perubahan usaha tani dari petani kelapa sawit …digilib.unila.ac.id/55443/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
PERUBAHAN USAHA TANI DARI PETANI KELAPA SAWIT
MENJADI PETANI PALAWIJA DI DESA GEDUNG
PAKUON KECAMATAN BARADATU
KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh
NOVI KURNIA UTAMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITASLAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRACT
BUSINESS CHANGES OF PALM OIL FARMERS TO PALAWIJA
FARMERS IN GEDUNG PAKUON VILLAGE BARADATU
DISTRICT WAY KANAN REGENCY
IN 2018
By
Novi Kurnia Utami
This study aims to determine the causes of changes in the livelihoods of oil palm
farmers into secondary crops farmers in the village of Gedung Pakuon, Baradatu
District, Way Kanan Regency. The research method used is descriptive method,
with a population of 30 farmers. Research data collection techniques are
observation, interview, questionnaire, documentation, and data analysis
techniques in the form of percentage tables. The results of the study show that: 1.
The area of oil palm farmers 'business is 23.3 ha which is converted into
secondary crops, 2. The low oil palm production causes the business of oil palm
farmers to become palawija farmers' business, 3. The low selling price of oil palm
causes the business of oil palm farmers to become businesses palawija farmers, 4.
Changes in the farming of oil palm farmers become secondary crops farmers
because marketing of secondary crops is easier than oil palm, 5. The low income
of the business of oil palm farmers causes oil palm farmers to turn into palawija
farmers.
Keywords: change, livelihood, farmers.
iii
ABSTRAK
PERUBAHAN USAHA TANI DARI PETANI KELAPA SAWIT
MENJADI PETANI PALAWIJA DI DESA GEDUNG PAKUON
KECAMATAN BARADATU KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN 2018
Oleh
Novi Kurnia Utami
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab perubahan usaha tani dari
petani kelapa sawit menjadi petani palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif, dengan jumlah populasi sebanyak 30 petani. Teknik
pengumpulan data penelitian yaitu teknik observasi, wawancara, kuesioner,
dokumentasi, dan analisis data dalam bentuk tabel persentase. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1. Luas lahan usaha petani kelapa sawit yaitu seluas 23,3 ha
yang diubah menjadi petani palawija, 2. Rendahnya produksi kelapa sawit
menyebabkan usaha petani kelapa sawit menjadi usaha petani palawija, 3.
Rendahnya harga jual kelapa sawit menyebabkan usaha petani kelapa sawit
menjadi usaha petani palawija, 4. Perubahan usaha tani petani kelapa sawit
menjadi petani palawija dikarenakan pemasaran hasil palawija lebih mudah
dibandingkan dengan kelapa sawit, 5. Rendahnya pendapatan usaha petani kelapa
sawit menyebabkan petani kelapa sawit berubah menjadi petani palawija.
Kata kunci: perubahan, mata pencaharian, petani.
iv
PERUBAHAN USAHA TANI DARI PETANI KELAPA SAWIT
MENJADI PETANI PALAWIJA DI DESA GEDUNG
PAKUON KECAMATAN BARADATU
KABUPATEN WAY KANAN
TAHUN 2018
Oleh
NOVI KURNIA UTAMI
SKRIPSI
Sebagai Salalah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2018
v
Judul Skripsi : PERUBAHAN USAHA TANI DARI PETANI
KELAPA SAWIT MENJADI PETANI
PALAWIJA DI DESA GEDUNG PAKUON
KECAMATAN BARADATU KABUPATEN
WAY KANAN
TAHUN 2018.
Nama Mahasiswa : Novi Kurnia Utami
Nomor Pokok Mahasiswa : 1413034045
Program Studi : Pendidikan Geografi
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
Drs. Edy Haryono, M.S.i. Drs. Zulkarnain, M.Si.
NIP 19571218 198603 1 003 NIP 19600111 198703 1 001
2. Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Geografi
Drs. Zulkarnain, M.Si. Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si.
NIP 19600111 198703 1 001 NIP19570725 198503 1 001
vi
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Edy Haryono, M.Si. ………………………
Sekretaris : Drs. Zulkarnain, M.Si. ………………………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Yarmaidi, M.Si. ………………………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.
NIP 19620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 14 November 2018
vii
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Novi Kurnia Utami
NPM : 1413034045
Program Studi : Pendidikan Geografi
Jurusan : Pendidikan IPS
Alamat : Dusun Tegal Sari Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perubahan Usaha Tani
Dari Petani Kelapa Sawit Menjadi Petani Palawija di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun 2018” ini benar-benar karya
tulis sendiri, dan tidak terdapat karya tulis yang telah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, 14 November 2018
Yang menyatakan,
Novi Kurnia Utami
NPM 1413034045
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Novi Kurnia Utami dilahirkan di
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan
pada tanggal 04 November 1995, sebagai anak pertama dari
empat bersaudara, dari pasangan Bapak Maryono dan Ibu
Sukati.
Pendidikan yang telah ditempuh adalah SD Negeri Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan diselesaikan pada tahun 2008, SMP Negeri 1
Baradatu Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan diselesaikan pada tahun
2011, dan SMA Al-Kautrar Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2014,
diterima sebagai mahasiswi S1 Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswi penulis mengikuti organisasi Forum Pembinaan dan
Pengkajian Islam (FPPI) sebagai bendahara pada bidang Rumah Tangga
Perpustakaan (RTP) pada periode 2015-2016 dan sebagai Sekretaris umum pada
bidang Rumah Tangga Perpustakaan (RTP) pada periode 2016-2017.
ix
MOTTO
Kesuksesan akan berpihak kepada orang-orang yang selalu berkata “sedikit lagi!”
(Boy Chandra)
Setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan mudah bila dikerjakan tanpa kata
tunda.
(Novi Kurnia Utami)
x
PERSEMBAHAN
Kepada Ayahanda dan Ibunda Tersayang
dan
Almamater Tercinta Universitas Lampung
xi
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “Perubahan Usaha Tani Dari Petani Kelapa Sawit Menjadi
Petani Palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan Tahun 2018” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa isi dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini
disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, arahan, pemikiran, saran,
nasehat serta kesabaran dari Bapak Drs. Edy Haryono, M.Si, selaku Dosen
Pembimbing I, dan Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II
serta Bapak Drs. Yarmaidi, M.Si., selaku Dosen Pembahas. Dalam kesempatan
ini pula, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Suyono, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja
Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Umum.
xii
4. Bapak Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
6. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Geografi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
Universitas Lampung.
7. Seluruh staf dan Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.
8. Bapak Kepala Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan yang telah memberikan izin penelitian di Desa Gedung Pakuon
sehingga tersusunnya skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu tercinta. Ketiga adikku tersayang, Ami Wahyuningsih, Ilham
Abdillah dan Waly Tanti Fitrani yang tak henti memberi semangat dan doa.
10. Sahabat yang selalu mendukung dan membantuku dalam penyusunan
skripsi ini yaitu Tofa, Resty, Eric, Dian, Maisaroh, Ulfa, dan Suhendro.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 di Program Studi Pendidikan
Geografi Universitas Lampung atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu
dan menggapai impian selama ini sampai pada penyusunan skripsi.
12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
xiii
Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan
ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 14 November 2018
Penulis,
Novi Kurnia Utami
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
1. Pengertian Geografi .................................................................... 9
2. Pengertian Geografi Pertanian .................................................... 10
3. Petani........................................................................................... 10
4. Petani Kelapa Sawit dan Petani Palawija .................................... 11
a. Petani Kelapa Sawit .............................................................. 11
b. Petani Palawija ...................................................................... 12
5. Mata Pencaharian. ....................................................................... 15
6. Perubahan Mata Pencaharian ...................................................... 16
7. Perubahan Usaha Tani ................................................................ 17
8. Luas Lahan .................................................................................. 19
9. Produksi Kelapa Sawit ................................................................ 21
10. Pemasaran..................................................................... .......... 23
11. Harga Jual................................................................................ 24
12. Pendapatan .............................................................................. 25
B. Penelitian yang Relevan................................................................... 27
C. Kerangka Pikir ................................................................................. 31
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian.......................................................................... 33
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 33
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................ 35
1. Variabel Penelitian .................................................................. 35
xv
2. Definisi Operasional Variabel ................................................. 35
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 37
1. Observasi ................................................................................. 37
2. Wawancara .............................................................................. 38
3. Kuesioner ................................................................................ 38
4. Dokumentasi ........................................................................... 38
E. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Gedung Pakuon ...................................... 40
1. Kondisi Geografus Desa Gedung Pakuon ............................... 40
a. Letak Astronomis .............................................................. 40
b. Batas Administrasi ............................................................ 41
c. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan .............................. 43
d. Geomorfologi .................................................................... 45
e. Klimatologi ....................................................................... 45
2. Kondisi Sosial Desa Gedung Pakuon ...................................... 48
a. Jumlah Penduduk .............................................................. 49
b. Kepadatan Penduduk ......................................................... 49
c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin .................................................................... 50
d. Mata Pencaharian .............................................................. 52
e. Suku Bangsa ...................................................................... 53
f. Rasio (Ratio) ............................................................ 54
1. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) ................................. 54
2. Rasio Beban Tanggungan (Dependecy ratio = DR) ... 55
B. Identitas Petani .............................................................................. 56
1. Umur Petani ............................................................................ 56
2. Pendidikan Petani .................................................................... 57
C. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 58
1. Luas Lahan .............................................................................. 58
2. Produksi Kelapa Sawit ............................................................ 60
3. Harga Jual Kelapa Sawit ......................................................... 62
4. Pemasaran Palawija ................................................................. 63
5. Pendapatan Petani Palawija..................................................... 65
D. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 66
1. Luas Lahan ............................................................................. 66
2. Produksi Kelapa Sawit ........................................................... 67
3. Harga JualKelapa Ssawit ........................................................ 69
4. Pemasaran Palawija ................................................................ 70
5. Pendapatan Petani Palawija .................................................... 71
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 73
B. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 75
LAMPIRAN ............................................................................................. 79
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pra Survei Hasil Usaha Tani Kelapa Sawit dan Palawija
Berdasarkan Pada Luas Lahan Garap di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan tahun
2015.....................................................................................................
