perencanaan sambungan profil baja

Upload: missalvida7137

Post on 31-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sambungn baja

TRANSCRIPT

  • Materi Pokok :

    STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3

    Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

    2007

  • Modul 3 1

    PENGANTAR

    Selamat bertemu kembali dalam perkuliahan Struktur Baja I. Modul ajar

    ini menjelaskan tentang Perencanaan Sambungan Profil Baja. Sambungan yang

    dimaksudkan adalah sambungan dengan menggunakan baut, sambungan dengan

    menggunakan paku keling, dan sambungan dengan menggunakan las.

    Mempelajari modul ajar ini disediakan waktu dalam 2 pertemuan, yaitu pertemuan

    4 dan 5 (Tatap muka = 300 menit dan Praktek = 600 menit).

    Modul ajar ini dilengkapi dengan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP),

    aktivitas mahasiswa, contoh, latihan, dan kunci jawaban.

    Demikianlah disampaikan kepada anda yang tetap berkeinginan untuk

    maju.

    Selamat belajar dan semoga sukses.

    Penulis,

    Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.

  • Modul 3 2

    Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) :

    PERENCANAAN SAMBUNGAN BAJA

    Mata kuliah : Struktur Baja I

    Semester / SKS : III / 3 SKS

    Materi Pokok : Perencanaan Sambungan Baja

    Alokasi Waktu : 2 pertemuan (pertemuan 4 dan 5)

    Standar Kompetensi : Mampu menghitung komponen sambungan baja

    Kompetensi Dasar :

    1) Mampu menghitung jumlah baut pada sambungan baja

    2) Mampu menghitung jumlah paku keling pada sambungan baja

    3) Mampu menentukan tebal las pada sambungan baja

    Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa mampu menghitung komponen sambungan

    baja

    Tahap Pembelajaran :

    Fase I. Prakondisi :

    1) Metode Pembelajaran yang digunakan ialah :

    a. Ceramah

    b. Diskusi dan Tanya jawab

    c. Aktivitas (penyelesaian masalah)

    d. Latihan

    2) Sumber belajar

    a. Modul Ajar 3

    b. Tabel Profil Konstruksi Baja

    c. PPBBI

    Fase II. Prosedur Pembelajaran

    1) Menjelaskan alat penambung baut

    2) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)

    3) Menjelaskan alat penyambung paku keling

    4) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)

    5) Menjelaskan las sebagai alat penyambung

  • Modul 3 3

    6) Menyelesaikan masalah (aktivitas mhs)

    7) Latihan

    8) Formatif 3 dilaksanakan pada akhir Pertemuan 5.

    Fase III. Materi Pembelajaran

    Materi pokok : Perencanaan Sambungan Baja

    Materi pokok ini akan dibahas dengan menggunakan modul ajar 3, Tabel

    Profil Konstruksi Baja, dan PPBBI.

    Fase IV. Proses Evaluasi

    1) Domain kognitif

    2) Instrument yang digunakan ialah tes esay

    3) Standar : menguasai materi perkuliahan minimum 70 %.

  • Modul 3 4

    Selamat datang bagi anda yang ingin mempelajari modul ini. Modul ini

    akan menjelaskan sambungan pelat atau profil baja. Di dalam struktur rangka

    sambungan pelat ataupun sambungan profil baja tidak dapat dihindari karena ada

    kemungkinan suatu profil baja kurang panjangnya, tetapi selain itu ada juga

    kemungkinan diadakan sambungan karena pertemuan suatu batang dengan batang

    yang lain pada satu titik buhul, dengan menggunakan pelat buhul. Alat

    penyambung yang lazim digunakan untuk profil baja ialah baut, paku keling dan

    Las. Kalau dibandingkan ketiga alat penyambung ini, alat penyambung las

    merupakan alat penyambung yang menghasilkan sambungan yang lebih kaku.

    Tetapi antara alat penyambung baut dan paku keling, alat penyambung paku

    keling menghasilkan sambungan yang lebih kaku jika dibandingkan dengan alat

    penyambung baut.

