petunjuk praktikum fartok 2014

22

Upload: newsaranew

Post on 18-Jan-2016

100 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Petunjuk Praktikum Fartok 2014
Page 2: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

Pengaruh induksi dan penghambatan enzim terhadp efek farmakologik dan toksisitas cukup besar, sehingga perlu diperhatikan oleh para praktisi. Sebagai contoh pemberian fenobarbital bersama-sama dengan warfarin akan mengurangi efek antikoagulansianya. Demikian pula pemberian simetidin suatu antagonis reseptor H-2 akan menghambat aktivitas sitokrom P-450 dalam memetabolisis obat-obat lain.

Pengetahuan tentang pengaruh induktor dan inhibitor enzim terhadap laju metabolisme obat akan sangat membantu dalam memperkirakan perubahan-perubahan yang terjadi pada efek farmakodinamiknya.

Bahan dan dosis pemberian:1. Pentobarbital (50 mg/kg BB, i.p., dosis tunggal)2. Fenobarbital (80mg/kg BB, i.p., q24jam, untuk 3 hari)3. Simetidin (80mg/kg BB, p.o., 1 jam sebelum pemberian pentobarbital)Alat: Spuit injeksi; spuit oral; dan stopwatch.Hewan uji: mencit.Cara kerja:1. Setiap subkelompok mendapat 3 ekor mencit. 2. Mencit pertama (kontrol) pentobarbital saja: tanpa praperlakuan.3. Mencit kedua (induksi enzim): praperlakuan fenobarbital 3 hari berturut-turut setiap

24jam (disiapkan laboran).4. Mencit ketiga (inhibisi enzim): praperlakuan simetidin 1X 1 jam sebelum pentobarbital. 5. Semua mencit diberikan pentobarbital. Segera catat waktu mencit pertama kali

kehilangan refleks balik badan (righting reflect) dan waktu kembalinya refleks tersebut.6. Kumpulkan data seperti tabel di bawah ini. Hitung durasi pentobarbital berdasarkan data

refleks balik badan. Uji statistik dengan Anova (95%).

Tabel 2.4. Hasil Percobaan Induksi dan Inhibisi EnzimKelompok perlakuan

No Volume Pentotal

(ml)

Refleks balik badan Durasi(menit)Hilang Kembali

Kontrol 1234X

Induksi 1234X

Inhibisi 1234X

Tugas laporan sementara:1. Apakah yang dimaksud dengan induktor dan inhibitor enzim dan berikan contohnya

masing-masing 3 dengan obat yang dipengaruhinya! Jelaskan mekanisme kerja induktor dan inhibitor enzim?

2. Jelaskan pengaruh induktor dan inhibitor enzim terhadap efek farmakologi dan toksisitas obat!

3. Apakah yang dimaksud dengan auto-induction? 4. Jelaskan pengaruh kekurangan konsumsi asam-asam amino terhadap kapasitas enzim

yang berperan dalam metabolisme obat!

Page 3: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

Tugas laporan akhir:1. Urutkan 3 jenis perlakukan berdasarkan lama durasi refleks balik badan dari hasil

percobaan, bandingkan dengan teori, dan bahas. 2. Apakah induksi dan inhibisi enzim mempengaruhi onset obat?

Page 4: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

PERCOBAAN 3EFEK ANALGESIK

Tujuan:Memahami efek analgesik beberapa obat pereda nyeri dengan metode rangsang kimia.

Dasar Teori: Obat analgesik adalah obat atau senyawa yang bertujuan untuk mengurangi

atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Secara umum analgesik dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu analgesik narkotik dan analgesika non-narkotik.

Analgesik diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan oleh berbagai rangsang nyeri seperti rangsang mekanis, kimia dan fisis. Rasa nyeri tersebut disebabkan karena lepasnya mediator-mediator nyeri seperti bradikinin, prostaglandin atau serotonin dari jaringan yang rusak, yang kemudian akan merangsang reseptor nyeri di ujung saraf perifer atau tempat lain. Dari tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh syaraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan talamus.

