perbedaan tingkat an anak usia 2 3 tahun yang tidak mengikuti aktivitas bermain dan yang mengikuti...

13
PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 – 3 TAHUN YANG TIDAK MENGIKUTI AKTIVITAS BERMAIN DAN YANG MENGIKUTI AKTIVITAS BERMAIN PLAYGROUP DI KELURAHAN SIDOHARJO KECAMATAN LAMONGAN Ni Luh Putu Eka*, Onggung Napitupulu**, Dwi Meilya Indrawati *** ABSTRAK Aktivitas bermain dalam tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun merupakan suatu kebutuhan sebagaimana kebutuhan laiinya. Aktivitas bermain dapat dilakukan di rumah ataupun di sekolah (seperti playgroup). Namun banyak ditemukan aank yang kurang mendapatkan pemenuhan kebutuhan bermain, sehingga masa tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan. Usia 2-3 tahun merupakan periode keemasan dalam perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat perkembangan anak usia 2-3 tahun yang tidak mengikuti dan yang mengikuti aktivitas bermain playgroup di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan. Metode penelitian yang digunakan analitik observasional melalui pendekatan cross sectional dengan menggunakan desain comparative studies. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak usia 2-3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 anak yang mengikuti aktivitas bermain playgroup didapatkan 10 anak (67%) dengan tingkat perkembangan normal dan 5 anak (33%) dengan tingkat perkembangan abnormal. Sedangkan dari 15 anak yang tidak mengikuti aktivitas bermain playgroup didapatkan 8 anak (53%) dengan tingkat perkembangan normal dan 7 anak (47%) dengan tingkat perkembangan abnormal. Berdasarkan uji hipotesa dengan menggunakan Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% antara aktivitas bermain (tidak di playgroup dan di playgroup) dengan tingkat perkembangan didapatkan nilai p value adalah 0.456. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat perkembangan anak usia 2-3 tahun yang tidak mengikuti dan yang mengikuti aktivitas bermain playgroup di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dipertimbangkan cara mengendalikan faktor perancu nisalnya tingkat pendidikan orang tua. Kata Kunci : Aktivitas Bermain, Playgroup, Tingkat Perkembangan, Anak Usia 2-3 Tahun

Upload: vheevhee-rhiee-sevta

Post on 29-Jul-2015

325 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 – 3 TAHUN YANG TIDAK

MENGIKUTI AKTIVITAS BERMAIN DAN YANG MENGIKUTI AKTIVITAS BERMAIN

PLAYGROUP DI KELURAHAN SIDOHARJO KECAMATAN LAMONGAN

Ni Luh Putu Eka*, Onggung Napitupulu**, Dwi Meilya Indrawati ***

ABSTRAK

Aktivitas bermain dalam tahap perkembangan anak usia 2-3 tahun merupakan suatu kebutuhan sebagaimana kebutuhan laiinya. Aktivitas bermain dapat dilakukan di rumah ataupun di sekolah (seperti playgroup). Namun banyak ditemukan aank yang kurang mendapatkan pemenuhan kebutuhan bermain, sehingga masa tumbuh kembangnya mengalami keterlambatan. Usia 2-3 tahun merupakan periode keemasan dalam perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat perkembangan anak usia 2-3 tahun yang tidak mengikuti dan yang mengikuti aktivitas bermain playgroup di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan. Metode penelitian yang digunakan analitik observasional melalui pendekatan cross sectional dengan menggunakan desain comparative studies. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anak usia 2-3 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 anak yang mengikuti aktivitas bermain playgroup didapatkan 10 anak (67%) dengan tingkat perkembangan normal dan 5 anak (33%) dengan tingkat perkembangan abnormal. Sedangkan dari 15 anak yang tidak mengikuti aktivitas bermain playgroup didapatkan 8 anak (53%) dengan tingkat perkembangan normal dan 7 anak (47%) dengan tingkat perkembangan abnormal. Berdasarkan uji hipotesa dengan menggunakan Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% antara aktivitas bermain (tidak di playgroup dan di playgroup) dengan tingkat perkembangan didapatkan nilai p value adalah 0.456. sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat perkembangan anak usia 2-3 tahun yang tidak mengikuti dan yang mengikuti aktivitas bermain playgroup di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dipertimbangkan cara mengendalikan faktor perancu nisalnya tingkat pendidikan orang tua. Kata Kunci : Aktivitas Bermain, Playgroup, Tingkat Perkembangan, Anak Usia 2-3

