persepsi dan preferensi wisatawan muslim …
TRANSCRIPT
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
57
PERSEPSI DAN PREFERENSI WISATAWAN MUSLIM TERHADAP SARANA DAN
PRASARANA WISATA HALAL DI LOMBOK (STUDI KASUS KAWASAN EKONOMI
KHUSUS MANDALIKA)
L. Adi Permadi*, Sri Darwini*, Weni Retnowati, Sri Wahyulina
*Manajemen FEB Universitas Mataram
Kata Kunci Abstrak
Persepsi, Preferensi,
Wisatawan Muslim,
Sarana, dan
prasarana wisata
halal
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi dan Preferensi Wisatawan
Muslim Terhadap Sarana dan prasarana wisata Halal Di Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika. Metode pembuktian terhadap tujuan penelitian tersebut menggunakan
metode penelitian diskriptif kualitatif. Pengambilan data primer akan dilakukan
dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian akan menunjukkan informan
mempersepsikan terhadap sarana pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika. Persepsi wisatawan Muslim terhadap sarana dan prasarana wisata Halal
di kawasan ekonomi khusus Mandalika secara umum baik. Kondisi Hotel atau
akomodasi lainnya dan Tempat Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal KEK
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sangat baik dibanding dengan kondisi dari
fasilitas pendukung lainnya. Namun terdapat kekurangan fasilitas seperti tempat
sampah dan toilet umum. Berdasarkan Preferensi wisatawan Muslim terhadap sarana
wisata Halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika : Toilet, Tempat Sampah dan
Tempat Ibadah menjadi sarana paling penting yang diinginkan oleh para wisatawan
yang berkunjung ke KEK Mandalika, Ada beberapa fasilitas yang harus disesuaikan
dengan kondisi wisatawan seperti musalla yang berjarak cukup jauh dengan lokasi
wisata, harus ada tersedia musalla yang dekat dengan lokasi wisata. Fasilitas untuk
wisatawan Muslim yang ada di KEK Mandalika masih perlu ditambah. Fasilitas yang
perlu ditambah adalah tong sampah, toilet, tempat istirahat pengunjung dan musalla
wisatawan.
Korespondensi : L. Adi Permadi
Email : [email protected]
1. PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan industri penting bagi
Nusa Tenggara Barat (NTB). Selama ini, jumlah
wisatawan NTB setiap tahun selalu meningkat. Hal
ini terbukti sejak 2009 hingga 2014 jumlah
kedatangan wisatawan meningkat 20 - 40 persen
setiap tahunnya. Peningkatan kedatangan wisata ini
berarti peningkatan penggunaan fasilitas pelayanan
jasa wisata di NTB dan peningkatan jumlah
pendapatan masyarakat dari belanja tiap wisatawan.
Pengakuan dunia pun tentang kemampuan
wisata NTB tidak diragukan lagi. Ini terlihat dari
dinobatkannya Lombok sebagai pemenang
penghargaan World Halal Travel Summit 2015 di
Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sementara itu pada 7
Desember 2016 lalu, World Halal Tourism Award
(WHTA) 2016 telah mengumumkan para pemenang
dari 16 kategori yang dilombakan tingkat dunia.
Dalam kompetisi ini, Lombok patut berbangga,
karena berhasil menjadi pemenang kategori World’s
Best Halal Honeymoon Destination 2016 melalui
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
58
Desa KEK Mandalika atau yang lebih dikenal
dengan nama KEK Mandalika Balley Region. Desa
di Lombok Timur ini memang sudah menjadi
destinasi favorit para turis lokal maupun
mancanegara dan memang biasa dijadikan
”honeymoon destination” favorit.
Bulan Maret 2017 menjadi bulan yang
mengecewakan bagi pelaku wisata dan masyarakat
NTB, Raja Salam bin Abdul Aziz dari Arab Saudi
beserta 1500 orang rombongannya yang notebene
Muslim justru memilih berlibur di Bali. Mengapa
justru Bali yang berpenduduk mayoritas non Muslim
yang dipilih oleh Raja Salman dan rombongan? Duta
Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin
Mohammed Abdullah Al Shuaibi kepada
Kompas.com mengatakan, ada dua alasan tersendiri
mengapa Bali yang menjadi tujuan Raja Salman.
Pertama, karena Bali merupakan tempat wisata yang
sangat terkenal dan kedua Bali juga memiliki
pemandangan alam yang indah.
Pada tahun 2017 46 persen wisatawan manca
negara yang berkunjung ke NTB berasal dari
Malaysia. Jumlah ini menurun dibandingkan jumlah
wisatawan Malaysia yang berkunjung di tahun
sebelumnya, yaitu 54 persen. Di sisi lain jumlah
wisatawan di NTB sepanjang tahun 2017 mengalami
fluktuasi. Ini mengingat tren wisatawan yang
musiman. Bila ditinjau dari kedatangan wisatawan
Malaysia ke Indonesia, dari sudut pada pintu
kedatangan terdekat dengan Bandara Internasional
Lombok, sebagian wisatawan masuk melalui pintu
Bandara Internasional Ngurah Rai Bali (48%).
Sementara itu yang datang melalui pintu Bandara
Internasional Lombok (BIL) hanya 16 persen
Fenomena wisawatan manca negara tersebut
di atas menunjukkan adanya masalah dalam pada
pariwisata NTB. Ini mengingat wisatawan Malaysia
sebenarnya bisa langsung mengakses NTB melalui
Bandara Internasional Lombok melalui salah satu
maskapai penerbangan yaitu Air Asia yang terbang
langsung dari Kuala Lumpur ke BIL. Namun mereka
lebih memilih melalui Ngurah Rai dan menginap
dulu di Bali baru melanjutkan perjalanan ke
Lombok.
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan pariwisata NTB adalah dengan
melakukan inovasi pemasaran. Menarik segmen
pasar baru adalah salah satu di antara strategi
pemasaran untuk bisnis pariwisata agar pariwisata
NTB tetap dan berkembang dalam kompetisi yang
tinggi ini. Ada banyak segmen industri pariwisata
masing-masing ditentukan oleh kebutuhan dan
tujuan perjalanan seperti wisata pantai dan pariwisata
medis. Sebuah segmen yang tumbuh dari industri
pariwisata disebut pariwisata halal (Henderson, 2010
dalam Kemenpar, 2015). Pariwisata halal adalah
ketika seorang musafir Muslim memilih untuk
mematuhi iman mereka dan ajaran-ajarannya
sementara perjalanan dan penginapan di luar negeri.
Wisata Muslim mendapatkan perhatian yang
tinggi sebagai ceruk pasar yang besar bagi industri
pariwisata. Karena kenyataan bahwa, di antara 20
negara yang memiliki pertumbuhan terbesar dalam
pengeluaran pariwisata internasional 2005-2010 atau
25% dari pertumbuhan belanja pariwisata dunia
pada periode tersebut adalah dari negara-negara
anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam Dunia).
Pertumbuhan pariwisata internasional yang
signifikan berasal dari pasar Muslim ini adalah
pertimbangan utama untuk daerah yang ekonomi
mendapat pendapatan yang besar dari pariwisata
(Thammarat et al., 2011 dalam Kemenpar, 2015).
