perbedaan sikap dan perilaku ibu baduta terkait …repository.ub.ac.id/167644/1/khabibah...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN SIKAP DAN PERILAKU IBU BADUTA TERKAIT PEMANTAUAN
BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN EDUKASI GIZI
MELALUI MEDIA BOOKLET DAN WEBSITE DI WILAYAH KOTA MALANG
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Gizi
Disusun Oleh :
KHABIBAH JUNAISTIAN
145070301111041
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“Perbedaan Sikap dan Perilaku Ibu Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet dan
Website di Wilayah Kota Malang”.
Ketertarikan penulis akan topik ini didasari pada fakta bahwa masih
tingginya angka prevalensi baduta dengan status gizi kurang, salah satu
penyebabnya adalah terkait dengan masih terbatasnya peran keluarga terutama
orang tua dalam memantau tumbuh kembang baduta. Pengalaman selama
proses penulisan Tugas akhir yang sangat berharga ini semoga dapat
menjadikan penulis menjadi seorang yang terus memperbaiki diri. Dengan
tersusunnyaTugas akhirini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada:
1. Widya Rahmawati,S. Gz, M. Gizi sebagai pembimbing pertama yang
telah memberikan bantuan, semangat dan dengan sabar membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
2. Catur Saptaning W, S.Gz, MPH, sebagai pembimbing kedua yang telah
memberikan bantuan, semangat dan dengan sabar membimbing
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini.
3. Dr. Nurul Muslihah, SP, M.Kessebagai dosen penguji yang telah
memberikan bantuan dan masukan terkait penulisan tugas akhir sehingga
penulis dapat senantiasa menulis tugas akhir dengan baik dan dapat
menyelesaikannya dengan baik pula.
v
4. Widya Rahmawati, S.Gz., M.Gizi dan Nia Novita Wirawan, M.Sc selaku
Ketua Tim Penelitian Payung “Edukasi Gizi untuk 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) Berbasis Website”.
5. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya yang telah memberikan penulis kesempatan menuntut ilmu di
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
6. Dian Handayani, S.K.M., M.Kes., Ph.D.,, Ketua Jurusan Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberikan penulis
kesempatan menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.
7. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat, masukan, serta
kasih sayangnya.
8. Kakak kandung tersayang Khelmi Junaistian yang selalu memberikan
kasih saying, dukungan dan bimbingannya.
9. Teman – teman terdekat serta Tim Penelitian, terima kasih atas
konsultasi, saran dan masukkannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas akhir ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan masukan yang
membangun.
Akhirnya, semoga Tugas akhirini dapat bermanfaat.
Malang, 28 November 2017
Penulis
vi
vi
ABSTRAK
Junaistian, Khabibah. 2017. PerbedaanSikap dan Perilaku Ibu Terkait
Pemantauan Pertumbuhan Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Booklet dan Website di Wilayah Kota Malang.
TugasAkhir, Program StudiIlmuGizi, FakultasKedokteran,
UniversitasBrawijaya. Pembimbing : (1) WidyaRahmawati, S.Gz., M.Gizi.,
(2) CaturSaptaning W, S.Gz., MPH.
Usia 0-2 tahun merupakan periode emas dimana anak mengalami tumbuh
kembang optimal. Pola asuh yang baik memiliki peranan yang penting. Namun,
hanya 76% ibu di wilayah Malang membawa anaknya ke pelayanan kesehatan
untuk melakukan pemantauan berat badan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya perubahan sikap dan perilaku ibu di wilayah kota Malang
sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi melalui media website dan
booklet. Penelitian dilakukan dengan pendekatan desain pre-post test. Pemilihan
lokasi dengan multistage random sampling dan pemilihan responden dengan
consecutive sampling, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu yang menerima edukasi
melaluibooklet (n=21) danwebsite (n=24). Hasil menunjukkan untuk sikap, pada
kelompok website tidak terdapat perbedaan signifikan (sebelum= 93.75
sesudah= 93.30), sedangkan pada kelompok booklet terdapat perbedaan
signifikan (p value= 0.010; sebelum= 92.60 sesudah= 96.45). Kedua media
menunjukkan peningkatan perilaku, namun perbedaan signifikan hanya pada
aspek tertentu, website pada 1 aspek: pengetahuan terkait status gizi anak (p
value= 0.008), booklet pada 2 aspek: pelaksanaan pemantauan berat badan (p
value= 0.008) dan pengetahuan terkait status gizi anak (p value= 0.020).
Kesimpulannya, kedua media dapat digunakan karena mampu meningkatkan
sikap dan perilaku, namun berdasar keefektifannya, booklet dinilai lebih efektif
sebagai media edukasi gizi karena menunjukkan perbedaan sikap dan perilaku
ibu terkait pemantauan berat badan baduta secara signifikan.
Kata Kunci : Anak Baduta, Sikap, Perilaku, Website, Booklet, Pemantauan
Pertumbuhan.
vii
vii
ABSTRACT
Junaistian, Khabibah. 2017. Differences of Mother's Attitude and Behavior
RegardingGrowth Monitoring in Under-Two Years OldChildren Before and
After Nutritional Education Trough Booklet and Website in Malang City.
Final Assignment. Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya.
Supervisors: (1) Widya Rahmawati, S.Gz., M.Gizi., (2) Catur Saptaning
W, S.Gz., MPH.
The age of 0 to 2 years old is known as the golden period, a period where
children are experiencing rapidgrowth and development progress. Moreover, a
good caring practice takes an important rule. However, there are only 76%
mother in Malang take their children to the Health Care Post to monitor their
children's growth. This research was aimed to assess the alteration of attitude
and behavior among mother in Malang before and after nutritional education
trough website and booklet. A study using pre-post test control group design was
conducted to under-two years’ olds children’s mother. The sampling technique
was using multistage random to define location and consecutive to select
respondents, divided into two media intervention groups, booklet (n=21) and
website (n=24). The result shows that in website group there has no significant
difference of mother’s attitude score (before= 93.75 after= 93.30), whereas in
booklet group significantly different (p value= 0.010; before= 92.60 after= 96.45).
Both website either booklet increased mother’s behavior score but only some
aspects has significant difference, website in one aspect: nutritional status
knowledge (p value= 0.008), booklet in two aspects: weight monitoring and
nutritional status knowledge (pvalue= 0.008; 0.020). In conclusion, both media
are acceptable to be used as it could improve mother’s attitude and behavior,
based on its effectiveness, booklet is more effective as nutritional education
media that it improves mother’s attitude and behavior of under-2-years old
childrengrowth monitoring significantly.
Keywords: Under-two YearsOld Children, Attitude, Behavior, Website, Booklet,
Growth Monitoring
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL DALAM............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xix
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik ....................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................ 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Baduta ................................................................................. 7
2.2 Sikap ............................................................................................. 8
ix
2.2.1 Tingkatan Sikap .............................................................. 9
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ........................ 10
2.3 Perilaku ......................................................................................... 12
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku .............................. 13
2.3.2 Teori Perubahan Perilaku ............................................... 15
2.4 Promosi Kesehatan ....................................................................... 17
2.5 Komunikasi ................................................................................... 19
2.6 Media ............................................................................................ 21
2.6.1 Definisi Media ................................................................. 21
2.6.2 Fungsi Media .................................................................. 22
2.6.3 Media Cetak Booklet ....................................................... 23
2.6.4 Media Elektronik Website ............................................... 23
2.7 Pertumbuhan Baduta .................................................................... 25
2.7.1 Definisi Pertumbuhan ..................................................... 25
2.7.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U) ................................ 25
2.7.3 Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB) ............... 26
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 28
3.2 Penjelasan Kerangka Konsep ....................................................... 29
3.3 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 30
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian ................................................................... 31
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................... 32
4.2.1 Teknik Sampling ............................................................. 32
4.2.2 Kriteria Subyek Penelitian ............................................... 33
x
4.2.2.1 Kriteria Inklusi ..................................................... 33
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi .................................................. 34
4.2.2.3 Kriteria Drop Out ................................................. 35
4.2.3 Besar Sampel ................................................................. 35
4.3 Variabel Penelitian ........................................................................ 36
4.3.1 Variabel Bebas (Independent) ........................................ 36
4.3.2 Variabel Terikat (Dependent) .......................................... 36
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 37
4.5 Instrument Penelitian..................................................................... 37
4.6 Definisi Operasional ...................................................................... 39
4.7 Sumber Data ................................................................................. 42
4.7.1 Sumber Data Primer ....................................................... 42
4.7.2 Sumber Data Sekunder .................................................. 42
4.8 Prosedur Penelitian ....................................................................... 43
4.8.1 Prosedur Alur Uji Validitas Kuesioner ............................. 43
4.8.2 Uji Reliabilitas Kuesioner ................................................ 45
4.8.3 Alur Penelitian ................................................................ 47
4.8.4 Pengumpulan Data ......................................................... 50
4.9Analisis Data .................................................................................. 52
4.9.1 Hasil Uji Normalitas ........................................................ 52
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
5.1 Karakteristik Umum Responden .................................................... 55
5.2 Sikap Responden .......................................................................... 57
5.2.1 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Website ............................... 57
xi
5.2.2 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Booklet ................................ 59
5.2.3 Analisis Perbedaan Nilai Sikap Responden Sebelum
dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Website dan Booklet ....................................................... 61
5.3 Perilaku Responden ...................................................................... 62
5.3.1 Perilaku Responden Terkait Pelaksaan Pemantauan
Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Website ............................... 63
5.3.2 Perilaku Responden Terkait Pelaksaan Pemantauan
Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Booklet ................................ 65
5.3.3Pengetahuan Responden Terkait Status Gizi Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Website .................................................... 67
5.2.4Pengetahuan Responden Terkait Status Gizi Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Booklet ..................................................... 68
5.3.5 Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet .............. 69
5.3.6 Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet .............. 70
xii
5.3.7 Analisis Perbedaan Nilai Sikap Responden Sebelum
dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Website dan Booklet ....................................................... 71
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 75
6.1.1 Karakteristik Umum Responden ................................................. 75
6.1.2 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi
Gizi Melalui Website ................................................................... 77
6.1.3 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi
Gizi Melalui Booklet .................................................................... 79
6.1.4 Analisis Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Websitedan Booklet ........................ 80
6.1.2 Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Website ..................................................... 82
6.1.3 Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Booklet ...................................................... 84
6.1.4 Analisis Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website dan Booklet ..... 86
6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 90
BAB 7 PENUTUP
7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 92
7.2 Saran ................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 95
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Kategori Status Gizi menurut BB/U ......................................... 26
Tabel 2.2 Tabel Kategori Status Gizi Menurut BB/PB ........................................ 27
Tabel 4.1. Kriteria Subyek Penelitian ................................................................. 34
Tabel 4.2Definisi Operasional ............................................................................ 39
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Sikap ..................................................................... 45
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Perilaku ................................................................. 45
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sikap ................................................. 47
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Perilaku ............................................. 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Saphiro-Wilk .......................................... 53
Tabel 5.1 Distribusi Umum Responden ............................................................. 55
Tabel 5.2 Hasil Jawaban Sikap Ibu Baduta Terkait Pemantauan Berat Badan
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui
Media Website ................................................................................... 57
Tabel 5.3 Hasil Jawaban Sikap Ibu Baduta Terkait Pemantauan Berat Badan
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui
Media Booklet .................................................................................... 59
Tabel 5.4 Perbedaan Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi dengan Media Websitedan Booklet ............. 61
xiv
Tabel 5.5 Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Website .................................................. 63
Tabel 5.6 Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Booklet ................................................... 65
Tabel 5.7Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Website .................................................. 69
Tabel 5.8Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui Media Booklet ................................................... 70
Tabel 5.9 Analisis Perbedaan Nilai Perilaku Responden Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi dengan Media Website dan
Booklet .............................................................................................. 72
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 28
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ........................................................ 31
Gambar 4.2 Sampel uji Validitas ........................................................................ 33
Gambar 4.3Sampel Penelitian ........................................................................... 33
Gambar 4.4 Skema Alur Uji Validitas Kuesioner ................................................ 43
Gambar 4.5 Bagan Alur Prosedur Uji Reliabilitas Kuesioner .............................. 46
Gambar 4.6 Skema Alur Penelitian ................................................................... 48
Gambar 5.1 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui MediaWebsite ................................. 58
Gambar 5.2 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui MediaBooklet .................................. 60
Gambar 5.3 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui MediaWebsite .................. 64
Gambar 5.4 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui MediaWebsite .................. 66
Gambar 5.5 Grafik Persentase Responden yang Mengetahui Status Gizi
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui
Media Website ................................................................................... 67
xvi
Gambar 5.6 Grafik Persentase Responden yang Mengetahui Status Gizi
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui
Media Booklet .................................................................................... 68
Gambar 5.7 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui MediaWebsite ................................................... 69
Gambar 5.8 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut
Pemantauan Berat Badan Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi Melalui MediaBooklet .................................................... 71
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................ 101
Lampiran 2. Surat Keterangan Kelayakan Etik................................................. 102
Lampiran 3. Surat Izin Melakukan Penelitian ................................................... 103
Lampiran 4. Formulir Informed Consent Uji Coba ............................................ 105
Lampiran 5. Formulir Data Dasar Uji Coba ...................................................... 106
Lampiran 6. Lember Penjelasan Penelitian ...................................................... 107
Lampiran 7. Formulir Informed Consent Mengikuti Penelitian .......................... 108
Lampiran 8. Formulir Data Dasar ..................................................................... 109
Lampiran 9. Kuisoner Pre Test ........................................................................ 110
Lampiran 10. Kuisoner Post-Test..................................................................... 112
Lampiran 11. Media Edukasi Booklet ............................................................... 114
Lampiran 12. Media Edukasi Website .............................................................. 119
Lampiran 13. Form Rekap Responden ............................................................ 120
Lampiran 14. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ...................................... 121
Lampiran 15. Uji Media .................................................................................... 125
Lampiran 16. Tabel Deskriptif Statistik Karakteristik Responden ..................... 128
xviii
Lampiran 17. Uji Normalitas Sikap dan Perilaku Responden ........................... 130
Lampiran 18. Uji Berpasangan Skor Sikap dan Perilaku Pada Kelompok
Perlakuan .................................................................................... 132
Lampiran 19. Rekap Jawaban Sikap Responden ............................................ 137
Lampiran 20. Rekap Jawaban Perilaku Responden ........................................ 139
Lampiran 21. Rekap Status Gizi Baduta .......................................................... 141
Lampiran 22. Jadwal Penelitian ....................................................................... 143
Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 144
xix
DAFTAR SINGKATAN
Baduta : Bawah Dua Tahun
Balita : Bawah Lima Tahun
BB/PB : Berat Badan Menurut Panjang Badan
BB/U : Berat Badan Menurut Umur
IT : Informasi dan Teknologi
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
KMS : Kartu Menuju Sehat
MDG : Millenium Development Goals
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
SD : Standar Deviasi
SPSS : Statistical Package for the Social Science
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi
Indonesia saat ini adalah beban terkait masalah gizi. Masalah gizi tidak hanya
terjadi pada kelompok usia tertentu namun terjadi pada berbagai kelompok usia,
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa dan lansia. Berfokus pada masalah gizi
anak, salah satu upaya yang tengah digencarkan adalah program 1000 Hari
Pertama Kehidupan. 1000 Hari Pertama Kehidupan dimulai sejak anak dalam
kandungan hingga usia 2 tahun yang merupakan masa keemasan dimana pada
saat inilah anak melalui periode optimalisasi proses tumbuh kembang (Gunawan
dkk., 2011).
Secara nasional masalah gizi anak di Indonesia masih menjadi
masalah kesehatan utama. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak 19,6% anak
memiliki berat badan kurang, diantaranya 5,7% berstatus gizi buruk dan 13,6%
berstatus gizi kurang. Jika dibandingkan dengan data dari tahun-tahun
sebelumnya, masalah berat badan kurang pada anak masih mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 tercatat sebanyak 18,4% dan pada tahun 2010
sebanyak 17,9% anak memiliki berat badan kurang (Riskesdas,
2013).Sedangkan di wilayah kota Malang tercatat sebanyak 7,8% bayi dan
baduta mengalami kurus (Rahmawati dkk., 2016). Gizi yang buruk pada anak
dapat menurunkan daya tahan tubuh anak sehingga menyebabkan anak mudah
untuk terserang infeksi atau sebaliknya penyakit infeksi pada anak dapat
2
meningkatkan kebutuhannya akan gizi sehingga jika tidak terpenuhi akan
mengakibatkan status gizi buruk (Moehji, 1992).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kejadian
masalah gizi berat badan kurang pada anak salah satunya adalah pemantauan
pertumbuhan dengan melakukan penimbangan berat badan anak secara rutin
setiap bulan. Pemantauan pertumbuhan secara rutin sangat penting dilakukan
untuk mengetahui dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya hambatan
pertumbuhan sejak dini. (Siagian dkk., 2015). Selain itu, mengetahui berat badan
anak juga penting untuk mengetahui pertumbuhan anak. Penambahan berat
badan anak secara rutin setiap bulannya menunjukkan bahwa anak tumbuh
dengan baik dan sehat. Pemantauan pertumbuhan baduta, salah satunya adalah
penimbangan berat badannya setiap bulannya bertujuan untuk memastikan
penambahan berat badan yang berarti pada anak (United Nation for Childrens
Fund, 1993 dalam Tri.L, 2008)
Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan baik secara mandiri
ataupun di berbagai tempat sarana pelayanan kesehatan seperti poskesdes,
posyandu, puskesmas, dan lain sebagainya.Secara nasional, data tahun 2010
menunjukkan angka cakupan penimbangan anak di posyandu sebanyak 74,5%
(anak yang ditimbang sedikitnya sekali dalam sebulan terakhir). Dengan proporsi
anak usia 6-11 bulan yang ditimbang sebanyak 91,5% , pada anak usia 12-23
bulan sebanyak 83,6%, sedangkan pada anak usia 24-35 bulan hanya sebanyak
73,3%. Frekuensi kunjungan anak ke posyandu terus menurun seiring dengan
bertambahnya usia anak (Riskesdas, 2010).
Terlihat bahwa peran orang tua dalam memantau berat badan terkait
tumbuh kembang anak masih sangat rendah, salah satunya disebabkan karena
3
kurangnya paparan informasi yang dibutuhkan. Dijelaskan bahwa pendidikan gizi
diperlukan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku yang positif
berhubungan dengan makanan dan gizi (WHO dalam Supariasa, 2014). Dalam
penyampaiannya, pendidikan gizi dapat dibantu dengan penggunaan beberapa
macam media seperti media tradisional yang sebatas bunyi-bunyian, media
cetak, hingga media modern yang berupa media elektronik (Notoadmodjo, 2007;
Zulaekah, 2012)
Booklet merupakan salah satu contoh media edukasi cetak dalam
bentuk buku yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan
kesehatan. Dengan kelebihan booklet yang berisi informasi detail, dapat
disimpan, mudah dibawa, serta lebih menstimulasi indra penglihat membuat
booklet menjadi media yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
namun belum sampai pada perbaikan sikap (Corcoran, 2013; Dewa, 2012;
Notoadmodjo, 2007 dan Zulaekah, 2012).
Seiring dengan semakin berkembangnya informasi dan teknologi, kini
edukasi juga dapat disampaikan melalui media berbasis informasi dan teknologi
(IT) salah satunya melalui website. Selain dapat mencakup sasaran yang lebih
luas, sebagai tambahan media website yang tidak dimiliki oleh media cetak
adalah adanya fitur-fitur seperti games, animasi, dan simulasi yang menarik
sehingga dapat meningkatkan minat untuk memahami isi edukasi (Corcoran,
2013 dan Duncan, 2014). Namun tidak semua masyarakat dapat dengan mudah
melakukan akses terhadap media edukasi website ini, selain karena tidak
memiliki alat akses yang memadai, beberapa faktor lain seperti jaringan, kuota
internet dan kurangnya kemampuan individu menjadikan sulit dilakukan
(Corcoran, 2013).
4
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan edukasi gizi kepada
ibu yang memiliki anak baduta terkait pemantauan pertumbuhan baduta anak
baduta dengan menggunakan media edukasi yang memiliki karakteristik yang
berbeda, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“PerbedaanSikap dan Perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Bookletdan
Websitedi Wilayah Kota Malang”.
