persepsi masyarakat tentang jembatan...
TRANSCRIPT
i
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN
PENYEBERANGAN ORANG (JPO)
(Studi Kasus : JPO di Pondok Pinang, Jakarta Selatan)
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ADRIAN YUDHA RAMADHANA
NIM: 1113111000045
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN
ORANG (JPO):
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
HIdayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Agustus 2018
Adrian Yudha Ramadhana
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :
Nama : Adrian Yudha Ramadhana
NIM : 1113111000045
Program Studi : Sosiologi
Telah menyatakan penulisan skripsi dengan judul :
PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JEMBATAN PENYEBERANGAN
ORANG (JPO)………………………………………………………………..........
……………………………………………………………………………………...
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 29 Agustus 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati Dra. Vinita Susanti, M.Si
NIP.197609182003122033 NIP. 1965115199103200
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Persepsi Masyarakat Tentang Jembatan Penyeberangan Orang(JPO)
Oleh
Adrian Yudha Ramadhan
1113111000045
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29
Agustus 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris
Dr. Cucu Nurhayati Dr. Joharatul Jamilah, M.Si
NIP.197609182003122033 NIP.196808161997032002
Penguji I Penguji II
Muhammad Guntur Alting, M.Si Husnul Khitam, M.Si
NIP.198308072015031003
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 29 Agustus
2018.
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati
NIP.197609182003122033
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang JPO
di wilayah Pondok Pinang, Jakarta Selatan dengan menggunakan teori persepsi
Kotler.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan bersifat
deskriptif kualitatif. Metode studi kasus adalah metode yang menuntun peneliti
untuk memahami fakta yang ditemukan dilapangan secara mendalam untuk
dideskripsikan dalam penelitian ini. Prosedur yang dilalui oleh peneliti adalah
menjabarkan pengertian persepsi, jenis-jenis persepsi, proses terjadinya persepsi,
syarat terjadinya persepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terkait
JPO.
Hasil penelitian ini adalah jenisnya, persepsi masyarakat adalah self
perception (sudut pandang dari dalam diri sendiri), proses persepsi terjadi akibat
adanya pertanyaan dari peneliti melalui wawancara, syarat terjadinya persepsi
adalah adanya topik tentang JPO yang telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari.
Selanjutnya faktor yang mempengaruhi ini persepsi masyarakat Pondok Pinang
tentang JPO adalah usia, pekerjaan, pengalaman dan informasi.
Kata Kunci: Persepsi dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rezeki dan nikmat serta rahmat yang
dilimpahkanNya, begitu juga tidak lupa shalawat kepada Nabi Muhammad SAW
dan sahabat beserta keturunanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan berjudul Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang, Jakarta
Selatan.
Kemudian peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati selaku ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah, M.Si selaku sekertaris Program Studi Sosiologi
akultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Ibu Dra. Vinita Susanti, M.Si sebagai Dosen pembimbing dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Jurusan Sosiologi
yang telah memberikan & menurunkan ilmu pengetahuannya kepada saya
selama masa kuliah.
6. Semua yang terkait dibagian informasi, tatausaha dan administrasi akademik.
7. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Sehingga dapat tersusunnya skripsi ini.
Jakarta, 29 Agustus 2018
Adrian Yudha Ramadhana.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK...………………………………………………………………………v
KATA PENGANTAR……………………………………………………………vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...ix
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Pernyataan Masalah……………………………………………...…....1
B. Pertanyaan Penelitian………………………………………………….5
C. Tujuan dan Manfaat Peneltian…………………………………………5
D. Penelitian Relevan..……………………………………………………6
E. Kerangka Teoritis……………………………………………………..10
F. Kerangka Berpikir…………………………………………………….14
G. Definisi Konseptual………………………………………………….. 14
H. Metode Penelitian……………………………………………………..16
I. Sistematika Penulisan…………………………………………………26
BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN…….………………………….....27
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian………………………….……....27
B. Penyeberang Jalan di Jakarta…………………………………………32
C. Profil JPO Pondok Pinang…………………………………………....34
BAB III PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG JPO………………………...36
viii
A. Kondisi JPO.......................................………….................……….....36
B. Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang………………..40
C. Kelebihan dan Kelemahan JPO……………………………………....43
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………51
A. Kesimpulan…………………………………………………………...51
B. Saran………………………………………………………………….51
Daftar Pustaka……………………………………………………………………53
Lampiran...............................................................................................................xi
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan I.F.1. Kerangka Berpikir…………………………………………………13
DAFTAR TABEL
Tabel I.E.1. Tinjauan Pustaka…………………………………………………...5
Tabel I.H.1. Identitas Masyarakat Sekitar di JPO Pondok Pinang……………...21
Tabel II.A.1.Sebaran JPO di DKI Jakarta…………………………………….....27
Tabel II.A.2.Kriteria Tingkat Pemanfaatan Jembatan Penyeberangan………….31
x
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
CCTV : Closed Circuit Televition
DIRJENHUB : Direktorat Jenderal Perhubungan
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
JPO : Jembatan Penyeberangan Orang
HAM : Hak Asasi Manusia
KEMENHUB : Kementrian Perhubungan
KEMENPUPR : Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
KM : Kilometer
KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum
Polsek : Polisi Sektor
PU : Pekerjaan Umum
SK : Surat Keputusan
UU : Undang-Undang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kejahatan dan tindakan kriminalitas telah menjadi masalah sosial
tersendiri bagi hampir seluruh tatanan masyarakat dunia.1 Tindak kejahatan
dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, terlebih lagi pada era modern seperti
saat ini. Dimana tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat tinggi.
Disamping itu permasalahan lain yang terjadi saat ini adalah sulitnya mencari
pekerjaan sehingga menyebabkan sebagian orang nekat untuk menempuh jalan
pintas seperti mencuri atau mencopet, menodong, merampok hingga
memperkosa demi mendapatkan barang berharga dari korban kejahatan.
Berdasarkan berita dari media online, peringkat negara dengan kejahatan
terendah adalah Swiss, Korea Selatan, Singapura, Jepang, Hongkong, Taiwan,
Qatar, Uni Emirat Arab, Denmark dan Austria. Sementara Indonesia berada di
peringkat 41 indeks kejahatan sedunia yang tergolong kategori sedang.2 Fakta
tersebut menjadi dasar bahwa kejahatan atau tindak kriminal yang terjadi di
Indonesia masih sangat mengkhawatirkan.
1 Redian Syah Putra. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016. 2 www.liputan6.com/ diunduh pada tanggal 1 September 2018.
2
Kota Jakarta merupakan salah satu kawasan Metropolitan terbesar di dunia dan
merupakan kawasan perkotaan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah
penduduk mencapai lebih dari 20 juta jiwa pada tahun 2007.3 Pernyataan
tersebut menggambarkan kondisi kota Jakarta yang padat sebagai dampak dari
beberapa fungsi yang dibebankan kepadanya seperti sebagai ibu kota Negara,
ibu kota provinsi bahkan pusat perdagangan dan pusat pemerintahan di
Indonesia.
Sebagai kota metropolitan, kota Jakarta dilengkapi dengan berbagai
fasilitas umum. Fasilitas umum tersebut berkembang di berbagai aspek, baik
berupa sarana transportasi, pusat perbelanjaan, sarana rekreasi maupun pusat
kesehatan.4 Diantara semua fasilitas umum yang tersedi di kota Jakarta, sarana
transportasi dianggap oleh peneliti sebagai sarana yang masih membutuhkan
perbaikan dan perawatan.
Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan
kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan.5 Masyarakat di
kota Jakarta belum sepenuhnya menggunakan transportasi umum dan sebagian
besar lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini
mengakibatkan padatnya mobilitas di jalanan. Kepadatan lalu lintas sering
menyebabkan kecelakaan.
3 Arrauda Vioya. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm 215 –
226. 4 Muhammad Adib Widhianto. TEMU ILMIAH IPLBI 2016 5 Siti Aminah. Jurusan Ilmu Politik FISIP, Universitas Airlangga.
3
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu hal yang tentunya ingin selalu
dihindari oleh setiap penggunan jalan, namun terkadang kecelakaan lalu lintas
ini terjadi secara tiba-tiba karena prasarana jalan yang buruk ataupun karena
kelalaian dari pengguna jalan itu sendiri.6 Salah satu prasarana yang
mendukung ketertiban lalu lintas adalah jembatan penyeberangan orang (JPO).
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebagai alat penyeberangan merupakan
salah satu kebutuhan manusia dalam menyeberang jalur lalu lintas karena
akhir-akhir ini banyak terjadi kecelakaan yang menimpa para penyeberang
jalan.7 Ketersediaan JPO diharapkan dapat membantu masyarakat untuk
menyeberangi jalan di lokasi dengan kepadatan lalu lintas yang tinggi agar
terhindar dari kecelakaan yang menyebabkan korban kehilangan fungsi
anggota tubuh bahkan nyawanya. Namun berdasarkan pengamatan peneliti di
lapangan, ketersediaan JPO terutama di wilayah Pondok Pinang tidak dijadikan
pilihan utama bagi pengguna jalan untuk menyeberang. Beberapa alasan yang
dikemukakan oleh partisipan yang diwawancarai oleh peneliti adalah struktur
anak tangga yang terlalu tinggi, tindak kejahatan yang pernah terjadi dan tidak
adanya atap maupun penerangan yang memadai pada JPO di wilayah Pondok
Pinang.
Enam faktor penyebab rendahnya minat masyarakat menggunakan
jembatan penyeberangan yaitu kenyamanan, keselamatan, kemudahan, desain,
6 Cahaya Eka Putri. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Maret 2014 7 Fakhrul Rozi Yamali, Jurnal Civronlit Universitas Batanghari Vol.3 No.1 April 2018, hal. 11
4
keamanan dan hambatan.8 Apabila pemerintah ingin pejalan kaki
tetapmenggunakan JPO. Maka hal yang wajib diperhatikan adalah kondisi JPO
yang nyaman, terjaminnya keselamatan pengguna JPO, Kemudahan akses bagi
pengguna JPO, desain JPO yang tidak melelahkan, jaminan keamanan dengan
disediakannya petugas keamanan atau kamera CCTV disetiap JPO dan
menghilangkan hambatan bagi pengguna JPO seperti reklame yang
mengganggu.
Persepsi masyarakat terhadap JPO sangat penting. Persepsi negatif
membuat penggunaan JPO menjadi sepi dan semakin dijadikan lokasi untuk
meraih keuntungan bagi pihak-pihak tertentu seperti perusahaan pengiklan
yang dengan bebasnya memasang spanduk produknya, pengemis yang
melakukan aksi meminta-minta sehingga mengganggu pengguna JPO, Preman
atau pelaku kriminal yang melakukan tindakan menodong, menjambret hingga
melakukan kejahatan asusila. Hal demikian terjadi akibat sepinya pengguna
JPO. Selain itu kelengkapan pendukung untuk JPO juga menambah persepsi
buruk bagi pengguna seperti tidak adanya kanopi, tidak adanya lampu untuk
penerangan di malam hari, tidak adanya tempat sampah dan tidak adanya
CCTV yang membuat lokasi JPO tidak mendapatkan pengawasan dengan baik.
Sebaliknya persepsi positif akan mempengaruhi masyarakat untuk
menggunakan JPO sebagai sarana untuk menyeberang jalan. Sehingga persepsi
tersebut dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas dan menertibkan lalu lintas di
8 Kinanti Wijaya, Asri Lubis dan Ruri Aditya Sari. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
Hal. 4
5
wilayah tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada JPO dengan
kelengkapan sarana pendukung yang disebutkan di atas.
Dari hasil pengamatan selama melakukan penelitian di lapangan, peneliti
mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat tentang JPO di wilayah
Pondok Pinang, Jakarta Selatan diantaranya adalah masyarakat lebih memilih
untuk menyeberang langsung di antara kendaraan-kendaraan yang melintas di
jalan tersebut. Masyarakat bahkan nekad menembus pagar pembatas yang
sudah dijebol dengan alasan ingin lebih mudah melewati daripada menaiki atau
mendaki tangga JPO yang terlalu curam serta terhindar dari tindakan kriminal
yang sering terjadi.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana persepsi masyarakat tentang jembatan penyeberangan orang
(JPO) di Jalan Pondok Pinang?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat
tentang jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jalan Pondok Pinang.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan beberapa
manfaat sebagai berikut :
6
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan. Sehingga
peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan
untuk di dunia nyata.
b. Bagi akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap koleksi
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah.
c. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan sebagai pembanding
terkait kondisi JPO di wilayah lain.