    Di dalam modul ini terdapat 3 sub topik yang akan dibahas secara

    beruntun dalam setiap kegiatan belajar, yaitu :

    Kegiatan belajar 1 : Sambungan dengan menggunakan Baut

    Kegiatan belajar 2 : Sambungan dengan menggunakan Paku Keling

    Kegiatan belajar 3 : Sambungan dengan menggunakan Las

    Standar Kompetensi :

    Setelah tuntas mempelajari modul ini, anda dapat merencanakan

    sambungan profil baja sesuai dengan peraturan Perencanaan Bangunan Baja

    Indonesia.

  • Modul 3 5

    1. Pendahuluan Baut adalah salah satu alat penyambung profil baja, selain paku keling dan

    las. Baut yang lazim digunakan sebagai alat penyambung profil baja adalah baut

    hitam dan baut berkekuatan tinggi. Baut hitam terdiri dari 2 jenis, yaitu : Baut

    yang diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh, sedangkan baut berkekuatan

    tinggi umumnya terdiri dari 3 type yaitu :

    Tipe 1 : Baut baja karbon sedang,

    Tipe 2 : Baut baja karbon rendah,

    Tipe 3 : Baut baja tahan karat.

    Walaupun baut ini kurang kaku bila dibandingkan dengan paku keling dan

    las, tetapi masih banyak digunakan karena pemasangan baut relatif lebih praktis.

    Dalam kegiatan belajar 1 ini, anda dapat mempelajari lebih mendalam mengenai :

    Perencanaan sambungan profil baja dengan menggunakan alat penyambung baut.

    Kompetensi Dasar :

    Setelah selesai kegiatan belajar 1 ini, anda akan dapat merencanakan

    sambungan profil baja dengan menggunakan baut sesuai dengan PPBBI.

  • Modul 3 6

    2. Uraian Pada umumnya baut yang digunakan untuk menyambung profil baja ada 2

    jenis, yaitu :

    Baut yang diulir penuh Baut yang tidak diulir penuh

    Baut Yang Diulir Penuh

    Baut yang diulir penuh berarti mulai dari pangkal baut sampai ujung baut

    diulir. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 1 berikut.

    Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang ditulis dengan

    notasi kd atau 1d pada Tabel Baja tentang Baut, misalnya :

    Diameter Nominal ( nd ) Tinggi Mur (mm)

    Diameter Inti ( kd ) (mm)

    Ket. Inchi mm

    5/8

    1

    12,70

    15,87

    19,05

    25,40

    13

    16

    19

    25

    9,99

    12,92

    15,80

    21,34

    M12 M16

    M20 M25

    Gambar 1. Baut yang Diulir Penuh

  • Modul 3 7

    Diameter yang dipergunakan untuk menghitung luas penampang ( )bautA ialah : 2

    41

    sbaut dA = Dimana : Abaut = Luas Penampang baut

    43 kn

    sddd +=

    Jadi kalau ada ingin mengetahui luas penampang baut M16 diulir penuh, maka

    anda harus menghitung dengan rumus dari tabel di atas, yaitu :

    ( ) cm 366,1mm 66,134

    92,12387,15 ==+=sd

    maka bautA 2

    41

    sd= = . 3,14 (1,366)2 = 1,46 cm2

    Kalau baut yang diulir penuh digunakan sebagai alat penyambung, maka ulir baut

    akan berada pada bidang geser. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2

    berikut.

    Gambar 2. Ulir Baut Berada pada Bidang Geser

  • Modul 3 8

    Baut Yang Tidak Diulir Penuh

    Baut yang tidak diulir penuh ialah baut yang hanya bagian ujungnya diulir.

    Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 3 berikut ini.

    Diameter nominal baut yang tidak diulir penuh ialah diameter terluar dari batang

    baut. Diameter nominal ialah diameter yang tercantum pada nama perdagangan,

    misalnya baut M16 berarti diameter nominal baut tersebut = 16 mm.

    Mengenai kekuatan tarik baut, anda dapat melihat pada tabel konstruksi baja.

