perbedaan gender dalam gangguan kecemasan

28
PERBEDAAN GENDER DALAM GANGGUAN ANSIETAS: PREVALENSI, PERJALANAN PENYAKIT, KOMORBIDITAS, DAN MORBIDITAS PENYAKIT Carmen P. McLean, Pusat Nasional untuk PTSD, VA Boston Healthcare System; Anu Asnaani, Departemen Psikologi, Universitas Boston; Brett T. Litz, Pusat Nasional untuk PTSD, VA Boston Healthcare System dan Universitas Boston; Stefan G. Hofmann, Departemen Psikologi, Universitas Boston Abstrak Wanita memiliki prevalensi lebih tinggi secara konsisten terhadap gangguan ansietas, tetapi sedikit yang diketahui tentangbagaimana gender mempengaruhi onset usia, kronik, komorbiditas, dan morbiditas penyakit. Perbedaan gender pada gangguan ansietas sesuai DSM-IV diperiksa dalam sampel besar dengan partisipan dewasa (N = 20,013) di Amerika Serikat menggunakan data dari Collaborative Psychiatric Epidemiology Studies (CPES). Rasio prevalensi seluruh jenis gangguan ansietas pada pria : wanita dalam jangka waktu seumur hidup dan 12 bulan adalah masing-masing 1: 1,7 dan1: 1,79. Wanita beresiko lebih tinggi terdiagnosis seumur hidup untuk tiap gangguan ansietas, kecuali untuk gangguan ansietas sosial yang prevalensinya menunjukkan tidak ada perbedaan gender. Tidak tampak perbedaan gender pada onset usia dan morbiditas penyakit. Namun bila dibandingkan dengan pria, wanita dengan diagnosis gangguan ansietas seumur hidup lebih mungkin untuk juga didiagnosis dengan gangguan ansietas lain, seperti bulimia nervosa dan gangguan depresi berat. Selanjutnya, gangguan ansietas berhubungan dengan morbiditas penyakit yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria, khususnya di kalangan wanita Amerika Eropa dan tampak juga meluas di kalangan wanita Hispanik. Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas tidak hanya lebih

Upload: venitafebriana

Post on 13-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gender cemas

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

PERBEDAAN GENDER DALAM GANGGUAN ANSIETAS:

PREVALENSI, PERJALANAN PENYAKIT, KOMORBIDITAS,

DAN MORBIDITAS PENYAKIT

Carmen P. McLean, Pusat Nasional untuk PTSD, VA Boston Healthcare System; Anu Asnaani, Departemen Psikologi, Universitas Boston; Brett T. Litz, Pusat Nasional untuk PTSD, VA Boston Healthcare System dan Universitas Boston; Stefan G. Hofmann, Departemen Psikologi, Universitas Boston

Abstrak

Wanita memiliki prevalensi lebih tinggi secara konsisten terhadap gangguan ansietas, tetapi sedikit yang diketahui tentangbagaimana gender mempengaruhi onset usia, kronik, komorbiditas, dan morbiditas penyakit. Perbedaan gender pada gangguan ansietas sesuai DSM-IV diperiksa dalam sampel besar dengan partisipan dewasa (N = 20,013) di Amerika Serikat menggunakan data dari Collaborative Psychiatric Epidemiology Studies (CPES). Rasio prevalensi seluruh jenis gangguan ansietas pada pria : wanita dalam jangka waktu seumur hidup dan 12 bulan adalah masing-masing 1: 1,7 dan1: 1,79. Wanita beresiko lebih tinggi terdiagnosis seumur hidup untuk tiap gangguan ansietas, kecuali untuk gangguan ansietas sosial yang prevalensinya menunjukkan tidak ada perbedaan gender. Tidak tampak perbedaan gender pada onset usia dan morbiditas penyakit. Namun bila dibandingkan dengan pria, wanita dengan diagnosis gangguan ansietas seumur hidup lebih mungkin untuk juga didiagnosis dengan gangguan ansietas lain, seperti bulimia nervosa dan gangguan depresi berat. Selanjutnya, gangguan ansietas berhubungan dengan morbiditas penyakit yang lebih besar pada wanita dibandingkan pria, khususnya di kalangan wanita Amerika Eropa dan tampak juga meluas di kalangan wanita Hispanik. Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan ansietas tidak hanya lebih umum tetapi juga lebih menyebabkan disabilitas pada wanita dibandingkan pada pria.

Kata kunci

Gender; gender; ansietas; prevalensi; komorbiditas

Gangguan ansietas adalah hal yang paling umum dari gangguan mental, yang mempengaruhi

hampir 1 dari 5 orang dewasa di AS (Kessler et al., 2005). Salah satu temuan yang paling banyak

didokumentasikan dalam epidemiologi kejiwaan adalah bahwa wanita secara signifikan lebih

mungkin dibandingkan pria untuk mengalami gangguan ansietas selama hidupnya (Angst &

Page 2: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

Dobler-Mikola, 1985; Bruce et al., 2005;Regier et al., 1990). The National Comorbidity Survey

(NCS; dilakukan 1990-1992) menemukan tingkat prevalensi seumur hidup untuk setiap

gangguan ansietas adalah sebesar 30,5% untuk wanita dan19,2% untuk pria (Kessler et al.,

1994). Tingkat prevalensi juga lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria untuk setiap gangguan

ansietas yang telah diteliti berikut ini, termasuk gangguan panic disorder (PD; 5.0% vs 2,0%),

agoraphobia (AG; 7,0% vs 3,5%), fobia spesifik (15,7% vs 6,7%), social anxiety disorder(SAD;

15,5% vs 11,1%), general anxiety disorder (GAD; 6,6% vs 3,6%;. Kessler et al,1994), dan

posttraumatic stress disorder (PTSD; 10,4% vs 5,0%;. Kessler, et al, 1995).Walaupun estimasi

prevalensi untuk gangguan obsesif kompulsif (OCD) tidak dimasukkandalam data NCS,

perkiraan prevalensi seumur hidup untuk gangguan ini didasarkan padapenelitian

Epidemiological Catchment Area juga lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria (3,1% vs2,0%;

Breslau et al., 2000).