1.2 Rumusan masalah
Berdasar uraian dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah adaperbedaan sikap dan perilaku
ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi melalui media bookletdan websitedi wilayah kota Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan sikap dan perilaku ibu terkait
pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi melalui media bookletdan websitedi wilayah kota Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menilai sikap ibu baduta terkait pemantauan pertumbuhan baduta
sebelum dan sesudah pemberian edukasi melalui booklet.
2. Menilai sikap ibu baduta terkait pemantauan pertumbuhan baduta
sebelum dan sesudah pemberian edukasi melalui website.
5
3. Menilai perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
sebelum dan sesudah pemberian edukasi melalui booklet.
4. Menilai perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
sebelum dan sesudah pemberian edukasi melalui website.
5. Menganalisis perbedaan sikap ibu baduta terkait pemantauan
pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian edukasi
melalui booklet dan website.
6. Menganalisis perbedaan sikap ibu baduta terkait pemantauan
pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian edukasi
melalui booklet dan website.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai efektivitas penggunaan media edukasi gizi
booklet dan website terhadap perubahan sikap dan perilaku.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Memberikan gambaran mengenai perbedaan sikap dan perilaku ibu
terkait pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi melalui media bookletdan websitedi wilayah kota
Malang.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya
pemantauan barat badan badutamelalui media edukasi booklet dan
6
websiteserta memberikan gambaran mengenai penggunaan media
penyampaian informasi melalui media edukasi booklet dan website.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masa Baduta
Baduta merupakan anak yang dengan usia di bawah dua tahun. Masa
baduta adalah masa dimana anak berada di usia 0-23 bulan (Sandjaja, dkk,
2010). Baduta seringkali disebut sebagi balita (bayi dibawah lima tahun) berusia
0-2 tahun, hal ini karena rentang usia baduta sendiri memang tercakup didalam
tentang usia balita. Ada 3 periode masa dalam pembagian masa baduta yaitu,
1. Masa neonatal
Merupakan masa disaat anak beruisa 0-28 hari. Pada masa ini terjadi
masa adaptasi terhadap lingkungan, mulai berfungsinya organ tubuh dan
perubahan sirkulasi darah..
2. Masa bayi
Masa bayi merupakan masa saat anak berusia 29 hari-11 bulan. Masa
bayi ini merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan yang pesat dan
proses pematangan terjadi secara terus menerus, terutama meningkatnya
fungsi sistem saraf.
3. Masa anak baduta
Masa anak baduta dialami saat rentang usia 12-23 bulan. Pada masa
anak baduta ini pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih dan
sedang berlangsung dan terjadinya pertumbuhan serabut saraf beserta
cabang-cabangnya sehingga membentuk jaringan saraf dan otak yang
kompleks (Kemensos RI dan Wahana Visi Indonesia, 2015; Sihadi, 2008).
8
Masa baduta merupakan masa dimana bayi mengalami
perkembangan yang sangat pesat terutama perkembangan otak yang mencapai
hingga hampir 80% dan akan mencapai puncaknya pada usia 23 bulan, oleh
sebab itu pada usia inilah sebut sebagai masa periode emas (golden age) atau
window of opportunity (Aritonang, 2013; Goi, 2013). Pada masa baduta ini pula
potensi manusia secara keseluruhan dapat berkembang seutuhnya serta terjadi
dengan cepat, selain itu pembentukan pengetahuan dan perilaku juga dapat
dengan optimal diserap (Hariyanto, 2014).
Masa baduta merupakan masa dimana saat inilah puncak dari
terjadinya perkembangan fungsi melihat, mendengar, berbahasa, serta fungsi
kognitif. Masa baduta sering kali diistilahkan sebagai periode emas atau periode
kritis anak. Anak akan mengalami tumbuh kembang yang optimal apabila selama
masa periode emas ini baduta mendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai.
Namun jika tidak, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu,
bahkan pada masa inilah penentu tumbuh kembang anak hingga selanjutnya.
(Kemensos RI dan Wahana Visi Indonesia, 2015; Sihadi, 2008).
2.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon, penilaian oleh individu berupa
pendapat terhadap stimulus atau rangsangan yang masih tertutup dari diri
seseorang, objek, maupun lingkungan sekitar yang nantinya akan mendasari
perubahan perilaku pada diri seseorang. Secara nyata sikap dapat menunjukkan
konotasi kesesuaian antara respon terhadap rangsangan tertentu dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
9
melakukan tindakan, bukan merupakan pelaksanaan dari tindakan (Notoatmodjo,
2007; Rusmanto, 2013).
Terdapat tiga komponen pokok sikap yang jika secara bersama-sama
akan membentuk sikap yang utuh. Tiga komponen pokok sikap tersebut
diantaranya,
a. Kepercayaan (keyakinan), konsep, dan pikiran, atau ide terhadap suatu
objek, dapat pula disebut sebagai aspek kognitif. Aspek ini muncul karena
adanya pengalaman baik berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap yang diambil oleh seseorang.
b. Kehidupan emosional, merupakan bentuk evaluasi terhadap suatu objek
atau dapat juga disebut sebagai aspek afektif, yang selanjutnya akan
menentukan patut atau tidak patutnya pemilihan suatu sikap.
c. Kecenderungan untuk bertindak atau tend to behave, siap atau tidaknya
seseorang dalam memilih dan atau melakukan perubahan sikap sesuai
dengan keyakinan dan emosionalnya (Notoatmodjo, 2007;
Azwar,2011;Aryani, 2013)
2.2.1 Tingkatan Sikap
1. Menerima (receiving)
Menerima berarti bahwa seseorang mau atau dapat menerima, serta
memberhatikan stimulus yang diberikan
2. Merespon (responding)
Mampu memberikan timbale balik dari stimulus yang diberikan dan
merupakan suatu indikasi sikap.
3. Menghargai (valuing)
10
Indikasi dari sikap ketiga ini merupakan apabila subjek mengajak orang
lain untuk berdiskusi terkait masalah
4. Bertanggung jawab (responsible)
Merupakan bentuk tertinggi dari sikap dimana subjek mampu menerima
amanah lebih tinggi sebagai bentuk tanggung jawab dari apa yang telah
diterima dan dipilih dengan segala resikonya
(Notoatmodjo, 2007)
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2011), terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhisikap seseorang yaitu:
a. Pengalaman Pribadi
Terdapat hubungan yang prositif dan signifikan antara
pengalaman pribadi seseorang dengan pengambilan sikap seseorang.
Biasa terjadi bila pengalaman yang dialami seseorang memiliki kesan
yang cukup kuat. Pengalaman yang berkesan akan memiliki dampak
yang sangat kuat terhadap pengembilan sikap seseorang, dimana
seseorang akan memiliki sikap baru dalam menghadapi rangsangan
sesuai dengan pengalaman pribadinya
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Dikatakan bahwa orang yang dianggap penting disekitar kita
dapat mempengaruhi sikap yang akan diambil. Terkadang, sikap yang
diambil akan sejalan dengan sikap orang yang dianggap penting dengan
tujuan agar tidak memicu konflik ketika bersikap berlawanan. Selain itu,
hal itu juga dikaitkan dengan peran orang penting tersebut yang memiliki
pengaruh terhadap kita. Orang yang dianggap penting tersebut dapat
11
hadir di lingkungan sekitar dan sehari-hari atau bahkan dapat bersal dari
luar dan tidak dikenal sama sekali.
c. Kebudayaan
Pengaruh kebudayaan terhadap sikap biasanya terjadi pada
individu yang tinggal dalam kelompok yang memiliki kebudayaan yang
terikat kuat. Individu lebih cenderung untuk bersikap sesuai dengan
kebudayaan dari pada sikap pribadi yang muncul dari diri mereka sendiri.
d. Media masa
Media masa merupakan penyalur informasi terkait berbagai
hal, selain bersifat informative media masa juga terkadang bersifat
sugestif atau mempengaruhi sehingga pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan ini akan dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
mengambil dan menentukan sikap.
e. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan bersifat edukatif sehingga dapat
berpengaruh terhadap proses pembentukan sifat. Edukasi yang diberikan
membuat seseorang mengerti dan memahami atas sesuatu yang
berdampak baik atau buruh sehingga dengan sendirinya sikap seseorang
dapat terbentuk.
f. Emosional
Pengambilan sikap yang karena faktor emosinal didasari oleh
adanya emosi dan seringkali hanya sebagai bentuk pertahanan ego
sehingga terkadang pembentukan sikap karena emosional ini terkadang
hanya bersifat semnentara namun juga dapat pula bertahan lama (Aryani,
2013; Hasrimayana, 2009; Sariyati, 2014).
12
2.3 Perilaku
Perilaku manusia merupakan segala sesuatu yang dilakukan atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar sebagai respon terhadap stimulus yaitu rangsangan
dari luar. Jika sikap sebatas merupakan tanggapan terhadap stimulus, berbeda
dengan perilaku yang merupakan bentuk nyata atau ekspresi dari sikap yang
telah ditentukan, dimana sikap hanya akan memiliki makna apabila diwujudkan
dalam bentuk tindakan yang nyata yaitu perilaku (Notoatmodjo, 2007; Ariyani,
2013; dan Hasrimayana, 2009).
Blum (1974) menyataan bahwa faktor kedua terbesar yang
berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat setelah lingkungan ialah perilaku.
Oleh sebab itu, seringkali upaya dalam merubah perilaku dilakukan dengan
intervensi atau upaya yang strategis. Secara garis besar, ada 2 upaya yang
dapat dilakukan terkait perilaku dan masing-masing bertentangan dengan
kekurangan dan kelebihannya masing-masing, yaitu melalui
1. Tekanan
Upaya atau tindakan yang dilakukan agar masyarakat dapat mengadopsi
atau merubah perilaku melalui cara-cara paksaan, tekanan, atau koersi.
Upaya paksaan ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti
peraturan atau undang-undang, tekanan (fisik atau nonfisik), sanksi,
instruksi, dan sebagainya.Perubahan karena upaya paksaan atau
tekanan ini seringkali terjadi secara cepat namun tidak bertahan lama
karena pada dasarnya perubahan terjadi bukan karena adanya
pengetahuan dan kesadaran diri yang tinggi.
13
2. Pendidikan atau Edukasi
Upaya atau tindakan yang dilakukan agar masyarakat mengadopsi atau
merubah perilaku melalui cara-cara persuasi, memberikan informasi,
imbauan, ajakan, memberikan kesadaran, dan sebaginya. Upaya ini
cenderung lebih lama dibandingkan dengan upaya tekanan, namun bila
masyarakat berhasil mengadopsi perilaku maka perubahan yang terjadi
akan dapat bertahan lama bahkan seumur hidup.
Sebagai bentuk upaya dalam membina atau meningkatkan perilaku
kesehatan masyarakat, promosi kesehatan yang pada dasarnya
merupakan upaya untuk memberikan pengaruh positif terhadap perilaku
yang kondusif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan lebih
efektif bila dilakukan dengan pendekatan atau intervensi yang berupa
pendidikan atau edukasi dibandingkan dengan pendekatan koersi. Selain
itu ada tambahan strategi yang dapat dilakukan untuk merubah perilaku
yaitu diskusi partisipasi, yang dilakukan sebagi peningkatan atau
penunjang dari cara yang kedua yaitu edukasi, yang tidak hanya bersifat
satu arah namun juga dua arah sehingga masyarakat juga dapat terlibat
aktif dan informasi dapat lebih dalam penyampaian dan penerimaannya
(Notoadmodjo, 2007).
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Sebelum melakukan intervensi perlu dilakukan diagnosis atau analisa
masalah agar intervensi atau upaya yang dilakukan dapat efektif. Dalam
merancang intervensi dapat dimulai dengan melalukan analisa faktor-faktor
penyebab atau determinan. Menurut Green dalam Notoadmodjo (2007), 3 faktor
utama yang mempengaruhi perilaku, yaitu :
14
a. Faktor Predisposisi
Sering disebut sebagai factor pemudah, merupakan factor-faktor yang
terutama dapat secara positif mempermudah terwujudnya perilaku.
Dimana faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap, tradisi dan
kepercayaan, nilai yang dianut masyarakat, tingkat sosial ekonomi,
tingkat pendidikan, dan lain sebagainya. Pengetahuan dapat diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun informal, pengetahuan yang tepat
akan menghasilkan perilaku yang tepat pula dan sebaliknya.
Pengetahuan dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam memiliki
sikap, namun sikap yang positif belum tentu tercermin dengan tindakan
atau perilaku yang positif pula atau sebaliknya dimana banyak faktor yang
berpengaruh salah satunya norma disekeliling atau tradisi juga
kepercayaan. Kepercayaan merupakan keyakinan tanpa bukti, keyakinan
dan tradisi diturunkan melelau proses informal dari pihak-pihak terdekat
yang bila sepenuhnya dipercayai akan mempengaruhi perilaku individu
atau kelompok. (Notoadmodjo, 2007; Notoadmodjo, 2003 dalam
Hasrimayana, 2009)
b. Faktor Pemungkin
Disebut sebagai factor pendukung atau factor pemungkin karena pada
hakikatnya factor-faktor berikut mendukung atau memungkinkan
tercapainya perilaku kesehatan diantara faktor-faktornya ialah
ketersediaan fasilitas seperti fasilitas kesehatan, obat obatan dan sarana
prasarana misalnya tempat tinggal, air bersih, pembuangan sampah,
pembuangan tinja dan lain sebagainya.
c. Faktor Penguat
15
Faktor yang diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat, meliputi
sikap dan perilaku orang-orang sekitar dan orang-orang yang dianggap
penting misalnya tokoh masyarakat, tokoh agama, termasuk petugas
kesehatan serta termasuk juga peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan kesehatan. Tidak hanya mempengaruhi namun seringkali
dicontoh karena perilaku orang-orang yang dianggap penting tersebut
dianggap sebagai perilaku yang paling benar (Notoadmodjo, 2007;
Notoadmodjo, 2003 dalam Hasrimayana, 2009).
2.3.2 Teori Perubahan Perilaku
Terdapat beberapa teori terkait perubahan perilaku. Berdasarkan teori
Health Belief Model, perilaku merupakan respon seseorang terhadap
stimulus yang diwujudkan dalam suatu tindakan. Perilaku dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar, merupakan perilaku terbuka yang dapat diukur
intensitas, frekuensi serta durasinya (Hayden, 2009).Berdasar pada teori ini,
untuk adanya suatu perubahan perilaku, seseorang harus secara pribadi
merasakan bahwa dia dapat terserang, kemungkinan mendapatkan
konsekuensi dari keparahannya, serta melihat bahwa langkah yang
diambilnya mampu memberikan keuntungan sebagai prevensi atau
menurunkan kemungkinan resiko dengan harga yang setimpal dengan sedikit
hambatan. Selain itu seseorang juga harus merasakan bahwa dirinya mampu
untuk melakukan dan mempertahankan perubahan perilaku tersebut. Faktor
internal maupun eksternal juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku
tersebut(Morris,.dkk, 2012). Selain itu teori ini juga menjelaskan bahwa ada
beberapa tahapan dalam perubahan perilaku. Dimulai dari tahap Pre-
kontemplasi yaitu dimana individu masih belum menyadari suatu masalah
16
dan belum memiliki ketertarikan untuk berubah, dimana keingintahuannya
akan meningkat, peka terhadap masalah dan solusinya, serta mengevaluasi
kembali lingkungan sekitarnya. Dilanjutkan dengan tahap kontemplasi yaitu
dimana individu mulai menyadari masalah dan memiliki keinginan serius
untuk berubah. Sampailah pada tahap selanjutnya yaitu persiapan untuk
melakukan perubahan perilaku dimana individu mulai melihat dan memilih
hal-hal berkaitan dengan perilaku barunya. Aksi merupakan tahapan dimana
individu telah melakukan perubahan perilaku dimana indivisu telah mengganti
alternatif perilaku terkait masalah, control terhadap stimulus, membangun
hubungan, dan meyakinkan diri mempertahankannya.Terakhir adalah tahap
maintenance dimana individu mulai memperhatikan sosial dan berusaha
untuk mempertahankan perubahan perilakunya (Prochaska et al., 1992
dalam Morris,.dkk, 2012).
Berdasarkan teori Social Cognitive Theory, sorang individu lebih
mampu untuk mengatur diri dibandingkan dengan melakukannya sebagai
perilaku, diatur oleh kekuatan biologis ataupun lingkungan. Selain itu induvidu
memilikiself-belief yang memungkinkan untuk melakukan pengukuran atas
pengendalian perasaan, pikiran, dan tindakan yang dilakukan (Mukhid, 2009).
Selain teori tersebut, terdapat teori terkait tindakan yang direncanakan
atau Theory of Planned Behaviouryang menjelaskan bahwa teori manusia
diatur oleh beberapa faktor, terdapat tiga macam faktor yaitu keyakinan dan
evaluasi terhadap hasil perilaku, keyakinan terhadap harapan normatif yang
berasal dari orang lain serta motivasi untuk menuruti harapan tersebut, serta
keyakinan tentang adanya faktor fasilitas dan hambatan serta adanya
17
persepsi terkait kekuatan yang menyertai faktor tersebut (Machrus &
Purnomo, 2010)
2.4 Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan atau yang seringali disebut penyuluhan kesehatan
merupakan salah satu bentuk upaya untuk mewujudkan perilaku positif
masyarakat terkait kesehatan. Dalam hal ini, praktisi atau aplikasi promosi
kesehatan memiliki peran dalam menunjang program-program kesehatan
lain. Jika ditinjau kembali, promosi kesehatan merupakan bentuk revitalisasi
pendidikan kesehatan dari tahun-tahun yang sebelumnya dan bukan hanya
merupakan upaya dalam proses menyadarkan masyarakat atau hanya
sebatas memberikan informasi namun lebih jauh juga disertai upaya-upaya
memfasilitasi masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku ke arah
positif. Promosi atau pendidikan kesehatan hendaknya diberikan sedini
mungkin sebagai upaya preventif mengingat siklus kehidupan yang terus
berlangsung, ketika terjadi masalah pada awal kehidupan maka akan
berdampak pada proses siklus selanjutnya. Beberapa penelian juga
menunjukkan hubungan atau pengaruh lingkungan, keluarga terhadap
pengetahuan serta sikap dan perilaku (Notoadmodjo, 2007; Zulaekah, 2012).
Dalam melakukan promosi secara efektif dan efisien, terdapat beberapa
strategi. Menurut WHO tahun 1984 dalam Notoadmodjo (2007) beberapa
strategi yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Advokasi (Advocacy)
Output dari kegiatan advokasi adalah berupa hal-hal yang mengikat
seperti undang-undang dan peraturan, instruksi-instruksi, yang terkait
18
kesehatan. Oleh sebab itu, kegiatan advokasi ditujukan pada para
pemangku kekuasaan ataupun kebijakan, pembuat keputusan baik dalam
bidang kesehatan maupun dalam sector lain yang berhubungan dan
memiliki engaruh publik.
b. Dukungan Sosial (Social Support)
Kegiatan yang ditujukan bagi para tokoh masyarakat baik formal seperti
petugas kesehatan, guru, lurah, camat, dan lain sebagainya maupun
informal sperti tokoh agama dan sebagainya. Tujuannya adalah agar
program mendapatkan dukungan dari masyarakat sekitar yang memiliki
peranan penting didalamnya.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan langsung ditujukan pada masyrakat secara langsung
sebagai sasaran utama atau sasaran primer dari promosi kesehatan
tujuannya agar masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara
maupun meningkatkan kesehatannya sendiri. Pemberdayaan masyarakat
dapat dilakukan dalam berbagai macam kegiatan seperti penyuluhan
kesehatan, pembangunan dan pengorganisasian masyarakat, dan lain
sebagainya.