D. Penelitian Relevan
Peneliti menggunakan penelitian yang memiliki topik yang sama dengan
penelitian lain agar mendapatkan gambaran hasil penelitian seperti tabel
mastriks berikut ini:
7
Tabel I.E.1 Matriks Tinjauan Pustaka
No Penulis Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1 Muhammad
Fathien Azmy
& Triyatni
Martosenjoyo
(2011).
Pemanfaatan
Jembatan
Penyeberangan
Orang
Di Kota
Makassar.
Hasil penelitian
menunjukkan
ketinggian
anak tangga
relatif tinggi,
tekstur lantai
JPO relatif
licin,
lebar tangga
dan lebar JPO
kurang dan
JPO tidak
dapat
digunakan
secara optimal
bagi penderita
cacat.
Persepsi
pengguna JPO
di Makassar
terhadap azas
kemudahan,
azas
kegunaan,
azas keamanan
dan azas
kemandirian
pemanfaatan
JPO belum
terpenuhi.
Lokasi
penelitian
berada di
kota
Makassar
2 Fakhrul Rozi
Yamali (2018)
Kajian Azaz
Manfaat Jembatan
Penyeberangan
Orang (JPO) di
Jalan
Sultan Thaha
Kota Jambi.
Persentase
pertumbuhan
penduduk di
dapat
perkiraan
jumlah
penyeberang
yang akan
menyeberang
di jembatan
baru akan
mencapai
Derajat
Kejenuhan
(DS) pada 8
tahun 3 bulan
kedepan.
Minimnya
pemanfaatan
JPO oleh
pejalan kaki.
Lokasi di
kota Jambi
dan metode
yang
digunakan.
survei
3 Ridho
Wicaksono,
Untoro
Nugroho, dan
Alfa Narendra
(2016).
Perilaku
Penyeberang
Pejalan Kaki Dan
Pengaruhnya
Terhadap Kinerja
Lalu Lintas.
Pada waktu
pagi hari
perilaku
penyeberang
melalui
jembatan lebih
banyak
Penelitian ini
menggunakan
instrumen
berupa
observasi yang
membuat
peneliti
Informasi
tingkat
kepadatan
arus lalu
lintas pada
waktu-waktu
sibuk yang
8
dari pada
melalui jalan.
Sedangkan
pada waktu
sore hari
perilaku
penyeberang
melalui
jembatan
lebih sedikit
dari pada
melalui jalan.
Pada puncak
pagi rata-rata
penyeberang
jalan
menghambat 2
kendaraan
selama 1.37
detik
sedangkan
puncak sore
menghambat 1
kendaraan
selama 1 detik.
mengetahui
cara
menyampaika
n sudut
pandang.
berpeluang
menyebabka
n kecelakaan.
4 Achmad
Nadjam,
Mohamad
Ferdiansyah
dan Hendrik
Jonathan
Sitorus (2018).
Efektivitas Dan
Kepuasan
Pengguna
Jembatan
Penyeberangan
Orang (JPO) Di
Pasar Induk
Kramat Jati.
JPO tersebut
tidak efektif
namus tingkat
pelayanan
termasuk
kategori A.
Berdasarkan
analisis
kepuasan
pengguna,
sebanyak 59%
puas dan
sangat puas
menggunakan
JPO dengan
klasifikasirenta
ng usia 21-30
tahun,
pendidikan
mayoritas
Hasil
analisis
volume
penyeberang,
Jembatan
Penyeberanga
n Orang di
Pasar Induk
Kramat Jati
tidak efektif.
Lokasi
penelitian di
pasar Kramat
Jati.
9
SMA,
pekerjaan
terbanyak
wiraswasta,
penghasilan
perbulan 1-3
juta, frekuensi
pekerjaan
pemakaian <
2x perhari, asal
tujuan ke
pertokoan/pasa
r dengan
maksud
bekerja.
5 Eka Agus
Sugito,
Syafaruddin
As, Siti
Nurlaily
(2011).
Tingkat
Pemanfaatan Dan
Faktor Yang
Mempengaruhi
Pemakaian
Jembatan
Penyeberangan
Orang
Di Depan Mega
Mall Jalan
Ahmad Yani Kota
Pontianak
Masukan bagi
kalangan
pemerintah
Kota Pontianak
dan kalangan
akademisi yang
terkait
tingkat
pemanfaatan
dan faktor yang
mempengaruhi
pemakaian
jembatan
penyeberangan
orang di depan
Mega
Mall Jalan
A.Yani Kota
Pontianak.
Metode yang
digunakan
bersifat
kualitatif
deskriptif dan
minimnya
penggunaan
JPO.
Lokasi
penelitian di
kota
Pontianak.
Berdasarkan tabel di atas, peneliti menemukan persamaan dan perbedaan
yang menjadi rujukan bagi peneliti untuk mendeskripsikan hasil penelitian di
bab selanjutnya. Diantara lima peneliti, terdapat tiga penelitian yang memiliki
persamaan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Fathien Azmy &
Triyatni Martosenjoyo (2011), Achmad Nadjam, Mohamad Ferdiansyah dan
10
Hendrik Jonathan Sitorus (2018) dan Fakhrul Rozi Yamali (2018) yang
menyatakan bahwa masih minimnya pejalan kaki yang menggunakan JPO
untuk menyeberang jalan.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Eka Agus Sugito,
Syafaruddin As, Siti Nurlaily (2011) memiliki kesamaan pada instrumen
penelitian yang digunakan yaitu pengamatan di lapangan dan pada metode yang
digunakan yaitu bersifat deskriptif kualitatif. Hal ini bermanfaat untuk
membantu peneliti dalam melakukan prosedur penelitian.
Sedangkan perbedaan yang ditemukan pada penelitian sebelumnya lebih
banyak dikarenakan oleh lokasi penelitian seperti di kota Makassar, Jambi,
Pontianak dan kelurahan Kramat Jati. Selain itu terdapat hasil penelitian yang
berbeda, yang menggambarkan waktu-waktu padatnya arus lalu lintas yang
menyebabkan kecelakaan.
E. Kerangka Teoritis
Teori yang digunakan untuk menjabarkan hasil dalam penelitian ini
adalah teori persepsi. Persepsi adalah dimana kita memilih, mengatur, dan
menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang
berarti.9
Berdasarkan teori di atas maka dapat dijabarkan bahwa persepsi adalah
cara seseorang memilih atau memaknai informasi yang dilihatnya menjadi
pendapat untuk dikemukakan kepada orang lain tentang suatu obyek. Pendapat
tersebut dapat dianggap sebagai informasi yang bermanfaat dalam penelitian ini
9 Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua, Jakarta: Erlangga
11
sebagai data. Sehingga peneliti dapat mendeskripsikan hasil penelitiannya.
Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah JPO di wilayah Pondok Pinang.
Sedangkan persepsi masyarakat diukur dari hasil wawancara yang dilakukan
kepada delapan partisipan.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya,
yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.10
Berdasarkan teori diatas maka dapat dinyatakan bahwa persepsi adalah
proses terbentuknya informasi secara terus menerus terkait dengan
lingkungannya. Lingkungan yang memiliki hubungan dengan partisipan dalam
penelitian ini adalah wilayah Pondok Pinang karena setiap hari mereka melalui
lokasi tersebut. Sehingga melalui informasi dari mereka yang diperoleh dari
panca inderanya dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data.
Informasi yang diberikan diharapkan sangat membantu peneliti untuk
menyusun hasil penelitian.
1. Jenis-Jenis Persepsi
Persepsi yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Eksternal Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya
rangsang dari luar individu.
10 Slameto. 2010. Balajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
12
b. Self Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya rangsang
dari dalam individu.11
Berdasarkan teori tersebut, jenis-jenis persepsi terdiri dari dua jenis
yaitu persepsi yang dikemukakan secara eksternal dan persepsi sendiri.
Persepsi eksternal adalah hasil pikiran yang dipengaruhi oleh orang lain atau
melalui stimulus. Contohnya pertanyaan, wawancara dan angket.
Sementara itu, persepsi sendiri didapat dari pengalaman pribadi,
pengamatan melalui panca indera dan pada akhirnya menghasilkan sebuah
pendapat, komentar maupun sugesti.
2. Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang
menimbulkan stimulus. Stimulus mengenai alat indera. Stimulus yang
diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensorik ke otak. Kemudian
terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu
menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang dirasa.
Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam
berbagai macam bentuk.12
Berdasarkan teori di atas, proses terjadinya persepsi adalah dimulai
dari adanya rangsangan dari luar. Rangsangan dalam penelitian ini adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti kepada partisipan
11 Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC. 12 Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.
13
terkait anggapan mereka tentang adanya jembatan penyeberangan orang
(JPO).
3. Syarat Terjadinya Persepsi
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu terjadinya
stimulasi alat indera dan ditafsirkan. Seperti obyek yang dipersepsi, alat
indera syaraf dan pusat susunan syaraf dan perhatian.13
Berdasarkan teori diatas, syarat terjadinya persepsi yaitu obyek
persepsi. Obyek persepsi dalam penelitian ini adalah jembatan
penyeberangan orang. Selanjutnya adalah alat indera syaraf, alat indera
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mata para partisipan untuk
menilai tentang manfaat adanya JPO di wilayah Pondok Pinang.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah usia, pendidikan,
pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari informasi dan
pengalaman.14
Berdasarkan teori di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi adalah usia, pendidikan dan pekerjaaan. Sehingga sudut pandang
setiap usia berbeda serta dipengaruhi oleh jenjang pendidikan dan
13 Ibid. 14 Miftah Toha. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
14
pekerjaannya. Sementara informasi dan pengalaman menjadikan sudut
pandang seseorang menjadi lebih luas dan berkembang.
F. Kerangka Berpikir
Bagan F.1.1 Kerangka Pemikiran
G. Definisi Konseptual
1. Fasilitas Penyeberangan
Fasilitas penyeberangan dibagi menjadi dua kelompok tingkatan
dibawah ini, yaitu;
a. Penyeberangan Sebidang (At-Grade) Penyeberangan sebidang terdiri atas
2 macam yaitu :
1) Penyeberangan Zebra (Zebra Cross)
Zebra Cross adalah sarana untuk menyeberang jalan dengan pola
garis putih sejajar. Namun penggunaan zebra cross lebih tepat
digunakan untuk volume penyeberangan jalan yang tergolong rendah.
Jenis-jenis
Persepsi
Proses Persepsi Jembatan
Penyeberangan
Orang
Persepsi
Syarat Persepsi
Faktor Penyebab
Persepsi
15
Syarat dalam pemilihan zebra cross adalah dipersimpangan jalan
ditiap sudut ruas jalan.
2) Penyeberangan Pelican
Penyeberangan jalan berbentuk zebra cross yang dilengkapi
dengan lampu lalu lintas. Sarana pelican ini berguna apabila
ditempatkan di jalanan dengan arus penyeberang jalan yang tinggi.
b. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground)
Penyeberangan tidak sebidang terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Elevated/Jembatan
Jembatan penyeberangan jenis ini diperuntukkan untuk pejalan
kaki. Jembatan penyeberangan ini lebih tepat apabila digunakan untuk
mobilitas jalan dengan kecepatan tinggi. Syarat untuk menggunakan
jembatan ini adalah jenis yang tidak memerlukan zebra cross, apabila
pelikan sudah tidak efektif, tingginya frekuensi kecelakaan dan
mobilitas pejalan kaki maupun kendaraan.
2) Underground/Terowongan.
Seperti halnya dengan jembatan penyeberangan orang,
pembangunan terowongan dikerjakan didalam tanah. Pembangunan
terowongan untuk digunakan menyeberangi jalan dengan perencanaan
yang rumit dan lebih mahal daripada pembangunan jembatan
penyeberangan orang. Persyaratan penggunaan underground atau
terowongan adalah apabila jembatan tidak dimungkinkan untuk
disediakan dan lokasi dapat dibangun under ground terowongan.
16
2. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)
JPO atau Jembatan Penyeberangan Orang adalah struktur bangunan
yang tersusun dengan anak tangga dan bertingkat-tingkat untuk melintasi
sebuah jalan yang berakibat kedua pada ujung jalan adanya terhalang atau
terhambat seperti sungai, saluran perairan, selat, lembah, serta jalan raya,
jalan tol dan jalan rel kereta api. Letak JPO biasanya berseberangan dengan
jalan raya atau jalur kereta api. Kedua objek tersebut hanya disediakan
untuk pejalan kaki yang menyeberangi jalan atau jalur kereta api.
