percobaan vi (reaksi senyawa karbonil dengan karbanion).doc
DESCRIPTION
lpTRANSCRIPT
ABSTRAK
Percobaan reaksi senyawa karbonil dengan karbanion bertujuan
memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik. Percobaan ini
berdasarkan prinsip reaksi senyawa karbonil dengan karbanion dengan
memanfaatkan sifat keasamaan hidrogen alfa. Reaksi-reaksi yang terjadi pada
tahapan pembentukan asam sinamat yaitu pembentukan enolat atau karbanion,
reaksi kondensasi, reaksi dehidrasi dan reaksi dekarboksilasi. Dalam percobaan
menggunakan senyawa asam malonat sebagai pembawa karbanion dan
benzaldehid dengan asam malonat dalam suasana basa menghasilkan asam
sinamat. Hasil yang diperoleh adalah kristal asam sinamat yang berwarna putih
dengan massa 2,0473 gram dan titik leleh sebesar 127 0C.
PERCOBAAN 6
REAKSI SENYAWA KARBONIL DENGAN KARBANION
I. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1Karbonil
Senyawa karbonil antara lain:
Senyawa Struktur Formula Umum
Aldehid RCHO
Keton RCOR'
Asam karboksilat RCOOH
Ester
RCOOR'
Amida RCONR'R''
Enone
RC(O)C(R')CR''R'''
Alkil klorida RCOCl
Asam anhidrid(RCO)2O
II.2 Pembentukan karbanion
Dalam setiap senyawa organik seperti (1) yang memiliki ikatan C-H dapat
berperan sebagai asam dalam pengertian klasik, yakni memberikan proton pada
basa, sehingga asam konjugat (2) yang terjadi merupakan suatu karbanion.
(1) (2)
Cara yang lazim untuk pembentukan karbanion adalah dengan
penyingkiran suatu atom atau gugus X dari karbon, sehingga meninggalkan
pasangan elektron ikatannya.
Suatu alkana mempunyai kecenderungan yang kecil untuk melepaskan
proton dan membentuk karbanion, karena alkana tidak memiliki struktur yang
dapat meningkatkan keasaman atom H atau memantapkan karbanion yang terjadi.
(Hendayana,2002)
Struktur R-H dipengaruhi oleh beberapa hal yang dapat meningkatkan
penghilangan atom H oleh basa yaitu dengan membuatnya lebih asam atau dengan
pemantapan karbanion yang terjadi, kemantapan karbanion disebabkan antara
lain:
1. Peningkatan sifat S karbon karbanion
Orbital s lebih dekat ke initi daripada orbital P dan energinya lebih rendah,
pasangan elektron dalam orbital sp1 lebih dekat dan lebih erat ke atom
karbon daripada pasangan elektron dalam orbital sp2 dan sp3, akibatnya
elektronegativitas meningkat, hal ini membuat lepasnya atom , namun juga
memantapkan karbanion yang terbentuk.
2. Pengaruh imbasan tarikan elektron
3. Konjugasi pasangan bebas karbanion dengan suatu ikatan rangkap
4. Aromatisitas
(Hamada,2004)
2.3 Kondensasi Aldol
Pada gugus karbonil pada molekul aldehid reaksi ini membentuk dasar
bagi kondensasi aldol yaitu reaksi pembentukan ikatan kation yang sangat
bermanfaat. Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tak dilepaskan
suatu molekul kecil. Kondensasi aldol paling sederhana adalah gabungan molekul
sederhana yaitu dua molekul asetaldehid yang terjadi jika larutan aldehid diberi
larutan basa.
Reaksi menghasilkan aldol (dari kata aldehid dan alkohol). Kondensasi
aldol dapat berlangsung jika asetaldehid diolah dengan natrium hidroksida
(larutan) membentuk ion enolat dalam konsentrasi rendah. Reaksi itu reversibel
karena ion enolat ini bereaksi akan terbentuk lagi yang baru.
Ion enolat bereaksi dengan suatu molekul aldehida yang lain dengan cara
mengadisi kepada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida, yang
kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol produk
itu.