Yang menjadi masalah bagi Lombok dalam
mengembangkan pariwisata halal adalah sarana
pariwisata. Hal ini dikemukan oleh Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata NTB L. M. Faozal yang
menyatakan bahwa Bali didatangi oleh Keluarga
Kerajaan Arab Saudi karena memiliki sarana
pariwisata yang lengkap dibanding NTB
(suarantb.com, 2018). Persoalan sarana menjadi
penting bagi wisatawan mengingat mereka
berpergian jauh untuk mendapatkan pengalaman
berbeda. Dalam penyediaan sarana bagi wisatawan
sebagai konsumen sering kali terjadi kesenjangan
atau perbedaan persepsi antara produsen dengan
konsumen. Selain itu budaya dan karakter konsumen
yang berbeda juga ikut menyebabkan permasalahan
pemasaran (Kotler dan Amstrong, 2015).
Perkembangan terkini fasilitas pariwisata
Lombok adalah diresmikannya operasional
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika oleh
Presiden Joko Widodo setelah tertahan selama 29
tahun. Kawasan ini adalah salah satu dari 10
kawasan yang ditargetkan menjadi “Bali Baru” oleh
Kementerian Pariwisata RI. Direktur Utama ITDC
(Indonesia Tourism Development Cooperation),
Abdulbar M. Mansoer mengatakan, ia optimistis
KEK Mandalika dapat membawa multiplier effect
perekonomian yang besar bagi masyarakat Nusa
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
59
Tenggara Barat serta khususnya masyarakat sekitar
kawasan (republika.co.id, 2017).
Kegiatan pariwisata di Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika Desa Kuta, Lombok Tengah,
Nusa Tenggara Barat sebagai salah satu lokasi yang
ditarget menjadi lokasi wisata halal di Pulau Lombok
harus mampu beradaptasi terhadap semua tuntutan
perubahan dengan mendengar suara dari berbagai
pihak yang berkepentingan khususnya wisatawan
yang memiliki preferensi yang berbeda dalam
memilih objek-objek wisata yang akan dikunjungi.
Preferensi wisatawan timbul dari keberagaman
fasilitas dan kegiatan wisata yang memenuhi
kebutuhan wisatawan saat melakukan perjalanan
wisata. Preferensi wisatawan menjadi dasar dalam
memperhitungkan keinginan dan kebutuhan akan
pelayanan fasilitas wisata yang akan diterima.
Preferensi dan persepsi sangat terkait dengan
keputusan seseorang untuk memilih salah satu
alternatif produk. Dalam kasus pariwisata, keputusan
seseorang untuk berwisata misalnya membutuhkan
pertimbangan yang cermat, termasuk memutuskan
dalam memilih sarana akomodasi (Sunaryo, 2005
dalam Yusrizal, 2007). Wisatawan yang berkunjung
ke destinasi pariwisata dihadapkan pada sarana
akomodasi yang ada seperti hotel, villa, homestay,
resort, bungalows, guesthouse, dan cottages.
Semakin banyaknya sarana akomodasi semakin
bervariasi pula harga serta fasilitas yang dimiliki.
Banyaknya pilihan yang ada akan menimbulkan
suatu keinginan atau kesukaan terhadap suatu benda
atau produk serta jasa yang disebut dengan istilah
preferensi. Menurut Assauri (2014:132) menyatakan
bahwa preferensi seseorang berhubungan dengan
perilaku konsumen atau pembeli dalam proses
pemilihan produk yang akan dibeli, yang terdapat
dalam proses pembelian. Proses pembelian tersebut
perlu dipelajari untuk mengetahui mengapa
seseorang memilih dan membeli serta lebih senang
pada produk merk tertentu
Pilihan atau preferensi wisatawan akan suatu
produk dan jasa berbeda antara wisatawan yang satu
dengan wisatawan yang lainnya. Oleh karena itu
sarana dan prasarana penunjang wisata halal di KEK
Mandalika harus mampu memenuhi keinginan dan
kebutuhan dari wisatawan guna meningkatkan
kepuasan wisatawan saat berkunjung. Sebelum
menginap ke suatu tempat, wisatawan pada
umumnya akan mempertimbangkan beberapa hal
seperti harga, fasilitas, lokasi yang sesuai dengan
keinginan wisatawan. Mengetahui keinginan
wisatawan terhadap keputusan dalam memilih
sarana dan prasarana sangatlah penting bagi
pengelola kawasan ekonomi khusus tersebut. Hal
tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
pengelola kawasan agar mempersiapkan atau
memperhatikan jenis fasilitas seperti apa yang
diinginkan oleh wisatawan. Mengetahui preferensi
wisatawan juga sangat membantu dalam
menciptakan produk baru sesuai dengan fasilitas
yang diinginkan dan dibutuhkan oleh wisatawan
selama melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah
dalam hal ini adalah KEK Mandalika. Oleh karena
itu perlu untuk mengetahui jenis fasilitas seperti apa
yang diinginkan oleh wisatawan agar bisa
memberikan citra atau pandangan yang baik
terhadap amenitis yang ada di KEK Mandalika.
Telaah hasil penelitian yang dijadikan sebagai
pembanding yang memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini yaitu penelitian
dilakukan oleh Toule (2015) dengan penelitian yang
berjudul “Preferensi Wisatawan Nusantara Terhadap
Sarana Akomodasi Di Provinsi Bali”. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu wisatawan nusantara lebih
menyukai akomodasi yang berada dekat dengan
keramaian yang belum pernah ia tinggali
sebelumnya dan memiliki amenities kamar yang
lengkap. Wisatawan lebih tertarik pada hotel yang
memiliki reputasi terkenal, lebih mementingkan
akomodasi yang dapat menawarkan loyalty
program. Selain itu, lokasi menjadi atribut yang
paling dipertimbangkan. Penelitian kedua adalah
penelitian Harikusumawan dan Mandala (2014).
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
menginap di Villa Akasha Beach Estate Kerobokan
Badung. Hasil penelitian menunjukkan ada 6 (enam)
faktor yang mempengaruhi keputusan menginap di
Villa Akasha Beach Estate Kerobokan Badung yaitu
faktor sosial, hidangan dan pendidikan, produk,
pelayanan, promosi dan lingkungan. Penelitian
ketiga yang dilakukan oleh Dewi dan Nugroho
(2014). Hasil dari penelitian Dewi dan Nugroho
(2014) tersebut adalah citra wisatawan terhadap
Geopark Gunung Batur sangat baik. Namun citra
wisatawan terhadap amenitas kurang baik,
sedangkan citra wisatawan terhadap aksesibilitas dan
masyarakat lokal adalah baik. Hal tersebut berarti
wisatawan yang berkunjung ke Kintamani memiliki
suatu citra yang baik terhadap Geopark Gunung
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
60
Batur sebagai daya tarik wisata. Penelitian keempat
yang dilakukan oleh Sulistiono (2010). Hasil dari
penelitian tersebut yaitu variabel kualitas pelayanan,
fasilitas dan lokasi secara signifikan mempengaruhi
keputusan menginap, selain itu Sulistiono (2010)
menunjukkan bahwa variabel keputusan menginap
ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak diteliti pada penelitian tersebut.
Keinginan wisatawan akan suatu produk dan
jasa berbeda antara wisatawan yang satu dengan
wisatawan yang lainnya. Oleh karena itu sebuah
sarana akomodasi harus mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan dari wisatawan guna
meningkatkan kepuasan wisatawan saat berkunjung.