    Sebagai contoh, berikut ini diuraikan kekuatan baut masing-masing dari baut

    hitam dan baut berkekuatan tinggi. Kalau baut hitam, ada tertulis di kepala baut

    4,6 ini berarti tegangan leleh minimum baut = 4 x 6 x 100 = 2400 kg/cm2.

    sedangkan, untuk baut berkekuatan tinggi, ada tertulis di kepala baut A325 atau

    A490. untuk baut A325 dengan diameter 16 mm, maka kekuatan tarik baut =

    10700 kg. Untuk menghitung luas penampang baut tidak diulir penuh digunakan

    rumus : 241

    sbaut dA =

    Aktivitas 1.1 1. Hitunglah luas penampang baut M20 yang diulir penuh

    2. Hitunglah luas penampang baut M20 yang tidak diulir penuh

    Gambar 3. Baut yang tidak Diulir Penuh

  • Modul 3 9

    Jenis-jenis Sambungan Yang Menggunakan Baut Ada 4 jenis sambungan yang menggunakan baut, yaitu :

    1) Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)

    2) Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)

    3) Baut yang dibebani // sumbunya

    Gambar 4. Baut dengan Satu Irisan

    Gambar 1. Baut yang Diulir Penuh

    Gambar 6. Baut yang dibebani Sejajar dengan Sumbu

  • Modul 3 10

    4) Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu

    Besarnya tegangan izin baut pada sambungan yang menggunakan baut

    telah diatur pada PPBBI pasal. 8.2 yaitu :

    Tegangan geser izin : = 6,0 Tegangan Tarik izin : = 7,0tarik Tegangan idiil (akibat geser dan tarik) izin :

    += 22 56,1 Tegangan tumpuan izin : = 5,1ttumpu untuk St 2d : = 2,1ttumpu untuk 1,5 St 2d (Ket. St = Jarak sumbu baut paling luar ke tepi pelat yang disambung)

    Tetapi perlu diperhatikan, apabila pelat tidak kuat bila dibandingkan dengan baut,

    maka lubang baut pada pelat akan berubah bentuk dari bulat akan berubah

    menjadi oval. Karena itu harus dihitung kekuatan tumpuan dengan rumus :

    tptp sdN = dimana :

    tpN = Kekuatan tumpuan

    d = diameter lubang

    Gambar 7. Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu

  • Modul 3 11

    s = tebal pelat terkecil di antara planet yang disambung dan pelat

    penyambung.

    tp = tegangan tumpuan izin.

    Mengenai jarak baut pada suatu sambungan, tetap harus berdasarkan

    PPBBI pasal 8.2, yaitu :

    Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh lebih dari 5 buah.

    Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan tidak boleh lebih besar dari

    3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang disambungkan).

    Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak

    boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.

    Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke sumbu dari 2

    baut yang berurutan pada satu baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan

    tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.

    2,5 d < s < 7 d atau 14 t

    2,5 d < u < 7 d atau 14 t 1,5 d < s1 < 3 d atau 6 t Jika sambungan terdiri dari lebih dari satu baris baut yang dipasang

    berseling, jarak antara baris-baris buat (u) tidak bole kurang dari 2,5 d dan

    Untuk Irisan 1 : S1 < S2 , maka

    S = S1

    Untuk Irisan 2 : harga S pilih terkecil

    antara 2 S1 dan S2

  • Modul 3 12

    tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t, sedangkan jarak antara satu baut

    dengan baut terdekat pada baris lainnya (s2) tidak boleh lebih besar dari 7

    d 0,5 u atau 14 t 0,5 u.

    2,5 d < u < 7 d atau 14 t

    s2 > 7 d 0,5 u atau 14 t 0,5 u

    Contoh :

    Diketahui suatu sambungan tergambar, gaya yang bekerja = 25 ton dan

    diameter baut = 20 mm. Lebar pelat = 300 mm, dan tabel pelat adalah 12 mm dan

    16 mm. Mutu baja BJ 37.

    Ditanya :

    1) Hitunglah besarnya tegangan yang timbul

    2) Periksa tegangan yang timbul terhadap tegangan izin

    3) Hitunglah besarnya gaya yang dapat didukung sambungan tersebut.