(Fessenden, 1999)
2.4 Kondensasi Knoevenagel
Kondensasi Knoevenagel adalah reaksi antara sebuah aldehid dan suatu
senyawa yang mempunyai hidrogen alfa terhadap dua gugus pengganti (seperti
CO atau CN) dengan menggunakan ammonia atau suatu amina sebagai katalis.
Contoh reaksi:
(Hart,1990)
2.5 Reaktivitas Hidrogen Alfa
Sebuah hidrogen alfa terhadap suatu gugus karbonil adalah bersifat asam
dan dapat disingkirkan oleh suatu basa kuat. Hidrogen alfa bersifat asam karena
resonansi ion enolatnya:
Hidrogen alfa suatu ester lebih sukar disingkirkan daripada hidrogen alfa
suatu aldehid atau keton karena oksigen karbonil berperan serta dalam
delokalisasi suatu ester, oksigen karbonil telah mengemban muatan δ- dari
delokalisasi elektron-elektron pada oksigen alkoksil. Oleh karena itu, gugus
karbonil agak kurang mampu mendekolalisasi muatan negatif anionik dari enolat.
Struktur resonansi dari suatu ester yang khas etil asetat adalah sebagai berikut:
Jika suatu hidrogen adalah alfa terhadap dua gugus karbonil muatan
negatif pada anionnya dapat dilokalisasi oleh kedua gugus C=O. Hidrogen
semacam itu lebih asam daripada hidrogen alkohol. Dapat diperoleh enolat dengan
konsentrasi tinggi bila suatu senyawa ß dikarbonil diolah dengan suatu alkoksida.
Struktur resonansi dari enolat:
(Fessenden,1999)
Ikatan-ikatan karbon biasanya stabil, non polar dan tidak bersifat asam.
Dengan adanya gugus karbonil terjadilah hidrogen alfa yang bersifat asam. Jika
suatu hidrogen berposisi alfa terhadap dua gugus karbonil, maka hidrogen ini
cukup asam sehingga dapat dibentuk garam dengan mengolah senyawa itu dengan
alkoksida. pKa etil asetat adalah 11, ester ini lebih asam daripada etanol (pKa=16)
atau air (pKa=15,7). Pengolahan senyawa ß- dikarbonil ini dengan natrium
etoksida (basa kuat lain seperti NaOH atau NaNH2) akan menghasilkan garam
natrium. Biasanya natrium hidroksida tidak digunakan untuk keto ester karena
gugus ester akan mengalami hidrolisis NaOH dan air.
Hidrogen yang posisinya alfa terhadap gugus karbonil bersifat asam
karena:
1. Karbon alfa berdekatan dengan satu atau lebih atom karbon yang positif
sebagian.Karbon alfa ikut juga mengambil sebagian muatan positif ini
(efek induktif), sehingga ikatan C-H menjadi dilemahkan.
2. yang lebih penting adalah stabilitas dari ion enolat,yaitu anion yang
terbentuk jika proton lepas. Dari struktur resonansi nampak bahwa muatan
negatif diemban oleh oksigen-oksigen karbonil maupun oleh karbon alfa.
Delokalisasi muatan ini menstabilkan ion enolat dan mendorong
pembentukannya.
Berdekatan dengan satu gugus karbonil :
Berdekatan dengan dua gugus karbonil :
(Fessenden,1999)
2.6 Dehidrasi Aldol
Suatu senyawa karbonil β – hidroksi, seperti suatu aldol mudah mengalami
dehidrasi karena ikatan rangkap dalam produk berkonjugasi dengan gugus
karbonilnya. Oleh karena itu, suatu aldehida tak jenuh α,β dapat dengan
mudah diperoleh sebagai produk suatu kondensasi aldol.
Bila dehidrasi menghasilkan suatu ikatan rangkap yang berkonjugasi
dengan suatu cincin aromatik, seringkali dehidrasi itu langsung sertamerta
(spontan), bahkan juga dalam larutan basa.
