perkawinan mahram mushaharahe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/rokhana k...abstrak al...

91
PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah Oleh: ROKHANA KHALIFAH AL AMIN NIM 21109019 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH

(Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram

Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

Oleh:

ROKHANA KHALIFAH AL AMIN

NIM 21109019

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2013

Page 2: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan
Page 3: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH

(Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram

Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

Oleh:

ROKHANA KHALIFAH AL AMIN

NIM 21109019

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2013

Page 4: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan
Page 5: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan
Page 6: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan
Page 7: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

بة من كرب الدنیا، نفس االله عنھ كربة من كرب من نفس عن مؤمن كر

یوم القیامة، ومن یسر على معسر، یسر االله علیھ في الدنیا والآخرة،

ن العبد ما كان ومن ستر مسلما ستره االله في الدنیا والآخرة، واالله في عو

العبد في عون أخیھ،

“Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin satu kesusahan daripada

kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskannya dari satu

kesusahan daripada kesusahan-kesusahan di hari Qiamat. Barangsiapa yang

mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah akan mempermudahkan

baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim,

niscaya Allah akan menutup aiba di dunia dan akhirat. Allah sentiasa bersedia

menolong hambaNya selagi mana dia suka menolong saudaranya.”

Our greatest glory isn’t in never failing, but in rising up every time we fail

“kemenangan terbesar kita bukan terletak pada tidak pernah gagalnya kita, tetapi

pada kemampuan kita untuk bangkit setiap kali terjatuh”

PERSEMBAHAN

Untuk Suamiku tercinta, “Debut Prima Wijaya” yang selalu memberikan Doa dan dukungannya, Bapak Ibuku “Rokhani dan Nining Triyani” yang selalu memberikan kasih sayang dan doa demi keberhasilanku. Putri tercintaku, “Nayra Shafira Wijaya” yang selalu menjadi penyemangat hidupku, dan teman-teman AHS’09 yang kebersamaannya selalu saya rindukan hingga saat ini.

Page 8: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

ABSTRAK

Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga). Skripsi, Jurusan Syariah, Program Studi al Ahwal al Syakhsiyyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Munajat Ph.D.

Kata Kunci: perkawinan, mahram dan mushaharah

Penelitian ini berusaha menguak fenomena perkawinan terlarang yang banyak terjadi di masyarakat, salah satunya adalah perkawinan mahram mushaharah/semenda yang dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Sidorejo. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana makna teks Al Quran yang menjelaskan tentang larangan perkawinan mushaharah khususnya terhadap anak tiri? (2) bagaimana kronologi perkawinan mahram mushaharah di Kecamatan Sidorejo? dan (3) apa yang menyebabkan terjadinya perkawinan mahram mushaharah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan berfikir normatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan antara ayah dan anak tiri (rabibah) menurut hukum Islam adalah haram dan tidak ada syarat yang dapat menghapuskan hukum tersebut. Meskipun begitu, di wilayah Kecamatan Sidorejo dapat ditemui beberapa perkawinan antara ayah dan anak tirinya yang salah satunya memiliki kutipan akta nikah dan yang lain menikah dibawah tangan. Kedua subyek yang diteliti sama-sama memiliki latar belakang pengetahuan agama yang minim dan kedua subyek pada awalnya menikah secara terpaksa karena sudah berbadan dua akibat perbuatan ayah tirinya. Perkawinan mahram mushaharah tersebut dapat terjadi dikarenakan faktor: a) dominasi orang tua terutama ayah terhadap anak; b) minimnya pengetahuan terhadap agama; c) cinta terlarang yang menafikan prinsip-prinsip Allah; d) kurangnya peran masyarakat sekitar khususnya tokoh agama serta e) kurangnya kecermatan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N). Untuk menanggulangi agar perkawinan yang dilarang oleh Agama ini tidak terjadi lagi, maka diperlukan sinergi positif yang berkelanjutan antara pemerintah dan masyarakat untuk menolak dengan tegas dan memberikan sanksi kepada para pelaku yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap peraturan perkawinan.

Page 9: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syafaatnya. Saya menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. oleh karena itu, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Imam Soetomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga; 2. Bapak Munajat Ph. D., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

tenaga, dan pikirannya guna membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini;

3. Bapak Drs. Mubashirun, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga;

4. Bapak Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al Syakhshiyyah;

5. Seluruh dosen STAIN Salatiga, yang selama 8 semester telah membagi ilmunya yang sangat bermanfaat;

6. Suami dan orang tuaku yang telah turut serta membantu dan memberikan dukungan baik materi maupun non-materi;

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Teriring do’a dan harapan semoa amal baik dan jasa semua pihak tersebut

diatas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.Amin. Wassalamualaikum wr.wb.

Rokhana Khalifah Al Amin

Page 10: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A.Latar Belakang Masalah ........................................................................ 2

B.Fokus Penelitian .................................................................................. 6

C.Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

D.Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7

E.Penegasan Istilah ................................................................................... 7

F.Telaah Pustaka ....................................................................................... 8

G.Metode Penelitian .............................................................................. 12

H.Sistematika Penulisan ......................................................................... 17

BAB II. PERKAWINAN ................................................................................ 10

A.Definisi Perkawinan ........................................................................... 19

B.Tujuan Perkawinan menurut Hukum Islam .......................................... 21

C.Asas Hukum Perkawinan..................................................................... 27

D.Rukun dan Syarat Perkawinan ............................................................. 28

E.Macam-Macam Akad Nikah ................................................................ 32

1.Akad Nikah Sah Murni dan Hukumnya ......................................... 33

2.Akad Nikah Rusak dan Hukumnya ................................................ 34

3.Akad Nikah Batil dan Hukumnya .................................................. 35

Page 11: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

F.Perempuan-Perempuan yang Diharamkan (Muharramat) ................... 37

1.Keharaman Mutlak ........................................................................ 37

2.Keharaman Sementara................................................................... 45

BAB III. PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAN DI KECAMATAN

SIDOREJO ...................................................................................... 49

A.Gambaran Umum Kecamatan Sidorejo ......................................... 49

B.Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo ............ 52

BAB IV. ANALISIS ........................................................................................ 58

A.Larangan Menikah dengan Anak Tiri ........................................... 58

B.Latar Belakang Terjadinya Perkawinan Mahram Mushaharah ...... 61

C.Dampak Perkawinan Mahram Mushaharah ................................. 65

D.Upaya Penanggulangan ................................................................ 67

BAB IV. PENUTUP ....................................................................................... 70

A.Kesimpulan ................................................................................. 70

B.Saran ........................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

Lampiran-Lampiran ........................................................................................ 76

Riwayat Hidup Penulis..................................................................................... 80

Page 12: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

DAFTAR TABEL

3.1. Data Pendidikan Terakhir Kecamatan Sidorerjo Bulan April 2013

3.2. Data Mutasi Penduduk Kecamatan Sidorejo Bulan April 2013

3.3. Data Pemeluk Agama Kecamatan Sidorejo Bulan April 2013

3.4. Daftar Identitas Pelaku Nikah Mahram Mushaharah

Page 13: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan Monografi Dinamis Kecamatan Sidorejo Keadaan Bulan April 2013

2. Daftar pertanyaan wawancara

Page 14: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan hal yang sakral bagi manusia yang menjalaninya,

tujuan perkawinan salah satunya untuk membentuk sebuah keluarga yang

harmonis yang dapat membentuk suasana bahagia demi terwujudnya ketenangan,

kenyamanan bagi suami istri serta anggota keluarga. Islam dengan segala

kesempurnannya, memandang perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam

kehidupan manusia, karena Islam memandang perkawinan merupakan kebutuhan

dasar manusia, juga merupakan ikatan tali suci atau merupakan perjanjian suci

antara laki-laki dan perempuan (Latief, 1982:12). Dalam Islam, perkawinan juga

merupakan salah satu perintah yang diperuntukkan bagi kaum muslimin

sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa “perkawinan yang

sah menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau

mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah”(KHI:Pasal 1).

Dalam Islam, perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

seksual seseorang secara halal serta untuk melangsungkan keturunannya dalam

suasana saling mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) antara suami

istri. Ini sesuai dengan bunyi pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yakni:

“perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah

mawaddah warahmah” (KHI:Pasal 3). Jadi, pada dasarnya perkawinan

Page 15: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

merupakan cara penghalalan terhadap hubungan antar dua lawan jenis yang

semula diharamkan, seperti memegang, memeluk, mencium dan berhubungan

intim. Allah berfirman:

ôÏBur ÿ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô ÏiB öNä3Å¡ àÿRr& %[ ºurø—r& (#þqãZä3ó¡ tFÏj9 $ygøŠs9Î) Ÿ@ yèy_ ur Nà6 uZ÷�t/

ZoŠuqB ºpyJôm u‘ur 4 bÎ) ’Îû y7 Ï9ºsŒ ;M »tƒUy 5Qöqs)Ïj9 tbrã�©3xÿtGtƒ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar Ruum, 30:21).

Perkawinan amatlah penting dalam kehidupan manusia, dengan jalan

perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

sesuai kedudukan manusia sebagai makhluk yang berkehormatan. Islam mengatur

masalah perkawinan dengan amat teliti dan terperinci, untuk membawa umat

manusia hidup berkehormatan. Hubungan manusia laki-laki dan perempuan

ditentukan agar didasarkan atas rasa pengabdian kepada Allah sebagai Al Khaliq

(Basyir, 1996:1).

Diaturnya kehidupan manusia dalam perkawinan semata-mata adalah demi

menjaga kehormatan mereka. Namun, moral manusia yang semakin menipis

bahkan sebagian telah hilang, menjadikan mereka buta akan hukum yang

mengatur dan membatasi hidup mereka. Dengan bangganya mereka menerobos

batas-batas hukum tersebut, termasuk dalam masalah perkawinan ini. Mereka

yang buta moral dan hukum, melakukan perkawinannya sesuai keinginan sendiri.

Page 16: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Padahal dalam perkawinan, mereka telah diatur oleh kaidah-kaidah hukum yang

harus mereka taati. Khususnya bagi umat Islam, aturan ini telah ada sejak

turunnya firman Allah yang mengatur tentang perkawinan.

Dalam hukum perkawinan Islam dikenal sebuah asas yang disebut

selektivitas. Artinya, bahwa seseorang ketika hendak melangsungkan pernikahan

terlebih dahulu harus menyeleksi dengan siapa ia boleh menikah dan dengan siapa

ia terlarang untuk menikah (Amir, 2004:144). Hal ini untuk menjaga agar

pernikahan yang dilangsungkan tidak melanggar aturan-aturan yang ada.

Terutama bila perempuan yang hendak dinikah ternyata terlarang untuk dinikahi,

yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahram (orang yang haram dinikahi).

Sementara, sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia, muncul

berbagai permasalahan di dalam kehidupan masyarakat terutama yang terkait

dengan perkawinan. Salah satunya yakni sering ditemui perkawinan yang

sebetulnya dilarang namun nyata terjadi dalam kehidupan masyarakat. Seperti

halnya perkawinan yang terjadi antara saudara (hubungan nasab/incest), antar

saudara sepersusuan, ataupun mushaharah/semenda. Hal tersebut dapat

dikarenakan ketidaktahuan, pengetahuan agama yang minim, bahkan moral yang

rendah. Sehingga meski mereka sudah mengetahui bahwa perkawinan tersebut

dilarang, tapi tetap saja aturan yang haq tersebut dilanggar dan terjadilah

perkawinan yang terlarang tersebut. Bila perkawinan dilakukan atas dasar cinta,

hal ini menabrak garis haram yakni perzinahan. Bila tanpa cinta, menabrak garis

haram pemerkosaan dan perampasan hak perempuan. Bahkan perkawinan seperti

Page 17: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

ini tentu terjadi secara illegal entah itu nikah dibawah tangan atau pemalsuan data

nikah saat pendaftaran nikah di KUA.

Perkawinan-perkawinan terlarang yang banyak terjadi dalam kehidupan

masyarakat kini, sesungguhnya telah sejak lama diatur dalam Al Quran. Allah

SWT berfirman dalam surat An Nisa yang berbunyi:

ôM tBÌh�ãm öNà6 ø‹n=tã öNä3çG»ygBé& öNä3è?$oYt/ur öNà6 è?ºuqyz r&ur öNä3çG»£Jtãur öNä3çG»n=»yz ur ßN $oYt/ur

Ë F{ $# ßN $oYt/ur ÏM ÷z W{ $# ãNà6 çF»ygBé&ur ûÓÉL»©9$# öNä3oY÷è|Ê ö‘r& Nà6 è?ºuqyz r&ur šÆ ÏiB Ïpyè»|Ê §�9$#

àM »ygBé&ur öNä3ͬ!$|¡ ÎS ãNà6 ç6Í»t/u‘ur ÓÉL»©9$# ’Îû Nà2 Í‘qàf ãm `ÏiB ãNä3ͬ!$|¡ ÎpS ÓÉL»©9$# OçFù=yz yŠ £ÎgÎ/

bÎ*sù öN©9 (#qçRqä3s? OçFù=yz yŠ  Æ ÎgÎ/ Ÿx sù yy $oYã_ öNà6 ø‹n=tæ ã@ Í»n=ym ur ãNà6 ͬ!$oYö/r& tûïÉ‹©9$# ôÏB

öNà6 Î7»n=ô¹ r& br&ur (#qãèyJôf s? šú ÷üt/ Èû÷ütG÷z W{ $# žw Î) $tB ô‰s% y# n=y™ 3 žc Î) ©! $# tb%x. #Y‘qàÿxî

$VJŠÏm §‘

“diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua); anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An Nisa, 4:23).

Page 18: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Berdasarkan pada ayat diatas, anak tiri termasuk dalam golongan wanita

yang haram dinikahi, yang hal ini termasuk dalam perkawinan

mushaharah/semenda. Meskipun dalam ayat tersebut terdapat kata

Nà2 Í‘qàf ãm ’Îû yang bermakna “dalam pemeliharaanmu”, sehingga makna ayat

secara tekstual dapat menimbulkan kesimpulan, bahwa larangan menikahi anak

tiri tidak berlaku mutlak ataupun menyeluruh. Secara tekstual ayat tersebut dapat

bermakna bahwa larangan tidak berlaku bagi anak tiri yang tidak berada dalam

pemeliharaan ayah tirinya. Sebaliknya, larangan hanya berlaku bagi anak tiri yang

berada di bawah pemeliharaan ayah tirinya. Sehingga hal ini bisa saja dijadikan

alasan bagi mereka para pelaku perkawinan terlarang khususnya perkawinan

terlarang dengan anak tiri. Pengetahuan agama yang minim memungkinkan

seseorang memaknai firman Allah secara tekstual. Padahal banyak makna yang

terkandung di dalam firman Allah dalam Al Quran bukanlah makna tekstual

melainkan kontesktual.

Melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, bahwa banyak kasus

pernikahan terlarang termasuk pula yang terjadi di wilayah Kecamatan Sidorejo

Kota Salatiga. Meskipun dalam setiap daerah, termasuk pula di Kecamatan

Sidorejo, setiap Desa tentu dapat ditemui tokoh Agama, Ustadz, ataupun

komponen masyarakat yang lain, namun keberadaan mereka tidak mampu

melawan pernikahan terlarang yang nyata terjadi dihadapan mereka. Dari sinilah

penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai pernikahan antar kerabat

Page 19: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

semenda yang terjadi di lingkup Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pemilihan

tempat penelitian di lingkup Kecamatan Sidorejo ini dikarenakan terdapat dua

kasus perkawinan yang terjadi antara ayah dan anak tirinya di lingkup Kecamatan

Sidorejo.

Perkawinan antar kerabat mushaharah ini sangatlah menarik untuk diteliti,

oleh sebab itu, penulis mengangkat persoalan yang terjadi dalam masyarakat ini

yang kemudian dirumuskan dalam sebuah judul penelitian “PERKAWINAN

MAHRAM MUSHAHARAH (Studi Terhadap Pasangan Pelaku Perkawinan

Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka perlu

dibuat rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Hal ini

dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan tema, yaitu:

1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang definisi perkawinan mahram

mushaharah?