Meskipun dalam tingkat prevalensi gangguan ansietas yang telah didokumentasikan ditemukan

bahwa pengaruh gender cukup besar dan konsisten, sedikit yang diketahui tentang bagaimana

gender mempengaruhi parameter epidemiologi dasar seperti onset usia, lama penyakit, dan pola

komorbiditas. Sangat sedikit studi epidemiologi yang membahas pengaruh gender dengan

parameter-paremeter tersebut dalam gangguan ansietas. Ditemukan suatu studi yang meneliti

perbedaan gender dalam tingkat prevalensi 1 bulan berdasarkan gangguan ansietas DSM-III

terhadap kelompok-kelompok usia menggunakan data ECA (Regier et al., 1990) dan studi lain

yang meneliti perbedaan gender dalam berkembangnya gangguan mood komorbid terhadap

gangguan ansietas DSM-III-R menggunakan data NCS (Parker & Hadzi-Pavlovic, 2001).

Penelitian lain telah meneliti pengaruh gender dalam parameter epidemiologi terhadap gangguan

ansietas dengan dibatasi usia (remaja:Wu et al, 2010.; dewasa akhir: Beekman et al, 1998;.

Schaub & Linden, 2000). Yang terbaru, diperlukan data epidemiologis nasional yang menguji

pengaruh gender dalam sosio-demografi dan klinik terkait dengan gangguan ansietas DSM-IV.

Sebagian besar penelitian epidemiologi yang membahas pengaruh gender telah fokus pada

gangguan ansietas spesifik. Misalnya, beberapa penelitian telah mendokumentasikan perbedaan

gender yang signifikan dalam hubungan sosio-demografis, tipe-tipe trauma, onset, dan

komorbiditas pada PTSD di berbagai negara (Breslau et al, 1997;. Darves-Bornoz et al, 2008;..

Hapke et al, 2006;. Jeon et al,2007; Rosenman, 2002; Yasan et al, 2009.; Zlotnick et al., 2006).

Page 3: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

Perbedaan gender yang sama dalam parameter epidemiologi juga telah ditemukan pada OCD

(Grabe et al, 2000;. Hibahet al, 2010.; Kolada dkk., 1994; . Mohammadi et al, 2004), PD (Eaton

et al, 1994;. Krystal etal, 1992), GAD (berburu et al, 2002;....Vesga-López et al, 2008) dan SAD

(Beesdo et al,2007). Selain itu, beberapa penelitian telah mendokumentasikan perbedaan gender

di antara beberapa sampel klinis berupa responden-responden gangguan ansietas (misalnya

semua jenis gangguan ansietas: Scheibe & Albus,1992; Yonkers et al, 2003, PD:.. Clayton et al,

2006; OCD: Bogetto et al, 1999;. Torresan et. al, 2009, SAD:. Turk et al, 1998; Yonkers et al.,

2003).

Secara keseluruhan, penelitian-penelitian tersebut memberikan informasi penting tentang

pengaruh gender dalam gangguan ansietas yang spesifik dan pola perbedaan gender terhadap

gangguan ansietas di antara sampel klinis. Sayangnya, banyak dari studi ini hanya meneliti

pengaruh gender dalam satu atau dua parameter saja, seperti komorbiditas dengan depresi, atau

perbedaan usia dengan prevalensi terhadap gender. Selain itu, telah diketahui bahwa ras /etnis

berperan penting mendukung psikopatologi (Asnaani, Richey,Dimaite, Hinton, & Hofmann,

2010), sehingga Asia Amerika secara konsisten mendukung gejala psikologis pada tingkat yang

lebih rendah daripada individu dari ras lain, dan Eropa Amerika umumnya mendukung gejala

ansietas pada tingkat tertinggi. Selanjutnya, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa tingkat

prevalensi gangguan psikologis dibedakan sedikit oleh interaksi antara gender dan keanggotaan

kelompok ras (misalnya depresi: Bracken & Reintjes, 2010; penggunaan narkoba. Ames et al,

2010). Jadi, meskipun bukti bahwa ras / etnis dan gender mempengaruhi prevalensi gangguan

ansietas, penelitian epidemiologi sampai saat ini telah memberikan sedikit perhatian kepada

interaksi yang mungkin antara gender dan ras dalam mendukung psiko-patologi. Selanjutnya,

karena kriteria diagnostik dan prosedur pengambilan sampel sangat bervariasi di penelitian

tersebut, sulit untuk mengintegrasikan detail-detail yang ada menjadi pola keseluruhan dari

pengaruh gender terhadap gangguan ansietas. Sementara banyak yang telah dipelajari tentang

etiologi gangguan ansietas di antara pria dan wanita yang mencari pengobatan, penelitian

mengandalkan sampel klinis dengan kegunaan yang terbatas karena sampel klinis berbeda dari

individu di masyarakat dalam hal penting, termasuk derajat disfungsi terkait dan tingkat

komorbiditas (Caron & Rutter, 1991;. Huppert et al, 2005). Dengan demikian, untuk lebih

memahami konsekuensi kesehatan masyarakat dari gangguan ansietas pada pria dan wanita,

Page 4: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

dibutuhkan informasi yang rinci dan tepat tentang pengaruh gender pada epidemiologi gangguan

ansietas.

Mengidentifikasi perbedaan gender dalam parameter epidemiologi sangat penting untuk

pemahaman kita terhadap banyaknya gangguan ansietas yang terjadi di kalangan wanita. Secara

klinis, informasi ini mungkin membantu mengembangkan pengenalan dan pengobatan yang

pengaruh dari gangguan ansietas dan gangguan komorbiditas. Dari perspektif epidemiologi,

memahami pengaruh gender pada gangguan ansietas mungkin memberikan pencerahan terhadap

mekanisme etiologi dasar yang disajikan secara berbeda, dimana seharusnya berupa faktor risiko

lingkungan dan biologis terkait spesifik gender. Selanjutnya, menguji bagaimana ras / etnis

berinteraksi dengan genderakan lebih menyempurnakan pemahaman kita tentang bagaimana

pengaruh gender bermanifestasi terhadap gangguan ansietas.

The NIMH Collaborative Psychiatric Epidemiology Surveys(CPES) dimulai saat diketahui

adanya kebutuhan data kontemporer pada distribusi dan hubungan gangguan mental di antara

populasi umum. CPES menyajikan informasi epidemiologi terbaru tentang gangguan mental dan

merupakan salah satu yang terbanyak, berupa penelitian komprehensif tentang ras / etnis yang

tersedia saat ini. Menggunakan data CPES, penelitian ini memberikan dasar untuk dokter dan

peneliti dapat lebih memahami dan memantau pengaruh gender terhadap gangguan ansietas.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) untuk menyajikan data epidemiologis terbaru dari

prevalensi nasional tentang gangguan ansietas DSM-IV dikelompokkan berdasarkan gender; 2)

untuk menilai perbedaan gender dalam onset, perjalanan dan pola komorbiditas pada gangguan

ansietas, 3) untuk menguji tingkat gangguan fisik dan pekerjaan terkait gangguan ansietas pada

masing-masing gender, dan 4) untuk menyelidiki apakah ras / etnis berinteraksi dengan gender

dan berpengaruh signifikan pada temuan.