Hasil atau output yang diharapkan dari dilakukannya promosi
kesehatan adalah perilaku kesehatan untuk memelihara atau meningkatkan
kesehatan secara kondusif, perubahan perilaku dari yang tidak kondusif menjadi
yang kondusif tersebut mengandung beberapa dimensi diantaranya sebagai
berikut,
a. Perubahan Perilaku
19
Perubahan perilaku masyarakat dari yang negative atau kurang
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan menjadi perilaku yang lebih positif dan
sesuai dengan nilai kesehatan.
b. Pembinaan Perilaku
Pembinaan terutama diberikan atau ditujukan bagi masyarakat
yang pada dasarnya telah memilik perilaku yang positif, sesuai dengan nilai
kesehatan untuk dipertahankan.
c. Pengembangan Perilaku
Pengembangan perilaku ini terutama ditujukan bagi anak-anak
sejak usia sedini mungkin untuk ditanamkan dan dibiasakan melakukan
perilaku kesehatan yang sesuai (Notoadmodjo, 2007).
2.5 Komunikasi
Schwerin dan Nawell (1981) menyatakan bahwa perubahan perilaku
tidak akan dapat terjadi tanpa adanya perubahan sikap. Agar terjadi komunikasi
yang efektif, ada empat jenis unsur yang perlu diperhatikan dan terlibat dalam
komunikasi, yaitu
1. Komunikator (sumber)
Komunikator merupakan orang atau sumber yang menyampaikan
stimulus, antara lain dalam bentuk pesan-pesan atau informasi-informasi.
Komunikasi dikatakan efektif bila tidak hanya ada stimulus dari sumber namun
juga ada umpan balik dari penerima pesan. Terdapat beberapa karakteristik yang
berhubungan dengan komunikator dan berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan pesan yang disampaikan diantaranya,
20
- Keahlian. Keahlian terkait dengan kredibilitas dari sumber yang
disampaikan. Komunikasi dengan kredibilitas sumber yang tinggi akan
lebih banyak perubahahan yang ditumbulkan jika dibandingkan
dengan yang kurang terkait kredibilitasnya. Menurut Bocler,
komunikator yang dapat dipercaya akan lebih didengarkan oleh
pendengar.
- Keterandalan (kemampuan interpersonal). Salah satu yang
menunjukkan keterandalan ialah dimana komunikator dapat
menyampaikan pendapatnya secara konsisten. Komunikator yang
handal adalah komunikator yang mampu membuat perubahan yang
besar.
- Rasa suka. Rasa suka atau ketertarikan dapat selanjutnya mengubah
sikap, sesuai dengan perubahan yang disukai. Kesamaan cenderung
dapat lebih dapat diterima.
- Status. Status komunikator dengan pendengar sebaiknya sama sebab
akan lebih dapat diterima oleh pendengar dan akan dapat
menimbulkan perubahan yang diinginkan oleh komunikator.
2. Komunikasi (Pesan)
Pesan (message) adalah stimulus, informasi, atau gagasan yang
disampaikan oleh komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima
pesan). Komunikasi dapat terjadi baik satu arah ataupun dua arah. Komunikasi
juga ada kaitannya dengan daya tarik dari pesan dan media yang digunakan.
Arah komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi satu arah dan komunikasi
dua arah. Komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang terjadi apabila
komunikator tidak memberi kesempatan kepada komunikan atau memang tidak
21
adanya timbale balik dari komunikan. Sedangkan, kmunikasi dua arah
merupakan komunikasi yang terdapat timbale balik serta adanya dialog antara
pemberi pesan dan penerima pesan.
3. Penerima pesan (pendengar)
Penerima pesan adalah orang yang menerima isi pesan dari pemberi
pesan (kromunikator).Penerima pesan lebih mudah dipengaruhi ketika perha-
tiannya terganggu, meskipun pesan yang diberikan sederhana. Karakteristik
yang berbeda-beda dari penerima pesan juga dapat mempengaruhi penerimaan
pesan, misalnya pendengar dengan harga diri yang lebih rendah akan lebih
sensitif dalam menerima pesan dibandingkan dengan pendengar yang memiliki
harga diri yang lebih tinggi.
4. Saluran (Media)
Merupakan bentuk cara penyampaikan pesan dari pemberi pesan
kepada penerima pesan, berupa alat atau sarana yang jenis atau bentuknya
dapat bervariasi dar yang paling tradisional hingga paling modern. Bentuk pesan
yang disampaikan memiliki pengaruh terhadap isi yang diterima oleh penerimaan
pesan. Media yang digunakan akan mempengaruhi, mempermudah dalam
penyampaian dan pemahaman dari informasi atau pesan yang disampaikan
(Kholid, 2014; Notoatmodjo, 2007).
2.6 Media
2.6.1 Definisi Media
Kata media berasal dari bentuk jamak Bahasa Latin yaitu “Medium”.
Arti Bahasa Latin “Medium” yaitu “Pengantar” atau “Perantara” atau dapat
diartikan merupakan perantara atau pengantar antara sumber pesan dengan
22
penerima pesan. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat
menjadi perantara pesan, menyalurkan, merangsang pikiran, perasaan, dan
keinginan penerima pesan sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar
pada diri audiens. Media pembelajaran dapat berupa media visual seperti yang
diproyeksikan, alat bantu dua dimensi maupun tiga dimensi, audio berupa alat
bantu yang dapat menstimulasi indra pendengar ataupun audio-visual seperti
video.
2.6.2Fungsi Media
Beberapa fungsi media diantaranya:
a. Media pembelajaran dapat digunakan untuk mengatasi keterbatasan dari
pengalaman yang dimiliki oleh penerima pesan atau audience. Masing-
masing perbedaan pengalaman dari audience dapat dibatasi dengan adanya
media. Pengalaman tersebut bergantung pada berbagai faktor menyangkut
ragam dan kekayaan pengalaman yang didapat.
b. Media pembelajaran dapat mempermudah dalam mengatasi hambatan
penyampaian
c. Media pembelajaran dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung
antara audience dan lingkungannya.
d. Media pembelajaran dapat menghasilkan keseragaman pemahaman.
e. Media pembelajaran dapat menanamkan konsep dasar yang benar, sesuai,
realistic, dan kongkret.
f. Media pembelajaran dapat menimbulkan dan meningkatkan terhadap minat.
g. Media pembelajaran dapat memicu motivasi dan keingan atu minat belajar
sasaran.
23
h. Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang
integral/menyeluruh muali dari segi sisi kongkret maupun abstrak.
i. Media pembelajaran dapat mencapai cakupan sasaran yang lebih banyak.
(Kholid, 2014; Notoatmodjo, 2007).
2.6.3 Media CetakBooklet
Booklet merupakan salah satu bentuk media cetak untuk membantu
menyampaikan pesan dalam bentuk buku, dapat berupa tulisan ataupun gambar.
Booklet digunakan pada topik yang diminati tinggi oleh kelompok sasaran.
Dengan kelebihan booklet yang berisi informasi detail, dapat disimpan, mudah
dibawa, serta lebih menstimulasi indra penglihat membuat booklet menjadi media
yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan namun belum sampai pada
perbaikan sikap (Corcoran, 2013; Dewa, 2012; Notoadmodjo, 2007; Zulaekah,
2012).Selain itu, kelebihan dari booklet ciri lainnya adalah berisi tentang
informasi pokok yang mudah dipelajari, lebih ekonomis dan cepat dalam
mendapatkan informasi yang dicari, memungkinkan untuk seseorang dengan
caranya sendiri untuk mendapatkan informasi. Dalam penggunaann booklet perlu
mempertimbangkan beberapa hal yaitu kemampuan baca seseorang, kondisi
fisik dan psikologis, serta faktor lingkungan. Booklet memiliki kelemahan yaitu
terkadang pencantuman dari informasi yang sudah seharusnya untuk diperbarui
atau kadaluarsa, untuk tujuan instruksional booklet tidak tepat digunakan, serta
sama halnya seperti media cetak yang lainnya, untuk jumlah cetakan booklet
hanya terbatas (Notoatmodjo, 2007; Notoatmodjo, 2010).
2.6.4 Media ElektronikWebsite
Website merupakan salah satu media penyampaian pesan yang
berbasis teknologi informasi. Teknologi informasi merupakan istilah umum yang
24
menjelaskan teknologi sebagai pembantu manusai dalam membuat, mengubah,
menyimpan, menyampaikan dan atau menyebarkan informasi. Teknologi
Informasi menyatukan komputasi dan komunikasi dengan kecepatan tinggi untuk
data, suara, ataupun video. Website merupakan salah satu bentuk media
elektronik yang masih tergolong baru digunakan dalam edukasi atau promosi
kesehatan. Website sebagai media promosi kesehatan merupakan media yang
dapat menyediakan informasi secara efisien dan murah. Organisasi kesehatan
saat ini mulai banyak mengembangkan media website dengan fitur yang
interaktif.
Kelebihan website adalah mempu menyediakan sumber informasi
terkait suatu isu atau topik dengan efisien, lebih cepat, tersebar di area yang
luas, dapat tersimpan dalam jangka waktu yang lama, serta dapat menarik
sasaran atau audience lebih banyak jika terdapat fitur yang menarik disertakan
pada website. Sebagai tambahan media website yang tidak dimiliki oleh media
cetak adalah adanya fitur-fitur seperti games, animasi, dan simulasi yang
menarik sehingga dapat meningkatkan minat untuk memahami isi edukasi
Namun tidak semua masyarakat dapat dengan mudah melakukan akses
terhadap media edukasi website ini, selain karena tidak memiliki alat akses yang
memadai, beberapa faktor lain seperti jaringan, kuota internet dan kurangnya
kemampuan individu menjadikan sulit dilakukan (Corcoran, 2013; Duncan, 2014).
Kelemahan dari website adalah desain yang relative mahal ketika
elemen interaktif yaitu salah satu fitur website diikutsertakan, butuh untuk
menjaga dan selalu memperbarui konten dari website. Website yang apabila
tidak memberikan informasi terbaru secara berkala tak jarang untuk
diabaikan(Egger, et al., 2005; Kholid, 2014).
25
2.7 Pertumbuhan Baduta
2.7.1 Definisi Pertumbuhan
Yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah bertambahnya dari
ukuran antropometri tubuh atau ukuran fisik, antropometri tubuh adalah seperti
berat badan, panjang/tinggi badan, dan ukuran tubuh lainnya. Pertumbuhan juga
dapat mendefinisikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan makanan
yang masuk dan kebutuhan akan zat gizi seorang anak selama proses tumbuh
(Sandjaja, dkk, 2010). Salah satu indicator kesehatan yang spesifik adalah
pertumbuhan. Pada anak yang berusia setelah satu tahun, cenderung
mengalami pertumbuhan yang melambat dan tidak secepat pada tahun
sebelumnya atau pertama kehidupan (Arisman, 2010). Namun baduta lebih
cenderung mengalami pertumbuhan yang konstan dan secara periodik.
Pemantauan pertumbuhan pada anak baduta dapat dilakukan melalui
pengukuran antropometrik. Pengukuran antropometrik mencakup panjang badan,
berat badan, dan berat bedan menurut panjang badan. Hasil pengukuran
tersebut akan dikelompokkan sesuai persentil pada grafik pertumbuhan dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau grafik pertumbuhan dari
WHO. Pengukuran lain untuk memperkirakan komposisi tubuh seperti lingkar
lengan atas atau tebal lemak juga dapat digunakan namun jarang dipakai
(Mahan dan Stump, 2008).
2.7.2 Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan menurut umur (BB/U) maerupakan salah satu dari indeks
antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi seseorang.
Indeks BB/U adalah dengan memperhitungkan berat badan menurut umurnya.
26
Balita (termasuk baduta), untuk interpretasi status gizi ditentukan menggunakan
z-skor BB/U (Sandjaja, 2010). Pada plot grafik untuk BB/U dapat dilihat status
gizi berdasar indeks BB/U.
Penambahan Berat badan rata-rata pada anak yang berusia 1-3
tahun adalah sebesar 2-2.5 kg per tahun (Arisman, 2010). Kesesuaian
pertumbuhan berat badan dengan umur dapat dilihat pada grafik BB/U.
Tabel 2.1 Tabel Kategori Status Gizi menurut BB/U (SK Menkes)
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut
Umur (BB/U)
Anak umur 0-60 bulan
Gizi Buruk < - 3 SD
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih >2 SD
Cara Menghitung Z- Skor BB/U menggunakan rumus:
Z Skor = BB individu − (nilai medium acuan)
simpang baku populasi
Nilai medium acuan dan simpang baku dapat diperoleh dari tabel baku standar
(Arisman, 2010). Namun perhitungan Z-skor akan lebih mudah dimengerti jika
dalam bentuk grafik yang dapat juga dilihat berdasarkan warna. Pengisian grafik
membutuhkan data berat badan dan usia anak baduta. Selanjutnya berat badan
dan usia anak dihubungkan sesuai garis pada grafik, akan terlihat letak titik temu
garis dan berada pada warna apa (WHO, 2008).
2.7.3 Berat Badan Menurut Panjang Badan (BB/PB)
Berat Badan menurut panjang badan merupakan salah satu indeks
antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi anak usia 0-23
bulan. Indeks BB/PB memperthitungkan berat badan menurut panjang badan
27
anak. Dari indeks BB/PB ini juga dapat diketahui secara lebih dini bila terjadi
gangguan dalam pertumbuhan sebab indeks BB/PB dapat menjadi gambaran
terjadinya status gizi akut (Sandjaja, 2010). Pertumbuhan BB/PB dapat dilakukan
pemantauan melalui plot grafik dari WHO.
Tabel 2.2 Tabel Kategori Status Gizi menurut BB/PB (Sumber: SK Menkse,
2010).
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut
Panjang Badan (BB/PB)
Anak umur 0-60 bulan
Kurus < - 3 SD
Normal -3 SD sampai dengan < -2
SD
Gemuk -2 SD sampai dengan 2 SD
1
28
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber : Azwar, 2011; Rahayuningsih, 2008; Notoatmodjo, 2010; Sulistyani, 2013; Gaol,2012;
Zulaekah, 2012; Corcoran, 2013; Dewa, 2012; dan Duncan,et al., 2014
Ciri-ciri :
- Berupa media cetak / buku
- Mudah digunakan
- Ekonomis
- Jangkauan terbatas
- Informasi kurang diperbarui
Ciri-ciri :
- Berupa media elektronik
- Efektif
- Jangkauan lebih luas
- Memerlukan kemampuan
dan sarana akses
Faktor lain yang
mempengaruhi :
- Pengalaman
pribadi
- Lingkungan
- Pendidikan
- Media massa
- Faktor
emosional
Edukasi terkait
pemantauan berat
badan baduta melalui
booklet
Edukasi terkait
pemantauan berat badan
baduta melalui website
Sikap ibu baduta
terkait pemantauan
berat badan baduta
Perilaku ibu baduta
terkait pemantauan
berat badan baduta
Faktor lain yang
mempengaruhi :
- Kepercayaan
- Lingkungan
- Fasilitas dan
sarana prasarana
Status gizi
baduta
29
1.2 Penjelasan Kerangka Konsep
Dari gambar kerangka konsep 3.1 diatas, dapat diketahui bahwa
sumber informasi pendidikan terkait gizi dapat diperoleh dari berbagai sumber
dan dalam penyampaiannya diperlukan komunikasi yang efektif yang dapat
dilakukan memalui bantuan perantara media. Berbagai macam media dapat
digunakan, baik tradisional dalam bentuk cetak maupun elektronik yang
memanfaatkan perkembangan informasi dan teknologi. Dalam penelitian ini
intervensi dilakukan melalui 2 macam media yang berbeda yaitu media booklet
dan website yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk
media booklet beberapa diantara ciri-cirinya yaituberupa media cetak / buku,
mudah digunakan, ekonomis, jangkauan terbatas serta terkadang konten
informasinya kurang diperbarui (Corcoran, 2013; Dewa, 2012; Notoadmodjo,
2007; Notoatmodjo, 2010; Zulaekah, 2012). Untuk media website beberapa
diantara cirri-cirinya yaitu berupa media elektronik, efektif, jangkauan lebih luas,
dan memerlukan kemampuan dan sarana untuk aksesnya misalnya gadget serta
jaringan internet (Corcoran, 2013; Duncan,et al., 2014).
Pemberian edukasi gizi mampu memberikan pengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta.
Namun selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi perubahan sikap dan
perilaku ibu, untuk sikap dapat dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya
pengalaman pribadi, lingkungan, pendidikan, media massa, dan faktor
emosional. Dan untuk perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya
kepercayaan, lingkungan, serta fasilitas dan sarana prasarana (Azwar, 2011;
Rahayuningsih, 2008; Notoatmodjo, 2010). Yang selanjutnya sikap dan perilaku
30
ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta ini sendiri yang berhubungan
dengan peranan ibu baduta akan berpengaruh terhadap status gizi baduta.
1.3 Hipotesis
Berdasar kajian diatas terkait pengaruh antar beberapa variabel serta
dari kajian teori dan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat dibuat
hipotesis penelitan sebagai berikut:Terdapat perbedaan antara sikap dan
perilaku ibu baduta sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi terkait
pemantauan pertumbuhan baduta melalui media booklet dan website terhadap di
wilayah kota Malang.
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang digunakan yaitu
berupapre-post test design terhadap 2 kelompok perlakuan yang berbeda untuk
mengetahui perbedaan sikap dan perilaku sebelum dan sesudah
pemberianedukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutamelalui media
bookletdan website.
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan :
O1 : Sikap dan perilaku ibu sebelum diberikan edukasi gizi terkait pemantauan
pertumbuhan badutamelalui media website.
O2 : Sikap dan perilaku ibu1,5 bulan setelah diberikan edukasi gizi terkait pemantauan
pertumbuhan badutamelalui media website(post-test).
O3 : Sikap dan perilaku ibu sebelum diberikan edukasi gizi terkait pemantauan
pertumbuhan badutamelalui mediabooklet.
O4 :Sikapdanperilaku ibu 1,5 bulansetelahdiberikanedukasigizi terkait pemantauan
pertumbuhan baduta melalui media booklet (post-test).
X1: Intervensi edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutamelalui media
website.
X2: Intervensi edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutamelalui media
booklet.
Pre-test (sikap dan perilaku)
Intervensi Post-test (perubahansikap&perilaku)
O1 X1 O2
O3 X2 O4
32
4.2. Populasi dan Sampel/Subyekpenelitian
Populasi yang ditentukan dalam penelitian ini adalah ibu dari baduta
yang tinggal di wilayah Kota Malang. Dan subyek yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah ibu dari baduta yang tinggal di wilayah Kota Malang yang
memenuhi kriteria yang ditentukan.
4.2.1. Teknik sampling
Digunakan dua jenis teknik sampling pada penelitian ini. Teknik yang
digunakan dalam pemilihan tempat pengambilan sampelyaitu dengan teknik
multistagerandom sampling. Pertama dari setiap kecamatan, masing-masing
dipilih 1 puskesmas yang mewakili. Pemilihan puskesmas dilakukan secara acak
/ randommenggunakan undian. Selanjutnya, dari masing-masing wilayah kerja
Puskesmas dipilih 3 wilayahuntuk dilakukan uji coba kuesioner, pemberian
intervensi berupa edukasi melalui website, danbooklet. Dari masing-masing
kelurahan dipilih 2 Posyandu. Pada tingkat posyandu pemilihan responden
dilakukan menggunakan teknik consecutive sampling yaitu teknik sampling
dengan pemilihan responden berdasar kriteria inklusi hingga didapatkan jumlah
sample, teknik ini merupakan teknik non-probability sampling yang paling
mendekati probability sampling (Jamil, 2007). Dari Posyandu tersebut dipilih
subyek penelitian yang memenuhi kriteria. Untuk Uji validasi, dari setiap
posyandu dipilih 4 responden dan untuk pelaksanaan penelitian dipilih sebanyak
masing-masing 5 untuk kelompok intervensi booklet dan 5 untuk kelompok
intervensi website sesuai dengan perhitungan sampel yang telah dilakukan.
