perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan daftar skala - … · prioritas yang semula...
TRANSCRIPT
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki
peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data
pendukung bahwa eksistensi UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia.
Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun
2010, jumlah UMKM tercatat 52,7 juta unit atau 99,9% dari total unit usaha. Kedua,
potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor
UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan dengan
investasi yang sama pada usaha besar. Sektor UMKM menyerap 99,4 juta tenaga kerja atau
97% dari total angkatan kerja yang bekerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan
PDB cukup signifikan yakni sebesar 56% dari total PDB.
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia
memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi: (1) Pengaturan kepada perbankan yang
mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan kelembagaan
yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis, dan (4) Kerjasama dengan berbagai pihak,
baik dengan lembaga Pemerintah maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank
Indonesia tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian bantuan
teknis. Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis, sehingga diharapkan akan
dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada
pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang
berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.
Untuk itu, Bank Indonesia sudah sejak lama mengembangkan penelitian Baseline
Economic Survei (BLS). Penelitian ini berupaya mengidentifikasi berbagai peluang investasi
di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Dalam
perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi ekonomi daerah ditujukan untuk
memberikan informasi kepada stakeholders mengenai komoditi/produk/jenis usaha (KPJU)
yang potensial yang menjadi unggulan daerah untuk dikembangkan. Penelitian BLS
difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku
ekonomi mayoritas di daerah.
Data dan informasi dalam BLS meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan
pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi
daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi
dan potensi UMKM. Hasil penelitian BLS tersebut selanjutnya akan didesiminasikan dalam
website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang dapat diakses
melalui internet di alamat www.bi.go.id/sipuk.
Pada Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan
UMKM ini, terdapat perubahan yang cukup mendasar dalam penetapan Daftar Skala
Prioritas yang semula menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi, dan data
primer responden UMKM pada suatu KPJU di suatu kecamatan, menjadi penetapan KPJU
unggulan daerah di Kabupaten/Kota dengan menggunakan alat analisis Metode
Borda, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Bayes. Dengan demikian, nantinya tiap
kabupaten/kota di suatu Provinsi diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor
ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan adopsi dari
kesuksesan negara tetangga Thailand melalui program One Tambon One Product (OTOP),
yaitu program pengembangan Komoditi unggulan di suatu daerah (tambon) yang sukses
dalam membantu pengembangan UMKM. Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah
Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan KPJU unggulan
tertentu di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat
kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi lokal.
Dalam upaya untuk memberikan data dan informasi mengenai komoditi unggulan yang
dapat dikembangkan di suatu daerah, data dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian
tersebut, dipandang perlu untuk diperbaharui. Pembaharuan data dan informasi dimaksud
dilakukan melalui Penelitian Pengembangan KPJU Unggulan UMKM, dengan memilih dan
menetapkan KPJU unggulan daerah berdasarkan kriteria tertentu serta menambahkan
berbagai informasi pendukung. Upaya ini dalam rangka memberikan informasi yang lebih
bermanfaat dan berdaya guna bagi stakeholder dalam pengembangan UMKM.
Dengan penelitian tersebut, nantinya tiap kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi selatan
diharapkan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok
untuk dikembangkan. Kriteria Unggulan dapat dilihat dari beberapa perspektif sebagai
berikut:
1. Perspektif Product Life Cycle (PLC)
KPJU disebut unggulan dengan melihat tahap kematangan dari KPJU. Apakah KPJU
dalam tahap mature karena saat ini unggul dibanding KPJU yang lain (meskipun
kemungkinan besar akan mengalami decline setelah melewati fase mature), atau saat
ini tidak terlalu unggul namun berpotensi besar unggul di masa depan (fase growth). Hal
ini akan menimbulkan konsekuensi pada perspektif strategi pengembangan. Contoh
untuk hotel, apakah pemilihan KPJU Unggulan tersebut tujuannya untuk business
development (mengembangkan yang sudah ada/intensif) atau memperbanyak usaha
yang bergerak dalam KPJU tersebut (ekstensif).
2. Perspektif Tujuan
Dalam perspektif ini penentuan KPJU unggulan dengan mempertimbangkan tindak
lanjut, tujuan atau target yang ingin dicapai, misalnya meyakinkan investor untuk
menanamkan uangnya di bisnis KPJU unggulan yang terpilih dengan jaminan return
yang cepat, atau untuk memberikan stimulasi bagi usaha lemah namun berpotensi
unggul di masa datang.
3. Perspektif Keberpihakan
Pemilihan KPJU unggulan dengan melibatkan unsur keberpihakan, misalnya
keberpihakan pada pengusaha lokal.
4. Perspektif Skenario Kebijakan
Disebut unggulan, apakah karena dilihat dari kondisi saat ini (eksisting) KPJU unggul
dibanding dengan yang lain tanpa melihat ada kontradiksi dengan skenario kebijakan
pemerintah normatif. Contoh kasus: show room mobil bekas dengan wacana adanya
skenario kebijakan pembatasan kendaraan pribadi dan usia kendaraan.
Dengan melihat perspektif di atas, diharapkan program akan menjadi lebih fokus.
Dengan demikian Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui
pengembangan KPJU unggulan di suatu kabupaten/kota dan provinsi sebagai upaya untuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut
diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengenal dan memahami mengenai:
• Profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian, dan potensi
sumberdaya.
• Profil UMKM di Provinsi Sulawesi selatan termasuk faktor pendorong dan
penghambat dalam pengembangan UMKM.
• Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
(Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan pengembangan UMKM.
• Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
2. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan di Provinsi Sulawesi selatan, kabupaten/kota dan kecamatan dalam
rangka:
• Mendukung pembangunan ekonomi daerah;
• Penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta
• Peningkatan daya saing produk.
3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing KPJU
unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, misal mengenai bahan
baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi, kondisi permintaan, harga dan
lokasi (kecamatan).
4. Memberikan informasi tentang KPJU potensial, yaitu KPJU yang saat ini belum menjadi
unggulan namun memiliki potensi untuk menjadi unggul di masa datang apabila
mendapatkan perlakuan atau kebijakan tertentu.
5. Memberikan rekomendasi berupa:
• KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan di masing-masing kabupaten/ kota.
• Peranan Perbankan dalam pengembangan KPJU unggulan.
• Kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), yang
dikaitkan pula dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan
KPJU unggulan UMKM.
1. Penelitian terhadap KPJU Unggulan UMKM dilaksanakan untuk mengidentifikasi dan
menetapkan KPJU pada UMKM yang dikategorikan sebagai unggulan daerah pada
tingkat kabupaten/kota dan provinsi.
2. Definisi UMKM adalah sebagaimana disebutkan dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yaitu:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
• memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• memiliki hasil usaha hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah)
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang memiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
• memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagai berikut:
• memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
• memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
3. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan adalah KPJU lintas sektoral yang
mendukung perekonomian daerah serta mampu menciptakan dan menyerap tenaga
kerja berdasarkan kondisi saat ini dan prospeknya, serta mempunyai daya saing tinggi.
4. Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Potensial adalah KPJU lintas sektoral yang
tidak masuk lima besar di tingkat kabupaten/kota (setelah metode Bayes) namun dari
hasil diskusi dan pendapat para pakar berpotensi untuk menjadi KPJU unggulan
dengan adanya perlakuan atau kebijakan tertentu. KPJU ini potensial untuk
diberdayakan karena telah lolos di tingkat kecamatan dengan memenuhi kriteria
jumlah unit/rumah tangga, jangkauan pemasaran, sumbangan terhadap
perekonomian lokal dan ketersediaan bahan baku.
Dalam hal ini perlu dijelaskan kelemahan atau kriteria yang tidak dapat terpenuhi, relatif
terhadap KPJU unggulan di sektornya. Dengan demikian dapat diformulasikan
perlakuan tertentu atau kebijakan yang perlu diambil agar KPJU potensial tersebut
dapat berkembang menjadi KPJU unggulan.
5. KPJU yang dikaji adalah KPJU pada setiap sektor/subsektor ekonomi, yang meliputi
pertanian/tanaman pangan, pertanian/hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan,
kehutanan, pertambangan dan penggalian, perindustrian, perdagangan, transportasi,
pariwisata dan jasa-jasa sebagaimana kategori 12 sektor ekonomi BPS.
6. Materi penelitian mencakup identifikasi dan analisis mengenai :
• Profil daerah untuk Provinsi Sulawesi selatan dan untuk masing-masing
kabupaten/kota, antara lain meliputi: struktur geografis, demografi, ekonomi,
potensi sumberdaya dan aspek lainnya yang terkait.
• Profil UMKM di Provinsi Sulawesi Selatan dan di masing-masing
kabupaten/kota, termasuk potensi, peluang, faktor pendorong dan penghambat
dalam pengembangan UMKM.
• Kebijakan Pemerintah (Pusat/Daerah) dalam rangka pengembangan UMKM
dan KPJU unggulan
• Peranan perbankan dalam pengembangan UMKM, khususnya KPJU unggulan
UMKM di wilayah penelitian, antara lain berupa data kredit UMKM,
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi selatan.
• Penetapan KPJU unggulan UMKM untuk masing-masing subsektor/sektor dan
atau lintas sektoral di daerah penelitian (tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan
provinsi).
• Informasi atau permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan KPJU
di masing-masing kabupaten/kota.
• KPJU potensial yang dapat dikembangkan untuk menjadi KPJU unggulan.
• Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/
Kota di Sulawesi selatan) dalam pengembangan KPJU unggulan UMKM.
7. KPJU yang diidentifikasi adalah sampai dengan nama KPJU akhir.
1. Daerah Penelitian
Daerah penelitian adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan,
yakni Bantaeng (8 kecamatan), Barru (7 kecamatan), Bone (27 kecamatan),
Bulukumba (10 kecamatan), Enrekang (12 kecamatan), Gowa (18 kecamatan),
Jeneponto (11 kecamatan), Kepulauan Selayar (11 kecamatan), Luwu (21 kecamatan),
Luwu Timur (11 kecamatan), Luwu Utara (12 kecamatan), Maros (14 kecamatan),
Pangkajene dan Kepulauan (13 kecamatan), Pinrang (12 kecamatan), Sidenreng
Rappang (11 kecamatan), Sinjai (9 kecamatan), Soppeng (8 kecamatan), Takalar (9
kecamatan), Tana Toraja (18 kecamatan), Toraja Utara (22 kecamatan), Wajo (14
kecamatan), Kota Makassar (14 kecamatan), Kota Palopo (9 kecamatan), Kota
Parepare (4 kecamatan).
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dan informasi terdiri dari :
a. Data Primer, yaitu data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari
narasumber/responden.
Narasumber adalah responden pakar, yakni pihak yang dapat memberikan informasi
dan sekaligus mengambil keputusan/kebijakan karena pertimbangan
kedudukan/kewenangan yang dimilikinya, profesinya, pengetahuan dan
pengalamannya di tingkat kabupaten yang mewakili:
1. Badan Perencanaan Daerah
2. Bagian Administrasi dan Perekonomian
3. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
5. Dinas Perikanan dan Kelautan
6. Dinas Pertanian dan Perkebunan
7. Asosiasi usaha/Pelaku usaha
8. Perbankan (nasional, regional dan lokal)
9. Akademisi (tingkat regional Sulawesi selatan)
Sedangkan narasumber di tingkat kecamatan adalah juga responden pakar
sebagaimana kriteria di atas yang mewakili:
1. Camat
2. Koordinator Statistik Kecamatan
3. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat (Kasi PMD)
4. Kepala Seksi Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (Kasi PKM) atau
Representasi yang lain.
b. Data Sekunder, yaitu data dan informasi yang diperoleh dari dokumen/
publikasi/laporan penelitian dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang
menunjang.
3. Tahapan Pengumpulan dan Analisis Data
a. Terdapat dua kelompok kriteria yang akan digunakan untuk menyaring
KPJU menjadi KPJU unggulan, yaitu:
(i) Kriteria di tingkat kecamatan, yakni jumlah unit/rumah tangga, jangkauan
pemasaran, sumbangan terhadap perekonomian lokal dan ketersediaan bahan
baku.
(ii) Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota, antara lain TK terdidik, bahan
baku, modal, sarana produksi/usaha, teknologi, sosial budaya, manajemen
usaha, ketersediaan pasar, harga, penyerapan TK dan sumbangan terhadap
perekonomian. Kriteria untuk AHP di tingkat kabupaten/kota ini merupakan
referensi untuk melakukan seleksi KPJU unggulan. Dengan demikian, kriteria
dimungkinkan untuk disesuaikan dengan kondisi
perekonomian/kebijakan/prioritas pengembangan di masing-masing wilayah
penelitian.
b. Tahap Pembobotan
(i) Pada tingkat Provinsi : pembobotan tujuan, kriteria dan sektor/subsektor
Pada tahap ini dilakukan pembobotan terhadap tujuan serta kriteria untuk AHP.
Nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua Kecamatan dan
Kabupaten/Kota serta sektor/subsektor dalam suatu Provinsi.
(ii) Pada tingkat kabupaten/kota : pembobotan sektor/subsektor
Dilakukan pembobotan terhadap sektor/subsektor yang berlaku untuk suatu
kabupaten/kota. Nilai pembobotan ini digunakan pada saat penghitungan
dengan metode Bayes.
c. Tahap Penentuan KPJU di Kecamatan
Berdasarkan daftar KPJU seluruh Kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang
diperoleh dari data sekunder atau narasumber, dilakukan pemilihan KPJU
kecamatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
(i) Jumlah unit usaha/rumah tangga pada setiap kecamatan yang bersumber dari
data sekunder/statistik.
(ii) Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditi/produk (persepsi
narasumber).
(iii) Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan atau
sarana usaha (persepsi narasumber).
(iv) Kontribusi KPJU terhadap perekonomian daerah (persepsi narasumber).
Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat
narasumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke Kecamatan
dengan narasumber di tingkat Kecamatan (disesuaikan dengan kondisi kecamatan
di masing-masing daerah). Narasumber yang dimaksud adalah Camat, Koordinator
Statistik Kecamatan, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat (Kasi PMD), atau
Kepala Seksi Pendidikan Kewirausahaan Masyarakat (Kasi PKM) atau representasi
lainnya sesuai rekomendasi pendelegasian kewenangan dari Camat.
d. Tahap Penentuan KPJU dengan Metode Borda di Tingkat Kabupaten/ Kota
Berdasarkan hasil pengolahan KPJU dari seluruh Kecamatan di suatu
Kabupaten/Kota dengan metode MPE, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota
dengan metode Borda. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk
menetapkan urutan peringkat (Marimin, 2004).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10
(sepuluh) KPJU untuk setiap sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
e. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Per Sektor/SubSektor dengan Metode AHP
di Tingkat Kabupaten/Kota
Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU
unggulan per sektor/subsektor pada tingkat kabupaten/kota.
Alternatif kriteria yang dapat dipergunakan untuk proses penetapan KPJU
unggulan kabupaten/kota adalah sebagaimana Tabel 1.1.
Analisis untuk penetapan KPJU unggulan dari hasil pemilihan KPJU di
Kabupaten/Kota, dilakukan dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy
Process (Saaty, 2000). Analytic Hierrarchy Process (AHP) adalah sebuat alat
analisis yang didukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dapat
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ‘decision making’ seperti
pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas (Marimin, 2004).
Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat
narasumber yang diperoleh melalui pengisian kuesioner AHP secara individual
dengan narasumber di tingkat kabupaten/kota, misal pejabat dinas/instansi,
asosiasi, Kadin, Bappeda, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi. Pada
penelitian ini, narasumber yang dimaksud adalah representasi dari Badan
Perencanaan Daerah, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Perbankan.
Tabel 1.1 Kriteria Penetapan KPJU Unggulan
Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan
1 Tenaga Kerja Terampil (skilled)
Tingkat pendidikan
Pelatihan yang pernah diikuti
Pengalaman kerja
Jumlah lembaga/sekolah keterampilan/pelatihan
2 Bahan Baku (manufacturing)
Ketersediaan/kemudahan bahan baku
Harga perolehan bahan baku
Perishability bahan baku (mudah tidaknya rusak)
Kesinambungan bahan baku
Mutu bahan baku
3 Modal Kebutuhan investasi awal
Kebutuhan modal kerja
Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
4 Sarana Produksi/Usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh
Harga
5 Teknologi Kebutuhan teknologi
Kemudahan (memperoleh teknologi)
6 Sosial Budaya (faktor endogen)
Ciri khas lokal
Penerimaan masyarakat
Turun temurun
7 Manajemen Usaha Kemudahan untuk me-manage
8 Ketersediaan Pasar Jangkauan/wilayah pemasaran
Kemudahan mendistribusikan
9 Harga Stabilitas harga
10 Penyerapan Tenaga Kerja Kemampuan menyerap Tenaga Kerja
11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah
Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena keberadaan usaha ini (backward dan forward linkages)
Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap
sektor/subsektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
Melalui forum Focus Group Discussion (FGD) selanjutnya dengan peserta
responden AHP di atas yang ditambah dengan representasi instansi terkait,
asosiasi pengusaha dan akademisi, dimintakan pula pendapat dari para
narasumber mengenai alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka
pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah terindentifikasi.
f. Tahap Konfirmasi 5 (lima) KPJU Unggulan untuk Setiap Sektor/ Subsektor
Ekonomi di tingkat Kabupaten/Kota
Pada tahap ini dilakukan konfirmasi 5 (lima) KPJU unggulan untuk setiap
sektor/subsektor yang telah diperoleh dengan menggunakan metode AHP, dan
konfirmasi rekomendasi kebijakan untuk KPJU unggulan. Tahap ini dilaksanakan
dalam forum FGD.
Gamber 1.1 Tahap Penentuan KPJU
g. Tahap Penentuan KPJU Unggulan Lintas Sektoral dengan Metode Bayes di
Tingkat Kabupaten/Kota dan Tingkat Provinsi
Berdasarkan hasil pemilihan KPJU per sektor/subsektor di tingkat kabupaten/ kota
dan provinsi dengan metode AHP, dilakukan pemilihan KPJU lintas sektoral
dengan metode Bayes, yaitu teknik yang dapat dipergunakan untuk melakukan
analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan
tujuan menghasilkan perolehan yang optimal (Marimin, 2004). Namun, terlebih
dahulu terhadap alternatif KPJU per sektor/subsektor dilakukan normalisasi.
Berdasarkan perhitungan dengan metode normalisasi ditetapkan maksimal 5
(lima) KPJU lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota.
4. Prinsip Penilaian Kriteria dan Rekomendasi Kebijakan
a. Prinsip Penilaian Kriteria
Penilaian perbandingan antar KPJU untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi
saat ini dan prospeknya. Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip
kemudahan bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan
usaha pada KPJU.
b. Rekomendasi Kebijakan kepada Pemerintah Daerah dalam Pengembangan KPJU
Unggulan UMKM
Setelah diperoleh KPJU unggulan daerah dan KPJU potensial yang diperoleh dari
hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi maupun saran-saran
serta solusi dalam upaya pengembangan KPJU yang terpilih tersebut. Rekomendasi
kebijakan kepada Pemerintah Daerah ini diharapkan akan dapat dimanfaatkan oleh
Pemda maupun menjadi referensi dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut
dari Pemda. Dengan demikian fungsi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)
sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi bagi Pemda dapat
diimplementasikan dari hasil penelitian ini.
5. Focus Group Discussion (FGD) di Tingkat Kabupaten/Kota
FGD yang dilakukan dalam penelitian ini berupaya untuk mencapai tujuan sebagai
berikut:
a. Mengkonfirmasi hasil survei KPJU di tingkat kecamatan.
b. Memperoleh informasi secara lebih dalam tentang permasalahan dan potensi 5
prioritas KPJU lintas sektor di tingkat kabupaten/kota.
c. Merumuskan rekomendasi dalam pengembangan 5 prioritas KPJU unggulan lintas
sektor di tingkat kabupaten/kota.
Peserta FGD ini berjumlah 9-12 orang, terdiri dari:
a. Pejabat dinas/instansi sektoral terkait dengan 5 prioritas KPJU hasil survei
(maksimal 5 orang)
b. Pelaku usaha atau asosiasi UMKM yang terkait dengan 5 prioritas KPJU hasil survei
(maksimal 5 orang)
c. Perbankan (maksimal 2 orang)
d. Akademisi (1 orang)
FGD dilakukan melalui tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengantar FGD
1. Mensosialisasikan secara singkat tentang tujuan Penelitian Pengembangan
KPJU unggulan yang dilakukan Bank Indonesia.
2. Menyampaikan tujuan FGD ini sebagai bagian dari penelitian KPJU unggulan.
3. Mensosialisasikan hasil survei di kabupaten bersangkutan berupa 5 prioritas
KPJU unggulan.
b. Substansi FGD
1. Menggali informasi lebih dalam mengenai keberadaan UMKM penghasil KPJU
tersebut dari perwakilan responden kecamatan dan instansi terkait. Informasi
yang digali terutama berkaitan dengan:
a. jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar,
b. multiplier effect (tumbuhnya usaha-usaha lain yang mendukung usaha
tersebut),
c. daya dukung wilayah sekitar dalam memasok bahan baku maupun
pemasaran,
d. kasus best practices UMKM penghasil komoditi tersebut yang berkontribusi
tinggi pada perekonomian daerah (pajak, devisa dan menyerap
pengangguran).
2. Menggali informasi mengenai faktor-faktor eksternal berupa peluang dan
tantangan pengembangan 5 prioritas KPJU unggulan UMKM menurut perspektif
instansi sektoral, perbankan dan UMKM. Melalui diskusi ini diharapkan tergali
informasi: (1) alternatif pasar baru; (2) alternatif pasokan bahan baku; (3)
alternatif pembiayaan baru (program bantuan dari pemerintah, LSM, perbankan,
dan lain-lain); (4) alternatif teknologi atau metode baru; (5) kebijakan pemda
terkait dengan KPJU tersebut. Masing-masing peserta diminta untuk
menuliskan idenya secara ringkas di metaplan. Selanjutnya, peserta diminta
menempelkannya pada matriks di kertas plano sebagai berikut:
Tabel 1.2 Matrik Informasi KPJU
Peluang Tantangan
Pasar -
-
-
-
Bahan baku/
sarana usaha
-
-
-
-
Teknologi/metode -
-
-
-
Pembiayaan -
-
-
-
3. Menggali informasi lebih dalam tentang potensi dan masalah yang dihadapi
UMKM dalam mengembangkan 5 prioritas KPJU dari pespektif pelaku usaha
UMKM dan Instansi terkait. Informasi yang digali meliputi supply chain (rantai
pasokan) mulai dari penyediaan bahan baku, penyediaan sarana produksi,
proses produksi, pemasaran, hingga distribusinya. Dibahas untuk masing-
masing KPJU, dimana letak titik kekuatan dan titik kritisnya selama ini.
Peserta dari kalangan pelaku usaha atau asosiasi UMKM diminta untuk melihat
rantai pasokan di atas dan mengevaluasi KPJU memiliki kelemahan dan
kekuatan di titik yang mana. Peserta diminta menempelkan metaplan warna
merah pada titik yang dianggap kritis dan metaplan warna hijau pada titik yang
dianggap stabil dalam pengembangan masing-masing KPJU.
4. Melakukan brainstorming ide dan informasi untuk mengatasi masalah pada
masing-masing KPJU. Peserta dari instansi sektoral terkait juga dapat
menyampaikan program-program yang sudah dijalankan untuk mengatasi
masalah tersebut. Peserta FGD diminta untuk menuliskan ide-idenya di
metaplan dan menempelkannya di kertas plano.
5. Mengelompokkan ide-ide yang sejenis dan mendiskusikannya, termasuk dalam
masalah keefektifan program dari instansi sektoral di tingkat lapangan dalam
mengatasi masalah tersebut.
6. Focus Group Discussion (FGD) di Tingkat Provinsi
FGD ini bertujuan sebagai berikut:
Bahan baku masuk
Penanganan Bahan baku
Proses produksi
Pemasaran Distribusi/delivery
a. Mendalami kondisi 10 KPJU Unggulan tingkat Provinsi dari sisi kondisi eksisting
dan data sekunder terkini.
b. Mendalami kondisi 10 KPJU Unggulan tingkat Provinsi terkait product life cycle
(PLC) dan kontribusi KPJU Unggulan tersebut terhadap tingkat inflasi.
c. Memberikan rekomendasi pengembangan untuk setiap KPJU berdasarkan
spesifikasi peserta sebagai responden pakar (kewenangan, profesi, keahlian
masing-masing).
Peserta FGD ini berjumlah 10-12 orang, terdiri dari:
a. Pejabat dinas/instansi sektoral tingkat Provinsi terkait dengan 10 prioritas KPJU
unggulan hasil survei.
b. Pelaku usaha atau asosiasi UMKM yang terkait dengan 10 prioritas KPJU unggulan
hasil survei.
c. Perbankan.
d. Akademisi/Pengamat Ekonomi Pembangunan di wilayah.
FGD dilakukan melalui tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengantar FGD
1. Mensosialisasikan secara singkat tentang tujuan Penelitian Dasar
Pengembangan KPJU Unggulan yang dilakukan Bank Indonesia bekerjasama
dengan SEM Institute.
2. Menyampaikan tujuan FGD ini sebagai bagian dari penelitian KPJU unggulan.
3. Mensosialisasikan hasil survei di tingkat provinsi berupa 10 prioritas KPJU
unggulan lintas sektor.
b. Substansi FGD
1. Penjelasan dari Moderator.
Penjelasan bahwa 10 KPJU Unggulan ini dihasilkan dari KPJU-KPJU
Unggulan tingkat Kota/Kabupaten yang dipilih kembali sesuai dengan
metodologi yang sudah ditetapkan, yaitu dengan metode Borda (di sektor
masing-masing) dan metode Bayes (skor KPJU yang sudah dinormalisasi
dikalikan dengan bobot sektor). Secara umum, semua KPJU ini sudah
dikonfirmasi dengan seluruh stakeholders di tingkat Kota/Kabupaten tentang
kondisi riilnya, peluang dan tantangan yang dihadapi beserta kekuatan dan
kelemahan/titik kritisnya.
2. Agenda.
Karena KPJU Unggulan ini akan direkomendasikan untuk jangka waktu 5 tahun
ke depan, maka FGD ini memiliki agenda :
(a) Mendalami kondisi 10 KPJU Unggulan tingkat Provinsi dari sisi kondisi
eksisting dan data sekunder terkini. Sumber : Akademisi dan tambahan
pendalaman dari peserta lain.
(b) Mendalami kondisi terkait product life cycle (PLC) dan kontribusinya
terhadap tingkat inflasi. Sumber : Akademisi dan tambahan pendalaman
dari peserta lain.
(c) Pemberian rekomendasi pengembangan untuk setiap KPJU berdasarkan
spesifikasi kewenangan, profesi, keahlian masing-masing peserta selaku
responden pakar/ahli.
Secara nasional, terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan secara
langsung dengan upaya pengembangan UMKM. Beberapa kebijakan tersebut diantaranya
dituangkan dalam bentuk Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden,
maupun Keputusan Presiden sebagai berikut.
1. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Riil dan UMKM.
2. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan
Usaha Menengah.
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi
Kredit Usaha Kecil dan Menengah.
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 Tahun 2001 tentang Bidang/ Jenis
Usaha yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha yang Terbuka
Untuk Usaha Menengah Atau Besar Dengan Syarat Kemitraan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Usaha Kecil.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang KUKM.
9. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
Kebijakan nasional terkait dengan UMKM tidak lepas dari posisi Kementerian Koperasi
dan UKM yang menurut UU merupakan kementerian yang secara khusus mendapatkan
amanah dalam melakukan pemberdayaan Koperasi dan UKM. Oleh karena itu peran dan
posisinya dalam pemberdayaan Koperasi dan UKM, tidak saja penting tetapi juga strategis,
khususnya dalam rangka mempercepat kesejahteraan rakyat yakni mengurangi kemiskinan
dan menekan pengangguran.
Berkaitan dengan hal ini, Kementerian Koperasi dan UKM menyusun Rencana
Strategis Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Tahun 2010 – 2014, dimana dalam Renstra ini tertuang beberapa hal diantaranya:
1. Visi Kementerian Koperasi dan UMKM
Terkait dengan hal ini, Kementerian Koperasi dan UMKM memiliki visi:
“Menjadi Kementerian yang Kredibel Guna Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang
Tangguh dan Mandiri sebagai Soko Guru Perekonomian Nasional”
Visi ini muncul dengan mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 47 tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
bahwa Kementerian Koperasi dan UKM menangani Urusan Pemerintahan Dalam
Rangka Penajaman, Koordinasi, dan Sinkronisasi Program Pemerintah bidang
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
2. Misi Kementerian Koperasi dan UMKM
Untuk mencapai visi di atas berikut dijabarkan misi Kementerian Koperasi dan UKM:
a. Mengimplementasikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik).
b. Menumbuhkan dan rnengembangkan kewirausahaan Koperasi dan UMKM.
c. Meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM.
d. Mengembangkan pembiayaan dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM..
e. Meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi dan kesadaran berkoperasi.
3. Sasaran Strategis Kementerian Koperasi Dan UKM
a. Peningkatan jumlah dan peran Koperasi dan UMKM dalam perekonomian Nasional
dengan:
(1) Meningkatkan koperasi berkualitas (10%) dan tumbuhnya (5%) jumlah
koperasi aktif secara Nasional.
(2) Meningkatnya jumlah koperasi aktif (55%) yang melaksanakan RAT.
(3) Meningkatnya produktivitas UMKM (5%) per tahun.
(4) Meningkatnya sumbangan UMKM dalam pembentukan PDB (6%) per tahun.
(5) Meningkatnya rata-rata jumlah penyerapan tenaga kerja Koperasi dan UMKM
sebesar (5%) per tahun.
(6) Meningkatnya rata-rata nilai investasi Koperasi dan UMKM sebesar 10% per
tahun.
(7) Meningkatnya nilai ekspor produk UMKM (15%) per tahun.
b. Peningkatan Pemberdayaan Koperasi dan UMKM dengan:
(1) Meningkatnya jumlah SDM Koperasi dan UMKM yang mengikuti Diklat.
(2) Terselenggaranya diklat kewirausahaan bagi para sarjana calon wirausaha.
(3) Meningkatnya jumlah tempat praktek keterampilan usaha pada lembaga
pendidikan pedesaan.
(4) Tumbuh dan berkembangnya Lembaga diklat bagi Koperasi dan UMKM.
(5) Tersedianya model-model praktek terbaik (best practices) internasional bagi
pemberdayaan Koperasi.
(6) Berkembangnya Koperasi dan UMKM dalam penerapan Informasi Teknologi
dan teknologi tepat guna.
(7) Pengembangan kemitraan Koperasi dan UMKM dengan pelaku usaha melalui
Meningkatnya jumlah dan kualitas kemitraan usaha.
c. Peningkatan daya saing produk Koperasi dan UMKM dengan:
(1) Meningkatnya penggunaan produk Koperasi dan UMKM dalam negeri.
(2) Menjaga 65% pangsa pasar Koperasi dan UMKM di bidang bisnis retail.
(3) Meningkatnya ekspor non migas UMKM sehingga pangsa terhadap ekspor non
migas nasional minimal sebesar 20% per tahun.
d. Peningkatan pemasaran produk Koperasi dan UMKM dengan:
(1) Tumbuh dan berkembangnya trading house di seluruh Provinsi.
(2) Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana produksi dan pemasaran.
(3) Meningkatnya promosi produk Koperasi dan UMKM.
(4) Meningkatnya jumlah dan kualitas warung retail modern milik Koperasi dan
UMKM.
(5) Memperkuat pemasaran produk Koperasi dan UMKM di sentra-sentra termasuk
daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
(6) Mewujudkan Smesco UKM menjadi Ikon Industri Kreatif dan pemberdayaan
Koperasi dan UMKM Nasional.
e. Penyediaan akses pembiayaan dan penjaminan bagi Koperasi dan UMKM dengan:
(1) Tersedianya SKIM pembiayaan yang mudah, terjangkau dan cepat, dan
penjaminan bagi Koperasi dan UMKM.
(2) Meningkatnya jumlah dan kualitas KSP/USP dan Lembaga pembiayaan
lainnya.
(3) Meningkatnya penyelenggaraan, pengembangan dan pengawasan KSP/USP.
(4) Memperkuat permodalan bagi produk Koperasi dan UMKM di sentra-sentra
termasuk daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
f. Perbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada Koperasi dan UMKM dengan:
(1) Terselenggaranya penataan birokrasi dan tata ketota pemerintahan yang
efektif, efisien dan bertanggung jawab.
(2) Tersedia dan terlaksananya peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang berpihak pada pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
(3) Terciptanya keselarasan program dan kegiatan dalam pemberdayaan Koperasi
dan UKM melalui koordinasi lintas sektoral di tingkat pusat, provinsi, kabupaten
dan kota.
(4) Tersedianya kajian dasar, kebijakan dan terapan yang prospektif dalam
pemberdayaan Koperasi dan UMKM.
g. Pengembangan wirausaha Koperasi dan UKM baru dengan:
(1) Terciptanya 5.000 wirausaha baru dari kalangan sarjana.
(2) Tersedianya modul-modul untuk meningkatkan kesadaran berwirausaha.
4. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Dalam periode Lima tahun mendatang, sesuai dengan RPJMN periode 2010-2014,
dalam rangka meningkatkan pemenuhan pelayanan dasar dan kualitas kebijakan
penanggulangan kemiskinan (affirmative policy) untuk masyarakat miskin secara
nasional arah kebijakan di bidang pemberdayaan Koperasi dan UKM ditujukan pada
peningkatan akses pembiayaan bagi Koperasi dan Usaha Mikro dan Kecil khususnya
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu dilaksanakan revitalisasi sistem pendidikan
pelatihan dan penyuluhan perkoperasian bagi anggota dan pengelola Koperasi serta
calon anggota dan kader Koperasi.
Hal ini ditujukan pada peningkatan usaha masyarakat yang dapat menurunkan
tingkat kemiskinan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Strategi
pemberdayaan Koperasi dan UMKM diarahkan kepada pembangunan kompetensi
inovasi dan teknologi sehingga dapat lebih berperan dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan serta dapat meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha
secara lebih terstruktur dan terlembaga melalui perkoperasian. Untuk itu, perlu diperbaiki
lingkungan usaha yang lebih kondusif bagi peningkatan daya saing Koperasi dan UMKM.
Seiring dengan itu, perlu juga dilakukan peningkatan akses usaha Koperasi dan UMKM
kepada sumberdaya produktif, serta ditingkatkan juga kapasitas, kompetensi, dan
produktivitas usaha.
Sejalan dengan strategi tersebut dan dengan mempertimbangkan kondisi internal
maupun eksternal ke depan, maka arah kebijakan prioritas bidang pemberdayaan
Koperasi dan UMKM yang akan ditempuh dalam periode lima tahun mendatang melalui 5
(lima) fokus prioritas, meliputi:
a. Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UMKM.
b. Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif.
c. Pengembangan produk dan pemasaran bagi Koperasi dan UMKM.
d. Peningkatan daya saing SDM Koperasi dan UMKM.
e. Penguatan kelembagaan Koperasi.
Menurut Suarja AR (2007), proses pemberdayaan Koperasi dan UMKM dilakukan
melalui : a) revitalisasi Peran Koperasi dan Perkuatan posisi UMKM dalam Sistem
perkonomian nasional dan; b) revitalisasi koperasi dan perkuatan UMKM dilakukan dengan
Memperbaiki akses KUMKM terhadap permodalan, tekologi, informasi dan pasar serta
Memperbaiki iklim usaha; c) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pembangunan
dan; d) Mengembangkan potensi sumberdaya lokal.
Untuk tujuan tersebut di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM bekerjasama
dengan instasi terkait dan Pemerintah Daerah Provinsi serta Pemda
Kabupaten/Kota, telah melaksanakan program-program pemberdayaan UMKM dan
koperasi yang difokuskan pada :
1. Pemberdayaan Institusional UMKM dalam bentuk program:
a. Penyederhanaan perizinan dan pengembangan sistem perizinan satu pintu, serta
bagi usaha mikro perizinan cukup dalam bentuk registrasi usaha;
b. Penataan Peraturan Daerah (Perda) untuk mendukung pemberdayaan
KUMKM;
c. Penataan dan penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dengan pengembangan KUMKM;
d. Pengembangan koperasi berkualitas;
e. Revitalisasi koperasi.
2. Peningkatan Akses UMKM terhadap Sumber-Sumber Pendanaan :
a. Pengembangan berbagai Skim Perkreditan untuk UMKM;
(1) Program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikro;
(2) Program pembiayaan wanita usaha mandiri dalam rangka pemberdayaan
perempuan, keluarga sehat dan sejahtera;
(3) Program skim pendanaan komoditas KUMKM melalui Resi Gudang;
(4) Kredit bagi usaha mikro dan kecil yang bersumber dari dana Surat Utang
Pemerintah Nomor 005 (SUP-005).
b. Pengembangan Lembaga Kredit Mikro (LKM) baik bank maupun non bank;
c. Pemberdayaan mikro dan usaha kecil melalui program Sertifikasi Tanah;
d. Bantuan perkuatan secara selektif pada sektor usaha tertentu sebagai stimulan.
3. Pemberdayaan di bidang produksi melalui bantuan sektor usaha selektif sebagai
stimulan :
a. Program pengembangan pengadaan pangan koperasi dengan sistem bank
padi;
b. Program pengembangan usaha KUMKM melalui pengadaan bibit Kakao, Jambu
Mente dan Jarak;
c. Program pengembangan usaha penangkapan ikan;
d. Program pengembangan usaha sarana penunjang perikanan;
e. Program pengembangan usaha budidaya ternak;
f. Program bantuan perkuatan alat pemecah batu;
g. Program bantuan perkuatan pengolahan eceng gondok dan alat tenun bukan
mesin;
h. Program pengembangan penggunaan LPG dan bioenergi untuk mendukung kegiatan
produksi UMKM;
i. Program pemberdayaan UMKM melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Matahari (PLTMH);
j. Pemberdayaan KUMKM melalui usaha pengolahan dan budidaya Rumput Laut.
4. Pengembangan Jaringan Pemasaran
a. Promosi proyek UMKM;
b. Modernisasi usaha ritel koperasi;
c. Pengembangan sarana pemasaran UMKM;
d. Pengembangan Trading Board dan Data Center;
e. Pameran di dalam dan di luar negeri.
5. Pemberdayaan Sumberdaya UMKM
a. Penumbuhan wirausaha baru;
b. Peningkatan kemampuan teknis dan manajerial Koperasi dan UMKM;
c. Pengembangan kualitas layanan Koperasi;
d. Pendidikan dan pelatihan perkoperasian bagi kelompok usaha produktif;
e. Pengembangan prasarana dan sarana pendidikan dan pelatihan;
6. Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya UMKM dan Koperasi:
a. Pengkajian, penelitian dan pengembangan potensi kendala dan Permasalahan
Koperasi dan UKM;
b. Diskusi permasalahan dan isu-isu strategis dalam proses pemberdayaan UMKM;
c. Sosialisasi hasil-hasil kajian, penelitian, pengembangan dan diskusi pemberdayaan
Koperasi dan UKM, melalui penerbitan buku, jurnal dan majalah ilmiah;
d. Pengkaderan dan pengawasan kinerja aparat dan sumberdaya KUMKM.
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan sektor yang sangat penting
dalam menunjang struktur ekonomi nasional yang kuat. Meskipun besarnya jumlah UMKM
yang ada cukup menggembirakan, banyaknya permasalahan UMKM yang ada juga
merupakan persoalan yang harus mendapatkan prioritas penanganan yang tepat.
Permasalahan UMKM di bidang permodalan adalah akses modal yang terbatas yang
berkaitan dengan jaminan pinjaman yang terbatas atau tidak memiliki jaminan dan tidak
memiliki asset atau asset yang dimiliki tidak bersertifikat. Permasalahan yang dihadapi
UMKM yang berkaitan dengan pemasaran adalah akses pasar yang terbatas, posisi tawar
dan manajemen usaha yang lemah. Permasalahan UMKM di bidang produksi adalah ijin
usaha terbatas, kualitas produk yang rendah dan tidak stabil dan kontinuitas produksi yang
tidak stabil. Sedangkan permasalahan yang berkaitan dengan SDM adalah kualitas SDM
dan tingkat pendidikan yang rendah.
Berbagai lembaga/intansi pemerintah maupun non pemerintah telah merancang dan
melibatkan dalam pengembangan UMKM di Sulawesi Selatan. Strategi yang dilakukan
melalui pendekatan bantuan keuangan/modal secara langsung mapun tidak langsung
berupa dana hibah, bergulir, subsidi, suku bunga murah dan sebagainya. Atau melalui
pemberian bantuan teknis berupa pelatihan, lokakarya, studi banding, penelitian, konsultasi,
pameran dan sebagainya.
Mendefinisikan KPJU unggulan secara operasional untuk UMKM bukanlah hal yang
mudah. Hal ini disebabkan bukan hanya mengingat batasan UMKM yang relatif masih
diperdebatkan oleh banyak pihak, namun juga terminologi unggulan yang mengundang
multitafsir dari banyak stakeholder dan kepentingan. Dalam mengantisipasi persoalan yang
pertama, peneliti secara konsisten berpegang pada definisi dan batasan UMKM menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Sedangkan upaya mendefinisikan KPJU unggulan dilakukan secara kolaboratif dengan
melibatkan berbagai stakeholder yang terdiri dari akademisi, instansi pemerintah, sektor
swasta, pelaku usaha dan perbankan. KPJU unggulan dalam penelitian ini dirumuskan untuk
memotret posisi KPJU saat ini (eksisting) yang memenuhi kriteria tertentu dalam mencapai
tujuan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing di
masa yang akan datang. Persoalan tidak berhenti sampai di sini karena terdapat perbedaan
pendapat di antara berbagai stakeholder tentang prioritas dan proporsi bobot kepentingan
tujuan di antara pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya
saing. Dalam upaya mengelaborasi berbagai pendapat dari perspektif yang kaya tersebut
penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP) yang secara lebih
rinci telah dijelaskan dalam subbab Metode Penelitian.
Melalui analisis perbandingan berpasangan atas pendapat responden ahli di tingkat
Provinsi yang telah dilaksanakan pada penelitian sebelumnya, diperoleh prioritas tujuan
perumusan KPJU unggulan sebagai berikut:
Tabel 3.1.1 Bobot Kepentingan Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
No Tujuan KPJU Unggulan Bobot
1 Pertumbuhan Ekonomi 0,409
2 Peningkatan Daya Saing Produk 0,347
3 Penciptaan Lapangan Kerja 0,244
KPJU unggulan dirumuskan dengan tujuan utama sebagai instrumen pertumbuhan
ekonomi dengan bobot yang paling dominan (0,409) , berikutnya baru menyusul
peningkatan daya saing (0,347) dan penciptaan lapangan kerja (0,244). Perumusan KPJU
ini bertujuan untuk mengembangkan sektor UMKM yang mengakar di masyarakat.
Selain merumuskan bobot kepentingan dalam tujuan penetapan KPJU unggulan, pada
penelitian sebelumnya juga dilakukan penilaian terkait dengan proporsi/bobot kepentingan di
dalam kriteria penetapan KPJU unggulan di tingkat kabupaten/kota dan di tingkat
kecamatan. Nilai bobot kriteria tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1.2 Prioritas dan Bobot Kepentingan Kriteria KPJU Unggulan
No Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Kab/Kota Bobot
1 Tenaga Kerja Terampil 0,116
2 Ketersediaan Bahan Baku 0,068
3 Modal 0,082
4 Sarana Produksi/Usaha 0,1
5 Teknologi 0,142
6 Sosial Budaya 0,036
7 Manajemen Usaha 0,096
8 Ketersediaan Pasar 0,091
9 Harga 0,07
10 Penyerapan Tenaga Kerja 0,113
11 Sumbangan terhadap Perekonomian 0,085
Kriteria Teknologi memiliki bobot kepentingan tertinggi (0,142) dibandingkan kriteria
lainnya. Hal ini berarti aspek Teknologi memainkan peranan paling penting dalam
menyeleksi KPJU unggulan. Kriteria prioritas berikutnya adalah Tenaga Kerja Terampil
(0,116). Aspek ketiga tertinggi adalah Penyerapan Tenaga Kerja (0,113).
Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab Metode Penelitian, penyeleksian KPJU
unggulan dilakukan secara bertingkat dari kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi.
Kriteria-kriteria dalam pembahasan di atas secara seragam digunakan untuk menyeleksi
KPJU unggulan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Namun demikian, kriteria-kriteria
tersebut terlalu kompleks dan tidak praktis bila digunakan untuk menyaring KPJU di tingkat
kecamatan. Oleh karena itu, disusun sejumlah kriteria yang lebih sederhana untuk
mendapatkan longlist KPJU di kecamatan. Kriteria tersebut juga diberi bobot kepentingan
oleh responden ahli dari berbagai stakeholder. Hasilnya adalah sebagaimana tersaji dalam
tabel berikut.
Tabel 3.1.3 Bobot Kepentingan Kriteria KPJU Unggulan di Tingkat Kecamatan
No Kriteria Penetapan KPJU Unggulan Kecamatan
(MPE) Bobot
1 Jumlah unit usaha/rumah tangga 1,842
2 Jangkauan pemasaran 2,763
3 Ketersediaan bahan baku 2,632
4 Kontribusi terhadap perekonomian lokal 2,763
Berdasarkan penilaian terhadap kriteria penetapan KPJU Unggulan Kecamatan,
diketahui bahwa jangkauan pemasaran dan kontibusi terhadap perekonomian lokal memiliki
bobot tertinggi (2,632). Selanjutnya ketersediaan bahan baku memiliki bobot 2,632 dan
yang terendah adalah jumlah unit usaha/rumah tangga dengan bobot 1,842.
1. Geografis
Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan,
Indonesia. Terletak di bagian selatan provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 395,83 Km2 atau 39.583 Ha yang dirinci berdasarkan Lahan
Sawah mencapai 7.253 Ha (18,32%) dan Lahan Kering mencapai 32.330 Ha.
Secara administrasi Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 (delapan) kecamatan yang
terbagi atas 21 kelurahan dan 46 desa. Ke-8 kecamatan tersebut adalah Bantaeng,
Bissapu, Eremerasa, Gantareng Keke, Pajukukang, Sinoa, Tompobulu, Uluere.
Jumlah penduduk mencapai 170.057 jiwa. Kabupaten Bantaeng terletak di daerah
pantai yang memanjang pada bagian barat dan timur sepanjang 21,5 Km yang
cukup potensial untuk perkembangan perikanan dan rumput laut.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Mewujudkan Bantaeng yang Maju dan Mandiri berlandaskan Iman dan Taqwa.
b. Misi Pembangunan Daerah
Membangun ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada sektor pertanian,
menumbuhkan kekuatan ekonomi berbasis sumberdaya unggulan yang
berorientasi partisipasi, efisiensi dan keunggulan bersaing.
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat.
Meningkatkan kemampuan birokrasi, pelayanan masyarakat dan tegaknya
supremasi hukum.
Mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemandirian/ partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
Mendorong pengembangan ajaran agama, guna mewujudkan peningkatan
kualitas iman dan taqwa.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Karena sebagian besar penduduknya petani, maka wajar bila Bantaeng
sangat mengandalkan sektor pertanian. Masuk dalam pengembangan Karaeng
Lompo, sebab memang jenis tanaman sayur-sayurannya sudah berkembang
pesat selama ini. Kentang adalah salah satu tanaman holtikultura yang paling
menonjol. Data terakhir menunjukkan bahwa produksi kentang mencapai 4.847
ton (2006). Selain kentang, holtikultura lainnya adalah kool 1.642 ton, wortel
325 ton dan buah-buahan seperti pisang dan mangga
(http://www.apkasi.or.id/read/ 311785/kabupaten-bantaeng).
b. Perkebunan
Potensi perkebunan di kabupaten Banteng cukup menjanjikan. Untuk
perkebunan kopi, jumlah produksinya pada tahun 2010 cukup tinggi. Untuk kopi
robusta sebesar 1.196 Ton dan untuk kopi arabika sebesar 406 Ton. Luas
lahan perkebunan rakyat untuk kopi robusta : 2.831 Ha, dan untuk luas
perkebunan kopi arabika : 969 Ha. Untuk jumlah produksi perkebunan kelapa
tahun 2010 terdiri dari kelapa dalam sebesar 677 Ton dan kelapa hybrida
sebesar 66 Ton dengan luas lahan perkebunan rakyat untuk kelapa dalam : 883
Ha dan untuk luas perkebunan kelapa hybrida : 131 Ha. Selain kopi dan kelapa,
komoditas lain yang unggul di kabupaten Bandaeng adalah kokoa, cengkeh
serta jambu mete.
c. Perikanan dan Kelautan
Sektor perikanan didomiansi dari budidaya tambak jenis Ikan Bandeng
dengan jumlah produksi mencapai 128 ton pada tahun 2008. Selain itu dari
jenis tanaman air seperti rumput laut produksi pada tahun 2009 mencapai
42.790,3 ton. Terdapat pula komoditas udang putih dan udang windu yang
cukup berkembang di daerah Bantaeng (regionalinvestment.bkpm.go.id).
d. Pertambangan
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, akan membangun industri
pengolahan bahan tambang nikel (smelter nikel) melalui investasi patungan
Indonesia-China. Industri pengolahan tersebut akan dibangun di Pajukukang
Bantaeng, sekaligus akan dibangun pelabuhan khusus untuk memudahkan
distribusi material tambang. Industri pengolahan nikel diharapkan dapat
menambah pendapatan daerah, serta menyerap banyak tenaga kerja,
sekaligus industri pengolahan tambang ini memiliki nilai strategis untuk bagi
hasil pajak bagi Bantaeng. Untuk pembangunan industri ini, Pemerintah
Kabupaten akan menyuplai listrik berkekuatan 120 Megawatt (MW). Sesuai
rencana, industri pengolahan nikel tersebut akan dikerjasamakan dengan
investor dari Cina dan Ukraina yang merupakan mitra Indonesia
(http://www.bantaengkab.go.id).
e. Kehutanan
Kabupaten Bantaeng yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi
Selatan, masih memiliki potensi alam untuk dikembangkan lebih lanjut. Lahan
yang dimilikinya 39.583 Ha. Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi
terbatas 1.262 Ha dan hutan lindung 2.773 Ha. Secara keseluruhan luas
kawasan hutan menurut fungsinya di kabupaten Bantaeng sebesar 6.222 Ha
(regionalinvestment.bkpm.go.id).
f. Perindustrian
Sektor industri menjadi pilihan kedua untuk dikembangkan di Kabupaten
Bantaeng yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pengembangan
sektor industri sangat berpeluang di masa mendatang, namun membutuhkan
investor yang sangat kuat. Dengan perkembangan sektor industri, dampaknya
sangat positif, sebab disamping meningkatkan pendapatan masyarakat juga
menyerap banyak tenaga kerja. Industri-industri yang berkembang antara lain
adalah industri pembersih biji kemiri, pembuatan gula merah, pertenunan
godongan, pembuatan perabot rumah tangga dari kayu, anyaman bambu atau
daun lontar dan lain-lain.
g. Pariwisata
Kabupaten Bantaeng memiliki peninggalan sejarah yang tercatat dalam
buku-buku sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut sangat menarik
untuk dikunjungi. Tak heran memang jika pemerintah kabupaten setempat
sangat menaruh perhatian terhadap pariwisata. Terbukti direnovasinya
berbagai objek wisata alam menjadi tempat menarik, sepeti permandian alam
Bissappu. Juga dipeliharanya peningalan-peninggalan sejarah seperti Balla
Tujua yang merupakan kebanggaan masyarakat setempat. Objek wisata lainya
di Kabupaten Bantaeng yaitu: Pantai Marina Korong Batu, Hutan Wisata
Gunung Loka.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Bantaeng sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.2.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Bantaeng
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Mamberamo 1 Batu gunung
2 Jagung hibrida (bisi) 2 Galian C
3 Padi ciliwung 3 Sirtu
4 Padi sembada 4 Pasir
5 Kacang tanah 5 Batu sungai
6 Kacang hijau 6 Batu kuarsa
7 Jagung pulut 7 -
8 Ubi kayu 8 -
9 Ganyong 9 -
10 Ubi jalar 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Cabai rawit 1 Kasur kapuk
2 Cabai merah 2 Meubel
3 Cabai keriting 3 Batu bata
4 Mangga 4 Jagung marning
5 Nangka 5 Kripik pisang
6 Rambutan 6 Pengolahan ikan
7 Langsat 7 Bordir sarung bantal
8 Sereh 8 Bipang (Kue tradisional)
9 Pisang susu 9 Gula merah
10 Pisang ambon 10 Keranjang bambu
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Toserba
2 Kopi 2 Toko grosir
3 Cengkeh 3 Toko ATK
4 Kapuk (randu) 4 Toko bangunan
5 Jambu mente 5 Showroom UKM
6 Kemiri 6 Kelontongan
7 Kelapa dalam 7 Beras
8 Kelapa hibrida 8 Kios pulsa
9 - 9 Perdagangan sayur
10 - 10 Perdagangan jagung
Peternakan Sektor Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi (lokal) 1 Bumi perkemahan/Camp (loka, torangga dll)
2 Ayam ras (petelur) 2 Agrowisata
3 Kambing 3 Wisata Pantai
4 Sapi Bali 4 Wisata alam (air terjun, goa)
5 Pembibitan sapi 5 Wisata pemandian
6 Kuda 6 Wisata budaya
7 Ayam buras 7 Rumah makan
8 Pembibitan kuda 8 Coto kuda
9 Kuda pacu 9 Warung bakso
10 - 10 Arung jeram
Perikanan Transportasi
1 Rumput laut 1 Truk
2 Ikan nila 2 Angkutan antar kota (mikrolet)
3 Ikan lele dumbo 3 Angkutan dalam kota (pick up)
4 Udang windu 4 Pick up
5 Ikan bandeng 5 Ojek
6 Ikan banyar 6 Becak
7 Ikan hias 7 Bendi
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel motor
2 - 2 Penggilingan padi
3 - 3 Penggilingan jagung
4 - 4 Musik elektronik
5 - 5 Bengkel las
6 - 6 Sewa tenda
7 - 7 Penggilingan kopi
8 - 8 Salon
9 - 9 Rental mobil
10 - 10 Tukang jahit
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Bantaeng untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.2.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Bantaeng
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor
Terbobot
Pertanian/Tananam
Pangan
Pertambangan
1 Padi Mamberamo 0,234 1 Batu gunung 0,254
2 Jagung hibrida (bisi) 0,186 2 Galian C 0,175
3 Padi ciliwung 0,177 3 Sirtu 0,170
4 Padi sembada 0,131 4 Pasir 0,144
5 Kacang tanah 0,088 5 Batu sungai 0,133
Pertanian/
Hortikultura
Perindustrian
1 Cabai rawit 0,168 1 Kasur kapuk 0,160
2 Cabai merah 0,167 2 Meubel 0,131
3 Cabai keriting 0,166 3 Batu bata 0,113
4 Mangga 0,107 4 Jagung marning 0,102
5 Nangka 0,080 5 Kripik pisang 0,099
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,272 1 Toserba 0,129
2 Kopi 0,211 2 Toko grosir 0,116
3 Cengkeh 0,178 3 Toko ATK 0,110
4 Kapuk (randu) 0,087 4 Toko bangunan 0,106
5 Jambu mente 0,079 5 Showroom UKM 0,097
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan
Restoran
1 Sapi (lokal) 0,228 1 Bumi perkemahan/Camp
(loka, torangga dll)
0,149
2 Ayam ras (petelur) 0,225 2 Agrowisata 0,135
3 Kambing 0,089 3 Wisata Pantai 0,129
4 Sapi Bali 0,086 4 Wisata alam (air terjun, goa) 0,124
5 Pembibitan sapi 0,084 5 Wisata pemandian 0,123
Perikanan Transportasi
1 Rumput laut 0,300 1 Truk 0,232
2 Ikan nila 0,172 2 Angkutan antar kota
(mikrolet)
0,195
3 Ikan lele dumbo 0,132 3 Angkutan dalam kota (pick
up)
0,170
4 Udang windu 0,132 4 Pick up 0,166
5 Ikan bandeng 0,127 5 Ojek 0,101
Kehutanan
(non kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel motor 0,130
2 - - 2 Penggilingan padi 0,129
3 - - 3 Penggilingan jagung 0,115
4 - - 4 Musik elektronik 0,106
5 - - 5 Bengkel las 0,105
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bantaeng, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.2.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Bantaeng
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,129
2 Perdagangan 0,123
3 Perindustrian 0,109
4 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,103
5 Pertanian/Tan. Hortikultura 0,087
6 Pertanian/Perkebunan 0,087
7 Perikanan 0,086
8 Peternakan 0,067
9 Transportasi 0,063
10 Jasa 0,057
11 Kehutanan (Non Kayu) 0,056
12 Pertambangan/Penggalian 0,033
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.2.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Bantaeng
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Mamberamo 0,037
2 Rumput laut 0,030
3 Jagung hibrida (bisi) 0,029
4 Home Industri Kasur kapuk 0,029
5 Kakao 0,029
KPJU Potensial
1 Toserba 0,028
2 Padi ciliwung 0,028
3 Toko grosir 0,026
4 Toko ATK 0,024
5 Meubel 0,024
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Gedung PKK Kab. Bantaeng pada hari Jum’at, 23 November
2012 Pukul 09.30 – 11.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian
dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan rekomendasi
untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Membramo
Tabel 3.2.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Membramo di Kabupaten Bantaeng
Peluang Tantangan
- Pasar bagus
- Berasnya disukai oleh banyak orang
- Menyerap tenaga kerja
- Didukung usaha penggilingan
- Merupakan komoditi unggulan
- Dipengaruhi faktor alam seperti cuaca
- Harga mahal
- Harga komoditi banyak dimainkan oleh
pedagang tengkulak/spekulan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku cukup tersedia
termasuk pupuk, mudah didapatkan
- Lahan tersedia luas
- Tersedianya mesin dan peralatan yang
memadai
- Pemasaran mudah
- Distribusi pemasarannya tidak ada kendala
- Produksi melimpah
- Belum ada penangkaran bibit
- Seluruh proses bahkan hingga pemasaran
masih dilakukan oleh petani secara mandiri
- Tidak ada silo dryer kapasitas besar
- Rentan terhadap hama dan penyakit
2. Rumput Laut
Tabel 3.2.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumput
Laut di Kabupaten Bantaeng
Peluang Tantangan
- Peluang ekspor
- Industri olahannya sangat beragam
- Sangat banyak hasil olahannya dan sudah
dikenal
- Menyerap banyak tenaga kerja
- Harga kurang jelas, yang kualitas tinggi atau
rendah harganya sama
- Harga dipermainkan oleh tengkulak
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Didukung oleh sarana yang baik
- Distribusi pemasarannya tidak ada kendala
- Tersedianya mesin dan peralatan yang
memadai
- Tersedianya bibit lokal
- Teknik budidaya masih sederhana
- Penjemuran masih di pasir sehingga
menurunkan kualitas.
3. Jagung Hibrida (bisi)
Tabel 3.2.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Hibrida (bisi) di Kabupaten Bantaeng
Peluang Tantangan
- Diversifikasi produk olahan jagung
- Didukung oleh topografi alam
- Sebagai bahan baku pakan ternak
- Merupakan makanan pokok setelah beras
- Kebutuhan jagung tinggi
- Kemitraan yang belum terbangun dalam hal
pasar
- Harga komoditi banyak dimainkan oleh
pedagang tengkulak/spekulan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku cukup tersedia
termasuk pupuk, mudah didapatkan
- Lahan tersedia luas
- Adanya sarana yang baik dan memadai
- Distribusi pemasarannya tidak ada kendala
- Belum ada penangkaran bibit
- Seluruh proses bahkan hingga pemasaran
masih dilakukan oleh petani secara mandiri
- Tidak ada silo dryer kapasitas besar
- Pemasaran kurang
- Butuh teknologi pengelolaan
4. Home Industri Kasur Kapuk
Tabel 3.2.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Home
Industry Kasur Kapuk di Kabupaten Bantaeng
Peluang Tantangan
- Bantaeng terkenal sebagai satu-satunya
penghasil kapuk
- Pemasaran sudah mencapai papua
- Menyerap tenaga kerja
- Sudah terkenal hingga keluar provinsi
- Modal yang tersedai terbatas
- Hasil penjualan dibayar kredit
- Harga komoditi banyak dimainkan oleh
pedagang tengkulak/spekulan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku dari lokal, mudah didapatkan
- Distribusi pemasarannya tidak ada
kendala
- Adanya mesin dan peralatan yang
memadai
- Manajemen usaha masih rendah
5. Kakao
Tabel 3.2.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kabupaten Bantaeng
Peluang Tantangan
- Pasarnya jelas
- Didukung kondisi alam
- Kualitas masih rendah
- Harga tidak stabil
- Belum diolah secara fermentasi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku cukup tersedia
termasuk pupuk, mudah didapatkan
- Lahan tersedia luas
- Produksi Kakao melimpah
- Mudah dipasarkan
- Distribusi pemasarannya tidak ada
kendala
- Bibit masih diperoleh dari luar
- Belum ada mesin untuk mengolah kakao
1. Geografis
Kabupaten Barru yang dikenal dengan motto HIBRIDA (Hijau, Bersih, Asri dan
Indah) adalah salah satu Kabupaten yang terletak di pesisir Pantai Barat Provinsi
Sulawesi Selatan dengan garis pantai sekitar 78 Km. Secara Geografis terletak di
antara koordinat 4'0.5'35" Lintang Selatan dan 199'35" - 119'49'16" Bujur Timur
dengan luas wilayah 1.174,72 Km2 (117.472 Ha) dan berada kurang lebih 102 Km
sebelah utara Kota Makassar, yang dapat ditempuh melalui perjalanan darat kurang
lebih 2,5 jam. Kabupaten Barru secara administratif terbagi atas 7 (tujuh)
kecamatan, 14 Kelurahan dan 40 Desa. Tujuh kecamatan tersebut adalah Tanete
Riaja, Tanete Rilau, Barru, Soppeng Riaja, Mallusetasi, Pujananting dan Balusu.
Kabupaten Barru mempunyai batas - batas wilayah : Sebelah Utara dengan Kota
Pare-Pare dan Kabupaten Sidrap, sebelah Timur dengan Kabupaten Soppeng dan
Kabupaten Bone, sebelah Selatan dengan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,
dan sebelah Barat dengan selat Makassar.
Kabupaten Barru terletak pada jalan Trans Sulawesi dan merupakan daerah
lintas Wisata yang terletak antara Kota Makassar dan Kota Pare-Pare menuju
Kabupaten Tana Toraja sebagai daerah tujuan wisata dari mancanegara.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
"Terwujudnya Kabupaten Barru Lebih Maju, Sejahtera, Taat Azas Dan
Bermartabat Yang Bernafaskan Keagamaan". Visi ini menjadi arah perjalanan
pembangunan Kabupaten Barru selama tahun 2010-2015.
b. Misi Pembangunan Daerah
Berdasarkan visi tersebut di atas, maka misi pembangunan jangka menengah
daerah yang ditetapkan sebagai berikut:
Meningkatkan kualitas manusia.
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat.
Menciptakan lingkungan yang kondusif.
Mengembangkan interkoneksitas wilayah.
Mewujudkan tata kelola yang baik dan bersih.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Pada tahun 2007, sektor Pertanian mempunyai andil besar dalam PDRB
Kabupaten Barru yaitu sebesar 46,64% dihitung berdasarkan harga konstan,
diikuti sektor jasa lainnya sebesar 18,82%. Mata pencaharian penduduk
Kabupaten Barru pada umumnya adalah bertani. Komoditas unggulan yang
dikembangkan saat ini adalah Padi.
Areal persawahan 13.028 Ha, didukung oleh irigasi sederhana (setengah
teknik) dan irigasi pedesaan dengan rata-rata produksi per Ha 5,22 ton
GKG/tahun. Varietas padi yang dikembangkan saat ini adalah Celebes,
Ciliwung, Cisantana, Cisadane dan lain-lain. Pemasaran hasil saat ini meliputi
Makassar dan sekitarnya, Kalimantan Timur dan Jakarta.
Peluang investasi yang terbuka antara lain pengembangan komoditi
jagung dan kedelai untuk mensuplai bahan baku pabrik pakan ternak yang ada
di Kabupaten Barru dengan memanfaatkan lahan yang ada. Di samping itu,
dapat diintroduksikan teknologi budidaya yang sesuai. Ketersediaan prasarana
dan sarana pengairan tidak kalah pentingnya dengan tersedianya saluran
irigasi primer yang telah dibangun dan dimanfaatkan sepanjang 8.551 meter
(http://www.barrukab.go.id).
b. Perkebunan
Untuk tanaman perkebunan, peluang yang terbuka adalah pengembangan
tanaman kopi arabika dan kemiri. Jumlah lahan yang telah ditanami kemiri
adalah 2.141 Ha, dengan produksi 95 ton, terbesar pada Kecamatan Barru (75
Ha), Tanete Rilau (61 Ha), Tanete Riaja (200 Ha), Soppeng Riaja (150 Ha) dan
Mallusetasi (175 Ha). Lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditas ini
seluas 661 Ha. Sementara untuk tanaman kopi arabika pada tahun 2002, luas
areal tanam 2.165 Ha tersebar pada Kecamatan Tanete Riaja, Soppeng Riaja
dan Mallusetasi. Pengembangan komoditas ini masih memiliki peluang besar,
di Kecamatan Tanete Riaja seluas 325 Ha dengan introduksi teknologi
budidaya (http://www.barrukab.go.id).
c. Peternakan
Kabupaten Barru memiliki potensi untuk pengembangan ternak besar
(Sapi Bali) dan ternak unggas (Ayam Ras, Ayam Buras dan Itik). Usaha
peternakan di Kabupaten Barru dikelola oleh kelompok tani dan masyarakat
dengan volume usaha yang kecil.