Metode

Responden

Data diambil dari CPES, yang merupakan integrasi dari tiga survei nasional kesehatan mental

penduduk Amerika Serikat: National Comorbidity Survey Replication, National Study of

American Life, dan National Latino and Asian American Study of Mental Health. Data

dikumpulkan antara bulan Mei 2002 dan November 2003. CPES telah menjelaskan secara detail

Page 5: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

di forum ilmiah lain (Heeringa et al., 2004), namun deskripsi singkat dari masing-masing unsur

kumpulan data dibahas di sini.

National Comorbidity Survey Replication (NCS-R)

Sampel NCS-R termasuk orang dewasa (berusia ≥18 tahun), bertempat tinggal di rumah di area

perbatasan AS. Orang-orang yang dilembagakan, yang tinggal di pangkalan militer, atau yang

tidak dapat berbahasa Inggris tidak masuk dalam kategori. NCS-R mendapatkan kerangka

sampel probabilitas yang lebih dulu melalui empat tahap nasional, yang dirancang untuk menjadi

replikasi cross-sectional dari National Comorbidity Survey yang awalnya berdiri pada tahun

1993 (NCS; Kessler et al, 1994; Kessler & Merikangas, 2004). Wawancara skrining NCS-R

diselesaikan oleh 11.222 rumah tangga, dengan hasil tingkat respon awal sebesar 98%.

Wawancara dilakukan pada banyak orang dengan 9.282 responden (47,4% pria; 52,6% wanita)

dengan usia rata-rata 44,73 tahun (SD = 17,5), dan tingkat respon 70,9% (Kessler & Merikangas,

2004).

National Study of American Life (NSAL)

NSAL adalah survei sampel probabilitas rumah tangga yang terintegrasi dari 3570 orang Afrika

Amerika, 1006 orang Amerika Eropa non-Hispanik, dan 1623 orang dewasa Amerika Afrika

Keturunan Karibia. Total sampel termasuk 6199 responden dan tingkat respon sebesar 71,5%

(Heeringa et al., 2004). Survei ini telah ditambahkan kepada CPES untuk mendapatkan informasi

dari sampel yang lebih besar berupa orang dewasa Afro-Karibia, karena kurangnya representasi

kelompok ini dalam NCS-R. Kriteria inklusi dan eksklusi untuk NSAL dan prosedur

pengambilan sampel yang digunakan identik dengan NCS-R seperti dijelaskan sebelumnya.

National Latino and Asian American Study of Mental Health (NLAAS)

NLAAS adalah survei nasional yang representatif dari orang dewasa Latino dan Asia Amerika

(usia≥18 tahun) di perbatasan AS, Alaska, dan Hawaii. Sampel berupa orang-orang dengan

bahasa utamanya adalah bahasa Inggris, Spanyol, atau salah satu dari tiga bahasa Asia (Cina,

Vietnam, atau Tagalog). Ini adalah satu-satunya survei di CPES yang digunakan pewawancara

bilingual terlatih untuk melakukan survei pada salah satu dari lima bahasa tersebut. Prosedur

pengambilan sampel dan kriteria eksklusi sama seperti pada NCS-R dan NSAL, dengan

Page 6: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

tambahan lampiran untuk orang dewasa dari Puerto Rico, Kuba, Cina, Filipina, dan Vietnam asli.

Sampel Latino (n = 2,554) terdiri dari empat sub kelompok etnis yang ditentukan oleh laporan

pribadi responden yang berasal dari etnis: Kuba, Puerto Rico, Meksiko dan lainnya; pada

akhirnya tingkat respon untuk sampel Latino adalah 75,5% (Alegría et al., 2007). Sampel Asia

terdiri dari orang-orang yang teridentifikasi sebagai Cina, Filipina, Vietnam atau keturunan Asia

lainnya (n = 2,095); tingkat respon kombinasi untuk sampel Asia adalah 65,6% (Abe-Kim et al.,

2007).

Prosedur

Prosedur pengambilan sampel untuk ketiga survei meliputi empat tahap: 1) pengambilan sampel

inti, dimana unit-unitpengambilan sampel utama (area statistik metropolitan atau unit daerah)

dan unit pengambilan sampel sekunder (pengelompokan terus menerus dari blok sensus) dipilih

dengan probabilitas proporsional terhadap ukuran; 2) sampel tambahan dengan densitas tinggi

untuk over-sample kelompok sensus blok dengan 5% atau kepadatan yang lebih besar dari

turunan target/ kelompok ras; 3) penyaringan secara acak pemilihan unit rumah (menggunakan

kecepatan pengambilan data yang belum ditentukan) dalam setiap unit pengambilan sampel

untuk menentukan kepuasan kriteria kelayakan penelitian, diikuti oleh pemilihan acak tiap satu

responden dari setiap rumah tangga untuk wawancara penelitian; dan 4) pengambilan sampel

responden kedua untuk merekrut responden dari rumah tangga di mana salah satu anggota yang

memenuhi syarat telah diwawancarai (Alegría et al, 2007. Heeringa et al, 2004). Pertimbangan

korelasi dikembangkan untuk memperhitungkan kemungkinan gabungan untuk seleksi di bawah

4 komponen dari desain sampel (Abe-Kim et al., 2007).

Pada ketiga survey tersebut, prosedur penelitian dijelaskan kepada responden dan dituliskan

informed consentyang diperoleh dari responden dalam bahasa Inggris (NCS-R dan NSAL), atau

bahasa asal mereka (NLAAS;. Alegría et al, 2007). Pewawancara yang terlatih melakukan

wawancara tatap muka dengan semua responden dalam sampel inti dan high-density seperti yang

dijelaskan dalam tahap satu dan dua di atas, kecuali ketika sebuah wawancara telepon dilakukan

dengan responden. Untuk memastikan kontrol kualitas di setiap survei, responden kembali

dihubungi secara acak untuk memvalidasi data. Untuk mengurangi non-respon, insentif awal

diberikan sebesar $50 kemudian meningkat menjadi $150 (Abe-Kim et al., 2007).