2. Bagaimana kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah di wilayah

Kecamatan Sidorejo?

3. Faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya perkawinan mahram

mushaharah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang perkawinan mahram

mushaharah,

Page 20: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

2. Untuk mengetahui kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah

yang terjadi di lingkup Kecamatan Sidorejo,

3. Untuk mengetahui sebab terjadinya perkawinan mahram mushaharah,

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat teoritis

a) Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh;

b) Dapat menambah wawasan atau memberikan sumbangan informasi

tentang Hukum Islam khususnya dalam masalah hukum perkawinan;

c) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai

keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemecahan masalah yang di hadapi oleh

masyarakat, tokoh masyarakat dalam penyelesaian kasus perkawinan yang

jelas-jelas dilarang oleh Undang-Undang maupun Al Quran khususnya di

wilayah hukum Salatiga;

b) Memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana

Syariah (S.Sy).

E. Penegasan Istilah

1. Perkawinan: perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah akad yang

sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah. Dan perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah.

Page 21: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

2. Mushaharah: Ditinjau dari segi bahasa, muhrim mushaharah terdiri dari dua

kata yaitu muhrim dan mushaharah. Muhrim atau mahrom berasal dari

kata harama yang artinya “mencegah”, bentuk mashdar dari kata harama, yang

artinya yang diharamkan atau dilarang. Dengan demikian, maka mahrom

secara istilah adalah orang yang haram, dilarang atau dicegah untuk dinikahi.

Sedangkan mushaharah menurut Abdurrahman al-Juzairi dalam kitab Fiqh Ala

Madzahibil Arba’ah, adalah sifat yang menyerupai kekerabatan. Mushaharoh

menurut istilah ialah hubungan kekeluargaan sebab adanya ikatan pernikahan.

Jadi apabila kata mahram dan mushaharah digabung dapat diartikan orang-

orang yang haram, dilarang atau dicegah untuk dinikahi sebab adanya ikatan

kekeluargaan dari hasil suatu pernikahan.

Dalam kitab Bidayatul Mujtahid karangan Ibn Rusyd disebutkan bahwa orang-

orang yang haram dinikahi karena muhrim mushaharah ada empat macam

yaitu ibu dari istri (mertua), anak (bawaan) istri yang telah dicampuri (anak

tiri), istri bapak (ibu tiri), istri anak (menantu).

F. Telaah Pustaka

Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat

kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam

penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu

perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat

dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil

kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan

tema yang hampir serupa.

Page 22: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Penelitian ini tentu saja bukan merupakan penelitian pertama yang

mengangkat permasalahan perkawinan terlarang yang terjadi di kehidupan

masyarakat. Ada beberapa penelitian terkait dengan perkawinan yang dilarang

oleh Agama maupun Undang-Undang yang berlaku di Indonesia. salah satunya

yang telah dilakukan oleh mahasiswa jurusan Syariah Program Studi Ahwal al

Syakhshiyyah STAIN Salatiga, yang tentunya dengan fokus dan permasalahan

yang berlainan.

Penelitian terhadap perkawinan yang terlarang, sebelumnya pernah

dilakukan oleh Pamungkas (2008), dengan judul “Poligami Dengan Mahram

Ghairu Mu’abbad (Studi Kasus di Dukuh Banjaran Kelurahan Mangunsari

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga)” dengan menggunakan metode penelitian

field research yang bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian oleh Pamungkas ini

mengangkat permasalahan perkawinan yang terjadi di dalam masyarakat di

Dukuh Banjaran Kota Salatiga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Pamungkas, ditemukan beberapa kasus perkawinan yang diharamkan namun

kenyataannya, perkawinan tersebut terjadi di masyarakat. Perkawinan yang

dimaksud adalah perkawinan yang terjadi dengan istri kedua yang berstatus

mahram ghairu mu’abbad. Dalam skripsinya, Pamungkas mencantumkan

kategori perempuan yang berstatus mahram ghairu mu’abbad yakni saudara

perempuan kandung istri, bibi istri dari pihak ayah dan dari pihak ibu, perempuan

yang sedang iddah, perempuan yang masih dalam ikatan perkawinan dengan

orang lain, dan perempuan yang ditalak tiga sebelum ada muhallil. Perempuan

tersebut boleh dinikah jika hilang sebab yang mengharamkannya. Dalam

Page 23: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

penelitiannya, ia berfokus pada poligami dengan perempuan yang haram dinikahi

sementara oleh laki-laki yang telah memperistri saudara kandungnya. Penelitian

ini menjelaskan bahwa di dukuh Banjaran terdapat pernikahan dengan mahram

ghairu mu’abbad, beberapa kasus ditemukan menikah secara sah dihadapan

petugas KUA, dan sebagian lain menikah tanpa dicatatkan. Pernikahan tersebut

menimbulkan dampak yakni batalnya pernikahan secara hukum Islam ataupun

Undang-Undang kecuali hilang sebab keharamannya.

Beragam problematika seputar perkawinan banyak ditemui di sekitar kita.

Maka dari itu tidak sedikit pula penelitian yang bertemakan perkawinan

khususnya permasalahan yang terjadi dalam perkawinan, proses perkawinan, dan

apapun yang berhubungan dengan perkawinan. Seperti yang dilakukan oleh

mahasiswi STAIN Salatiga, Sariyanti (2007) dengan judul penelitiannya

“Dispensasi Kawin Karena Hubungan Luar Nikah”. Penelitian tersebut berangkat

dari problematika yang terjadi di masyarakat yakni maraknya pemuda pemudi

yang melakukan hubungan luar nikah hingga hamil dan yang lebih parah, perilaku

menyimpang tersebut dilakukan pula oleh anak-anak dibawah umur. Dalam

penelitiannya Sariyanti menganalisis dua kasus pengajuan dispensasi nikah di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2005. Kedua kasus tersebut serupa yakni para

pemohon atau calon mempelai yang mengajukan permohonan seluruhnya berusia

dibawah ketentuan minimal usia perkawinan yang disebut dalam Undang-Undang

Perkawinan pasal 7 (1). Usia minimal bagi pasangan calon mempelai adalah 19

tahun bagi pria dan 16 tahun bagi wanita. Dalam pertimbangan hakim

memberikan dispensasi nikah berlandaskan pada kaidah:

Page 24: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

“Menolak bahaya didahulukan atas mendatangkan kebaikan”

یزال الضرر

“Kemadharatan harus dihilangkan”

Hakim berpendapat jika tidak segera dinikahkan maka akan menambah dosa dan

terjadi perkawinan bawah tangan yang akan mengacaukan proses-proses hukum

yang terjadi berikutnya atau mengacaukan hak-hak anak yang dilahirkan.

Hampir serupa dengan penelitian Sariyanti, Maimun (2007) yang juga

mahasiswi STAIN Salatiga melakukan penelitian di wilayah Sumatra Selatan

yang marak terjadi perkawinan di bawah umur. Dalam penelitiannya yang

berjudul “Pernikahan di Bawah Umur di Kalangan Orang Sumatra”, Maimun

memaparkan beberapa faktor yang mendorong terjadinya fenomena nikah bawah

umur di Lubuk Linggau Sumatra. Faktor pertama yang ia sebutkan dan

berpengaruh besar adalah kehendak sewenang-wenang orang tua terhadap

anaknya. Anak tidak mampu menolak perintah orang tua, mayoritas anak terlalu

lemah untuk menentang kehendak orang tuanya. Faktor lainnya adalah kemauan

anak itu sendiri karena melihat kawan-kawan seusianya yang sudah menikah.

Adat dan budaya juga berperan dalam hal ini, kebiasaan masyarakat memberikan

stempel untuk anak yang belum juga menikah dengan stempel “perawan tua” atau

“tidak laku” membuat alam bawah sadar anak bekerja bahwa ada keharusan untuk

segera menikah meski umur belum memenuhi batas minimal yang ditetapkan

undang-undang. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat membuat

masyarakat jauh dari pertimbangan matang dalam memutuskan setiap tindakan.

Page 25: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Faktor agama ternyata juga berperan dalam hal ini, masyarakat Lubuk Linggau

berpedoman pada Siti Aisyah yang juga menikah di usia dini dengan Nabi

Muhammad. Terjadinya perkawinan di bawah umur di Lubuk Linggau juga

disebabkan pada kekhawatiran orang tua terhadap anaknya bila terjerumus dalam

lembah maksiat. Oleh karena itu, perkawinan merupakan jalan yang terbaik yang

ditempuh meski anak belum mampu secara material dan immaterial. Dari

penelitian Maimun pula, ditemukan bahwa dampak negatif dari perkawinan

bawah umur tersebut adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga,

seringnya cekcok dan cemburu yang berlebihan.

G. Metode Penelitian

Untuk mengetahui adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok

permasalahan di perlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi

penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara

seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu

kegiataan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun

laporan (Narbuko, 1997:23).

Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara yang dipakai untuk

mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai

satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian, penulis

menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan

kualitatif, bertujuan untuk memahami keadaan atau fenomena, dengan cara

Page 26: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa digunakan adalah

wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2006:6).

Landasan berfikir dalam penelitian ini menggunakan landasan berfikir

normatif, yakni metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan

pustaka atau data sekunder (Soekanto, Mamudji, 2001:13). Dalam hal ini landasan

berfikir menggunakan dalil-dalil yang terdapat dalam al quran. Penelitian ini

untuk mengidentifikasi konsep, asas, serta prinsip syariah yang digunakan untuk

mengatur permasalahan mengenai perkawinan (Sedarmayanti, Hidayat, 2002:23).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga,

dengan pertimbangan bahwa di lingkup Kecamatan Sidorejo ditemui dua kasus

pernikahan yang sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang maupun

Hukum Islam. Salah satu pelaku berada di wilayah kecamatan Sidorejo dan yang

lain berada di wilayah kecamatan Salatiga. Penelitian ini dilakukan terbuka

dengan memberitahukan kepada para objek penelitian dan para informan

mengenai penelitian yang dilakukan.

3. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan

mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data ini didapat dari

informan, atau peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, dokumentasi

dan observasi (Moelong, 2006:157).

Page 27: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam

percakapan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2001:25). Untuk memperoleh

data yang valid, dilakukan wawancara langsung terhadap beberapa subyek

diantaranya para pelaku, keluarga pelaku, tetangga sekitar tempat tinggal pelaku,

tokoh masyarakat setempat, para saksi nikah, Kiai/Ustadz yang mengetahui

terjadinya perkawinan mushaharah, pembantu PPN, dan tokoh masyarakat yang

menikahkan para pelaku.

2) Dokumentasi

Setelah didapat data dari hasil wawancara, sebagai penunjangnya

diperlukan pula dokumen-dokumen seperti KTP para pelaku, Kartu Keluarga,

salinan Akta Perkawinan bila ada. Dokumen dokumen ini diperlukan untuk

mengecek keabsahan hasil wawancara yang dilakukan dengan para pelaku

perkawinan.

3) Observasi.

Observasi adalah studi yang disengaja, sistematis tentang fenomena sosial

gejala-gejala psikis, dengan jalan pengamatan. Observasi adalah penelitian yang

dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek

yang diteliti (Narbuko, 1997:37).

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan sebagai pelengkap dan peneliti

bertindak sebagai pengamat penuh yakni mengamati objek yang terjadi di situasi

sebenarnya dalam kesehariannya. Dari observasi ini, peneliti dapat mengetahui

tingkah laku, latar belakang sosial dan agama, intensitas interaksi sosial

Page 28: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

beragama. Sehingga dari data observasi penulis dapat menganalisis faktor yang

berpengaruh terhadap terjadinya perkawinan mahram mushaharah.

b.Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan

untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari Al-Quran, Al-Hadist,

perundang-undangan, buku dan literatur yang ada kaitannya dengan materi yang

diteliti. Al Qur’an menjadi landasan utama teori dalam data sekunder ini,

disamping itu, data pustaka juga digali dari Undang-Undang No.1 Tahun 1974

tentang Perkawinan, Inpres No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam,

buku-buku mengenai fiqh munakahat, hukum perkawinan Islam, dan artikel-

artikel dari website.

4. Metode Analisa Data

Setelah data di kumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya adalah

tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfatkan sedemikian rupa

sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab

persoalaan yang diajukan dalam penelitian. Adapun metode analisa data yang

dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif menurut

Miles dan Huberman (dalam Sutopo, 2006:113) terdapat tiga komponen pokok

berupa:

a. Reduksi data

Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting

dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

Page 29: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

b. Sajian Data

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti

akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu

pada anailisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut,

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang

terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji

validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun

proses analisisnya adalah sebagai berikut : Langkah pertama adalah

mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya

diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian

diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data sehingga

memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

5. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama observasi awal

lapangan, kemudian peneliti menentukan topik penelitian dan mencari informasi

umum mengenai adanya perkawinan terlarang yakni perkawinan mahram

mushaharah. Tahap selanjutnya, peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data

informan dan pelaku, juga melakukan observasi dan wawancara terhadap pelaku

dan para informan lain yakni keluarga pelaku, tokoh masyarakat/agama sekitar

dan para tetangga. Tahap akhir yakni penyusunan laporan penelitian dengan cara

Page 30: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

menganalisis data/temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif

dengan pendekatan normatif.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan

penelitian, maka secara garis besar dapat di gunakan sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAGIAN PERTAMA : Bagian ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka terhadap

penelitian terdahulu untuk membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu

yang pernah dilakukan, metode penelitian yang berisi tentang pendekatan dan

jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, analisis data, tahap-tahap

penelitian, dan terakhir yakni sistematika pembahasan.

BAGIAN KEDUA: Dalam bagian kedua ini, berisi tinjauan umum tentang

perkawinan, tujuan perkawinan, dasar hukum perkawinan, syarat sah perkawinan,

macam-macam akad nikah dan akibat hukumnya, dan perkawinan yang

diharamkan.

BAGIAN KETIGA: dalam bagian ini, memaparkan seluruh hasil penelitian yang

peneliti lakukan meliputi letak geografis, kondisi sosial keagamaan, gambaran

penduduk Kecamatan Sidorejo, budaya, kehidupan beragama, profil pasangan

pelaku perkawinan muhrim mushaharah dan data yang berkaitan dengan kasus

perkawinan mushaharah.

BAGIAN KEEMPAT: bagian ini berisi analisis praktek perkawinan muhrim

mushaharah, berupa sebab-sebab dan dampak perkawinan muhrim mushaharah,

Page 31: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

pendapat-pendapat tokoh agama, tokoh masyarakat terhadap praktek perkawinan

muhrim mushaharah dan solusi untuk mengatasi permasalahan masyarakat seperti

ini.

BAGIAN KELIMA: berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

diberikan penulis kepada pihak-pihak yang tekait dengan penelitian ini.

Page 32: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

BAB II

TINJAUAN UMUM PERKAWINAN

A. Definisi Perkawinan

Dalam bahasa Arab kata “nikah” (نكـــاح) diartikan adh-dhamm

(berkumpul atau bergabung) dan al-ikhtlath (bercampur). Dalam bahasa Arab

misalnya dikatakan:

ار ـ الأش ت ـح ا ك ة ت Artinya: Pohon-pohon itu kawin; dimaksudkan ketika bergabung satu dengan

yang lain. Atau jika dikatakan:

ض الأر ر مــط ال ح نـكArtinya:Hujan itu bergabung dengan tanah; maksudnya ketika air hujan itu

bercampur dengan tanah (Azam, Hawwas, 2009:37).

Menurut istilah hukum Islam, terdapat beberapa definisi yang dikutip oleh

Dr.H. Abd. Rahman Gazaly (2006:8) di antaranya adalah:

ال اع ت م ت ل اس و ة ا ر م ل ل الر اع ت م ت اس م د ف ـی ل ع ار الش ه ع ض و د عق و ا ه شر اج و ز

ل الر ة ا ر الم تاع م ت ل اس و ة ا ر م ال

“Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.”