JPO juga dapat dimaknai sebagai sarana bagi pejalan kaki agar dapat
menyeberangi jalan yang ramai dan lebar, menyeberangi jalan tol atau jalur
kereta api. Sehingga mobilitas pejalan kaki dan kendaraan dipisahkan secara
fisik dan kecelakaan dapat diminimalisasi. Keberadaan JPO di suatu
wilayah yang dibangun akan memberikan dampak untuk mulai membangun
kesadaran masyarakat agar dapat menggunakan fasilitas tersebut. Apabila
seluruh masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi, maka kehidupan
masyarakat pun akan sejahtera dan angka kecelakaan serta kemacetan lalu
lintas akan dapat dikurangi.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif. Karena penelitian ini hanya mengolah data dan
mengalisis suatu masalah dengan penjabaran-penjabaran secara detil.
17
Penelitian ini mengkhususkan pada deskripsi data yang berupa kalimat-
kalimat yang memiliki pemahaman yang mendalam. Fakta-fakta
dikumpulkan dari partisipan dan perilaku yang diobservasi. Data hasil
penelitian ini berupa fakta-fakta yang ditemukan pada saat pengamatan di
lapangan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan analisis studi kasus.
Metode studi kasus memungkinkan peneliti untuk melakukan eksplorasi
mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa
dari sebuah fenomena.
Pada penelitian, peneliti mencoba melihat suatu kasus yang terjadi
di sebuah lokasi yang sering terjadi tindakan kejahatan dan marak dalam
beberapa pemberitaan. Sehingga perlu upaya untuk menyeleksi keterangan-
keterangan empiris yang detail dan aktual dari kasus yang kemudian
dianalisis oleh peneliti. Pemilihan kasus ini didasari pada perlunya
pengamatan terhadap dampak kriminalitas yang terjadi pada fasilitas
penggunaan jembatan penyeberangan orang ( JPO).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lexi J. Moelong mengungkapkan bahwa lokasi penelitian dapat
ditentukan dengan mempertimbangkan teori yang relevan dan menelusuri
lapangan untuk mencari relevansinya dengan kenyataan yang ada di
lapangan. Sedangkan keterbatasan wilayah geografis dan praktis, seperti
waktu, biaya dan tenaga perlu dijadikan pertimbangan dalam menentukan
lokasi penelitian. Berdasarkan penjabaran di atas, maka lokasi penelitian
18
berada di kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Latar belakang peneliti
dalam memilih lokasi adalah karena JPO di kelurahan Pondok Pinang,
Jakarta Selatan adalah JPO yang berada di lokasi keramaian dengan
berbagai tipe masyarakat mulai dari pelajar, pekerja, pedagang dan
sebagainya, melintasi JPO tersebut. Selain itu, lokasi JPO Pondok Pinang
dekat dengan pembatas jalan atau pagar yang sudah dijebol oleh warga.
Sehingga pejalan kaki yang melintasi daerah tersebut, lebih memilih untuk
melewati pagar yang telah dijebol daripada melewati JPO.
3. Partisipan
Partisipan dalam penelitian adalah orang atau pelaku yang benar-
benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat langsung dengan masalah
penelitian. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus, peneliti
menghubungkan faktor-faktor kontekstual. Wawancara dengan partisipan
bermanfaat untuk mengali informasi yang menjadi dasar dan rancangan dari
teori yang dibangun. Partisipan dalam penelitian ini adalah para pejalan kaki
yang menggunakan fasilitas JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta
Selatan. Partisipan dalam penelitian ini terdapat delapan orang. Adapun
beberapa partisipan pengguna lokasi JPO di kelurahan Pondok Pinang
adalah:
a) Rahmah, Seorang mahasiswa yang biasa melintasi JPO di Pondok
Pinang, Jakarta Selatan. Namun biasa Rahma melintasi jalur terebut, tak
layak untuk dilewati sebenarnya, sebab jalan lintasan JPOnya rusak,
kumuh, dan terlalu curam, hingga rawan dan sepi. pandangan Rahmah
19
dengan kondisi JPO tak layak dipakai kurang adanya pemeliharaannya
oleh secara totalitas. “saya mah, kalau melintasi karena gaada jalur
alternatif lain, abis satu-satunya lintasan cuman ini saja. Dan JPOnya
saja kurang terjamin bagi masyarakat umum” ucapan perkataan Rahma,
jadi intinya Rahma ini untuk melalui jalur JPOnya beralasan karena ada
urgensinya saja.
b) Lestari, merupakan berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang sering
melintasi jalan trotoar berdekatan dengan JPO Pondok Pinang, Jakarta
Selatan. Menurut beliau lokasi JPO tidak terpelihara atau terawat dan
kurangnya lampu penerangan buat lampu jalan. “kalau sekali nyebrang
jalur JPOnya ngeri, takut pernah ada kasus pemerkosaan juga terus
kurang dikelola sama pemerintah karena kurang dana, iya sudah” ibu
Lestari tuturnya.
c) Gito, merupakan pegawai supir pribadi/ pengemudi yang pernah
melintasi jalur JPO. Akan tetapi jika Pak Gito tidak ingin melewati jalur
JPO, dikarenakam Pak Gitonya sendiri tidak berkepentingan berbuat hal
untuk menyeberang. pandangan pak Gito juga jika melintasi jalur
JPOnya saja sudah tidak memadai untuk dilalui karena beralasan bahaya
dan gelap bila malam hari dilewati karena kurang adanya perawatan
bagi khusus wilayah Pemda khususnya, serta dampak buruk bagi wanita
khususnya jika melintasi JPOnya. Menurut ungkapan Pak Gito “ya, kalo
untuk melintasi JPOnya kurang layak karena tinggi dan curam orang
jadi males mau naik” tuturnya.
20
d) Simin, merupakan berprofesi sebagai pedagang pinggiran yang berumur
30 tahun, yang sudah menetap hingga 15 tahun dekat dengan JPO di
sepanjang Jalan RA Kartini, Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Beliau
juga pernah menggunakan fasilitas JPO, akan tetapi jika ada keperluan
tertentu untuk menyeberang. Beliau mengatakan dengan keberadaan
fasilitas JPO tersebut sangat membantu walaupun fasilitas JPOnya
kurang memadai untuk dipakai seperti curam dan tinggi. Dari
pernyataan Pak Simin “iya pernah ada tindakan kriminalitas, perempuan
korbannya waktu sore balik habis nonton konser Iwan Fals, cuma udh
lama” ungkap Simin. Dan Simin melihat keberadaan bangunan JPOnya
kurang kelola dengan baik, kemudian jika dilihat fasilitas JPOnya
langsung terkesan kumuh hingga curam orang menjadi males untuk
melintasi JPOnya.
Sedangkan beberapa partisipan yang tidak menggunakan JPO adalah di
Jalan R.A Kartini Kelurahan Pondok Pinang adalah:
e) Pratiwi, merupakan ibu yang pegawai Berprofesi sebagai Wiraswasta,
beliau hampir setiap hari melintasi jalan-jalan besar yang berdekatan
dengan JPO berlokasi Pondok Pinang juga. ibu Pratiwi termasuk
pengguna jalan yang tidak berkendaraan atau pejalan kaki yang tidak
memanfaatkan JPO sebagai sarana penyeberangan. Beliau lebih sering
menyeberang jalan raya secara langsung, karena merasa malas menaiki
tangga JPO yang bisa menimbulkan efek lelah dan lebih lama sampainya.
Kemudian menuut pernyataan dari ibu Pratiwi sendiri jika mengamati
21
JPOnya langsung memang kurang memadai serta rawan jalur tersebut
dilintasi.
f) Rulis, merupakan berprofesi sebagai wiraswasta tahun. Beliau memiliki
toko yang dekat dengan JPO di Pondok Pinang, sehingga beliau sering
melewati jalan di sekitaran JPO. Beliau termasuk yang tidak setia
menggunakan JPO. Hanya sesekali saja dan itu sangat jarang dalam
menggunakan JPO. Hal tersebut karena bagi bapak Rulis JPO di jalan
RA Kartini tidaklah kondusif karena banyak Preman yang berkeliaran
dan sering terjadi tindak kriminal.
g) Kholifah, seorang mahasiswa yang termasuk giat melakukan berjalan
kaki namun ia tidak selalu rutin melintasi jalur JPO, Beliau hanya
menggunakan JPOnya hanya sesekali saja jika berjalan bersamaan
dengan teman-temannya, sedangkan jika berjalan sendiri beliau tidak
mau menggunakan JPO dengan alasan takut pernah ada kejadian kasus
pemerkosaan. Menurut Kholifah dengan bangunan JPO di Pondok
Pinang ini dilantarkan oleh pemda setempat, serta menurut kholifah
dengan adanya penyediaan fasilitas atau sarana JPOnya kurang layak
dipakai terhadap masyarakat umum maupun publik.
h) Sugiarto, Merupakan berprofesi sebagai pegawai PNS yang menangani
pelayanan pengawasan dan pengendalian sosial atau (P3S) seperti
pengamen anak punk, pengemis, hingga pelaku tindak kriminal
dilingkungan sekitar berbagai sarana publik. Menurut Pernyataan Pak
Sugiarto, Beliau belum pernah memakai fasilitas JPO di Jalan R.A.
22
Kartini, Pondok Pinang, namun jika ada pelaku tindakan kriminal, beliau
tetap langsung sigap untuk menangani kasus pidana kejahatan tersebut
dan telah bekerja sama dengan aparat keamanan kepolisian.
Tabel H.I.1 Identitas Masyarakat Sekitar di JPO Pondok Pinang
No Nama Usia Tempat
Tinggal
Profesi Waktu
Wawancara
1 Rahmah 20 thn Pasar
Minggu
Mahasiswa 16-4-2018
2 Lestari 28 thn Manggarai Ibu Rumah
Tangga
16-4-2018
3 Gito 25 thn Lebak
Bulus
Supir 15-4-2018
4 Simin 30 thn Lebak
Bulus
Pedagang 27-4-2018
5 Pratiwi 33 thn Senen Wiraswasta 18-4-2018
6 Rulis 35 thn Tendean Wiraswasta 19-4-2018
7 Kholifah 19 thn Lebak
Bulus
Mahasiswa 16-4-2018
8 Sugiarto 40 thn Cilandak PNS 21-5-2018
4. Teknik Pengumpulan Data
Dari hasil perolehan Data JPO di lokasi kelurahan Pondok Pinang,
Jakarta Selatan melalui studi lapangan wawancara atau pengamatan
langsung dari tabel diatas, maka peneliti ini akan memaparkan berbagai
teknis cara pengumpulan data sebagai berikut :
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Merupakan studi lapangan penelitian yang mendeskripsikan tentang
kebudayaan dan suku-suku bangsa. Data penelitian lapangan tersebeut
tergolong secara mikro dalam masa atau waktu tertentu. Sehingga proses
pengambilan data tersebut tidaklah mudah dan cepat untuk menyertakan
23
analisisnya. Adapun untuk mendapatkan data tersebut digunakan dengan
berbagai cara lain, yakni:
1) Observasi Partisipan
Teknik menggunakan metode penelitian observasi partisipan
adalah pengamatan secara langsung karena itu adalah termasuk hal
mutlak dalam melakukan penelitian, tetapi hal yang tak jauh lebih
penting juga sang peneliti bisa menempatkan dirinya seperti subyek
yang akan diteliti yang bisa dikatakan membaur dengan identitas
sosial di tempat peneliti. Sehingga tidak akan timbul kesan
membangun jarak yang jauh maka dari pada itu peneiti
memberanikan diri untuk masuk dalam golongan pengguna JPO.
2) Wawancara
Teknik wawancara dapat dilaksanakan untuk mendapatkan
gambaran tentang kriminal pengguna JPO. Wawancara disini
dilakukan skala berkala dan melalui observasi yang cukup panjang,
sehingga ketika melihat gejala yang terkait dengan penelitian dan
informan yang menjadi penguat data kemudian digali informasinya
lebih dalam lagi.
b. Penelitian Historis-Komparatif
Penelitian historis komparatif ini mengamati dinamika kehidupan
atau fenomenal sosial melalui perkumpulan komunitas masyarakat
secara masa lampau atau kajian yang akan didatakan yang sudah pernah
terjadi. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah persepsi setiap
24
partisipan tentang adanya JPO. Prosedur membandingkan JPO dilakukan
dengan cara wawancara.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data akan dilakukan melalui proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Di mana,
analisis ini dilakukan secara kualitatif yang bertujuan membuat penjelasan
secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat dan fenomena
yang diteliti melalui studi dokumen dan rekaman arsip dengan
menggunakan metode penulisan deduktif.
Proses selanjutnya sebagai kegiatan akhir penulisan penelitian ini,
setelah semua data terkumpul dan diolah kemudian data tersebut dianalisa.
Dalam hal ini dipergunakan analisa kualitatif, artinya bahwa data yang
terkumpul kemudian digambarkan dengan kata-kata dipisah-pisahkan
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan, sehingga data yang masih
bersifat teoritis dianalisa untuk mendapatkan penjelasan yang ilmiah.
