perbedaan suku bangsa
DESCRIPTION
kwnTRANSCRIPT
Perbedaan Suku Bangsa
1. Persebaran suku bangsa di Indonesia
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-
ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu
suku bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama.
Contoh ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan.
Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa
lainnya. Suku bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka
percaya bahwa mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga
merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka
mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal dari nenek
moyang mereka.
Ada teori yang menyatakan penduduk Indonesia berasal dari daratan Cina
Selatan, Provinsi Yunan sekarang. Ada juga teori “Nusantara.” Mari kita
bahas kedua teori ini. Menurut teori pertama Suku bangsa Yunan datang ke
Indonesia secara bergelombang. Ada dua gelombang terpenting.
1. Gelombang pertama terjadi sekitar 3000 tahun yang lalu. Mereka yang
pindah dalam pe-riode ini kemudian dikenal sebagai rumpun bangsa Proto
Melayu. Proto Melayu disebut juga Melayu Polynesia. Rumpun bangsa Proto
Melayu tersebar dari Madagaskar hingga Pasifik Timur. Mereka bermukim di
daerah pantai. Termasuk dalam bangsa Melayu Tua adalah suku bangsa
Batak di Sumatera, Dayak di Kalimantan, dan Toraja di Sulawesi.
2. Gelombang kedua terjadi sekitar 2000 tahun lalu, disebut Deutero
Melayu. Mereka disebut penduduk Melayu Muda. Mereka mendesak Melayu
Tua ke pedalaman Nusantara. Termasuk bangsa Melayu Muda adalah suku
bangsa Jawa, Minangkabau, Bali, Makassar, Bugis, dan Sunda.
Menurut teori “Nusantara” penduduk Indonesia tidak berasal dari luar. Teori
ini didukung banyak ahli, seperti J.Crawfurd, K.Himly, Sutan Takdir
Alisjahbana, dan Gorys Keraf. Menurut para ahli ini penduduk Indonesia
(bangsa Melayu) sudah memiliki peradaban yang tinggi pada bada ke-19
SM .Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah suku bangsa di Indonesia.
Kehidupan masyarakat suku bangsa satu dengan lainnya memang terdapat perbedaan-perbedaan,
antara lain meliputi :
- perbedaan bahasa daerahnya. Ada bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali, Batak, Banjar, Makasar,
Ambon, Irian dan sebagainya.
- Perbedaan adat-istiadat dalam perkawinan, upacara ritual, hukum adat.
- Perbedaan kesenian daerah. Seni musik, seni tari, seni lukis, seni ukir, maupun seni pahat.
- Perbedaan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Perbedaan tata susunan kekerabatan. Ada istilah matrilineal, patrilineal dan parental.
- Perbedaan seni bangunan rumah, peralatan kerja di sawah dan lain-lain.
Perbedaan-perbedaan tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Keadaan dan letak geografis yang tidak sama.
Daerah yang terletak pada jalur strategis akan banyak dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain,
sehingga dorak ragam penduduk dan kebudayaannya akan lebih kompleks.
b. Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau
Penduduk pada pulau-pulau terpencil yang jarang sekali kontak dengan daerah lain akan
memiliki sifat-sifat dan karya budaya yang spesifik dan unik.
c. Latar belakang sejarah yang berbeda
Beberapa masyarakat yang mempunyai latar belakang sejarah tidak sama, tentu akan
menghasilkan keadaan sosial budaya yang tidak sama pula.
d. Lingkaran hukum adat dan garis kekerabatan yang berlainan
Sebagai ilustrasi, kita ambil saja masyarakat Jawa, Minangkabau dan Batak.
Masyarakat Minangkabau menggunakan sistem kekerabatan berdasarkan garis dari ibu,
mak disebut masyarakat Matrilineal atau Matriarkhat.
Masyarakat Batak menggunakan sistem kekerabatan berdasarkan garis bapak, maka
disebut masyarakat Patrilineal atau Patriarkhat.