Sebelum menginap ke suatu tempat, wisatawan pada
umumnya akan mempertimbangkan beberapa hal
seperti harga, fasilitas, lokasi yang sesuai dengan
keinginan wisatawan. Mengetahui keinginan
wisatawan terhadap keputusan dalam memilih
akomodasi sangatlah penting bagi pelaku industri
pariwisata. Hal tersebut dapat memberikan
keuntungan bagi pemilik akomodasi agar
mempersiapkan atau memperhatikan jenis
akomodasi seperti apa yang diinginkan oleh
wisatawan. Mengetahui preferensi wisatawan juga
sangat membantu dalam menciptakan produk baru
sesuai dengan jenis akomodasi yang diinginkan dan
dibutuhkan oleh wisatawan selama melakukan
perjalanan wisata ke suatu daerah dalam hal ini
adalah KEK Mandalika. Oleh karena itu perlu untuk
mengetahui jenis akomodasi seperti apa yang
diinginkan oleh wisatawan agar bisa memberikan
citra atau pandangan yang baik terhadap amenitis
yang ada di KEK Mandalika.
Sarana dan prasarana wisata merupakan salah
satu unsur penting pembentuk produk wisata yang
berperan untuk menunjang kemudahan dan
kenyamanan wisatawan dalam perjalanan wisata.
Pemasaran produk pariwisata halal sangat
tergantung pada sarana penunjangnya. Namun
Wisatawan Muslim tidak hanya dari Timur Tengah
dan banyak perbedaan di antara wisatawan tersebut
sehingga mungkin saja terjadi perbedeaan persepsi
dan preferensi. Untuk itu persepsi dan preferensi
wisatawan terhadap sarana dan prasarana wisata
halal di kawasan ekonomi khusus Mandalika perlu
diketahui sebagai masukan untuk masyarakat
setempat agar dapat menangkap peluang usaha
pariwisata halal.
2. KAJIAN LITERATUR
Pengertian Pariwisata Dalam Undang-undang RI nomor 10 tahun
2009 tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata
adalah sebagai berikut : “Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, dan pemerintah.
”Menurut Richardson dan Fluker (2004 ; 5)
dalam Kemenpar (2015) ada beberapa komponen
pokok yang secara umum menjadi batasan definisi
pariwisata, yaitu :
1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu
pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat
lain.
2. Adanya unsur tinggal sementara di tempat yang
bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya
tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut
bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di
tempat yang dituju.
Wisatawan
Pengertian wisatawan menurut Undang-
Undang Republik Indonesia No 9 tentang
Kepariwisataan, Bab I berisi tentang Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan sebagai
berikut :
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Sedangkan
wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan
wisata.
Dari definisi di atas disimpulkan bahwa
wisatawan merupakan pelaku (konsumen) yang
melakukan kegiatan di luar aktivitas sehari-hari
untuk melakukan kunjungan wisata ataupun suatu
perjalanan yang direncanakan untuk mendapatkan
kepuasan bagi diri sendiri, sedangkan Menurut
Suwardjoko dan Indira (2007 ; 16), wisatawan
adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
Wisatawan terbagi atas dua kategori yaitu :
a. Wisatawan Mancanegara (Internasional) yaitu
wisatawan dari berbagai Negara lain yang
berkunjung ke wilayah Negara X, dan warga
Negara X yang berwisata ke luar wilayah Negara
X. Wisatawan Nasional (Domestik) yaitu
wisatawan yang melakukan kegiatan wisata di
dalam wilayah Negara X. Di Indonesia,
wisatawan domestik terdiri atas wisatawan
nusantara dan wisatawan domestik asing.
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
61
b. Wisatawan Nusantara (Nasional) adalah warga
Negara Indonesia yang berwisata di dalam
wilayah Negara Indonesia. Sedangkan
wisatawan domestik asing adalah warga negara
asing yang tinggal di Indonesia dan berwisata di
dalam wilayah Indonesia.
Pariwisata Halal
Definisi Wisata Halal
Terminologi wisata halal atau wisata syariah
di beberapa negara ada yang menggunakan istilah
seperti Islamic tourism, halal tourism, halal travel,
ataupun as Moslem friendly destination. Menurut
pasal 1 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Indonesia No. 2 Tahun 2014 tentang
pedoman penyelenggaraan usaha hotel syariah, yang
dimaksud syariah adalah prinsip-prinsip hukum
islam sebagaimana yang diatur fatwa dan/atau telah
disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia. Istilah
syariah mulai digunakan di Indonesia pada industri
perbankan sejak tahun 1992. Dari industri perbankan
berkembang ke sektor lain yaitu asuransi syariah,
pengadaian syariah, hotel syariah, dan pariwisata
syariah.
Definisi pariwisata syariah adalah kegiatan
yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi
ketentuan syariah (Kemenpar, 2015). Pariwisata
syariah dimanfaatkan oleh banyak orang karena
karakteristik produk dan jasanya yang bersifat
universal.Produk dan jasa wisata, objek wisata, dan
tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama
dengan produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata
pada umumnya selama tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dan etika syariah. Jadi pariwisata syariah
tidak terbatas hanya pada wisata religi.
Menurut Sofyan (2012:33) dalam Kemenpar
(2015), definisi wisata syariah lebih luas dari wisata
religi yaitu wisata yang didasarkan pada nilai-nilai
syariah Islam. Seperti yang dianjurkan oleh World
Tourism Organization (WTO), konsumen wisata
syariah bukan hanya umat Muslim tetapi juga non
Muslim yang ingin menikmati kearifan lokal.
Pemilik jaringan Hotel Sofyan itu menjelaskan,
kriteria umum pariwisata syariah ialah; pertama,
memiliki orientasi kepada kemaslahatan umum.
Kedua, memiliki orientasi pencerahan, penyegaran,
dan ketenangan. Ketiga, menghindari kemusyrikan
dan khurafat. Keempat, bebas dari maksiat. Kelima,
menjaga keamanan dan kenyamanan. Keenam,
menjaga kelestarian lingkungan. Ketujuh,
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan kearifan
lokal.
Menurut Nirwandar (2015) dalam Kemenpar
(2015) keberadaan wisata halal sebagai berikut:
Halal tourism adalah extended services. Kalau tidak
ada dicari, kalau ada, bisa membuat rasa aman.
Wisata halal bisa bergandengan dengan yang lain.
Sifatnya bisa berupa komplementer, bisa berupa
produk sendiri. Misalnya ada hotel halal, berarti
membuat orang yang mencari hotel yang menjamin
kehalalan produknya akan mendapatkan opsi yang
lebih luas. Ini justru memperluas pasar, bukan
mengurangi. Dari yang tadinya tidak ada, jadi ada”.
Perilaku Wisatawan
Pengertian Perilaku Wisatawan
Pemasaran pada dasarnya bertujuan
memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta
keinginan wisatawan yang dituju atau wisatawan
sasaran (target wisatawan). Bidang ilmu perilaku
wisatawan (tourist behavior) mempelajari
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi
memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan
suatu produk dalam rangka memuaskan kebutuhan
dan keinginan wisatawan. Tantangan terbesar yang
dihadapi daerah tujuan wisata, khususnya bagian
pemasaran, selama ini bagaimana mempengaruhi
perilaku wisatawan agar dapat mendukung produk
(barang dan jasa) yang ditawarkan kepada
wisatawan. Tujuan terpenting dari setiap promosi
adalah mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung,
namun tindakan pembelian hanyalah salah satu
bagian dari keseluruhan proses perilaku konsumen.