Dalam menyimpulkan data dipergunakan pola berpikir induktif yaitu
melihat dari fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa secara khusus kemudian
digeneralisasikan bersifat umum. Dari uraian di atas dapat dianalisa
mengenai wacana kesadaran para pengguna fasilitas JPO Pondok Pinang,
Jakarta Selatan. Analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga komponen
analisis yaitu:
25
a. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari data-data tertulis di lapangan. Selain itu, reduksi
data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
kesimpulan dan diverifikasi, cara yang dipakai adalah reduksi data dapat
melalui seleksi yang panjang, melalui ringkasan atau tingkatan
menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas.
b. Menyaji Data (Display)
Menyaji data yaitu sekumpulan informasi tertentu yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan menganalisis. Penyajian
data lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif
yang valid.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data)
Mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola,
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dan alur sebab akibat dan preposisi.
Kesimpulan-kesimpulan senantiasa diuji kebenarannya, kekompakan-
nya, dan kecocokan. Yang merupakan validitasnya sehingga akan
memperoleh kesimpulan yang jelas kebenarannya.
26
I. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang Pernyataan Masalah, Pertanyaan masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoretis,
Definisi dan Operasionalisasi Konsep, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
Bab II Gambaran Umum
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum seperti keadaan
geografis dan demografis Jakarta, kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan
kesehatan sosial warga Jakarta, persebaran JPO di Jakarta dan Profil
informan.
Bab III Temuan dan Analisa
Dalam bab ini berisi tentang hasil dari temuan-temuan yang
diperoleh di lapangan seperti, latar belakang penggunaan JPO, Faktor-
faktor penyebab tidak menggunakan JPO dan dampak kriminal bagi
pengguna JPO.
Bab IV Penutup
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari penulisan ini dengan
menjelaskan hasil-hasil lapangan yang didapat. Dan saran bagi penulisan
selanjutnya yang meneliti persoalan tentang kriminal maupun tindak
pidana JPO di Jakarta.
27
BAB II
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Kondisi Geografis dan Demografis Jakarta Selatan
Kota administratif Jakarta Selatan berlokasi 106’22 Bujur Timur
sampai dengan 106’58 Lintang Selatan. Luas keseluruhan kota
administratif Jakarta Selatan berdasarkan keputusan Gubernur DKI
Jakarta No.1815/1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas seluruh
provinsi DKI Jakarta.
Gambar II.A.1. Keadaan Geografis Jakarta Selatan
Berdasarkan letak topografinya, kota administratif Jakarta Selatan pada
28
umumnya dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat
kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai 5-50 meter di atas
permukaan laut. Pada bagian selatan, wilayah banjir kanal merupakan
daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah dibagian utara.
Sedangkan secara demogratif kota administratif Jakarta Selatan terdiri dari
10 kecamatan dan 65 kelurahan dengan jumlah penduduk 1.893.705 jiwa.
Jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Tebet dan yang terjarang
adalah Kecamatan Cilandak.
Kota administratif Jakarta Selatan merupakan daerah pemukiman.
Masih banyak ditemukan perkampungan alami yang terdiri dari mayoritas
komunitas budaya asli Betawi. Dengan kondisi lingkungan yang hijau,
teduh dan tenang. Sehingga menjadikan wilayah ini sebagai pilihan
golongan ekonomi atas dan warga asing untuk bermukim. Hal tersebut
mendorong tumbuh pesatnya sektor ekonomi. Berbagai pusat perbelanjaan
berkembang dengan pesat, seperti International Trade Centre (ITC)
Fatmawati, Gandaria City, Kawasan Kemang, Poins Square, Cilandak
Town Square, Pejaten Village, Blok M Plaza, Pondok Indah Mall dan
supermarket Carrefour Lebak Bulus. Di samping sebagai pusat kegiatan
ekonomi, Jakarta Selatan juga kondusif sebagai pusat pendidikan. Berbagai
perguruan tinggi internasional berdiri di wilayah Jakarta Selatan, antara lain
Jakarta International School (JIS), Sekolah Perancis, dan sekolah Kedutaan
asing lainnya. Perkembangan pembangunan Jakarta Selatan yang sangat
pesat, di samping menimbulkan dampak positif bagi kehidupan masyarakat,
29
juga menimbulkan dampak negatif, seperti narkoba, kemacetan transportasi,
dan sebagainya.
Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia kota administratif
Jakarta Selatan pada tahun 2016 mencapai nilai 84. Seperti diperlihatkan
gambar II.A.2 berikut ini :
Gambar II.A.2
IPM Kota Administratif Jakarta Selatan
2. JPO di Provinsi DKI Jakarta
30
Provinsi DKI yang membutuhkan transportasi dan sarana prasarana
pendukung lainnya, khususnya JPO untuk mendukung aktivitas sosial dan
ekonomi. Berikut ini adalah jumlah sebaran JPO di provinsi DKI Jakarta:
Tabel II.A.2 Sebaran JPO di DKI Jakarta
Jakarta Pusat 32
Jakarta Selatan 37
Jakarta Barat 37
Jakarta Timur 25
Jakarta Utara 6
TOTAL 137 Sumber: Dinas Perhubungan DKI Jakarta, 2015
Berdasarkan tabel di atas, peneliti mendapatkan informasi bahwa
terdapat 37 JPO yang tersebar di wilayah Jakarta selatan. Jumlah tersebut
merupakan yang paling banyak diantara kota administratif lainnya
bersama dengan kota administratif Jakarta Barat.
3. Kondisi JPO di Pondok Pinang
Pembangunan jembatan penyeberangan orang (JPO) menjadi
pilihan pemerintah DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan lalu lintas.
JPO untuk pejalan kaki yang dirancang agar tercipta rasa aman, nyaman
dan kelancaran lalu lintas. Melihat sebaran JPO yang tersedia saat ini, JPO
yang berlokasi di wilayah Pondok Pinang, Jakarta selatan belum
difungsikan dan dimanfaatkan secara maksimal.
Berdasarkan pengamatan peneliti, masih ditemukan adanya
fenomena pejalan kaki, lebih memilih untuk melintasi ruas jalan raya
31
daripada melintasi JPO yang telah difasilitasi oleh Pemda DKI Jakarta.
Beberapa sebaran JPO masih tergolong sepi dari pejalan kaki. Terdapat
beberapa pemanfaatan JPO yang dialih fungsikan. Contohnya adalah
kegiatan komersil antara lain keberadaan pedagang kaki lima, pengemis,
iklan atau reklame dan sebagainya serta sering terjadi tindak kriminal.
Gambar II.A.3 Salah Satu Kondisi JPO di Pondok Pinang, Jakarta Selatan
Sumber: Hasil Survei Peneliti, 2018
Sumber: Hasil Survei Peneliti, 2018
Sumber : Hasil Survei Peneliti,28 April 2018
Dari gambar di atas terlihat kondisi JPO di kelurahan Pondok
Pinang, kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan:
a) Tidak terdapat atap pada JPO.
b) Anak tangga JPO yang terbuat semen itu sudah mulai rusak, bahkan
sebagian anak tangga sudah pecah serta anak tangga yang agak tinggi
sehingga menimbulkan kelelahan bagi penggunanya.
c) Cat pagar pada JPO juga sudah kusam dan mengelupas.
d) Pagar pengaman JPO digunakan untuk menjemur pakaian.
Kondisi yang terjadi di JPO Pondok Pinang telah mengalami alih
fungsi pada sisi jembatan. Kondisi ini tidak sesuai dengan Peraturan
32
Menteri Pekerjaan Umum No.19/PRT/M/2011, yang menyebutkan bahwa
JPO merupakan salah satu sarana lalu lintas dan berguna untuk
mendukung kelancaran transportasi publik. JPO merupakan fasilitas
umum yang bertujuan untuk mengatasi hambatan dalam perjalanan setiap
pengguna jalan.15
B . Penyeberang Jalan di Jakarta Selatan
Di kota administratif Jakarta Selatan, pejalan kaki adalah pengguna jalan
yang rentan terhadap tindak kriminal. Pejalan kaki yang menyeberangi jalan di
wilayah Lebak Bulus seringkali menyeberang jalan secara langsung tanpa
melewati JPO yang tersedia. Sementara itu pejalan kaki di wilayah Lenteng
Agung, Ampera, Pondok Pinang dan TB Simatupang seringkali menggunakan
JPO. Hal tersebut dikarenakan wilayah-wilayah tersebut dipisahkan dengan
jalan tol yang membuat pejalan kaki yang akan menyeberangi jalan terpaksa
menggunakan JPO meskipun merasa cemas dan tidak nyaman. JPO di lima
wilayah yang disebutkan di atas tidak hanya dilewati oleh pejalan kaki
melainkan juga pengendara sepeda motor yang ingin menempuh jalan pintas
untuk mempersingkat waktu tempuh. Ini menjadi salah satu ketidaknyamanan
bagi pejalan kaki yang menggunakan JPO. Disamping itu, ketika musim hujan
tiba banyak pengendara sepeda motor yang menepikan kendaraannya didekat
15Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.19/PRT/M/2011diakses dari www.pu.go.id/
uploads/services/infopublik20130415165931.pdf
33
lokasi JPO. Sehingga menyulitkan pejalan kaki yang ingin menyeberangi jalan
melalui JPO.
Penyeberangan jalan dengan kondisi fisik yang mendapat perhatian khusus
dapat dibagi 3 (Dewar R. 1992) yaitu:
1. Penyeberang Difabel
Pengguna jalan penyeberang yang mengalami cacat secara fisik atau
memiliki keterbatasan fisik. Fasilitas khusus yang dibutuhkan, contohnya
untuk pengguna tunanetra, disediakan struktur jalanan yang berbeda untuk
memberitahu tempat menyeberang dan awal menyeberang jalan.
2. Penyeberang anak
Penyeberang jalan yang berusia antara 0 - 12 tahun lebih sering
mengalami kecelakaan dibandingkan penyeberang lain.
Penyebab-penyebab yang muncul pada peristiwa kecelakaan yang
menimpa anak-anak, antara lain:
a. Postur tubuh yang kurang tinggi atau kecil.
b. Kesulitan untuk membedakan kiri dan kanan
c. Menyeberang sambil berlari.
d. Kurangnya pengetahuan dalam menyeberang jalan.
e. Kurangnya kepekaan terhadap kecepatan kendaraan.
3. Penyeberang Lansia
Lansia atau manula yang biasa melintasi JPO juga terancam
keamanan hingga keselamatan jiwanya dibandingkan golongan
masyarakat lain, disebabkan:
34
d. kondisi fisik yang sudah rentan.
e. Melangkah atau berjalan kaki hanya bisa secara perlahan-perlahan
Tingginya tingkat kecelakaan menunjukkan indikator bahwa diperlukan
penambahan sarana keamanan untuk menyeberangi jalan dan
memperkecil korban kecelakaan lalu lintas. Tingkat pemanfaatan
jembatan penyeberangan seperti yang disajikan pada tabel II.A.4 berikut:
Tabel II.A.4 Kriteria Tingkat Pemanfaatan Jembatan
Penyeberangan
Sumber: Hamkin H.D., Wright R.A. 1958 dalam Mashuri dan Sigit Widodo.16
C. Profil JPO Pondok Pinang
Pada prinsipnya, kebutuhan masyarakat untuk melintasi jalur jalan
pedestrian bisa menyesuaikan dengan penempatan fungsinya serta tujuan
dalam menciptakan keamanan, kenyamanan, hingga ketertiban dari gangguan
pidana kejahatan atau tindakan kriminal.
16 Mashuri dan Sigit Widodo, Tingkat Pemanfaatan Dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhi
Pemakaian JPO di Depan Mall Tatura Kota Palu, Majalah Ilmiah Mektek, Tahun XIV No. 1,
Januari 2012, hal. 28 – 36.
Tingkat Pemanfaatan Persenstase Jumlah Pejalan Kaki Yang
Menyeberang
Memakai JPO
(%)
Tidak Memakai JPO
(%)
Sangat kurang bermanfaat 0 – 20 100 -80
Tidak bermanfaat 21 – 40 79 – 60
Cukup bermanfaat 41 – 60 59 – 40
Bermanfaat 61 – 80 39 – 20
Sangat bermanfaat 81 – 100 19 – 0
35
Untuk memenuhi harapan masyarakat tersebut, maka fasilitas untuk
pejalan kaki harus dilengkapi dengan:
1. Lokasi parkir.
2. Lokasi untuk beristirahat.
3. Peta sekitar fasilitas umum tersebut.
4. Tempat pembuangan sampah.
5. Penerangan yang cukup.
6. Jalur sepeda.
7. Dilengkapi sarana untuk para difable.17
Berdasarkan persyaratan diatas, maka peneliti dapat menjabarkan bahwa
fasilitas di sekitar JPO Pondok Pinang dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat lokasi parker.
