persepsi mahasiswa tentang autounomous learning: dalam …
TRANSCRIPT
632 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
PERSEPSI MAHASISWA TENTANG AUTOUNOMOUS
LEARNING: DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS
BAHASA ARAB
Muhammad Sobri
Prodi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Jambi Indonesia
Abstrak
Penelitian ini memberikan beberapa paparan dan indikator mengenai persepsi
mahasiswa tentang autonomous learning (pembelajaran mandiri) dalam
meningkatan kapasitas berbahasa. Selain itu, penelitian ini mendeskripsikan
pandangan dan upaya partisipan meningkatan kapasitas berbahasa araab secara
mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan
Mixd Methods. Dengan mengkombinasikan dua penelitian pendekatan penelitian
kualitatif dan kuantitatiuf. Yang bertujuan agar data yang dihasilkkan dapat lebih
komprehensif dalam mendalami masalah peneitian. Kuesioner survey yang
disusun ini diasopsi dari kuesioner milik Khem Raj Joshi (2011) yang meliputi:
learner awareness, self-effort, broader autonomous activities, self-esteem, use of
reference materials, motivation, and use of technology in learning. Hasil
penelitian menemukan bahwa siswa memiliki otonomi tingkat tinggi dalam
penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Begitu juga sebaliknya, para siswa
dikategorikan sebagai tingkat otonomi yang rendah berdasarkan indikator
motivasi.
Kata Kunci : Persepsi, Autounomous Learning, kapasitas bahasa
Abstrack
This study provides explanations and indicators regarding students' perceptions
of independent learning (Autounomous Learning) in increasing language
capacity. In addition, this study describes the views and efforts of the participants
to improve their Arabic language independently. The method used in this
research is based on the Mixd Methods approach. By combining two qualitative
and quantitative research approaches. Which aims to make the resulting data
more comprehensive in exploring research problems. The survey questionnaire
compiled was adopted from a questionnaire belonging to Khem Raj Joshi (2011)
which includes: student awareness, self-effort, wider autonomous activities, self-
esteem, use of reference materials, motivation, and the use of technology in
learning. The results of the study found that students have a high degree of
autonomy in the use of technology in learning. Vice versa, students are
categorized as a low level of autonomy based on indicators of motivation.
Keywords: Perception, Autounomous Learning, language capacity
Latar belakang
Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centred) dan saat ini terpusat pada
siswa (students centered) sebagai Paradigma pendidikan di Indonesia telah banyak
mengalami beberapa perubahan, Perubahan paradigma ini tentunya banyak
633 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
mengalami perdebatan dan dinamikanya karena hal ini sudah jelas tertuang dalam
kurikulum Pendidikan Indonesia menuntut semua elemen pendidikan untuk berpusat
pada siswa. Sebagai implikasi dari kebijakan kampus Merdeka dan Merdeka Belajar
(KMMB).
Fenomena Guru yang berada pada zona nyaman mereka, sementara Fakta
realitasnya siswa tidak memiliki kesadaran mengapa mereka belajar. Dengan
demikian, fenomena ini menjadi tradisi bagi guru dan siswa di Indonesia tentang
suatu proses belajar mengajar. Fosilisasi ini membawa kesulitan bagi beberapa
pelaku pendidikan. Hal ini didukung oleh Karea (2016) yang mengatakan bahwa
Indonesia memiliki masalah besar dalam mengimplementasikan kurikulum,
sedangkan guru memiliki masalah terkait perilaku. Begitu juga sebaliknya, jika
dibandingkan dengan AS, sebagian besar sekolah di Indonesia sangat mirip dengan
“fenomena kelas pekerja.” dan salah satu anggapannya adalah karena dipengaruhi
oleh peninggalan kolonial (Rachmawati, 2014).
Selain itu, Egel (2009) menyatakan bahwa dengan memikul tanggung jawab
untuk kemajuan pendidikan menjadi pembelajar mandirimaka hal tersebut sekaligus
melatih mereka untuk pembelajaran seumur hidup. Lebih lanjut, Harmer (2007)
menunjukkan bahwa telah banyaknya jumlah guru tertarik untuk mengeksplorasi
pentingnya menjadi pelajar yang mandiri dengan siswa. Secara sederhana, memberi
tahu siswa bahwa otonomi adalah hal yang baik dalam beberapa hal, meskipun, itu
tidak akan berdampak kecuali jika itu adalah bagian dari desain pembelajaran yang
lebih luas dan kecuali jika guru-guru dapat menemukan cara terbaik untuk membantu
siswa menjadi lebih mandiri.
