persepsi mahasiswa tentang autounomous learning: dalam …

17
632 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020 PERSEPSI MAHASISWA TENTANG AUTOUNOMOUS LEARNING: DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS BAHASA ARAB Muhammad Sobri Prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Indonesia [email protected] Abstrak Penelitian ini memberikan beberapa paparan dan indikator mengenai persepsi mahasiswa tentang autonomous learning (pembelajaran mandiri) dalam meningkatan kapasitas berbahasa. Selain itu, penelitian ini mendeskripsikan pandangan dan upaya partisipan meningkatan kapasitas berbahasa araab secara mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan Mixd Methods. Dengan mengkombinasikan dua penelitian pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatiuf. Yang bertujuan agar data yang dihasilkkan dapat lebih komprehensif dalam mendalami masalah peneitian. Kuesioner survey yang disusun ini diasopsi dari kuesioner milik Khem Raj Joshi (2011) yang meliputi: learner awareness, self-effort, broader autonomous activities, self-esteem, use of reference materials, motivation, and use of technology in learning. Hasil penelitian menemukan bahwa siswa memiliki otonomi tingkat tinggi dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, para siswa dikategorikan sebagai tingkat otonomi yang rendah berdasarkan indikator motivasi. Kata Kunci : Persepsi, Autounomous Learning, kapasitas bahasa Abstrack This study provides explanations and indicators regarding students' perceptions of independent learning (Autounomous Learning) in increasing language capacity. In addition, this study describes the views and efforts of the participants to improve their Arabic language independently. The method used in this research is based on the Mixd Methods approach. By combining two qualitative and quantitative research approaches. Which aims to make the resulting data more comprehensive in exploring research problems. The survey questionnaire compiled was adopted from a questionnaire belonging to Khem Raj Joshi (2011) which includes: student awareness, self-effort, wider autonomous activities, self- esteem, use of reference materials, motivation, and the use of technology in learning. The results of the study found that students have a high degree of autonomy in the use of technology in learning. Vice versa, students are categorized as a low level of autonomy based on indicators of motivation. Keywords: Perception, Autounomous Learning, language capacity Latar belakang Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centred) dan saat ini terpusat pada siswa (students centered) sebagai Paradigma pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami beberapa perubahan, Perubahan paradigma ini tentunya banyak

Upload: others

Post on 03-Apr-2022

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

632 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG AUTOUNOMOUS

LEARNING: DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS

BAHASA ARAB

Muhammad Sobri

Prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi Indonesia

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini memberikan beberapa paparan dan indikator mengenai persepsi

mahasiswa tentang autonomous learning (pembelajaran mandiri) dalam

meningkatan kapasitas berbahasa. Selain itu, penelitian ini mendeskripsikan

pandangan dan upaya partisipan meningkatan kapasitas berbahasa araab secara

mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan

Mixd Methods. Dengan mengkombinasikan dua penelitian pendekatan penelitian

kualitatif dan kuantitatiuf. Yang bertujuan agar data yang dihasilkkan dapat lebih

komprehensif dalam mendalami masalah peneitian. Kuesioner survey yang

disusun ini diasopsi dari kuesioner milik Khem Raj Joshi (2011) yang meliputi:

learner awareness, self-effort, broader autonomous activities, self-esteem, use of

reference materials, motivation, and use of technology in learning. Hasil

penelitian menemukan bahwa siswa memiliki otonomi tingkat tinggi dalam

penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, para siswa

dikategorikan sebagai tingkat otonomi yang rendah berdasarkan indikator

motivasi.

Kata Kunci : Persepsi, Autounomous Learning, kapasitas bahasa

Abstrack

This study provides explanations and indicators regarding students' perceptions

of independent learning (Autounomous Learning) in increasing language

capacity. In addition, this study describes the views and efforts of the participants

to improve their Arabic language independently. The method used in this

research is based on the Mixd Methods approach. By combining two qualitative

and quantitative research approaches. Which aims to make the resulting data

more comprehensive in exploring research problems. The survey questionnaire

compiled was adopted from a questionnaire belonging to Khem Raj Joshi (2011)

which includes: student awareness, self-effort, wider autonomous activities, self-

esteem, use of reference materials, motivation, and the use of technology in

learning. The results of the study found that students have a high degree of

autonomy in the use of technology in learning. Vice versa, students are

categorized as a low level of autonomy based on indicators of motivation.

Keywords: Perception, Autounomous Learning, language capacity

Latar belakang

Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centred) dan saat ini terpusat pada

siswa (students centered) sebagai Paradigma pendidikan di Indonesia telah banyak

mengalami beberapa perubahan, Perubahan paradigma ini tentunya banyak

633 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

mengalami perdebatan dan dinamikanya karena hal ini sudah jelas tertuang dalam

kurikulum Pendidikan Indonesia menuntut semua elemen pendidikan untuk berpusat

pada siswa. Sebagai implikasi dari kebijakan kampus Merdeka dan Merdeka Belajar

(KMMB).