2. Tidak terdapat lokasi peristirahatan.
3. Tidak terdapat peta lokasi sekitar JPO.
4. Tidak Terdapat tempat pembuangan sampah.
5. Tidak terdapat lampu.
6. Tidak dapat dilalui sepeda karena terlalu curam.
7. Tidak tersedia layanan untuk penderita cacat.
17 https://www.desacilembu.com/2016/10/fungsi-dan-fasilitas-pedestrian.html
36
BAB III
JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) PONDOK PINANG
JAKARTA SELATAN
A. Kondisi JPO
JPO di kelurahan Pondok Pinang Jakarta Selatan sangat memprihatinkan.
Berdasarkan pengamatan peneliti kondisi JPO dapat digambarkan memiliki
warna cat yang kusam, terdapat beberapa bagian yang berkarat bahkan rusak,
tidak adanya kanopi sehingga jembatan penyeberangan dianggap kurang layak
dan kurang aman. Namun kondisi fisik JPO secara umum yang menjadi obyek
penelitian menunjukkan relatif baik dan masih berfungsi sesuai peruntukannya.
Dalam wawancara peneliti dengan Ibu Rahma sebagai partisipan ketiga
terhadap beberapa pengguna JPO pada hari Senin, 16 April 2018 lalu, yakni;
“Kalo saya ditanya tentang minat dan kesetiaanya saya menggunakan JPO,
yah, saya bukan pengguna setia JPO, saya tau konsekuensi menyeberang jalan
tidak menggunakan JPO sangatlah tinggi, tetapi saya merasa malas untuk
menggunakan JPO karena harus naik turun tangga. Apalagi kebanyakan JPO
di Pondok Pinang kondisinya memprihatinkan”18
“Saya bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya, tapi saya
malas lewat JPO karena banyak Preman nya.”19
Menurut hasil wawancara dengan partisipan ketiga, kondisi JPO
membuatnya semakin jarang digunakan oleh pejalan kaki ketika hendak
menyeberang. Karena dianggap memiliki ketinggian yang membuat para
pengguna JPO merasa kelelahan dan gangguan para pelaku kriminal seperti
18 Wawancara dengan ibu Rahma, Senin, 16 April 2018 19 Wawancara dengan bapak Gito, Minggu, 14 April 2018
37
preman yang hendak melakukan tindak kejahatan kepada para pengguna JPO.
Fakta tersebut sangat ditakuti oleh wanita pengguna JPO.
JPO adalah fasilitas penyeberangan untuk para pejalan kaki. Namun
dibalik itu semua terdapat kekhawatiran yang menyebabkan para wanita
pengguna JPO enggan menggunakannya. Pemerkosaan adalah tinadakan
kejahatan yang dicurigai terjadi di JPO Pondok Pinang. Selain pemerkosaan,
penjambretan juga menjadi salah satu kejahatan yang dikhawatirkan oleh
pengguna JPO. Hal ini sesuai dengan pernyataan ibu Lestari (partisipan
keempat), seorang ibu rumah tangga ketika ingin menyeberangi jalan untuk
pergi berbelanja, padahal JPO berada di dekatnya;
“Hehehehehe setia sih tidak, tapi pernah saja menggunakannya ketika bareng
temen-temen kadang saya menggunakannya, tapi ketika’ sendirian tidak
berani. Takut di jambret. Apalagi baru-baru ini ada pemerkosaan”20
Kondisi JPO yang tidak aman dan tidak nyaman menjadi alasan sebagian
besar partisipan dalam menghindari penggunaan JPO. Kedua partisipan yang
berjenis kelamin wanita mengeluhkan jenis kejahata pemerkosaan,
penjambretan dan perampokan yang dicurigai pernah terjadi di JPO Pondok
Pinang. Selain itu juga ketinggian tangga pada JPO Pondok Pinang membuat
sebagian partisipan merasa kelelahan untuk menggunakan JPO.
Sesuai dengan kegunaannya, JPO seharusnya digunakan oleh pejalan
jalan sebagai fasilitas untuk menyeberangi jalan dari satu sudut ke sudut
20 Wawancara dengan Cholipah, Senin, 16 April 2018.
38
lainnya. Tujuannya adalah agar kelancaran dari mobilitas masyarakat dan lalu
lalang kendaraan dapat berjalan lancar. Pergerakan masyarakat dan kendaraan
dapat menciptakan keamanan dan kenyamanan dalam berlalu lintas dan
berjalan kaki. Namun, JPO sebagai fasilitas untuk menyeberangi jalan menjadi
kehilangan fungsinya. Sebagian masyarakat telah menyadari alasan
pembangunan JPO. Sedangkan secara tidak langsung pembuatan JPO dapat
dimengerti oleh masyarakat dengan merasakan manfaat akan layanan tersebut,
meskipun demikian masyarakat masih saja mengabaikan manfaat dari JPO
dengan berbagai alasan terkait dengan penggunaan JPO diberbagai titik di DKI
Jakarta umumnya dan Pondok Pinang khususnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Pratiwi (partisipan kelima) sebagai
berikut:
“Adanya JPO (JPO) sangat memberi akses penyeberangan yang aman dan
nyaman, walaupun juga masih banyak pejalan kaki yang tidak menggunakan
JPO termasuk saya, lagian juga bikin capek harus naik tangga setinggi itu.
Dan juga JPO tidak ada atapnya jadi terasa lebih panas. Selain itu takut. Gak
aman”21
Senada dengan pernyataan Bapak Rulis (partisipan kedua), seorang pedagang,
keberadaan JPO (JPO);
“Sangat membantu karena tidak perlu menyeberang dengan menunggu
kendaraan yang lewat. Dengan adanya jembatan ini menjadi lebih mudah dan
praktis untuk menyeberang.”22
21 Wawancara dengan Ibu Pratiwi, tanggal 18 April 2018. 22 Wawancara dengan Bapak Rulis, tanggal 18 April 2018.
39
Maka pembuatan JPO sebagai sarana penyeberangan yang aman bagi
penggunanya merupakan bentuk penghargaan dari Undang-undang terkait
dengan hak pejalan kaki. Hak pejalan kaki mengharuskan pemerintah untuk
memberikan perlindungan pada pengguna jalan. Meskipun masih saja ada
masyarakat yang tidak terbiasa dan tidak nyaman menggunakannya untuk
menyeberangi jalan.
JPO dibuat berdasarkan analisa kebutuhan pejalan kaki dalam
menyeberangi jalanan. Maka sarana dan prasarana yang disediakan itu
sepatutnya dimaksimalkan penggunaannya. Oleh karena itu dibutuhkan solusi
yang tepat dari pemerintah dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian dan
dinas perhubungan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pejalan
kaki. Selain itu diharapkan adanya aturan dan tindakan yang dapat membuat
takut dan jera para pelaku kejahatan di atas JPO. Sehingga penggunaan JPO
bagi pejalan kaki dapat dioptimalkan.
Pejalan kaki dapat memahami latar belakang pembuatan JPO.
Selanjutnya diharapkan pejalan kaki dapat menghargai pembangunan fasilitas
umum tersebut. Kemudian pejalan kaki dapat memahami bahwa pembangunan
JPO sebagai sarana menyeberang bagi pejalan kaki adalah untuk menghindari
resiko kecelakaan akibat menyeberang secara langsung atau menerobis di jalan
raya. Namun masih ada hal-hal yang mengakibatkan pejalan kaki tidak selalu
menggunakan JPO. Faktanya hal-hal itu berkaitan dengan keamanan ketika
melintas di JPO.
40
B. Persepsi Masyarakat Tentang JPO di Pondok Pinang
Pada bab ini peneliti mulai mendeskripsikan hasil wawancara yang
telah dilakukan terhadap partisipan. Berikut ini adalah petikan hasil wawancara
dengan beberapa partisipan :
“Latar belakang di buat JPO ini mungkin karena jalan disini begitu padat,
kemudian disini kan pusat perbelanjaan dan bisnis, otomatis bakal banyak
manusia dan kendaraan jadi JPO ini penting di buat.”23
Menurut partisipan pertama, latar belakang pembuatan JPO adalah
dikarenakan wilayah Pondok Pinang dekat dengan wilayah perbelanjaan dan
perdagangan. Hal tersebut menyebabkan kepadatan lalu lintas dan mobilitas
yang tinggi oleh para pengguna jalan. Pusat perbelanjaan tersebut diantaranya
adalah Carrefour Lebak Bulus, Mall Pondok Indah dan Poins Square Lebak
Bulus.
Berdasarkan penjabaran hasil wawancara diatas, maka dapat diketahui
bahwa latar belakang pembuatan JPO adalah wilayah obyek penelitian yang
sangat strategis sehingga menyebabkan terjadinya kepadatan lalu lintas.
Kepadatan yang terjadi diakibatkan oleh pengguna kendaraan pribadi dan
kendaraan umum yang melintasi wilayah Pondok Pinang. Pondok Pinang juga
menjadi akses bagi pengguna jalan yang hendak melakukan perniagaan baik di
wilayah Jakarta maupun Tangerang karena Pondok Pinang terletak
diperbatasan antara Provinsi DKI Jakarta dan Banten.
23 Wawancara dengan Bapak Gito, Sabtu, 14 April 2018
41
Partisipan kedua adalah Bapak Rulis seorang pemilik toko di Pondok
Pinang ketika peneliti menanyakan tentang JPO;
“Ehmmmm...untuk orang yang akan menyeberangi jalan seharusnya.”24
Lebih lanjut Bapak Rulis menyatakan;
“Biar enak nyeberang jalannya, biar tidak ketabrak mobil. “Untuk
memberikan keamanan dari kecelakaan dari lalulintas serta memberi
kelancaran pengguna jalan raya sehingga memiminimalisir kemacetan
lalulintas”25
Menurut partisipan kedua, pejalan kaki dapat merasakan secara
langsung akan alasan dibuatnya JPO. Faktanya pengguna jalan sudah
menyadari arti pembangunan fasilitas umum tersebut. Atas pemahaman
tersebut, tentunya pejalan kaki diharapkan memaksimalkan tujuan dari
pembangunan tersebut.
Pejalan kaki tentunya menginginkan keamanan atas bangunan tersebut.
Pejalan kaki memahami bahwa pembangunan JPO sebagai sarana
penyeberangan adalah agar terhindar dari resiko kecelakaan akibat
menyeberang langsung di jalan raya. Namun, ada berbagai hal yang
mengakibatkan masyarakat pejalan kaki tidak selalu menggunakan JPO, hal
tersebut juga berkaitan dengan keamanan ketika melintas di JPO.
Setelah melakukan wawancara untuk mengetahui persepsi para
partisipan tentang JPO di Pondok Pinang, peneliti akan mengukur persepsi
24 Wawancara dengan bapak Rulis, Sabtu, 14 April 2018 25 Ibid.
42
partisipan melalui lembar pengamatan yang dijabarkan pada bab pendahuluan
yaitu kerangka teoritis.
Tabel A.III.1 Lembar Pengamatan Persepsi
Jenis Persepsi Proses
Terjadinya
Persepsi
Syarat
Terjadinya
Persepsi
Faktor Yang
Mempengaruhi
Persepsi
Diantara dua
jenis persepsi
yaitu external
perception dan
self perception,
para partisipan
lebih banyak
menggunakan
self perception.
Hal ini
dikarenakan
mereka
mengemukakan
sendiri
pendapatnya dan
tidak terpengaruh
pendapat orang
lain.
Proses
terjadinya
persepsi pada
partisipan dalam
penelitian ini
adalah melalui
pertanyaan yang
diajukan oleh
peneliti.
Sehingga
partisipan
tertarik untuk
memberikan
persepsinya
untuk
mendukung
penelitian ini.
Persepsi
masyarakat
dalam penelitian
ini terjadi karena
pertanyaan
tentang obyek
penelitian yaitu
JPO, dengan
menggunakan
indera
penglihatan yaitu
mata untuk
kemudian
disampaikan
dengan otak
untuk berpikir
dan mengolah
informasi yang
akan diberikan.
Kemudian
memberikan
pendapatnya
sebagai bentuk
perhatian
partisipan pada
kondisi JPO.
Diantara faktor
internal seperti
usia, pendidikan
dan pekerjaan.
Peneliti
mendapatkan
data dari
partisipan berupa
usia dan
pekerjaan
sehingga dari dua
aspek tersebut
menjadi faktor
yang
mempengaruhi
persepsi.
