peutjoet (kerkhof)

40
•JUrA"" Scri Infonnasi Sejarah ' No. 55/2017 TTTTT PEUTJOET (KERKHOF) inl ML

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEUTJOET (KERKHOF)

•JUrA""

Scri Infonnasi Sejarah ' No. 55/2017

TTTTT

PEUTJOET (KERKHOF)inl

ML

Page 2: PEUTJOET (KERKHOF)

SERIINFORMASISEJARAH No. 55/2017

PEUTIOET (KERKHOF)

Nasrul Hamdani

Kemonterian Pendidikan dan KcbudayaanBalai Pelestarian Nilai Budaya Aceh

Banda Aceh

2017

Page 3: PEUTJOET (KERKHOF)

Nasrul Hamdani

Peutjoet CKerkhof]: Dahulu, Kini dan Nanti

Sen Informasi Sejarah No. 55/2017

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarangmemperbanyak dan/atau mengutip sebagianatau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun

tanpa izin tertulis dari penulis.

Pengarah : Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh,Irini Dewi Want! S.S. MSP.

Penata letak : Nasrul Hamdani

Desain sampul : AnggaPenyunting : Drs. Rusdi SufiGambar depan : busy.org/news/@steemfuad

chaurusnography.files.wordpres.simg-kerkhof.jpg

Penerbit

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) AcehJin. Twk. Hasyim Banta Muda No. 17 Kampung MuliaTelp./Faks. 0651-23226, Banda Aceh 23123www.bpsnt-bandaaceh.com

Cetakan Pertama, 2017 i

■ ■ ■

ISBN No. 978-602-9457-66-7 ^ •*.

Isi di luar tanggung jawab percetakan. . .

Page 4: PEUTJOET (KERKHOF)

SAMBUTAN

KEPALA BALAl PELESTARIAN NILAI BUDAYA ACEH

Cerita tentang Perang Belanda di Aceh telah menjadi ceritautama dalam sejarah Indonesia sebelum beralih pada ceritapergerakan nasional. Perang paling panjang dalam sejarah kolonialini berdampak luas, ditandai dengan jumlah korban perang yangtakterhitung pasti serta ingatan kolektif yang memantulkan betapaperang meninggalkan luka mendalam bagi orang Aceh juga Belanda.

Penerbitan Seri Informasi Sejarah berjudul Peutjoet[Kerkbof]: DohuJu, Kini dan Nanti ini bertujuan memberi suatupandangan sejarah mengenai tinggalan perang di masa lalu seitabagaimana memandang peperangan itu dari perspektif masa kini.Pandangan ini jadi motivasi kita untuk dapat berdamai denganmasa lalu, menatap masa depan tanpa melupakan peristiwa perangdan akibat yang timbul.

Semoga buku kedl ini memberikan keterangan tambahanbaru sekaligus mendorong kesadaran bahwa Peutjut Kerkhof, buktikonkret Perang Belanda di Aceh itu harus dijaga kelestarian dankesinambungannya. Bukan dipandang sebagai deretan nisan yangmembisu tetapi titik temu penaut kenangan orang Aceh [Indonesia]dan Belanda dengan masa lalunya sekaligus visi bahwa kehidupanorang Aceh, terutama karena sejarah berperang melawan Belandaitu harus jadi lebih baik.

h, Desember 2017NB Aceh

ANU S.S., MSP.31996012001

Page 5: PEUTJOET (KERKHOF)

DARIPENULIS

Istilah Peutjoet dan /cer/c/jo/semula merupakan dua hal yangberbeda. Semula, dua istilah dalam bahasa Aceh dan Belanda itusaling takterhubung tetapi kelak bersanding menjadi PeutjoetKerkhof pada 1883/1893 sebagai nama bagi kompleks pemakamanbagi lebih dari 2.200 prajurit Belanda dapat dihitung selama PerangBelanda di Aceh berkecamuk.

Bagi Aceh dan Belanda, pekuburan militer ini memiliki nilaipenting. Orang Aceh membuktikan bahwa geutanyo [kita) tidakmudah ditaklukkan, bahkan Belanda hams kehilangan Jenderalpada pertempuran pertama, suatu hal yang jarang terjadi dalamsejarah perang di dunia. Bagi Belanda Aceh adalah medan tempuryang menguras pikiran, tenaga dan keuangan negeri itu. Jadi wajarjika Aceh dengan segala yang melekat pada daerah ini begitumembekas bagi orang Belanda.

Buku kecil seri informasi sejarah ini menceritakan PeutjutKerkhof dari tiga babak sejarah Aceh dalam rentang waktu panjangyang tersimpul di kampung Sukaramai. Oleh sebab itu, ceritatentang Peutjut, Putra Mahkota Aceh yang malang, Perang Belandadi Aceh yang berlumuran darah serta kerkhof yang jadi saksi bisudari rentetan peristiwa itu tak bisa dipisahkan karena terikat dalamsatu ruangyaitu Peutjut Kerkhof!

Ikatan inilah yang membuat Peutjoet^ Peutjut Kerkhof dan'kerkhof penting kedudukannya dalam memahami perubahan dankesinambungan di Aceh. Cerita maupun visi Aceh di masa depanseperti 'Aceh Peumulia', 'Aceh Carong', 'Aceh Meuadab', "AcehTeuga' atau 'Aceh Kaya' bergantung pada bagaimana cara orangAceh memahami sejarah, diri serta daerah Aceh sebagai ruangsejarah yang terus berkembang

Banda Aceh, Desember 2017Nasrul Hamdani

Page 6: PEUTJOET (KERKHOF)

Senarai Isi

Sekapur Sirih, Seulas PinangKepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh

i

Dari Penulis

ii

Senarai Isi

iii

Senarai Istilah

iv

Peutjoet Dahulu (Sekali]1

Peutjoet 1873-19428

Peutjoet Kini dan Nanti21

Menuju Situs Warisan Sejarah Dunia29

Bacaan

34

111

Page 7: PEUTJOET (KERKHOF)

IPEUTJOET DAHVLV (SEKALI)

Peutjoet, demikian Belanda menuliskan kata itu. Semula 'ia'dikenal sebagai nama kecil Meurah Pupok, anak lelaki SultanIskandar Muda, penguasa pada masa keemasan Aceh antara tahun1607-1636. Kecakapan serta darah Raja-raja Aceh dan Linge yangmengaliri urat nadi Meurah Pupok membuat Meurah dipilih untukmenggantikan kedudukan Sultan Iskandar Muda kelak jika beiiaumangkati

Di mancanagara, nama Meurah Pupok dikenal juga sebagaiSultan Muda dan ada pula yang menuliskan sebagai Pangeran MudaNamun di lingkungan dalam Daarut Donya, nama Meurah Pupokdisebutkan dengan gelar hormat Poteu Cut, seperti gelar PoteuMeureuhom yang disandang Sultan Iskandar Muda, sang ayah.Konon, nama Poteu Cut untuk Meurah Pupok inilah asal-usul istilahPeutjoet itu dan gelar Pocut untuk bangsawan perempuan Aceh.

Namun, cerita tentang Meurah Pupok yang disapa PoteuCut, Peutjoet atau 'kesayangan' ini bukanlah cerita gemilangmelainkan tragedi dalam cerita sejarah Aceh. Menurut cerita yangtersiar, Meurah Pupok berbuat sesuatu yang kelak tak bisadimaafkan sang ayah ketika menjalani tugas militer di suatukampung di Meukek, salah satu bandar lada Aceh di Pantai Barat

1

Page 8: PEUTJOET (KERKHOF)

Sumatera. Perilaku Meurah Pupok ini lalu diadukan pada sangsultan.

Sultan Iskandar Muda yang dikenal memang 'gampang naikdarah' ini murka begitu mendengar perbuatan anaknya itu. Waziryang mengurus peradilan diperintahkan untuk mencari MeurahPupok atas perbuatannya di Meukek itu tanpa menimbangkedudukannya sebagai Sultan Muda. Walhasil, Poteu Cut ditangkapdan dihadapkan pada mahkamah di Bandar Aceh. Oleh sang ayah ialangsung dijatuhi hukuman mati.

Kerabat dan pembesar dalam berusaha membujuk SultanIskandar Muda agar membatalkan titah itu. Namun Sultan Aceh initak bergeming sedikitpun sampai satu kalimat yang membuatsemua orang terdiam seribu bahasa meluncur dari mulutnya.'Matee aneuk meupat jeurat, gadoh adat pat tamitaV (hilang anakada nisannya (tetapi jika) mati adat ke mana hendak dicari [?).2

Menurut cerita, Sultan Iskandar Muda sendiri yangmengambil peran untuk menghukum mati Putra Mahkota Acehyang ia tetapkan. Sesudah penghukuman itu, jasad Meurah Pupok -yang tak pernah disebutkan apakah Poteu Cut mengakui perbuatanitu atau tidak- dimakamkan dalam tanah bergunduk di tengahpadang ilalang, agak jauh dari Kandang XII dan Kandang Meuh-,kompleks makam raja-raja Aceh yang megah itu.

Peristiwa penghukuman Meurah Pupok atau Poteu Cut olehSultan Iskandar Muda itu menjadi pangkal dua cerita yang berbeda.Cerita pertama berisi pujian atas keteguhan Sultan Acehmenegakkan hukum. Sementara cerita kedua berisi bisik-bisiktentang persekongkolan di lingkar dalam Daarut Donya untukmemotong generasi Sultan Iskandar Muda.^

Cerita pertama jelas alurnya! Sultan Iskandar Muda adalah'bintang gemilang' dalam sejarah Aceh. Selama 30 tahun berkuasa,putra Sultan All Riayat Syah dari trah Meukuta Alam dan Putri RajaIndera Bangsa dari 'dinasti' Dar-al Kamal mengukuhkan dominasiAceh Darussalam atas Dunia Melayu hampir 100 tahun setelah duatrah itu lebur dalam perkawinan.^

Sultan Iskandar Muda juga tercatat sebagai penguasa palinglama duduk di atas singgasana. Berbagai cerita menguatkan catatanitu, termasuk keterangan Pelaut Perancis, Laksamana Augustin de

Page 9: PEUTJOET (KERKHOF)

Beaulieu menunjukkan bahwa Sultan Iskandar Muda memerintahdengan tangan best. Sultan Aceh satu in! tak segan menghabisislapapun yang mengganggu stabilitas negerl maupun pelanggarperaturan adat yang diampu Sultan dan hukum agama yangdipegang ulama.