Tahun

Page 2: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

ABSTRACT

Play activities of child age 2-3 years development phase represent the same requirement as the other requirement. Play activities can do at home or at school (like playgroup). But many foun research that child who less get accomplishment of play requirement, so at their period of growing was late. Child age 2-3 years is a golden period of child development. The objective of this research is to determine there is or there is no difference of development level child age 2-3 years which not follow and following play activities at playgroup in sub-district of Sidoharjo district of Lamongan. An observational analytic method was used in this research with cross sectional approach with comparative studies design. Children taken as the sample in this research are those who in age 2-3 years. The result of this research was show that among 15 child which follow activities at playgroup, 10 children (67%) have normal development level anf 5 children (33%) have abnormal developmnet level. In the other hand, among 15 child which not follow play activities at playgroup, 8 children (53%) have normal development level and 7 children (47%) have abnormal development level. According to the hypothesis test using Chi Square test in level of convidence 95% between play activities (not in playgroup and in playgroup) with development level resulted in p value is 0.456. so it can be conclude that there is no difference of development level child age 2-3 years which not follow and following play activities at playgroup in sub-district of Sidoharjo district of Lamongan. Based on the result of this research, there is suggested to consider the way to manage counfounding factor like knowledge of child’s parents.

Key Word : Play Activities, Playgroup, Development Level, Child Age 2-3 Years

Page 3: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

PENDAHULUAN Perkembangan adalah

bertambahnya struktur dan kemamuan

(skill) fungsi tubuh yang lebih kompleks

dapal pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil dari prose

pematangan. Menyangkut adanya

proses deferensiasi dari sel-sel tubuh,

jaringan tubuh, organ-organ dan system

organ yang berkembang sedemikian

rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk

perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya (Soetjiningsih,

1995).

Menurut Kasubbag Neurologi

Anak Fakultas Kedokteran UI-RSCM Dr

Hardiono Pusponegeoro SpA (K)

Jakarta, setiap dua dari 1.000 bayi

mengalami gangguan perkembangan

motorik dan 3-6 bayi dari 1.000 bayi

juga mengalami gangguan pendengaran

serta satu dari 100 anak mempunyai

kecerdasan kurang dan kelambatan

bicara. Diharapkan para ibu

memberikan ASI dan nutrisi yang cukup

baik pada anak usia 0-2 tahun agar

dapat mencegah gangguan syaraf dan

otak serta memberikan stimulus pada

anak agar perkembangan keceerdasan

dan psikomotorik normal (Depkes,

2006).

Salah satu cara untuk mencegah

terjadinya gangguan perkembangan

anak adalah dengan memberikan

stimulus pada anak sejak usia dini.

Stimulus terhadap perkembangan paling

efekif diberikan pada usia sebelum 3

tahun. Karena stimulus yang diberikan

secara berulang-ulang pada usia

sebelum 3 tahun akan membentuk

koneksi (sambungan antarsel) menjadi

permanen.

Tahap perkembangan anak usia

2-3 tahun yang meliputi perkembangan

motorik kasar, halus, bahasa dan sosial

mengalami perkembangan yang pesat,

sehingga masa ini berada dalam

periode yang disebut sebagai “The

Golden Years” (Colson, 2005). Tingkat

perkembangan dapat diukur dengan

menggunakan skala ukur DDST II dan

hasilnya dikelompokkan menjadi tiga

kategori yaitu normal, abnormal dan

meragukan.