Para ahli mendefinisikan perilaku wisatawan,
menurut Morrisan (2007:64) dalam Kemenpar
(2015) perilaku wisatawan adalah proses dan
kegiatan yang terlibat ketika orang mencari,
memilih, menggunakan, mengevaluasi, dan
membuang produk dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka. Menurut Loudon
dan Della Bitta (Alma, 2008:236) “Tourist behavior
may be defined as the decision process and physical
activity individuals engage in when evaluating,
acquiring, using, or disposing of goods and
services“. (Perilaku wisatawan adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-
individu yang semuanya ini melibatkan individu
dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau
mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa).
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
62
Menurut Kotler dan Keller (2009:189)
mengemukakan tentang definisi perilaku wisatawan
yaitu, “Tourist behaviour is study of how individuals,
groups, and organizations select, buy, use, and
dispose of goods, services, ideas, or experiences to
satisfy their needs and wants”. Dapat dijelaskan
bahwa pemasar atau perusahaan harus memahami
tentang apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan
wisatawan baik itu berupa jasa, ide-ide, atau
pengalaman yang mampu memuaskan keinginan
dan kebutuhan wisatawan.
Terdapat beberapa hal yang penting yang
dapat diungkapkan dari definisi yang telah
dipaparkan oleh para ahli, perilaku wisatawan adalah
suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap
(Kemenpar, 2015) yaitu.
1. Tahap perolehan (acquisition), mencari
(searching) dan membeli (purchasing).
2. Tahap konsumsi (consumption) yang berupa
menggunakan (using) dan mengevaluasi
(evaluating).
3. Tahap tindakan pasca pembelian (disposition)
yang berupa tindakan wisatawan.
Perilaku wisatawan dalam mempengaruhi
unit-unit pengambil keputusan (decision unit)
menurut Kotler dan Keller (2009:190) terdiri dari,
wisatawan sendiri yang membentuk pasar
wisatawan (tourist market) dan wisatawan
organisasional yang membentuk pasar bisnis
(business market). Adapun konsep personal tourist
dalam definisi perilaku wisatawan dapat lebih
dijelaskan bahwa personal wisatawan merupakan
individu yang membeli barang dan jasa untuk
dirinya sendiri, memenuhi kebutuhan keluarga dan
dijadikan hadiah untuk orang lain sehingga personal
wisatawan merupakan pengguna terakhir .
Menurut Kemenpar (2015) ada beberapa
sifat dari perilaku wisatawan yaitu:
1. Tourist Behavior Is Dynamic
Perilaku wisatawan dikatakan dinamis karena
proses berpikir, merasakan, dan aksi dari setiap
individu wisatawan, kelompok wisatawan, dan
perhimpunan besar wisatawan selalu berubah
secara konstan. Sifat yang dinamis demikian
menyebabkan pengembangan strategi
pemasaran menjadi sangat menantang sekaligus
sulit. Suatu strategi dapat berhasil pada suatu saat
dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan
tempat lain, karena itu suatu perusahaan harus
senantiasa melakukan inovasi-inovasi secara
berkala untuk meraih wisatawannya.
2. Tourist Behavior Involves Interactions
Perilaku wisatawan terdapat interaksi antara
pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia,
serta lingkungan. Semakin dalam suatu
perusahaan memahami bagaimana interaksi
tersebut mempengaruhi wisatawan semakin baik
perusahaan tersebut dalam memuaskan
kebutuhan dan keinginan wisatawan serta
memberikan value atau nilai bagi wisatawan.
3. Tourist Behavior Involves Exchange
Perilaku wisatawan, melibatkan pertukaran
antara manusia. Dengan kata lain seseorang
memberikan sesuatu untuk orang lain dan
menerima sesuatu sebagai gantinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Wisatawan
Perilaku wisatawan dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti yang dikemukakan Kotler
dan Keller (2009:190) yaitu, faktor budaya, faktor
sosial, faktor personal dan faktor psikologi. Faktor-
faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Budaya
Budaya, subbudaya dan kelas sosial merupakan
faktor yang paling banyak mempengaruhi
perilaku kunjungan pada wistawan. Budaya
merupakan sesuatu yang dasar dari keinginan
dan kebutuhan seseorang. Masing-masing
budaya terdiri dari bagian yang lebih kecil yaitu
sub budaya yang mampu menyediakan
identifikasi yang lebih spesifik dan sosialisasi
bagi anggotanya. Sub budaya terdiri dari dari
kebangsaan, kepercayaan, ras, dan area geografi.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial sebagai tambahan dari faktor
budaya, faktor sosial terdiri dari referensi
keluarga, kelompok, dan aturan sosial dan status
berdampak pada perilaku kunjungan.
3. Faktor Personal
Keputusan berkunjung juga dipengaruhi oleh
karakteristik personal, yang termasuk dalam
kategori ini adalah umur dan daur hidup,
pekerjaan dan ekonomi, kepribadian dan konsep
diri, dan gaya hidup dan nilai. Karena beberapa
karakteristik ini memiliki dampak yang
langsung dalam perilaku wisatawan, hal ini
sangat penting untuk pemasar dalam mendekati
wisatawan.
4. Faktor Psikologi
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
63
Langkah utama dalam memahami perilaku
wisatawan adalah model tanggapan rangsangan.
Pemasar dan lingkungan mempengaruhi untuk
masuk dalam kesadaran wisatawan dan
mengatur proses kejiwaannya yang
menggabungkan dengan karakteristik keyakinan
wisatawan untuk menghasilkan proses
keputusan dan keputusan berkunjung. Tugas
pemasar adalah untuk memahami apa yang
terjadi pada kesadaran wisatawan antara
kedatangan stimuli pemasaran yang masuk dan
keputusan berkunjung total. Terdapat empat
kunci proses psikologi yaitu, motivasi, persepsi,
pembelajaran dan memori yang merupakan hal
dasar untuk mempengaruhi tanggapan
wisatawan.
Motivasi Wisatawan
Motivasi merupakan hal yang sangat
mendasar dalam wisatawan dan pariwisata, karena
motivasi merupakan trigger dari proses perjalanan
wisata, walaupun motivasi ini sering tidak disadari
oleh wisatawan itu sendiri (Sharpley, 1994). Analisis
mengenai motivasi semakin penting jika dikaitkan
dengan pariwisata dimana perilaku manusia
dipengaruhi oleh berbagai motivasi.
Pada dasarnya perjalanan wisata dimotivasi
oleh beberapa hal yang mendorong
perjalanan,motivasi-motivasi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar
(McIntosh, 1977 dan Murphy, 1985 dalam Pitana,
2005) sebagai berikut:
Physical or physiological motivation (motivasi
yang bersifat fisik atau fisiologis) antara lain
untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,
berpartisipasi dalam kegiatan olah raga,
bersantai, dan sebagainya.
Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu
keinginan untuk mengetahui budaya, adat,
tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga
ketertarikan akan berbagai obyek tinggalan
budaya (monumen bersejarah)
Social motivation atau interpersonal Motivation
(motivasi yang bersifat sosial), seperti
mengunjungi teman dan keluarga, menemui
mitra kerja, ziarah, pelarian dari situasi yang
membosankan, dan sebagainya.
Fantasy motivation (motivasi karena fantasi),
fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan
bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan, dan ego- enhancement yang
memberikan kepuasan psikologis.