Ini membuat Sultan Iskandar Muda sangat ditakutisiapapun. Menurut Sejarahwan Perands, Denys Lombard, 30 tahunsesudah kematiannya nama Sultan Iskandar Muda terasa masihmenggentarkan perasaan orang. Itulah Sultan Iskandar Muda! Jadi,bukanlah suatu yang 'kejam' mesld tersirat cerita penyesalan padadiri Sultan Iskandar Muda sesudah menghukum Meurah Pupok,putra kesayangannya itu.

Sultan Iskandar Muda yang bergelar Meukuta Perkasa Alamini juga membangun konsensus bahwa adat dan agama sebagai satukesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Cogan kata 'Adat bakPoteumeureuhom, Hukom bak Syiah Kuala' dilembagakan sebagaikonsensus yang mengatur kehidupan bemegara. Poteumeureuhommenunjuk pada sang Sultan yang sedang berkuasa, Syiah Kualamerepresentasikan kedudukan penting golongan ulama.5

Cerita kedua beredar melalui bisik-bisik. Dari bisik-bisik ituberedar cerita tentang persekongkolan segelintir orang dalam yangtidak ingin Meurah Pupok menjadi Sultan. Oleh sebab itu disusunlahsatu permufakatan yang dapat membuat Sultan Iskandar Mudaharus mencabut status Sultan Muda atas diri Meurah Pupok. Makatak aneh jika ada berita tentang perbuatannya dari Meukek, suatutempat yang jauh dari bandar Aceh dihembuskan!

Entah betul atau tidak permufakatan itu, Meurah Pupokmemang tidak pernah menggantikan kedudukan Sultan IskandarMuda yang perkasa itu. Justru suami Putroe Gombak Meuh kelakTaj'ul Alam Safiatuddin, adik Meurah Pupok yang menggantikanIskandar Muda sebagai Sultan Aceh (1637-1641) tak lama sesudahmertuanya mangkat. la menahbiskan nama 'Iskandar' pada dirinyamenjadi Sultan Iskandar Tsani atau Iskandar 11.

Dari bisik-bisik cerita tentang persekongkolan itu jugaterdengar, segelintir orang dalam khawatir Meurah Pupok akanmemerintah dengan tangan besi sama seperti sang ayah. Inimembuat Meurah Pupok harus segera disingkirkan sebelum ia

Page 10: PEUTJOET (KERKHOF)

sempat menggantikan Sultan Iskandar Muda yang diramalkansegera mangkat akibat menderita gangguan akut pada urat syaraf dibagian kepala.

Selain kekhawatiran yang tak beralasan itu, silsilah MeurahPupok dari garis ibu juga dipersoalkan. Meurah Pupok yangberlbukan perempuan Gayo, putri Raja Linge, entah mengapa olehsegelintir elite dalam Daarut Donya yang berdarah kacukan jugadianggap tidak pantas memimpin Aceh. Masalah ini makin runcingsebab perhatian sang ayah cenderung pada Putroe Phang, istri lainSultan Iskandar Muda dibanding ibunda Meurah Pupok.

Seal kepantasan ini kadang menjadi pangkal perseteruanantara orang di pesisir Aceh dengan dataran tinggi Gayo. Padahalsejak daerah yang dikenal sebagai al-Aasyi, Achey, Achin atau Achehini lalu menjadi entitas politik utama di negeri di bawah angin, duaentitas etnik serta entitas kebudayaan yang cuma dipisahkan tinggipermukaan tanah ini selalu terhubung dan saling bergantung,termasuk cerita sejarah keduanya.

Meurah Silu, dipandang sosok patron yang secara sukarelamemeluk Islam untuk pertama kali di Nusantara, disebutkansebagai Pangeran Linge yang turun gunung untuk mengembara danmembangun persekutuan politik di pesisir. Kelak ia memilih namaMalik al-Saleh sebagai nama baru lalu memerintah Samuderahingga nama kerajaan ini menjadi nama untuk seluruh pulau besaritu; Samudera menjadi Sumatera!®

Begitu pula Meurah Johan, patron kesultanan Aceh palingawal dalam sejarah yang konon membangun kawasan legendarisLamuri. Ia turun gunung membangun persekutuan dengan orang dipesisir, memeluk Islam sesudah bersinggungan dengan sosok yangdikenal sebagai Abu Lam Keuneuen [mungkin dari Kan'an] di LamKrak, mangkat lalu berkubur di sekitar Lam Krak itu juga. Pundemikian sebaliknya.'

Meurah Pupok, terlepas ia korban permufakatan jahat atauCsebutlah) memang ia berbuat hal yang tak bisa dimaafkan sangayah merupakan penanda betapa sukar merangkai kisah sejarahdari dua entitas yang berbeda meskipun keduanya terhubunglangsung. Namun nilai baik dari peristiwa tragis yang 'cuma'

Page 11: PEUTJOET (KERKHOF)

terekam sebagai cerita dari mulut ke mulut ini ialah, hukum harusditegakkan tanpa pandang bulu!

Sultan Iskandar Muda yang menghukum Meurah Pupok jugatelah bertindak bagaimana seharusnya penguasa mengambilkebijakan. Jenasah Sultan Muda calon yang akan menggantikannyakelak itu dimakamkan di tak jauh dari apa yang dinamai MedanKhayali, taman indah berhias gunung-gunung buatan yang labangun sebagai tanda cinta pada ibu tiri Meurah Pupok yang lebihdikenal sebagai Putroe Phang.

Jadi, bukan suatu kebetulan jika ia menguburkan jasadsekaligus harapannya yang pupus pada Meurah Pupok berdekatandengan taman tanda betapa besar cinta Iskandar Muda pada Putridari Pahang itu. Barangkali, inilah sedikit tanda bahwa ada setitikrasa penyesalan Sultan Iskandar Muda sesaat sesudah iamenghukum Meurah Pupok, seperti tersirat dalam banyak cerita-cerita tentangnya.

Setelah Iskandar Muda mangkat, Iskandar Tsani sekaligussuami Putroe Geumbak Meuh, adik Meurah Pupok ini didaulatmenjadi Sultan Aceh. Meski Tsani dinilai kuat saat berkuasa iahanya memerintah selama lima tahun, tak cukup panjang untukmendorong suatu perubahan. Justru ketika sang istri menggantikansebagai Sultanah, perubahan mulai dirasakan.

Putroe Geumbak Meuh yang menggantikan sang suamiturut 'mewarisi' sederet pergolakan. Pergolakan 'legendaris'bermula ketika dia didaulat sebagai Sultanah atas fatwa Nuruddinar-Raniry dengan nama Sultanah Ratu Safiatuddin Taj'ul AlamsyahJohan Berdaulat Putroe Geumbak Meuh dinilai mampumeneruskan hegemoni Aceh meski menghadapi pergolakan hinggaakhir kekuasaannya.

Masa Putroe Geumbak Meuh memerintah (1641-1675)Aceh dapat menjadi pusat ilmu pengetahuan di negeri di bawahangin. Citra baru ini berhubungan erat dengan kegemaran Sultanahpada kesusasteraan yang membuka jalan bagi perkembangan ilmupengetahuan. Masa inilah, Nuruddin ar-Raniry, Abdurrauf al-Singkili serta Syamsuddin al-Sumatrani menemukan danmeneruskan tradisi intelektual Aceh hingga masa sesudahnya.

Page 12: PEUTJOET (KERKHOF)

Konon, pada masa Sultanah Aceh pertama ini memerintah,Putroe Geumbak Meuh mengenang kembali Meurah Pupok.Sultanah 'membangun' batee jeurat untuk makam Meurah Pupoksebagaimana tanda kubur orang lain yang juga ditinggikankedudukannya. Meskipun batu jirat atau nisan untuk Meurah Pupoktak seindah deretan batu jirat di Kandang XII atau Kandang Meuh,makam Meurah Pupok di tengah padang halalah yang luas itu masihdapat dikenali untuk dikenang orang.

Hamparan luas padang ilalang yang mengantarai MedanKhayali dan Taman Sari tempat Meurah Pupok berkubur ini kelakdinamai Peutjoet. Batu jirat Meurah Pupok berbentuk seperti matatombak berujung bulat ini jadi penanda tempat yang dalam petamiliter Belanda pernah dinamai Kotta Peutjoet. Snouck Hurgronje,cendekia Belanda yang memberikan cara 'menaklukkan' Aceh padaRaja Willem 111 pun mengenal dan menuliskan tempat itu sebagaiPeutjoet^

Begitulah nama hamparan luas itu! Tahun 1883, lebih dari200 tahun setelah Meurah Pupok berkubur di sana, pasukanKoninklijk Nederlands Indie Leger [KNIL) yang baru bertempur diWestkust sudah menembus benteng terdalam di lingkar dalamDaarut Donya sejak 1878 ini mulai dijadikan sebagai pemakamanmiliter permanen untuk KNIL Alasan Belanda waktu itu jelas,pemakaman lama di Peunayong dan muara Krueng Aceh takmemadai lagipula sudah ada makam tua di Peutjoet sana lalumereka menambah makam baru!

Itulah Peutjoet selama perang antara Belanda dengan Acehberkecamuk! Sejak Meurah Pupok berkubur di sana orang tetapmengenal Peutjoet sebagai pekuburan. Cukup sulit menempatkankembali kata Peutjoet pada makna awal sebagai cerita tentangPoteu Cut yang kira-kira berarti 'tuan kesayangan yang kamihormati'. Peutjoet, terutama sejak Sultanah Safiatuddin memberitanda kubur abangnya, Peutjoet tetaplah Peutjoet yang merujukpada kuburan.9

Page 13: PEUTJOET (KERKHOF)

Rujukan

1 Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad Qilid I), Medan: PTPercetakan dan Penerbitan Waspada, 1981.