Page 7: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

Instrumen

World Mental Health Survey Initiative Version of the World Health Organization Composite

International Interview (WMH-CIDI) adalah instrumen utama yang digunakan untuk

mengevaluasi prevalensi gangguan kejiwaan (Alegría et al., 2007). WMH-CIDI adalah

wawancara diagnostik yang sepenuhnya terstruktur dan terkelola yang menghasilkan diagnosa

DSM-IV. Diagnosis dibuat dengan menggunakan versi awal dari CIDI Inggris dan Spanyol yang

telah diketahui konsisten dengan diagnosis yang dibuat secara independen oleh pewawancara

klinis terlatih (Rubio-Stipec et al., 1999; Wittchen, 1994). Dalam penelitian saat ini, kami fokus

pada tingkat prevalensi seumur hidup dan tingkat prevalensi di tahun lalu untuk semua gangguan

ansietas yang diteliti dalam data set gabungan: social anxiety disorder (SAD), generalized

anxiety disorder (GAD), panic disorder (PD), agoraphobia without history of panic disorder

(AG), specific phobia, danpost-traumatic disorder (PTSD).

Analisis StatistikModul sampel kompleks dari SPSS 17.0 digunakan untuk semua analisis perhitungan yang

adekuat terhadap penimbangan struktur data seperti dijelaskan di atas. Berfokus pada

perbandingan gender, regresi logistik (odds ratios dengan interval kepercayaan 95%) digunakan

untuk prevalensi seumur hidup dan prevalensi tahun sebelumnya dari diagnosa gangguan

ansietas DSM-IV pada wanita dibandingkan dengan pria. Ada perbedaan gender yang signifikan

pada variabel demografis berikut: umur, ras, pendidikan, dan pendapatan rumah tangga tahunan;

variabel-variabel ini termasuk sebagai kovariat dalam analisis akhir. Analisis sekunder menguji

pengaruh gender dalam diagnosa komorbiditas yang paling sering ditemukan di antara responden

yang setidaknya menderita satu gangguan ansietas (yaitu, gangguan suasana perasaan, gangguan

penyalahgunaan zat, gangguan makan, gangguan defisit perhatian pada dewasa, dan gangguan

eksplosif intermiten). Pengaruh gender dalam gangguan terkait status gangguan ansietas juga

diuji dengan menganalisis perbedaan (1) status pekerjaan dan (2) pencarian perawatan medis.

Akhirnya, satu set analisis tersier digunakan untuk menguji interaksi antara ras dan genderpada

prevalensi gangguan ansietas. Jadi semua analisis yang dijelaskan di atas diulang dengan tiga

variabel independen (IV) dan dimasukkan ke dalam model: gender, ras, dan gender dengan

Page 8: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

hubungan interaksi ras. Hubungan interaksi berasal dari variabel kategori konstituen dari ras dan

gender lalu semua subjek diberi kode 1-8 untuk mewakili masing-masing gender yang mungkin

dengan kombinasi ras (misalnya Male Asian, Female Hispanic, dll). Untuk konsistensi dengan

analisis lainnya, kerangka regresi logistik dipakai sementara usia, pendidikan, dan pendapatan

rumah tangga tahunan dikontrol.

Hasil

Karakteristik demografi

Seperti terlihat pada Tabel 1, total sampel (N = 20,013) diteliti dalam penelitian ini terdiri dari

11.463 wanita dan 8.550 pria. Para wanita yang diteliti dalam penelitian ini lebih tua (M =

43,74vs 42,90, F = 12,54, p <0,001) dan memiliki proporsi yang secara signifikan lebih tinggi

dari Afrika Amerika (34,4% vs 26,9%, χ2 = 136.08, p <0,001) daripada rekan-rekan pria mereka.

Di sisi lain, kelompok pria memiliki proporsi yang secara signifikan lebih tinggi dari Asia

Amerika (12,7% vs 10,5%) dan Amerika Eropa (40,4% vs 36,1%), memperoleh tingkat

pendidikan yang secara signifikan lebih tinggi (25,2% vs 22,4% adalah lulusan perguruan tinggi

atau lebih, χ2 = 23.51, p <0,001), dan melaporkan pendapatan rumah tanggatahunan dengan

rerata lebih tinggi ($57.061 vs $45.330, F = 263,06, p <0,001). Karena setiap variabel

demografis ini berbeda secara signifikan antara masing-masing kelompok gender, semua analisis

dijalankan dengan variabel-variabel ini sebagai kovariat dalam analisis regresi logistik untuk

dihitung perbedaan-perbedaannya antara pria dan wanita.

Penilaian prevalensi

Dilakukan pengujian terhadap kejadian seumur hidup dan tahun laluterhadap gangguan ansietas

DSM-IV terhadap gender (termasuk SAD, GAD, PD, AG, fobia spesifik, dan PTSD). Analisis

sekunder meneliti tingkat gangguan komorditasseumur hidup dan tahun lalu di antara responden

yang menderita setidaknya satu gangguan ansietas di masing-masing jangka waktu tersebut.

Kami menguji tingkat gangguan suasana perasaan komorbid (yaitumajor depressive disorder

[MDD], gangguan bipolar 1 dan 2, dan distimia), gangguan penyalahgunaan zat (ketergantungan

alkohol / narkoba), gangguan makan (anoreksia nervosa [AN], bulimia nervosa [BN], binge

eating disorder [BED]), dan gangguan lainnya (yaitu,attention deficit/hyperactivity disorder

[ADHD] and intermittent explosive disorder[IED]) dalam setiap kelompok gender. Karena CPES

Page 9: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

tidak menilai prevalensi OCD, kami tidak dapat menguji pengaruh gender dalam gangguan ini.

Semua gangguanansietas yang adadigunakan untuk membuat klasifikasi "setiap gangguan

ansietas" yang mencakup seluruhresponden yang memenuhi kriteria untuk satu atau lebih

gangguan ansietas bagi kedua periode waktu, yaitu seumur hidup dan tahun lalu.

Tabel 2 menunjukkan penilaian seumur hidup gangguan ansietassaat dikontrol terhadap

kelompok ras, usia, pendidikan, dan status sosial ekonomi. Regresi logistik mengungkapkan

bahwa meskipun variabel demografis dikontrol, wanita secara signifikan lebih banyak memenuhi

kriteria diagnostik untuk semua gangguan ansietas yang disurvei dengan pengecualian SAD,

dimana nilainyahampir sama dengan pria. Semua pengaruh gender tetap signifikan saat

menggunakan koreksi Bonferroni untuk menyesuaikan inflasi alpha (p<0,05 / 20 = 0,0025).