Masyarakat Jawa menggunakan sistem kekerabatan berdasarkan garis kedua orang tua
(ibu dan bapak) dengan hak dan kewajiban yang sama. Perbedaan garis kekerabatan itu akan
punya pengaruh yang luas dalam hal : tata cara perkawinan, warisan, hak mengatur ekonomi
rumah tangga, hak menggunakan nama marga dan sebagainya.
e. Perbedaan agama
Beberapa kelompok masyarakat yang menganut agama yang berbeda-beda akan membawa
perbedaan-perbedaan yang luas dalam kehidupan sehari-hari, misalnya : mengenai cara
berpakaian, hukum warisan, etika pergaulan, tata cara perkawinan, tata cara peribadatan, corak
kesenian dan sebagainya.
Faktor lingkungan geografis yang menyebabkan keanekaragaman suku
bangsa antara lain sebagai berikut.
Negara kita berbentuk kepulauan. Penduduk yang tinggal di satu pulau
terpisah dengan penduduk yang tinggal di pulau lain. Penduduk tiap
pulau mengembangkan kebiasaan dan adat sendiri. Dalam waktu yang
cukup lama akan berkembang menjadi kebudayaan yang berbeda.
Perbedaan bentuk muka bumi, seperti daerah pantai, dataran rendah,
dan pegunungan. Penduduk beradaptasi dengan kondisi geografis
alamnya. Adaptasi itu dapat terwujud dalam bentuk perubahan tingkah
laku maupun perubahan ciri fisik. Penduduk yang tinggal di daerah
pegunungan misalnya, akan berkomunikasi dengan suara yang keras
supaya dapat didengar tetangganya. Penduduk yang tinggal di daerah
pantai atau di daerah perairan akan mengembangkan keahlian
menangkap ikan, dan sebagainya. Perubahan keadaan alam dan
proses adaptasi inilah yang menyebabkan adanya keanekaragaman
suku bangsa di Indonesia. Besar kecilnya suku bangsa yang ada di
Indonesia tidak merata. Suku bangsa yang jumlah anggotanya cukup
besar, antara lain suku bangsa Jawa, Sunda, Madura, Melayu, Bugis,
Makassar, Minangkabau, Bali, dan Batak.
Biasanya suatu suku bangsa tinggal di wilayah tertentu dalam suatu provinsi
di negara kita. Namun tidak selalu demikian. Orang Jawa, orang Batak, orang
Bugis, dan orang Minang misalnya, banyak yang merantau ke wilayah lain.
Menghormati keragaman suku bangsa
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa kita yang mengungkapkan persatuan dan
kesatuan yang berasal dari keanekaragaman. Walaupun kita terdiri atas berbagai suku yang
beranekaragam budaya daerah, namun kita tetap satu bangsa Indonesia, memiliki bahasa dan
tanah air yang sama, yaitu bahasa Indonesia dan tanah air Indonesia. Begitu juga bendera
kebangsaan merah putih sebagai lambang identitas bangsa dan kita bersatu padu di bawah
falsafah dan dasar Negara Pancasila.
Kita sebagai bangsa Indonesia harus bersatu padu agar manjadi satu kesatuan yang bulat dan
utuh. Untuk dapat bersatu kita harus memiliki pedoman yang dapat menyeragamkan pandangan
kita dan tingkah laku kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, akan terjadi
persamaan langkah dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pedoman tersebut adalah Pancasila, kita
harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa di Indonesia.
Membiasakan bersahabat dan saling membantu dengan sesama warga yang ada di lingkungan
kita, seperti gotong royong akan dapat memudahkan tercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa, dan sehati dalam
kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.