Ghazaly mengutip dari Abu Yahya Zakariya Al-Anshary dalam Fath al Wahhab

juz 2:

Page 33: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

د لن ا عق و ا ه شر ح كا ه و نح و أ ح كا ظ ا ف ل ب ئ ط و ة ا ن م ض ت ی

“Nikah menurut istilah syara’ ialah akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya”.

Imam Syafi’i mengartikan nikah sebagai suatu akad yang dengannya

menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti

majazi, nikah itu artinya hubungan seksual. Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah

menurut arti asli dapat juga berarti aqad, dengan nikah menjadi halal hubungan

kelamin antara pria dan wanita (Ibrahim, 1971:65). Sedangkan dalam bahasa

Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya

membentuk keluarga dengan lawan jenis atau melakukan hubungan kelamin

(DepDikbud, 1994:456).

Para ulama merinci makna lafal nikah menjadi empat macam. Pertama,

nikah diartikan percampuran suami istri dalam arti kiasan. Kedua, sebaliknya

nikah diartikan percampuran suami istri dalam arti sebenarnya dan akad berarti

kiasan. Ketiga, nikah lafal musytarak (mempunyai dua makna yang sama).

Keempat, nikah diartikan adh-damm (bergabung secara mutlak) dan al-ikhtilath

(pencampuran). Dari keterangan tersebut, jelas bahwa nikah diucapkan pada dua

makna yaitu akad pernikahan dan hubungan intim antara suami dan istri. Nikah

menurut syara’ maknanya tidak keluar dari dua makna tersebut (Azzam, Hawwas,

2009:38).

Adapun perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu akad atau

perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa

Page 34: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah (Basyir,

1999:14). Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun

1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Kompilasi

Hukum Islam, pengertian perkawinan dan tujuan dinyatakan dalam pasal 2

sebagai berikut, perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad

yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah.

B. Tujuan Perkawinan

Tujuan utama perkawinan ialah menaati perintah Allah untuk memperoleh

keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang

damai dan teratur (Ramulyo, 1996:26). Dalam buku Ny. Soemijati (1982),

disebutkan bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi

tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan

dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar cinta dan

kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat dengan

mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariat.

Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas

pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-

tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi, dan agama. Di antaranya

yang terpenting adalah sebagai berikut:

Page 35: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan

Manusia diciptakan oleh Allah memiliki naluri kecenderungan untuk

mempunyai keturunan yang sah, keabsahan anak keturunan yang diakui oleh

dirinya sendiri, masyarakat, agama dan Negara. Anak merupakan buah hati dan

belahan jiwa. Anak sebagai keturunan bukan saja menjadi buah hati, tetapi juga

sebagai pembantu-pembantu dalam hidup di dunia bahkan akan memberi

tambahan amal kebajikan di akhirat, manakala dapat mendidiknya menjadi anak

yang shaleh, sebagaimana sabda Nabi Saw::

ث ثلا ن لا م ا عم ع ط نق إ ان س لإ ات ام ذ : ا ح ال ص و و ا به ع ف ی لم و أ ة ی ار ة ق د ص

و ع د س(ی ).رواه لبخرى ومسلم عن أ

“Apabila manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh yang selalu mendoakannya (HR. Muslim dari Anas).

Begitu besarnya peranan anak terhadap amal orang tuanya, sehingga

diterangkan dalam hadits Nabi Saw bahwa seorang yang kehilangan putranya

yang masih kecil akan dimasukkan ke dalam surga dan akan terlepas dari api

neraka, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Anas:

يه ا ه ت حم ر ل بفض ة ن ج ال الله د لا أ ا ث االحن غو ل ب ی م ل ة ث ثلا ت و م ی لم س م ن ـا م م م

س( )رواه لبخرى ومسلم عن أ

Page 36: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

“Tiada seorang muslim yang kematian anak yang belum baligh, melainkan Allah SWT akan memasukkan ke dalam surge karena karunia rahmat Allah SWT terhadap anak-anak itu” (Ghazaly, 2006:26).

2. Penyaluran syahwat dan penumpahan kasih sayang berdasarkan tanggung

jawab

Sudah menjadi kodrat iradah Allah Swt, bahwa manusia diciptakan

berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah Swt mempunyai keinginan untuk

berhubungan antara pria dan wanita, sebagaimana firman Allah Swt:

zÎiƒã— Ä $Z=Ï9 �= ãm ÏN ºuqyg¤± 9$# šÆ ÏB Ïä!$|¡ ÏiY9$# tûüÏZt6ø9$#ur ÎŽ�ÏÜ »oYs)ø9$#ur Íot�sÜ Zs)ßJø9$# šÆ ÏB

É= yd©%!$# ÏpžÒ Ïÿø9$#ur È@ ø‹y‚ ø9$#ur ÏptB§q|¡ ßJø9$# ÉO»yè÷RF{ $#ur Ï ö�ys ø9$#ur 3 š�Ï9ºsŒ ßì»tFtB Ío4qu‹ys ø9$#

$u‹÷R‘‰9$# ( ª! $#ur ¼çny‰YÏã ÚÆ ó¡ ãm É> $t«yJø9$#

“dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Ali Imran, 3:14).

Oleh Al Quran dilukiskan bahwa pria dan wanita bagaikan pakaian, artinya yang

satu memerlukan yang lain, sebagaimana tersebut pada surat Al Baqarah yang

menyatakan:

@ Ïm é& öNà6 s9 s's#ø‹s9 ÏQ$uŠÅ_Á 9$# ß] sù§�9$# 4’n<Î) öNä3ͬ!$|¡ ÎS 4 £ èd Ó $t6Ï9 öNä3©9 öNçFRr&ur Ó $t6Ï9 £ ßg©9 3 …

“dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka…”(Al Baqoroh, 2:187).

Dalam hal itu, Allah Swt mengetahui bahwa kalau saja wanita dan pria

tidak diberi kesempatan untuk menyalurkan nalurinya itu akan berbuat

Page 37: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

pelanggaran, seperti dinyatakan ayat selanjutnya. Disamping perkawinan untuk

pengaturan naluri seksual juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang di

kalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab. Penyaluran

cinta dan kasih sayang yang di luar perkawinan tidak akan menghasilkan

keharmonisan dan tanggung jawab yang layak, karena didasarkan atas kebebasan

yang tidak terikat oleh satu norma (Ghazaly, 2006:28).

3. Memelihara diri dari kerusakan

Sesuai dengan surat Ar Ruum 21 bahwa ketenangan hidup dan cinta serta

kasih sayang keluarga dapat diwujudkan melalui perkawinan. Orang-orang yang

tidak melakukan penyalurannya dengan perkawinan akan mengalami

ketidakwajaran dan dapat menimbulkan kerusakan entah kerusakan dirinya sendiri

atau orang lain bahkan masyarakat. Karena manusia mempunyai nafsu, sedangkan

nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik,

sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran:

bÎ) }§ øÿZ9$# 8ou‘$BV{ Ïäþq�¡ 9$$Î/ …

“….sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan….”(Yusuf, 12:53).

Dorongan nafsu yang utama ialah nafsu seksual, karenanya perlulah

menyalurkannya dengan baik, yakni perkawinan. Perkawinan dapat mengurangi

gejolak nafsu seksual seperti tersebut dalam hadits Nabi Saw:

… أ نه ا ف ج ر ف ل ن ص ح أ و صر ب ل ض ...غ

“...sesungguhnya perkawinan itu dapat mengurangi liarnyaa pandangan dan dapat menjaga kehormatan…” (Ghazaly, 2006:29).

Page 38: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Nikah dapat menjaga diri manusia dan menjauhkan dari pelanggaran-pelanggaran

yang diharamkan dalam agama. Karena nikah memperbolehkan masing-masing

pasangan melakukan hajat biologisnya secara halal dan mubah (Azzam, Hawwas,

2009:39).

4. Menimbulkan kesungguhan bertanggung jawab dan mencari harta yang halal

Ghazaly menyatakan bahwa hidup sehari hari menunjukkan bahwa orang-

orang yang belum berkeluarga tindakannya sering masih dipengaruhi oleh

emosinya sehingga kurang mantap dan kurang bertanggung jawab. Demikian pula

dalam menggunakan hartanya, orang-orang yang telah berkeluarga lebih efektif

dan hemat, karena mengingat kebutuhan keluarga di rumah. Jarang pemuda

pemudi yang belum berkeluarga memikirkan hari depannya, kebanyakan mereka

berfikir untuk hari ini, barulah setelah mereka kawin memikirkan bagaimana

caranya mendapatkan bekal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Demikian

pula calon ibu setelah memasuki jenjang perkawinan mengetahui bagaimana cara

penggunaan uang agar dapat untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Rasa

tanggung jawab akan kebutuhan itu mendorong semangat untuk mencari rejeki

sebagai bekal hidup sekeluarga dan hidupnya tidak hanya untuk dirinya, tetapi

untuk diri dan keluarganya (Ghazaly, 2006:30).

5. Membangun rumah tangga dalam rangka membentuk masyarakat yang

sejahtera berdasarkan cinta dan kasih sayang

Suatu kenyataan bahwa manusia di dunia tidaklah berdiri melainkan

bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit yang terkecil yaitu keluarga yang

berbentuk melalui perkawinan, seperti tersebut dalam An Nahl 72:

Page 39: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

ª! $#ur Ÿ@ yèy_ Nä3s9 ô ÏiB ö/ä3Å¡ àÿRr& %[ ºurø—r& Ÿ@ yèy_ ur Nä3s9 ô ÏiB Nà6 Å_ ºurø—r& tûüÏZt/ Zoy‰xÿym ur

Nä3s%y—u‘ur zÏiB ÏM »t6Íh‹©Ü 9$# 4 …

“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu…”(An Nahl, 16:72).

Dalam hidupnya manusia memerlukan ketenangan dan ketentraman hidup.

Ketenangan dan ketentraman untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan

masyarakat dapat dicapai dengan adanya ketenangan dan ketentraman anggota

keluarga dalam keluarganya. Keluarga merupakan bagian masyarakat yang

menjadi faktor terpenting dalam penentuan ketenangan dan ketentraman

masyarakat. Ketenangan dan ketentraman keluarga tergantung dari keberhasilan

pembinaan yang harmonis antara suami istri dalam satu rumah tangga.

Keharmonisan diciptakan oleh adanya kesadaran anggota keluarga dalam

menggunakan hak dan pemenuhan kewajiban. Allah menjadikan unit keluarga

yang dibina dengan perkawinan antara suami istri dalam membentuk ketenangan

dan ketentraman serta mengembangkan cinta dan kasih sayang sesama warganya

(Ghazaly, 2006: 32).

Dari keterangan di atas jelas bahwa tujuan nikah dalam syariat Islam

sangat tinggi, yakni sebagai salah satu indikasi tingginya derajat manusia yang

sesuai dengan karakter alam dan sejalan dengan kehidupan sosial alam untuk

mencapai derajat sempurna. Karena hikmah yang besar inilah, Islam sangat

menganjurkan menikah dan Nabi Muhammad SAW sangat melarang umatnya

membujang.

Page 40: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

C. Asas Hukum Perkawinan

Perkawinan yang sah harus memenuhi rukun dan syarat dan juga harus

memperhatikan larangan-larangan perkawinan. Dalam membicarakan larangan

perkawinan menurut hukum Islam ada 3 (tiga) asas yang harus diperhatikan yaitu:

1. Asas absolut abstrak: suatu asas dalam hukum perkawinan dimana jodoh atau

pasangan suami istri itu sebenarnya sejak dahulu sudah ditentukan oleh Allah

atas permintaan manusia yang bersangkutan;

2. Asas selektivitas: suatu asas dalam suatu perkawinan dimana seseorang yang

hendak menikah harus menyeleksi terlebih dahulu dengan siapa ia boleh

menikah dan dengan siapa ia dilarang menikah;

3. Asas legalitas: suatu asas dalam perkawinan yang mana pencatatan

perkawinan itu wajib hukumnya (Ramulyo, 1996:34).

Mohammad Daud Ali, Guru Besar Hukum Islam Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, mengemukakan enam asas hukum perkawinan Islam lainnya antara

lain:

4. Asas kesukarelaan : asas kesukarelaan tidak hanya ada pada kedua calon

mempelai, tetapi juga harus terdapat pada kesukarelaan kedua orang tua

masing-masing calon mempelai. Kesukarelaan wali pihak perempuan adalah

merupakan salah satu rukun perkawinan yang wajib dipenuhi, sebagaimana

ditentukan dalam pasal 14 Kompilasi Hukum Islam.

5. Asas persetujuan: dalam memilih pasangan perkawinan, perempuan muslimah

diberikan kebebasan untuk memilih melalui pernyataan menerima atau tidak

pinangan seorang laki-laki.

Page 41: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

6. Asas kebebasan memilih: setiap orang berhak memilih pasangan

perkawinannya secara bebas asalkan sesuai syariat Islam, yaitu tidak

melanggar larangan perkawinan menurut Islam karena perkawinan adalah

lembaga yang membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, selain sebagai

sendi pokok masyarakat dan bangsa (Djubaidah, 2010:101).

7. Asas kemitraan: dalam ajaran Islam, akad nikah dengan sighat ijab qabul itu

tidak berarti terjadinya penguasaan suami terhadap istri atau sebaliknya.

Pembagian tugas antara suami istri pun bukan dalam makna yang satu

menguasai yang lain, tetapi dalam rangka mencapai rumah tangga yang

sakinah, mawaddah dan rahmah agar terwujud keturunan yang salih dan

salihah.

8. Asas monogami terbuka: pada asasnya perkawinan menurut Islam adalah

monogami, tetapi dalam kondisi-kondisi tertentu, suami diperbolehkan

melakukan poligami atau beristri lebih dari satu orang dan paling banyak

empat orang istri.

9. Asas untuk selama-lamanya: tujuan perkawinan adalah untuk selama-lamanya,

bukan untuk sementara waktu dan sekedar bersenang-senang atau rekreasi

semata (Djubaidah, 2010:106).

D. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun adalah unsur yang melekat pada peristiwa hukum atau perbuatan

hukum. Rukun menentukan sah atau tidaknya sesuatu, sehingga jika salah satu

rukun dalam perkawinan tidak dipenuhi, maka berakibat perbuatan hukum

tersebut tidak sah dan statusnya “batal demi hukum” (Djubaidah, 2010:90). Dalam

Page 42: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Ensiklopedi Hukum Islam dikemukakan bahwa rukun adalah suatu unsur yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang

menentukan sah atau tidak sahnya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya

perbuatan tersebut (Djubaidah, 2010:91). Rukun dapat pula diartikan sesuatu yang

harus ada yang menentukan sah atau tidak sahnya suatu pekerjaan (ibadah), dan

sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka

untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat.(Ghazaly, 2006:46).

Menurut pasal 14 Kompilasi Hukum Islam, rukun perkawinan terdiri dari

calon mempelai laki-laki, calon mempelai perempuan, wali nikah, dua orang saksi

lelaki dan ijab kabul. Jika kelima unsur tersebut terpenuhi, maka perkawinan sah,

tetapi sebaliknya jika salah satu atau beberapa rukun dari kelima rukun

perkawinan tidak terpenuhi, maka perkawinan tidak sah (Djubaidah, 2010:107).

Sedangkan syarat adalah hal-hal yang melekat pada masing-masing unsur yang

menjadi bagian dari suatu perbuatan hukum atau peristiwa hukum. (Djubaidah,

2010:92). Syarat menurut Tihami (2010:12) adalah sesuatu yang mesti ada yang

menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak

termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat.