Pola Perjalanan Wisatawan
Pola dasar dari perjalanan pariwisata termasuk
dalam kriteria definisi orang yang melakukan
perjalanan (traveller) dalam hubungannya dengan
industri perjalanan wisata, yaitu:
1. Jarak
Masalah yang timbul adalah untuk
menentukan perjalanan itu perjalanan lokal
atau perjalanan pariwisata. Maka diambil
keputusan bahwa perjalanan pariwisata adalah
dari rumah tinggal yang berlokasi 150 km
dari tempat wisata (Hadinoto, 1996 dalam
Dwiputra, 2013). Bagi kepariwisataan jarak ini
berarti adanya lingkungan yang berbeda dari
lingkungan dimana wisatawan biasanya
sehari-hari berada. Maka sering disebut away
from home.
2. Tempat tinggal asal
Tempat tinggal asal ini penting untuk
menentukan pasar wisata. Dari pola ini dapat
diketahui apakah ia penduduk Indonesia (asing
atau WNI) atau penduduk negara lain, dan negara
mana. Maka penting untuk mengetahui tempat
negara asal, nasionalitas, atau golongan
penduduk mana.
3. Maksud kunjungan
Maksud kunjungan digunakan untuk
membedakan jenis perjalanan. Maksud tujuan ini
dibedakan dalam beberapa golongan, yaitu:
berlibur, belajar, bertemu keluarga, olahraga, dan
lain-lain.
4. Moda perjalanan
Moda transportasi sering dijadikan dassr pula
untuk perencanaan. Moda ini dibedakan antara
udara, darat, dan laut. Rute perjalanan ke tempat
wisata perlu diketahui juga, untuk menentukan
cara menyiapkan tempat wisata dalam hal
pengadaan gateway, atau untuk memudahkan
pemasaran.
Persepsi dan Preferensi
Persepsi adalah penginderaan terhadap kesan
yang timbul dari lingkungannya (Effendy, 1984
dalam Dwiputra, 2013). Daya persepsi seseorang
dapat diperkuat oleh adanya pengetahuan dan
pengalaman. Semakin sering seseorang
menempatkan diri dalam komunikasi, akan semakin
kuat daya persepsinya. Secara umum persepsi
seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor (Siagian,
1989 dalam Dwiputra, 2013) yaitu, (1) diri orang
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
64
yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan,
pengalaman dan harapan); (2) sasaran persepsi
(orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan
lingkungan).
Preferensi adalah kecenderungan untuk
memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang
lain. Preferensi merupakan bagian dari komponen
pembuatan keputusan dari seorang individu
(Porteus, 1977 dalam Dwiputra, 2013). Secara
lengkap komponen-komponen tersebut adalah:
persepsi, sikap, nilai, kecenderungan. Komponen
tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam
mengambil keputusan.
Studi perilaku individu dapat digunakan oleh
ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai
keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek
yang akan direncanakan (Porteus, 1977 dalam
Dwiputra, 2013). Dengan melihat preferensi dapat
memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam
proses perencanaan.
Sarana Wisata
Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah
tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani
kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan
wisatanya (Warpani, 2006 dalam Dwiputra, 2013).
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata
maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan. Lebih dari itu selera
pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang
dimaksud. Menurut Dwiputra (2013) berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan
wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi,
restoran dan rumah makan serta sarana pendukung
lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan
sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana
wisata tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan
wisatawan.
1. Akomodasi
Daerah tujuan wisata dapat dipandang
sebagai titik peralihan kedatangan
wisatawan menuju lokasi objek wisata.
Dengan kata lain, daerah tujuan wisata
dengan akomodasinya adalah simpul
penghimpun wisatawan untuk menuju
objek dan/atau melanjutkan perjalanan
menuju tujuan lain. Di daerah tujuan
wisata tersebut, sebelum wisatawan
melanjutkan perjalanannya menuju
objek wisata, diperlukan sarana yang
untuk sementara dapat menampung
wisatawan berupa hotel atau penginapan
(Dwiputra, 2013).
2. Tempat Makan
Hampir seluruh hotel menyediakan satu
atau beberapa rumah makan dengan
tampilan dan sajian khas, dengan
karakter kebangsaan tertentu dan gaya
masing-masing, atau sekurang-
kurangnya kedai kopi tempat makan
pagi yang disediakan oleh hotel.
Meskipun demikian banyak tamu hotel
memilih mencari makanan khas daerah
di luar hotel. Selain lebih murah dan
menawarkan suasana khas daerah,
makan di luar hotel membuka peluang
interaksi sosial dengan masyarakat
setempat (Dwiputra, 2013).
3. Tempat Belanja
Berbelanja adalah kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari perjalanan
pariwisata, bahkan merupakan salah
satu jenis pariwisata yang cukup besar
artinya bagi suatu daerah tujuan wisata.
Belanja tidak semata-mata hanya
melayani wisatawan yang sengaja
meniatkan diri untuk berbelanja, tetapi
juga belanja harus dapat melayani semua
wisatawan dan juga masyarakat pada
umumnya. Persebaran pusat
perbelanjaan, akomodasi, dan jaringan
pelayanan angkutan harus menjadi bahan
perhitungan dalam menata ruang
wilayah sedemikian rupa sehingga
wisatawan merasa menjadi bagian dari
tujuan, bukan sekedar sebagai
pengunjung (Dwiputra, 2013).
3. METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kualitatif karena peneliti
melakukan penelitian langsung secara intensif,
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu serta dengan
pengamatan obyek (kegiatan atau peristiwa)
yang diteliti secara mendalam (Abdurahman,
2003: 51).
Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif
membantu peneliti untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan bagaimana Persepsi Dan
Preferensi Wisatawan Muslim Terhadap
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
65
Sarana dan Prasarana Wisata Halal di
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dengan menguraikan ucapan, uraian, data, tulisan
dan data-data deskriptif lainnya sesuai dengan yang
dipaparkan Bogdan dan Taylor mengenai
pendekatan kualitatif (Sudikin, 2002: 2).
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada
saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-
sebab dari suatu gejala tertentu (Creswell, 2014).
Penelitian deskriptif mencoba membahas “How”
dan “Who”, pola tentang gejala secara rinci dan
pada sejumlah informasi data-data yang
dikumpulkan bukan berupa penyajian angka-angka
melainkan kata-kata dan gambar.
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
(In-depth Interview) sebagai pengumpulan data
primernya. Wawancara mendalam merupakan
suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan
cara langsung bertatap muka dengan informan agar
mendapat data yang lengkap dan mendalam.
Wawancara ini dapat dilakukan dengan frekuensi
tinggi secara intensif. Peneliti bertujuan menggali
pandangan atau pendapat narasumber mengenai
topik tertentu dengan menggunakan interview
guide yang semi-terstruktur dengan topik pertanyaan
yang berhubungan dengan rumusan masalah.
Untuk data sekunder bersumber dari
berbagai catatan-catatan yang berguna untuk
melengkapi data penelitian. Metode pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan studi pustaka
melalui data yang didapatkan dari sumber
literatur kepustakaan berupa buku-buku, surat
kabar, artikel/tulisan pada media massa dan
internet, foto, dokumen organisasi, website
organisasi, serta hasil penelitian yang menjadi
referensi dan yang berhubungan dengan sarana
pariwisata.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Penelitian
Kondisi Lapangan
Terletak di bagian Selatan Pulau Lombok,
KEK Mandalika ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 untuk
menjadi KEK Pariwisata. Dengan luas area
sebesar 1.035,67 Ha dan menghadap Samudera
Hindia, KEK Mandalika diharapkan dapat
mengakselerasi sektor pariwisata Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang sangat potensial.