Usaha peternakan ini berfungsi sebagai pemasok ternak bagi daerah
sekitarnya dan antar pulau, antara lain ke Kalimantan. Di Kabupaten Barru
masih tersedia lahan potensial untuk areal hijauan pakan ternak : 58.120 Ha
dan padang pengembalaan 4.813 Ha dengan kapasitas tampung 200.000 ekor.
Produksi peternakan saat ini terdiri dari sapi bali sebanyak 45.083 ekor,
ayam buras 266.163 ekor, ayam ras petelur 44.170 ekor, ayam pedaging
901.000 ekor, itik : 87.017 ekor.
Potensi dan peluang investasi yang terbuka luas bagi investor pada sektor
ini adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi bali, peternakan ayam dan
itik.
d. Perikanan
Peluang pengembangan investasi di sektor Kelautan dan Perikanan di
Kabupaten Barru memiliki prospek yang sangat cerah. Hal ini dikarenakan
Kabupaten Barru memiliki wilayah laut yang cukup luas. Luas wilayah
penangkapan ikan laut sekitar 56.160 Ha, tambak sekitar 2.570 Ha, pantai
1.400 Ha dan areal budidaya kolam/air tawar 39 Ha. Produksi perikanan saat
ini Udang : 633,01 ton, Bandeng : 1.556,08 ton, Cakalang/Tongkol : 260,6 ton,
Kerapu/Kakap : 744 ton, Ikan Merah : 97,02 ton, Rumput Laut : 251,07 ton
(http://www.barrukab.go.id).
Peluang bagi investor pada subsektor perikanan ini adalah budidaya laut
berupa keramba jaring apung rumput laut, penangkapan dan pengolahan hasil
laut.
e. Pertambangan
Kabupaten Barru merupakan daerah yang kaya potensi sumberdaya
mineral namun belum dimanfaatkan karena terbatasnya pengetahuan dan
teknologi serta sarana yang dimiliki masyarakat. Potensi sumberdaya mineral
sebagai bahan baku utama Semen Portland antara lain Batu Gamping (kurang
lebih 1,550 juta m3 atau 2,1 Milyar ton) tersebar di Kecamatan Pujananting,
Tanete Riaja dan Barru. Pasir Kuarsa (kurang lebih 16 juta m3 atau 32 juta ton)
yang penggunaannya sebagai bahan baku Pengoreksi Pabrik Semen dapat
dijumpai di Kecamatan Pujananting, Tanete Riaja, Tanete Rilau dan Barru.
Pasir Besi (kurang lebih 2 juta ton) dapat ditemui di sepanjang pantai
Kecamatan Tanete Rilau sampai dengan Pantai Kecamatan Mallusetasi.
Batubara/Coal (kurang lebih 8,5 juta ton) dapat dijumpai di Pujananting, Tanete
Riaja dan Barru. Serpentinit (kurang lebih 2,5 Milyar m3 atau 5 Milyar ton). Tras
(kurang lebih 10 juta ton) dapat dijumpai tersingkap di daerah Kupa Kecamatan
Mallusetasi.
Potensi tersebut merupakan peluang bagi penanaman modal terutama
pada pabrik Semen Portland yang prospek pendiriannya terdiri dari Desa
Libureng dan Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja, Desa Pattappa Kecamatan
Pujananting, Kelurahan Sepe dan Desa Binuang Kecamatan Barru, Desa
Gattareng Kecamatan Pujananting. Berdasarkan potensi bahan baku, maka
pabrik Semen yang dapat dibangun di daerah itu berkapasitas produksi 3-5 juta
Ton per tahun dengan umur produksi berdasarkan bahan baku lebih besar dari
100 tahun.
Sumberdaya energi Kabupaten Barru antara lain Panas Bumi
(Geothermal) yang berlokasi di KolampiE Desa Galung Kecamatan Barru
dengan potensi pembangkit listrik 25 MW, gas alam (Natural Gas) yang
berlokasi Desa Libureng dan Kelurahan Lompo Riaja Kecamatan Tanete Riaja
dengan potensi 3 (tiga) lokasi rembesan (semburan), Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) yang potensial di Sungai Karaja, Allu dan Sungai Batu Pute,
Jempulu Desa Pujananting, dengan masing-masing potensi 10 MW. Sungai
WuruwuE, Waesai Kelurahan Lompo Riaja Kecamatan Tanete Riaja dengan
potensi 15 MW. Sungai Lampoko Desa balusu Kecamatan Balusu dengan
potensi 10 MW dan Sungai Palakka Desa palakka Kecamatan Barru dengan
potensi 5 MW.
f. Kehutanan
Luas hutan yang ada di Kabupaten Barru saat ini 65.185 Ha yang terdiri
dari Hutan Lindung : 49.801 Ha dan Hutan Produksi Terbatas : 15.384 Ha.
Pada Hutan Produksi Terbatas, terdapat pohon yang tumbuh subur antara lain
pohon pinus, eboni, jati dan lain-lain. Untuk pengembangan ketiga jenis
tanaman kehutanan yang bernilai ekonomis tinggi tersebut, tersedia areal
seluas 3.000-5.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Tanete Riaja dan
Kecamatan Pujananting. Dengan kondisi dan potensi lahan tersebut, membuka
peluang bagi investor untuk pengembangan pohon pinus, pohon ebony dan jati
super.
• Ebony, luas potensi lahan 1.450 Ha sudah dikembangkan 100 ha, produksi
2.417 M3.
• Jati, luas potensi lahan 4.954 Ha, produksi 123.850 M3.
• Pinus, luas potensi 3.850 ha sudah dikembangkan 2.350 Ha, produksi
41.125 M3.
g. Perindustrian
Kabupaten Barru merupakan daerah potensial untuk pengembangan
Industri karena memiliki keunggulan lokasi yaitu terletak di antara Kota
Makassar dan Kota Parepare serta termasuk dalam Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare. Sehingga segala fasilitas/insentif dan
non fiskal untuk wilayah KAPET dapat dinikmati oleh investor yang
menanamkan modalnya di Kabupaten Barru. Kabupaten Barru juga diusulkan
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia di Provinsi Sulawesi Selatan.
Di samping itu, berbagai kemudahan perizinan yang menjadi wewenang
daerah dan terutama keamanan investasi dapat diberikan kemudahan dan
dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Barru (Perda No. 1 tentang
Perlindungan Investasi).
Jenis industri yang mempunyai peluang untuk dikembangkan oleh investor
antara lain industri yang berbasis pada sumberdaya alam seperti Industri
Pengolahan Hasil Pertanian, Kehutanan dan Pertambangan (Industri semen
dan Marmer), serta Industri yang berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
seperti Industri Kimia, Industri Pendukung Pertanian dan Kelautan serta Industri
Hasil Hutan.
h. Pariwisata
Kabupaten Barru memiliki potensi wisata bahari yang prospektif
dikembangkan oleh investor baik sendiri maupun kerjasama dengan Pemkab
Barru. Lokasi wisata bahari ini berada di Kec. Mallusetasi yang berjarak tempuh
134 dari Kota Makassar dan 22 km dari Kota Parepare atau 34 km dari ibukota
Kab. Barru. Kawasan ini memiliki nilai estetika yang sangat indah terutama
keindahan lepas pantai dengan kondisi terumbu karang yang beraneka ragam
dan masih alami.
Di sekitar kawasan ini terdapat wisata alam yang pengembangannya dapat
disinergikan dengan wisata pantai. Kawasan ini memiliki peluang untuk
dikembangkan. Dengan strategisnya lokasi wisata bahari dan wisata alam ini
membuka peluang bagi investor untuk bekerja sama dengan Pemkab Barru
menanamkan modalnya pada penataan objek wisata tersebut dan membangun
cottage-cottage, hotel dan restoran.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Barru sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.3.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Barru
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciliwung 1 Marmer
2 Padi Ir 42 2 Tras
3 Padi Cisantana 3 Batu Sungai
4 Padi Ir 46 4 Batu Gunung
5 Kacang Tanah 5 Pasir Batu
6 Padi Cisadane 6 Pasir Kwarsa
7 Ubi Jalar 7 Pasir Halus
8 Jagung 8 Tanah Laut
9 Ubi Kayu 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Melon 1 Meubel Kayu
2 Semangka 2 Abon Ikan
3 Kol/Kubis 3 Penggilingan Padi
4 Cabai Rawit 4 Gula Merah
5 Pisang 5 Ikan Asin
6 Jambu Mete 6 Pecah Batu
7 Kacang Panjang 7 Kue Kering
8 Kangkung 8 Anyaman Bambu
9 Wortel 9 Pandai Besi
10 Kentang 10 Arang Bambu
Perkebunan Perdagangan
1 Kemiri 1 Beras
2 Cengkeh 2 Komoditas Perikanan
3 Kakao 3 Ayam
4 Kopi Arabika 4 Toko Bahan Bangunan
5 Lada 5 Kios Barang Campuran (Kelontong)
6 Kelapa 6 Sapi
7 Kapuk (Randu) 7 Toko Barang Campuran (Kelontong)
8 - 8 Gula Merah
9 - 9 Kakao
10 - 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 1 Warung Makan
2 Ayam Ras (Pedaging) 2 Toko Pakaian
3 Ayam Buras (Petelur) 3 Kambing
4 Sapi Bali 4 Warung Kopi
5 Ayam Buras (Pedaging) 5 Hotel Mlati
6 Itik 6 Wisata Alam (Air Terjun, Gunung, Goa)
7 Kambing 7 Wisata Pulau
8 Kuda 8 -
9 Kerbau 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 1 Angkutan Antar Kota (Minibus, Bus)
2 Udang Vaname 2 Angkutan Kota (Mikrolet)
3 Udang Windu 3 Truk
4 Pembenihan (Hatchery) Udang 4 Ojek Motor
5 Ikan Cakalang 5 Angkutan Desa (Mikrolet)
6 Pembenihan (Hatchery) Bandeng 6 Kapal Kayu
7 Ikan Lele Dumbo 7 Perahu Motor
8 Ikan Mujair 8 Becak
9 Ikan Mas 9 -
10 Ikan Tongkol 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Penggilingan Padi
2 - 2 Bengkel Motor
3 - 3 Photocopy
4 - 4 Pengetikan Komputer
5 - 5 Penyewaan Tenda Dan Kursi
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Bengkel Las Tralis
8 - 8 Rental Mobil
9 - 9 Penjahit Pakaian
10 - 10 Rias Pengantin
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Barru untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.3.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Barru
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciliwung 0,138 1 Marmer 0,169
2 Padi Ir 42 0,135 2 Tras 0,167
3 Padi Cisantana 0,133 3 Batu Sungai 0,132
4 Padi Ir 46 0,127 4 Batu Gunung 0,124
5 Kacang Tanah 0,120 5 Pasir Batu 0,123
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Melon 0,240 1 Meubel Kayu 0,166
2 Semangka 0,216 2 Abon Ikan 0,143
3 Kol/Kubis 0,116 3 Penggilingan Padi 0,124
4 Cabai Rawit 0,077 4 Gula Merah 0,119
5 Pisang 0,071 5 Ikan Asin 0,099
Perkebunan Perdagangan
1 Kemiri 0,216 1 Beras 0,180
2 Cengkeh 0,180 2 Komoditas Perikanan 0,149
3 Kakao 0,151 3 Ayam 0,145
4 Kopi Arabika 0,132 4 Toko Bahan Bangunan 0,116
5 Lada 0,129 5 Kios Barang Campuran (Kelontong)
0,104
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 0,188 1 Warung Makan 0,206
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,177 2 Toko Pakaian 0,190
3 Ayam Buras (Petelur) 0,132 3 Kambing 0,179
4 Sapi Bali 0,127 4 Warung Kopi 0,177
5 Ayam Buras (Pedaging) 0,106 5 Hotel Mlati 0,104
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 0,176 1 Angkutan Antar Kota 0,171
(Minibus, Bus)
2 Udang Vaname 0,141 2 Angkutan Kota (Mikrolet) 0,160
3 Udang Windu 0,118 3 Truk 0,135
4 Pembenihan (Hatchery) Udang
0,105 4 Ojek Motor 0,124
5 Ikan Cakalang 0,093 5 Angkutan Desa (Mikrolet) 0,118
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Penggilingan Padi 0,182
2 - - 2 Bengkel Motor 0,155
3 - - 3 Photocopy 0,108
4 - - 4 Pengetikan Komputer 0,097
5 - - 5 Penyewaan Tenda Dan Kursi
0,092
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Barru, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.3.3. Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Barru
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,159
2 Perikanan 0,132
3 Perdagangan 0,130
4 Peternakan 0,115
5 Jasa 0,098
6 Perindustrian 0,082
7 Pertanian/Hortikultura 0,067
8 Pertanian/Perkebunan 0,059
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,052
10 Transportasi 0,044
11 Kehutanan (non kayu) 0,032
12 Pertambangan/penggalian 0,031
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.3.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Barru
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Ikan Bandeng 0,037
2 Perdagangan Beras 0,034
3 Padi Ciliwung 0,034
4 Padi Ir 42 0,033
5 Padi Cisantana 0,032
KPJU Potensial
1 Padi Ir 46 0,031
2 Ayam Ras (Petelur) 0,030
3 Udang Vaname 0,029
4 Kacang Tanah 0,029
5 Jasa Penggilingan Padi 0,028
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi Aula Bappeda Kabupaten Barru pada hari Jum’at, 1 (satu)
Desember 2012 Pukul 08.30 – 11.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Ikan Bandeng
Dari sisi komoditas andalan pada subsektor perikanan di Kabupaten Barru, salah satu
jenis komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan bandeng. Prospek ikan
bandeng lebih disukai dibandingkan udang karena lebih mudah. Selain itu petambak
bandeng tidak mengalami kerugian fatal sebagimana halnya petambak udang. Karena
udang,lebih tinggi tinggi resikonya dari bandeng. Kini luas tambak kurang lebih 3000 hektar
dengan kapasitas panen 2 ton per hektar. Dengan masa ternak 2-3 bulan dan harga
Rp.25.000 per kilo. Namun pengembangan dari hasil produksi tambak dalam bentuk usaha
lain seperti abon masih kurang. Berkaitan dengan peluang dan tantangan serta titik
kekuatan dan titik kritis komoditi ikan bandeng di Kabupaten Barru dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.3.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan
Bandeng di Kabupaten Barru
Peluang Tantangan
- Jumlah lahan yang tersedia cukup banyak
- Tenaga kerja yang terserap juga banyak
- Pasar bagus dan terbuka luas untuk luar
Sulawesi
- Penyerapan modal terbuka lebar
- Permintaan pasar cukup tinggi
- Penggunaan pakan organik masih kurang
- Masih kurang usaha lain yang muncul dari
pengolahan bandeng
- Masyarakat lebih memilih ikan laut untuk
diolah jadi produk lain
- Infrastruktur jalan masih kurang bagus.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku memadai
- Tenaga kerja melimpah
- Lahan tersedia luas
- Produksi tinggi
- Mudah membudidayakan
- Tingkat resikonya rendah
- Petani belum menggunakan pupuk dan pakan
organik dalam mengolah bahan baku
- Kurangnya promosi menyebabkan produksi
hanya dikenal secara lokal
- Teknologi masih rendah
- SDM petani masih rendah
- Manajemen usaha rendah
2. Perdagangan Beras
Wilayah Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah yang potensial untuk
pengembangan sektor pertanian yaitu padi. Untuk itu perdagangan beras di kabupaten ini
cukup banyak. Namun harga beras di Kabupaten Barru masih rendah. Hal ini dikarenakan
peran tengkulak masih dominan memainkan peran dalam proses pemasaran. Kapasitas
pabrik yang ada sekarang juga sangat kecil dan kualitas berasnya masih rendah.
Tabel 3.3.6 . Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU
Perdagangan Beras di Kabupaten Barru
Peluang Tantangan
- Barru akan menjadi pusat dolog di Sulsel
- Kebutuhan pasar terus terjamin
- Peluang pasar baik
- Harga stabil
- Mendapat dukungan pemerintah
- Permintaan pasar cukup tinggi
- Kualitas masih rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Jumlahnya banyak, diproduksi secara lokal
- Tersedianya peralatan mesin dan teknologi
- Wilayah pemasaran sebagian besar masih
- Kurangnya promosi menyebabkan produksi
hanya dikenal secara lokal
- Alat angkut terbatas
lokal
- Bahan baku tersedia
- Sarana dan prasarana masih terbatas
- Kapasitas pabrik rendah
3. Padi Ciliwung
Pada tahun 2009, sektor Pertanian mempunyai andil besar dalam PDRB Kabupaten
Barru yaitu sebesar 44,72% dihitung berdasarkan harga konstan. Mata pencaharian
penduduk Kabupaten Barru pada umumnya adalah bertani. Salah komoditas unggulan yang
dikembangkan saat ini adalah padi Ciliwung.
Peluang kedepan untuk komoditi padi cukup besar. Bahan bakunya mudah diperoleh
dan pemasaranya pun sudah sampai keluar daerah. Namun terdapat beberapa kendala
seperti ketersediaan bahan baku yang terkadang tidak kontinu serta teknologi yang masih
sedehana. Berkaitan dengan peluang dan tantangan serta titik kekuatan dan titik kritis
komoditi padi Ciliwung di Kabupaten Barru dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Barru
Peluang Tantangan
- Lahan tersedia cukup luas
- Tersedia tenaga penyuluh
- Didukung penuh pemerintah daerah
- Permintaan pasar cukup tinggi
- Mutu padi rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia dan mudah didapat
- Lahan tersedia cukup luas
- Wilayah pemasaran sebagian besar masih
lokal
- Belum ada penangkaran benih
- Belum ada pergudangan yang mampu
menampung hasil panen dalam jumlah besar
- Pola tradisional masih digunakan
- Kurangnya promosi menyebabkan produksi
hanya dikenal secara lokal
- Pengairan belum optimal
- Penggunaan pupuk organik masih kurang
- Mesin penggiling dan pemoles masih terbatas
- Masalah pengangkutan
- Kurang SDM handal
4. Padi IR 46
Areal persawahan di Kabupaten Barru kini seluas 13.028 Ha, didukung oleh irigasi
sederhana (setengah teknik) dan irigasi pedesaan dengan rata-rata produksi per Ha 5,22 ton
GKG/tahun. Pemasaran hasil saat ini meliputi Makassar dan sekitarnya, Kalimantan Timur
dan Jakarta. Berbagai macam varietas padi telah dikembangkan, salah satunya Padi IR 46.
Berikut peluang dan tantangan serta titik kekuatan dan titik kritis komoditi padi IR 46 :
Tabel 3.3.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi IR
46 di Kabupaten Barru
Peluang Tantangan
- Lahan tersedia cukup luas
- Tersedia tenaga penyuluh
- Didukung penuh pemerintah daerah
- Permintaan pasar cukup tinggi
- Mutu padi rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia dan mudah didapat
- Lahan tersedia cukup luas
- Wilayah pemasaran sebagian besar masih
lokal
- Belum ada penangkaran benih
- Belum ada pergudangan yang mampu
menampung hasil panen dalam jumlah besar
- Pola tradisional masih digunakan
- Kurangnya promosi menyebabkan produksi
hanya dikenal secara lokal
- Pengairan belum optimal
- Penggunaan pupuk organik masih kurang
- Mesin penggiling dan pemoles masih terbatas
- Masalah pengangkutan
- Kurang SDM handal
5. Padi Cisantana
Padi Cisantana merupakan komoditi unggulan kelima. Berkaitan dengan peluang dan
tantangan serta titik kekuatan dan titik kritis komoditi padi Cisantana di Kabupaten Barru
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Cisantana di Kabupaten Barru
Peluang Tantangan
- Lahan tersedia cukup luas
- Tersedia tenaga penyuluh
- Didukung penuh pemerintah daerah
- Permintaan pasar cukup tinggi
- Mutu padi rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia dan mudah didapat
- Lahan tersedia cukup luas
- Wilayah pemasaran sebagian besar masih
lokal
- Belum ada penangkaran benih
- Belum ada pergudangan yang mampu
menampung hasil panen dalam jumlah besar
- Pola tradisional masih digunakan
- Kurangnya promosi menyebabkan produksi
hanya dikenal secara lokal
- Pengairan belum optimal
- Penggunaan pupuk organik masih kurang
- Mesin penggiling dan pemoles masih terbatas
- Masalah pengangkutan
- Kurang SDM handal
1. Geografis
Ibu kota kabupaten ini terletak di Watampone. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 4.559 km2 dan berpenduduk 717,268 jiwa (2010). Kabupaten Bone
sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir timur Sulawesi Selatan memiliki
posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di Kawasan Timur Indonesia
yang secara administratif terdiri dari 27 kecamatan, 333 desa dan 39 kelurahan.
Kabupaten ini terletak 174 km ke arah timur Kota Makassar, berada pada posisi
4°13'- 5°6' LS dan antara 119°42'-120°30' BT. Kabupaten Bone memiliki batas
wilayah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Wajo, Soppeng
Selatan : Kabupaten Sinjai, Gowa
Barat : Kabupaten Maros, Pangkep, Barru
Timur : Teluk Bone
Pada wilayah Kabupatan Bone terdapat juga pengunungan dan perbukitan
yang dari celah-celahnya terdapat aliran sungai. Di sekitarnya terdapat lembah
yang cukup dalam. Kondisinya sebagian ada yang berair pada musim hujan yang
berjumlah sekitar 90 buah. Namun pada musim kemarau sebagian mengalami
kekeringan, kecuali sungai yang cukup besar, seperti sungai Walenae, Cenrana,
Palakka, Jaling, Bulu-bulu, Salomekko, Tobunne dan Lekoballo.
Dua puluh tujuh kecamatan di Kabupaten Bone adalah Bontocani, Kahu,
Kajuara, Salomekko, Tonra, Patimpeng, Libureng, Mare, Sibulue, Cina, Barebbo,
Ponre, Lappariaja, Lamuru, Tellu Limpoe, Bengo, Ulaweng, Palakka, Awangpone,
Tellu Siattinge, Amali, Ajangale, Dua Boccoe, Cenrana, Tanete Riattang Barat,
Tanete Riattang, Tanete Riattang Timur.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bone Yang Maju, Mandiri, Demokratis
dan Beradab”
b. Misi Pembangunan Daerah
Pengamalan Pancasila secara konsisten yang dijiwai nilai-nilai moral dan
etika agama dalam masyarakat, berbangsa dan beragama.
Penguatan daya saing dan peningkatan kualitas produk unggulan daerah
untuk mengurangi ketergantungan dalam upaya pembangunan daerah.
Mendorong dan mengembangkan kehidupan dan mekanisme politik daerah
yang sehat didukung partisipasi aktif seluruh masyarakat dan lembaga-
lembaga swadaya masyarakat.
Penguatan kelembagaan dan mengembangkan hubungan lembaga legislatif
dan eksekutif yang efektif dan fungsional.
Mengupayakan peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat dan
penduduk diatas tingkat pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Melaksanakan ketertiban guna terciptanya kondisi yang kondusif bagi
pengembangan aktifitas perekonomian dan sosial lainnya, sehingga
mendukung peningkatan kualitas kesejahteraan segenap lapisan
masyarakat dan daerah.
Mengupayakan penciptaan pertumbuhan ekonomi antar wilayah dalam
daerah secara bersinergi fungsional sesuai spesifikasi potensi wilayah
masing-masing untuk menguatkan peran daerah sebagai Pusat Pelayanan
dan Pengembangan Kawasan Timur Sulawesi Selatan.
Mengupayakan penciptaan kehidupan masyarakat yang aman, damai dan
tentram dalam persamaan dan perbedaan yang ditimbulkan oleh
pemahaman nilai-nilai moral dan etika agama.
Mewujudkan penegakan supremasi hukum dan HAM berlandaskan keadilan
dan kebenaran.
3. Potensi Daerah
a. Perkebunan
Komoditi unggulan Kabupaten Bone yaitu sektor perkebunan, pertanian
dan jasa. Sektor Perkebunan komoditi unggulannya adalah Kakao, Tebu, Kopi,
kelapa, Cengkeh, Jambu Mete, Kemiri, lada, Sagu dan Vanili.
b. Peternakan
Kabupaten Bone telah meraih kategori nomor empat se-Indonesia dengan
jumlah statistik peternakan yang beredar di masyarakat Bone. Dinas
Peternakan Bone memiliki dua sumber PAD dengan target 200 juta.
Populasi ternak yang berada di Bone terus menunjukkan kenaikan. Per
Desember 2011, untuk ternak sapi mencapai 284.441 ekor, Kerbau 3.688 ekor,
dan Kuda 9.357 ekor. Dinas Peternakan Bone terus menggenjot peningkatan
populasi dan kualitas ternak dengan mengembangkan penghijauan untuk
pangan ternak serta menggelar pelatihan dan kawin suntik agar kualitas ternak
terus terjaga. Kuota pemasaran ternak sapi bibit juga telah tersebar ke
sejumlah Kabupaten di Sulsel bahkan hingga di luar pulau Sulawesi seperti
Kalimantan dan Sulbar serta Sulut (http://makassar.tribunnews.com).
c. Perikanan
Potensi komoditas sektor perikanan yang terdapat di Kabupaten Bone
cukup berpotensi. Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2008 berdasarkan jenis
ikan sebagai berikut:
Ikan Sebelah : 2.211,9 ton, Ikan Ekor Kuning : 762,5 ton,
Ikan Kuwe : 692,9 ton, Ikan Layang : 2.815,1 ton
Ikan Tembang : 809,9 ton , Ikan Gaji : 5.795,4 ton,
Ikan Peperek : 1.270,4 ton, Ikan Lencam : 2.193 ton
Ikan Gulamah : 3.013,6 ton, Ikan Tenggiri : 1.105,9 ton, Ikan Kurau : 1.828,3
ton,
Ikan Kembung : 2.0113,3 ton, Ikan Banyar : 1575,3 ton, Ikan Cakalang :
2.946,5 ton,
Ikan Albakora : 1.230,8 ton, Ikan Tongkol Abu-abu : 1.664,3 ton, Ikan
Lainnya : 3.708,8 ton,
d. Pertambangan
Salah satu jenis komoditas tambang yang cukup berkembang di Bone
adalah Batubara. Selain itu beberapa waktu terkahir, di Bone ditemukan
tambang emas dan berlian. Tambang emas dan berlian yang berlokasi di
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone tersebut terus digali
masyarakat hingga saat ini (http://makassar.tribunnews.com).
e. Pariwisata
Subsektor jasa Pariwisata di Bone terdiri dari wisata alam dan budaya.
Beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi di Kabupaten Bone adalah
Museum Lapawawoi, Bola Soba, Gua Mampu.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Bone sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.4.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Bone
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Jagung kuning bisi 2 1 Galian c
2 Kacang tanah 2 Sirtu
3 Padi Varietas Unggul Prod. Tinggi (Kuda)
3 Batu gunung
4 Padi cigaulis 4 Batu kapur
5 Padi ciliwung 5 Pasir
6 Padi Ciherang 6 Tanah urukan
7 Padi IR66 7 -
8 Padi cisantana 8 -
9 Jagung (lokal) 9 -
10 Kacang hijau 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Jambu mete 1 Pengolahan kayu
2 Bawang merah 2 Pengalengan ikan
3 Cabai merah 3 Penggilingan jagung
4 Cabai rawit 4 Konveksi
5 Tomat 5 Olahan kelapa
6 Pisang (lokal) 6 Pengolahan nilam
7 Durian 7 Pakaian adat pengantin
8 Rambutan 8 Pande besi
9 Langsat 9 Pembuatan saparah
10 Nangka 10 -
Perkebunan Perdagangan
1 Tebu 1 Beras
2 Kakao 2 Alat-alat rumah tangga
3 Cengkeh 3 Kakao
4 Tembakau 4 Pakaian
5 Jati putih 5 Barang campuran
6 Kopi 6 Toko kelontong
7 Jati biasa 7 Kopra
8 Kelapa dalam 8 Jagung
9 Kemiri 9 Kelapa
10 Nilam 10 Kacang tanah
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi (lokal) 1 Wisata bendungan
2 Ayam ras (pedaging) 2 Kedai makan
3 Sapi bali 3 Hotel melati
4 Ayam buras 4 Wisata lomba perahu
5 Kambing (lokal) 5 Wisata alam (goa, air terjun, tanjung)
6 Ayam ras (petelur) 6 Wisma
7 Itik 7 Wisata pemandian
8 Kambing kacang 8 -
9 Kuda 9 -
10 Kerbau 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan bandeng (tambak) 1 Angkutan kota
2 Udang api-api 2 Angkutan antar kota
3 Ikan mujair 3 Angkutan pedesaan
4 Udang windu 4 Kapal kayu (non motor)
5 Ikan mas (tambak) 5 Ojek
6 Kepiting (tambak) 6 Becak motor
7 Ikan Tuna 7 Ketinting
8 Cumi-cumi 8 Becak kayuh
9 Rumput laut 9 Gerobak
10 Ikan lele dumbo 10 Dokar
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Foto copy
2 - 2 Penjahit
3 - 3 Jasa pengetikan
4 - 4 Bengkel motor
5 - 5 Tukang las
6 - 6 Penggilingan padi
7 - 7 Tukang kayu
8 - 8 Somel (Penggergajian kayu)
9 - 9 Bengkel mobil
10 - 10 Salok kecantikan
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Bone untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.4.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Bone
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Jagung kuning bisi 2 0,221 1 Galian c 0,177
2 Kacang tanah 0,168 2 Sirtu 0,172
3 Padi Varietas Unggul Prod. Tinggi (Kuda)
0,132 3 Batu gunung 0,168
4 Padi cigaulis 0,131 4 Batu kapur 0,166
5 Padi ciliwung 0,086 5 Pasir 0,164
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Jambu mete 0,141 1 Pengolahan kayu 0,157
2 Bawang merah 0,128 2 Pengalengan ikan 0,135
3 Cabai merah 0,123 3 Penggilingan jagung 0,124
4 Cabai rawit 0,108 4 Konveksi 0,118
5 Tomat 0,099 5 Olahan kelapa 0,106
Perkebunan Perdagangan
1 Tebu 0,171 1 Beras 0,137
2 Kakao 0,139 2 Alat-alat rumah tangga 0,132
3 Cengkeh 0,131 3 Kakao 0,114
4 Tembakau 0,126 4 Pakaian 0,101
5 Jati putih 0,103 5 Barang campuran 0,098
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi (lokal) 0,172 1 Wisata bendungan 0,169
2 Ayam ras (pedaging) 0,150 2 Kedai makan 0,169
3 Sapi bali 0,140 3 Hotel melati 0,144
4 Ayam buras 0,121 4 Wisata lomba perahu 0,142
5 Kambing (lokal) 0,101 5 Wisata alam (goa, air terjun, tanjung)
0,137
Perikanan Transportasi
1 Ikan bandeng (tambak) 0,100 1 Angkutan kota 0,170
2 Udang api-api 0,100 2 Angkutan antar kota 0,158
3 Ikan mujair 0,100 3 Angkutan pedesaan 0,118
4 Udang windu 0,100 4 Kapal kayu (non motor) 0,097
5 Ikan mas (tambak) 0,100 5 Ojek 0,082
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Foto copy 0,130
2 - - 2 Penjahit 0,118
3 - - 3 Jasa pengetikan 0,113
4 - - 4 Bengkel motor 0,112
5 - - 5 Tukang las 0,102
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bone, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.4.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Bone
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,164
2 Perdagangan 0,108
3 Kehutanan (non kayu) 0,100
4 Pertanian/Hortikultura 0,098
5 Pertanian/Perkebunan 0,088
6 Perikanan 0,083
7 Peternakan 0,078
8 Perindustrian 0,078
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,058
10 Transportasi 0,057
11 Jasa 0,047
12 Pertambangan/penggalian 0,041
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.4.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Bone
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Jagung kuning bisi 2 0,049
2 Kacang tanah 0,037
3 Padi Varietas Unggul Prod. Tinggi 0,029
4 Padi cigaulis 0,029
5 Jual beli Beras 0,025
KPJU Potensial
1 Jual beli Alat-alat rumah tangga 0,024
2 Tebu 0,022
3 Kakao 8,000
4 Sapi (lokal) 0,020
5 Pengolahan kayu 0,019
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bupati Kabupaten Bone, Selasa 13
September 2012 Pukul 11.51 – 14.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Jagung Kuning Bisi 2
Tabel 3.4.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Kuning Bisi 2 di Kabupaten Bone
Peluang Tantangan
- Pasar terbuka luas
- Bisa diolah jadi pakan ternak
- Komoditi ekspor
- Dipengaruhi cuaca
- Harga berfluktuasi sangat tinggi
- Jumlah struktur kelembagaan usaha masih
terbatas
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku masuk cukup
- Hasil produksi melimpah
- Petani dengan mudah dapat menjual
karena akses pasar terbuka luas
- Adanya tenaga kerja
- Tersedianya sarana pertanian
- Ada lahan cukup luas
- SDM petani dalam mengelola bibit unggul
dan pupuk masih rendah
- Modal untuk membeli bahan baku tidak
cukup
- Penanganan bahan baku masih tradisional
- Hasil panen tidak terjual semua
- Penanganan pasca panen sangat rendah
- Selisih antara cost dengan hasil produksi
tinggi
- Biaya transportasi mahal
- Harga rendah pada saat musim panen
- Petani menjual hasil panen kepada yang
meminjamkan uang dengan harga rendah
- Sumber pengairan terbatas
- Kualitas SDM rendah
2. Kacang Tanah
Tabel 3.4.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kacang
Tanah di Kabupaten Bone
Peluang Tantangan
- Salah satu komoditi ekspor
- Peluang pasar cukup besar baik di
dalam dan luar negeri
- Diversifikasi produk
- Kebutuhan masyarakat
- Pasca panen bahan yang terbuang
dapat dikembangkan untuk peternakan
- Harga tidak stabil
- Modal awal kurang
- Harga kacang tanah ditingkat petani sangat
rendah
- Minimnya informasi dan teknologi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku masuk cukup
- Hasil produksi melimpah
- SDM petani dalam mengelola bibit unggul
dan pupuk masih rendah
- Petani dengan mudah dapat menjual
karena akses pasar terbuka luas
- Lahan tersedia
- Modal untuk membeli bahan baku tidak
cukup
- Penanganan bahan baku masih tradisional
- Hasil panen tidak terjual semua
- Penanganan pasca panen sangat rendah
- Selisih antara cost dengan hasil produksi
tinggi
- Biaya transportasi mahal
- Petani menjual hasil panen kepada yang
meminjamkan uang dengan harga rendah
- Alat bantu pengolahan tidak ada/kurang
- Lokasi penanaman yang tidak menetap
- Penguasaan teknologi budidaya kacang
tanah masih rendah
- Tenaga kerja kurang
- Dipasarkan dalam keadaan mentah
3. Padi Varietas Unggul Produksi Tinggi
Tabel 3.4.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Varietas Unggul Produksi Tinggi di Kabupaten Bone
Peluang Tantangan
- Merupakan Beras organik
- Diminati petani
- Untuk usaha Jual beli beras
- Adanya Bantuan modal usaha dari
pemerintah
- Beras dominan sebagai makanan pokok
- Pengaruh iklim cukup besar
- Alih fungsi lahan
- KUD tidak optimal untuk pembiayaan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku masuk cukup
- Hasil produksi melimpah
- Petani dengan mudah dapat menjual
karena akses pasar terbuka luas
- Luas lahan tersedia
- Musim tanam 2 kali
- Pemasarannya bagus
- SDM tersedia
- SDM petani dalam mengelola bibit unggul
dan pupuk masih rendah
- Modal untuk membeli bahan baku tidak
cukup
- Penanganan bahan baku masih tradisional
- Hasil panen tidak terjual semua
- Penanganan pasca panen sangat rendah
- Selisih antara cost dengan hasil produksi
tinggi
- Biaya transportasi mahal
- Petani menjual hasil panen kepada yang
meminjamkan uang dengan harga rendah
- Modal awal kurang
- Serangan hama
- Sarana tidak memadai
- Sebagian sawah belum teririgasi secara
terpadu
4. Padi Cigaulis
Tabel 3.4.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Cigeulis di Kabupaten Bone
Peluang Tantangan
- Hasilnya baik
- Jadi beras kepala
- Rasa nasinya baik
- Mudah rebah
- Cepat rontok
- Nasinya cepat basi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku masuk cukup
- Hasil produksi melimpah
- Petani dengan mudah dapat menjual
karena akses pasar terbuka luas
- Luas lahan tersedia
- Musim tanam 2 kali
- Pemasarannya bagus
- SDM tersedia
- SDM petani dalam mengelola bibit unggul dan
pupuk masih rendah
- Modal untuk membeli bahan baku tidak cukup
- Penanganan bahan baku masih tradisional
- Hasil panen tidak terjual semua
- Penanganan pasca panen sangat rendah
- Selisih antara cost dengan hasil produksi
tinggi
- Biaya transportasi mahal
- Petani menjual hasil panen kepada yang
meminjamkan uang dengan harga rendah
- Modal awal kurang
- Serangan hama
- Sarana tidak memadai
- Sebagian sawah belum teririgasi secara
terpadu
5. Jual Beli Beras
Tabel 3.4.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jual Beli
Beras di Kabupaten Bone
Peluang Tantangan
- Adanya bantuan modal dari pemerintah
- Beras sebagai makanan pokok
- Persaingan kualitas beras
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku banyak
- Pasar terbuka luas
- Minimnya modal
1. Geografis
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan Jasirah Sulawesi dan
berjarak kurang lebih 153 kilometer dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak
antara 05020' – 05040' lintang selatan dan 119058' – 120028' bujur timur.
Berbatasan dengan Kabupaten Sinjai di sebelah utara, sebelah timur dengan Teluk
Bone, sebelah selatan dengan Laut Flores, dan sebelah barat dengan Kabupaten
Bantaeng.
Luas wilayah Kabupaten Bulukumba sekitar 1.154,7 km2 atau sekitar 2,5
persen dari luas wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi 10 kecamatan dan terbagi
ke dalam 27 kelurahan dan 99 desa. Ke-10 kecamatan tersebut adalah: Kecamatan
Ujungbulu (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang,
Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujungloe, Kecamatan
Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang.
Ditinjau dari segi luas kecamatan Gantarang dan Bulukumpa merupakan dua
wilayah kecamatan terluas masing-masing seluas 173,5 km2 dan 171,3 km2 sekitar
30 persen dari luas kabupaten. Kemudian disusul kecamatan lainnya dan terkecil
adalah kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota Kabupaten dengan luas
14,4 km2 atau hanya sekitar 1 persen.
Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4 persen berada pada ketinggian 0
(nol) sampai dengan 1000 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan tingkat
kemiringan tanah umumnya 0-400. Terdapat sekitar 32 aliran sungai yang dapat
mengairi sawah seluas 23.365 Hektar, sehingga merupakan daerah potensi
pertanian. Curah hujannya rata-rata 116 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 8
(delapan) hari per bulan.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
"Mewujudkan Masyarakat Bulukumba yang Berkualitas dan Sejahtera Melalui
Pengembangan Potensi Sumberdaya Daerah Dengan Berlandaskan Pada
Moral Agama dan Nilai-Nilai Luhur Budaya."
b. Misi Pembangunan Daerah
Visi di atas selanjutnya diterjemahkan dalam 10 misi, yang terdiri dari:
Mendorong peningkatan sumberdaya manusia
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
Mengembangkan kompetensi dan profesionalisme aparatur
Menciptakan stabilitas masyarakat
Menciptakan iklim investasi yang baik
Mendorong pertumbuhan pusat ekonomi kecil, menengah, dan besar
Kerja sama lintas dinas, bidang, dan program
Pelestarian sumberdaya alam
Peningkatan prasarana infrastruktur
Pengembangan kerjasama antar-daerah
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Lahan sawah di Kabupaten Bulukumba pada tahun 2010 seluas 22.369
hektar. Menurut jenis pengairannya, terdiri dari lahan sawah irigasi teknis 0
hektar, irigasi setengah teknis 11.209 ha (50,11%), 3.574 hektar irigasi
sederhana (15.98%), 5.418 lahan sawah irigasi Desa/NonPU (24,22%), lahan
sawah tadah hujan/pasang surut 2.168 hektar (9.69%)
(http://bulukumbakab.bps.go.id).
Subsektor hortikultura mencakup tanaman sayuran, tanaman buah-
buahan, tanaman obat-obatan dan tanaman hias. Luas panen tanaman sayuran
terluas di Kabupaten Bulukumba adalah tanaman petai, hal ini sejalan dengan
produksi tanaman sayuran yang terbesar juga adalah tanaman petai. Untuk
tanaman buah-buahan, produksi terbesar di Kabupaten Bulukumba adalah
tanaman pisang. Sedangkan untuk tanaman obat-obatan, produksi terbesar di
Kabupaten Bukukumba adalah tanamah jahe.
b. Perkebunan
Tanaman perkebunan besar yang paling luas lahan perkebunannya di
Kabupaten Bulukumba adalah tanaman Kelapa yang mencapai 12.125 Ha
diikuti oleh tanaman Kakao seluas 7.141 Ha. Produksi perkebunan besar di
Kabupaten Bulukumba yang terbesar adalah Kakao dengan jumlah produksi
4.528 ton diikuti oleh tanaman kopi sebesar 4.127 ton.
c. Peternakan
Populasi ternak terdiri dari sapi, kerbau, kuda, dan kambing. Pada tahun
2010 jumlah populasi tersebut berturut-turut adalah 81.232 ekor, 5.469 ekor,
25.411 ekor, dan 30.543 ekor. Populasi unggas yang terdiri dari ayam
kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik/itik manila pada tahun 2010
secara berturut-turut adalah 636.637 ekor, 89.000ekor, 175.000 ekor, dan
33.835 ekor (http://bulukumbakab.bps.go.id)
d. Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2010 tercatat 30.690 ton produksi
perikanan tangkap. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi
perikanan naik sekitar 1,24 persen. Pada tahun 2010 jumlah rumah tangga
perikanan tangkap tercatat sebesar 5.994 rumah tangga. Dibandingkan tahun
2009 rumah tangga perikanan tangkap turun 5,08 persen
(http://bulukumbakab.bps.go.id).
e. Kehutanan
Menurut fungsinya hutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu hutan
lindung, hutan produksi, dan hutan konservasi (hutan suaka alam dan hutan
pelestarian alam). Sampai dengan tahun 2009, luas kawasan hutan adalah
sebesar 8.453,00 hektar. Luas hutan lindung sebesar 3.171.58 hektar atau 38
persen dari total luas kawasan hutan keseluruhan. Total luas kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam yang tercatat sebesar 3.475 hektar.
Sementara, luas hutan produksi mencapai 1.806,42 hektar yang terdiri atas
hutan produksi terbatas sebesar 875,17 hektar, hutan produksi tetap sebesar
931,3 hektar.
Perkembangan produksi kehutanan selama periode 2006 sampai 2010
terlihat cukup berfluktuasi. Pada tahun 2009 produksi kayu bulat 8.452,2 m3)
turun 44 persen jika dibandingkan dengan produksi tahun 2009 (12.173,9 m3).
Sedangkan produksi kayu gergajian sedikit menurun (12persen), yaitu dari
4.131,2 m3 di tahun 2009 menjadi 4.648 m3 di tahun 2010. Sementara produksi
kayu lapis tahun 2010 banyak menurun sebesar 47 persen.
f. Perdagangan
Sektor perdagangan merupakan sektor yang sangat penting didalam
perputaran roda perekonomian di suatu wilayah. Sektor ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat suplai dan permintaan (demand). Perkembangan sektor
perdagangan dapat tercermin dari salah satu indikator, yaitu banyaknya surat
izin usaha perdagangan (SIUP) yang diterbitkan. Di Bulukumba frekuensi dan
jumlah usaha perdagangan yang sudah memperoleh SIUP terus meningkat dari
tahun ketahun. Data 2010 jumlah usaha perdagangan yang terdaftar sebanyak
6.399 usaha.
Untuk menjaga kestabilan harga pangan, di Indonesia dibentuk Badan
Urusan Logistik dan di setiap daerah didirikan depot-depot logistik (Dolog).
Lembaga ini mempunyai tugas untuk menyeimbangkan (menstabilkan) harga
dengan mengatur keadaan suplai dan demand dipasaran. Apabila produksi
melimpah (suplai tinggi), maka secara otomatis harga akan turun sehingga
petani dirugikan. Pada situasi harga bergerak turun, maka Dolog harus membeli
produksi petani dengan harga dasar. Sebaliknya bila stock pangan di pasaran
langka berarti harga naik dan konsumen menjerit maka pada situasi ini Dolog
harus melepas/menjual stocknya kepasaran dengan harga patokan pemerintah.
Sepanjang tahun 2010, pengadaan gabah dalam negeri Divre BULOG
Bulukumba Sebanyak 138.110 Kg melalui Non KUD. Sedangkan pengadaan
beras dalam negeri dilakukan oleh KUD, Non KUD dan Satgas/UPGB dari
Dolog sendiri. Total pengadaan beras 2010 mencapai 138.110 kilogram,
sebanyak 73,49 persen dilakukan oleh non KUD, dan sisanya 26,51 persen
dilakukan oleh Satgas/UPGB. Selain pengadaan beras dalam negeri, juga
dilakukan penyaluran beras dalam negeri. Dari tahun 2006 sampai 2010,
secara rata-rata penyaluran beras mengalami kenaikan. Namun Pada tahun
2010 terjadi penurunan sebesar 2.665.996 kilogram.
g. Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan peran
pariwisata dalam kegiatan ekonomi yang dapat menciptakan lapangan kerja
serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat serta penerimaan devisa. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah
melalui pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan
nasional. Keberhasilan dalam bidang kepariwisataan dicerminkan dengan
semakin meningkatnya arus kunjungan tamu asing ke Indonesia dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2010 jumlah tamu asing yang berkunjung ke Bulukumba
mengalami peningkatan menjadi 2.400 orang atau naik 9,09 persen dibanding
tahun sebelumnya.
h. Transportasi
Pada tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor diperkirakan sebanyak 4.779
unit. Komposisinya pada tahun 2010 terdiri atas : 65 % mini bus/st. wagon, 19%
pick up, 9% light truk, dan persen lainnya. Angkutan laut merupakan sarana
perhubungan yang sangat penting dan strategis. Untuk itu pembangunan
pelayaran nasional terus ditingkatkan dan diperluas, termasuk penyempurnaan
manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Angkutan barang antar pulau
yang dimuat pada tahun 2010 mencapai 17.798,4 ton. Untuk angkutan barang
antar pulau yang dibongkar pada tahun 2010 sebesar 5.255,5 ton
(http://bulukumbakab.bps.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Bulukumba sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.5.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Bulukumba
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciliwung 1 Pasir
2 Padi Ciherang 2 Batu kapur
3 Padi Sembada 168 3 Tanah timbunan
4 Padi Cigaulis 4 Batu sungai
5 Jagung Hibrida 5 Kerikil
6 Jagung Manis 6 -
7 Kacang Tanah 7 -
8 Ubi Kayu 8 -
9 Kacang Hijau 9 -
10 Ubi Jalar 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Rambutan Aceh 1 Pembuatan Kapal Kayu
2 Durian (Lokal) 2 Meubel
3 Durian Otong 3 Olahan Jagung (Jagung Morning)
4 Rambutan Lengkeng 4 Gula Merah
5 Jambu Mete 5 Batu Bata
6 Langsat/Duku 6 Paving Blok
7 Pisang Ambon 7 Keripik
8 Nangka 8 Es Balok
9 Pepaya (Lokal) 9 Dodol Rumput Laut
10 Sawi Hijau 10 Anyaman Daun Lontar
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Kios Sembako
2 Cengkeh 2 Toko Bahan Bangunan
3 Lada 3 Toko Pakaian
4 Kelapa Dalam 4 Air Minum Isi Ulang
5 Kelapa Hibrida 5 Cengkeh
6 Karet 6 Kayu Olahan
7 Kopi Robusta 7 Kakao
8 Kapas 8 Kios Pulsa
9 - 9 Ikan Asap
10 - 10 Pisang Ambon
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi Putih (Lokal) 1 Wisata Pantai
2 Sapi Bali 2 Rumah Makan
3 Ayam Buras 3 Wisata Alam
4 Kambing Kacang 4 Agrowisata
5 Itik (Petelur) 5 Wisata Pemandian
6 Ayam Ras (Pedaging) 6 Wisata Budaya
7 Ayam Ras (Petelur) 7 Wisma
8 Kerbau 8 Hotel Melati
9 Kuda 9 Restoran
10 Itik (Pedaging) 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan bandeng (tambak) 1 Pete-pete (angkutan kota)
2 rumput laut 2 Kapal Rakyat mesin
3 ikan laying 3 becak
4 Udang putih (tambak) 4 ojek
5 ikan cakalang 5 -
6 Lele dumbo 6 -
7 ikan mas 7 -
8 ikan tuna 8 -
9 ikan mujair 9 -
10 ikan teri 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Tukang Kayu
2 - 2 Tukang Batu
3 - 3 Bengkel Motor
4 - 4 Rental Mobil
5 - 5 Warnet
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Tv Kabel
8 - 8 Penjahit
9 - 9 Rental Motor
10 - 10 Travel
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Bulukumba untuk dibandingkan
secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11
kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.5.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Bulukumba
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciliwung 0,208 1 Pasir 0,299
2 Padi Ciherang 0,192 2 Batu kapur 0,225
3 Padi Sembada 168 0,185 3 Tanah timbunan 0,207
4 Padi Cigaulis 0,097 4 Batu sungai 0,156
5 Jagung Hibrida 0,090 5 Kerikil 0,113
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Rambutan Aceh 0,172 1 Pembuatan Kapal Kayu 0,192
2 Durian (Lokal) 0,170 2 Meubel 0,178
3 Durian Otong 0,163 3 Olahan Jagung (Jagung
Morning) 0,150
4 Rambutan Lengkeng 0,156 4 Gula Merah 0,116
5 Jambu Mete 0,129 5 Batu Bata 0,086
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,279 1 Kios Sembako 0,256
2 Cengkeh 0,248 2 Toko Bahan Bangunan 0,227
3 Lada 0,111 3 Toko Pakaian 0,147
4 Kelapa Dalam 0,086 4 Air Minum Isi Ulang 0,087
5 Kelapa Hibrida 0,085 5 Cengkeh 0,064
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan
Restoran
1 Sapi Putih (Lokal) 0,296 1 Wisata Pantai 0,235
2 Sapi Bali 0,187 2 Rumah Makan 0,209
3 Ayam Buras 0,140 3 Wisata Alam 0,104
4 Kambing Kacang 0,107 4 Agrowisata 0,085
5 Itik (Petelur) 0,060 5 Wisata Pantai 0,235
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng (Tambak) 0,254 1 Pete-pete (angkutan kota) 0,509
2 Rumput Laut 0,145 2 Kapal Rakyat mesin 0,230
3 Ikan Layang 0,136 3 becak 0,166
4 Udang Putih (Tambak) 0,102 4 ojek 0,094
5 Ikan Cakalang 0,101 5 - -
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Tukang Kayu 0,173
2 - - 2 Tukang Batu 0,168
3 - - 3 Bengkel Motor 0,146
4 - - 4 Rental Mobil 0,131
5 - - 5 Warnet 0,103
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Bulukumba, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.5.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Bulukumba
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,142
2 Pertanian/Tan. Hortikultura 0,140
3 Perikanan 0,134
4 Transportasi 0,106
5 Perdagangan 0,100
6 Perindustrian 0,092
7 Pertanian/Perkebunan 0,083
8 Peternakan 0,065
9 Jasa 0,047
10 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,044
11 Kehutanan (Non Kayu) 0,027
12 Pertambangan/Penggalian 0,019
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.5.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Bulukumba
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Ikan Bandeng (Tambak) 0,046
2 Pete-Pete (Angkutan Kota) 0,042
3 Padi Ciliwung 0,036
4 Padi Ciherang 0,035
5 Padi Sembada 168 0,034
KPJU Potensial
1 Kios Sembako 0,033
2 Rambutan Aceh 0,031
3 Durian (Lokal) 0,031
4 Durian Otong 0,030
5 Toko Bahan Bangunan 0,029
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Pemda Kab. Bulukumba pada hari Selasa, 13
November 2012 Pukul 09.45 – 12.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Ikan Bandeng (Tambak)
Tabel 3.5.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan
Bandeng ( Tambak) di Kabupaten Bulukumba
Peluang Tantangan
- Pasar lokal antar kabupaten dan ekspor
terbuka luas.
- Tingginya permintaan akan hasil
komoditas tambak meningkat
- Permintaan masyarakat tinggi terhadap
ikan bandeng.
- Rasanya enak dan gurih
- Harga tidak stabil
- Permodalan terbatas
- Informasi pasar terbatas
- Penurunan kualitas tanah tambak
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Benih bandeng kebanyakan dari nelayan
meski ada juga dari luar
- Adanya akses permodalan
- Bahan baku didapatkan dari luar daerah
- Masih banyak menggunakan pakan buatan
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak)
- Kurangnya air tawar pada musim kemarau
- Ketersediaan benih bersertifikasi masih
kurang
2. Pete-pete (Angkutan Kota)
Tabel 3.5.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Pete-pete
di Kabupaten Bulukumba
Peluang Tantangan
- Masyarakat semakin banyak
- Kondisi kendaraan yang masih bagus
dan layak
- Sopir yang taat aturan lalu lintas
- Kondisi beberapa ruas jalan yang rusak
membuat jarak tempuh makin lama
waktunya dan spare part kendaraan cepat
rusak
- Banyaknya masyarakat yang memiliki
kendaraan bermotor pribadi
- Volume kendaraan makin meningkat
- Kurangnya lembaga pembiayaan yang siap
memodali pengusaha angkutan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Rutenya masuk ke pelosok - Kedisiplinan sopir angkot (ugal-ugalan di
jalanan),
- Mahalnya suku cadang
- Tingginya biaya perawatan
3. Padi Ciliwung
Tabel 3.5.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Bulukumba
Peluang Tantangan
- Produksinya melimpah
- Pasarnya besar
- Beras Ciliwung, merupakan beras Great
-
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku banyak dan beraneka
ragam
- Benih diproduksi/ditangkarkan di
kabupaten
- Tersedia akses permodalan
- Padi ciliwung tahan terhadap cuaca
- Padi Ciliwung terdapat kualitas bibit yeng
rendah
- Penanganan bahan baku tidak teratur, tidak
terkonsentrasi dan intensif
- Kemasan yang belum maksimal
- Pasarnya sebagian besar masih lokal
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak)
- Pemasaran dan distribusi tidak tertangani
dengan baik/profesional
4. Padi Ciherang
Tabel 3.5.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciherang di Kabupaten Bulukumba
Peluang Tantangan
- Produksinya melimpah
- Pasarnya besar
- Mindset petani lebih memilih ciliwung yang
merupakan varietas baru ketimbang menanam
varietas baru seperti ciherang dan lainnya.
- Perubahan iklim cukup berpengaruh
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku banyak dan beraneka ragam
- Benih diproduksi/ditangkarkan di
kabupaten
- Tersedia akses permodalan
- Penanganan bahan baku tidak teratur, tidak
terkonsentrasi dan intensif
- Kemasan yang belum maksimal
- Pasarnya sebagian besar masih lokal
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak)
- Pemasaran dan distribusi tidak tertangani
dengan baik/profesional
5. Padi Sembada 168
Tabel 3.5.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Sembada 168 di Kabupaten Bulukumba
Peluang Tantangan
- Produksinya melimpah
- Pasarnya besar
- Mindset petani lebih memilih ciliwung yang
merupakan varietas baru.
- Perubahan iklim cukup berpengaruh
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku banyak dan beraneka
ragam
- Benih diproduksi/ditangkarkan di
kabupaten
- Tersedia akses permodalan
- Padi Sembada 168 benihnya harus diimpor
dari China
- Penanganan bahan baku tidak teratur, tidak
terkonsentrasi dan intensif
- Kemasan yang belum maksimal
- Pasarnya sebagian besar masih lokal
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak)
- Padi Sembada 168 Rentan penyakit
- Pemasaran dan distribusi tidak tertangani
dengan baik/profesional
1. Geografis
Kabupaten Enrekang dengan ibukota Enrekang terletak 235 Km di sebelah
utara Makassar. Secara geografi Kabupaten Enrekang terletak pada koordinat
antara 3° 14’ 36” sampai 3° 50’ 00” Lintang Selatan dan 119° 40’ 53” sampai 120°
06’ 33” Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 1.786,01 Km2. Kabupaten
Enrekang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Tana Toraja
Sebelah Selatan : Kabupaten Luwu
Sebelah Timur : Kabupaten Sidrap
Sebelah Barat : Kabupaten Pinrang
Topografi Wilayah Kabupaten ini pada umumnya bervariasi berupa
perbukitan, pegunungan, lembah dan sungai dengan ketinggian 47 - 3.293 m dari
permukaan laut serta tidak mempunyai wilayah pantai. Secara umum keadaan
topografi wilayah didominasi oleh bukit-bukit/gunung-gunung yaitu sekitar 84,96%
dari luas wilayah Kabupaten Enrekang sedangkan yang datar hanya 15,04%.
Kabupaten Enrekang terdiri dari 12 kecamatan dan 129 desa/kelurahan. Dari
12 Kecamatan tersebut adalah Alla, Anggeraja, Baraka, Baroko, Bungin, Buntu
Batu, Cendana, Curio, Enrekang, Maiwa, Malua, Masalle. Kecamatan terluas
adalah Kecamatan Maiwa yaitu 392,87 km2 atau 22% dari luas Kabupaten
Enrekang, sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Alla yaitu 34,66 km2 atau 1,94 % dari luas Kabupaten Enrekang.
Jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 216.156 jiwa.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Visi Kabupaten Enrekang Tahun 2009-2013 : “Mewujudkan Kabupaten
Enrekang Sebagai Daerah Agropolitan yang Lebih Maju, Unggul, Sejahtera dan
Religius pada Tahun 2013.“
b. Misi Pembangunan Daerah
Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya saing kuat
untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.
Mengembangkan keunggulan komoditas dan produktivitas berdaya saing
tinggi berbasis masyarakat, melalui pendekatan pembangunan agropolitan
yang berkesinambungan berbasis lingkungan, menuju kemandirian daerah.
Mengembangkan sarana prasarana untuk meningkatkan pelayanan publik,
serta kelancaran mobilisasi sosial dan ekonomi antar desa/ wilayah.
Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi serta pelayanan publik.
Pengembangan perekonomian berbasis masyarakat secara merata dan
berkeadilan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Lahan sawah yang ditanami padi di Kabupaten Enrekang seluas 10.598
Ha yang terdiri dari sawah Irigasi seluas 5.872 Ha dan sawah non Irigasi
seluas 4.726 Ha.
Sarana dan Prasarana yang dimilki oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Enrekang digunakan untuk menunjang pembangunan pertanian dan
perkebunan di Kabupaten Enrekang. Jumlah Balai Benih/Instalasi Kebun Benih
dapat dirinci sebagai berikut :
Balai Benih Palawija sebanyak 1 Unit
Instalasi Kebun Benih Bawang Sebanyak 1 Unit
Instalasi Kebun Benih Kentang Sebanyak 1 Unit
Komoditi holtikultura yang dihasilkan kabupaten ini adalah jenis sayur-
sayuran seperti bawang merah, wortel, tomat, kentang dan cabe serta jenis
buah-buahan seperti pepaya dan pisang tanduk. Untuk komoditi kentang
meupakan salah satu jenis kentang terbaik di Indonesia. Salah satu penghasil
kentang yaitu di Kecamatan Anggara dengan produksi per tahun sekitar 2.710
(Investment Opportunities For Industry And Trading Service In South Sulawesi,
2011).
b. Perkebunan
Untuk komoditi perkebunan yang dihasilkan adalah kopi arabika yang
merupakan salah satu kopi terbaik di dunia (hasil uji cita rasa pada kopi
Indonesia tahun 2008). Kopi ini dikembangkan di wilayah kecamatan Alla,
Baroko, Masalle, Baraka dan Bungin. Komoditi lain yang dihasilkan adalah
jagung, kakao, lada dan cengkeh.
c. Peternakan
Populasi ternak kambing sejumlah 34.866 ekor pada tahun 2009. Untuk
sapi populasinya adlah 31.668 ekor (2009).
Di kawasan selatan tepatnya di Dusun Lekkong Kec. Cendana merupakan
pusat pengembangan sapi perah sebagai sumber susu segar untuk pembuatan
dangke. Akhir-akhir ini sulitnya mendapat bakalan (bibit) utamanya sapi
potongan dan sapi perah namun dengan BREEDING CENTER di Maiwa sangat
tepat untuk mendukung suplai sapi bakalan bibit (bibit penggemukan) di
kawasan utara dan sapi bakalan induk pengembangannya di kawasan selatan
Kab. Enrekang.
Sedang pengembangan Ayam Ras petelur di Kec. Maiwa populasi telah
mencapai 3.000 ekor. Kawasan tersebut cocok untuk peternakan telur dimana
sirkulasi udara belum tercemar sehingga masih kemungkinan pengembangan
diperkirakan sampai 2.000.000 ekor. Hal tersebut salah satu program
pemerintah pengembangan ternak berupa kerbau, sapi, kambing dan ayam
tersebut, sangat diharapkan untuk meningkatkan gizi keluarga dan sebagai
sumber pendapatan masyarakat khususnya masyarakat peternak di Kab.
Enrekang.
d. Pertambangan
Berdasarkan hasil penelitian dan pemetaan yang dilakukan, maka dapat
diketahui potensi Bahan Galian di Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut:
Minyak bumi. Indikasi adanya minyak diketahui berdasarkan adanya
rembesan (“seepages”) di Daerah Membura dan Garege Kec. Enrekang dan
Batukede Kec. Alla.
Batubara. Penyebarannya di daerah Batunoni dan Kotu Kec. Anggeraja,
Banti Kec. Baraka, Baroko Kec. Alla, Matajang Kec. Maiwa dan Leon Kec
Enrekang dengan total cadangan sebesar 2.290.107 Ton.
Emas Perak. Penyebarannya di daerah aliran Sungai Malua Kec. Malua
dan Kec. Curio, Sungai Delek, Sungai Barani dan Sungai Mata allo Kec. Alla,
Sungai Pasui dan Sungai Baraka Kec. Baraka, Sungai Cendana dan Desa
Pinang Kec. Cendana. Juga dijumpai gejala mineralisasi logam mulia berupa
urat dan hamburan di Sungai Malua.
Logam Dasar. logam Dasar merupakan kelompok mineral logam-logam
Non Ferrous yang sering berasosiasi dengan logam mulia. Tembaga (Cu) =
8,00 – 112,50 ppm; Timah Hitam (Pb) = 15,00 – 220,86 ppm; Seng (Zn) =
21,50 – 203,00 ppm
Penyebarannya di daerah aliran Sungai Malua Kec. Malua dan Kec. Curio,
Sungai Delek, Sungai Barani dan Sungai Mata allo Kec. Alla, Sungai Pasui dan
Sungai Baraka Kec. Baraka. Selain keempat komoditas tambang tersebut,
terdapat komoditas tambang lainnya yaitu marmer, pasir kuarsa, kaolin dan
lain-lain (http://new.enrekangkab.go.id).
e. Perindustrian
Benang Sutra. Budi daya tanaman Murbei di Kab.Enrekang terdapat di
wilayah Kec. Alla, Anggeraja dan Baraka sebagai pakan ulat sutera sekitar 651
Ha. Jumlah petani pemelihara ulat sutera sebarnyak 1.044 kk dengan produksi
kokoh 191.988 Kg. Pengrajin pemintal benang sutera sebanyak 735 unit usaha
dan menyerap tenaga kerja 1.875 orang dengan produksi rata-rata pertahun
29,5 ton.
Gula Merah. Sebagai penghasil gula merah terbanyak dengan 1.286 unit
usaha. Jumlah produksi pertahun 682.775 ton atau rata-rata per bulan 57 ton.
Dangke. Dangke merupakan makanan khas masyarakat Kab. Enrekang
dimana bahan bakunya berasal dari susu sapi. Pengrajin Dangke di Kab.