Fenomena Guru yang berada pada zona nyaman mereka, sementara Fakta

realitasnya siswa tidak memiliki kesadaran mengapa mereka belajar. Dengan

demikian, fenomena ini menjadi tradisi bagi guru dan siswa di Indonesia tentang

suatu proses belajar mengajar. Fosilisasi ini membawa kesulitan bagi beberapa

pelaku pendidikan. Hal ini didukung oleh Karea (2016) yang mengatakan bahwa

Indonesia memiliki masalah besar dalam mengimplementasikan kurikulum,

sedangkan guru memiliki masalah terkait perilaku. Begitu juga sebaliknya, jika

dibandingkan dengan AS, sebagian besar sekolah di Indonesia sangat mirip dengan

“fenomena kelas pekerja.” dan salah satu anggapannya adalah karena dipengaruhi

oleh peninggalan kolonial (Rachmawati, 2014).

Selain itu, Egel (2009) menyatakan bahwa dengan memikul tanggung jawab

untuk kemajuan pendidikan menjadi pembelajar mandirimaka hal tersebut sekaligus

melatih mereka untuk pembelajaran seumur hidup. Lebih lanjut, Harmer (2007)

menunjukkan bahwa telah banyaknya jumlah guru tertarik untuk mengeksplorasi

pentingnya menjadi pelajar yang mandiri dengan siswa. Secara sederhana, memberi

tahu siswa bahwa otonomi adalah hal yang baik dalam beberapa hal, meskipun, itu

tidak akan berdampak kecuali jika itu adalah bagian dari desain pembelajaran yang

lebih luas dan kecuali jika guru-guru dapat menemukan cara terbaik untuk membantu

siswa menjadi lebih mandiri.

Untuk menunjang kemampuan siswa dalam berkomunikasi, siswa perlu

mengatur secara mandiri dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri di dalam

dan di luar sekolah tempat mereka berada. Harmer (2007) berpendapat bahwa untuk

mengimbangi batas waktu kelas dan meningkatkan peluang keberhasilan

pembelajaran dan pengembangan bahasa, siswa perlu termotivasi untuk

mengembangkan strategi belajar mereka sendiri sehingga mereka menjadi pelajar

mandiri (autonomous learner).

Karenanya, konsep otonomi atau kemandirian dalam pembelajaran harus dikaji

lebih luas dan mendalam, terutama pada pembelajaran bahasa asing seperti bahasa

634 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

arab dalam kaitannya dengan persepsi siswa. Persepsi siswa tentang otonomi belajar

bahasa memang sangat penting untuk membangun konsep guru dan pelaku

pendidikan lainnya dalam menstimulusi siswa untuk menjadi pembelajar bahasa

asing yang otonomi. Pengalaman para siswa tentang pandangan, reaksi, dan perilaku

telah berguna secara khusus dalam membangun pemahaman yang besar tentang

mereka. Dalam situasi ini, masalahnya ternyata adalah pemahaman siswa tentang

otonomi belajar atau kemandirian belajar hanya terbatas pada pemebalajaran didalam

kelas saja (Formal) yang tentunya berimplikasi terhadap perkembangan bahasa

mereka. Setiap siswa mungkin memiliki perspektif dan cara bereaksi yang berbeda

terhadap aspek-aspek tertentu. Selain itu, Ajzen (2005) berpendapat bahwa apa yang

seseorang yakini tentang suatu fenomena (mis., Konsepsi mereka) memengaruhi

harapan atau tujuan mereka.

penelitian ini dan Berangkat dari keadaan diatas ditujukan untuk mengungkap

secara menyeluruh persepsi siswa tentang otonomi belajar. Dan Selanjutnya,

otonomi pembelajaran yang diekspos dalam bahasan ini difokuskan kepada

mahasiswa Bahasa Arab Universitas Jambi. Berdasarkan hasil investigasi dan

observasi awal yang dilakukan kepada mahasiswa Bahasa Arab, ditemukan

bahwasanya hanya 3 dari 10 mahasiswa yang pernah belajar Bahasa Arab pada

pendidikan mereka sebelumnya. Seperti mahasiswa yang berlatarbelakang santri

Pondok Pesantren dan madrsah aliyah dan cenderung terbiasa dengan bahasa Arab.