Dalam mengembangkan sikap menghormati terhadap keragaman suku bangsa, dapat terlihat dari
sifat dan sikap dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah keluarga.
b. antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk menyelesaikan
suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan melalui musyawarah.
d. terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
Keragaman suku bangsa merupakan kenyataan bangsa kita. Inilah kekayaan
bangsa kita. Kalau kita tidak menghormati suku bangsa sendiri, kita tidak
akan menjadi bangsa yang kuat. Kita tidak boleh hanya membanggakan
suku bangsa kita sendiri dan merendahkan suku bangsa lain. Kalau kita tidak
menghormati keanekaragaman suku bangsa, tidak akan tercipta kedamaian
dalam hidup bersama. Tidak adanya saling menghormati antarsuku bangsa
akan menimbulkan konflik. Contohnya banyak. Antara lain konflik di Poso,
konflik di Sambas, dan konflik di Maluku.
Pandangan Demokrasi dengan Adanya Perbedaan Suku Bangsa di Indonesia
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga negaranya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",[1] yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata ini
merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis, kedua
definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi. [2] Sistem politik
Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas
dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan
demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati
kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-
benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi
(democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis
Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.
Bangsa Indonesia terdiri dari aneka ragam suku,ras,golongan,agama,adat
istiadat,budaya,dan bahasa daerah yang berbeda.Bangsa Indonesiapun bagian dari bangsa-bangsa
di dunia.Semuanya itu saling membutuhkan dan memerlukan kerja sama yang saling
menguntungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,baik dalam hubungan kerja sama
secara nasional,regional,maupun internasional.Oleh karena itu,kita harus menerima perbedaan-
perbedaan tersebut dengan berpedoman pada Pancasila sebagai dasar negara,pandangan
hidup,dan kepribadian bangsa Indonesia.
Dari segi Struktural,system politik demokrasi ideal adalah system politik yang
memelihara keseimbangan antara konflik dan konsesus.Artinya,demokrasi memungkinkan
adanya perbedaan pendapat,persaingan,dan pertentangan antar individu,antar kelompok,individu
dengan kelompok,individu dengan pemerintah,kelompok dan pemerintah,bahkan antara
lembaga-lembaga pemerintah.Namun demokrasi hanya akan mentolerir konflik yang tidak
merusak dan menghancurkan system.
Oleh karena itu system politik demokrasi menyediakan mekanisme dan prosedur yang
mengatur dan menyalurkan konflik sampai pada penyelesaian dalam bentuk
kesepakatan(konsesus).Prinsip ini pula yang mendasari pembentukan identitas
bersama,hubungan kekuasaan,legitimasi kewenangan,dan hubungan politik dengan
ekonomi.Sistem politik Indonesia adalah demokrasi Pancasila,yaitu setiap hak-hak dan
kewajiban warga negara pelaksanaan hak asasinya bersifat horizontal maupun vertical.Bagi
lembaga-lembaga yang bersifat infrastruktur dan suprastruktur diakui keberadaannya dan
kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan dan ketaatan pada hukum yang sedang
berlaku.
DEMOKRASI SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
Pemikiran dan kebijaksanaan yang bersifat demokratis sudah lama dipraktikkan dalam sejarah
belahan dunia. Sebagai ontoh, ajaran-ajaran Budha Guatama (India), Conficius dan Lao tze
(Cina), Zoroaster (Persia) serta ajaran Islam, kristen dan Yahudi. Budha Gautama mengajarkan
emansipasi dalam kehidupan yang terdapat dalam ajaran nirvana, conficius mengajarkan tentang
etika dan kontrol pribadi untuk mencapai kebenaran dan kebijaksanaan sehingga melahirkan
kebahagiaan, Zoroaster mengajarkan tentang adanya suatu persaingan yang terus menerus antara
kebajikan dan kejahatan yang hanya bisa diselesaikan dengan suatu kebesaran hari untuk saling
menghargai. Jadi demokrasi menjadi satu pilihan terbaik bagi kehidupan dan kelangsungan suatu
bangsa dan negara.
