documentpf

29
PF (Pemeriksaan Fisik) RAMBUT Inspeksi : Memeriksa warna rambut; (yang menentukan warna rambut adalah melanin yang dibentuk oleh tirosin ) pirang, hitam, putih, atau warna-warni (yang ditemukan pada pasien dengan defisiensi vitamin A/vitamin A berfungsi untuk menghasilkan keratin yang merupakan bahan utama untuk pembentukan gigi, kulit, kuku, dan rambut ). Bau menandakan higiene seseorang. Palpasi : Memeriksa kerontokan rambut pasien. Adanya lesi (setiap diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian ) atau tidak. Tabel 1.1 Lesi Primer NO Jenis Lesi Keterangan Gambar 1 Makula Perubahan warna kulit, dengan batas jelas kurang dari 1 cm. 2 Papula Menonjol batas tegas, kurang dari 0.5 cm

Upload: rahmat-subagyo

Post on 07-Dec-2014

39 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentPF

PF (Pemeriksaan Fisik)

RAMBUTInspeksi : Memeriksa warna rambut; (yang menentukan warna rambut adalah melanin

yang dibentuk oleh tirosin) pirang, hitam, putih, atau warna-warni (yang

ditemukan pada pasien dengan defisiensi vitamin A/vitamin A berfungsi

untuk menghasilkan keratin yang merupakan bahan utama untuk

pembentukan gigi, kulit, kuku, dan rambut). Bau menandakan higiene

seseorang.

Palpasi : Memeriksa kerontokan rambut pasien. Adanya lesi (setiap diskontinuitas

jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian) atau

tidak.

Tabel 1.1 Lesi Primer

NO Jenis Lesi Keterangan Gambar

1 Makula Perubahan warna kulit, dengan

batas jelas kurang dari 1 cm.

2 Papula Menonjol batas tegas, kurang

dari 0.5 cm

3 Nodula Tonjolan pada berbatas tegas,

dengan ukuran 0.5 – 2 cm.

4 Tumor Tonjolan seperti nodula, tapi

lebih besar.

Page 2: DocumentPF

5 Vesikula Papula dengan cairan serosa di

dalamnya

6 Pustula Vesikula dengan cairan pus /

nanah di dalamnya.

DAHIPalpasi : Memeriksa hidrasi (penggabungan dengan air) pasien,

dengan cara palpasi ibu jari di daerah dahi pasien, apabila

terdapat finger print (cetakan garis-garis kulit yang

membentuk alur pada bagian ventral distal jari tangan)

maka pasien mengalami dehidrasi (kekurangan cairan).

PALPEBRAInspeksi : Memeriksa terdapat oedema (penumpukan cairan pada suatu jaringan) atau

tidak, karena jaringan pada palpebra longgar sehingga sering terjadi

oedema. Oedema palpebra sering terjadi pada saat bangun tidur.

Pemeriksaan oedema terdapat pada daerah palpebra, sakrum, dan pretibia

dorsum pedis. Serta terdapat perdarahan atau tidak. Jenis kelopak mata ada

dua yaitu ptosis (kelopak mata tidak dapat membuka) dan lagophtalmus

(kelopak mata tidak dapat menutup)

SKLERA DAN KONJUNGTIVAInspeksi : Melihat adanya ikterus (warna kuning pada

sklera, biasanya ditemukan pada pasien dengan penyakit hati) atau

tidak pada sklera pasien. Ikterus dikarenakan kadar bilirubin yang

tinggi pada darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan dari sel darah

merah yang sudah tua, rata – rata umur sel darah merah adalah 115 hari.

Page 3: DocumentPF

Mekanisme bilirubin

Terdapat perdarahan atau tidak pada konjungtiva palpebra inferior pasien, jika terdapat

perdarahan maka akan menimbulkan warna kebiruan pada daerah palpebra

dan disebut black eye. Warna pucat pada konjungtiva juga menandakan

anemik (kekurangan sel darah merah). Konjungtiva yang normal berwarna

merah muda dan sklera yang normal berwarna putih.

TEKANAN BOLA MATA (TIO / TEKANAN INTRA OKULER)

Page 4: DocumentPF

Palpasi : Memeriksa tekanan bola mata kiri dan kanan, pakah sama atau tidak.

Glaucoma (kelompok penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan

tekanan intra okuler) biasanya terdapat pada pasien dengan usia lebih dari

40 tahun.