Dan selebihnya kecenderungan tidak terbiasa dengan bahasa arab karena berlatar

beakang sekolah umum bahkan ada yang kejuruan (SMK).

fenomena dan observasi tersebut, menjadi landasan penelitian untuk guna

mengungkap persepsi mahasiswa dalam autonomous learning (pembelajaran

mandiri/ otonomi dalam pembelajaran), dalam peningkatan kapasitas berbahasa arab

mereka di Program studi pendidikan bahasa arab universitas Jambi..

635 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

Kajian Teori

Konsepsi Otonomi Belajar (Autonomous Learning)

Littlewood (1999) mengusulkan dua fitur utama peserta didik otonom termasuk

dalam definisi yang diusulkan oleh peneliti sebelumnya: 1) Siswa harus bertanggung

jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Ini baik karena semua pembelajaran dapat

dalam hal apapun hanya dilakukan oleh siswa sendiri dan juga karena mereka perlu

mengembangkan kemampuan untuk melanjutkan pembelajaran setelah akhir

pendidikan formal mereka. (2) 'Bertanggung jawab' melibatkan peserta didik yang

mengambil kepemilikan (sebagian atau total) dari banyak proses yang secara

tradisional menjadi milik guru, seperti memutuskan tujuan pembelajaran, memilih

metode pembelajaran, dan mengevaluasi proses. Selain itu, kriteria peserta didik

bahasa yang baik saling terkait dengan peserta didik mandiri.

Otonomi di luar Ruang Kelas

Ada tujuh aspek yang menjelaskan otonomi di luar kelas; Pertama, Akses

Mandiri: Untuk mendorong otonomi, berbagai pusat akses mandiri telah didirikan di

seluruh dunia. Pusat-pusat ini menyediakan materi yang diperlukan di mana peserta

didik bekerja sendiri untuk belajar. Kedua, Pembelajaran Bahasa Berbantuan

Komputer (CALL): Komputer dan teknologi internet telah memainkan peran penting

dalam pembelajaran. CALL sebagai produk dari instrumen-instrumen ini telah

memfasilitasi pembelajaran mandiri. Ini adalah program belajar sendiri

menggunakan komputer. Ketiga, pembelajaran jarak jauh: Pembelajaran jarak jauh,

mode belajar mandiri tanpa kendala formal, juga mencerminkan karakteristik

pembelajaran mandiri. Keempat, Belajar tandem: Belajar tandem, di mana dua orang

saling belajar ', bahasa berfungsi untuk saling membantu, telah lama dikaitkan

dengan otonomi.

Kelima, belajar diluar Negeri: Dalam program ini siswa menghabiskan waktu

di komunitas bahasa target. Meskipun banyak program melibatkan pengajaran di

kelas, tujuan utama mereka biasanya bagi siswa untuk belajar secara mandiri melalui

interaksi dengan penutur asli. Keenam, Pembelajaran di luar Kelas: Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung lebih sering melakukan kegiatan

belajar di luar kelas daripada yang diketahui oleh guru mereka. Terakhir, Self-

Instruction: Ini merujuk pada penggunaan bahan belajar mandiri yang dicetak atau

636 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

disiarkan secara independen dari para guru dan dengan demikian, menjadi faktor

otonomi di luar kelas.

Otonomi di dalam Kelas

Benson (2007) sebagaimana dikutip dalam Joshi (2011) menjelaskan bahwa

peserta didik tidak hanya ditemukan mandiri didalam kelas juga ada diluar kelas.

Dalam definisi otonomi luas, ini melingkupi semua keputusan yang dibuat oleh

pesertadidik dalam pembelajaran mereka sendiri. Jadi, semua kegiatan, rencana dan

tindakan yang pelajar pilih sendiri, membantu mempromosikannya. Di dalam kelas,

itu mungkin melibatkan berbagai tingkat kontrol seperti: manajemen untuk

pembelajaran, proses kognitif dan konten pembelajaran. Hal ini dapat tercermin

dalam kerja kelompok, pembelajaran kooperatif, pembelajaran inovatif atau tindakan

dan kegiatan kelas lainnya. Jadi, seorang pembelajar mungkin mencari berbagai cara

untuk menjadi otonom dalam suatu kelas. Mereka dapat mencari peluang untuk

mempelajari sesuatu dengan lebih mudah, yaitu mempelajari cara belajar.

Singkatnya, dapat dikatakan bahwa kelas juga merupakan konteks di mana otonomi

pelajar dipraktikkan setidaknya untuk belajar belajar.

Studi Relevan

Pembelajaran otonom kini telah menjadi kata kunci di bidang pendidikan

bahasa asing. Sebenarnya ada literatur yang tumbuh menunjukkan bahwa guru dan

pelajar yang lebih otonom memiliki hasil yang lebih baik dalam penguasaan bahasa

(Little, 2009; Little, Ridley, & Ushioda, 2003; Nakata, 2010; Sao & Wu, 2007;

Ushioda, 2010).