Berikut adalah skema pemilihan tempat serta responden penelitian
untuk uji validitas dan penelitian,
33
Kecamatan
Kelurah
an 1
Kelurah
an 2
Kelurah
an 1
Kelurah
an 2
Kelurah
an 1
Kelurah
an 2
Kelurah
an 1
Kelurah
an 2
Kelurah
an 1
Kelurah
an 2
P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2 P 1 P 2
n1 = 5 n2 = 5
n1 = 5 n2 = 5 n2 = 5 n1 = 5 n2 = 5 n1 = 5 n2 = 5 n1 = 5
Kota Malang
Kota Malang
Klojen Sukun Blimbing Lowokwaru Kedungkandang
Puskesmas Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Kota Malang
Kedungkandang
Puskesmas Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
1 Kelurahan 1 Kelurahan
1 Kelurahan
1 Kelurahan
1 Kelurahan
4 subjek 4 subjek 4 subjek 4 subjek 4 subjek
Gambar 4.2 Sampel Uji Validitas
Gambar 4.3 Sampel Penelitian
4.2.2. KriteriaSubyekPenelitian
4.2.2.1 Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi dari subyek penelitian pemberian materi
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media booklet dan
websiteadalah sebagai berikut:
a. Tahap I (Kriteria subjek untuk Uji Validitas Kuesioner)
Sasaran Ibu Baduta
1) Ibu baduta dengan baduta yang berusia 0-23 bulan
Lowokwaru Klojen Blimbing Sukun
34
2) Ibu baduta berusia 18-40 tahun
3) Ibu baduta dalam keadaan sehat dan tidak sedang dalam
pengobatan medis (berdasarkan pengakuan ibu)
4) Ibu baduta merupakan penduduk di wilayah Kota Malang
5) Ibu baduta bersedia menjadi responden penelitian dan
menandatangani informed consent
b. Tahap II (Kriteria subjek untuk Intervensi Edukasi Gizi)
Penentuan kriteria inklusi bedasarkan masing-masing media
edukasi yang digunakan dalam kelompok sasaran.
Tabel 4.1 Kriteria Subjek Penelitian Kelompok Intervensi (Edukasi melalui
website)
Kelompok Intervensi (Edukasi
melalui booklet)
1) Ibu baduta dengan baduta yang berusia
0-23 bulan
2) Ibu berusia 18-40 tahun
3) Ibu baduta dalam keadaan sehat dan
tidak sedang dalam pengobatan medis
(berdasarkan pengakuan ibu)
4) Ibu baduta dengan baduta yang sehat /
tidak memiliki kelainan bawaan
(berdasarkan pengakuan ibu)
5) Ibu baduta merupakan penduduk di
wilayah Kota Malang
6) Ibu baduta yang bisa membaca
7) Ibu baduta memiliki telepon pintar
(smartphone) yang terhubung dengan
internet
8) Ibu baduta terbiasa mengakses internet
minimal 1x seminggu
9) Ibu baduta bersedia menjadi responden
penelitian dan menandatangani informed
consent
1) Ibu baduta dengan baduta yang
berusia 0-23 bulan
2) Ibu berusia 18-40 tahun
3) Ibu baduta dengan baduta dalam
keadaan sehat dan tidak sedang
dalam pengobatan medis
(berdasarkan pengakuan ibu)
4) Ibu baduta dengan baduta yang
sehat / tidak memiliki kelainan
bawaan (berdasarkan pengakuan
ibu)
5) Ibu baduta merupakan penduduk
di wilayah Kota Malang
6) Ibu baduta yang bisa membaca
7) Ibu baduta bersedia menjadi
responden penelitian dan
menandatangani informed consent
4.2.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang membuat anggota populasi tidak
dapat dijadikan sebagai anggota sampel.Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
35
adalah apabila ibu tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti penelitian karena
kondisi tertentu.
4.2.2.3 Kriteria Drop Out
Kriteria drop outi merupakan kriteria yang membuat anggota populasi tidak lagi
dapat mengikuti penelitian sebagai sampel, kriteria drop out dalam penelitian ini
diantaranya :
a. Ibu baduta tidak bersedia melanjutkan proses intervensi/tidak bersedia
melanjutkan keikutsertaan sebagai responden penelitian
b. Ibu baduta pindah ke luar Kota Malang
c. Ibu baduta tidak dalam kondisi kesehatan yang baik secara mendadak atau
dalam jangka waktu yang lama karena suatu hal
4.2.3. Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan pada tahap pertama yaitu untuk uji
coba kuesioner dengan tujuan mengidentifikasi pernyataan yang sesuai dan
diperlukan pada kelompok sasaran serta uji validasi dan uji media edukasi
adalah sebanyak 20 sampel (Notoatmodjo, 2012). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Septiana dan Tjahjani (2014)
yang menyatakan bahwa survey pendahuluan sebagai uji validitas dapat
melibatkan reponden sebanyak 10 orang untuk minimalnya atau lebih (Septiana
dan Tjahjani, 2014)
Selanjutnya, untuk perhitungan sampel tahap kedua yaitu untuk
pemberian intervensi pada masing-masing kelompok menggunakan perhitungan
metode Hypotesis Testing Between Two Means (Lwanga and Lemeshow, 1991)
dengan perhitungan sebagai berikut:
36
𝑛 =2 × (13,6)2(1,96 + 0,84)2
(54,1 − 71,6)2= 10
Keterangan :
n = Besar sampel minimum
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α=0,05 adalahsebesar 1,96
Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β=80% adalahsebesar 0,84
σ = Standardeviasitingkatpengetahuansebelumedukasigizisebesar 13,6 (Zulaekah,
2012)
µ1 = Nilai rata-rata tingkatpengetahuansebelumedukasisebesar 54,1 (Zulaekah,
2012)
µ2 = Nilai rata-rata tingkatpengetahuansebelumedukasisebesar71,6 (Zulaekah,
2012)
µ1-µ2 = Selisih nilai rata-rata sebelumdansesudahedukasi
Sesuai dengan mempertimbangkan perhitungan di atas, faktor pengali
efek desain dengan teknik sampling non probability sampling (DE = 2), dan
mempertimbangkan alokasi Drop Out 20%, maka didapatkan hasil bahwa
diperlukan sampel sebesar 24 orang / kelompok intervensi dalam penelitian ini
4.3 Variabel Penelitian
4.3.1 Variabel bebas (Independent)
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah edukasi gizi
terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media booklet dan
website
4.3.2 Variabel terikat (Dependent)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap dan
perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
37
4.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakandi 5 wilayah puskesmas terpilih dari
masing-masing kecamatan yaitu kecamatan Klojen, Sukun, Blimbing,
Lowokwaru, dan Kedungkandang di wilayah kota Malang, Jawa Timur. Penelitian
dilaksanakan mulai dari bulan bulan Juni 2016 hingga November 2017.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Form inform consent
Berupa form pertanyaan sekaligus tanda atas kesedian responden untuk
terlibat dalam penelitian.
2. Form kuesioner data dasar responden
Form kuesioner data respon diperlukan untuk pengambilan data terkait
karakteristik dasar responden. Karakteristik tersebut meliputi, nama,
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, data anak baduta (usia, jenis
kelamin), alamat tempat tinggal, serta keadaan sosial ekonomi
responden.
3. Form kuesionerpre-testdan post-test
Berupa kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk menggali
tingkat sikap dan perilaku responden sebelum dan setelah pemberian
edukasi melalui booklet dan website. Kuesioner terdiri dari pertanyaan
tertutup dan ditunjang dengan beberapa pertanyaan terbuka dan telah
diuji cobakan.
38
4. Form checklist
Form ini digunakan untuk meninjau kembali apakah responden telah
mendapatkan intervensi.
5. Form Protokol
Berupa lembar yang berisi petunjuk pelaksanaan serta jadwal penelitian
secara jelas dan sistematis untuk memudahkan peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
6. Komputer / laptop
Komputer / laptop digunakan untuk menyusun materi edukasi, desain
media edukasi, serta pengolahan data.
7. Alat tulis
39
4.6. Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Indikator Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1
Edukasi terkait pemantauan pertumbuhan baduta
a. Pemberian informasi kepada ibu baduta terkait pemantauan pertumbuhan baduta yang diberikan melalui booklet.
b. Pemberian informasi kepada ibu baduta terkait pemantauan pertumbuhan baduta yang diberikan melalui website
Ibu baduta telah mendapatkan edukasi dengan media booklet untuk kelompok booklet dan media website untuk kelompok website.
Melakukan observasi pada saat ibu baduta mendapatkan intervensi edukasi melalui booklat dan website dan selanjutnya memberikan kategori.
Checklist observasi
Pemberian kategori:
1. Mendapatkan edukasi melalui website
2. Mendapatkan edukasi melalui booklet
Nominal
2
Sikap ibu tekait pemantauan pertumbuhan baduta.
Tanggapan /respon ibu berupa niatan untuk berubah (Notoatmodjo, 2007) terkait pemantauan pertumbuhan baduta yang dilihat sebelum dan setelah pemberian edukasi melalui booklet dan website.
Sikap ibu baduta tekait pentingnya pemantauan pertumbuhan baduta setiap bulannya.
1. Melakukan wawancara terkait sikap ibu baduta terhadap pemantauan pertumbuhan baduta setiap bulannya.
2. Dalam kuesioner ini terdapat 8 pernyataan dan disediakan dua alternatif jawaban. Untuk pernyataan benar, S (Setuju) memiliki skor 2 dan TS (Tidak setuju) dengan skor 1. Sedangkan untuk pernyataan salah, S memiliki skor 1 dan TS memiliki skor 2. Dengan total skorterendah adalah 8 dan tertinggi adalah 16.
Kuesioner
Persen Hasil Perhitungan Total Skor
Interval
Sikap ibu baduta tekait keharusan / kewajiban untuk memantau berat badan baduta setiap bulannya.
Kategori intrepetasi total skor sikap terkait pemantauan pertumbuhan baduta yang dilakukan oleh ibu baduta : 1. Sikap kurang<50% 2. Sikap cukup 50-75% 3. Sikap Baik>75% (Wijaya dkk, 2014)
Ordinal
40
No Variabel Definisi Operasional Indikator Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
3. Mengecek jawaban setiap pernyataan sesuai dengan skor yang telah ditetapkan dan menentukan jawaban pernyataan salah atau benar.
4. Menjumlahkan keseluruhan total skorjawaban oleh responden dan menjadikan total skor dalam bentuk persen.
5. Mengkategorikan hasil perhitungan kedalam kategori yang sudah ditentukan.
3
Perilaku ibu tekait pemantauan pertumbuhan baduta.
Respon ibu baduta berupa tindakan (Notoatmodjo, 2007) terkait pemantauan pertumbuhan baduta yang dilihat sebelum dan setelah pemberian edukasi melalui booklet dan website.
Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta meliputi, frekuensi pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta dalam satu bulan terakhir, pemantauan melalui KMS, serta rencana pemantauan di bulan selanjutnya oleh ibu baduta.
1. Melakukan wawancara terkait perilaku ibu baduta terhadap pemantauan pertumbuhan baduta setiap bulannya.
2. Dalam kuesioner ini disediakan pilihan jawaban alternative pada masing-masing pertanyaan, skor setara perilaku yang dilakukan.
3. Mengecek jawaban setiap pertanyaan sesuai dengan skor yang telah ditetapkan pada masing-masing jawaban.
4. Menentukan atau mengkateorikan jawaban pertanyaan 1 untuk jawbabn sesuai dan 0 untuk jawaban kurang sesuai.
Kuesioner Hasil Perhitungan Total Nilai Interval
41
No Variabel Definisi Operasional Indikator Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pengetahuan ibu baduta terkait status gizi baduta sebenarnya serta kesesuaian.
5. Menjumlahkan keseluruhan total
skor jawaban yang sudah dijawab oleh responden.
Hasil Perhitungan Total Nilai Interval
Tindak lanjut ibu setelah melakukan pemantauan pertumbuhan baduta
Hasil Perhitungan Total Nilai Interval
Alasan ibu melakukan / tidak melakukan pemantauan dan tindak lanjut dari pemantauan pertumbuhan baduta
Form KuesionerPost-test
Dilakukan pada saat wawancara saat pengisian kuesioner pos-test
Jawaban ibu baduta terkait alasan melakukan/ tidak melakukan perubahan perilaku
Nominal
42
4.7. Sumber Data
4.7.1 Sumber Data Primer
Pengertian sumber data primer merupakan sumber data yang dalam
memperolehnya dilakukan secara langsung oleh peneliti bersumber dari subjek
penelitian tanpa perantara sebagai informan(Saryono dan Mekar, 2013 dalam
Alfaqinisa, 2015).Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh dari kuesioner yaitu:
Form kuesioner data dasar
Untuk mengetahui informasi yang diperlukan terkait data responden.
Form kuesioner pre-test
Untuk mengetahui nilaisikap maupun perilaku ibu baduta sebelum
pemberian intervensi.
Form kuesioner post-test
Diberikan untuk mengetahui nilai sikap ibu baduta sesudah pemberian
edukasi gizi serta perubahannya sebelum dan sesudah pemberian
intervensi.
4.7.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang dalam
perolehannya tidak secara langsung oleh peneliti dari subjek penelitian,
melainkan didapatkan dari pihak lain (Saryono dan Mekar, 2013 dalam
Alfaqinisa, 2015). Dalam penelitian ini, data sekunder didapatkan dari data
rekapan puskesmas serta kader posyandu yang memuat data-data anak baduta,
yang oleh peneliti digunakan untuk membantu dalam pemilihan responden.
4.8. Prosedur Penelitian
43
Dalam penelitian ini, prosedur terdiri atas tahap pertama yaitu tahap
validasi kuesioner dan tahap kedua yaitu tahap pengambilan data.
4.8.1 Prosedur Alur Uji Validitas Kuesioner
Gambar 4.4 Skema alur uji validitas
Prosedur Uji Validitas Kuesioner
Untuk uji validitas / uji coba kuesioneryang bertujuan untuk
mengidentifikasi pernyataan yang sesuai dan diperlukan pada kelompok sasaran
serta uji validasi dan uji media edukasi, besar sampel yang diperlukan pada
tahap pertama adalahsebanyak 20 sampel (Notoatmodjo, 2012).Tjahjani dan
Melakukan skrining kepada subjek yang memenuhi kriteria
Kuesioner dengan pertanyaan yang sudah valid
Informed consent
Uji coba kuesioner kepada responden
Memasukkan hasil uji coba kedalam SPSS untuk diuji validitasnya
Klik Analyze > Correlation > klik Bivariates > masukkan data jawaban responden
pada kolom Variables > klik pilihan Pearson > klik OK
Melihat hasil outputdataSPSS, dimana jika r hitung>r table maka pertanyaan valid
Meninjau ulang pertanyaan yang valid
Pengembangan kuesioner sikap dan perilaku
44
Septiana (2014)pada penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa survey
pendahuluan sebagai uji validitas dapat melibatkan reponden sebanyak 10 orang
untuk minimalnya atau lebih. Berikut adalah prosedur alur uji validitas kuesioner
1. Pembuatan kuesioner sikap dan perilaku
2. Skrining terhadap subjek yang memenuhi kriteria inklusi untuk selanjutkan
dilakukan uji kuesioner, diawali dengan perkenalan dari peneliti dan
penjelasan terkait prosedur penelitian serta penjelasan terkait kegiatan uji
validitas kuesioner yang akan dilakukan
3. Selanjutnya, terlebih dahulu menanyakan kesediaan subjek untuk
menjadi responden uji validitas kuesioner dan memberikan informed
consent apabila subjek telah menyatakan bersedia utnuk mengikuti
kegiatan.
4. Melakukan uji coba kuesioner kepada responden yang dilakukan pada
saat itu juga.
5. Kuesioner yang telah dilakukan ujicoba kepada responden selanjutnya
dilakukan analisa denganmemasukkan hasil jawaban responden kedalam
SPSS untuk dilakukan uji Validitas (bivariat)
6. Data yang telah dimasukkan selanjutnya dilakukan pengolahan untuk uji
validitas dengan cara Klik Analyze > Correlation > klik Bivariates >
masukkan data jawaban responden pada kolom Variables > klik pilihan
Pearson > klik OK
7. Outputyang muncul dari hasil olah data SPSS tersebut kemudian
diinterpretasikan dengan ketentuan:
Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan valid, namun jika r hitung < r tabel
maka pertanyaan tidak valid
45
8. Melakukan peninjuan ulang terkait pertanyaan yang valid
9. Melakukan pengeliminasian pertanyaan yang tidak valid pada kuesioner
dan kuesioner siap untuk digunakan
Hasil uji validitas ditunjukkan pada tabel 4.3 dan 4.4 dibawah ini:
Pearson Correlation
soal_1 .547
soal_2 .675
soal_3 .648
soal_4 .655
soal_5 .565
soal_6 .115
soal_7 .757
soal_8 .758
soal_9 -.233
soal_10 1
Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas menunjukkan bahwa pada kuesioner sikap
dari 10 pertanyaan yang diajukan terdapat2 pertanyaan yang tidak valid ketika r
hitung dibandingkan dengan r tabel dengan jumlah sampel 20 (r tabel=0.4438),
yaitu pada pertanyaan nomer 6 dan 9. Pada kuesioner perilaku, ketika r hitung
dibandingkan dengan r tabel maka menunjukkan bahwa terdapat 1 pertanyaan
pada perilaku yang tidak valid yaitu pertanyaan nomer 2.
4.8.2Uji Reliabilitas Kuesioner
Langkah selanjutnya setelah dilakukan uji validitas pada pertanyaan
kemudian adalah proses uji reliabilitas dimana uji ini bertujuan untuk mengetahui
konsistensi dari suatu alat ukur penelitian. Sehingga uji reliabilitas ini digunakan
untuk melihat kemampuan suatu alat ukur penelitian dapat mengukur suatu
masalah yang sama pada waktu yang berbeda. Untuk melihat sikap dan perilaku
Pearson Correlation
soal_1 .758
soal_2 -.073
soal_3 .561
soal_4 .658
soal_5 .528
soal_6 .479
soal_7 1
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas
Kuesioner Sikap Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas
Kuesioner Perilaku
46
ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta, dalam penelitian ini alat ukur yang
digunakan adalah berupa kuesioner. Apabila kuesioner reliabel maka hasil yang
ditunjukkan terkait skor sikap dan perilaku responden akan tetap sama meskipun
digunakan untuk penelitian lain pada waktu yang berbeda (Santoso dan Ashari,
2005). Berikut adalah bagan alur uji Reliabilitas Kuesioner.
Gambar 4.5Bagan alur prosedur uji reliabilitas kuesioner
Prosedur Alur Uji Reliabilitas Kuesioner
1. Memastikan bahwa pertanyaan yang ada dalam SPSS untuk uji
Reliabilitas adalah pernyataan yang valid
2. Melakukan uji Reliabilitas pada SPSS dengan cara Klik Analyze > menu
Scale > klik menu Reliability Analysis > masukkan data jawaban
responden pada kolom Items > klik menu Statistic> klik Scales dan Scale
item if deleted > klik Continou > pilih Model > klik Alpha > klik OK
3. Melakukan interpretasi darioutputdata SPSS dengan yang muncul yaitu
dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika r hitung > r tabel maka kuesioner reliabel, namun jika r hitung < r
tabel maka kuesioner tidak reliabel.
Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada tabel 4.5 dan 4.6 dibawah ini:
Klik Analyze > menu Scale > klik menu Reliability Analysis > masukkan data jawaban
responden pada kolom Items > klik menu Statistic> klik Scales dan Scale item if deleted
> klik Continou > pilih Model > klik Alpha > klik OK
Pastikan pertanyaan valid sudah terpisah dengan yang tidak valid
Melihat hasil output SPSS, dimana jika r hitung>r table maka kuesioner reliabel
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas
Kuesioner Perilaku
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas
Kuesioner Sikap
47
Cronbach’s Alpha N of items
.926 8
Dari tabel 4.4 dan 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada kuesioner sikap
dan perilaku keduanya reliabel setelah dilakukan uji Reliabilitas ketika r hitung
dibandingkan dengan r tabel dengan jumlah sampel 20 (r tabel=0.4438).
4.8.3 Alur Penelitian
Prosedur yang dilakukan pada penelitian yaitu berdasarkan pada
penelitian sebelumnya oleh Hartono (2015) dan Adelina (2016) yang dilakukan
modifikasi.Tahap pengambilan data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian
yang telah dibuat. Responden yang telah masuk dalam kriteria inklusi selanjutnya
dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok booklet dan kelompok website.