KEK Mandalika menawarkan wisata
bahari dengan pesona pantai dan bawah laut
yang memukau. Mandalika berasal dari nama
seorang tokoh legenda, yaitu Putri Mandalika
yang dikenal dengan parasnya yang cantik.
Setiap tahunnya, masyarakat Lombok Tengah
merayakan upacara Bau Nyale, yaitu ritual
mencari cacing laut yang dipercaya sebagai
jelmaan dari Putri Mandalika. Perayaan ini
merupakan budaya yang unik dan menarik
wisatawan baik lokal maupun internasional.
Berdasarkan potensi dan keunggulan yang
ada, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia
(Persero) yang telah mengembangkan Nusa Dua
Bali mengusulkan pembentukan KEK
Mandalika. Sebagai destinasi wisata bahari dan
wisata budaya dengan panorama yang eksotis
dan berdekatan dengan Pulau Dewata, KEK
Mandalika diperkirakan akan menarik
kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara per
tahun pada 2019. KEK Mandalika memiliki
konsep pengembangan pariwisata berwawasan
lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek
wisata dan daya tarik wisata yang selalu
berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas
lingkungan hidup yang ada di masyarakat. KEK
Mandalika adalah KEK yang paling menarik
bagi para investor saat ini dan diharapkan
menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Perkembangan wisata Halal di KEK Mandalika
Dalam Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah (Ripparda) Provinsi Nusa
Tenggara Barat, telah diatur pewilayahan Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD) menjadi Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD) Lombok. Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD). Untuk mewujudkan visi
pariwisata NTB, Pulau Lombok dijadikan sebagai
destinasi wisata yang diharapkan menjadi pintu
gerbang untuk menarik kunjungan wisatawan,
terutama wisatawan muslim, terlebih dalam konteks
wisata halal, Lombok dinobatkan sebagai wisata
halal terbaik dunia dua tahun berturut-turut, yakni
pada tahun 2015 dan tahun 2016 di Abu Dhabi, maka
dari itu beberapa langkah strategis yang dilakukan
dalam pengembangan pariwisata Lombok sebagai
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD).
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
66
Lombok dalam rencana strategis pariwisata
daerah NTB dibagi menjadi dari 4 (empat) Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)
(http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/sosialisasi-
ripparda-ntb/). Salah satu dari empat Kawasan
Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) pada Destinasi
Pariwisata Daerah (DPD) Lombok adalah
RASIMAS-KEK MANDALIKA dan sekitarnya,
meliputi Benang Stokel; Gili Sulat; KEK Mandalika;
Gunung Rinjani; dan Otak Kokoq. Kawasan ini
berada pada wilayah Kabupaten Lombok Tengah
dan Kabupaten Lombok Timur, dan diperuntukkan
sebagai kawasan wisata agro, wisata pegunungan
dan wisata kuliner.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Mandalika yang seluas 1.171.01 hektar tersebut,
250 hektarnya akan digunakan untuk kawasan
wisata halal. Ini memperlihatkan optimisme
pemerintah dan masyarakat NTB akan keberhasilan
pariwisata terutama wisata halal. Pembangunan
kawasan wisata halal di KEK Mandalika sebagai
destinasi yang diharapkan mampu membantu
menyumbangkan dengan maksimal untuk menarik
kunjungan wisatawan manca negara sebanyak-
banyaknya demi tercapainya visi 20 juta wisatawan
manca negara pada tahun 2019 dengan
mengembangkan aksesibilitas, amenitas, atraksi,
yang menjadi fokus dalam pembangunan pariwisata
karena atraksi menjadi daya tarik tersendiri dalam
menarik kunjungan wisatawan, selain itu
kemudahan dalam melakukan wisata dengan adanya
fasilitas dan infrastruktur yang baik dan tentunya
membuat wisatawan menjadi lebih aman dan
nyaman.
Fasilitas di KEK Mandalika yang ada saat ini
Fasilitas wisata yang disediakan di KEK
Mandalika saat ini adalah kawasan Masjid Nurul
Bilad, akomodasi yang terdiri dari Hotel, Guesthouse
dan Homestay, Restauran, menara pengamatan,
taman, dengan fasilitas-fasilitas pendukungnya,
yaitu : tempat duduk, tempat sampah, papan
informasi, papan rambu/peringatan, toilet, warung,
dan parkir. Selain itu di area KEK Mandalika bagian
Pantai Kuta tersedia juga ATM (Anjungan Tunai
Mandiri), Toko Bahan Kebutuhan sehari-hari
(Alfamart , Indomart) dan pelabuhan nelayan.
Aksesibilitas
Perjalanan menuju KEK Mandalika dari
Mataram dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih
1 jam melalui jalan By Pass Bandara Internasional
Lombok, dengan kecepatan normal dan kondisi jalan
ramai. Kondisi jalan yang bagus dan mulus namun
memiliki ada sedikit medan yang cukup berat
dengan tanjakan, turunan dan tikungan tajam
sebelum mencapainya akan terbayar lunas dengan
keindahan alam KEK Mandalika dan segarnya udara
pantai dan pegunungan di sana.
Akomodasi
Seiring perkembangannya sebagai salah satu
destinasi wisata andalan, tentunya sarana dan
prasarana pendukung yang ada saat ini perlu
pembenahan. Begitu banyak penginapan kelas
melati hingga hotel bintang yang tersedia, dari
pengamatan penulis beberapa waktu lalu, di
beberapa penginapan bahkan sekelas hotel bintang
sebagai sarana akomodasi yang ada di KEK
Mandalika belum memenuhi kebutuhan pendukung
standar lainnya bagi wisatawan muslim yang
menginap, padahal hal ini sangat krusial apalagi
KEK Mandalika telah mendapat predikat terbaik
tersebut .
Gambar 1. Novotel Hotel, Salah satu Fasilitas Akomodasi yang
Tersedia di KEK Mandalika
Pembenahan Fasilitas
Kementerian Pariwisata telah membentuk
Tim Percepatan Pembangunan Sepuluh Destinasi
Pariwisata Prioritas. PIC Mandalika Taufan R
mengatakan, pembenahan salah satu destinasi
pariwisata prioritas Mandalika harus terus dilakukan,
meskipun selama dua tahun ini telah mengalami
banyak kemajuan.
"Kita tidak boleh cepat puas. Perjuangan
dalam pembenahan destinasi pariwisata prioritas
mandalika selama dua tahun berkat dukungan semua
pihak sudah banyak terlihat kemajuan, terlebih
pascapresiden Jokowi meresmikan beroperasinya
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) mandalika," ujar
Taufan R kepada Republika.co.id, Senin (12/3).
Taufan menyebutkan, sebagai PIC
Mandalika, ia harus terus mendorong kemajuan
wisata ini. Adapun tugas- tugas yang perlu
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
67
dilakukan yaitu pertama, identifikasi 3A (atraksi
wisata, aksesibilitas dan amenitas), Strategic
Situation Analysis (SSA), Benchmarking dan
Key Success Factor.