Periode demokrasi Kristen terjadi pada abad pertengahan di mana hampir seluruh negara maju
utamanya Eropa diperintah di bawah kekuasaan Kristen katolik. Untuk Islam, periode awal
demokrasi berkembang pada abad 7 Masehi di beberapa bagian dunia dari wilayah Arab,
sebagian Afrika, Eropa dan Asia Timur, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Prinsip demokrasi
dalam Islam dilaksanakan berpedoman pada A1 Quran dan Hadits.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa demokrasi merupakan konsep yang terdapat dalam
ajaran berbagai agama yang tersebar di permukaan bumu sehingga pada hakikatnya demokrasi
merupakan sebuah pandangan hidup.
Pengertian demokrasi memasuki kejiwaan manusia di luar kehidupan bernegara dan
pemerintahan baik dalam sifat pribadi maupun dalam hidup kemasya-rakatan sehari- hari.
Dengan semangat demokrasi seseorang tidak berbuat angkuh kepada orang lain dalam meminta
sesuatu walaupun di dalam kenyataan dia lebih kuat, pintar dan lebih kaya. Demikian pun di
dalam menentukan sesuatu dia tidak bersifat mendikte, memaksa tetapi dengan sabar menunggu
kesetujuan bersama atau juga sabar bila pendapatnya ditolak.
Pandangan hidup demokrasi tidak hanya di masyarakat tetapi juga di lingkungan keluarga, tidak
hanya sifat eksternal tetapi juga internal kejiwaan seseorang yang sudah menjadikan demokrasi
pandangan hidup bermasyarakat tidak akan mudah tersinggung bila pendapat atau usulnya
ditolak orang lain. Sebaliknya semua keputusan organisasi termasuk keputusan keluarga dalam
rumah tangga harus dia terima dengan kebajikan bila bertentangan dengan pendapat dia sendiri.
Secara singkat bahwa dengan pandangan hidup yang demokratis harus ada kemungkinan untuk
secara demokratis menolak atau menerima sesuatu.
DEMOKRASI DAN KEBEBASAN
Pengembangan teori moderen tentang kebebasan (liberty) dimulai sejak abad 18 di Prancis dan
Inggris. Namun, antara kedua negara ini memiliki konsep kebe-basan yang berbeda. Inggris
(Anglo Saxon) mengem-bangkan konsep kebebasan berdasarkan suatu tradisi yang berlangsung
secara spontan sehingga konsep kebebasan di Inggris bersifat empiris sedangkan untuk Prancis
(Eropa Kontinental) memndang konsep kebebasan sebagai sesuatu yang didesain dengan sadar
berdasarkan akal pikiran atau bersifat rasional.
Salah satu persoalan dalam negara demokrasi adalah persamaan kedudukan warga negara di
mana negara harus melindungi warga negara seara sama, tanpa adanya istilah “anak emas” dan
“anak tiri”. Hak-hak politik dan kemanu- siaan yang pada dasamya merupakan hak individual
harus diberikan secara sama kepada setiap warga masyarakat tanpa membedakan suku, warna
kulit, gender, agama, sekte dan lain- lain, Inilah esensi konsep demokrasi yang dikenal dengan
konsep pemerintahan oleh mayoritas dengan mempertahan- kan hak minoritas.
Suatu tantangan bagi demokrasi terdapat di dalam tubuh demokrasi itu sendiri yang didasarkan
kepada persamaan, sedang di lain pihak demokrasi berkehendak melindungi perbedaan-
perbedaan antarpribadi dan kebebasan pribadi. Prinsip persamaan mempunyai kecenderungan
membatasi kebebasan untuk berbeda dalam hubungan dengan pemilikan dan pendapat. Dengan
demikian, hanya pendapat umum yang sama dari satu organisasi yang dihargai dan dalam
masyarakat apa yang disebut dengan public opinion cenderung tidak toleran kepada perbedaan.