Metode pengujian aktivitas suatu analgesik dilakukan dengan menilai kemampuan zat uji untuk menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan, seperti mencit atau tikus. Pada umumnya potensi daya analgesik dinilai pada hewan dengan menggunakan besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Anonim, 1991).

Turner (1965) membagi metode pengujian daya analgesik menjadi dua berdasarkan jenis analgesiknya sebagai berikut:1. Golongan analgesik narkotik

a. metode jepitan ekorb. metode pengukuran tekananc. metode rangsang panasd. metode potensi petidine. metode antagonis nalorfinf. metode kejang oksitosing. metode pencelupan pada air panas

2. Golongan analgesik non-narkotika. metode rangsang kimiab. metode pododolorimeterc. metode rektodolorimeter

Bahan dan Alat Percobaan: Bahan Alat

Hewan uji : mencit Spuit injeksi (0,1-1 ml)Larutan CMC Na 1% peroral Jarum oral (ujung tumpul)Suspensi asetosal 0,5% dalam CMC 1% dosis 10,1 mg/kgBB (dosis manusia)

Beker glass

Suspensi parasetamol 1% dalam CMC 1 % dosis 7,14 mg/KgBB (dosis manusia)

Stop watch

Larutan steril asam asetat 1%

Page 5: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

Cara Kerja:1. Setiap kelompok mendapat 15 mencit.2. Mencit I (kontrol), diberi larutan CMC1% p.o.3. Mencit II, diberi suspensi asetosal p.o.4. Mencit III diberi suspensi parasetamol p.o.5. Setelah 15 menit kemudian, seluruh mencit disuntik asam asetat 50 mg/kg BB

i.p..6. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki ditarik

ke belakang). Catat jumlah kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit.

7. Buat kurva mean kum geliat masing-masing perlakuan vs t (menit). 8. Hitung persen daya analgetik dengan rumus

% daya analgetik = 100 - (O/K x 100), di mana :O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgesikK = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC (kontrol)

9. Bandingkan daya analgetik asetosal dan jamu.

Catatan: Rangsang kimia tidak spesifik untuk uji analgetik. Bila suatu senyawa ditemukan positif terhadap rangsang kimia perlu dilanjutkan dengan uji analgetik yang lain sebelum disimpulkan mempunyai efek analgetik!

Page 6: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

PERCOBAAN 4EFEK ANTIINFLAMASI

Tujuan: memahami prosedur pengujian efek antiinflamasi suatu obat dengan metode Langford et.al..

Bahan dan Alat:Karagenin 1% dalam CMC 0,05ml subplantar

Jarum injeksi

Natrium Diklofenak 11,95mg/kgBB Jarum oralAquadest vol. 0,5 ml TimbanganHewan uji: mencit

Cara Kerja: (berdasarkan skripsi Esti Novita*, 2003 dengan modifikasi)

1. Mencit 6 ekor dibagi menjadi 2 kelompok dan diperlakukan aquadest (kontrol) dan diklofenak (perlakuan) per oral.

2. Setelah 15 menit pada kedua kelompok mencit, kaki kiri belakang mencit disuntik karagenin subplantar sementara kaki kanan belakang disuntik dengan spuit tanpa suspensi.

3. Tunggu 1 jam, mencit dikorbankan, kakinya dipotong pada sendi torsocrural, dan ditimbang. * induksi karagenin maksimal setelah 3 jam, percobaan ini memilih 1 jam untuk efisiensi.

4. Hitung daya antiinflamasi dengan rumus:

U –DDaya antiinflamasi (%) = ---------- X 100%

U

U = harga rata-rata berat kaki (kiri) kelompok kontrol dikurangi rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan atau kaki kanan)

D= harga rata-rata berat kaki kelompok perlakuan dikurangi rata-rata berat kaki normal (tanpa perlakuan)

5. Uji statistik daya antiinflamasi dengan statistik yang sesuai (tidak dikerjakan).

Tabel 5.1. Hasil Percobaan Daya Antiinflamasi Diklofenak vs AquadestNo Kontrol Diklofenak

Kaki kiri Kaki kanan

U Kaki kiri Kaki kanan

D

123X

Tugas laporan sementara:1. Apakah yang dimaksud dengan inflamasi dan bagaimana gejalanya?2. Apa saja yang dapat menyebabkan inflamasi?3. Sebutkan golongan obat yang dapat bekerja sebagai antiinflamasi, jelaskan

mekanisme kerjanya, dan berikan contoh obatnya!