Salah satu cara memberikan

stimulus bagi perkembangan anak

adalah melalui aktivitas bermain. Hal ini

sesuai dengan tahap perkembangan

anak usia 2-3 tahun dimana bermain

merupakan suatu kebutuhan

sebagaimana kebutuhan lainnya seperti

halnya makan dan istirahat (Hidayat,

2004). Aktivitas bermain dapat

dilakukan di rumah ataupun sekolah. Di

rumah, aktivitas bermain bagi anak usia

Page 4: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

2-3 tahun sering kali kurang

mendapatkan perhatian dari orang tua.

Alasan yang sering muncul adalah

keterbatasan waktu orang tua,

kurangnya pengetahuan orang tua

tentang betapa pentingnya stimulus

perkembangan melalui permainan

ataupun tentang permainan yang sesuai

dengan tahap perkembangan anak.

Untuk itu banyak orang tua yang lebih

memilih memasukkan anak mereka ke

dalam kelompok-kelompok bermain

(playgroup), dengan tujuan agar

kebutuhan anak bisa terpenuhi dan

untuk merangsang perkembangan anak

(Rosidah, 2003).

Playgroup merupakan salah satu

bentuk satuan PAUD (Pendidikan Anak

Usia Dini) yaitu suatu upaya pembinaan

bagi anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut. Di

dalam playgroup, anak diberi

kebebasan untuk memilih aktivitas dan

materi yang sesuai dengan fisik alamiah

dan pekembangan fisiologisnya di

bawah pengawasan dan pembimbingan

guru. Aktivitas yang dilakukan di dalam

playgroup dibuat sesuai dengan tahap

perkembangan anak seusianya

(Supriadi, 2005).

Di Carolina Utara terdapat suatu

penelitian tentang anak usia 3 tahun

yang diletakkan di pusat rawat siang

pendidikan. Dari penelitian tersebut

didapatkan bahwa IQ anak yang

diletakkan di pusat rawat siang

pendidikan lebih tinggi daripada yang

diasuh di rumah (Santrock, 1995).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya stimulasi

perkembangan yang dilakukan sejak

dini secara intensif dapat memberikan

dampak pada perkembangan anak.

Berdasarkan studi pendahuluan

di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan

Lamongan didapatkan data yang

menunjukkan adanya 54 anak usia 2-3

tahun dan 16 anak usia 2-3 tahun yang

mengikuti aktivitas bermain playgroup.

Dalam playgroup anak melakukan

aktivitas bermain yang sudah diatur dan

diawasi oleh guru mereka. Sedangkan

pada anak yang tidak mengikuti aktivitas

bermain di playgroup, mereka

melakukan permainan sesuka mereka

tanpa adanya perhatian khusus dari

orang tua.

Berdasarkan uraian di atas,

penulis tertarik untuk meneliti tentang

perbedaan tingkat perkembangan anak

usia 2-3 tahun yang tidak mengikuti dan

yang mengikuti aktivitas bermain

Page 5: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

playgroup di Kelurahan Sidoharjo

Kecamatan Lamongan.

METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan

bersifat deskriptif analitik observasional

melalui pendekatan cross sectional

dengan menggunakan desain

comparative studies. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu

lembar kuesioner yang digunakan untuk

mendata variabel independen (anak

yang tidak mengikuti dan yang

mengikuti aktivitas bermain playgroup)

dan lembar DDST II yang digunakan

untuk mengeksplorasi variabel

dependen (tingkat perkembangan

anak). Penelitian ini dilakukan di

Kelurahan Sidoharjo Kecamatan

Lamongan

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1.1.1 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Usia

No Usia anak Frekuensi Prosentase

1 24-30 bulan 14 47%

2 31-36 bulan 16 53%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.1.2 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Karakteristik Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1 Laki-laki 18 60%

2 Perempuan 12 40%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.1.3 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Posisi Anak Dalam Keluarga