PUPILInspeksi : Memeriksa refleks cahaya pada pupil. Pupil yang normal akan berbentuk

sama besar disebut juga isokor. Jenis – jenis pembesaran pupil yaitu miosis

(Pupil yang mengecil), pinpoin(amat kecil), dan midriasis (pupil melebar).

Berdiameter kira-kira 3 mm. Pemeriksaan biasanya menggunakan pen light

(senter kecil yang berbentuk seperti bolpoin).

VISUS (KETAJAMAN BOLA MATA)Inspeksi : Memeriksa apakah pasien mempunyai penglihatan yang kurang tajam.

Seperti kelainan mata miopi (rabun dekat),

hipermetropi (rabun jauh), dan silinder.

Pemeriksaan menggunakan kartu

snellen/optotype snellen (kartu yang digunakan

untuk mengecek ketajaman bola mata / berbentuk

huruf dengan ukuran yang berbeda – beda)

dengan jarak antara kartu snellen dan pasien yaitu

6 meter.

Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari dari jarak

6 meter.

Visus 6/300 hanya bisa melihat gerak-gerak jari dari jarak 6 meter.

Visus 6/~ hanya bisa melihat terang dan gelap.

Anopsia (mata buta) tidak bisa melihat terang.

PEMERIKSAAN RONGGA HIDUNGInspeksi : Memeriksa septum hidung, berada ditengah apa tidak. Ada benda asing,

skret, perdarahan, peradangan mucosa, polip (pertumbuhan atau massa yang

menonjol di membran mucosa), dan purulent (nanah atau pes). Pemeriksaan

dilakukan dengan speculum hidung.

Page 5: DocumentPF

PEMERIKSAAN TELINGAInspeksi : Memeriksa kebersihan telinga, saluran canalis apakah ada serumen atau

tidak. Jika ada serumen maka dibersihkan, setelah dibersihkan barulah

dapat memeriksa membran thympani, pemeriksaan membran thympani

dapat dilakukan dengan penlight. Terdapat membrane thympani jika ada

pantulan cahaya, pantulan tersebut disebut refleks politzer.

MEMERIKSA PENDENGARANMemeriksa pendengaran ada 3 cara, yaitu pemeriksaan

rinne (positif atau tidak), pemeriksaan webber, dan

pemeriksaan schawabach.

Pemeriksaan rine menggunakan frekuensi 256 Hz.

Pemeriksaan webber menggunakan frekuensi 512 Hz.

Pemeriksaan schawabach menggunakan frekuensi 512 Hz.

MEMERIKSA RONGGA MULUT, LIDAH, GUSI, DAN GIGIMemeriksa rongga mulut

Inspeksi : Memeriksa apakah terdapat stomatitis (radang mukosa) atau apthea

(sariawan).

Memeriksa lidah

Page 6: DocumentPF

Inspeksi : Kebersihan atau hygiene lidah, biasanya terdapat pada orang demam,

thipoid, tidak suka makan, dan coma. Pada thypoid ditemukan hyperemik

(penumpukan darah) pada bagian tepi lidah.

Memeriksa gigi

Inspeksi : Memeriksa keadaan gigi, caries

(pembusukan pada tulang atau gigi), gigi

tanggal, sisa makanan, radang pada gusi,

abses (perdarahan yang mengakibatkan

bengkak), gigi palsu, dan lain – lain.

MEMERIKSA KELENJAR GETAH BENING LEHER

Palpasi : Kelenjar yang diperiksa adalah kelenjar submandibularis (kelenjar getah

bening yang terletak di bawah mandibularis) dan sekitar telinga. Palpasi

dapat dilakukan dengan satu tangan lewat samping, atau dengan dua tangan

lewat belakang. Pembesaran kelenjar getah bening pada submandibularis

dan sekitar telinga menandakan adanya infeksi daerah mulut dan telinga.

MEMERIKSA KELENJAR TIROIDInspeksi : Dilihat ada pembesaran atau tidak. Jika ada pembesaran maka akan terlihat

nyata.

Page 7: DocumentPF

Palpasi : Palpasi daerah kelenjar tiroid, dengan menekannya dan pasien disuruh

untuk menelan. Jika sudah terasa kelenjar tiroid maka saat pasien menelan,

kelenjar tiroid akan ikut bergerak naik dan turun. Pembesaran kelenjar

tiroid saat dipalpasi dan saat pasien menelan biasanya pasien akan

merasakan sakit. Dilaporkan bentuknya, keras atau tidak, berbenjol atau

tidak.