Pembagian kelompok berdasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan dan
dijelaskan sebelumnya. Intervensi yang diberikan pada responden yaitu berupa
edukasi gizi dengan menggunakan media booklet dan website. Pada penelitian
ini,Pre-testdiberikan sekali di awal sebelum pemberian intervensi untuk
mengetahui sikap dan perilaku ibu sebelum diberikan edukasi gizi, dilanjutkan
dengan pemberian intervensi berupa edukasi gizi melalui media website ataupun
bookletterkait pemantauan pertumbuhan baduta, kegiatan akhir adalah
pemberian satu kali post-test1,5 bulan setelah pemberian intervensi. Waktu 1,5
bulan diambil dengan alas an karena 1,5 bulan termasuk pada rentang waktu 1-3
bulan dimana rentang waktu ini merupakan yang paling tepat untuk melihat
perubahan sikap dan perilaku (Shabbidar dkk, 2007; Moon dkk, 2011). Alur
prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 4.4.
Cronbach’s Alpha N of items
.890 6
48
Gambar 4.6Skema Alur Penelitian
Prosedur Penelitian
1. Melakukan skrining untuk memilih subyek yang sesuai untuk menjadi
responden dalampenelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi
yang telah ditetapkan pada penelitian ini
2. Memberikan informed consent kepada responden sebagai tanda
persetujuan responden untuk turut terlibat dalam penelitian ini
3. Mengelompokkan responden menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
yang mendapatkan media edukasi booklet dan kelompok yang
mendapatkan media edukasi website. Kelompok ditentukan secara
acak dengan mempertimbangkan kriteria inklusi dimana jumlah
responden pada masing-masing kelompok adalah sama.
Pre-test
Intervensi edukasi gizi
melalui booklet
Post-test
Pemberian meteri melalui
booklet (± 30 menit)
Pre-test
Intervensi edukasi gizi
melalui website
Post-test
Pemberian meteri melalui
website (± 30 menit)
Informed consent
Skrining responden sesuai
dengan kriteria inklusi
Analisis data
49
4. Responden yang telah terbagi dalam 2 kelompok akan melakukan
pretest. Kuesionerpretest berisikan data responden dan bebapa
pertanyaan tertutup dilengkapi pertanyaan terbuka yang terkait dengan
pemantauan pertumbuhan baduta pada baduta. Pretest bertujuan
untuk mengetahui sikap ibu baduta sebelum diberikan edukasi gizi
terkait pemantauan pertumbuhan baduta. Pretest dilakukan 1 minggu
sebelum diberikan intervensi.
5. Intervensi berupa pemberian edukasi gizi dengan media website pada
kelompok pertama dan booklet pada kelompok kedua. Edukasi
diberikan satu kali dengan durasi waktu 30 menit.
6. Post-test dilakukan 1,5 bulan setelah intervensi diberikan. Post-test ini
bertujuan untuk mengetahui sikap dan perilaku ibu baduta sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta
melalui booklet dan website.
7. Melakukan analisa data dari hasil pre-test dan post-test yang telah
didapatkan sebelumnya. Hasil analisa data tersebut untuk mengetahui
adanya perbedaan sikap dan perilaku ibu baduta sebelum dan
sesudah pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan
baduta melalui masing-masing media yaitu booklet dan website .
4.8.4 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode
survey menggunakan form kuesionerpre-test dan post-test terstruktur dengan
menggunakan desain kuesionerscaled response questions untuk pertanyaan
sikap dan perilaku. Scaled response questionmerupakan bentuk pertanyaan atau
50
pernyaan yang menggunakan skala untuk mengetahui dan menilai sikap dan
perilaku responden sesuai penyataan atau pertanyaan yang dibuat (Dewanthi,
2008). Untuk menilai sikap, dalam penelitian ini digunakan skala likert yang
dibagi atas 2 pilihan/tingkatan, yaitu :
1. TS (Tidak Setuju)
2. S (Setuju)
“Setuju” menggambarkan bahwa responden sependapat dengan
pernyataan yang terdapat di dalam kuesioner. Sedangkan “tidak setuju” memiliki
maksud bahwa responden tidak sependapat dengan pernyataan yang terdapat di
dalam kuesioner. Pada umumnya terdapat lima tingkatan dalam skala likert untuk
mengukur atau menilai sikap, namun agar tidak menimbulkan bias pada jawaban
netral atapun cukup maka pada penelitian ini hanya menggunakan 2 tingkatan
jawaban. Untuk kedua skala tersebut diberikan nilai masing-masing yang
berbeda. Untuk jawaban salah diberi skor 1 (satu). Sedangkan untuk jawaban
benar diberi skor 2 (dua).
Selain itu ada penentuan nilai lain yang disesuaikan. Setelah
dijumlahkan semua skor yang didapatkan, langkah selanjutnya adalah
menghitung total skor menjadi persentase sehingga dapat dikategorikan menjadi
2 kategori, yaitu :
1. > 75% = baik
2. 50-75% = cukup
3. <50% = kurang
% kategori sikap = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛𝑠𝑘𝑜𝑟𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑟
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑥 100
(Wijaya dkk, 2014)
51
Sedangkan untuk menilai perilaku, terdapat beberapa bertanyaan
dengan kategori jawaban dimana terdapat penentuan nilai tertentu pada masing-
masing pilihan jawaban, dengan pengelompokan yaitu:
1. Tidak Sesuai
2. Sesuai
Pada kuesioner terdapat pertanyaan terkait perilaku yang sudah
disesuaikan sehingga mudah dipahami oleh responden. Pada kuesioner terkait
perubahan perilaku, penilaian terbagi menjadi tiga kelompok aspek penilaian
sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Tiga kelompok aspek
tersebut adalah terkait, (1) pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta oleh
ibu baduta, (2) pengetahuan ibu baduta terkait status gizi baduta, dan (3) tindak
lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak tidak sesuai. Pada
kelompok aspek (2) dan (3) tidak seluruh responden akan memberikan jawaban
karena bergantung pada jawaban responden dari pertanyaan sebelumnya
sehingga tidak dapat dilakukan penilaian dan analisa pada beberapa responden.
Selanjutnya peneliti akan mengelompokkan jawaban responden ke
dalam dua tingkatan. Maksud dari “tidak sesuai” adalah responden tidak
melakukan perilaku yang sesuai dengan pertanyaan yang dimaksudkan didalam
kuesioner. Sedangkan aksud dari “sesuai” adalah responden telah melakukan
perilaku sesuai dengan pernyataan yang disampaikan di dalam kuesioner.Untuk
kedua skala tersebut diberi nilai masing-masing yang berbeda. Untuk jawaban
tidak sesuai diberi skor 0 (nol). Sedangkan untuk jawaban sesuai diberi skor 1
(satu).
Pernyaatan maupun pertanyaan padakuesioner dibuat sejelas
mungkin sehingga dapat mampu memberikan jawaban yang sesuai dari
52
responden. Sebelum memilih responden, peneliti terlebih dahulu sudah
memastikan bahwa responden sebelumnya sudah mendapatkan edukasi atau
pengetahuan yang cukup terkait materi yang diteliti.
4.9. Analisis Data
Setelah mendapatkan data hasil penelitian selanjutnya dilakukan
pengolahan data dengan melakukan tabulasi data ke dalam computer/laptop
serta menganalisis data yang ada secara statistik. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data generalisasi serta menarik kesimpulan dari masalah yang
diteliti. Diperlukan teknik analisis yang sesuai dengan bentuk data yang dimiliki
untuk dapat menganalisis data yang ada.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah berupa angka-angka
sehingga peneliti menggunakan analisis statistik. Data yang sudah didapatkan
selanjutnya diuji pada tahap awal yaitu uji normalitas dengan Saphiro Wilk.
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang didapatkan
terkait sikap dan perilaku terdistribusi normal atau tidak normal.
4.9.1 Hasil Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji beda secara statistik, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas data nilaisikap dan perilaku, baik pre test maupun post test pada
kedua kelompok. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro Wilkkarena
sampel pada setiap kelompok berjumlah kecil, yaitu kurang dari 50 sampel.
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Saphiro-Wilk
Kategori Kelompok
Subject N P-Value
Pre TestSikap Website 24 0,001
53
Booklet 21 0,000
Post Test Sikap Website 24 0,001
Booklet 21 0,000
Pre-Test Perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
Website 24 0,000
Booklet 21 0,000
Post-Test Perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
Website 24 0,000
Booklet 21 0,000
Pre-Test Pengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
Website 21 0,000
Booklet 19 0,000
Post-Test Pengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
Website 21 0,000
Booklet 19 0,000
Pre-Test Perilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
Website 4 0,024
Booklet 2 -
Post-Test Perilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
Website 4 0,001
Booklet 2 -
Berdaasarkan tabel 5.2 didapatkan p-value pada keseluruhan data
baik pre-testmaupun post-test kelompok website dan booklet sebesar p<0.05
yang dapat disimpulkan bahwa keseluruhan data tidak terdistribusi normal.
Analisis uji beda bertujuan untuk mengetahui perbedaan skor
kuesioner sikap dan perilaku ibu baduta sebelum dan sesudah diberikan edukasi
gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada dua kelompok
intervensibooklet maupun website.Uji beda merupakan uji statistik yang
digunakan untuk membandingkan dua populasi dimana peneliti memiliki dua
sampel yang saling berhubungan. Untuk uji ini bentuk data yang dibutuhkan
54
adalah data kuantitatif (Shier, 2004). Karena data tidak terdistribusi normal maka
uji beda yang digunakan adalah uji beda Wilcoxon.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan
95% (α=0,05) untuk mengambil keputusan bahwa hipotesis dapat diterima atau
tidak. Maka hasil analisa datanya adalah jika,
a) p < α (α=0,05) , maka terdapat perbedaan yang signifikan antara skor
sikap dan perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan
badutasebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi melalui booklet
dan website.
b) p > α (α=0,05) , maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara skor sikap dan perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan
baduta sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi melalui booklet
dan website
Agar hasil data lebih akurat, maka analisa data ini didukung dengan
menggunakan program komputer yaitu Microsoft Excel for Windows 2007, SPSS
16.0, serta analisa data dilakukan secara deskriptif (penjelasan) dan komperatif
(perbandingan).
55
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
1.1 Karakteristik Umum Responden
Responden pada penelitian ini adalah ibu baduta di wilayah Kota
Malang yang berasal dari 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Klojen, Sukun,
Lowokwaru, Blimbing, dan Kedungkandang. Pada setiap kecamatan diambil 10
responden, masing-masing yaitu 5 responden untuk kelompok website dan
kelompok booklet. Perhitungan jumlah responden pada awal penelitian adalah
sebanyak 50 responden, dengan memperhitungkan drop out.
Pada Tabel 5.1. disajikan terkait persebaran umum responden, berupa
jumlah responden, usia responden, tingkat pendidikan, pekerjaan, kepemilikan
ponsel pintar, serta frekuensi akses internet.
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Umum Responden
Kategori
Website (n=24) Booklet (n=21) Total responden (n=45)
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Kecamatan Asal
Klojen Blimbing Kedung Kandang Lowokwaru Sukun
5 (20,8) 4 (16,7) 5 (20,8) 5 (20,8) 5 (20,8)
5 (23,8) 5 (23,8) 5 (23,8) 3 (14,3) 3 (14,3)
10 (22,2)
9 (20) 10 (22,2) 8 (17,8) 8 (17,8)
Usia
Mean + SD 29,75+ 4,34 28,62+ 5,89 29,22+5,085
18-25 tahun 26-35 tahun 36-40 tahun
4 (16,7) 18 (75) 2 (8,3)
8 (38,1) 10 (47,6) 3 (14,3)
12 (26,7) 28 (62,2) 5 (11,1)
Tingkat Pendidikan
SD SMP SMA/SMK Diploma/Sarjana
1 (4,2) 2 (8,3)
14 (58,3) 7 (29,2)
4 (19) 4 (19)
8 (38,1) 5 (23,8)
5 (11,1) 6 (13,3)
22 (48,9) 12 (26,7)
Pekerjaan
IRT/Tidak Bekerja Pekerjaan Formal Lain-lain
20 (83,3) 4 (16,7)
0 (0)
15 (71,4) 3 (14,3) 3 (14,3)
35 (77,8) 7 (15,6) 3 (6,7)
56
Keterangan: Pekerjaan formal yang dimaksud merupakan guru dan karyawan, baik Pegawai Negeri Sipilmaupun swasta. Pekerjaan lain-lain yang dimaksud merupakan pekerjaan sebagai buruh, spg, dan pedagang.
Total keseluruhan dari responden pada penelitian ini berjumlah 45
orang. Dapat dilihat pada data yang disajikan pada tabel 5.1 terkait persebaran
umum responden pada kelompok website dan kelompok booklet. Jumlah
responden yang ada tidak sesuai dengan perhitungan jumlah awal karena
terdapat 5 responden yang drop out, 1 dari kelompok website dan 4 dari
kelompok booklet. Namun jumlah responden yang ada tersebut masih pada
batas besar sampel yang dibutuhkan.
Pada tabel 5.1 juga dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden
berusiaantara 26-35 tahun yaitu berada pada masa dewasa, yaitu berjumlah 28
responden (62,2%), 18 responden (75%) pada kelompok website dan 10
responden (47,6%) pada kelompok booklet. Sebagian besar dari responden
berpendidikan lulusan SMA/SMK yaitu berjumlah 22 dari keseluruhan responden
(48,9%), 14 responden (58,3%) dari kelompok website dan 8 responden (38,1%)
dari kelompok booklet. Mayoritas dari responden atau sebanyak 35 responden
(77,8%) sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Selanjutnya dapat diketahui
juga bahwa pada kelompok websitekeseluruhan (100%) dari responden memiliki
telepon pintar, sementara pada kelompok booklet hanya 26.1%. Serta sebanyak
29 responden (64.4%) mengakses internet > 3 kali dalam satu minggu.
Kategori
Website (n=24) Booklet (n=21) Total responden (n=45)
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%)
Kepemilikan telepon pintar (bisa internet)
Punya Tidak Punya
24 (100) 0 (0)
6 (28,6) 15 (71,4)
30 (66,7) 15 (33,3)
Frekuensi Akses Internet
Tidak pernah 1-2 kali/minggu > 3 kali/minggu
24 (100)
16 (76,2)
0 (0) 5 (23,8)
16 (35,6)
0 (0) 29 (64,4)
57
5.2 Sikap Responden
5.2.1 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Website
Berikut adalah hasil jawaban responden terkait pernyataan sikap
terhadap pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi pada kelompok perlakuan website.
Tabel 5.2 Hasil Jawaban Sikap Ibu Baduta Terkait Pemantauan pertumbuhan baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website.
No Pernyataan Sikap
Pre-test Post-test
Setuju Tidak
Setuju Setuju
Tidak
Setuju
1 Periode emas pertumbuhan dan
perkembangan anak dimulai saat usia
anak diatas 2 tahun, saya harus mulai
rutin memantau pertumbuhannya sejak
anak usia tersebut.
10
(41,7%)
14
(58,3%)
10
(41,7%)
14
(58,3%)
2 Saya perlu menimbangkan anak saya ke
posyandu atau saranan kesehatan lain
secara rutin setiap bulannya agar dapat
mengetahui pertumbuhannya.
24
(100%) 0
23
(95,8%)
1
(4,2%)
3 Jika tidak rutin melakukan pemantauan
berat badan badutanya, saya akan
terlambat tahu bahwa pertumbuhan anak
saya kurang optimal.
23
(95,8%) 1 (4,2%)
24
(100%) 0
4 Dengan melihat secara fisik saja, saya
dapat langsung mengetahui dan
menanganinya ketika pertumbuhan anak
saya kurang optimal meski tanpa
memantau berat badannya.
8
(33,3%)
16
(66,7%)
14
(58,3%)
10
(41,7%)
5 Saya dapat memantau pertumbuhan anak
melalui grafik pada KMS (Kartu Menuju
Sehat) anak.
22
(91,7%) 2 (8,3%)
24
(100%) 0
6 Untuk mengetahui status gizi anak, saya
perlu memahami cara membaca grafik
pertumbuhan pada KMS (Kartu Menuju
Sehat).
22
(91,7%) 2 (8,3%)
23
(95,8%)
1
(4,2%)
7 Saya akan membawa anak saya untuk
berkonsultasi dengan kader/tenaga
kesehatan jika mengetahui
pertumbuhannya kurang optimal.
23
(95,8%) 1 (4,2%)
24
(100%) 0
8 Jika pertumbuhan anak saya kurang
optimal, saya akan memperbaiki pola
makannya agar dapat tumbuh optimal
24
(100%) 0
24
(100%) 0
58
Berikut adalah rata-rata nilaisikap responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada kelompok
perlakuanwebsite.
Gambar 5.1 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Keterangan:
Kelompok website (pre-test) : 93,75 (n = 24)
Kelompok website (post-test): 81,25 (n = 24)
Dari grafik gambar 5.1 menunjukkan bahwa sebelum pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media edukasi
website, sebanyak 24 responden mendapatkan rata-rata nilai sikap sebesar
93,75 sedangkan sesudah pemberian edukasi gizi rata-rata nilai sikap responden
menjadi sebesar 93,30.
93,75 93,30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pre-Test Post-Test
Rat
a-ra
ta n
ilai
rata-rata nilai sikap
59
5.2.2 Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Booklet
Berikut adalah hasil jawaban responden terkait pernyataan sikap
terhadap pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi pada kelompok perlakuan booklet.
Tabel 5.3 Hasil Jawaban Sikap Ibu Baduta Terkait Pemantauan pertumbuhan baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet.
No Pernyataan Sikap
Pre-test Post-test
Setuju Tidak Setuju
Setuju Tidak Setuju
1 Periode emas pertumbuhan dan
perkembangan anak dimulai saat usia
anak diatas 2 tahun, saya harus mulai
rutin memantau pertumbuhannya sejak
anak usia tersebut.
10
(47,6%)
11
(52,4%)
7
(33,3%)
14
(66,7%)
2 Saya perlu menimbangkan anak saya ke
posyandu atau saranan kesehatan lain
secara rutin setiap bulannya agar dapat
mengetahui pertumbuhannya.
21
(100%) 0
21
(100%) 0
3 Jika tidak rutin melakukan pemantauan
berat badan badutanya, saya akan
terlambat tahu bahwa pertumbuhan anak
saya kurang optimal.
21
(100%) 0
21
(100%) 0
4 Dengan melihat secara fisik saja, saya
dapat langsung mengetahui dan
menanganinya ketika pertumbuhan anak
saya kurang optimal meski tanpa
memantau berat badannya.
10
(47,6%)
11
(52,4%)
5
(23,8%)
16
(76,2%)
5 Saya dapat memantau pertumbuhan anak
melalui grafik pada KMS (Kartu Menuju
Sehat) anak.
17 (81%) 4 (19%) 21
(100%) 0
6 Untuk mengetahui status gizi anak, saya
perlu memahami cara membaca grafik
pertumbuhan pada KMS (Kartu Menuju
Sehat).
20 (95,2) 1 (4,8%) 21
(100%) 0
7 Saya akan membawa anak saya untuk
berkonsultasi dengan kader/tenaga
kesehatan jika mengetahui
pertumbuhannya kurang optimal.
21
(100%) 0
21
(100%) 0
8 Jika pertumbuhan anak saya kurang
optimal, saya akan memperbaiki pola
makannya agar dapat tumbuh optimal
21
(100%) 0
21
(100%) 0
60
Berikut adalah rata-rata nilai sikap responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta pada kelompok
perlakuan booklet.
Gambar 5.2 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui MediaBooklet
Keterangan:
Kelompok booklet (pre-test) : 92,60 (n = 21)
Kelompok booklet (post-test): 96,45 (n = 21)
Grafik gambar 5.2 menunjukkan rata-rata nilai sikap yang didapat
sebelum dan setelahpemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan
baduta melalui media edukasi booklet. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa
sebelum edukasi rata-rata nilai sikap yang didapat adalah sebesar 92,60
sedangkan setelah pemberian edukasi terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap
menjadi 96,45.