No Posisi anak Frekuensi Prosentase

1 Anak pertama yang

belum punya adik

12 40%

2 Anak pertama

punya adik

7 23%

3 Anak terakhir 11 37%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Page 6: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

Tabel 5.1.1.4 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Pendidikan Orang Tua

(Khususnya Ibu)

No Pendidikan orang tua

Frekuensi Prosentase

1 SD 1 3%

2 SLTP 1 3%

3 SMA 13 43%

4 D1 1 3%

5 D3 5 17%

6 S1 9 30%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.1.5 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua (Khususnya

Ibu)

No Pekerjaan orang tua

Frekuensi Prosentase

1 Pedagang/penjual

makanan

12 40%

2 PNS/Swasta

(kantoran)

8 26%

3 Ibu RT 6 20%

4 Guru 3 10%

5 Penjahit 1 3%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.1.6 Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Pengasuh Anak di Rumah

No Pengasuh anak di rumah

Frekuensi Prosentase

1 Ibu 14 47%

2 Selain ibu 16 53%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.2.1

Page 7: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

No Aktivitas bermain Frekuensi Prosentase

1 Di rumah 15 50%

2 Di playgroup 15 50%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

Tabel 5.1.2.2 Tingkat Perkembangan Anak

No Tingkat Perkembangan Anak Frekuensi Prosentase

1 Normal 18 60%

2 Abnormal 12 40%

Jumlah 30 100%

Sumber : hasil observasi, indrawati, dm, 2007

.

Tabel 5.2.1 Tabel Silang Aktivitas bermain dengan Tingkat Perkembangan Anak Usia

Tingkat Perkembangan Anak Aktivitas bermain

Normal Abnormal Jumlah

Di playgroup 10 5 15

Di rumah 8 7 15

Jumlah 18 12 30

Berdasarkan uji hipotesa dengan

menggunakan uji Chi-Square pada

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

didapatkan nilai p value adalah 0.456.

Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaaan tingkat

perkembangan antara anak usia 2-3

tahun yang tidak mengikuti aktivitas

bermain dan yang mengikuti aktivitas

bermain playgroup di Kelurahan

Sidoharjo Kecamatan Lamongan.

PEMBAHASAN

Tahap perkembangan anak usia

2-3 tahun yang meliputi perkembangan

motorik kasar, halus, bahasa dan sosial

mengalami perkembangan yang pesat,

sehingga masa ini berada dalam

periode yang disebut sebagai “The

Golden Years” (Colson, 2005). Tingkat

perkembangan dapat diukur dengan

menggunakan skala ukur DDST II dan

hasilnya dikelompokkan menjadi tiga

kategori yaitu normal, abnormal dan

meragukan.

Page 8: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

Hasil penelitian ini adalah dari 15

anak yang tidak mengikuti aktivitas

bermain playgroup terdapat 12 anak

yang berjenis kelamin laki-laki dan 3

anak berjenis kelamin perempuan. Dari

12 anak laki-laki, 5 diantaranya

mempunyai tingkat perkembangan

abnormal dan dari 3 anak perempuan, 2

anak diantaranya mempunyai tingkat

perkembangan abnormal.

Hasil penelitian ini adalah dari 15

anak yang tidak mengikuti aktivitas

bermain playgroup terdapat 9 anak yang

berjenis kelamin laki-laki dan 6 anak

berjenis kelamin perempuan. Dari 9

anak laki-laki, 2 diantaranya mempunyai

tingkat perkembangannya abnormal dan

dari 6 anak perempuan, 3 anak

diantaranya mempunyai tingkat

perkembangannya abnormal.

Menurut Hurlock, 1997 jenis

kelamin akan mempengaruhi aktivitas

bermain anak. Dan aktivitas bermain

akan mempengaruhi perkembangan

anak. Anak perempuan akan lebih

sedikit melakukan permainan yang

menghabiskan energi jika dibandingkan

dengan anak laki-laki, misalnya

melempar bola, berlari-lari, melompat

jauh atau kegiatan fisik yang lain.

Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak

perempuan kurang sehat dibandingkan

dengan anak laki-laki, melainkan

pandangan masyarakat bahwa anak

perempuan sebaiknya menjadi anak

yang lembut dan bertingkah laku yang

halus.

Hasil penelitian ini juga

didapatkan bahwa dai 15 anak yang

tidak mengikuti aktivitas bermain

playgroup terdapat 6 anak yang diasuh

oleh ibunya sendiri dan 9 anak yang

diasuh oleh selian ibu. Dari 6 anak yang

diasuh oleh ibunya sendiri, 2 anak

diantaranya mempunyai tingkat

perkembangan abnormal dan dari 9

anak yang diasuh oleh selain ibu, 5

diantaranya mempunyai tingkat

perkembangan abnormal. Pengasuh

anak merupakan salah satu faktor

postnatal (faktor psikososial) yang

mempengaruhi tingkat perkembangan

anak.

Hasil penelitian ini juga

didapatkan bahwa dai 15 anak yang

tidak mengikuti aktivitas bermain

playgroup terdapat 8 anak yang diasuh

oleh ibunya sendiri dan 7 anak yang

diasuh oleh selian ibu. Dari 8 anak yang

diasuh oleh ibunya sendiri, 1 anak

diantaranya mempunyai tingkat

perkembangan abnormal dan dari 7

anak yang diasuh oleh selain ibu, 4

diantaranya mempunyai tingkat

perkembangan abnormal.

Menurut Kartawijaya, 2007 anak

usia 2-3 tahun merupakan masa

pemberontakan. Sehingga yang

Page 9: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

diperlukan untuk mengontrol

pemberontakan anak hanyalah ibu.

Tempat pengasuhan terbaik bagi anak

tetaplah ibu. Namun bagi ibu yang

memilih untuk bekerja, kesempatan

untuk memberikan pengasuhan terbaik

berkurang. Ibu yang bekerja tetap

menghadapi masalah yang sama yaitu

mereka harus meninggalkan anak-

anaknya dalam pengasuhan orang lain.

Pengasuh anak yang dipilih biasanya

adalah kakek-nenek, pembantu atau

baby sister. Tentu saja memilih

pengasuh anak bukan perkara mudah.

Akhirnya banyak ibu bekerja yang asal

saja memilih pengasuh dan tidak dapat

menjadikannya partner yang baik dalam

proses pengasuhan anaknya. Belum

lagio tenaga dan pikiran ibu bekerja

yang sudah terkuras di tempat kerja.

Waktu luang ibu bekerja akhirnya

digunakan untuk beristirahat, dan ibu

tidak lagi menghiraukan anak-anaknya.

Selain itu ibu bekerja kerap memiliki

perasaan bersalah berlebihan lantaran

menitipkan anaknya pada orang lain.

Akhirnya perasaan bersalah tersebut

malah mengakibatkan cara pengasuhan

yang salah contohnya terlalu

memanjakan anak. Selain itu

meninggalkan anak dalam pengasuhan

orang lain juga menimbulkan

kekhawatiran tentang tumbuh kembang

anak di kemudian hari.

Menurut hasil penelitian National

Institute of Child and Human

Development (NICHD) di Amerika,

semakin besarnya pengasuhan anak

bukan oleh orang tuanya juga

mendorong rendahnya keharmonisan

interaksi ibu-anak, munculnya perilaku

bermasalah ketika anak menginjak usia

di atas 2 tahun dan rendahnya

kedekatan hubungan di antara mereka.

Ibu hanya dapat belajar peka terhadap

kebutuhan dan keinginan anak setelah

meluangkan waktu yang cukup bersama

anak setiap hari. Ibu dan anak tidak

dapat membangun ikatan satu sama

lain jika mereka saling terpisah. Hasil

penelitian juga menunjukkan adanya

dampak negatif bagi anak yang

pengasuhannya dialihkan pada orang

lain. Hal ini sering menimbulkan

perasaan bersalah yang dapat

berpengaruh buruk pada anak misalnya

terhadap perkembangan anak.