3
2. Pra Survei Jumlah Petani Kelapa Sawit yang Berubah Usaha Tani
Menjadi Petani Palawija Tahun 2015-2017.........................................
4
3. Penelitian yang Relevan......................................................................
27
4. Jumlah Petani Kelapa Sawit Menjadi Petani Palawija Berdasarkan
Asal Tempat Tinggal Di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun 2017....................................
34
5. Dusun di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten
Way Kanan..........................................................................................
40
6. Penggunaan Lahan Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan........................................................................
43
7. Klasifikasi Iklim Menurut Schmid Fergusson.....................................
46
8. Data Curah Hujan Bulanan di Kabupaten Way Kanan Selama 10
Tahun...................................................................................................
47
9. Jumlah Penduduk Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan........................................................................
49
10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan...........
50
11. Mata pencaharian di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan........................................................................
52
12. Suku Bangsa Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten
Way Kanan..........................................................................................
53
xvii
13. Jumalah Petani Berdasarkan Kelompok Umur....................................
56
14. Jumlah Petani Berdasarkan Pendidikan Formal..................................
57
15. Penggolongan Luas Lahan yang dimiliki Petani Kelapa Sawit
Menjadi Petani Palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan.........................................................
59
16. Jumlah Pendapat Para Petani Kelapa Sawit Berdasarkan Harga
Jual Kelapa Sawit Termasuk Rendah/Tinggi......................................
62
17. Pemasaran Palawija yang Dilakukan Oleh Petani Palawija di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun
2018.....................................................................................................
64
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir Faktor Perubahan Mata Pencaharian Petani Kelapa
Sawit Menjadi Petani Palawija..............................................................
32
2. Peta Administrasi Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan Tahun 2018......................................................
42
3. Peta Penggunaan Lahan Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan Tahun 2018.....................................................
44
4. Diagram Iklim Schmidt Ferguson.........................................................
46
5. Piramida Penduduk Desa Gedung Pakuon............................................
51
6. Peta Pesebarab Lahan Kelapa Sawit Menjadi Palawija di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun
2018.......................................................................................................
60
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner............................................................................................... 80
2. Identitas Responden Petani Kelapa Sawit di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan.......................................
83
3. Luas Lahan dan Hasil Produksi Kelapa Sawit di Desa Gedung
Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan..........................
85
4. Harga Jual Kelapa Sawit di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan..........................................................
87
5. Pemasaran Palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan..........................................................................
89
6. Pendapatan Petani Palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan..........................................................
91
7. Perbandingan Pendapatan Petani Palawija dengan Petani Kelapa
Sawit di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan.....................................................................................................
93
8. Foto pada saat wawancara kepada petani kelapa sawit menjadi petani
palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten
Way Kanan Taun 2018..........................................................................
94
9. Foto lahan kelapa sawit yang diubah menjadi lahan palawija di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun
2018.......................................................................................................
94
10. Surat Ijin Penelitian...............................................................................
95
11. Surat Balasan ijin Penelitian..................................................................
96
12. Data Curah Hujan Kabupaten Way Kanan............................................ 97
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang mayoritas penduduknya
bermata pencarian pada sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
baik dari hasil pertanian untuk kebutuhan pokok maupun bekerja sebagai buruh
tani untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini lebih lanjut dikemukakan oleh
Iskandar Andi Nuhung (2014:93), pertanian merupakan sumber usaha tani bagi
kira-kira 86% rakyat pedesaan. Menurut Tatik Nurmala (2012:1), pertanian
merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai
respons terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar
karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan
manusia. Pertanian di Indonesia juga menghasilkan produk pangan dan non
pangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Soetriono dalam Eva Banowati dan
Sriyanto (2013:4) bahwa pertanian merupakan aktivitas pengelolaan tanaman dan
lingkungan agar memberi suatu produk pangan dan non pangan.
Keadaan geografis Indonesia sangat mempengaruhi hasil dari pertanian. Kondisi
geografis yang dapat memengaruhi dari pertumbuhan dan perkembangan tanaman
antara lain adalah letak lintang (tipe iklim), sinar matahari, suhu, jenis tanah,
morfologi, curah hujan (air), angin serta besaran porsi kondisi geografis terhadap
2
setiap yang mengiringi tanaman mulai dari pembibitan hingga masa tanam dan
akhirnya pada saat panen. Keadaan geografis Indonesia pada saat ini memang
tidak menentu, sehingga membuat hasil pertanian menurun dan menyebabkan
rendahnya hasil panen petani.
Kabupaten Way Kanan merupakan wilayah dengan selogan bumi petani, di mana
mayoritas masyarakatnya adalah berpenghasilan dari hasil pertanian. Pertanian
yang paling dominan adalah petani kelapa sawit dan petani karet. Salah satu desa
yang saya teliti adalah Desa Gedung Pakuon yang terdiri dari 5 dusun. di Desa
Gedung Pakuon sebagian penduduknya bermatapencaharian sebagai petani ladang
seperti kelapa sawit. Petani ladang adalah petani yang bercocok tanam dengan
lahan kering. Berdasarkan dokumentasi pada profil Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2015, memiliki luas
wilayah 1.004 hektar dengan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah 2.001 jiwa
yang terdiri dari 1.021 jiwa penduduk laki-laki dan 980 jiwa penduduk
perempuan (Monografi Desa Tahun 2015).
Petani yang berada di Desa Gedung Pakuon melakukan perubahan usaha tani dari
petani kelapa sawit menjadi petani palawija. Palawija yang ditanam masyarakat di
Desa Gedung Pakuon adalah jagung, kacang tanah dan sayuran seperti kacang
panjang, terong, oyong, dan timun. Selain sayuran, palawija yang lain berupa
jagung. Perubahan usaha tani dari petani kelapa sawit menjadipetani palawija
dikarenakan pada saat tahun 2015 hasil panen kelapa sawit mengalami penurunan
hasil produksi. Berikut ini adalah Tabel 1 Pra survei Hasil Usaha Tani Kelapa
3
Sawit dan Palawija Berdasarkan Pada Luas Lahan Garap di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan tahun 2015.
Tabel 1. Pra Survei Hasil Usaha Tani Kelapa Sawit dan Palawija Berdasarkan
Pada Luas Lahan Garap di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan tahun 2015.
Responden Luas Lahan
Garap (ha)
Kelapa Sawit Palawija
Hasil
(kg)
Hasil
(Rp)
Hasil
(kg) Hasil (Rp)
1 0,25 200 200.000 3.322 10.630.400
2 0,50 600 600.000 5.200 15.600.000
3 0,75 620 682.000 6.000 13.200.000
4 0,80 545 654.000 7.230 23.136.000
5 1,00 550 605.000 8.170 24.550.000
Jumlah 3,30 2.515 2.741.000 29.922 87.116.400
Rata-Rata 0,66 503 548.200 5.984 17.423.280
Sumber: Pra penelitian tahun 2017
Berdasarkan dari Tabel 1 di atas yaitu hasil usaha tani petani kelapa sawit dan
palawija berdasarkan pada luas lahan garap di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan tahun 2015, menunjukkan bahwa dari luas lahan
yang dimiliki petani dengan luas lahan yang berbeda tentunya akan menghasilkan
produksi yang berbeda pula. Hasil produksi yang dihasilkan para petani tentunya
sangat mempengaruhi pendapatan petani, jika produksiyang dihasilkan rendah
maka petani akan mencari atau beralih usaha tani yang hasil produksinya akan
meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi. Pada tabel tersebut dapat kita lihat
bahwa jumlah rata-rata hasil produksi yang dihasilkan kelapa sawit lebih sedikit
dibandingkan dengan palawija yaitu 503 kg sedangkan hasil produksi dari
palawija yaitu dengan rata-rata 5.984 kg. Tentunya jumlah produksi akan
mempengaruhi hasil pendapatan para petani, dari jumlah rata-rata pendapatan
yang dihasilkan dari palawija lebih tinggi yaitu Rp17.423.280 dibandingkan
4
dengan rata-rata dari kelapa sawit yaitu Rp 548.200. Dapat disimpulkan bahwa
dengan hasil produksi dan pendapatan yang rendah dari hasil kelapa sawit
menyebabkan petani kelapa sawit beralih usaha tani menjadi petani palawija.
Hasil produksi dan pendapatan yang dihasilkan dari kelapa sawit yang rendah
dikarenakan pada tahun 2015 penghasilan kelapa sawit mulai menurun
dikarenakan produktivitasnya rendah disebabkan musim kemarau yang panjang,
hal tersebut mengakibatkan beberapa petani kelapa sawit beralih usaha tani
menjadi petani palawija yang penghasilannya lebih besar bila dibandingkan
dengan dengan menanam kelapa sawit, dan di Desa Gedung Pakuon sebelumnya
pernah ada penyuluhan dari mahasiswa dan mahasiswi KKN dan penyuluhan dari
Dinas Pertanian tentang menanam tanaman palawija. Pemeliharaan tanaman
palawija yang tidak membutuhkan waktu lama dibandingkan dengan kelapa sawit
yaitu hanya memerlukan waktu paling lama 5-3 bulan, tanaman palawija yang
berupa jagung, kacang tanah, dan beberapa jenis sayuran seperti kacang panjang,
terong, timun dan oyong dapat menghasilkan panen hasil setidaknya sampai 3 kali
panen dalam sekali penanaman. Berikut ini adalah tabel tentang perubahan usaha
tanidari petani kelapa sawit menjadi petani palawija:
Tabel 2. Pra Survei Jumlah Petani Kelapa Sawit yang Berubah Usaha Tani
Menjadi Petani Palawija Tahun 2015-2017
Kriteria 2015
(Orang)
2016
(Orang)
2017
(Orang)
Petani kelapa sawit 52 41 22
Perubahan petani kelapa sawit ke
petani palawija 11 19 30
Sumber: Pra penelitian tahun 2017
5
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perubahan usaha tani dari petani kelapa
sawit menjadi petani palawija adalah sebanyak 30petani palawija. Pada tahun
2015 terdapat 11 orang petani kelapa sawit yang berubah menjadi petani palawija,
dan pada tahun 2016 terdapat 30 orang petanikelapa sawit yang melakukan
perubahan usaha tani menjadipetani palawija, dan petani kelapa sawit pada tahun
2017 hanya tinggal 10 orang petani yang masih menggarap kelapa sawit.