Rukun dan syarat dalam perkawinan keduanya wajib dipenuhi, apabila tidak

dipenuhi maka perkawinan yang dilangsungkan tidak sah. Disebutkan dalam

Kitab al Fiqh ‘ala al Madzahib al Arba’ah: Nikah fasid yaitu nikah yang tidak

memenuhi syarat-syaratnya, sedangkan nikah batil adalah nikah yang tidak

memenuhi rukunnya. Dan hukum nikah fasid atau batil adalah sama yakni tidak

sah. KHI menjelaskan rukun nikah dalam pasal 14 yaitu:

Page 43: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1. Adanya calon suami,

2. Adanya calon istri,

3. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita,

4. Adanya dua orang saksi,

5. Sighat akad nikah (Rofiq, 1998:72).

Syarat yang merupakan bagian dari masing masing rukun perkawinan antara lain:

1. Syarat-syarat calon suami:

a. Beragama Islam

b. Laki-laki

c. Jelas orangnya

d. Dapat memberikan persetujuan, tidak terpaksa dan atas kemauannya

sendiri.

e. Tidak terdapat halanga perkawinan atau bukan merupakan mahram dari

calon istri

2. Syarat-syarat calon istri:

a. Beragama Islam

b. Perempuan

c. Jelas orangnya

d. Dapat dimintai persetujuannya

e. Tidak terdapat halangan perkawinan

3. Syarat-syarat wali:

a. Laki-laki

b. Islam

Page 44: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

c. Baligh

d. Mempunyai hak perwalian

e. Waras akalnya

f. tidak terdapat halangan perwaliannya

4. Syarat-syarat saksi

a. Minimal dua orang laki-laki

b. Islam

c. Baligh

d. Hadir dalam ijab qabul

e. Dapat mengerti maksud akad

5. Syarat-syarat akad

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria

c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata nikah, atau

tazwij

d. Antara ijab dan qabul bersambungan

e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

f. Orang yang berkait dengan ijab qabul tidak sedang dalam ihram

haji/umrah

g. Majelis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu calon

mempelai pria atau wakilnya, wali dari mempelai pria atau wakilnya, dan

dua orang saksi (Rofiq, 1998:72).

Page 45: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Undang-undang Perkawinan mengatur syarat-syarat perkawinan dalam Bab II

pasal 6:

a. perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai, b. untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21

(dua puluh satu) tahun harus mendapat ijin kedua orang tua, c. dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau

dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka ijin cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya,

d. dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya (Rofiq, 1998:73).

Sedangkan Abdul Aziz Muhammad Azzam (2009:100), seorang Guru

Besar Universitas Al Azhar Mesir dalam bukunya menyebutkan bahwa syarat sah

akad ada tiga yakni:

a. Persaksian

b. Wanita yang dinikah bukan mahram

c. Sighat akad

Pernyataan yang hampir senada dikemukakan oleh Basyir (1999) bahwa syarat

sahnya perkawinan adalah:

a. Mempelai perempuan halal dinikah oleh laki-laki yang akan menjadi

suaminya

b. Dihadiri dua orang saksi laki-laki

c. Ada wali mempelai perempuan yang melakukan akad.

E. Macam-Macam Akad Nikah

Hukum suatu pernikahan dan pengaruh yang ditimbulkannya mengikuti

sifat-sifat akad itu sendiri, seperti sah, murni, batal dan lain-lain. Pengaruh ini

Page 46: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

akan berbeda karena perbedaan sifat, pengaruh akad yang sah berbeda dengan

akad yang bergantung, fasid dan batil. Beberapa pengaruh yang ditimbulkan dari

keempat macam akad pernikahan sebagai berikut:

1. Akad Nikah Sah Murni dan Hukumnya

Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Hawwas dalam

bukunya Fiqh Munakahat, pernikahan sah murni adalah yang memenuhi segala

persyaratan akad, segala syarat sah, dan segala syarat pelaksanaan yakni kedua

orang yang berakad, ahli dalam melaksanakan akad, sighat-nya menunjukkan

pemilikan kesenangan secara abadi, menyatu dalam suat majelis ijab-qabul, pihak

yang mengucapkan ijab dapat mendengar suara pihak yang mengucap qabul dan

sebaliknya, istri merupakan objek penerima pernikahan yang diakadi, dihadiri dua

orang saksi yang memenuhi segala persyaratan persaksian, dan kedua pihak yang

berakad berakal dan baligh. Ketika berkumpul syarat-syarat tersebut, maka akad

pernikahan menjadi sah murni dan menimbulkan pengaruh-pengaruh syara yakni:

a. Timbul beberapa pengaruh yang menjadi kewajiban suami terhadap istri

disebabkan tuntutan akad pernikahan diantaranya, mahar, kewajiban memberi

nafkah, tidak menyakiti istri dengan perbuatan atau perkataan kecuali

diperbolehkan syara’, dan kewajiban suami berlaku adil jika terjadi poligami.

b. Kewajiban istri terhadap suami sebab tuntutan akad diantarnya, patuh

terhadap suami kecuali ada larangan syara’, istri tunduk pada pengajaran

suami dalam hal yang diperbolehkan syara’,

c. Beberapa pengaruh kewajiban atas masing-masing suami-istri terhadap

lainnya sebab tuntutan akad nikah diantaranya, penetapan nasab anak, hak

Page 47: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

mewarisi, keharaman saudara sambung, kehalalan bagi masing-masing suami

istri bersenang-senang dengan cara yang diizinkan syara’, wajib mempergauli

pasangannya dengan cara yang baik. (Azzam, Hawwas, 2009:129).

2. Akad Nikah yang Rusak dan Hukumnya

Ulama Hanafiyah membedakan antara akad batil dan fasid (rusak), batil

adalah sesuatu yang tidak disyariatkan pokokdan sifatnya seperti menjual bangkai

atau menikahi wanita yang haram. Sedangkan fasid adalah sesuatu yang

disyariatkan pokoknya, tidak sifatnya, yaitu sesuatu yang kehilangan satu dari

beberapa syarat seperti akad nikah tanpa saksi. Sehingga, jika cacat terjadi pada

rukun akad maka disebut batil dan jika terjadi diluar rukun akad disebut fasid.

Hukum akad fasid ini tidak mewajibkan sesuatu dari pengaruh-pengaruh

pernikahan. Jika seseorang telah mencampuri wanita berdasarkan akad fasid ini

hukumnya maksiat. Bagi kedua suami istri yang telah melakukan akad fasid

hendaknya berpisah dengan kesadaran sendiri, karena melangsungkan akad fasid

tidak diperbolehkan menurut syara’. Jika tidak berpisah berdasarkan kesadaran

sendiri maka bagi yang mengetahuinya wajib memisahkan mereka atau

melaporkan ke penghulu agar dipisahkan.

Ada beberapa pengaruh akibat percampuran dalam akad fasid, yaitu:

a. Menolak hukuman zina karena adanya syubhat (kesamaran)

b. Jika mahar disebutkan dalam akad, kewajibannya adalah membayar minimal

dari yang disebutkan dan membayar mahar mitsil.

Page 48: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

c. Dengan percampuran ini, haram baginya saudara sambung, haram atas laki-

laki semua orang tua wanita tersebut dan anak-anaknya. Demikian pula haram

atas wanita semua orang tua laki-laki dan anak-anaknya.

d. Kewajiban iddah yang dihitung sejak hari perpisahan, baik perpisahan ini

dilakukan sendiri atau dipisahkan penghulu atau pengadilan. Waktu iddah

dalam perpisahan ini deperti iddah talak sampai pada kondisi ditinggal wafat

suami, yakni empat bulan sepuluh hari.

e. Penetapan nasab anak yang dikandung istri, karena untuk menghidupkan dan

menjaga ketersia-siaan mereka.

Beberapa hukum yang ditetapkan pada akad fasid, tidak menimbulkan

pengaruh pernikahan seperti, penetapan hak waris antara laki-laki dan perempuan,

kewajiban nafkah, tempat tinggal, dan kepatuhan suami, semua itu tidak ada

dalam akibat pernikahan dengan akad fasid (Azzam, Hawwas, 2009:133).

3. Akad Nikah Batil dan Hukumnya

Akad batil adalah semua akad yang didalamnya terjadi kecacatan dalam

sighat (ijab-qabul), misalnya ungkapan kedua pihak yang berakad tidak

menunjukkan pemilikan manfaat secara abadi. Atau cacat yang terjadi pada syarat

dua orang yang berakad, misalnya salah satu atau kedua pihak masih kecil dan

tidak mumayyiz, atau mereka gila. Atau kehilangan satu dari beberapa syarat

terjadinya akad. Ditambah lagi wanita tidak menghalalkan bagi seorang suami,

misalnya ia saudara perempuan sesusuan atau ber-iddah dari talak orang lain, atau

saudara perempuan istri, atau sesamanya dan kedua orang yang berakad

Page 49: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

mengetahui hal tersebut pada saat akad berlangsung. Maka pernikahan yang tidak

memenuhi syarat dan rukun secara syara’ maka hukumnya batil.

Hukum akad ini tidak menetapkan sesuatu dan tidak menimbulkan

pengaruh sesuatu seperti pengaruh yang ditimbulkan dari akad yang sah. Di sini

tidak ada kewajiban mahar, nafkah, taat, tidak pula menetapkan hubungan waris

dan saudara sambng, dan tidak terjadi talak, karena talak merupakan cabang dari

perwujudan pernikahan yang sah.

Adapun yang termasuk nikah batil ada tiga macam, yaitu:

a. Orang yang tidak mampu melakukan akad dengan sendirinya maka akadnya

batil, seperti orang gila, kurang akal, dan orang yang disamakan dengannya;

b. Seorang laki-laki yang mengadakan akad dengan perempuan yang tidak halal

baginya;

c. Jika nonmuslim berakad menikahi wanita muslimah maka nikahnya batil

karena hilangnya status.

Akad-akad seperti yang telah disebutkan tidak menimbulkan pengaruh

pernikahan, keduanya wajib dipisahkan. Jika telah bercampur, percampuran

tersebut tidak dapat mengangkat kebatilan, hukumnya sama dengan berzina.

Menurut pendapat Abu Hanifah, apabila terjadi akad batil yang bukan termasuk

akad yang syubhat maka harus ditegakkan had (hukuman). Pendapat yang hampir

sepadan datang dari Muhammad, Abu Yusuf, Asy Syafi’i, Malik, dan Ahmad bin

Hambal bahwa kedua pihak yang melakukan akad batil wajib di-had dengan had

zina jika mereka mengetahui keharamanya. Jika kemudian keduanya berpisah,

entah dipisahkan penghulu atau pisah menurut kesadarannya sendiri, maka

Page 50: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

wanita tidak wajib iddah. Sedangkan status nasab anak, menurut pendapat Abu

Hanifah, nasab anak tidak diakui. Namun sebagian ulama yang lain berpendapat

nasab anak tetap diakui demi menjaga hak anak dan kemaslahatannya. Di antara

ulama berpendapat bahwa perzinaan menetapkan keharaman saudara sambung.

Oleh karena itu, karena akad ini pula haram atas salah satu dari orangtua atau

anak-anak seorang pezina menikahi perempuan yang dizinai dan menjadi haram

(mahram) wanita yang dizinai terhadap orang tua dan anak-anaknya (Azzam,

Hawwas, 2009:135).

F. Perempuan-perempuan yang Diharamkan (Muharramat)

Di antara wanita ada yang haram dinikahi seorang laki-laki selamanya,

tidak halal sekarang dan tidak akan halal pada masa-masa akan datang, yang

disebut haram abadi. Dan di antara wanita ada yang haram untuk dinikahi seorang

laki-laki sementara, keharaman berlangsung selama ada sebab dan akan menjadi

halal jika sebab keharaman itu hilang, ini yang disebut keharaman sementara atau

temporal.

1. Keharaman Mutlak

a. Pertalian Nasab

Allah Ta’ala berfirman:

ôôM tBÌh�ãm öNà6 ø‹n=tã öNä3çG»ygBé& öNä3è?$oYt/ur öNà6 è?ºuqyz r&ur öNä3çG»£Jtãur öNä3çG»n=»yz ur ßN $oYt/ur

Ë F{ $# ßN $oYt/ur ÏM ÷z W{ $# …

Page 51: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

“diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan,” (An Nisa, 4:23).

Demikianlah Islam menetapkan batas minimal untuk menikahi kerabat, hal

itu tidak lain agar tatanan keluarga tidak menjadi rusak, agar ikatannya tidak

terlepas, dan agar tatanan masyarakat tidak hancur, yang jika sampai hancur akan

memunculkan ketimpangan-ketimpangan di tengah-tengah masyarakat (Washfi,

2005:418). Makna ayat tersebut sudah jelas bahwa seorang pria dilarang

melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita disebabkan karena pertalian

nasab, yakni:

1) Ibu, nenek dan seterusnya ke atas, neneknya bapak, neneknya ibu dan

seterusnya ke atas;

2) anak perempuan, termasuk pula cucu perempuan dan seterusnya ke bawah;

3) wanita keturunan ayah dan ibu atau anak-anaknya orang tua,entah itu

saudara perempuan sekandung ataupun tiri, putri saudara laki-laki, putri

saudara perempuan, putri dari anaknya saudara laki-laki, putri dari anaknya

saudara perempuan dan seterusnya sampai ke bawah;

4) anak-anak kakeknya dan anak-anak neneknya dengan syarat terpisah satu

tingkat (Azzam, Hawwas, 2009:137).

b. Hubungan Persusuan

Perempuaan-perempuan yang haram dinikahi karena persusuan adalah: ibu

yang menyusui dan saudara perempuan sesusuan. Rasulullah saw bersabda:

ب س الـ ن م م ر ا يح م ا ع ض الـر ن م م ر يح

Page 52: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

“Haram sebab persusuan adalah apa yang haram sebab nasab”. (HR. Ibnu Majah dan A Tirmidzi)

Sehingga wanita yang diharamkan sebab persusuan adalah:

1) Ibu yang menyusuinya da seterusnya menurut garis lurus ke atas;

2) Dengan wanita sepersusuan, anak-anak dari wanita sepersusuan dan

seterusnya ke bawah;

3) Anak-anak kedua orang tua sepersusuan;

4) Anak-anak kakek dan nenek sepersusuan;

5) Istri orang tua sepersusuan, yakni istri bapak sepersusuan, istri kakek

sepersusuan;

6) Istri anak sepersusuan, yakni istri anak laki-laki sepersusuan atau istri cucu

putra dari anak laki-laki.

7) Orang tua istri sepersusuan

8) Anak-anak istrinya sepersusuan, yakni putrinya, cucu putri dari anak putri

dan cucu putri dari anak laki-laki sepersusuan. (Azzam, Hawwas,

2009:155).

c. Hubungan Mushaharah

Disebut juga hubungan persambungan atau semenda, yakni yang

diharamkan akibat adanya hubungan pernikahan, ada empat:

1) Ibu mertua baik telah bercampur dengan istri atau belum,

Diceritakan dari Imam Ali ra. bahwa tidak haram menikahi ibu mertua kecuali

telah melakukan hubungan seksual dengan putrinya. Sebagaimana juga tidak

haram putrinya kecuali telah melakukan hubungan seksual dengan ibunya.

Namun, dalam kitab al Mahalli disebutkan, dari Ali ra. bahwa ia ditanya tentang

Page 53: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

laki-laki yang menalak istrinya qabla dukhul, apakah laki-laki tersebut boleh

menikahi ibunya? Ali ra. menjawab: “Keduanya satu tingkat menduduki satu

kedudukan. Jika putri ditalak qabla dukhul maka ia boleh menikahi ibunya”.

Hujjah jumhur ulama adalah keumuman lafadz firman Allah dalam surat

An Nisa 23:

àö…Nä3ͬ!$|¡ ÎS M »ygBé&ur … yang diakadi wanitanya kemudian masuklah

ibunya dalam keumuman ayat. Ibnu Abbas berkata: “Samarkanlah apa yang telah

disamarkan Al Quran”, maksudnya umumkanlah hukum di segala keadaan,

jangan memperinci antara yang telah dicampuri atau tidak karena yang dimaksud

nikah disini adalah akadnya. Sehingga akad inilah yang menyebabkan keharaman,

baik telah bercampur atau belum (Azzam, Hawwas, 2009:142).