Auskultasi : Mendengarkan bruit thyroid (bunyi atau murmur (bunyi periodik yang

berasal dari jantung) yang terdengar pada auskultasi terutama yang

abnormal). Jika terdapat bruit thyroid maka ini merupakan keganasan

karena aliran darah pada pembuluh darah bertambah banyak.

MEMERIKSA ADA TIDAKNYA KAKU KUDUK / TENGKUKKaku kuduk terjadi pada pasien radang pada meningeal (radang selaput otak atau meningitis).

Cara memeriksa kaku kuduk:

Pasien dibaringkan, satu tangan berada dibelakang kepala dan tangan lain berada di dada.

Kemudian melakukan gerakan fleksi (gerakan mendekati tubuh dalam hal ini gerakan seperti

melihat ke bawah tetapi dalam posisi berbaring) kepala, sambil tangan yang lain menekan

dada. Saat melakukan gerakan fleksi perawat memeriksa apakah ada kekakuan pada otot

leher. Kekakuan yang sangat bahkan bisa mengangkat thorak.

PEMERIKSAAN THORAK DAN FUNGSI PERNAFASANGaris – garis pada thorak

Linea midsternalis : Garis yang berada di tengah – tengah sternum.

Linea para sternalis :

Linea midio-clavikularis : Garis yang di tengah – tengah klavikula.

Linea aksilaris anterior : Garis yang lurus dengan bagian depan aksila.

Linea aksilaris media : Garis yang lurus dengan bagian tengah aksila.

Linea aksilaris poterior : Garis yang lurus dengan bagian belakang aksila.

Linea skapularis : Garis yang brada di tengah skapula.

Linea vertebralis : Garis yang berada di tengah – tengah vertebra.

Inspeksi : Hal pertama yang dilihat dalam pemeriksaan dada adalah

Bentuk dada. Bentuk dada dan kelainan pada dada ada beberapa

macam, yaitu:

Page 8: DocumentPF

Funnel chest (Sternum didepresi ke arah dalam), pigeon chest (bentuk dada

yang ditandai dengan sternum yang menonjol), barrel chest (bentuk dada

depan dan belakang mengembung), gibbus (benjolan bulat), kiposis (bentuk

vertebra yang melengkung ke depan / bungkuk), lordosis (bentuk vertebra

lumbalis yang menonjol ke depan), scoliosis (bentuk vertebra yang

melengkung lateral atau ke samping).

Hitung pernafasan pasien. Pernafasan pasien untuk orang dewasa

adalah 12 – 20 kali/menit.

Catat juga pola atau irama pernafasan pasien:

Tachypnea (pernafasan lebih dari 24 kali/menit), bradypnea (pernafasan

kurang dari 10 kali/menit), kusmaul (peernafasan cepat dan dangkal),

dispnea (perasaan sesak dan berat saat bernafas), orthopnea (kesulitan

bernafas kecuali dalam posisi berdiri atau duduk), cheyne stokes

(pernafasan dengan amplitudo naik, turun, berhenti kemudian mulai siklus

baru), biot (mirip cheyne stokes tapi amplitudonya tidak teratur).

Adanya sianosis (kebiruan) pada kuku dan bentuk kuku clubbing of

finger (bentuk kuku 180°, terdapat pada pasien yang kesulitan

bernafas).

Batuk pasien (produktif, kering, whopping (batuk karena alergi),

pendek – pendek/dehem).

Palpasi : Palpasi dinding thorak menggunakan seluruh jari tangan. Digunakan untuk

memeriksa focal fremitus (getaran pada dinding thorak). Telapak tangan

diletakkan di dinding dada kemudian pasien diminta mengucapkan “tujuh

puluh tujuh”. Bandingkan g[etaran pada dada sebelah kiri dan dada sebelah

kanan. Penyakit pnemonia (radang paru disertai eksudasi dan konsolidasi /

pemadatan paru) akan terasa lebih bergetar, sedangkan penyakit pleura

effusion (penumpukan cairan pada rongga pleura) dan pnemuo thorak

(udara atau gas dalam rongga pleura yang dapat terjadi secara spontan atau

dimasukkan dengan sengaja) akan kurang bergetar.

Perkusi : Cara perkusi yaitu jari tengah tangan kanan sebagai pengetuk dan tangan

kiri sebagai alasnya. Perkusi dada digunakan untuk mengetahui apakah ada

cairan pada dada atau tidak selain itu digunakan untuk mengetahui letak

jantung. Berikut adalah macam – macam suara pada perkusi dada:

Sonor (bunyi perkusi normal)

Page 9: DocumentPF

Redup (bunyi perkusi karena ada jaringan yang lebih padat seperti pada

penyakit pneumonia yang mengalami konsolidasi paru/pemadatan

paru)

Pekak (suara jaringan yang padat, seperti jantung/adanya cairan pada

rongga pleura). Batas daerah jantung yaitu:

Batas atas jantung ICS 2 – 3.