Penduduk Desa di Gedung Pakuon lebih memilih menjadi petani palawija
dikarenakan hasil sawit yang menurun, di mana sebelum terjadi penurunan akibat
musim kemarau panjang mempunyai hasil buah kelapa sawit setiap 1,5 bulan bisa
menghasilkan 1 ton buah kelapa sawit, namun sekarang setelah penurunan hasil
panen kelapa sawit setiap 2 sampai 3 bulan hanya menghasilkan 2 kwintal panen
hasil buah kelapa sawit saja. Selain hal itu, faktor lain yang mengakibatkan petani
kelapa sawit beralih usaha tani menjadi petani palawija dikarenakan pohon kelapa
sawit yang sudah menjulang tinggi, di mana dapat menimbulkan resiko bagi
petani karena sudah sulit untuk memanennya karena menggunakan alat yang
cukup lumayan berat, yaitu menggunakan penyanggahnya berupa tiang besi.
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka penelitian yang saya teliti berjudul
“Perubahan Usaha Tani Dari Petani Kelapa Sawit Menjadi Petani Palawija di
Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan Tahun 2018”,
hal ini didukung dengan adanya pelatihan penanaman palawija dari Dinas
Pertanian kepada petani yang berada di Desa Gedung Pakuon, selain pelatihan
masyarakat juga mendapatkan bantuan berupa bibit kedelai.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Luas lahan garapsempit
2. Rendahnya produksi kelapa sawit yang tidak stabil
3. Harga jual kelapa sawitrendah
4. Pemasaran palawija yang lebih mudah.
5. Pendapatan palawija lebih tinggi daripada kelapa sawit
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Berapakah luas lahanusaha petani kelapa sawit yang diubah menjadi petani
palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan pada tahun 2018?
2. Apakah rendahnya produksi kelapa sawit menyebabkan usaha petani kelapa
sawit menjadi usaha petani palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018?
3. Apakah rendahnya harga jual kelapa sawit menyebabkan usaha petani kelapa
sawit menjadi usaha petani palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan
Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018?
4. Apakah perubahan usaha tani petani kelapa sawit menjadi petani palawija
dikarenakan pemasaran hasil palawija lebih mudah dibandingkan dengan
7
kelapa sawit di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan pada tahun 2018?
5. Apakah rendahnya pendapatan usaha petani kelapa sawit menyebabkan petani
kelapa sawit berubah menjadi petani palawija di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan informasi luas lahan usaha petani kelapa sawit yang
diubah menjadi petani palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018
2. Untuk mendapatkan informasi tentang produksi kelapa sawit menyebabkan
usaha petani kelapa sawit menjadi usaha petani palawija di Desa Gedung
Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018
3. Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya harga jual kelapa sawit
menyebabkan usaha petani kelapa sawit menjadi usaha petani palawija di
Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada
tahun 2018
4. Untuk mendapatkan informasi tentang perubahan usaha tani petani kelapa
sawit menjadi petani palawija dikarenakan pemasaran hasil palawija lebih
mudah dibandingkan dengan kelapa sawit di Desa Gedung Pakuon
Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018
5. Untuk mendapatkan informasi tentang rendahnya pendapatan usaha petani
kelapa sawit menyebabkan petani kelapa sawit berubah menjadi petani
8
palawija di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way
Kanan pada tahun 2018.
E. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana kependidikan pada
Program Studi Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengethuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi penulis mengenai penyebab
berubahnya petani kelapa sawit menjadi petani palawija di Desa Gedung
Pakuon, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Way Kanan.
3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis tentang mata kuliah geografi pertanian yang telah
didapat selama belajar di perguruan tinggi.
4. Untuk memberikan informasi dan bahan rujukan kepada peneliti lain yang
akan meneliti hal yang serupa.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah petani kelapa sawit yang beralih
usaha tani menjadi petani palawija.
2. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah perubahan usaha tani petani kelapa
sawit menjadi petani palawija.
3. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah Desa Gedung Pakuon.
4. Ruang lingkup tahun penelitian ini adalah tahun 2018.
5. Ruang lingkup ilmu ini adalah ilmu Geografi Pertanian,
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Geografi
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),
menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejala-gejala alam dan penduduk,
serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari
fungsi dari unsur-unsur bum dalam ruang dan waktu (Bintarto, 1968:11). Menurut
Budiyono (2003:3), geografi adalah ilmu pengetahuan yang menerangkan sifat-
sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta mempelajari ciri
khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi
dalam ruang dan waktu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa geografi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang muka bumi dengan makhluk hidup
yang ada di muka bumi, di mana ada keterkaitan dan timbal balik antara alam dan
makhluk hidup yang saling ketergantungan dalam keberlangsungan kehidupan di
bumi.
10
2. Pengertian Geografi Pertanian
Menurut World Bank dalam Iskandar Andi Nuhung (2008:94), pertanian
merupakan salah satu pelaku utama dalam pengurasan air tanah, polusi agrokimia,
keletihan tanah dan perubahan iklim global. Menurut Eva Banowati dan Sriyanto
(2013:4-5) mengemukakan bahwa:
Pertumbuhan pertanian sebagai aktivitas manusia secara periodisasi mulai
dari pengumpul dan pemburu, pertanian primitif, pertanian tradisional
sampai dengan pertanian modern. Berkaitan dengan hal itu dalam
mengkaji pertanian secara holistik perlu didukung ilmu-ilmu kebumian
sebab pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, maka keberadaan
pertanian dalam kajian geografi terutama berkaitan dengan tanah,
meteorologi, hidrologi dan lain sebagainya yang semuanya berpengaruh
dalam produk pertanian secara kuantitas dan kualitas.
Uraian di atas khususnya ditinjau dari geografi pertanian, aktivitas petani memang
sangat erat hubungannya dengan alam sekitar beserta lingkungannya, termasuk
kemampuan manusia yang cukup sebagai pengelola pertanian. Dalam kondisi
tersebut maka pertanian yang didukung dengan kemampuan manusia dalam
mengelola pertanian sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian dari hasil
kemampuan petani, yang dapat mendukung daerah penelitian akan tumbuh subur,
berkembang, dan menjadi lebih baik bagi kehidupan sosial ekonomi petani.
3. Petani
Petani merupakan seseorang yang bergerak dibidang pertanian dengan harapan
memperoleh hasil dari tanaman yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan pokok.
Menurutu Agustina Shinta (2011:40), petani adalah setiap orang yang melakukan
usaha untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan hidupnya dibidang
pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan,
perikanan, dan pemungutan hasil laut. Pada bidang pertanian, para petani selalu
11
memperhitungkan antara pendapatan dengan produksi yang dihasilkan nantinya,
apakah modal untuk biaya produksi sesuai atau tidak dengan hasil
pendapatan.Menurut Ken Suratiyah (2015:10):
pertanian adalah kegiatan manusia untuk mengembangbiakan
(reproduction)tumbuhan dan hewan dengan maksud agar lebih baik dalam
arti kuantitas, kualitas, dan ekonomis. Artinya dengan biaya produksi yang
rendah menghasilkan produk yang tinggi dengan kualitas yang lebih baik
seperti tanah hama atau penyakit. Pada taraf ini manusia telah mulai berusaha
dengan tujuan tertentu. Dalam pertanian ada 2 sistem yaitu (1) sistem
pertanian dengan ladang dengan faktor produksi utamanya hanya alam, selalu
berpindah-pindah mencari lahan subur dan (2) sistem pertanian menetap
dengan faktor produksinya selain alam yang mengikutsertakan modal dan
tenaga. Pada sistem kedua ini sudah ada usaha untuk menjaga dan
mengembalikan kesuburan tanah dengan cara pemupukan, pembuatan
tanggul, terasering, dan pengolahan tanah yang baik.
4. Petani Kelapa Sawit dan Petani Palawija
a. Petani Kelapa Sawit
Hasil dari kelapa sawit yang sangat berharga adalah dari buah kelapa sawit, di
mana buah kelapa sawit menghasilkan minyak yang mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan minyak nabati seperti minyak kelapa, kedelai, atau minyak
biji matahari. Keunggulan minyak kelapa sawit yang dimiliki mempunyai
keunggulan subsektor perkebunan mempunyai peran dan dampak penting dalam
pembangunan sosial ekonomi yang berupa pembentukan lapangan pekerjaan.
Menurut Yusnu Iman Nurhakim (2014:33), Perkembangan dan pertumbuhan
kelapa sawit dipengaruhi oleh agroklimat setempat. Agroklimat meliputi iklim,
tanah, topografi tanah, dan kemiringan lahan. Iklim berpengaruh pada jumlah,
bobot biji, kadar minyak, dan kandungan asam lemak bebas pada kernel palm oil.
Iklim juga mempengaruhi kegiatan-kegiatan perkebunan, baik pada saat prapanen
maupun pasca panen.
12
b. Petani Palawija
Menurut Sri Najiati (2000:1) mengemukakan bahwa:
Istilah tanaman palawija sebetulnya diperuntukkan bagi tanaan pangan
yang biasanya ditanam di sawah pada saat musim kemarau. Pada saat itu,
tanaman padi sawah tidak dapat tumbuh dengan baik karena airnya tidak
mencukupi. Jenis tanaman palawija ini antara lain jagung, kedelai, ubi
kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang hijau. Namun sekarang, tanaman
palawija tidak hanya ditanam pada musim kemarau, tetapi juga pada
musim hujan di lahan kering (tadah hujan) atau di lahan pasang surut yang
diolah dengan sistim surjan. Secara ekonomis, tanaman ini berperan
penting bagi kehidupan manusia. Hal ini karena tanaman tersebut dapat
sebagai bahan pangan.