Enrekang sebanyak 182 unit usaha dalam 2 (dua) kecamatan yaitu, Enrekang
dan Kec.Curio dan mempunyai binaan sebanyak 6 (enam) buah dan
memproduksi susu dalam satu tahun mencapai 96.000 liter yang terdiri dari
susu sapi dan kerbau.
f. Pariwisata
Pemerintah Kabupaten Enrekang terus meningkatkan serta memperbaiki
berbagai fasilitas yang sudah dimiliki, demi menunjukkan ke dunia luar kalau
Kab. Enrekang tidak kalah dengan Kab. Tana Toraja. Apalagi Kab. Enrekang
adalah jalur akses ke Tanah Toraja. Hal ini memberikan peluang kepada
Kabupaten Enrekang untuk menarik wisatawan untuk singgah menikmati
kekayaan alam yang dimiliki. Kalau di Tana Toraja ada permandian yang sudah
terkenal ke dunia internasional, di Kota Massenrempulu juga terdapat berbagai
permandian serta obyek wisata lainnya seperti Permandian Alam Lewaja, Villa
Bampapuang, Buttu Kabobong, Lo'ko Bubau dan lain-lain.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Enrekang sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.6.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Enrekang
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Kentang 1 Marmer
2 Jagung Kuning (Lokal)
2 Batu Setengah Permata (Kecubung, Amethyst)
3 Jagung Hibrida 3 Kerikil
4 Ubi Jalar 4 Pasir
5 Padi IR46 5 Batu Gunung
6 Padi IR26 6 Sirtu
7 Kacang Tanah 7 Tanah Timbunan
8 Ubi Kayu 8 Batu Kali
9 Kedelai 9 Tambang Galian C
10 Padi Inpari 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Bawang Merah 1 Penyulingan Nilam
2 Cabai Merah 2 Industri Tempe Tahu
3 Kubis 3 Dangke (Produk Turunan Susu)
4 Tomat 4 Dodol
5 Bawang Prei 5 Penggilingan Padi
6 Buncis 6 Industri Gula Merah
7 Salak Lokal 7 Keripik (Pisang, Salak)
8 Durian Lokal 8 Saus Tomat
9 Rambutan Lokal 9 Jus Salak
10 Langsat 10 Ikan Kering
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 1 Jual Beli Hasil Perkebunan
2 Kopi Jember 2 Jual Beli Motor
3 Kakao 3 Jual Beli Hasil Peternakan
4 Merica 4 Jual Beli Hasil Hutan
5 Lada 5 Toko Kelontong
6 Cengkeh 6 -
7 Cengkeh Sansibar 7 -
8 Kemiri 8 -
9 Kelapa Lokal 9 -
10 Pinus 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi Perah 1 Warung Nasi
2 Sapi Bali 2 Wisata Alam (Gunung, Gua, Air Terjun)
3 Kambing Kacang 3 Warung Bakso
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Warung Coto
5 Ayam Buras (Pedaging) 5 Rumah Makan
6 Kerbau Lokal 6 Wisma
7 Kuda 7 Hotel Melati
8 Sapi Lokal (Putih) 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan Nila 1 Angkutan Antar Provinsi (Panther)
2 Ikan Lele Dumbo 2 Truk Barang Dan Orang
3 Ikan Tawes 3 Angkutan Desa (Mikrolet)
4 Ikan Lele Lokal 4 Angkutan Antar Kota (Panther)
5 - 5 Angkutan Antar Kecamatan (Panther)
6 - 6 Ojek
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Mobil
2 - 2 Bengkel Motor
3 - 3 Tukang Jahit
4 - 4 Warnet
5 - 5 Servis Elektronik
6 - 6 Fotocopy
7 - 7 Playstation
8 - 8 Studio Foto
9 - 9 Laundry
10 - 10 -
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Enrekang untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.6.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Enrekang
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Kentang 0,183 1 Marmer 0,221
2 Jagung Kuning (Lokal) 0,129 2 Batu Setengah Permata (Kecubung, Amethyst)
0,146
3 Jagung Hibrida 0,114 3 Kerikil 0,105
4 Ubi Jalar 0,104 4 Pasir 0,094
5 Padi IR46 0,098 5 Batu Gunung 0,094
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Bawang Merah 0,205 1 Penyulingan Nilam 0,186
2 Cabai Merah 0,150 2 Industri Tempe Tahu 0,122
3 Kubis 0,144 3 Dangke (Produk Turunan Susu)
0,116
4 Tomat 0,115 4 Dodol 0,110
5 Bawang Prei 0,098 5 Penggilingan Padi 0,106
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 0,162 1 Jual Beli Hasil Perkebunan 0,270
2 Kopi Jember 0,140 2 Jual Beli Motor 0,232
3 Kakao 0,115 3 Jual Beli Hasil Peternakan 0,225
4 Merica 0,100 4 Jual Beli Hasil Hutan 0,168
5 Lada 0,098 5 Toko Kelontong 0,105
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi Perah 0,285 1 Warung Nasi 0,226
2 Sapi Bali 0,252 2 Wisata Alam (Gunung, Gua, Air Terjun)
0,162
3 Kambing Kacang 0,207 3 Warung Bakso 0,152
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,107 4 Warung Coto 0,144
5 Ayam Buras (Pedaging) 0,054 5 Rumah Makan 0,141
Perikanan Transportasi
1 Ikan Nila 0,604 1 Angkutan Antar Provinsi (Panther)
0,220
2 Ikan Lele Dumbo 0,192 2 Truk Barang Dan Orang 0,192
3 Ikan Tawes 0,103 3 Angkutan Desa (Mikrolet) 0,179
4 Ikan Lele Lokal 0,102 4 Angkutan Antar Kota (Panther)
0,173
5 - - 5 Angkutan Antar Kecamatan (Panther)
0,131
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel Mobil 0,212
2 - - 2 Bengkel Motor 0,200
3 - - 3 Tukang Jahit 0,122
4 - - 4 Warnet 0,117
5 - - 5 Servis Elektronik 0,093
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Enrekang, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.6.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Enrekang
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Hortikultura 0,142
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,115
3 Perdagangan 0,112
4 Pertanian/Perkebunan 0,091
5 Perindustrian 0,089
6 Jasa 0,089
7 Transportasi 0,082
8 Peternakan 0,076
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,073
10 Pertambangan/penggalian 0,051
11 Kehutanan (non kayu) 0,048
12 Perikanan 0,033
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.6.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Enrekang
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Bawang Merah 0,046
2 Cabai Merah 0,034
3 Kentang 0,034
4 Kubis 0,033
5 Jual Beli Hasil Perkebunan 0,030
KPJU Potensial
1 Tomat 0,026
2 Jual Beli Motor 0,026
3 Penyulingan Nilam 0,026
4 Bengkel Mobil 0,025
5 Jual Beli Hasil Peternakan 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bupati Kab. Enrekang pada hari Rabu, 21
November 2012 Pukul 14.30 – 17.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Bawang Merah
Tabel 3.6.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Bawang
Merah di Kabupaten Enrekang
Peluang Tantangan
- Pengembangan hasil pertanian hortikultura
sangat potensial
- Kredit perbankan mudah diperoleh
- Pangsa pasar luas
- Ketersediaan lahan
- Maksimalisasi penggarapan lahan
- Cuaca yang berubah-ubah
- Persaingan harga (luar enrekang dan import)
- Modal terbatas
- Harga berfluktuasi
- Ketekunan dan keseriusan petani masih
rendah
- Jika produksi sejenis bersamaan pada daerah
lain, maka harga komoditi tersebut akan turun
- Daya tawar petani lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Kontinuitas produksi stabil
- Teknologi produksi tersedia
- Sarana produksi petanian stabil
- Kualitas bibit rendah
- Kemasan kurang menarik
- Kualitas SDM masih rendah
- Penggunaan pupuk organik kurang
- Irigasi masih bermasalah
- Akses menuju lahan pertanian belum baik
- OPT tinggi
2. Cabai Merah
Tabel 3.6.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cabai
Merah di Kabupaten Enrekang
Peluang Tantangan
- Kredit perbankan mudah diperoleh
- Pangsa pasar luas
- Ketersediaan lahan
- Maksimalisasi penggarapan lahan industri
saus Cabai
- Harga berfluktuasi
- Ketekunan dan keseriusan petani perlu
ditingkatkan
- Jika produksi sejenis bersamaan pada daerah
lain, maka harga komoditi tersebut akan turun
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Kontinuitas produksi stabil
- Sarana produksi petanian stabil
- Kualitas bibit rendah
- Kemasan kurang menarik
- Kualitas SDM masih rendah
- Penggunaan pupuk organik kurang
- Akses menuju lahan pertanian belum baik
- OPT tinggi
- Infrastruktur bermasalah
3. Kentang
Tabel 3.6.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kentang di
Kabupaten Enrekang
Peluang Tantangan
- Kredit perbankan mudah diperoleh
- Pasar jelas
- Lahan/agroklimat kentang enrekang
memiliki ciri khas
- Jika produksi sejenis bersamaan pada daerah
lain, maka harga komoditi tersebut akan turun
- Harga berfluktuasi
- Bersaing dengan produk impor saat harga
tinggi
- Daya tawar petani lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Kontinuitas produksi stabil
- Sarana produksi petanian stabil
- Kualitas bibit rendah
- Kemasan kurang menarik
- Penggunaan pupuk organik masih kurang
- Irigasi
- Akses menuju lahan pertanian belum baik
- OPT tinggi
- Kualitas SDM rendah
4. Kubis
Tabel 3.6.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kubis di
Kabupaten Enrekang
Peluang Tantangan
- Kredit perbankan mudah diperoleh - Jika produksi sejenis bersamaan pada daerah
lain, maka harga komoditi tersebut akan turun
- Harga berfluktuasi
- Bersaing dengan produk impor saat harga
tinggi
- Daya tawar petani lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Kontinuitas produksi stabil
- Sarana produksi petanian stabil
- Kualitas bibit rendah
- Kemasan kurang menarik
- Penggunaan pupuk organik masih kurang
- Irigasi
- Akses menuju lahan pertanian belum baik
- OPT tinggi
- Kualitas SDM rendah
5. Jual Beli Hasil Perkebunan
Tabel 3.6.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jual Beli
Hasil Perkebunan di Kabupaten Enrekang
Peluang Tantangan
- Peluang pasar pasar lokal dan
internasional terbuka lebar
- Diversifikasi produk
- Kredit perbankan mudah diperoleh
- Ditunjang oleh lembaga peneliti
- Cuaca berubah-ubah mempengaruhi kualitas
bahan baku
- Bersaing dengan produk impor saat harga
tinggi
- Daya tawar petani lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku tersedia melimpah - Tenaga kerja kurang
- Harga berfluktuasi
- Akses menuju lahan pertanian belum baik
- Modal kurang
1. Geografis
Kabupaten Gowa berada pada 12° 38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5
°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya
antara 12 °33.19' hingga 13 °15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang
Selatan dari Jakarta.
Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini
berbatasan dengan 7 (tujuh) kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan
dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat
berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan
3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa
terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167
dan 726 Dusun/Lingkungan. Ke- 18 kecamatan tersebut adalah
Tabel. 3.7.1 Nama dan Luas Kecamatan di Kabupaten Gowa
No Kecamatan Ibukota Kecamatan
Luas Kecamatan (Km2)
Thd Luas Kab.
1. Bontonompo Tamallayang 30,39 1,61
2. Bontonompo Selatan Pabundukang 29,24 1,55
3. Bajeng Kalebajeng 60,09 3,19
4. Bajeng Barat Borimatangkasa 19,04 1,01
5. Pallangga Mangalli 48,24 2,56
6. Barombong Kanjilo 20,67 1,10
7. Somba Opu Sungguminasa 28,09 1,49
8. Bontomarannu Borongloe 52,63 2,79
9. Pattallassang Pattallasssang 84,96 4,51
10. Parangloe Lanna 221,26 11,75
11. Manuju Bilalang 91,90 4,88
12. Tinggi Moncong Malino 142,87 7,59
13. Tombolo Pao Tamaona 251,82 13,37
14. Parigi Majannang 132,76 7,05
15. Bungaya Sapaya 175,53 9,32
16. Bontolempangan Bontoloe 142,46 7,56
17. Tompobulu Malakaji 132,54 7,04
18. Biringbulu Lauwa 218,84 11,62
Sumber : http://v2.gowakab.go.id
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-
bukit, yaitu sekitar 72,26%. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan
topografi tanah yang datar.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Gowa yang Handal dalam Peningkatan Kualitas Hidup
Masyarakat. “
Secara filosofis, visi tersebut di atas mengandung makna bahwa
Kabupaten Gowa dengan segala potensi dan keunggulannya bercita-cita
menempatkan diri sebagai daerah yang handal dalam peningkatan kualitas
hidup masyarakatnya. Kondisi tersebut akan didukung oleh upaya mewujudkan
masyarakat yang bermoral, beretika dan berbudaya dalam suasana
bermasyarakat, membangun prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dalam
mengelola sumberdaya yang dimiliki, menerapkan nilai-nilai modern dalam
meningkatkan harkat dan martabat masyarakat, serta meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan hidup.
b. Misi Pembangunan Daerah
Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dengan moral
dan akhlak yang tinggi serta keterampilan yang memadai.
Meningkatkan interkoneksitas wilayah dan keterkaitan sektor ekonomi.
Meningkatkan kelembagaan dan peran masyarakat.
Meningkatkan penerapan hukum dan penerapan prinsip tata pemerintahan
yang baik.
Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam yang mengacu pada
kelestarian lingkungan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Untuk tanah sawah meliputi sawah yang berpengairan baik secara teknis
maupun sederhana, sawah tadah hujan dan sawah pasang surut. Pada tahun
2009, Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan
tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran subsektor-
subsektor di dalamnya. Subsektor tanaman bahan pangan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,29 persen, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan
tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan.
b. Perkebunan
Pada tahun 2008, beberapa jenis tanaman perkebunan mengalami
peningkatan produksi terbesar terjadi pada tanaman coklat yaitu sebesar 81,41
persen dari 398 ton tahun 2007 menjadi 722 ton tahun 2008,kemudian disusul
oleh kenaikan produksi jambu mente sebesar 75,68 persen yaitu dari 1.102 ton
tahun 2007 menjadi 1.936 ton pada tahun 2008.
c. Perindustrian
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan, sektor industri dibedakan
menjadi industri hasil pertanian, industri aneka, industri kimia serta industri
logam, mesin dan elektronika. Pada tahun 2008 di Kabupaten Gowa tercatat
sebanyak 3.942 perusahaan industri dengan 15.968 orang tenaga kerja.
Dibandingkan dengan tahun 2007, jumlah perusahaan industri mengalami
kenaikan sebesar 0,61 persen dengan kenaikan jumlah tenaga kerja sebesar
1,69 persen. Sektor Industri Pengolahan tumbuh 5,93 persen, melambat
dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh sebesar 7,17 persen. Perlambatan ini
disebabkan hampir semua subsektor mengalami pertumbuhan yang lebih
lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, subsektor Makanan,
Minuman dan Tembakau mengalami pertumbuhan 6,44 persen; subsektor
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki tumbuh 5,85 persen; subsektor Barang kayu
dan Hasil Hutan Lainnya 3,43 persen; Kertas dan Barang Cetakan 4,88 persen;
Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3,92 persen; Semen dan Barang Galian
Bukan Logam 2,68 persen; Logam Dasar Besi dan Baja 2,89 persen
(http://v2.gowakab.go.id).
d. Pertambangan
Hasil dari pertambangan/penggalian di kabupaten Gowa ternyata jenis
penggalian pasir pada tahun 2008 memberikan nilai yang terbesar dibanding
barang tambang/galian yang lain yaitu sebesar 766 juta rupiah. Disusul
kemudian tanah urug yang memberikan nilai produksi sebesar 747 juta rupiah.
Jauh meningkat bila dibandingkan hasil produksi tahun 2007.
Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh 15,10 persen pada tahun
2009, naik cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang 10,66 persen.
Pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan subsektor penggalian saja, dimana
Kabupaten Gowa dikenal dengan sumberdaya penggaliannya yaitu bahan
galian golongan C yang juga didistribusikan ke kabupaten–kabupaten lain.
e. Perdagangan
Jumlah perusahaan yang memperoleh surat izin usaha perusahaan (SIUP)
pada tahun 2008 sebanyak 1.819 perusahaan, terdiri dari 28 perusahaan besar,
30 perusahaan menengah dan 307 merupakan perusahaan kecil.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada sektor perdagangan pada
tahun 2008 sebanyak 1.292 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan
dibanding tahun 2007 yang berjumlah 900 orang atau naik sekita 43,50 persen.
Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran mengalami pertumbuhan paling
tinggi, yaitu 11,11 persen.
f. Pariwisata
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pun pada tahun 2009 mengalami
pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 9,42
persen pada tahun 2008 menjadi 10,29 persen. Subsektor Hotel tumbuh 5,97
persen. Sebagaimana diketahui, hotel dan penginapan hanya berada di daerah
wisata Malino saja di Kabupaten Gowa ini. Sedangkan subsektor Restoran
tumbuh sebesar 7,16 persen. Hal ini sejalan dengan semakin banyak tempat-
tempat makan yang baru dibuka di beberapa tempat, khususnya di
Sungguminasa.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Gowa sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.7.2 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Gowa
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Organik (Ipad 2, Ciherang) 1 Pasir
2 Padi IR 42 2 Batu Sungai
3 Padi Ciherang 3 Chipping
4 Kacang Tanah 4 Tanah Timbunan
5 Jagung Hibrida 5 Batu Gunung
6 Kacang Hijau 6 Sertu
7 Jagung Putih (Pulut) 7 Batu Besar
8 Jagung Kuning 8 -
9 Ubi Kayu 9 -
10 Ubi Jalar 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Kentang 1 Meubel
2 Tomat Buah 2 Pengolahan Kayu
3 Kangkung 3 Kerajinan Tangan
4 Pisang Ambon 4 Industri Bata Merah
5 Pisang Kepok 5 Paving Blok
6 Kacang Panjang 6 Industri Kue
7 Mangga Golek 7 Industri Pandai Besi
8 Nangka 8 Pengolahan Markisa
9 Mangga Harum Manis 9 Kripik Wortel
10 Langsat 10 Industri Dodol
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 1 Jual Beli Hasil Ternak
2 Kopi Robusta 2 Jual Beli Jagung
3 Kakao 3 Kios Pupuk
4 Cengkeh 4 Jual Beli Hasil Bumi
5 Kelapa Dalam 5 Toko Grosir
6 Tebu 6 Jual Beli Kopi
7 Kemiri 7 Warung Kelontong
8 Kelapa Hibrida 8 Kios Pulsa
9 Teh 9 Toko Campuran
10 Kapuk 10 Jual Beli Motor Bekas
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 1 Wisata Pantai
2 Ayam Ras (Pedaging) 2 Agrowisata
3 Kerbau 3 Restoran
4 Ayam Buras (Pedaging) 4 Rumah Makan
5 Kambing 5 Wisata Alam
6 Sapi Bali 6 Wisata Pemandian
7 Sapi Lokal 7 Warung Makan
8 Itik Alabio 8 Villah
9 Sapi Brahman 9 Warung Kopi
10 Kuda 10 Caffe
Perikanan Transportasi
1 Udang 1 Truk Barang
2 Telur Ikan Terbang 2 Pete2 Antar Kota
3 Kepiting 3 Pete2 Dalam Kota
4 Ikan Mas 4 Oplet Dalam Kota
5 Ikan Nila 5 Becak Motor
6 Ikan Mas Koi 6 Bis Antar Kota
7 Ikan Lele Dumbo 7 Ojek
8 Ikan Balanak 8 Becak Kayuh
9 Ikan Gabus 9 -
10 Ikan Mujair 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Service Tv Dan Elektronik
2 - 2 Bengkel Las
3 - 3 Servis Motor
4 - 4 Foto Copy
5 - 5 Tata Rias Pengantin
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Penjahit
8 - 8 Pangkas Rambut
9 - 9 Rental Truk
10 - 10 Persewaan Alat Pesta
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Gowa untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.7.3 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Gowa
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Organik (Ipad 2, Ciherang)
0,206 1 Pasir 0,194
2 Padi IR 42 0,181 2 Batu Sungai 0,177
3 Padi Ciherang 0,137 3 Chipping 0,165
4 Kacang Tanah 0,081 4 Tanah Timbunan 0,150
5 Jagung Hibrida 0,077 5 Batu Gunung 0,120
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Kentang 0,200 1 Meubel 0,158
2 Tomat Buah 0,160 2 Pengolahan Kayu 0,147
3 Kangkung 0,112 3 Kerajinan Tangan 0,120
4 Pisang Ambon 0,109 4 Industri Bata Merah 0,110
5 Pisang Kepok 0,093 5 Paving Blok 0,110
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 0,212 1 Jual Beli Hasil Ternak 0,163
2 Kopi Robusta 0,164 2 Jual Beli Jagung 0,147
3 Kakao 0,153 3 Kios Pupuk 0,133
4 Cengkeh 0,124 4 Jual Beli Hasil Bumi 0,097
5 Kelapa Dalam 0,079 5 Toko Grosir 0,091
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 0,243 1 Wisata Pantai 0,141
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,158 2 Agrowisata 0,133
3 Kerbau 0,131 3 Restoran 0,113
4 Ayam Buras (Pedaging) 0,127 4 Rumah Makan 0,109
5 Kambing 0,083 5 Wisata Alam 0,108
Perikanan Transportasi
1 Udang 0,217 1 Truk Barang 0,269
2 Telur Ikan Terbang 0,208 2 Pete2 Antar Kota 0,148
3 Kepiting 0,114 3 Pete2 Dalam Kota 0,145
4 Ikan Mas 0,108 4 Oplet Dalam Kota 0,132
5 Ikan Nila 0,081 5 Becak Motor 0,099
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Service Tv Dan Elektronik 0,190
2 - - 2 Bengkel Las 0,186
3 - - 3 Servis Motor 0,121
4 - - 4 Foto Copy 0,098
5 - - 5 Tata Rias Pengantin 0,095
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Gowa, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.7.4Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Gowa
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,161
2 Pertanian/Perkebunan 0,100
3 Perindustrian 0,099
4 Perdagangan 0,098
5 Pertanian/Hortikultura 0,093
6 Jasa 0,078
7 Kehutanan (non kayu) 0,074
8 Peternakan 0,069
9 Pertambangan/penggalian 0,064
10 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,064
11 Transportasi 0,055
12 Perikanan 0,045
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.7.5 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Gowa
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Organik (Ipad 2, Ciherang) 0,049
2 Padi IR 42 0,043
3 Padi Ciherang 0,032
4 Kopi Arabika 0,029
5 Kentang 0,027
KPJU Potensial
1 Jual Beli Hasil Ternak 0,025
2 Meubel 0,024
3 Jual Beli Jagung 0,023
4 Ayam Ras (Petelur) 0,023
5 Pengolahan Kayu 0,023
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Aula Bappeda Kabupaten Gowa pada hari Jumat 09
September 2012 Pukul 14.30 – 17.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Organik
Tabel 3.7.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Organik di Kabupaten Gowa
Peluang Tantangan
- Padi merupakan komoditi primadona
masyarakat
- Padi cocok dengan kondisi alam Kab.
Gowa
- Berpeluang jadi komoditi ekspor terutama
di Malaysia dan ASEAN umumnya
- Komoditas unggulan
- Produksi padi semakin meningkat
- Ada lembaga petani (Gapoktan), bank
yang bersedia jadi mediator
- Wilayah Gowa berbatasan dengan
Makassar sebagai sentra KTI
- Padi merupakan makanan pokok
- Permintan padi organik tinggi
- Ada penetapan harga dasar gabah
- Peningkatan SDM melalui sekolah lapang
- Ketersediaan pupuk organk
- Diversifikasi produk
- Alur pemasaran tidak terkoordinir dengan
baik
- Belum ada sertifikasi tentang kualitas padi
Gowa
- Model kelembagaan masih kurang terstruktur
- Banyak terjadi alih fungsi lahan
- Padi organik tidak dibeli oleh BULOG
- Rendahnya penanganan pasca panen
- Tidak ada lembaga khusus yang menangani
pemasaran
- Distribusi benih dan pupuk masih
bermasalah
- Kemampuan akses modal yang lemah
- Belum ada sertifikasi produk
- Harga hasil produksi masih dikuasai oleh
pedagang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan pertanian yang luas
- Tersedianya pupuk organik
- Penggunaan pupuk tidak maksimal
- Penggunaan teknologi belum maksimal
- Tenaga kerja belum profesional
- Penanganan distribusi belum optimal (selama
ini yang ditangani oleh gapoktan)
- Keterbatasan alat angkut
- Resiko susut hasil
- Kualitas bibit masih rendah
2. Padi IR 42
Tabel 3.7.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi IR
42 di Kabupaten Gowa
Peluang Tantangan
- Padi merupakan komoditi primadona
masyarakat
- Padi cocok dengan kondisi alam Kab.
Gowa
- Berpeluang jadi komoditi ekspor
terutama di Malaysia dan ASEAN
umumnya
- Komoditas unggulan
- Produksi padi semakin meningkat
- Ada lembaga petani (Gapoktan), bank
yang bersedia jadi mediator
- Wilayah Gowa berbatasan dengan
Makassar sebagai sentra KTI
- Padi merupakan makanan pokok
- Permintan padi organik tinggi
- Ada penetapan harga dasar gabah
- Peningkatan SDM melalui sekolah
lapang
- Ketersediaan pupuk organk
- Diversifikasi produk
- Alur pemasaran tidak terkoordinir dengan
baik
- Belum ada sertifikasi tentang kualitas padi
Gowa
- Model kelembagaan masih kurang
terstruktur
- Banyak terjadi alih fungsi lahan
- Rendahnya penanganan pasca panen
- Tidak ada lembaga khusus yang menangani
pemasaran
- Distribusi benih dan pupuk masih
bermasalah
- Kemampuan akses modal yang lemah
- Belum ada sertifikasi produk
- Harga hasil produksi masih dikuasi oleh
pedagang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan pertanian yang luas
- Tersedianya pupuk organik
- Penggunaan pupuk tidak maksimal
- Penggunaan teknologi belum maksimal
- Tenaga kerja belum profesional
- Penanganan distribusi belum optimal
(selama ini yang ditangani oleh gapoktan)
- Keterbatasan alat angkut
- Resiko susut hasil
- Kualitas bibit masih rendah
3. Padi Ciherang
Tabel 3.7.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciherang di Kabupaten Gowa
Peluang Tantangan
- Padi merupakan komoditi primadona
masyarakat
- Padi cocok dengan kondisi alam Kab.
Gowa
- Berpeluang jadi komoditi ekspor
terutama ke Malaysia dan ASEAN
umumnya
- Komoditas unggulan
- Produksi padi semakin meningkat
- Ada lembaga petani (Gapoktan), bank
yang bersedia jadi mediator
- Wilayah Gowa berbatasan dengan
Makassar sebagai sentra KTI
- Padi merupakan makanan pokok
- Permintan padi organik tinggi
- Ada penetapan harga dasar gabah
- Peningkatan SDM melalui sekolah
lapang
- Ketersediaan pupuk organk
- Diversifikasi produk
- Alur pemasaran tidak terkoordinir dengan
baik
- Belum ada sertifikasi tentang kualitas padi
Gowa
- Model kelembagaan masih kurang
terstruktur
- Banyak terjadi alih fungsi lahan
- Rendahnya penanganan pasca panen
- Tidak ada lembaga khusus yang menangani
pemasaran
- Distribusi benih dan pupuk masih
bermasalah
- Kemampuan akses modal yang lemah
- Belum ada sertifikasi produk
- Harga hasil produksi masih dikuasi oleh
pedagang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan pertanian yang luas
- Tersedianya pupuk organik
- Penggunaan pupuk tidak maksimal
- Penggunaan teknologi belum maksimal
- Tenaga kerja belum profesional
- Penanganan distribusi belum optimal
(selama ini yang ditangani oleh gapoktan)
- Keterbatasan alat angkut
- Resiko susut hasil
- Kualitas bibit masih rendah
4. Kopi Arabika
Tabel 3.7.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kopi
Arabika di Kabupaten Gowa
Peluang Tantangan
- Potensi pasar yang bagus
- Kopi arabika cocok dengan alam Kab.
Gowa
- Diversifikasi produk
- Mindset petani yang masih sulit diubah dan
wawasan rendah
- Alih fungsi penggilingan kopi
- Belum ada sertifikasi produk
- Harga hasil produksi masih dikuasi oleh
pedagang
- Modal yang dibutuhkan besar
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan pertanian luas
- SDM Tersedia
- Penggunaan pupuk tidak maksimal
- Penggunaan teknologi belum maksimal
- Tenaga kerja belum profesional
- Penjualan padi masih dalam keadaan hijau (
belum layak panen)
5. Kentang
Tabel 3.7.10 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kentang di
Kabupaten Gowa
Peluang Tantangan
- Diversifikasi produk
- Potensi wilayah memadai
- Komoditas ekspor
- Persaingan pasar
- Pemberian pupuk belum sempurna
- Belum ada sertifikasi produk
- Harga hasil produksi masih dikuasai oleh
pedagang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Pemasaran cukup luas
- Lahan pertanian luas
- Pengadaan bibit tidak inovatif dan kreatif
- Pengadaan bibit tidak tepat waktu
- Bahan baku mahal
- Bahan baku dikuasai pengusaha
- Penggunaan teknologi belum maksimal
- Tenaga kerja belum profesional
- Bibit masih kurang
- Penyakit tanaman
1. Geografis
Ibu kota kabupaten ini terletak di Bontosunggu. Kabupaten Jeneponto terletak
di ujung bagian barat dari wilayah Provinsi Sulawesi selatan dan merupakan daerah
pesisir pantai yang terbentang sepanjang 95 KM di bagian selatan. Secara geografis
terletak diantara 50 16’ 13” – 50 39’ 35” Lintang Selatan dan 120 40’ 19” – 120 7’ 51”
Bujur Timur. Kabupaten Jeneponto berbatasan dengan : Ditinjau dari batas-
batasnya maka pada sebelah Utara berbatasan dengan Gowa, sebelah selatan
berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Takalar dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 749,79 km2 dan berpenduduk sebanyak
330.735 jiwa, kondisi tanah (topografi) pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi
dengan ketinggian 500 s.d 1400 m, bagian tengah 100 s.d 500 m dan pada bagian
selatan 0 s.d 150 m di atas permukaan laut.
Kabupaten Jeneponto terdiri 11 kecamatan yaitu Arungkeke, Bangkala,
Bangkala Barat, Batang, Binamu, Bonto Ramba, Kelara, Rumbia, Tamalatea,
Tarowang, Turatea.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Masyarakat Jeneponto yang Sejahtera dan Bermartabat.”
b. Misi Pembangunan Daerah
Penguatan Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat,
Pengembangan Kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat,
Peningkatan Sarana dan Prasarana Wilayah secara Merata dan,
Penguatan dan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Pertanian Jeneponto sangat potensial dengan luas lahan 70.495 Ha atau
90,02% dari luas wilayah Kabupaten Jeneponto. Sawah seluas 16.542,62 Ha
dan lahan kering 37.184 Ha, sementara pemanfaatan lahan melalui
pengembangan komoditas tanaman pangan seperti padi, palawija, hortikultura,
dan tanaman perkebunan lainnya.
Pada musim tanam 2011/2012, produksi jagung Jeneponto 262.365,27 ton
pipil kering pada luas tanam 53.560 Ha dengan produktivitas 5,30 ton/ha, atau
naik 5% dari tahun sebelumnya. Padi mencapai 130.498 ton atau naik 5% dari
tahun sebelumnya dengan luas tanam 22.733 Ha dan produktivitas 6,39 ton/ha
(infopublik.kominfo.go.id).
Demikian pula dengan tanaman palawija lainnya rata-rata menunjukkan
hasil yang lebih baik dari panen sebelumnya. Guna pencapaian program
overstock beras 2 juta ton dan jagung,1,5 juta ton sebagai program Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan, maka daerah ini telah melakukan optimalisasi lahan
di seluruh wilayah yang ditunjang dengan pemberian bantuan seperti bibit, alat-
alat mesin pertanian, dan pembangunan infrastruktur pertanian.
Ke depan lahan pertanian di Kabupaten Jeneponto akan semakin
produktif, karena didukung oleh pembangunan Waduk Irigasi Kareloe yang
telah dicanangkan pembangunannya pada 4 Juli 2012 oleh Gubernur Sulawesi
Selatan. Waduk tersebut akan mampu mengairi lahan persawahan seluas
7.004 Ha dan direncanakan akan tuntas pembangunannya pada tahun 2017.
b. Perkebunan
Jumlah produksi perkebunan kelapa tahun 2010 yang terdiri dari kelapa
dalam : 2.045 ton dan kelapa hybrida : 116 ton. Luas lahan perkebunan rakyat
untuk kelapa dalam : 5.513 Ha. Jumlah produksi perkebunan kopi tahun 2010
yang terdiri dari kopi arabika : 1.300 Ton. Luas Lahan Perkebunan Rakyat
Untuk Kopi terdiri dari TBM : 450 Ha, TM : 1.675 Ha, TT/TR : 313 Ha. Selain
kelapa dan kopi, komoditi unggul lainnya yang terdapat di Jeneponto adalah
cengkeh. Produksi cengkeh untuk tahun 2006 : 36 ton dan untuk tahun 2009 :
55 ton (http://regionalinvestment.bkpm.go.id).
c. Peternakan
Potensi peternakan sapi di Jeneponto memang sangat potensial. Hal ini
terbukti dari semakin meningkatnya jumlah ternak sapi dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2008 jumlah ternak sapi sebesar 17.212 ekor. Pada tahun 2009
berjumlah 20.246 ekor. Kemudian pada tahun 2010 kembali meningkat dengan
total ternak sapi sebanyak 24.856 ekor (http://regionalinvestment.bkpm.go.id).
d. Perikanan
Jenis dan jumlah produksi perikanan budidaya laut tahun 2008 : Untuk
Rumput Laut : 141.216 ton. Sedangkan jenis dan jumlah produksi perikanan
budidaya tambak tahun 2008 Ikan Bandeng : 2.904 ton, Ikan Lainnya : 8,2 ton,
Udang Windu : 680 ton, Udang Vannamei : 2,1 ton.
e. Perindustrian
Kabupaten Jeneponto dengan panjang garis pantai yang mencapai 114 km
dan potensi areal budidaya seluas 8.150 Ha menjadi salah satu wilayah
pengembangan industrialisasi perikanan di bidang rumput laut di Sulawesi
Selatan. Dalam merealisasikan program industrialisasi perikanan dimana salah
satu komoditinya adalah rumput laut yang harus dikembangkan sehingga
rumput laut ini dapat memberikan nilai tambah yang dapat diperoleh dengan
cara mengolah dan penerapan teknologi baru. Sehingga harapan ke depan
rumput laut tidak hanya di jual kering, akan tetapi sudah dapat diolah dulu baru
dijual.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Jeneponto sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.8.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Jeneponto
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Jagung Hibrida 1 Kerikil
2 Padi Memberamo 2 Sirtu
3 Padi Ciliwung 3 Pasir
4 Jagung Kuning 4 Batu gunung
5 Padi Ciherang 5 Galian C
6 Padi Ketan Hitam 6 Batu sungai
7 Kacang Hijau 7 -
8 Ubi Kayu 8 -
9 Kacang Tanah 9 -
10 Ubi Jalar 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Bawang Merah 1 Industri Garam
2 Cabai Merah 2 Meubel
3 Cabai Rawit 3 Penggilingan Jagung
4 Cabai Keriting 4 Penggilingan Padi
5 Mangga Harumanis 5 Gula Merah
6 Mangga Golek 6 Penggilingan Pasir
7 Mangga Manalagi 7 Pandai Besi
8 Pisang Raja 8 Anyaman Tikar
9 Nangka 9 Anyaman Lontar
10 Jambu Mete 10 Pembuatan Lilin
Perkebunan Perdagangan
1 Cokelat 1 Beras
2 Kopi Robusta 2 Jagung Kuning
3 Cengkeh 3 Sayur Masyur
4 Kelapa Dalam 4 Kelapa
5 - 5 Gaplek (Ubi Kayu Kering)
6 - 6 Grosir Barang Campuran
7 - 7 Toko Kelontong
8 - 8 Kios Barang Campuran
9 - 9 Bahan Bangunan
10 - 10 Kayu Jati
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Kuda 1 Wisata Alam (Gunung, Air Tejun, Goa)
2 Sapi (Lokal) 2 Wisata Pantai
3 Kerbau 3 Wisata Pemandian
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Rumah Makan (Umum)
5 Ayam Ras (Petelur) 5 Warung Soto
6 Kambing (Lokal) 6 Wisma
7 Sapi Brahma 7 Agrowisata (Strawberi)
8 Ayam Buras 8 Warung Bakso
9 Itik 9 Sarana Out Bond
10 Domba 10 Wisata Adat (Rumah, Kampung)
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 1 Angkutan Kota (Mikrolet, Pete-Pete)
2 Ikan Bandeng 2 Angkutan Antar Kota (Bus)
3 Udang Windu 3 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
4 Ikan Lele Dumbo 4 Pick Up (Angkutan Orang)
5 Lobster 5 Truk (Angkutan Orang)
6 Ikan Kakap Merah 6 Ojek
7 Ikan Kerapu 7 Becak Motor (Bentor)
8 Ikan Layang 8 Becak Kayuh
9 Belut 9 Dokar (Bendi)
10 Ikan Belanak 10 Perahu
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
2 - 2 Bengkel Motor
3 - 3 Penjahit
4 - 4 Bengkel Las
5 - 5 Fotocopy
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Pangkas Rambut
8 - 8 Tukang Kayu
9 - 9 Jasa Penggilingan Padi
10 - 10 Tukang Batu
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Jeneponto untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.8.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Jeneponto
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Jagung Hibrida 0,152 1 Kerikil 0,196
2 Padi Memberamo 0,146 2 Sirtu 0,193
3 Padi Ciliwung 0,141 3 Pasir 0,189
4 Jagung Kuning 0,121 4 Batu Gunung 0,151
5 Padi Ciherang 0,112 5 Galian C 0,144
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Bawang Merah 0,162 1 Industri Garam 0,144
2 Cabai Merah 0,155 2 Meubel 0,123
3 Cabai Rawit 0,112 3 Penggilingan Jagung 0,116
4 Cabai Keriting 0,110 4 Penggilingan Padi 0,110
5 Mangga Harumanis 0,096 5 Gula Merah 0,107
Perkebunan Perdagangan
1 Cokelat 0,175 1 Beras 0,162
2 Kopi Robusta 0,171 2 Jagung Kuning 0,154
3 Cengkeh 0,141 3 Sayur Masyur 0,143
4 Kelapa Dalam 0,123 4 Kelapa 0,109
5 Lontar/Siwalan 0,093 5 Gaplek (Ubi Kayu Kering) 0,104
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Kuda 0,198 1 Wisata Alam (Gunung, Air Tejun, Goa)
0,140
2 Sapi (Lokal) 0,157 2 Wisata Pantai 0,137
3 Kerbau 0,119 3 Wisata Pemandian 0,129
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,108 4 Rumah Makan (Umum) 0,114
5 Ayam Ras (Petelur) 0,095 5 Warung Soto 0,095
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 0,250 1 Angkutan Kota (Mikrolet, Pete-Pete)
0,185
2 Ikan Bandeng 0,152 2 Angkutan Antar Kota (Bus) 0,160
3 Udang Windu 0,109 3 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
0,130
4 Ikan Lele Dumbo 0,096 4 Pick Up (Angkutan Orang) 0,105
5 Lobster 0,082 5 Truk (Angkutan Orang) 0,091
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
0,132
2 - - 2 Bengkel Motor 0,123
3 - - 3 Penjahit 0,102
4 - - 4 Bengkel Las 0,102
5 - - 5 Fotocopy 0,097
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Jeneponto, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.8.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Jeneponto
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,184
2 Perikanan 0,143
3 Perdagangan 0,101
4 Pertanian/Hortikultura 0,092
5 Pertanian/Perkebunan 0,079
6 Peternakan 0,078
7 Jasa 0,078
8 Transportasi 0,072
9 Kehutanan (Non Kayu) 0,052
10 Perindustrian 0,047
11 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,040
12 Pertambangan/Penggalian 0,034
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.8.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Jeneponto
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Rumput Laut 0,052
2 Jagung Hibrida 0,042
3 Padi Memberamo 0,040
4 Padi Ciliwung 0,039
5 Jagung Kuning 0,033
KPJU Potensial
1 Ikan Bandeng 0,032
2 Padi Ciherang 0,031
3 Beras 0,024
4 Jagung Kuning 0,023
5 Kuda 0,023
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Gedung Pemda Kab. Jeneponto pada hari Jum’at, 23
November 2012 Pukul 14.30 – 16.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Rumput Laut
Tabel 3.8.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumput
Laut di Kabupaten Jeneponto
Peluang Tantangan
- Pasar internasional menjanjikan (ekspor)
- Penyerapan tenaga kerja
- Didukung dengan program pengembangan
oleh pemerintah daerah
- Teknologi budidaya sederhana dan mudah
diterapkan
- Faktor alam/kondisi laut
- Kualitas masih rendah, sehingga harga jual
tidak stabil
- Butuh modal yang cukup besar
- Kurang akses informasi mengenai
perkembangan harga
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit cukup tersedia, tempat penjemuran
yang murah dan mudah
- SDM tersedia
- Bibit ditangani oleh Gapoktan
- Sudah melibatkan mesin
- Lahan cukup luas untuk potensi budi daya
- Ketersediaan bibit unggul masih kurang
- SDM tenaga produksi yang handal masih
kurang
- Kualitas produksi masih rendah
- Teknologi produksi dan pasca panen masih
rendah
- Alat pengering masih kurang
- Produktivitas masih rendah
- Rentah hama dan penyakit
- Sanitasi
2. Jagung Hibrida
Tabel 3.8.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Hibrida di Kabupaten Jeneponto
Peluang Tantangan
- Luas areal tanam cukup luas
- Petani paham teknologi pengelolaannya
- Ditetapkan sebagai komoditi unggulan
kabupaten
- Masyarakat dominan petani jagung
- Iklim sesuai
- Harga tidak stabil, banyak dimainkan oleh
spekulan/tengkulak
- Curah hujan yang tinggi merusak hasil panen
- Banyaknya merek jagung menjadikan
pengwilayahan komoditas terganggu
- Petani masih bingung dengan prospek pasar
jagung
- Kurang akses informasi mengenai
perkembangan harga
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku memadai,
- Sudah melibatkan mesin
- Tenaga kerja melimpah, dan sarana
- Harga bibit mahal, penanganan pupuk masih
tertutup,
- Penanaman jagung masih bersifat diagonal
pengolahan tersedia
- SDM tersedia
- Bibit ditangani oleh Gapoktan
- Tidak ada kendala berarti dalam distribusi
produk, karena pembeli langsung
menjemput hasil pertanian
- Tenaga kerja banyak
- SDM tenaga produksi yang handal masih
kurang
- Kualitas produksi masih rendah
- Teknologi produksi dan pasca panen masih
harus ditingkatkan
- Alat pengering masih kurang
- Transportasi sedikit kurang lancar
- Pengolahan pasca panen dan penggunaan
teknologi masih rendah
3. Padi Membramo
Tabel 3.8.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Membramo di Kabupaten Jeneponto
Peluang Tantangan
- Area tanam masih luas
- Kondisi tanah dan iklim cocok
- Harga jual tinggi
- Menjadi primadona petani
- Banyak home industry yang menggunakan
Mambramo sebagai bahan baku
- Masyarakat sangat menyukai padi
Mamberamo
- Penggunaan varietas terus menerus dapat
menyebabkan eksplorasi hama dan penyakit
tanaman
- Penyuluhan kepada petani masih kurang
- Petani kurang faham bagaimana
meningkatkan kualitas
- Harga tidak stabil, banyak dimainkan oleh
spekulan/tengkulak
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit unggul, sudah ada penangkaran
- SDM tersedia; didukung oleh pemerintah,
bibit ditangani oleh Gapoktan
- Produksi berupaya terus ditingkatkan
- Sudah melibatkan mesin
- Pembeli datang menjemput hasil pertanian
- Tidak ada kendala berarti dalam distribusi
produk, karena pembeli langsung
menjemput hasil pertanian
- Produktivitas tinggi
- Rasanya enak dan pulen
- Harga bibit mahal, penanganan pupuk masih
tertutup,
- SDM tenaga produksi yang handal masih
kurang
- Kualitas produksi masih rendah
- Teknologi produksi dan pasca panen masih
harus ditingkatkan
- Sarana pengairan masih kurang
- Benih unggul berkualitas masih rendah
jumlahnya
- Alat pengering masih kurang
- Kurang akses informasi mengenai
perkembangan harga
- Sarana/infrastruktur jalan untuk distribusi
harus dibenahi karena pedagang
membutuhkan akses yang mudah dan lancar
4. Padi Ciliwung
Tabel 3.8.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Jeneponto
Peluang Tantangan
- Area tanam masih luas
- Kondisi tanah dan iklim cocok
- Harga jual tinggi
- Menjadi primadona petani
- Penggunaan varietas terus menerus dapat
menyebabkan eksplorasi hama dan penyakit
tanaman
- Penyuluhan kepada petani masih kurang
- Petani kurang faham bagaimana
meningkatkan kualitas
- Harga tidak stabil, banyak dimainkan oleh
spekulan/tengkulak
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit unggul, sudah ada penangkaran
- SDM tersedia; didukung oleh pemerintah,
bibit ditangani oleh Gapoktan
- Produksi berupaya terus ditingkatkan
- Sudah melibatkan mesin
- Pembeli datang menjemput hasil pertanian
- Tidak ada kendala berarti dalam distribusi
produk, karena pembeli langsung
menjemput hasil pertanian
- Produktivitas tinggi
- Rasanya enak dan pulen
- Harga bibit mahal, penanganan pupuk masih
tertutup,
- SDM tenaga produksi yang handal masih
kurang
- Kualitas produksi masih rendah
- Teknologi produksi dan pasca panen masih
harus ditingkatkan
- Sarana pengairan masih kurang
- Benih unggul berkualitas masih rendah
jumlahnya
- Alat pengering masih kurang
- Kurang akses informasi mengenai
perkembangan harga
- Sarana/infrastruktur jalan untuk distribusi
harus dibenahi karena pedagang
membutuhkan akses yang mudah dan lancar
5. Jagung Kuning
Tabel 3.8.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Kuning di Kabupaten Jeneponto
Peluang Tantangan
- Luas areal tanam cukup luas
- Petani paham teknologi pengelolaannya
- Ditetapkan sebagai komoditi unggulan
kabupaten
- Masyarakat dominan petani jagung
- Iklim sesuai
- Harga tidak stabil, banyak dimainkan oleh
spekulan/tengkulak
- Curah hujan yang tinggi merusak hasil panen
- Banyaknya merek jagung menjadikan
pengwilayahan komoditas terganggu
- Petani masih bingung dengan prospek pasar
jagung
- Kurang akses informasi mengenai
perkembangan harga
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku memadai,
- Sudah melibatkan mesin
- Harga bibit mahal, penanganan pupuk masih
tertututp,
- Tenaga kerja melimpah, dan sarana
pengolahan tersedia
- SDM tersedia
- Bibit ditangani oleh Gapoktan
- Tidak ada kendala berarti dalam distribusi
produk, karena pembeli langsung
menjemput hasil pertanian
- Tenaga kerja banyak
- Penanaman jagung masih bersifat diagonal
- SDM tenaga produksi yang handal masih
kurang
- Kualitas produksi masih rendah
- Teknologi produksi dan pasca panen masih
harus ditingkatkan
- Alat pengering masih kurang
- Transportasi sedikit kurang lancar
- Pengolahan pasca panen dan penggunaan
teknologi masih rendah
1. Geografis
Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan salah satu di antara 24
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang letaknya di ujung selatan Pulau
Sulawesi dan memanjang dari Utara ke Selatan. Daerah ini memiliki kekhususan
yakni satu-satunya Kabupaten di Sulawesi Selatan yang seluruh wilayahnya
terpisah dari daratan Sulawesi dan terdiri dari gugusan beberapa pulau sehingga
membentuk suatu wilayah kepulauan.
Gugusan pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar secara keseluruhan berjumlah
130 buah, 7 (tujuh) diantaranya kadang tidak terlihat (tenggelam) pada saat air
pasang.
Secara geografis, Kabupaten Kepulauan Selayar berada pada koordinat (letak
astronomi) 5°42' - 7°35' Lintang Selatan dan 120°15' - 122°30' Bujur Timur yang
berbatasan dengan:
Utara : Kabupaten Bulukumba dan Teluk Bone
Selatan : Provinsi Nusa Tenggara Timur
Barat : Laut Flores dan Selat Makassar
Timur : Laut Flores (Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Ibu kota kabupaten Kepulauan Selayar adalah Kota Benteng. Kabupaten ini
memiliki luas sebesar 10.503,69 km2 (wilayah daratan dan lautan) dan
berpenduduk sebanyak 134.000 jiwa. Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 2
sub area wilayah pemerintahan yaitu wilayah daratan yang meliputi kecamatan
Benteng, Bontoharu, Bontomanai, Buki, Bontomatene, dan Bontosikuyu serta
wilayah kepulauan yang meliputi kecamatan Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur,
Takabonerate, Pasimarannu, dan Pasilambena.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Selayar Sebagai Kabupaten Kepulauan yang Maju, Sejahtera dan Relegius”
b. Misi Pembangunan Daerah
Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia
Meningkatkan Infrastruktur dasar Masyarakat
Memberdaykan Ekonomi Kerakyatan
Mengoptimalkan Pengelolaan Sumberdaya alam Secara Berkelanjutan
Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan dan Penegakan Hukum
Mengembangkan Pembinaan Kehidupan Beragama
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Pada Tahun 2010, sektor pertanian masih memberikan sumbangan
terbesar pada perekonomian Kabupaten Selayar, yaitu sebesar 40,44 persen,
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 42,25
persen. Jumlah produksi pertanian tanaman pangan, peternakan, dan produksi
ikan dapat dilihat pada tabel di samping kanan.
Merujuk hasil Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2010,
jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 56,44 persen.
Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 58,27
persen. Artinya sebagian kecil penduduk sudah meninggalkan sektor pertanian
sebagai mata pencahariannya.
Persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian (56,44
persen) lebih besar dibandingkan dengan nilai kontribusi sektor pertanian
terhadap perekonomian Kabupaten Selayar (40,44 persen). Artinya
kesejahteraan petani masih belum sesuai dengan seharusnya.
(http://selayarkab.bps.go.id).
b. Perkebunan
Pada tahun 2010, subsektor perkebunan mengalami pertumbuhan sebesar
4,77 persen. Beberapa komoditi utama subsektor perkebunan ini adalah
cengkeh, jambu mete, dan kelapa.
c. Peternakan
Peningkatan produksi peternakan telah diupayakan dengan program
Swasembada Sapi Potong yang dicanangkan Bupati Kabupaten Kepulauan
Selayar dengan membagikan bibit-bibit sapi kepada para kelompok tani di
desa-desa.
d. Perikanan
Produksi ikan tertinggi diduduki oleh kecamatan Pasimarannu yang
merupakan kecamatan kepulauan. Disusul oleh kecamatan Bontosikuyu,
Bontoharu, dan Bontomatene. Produksi ikan terkecil dihasilkan kecamatan
Benteng yang merupakan ibukota kabupaten.
e. Pariwisata
Potensi wisata di Kabupaten Kepulauan Selayar cukup banyak salah
satunya yang terkenal adalah taman nasional Takabonerate yang merupakan
objek wisata bahari. Jumlah wisatawan yang mengunjungi taman nasional
Takabonerate pada tahun 2009 mencapai 576 orang. Jumlah ini menurun pada
2010 yang hanya mendapat kunjungan dari 145 wisatawan dalam negeri dan 5
wisatawan asing. Promosi mengenai taman nasional Takabonerate harus lebih
ditingkatkan. Selain itu kemudahan akses menuju ke kepulauan Takabonerate
juga harus dipermudah. Sehingga lebih banyak lagi wisatawan yang berminat
untuk berkunjung.
Hingga saat ini, hanya ada 8 (delapan) hotel/penginapan yang ada di
kabupaten kepulauan Selayar. Selain digunakan sebagai penginapan bagi para
wisatawan, hotel-hotel di kabupaten Kepulauan Selayar juga banyak digunakan
oleh berbagai instansi baik vertikal maupun instansi di lingkup pemerintahan
daerah sebagai tempat pertemuan, rapat, atau pelatihan. Dengan demikian,
bisnis perhotelan terus meningkat dan tumbuh. Pada tahun 2010, pertumbuhan
subsektor hotel mencapai 2,58 persen (http://selayarkab.bps.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Kepulauan Selayar sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan
long list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10
besar peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.9.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Kepulauan Selayar
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Jagung Kuning (Lokal) 1 Pasir
2 Kacang Hijau 2 Pasir Besi
3 Kacang Tanah 3 Sirtu
4 Padi Inpari (7,8,10) 4 Batu Kapur
5 Ubi Kayu 5 Tanah Uruk
6 Ubi Jalar 6 Batu Gunung
7 Uhi 7 Granit
8 Batara Tojeng (Sorgum) 8 -
9 Opa 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Melinjo 1 Pengolahan Arang (Kopra)
2 Jambu Mente 2 Meubel
3 Jeruk Manis 3 Pengolahan Kue
4 Mangga Golek 4 Keripik Melinjo
5 Sukun 5 Terasi
6 Nangka 6 Ikan Asin
7 Pisang Raja 7 Keripik Pisang
8 Mangga Harummanis 8 Abon Ikan
9 Mangga Madu 9 Kerajinan Cangkang Kerang - Pajangan
10 Mangga Manalagi 10 Pabrik Es ( Skala Menengah)
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 1 Kios-Kios Makanan Minuman
2 Kelapa Dalam 2 Kopra
3 Pala 3 Ikan
4 Kenari 4 Kelapa
5 Kemiri 5 Kacang Mente
6 Kakao 6 Kambing
7 Lada 7 Hewan
8 Holasa/Bitti (Jati) 8 Ubi Kayu
9 Kelapa Hibrida Joro 9 Jagung
10 Asam Jawa 10 Kacang Tanah
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Buras 1 Hotel Melati
2 Sapi (Lokal) 2 Wisata Pantai
3 Kambing 3 Warung Makan
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Wisata Alam (Gunung, Air Terjun, Goa)
5 Kuda 5 Pusat Perbelanjaan (Plaza)
6 Itik Petelur 6 Telapak Kaki Sawerigading
7 Ayam Ras (Petelur) 7 Qur'an Besar
8 Kerbau 8 Kampung Mingangtugu
9 Domba 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Teripang 1 Angkutan Antar Kota (Bus)
2 Rumput Laut 2 Kapal Motor
3 Ikan Kakap (Tangkap) 3 Angkutan Barang (Pick Up)
4 Lobster (Tangkap) 4 Angkutan Kota (Pete-Pete, Panther)
5 Ikan Kerapu (Budidaya) 5 Ojek
6 Ikan Baronang 6 Becak
7 Udang Windu (Tangkap) 7 Angkutan Roda Tiga (Triseda, Kaisar)
8 Ikan Cakalang 8 -
9 Ikan Bandeng 9 -
10 Ikan Teri 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Motor
2 - 2 Bengkel Mobil
3 - 3 Lembaga Kursus (Keahlian)
4 - 4 Servis Elektronik
5 - 5 Sewa Mesin Kapal
6 - 6 Warnet
7 - 7 Percetakan
8 - 8 Las
9 - 9 Pangkas Rambut
10 - 10 Tukang Jahit
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Kepulauan Selayar untuk
dibandingkan secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list
tersebut adalah 11 kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli
tingkat provinsi. Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan
pemeringkatan baru dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di
tabel berikut.
Tabel 3.9.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Kepulauan Selayar
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tanaman Pangan
Pertambangan
1 Jagung Kuning (Lokal) 0,209 1 Pasir 0,263
2 Kacang Hijau 0,159 2 Pasir Besi 0,225
3 Kacang Tanah 0,157 3 Sirtu 0,149
4 Padi Inpari (7,8,10) 0,141 4 Batu Kapur 0,114
5 Ubi Kayu 0,112 5 Tanah Uruk 0,111
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Melinjo 0,230 1 Pengolahan Arang (Kopra)
0,339
2 Jambu Mente 0,144 2 Meubel 0,117
3 Jeruk Manis 0,130 3 Pengolahan Kue 0,111
4 Mangga Golek 0,080 4 Keripik Melinjo 0,102
5 Sukun 0,077 5 Terasi 0,095
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 0,198 1 Kios-Kios Makanan Minuman
0,282
2 Kelapa Dalam 0,181 2 Kopra 0,189
3 Pala 0,130 3 Ikan 0,182
4 Kenari 0,117 4 Kelapa 0,101
5 Kemiri 0,109 5 Kacang Mente 0,092
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Buras 0,281 1 Hotel Melati 0,256
2 Sapi (Lokal) 0,264 2 Wisata Pantai 0,237
3 Kambing 0,134 3 Warung Makan 0,202
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,091 4 Wisata Alam (Gunung, Air Terjun, Goa)
0,103
5 Kuda 0,089 5 Pusat Perbelanjaan (Plaza)
0,071
Perikanan Transportasi
1 Teripang 0,215 1 Angkutan Antar Kota (Bus)
0,226
2 Rumput Laut 0,187 2 Kapal Motor 0,204
3 Ikan Kakap (Tangkap) 0,168 3 Angkutan Barang (Pick Up)
0,180
4 Lobster (Tangkap) 0,121 4 Angkutan Kota (Pete-Pete, Panther)
0,172
5 Ikan Kerapu (Budidaya) 0,093 5 Ojek 0,096
Kehutanan Jasa
1 - - 1 Bengkel Motor 0,270
2 - - 2 Bengkel Mobil 0,147
3 - - 3 Lembaga Kursus (Keahlian)
0,118
4 - - 4 Servis Elektronik 0,106
5 - - 5 Sewa Mesin Kapal 0,095
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Kepulauan Selayar,
diperlukan analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP
untuk mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas
sektor/subsektor lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran
masing-masing sektor terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan
daya saing, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh
responden ahli tingkat kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis
data tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.9.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Kepulauan Selayar
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Perikanan 0,186
2 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,142
3 Peternakan 0,108
4 Transportasi 0,093
5 Perdagangan 0,080
6 Jasa 0,077
7 Perindustrian 0,070
8 Pertanian/Perkebunan 0,065
9 Pertanian/Tan. Pangan 0,063
10 Pertanian/Hortikultura 0,055
11 Pertambangan/Penggalian 0,040
12 Kehutanan (Non Kayu) 0,021
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.9.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Kepulauan Selayar
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Teripang 0,051
2 Rumput Laut 0,044
3 Hotel Melati 0,042
4 Ikan Kakap (Tangkap) 0,040
5 Wisata Pantai 0,039
KPJU Potensial
1 Ayam Buras 0,035
2 Sapi (Lokal) 0,033
3 Warung Makan 0,033
4 Pengolahan Arang (Kopra) 0,031
5 Lobster (Tangkap) 0,029
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Reyhan Resto and Coffee Benteng, Selayar pada hari Kamis,
15 November 2012 Pukul 13.30 – 14.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi
hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Teripang
Tabel 3.9.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Teripang di
Kabupaten Kepulauan Selayar
Peluang Tantangan
- Daerah kepulauan selayar merupakan
habitat yang potensial bagi teripang
- Nilai ekonominya cukup tinggi
- Pasar yang cukup menjanjikan
- Wilayah laut selayar cukup luas
- Geografi selayar cukup baik untuk
budidaya teripang
- Kebijakan pemerintah belum ada terkait
penggunaan kompresor
- Kerusakan terumbu karang karena
pengambilan teripang
- Beberapa lokasi penyelaman sudah tidak
lagi potensial
- Kurangnya SDM dan kesadaran masyarakat
tentang menjaga ekosistem laut
- Belum ada intervensi pemerintah untuk
peningkatan produksi misalnya proses
budidaya sehingga menunjang untuk di
ekspor
- Pemda tidak memperhatikan aspek
pemasaran sehingga diambil alih
didistribusikan oleh Pemda Bantaeng dan
Bulukumba
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku diperoleh langsung dari alam
- Bahan baku tersedia melimpah di alam
dan pembibitan cukup disebarkan saja
- Dapat diolah menjadi berbagai produk
yang bermanfaat
- Pemasaran cukup luas
- Tenaga kerja atau penyelam teripang
cukup banyak
- Tidak dibudidayakan
- Pengolahan masih dilakukan secara
tradisonal dan habitat yang sudah mulai
berkurang
- Dilakukan secara sederhana dan tidak bisa
diproduksi secara terus menerus
- Hasil produksi umumnya dikumpulkan oleh
pengumpul di Bantaeng dan Bulukumba
sehingga harganya sangat rendah dan tidak
menentu
2. Rumput Laut
Tabel 3.9.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumput
Laut di Kabupaten Kepulauan Selayar
Peluang Tantangan
- Memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
- Dapat diolah menjadi berbagai produk
- Teknologi pengembanganya cukup mudah
- SDA mendukung berupa garis pantai yang
cukup panjang di selayar
- Tidak membutuhkan modal yang banyak
- Peluang pasar cukup
- Dapat diolah menjadi dodol rumput laut
atau bahan makanan lain
- Memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang
cukup tinggi
- Pada bulan September – November kondisi
rumput laut mulai membusuk dan belum ada
obatnya
- Kultur masyarakat yang belum sepenuhnya
mengerti tentang budidaya rumput laut
- Kondisi air yang tidak berarus dan tidak
bergerak mempengaruhi pertumbuhan rumput
laut
- Belum ada akses modal
- Kondisi alam yakni ombak yang cukup besar
- Harga jual yang rendah
- Masih rendahnya animo masyarakat untuk
budidaya rumput laut
- Pemda tidak memperhatikan aspek
pemasaran sehingga diambil alih
didistribusikan oleh pemda bantaeng dan
bulukumba
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit diperoleh dari bantuan pemda dan
dibudidayakan sendiri oleh petani
- Bibit dapat dibudidayakan dan hasil
produksi dijadikan kembali sebagai
tanaman awal (bibit)
- Pemasaran luas
- Bibit juga dibeli dari daerah lain
- Penyakit yang disebabkan oleh pemboman,
pembiusan dan arus air laut
- Langsung dijual dalam keadaan mentah
karena tidak ada teknologi untuk
memproduksi
- Hasil produksi umumnya dikumpulkan oleh
pengumpul di Bantaeng dan Bulukumba
sehingga harganya sangat rendah dan tidak
menentu
3. Hotel Melati
Tabel 3.9.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Hotel Melati
di Kabupaten Kepulauan Selayar
Peluang Tantangan
- Daerah selayar adalah daerah wisata
yang cukup berkembang
- Adanya pertumbuhan ekonomi di sektor
pariwisata
- Pengunjung selayar yang semakin
banyak sehingga membutuhkan akses
perhotelan
- Tingkat hunian yang rendah
- Persaingan semakin ketat dengan hotel
berbintang karena selayar telah menjadi
daerah wisata
- Sulitnya memperoleh modal usaha
- Dominan hotel dan restoran masih di daerah
kota benteng dan masih kurang di daerah
kepulauan sehingga rumah – rumah
penduduk yang dijadikan penginapan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku bangunan dapat diperoleh - Mahalnya biaya bangunan karena akses
dari daerah lain karena masih adanya
akses transportasi
- Adanya SDM yang dapat membuat
berbagai bangunan hotel
transportasi
- Manajemen hotel serta sarana dan
prasarana hotel yang belum memadai
- Fasilitas yang kurang dan strategi
pemasaran sederhana
- pengunjung datangnya hanya dalam waktu-
waktu tertentu
4. Ikan Kakap (Tangkap)
Tabel 3.9.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan Kakap
(Tangkap) di Kabupaten Kepulauan Selayar
Peluang Tantangan
- Keberlanjutan produksi yang mendukung
karena luasnya daerah perairan
- Ikan kakap mudah diperoleh
- Modal yang tidak terlalu besar
- Nilai jualnya bagus
- Memiliki daging yang bergizi dan dapat
diolah menjadi berbagai produk makanan
- Minimnya akses permodalan bagi nelayan
- Jaminan harga yang tidak menentu
- Sistem “punggawa – sawi “ (pengumpul)
yang merugikan nelayan
- Pihak pengumpul dari daerah kepulauan
yang mendistribusikan ikan, dapat
memainkan harga
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku langsung dari alam karena
luasnya daerah perairan sebagai habitat
- Lahan perairan untuk budidaya cukup
luas
- Pemasaran luas hingga ke luar negeri
- Budidaya yang cukup mudah
- Adanya pemboman menyebabkan telur ikan
juga hancur
- Belum dibudidayakan
- Langsung dijual dalam keadaan mentah
karena tidak ada teknologi untuk
memproduksi
- Pemasaran terkendala pada aspek
transportasi sehingga hanya di pasarkan di
daerah kepulauan.