Batas kanan jantung yaitu linea sternalis kanan.

Batas kiri jantung linea medio clavikularis kiri (pada pasien

dengan dada lebar batas kiri jantung : 1 jari medial dari linea midio

clavikularis kiri).

Batas bawah jantung ICS 4 – 5.

hypersonor/thympani (suara rongga kosong pada daerah caverne paru ,

seperti pada penyakit pnemo thorak dan pada orang yang memiliki

bentuk dada barrel chest).

Auskultasi paru :Teknik auskultasi thorak yaitu pasien diminta bernafas dalam dengan

membuka mulut kemudian meletakkan stetoskop pada daerah auskultasi

dan membandingkan daerah dada kanan dan dada kiri.

Ada 3 hal yang didengar saat auskultasi yaitu suara nafas, suara ucapan, dan

suara tambahan.

SUARA NAFAS

1. Suara Vesikuler. Terdengar di daerah lapang paru. Suara halus, bernada

rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Jika terdengar suara

vesikular selain di lapang paru maka hal tersebut termasuk kelainan.

2. suara Broncho-Vesikuler. Terdengar di daerah karina (percabangan

antara trakea dan broncus) atau di daerah sekitar sternum dan sekitar

regio intra skapular. Suara lebih kasar dari vesikular nada sedang.

Inspirasi sama dengan ekspirasi.

3. Suara Bronchial. Terdengar di daerah trakea atau daerah leher, suara

kasar dan bernada tinggi. Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.

SUARA UCAPAN

Pasien diminta mengucapkan “tujuh puluh tujuh” setelah inspirasi dengan

berbisik, kemudian perawat memeriksa dada pasien dengan auskultasi

menggunakan stetoskop. Pasien diminta mengulangi ucapan “tujuh puluh

Page 10: DocumentPF

tujuh” tersebut selama beberapa kali dengan intonasi yang sama kuat.

Perawat secara sistematis membandingkan dada kanan dan dada kiri.

Berikut adalah jenis suara ucapan

1. Suara normal. Perlu latihan dan membiasakan diri mendengarkan suara

ucapan pada orang sehat.

2. Bronchophoni. Membandingkan sisi kanan dan sisi kiri, umumnya pada

bronchophoni sisi yang satu akan lebih bergetar dari sisi lain, hal ini

dikarenakan pemadatan/konsolidasi paru pada pasien pneumonia.

3. Pectoriloquy. Suara terdengar jauh dan tidak jelas. Terdapat pada

pasien pleura effusion atau atelaktasis.

4. Egophony. Suara bergema seperti orang yang hidungnya

tersumbat. Hal ini dikarenakan adanya pemadatan paru yang disertai

caverne/berongga – rongga besar pada sebagian daerah dan sebagian

yang lainnya normal. Sehingga menimbulkan suara yang bercampur.

SUARA TAMBAHAN

Pada pernafasan yang normal maka tidak akan terdengar suara tambahan.

Berikut adalah macam – macam suara tambahan:

1. Rales. Suara yang dihasilkan oleh eksudat pada saat inspirasi. Suara

seperti “meritik”. Rales ada tiga yaitu rales halus, sedang, dan kasar.

Perbedaan dari ketiganya terletak pada keras atau tidaknya suara

“meritik” yang diakibatkan oleh eksudat. Rales tidak hilang bila

pasien disuruh batuk. Terjadi pada pasien pneumonia dan TBC.

2. Ronchi. Suara seperti rales, tetapi ada ciri khas khusus, yaitu bernada

rendah, kasar, dan terdengar baik saat inspirasi maupun ekspirasi.

Ronchi akan hilang saat pasien batuk. Ronchi terjadi akibat

terkumpulnya cairan mucus pada trakea atau broncus besar misalnya

pada pasien dengan oedema paru.

3. Wheezing. Bunyi musical “ngiii...kkkk”. terjadi karena eksudat lengket

yang tertiup. Wheezing terdengar jelas saat proses inpirasi maupun

ekspirasi, bahkan biasanya terdengar sangat jelas pada fase ekspirasi.

Terdapat pada pasien bronchitis acuta.