Untuk menunjang kemampuan siswa dalam berkomunikasi, siswa perlu
mengatur secara mandiri dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri di dalam
dan di luar sekolah tempat mereka berada. Harmer (2007) berpendapat bahwa untuk
mengimbangi batas waktu kelas dan meningkatkan peluang keberhasilan
pembelajaran dan pengembangan bahasa, siswa perlu termotivasi untuk
mengembangkan strategi belajar mereka sendiri sehingga mereka menjadi pelajar
mandiri (autonomous learner).
Karenanya, konsep otonomi atau kemandirian dalam pembelajaran harus dikaji
lebih luas dan mendalam, terutama pada pembelajaran bahasa asing seperti bahasa
634 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
arab dalam kaitannya dengan persepsi siswa. Persepsi siswa tentang otonomi belajar
bahasa memang sangat penting untuk membangun konsep guru dan pelaku
pendidikan lainnya dalam menstimulusi siswa untuk menjadi pembelajar bahasa
asing yang otonomi. Pengalaman para siswa tentang pandangan, reaksi, dan perilaku
telah berguna secara khusus dalam membangun pemahaman yang besar tentang
mereka. Dalam situasi ini, masalahnya ternyata adalah pemahaman siswa tentang
otonomi belajar atau kemandirian belajar hanya terbatas pada pemebalajaran didalam
kelas saja (Formal) yang tentunya berimplikasi terhadap perkembangan bahasa
mereka. Setiap siswa mungkin memiliki perspektif dan cara bereaksi yang berbeda
terhadap aspek-aspek tertentu. Selain itu, Ajzen (2005) berpendapat bahwa apa yang
seseorang yakini tentang suatu fenomena (mis., Konsepsi mereka) memengaruhi
harapan atau tujuan mereka.
penelitian ini dan Berangkat dari keadaan diatas ditujukan untuk mengungkap
secara menyeluruh persepsi siswa tentang otonomi belajar. Dan Selanjutnya,
otonomi pembelajaran yang diekspos dalam bahasan ini difokuskan kepada
mahasiswa Bahasa Arab Universitas Jambi. Berdasarkan hasil investigasi dan
observasi awal yang dilakukan kepada mahasiswa Bahasa Arab, ditemukan
bahwasanya hanya 3 dari 10 mahasiswa yang pernah belajar Bahasa Arab pada
pendidikan mereka sebelumnya. Seperti mahasiswa yang berlatarbelakang santri
Pondok Pesantren dan madrsah aliyah dan cenderung terbiasa dengan bahasa Arab.
Dan selebihnya kecenderungan tidak terbiasa dengan bahasa arab karena berlatar
beakang sekolah umum bahkan ada yang kejuruan (SMK).
fenomena dan observasi tersebut, menjadi landasan penelitian untuk guna
mengungkap persepsi mahasiswa dalam autonomous learning (pembelajaran
mandiri/ otonomi dalam pembelajaran), dalam peningkatan kapasitas berbahasa arab
mereka di Program studi pendidikan bahasa arab universitas Jambi..
635 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
Kajian Teori
Konsepsi Otonomi Belajar (Autonomous Learning)
Littlewood (1999) mengusulkan dua fitur utama peserta didik otonom termasuk
dalam definisi yang diusulkan oleh peneliti sebelumnya: 1) Siswa harus bertanggung
jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Ini baik karena semua pembelajaran dapat
dalam hal apapun hanya dilakukan oleh siswa sendiri dan juga karena mereka perlu
mengembangkan kemampuan untuk melanjutkan pembelajaran setelah akhir
pendidikan formal mereka. (2) 'Bertanggung jawab' melibatkan peserta didik yang
mengambil kepemilikan (sebagian atau total) dari banyak proses yang secara
tradisional menjadi milik guru, seperti memutuskan tujuan pembelajaran, memilih
metode pembelajaran, dan mengevaluasi proses. Selain itu, kriteria peserta didik
bahasa yang baik saling terkait dengan peserta didik mandiri.