Pengaruh gender ini tidak berubah dengan ditambahkannya variabel interaksi gender dan ras

dalam analisis tersier, menunjukkan bahwa pola pengaruh gender pada semua gangguan itu tidak

berbeda secara signifikan di seluruh kelompok ras.

Tabel 2 juga menampilkan odds ratios untuk ansietas di tahun sebelumnya ketika mengontrol

kovariat demografis.Seperti ditunjukkan, wanita secara signifikan lebih banyak memenuhi

kriteria untuk semua gangguan ansietas dengan pengecualian AG.Semua perbedaan ini

tetapsignifikan setelah koreksi Bonferroni, kecuali untuk perbedaan gender dalam SAD.Tidak

ada interaksi yang signifikan antara gender dan ras untuk ansietas di tahun lalu.

Onset Usia

Usia rata-rata dari onset pada seluruh sampel berkisar antara 8,7 tahun (untuk fobia spesifik)

hingga 26,6 tahun (GAD). One way ANOVA menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara pria dan wanita dalam usia rata-rata onset untuk setiap gangguanansietasyang

telah disurvei. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita di usia onset

dalam setiap kategori ras, ada interaksi yang signifikan antara gender dan ras sehingga onset usia

untuk SAD secara signifikan lebih rendah (usia rata-rata= 11,4 tahun) pada pria Amerika Eropa

daripada wanita Afrika Amerika (usia rata-rata = 13,8 tahun).

Page 10: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

Kronisitas

Untuk setiap gangguan ansietas, diuji ketetapan dengan melihat tingkat gangguan tahun lalu di

antara responden dengan kejadian seumur hidup dari gangguan tersebut pada seluruh gender.

Wanita dengan insiden gangguan ansietas seumur hidup secara signifikan lebih banyak

dibandingkan pria yang memenuhi kriteria gangguan ansietas selama tahun lalu (OR [95% CI] =

1,30 [1,05-1,62], p = 0,018). Selain itu, wanita dengan kejadian seumur hidup dari fobia spesifik

secara signifikan lebih banyak dibandingkan pria yang memenuhi kriteria untuk gangguan

tersebut di tahun lalu (OR [95% CI] = 1,72 [1,222-2,413], p = 0,002). Tidak ada perbedaan

gender signifikan lainnyapada gangguan ansietas menetap, dan interaksi antara gender dan ras

tidak signifikan.

Komorbiditas

Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh gender dalam komorbiditas antara

respondendengan gangguan ansietaspada kejadian seumur hidup (lihat Tabel 3), mengontrol

demografikovariat.Dibandingkan dengan pria, wanita dengan gangguan ansietas secara

signifikan lebihbanyak didiagnosis dengan MDD atau BN sepanjang hidupnya, tetapi

jarangdidiagnosis dengan gangguan penggunaan zat, ADHD, atau IED. Selain itu, secara

signifikan proporsi lebih tinggipada wanita (44,8%) dengan kejadian seumur hidup gangguan

ansietas yang memenuhi kriteria untuk gangguan ansietas tambahan dibandingkan pria (34,2%;

ditunjukkan pada Tabel 3). Tidak ada interaksi yang signifikan antara gender dan ras dalam

prevalensi ansietas komorbiditas atau gangguan mood pada responden dengan kejadianansietas

seumur hidup. Ada interaksi yang signifikan antara gender dan ras di BN, sehingga pria Hispanik

dengan cemas lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan cemas (3 dari 83, atau 3,6%)

dibandingkan Hispanik wanita dengan cemas (3 dari 144, atau 2,1%; OR [95% CI] = 59,10

[5,03-694,65], p <0,001). Prevalensi komorbid gangguan makan lainnya (AN dan BED) tidak

berubah oleh hubungan interaksi. Perlu dicatat, bagaimanapun, bahwa Ns di setiap gender

berdasarkan kategori penilaian untuk gangguan makan sangat kecil, dan karena itu tiap

perbedaan signifikan yang ditemukan dalam analisis tersier ini untuk kelompok fakta tertentu

dari gangguan tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati.

Page 11: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

Juga ditunjukkan pada Tabel 3, pria dengan gangguan ansietaspada tahun lalu lebih banyak

dibandingkan wanitadidiagnosis dengan gangguan peyalahgunaan zat, dengan pengecualian

ketergantungan obat, yang tidak berbeda antara masing-masing gender.Tidak ada perbedaan

yang signifikan antara wanita dan pria yang cemas dalam prevalensi gangguan komorbid tahun

lalu.Selain itu, tidak ada interaksi yang signifikan antara ras dan gender pada penilaian kondisi

komorbiditas antara responden yang menderita ansietas di tahun lalu.

Morbiditas Penyakit

Morbiditas terkait dengan gangguan ansietasdinilai dengan memeriksa jumlah kunjungan dokter

selama tahun lalu (untuk masalah medis umum atau khusus untuk masalah kejiwaan / masalah

penyalahgunaan narkoba) dan jumlah hari absen dari bekerja selama 30 hari terakhir.Responden

yang didiagnosis dengan gangguan ansietas tahun lalu dibandingkan dengan kelompok non-

ansietas dalam setiap gender. Pada tahun lalu, wanita dengan ansietas dilaporkan secara

signifikan lebih banyak melakukan kunjungan keIGD, perawatan urgent, dan dokter

dibandingkan dengan wanita tanpa gangguan ansietas(1,04 kunjungan / tahun vs 0.59

kunjungan / tahun, F = 31,36, p <0,001) dan absendari pekerjaan secara signifikan selama 30 hari

terakhir (2,25 hari / bulan vs 1,27 hari / bulan, F = 21.47, p <0,001). Tidak ada perbedaan antara

wanita cemas dan non-ansietas dalam jumlah kunjungan ke tenaga ahli untuk masalah

penyalahgunaan zat / gangguan kejiwaan dalam satu tahun terakhir.Demikian pula, pria

denganansietas dilaporkan secara signifikan lebih banyak kunjungan ke IGD, perawatan urgent,

dan dokter dibandingkan pria tanpa gangguan ansietas (0,71 kunjungan / tahun vs 0,49

kunjungan / tahun, F = 12,194, p <0,001). Selain itu, pria cemas memiliki lebih banyak

kunjungan ke tenaga ahli untuk masalah penyalahgunaan zat / gangguan kejiwaan dalam satu

tahun terakhir dibandingkan prianon-ansietas (3,32 kunjungan / tahun vs 2,06 kunjungan / tahun,