Tanaman palawija merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan
pekarangan atau tegalan di mana tanaman palawija merupakan tanaman yang
biasanya ditanam dengan jangka waktu tidak lama untuk dapat dipanen. Palawija
merupakan hasil pertanian sebagai bahan kebutuhan pokok pangan bagi manusia
setelah padi. Hasil panen palawija yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan
makanan pokok, atau pendapatan dengan berupa bentuk uang dari hasil penjualan
palawija tersebut. Jenis tanaman palawija yang ditanam petani dalam penelitian
ini adalah:
1) Jagung
Menurut Siti Rochani (2007:13), tanaman jagung adalah tanaman yang memiliki
tingkat fotosintesis tinggi, jadi sangat memerlukan cahaya matahari. Maka lokasi
tanaman jagung adalah area yang terbuka berupa sawah atau ladang yang tidak
terlindungi dari matahari. Menurut Siti Rochani (2007:8-9), ciri-ciri tanaman
jagung yang dapat diamati dari luar adalah tanah yang subur dengan banyak unsur
organik adalah tempat hidup jagung yang baik.Menurut Aak (1993:43-44),
macam tanah yang dapat ditanami jagung adalah:
13
a) Tanah andosol
Tanah ini berasal dari gunung berapi, maka disebut pula tanah gunung, warna
kehitaman hingga kelabu. Warna hitam pada tanah pegunungan disebabkan
oleh kandungan bahan organis yang cukup tinggi atau yang disebut humus.
b) Tanah latosol
Adalah tanah liat, berwarna kemerahan, kekuningan atau kecoklatan karena
banyak zat besi. Tanah ini cocok untuk tanaman jagung selama keasaman tanah
(pH) sesuai untuk pertumbuhannya.
c) Tanah grumosol
Tanah yang tergolong tanah berat ini dapat juga untuk pertanaman jagung.
Namun perlu diperhatikan keseimbangan antara pengairan dan drainase serta
aerasi, sebab tanah berat sulit untuk meloloskan air sehingga mudah tergenang.
Hal ini akan berakibat kurang baik terhadap tanaman terutama pada tanaman
terutama pada tanaman yang masih muda. Selain itu kandungan udara dalam
tanah yang semakin kecil dapat menyebabkan tanaman kekurangan oksigen,
akhirnya tanaman mudah layu. Usaha pembuatan saluran pembuangan dapat
mengurangi penggenangan air, sekaligus memperbaiki aerase tanah.
d) Tanah berpasir
Tanah macam ini dapat dikatakan memiliki porusitas yang tinggi atau mudah
meloloskan air secara perkolasi (peresapan ke bawah). Untuk menghindari
kehilangan air selama tanah dikerjakan, maka kadar hata tanaman dalam tanah
berpasir harus cukup, sehingga dapat menghambat perembesan air.
Berdasarkan penjelasan di atas maka sangat cocok tanaman jagung ditaman di
Desa Gedung pakuon yaitu dengan jenis tanah bertekstur sedang (lempung) atau
bisa disebut juga dengan tanah liat.
2) Kacang tanah
Menurut Aak (1989:13), kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong
dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilionoideae, genus Arachis dan
Hypogaea. Tanaman kacang tanah membentuk polong (buah) dalam tanah.
Menurut Rahmat Rukmana (1998:21), syarat tumbuh tanaman kacang tanah:
a) Keadaan iklim
Di Indonesia, tanaman kacang tanah cocok ditanam di dataran rendah yang
berketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Iklim yang
dibutuhkan tanaman kacang tanah adalah bersuhu tinggi (panas) antara 280
C –
320 C, sedikit lembab (rH 65% - 75%), curah hujan 800 mm – 1.300 mm per
tahun, tempat terbuka (mendapat sinar matahari penuh), dan musim kering.
14
Tanaman kacang tanah toleran terhadap lingkungan tumbuhan di dataran
menengah sampai dataran tinggi pada daerah berketinggian antara 800 m –
1.000 m dpl. Namun, makin tinggi daerahpenanaman dari permukaan laut,
produksi tanaman kacang tanah cenderung turun (rendah). Demikian pula pada
areal pertanaman yang tenaungi (teduh) tanaman menjadi kurus dan tinggi,
kurang produksi berbunga, sehingga hasilnya rendah.
b) Keadaan tanah
Tanaman kacang tanah membutuhkan keadaan tanah yang berstruktur ringan,
seperti tanah regosol, andosol, latosol, dan aluvial.
Desa Gedung Pakuon merupakan salah satu desa di Kabupaten Way Kanan.
Kabupaten Way Kanan dengan topografi 450-1.500 mdpl, maka dalam penjelasan
di atas maka tanaman kacang tanah sangat cocok di tanam di Desa Gedung
Pakuon di mana tanaman kacang dapat ditanam pada ketinggian antara 800-1.000
mdpl.
3) Terong
Menurut Rahmat Rukmana (1994:11), trong atau eggplant atau aubegin
merupakan tanaman asli daerah tropis. Tanaman ini diduga berasal dari Benua
Asia, terutama India dan Birma. Menurut Rahmat Rukmana (2005:95), terong
dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi hingga ketinggian
1.200 mdpl. Syarat penting untuk budidaya terong adalah kondisi tanah yang
subur, gembur, banyak mengandung humus, tidak tergenang air tanah, dan
mempunyai pH tanah antara 5-6. Menurut Mashudi (2007: 14) :
Jenis tanah yang sangat cocok untuk tanaman terong adalah jenis lempung
berpasir yang mendapatkan penambahan bahan pupuk organik sehingga
suhu sedikit agak basah, subur, aerasi dan drainasenya karena tanaman
terong tidak tahan terhadap genangan air, serta pada pH antara 6,8 – 7,3.
Pada tanah yang pHnya kurang dari 5 (tanah yang bereaksi masam) perlu
dilakukan langkah pengapuran.
Jenis tanah di Desa Gedung Pakuon adalah jenis tanah liat atau lempung, di mana
jenis tanah tersebut sangat baik bagi tanaman terong.
15
4) Oyong
Menurut Setijati D. Sastrapradja (2012:124), nama lain dari oyong adalah gambas.
Jenis ini masih termasuk labu-labuan. Berlainan dengan labu air, kulit buahnya
agak mengeras, berwana hijau tua. Buah yang berbentuk seperti tetesan air,
berbelimbing, daging buahnya berserat, karena itu untuk sayuran buah oyong
dipetik pada waktu masih muda.
Menurut Hesti dan Cahyo (2011: 155-156), tanaman oyong dapat tumbuh pada
hampir semua jenis tanah dan di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi.
Tanaman ini akan tumbuh baik pada tanah gembur dan subur dengan pH 6-7
serata kelembapan lebih dari 60%.
5) Timun
Menurut Rahmat Rukmana (1994:11), mentimun atau ketimun merupakan salah
satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah populer di seluruh dunia.
Menurut sejarahnya tanaman mentimun berasal dari Benua Asia. Menurut Rahmat
Rukmana (1994:36), syarat tumbuh timun adalah:
a) Syarat iklim
Timun dapat ditanam pada mulai darai dataran rendah hingga sampai dataran
tinggi kurang lebih 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Tanaman timun
membutuhkan iklim kering, sinar matahari cukup (tempat terbuka), dan
temperatur berkisar antara 21,10 – 26,7
0 C.
b) Syarat tanah
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk lahan pertanian, cocok pula
ditanami timun.
5. Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan suatu pekerjaan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Menurut Bintarto (1986:27), mengemukakan bahwa mata
16
pencaharian merupakan aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan
guna memperoleh taraf hidup yang lebih layak di mana corak dan ragamnya
berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan tata geografi daerahnya. Menurut
Mulyadi (2003:71), pekerjaan utama digolongkan atas:
1) Pertanian, perburuhan, kehutanan, perikanan
2) Pertambangan dan penggalian
3) Industri pengolahan
4) Listrik, gas, air
5) Bangunan
6) Perdagangan besar, eceran, dan rumah makan
7) Angkutan, pergudangan, dan komunikasi
8) Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa
perusahaan
9) Jasa kemasyarakatan.
Mata pencaharian yang berada di penelitian ini yaitu tepatnya berada di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan sebagian besar
masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani guna memenuhi kebutuhan
hidupnya.
6. Perubahan Mata Pencaharian
Menurut Secha Alatasa dan Edy Priyono dalam Aris Ananta (1993:138), kualitas
yang terus meningkat memberi peluang yang lebih besar pada tenaga kerja untuk
berpindah dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dari suatu sektor ke sektor lain,
serta dari suatu daerah ke daerah lain. Menurut Imam Pambudi (2010:8),
perubahan usaha tani atau biasa disebut transformasi pekerjaan adalah pergeran
atau perubahan dalam pekerjaan pokok yang dilakukan manuia untuk hidup dan
sumber daya yang tersedia untuk membangun kehidupan yang memuaskan
(peningkatan taraf hidup).
17
Setiap suatu perubahan tentunya mempunyai suatu alasan tersendiri, perubahan
yang dilakukan bertujuan supaya mendapatkan hasil yang lebih baik lagi bagi
kehidupan. Hal terebut sangat cocok yang akan diteliti yaitu terjadinya perubahan
usaha tani dari petani kelapa sawit menjadi petani palawija.