    Jawab :

    1) Besarnya tegangan yang timbul

    a. Tegangan tarik : nF

    P= Fn = Fbr t (d + 0,1 mm) 3 lubang

    = (30 x 1,6) 1,6 (2,0 + 0,1) 3

    = 37,92 cm2

  • Modul 3 13

    Maka = 25000 kg / 37,92 cm2 = 659,28 kg/cm2

    b. Tegangan Geser : = P / nFs Fs = 2 (1/4 d2) = 2 (1/4 x 3,14 x 2,02)

    = 6,28 cm2

    Maka : = P / nFs = 25000 / 3 x 6,28

    = 1326,96 kg / cm2

    c. Tegangan tumpu : = P / nFtp Ftp = d x t

    = 2,0 cm x 1,6 cm

    = 3,20

    Maka : tp = P / nFtp = 2500 kg / 3 x 3,20 cm2

    = 2604,16 kg / cm2

    2) Periksa terhadap tegangan yang dizinkan

    a. Tegangan tarik : trk < 0,7 659, 28 kg/cm2 < 0,7 x 1600 kg/cm2

    ternyata 659,28 kg/cm2 < 1120 kg/cm2

    b. Tegangan geser : < 0,6 1326,96 kg/cm2 > 0,6 x 1600 kg/cm2

    ternyata 1326,96 kg/cm2 > 960 kg/cm2

    c. Tegangan tumpu : tp = 1,5 2604, 16 kg/cm2 > 1,5 x 1600 kg/cm2

    ternyata 2604, 16 kg/cm2 > 2400 kg/cm2

  • Modul 3 14

    3) Besarnya gaya yang dapat didukung sambungan adalah :

    a. Gaya Tarik : Ptrk = Fn x 0,7 = 37,92 cm2 x 0,7 x 1600 kg/cm2

    = 42470,4 kg

    = 42,470 ton

    b. Gaya geser : Pgr = n x Fs x 0,6 = 3 x 6,28 cm2 x 0,6 x 1600 kg/cm2

    = 18086,4 kg

    = 18,086 ton

    c. Kekuatan tumpu : Ptp = n x Ftp x tp = 3 x 3,2 cm2 x 2400 kg/cm2

    = 23040 kg

    = 23,040 ton

    Aktivitas 1.2 1 Jelaskan perbedaan jenis sambungan baut 1 irisan dan 2 irisan

    2 Mengapa lubang baut yang bulat pada suatu pelat yang disambung berubah

    bentuk menjadi oval.

    3. Kesimpulan Didalam sambungan yang menggunakan baut dapat digunakan baut yang

    diulir penuh dan baut yang tidak diulir penuh. Besarnya tegangan izin baut pada

    sambungan yang menggunakan baut harus sesuai dengan PPBBI pasal 8.2.

    Demikian juga halnya mengenai jarak baut harus tetap sesuai dengan aturan

    PPBBI Pasal 8.2.

  • Modul 3 15

    4. Latihan Kegiatan Belajar 1 Pilihlah salah satu jawaban yang benar di antara a, b, c atau d setelah anda

    menghitungnya. Anda dapat memeriksa jawaban yang anda pilih, apakah benar

    atau tidak pada bagian F diakhir modul ini.

    Soal :

    Diketahui suatu sambungan seperti tergambar, dimana gaya yang bekerja

    = 30 ton dan diameter baut = 25 mm. Lebar pelat = 300 mm dan tebal pelat

    adalah 12 mm dan 16 mm.

    1. Tegangan tarik yang timbul adalah......

    a. 1020 kg/cm2

    b. 845 kg/cm2

    c. 2500 kg/cm2

    d. 985 kg/cm2

    2. Tegangan geser yang timbul adalah......

    a. 985 kg/cm2

    b. 2500 kg/cm2

    c. 845 kg/cm2

    d. 1020 kg/cm2

  • Modul 3 16

    3. Tegangan tumpu adalah........

    a. 845 kg/cm2

    b. 1020 kg/cm2

    c. 2500 kg/cm2

    d. 985 kg/cm2

    4. Besarnya gaya maksimum yang mungkin didukung adalah....

    a. 32900 kg/cm2

    b. 49700 kg/cm2

    c. 33600 kg/cm2

    d. 48400 kg/cm2

    Periksalah Jawaban Anda Dengan Kunci Jawaban yang tersedia di bagian D

    Yang berada dibagian belakang modul ini.

    Periksalah Jawaban Anda Dengan Kunci Jawaban yang tersedia di bagian F

    Yang berada dibagian belakang modul ini.