4. Pleural Friction Rub...... suara ini terdengar kering, seperti gosokan

amplas pada kayu. Ronchi dan rales terdengar basah karena berasal

dari gemericik cairan. Pleura friction Rub.. terdengar jelas pada fase

Page 11: DocumentPF

ekspirasi dan inspirasi. Dan terdengar jelas pada daerah antero-lateral

dinding thorak.

Inspeksi Jantung : Ictus cordis (pukulan denyut jantung) akan terlihat pada ICS 5 pada

linea medio clavikularis kiri selebar 1 cm. Jika lebarnya lebih dari 1 cm

maka terdapat kemungkinan ada pembesaran jantung (pada pembesaran

jantung ictus cordis bisa terlihat pada linea aksilaris anterior).

Palpasi Jantung : Jika ictus cordis tidak terlihat pada pemeriksaan inspeksi maka

dilakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahuinya. Ictus cordis yang

normal akan selebar 1 cm saja, apabila lebih maka kemungkinan

terdapat hipertrofi ventrikel kiri.

Saat palpasi hitunglah juga HR (heart rate / rata – rata denyut jantung)

dan bandingkan dengan nadi. Jika lebih kecil atau lebih besar maka

terdapat kelainan.

Perkusi Jantung : Perkusi jantung digunakan untuk menentukan batas letak jantung dan

memeriksa pembesaran ventrikel kiri jantung, karena suara jantung

pekak. Pembesaran ventrikel kiri jantung akan membesar ke kiri agak

ke bawah.

Auskultasi Jantung : Untuk auskultasi jantung mula – mula gunakanlah bagian membran

dari stetoskop dengan tekanan yang kuat untuk mendengar nada – nada

tinggi. Kemudian gunakan bagian bel dengan tekanan ringan untuk

mendegarkan nada – nada rendah.

a. Bunyi Jantung

BJ I, yaitu tertutupnya katup mitral dan trikuspidalis.

BJ II, yaitu tertutupnya katup aorta dan pulmonalis

BJ III (irama pacu kuda / Galop Rythm), yaitu timbul akibat getaran

derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang

sudah membesar, darah jatuh ke ruang lebar kemudian timbul

getaran.

Tempat mendengar bunyi jantung:

Katup aorta. Di ICS 2 linea sternalis kanan.

Katup pulmonalis ICS 2 dan ICS 3 linea sternalis kanan.

Katup pulmonalis ICS 5 linea medio klavikularis kiri.

Katup mitral ICS 4 linea sternalis kiri.

Page 12: DocumentPF

b. Fase Sisitolik dan Fase Diastolik

Fase sistolik adalah fase antara BJ I dan BJ II.

Fase diastolik adalah fase antara BJ II dan BJ I.

c. Bising Jantung / Murmur

Murmur disebabkan oleh aliran darah yang melewati celah sempit

pada pembuluh darah, akibatnya terjadi turbulensi darah. Arus

darah yang normal adalah stream line, sedangkan untuk murmur

adalah arus turbulensi darah.

Murmur dengan derajat 1 – 3, maka masih dianggap dalam kondisi

terkontrol, tetapi jika sudah mencapai grade 4 – 6 maka hal tersebut

merupakan kelainan pada jantung.

Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan bising jantung adalah:

1. Tempatnya (Mitral, Pulmonalis, Trikuspidalis, Aorta)

2. Terjadi pada fase sistolik atau fase diastolik

3. Derajatnya.

Grade:

1- Hampir tidak terdengar.

2- Terdengar lemah.

3- Agak keras.

4- Keras.

5- Sangat keras.

6- Saat stetoskop diangkat sedikit masih terdengar.

4. Rendah tingginya nada.

5. Kualitasnya. Crescendo (makin keras terdengar), decrescendo

(makin melemah), musikal (bergelombang / nada naik turun).

PEMERIKSAAN ABDOMENDalam pemeriksaan abdomen harus bertahap dan urut. Urutan pemeriksaan abdomen adalah

inspeksi, auskultasi, palpasi, kemudian perkusi. Pemeriksaan harus urut karena palpasi atau

perkusi dapat meningkatkan intensitas peristaltik usus. Perawat juga harus mengetahui

pembagian daerah abdomen. Pembagian daerah abdomen ada dua tipe, yaitu berdasarkan 9

regio dan berdasarkan 4 kwadrant.

9 regio tersebut adalah:

Page 13: DocumentPF

Epigastrika.

Hipochondrika kiri dan kanan.

Umbilikalis.

Lumbalis kiri dan kanan.