Page 7: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

PERCOBAAN 5UJI KETOKSIKAN AKUT

I. TUJUANMahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, tata cara pelaksanaan, luaran,

dan manfaat uji ketoksikan akut sesuatu obat atau pestisida.

II. PENDAHULUANKetoksikan akut adalah derajad efek toksik sesuatu senyawa yang terjadi

dalam waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Batasan waktu singkat disini ialah rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian senyawa. Bila demikian, uji ketoksikan akut dapat ditakrifkan sebagai uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan atau dipejankan dengan dosis tunggal pada hewan uji tertentu, dan pengamatannya dilakukan selama masa 24 jam.

Tujuan utama uji ketoksikan akut sesuatu obat ialah untuk menetapkan potensi ketoksikan akut, yakni kisaran dosis letal atau dosis toksik obat terkait, pada satu jenis hewan uji atau lebih. Selain itu, uji ini juga ditujukan untuk menilai berbagai gejala klinis yang timbul, adanya efek toksik yang khas, dan mekanisme yang memerantarai terjadinya kematian hewan uji.

Jadi, dalam uji ketoksikan akut, data yang dikumpulkan berupa tolok ukur ketoksikan kuantitatif (kisaran dosis letal/toksik) dan tolok ukur ketoksikan kualitatif (gejala klinis, wujud, dan mekanisme efek toksik).

Tolok ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik, berturut-turut adalah dosis letal tengah (LD50) atau dosis toksik tengah (TD50). Yakni, suatu besaran yang diturunkan secara statistik, guna menyatakan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan uji. Terdapat tiga metode yang paling sering digunakan untuk menghitung harga LD50

yakni metode grafik Lithfield & Wilcoxon, metode kertas grafiik probit logaritma Miller dan Tainter, dan metode rata-rata bergerak Thompson-Well, yang pada dasarnya didasarkan pada kekerabatan antara peringkat dosis dan % hewan yang menunjukkan respons.

Pada dasarnya, uji ketoksikan akut sesuatu obat, merupakan salah satu mata rantai uji toksikologi, dalam kaitannya dengan penilaian keamanan obat terkait bila digunakan oleh manusia. Jadi, hasil uji ketoksikan akut, terutama potensi ketoksikannya (LD50), bersama-sama dengan hasil uji potensi keefektifannya (ED50) obat terkait. Selain itu, pengetahuan tentang potensi ketoksikan akut, juga dapat dimanfaatkan untuk merancang uji ketoksikan subkronis/kronis, maupun untuk memperkirakan dosis awal atau dosis terapi penelitian yang lain (5-10% LD50).

Berikut ini para mahasiswa akan diperkenalkan pada tata cara pelaksanaan baku uji ketoksikan akut sesuatu obat.

III. TATA CARA PELAKSANAAN1. Pemilihan hewan uji

Hewan uji yang digunakan sekurang-kurangnya dua jenis hewan, lebih disarankan empat jenis, terdiri dari roden dan nirroden, baik jantan maupun betina, satu galur, dewasa sehat, dan beratnya seragam (variasi yang diperbolehkan lebih kurang 10%).

Page 8: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

2. Pengelompokan hewan uji Sejumlah hewan uji terpilih, selanjutnya diadaptasikan di laboratorium paling

tidak selama satu minggu. Penimbangan berat badan dilakukan satu hari sebelum perlakuan. Kemudian hewan uji dibagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan jumlah peringkat dosis senyawa uji yang akan diberikan, ditambah satu kelompok kontrol negatif. Masing-masing kelompok uji, paling tidak terdiri dari lima ekor hewan.