(Fessenden,1999)
2.7 Reaksi dekarboksilasi
Suatu senyawa dengan suatu gugus karboksil beta terhadap suatu gugus
karbonil akan mengalami dekarboksilasi (kehilangan CO2) bila dipanaskan
temperatur yang dibutuhkan beranekaragam menurut macamnya senyawaan.
Dekarboksilasi berlangsung lewat suatu keadaan transisi siklik.
Keadaan transisi mengharuskan hanya suatu gugus karboksil β terhadap gugus
karboksil. Gugus–gugus karbonil ini tidak pada suatu gugus keton. Jika ester
malonat (tersubstitusi maupun tidak) dihidroisis dalam larutan asam yang panas
terbentuklah suatu dua asam β dan dapat mengalami dekarboksilasi.
(Fessenden,1999)
2.7. Kristalisasi
Dalam proses kristalisasi ada beberapa cara yang dilakukan yaitu :
a. Pendinginan
Larutan yang dikristalakan didinginkan perlahan-lahan sehingga
mengkristal. Metode ini digunakan untuk zat yang kelarutannya kecil bila
suhu diturunkan.
b. Penguapan solven
Larutan yang dikristalisasi merupakan campuran antara solven dengan
solut, setelah dipanaskan maka solven akan menguap yang tinggal adalah
kristalnya. Metode ini dipakai bila penurunan suhu tidak begitu
mempengaruhi kelarutan zat dalam pelarutnya. Pelarut yang digunakan
mempunyai titik didih rendah.
c. Evaporasi Adiabatis
Dilakukan dalam ruamg vakum. Larutan panas dimasukkan ruang vakum
dimana tekanan totalnya lebih rendah dari tekanan solvennya. Pada suhu
saat larutan dimasukkan ke dalam ruang vakum solven akan menguap
cepat dan penguapan akan menyebabkan pendinginan secara adiabatis.
d. Salting Out
Prinsipnya adalah menambah suatu zat untuk mengurangi daya larut zat
yang akan dikristalkan. Zat ketiga harus mempunyai sifat menurunkan
daya larut solven terhadap solut bila diaduk rata. Kristal akan tebentuk bila
daya larut solven pada suhu tersebut turun.
(Gibson, 1958)
Langkah-langkah kristalisasi :
Campuran senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam
pelarut yang cocok pada temperatur dekat titik didihnya.
Menyaring larutan panas untuk memisahkan zat pengotor yng tak
terlarutkan.
Mendinginkan filtrat sehingga senyawa mengkristal.
Memisahkan kristal – Kristal dari larutan.
Mencuci kristal lalu mengeingkannya.
(Cahyono, 1991)
2.8. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah melakukan tahapan kristalisasi sekali lagi pada kristal
yang telah dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang
sukar larut dalam pelarut dan terdapat dalam jumlah banyak. Penambahan pelarut
panas pada kristalisasi pertama hanya melarutkan sedikit kotoran tersebut dan
setelah dingin kotoran akan mengkristal dan mengkontaminasi produk. Oleh
karena itu, perlu dilakukan rekristalisasi.
(Cahyono, 1991)
Seringkali senyawa padat yang kita inginkan masih tercampur dengan zat padat
lain. Oleh karena itu, untuk mendapatkan zat padat tersebut perlu dimurnikan
dulu caranya dengan rekristalisasi.
Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan kelarutan zat yang tidak diinginkan. Campuran senyawa yang
akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok (untuk senyawa yang
diinginkan), untuk memisahkan pengotor dilakukan pengeringan . Senyawa cair
hasil saringan diuapkan hingga jenuh diamkan hingga mengkristal.
Adapun cara memilih pelarut yang cocok adalah :
a. Pelarut yang dipilih sebaiknya hanya melarutkan zat yang kita inginkan,
pengotor tidak larut.
b. Pelarut yang digunakan memiliki titik didih rendah, agar mempermudah
prose pengeringan. Titik didih pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik
didih zat padat yang dilarutkan, agar zat tersebut tidak terurai saat penguapan.
c. Pelarut harus inert, artinya tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.
