petunjuk teknis mekanisme pembayaran dalam …€¦ · spp, mengisi check-list kelengkapan berkas...
TRANSCRIPT
PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PEMBAYARAN
DALAM PELAKSANAAN APBN TAHUN 2005
SURAT EDARAN Nomor : SE/11/S.PAN/8/2005
KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Daftar lsi
Halaman
DAFTAR lSI ............................................................................. .
SURAT ED A RAN ...................................................................... .
I. UMUM
II. PROSEDUR PENERBITAN SPM OLEH PAIKUASA PA ... 3
Ill. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH
PENCAIRAN DANA (SP2D) ............................................. 12
IV PELAPORAN REALISASI APBN ... . . ........ ................ .......... 12
V LAIN-LAIN ....................................................................... 13
LAMPIRAN I ................................................................... 14
LAMPIRAN II .................................................................. 15
LAMPIRAN Ill ................................................................. 16
KEMENTERIAN NEGARA
PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
SURAT EDARAN Nomor : SE/11/S.PAN/8/2005
TENTANG PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PEMBAYARAN
DALAM PELAKSANAAN APBN TAHUN 2005
Dalam rangka melaksanakan APBN Kementerian Negara PAN Tahun 2005, dengan ini kami sampaikan petunjuk pelaksanaan Mekanisme sistem pembayaran dalam pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2005, sebagai berikut
I. UMUM
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara selaku Pengguna Aggaran menyusun dokumen pelaksanaan anggaran (Daftar lsian Pelaksanaan Anggaran, (DIPA) Kementerian) berdasarkan alokasi anggaran yang diterima dan menyampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk memperoleh pengesahan.
Berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh BUN :
a. Pengguna Anggaran (PA/Kuasa Pengguna Anggaran (Kuasa PA) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sesuai rencana kerja yang telah ditetapkan dan telah dituangkan dalam DIPA. Untuk
1
membayar tagihan (pengeluaran) akibat kegiatan yang diselenggarakannya, PA/Kuasa PA berhak memerintahkan kepada BUN/Kuasa BUN untuk melakukan pembayaran tagihan dimaksud atas beban APBN, dengan ketentuan bahwa pembayaran tagihan hanya dapat dilakukan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA berkenaan.
b. BUN melakukan kompilasi rencana penarikan dana dan rencana pendapatan yang diperkirakan dapat diterima tiap-tiap satuan kerja yang merupakan bagian dan DIPA, dalam suatu daftar rencana pengeluaran dan pendapatan APBN Tahun Anggaran 2005. Kompilasi dilakukan dalam rangka penyusunan berdasarkan rencana arus kas Pemerintah dalam Tahun Anggaran 20005. Selanjutnya, berdasarkan rencana arus kas dimaksud, BUN mengupayakan ketersedian dana dalam jumlah cukup setiap saat diperlukan guna menjamin terlaksananya pembayaran yang harus dilakukan sehubungan dengan penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) oleh para PA/Kuasa PA.
c. Pelaksanaan APBN dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai pengadaan barang dan/atau jasa yang saat ini masih berlaku, yaitu Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003
Pembayaran dilakukan melalui SPM yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA dan/atau pejabat yang diberi kewenangan untuk menerbitkan SPM sesuai format tersebut dalam Lampiran I Surat Edaran ini. SPM ditandatangani oleh PA/Kuasa PA dan/atau pejabat yang diberi kewenangan menandatangani SPM, dan disampaikan kepada KPPN, sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara.
Berdasarkan SPM tersebut, KPPN selaku Kuasa BUN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai format tersebut dalam Lampiran II Surat Edaran ini yang ditujukan kepada Bank Operasional sebagai realisasi pembayaran.