3. Tata cara pemberian/pemejanan dosis sediaan ujiSedapat mungkin senyawa uji dipersiapkan sebagai sediaan larutan. Dosis

sediaan uji yang diberikan, paling tidak terdiri dari empat peringkat dosis, berkisar dari dosis tertinggi yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh hewaan uji, sampai dengan dosis terendah atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji, sampai dengan dosis terendah yang mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji (kisaran dosis diperkirakan menyebabkan 10-90% kematian hewan pada masa akhir uji).

Peringkat dosis terendah sampai tertinggi yang dipilih sebaiknya merupakan interval logaritma yang ajeg (kelipatan tetap). Untuk mempermudah penetapan peringkat dosis, seyogyanya dilakukan dahulu orientasi dengan interval log 0,6 atau antilognya (kelipatan tetap = 4). Bila peringkat dosis terendah dan tertingginya sudah ditemukan, selanjutnya peringkat dosis antaranya ditetapkan berdasarkan faktor interval atau kelipatan tetap yang lebih sesuai. Namun, bila yang diuji adalah obat tradisional (jamu), lebih baik dicoba dahulu dosis tertinggi tepat pada batas volume maksimum yang boleh diberikan pada hewan uji, karena pada umumnya sulit ditemukan harga LD50 aktual jamu.

Sediaan uji diberikan pada hewan uji paling tidak melalui jalur yang akan digunakan oleh manusia. Dalam hal ini, WHO (1966) menyarankan tiga atau lebih jalur pemberian. Dan kekerapan pemberiannya, hanya sekali selama masa uji.

4. Pengamatan Masa pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali pada kasus-kasus

tertentu dapat selama 7 – 14 hari. Kriteria pengamatan meliputi : (a) pengamatan fisik terhadap gejala-gejala

klinis (Tabel IV), (b) perubahan berat badan, (c) jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok uji, dan (d) histopatologi seluruh organ.

5. Analisis dan evaluasi hasil Data gejala-gejala klinis yang nampak pada fungsi vital, secara kualitatif

dipakai untuk mengevaluasi mekanisme penyebab kematian. Data hasil pemeriksaan histopatologi, digunakan untuk mengevaluasi spektrum efek toksik. Data jumlah hewan yang mati pada masing-masing kelompok, secara kuantitatif digunakan untuk menghitung LD50 mengikuti salah satu tata cara yang telah disebutkan dalam pendahuluan. Bila sampai dengan batas volume maksimum yang boleh diberikan pada hewan uji, dosis yang diberikan tidak menimbulkan kematian hewan uji (sering dijumpai pada pengujian obat tradisional), maka dosis tertinggi tersebut dinyatakan sebagai LD50 semu (LD50).

Page 9: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

Dari harga LD50 yang diperoleh, selanjutnya potensi ketoksikan akut senyawa uji dapat digolongkan menjadi :

Sangat tinggi, bila LD50 = < 1 mg/kgTinggi = 1-50 mg/kgSedang = 50-500 mg/kgSedikit toksis = 500-5000 mg/kgHampir tidak toksis = 5-15 g/kgRelatif tidak berbahaya = > 15 g/kg

IV. PERCOBAANUji ketoksikan akut pestisida (baygonⓇ/DDT)Tugas :

Pelajari uraian pada butir I–III dengan seksama. Kemudian buat rencana kerja uji ketoksikan akut pestisida pada mencit. Catatan :

Saudara akan menjalankan praktikum percobaan ini berdasarkan rencana kerja yang saudara susun. Dan kumpulkan rencana kerja tersebut pada pembimbing sebelum acara praktikum.

V. PUSTAKA ACUANBalazs, T. 1970, Measurement of Chronic Toxicity. In. paget, G.E. (Ed.). Methods in

Toxicology. Blackwell Scientific Publications : Oxfortd. Donatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan. Edisi I. PAU Pangan dan Gizi Universitas

Gadjah Mada : Yogyakarta. Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Tallarida, R.J. & Murray, R.B. 1981. Manual of Pharmacologic Calculations with Computer Programs. Springer-Verlag:New York.

Timbrell, J.A. 1989. Introduction to Toxicology (chapter 11). Taylor & Francis : London.