(Cahyono, 1991)
2.9. Penentuan Titik Leleh
Titik leleh suatu kristal zat padat adalah suhu dimana padatan itu mulai
berubah menjadi cair di bawah takaran 1 atm ( keadaan seimbang antara zat padat
dan cair). Untuk senyawa murni perubahan dari keadaan padat menjadi cair sangat
tajam (dalam 0,5 ⁰C ). Oleh karena itu suhu ini baik untuk identifikasi.
Titik leleh dipengaruhi dengan adanya senyawa lain dan karena itu titik
leleh sangat penting untuk mempengaruhi kemurnian senyawa. Jika suatu cairan
didinginkan akan terjadi padatan pada suatu suhu dan untuk senyawa murni titik
leleh sama dengan titik beku.
(Soebadi,1978)
2.10. Analisa Bahan
2.10.1. Piridin (N(CH)4CH)
Berbentuk cair, berwrna kuning pucat,berasa pedas, beracun, mudah
terbakar,mudah meledak, dan larut dalam eter, alkohol, benzena, dan air,
digunakan dalam pembuatan vitamin, obat-obatan, fungisida.
Struktur piridin :
(Basri,1996)
2.10.2. Etanol (C2H5OH)
Berbentuk zat cair, tidak berwarna, rasa dan baunya khas, titik didih = 70,5
⁰C, sebagai pelarut, bahan bakar dan minuman, bila terbakar di udara berwarna
biru.
(Daintith,1994)
2.10.3. Aquades
BM= 18,016 g/mol, massa jenis= 1,32 g/cm3, titik didih 100⁰C, titik beku
0⁰C, larut dalam dietil alkohol, sebagai pelarut, bersifat polar dengan momen
dipol 1,84 D.
(Basri,1996)
2.10.4. Asam klorida (HCl)
BM= 36,47, kandungan Cl= 97,27 %, H= 2,76 %, titik didih= 85,05⁰C,
titik leleh= 144,22 ⁰C, densitas 1,268, tidak berwarna, korosif, gas yang tidak
berwarna larut dalam metanol, air, dan eter.
(Budaveri,1989)
2.10.5. Benzaldehida (C6H5CHO)
Berbentuk zat cair, tidak berwarna, larut dalam campuran alkohol dan eter
dan sedikit larut dalam air. Benzaldehida terdapat dalam buah badam dan ceri,
digunkan sebagai pelarut, perasa makanan dan pewangi.
Struktur benzaldehida :
(Basri,1996)
2.10.6. Asam malonat
Asam dwikarboksilat berwujud kristal putih ,mempunyai titik leleh 132
ºC,Senyawa ini mengurai diatas titik lelehnya menjadi asam etanoat dapat
digunakan untuk mensitesis asam dwikarboksilat lainnya
Struktur asam malonat :
(Daintith, 1994)
2.10.7. Piperidina
Mempunyai titik didih : 106 C ,mempunyai titik beku -9 ºC Mempunyai
pKa = 2.88 , Mempunyai Ka = 1,6 .10 -3
Struktur piperidina :
(Daintith,1994)
2.10.8. Asam sinamat (C6H5CHCHCOOH)
BM= 148,15; bentuk monoklin warna putih; berat jenis 1.384 (cis), 1,345
(trans); titik leleh 68⁰C (cis), 133⁰C (trans); titik didih 125⁰C (cis), 300⁰C (trans);
larut dalam benzen, eter, aseton; tak larut dalam air; mudah terbakar.