2) Anak-anak perempuan tiri,

Jika seorang laki-laki menikahi seorang perempuan dan telah bercampur, dan

wanita ini mempunyai anak perempuan dari orang lain maka tidak halal bagi laki-

laki tersebut menikahi anak dari perempuan yang telah ia nikahi ba’da dukhul.

Baik perempuan tersebut masih tetap menjadi istri atau telah ditalak atau telah

meninggal dunia. Sebagaimana lanjutan firman Allah swt dalam surah An Nisa:

ãNà6 ç6Í»t/u‘ur ÓÉL»©9$# ’Îû Nà2 Í‘qàf ãm `ÏiB ãNä3ͬ!$|¡ ÎpS ÓÉL»©9$# OçFù=yz yŠ £ ÎgÎ/ bÎ*sù öN©9 (#qçRqä3s?

OçFù=yz yŠ  Æ ÎgÎ/ Ÿx sù yy $oYã_ öNà6 ø‹n=tæ …

Page 54: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

“…anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya…” (An Nisa, 4:23)

Ayat di atas menunjukkan keharaman anak-anak istri dengan syarat telah

bercampur dengan istri. Dengan demikian, tidak haram bagi laki-laki yang

menikahi putri istrinya atau putri anak-anaknya jika ia mencerai istri sebelum

bercampur. Jumhur fuqaha mengharamkan putri tiri atas suami ibunya apabila ia

telah mencampurinya walaupun putri tiri tidak berada dalam pangkuannya

(pemeliharaaan ayah tiri), keharamannya adalah sama, baik di pangkuannya atau

tidak, karena pangkuan tidak menjadi syarat keharaman. Penyandaran putri tiri ke

pangkuan dilihat dari keumumannya, karena umumnya putri tiri berada dalam

pemeliharaan suami ibunya tidak ada pemahaman lain, tidak hilang keharaman

sebab hilangnya syarat ini. Perbandingannya seperti firman Allah:

$yg•ƒr'»tƒ šú ïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qè=à2 ù's? (##qt/Ìh�9$# $Zÿ»yèôÊ r& Zpxÿyè»ŸÒ •B ( (…

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda…” (Ali Imron, 3:130).

Keharaman riba tidak hanya pada riba yang berlipat ganda sebagaimana

pemahaman sebagian manusia. Akan tetapi, umum pada riba yang berlipat ganda

atau sedikit. Catatan berlipat ganda dalam Al Quran karena kondisi umumnya

manusia dalam bisnis riba yang mendorong kelipatan uang menjadi berlipat-lipat.

Sebagaimana makna ayat tentang riba tersebut, makna sebenarnya dari

kata “anak tiri yang dalam pangkuanmu”, adalah sifat “dalam pangkuanmu”

tersebut tidak merupakan syarat, tetapi keluar dari tradisi dan menjelaskan

Page 55: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

buruknya menikahi anak tiri karena pada umumnya di pangkuan mereka sama

seperti anak kandung sendiri.

Sebagian fuqaha seperti Ali Zhahir berpendapat bahwa putri tiri tidak

haram atas suami ibunya kecuali memenuhi dua syarat: salah satunya telah

berhubungan intim dengan ibunya. Kedua, putri tiri dalam pangkuan suami

istrinya. Jikalau putri tiri ini tidak tinggal dalam satu tempat tinggal bersamanya,

maka ia tidak haram. Demikian juga tidak haram jika ia tinggal bersama, tetapi

suami ibunya tidak memiliki perhatian dan tidak pula berada dalam

tanggungannya. Pendapat ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari malik bin

Aus Al Hudtsan An Nashari berkata: “Aku punya seorang istri yang telah

melahirkan kemudian meninggal dunia, aku bertemu Ali bin Abi Thalib, ia

berkata padaku: “Apa yang terjadi padamu?” Aku menjawab: “istriku teleh

meninggal dunia” Beliau bertanya lagi: “Apakah ia punya anak perempuan?

Jawabku:”ya” beliau bertanya: “Apakah ia dulunya di pangkuanmu?aku katakan

tidak, ia tinggal di Thaif.” Beliau berkata: “maka nikahilah ia” Aku bertanya:

“dimana makna firman Allah: dan anak-anak istrimu yang dalam

pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri (An Nisa, 4:23)”. Beliau

menjawab: ‘wanita itu tidak dalam pemeliharaanmu, sedangkan maksud ayat

tersebut adalah jika ia dalam pemeliharaanmu.”

Jumhur fuqaha mengambil dalil mencampuri, mengharamkan putrinya

secara mutlak baik dalam pangkuan suami ibunya atau tidak. Sebagaimana hadits

yang diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi

Muhammad saw bersabda:

Page 56: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

ی ل ا ف به ل د ن ك م ل إن ا و ـته ب ح كا ل يح لأ ا ف به ل ـد أة ف ر ام ح ك ل ا ر م ی ح أ ك ن

ها م ا ح كا ل يح لا ا ف به ل د ی م ل و ا أ به ل د أة ف ر ام ح ك ل ا ر م ی ا ا و ته اب

“Barangsiapa laki-laki yang menikahi perempuan kemudian mencampurinya, maka tidak halal baginya menikahi putrinya dan jikalau ia belum mencampurinya, nikahilah putrinya. Barangsiapa laki-laki yang menikahi seorang perempuan kemudian mencampurinya atau belum mencampurinya, maka tidak halal baginya menikahi ibunya”. (HR. At Tirmidzi)

Menurut ulama Malikiyah, mencampuri istri atau menyentuhnya dengan

syahwat meskipun dengan penghalang atau memandangnya dengan syahwat

meskipun di belakang cermin atau di dalam air, maka haram putrinya bagi suami

tersebut. Seperti itu pula, jika seorag istri memandang suaminya dengan syahwat

atau menyentuhnya meskipun dengan penghalang, maka haram putrinya atas

suami ibunya. Alasan semua itu dikarenakan kehalalan untuk “bersenang-senang”

dalam hubungan pernikahan adalah dengan akad. Akan tetapi jika seorang

memandang wanita lain yang bukan istrinya, maka tidak haram atas putrinya,

walaupun memandangnya dengan syahwat (Azzam, Hawwas, 2009:145).

3) Istri-istri dari bapak, istri-istri dari kakek, dan seterusnya ke atas

اء س ا و ق م و ة ش اح ف ن كا نه إ ف ل س د ا ق لا م إ اء س ال ن م كم ؤ آ ح ك ا وا م ح ك لا تن و

لا س

Artinya: “dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).(An Nisa, 4:22)

Page 57: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas tentang keharaman istri bapak.

Sifat durhaka dan keji dinyatakan pada orang yang terbukti menikahi istri

bapaknya ke atas. Istri kakek sama dengan istri bapak karena kakek adalah bapak

secara maknawi. Penetapan keharaman istri kakek ini berdasarkan ijma’ ulama.

Adapun hikmah dari keharaman ini bahwa menikahi istri orangtua, baik bapak

atau kakek menimbulkan pemutusan rahim, karena jika orangtua mencerainya

kemudian menyesali ingin rujuk, jika telah dinikahi oleh anak atau cucu berarti

memutus jalan yang tidak dikehendaki. Alangkah buruknya hal tersebut dan fitrah

yang normal menjauhi pernikahan seperti itu yang Allah sebut sebagai kemurkaan

dan perbuatan keji (Azzam, Hawwas, 2009:146).

4) Istri-istri anak, istri-istri cucu

Istri anak, istri cucu dari anak laki-laki dan istri cucu dari anak perempuan ke

bawah, haram bagi bapak dan kakek ke atas selama anak tersebut masih

keturunannya, bukan anak angkat. Keharaman istri anak terhadap bapak tidak

disyaratkan anak harus sudah mencampuri istrinya, tetapi cukup dengan akad

karena kemutlakan firman Allah:

š...ãNà6 ͬ!$oYö/r&@ Í»n=ym ur...

Artinya: “...dan (diharamkan menikahi) istri-istri anak kalian...” (An Nisa, 4:23).

@ ͻn=ym artinya istri yang halal baik telah bercampur atau belum. Hikmah

Page 58: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

keharaman istri anak adalah memelihara hubungan antara individu keluarga dan

mencegah segala sesuatu yang mendatangkan pemutusan rahim antara mereka

(Azzam, Hawwas, 2009:148).

2. Keharaman Sementara

a. Wanita yang Bersuami / belum Selesai Masa Iddah

*zÏôNà6 ãY»yJ÷ƒ&rM s3n=tB$tBw Î)ä!$|¡ ÏiY9$#žàÏBM »oY|Á ós ßJø9$#urö(....

“dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali hamba sahaya (tawanan perang) yang kamu miliki....” (An Nisa, 4:24).

Wanita yang sedang ber-iddah atau belum selesai masa iddahnya baik

karena talak raj’i (talak satu dan dua) atau ba’in (talak tiga) baik ba’in sughra

ataupun kubra. Alasanya karena masih ada hubungan hak suami bagi wanita yang

dinikahi atau ber-iddah karena talak raj’i. Dan karena masih ada sebagian

pengaruh nikah bagi wanita yang di talak ba’in pada istri yang ditinggal

meninggal oleh suaminya. Dan untuk membebaskan rahim bagi istri yang telah

dicampuri. (Azzam, Hawwas, 2009:164). Dalil keharaman mereka adalah:

àM »s)=sÜ ßJø9$#ur šÆ óÁ ­/uŽtItƒ £ÎgÅ¡ àÿRr'Î/ spsW»n=rO &äÿrã�è% 4 Ÿw ur ‘@ Ïts† £ çlm; br& zôJçFõ3tƒ $tB t,n=y{ ª! $#

þ’Îû £ ÎgÏB%tn ö‘r&

“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya...” (Al Baqarah, 2:228).

Page 59: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Ÿw ur (#qãBÌ“÷ès? noy‰ø)ãã Çy %x6 ÏiZ9$# 4Ó®Lym x÷è=ö6tƒ Ü= »tFÅ3ø9$# ¼ã&s#y_ r&

“...dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya...” (Al Baqarah, 2:235).

b. Wanita yang Tertalak Tiga (bagi Suaminya)

Bagi seorang suami, menceraikan istrinya dengan talak tiga, dia tidak

boleh merujuknya kembali, kecuali jika mantan istrinya sudah menikah dengan

laki-laki lain, kemudian dia menjanda kembali dan masa iddahnya sudah selesai.

Pernikahan yang dilakukan istrinya dengan laki-laki lain juga dilandasi dengan

kerelaan dan atas dasar suka sama suka, bukan pernikahan yang hanya sebatas

untuk memenuhi persyaratan belaka.

Allah swt. berfirman,

ß,»n=©Ü9$# Èb$s?§�sD ( 88 $|¡ øBÎ*sù >$ rá�÷èoÿÏ3 ÷rr& 7x ƒÎŽô£ s? 9»|¡ ôm Î*Î/ 3 … bÎ*sù $ygs)=sÛ Ÿx sù ‘@ ÏtrB

¼ã&s! .ÏB ߉÷èt/ 4Ó®Lym yx Å3Ys? %¹ ÷ry— ¼çnuŽö�xî …

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik..... kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga ia kawin dengan suami yang lain....” (Al Baqarah, 2:229-230).

Perempuan yang sudah ditalak tiga oleh suaminya, dia tidak boleh

menikah lagi dengannya kecuali jika syarat-syarat berikut telah terpenuhi, yaitu:

Page 60: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1) Pernikahan yang dilakukan oleh perempuan yang ditalak tiga dengan

suaminya yang baru (yang kedua) haruslah pernikahan yang sah secara

agama;

2) Pernikahan di antara keduanya dilandasi rasa saling mencintai;

3) Keduanya sudah pernah melakukan persetubuhan.

Talak yang dilakukan suami kepada istri sampai kedua kalinya merupakan ujian

bagi sang istri karena pada perceraian yang pertama, suaminya mungkin tidak

bermaksud atau tidak menyadari ketika dia mengucapkan kalimat talak

kepadanya. Tidak lama setelah dia mengucapkannya, dia menyesali ucapannya

tersebut lantas merujuknya. Berbeda dengan perceraiannya yang kedua, suaminya

tidak menceraikannya, kecuali setelah ada penyesalan atas perceraian yang

pertama. Jika kemudian suaminya merujuk istrinya kembali, hal itu merupakan

bukti penguat bahwa sang suami benar-benar tidak ingin melepaskan

hubungannya dengan sang istri. Jika ia kembali menceraikan istrinya untuk ketiga

kalinya, setelah melihat penderitaan yang dialami istrinya, sungguh dia termasuk

sosok orang yang akalnya tidak sempurna, sehingga ia tidak diberi hak lagi untuk

berkumpul dengan istrinya yang sudah dicerai tiga, karena sang istri hanya akan

dijadikan sebagai permainan belaka. Sehingga hikmah larangan menikahi istri

yang sudah ditalak tiga adalah agar sang istri terlepas dari kuasa suaminya.

(Sabiq, 2011:262).

c. Menikahi Dua Wanita yang Masih Muhrim

Seorang laki-laki diharamkan mengumpulkan dua perempuan bersaudara

dalam sebuah ikatan perkawinan. Seorang yang menikahi seorang wanita haram

Page 61: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

menikahi saudara perempuannya, baik saudara perempuan kandung atau tunggal

bapak atau tunggal ibu. Keharaman mengumpulkan dua saudara perempuan

tersebut dijelaskan dalam firman Allah:

ôbr&ur… (#qãèyJôf s? šú ÷üt/ Èû÷ütG÷z W{ $# žw Î) $tB ô‰s% y# n=y™ 3 …

“...dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi di masa lampau...” (An Nisa, 4:23).

Dalam buku Marasil Abu Daud, dari Husain bin Thalhah, dia berkata,

“Rasulullah saw. melarang memadu seorang perempuan dengan saudara-

saudaranya, demi menghindari putusnya silaturahmi di antara mereka.”

Hadits yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Husain bin Thalhah di atas

dapat dipahami bahwa dibalik larangan menikahi perempuan yang masih ada

hubungan keluarga (muhrim), adalah untuk menghindari terputusnya tali

silaturahmi, di mana dengan memadu dua perempuan yang bersaudara dapat

menimbulkan kedengkian dan permusuhan sebagai akibat dari rasa cemburu

(Sabiq, 2011:317).

Page 62: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

BAB III

PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAH DI KECAMATAN SIDOREJO

A. Gambaran Umum Kecamatan Sidorejo

Kecamatan Sidorejo berada pada posisi paling utara kota Salatiga,

sebagian wilayah Kecamatan Sidorejo dilalui oleh Jalan Negara yang

menghubungkan antara Semarang dan Solo. Kecamatan Sidorejo terletak di

ketinggian 750-850 mdpl, dan terletak di lereng timur Gunung Merbabu yang

membuat daerah ini menjadi lebih sejuk. Kecamatan Sidorejo memiliki luas

16.247 km2 yang terbagi menjadi 6 kelurahan yakni :

1. Kelurahan Blotongan

2. Kelurahan Bugel

3. Kelurahan Kauman Kidul

4. Kelurahan Pulutan

5. Kelurahan Salatiga

6. Kelurahan Sidorejo Lor

Secara geografis, sebelah timur Kecamatan Sidorejo berbatasan dengan

Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, sebelah selatan berbatasan dengan

Kecamatan Tingkir dan Kecamatan Sidomukti, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Tuntang dan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan.

Berdasarkan data Monografi Dinamis Kecamatan bulan April, jumlah kepala

keluarga di Kecamatan Sidorejo ada 14.147KK dengan total jumlah penduduk

Page 63: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

51.597 individu. Angka tersebut terdiri dari 25.313 laki-laki dan 26.284

perempuan.