- Alat tangkap yang digunakan masih
tradisional
- Susah untuk mempertahankan kualitas
produksi
5. Wisata Pantai
Tabel 3.9.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Wisata
Pantai di Kabupaten Kepulauan Selayar
Peluang Tantangan
- Lahan yang masih murah
- Pemandangan laut dan bawah laut yang
indah
- Selayar merupakan andalan wisata
- Kreativitas masyarakat yang masih kurang
dalam melihat potensi pariwisata pantai
- Legalitas usaha masyarakat untuk
memperoleh pinjaman sulit
bahari nasional dan terbaik di dunia
- Terdapat banyak objek wisata yang khas
dan berkarakter
- Infrastruktur belum memadai
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Ada banyak objek wisata yang telah
menjadi andalan wisata nasional
- Tidak ada restribusi sehingga objek wisata
tidak mendatangkan sumber perekonomian
1. Geografis
Kabupaten Luwu adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang dalam
kurun waktu tiga tahun telah dimekarkan menjadi tiga daerah strategis, yaitu
Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara yang kemudian dimekarkan lagi menjadi
Kabupaten Luwu Timur dan Kota Palopo. Pemekaran ini turut menjadikan Kota
Palopa selaku pusat pemerintahan otonom kota Palopo. Luas wilayah Kabupaten
Luwu 3.000,25 km², sebelum Palopo menjadi kota otonom dengan jarak tempuh
dari Kota Makassar lebih dari 367 km. Populasinya pada tahun 2009 berjumlah
328.180 jiwa dengan kepadatan 109,38 per km2. Secara geografi Kabupaten Luwu
terletak pada koordinat antara 2°3’45” sampai 3°37’30” LS dan 119°15” sampai
121°43’11” BB, dengan batas administratif sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Tana Toraja
Selatan : Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Wajo
Barat : Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang
Timur : Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara
Kabupaten Luwu terdiri dari 21 kecamatan yaitu Kecamatan Larompong
Selatan, Larompong, Suli, Suli Barat, Belopa, Belopa Utara, Bajo, Bajo Barat,
Kamanre, Ponrang Selatan, Ponrang, Bupon, Bua, Bastem, Latimojong,
Walenrang, Walenrang Barat, Walenrang Utara, Walenrang Timur, Lamasi, Lamasi
Timur.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Luwu menjadi daerah yang maju dan mandiri atas landasan
ekonomi kerakyatan yang bernafaskan keagamaan.”
b. Misi Pembangunan Daerah
Melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.
Melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada
agribisnis (agroindustri dan agrowisata).
Memelihara, mendorong dan meningkatkan suasana kehidupan beragama,
kehidupan sinergitas dan harmonitas kehidupan yang penuh kedamaian dan
ketentraman.
Meningkatkan upaya pelaksanaan pengawasan pembangunan secara
terbuka dan transparan sehingga mampu mendorong terwujudnya
pemerintahan yang bersih, berwibawa dan bertanggung jawab.
Mendorong peningkatan SDM yang berkualitas tinggi dan pengelolaan SDA
secara bijak dan ramah lingkungan.
Meningkatkan fungsi pengawasan, baik pengawasan masyarakat,
pengawasan fungsional maupun pengawasan politik.
Memelihara sinergitas antar wilayah dan antar daerah serta menjaga
keutuhan NKRI.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Dalam kurun waktu tiga tahun, Kabupaten Luwu mampu menghadirkan
sejumlah proyek pembangunan irigasi, sebahagian besarnya termasuk dalam
kategori mega proyek. Hal ini dilakukan demi masyarakatnya khususnya dalam
pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Luwu
mengalami peningkatan dalam hal produksi. Jika sebelumnya, hasil pertanian
seperti padi, hanya mampu menghasilkan 4 hingga 5 setengah ton per
hektarnya, maka sejak 2009 hingga kini, hasil padi dapat mencapai 7 (tujuh) ton
per hektarnya (http://luwukab.go.id).
Sedangkan untuk produksi palawija utama antara lain adalah jagung
sebanyak 8.971 ton, ubi kayu 3.718 ton dan kedelai 1.294 ton.
b. Perkebunan
Di Kabupaten Luwu komoditas yang paling menonjol adalah perkebunan
Kakao yang memiliki luas areal sekitar 65 ribu Ha. Perkebunan cengkeh hanya
sekitar kurang lebih 14 ribu Ha. Di Luwu, khusus cengkeh semua bagian
tanaman tersebut sudah mampu menghasilkan uang. Mulai dari daun, batang,
tangkai dan buah. Pada tanaman kakao, sudah berhasil dikembangkan teknik
fermentasi kakao yang harganya sudah di atas dari penjualan normal biji kakao.
c. Perikanan
Jumlah produksi budidaya perikanan yang paling dominan pada tahun
2008 adalah ikan bandeng yaitu sebesar 1.865 ton. Selain ikan bandeng, juga
terdapat komoditas udang yang cukup berkembang. Untuk udang windu
produksinya mencapai 121 ton, udang api - api sebesar 26 ton dan udang
vannamei 23 ton. Budidaya rumput laut juga cukup potensial di kabupaten
Luwu dengan total produksi mencapai 81.208 ton.
(regionalinvestment.bkpm.go.id)
d. Pertambangan
Kabupaten Luwu akan menjadi daerah tambang emas terbesar di Sulsel,
bila pertengahan tahun 2013 mendatang, PT Masmindo Dwi Area telah
menambang kandungan emas di Kecamatan Latimojong. Potensi emas di
dataran tinggi selatan Luwu itu, bisa ditambang 8.000 Kg per tahun selama 30
tahun.
Dari pembukaan tambang emas ini persoalan tenaga kerja di Luwu bisa
teratasi, karena pertambangan emas ini akan menerima banyak tenaga kerja
lokal. Hal Ini berdampak pada pengurangan tenaga kerja di Luwu yang
berdampak meningkatnya kesejahteraan masyarakat
(http://jakarta.okezone.com).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Luwu sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.10.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Luwu
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciliwung 1 Kerikil Cor
2 Jagung Hibrida (Bisi 2) 2 Emas (pendulangan tradisional)
3 Padi Sawah 3 Golongan C
4 Padi Cisantana 4 Pasir
5 Sagu 5 Batu sungai
6 Kacang Kedelai 6 Pasir batu
7 Ubi Jalar 7 Marmer
8 Ubi Kayu 8 Batu kapur (bahan semen)
9 Kacang Tanah 9 -
10 Padi IR 46 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Kacang Panjang 1 Pengeringan Coklat
2 Durian Lokal 2 Penggilingan padi
3 Cabai Rawit 3 Meubel
4 Durian Otong 4 Pengolahan kayu
5 Tomat Apel 5 Penyulingan nilam
6 Tomat Keriting 6 Aneka kue
7 Sawi 7 Batu Merah
8 Bayam 8 Minyak kelapa
9 Rambutan Lengkeng 9 Pembuatan Gula Merah
10 Pisang Kepok 10 Gula aren
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 1 Beras
2 Cengkeh 2 Bahan Bangunan
3 Kakao/Coklat 3 Warung Serba Ada
4 Kopi Robusta 4 Hasil Bumi
5 Kelapa Hibrida 5 Toko Sembako
6 Nilam 6 Kain/Tekstil
7 Cengkeh Seputih 7 Kelapa
8 Lada 8 Jagung
9 Kelapa Dalam 9 Pisang
10 Sagu 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 1 Hotel melati
2 Ayam Ras (Petelur) 2 Rumah makan
3 Ayam Buras 3 Warung makan
4 Sapi Bali 4 Wisata pantai
5 Kerbau 5 Wisata Pemandian
6 Kambing Kacang 6 Wisata alam (pengunungan/hutan)
7 Itik Manila 7 Air Terjun
8 Kambing Etawa 8 Gua Batu
9 Babi 9 Batu Tomasan
10 Entok 10 Warung Kopi
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 1 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
2 Ikan Mujair 2 Ojek
3 Udang Windu 3 Angkutan Antar Kota (Panther, Bus)
4 Ikan Mas 4 Pete-Pete/Mikrolet/Kijang
5 Ikan Bandeng 5 -
6 Lele Djumbo 6 -
7 Udang Windu 7 -
8 Ikan Nila 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 Rotan 1 Bengkel Mobil
2 Damar 2 Tukang Kayu
3 - 3 Bengkel Motor
4 - 4 Penjahit
5 - 5 Salon Kecantikan
6 - 6 Bengkel Las Karbit
7 - 7 Jasa Simpan Pinjam
8 - 8 Pangkas Rambut
9 - 9 Penjual Pulsa
10 - 10 Jasa Gali Batu
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Luwu untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.10.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Luwu
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciliwung 0,152 1 Kerikil Cor 0,140
2 Jagung Hibrida (Bisi 2) 0,130 2 Emas (pendulangan tradisional)
0,139
3 Padi Sawah 0,118 3 Golongan C 0,134
4 Padi Cisantana 0,109 4 Pasir 0,127
5 Sagu 0,106 5 Batu sungai 0,123
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Kacang Panjang 0,137 1 Pengeringan Coklat 0,181
2 Durian Lokal 0,129 2 Penggilingan Padi 0,148
3 Cabai Rawit 0,107 3 Meubel 0,146
4 Durian Otong 0,106 4 Pengolahan Kayu 0,105
5 Tomat Apel 0,101 5 Penyulingan Nilam 0,101
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 0,138 1 Beras 0,163
2 Cengkeh 0,137 2 Bahan Bangunan 0,152
3 Kakao/Coklat 0,125 3 Warung Serba Ada 0,145
4 Kopi Robusta 0,114 4 Hasil Bumi 0,131
5 Kelapa Hibrida 0,093 5 Toko Sembako 0,126
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam ras (pedaging) 0,140 1 Hotel Melati 0,176
2 Ayam Ras (Petelur) 0,129 2 Rumah Makan 0,125
3 Ayam buras 0,118 3 Warung Makan 0,109
4 Sapi Bali 0,117 4 Wisata Pantai 0,098
5 Kerbau 0,112 5 Wisata Pemandian 0,097
Perikanan Transportasi
1 Rumput laut 0,167 1 Angkutan Barang (truk, pick up)
0,294
2 Ikan Mujair 0,141 2 Ojek 0,264
3 Udang Windu 0,128 3 Angkutan antar kota (panther, bus)
0,229
4 Ikan Mas 0,122 4 Pete-pete/mikrolet/kijang 0,213
5 Ikan bandeng 0,118 5 - -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 Rotan 0,761 1 Bengkel Mobil 0,177
2 Damar 0,239 2 Tukang Kayu 0,137
3 - - 3 Bengkel Motor 0,135
4 - - 4 Penjahit 0,102
5 - - 5 Salon Kecantikan 0,095
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Luwu, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.10.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Luwu
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Perkebunan 0,258
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,185
3 Perindustrian 0,123
4 Peternakan 0,081
5 Perdagangan 0,072
6 Pertanian/Hortikultura 0,052
7 Perikanan 0,051
8 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,045
9 Kehutanan (non kayu) 0,044
10 Pertambangan/penggalian 0,033
11 Transportasi 0,030
12 Jasa 0,025
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.10.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Luwu
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Kopi Arabika 0,059
2 Cengkeh 0,058
3 Kakao/Coklat 0,053
4 Kopi Robusta 0,048
5 Padi Ciliwung 0,046
KPJU Potensial
1 Kelapa Hibrida 0,040
2 Jagung Hibrida (Bisi 2) 0,039
3 Padi Sawah 0,035
4 Rotan 0,033
5 Padi Cisantana 0,033
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Dinas Koperindag Kabupaten Luwu pada
hari Kamis, 29 November 2012, pukul 09.45 – 12.15 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Kopi Arabika
Tabel 3.10.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kopi
Arabika di Kabupaten Luwu
Peluang Tantangan
- Potensi lahan tersedia cukup luas
- Pasar cukup tersedia
- Kelembagaan kurang efektif
- Prasarana transportasi kurang memadai
- Dukungan dari pemerintah kabupaten
cukup besar
- Belum ada koperasi yang khusus menangani
petani kopi
- Wawasan petani kurang
- Promosi masih kurang
- Sertifikasi belum ada
- Sumberdaya manusia minim
- Infrastruktur (sarana dan prasarana) belum
memadai
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit dan pupuk mudah didapatkan
- Sarana dan prasarana tersedia
Infrastruktur memadai
- Branding kopi baik
- Pemasaran baik
- Rantai pemasaran terlalu panjang
- Distribusi terkendala
2. Cengkeh
Tabel 3.10.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cengkeh
di Kabupaten Luwu
Peluang Tantangan
- Lahan tersedia
- Dukungan dari pemerintah kabupaten
- Kelembagaan kurang efektif
- Produktivitas masih rendah
- Tanaman sudah tua
- Permodalan kurang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit dan pupuk mudah didapatkan
- Sarana dan prasarana tersedia
- Infrastruktur memadai
- Pemasaran baik
- Distribusi lancar
- Rantai pemasaran terlalu panjang
3. Kakao/Coklat
Tabel 3.10.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kabupaten Luwu
Peluang Tantangan
- Dukungan dari pemerintah kabupaten
- Potensi lahan pengembangan cukup luas
- Harga jual kakao stabil
- Komoditas unggulan
- Diperebutkan oleh pedagang
- Biji kakao dari kabupaten Luwu telah
memenuhi standar mutu/SNI
- Tidak adanya investor daerah yang tetap
- Hama buah kakao yang semakin berkembang
pesat
- Wawasan pemasaran kurang
- Kebijakan pemerintah terhadap
pengolahannya masih kurang.
- Permodalan masih kurang
- Kualitas mutu rendah
- Kesuburan tanah makin menurun
- Kelembagaan kurang efektif
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit dan pupuk mudah didapatkan
- Sarana dan prasarana tersedia
- Infrastruktur memadai
- Pemasaran baik
- Distribusi lancar
- Pemasaran sangat luas dan menjanjikan
- Rantai pemasaran terlalu panjang
- Terkena krisis penyakit
- Tanaman tua
- Produksi masih rendah
- Penanaman tidak sesuai dengan standar
4. Kopi Robusta
Tabel 3.10.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kopi
Robusta di Kabupaten Luwu
Peluang Tantangan
- Potensi lahan tersedia cukup luas
- Pasar cukup tersedia
- Dukungan dari pemerintah kabupaten
- Kelembagaan yang kurang efektif
- Belum ada koperasi yang khusus menangani
petani kopi
- Wawasan petani kurang
- Adanya penerapan standar mutu oleh
pembeli (pabrikan)
- Masyarakat kurang begitu suka dengan kopi
robusta
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit dan pupuk mudah didapatkan
- Sarana dan prasarana tersedia
- Infrastruktur memadai
- Pemasaran baik
- Rantai pemasaran terlalu panjang
- Infrastruktur (transportasi kurang memadai)
- Distribusi terkendala
5. Padi Ciliwung
Tabel 3.10.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Luwu
Peluang Tantangan
- Dukungan dari pemerintah kabupaten
- Produksi tinggi dan termasuk varietas
unggul
- Lahan masih sangat luas
- Kelembagaan yang kurang efektif
- Kurangnya modal
- Permainan pedagang terhadap harga beli
padi.
- Standar mutu belum ada
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit dan pupuk mudah didapatkan
- Sarana dan prasarana tersedia
- Infrastruktur memadai
- Pemasaran baik
- Distribusi lancar
- Adanya pembangunan irigasi
- Adanya pembukaan lahan baru
- Serangan objek tikus
- Penanganan pasca panen masih kurang
- Minim sarana pengeringan/masih
menggunakan cahaya matahari.
- Rantai pemasaran terlalu panjang
- Kelompok tani kurang koordinasi
- Tidak tahan lama
1. Geografis
Kabupaten Luwu Timur merupakan Kabupaten paling timur di Provinsi Sulawesi
Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Utara.
Sedangkan di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan
Teluk Bone. Sementara itu, batas sebelah Barat merupakan Kabupaten Luwu Utara.
Kabupaten Luwu Timur yang beribukota di Malili, secara administrasi dibagi
menjadi 11 kecamatan yaitu Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur,
Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wasuponda, Mangkutana dan Kaleana.
Di Kabupaten Luwu Timur terdapat sembilan sungai besar. Salah satu sungai
tersebut adalah Sungai Kalaena dengan panjang 85 km. Sungai tersebut melintas di
Kecamatan Mangkutana. Sungai Kalaena tercatat sebagai sungai terpanjang di
Kabupaten Luwu Timur. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Bambalu
dengan panjang 15 km.
Selain itu, di Kabupaten Luwu Timur juga terdapat lima danau. Kelima danau
tersebut antara lain danau Matano (dengan luas 245.70 km2), Danau Mahalona (25
km2), dan Danau Towuti (585 km2), Danau Tarapang Masapi (2.43 km2) dan Danau
Lontoa (1.71 km2). Danau Matano terletak di Kecamatan Nuha sedangkan keempat
danau lainnya terletak di Kecamatan Towuti.
Kabupaten Luwu Timur merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang
cukup tinggi. Pada tahun 2007 tercatat rata-rata curah hujan mencapai 279 mm
dengan rata-rata jumlah hari hujan perbulan mencapai 17 hari.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
”Keberlanjutan Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan Publik Di
Kabupaten Luwu Timur Menuju Kabupaten Agroindustri Tahun 2015”.
b. Misi Pembangunan Daerah
Meningkatkan kualitas penyelenggaraan kepemerintahan dan pelayanan
publik yang sebaik-baiknya,
Memperkuat kompetensi dan kapasitas sumberdaya manusia di daerah
untuk dapat menjadi handal,
Berdayaguna, berhasilguna untuk selanjutnya dapat meningkatkan
partisipasi dalam kemajuan daerah,
Menjaga suasana kebersamaan antar komponen warga agar tetap
harmonis, tertib dan aman guna,
Menunjang hidup dan kehidupan masyarakat yang lebih maju dan
bermartabat dalam kesesuaian,
Tatanan nilai-nilai budaya luhur dan tuntunan agama,
Melanjutkan momentum dan meningkatkan kualitas pembangunan daerah
dengan memperluas,
Aksesibilitas dan meningkatkan daya saing daerah untuk mengantisipasi
perkembangan situasi,
Perekonomian nasional dan internasional, melalui industrialisasi perdesaan
dan agroindustri.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Rata-rata produktivitas padi (padi sawah dan padi ladang) di Kabupaten
Luwu Timur pada tahun 2010 sebesar 59,50 Kw/Ha dengan luas panen
sebesar 28.678,00 Ha dan produksi 170.620,49 ton. Kecamatan penyumbang
produksi padi terbesar adalah Kecamatan Burau dengan total produksi sebesar
30.954,52 ton dan luas panen bersih sebesar 4.886 Ha serta memiliki
produktivitas yaitu 63,60 Kw/Ha. Komoditi tanaman pangan yang dihasilkan
Kabupaten Luwu Timur adalah jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu dan ubi jalar. Dibandingkan dengan tahun lalu produksi komoditi tersebut
mengalami kenaikan hampir di setiap komoditi kecuali kacang kedelai dan
kacang hijau yang mengalami penurunan produksi. Subsektor hortikultura
mencakup tanaman sayuran, tanaman buahbuahan, tanaman biofarma dan
tanaman hias. Komoditi yang disajikan pada tanaman sayuran meliputi bawang
daun, Cabai, tomat, petsai, kacang panjang dan bayam. Pada tahun 2010,
produksi tanaman sayuran terbesar yang dihasilkan Kabupaten Luwu Tmur
adalah tanaman kangkung dengan produksi 557,55 ton.
Sedangkan tanaman buah-buahan yang dihasilkan meliputi mangga,
durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas, rambutan dan manggis dengan produksi
terbesar adalah buah pisang sebanyak 30.314,60 ton. Tanaman obat-obatan
meliputi jahe, laos, kencur, kunyit dengan produksi terbesar adalah
laos/lengkuas sebanyak 2.300 kg. (http://www.luwutimurkab.go.id)
Strategi pengembangan tanaman pangan dan hortikultura sebagai berikut :
Penguatan kelembagaan petani agar dapat berfungsi optimal bagi perbaikan
kegiatan usaha tani dan peningkatan produksi;
Peningkatan kemudahan bagi petani dalam memperoleh saprodi (sarana
produksi);
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman hortikultura;
Peningkatan produktivitas lahan melalui pemanfaatan teknologi tepat guna;
Peningkatan sarana dan prasarana irigasi;
Pemanfaatan kelembagaan penyuluhan dan ketahanan pangan.
b. Perkebunan
Perkebunan rakyat di Kabupaten Luwu Timur meliputi perkebunan kelapa,
kelapa sawit, kopi, lada, dan kakao. Pada tahun 2010, produksi tanaman
perkebunan rakyat terbanyak adalah kelapa sawit, yaitu sebesar 47.155,53 ton
yang diperoleh dari lahan seluas 5.114 Ha, yang kedua adalah komoditas
kakao, yakni sebesar 16.938,86 ton dari lahan seluas 37.315,05 Ha. Produksi
kelapa sawit terbanyak berada di kecamatan Mangkutana yaitu sebesar 14.418
ton dengan luas lahan 1.291 Ha. Sedangkan produksi kakao terbesar berada di
kecamatan Burau sebesar 3.646,50 ton dengan luas lahan 7.791,15 Ha.
Perkebunan besar di Kabupaten Luwu Timur adalah perkebunan kelapa
sawit, dengan total produksi sebesar 68.567,66 ton dengan luas tanamnya
sebesar 6.452 Ha di tahun 2010. Kecamatan yang paling besar memberikan
kontribusi produksi tanaman ini adalah kecamatan Burau sebanyak 20.964 ton
dengan luas tanam sebesar 1.747 Ha (http://www.luwutimurkab.go.id).
Pengembangan perkebunan lebih diarahkan pada pengembangan
berbagai komoditas perkebunan unggulan, peningkatan nilai tambah dan
pemanfaatan potensi hutan yang ramah lingkungan. Strategi pengembangan
perkebunan dan kehutanan sebagai berikut :
Pengumpulan dokumen karakteristik lahan pada skala detail sehingga
pemilihan komoditas yang akan dikembangkan sesuai dengan potensi
lahan;
Pengembangan berbagai komoditas perkebunan dan kehutanan yang
memiliki keunggulan agronomis serta sesuai dengan kondisi wilayah;
Peningkatan nilai tambah komoditas hasil-hasil perkebunan dan kehutanan
melalui aktifitas pengolahan;
Pengembangan kegiatan agrobisnis dan agroindustri khususnya untuk
komoditas unggulan;
Penguatan kelembagaan petani agar dapat berfungsi optimal bagi perbaikan
kegiatan usaha tani dan peningkatan produksi;
Peningkatan kemudahan bagi petani dalam memperoleh saprodi (sarana
produksi);
Pengendalian aktifitas pengelolaan dan pemanfaatan hutan demi menjaga
ekosistem dan kelestarian hutan;
Menjaga, melindungi dan mempertahankan keanekaragaman hayati.
c. Peternakan
Pada tahun 2010 di Kabupaten Luwu Timur tercatat populasi ternak babi
sebanyak 19.563 ekor, sapi potong sebanyak 10.098 ekor dan kambing
sebanyak 6.369 ekor. Selain itu, pada periode yang sama tercatat ayam
kampung sebanyak 155.228 ekor, ayam pedaging sebanyak 85.380 ekor dan
ayam petelur sebanyak 117.595 ekor. Pada tahun 2010 kegiatan pemotongan
ternak tercatat sebanyak 1.218 ekor sapi, 48 ekor kerbau, 468 kambing, 805
ekor babi, 14.690 ayam buras dan 112.043 ekor ayam pedaging. Beberapa
peluang di sektor peternakan :
Pemibitan ternak sapi dengan pengembangan secara bergulir
Pembibitan ayam buras (DOC)
Pembangunan pabrik pakan ternak cold storage
Pengembangan usaha Industri pengalengan komoditas ternak tertentu
Industri daging beku hasil penggemukan (Fattening) dan penggembalaan
(Cocobeef)
Pengembangan Rumah Potong Hewan (RPH)
d. Perikanan
Dengan panjang garis pantai 117,4 km, Kabupaten Luwu Timur memiliki
potensi kawasan budidaya laut yang cukup besar. Komoditas yang menjadi
unggulan adalah Rumput Laut Euchema cottonii dengan produksi pada tahun
2009 sebesar 2.636 Ton dari 314 unit dengan produktivitas 8,4 Ton/Ha, dan
komoditas ini mengalami peningkatan produksi yang signifikan dari tahun ke
tahun. Saat ini komoditi rumput laut Euchema cottonii menjadi salah satu
primadona aktivitas budidaya di Kecamatan Burau dan Wotu.
Potensi lahan tambak mencapai 10. 841 Ha yang dikelolah untuk
mengembangkan komoditas unggulan terdiri dari Ikan Bandeng, Udang,
Kepiting, dan Rumput Laut Gracillaria sp. Komoditi ini telah menjadi prioritas
pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk mendukung Provinsi Sulawesi
Selatan sebagai sentra ikan bandeng, udang dan rumput laut.
Potensi pengembangan perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Luwu
Timur dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan. Hal ini didukung dengan
ketersedian air yang melimpah dari sungai, irigasi dan danau. Komoditas
unggulan yang telah dikembangkan adalah Ikan Nila, Ikan Gurame, Ikan Mas,
dan Kepiting Air Tawar.
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Luwu Timur cukup memadai
untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam dan luar daerah. Adapun potensi
perikanan tangkap yang dominan berasal dari jenis ikan pelagis kecil seperti
tembang, teri, kembung, dll. Lokasi perikanan tangkap tersebar di 4 (empat)
kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Malili, Angkona, Wotu dan Burau.
Komoditas yang dihasilkan dari aktifitas penangkapan antara lain
cakalang, tuna, tenggiri, layang, kembung, kerapu, cucut, teri, kepiting, kakap,
bawal, baronang dan jenis ikan lainnya yang setiap musim dapat menghasilkan
produksi yang cukup tinggi.
e. Pertambangan
Kabupaten Luwu Timur dikenal memiliki kandungan Nikel yang cukup
banyak. Penambangan Nikel di kabupaten ini dilakukan oleh PT INCO yang
terletak di Kecamatan Nuha. Pada tahun 2010, jumlah produksi Nikel Matte
mencapai 77.185,184 ton. Jumlah ini mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya yang mencapai 68.228,332 ton
(http://www.luwutimurkab.go.id).
f. Kehutanan
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur, sampai
dengan akhir tahun 2010 tercatat luas Hutan Lindung adalah 235.998,34 Ha,
luas Hutan Produksi adalah 117.940,98 Ha. Sementara itu luas kawasan
konservasi adalah 183.624,08 Ha. Ada tiga jenis produksi kayu hutan yang
diproduksi di Kabupaten Luwu Timur, diantaranya kayu bulat, kayu gergajian
dan kayu lapis. Diantara ketiga jenis kayu tersebut, kayu bulat yang paling
banyak diproduksi yaitu sebanyak 44.297,84 m3. Hasil hutan yang utama di
Kabupaten Luwu Timur adalah kayu yang berasal dari hutan alam, sedangkan
dari hutan tanaman rakyat antara lain gemelina dan albasia.
g. Perindustrian
Pengembangan perindustrian lebih diarahkan pada capaian Agroindustri
yang berdaya guna dan berhasil guna pada tahun 2015 mendatang. Strategi
pengembangan perindustrian sebagai berikut :
Penciptaan iklim yang lebih kondusif bagi tumbuh kembangnya usaha-usaha
yang mengolah hasil-hasil pertanian.
Penyediaan informasi tentang potensi-potensi industri (agroindustri)
Pengembangan regulasi di sektor perindustrian guna merangsang investasi.
Meningkatkan nilai tambah sistem pertanian berkelanjutan di pedesaan
melalui capaian agroindustri yang berdayaguna dan berasilguna pada tahun
2015 mendatang.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Luwu Timur sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long
list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.11.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha
Kabupaten Luwu Timur
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciherang 1 Batu Gunung
2 Padi Ciliwung 2 Sirtu
3 Jagung Kuning 3 Tanah Liat (Bahan Batu Merah)
4 Kacang Tanah 4 Pasir
5 Kedelai 5 Batu Sungai
6 Kacang Koro Pedang 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Durian 1 Meubel
2 Rambutan Lengkeng 2 Penggilingan Padi
3 Langsat 3 Penyulingan Nilam
4 Kacang Panjang 4 Roti
5 Sawi 5 Kerajinan Ukir Rumah Tangga
6 Kangkung 6 Batu Bata
7 Kol 7 Tahu Tempe
8 Salak 8 Keripik Pisang
9 Nilam 9 Olahan Sagu
10 Pisang Manurung 10 Sale
Perkebunan Perdagangan
1 Kelapa Sawit 1 Meubel
2 Kakao 2 Cokelat
3 Lada 3 Hasil Bumi1
4 Vanili 4 Jagung
5 Kelapa Dalam 5 Toko Sembako
6 Kelapa Hibrida 6 Minimarket
7 - 7 Kelontong
8 - 8 Pedagang Sayur Keliling
9 - 9 Isi Ulang Air Minum
10 - 10 Ikan
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi Bali 1 Restoran
2 Ayam Ras (Pedaging) 2 Hotel Melati
3 Ayam Ras (Petelur) 3 Rumah Makan
4 Ayam Buras (Pedaging)
4 Wisata Alam (Air Terjun, Sungai, Danau)
5 Ayam Buras (Petelur) 5 Wisata Pantai
6 Kerbau 6 Warung Makan
7 Kambing Kacang 7 -
8 Itik 8 -
9 Kambing Bangkok 9 -
10 Babi 10 -
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 1 Angkutan Antar Kota (Kijang, Bus)
2 Bandeng (Tambak) 2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
3 Lobster 3 Angkutan Kota (Pete-Pete)
4 Ikan Mas 4 Perahu Motor
5 Kepiting 5 Ojek Motor
6 Udang Windu 6 Perahu (Non Motor)
7 Lele Dumbo 7 -
8 Ikan Nila 8 -
9 Ikan Gurame 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Mobil
2 - 2 Warnet
3 - 3 Bengkel Motor
4 - 4 Servis HP
5 - 5 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
6 - 6 Tukang Kayu
7 - 7 Salon Kecantikan
8 - 8 Cuci Mobil
9 - 9 Press Ban (Mobil)
10 - 10 -
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Luwu Timur untuk dibandingkan
secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11
kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.11.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Luwu Timur
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciherang 0,340 1 Batu Gunung 0,314
2 Padi Ciliwung 0,339 2 Sirtu 0,183
3 Jagung Kuning 0,157 3 Tanah Liat (Bahan Batu Merah)
0,180
4 Kacang Tanah 0,073 4 Pasir 0,172
5 Kedelai 0,058 5 Batu Sungai 0,151
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Durian 0,263 1 Meubel 0,203
2 Rambutan Lengkeng 0,179 2 Penggilingan Padi 0,138
3 Langsat 0,098 3 Penyulingan Nilam 0,129
4 Kacang Panjang 0,076 4 Roti 0,128
5 Sawi 0,075 5 Kerajinan Ukir Rumah Tangga
0,082
Perkebunan Perdagangan
1 Kelapa Sawit 0,320 1 Meubel 0,144
2 Kakao 0,209 2 Cokelat 0,144
3 Lada 0,198 3 Hasil Bumi1 0,135
4 Vanili 0,120 4 Jagung 0,135
5 Kelapa Dalam 0,078 5 Toko Sembako 0,103
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi Bali 0,208 1 Restoran 0,237
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,151 2 Hotel Melati 0,178
3 Ayam Ras (Petelur) 0,145 3 Rumah Makan 0,160
4 Ayam Buras (Pedaging) 0,106 4 Wisata Alam (Air Terjun, Sungai, Danau)
0,153
5 Ayam Buras (Petelur) 0,101 5 Wisata Pantai 0,148
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 0,195 1 Angkutan Antar Kota (Kijang, 0,241
Bus)
2 Bandeng (Tambak) 0,151 2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
0,230
3 Lobster 0,090 3 Angkutan Kota (Pete-Pete) 0,179
4 Ikan Mas 0,072 4 Perahu Motor 0,139
5 Kepiting 0,071 5 Ojek Motor 0,129
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel Mobil 0,161
2 - - 2 Warnet 0,136
3 - - 3 Bengkel Motor 0,133
4 - - 4 Servis HP 0,119
5 - - 5 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
0,101
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Luwu Timur, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.11.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Luwu Timur
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,124
2 Perindustrian 0,121
3 Perikanan 0,108
4 Pertanian/Hortikultura 0,095
5 Perdagangan 0,095
6 Pertanian/Perkebunan 0,094
7 Pertambangan/penggalian 0,089
8 Kehutanan (non kayu) 0,066
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,058
10 Peternakan 0,055
11 Transportasi 0,050
12 Jasa 0,046
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.11.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Luwu Timur
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Ciherang 0,044
2 Padi Ciliwung 0,043
3 Rumput laut 0,036
4 Meubel 0,036
5 Kelapa sawit 0,033
KPJU Potensial
1 Bandeng (tambak) 0,028
2 Batu gunung 0,028
3 Durian 0,026
4 Penggilingan padi 0,025
5 Penyulingan nilam 0,023
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bappeda Kabupaten Luwu Timur pada
hari Selasa, 1 Desember 2012 Pukul 09.45 – 12.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Ciherang
Tabel 3.11.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciherang di Kabupaten Luwu Timur
Peluang Tantangan
- Teknologi pertanian sudah menunjang
- Sumberdaya manusia sudah meningkat
- Perluasan sawah, karena besarnya potensi
lahan
- Sumber air sangat memadai
- Adanya peluang peningkatan produksi
- Adanya industri pengolahan pasca panen
- Pasar luas
- Iklim tidak menentu dan tidak bersahabat
- Fluktuasi harga
- Luas lahan terkendala kawasan hutan
- Selisih harga dari daerah lain yang lumayan
jauh.
- Modal terbatas
- Jenis varietas belum unggul
- Pembatasan ekspor
- Adanya dukungan dari pemerintah.
- Adanya varietas unggul
- Curah hujan yang tinggi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Benih dapat diusahakan oleh petani
- Tenaga kerja lokal
- Jaringan irigasi/ketersediaan air sudah
cukup untuk mengairi sawah
- Bibit terbatas, bantuan pemerintah lambat
- Jadwal tanam tidak seragam
- Ketersediaan pupuk terbatas
- Ketersediaan alat terbatas
- Jumlah produksi banyak namun pengolahan
terbatas
- Irigasi masih perlu perbaikan
- Teknologi alat sangat dibutuhkan
- Lahan kurang
- Petani masih menjual hasil panen basah
- Pupuk mahal
- Bibit mahal
- Irigasi belum memadai
- Bahan bakar mahal untuk handtractor
- Pola tanam yang belum baik
- Pengolahan belum memadai
- Terbatasnya pemasaran
- Serangan hama
- Kekurangan alsintan
- Masih membutuhkan mesin penggiling dan
mesin panen
- SDM petani rendah
2. Padi Ciliwung
Tabel 3.11.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Luwu Timur
Peluang Tantangan
- Teknologi pertanian sudah menunjang
- Sumberdaya manusia sudah meningkat
- Perluasan sawah, karena besarnya potensi
lahan
- Sumber air sangat memadai
- Adanya peluang peningkatan produksi
- Adanya industri pengolahan pasca panen
- Pasar luas
- Adanya dukungan dari pemerintah.
- Adanya varietas unggul
- Iklim tidak menentu dan tidak bersahabat
- Fluktuasi harga
- Luas lahan terkendala kawasan hutan
- Selisih harga dari daerah lain yang lumayan
jauh.
- Modal terbatas
- Jenis varietas belum unggul
- Pembatasan ekspor
- Curah hujan yang tinggi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tersedianya tenaga kerja lokal - Irigasi masih perlu perbaikan
- Teknologi alat sangat dibutuhkan
- Lahan masih minim
- Bibit kualitas kurang baik
- Pupuk tidak kontiniutas
- Proses pengeringan secara manual
- Teknologi tidak tersedia
3. Rumput Laut
Tabel 3.11.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumput
Laut di Kabupaten Luwu Timur
Peluang Tantangan
- Kebijakan pemerintah sangat mendukung
perkembangan rumput laut
- Industri pengolahan rumput laut di Luwu
timur sudah ada
- Pasar ekspor rumput laut telah ada.
- Pembiayaan rumput laut telah ada.
- Potensi sumberdaya alam
- Jumlah petani rumput laut banyak
- Kebutuhan pasar global
- Adanya dukungan pemerintah daerah
- Pemasaran masih terputus pada pengolahan
rumput laut
- Fluktuasi harga.
- Adanya monopoli pedagang pengumpul
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit gracillaria tersedia
- Metode budidaya mudah dilakukan
- Penanganan hama ditanggapi berlebihan
sehingga menurunkan kualitas produksi
- Bibit unggul tidak ada dilokasi
- Kualitas rendah
- Hama penyakit masih banyak
4. Meubel
Tabel 3.11.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Meubel di
Kabupaten Luwu Timur
Peluang Tantangan
- Terdapat lahan hutan yang potensial
- Permintaan tinggi
- Kayu olahan masyarakat sangat kurang dan
banyak di antara hutan lindung
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tenaga kerja lokal - Kurangnya modal
- Belum ada tempat penjualan resmi (meubel)
- Kayu berizin susah didapat
- Peralatan masih kurang
- Panjang rantai penjualan
- Biaya transportasi kayu olahan tinggi
- Lahan kayu sangat kurang
- Sulitnya bahan baku kayu didapatkan
5. Kelapa Sawit
Tabel 3.11.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kelapa
Sawit di Kabupaten Luwu Timur
Peluang Tantangan
- Pemasaran sudah memadai
- Pabrik sudah ada dan berkembang
- Pasar telah tersedia
- Limbah bisa dimanfaatkan
- Kelembagaan petani masih minim
- Peremajaan belum banyak yang lakukan
- Harga yang tidak stabil
- Harga hanya diatur oleh satu lembaga saja
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan banyak dan potensial
- Penyediaan bibit oleh petani
- Teknologi sudah memadai
- Penangan hama atau penyakit yang
semakin gencar
- Lahan terbatas
- Persoalan modal
- Penanganan hama
- Sorbase buah
- Pengerasan jalan tani
- Bibit belum disertifikasi
- Kekurangan pupuk
- Kapasitas pabrik belum memadai karena
bahan baku juga berasal dari daerah lain
- Ketersediaan pupuk terbatas
- Pupuk mahal
1. Geografis
Kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999
dengan ibukota Masamba merupakan pecahan dari Kabupaten Luwu. Saat
pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 km2 dengan jumlah penduduk
442.472 jiwa. Dengan terbentuknya kabupaten Luwu Timur maka saat ini luas
wilayahnya adalah 7.502,58 km2.
Secara administrasi terdiri 11 kecamatan 167 desa dan 4 kelurahan. Ke 11
kecamatan tersebut adalah Baebunta, Bone-Bone, Limbong, Malangke, Malangke
Barat, Mappedeceng, Masamba, Rampi, Sabbang, Seko, Sukamaju. Penduduknya
berjumlah 250.111 jiwa (2003) atau sekitar 50.022 Kepala Keluarga yang sebagian
besar (80,93%) bermata pencaharian sebagai petani, namun kontribusi sektor ini
terhadap PDRB Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2003 hanya 33,31% atau
sebanyak Rp. 4,06 triliun.
Letak geografis kabupaten Luwu Utara terletak antara 2030,45’ – 30
037,30’
Lintang Selatan dan 119041’15 – 121
043’11 Bujur Timur, yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan Teluk Bone
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Kab. Tana
Toraja
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kab.
Luwu Timur.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Kabupaten inovasi dalam pembangunan manusia yang religius, mandiri,
produktif, dan bertumpu pada sektor pertanian."
b. Misi Pembangunan Daerah
• Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih.
• Mengembangkan sumberdaya manusia yang agamis, berdaya saing, sehat,
bermutu, dan inovatif.
• Membangun infrastruktur yang memadai, merata, dan terpadu.
• Mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan dan bertumpu pada
pertanian yang maju dan bernilai tambah tinggi.
• Mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang produktif dan
berkelanjutan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Luwu Utara merupakan salah satu daerah penyangga beras di Sulsel.
Luwu Utara telah berhasil mempertahankan produksi beras nasional di atas
5%, ini dicapai berkat dukungan semua stakeholder terkhusus lagi kerja keras
para petani. Peningkatan produksi beras tahun 2012 ini di Luwu Utara telah
mencapai angka 12%.
b. Perkebunan
Di sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditi
perkebunan unggulan dan Kabupaten Luwu Utara adalah kabupaten
pengembang kelapa sawit terbesar di Sulawesi Selatan. Peningkatan produksi
perkebunan rakyat untuk kelapa sawit di Luwu Timur pada tahun 2010 sangat
tinggi. Produksi pada tahun 2009 sebesar 7.645 ton. Pada tahun 2010, produksi
kelapa sawit meningkat tajam hingga mencapai 35.154 ton. Untuk komoditi
kakao, produksi pada tahun 2010 sebesar 33.900 ton. Komoditas kakao juga
meningkat dibanding tahun 2009 dimana pada tahun 2009 sebesar
31.667 ton (http://regionalinvestment.bkpm.go.id).
c. Perikanan
Jumlah produksi perikanan budidaya sawah tahun 2008 diantaranya
sebagai berikut : Ikan Mas sebesar 37,4 ton, Ikan Tawes sebesar 23,2 ton,
Ikan Nila sebesar 27,8 ton, Ikan Sepat Siam sebesar: 18,2 ton, ikan lele
sebesar 23,1 ton. Untuk jenis dan jumlah produksi perikanan budidaya tambak
yaitu Ikan Mujair sebesar 15 ton, Ikan Bandeng sebesar 848,2 ton, Udang
Windu sebesar 388 ton dan Rumput Laut sebesar 6.987 ton.
d. Pertambangan
Kabupaten Luwu Utara sangat sesuai dengan kondisi alam yang memiliki
Kekayaan alam berupa : Emas sekunder maupun primer; Bijih besi; Gas Alam;
Panas Bumi(Geothermal); bahan-bahan mineral golongan ”C” seperti Pasir
kuarsa; Granit; Taras dan Zeolith.
Sejak beberapa tahun terakhir Dinas Pertambangan, Energi dan
Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara telah melakukan inventarisasi bahan-
bahan galian prospek tersebut. Upaya melakukan promosi dan penyebaran
informasi telah dilakukan baik lokal, nasional maupun ke luar negeri
(potensidaerah.ugm.ac.id.).
e. Perindustrian
Di sektor industri, terdapat industri pakan ternak jagung, industri
pengolahan kopi, industri minyak atsiri, dan industri kelapa terpadu. Untuk
peluang usaha yang terdapat di Kabupaten Luwu Utara antara lain finishing
industri mini kapurung instant dan sagu, finishing industri mini batik rongkong
Luwu Utara, pemasaran aneka produk makanan kering dan kerajinan tangan
(http://infosulawesiselatan.blogspot.com).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Luwu Utara sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long
list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.12.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Luwu Utara
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Tarone (Lokal) 1 Galian C
2 Kedekal 2 Pasir
3 Ubi Kayu 3 -
4 Padi Cigaulis 4 -
5 Padi Ciherang 5 -
6 Jagung 6 -
7 Padi Cisantana 7 -
8 Padi Cisadane 8 -
9 Padi Inpari 1-13 9 -
10 Padi Gogo 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Durian 1 Penggilingan Padi
2 Rambutan Aceh 2 Furniture
3 Langsat 3 Minyak Kelapa
4 Pisang Manurun 4 Pengolahan Kopi
5 Pisang Raja 5 Batu Bata
6 Pisang Tanduk 6 Roti
7 Jeruk Nipis 7 Industri Kripik Pisang
8 Terong 8 Penyulingan Nilam
9 Pisang Ulin 9 Tembuatan Tepung Sagu
10 Pisang Barlin 10 Atap Daun Rumbia
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Toko Bangunan
2 Kelapa Sawit 2 Sayur Mayur
3 Sagu 3 Komoditas Perikanan
4 Kelapa Dalam 4 Toko Campuran
5 Kopi (Lokal) 5 Hasil Bumi
6 Kopi Arabika 6 Buah Buahan
7 Kopi Robusta 7 Kios Pulsa Dan HP
8 Kelapa Hibrida 8 Isi Ulang Air Minum
9 Nilam 9 -
10 Vanili 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi (Lokal) 1 Restoran
2 Ayam Ras (Pedaging) 2 Hotel Melati
3 Sapi Bali 3 Warung Makan
4 Kerbau 4 Rumah Makan
5 Kambing (Lokal) 5 Wisata Alam (Sungai, Air Terjun)
6 Ayam Buras (Pedaging) 6 Wisata Pemandian
7 Itik (Lokal) 7 Wisata Pantai
8 Kambing Gibas (Domba) 8 Wisata Budaya (Makam)
9 Itik Manila 9 -
10 Babi 10 -
Perikanan Transportasi
1 Udang 1 Bus Antar Provinsi
2 Rumput Laut (Eucheuma Cottoni, Gracilaria Sp)
2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
3 Ikan Bandeng 3 Angkutan Kota (Mikrolet)
4 Ikan Mas 4 Angkutan Antar Kota (Minibus, Bus)
5 Kepiting 5 Ojek
6 Ikan Nila 6 Angkutan Kuda
7 Ikan Lele Dumbo 7 -
8 Ikan Gabus 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Las Listrik
2 - 2 Tukang Kayu
3 - 3 Service Elektronik
4 - 4 Cuci Mobil
5 - 5 Buruh Tani
6 - 6 Foto Kopi
7 - 7 Buruh Bangunan
8 - 8 Jasa Pengiriman (Ekspedisi)
9 - 9 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
10 - 10 Salon Kecantikan
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Luwu Utara untuk dibandingkan
secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11
kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.12.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Luwu Utara
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Tarone (Lokal) 0,132 1 Galian C 0,795
2 Kedekal 0,117 2 Pasir 0,205
3 Ubi Kayu 0,116 3 - -
4 Padi Cigaulis 0,102 4 - -
5 Padi Ciherang 0,099 5 - -
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Durian 0,192 1 Penggilingan Padi 0,172
2 Rambutan Aceh 0,157 2 Furniture 0,136
3 Langsat 0,119 3 Minyak Kelapa 0,125
4 Pisang Manurun 0,110 4 Pengolahan Kopi 0,113
5 Pisang Raja 0,085 5 Batu Bata 0,090
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,216 1 Toko Bangunan 0,141
2 Kelapa Sawit 0,166 2 Sayur Mayur 0,141
3 Sagu 0,150 3 Komoditas Perikanan 0,135
4 Kelapa Dalam 0,091 4 Toko Campuran 0,125
5 Kopi (Lokal) 0,075 5 Hasil Bumi 0,125
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi (Lokal) 0,170 1 Restoran 0,184
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,140 2 Hotel Melati 0,182
3 Sapi Bali 0,128 3 Warung Makan 0,147
4 Kerbau 0,125 4 Rumah Makan 0,143
5 Kambing (Lokal) 0,120 5 Wisata Alam (Sungai, Air Terjun)
0,102
Perikanan Transportasi
1 Udang 0,250 1 Bus Antar Provinsi 0,202
2 Rumput Laut (Eucheuma Cottoni, Gracilaria Sp)
0,213 2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up)
0,196
3 Ikan Bandeng 0,137 3 Angkutan Kota (Mikrolet) 0,188
4 Ikan Mas 0,127 4 Angkutan Antar Kota (Minibus, Bus)
0,187
5 Kepiting 0,078 5 Ojek 0,164
Kehutanan Jasa
1 - - 1 Bengkel Las Listrik 0,124
2 - - 2 Tukang Kayu 0,122
3 - - 3 Service Elektronik 0,122
4 - - 4 Cuci Mobil 0,112
5 - - 5 Buruh Tani 0,103
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Luwu Utara, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.12.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Luwu Utara
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Perkebunan 0,150
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,136
3 Perindustrian 0,101
4 Perdagangan 0,091
5 Pertanian/Hortikultura 0,090
6 Peternakan 0,087
7 Perikanan 0,085
8 Kehutanan (Non Kayu) 0,066
9 Jasa 0,055
10 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,051
11 Transportasi 0,046
12 Pertambangan/Penggalian 0,042
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.12.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Luwu Utara
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Kakao 0,046
2 Kelapa Sawit 0,036
3 Sagu 0,032
4 Padi Tarone (Lokal) 0,032
5 Durian 0,031
KPJU Potensial
1 Kedekal 0,028
2 Ubi Kayu 0,028
3 Penggilingan Padi 0,027
4 Udang 0,026
5 Rambutan Aceh 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bappeda Kabupaten Luwu Utara pada
hari Jumat, 30 November 2012 Pukul 09.30 – 11.50 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Kakao
Tabel 3.12.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kabupaten Luwu Utara
Peluang Tantangan
- Adanya program nasional Gernas Kakao
- Harga berpatokan pada mayor
- Komoditi ekspor
- Dukungan dari pemerintah
- Peningkatan produksi
- Pengolahan kakao sudah bisa dilakukan
di Masamba
- Kebutuhan masyarakat dunia
- Adanya pengembangan luas lahan
- Alih fungsi lahan
- Banjir/bencana alam
- Umur produktif
- Fluktuasi harga
- Masih didominasi oleh pedagang
pengumpul
- Pabrik coklat belum ada
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit gratis dari pemerintah ,murah dan
mudah didapat
- Penanganan hama penyakit masih minim
- Harga pupuk semakin mahal
- Kualitas produksi belum bagus
- Modal usaha petani tidak memadai
- SDM petani tentang budidaya kakao masih
rendah
2. Kelapa Sawit
Tabel 3.12.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kelapa
Sawit di Kabupaten Luwu Utara
Peluang Tantangan
- Penghasil devisa
- Pasar terbuka luas
- CPO dapat dibuat menjadi mentega,
minyak, oli dan lain-lain.
- Belum ada investor untuk pengolahan kelapa
sawit
- Harga tidak bisa bersaing dengan harga
perusahaan swasta karena pabrik luwu utara
adalah milik BUMN yang hanya dipasarkan
dalam negeri
- Belum dibudidayakan secara meluas
- Bantuan pemerintah pusat terbatas
- Industri pengolahan membutuhkan biaya
tinggi
- Tidak ada pabrik kelapa sawit
- Akses infrastruktur dan suprastruktur masih
terkendala
- Adanya proses atau kebijakan pemerintah
yang membatasi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit plasma telah tersedia
- Lahan luas
- Banyak bibit palsu yang beredar
- Sukar mendapatkan bibit asli
- Mutu bibit bervariasi
- Pohon sudah tua
- Produksi terbatas
- Harga bibit terlalu mahal
- Bibit sawit yang ditanam petani masih belum
benar
- Penanaman tidak teratur
- Tidak memakai penyuluh dasar
- Tidak adanya pabrik yang bisa menampung
hasil produksi
- Bibit sulit dikembangkan
- Pemasaran harga tergantung pada 2
perusahaan sehingga ketergantungan cukup
tinggi
- Pemasaran hanya dalam negeri tidak pernah
ekspor
- Sumber benih tidak bersertifikat A
3. Sagu
Tabel 3.12.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Sagu di
Kabupaten Luwu Utara
Peluang Tantangan
- Makanan go internasional
- Makanan pengganti
- Permintaan tinggi
- Bisa diolah berbagai macam produk
- Memberikan nilai tambah karena daunnya
dapat dijadikan atap
- Tidak ada upaya penanaman kembali
- Butuh modal yang besar
- Belum ada investor yang masuk untuk
mengolah menjadi makanan instan
- Alih fungsi lahan
- Harga relatif rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit mudah didapat
- Penanamannya sederhana
- Cukup murah
- Bibit sagu berproses lama, semakin hari
semakin berkurang
- Belum bisa memproduksi banyak
- Lahan semakin berkurang
4. Padi Tarone (lokal)
Tabel 3.12.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Tarone (lokal) di Kabupaten Luwu Utara
Peluang Tantangan
- Merupakan beras organik
- Adanya pengembangan lahan
- Transport tidak mendukung untuk pemasaran
- Baru ditanam di satu kecamatan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit mudah didapat
- Proses produksi stabil
- Terkendala transport
5. Durian
Tabel 3.12.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Durian di
Kabupaten Luwu Utara
Peluang Tantangan
- Variatas unggul lokal
- Potensi lahan masih luas
- Pemasaran terkendala
- Harga tidak menentu
- Produksinya musiman
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit unggul tersedia dan terjangkau
- Menggunakan tenaga kerja lokal
-
1. Geografis
Luas wilayah kabupaten Maros 1619,11 KM2 yang terdiri dari 14 kecamatan
yang membawahi 103 Desa/kelurahan. Kabupaten Maros merupakan wilayah yang
berbatasan langsung dengan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini
adalah Kota Makassar dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan
sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata.
Dalam kedudukannya, Kabupaten Maros memegang peranan penting terhadap
pembangunan Kota Makassar karena menjadi daerah perlintasan yang sekaligus
sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan
sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di
Kabupaten Maros dengan luas wilayah 1.619,12 km2 dan terbagi dalam 14 wilayah
kecamatan. Kabupaten Maros secara administrasi wilayah berbatasan dengan :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bone
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kota Makassar
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Turikale. Kecamatan tersebut :
Turikale, Maros Baros, Lau, Bontoa, Mandai, Marusu, Tanralili, Moncongloe,
Tompobulu, Bantimurung, Simbang, Cenrana, Camba, Mallawa.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Mewujudkan masyarakat Maros yang sejahtera dan beriman melalui
pemerintahan yang bersih dan profesional.”
b. Misi Pembangunan Daerah
Meningkatkan pertumbuhan perekonomian rakyat dengan mendorong
secara sungguh-sungguh simpul-simpul perekonomian;
Mengoptimalkan sumber-sumber pendanaan dan investasi melalui
penciptaan iklim usaha yang kondusif;
Penataan birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan;
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi masyarakat;
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan;
Meningkatkan pembinaan keagamaan;
Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan;
Meningkatkan Pembinaan Pemuda, Olahraga, Seni dan Budaya;
Meningkatkan daya dukung Lingkungan hidup.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Perkembangan subsektor pertanian tanaman pangan di Kabupaten Maros
selama tahun 2008 mengalami kenaikan. Berdasarkan data yang diperoleh
komoditi yang dominan dikembangankan meliputi: padi sawah menempati areal
dengan jumlah produksi 76,50 ton. Sedangkan komoditi yang paling rendah
produksinya adalah kacang kedelai dengan jumlah produksi sebesar 11,10 ton.
Tabel. 3.13.1
Jumlah Produksi Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Maros
No Jenis Komoditi Produksi (Ton) Persentase (%)
1 Padi Sawah 76,50 23,39
2 Padi Ladang 16,00 4,89
3 Jagung 42,50 13,00
4 Ubi Kayu 68,00 20,80
5 Ubi Jalar 86,00 26,30
6 Kedelai 11,10 3,39
7 Kacang Tanah 11,50 3,52
8 Kacang Hijau 15,40 4,71
Jumlah 327,00 100,00
Sumber: http://www.maroskab.go.id
Jenis komoditi yang dikembangkan pada subsektor tanaman holtikultura
sayuran antara lain; petsai, cabai dan bawang merah dan holtikultura buah-
buahan meliputi; mangga, durian, jeruk, pisang, pepaya dan nenas.
Tabel. 3.13.2
Produksi Subsektor Tanaman Holtikultura Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Maros
No Jenis Komoditi Produksi (Ton) Persentase (%)
A. Holtikultura Sayuran
1 Petsai 660,00 12,53
2 Cabai 3.786,00 71,90
3 Bawang Merah 820,00 15,57
Jumlah 5.266,00 100,00
B. Holtikultura Buah-buahan
1 Mangga 164.245,00 30,49
2 Durian 77,00 0,01
3 Jeruk 309.332,00 57,43
4 Pisang 63.166,00 11,73
5 Pepaya 1.740,00 0,32
6 Nanas 101,00 0,02
Jumlah 538,661 100,00
Sumber: http://www.maroskab.go.id
b. Perkebunan
Perkembangan sektor perkebunan di Kabupaten Maros mengalami
kenaikan untuk keseluruhan jenis komoditi, komoditi perkebunan yang dominan
dikembangkan adalah jenis tanaman kemiri dengan jumlah produksi 4.399,8
ton.
Tabel 3.13.3
Perkembangan produksi perkebunan di Kabupaten Maros
No Komoditi Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
Wujud Produksi
1 Kelapa Dalam 251.7 447.06 Kopra
2 Kelapa Hibrida 26.1 414.28 Kopra
3 Kopi Robusta 72.8 246.77 Biji Kering
4 Kakao 707.9 639.47 Biji Kering
5 Cengkeh 1.2 400.00 Bunga Kering
6 Lada 12 250.00 Lada Kering
7 Jambu Mete 720.3 427.73 Gel. Kering
8 Kapok 20.2 265.78 Serat Berbiji
9 Kemiri 4399.8 529.20 Buah Kering
10 Aren 54 295.08 Nira
11 Jarak Pagar 5.8 446.15 Biji Kering
JUMLAH 6271.8 - -
Sumber: http://www.maroskab.go.id c. Peternakan
Jenis usaha peternakan yang dibudidayakan di Kabupaten Maros dibagi
atas dua jenis yakni ternak besar dan kecil meliputi: sapi, kerbau, kuda, babi
dan kambing, sedangkan ternak unggas adalah ternak ayam buras, ayam
petelur, ayam pedaging, itik dan manila.
Perkembangan populasi ternak besar dan kecil dalam periode tahun 2009
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlah populasi ternak
besar dan kecil sebanyak 50.619 ekor dengan populasi terbanyak adalah jenis
ternak sapi potong 30.403, kambing 11.569, kuda 4.485, kerbau 4.041 dan babi
121 ekor (http://www.maroskab.go.id).
d. Perikanan
Kabupaten Maros sebagai daerah pesisir pantai dan laut memiliki potensi
pengembangan perikanan darat dan laut yang cukup besar. Untuk saat ini
media jenis budidaya perikanan yang diusahakan adalah laut, sungai, tambak
dan kolam. Jenis produksi yang dihasilkan terbanyak saat ini bersumber dari
laut dengan produksi Tahun 2008 mencapai 20.197.93 ton.
Jenis budidaya tambak yang dikembangkan di Kabupaten Maros kecuali
Kecamatan Moncongloe, Simbang, Tanralili, Tompobulu, Camba, Cenrana, dan
Mallawa meliputi udang dan bandeng pada luas areal pengembangan 9.653,53
Ha. Produksi terbesar dari hasil perikanan pada tambak adalah jenis ikan
bandeng mencapai 3.942,00 ton yang relatif banyak diproduksi pada
Kecamatan Bontoa mencapai 1.254.01 ton dan Kecamatan Marusu sebesar
1.285.08 ton. Potensi pengembangan perikanan darat cukup potensial dengan
bentang pantai yang cukup panjang pada tiga kecamatan kawasan pesisir yaitu
Kecamatan Maros Baru, Marusu, dan Maros Utara (http://www.maroskab.go.id).
e. Pertambangan
Potensi bahan galian daerah Kabupaten Maros terdiri dari Bahan galian
golongan A, dan Bahan galian C. Sektor pertambangan dan bahan galian
dalam lima tahun terakhir ini menunjukan angka pertumbuhan secara signifikan
dan ditinjau dari konstribusinya berada di urutan ketiga pendapatan terbesar
terhadap APBD dari sembilan sektor ekonomi utama. Terjadinya peningkatan
kontribusi dan distribusi pada sektor ini karena adanya pembangunan Pabrik
dan peningkatan kebutuhan bahan baku pasir kuarsa di wilayah tersebut.
Melihat peningkatan potensi hasil pertambangan dan bahan galian di
Kabupaten Maros yang beraneka ragam dan tersebar sehingga menuntut
kemampuan daerah untuk pengelolaan melalui kemudahan investasi sektor
pertambangan dan penggalian. Potensi sumberdaya mineral di Kabupaten
Maros menurut jenis meliputi lempung, batu gamping, marmer, pasir kuarsa,
oker, basal, andesit, diorit, granodiorit, trakit, batu pasir formasi camba, kerikil
dan batu sungai, pasir sungai.
Selain potensi tambang golongan “C” tersebut diatas, di kabupaten Maros
terdapat juga bahan galian golongan “A” seperti Batubara yang tersebar di
wilayah Kecamatan Mallawa, Bantimurung, Camba, Simbang dan Tanralili.
Emas terdapat di Cindakko dan Bontosomba Kecamatan Tompobulu. Namun
jumlah deposit kedua jenis bahan galian tersebut hingga saat ini belum
teridentifikasi.
f. Kehutanan
Kawasan hutan di Kabupaten Maros menurut kategori hutan dapat dibagi
atas 3 jenis yakni hutan menurut fungsinya (hutan lindung, hutan produksi
biasa/terbatas dan Taman Nasional).
Luas total kawasan hutan di kabupaten Maros tahun 2009 adalah 68.509
Ha, yang terdiri atas 13.994.78 Ha hutan Lindung, 17.940.88 hutan produksi
biasa, 6.922.56 hutan produksi terbatas dan 29.650.79 Taman Nasional. Jenis
hasil hutan yang terproduksi tiap tahunnya, seperti kayu jati, kayu bakar dan
bambu mengalami pertumbuhan tiap tahunnya, Ketiga jenis hasil hutan ini
memiliki keterkaitan langsung dengan orientasi usaha yang berkembang di
Kabupaten Maros maupun daerah sekitarnya, terutama di Kota Makassar. Kayu
Jati merupakan bahan baku bagi industri furniture, kayu bakar memenuhi
kebutuhan kegiatan masak, baik oleh penduduk maupun usaha-usaha lainnya.
g. Perindustrian
Berdasarkan data yang diperoleh, kondisi sektor industri di kabupaten
Maros meningkat, baik dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja
maupun nilai investasinya. Sedangkan nilai produksi sektor industri juga tentu
meningkat seiring meningkatnya unit usaha dan variabel-variabel lainnya.