Struktur asam sinamat :
(Pudjaatmaka,1990)
III. METODE PERCOBAAN
c.1 Alat dan Bahan
c.1.1 Alat
- Erlenmeyer 150 mL
- Pengaduk
- Penyaring
- Corong gelas
- Penangas air
- Kompor listrik
- Gelas beker
- Gelas ukur
- Neraca
- Gelas arloji
Bahan
- Benzaldehida
- Piridin
- Asam Malonat
- Piperidin
- Asam Klorida (HCl) 5M
- Etanol
- Aquades
- Es
c.2 Skema kerja
2 gram benzaldehid + 3 gram asam malonat + 6 mL piridin + 4 tetes
piperidin
Gelas beker
- Pemanasan dengan penangas
air ± 1 jam
-
- Pendidihan selama 10 menit
- Pendinginan
- Penambahan beberapa butir es
- Penambahan HCl 5 M 50 mL
- Penyaringan
-Pencucian dengan air es
-Pengkristalisasi menggunakan air – etanol
-Penghitungan randemen
-Penentuan titik leleh
Campuran
FiltratResidu
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
NO PERLAKUAN HASIL KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
Pemanasan campuran 2 ml
benzaldehid, 3 gram asam
malonat, 6 ml piridin dan 4
tetes piperidin selama 1 jam
Pendiaman, pendidihan
campuran 10 menit
Pendinginan
Penambahan air es + HCl
5M 50 ml
Penyaringan
Pencucian dengan air es
dan rekristalisasi dengan
campuran air – etanol
sambil penyaringan
Perhitungan rendemen
produk hasil reaksi
Penentuan titik leleh
Warna campuran
sebelum pemanasan
kuning kecoklatan setelah
1 jam pemanasan, warna
campuran coklat
kekuningan.
Warna campuran makin
kecoklatan
Campuran mulai
membentuk kristal-kristal
halus
Filtrat berwarna kuning
Jernih, residu berwarna
putih kecoklatan
berbentuk gumpalan
Massa kristal asam
sinamat = 2,0473 gram
Titik leleh asam sinamat
= 1270C
Pemanasan
menggunakan
penangas air
-
Produk kristal
asam sinamat
mulai terbentuk
Residu
merupakan
produk kristal
asam sinamat
Presentase
rendemen
72,806 %
PERHITUNGAN
massa benzaldehida = 2 gram
massa asam malonat = 3, 0131 gram
BM asam sinamat = 148 g/mol
massa asam sinamat yang diperoleh = 2,0473 gram
mol benzaldehid = = 0,019 mol
mol asam malonat = = 0,029 mol
benzaldehida asam malonat asam sinamat
Mula-mula : 0.019 mo l 0,029 mol
Reaksi : 0,019 mol 0.019 mol 0,019 mol
Sisa : - 0,01 mol 0,019 mol
Massa asam sinamat teoritis = mol x BM
= 0,019 mol x 148 g/mol
= 2,812 g
Persentase Rendemen = x 100%
= x 100%
= 72,806%
V. PEMBAHASAN
Percobaan reaksi antara senyawa karbonil dengan karbanion bertujuan
memahami salah satu aspek penting dalam sintesis organik. Aspek penting dalam
sintesis organik yang khusus dalam percobaan ini adalah kereaktifan karbanion.
Senyawa karbonil merupakan senyawa yang memiliki gugus fungsi yang
sangat penting dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil. Gugus ini dimiliki oleh
golongan senyawa aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan turunan lainnya.
(Hart, 1990)
Senyawa karbonil mendidih pada temperatur yang lebih tinggi daripada
senyawa hidrokarbon, tetapi lebih rendah daripada senyawa alkohol dalam berat
molekul yang dapat dibandingkan karena polar molekul senyawa karbonil
cenderung untuk berasosiasi bagian positif dari suatu molekul tertarik ke bagian
negatif dari molekul lain seperti alkohol.
Senyawa karbonil dengan berat molekul rendah dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan senyawa hidroksil.
(Hart,1990)
Karbanion merupakan ion organik bermuatan negatif, terutama jika
muatan itu berada pada salah satu atom karbonnya.
(Hendayana,2002)
Pada percobaan senyawa karbonil yang digunakan adalah senyawa
benzaldehida sedangkan senyawa yang membentuk karbanion adalah dari
senyawa asam malonat. Dalam hal ini benzaldehida digunakan untuk senyawa
karbonil ini karena benzaldehida sp2 dan dihubungkan kesebuah atom oksigen
dengan ikatan rangkap dua (sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan phi). Asam
malonat dapat digunakan sebagai karbanion karena asam malonat memiliki gugus
karbonil yang berposisi ß terhadap gugus asetat yang menyebabkan atom hidrogen
yang berikatan atom karbon alfa bersifat sangat asidik sehingga mudah diserang
oleh senyawa yang mempunyai pasangan elektron bebas, seperti piridina.