  • Modul 3 17

    1. Pendahuluan Paku keling (rivet) adalah salah satu alat penyambung atau profil baja,

    selain baut dalam las. Paku keling terdiri dari sebuah baja yang pendek yang

    mudah ditempa dan berbentuk mangkuk setengah bulatan. Pada saat paku keling

    dalam keadaan plastis, paku keling dipukul dengan palu sehingga akan terbentuk

    sebuah kepala lagi pada sisi yang lainnya. Dan biasanya, paku keling akan

    mengembang sehingga mengisi seluruh lubang. Penggunaan paku keling sebagai

    alat penyambung lebih kaku bila dibandingkan dengan penggunaan baut.

    Dalam kegiatan belajar 2 ini, anda dapat mempelajari lebih mendalam

    mengenai :

    Perencanaan sambungan profil baja dengan menggunakan alat penyambung Paku Keling.

    Kompetensi Dasar :

    Setelah selesai kegiatan belajar 2 ini, anda akan dapat merencanakan

    sambungan profil baja dengan menggunakan Paku Keling sesuai dengan PPBBI.

  • Modul 3 18

    2. Uraian Pada umumnya paku keling yang dipakai pada struktur baja adalah paku

    keling yang dipasang di bengkel dan paku keling yang dipasang di lapangan.

    Sebagaimana telah dijelaskan pada pendahuluan, paku keling terdiri secara

    sederhana dari sebuah baja yang pendek, mudah ditempa dan berbentuk mangkuk

    setengah bulatan. Tetapi bisa juga kepala paku keling tersebut berbentuk

    bonggolan. Pada saat paku keling berada dalam keadaan plastis, paku keling

    dipukul dengan palu sehingga akan terbentuk sebuah kepala lagi pada sisi yang

    lainnya, dan paku keling tersebut mengembang serta mengisi seluruh lubang.

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 8 berikut ini.

    Selama proses penempaan, sebuah alat bucking di tempatkan dibawah

    kepala paku keling di sisi belakang sambungan, untuk memegang paku keling

    supaya tidak bergerak dan berfungsi sebagai landasan. Setelah ditempa, paku

    keling kemudian menjadi angin dingin dan pendek, proses pemendekkan ini akan

    memberikan tekanan pada pelat-pelat yang disambung.

    Didalam perhitungan, prinsip sambungan dengan menggunakan paku keling sama

    saja dengan prinsip sambungan dengan menggunakan baut. Yang

    membedakannya hanyalah tegangan izin. Untuk mengetahui tegangan izinnya

    dapat dilihat PPBBI pasal 8.3. ayat (1). Kecuali kombinasi tegangan geser dan

    tegangan tarik yang diizinkan sama dengan kombinasi tegangan geser dan

    tegangan tarik pada sambungan baut, yaitu :

    = + 22 56,1

    Gambar 8. Alat Penyambung dengan Paku Keling

  • Modul 3 19

    Hal ini didasarkan kepada pendapat Gunawan dan Margaret (1991) yang

    menyatakan bahwa pada PPBBI rumus tersebut ditulis salah.

    Besarnya tegangan gizi dalam menghitung kekuatan paku keling adalah :

    Tegangan geser yang diizinkan : = 0,8 Tegangan tarik yang diizinkan : tr = 0,8 Tegangan tumpuan yang diizinkan :

    tr = 2 untuk S1 > 2 d tr = 1,6 untuk1,5 d S12 d

    Dimana :

    S1 = Jarak dari paku keling yang paling luar ke tepi bagian yang disambung

    d = Diameter pake keling.

    = Tegangan dasar menurut tabel 1 (pasal 2.2), kecuali untuk tumpuan menggunakan tegangan dasar bahan yang disambung.

    Contoh :

    Diketahui suatu sambungan seperti tergambar, gaya yang bekerja = 25 ton

    dan diameter pake keling = 20 mm. Lebar pelat = 300 mm, dan tebal pelat = 12

    mm dan 16 mm. Mutu baja BJ 37.

  • Modul 3 20

    Ditanya :

    1) Hitung besarnya tegangan yang timbul

    2) Periksa tegangan yang timbul terhadap tegangan izin

    3) Hitunglah besarnya gaya yang dapat didukung sambung tersebut.