Nilai bahan produksi, nilai bahan baku dan nilai tambah yang diperoleh dari
sektor perindustrian di Kabupaten Maros menunjukkan angka pertumbuhan
secara meyakinkan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa wilayah Kabupaten
Maros cukup prospek untuk investasi di sektor industrialisasi karena didukung
oleh potensi sumberdaya wilayah maupun sarana dan prasarana wilayah,
terutama pada sektor transportasi yang dekat dengan Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin dan Pelabuhan Makassar sebagai outlet
utama bagi Pulau Sulawesi maupun wilayah KTI.
h. Perdagangan
Kegiatan perdagangan dengan skala besar berdasarkan data yang
diperoleh adalah kegiatan ekspor yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di
Kabupaten Maros, meliputi ekspor kancing, kayu jati, dan marmer yang
kesemuanya diproduksi secara lokal. Adapun kegiatan perdagangan potensi
produksi wilayah lainnya adalah semen yang masih masuk tahap perdagangan
antar pulau maupun antar daerah. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di Kabupaten Maros mencakup 9 (sembilan) negara
dengan nilai ekspor terbanyak adalah ekspor kayu jati. Sedangkan untuk
perdagangan semen Bosowa umumnya diorientasi untuk pemenuhan
kebutuhan bagi wilayah di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kegiatan ekspor
yang dilakukan oleh 4 (empat) perusahaan di kabupaten Maros mencapai nilai
ekspor USD 1.899.119,29. Untuk jenis barang marmer yang telah diekspor
mencapai 7.313 m2. Kegiatan ini membuktikan bahwa wilayah Kabupaten
Maros memiliki potensi yang memiliki nilai ekspor dan beberapa jenis komoditi
lainnya yang juga memiliki nilai ekspor seperti tanaman perkebunan, yakni
kakao (http://www.maroskab.go.id).
i. Pariwisata
Jumlah pengunjung kolam renang mengalami penurunan sekitar 5,06%
dari 3.160 orang tahun 2006 menjadi 3.000 orang pada tahun 2007. Sedangkan
untuk TPS Leang-Leang Bantimurung yang merupakan obyek wisata sejarah,
jumlah pengunjungnya juga mengalami penurunan sebesar 32,45% dari 8.466
orang tahun 2006 menjadi 5.719 orang tahun 2007. Untuk obyek wisata alam
Bantimurung jumlah pengunjungnya mengalami kenaikan sebesar 36,48% dari
441.839 orang tahun 2006 menjadi 603.017 orang tahun 2007. Adapun
pengunjung yang melakukan rekreasi/berwisata pada UPTD Rekreasi
Bantimurung adalah umumnya wisata domestik, yakni sebanyak 600.865 orang
dan turis sebanyak 2.152 orang tahun 2007.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Maros sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.13.4 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Maros
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Cisantana 1 Marmer
2 Padi Ciliwung 2 Sirtu (Pasir Batu)
3 Padi Ciherang 3 Kerikil
4 Jagung 4 Tambang Pasir
5 Kacang Hijau 5 Tanah Timbunan
6 Ubi Kayu 6 Galian Golongan C (Umum)
7 Padi Selebes 7 Batu Gunung
8 Padi Cisadane 8 Basalt.
9 Ubi Jalar 9 Tanah Lempung
10 Padi Ciamis 10 Granodiorit
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Cabai Rawit 1 Industri Penggilingan Padi
2 Cabai Merah 2 Industri Kue
3 Semangka 3 Industri Roti
4 Kacang Panjang 4 Pembuatan Mebel
5 Kunyit 5 Industri Pupuk
6 Mangga Manalagi 6 Industri Kerajinan
7 Pisang Kepok 7 Pembuatan Paving Blok (Batako)
8 Mangga Harum Manis 8 Industri Gula Merah
9 Sirsak 9 Keripik Ubi Kayu
10 Nenas 10 Industri Logam
Perkebunan Perdagangan
1 Kemiri 1 Toko Bahan Bangunan
2 Kakao 2 Toko Sembako
3 Aren/Enau 3 Toko Kue
4 Bambu 4 Kue Tradisional
5 Kelapa Dalam 5 Warung Klontong
6 Kopi Robusta 6 Tempat Pelelangan Ikan
7 Kopi Arabika 7 Warung Buah
8 Lada 8 Minimarket
9 Kelapa Hibrida 9 Warung Kopi
10 Jarak Pagar 10 Warung Jajanan
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 1 Wisata Alam Dan Pemandian
2 Ayam Buras/Kampung 2 Hotel (Melati)
3 Sapi Lokal/Bali 3 Taman Purbakala
4 Itik Lokal Petelur 4 Wisata Budaya
5 Kambing 5 Warung Makan (Umum)
6 Ayam Ras (Petelur) 6 Rumah Makan Ikan Bakar
7 Kerbau 7 Agro Wisata
8 Kuda 8 Waterpark
9 Sapi Unggul Brahman 9 Pemancingan Ikan
10 Babi 10 Rumah Makan Padang
Perikanan Transportasi
1 Budidaya Ikan Bandeng 1 Angkutan Kota (Pete-Pete)
2 Budidaya Udang Windu 2 Truk (Barang)
3 Penangkapan Kepiting/Rajungan 3 Taxi Bandara
4 Budidaya Rumput Laut 4 Ojek Motor
5 Penangkapan Kepiting Bakau 5 Becak Kayuh
6 Budidaya Ikan Nila 6 Bendi/Delman/Dokar
7 Budidaya Lele Dumbo 7 Becak Motor
8 Budidaya Ikan Mas 8 Perahu
9 Penangkapan Ikan Layang 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
2 - 2 Lumbung Beras (Jasa Penyimpanan Sementara)
3 - 3 Pertukangan Kayu
4 - 4 Bengkel Motor
5 - 5 Bimbingan Belajar
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Tukang Jahit
8 - 8 Rental Mobil
9 - 9 Jasa Pengiriman
10 - 10 Tukang Cukur
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Maros untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.13.5 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Maros
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Cisantana 0,238 1 Marmer 0,214
2 Padi Ciliwung 0,165 2 Sirtu (Pasir Batu) 0,155
3 Padi Ciherang 0,161 3 Kerikil 0,120
4 Jagung 0,119 4 Tambang Pasir 0,108
5 Kacang Hijau 0,080 5 Tanah Timbunan 0,104
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Cabai Rawit 0,251 1 Industri Penggilingan Padi 0,250
2 Cabai Merah 0,242 2 Industri Kue 0,157
3 Semangka 0,127 3 Industri Roti 0,115
4 Kacang Panjang 0,118 4 Pembuatan Mebel 0,095
5 Kunyit 0,061 5 Industri Pupuk 0,083
Perkebunan Perdagangan
1 Kemiri 0,159 1 Toko Bahan Bangunan 0,244
2 Kakao 0,142 2 Toko Sembako 0,224
3 Aren/Enau 0,137 3 Toko Kue 0,112
4 Bambu 0,114 4 Kue Tradisional 0,097
5 Kelapa Dalam 0,089 5 Warung Klontong 0,084
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 0,172 1 Wisata Alam Dan Pemandian
0,218
2 Ayam Buras/Kampung 0,167 2 Hotel (Melati) 0,139
3 Sapi Lokal/Bali 0,132 3 Taman Purbakala 0,109
4 Itik Lokal Petelur 0,115 4 Wisata Budaya 0,107
5 Kambing 0,107 5 Warung Makan (Umum) 0,098
Perikanan Transportasi
1 Budidaya Ikan Bandeng 0,247 1 Angkutan Kota (Pete-Pete) 0,257
2 Budidaya Udang Windu 0,242 2 Truk (Barang) 0,209
3 Penangkapan Kepiting/Rajungan
0,091 3 Taxi Bandara 0,192
4 Budidaya Rumput Laut 0,089 4 Ojek Motor 0,131
5 Penangkapan Kepiting Bakau
0,087 5 Becak Kayuh 0,077
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
0,200
2 - - 2 Lumbung Beras (Jasa Penyimpanan Sementara)
0,164
3 - - 3 Pertukangan Kayu 0,129
4 - - 4 Bengkel Motor 0,126
5 - - 5 Bimbingan Belajar 0,101
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Maros, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.13.6 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Maros
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,164
2 Perindustrian 0,109
3 Perdagangan 0,098
4 Perikanan 0,089
5 Peternakan 0,081
6 Jasa 0,079
7 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,077
8 Pertanian/Tan. Hortikultura 0,074
9 Pertanian/Perkebunan 0,073
10 Pertambangan/Penggalian 0,061
11 Transportasi 0,057
12 Kehutanan (Non Kayu) 0,036
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.13.7 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Maros
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Cisantana 0,051
2 Industri Penggilingan Padi 0,039
3 Padi Ciliwung 0,035
4 Padi Ciherang 0,035
5 Toko Bahan Bangunan 0,031
KPJU Potensial
1 Budidaya Ikan Bandeng 0,029
2 Toko Sembako 0,029
3 Budidaya Udang Windu 0,028
4 Jagung 0,026
5 Wisata Alam dan Pemandian 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Pendopo Kantor Bupati Kab. Maros pada hari Selasa 4
September 2012 Pukul 09.20 – 11.45 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Cisantana
Tabel 3.13.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Cisantana di Kabupaten Maros
Peluang Tantangan
- Potensi areal pengembangan padi masih
sangat luas.
- Merupakan komoditi unggulan kabupaten
Maros
- Pengembangannya merupakan prioritas
pemda setempat
- Padi Cisantana berpeluang untuk dijadikan
beras kepala karena kualitas berasnya baik
sehingga berpeluang untuk diekspor. Juga
karena konsumen beras dari waktu ke
waktu mencari kualitas beras yang lebih
baik.
- Pertumbuhan penduduk meningkatkan
kebutuhan pangan, dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat membuat pilihan
konsumsi pangan juga menjadi lebih baik
- Pada Cisantana merupakan jenis yang
masih unggul di pasaran.
- Petani sangat mengenal varietas
Cisantana, Ciliwung, dan Ciherang.
- Sebagai daerah penyangga, Maros akan
menjadi kawasan padat pemukiman yang
akan menyebabkan lahan pertanian menjadi
sempit.
- Produsen padi di daerah lain akan menjadi
pesaing
- Faktor musim dapat mempengaruhi kualitas
padi.
- Adanya alih fungsi lahan
- Harga beras fluktuatif
- Masih import beras
- Posisi tawar lemah
- Usaha lumbung pangan (resi Gudang)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Benihnya mudah didapatkan
- Luas lahan tersedia
- Teknologi proses produksi telah dikuasai
oleh petani dan industri lainnya.
- Packing/kemasan perlu diperbaiki
- Kualitas bahan baku (benih) masih rendah
- Manajemen usaha tani rendah
- Bahan baku belum kontinyu, dan berkurang
pada musim-musim tertentu
- Fasilitas pengairan bermasalah
- Belum menggunakan sistem pemupukan
organik
- Modal kurang
- Sarana produksi yang masih terbatas
- Distribusi lewat laut dan udara yang high cost
jika produk KPJU akan lintas daerah (keluar
Sulawesi).
- Media penampungan beras seperti lumbung
masih kurang
- Mesin giling masih minim
2. Industri Penggilingan Padi
Tabel 3.13.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Indudtri
Penggilingan Padi di Kabupaten Maros
Peluang Tantangan
- Harga beras yang cukup stabil
- Adanya peningkatan produksi padi
- Luas sawah yang semakin berkurang
- Penggilingan padi keliling menjadi saingan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Padi Cisantana mudah dijual oleh usaha
penggilingan
- Hasil produksinya tinggi, nilai jualnya tinggi,
bijinya besar dan berasnya enak dimakan.
- Teknologi pengolahan (mesin giling) yang
semakin maju
- Bahan baku yang banyak tersedia
- Padi Cisantana kadang-kadang bisa diserang
hama seperti pengerek batang, busuk leher
dan wereng.
- Mudah tumbuh di atas batang (pohon) apabila
terlambat dipanen.
- Peralatan (mesin giling) yang ada
kapasitasnya belum mampu menjalankan
produksi yang optimal (hasil masih terbatas)
- Modal kurang
- Lantai jemur minim
3. Padi Ciliwung
Tabel 3.13.10 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Maros
Peluang Tantangan
- Potensi areal pengembangan padi masih
sangat luas.
- Merupakan komoditi unggulan kabupaten
Maros
- Pengembangannya merupakan prioritas
pemda setempat
- Pertumbuhan penduduk meningkatkan
kebutuhan pangan, dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat membuat pilihan
konsumsi pangan juga menjadi lebih baik
- Petani sangat mengenal varietas
Cisantana, Ciliwung, dan Ciherang.
- Sebagai daerah penyangga, Maros akan
menjadi kawasan padat pemukiman yang
akan menyebabkan lahan pertanian menjadi
sempit.
- Produsen padi di daerah lain akan menjadi
pesaing
- Faktor musim dapat mempengaruhi kualitas
padi.
- Adanya alih fungsi lahan
- Harga beras fluktuatif
- Masih import beras
- Posisi tawar lemah
- Usaha lumbung pangan (resi Gudang)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Benihnya mudah didapatkan
- Luas lahan tersedia
- Kualitas bahan baku (benih) masih rendah
- Manajemen usaha tani rendah
- Teknologi proses produksi telah dikuasai
oleh petani dan industri lainnya.
- Packing/kemasan perlu diperbaiki
- Bahan baku belum kontinyu, dan berkurang
pada musim-musim tertentu
- Fasilitas pengairan bermasalah
- Belum menggunakan sistem pemupukan
organik
- Modal kurang
- Sarana produksi yang masih terbatas
- Distribusi lewat laut dan udara yang high cost
jika produk KPJU akan lintas daerah (keluar
Sulawesi).
- Media penampungan beras seperti lumbung
masih kurang
- Mesin giling masih minim
4. Padi Ciherang
Tabel 3.13.11 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciherang di Kabupaten Maros
Peluang Tantangan
- Potensi areal pengembangan padi masih
sangat luas.
- Merupakan komoditi unggulan kabupaten
Maros
- Pengembangannya merupakan prioritas
pemda setempat
- Pertumbuhan penduduk meningkatkan
kebutuhan pangan, dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat membuat pilihan
konsumsi pangan juga menjadi lebih baik
- Petani sangat mengenal varietas
Cisantana, Ciliwung, dan Ciherang
- Sebagai daerah penyangga, Maros akan
menjadi kawasan padat pemukiman yang
akan menyebabkan lahan pertanian menjadi
sempit.
- Produsen padi di daerah lain akan menjadi
pesaing
- Faktor musim dapat mempengaruhi kualitas
padi.
- Adanya alih fungsi lahan
- Harga beras fluktuatif
- Masih import beras
- Posisi tawar lemah
- Usaha lumbung pangan (resi Gudang)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Benihnya mudah didapatkan
- Luas lahan tersedia
- Teknologi proses produksi telah dikuasai
oleh petani dan industri lainnya.
- Packing/kemasan perlu diperbaiki
- Kualitas bahan baku (benih) masih rendah
- Manajemen usaha tani rendah
- Bahan baku belum kontinyu, dan berkurang
pada musim-musim tertentu
- Fasilitas pengairan bermasalah
- Belum menggunakan sistem pemupukan
organik
- Modal kurang
- Sarana produksi yang masih terbatas
- Distribusi lewat laut dan udara yang high cost
jika produk KPJU akan lintas daerah (keluar
Sulawesi).
- Media penampungan beras seperti lumbung
masih kurang
- Mesin giling masih minim
5. Toko Bahan Bangunan
Tabel 3.13.12 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Toko
Bahan Bangunan di Kabupaten Maros
Peluang Tantangan
- Maros sebagai kota satelit
- Pembangunan menyebar ke daerah
pinggiran
- Maros adalah penyangga bagi ibukota
Provinsi (Makassar) sehingga pemukiman
penduduk mengerah ke kabupaten Maros
dan Gowa
- Pasar cukup menjanjikan karena juga
akan menyebar ke daerah lain di
sekitarnya
- Tingkat kemacetan masih rendah
- Ada sekitar 70 developer di Kabupaten
Maros
- Adanya pesaing yaitu pedagang dari
Makassar yang membuka cabang di Maros
- Tingkat penguasaan harga sering tidak tepat
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku sangat mudah didapatkan dan
dekat, yakni di Makassar
- Tenaga kerja tersedia
- Lokasi yang strategis
- Pasokan Semen sering terlambat jika pabrik
macet
- Kepemilikan kendaraan terbatas
- Cara pelayanan ke konsumen kurang
memuaskan
- Toko Bahan Bangunan memerlukan modal
yang cukup besar
1. Geografis
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (dahulu bernama Pangkajene
Kepulauan, biasa disingkat Pangkep) adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibukotanya adalah Pangkajene. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 1.112,29 km², tetapi setelah diadakan analisis bersama Bakosurtanal,
luas wilayah tersebut direvisi menjadi 12.362,73 km2 dengan luas wilayah daratan
898,29 km2 dan wilayah laut 11.464,44 km2. Terdapat 14 kecamatan yaitu Liukang
Tupabiring, Mandalle, Tondong Tallasa, Minasatene, Labakkang, Ma'rang, Bungoro,
Segeri, Balocci, Pangkajene, Liukang, Tupabiring Utara, Liukang Kalmas, Liukang
Tangaya.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Visi pembangunan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tahun 2011-2015
sebagai berikut : “Pangkep sebagai penghasil produk pertanian, perkebunan,
perikanan, dan kelautan terbesar di Indonesia tahun 2015”
b. Misi Pembangunan Daerah
Misi pembangunan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2011-2015,
yang diemban untuk menyejahterakan masyarakat Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, sebgai berikut:
Penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu SDM
Peningkatan produktivitas dan daya saing produk dan pengembangan
kawasan strategis cepat tumbuh
Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi dan sosial
Memperluas akses pasar domestik, internasional, dan jaringan partnership.
Peningkatan pelayanan dan mempercepat terciptanya pemerintahan yang
baik, bersih dan berwibawa.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Luas areal pertanian tanaman pangan (sawah) seluas 16.034 ha, terdiri
dari sawah berpengairan tekhnis 6.025 ha. Setengah tekhnis 1.048 ha. Irigasi
sederhana/desa 377 ha, pengairan non PU sebanyak 1.957 ha. Tanaman yang
dibudidayakan antara lain, padi sawah dengan luas panen 19.247 ha dengan
produksi 107.594 ha. Kacang tanah luas panen 1.251 ha produksi 1.816 ton.
Tanaman lainnya yakni kacang kedelai, kacang hijau dan ketela
(http://www.pangkepkab.go.id).
b. Perkebunan
Untuk jeruk yang merupakan potensi andalan di pangkep, cukup
menggembirakan. Dua kecamatan central jeruk di pangkep yakni Marang
dengan potensi areal 350 ha dengan jumlah 70.000 pohon dan kecamatan
Labakkang sebanyak 170 ha dengan 34.000 pohon. Dalam tahun 2005 ini,
sebanyak 2,5 juta jeruk dikirim ke Jakarta dan sekitarnya untuk di
perdagangkan. Jumlah potensi jeruk pamelo sebanyak 787 ha dengan jumlah
pohon 157.481 ha pohon.
Luas areal perkebunan 15.801,1 ha dari berbagai jenis tanaman antara
lain, jeruk pamelo, kelapa, kapok, dan kopi. Serta tanaman andalan adalah
jambu mente dengan luas areal tanaman 7.782 ha dan kelapa yang arealnya
mencapai 4.670 ha. Jumlah produksinya mencapai 3.381 ton jambu mete dan
4.476 ton untuk kelapa.
c. Peternakan
Untuk peternakan, luas areal penggembalaan sekitar 817 ha, dengan
penggembalaan ternak seperti sapi sebanyak 27.589 ekor, kerbau 9,375 ekor,
kuda 4.274 ekor, kambing 5.423 ekor. Disamping itu juga ada beberapa jenis
unggas yang dikembangbiakan oleh peternak seperti ayam bukan ras 571.040
ekor, ayam ras petelur 9.700 ekor, ayam ras pedaging 62.050 ekor, dan itik
297.622 ekor dengan jumlah keseluruhan populasi unggas lebih dari 940.412
ekor (http://www.pangkepkab.go.id).
d. Perikanan
Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan menghasilkan ikan meliputi :
budidaya tambak mencapai 8.886,0 Ton yang terdiri dari ikan bandeng 7.819,5
Ton, Udang Windu 751,1 Ton, Udang Putih 8,0 Ton dan ikan campuran 307,4
Ton ; Penangkapan sumberdaya laut meliputi :ikan 7.050 Ton,Perairan umum
50,6 Ton, Kolam 4,6 Ton dan Rumput laut 7.174 Ton.
e. Pertambangan
Potensi Pertambangan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah
salah satu sektor yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,
khususnya dalam era otonomi daerah. Jenis Tambang Kabupaten Pangkajene
dan Kepulauan teridiri dari 18 jenis yaitu :
1 (satu) jenis bahan galian golongan “A” yaitu Batu Bara dengan jumlah
cadangan 13.500.000 M3 berlokasi di Desa Tompobulu, Bantimala dan
Baring.
2 (dua) jenis bahan galian golongan “B” terdiri atas Kromik dan Mineral
radioaktif dengan luas sebaran 10.000.000 M3 berlokasi Bulu Erasa Desa
Mangilu.
15 bahan galian golongan “C” yang terdiri dari marmer, pasir kuarsa, batu
gamping, sirtu dan lain-lain.
f. Industri dan Perdagangan
Di bidang industri, kabupaten Pangkep dikenal dengan industri semen Port
Land Tonasa yang berproduksi sejak tahun 1968 dengan kapasitas produksi
120.000 ton pertahun, kemudian dibangun Tonasa II dengan kapasitas produksi
510.000 ton per tahun yang berproduksi sejak tahun 1980, berikutnya di
bangunan Tonasa III dengan kapasitas 500.000 ton per tahun dan berproduksi
tahun 1985 dan Tonasa IV dengan kapasitas produksi 2,3 juta ton per tahun
mulai berproduksi tahun 1993.
Cadangan bahan baku semen di Kab.Pangkep diperkirakan mencapai 20
milyar ton, selain semen, maka Pangkep juga dikenal juga dengan industri
marmer di Sulawesi Selatan dimana telah beroperasi 3 perusahaan dengan
jumlah produksi marmer 1.200.000 M2 per tahun dan sekitar 22 izin usaha yang
telah di keluarkan Pemda Pangkep 10 diantaranya telah mengeluarkan
eksplolarisasi dan eksploitasi batu marmer (Bappeda Pangkep, 2004).
Komoditi yang mempunyai peluang potensial dikembangkan ialah industri
Pengolahaan Tanaman pangan, perkebunan dan Holtikultural, seperti : Padi
menjadi tepung beras, jambu mete yaitu daging buah menjadi abon dan
anggur, kulit biji menjadi minyak pelumas, mangga yaitu buah menjadi sari
buah dan buah kaleng, kemiri menjadi minyak kemiri dan rempah-rempah.
Dibidang perikanan seperti ikan menjadi tepung ikan dan pakan ternak. Rumput
laut menjadi bahan kosmetik, farrmasi dan tepung agar-agar, kerang –
kerangan menjadi perhiasan dan cindera mata. Sedang untuk hasil tambang
seperti batu marmer menjadi tegel, batu hias/assesoris, batu sabak menjadi cat,
tegel dan batu dekorasi, pasir kuarsa menjadi keramik, kaca dan gelas. Batu
bara menjadi bahan bakar, batu gamping menjadi bahan bangunan, semen,
keramik dan kapur (http://www.pangkepkab.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sebagaimana tersaji dalam Lampiran.
Berdasarkan long list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan
mengambil 10 besar peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk
menjadi short list.
Tabel 3.14.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciliwung 1 Marmer
2 Padi Cisantana 2 Sirtu
3 Padi Citarum 3 Kerikil
4 Padi Cisadane 4 Pasir
5 Kacang Tanah 5 Tanah Timbunan
6 Jagung Putih 6 Batu Gunung
7 Kacang Kedelai 7 Pasir Kwarsa
8 Jagung Pulut 8 Batu Sungai
9 Kacang Hijau 9 Batu Kapur
10 Ubi Kayu 10 Tanah Liat
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Jambu Mente 1 Jahitan/Sulam
2 Mangga Kueni 2 Abon Ikan
3 Pisang Raja 3 Penggilingan Padi
4 Kacang Panjang 4 Industri Cipping
5 Terong 5 Pengolahan Kepiting Rajunan
6 Mangga Harum Manis 6 Pembuatan Gula Merah
7 Nangka 7 Telur Asin
8 Mangga Golek 8 Pembuatan Jala
9 Pisang Kepok 9 Pengupas Kacang
10 Sukun 10 Pengeringan Ikan
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabica 1 Komoditi Pertanian
2 Kakao 2 Apotek
3 Kelapa Hibrida 3 Toko Campuran
4 Aren 4 Meubel
5 Pinang 5 Minimarket
6 Kemiri 6 Ikan
7 Kelapa Tinggi 7 Toko Kelontong
8 Kelapa Dalam 8 Warung Kue/Jajanan Tradisional
9 - 9 Kedai Kopi
10 - 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Buras 1 Warung Makan
2 Ayam Ras (Petelur) 2 Rumah Makan
3 Ayam Ras (Pedaging) 3 Hotel Melati
4 Sapi Bali 4 Wisata Alam (Gua, Sungai, Pulau, Fauna)
5 Kerbau 5 Wisata Kuliner
6 Itik Alabio 6 Wisata Pemandian
7 Sapi Putih (Lokal) 7 Gazebo ( Rumah Peristirahatan)
8 Kuda 8 Wisata Bahari
9 Kambing Kacang 9 Wisata Pantai
10 Angsa 10 Wisata Budaya
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 1 Angkutan Kota (Pete-Pete)
2 Udang Windu 2 Perahu Motor
3 Rumput Laut 3 Truk Pengangkut Pasir
4 Ikan Nila 4 Perahu Boat
5 Ikan Baronang 5 Truk Pengangkut Barang
6 Ikan Kakap Merah 6 Bentor
7 Ikan Sunu 7 Angkutan Desa (Mikrolet)
8 Ikan Tongkol 8 Delman
9 Ikan Cakalang 9 Becak Kayuh
10 Ikan Layang 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 Bambu 1 Bengkel Motor
2 Madu Hitam 2 Bengkel Mobil
3 - 3 Bengkel Las
4 - 4 Tukang Bangunan
5 - 5 Bengkel Mesin Kapal
6 - 6 Kontraktor
7 - 7 Tukang Kayu
8 - 8 Salon Kecantikan
9 - 9 Tukang Kapal
10 - 10 Rental Mobil
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk
dibandingkan secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list
tersebut adalah 11 kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli
tingkat provinsi. Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan
pemeringkatan baru dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di
tabel berikut.
Tabel 3.14.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciliwung 0,185 1 Marmer 0,198
2 Padi Cisantana 0,177 2 Sirtu 0,144
3 Padi Citarum 0,172 3 Kerikil 0,133
4 Padi Cisadane 0,149 4 Pasir 0,105
5 Kacang Tanah 0,077 5 Tanah Timbunan 0,097
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Jambu Mente 0,296 1 Jahitan/Sulam 0,231
2 Mangga Kueni 0,116 2 Abon Ikan 0,142
3 Pisang Raja 0,104 3 Penggilingan Padi 0,108
4 Kacang Panjang 0,099 4 Industri Cipping 0,102
5 Terong 0,082 5 Pengolahan Kepiting Rajunan
0,099
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabica 0,242 1 Komoditi Pertanian 0,192
2 Kakao 0,203 2 Apotek 0,153
3 Kelapa Hibrida 0,170 3 Toko Campuran 0,136
4 Aren 0,130 4 Meubel 0,128
5 Pinang 0,117 5 Minimarket 0,118
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Buras 0,147 1 Warung Makan 0,155
2 Ayam Ras (Petelur) 0,140 2 Rumah Makan 0,129
3 Ayam Ras (Pedaging) 0,130 3 Hotel Melati 0,121
4 Sapi Bali 0,130 4 Wisata Alam (Gua, Sungai, Pulau, Fauna)
0,118
5 Kerbau 0,124 5 Wisata Kuliner 0,108
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 0,227 1 Angkutan Kota (Pete-Pete) 0,162
2 Udang Windu 0,214 2 Perahu Motor 0,151
3 Rumput Laut 0,177 3 Truk Pengangkut Pasir 0,143
4 Ikan Nila 0,086 4 Perahu Boat 0,126
5 Ikan Baronang 0,076 5 Truk Pengangkut Barang 0,123
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 Bambu 0,738 1 Bengkel Motor 0,156
2 Madu Hitam 0,262 2 Bengkel Mobil 0,146
3 - - 3 Bengkel Las 0,123
4 - - 4 Tukang Bangunan 0,116
5 - - 5 Bengkel Mesin Kapal 0,110
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan, diperlukan analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka
metode AHP untuk mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor
atas sektor/subsektor lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran
masing-masing sektor terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan
daya saing, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh
responden ahli tingkat kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis
data tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.14.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Perikanan 0,154
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,153
3 Pertambangan/penggalian 0,124
4 Perdagangan 0,108
5 Perindustrian 0,087
6 Peternakan 0,070
7 Pertanian/Perkebunan 0,068
8 Transportasi 0,055
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,054
10 Jasa 0,050
11 Pertanian/Hortikultura 0,048
12 Kehutanan (non kayu) 0,029
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.14.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Ikan Bandeng 0,045
2 Udang Windu 0,042
3 Padi Ciliwung 0,037
4 Marmer 0,036
5 Padi Cisantana 0,036
KPJU Potensial
1 Rumput Laut 0,035
2 Padi Citarum 0,035
3 Padi Cisadane 0,030
4 Jahitan/Sulam 0,029
5 Komoditi Pertanian 0,029
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Setda Pemda Pangkajene dan Kepulauan pada
hari Selasa, 23 Oktober 2012, Pukul 14.00 – 16.15 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Ikan Bandeng
Tabel 3.14.5 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan
Bandeng di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Peluang Tantangan
- Iklim mendukung
- Culture mendukung
- Pasar luas
- Dekat dengan Makassar
- Pembudidaya banyak dan terampil
- Didukung lembaga perikanan (DKP, balai
research, universitas)
- Usaha pentokolan
- Diversifikasi olahan
- Terdapat PPI di Pangkep
- Adanya visiisi pembangunan perikanan
- Berfluktuasi pemasarannya
- Kurangnya tenaga penyuluh
- Lemah pembinaan
- Kepercayaan perbankan masih kurang
- Pengolahan produk hasil perikanan masih
kurang
- Rusak lingkungan
- Pencemaran air
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Pakan dan bibit mudah diperoleh
- Lahan tersedia
- Pakan dan obat-obatan tersedai
- Diversifikasi produk
- Produksi cukup banyak
- Budidaya mudah
- Pemasaran mudah
- Kualitas bibit rendah
- Proses produksi yang membuat lingkungan
rusak
- Sarana dan prasarana kurang mendukung
- Pengendalian penyakit hama rendah
- Tidak ada hatchary
- Kurang optimal dalam pengolahannya
- Syarat teknis masih rendah
2. Udang Windu
Tabel 3.14.6 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Udang
Windu di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Peluang Tantangan
- Didukung lembaga perikanan (DKP, balai - Berfluktuasi pemasarannya
research, universitas
- Adanya visi pembangunan perikanan
- Iklim mendukung
- Culture mendukung
- Dekat dengan Makassar
- Informasi produksi dan pemeliharaan
tersedia
- Pembudidaya banyak dan terampil
- Kurangnya tenaga penyuluh
- Lemah pembinaan
- Kepercayaan perbankan masih kurang
- Pengolahan produk hasil perikanan masih
kurang
- Rusak lingkungan
- Pencemaran air
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit mudah diperoleh
- Pakan, dan obat-obatan tersedia
- Produksi cukup banyak
- Budidaya mudah
- Pemasaran mudah
- Lahan tersedia
- Pemberian pakan udang tidak standar
- Tidak mampu memenuhi kontinuitas, kualitas
dan higienis standar ekspor
- Kualitas bibit rendah
- Proses produksi yang membuat lingkungan
rusak
- Sarana dan prasarana kurang mendukung
- Pengendalian penyakit hama rendah
- Tidak ada hatchary
- Kurang optimal dalam pengolahannya
- Syarat teknis masih rendah
3. Padi Ciliwung
Tabel 3.14.7 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Peluang Tantangan
- Peluang produksi sangat tinggi
- Kebutuhan pokok
- Pemasaran luas
- Komoditi ekspor
- Visi pembangunan pertanian
- Pembinaan lemah
- Pasar global
- Karakter petani yang masih mengharapkan
bantuan
- Ada system punggawa
- Transfer iptek masih lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Budidaya mudah
- Pemasaran mudah
- Lahan tersedia
- Produktivitas meningkat
- Tenaga kerja tersedia
- Ada bantuan bibit dan peralatan
- Fasilitas pertanian yang minim
- Budidaya masih menggunakan pupuk
anorganik
- Serangan hama penyakit tanaman
- Kualitas beras masih rendah khususnya hasil
panen dan pasca panen
- Benih belum bermutu
- Modal kurang
4. Marmer
Tabel 3.14.8 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Marmer di
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Peluang Tantangan
- Industri banyak dipasaran
- Menyerap tenaga kerja
- Pembinaan untuk pengrajin kurang
- Limbah marmer belum dimanfaatkan
maksimal
- Pengrajin kurang
- Padat modal
- Harga sangat murah dipasaran
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Potensi alam banyak dan menyebar
hamper disemua kecamatan
- Tenaga kerja tersedia
- Bahan baku dipasok dari perusahaan
pemegang izin
- Limbah cukup besar
- Kurangnya keahlian pengrajin
- Tidak sanggup menerima order yang banyak
- Kualitas produksi rendah
5. Padi Cisantana
Tabel 3.14.9 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Cisantana di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Peluang Tantangan
- Peluang produksi sangat tinggi
- Kebutuhan pokok
- Pemasaran luas
- Komoditi ekspor
- Visi pembangunan berpihak pada
pertanian
- Pembinaan lemah
- Pasar global
- Karakter petani yang masih mengharapkan
bantuan
- Ada sistem punggawa
- Transfer iptek masih lemah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Budidaya Mudah
- Pemasaran mudah
- Lahan tersedia
- Produktivitas meningkat
- Tenaga kerja tersedia
- Ada bantuan bibit dan peralatan
- Fasilitas pertanian yang minim
- Budidaya masih menggunakan pupuk
anorganik
- Serangan hama penyakit tanaman
- Kualitas beras masih rendah khususnya hasil
panendan pasca panen
- Benih belum bermutu
- Modal kurang
1. Geografis
Secara Geografis Kabupaten Pinrang terletak pada koordinat antara 43o10. 30’-
30o19.13’ Lintang Utara dan 119
o26.30’ -119
o47.20’ Bujur Timur, Batas-batas
wilayah Kabupaten Pinrang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan KabupatenTana Toraja,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Pare-Pare
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Polaweli Mamasa dan Selat
Makassar
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Kabupaten
Sidenreng Rappang
Kabupaten Pinrang yang beribukota di Pinrang memiliki luas 1.961,77 km2
yang terbagi dalam 65 Desa, 39 Kelurahan dan 12 Kecamatan. Ke-12 kecamatan
tersebut adalah Batulappa, Cempa, Duampanua, Lanrisang, Lembang, Mattiro Bulu,
Mattiro Sompe, Paleteang, Patampanua, Suppa, Tiroang, Watang Sawito.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Masyarakat Sejahtera Melalui Penataan Program Pembangunan
Pro Rakyat menuju Terciptanya Kawasan Agropolitan yang Didukung oleh
Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Pemerintah yang Baik”.
b. Misi Pembangunan Daerah
Secara garis besar misi Kabupaten Pinrang diformulasikan ke dalam tiga
kluster rumusan, yaitu bidang Pemerintahan, bidang Pembangunan dan Bidang
Kemasyarakatan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Pinrang dengan karakteristik pertanian cukup menjanjikan
dibanding kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Untuk membangun pertanian,
Pemerintah Kabupaten Pinrang berpedoman pada program Kementerian
Pertanian dengan empat sukses pembangunan pertanian. Sebagai
implementasi dari program pusat itu maka pemerintah kabupaten Pinrang
menetapkan empat grand strategic sukses pembangunan pertanian yaitu
pertama, peningkatan produktivitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi
pertanian, bantuan bibit unggul dan berkualitas, pemupukan berimbang,
pengendalian OPT dan pendampingan petani melalui SLPTT dan pola SRI di
12 kecamatan.
Kedua, diversifikasi usaha pertanian dengan cara meminimalisir lahan bero
dengan mengintensifkan lahan melalui pengembangan komoditas horti dan
palawija. Ketiga, mengembangkan usaha lain di luar usaha pokok untuk
menambah penghasilan petani seperti usaha peternakan, pemberdayaan
masyarakat dengan pengolahan hasil produksi pertanian dan keterampilan
rumah tangga melalui bansos, zero waste dan integrated farming system.
Keempat, pemberdayaan kelembagaan petani melalui kelompok dan
gabungan kelompok tani (Gapoktan) (http://tabloidsinartani.com).
Produksi padi pada tahun 2010 adalah sebesar 512.313 ton dengan luas
areal panen 91.159 Ha. Untuk produksi jagung 93.582 ton dengan areal panen
15.374 Ha. Jenis komoditi tanaman pangan lainnya yang cukup berkembang
adalah kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang hijau dan kacang tanah. (Investment
Opportunities for Industry and Trading Service In : South Sulawesi , 2011)
b. Perkebunan
Jumlah produksi perkebunan kopi tahun 2010 yang terdiri dari kopi
robusta : 2.325 ton, kopi arabika : 210 ton. Luas lahan perkebunan rakyat
untuk kopi robusta : 3.771 Ha dan luas lahan perkebunan kopi arabika : 386 Ha.
Untuk perkebunan kakao produksinya menurun pada tahun 2010 yaitu 13.829
ton dimana pada tahun sebelumnya mencapai 15.259 ton
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id).
c. Peternakan
Kabupaten Pinrang berada di urutan kedua dalam populasi/rumah tangga
pemelihara ternak di Sulsel. Jenis ternak yang paling banyak pada setiap
tahunnya pada rentang waktu 2004 – 2011 adalah ternak sapi. Data terakhir
menunjukan jumlah ternak sapi pada tahun 2011 sebanyak 36.798 ekor.
Tabel 3.15.1
Jumlah populasi ternak di Kabupaten Pinrang
No Tahun Sapi (ekor) Kerbau (ekor) Kuda (ekor)
1 2 3 4 5 6 7 8
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
36.798 37.371 37.932 38.011 40.051 40.376 43.208 21.017
4.818 4.890 5.036 4.509 4.780 4.800 4.878 2.317
3.962 4.041 4.081 2.723 2.888 2.902 2.916 2.954
Sumber : http://distanak.pinrangkab.go.id
d. Perikanan
Kabupaten Pinrang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar.
Wilayah pesisisr membentang sepanjang jurang lebih 93 km dengan luas
tambak 11.598 Ha. Capaian produksi udang tahun 2009 sebesar 3.487 ton dan
vannamae sebesar 719 ton (http://pinrangkab.go.id).
e. Perindustrian.
Kabupaten Pinrang dijadikan pilot proyek budidaya udang windu sekaligus
sasaran produsen sebagai sentra pengembangan industrialisasi perikanan. Hal
ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah, serta skala produksi produk
perikanan.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Pinrang sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.15.2 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Pinrang
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Inpari 13 1 Galian C
2 Jagung Hibrida 2 Pasir
3 Kacang Kedelai 3 Kerikil
4 Ubi Kayu 4 Tanah Timbunan
5 Kacang Hijau 5 Batu Gunung
6 Ubi Jalar 6 Batu Merah
7 Kacang Tanah 7 Sirtu
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Cabai Keriting 1 Penggilingan Padi
2 Semangka 2 Meubel
3 Rambutan Aceh 3 Konveksi
4 Mangga 4 Pembuat Rumah Kayu
5 Durian 5 Tenun Sutra
6 Jambu Mete 6 Industri Perabot Rumah Tangga
7 Langsat 7 Kerajinan Batu Merah
8 Tomat 8 Kue Tradisional
9 Pisang Raja 9 Pembakaran Kapur
10 Pisang Ambon 10 -
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Robusta 1 Beras
2 Kakao/Cokelat 2 Udang
3 Kemiri 3 Toko Barang Campuran/Kelontong
4 Kelapa Dalam 4 Meubel
5 Kelapa Hibrida 5 Toko Bangunan
6 - 6 Kayu
7 - 7 Handphone
8 - 8 Pusang
9 - 9 Kelapa
10 - 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 1 Rumah Makan
2 Sapi Bali 2 Wisata Pantai
3 Ayam Ras (Pedaging) 3 Warung Makan
4 Ayam Buras 4 Kedai Kopi
5 Kambing 5 Wisma
6 Itik Serati 6 Hotel Melati
7 Kerbau 7 Wisata Alam Laut
8 - 8 Wisata Binatang
9 - 9 Wisata Religi
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Udang Windu 1 Angkutan Barang (Truk)
2 Ikan Bandeng 2 Angkutan Kota (Mikrolet, Carry)
3 Pembenihan Udang (Hatchery) 3 Angkutan Antar Kota (Bus)
4 Ikan Mas 4 Ojek
5 Udang Cani 5 Becak
6 Rumput Laut 6 Delman
7 Ikan Nila 7 Kuda
8 Ikan Tuna 8 -
9 Ikan Mujair 9 -
10 Ikan Lele Dumbo 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Penjahit
2 - 2 Jasa Simpan Pinjam
3 - 3 Persewaan Alat Pesta
4 - 4 Buruh Kasar
5 - 5 Notaris (PPAT)
6 - 6 Sevice Elektronik
7 - 7 Pangkas Rambut
8 - 8 Cuci Mobil
9 - 9 Salon Kecantikan
10 - 10 Cuci Motor
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Pinrang untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.15.3. Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Pinrang
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Inpari 13 0,346 1 Galian C 0,277
2 Jagung Hibrida 0,271 2 Pasir 0,210
3 Kacang Kedelai 0,160 3 Kerikil 0,168
4 Ubi Kayu 0,072 4 Tanah Timbunan 0,116
5 Kacang Hijau 0,054 5 Batu Gunung 0,093
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Cabai Keriting 0,156 1 Penggilingan Padi 0,189
2 Semangka 0,130 2 Meubel 0,145
3 Rambutan Aceh 0,112 3 Konveksi 0,137
4 Mangga 0,109 4 Pembuat Rumah Kayu 0,119
5 Durian 0,108 5 Tenun Sutra 0,116
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Robusta 0,393 1 Beras 0,183
2 Kakao/Cokelat 0,284 2 Udang 0,133
3 Kemiri 0,164 3 Toko Barang Campuran/Kelontong
0,131
4 Kelapa Dalam 0,082 4 Meubel 0,114
5 Kelapa Hibrida 0,078 5 Toko Bangunan 0,104
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 0,275 1 Rumah Makan 0,294
2 Sapi Bali 0,202 2 Wisata Pantai 0,168
3 Ayam Ras (Pedaging) 0,152 3 Warung Makan 0,133
4 Ayam Buras 0,145 4 Kedai Kopi 0,104
5 Kambing 0,084 5 Wisma 0,094
Perikanan Transportasi
1 Udang Windu 0,260 1 Angkutan Barang (Truk) 0,203
2 Ikan Bandeng 0,217 2 Angkutan Kota (Mikrolet, Carry)
0,187
3 Pembenihan Udang (Hatchery)
0,122 3 Angkutan Antar Kota (Bus) 0,179
4 Ikan Mas 0,093 4 Ojek 0,173
5 Udang Cani 0,081 5 Becak 0,133
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Penjahit 0,180
2 - - 2 Jasa Simpan Pinjam 0,157
3 - - 3 Persewaan Alat Pesta 0,138
4 - - 4 Buruh Kasar 0,126
5 - - 5 Notaris (PPAT) 0,090
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Pinrang, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.15.4. Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Pinrang
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Perikanan 0,140
2 Perdagangan 0,127
3 Pertanian/Tan. Pangan 0,112
4 Transportasi 0,093
5 Jasa 0,085
6 Peternakan 0,078
7 Pertanian/Hortikultura 0,072
8 Perindustrian 0,072
9 Pertanian/Perkebunan 0,071
10 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,068
11 Kehutanan (non kayu) 0,047
12 Pertambangan/penggalian 0,036
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.15.5 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Pinrang
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Udang Windu 0,047
2 Padi Inpari 13 0,043
3 Ikan bandeng 0,039
4 Beras 0,035
5 Jagung hibrida 0,034
KPJU Potensial
1 Kopi robusta 0,028
2 Udang 0,025
3 Rumah makan 0,025
4 Toko barang campuran/kelontong 0,025
5 Ayam ras (petelur) 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Hotel Fathir Pinrang pada hari Jum’at, 01 Desember 2012
Pukul 14.30 – 17.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian dan
menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan rekomendasi untuk
mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Udang Windu
Kabupaten Pinrang memiliki sumberdaya perikanan yang cukup besar. Wilayah pesisir
membentang sepanjang jurang lebih 93 km dengan luas tambak 11.598 Ha. Capaian
produksi udang tahun 2009 sebesar 3.487 ton dan vannamae sebesar 719 ton. Udang
memang menjadi komoditi andalan Pinrang dengan kapasitas produksinya yang besar.
Tetapi dengan adanya fluktuasi harga, menyebabkan petani mengalihfungsikan lahannya
menjadi sawah. Untuk itu peran pemerintah sangat diperlukan dalam menjaga kestabilan
harga.
Tabel 3.15.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Udang
Windu di Kabupaten Pinrang
Peluang Tantangan
- Peluang ekspor
- Potensi air permukaan sudah terkelola
dengan baik
- Hatchery belum memiliki standar kualitas
- Kualitas SDM masih rendah
- Harga dimainkan tengkulak
- Keberpihakan pemerintah masih rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku tersedia
- Tenaga kerja melimpah
- Lahan tersedia luas
- Produksi melimpah
- Masih menggunakan cara tradisional
- Adanya gangguan penyakit
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Kurang promosi
- Kemasan kurang menarik
- Teknologi terapannya masih rendah
- Sarana transportasi kurang mendukung.
- Saluran tambak belum berfungsi dengan baik
- Udang mudah terserang penyakit
- Biaya pemeliharaan tinggi
2. Padi Inpari 13
Kabupaten Pinrang dengan karakteristik pertanian cukup menjanjikan. Pemerintah
kabupaten Pinrang menetapkan empat grend strategis sukses pembangunan pertanian
yaitu peningkatan produktivitas hasil pertanian melalui penerapan teknologi pertanian,
bantuan bibit unggul dan berkualitas, pemupukan berimbang, pengendalian OPT dan
pendampingan petani melalui SLPTT dan pola SRI di 12 kecamatan. Produksi padi pada
tahun 2010 mencapai 512.313 ton. Terjadi peningkatan darpada tahun sebelumnya dengan
produksi 507.246 ton.
Padi Inpari 13 merupakan salah satu peluang yang cukup besar karena luas lahannya
sekitar 13.000 dengan 80% adalah sawah irigasi. Saat musim kemarau hasil produksinya
bisa mencapai 12 ton untuk satu hektar dengan rata-rata produksi petani 9,1 ton.
Kendalanya adalah karena Inpari kurang cocok di musim hujan sehingga dikena penyakit
dan hama.
Tabel 3.15.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Inpari 13 di Kabupaten Pinrang
Peluang Tantangan
- Pasar terjamin
- Nasinya pulen dan putih
- Cocok di musim kemarau
- Tidak cocok di musim hujan
- Modal perawatan besar
- Proses panen tidak seragam
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan tersedia
- Bahan baku mudah
- Pemupukan secara berimbang
- Belum ada pergudangan yang mampu
manampung hasil panen dalam jumlah
besar
- Tidak banyak menggunakan pupuk
- Benih dari lokal
- Tahan terhadap hama wereng
- Tahan rebah
- Produksi tinggi
- Belum ada penangkaran bibit
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Kurang promosi
- Kemasan kurang menarik
- Teknologi terapannya masih rendah
- Sarana transportasi kurang mendukung
Belum ada penangkaran benih
- Irigasi masih sering bermasalah
- Kualitas Benih masih rendah
- Penyakit dan hama
3. Ikan Bandeng
Potensi komoditi ikan bandeng terbilang besar. Produksi ikan bandeng pada tahun
2011 mencapai 17.680,6 ton. Penyerapan tenaga kerjanya cukup tinggi. Usaha lain yang
muncul dari komoditi ikan bandeng yaitu berupa bandeng tanpa duri. Saat ini usaha tersebut
dikelola oleh 14 kelompok usaha dengan pasar Makassar dan pasar luar daerah. Terdapat
juga usaha lain yaitu abon bandeng.
Bahan baku/bibit bandeng tidak mengalami kesulitan karena dikembangkan secara
lokal. Selain itu pemasarannya juga mudah.
Tabel 3.15.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan
Bandeng di Kabupaten Pinrang
Peluang Tantangan
- Peluang produk olahan bandeng
- Komoditi ini menjadi unggulan pemerintah
- Pasarnya luas dan harga cukup bagus
- Petani belum mengembangkan produk lain
dari bandeng
- Masyarakat lebih senang menjual langsung
tanpa mengolah
- Belum ada standar harga
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan untuk budiadaya tersedia luas - Bibit kadang kualitas tidak terjamin
- Lemahnya quality control benih
- Masih menggunakan cara tradisional
- Adanya gangguan penyakit
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Kurang promosi
- Kemasan kurang menarik
- Teknologi terapannya masih rendah
- Sarana transportasi kurang mendukung.
4. Beras
Komoditas unggulan keempat adalah beras. Kualitas beras Inpari sangat disukai karena
rasanya enak dan pulen. Permintaan akan beras Inpari 13 sangat tinggiyaitu sekitar 70 ton
per tahun dengan harga 7,500 per kilogram. Dari komodiri beras ini muncul usaha
penggilingan padi yang cukup banyak menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja mencapai 35
orang per penggilingan dan terdapat sekitar 500 penggilingan padi di Pinrang.
Tabel 3.15.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Beras di
Kabupaten Pinrang
Peluang Tantangan
- Merupakan kebutuhan utama
- Mata pencaharian utama
- Masih minimnya jasa penggilingan padi
- Harga yang masih dimainkan oleh tengkulak
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku melimpah
- Tersedia penggilingan beras
- belum ada pergudangan yang mampu
manampung hasil panen dalam jumlah
besar
- Hasil produksinya tinggi
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Kurang promosi
- Kemasan kurang menarik
- Kurangnya mesin pemoles
- Sarana transportasi kurang mendukung
5. Jagung Hibrida
Produksi jagung hibrida Kabupaten Pinrang pada tahun 2009 mencapai 89.122 ton
dengan luas lahan panen 14.230 hektar. Pada tahun 2010 produksinya meningkat menjadi
93.582 ton. Saat ini rata-rata produksi jagung 6-7 ton per hektar. Peluang pasarnya sangat
prospektif. Selain itu bahan bakunya juga mudah diperoleh. Tetapi terdapat beberapa
kendala dalam budidaya jagung hibrida yaitu harga fluktuatif, belum adanya Sistem Resi
Gudang untuk menampung hasil panen dan juga minat petani dalam mengembangkan
jagung semakin berkurang.
Tabel 3.15.10 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Hibrida di Kabupaten Pinrang
Peluang Tantangan
- Pasar terjamin
- Menjadi bahan baku pakan ternak
- Tidak ada jaminan harga, saat panen raya
harga anjlok
- Kurangnya minat petani memanfaatkan lahan
dengan maksimal semacam tumpang sari
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku mudah
- Pemupukan secara berimbang
- Belum ada pergudangan yang mampu
manampung hasil panen dalam jumlah
- Belum ada penangkaran bibit
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Kurang promosi
besar
- SDM tersedia
- Bibit disediakan oleh pemerintah
- Produksi tinggi
- Lahan yang tersedia cukup luas
- Kemasan kurang menarik
- Teknologi terapannya masih rendah
- Sarana transportasi kurang mendukung.
- Serangan penyakit bulai
1. Geografis
Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan salah satu Kabupaten di provinsi
Sulawesi Selatan yang beribukota di Pangkejene ini memiliki luas wilayah secara
keseluruhan 1.883,25 Km2 terbagi menjadi 11 kecamatan yaitu Baranti, Duo Pitue,
Kulo, Maritengae, Panca Lautan, Panca Rijang, Pitu Raise, Pitu Riawa, Tellu
Limpoe, Watang Pulu, Wattang. Kabupaten Sidenreng Rappang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang di sebelah utara,
Kabupaten Barru dan Kabupaten soppeng di sebelah selatan, Kabupaten Luwu dan
Kabupaten wajo di sebelah timur, serta Kabupaten Pinrang dan Kota Pare-pare.
Secara geografis, Kabupaten ini terletak di sebelah Utara Kota Makassar,
tepatnya diantara titik koordinat : 3043 – 4
009 Lintang Selatan, dan 119
041 – 120
010
Bujur Timur.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Kabupaten Sidenreng Rappang mempunyai Visi : “Sidenreng Rappang sebagai
Pusat Agribisnis Modern dan Lima Terbaik di Sulawesi Selatan dalam
Pembangunan Manusia”
b. Misi Pembangunan Daerah
Adapun misi yang diemban adalah :
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pembangunan berdasarkan prinsip
ekonomi kerakyatan melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, dan
rehabilitasi.
Mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan agribisnis yang
berwawasan lingkungan.
Membangun kemandirian masyarakat melalui pendekatan kelembagaan
dengan mengembangkan kemitraan usaha.
Mewujudkan aparatur daerah yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
dalam rangka meningkatkan fungsi pelayanan dan pengelolaan administrasi
daerah yang baik dan bersih.
Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis kreatif
dan budaya tahan terhadap pengaruh globalisasi.
Mewujudkan nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal sebagai pedoman dan
sumber kearifan guna meningkatkan kualitas tatanan kehidupan masyarakat
berbangsa dan bernegara.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Kecamatan dengan produksi tanaman Padi terbesar adalah Kecamatan
Pitu Riawa yakni 77.990,87 ton dengan rata-rata 65,30 (Ku/Ha) pada luas lahan
11.943,38 Ha, disusul Kecamatan Watang Sidenreng 74.111,06 ton dan
Kecamatan MaritenggaE 64.896,04 ton. Selain padi yang merupakan
komoditas andalan, tanaman pangan lainnya adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar
dan kacang-kacangan. Tanaman jagung memiliki prospek dan nilai ekonomis
yang cukup tinggi sebab menjadi bahan baku utama pakan ternak ayam petelur
yang juga banyak dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Sidenreng
Rappang. Produksi tanaman Jagung di Kabupaten Sidenreng Rappang pada
tahun 2009 adalah 56.608,24 ton dengan rata-rata produksi 55,95 ku/ha.
Kecamatan penghasil jagung terbesar adalah Kecamatan Pitu riawa dengan
produksi 21.690,62 ton, Kecamatan Tellu LimpoE 10.484,76 ton dan
Kecamatan Watang Sidenreng sebesar 7.561,44 ton. Sementara untuk
tanaman pangan lainnya seperti Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Kacang-kacangan,
produksi pada tahun 2009 masing-masing sebesar 2.686,51 ton untuk Ubi
Kayu, Ubi jalar 769,14 ton, Kacang tanah 1.985,30 ton, Kacang kedelai 243,60
ton dan Kacang hijau 388,68 ton. Kecamatan penghasil ubi kayu terbesar
adalah Kecamatan Pitu Riawa 1.114,72 ton, Kecamatan Watang Pulu 1.050,00
ton dan Kecamatan Dua Pitue 168,00 ton, sementara Kecamatan penghasil
Ubijalar terbesar adalah Kecamatan Watang Pulu yakni 497,36 ton.
Pada tahun 2010 produksi tanaman padi mengalami penurunan yang
disebabkan oleh adanya serangan hama dan perbaikan saluran irigasi demikian
pula untuk tanaman kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar,
sementara untuk tanaman jagung mengalami peningkatan sebesar 50,16 %.
b. Perkebunan
Pengembangan sektor perkebunan diarahkan untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas, perbaikan mutu hasil dan pengembangan agribisnis
komoditi perkebunan. Pengembangan sektor perkebunan memberikan suatu
keuntungan bagi Kabupaten Sidenreng Rappang karena letak geografis yang
mendukung sepenuhnya dengan program-program yang ditujukan untuk
membantu petani serta peningkatan taraf hidupnya.
Adapun jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan di Kabupaten
Sidenreng Rappang antara lain adalah : kelapa, coklat/kakao, jambu mete,
lada, kopi, kemir, cengkeh (http://www.sidenrengrappangkab.go.id).
c. Peternakan
Peternakan dan perikanan merupakan salah satu potensi perekonomian
daerah yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan
masyarakat. Usaha peternakan di Kabupaten Sidenreng Rappang mempunyai
prospek yang cukup menjanjikan, karena permintaan produk ternak terus
meningkat, seirama dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan
perekonomian masyarakat. Pengembangan didang peternakan sangat
ditentukan oleh beberapa input seperti ketersediaan pakan, faktor bibit,
manajemen dan kesehatan hewan, serta inovasi teknologi dan faktor-faktor
eksternal lainnya. Pengembangan peternakan di Kabupaten Sidrap terbagi
dalam tiga yaitu ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas dengan Pola
pengembangan yang modern, semi modern, dan tradisional.
Tabel 3.16.1
Populasi Ternak Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2010
No Kecamatan Populasi
Sapi Kerbau Kuda Kambing
1 Panca Lautang 1,737 307 297 1,421
2 Tellu Limpoe 829 259 193 1,061
3 Watang Pulu 14,224 289 37 1,282
4 Baranti 263 - 117 649
5 Panca RIjang 599 3 42 1749
6 Kulo 1,861 157 37 339
7 Maritengngae 2,208 28 69 580
8 Sidenreng 1163 22 64 1,650
9 Pitu Riawa 1208 34 54 383
10 Dua Pitue 625 159 32 85
11 Pitu Riase 13,492 98 119 437
Total 38,209 1,356 1,061 9,696
Sumber : (http://www.sidenrengrappangkab.go.id).
d. Perikanan
Masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang memanfaatkan sumberdaya
alam dalam hal ini danau Sidenreng Rappang untuk melakukan usaha
perikanan air tawar dengan jenis ikan antara lain : Ikan Mas, Mujahir, Tawes,
dan Ikan Nila yang diproduksi sendiri oleh Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Sidenreng Rappang. Untuk meningkatkan produksi perikanan
dilakukan budidaya ikan dalam area penanaman padi, kolam, dan perairan arus
deras, serta dikelola secara optimal.
e. Industri
Pengembangan sektor industri diarahkan untuk peningkatan mutu dan
disain produk yang bertujuan meningkatkan daya saing, sehingga kompetitif
dalam meraih peluang pasar, baik lokal, antar daerah, antar pulau maupun
ekspor.
Jenis industri yang berkembang di Kabupaten Sidenreng Rappang adalah
industri : makanan, minuman, industri kecil, pakaian jadi, industri perabot rumah
tangga, industri logam, dan lain-lain.
Pengembangan industri masih berkonsentrasi pada industri yang berskala
kecil, menengah, dan industri kerajinan (home industry), dengan sasaran utama
yang masih terbatas pada pangsa pasaar antar daerah atau antar pulau.
Pengembangan sektor industri ditingkatkan pemberdayaannya melalui
penyuluhan, pelatihan tenaga kerja, dan menciptakan iklim berusaha yang
kondusif untuk dapat merangsang investor mendukung sektor industri, baik
dalam bidang pemasaran maupun permodalan.
Sektor industri sebagai salah satu sektor usaha ekonomi yang masih
potensial untuk dikembangkan, dimana sektor ini berpengaruh terhadap
ekonomi serta dapat menggerakkan sektor pembangunan lainnya.
Perkembangan sektor industrisebagai sektor usaha menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak terutama Usaha Industri Kecil (UKM) yang dapat
memberikan dampak terhadap proses pembangunan wilayah, dimana sektor
industri unggulan akan lebih cepat berkembang.
f. Pariwisata
Secara geografis Kabupaten Sidenreng Rappang terletak di jalur lintasan
tujuan daerah wisata yang utama di Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Tanah
Toraja (Tator), sehingga Kabupaten ini sangat besar peluang untuk menarik
tamu mancanegara untuk singgah sejenak atau bahkan bermalam sambil
menikmati tradisi khas masyarakat setempat.
Dengan demikian, untuk kedepannya, Kabupaten Sidenreng Rappang
disamping sebagai jalur lintas wisata juga sebagai jalur tujuan ke tempat-tempat
wisata yang telah ada sekarang walaupun keberadaanya belum terlalu dikenal.
Daerah tujuan wisata di Kabupaten Sidenreng Rappang yang dapat
dijadikan tempat tujuan utama antara lain adalah : Taman Wisata Datae,
Sanggar Seni Nene’ Mallomo, Danau Sidenreng, Pemandian Air Panas, Taman
Wisata Alam, Air Terjun, Pacuan Kuda, Wisata Agro Toda Bojo dan lain-lain.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Sidenreng Rappang sebagaimana tersaji dalam Lampiran.
Berdasarkan long list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan
mengambil 10 besar peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk
menjadi short list.
Tabel 3.16.2 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Sidenreng Rappang
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Meokonga 1 Batu Merah
2 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) 2 Galian C
3 Padi Inpari 13 3 Batu Gunung
4 Padi Inpari 7 Lanrang 4 Tanah Timbunan
5 Padi Inpari 9 5 Sirtu
6 Padi Inpari 6 6 -
7 Padi Ciliwung 7 -
8 Padi Cisantana 8 -
9 Jagung Lamuru 9 -
10 Jagung Komposit 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Cabai Merah 1 Pengggiling Padi
2 Cabai Rawit 2 Bata Merah
3 Mangga Arum Manis 3 Deros Padi (Mesin Padi)
4 Jeruk Nipis 4 Furniture Dari Kayu
5 Mangga Manalagi 5 Pandai Besi
6 Kacang Panjang 6 Somel (Penggergajian Kayu)
7 Pisang Lokal 7 Batu Pecah
8 Pisang Kepok 8 Kripik Pisang
9 Mangga Golek 9 Olahan Ikan
10 Pisang Raja 10 Pembuatan Gula Merah
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Beras
2 Cengkeh 2 Gabah
3 Jambu Mete 3 Ayam
4 Lada/Merica 4 Telor
5 Jati Putih Dan Super 5 Pupuk Organik
6 Kelapa Dalam 6 Jagung
7 Kelapa Hibrida 7 Toko Alat Bangunan
8 Kemiri 8 Toko Kelontong
9 - 9 Cengkeh
10 - 10 Kakao
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 1 Warung Lesehan
2 Ayam Ras (Pedaging) 2 Lapangan Futsal
3 Sapi Brahma 3 Water Boom
4 Sapi Lokal 4 Taman Wisata
5 Ayam Buras 5 Wisma
6 Kambing 6 Hotel Melati
7 Itik (Lokal) 7 Restorant
8 Kerbau 8 Air Terjun
9 Itik Manila 9 Gua Kelelawar
10 - 10 Warung Makan
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas Koi 1 Angkutan Antar Provinsi (Bus)
2 Budidaya Lele Dumbo 2 Angkutan Kota (Bus, Mikrolet)
3 Pemebnihan Lele Dumbo 3 Angkutan Desa (Bus, Mikrolet)
4 Ikan Mas 4 Becak Motor
5 Ikan Gabus 5 Ojek
6 Ikan Mujair 6 Becak Kayuh
7 Ikan Nila 7 Taksi (Angkutan) Sepeda Kayuh
8 Ikan Sepat 8 -
9 Ikan Tawes 9 -
10 Ikan Kandiak 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Dokter
2 - 2 Bengkel
3 - 3 Tukang Kayu
4 - 4 Bengkel Las
5 - 5 Salon Kecantikan
6 - 6 Salon (Variasi) Motor
7 - 7 Salon Mobil
8 - 8 Pangkas Rambut
9 - 9 Servis Alat Elektronik
10 - 10 Bidan
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Sidenreng Rappang untuk
dibandingkan secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list
tersebut adalah 11 kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli
tingkat provinsi. Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan
pemeringkatan baru dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di
tabel berikut.
Tabel 3.16.3 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Sidenreng Rappang
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Meokonga 0,198 1 Batu Merah 0,284
2 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2)
0,183 2 Galian C 0,240
3 Padi Inpari 13 0,164 3 Batu Gunung 0,177
4 Padi Inpari 7 Lanrang 0,128 4 Tanah Timbunan 0,155
5 Padi Inpari 9 0,098 5 Sirtu 0,143
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Cabai Merah 0,208 1 Pengggiling Padi 0,253
2 Cabai Rawit 0,177 2 Bata Merah 0,123
3 Mangga Arum Manis 0,105 3 Deros Padi (Mesin Padi) 0,107
4 Jeruk Nipis 0,101 4 Furniture Dari Kayu 0,102
5 Mangga Manalagi 0,089 5 Pandai Besi 0,100
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,221 1 Beras 0,172
2 Cengkeh 0,152 2 Gabah 0,144
3 Jambu Mete 0,150 3 Ayam 0,131
4 Lada/Merica 0,149 4 Telor 0,129
5 Jati Putih Dan Super 0,096 5 Pupuk Organik 0,077
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 0,227 1 Warung Lesehan 0,104
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,176 2 Lapangan Futsal 0,103
3 Sapi Brahma 0,115 3 Water Boom 0,102
4 Sapi Lokal 0,102 4 Taman Wisata 0,102
5 Ayam Buras 0,101 5 Wisma 0,100
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas Koi 0,137 1 Angkutan Antar Provinsi (Bus)
0,229
2 Budidaya Lele Dumbo 0,120 2 Angkutan Kota (Bus, Mikrolet)
0,178
3 Pemebnihan Lele Dumbo
0,117 3 Angkutan Desa (Bus, Mikrolet)
0,158
4 Ikan Mas 0,114 4 Becak Motor 0,155
5 Ikan Gabus 0,101 5 Ojek 0,131
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Dokter 0,226
2 - - 2 Bengkel 0,164
3 - - 3 Tukang Kayu 0,116
4 - - 4 Bengkel Las 0,088
5 - - 5 Salon Kecantikan 0,084
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Sidenreng Rappang,
diperlukan analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP
untuk mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas
sektor/subsektor lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran
masing-masing sektor terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan
daya saing, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh
responden ahli tingkat kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis
data tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 3.16.4 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Sidenreng Rappang
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,235
2 Peternakan 0,123
3 Perindustrian 0,114
4 Perdagangan 0,102
5 Pertanian/Perkebunan 0,098
6 Pertanian/Hortikultura 0,062
7 Perikanan 0,055
8 Transportasi 0,051
9 Jasa 0,048
10 Kehutanan (Non Kayu) 0,038
11 Pertambangan/Penggalian 0,037
12 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,037
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.16.5 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Sidenreng Rappang
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Mekonga 0,060
2 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) 0,056
3 Padi Inpari 13 0,050
4 Pengggiling Padi 0,042
5 Ayam Ras (Petelur) 0,039
Kpju Potensial
1 Padi Inpari 7 Lanrang 0,039
2 Ayam Ras (Pedaging) 0,030
3 Padi Inpari 9 0,030
4 Kakao 0,028
5 - -
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Setda Pemda Sidenreng Rappang pada hari
Selasa, 23 Oktober 2012, Pukul 14.00 – 16.15 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Mekonga
Tabel 3.16.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Mekonga di Kabupaten Sidenreng Rappang
Peluang Tantangan
- Butirannya besar dan bisa dijadikan beras
berkualitas
- Harga beras lebih mahal
- Beras disenangi masyarakat
- Ada bantuan modal KKP BRI
- Adanya Bantuan bibit ke petani
- Sebagian petani belum mencoba menanam
- Pemasaran beras lebih banyak dilakukan di
luar daripada dijual di Bulog
- Sistem resi gudang tidak direspon petani
dalam mendistribusikan komoditinya
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tidak ada lagi biaya retribusi dalam
pemasaran
- Sudah ada gudang dalam
mendistribusikan beras
- Produktivitas tinggi
- Rasanya enak
- Warnanya baik
- Petani tidak leluasa dalam menggunakan
teknologi
- Persyaratan resi gudang sulit di akses oleh
petani
- Benih masih kurang
- Serangan hama
2. Jagung Hibrida (Bisi, Bisi 2)
Tabel 3.16.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Hibrida (Bisi, Bisi 2) di Kabupaten Sidenreng Rappang
Peluang Tantangan
- Cepat terjual
- Kurang biaya
- Tidak perlu olah tanah
- Ada bantuan modal KKP BRI
- Harga berfluktuatif
- Susah digudangkan karena produktivitas
banyak,sehingga daya tampung meningkat.