Akibatnya, hidrogen alfa lepas dalam bentuk H+ yang langsung terikat dengan
piridina melalui pasangan elektron bebas piridina. Sehingga, asam malonat
memiliki atom karbon bermuatan negatif yang selanjutnya disebut karbanion.
Reaksi lengkap yang terjadi secara keseluruhan adalah :
(Fessenden, 1999)
Sedangkan urutan reaksinya adalah sebagai berikut :
1. Reaksi pembentukan karbanion:
(Fessenden, 1999)
Benzaldehid sebagai senyawa karbonil dapat bereaksi dengan karbanion
dari asam malonat yang telah terbentuk melalui reaksi kondendasi Knoevenagel.
Molekul benzaldehidehida dengan karbanion bergabung menjadi molekul yang
lebih besar. Benzaldehida dapat bereaksi dengan cara resonansi elektron dalam
ikatan rangkapnya dalam gugus karbonil. Elektron-elektron pada ikatan rangkap
tertarik oleh elektron bebas atom oksigen yang juga lebih elektronegatif dari atom
C. Elektron yang tertarik dari atom C menyebabkan atom C lebih bermuatan
positif sehingga makin mudah pula berikatan dengan karbanion yang telah
terbentuk.
2. Reaksi kondensasi
Reaksi kondensasi merupakan reaksi antara dua molekul atau lebih yang
bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya
suatu molekul kecil seperti air.
Reaksi kondensasi yang terjadi adalah reaksi kondensasi Knovenagel
karena senyawa yang bereaksi adalah senyawa aldehid yang tidak mempunyai
hidrogen alfa dan dengan senyawa yang mempunyai sebuah hidrogen alfa
terhadap 2 gugus karbonil. Pemanasan campuran dilakukan selama 1 jam dengan
tujuan untuk mereaksikan senyawa asam malonat, piridin, benzaldehida, dan
piperidin karena dalam reaksi karbonil dengan karbanion memerlukan tambahan
energi untuk melakukan reaksi. Proses pendidihan dilakukan 10 menit kembali
setelah pendiaman sebentar tujuannya adalah untuk melepaskan CO2 (proses
dekarboksilasi) untuk proses pembentukan asam sianmat. Penurun suhu dilakukan
untuk menghentikan reaksi-reaksi dan menurunkan kelarutan senyawa produk
yang dihasilkan yaitu asam sinamat sedangkan penambahan HCl adalah untuk
menetralisasi sifat campuran yang bersifat basa akibat adanya piridin dan
piperidin yang telah ada dalam campuran. Piridin berfungsi sebagai basa lemah
yang mengkatalisis reaksi pembentukan karbanion. Piridin digunakan karena
merupakan basa lemah, apabila digunakan basa kuat maka tidak akan dihasilkan
produk yang diinginkan. Jika digunakan basa kuat maka karbanion yang terbentuk
bukan pada posisi atom C alfa, tetapi atom C pada posisi gugus karboksilat.
Reaksi Kondensasi Knovenagel yang terjadi adalah :
(Fessenden, 1999)
3. Reaksi dehidrasi
Selanjutnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi dehidrasi yang merupakan
proses penghilangan H2O untuk mengadakan ikatan rangkap antara atom C.
Reaksi ini dikatalisis oleh HCl karena H+ dari HCl dapat mempercepat pelepasan
H2O. Selain itu HCl juga untuk menetralkan basa yang telah ada pada reaksi
sebelumnya, yaitu piridin maupun piperidin sehingga dalam pelepasan H2O dapat
terjadi dalam suasana netral.
Reaksi Dehidrasi yang terjadi :
(Fessenden, 1999)
4. Reaksi dekarboksilasi
Kemudian reaksi Dekarboksilasi, adalah reaksi pelepasan CO2. Reaksi ini
terjadi karena stabilisasi resonansi antara gugus karboksilat pada produk antara.
Hal itu karena adanya ikatan rangkap pada senyawa antara.