2 Ishak Peutua Gam dan Ramli Harun, Hikayat Sultan AcehIskandar Muda, Jakarta: Depdikbud 1985.

3 Denys Lombard, Kerajaan Aceh Jaman Sultan Iskandar Muda(1607-1636), Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

* All Hasjmy, Iskandar Muda Meukuta Alam, Jakarta: BulanBintang, 1977.

5 Rusdi Sufi, Pahlawan Nasional Sultan Iskandar Muda, BandaAceh: Pusat Data dan Informasi Aceh, 2003.

® Ali Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diIndonesia, Bandung: al-Ma'arif, 1981.

^ Ali Hasjmy, Meurah Johan, Jakarta: Bulan Bintang, 1950.8 Snouck Hurgronje, Ace/i di Mata Kolonialis, Jakarta: Yayasan Soko

Guru, 1985.

^ Tjoetje, Pekuburan Belanda Peutjoet, Membuka Tabir SedjarahKepahlawanan Rakjat Atjeh, Banda Atjeh: Jajasan KesedjahteraanKaryawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972.

Page 14: PEUTJOET (KERKHOF)

IIPEUTJOET 1873-1942

Orang Belanda mulai mengenal Aceh, negeri yang merekatulis sebagai Atsjin dari Lisbon pusat perdagangan abad ke-15terutama sesudah kejatuhan Geneva dan orang Portugis di Goa. Darikota utama Portugis inilah orang-orang HoUandia yang berdiam ditepian laut Utara dan pernah mencapai Tiongkok dan lepang itubelajar dan mendapatkan keterangan rinci mengenai peta, jalur lautmenuju kepulauan rempah serta seluk-beluk mengenai komoditasdari Timur terutama lada yang bernilai tinggi di Eropa.i

Namun perkenalan Belanda secara langsung dengan Acehbaru terjadi pada luli 1599, ketika kapal dagang De Leeuw dan DeLeeuwin yang dipimpin dua bersaudara Cornelis dan Frederik deHoutman sandar di Aceh. Sultan Alauddin Riayatsyah Said al-Mukammil menerima Belanda dengan baik bahkan Cornelismemberikan dukungan pada ekspedisi Aceh yang dikerahkan untukmenyerang Johor.

Hubungan Aceh-Belanda masa itu jadi buruk setelah utusanAceh kembali dari Goa. Waktu itu hubungan Aceh-Portugis berjalanbaik tetapi tidak dengan Portugis-Belanda lalu karena suatu hal,armada de Houtman terlibat pertempuran dengan pasukan InongBalee yang dipimpin Laksamana Malahayati. Cornelis diceritakan

8

Page 15: PEUTJOET (KERKHOF)

tewas bersimbah darah di geladak sedangkan adiknya, Frederikbersama 29 awak harus dibui dua tahun di penjara Aceh.2

Selama dibui, Frederick yang memang tertarik padaastronomi dan bahasa berhasil menulis sebuah ulasan mengenaiperbintangan termasuk sebuah wordenboek. Kelak kamus bahasaMelayu-Belanda yang dianggap sebagai kamus bahasa Melayu-Belanda tertua yang pernah ada. Setelah menjalani hukuman, iapulang lalu menerbitkan buku pengamatannya tentang gugusanbintang yang disisipi apendiks berupa kamus serta tata bahasaMela5m dan Malagasi yang dipelajarinya.

Jacob Wilckens, pemimpin kapal Belanda lain disebutkanpernah memasuki perairan Aceh pada 1600. Namun harus segeramelego jangkar setelah dihujani tembakan. Penerimaan bersahabatpada Belanda berlangsung pada 1601, ketika empat kapal yangdipimpin Gerard de Roy dan Laurens Bicker mendarat di BandarAceh. Mereka membawa surat dan hadiah dari Prins Maurits yangmeminta pembebasan Freerik dan menjanjikan hubunganpersahabatan. Sultan Alauddin pun menerima dengan baik.

Hubungan Aceh-Belanda pun mencair. Sultan menjaminempat kapal dan aktivitas perdagangan Belanda di Aceh sampaiterdengar kabar, Bickers kembali dari Aceh ke negerinya denganlambung sarat muatan. Ketika kembali ke Belanda, bersama Bickerturut serta sejumlah Utusan Sultan Aceh, yaitu Abdul HamidLaksamana Sri Muhammad, penerjemah Mir Hasan dan LeonardWerner, beberapa pedagang Arab dan sejumlah pelayan. Inilahkontingen yang kelak dipertemukan daengan Prins Maurits.3

Prins Maurits adalah stadhouder yang berkuasa atas tujuhprovinsi yaitu Holland, Zeeland, Guelders, Overijssel, UtrechtGroningen dan Drenthe. Ia menerima kontingen Abdul Hamid dariAceh di benteng dekat Utrecht. Waktu Hamid tiba, Maurits sedangmengepung Grave sebagai rangkaian seranganmerebut kembalikota-kota Belanda terakhir yang diduduki Spanyol dalam 'Perang80 tahun' (1568-1648). Peran Maurits selama perang ini membuatia menjadi tokoh militer berpengaruh di Eropa.

Dalam sebuah lukisan, terlihat Prins Maurits menerimaHamid dengan segala penghormatan. Abdul Hamid yangmengenakan baju seperti pakaian Arab memberi hormat dengan

Page 16: PEUTJOET (KERKHOF)

membungkuk, tangan kiri Utusan Aceh itu dipegang Prins Mauritsyang mengenakan pakaian kehormatan itu seolah-olah menahanHamld untuk tidak leblh membungkuk lagi. Begitulah lukisanmenggambarkan peristiwa lampau itu.

Serah terima surat dan tukar-menukar hadiah dari keduabelah pihak berlangsung hangat dan diakhiri oleh suatu komitmenmembangun satu league atau hubungan persekutuan di antarakedua negara dikukuhkan. Namun tak lama berselang, Hamid yangmemang sudah berusua lanjut jatuh sakit lalu meninggal di sana.

Jenasah Hamid dimakamkan di kompleks yang kini dikenalsebagai gereja tua Sint Pieter di Middleburg. Banjir yang melandaMiddleburg pada suatu masa telah 'menerjang' makam ambasadorHamid di sana tetapi prasasti marmer di dinding gereja itu jadi'monumen' yang mengabadikan peristiwa diplomatik empat abadlalu.'^ Desember 1602, kontingen Aceh tanpa Abdul Hamid kembalike Aceh.

Hubungan Belanda dan Aceh sesudah itu tidak diketahuidengan pasti tetapi diceritakan berlanjut di selat Melaka sampaiperang antara keduanya meletus 1873. Serentet peristiwa politiksejak Siak Sri Indrapura takluk (1858) telah memanaskanhubungan keduanya, terutama ketika Belanda terus menerusmempertahankan status quo atas Deli, Serdang, Langkat dan Asahanyang merupakan daerah takluk Aceh yang turut diklaim Siak.5

Pada 26 Maret 1873, Residen Riouw F.N. Nieuwenhuijzenmendeklarasikan perang atas Aceh dari atas geladak Citadel vanAntwerpen setelah ultimatum pertama untuk Sultan Mahmud Syahtak membuat Sultan bergeming. Seminggu berselang, tiga kapalperang lain, Siak, Marnix dan Coehoorn mulai menghujani PanteCeureumen dengan tembakan meriam sebelum mendaratkan 3.198serdadu infanteri untuk menduduki 'Meusigit Raija', Peunayong,Meuraxa, Lam Paseh, Lam Jabat, Punge, Seutui dan dalam Aceh.

Namun gerak pasukan Belanda berhenti di Mesjid Raya.Mayor jenderal J.H.R. Kohler, pemimpin ekspedisi militer yang barusaja mendapat kenaikan pangkat Generaal-Majoor tewas tertembakpada 14 April, persis di bawah pohon geulumpang besar yangtumbuh menjulang di halaman mesjid itu. Tiga hari sesudah sang

10

Page 17: PEUTJOET (KERKHOF)

Jenderal tewas, seluruh armada ekspedisi militer itu diperintahkanmundur ke Batavia.

Tidak lama setelah Citadel van Antwerpen sandar kembali diBatavia pada 7 Juni 1873, jabatan Nieuwenhuijzen yang menjadiKomisaris Pemerintah dalam armada perang itu langsung dicopotGubernur Jenderal Hindia Belanda, J. London, terutama karenakegagalan ekspedisi militer di Aceh yang meninggal bekas 'coreng'pada KNIL yang mendapatkan basil memuaskan dalam dua medanpertempuran sekaligus, yaitu Perang Jawa (1825-1830) dan PerangPaderi (1821-1837).

Jenderal Kohler yang berasal dari daerah pertanian subur diGronigen ini tewas bersama delapan perwira dan 45 serdadu. JasadKohler dengan sebuah bekas lubang peluru tepat di jantung itusempat 'dikirim' ke Singapura sebelum dibawa dan dimakamkandengan upacara kehormatan militer di pekuburan umum di TanahAbang, Batavia.

Cerita kematian Generaal-Majoor Johan Harmen RudolfKohler ini kelak menjadi mercu tanda (/con) Peutjoet yang identiksampai kini. Cerita tentang Kohler menimpali cerita tentang MeurahPupok yang malang itu. Padahal Kohler baru 'kembali untukdikuburkan sekali lagi' di Banda Aceh tahun 1978, 105 tahunsetelah ia tewas tertembak di bawah pohon geuleumpang besar dihalaman mesjid Raya.

Cerita Peutjoet masa kolonial sesungguhnya dimulaikembali ketika Belanda datang dengan armada lebih besar untuk'membalas' kematian Jenderal Kohler. Dalam sejarah perang didunia manapun, kematian Jenderal di medan perang apalagi padapertempuran pertama jarang terjadi. Oleh sebab itu kematianKohler di tengah kolonenya menjadi 'aib' bagi KoninklijkNederlands Indie Leger (KNIL) dan Belanda.