Kedua, melakukan sinkronisasi dokumen
perencanaan atau development plan dari masing-
masing sektor dan daerah yang terintegrasi
dengan perencanaan pariwisata nasional. Ketiga,
menyusun program dan kegiatan 2017 - 2019
terkait kebutuhan dukungan lintas sektor pada
hal-hal yang berhubungan dengan atraksi wisata,
aksesibilitas dan amenitas. Keempat, menyusun
business plan yang mencakup evaluasi ekonomi
dan proyeksi pertumbuhan ekonomi di sepuluh
destinasi pariwisata prioritas termasuk pola dan
organisasi tata kelola atau kelembagaan.
"Kemudian memastikan pelaksanaan
pembangunan fasilitas (infrastruktur) dan
pelayanan dengan menerapkan fungsi sistem
integrator dan project management di destinasi
pariwisata prioritas," jelas Taufan.
Kendati begitu, menurut Taufan, hal yang
paling berat dalam membenahi destinasi
pariwisata ini adalah bagaimana menyatukan
stakeholder dalam pengembangan wisata. "Ini
yang paling berat, menyatukan semua
stakeholder di daerah, khususnya dalam
semangat Indonesia incorporated, yang mau
bekerja sama dan sama-sama bekerja," katanya.
Karakteristik Informan
Total informan yang berhasil diwawancarai
adalah 50 orang. Ditinjau dari jenis kelaminnya
jumlah laki-laki dan perempuan yang menjadi
informan seimbang masing-masing 50 persen.
Ditinjau dari segi umur usia 20 tahun ke bawah
mendominasi. Ini berarti wisatawan yang
berkunjung ke KEK Mandalika relatif berusia muda.
Bila ditinjau dari pendidikannya informan usia muda
20 tahun ke bawah sebagian besar berpendidikan
SMA sederajat, 42 persen dari seluruh informan.
Namun di antara mereka juga terdapat 30 persen
yang berpendidikan Sarjana. Sebagian besar dari
informan berasal dari NTB dan hanya 10 persen
berasal dari luar NTB.
Persepsi Informan terhadap Daya Tarik
(Attraction) KEK Mandalika
Menurut persepsi informan salah satu
penyebab mereka datang ke KEK Mandalika adalah
karena adanya promosi wisata halal. Hal ini sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah selama
ini yang menggaungkan pariwisata halal. Selain itu
promosi wisata halal KEK Mandalika banyak
dipengaruhi oleh kemenangan Sembalun dalam
World Halal Tourism Award di Abu Dhabi tahun
2016 dengan penghargaan sebagai World Best Halal
Honeymoon Destination.
Selain itu informan menyatakan bahwa
mereka datang karena keindahan KEK Mandalika.
Daerah selatan Lombok Tengah ini merupakan
daerah yang tidak diragukan lagi keindahannya.
Berada di pinggir pantai laut selatan Lombok, KEK
Mandalika adalah pantai yang sangat mempesona,
berpasir putih dan dikelilingi oleh sejumlah potensi
wisata lokal yang tidak kalah indahnya.
Sebagian kecil informan menyatakan bahwa
mereka datang ke KEK Mandalika karena KEK
Mandalika adanya fasilitas pendukung seperti hotel
dan penginapan lainnya. Namun sebagian besar dari
informan tidak datang karena adanya fasilitas.
Meskipun demikian informan baik yang datang
karena fasilitas maupun informan yang tidak datang
karena fasilitas sama-sama menyadari bahwa KEK
Mandalika akan memiliki fasilitas lengkap di masa
datang.
Hasil observasi penulis di KEK Mandalika
juga mengkonfirmasi pendapat informan tersebut.
Penulis menyaksikan bagaimana penduduk sekitar
KEK Mandalika bahu membahu dengan investor
dan ITDC menyediakan fasilitas akomodasi bagi
wisatawan. Investor yang umumnya berasal dari luar
KEK Mandalika menyediakan hotel. Penduduk
KEK Mandalika menyediakan penginapan
sederhana bagi wisatawan.
Di sisi lain sebagian informan menyatakan
bahwa mereka datang ke KEK Mandalika karena
KEK Mandalika aman. Hasil observasi penulis di
KEK Mandalika juga mengkonfirmasi pendapat
informan. Penulis menyaksikan bagaimana
pedagang asongan/acung di Pantai Kuta dan Pantai
An membuat wisatawan khawatir kehilangan barang
bawaannya. Mereka tidak berani membiarkan
barang-barang mereka tergeletak begitu saja. Ini
berarti ada unsur ketidak nyamanan yang terjadi
pada diri wisatawan.
Tingkat Kepentingan Fasilitas Pendukung
Wisata halal di KEK Mandalika, Kabupaten
Lombok Tengah
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Toilet,
Tempat Sampah dan Tempat Ibadah menjadi sarana
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
68
paling penting yang diinginkan oleh para wisatawan
yang berkunjung ke KEK Mandalika. Ini
mengkonfirmasi hasil penelitian dari Permadi dkk
(2015) yang meneliti tentang sarana pendukung di
wisata religi di Pulau Lombok. Permadi dkk
menemukan bahwa wisatawan merasa toilet dan
tempat Ibadah sangat krusial untuk mereka yang
sedang berwisata religi baik itu wisatawan Muslim
maupun agama lain. Selain itu hasil ini juga
mengkonfirmasi penelitian Wahyulina dkk (2017)
yang dilakukan di Sembalun yang menyatakan
bahwa tempat sampah dan toilet menjadi kebutuhan
para pelancong di daerah wisata pengunungan
Lombok Timur tersebut.
Di sisi lain tempat hiburan dan toko souvenir
tidak dianggap terlalu penting oleh sebagian besar
informan penelitian ini. Ini mengingat informan
penelitian ini adalah wisatawan Muslim Nusantara
yang note bene mayoritas datang dari dalam provinsi
NTB. Sementara untuk kasus wisatawan Muslim
Nusantara yang berasal dari luar NTB menunjukkan
bahwa toko souvenir dan tempat hiburan perlu
mengingat mereka membutuhkan souvenir untuk
dibawa pulang sebagai kenang-kenangan di daerah
mereka dan tempat hiburan dibutuhkan untuk
mereka melepas waktu senggang setelah seharian di
pantai. Hal ini dikonfirmasi oleh seorang Wisatawan
Muslim asal Yogyakarta, Dwi Astuti. Berikut ini
petikan wawancaranya.
“Kami sangat menikmati berkunjung ke
Lombok terutama ke KEK Mandalika dengan pantai
Kuta nya, sayangnya toko souvenir yang layak
belum ada sementara tempat hiburan Syar’i untuk
kami yang menginap di sini belum tersedia, misalnya
kolam renang untuk wanita belum ada. Saran kami
untuk wisata halal di Kuta itu harus dipenuhi”
Kondisi Fasilitas Wisata halal di KEK
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah
Sebagian tempat wisata halal di KEK
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sudah
memiliki fasilitas pendukung seperti Hotel, tempat
ibadah, toilet, dan parkir. Menurut persepsi informan
penelitian ini kondisi Hotel atau akomodasi lainnya
dan Tempat Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal
KEK Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah
sangat baik dibanding dengan kondisi dari fasilitas
pendukung lainnya. Hal ini sesuai dengan jawaban
Informan keempat bernama Kintan Panggih.
Beliau merupakan wisatawan Nusantara dan dia
merupakan mahasiswa dari salah satu
universitas yang ada di Bali, saat itu dia sedang
berkunjung ke pantai Kuta Mandalika dengan
teman temannya, itu merupakan kunjungan yang
ke 4 kalinya. Menurut pandangannya terhadap
fasilitas halal yang ada di pantai Kuta itu sudah
cukup memadai, karena tersedianya masjid
besar, dan resatauran atau tempat makan yang
menyediakan menu halal. Namun menurutnya
masih dibutuhkan penambahan musola di titik-
titik tempat yang mudah dijangkau oleh
wisatawan.