- Persoalan lahan
- Cuaca sering hujan
- Regulasi pemerintah kurang mendukung
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Pemasaran sangat mudah dan bagus
- Produktivitas tinggi
- Benih kurang pada saat musim tanam
- Harga benih mahal
- Jika tidak disubsidi oleeh pemerintah, maka
petani akan kesulitan
- Proses produksi kurang didukung oleh
teknologi
- Kurang modal
- Kurang alat pemipil
3. Padi Inpari 13
Tabel 3.16.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Inpari 13 di Kabupaten Sidenreng Rappang
Peluang Tantangan
- Ada bantuan modal KKP BR
- Program bantuan bibit ke petani
- Pemasaran beraslebih banyak dilakukan
diluar daripada dijual di Bulog
- Sistem resi gudang tidak direspon
petanidalam mendistribusikan komoditinya
- Persyaratan resi gudang sulit di akses oleh
petani
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Petani suka tanam padi
- Tidak ada lagi biaya retribusi dalam
pemasaran
- Sudah ada gudang dalam
mendistribusikan beras
- Produktivitas tinggi
- Petani kurang handal dalam menggunakan
teknologi
- Penggunaan pupuk tidak berimbang
- Serangan hama
- Benih sulit diperoleh
4. Penggilingan Padi
Tabel 3.16.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU
Penggilingan Padi di Kabupaten Sidenreng Rappang
Peluang Tantangan
- Ada bantuan modal KKP BRI - Kompetitor banyak
- Cuaca
- Harga fluktuatif
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lahan tersedia - Tenaga kerja kurang
- Modal kuarng
- Pekerja kurang
5. Ayam Ras (Petelur)
Tabel 3.16.10 Peluang-Tantangan Serta Titik kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Inpari 7 Lanrang di Kabupaten Sidenreng Rappang
Peluang Tantangan
- Ada bantuan modal KKP BRI - Harga tidak stabil
- Harga bahan baku pembuatanpakan masih
berfluktuasi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Pemasaran hasil peternakan sangat
terbuka lebar
- Persediaan pakan masih terbatas
- Ketersediaan bahan baku
- Permodalan minim
1. Geografis
Secara geografis, Kabupaten Sinjai terletak di bagian pantai timur Provinsi
Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 223 km dari kota Makassar. Tepatnya
berada pada posisi : 5o19’50” - 5
o36’47” Lintang Selatan dan antara 119
o48’ 30” -
120o10’00” Bujur Timur. Luas wilayahnya berdasarkan data yang ada, seluas
819,96 Km2 ( 81.996 Ha). Secara administratif, Kabupaten Sinjai mencakup 9
(Sembilan) kecamatan yang terdiri dari 80 desa dan kelurahan. Posisi wilayahnya
berbatasan dengan Kabupaten Bone (bagian Utara), Teluk Bone (bagian Timur),
Kabupaten Bulukumba (bagian Selatan) dan Kabupaten Gowa (di bagian. Barat)
Secara administratif, Kabupaten Sinjai mencakup 9 Kecamatan, 13 Kelurahan
dan 67 Desa.
Kecamatan Sinjai Utara, 5 Kelurahan
Kecamatan Sinjai Timur, 1 Kelurahan dan 12 Desa
Kecamatan Sinjai Tengah, 1 Kelurahan dan 10 Desa
Kecamatan Sinjai Barat, 1 Kelurahan dan 8 Desa
Kecamatan Sinjai Selatan, 1 Kelurahan dan 10 Desa
Kecamatan Sinjai Borong, 1 Kelurahan dan 7 Desa
Kecamatan Bulupoddo, 7 Desa
Kecamatan Tellulimpoe, 1 Kelurahan dan 10 Desa
Kecamatan Pulau Sembilan, 4 Desa yang merupakan wilayah kepulauan.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Visi Kabupaten Sinjai adalah " Sinjai Religius, Cerdas, Sehat dan Sejahtera
2013 "
b. Misi Pembangunan Daerah
Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.
Meningkatkan kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan mutu
pelayanan pendidikan.
Meningkatkan pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat.
Mewujudkan penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang sehat melalui tata
kelola pemerintahan yang baik.
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat berbasis
kerakyatan yang berwawasan lingkungan.
Meningkatkan infrastruktur perdesaan dan perkotaan sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi daerah.
Menegakkan Supremasi Hukum.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Produksi padi di Sinjai menurun pada tahun 2011 dimana produknya
mencapai 114.143 ton atau menurun sekitar 12 persen. Meskipun luas panen
meningkat, namun tidak serta merta dapat meningkatkan produksinya karena
produktivitasnya justru menurun. Hal ini dikarenakan sedikitnya curah hujan
pada tahun tersebut (http://sinjaikab.bps.go.id).
b. Perkebunan
Jumlah produksi perkebunan kopi tahun 2010 yang terdiri dari kopi robusta
: 2.767 ton dan kopi arabika : 1.201 ton. Luas lahan perkebunan rakyat untuk
kopi robusta : 3.284 ha, dan untuk luas perkebunan kopi arabika : 1.786 ha.
c. Peternakan
Di sektor Petemakan, Pemerintah Daerah berupaya melakukan
peningkatan produksi dan produktivitas. Upaya ini ditempuh melalui kegiatan
pengadaan obat obatan dan operasi vaksinasi ternak, pelaksanaan inseminasi
buatan, penyuluhan kandang percontohan di Kelurahan Biringere dan Lamatti
Rilau di Keeamatan Sinjai Utara, serta pembinaan kolompok tani ternak. Hal ini
telah terealisasi dengan adanya bantuan pengadaan sapi potong dan kambing
bersama dengan paket obat obatannya di Kecamatan Sinjai Utara, dan
pengadaan bibit ayam buras juga pakan dan obat obatannya di Kecamatan
Sinjai.
Pengembangan ternak besar dilakukan oleh masyarakat di bawah
bimbingan pemerintah daerah, dengan tujuan untuk menjadikan Kabupaten
Sinjai sebagai sumber bibit berkualitas tinggi untuk kebutuhan daerah lainnya.
Potensi di bidang peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan adalah
jenis ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda. Sedang ternak kecil seperti
kambing (http://www.sinjai.go.id).
d. Perikanan
Perairan yang strategis karena berada pada bibir Teluk Bone dan adanya
kawasan Pulau pulau Sembilan, yang dilalui arus dari Laut Flores menuju Teluk
Bone, demikian pula sebaliknya, merupakan kawasan yang potensial dijadikan
sebagai area penangkapan ikan pelapis maupun demersal ditambah lagi
sarana Pusat Pendaratan Ikan di Lappa merupakan daya dukung dalam
peningkatan produksi hasil perikanan laut di Kabupaten Sinjai. Oleh karenanya,
dalam upaya pembangunan di sektor kelautan, pemerintah Kabupaten Sinjai
melakukan persiapan kelembaban masyarakat agar mampu memanfaatkan
sumberdaya kelautan seoptimal mungkin dan secara bertahap memposisikan
sebagai alternatif basis utama pembangunan daerah.
Kecamatan Sinjai Utara dan Sinjai Timur merupakan wilayah dataran
rendah dan pesisir pantai yang landai, dapat mendukung pengembangan sektor
kemaritiman, khususnya penangkapan ikan di laut, dan juga pengembangan
areal pertambakan.
Pulau Sembilan merupakan kawasan potensial untuk pengembangan
budidaya perikanan dengan menggunakan Keramba jaring apung. Biota yang
dikembangkan adalah lobster di Pulau Kanalo dan Batanglampe, dan Ikan ikan
Karang di Pulau Kambuno.
e. Industri dan Perdagangan
Selama periode 2010-2011 jumlah unit usaha industri di Kabupaten Sinjai
mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu sebesar 2,06 persen. Pada
tahun 2010 tercatat sebanyak 3.059 unit usaha industri di tahun 2011. Seiring
dengan peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor industri juga mengalami
peningkatan cukup besar yaitu dari 8.448 orang menjadi 8.638 orang pada
tahun 2011 (http://sinjaikab.bps.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Sinjai sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.17.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Sinjai
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Jagung Hibrida 1 Kerikil
2 Padi Ciherang 2 Batu
3 Padi Ciliwung 3 Pasir
4 Kacang Tanah 4 Tanah Timbunan
5 Padi Ir 42 5 Pasir Batu (Sirtu)
6 Kedelai 6 Pasir Besi
7 Ubi Kayu 7 -
8 Ubi Jalar 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Durian 1 Pengolahan Ikan Kering
2 Rambutan Lengkeng 2 Meubel
3 Cabai Rawit 3 Susu Sinjai (Susin)
4 Markisa 4 Pandai Besi
5 Mangga Harum Manis 5 Sari Buah
6 Manggis 6 Perontok Gabah
7 Jambu Mete 7 Kerajinan Tangan
8 Langsat 8 Penyulingan Minyak Cengkeh
9 Pisang Ambon 9 -
10 Ketimun 10 -
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 1 Hasil Bumi
2 Kakao/Cokelat 2 Jual Beli Ikan
3 Lada 3 Perdagangan Ternak
4 Kopi Robusta 4 Kios Kelontong (Campuran)
5 Kopi Arabika 5 Sembako
6 Tambakau 6 Hasil Ternak
7 Kelapa Dalam 7 Material Bangunan
8 Karet 8 Teripang
9 Pala 9 Kios Rokok
10 - 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi Lokal 1 Hotel
2 Ayam Buras 2 Warung Makan
3 Ayam Ras (Petelur) 3 Wisma
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Restauran
5 Itik (Lokal) 5 Warung Kopi
6 Kambing Kacang 6 Wisata Alam (Air Terjun)
7 Kerbau 7 Taman Hutan Rakyat
8 Kambing Boer 8 Pemandian Karampuang
9 Kuda 9 Wisata Tanjung Kukang
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Udang (Budidaya) 1 Angkutan Antar Kota (Panther)
2 Ikan Bandeng 2 Speed Boat
3 Ikan Cakalang 3 Ojek
4 Rumput Laut 4 Mikrolet
5 Ikan Baronang 5 Bus
6 Ikan Mas (Karper) 6 Angkutan Kota (Carry, Kijang)
7 Ikan Tongkol 7 Akutan Desa (Carry, Kijang)
8 Ikan Layang 8 Kuda (Angkutan Panen)
9 Ikan Nila 9 Becak
10 Lele Dumbo 10 Perahu
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
2 - 2 Klinik
3 - 3 Sewa Pakaian Pengantin
4 - 4 Salon
5 - 5 Warnet
6 - 6 Penjahit
7 - 7 Fotocopy
8 - 8 Rias Pengantin
9 - 9 Binatu
10 - 10 Pangkas Rambut
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Sinjai untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.17.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Sinjai
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Jagung Hibrida 0,192 1 Kerikil 0,226
2 Padi Ciherang 0,175 2 Batu 0,188
3 Padi Ciliwung 0,168 3 Pasir 0,170
4 Kacang Tanah 0,129 4 Tanah Timbunan 0,168
5 Padi Ir 42 0,106 5 Pasir Batu (Sirtu) 0,152
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Durian 0,159 1 Pengolahan Ikan Kering 0,172
2 Rambutan Lengkeng 0,134 2 Meubel 0,164
3 Cabai Rawit 0,108 3 Susu Sinjai (Susin) 0,153
4 Markisa 0,107 4 Pandai Besi 0,132
5 Mangga Harum Manis 0,103 5 Sari Buah 0,117
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 0,212 1 Hasil Bumi 0,150
2 Kakao/Cokelat 0,161 2 Jual Beli Ikan 0,143
3 Lada 0,136 3 Perdagangan Ternak 0,127
4 Kopi Robusta 0,110 4 Kios Kelontong (Campuran) 0,120
5 Kopi Arabika 0,108 5 Sembako 0,109
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi Lokal 0,239 1 Hotel 0,170
2 Ayam Buras 0,157 2 Warung Makan 0,150
3 Ayam Ras (Petelur) 0,145 3 Wisma 0,133
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,144 4 Restauran 0,123
5 Itik (Lokal) 0,069 5 Warung Kopi 0,095
Perikanan Transportasi
1 Udang (budidaya) 0,162 1 Angkutan Antar Kota (Panther)
0,128
2 Ikan bandeng 0,157 2 Speed Boat 0,126
3 Ikan cakalang 0,122 3 Ojek 0,114
4 Rumput laut 0,119 4 Mikrolet 0,114
5 Ikan baronang 0,085 5 Bus 0,102
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
0,192
2 - - 2 Klinik 0,106
3 - - 3 Sewa Pakaian Pengantin 0,100
4 - - 4 Salon 0,098
5 - - 5 Warnet 0,098
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Sinjai, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.17.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Sinjai
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Perikanan 0,120
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,112
3 Perdagangan 0,110
4 Pertanian/Hortikultura 0,105
5 Pertanian/Perkebunan 0,099
6 Peternakan 0,088
7 Kehutanan (Non Kayu) 0,080
8 Transportasi 0,076
9 Perindustrian 0,071
10 Jasa 0,055
11 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,047
12 Pertambangan/Penggalian 0,038
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.17.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Sinjai
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Udang (Budidaya) 0,030
2 Ikan Bandeng (Budidaya) 0,029
3 Cengkeh 0,029
4 Jagung Hibrida 0,028
5 Sapi Lokal 0,028
KPJU Potensial
1 Padi Ciherang 0,025
2 Jual Beli Hasil Bumi 0,025
3 Padi Ciliwung 0,024
4 Jual Beli Ikan 0,024
5 Ikan Cakalang (Tangkap) 0,023
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Aula BKD Kabupaten Sinjai pada hari Selasa, 27 November
2012 Pukul 14.10 – 17.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian
dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan rekomendasi
untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut. Berdasarkan hasil FGD
maka KPJU yang dibahas untuk Sinjai adalah : (1) Ikan Cakalang (Tangkap); (2) Sapi Lokal;
(3) Padi Ciherang; (4) Durian; (5) Kakao. Dari kelima KPJU yang dibahas tiga diantaranya
adalah KPJU yang bersumber dari KPJU Unggulan dan Potensial, yakni Ikan Cakalang
(Tangkap) merupakan KPJU Potensial nomor 5, Sapi lokal merupakan KPJU Unggulan
nomor 5, dan Padi Ciherang merupakan KPJU Potensial nomor 1, sedangkan dua lainnya
diambil dari KPJU unggulan tingkat sektor.
1. Ikan Cakalang (Tangkap)
Tabel 3.17.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ikan
Cakalang (Tangkap) di Kabupaten Sinjai
Peluang Tantangan
- Lahan sangat luas
- Sesuai dengan karakter sosial budaya
nelayan di Sinjai
- Akan banyak muncul TPI yang baru
- Pasarnya luas, baik lokal, nasional, dan
internasional
- Nelayan sering kekurangan modal
- Harganya fluktuatif
- Adanya mafia perdagangan di tingkat pasar
global (internasional)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tersedianya rumpon dan kerambah
- Pabrik es masih kurang, kualitas ikan mudah
rusak
- Teknologi yang digunakan masih sangat
sederhana
- Kendala pada kelancaran transportasi
2. Sapi Lokal
Tabel 3.17.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Sapi
Lokal di Kabupaten Sinjai
Peluang Tantangan
- Bahan baku mudah diperoleh
- Sinjai menjadi pemasok tebesar
kebutuhan sapi Makassar
- Lebih dilirik oleh pihak perbankan
- Kotoran Sapi bisa diolah menjadi pupuk
dan biogas
- Pakan tersedia banyak
- Adanya Isu serangan penyakit hewan (sapi)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Ketersediaan pakan anakan sapi cukup
banyak
- Bahan baku mudah diperoleh
- Belum melibatkan teknologi dalam
penanganan bahan baku
- Kendala pada kelancaran transportasi
3. Padi Ciherang
Tabel 3.17.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciherang di Kabupaten Sinjai
Peluang Tantangan
- Menjadi kebutuhan dasar manusia
- Pasarnya tidak pernah mati
- Didukung oleh usaha lain seperti
penggilingan padi
- Menyerap banyak tenaga kerja
- Sebagai pengendali stabilitas pangan
- Isu lingkungan tentang ketidakseimbangan
alam akibat pengembangan program
pertanian
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Sudah menggunakan mesin penggilingan
- Lahan luas
- Bahan baku mudah didapatkan
- Harga Bahan baku berfluktuasi
- Suplai bibit padi lambat
- Masih kurang gudang dan silo dryer
- kendala pada kelancaran transportasi
- Pemasaran kurang maksimal
- Modal kerja dan peralatan yang masih kurang
- Gangguan hama
4. Durian
Tabel 3.17.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Durian di
Kabupaten Sinjai
Peluang Tantangan
- Didukung oleh kondisi alam
- Adanya pengembangan varietas Durian
- Fluktuasi harga
- Masih kurang pengembangan varietas
Monthong
- Potensi memenuhi kebutuhan buah lokal
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tersedianya lahan - Kendala pada kelancaran transportasi
- Tidak tahan lama (mudah Rusak)
5. Kakao
Tabel 3.17.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kabupaten Sinjai
Peluang Tantangan
- Potensial untuk diekspor
- Permintaan pasar global tinggi
- Didukung oleh pemerintah dan perbankan
- Harga fluktuatif
- Produksi dan kualitas menurun
- Belum ada industri pengolahan kakao di
daerah
- Proses produksi kakao dijual dalam bentuk
biji kering
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Dikeringkan melalui proses fermentasi
- Harga kakao mengikuti
harga dunia, dan berpeluang ekspor
- Masih kurang gudang dan silo dryer
- Kendala pada kelancaran transportasi
- Mudah terserang hama sehingga berakibat
pada penurunan produksi
1. Geografis
Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan
perbukitan dengan luas daratan ± 700 km2 serta berada pada ketinggian rata-rata
antara 100-200 m di atas permukaan laut. Letak geografis kabupaten Soppeng
terletak pada 4°5'57.138" - 4°32'19.4028" LS dan 119°42'19.1916" -
120°5'45.1752" BT.
Luas daerah perbukitan Soppeng kurang lebih 800 km2 dan berada pada
ketinggian rata-rata 200 m di atas permukaan laut. Ibukota Kabupaten Soppeng
adalah kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan
laut.
Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai. Wilayah perairan hanya
sebagian dari Danau Tempe. Wilayah Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8
kecamatan, yaitu:Citta, Donri Donri, Ganra, Lalabata, Liliriaja, Lilirilau, Marioriawa,
Marioriwawo.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Masyarakat Sejahtera dan Pemerintahan yang Adil, Jujur,
Profesional dan Bertanggung jawab di bumi Latemmamala”.
b. Misi Pembangunan Daerah
"Yassisoppengi Soppeng, Berubah Untuk Maju" yang bermakna sebagai suatu
tekad bersama untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih
maju di masa yang akan datang.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Produksi tertinggi dari sektor tanaman pangan masih tetap dihasilkan oleh
padi dengan nilai produksi sebesar 259.668 ton. Produksi ini menurun sebesar
7,07 persen dibanding tahun 2009. Penurunan produksi akibat oleh bencana
banjir yang melanda sebagian lahan persawahan. Untuk kedelai juga
mengalami penurunan dari 3.228 ton pada tahun 2009 menjadi 2.507 ton.
Berbeda dengan kacang tanah yang meningkat sebesar 146,13 persen.
(http://soppengkab.bps.go.id/).
b. Peternakan
Pada sektor peternakan Kabupaten Soppeng jumlah ternak sapi pada
tahun 2010 berjumlah 23.423 ekor. Terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya
yang berjumlah 21.177 ekor. Selain sapi, ternak besar lain yang cukup
menonjol adalah kambing. Pada tahun 2010, jumlah ternak kambing mencapai
10.586 ekor. Dari ternak unggas yang paling banyak jumlah ternaknya adalah
ayam buras dengan jumlah 564.905 ekor pada tahun 2010
(http://soppengkab.bps.go.id).
c. Perikanan
Beberapa jenis dan jumlah produksi perikanan budidaya kolam tahun 2008
yaitu Ikan Mas sebesar 3,6 ton dan Ikan Nila sebesar 1,8 ton
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id).
Selain itu produksi ikan tawar Kabupaten Soppeng terus meningkat
utamanya dalam pengadaan bibit ikan. Kabupaten Soppeng bahkan telah
memenuhi kebutuhan bibit ikan air tawar di sejumlah Kabupaten di Sulawesi
bahkan Kalimantan. Jumlah benih ikan yang dimiliki Kabupaten Soppeng telah
mencapai 7 juta ekor dan menargetkan tahun 2012 dapat menambah benih
ikan air tawar sebanyak 3300 ekor dengan menyiapkan lahan penakaran benih
termaksud danau tempe seluas 3 ribu hektar. Benih ikannya pun telah
bersertifikat dengan kualitas yang bisa dipertanggungjawabkan
(http://makassar.tribunnews.com).
d. Pertambangan
Secara umum sektor pertambangan Kabupaten Soppeng yang paling
menonjol yaitu di kecamtan Liririlau. Perkembangannya menunjukan angka
positif. Luas tambang pasir di Liririlau adalah 24,50 ha yang menghasilkan
tambang pasir cukup banyak. (http://soppengkab.bps.go.id).
e. Perindustrian
Selama periode 2006-2010 jumlah perusahaan industri di Kabupaten
Soppeng terus mengalami peningkatan. Jumlah unit usaha industri tahun 2010
meningkat 18 unit atau 0,5 persen dibanding tahun 2009.
Nilai investasi industri Soppeng mencapai sekitar 36 milyar rupiah pada
tahun 2010. Nilai ini meningkat sekitar 3,6 persen dari tahun sebelumnya.
Adapun nilai bahan baku meningkat menjadi sekitar 50 milyar rupiah
(http://soppengkab.bps.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Soppeng sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.18.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Soppeng
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Inpari 7 1 Pasir
2 Padi Cigaulis 2 Galian C
3 Jagung Kuning 3 Batu sungai
4 Kedelai 4 -
5 Padi Sawah (Varietas Lokal) 5 -
6 Kacang Tanah 6 -
7 Kacang Hijau 7 -
8 Ubi Jalar 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Jambu mete 1 Penggilingan Padi
2 Mangga madu 2 Gula Merah
3 Pisang raja 3 Keripik Pisang
4 Pepaya 4 Meubel
5 Nenas 5 Pecah Batu
6 - 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Jual Beli Otomotif
2 Kelapa Dalam 2 Jual Beli Sarana Pertanian
3 Kemiri 3 Jual Beli Hasil Bumi
4 Cengkeh 4 Toko Barang Campuran
5 Tembakau 5 Toko Kelontong
6 Kopi Robusta 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 1 Hotel Melati
2 Sapi (Lokal) 2 Rumah Makan
3 Ayam Ras (Pedaging) 3 Warung Kopi
4 Ayam Buras 4 Warung Makan
5 Kuda 5 Wisma
6 Kambing (Lokal) 6 Wisata Adat/Budaya
7 Itik (Lokal) 7 Wisata Alam
8 Entok 8 Wisata Pemandian
9 - 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 1 Angkutan Kota (Pete-Pete, Mikrolet)
2 Ikan Nila
2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up, Gerobak)
3 Ikan Lele Dumbo 3 Angkutan Antar Kota (Bus)
4 Ikan Gabus 4 Ojek
5 Ikan Sepat Siam 5 Bentor
6 Ikan Bawal 6 Dokar
7 Ikan Gurame 7 -
8 Ikan Patin 8 -
9 Ikan Tawes 9 -
10 Ikan Mujair 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Simpan Pinjam
2 - 2 Bengkel Motor
3 - 3 Salon Kecantikan
4 - 4 Loundri
5 - 5 -
6 - 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Soppeng untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.18.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Soppeng
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 padi inpari 7 0,297 1 Pasir 0,373
2 padi cigaulis 0,239 2 Galian C 0,370
3 Jagung kuning 0,142 3 Batu sungai 0,257
4 Kedelai 0,095 4 - -
5 Padi sawah (varietas lokal)
0,085 5 - -
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Jambu Mete 0,371 1 Penggilingan Padi 0,279
2 Mangga Madu 0,225 2 Gula Merah 0,257
3 Pisang Raja 0,177 3 Keripik Pisang 0,174
4 Pepaya 0,128 4 Meubel 0,168
5 Nenas 0,098 5 Pecah Batu 0,122
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,348 1 Jual Beli Otomotif 0,249
2 Kelapa Dalam 0,229 2 Jual Beli Sarana Pertanian 0,245
3 Kemiri 0,135 3 Jual Beli Hasil Bumi 0,222
4 Cengkeh 0,119 4 Toko Barang Campuran 0,167
5 Tembakau 0,119 5 Toko Kelontong 0,117
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Petelur) 0,280 1 Hotel Melati 0,188
2 Sapi (Lokal) 0,198 2 Rumah Makan 0,185
3 Ayam Ras (Pedaging) 0,142 3 Warung Kopi 0,173
4 Ayam Buras 0,116 4 Warung Makan 0,151
5 Kuda 0,098 5 Wisma 0,082
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 0,204 1 Angkutan Kota (Pete-Pete, Mikrolet)
0,259
2 Ikan Nila 0,153 2 Angkutan Barang (Truk, Pick Up, Gerobak)
0,251
3 Ikan Lele Dumbo 0,152 3 Angkutan Antar Kota (Bus) 0,225
4 Ikan Gabus 0,100 4 Ojek 0,123
5 Ikan Sepat Siam 0,076 5 Bentor 0,081
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Simpan Pinjam 0,381
2 - - 2 Bengkel Motor 0,348
3 - - 3 Salon Kecantikan 0,168
4 - - 4 Loundry 0,103
5 - - 5 - -
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Soppeng, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.18.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Soppeng
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,255
2 Pertanian/Perkebunan 0,130
3 Peternakan 0,113
4 Perdagangan 0,111
5 Pertanian/Hortikultura 0,080
6 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,059
7 Kehutanan (non kayu) 0,058
8 Jasa 0,053
9 Perikanan 0,047
10 Perindustrian 0,036
11 Transportasi 0,036
12 Pertambangan/penggalian 0,021
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.18.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Soppeng
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Inpari 7 0,088
2 Padi Cigaulis 0,071
3 Kakao 0,048
4 Jagung Kuning 0,042
5 Ayam Ras (Petelur) 0,038
KPJU Potensial
1 Jambu Mete 0,035
2 Kelapa Dalam 0,031
3 Kedelai 0,028
4 Jual Beli Otomotif 0,028
5 Jual Beli Sarana Pertanian 0,027
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Hotel Surya Watansoppeng Kab. Soppeng pada hari Jum’at, 09
November 2012 Pukul 09.30 – 11.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Inpari 7
Tabel 3.18.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Inpari 7 di Kabupaten Soppeng
Peluang Tantangan
- Lahan cukup luas - Info pasar kurang
- Minat untuk bertani tinggi
- Industri pembenihan meningkat
- Perencanaan dan peluang pasar luas
- Adanya perkembangan teknologi varietas
- Pasar bebas
- Alih fungsi lahan
- Persaingan dengan pedagang dari luar
- Masih bergantung pada kondisi alam
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak).
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Sarana irigasi berfungsi dengan baik - Harga Bahan baku berfluktuasi
- Mudah terserang penyakit
- Terbatasnya alat penggilingan
- Terbatasnya benih
2. Padi Cigeulis
Tabel 3.18.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Cigeulis di Kabupaten Soppeng
Peluang Tantangan
- Lahan cukup luas
- Minat untuk bertani tinggi
- Industri pembenihan meningkat
- Perencanaan dan peluang pasar luas
- Adanya perkembangan teknologi varietas
- Info pasar kurang
- Pasar bebas
- Alih fungsi lahan
- Persaingan dengan pedagang dari luar
- Masih bergantung pada kondisi alam
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak).
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Sarana irigasi berfungsi dengan baik - Harga Bahan baku berfluktuasi
- Mudah terserang penyakit
- Terbatasnya alat penggilingan
- Terbatasnya benih
3. Kakao
Tabel 3.18.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kabupaten Soppeng
Peluang Tantangan
- Alternatif pasar
- Adanya teknologi baru
- Menjadi penghasil kakao terbesar
sekaligus penyuplai bibit kakao berkualitas
kerjasama dengan pihak terkait.
- Sudah terbentuk kemitraan dengan pihak
lain.
- Pengetahuan dan keterampilan masih kurang
- Harga berfluktuasi
- Panen saat musim hujan mengakibatkan
kualitas kakao buruk
- harga dikendalikan oleh pedagang lokal,
kadang merugikan petani
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku mudah didapat
- Pasokan bahan baku melimpah
- Harga Bahan baku berfluktuasi
- Karena proses pengeringan biji kakao
umumnya masih tergantung iklim (matahari)
- Hama yang belum dapat ditanggulangi
- Kualitas kakao rendah, belum sesuai yang
diharapkan
- Serangan hama dan penyakit
4. Jagung Kuning
Tabel 3.18.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Kuning di Kabupaten Soppeng
Peluang Tantangan
- Dikelola di daerah Soppeng
- Pembuatan bibit jagung secara lokal
melalui kerjasama dengan pihak terkait.
- Panen melimpah, harga turun
- Saluran distribusinya berpusat pada
pengumpul (tengkulak).
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku tersedia
- Harga bahan baku berfluktuasi
- Mudah kena jamur
- Peralatan yang kurang.
- Pemasaran kurang maksimal
- Modal kerja dan peralatan yang masih
kurang
5. Ayam Ras Petelur
Tabel 3.18.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Ayam Ras
Petelur di Kabupaten Soppeng
Peluang Tantangan
- Penyerapan tenaga kerja
- Pemanfaatan feces ayam menjadi sumber
energi biogas
- Pembuatan pupuk kompos dari kotoran
ternak
- Potensi pasar yang cukup besar
- Pola pikir peternak terkait manajemen usaha
masih kurang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- ketersediaan bahan baku cukup proses
pengadaan bahan baku tidak ada masalah
- Bahan baku merupakan hasil pabrikan
- Harga Bahan baku berfluktuasi
- mudah kena penyakit
- lahan untuk kandang terbatas
- Minimnya Permodalan
1. Geografis
Kabupaten Takalar berada antara 5.3 - 5.33 derajat Lintang Selatan dan antara
119.22-118.39 derajat Bujur Timur. Kabupaten Takalar dengan ibukota Pattalasang
terletak 29 km arah selatan dari Kota Makassar ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah sekitar 566,51 km2, dimana 240,88 km2
diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan panjang garis pantai sekitar 74 km.
Bagian Utara Kabupaten Takalar berbatasan dengan Kota Makassar dan
Kabupaten Gowa, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto dan
Kabupaten Gowa, bagian Selatan dibatasi oleh Laut Flores, sementara bagian Barat
dibatasi oleh Selat Makassar.
Wilayah Kabupaten Takalar terdiri dari 9 (sembilan) Kecamatan masing-masing
: Manggarabombang, Mappakasunggu, Polombangkeng Selatan, Polombangkeng
Utara, Galesong Selatan, Galesong Utara, Pattalassang, Galesong, Sanrobone.
Jumlah penduduk pada tahun 2009 mencapai 257.974 jiwa dengan kepadatan
455,37 jiwa per km2.
Topologi wilayah Kabupaten Takalar terdiri dari daerah pantai, daratan dan
perbukitan. Bagian barat adalah daerah pantai dan dataran rendah dengan
kemiringan antara 0-3 derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-25,
derajat sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-25, dengan batuan penyusun
geomorfologi dataran didominasi pantai, batu gemping, terumbu dan tula serta
beberapa tempat batuan lelehan basal.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Visi Pemerintahan Kabupaten Takalar adalah : “Menjadi Pemerintah Kabupaten
Takalar yang Amanah”
b. Misi Pembangunan Daerah
Pemerintah Kabupaten Takalar menetapkan 4 (empat) misi sebagai berikut:
Meningkatkan pengamalan nilai-nilai Keagamaan dalam setiap sendi-sendi
kehidupan, baik melalui pendidikan formal maupun non formal;
Mewujudkan peningkatan kualitas manajemen dan budaya
entrepreneurship pemerintah dan masyarakat;
Mewujudkan peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat untuk
mencapai peningkatan ekonomi, kesejahteraan rakyat dan ketahanan
budaya;
Meningkatkan pencapaian pendapatan daerah.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Sebagai salah satu daerah penghasil jagung terbesar di Sulawesi Selatan,
pada tahun 2009 daerah ini menghasilkan 47.801 ton jagung yang dipanen dari
lahan seluas sekitar 8.383 ha. Bahkan di beberapa lokasi, budidaya jagung
hibrida dapat dilakukan 3 kali setahun dengan produktivitas dapat mencapai
lebih dari 10 ton per hektar. Sedangkan produksi padi sawah pada tahun 2009
mencapai 139.045 ton yang dipanen dari areal seluas 24.955 ha. (Investment
Opportunities For Industry And Trading Service In South Sulawesi, 2011)
b. Perkebunan
Peranan subsektor perkebunan dalam perekonomian Kabupaten Takalar
sebesar 4 hingga 4,5 persen dari total perekonomian. Produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Takalar yang terbesar adalah tanaman tebu dan
kelapa, sedangkan tanaman perkebunan selain kedua jenis tanaman di atas
mempunyai produksi yang relatif kecil. Besarnya produksi tanaman tebu
berkaitan dengan adanya Pabrik Gula di Kabupaten Takalar, namun produksi
tanaman tebu berfluktuasi setiap tahunnya padahal permintaan akan gula terus
meningkat.
Komoditi yang perkebunan yang lainnya adalah jambu mete dengan total
produksi pada tahun 2009 mencapai 1965 ton dan luas lahan perkebunan
rakyat sebesar 1.790 ha.
c. Peternakan
Produksi Peternakan subsektor ini tidak begitu menonjol bila dibandingkan
dengan subsektor lainnya didalam sektor pertanian. Peranan subsektor ini
dalam produk domestik regional bruto pada tahun 2006 masing-masing sebesar
2,93 persen untuk peternakan. Produksi ternak besar dan kecil pada tahun
2002 berjumlah 1.324.300 ekor dan terjadi kenaikan menjadi 1.324.591 ekor
pada tahun 2006, dalam lima tahun terakhir populasi ternak besar dan kecil
memperlihatkan adanya fluktuasi. Jenis ternak yang mengalami
kecenderungan menurun adalah ternak kambing dan itik.
d. Perikanan
Kontribusi subsektor perikanan dalam perekonomian Kabupaten Takalar,
jika diukur berdasarkan produk domestik regional bruto tahun 2006 sebesar
26,21 persen atau sekitar Rp. 253 milyar. Produksi perikanan pada tahun 2006
sekitar 66 ribu ton, angka tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
produksi pada tahun 2002 yang hanya sekitar 50 ribu ton.
Berdasarkan produksi subsektor perikanan lima tahun terakhir, terus
mengalami peningkatan produksi dari tahun 2002 sampai dengan 2006 sebesar
161,7%. Dimana pada tahun 2002 jumlah produksi pada subsektor perikanan
sebesar 32.508,0 ton, kemudian mengalami kenaikan sebesar 36.491,0 ton
pada tahun 2003, naik lagi produksi perikanan menjadi 47.546,5 ton pada tahun
2004 yang diikuti kenaikan pada tahun berikutnya dengan jumlah produksi
sebesar 76.204,8 ton pada tahun 2005 dan pada akhir tahun 2006 tercatat
jumlah produksi sektor perikanan naik lain menjadi 85.080,0 ton
(http://www.takalarkab.go.id).
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Takalar sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.19.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Takalar
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) 1 Tanah Timbunan
2 Padi Ciherang 2 Batu Gunung
3 Padi Cigaulis 3 Pasir
4 Padi Ciliwung 4 Sirtu
5 Jagung Kuning 5 -
6 Padi IR 42 6 -
7 Kedelai 7 -
8 Jagung Pulut 8 -
9 Kacang Hijau 9 -
10 - 10 -
Pertanian/ Hortikultura Perindustrian
1 Cabai Merah Besar 1 Pengolahan Kayu/Koseng
2 Cabai Rawit 2 Meubel
3 Semangka 3 Batu Merah/Batu-Bata
4 Kacang Panjang 4 Pembuatan Kursi
5 Kangkung 5 Garam
6 Bayam 6 Gerabah Tanah Liat
7 Mangga Harum Manis 7 Anyaman Tikar Pandan
8 Mangga Manalagi 8 Industri Keripik
9 Pisang 9 Kerajinan Songkok Guru
10 Mangga Golek 10 Industri Air Minum
Perkebunan Perdagangan
1 Tebu 1 Warung Bakso
2 Kelapa Dalam 2 Toko ATK
3 Kelapa Hibrida 3 Toko Bangunan
4 Jambu Mente 4 Warung Makan
5 Kapas 5 Alat Outomotif
6 Jati Putih 6 Warung Kopi
7 Lontar/Siwalan 7 Toko Kelontongan
8 - 8 Toserba
9 - 9 Sembako
10 - 10 Toko Grosir
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 1 Coto
2 Sapi Lokal (Bali) 2 Ikan Bakar
3 Ayam Buras/Kampung 3 Warung Konro
4 Ayam Ras (Petelur) 4 Wisata Pantai
5 Kerbau 5 Restoran
6 Kambing 6 Wisma
7 Itik Alabio 7 Villa
8 Burung Walet 8 Wisata Sejarah
9 - 9 Hotel Melati
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Udang Windu 1 Angkot/Mikrolet/Pete-Pete
2 Ikan Bolu/Bandeng 2 Ojek
3 Ikan Terbang (Tangkap) 3 Becak Motor
4 Kepiting 4 Pick Up Angkutan Orang
5 Rumput Laut Katonik 5 Becak Kayuh
6 Ikan Lele Dumbo 6 Truk Barang
7 Rumput Laut Krasia 7 Bus
8 Ikan Nila 8 Perahu Jolloro
9 Ikan Layang (Decapterus Spp) 9 Motor Boat
10 Ikan Sardine 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Foto Copy
2 - 2 Bengkel Motor
3 - 3 Tukang Batu
4 - 4 Percetakan
5 - 5 Penggilingan Padi
6 - 6 Tukang Kayu
7 - 7 Bengkel Mobil
8 - 8 Salon Kecantikan
9 - 9 Jasa Simpan Pinjam
10 - 10 -
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Takalar untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.19.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Takalar
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2)
0,203 1 Tanah Timbunan 0,294
2 Padi Ciherang 0,134 2 Batu Gunung 0,276
3 Padi Cigaulis 0,131 3 Pasir 0,250
4 Padi Ciliwung 0,123 4 Sirtu 0,180
5 Jagung Kuning 0,113 5 - -
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Cabai Merah Besar 0,143 1 Pengolahan Kayu/Koseng 0,135
2 Cabai Rawit 0,136 2 Meubel 0,127
3 Semangka 0,130 3 Batu Merah/Batu-Bata 0,125
4 Kacang Panjang 0,130 4 Pembuatan Kursi 0,113
5 Kangkung 0,101 5 Garam 0,104
Perkebunan Perdagangan
1 Tebu 0,390 1 Warung Bakso 0,136
2 Kelapa Dalam 0,136 2 Toko ATK 0,132
3 Kelapa Hibrida 0,111 3 Toko Bangunan 0,130
4 Jambu Mente 0,110 4 Warung Makan 0,105
5 Kapas 0,103 5 Alat Outomotif 0,104
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 0,197 1 Coto 0,226
2 Sapi Lokal (Bali) 0,194 2 Ikan Bakar 0,158
3 Ayam Buras/Kampung 0,153 3 Warung Konro 0,117
4 Ayam Ras (Petelur) 0,152 4 Wisata Pantai 0,103
5 Kerbau 0,094 5 Restoran 0,094
Perikanan Transportasi
1 Udang Windu 0,147 1 Angkot/Mikrolet/Pete-Pete 0,223
2 Ikan Bolu/Bandeng 0,131 2 Ojek 0,136
3 Ikan Terbang (Tangkap) 0,131 3 Becak Motor 0,130
4 Kepiting 0,131 4 Pick Up Angkutan Orang 0,115
5 Rumput Laut Katonik 0,130 5 Becak Kayuh 0,107
Kehutanan (non kayu)
- Jasa
1 - - 1 Foto Copy 0,130
2 - - 2 Bengkel Motor 0,122
3 - - 3 Tukang Batu 0,118
4 - - 4 Percetakan 0,112
5 - - 5 Penggilingan Padi 0,109
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Takalar, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.19.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Takalar
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,152
2 Pertanian/Tan. Hortikultura 0,130
3 Perikanan 0,111
4 Peternakan 0,090
5 Perdagangan 0,086
6 Pertanian/Perkebunan 0,084
7 Kehutanan (Non Kayu) 0,084
8 Perindustrian 0,078
9 Transportasi 0,059
10 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,046
11 Jasa 0,045
12 Pertambangan/Penggalian 0,035
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.19.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Takalar
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) 0,044
2 Tebu 0,039
3 Cabai Merah Besar 0,032
4 Cabai Rawit 0,030
5 Semangka 0,029
KPJU Potensial
1 Kacang Panjang 0,029
2 Padi Ciherang 0,029
3 Padi Cigaulis 0,028
4 Padi Ciliwung 0,027
5 Udang Windu 0,024
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Gedung Darma Wanita Kab. Takalar pada hari Senin 05
November 2012 Pukul 09.45 – 12.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Jagung Hibrida (bisi 2)
Tabel 3.19.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jagung
Hibrida di Kabupaten Takalar
Peluang Tantangan
- Membuka Lapangan Kerja
- Ada Pihak Ketiga yang meyediakan bibit
- Ada instansi terkait menyediakan
bantuan kelompok serta adanya regulasi
yang mendukung
- Ada gudang (silo) untuk menampung
hasil panen
- Ada alternatif pembiayaan dari lembaga
non perbankan
- Alternatif pengolahan limbah (kulit, daun,
batang dan bonggol)
- Ada pendanaan melalui kemitraan baik
swasta maupun pemerintah
- Ada bantuan rutin setiap tahun
- Ketersediaan bahan baku air irigasi mahal
karena menggunakan pompa air
- Pemasaran dikuasai oleh tengkulak besar
- Pasca panen masih dikelola secara
tradisional oleh keluarga sendiri
- Harga pasar sangat rendah dan tidak
normal
- Belum berkembangnya asosiasi petani
jagung
- Petani tidak begitu fokus dalam budidaya
jagung
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Keberpihakan pemerintah masih rendah,
seperti dalam hal perhitungan harga.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan baku memadai
- Verietas benih unggul diperoleh dengan
harga terjangkau
- Lahan yang tersedia cukup luas
- Ketersediaan saprotan memadai
- jumlah tenaga kerja tersedia banyak
- Produksinya masih kurang berkualitas
- Masih menggunakan metode tradisional
- Distribusi pada umumnya lewat darat kerena
pasarnya hanya antar kabupaten dan kota
dalam Provinsi saja.
- Sulit mendapatkan pupuk
- Modal masih kurang
- Tidak ada alat Pengering (dryer) di musim
hujan
2. Tebu
Tabel 3.19.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Tebu di
Kabupaten Takalar
Peluang Tantangan
- Selain untuk gula, bisa juga untuk obat-
obatan
- Banyaknya pabrik gula
- Adanya usaha pengolahan limbah dari
ampas tebu dan daunnya.
- Hasil panen dapat diolah menjadi
berbagai produk seperti gula putih dan
gula mereh ada juga gula semut
- Bimbingan teknis dari pabrik gula cukup
kuat.
- Masih banyak petani kurang faham tentang
cara bercocok tanam tebu
- Budidayanya cukup rumit
- Pemasaran belum jelas
- Faktor kepemilikan lahan belum jelas
sehingga ribut antara BUMN dan masyarakat
- Teknologi dan keterampilan petani masih
minim
- Petani masih setengah hati
- Kerjasama kemitraan belum kuat
- Dikuasai oleh kelompok tertentu
- Luasan lahan sulit bertambah serta adanya
peralihan lahan perkebunan tebu menjadi
lahan untuk pertanian.
- Gangguan hewan ternak merusak tebu
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Keberpihakan pemerintah masih rendah,
seperti dalam hal perhitungan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Adanya fasilitas bibit dari pabrik
- Penanaman hanya dilakukan satu kali
tetapi panennya bisa berkali-kali
- Tenaga kerja tersedia cukup banyak
- Biaya operasional cukup besar
- Pada panen pertama, hasilnya rendah
sehingga petani kesulitan dalam
penanaman selanjutnya
3. Cabai Merah Besar
Tabel 3.19.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cabai
Merah Besar di Kabupaten Takalar
Peluang Tantangan
- Diminati pasar tradisional dan
supermarket
- Kebutuhan Cabai meningkat pada
musim kemarau
- Mudah membudidayakannya
- Harganya selalu naik
- Ada peluang memgolah Cabai menjadi
produk lain semisal saus atau lainnya.
- Tidak adanya alternatif pembiayaan dari non
bank
- Adanya saat musim kemarau saja
- Musim hujan harganya turun
- Teknologinya masih rendah
- Banyak yang busuk saat musim hujan
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Keberpihakan pemerintah masih rendah,
seperti dalam hal perhitungan harga.
- Penanganan pasca panen masih rendah,
minat untuk mengolah cabai menjadi bahan
olahan bernilai tinggi masih sangat rendah
karena minimnya informasi tentang hal
tersebut.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit mudah diperoleh
- Pengolahannya cukup mudah
- SDM nya melimpah
- Teknologi masih rendah
- Lahan yang tersedia tidak begitu luas
4. Cabai Rawit
Tabel 3.19.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cabai
Rawit di Kabupaten Takalar
Peluang Tantangan
- Diminati pasar tradisional dan
supermarket
- Kebutuhan cabai meningkat pada musim
kemarau
- Mudah membudidayakannya
- Harganya selalu naik
- Ada peluang mengolah Cabai menjadi
produk lain semisal saus atau lainnya.
- Tidak adanya alternatif pembiayaan dari non
bank
- Adanya musim kemarau saja
- Musim hujan harganya turun
- Teknologinya masih rendah
- Banyak yang busuk saat musim hujan
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Keberpihakan pemerintah masih rendah,
seperti dalam hal perhitungan harga.
- Penanganan pasca panen masih rendah,
minat untuk mengolah cabai menjadi bahan
olahan bernilai tinggi masih sangat rendah
karena minimnya informasi tentang hal
tersebut.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit mudah diperoleh
- Pengolahannya cukup mudah
- SDM nya melimpah
- Teknologi masih rendah
- Lahan yang tersedia tidak begitu luas
5. Semangka
Tabel 3.19.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Semangka
di Kabupaten Takalar
Peluang Tantangan
- Pasar bagus, lokal dan antar pulau
- Ada pembiayaan alternatif selain bank
- Disukai semua kalangan sehingga dapat
ditingkatkan produksinya
- Teknologi masih rendah
- Persaingan Bersaing dengan produk dari
luar cukup ketat
- Harga masih sangat rendah
- Belum adanya organisasi yang mendukung
secara kelembagaan seperti asosiasi
- Saluran distribusi pemasarannya cenderung
konvensional
- Keberpihakan pemerintah masih rendah,
seperti dalam hal perhitungan harga.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibitnya mudah diperoleh
- Lahan yang tersedia sangat luas
- Bahan baku tersedia banyak dan mudah
didapatkan
- Penanganan panen dan pasca panen belum
tepat
- Teknologi masih rendah
- Mudah rusak, tidak tahan lama
1. Geografis
Kabupaten Tana Toraja yang beribukota di Makale secara geografis terletak di
bagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan yaitu antara 2° - 3° Lintang Selatan dan
119° - 120° Bujur Timur, dengan luas wilayah tercatat 2.054,30 km2 persegi. Jumlah
penduduk pada tahun 2009 adalah sebesar 240.249 jiwa dengan kepadatan
penduduk 116,95 jiwa per km2.
Batas-batas wilayahnya yaitu :
Sebelah utara adalah Kabupaten Toraja Utara dan Provinsi Sulawesi Barat
Sebelah Selatan adalah Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Pinrang
Sebelah Timur adalah Kabupaten Luwu
Sebelah Barat adalah Provinsi Sulawesi Barat
Secara administratif, Kabupaten Tana Toraja meliputi 19 Kecamatan, 112
lembang dan 47 kelurahan. Pembagian wilayah menurut kecamatan, jumlah
lembang dan kelurahan serta luas kecamatan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.20.1 Nama Kecamatan di Kabuapaten Tana Toraja
No Kecamatan Jumlah Lembang
Jumlah Kelurahan
Luas (KM
2)
Persentase terhadap Luas Kab.
(%)
01 Bonggakaradeng 5 1 206,76 10,06
02 Simbuang 5 1 194,82 9,48
03 Rano 5 - 89,43 4,35
04 Mappak 5 1 166,02 8,08
05 Mengkendek 13 4 196,74 9,58
06 Gandang Batu Sillanan
9 3 108,63 5,29
07 Sangalla 3 2 36,24 1,76
08 Sangalla Selatan 4 1 47,80 2,33
09 Sangalla Utara 4 2 27,96 1,36
10 Makale 1 14 39,75 1,93
11 Makale Selatan 4 4 61,70 3,00
12 Makale Utara - 5 26,08 1,27
13 Saluputti 8 1 87,54 4,26
14 Bittuang 14 1 163,27 7,95
15 Rembon 11 2 134,47 6,55
16 Masanda 8 - 134,77 6,56
17 Malimbong Balepe 5 1 211,47 10,29
18 Rantetayo 3 3 60,35 2,94
19 Kurra 5 1 60,50 2,94
Total 112 47 2.054,30 100,00
Sumber : http://www.tanatorajakab.go.id
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya pemerintahan yang kompeten mengelola pembangunan menuju
terciptanya masyarakat Religius, Sejahtera, Berkeadilan sesuai karakteristik
ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya Tana Toraja”
b. Misi Pembangunan Daerah
Revitalisasi fungsi birokrasi dan meningkatkan kinerja tata-kelola
pemerintahan dalam rangka efektifitas pelaksanaan pembangunan serta
distribusi layanan publik yang bersih, transparan dan akuntabel.
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan Mutu
Pendidikan, dan Layanan Kesehatan.
Penguatan kapasitas peran institusi keagamaan, Sosial Kemasyarakatan,
Kepemudaan, dan Perempuan dalam rangka terciptanya ketahanan serta
kesetiakawanan sosial.
Pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan dan pengembangan
sumberdaya ekonomi lokal dan pengelolaan potensi sumberdaya alam serta
lingkungan hidup dengan mengandalkan partisipasi seluruh elemen
masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Mengoptimalkan pembangunan infrastruktur Desa – Kota untuk membuka
isolasi wilayah khususnya daerah terpencil guna mendukung kelancaran
akses layanan publik, arus barang dan jasa, pengembangan dan
diversifikasi potensi Pariwisata serta berbagai potensi Usaha Produktif
Masyarakat.
Menjadikan Tana Toraja sebagai Kabupaten terdepan dalam
pengembangan program ”Gerakan Hijau” (Go Green) serta Pariwisata
berbasis Budaya dan Lingkungan (Eco-Culture Tourism) di Sulawesi
Selatan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Tana Toraja merupakan salah satu wilayah kabupaten yang
memiliki pengusahaan pertanian tanaman pangan yang sangat strategis di
Provinsi Sulawesi Selatan. Luas baku areal persawahan di Kabupaten Tana
Toraja tahun 2009 mencapai 15.671 Ha. Total areal persawahan yang paling
luas terletak di Kecamatan Mengkendek mencapai 1.636 Ha. Total produksi
padi pada tahun 2009 sebesar 75.620,23 Ton dengan luas panen 15.671 Ha.
Produksi jagung sebesar 8.376,40 ton dengan luas panen 1.838 Ha
(http://www.tanatorajakab.go.id).
b. Perkebunan
Hasil produksi perkebunan tahun 2009 yang cukup dominan di Kabupaten
Tana Toraja adalah tanaman kopi Arabica dan coklat yang masing-masing
berproduksi sebesar 2.351,00 ton dan 2.277,00 ton
(http://www.tanatorajakab.go.id). Produksi hasil hutan yang terdiri dari Kayu
Lunak, Rotan dan damar juga merupakan salah satu sektor yang
dikembangkan oleh masyarakat di Kabupaten Tana Toraja.
Selain itu tanaman lain yang menjadi ciri khas daerah ini adalah Markisa
dan Terong Belanda (Investment Opportunities For Industri and Trading Service
In South Sulawesi, 2011)
c. Peternakan
Populasi ternak besar yang dominan di Kabupaten Tana Toraja adalah
sapi, kerbau dan kuda, pada tahun 2009 masing-masing tercatat 5.935 ekor,
26.665 ekor dan 4.167 ekor. Selanjutnya, untuk populasi ternak kecil dan
unggas pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Populasi ternak kecil yang terdiri dari babi dan kambing masing-masing
236.577 ekor dan 6.701 ekor. Populasi unggas terdiri dari ayam buras, ayam
ras dan itik tercatat sebanyak 373.659 ekor, 6.500 ekor dan 53.986 ekor.
Hewan ternak di Kabupaten Tana Toraja, khususnya kerbau dan babi
merupakan ciri khas daerah ini yang dipergunakan pada setiap upacara-
upacara adat.
d. Perikanan
Ikan merupakan salah satu bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan
protein hewani, namun merupakan komoditas yang tidak banyak terdapat di
Kabupaten Tana Toraja. Aktivitas perekonomian masyarakat pada sektor
perikanan bukan merupakan kegiatan pokok, dan pada umumnya dilakukan
hanya untuk konsumsi rumah tangga yang sebagian besar didapat dari sungai
dan sawah.
Produksi perikanan pada tahun 2009 sebesar 1.345,46 ton dengan volume
masing-masing 14,86 ton yang didapat dari sungai, 7,30 ton dipelihara di kolam
dan 1.323,30 ton yang dipelihara di sawah. Sebaran produksi ikan di
Kabupaten Tana Toraja yang bersumber dari sungai, paling tinggi terdapat di
Kecamatan Makale Utara yakni 2,47 ton dan terendah di Kecamatan Bittuang
yakni 0,27 ton, yang bersumber dari pemeliharaan kolam, paling tinggi terdapat
di Kecamatan Mengkendek sebesar 1,44 ton dan terendah di Kecamatan
Rantetayo 0,10 ton, sedangkan yang bersumber dari sawah, paling tinggi
terdapat di Kecamatan Sangalla Selatan sebesar 130,32 ton dan terendah di
Kecamatan Rano 14,60 ton.
Luas areal pemeliharaan dan penangkapan ikan di Kabupaten Tana Toraja
pada tahun 2009, adalah sebagai berikut:
Areal pemeliharaan (care) seluas 1.022,12 Ha, dengan rincian 2,42 Ha
kolam dan 1.019,70 Ha sawah.
Areal penangkapan (keep) seluas 20,68 Ha, semuanya bersumber dari
sungai yang sebagian besar areal penangkapan berada di sungai Saddang.
e. Pertambangan
Potensi pertambangan dan galian di Kabupaten Tana Toraja, berupa
mineral logam dan non logam dapat ditemukan di Kecamatan Boggakaradeng
dan di daerah aliran sungai (DAS) Saddang serta di beberapa anak sungai
Saddang. Dalam uji petik pada salah satu penelitian yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa di Paton sebelah utara kota Kecamatan Bonggakaradeng,
daerah ini diapit oleh DAS Masuppu dan DAS Saddang, secara umum daerah
ini ditempati oleh batuan gunung api Talaya dan batuan sedimen adang yang
menutup tidak selaras formasi Toraja dan dibatasi struktur berupa patahan.
Temuan gejala mineralisasi logam ternyata hanya berupa pirit dan urat kuarsa-
silika tipis, namun dari batuan yang tersingkap di permukaan tidak nampak
adanya mineralisasi logam. Mineralisasi logam yang ditemukan berupa timah
hitam dalam dua buah urat kuarsa pada batuan andesit mengandung galena
dan kalkopirit dengan kandungan logam tembaga 0,2 – 0,6 %.
Bahan galian non logam industri yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja
berupa pasir (sungai), sirtu, gamping, marmer, kaolin, kuarsa dan ziolit. Hanya
pasir sungai yang telah memberikan manfaat secara ekonomis pada PAD dari
retribusinya, sementara batu gamping dan marmer baru dimanfaatkan untuk
pondasi rumah dan pembuatan jalan. Bahan galian yang cukup banyak
ditemukan berupa ziolit sangat potensial dan cukup baik bila dimanfaatkan
untuk bahan baku campuran pakan ternak, penjernih air dan lain-lain. Manfaat
endapan bahan galian toseki yang terdapat di sekitar DAS Saddang, saat ini
oleh penduduk baru digunakan sebagai bahan bangunan padahal bermanfaat
pula sebagai bahan galian industri.
f. Industri dan Perdagangan
Sektor industri Kabupaten Tana Toraja menunjukkan kecenderungan
meningkat, baik dilihat dari jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja,
maupun nilai investasinya. Industri di Kabupaten Tana Toraja terbagi atas
industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Perusahaan industri pada
tahun 2009 tercatat sebanyak 44 perusahaan.
Industri pengelolaan di Kabupaten Tana Toraja dikelompokkan kedalam 4
golongan berdasarkan banyaknya pekerja, yakni sebagai berikut:
Industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja/karyawan
sebanyak 100 orang atau lebih.
Industri menengah adalah perusahaan yang mempunyai pekerja/karyawan
sebanyak 20 – 99 orang.
Industri kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja/karyawan
sebanyak 5 – 19 orang.
Industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumahtangga yang
mempunyai pekerja/karyawan sebanyak 1-4 orang.
Industri yang berkembang adalah industri pengolahan biji kopi, industri
sirup markisa dan tamarilo, industri pengolahan air minum dan pengolahan
hasil tambang marmer dan batu kapur (Investment Opportunities For Industri
and Trading Service In : South Sulawesi, 2011).
Peluang pengembangan sektor perdagangan Kabupaten Tana Toraja
sangat potensial, khusus pada bidang perdagangan hasil-hasil bumi seperti
kopi, coklat, vanili, sayur-sayuran dan pada bidang perdagangan hasil-hasil
ternak seperti kerbau, babi dan unggas. Aktivitas perdagangan di daerah ini
sebagian besar didukung oleh keberadaan 6 pasar dengan sistem perputaran
setiap 6 hari, pasar tersebut diantaranya pasar Makale, Rembon, Bittuang,
Ge’tengan, Rantetayo dan Sangalla.
g. Pariwisata
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tana Toraja ditunjukkan
pada peningkatan kemampuan untuk menggalakkan kegiatan ekonomi yang
melibatkan berbagai sektor. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu membuka
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan bagi pemerintah dan masyarakat di
daerah wisata serta penerimaan devisa bagi negara. Pariwisata Tana Toraja
memang memiliki daya tarik yang unik seperti Rumah Adat Tongkonan, air
terjun Sarrambu Assing. Selain itu peninggalan budaya yang sudah ada sejak
zaman megalitikum, memberikan warna dan makna tersendiri bagi siapa saja
yang mengunjungi daerah ini. Penduduk yang ramah, budaya yang asli dan
lestari menjadikan Tana Toraja menjadi salah satu dari 15 daerah tujuan wisata
Indonesia sekaligus menjadi salah satu ikon Pariwisata Indonesia tahun 2010.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Tana Toraja sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long
list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.20.2 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Tana Toraja
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Beras Merah (Pare Barrik) 1 Chipping
2 Kacang Tanah 2 Pasir
3 Padi Beras Hitam (Pare Bau) 3 Batu Gunung
4 Padi Ciliwung 4 Kerikil
5 Kacang Merah 5 Sirtu Gunung
6 Ubi Jalar 6 Batu Sungai
7 Padi Cisantana 7 -
8 Ubi Kayu 8 -
9 Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) 9 -
10 Jagung Manis 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Sawi 1 Pengolahan Kopi
2 Kangkung 2 Pembuat Parang
3 Kacang Panjang 3 Anyaman Tikar
4 Buncis 4 Kue
5 Daun Bawang 5 Anyaman Bambu
6 Bayam 6 Tapis Beras
7 Kentang 7 Industri Mie
8 Bawang Merah 8 Batako
9 Kol 9 Tenun Tradisional (Sutera)
10 Langsat 10 Play Wood (Triplex)
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Robusta 1 Kopi
2 Kakao/Coklat 2 Kerbau
3 Cengkeh 3 Beras
4 Kopi Jember 4 Bahan Bangunan
5 Kopi Arabika 5 Sayur Mayur
6 Vanili 6 Barang Campuran
7 Jati Putih 7 Pulsa
8 Siong 8 Ayam Ras (Pedaging)
9 Kelapa Dalam 9 Kue
10 Teh 10 -
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Babi 1 Wisma
2 Kerbau 2 Rumah Makan
3 Ayam Buras (Pedaging) 3 Pemandian (Kolam Renang, Air Panas)
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Warung Makan
5 Itik 5 Wisata Alam (Panorama, Batu Alam, Air Terjun, Gua )
6 Sapi Lokal (Bali, Ongol) 6 Kuburan Batu
7 Kambing Marica (Lokal) 7 Kolam Alam
8 Kuda 8 Rumah Adat
9 - 9 Museum
10 - 10 Benteng Alam (Terowongan)
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 1 Bus Antar Kota
2 Ikan Lele Dumbo 2 Ojek
3 Belut (Budidaya) 3 Angkutan Kota/Pete-Pete (Kijang)
4 Ikan Nila 4 Truck Barang Dan Orang
5 - 5 Angkutan Desa (Kijang, Jeep)
6 - 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Tukang Jahit
2 - 2 Ruang Bersalin
3 - 3 Bengkel Motor
4 - 4 Tukang Kayu
5 - 5 Salon Kecantikan
6 - 6 Cuci Motor
7 - 7 Tukang Batu
8 - 8 Tukang Dekor
9 - 9 Jasa Catering
10 - 10 Tukang Ukir
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Tana Toraja untuk dibandingkan
secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11
kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.20.3 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Tana Toraja
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Beras Merah (Pare Barrik)
0,158 1 Chipping 0,210
2 Kacang Tanah 0,150 2 Pasir 0,192
3 Padi Beras Hitam (Pare Bau)
0,150 3 Batu Gunung 0,155
4 Padi Ciliwung 0,104 4 Kerikil 0,151
5 Kacang Merah 0,097 5 Sirtu Gunung 0,146
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Sawi 0,134 1 Pengolahan Kopi 0,166
2 Kangkung 0,131 2 Pembuat Parang 0,162
3 Kacang Panjang 0,122 3 Anyaman Tikar 0,125
4 Buncis 0,120 4 Kue 0,121
5 Daun Bawang 0,108 5 Anyaman Bambu 0,120
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Robusta 0,160 1 Kopi 0,188
2 Kakao/Coklat 0,137 2 Kerbau 0,170
3 Cengkeh 0,132 3 Beras 0,159
4 Kopi Jember 0,120 4 Bahan Bangunan 0,119
5 Kopi Arabika 0,098 5 Sayur Mayur 0,109
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Babi 0,225 1 Wisma 0,156
2 Kerbau 0,162 2 Rumah Makan 0,134
3 Ayam Buras (Pedaging) 0,106 3 Pemandian (Kolam Renang, Air Panas)
0,102
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,092 4 Warung Makan 0,100
5 Itik 0,088 5 Wisata Alam (Panorama, Batu Alam, Air Terjun, Gua )
0,099
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 0,522 1 Bus Antar Kota 0,241
2 Ikan Lele Dumbo 0,183 2 Ojek 0,230
3 Belut (Budidaya) 0,168 3 Angkutan Kota/Pete-Pete (Kijang)
0,191
4 Ikan Nila 0,127 4 Truck Barang Dan Orang 0,175
5 - - 5 Angkutan Desa (Kijang, Jeep)
0,163
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Tukang Jahit 0,182
2 - - 2 Ruang Bersalin 0,156
3 - - 3 Bengkel Motor 0,130
4 - - 4 Tukang Kayu 0,127
5 - - 5 Salon Kecantikan 0,081
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Tana Toraja, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.20.4 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Tana Toraja
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,136
2 Perdagangan 0,131
3 Jasa 0,130
4 Transportasi 0,127
5 Perindustrian 0,106
6 Pertanian/Tan. Hortikurtura 0,080
7 Peternakan 0,069
8 Pertanian/Tan. Pangan 0,057
9 Pertanian/Perkebunan 0,046
10 Perikanan 0,044
11 Kehutanan (Non Kayu) 0,039
12 Pertambangan/Penggalian 0,035
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.20.5 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Tana Toraja
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Wisma 0,036
2 Penjahit Pakaian 0,035
3 Jual beli Kopi 0,033
4 Rumah Makan 0,031
5 Bus Antar Kota 0,031
KPJU Potensial
1 Rumah bersalin 0,030
2 Jual beli Kerbau 0,030
3 Ojek 0,029
4 Jual beli Beras 0,028
5 Pengolahan Kopi 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi Ruang Pimpinan Rapat Kantor Bupati Kab. Tana Toraja pada hari
Kamis, 21 November 2012 Pukul 14.30 – 17.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Wisma
Tabel 3.20.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Wisma di
Kabupaten Tana Toraja
Peluang Tantangan
- Tana Toraja sebagai Destinasi Wisata
- Adanya jaringan ke Departemen/
instansi/BUMN di pusat, untuk
mengadakan kunjungan/rapat di Tana
Toraja
- Mobilisasi masyarakat yang tinggi
- Turis selalu datang
- Adanya Program Lovely Toraja
- Kurangnya informasi tentang letak, harga dan
fasilitas wisma
- Ketersediaan wisma belum memadai
- Masih banyak wisma yang belum terdaftar di
PHRI
- Kesulitan akses modal
- Kunjungan wisatawan semakin menurun
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Penguasaan Bahasa Inggris
- Keunikan budaya toraja
- Keindahan panorama
- Infrastruktur mulai dibenahi khususnya
jalan provinsi
- Diversifikasi produk belum berjalan
- Kurangnya promosi
- Jarak tempuh sangat panjang (8 jam dari
Makassar)
2. Penjahit Pakaian
Tabel 3.20.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Penjahit
Pakaian di Kabupaten Tana Toraja
Peluang Tantangan
- Jumlah pesta meningkat
- Jumlah penduduk semakin bertambah
- Kebutuhan upacara adat
- Program Lovely December sebagai sarana
memperkenalkan border toraja
- Adanya kain khas Toraja
- Kain Toraja memiliki nilai khas dan cukup
terkenal
- Permintaan tinggi
- Persaingan harga antara bordir konvensional
dan border digital
- Terkendala akses modal
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Proses produksi lambat
- produki mudah dipasarkan
- Pasokan benang border masih didatangkan
dari luar
- Tenaga kerja dari luar tana toraja
- Kurangnya bahan baku yang tersedia
- Kurangnya tenaga terampil
3. Jual Beli Kopi
Tabel 3.20.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Jual Beli
Kopi di Kabupaten Tana Toraja
Peluang Tantangan
- Adanya program Cintai Kopi Toraja
- Kopi Toraja memilikik aroma yang khas
- Diversifikasi produk
- Adanya kepercayaan konsumen terhadap
- Persaingan dengan jenis kopi lainnya
produk kopi
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku lokal
- Kopi Toraja memilikik aroma yang khas
- Jenis kopi tidak seragam masuk ke pengusaha
- Tidak ada sertifikasi halal
- Kemasan masih kurang menarik
- Tenaga kerja kurang
- Modal kurang
- Bahan baku kurang permintaan tinggi
- Peralatan masih minim
- Iklan/promosi kurang
- Rantai penjualan sangat panjang
4. Rumah Makan
Tabel 3.20.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumah
Makan di Kabupaten Tana Toraja
Peluang Tantangan
- Banyak perantau masuk Tanah Toraja
- Diversifikasi produk
- Kesulitan akses modal
- Belum ada standar untuk aspek kebersihan
(higienis)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Pasokan bahan makanan cukup - Kurang variasi makanan
- Kurang tenaga kerja terampil
- Jarak tempuh sangat panjang (8 jam dari
Makassar)
- Dibutuhkan sertifikasi halal
- Belum adanya sertifikasi halal
- Sistem manajerial/pengelolaan kurang bagus
5. Bus Antar Kota
Tabel 3.20.10 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Bus Antar
Kota di Kabupaten Tana Toraja
Peluang Tantangan
- Mobilitas masyarakat keluar masuk Tana
Toraja sangat tinggi
- Servis memuaskan
- Kesulitan akses modal
- Kecendrungan harga variatif/berbeda setiap
PO
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bus terbaik di Sulawesi Selatan dan
terawat dengan baik
- Jarak tempuh sangat panjang (8 jam dari
Makassar)
- Terkadang armada bus belum layak/sudah
tidak layak operasi
1. Geografis
Kabupaten Toraja secara geografis terletak pada 2040' LS sampai 3
025' LS dan
119030' BT sampai 120
025' BT, dengan batas wilayahnya:
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kurra, Kecamatan Bittuang
Kabupaten Tana Toraja.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lamasi, Kecamatan Walerang,
Kecamatan Wana Barat, dan Kecamatan Bastem Kabupaten Luwu
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat, Kecamatan Limbongan Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sangalla Selatan,
Kecamatan Sangalla Utara, kecamatan Makale Utara, dan Kecamatan
Rantetayo Kabupaten Tana Toraja
Kabupaten Toraja yang beribukota di Rantepao memiliki luas 1.151,47 Km2
yang terbagi dalam 151 Desa/Kelurahan dan 21 Kecamatan. Ke-22 kecamatan
tersebut adalah Awam Rante Kalua, Balusu, Bangkelekila, Baruppu, Buntao, Buntu
Pepasan, Dende Piongan Napo, Kapalla Pitu, Kesu, Nanggala, Rantebua,
Rantepao, Rantetayo, Rindingallo, Sa’dan, Sanggalangi, Sesean, Sesean Suloara,
Sopai, Tallunglipu, Tikala, Tondon. Jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah
229.090 jiwa dengan kepadatan penduduk 198,95 jiwa/km2.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
Visi Toraja Utara dalam waktu 20 tahun mendatang sebagai berikut yaitu :
“Toraja Utara, Daerah Wisata Budaya Kaya Pesona Dengan Ragam Kreativitas
dan Kasih Yang Menyejahterakan”.
b. Misi Pembangunan Daerah
Memampudayakan (empowering) para pelaku pembangunan dalam
berbagai bidang melalui pendirian Pusat Pelatihan dan Keterampilan dan
memperkuat lembaga-lembaga pendidikan sehingga mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki etos kerja dan berdaya saing tinggi.