26 Januari 1874, J. van Swieten perwira tinggi yang kembaliberdinas militer sesudah cuti mengerahkan lebih dari 8.500personil ditambah tenaga bantuan untuk merebut dalam Aceh yangsudah mereka tandai sebagai Kutaraja. Dalam dapat direbut tetapiserangan kedua ini justru membangkitkan semangat prang sabiyang membuat -apa yang Belanda namai-Atjeh oorlog ini seolah takberkesudahan.6

11

Page 18: PEUTJOET (KERKHOF)

Serangan Belanda yang kedua menelan ribuan korban darikedua belah pihak. Sesudah dalam direbut, Sultan Mahmud Syahmundur ke Indrapuri lalu dikabarkan mangkat karena terserangkolera. Pun demikian di pihak Belanda. Ratusan personil banyakyang tewas mengenaskan. Bukan cuma karena ditembus pelorsalpeter orang Aceh yang tajam pada bagian sambungan, tebasanparang yang dlasah tajam atau tusukan rincong tetapi banyak jugayang tewas terserang kolera yang sedang mewabah.

Jasad-jasad kaku serdadu yangmengidap kolera ini agaknyajadi 'penghuni' awal Feutjoet. Pada satu bagian terpencil di padangilalang Peutjoet di mana Meurah Pupok berkubur di situlah merekadikuburkan. Tidak ada tanda kubur untuk mereka, hanya ada ceritabahwa di tempat itu terkubur ratusan jasad yang dibungkus rapat-rapat dalam Hang sedalam dua meter agar kolera tak menyebar.Merekalah penghuni awal Peutjoetl

Namun dalam laporan Belanda, hamparan padang ilalang disekitar makam Meurah Pupok itu mulai resmi dijadikan pekuburanuntuk tentara Belanda yang tewas dalam perang Aceh pada tahun1883. Dilaporkan, perwira pertama yang dikubur di padang ilalangyang kemudian dinamakan Belanda dengan Peutjoet Kerkhof adalahle Liutenant j.J.P. Weijerman yang tewas dalam pertempuran dekatmesjid Siem sekitar Krueng Kalee tanggal 20 Oktober 1883.^

Keterangan Tjoetje yang menuliskan Weijerman tewas pada1883 berbeda dengan keterangan yang dirilis Wikipedia dalam Lisjtvan Tijdens van Gesneuvelde Officieren. Senarai ini menyebutperwira infanteri KNIL yang baru berusia 23 tahun itu tewas pada20 Oktober 1893 antara Toenkoep (Tungkop) dan Kroeng Kale[Krueng Kalee). Jika demikian Peutjoet Kerkhof baru resmi menjadipekuburan, terutama untuk militer 10 hingga 20 tahun sesudahperang meletus.

Terlepas dari kapan Weijerman tewas, kisah kematiannyaitu menjadi pangkal 'cerita kedua' tentang Peutjoet Kerkhof yangberarti pekuburan Peutjoet. Mata-mata Belanda yang telahmemetakan keadaan Aceh sebelum perang dikobarkan menabalkanPeutjoet untuk tapak pekuburan mereka karena sudah ada makamPoteu Cut yang malang dan beberapa makam tua yang takdikenalidi tempat mereka mengubur jasad Weijerman.

12

Page 19: PEUTJOET (KERKHOF)

Konteks bahwa Weijerman 'dikuburkan pertama' dalamlaporan Belanda yang disebut Tjoetje itu berarti pemakamanWeijerman secara mlliter baru dilakukan sesudah sisi yangdljadikan bagian depan kompleks pekuburan itu 'dibangun ereport.Atjesch Legermuseum menulis 'Luitenant Weijerman was de eersteOjficier die op Peutjoet na de oprichting van de monumentale poor teraarde werd besteld*.^

Monumen yang dimaksud dalam catatan itu iaiah sebuahtugu peringatan serta ereport atau gerbang pekuburan. Gerbangyang dibangun itu itu bercat kuning gading dengan lorong panjangyang dibuat seolah untuk mengantarai dua dunia. Dinding di kirikanan lorong itu dihiasi panel granit setinggi hampir dua meteryang ditempelkan vertikal. Kelak panel itu digunakan untukmengukir nama-nama 'penghuni' Peutjoet Kerkhof itu,

Gerbang atau Erepoort van Peutjoet Kerkhof yang dibangunpermanen ini terbilang megah untuk sebuah pintu masuk. Bagianutamanya adalah lorong sepanjang 10 meter dengan langit-langittinggi khas bangunan Eropa. Dinding batu tak berbumbung setinggitiga meter yang dibangun melengkung di kiri dan kanan sepertikepak sayap menjadi pagar pembatasnya. Kelak bagian luar dindingtinggi itu digunakan untuk mengukir nama-nama dan pangkatketentaraan berikut tempat dan tahun mereka tewas.

Bagi Belanda, nama-nama mereka yang dimakamkan dikerkhofitu membuat cerita Perang Aceh terasa seperti epos. Sebuahplakat marmer bersegi lima yang dipampangkan pada bubungteratas bagian depan gerbang itu menambah kesan epik itu. Padaplakat berhiaskan bintang perak simbol keberanian dipahat tigauntaian kalimat epik dalam tiga aksara. Aksara Latin untuk bahasaBelanda, aksara Jawoe untuk bahasa Melayu serta aksara Kawiuntuk bahasa Jawa.

Kalimat epik dalam bahasa Belanda itu dipahat dalamukuran aksara yang lebih besar dibanding lainnya itu berbunyi: 'Aanonze kameraden gevallen op het veld van eer' yang kira-kira berartiteruntuk rekan-rekan seperjuangan kami; pahlawan terhormatyang gugur di medan tempur'. Untaian kalimat yang senada denganitu pula yang dituliskan kembali dalam aksara jawi di sebelah kiri

13

Page 20: PEUTJOET (KERKHOF)

bawah serta untaian aksara Kawi dalam bahasa Jawa di sebelahkanan kalimat Jawoe.

Jatuhnya korban dalam perang yang berkecamuk sepanjang1873-1905 Ini tak terhitung. Aceh yang memiliki pengalamanberperang sejak Sultan Ala'uddln al-Qahhar kehilangan kedaulatanatas negeri yang dlbangun para indatu. Itu belum termasuk ribuanorang tak berdosa yang terbunuh di pesisir Timur Aceh, tanah Gayo,lembah Alas dan pantai Barat Aceh dalam rangkalan perang palingpanjang dalam sejarah kolonial ini.

Belanda pun demikian. Kematian Jenderal Kohler sertaribuan serdadu yang dikerahkan membuat mereka tidak bisameninggalkan medan perang begitu saja. Pikiran, tenaga dan danamereka tercurah habis untuk mewujudkan misi Pax Neerlandica diAceh. Inilah alasan yang memaksa negeri Aceh harus ditaklukkandengan segala cara, mulai dari cara yang paling halus hingga carayang paling kasar.

Cara halus mulai diterapkan Pemerintah di Batavia pada1898, sesudah Gubernur Militer dan pasukan Belanda memilihlama 'berkurung' di Kutaraja.^ Gubernur Militer Aceh 1898-1904,J.B. van Heutz perwira tinggi yang terlibat pertempuran di Acehsejak serangan pertama menugaskan Prof. Ch. Snouck Hurgronje,Penasihat Pemerintah untuk Urusan Bumiputera yang disebutkanmemeluk Islam pada 1874 lalu ganti nama jadi Affan Gafar untukmempelajari seluk-beluk Aceh dan masyarakatnya.

Satu anjuran Hurgronje paling penting ialah Batavia harusmengabaikan peran militer golongan bangsawan di Keumala, pusatpemerintahan Aceh di pengasingan. Hurgronje menganjurkan agarmiliter lebih memusatkan kekuatan untuk memerangi ulama ataukelompok yang 'digerakkan' ulama. Inilah titik penting mengapaperang di Aceh seolah bergolak tanpa akhir meski Belanda secararesmi menyatakan Oorlog berakhir pada 1905.io

Anjuran Hurgronje ini memastikan Marechaussee, pasukankontragerilya yang dibentuk khusus untuk menghadapi taktiktempur orang Aceh memasuki pedalaman Aceh. Korps khususdalam KNIL ini dinamai Korps Marechaussee te Voet atau 'pasukanutama yang jalan kaki'. Korps ini dibentuk pada 2 April 1890 diBatavia sebagai unit militer penuh yang dipimpin oleh Kapten

14

Page 21: PEUTJOET (KERKHOF)

Infanteri G.G.J. Notten. Inilah korps elite pertama dan terakhirdalam KNIL sebelum dibubarkan tahun 1930.

Marechaussee ini langsung menjadi 'mesin perang' Belandayang efisien. Para pemlmpin perang Aceh termasuk kubu-kubupertahanan Aceh yang tersebar di medan tempur berat di AcehSelatan, dataran tinggi Gayo dan lembah Alas satu persatu mulaiditaklukkan. Kemampuan Marechaussee untuk menyintas; melacak,memburu jadi modal pentlng dalam pertempuran di pedalamanAceh termasuk berani bertarung satu-lawan-satu dengan lawanmenggunakan .

Inilah alasan mengapa carabijn; senjata api laras panjangstandar KNIL itu disandang di bahu kiri setiap personilMarechaussee. Bagi tiap personil Marechaussee senjata api carabijntanpa sangkur seperti umumnya, bukanlah senjata utama dalampertempuran mereka. Klewang-lah senjata utamanya. Ini ciripenting yang membedakan penampilan Marechaussee denganpersonil KNIL biasa.

Senjata Marechaussee juga lebih canggih; CarabijnBeaumont MKl yang ringan bobotnya dan lebih pendek larasnya.Sebilah klewang panjang yang selalu terasah tajam terselip dipinggang kiri. Semua personil mengenakan topi lebar dari anyamanbambu yang kelak jadi icon pasukan infanteri, sebuah kantungpeluru serta rugzak di punggung untuk mengangkut semuakeperluan pribadi personil pasukan ini, mulai dari ransum hinggaalas tidur.