Hipogastrika.

Inguinal (iliaca) kiri dan kanan.

Sedangkan 4 kwadrant tersebut adalah:

Kwadrant kanan atas.

Kwadrant kiri atas.

Kwadrant kanan bawah.

Kwadrant kiri bawah.

Inspeksi : Amati bentuk abdomen, apakah membuncit/membusung, bentuk umbilicus

menonjol/tidak, ada benjolan pada permukaan abdomen/tidak ada, tepi

perut menonjol/tidak.

Amati aliran darah vena pada abodomen. Aliran darah yang normal adalah

dari tengah abdomen kemudian ada yang menuju ke atas atau ke bawah dan

tidak terlalu menonjol.

Aliran darah yang tidak normal:

Dari bagian atas abdomen kembali ke atas lagi, hal tersebut

menunjukkan adanya obstruksi vena porta hepatika/tekanan vena porta

meningkat.

Dari bagian bawah menuju bagian atas, menunjukkan adanya obstruksi

vena porta inferior.

Auskultasi : Auskultasi dilakukan untuk memeriksa bising usus. Bising usus yang

normal adalah sekitar 5 – 35 kali per menit. Jika tidak ada bising usus

dalam waktu 5 menit barulah dikatakan peristaltik negatif/tidak ada.

Auskultasi juga bertujuan untuk memeriksa apakah ada bruit pada arteri

maupun aorta.

Palpasi : Pada saat palpasi abdomen, tanyakan dahulu apakh ada daerah yang sakit,

jika ada maka daerah itulah yang dipalpasi terakhir. Palpasi dimulai dengan

palpasi umum, yang dikaji yaitu: palpasi adanya nyeri, palpasi apakah ada

benjolan atau tidak, periksa juga turgor kulit untuk memeriksa hidrasi

pasien. Setalah itu palpasi dengan penekanan pada daerah vesica

Page 14: DocumentPF

urinaria/kandung kemih (cystitis/radang kandung kemih), titik MC burney

(apendikitis/usus buntu), dan regio epigastrica (gastritis).

Perkusi : Suara perkusi yang normal pada abdomen adalah thympani. Masa yang

padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (asites (cairan di rongga

peritoneum), ginjal, vesica urinaria (kandung kemih), dll)

PEMERIKSAAN KELENJAR LIMFE INGUINALPalpasi : kelenjar limfe inguinal diperiksa dengan teknik palpasi saja. Untuk

mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada daerah inguinal.

Jika ada maka ada petunjuk terjadinya infeksi pada daerah tungkai,

inguinal,, kelainan atau metatase tumor testis.

PEMERIKSAAN GENETILIAPria

Inspeksi : Diperiksa bagian kulit apakah ada infeksi, lesi, atau kutu. Tesitis kiri kanan,

ada/tidak hidrocale (kumpulan cairan yang berbatas tegas, dalam kasus ini

berada di testis). Mulut eretra, ada/tidak discharge nanah. Ada/tidak ulcus

(luka/terkelupasnya jaringan nekrotis) pada corona glandis penis (batas

proksimal melingkar pada glan penis). Phymosis (preputium tidak bisa

ditatik). Lesi herpes. Dll.

Wanita

Inspeksi : Amati secnet vagina, klasifikasinya yaitu:

1. Normal :Tidak gatal dan jernih.

2. Lochia rubra :(Sekret vagina setelah melahirkan seperti darah

sampai 3 hari post partum).

3. Lochia alba :(Sekret vagina terakhir saat melahirkan, jika jumlah

darah berkurang dan leukosit bertambah).

4. Warna coklat :Mungkin CA, endometriosis.

5. Keju cair :Mungkin monilia/candida.

6. Putih mucoid :Infeksi stafilokokus/streptokokus.

7. Putih berbusa :Infeksi trichomonas vaginalis.

8. Kuning kehijauan :Nanah/purulent.

PEMERIKSAAN ANUS

Page 15: DocumentPF

Anus diperiksa bersamaan dengan genetalia wanita. Untuk laki – laki posisi brbaring miring,

lutut terlipat menempel perut dan dada.

Diperiksa adanya:

Haemoroid eksterna

Fissura (retak tau pecahnya jaringan pada kulit akibat menurunnya elastisitas jaringan

kulit)

Fistula

Atau keadaan keganasan.