2
II. PROSEDUR PENERBITAN SPM OLEH PA/KUASA PA
A. Penetapan Pejabat Kuasa PA dan Penandatanganan SPM Pada setiap awal tahun anggaran, Menteri Negara PAN selaku PA menerbitkan Keputusan tentang penunjukan
a) Pejabat Kuasa PA untuk satuan kerja;
b) Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja/Pejabat Pembuat Komitmen;
c) Penanggung jawab kegiatan;
d) Koordinator Administrasi;
e) Panitia Pengadaan Barang dan Jasa;
f) Pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani SPM;
g) Bendahara Pengeluaran.
h) Pembantu Bendahara Pengeluaran;
Asli Surat Keputusan II.A. huruf a, b, f, dan g dimaksud disampaikan kepada Kepala BPPN selaku Kuasa BUN setelah dilengkapi dengan bukti identitas pejabat yang bersangkutan yang meliputi: nama, NIP/NRP, pangkat/Gol, Ruang, Jabatan, kantor/satuan kerja, cap/stempel kantor/satuan kerja, dan spesimen tanda tangan.
B Pembuatan Komitmen
Kepala Kantor selaku Kuasa PA, dalam hal ini Sekretaris Menteri melakukan koordinasi dalam rangka pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dalam DIPA sesuai dengan kewenangannya. Kuasa PA juga membuat keputusan-keputusan kepegawaian (seperti pengangkatan pertama pegawai, pengangkatan pegawai dalam jabatan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala, mutasi pegawai, surat perintah dll);
3
Pejabat Pembuat Komitmen dan/atau Penanggung jawab kegiatan, dalam hal ini para Deputi atau pejabat yang ditunjuk, melaksanakan rencana kerja yang ditetapkan dalam DIPA, membuat keputusankeputusan yang terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi. Pejabat Pembuat Komitmen selanjutnya melaksanakan kegiatan administrasi, antara lain menandatangani kontrak/ keputusan, sesuai dengan rencana kerja yang ditetapkan pada masing-masing program.
Panitia Pengadaan Barang/Jasa membuat rencana kegiatan yang menyangkut pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada program yang ditetapkan. Keputusan-keputusan atau tindakan dalam rangka pengadaan barang dan jasa antara lain kontrak jual beli, Surat perintah kerja, dll. Panitia pengadaan barang dan jasa bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari kontrak/keputusan tersebut.
C. Penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
1. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan secara tertib dan memenuhi ketentuan yang diperjanjikan baik dalam spesifikasi, teknis maupun dalam jadwal/waktu penyelesaian. Penyiapan bahan SPP dilaksanakan oleh Koordinator Administrasi (Kormin) dibantu oleh Pembantu Bendahara. Pembantu Bendahara melakukan pemeriksaan dan pengelompokan MAK serta mengawasi pagu yang tersedia.
2. Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan
Pada setiap tahap penyelesaian pekerjaan perlu dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam suatu dokumen Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan.
4
3. Pembuatan Berita Acara.
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan
harus memuat sekurang-kurangnya identitas pekerjaan
(yang meliputi kantor/satuan kerja pengelola pekerjaan,
nomor dan tanggal kontrak kerja, tempat/lokasi pekerjaan,
besar nilai kontrak, nomor dan tanggal DIPA yang menjadi
dasar pembuatan dan/atau ditunjuk dalam kontrak), tahap
penyelesaian pekerjaan (termin), pernyataan kesaksian atas
prestasi kerja yang telah diselesaikan, dan rekomendasi
pembayaran hak/tagihan atas penyelesaian pekerjaan.
Berita Acara dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap
5 (lima) dan disampaikan kepada para pihak yang melakukan
kontrak (masing-masing satu berkas), dua berkas (asli dan
tindasan) kepada penerbit SPM (sebagai Surat Permintaan
Pembayaran), dan berkas untuk disimpan oleh pejabat
pelaksana pemeriksaan pekerjaan yang bersangkutan.