Itulah Marechaussee\ KNIL bahkan Koninklijk Leger (KL)turut membanggakan pasukan ini. Kemampuan Marechausseemelancarkan serangan kontragerilya di medan tempur tropis yangberat dengan bernyali tinggi untuk bertarung satu lawan satu dalamperang Aceh membuat pasukan infanteri te voet alias pasukan jalankaki ini disegani bahkan ditakuti. Kematian personil Marechausseedi medan tempur selalu diceritakan dengan bangga oleh merekayang menyaksikannya.

Cerita serta kebanggaan mati sebagai di medan tempurAceh apalagi sebagai Marechaussee seolah jadi tujuan. Hal itulahyang secara kasat mata 'terekam' di Peutjoet Kerkhof. Di atas tanahpekuburan 3,25 hektar yang masih dalam lingkung Taman Ghairah

15

Page 22: PEUTJOET (KERKHOF)

ini, terpatri kebanggaan para prajurit Marechaussee yang gugur diAceh. 'la' terpatri dalam beragam bentuk batu nisan, tugu sertakisah-kisah kematian prajurit Marechaussee yang dicatat denganbaik oleh juru tulis pasukan.

Peutjoet selama perang Aceh bergejoiak telah menjadi'sesuatu' yang mengandung 'gengsi' tinggi. Personil Marechausseeterutama mereka yang dari golongan perwira, selalu berpesan padapara kameraden-nya agar, apabila ia tewas di medan tempur Acehdi manapun, jasadnya harus dibawa pulang ke Kutaraja untukdikuburkan bersama kebanggaannya sebagai Marechaussee diPeutjoet. 'Ik moet begraven in PeutjoetV begitu inti pesan merekamengikuti kalimat heroik terakhir sebelum ajal menjelang.

Menurut Tjoetje, dahulu gengsi 'Peutjoet' itu pernahdisamakan dengan gengsi bintang jasa Belanda pertama sekaligusyang tertua yaitu Militaire Willems-Orde (MWO). Bintang jasabersemboyan 'voor moed, beleid en trouw' (untuk keberanian,kebijakan dan kesetiaan) ini merupakan simbol yang menandaikebangkitan militer Belanda di bawah kendali Raja Willem I, Prinsvan Oranje pertama pada 1815. Purwarupa struktur militer Belandaini kelak diadopsi oleh Vojni Red Marije Terezije (Austria], Ordre duMerite Militaire (Perancis] dan Order of Saint George (Rusia).

Dalam catatan Belanda, sepanjang 1815-1930 kerajaanBelanda telah menganugerahkan lebih dari 6.000 medali MilitaireWillems-Orde pada mereka yang berjasa pada negeri itu. Dari 6.000medali dengan pola salib Maltezer itu, 850 medali dianugerahkanpada prajurit yang bertempur dan/atau gugur dalam perang Aceh.Medali yang terdiri dari empat derajat atau kelas itu juga diterimaoleh 3.000 orang di Hindia Belanda.

Itu belum termasuk kesatuan militer yang menerima patakakehormatan Militaire Willems-Orde. Marechaussee, terutama atasprestasi tempur dalam perang Aceh dianugerahkan tiga patakaMWO itu. Masing-masing dianugerahkan pada Batalion Infateri 111dan Vll dari Resimen van Heutz ditambah satu pataka lagi yangdianugerahkan pada tahun 1930 untuk Korps Marechausseesebelum pasukan legendaris dibubarkan secara resmi.

Atjeh Oorlog, Marechaussee dan Peutjoet Kerkhof terhimpunsebagai 'monumen' sekaligus deretan bukti dari rentetan peristiwa

16

Page 23: PEUTJOET (KERKHOF)

yang berlangsung di Aceh terutama sejak 'cerita kedua' itu bermula.Di atas tanah Peutjoet ini, selain makam tua berjirat Aceh, berkuburpula lebih dari 2.200 orang tentara Belanda dari pangkat prajurithingga Jenderal. Jumlah itu belum termasuk warga sipil danpartikelir seperti makam warga Yahudi dan Jepangyang meninggaldi Kutaraja pada masa koloniai.

Jenderal? Selama perang Aceh berkecamuk, setidaknya duadarah Jenderal Belanda tumpah di Aceh. Sesudah Kohler tercatatada Mayor Jenderal Johannes Ludovicius Jacobus Hubertus Pel yangtewas di Aceh 1876, tiga tahun setelah kematian Kohler. Jenderalyang menerima bintang MWO setahun sebelum tewas inidisebutkan terkena serangan heatstroke ketika memimpin misi diTunggai sekitar Lamgugob masa kini. Heatstroke inilah yangdilaporkan sebagai sebab kematian Pel.

Namun Sejarahwan sekaligus wartawan terkemuka masakoloniai, Mohammad Said membantah laporan itu. Menurut Said,Pel terbunuh dalam satu rangkaian serangan Aceh atas konvoimereka.ii Barangkali karena tak mau lagi kehilangan muka setelahkematian Kohler, pejabat milker Belanda mengumumkan bahwaJenderal Pel terkena heatstroke. Jasad Pel dimakamkan di Peutjoettanpa tanda kubur tetapi sebuah tugu dibangun untukmenghormati Jenderal Belanda kedua yang tewas dalam perangAceh.i2

Begitu juga dengan Mayor Jenderal Henry Demmeni. Dalamlaporan Belanda, nama jenderal yang dijadikan nama jalan di Medanmasa koloniai diberi keterangan DOW atau died ofwound. Demmenidilaporkan tewas akibat luka-luka yang diderita pada 13 Desember1886 di Aceh. Konon, ia dibawa ke Padang entah sedang sekaratatau sudah tewas tetapi namanya dapat ditemukan pada salah satupanel batu manner di gerbang Peutjoet dan masih dapat dilihatsampai kini.

Mayor Jenderal Jan Jacob Karel de Moulin juga dilaporkantewas di Aceh. Pengganti Demmeni ini tewas pada 7 Juli 1896.Dalam laporan Belanda, nama de Moulin diberi keterangan tewastetapi jenasahnya dibawa dan dimakamkan di Batavia. SepertiDemmeni, nama de Moulin juga tercantum di Peutjoet. Jadi, merujukpada nama yang terukir di dinding gerbang pekuburan Peutjoet, ada

17

Page 24: PEUTJOET (KERKHOF)

empat Jenderal Belanda yang tewas di Aceh, belum termasukJenderal yang terluka lalu dipindahtugaskan seperti Mayor JenderalKarel van der Heijden.

Petinggi Hindia Belanda lain adalah Anton Philips van Aken,Gubernur Aceh serta daerah takluknya selama 1932-1936. MantanGubernur yang dianggap berjasa untuk Aceh ini meninggal duniapada 1 April 1936 di Batavia dalam jabatan anggota Volksraad taklama setelah melepas jabatan gubernur. Permintaan van Akenuntuk berkubur di Peutjoet dikabulkan Batavia. Sebuah tugudengan tulisan berbahasa Mela3ni 'Tugu Perkuburan inidisumbangkan oleh Penduduk Atjeh' didirikan untuk menghormativan Aken yang 'agak disukai' orang Aceh.

Namun ada pula yang Jenderal dan petinggi Belanda yangberwasiat, jika kelak mati agar jasadnya dikuburkan di Peutjoet.Salah satunya adalah Joannes Benedictus van Heutz. GubernurJenderal Hindia Belanda 1904-1909 ini menjadi orang yangmengikuti peperangan di Aceh sejak 1873 hingga menjadi GubernurMiliter dan Sipil untuk Aceh pada 1899. Penaklukan sekaliguspenataan sipil di Aceh sepanjang 1898-1905 menjadi prestasiterbesar van Heutz yang kelak mengantarkannya merengkuhjabatan tertinggi di Hindia Belanda; Gouverneur-Generaal.

Pengalaman bertempur di Aceh, sejak dari bawahan hinggamenjabat Gubernur Militer ketika Politik Etis menguat memberikankesan kuat pada van Heutz. Inilah yang membuat van Heutzberpesan jika meninggal kelak, ia ingin jasadnya dikuburkan diPeutjoet. Namun keinginannya itu tidak pernah tercapai. Iameninggal dunia dalam masa pensiun di Montreux salah satu kotadi Swiss pada 10 Juli 1924 dan dimakamkan di sana.

Pada 1927, tulang-belulang J.B. van Heutz di Montreux digaliuntuk dimakamkan kembali di Amsterdam. Pemakaman kedua kali

ini dilaksanakan dalam upacara militer. Satu pasukan Marechausseeberanggotakan para dragers atau 'pemilik' bintang bergengsiMilitaire-Willems Orde (MWO) yang dipimpin Letnan Jordans,khusus didatangkan dari Aceh untuk menandu peti mati van Heutz.Begitulah penghormatan kepada mantan Gubernur Jenderal HindiaBelanda sekaligus 'alumni' Aceh itu.

18

Page 25: PEUTJOET (KERKHOF)

Begitulah Peutjoet di mata orang Belanda yang bertempuratau pernah merasakan pertempuran di Aceh. Peutjoet yangmenghampar luas itu terus saja 'dihuni' oleh jasad-jasad kaku orangBelanda yang terbunuh di berbagai tempat meski Aceh Oorlog sudahdinyatakan selesai. Orang Aceh yang terlanjur dijiwai semangatPrang Sabi tetap tak membiarkan orang Belanda yang disebut kaphehidup tenang di Aceh.

Cerita inilah yang menautkan Peutjoet sesudah perangdinyatakan usai dengan apa yang disebut Belanda dengan Atjehmoorden atau aksi Poh Kaphe. Cerita ini pula yang mengawali ceritamengapa berdiri rumah sakit jiwa di Sabang, semula pulau takberpenghuni sejauh 22,2 mil dari Kutaraja. Belanda menganggaporang Aceh pelaku aksi poh kaphe itu mengidap gangguan kejiwaanatau pungo sehingga mereka harus diasingkan ke Sabang untukdirehabilitasi.