Di Kecamatan Sidorejo terdapat beberapa lembaga pendidikan,

diantaranya adalah Universitas Kristen Satya Wacana dan Institut Roncali, selain

itu tercatat kurang lebih 9 pondok pesantren yang berada di wilayah Kecamatan

Sidorejo. Meskipun begitu, jumlah penduduk tamatan perguruan tinggi di

Kecamatan Sidorejo tidaklah banyak. Namun penduduk di kecamatan Sidorejo

terlihat sudah sadar akan pentingnya pendidikan. Pernyataan ini disimpulkan dari

rincian data tabel pendidikan di kecamatan Sidorejo bahwa angka tidak sekolah

sangat kecil dibandingkan dengan angka tamatan sekolah lainnya.

Tabel 3.1 Data Pendidikan Terakhir Kecamatan Sidorejo Bulan April-Juni

No Pendidikan Terakhir Jumlah

1 Tamat Akademi Perguruan Tinggi 5.947

2 Tamatan SLTA 12.661

3 Tamatan SLTP 7.964

4 Tamatan SD 9.218

5 Tidak tamat SD 3.991

6 Belum Tamat SD 4.906

7 Tidak Sekolah 1.748

Total 46.435

Laporan Triwulan Monografi Kependudukan Kecamatan Sidorejo, 2013:2

Dari data tabel 3.1, terlihat bahwa tamatan SD, SLTP dan SLTA

jumlahnya lebih besar dibandingkan tamatan akademi perguruan tinggi, dari data

Page 64: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

tabel tersebut pula, dapat diketahui bahwa lulusan perguruan tinggi di kecamatan

Sidorejo jumlahnya hanya 12%. Dari angka ini terlihat bahwa kemampuan dan

minat masyarakat di Kecamatan Sidorejo untuk meneruskan ke jenjang perguruan

tinggi sangat sedikit atau kecil.

Berdasarkan data laporan triwulan kecamatan Sidorejo pula, terlihat

bahwa kecamatan Sidorejo merupakan wilayah favorit yang menjadi tujuan

pendatang, tercatat ada 98 orang pendatang dalam kurun waktu 3 bulan dengan

rincian dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Mutasi Penduduk Kecamatan Sidorejo Bulan April-Juni

No Mutasi Pindah Datang

1 Antar Desa/Kel 17 30

2 Antar Kecamatan 20 8

3 Antar Kabupaten 27 45

4 Antar Provinsi 11 15

5 Antar Negara 0 0

Jumlah 75 98

Laporan Triwulan Monografi Kependudukan Kecamatan Sidorejo, 2013:2

Dari segi agama, tercatat 78,8% penduduk Kecamatan Sidorejo beragama

Islam, sisanya Kristen, Katolik, Budha dan Hindu dengan rincian dalam tabel 3.3.

Page 65: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Tabel 3.3 Data Pemeluk Agama Kecamatan Sidorejo Bulan April-Juni

No Agama Jumlah Prosentase

1 Islam 40.680 78.8%

2 Kristen Protestan 3.129 6.2%

3 Kristen Katolik 6.999 13.6%

4 Budha 552 1.1%

5 Hindu 237 0.5%

Jumlah 51.597 100%

Laporan Triwulan Monografi Kependudukan Kecamatan Sidorejo, 2013:2

B. Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo

Subyek adalah dua pasang pelaku perkawinan mahram mushaharah di

Kecamatan Sidorejo. Salah satu berada di wilayah Kelurahan Salatiga, dan satu

yang lain berada di wilayah Kelurahan Sidorejo Lor. Nama dari seluruh subyek

entah itu pelaku maupun informan dalam penelititan ini disamarkan untuk

melindungi hak masing-masing subyek dan informan. Keterangan masing-masing

subyek dapat dilihat dari tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Daftar Identitas Pelaku Nikah Mahram Mushaharah

Istri Pasangan

Laki-Laki

Pasangan

Perempuan

Status

Perkawinan

Tahun

nikah

Jumlah

anak

Tasiyah

(alm) Darno (72) Darni (52) Tercatatkan 1979 5

Yani (40) Karyo (42) Ika (20) Belum tercatatkan 2011 1

Wawancara, 8 Juni 2013

Page 66: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1. Pasangan Darno dan Darni dari Kelurahan Salatiga

Pasangan ini mengaku menikah sejak tahun 1979, dan kini telah dikaruniai

lima orang anak yang sudah dewasa, tiga diantaranya telah menikah dan memiliki

anak. Mereka masing-masing bernama Surani, Paryanto, Yulianto, Slamet

Widodo, dan Sri Wahyuni. Kehidupan sehari-hari Darni adalah sebagai penjual

kecambah di Pasar Blauran Salatiga. Kurang lebih Darni sudah lima tahun

menjalani profesi ini. Setiap pagi pukul 06:00 wib ia sudah tiba di pasar Blauran

dengan dagangan kecambahnya yang hanya 3-5 kilogram. Suaminya, Darno yang

sudah renta tidak mampu bekerja menghidupi keluarga lagi. Darni mengaku,

pendapatannya sehari-hari hanya cukup untuk menghidupi ia, suami dan kedua

anaknya yang masih tinggal serumah dengannya.

Darni mengaku beragama Islam sejak kecil. Menurut Marni tetangga dekat

Darni, Darni bukan merupakan orang yang sepenuhnya taat kepada agamanya,

pengajian tidak pernah mau ikut, shalat juga jarang-jarang. Sedang untuk kegiatan

sosial kemasyarakatan, Darni juga jarang terlihat berbaur dengan masyarakat,

entah alasan mengurus suaminya yang sudah renta ataupun urusan berdagang.

Menurut Marni pula, keluarga Darni sangat tertutup, kalau tidak ditanya tidak

pernah mau bicara. Marni sebagai warga yang sudah menetap lama di Kalitaman,

mengetahui betul sejarah tetangganya yang bernama Darni tersebut. Marni

mengetahui bahwa dahulu Darni hamil di luar nikah dan para tetangganya tidak

ada yang tahu siapa yang menghamili Darni. Tiba-tiba saja warga mendengar

kalau Darni akan dinikahi oleh ayahnya. Saat itu warga kaget dan hampir akan

mengusir keluarga mereka karena setahu warga, Darno adalah ayah kandung

Page 67: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Darni. Setelah dijelaskan oleh Tasiyah (ibu kandung Darni) bahwa itu ayah tiri

Darni, dan Tasiyah memohon belas kasihan warga untuk tidak diusir. Karena

tidak ada yang bersedia menikahi Darni dengan kondisi fisik mata yang tidak

sempurna dan sudah terlanjur hamil, kecuali ayah tirinya itu.

Hal senada juga terucap dari Yayuk, tetangga Darni, bahwa menurut

sepengetahuan Yayuk, keluarga Ibu Tasiyah merupakan pendatang dari daerah

Boyolali. Saat menetap di Kalitaman, Tasiyah sudah memiliki satu orang anak

perempuan yang bernama Darni. Menurut Yayuk, Darni dan keluarganya jarang

bersosialisasi di masyarakat, apalagi dalam hal yang bersifat keagamaan.

Darni menikah saat usianya 18 tahun, ia tidak mengetahui betul siapa yang

menikahkan saat itu. Yang ia tahu, petugas yang menikahkan didatangkan dari

KUA dan Darni juga mendapat salinan akta nikah. Ia bersedia menikah dengan

ayahnya karena ia terpaklsa sudah hamil karena perilaku ayah tirinya tersebut dan

tidak ada yang bersedia menikahi Darni kecuali ayah tirinya itu. Setelah menikah,

Darni tetap tinggal di Kalitaman bersama Tasiyah, ibu kandung Darni sekaligus

Istri dari Darno, suami Darni.

2. Pasangan Karyo dan Ika dari Kelurahan Sidorejo Lor

Karyo berasal dari keluarga yang kurang berada, ia mengaku bersekolah

sampai SMP. Hingga pertengahan tahun 2012, ia tinggal di sebuah rumah di Desa

Bancaan Barat Kelurahan Sidorejo Lor bersama Orang tua perempuannya, satu

orang anak laki-laki yang kondisinya lumpuh sejak lahir bernama Hari dari istri

pertamanya yang telah meninggal tahun 1992. Menurut penuturan Bapak Udin,

ketua RT di tempat tinggal Karyo, istri pertama Karyo yang bernama Siti

Page 68: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

meninggal karena di racuni oleh suaminya sendiri yakni Karyo. Sehingga karena

hal ini pula Karyo sempat menetap di jeruji besi selama 5 tahun. Tidak hanya itu,

menurut penuturan warga lain yakni Bapak Pardi yang merupakan kepala

keamanan di wilayah tempat tinggal Karyo, Karyo diketahui berulang kali masuk

jeruji besi, karena kasus pencurian dan minuman keras. Hal ini dibenarkan pula

oleh Bp. Udin, sebagai ketua RT tempat tinggal Karyo:

“Inggih mbak, Karyo niku riyin kerep damel resah masyarakat. Gawene mabok wonten prapatan mriko saban ndalu, nate nyolong. Warga mriki wedi amargo sifate Karyo sing temperamental. Menawi sanjang boten keleresan sekedhik mawon, piyambake nesu. Malah nate wonten warga ingkang dioyak-oyak diancem badhe dipateni. Niku masalahe geh sepele amargi omong sing damel Karyo loroati. Untung saged kulo lerem mbak. Nek mboten lak geh sampun rame ndeso mriki”.

Menurut Bp. Udin, Karyo sering membuat resah masyarakat desa Bancaan karena

tingkah lakunya yang kriminal dan sifatnya yang tempramental. Tidak lama

setelah dia dikeluarkan dari rutan karena membunuh istrinya, ia menikah dengan

janda bernama Yani yang memiliki anak bernama Ika dari pernikahan

sebelumnya. Kemudian dari pernikahan Karyo dengan janda tersebut, Karyo

sama sekali belum dikaruniai anak. Beberapa tahun berlalu, ternyata tumbuh

perasaan cinta Karyo terhadap anak tirinya yakni Ika. Hal ini sempat dicurigai

oleh Pardi:

“Aku ki wes curiga, wong ning ngendi-ngendi kok mesti cah loro, rangkulan.ora koyo bapak karo anak. Sempat tak takoni ngene mbak, “Mo, anakmu ki opo ra pengen kerjo to? Aku duwe lowongan gone kancaku” piyambake jawab ngeten: “ora Om, makasih, biyen wes tau kerjo tapi tak penging kok. Wes ben ning omah wae”. Nek wong tuo normal ki kan mesti pengen anake sukses, iso kerjo to mbak?”.

Kecurigaan Pardi muncul karena Karyo melarang anaknya bekerja dan

kemanapun Karyo pergi, selalu berdua dengan anaknya seperti orang sedang

Page 69: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

memadu kasih. Kecurigaan ini ternyata benar, karena tidak lama kemudian

terbukti bahwa Ika telah berbadan dua.

Mengetahui warganya ada yang tidak beres, Bp. Udin selaku ketua RT

memanggil warganya Karyo, pemanggilan dilakukan di kediaman Bp. Udin dan

dihadiri pula oleh Ketua RW Bp. Sutikno. Dan pada akhirnya terjadilah

pernikahan antara Karyo dengan anak tirinya bernama Ika yang dinikahkan oleh

Harto dan diketahui oleh BP. Udin, BP. Sutikno, dan 2 warga lain.

Saat ini Karyo sudah tidak menetap di wilayah RT pimpinan Bp Udin lagi.

Melainkan di RT 5 RW 6 Kelurahan Sidorejo Lor bersama Istrinya Ika dan anak

mereka yang kini berusia 11 bulan bernama Imawati. Menurut penuturan Ika,

sejak ia menikah dengan ayah tirinya, Karyo sudah tidak lagi berhubungan dengan

ibunya (Yani), kini janda tersebut kembali ke rumah orang tuanya di Soko,

Blotongan. Ika mengaku pada awalnya ia dipaksa untuk melayani nafsu bejat ayah

tirinya itu, keadaan saat itu hanya ada mereka berdua di rumah, dan Ika diancam

akan dibunuh jIka ia berteriak, melawan atau melaporkan hal ini kepada siapapun

termasuk Ibunya. Hal ini terus berkelanjutan dan Ika tidak mampu melawan,

namun lama-kelamaan, ia mengaku merasakan jatuh cinta pada ayah tirinya

tersebut. Karena itu, hubungan yang mereka lakukan menjadi sering hingga pada

akhirnya Ika hamil.

Haji Sugeng, tokoh agama di wilayah tersebut tidak berani ikut campur

permasalahan keluarga Karyo yang telah menghamili anak tirinya, maka dari itu,

terjadilah perkawinan antara keduanya. Haji Sugeng beranggapan bahwa hal

seperti itu merupakan permasalahan pribadi, beliau sebagai orang lain merasa

Page 70: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga Karyo kecuali jIka dimintai

pendapat, barulah Haji Sugeng akan bicara. Haji Sugeng sangat paham bahwa

perkawinan antara Karyo dan Ika memang dilarang Agama. Namun apa boleh

buat, Haji Sugeng merasa tidak memiliki keberanian untuk mencegah atau

membatalkan perkawinan itu.

Para saksi saat perkawinan tersebut mengaku tidak tahu menahu soal

hukum agama. Yang mereka tahu, pernikahan tersebut boleh-boleh saja karena

Harto mantan pegawai KUA sendiri yang menikahkan, sehinga para saksi pada

saat itu percaya saja. Meskipun para saksi tersebut juga tahu bahwa pekerjaan

Harto setelah dipecat dari KUA tersebut memang membantu perkawinan-

perkawinan yang “bermasalah” hingga kesediaan untuk menyediakan Kutipan

Akta Nikah ASPAL (asli tapi palsu).

Pasangan Karyo dan Ika mengaku berusaha mencari akta nikah untuk

melegalkan perkawinannya, namun karena besarnya biaya yang dibutuhkan untuk

membeli kutipan akta nikah ‘aspal’, maka hingga sekarang pasangan ini belum

memiliki kutipan akta nikah.

Page 71: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

BAB IV

ANALISIS

A. Larangan Menikah dengan Anak Tiri

Pernikahan yang dilakukan antara ayah dengan anak tirinya, pada dasarnya

diperbolehkan dengan syarat istrinya sudah dicerai qobla dukhul. Pernikahan ini

diperbolehkan karena ayah dan anak tirinya tersebut pada dasarnya memang

bukan merupakan mahram. Namun ketika Ibu dari seorang anak tersebut menikah

dengan laki-laki lain, maka secara otomatis hubungan antara anak tersebut dengan

laki-laki yang menikahi ibunya adalah hubungan ayah dan anak meski tiri. Maka

anak tiri tersebut secara langsung menjadi mahram bagi ayah tirinya.

Jika mengacu pada hukum Syar’i, maka pernikahan semenda adalah

pernikahan yang diharamkan tanpa ada sebab yang bisa menghapuskan

hukumnya. Tidak seperti pernikahan mahram ghairu mu’abbad yang

diperbolehkan jika sebab yang mengharamkannya hilang. Pernikahan yang terjadi

antar hubungan semenda, dalam hukum Islam disamakan dengan perzinahan,

meski dalam kenyataan terdapat pasangan semenda yang menikah secara resmi

dan memiliki akta nikah yang sah. Perkawinan yang terjadi antara ayah dan anak

tirinya tersebut batal demi hukum karena melanggar larangan pernikahan yang

terdapat dalam pasal 8 Undang-Undang Perkawinan No 1 tahun 1974, yakni,

perkawinan dilarang antara dua orang yang:

a. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupun keatas;

Page 72: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

b. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudara,

antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara

neneknya;

c. berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;

selain itu terdapat juga larangan nikah dalam pasal 39 ayat 2 KHI, sehingga jelas

bahwa perkawinan semenda yang terjadi di wilayah kecamatan Sidorejo ini haram

hukumnya.