Razeq (2014) dalam studinya tentang Persepsi Pembelajar Universitas EFL

tentang Kemampuan Belajar dan Kemampuan Belajar Otonom mereka menemukan

bahwa sebagai hasil dari pengalaman pendidikan sebelumnya, para peserta didik

terbiasa dengan pengalaman pendidikan masa lalu mereka untuk menempatkan

tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan mereka. penguasaan bahasa pada

guru mereka. Namun, para peserta melaporkan bahwa mereka memiliki kemampuan

untuk belajar secara mandiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Sebuah

uji-t menunjukkan bahwa dalam hal persepsi siswa tentang kemampuan mereka

637 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

untuk terlibat dalam kegiatan belajar mandiri, jenis kelamin dan tingkat prestasi tidak

memainkan peran yang signifikan

Selain itu, penelitian yang dilaksanakan Sakai etal (2010) menemukan

beberapa siswa ingin terlibat dalam tugas manajemen kelas seperti "menetapkan

tujuan dan mengevaluasi pelajaran," dan "membuat pilihan." Namun, penelitian ini

juga mengungkapkan bahwa mereka belum diajari bagaimana melakukannya dengan

cukup baik. Kegiatan manajemen kelas membutuhkan pengalaman untuk

melakukannya dengan baik. Itu mungkin sebabnya subjek kurang percaya diri di

bidang ini. Sejalan dengan itu, Joshi (2011) menemukan bahwa peserta didik

membuat praktik yang baik dari kegiatan otonom. Mereka memandang peran mereka

sebagai faktor penting dalam pembelajaran.

Selanjutnya, Buenner (2019) tentang studinya tentang Persepsi Mahasiswa

tentang Pembelajaran Otonomi: Kasus Universitas Swasta, Thailand juga

melaporkan bahwa para siswa juga tidak mengetahui konsep-konsep otonomi juga.

Untuk aspek mengelola pembelajaran dan evaluasi, responden menganggap itu

adalah peran guru dan siswa secara bersamaan. Mayoritas responden (89%) merasa

bahwa mereka adalah pelajar mandiri; Namun, penjelasan mereka mencerminkan

ruang lingkup terbatas gaya belajar mandiri. Ini berarti bahwa siswa mungkin

memiliki kesalahpahaman tentang konsep pembelajaran mandiri, juga para guru

menunjukkan ide yang sama. Oleh karena itu, implikasi dari penelitian ini adalah

bahwa pembelajaran mandiri harus disediakan sebagai instruksi atau pedoman

formal.

Tujuan Penelitian

diharapkan dapat mendeskripsikan beberapa pandangan yang mendalam dari

partisipan dalam meningkatan kapasitas berbahasa mereka secara mandiri/otonomi .

dan memberikan paparan dan indikator mengenai persepsi mahasiswa terhadap

autonomous learning (pembelajaran mandiri/otonomi dalam pembelajaran) dalam

meningkatan kapasitas berbahasa mereka.

Metode

Pendekatan penelitian

Pendekatan Penelitian ini berdasarkan pendekatan Mixd Methods. Langkah

dalam penelitian ini menggunakan dua gabungan penelitian yaitu pendekatan

638 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

penelitian kualitatif dan kuantitatiuf. seringkali disebut dengan Penelitian Campuran

atau kombinasi. Kunatitatif dan kualitatif mempunyai kekurangan dengan instrument

pengumpulan data yang terbatas. mixed metods berada sebagai jalan tengah dari dua

paradigm penelitian tersebut. Dengan menggabungkan kedua intrumen pengumpul

data seperti wawancara, observasi langsung ataupun tidak, kuisioner dan studi

dokumen maka penelitan akan dapat memperkuat keabsahan data tersebut melalu

dua analisis yang berbeda. Hasil kuisioner yang diperkuat dengan wawancara

mendalam akan memdapatkan hasil penelitian yang maksimal.

Sumber data/ subjek penelitian

Subek peneltian ini adaah seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

penelitian ini. Yaitu meliputi mahasiswa dan dosen Prodi Pendidikan bahasa arab

universitas jambi. Dengan anggapan sebagai informan adalah orang yang paling tau

tentang peneltian ini. Sumber data meliputi dua sumber: primer dan sekunder.

Primer meliputi wawancara dengan beberapa mahasiswa dan dosen terkait hasil

penelitian. Sedangkan sekunder didapatkan dari hasil-hasil doumentasi serta

dokementasi kegiatan penelitian dan instrument lainnya.