Kondisi pantai dan jalanan yang kotor
meskipun sudah tertata rapi, membuat pengunjung
pantai di seputaran KEK Mandalika merasa
tergantung. Hal ini diperparah oleh tidak adanya tong
sampah dan minimnya toilet di seputar pantai.
Menurut seorang informan wisatawan Muslim lokal
bernama Lale Linda kondisi pantai di KEK
Mandalika belum meningkat dari sebelum dibuatnya
kawasan tersebut. Diakui oleh Lale Linda kondisi
Pantai Kuta lebih rapi setelah ITDC merevitalitasi
pantai tersebut, namun belum dapat menyelesaikan
banyak persoalan seperti fasilitas, pedagang acung
dan ketertiban pengunjung.
Aksesibilitas Fasilitas Wisata halal di KEK
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah
Dari wawancara mendalam yang sudah
dilakukan kepada seorang informan bernama Siti
Faridah diketahui bahwa informan merasakan
kemudahan dalam mencapai tempat lokasi wisata
halal di KEK Mandalika, Kabupaten Lombok
Tengah dan fasilitas yang ada di sekitamya cukup
baik. Dengan kata lain aksesibiltas lokasi wisata
halal di KEK Mandalika, Kabupaten Lombok
Tengah dan fasilitas pendukungnya di Lombok
secara rata-rata cukup baik. Namun ada beberapa
fasiltas pendukung yang tingkat aksesibilitasnya
lebih rendah dibandingkan fasilitas yang lain.
Fasilitas tersebut adalah Tempat sampah, Tempat
istirahat pengunjung, zona untuk pedagang acung
dan Toilet.
Hal tersebut diperkuat oleh seorang
wisatawan Muslim bernama Nana, yang
mengatakan “setelah saya melihat dan
menggunakan fasilitas-fasilitas halal yang ada di
KEK Mandalika itu rata-rata berlebel halal
seperti tempat makan, resturant, musalla, kamar
mandi, penginapannya. Itu baru sebagian yang
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
69
saya tahu saya akan mencoba fasilitas yang lebih
banyak lagi. Kalau kondisi dari fasilitas halal
musalla nya bersih terjaga akan tetapi jarak nya
terlalu jauh dengan lokasi wisata jadi saya agak
kesusahan menjangkau, untuk restaurantnya
saya suka karena makanannya halal, tempatnya
bersih, enak dan tentunya aman untuk
dikonsumsi, kalau untuk kondisi toiletnya bersih
aman dan terjaga tetapi kita dikenakan tariff”.
5. PENUTUP
Kesimpulan
1. Persepsi wisatawan Muslim terhadap sarana dan
prasarana wisata Halal di kawasan ekonomi
khusus Mandalika secara umum baik. Kondisi
Hotel atau akomodasi lainnya dan Tempat
Ibadah yang ada di lokasi Wisata halal KEK
Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah sangat
baik dibanding dengan kondisi dari fasilitas
pendukung lainnya. Namun terdapat
kekurangan fasilitas seperti tempat sampah dan
toilet umum.
2. Berdasarkan Preferensi wisatawan Muslim
terhadap sarana wisata Halal di kawasan
ekonomi khusus Mandalika :
a. Toilet, Tempat Sampah dan Tempat Ibadah
menjadi sarana paling penting yang
diinginkan oleh para wisatawan yang
berkunjung ke KEK Mandalika
b. Ada beberapa fasilitas yang harus
disesuaikan dengan kondisi wisatawan
seperti musalla yang berjarak cukup jauh
dengan lokasi wisata, harus ada tersedia
musalla yang dekat dengan lokasi wisata.
Saran
Fasilitas untuk wisatawan Muslim yang
ada di KEK Mandalika masih perlu ditambah.
Fasilitas yang perlu ditambah adalah tong
sampah, toilet, tempat istirahat pengunjung dan
musalla wisatawan. Selain itu perlu dilakukan
pemasangan stiker dan tanda petunjuk mengenai
sarana dan prasarana halal sehingga memenuhi
syarat-syarat sebagai lokasi wisata halal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, D. (2003). Pengantar Metode
Penelitian. Yogyakarta. Kurnia Kalam
Semesta
Aminuddin. (1990). Pengembangan Penelitian
Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.
Malang : Yayasan Asih Asah Asuh Malang.
(YA3 Malang).
Anonim, (2015). http://gayahidup.republika.co.id/
29 Maret 2016
Anonim, (2015). www.disbudpar.ntbprov.go.id,
2015
Anonim, (2017). ITDC Optimistis KEK
Mandalika Beri Multiplier Effect Sabtu 21
October 2017 16:11 WIB
http://republika.co.id/berita/gaya-
hidup/pesona-
indonesia/17/10/21/oy5z08423-itdc-
optimistis-kek-Mandalika-beri-multiplier-
effect
Bogdan, R. C. and Taylor. S. J. (1992). Introduction
to Qualitative Research Methods: A
Phenomenological Approach in the Social
Sciences, alih bahasa Arief Furchan, John
Wiley and Sons. Surabaya : Usaha Nasional.
Bungin. B., (2003). Analisa Data Penelitian
Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model
Aplikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Creswell, J. W. (2014). Research Design:
Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods
Approaches. 4th ed. SAGE Publications, Inc.
Dwiputra, R. (2013). Preferensi Wisatawan
Terhadap Sarana Wisata di Kawasan Wisata
Alam Erupsi Merapi, Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 1, April
2013, hlm.35 - 48
Kasali, R. (2007). Manajemen Periklanan, Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti
Kemenpar (2015). Kajian Pengembangan Wisata
Syariah, Deputi Bidang Pengembangan
Kelembagaan Kepariwisataan, Kementerian
Pariwisata RI,
http://www.kemenpar.go.id/userfiles/2015%2
0Kajian%20Pengembangan%20Wisata%20
Syariah.pdf
Kotler, P. dan Amstrong G., (2015). Principles of
Marketing, Prentice Hall Inc., Upper Saddle
River, New Jersey.
Kotler, P. dan Keller, K. L. (2009). Manajemen
Pemasaran. Edisi 13 Jilid satu dan dua.
Erlangga : Jakarta
Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora (JSEH) ISSN: 2461-0666
Volume 4 Nomor 2 2018 (PP. 57-70) e-ISSN: 2461-0720
70
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1994). Qualitative
Data Analysis. London : Sage Publishers.
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian
Kualitatif . Bandung : Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. (2004). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian
Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik
Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Patton, M. Q. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. (2005). Sosiologi
Pariwisata, Penerbit Andi Publisher
Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif
Untuk Penelitian Perilaku Manusia
(edisi.Ketiga). Depok: LPSP3 Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Ruslan, R. (2004). Metode Penelitian PR dan
Komunikasi. Jakarata : PT. Raja. Grafindo
Persada. Selasa 13 Mar 2018 05:01 WIB
Pembenahan destinasi pariwisata Mandalika terus
diprioritaskan. REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA --
Yin, R. K, (2008), Studi Kasus (Desain Dan
Metode), (Case Study Research Design and
Methods”) diterjemahkan oleh Drs. M. Djauzi
Mudzakir, MA, PT.Raja Grafindo Persada,
Jakarta