92,6096,45
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pre-Test Post-Test
Rat
a-ra
ta n
ilai
rata-rata nilai sikap
61
5.2.3 Analisis Perbedaan NilaiSikap Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi dengan Media Websitedan Booklet
Berikut adalah analisa perbedaan nilai sikap responden sebelum dan
sesudah pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta
dengan media websitedan booklet,
Tabel 5.4 Perbedaan Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian
Edukasi Gizi dengan Media Websitedan Booklet
Kelompok
Perlakuan Sikap Median
Nilai
p-value
Min Max
Website Pre-test 93,75 81,25 100
0,701
Post-test 93,75 75 100
Booklet
Pre-test 93,75 87,5 100
0,010
Post-test 100 87,5 100
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil dari analisis uji beda antara
nilaipre-test dengan nilaipost-test. Karena data tidak terdistribusi normal maka
analisa uji beda dilakukan menggunakan uji Wilcoxon. Pada kelompok website,
dari uji beda yang dilakukan diperoleh p-value sebesar 0,701 (p > 0,05) sehingga
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilaipre-
test sikap dengan nilaipost-testsikap pada kelompok pemberian edukasi melalui
media website. Nilai tengah atau median nilai sikap sesudah pemberian edukasi
melalui media websitejuga berada di angka yang sama.
62
Sedangkan pada kelompok booklet, dari uji beda yang dilakukan
diperoleh p-value sebesar 0,010 (p < 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara nilaipre-test sikap dengan nilaipost-
testsikap pada kelompok pemberian edukasi melalui media booklet. Terdapat
perbedaan nilai tengah atau median dari nilai sikap sebelum dan sesudah
pemberian edukasi melalui media websiteyaitu dari angka nilai 93,75 menjdai
100.
5.3 Perilaku Responden
Penilaian perilaku terbagi menjadi tiga kelompok aspek penilaian
sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Tiga kelompok aspek
tersebut adalah terkait, (1) pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta oleh
ibu baduta, (2) pengetahuan ibu baduta terkait status gizi baduta, dan (3) tindak
lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak tidak sesuai. Berikut
adalah rata-rata nilai perilaku responden sebelumdan sesudah pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta pada kelompok
perlakuanwebsite dan booklet.
63
5.3.1 Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Website
Berikut adalah hasil jawaban responden pada pertanyaan
perilakuterkait pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi pada kelompok perlakuan website.
Tabel 5.5 Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan Pemantauan
pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Website
No Perilaku Pre-test Post-Test
1 Frekuensi ibu menimbangkan berat badan anak
ibu ke posyandu/sarana tempat kesehatan yang
lain dalam 1 bulain terakhir
o Tidak Pernah o 1x o >1x
2 21 1
3 19 2
2 Ibu memperhatikan grafik pertumbuhan anak pada
KMS
o Ya o Tidak
15 9
20 4
3 Rencana ibu membawa anak untuk ditimbang
berat badannya pada bulan yang akan datang
o Ya o Tidak
24 0
24 0
Dari table diatas, dapat diketahui hasil jawaban ibu untuk masing-
masing pertanyaan perilaku terkait pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
baduta. Baik sebelum maupun sesudah pemberian edukasi gizi, untuk frekuensi
pemantauan pertumbuhan baduta sebagian besar responden menjawab 1x,
untuk memperhatikan grafik pertumbuhan pada KMSsebagian besar ibu
menjawab “ya”, serta untuk pertanyaan terkait rencana tindak lanjut seluruh
responden pada kelompok website menjawab “ya”
64
Berikut adalah rata-rata nilaiperilaku responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada kelompok
perlakuanwebsite
Gambar 5.3 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan
Pemantauan pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Keterangan :
Kelompok website (pre-test) : 2,60 (n = 24 )
Kelompok website (pos-test) : 2,85 (n = 24 )
Pada grafik gambar 5.3 menunjukkan bahwa sebelum pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media edukasi
website, rata-rata nilai yang didapatkan dari 24 responden adalah 2,55 dan
terjadi peningkatan sesudah pemberian edukasi menjadi 2,70.
2,552,70
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Pre-Test Post-Test
Rat
a-ra
ta n
ilai
rata-rata nilai perilaku ibu terkait pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta
65
5.3.2 Perilaku Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet
Berikut adalah hasil jawaban responden pada pertanyaan
perilakuterkait pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi pada kelompok perlakuan booklet.
Tabel 5.6 Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Pelaksanaan Pemantauan
pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi
Melalui Media Booklet
No Perilaku Pre-test Post-Test
1 Frekuensi ibu menimbangkan berat badan anak
ibu ke posyandu/sarana tempat kesehatan yang
lain dalam 1 bulain terakhir
o Tidak Pernah o 1x o >1x
0 19 2
1 18 2
2 Ibu memperhatikan grafik pertumbuhan anak pada
KMS
o Ya o Tidak
12 9
19 2
3 Rencana ibu membawa anak untuk ditimbang
berat badannya pada bulan yang akan datang
o Ya o Tidak
20 1
21 0
Dari table diatas, dapat diketahui hasil jawaban ibu untuk masing-
masing pertanyaan perilaku terkait pelaksanaan pemantauan pertumbuhan
baduta. Baik sebelum maupun sesudah pemberian edukasi gizi, untuk frekuensi
pemantauan pertumbuhan baduta sebagian besar responden menjawab 1x,
untuk memperhatikan grafik pertumbuhan pada KMS serta untuk pertanyaan
terkait rencana tindak lanjut sebagian besar responden pada kelompok
bookletmenjawab “ya”
66
Berikut adalah rata-rata nilaiperilaku responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada kelompok
perlakuanbooklet
Gambar 5.4 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Pemantauan
pertumbuhan badutaSebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi
Gizi Melalui Media Booklet
Keterangan :
Kelompok booklet (pre-test) : 2,60 (n = 21)
Kelompok booklet (post-test) : 2,95 (n = 21)
Pada grafik gambar 5.4 menunjukkan bahwa sebelum pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media edukasi
booklet, responden mendapatkan rata-rata nilai perilaku 2,50 dan meningkat
sesudah pemberian edukasi menjadi sebesar 2,85.
2,50
2,85
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
Pre-Test Post-Test
Rat
a-ra
ta n
ilai
rata-rata nilai perilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
67
5.3.3 Pengetahuan Responden Terkait Status Gizi Baduta Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Berikut adalah persentase dari responden yang mengetahui status gizi
baduta dengan benarsebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi melalui
media website.
Gambar 5.5 Grafik Persentase Responden Yang Mengetahui Status Gizi Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Keterangan :
Kelompok website (pre-test) : mengetahui (n = 9), tidak mengetahui (n = 12) *tidak termasuk : 3
Kelompok website (post-test) : mengetahui (n = 19), tidak mengetahui (n = 2)*tidak termasuk : 3
Grafik gambar 5.5 menunjukkan pengetahuan ibu terhadap status gizi
baduta sebelum pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta
melalui media edukasi website.Pada kelompok aspek penilaian ini, hanya
responden yang menjawab “memperhatikan grafik pada KMS” yang dilakukan
penilaian, sehingga tidak termasuk 3 responden. Sebelum pemberian edukasi,
sebanyak 9 (42,8%) responden mengetahui dengan benar status gizi baduta
yang dan meningkat setelah pemberian edukasi menjadi sebanyak 19 (90,5%)
responden telah mengetahui dengan benar.
42,8%
90,5%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Pre-Test Post-Test
Jum
lah
Res
po
nd
en (
n)
mengetahui
68
5.3.4Pengetahuan Responden Terkait Status Gizi Baduta Sebelum dan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet
Berikut adalah persentase dari responden yang mengetahui status gizi
baduta dengan benar sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi melalui
media booklet.
Gambar 5.6 Grafik Persentase Responden yang Mengetahui Status Gizi Baduta
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet
Keterangan :
Kelompok booklet (pre-test): mengetahui (n = 7), tidak mengetahui (n = 12), tidak termasuk (n = 2)
Kelompok booklet (post-test) : mengetahui (n = 14), tidak mengetahui (n = 5), tidak termasuk (n = 2)
Grafik gambar 5.6 menunjukkan nilai pengetahuan ibu terkait status
gizi baduta sebelum dan sesudah pemberian edukasi gizi terkait pemantauan
pertumbuhan baduta melalui media edukasi booklet.Terdapat 2 responden pada
pada kelompok booklet yang tidak termasuk pada kelompok aspek penilaian
perilaku ini karena tidak melakukan pemantauan status gizi baduta melalui KMS.
Sebelum diberikan edukasi, sebanyak 7 (36,8%) responden mengetahui status
gizi anak dengan benar, kemudian meningkat setelah diberikan edukasi gizi
sebagian besar responden yaitu sebanyak 14 (73,7%) responden mengetahui
status gizi anak dengan benar.
36,8%
73,7%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Pre-Test Post-Test
Jum
lah
Res
po
nd
en (
n)
mengetahui
69
5.3.5 Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan Pertumbuhan
BadutaSebelumdan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Website
Berikut adalah hasil jawaban pertanyaan perilaku responden terkait
tindak lanjut pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi pada kelompok website.
Tabel 5.7Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
No Perilaku Pre-test Post-Test
Ya Tidak Ya Tidak
1 Ibu sudah pernah berkonsultasi dengan kader, jika pertumbuhan anak kurang optimal
2 2 3 1
2 Ibu sudah pernah memperbaiki pola makan anak, Jika pertumbuhan anak kurang optimal
2 2 4 0
Berikut adalah rata-rata nilaiperilaku responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada kelompok
perlakuanwebsite
Gambar 5.7 Grafik Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Keterangan :
Kelompok website (pre-test) : 1 (n = 4), reponden yang tidak termasuk (n = 20)
Kelompok website (post-test) : 1,75 (n = 4), responden yang tidak termasuk (n = 20)
1
1.75
0
0.5
1
1.5
2
Pre-Test Post-Test
Jum
lah
Res
po
nd
en (
n)
rata-rata nilai perilaku terkait tidak lanjut pemantauan pertumbuhan baduta
70
Grafik gambar 5.7 menunjukkan nilai perilaku terkait tindak lanjut
pemantauan ibu terhadap status gizi baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media edukasi
website. Pada kelompok aspek penilaian ini, hanya dilakukan penilaian untuk
responden yang merasa atau menyadari bahwa pertumbuhan anak baduta
kurang optimal ataupun kurang sesuai, dari wawancara melalui kuisioner
didapatkan 4 responden pada kelompok website yang termasuk, sedangkan
selebihnya yaitu 20 responden pada tidak termasuk karena merasa ataupun
mengetahui status gizi anak badutanya sudah sesuai. Dari 4 responden
kelompok website, sebelumnya didapatkan rata-rata nilai 1 dan meningkat
sesudah pemberian edukasi menjadi 1,75.
5.3.6 Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan Pertumbuhan
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Booklet
Berikut adalah hasil jawaban pertanyaan perilaku responden terkait
tindak lanjut pemantauan pertumbuhan baduta sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi pada kelompok booklet.
Tabel 5.8 Hasil Jawaban Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan
pertumbuhan baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui
Media Booklet
No Perilaku Pre-test Post-Test
Ya Tidak Ya Tidak
1 Ibu sudah pernah
berkonsultasi dengan
kader, jika pertumbuhan
anak kurang optimal
1 1 2 0
2 Ibu sudah pernah
memperbaiki pola makan
anak, Jika pertumbuhan
anak kurang optimal
2 0 2 0
71
Berikut adalah rata-rata nilaiperilaku responden sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan badutapada kelompok
perlakuanbooklet
Gambar 5.8 Rata-rata Nilai Perilaku Responden Terkait Tindak Lanjut Pemantauan pertumbuhan baduta Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet
Keterangan :
Kelompok booklet (pre-test) : 1,5 (n = 2 ), reponden yang tidak termasuk (n = 19)
Kelompok booklet (post-test) : 2 (n = 2 ), responden yang tidak termasuk (n = 19)
Grafik gambar 5.8 menunjukkan nilai perilaku terkait tindak lanjut
pemantauan ibu terhadap status gizi baduta sebelum dan sesudah pemberian
edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media edukasi
booklet.Pada kelompok aspek penilaian ini, didapatkan 2 responden pada
kelompok pada kelompok booklet yang termasuk, sedangkan selebihnya yaitu 19
responden pada kelompok booklet tidak termasuk. Sebelum pemberian edukasi,
rata-rata nilai yang didapat adalah 1,5 dan sesudah pemberian edukasi
meningkat menjadi 2.
1,5
2
0
0.5
1
1.5
2
Pre-Test Post-Test
Jum
lah
Res
po
nd
en (
n)
rata-rata nilai perilaku terkait tidak lanjut pemantauan pertumbuhan baduta
72
1.3.7 Analisis Perbedaan Nilai Perilaku Responden Sebelum dan 1,5 Bulan
Sesudah Pemberian Edukasi Gizi dengan Media Website dan
Booklet
Berikut adalah analisa perbedaan niali perilaku responden sebelum
dan sesudah pemberian edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan baduta
dengan media website dan booklet,
Tabel 5.9 Analisis Perbedaan Nilai Perilaku Responden Sebelum dan Sesudah
Pemberian Edukasi Gizi dengan Media Website dan Booklet
Kelompok
Perlakuan Perilaku Median
Nilai p-value
Min Max
Website
Pre-test Perilaku ibu baduta terkait pemantauan tumbuh kembang baduta
3,00 1,00 3,00
0,157 Post-test Perilaku ibu baduta terkait pemantauan tumbuh kembang baduta
3,00 1,00 3,00
Pre-testpengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
1,00 0,00 1,00
0,008 Post-testpengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
1,00 0,00 1,00
Pre-testPerilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
1,00 0,00 2,00
0,180 Post-testPerilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
2,00 1,00 2,00
Booklet
Pre-testPerilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
3,00 2,00 3,00 0,008
Post-testPerilaku ibu terkait pemantauan pertumbuhan baduta
3,00 2,00 3,00
Pre-testpengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
0,00 0,00 1,00
0,020 Post-testpengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta
1,00 0,00 1,00
Pre-testPerilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
1,50 0,00 2,00
0,317 Post-testPerilaku ibu baduta terkait tidak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak baduta kurang sesuai
2,00 2,00 2,00
73
Berdasarkan uji normalitas, seluruh data dari masing-masing kelompok
aspek penilaian tidak terdistribusi normal sehingga analisa uji beda dilakukan
menggunakan uji Wilcoxon. Tabel 5.9 menunjukkan hasil dari analisis uji beda
antara nilaipre-test dengan nilaipost-testperilaku responden kelompok website
dan booklet.
Dari uji beda yang dilakukan pada kelompok website, untuk perilaku
terkait pemantauan pertumbuhan baduta diperoleh p-value sebesar 0,157 (p >
0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku terkait
pemantauan pertumbuhan badutayang bermakna antara sebelum dan sesudah
pemberian edukasi melalui media website. Selanjutnya, terkait pengetahuan ibu
baduta terhadap status gizi badutadiperoleh p-value sebesar 0,008 (p < 0,05)
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan perilaku yang bermakna
terkait pengetahuan ibu baduta terhadap status gizi baduta antara sebelum dan
sesudah pemberian edukasi melalui media website. Pada kelompok aspek
penilaian perilaku terkait tindak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi
anak baduta kurang sesuai, diperoleh p-value sebesar 0,180 (p > 0,05) sehingga
dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari perilaku ibu
baduta terkait tindak lanjut yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi melalui media website.
Pada kelompok booklet, dari uji beda yang dilakukan didapatkan hasil
seperti pada table 5.9, untuk perilaku terkait pemantauan tumbuh kembang
baduta diperoleh p-value sebesar 0,008 (p < 0,05) sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat perbedaan perilaku terkait pemantauan tumbuh kembang baduta
yang bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian edukasi melalui media
booklet. Selanjutnya adalah terkait pengetahuan ibu baduta terhadap status gizi
74
badutadiperoleh p-value sebesar 0,020 (p < 0,05) sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat perbedaan perilaku yang bermakna terkait pengetahuan ibu
baduta terhadap status gizi baduta antara sebelum dan sesudah pemberian
edukasi melalui media booklet. Sedangkan untuk kelompok aspek penilaian
perilaku terkait tindak lanjut yang dilakukan jika mengetahui status gizi anak
baduta kurang sesuai, diperoleh p-value sebesar 0,317 (p > 0,05) sehingga
dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang bermakna dari perilaku ibu
baduta terkait tindak lanjut yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi melalui media booklet.
Dari hasil data tersebut terlihat bahwa jika dibandingkan antara kedua
kelompok, keduanya memberikan pengaruh atau perubahan terhadap sikap dan
perilaku namun pada kelompok yang diberikan edukasi melalui media booklet
lebih menunjukkan perubahan yang bermakna, dapat diketahui dari nilai analisa
perbedaan yang menunjukkan hasil nilai perbedaan yang signifikan.
75
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian
6.1.1 Karakteristik Umum Responden
Dalam penelitian ini, responden dikelompokkan dalam beberapa
kelompok rentang usia. Usia dapat dikatan sebagai salah satu faktor yang dapat
menentukan kemampuan seseorang dalam berfikir dan bertindak. Tingkat
kematangan dan kesesuaian seseorang dalam berpikir dan bertindak sejalan
dengan semakin cukupnya usia (Arini, 2012). Bentuk dari kedewasaan dan
kematangan jiwa sesorang atas pengalaman yang dialami, menghasilkan
kestabilan kemampuan seseorang dalam bertindak (Apriluana dkk, 2016). Pada
penelitian ini jumlah presentase usia terbesar pada kedua kelompok website
maupun booklet berada pada rentang usia antara 20 hingga 35 tahun. Usia pada
rentang antara 20 hingga 35 tahun dapat dikatakan sebagai masa dewasa
dimana pengetahuan ibu sudah semestinya baik dan diharapkan telah mampu
berpikir dan memecahkan masalah dengan lebih matang secara emosional
sehingga memicu untuk memerluas wawasan yang dimiliki yang selanjutnya
akan berimplikasi terhadap pengetahuan dan pengambilan keputusan terhadap
sikap dan perubahan perilaku(Aryani, 2013; Hasrimayana, 2009). Masa dewasa
juga dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan diri dalam pelaksanaan
berbagai kegiatan seperti penerapan dan pengembangan teknologi serta ilmu
pengetahuan (Hanifah, 2010).Namun selain usia, beberapa faktor lain juga dapat
menentukan sikap dan perilaku ibu seperti kepercayaan, pengalaman, pekerjaan,
pendidikan dan lingkungan (Azwar, 2011; Rahayuningsih, 2008; Notoatmodjo,
76
2010) sehingga perlu dilakukan penelitian labih lagi terkait hubungan usia
dengan pemikiran dan kemampuan dalam bertindaknya.
Dalam penelitian ini, baik dari kelompok website maupun booklet
sebagian besar responden (48,9%) berpendidikan terakhir SMA dan (26,7%)
diploma/sarjana. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang karena tingkat pendidikan dapat
menentukan seberapa besar pemahaman dan pengetahuan yang didapat oleh
seseorang ketika dipaparkan suatu informasi (Anas, 2009). Dengan tingkat
pendidikan terakhir SMA/SMK, seharusnya pemahaman yang diterimapun
semakin baik dan berlanjut hingga sikap yang baik pula, dimana selanjutnya
perubahan perilaku juga akan berubah seiring dengan sikap positif yang ada
(Astutik, 2013; Notoadmodjo, 2013). Hal ini sejalan dengan data yang dipadapat,
dimana keseluruhan nilai sikap yang didapat responden adalah baik dan terjadi
peningkatan nilai perilaku.
Sebagian besar pekerjaan ibu pada kedua kelompok merupakan Ibu
Rumah Tangga. Pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa ibu yang tidak
bekerja cenderung untuk sedikit berinteraksi sehingga juga sedikit mendapatkan
informasi (Elisa, 2014). Namun bertolak belakang dengan penelitian lain yang
menyebutkan bahwa tidak berarti sebagai ibu rumah tangga mengalangi
kesempatan untuk mendapatkan informasi. Informasi dapat diperoleh melalui
media massa seperti dari media elektronik, massa ataupun secara langsung
hadirpada acara seperti penyuluhan yang diadakan oleh pelayanan kesehatan
terdekat. Dengan kata lain pekerjaan tidak mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang (Putri, 2017). Selain itu dalam penelitiannya, Putri (2012) menjelaskan
bahwa pekerjaan ibu hanya berpengaruh pada perkembangan anak, namun
77
tidak memiliki hubungan yang yang bermakna terhadap pertumbuhan dan pola
asuh anak (Putri, 2012).