Menurut KHI pasal 70 point b, perkawinan yang dilakukan antar

hubungan semenda batal atau tidak sah. Menurut pendapat Abu Hanifah, apabila

terjadi akad nikah batil yang bukan termasuk akad yang syubhat maka harus

ditegakkan had (hukuman). Pendapat yang hampir sepadan datang dari

Muhammad, Abu Yusuf, Asy Syafi’i, Malik, dan Ahmad bin Hambal bahwa

kedua pihak yang melakukan akad batil wajib di-had dengan had zina jika mereka

mengetahui keharamanya. Jika kemudian keduanya berpisah, entah dipisahkan

penghulu atau pisah menurut kesadarannya sendiri, maka wanita tidak wajib

iddah. Sayangnya, aturan hukum negara kita belum memiliki sanksi yang tegas

bagi pelaku nikah terlarang seperti nikah semenda ini.

Hukum Islam telah melarang perkawinan ini dalam surat An Nisa ayat 23

bahkan Islam telah menunjukkan bahaya kelainan ini dan memerintahkan untuk

membunuh orang yang mengidapnya, sebagaimana dikisahkan dalam hadits,

bahwa Yazid bin al Barra’ menceritakan dari ayahnya, dia berkata: aku bertemu

pamanku sedang membawa seekor binatang, lalu aku bertanya kepadanya:

“Paman hendak kemana?” Dia menjawab: “Rasulullah mengutusku pada seorang

Page 73: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

yang menyetubuhi istri anaknya. Beliau menyuruhku untuk memukul lehernya

(membunuhnya) dan mengambil hartanya (Washfi, 138).

Larangan Allah juga terhadap pernikahan ini, terdapat dalam firman Nya

surat An Nisa 23. Namun dalam terjemahan ayat tersebut, terdapat kata yang bisa

kita garis bawahi mengenai pernyataan tentang wanita yang haram dinikahi, yaitu

“anak istri yang dalam pemeliharaanmu”. Maksud anak istri disini adalah anak

tiri, yakni ketika seorang laki-laki menikahi wanita, wanita tersebut janda yang

memiliki anak perempuan yang sudah dewasa dan juga siap menikah. Pada ayat

tersebut memang diberi tambahan keterangan “dalam pemeliharaanmu”.

Sehingga muncul kesan bahwa bila anak perempuan tiri itu tidak berada dalam

peliharaan ayah tirinya, berarti tidak termasuk yang haram dinikahi?. Metode

pemahaman seperti ini hanya mengandalkan semata-mata mafhum mukhalafah

saja. Dan menurut para ahli fiqih, tidak tepat untuk mengambil kesimpulan hukum

semata-mata berdasarkan mahfum mukhalafah. Sebab di dalam ayat Al-Quran

banyak bertaburan hal serupa dan tidak mungkin digunakan mafhum mukhalafah.

Sebagai contoh, bila ayat tentang zina dipahami secarara mafhum mukhalafah,

“jangan dekati zina”. Maka yang tidak boleh hanya mendekatnya saja, sedangkan

berzina itu sendiri malah tidak dilarang. Tentu cara penyimpulan dan pemahaman

ayat Al Quran seperti ini tidaklah benar. Ketika Allah SWT menyebutkan tentang

anak istri yang berada dalam pemeliharaanmu, tidaklah pemeliharaan itu menjadi

syarat. Keterangan yang menceritakan tentang kebiasaan bahwa anak tiri itu ada

dalam pemeliharaanmu. Tujuannya untuk menegaskan bahwa anak tiri itu seperti

anak sendiri sehingga tidak boleh dinikahi. Dan hubungan antara ayah tiri dengan

Page 74: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

anak tiri adalah hubungan mahram, tidak boleh terjadi pernikahan antara mereka.

Sebaliknya, sebagai mahram, maka anak tiri dibenarkan terlihat sebagian auratnya

di hadapan ayah tirinya. Juga mereka berdua dibolehkan berdua , karena memang

mahram. Namun bila sampai terjadi perbuatan yang tidak senonoh, seperti zina

dan yang sejenisnya, tentu saja dosanya sangat besar.

B. Latar Belakang Terjadinya Perkawinan Mahram Mushaharah di

Sidorejo

Pada kasus yang diteliti dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan

bahwa terjadinya perkawinan antara ayah dan rabibahnya dilatarbelakangi oleh

beberapa hal diantaranya:

a. Faktor dominansi orang tua terhadap anak

Sosok ayah dalam keluarga yang selalu berada di posisi terkuat,

menyebabkan anak harus tunduk kepadanya. Dalam Islam pun mengajarkan agar

kita mentaati orang tua selama perintahnya itu baik dan benar, namun ketika

perintah orang tua tersebut keluar dari ajaran agama Islam, maka anak tidak wajib

untuk mentaatinya lagi. Dari kasus yang diteliti, tampak bahwa pada awalnya

anak memang tidak bisa menolak perintah ayah tiri mereka. Ika mengaku bahwa

pertama kali, ia dipaksa untuk melayani ayahnya dan ia tidak bisa menolak,

karena diancam akan dilukai. Ika pun juga tidak bisa melaporkan hal ini kepada

ibunya, karena diancam oleh Karyo. Sedangkan pada keluarga Darno, Darni juga

mengaku bahwa ia dahulu sama sekali tidak cinta terhadap Darno, pernikahannya

dikarenakan dorongan dari ibunya juga. Namun setelah sekian lama dan keduanya

Page 75: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

telah memiliki buah hati yang tumbuh dewasa, baru cinta itu sedikit demi sedikit

muncul.

b. Minimnya pengetahuan terhadap agama

Minimnya pengetahuan terhadap agama menjadikan para subyek tidak

memahami kebolehan dan larangan yang telah diatur dalam agamanya. Larangan

Allah yang mereka lakukan, dikarenakan mereka kurang paham bahkan minim

pengetahuan di bidang agama maupun hukum syar’i. Ketidaktahuan mereka

terhadap hukum syar’i, menjadikan mereka dengan mudah melakukan

pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah. Jika saja mereka taat terhadap agama,

hal itu dapat menjadi gerbang bagi mereka agar tidak melakukan hal-hal yang

menyimpang dari ajaran agamanya. Seperti pengakuan Karyo bahwa ia tidak

pernah belajar agama, apalagi ngaji, ia pun sama sekali tidak bisa. Karyo pun

mengaku bahwa ia ke masjid itu hanya setahun sekali saat lebaran yakni sholat

Idul Fitri. Kartu identitas penduduknya memang Islam namun ia mengaku ia tidak

tahu banyak tentang Islam. Sama halnya dengan keluarga Darno, agama bukan

merupakan satu hal yang diutamakan di keluarga ini, Darni mengaku terakhir

shalat saat ia menikah dengan Darno. Kebiasaan Darno yang kurang taat terhadap

agama, membawa pengaruh pada diri Darni. Darni menjadi ringan untuk

melalaikan kewajibannya sebagai muslimah. Menurut tetangganya pula, keluarga

Darni tidak pernah terlihat dalam setiap kegiatan masjid, termasuk pula saat Idul

Fitri.

Page 76: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

c. Rasa cinta yang menafikan peraturan Allah

Cinta yang terlarang, cinta yang menafikan prinsip dan peraturan Allah,

yang sudah dicemari oleh kehendak nafsu dan kepentingan diri. Rasa cinta yang

menafikan peraturan dan prinsi-prinsip Allah yang muncul dalam diri para pelaku

dan mereka tidak bersedia menghentikan rasa cintanya. Sebagaimana cinta yang

dimiliki oleh para pasangan pelaku perkawinan mahram mushaharah ini. Dalam

pernikahan antara ayah dan rabibahnya, cinta terlaranag mereka merupakan faktor

yang kesekian dan bukan merupakan faktor utama. Karena menurut kasus yang

diteliti, para subyek terutama rabibah mengaku pada awalnya tidak ada perasaan

cinta terhadap ayah tirinya. Cinta ini kemudian muncul setelah hubungan rabibah

dengan ayah tirinya semakin dekat. Jika saja anak dapat menolak kedekatan

dengan ayah tirinya, maka tumbuhnya benih-benih cinta ini dapat dicegah. Namun

karena para pelaku tidak dapat mencegah tumbuhnya benih-benih cinta antara

mereka dengan ayah tirinya, bahkan mereka terkesan membiarkan cinta antara

mereka mengalir seiring berjalannya waktu. Maka hubungan antara keduanyapun

tidak dapat dihentikan. Sehingga membawa mereka ke pernikahan yang terlarang

ini.

d. Kurangnya peran masyarakat sekitar khususnya tokoh agama

Keberadaan tokoh agama dalam masyarakat tentunya dapat membimbing

dan membawa pengaruh masyarakat sekitarnya ke arah yang baik sesuai ajaran

agamanya. Mereka dianggap lebih faham mengenai ilmu agama dibanding

masyarakat umum. Namun, tokoh agama sekitar terkesan menutup mata terhadap

hal ini. Haji Sugeng sebagai tokoh agama yang berada di lingkungan tempat

Page 77: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

tinggal Karyo tidak mau ikut campur mengenai masalah Karyo meski ia sendiri

sangat tahu bahwa yang dilakukan Karyo itu sangat dilarang dalam Islam.

Menurut Haji Sugeng sendiri, ia tidak berani mengingatkan Karyo karena watak

Karyo yang terkenal keras dan tempramental. Hal yang hampir senada juga

diucapkan oleh Haji Saleh di wilayah tempat tinggal Darni. Karena beliau

merupakan pendatang di wilayah Kalitaman, maka beliau tidak berani mengurusi

urusan yang sudah terjadi sebelum beliau menjadi warga Kalitaman.

e. Kurang cermatnya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N)

Keberadaan Pembantu Pegawai Pencatat Nikah di setiap wilayah tidak

hanya sebagai pembantu calon pengantin dalam mengurus administrasi

perkawinan. Keberadaan P3N diharapkan juga mampu membantu KUA dalam

meminimalisir adanya perkawinan yang terlarang, seperti penuturan pak Toha

Mahsun, Ketua paguyuban P3N wilayah Kecamatan Sidorejo, beliau menyatakan

bahwa yang seharusnya mengetahui ada atau tidaknya hubungan mahram dari

kedua calon mempelai itu ya P3N, karena wilayah kerja P3N yang sempit dan

memungkinkan untuk mengidentifikasi setiap calon pengantin yang mendaftar

lewat bantuan P3N. Kalau data sudah sampai di KUA, KUA sulit memeriksa ada

atau tidaknya hubungan mahram antara kedua calon. Selain itu, beliau selalu

menekankan kepada para anggota nya sesama P3N untuk berlaku sesuai aturan,

tidak menabrak garis syar’i meskipun dengan iming-iming materi, seperti yang

selama ini biasa terjadi di masyarakat. Beliau mengaku mendapat laporan bahwa

di wilayah kerjanya terdapat P3N yang nakal, yang bersedia menikahkan

Page 78: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

perkawinan yang bermasalah dengan imbalan materi. Namun kepada peneliti,

Bp.Toha tidak menyebutkan nama P3N tersebut.

Memang tidak adil bila hanya menyalahkan P3N saja, karena proses

pasangan menuju perkawinan tidak hanya melewati P3N, melainkan pegawai

KUA yang memeriksa administrasi, dan PPN yang berada di lokasi akad nikah

untuk memeriksa ulang mengenai keabsahan administrasi dan syarat-syarat

perkawinan. Namun dalam praktiknya, setiap calon pengantin yang akan menikah,

pada awalnya melewati P3N yang bertugas di setiap wilayah tempat tinggal calon

pengantin dan karena wilayah kerja P3N yang terjangkau, maka memungkinkan

untuk mengenal dan memeriksa setiap dokumen yang menjadi syarat pengajuan

nikah. Maka dari itu, jika P3N tidak memeriksa ada atau tidaknya hubungan

mahram antara calon pengantin, maka pegawai KUA yang memeriksa dokumen

syarat nikah pun tidak akan mengetahui adanya hubungan mahram antara

pasangan calon pengantin.

C. Dampak Perkawinan Mahram Mushaharah

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Azzam dan Hawwas (2009:135),

bahwa akad nikah seorang laki-laki dengan perempuan yang tidak halal baginya,

misalnya dengan mahramnya maka akad tersebut adalah batil karena tidak ada

tempat karena hilangnya status pokok yang merupakan syarat sah terjadinya akad.

Akad seperti ini tidak menimbulkan pengaruh ke pernikahan, keduanya wajib

dipisahkan. Jika telah bercampur pada akad ini, percampuran pun tidak dapat

mengangkat kebatilan, hukumnya tetap sama dengan berzina.

Page 79: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Dampak utama yang ditimbulkan dari perkawinan terlarang antara ayah

dengan anak tirinya ini adalah hubungan suami istri yang hukumnya disamakan

dengan zina karena akad nikah antara keduanya batil. Dan sampai kapanpun tidak

ada hal yang dapat menghapus hukum keharaman menikahi anak tirinya ini. Dan

apabila terlanjur lahir anak, maka status anak ini menjadi anak luar nikah.

sebagaimana status anak menurut hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia

yakni :

1. Anak sah adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang No. 1

Tahun 1974 pasal 42: adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai

akibat dari perkawinan yang sah. Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal

99 yang menyatakan, anak sah adalah:

a) Anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah.

b) Hasil pembuahan suami isteri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh

isteri tersebut.

2. Anak luar nikah: anak yang dibuahi dan dilahirkan di luar pernikahan yang

sah, sebagaimana yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan

Nasional antara lain:

a) UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 43 ayat 1, menyatakan anak yang dilahirkan

di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya

dan keluarga ibunya.

b) Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 100, menyebutkan anak yang

lahir di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibunya

dan keluarga ibunya.

Page 80: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Pada akhirnya bila dicermati makna dari pasal-pasal yang telah

disebutkan, menyatakan bahwa status nasab anak di luar nikah mempunyai

hubungan keperdataan hanya kepada ibunya dan keluarga ibunya. Hubungan ini

biasa disebut dengan kekuasaan orang tua, yakni timbulnya hak dan kewajiban

antara orang tua dan anak. Implementasinya adalah bahwa anak di luar nikah

hanya memiliki hubungan yang menimbulkan adanya hak dan kewajiban dengan

ibu dan keluarga ibunya. Agaknya dapat dinyatakan mafhum mukhalafah dari

pernyataan tersebut bahwa anak itu tidak mempunyai hubungan keperdataan

dengan bapak biologisnya dalam bentuk nasab, hak dan kewajiban secara timbal

balik dan waris.

D. Upaya Penanggulangan

Upaya penanggulangan suatu pelanggaran terhadap hukum apalagi

munakahat tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, karena banyak pihak yang

berperan di dalamnya. Selain pasangan pengantin, ada juga para saksi, wali,

Pegawai Pencatat Nikah, Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, KUA, dll. Sehingga

sangat sulit untuk menghilangkan penyimpangan terhadap hukum munakahat jika

pihak-pihak tersebut tidak bersinergi secara positif.

Berikut penulis akan menguraikan pihak-pihak yang bertanggung jawab

untuk menanggulangi penyimpangan dalam pernikahan agar tidak ada lagi

pernikahan-pernikahan terlarang dan pernikahan-pernikahan yang tidak sesuai

hukum syar’i dan Undang-undang.

Page 81: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

1. Individu

Yang harus dilakukan oleh setiap individu adalah berusaha untuk tidak

menjadi korban, salah satunya adalah tidak memberikan ruang kesempatan kepada

setiap pelaku salah satunya dengan menghindari pakaian yang dapat merangsang

hawa nafsu, tidak tidur bersama dengan orang tua saat sudah baligh, tanggap

terhadap perilaku ayah atau saudara yang tidak wajar.

2. Masyarakat

Kehidupan masyarakat adalah suatu komunitas manusia yang mempunyai

watak yang berbeda satu dengan yang lain. Sehingga kehidupan masyarakat

merupakan salah satu hal yang penting dimana menentukan dapat atau tidaknya

kejahatan dapat dilakukan. Pencegahan terhadapa kejahatan asusila merupakan

suatu usaha bersama yang harus dimulai sedini mungkin pada setiap anggota

mayarakat. Upaya yang dilakukan agar dapat mencegah tindakan asusila yaitu

menciptakan suasana yang tidak menyimpang dengan tata nilai yang dianut oleh

masyarakat. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menjalin

silaturahmi antara anggota masyarakat yang diisi dengan tausiah yang dibawakan

tokoh masyarakat sekitar, mendirikan majelis pengajian, menambah khasanah

ilmu agama dengan mengadakan kajian kitab.