7. Perubahan Usaha Tani
Menurut Mubyarto (1995:231):
Ciri menonjol dari perubahan adalah berhasil karena ketekunan dan
kegigihan manusia dalam upaya mempertahankan diri dan bersaing, yang
sepenuhnya masih menggantungkan pada sumber daya tenaga manusia
secara fisik. Disamping itu, ciri lain yang cukup menonjol adalah adanya
ketergantungan yang amat sangat terhadap iklim dan cuaca yang sama
sekali diluar kemampuan manusia untuk mengendalikannya.
Menurut Soekartawi dalam Khaeriyah (2007:1), ilmu usaha tani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara
efekktif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang
mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input. Menurut
Muhammad Firdaus (2017:6):
Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.Dapat dilihat
bahwa terdapat keterkaitan antara alam berupa lahan, tenaga kerja petani,
dan modal yang dimiliki petani yang nantinya sangat mempengaruhi hasil
produksi usaha tani, jika produksi yang dihasilkan rendah maka akan
menyebabkan petani beralih kepada usaha tani yang lebih menghasilkan
produksi yang lebih tinggi.
Perubahan usaha tani dalam penelitian ini adalahdi mana terjadi perubahan usaha
tani yang mengakibatkan petani berubah usaha tani dari petani kelapa sawit
18
menjadi petani palawija. Menurut pendapat Soekartawi (1986:86), mengenai
masalah-masalah dalam usaha tani yaitu:
a. Aspek teknologi
Para petani kecil umumnya sulit menerima setiap teknik atau metode baru
(innovation). Selain itu, setiap penerapan teknologi membutuhkan modal yang
lebih besar untuk pengadaan dan penguasaan teknologi tersebut.
b. Perubahan harga
Pada suatu masa tertentu harga-harga komoditas usaha tani mengalami
perubahan. Misalnya apabila harga komoditas kubis di pasaran tinggi, petani
akan beramai-ramai menanam kubis sehingga apabila musim panen tiba, harga
kubis menjadi turun jauh yang mengakibatkan kerugian pada petani itu sendiri.
c. Meningkatnya jumlah produsen
Semakin banyak petani yang mengusahakan komoditas yang sama, maka akan
semakin ketat kompetisi untuk mendapatkan konsumen. Sehingga bagi petani
yang belum siap menghadapi persaingan akan mengalami kerugian.
d. Menurunnya harga
Turunnya harga komuditas menyebabkan petani jarang mengusahakan
komoditi tersebut sehingga keberadaannya di pasar terbatas padahal
permintaan dari suatu konsumen tetap ada. Hal ini akan mengakibatkan
kelangkaan dan harga akan naik.
e. Menurunnya lahan pertanian
Dari tahun ke tahun luas lahan pertanian semakin menurun, hal ini disebabkan
karena banyak lahan yang sekarang dimanfaatkan untuk pemukiman ataupun
perkantoran. Hal ini akan berpengaruh pada komoditas pertanian. Komoditas
pertanian akan semakin langka sedangkan permintaannya semakin meningkat.
f. Meningkatnya sadar kesehatan
Pada umumnya petani kecil mengusahakan pertaniannya secara konvensional,
yang menggunakan pupuk, dan pestisida kimia, semetara itu masyarakat
sekarang mulai memperhatikan makanan yang akan mereka konsumsi apakah
tercemar residu kimia atau tidak. Sehingga mereka lebih memilih produk
organik dari pada produk yang dihasilkan petani kecil. Hal ini tentu saja akan
mengakibatkan kerugian pada diri petani karena produknya tidak diminati
konsumen.
g. Perubahan iklim
Perubahan iklim yang tidak menentu pada saat ini mengakibatkan petani
kesulitan untuk memprediksi musim tanam, selain itu petani akan kesulitan
mendapatkan air untuk pertanian.
h. Pembiayaan usaha tani
Dalam kegiatan proses produksi petani, maka modal dibedakan menjadi dua
macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Perbedaan tersebut karena ciri
yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan dan
mesin-mesin sering dimasukan dalam kategori modal tetap, dengan demikian
modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai biaya yang
dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses
produksi tersebut.
i. Perubahan pola hidup
19
Perubahan pola hidup petani berpengaruh pada pengusahaan suatu komoditas.
Apabila petaninya masih menganut pola pertanian tradisional maka pola
budidayanya pun masih menggunakan cara tradisional sehingga hasilnya hanya
cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Sedangkan
petani yang sudah modern maka budidayanya lebih bersifat komersil untuk
mendukung hal tersebut maka peralatan pertaniaannyapun lebih modern.
Pendapat di atas menjelaskan bahwa mengenai masalah-masalah dalam usaha tani
dibagi menjadi 8 masalah yaitu aspek teknologi, perubahan harga, meningkatnya
jumlah produsen, menurunnya harga, menurunnya lahan pertanian, meningkatnya
sadar kesehatan, perubahan iklim, pembiayaan usaha tani, dan perubahan pola
hidup yang tentunya sangat mempengaruhi seorang petani dalam usaha tani.
8. Luas Lahan
Menurut Iskandar Andi Nuhung (2014:111), Lahan merupakan faktor produksi
aset dan pertama dan utama dari usaha pertanian, meskipun saat ini telah
ditemukan teknologi bertanam tanpa lahan. Sebagian besar, lahan yang dimiliki
oleh masyarakat di Desa Gedung Pakuon pada umumnya adalah digunakan
sebagai sektor pertanian. Menurut pendapat Moehar Daniel (2001:56), luas
penggunaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses
produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas lahan garapan adalah
jumlah seluruh lahan garap pertanian yang sangat berpengaruh terhadap
pendapatan petani, semakin luas lahan garap maka semakin besar pendapatan.
Lahan garapan sempit maka pendapatan yang dihasilkan semakin sedikit. Menurut
Rita Hanafie (2010:160), semakin luas usaha tani maka semakin cepat proses
tersebut dilewati karena pada umumnya pemilik usaha tani luas memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih baik.
20
Menurut Iskandar Andi Nuhung (2014:111), pola pemilikan lahan pertanian di
Indonesia sangat timpang, di mana sebagian besar petani memiliki lahan < 0,5
hektar, terutama di pulau Jawa. Menurut Moehar Daniel (2001:56), dalam
usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang
efisien dibanding lahan yang lebih luas, dengan luas lahan seperti itu, sangat sulit
diharapkan suatu pertanian yang ekonomis dan mampu mensejahterakan petani
dan keluarganya, sehingga lahan pertanian jika memiliki luas lahan seluas 1
hektar, jika ditanami kelapa sawit maka lahan 1 hektar itu sempit, namun jika
ditanami palawija lahan 1 hektar sudah luas dan dapat menghasilkan pendapatan
yang cukup. Seperti menurut pendapat Moehar Daniel (2001:32), bila kita
perhatikan dari sebuah usaha tani, jika lahan yang diusahakan di bawah 0,5 Ha,
usaha ini tidak akan memberikan keuntungan yang tinggi pada petani.
Selain faktor luas lahan yang dimiliki petani sempit, lahan yang luas pun tidak
akan efisien pemanfaatannya jika tidak seimbang dengan penggunaan manajemen
yang baik. Menurut Moehar Daniel (2001:57-58), pada usaha tani yang memiliki
lahan yang cukup luas, juga sering terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan
teknologi. Sudah pasti hal ini bisa terjadi pada usaha tani yang tidak dilakukan
dengan manajemen yang baik dan terarah. Kejadian ini bisa diterima berdasarkan
pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan
yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang, karena hal berikut:
1. Lemahnya pengawasanpada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan,
dan tenaga kerja.
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.
21
3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala
luas tersebut.
Sedangkan menurut Fhadoli Hernanto (1990:64), penggolongan berdasarkan luas
lahan garap menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.
2. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.
3. Lahan garapan luas yaitu lebih dari 2 hektar.
9. Produksi Kelapa Sawit
Menurut Marsudi Djojodipuro (1991:31), produksi hasil pertanian sangat
dipengaruhi oleh musim. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kelapa
sawit adalah iklim, di mana produksi kelapa sawit yang dihasilkan di Desa
Gedung Pakuon mengalami penurunan dikarenakan musim kemarau. Selain itu
menurut Moehar Daniel (2001:50), faktor produksi terdiri dari empat komponen,
yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan).
Menurut pendapat Yusnu Iman Nurhakim (2014:93), tiap pohon kelapa sawit
akan menghasilkan buah sekitar 20-22 tandan per tahun. Semakin bertambah
umur pohon kelapa sawit, jumlah rata-rata produksi buah pun akan menurun,
yaitu sekitar 12-14 tandan per tahun. Menurut Yusnu Iman Nurhakim (2014:52),
standar produksi kelapa sawit per hektar 2.200 kg dengan produktivitas 3.000 kg.
Jumlah buah yang terdapat pada satu tandan juga dipengaruhi oleh faktor genetik
tanman, umur, kondisi lingkungan tempat tumbuh, dan teknik budidaya yang
22
diterapkan. Jumlah rata-rata tiap tandan pada tanaman sawit berproduksi normal
adalah sekitar 16.000 buah.
Dampak dari musim kemarau panjang yang mengakibatkan hasil produksi kelapa
sawit menjadi menurun. Selain itu rendahnya hasil produksi kelapa sawit juga
disebabkan oleh rendahnya pengetahuan petani mengenai teknik penanaman
kelapa sawit yang baik dan benar, selain itu pohon kelapa sawit yang sudah
menjulang tinggi dan dapat mengakibatkan resiko bagi petani kepala sawit pada
saat memanen. Menurut Soekartawi (2001:47), tersedianya produksi
inidipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan,
tenaga kerja, modal, manajemen, iklim dan faktor sosial-ekonomi produsen
Menurut Soekartawi (1990:4), dalam praktek, faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1) Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varitas, pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya.
2) Faktor sosial-ekonomi seperti biaya produksi, hatga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, risiko dan ketidakpastian, kelembagaan,
tersedianya kredit, dan sebagainya.