Teknik Pengumpulan data

Observasi dan wawancara adalah proses pengamatan dan diperkuat beberapa

pertanyaan terhadap suatu objek. Dan dalam penelitan ini observasi yang digunakan

adalah observasi tidak terstruktur. Dan wawancara terstruktur sebagai instrument

pengumpul data kualitatif. Menurut (Burham, 2010) observasi tidak terstruktur yang

digunakan dengan guide observasi sehingga pengamat harus mampu

mengembangkan daya pengamatannya dalam melihat suatu objek. Dan Dan

wawancara tersebut dilakukan kepada beberapa mahasiswa sebagai sampel penelitian

pada prodi pendidikan bahasa arab. Serta pihak terkait (teman sejawat, ustad dan

guru les dll. Dimana pemebelajaran mandiri dilaksanakan. Dan untuk pengumpul

data kuantitatif digunakan instrument kuesioner survey terkait aoutounomous

learning.

Adapun kuesioner ini diasopsi dari kuesioner milik Khem Raj Joshi (2011)

memakai formulir google form yang meliputi: learner awareness, self-effort, broader

autonomous activities, self-esteem, use of reference materials, motivation, and use of

technology in learning. Adanya keterkaitan dengan penelitian sebelumnya menjadi

639 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

landasan bagi peneliti untuk mengkaji masalah autonomous learning di lingkup

Pendidikan Bahasa Arab.

Dan Studi dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder atau

tambahan pendukung dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen –dokumen

baik tertulis maupun non tertulis sepeti gambar dan elektronik terkait historis ataupun

proses pembelajaran mandiri dilaksanakanan. Sebagai data pendukung dari sebuah

observasi terhadap sesuatu yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis data

Dengan gabungan dua metode penelitian dengan desain penelitian sequential

explonatori. Dan analisis data kuantitatif dijadikan sebagai metode utama dengan

memakai analisis google form yang sudah dikumpulkan berdasaarkan 100 responden

dan analisis data kualitatif menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif.

Pencampuran kedua metode tersebut bersifat connecting (menyambung) antara hasil

penelitian pertama dan tahap berikutnya.

Hasil Dan Pembahasan

Dari berdasarkan kajian teori yang telah dijelas pada bab sebelumnya.

Maka pada bagian ini menyajikan dua bagian hasil : Pertama Penyajian kuesioner

survey terkait persepsi autounomous learning. Kedua, persepsi mahasiswa berserta

factor dominannya.

KUESIONER SURVEI LEARNER AUTONOMY (PEMBELAJAR

MANDIRI)

Isilah data dibawah ini dengan seksama:

Nama :

Umur :

Kelas :

Jenis Kelamin:

Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan belajar mandiri Anda dan

rencana yang Anda lakukan untuk belajar Bahasa Arab. Tolong beri tanda centang

() untuk jawaban yang sesuai pada Anda sebenarnya.

Kuantitatif Kualitatif Penafsiran

kuanti dan kuali

640 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

No. Rencana dan Kegiatan Belajar Otonom A B C D E

1. Saya pikir saya memiliki kemampuan untuk

belajar Bahasa Arab dengan baik.

2. Saya menetapkan tujuan pembelajaran saya.

3. Saya memanfaatkan waktu luang saya dengan

belajar Bahasa Arab.

4. Saya mempelajari topik pelajaran yang akan

dipelajari sebelum masuk kelas.

5. Di kelas, saya mencoba menggunakan setiap

kesempatan untuk mengambil bagian dalam

kegiatan di mana saya dapat berbicara dalam

Bahasa Arab.

6. Saya berbicara dengan penuh percaya diri di

depan orang-orang.

7. Saya membuat catatan dan ringkasan

pelajaran saya.

8. Saya berbicara dengan Dosen dan teman di

luar kelas dalam Bahasa Arab.

9. Saya berlatih Bahasa Arab di luar kelas

seperti: merekam suara saya sendiri; berbicara

dengan orang lain dalam Bahasa Arab.

10. Saya menggunakan perpustakaan untuk

meningkatkan Bahasa Arab saya.

11. Saya menggunakan materi audio-visual untuk

mengembangkan pidato saya seperti:

mendengarkan BBC, menonton film

berBahasa Arab, mendengarkan musik,

membaca koran/majalah berBahasa Arab dll.

12. Saya menghadiri berbagai seminar, kursus,

pelatihan, konferensi, komunitas untuk

meningkatkan Bahasa Arab saya.

13. Saya mengambil risiko dalam mempelajari

Bahasa Arab.

14. Saya mencatat kekuatan dan kelemahan saya

dalam belajar Bahasa Arab dan

meningkatkannya.

15. Saya membaca kembali pelajaran dan mencari

buku referensi yang berkaitan dengan topik

pelajaran.

16. Selain bacaan disekolah, saya juga membaca

A = Tidak Pernah

B = Jarang

C = Kadang-kadang

D = Sering

E = Selalu

641 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

materi tambahan lainnya.