Otonomi di luar Ruang Kelas
Ada tujuh aspek yang menjelaskan otonomi di luar kelas; Pertama, Akses
Mandiri: Untuk mendorong otonomi, berbagai pusat akses mandiri telah didirikan di
seluruh dunia. Pusat-pusat ini menyediakan materi yang diperlukan di mana peserta
didik bekerja sendiri untuk belajar. Kedua, Pembelajaran Bahasa Berbantuan
Komputer (CALL): Komputer dan teknologi internet telah memainkan peran penting
dalam pembelajaran. CALL sebagai produk dari instrumen-instrumen ini telah
memfasilitasi pembelajaran mandiri. Ini adalah program belajar sendiri
menggunakan komputer. Ketiga, pembelajaran jarak jauh: Pembelajaran jarak jauh,
mode belajar mandiri tanpa kendala formal, juga mencerminkan karakteristik
pembelajaran mandiri. Keempat, Belajar tandem: Belajar tandem, di mana dua orang
saling belajar ', bahasa berfungsi untuk saling membantu, telah lama dikaitkan
dengan otonomi.
Kelima, belajar diluar Negeri: Dalam program ini siswa menghabiskan waktu
di komunitas bahasa target. Meskipun banyak program melibatkan pengajaran di
kelas, tujuan utama mereka biasanya bagi siswa untuk belajar secara mandiri melalui
interaksi dengan penutur asli. Keenam, Pembelajaran di luar Kelas: Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung lebih sering melakukan kegiatan
belajar di luar kelas daripada yang diketahui oleh guru mereka. Terakhir, Self-
Instruction: Ini merujuk pada penggunaan bahan belajar mandiri yang dicetak atau
636 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
disiarkan secara independen dari para guru dan dengan demikian, menjadi faktor
otonomi di luar kelas.
Otonomi di dalam Kelas
Benson (2007) sebagaimana dikutip dalam Joshi (2011) menjelaskan bahwa
peserta didik tidak hanya ditemukan mandiri didalam kelas juga ada diluar kelas.
Dalam definisi otonomi luas, ini melingkupi semua keputusan yang dibuat oleh
pesertadidik dalam pembelajaran mereka sendiri. Jadi, semua kegiatan, rencana dan
tindakan yang pelajar pilih sendiri, membantu mempromosikannya. Di dalam kelas,
itu mungkin melibatkan berbagai tingkat kontrol seperti: manajemen untuk
pembelajaran, proses kognitif dan konten pembelajaran. Hal ini dapat tercermin
dalam kerja kelompok, pembelajaran kooperatif, pembelajaran inovatif atau tindakan
dan kegiatan kelas lainnya. Jadi, seorang pembelajar mungkin mencari berbagai cara
untuk menjadi otonom dalam suatu kelas. Mereka dapat mencari peluang untuk
mempelajari sesuatu dengan lebih mudah, yaitu mempelajari cara belajar.
Singkatnya, dapat dikatakan bahwa kelas juga merupakan konteks di mana otonomi
pelajar dipraktikkan setidaknya untuk belajar belajar.
Studi Relevan
Pembelajaran otonom kini telah menjadi kata kunci di bidang pendidikan
bahasa asing. Sebenarnya ada literatur yang tumbuh menunjukkan bahwa guru dan
pelajar yang lebih otonom memiliki hasil yang lebih baik dalam penguasaan bahasa
(Little, 2009; Little, Ridley, & Ushioda, 2003; Nakata, 2010; Sao & Wu, 2007;
Ushioda, 2010).
Razeq (2014) dalam studinya tentang Persepsi Pembelajar Universitas EFL
tentang Kemampuan Belajar dan Kemampuan Belajar Otonom mereka menemukan
bahwa sebagai hasil dari pengalaman pendidikan sebelumnya, para peserta didik
terbiasa dengan pengalaman pendidikan masa lalu mereka untuk menempatkan
tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan mereka. penguasaan bahasa pada
guru mereka. Namun, para peserta melaporkan bahwa mereka memiliki kemampuan
untuk belajar secara mandiri jika diberi kesempatan untuk melakukannya. Sebuah
uji-t menunjukkan bahwa dalam hal persepsi siswa tentang kemampuan mereka
637 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
untuk terlibat dalam kegiatan belajar mandiri, jenis kelamin dan tingkat prestasi tidak
memainkan peran yang signifikan
Selain itu, penelitian yang dilaksanakan Sakai etal (2010) menemukan
beberapa siswa ingin terlibat dalam tugas manajemen kelas seperti "menetapkan
tujuan dan mengevaluasi pelajaran," dan "membuat pilihan." Namun, penelitian ini
juga mengungkapkan bahwa mereka belum diajari bagaimana melakukannya dengan
cukup baik. Kegiatan manajemen kelas membutuhkan pengalaman untuk
melakukannya dengan baik. Itu mungkin sebabnya subjek kurang percaya diri di
bidang ini. Sejalan dengan itu, Joshi (2011) menemukan bahwa peserta didik
membuat praktik yang baik dari kegiatan otonom. Mereka memandang peran mereka
sebagai faktor penting dalam pembelajaran.