Proses produksi diperlukan biaya produksi. Menurut Marsudi Djojodipuro
(1991:76), biaya produksi adalah biaya penggunaan berbagai sektor produksi bagi
perusahaan. Selain itu juga terdapat sarasa produksi seperti menurut pendapat
Moehar Daniel (2001:52), sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-
obatan, dan tenaga kerja. Sarana produksi itu sangat mempengaruhi sekali dalam
sebuah uaha tani yang dilakoni oleh para petani.
23
10. Pemasaran
Pemasaran merupakan faktor yang sangat penting dalam proses suatu usaha.
Menurut Soekartawi (2001:117), pemasaran merupakan aspek yang sangat
penting dalam produksi. Lembaga pemasaran, khususnya bagi negara
berkembang, yang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau
lemahnya kompetensi pasar yang sempurna, akan menentukan mekanisme pasar.
Karena barang pertanian pada umumnya dicirikan oleh sifat:
1. Diproduksi musiman.
2. Selalu segar (freshanabel).
3. Mudah rusak.
4. Jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit (bulky).
5. Lokal dan spesifik (tidak dapat diproduki di semua tempat).
Menurut Kolter dan Keller (2012:20), pemasaran adalah suatu proses sosial dan
managerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu produksi yang dijalankan
oleh seseorang maupun suatu kelompok. Karena sebuah pemasaran adalah tempat
di mana para petani bisa menukarkan hasil pertaniannya dengan rupiah dengan
cara melakukan sebuah pemasaran.
Salah satu cara pemasaran adalah dengan cara hasil produk petani dijual petani
sendiri langsung ke konsumen atau pemasaran yang dilakukan petani dengan cara
24
menjualnya ke pada pengepul. Maka pertanian dari hasil palawija terutama pada
hasil sayuran, maka hasil panen selalu segar. Pemasaran hasil panen palawija
lebih menjanjikan ketika hasil kelapa sawit menurun. Hasil dari palawija sendiri
dapat dipanen hingga tiga kali panen dalam waktu yang tidak lama dan waktu
panen yang ditunggu dari awal menanam benih. Pemasaranya pun mudah, bisa
dijual melalui pengecer dan bisa juga langsung kepada konsumen.
Menurut Abu Haerah dalam Entang Sastraatmadja (1980:6) sebetulnya antara
produksi dan pemasaran terdapat hubungan ketergantungan (interdepedensy) yang
sangat erat. Dari hasil palawija ini, hasil produksi dan pemasarannya sangat
mudah. Hasil dari palawija dapat dijual sendiri oleh petani tanpa harus dijual ke
pengepul dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Dalam penelitian ini,
hasil akhir pemasaran adalah untuk memenuhi kesejahteraan petani, yaitu untuk
memenuhi perekonomian dalam memenuhi kebutuhan hidup petani.
11. Harga Jual
Harga jual merupakan faktor pertama yang mempengaruhi seorang petani untuk
memproduksi hasil pertaniaannya. Menurut Agustina Shinta (2011:56), bahwa
harga jual merupakan salah satu perangsang (motivator) bagi petani untuk
melakukan pekerjaannya. Sedangkan menurut Rahardi (2000:57), harga jual
adalah ukuran nilai dari hasil pertanian pada saat dilakukan transaksi penjualan.
Harga jual itu terjadi ketika petani menjual hasil panen kepada pengepul atau
langsung kepada konsumen.
Menurut Mubyarto (1995:180), tidak ada yang lebih mengembirakan petani
daripada diperolehnya harga yang tinggi pada waktu ia menjual peoduksinya.
25
Berarti hal tersebut menunjukan bahwa tinggi dan rendahnya suatu harga sangat
mempengaruhi suatu produksi, karena dengan harga jual yang tinggi maka secara
tidak langsung pendapatan yang akan didapatkan petani juga akan semakin tinggi
untuk diperoleh. Harga jual dalam penelitian ini menggunakan catatan KUD Desa
Gedung Pakuon Tahun 2015:
1. Harga jual kelapa sawit dikatakan rendah apabila kurang dari Rp 1.200 per
kg.
2. Harga jual kelapa sawit dikatakan tinggi apabila lebih dari Rp 1.200 per kg.
(catatan KUD Desa Gedung Pakuon Tahun 2015).
12. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil yang diperoleh dari suatu yang diusahakan
oleh seseorang. Menurut Reksoprayitno (2004:79), pendapatan (revenue) dapat
diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Besar
kecilnya pendapatan akan menentukan kemakmuran keluarga dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan pokok. Bagi seorang petani, pendapatan merupakan suatu
hasil dari proses panen petani yang dihitung dengan satuan rupiah dalam jangka
waktu tertentu.
Menurut Masri Singarimbun (1981:24), pendapatan atau penghasilan yang
merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang
dan hewan peliharaan) semua dipakai untuk membagi keadaan keluarga dalam
tidak kelompok pendapatan yaitu pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Jadi
dalam penelitian ini pendapatan dapat dikategorikan sebagai berikut:
26
1) Tinggi: pendapatan petani > pendapatan rata-rata petani
2) Sedang: pendapatan petani = pendapatan rata-rata petani
3) Rendah: pendapatan petani < pendapatan rata-rata petani.
Pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan berdasarkan
Upah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Way Kanan yaitu berdasarkan SK
Gubernur Lampung Nomor: G/632/V.07/2017 Upah Minimum Kabupaten (UMK)
Way Kanan Tahun 2018. Berdasarkan Nilai Gaji UMK Way Kanan tahun 2018
yaitu Rp 2.160.000.
27
B. Penelitian yang Relevan
Tabel 3. Tabel Penelitian yang Relevan
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode dan Teknik
Analisis Hasil Penelitian
1 Sayu Rahma
Roza Fahmi.
(2018) Fakultas
Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan
Program Studi
Pendidikan
Geografi
Universitas
Lampung.
Analisis Penyebab
Perubahan Usaha
tani Petani Karet
Menjadi Petani
Singkong di Desa
Sriwijaya
Kecamatan
Blambangan
Umpu Kabupaten
Way Kanan Tahun
2016.
Mengetahui penyebab
perubahan usaha tani
petani karet menjadi
petani singkong di
Desa Sriwijaya
Kecamatan
Blambangan Umpu
Kabupaten Way
Kanan.
Metode penelitian yang
digunakan adalah metode
deskriptif. Teknik
pengambilan sampel
menggunakan teknik
Stratified Random
Sampling dengan populasi
sebanyak 102 kepala
keluarga dan diabil sampel
sebesar 25% atau 25
petani.
Hasil penelian menunjukan bahwa:
(1) Dengan luas lahan yang sama
petani singkong memiliki jumlah
produksi lebih tinggi dibanding
petani karet. (2) Produksi yang
diperoleh petani singkong lebih
tinggi dibandingkan petani karet. (3)
Harga jual singkong lebih tinggi
dibandingkan dengan harga jual
karet. (4) besarnya rata-rata
pendapatan petani singkong lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata
pendapatan petani karet.
2 Sumiyem.
(2012) Fakultas
Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan
Program Studi
Pendidikan
Geografi
Perubahan Usaha
tani Petani Padi
Sawah Menjadi
Petani Karet di
Desa Jaya Bhakti
Kecamatan Mesuji
Kabupaten Ogan
Komering
Mengkaji studi
perubahan usaha tani
petani padi sawah
menjadi petani karet
di Desa Jaya Bhakti
Kecamatan Mesuji
Kabupaten Ogan
Komering Ilir
Penelitian ini
menggunakan metode
deskriptif. Teknik analisia
data yang digunakan
adalah analisis tabel
bentuk presentase
berdasarkan frekuensi
sederhana. Populasi dslsm
penelitian ini
Hasil penelitian menunjukkan: (1)
Sebanyak 33 atau 66% petani padi
sawah yang memiliki lahan sempit
dan 17 atau 34% petani padi sawah
yang memiliki lahan luas. (2)
Sebanyak 28 atau 56% petani padi
sawah yang produksi usaha tani
padinya rendah dan 22 atau 44%
petani padi sawah yang produksi
28
Lanjutan Tabel 3
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode dan Teknik
Analisi Hasil Penelitian
Universitas
Lampung.
Ilir Periode 1994-
2003.
Periode 1994-2003. sebanyak 198 KK dan
diambil sebagai sampel
sebesar 25% atau 50
petani dari jumlah
populasi.
usaha tani padinya tinggi. (3)
Sebanyak 43 atau 86% petani padi
sawah menyatakan rendahnya harga
jual padi menyebabkan mereka
menanam karet merupakan salah satu
penyebab mereka menanam tanaman
karet dan 2 atau 4% petani padi
sawah menyatakan cepat dan
mudahnya menjual hasil tanaman
karet bukan salah satu penyebab
mereka menanam tanaman karet. (5)
Sebanyak 50 atau 100% petani karet
mempunyai pendapatan labih dari Rp
824.000;-per bulan.
3 Octa Rolina.
(2013)
Departemen
Pendidikan
Geografi,
Fakultas
Pendidikan
Ilmu
Pengetahuan
Orientasi
Perubahan Usaha
tani Petani Di
Kecamatan
Parongpong
Kabupaten
Bandung Barat.
Mengetahui
penyempitan lahan
pertanian
mengakibatkan
penurunan jumlah
petani dan terjadi
pergeseran lapangan
pekerjaan di bidang
pertanian sehingga
Penelitian ini
menggunakan metode
deskriptif dengan alat
pengumpul data berupa
observasi, wawancara,
studi literatur, dan studi
dokumentasi. Dalam
menganalisis data
digunakan rumus Chi
Hasil analisis data menunjukan
bahwa tidak terdapat pengaruh antara
usia dengan orientasi perubahan
usaha tani, memiliki nilai signifikasi
(0,649). Terdapat pengaruh antara
jenis kelamin dengan orientasi
perubahan usaha tani , memiliki nilai
signifikasi (0,037) dan nilai
kontingensi C (0,202) dan nilai
29
Lanjutan Tabel 3
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode dan Teknik
Analisi Hasil Penelitian
Sosial
Universitas
Pendidikan
Indonesia.
mengakibatkan
terjadinya orientasi
perubahan mata
pencaharian di
Kecamatan
Parongpong.