Turner, R.A., 1965. Screening Me3thods in Phamacology (chapter 5). Academic Press. New York.

World Health Organization. 1966. Principles for Preclinical Testing of Drug Safety. WHO Technical Report Series, No. 341. WHO Genewa.

World Health Organzation. 1978. Environtmental Health Criteria 6: Principles and Methods for Evaluating the Toxicity of Chemicals. Part I. WHO : Geneva.

Page 10: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

Tabel IV. Pemeriksaan fisik dalam uji ketoksikan akut pada rodenSistem organ Pengamatan &

pemeriksaan Tanda-tanda umum ketoksikan

SPP & somato motor

Perilaku Perubahan sikap terhadap pengamat, vokalisasi luar biasa, gelisah

Gerakan Kedutan, tremor, ataksia, katatonia, paralisis, konvulsi, keterpaksaan gerak

Kereaktifan terhadap aneka rangsangan

Keberangasan, kepasifan, anestesia, hiperastesia

Refleks serebral & spinal

Lemah, tidak

Tonus otot Kekakuan, kelembekanSistem saraf otonom

Ukuran pupil Miosis, midriasis

Sekresi Salivasi, lakrimasiPernafasan Sifat & laju nafas Bradipnea, dispneaKardiovaskular Palpitasi daerah

kardiakBradikardi, aritmia, denyut lebihkuat atau lemah

Saluran cerna Peristiwa Diare, sembelitPerut Flatulen, kontraksiKonstensi tinja Tidak terbentuk, warna hitam

Genitorinari Vulva, kelenjar meme

Bengkak

Penis ProlapDerah perineal Kotor

Kulit dan bulu rr Warna keutuhan Kelembekan, kemerahan, kelepuhan, piloereksi

Membran mukosa

Konjungtiva, mulut Kongesti, perdarahan, sianosis, kekuningan

Mata Kelompok mata PtosisBola mata Ebsoptalmus, nistagmusTransparansi Opositas

Lain-lain Tempat injeksi BengkakKondisi umum Perawatan abnormal, kurus

VI. PERTANYAANa. Jelaskan perbedaan tata cara perhitungan LD50 antara metode Miller & Tainter,

Thompson-Weil, dan Litchfield-Wilcoxon serta Farmakope Indonesia III!

b. Jelaskan tujuan, sasaran, luaran dan manfaat uji ketoksikan akut sesuatu obat?

c. Apa bedanya harga LD50 dengan LC50?

Page 11: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

PERCOBAAN 6UJI POTENSIASI

I. TUJUANMahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, tata cara pelaksanaan, luaran,

dan manfaat uji potensiasi senyawa.

II. PENDAHULUANUji potensiasi bertujuan untuk menentukan efek suatu senyawa dengan

adanya senyawa lain, yang kemungkinan akan meningkatkan ketoksikan salah satu senyawa terserbut. Pada uji potensiasi dapat diperoleh informasi tentang adanya kemungkinan peningkatan efek toksik suatu senyawa karena tercampur denganasenyawa lain. Banyaknya ragam zat toksik memungkinkan terjadinya potensiasi efek toksik.

Uji potensiasi dilakukan mengikuti tata cara uji ketoksikan akut. Bedanya hanya terletak pada jumlah senyawa uji. Untuk uji ketoksikan aku hanya melibatkan satu senyawa uji, sedangkan untuk uji potensiasi melibatkan dua atau lebih senyawa uji. Tolok ukur kuantitatif uji potensiasi adalah harga LD50 gabungan senyawa relatif terhadap LD50 masing-masing senyawa tunggal.

III. TATA CARA PELAKSANAAN DAN PERCOBAANUji potensiasi ketoksikan akut pestisida (baygonⓇ dan DDT)Tugas :

Buat rencana kerja uji potensiasi ketoksikan akut pestisida pada mencit. Catatan :

Saudara akan menjalankan praktikum ini berdasarkan rencana kerja yang saudara susun. Dan kumpulkan rencana kerja tersebut pada pembimbing sebelum acara praktikum..