Sedangkan dari
faktor eksternal
yaitu informasi
dan pengalaman,
keduanya
menjadi faktor
yang dinilai
mempengaruhi
persepsi
partisipan.
Berdasarkan table di atas, maka dapat diketahui komponen yang digunakan
untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang JPO yang diwakili oleh delapan
partisipan. Berdasarkan jenisnya, persepsi masyarakat adalah self perception (sudut
pandang dari dalam diri sendiri), proses persepsi terjadi akibat adanya pertanyaan
43
dari peneliti melalui wawancara, syarat terjadinya persepsi adalah adanya topic
tentang JPO yang telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari. Selanjutnya faktor
yang mempengaruhi persepsi masyarakat pondok pinang tentang JPO adalah usia,
pekerjaan, pengalaman dan informasi.
C. Kelebihan dan Kelemahan JPO (JPO)
JPO adalah salah satu sarana penyeberangan bagi pejalan kaki. Bagi
beberapa orang JPO masih dimanfaatkan keberadaannya. Sebagian orang yang
berjalan kaki menggunakan JPO untuk menyeberang. JPO tetap difungsikan
sebagaimana fungsinya untuk menyeberang bagi pejalan kaki. Ini sesuai
dengan pernyataan ibu Lestari sebagai berikut:
“Biar enak nyeberang jalannya, agar tidak ketabrak mobil”26
Ada berbagai anggapan pejalan kaki terhadap keberadaan JPO sebagai
fasilitas untuk menyeberang jalan. Sebagian pejalan kaki tetap menggunakan
JPO untuk menyeberangi jalan dan sebagian pejalan kaki tidak
menggunakannya. Pejalan kaki yang menggunakan JPO pun sering tidak
menggunakan JPO untuk menyeberangi jalan. Mereka menggunakan JPO
untuk menyeberang hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti pendapat Rahma
berikut ini:
“Saya kadang-kadang menggunakan JPO untuk menyeberang jalan, namun
kadang-kadang tidak “27
26 Wawanccara Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018 27 Wawancara dengan Rahma tanggal 16 April 2018
44
JPO dianggap masih menjadi alternatif penyeberangan bagi sebagian
pejalan kaki. JPO masih memiliki manfaat bagi sebagian pejalan kaki. Seperti
mengurangi resiko kecelakaan lalu lintas. Sementara itu sebagian orang merasa
khawatir menggunakan JPO karena tindakan kriminal.
Keberadaan JPO seharusnya memberikan keamanan kepada pejalan
kaki. Mengingat fakta bahwa menyeberangi jalan secara langsung di jalan raya
memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut adalah timbulnya kecelakaan lalu
lintas, penyebab kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas di jalan raya. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Gito, ketika peneliti menanyakan
tentang kelebihan lainnya, sebagai berikut:
“Kalau kelebihan yang lainnya, JPO dapat membantu pejalan kaki dalam
menyeberang agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas, oh iyaaa ada para
Preman dan katanya banyak jambret juga”.28
Masyarakat tidak selamanya mempunyai pandangan yang buruk tentang
JPO. Beberapa orang berpendapat bahwa JPO dapat bermanfaat untuk
mengamankan mereka dari risiko kecelakaan lalu lintas. Namun mereka
seringkali malas untuk menaiki tangga JPO untuk menyeberangi jalan dan
memilih menyeberang langsung di jalan raya. Dengan alasan dapat lebih cepat
meskipun mereka memiliki resiko mengalami kecelakaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ibu Kholifah, hari Minggu 16 April 2018 sebagai berikut:
“Mungkin malas dan takut, karena menyeberang jalan jauh lebih cepat ,
meskipun resiko kecelakaannya tinggi.”29
28 Wawamcara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018 29 Wawancara dengan Ibu Cholifah, tanggal 16 April 2018
45
Pejalan kaki adalah mereka yang memiliki hak untuk dilindungi oleh
pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang No. 22/2009 tentang Lalu Lintas,
Angkutan Darat dan Jalan. Dalam pasal 131 ayat (1) ditegaskan bahwa pejalan
kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat
penyeberangan dan fasilitas lain.
Pemerintah diharapkan dapat mengutamakan kebutuhan masyarakat
dalam menyediakan layanan publik. Salah satunya fasilitas atau sarana
prasarana umum, seperti jembatan penyeberangan. Pemanfaatan fasilitas JPO
sebagai sarana penyeberangan bagi pejalan kaki memerlukan perawatan dan
pengawasan keamanan bagi para penggunanya. Menyeberangi jalan secara
langsung di jalanan mungkin lebih cepat. Namun berisiko mendapat
kecelakaan. Apabila kecelakaan terjadi maka akan banyak pihak yang
dirugikan, termasuk pengguna jalan lainnya. Selain itu, semakin banyak
pejalan kaki yang lebih suka menyeberangi jalan secara langsung dapat
meningkatkan angka kemacetan di jalanan. Sehingga hal ini membutuhkan
perhatian dari pihak kepolisian.
Pejalan kaki di sekitar JPO juga mengetahui keuntungan dari keberadaan
JPO sebagai sarana untuk menyeberangi jalan. Fakta tersebut terlihat dari
pernyataan beberapa partisipan sebagai berikut:
Ibu Rahma;
“Kelebihan secara fisik sih, bangunannya kokoh, sedangkan kekurangan
secara fisik tangganya terlalu curam, kalau perempuan seperti’ saya kan
sedikit susah apalagi pakai rok.”30
30 Wawancara dengan Rahma, tanggal 16 April 2018
46
Ibu Lestari:
“JPO memberikan jaminan keamanan dari kecelakaan lalu lintas.”31
Bapak Gito:
“kelebihan JPO itu sendiri menurut saya adalah sebuah fasilitas yang
disediakan pemerintah untuk keamanan pejalan kaki dari kecelakaan lalu
lintas dalam menyeberangi jalan”32
JPO di wilayah Pondok Pinang adalah sarana menyeberang jalan. Saat
sebagian pejalan kaki menggunakannya maka dapat dipastikan ada hal-hal
yang tidak membuat nyaman masyarakat pejalan kaki. Beberapa faktor dari
kelemahan JPO adalah bangunannya yang kurang nyaman atau karena
maraknya penodongan, penjambretan dan pemerkosaan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan salah satu partisipan, Rahma sebagai berikut:
“Sedangkan kelemahan JPO adalah yang seharusnya aman dari kecelakaan
lalulintas namun tidak menjamin keamanan tindak kriminal di JPO itu
sendiri,selain itu tangganya terlalu tinggi dan curam.”33
Partisipan lain pun menyampaikan hal yang sama terkait dengan
kelemahan JPO sebagai fasilitas penyeberangan jalan. Kelemahan JPO ini
menjadi pertimbangan bagi pejalan kaki untuk menaiki tangga JPO sebagai
sarana menyeberang. Seperti pernyataan Lestari berikut ini:
“Tapi, keamanan dari pengemis dan tindak kriminalitas tidak terjamin. oh
iyaaaa, kalau menurut saya JPO ini malah jadi tempat strategis pemasangan
iklan lihat saja banyak spanduk dan iklannya.”34
31 Wawancara dengan Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018 32 Wawancara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018 33 Wawancara dengan Informan Rahma, tanggal 16 April 2018 34 Wawancara dengan Bapak Gito, tanggal 15 April 2018
47
Kelemahan JPO yang digunakan sebagai sarana penyeberangan jalan
sangat bervariasi. Selain karena bangunannya yang dirasa kurang memadai
tetapi keberadaannya pun menjadi beralih fungsi, seperti sebagai sarana
pemasangan iklan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di atas. JPO
menjadi wilayah pemasangan berbagai iklan atau reklame dari produk tertentu
atau bahkan kampanye politik. Fakta tersebut sangat mengganggu kebersihan
area JPO sebagai sarana penyeberangan jalan. Disamping itu, JPO seringkali
menjadi area untuk mengemis oleh para gelandangan. Kondisi tersebut
menambah ketidaknyamanan JPO.
Keberadaan JPO yang juga dialih fungsikan untuk area pemasangan iklan
mendapat kecaman dari pejalan kaki. JPO menjadi terasa lebih pengap dan
gelap. Sehingga pelaku kriminal semakin mudah mewujudkan niat jahatnya
seperti mencopet dan melakukan hipnotis. Ini sesuai dengan pernyataan Ibu
Lestari sebagai berikut:
“Tangganya mungkin, itu kan curam banget, sama iklan- iklan di atas itu
dilepas saja. Dan seharusnya pemerintah menjamin juga
keamanannya.”35
Struktur JPO memiliki beberapa kelemahan yang perlu untuk diperbaiki.
Salah satunya adalah anak tangga jembatan yang curam dan tidak aman bagi
wanita yang menggunakan rok. Namun bangunan JPO masih menuai kritik dari
pejalan kaki. Ada yang beranggapan bahwa bangunan JPO sudah kokoh dan
kuat. Namun ada pula anggapan bahwa JPO memiliki anak tangga yang tidak
35 Wawancara dengan Ibu Lestari tanggal 16 April 2018
48
sesuai untuk dilalui terutama oleh wanita. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibu
Cholifah sebagai berikut:
“Kelebihan secara fisik sih, bangunannya kokoh, kalau kekurangan
secara fisik tangganya terlalu curam, kalau perempuan seperti saya kan
agak susah nih apalagi pake androk. Makanya saya se umur-umur tidak
pernah menggunakan JPO”36
Penggunaan JPO sebagai fasilitas publik yang disediakan oleh
pemerintah untuk menyeberangi jalan bagi pejalan kaki memang dirasa belum
maksimal. Berikut ini beberapa kelemahan JPO dan beberapa hal yang perlu
diperbaiki dari JPO dalam penggunaannya sebagai sarana penyeberangan jalan
bagi pejalan kaki menurut beberapa partisipan:
Ibu Rahma menyampaikan:
“Membersihkan JPO dari rasa suram dan tindak kriminalitas sehingga
JPO benar-benar menjadi sarana yang paling diminati ketika
masyarakat ingin menyeberang jalan.”37
JPO yang menjadi area Preman beroperasi, bagi partisipan dianggap
dapat menimbulkan suasana suram dan tidak nyaman bagi penggunanya.
Tindakan kriminal juga menjadi faktor yang menyebabkan pejalan kaki enggan
untuk menggunakan JPO sebagai sarana penyeberangan. Padahal Undang-
undang No.22/2009 mengharapkan terciptanya etika berlalu lintas dan budaya
masyarakat. Apabila area JPO aman dan bersih dari Preman, maka pejalan kaki
akan memilih untuk menggunakan JPO dalam menyeberangi jalan. Dengan
demikian, etika berlalu lintas yang baik akan tercipta, pejalan kaki dan
36 Wawancara dengan Ibu Cholifah, tanggal 16 April 2018
37 Wawancara dengan Ibu Rahma, tanggal 16 april 2018
49
pengguna jalan lainnya akan merasakan dampak positif dari adanya Undang-
undang lalu lintas dan Undang-Undang pejalan kaki.
Ibu Lestari menyampaikan pendapatnya bahwa;
“Yang perlu diperbaiki adalah bukan dari fisik jembatannya, tapi
bagaimana upaya pemerintah memberikan keyakinan kepada
masyarakat agar JPO ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.” 38
Penggunaan JPO sebagai sarana utama dalam menyeberangi jalan perlu
disosialisasikan oleh pemerintah. Baik melalui iklan dan himbauan di televisi,
radio, media cetak dan reklame. Sosialisasi pemakaian JPO juga membutuhkan
kerja sama dengan pihak kepolisian. Apabila diperlukan, maka sanksi dapat
dikenakan untuk pejalan kaki yang tidak menyeberang di tempat-tempat yang
seharusnya. Hal tersebut diharapkan dapat menimbulkan efek jera dari pejalan
kaki yang sering lalai dalam menyeberang jalan melalui JPO atau sarana lainnya
yang disediakan.
“JPO ini perlu dipertahankan agar wanita dan anak aman dari
kecelakaan lalu lintas, kemudian pemerintah juga memberikan
kenyamanan melalui kebijakannya untuk membersihkan JPO ini dari
tindak kriminalitas.”39
Keberadaan JPO ditujukan bagi pejalan kaki, terutama anak- anak dan
wanita. Karena anak- anak dan wanita sering mengalami kesulitan ketika
hendak menyeberangi jalan. Resiko kecelakaan jauh lebih tinggi ketika mereka
harus menyeberang secara langsung di jalan raya. Undang-undang pejalan kaki
38 Wawancara dengan Ibu Lestari, tanggal 16 April 2018
39 Wawancara dengan Ibu Pratiwi, tanggal 18 April 2018.
50
telah memberikan amanat kepada pemerintah untuk menyediakan fasilitas
umum berupa sarana penyeberangan untuk melindungi para pejalan kaki.