4. Syarat Kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian
Pekerjaan, Pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan segera membuat dan menyampaikan SPP kepada
PA/Kuasa PA (selaku Pemberi Kerja) untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pejabat Penerbit SPM berkenaan. SPP
sekurang-kurangnya harus memuat :
a) Nomor dan Tanggal DIPA yang dibebankan,
b) Nomor dan Tanggal Kontrak,
c) Nilai Kontrak,
d) Jenis/Lingkup Pekerjaan,
e) Jadwal/lingkup Pekerjaan,
f) Nilai Pembayaran yang
5
g) ldentitas penerima pembayaran (Nama, kuitansi yang
diisi dengan nilai pembayaran yang diminta, dan asli
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan dan Berita Acara
Pemeriksaan Hasil Pekerjaan).
D. Penerbit SPM
Segera setelah menerima SPP, Pejabat penerbit SPM melakukan
kegiatan penerbitan SPM melalui mekanisme sebagai
berikut :
1. Penerima dan Pengujian SPP
Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas
SPP, mengisi check-list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya
dalam buku pengawasan penerimaan SPP kemudian
menyerahkan tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya,
petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada
Pejabat Penguji SPP untuk melakukan pengujian sebagai
berikut :
a. memeriksa acara rinci keabsahan dokumen pendukung
SPP sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. memeriksa ketersedian pagu anggaran dalam DIPA untuk
memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui
batas pagu anggaran.
c. memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan
hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja.
d. memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut
antara lain :
1) pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran
(nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening
dan nama bank),
6
2) nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan/atau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak. berkenaan), dan
3) jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA dan/atau ketetapannya terhadap jadwal waktu pembayaran guna meyakinkan bahwa tagihan yang harus dibayar belum kadaluwarsa).
2. Penetapan SPM
Setelah melakukan pengujian SPP, SPM diterbitkan sekurangkurangnya dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan :
a. lembar kesatu dan lembar kedua disampaikan kepada KPPN Pembayar, dan
b. lembar ketiga sebagai pertinggal pada kantor/satuan kerja yang bersangkutan.
SPM yang diterbitkan dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh pejabat yang diberi kewenangan. lnstansi penerbit SPM harus menyampaikan kepada KPPN nama spesimen tanda tangan pejabat yang diberi kewenangan untuk menandatangani SPM, dan cap dinas instansi penerbit SPM.
E. Jenis Pembayaran
Pembayaran pada dasarnya dilakukan secara langsung melalui penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS). Untuk keperluan tertentu yang tidak dapat dan/atau tidak memungkinkan dilakukannya pembayaran secara langsung (menggunakan prosedur SPM-LS) sesuai ketentuan/batasan yang diatur secara khusus, pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan
7
uang persediaan, melalui mekanisme penerbitan SPM-UP (Surat Perintah Membayar Uang Persediaan).
1. Proses penerbitan SPM-LS
a. Pengertian Pembayaran Langsung
1) Yang dimaksud Pembayaran Langsung adalah pelaksanaan pembayaran yang dilakukan oleh KPPN kepada pihak yang berhaklrekanan berdasarkan SPMLS yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA atas nama pihak yang berhak sesuai bukti pengeluaran yang sah;
2) Pembayaran Langsung dilakukan untuk keperluan pembayaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh rekanan/pihak ketiga dan/atau atas pembayaran dalam rangka pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
3. Pembayaran Langsung dilakukan untuk pembayaran Gaji dan Belanja Pegawai lainnya. Khusus Gaji lnduk, SPMnya harus sudah diterima KPPN setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan oleh Seksi Bank/Giro Pos terkait dengan kelengkapan dan kebenaran tagihan yang diajukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero).