Peutjoet Kerkhof yang menghampar di antara Gunongandan gampong Sukaramai tempat keluarga Bolchover, keluargaYahudi asal Rumania mengembangkan konsesi dengan membukaperkebunan kelapa sejatinya adalah pekuburan militer meskiterdapat sejumlah sipil yang berkubur di sana. Status sebagaipekuburan militer ini membuat Peutjoet istimewa meski Peutjoetmerupakan satu dari sekitar 40 pekuburan Belanda yang pernahtercatat dan tersebar di sejumlah kota di Aceh.i^

Keistimewaan Peutjoet ini bukan terletak pada kebanggaanatau mati sebagai Marechaussee saja. Keistimewaan Peutjoet jugaterletak pada penghormatan Belanda pada orang Aceh yang merekaperangi, yang berjuang mempertahan kehormatan dan harga diri.Dalam satu sambutan Belanda tertulis; Met KNIL moest een hogeprijs betalen voor zijn aanwezigheid in Atjeh yang berarti KNIL(tentara kita) harus membayar mahal atas kehadirannya di Aceh.

Keistimewaan Peutjoet Kerkhof lain ialah, prajurit (kadang)mendapatkan penghormatan lebih dibanding perwira. Makam paraprajurit ada yang dibangun lebih indah, besar dan megah dibandingperwira atasannya. Tarikan inilah yang membuat Peutjoet seolah-olah begitu diidamkan meski cuma kurang dari sepertiga korbanperang dimakamkan di sini. Hal lain yang selalu dibanggakan ialah

19

Page 26: PEUTJOET (KERKHOF)

penghuni Peutjoet adalah calon krijger atau ksatria yang akanmenerima Militaire Willems-Orde (MWO).

Rujukan

1 F. Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean world inthe age of Philip II, Vol. 2, New York: Harper and Row, 1972,

2 Ali Hasjmy, Wanlta Aceh dalam Pemerlntahan dan Peperangan'dalam Edi Suhaimi (Ed.), Wanita Indonesia sebagai Negarawan danPanglima Perang, Banda Aceh: Yayasan Pendidikan All Hasjmy, 1953.

^ F. Van der Veen, Peutjoet, Ruustplaats voor 2200 soldaten van hetvroeger KNIL,lh& Hague-Amsterdam; 's-Gravenhage, 1984.

^ T. Ibrahim Alfian, Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah, BandaAceh: Pusat Dokumentas dan Informasi Aceh, 1999.

5 Anthony Reld, Asal Mula Konflik Aceh: Dari Perebutan PantaiTimur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abab ke-19, Jakarta: YayasanObor Indonesia, 2005, him. 46-48.

6 Ali Hasjmy, Apa Sebab RakyatAceh Sanggup Berperang PuluhanTahun, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Tjoetje, Pekuburan Belanda Peutjoet, Membuka Tabir SedjarahKepahlawanan Rakjat Aceh, Banda Aceh: Jajasan KesedjahteraanKaiyawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972.

8 Tjoetje, Pekuburan Belanda Peutjoet, Membuka Tabir SedjarahKepahlawanan Rakjat Aceh, Banda Aceh: Jajasan KesedjahteraanKaryawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972.' Menurut Said, gerak Belanda masa itu di Kutaraja seperti monyet

yang terikat hanya bisa berkeliaran di sekitar kandangnya. Mohammad Said,Aceh Sepanjang Abad (Jilid I), Medan: PT Percetakan dan PenerbitanWaspada, 1981.

10 Ali Hasjmy, Apa Sebab Ral^atAceh Sanggup Berperang PuluhanTahun, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

11 Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad (jilid I), Medan: PTPercetakan dan Penerbitan Waspada, 1981.12 Tjoetje, him. 20-21

G.A. Geerts, Bezoekergids Militaire Erebegraafplaats Peutjut(terbit dalam tiga bahasa, Banda Aceh: Stichting Peutjut-Fonds, 2007.

20

Page 27: PEUTJOET (KERKHOF)

IllPEUTJOET KINI & NANTI

Pendudukan Jepang mengawali cerita lain tentang 'nasib'Peutjoet Kerkhofyang kurang beruntung di Kutaraja. Sejak Jepangdatang, penlnggalan lampau di kawasan itu; Gunongan, Taman Sariatau kerkhof seolah diam membisu meskipun tentara jepang tetapmemanfaatkan pendopo dan deretan rumah panggung peninggalanBelanda untuk pejabat mereka. Berita tentang kaphe Belanda yangdibunuh 'orang gila' ketika jalan-jalan pagi pun tak lagi pernahtersiar.i

Dari kejauhan kerkhof pun tidak lagi pernah terlihatkumpulan orang berseragam tentara berdiri tegak dengan khidmatmengikuti upacara diiringi suara khas trompet Bigule. Suasanaterasa makin sepi sebab tentara Jepang yang berjaga sekitarpendopo dan deretan asrama perwira Neusu dan Baperis masa kinimembuat orang enggan meJintas apalagi sengaja mengunjungikerkhof itu. Bahkan rumput yang dulu rutin dibabat bediende kinimakin leiuasa memanjangkan daunnya.

21

Page 28: PEUTJOET (KERKHOF)

Bagi Jepang, Peutjoet Kerkhof yang diwariskan Belanda itutermasuk peninggalan sejarah dari masa gemilang Aceh bukanlahprioritas bagi mereka. Prioritas mereka cuma 'mengamankan'pasokan makanan, bahan bakar serta basil perkebunan untukkebutuhan perang.2 Tak heran jika Jepang cenderung memperkuatpertahanan mereka pesisir Sabang, Lhok Seudu, Lhok Nga, Ladongdan Krueng Raya yang sejurus dengan kepulauan Andaman-Nicobaryang akan jadi batu loncatan untuk serangan Inggris.

Setelah Indonesia merdeka, nasib kerkhof itu belumberanjak dari ketidakberuntungannya bahkan hampir 'buntung'.Luapan emosi yang bercampur aduk selama revolusi kemerdekaanmembuat pekuburan 'idaman' prajurit Marechaussee itu diacuhkansehingga banyak nisan yang dilapis batu pualam, berhias patungdada dengan detail rinci, bahkan kata-kata dirusak tangan-tanganjahil walau banyak juga yang rusak karena usia. Tak ada perhatiansama sekali pada kerkhof masa itu.

Gejolak politik selama 1945-1965 memperpanjang nasibtidak beruntung Peutjoet Kerkhof. Peristiwa Tjumbok, perangkemerdekaan yang berkecamuk di Medan Area, perlawanan kerasTeungku M. Daud Beureueh, Gubernur Militer Aceh, Langkat danTanah Karo atas kebijakan Jakarta lewat aksi D1/T1I,3 nasionalisasi,kebijakan rebut kembali Irian dan konfrontasi yang memancinggejolak membuat semua hal yang berkaitan dengan romantismedari masa kolonial tak pernah lagi jadi perhatian.

Hubungan Indonesia-Belanda yang memanas sejak masalahPapua mencuat jadi alasan lain mengapa semua yang berhubungandengan negeri Kincir Angin diacuhkan, termasuk kerkhof yangtersebar di sejumlah kota antara lain di Sabang, Panton Labu,Blangkejeren, Takengon, Blangpidie, Meulaboh, Tapaktuan danKutacane. Jadi tak heran banyak tanda kubur baik itu nisan dan tugudi kompleks pekuburan Belanda yang rusak atau sengaja dirusak.Di beberapa tempat, pekuburan Belanda malah mulai diratakandengan tanah.

Awal tahun 1970-an, seiring bertambahnya kehangatanhubungan Jakarta -Den Haag, Belanda berusaha kembali menautkanromantisme sejarah di Indie [Indonesia] meski Ratu Juliana danpemerintah negeri itu tak kunjung mengakui 17 Agustus 1945

22

Page 29: PEUTJOET (KERKHOF)

Marechaussee-VNIL yang pernah bertugas di Geumpang sampaiJepang datang. Seperti sang ayah, Nix pun memiliki ikatanemosional yang kuat dengan Aceh.

Di Belanda, Stichting Peutjut-Fonds punya cara unik untukmenggalang dana. Setiap tahun, pensiunan KNIL maupun KL yangmasih diberi umur panjang berhimpun di restoran Kumpulan yangmenyajikan menu Indonesia di kompleks Koninklijk te huis voorOud-Militaire en Museum, di Bronbeek, Arnhem. Sambil berbincangmengenang masa lalu mereka, berdiskusi dan menikmati makananIndonesia. Belanda pensiunan tentara yang telah berusia lanjut itukemudian mengumpulkan sejumlah uangyangbisa diperoleh untukkelangsungan Peutjut di Banda Aceh.

Stichting Peutjut-Fonds masih terus menggalang danauntuk pekuburan Peutjut yang mereka hormati itu. Namun, Nixpernah khawatir, ia dan teman-temannya sesama pensiunantentara itu tak lagi bisa menghimpun dana karena usia yang kiansenja. Sementara banyak anak muda Belanda masa kini tak lagimenaruh perhatian pada sejarah, apalagi cerita sejarah mereka dibagian Iain negeri mereka di masa lalu yang berada nun jauh diseberang lautan.

Di Banda Aceh, terutama untuk memudahkan komunikasidengan pemerintah, Stichting Peutjut-Fonds mendelegasikan tugaspemeliharaan kepada Drs. Rusdi Sufi sebagai Kepala PerwakilanStichting Peutjut-Fonds di Banda Aceh. Tugas Sufi, meski tampakringkas tetap saja kompleks, yaitu menjembatani semua usahapelestarian dan pengembangan Peutjut sebagai peninggalansejarah, budaya dan destinasi pelancongan dengan pihak yangterkait, terutama Pemerintah Aceh dan Kota Banda Aceh.

Begitulah usaha Stichting Peutjut-Fonds menjagapekuburan yang menjadi 'jembatan perdamaian' antara Indonesiadan Belanda. Sesudah Tsunami menghancurkan banyak nisan diPeutjut, Stichting Peutjut-Fonds kembali untuk memulai restorasiyang menunjukkan hasil. Sesudah Pemerintah Aceh menyatakankehendak politik sebagai penanggungjawab pemeliharaan Peutjuttahun 1974 yang memang memerlukan perawatan khusus,Pemerintah Kota Banda Aceh mengikuti kebijakan itu denganmengambil peran tersendiri untuk warisan sejarah itu.