Selanjutnya, Buenner (2019) tentang studinya tentang Persepsi Mahasiswa
tentang Pembelajaran Otonomi: Kasus Universitas Swasta, Thailand juga
melaporkan bahwa para siswa juga tidak mengetahui konsep-konsep otonomi juga.
Untuk aspek mengelola pembelajaran dan evaluasi, responden menganggap itu
adalah peran guru dan siswa secara bersamaan. Mayoritas responden (89%) merasa
bahwa mereka adalah pelajar mandiri; Namun, penjelasan mereka mencerminkan
ruang lingkup terbatas gaya belajar mandiri. Ini berarti bahwa siswa mungkin
memiliki kesalahpahaman tentang konsep pembelajaran mandiri, juga para guru
menunjukkan ide yang sama. Oleh karena itu, implikasi dari penelitian ini adalah
bahwa pembelajaran mandiri harus disediakan sebagai instruksi atau pedoman
formal.
Tujuan Penelitian
diharapkan dapat mendeskripsikan beberapa pandangan yang mendalam dari
partisipan dalam meningkatan kapasitas berbahasa mereka secara mandiri/otonomi .
dan memberikan paparan dan indikator mengenai persepsi mahasiswa terhadap
autonomous learning (pembelajaran mandiri/otonomi dalam pembelajaran) dalam
meningkatan kapasitas berbahasa mereka.
Metode
Pendekatan penelitian
Pendekatan Penelitian ini berdasarkan pendekatan Mixd Methods. Langkah
dalam penelitian ini menggunakan dua gabungan penelitian yaitu pendekatan
638 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
penelitian kualitatif dan kuantitatiuf. seringkali disebut dengan Penelitian Campuran
atau kombinasi. Kunatitatif dan kualitatif mempunyai kekurangan dengan instrument
pengumpulan data yang terbatas. mixed metods berada sebagai jalan tengah dari dua
paradigm penelitian tersebut. Dengan menggabungkan kedua intrumen pengumpul
data seperti wawancara, observasi langsung ataupun tidak, kuisioner dan studi
dokumen maka penelitan akan dapat memperkuat keabsahan data tersebut melalu
dua analisis yang berbeda. Hasil kuisioner yang diperkuat dengan wawancara
mendalam akan memdapatkan hasil penelitian yang maksimal.
Sumber data/ subjek penelitian
Subek peneltian ini adaah seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
penelitian ini. Yaitu meliputi mahasiswa dan dosen Prodi Pendidikan bahasa arab
universitas jambi. Dengan anggapan sebagai informan adalah orang yang paling tau
tentang peneltian ini. Sumber data meliputi dua sumber: primer dan sekunder.
Primer meliputi wawancara dengan beberapa mahasiswa dan dosen terkait hasil
penelitian. Sedangkan sekunder didapatkan dari hasil-hasil doumentasi serta
dokementasi kegiatan penelitian dan instrument lainnya.
Teknik Pengumpulan data
Observasi dan wawancara adalah proses pengamatan dan diperkuat beberapa
pertanyaan terhadap suatu objek. Dan dalam penelitan ini observasi yang digunakan
adalah observasi tidak terstruktur. Dan wawancara terstruktur sebagai instrument
pengumpul data kualitatif. Menurut (Burham, 2010) observasi tidak terstruktur yang
digunakan dengan guide observasi sehingga pengamat harus mampu
mengembangkan daya pengamatannya dalam melihat suatu objek. Dan Dan
wawancara tersebut dilakukan kepada beberapa mahasiswa sebagai sampel penelitian
pada prodi pendidikan bahasa arab. Serta pihak terkait (teman sejawat, ustad dan
guru les dll. Dimana pemebelajaran mandiri dilaksanakan. Dan untuk pengumpul
data kuantitatif digunakan instrument kuesioner survey terkait aoutounomous
learning.
Adapun kuesioner ini diasopsi dari kuesioner milik Khem Raj Joshi (2011)
memakai formulir google form yang meliputi: learner awareness, self-effort, broader
autonomous activities, self-esteem, use of reference materials, motivation, and use of
technology in learning. Adanya keterkaitan dengan penelitian sebelumnya menjadi
639 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
landasan bagi peneliti untuk mengkaji masalah autonomous learning di lingkup
Pendidikan Bahasa Arab.