    Jawab :

    1) Besarnya tegangan yang timbul

    a. Tegangan tarik : = P / Fn Fn = Fbr t (d + 0,1 mm) 3 lubang

    = (30 x 1,6) 1,6 (2,0 + 0,1) 3

    = 37,92 cm2

    Maka = P / Fn = 25000 kg / 37,92 cm

    = 659,28 kg/cm2

    b. Tegangan Geser : = P / nFs Fs = 2 (1/4 d2) = 2 (1/4 x 3,14 x 2,02)

    = 6,28 cm2

    Maka : = P / nFs = 25000 . 3 x 6,28

    = 1326,96 kg / cm2

    c. Tegangan tumpu : = P / nFtp Ftp = d x t

    = 2,0 cm x 1,6 cm

    = 3,20

    tp = P / nFtp = 2500 kg / 3 x 3,20 cm2

    = 2604,16 kg / cm2

    Kalau anda perhatikan dengan contoh di depan dengan menggunakan baut,

    angka ini persis sama bukan.

  • Modul 3 21

    2) Periksa terhadap tegangan yang dizinkan

    a. Tegangan tarik : trk < 0,8 659, 28 kg/cm2 < 0,8 x 1600 kg/cm2

    ternyata 659,28 kg/cm2 < 1280 kg/cm2

    b. Tegangan geser : < 0,8 1326,96 kg/cm2 > 0,8 x 1600 kg/cm2

    ternyata 1326,96 kg/cm2 > 1280 kg/cm2

    c. Tegangan tumpu : tp = 2 2604, 16 kg/cm2 > 2 x 1600 kg/cm2

    ternyata 2604, 16 kg/cm2 > 3200 kg/cm2

    Kalau anda perhatikan, tegangan izin inilah yang membedakan baut dengan

    paku keling

    3) Besarnya gaya yang dapat didukung sambungan adalah :

    a. Gaya Tarik : Ptrk = Fn x 0,8 = 37,92 cm2 x 0,8 x 1600 kg/cm2

    = 48537,6 kg

    = 48,537 ton

    b. Gaya geser : Pgr = n x Fs x 0,6 = 3 x 6,28 cm2 x 0,8 x 1600 kg/cm2

    = 24115,2 kg

    = 24,115ton

    c. Kekuatan tumpu : Ptp = n x Ftp x tp = 3 x 3,2 cm2 x 3200 kg/cm2

    = 30720 kg

    = 30,720 ton

    Jadi gaya maksimum yang mungkin diadakan adalah

    Pmax = 24,115 ton (Hasil perhitungan yang paling kecil)

    Kalau anda perhatikan, gaya maksimum juga berbeda dan ternyata daya dukung

    paku keling lebih besar bila dibandingkan dengan baut.

  • Modul 3 22

    Aktivitas 2.2 1. Jelaskan cara pemasangan paku keling di dalam suatu sambungan baja.

    2. Jelaskan perbedaan antara sambungan paku keling dan sambungan baut di

    dalam perhitungannya.

    3. Kesimpulan Di dalam sambungan yang menggunakan paku keling sama prinsip

    perhitungannya dengan sambungan yang menggunakan baut. Perbedaannya

    hanyalah tegangan yang diizinkan. Besarnya tegangan yang diizinkan pada

    sambungan yang menggunakan paku keling harus sesuai dengan PPBBI pasal 8.3.

    sedangkan mengenai jarak paku keling dapat dipakai aturan PPBBI pasal 8.2.

    4. Latihan Kegiatan Belajar 2 Pilihlah salah satu jawaban yang benar di antara a, b, c, atau d setelah anda

    menghitungnya.

    Soal :

    Diketahui sebuah batang tarik yang terdiri dari pelat yang disambungkan

    seperti tergambar

  • Modul 3 23

    Tebal pelat penyambung dan tebal pelat yang disambung = 20 mm. Diameter

    lubang paku keling = 20 mm. Mutu baja Bj 34.

    1. Kekuatan paku keling terhadap geser adalah............

    a. 8960 kg/cm2

    b. 9860 kg/cm2

    c. 7637 kg/cm2

    d. 7037 kg/cm2

    2. Kekuatan paku keling terhadap tumpuan.....

    a. 7037 kg/cm2

    b. 8960 kg/cm2

    c. 9860 kg/cm2

    d. 7637 kg/cm2

    Periksalah Jawaban Anda Dengan Kunci Jawaban yang tersedia di bagian F

    Yang berada dibagian belakang modul ini.