25

Page 30: PEUTJOET (KERKHOF)

Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, StichtingPeutjut-Fonds serta kini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmulai terlibat dengan peran masing-masing untuk pengembanganPeutjut dalam konteks menjaga, merawat, memelihara danmemanfaatkan tinggalan itu. Sederet usaha telah dilakukan danterus ditingkatkan untuk memastikan Peutjut Kerkhof yang konontidak ada duanya itu terjaga dan dimanfaatkan secara luas.

Namun untuk menjaga, merawat, memelihara danmemanfaatkan Peutjut sebagai warisan sejarah tetap tidak mudah.Peutjut harus 'bercerita' sebagai monumen yang menautkan masalalu dan masa kini. Ini bukan perkara mudah sebab sejarah adalahtafsir atas peristiwa. Oleh karena itu silang pendapat pasti terjadi,misalnya [terutama) soal 'mengapa sampai ada pelmburan penjajahkaphe di Aceh?'

Begitupun silang pendapat itu, konstruksi cerita sejarahyang paling penting ialah cerita tentang Peutjut Kerkhof yang'mendaurulang' jasad Belanda kaphe, orang Yahudi, Ambon danMenado Kristen, Zwarte Holland, Madura maupun Jawa Islamadalah cerita yang mendorong kesadaran sejarah bahwa perangmengorbankan siapapun yang terlibat, tanpa kecuali. Oleh sebab itucerita tentang perang harus dibangun agar dapat menggugah rasakemanusiaan agar perang tak lagi terulang.

26

Page 31: PEUTJOET (KERKHOF)

QOBLWiUtt ' AEHAll fSyHK^JX

L*I.KAH xcntau ACOl

C«3£iKl£T£K£hTE, OOCV-itti-O.I v'.n .IJSOlJCiE.I

1, d»t dJor hen, Bcslea <1* ui-t-.cli.al .

ciarOA ^.i« ancta.atAlice boRr^afrX..t.. • Pi.r. 'c. - to irudi ..coH laTart.-aden, op hst t'Jhav.l c.^

.it h«..-stwl v •« c

eocpla* aopit vri4fr,"»t<ad (

r, d.it door he» 4c varjoteoar laUiklialA '«!■ uapde#

^Bcn.ii *oor hcMtcI Vra da

bajraai-pla' tsi oai.td» H

-JerlaaiaOi. Ua«uriB-: uc w

ircti-la e«H«nt<

.«se.-«td>brLcf»- d:.**©? otaoda a.*«P cauo-ca •

TcnidM i

Aliue asT voarheld ureastiitt oc t« di«r.- -ttll*

ba

ho

art

•-

aOBftva kepaLa oaehas paopw

ii oxLiAfl istiKT- G:a,

dasgaB i <inyat»kaa

»

U bBhi. V.

. -.g.t

"tlup nwlM£«;■

" PKttCBI! " dl Baada AcaB V

-U -

rulun. artl aejarai «l»ri pakubar-n dta.k.-d,

2. bahwa k«ni nk«a b«rtaBce«a8 J««*» aetaathajft, b*Jk ■•-iDSB »«»<i p.ia1:»ai»»4n B&npuo aatflah .Ulalfukm v«ns*-r.a BtB. .flurvh pata.b«an " PtOCOt - BmI. Aaab 4« -akaa bwueaL. u.tuk »e«lihar. aw MrBW

taya d.n«w -A

«b

3llcttikB

7B

(

^..dtlw pTBiBUa. Ini kBl partwt, -gar dapat dl#.r,B-

nokan dt *wb

p*rti* .-

TodQl kCUl, 30 J'.BUAM 197'* p

Gam

bar 1:

Foto Dokumen Deklarasi Peutjut oleh Gubernur Daerah (stimewa Aceh A. Muzakkir Walad (1974]fSuinber; RJ. Nix, Stichting Peutjut Ponds, Doesburg-Belanda)

27

Page 32: PEUTJOET (KERKHOF)

Rujukan

1 Selama masa rust en orde, perlawanan terhadap Belandadilakukan secara sporadik oleh peorangan. Pelaku mengincar orangBelanda yang sedang menjalankan aktivitas harian, didatangi lalu ditusukbenda tajam dan tewas karena kehilangan banyak darah. Pelaku seringdlsebut pungo (gila) yang memmbawa misi poh kaphe [membunuh orangkafir). Rujuk T. Ibrahim Alfian, Parang Di Jalan Allah: Parang Acah 1873-1912, Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 1987.

2 Anthony Reid, Parjuangan Ral^at: Ravolusi dan HancurnyaKarajaan di Sumatara, Jakarta: Sinar Harapan, 1987.

3 Hasan Geulanggang, Rahasia Pambarontakan Atjah danKagagalan PolitikMr. S.M. Amin, Kutaradja: Pustaka Murnihati, 1956. Jugarujuk: Mawardi Umar dan A1 Chaidar, Darul Islam Acah, Pambarontak atauPahlawan? (Buku 2) Banda Aceh: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh,2006.

Tjoetje, Pakuburan Belanda Pautjoat, Mambuka Tabir SajarahKapahlawanan Ral^at Acah, Banda Aceh: Jajasan KesedjahteraanKaryawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972, him. 50-51.

3 Pertarungan Brendgen dengan Teuku Abeuk dituliskan oleh M.Adli Abdullah, 'Ampon, Bunuhlah Aku! (Catatan Sejarah Aceh yangTercecerJ' dalam https://baranom.wordpress.com/2013/12/13/ampon-bunuhlah-aku-catatan-sejarah-aceh-yang-tercecer/

28

Page 33: PEUTJOET (KERKHOF)

IVMENUJU SITUS WARISAN SEJARAH DUNIA

Asas no evidences no history dalam rekonstruksi sejarah dannilai sejarah mutlakditerapkan. Tanpa bukti seperti sumber 'shahih'atau bukti artifisial, cerita sejarah tidak lebih dari fiksi. Kisah-kisahtentang Perang Aceh 1873-1912 yang direkonstruksi secaraakademik seperti karya Ibrahim Alfian berjudul Perang di JalanAllah (1987]i atau ditulis berdasarkan pengamatan sepertirangkaian kisah yang dituliskan H.C. Zentgraaff, seorang pewartaperang Belanda dalam buku berjudul Aceh (terjemahan 1983)2telah menjadi 'sumber utama' untuk mengkisahkan kembaliperistiwa itu dalam media Iain.

Namun untuk 'membunyikan' kisah perang Aceh itu denganbukti perang yang tersisa di masa kini sering sukar untukdisandingkan. Ada cerita tetapi sedikit sekali (bahkan hampir tidakada) penandanya. Penggusuran pekuburan Belanda di Blangkejeren[Gayo Lues), ketiadaan perhatian pada sisa kubu-kubu pertahananAceh terakhir di Kuta Tampeng, Gayo Lues dan tanah Alas serta

29

Page 34: PEUTJOET (KERKHOF)

Hang kubur bagi lebih dari seratus warga korban pembantaianMarechausee di kampung yang melingkungi kubu-kubu itumenunjukkan bahwa semakin sukar untuk menyandingkan kisahkedahsyatan perang Aceh dengan bukti yang ditinggalkan perangpaling panjang dalam sejarah Belanda itu.

Masalah yang terkait dengan bagaimana merevitalisasidan/atau setidaknya mempertahankan nilai sejarah yang melekatdengan objek/situs yang menandai peristiwa penting itu (berupanilai sejarah, nilai kepahlawanan, rela berkorban, semangatkebangsaan maupun semangat jihad] serta pelestarian objeksejarah akan sulit dilakukan tanpa kebijakan pemerintah, kehendakbersama dan koordinasi antarlembaga.

Pekuburan militer Belanda Peutjut di Banda Aceh yangditulis ini merupakan bukti monumental perang Aceh yang masihtersisa, barangkali satu-satunya yang terbilang masih utuh. Selainhanya ada di Banda Aceh, pemakaman ini menjadi bukti kuatsekaligus simpul yang menautkan rangkaian kisah sejarah beragampandangan yang menghubungkan sejarah masyarakat Aceh dengandunia dari masa lalu hingga kini.

Dari perspektif nilai, pekuburan untuk lebih dari 2.200Marechausee yang dibentuk khusus untuk menaklukkan Aceh sertaorang asing lain dapat digolongkan sebagai 'Warisan BudayaIndikasi Geografis' sekaligus 'Warisan Budaya Indikasi Historis'.Oleh karena kekuatan kisah di balik pemakaman itu, usaha menjaganilai sejarah, keberadaan dan kelangsungan pemakaman yangmenjadi salah satu mercutanda Banda Aceh mutlak menjaditanggung jawab bersama lembaga-lembaga yang mengurus sejarahdan kebudayaan.

Sebagai warisan budaya dan sejarah Peutjut Kerkhof yangditandai dengan beragam bentuk nisan dan tugu penanda kuburadalah sumber cerita sejarah. Belanda, seperti kebanyakan orangEropa lain menjadikan nisan sebagai simbol sekaligus kenanganatas kerabat mereka yang dikubur. Oleh sebab itu, selain nama padabatu nisan selalu dipahatkan simbol-simbol tertentu ditambah'kata-kata mutiara' atau ucapan bernas terakhir si empunya namasebelum ajal menjemput

30

Page 35: PEUTJOET (KERKHOF)

Simbol tertentu yang dipahatkan selain menjadi preferensijuga memiliki makna tertentu. Simbol Uroborus atau Ouroborosyang dilambangkan dengan seeker ular menggigit ekornya sendiriyang dipahat pada tugu Kohler menandakan Jenderal Belanda yangtewas dalam serangan pertama ke Aceh Itu 'Ingin hidup abadiSimbol yang juga dipakai untuk simbol keagamaan, primordial,matematika dan kimia ini menjadi tanda penting untuk membacakondisi psikologis dan dinamika kehidupan Kohler.