Dan Studi dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder atau
tambahan pendukung dengan mengumpulkan dan menganalisis dokumen –dokumen
baik tertulis maupun non tertulis sepeti gambar dan elektronik terkait historis ataupun
proses pembelajaran mandiri dilaksanakanan. Sebagai data pendukung dari sebuah
observasi terhadap sesuatu yang berkaitan dengan penelitian.
Analisis data
Dengan gabungan dua metode penelitian dengan desain penelitian sequential
explonatori. Dan analisis data kuantitatif dijadikan sebagai metode utama dengan
memakai analisis google form yang sudah dikumpulkan berdasaarkan 100 responden
dan analisis data kualitatif menjelaskan lebih dalam tentang data kuantitatif.
Pencampuran kedua metode tersebut bersifat connecting (menyambung) antara hasil
penelitian pertama dan tahap berikutnya.
Hasil Dan Pembahasan
Dari berdasarkan kajian teori yang telah dijelas pada bab sebelumnya.
Maka pada bagian ini menyajikan dua bagian hasil : Pertama Penyajian kuesioner
survey terkait persepsi autounomous learning. Kedua, persepsi mahasiswa berserta
factor dominannya.
KUESIONER SURVEI LEARNER AUTONOMY (PEMBELAJAR
MANDIRI)
Isilah data dibawah ini dengan seksama:
Nama :
Umur :
Kelas :
Jenis Kelamin:
Skala ini dimaksudkan untuk mengetahui kegiatan belajar mandiri Anda dan
rencana yang Anda lakukan untuk belajar Bahasa Arab. Tolong beri tanda centang
() untuk jawaban yang sesuai pada Anda sebenarnya.
Kuantitatif Kualitatif Penafsiran
kuanti dan kuali
640 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
No. Rencana dan Kegiatan Belajar Otonom A B C D E
1. Saya pikir saya memiliki kemampuan untuk
belajar Bahasa Arab dengan baik.
2. Saya menetapkan tujuan pembelajaran saya.
3. Saya memanfaatkan waktu luang saya dengan
belajar Bahasa Arab.
4. Saya mempelajari topik pelajaran yang akan
dipelajari sebelum masuk kelas.
5. Di kelas, saya mencoba menggunakan setiap
kesempatan untuk mengambil bagian dalam
kegiatan di mana saya dapat berbicara dalam
Bahasa Arab.
6. Saya berbicara dengan penuh percaya diri di
depan orang-orang.
7. Saya membuat catatan dan ringkasan
pelajaran saya.
8. Saya berbicara dengan Dosen dan teman di
luar kelas dalam Bahasa Arab.
9. Saya berlatih Bahasa Arab di luar kelas
seperti: merekam suara saya sendiri; berbicara
dengan orang lain dalam Bahasa Arab.
10. Saya menggunakan perpustakaan untuk
meningkatkan Bahasa Arab saya.
11. Saya menggunakan materi audio-visual untuk
mengembangkan pidato saya seperti:
mendengarkan BBC, menonton film
berBahasa Arab, mendengarkan musik,
membaca koran/majalah berBahasa Arab dll.
12. Saya menghadiri berbagai seminar, kursus,
pelatihan, konferensi, komunitas untuk
meningkatkan Bahasa Arab saya.
13. Saya mengambil risiko dalam mempelajari
Bahasa Arab.
14. Saya mencatat kekuatan dan kelemahan saya
dalam belajar Bahasa Arab dan
meningkatkannya.
15. Saya membaca kembali pelajaran dan mencari
buku referensi yang berkaitan dengan topik
pelajaran.
16. Selain bacaan disekolah, saya juga membaca
A = Tidak Pernah
B = Jarang
C = Kadang-kadang
D = Sering
E = Selalu
641 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
materi tambahan lainnya.
17. Ketika saya membuat kemajuan dalam belajar,
saya menghargai diri sendiri seperti: membeli
barang baru, merayakan pesta, dll.
18. Saya menggunakan internet dan komputer
untuk belajar dan meningkatkan Bahasa Arab.
Kuesioner yang diajukan berisi 18 pertanyaan tentang persepsi mahasiswa tentang
pembelajaran mandiri. Dan setelah itu rancangan kuesioner tersebut di import kedalam
google formulir disebar dan dianalisis.