17. Ketika saya membuat kemajuan dalam belajar,

saya menghargai diri sendiri seperti: membeli

barang baru, merayakan pesta, dll.

18. Saya menggunakan internet dan komputer

untuk belajar dan meningkatkan Bahasa Arab.

Kuesioner yang diajukan berisi 18 pertanyaan tentang persepsi mahasiswa tentang

pembelajaran mandiri. Dan setelah itu rancangan kuesioner tersebut di import kedalam

google formulir disebar dan dianalisis.

Hasil analisis google form penelitan ini menggunkan model mixed metods

didalamnya dua kerangka Penelitian yaitu, kuantitatif dan kualitatif yang datanya

diambil dari angket yang telah disebarkan melalui google form dan dianalisis dengan

indikator pokok dari Autonomous Learning meliputi :

(1). Kesadaran mahasiswa (2). Usaha mandiri (3). Kegiatan yang menyangkut

otonom yang lebih luas (4.) Kepercayaan diri (5). Penggunaan bahan referensi (6).

Motivasi (7). Penggunaan teknologi dalam pembelajaran

Seluruh indikator tersebut memliki statemen yang berbeda-beda dengan keseluruhan

statemen berjumlah 18 statemen yang mencerminkan nilai masing-masing indikator.

Dan dibawah ini akan disajikan dan dipaparkan data yang didapatan dilapangan terkait

dengan indikator pembelajaran mandiri Autonomous Learning tersebut.

Persepsi dan Faktor Dominan dalam Autonomous Learning Kesadaran mahasiswa

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

1. Saya pikir saya memiliki

kemampuan untuk belajar

Bahasa Arab dengan baik.

0 9.7 36.3 37.2 16.8 3.61

2. Saya menetapkan tujuan

pembelajaran saya.

0 6.2 23.0 37.2 33.6 3.98

3. Saya memanfaatkan waktu

luang saya dengan belajar

Bahasa Arab.

0 7.1 50.4 35.4 7.1 3.42

Grand Rata-Rata 3.67

642 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

Berdasarkan akumulasi Rata-Rata dalam aspek “Kesadaran Mahasiswa” didapati

bahwasanya kesadaran mahasiswa bahasa Arab dalam otonomi pembelajaran berada

pada level tinggi yaitu 3.67. Hal tersebut diperkuat

kemampuan belajar bahasa Arab dengan baik (3.61), Level Tinggi

menetapkan tujuan pembelajaran (3.98), Level Tinggi

memanfaatkan waktu luang belajar bahasa Arab (3.42.) level menengah

Data tersebut juga didukung dengan beberapa alasan pemilihan bahasa Arab

sebagai program studi yang dituju mahasiswa, yaitu sebagai berikut

“Alasannya Karena Saya Suka Pelajaran Bahasa Arab Dari Saya Smp-Sma, Jadi

Saya Memilih Jurusan Bahasa Arab Di Universitas Jambi” (DS)

“Agar saya bisa memahami arti dari ayat Al-Qur'an dan fasih dalam membaca Al-

Qur'an”. (BD)

motivasi dari orang sekitar menjadi kesimpulan utama dalam mencintai bahasa

Arab, dan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an menjadi alasan utama tingginya

kesadaran mahasiswa. Adapun kiat-kiat yang mahasiswa lakukan untuk menunjang

kemandiriannya dalam berbahasa Arab yaitu dengan melakukan beberapa aktivitas di

luar pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

“Terkadang mengulas pelajaran, menonton, dan menulis”. (AH)

“Sedikit-Sedikit Menghafal Kosa Kata Dan Mengulangi Pelajaran Waktu Di

Kelas”. (DS)

“Banyak yang saya lakukan, salah satunya adalah melihat video percakapan

bahasa Arab lewat YouTube”. (BD)

Usaha Mandiri

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

4. Saya mempelajari topik

pelajaran yang akan dipelajari

sebelum masuk kelas.

0 11.5 46.0 36.3 6.2 3.37

643 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

aspek “Usaha Mandiri” Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dilakukan

mahasiswa bahasa Arab berada padaa level menengah (3.23). beberapa catatan terkait

kuesioner usaha mandiri.

“membuat catatan dan ringkasan pelajaran saya” adalah poin 7 dan yang paling

menonjol dari semua aspek “usaha mandiri”, pada level tinggi (4.05).

“berbicara dengan dosen dan teman di luar kelas dalam bahasa Arab”

Sebaliknya, poin no 8, level rendah yaitu 2.46.

