobi diberikan ketika peserta terkena serangan atau mengalami cedera karena kesalahan atau kelalaian mereka sendiri. Ini bisa disebabkan karena mereka membelakangi lawan, menyerang dengan Gyaku Tsuki panjang yang rendah tanpa memperhitungkan serangan balik Jodan dari lawannya, berhenti bertarung sebelum Wasit meneriakkan Yame, mengurangi pertahanan dan konsentrasi mereka dan berulangkali gagal atau tidak mau menangkis serangan lawan. PENJELASAN XVIII dari PASAL 8 berbunyi:

Kalau pelanggar mendapat kontak berlebihan dan/ atau cedera, Wasit akan mengeluarkan peringatan atau hukuman Kategori 2 kepadanya dan tidak menghukum lawannya.

Peserta yang terkena serangan karena kesalahan mereka sendiri dan melebih-lebihkan dampaknya untuk menyesatkan para Juri, akan menerima peringatan atau hukuman untuk Mubobi serta hukuman tambahan karena bersikap melebih-lebihkan, sebab telah terjadi 2 pelanggaran.

Perlu dicatat bahwa dalam keadaan apapun, teknik dengan kontak berlebihan tidak dapat diberi nilai.

ZANSHIN

Zanshin dijelaskan sebagai suatu keadaan di mana peserta bertekad untuk selalu mempertahankan konsentrasi, pengamatan dan kesadaran/ kewaspadaan terhadap potensi serangan balik lawannya. Beberapa peserta usai melancarkan sebuah teknik, merubah sebagian tubuhnya agak menjauhi lawan tapi tetap mengawasi dan siap melanjutkan aksinya. Para Juri harus mampu membedakan antara keadaan yang tetap terus siap dan keadaan di mana peserta menjauh, mengurangi pertahanan diri dan konsentrasi mereka dan bersikap berhenti bertarung.

MENANGKAP TENDANGAN CHUDAN

Haruskah Juri memberikan nilai kalau seorang peserta melancarkan tendangan chudan namun kemudian lawan menangkap kakinya sebelum bisa ditarik kembali?

Asalkan tendangan peserta tersebut tetap mempertahankan ZANSHIN maka tidak ada alasan mengapa teknik ini tidak bisa dinilai, sepanjang itu mengandung kesemua 6 kriteria penilaian. Secara teoritis, dalam skenario pertarungan sungguhan, tendangan berkekuatan penuh akan dianggap telah melumpuhkan lawan sehingga kaki tidak akan bisa ditangkap. Kontrol dan area sasaran yang tepat serta memenuhi kesemua 6 kriteria penilaian merupakan faktor penentu apakah suatu teknik dapat diberikan nilai atau tidak.

MENJATUHKAN DAN MENCEDERAI

Karena mencengkeram lawan dan melempar diperbolehkan dalam kondisi tertentu maka menjadi tugas semua pelatih untuk memastikan bahwa atlet mereka dilatih dan mampu menggunakan teknik jatuh yang aman.

Peserta yang melakukan teknik bantingan/ jatuhan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam PENJELASAN PASAL 6 dan PASAL 8. Jika peserta menjatuhkan lawan mereka sepenuhnya sesuai persyaratan yang ditetapkan namun terjadi cedera karena lawan gagal merebahkan diri secara tepat maka pihak yang cedera bertanggung jawab sendiri dan peserta yang membanting tidak boleh dihukum. Cedera yang disebabkan oleh kesalahan sendiri dapat terjadi ketika seorang peserta ketika sedang dijatuhkan malah jatuh dengan tangan atau siku terjulur atau berpegangan pada si pelempar sehingga menjatuhkan lawan ke atas diri mereka sendiri.

Situasi yang mengandung potensi bahaya terjadi ketika peserta menangkap kedua kaki lawannya untuk merobohkan lawan dalam posisi telentang atau kalau peserta merendahkan badannya lalu mengangkat badan lawannya sebelum membantingnya. PASAL 8, PENJELASAN XI mengatakan bahwa lawan harus dipegang sehingga bisa mendarat dengan aman. Bantingan seperti di atas masuk dalam kategori terlarang karena sulit memastikan pendaratan yang aman.

MEMASUKKAN NILAI PADA LAWAN YANG JATUH

Kalau peserta jatuh atau disapu kakinya dan nilai dilancarkan padanya ketika bagian atas tubuhnya berada di atas tatami maka nilai lawannya adalah IPPON.

Bila peserta diserang dengan sebuah teknik padahal ia sementara dalam proses jatuh maka para Juri akan mempertimbangkan arah jatuhnya; sebab jika peserta tersebut sedang terjatuh menjauh dari teknik yang dilancarkan maka akan dianggap tidak efektif dan tidak akan diberi nilai.

Bila tubuh bagian atas kontestan tidak berada di tatami ketika teknik ternilai yang efektif dibuat, maka nilai yang diberikan akan sebagaimana yang tercantum dalam PASAL 6. Dengan demikian nilai yang bisa diberikan pada teknik yang dilancarkan pada lawan yang tengah jatuh, duduk, berlutut, berdiri atau melompat di udara dan semua situasi di mana bagian atas tubuh lawan tidak di atas tatami adalah sbb:

1. Tendangan Jodan, nilai 3 (IPPON)

2. Tendangan Chudan, nilai 2 (WAZA-ARI) 3. Tsuki dan Uchi, nilai 1 (YUKO)

PROSEDUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Wasit menahan pertandingan dengan meneriakkan YAME, sambil memakai isyarat tangan yang diperlukan. Saat Wasit kembali ke garis awal, para Juri akan mengisyaratkan keputusan mereka dan Wasit juga akan mengisyaratkan keputusan yang sesuai. Karena hanya Wasit yang bisa bergerak di seluruh area pertandingan, langsung mendekati peserta dan berbicara kepada dokter pertandingan maka para Juri harus mempertimbangkan dengan baik apa yang dikomunikasikan Wasit dengan mereka sebelum mereka memberikan keputusan akhir sebab tidak diijinkan adanya perubahan keputusan.

Dalam situasi di mana ada lebih dari 1 alasan untuk menghentikan pertandingan maka Wasit akan menangani setiap situasi secara bergiliran. Sebagai contoh, ketika salah seorang peserta memasukkan nilai sedangkan lawannya melakukan kontak berlebih atau ketika seorang peserta melakukan MUBOBI dan melebih-lebihkan cedera di saat yang bersamaan.

JOGAI

Para Juri harus ingat bahwa ketika menunjukkan Jogai, mereka harus mengetuk lantai dengan bendera yang sesuai. Setelah Wasit menghentikan pertandingan dan kembali ke posisinya, mereka akan mengisyaratkan pendapat mereka mengacu pada pelanggaran Kategori 2.

INDIKASI PELANGGARAN PERATURAN

Untuk pelanggaran Kategori 1, para Juri harus terlebih dulu memutar-mutar bendera dengan warna yang sesuai kemudian menjulurkan kedua bendera yang disilangkan ke sebelah kiri mereka untuk AKA, sambil menempatkan bendera Merah di depan, atau di sebelah kanan mereka untuk AO, sambil menempatkan bendera Biru di depan. Hal ini memungkinkan Wasit untuk melihat dengan jelas peserta manakah yang dipandang sebagai pelanggar.

LAMPIRAN 4: SIMBOL PAPAN NILAI

IPPONNilai 3

WAZA-ARINilai 2

YUKONilai 1

KACHIJuara

xMAKEKalah

HIKIWAKESeri

C1CPelanggaran Kategori 1 CHUKOKUPeringatan

C1KPelanggaran Kateg