Hasil analisis google form penelitan ini menggunkan model mixed metods
didalamnya dua kerangka Penelitian yaitu, kuantitatif dan kualitatif yang datanya
diambil dari angket yang telah disebarkan melalui google form dan dianalisis dengan
indikator pokok dari Autonomous Learning meliputi :
(1). Kesadaran mahasiswa (2). Usaha mandiri (3). Kegiatan yang menyangkut
otonom yang lebih luas (4.) Kepercayaan diri (5). Penggunaan bahan referensi (6).
Motivasi (7). Penggunaan teknologi dalam pembelajaran
Seluruh indikator tersebut memliki statemen yang berbeda-beda dengan keseluruhan
statemen berjumlah 18 statemen yang mencerminkan nilai masing-masing indikator.
Dan dibawah ini akan disajikan dan dipaparkan data yang didapatan dilapangan terkait
dengan indikator pembelajaran mandiri Autonomous Learning tersebut.
Persepsi dan Faktor Dominan dalam Autonomous Learning Kesadaran mahasiswa
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
1. Saya pikir saya memiliki
kemampuan untuk belajar
Bahasa Arab dengan baik.
0 9.7 36.3 37.2 16.8 3.61
2. Saya menetapkan tujuan
pembelajaran saya.
0 6.2 23.0 37.2 33.6 3.98
3. Saya memanfaatkan waktu
luang saya dengan belajar
Bahasa Arab.
0 7.1 50.4 35.4 7.1 3.42
Grand Rata-Rata 3.67
642 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
Berdasarkan akumulasi Rata-Rata dalam aspek “Kesadaran Mahasiswa” didapati
bahwasanya kesadaran mahasiswa bahasa Arab dalam otonomi pembelajaran berada
pada level tinggi yaitu 3.67. Hal tersebut diperkuat
kemampuan belajar bahasa Arab dengan baik (3.61), Level Tinggi
menetapkan tujuan pembelajaran (3.98), Level Tinggi
memanfaatkan waktu luang belajar bahasa Arab (3.42.) level menengah
Data tersebut juga didukung dengan beberapa alasan pemilihan bahasa Arab
sebagai program studi yang dituju mahasiswa, yaitu sebagai berikut
“Alasannya Karena Saya Suka Pelajaran Bahasa Arab Dari Saya Smp-Sma, Jadi
Saya Memilih Jurusan Bahasa Arab Di Universitas Jambi” (DS)
“Agar saya bisa memahami arti dari ayat Al-Qur'an dan fasih dalam membaca Al-
Qur'an”. (BD)
motivasi dari orang sekitar menjadi kesimpulan utama dalam mencintai bahasa
Arab, dan bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an menjadi alasan utama tingginya
kesadaran mahasiswa. Adapun kiat-kiat yang mahasiswa lakukan untuk menunjang
kemandiriannya dalam berbahasa Arab yaitu dengan melakukan beberapa aktivitas di
luar pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
“Terkadang mengulas pelajaran, menonton, dan menulis”. (AH)
“Sedikit-Sedikit Menghafal Kosa Kata Dan Mengulangi Pelajaran Waktu Di
Kelas”. (DS)
“Banyak yang saya lakukan, salah satunya adalah melihat video percakapan
bahasa Arab lewat YouTube”. (BD)
Usaha Mandiri
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
4. Saya mempelajari topik
pelajaran yang akan dipelajari
sebelum masuk kelas.
0 11.5 46.0 36.3 6.2 3.37
643 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
aspek “Usaha Mandiri” Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dilakukan
mahasiswa bahasa Arab berada padaa level menengah (3.23). beberapa catatan terkait
kuesioner usaha mandiri.
“membuat catatan dan ringkasan pelajaran saya” adalah poin 7 dan yang paling
menonjol dari semua aspek “usaha mandiri”, pada level tinggi (4.05).
“berbicara dengan dosen dan teman di luar kelas dalam bahasa Arab”
Sebaliknya, poin no 8, level rendah yaitu 2.46.
Dan data tersebut diperkuat dalam satu wawancara singkat responden, yaitu:
“Saya melihat file-file yang dikirim dosen dan mencatat di buku”. (RA)
Dari hasil wawancara kepada partisipan, melihat file yang dikirim dan melihat
kembali catatan diberikan dosen adalah salah satu wujudkan usaha kemandiriannya.
Kegiatan yang menyangkut otonom yang lebih luas
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
9. Saya berlatih Bahasa Arab di
luar kelas seperti: merekam
suara saya sendiri; berbicara
dengan orang lain dalam
Bahasa Arab.
7.1 27.4 40.7 20.4 4.4 2.88
10. Saya menggunakan
perpustakaan untuk
meningkatkan Bahasa Arab
saya.