Memperkuat infrastruktur pemerintahan, menggalakkan implementasi e-
administration serta memasyarakatkan prinsip-prinsip utama dari Good
Governance.
Membenahi objek-objek wisata multi dimensi, membangun pusat
pengembangan budaya,dan merevitalisasi nilai-nilai adat dan budaya
Meningkatkan produktivitas wilayah melalui pembangunan sentra-sentra
produksi dan pengolahan hasil-hasil peternakan, pertanian, perkebunan
rakyat, dan perikanan
Membangun dan membenahi berbagai macam dan rute jaringan
transportasi untuk kemudahan akses internal dan akses dari dan ke Toraja
Utara.
Menciptakan jaringan komunikasi menyeluruh dalam rangka pelayanan
terbaik bagi masyarakat.
Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga masyarakat yang
didukung oleh pembangunan lingkungan hidup yang asri, sehat, nyaman
dan aman; Melindungi masyarakat dari berbagai jenis penyakit dan
kejahatan hingga pada tingkat terendah.
Menyusun berbagai aturan perundang-undangan daerah dalam berbagai
sektor pembangunan dan pemerintahan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Menurut data BPS, pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Toraja
Utara mencapai 258.602,00 ton yang dipanen dari areal seluas 64.602,00 ha
dengan produktivitas rata-rata sebesar 4,01 ton per ha.
b. Perkebunan
Kabupaten Toraja Utara sebagai sebuah kabupaten hasil pemekaran yang
relatif muda sebenarnya masih menyimpan banyak potensi yang dapat
dikembangkan untuk kemajuan daerah dan peningkatan kesejahteraan
warganya
Beberapa di antaranya adalah di sektor perkebunan seperti kopi arabika
dan kopi robusta, dimana Toraja Utara memiliki lahan yang luas dan sangat
cocok untuk pengembangan komoditas ini. Produksi kopi arabika mencapai
2.085 ton pada tahun 2009. Selain itu, daerah Toraja Utara juga sangat cocok
untuk tanaman kakao (cokelat).
c. Peternakan
Dinas Pertanian dan Peternakan Toraja Utara kini tengah
mengembangkan teknik perkawinan silang untuk menghasilkan kerbau belang
(tedong bonga). kerbau belang (tedong bonga) merupakan produk ternak
unggulan yang paling dibutuhkan masyarakat Toraja dalam upacara kematian
(rambu solo), sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan. Apalagi, jenis
kerbau belang merupakan hewan yang mahal harganya dan dalam kurung
waktu beberapa tahun terakhir ini sangat sedikit populasinya. Populasi sapi
pada tahun 2009 sebesar 1.239 ekor dena kerbau sebesar 22.927 ekor.
Namun yang paling banyak adalah babi mencapai 239.443 ekor (Investment
Opportunities For Industri and Trading Service In : South Sulawesi, 2011).
d. Pertambangan
Toraja Utara juga memiliki potensi di sektor pertambangan. Di daerah
Talimbangan, Kecamatan Buntu Pepasan, Toraja Utara misalnya, terdapat
deposit mineral yang sempat dikelola namun mengalami banyak kendala dan
penolakan. Toraja Utara juga memiliki cadangan emas walaupun belum
dieksploitasi.
e. Pariwisata
Toraja Utara mempunyai potensi pariwisata yang lebih besar,dibanding
Tana Toraja ,ini disebabkan karena lebih banyak tempat wisata berada di
Toraja Utara. Kalau dipersentasekan kurang lebih 65% di Toraja Utara, 35% di
Tana Toraja. Begitupun dengan kerajinan tangan,masih lebih banyak yang di
hasilkan di Toraja Utara ketimbang Tana Toraja.
Potensi inilah yang seharusnya kita pertahankan dan kedepannya sedapat
mungkin ditingkatkan. Mungkin dengan memenage tempat tempat tujuan wisata
dengan menambah sesuatu yang bisa meningkatkan kualitas dan daya tarik
turis mancanegara maupaun domestik yang berkunjung ke Toraja Utara.
Misalnya dengan penataan kios di tempat wisata seteratur mungkin, menjaga
kebersihan ,pembuatan taman taman di sekitar lokasi .
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Toraja Utara sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long
list tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.21.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten
Toraja Utara
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Lokal Merah (Pare Barrik) 1 Galian C
2 Padi Lokal Hitam (Pare Bau) 2 Batu Gunung
3 Padi Pare Ambo 3 Pasir
4 Ubi Jalar1 4 Kerikil
5 Padi Sembada 168 5 Sirtu
6 Padi Ciliwung 6 Batu Kali
7 Ubi Jalar 7 Tanah Galian
8 Jagung Manis 8 -
9 Ubi Kayu 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Tamarillo (Terung Belanda) 1 Meubel
2 Markisa 2 Kerajinan Patung Kerbau
3 Kentang 3 Industri Pecah Batu
4 Cabai Merah 4 Olahan Kopi
5 Durian 5 Pandai Besi (Pembuat Parang)
6 Buncis 6 Ukiran Rumah Adat
7 Jahe 7 Kerajinan Perhiasan
8 Bayam 8 Tenun/Katun
9 Talas 9 Anyaman Tikar
10 Keladi 10 Keranjang
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 1 Kios Sembako
2 Kopi Robusta 2 Toko Bahan Bangunan
3 Kakao 3 Kakao
4 Aren/Nira 4 Toko Cinderamata
5 Cengkeh 5 Toko Kelontong
6 Vanili 6 Kios Pulsa
7 Lada 7 Nira
8 Kelapa Dalam 8 -
9 Teh 9 -
10 - 10 -
Peternakan Sektor Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Kerbau 1 Rumah Adat
2 Babi 2 Restoran
3 Ayam Buras 3 Wisma
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Wisata Kuburan Batu
5 Itik (Lokal) 5 Homestay
6 Sapi Jawa 6 Obyek Tenun
7 Kambing Lokal (Kacang) 7 Wisata Panorama Alam
8 Sapi Ongol 8 Wisata Agama
9 Sapi Bali 9 Air Terjun
10 - 10 Benteng Pontiku
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 1 Truk Material
2 Ikan Nila 2 Angkutan Desa (L300, Kijang, Mikrolet)
3 Lele Sangkuriang 3 Truk Angkutan Manusia dan Barang
4 Ikan Lele Dumbo 4 Angkutan Kota (Kijang, Mikrolet)
5 Ikan Patin (Air Tawar) 5 Becak Motor
6 Ikan Gabus 6 Ojek
7 Ikan Mujaer 7 -
8 Belut 8 -
9 Ikan Gurame 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Motor
2 - 2 Tukang Batu
3 - 3 Tukang Kayu
4 - 4 Warnet
5 - 5 Jasa Simpan Pinjam
6 - 6 Tukang Ukir
7 - 7 Penyewaan Tenda Kursi
8 - 8 Pencucian Mobil/Motor
9 - 9 Salon Kecantikan
10 - 10 Pangkas Rambut
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Toraja Utara untuk dibandingkan
secara berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11
kriteria yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.21.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Toraja Utara
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Lokal Merah (Pare Barrik)
0,194 1 Galian C 0,183
2 Padi Lokal Hitam (Pare Bau)
0,190 2 Batu Gunung 0,169
3 Padi Pare Ambo 0,181 3 Pasir 0,161
4 Ubi Jalar1 0,092 4 Kerikil 0,134
5 Padi Sembada 168 0,085 5 Sirtu 0,122
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Tamarillo (Terung Belanda)
0,271 1 Meubel 0,134
2 Markisa 0,261 2 Kerajinan Patung Kerbau 0,126
3 Kentang 0,090 3 Industri Pecah Batu 0,121
4 Cabai Merah 0,075 4 Olahan Kopi 0,115
5 Durian 0,068 5 Pandai Besi (Pembuat Parang)
0,102
Perkebunan Perdagangan
1 Kopi Arabika 0,228 1 Kios Sembako 0,241
2 Kopi Robusta 0,180 2 Toko Bahan Bangunan 0,175
3 Kakao 0,137 3 Kakao 0,168
4 Aren/Nira 0,123 4 Toko Cinderamata 0,137
5 Cengkeh 0,089 5 Toko Kelontong 0,120
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Kerbau 0,279 1 Rumah Adat 0,164
2 Babi 0,239 2 Restoran 0,143
3 Ayam Buras 0,104 3 Wisma 0,136
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,103 4 Wisata Kuburan Batu 0,117
5 Itik (Lokal) 0,060 5 Homestay 0,101
Perikanan Transportasi
1 Ikan Mas 0,280 1 Truk Material 0,305
2 Ikan Nila 0,131 2 Angkutan Desa (L300, Kijang, Mikrolet)
0,213
3 Lele Sangkuriang 0,106 3 Truk Angkutan Manusia dan Barang
0,187
4 Ikan Lele Dumbo 0,102 4 Angkutan Kota (Kijang, Mikrolet)
0,111
5 Ikan Patin (Air Tawar) 0,085 5 Becak Motor 0,094
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel Motor 0,144
2 - - 2 Tukang Batu 0,124
3 - - 3 Tukang Kayu 0,122
4 - - 4 Warnet 0,106
5 - - 5 Jasa Simpan Pinjam 0,102
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Toraja Utara, diperlukan
analisis perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk
mengetahui bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor
lainnya. Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor
terhadap pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat
kabupaten yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan
dalam tabel berikut.
Tabel 3.21.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Toraja Utara
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,155
2 Pertanian/Tan. Pangan 0,143
3 Pertanian/Perkebunan 0,122
4 Peternakan 0,087
5 Perdagangan 0,083
6 Transportasi 0,083
7 Jasa 0,082
8 Pertanian/Hortikultura 0,077
9 Kehutanan (Non Kayu) 0,059
10 Perindustrian 0,053
11 Perikanan 0,030
12 Pertambangan/Penggalian 0,026
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.21.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Toraja Utara
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Wisata Rumah Adat 0,038
2 Padi Lokal Merah (Pare Barrik) 0,037
3 Kopi Arabika 0,037
4 Padi Lokal Hitam (Pare Bau) 0,037
5 Padi Pare Ambo 0,035
KPJU Potensial
1 Restoran 0,034
2 Wisma 0,032
3 Kerbau 0,031
4 Kopi Robusta 0,029
5 Tamarillo (Terung Belanda) 0,028
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Gedung pola Kantor Bupati Kab. Toraja Utara pada hari Selasa,
20 November 2012 Pukul 10.40 – 14.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi
hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Wisata Rumah Adat
Tabel 3.21.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Wisata
Rumah Adat di Kabupaten Toraja Utara
Peluang Tantangan
- Kondisi perekonomian nasional yang
cenderung membaik
- Peningkatan wisatawan lokal dan
mancanegara terhadap wisata budaya dan
wisata alam
- Nama Toraja sudah cukup terkenal di
dunia
- Akses mendapatkan informasi potensi
wisata Toraja semakin mudah di dapat
- Transportasi darat dan udara tersedia
- Objek wisata bervariasi
- Adanya kebijakan pemerintah pusat yang
menetapkan Toraja sebagai kawasan
strategis nasional
- Tanggapan pengunjung yang positif
- Pembuatan resort
- Dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
- Dukungan pemerintah pusat dan provinsi
Sulsel dalam pengembangan Wisata Budaya
(Rumah Adat) Toraja yang belum maksimal
- Belum ada penerbangan langsung dari luar
negeri
- Masyarakat tidak merasakan manfaat
langsung dari kegiatan Wisata Budaya
(Rumah Adat)
- Renovasi tempat wisata yang sudah tidak
layak
- Regulasi daerah kurang mendukung
- Sadar wisata belum bermasyarakat
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Sarana Wisata Budaya (Rumah Adat)
- Objek wisata variatif
- Atraksi wisata sangat unik
- Pemandangan alam yang indah
- Penataan Kota Rantepao kurang baik (kumuh)
- Areal pedestrian tidak ada
- Objek wisata tidak dikelola dengan baik
- Promosi daerah sangat rendah
- Sarana dan prasarana masih kurang
- Jarak tempuh terlalu jauh
- Infrastruktur yang belum memadai
2. Padi Lokal Merah (Pare Barrik)
Tabel 3.21.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi Lokal
Merah di Kabupaten Toraja Utara
Peluang Tantangan
- Permintaan pasar tinggi
- Potensi lahan cukup luas (4.000 ha)
- Harga relatif tinggi
- Pemasaran cukup baik
- Umur padi relatif panjang
- Belum mampu memenuhi kebutuhan pasar
- Harga tidak seimbang dengan biaya produksi
- Kurangnya sosialisasi ke petani padi lokal
- Harga tidak stabil
- Etos kerja petani rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia
- Pupuk organik tersedia
- Tenaga kerja kurang
- Penyimpanan pupuk/penggunaan pupuk tidak
sesuai anjuran
- Teknologi pembibitan dan penanaman
(budidaya) masih rendah
- Penanganan pasca panen tidak tepat
- Sarana produksi dan pemeliharaan rendah
- Petani belum terampil memproduksi pupuk
kompos (organik)
- Petani belum mampu menentukan harga
- Rantai pasar sangat panjang sehingga
merugikan petani
- Pengeloaan pasca panen belum bagus
- Masih menggunakan pupuk anorganik
- Modal terbatas
- Sarana dan prasarana kurang
3. Kopi Arabika
Tabel 3.21.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kopi
Arabika di Kabupaten Toraja Utara
Peluang Tantangan
- Pengelolaan perkebunan kopi sebagai
kawasan ekowisata
- Permintaan pasar lokal dan global sangat
tinggi
- Pemerintah daerah menetapkan kopi
sebagai komoditas unggulan daerah
sehingga penyediaan bibit ada
- Sudah ada pengusaha kecil yang
melakukan pengolah kopi bubuk dan sudah
dikemas
- Kopi toraja sebagai ole-ole khas toraja
- Letak geografis yang sangat mendukung
- Ketersediaan tenaga kerja dan pakar
- Kopi arabika toraja sebagai kopi kualitas
terbaik di dunia karena memiliki rasa dan
aroma yang khas
- Rantai pasar sangat panjang, sehingga
bargaining position petani sangat rendah
- Perubahan iklim, produktivitas jadi rendah
- Modal sangat terbatas
- Pedagang masih menentukan harga
- Merk dagang kopi Toraja ditentukan oleh
orang luar Toraja
- Perusahaan perdagangan kopi belum
menempatkan petani secara optimal sebagai
mitra usaha
- Kebijakan Pemda belum mendukung
pengembangan kopi Toraja secara optimal
- Belum ada pengusaha lokal yang melakukan
pemasaran keluar/ke daerah lain
- Kurangnya pendampingan/penyuluhan
- Tidak ada tanaman jangka pendek di kebun
kopi (tanaman tumpang sari)
- Etos kerja petani rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit cukup
- Penangan bahan baku cukup baik dan
stabil
- Bibit kadang tidak terseleksi
- Sarana produksi mahal
- Belum ada kebun penangkaran bibit
bersertifikat di Toraja Utara
- Sortasi produksi belum terlaksana dengan
baik
- Penanganan pasca panen tidak tepat
- Sarana produksi dan pemeliharaan rendah
- Sarana produksi mahal
4. Padi Lokal Hitam (Pare Bau)
Tabel 3.21.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi Lokal
Hitam di Kabupaten Toraja Utara
Peluang Tantangan
- Permintaan pasar tinggi
- Potensi lahan cukup luas (4.000 ha)
- Harga relatif tinggi
- Pemasaran cukup baik
- Umur padi relatif panjang
- Belum mampu memenuhi kebutuhan pasar
- Harga tidak seimbang dengan biaya produksi
- Kurangnya sosialisasi ke petani padi lokal
- Harga tidak stabil
- Etos kerja petani rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia
- Pupuk organik tersedia
- Tenaga kerja kurang
- Penyimpanan pupuk/penggunaan pupuk tidak
sesuai anjuran
- Teknologi pembibitan dan penanaman
(budidaya) masih rendah
- Penanganan pasca panen tidak tepat
- Sarana produksi dan pemeliharaan rendah
- Petani belum terampil memproduksi pupuk
kompos (organik)
- Petani belum mampu menentukan harga
- Rantai pasar sangat panjang sehingga
merugikan petani
- Pengeloaan pasca panen belum bagus
- Masih menggunakan pupuk anorganik
- Modal terbatas
- Sarana dan prasarana kurang
5. Padi Pare Ambo
Tabel 3.21.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi Pare
Ambo di Kabupaten Toraja Utara
Peluang Tantangan
- Permintaan pasar tinggi - Belum mampu memenuhi kebutuhan pasar
- Potensi lahan cukup luas (4.000 ha)
- Harga relatif tinggi
- Pemasaran cukup baik
- Umur padi relatif panjang
- Harga tidak seimbang dengan biaya produksi
- Kurangnya sosialisasi ke petani padi lokal
- Harga tidak stabil
- Etos kerja petani rendah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bibit tersedia
- Pupuk organik tersedia
- Tenaga kerja kurang
- Penyimpanan pupuk/penggunaan pupuk tidak
sesuai anjuran
- Teknologi pembibitan dan penanaman
(budidaya) masih rendah
- Penanganan pasca panen tidak tepat
- Sarana produksi dan pemeliharaan rendah
- Petani belum terampil memproduksi pupuk
kompos (organik)
- Petani belum mampu menentukan harga
- Rantai pasar sangat panjang sehingga
merugikan petani
- Pengeloaan pasca panen belum bagus
- Masih menggunakan pupuk anorganik
- Modal terbatas
- Sarana dan prasarana kurang
1. Geografis
Kabupaten Wajo dengan ibu kotanya Sengkang, terletak dibagian tengah
Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan, memanjang pada arah laut Tenggara dan terakhir
merupakan selat, dengan posisi geografis antara 3º 39º - 4º 16º LS dan 119º 53º-
120º 27 BT. Batas wilayah Kabupaten Wajo di sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan
Kabupaten Sidrap, di sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Soppeng, di sebelah
Timur : Teluk Bone, dan di sebelah Barat : Kabupaten Soppeng dan Sidrap.
Luas wilayahnya adalah 2.506,19 Km² atau 4,01% dari luas Provinsi Sulawesi
Selatan dengan rincian penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah 86.297 Ha
(34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%).
Pada tahun 2007 Kabupaten Wajo telah terbagi menjadi 14 wilayah
Kecamatan, selanjutnya dari keempat-belas wilayah Kecamatan di dalamnya
terbentuk wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan terbentuk 44
wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus Desa.
Tabel 3.22.1 Nama dan Luas Kecamatan di Kabupaten Wajo
No Jenis Penggunaan Luas %
1. Sabbangparu 132.75 5.30
2. Tempe 38.27 1.53
3. Pammana 162.10 6.47
4. Bola 220.76 8.78
5. Takkalalla 179.76 7.17
6. Sajoanging 167.01 6.66
7. Majauleng 225.92 9.01
8. Tanasitolo 154.60 6.17
9. Belawa 172.30 6.88
10. Maniangpajo 175.96 7.02
11. Keera 368.36 14.70
12. Pitumpanua 207.13 8.26
13. Penrang 154.90 6.18
14. Gilireng 147.00 5.87
Kabupaten Wajo 2.506.19 100.0
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
"Menjadikan Kabupaten Wajo Sebagai Salah Satu Kabupaten Terbaik di
Sulawesi Selatan dalam pelayanan Hak Dasar Masyarakat dan Tata
Pemerintahan yang Profesional".
b. Misi Pembangunan Daerah
Menciptakan iklim yang kondusif bagi kehidupan yang aman, damai, religius
dan inovatif serta implementasi pemberdayaan masyarakat. Misi ini
bertujuan mewujudkan kondisi yang aman dan damai, religius dan inovatif
sehingga proses pembangunan dapat berjalan tanpa kendala faktor
keamanan.
Menguatkan kelembagaan dan sumberdaya aparatur dalam mewujudkan
tata pemerintahan yang baik. Misi ini bertujuan mewujudkan pemerintahan
Kabupaten Wajo yang baik, bersih, bertanggung jawab (profesional), taat
asas (peraturan dan perundangan), menjunjung kesetaraan dan demokrasi.
Hal ini diwujudkan melalui penyempurnaan mekanisme kerja, manajemen,
struktur organisasi untuk menjamin efektivitas dan efisiensi pelenggaraan
pelayanan publik untuk menghasilkan nilai tambah dan pelayanan prima
bagi masyarakat.peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan publik
ditekankan pada upaya untuk mengembangkan sistem manajemen
pemerintahan yang lebih responsif, baik, bertanggung jawab, taat asas
(peraturan perundang-undangan), menjunjung kesetaraan dan demokrasi
agar terwujud pemerintahan yang baik dan bersih (Good and Clean
Governance).
Mengakselerasi laju mesin-mesin pertumbuhan dalam proses produksi
berbasis ekonomi kerakyatan. Misi ketiga ini bertujuan untuk tercapainya
pemerataan dan petumbuhan ekonomi termasuk membentuk kemandirian
sosial dan ekonomi masyarakat Wajo dengan memanfaatkan potensi
wilayah secara optimal, diiringi dengan upaya mendorong usaha-usaha
untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor tertentu kepada sektor
unggulan lainnya, menuju masyarakat yang berkualitas, maju, dan mandiri,
dalam keanekaragaman penduduk dan kegiatannya. Tugas pembangunan
ada pada masyarakat itu sendiri sebagai pelaku ekonomi. Melalui
pelaksanaan misi ketiga diharapkan dapat dicapai pemerataan dan
pertumbuhan ekonomi. Disini, dapat ditentukan produk andalan dan produk
unggulan pada setiap wilayah pembangunan, dimana produk andalan
adalah produk yang memiliki potensi sebagai andalan dalam menghasilkan
PAD, sedangkan produk unggulan merupakan produk masa depan yang
bisa disiapkan sebagai produk andalan.
Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan dalam pemenuhan hak
dasar masyarakat. Misi keempat bertujuan untuk menciptakan masyarakat
yang berkualitas, maju, mandiri dan sejahtera dengan membangun
keunggulan komparatif dan kompetitif di masing-masing wilayah dan
didukung oleh kapasitas SDM yang berkualitas.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Untuk mendukung potensi produksi beras di Kabupaten Wajo maka
Pemerintah telah membangun Rice Processing Complex (RFC) di Anabanua
Kecamatan Maniangpajo dengan kapasitas produksi sebanyak 4 ton per jam
dimana mesin dan konstruksinya menggunakan lisensi Korea Selatan. Potensi
yang ada ini juga memberikan peluang investasi di bidang pembangunan
Pabrik Tepung Beras. Penambahan fasilitas pompanisasi, Penambahan
Pembangunan Irigasi Teknis. Sedangkan untuk lebih meningkatkan nilai jual
hasil panen dapat dibuat areal Pertanian Padi Organik.
Areal untuk tanaman jagung di Kabupaten Wajo banyak dikembangkan di
Kecamatan Belawa, Kecamatan Sabbangparu, Kecamatan Tanasitolo, dan
Kecamatan lainnya seluas 4.378 Ha dengan tingkat produktivitas sekitar 22,98
kwintal/Ha. Dibutuhkan input teknologi budidaya dan peluang ekstensifikasi
khususnya dalam perluasan areal dan pengembangan komoditas jagung yang
berumur pendek untuk konsumsi ternak besar (ruminansia).
Potensi tanaman bahan makanan lain yang sangat potensi untuk
dikembangkan seperti Ubi Kayu menempati areal tanam seluas 384 Ha dengan
produktivitas mencapai 148,41 Kwintal/Ha membutuhkan input teknologi
gaplek;
Ubi Jalar menempati areal tanam seluas 297 Ha dengan produktivitas
mencapai 70,24 Kwintal/Ha membutuhkan ekstensifikasi dan input teknologi
budaya.
Kacang Kedelai yang banyak dibudidayakan di sepanjang pesisir Danau
Tempe memili areal tanam seluas 2.751 Ha dengan produktivitas mencapai
14,28 Kwintal/Ha membutuhkan investasi pembuatan Pabrik Susu Kedelai atau
Pabrik Tahu Tempe.
Komoditas yang lain seperti Kacang Tanah memiliki areal tanam seluas
339 Ha dengan produktivitas mencapai 19,44 Kwintal/Ha.
Kacang Hijau yang banyak dikembangkan di Kecamatan Majauleng dan
Kecamatan Belawa memiliki areal tanam seluas 1.803 Ha dengan produktivitas
mencapai 10,99 Kwintal/Ha, masih membutuhkan input teknologi budidaya dan
perluasan areal (http://www.wajokab.go.id).
b. Perkebunan
Kabupaten Wajo juga menghasilkan tanaman perkebunan yang
merupakan komoditas ekspor, banyak dikembangkan di Kecamatan
Pitumpanua, Kecamatan Keera, dan Kecamatan Sajoanging.
Tabel 3.22.2
Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kab. Wajo Tahun 2009
No. Jenis
Komoditas
Luas
(Ha)
Produksi
(Ton)
Lokasi Sentra (Kecamatan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelapa
Dalam
Kelapa
Hibrida
Kako
Jambu Mete
Cengkeh
Lada Vanila
Lada
Vanila
7.252
2.341
17.950
4.032
4.162
304
230
5.193
1.023
5.739
666.8
3.090
52.5
30.0
Sabbangparu, Pammana,
Tanasitolo
Sabbangparu, Pammana,
Tanasitolo
Pitumpanua, Keera, Gilireng,
Sabbangparu, Majauleng
Maniangpajo, Majauleng, Keera,
Gilireng
Pitumpanua, Keera
Pitumpanua
Pitumpanua, Keera
Sumber : http://www.wajokab.go.id
c. Peternakan
Kabupaten Wajo dikenal sebagai salah satu sentra pemasok ternak di
Sulawesi Selatan utamanya ternak besar. Guna lebih meningkatkan
produktivitas ternak maka dikembangkan juga jenis ternak lain utamanya ternak
unggas yang terbukti mampu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat.
Berikut adalah potensi ternak di Kabupaten Wajo.
Tabel 3.22.3
Populasi Ternak menurut Jenisnya di Kabupaten Wajo Tahun 2005-2009
No. Jenis Ternak 2005 2006 2007 2008 2009
1. Sapi 23.484 25.821 30.414 31.012 33.135
2. Kerbau 5.812 6.464 6.806 7.004 7.289
3. Kuda 5.707 5.662 6.029 6.176 6.476
4. Kambing 11.299 10.033 10.355 11.072 11.236
5. Domba - - - - -
6. Babi 143 119 145 274 285
7. Unggas
- Ayam Buras 625.610 569.065 546.445 565.735 568.147
- Ayam Ras
Petelur
125.400 135.500 168.950 172.500 172.716
- Ayam Ras
Pedaging
1.123.461 1.037.410 438.916 404.500 257.900
- Itik 129.6351 108.932 108.640 110.362 110.305
Sumber : http://www.wajokab.go.id.
d. Perikanan
Potensi Perikanan Laut Kabupaten Wajo memiliki laut yang memiliki garis
pantainya sepanjang 103 Km yang meliputi enam kecamatan. Panjang garis
pantai ini sangat mendukung pengelolaan potensi perikanan laut. Penangkapan
ikan pada umumnya masih menggunakan sistem tradisional sehingga input
teknologi penangkapan berupa sarana pendukung dan peralatan alat tangkap
modern sangat dibutuhkan. Selain itu investasi pendirian Pabrik Es juga
diperlukan dalam penyediaan Es untuk penanganan hasil tangkapan.
Berdasarkan data Tahun 2007 produksi perikanan laut mencapai 18.432 ton.
Perikanan Darat di Kabupaten Wajo lebih banyak didukung oleh perairan
umum termasuk di dalamnya Danau, Sungai, Rawa. Tahun 2007 potensi
perikanan di perairan umum mencapai luas sekitar 16.409 Ha dengan hasil
produksi sekitar 18.292,8 ton, budidaya air payau/tambak seluas 12.880 Ha
menghasilkan produksi sekitar 20.833,7 ton, demikian juga budidaya air
tawar/kolam seluas 88,25 Ha menghasilkan produksi sekitar 4,7 ton. Guna lebih
mendukung penanganan produksi darat ini maka dibutuhkan investasi
pembangunan Hatchery, Pabrik Es, dan Cold Storage
(http://www.wajokab.go.id).
e. Industri dan Perdagangan
Salah satu komoditas industri yang cukup terkenal dan mengharumkan
nama Kota Sengkang adalah Sarung Sutera (Lipa’sabbe To Sengkang) yang
banyak dikembangkan di Kecamatan Tanasitolo dan Kecamatan Sabbangparu,
mampu menembus pasar sampai ke Mancanegara. Tahun 2007 industri
pertenunan telah dikembangkan sebanyak 6.787 unit usaha, yang dapat
menyerap tenaga kerja sekitar 19.544 orang dengan nilai investasi + Rp. 8.176
M dan hasil produksi + Rp. 34.432 M produksi tersebut mengguakan ATBM dan
pertenunan Gedongan. Sedangkan ATBM tersebut diproduksi oleh sebagian
besar masyarakat Kecamatan Tanasitolo.
Guna pengembangan lebih lanjut hasil sutra di Kabupaten Wajo maka
dibutuhkan perhatian instansi terkait dalam penyediaan bahan baku dan
investasi ATBM Dobby/Songket, Input Teknologi Finishing, Batik Sutra, Pasar
Grosir/Mini Mall, Deversifikasi, dan perluasan areal tanaman murbey makanan
ulat sutra.
Potensi industri yang lainnya adalah Industri Gerabah di Kampiri
Kecamatan Pammana, Industri Anyam-Anyaman di Desa Cinnongtabi
Kecamatan Majauleng, Industri Gula Tebu di Waetuo Kecamantan Tanasitolo
adalah beberapa industri yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan
memberikan input teknologi, bantuan permodalah, dan pemasaran. Eceng
Gondok yang melimpah (unlimited) di wilayah Danau Tempe, sungai, dan rawa-
rawa di Kabupaten Wajo sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan
utama industri kerajinan, makanan ternak, dan bahan pupuk organik.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kabupaten Wajo sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.22.4 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kabupaten Wajo
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Ciliwung 1 Tambang Galian C
2 Padi IR 66 2 Pasir
3 Padi Cisadane 3 Kerikil
4 Padi Cisantana 4 Batu
5 Jagung Manis 5 -
6 Kacang Hijau 6 -
7 Kedelai 7 -
8 Ubi 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/ Hortikultura Perindustrian
1 Jambu Mente 1 Penggilingan Padi
2 Rambutan Lengkeng 2 Kain Tenun
3 Mangga Golek 3 Meubel
4 Pisang Ulin 4 Konveksi
5 Pisang Raja 5 Batu Bata
6 Pisang Kepok 6 Lamming (Dekorasi Pesta)
7 Langsat 7 Air Minum
8 Pisang Manurung 8 Anyaman
9 Jeruk Nipis 9 Penyulingan Nilam
10 Labu 10 -
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 1 Hasil Pertanian
2 Kakao/Coklat 2 Hasil Perikanan
3 Kelapa Sawit 3 Kain Sutera
4 Jati Super 4 Hasil Ternak
5 Jati Putih 5 Pakaian Jadi
6 Lada 6 Perdagangan Hasil Bumi
7 Kelapa Dalam 7 Sembako
8 Kelapa Hibrida 8 Toko Campuran/Kelontong
9 Jati Lokal 9 Anyaman
10 - 10 Gerabah
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Buras (Petelur) 1 Rumah Adat
2 Ayam Ras (Petelur) 2 Wisata Danau (Tempe)
3 Ayam Buras (Pedaging) 3 Rumah Makan
4 Itik Petelur 4 Penginapan
5 Ayam Ras (Pedaging) 5 Wisata Religi
6 Sapi Bali 6 Pemandian (Puncak Mas)
7 Sapi Lokal 7 Wisata Pantai
8 Sapi Donggala 8 Wisata Bendungan
9 Kambing Lokal 9 -
10 Kerbau 10 -
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 1 Angkutan Antar Provinsi
2 Ikan Bandeng 2 Angkutan Antar Kota
3 Budidaya Udang 3 Angkutan Kota (Pete-Pete)
4 Ikan Mas 4 Angkutan Desa (Toyota)
5 Kakap Merah 5 Bentor (Becak Motor)
6 Ikan Lele 6 Ketinting (Mesin)
7 Ikan Mujair 7 Perahu ( Sampan)
8 - 8 Ojek
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Mobil
2 - 2 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
3 - 3 Penjahit
4 - 4 Bengkel Motor
5 - 5 Photo Studio
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Pencucian Mobil
8 - 8 Rias Pengantin
9 - 9 Bengkel Las
10 - 10 Buruh Panen/Sawah
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kabupaten Wajo untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.22.5 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kabupaten Wajo
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Ciliwung 0,202 1 Tambang Galian C 0,356
2 Padi IR 66 0,191 2 Pasir 0,235
3 Padi Cisadane 0,147 3 Kerikil 0,232
4 Padi Cisantana 0,145 4 Batu 0,176
5 Jagung Manis 0,103 5 - -
Pertanian/ Perindustrian
Hortikultura 1 Jambu Mente 0,159 1 Penggilingan Padi 0,218
2 Rambutan Lengkeng 0,149 2 Kain Tenun 0,153
3 Mangga Golek 0,115 3 Meubel 0,130
4 Pisang Ulin 0,107 4 Konveksi 0,121
5 Pisang Raja 0,106 5 Batu Bata 0,102
Perkebunan Perdagangan
1 Cengkeh 0,211 1 Hasil Pertanian 0,158
2 Kakao/Coklat 0,194 2 Hasil Perikanan 0,151
3 Kelapa Sawit 0,134 3 Kain Sutera 0,151
4 Jati Super 0,101 4 Hasil Ternak 0,109
5 Jati Putih 0,080 5 Pakaian Jadi 0,100
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Buras (Petelur) 0,138 1 Rumah Adat 0,196
2 Ayam Ras (Petelur) 0,133 2 Wisata Danau (Tempe) 0,172
3 Ayam Buras (Pedaging) 0,129 3 Rumah Makan 0,150
4 Itik Petelur 0,128 4 Penginapan 0,139
5 Ayam Ras (Pedaging) 0,126 5 Wisata Religi 0,105
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 0,240 1 Angkutan Antar Provinsi 0,265
2 Ikan Bandeng 0,226 2 Angkutan Antar Kota 0,183
3 Budidaya Udang 0,225 3 Angkutan Kota (Pete-Pete) 0,180
4 Ikan Mas 0,147 4 Angkutan Desa (Toyota) 0,112
5 Kakap Merah 0,063 5 Bentor (Becak Motor) 0,084
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel Mobil 0,201
2 - - 2 Jasa Simpan Pinjam (Koperasi)
0,145
3 - - 3 Penjahit 0,129
4 - - 4 Bengkel Motor 0,117
5 - - 5 Photo Studio 0,114
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kabupaten Wajo, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.22.6 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kabupaten Wajo
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,131
2 Perindustrian 0,108
3 Perdagangan 0,105
4 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,100
5 Pertanian/Hortikultura 0,091
6 Pertanian/Perkebunan 0,091
7 Perikanan 0,081
8 Transportasi 0,069
9 Pertambangan/penggalian 0,062
10 Peternakan 0,060
11 Jasa 0,054
12 Kehutanan (non kayu) 0,048
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.22.7 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kabupaten Wajo
No KPJU Skor Terbobot
KPJU Unggulan
1 Padi Ciliwung 0,034
2 Penggilingan Padi 0,033
3 Padi IR 66 0,032
4 Cengkeh 0,027
5 Wisata Rumah Adat 0,026
KPJU Potensial
1 Jual beli Hasil pertanian 0,025
2 Kakao/Coklat 0,025
3 Padi Cisadane 0,024
4 Padi Cisantana 0,024
5 Jual beli Hasil perikanan 0,024
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bappeda Kabupaten Wajo pada hari
Selasa 27 November 2012 Pukul 09.45 – 12.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk
mengkonfirmasi hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta
memberikan rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Padi Ciliwung
Tabel 3.22.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi
Ciliwung di Kabupaten Wajo
Peluang Tantangan
- Pasar cukup bagus
- Aroma harum
- Banyak diminati masyarakat dan bulog
- Perbankan memberikan bantuan modal
kerja yang berupa KUR
- Harga cukup tinggi
- Penyerapan tenaga kerja tinggi
- Meningkatkan pendapatan daerah
- Musim hujan mutu gabah kurang bagus
- Kurang modal kerja
- Kualitas SDM masih kurang
- Cuaca yang tidak menentu
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Sarana prasarana tersedia
- Bibit tersedia melimpah
- Alat pemotong ada
- Lahan cukup tersedia luas.
- Bahan baku sulit didapatkan
- Petani belum mampu diserentakan dalam hal
penanaman bibit
- Modal belum memadai
- Kurangnya tenaga kerja dan mesin pemotong
- Banyaknya hasil panen sehingga gudang tidak
dapat menampung
- pengangkutan terlambat sehingga kadang
gabah rusak
- Distribusi kurang lancar
- Fasilitas kurang memadai
2. Penggilingan Padi
Tabel 3.22.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU
Penggilingan Padi di Kabupaten Wajo
Peluang Tantangan
- Berpeluang untuk mendapat bantuan
dana investasi untuk alat dan sarana
produksi pendukung usaha dari
perbankan
- Menyerap tenaga kerja
- Memenuhi kebutuhan daerah sendiri
- Banyak saingan dari luar yang punya modal
dan alat yang canggih
- Harga tidak stabil
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Banyak padi melimpah pada saat panen
- Hasil gilingan padi sudah dapat di kirim
keluar kota bahkan provinsi.
- Distribusi lancar
- Unit usaha sudah terdaftar
- Menampung gabah dan menggiling
sendiri dengan jumlah yang besar
- Kurangnya tenaga kerja
- Pabrik banyak yang macet Gudangnya sempit
- Tidak tersedia alat mesin pengering
- Sarana dan prasarana transportasi masih
minim
3. Padi IR 66
Tabel 3.22.10 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Padi IR 66
di Kabupaten Wajo
Peluang Tantangan
- Beras bagus
- Aromanya bagus
- Lahannya cukup luas
- Kurangnya modal
- Belum ada mitra
- Pedagang biasa mempermainkan harga
- Kalau produksi melimpah tidak ada yang
membeli dengan harga tinggi di tingkat
wilayah
- Pasar panen kurang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tersedianya lahan - Benihnya kurang
4. Cengkeh
Tabel 3.22.11 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cengkeh
di Kabupaten Wajo
Peluang Tantangan
- Harga bagus pasarannya mudah
- Luas lahan yang cukup
- Kurangnya peminat petani untuk
mengembangkan karena jangka panjang
- Harga tidak menentu
- Permainan harga di tingkat atas (Makassar)
- Perbankan mengalami kendala dalam
penganalisaan penyaluran kredit
- Belum ada program yang fokus terhadap
budidaya cengkeh.
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Distribusi lancar - Terkendala oleh transportasi
5. Wisata Rumah Adat
Tabel 3.22.12 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Wisata
Rumah Adat di Kabupaten Wajo
Peluang Tantangan
- Menambah pendapatan daerah
- Menjadi ciri khas daerah
- Keseriusan pemerintah untuk mengelolah
rumah adat masih kurang
- Berpeluang masuknya investor untuk
menyediakan sarana rekreasi keluarga
(seperti gokart, kolam renang,
pembangunan sirkuit balap)
- Rumah adat lateari dapat dikembangkan
menjadi perkampungan wisata budaya
yang merupakan pencerminan budaya
masyarakat wajo
- Dapat dijadikan alternatif penginapan bagi
yang ingin menikmati pemandangan alam
seperti danau
- Masyarakat yang tinggal disepanjang jalan
menuju kawasan dapat membuka usaha
berupa cenderamata
- Kurangnya informasi keunggulan kebanggaan
daerah ke daerah lain
- Masih kurangnya pemahaman masyarakat
tentang sadar wisata
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Lokasi rumah adat strategis
- Ada tenaga pekerja
- Rumah adat kurang terpelihara
- Masih minimnya fasilitas yang ada di
kawasan rumah adat latenri Bali
- Aksebilitas menuju ke lokasi belum maksimal
1. Geografis
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan
jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam Provinsi di Sulawesi, dari wilayah
kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke
wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada
koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian
yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan
daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua
muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai
Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya
berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat
Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km2.
Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143
kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan
dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo,
Tamalanrea dan Biringkanaya.
Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah
utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah
selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar.
2. Kebijakan Pembangunan
c. Visi Pembangunan Daerah
Visi Makasar 2009 - 2014 : "Mewujudkan Makasar Kota Dunia Berlandaskan
Kearifan Lokal".
d. Misi Pembangunan Daerah
Mewujudkan kota bermartabat.
Mewujudkan warga kota yang sehat, terdidik, produktif dan berdaya
saing.
Mewujudkan warga kota yang demokratis dan berlandaskan hukum.
Mewujudkan makasar kota aman, lestari, maju, dan kuat berbasis
kemaritiman.
Mewujudkan Makasar yang berperan penting dalam dunia
internasional, yang berkarakter melalui perniagaan barang, jasa,
industri, konvensi dan pendidikan.
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Produksi padi tahun 2009 sebesar 18.454,86 ton yang dipanen dari areal
seluas 3.240 hektar atau rata-rata 5,70 ton per hektar. Produksi jagung pada
tahun 2009 sebesar 533,05 ton dengan luas panen 174 hektar atau rata-rata
3,08 ton per hektar. Pada tahun 2009, produksi ubi kayu 2.300,76 ton, kacang
tanah 3,51 ton, kacang hijau 36,72 ton. (http://makassarkota.go.id).
b. Peternakan
Populasi ternak besar di Kota Makassar adalah sapi, kerbau, dan kuda.
Pada tahun 2009, populasi ternak besar mengalami penurunan yaitu sapi turun
menjadi 2.007 ekor, kerbau turun menjadi 273 ekor dan kuda naik menjadi 61
ekor. Sedangkan populasi ternak kecil dan unggas pada tahun 2009 mengalami
perubahan dibanding dengan tahun 2008.
c. Perikanan
Rata-rata realisasi ekspor komoditas perikanan dalam 5 bulan terakhir
tahun 2012 ini mencapai sekitar 40 ton setiap bulannya. Komoditas ekspor juga
berasal dari sejumlah daerah (di luar Makassar) di Sulsel yang juga mempunyai
potensi sektor perikanan. Setiap bulannya, terkumpul sekitar 40 ton ikan segar
yang kemudian diekspor ke berbagai negara tujuan
Adapun negara tujuan utama ekspor komoditas perikanan dari Makassar
mencakup kawasan Uni Eropa, Amerika, China dan Jepang. Ekspor ikan tuna
saat ini masih mendominasi komoditas perikanan Makassar karena ikan jenis
ini merupakan jenis ikan yang paling banyak terdapat di Selat Makassar. Harga
ikan segar yang diekspor berkisar US$14 per kilogram.
Pengelolaan komoditas perikanan yang masih kurang baik menjadi
penghambat perkembangan ekspor ikan segar dari Makassar secara khusus
maupun Sulsel secara umum.
Realisasi ekspor ikan segar dari daerah ini hingga kuartal I 2012 mencapai
Rp120 miliar, dengan estimasi perputaran uang dari bisnis ekspor ikan segar
tersebut mencapai Rp1 miliar per hari. Adapun harga yang dipatok eksporir ikan
segar di atas Rp 50.000 per kilogram dengan negara tujuan ekspor utama
adalah Singapura dan Malaysia, ditambah Hong Kong, Jepang dan Korea
Selatan (http://bahasa.makassarkota.go.id).
d. Transportasi
Untuk sektor transpotasi, Kota Makasar memiliki berbagai jenis kendaraan.
Pete' Pete' adalah sebutan sebuah angkot di makassar dan sekitarnya. Pete'
pete' merah adalah angkot yang berasal dari kabupaten Gowa/Sungguminasa
dan Pete' Pete' Biru adalah angkot yang berasal dari Kota Makassar itu sendiri.
Selain itu juga ada bus, taksi dan becak.
Makassar terkenal dengan angkutan tradisional becak. Jumlahnya sendiri
mencapai 1.500 unit. Pemerintah setempat memberlakukan becak untuk
pariwisata dan khusus beroperasi di sekitar kawasan wisata saja. Tarifnya
tergantung kesepakatan dengan pendayung. Transportasi monorail juga akan
segera akan dibangun pada tahun ini, transportasi ini dibangun agar kemacetan
di kota ini dapat teratasi dengan membangun 3 koridor sepanjang 36 km mulai
dari bandara Sultan Hasanudin sampai ke Sungguminasa Kabupaten Gowa.
e. Pariwisata
Dalam kurun 3 tahun terakhir jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
yang datang berkunjung di Kota Makassar mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dengan rata-rata 30% tiap tahunnya, hal ini mempertegas posisi
Makassar sebagai Kota Destinasi Unggulan Pariwisata dan Kota
Penyelenggaraan MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibitions)
Indonesia.
Potensi wisata Makassar Kota Depan Pantai atau The Waterfront City
cukup beragam dan menarik dimana obyek wisata Bahari dengan 12 pulau
yang eksotis dalam gugusan Spermonde dan trade mark kawasan sekitar
pantai Losari yang tersohor, budaya dan sejarah, wisata pendidikan, dan wisata
belanja merupakan daya tarik unggulan nan unik.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kota Makassar sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.23.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kota Makassar
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Sawah 1 -
2 Padi Tadah Hujan 2 -
3 Jagung Manis 3 -
4 Kacang Tanah 4 -
5 Kacang Hijau 5 -
6 Ubi Jalar 6 -
7 Ubi Kayu 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Pertanian Tanaman Hias (Bonsai, Pucuk Merah)
1 Industri Pakaian Jadi
2 Cabai Merah 2 Industri Air Minum Dalam Kemasan
3 Tomat 3 Pembuatan Aneka Kue
4 Kangkung 4 Industri Roti
5 Bayam 5 Industri Meubel (Furniture)
6 Pisang Kepok 6 Pembuatan Gipsum
7 Terong 7 Industri Pandai Besi
8 Mangga Golek 8 Kerajinan Logam
9 Sawi 9 Pembuatan Keripik Pisang
10 Kacang Panjang 10 Pembuatan Sirup DHT (Pisang Ambon)
Perkebunan Perdagangan
1 - 1 Mini Market
2 - 2 Toserba
3 - 3 Toko Grosir
4 - 4 Toko Bahan Bangunan
5 - 5 Toko Campuran
6 - 6 Kios Kaki Lima
7 - 7 Toko Kelontong
8 - 8 Jual Beli Motor
9 - 9 Jual Beli Ikan
10 - 10 Konter Pulsa
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras Pedaging 1 Restoran Seafood
2 Yam Buras 2 Rumah Makan Sea Food
3 Kambing 3 Warung Kopi
4 Sapi Pedaging (Lokal) 4 Restoran
5 Itik Alabio Petelur 5 Warung Makan
6 Ayam Hias (Ayam Ketawa) 6 Rumah Makan Padang
7 Babi 7 Warung Makan Lauk Rumahan
8 - 8 Wisma
9 - 9 Rumah Makan China
10 - 10 Warung Makan China
Perikanan Transportasi
1 Budidaya Bandeng 1 Angkutan Kota (Pete-Pete)
2 Penangkapan Ikan Cakalang 2 Truk
3 Penangkapan Ikan Kerapu Sunu 3 Bus AKP
4 Penangkapan Tenggiri 4 Kapal/Perahu Motor Antar Pulau
5 Penangkapan Katamba 5 Becak Motor
6 Kepiting Tangkapan 6 Motor Roda Tiga (Fukuda) (Angkutan Sampah)
7 Budidaya Ikan Mas 7 Perahu Ketinting
8 Budidaya Ikan Hias (Koi) 8 Perahu Motor
9 Budidaya Ikan Nila 9 Ojek
10 Budidaya Ikan Cupang Hias 10 Becak Kayuh
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Percetakan
2 - 2 Salon Kecantikan
3 - 3 Penjahit
4 - 4 Rumah Kos
5 - 5 Bengkel Motor
6 - 6 Warnet
7 - 7 Photo Copy
8 - 8 Reparasi Komputer
9 - 9 Tambal Ban
10 - 10 Rental PS
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kota Makassar untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.23.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kota Makassar
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 padi sawah 0,329 1 - -
2 padi tadah hujan 0,252 2 - -
3 jagung manis 0,097 3 - -
4 kacang tanah 0,096 4 - -
5 kacang hijau 0,092 5 - -
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Pertanian Tanaman hias (bonsai, pucuk merah) 0,155
1 Industri pakaian jadi 0,171
2 cabai merah 0,140
2 Industri air minum dalam kemasan 0,125
3 tomat 0,108 3 Pembuatan aneka kue 0,116
4 kangkung 0,101 4 Industri roti 0,112
5 bayam 0,096 5 Industri meubel (furniture) 0,107
Perkebunan Perdagangan
1 - - 1 mini market 0,171
2 - - 2 toserba 0,170
3 - - 3 toko grosir 0,158
4 - - 4 Toko bahan bangunan 0,108
5 - - 5 toko campuran 0,095
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 ayam ras pedaging 0,319 1 Restoran seafood 0,151
2 yam buras 0,188 2 Rumah makan sea food 0,140
3 kambing 0,146 3 Warung kopi 0,119
4 Sapi pedaging (lokal) 0,101 4 Restoran 0,116
5 Itik alabio petelur 0,100 5 Warung makan 0,109
Perikanan Transportasi
1 Budidaya bandeng 0,161 1 Angkutan kota (pete-pete) 0,180
2 Penangkapan Ikan Cakalang 0,128
2 truk 0,139
3 Penangkapan Ikan Kerapu Sunu 0,119
3 bus AKP 0,137
4 Penangkapan Tenggiri 0,113 4 Kapal/perahu motor antar pulau
0,115
5 Penangkapan Katamba 0,104 5 Becak motor 0,108
Kehutanan (non kayu)
Jasa
1 - - 1 percetakan 0,130
2 - - 2 Salon kecantikan 0,129
3 - - 3 penjahit 0,128
4 - - 4 rumah kos 0,127
5 - - 5 Bengkel motor 0,106
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kota Makassar, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.23.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kota Makassar
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,198
2 Perdagangan 0,165
3 Transportasi 0,155
4 Jasa 0,136
5 Perindustrian 0,099
6 Kehutanan (Non Kayu) 0,051
7 Pertanian/Hortikultura 0,050
8 Pertanian/Tan. Pangan 0,038
9 Perikanan 0,033
10 Peternakan 0,032
11 Pertanian/Perkebunan 0,022
12 Pertambangan/Penggalian 0,021
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.23.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kota Makassar
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Restoran Seafood 0,047
2 Rumah Makan Seafood 0,044
3 Angkutan Kota (Pete-Pete) 0,041
4 Mini Market 0,040
5 Toserba 0,040
KPJU Potensial
1 Toko Grosir 0,037
2 Warung Kopi 0,037
3 Restoran 0,036
4 Warung Makan 0,034
5 Truk 0,032
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Kantor Bappeda Kota Makassar pada hari Senin
26 November 2012 Pukul 14.40 – 17.15 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi
hasil penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Restoran Seafood
Tabel 3.23.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Restoran
Seafood di Kota Makassar
Peluang Tantangan
- Banyaknya wisatawan
- Dukungan pemerintah sangat tinggi
dengan melakukan festival kuliner dan
pengawasan BPPOM.
- Makanan merupakan kebutuhan dasar
- Bahan baku cukup dari daerah sekitar/
mudah.
- Ada perubahan pola makan yang lebih
higienis sehingga banyak yang lebih
memilih restoran
- Menunjang pariwisata
- Peningkatan untuk pengusaha perikanan
dan perkebunan
- Serapan tenaga kerja yang cukup banyak.
- Bertambah aneka macam masakan baik
lokal maupun nasional
- Ikon Makassar sebagai kota kuliner
- Membuka lapangan kerja
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
disekitarnya
- Sudah representatif untuk menjamu tamu
- Penyajian makanan yang belum bermutu
- Tempat parkir dan petugas parkir yang belum
memadai
- Kemacetan terjadi karena lokasi restoran
terutama saat sedang ramai.
- Adanya regulasi yang mengatur tentang
pendaftaran dan pendataan sebagai restoran
yang layak dikunjungi
- Perlu modal besar
atau relasi
- Seafood di Makassar masih segar
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku mudah diperoleh
- Pasokan bahan baku berkelanjutan
- Mudah dilakukan oleh pelaku
- Pelaku usaha mampu menjaga kesegaran
seafood
- Metode penyimpanan bahan baku yang
higienis
- Hasil laut yang menjadi bahan baku
diawetkan dengan mesin pendingin
berteknologi tinggi sehingga kualitas hasil
laut tetap terjaga.
- Proses yang higienis, berkualitas dan enak
- Memiliki variasi cara produksi
- Kualitas terkontrol
- Pemasaran dengan iklan, jaringan dan
menggunakan program
- Distribusi bisa dengan cara pesan antar
- Mutu bahan baku tidak diawasi
- Kemudahan mengekspor bahan baku seperti
daging dan ikan segar sehingga mengurangi
pasokan bahan baku ke restoran
- Suplai bahan baku yang tergantung pada
pasokan daerah luar Makassar
2. Rumah Makan Seafood
Tabel 3.23.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Rumah
Makan Seafood di Kota Makassar
Peluang Tantangan
- Selera sebagian masyarakat adalah
seafood yang murah dan cepat saji
- Banyak jenis makanan tradisional yang
bisa disajikan bersama dengan menu
seafood
- Masyarakat berkonsumsi seafood cukup
besar
- Banyaknya wisatawan
- Harga lebih murah dan kompetitif
- UKM punya peluang untuk berkembang.
- Potensi pasar sangat besar baik
- Kebersihan rumah makan belum terjamin
- Penyajian makanan yang belum bermutu
- Pelayanan masih rendah
- Adanya regulasi yang mengatur tentang
pendaftaran dan pendataan sebagai
restoran/rumah makan yang layak dikunjungi
- Persaingan banyak
- Banyak sampah yang berserakan di sekitar
rumah makan, baik sampah tissue dan lain-
lain
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku melimpah
- Pasokan bahan baku berkelanjutan
- Harga makanan seafood sangat murah
- Kemudahan mengekspor bahan baku seperti
daging dan ikan segar sehingga mengurangi
pasokan bahan baku ke rumah makan.
- Memiliki variasi cara produksi
- Tenaga kerja cukup tersedia
- Proses produksi tidak higienis
- Suplai bahan baku yang tergantung pada
pasokan daerah luar Makassar
- Pengaturan jarak lokasi kurang baik
- Pelayanan masih rendah
3. Angkutan Kota (Pete-pete)
Tabel 3.23.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Angkutan
Kota (Pete-pete) di Kota Makassar
Peluang Tantangan
- Belum tersedia transportasi publik yang
memadai sehingga sehingga angkot masih
menjadi alternatif.
- Keamanan dan kenyamanan tidak terjamin
- Regulasi pemerintah akan mengganti pete –
pete menjadi angkutan bus
- Tahun 2014 ke atas akan hadir transportasi
monorail
- Adanya larangan dan rambu izin trayek
- Menjadi penyebab kemacetan dan tidak tertib
- Rawan terjadi tindak kriminal
- Pembatasan izin operasi
- Pembinaan karakter sopir untuk penertiban
lantas dan pelayanan penumpang masih
minim.
- Angkot mulai ditinggalkan karena mudahnya
memperoleh kendaraan pribadi baik roda dua
maupun roda empat
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Tarif murah - Supir angkot sering ngebut di jalan.
- Akses ke perbankan terbatas
- Kualitas Sumberdaya manusianya minim
- Tidak nyaman dan rute terbatas
- Keterbatasan fasilitas angkot
- Banyak melanggar space jalan
4. Mini Market
Tabel 3.23.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Mini
Market di Kota Makassar
Peluang Tantangan
- Pertumbuhan jumlah penduduk kota
Makassar yang cukup besar
- Pertumbuhan ekonomi masyarakat sudah
maju
- Daya beli masayarakat yang kuat
- Kebanggaan kota Makassar sebagai kota
Bisnis
- Adanya aturan tentang pembatasan franchise
- Mematikan usaha kecil masyarakat
- Terjadinya monopoli dari pemodal besar
seperti alfa dan indomaret
- Belum ada kebijakan pemerintah yang pasti
mengenai pengaturan mini market dan
toserba
- Potensi pasar dan serapan tenaga kerja
yang cukup besar
- Memudahkan masyarakat untuk belanja
- Tempatnya cukup nyaman
- Pergeseran budaya masyarakat untuk
belanja ditempat yang lebih baik dan
murah
- Kecenderungannya sesaat (sesional)
- Ada supermarket dengan fasilitas yang
lengkap yang menjadi pesaing.
- Persaingan dengan toko lokal
- Pembatasan per RW atau kelurahan
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku lokal yang melimpah
- Kesinambungan pasokan barang terjamin
- Suplai barang dagang dari UMKM terbatas,
selain itu mutunya rendah dan tidak
berkelanjutan
- Barang memiliki masa kadaluarsa
- Pengaturan tempat mini market masih kurang
5. Toserba
Tabel 3.23.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Toserba di
Kota Makassar
Peluang Tantangan
- Pertumbuhan ekonomi dapat bertahan
dengan adanya toserba yang menjual
bermacam produk (lokal, nasional dan
internasional)
- Masyarakat sudah tidak susah lagi untuk
belanja karena jumlahnya yang banyak
- Harga sudah jelas
- Tempatnya cukup nyaman
- Mematikan usaha usaha kecil (toko kecil)
- Sudah tersaingi dengan mini market yang
semakin menjamur
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku lokal yang melimpah - Barang memiliki masa kadaluarsa
- Mutu dan kontinuitas tidak terjamin
- Pengaturan tempat toserba masih kurang
1. Geografis
Kota Palopo yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun
2002 tanggal 10 April 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota
Palopo di Provinsi Sulawesi Selatan terletak pada 2.30 - 3.60 LS dan 120.20 -
120.80 BT dengan batas administratif sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu
Selatan : Teluk Bone
Barat : Kecamatan Walenrang dan kecamatan Bassesang Tempe
Kabupaten Luwu
Timur : Kecamatan Bua, Kabupaten Luwu
Kota ini memiliki luas wilayah 155,19 km2 dan berpenduduk sebanyak 120.748
jiwa. Kota Palopo terdiri dari 9 kecamatan yaitu Bara, Mungkajang, Sendana,
Telluwanua, Wara, Wara Barat, Wara Selatan, Wara Timur, Wara Utara.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Menjadi Salah Satu Kota Pelayanan Jasa Terkemuka di kawasan Timur
Indonesia”
b. Misi Pembangunan Daerah
Menciptakan karakter warga kota Palopo sebagai pelayan jasa terbaik di
bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Menciptakan suasana kota Palopo sebagai kota yang damai aman dan
tentram bagi kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, agama, pertahanan,
dan keamanan dalam menunjang keutuhan Negara.
2. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Kota Palopo dengan luas 24.752 Ha terdiri dari 2.980,00 Ha (12,04
Persen) Lahan Sawah dan 21.772,00 Ha (87,96 persen) Lahan bukan sawah.
Lahan sawah di Kota Palopo pada tahun 2011 menurut jenis pengairannya
terdiri dari 55,27 persen semi teknis, 10,47 persen sederhana, 20,64 persen
desa/ non PU dan sisanya 13,62 persen tadah hujan
(http://palopokota.bps.go.id).
b. Peternakan
Pada tahun 2011 di Kota Palopo tercatat jumlah populasi ternak secara
rata-rata mengalami penurunan kecuali pada sapi dan kuda. Populasi sapi
mengalami peningkatan 42,40 persen, kambing mengalami penurunan sebesar
2,28 persen, kuda tercatat dari nihil selama 2010 menjadi 2 ekor, berikutnya
babi mengalami penurunan7,09 persen dan terakhir kerbau mengalami
penurunan sebesar 11,04 persen.
c. Perikanan
Letak Kota Palopo yang berbatasan langsung dengan Teluk Bone
memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian, salah satunya
adalah subsektor perikanan. Produksi budidaya perikanan didominasi oleh
perikanan laut dengan jumlah produksi 9.472,95 ton, sedangkan perikanan
darat 613,34 ton.
d. Kehutanan
Untuk produksi hutan di Kota Palopo tercatat hanya ada dua jenis kayu
yang diproduksi yaitu, kayu kelompok meranti dan kayu kelompok kayu rimba
campuran. Produksi masing-masing menghasilkan 194,82 m3 kayu kelompok
meranti dengan kenaikan sebesar 34,11 persen dan kelompok kayu rimba
campuran dengan produksi 816,07 m3 dengan kenaikan sebesar 318,35
persen.
e. Pertambangan
Kota Palopo memiliki potensi di sektor pertambangan dan penggalian,
diantaranya adalah pasir kerikil/pasir timbunan, tanah urug/sirtu, batu
gunung/batu pecah dan batu kali. Produksi terbesar di sektor pertambangan
tahun 2011 yaitu Sirtu sebesar 62.142M3 dengan nilai retribusi 177,104 juta,
kemudian Batu Kali sebesar 31.401M3 dengan nilai retribusi 178,983 juta.