F = 4,76, p = 0,030). Tidak ada perbedaan antara priadengan dan tanpa ansietasselama tahun lalu

dalam hal absen dari bekerja dalam satu bulan terakhir. Analisis pengaruh dari status

gangguanansietas terhadap gender menunjukkan bahwa wanita dengan ansietaslebih cenderung

mencari layanan dari UGD, perawatan urgent, atau dokter daripada pria dengan cemas (1,04

kunjungan / bulan vs 0,71 kunjungan / bulan, F = 5.61, p = 0,018), tetapi memiliki perbandingan

yang kurang lebih sama untuk mengunjungi tenaga ahli dalammasalah penyalahgunaan zat /

Page 12: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

gangguan kejiwaan pada tahun lalu, dan jumlah absen yang sama dalam hari kerja dalam satu

bulan terakhir.

Analisis gender berdasarkan ras mengungkapkan bahwa wanita Amerika Eropa dengan ansietas

lebih dipengaruhi oleh penyakit mereka dibandingkan wanita Amerika Eropanon-ansietasseperti

yang tampak oleh perbedaan kelompok yang signifikan dalam jumlah absen dari bekerja (2,04

hari / bulan vs 1,06 hari / bulan, F = 18,46, p <0,001), jumlah ER / kunjungan medis (1,02

kunjungan / bulan vs0,53 kunjungan / bulan, F = 23,57, p <0,001) dan jumlah kunjungan ke

spesialis terhadap gangguan kejiwaan / penggunaan narkoba (3,01 kunjungan / bulan vs 2,26

kunjungan / bulan, F = 5.80, p = 0,016). Selain itu, pria Amerika Eropa dengan ansietas

memiliki frekuensi secara signifikan lebih besar terhadap ER / kunjungan medis daripada pria

Amerika Eropa non-ansietas (0,73 kunjungan / bulan vs 0,48 kunjungan / bulan, F = 10,70, p =

0,001). Hasil yang serupa diamati ketika membandingkan wanita Hispanik dengan ansietas dan

wanita Hispanik non-ansietas (1,14 kunjungan / bulan vs 0,59 kunjungan / bulan, F = 6,32, p =

0,012).

Diskusi

Konsisten dengan penelitian epidemiologi sebelumnya, ditemukan dominasiwanitadi antara

hampir semua gangguan ansietasyang diperiksa.Satu dari tiga wanita memenuhi kriteria untuk

gangguan ansietas selama hidupnya, dibandingkan dengan 22% pria. Secara keseluruhan,

penilaian kejadian seumur hidup dan pada tahun lalu berkisar 1,5 sampai 2 kali lebih sering

terjadi di kalangan wanita, denganperbedaan terbesar pada PTSD, GAD, dan PD. Pola perbedaan

gender terhadap gangguan ansietas konsisten dengan data dari survei NCSterhadap gangguan

DSM-III-R (Kessler et al., 1994), dengan beberapa variasi dalam tingkat prevalensi untuk

gangguan tertentu. Prevalensi seumur hidup PTSD (8,5% untuk wanita vs 3,4% untuk pria)

adalah sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat NCS (10,4% vs 5%;. Kessler et al, 1995) dan

lebih rendah dari yang dilaporkan dalam Penelitian Detroit, Amerika Serikat (17,7% vs 9,8%;.

Breslau et al, 2004). Prevalensi rendah PTSD dalampenelitian ini cukup mengejutkan mengingat

bukti bahwa kriteria DSM-IV cenderung diperkirakan lebih tinggi dari kriteria DSM-III-R, yang

digunakan dalam studi perbandingan (Breslau &Kessler, 2001). Prevalensi seumur hidup PD

(7,1% untuk wanita vs 4% untuk pria) lebih tinggi dari yang dilaporkan di NCS (5% vs 2%) dan

NESARC (6,7% vs 3,3%;. Hibah et al, 2006), mungkin karena pengambilan data yang berlebih

Page 13: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

di CPES dari populasi etnis minoritas yang diketahui lebih banyak menderita gangguan panik

(Asnaani, Gutner, Hinton, & Hofmann, 2009).Prevalensi seumur hidup AG (3,1% untuk wanita

vs 1,7% untuk pria) jauh lebih rendah dari tingkatan yang dilaporkan NCS (7% vs 3,5%),

meskipun data NCS mungkin berlebihan padaAG oleh kekeliruan mengelompokkanresponden

dengan fobia spesifik (Wittchen et al., 1998).

Secara berurutan, tingkat rendah yang ditemukan dalam penelitian ini dapat mencerminkan

penggunaan metodologi terbaru.Tentu saja, prevalensi AG lebih sejalan dengan penelitian

epidemiologi Eropa (1,1% vs 0,6%;. Alonso et al, 2004) yang juga menggunakan kriteria DSM-

IV dan versi baru dari CIDI.

SAD adalah satu-satunya gangguan ansietas yang tidak menunjukkan perbedaan gender yang

signifikan dalam tingkatan seumur hidup. Tingkat prevalensi untuk SAD dalam penelitian ini

(10,3% untuk wanita vs 8,7% untuk pria) lebih rendah dari pada laporan sebelumnya (15,5% vs

11,1%; Kessler et al, 1994), tetapi pola perbedaan gendernya mirip. Tingkat prevalensi tahun lalu

untuk SAD secara signifikan lebih besar pada wanita dibandingkan pria; angka ini (6,5% untuk

wanita vs 4,8% untukpria) juga lebih rendah dibandingkan laporan sebelumnya (9,1% vs 6,6%;

Kessler et al, 1994).Tingkat yang rendah ditemukan dalam penelitian ini mungkin karena

komposisi sampel CPES, padaAmerika Eropa lebih sering melaporkan gejala ansietas daripada

responden dari kelompok minoritas lain (misalnya, Asnaani et al., 2010).