b. Penyampaian SPM-LS
1) SPM-LS disampaikan oleh PA/Kuasa PA disertai dengan bukti pengeluaran yang sah;
2) SPM-LS dibuat atas beban MAK yang tersedia kreditnya pada DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA bersangkutan;
8
3) Semua bukti pengeluaran harus terlebih dahulu disetujuilditandatangani oleh kepala kantorlsatuan kerja atau pejabat yang ditunjuk. Pejabat yang menandatangani danlatau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN bertanggungjawab sepenuhnya atas kebenaran material dan akibat yang timbul dan penggunaan surat bukti dimaksud;
4) PAIKuasa PA, dalam menerbitkan SPM-LS harus memperhitungkan pajak-pajak yang timbul danlatau harus dibayar sebagai akibat pengeluaran yang dilakukan;
5) Pada SPM-LS dilampirkan bukti yang sah dalam rangkap dua (asli dan tindasan) sesuai dengan peruntukan pembayaran, a.l :
(a) Untuk belanja pegawai dilengkapi dengan :
Daftar Gaji I Gaji Susulan I Kekurangan GajillemburiHonor dan Vakasi
Surat Setoran Pajak (SSP) untuk Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang telah ditandatangani oleh Pejabat penandatanganan SPM;
(b) Untuk belanja lainnya diluar belanja pegawai dilengkapi dengan :
Kontrak/SPK Pengadaan BarangiJasa;
Surat pernyataan kepala kantorlsatuan kerja atau pejabat lain yang ditunjuk mengenai penetapan rekanan pemenang;
Berita Acara penyelesaian Pekerjaanlberita Acara Serah Terima Pekerjaan dan Berita
9
Acara Pemeriksaan Penyelesaian Hasil Pekerjaan;
Kuitansi yang disetujui oleh kepala kantor/satuan kerja sebagai PA/Kuasa PA atau pejabat lain yang ditunjuk;
Faktur pajak beserta SSP-nya yang telah ditandatangani oleh Pejabat Penandatanganan SPM dan Wajib Pajak;
Jaminan bank
2. Pembayaran melalui Uang Persediaan
a. Bendahara Pengeluaran
Untuk membantu pengelolaan uang persedian, Menteri Negara PAN menunjuk pejabat pembantu bendahara. Di dalam pelaksanaan tugasnya Pembantu Bendahara bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran.
1) Prosedur Penggunaan Uang Persediaan
a) PA/Kuasa PA menerbitkan SPM-UP berdasarkan alokasi dana dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan aggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA atas permintaan dari Bendahara Pengeluaran yang dibebankan pada Mata Anggaran Keluaran (MAK) untuk pengeluaran transito.
b) KPPN, berdasarkan SPM-UP dimaksud pada angka 1 di atas menerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk dalam SPM-UP.
c) Penggunaan Uang Persediaan selanjutnya menjadi tanggung jawab Bendahara Pengeluaran.
10
d) Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali UP segera setelah UP dimaksud digunakan.
e) Pengisian kembali Uang Persediaan dilakukan dengan mengajukan SPM-GU kepada KPPN Pembayar dengan melampirkan bukti-bukti penggunaan pengeluaran yang sah.
f) Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan sesuai bukti-bukti yang sah dibebankan pada mata anggaran (MAK) definitif sesuai pagu MAK yang tersedia.
g) Pembebanan dimaksud pada butir f di atas mengurangi kredit/pagu anggaran dalam DIPA.
h) Penggunaan dan penggantian Uang Persediaan dapat dilakukan sepanjang pagu anggaran dalam DIPA atau dokumen pelaksanaan anggaran lainnya yang dipersamakan dengan DIPA yang dapat dibayarkan melalui prosedur SPM-UP masih cukup tersedia.
i) Sisa Uang Persediaan yang terdapat pada akhir tahun anggaran harus disetor kembali ke Rekening Kas Umum Negara selambat-lambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan. Setoran Sisa Uang Persediaan dimaksud, oleh KPPN dibukukan sebagai pengembalian uang persediaan sesuai mata anggaran yang ditetapkan.
2) Petunjuk pelaksanaan Uang Persediaan
Uang Persediaan dapat diberikan dalam batas-batas sebagai berikut :
a) Jenis belanja/biaya yang dapat dimintakan Uang persediaan
11
Uang Persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran
belanja Barang yaitu MAK 521111, 521119, 521211,
5221, 523112, 523121, 523122,.
b) Uang Persediaan dapat ditingginya sebesar
Rp. 5.000.000 (rupiah)
c) Pengecualian terhadap hal-hal yang diatur pada
butir 2) a) dan 2) b) dapat dilaksanakan setelah
mendapat persetujuan :
1 ). Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk lnstansi
Pusat;
2). Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan
untuk lnstansi Vertikal.