  • Modul 3 24

    1. Pendahuluan Pengelasan adalah salah satu cara menyambung pelat atau profil baja,

    selain menggunakan baut dan paku keling. Kalau diperhatikan sekarang ini,

    sebagian besar sambungan yang dikerjakan di bengkel menggunakan las,

    misalnya pembuatan pagar besi, pembuatan tangga besi ataupun jerejak. Proses

    pengelasan biasanya dikerjakan secara manual dengan menggunakan batang las

    (batang elektroda). Batang elektroda berbeda-beda tipenya tergantung kepada

    jenis baja yang akan dilas, di pasaran biasanya disebut las listrik. Selain itu ada

    juga proses pengelasan dengan menggunakan gas acetylin yang disebut las

    antogen, bahasa pasarannya disebut las karbit, pernahkah anda dengar?

    Kompetensi Dasar :

    Setelah selesai kegiatan belajar 3 ini, anda akan dapat merencanakan

    sambungan pelat atau profil baja dengan menggunakan las sesuai dengan PPBBI.

  • Modul 3 25

    2. Uraian Pada Konstruksi baja biasanya terdapat 2 macam las, yaitu las tumpul dan

    las sudut.

    Las Tumpul : Untuk menyambung pelat atau profil baja dengan las tumpul ada 4 jenis

    yaitu :

    Las tumpul persegi panjang : Sambungan jenis ini hanya dipakai bila tebal logam dasar tidak lebih dari 5 mm.

    Las tumpul V tunggal : Sambungan jenis ini tidak ekonomis bila logam dasar tebalnya melebihi 15 mm.

    Las tumpul V ganda : sambungan jenis ini lebih cocok untuk seluruh kondisi.

    Gambar 9. Las Tumpul Persegi Panjang

    Gambar 10. Las Tumpul V Tunggal

    Gambar 11. Las Tumpul V Ganda

  • Modul 3 26

    Las tumpul U tunggal : Sambungan jenis ini cocok untuk logam dasar yang tebalnya tidak lebih dari 30 mm

    Las Sudut Untuk menyambung pelat atau profil baja dengan las sudut ada 3 jenis yaitu :

    Las sudut datar : Sambungan jenis ini adalah sambungan las yang paling umum digunakan karena memberikan kekuatan yang sama

    dengan pemakaian elektroda yang lebih sedikit.

    Las sudut cekung : Pemakaian elektroda lebih banyak dibandingkan dengan las sudut datar.

    Gambar 12. Las Tumpul U Tunggal

    Gambar 13. Las Sudut Datar

    Gambar 14. Las Sudut Cekung

  • Modul 3 27

    Las sudut cembung : Pemakaian elektroda lebih banyak sama seperti las sudut cekung.

    Aktivitas 1.2 1. Jelaskan perbedaan sambungan pelat atau profil baja antara yang

    menggunakan baut, paku keling, dan las ditinjau dari segi kekakuan !

    2. Jelaskan tiga perbedaan antara las tumpul dan las sudut !

    Peraturan Sambungan Dengan Menggunakan Las

    Untuk menyambung pelat atau profil baja dengan menggunakan las harus

    berpedoman kepada Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)

    tahun 1983, pasal 8.5, antara lain :

    1) Panjang netto las adalah :

    Ln = Lbruto 3a

    Dimana : a = tebal las

    Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 16 pada halaman berikut ini.

    Gambar 15. Las Sudut Cembung

  • Modul 3 28

    2) Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8 a 10 kali tebal las.

    3) Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40 kali tebal las. Kalau diperlukan

    panjang netto las yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat las yang

    terputus-putus.

    4) Untuk las terputus pada batang tekan, jarak bagian-bagian las itu tidak boleh

    melebihi 16 t atau 30 cm. Sedangkan pada batang tarik, jarak itu tidak boleh

    melebihi 24 t atau 30 cm, dimana t adalah tebal terkecil dari elemen yang

    dilas.