Pendapat lain mengatakan bahwa pemba- tasan kebebasan individu tidak datang dari sistem
demokrasi itu sendiri, tetapi adalah dari hubungan-hubungan sosial yang mendukung masyarakat
itu sendiri. Bila di dalam norma- norma kemasyarakatan terdapat batasan-batasan mengenai
kebebasan pribadi, sebenarnya hal tersebut adalah masalah moralitas kemasyarakatan karena
sebaliknya bila moralitas masyarakat menentukan di mana dan terhadap apa saja hak pribadi
boleh ada, maka hal tersebut tidak akan dirusak atau dilanggar oleh demokrasi. Oleh karena itu,
walaupun demokrasi berkehendak membiarkan kebebasan yang lebih besar mengenai hak
pribadi dan pendapat, namun demokrasi kebebasan tersebut di dalam praktik telah dipersempit.
Mereka mengatakan kebebasan pribadi seluas-luasnya sejauh tidak melanggar hukum dan
ketertiban yang berlaku.
Beberapa bentuk kebebasan dalam negara demokrasi antara lain pertama, kebebasan berbicara
yang mencakup kebebasan berpendapat, kebebasan berserikat dan berkumpul, kebebasan pers.
Kedua, kebebasan beragama, dan ketiga, kebebasan politik. Kebebasan ini harus dijamin oleh
negara melalui hukum. Pengaturan oleh hukum ini menurut penulis merupakan hal yang penting
karena hukum bukan hanya memberikan jaminan bagi kebebasan warga negaranya namun juga
dapat memberikan suatu pembatasan. Pembatasan tersebut antara lain kebebasan berbicara
membatasi kebebasan berbicara yang berlebihan yang justru dapat menimbulkan keresahan dan
instabilitas pemerintahan serta menimbulkan ketaktertiban dalam masyarakat. Dalam kebebasan
beragama, pengaturan oleh hukum dapat memberikan suatu pembatasan bahwa kebebasan
beragama merupakan kebebasan yang positif, sebagai contoh di Indonesia, setiap warga negara
bebas memeluk agama dan tidak bebas untuk tidak memeluk agama (iatheis). Dalam kebebasan
politik, hukum memberikan sebuah pembatasan agar kritik rakyat kepada pemerintah tidak
menjadi kritik yang destruktif yang justru bermuara pada dilanggarnya hak-hak warga negara
lainnya, misalnya demonstrasi yang anarkis yang menganggu keamanan dan ketertiban dalam
masyarakat.
Sistem politik yang demokratis harus diikuti dengan penegakan hukum. Tanpa adanya
penegakan hukum yang tegas, konsisten dan transparan, sistem demokrasi akan dapat mengarah
pada anarki, yang diawali dengan adanya pembangkangan sosial (social disobedience), tekanan-
tekanan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik yang mengarah pada mobocracy atau
ochlocracy, menggantikan fungsi birokrasi. Dalam definisi yang sangat longgar, mobocracy
diartikan sebagai government by mob, the rule by a group of people unrestrained by any
meaningful principles. Gejala tersebut sudah mulai tampak di Indonesia, ditandai dengan
banyaknya demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak etis, diikuti dengan
perusakan tempat dan fasilitas milik publik
DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM
Kata sistem dalam Kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai berikut:
Seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas;
Susunan yang teratur dari pandangan teori, asas, dsb;
Memiliki suatu metode.
Menurut Soerjono Soekanto mengutip pendapat Hugo F. Reading yang mengatakan bahwa
system is any set of interrelated element which, as they work and change together, may be
regarded as a single entity. Jadi, suatu sistem dapat digambarkan sebagai A set of interrelated
elements dan A set of independent variables. Selanjutnya, dikatakan pula bahwa suatu sistem
diartikan sebagai stelsel (yang dalam bahasa Belanda) yaitu suatu keseluruhan yang terangkai
(gerangschiktgeheel).