Tidak ditemukan pengaruh gender dalam rata-rata onset usiauntuk seluruh jenisansietas DSM-IV

yang telah diperiksa. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologi sebelumnya pada PD

(Kessler, Chui et al, 2006.), GAD (Angst et al, 2009;.. Vesga-López et al, 2008), AG, fobia

spesifik, dan SAD (Bourdon et al, 1988), tetapi tidak sesuai dengan beberapa studi klinis yang

melaporkan onset awal GAD terjadi pada wanita dibandingkan pada pria (Simon et al, 2006;..

Steiner et al,2005; Yonkers et al., 2003). GAD mungkin lebih memiliki bagian

yangberkelanjutan di antara sampel yang mencari pengobatan daripada di antara responden

dalam masyarakat, yang mungkin memiliki gangguan komorbiditas lebih sedikit atau keparahan

gejala yang rata-rata lebih rendah. Dalam data yang berhasil dikumpulkan, rasio tingkat risiko

untuk gangguan ansietas pada pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan terhadapusia,

menunjukkan bahwa wanitaberisiko lebih besar untuk mengembangkan gangguan ansietas di

seluruh masakehidupannya. Dari perspektif perkembangan, pria dan wanita tampaknya

Page 14: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

mengikuti lintasan yang sama dalam hal timbulnya gangguan ansietas, tapi wanita mendapatkan

lintasan ini pada tingkat signifikan yang lebih besar.

Ketetapan gangguan ansietas juga tidak berbeda terhadapgender.Pertanyaan ini relatif diabaikan

dalam literatur epidemiologi terhadap masalah gender dan ansietas bahkan meskipun teori peran

gender secara tidak langsung menyatakan bahwa pemeliharaan gangguan ansietas harus lebih

besar bagi wanita daripada pria (lihat Craske, 1999; McLean & Anderson, 2009). Dalam PTSD,

data yang tersedia menunjukkan bahwa wanitamengalami perjalanan penyakit yang lebih kronis

daripadapria (Breslau et al, 1998; Kessler et al., 1995). Data epidemiologis tentang

pengaruhgender dalam perjalanan gangguan ansietaslainnya tidak tersedia, dan data dari sampel

klinis dicampur. Sebagai contoh, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan

untuk PD yang lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria (Yonkers et al., 1998; Yonkers et al,

2003), tetapi penelitian lain tidak menemukan bukti bahwa gender berpengaruh terhadap onset

atau remisi dari GAD, PD, atau SAD (Yonkers et al, 2003). Dalam penelitian ini, ketetapandiuji

dengan membandingkan tingkat gangguan tahun lalu di antara responden yangmenderita

gangguan tersebut. Desain cross-sectional dari CPES tidak ideal untuk memerika kronisitas atau

onsetusia dan diperlukan pertimbangan lebih lanjut melalui pendekatan longitudinal.

Mengenai diagnosis komorbiditas, wanita dengan diagnosis gangguan ansietas seumur hidup

secara signifikan lebih mungkin dibandingkan pria untuk dapat didiagnosis dengan gangguan

ansietas lain, BN, dan PDK, yang semuanya gangguan tersebut secara dominan mempengaruhi

wanita. Komorbiditas yang tinggi antaraansietas dan gangguan depresi telah mendukung secara

konsistenpenelitian sebelumnya (misalnya, Kessler et al., 1996, Kessler et al., 2005). Wanita

yang dominan dengan kedua ansietas dan gangguan depresi mengisyaratkan kemungkinan

pengaruh gender dalam faktor risiko yang besar seperti afektivitas negatif, yang sangat terkait

dengan kedua gangguan (Norton et al., 2005) dan lebih sering diamati di antara anak perempuan

(Steiner et al., 2002) dan wanita dewasa pada tiap kebudayaan (Lynn & Martin, 1997;. Costa et

al, 2001). Selain itu, beberapa penelitian telah menemukan bahwa ada faktor risiko yang sama

yaitu neurotisme yang lebih erat terkait dengan ansietasdan depresi pada wanita daripada pria (.

Jardine et al, 1984; King et al, 1991.). Hal ini menunjukkan bahwa faktor temperamental gender

dimorfik laten memainkan peran kunci dalam perbedaangenderyang konsekuen baik dalam

ansietas dan depresi. Faktor temperamental dianggap layak kedepannya oleh proses sosialisasi

Page 15: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

gender yang ditentukan dengan perkiraan spesifik gender untuk ekspresi ansietas dan penerimaan

terhadap hal tersebut merupakan coping dari ansietas (lihat McLean &Anderson, 2009). Dengan

kata lain, kerentanan genetik secara bertahap berkembang menjadi sifat yang sepenuhnya jelas

melalui interaksi dua arah yang kompleks dengan faktor lingkungan. Sifat diatesis genetik ini,

termasuk bagaimana gender mempengaruhi heritabilitas dan ekspresi, belum dipahami dengan

baik (lihat Neale & Kendler, 1995, Roy et al., 1995).

Berbeda dengan pola komorbiditas gangguan, pria dengan diagnosis seumur hidup gangguan

ansietas secara signifikan lebih banyak didiagnosis dengan komorbiditas ADHD, IED, dan

semua gangguan penyalahgunaan zat. Laporan sebelumnya telah mendokumentasikan bahwa

IED dan ADHD masing-masing yang sangat memiliki komorbiditas dengan gangguan ansietas

dan lebih umum pada pria dibandingkan wanita (IED: Kessler, Coccaro et al, 2006; ADHD:

Gerson, 2002). Pengaruh gender dalam penggunaan narkoba antara responden dengan gangguan

ansietas telah didokumentasikan diepidemiologi (Bolton et al, 2006; Robinson et al, 2009..) dan

studi klinis sebelumnya (PD: Cox et al., 1993; PTSD: Tarrier & Sommerfield, 2003). Hallam

(1978) mengusulkan hipotesis self-medicationdi mana pria mengatasi ansietas melalui

penggunaan narkoba, sedangkan wanita mengatasinyamelalui penghindaran berupa

agoraphobic.Hipotesis ini telah didukung oleh penelitian yang menunjukkanbahwa pria

umumnya melihat alkohol sebagai strategi yang efektif untuk mengatasi ansietas(Cox et al.,

1993). Banyak penelitian yang meneliti komorbiditas baik di dalam suatu episode atausepanjang

hidup dan harus masuk dalam perhitunganpengaruhgender besar dalamtingkat dasar. Penelitian

masa depanharus bergerak melebihi komorbiditas yang melalui pola diferensial yang

didokumentasikan saat ini terhadap gender untuk menguji bagaimana gender mempengaruhi

hubungan berurutan antara ansietas dan co-occurring disorders.