    5) Tebal las sudut tidak boleh lebih dari t 2

    6) Gaya P yang ditahan oleh las membentuk sudut dengan bidang retak las, maka tegangan miring diizinkan adalah :

    a = 22 cos3sin1+

    Gambar 16. Panjang Las dan Tebal Las

  • Modul 3 29

    @ Tegangan miring yang terjadi dihitung dengan :

    = AP a dimana : P = Gaya yang ditahan oleh las

    A = Luas Bidang retak las

    @ Tegangan idiil pada las dapat dihitung dengan :

    a = ca c = 22 cos3sin

    1+

    7) Gaya yang diizinkan untuk beberapa macam sambungan las

    a.

    P = A(untuk =900)

    b.

    P = A(untuk =900)

    c.

    P = 0,58 A(untuk =00)

  • Modul 3 30

    d.

    P = 0,58 A(untuk =00)

    e.

    P = 0,91 A(untuk =790)

    f.

    P = 0,71 A(untuk =450)

    g.

    P = 0,58 A(untuk =00)

    h.

    P = A(untuk =900)

  • Modul 3 31

    i.

    P = 1,2 A

    j.

    P = 0,89 A(untuk =770)

    Aktivitas 3.2 1. Berapakah panjang minimum las pada suatu sambungan ?

    2. Upaya apa yang anda lakukan apabila pada suatu sambungan memerlukan

    panjang netto las lebih dari 40 kali tebal las ?

    3. Berapakah besarnya gaya yang diizinkan untuk sambungan las tumpul yang

    mengalami gaya tekan ?

  • Modul 3 32

    3. Kesimpulan Di dalam sambungan pelat atau profil baja yang menggunakan las akan

    diperoleh sambungan yang sangat kaku apabila dibandingkan dengan baut atau

    paku keling. Pada konstruksi baja biasanya ada 2 macam las yaitu las tumpul dan

    las sudut, dimana penggunaannya tergantung kepada konstruksi yang akan

    disambungkan. Untuk menyambung pelat atau profil baja dengan menggunakan

    las harus berpedoman kepada PPBBI pasal. 8.5

    4. Latihan Kegiatan Belajar 3

    Pilihlah salah satu jawaban yang benar di antara a, b, c, atau d setelah anda

    menghitungnya.

    Soal :

    Diketahui suatu pelat yang berukuran 80 mm x 10 mm dihubungkan

    dengan las pada suatu pelat yang lain, seperti tergambar mutu pelat Bj 37.

    1. Gaya Tarik yang dapat diizinkan adalah .......

    a. 12800 ton

    b. 12,80 ton

    c. 11648 ton

    d. 11,648 ton

  • Modul 3 33

    2. Tabel las sudut adalah.....

    a. 70,0 mm

    b. 7,00 mm

    c. 50 mm

    d. 5 mm

    3. Panjang Netto las maksimum adalah......

    a. 280 cm

    b. 140 cm

    c. 28 cm

    d. 14 cm

    Periksalah Jawaban Anda Dengan Kunci Jawaban yang tersedia di bagian F

    Yang berada dibagian belakang modul ini.

  • Modul 3 34

    Anda telah mempelajari modul ini dengan tuntas. Anda telah dapat

    mengenal dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang :

    Sambungan Dengan Menggunakan Baut. Anda sekarang telah dapat merencanakan sambungan pelat atau profil baja

    dengan menggunakan baut sesuai dengan PPBBI 1983. Anda sudah dapat

    menggunakan baut yang diulir penuh ataupun baut yang tidak diulir penuh.

    Anda juga telah mengenal jenis jenis sambungan yang menggunakan baut.

    Merencanakan penampang batang tarik. Anda sekarang telah dapat menentukan ukuran profil baja yang digunakan sebagai batang tarik. Selain

    itu, anda juga telah dapat menentukan kelangsingan batang tarik yang

    digunakan yang memenuhi persyaratan PPBBI yaitu harus lebih kecil dari 240

    untuk konstruksi utama dan harus lebih kecil dari 360 untuk konstruksi

    sekunder.

  • Modul 3 35

    Lihat di Buku Induk ya .... !

    Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi

    Baja I Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group.

    Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun.

    Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung :

    Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

    Rudy Gunawan. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Penerbit

    Kanisius.