Hasil penelitian ini juga

didapatkan bahwa dari 15 anak yang

tidak mengikuti aktivitas bermain

playgroup terdapat 1 anak yang

pendidikan orang tua (khususnya ibu)

adalah lulusan SD, 1 lulusan SLTP, 8

lulusan SMA, 1 lulusan D3 dan 4

lulusan S1. Dari jumlah tersebut

terdapat 1 anak yang tingkat pendidikan

orang tua (khsususnya ibu) adalah

lulusan SD, 1 SLTP, 3 SMA, dan 1 S1,

Page 10: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

yang tingkat perkembangannya

abnormal. Tingkat pendidikan orang tua

merupan salah satu faktor postnatal

(faktor keluarga) yang mempengaruhi

tingkat perkembangan anak (Hurlock,

1997).

Hasil penelitian ini juga

didapatkan bahwa dari 15 anak yang

tidak mengikuti aktivitas bermain

playgroup terdapat 6 anak yang

pendidikan orang tua (khususnya ibu)

adalah lulusan SMA, 4 lulusan D3 dan

4 lulusan S1. Dari jumlah tersebut

terdapat 1 anak yang tingkat pendidikan

orang tua (khsususnya ibu) adalah

lulusan SMA, 2 D3 dan 2 S1, yang

tingkat perkembangannya abnormal.

Menurut Ma’ruf, 2007 seorang

ibu mempunyai peran yang sangat vital

dalam proses pendidikan anak sejak

dini. Ibulah sosok yang pertama kali

berinteraksi dengan anaknya, sosok

pertama pula yang memberikan rasa

aman dan nyaman sosok yang

dipercaya anak. Karena itu, ibu menjadi

sekolah pertama bagi anaknya. Salah

satu aspek penting keberhasilan dalam

pendidikan anak adalah adanya

kedekatan fisik emosional antara ibu

dengan anaknya. Kasih sayang seorang

ibu merupakan jaminan awal untuk

tumbuh kembang anak dengan baik dan

aman. Karena itu, ibu mempunyai peran

yang penting dan mulia dalam mendidik

anak sejak usia dini. Mengingat begitu

besar dan pentingnya peran ibu dalam

proses pertumbuhan dan

perkembangan anak, perlu diupayakan

peningkatan kualitas ibu. Karena tinggi

rendahnya para ibu sangat

mempengaruhi kualitas anak. Menjadi

ibu yang berkualitas dapat dicapai

apabila ada kesadaran dari para ibu

akan arti penting peran dan fungsinya.

Salah satu modal dasar untuk menjadi

ibu yang berkualitas adalah adanya

wawasan dan keilmuan tentang konsep

pendidikan anak. Sehingga seorang ibu

harus senantiasa memperkaya dirinya

untuk memahami perkembangan

kondisi anaknya (baik aspek fisik

maupun emosi). Ibu juga harus

mengetahui konsep pendidikan anak

sesuai dengan tahapan

perkembangannya dan program-

program yang perlu dilakukan untuk

memenuhi seluruh hak-hak anaknya.

Ada beberapa konsep

pendidikan yang perlu dipahami oleh ibu

dalam mendidik anaknya sesuai dengan

tahap perkembangannya antara lain

adalah:

Pertama, bahwa setiap anak memiliki

karakteristik yang berbeda sehingga

perlakuan atau metode pendekatan

yang dipakai untuk masing-masing anak

dalam proses pembelajarannya bisa jadi

berbeda

Page 11: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

Kedua, anak akan mengalami

perubahan dengan pendidikan yang

diberikan. Perubahan yang terjadi pada

masing-masing anak tidak sama dan

instan, tetapi bertahap. Maka di sinilah

diperlukan kesabaran dan tidak boleh

mebanding-bandingkan kemampuan

anak.