Temuan yang didapat mendukung kesimpulan bahwa gangguan ansietas merupakan sumber

signifikan dari diabilitas, terutama bagi wanita.Gangguan ansietasberhubungan dengan absen

dari pekerjaandalam satu bulan terakhir untuk wanita, bukan pria.Hal ini bisa disebabkan oleh

komorbiditas yang lebih besar dari gangguan ansietas di kalangan wanita, penerimaan sosial

yang lebih besar dari absensi kerja untuk wanita, atau kombinasi keduanya.Baik pria maupun

wanita dengan gangguan ansietas lebih sering mmenjadi pengguna layanan perawatan kesehatan

dibandingkan dengan yang tidak menderita gangguan ansietas.Hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menunjukkan bahwa gangguan ansietasdikaitkan dengan tingkat yang amat

Page 16: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

tinggi dari penggunaan layanan perawatan kesehatan medis (Wang et al., 2005).Bahkan, sebuah

analisis oleh Greenberg et al. (1999) menunjukkan bahwa lebih dari setengah biaya terkait

dengan gangguan ansietas disebabkan oleh pengeluaran medis nonjiwa.Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa sebagian besar biaya ini berhubungan dengan morbiditas gangguan ansietas

pada wanita.

Pria dengan gangguan ansietas, tapi tidak wanita, lebih mungkin untuk mengunjungi seorang

tenaga ahlidaripada menggunakan obat atau hal-hal yang bersifat emosional pada tahun lalu,

mungkin karena akses yang berbeda ke layanan yang tepat. Dalam analisis data NCS-R, Wang et

al. (2005) menemukan bahwa meskipun wanita dengan gangguan DSM-IV lebih mungkin

dibandingkan pria untuk mencari pengobatan perawatan kesehatan, di antara mereka yang

berobat, wanita cenderung kurang daripada pria untuk menerima pelayanan perawatan kesehatan

mental. Seperti yang disampaikan oleh banyak ahli, dokter perawatan primer mungkin lebih

bersedia untuk mengelola sendiri masalah kesehatan mental pasien wanitadan lebih cenderung

untuk merujuk pasien pria ke spesialis psikiatri.Sebagai alternatif, mungkin bahwa gangguan

ansietas memotivasi pria untuk mencari perawatan kesehatan mental yang lebih daripada wanita

(Albizu-Garcia et al., 2001), dikarenakan konsistensi yang relatif lebih besar dari ansietas

terhadapperan gender feminin daripada peran tradisionalgender maskulin (Bem, 1981; untuk

diskusilihat McLean & Anderson, 2009).

Hasil penelitian epidemiologi dari beragam etnis ini menunjukkan wanita lebih dominan

terhadapansietas dibandingkan dengan priadan relatif konsisten di seluruh kelompok ras.Namun

ras / etnis tidak mempengaruhi pola perbedaan gender dalam sejumlah kecil parameter yang

diperiksa, terutama morbiditas penyakit. Penemuan bahwa responden dengan

ansietasmendukung terjadinya disfungsi yang lebih besar dan penggunaan layanan yang lebih

besar daripada respondennon-ansietas yang hanya pria Amerika Eropa asli (jumlah ER /

kunjungan medis per bulan), wanita Amerika Eropa(semuanya berupa tiga indikasi morbiditas),

dan wanita Hispanik (jumlah ER / kunjungan medis perbulan). Dengan demikian, hubungan

antara gangguan ansietas dan disfungsi yang lebih besar dan penggunaan perawatan kesehatan

hanya berlaku untuk kelompok tertentu, terutama wanita Amerika Eropa.Temuan ini konsisten

dengan penelitian sebelumnya bahkan ketika dilakukan kontrol variabel terkait SES dan

keparahan gangguan yang menunjukkan bahwa orang Amerika Eropa lebih cenderung mencari

pengobatan untuk gangguan ansietasdaripada orang Amerika Afrika (Keyes, et al.,

Page 17: Perbedaan Gender Dalam Gangguan Kecemasan

2008).Namun, kontribusi yang unik dari penelitian ini adalah penemuan bahwa status gangguan

ansietas terkait dengan morbiditas penyakit berbeda padapria dan wanita dari kelompok ras yang

berbeda. Wanita Amerika Eropa yang menderita kecemasanterutama mewakili kelompok yang

sangat banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan dan menderita disfungsional.

Singkatnya, penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh gender terhadapgangguan

ansietas DSM-IV darisurvey terbesar, yang paling mewakili etnis pada populasi AS saat ini.

Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk memenuhi kriteria untuk semua gangguan

ansietasyang diperiksa, dengan pengecualian SAD, yang prevalensinya samadi seluruh gender.

Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal onsetusia dan estimasi kronisitas

gangguan ansietas. Pengaruh gender yang signifikan diamati dalam polakomorbiditas dan dalam

disfungsi terkait dengan yang menderita gangguan ansietas, yang bersama-sama menekankan

pentingnya gender dalam epidemiologi ansietas.

Keterbatasan penelitian ini meliputi desain cross-sectional yang menghalangi analisis kausal dari

asosiasi yang dilaporkan, dan ketergantungan pada penilaian retrospektif yang dapat mengalami

kekeliruankarenarecall bias. Analisis yang didapat telah menganggapbahwa kriteria WMH-CIDI

telah menangkapdiagnosis dari gangguan dan dipelajari dengan akurasi yang sama pada pria dan

wanita. Namun, pelaporan bias tidak merata pada seluruh gender; bukti eksperimental

tercampur,bahwa pria cenderung mengesampingkanansietas relatif terhadap wanita (Egloff &

Schmukle, 2004; McLean & Hope, 2010; Pierce & Kirkpatrick, 1992).Namun, kita tidak bisa

mengesampingkan kemungkinan bahwa perbedaan yang diamati antara pria dan wanita agak

dipengaruhi oleh perbedaan terkait gender dalam mengkonsepkan dan melaporkan

gejala.Akhirnya, kami tidak menilai apakah perawatan ahli dicari untuk ansietas atau untuk

beberapa masalah kesehatan mental lainnya, dan penelitian ini tidak memeriksa jenis pengobatan

yang dicari.Penelitian ini merekomendasikan untuk penelitian masa depan agar mengeksplorasi

strategi yang bertujuan untuk mengurangi biaya ekonomi terkait gender dan memeriksa alasan

mengapa ras / etnis cukup berkaitanantara gender dan gangguan ansietas.