Reaksi dekarboksilasi yang terjadi adalah :
(Fessenden, 1999)
Penambahan air es bertujuan untuk proses rekristalisasi dengan
menurunkan kelarutan produk asam sinamat. Penurunan suhu dalam suhu ruangan
terlebih dahulu dilakukan dengan tujuan agar proses pembentukan kristal asam
sinamat dapat berlangsung dengan baik. Jika penurunan suhu langsung dengan
pemberian air es, maka akan mengakibatkan laju pembentukan kristal lebih cepat
daripada pembentukan inti kristal sehingga kristal yang terbentuk akan banyak.
Sedangkan penambahan campuran air-etanol untuk melarutkan berbagai macam
zat pengotor yang bersifat polar agar terlepas dari kristal. Menggunakan campuran
air-etanol karena asam sinamat larut dalam pelarut etanol sedangkan dalam air
tidak larut sempurna sementara air dan etanol dapat saling bercampur, sehingga
campuran air-etanol merupakan pelarut yang baik untuk proses kristalisasi asam
sinamat. Pemurnian asam sinamat ini menggunakan prinsip yaitu zat yang akan
dimurnikan larut sempurna dalam pelarut A dan tidak larut dalam pelarut B tetapi
pelarut A dan B saling bercampur.
Rendemen produk nyata yang diperoleh adalah 2,0473 gram. Persentase
rendemennya adalah 72,806% . Dari persentase rendemen yang diperoleh , produk
hasil reaksi masih belum murni dari pengotor, kemungkinan pengotor-
pengotornya berasal dari reagen yang masih belum sempurna bereaksi, misalnya
piridin, HCl, benzaldehida, maupun asam malonat. Pada percobaan ini dilakukan
pengukuran titik leleh sebesar 127⁰C, sedangkan pada literatur titik lelehnya
sebesar 133⁰C. Hal ini terjadi kemungkinan karena masih terdapat pengotor di
dalam kristal yang menyebbkan titik leleh produk lebih kecil dibandingkan
dengan titik leleh dari literatur.
VI. KESIMPULAN
VI.1. Salah satu aspek penting dalam sintesis senyawa organik adalah reaksi
senyawa karbonil dengan karbanion.
VI.2. Sintesis asam sinamat melalui beberapa tahapan, yaitu tahap pembentukan
enolat atau karbanion, tahap kondensasi, tahap dehidrasi, dan tahap
dekarboksilasi.
VI.3. Asam sinamat yang dihasilkan pada percobaan sebesar 2,0473 gram
dengan rendemen 72,806% dan memiliki titik leleh sebesar 1270C.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Basri, S, 1996, Kamus Kimia, Jakarta; Rineka Cipta.
Budaveri, S, 1959, The Merck Index, Second edition, The Merck Index Co; USA.
Cahyono, B, 1991, Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa Organik,
Semarang; Kimia MIPA Undip.
Christen, P, 1976, Oxidation of the Carbanion Intermediate of Transaldolase by
Hexacyanoferrate(III), hal.4220-4223, The Journal of Biological
Chemistry; USA.
Daintith, J, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Oxford, edisi baru, Jakarta; Erlangga.
Fessenden, R, 1982, Organic Chemistry, 2nd edition, Wiliard Grant Press
Publisher, USA.
Fessenden, 1984, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga.
Fessenden, R, 1999, Organic Chemistry, Wiliard Grant Press Publisher; USA.
Gibson, C.S, 1958. Essensial Principles of Organic Chemistry. Chambridge of the
University Press; London.
Hamada, H, 2004, Alkylated Isocomumarins from Pituranthus Scoparious, natural
Product Research, 1-5.
Hart, H, 1990, Kimia Organik – Suatu Kuliah Singkat, edisi keenam, Jakarta;
Erlangga.
Hartati, S, dkk, 2006, Dua Senyawa 4-fenilkumarin pada fraksi non polar dari
ekstrak etil asetat batang Gracinia balica Miq.(Mundu Alas), Seminar
Nasional Kimia VIII, hal 1-9.
Hendayana,S, dkk, 2002, Kimia analitik Instrumen, edisi 1, Semarang; IKIP
Semarang Press.