PEMERIKSAAN LENGAN DAN TUNGKAIPemeriksaan Oedema

Oedema biasa terjadi pada daerah pre tibia, yaitu daerah sekitar maleolus (mata kaki), dorsum

pedis, dan jari – jari kaki. Oedema diperiksa dengan menekan jari di permukaan kulit dan

kecekungan yang terjadi akan tidak segera hilang (pitting oedema).

Pitting oedema dikarenakan oleh cairan ekstraselular yang lebih banyak dari pada cairan

intraselular. Pitting odema terjadi pada pasien dengan decomp cordis (ketidakmampuan

jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat).

Pemeriksaan rentang gerak dan semetrisitas (Range Of Motion / ROM)

Diperiksa kesimetrisan lengan dan tungkai, dibandingkan besarnya sisi kanan dan sisi kiri.

Ketidaksimetrisan bisa dekarenakan polio (penyakit yang disebabkan poliovirus) atau karena

fraktur (patah tulang). Diperiksa kemampuan gerakan ke semua arah dengan teknik ROM,

ketidakmampuan gerak bisa desebabkan kelainan sendi atau jaringan di sekitar sendi.

Pemeriksaan uji kekuatan otot

Diawali dengan pemeriksaan tonus otot (ketegangan / kekakuan otot) dan trofi otot (besar

kecilnya otot). Dibandingkan kiri dan kanan.

Kekuatan otot dinilai dengan angka dari nol sampai lima:

0 : Otot sama sekali tidak bisa digerakkan dan sama sekali tidak ada kontraksi,

bila lengan dilepaskan akan jatuh 100% / tidak ada tahanan.

1 : Ada sedikit kontraksi dan jika lengan dijatuhkan ada sedikit tahanan.

2 : Mampu mengangkat lengan dengan tegak / bisa melawan gravitasi tapi jika

diberi sentuhan akan jatuh kembali.

Page 16: DocumentPF

3 : Pasien mampu menahan tegak saat diberi tekanan oleh pemeriksa namun

tidak bisa melawan kekuatan dorongan pemeriksa.

4 : Kekuatan yang berbeda antara sisi satu dengan sisi yang lainnya.

5 : Kekuatan utuh.

Pemeriksaan reflekx – reflex fisiologi

Reflex fisiologi deperiksa dengan ketukan pada tendon, yaitu reflex tendon biceps, triceps,

lutut dan achiles.

Pemeriksaan reflex patologik babinski

Refleks patologik babinski diperiksa dengan goresan pada daerah telapak kaki, seperti pada

gambar berikut

Refleks normal akan menggerakkan semua jari – jari kaki dengan gerakan plantar fleksi

(menekuk ke arah telapak kaki). Sedangkan refleks babinski negatif akan menggerakkan ibu

jari ke arah dorso fleksi (menekuk ke arah punggung dari telapak kaki)dan jari lainnya

bergerak ke arah plantar fleksi.

Mencari tanda – tanda khusus

Clubbing of the finger

Ujung – ujung jari seperti pemukul genderang. Biasanya terjadi pada pasien dengan diagnosa

TBC / COPD kronik, jantung bawaan, kelainan darah, dan gangguan oksigenasi.

Spider naevi

Apabila daerah jari ditekan maka arteriola akan terisi kembali dari arah sentral menuju

samping. Biasanya terjadi pada pasien hepatitis.

Uremic frost

Biasanya ditemukan pada pasien uremia (kelebihan nitrogen yang merupakan produk akhir

protein dan asam amino dalam darah / merupakan gejala dari gagal ginjal kronik). Cara

pemeriksaannya yaitu, keringat pasien dibiarkan menguap, setelah itu diperiksa apakah ada

bedak ureum, pemeriksaan dilakukan dengan perabaan dan tidak dilakukan jika pasien sudah

mandi.

PEMERIKSAAN KELENJAR MAMAEPemeriksaan dilakukan dengan pasien posisi berbaring dengan batal sebagai ganjalan pada

punggung. Periksa bergantian kiri dan kanan.

Inspeksi : Adakah retraksi (penarikan kulit) kulit, diperiksa juga bau puting susu,

ulcus (kerusakan lokal, atau terlepasnya jaringan nekrotik), kesimetrisan

antara mamae kanan dan kiri.

Page 17: DocumentPF

Palpasi : Lengan kanan digunakan untuk menekan dan lengan kiri digunakan sebagai

penopang, diperiksa apakah ada benjolan seperti tumor pada setiap

kwadrant mamae. Diperiksa juga kelenjar lemfe aksilaris untuk mengetahui

ada atau tidaknya metastase tumor ke daerah tersebut.