Square untuk mengukur
terdapatnya atau tidak.
kontigensi (0,175) lemah. Terdapat
pengaruh antara keterampilan dengan
orientasi perubahan usaha tani,
memiliki nilai signifikasi (0,004) dan
nilai kontingensi C (0,327) lemah.
Terdapat pengaruh antara tingkat
pendapatan dengan orientasi
perubahan usaha tani, memiliki nilai
signifikasi (0,006) dan nilai
kontingensi C (0,183) lemah. Tidak
dapat pengaruh antara luas lahan
dengan orientasi perubahan usaha
tani memiliki nilai signifikasi
(0,876).
4 Gita Purwati.
(2018) Fakultas
Keguruan dan
Ilmu
Pendidikan
Program Studi
Pendidikan
Geografi
Universitas
Faktor Penyebab
Perubahan Usaha
tani Masyarakat
Petani Kopi
Menjadi Petani
Sayuran Di Desa
Tiga Jaya
Kecamatan
Sekincau
Mengetahui faktor
penyebab perubahan
usaha tani masyarakat
petani kopi menjadi
petani sayuran di
Desa Tiga Jaya
Kecamatan Sekincau
Kabupaten Lampung
Barat Tahun 2016.
Metode dalam penelitian
adalah deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang
digunakan yaitu observasi,
wawancara terstruktur,
dokumentasi. Teknik
analisa data yang
digunakan adalah analisa
tabel presentase
Hasil penelitian menunjukan bahwa
penyebab perubahan usaha tani
masyarakat petani kopi menjadi
petani sayuran adalah: (1) luas lahan
petani sayuran digolongkan sempit
yaitu sebagian besar hanya antara 1-2
ha, (2) rendahnya hasilproduksi kopi
kepala eluarga petani yaitu dengan
rata-rata berjumlah 1 Ton/1 kali
30
Lanjutan Tabel 3
No Nama Peneliti Judul Tujuan Metode dan Teknik
Analisis Hasil Penelitian
4 Lampung Kabupaten
Lampung Barat
Tahun 2016.
bedasarkan frekuensi
sederhana. Jumlah
populasi yaitu 294 Kepala
Keluarga, Sampel 94 KK.
panen, (3) harga jual kopi rendah
yaitu kisaran Rp 18.000 – Rp 20.000/
kg, (4) jangka waktu panen yaitu
setahun sekali sedangkan sayuran
bulan (1 kali panen), (5) pendapatan
kepa keluarga petani sayuran lebih
besar dibanding kopi yaitu rata-rata
pendapatan kopi Rp 3.000.000/bulan
sedangkan pendapatan sayuran
sebesar Rp 20.000.000/3 bulan (1
kali Panen), (6) tingginya jumlah
tanggungan kepala keluarga yaitu
rata-rata < 4 sebanyak 42 (44,68%).
31
C. Kerangka Pikir
Sebagai makhluk hidup, tentunya sangat memerlukan kebutuhan hidup, di mana
kebutuhan hidup salah satunya adalah kebutuhan ekonomi. Pada saat ini
kebutuhan ekonomi sangatlah mahal atau tinggi, kebutuhan ekonomi yang tinggi
dan tidak seimbang dengan pendapatan yang dihasilkan mampu merubah
pekerjaan seseorang ke pekerjaan yang lebih tinggi yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian. Pertanian merupakan sumber pendapatan
bagi para petani, di manausaha tani petani sebagian besar merupakan penduduk
yang berada di pedesaan.
Pertanian merupakan salahn suatu usaha tani yang sangat cocok di iklim tropis
Indonesia. Pertanian merupakan suatu kegiatan petani yang dilakukan oleh petani
dalam menggarap lahan dengan bercocok tanam yang nantinya dikelola petani
untuk mendapatakan hasil pertanian yang nantinya akan diperoleh suatu
pendapatan untuk kehidupan.
Perubahan usaha tani dalam penelitian ini adalah perubahan dari petani kelapa
sawit menjadi petani palawija.Perubahan tersebut menyangkut aspek yang
mencangkup dalam penelitian ini adalah luas lahan garap, rendahnya produksi
kelapa sawit, harga jual kelapa sawit, pemasaran palawija, dan pendapatan petani.
Luas lahan garap yang sama yang dikelola untuk bercocok tanam tanaman kelapa
sawit dan palawija tentunya jumlah produksi yang dihasilkan tidak akan sama
beratnya. Hasil produksi sangat tergantung dengan harga jual, produksi yang
dihasilkan tentunya sangat menentukan para petani untuk memproduksi atau
32
mengelola tanaman yang akan ditanam, apa bila harga jualnya rendah maka petani
akan beralih kepada produksi tanaman yang harga jualnya lebih tinggi. Selain
harga jual, pemasaran juga merupakan faktor penting dalam suatu pertanian,
semakin mudah dan cepat proses pemasaran maka semakin mudah petani
memasarkan hasil pertaniannya, hal tersebut tentunya sangat mempengaruhi
pendapatan petani.
Gambar 1: Bagan Kerangka Pikir
Perubahan usaha tani
1. Luas lahan garap
2. Rendahnya produksi
kelapa sawit
3. Harga jual kelapa sawit
4. Pemasaran palawija
5. Pendapatan petani
palawija.
Petani
palawija
Petani
kelapa sawit
33
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (2014:43), metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, atau objek, suatu
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas pristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta
serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dalam penelitian ini maka akan mendeskripsikan serta memberikan gambaran
yang faktual dan akurat mengenai penelitian tentang perubahan usaha tani dari
petani kelapa sawit menjadi petani palawija di Desa Gedung Pakuon, Kecamatan
Baradatu, Kabupaten Way Kanan pada tahun 2018 yaitu deskripsi tentang luas
lahan garap, rendahnya produksi kelapa sawit, harga jual kelapa sawit, pemasaran
palawija, dan pendapatan petani.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut sampel dalam penelitian ini merupakan
34
penelitian populasi, dimana populasi dalam penelitian ini kurang dari 100.
Menurut Creswell dalam Haris Herdiansyah (2012:103), populasi adalah suatu
kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama atau relatif serupa.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit yang menjadi petani
palawija di Desa Gedung Pakuon pada tahun 2018 yaitu berjumlah 30 kepala
keluarga yang tersebar dalam 5 dusun di Desa Gedung Pakuon, Kecamatan
Baradatu, Kabupaten Way Kanan. Lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Jumlah Petani Kelapa Sawit Menjadi Petani Palawija Berdasarkan Asal
Tempat Tinggal di Desa Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu
Kabupaten Way Kanan Tahun 2017.
No. Dusun Jumlah Populasi Persentase (%)
1 Kampung Induk 4 13,33
2 Mulyo Sari 7 23,33
3 Rejondani 5 16,00
4 Tegal Sari 11 36,66
5 Simpang Ketibung 3 10,00
Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Pra Survei Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4 di atas bahwa petani kelapa sawit yang beralih usaha tani
menjadi petani palawija adalah paling banyak terdapat di Dusun Tegal Sari
terdapat 11 petani dengan persentase 36,66%, dan paling sedikit dari Dusun
Simpang Ketibung terdapat 3 petani dengan persentase 10,00%.Hal tersebut
dikarenakan jumlah petani kelapa sawit yang beralih menjadi palawija paling
banyak terdapat di Dusun Tegal Sari.
Menurut Neuman dalam Haris Herdiansyah (2012:104), sampel adalah bagian
dari populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang
representatif dan mempresentasikan karakter atau ciri-ciri dari populasi. Sampel
dalam penelitian ini menggunakan pendapat Suharsimi Arikunto (2006:134) yaitu,
35
untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila objeknya kurang dari 100, lebih
baikdiambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan
tetapi jika objeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2014:106). Variabel adalah konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai. Sedangkan menurut Sutrino Hadi dalam Suharsimi
Arikunto (2010:159), variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis
kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi, laki-laki dan perempuan, berat
badan, karena ada berat badan 40 kg, dan sebagainya. Variabel dalam penelitian
ini adalah penyebab perubahan usaha tani dari petani kelapa sawit menjadi petani
palawija di Desa Gedung Pakuon pada tahun 2018, yang meliputi luas lahan
garap, produksi petani kelapa sawit, harga jual kelapa sawit, pemasaran palawija,
dan pendapatan petani palawija merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menyebabkan petani kelapa sawit beralih menjadi petani palawija. Faktor harga
kelapa sawit yang rendah jika dibandingkan dengan hasil palawija maka hasilnya
lebih banyak palawija, apalagi saat ini hasil kelapa sawit menurun yang
menyebabkan petani kelapa sawit beralih menjadi petani palawija.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Luas Lahan Garap
Luas lahan garapan adalah jumlah seluruh lahan garap pertanian yang sangat
berpengaruh terhadap pendapatan petani, semakin luas lahan garap maka semakin
36
besar pendapatan. Lahan garapan sempit maka pendapatan yang dihasilkan
semakin sedikit. Menggolongkan luas lahan garap menjadi 3 kriteria, yaitu:
1. Lahan garapan sempit yaitu lahan yang luasnya kurang dari 0,5 hektar.
2. Lahan garapan sedang yaitu lahan yang luasnya 0,5 sampai dengan 2 hektar.
3. Lahan garapan luas yaitu lebih dari 2 hektar.
b. Hasil Produksi Kelapa Sawit
Produksi adalah banyaknya hasil kelapa sawit yang dihasilkan oleh seluruh petani
kelapa sawit dari proses usaha tani yang dihitung dalam satuan kilogram. Hasil
produksi kelapa sawit dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Rendah, apabila produksi < 2.200 kg.
2. Tinggi, apabila > 2.200 kg.
c. Harga Jual Kelapa Sawit
Harga jual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga dari setiap hasil
panen petani yang diukur dengan rupiah per kilogram. Harga jual kelapa sawit
dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Harga jual kelapa sawit dikatakan rendah apabila kurang dari Rp 1.200 per
kg.