Selanjutnya terbesar ketiga adalah Pasir sebesar 27.635 M3 dengan nilai
retribusi 118,139 Juta dan di urutan keempat yaitu Kerikil dengan produksi
3.419 M3 dengan nilai retribusi 14,615 juta serta berikutnya Tanah Sirtu/Urug
sebesar 3.208 M3 dengan nilai retribusi 7,313 juta. Batu Coral merupakan
produksi terkecil yaitu 1.417M3, untuk Batu Pecah tidak ada produksi.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kota Palopo sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list tersebut,
dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar peringkat
KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.24.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kota Palopo
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi IR 64 1 Pasir Halus
2 Padi Cisantana 2 Sirtu
3 Jagung Hibrida 3 Batu
4 Padi Ciherang 4 Pasir Kasar
5 Jagung Kuning 5 Emas
6 Kacang Tanah 6 -
7 Kacang Hijau 7 -
8 Padi Rojolele 8 -
9 Ubi Kayu 9 -
10 Ubi Jalar 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Durian Montong 1 Penggilingan Padi
2 Durian (Lokal) 2 Kue Bagae
3 Cabai Rawit 3 Meubel
4 Rambutan 4 Penyulingan Minyak Nilam
5 Kacang Panjang 5 Kusen
6 Jagung Manis 6 Batu Bata//Batako
7 Terong 7 Pengolahan Nilam
8 Kangkung 8 Paving Blok
9 Mangga Golek 9 Goreng-Gorengan
10 - 10 Pembuatan Atap Rumbia
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 1 Barang Campuran
2 Cengkeh 2 Apotek
3 Nilam 3 Toko Bahan Bangunan
4 Panili 4 Hasil Bumi
5 Kemiri 5 Pakaian
6 Sagu 6 Beras
7 Lada 7 Komoditas Perikanan
8 Aren 8 Air Isi Ulang
9 - 9 Nilam
10 - 10 Peti Jenazah
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Sapi Bali 1 Wisata Sejarah (Istana)
2 Ayam Buras 2 Wisata Adat/Budaya
3 Itik (Lokal) 3 Wisata Pantai
4 Ayam Ras (Pedaging) 4 Rumah Makan
5 Kambing (Lokal) 5 Wisata Pemandian
6 Babi 6 Warung Makan
7 Burung Walet 7 Hotel Melati
8 - 8 Restoran
9 - 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 1 Mikrolet
2 Udang Windu 2 Angkutan Antar Kota (Bus)
3 Ikan Mas 3 Angkutan Barang (Truk)
4 Ikan Nila 4 Angkutan Kota
5 Kepiting 5 Taksi
6 Ikan Layang 6 Ojek
7 Ikan Lele Dumbo 7 Becak
8 Rumput Laut 8 Perahu
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (Non Kayu) Jasa
1 - 1 Jasa Kontruksi
2 - 2 Bengkel Mobil
3 - 3 Salon Kecantikan
4 - 4 Jasa Kredit Motor
5 - 5 Warnet
6 - 6 Pangkas Rambut
7 - 7 Bengkel Motor
8 - 8 Bengkel Las
9 - 9 Tukang Jahit
10 - 10 Tukang Kayu
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kota Palopo untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.24.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kota Palopo
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi IR 64 0,165 1 Pasir Halus 0,297
2 Padi Cisantana 0,162 2 Sirtu 0,259
3 Jagung Hibrida 0,132 3 Batu 0,250
4 Padi Ciherang 0,122 4 Pasir Kasar 0,122
5 Jagung Kuning 0,091 5 Emas 0,072
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Durian Montong 0,213 1 Penggilingan Padi 0,185
2 Durian (Lokal) 0,188 2 Kue Bagae 0,155
3 Cabai Rawit 0,135 3 Meubel 0,143
4 Rambutan 0,092 4 Penyulingan Minyak Nilam 0,110
5 Kacang Panjang 0,090 5 Kusen 0,088
Perkebunan Perdagangan
1 Kakao 0,267 1 Barang Campuran 0,153
2 Cengkeh 0,178 2 Apotek 0,140
3 Nilam 0,098 3 Toko Bahan Bangunan 0,126
4 Panili 0,098 4 Hasil Bumi 0,111
5 Kemiri 0,093 5 Pakaian 0,109
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Sapi Bali 0,308 1 Wisata Sejarah (Istana) 0,160
2 Ayam Buras 0,171 2 Wisata Adat/Budaya 0,150
3 Itik (Lokal) 0,147 3 Wisata Pantai 0,134
4 Ayam Ras (Pedaging) 0,122 4 Rumah Makan 0,133
5 Kambing (Lokal) 0,107 5 Wisata Pemandian 0,133
Perikanan Transportasi
1 Ikan Bandeng 0,210 1 Mikrolet 0,153
2 Udang Windu 0,189 2 Angkutan Antar Kota (Bus) 0,151
3 Ikan Mas 0,146 3 Angkutan Barang (Truk) 0,149
4 Ikan Nila 0,131 4 Angkutan Kota 0,139
5 Kepiting 0,100 5 Taksi 0,117
Kehutanan (Non Kayu)
Jasa
1 - - 1 Jasa Kontruksi 0,181
2 - - 2 Bengkel Mobil 0,123
3 - - 3 Salon Kecantikan 0,122
4 - - 4 Jasa Kredit Motor 0,111
5 - - 5 Warnet 0,103
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kota Palopo, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.24.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kota Palopo
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Pertanian/Perkebunan 0,178
2 Pertanian/Hortikultura 0,114
3 Perdagangan 0,114
4 Pertanian/Tan. Pangan 0,110
5 Perindustrian 0,110
6 Peternakan 0,091
7 Perikanan 0,059
8 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,056
9 Kehutanan (non kayu) 0,047
10 Pertambangan/penggalian 0,043
11 Transportasi 0,041
12 Jasa 0,038
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.24.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kota Palopo
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Kakao 0,065
2 Cengkeh 0,043
3 Durian montong 0,036
4 Sapi Bali 0,033
5 Durian (lokal) 0,032
KPJU Potensial
1 Penggilingan padi 0,030
2 Toko barang campuran 0,027
3 Padi IR 64 0,027
4 Padi cisantana 0,027
5 Kue bagae 0,025
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Ruang Rapat Bappeda Kota Palopo pada hari Kamis, 23
September 2012 Pukul 09.30 – 12.00 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan
rekomendasi untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Kakao
Tabel 3.24.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Kakao di
Kota Palopo
Peluang Tantangan
- Adanya dukungan pemerintah
- Bahan baku industri skala kecil dan rumah
tangga
- Pasar coklat terbuka lebar
- Varian produk banyak
- Petani tidak melakukan kakao fermentasi
karena harga relatif sama dengan kakao
konvensional
- Gerakan budidaya kakao masyarakat
menurun
- Potensi usaha pascapanen yang besar
- Permintaan konsumen semakin meningkat
- Komoditi ekspor
- Industri pengolahan kakao masih kurang
- Dukungan teknologi kurang
- Tidak adanya hasil olahan akhir (pabrik) yang
berkualitas bagus untuk membuat olahan-
olahan kakao (dasar)
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Bahan baku mudah diperoleh
- Mudah mendapatkan bibit unggul
- Proses produksi cukup stabil
- Teknologi olahan sudah baik
- Pemasaran cukup baik
- Bahan baku untuk fermentasi sulit didapatkan
- Kemampuan petani menghasilkan kakao
fermentasi masih kurang
- Kualitas rendah
- Pupuk dan pestisida yang relatif mahal
- Sistem sortasi produk dan kualitas tidak
sepenuhnya diterapkan
- Mudah terserang penyakit
- Rendahnya SDM petani kakao
- Kemasan masih kurang menarik
- Teknologi masih sederhana
- Cost delivery tinggi
- Alat angkut masih kurang
2. Cengkeh
Tabel 3.24.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Cengkeh di
Kota Palopo
Peluang Tantangan
- Permintaan pasar semakin besar
- Harga jual semakin tinggi
- Menimbulkan multiflier effect
- Terjadi alih fungsi lahan
- Menurunnya kualitas lahan
- Gerakan budidaya cengkeh masyarakat
menurun
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Mudah mendapatkan bahan baku
- Proses produksi cukup stabil
- Pupuk dan bibit diproduksi sendiri
- SDM petani masih rendah
- Produktivitas masih rendah
- Penguasaan teknologi relatif rendah
- Pemilikan lahan sempit
- Modal kurang
- Kualitas masih rendah
- Keterbatasan lahan
- Metode budidaya yang lebih sulit
- Dijual langsung setelah dipanen, tidak ada
olahan lebih lanjut
3. Durian Montong
Tabel 3.24.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Durian
Montong di Kota Palopo
Peluang Tantangan
- Kondisi lahan mendukung
- Minat petani tinggi
- Peluang pasar terbuka di dalam dan luar
Kota Palopo
- Permintaan olahan durian cukup tinggi
- Ketersediaan modal terbatas
- Teknologi pasca panen belum memadai
- Pengelolaan hasil durian terbatas
- Teknologi olahan masih sederhana
- Finish good masih terbatas
- Diversifikasi olahan masih kurang
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Mudah mendapatkan bahan baku
- Pemasaran bagus
- Proses produksi belum stabil
4. Sapi Bali
Tabel 3.24.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Sapi Bali
di Kota Palopo
Peluang Tantangan
- Kebutuhan daging tinggi
- Adanya program pengembangan sapi Bali
- Permintaan pasar lokal tinggi
- Adanya multiflier effect
- Minat masyarakat tinggi
- Adanya sistem kemitraan
- SDM peternak yang belum maksimal
- Belum mengarah ke proyek
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Imunisasi kualitas
- Kawin alami
- Pemasaran bagus
- Bibit sapi didatangkan dari luar Palopo
- Induk sapi mahal
- Kualitas SDM masih rendah
- Pakan dan lahan kurang
- Proses produksi belum stabil
- Distribusi angkutan tidak stabil
- Serangan penyakit antrax
- Terbatasnya areal lahan
- Alat angkut benih/bibit masih sulit
5. Durian Lokal
Tabel 3.24.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Durian
Lokal di Kota Palopo
Peluang Tantangan
- Diversifikasi pengolahan hasil
- Kondisi lahan berpotensi untuk budadaya
durian lokal
- Permintaan konsumen cukup tinggi
- Pada umumnya usia durian lokal cukup
tinggi
- Penanganan pascapanen belum maksimal
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Mudah mendapatkan bahan baku
- Pemasaran bagus
- Proses produksi belum stabil
1. Geografis
Secara geografis Kota Parepare berada pada posisi antara 03O57’39” –
04O04’49” Lintang Selatan dan 119
O36’24” – 119
O34’40” Bujur Timur. Secara
adminitrasi wilayah Kota Parepare memiliki batasan dengan beberapa kabupaten
sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
Wilayah administrasi Kota Parepare terdiri atas 4 kecamatan yaitu Bacukiki,
Bacukiki Barat, Soreang, Ujung. Luas wilayah dari masing-masing kecamatan Kota
Parepare, menunjukkan bahwa wilayah kecamatan terluas adalah Kecamatan
Bacukiki dengan luas kurang lebih 66,70 Km2, atau sekitar 67,15% dari luas wilayah
Kota Parepare, sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Soreang dengan luas wilayah kurang lebih 8,33 Km2 atau sekitar 8,38
% dari luas Kota Parepare.
2. Kebijakan Pembangunan
a. Visi Pembangunan Daerah
“Terwujudnya Parepare sebagai Bandar Madani dengan Masyarakat yang
Mandiri , Religius, serta Berkomitmen Lingkungan “
b. Misi Pembangunan Daerah
Mewujudkan peningkatan dan pemeratan kesejateraan masyarakat.
Mewujudkan peningkatan derajat pendidikan dan kesehatan masyarakat.
Mewujudkan kecukupan sarana, prasarana, infrastruktur dan fasilitas kota.
Mewujudkan tatanan masyarakat yang berwawasan lingkungan.
Mewujudkan tatanan masyarakat yang religius, toleran, tertib dan humoris
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
3. Potensi Daerah
a. Pertanian Tanaman Pangan
Secara umum Parepare bukan daerah pertanian, namun baru –baru ini
Pare-pare mampu memproduksi jagung. Terdapat sekitar 25 hektar lahan
jagung yang dikelola salah satu kelompok tani di Kota Parepare. Menanam
jagung bersama melalui program nasional dapat mengoptimalkan peningkatan
produksi jagung. Sebelumnya, Parepare diperkirakan sulit untuk jagung tumbuh
karena tanahnya berbatu, ternyata di luar dugaan bisa berhasil. Diperhitungkan
satu hektar lahan bisa menghasilkan sekitar 10 ton jagung. Hal ini menjadi bukti
bahwa Parepare sangat berpotensi, bukan saja jasa dan niaga, namun juga
potensi pertanian.
b. Peternakan
Dari sekor peternakan, untuk jenis ternak kambing jumlahnya meningkat
pada tahun 2010 yiatu menjadi 10.564 ekor dibanding sebelumnya yang
berjumlah 9.264 ekor.
c. Perikanan
Jenis dan jumlah produksi perikanan budidaya tambak tahun 2008 : Ikan
Bandeng : 6,5 ton, Ikan Lainnya : 2,1 ton, Udang Windu : 14,1 ton, Udang
Vannamei : 78 ton.
d. Perdagangan
Sektor perdagangan Kota Parepare sangat ditunjang oleh keberadaan
Pelabuhan Parepare yang menjadi pusat koleksi dan distribusi penumpang dan
barang. Pasar dan pertokoan di Kota Parepare berperan sebagai pusat
distribusi barang-barang konsumsi dari Makassar, Surabaya dan bagian timur
Sulawesi Selatan.
e. Perindustrian
Jumlah perusahaan industri di Kota Parepare sapai tahun 2009 tercatat
1.270 perusahaan dan menyerap tenaga kerja sekitar 4.037 orang. Jenis
industri yang beroperasi tersebut dapat dikategorikan ke dalam Sub Sektor
Indsutri Pangan , Industri Sandang dan Kulit, Industri Kimia dan Bahan
Bangunan, Industri Kerajinan dan Industri Logam.
f. Pariwisata
Kota Parepare terletak di sebuah teluk yang menghadap ke Selat
Makassar. Meskipun terletak di tepi laut tetapi sebagian besar wilayahnya
berbukit-bukit. Terdapat beberapa objek wisata yang dapat dikunjungi yaitu
seperti Hutan Kota (Jompie), Pantai Lumpue, Pantai Cempae Sumur Jodoh.
Sebagai kota transit terbesar kedua di Sulawesi Selatan, pertumbuhan fasilitas
hotel dan restoran cukup tinggi dalam dekade terakhir. Saat ini telah berdiri
beberapa sejumlah hotel dengan klasifikasi mulai non bintang hingga hotel
bintang tiga. Sedangkan jumlah restoran cepat saji, rumah makan laut juga
semakin meningkat.
Hasil seleksi di tingkat kecamatan menghasilkan long list KPJU untuk masing-masing
sektor di Kota Parepare sebagaimana tersaji dalam Lampiran. Berdasarkan long list
tersebut, dilakukan penyeleksian nominasi KPJU unggulan dengan mengambil 10 besar
peringkat KPJU tertinggi dari masing-masing sektor/subsektor untuk menjadi short list.
Tabel 3.25.1 Short List KPJU Unggulan Tiap Sektor Usaha Kota Parepare
No KPJU No KPJU
Pertanian/Tanaman Pangan Pertambangan
1 Padi Sawah 1 Batu sungai
2 Kacang Tanah 2 Sirtu
3 Jagung 3 Pasir halus
4 Ubi Kayu 4 Batu gunung
5 Ubi Jalar 5 -
6 Padi Ladang 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Pertanian/Hortikultura Perindustrian
1 Sawi 1 Meubel
2 Kacang panjang 2 Kue/Jajanan Pasar
3 Bayam 3 Jambu Mete Kupas
4 Jambu Mete 4 Roti Mantau
5 - 5 Bengkel Las Tralis
6 - 6 Ikan Kering
7 - 7 Batu Pecah
8 - 8 Batako
9 - 9 Gula Merah
10 - 10 Penggilingan Padi
Perkebunan Perdagangan
1 Kelapa 1 Meubel
2 Kakao 2 Depot Air Isi Ulang
3 Kopi Robusta 3 Toko Bahan Bangunan
4 Cengkeh 4 Kios/Toko Barang Campuran
5 - 5 Beras
6 - 6 Toko Onderdil Motor
7 - 7 Toko Elektronik
8 - 8 Toko Pakaian
9 - 9 Warung Nasi
10 - 10 Komoditas Perikanan Dan Hasil Laut
Peternakan Pariwisata, Hotel, Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 1 Hotel
2 Sapi (Lokal) 2 Restoran
3 Ayam Buras 3 Wisata Pantai
4 Kambing 4 Wisata Bendungan
5 Itik 5 Wisata Gua Kelalawar
6 - 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Perikanan Transportasi
1 Rumput laut 1 Ojek Motor
2 Ikan Lele Dumbo 2 Mikrolet
3 Ikan Nila 3 Bus/Po
4 - 4 Mini Bus
5 - 5 Truk
6 - 6 -
7 - 7 -
8 - 8 -
9 - 9 -
10 - 10 -
Kehutanan (non kayu) Jasa
1 - 1 Bengkel Motor
2 - 2 Percetakan
3 - 3 Rental Mobil
4 - 4 Penjahit Pakaian
5 - 5 Bengkel Mobil
6 - 6 Salon Kecantikan
7 - 7 Pangkas Rambut
8 - 8 Warnet
9 - 9 -
10 - 10 -
Short list KPJU unggulan tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada responden ahli pada
sektor/subsektor masing-masing di tingkat Kota Parepare untuk dibandingkan secara
berpasangan. Kriteria yang digunakan untuk menyeleksi short list tersebut adalah 11 kriteria
yang telah dirumuskan bobot kepentingannya oleh responden ahli tingkat provinsi.
Berdasarkan metode AHP, terpilih maksimal 5 KPJU unggulan dengan pemeringkatan baru
dari short list pada masing-masing sektor/subsektor seperti tersaji di tabel berikut.
Tabel 3.25.2 Short List 5 Besar KPJU Unggulan Tiap Sektor di
Kota Parepare
No KPJU Skor
Terbobot No KPJU
Skor Terbobot
Pertanian/Tananam Pangan
Pertambangan
1 Padi Sawah 0,225 1 Batu Sungai 0,396
2 Kacang Tanah 0,210 2 Sirtu 0,336
3 Jagung 0,190 3 Pasir Halus 0,163
4 Ubi Kayu 0,171 4 Batu Gunung 0,105
5 Ubi Jalar 0,115 5 - -
Pertanian/ Hortikultura
Perindustrian
1 Sawi 0,276 1 Meubel 0,233
2 Kacang Panjang 0,260 2 Kue/Jajanan Pasar 0,142
3 Bayam 0,236 3 Jambu Mete Kupas 0,134
4 Jambu Mete 0,228 4 Roti Mantau 0,103
5 - - 5 Bengkel Las Tralis 0,092
Perkebunan Perdagangan
1 Kelapa 0,369 1 Meubel 0,190
2 Kakao 0,254 2 Depot Air Isi Ulang 0,116
3 Kopi Robusta 0,223 3 Toko Bahan Bangunan 0,103
4 Cengkeh 0,155 4 Kios/Toko Barang Campuran 0,100
5 - - 5 Beras 0,089
Peternakan Pariwisata, Hotel Dan Restoran
1 Ayam Ras (Pedaging) 0,398 1 Hotel 0,361
2 Sapi (Lokal) 0,178 2 Restoran 0,325
3 Ayam Buras 0,161 3 Wisata Pantai 0,150
4 Kambing 0,141 4 Wisata Bendungan 0,082
5 Itik 0,122 5 Wisata Gua Kelalawar 0,081
Perikanan Transportasi
1 Rumput Laut 0,495 1 Ojek Motor 0,230
2 Ikan Lele Dumbo 0,285 2 Mikrolet 0,217
3 Ikan Nila 0,220 3 Bus/Po 0,215
4 - - 4 Mini Bus 0,174
5 - - 5 Truk 0,164
Kehutanan (Non Kayu)
Jasa
1 - - 1 Bengkel Motor 0,183
2 - - 2 Percetakan 0,175
3 - - 3 Rental Mobil 0,155
4 - - 4 Penjahit Pakaian 0,133
5 - - 5 Bengkel Mobil 0,127
Untuk mengetahui KPJU unggulan lintas sektor di Kota Parepare, diperlukan analisis
perbandingan berpasangan antarsektor dalam kerangka metode AHP untuk mengetahui
bobot kepentingan relatif masing-masing sektor/subsektor atas sektor/subsektor lainnya.
Perbandingan berpasangan ini dilakukan atas dasar peran masing-masing sektor terhadap
pencapaian tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Perbandingan dilakukan oleh responden ahli tingkat kabupaten
yang mewakili berbagai stakeholder. Hasil dari analisis data tersebut disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 3.25.3 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan
Di Kota Parepare
No Sektor Usaha Skor AHP
1 Perdagangan 0,200
2 Jasa 0,183
3 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,182
4 Transportasi 0,131
5 Perindustrian 0,094
6 Peternakan 0,040
7 Pertanian/Hortikultura 0,036
8 Perikanan 0,031
9 Pertanian/Tan. Pangan 0,027
10 Pertanian/Perkebunan 0,026
11 Kehutanan (non kayu) 0,025
12 Pertambangan/penggalian 0,025
Berdasarkan bobot kepentingan masing-masing sektor di atas dilakukan analisis KPJU
unggulan lintas sektor (setelah sebelumnya dilakukan normalisasi) yang menghasilkan 5
KPJU unggulan lintas sektor sebagaimana tersaji pada tabel berikut:
Tabel 3.25.4 Short List 5 KPJU Unggulan dan 5 KPJU Potensial Lintas Sektoral
Di Kota Parepare
No KPJU Skor
Terbobot
KPJU Unggulan
1 Hotel Melati 0,066
2 Perdagangan Meubel 0,064
3 Restoran 0,059
4 Bengkel Motor 0,043
5 Percetakan 0,041
KPJU Potensial
1 Depo Air Isi Ulang 0,039
2 Rental Mobil 0,037
3 Toko Bahan Bangunan 0,034
4 Kios/Toko Barang Campuran 0,033
5 Penjahit Pakaian 0,031
Lima KPJU di atas dinilai unggul berdasarkan 11 kriteria yang telah dirumuskan di awal
sekaligus pertimbangan bobot kepentingan sektor terkait terhadap pencapaian tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil ini
selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion antar
stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
perbankan dan akademisi di Aula Bappeda Kota Parepare pada hari Jum’at, 30 November
2012 Pukul 08.30 – 11.30 WITA. FGD ini bertujuan untuk mengkonfirmasi hasil penelitian
dan menelaah lebih dalam permasalahan dan peluang serta memberikan rekomendasi
untuk mengembangkan 5 KPJU unggulan lintas sektor tersebut.
1. Hotel Melati
Tabel 3.25.5 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Hotel
Melati di Kota Parepare
Peluang Tantangan
- Parepare merupakan kota transit sekaligus
pusat Ajattapareng
- Melibatkan petani dan nelayan lokal untuk
pasokan bahan baku
- Harga terjangkau oleh semua kalangan
- Didiukung oleh topografi kota yang indah
- Didukung oleh usaha kuliner yang lain
- Mengundang investor luar
- Merekrut SDM yang memiliki skill handal
- Siap menerima tamu lokal dan
mancanegara
- Terjalinnya kerja sama dengan berbagai
pihak dari lokal mauoun dari luar.
- Butuh modal yang besar
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan bakunya memadai,
- Menyerap tenaga kerja lokal
- Terbantu pemasarannya melalu asosiasi
yang ada (PHRI), kebutuhan akan jasa
hotel cukup tinggi
- Masih menggunakan sebagian besar bahan
baku luar
- Pasokan bahan baku yang harus
didatangkan dari luar.
- Lahan yang ada untuk bangunan hotel dan
restoran sangat kurang,
- Pelayanan masih rendah
- Kemampuan SDM masih rendah
2. Perdagangan Meubel
Tabel 3.25.6 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU
Perdagangan Meubel di Kota Parepare
Peluang Tantangan
- Peluang pasar untuk meubel lokal dan
meubel Jepara cukup besar
- Kebutuhan sekolah akan meubel cukup
besar
- Permintaan produk meubel cukup tinggi
- Menciptakan meubel lokal yang
berkualitas
- Diversifikasi meubel
- Butuh modal yang besar
- Tenaga kerja sebagian dari luar daerah
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan bakunya memadai
- Menciptakan lahirnya tenaga ahli lokal
melalui transfer skill
- Pasarnya sudah sejak lama ada, dan
pelanggan tetap sudah ada
- Bahan baku lokal mudah didapatkan
- Akses pasar mudah
- Masih menggunakan sebagian besar bahan
baku luar
- Kualitas produk dipengaruhi oleh minimnya
tenaga ahli lokal
- Kualitas bahan baku semakin menurun
3. Restoran
Tabel 3.25.7 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Restoran
di Kota Parepare
Peluang Tantangan
- Pangsa pasar yang cukup baik
- Melahirkan banyak usaha catering
- Memajukan pariwisata
- Kebutuhan aneka makanan masih tinggi
- Banyak pesaing dan lokasi kurang strategis
- Modal yang dibutuhkan besar
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan bakunya memadai
- Penyerapan tenaga kerja
- Masih menggunakan sebagian besar bahan
baku luar
- Lahan yang ada untuk restoran sangat kurang
4. Bengkel Motor
Tabel 3.25.8 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Bengkel
Motor di Kota Parepare
Peluang Tantangan
- Berfungsi sekaligus sebagai bengkel las
dan deco
- Ada peluang kerjasama dengan service
center untuk bahan baku pabrikan
- Jumlah usaha bengkel masih sangat
kurang sedangkan kebutuhan masyarakat
cukup tinggi
- Pasar masih belum jelas
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan bakunya memadai
- Melibatkan tenaga kerja lokal
- Menggunakan peralatan yang mampu
menghasilkan kualitas produk yang bagus
- Masih menggunakan sebagian besar bahan
baku luar
- Tenaga ahli/mekanik masih kurang
- Promosinya masih kurang
5. Percetakan
Tabel 3.25.9 Peluang-Tantangan Serta Titik Kekuatan-Titik Kritis KPJU Percetakan
di Kota Parepare
Peluang Tantangan
- Teknologi percetakan makin maju
- Peluang pasar besar untuk memenuhi
kebutuhan Parepare dan sekitarnya
- jumlah usaha percetakan masih sangat
kurang sedangkan kebutuhan masyarakat
cukup tinggi
- Butuh modal yang besar
Titik Kekuatan Titik Kritis (Titik Kelemahan)
- Suplai bahan bakunya memadai,
- menggunakan teknologi dan mesin
peralatan yang modern
- Masih menggunakan sebagian besar bahan
baku luar
- kurangnya peralatan
- Promosinya masih kurang
1. Geografis
Letak Wilayah Sulawesi Selatan 0o12’ – 8’ Lintang Selatan dan 116
o48’ –
122o36’ Bujur Timur yang dibatasi Sebelah Utara Sulawesi Barat, Sebelah Timur
Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara, Sebelah Barat Selat Makassar, Sebelah
Selatan Laut Flores.
Luas Wilayah Sulawesi Selatan 46.717,48 km2 dengan Jumlah Penduduk 2009
¬+ 8,3 Juta Jiwa dan terdiri dari 24 Kabupaten/Kota yaitu 21 kabupaten dan 3
kotamadya yang memiliki 4 suku daerah yaitu suku Bugis, Makassar, Mandar dan
Toraja. Sampai dengan Mei 2010, jumlah penduduk di Sulawesi Selatan terdaftar
sebanyak 8.032.551 jiwa dengan pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan
4.111.008 orang perempuan (http://www.sulsel.go.id).
Tabel 3.26.1
Daftar Kabupaten/Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan
No. Kabupaten/Kota Ibukota
1 Kabupaten Bantaeng Bantaeng
2 Kabupaten Barru Barru
3 Kabupaten Bone Watampone
4 Kabupaten Bulukumba Bulukumba
5 Kabupaten Enrekang Enrekang
6 Kabupaten Gowa Sungguminasa
7 Kabupaten Jeneponto Bontosunggu
8 Kabupaten Kepulauan Selayar Benteng
9 Kabupaten Luwu Belopa
10 Kabupaten Luwu Timur Malili
11 Kabupaten Luwu Utara Masamba
12 Kabupaten Maros Turikale
13 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkajene
14 Kabupaten Pinrang Pinrang
15 Kabupaten Sidenreng Rappang Pangkajene Sidenreng
16 Kabupaten Sinjai Sinjai
17 Kabupaten Soppeng Watan Soppeng
18 Kabupaten Takalar Pattalassang
19 Kabupaten Tana Toraja Makale
20 Kabupaten Toraja Utara Rantepao
21 Kabupaten Wajo Sengkang
22 Kota Makassar -
23 Kota Palopo -
24 Kota Parepare -
Sumber : id.wikipedia.org
2. Keadaan Iklim
Iklim Sulawesi Selatan termasuk tropis basah yang dipengaruhi angin musim
barat dan angin musim timur sehingga curah hujan cukup tinggi yang merata setiap
tahunnya dan volume curah hujan beragam antara 1.000 - 2.500 milimeter. Suhu
udara bervariasi antara 24° Celsius - 33° Celsius (www.bappenas.go.id).
3. Topografi
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah semenanjung yang berbukit-
bukit yang membentang dari bagian utara ke bagian selatan dengan ketinggian
antara 500 - 1.000 meter lebih di atas permukaan laut. Antara bentangan tersebut
terhampar dataran rendah yang potensial untuk pertanian dan pertambakan.
Wilayah ini memiliki empat buah danau dan sejumlah sungai yang cukup besar serta
beberapa waduk dan perairan umum yang cukup luas yang mengelilingi sebagian
besar wilayah Sulawesi Selatan. Selain itu Provinsi ini mempunyai sejumlah pulau
besar dan pulau kecil. (www.bappenas.go.id).
4. Lahan
Lahan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagian besar telah dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian, pertambangan, dan industri. Selain itu, di Provinsi tersebut
masih terdapat potensi yang cukup besar untuk pengembangan kehutanan,
perikanan darat, perikanan laut, dan pertambangan bahan galian yang belum secara
optimal dikembangkan.
5. Sumberdaya Alam
Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di
Kawasan Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional mengukuhkan
posisi Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang cukup potensial.
Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya
yang dihasilkan Sulawesi Selatan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-
kacangan.
Produksi padi Sulawesi Selatan tahun 2011 sebesar 4 511 707 ton yang
dipanen dari areal seluas 889.232 ha atau rata-rata 5,07 ton per hektar yang berarti
naik sekitar 2,95 persen dibandingkan dengan tahun 2010, yang menghasilkan
4.382.442 ton padi dengan luas panen 886.354 ha dengan rata-rata produksi 4,94
ton per hektar.
Sebagian besar produksi padi di Sulawesi Selatan dihasilkan oleh jenis padi
sawah. Jenis padi ini menyumbang 99,27 persen dari seluruh produksi padi atau
sebesar 4.478.915 ton. Sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi ladang. Produksi
jagung Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 1.420.154 ton dengan luas
panen 297 126 ha atau menghasilkan rata-rata 4,78 ton/ha.
Hasil tanaman perkebunan rakyat yang cukup dominan di Sulawesi Selatan
pada tahun 2011 adalah tanaman Kakao dan Kelapa Sawit yang masing-masing
berproduksi sebesar 196.695 ton dan 119.475 ton. Hasil perkebunan tersebut
berasal dari lahan seluas 275.723 Ha dan 15.391 Ha.
Jenis ternak yang diusahakan di Sulawesi Selatan berupa ternak besar, kecil
dan unggas. Pada tahun 2011 jumlah ternak sapi sebesar 983.985 ekor, kerbau
96.505 ekor, kuda 138.776 ekor, kambing 513.944 ekor, domba 397 ekor dan babi
603.137 ekor. Sementara itu, jumlah ternak yang dipotong adalah ternak sapi 72.228
ekor, kerbau 11.779, kuda 6.947, kambing 71.436, domba 94 ekor dan babi 45.899
ekor.
Di Sulawesi Selatan prospek perikanan tiap tahunnya hampir memperlihatkan
angka yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2011, total produksi ikan hasil
penangkapan dan budidaya sebesar 2.017.267 ton, dengan nilai produksi
7.771.229.750 ribu rupiah. Luas areal tambak adalah 107.312 Ha, luas kolam 6.374
Ha dan luas area sawah yang dijadikan tempat pemeliharaan ikan adalah 11.080
Ha.
Sektor industri dapat dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumah
tangga. Data mengenai industri besar dan sedang tersedia setiap tahun yang
dikumpulkan dengan cara sensus lengkap, sedangkan data industri kecil dan rumah
tangga tidak tersedia setiap tahun. Perusahaan Sulawesi Selatan tahun 2004
tercatat sebanyak 65.906 buah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 210.689
orang jumlah perusahaan ini mengalami penurunan diandingkan dengan tahun
sebelumnya, dimana tercatata 74.212 buah dengan tenaga kerja 209.319.
Jenis bahan tambang atau galian yang banyak terdapat di Sulawesi Selatan
tahun 2011 adalah tanah liat sebanyak 1.956.190 ton. Jenis tambang lainnya berupa
batu gamping, nikel, pasir dan marmer (Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun
2012).
6. Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan
Masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan masyarakat bahari dan bahari
atau kelautan Sulawesi Selatan sangat potensi untuk wisata pesiar, sangat besar
potensi yang ada disitu. Sejak dari dulu terkenal dengan Kapal Phinisinya. ini yang
menarik tentunya dan masih banyak pulau-pulau tak berpenghuni yang bisa
dikembangkan menjadi potensi wisata, misalnya Island Camp.
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu masuk
Makassar pada Maret 2012 mencapai 1.277 orang. Jumlah wisman tersebut
meningkat sebesar 21,85 persen jika dibandingkan Februari 2012 yang mencapai
1.048 orang. TPK hotel berbintang di Sulawesi Selatan pada Maret 2012 meningkat
0,28 poin dibandingkan Februari 2012, yaitu dari 46,92 persen pada Februari 2012
menjadi 47,20 persen pada Maret 2012.
Wisman dari Malaysia, Singapura, Jerman, Filipina, dan Inggris merupakan lima
terbesar yang berkunjung ke Indonesia melalui pintu masuk Makassar pada Maret
2012. Jumlah wisman dari ke lima negara tersebut berjumlah 770 orang atau sekitar
60,30 persen dari total wisman yang masuk melalui pintu masuk Makassar pada
Maret 2012.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di
Sulawesi Selatan selama Maret 2012 masing-masing adalah 2,38 hari dan 1,81 hari.
(http://sulsel.bps.go.id)
7. Sosial Budaya Provinsi Sulawesi Selatan
Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas empat suku utama yaitu Toraja, Bugis,
Makassar, dan Mandar. Suku Toraja terkenal memiliki keunikan tradisi yang tampak
pada upacara kematian, rumah tradisional yang beratap melengkung dan ukiran
cantik dengan warna natural. Sedangkan suku Bugis, Makassar dan Mandar
terkenal sebagai pelaut yang patriotik. Dengan perahu layar tradisionalnya, Phinisi,
mereka menjelajah sampai ke utara Australia, beberapa pulau di Samudra Pasifik,
bahkan sampai ke pantai Afrika.
Bahasa yang umum digunakan di Provinsi Sulsel adalah Bahasa Makassar,
Bugis, Tae' Luwu, Toraja, Mandar, Duri, Konjo. Mayoritas penduduknya beragama
Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian wilayah lainnya beragama
Kristen.
8. Investasi
Sebagai titik sumbu pertumbuhan ekonomi dari kawasan indonesia timur,
Sulawesi Selatan memiliki infrastruktur yang paling modern dan lengkap. Dengan
bandara Sultan Hasanuddin yang menjadi hub utama ke Indonesia timur dan
melayani penerbangan internasional tujuan makassar-kuala lumpur (malaysia) dan
makassar-changi (singapura) serta pelabuhan soekarno hatta yang dilengkapi
pelabuhan peti kemas yang berskala internasional menempatkan posisi sulawesi
selatan sebagai pusat pertumbuhan pembangunan di luar pulau jawa dan pusat
distribusi serta interkoneksi perhubungan darat dan laut.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki
nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain memiliki
sumberdaya alam yang cukup besar, khususnya di bidang Pertanian, Pertambangan
dan Pariwisata. Dengan letak strategis di tengah-tengah Indonesia dan menjadi
pintu gerbang sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan Kawasan Timur
Indonesia. Oleh karena itu Sulawesi Selatan memiliki keunggulan komparatif
sekaligus kompetitif untuk kegiatan investasi. Adapun Keunggulan untuk
Berinvestasi di Sulawesi Selatan yaitu :
Posisi yang strategis secara ekonomi sehingga berperan sebagai pusat
pelayanan angkutan udara dan laut di Kawasan Timur Indonesia dan Pusat
pelayanan jasa perdagangan, industri serta perbankan.
Wilayah yang relatif aman bagi kegiatan investasi di Indonesia, dimana gejolak
masyarakat dan komunitas buruh relatif rendah.
Keanekaragaman potensi sumberdaya alam untuk investasi. Ketersediaan
infrastruktur wilayah yang memadai bagi kegiatan investasi.
Kawasan Timur Indonesia sebagai pasar potensial yang belum termanfaatkan
secara maksimal.
Komitmen Pemerintah Daerah yang sangat kuat dalam memberikazn kemudahan
bagi Investor.
Ketersediaan Sumberdaya manusia yang berkualitas.
Ketersediaan lahan yang masih luas dan relatif murah.
9. Kebijakan Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
a. Visi Pembangunan Sulawesi Selatan
Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2009 - 2013, merupakan gambaran, sikap mental dan cara pandang
jauh ke depan mengenai organisasi sehingga organisasi tersebut tetap eksis,
antisipatif dan inovatif. Berdasarkan kondisi dan tantangan yang akan dihadapi
Sulawesi Selatan, serta dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki,
maka Visi Pembangunan Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2013 adalah :
"Sulawesi Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pemenuhan Hak
Dasar".
b. Misi Pembangunan Sulawesi Selatan
Untuk memberikan kejelasan tentang makna yang terkandung dalam visi
tersebut, maka Pemerintah Provinsi melaksanakan Misi sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar masyarakat
Mengakselerasi laju peningkatan dan pemerataan kesejahteraan melalui
penguatan ekonomi berbasis masyarakat
Mewujudkan keunggulan lokal untuk memicu laju pertumbuhan ekonomi
wilayah
Menciptakan iklim kondusif bagi kehidupan yang inovatif
Menguatkan kelembagaan dalam perwujudan tatakelola yang baik.
Sesuai dengan roadmap penelitian, setelah didapatkan KPJU Unggulan di setiap
Kota/Kabupaten semua KPJU ini dinilai kembali untuk mencari 10 KPJU Unggulan di Tingkat
Provinsi Sulawesi Selatan. Penilaian kembali ini dilakukan sesuai dengan metodologi yang
sudah ditetapkan, yaitu dengan metode Borda (di sektor masing-masing) dan metode Bayes
(skor KPJU yang sudah dinormalisasi dikalikan dengan bobot sektor). Secara umum, semua
KPJU ini sudah dikonfirmasi dengan seluruh stakeholder di tingkat Kota/Kabupaten tentang
kondisi riilnya, peluang dan tantangan yang dihadapi dan kekuatan dan kelemahan/titik
kritisnya.
Tabel 3.26.2 Bobot Kepentingan Setiap Sektor/Subsektor Usaha Atas Dasar Perannya Dalam
Mencapai Tujuan Penetapan KPJU Unggulan Di Tingkat Provinsi Sulawesi selatan
No Sektor Skor
Bobot
1 Pertanian/Tan. Pangan 0,157
2 Perkebunan 0,105
3 Pertanian/Tan. Hortikultura 0,102
4 Perikanan 0,095
5 Perdagangan 0,092
Tabel 3.26.3 Short List 10 KPJU Unggulan Lintas Sektoral
Di Tingkat Provinsi Sulawesi selatan
No KPJU Skor
Terbobot Posisi KPJU di Kabupaten/Kota
1 Padi Ciliwung (Pertanian/Tan. Pangan)
0,050 Barru (3), Bulukumba (3), Jeneponto (4), Luwu (5), Luwu Timur (2), Maros (3), Pangkep (4), Wajo (1),
2 Kakao/Cokelat (Perkebunan)
0,046 Bantaeng (5), Luwu (3), Luwu Utara (1), Palopo (1), Sopeng (3),
3 Jagung Hibrida (Pertanian/Tan. Pangan)
0,040 Bantaeng (3), Jeneponto (2), Pinrang (5), Sidrap (2), Sinjai (4), Takalar (1)
4 Meubel (Perindustrian)
0,033 Luwu Timur (4)
5 Ikan Bandeng Perikanan)
0,031 Barru (1), Bulukumba (1), Pangkep (1), Pinrang (3), Sinjai (2)
6 Penggilingan Padi (Perindustrian)
0,030 Maros (2), Wajo (2)
7 Beras (Perdagangan)
0,028 Barru (2), Bone (5), Pinrang (4)
8 Udang (windu, cani, api-api, putih, vaname) (Perikanan)
0,026 Pangkep (2), Pinrang (1), Sinjai (1)
9
Sapi Pedaging (bali, brahma, ongol, spesies lokal) (Peternakan)
0,026 Kota Palopo (4), Sinjai (5)
10 Toko Bahan Bangunan (Perdagangan)
0,026 Maros (5)
Hasil ini selanjutnya telah dikonfimasi dan didiskusikan dalam Focus Group Discussion
antar stakeholder yang terdiri dari instansi pemerintah sektor terkait, pelaku/asosiasi usaha,
6 Peternakan 0,083
7 Perindustrian 0,082
8 Transportasi 0,067
9 Pariwisata, Hotel dan Restoran 0,065
10 Kehutanan (Non Kayu) 0,054
11 Jasa 0,053
12 Pertambangan/Penggalian 0,046
perbankan dan akademis. FGD ini bertujuan untuk mendalami kondisi 10 KPJU Unggulan
tingkat Provinsi dari sisi kondisi eksisting dan data sekunder terkini, aspek product life cycle
(PLC) dan kontribusinya terhadap tingkat inflasi, serta sumbang saran rekomendasi
pengembangan untuk setiap KPJU berdasarkan spesifikasi narasumber (responden pakar)
yang hadir yang mengintegrasikan kewenangan, profesi, dan keahlian masing-masing
(terlampir).
1. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil tanaman pangan terbesar di
Kawasan Timur Indonesia. Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan,
tanaman pangan lainnya yang dihasilkan Sulawesi Selatan adalah jagung. Provinsi
Sulawesi Selatan juga memiliki sumberdaya alam yang cukup besar bidang
pertambangan dan pariwisata. Selain itu Sulawesi Selatan memiliki nilai strategis dalam
konstalasi pembangunan Indonesia. Hal ini disebabkan letaknya yang strategis di
tengah-tengah Indonesia dan menjadi pintu gerbang sekaligus berfungsi sebagai pusat
pelayanan Kawasan Timur Indonesia.
2. KPJU unggulan UMKM di Provinsi Sulawesi selatan dalam penelitian ini didefinisikan
secara operasional oleh multistakeholder sebagai KPJU UMKM yang secara eksisting
(saat ini) telah unggul dalam sejumlah kriteria tertentu dalam mencapai tujuan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, pertumbuhan ekonomi di masa
datang. Tujuan penetapan KPJU unggulan yang paling dominan adalah pertumbuhan
ekonomi (0,409), kemudian selanjutnya berturut-turut adalah peningkatan daya saing
(0.347) dan penciptaan lapangan kerja (0,244).
3. Berdasarkan penilaian terhadap kriteria penetapan KPJU unggulan tingkat Kecamatan,
diketahui bahwa jangkauan pemasaran dan kontribusi terhadap perekonomian lokal
memiliki bobot tertinggi (2,632). Selanjutnya ketersediaan bahan baku memiliki bobot
2,632 dan yang terendah adalah jumlah unit usaha/rumah tangga dengan bobot 1,842.
4. Kriteria seleksi yang digunakan dalam penentuan KPJU unggulan lintas sektor (di
tingkat Provinsi) dari yang paling penting berturut-turut adalah Teknologi (0,142),
Tenaga Kerja Terampil (0,116), Penyerapan Tenaga Kerja (0,113), Sarana
Produksi/Usaha (0,100), Manajemen Usaha (0,096), Ketersediaan Pasar (0,091),
Sumbangan terhadap Perekonomian (0,85), Modal (0,082), Harga (0,070), Ketersedian
Bahan Baku (0,068), Sosial Budaya (0,036).
5. Di setiap kabupaten/kota yang diteliti, melalui konfirmasi dan analisis lanjutan dengan
pendekatan metode MPE, AHP, Borda dan Bayes diperoleh 5 KPJU unggulan lintas
sektoral (dan 5 KPJU Potensial lintas sektoral). Lima KPJU Unggulan lintas sektoral
tersebut adalah :
a. Kabupaten Bantaeng : Padi Mamberamo (skor Terbobot 0,037), Rumput laut
(0,030), Jagung Hibrida (0,029), Kasur Kapuk (0,029), dan Kakao (0,029).
b. Kabupaten Barru : Ikan Bandeng (skor Terbobot 0,037), Perdagangan Beras
(0,034), Padi Ciliwung (0,034), Padi IR 42 (0,033) dan Padi Cisantana (0,032).
c. Kabupaten Bone : Jagung Kuning Bisi 2 (0,049), Kacang Tanah (0,037), Padi
Varietas Unggul (0,029), Padi Cigaulis (0,029), Jual Beli Beras (0,025).
d. Kabupaten Bulukumba: Ikan Bandeng (Tambak) (0,049), Pete-Pete (Angkutan Kota)
(0,042), Padi Ciliwung (0,036) , Padi Ciherang (0,035), Padi Sembada 168 (0,034)
e. Kabupaten Enrekang : Bawang Merah (0,046), Cabai Merah (PB/IR) (0,034),
Kentang (0,034), Kubis (0,033), dan Jual Beli Hasil Perkebunan (0,030).
f. Kabupaten Gowa : Padi Organik (Ipad 2, Ciherang) (0,049), Padi IR 42 (0,043), Padi
Ciherang (0,032), Kopi Arabika (0,029), dan Kentang (0,027).
g. Kabupaten Jeneponto: Rumput Laut (0,052), Jagung Hibrida (0,042), Padi
Memberamo (0,040), Padi Ciliwung (Hibrida) (0,039), dan Jagung Kuning (0,033).
h. Kabupaten Kepulauan Selayar : Teripang (0,051), Rumput Laut (0,044), Hotel Melati
(0,042), Ikan Kakap (Tangkap) (0,040), dan Wisata Pantai (0,039).
i. Kabupaten Luwu : Kopi Arabika (0,059), Cengkeh (0,058), Kakao/Coklat (0,053),
Kopi Robusta (0,048), dan Padi Ciliwung (0,046).
j. Kabupaten Luwu Timur : Padi Ciherang (0,044), Padi Ciliwung (0,043), Rumput Laut
(0,036), Meubel (0,036), dan Kelapa Sawit (0,033).
k. Kabupaten Luwu Utara : Kakao (0,046), Kelapa Sawit (0,036), Sagu (0,036), Padi
Tarone (Lokal) (0,032), dan Durian (0,031).
l. Kabupaten Maros : Padi Cisantana (0,051), Industri Penggilingan Padi (0,039), Padi
Ciliwung (0,035), Padi Ciherang (0,035), dan Toko Bahan Bangunan (0,031).
m. Kabupaten Pangkep : Ikan Bandeng (0,045), Udang Windu (0,042), Padi Ciliwung
(0,037), Marmer (0,036), dan Padi Cisantana (0,036).
n. Kabupaten Pinrang : Udang Windu (0,047), Padi Inpari 13 (0,043), Ikan Bandeng
(0,039), Beras (0,035), dan Jagung Hibrida (0,034).
o. Kabupaten Sidrap : Padi Mekonga (0,060), Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) (0,056), Padi
Inpari 13 (0,050), Pengggiling Padi (0,042), dan Padi Inpari 7 Lanrang (0,039).
p. Kabupaten Sinjai : Udang (Budidaya) (0,030), Ikan Bandeng (Budidaya) (0,029),
Cengkeh (0,029), Jagung Hibrida (0,028), dan Sapi Lokal (0,028). Hasil FGD
memberikan formasi tambahan KPJU Unggulan : Ikan Cakalang (Tangkap), Sapi
Lokal, Padi Ciherang, Durian, Kakao.
q. Kabupaten Soppeng : Padi Inpari 7 (0,088), Padi Cigaulis (0,071), Kakao (0,048),
Jagung Kuning (0,042), dan Ayam Ras (Petelur) (0,038).
r. Kabupaten Takalar : Jagung Hibrida (Bisi, Bisi2) (0,044), Tebu (0,039), Cabai Merah
Besar (0,032), Cabai Rawit (0,030), dan Semangka (0,029).
s. Kabupaten Tana Toraja : Wisma (0,036), Penjahit Pakaian (0,035), Jual Beli Kopi
(0,033), Rumah Makan (0,031), dan Bus Antar Kota (0,031).
t. Kabupaten Toraja Utara : Wisata Rumah Adat (0,038), Padi Lokal Merah (Pare
Barrik) (0,037), Kopi Arabika (0,037), Padi Lokal Hitam (Pare Bau) (0,037), dan Padi
Pare Ambo (0,035).
u. Kabupaten Wajo : Padi Ciliwung (0,034), Penggilingan Padi (0,033), Padi IR 66
(0,032), Cengkeh (0,027), dan Wisata Rumah Adat (0,026)
v. Kota Makassar : Restoran Seafood (0,047), Rumah Makan Sea Food (0,044),
Angkutan Kota (Pete-Pete) (0,041), Mini Market (0,040), dan Toserba (0,040).
w. Kota Palopo : Kakao (0,065), Cengkeh (0,043), Durian montong (0,036), Sapi Bali
(0,033), dan Durian (lokal) (0,032).
x. Kota Parepare: Hotel Melati (0,066), Perdagangan Meubel (0,064), Restoran
(0,059), Bengkel Motor (0,043), dan Percetakan (0,041).
6. Sepuluh KPJU Unggulan di Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang dihasilkan dari
penilaian kembali terhadap KPJU Unggulan di tingkat Kota/Kabupaten dengan metode
Borda dan metode Bayes adalah Padi Ciliwung (0,050), Kakao/Cokelat (0,046),
Jagung Hibrida (0,040), Meubel (0,033), Ikan Bandeng (0,031), Penggilingan Padi
(0,030), Beras (0,028), Udang (windu, cani, api-api, putih, vaname) (0,026), Sapi
Pedaging (bali, brahma, ongol, spesies lokal) (0,026) dan Toko Bahan
Bangunan/Material (0,026). Hasil FGD memberikan formasi tambahan KPJU Unggulan
: Rumput Laut yang memang memiliki nilai bobot di urutan ke-11.
7. Penanganan dan pengembangan KPJU Unggulan Lintas Sektor di Provinsi Sulawesi
Selatan, khususnya di 24 Kabupaten/Kota dan di tingkat Provinsi yang diteliti perlu
menggunakan titik kekuatan (yang selanjutnya dikembangkan menjadi competitive
advantages dan nilai jual) dan mengeliminasi titik kritisnya (kelemahan), serta
memanfaatkan peluang yang tersedia.
a. Peluang yang dimaksud secara umum adalah positioning eksisting Provinsi
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan sebagai daerah penghasil tanaman pangan
terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Predikat sebagai lumbung padi nasional
mengukuhkan posisi Sulawesi Selatan sebagai produsen tanaman pangan yang
cukup potensial. Pada beberapa daerah, peluang tersebut diwujudkan dalam
visi/misi dan kebijakan daerah.
b. Titik kekuatan yang dimaksud secara umum adalah KPJU yang terpilih umumnya
memang KPJU yang sudah unggul di sektornya, baik dalam aspek kapasitas
produksinya, luas lahan, serapan tenaga kerja dan kontribusinya bagi
perekonomian daerah.
c. Titik kritis yang dimaksud secara umum adalah lebih kepada persoalan biaya
produksi/proses yang masih tinggi, tingkat produktivitas yang belum optimal,
teknologi pengembangan yang belum ada/minim, teknologi pasca panen untuk
peningkatan nilai tambah, dan perluasan akses pasar.
1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial
a. Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang diteliti untuk
menetapkan 5 KPJU Unggulan dan Potensial hasil penelitian ini (sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya) sebagai KPJU Unggulan dan Potensial daerah.
b. Direkomendasikan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi selatan untuk menetapkan
10 KPJU Unggulan hasil penelitian ini (sebagaimana telah disebutkan sebelumnya)
sebagai KPJU Unggulan Provinsi.
2. Rekomendasi Peran Strategis
Direkomendasikan pembagian peran strategis yang dapat dilakukan antara
pemerintah, pelaku/asosiasi pengusaha UMKM, perbankan, dan stakeholder lain dalam
pengembangan UMKM dan KPJU unggulannya sebagai berikut.
a. Pemerintah.
Peran pemerintah kini dan masa mendatang dalam pembangunan UMKM adalah
sebagai regulator, fasilitator, dan stimulator, yang menekankan upaya kemandirian
dalam pemberdayaan masyarakat, melalui penguatan UMKM basis KPJU
Unggulan.
b. Pelaku/Asosiasi Pengusaha UMKM.
(1) Identifikasi akar masalah atas berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi di
dalam pengembangan usaha mereka, serta mengkomunikasikan hal tersebut
kepada pihak-pihak yang dinilai dapat membantu, seperti: penyedia BDS
(Business Development Service), asosiasi UKM, instansi pemerintah terkait dan
pihak-pihak strategis lain.
(2) Meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui upaya pengembangan jiwa
kewirausahaan, pengembangan etos kerja, dan disiplin kerja serta peningkatan
komitmen moral yang tinggi.
(3) Melaksanakan secara seksama, konsisten dan berkesinambungan program
pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga lainnya untuk
pengembangan usahanya.
(4) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing produk barang dan jasa
yang dihasilkan.
(5) Aktif dalam berbagai forum pengembangan usaha sebagai wahana untuk
pengembangan penyampaian aspirasi dan kebutuhannya untuk pengembangan
usaha serta memperluas jaringan usaha.
(6) Mengaktifkan Kadin sebagai forum strategis bagi penyaluran aspirasi, fasilitasi,
forum informasi dan komunikasi dan sinergisitas antar UMKM dan dengan
organisasi bisnis lainnya di dalam dan luar negeri dalam pengembangan
usahanya.
c. Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM
(1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan UMKM
dalam pengembangan usahanya, serta merumuskan dan menyampaikan
program pemberdayaannya kepada pemerintah dan lembaga lain yang relevan.
(2) Mengembangkan teknologi tepat guna dan paket teknologi dalam rangka
peningkatan efisiensi, produktivitas, serta daya saing UMKM.
(3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi, pemanfaatan
teknologi, informasi serta pelatihan kepada UMKM untuk mengembangkan
kompetensi SDM UMKM, sehingga dapat mengembangkan usahanya secara
berkesinambungan.
(4) Mengembangkan penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan
pengembangan kelembagaan, pengembangan usaha, pengembangan
teknologi, pengembangan SDM UMKM, serta model-model pengembangan
alternatif untuk UMKM.
(5) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi pemberdayaan UMKM dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah lainnya, Dekopinda,
Asosiasi UKM/KADIN.
(6) Melaksanakan advokasi kebijakan pemerintah dalam rangka menumbuhkan
iklim berusaha yang kondusif, dan pemberian dukungan perkuatan bagi UMKM.
d. Perbankan
(1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan pembiayaan
UMKM dalam pengembangan usahanya, serta merumuskan dan
menyampaikan program pemberdayaannya kepada pemerintah dan lembaga
lain yang relevan.
(2) Mengembangkan paket pembiayaan dan permodalan untuk mengembangkan
usaha UMKM, termasuk pengembangan pola dan model pembiayaan alternatif
berbasis syariah. Pembiayaan basis syariah sangat relevan dengan visi dan
misi pembangunan di banyak kabupaten/kota tersebut.
(3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi dan pelatihan
pemanfaatan pembiayaan dan permodalan untuk pengembangan usahanya
secara berkesinambungan
(4) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi perkembangan pembiayaan UMKM dengan pihak Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah Daerah, instansi
pemerintah lainnya, asosiasi Pengusaha UMKM dan lembaga swadaya
masyarakat.
3. Rekomendasi Khusus Pengembangan KPJU Unggulan
Dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta titik kekuatan dan titik kritis
setiap KPJU unggulan, telah direkomendasikan dalam FGD dan Indepth Interview
sejumlah rencana aksi, baik strategis (jangka panjang dan menengah) maupun taktis
(jangka pendek), kepada pelaku UMKM, Instansi Pemerintah Terkait, dan Perbankan
(terlampir).
Abdullah, Raihanah (2008), “Research Methodology”. (Kertas Kerja pada Research Methodology Course di APIUM Malaysia, 26 Juli 2008).
Anderson, James E. (2000), Public Policy Making. London : ELBS dan MacDonald dan Evans.
Awang, Idris (2008), “Research Methodology”. (Kertas Kerja pada Research Methodology Course di APIUM Malaysia, 12 Juli 2008), h.3.
Bank Indonesia (2007), Penelitian Pengembangan Komoditas Unggulan UMKM di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007. Jakarta: Bank Indonesia.
Dwidjowijoto, Rian Nugroho (2006), Kebijakan Publik untuk Negara-Negara Berkembang. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pearce, Jhon A. dan Richard B. Robinson Jr. (1996), Strategic Management (terj.) Maulana, Agus (1997) Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Binarupa Aksara.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (2011). Investment Opportunities For industri and Trading Service In : South Sulawesi.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (2012). Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Tahun 2012.
Peniwati, Kirti (2008), “The Analytic Hierarchy Process vs The Analytic Network Process” (Kertas kerja Kertas Kerja pada Simposium Nasional ke-5 Metodologi Analytical Hierarchy Process di Universitas Diponegoro Semarang, 14 Mei 2008), h.1-2
Saaty, Thomas L. (1980), The Analytic Hierarchy Process. Pennsylvania : University of Pennsylvania.
_________________ (1986), Decision Making for Leaders. The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World (terj.) L. Setiono dan K. Peniwati (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Widjajakusuma, Muhammad Karebet (2000), “Analitycal Hierarchy Process Bagi Pengambilan Keputusan, Aplikasinya Sebagai Metode Analisis dalam Baseline Economic Survey” (Kertas kerja Pada Pelatihan Pemberdayaan Sektor Riil/UMKM untuk Kantor Bank Indonesia seluruh Indonesia, Jakarta, 14 Juni 2008).
________________ (2008), “Perumusan Isu-isu Strategis dan Strategi Advokasi Polisi Syariat Islam di Nanggroe Aceh Darussalam 2008-2012” (Kertas Kerja pada Simposium Nasional ke-5 Metodologi Analytical Hierarchy Process di Universitas Diponegoro Semarang, 14 Mei 2008).
Wheelen, T.L. dan J.D. Hunger (2000), Strategic Management and Business Policy: Entering 21st Century. New Jersey: Prentice Hall-Upper Saddle River.
Wright, Peter, Mark J. Kroll, dan Jhon A. Parnell (1996), Strategic Management: Concepts and Cases. New Jersey: Prentice Hall International.
Yusanto, Muhammad Ismail dan Muhammad Karebet Widjajakusuma (2003), Manajemen Strategis Perspektif Syariah. Jakarta: Khairul Bayan.
Pustaka Berbasis Web
bone-geographical.blogspot.com/2012/08/. Kabupaten Soppeng. (Diakses 29 September 2012)
bulukumbakab.bps.go.id/. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. (Diakses 29 September 2012)
distanak.pinrangkab.go.id/. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang. (Diakses 29 September 2012)
id.wikipedia.org (Diakses 26 September 2012)
infopublik.kominfo.go.id. Geliat Pertanian Kabupaten Jeneponto. (Diakses 29 September 2012)
infosulawesiselatan.blogspot.com. Kabupaten Luwu Utara. (Diakses 29 September 2012)
jakarta.okezone.com. 8 Ribu Kg Target Awal Tambang Emas Luwu. (Diakses 29 September 2012)
kelurahanbentengselatan.blogspot.com. Visi Misi Kabupaten Kepulauan Selayar (Diakses 29 September 2012)
komunitas.torajaland.com. Potensi Kabupaten Toraja Utara. (Diakses 29 September 2012)
luwuutarakab.bps.go.id. Badan Pusat Statisti Kabupaten Luwu Utara. (Diakses 29 September 2012)
makassarkota.go.id.Makasar dalam angka 2010. (Diakses 30 September 2012)
makassar.tribunnews.com. Bone Layak Dapat Pengahragaan di Bidang Ternak. (Diakses 30 September 2012)
makassar.tribunnews.com. Warga Bone Temukan Tambang Emas dan Berlian. (Diakses 30 September 2012)
makassar.tribunnews.com. Benih bibit ikan kami bersertifikat lho. (Diakses 30 September 2012)
new.enrekangkab.go.id. Situs Resmi Kabupaten Enrekang. (Diakses 28 September 2012)
organisasi.org. (Diakses 29 September 2012)
palopokota.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kota Palopo. (Diakses 30 September 2012)
potensidaerah.ugm.ac.id. (Diakses 27 September 2012)
regionalinvestment.bkpm.go.id Potensi Daerah. (Diakses 28 September 2012)
scriptintermedia.com.. Profil Kabupaten Jeneponto. (Diakses 28 September 2012)
selayarkab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kabupaten Selayar. (Diakses 28 September 2012)
sinjaikab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sinjai. (Diakses 28 September 2012)
soppengkab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kabupaten Soppeng. (Diakses 28 September 2012)
sulsel.bps.go.id. Perkembangan Pariwisata Dan Transportasi Sulawesi Selatan Maret 2012. ( Diakses 27 September 2012)
v2.gowakab.go.id/. Pemerintah Kabupaten Gowa. Badan Pusat Statistik Kabupaten Selayar. ( Diakses 27 September 2012)
www. arantoding-torajahomeland.blogspot.com. Toraja Homeland. (Diakses 27 September 2012)
www.bahasa.makassarkota.go.id. Pemerintah Kota Makasar. (Diakses 27 September 2012)
www.bantaengkab.go.id.Kabupaten Bantaeng Segera Membangun Pabrik Pengolahan Nikel. (Diakses 27 September 2012)
www.bappenas.go.id. Pembangunan Wilayah Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. (Diakses 26 September 2012)
www.barrukab.go.id/. Pemerintah Kabupaten Barru. (Diakses 27 September 2012)
www.batukar.info/komunitas/articles/mewujudkan-makassar-sebagai-kota-dunia-berlandaskan-kearifan-lokal. (27 September 2012)
www.bi.go.id. Profil Provinsi Sulawesi Selatan. (Diakses 26 September 2012)
www.bkprs-news.com. Peluang Investasi Sulsel. (Diakses 27 September 2012)
www.bluestallion.co.za/expertchoice.htm. Expert Choice V11.5. Expert Choice Inc. USA
www.bulukumbatourism.com. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bulukumba. (Diakses 30 September 2012)
www.expertchoice.com. Expert Choice 2000. Expert Choice Inc. USA
www.infoindo.com. Kadis Pertanian Heran Parepare Produksi Jagung. (Diakses 27 September 2012)
www.luwuutara.go.id. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. (Diakses 30 September 2012)
www.luwutimurkab.go.id. Website Kabupaten Luwu Timur. (Diakses 28 September 2012)
www.maroskab.go.id. Pemerintah Kabupaten Maros. (Diakses 28 September 2012)
www.pangkepkab.go.id. Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. (Diakses 29 September 2012)
www.pareparekota.go.id. Pemerintah Kota Pare-pare. (Diakses 29 September 2012)
www.pinrangkab.go.id/new/. Pemerintah Kabupaten Pinrang. (Diakses 29 September 2012)
www.sidenrengrappangkab.go.id/pertanian.html.Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang. (Diakses 30 September 2012)
www.sinjaikab.go.id/v1/home. Pemerintah Kabuapaten Sinjai. (Diakses 27 September 2012)
www.sinjai.go.id. Pemerintah Kabupaten Sinjai. (Diakses 29 September 2012)
www.sulsel.go.id/. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. (Diakses 26 September 2012)
www. tabloidsinartani.com/4-sukses-pembangunan-pertanian-di-pinrang.html. 4 Sukses Pembangunan Pertanian Pinrang. (Diakses 26 September 2012)
www.takalarkab.go.id/. Pemerintah Kabupaten Takalar. (Diakses 28 September 2012)
www.tanatorajakab.go.id. Pemerintah Kabupaten Tana Toraja. (Diakses 29 September 2012)
www.telukbone.org. Teluk Bone. (Diakses 28 September 2012)
www.torajautarakab.go.id. Pemerintah Kabupaten Toraja Utara. (Diakses 30 September 2012)
www.torajacybernews.blogspot.com/2011/01/toraja-utara-kembangkan-kerbau belang.html. (Diakses 30 September 2012)
www.wajokab.go.id. Pemerintah Kabupaten Wajo. (Diakses 30 September 2012)