PEMERIKSAAN COMLUMNA VERTEBRALISPasien diperiksa dengan posisi duduk membelakangi pemeriksa

Inspeksi : Diperiksa bentuk vertebra, skoliosis, kiposis, lordosis, gibus, meningocele

(hernia pada columna vertebralis), spina bavida (kelainan penutupan

selubung tulang pada mendula spinalis, di mana selaput meninges dapat

menonjol ke luar (spina bivida cystica) atau tidak menonjol (spina bivida

occulata)).

Palpasi : palpasi pada procesus spinosus, dari cervikal sampai daerah lumbo – sakral.

Kaji apakah ada nyeri atau tidak, seperti pada pasien HNP.

PEMERIKSAAN SARAF CRANIALNervus Olfaktorius (N I)

Nervus olfaktorius berfungsi sebagai saraf penciuman, mengenali bau – bauan yang ada. Cara

memeriksa saraf olfaktorius yaitu dengan menyiapkan beberapa bau – bauan seperti

tembakau, kemudian pasien diminta menyebutkan nama dari bau – bauan tersebut.

Pemeriksaan dilakukan dengan mata tertutup.

Nervus Optikus (N II)

Berfungsi sebagai saraf pengatur penglihatan. Cara pemeriksaannya yaitu dengan

menggunakan optotype snellen yang dipasang 6 meter dari pasien. Kemudian diperiksa visus

pasien.

Nervus Trigeminus (N V)

Berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik.

Sensorik diperiksa pada permukaan kulit daerah dahi, pipi, dan rahang bawah dengan goresan

kapas.

Motorik diperiksa tonus otot maseter saat pasien diperintahkan untuk mengigit.

Nervus Fasialis (N VII)

Diperiksa kemampuan mengankat alis mengerutkan dahi, mencucurkan bibir, tersenyum,

meringis, bersiul, dan menggebungkan pipi. Juga diperiksa fungsi pengecapan (gula, garam,

dan asam).

Page 18: DocumentPF

Nervus Vestibulo – Acustikus / Auditorius (N VIII)

Test keseimbangan

Diperiksa fungsi keseimbangan dengan Test Romberg, yaitu pasien diperiksa berdiri

tegak dengan mata tertutup. Apabila pasien berhuyung – huyung dan jatuh maka test

romberg positif dan itu menandakan sisitem keseimbangan pasien terganggu. Pasien juga

diminta untuk berjalan pada garis lurus. Atau pasien diminta untuk berdiri dengan satu

tumit.

Test pendengaran

Test rinne (garpu tala 256 Hz)

Garpu tala digetarkan kemudian ditempelkan pada processus mastoideus, tepat saat tidak

terdengar pasien diminta bilang, kemudian garpu tala dipindahkan ke muka liang telinga.

Normalnya masih terdengar, disebut rinne positif.

Rinne positif bisa berarti normal juga bisa berarti tuli perseptif tidak total.

Rinne negatif berarti tuli konduktif

Test weber (garpu tala 512 Hz)

Garpu tala digetarkan tangkainya ditempelkan pada garis tengah kepala. Pasien diminta

mengatakan sisi mana yang paling terdengar lebih keras. Salah satu sisi lebih keras

disebut lateralis kanan atau lateralis kiri. Sama keras disebut tidak ada lateralis.

Lebih keras terdengar di kiri bisa berarti 2 hal:

a. Telinga kiri tuli konduktif

b. Telinga kanan tuli perseptif

Sama keras bisa berarti 3 hal:

a. Kedua telinga normal.

b. Kedua telinga tuli konduktif

c. Kedua telinga tuli perseptif.

Test schwabach (garpu tala 512 Hz)

Syarat pemeriksa pendengarannya normal. Garpu tala digetarkan kemudian ditempelkan

pada prosesus mastoideus pasien, setelah pasien merasa tidak terdengar lagi, garpu tala

ditempelkan ke pemeriksa. Apabila masih terdengar, maka dikatakan schwabach pasien

memendek. Normalnya test schwabach adalah sama dengan pemeriksa.

Nervus Glossopharyngeus (N IX) dan Nervus Vagus (N X)

Diperiksa letak uvula, di tengah atau diviasi, serta kemampuan menelan pasien.

Nervus Accesorius (N XI)

Page 19: DocumentPF

Diperiks kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan (kontraksi M. Trapezius dan gerakan

kepala.

Nervus Hypoglossus (N XII)

Diperiksa kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus, gerakan mendorong pipi kiri dan

kanan, serta gerakan lidah ke dalam.