2. Harga jual kelapa sawit dikatakan tinggi apabila lebih dari Rp 1.200 per kg.
(catatan KUD Desa Gedung Pakuon Tahun 2015)
d. Pemasaran Palawija
Cara pemasaran merupakan usaha yang dilakukan petani dalam menjual hasil
pertanian. Cara pemasaran yang dilakukan oleh petani, yaitu:
37
1. Petani menjual langsung kepada konsumen
2. Petani menjual hasil tani kepada pengepul.
e. Pendapatan Petani Palawija
Pendapatan adalah hasil yang diterima oleh seseorang baik berupa uang atau
barang yang diperoleh penduduk dalam satu periode tertentu. Adapun tingkat
pendapatan menurut Upah Minimum Kabupaten (UMK) Provinsi Lampung yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Way
Kanan tahun 2018 adalah Rp 2.160.000. Menggolongkan pendapatan sebagai
berikut ini, yaitu:
1. Di bawah atau sama dengan Upah Minimum Kabupaten Rp 2.160.000.
2. Di atas Upah Minimum Kabupaten Rp 2.160.000.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:44), observasi adalah cara dan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi yang dilakukan dengan cara
pengamatan langsung pada lokasi penelitian dengan mencari data yang diperlukan
untuk penelitian, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin, suku, dan data mata pencaharian.
38
2. Wawancara
Menurut Gorden dalam Haris Herdiansyah (2010:118), wawancara merupakan
percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan
mendapatkan informasi untuk suatu tujuan tertentu. Percakapan dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewe) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewe)yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Teknik wawancara dalam penelitian ini yaitu digunakan untuk memperoleh data
dari petani kelapa sawit yang beralih usaha tani menjadi petani palawija yaitu data
berupa identitas petani, pendidikan, beban tanggungan, jenis tanaman palawija
yang ditanam, luas lahan garap, rendahnya produksi kelapa sawit, harga jual
kelapa sawit, dan pendapatan palawija.
3. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2015:199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan yang diajukan kepada petani
kelapa sawit yang beralih menjadi petani palawijauntuk memperoleh suatu
informasi mengenai produksi kelapa sawit, harga jual kelapa sawit, pemasaran
palawija, serta pendapatan palawija.
4. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231), teknik dokumentasi adalah suatu cara
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya. Teknik dokumentasi dalam
penelitian inidigunakan untuk memperoleh data kependudukan kepada kepala
39
desa di Desa Gedung Pakuon seperti, jumlah penduduk, kepadatan penduduk,
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, suku, dan data mata
pencaharian.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Sofyan Efendi dan Chis Manning dalam Masri Singarimbun dan Sofyan
Efendi (1995:263), Analisis data adalah proses penyederhanaan dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik kuantitatif presentase dalam bentuk tabel tunggal.
Setelah data dimasukan atau ditabulasikan dan dipesentasikan selanjutnya setelah
itu dideskripsikan secara sistematis dan diinterpretasikan dalam bentuk laporan
sebagai hasil penelitian dan dibuat dalam bentuk kesimpulan laporan. Adapun
cara menentukan jumlah presentasi sebagai berikut.
Rumus:
Keterangan:
% = Presentase yang diperoleh
n = Jumlah jawaban yang diperoleh
N = Jumlah seluruh responden
100 = Konstata.
%
73
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data hasil penelitian dan pemabahsan dari penelitian
Perubahan Usaha tani Petani Kelapa Sawit Menjadi Petani Palawija di Desa
Gedung Pakuon Kecamatan Baradatu Kabupaten Way Kanan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Luas lahanusaha petani kelapa sawit yaitu seluas 23,3 ha yang diubah menjadi
petani palawija
2. Rendahnya produksi kelapa sawit menyebabkan usaha petani kelapa sawit
menjadi usaha petani palawija
3. Rendahnya harga jual kelapa sawit menyebabkan usaha petani kelapa sawit
menjadi usaha petani palawija
4. Perubahan usaha tani petani kelapa sawit menjadi petani palawija dikarenakan
pemasaran hasil palawija lebih mudah dibandingkan dengan kelapa sawit
5. Rendahnya pendapatan usaha petani kelapa sawit menyebabkan petani kelapa
sawit berubah menjadi petani palawija.
74
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas maka dapat peneliti
sarankan:
1. Produksi dan harga jual palawija yang lebih tinggi dibandingkan kelapa sawit,
diharapkan para petani palawija dapat meningkatkan hasi produksi palawija
dengan lebih memperluas pengetahuan tentang perawatan tanaman palawija
guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
2. Bersarnya pendapatan yang diperoleh dari bercocock tanam palawija
diharapkan petani dapat memperluas lahan dan menabung untuk
mengantisipasi bila terjadi perubahan harga dengan demikian petani masih
mempunyai tabungan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
75
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1989. Kacang Tanah. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Agustina Shinta. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Brawijaya Press. Malang.
_____ . 1993. Seri Budi Daya Jagung. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Agus Arianto dan Friyatmi. 2016. Demografi & Kependudukan. Kencana. Jakarta.
Aris Ananta. 1993. Ciri-Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan
Ekonomi. Lembaga Demografi LPFEUI. Jakarta.
Bintarto. 1986. Geografi Penduduk dan Demografi. Fakultas UGM. Yogyakarta.
_____. 1968. Buku Penuntun Geografi Sosial. U.P. Spring. Yogyakarta.
Budiyono. 2003Dasar-Dasar Geografi Sosial (bahan ajar). Bandar Lampung.
Program Studi apendidikan Geografi. Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Daldjoeni. 1995. GeografiKota dan Desa. Alumni. Bandung.
_____ . 1977. Pusparagam Aspirasi Manusia. Alumni. Bandung.
EntangSastraatmadja. 1991. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa Bandung.
Bandung.
Eva Banowati dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Ombak. Yogyakarta.
_____ . 2012. Geografi Indonesia. Ombak. Yogyakarta.
Fhadoli Hernanto. 1990. Pembangunan Pertanian di Indonesia. LP3ES. Jakarta.
Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Salemba Humanika.
Jakarta.
Hesti Dwi Setyaningrum dan Cahyo Saparinto. 2011. Panen Sayuran Secara
Rutin di Lahan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta.
76
Nuhung, Iskandar Andi. 2014. Strategi dan Kebijakan Pertanian Dalam
Perspektif Daya Saing. Rineta Cipta. Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Jakarta
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Kalter dan Keller. 2012. Managemen Pemasaran: Teori dan Aplikasi Dalam
Bisnis. Editor Limakrisna, Nanda dan Susilo, Wilhelmus Hary. Mitra
Wacana Media. Jakarta.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim Terhadap
Tanah dan Tanaman.PT Bumi Aksara. Jakarta.
Ken Suratiyah. 2015. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Khaeriyah Darwis. 2017. Ilmu Usaha Tani.CV Inti Mediatama. Makasar.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Revisi 2009. PT
Rineka Cipta. Jakarta
Marsudi Djojodipuro. 1991. Teori Harga. Lembaga Penerbit Fakultasn Ekonomi
Universitas Indonesia. Jakarta.
Mashudi. 2007. Budi Daya Terung. Azka Mulia Media. Jakarta.
Moehar Daniel. 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT bumi aksara. Jakarta.
Moh. Nazir. 2014. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Moh. Pabundu Tika. 2005. Metode Penelitian Geografi. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Momon Sudarma. 2014. Metodologi Penelitian Geografi Ragam Perspektif dan
Prosedur Penelitian. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Muhammad Firdaus. 2017. Manajemen Agribisnis. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Muh Aris Marfai. 2015.Pemodelan Geografi. Penerbit Ombak. Yogyakarta
Mulyadi S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Octa Rolina. 2013. Orientasi Perubahan Usaha tani Petani Di Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat. (Skripsi). Universitas Pendidikan
Indonesia. Bandung.
77
Purwo dan Heni Purnamawati. 2007. 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rahardi. 2000. Bercocoktanam Sayuran. PenerbitPenebar Swadaya. Jakarta.
Rahmat Rukmana. 1994. Budidaya Mentimun. Kanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
______ . 2005. Bertanam Sayuran di Pekarangan. Kanisius (Anggota IKAPI).
Yogyakarta.
Reksoprayitno. 2004. Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Bina Grafika.
Jakarta.
Rita Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. C.V Andi Offset. Yogyakarta.
Sayu Rahma Roza Fahmi. 2018. Analisis Penyebab Perubahan Usaha tani Petani
Karet Menjadi Petani Singkong di Desa Sriwijaya Kecamatan Blambangan
Umpu Kabupaten Way Kanan Tahun 2016. (Skripsi). Universitas
Lampung.
Setijati D. Sastrapradja. 2012. Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Singarimbun, Masri. 1981. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. LP3ES. Jakarta
Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Pembahasan Analisis
Fungsi COBB-DOUGLAS. CV Rajawali. Jakarta.
_____. 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
_____. 2001. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon dan J. Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usaha
Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Alfabeta: Bandung. 456 hlm.
Sumiyem. 2012. Perubahan Usaha tani Petani Padi Sawah Menjadi Petani Karet
di Desa Jaya Bhakti Kecamatan Mesuji Kabupaten Ogan Komering Ilir
Periode 1994-2003. (skripsi). Universitas Lampung.
Sri Najiyati. 2000. Palawija : Budidaya dan Analisis Usahatani. PT Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suhardi. 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisiur. Yogyakarta.
78
Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta. Jakarta.
_____. 2006. Prosedur penelitian Studi Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
Jakarta.
Suyatno Risza. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Meningkatkan Produktivitas.
Kanisius. Yogyakarta.
Tatik Nurmala. 2012. Pengantar Ilmu Peranian. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Trisnaningsih. 2016. Demografi Edisi 2. Media Akademi. Yogyakarta
Yusnu Iman Nurhakim. 2014. Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Infra
Pustaka. Jakarta.