Ill. PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA
(SP2D)
SPM disampaikan oleh PA/Kuasa PA melalui penerimaan SPM.
Selanjutnya dilakukaol pemeriksaan atas kelengkapan berkas SPM,
mengisi check-list, mencatat dalam buku pengawasan penerimaan
SPM dan menyerahkan tanda terima. Selanjutnya, SPM diproses
lebih lanjut untuk diterbitkan SP2D oleh KPKN.
IV. PELAPORAN REALISASI APBN
1. Penanggung jawab kegiatan wajib membuat Laporan
Pertanggungjawaban setiap kegiatan, yang menyangkut substansi,
keluaran yang ingin dicapai serta outcome yang diharapkan.
Untuk kepentingan pemeriksaan, Penanggung jawab kegiatan
wajib membuat laporan kegiatan pada setiap pengeluaran
anggaran.
2. Koordinator Administrasi wajib menyelesaikan kelengkapan
administrasi pertanggungjawaban kegiatan.
12
3. Kepala kantor/satuan kerja membuat Laporan Bulanan Realisasi Anggaran yang dikelolanya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga secara berjenjang melalui Unit Akuntansi sesuai ketentuan· yang berlaku.
V. LAIN-LAIN
1. Mekanisme Pembayaran ini berlaku sejak ditetapkan
2. Mekanisme Pembayaran pada akhir tahun anggaran diatur secara khusus oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Ditetapkan Di Pada Tanggal
Jakarta 2 Agustus 2005
Sekretaris Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Selaku Kuasa Pengguna Anggaran,
Prapto Hadi
13
..... -'="
Lampi ran I : SE/11 /S.PAN/8/2005 Tanggal : 2 Agustus 2005
BAGAN ALIR PROSES PEMBAVARAN KEPADA REKANAN (SPP-LS)
Penanggung Pembuat ! Pembantu ! Penguji ! Bendahara Penerbit Jawab Komitmen : Bendahara : Tagihan : Pengeluaran SPM
I Koordinasi I ; I Koordinasi I I I •' ,I
SK SPK
Kontrak Term in
• BA PK • BA PB • BAST
Bukti Tagihan
' ' ' ' ' '
Draft ' '
SPP-LS : ' '
j Benar '
: ' '
Draft '
SPM-LS : ' '
Salah
Kormin
...... Draft (.11
• ST • DN
Lampiran II : SE/11/S.PAN/8/2005 Tanggal : 2 Agustus 2005
BAGAN ALIR PROSES PENGAJUAN PERJALANAN DINAS SPP-LS
: Penanggung Pembuat
Jawab Komitmen 1 Koordinasi I
Pembantu : Penguji Bendahara : Tagihan
[ Koor~inasi 1
Bendahara Pengeluaran
Draft SPP-LS
;-------.,...._, SPP-LS
Draft SPM-LS
Penerbit SPM
SPM-LS
~
0)
Lampiran Ill : SE/11/S.PAN/8/2005 Tanggal : 2 Agustus 2005
BAGAN ALIR PROSES PEMBAYARAN SPP-GU Penanggung
Jawab Pembuat Komitment
Koordinasi
~ L:Y
!
Daftar honor Kwitansi
Pembantu ' ' ' ' Penguji
Bendahara : Tagihan Bendahara
Pengeluaran
I Koo7Jinasl I Setuju dibayar
Draft SPP-GU
Pembebanan
4 I Salah
.....___~a I
~ ' ' '
Draft ' '
SPM-GU ' ' ' ' '
' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '
Penerbit SPM
SPM-GU
PERPUSTAKAAN
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi
Jl. Jend. Sudirman Kav. 69 Jakarta Selatan
TANGGAL KEMBALI II TANGGAL KEMBALI