17.7 42.5 24.8 9.7 5.3 2.42
5. Di kelas, saya mencoba
menggunakan setiap
kesempatan untuk mengambil
bagian dalam kegiatan di mana
saya dapat berbicara dalam
Bahasa Arab.
3.5 18.6 46.9 26.5 4.4 3.10
6. Saya berbicara dengan penuh
percaya diri di depan orang-
orang.
3.5 22.1 38.9 22.1 13.3 3.19
7. Saya membuat catatan dan
ringkasan pelajaran saya.
0.9 4.4 19.5 38.9 36.3 4.05
8. Saya berbicara dengan Dosen
dan teman di luar kelas dalam
Bahasa Arab.
8.8 42.5 43.5 4.4 0.9 2.46
Grand Rata-Rata 3.23
644 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
11. Saya menggunakan materi
audio-visual untuk
mengembangkan pidato saya
seperti: mendengarkan BBC,
menonton film berBahasa
Arab, mendengarkan musik,
membaca koran/majalah
berBahasa Arab dll.
2.7 14.2 39.8 36.3 7.1 3.31
12. Saya menghadiri berbagai
seminar, kursus, pelatihan,
konferensi, komunitas untuk
meningkatkan Bahasa Arab
saya.
10.6 23.9 37.2 21.2 7.1 2.90
13. Saya mengambil risiko dalam
mempelajari Bahasa Arab.
5.3 11.5 32.7 28.3 22.1 3.50
Grand Rata-Rata 3.00
Berdasarakan data keseluruhan Rata-Rata terhadap indikator dengan memliki
5 statemen pendukung terkait kegiatan yang menyangkut otonom lebih luas,
disimpukan a pada level medium (3.00).
kesadaran siswa untuk berlatih bahasa Arab di luar kelas, penggunaan
materi audio-visual, mengikuti seminar, kursus, pelatihan, konferensi, komunitas
untuk meningkatkan bahasa Arab berada pada level menengah diantara (2.5-3.4)
mahasiswa mengaku bahwasanya mereka sering untuk mengambil risiko
dalam mempelajari bahasa Arab, (28.3%) .
menggunakan perpustakaan untuk meningkatkan bahasa Arab mereka.
hanya 5.3%
Hal tersebut dikarenakan dan diperkuat dengan hasil wawancara bersama
beberapa mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab :
“: sangat penting karna dengan ada nya kamus dan perpustakaan dapat
meningkatkan kemahiran bahasa arab tetapi masih belum memadai dalam akses
referensi bahasa arab”. (AH)
Ketersediaan fasilitas menjadi pemicu dan factor dominan utama dalam rendahnya
akses referensi bahasa arab dalam mendukungnya.
Kepercayaan diri
No. Statements Tidak
Pernah
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
645 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
(%) (%)
14. Saya mencatat kekuatan dan
kelemahan saya dalam belajar
Bahasa Arab dan
meningkatkannya
4.4 12.4 35.4 32.7 15.0 3.42
Aspek Kepercayaan diri berisi kelemahan dan kekuatan mereka dalam menilai
diri mereka sendiri dan masuk dalam kategori level menengah 32.7%. Hal itu
didukung dengan pernyataan salah satu mahasiswa, yang mengatakan:
“Pernah, untuk solusi kelemahan saya dengan cara lebih giat lagi untuk belajar”.
(AH)
Penggunaan bahan referensi
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
15. Saya membaca kembali
pelajaran dan mencari buku
referensi yang berkaitan
dengan topik pelajaran.
1.8 8.0 36.3. 44.2. 9.7 3.52
16. Selain bacaan disekolah, saya
juga membaca materi
tambahan lainnya.
0.9 9.7 40.7 39.8 8.8 3.46
Grand Rata-Rata 3.49
“Penggunaan bahan referensi” sebagai indicator dan aspek penting dalam
peningkatan kualitas bahasa, kuesioner menunjukkan pada aspek ini berada pada
level tinggi (3.49).
mahasiswa pendidikan bahasa Arab mengaku bahwasanya mereka sering
membaca kembali pelajaran Sebanyak 44.2%
mencari buku referensi yang berkaitan dengan topik pelajaran dan
sangat jarang dari mereka (0.9%) yang tidak membaca amateri tambahan selain
bacaan sekolah.
Hal tersebut juga didukung dengan salah seorang dari mahasiswa bahasa Arab
yang mengatakan:
646 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
“sering, kalau mencari referensi terkait itu saya mencari sumber di web atau di
youtube
Dan aplikasi BISA, u-dictionary, bbc araby, al jazirah (meski sekai-sekali)”.