Ketiga, anak usia dini merupakan masa

emas yang akan dengan cepat

menyerap informasi. Di sinilah

diperlukan memberikan pengajaran

yang benar sejak dini tanpa anak

merasa terbebani. Kemudian

memberikan rangsangan-rangsangan

yang membuat anak berupaya

mengkaitkan antara informasi yang satu

dengan yang lain, sehingga dapat

merangsang kemampuan proses

berfikirnya.

Yang tidak kalah penting untuk

mendukung terwujudnya para ibu yang

berkualitas adalah lingkungan yang

kondusif yaitu lingkungan yang di

dalamnya terdapat pembinaan yang

terstruktur dan berkelanjutan untuk para

ibu. Sebaiknya para ibu dan para calon

ibu dibekali berbagai pengetahuan dan

ketrampilan tentang pengasuhan dan

pendidikan anak.

Berdasarkan uji hipotesa dengan

menggunakan uji Chi-Square pada

tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05)

didapatkan nilai p value adalah

0.456,maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan tingkat

perkembangan antara anak yang tidak

mengikuti aktivitas bermain dan yang

mengikuti aktivitas bermain playgroup.

Tidak adanya perbedaan karena

kualitas dan kuantitas aktivitas bermain

yang dilakukan anak di playgroup lebih

sedikit jika dibandingkan dengan

aktivitas bermain yang dilakukan di

rumah. Menurut Devi, 2006 makin

pendek waktu sekolah anak dan/atau

makin jarang mereka mengikuti program

dalam seminggu, makin stres anak

mengikuti program sekolah tersebut. Ini

terjadi karena secara psikologis anak

mengalami proses adaptasi dengan

lingkungan sekolahnya setelah hampir

seharian penuh di rumah bersama

orang tua atau pengasuh. Proses

adaptasi ini memerlukan waktu yang

tidak cepat sesuai dengan pribadi

masing-masing anak. Hanya sedikit

anak yang dapat cepat beradaptasi

dengan lingkungannya. Faktor yang

menghambat proses adaptasi anak

dalam aktivitas playgroup adalah rasa

kedekatan yang berlebihan dengan

orang tua atau pengasuhnya. Anak

umumnya minta ditunggui pada saat

mengikuti playgroup. Tidak jarang orang

tua atau pengasuhnya harus ikut masuk

kelas menunggu si anak. Proses

berpisah antara anak dengan orang tua

Page 12: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

atau pengasuh pada saat mengikuti

playgroup inilah yang sangat

menghambat keberanian dan

kemandirian anak. Jika program

pendidikan playgroup hanya

dilaksanakan dalam waktu 2 jam sehari,

maka pada saat naluri keberanian anak

mulai muncul ternyata anak sudah

harus pulang karena bel tanda pulang

sudah berbunyi. Demikian juga halnya

dengan program playgroup yang hanya

tiga kali seminggu menyebabkan anak

harus mengulangi proses adaptasinya

tiap kali datang ke sekolah karena

kemarinnya seharian anak bersama

arang tua atau pengasuhnya. Kedua hal

di atas yang akan menghambat

keberanian anak sehingga kelihatannya

tidak ada kemajuan yang

menyanangkan terhadap keberanian

dan kemandirian anak.

Selain itu tidak terdapatnya

perbedaan juga disebabkan oleh faktor

lain yang mempengaruhi tingkat

perkembangan anak seperti pola asuh

orang tua di rumah, fasilitas pendidikan

di rumah dan tingkat pendidikan orang

tua.

Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat

perkembangan antara anak yang tidak

mengikuti aktivitas bermain dan yang

mengikuti aktivitas bermain di

playgroup.