Karakteristik responden terkait kepemilikan telepon pintar dan dapat
mengakses internet merupakan karakteristik inklusi yang spesifikhanya ditujukan
untuk kelompok website karena untuk kelanjutan kegiatan akan mengharuskan
responden untuk membuka halaman website yang telah diberikan yang
didalamnya terdapat materi untuk dibaca. Berdasarkan data kerakteristik
responden dalam penelitian ini, seluruh responden (100%) kelompok website
memiliki telepon pintar yang seluruhnya melakukan akses internet sebanyak > 3
kali/minggu.Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (AJPII) menyatakan
bahwa tahun 2012 hingga 2014 terjadi peningkatan mencapai 82 juta penduduk
pengguna internet, di wilayah Jawa Timur sendiri terdapat sebanyak 12,1 juta
penduduk pengguna internet dalam sekali melakukan akses internet berdurasi 1-
3 jam. Pengguna internet dapat digolongkan pengguna addicted adalah apabila
mereka mampu menghabiskan waktu lebih dari 40 jam kerja dalam satu bulan
untuk mengakses internet (Asmoro, 2015; Pramiyanti, 2014)
6.1.2 Sikap Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta Sebelum
dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Website
Berdasarkan hasil penelitian, pada kelompok website sebelum diberikan
edukasi terkait pemantauan pertumbuhan badutasebagian besar responden
memiliki nilai sikap yang baik dan dapat dikatakan sikap positif, tidak terdapat
responden yang memiliki sikap kurang. Nilai sikap yang didapatkan ibu sesudah
pemberian edukasi juga tergolong baik, meski terjadi penurunan tetapi tidak jauh.
78
Dilihat dari sisi lain, dari 24 responden kelompok website, 18 responden
diantaranya merupakan ibu dari anak yang ke-2 atau lebih. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa ibu yang sebelumnya
telah memiliki anak akan lebih memiliki pengalaman terkait mengasuh anak
dengan kata lain ibu akan lebih paham terkait sikap yang baik (Sari, 2104)
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa dari 24 responden sebanyak 14
(58,3%) diantaranya merupakan ibu dengan pendidikan terakhir SMA/SMK, dan
sebanyak 7 responden (29,2%) adalah diploma, hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya dimana tingkat pendidikan ibu yang rata-rata sudah tinggi
memberikan pengaruh terhadap sikap positif yang dimiliki ibu, selain itu
pendidikan yang tinggi juga memungkinkan tingginya pemahaman ibu sehingga
sikap yang dimilikipun baik. Tingkat pemahaman ibu yang baik juga memberikan
pengaruh pada sikap akhir ibu (Anas, 2009; Astutik, 2013).
Meskipun dalam penjelasan sebelumnya terdapat dua pendapat berbeda
terkait pengaruh pekerjaan terhadap sikap ibu. Dalam penelitian kali ini,
pekerjaan ibu diharapkan tidak memberikan pengaruh terhadap sikap ibu karena
meskipun sebagai ibu rumah tangga tidak membatasi untuk memperoleh
informasi dari berbagai sumber (Putri, 2017).
Media website merupakan media yang dapat mendistribusikan informasi
dengan murah dan efektif, dengan adanya media internet / website ini informasi
yang digunakan sebagai meteri edukasi gizi dapat dengan mudah tersedia dan
diakses oleh siapapun dan kapanpun, dapat diakses secara spesifik sesuai
dengan kebutuhan dari pengguna (Brug, et al., 2005). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Afgani, dkk. (2008), menyatakan bahwa pengembangan
79
websitesebagai media edukasi dapat menunjukkan perubahan sikap positif pada
siswa (Afgani, dkk., 2008).
Namun bertolak belakang dengan penelitian tersebut, pada penelitian ini
hasil perubahan sikap sesudah edukasi tidak menunjukkan perubahan nilai sikap
yang meningkat. Tidak didapatkannya peningkatan nilai sikap pada kelompok
website dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya yaitu pengalaman dan
pengaruh besar dari keluarga dan orang sekitar yang turut berperan dalam
pembentukan sikap, serta usia yang mempengaruhi tingkat efektivitas suatu
media informasi (Mawwadatin, 2015; Hapsari, 2013).
6.1.3 Sikap Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta Sebelum
dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Booklet
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum dan
sesudah pemberian edukasi gizi melalui media booklet, seluruh responden
mendapatkan nilai sikap baik dan tergolong sikap positif. Seperti halnya pada
kelompok website, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya
adalah tingkat pendidikan.Sebagian besar yaitu 8 responden (38,1%)
berpendidikan terakhir SMA/SMK sederajat, dan 5 (23,8%) responden adalah
diploma. Seperti yang telah didapatkan dari penelitian yang dilakukan
sebelumnya dimana tingkat pendidikan ibu yang rata-rata sudah tinggi
memberikan pengaruh terhadap pemahaman dan sikap positif yang dimiliki
ibu(Anas, 2009; Astutik, 2013).
Terjadi peningkatan nilai rata-rata sebanyak 4 poin antara sebelum dan
sesudah pemberian edukasi gizi melalui booklet. Sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya oleh safitri (2016) kepada kelompok sasaran remaja
overweightmenunjukkan hasil bahwa terjadi perubahan sikap sehingga terjadi
80
peningkatan sikap yang positif disebabkan karena diberikannya edukasi melalui
media booklet yang terbukti lebih efektif untuk merubah sikap (Safitri, 2016).
6.1.4 Analisis Sikap Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
dan Booklet
Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan bahwa nilai sikap sebelum
diberikan edukasi pada kedua kelompok perlakuan, sebagian besar responden
memiliki nilai sikap positif. Pada kelompok website didapatkan nilai rata-rata
sikap sebesar 93,75 dan pada kelompok booklet sebesar 92,60.
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan ibu
mampumemberikan pengaruh terhadap sikap yang dimiliki ibu, selain itu
pendidikan yang tinggi juga memungkinkan tingginya pemahaman ibu sehingga
sikap yang dimilikipun baik. Tingkat pemahaman ibu yang baik nantinya
memberikan pengaruh pada sikap akhir ibu (Anas, 2009; Astutik, 2013). Hal
inilah yang mampu menjelaskan didapatkannya nilai sebelum edukasi pada
kelompok website yanglebih tinggi dibandingkan dengan kelompok booklet,
karena jika ditinjau kembali jumlah responden dengan pendidikan tinggi di
kelompok website lebih banyak dibandingkan dengan kelompok booklet. Pada
kelompok website sebanyak 87,5% reponden memiliki tingkat pendidikan
SMA/SMK dan diploma, sedangkan pada kelompok booklet lebih sedikit yaitu
61,9%.
Namun hal ini tidak berlaku untuk hasil yang didapatkan sesudah
pemberian edukasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, pada kelompok
website tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai sebelum dan
81
sesudah edukasi dengan p-value sebesar 0,701 (p > 0,05). Sedangkan pada
kelompok booklet terdapat perbedaan yang bermakna dengan p-value sebesar
0,010 (p<0,05). Tidak didapatkannya perbedaan yang bermakna antara skor
sikap sebelum dan sesudah edukasi pada kelompok website dapat terjadi karena
beberapa hal. Dimana hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Mawwadatin (2015) yang menunjukkan tidak adanya
perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor seperti pengalaman dan pengaruh besar dari
keluarga dan orang sekitar yang turut berperan dalam pembentukan sikap
(Mawwadatin, 2015). Pada penelitian ini, sebagian besar yaitu 19 responden
(79,2%) dari kelompok website mendapat pengaruh dari keluarga dan orang
sekitar.
Selain itu faktor usia juga mentukan tingkat efektivitas suatu media
terutama media website yang dalam penggunaannya memerlukan kemampuan
khusus dari penggunanya. Hal tersebut didukung dengan penelitian oleh Hapsari
(2013) yang menyebutkan bahwa usia yang paling tinggi tingkat efektivitas
komunikasinya adalah kelompok usia dibawah atau sama dengan 20 tahun dan
usia 21-30 tahun (Hapsari, 2013). Dalam penelitian ini, sebanyak 12 responden
kelompok website berusia ≥30 tahun sehingga dapat terjadi menurunnya
efektivitas dalam pemanfaatan akses informasi melalui website.
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan perbedaan yang bermakna antara
nilai sikap sebelum dan sesudah edukasi gizi terkait pemantauan pertumbuhan
baduta melalui media booklet. Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
dijelaskan bahwa terjadi perubahan sikap sehingga terjadi peningkatan sikap
yang positif disebabkan karena diberikannya edukasi dalam penelitian
82
sebelumnya ini diberikan kepada remaja overweight melalui media edukasi
booklet yang terbukti lebih efektif untuk merubah sikap (Safitri, 2016). Perbedaan
signifikan yang terjadi antara sebelum dan sesudah diberikannya edukasi gizi
disebabkan karena media booklet sendiri dikatakan memiliki keefektivan dalam
proses penyampaian informasi, mengingat dari sifat media booklet yaitu statis
berbentuk berupa visual atau gambar (Zulaekah, 2012). Kelebihan lain yang
dimiliki media booklet adalah media tersebut mampu memberikan informasi
dengan waktu yang relatif singkat dimana bentuknya sendiri menyerupai buku
dengan ketebalan yang sesuai namun isi informasinya dapat termuat lengkap
(Satmoko dan Astuti, 2006). Selain itu, Rahmawati (2017) dalam penelitiannya
juga menyebutkan bahwa menggunakan media booklet terbukti dapat
meningkatkan sikap dari responden dalam mencegah terjadinya gizi buruk pada
balita (Rahmawati, 2017).
Dalam penelitian ini, hasil yang didapat menunjukkan bahwa media
edukasi booklet lebih efektif dan lebih mampu memberikan perubahan pada
sikap. Meskipun demikian, media edukasi website juga dapat menjadi alternatif
untuk digunakan dengan catatan melihat kondisi masyarakat sasaran seperti
usia, lingkungan, serta kemampuannya dalam mengakses informasi melalui
media edukasi tertentu.
6.1.5 Perilaku Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website
Dalam penelitian ini, penilaian perilaku terbagi menjadi tiga kelompok
aspek penilaian sesuai dengan jawaban yang diberikan oleh responden. Tiga
kelompok aspek tersebut adalah terkait, (1) pelaksanaan pemantauan
83
pertumbuhan baduta oleh ibu baduta, (2) pengetahuan ibu baduta terkait status
gizi baduta, dan (3) tindak lanjut yang dilakukan jika mengetahui/merasa status
gizi anak tidak sesuai.
Berdasarkan data hasil penelitian, nilai perilaku terkait ketiga aspek
penilaian tersebut menunjukkan peningkatan. Perilaku pada kelompok website
menunjukkan bahwa sebelum diberikan edukasi gizi terkait pemantauan
pertumbuhan baduta sebagian besar responden sudah dapat melakukan perilaku
yang tepat terkait pemantauan pertumbuhan baduta. Meskipun demikian, masih
ada responden yang belum melakukan perilaku dengan benar. Hal ini terjadi
karena perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik
yang berasal dari dalam ataupun dari luar. Faktor dari dalam atau internal
diantaranya adalah motifasi, emosi, persepsi, dan pengetahuan dan faktor dari
luar atau eksternal diantaranya adalah sosial ekonomi, kebudayaan, lingkungan,
dan lain sebagainya. Dari pengaruh faktor tersebutlah yang nantinya akan
mempengaruhi kecenderungan perilaku seseorang berbeda-beda (Pratama,
2013).
Namun, untuk pengetahuan ibu terkait status gizi anak yang dilakukakn
dengan pemantauan status gizi anak melalui KMS sebelum diberikan edukasi
masih terbilang rendah, Hanya sebanyak 42,8% ibu yang mengetahui dengan
benar status gizi anak sebelum diberikan edukasi dan hanya 15 responden yang
memerhatikan grafik pada KMS untuk mengetahui status gizi baduta. Perilaku
juga pengetahuan yang kurang tersebut sejalan dengan pendapat Rakhmawati
dan Panunggal (2014) bahwa terdapat faktor lain yang memengaruhi sehingga
tingkat pendidikan ibu yang tinggi tidak dapat menjamin pengetahuan dan
perilaku ibu (Rakhmawati dan Panunggal, 2014). Salah satu faktor yang dapat
84
menjadi penyebab rendahnya pengetahuan ibu terkait status gizi anak adalah
karena rendahnya pengetahuan ibu terkait interpretasi status gizi anak melalui
KMS. Hal ini sejalan dengan penelitian Meiranny dkk (2009) yang dilakukan di
wilayah RW menunjukkan pengetahuan ibu terkait KMS masih kurang (63,8%)
(Meiranny dkk, 2009). Disisi lain, hal ini juga dapat terjadi karena rendahnya
informasi yang didapatkan melalui kader terkait KMS. Dalam penelitiannya
Rossita (2011) menyebutkan bahwa hanya terdapat 6,25% kader yang memiliki
pengetahuan baik dalam penggunaan KMS (Rossita, 2011 dalam Sutiani,.dkk,
2014)
Perilaku responden setelah diberikan edukasi juga dapat dikatakan baik
dan mengalami peningkatan dari perilaku responden sebelumnya, baik dari
aspek terkait pemantauan, pengetahuan terhadap status gizi anak, dan juga
terkait tindak lanjut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Jan dkk. (2009) dengan pemberian edukasi gizi melalui
media website, poster dan edukasi secara langsung kepada siswa siswi sekolah
dasar di New Jersey dimana menunjukkan hasil berupa peningkatan
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku yang positif pada siswa siswi
sekolah dasar tersebut (Jan dkk, 2009).
6.1.6 Perilaku Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan Baduta
Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Booklet
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan edukasi gizi, sebagian
besar ibu baduta telah memiliki perilaku yang baik, hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor dari dalam atau internal
diantaranya adalah motifasi, emosi, persepsi, dan pengetahuan dan faktor dari
luar atau eksternal diantaranya adalah sosial ekonomi, kebudayaan, lingkungan,
85
dan lain sebagainya. Dari pengaruh faktor tersebutlah yang nantinya akan
mempengaruhi kecenderungan perilaku seseorang berbeda-beda (Pratama,
2013) Selain itu, bebagian besar responden (38,1%) berpendidikan terakhir
SMA/SMK sederajat, dan diploma (23,8%). Sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Putri (2017) bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat pendidikan, pengetahuan, dan perilaku terkait hidup
sehat (Putri, 2017)
Namun penjelasan diatas bertolak belakang dengan hasil yang didapat
terkait pengetahuan ibu terhadap status gizi anak yang dipantau melalui KMS.
Hanya sebanyak 38,6% ibu yang mengetahui dengan benar status gizi anak
sebelum diberikan edukasi dan hanya 12 responden yang memerhatikan grafik
pada KMS untuk mengetahui status gizi baduta. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Rakhmawati dan Panunggal (2014) bahwa terdapat faktor lain yang
memengaruhi, sehingga tingkat pendidikan ibu yang tinggi tidak dapat menjamin
perilaku ibu (Rakhmawati dan Panunggal, 2014). Selain itu seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa rendahnya nilai pengetahuan ibu terkait status gizi
anak juga dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan ibu dan kader terkait
pembacaan ataupun pengisian KMS (Rossita, 2011 dalam Sutiani,.dkk, 2014;
Meiranny dkk, 2009).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa terjadi peningkatan nilai perilaku ibu
baduta antara sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi melalui booklet
dimana peningkatannya terjadi pada ketiga aspek penilaian perilaku terkait
pemantauan pertumbuhan baduta. Hal ini dapat terjadi karena responden telah
mendapatkan paparan informasi yang spesifik terkait pemantauan pertumbuhan
baduta sehingga terjadi peningkatan pengetahuan yang berpengaruh pada
86
perubahan sikap responden menjadi lebih sensitif terhadap situasi yang ada dan
pada akhirnya menghasilkan perubahan perilaku yang positif sesuai dengan
yang diharapkan (Nuryanto dkk, 2014; Nugraheni, 2015; Mahdali dkk, 2013).
6.1.7 Analisis Perilaku Responden Terkait Pemantauan Pertumbuhan
Baduta Sebelum dan Sesudah Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media
Website dan Booklet
Dari data hasil penelitian yang didapatkan, menunjukkan bahwa
responden pada kedua kelompok menunjukkan peningkatan nilai perilaku
sebelum dan sesudah pemberian edukasi baik dari aspek penilaian terkait
pelaksanaan pemantauan pertumbuhan baduta, pengetahuan terkait status gizi
baduta, maupun rencana tindak lanjut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa terdapat hubungan antara paparan informasi yang diberikan terhadap
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap serta perilaku (Nuryanto dkk, 2014;
Nugraheni, 2015; Mahdali dkk, 2013).Selain itu hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sakbaniyah dkk (2013)yang menunjukkan
hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan
kunjungan balita ke posyandu (Sakbaniyah,.dkk, 2013). Selanjutnya dilakukan uji
beda berpasangan Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal dan
didapatkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing kelompok perlakuan
dan masing-masing aspek.
Pada kelompok perlakuan website, berdasarkan hasil uji analisis hanya
pada aspek pengetahuan terhadap status gizi baduta yang menunjukkan
perbedaan signifikan sebelum dan sesusah diberikan edukasi, namun tidak pada
kedua aspek lainnya. Dalam penelitian ini, terkait aspek pengetahuan ibu tidak
dinilai berdasar semata-mata bahwa ibu mengetahui namun ibu juga
87
melakukanpemantauan status gizi anak melalui KMS, dengan begitu selain
pengetahuan dalam hal ini juga mencakup perilaku responden. Sejalan dengan
penelitian sebelumnya oleh Mahdali dkk (2013) menyebutkan bahwa pendidikan
gizi yang diberikan dengan materi spesifik mampu meningkatkan pengetahuan
(Mahdali dkk, 2013). Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, melalui
penelitian oleh Jan dkk. (2009) bahwa keefektifan media websitemampu
memberikan hasil berupa peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku yang positif (Jan,.dkk, 2009)
Selain terkait pengetahuan terhadap status gizi anak, kedua aspek lainnya
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini terjadi karena perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik yang berasal dari
dalam ataupun dari luar. Faktor dari dalam atau internal diantaranya adalah
pengalaman, motifasi, emosi, persepsi, dan pengetahuan dan faktor dari luar
atau eksternal diantaranya adalah sosial-ekonomi, kebudayaan, lingkungan, dan
lain sebagainya. Dari pengaruh faktor tersebutlah yang nantinya akan
mempengaruhi kecenderungan perilaku seseorang berbeda-beda (Pratama,
2013). Dalam penelitian ini, beberapa faktor pendukung dapat mempengaruhi
perubahan perilaku responden. Salah satunya adalah faktor lingkungan yang
dimana pada penelitian ini, sebagian besar yaitu 19 responden (79,2%) dari
kelompok website mendapat pengaruh dari keluarga dan orang sekitar.
Pada kelompok perlakuan booklet, terdapat 2 aspek penilaian yang
menunjukkan perbedaan signifikan nilai perilaku sebelum dan sesudah
pemberian edukasi gizi, yaitu pada aspek terkait pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan baduta dengan p-value sebesar 0,008 (p < 0,05) dan pada aspek
pengetahuan terkait status gizi diperoleh p-value sebesar 0,020 (p < 0,05). Hal ini
88
sejalan dengan penelitian yang juga telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pendidikan gizi mampu meningkatkan pengetahuan, memberikan perubahan
sikap dan akhirnya memberikan pengaruh pada perubahan perilaku (Nuryanto
dkk, 2014; Nugraheni, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Mahdali, dkk. (2013)
juga menjelaskan adanya perubahan perilaku pada remaja obesitas di Gorontalo
(Mahdali,.dkk, 2013). Selain itu, sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Dewi dan Aminah (2016) yang menunjukkan adanya peningkatan perilaku kearah
positif terkait pola asuh dan pemberian makanan setelah diberikan edukasi
melalui media booklet (Dewi dan Aminah, 2016).