Keamanan dan kenyamanan adalah harga yang harus dibayar oleh
pemerintah agar pejalan kaki menggunakan JPO sebagaimana fungsinya. Hal
ini dapat dijadikan sebagai realisasi salah satu program kerja pemerintah.
Keinginan, kepedulian dan tanggung jawab pemerintah untuk memberikan rasa
aman dan nyaman kepada masyarakat terhadap setiap hasil pembangunan yang
ada. Pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat dan tidak menimbulkan keraguan bagi
masyarakat untuk menikmati hasil pembangunan yang ada.
51
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan lembar pengamatan persepsi, maka dapat diperoleh jenis
persepsi masyarakat adalah self perception (sudut pandang dari dalam diri
sendiri), proses persepsi terjadi akibat adanya pertanyaan dari peneliti melalui
wawancara, syarat terjadinya persepsi adalah adanya topic tentang JPO yang
telah dilihat oleh partisipan dan dikomentari. Selanjutnya faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat pondok pinang tentang JPO adalah usia,
Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan, JPO di wilayah
Pondok Pinang dinilai kurang nyaman, anak tangga terlalu curam, tidak
memiliki atap, tidak memiliki lampu penerangan, sehingga rawan terjadi
kejahatan, bahkan kalau siang hari terjadi alih fungsi menjadi tempat
menjemur pakaian. JPO Pondok Pinang pernah tercatat terjadinya tindak
kriminal penodongan dan pemerkosaan.
B. Saran
Adapun saran yang bisa peneliti berikan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan atau
disempurnakan terkait dengan kondisi dan manfaat JPO di kota lain.
2. Bagi Pemerintah diharapkan sebagai berikut :
-Perlu adanya evaluasi menyeluruh dan tinjau ulang tentang
52
penempatan JPO.
- Perlunya penertiban di kawasan JPO, misalnya keberadaan PKL,
pengemis, gelandangan dan munculnya premanisme sehingga rawan
kejahatan.
- Dari perencanaan bangunan JPO kiranya perlu diperhatikan sudut /
kemiringan anak tangga, sehingga tidak terlalu curam.
- Hal-hal keamanan dan kenyamanan bagi pengguna JPO harus
diutamakan.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mematuhi menggunakan JPO sebagai sarana
penyeberangan untuk menghindari resiko kecelakaan lalu lintas dan untuk
menciptakan terwujudnya kedisiplinan nasional.
53
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Siti. 2016. Penataan Transportasi Publik-Privat dan Pengembangan
Aksesbilitas Masyarakat. Surabaya : Universitas Airlangga Press.
Azmy, Muhammad Fathien dan Martosenjoyo, Triyatni. 2011. Pemanfaatan
Jembatan Penyeberangan Orang Di Kota Makassar. Jurnal Teknik
Arsitektur ISBN 97897912725506, Vol. 5 Desember 2011.
Kotler, Philip., Keller, Kevin L. 2013. Manajemen Pemasaran, Jilid Kedua,
Jakarta : Erlangga.
Nadjam, Achmad, Ferdiansyah, Mohamad dan Sitorus, Hendrik Jonathan. 2018.
Efektivitas Dan Kepuasan Pengguna Jembatan Penyeberangan Orang
(JPO) Di Pasar Induk Kramat Jati.
Putra, Redian Syah. 2016. Kriminalitas Di Kalangan Remaja (Studi Terhadap
Remaja Pelaku Pencabulan Di Lembaga Permasyarakatan Anak Kelas II
B Pekan Baru. JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februar 2016
Putri, Cahaya Eka. 2014. Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor Penyebab
Kecelakaan Pada Lokasi Di Kota Blackspot Kayu Agung. Jurnal Teknik
Sipil dan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Maret 2014
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugito, Eka Agus, Syafaruddin As, Nurlaily, Siti. 2011. Tingkat Pemanfaatan Dan
Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Jembatan Penyeberangan
Orang Di Depan Mega Mall Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
Toha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Vioya, Arrauda. 2010. Tahapan Perkembangan Kawasan Metropolitan Jakarta.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 21 No. 3, Desember 2010, hlm
215 – 226.
54
Wagito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi.
Wicaksono, Ridho, Nugroho, Untoro dan Narendra, Alfa. 2016. Perilaku
Penyeberang Pejalan Kaki Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Lalu
Lintas.
Widhianto, Muhammad Adib. 2016. Kriteria Rancangan Fasilitas Umum
Berdasarkan Karakteristik Penggunan. TEMU ILMIAH IPLBI 2016
Wijaya, Kinanti, Lubis, Asri dan Sari, Ruri Aditya. 2016. Identifikasi Rendahnya
Minat Masyarakat Menggunakan Jembatan Penyeberangan Dengan
Metode Fault Tree Analysis. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
4.
Yamali, Fakhrul Rozi. 2018. Kajian Azaz Manfaat Jembatan Penyeberangan
Orang (JPO) di Jalan Sultan Thaha Kota Jambi. Jurnal Civronlit
Universitas Batanghari. 3. (1). 9-19.
xi
LAMPIRAN
Lampiran yang disampaikan adalah hasil analisis penulis berdasarkan
wawancara langsung dengan pengguna JPO dan memperhatikan persepsi, argumen
maupun fakta-fakta yang disampaikannya hingga dirasakan masyarakat umum.
Penulis harus ikut berpartisipasi untuk mengemukakan hasil pengamatan
yang konkret dari hasil persepsi, argumen maupun fakta yang disampaikan
pengguna JPO yang berperan aktif melintasi jalur JPO ataupun masyarakat umum
yang tidak berperan aktif melintasi jalur JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta
Selatan.
Adapun metoda /cara wawancara yang penulis lakukan berpedoman
kepada:
1. Indentitas informan :
a. Nama :
b. Usia :
c. Alamat :
d. Pekerjaan :
e. Tanggal wawancara :
f. Lama berwawancara :
g. Lokasi :
h. Pertanyaan Penelitian (wawancara) :
A. Apakah memang pernah ada kejadian tindakan kriminal di lokasi
fasilitas jembatan penyeberangan orang(JPO) sepanjang Jalan R.A.
Kartini?
B. Kapan kejadian kronologinya terhadap tindakan kriminal pada saat
hendak orang melakukan penyeberangan di Fasilitas JPO?
C. Apa yang menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama
untuk menjadikan incaran kriminal bagi para pelaku kejahatat
tersebut?
xii
D. Apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana
kriminalitas di fasilitas JPO?
E. Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini
sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?
F. Bagaimana perasaan anda jika melangka tangga JPO untuk
melakukan menyeberangi jembatan penyeberangan tersebut?
G. Apa anda termasuk pengguna setia untuk melakukan menyeberang
fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?
H. Bagaimana solusi anda untuk menciptakan keamanan dan
kententraman terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan
Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?
Adapun Hasil Transkrip Wawancara yang penulis rangkum adalah sebagai
berikut :
- Informan 1 :
a. Nama : Rahma
b. Usia : 20 tahun
c. Alamat : Pasar Minggu
d. Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa
e. Tanggal wawancara : 16 April 2018
f. Lama wawancara : 2 menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : Mba numpang nanya, apakah memang pernah ada kejadian
tindakan kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan orang
(JPO) sepanjang Jalan R.A. Kartini ini ?
Rahma : setahu saya ada tapi gak tahu persis
xiii
Peneliti : ehm, kalo boleh tahu mba Kapan waktu kejadian tindakan
kriminal pada orang melakukan penyeberangan di Fasilitas JPO ?
Rahma : wah, kalo itu saya gak inget mah, yang jelas kejadiannya sekitar
tahun 2015.
Peneliti : Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini
sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?
Rahma : Sangat membantulah, namanya juga untuk kepentingan umum..!
Peneliti : Jika mba merasa JPO membantu, bagaimana perasaan mba kalau
melangkah & menaiki tangga JPO guna melakukan menyeberangi
jembatan penyeberangan tersebut?
Rahma : Membantu cuman tangganya terlalu curam, kalau perempuan
seperti saya kan agak susah nih apalagi pake androk. Makanya saya
seumur-umur tidak pernah menggunakan JPO
Peneliti : ehm, mba rahma, apa anda termasuk pengguna setia untuk
menggunakan fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?
Rahma : Kalo saya ditanya tentang minat dan kesetiaan saya menggunakan
JPO, yah, saya bukan pengguna setia JPO, tapi saya tau konsekuensi
menyeberang jalan raya sangatlah tinggi bila tidak menggunakan
JPO, tetapi saya merasa malas untuk menggunakan JPO karena
harus naik turun tangga. Apalagi kebanyakan JPO di Jalan RA
Kartini kondisinya memprihatinkan dan tidak nyaman. Jadi saya
bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya.
xiv
Peneliti : Bagaimana solusi mba rahma untuk menciptakan kenyamanan dan
ketentraman terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan
Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?
Rahma : ya, keamanan & ketertibannya harus ditingkatkan lagi supaya
masyarakat mau menggunakan fungsi JPO tersebut demi
ketentraman, misalnya JPO bebas dari PKL, memiliki pencahayaan
terang (lampu penerangan), kebersihan harus selalu terjaga dan tidak
terdapat banyak sampah di setiap sudut tangga penyeberangan,
tangga yang tak licin, juga jembatan yang tidak tertutup berbagai
baliho iklan di sisi kiri dan kanan jembatan. Kalau kondisi itu
tercipta, kasus kriminalitas setidaknya bisa ditekan karena
kesempatan untuk melakukan itu berkurang.
- Informan 2 :
a. Nama : Lestari
b. Usia : 28 tahun
c. Alamat : Manggarai
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Tanggal wawancara : 16 April 2018
f. Lama Berwawancara : 2 Menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : Bu boleh tanya ? Apakah memang pernah ada kejadian tindakan
kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan orang(JPO)
sepanjang Jalan R.A. Kartini?
xv
Ibu Lestari : kayaknya pernah, cuman gak tahu persis.
Peneliti : Ehm, kalo boleh tahu bu, kapan kejadian kronologinya terhadap
tindakan kriminal pada saat hendak orang melakukan
penyebrangan di Fasilitas JPO?
Ibu Lestari : Kejadiannya pemerkosaan atau penjambretan mungkin, ya bisa
jadi pelaku tersebut ingin mengambil barang berharga yang
diinginkannya.
Peneliti : Apa yang menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama
untuk menjadikan incaran tindakan kriminal dilingkungan fasilitas
JPO tersebut?
Ibu Lestari : Ya mungkin menurut pelaku kriminalnya lebih gampang untuk
Melakukan tindakan kejahatan terhadap wanita dibanding pria,
mungkin kaum perempuan dianggap lebih lemah/ penakut.
Peneliti : Ehm, Apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana
kriminalitas di fasilitas JPO?
Ibu Lestari : Ya tujuan mereka macam-macam sihh, mungkin karena alasan
tidak punya uang, yaa itu tadi jadi mau ngerampas barang berharga
orang lain, atau ada juga karena pengaruh kenakalan bahkan
menjurus kepada premanisme, sehingga menjadikan tindakannya
Kriminalisme dan lain sebagainya.
Peneliti : Ok menurut ibu, Apakah dengan adanya fasilitas jembatan
penyeberangan orang ini sangat membantu buat kepentingan
masyarakat umum?
xvi
Ibu Lestari : Penting sih demi keamanan dan juga tidak mengganggu arus lalu
lintas kendaraan serta tentunya enak/ nyaman menyeberang jalannya
tanpa khawatir ketabrak mobil /motor.
Peneliti : Ehm…menurut ibu, bagaimana perasaan dan menurut ibu jika
menggunakan tangga JPO untuk melakukan penyeberangan ?
Ibu Lestari : Tangganya mungkin yaa ? itu kan curam banget ! Begitu juga
sebaiknya iklan-iklan di atas itu dilepas saja, karena menghalangi
pandangan dari bawah keatas, sehingga dapat dimanfaatkan oleh
orang yang tidak bertanggung jawab / kriminal. Dan seharusnya
pemerintah membuat JPO juga disertai dengan memperhatikan
keamanan dan kenyamanannya.
Peneliti : Ok, Apakah ibu termasuk pengguna setia dalam menggunakan
Fasilitas JPO?
Ibu Lestari : Setia sih nggak juga, kalo ada keperluan aja..
Peneliti : Menurut ibu, bagaimana solusi untuk menciptakan keamanan dan
kenyamanan terhadap sarana fasilitas Jembatan Penyeberangan
Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?