Motivasi
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
17. Ketika saya membuat
kemajuan dalam belajar, saya
menghargai diri sendiri seperti:
membeli barang baru,
merayakan pesta, dll.
34.5 21.2 23.9 16.8 3.5 2.34
motivasi siswa merupakan Indikator nomor enam yaitu berkaitan dengan
kemampuan bahasa mereka alam membuat kemajuan dalam belajar, menghargai diri
sendiri, dan memberikan reward terhadap dirinya sendiri. Menunjukkan pada level
rendah (2.34).
Hanya 3.5% mahasiswa yang mengaku pernah memberikan penghargaan pada
diri mereka sendiri. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:
“Cara Saya Memotivasi Ketika Kemampuan Bahasa Saya Meningkat, Saya
Akan Terus Mengulanginya Dan Biasanya Saya Membeli Buku Dan Kamus”.
(AH)
“Selama ini ketika kemampuan meningkat tidak ada yang dibeli atau diberi
hadiah untuk sebuah penghargaan diri sendiri hanya rasa syukur dan biasa saja”.
(BD)
Ada beberapa pandangan mahasiswa dalam menghargai diri mereka terhadap
prestasi mereka.
Penggunaan teknologi dalam pembelajaran
No. Statements Tidak
Pernah
(%)
Jarang
(%)
Kadang-
kadang
(%)
Sering
(%)
Selalu
(%)
Rata-
Rata
18. Saya menggunakan internet
dan komputer untuk belajar
dan meningkatkan Bahasa
Arab.
0.9 0 18.6 43.4 37.2 4.16
647 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
penggunaan teknologi dalam pembelajarn merupakan Indikator ke-tujuh
berkenaan terkait aspek penggunaan interner dan komputer untuk belajar dan
meningkatkan bahasa Arab. Data ini menunjukkan persepsi mahasiswa berada pada
leve tinggi (4.16),
mahasiswa sering dalam penggunaan internet. 43.4%
Hal tersebut juga dapat didukung oleh penyataan mereka dalam wawancara, yaitu
sebagai berikut:
“Sangat berguna dimana dizaman era digital ini banyak sekali manfaat dari
teknologi tersebut seperti lebih banyak menonton dan mendengar music arab di
youtube ”. (AH)
Daftar Pustaka
Ahmadi, Razieyeh. (2013). Iranian ESP learners’ perception of autonomy in
language learning. International Journal of Applied Linguistics&English
Literature, 2(1), 28-34.
Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality and behavior (2nd ed.). New York: Open
University Press.
Benson, P. (2007). Autonomy in language teaching and learning. Language
teaching, 40 (1), 21-40.
Chan, V. (2001). Readiness for learner autonomy: What do our learners tell us?
Teaching in Higher Education, 6(4), 505–519.
Cotterall, S. (1995). Readiness for autonomy: Investigating learner beliefs. System,
23(2), 195 205.
Creswell, J. W. 2003. Research design: quantitative, qualitative, and mixed
methods approaches. USA: Thousand Oaks.
Dickinson, L. (1987). Self-Instruction in language learning. Cambridge:
Cambridge University Press.
Harmer, Jeremy. (2007). The practice of english language teaching. Malaysia:
Pearson Education Limited.
Johnson, Keith. (2001). An introduction to foreign language learning and
teaching. England: Pearson Education Limited.
Joshi, Khem Raj. (2011). Learner perceptions and teacher beliefs about learner
autonomy in language learning. Journal of NELTA, 16(1-2), 13-29.
648 | Konferensi Nasional Bahasa Arab VI (KONASBARA) 2020
Littlewood, W. (1999). Defining and developing learner autonomy in East Asian
contexts. Applied Linguistics, 20(1), 71–94.
Oxford, R. L. (1990). Language learning strategies: What every teacher should
know. Boston: Heinle & Heinle.
Robson, C. (1993). Real world research: a resource for social scientists and
practitioners-researchers. Oxford: Blackwell
Sakai, Shie, et.al. (2010). Promoting learner autonomy: student perceptions of
responsibilities in a language classroom in east asia. Educational
Perspective, 43 (1-2), 12-21.
Sinclair, B. (2000). Learner autonomy: The next phase? In B. Sinclair, I. McGrath
& T. Lamb (Eds.), Learnerautonomy, teacher autonomy: Future directions.
Harlow: Longman.