Dalam kaitannya dengan kata-kata (frasa) sistem pemerintahan Negara Hamid S.A. dalam
disertasinya mengutip definisi baik dari Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta
maupun dari Black’s Law Dictionary yang menerangkan bahwa sistem berarti sekelompok
bagian- bagian yang bekerja sama untuk melakukan suatu maksud. Sistem merupakan kombinasi
atau rangkaian yang teratur, baik dari bagian-bagian khusus atau bagian-bagian lain ataupun
unsur-unsur ke dalam suatu keseluruhan, khususnya kombinasi yang sesuai dengan prinsip
rasional tertentu (orderly combination or arrangement as of particulars, parts, or element into a
whole; especiall such combination according to some rational principle).
Sunaryati Hartono mengutip pendapat Visser T Hooft bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri
dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu pengaruh memengaruhi dan terkait satu sama
lain oleh suatu atau beberapa asas. Maka dalam kata-kata sistem pemerintahan negara yang
masing-masing mempunyai tugas dan fungsinya sendiri- sendiri, tetapi secara keseluruhan
bagian-bagian tersebut merupakan suatu kesatuan yang terpadu dan bekerja secara rasional.
Mengacu pada berbagai kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
keseluruhan rangkaian dari unsur-unsur atau sub sistem yang saling terkait, saling berhubungan
dan saling tergantung, di mana jika salah satu unsur dari sistem tersebut tidak bekerja dengan
baik, sistem tersebut menjadi terganggu atau bahkan berhenti. Jadi, sebagai sebuah sistem,
demokrasi merupakan suatu rangkaian dari unsur-unsur dan sub sistem yang saling berkaitan dan
berhubungan dan jika salah satu unsur atau sub sistem tidak bekerja maka akan menganggu
proses demokrasi bahkan menghentikan suatu proses demokrasi.
Jika didasarkan pada definisi-definisi demokrasi sebagaimana telah diuraikan sebelumnya maka
penulis berpandangan bahwa ada beberapa unsur minimum dari demokrasi yaitu kedaulatan
berada di tangan rakyat, adanya partisipasi aktif dari masyarakat, keseimbangan kekuasaan,
pengakuan, penghargaan dan perlindungan hak asasi manusia, pemisahan atau pembagian
kekuasaan antara legislatif, eksekutif dan yudikatif, terselenggaranya Pemilihan Umum,
persamaan kedudukan warga negara di depan hukum dan pemerintahan, rotasi kekuasaan yang
damai, keterbukaan kepada masyarakat, supremasi hukum dan pembangunan berbasis
masyarakat.
DEMOKRASI DAN NASIONALISME
Untuk mendirikan pemerintahan nasional yang berlandasarkan prinsip-prinsip demokrasi,
maka suatu pemerintahan menentukan keputusan-keputusarmya secara matang atas
dukungan suara rakyat. Sebagai catatan dapat dijelaskan bahwa rakyat Prancis tidak mengusir
bangsa lain, tetapi yang diusir ialah sistem pemerintahan kerajaan menjadi sistem demokrasi
sehingga arti kebangsaan mengandung arti atau ada konotasi dengan demokrasi. Pengertian
seperti itu dapat ditelusuri dari hubungan negara penjajah dengan yang dijajah, tidak mungkin
diterima ada pemerintahan nasional bila negeri itu diperintah atau dikuasai negara lain.
Hubungan seperti itu disebut kolonialisme. Bila pada rakyat yang dijajah timbul kesadaran untuk
merdeka, mereka akan membina demokrasi mempersatukan kekuatan untuk mencapai
kemerdekaan nasionalnya. Demikian itulah demokrasi menjadi landasan ideologi nasionalisme
mencapai kemerdekaan dan dalam upaya membina persatuan nasional bila terdapat erosi di
dalamnya.
Dalam sejarah bangsa-bangsa terutama di Asia dan Afrika yang sudah lama kehilangan
kebebasan dan dengan kebencian kepada penjajahan, dalam kenyataannya dapat mengusir
penjajah melalui nasionalisme mereka. Setelah mereka mendapat kemerdekaan nasional, mereka
tentunya dengan pemerintahan nasional yang lebih demokratis, tetapi kenyataannya peraturan
yang digunakan adalah perundang- undangan kolonial. Sikap dan perbuatan seperti ini disebut
demokrasi yang setengah hati, tidak menjadi tujuan yang sinkron dengan keberadaan negaranya.