Dan data tersebut diperkuat dalam satu wawancara singkat responden, yaitu:

“Saya melihat file-file yang dikirim dosen dan mencatat di buku”. (RA)

Dari hasil wawancara kepada partisipan, melihat file yang dikirim dan melihat

kembali catatan diberikan dosen adalah salah satu wujudkan usaha kemandiriannya.

Kegiatan yang menyangkut otonom yang lebih luas

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

9. Saya berlatih Bahasa Arab di

luar kelas seperti: merekam

suara saya sendiri; berbicara

dengan orang lain dalam

Bahasa Arab.

7.1 27.4 40.7 20.4 4.4 2.88

10. Saya menggunakan

perpustakaan untuk

meningkatkan Bahasa Arab

saya.

17.7 42.5 24.8 9.7 5.3 2.42

5. Di kelas, saya mencoba

menggunakan setiap

kesempatan untuk mengambil

bagian dalam kegiatan di mana

saya dapat berbicara dalam

Bahasa Arab.

3.5 18.6 46.9 26.5 4.4 3.10

6. Saya berbicara dengan penuh

percaya diri di depan orang-

orang.

3.5 22.1 38.9 22.1 13.3 3.19

7. Saya membuat catatan dan

ringkasan pelajaran saya.

0.9 4.4 19.5 38.9 36.3 4.05

8. Saya berbicara dengan Dosen

dan teman di luar kelas dalam

Bahasa Arab.

8.8 42.5 43.5 4.4 0.9 2.46

Grand Rata-Rata 3.23

644 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

11. Saya menggunakan materi

audio-visual untuk

mengembangkan pidato saya

seperti: mendengarkan BBC,

menonton film berBahasa

Arab, mendengarkan musik,

membaca koran/majalah

berBahasa Arab dll.

2.7 14.2 39.8 36.3 7.1 3.31

12. Saya menghadiri berbagai

seminar, kursus, pelatihan,

konferensi, komunitas untuk

meningkatkan Bahasa Arab

saya.

10.6 23.9 37.2 21.2 7.1 2.90

13. Saya mengambil risiko dalam

mempelajari Bahasa Arab.

5.3 11.5 32.7 28.3 22.1 3.50

Grand Rata-Rata 3.00

Berdasarakan data keseluruhan Rata-Rata terhadap indikator dengan memliki

5 statemen pendukung terkait kegiatan yang menyangkut otonom lebih luas,

disimpukan a pada level medium (3.00).

kesadaran siswa untuk berlatih bahasa Arab di luar kelas, penggunaan

materi audio-visual, mengikuti seminar, kursus, pelatihan, konferensi, komunitas

untuk meningkatkan bahasa Arab berada pada level menengah diantara (2.5-3.4)

mahasiswa mengaku bahwasanya mereka sering untuk mengambil risiko

dalam mempelajari bahasa Arab, (28.3%) .

menggunakan perpustakaan untuk meningkatkan bahasa Arab mereka.

hanya 5.3%

Hal tersebut dikarenakan dan diperkuat dengan hasil wawancara bersama

beberapa mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab :

“: sangat penting karna dengan ada nya kamus dan perpustakaan dapat

meningkatkan kemahiran bahasa arab tetapi masih belum memadai dalam akses

referensi bahasa arab”. (AH)

Ketersediaan fasilitas menjadi pemicu dan factor dominan utama dalam rendahnya

akses referensi bahasa arab dalam mendukungnya.

Kepercayaan diri

No. Statements Tidak

Pernah

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

645 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

(%) (%)

14. Saya mencatat kekuatan dan

kelemahan saya dalam belajar

Bahasa Arab dan

meningkatkannya

4.4 12.4 35.4 32.7 15.0 3.42

Aspek Kepercayaan diri berisi kelemahan dan kekuatan mereka dalam menilai

diri mereka sendiri dan masuk dalam kategori level menengah 32.7%. Hal itu

didukung dengan pernyataan salah satu mahasiswa, yang mengatakan:

“Pernah, untuk solusi kelemahan saya dengan cara lebih giat lagi untuk belajar”.

(AH)

Penggunaan bahan referensi

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

15. Saya membaca kembali

pelajaran dan mencari buku

referensi yang berkaitan

dengan topik pelajaran.

1.8 8.0 36.3. 44.2. 9.7 3.52

16. Selain bacaan disekolah, saya

juga membaca materi

tambahan lainnya.

0.9 9.7 40.7 39.8 8.8 3.46

Grand Rata-Rata 3.49

“Penggunaan bahan referensi” sebagai indicator dan aspek penting dalam

peningkatan kualitas bahasa, kuesioner menunjukkan pada aspek ini berada pada

level tinggi (3.49).

mahasiswa pendidikan bahasa Arab mengaku bahwasanya mereka sering

membaca kembali pelajaran Sebanyak 44.2%

mencari buku referensi yang berkaitan dengan topik pelajaran dan

sangat jarang dari mereka (0.9%) yang tidak membaca amateri tambahan selain

bacaan sekolah.