Ibu Lestari : Ya solusinya, pemerintah harus ada upaya dan dapat memberikan
keyakinan kepada masyarakat agar JPO bisa dimanfaatkan sebaik
mungkin dengan nyaman dan aman. Tentunya juga perlu
pengawasan, penerapan aturan yang tegas serta tidak kalah penting
didukung dengan kedisiplinan semua lapisan masyarakat.
xvii
- Informan 3 :
a. Nama : Gito
b. Usia : 25 tahun
c. Alamat : Lebak Bulus
d. Pekerjaan : Supir
e. Tanggal wawancara : 15 April 2018
f. Lama Berwawancara : 2 Menit.
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Jalannya wawancara :
Peneliti : Mas...., apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal
di sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang
jalan RA Kartini?
Gito : Pernah....., cuman udah lama.
Peneliti : ehm, kalo boleh tahu kapan mas kejadian kronologinya terhadap
tindakan kriminal tersebut ? apakah pada saat orang melakukan
penyebrangan di Fasilitas JPO?
Gito : Kejadiannya lupa, tapi memang pernah ada kejadian tersebut
bahkan denger-denger disertai kasus pemerkosaan di JPO.
Kejadiannya waktu itu kalau ngga salah pada sore hari udah mau
gelap dan pas mau hujan.
Peneliti : Terus menurut Mas, Apa yang menyebabkan wanita yang menjadi
sasaran utama untuk dijadikan incaran korban kriminal bagi para
pelaku kejahatan tersebut?
xviii
Gito : ya, mungkin dianggapnya wanita itu lemah dan penakut, sehingga
yang menjadi incaran rata-rata wanita sih.
Peneliti : Ehm menurut Mas, apa tujuan mereka untuk melakukan sebuah
tindak pidana kriminalitas di fasilitas JPO?
Gito : ya, mungkin para pelaku melakukan kejahatan karena butuh uang
dan barangkali lokasi maupun kesempatan berbuat jahat / kriminal
di JPO menurut pelakunya lebih memungkinkan. Hahaha….
Peneliti : Ehm ok, apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan
orang ini sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?
Gito : Sangat membantu sekali bagi pejalan kaki dalam menyeberang,
supaya tidak terjadi kecelakaan lalu lintas.
Peneliti : Menurut mas, bagaimana perasaan mas jika menaiki tangga JPO
untuk melakukan penyeberangan jembatan penyeberangan orang
tersebut ?
Gito : Iyaa curam ! Coba lihat orang yang mau nyeberang aja gak mau
Naik, coba bagaimana itu ?
Peneliti : Apa anda termasuk pengguna setia untuk melakukan menyeberang
fasilitas JPO di Jalan RA Kartini?
Gito : Saya bukan pengguna setianya namun pernah menggunakannya,
tapi saya malas lewat JPO karena banyak gepeng atau premannya.
Menurut saya.
xix
- Informan 4 :
a. Nama : Simin
b. Usia : 30 tahun.
c. Alamat : Pondok Pinang
d . Pekerjaan : Pedagang pinggiran
e. Tanggal wawancara : 27 April 2018
f. Lama berwawancara : 54 Detik
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Pondok Pinang,
Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : Pak, apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal di
sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang
jalan RA Kartini?
Pak Simin : Iya, pernah ada !
Peneliti : Kapan kejadian tindakan kriminal di fasilitas jembatan
penyeberangan orang tersebut ?
Pak Simin : Kalo gak salah waktu pas nyebrang, abis nonton konsert
Iwan Fals, waktu itu pas mau hujan, sore-sore udah mau gelap, saya
juga gak tahu persis, tau-tau ada kriminal pemerkosaan.
Peneliti : Apakah dengan adanya fasilitas JPO ini sangat membantu?
Pak Simin : Iya, bagi orang pejalan kaki, bahkan setiap hari Jumat sangat
membantu bagi orang-orang yang mau shalat Jumat, karena banyak
yang mau menyeberang.
xx
Peneliti : Menurut, mas bagaimana rasanya jika melangkah tangga keatas
untuk melakukan menyeberangi Jembatan penyeberangan ini?
Pak Simin : Iya, biasa saja sih cuman terlalu nanjak aja kalo mau naik,
paling motor biasa lewat atau juga sepeda.
Peneliti : Ok terakhir Pak, bagaimana solusi untuk menciptakan keamanan
dan kententraman terhadap pengguna sarana fasilitas Jembatan
Penyeberangan Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini ?
Pak Simin : Ya, harus hati-hati ajalah dan juga pengguna JPO biar gimanapun
agar selalu sigap dan waspada.
- Informan 5 :
a. Nama : Sugiarto
b. Usia : 40 tahun
c. Alamat : Cilandak
d. Pekerjaan : PNS
e. Tanggal wawancara : 21 April 2018
f. Lama berwawancara : 2 Menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Pondok Pinang,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : Pak, Apakah disini memang pernah ada kejadian kasus kriminal
di sekitar fasilits JPO (Jembatan Penyeberangan orang) sepanjang
jalan RA Kartini?
Pak Sugiarto : Pernah cuman udah lama.
xxi
Peneliti : Oh, kira-kira waktunya kapan pak kejadiannya pada saat
melakukan tindakan kriminal di fasilitas jembatan penyeberangan
(JPO) ?
Pak Sugiarto : udah lama sekali Mas, tapi memang ada kejadian tindakan
kriminal.
Peneliti : Menurut Bapak, apa yang menyebabkan korban tersebut sering
wanita yang menjadi sasaran utama dan dijadikan incaran kriminal
bagi para pelaku kejahatan tersebut ?
Pak Sugiarto : Iya.., memang korban yang diincar pelaku keseringannya wanita,
begitulah.
- Informan 6 :
a. Nama : Pratiwi
b. Usia : 33 tahun
c. Alamat : Senen
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Tanggal wawancara :18 April 2018
f. Lama berwawancara : 1 Menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : mba numpang tanya, apakah disini benar ada kejadian kasus
kriminal di sekitar fasilitas JPO (Jembatan Penyeberangan orang)
sepanjang jalan RA Kartini?
Ibu Pratiwi : iya, dengar-dengar sih ada.
xxii
Peneliti : kalau ibu tahu/ingat kapan kejadian kasus kriminal di fasilitas JPO
tersebut?
Ibu Pratiwi : saya kurang paham soal kapan kejadian kriminalnya coba mas,
tanya ke orang sekitaran pedagang pinggiran yang dekat dengan
fasilitas JPOnya mungkin dia lebih tahu!
Peneliti : ehm, menurut pandangan Ibu Pratiwi sendiri Apa yang
menyebabkan korban wanita menjadi sasaran utama untuk
menjadikan incaran kriminal bagi para pelaku kejahatat tersebut?
Ibu Pratiwi : Iya, karena pelaku wanita itu mudah ditakuti hingga dianinaya dengan
adanya pelaku kejahatan laki-laki sebab wanita juga tidak mengerti
dengan dihadangnya perlakuan kejahatan datang secara tiba-tiba.
Peneliti : dan tujuannya bu, untuk apa mereka melakukan sebuah tindak
kejahatan maupun kriminal di lokasi fasilitas JPO tersebut ?
Ibu Pratiwi : iya mungkin ingin mengambil barang berharga kali seperti hp,
dompet, dan lain-lain.
Peneliti : menurut tanggapan ibu Pratiwi ini, apakah adanya fasilitas JPO ini
sangat membantu?
Ibu Pratiwi : ya sangat membantulah, karena tidak perlu menyeberang dengan
menunggu kendaraan yang lewat. Dengan adanya JPO ini menjadi
lebih mudah dan praktis untuk menyeberang.
xxiii
Peneliti : hmm untuk solusi ibu sendiri, bagaimana untuk menciptakan
keamanan dan kententraman terhadap sarana fasilitas Jembatan
Penyeberangan Orang(JPO) khususnya di jalan R.A. Kartini?
Ibu Pratiwi : JPO ini perlu dipertahankan agar wanita dan anak aman dari
kecelakaan lalu lintas, kemudian pemerintah juga memberikan
kenyamanan melalui kebijakannya untuk membersihkan JPO ini
dari tindak kriminalitas.
- Informan 7
a. Nama : Kholifah
b. Usia : 19 tahun
c. Alamat : Lebak Bulus
d. Pekerja : Mahasiswa
e. Tanggal wawancara : 19 April 2018
f. Lama berwawancaraa : 1 Menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan
h. Jalannya wawancara :
Peneliti : Permisi mba numpang Tanya, apakah memang pernah ada kejadian
tindakan kriminal di lokasi fasilitas jembatan penyeberangan
orang(JPO) sepanjang Jalan R.A. Kartini?
Kholifah : kayaknya ada cuman enggak ingat proses kegiatan kriminalnya.
Peneliti : ehm menurut pendapat mba, apa yang menyebabkan korban wanita
sering menjadi sasaran utama untuk dijadikan tujuan kriminal bagi
para pelaku kejahatan tersebut ?
xxiv
Kholifah : yaa karena kan perempuan tergolong lemah dan mudah untuk diincar
sehingga kaum perempuan juga tidak bisa ada daya untuk menghajar
komplotan kejahatan dihadapan laki-laki khususnya.
Peneliti : tujuan mereka untuk melakukan sebuah tindak pidana kriminalitas di
fasilitas JPO?
Kholifah : yaa…,bisa jadi mereka ingin merampas barang berharga dengan
alasan mendesak kebutuan ekonomi pribadinya sendiri, yang pada
akhirnya pelaku kejahatan menjadi sifat jahat, haa haa haa.
Peneliti : hmm menurut pandangan Kholifah, Apakah dengan adanya fasilitas
jembatan penyeberangan orang ini sangat membantu buat
kepentingan masyarakat umum?
Kholifah : iya sangat membantu hingga efektif bagi pengguna pejalan kaki
masyarakat umumlah khususnya, cuman saya jarang melintasi
JPOnya dikarenakan kondisi kumuh dan kotor sehingga saya malas
dan takut untuk melintasinya jalur JPOnya
Peneliti : ok pendapat mba, apakah mba memang setia atau senang jika
hendak terpaksa atau mendesak perluan darurat untuk melintasi
lokasi JPO di jalan RA Kartini Pondok Pinang ini?
Kholifah : iya tergantung sihh jika saya ingin melintasi JPOnya dengan tujuan
tertentu mungkin saya bisa memberanikan diri dengan cara lari atau
harus dengan rombongan teman, namun jika dilihat kondisi
jembatan yang cukup curam, kotor, dan kurangnya lampu
penerangan pasti akan ngeri dan seram untuk melewati jalur JPOnya.
xxv
- Informan 8
a. Nama :Rulis
b. Usia :35 tahun
c. Alamat :Tendean
d. Pekerja : Wiraswasta
e. Tanggal wawancara :19 April 2018
f. Lama berwawancara :1 menit
g. Lokasi : Jalan R.A. Kartini, Kelurahan
Pondok Pinang, Jakarta Selatan
h. Jalannya wawancara :
Peniliti : Apakah dengan adanya fasilitas jembatan penyeberangan orang ini
sangat membantu buat kepentingan masyarakat umum?
Pak Rulis : Sangat membantu karena tidak perlu menyeberang dengan
menunggu kendaraan yang lewat. Dengan adanya JPO ini lebih
mudah dan praktis untuk menyeberang.
Peneliti : ehm, menurut bapak bagaimana kondisi JPO di lingkungan
sepanjang jalan RA. Kartini, kelurahan pondok pinang ini?
Pak Rulis : yaa, kondisinnya tentu mengesankan karena jika dilihat dari jauh
sudah kumuh dan kotor
Peneliti : hmm, ohh ya pak tapi di lokasi JPO kelurahan Pondok Pinang ini
pernah terjadi kasus Kriminal ya?
Pak Rulis : iya kalau gak salah kasus pemerkosaan
xxvi
Peneliti : menurut Bapak mengapa perempuan menjadi sasaran utama untuk
menjadi korban kekerasan
Pak Rulis : karena perempuan jelas tidak bisa melawan dan takut terhadap
timbulnya kasus yang dilkakukan oleh pelaku kejahatan tersebut.
Dokumentasi Gambar
1. Masyarakat melintasi JPO di Kelurahan Pondok Pinang, Jakarta Selatan
Hasil Potret Gambar, 27 April 2018
xxvii
Hasil Potret Gambar, 27 April 2018
Hasil Potret Gambar, 27 April 2018
xxviii
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
xxix
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
xxx
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
Hasil Potret Gambar , 28 April 2018
xxxi
Hasil Potret Gambar, 28 April 2018
Hasil Potret Gambar 28 April 2018
xxxii
Hasil Potret Gambar, 21 Mei 2018
2. Masyarakat melintasi JPO di keseluran wilayah DKI Jakarta
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018
xxxiii
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018
xxxiv
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018
xxxv
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018
Hasil Potret Gambar, 15 Juli 2018