IV. PUSTAKA ACUANDonatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan. Edisi I. PAU Pangan dan Gizi Universitas

Gadjah Mada : Yogyakarta. Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Dreisbach, R.H. 1980. Handbook of Poisoning (Chapter 16). 10th ed. Lange Medical Publications-Marugen Asia (Pte0 Ltd.: pasir Panjang.

Loomis, T.A. 1978. (Edisi terjemahan, Alih bahasa Imono Argo Donatus). Toksikologi Dasar (Bab XI),. Edisi III. IKIP Press: Semarang.

Page 12: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

PECOBAAN 7TERAPI ANTIDOTUM

I. TUJUANMahasiswa mampu memahami tujuan, sasaran, dan strategi terapi antidot,

berdasarkan contoh kemampuan air kelapa mengawaracunkan pestisida.

II. PENDAHULUANTerapi antidot ialah suatu tata cara yang secara khusus ditujukan untuk

membatasi intensitas efek toksik zat kimia atau untuk menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya, sehingga bermanfaat untuk mencegah bahaya selanjutnya. Bila disimak, takrif tersebut mengandung makna bahwa tujuan terapi antidot ialah membatasi penyebaran racun di dalam tubuh, sedang sasaran terapinya berupa penurunan atau penghilangan intensitas efek toksik.

Intensitas efek toksik sesuatu senyawa, bergantung pada keberadaan (besar kadar dan lama tinggal) senyawa terkait di tempat aksinya. Di mana keberadaan tersebut, ditentukan oleh keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi senyawa terkait. Bila demikian, upaya membatasi penyebaran racun, tentunya harus dikaitkan dengan ketiga proses tersebut. Karena itu, strategi terapi antidot diantaranya melibatkan penghambatan absorpsi dan distribusi, serta peningkatan eliminasi racun terkait.

III. TATA CARA PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN1. Bahan

Mencit, pestisida , air kelapa.

2. Pengelompokkan dan perlakuan terhadap hewan ujiDua puluh ekor mencit jantan, satu galur, berat badan seragam, umur 2-3

bulan, dibagi secara acak menjadi 4 kelompok sama banyak.

Kelompok I, hewan uji dipejankan pestisida secara peroral (dosis yang telah diperoleh pada percobaan 1), kemudian dicatat saat mulainya timbul efek toksik.

Kelompok II-IV hewan uji diperlakuan sama seperti kelompok I, kemudian dipejankan dengan air kelapa dengan tiga peringkat dosis secara peroral. Catat saat timbulnya efek toksik hingga terjadinya kematian.

4. Analisis dan evaluasi hasilBuatlah tabel yang berisi data purata waktu yang diperlukan untuk timbulnya

efek toksik setelah perlakuan masing-masing kelompok.Perbedaan waktu untuk masing-masing gejala antar kelompok perlakuan,

hitung secara statistik mengikuti tata cara varian pola searah, taraf kepercayaan 95%. Bila memungkinkan analisis statistik dilanjutkan dengan uji Tukey atau uji lain yang sejenis.

Page 13: Petunjuk Praktikum Fartok 2014

IV. PUSTAKA ACUANDonatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan. Edisi I. PAU Pangan dan Gizi Universitas

Gadjah Mada : Yogyakarta. Donatus, I.A. 2005. Toksikologi Dasar. Edisi II. Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Dreisbach, R.H. 1980. Handbook of Poisoning (Chapter 16). 10th ed. Lange Medical Publications-Marugen Asia (Pte0 Ltd.: pasir Panjang.

Loomis, T.A. 1978. (Edisi terjemahan, Alih bahasa Imono Argo Donatus). Toksikologi Dasar (Bab XI),. Edisi III. IKIP Press: Semarang.

PERTANYAANa. Apa saja strategi terapi yang dilakukan dalam penanganan keracunan? Jelaskan!

b. Tetapi antidot air kelapa pada keracunan pestisida termasuk strategi terapi yang mana? Mengapa demikian?

c. Apa yang menjadi penentu keberhasilan terapi antidot? Mengapa demikian?

d. Jelaskan hubungan antara intensitas efek toksik dan strategi terapi antidot?