Hal tersebut juga didukung dengan salah seorang dari mahasiswa bahasa Arab

yang mengatakan:

646 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

“sering, kalau mencari referensi terkait itu saya mencari sumber di web atau di

youtube

Dan aplikasi BISA, u-dictionary, bbc araby, al jazirah (meski sekai-sekali)”.

Motivasi

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

17. Ketika saya membuat

kemajuan dalam belajar, saya

menghargai diri sendiri seperti:

membeli barang baru,

merayakan pesta, dll.

34.5 21.2 23.9 16.8 3.5 2.34

motivasi siswa merupakan Indikator nomor enam yaitu berkaitan dengan

kemampuan bahasa mereka alam membuat kemajuan dalam belajar, menghargai diri

sendiri, dan memberikan reward terhadap dirinya sendiri. Menunjukkan pada level

rendah (2.34).

Hanya 3.5% mahasiswa yang mengaku pernah memberikan penghargaan pada

diri mereka sendiri. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

“Cara Saya Memotivasi Ketika Kemampuan Bahasa Saya Meningkat, Saya

Akan Terus Mengulanginya Dan Biasanya Saya Membeli Buku Dan Kamus”.

(AH)

“Selama ini ketika kemampuan meningkat tidak ada yang dibeli atau diberi

hadiah untuk sebuah penghargaan diri sendiri hanya rasa syukur dan biasa saja”.

(BD)

Ada beberapa pandangan mahasiswa dalam menghargai diri mereka terhadap

prestasi mereka.

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran

No. Statements Tidak

Pernah

(%)

Jarang

(%)

Kadang-

kadang

(%)

Sering

(%)

Selalu

(%)

Rata-

Rata

18. Saya menggunakan internet

dan komputer untuk belajar

dan meningkatkan Bahasa

Arab.

0.9 0 18.6 43.4 37.2 4.16

647 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

penggunaan teknologi dalam pembelajarn merupakan Indikator ke-tujuh

berkenaan terkait aspek penggunaan interner dan komputer untuk belajar dan

meningkatkan bahasa Arab. Data ini menunjukkan persepsi mahasiswa berada pada

leve tinggi (4.16),

mahasiswa sering dalam penggunaan internet. 43.4%

Hal tersebut juga dapat didukung oleh penyataan mereka dalam wawancara, yaitu

sebagai berikut:

“Sangat berguna dimana dizaman era digital ini banyak sekali manfaat dari

teknologi tersebut seperti lebih banyak menonton dan mendengar music arab di

youtube ”. (AH)

Daftar Pustaka

Ahmadi, Razieyeh. (2013). Iranian ESP learners’ perception of autonomy in

language learning. International Journal of Applied Linguistics&English

Literature, 2(1), 28-34.

Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior (2nd ed.). New York: Open

University Press.

Benson, P. (2007). Autonomy in language teaching and learning. Language

teaching, 40 (1), 21-40.

Chan, V. (2001). Readiness for learner autonomy: What do our learners tell us?

Teaching in Higher Education, 6(4), 505–519.

Cotterall, S. (1995). Readiness for autonomy: Investigating learner beliefs. System,

23(2), 195 205.

Creswell, J. W. 2003. Research design: quantitative, qualitative, and mixed

methods approaches. USA: Thousand Oaks.

Dickinson, L. (1987). Self-Instruction in language learning. Cambridge:

Cambridge University Press.

Harmer, Jeremy. (2007). The practice of english language teaching. Malaysia:

Pearson Education Limited.

Johnson, Keith. (2001). An introduction to foreign language learning and

teaching. England: Pearson Education Limited.

Joshi, Khem Raj. (2011). Learner perceptions and teacher beliefs about learner

autonomy in language learning. Journal of NELTA, 16(1-2), 13-29.

648 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020

Littlewood, W. (1999). Defining and developing learner autonomy in East Asian

contexts. Applied Linguistics, 20(1), 71–94.

Oxford, R. L. (1990). Language learning strategies: What every teacher should

know. Boston: Heinle & Heinle.

Robson, C. (1993). Real world research: a resource for social scientists and

practitioners-researchers. Oxford: Blackwell

Sakai, Shie, et.al. (2010). Promoting learner autonomy: student perceptions of

responsibilities in a language classroom in east asia. Educational

Perspective, 43 (1-2), 12-21.

Sinclair, B. (2000). Learner autonomy: The next phase? In B. Sinclair, I. McGrath

& T. Lamb (Eds.), Learnerautonomy, teacher autonomy: Future directions.

Harlow: Longman.