Nasionalisme tidak bisa dilepaskan dengan demokrasi karena keduanya menunjukkan adanya
“benang merah” bahwa nasionalisme dan demokrasi merupakan kristalisasi dan institusionalisasi
dari tahap lanjut perkembangan kehidupan manusia dalam bidang intelektual, ekonomi, dan
politik. Jadi, wajah nasionalisme yang akan muncul banyak dipengaruhi oleh kinerja pemerintah
yang sedang berkuasa dan kondisi rakyat sendiri. Nasionalisme bisa menjelma menjadi konflik,
gerakan protes, dan berbagai bentuk penentangan. Faktor pemicu yang paling efektif terhadap
perubahan itu adalah munculnya ketakadilan. Kesadaran akan adanya ketakadilan ini akan
memengaruhi legitimasi pemerintah yang selanjutnya akan mengubah hubungan antara
pemerintah dengan rakyat. Jika pemerintah tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik,
sehingga menimbulkan kesengsaraan rakyat, sehingga rakyat akan melakukan protes. Sementara
itu, dalam perkembangan sebuah bangsa, nasionalisme menjadi dasar dan kekuatan suatu bangsa
dalam membangun negara dan bangsanya. Istilah ini sering disebut sebagai Nation Building.
Nation building pada prinsipnya merupakan sebuah proses terus-menerus menuju terciptanya
sebuah negara dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas dasar ideologinya. Dengan kata lain,
nation building merupakan proses pembentukan kesatuan bangsa yang utuh. Sementara itu,
istilah nation sendiri menunjuk pada suatu komunitas sebagai kesatuan kehidupan bersama yang
mencakup berbagai unsur yang berbeda dalam aspek etnik, kelas atau golongan sosial, aliran
kepercayaan, kebudayaan, linguistik, dan sebagainya. Kesemuanya terintegrasikan dalam
perkembangan historis sebagai kesatuan sistem politik berdasarkan solidaritas yang ditopang
oleh kemauan bersama. Heterogenitas dalam ber-bagai segi kehidupan, unsur-unsurnya ditempa
menjadi suatu homogenitas politik dan lazimnya terwujud sebagai negara nasional. Negara
nasional itu sendiri menjadi wahana yang berfungsi untuk adaptasi, mempertahan-kan
kesatuannya, memperkokoh proses integrasinya serta mencapai tujuan eksistensinya.
Berjalannya nation building menuju negara Indonesia yang nasionalis demokratis membutuhkan
syarat yang harus dipenuhinya. Pertama, negara harus didukung oleh semangat nasionalisme
yang kuat; kedua penyelenggara negara memiliki accountability yang tinggi terhadap rakyat atau
dengan kata lain penyelenggara negara harus siap dikontrol oleh rakyat setiap waktu; ketiga
setiap negara mempunyai kesamaan dalam pengambilan keputusan dalam pemerintahan dan
kesamaan hak di depan hukum.
Belajar dari keberhasilan proses demokrasi di negara- negara maju, Indonesia perlu
mempersiapkan diri dengan baik. Reformasi telah melahirkan demokrasi Indonesia yang terbuka
dari pemerintahan sentralistik menuju desentralistik, kebebasan pers, pemilihan umum langsung.
Namun, sampai saat ini temyata hal-hal tersebut belum cukup untuk membangun demokrasi di
Indonesia.
Pilar-pilar pemerintahan yang demokratis harus terus digelorakan. Rakyat harus diberikan
peranan yang lebih luas untuk ikut dalam proses demokrasi menuju negara demokrasi yang
berkualitas. Tanpa keikutsertaan rakyat secara langsung dalam mengawal proses pemerintahan
menuju pemerintahan yang demokratis, maka kita tidak akan mencapai cita-cita Indonesia
sejahtera.