3. Pemerintah (Depag, KUA, PPN, P3N)

Dalam usaha penanggulangan perkawinan bermasalah, pemerintah juga

tidak lepas dari hal ini, mengingat pemerintah merupakan perpanjangan tanga dari

negara. Maka pemerintah memiliki kekuasaan dan wewenang yang lebih tinggi

dari masyarakat dan pemerintah bertanggung jawab atas kehidupan berbangsa dan

Page 82: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

bernegara yang aman dan tentram. Pemerintah melalui KUA atau Depag dapat

melakukan penyuluhan hukum munkahat yang diharapkan masyarakat dapat

memahami jauh mengenai fiqh munakahat sehingga dapat maminimalisir adanya

perkawinan yang bertentangan dengan hukum Islam.

Agama merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk mendapat

kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Melalui penyuluhan keagamaan,

diharapkan keimanan seseorang terhadap agamanya semakin bertambah dan

semakin kokoh serta dapat memanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menanggulangi agar perkawinan yang dilarang tidak terjadi lagi di

keluarga muslim Indonesia, maka pemerintah perlu memberi sanksi tegas

terhadap pelanggaran aturan dalam perkawinan. Tujuan diberikannya sanksi, agar

membuat seorang jera melakukan pelanggaran hukum. Untuk itu, pidana dan

denda terhadap pelanggaran aturan perkawinan harus segera dibuat agar tidak ada

pihak-pihak yang menukil keuntungan pribadi dibalik pelanggaran-pelanggaran

aturan perkawinan seperti yang selama ini umum terjadi di masyarakat.

Page 83: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melihat adanya kasus perkawinan mahram mushaharah yang dapat

ditemui di wilayah Kecamatan Sidorejo, peneliti tergerak untuk membuat suatu

penelitian yang mampu menjawab beberapa pertanyaan dalam benak peneliti

yakni: 1) pandangan hukum Islam tentang definisi perkawinan mahram

mushaharah, pertanyaan ini muncul karena terdapat sejumlah orang yang masih

memahami bahwa menikahi anak tiri yang tidak dalam pemeliharaan ayah tiri itu

diperbolehkan dalam agama Islam; 2) kronologi terjadinya perkawinan mahram

mushaharah di wilayah Kecamatan Sidorejo, dan 3) faktor-faktor yang

melatarbelakangi terjadinya perkawinan mahram mushaharah.

Dari penelitian yang dilakukan terhadap pelaku perkawinan mahram

mushaharah, menghasilkan kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh

dari pembahasan dalam skripsi ini, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. menikahi anak tiri tidak diperbolehkan atau haram hukumnya karena

bunyi dari makna surah An Nisa ayat 23 adalah:

“anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya”.

Sebagian orang memahami ayat ini sepenggal, mereka hanya mengambil sebagian

dari potongan ayat tersebut. Kata “anak-anak istrimu yang dalam

pemeliharaanmu” diartikan secara mafhum mukhalafah sehingga mereka

Page 84: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

mengartikan bahwa anak tiri yang tidak berada dalam pemeliharaan ayah tirinya

itu boleh dinikahi. Pendapat mayoritas ulama dalam hal ini adalah bahwa syarat

anak tiri harus tinggal dalam pemeliharaan ayah tirinya tidak berlaku. Artinya

meskipun anak tiri tinggal jauh dari ayah tirinya, sementara ayah tiri ini telah

melakukan hubungan badan dengan ibunya maka ayah tidak boleh menikah

dengan putri istrinya tersebut. Karena keterangan firman Allah “Yang dalam

pemeliharaanmu” ini hanyalah berdasarkan kebiasaan pada umumnya dan tidak

mengandung makna apapun, sehingga tidak bisa disimpulkan sebaliknya atau

diartikan secara mafhum mukhalafah (Katsir, 2008:270). Demikianlah Islam

menetapkan batas minimal untuk menikahi kerabat, hal itu tidak lain agar tatanan

keluarga tidak menjadi rusak, agar ikatannya tidak terlepas, dan agar tatanan

masyarakat tidak hancur, yang jika sampai hancur akan memunculkan

ketimpangan-ketimpangan di tengah-tengah masyarakat (Washfi, 2005:418).

2. perkawinan antar hubungan mushaharah yang terjadi di wilayah

Kecamatan Sidorejo terdapat 6 (enam) kasus. Sebagian besar pelaku merupakan

warga pendatang, yakni pidah dari daerah lain menuju wilayah Kecamatan

Sidorejo. Perkawinan antara anak tiri dengan ayah tirinya ini dapat ditemui di

Desa Banca’an Kelurahan Sidorejo Lor, di Kalitaman dan Krajan Kelurahan

Salatiga, dan di Sawo Kelurahan Bugel. Dari keseluruhan pelaku, yang dapat

ditemui hanya dua subyek. Dikarenakan di daerah Sawo yang kebetulan terdapat 3

(tiga) pasang pelaku ini, sudah tidak dapat ditemui seluruhnya. Menurut informasi

dari warga, para pelaku sudah diusir dari Desa Sawo. Karena warga setempat

mengharapkan kampungnya bersih dari orang-orang yang melakukan maksiat.

Page 85: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Dari dua subyek yang dapat diteliti, subyek pertama berada di lokasi kelurahan

Salatiga menikah saat usia 18 tahun dengan ayah tirinya. Darni bersedia menikah

dengan ayah tirinya Darno dikarenakan sudah hamil akibat perbuatan ayah tirinya

tersebut. Keduanya sama-sama tidak mengetahui kalau perkawinan yang mereka

lakukan itu haram karena mereka sendiri minim pengetahuan di bidang agama

apalagi hukum Islam. Namun yang mengherankan, pasangan ini memiliki kutipan

akta nikah dari perkawinan mereka berdua. Sedangkan subyek yang kedua, Karyo

dan Ika yang berada di wilayah kelurahan Sidorejo Lor, juga menikah dengan

ayah tirinya saat usia Ika 18 tahun. Ika pada awalnya diancam untuk melayani

nafsu bejat ayah tirinya hingga kemudian hamil dan terpaksa menikah. Ika dan

Karyo juga sangat minim pengetahuan di bidang hukum Islam sehingga tidak

mengerti jika perkawinan yang mereka lakukan itu haram. Ika dan Karyo menikah

di bawah tangan disaksikan oleh RT dan dinikahkan oleh Tokoh Agama setempat.

3. Terjadinya kasus perkawinan antar hubungan mushaharah di wilayah

kecamatan Sidorejo, diantaranya didorong oleh beberapa faktor:

a. Faktor dominasi orang tua terhadap anak

Sosok ayah dalam keluarga yang selalu berada di posisi terkuat,

menyebabkan anak harus tunduk kepadanya. Dalam Islam pun mengajarkan

agar anak selalu mentaati orang tua selama perintahnya itu baik dan benar,

namun ketika perintah orang tua tersebut keluar dari ajaran agama Islam,

maka anak tidak wajib untuk mentaatinya lagi.

Page 86: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

b. Minimnya pengetahuan terhadap agama

Minimnya pengetahuan terhadap agama menjadikan para subyek tidak

memahami kebolehan dan larangan yang telah diatur dalam agamanya.

Sehingga dengan alasan ketidaktahuan mengenai hukum syar’i, mereka

dengan mudah melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah. Jika

saja mereka taat terhadap agama, hal itu dapat menjadi gerbang agar tidak

melakukan hal-hal yang menyimpang dari ajaran agamanya.

c. Rasa cinta yang menafikan peraturan Allah

Rasa cinta terlarang yang tidak dapat mereka hentikan, membawa para

pelaku menerobos garis hukum syar’i yang telah ditetapkan, mereka tidak

peduli pada hukum Allah yang telah ada. Yang ada di benak mereka hanya

cinta yang tumbuh antara kedua pelaku perkawinan mushaharah. Walau

pada awalnya mereka belum mengerti hukum perkawinan yang mereka

laksanakan. Namun, kini setelah mereka tahu bahwa perkawinan mereka

harampun, mereka tetap tidak mau dipisahkan.

d. Kurangnya peran masyarakat sekitar khususnya tokoh agama

Keberadaan tokoh agama yang tentunya lebih faham hukum syar’i dalam

masyarakat selayaknya dapat membimbing dan membawa pengaruh

masyarakat sekitarnya ke arah yang baik sesuai ajaran agamanya. Namun

tokoh agama disekitar terkesan menutup mata terhadap permasalahan ini.

e. Kurangnya kejelian Pembantu Pencatat Nikah (P3N), PPN dan KUA

Kurangnya kejelian para komponen dalam KUA, mendorong perkawinan

terlarang ini bisa terlaksana dengan lancar. Setiap calon pengantin yang

Page 87: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

akan menikah, mayoritas menggunakan jasa P3N, jika dari awal P3N sudah

mengabaikan dengan sengaja syarat-syarat perkawinan, maka pegawai KUA

pun hanya memeriksa dokumen-dokumen syarat nikah, dan tidak

memeriksa secara intensif mengenai ada atau tidaknya hubungan mahram

antara kedua calon pasangan. Lagipula wilayah kerja KUA yang luas tidak

memugkinkan untuk memeriksa satu per satu ada atau tidaknya hubungan

mahram.

Melihat semakin kompleksnya problematika perkawinan yang terjadi di

masyarakat, maka harus segera ada gerakan untuk mengupayakan agar

perkawinan yang bermasalah khususnya perkawinan antar mahram tidak terjadi

lagi di masyarakat,. Untuk menanggulangi hal ini, diperlukan peran dari individu

itu sendiri, masyarakat sekitar, dan juga pemerintah. Ketiganya harus bersinergi

bersama untuk menghambat agar perkawinan yang dilarang oleh syar’i tidak

terjadi lagi di masyarakat.

B. Saran

1. Pemerintah (KUA)

Lebih maksimal dalam kegiatan penyuluhan keagamaan dan maksimal

dalam menyeleksi calon pengantin. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang fiqh munakahat, sehingga

masyarakat dapat mengerti hukum perkawinan dan diharapkan tidak ada lagi

masyarakat yang beralasan melanggar peraturan perkawinan karena tidak

mengetahui hukumnya. Selain penanggulangan, dapat juga dilakukan

pemberantasan, dengan membentuk aturan pidana mengenai pelanggaran terhadap

Page 88: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

aturan perkawinan. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara muslim

dunia yang memiliki aturan mengenai Hukum Keluarga sekaligus aturan pidana

bagi yang melanggarnya.

2. Masyarakat

Masyarakat seharusnya dapat dengan tegas menolak warga yang dengan

sengaja melakukan pernikahan yang terlarang. Seperti warga Desa Sawo

Kelurahan Bugel secara tegas mengusir beberapa warganya yang dengan sengaja

melakukan pernikahan dengan anak tirinya. Dengan tindakan seperti ini,

diharapkan dapat menjadi tamparan keras bagi pelaku, sehingga diharapkan

perkawinan yang dialarang oleh Islam tidak akan terjadi lagi.

Masyarakat juga seharusnya respon terhadap perilaku masyarakat yang

terlihat mencurigakan, seperti terlihat ayah yang selalu bepergian berduaan mesra

bersama anak tirinya. Hal ini dapat mengindikasikan adanya suatu hubungan yang

spesial antara ayah dan anak tersebut. Sehingga, jika masyarakat respon terhadap

keadaan seperti itu, dan sigap untuk mengambil tindakan preventif, diharapkan

tidak akan terjadi kasus anak yang dihamili ayah tirinya yang berujung ke

perkawinan terlarang.

Page 89: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

DAFTAR PUSTAKA

______. UU RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Yudistira.

______. 2010. Al Quranulkarim Miracle The Reference. Bandung:Sygma

Publishing. Amiur, Nuruddin. 2004. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta:

Prenada Media. Azzam, Abdul Aziz Muhamm & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. 2009.

Fiqh Munakahat. Jakarta: Amzah Basyir, Ahmad Azhar. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta:

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Djubaidah, Neng. 2010. Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak

Dicatat Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam. Jakarta:Sinar Grafika.

Ghazaly, Abdur Rahman. 2006. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group. Hadikusuma, Hilman. 1991. Pembuatan Kertas Kerja Skripsi Hukum.

Bandung: Mandar Maji. Ibrahim, Hosen. 1971. Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah, Talak

dan Rujuk.Jakarta:Ihya Ulmuddin Latief, Djamal. 1982. Aneka Hukum Peceraian Di Indonesia. Jakarta:

Ghalia Indonesia. Maimun. 2007. Pernikahan di Bawah Umur di kalangan Orang Sumatra

(Studi Kasus di Kelurahan Karang Ketuan Kecamatan Lubuk Linggau Sumatra Selatan Tahun 2004-2006).Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Narbuko, Cholid, Abu Achmadi. 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi

Pustaka.

Page 90: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Nasution, S. 2001. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara. Pamungkas, Wahyu. 2008. Poligami dengan Mahram Ghairu Mu’abbad

(Studi Kasus di Dukuh Banjaran Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga).Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

Rofiq, Ahmad. 1998. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Pt. Raja

Grafindo Persada. Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah jilid 3. Penerjemah Abdurrahim dan

Masrukhin. .2011. Jakarta: Cakrawala Publishing. Sariyanti. 2007. Dispensasi Kawin Karena Hubungan Luar Nikah (Studi

Penetapan Hakim di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2005).Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Syariah STAIN Salatiga.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan

Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syaikh, Abdullah bin Muhammad. 1994. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2.

Terjemahan oleh M. ‘Abdul Ghoffar. 2008. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i.

Tihami, Sohari Sahrani. 2009. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: Rajawali Pers. Washfi, Muhammad. 2005. Mencapai Keluarga Barokah. Yogyakarta:

Mitra Pustaka.

Page 91: PERKAWINAN MAHRAM MUSHAHARAHe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3067/1/Rokhana K...ABSTRAK Al Amin, Rokhana Khalifah. 2013. Perkawinan Mahram Mushaharah (Studi Terhadap Pasangan

Daftar Pertanyaan Wawancara

A. Subyek/Pelaku 1. Identitas lengkap, nama, alamat, usia, 2. Pekerjaan, pendidikan terakhir 3. Tahun berapa menikah, pernikahan ke-? 4. Nama istri pertama, nama anak-anak hasil perkawinan

5. Identitas istri kedua, nama anak hasil perkawinan 6. Hubungan dengan istri pertama seperti apa sekarang 7. Alasan menikahi anak tirinya 8. Hubungan pernikahannya sekarang seperti apa 9. Nikahnya dimana, saksi siapa, yang menikahkan siapa, bayar berapa 10. Orang tua masing-masing menyaksikan/ mengetahui , bagaimana komentarnya 11. Ada surat nikahnya tidak, usaha buat nyari surat nikah 12. Tahu/tidak kalau pernikahannya itu dilarang agama dan undang-undang?

B. Informan 1. Identitas lengkap (KTP) 2. Mengetahui pernikahan antara......dengan ...... tidak? 3. Yang diketahui pernikahan tersebut sah atau tidak 4. Apa usaha anda untuk mencegah perkawinan terlarang tersebut 5. Apa menjadi saksi saat perkawinan? 6. Kenapa mau jadi saksi terhadap perkawinan yang dilarang agama?

C. Tokoh agama, tokoh masyarakat 1. Kegiatan keagamaan di lingkungan anda seperti apa? 2. Apa pendapat anda tentang pernikahan yang terjadi antara anak tiri dengan

ayahya 3. Bagaimana anda sebagai tokoh masyarakat menyikapi permasalahan ini 4. Bagaimana cara anda untuk mencegah agar ini tidak terjadi lagi 5. Bagaimana makna surat an nisa menurut anda?dalam pemeliharaanmu? 6. Apa yang akan anda lakukan terhadap pernikahan terlarang yang telah

terjadi/terlanjur terjadi