Berdasarkan hasil penelitian ini,

didapatkan bahwa faktor-faktor yang

sangat mempengaruhi perkembangan

anak antara lain pengasuh anak di

rumah, tingkat pendidikan ibu dan

lingkungan yang kondusif di sekitar

anak. Untuk itu peneliti mempunyai

saran yang terkait dengan

perkembangan anak usia 2-3 tahun

yaitu sebaiknya anak seusia ini disuh

oleh ibunya sendiri di rumah dengan

bekal pendidikan yang cukup bagi ibu

tentang pengasuhan, perkembangan

dan cara menstimulus perkembangan

anak. Sedangkan keikutsertaan anak

dalam kelompok bermain atau

playgroup hanya sebagai tambahan

pendidikan bagi anak dan sebagai

tempat sosialisasi anak dengan

lingkungan di luar rumah.

KESIMPULAN

Tidak terdapat perbedaan tingkat

perkembangan anak usia 2-3 tahun

yang tidak mengikuti aktivitas bermain

dan yang mengikuti aktivitas bermain

playgroup di Kelurahan Sidoharjo

Kecamatan Lamongan dengan nilai p

value adalah 0.456.

DAFTAR PUSTAKA Alimul, Aziz A Hidayat. 2004. Pengantar

Ilmu Keperawatan Anak I, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi., Jakarta

Page 13: Perbedaan Tingkat an Anak Usia 2 3 Tahun Yang Tidak Mengikuti Aktivitas Bermain Dan Yang Mengikuti Aktivitas Bermain Play Group Di Kelurahan Sidoharjo Kecamatan Lamongan

Arikunto S. 1998. Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktek. , PT. Rineka Cipta., Jakarta

Santrock JW. 1995. Perkembangan Masa Hidup, Edisi Kelima Jilid 1, Erlangga, Jakarta

Budiarto, Eko. 1983. Dasar-Dasar Metode Statistika Kedokteran, Penerbit Alumni 1984, Bandung

Soekresno E., 2000. Gambaran Umum masa-Masa Penting Pertumbuhan Anak dan Kiat-Kiatnya. www.infoanakindonesia.tripod.com

Colson, Eve R. 2005. Toddler Development. www. pedsinreview.aapublications.org

Depkes. 2006. 16 Persen Balita Terganggu Syarafnya. www.pdpersi.com

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak., EGC., Jakarta

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi, Alfa Beta, Bandung Gunarsa SD. 1983. Psikologi untuk

Keluarga, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta

Supriadi D., 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Sisdiknas. www.pikiran-rakyat.comKartikaningsih, Dewi.2003. Hubungan

Antara Aktivitas Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di BA Restu Malang. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang

Surana T., 2005. Perkembangan Anak. www.balitacerdas.com

Walizer MH, Paul LW, 1978. Research Methods And Analysis, Michael H. Walizer (Ed), 1978. Metode dan Analsis Penelitian, Arief Sadiman (penterjemah), 1978, Erlangga, Jakarta

Ma’ruf., 2007. Kemuliaan Ibu dan Peningkatan Kualitasnya. www.baitijannati.wordpress.com Welch, Erika. 2004. Perbedaan Belajar

di Sekolah dan di Rumah. www.playgroupnsw.com

Hurlock EB, 1997. Child Development, dr. Med Meitasari Tjandrasa (penterjemah), 1997, Erlangga, Jakarta, Indonesia

Wes & Sheryl Haystead., 2002. Aktivitas yang Cocok untuk Anak balita (umur 2-3 Tahun). www.sabda.org/pepak/e-binaanak/print edisi=19

Hurlock EB, 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Proses Pendekatan Sepanjang Masa, Erlangga, Jakarta Wong.1996. Wong and Whaley’s

Clinical manual of Pediatric Nursing, 4 , Donna L. Wong, 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Monika Ester (penterjemah), 2004, EGC, Jakarta

thMonks. 2001. Psikologi Perkembangan:

Pengantar dalam berbagai bagiannya, GMUP, Yogyakarta

Pilliteri A. 1999. Maternal-Child Health Nursing, 3 , JB. Lippincott Company, Philadelphia

rd

Yusuf S LN. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, EGC, Jakarta

Rosidah, Umi. 2003. Mengganti Waktu Bermain yang Berkurang. Iwww.indomedia.com/sripo/2003/12/11/1112gay3.htm

.