Pudjaatmaka, H, 1990, Kamus Kimia Organik, Jakarta; Depdikbud.
Scott, dkk, 1993,Carbanion Hybridization of Thiophosphonamide-Stabilized
Anion; Remarkable Steric and Solvation Effects, J. AM. Chem.. SOC, Vol.
115, No. 25, 12195-12196, American Chemical Society; Illionis.
Soebadi, A, 1978, Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik, edisi 2,
Bandung; PT. Karya Nusantara.
Sukamat, dkk, 2006,Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu Garcinia
Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan, Surabaya; Seminar Nasional
Kimia VIII.
Usman, H, dkk, 2005, 2’,4’-Dihidroksi-3’,5’,6’-Trimetoksi Calkon suatu Senyawa
Antitumor dari Kulit Batang Tumbuhan Cryptocarya costata (Lauraceae),
Jurnal Matematikan dan Sains, Vol.10 No.3, hal 97-100.
Usman, H, dkk, 2006, Senyawa Kalkon Baru Bersifat Anti-Bakteri dari
Tumbuhan Cryptocarya costata (lauraceae), Berkala MIPA, hal 37-40.
wikipedia, 2008.
Wilcox, 1995, Experimental Organic Chemistry A Small Scale Approach, 2nd
edition , Prentice Hall; New Jersey.
LAMPIRAN
1. Sebutkan semua sifat fisik reagen menurut literatur!
Jawaban :
1.1. Asam klorida (HCl)
BM= 36,47, kandungan Cl= 97,27 %, H= 2,76 %, titik didih= 85,05⁰C,
titik leleh= 144,22 ⁰C, densitas 1,268, tidak berwarna, korosif, gas yang tidak
berwarna larut dalam metanol, air, dan eter.
(Budaveri,1989)
1.2. Benzaldehida (C6H5CHO)
Berbentuk zat cair, tidak berwarna, larut dalam campuran alkohol dan eter
dan sedikit larut dalam air. Benzaldehida terdapat dalam buah badam dan ceri,
digunkan sebagai pelarut, perasa makanan dan pewangi.
Struktur benzaldehida :
(Basri,1996)
1.3. Etanol (C2H5OH)
Berbentuk zat cair, tidak berwarna, rasa dan baunya khas, titik didih = 70,5
⁰C, sebagai pelarut, bahan bakar dan minuman, bila terbakar di udara berwarna
biru.
(Daintith,1994)
1.4. Aquades
BM= 18,016 g/mol, massa jenis= 1,32 g/cm3, titik didih 100⁰C, titik beku
0⁰C, larut dalam dietil alkohol, sebagai pelarut, bersifat polar dengan momen
dipol 1,84 D.
(Basri,1996)
1.5. Piridin (N(CH)4CH)
Berbentuk cair, berwrna kuning pucat, berasa pedas, beracun, mudah
terbakar,mudah meledak, dan larut dalam eter, alkohol, benzena, dan air,
digunakan dalam pembuatan vitamin, obat-obatan, fungisida.
Struktur piridin :
(Basri,1996)
1.6. Asam malonat
Asam dwikarboksilat berwujud kristal putih ,mempunyai titik leleh 132
ºC,Senyawa ini mengurai diatas titik lelehnya menjadi asam etanoat dapat
digunakan untuk mensitesis asam dwikarboksilat lainnya
Struktur asam malonat :
(Daintith, 1994)
1.7. Piperidina
Mempunyai titik didih : 106 C ,mempunyai titik beku -9 ºC Mempunyai
pKa = 2.88 , Mempunyai Ka = 1,6 .10 -3
Struktur piperidina :
(Daintith,1994)
2. Berikan contoh reaksi kondensasi lain yang melibatkan senyawa karbonil
dengan karbanion! Sarankan mekanisme yang terjadi!
Jawaban :
Reaksi antara asam malonat dengan heksanon menggunakan piridin dan
piperidin serta katalis HCl :
a. Pembentukan karbanion
b. Reaksi kondensasi
c. Reaksi dehidrasi
Reaksi dekarboksilasi