Pernah dipandang sebagai kuburan bergengsi di masakolonial membuat Peutjut Kerkhof'menyimpan' banyak makna dannilai melalui simbol. Satu simbol yang dipahatkan dengankebanggaan ialah pahatan bintang Militaire Willems-Orde [MWO).Salah satu nisan berpahat bintang yang disingkat RMWO diikutidengan kelas bintang itu adalah makam Kopral H.M. Brock. BintangRMWO kelas empat untuk Brock disematkan secara anumerta laludipahatkan pada nisannya.

Ragam kata mutiara yang dipahatkan pada nisan di Peutjutselain menjadi pengingat juga menunjukkan kebanggaan padatugas mereka di Aceh. Slogan Leve de Koningin! [Hiduplah SangRatu!) jadi slogan yang banyak dipahatkan selain wasiat atau pesanpribadi seperti 'zeg aan mijn moeder, dat ik mijn best heb gedaan'(katakan pada ibuku, aku telah menjalankan tugasku dengansebaik-baiknya).

Makam beberapa perwira Marechausee yang terlibat dueldengan pejuang Aceh terkemuka menjadi bukti betapa gigih orangAceh ini. Makam dua perwira Marechausee ayah dan anak keluargaMolenaar yang dibuat berdampingan terkait dengan cerita dariBakongan. Sang anak tewas di tangan pasukan T. Cut Ali. KematianMoleenaar Jr. membuat Marechausee berang dan mengirim KaptenJ. Paris untuk memburu Teuku Cut Ali, Teungku Banta Saidi atauPanglima Rajo Lelo dan Teuku Angkasah di Aceh Selatan.3

Cerita tentang Kapten J. Paris yang memburu Teuku Cut Alijuga berakhir tragis. la tewas di ujung pedang Teungku Banta Saididalam duel satu lawan satu di Bakongan. Tubuh perwira yangdisebut-sebut kebal senjata tajam ini ditemukan penuh luka tebasandengan lengan terpisah dari badannya. Namun jasadnya tidak

31

Page 36: PEUTJOET (KERKHOF)

pernah dikuburkan di Peutjut tetapi dibawa ke dan dimakamkan diHastings, kota di Selatan Inggris, kampung halaman istrinya.

Cerita yang secara langsung maupun tidak terekam di nisanPeutjut merupakan fakta sejarah yang dapat digaii dandihubungkan dengan dokumen. Kata mutiara maupun simbol dariberagam nisan di Peutjut dapat dihubungkan dengan arsip perangdan pemerintahan. Ini karena juru tulis militer termasukkebanyakan orang Belanda dikenal rajin menulis, rapi dan disiplindalam mencatat hampir tiap kejadian yang mereka jalani, seperticerita Paris dan akhir perjuangan Teuku Cut Ali.

10 monumen yang dibangun di komplek pekuburan Peutjutini didirikan dengan maksud tertentu terutama commemmorationatau mengingat kembali. 10 monumen itu menjadi media untukmengenang jasa 10 tokoh militer dan sipil yang dianggap memberipengaruh kepada perang Aceh. Selain monumen untuk Kohler, Pel,van Aken yang telah disebut, ada juga monumen Marechausee yangkhusus didirikan atas dana planters di Sumatera Timur untukmenghormati pasukan Marechausee.

Enam monumen Iain yang didirikan di Peutjut ialahmonumen untuk mengenang para 'legenda' dalam perang Belandadi Aceh, yaitu monumen JJ. Roeps yang terbunuh di Barus; F.Darlang, perwira petualang yang pernah memasuki kubu Acehtanpa senjata; W.B.J.A. Scheepens yang tewas ditikam TeukuBentara Titeu ketika memimpin sidang, M.J.j.B.H. Campioni, yangtewas oleh serangan klewang yang menakutkan; H.M. Vis yangdisebut memiliki kubur paling indah dan G.].A. Webb yang tewasoleh bom kayu ketika membujuk Panglima Polem untuk menyerah^

Kubur Kapten A.J. Haga (1898-1933] yangmati terbunuh diLhoong untuk membalas kematian Janjte de Graaff oleh seorangpemuda Aceh dari Lhoong dapat dijadikan penanda lain Peutjut.Haga yang dilaporkan tewas dengan luka tembak di punggung(kemungkinan) oleh senjata pasukan sendiri ini adalah perwiraterakhir yang dikuburkan di Peutjut. Jika Weijerman adalah perwirapertama maka Haga menjadi perwira terakhir yang berkubur diPeutjut.5

Selain kisah-kisah Perang Aceh yang terekam dalam nisan.Nisan beragam bentuk, beberapa terlihat megah, ada juga yang aneh

32

Page 37: PEUTJOET (KERKHOF)

dan sederhana itu dapat menjadi khasanah dalam kajian arkeologikolonial. Namun cerita sejarah tetap menjadi 'keunggulan' PeutjutInilah prasyarat pertama bagi Peutjut Kerkhof untuk dapatdiusulkan menjadi Situs Warisan Sejarah Dunia, sebab tidak adaatau hampir tidak ada pemakaman militer kolonial yang lebih besardari Peutjut

Pandangan ini masih harus dibuktikan tetapi kebijakan dankehendak politik pemerintah di Aceh juga Belanda yang memilikikewajiban menghormati tentaranya untuk memelihara warisansejarah perang Aceh itu tetap menjadi faktor utama. Oleh sebab itu,buku ini lebih dimaksudkan sebagai media informasi sejarahsekaligus mendorong gagasan lain dalam 'mengelola' nilai sejarahyang melekat kuat pada Peutjut Kerkhof di Banda Aceh.

Rujukan

1 T. Ibrahim Alfian, Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah, BandaAceh: Pusat Dokumentas dan Informasi Aceh, 1999.

2 H.C. Zentgraaf, Aceh (diterjemahkan oleh Aboebakar Atjeh),Banda Aceh: Beuna, 1983.

2 G.A Geerts, Bezoekerdgids Militaire Erebegraafplaats Peutjut inBanda Aceh, tt: uitgave van de Stichting Peutjut-Fonds, 2007.Adriaan P. Intveld, Gevallen op het veld van Eer, 's-Gravenhage: Indische

Genealogisceh Vereniging, 2010.5 Tjoetje, Pekuburan Belanda Peutjoet, Membuka Tabir Sedjarah

Kepahlawanan Rakjat Aceh, Banda Aceh: Jajasan KesedjahteraanKaryawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972.

33

Page 38: PEUTJOET (KERKHOF)

BACAAN

Adriaan P. Intveld, Gevallen op het veld van Ear, 's-Gravenhage: Indische Genealogisceh Vereniging, 2010.

Ali Hasjmy, Meurah Johan, Jakarta: Bulan Bintang, 1950.

, 'Wanita Aceh dalam Pemerintahan danPeperangan' dalam Edi Suhalmi (Ed.), Wanita Indonesia sebagaiNegarawan dan Panglima Perang, Banda Aceh: Yayasan PendldlkanAli Hasjmy, 1953.

j Iskandar Muda Meukuta Alam, Jakarta: BulanBintang, 1977.

Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup BerperangPuluhan Tahun, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam diIndonesia, Bandung: al-Ma'arif, 1981.

Anthony Raid, Perjuangan Rakyat: Revolusi dan HancurnyaKerajaan di Sumatera, Jakarta: Sinar Harapan, 1987.

Asal Mula Konflik Aceh: Dari PerebutanPantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abab ke-19,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Denys Lombard, Kerajaan Aceh jaman Sultan Iskandar Muda(1607-1636), Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

F. Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean world

in the age of Philip II, Vol. 2, New York: Harper and Row, 1972.

F. Van der Veen, Peutjoet, Ruustplaats voor 2200 soldatenvan het vroeger KNIL,The Hague-Amsterdam; 's-Gravenhage, 1984.

G.A. Geerts, Bezoekergids Militaire Erebegraafplaats Peutjut(dalam tiga bahasa), Banda Aceh: Stichting Peutjut-Fonds, 2007.

34

Page 39: PEUTJOET (KERKHOF)

H.C. Zentgraaf, Aceh (terj. Aboebakar Atjeh), Banda Aceh:Beuna, 1983.

Hasan Geulanggang, Rahasia Pemberontakan Atjeh danKegagalan Politik Mr. S.M. Amin, Kutaradja: Pustaka Murnihati,1956.

Ishak Peutua Gam dan Ramli Harun, Hikayat Sultan AcehIskandar Muda, Jakarta: Depdikbud 1985.

M. Adli Abdullah, 'Ampon, Bunuhlah Aku! (Catatan SejarahAceh yang Tercecer)' dalamhttps://baranom.wordpress.com/2013/12/13/ampon-bunuhlah-aku-catatan-sejarah-aceh-yang-tercecer/

Mawardi Umar dan A1 Chaidar, Darul Islam Aceh,Pemberontak atau Pahlawan? (Buku 2) Banda Aceh: DinasKebudayaan dan Pariwisata Aceh, 2006.

Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad Qilid I), Medan: PTPercetakan dan Penerbitan Waspada, 1981.

Rusdi Sufi, Pahlawan Nasional Sultan Iskandar Muda, BandaAceh: Pusat Data dan Informasi Aceh, 2003.

Snouck Hurgronje, Aceh di Mata Kolonialis, Jakarta: YayasanSoko Guru, 1985.

T. Ibrahim Alfian, Perang Di Jalan Allah: Perang Aceh 1873-1912, Jakarta; Pustaka Sinar Harapan, 1987.

, Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah,Banda Aceh: Pusat Dokumentas dan Informasi Aceh, 1999.

Tjoetje, Pekuburan Belanda Peutjoet, Membuka TabirSedjarah Kepahlawanan Rakjat Atjeh, Banda Atjeh: JajasanKesedjahteraan Karyawan Deppen Perwakilan Atjeh, 1972.

35

Page 40: PEUTJOET (KERKHOF)

Vf>:

-%r

[• r> ■

IWI .-.M

*t ■ i..

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA ACEH

(Wilayah Kerja Provinsi Aceh - Sumut)

ISBN 978-602-9il57-66-7