Terdapat beberapa teori terkait perubahan perilaku, salah satunya adalah
teori Health Belief Model.Untuk adanya suatu perubahan perilaku, perlu adanya
persepsi keparahan, resiko, dan kemampuan serta hambatan responden saat
melakukan perilaku tersebut(Hayden, 2009; Morris,.dkk, 2012).Selain keempat
faktor penyusun utama tersebut, perubahan perilaku dalam penelitian ini
jugadapat dipengaruhi oleh variable lain yaitu modifying variables meliputi
karakteristik individu seperti pengalaman pribadi, tingkat pendidikan, budaya,
kemampuan, dan motivasi yang dapat mempengaruhi persepsi individu tersebut,
cues to actionmerupakan kejadian, orang, atau pun hal-hal yang mendorong
seseorang untuk mengubah perilak(Hayden, 2009; Morris,.dkk, 2012).
Selain itu teori Health Belief Model juga menjelaskan bahwa ada beberapa
tahapan dalam perubahan perilaku. Dimulai dari tahap Pre-kontemplasi yaitu
dimana individu masih belum menyadari suatu masalah dan belum memiliki
ketertarikan untuk berubah, dimana keingintahuannya akan meningkat, peka
terhadap masalah dan solusinya, serta mengevaluasi kembali lingkungan
sekitarnya. Dilanjutkan dengan tahap kontemplasi yaitu dimana individu mulai
89
menyadari masalah dan memiliki keinginan serius untuk berubah. Sampailah
pada tahap selanjutnya yaitu persiapan untuk melakukan perubahan perilaku
dimana individu mulai melihat dan memilih hal-hal berkaitan dengan perilaku
barunya. Aksi merupakan tahapan dimana individu telah melakukan perubahan
perilaku dimana indivisu telah mengganti alternatif perilaku terkait masalah,
control terhadap stimulus, membangun hubungan, dan meyakinkan diri
mempertahankannya. Terakhir adalah tahap maintenance dimana individu mulai
memperhatikan sosial dan berusaha untuk mempertahankan perubahan
perilakunya (Prochaska et al., 1992 dalam Morris,.dkk, 2012). Dalam penelitian
ini, terlihat bahwa sebagian besar responden telah memiliki sikap yang baik
sehingga mampu memberikan perubahan perilaku yang diinginkan dan telah
sampai pada tahap persiapan, aksi ataupun maintenance. Hal ini sejalan dengan
penelitian Mawaddah (2008) yang menyatakan adanya hubungan nyata antara
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan
Ragunan dimana apabila seseorang memiliki sikap yang baik maka sudah
seharusnya sudah melakukan perilaku yang sesuai(Mawaddah, 2008).
Kesimpulan akhir menunjukkan bahwa pada penelitian ini media edukasi
booklet lebih efektif dalam memberikan perubahan sikap dan perilaku yang
positif. Media booklet sendiri dikatakan memiliki keefektivan dalam proses
penyampaian informasi, mengingat dari sifat media booklet yaitu statis berbentuk
berupa visual atau gambar (Zulaekah, 2012). Kelebihan lain yang dimiliki media
booklet adalah media tersebut mampu memberikan informasi dengan waktu yang
relatif singkat dimana bentuknya sendiri menyerupai buku dengan ketebalan
yang sesuai namun isi informasinya dapat termuat lengkap (Satmoko dan Astuti,
2006).
90
Berdasarkan hasil penelitian juga terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan
nilai sikap pada kelompok website, namun terdapat perbedaan nilai sikap pada
kelompok booklet serta terdapat perbedaan nilai perilaku pada kedua kelompok
namun tidak pada keseluruhan aspek perilaku yang dinilai. Hal tersebut dapat
terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan saling berkaitan,
antara pemaparan informasi yang mampu mempengaruhi pengetahuan, berlanjut
pada pemikiran sikap yang selanjutnya menentukan bagaimana seseorang
merealisasikannnya dalam bentuk perbuatan atau perilaku. Selain pengetahuan
dan sikap, faktor lain seperti kepercayaan dan orang yang dianggap penting, juga
mampu mempengaruhi perilaku (Notoadmodjo, 2003). Meskipun nilai sikap
ataupun penilaian beberapa aspek perilaku pada kelompok website menunjukkan
tidak adanya perbedaan, namun rata-rata nilai sikap tidak terjadi penurunan yang
berarti dan untuk rata-rata nilai perilaku seluruhnya terjadi peningkatan, sehingga
dapat dikatakan bahwa baik media website ataupun booklet keduanya efektif
dalam memberikan sikap dan perilaku. Perlu diingat bahwa tidak ada satupun
media yang dapat dikatakan sebagai media yang terbaik karena pada dasarnya
efektivitas dari suatu media adalah bergantung pada siapa pengguna, apa
tujuannya, dan bagaimana penggunaannya.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diupayakan untuk dilaksanakan sesuai dengan metode
yang sudah dirancang, namun disadari bahwa penelitian ini masih memiliki
beberapa keterbatasan. Keterbatasan pada penelitian ini antara lain :
1. Tidak ditanyakan terkait frekuensi dan durasi responden dalam membuka
media baik media website maupun booklet dalam kurun waktu 1,5 bulan
91
antara intervensi sampai dengan post-test. Hanya ditanyakan kepada
beberapa responden dan tidak ditanyakan kepada seluruh responden,
sehingga data terkait frekuensi membaca materi kurang lengkap dan
peneliti tidak dapat menggambarkan karakteristik responden terkait
frekuensi membaca materi.
2. Tidak adanya gambaran terkait kemampuan responden dalam melakukan
akses terhadap media edukasi, khususnya media website yang dalam
proses mengaksesnya memerlukan kemampuan khusus.
3. Frekuensi pemberian intervensi berupa edukasi kepada responden terlalu
sedikit yaitu hanya sekali dan dengan durasi yang singkat sehingga
kurang terlihat perubahan perilaku responden.
4. Penilaian hanya berdasar pada skor jawaban responden sehingga tidak
dapat benar-benar menggambarkan perubahan sikap dan perilaku
responden.
5. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini terlalu kecil sehingga
data tidak terdistribusi normal dan kurang merepsentasikan data.
6. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini hanya menggunakan dua
skala likert sehingga kurang merepresentasikan hasil jawaban
responden,skala likert 5 – 7 dirasa lebih mampu untuk melihat kesesuaian
sikap dan perilaku.
92
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan terkait beberapa hal
sebagai berikut :
1. Tidak terjadi perubahan yang bermakna untuk nilai sikap ibu baduta pada
kelompok website sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi terkait
pemantauan pertumbuhan baduta.
2. Terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap ibu baduta pada kelompok yang
diberikan edukasi terkait pemantauan pertumbuhan baduta melalui media
booklet.
3. Pada kelompok booklet menunjukkan peningkatan nilai perilaku dari
ketiga aspek penilaian perilaku yaitu terkait pelaksanaan pemantauan
pertumbuhan baduta, pengetahuan status gizi baduta, dan tindak lanjut
terkait pemantauan pertumbuhan baduta.
4. Pada kelompok website menunjukkan peningkatan nilai perilaku dari
ketiga aspek penilaian perilaku.
5. Terkait dengan perubahan sikap, pemberian edukasi pada kelompok
booklet memberikan hasil peningkatan rata-rata nilai yang bermakna,
namun tidak pada website.
6. Terkait dengan perubahan perilaku, pada kelompok websitehasil
perbedaan signifikan hanya pada aspek pengetahuan terkait status gizi
baduta sedangkan pada kelompok booklet hasil perbedaan signifikan
93
terlihat pada dua aspek perilaku yaitu terkait pelaksaan pemantauan
pertumbuhan baduta dan pengetahuan status gizi baduta menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
7.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan harapannya informasi yang telah diberikan terus
dilakukan pengembangan mengingat dimana ilmu pengetahuan yang dimiliki
pada bidang ini merupakan ilmu pengetahuan yang dinamis dan terus
mengalami perubahan seiring dengan waktu, terutama pemanfaatan media
website yang selama ini belum dikenal lebih luas seperti media lainnya. Hal
tersebut dapat diatasi dengan membuat alternatif berupa akses informasi
yang lebih mudah dijangkau seperti melalui media social, atau dengan
aplikasi yang lebih mudah diterapkan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Melakuan pengambilan data terkait frekuensi dan durasi responden
dalam membuka media baik media website maupun booklet dalam kurun
waktu 1,5 bulan antara intervensi sampai dengan post-test. Sehingga
dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
b. Melakukan pengambilan data terkait gambaran kemampuan responden
dalam melakukan akses terhadap media edukasi, khususnya media
website yang dalam proses mengaksesnya memerlukan kemampuan
khusus.
94
c. Memberikan intervensi dengan frekuensi yang lebih sering dan durasi
penelitian yang lebih panjang untuk mampu melihat perubahan sikap dan
perilaku dengan lebih akurat.
d. Penilaian sikap dan perilaku tidak hanya berdasarkan pada skor jawaban
responden namun perlu adanya observasi lebih lanjut dengan form
checklist serta penilaian tidak hanya menggunakan 2 skala likert namun
skala likert 5-7.
e. Melakukan penelitian dengan mempertimbangkan kembali jumlah sampel
sehingga mampu memberikan data yang lebih representatif.
95
DAFTAR PUSTAKA
Afgani, M.W., Darmawijoyo, & Purwoko. 2008. Pengembangan Media Website Pembelajaran Materi Program Linear untuk Siswa Sekolah Menengah Atas.Jurnal Pendidikan Matematika , II (2), 47-61.
Alfaqinisa, R. 2015. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Orang Tua Tentang Pneumonia Dengan Tingkat Kekambuhan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Anas, K. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap terhadap Iklan Parti
Politik di Desa Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Apriluana, G., Khairiyati, L., Setyaningrum, R. 2016. Hubungan Antara Usia,
Jenis Kelamin, Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan Perilaku Penggunaan Apd Pada Tenaga Kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol.3: 3 (81-88).
Arini, H. 2012. Hubungan Umur dan Tingkat Pendidikan Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif, http://aperlindraha.wordpress.com. (diakses pada tanggal 26 Agustus 2017)
Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aritonang, I. 2013. Model Multilevel Pertumbuhan Anak Usia 0-24 Bulan Dan Variabel Yang Mempengaruhinya.Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Edisi Dies Natalis ke-48 UNY : 130-143.
Aryani, M. 2013. Hubungan Antara Sikap Terhadap Kesehatan Dengan Perilaku
Merokok Di Sma Negeri 1 Pleret Bantul. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Asmoro, A.A. 2015. Pengaruh Penggunaan Internet Terhadap Pengetahuan
Korean Music Popular (K-Pop) Di Soulmate Community Kota Samarinda. eJournal Mahasiswa Ilmu Komunikasi,Volume 3 (1) 2015 : 473-485.
Astuti, E.W. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Perubahan
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Fe (Ferum) Di Rumah Bersalin Sri Lumintu Surakarta. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Astutik, P. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Gizi Seimbang saat
Menyusui di Desa Karungan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2013. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada. Surakarta: Program Studi Diploma III Kebidanan.
96
Azwar, S. 2011. Sikap dan Perilaku. Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Brug, J., Oenema, A., Kroeze, W., Raat, H. 2005. The Internet And Nutrition Education: Challenges And Opportunities. European Journal of Clinical Nutrition (2005) 59, Suppl 1, S130–S139.
Corcoran, N. 2013. 2nd Edition Communicating Health Strategies for Health Promotion. London: SAGE Publications Ltd.
Dewanthi, D. 2008. Pengaruh Faktor Sosial dan Personal terhadap Sikap dan Keinginan Konsumen untuk Membeli Barang Fashion Tiruan (Counterfeited Fashion Goods). Karya Tulis Ilmiah. Jakata : Universitas Indonesia.
Dewi, Mdan Aminah, M. 2016. Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan. Indonesian Journal of Human Nutrition. Vol.3 No.1 Suplemen : 1 – 8.
Duncan, M., Vandelanotte, C., Kolt, G.S., Rosenkranz, R.R., Caperchione, C.M., George, E.S., Ding, H., Hooker, C., Karunanithi, M., Maeder, A.J.,et al. 2014. Effectiveness of a Web- and Mobile Phone-Based Intervention to Promote Physical Activity and Healthy Eating in Middle-Aged Males: Randomized Controlled Trial of the ManUp Study.Journal of Medical Internet Research,16(6).
Egger, G, Ross S, dan Rob D. 2005. Health Promotion Strategies and Methods Second Edition. Sydney: The McGraw-Hill Companies.
Elisa. 2014. Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Tingkat Pengetahuan Ibu Primigravida tentang Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III di Wilayah Puskesmas Ungaran Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No. 2, November 2014.
Gunawan, G, Eddy F, dan Kusnandi R. Hubungan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1-2 Tahun. Sari Pediatri.
Hapsari, C.M. 2013. Efektivitas Komunikasi Media Booklet “Anak Alami” Sebagai Media Penyampai Pesan Gentle Birthing Service.Jurnal E-Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Volume 1 (3).
Hariyanto. 2014. The Window Of Opportunity: Memahami Aspek Penting Masa
Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Lisan Al-Hal Volume 6, No. 2, Desember 2014: 335 – 366.
Hasrimayana. 2009. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedawung II Sragen. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
97
Hastono, S. 2007. Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Jamil, N.A. 2007. Teknik Sampling. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Jan, S., Bellman, C., Barone, J., Jessen, L., Arnold, M. 2009. Shape It Up: A School-Based Education Program to Promote Healthy Eating and Exercise Developed by a Health Plan in Collaboration With a College of Pharmacy. Journal Of Managed Care Pharmacy. Vol 15 (5): 403-414.
Kementrian Sosial Republik Indonesia, Bakti Husada, dan Wahana Visi Indonesia. 2015. 1000 Hari Pertama Kehidupan Penentu Ribuan Hari Berikutnya.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
Kholid, A. 2014. Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.
Lwanga, S.K dan S. Lemeshow. 1991. Sample Size Determination roin Health Studies A Practical Manual. Geneva: World Health Organization
Mahan, L. K dan Sylvia E. S. 2008. Krause's Food & Nutrition Therapy International Edition. Philadelphia: Elsevier.
Mahdali, M.I., Indriasari, R., Thaha, R. 2013. Efek Edukasi Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap Serta Perubahan Perilaku Remaja Obesitas Di Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Mawwadatin, P.F. 2015. Pengaruh Imaginative Pretend Play Dengan Media
Video Animasi: Pengetahuan Dan Sikap Perilaku Hidup Bersih Sehat. The Sun Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Vol. 2(1) Maret 2015.
Machrus, H dan Urip P, 2010, Pengukuran Perilaku berdasarkan Theory of
Planned Behavior, INSAN Vol.12 No. 01.
Meiranny,A., Syamsianah, A., dan Mustika ,D.N. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tenteng Kartu Menuju Sehat Dengan Pertumbuhan Balita di Wilayah RW V Kelurahan Kalipancur Kecamatan Ngaliyah Kota Semarang. Jurnal Semarang
Moehji, S. 1992. Ilmu Gizi. Jakarta : Bhatara. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi 2. Yogyakarta : Gadjah mada University Press.
Moon, E.H and Kim, K.W. 2011. Evaluation of Nutrition Education for Hypertension Patients Aged 50 Years and Over.Korean Journal Community Nutrition 16(1) : 62-74, 2011.
Morris, J., Mariella, M., Norman, D., Liz, O.B. 2012. Sustainable Behaviours and
Behaviour Change: Theories. Forestry.
98
Mukhid, A. 2009. Self-Efficacy. Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan. Tadris Vol.4 No.1
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoadmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nugraheni, R. 2015. Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media Buku Cerita Terhadap Peningkatan Pengetahuan Anemia Dan Perubahan Perilaku Makan Pada Remaja Putri. Publikasi Karya Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Nuryanto., Pramono, A., Puruhita, N., Muis, S.F. 2014. Pengaruh pendidikan gizi
terhadap pengetahuan dan sikap tentang gizi anak Sekolah Dasar.Jurnal Gizi Indonesia (ISSN : 1858 - 4942). Volume 3 (1): hal 32-36.
Pramiyanti, A., Putri, I.P., & Nureni, R. 2014. Motif Remaja dalam Menggunakan
Media Baru (Studi pada Remaja di Daerah Sub-Urban Kota Bandung). KomuniTi , VI (2), 95-103.
Pratama, R.K.O. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Tentang Kebiasaan Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat Siswa Sdn 1 Mandong. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.
Putri, A.K. 2017. Perbedaan Skor Pengetahuan Ibu terkait Pendekatan Makan pada Baduta Usia 6-12 Bulan dengan Pemberian Edukasi Gizi Melalui Media Website dan Booklet. Tugas Akhir, Program Studi Ilmu Gizi, FakultasKedokteran, Universitas Brawijaya.
Putri, D.F.T.P., Kusbaryanto. 2012. Perbedaan Hubungan antara Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga Terhadap Tumbuh Kembang Anak Usia 2-5 Tahun. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Putri, R. 2017. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Hidup Sehat Kualitas Lingkungan Rumah. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
Rahayuningsih, Sri U. 2008. Psikologi Umum 2. Jakarta: gunadarma
Rahmawati, W., Wirawan, N.N., Wilujeng, C.S., Fadhilah, E., Nugroho, F.A., Habibie, I.Y., et al. 2016. Gambaran Masalah Gizi Pada 1000 HPK Di Kota Dan Kabupaten Malang. Malang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Indonesian Journal Of Human Nutrition.
99
Rahmawati. 2017. Pengaruh Konseling Gizi Dengan Media Booklet Terhadap Peningkatan Pengetauan, Sikap Dan Tindakan Ibu Dalam Upaya Pencegahan Gizi Buruk Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari.
Rakhmawati, N.Z., Panunggal, B. 2014. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 Bulan. Semarang: Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Journal Of Nutrition College, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 43-50.
RISKESDAS., 2010. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesahatan Kementrian Kesehatan RI. (Diakses di http://www.litbang.depkes.go.id/. 21 Juli 2016)
RISKESDAS., 2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesahatan Kementrian Kesehatan RI. (Diakses di http://www.litbang.depkes.go.id/. 21 Juli 2016)
Rusmanto. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Filaria di RW II Kelurahan Pondok Aren. Karya Tulis Ilmiah. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Safitri, N.R.D. 2016. Pengaruh Edukasi Gizi dengan Ceramah dan Booklet teradap Peingkatan Pengetahuan dan Sikap Gizi Remaja Overweight. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Sakbaniyah, S.N.L, Susi, H., Dian, N.M. 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita
Dengan Kepatuhan Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Desa Sumberejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
Sandjaja.2010. Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A dalam Hubungannya dengan Karakteristik Anak Balita dan Akses ke Pelayanan Kesehatan di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik. Gizi Indon
Sari, R.K. 2014. Peningkatan Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI Sesudah Diberi Penyuluhan dengan Media Booklet di Kelurahan Luwang Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Satmoko, S., & Astuti, H. T. 2006. Pengaruh Bahasa Booklet pada Peningkatan
Pengetahuan Peternak Sapi Perah tentang Inseminasi Buatan di Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Jurnal Penyuluhan , II (2), 78-82.
100
Shabbidar, S., Fathi, B. 2007. Effects of Nutrition Education on Knowledge and Attitudes of tye 2 Diabetic Patienes.Journal Birjand Univ Med Sci. Vol 14 (1): 9-15.
Siagian, R.L., Etti S., Albiner S. 2015. Gambaran Perilaku Ibu dalam
Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015. Medan : IKM-FKM USU
Sihadi. 2008. Makanan Anak di Bawah Dua Tahun. Majalah Kedokteran FK UKI, XXVI(2).
Supariasa, I.D.N. 2014. Pendidikan dan Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.
Sutiani, R., Zulhaida, L., dan Albiner, S. 2014. Gambaran Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu Dalam Pemantauan Pertumbuhan Bayi dan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. Jurnal Publikasi
Tjahjani, E dan Septiana. 2014. Kejadian Risiko Kehamilan Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III. Akademi Kebidanan Griya Husada.
Tri L, Dyahsuslam. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Ibu Membawa Balita ke Posyandu di Desa Benda dan Merak, Kecamatan Balaraja Kabupaten Tangerang Tahun 2007. Tesis. Depok : FKM Universitas Indonesia
World Health Organization. 2008. WHO Child Groeth Standards: Training Course On Child Growth Assesment.
Wowor, M, Joice M.L, Damajanti H. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Puskesmas Bahu Kota Manado. Manado : E-Jurnal Keperawatan
Zulaekah, S. 2012. Efektifitas Pendidikan Gizi dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi Anak SD. Semarang : Universitas Negeri Semarang