plagiat merupakan tindakan tidak terpuji perbedaan … · agnes wijaya, s.psi. dan yulius sodah,...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU ALTRUISME
PADA DEWASA AWAL DAN DEWASA MADYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Felinsa Oktora Tanau
129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."
Matius 6:33
“Have faith in your dreams and
someday your rainbow will come smiling through.”
~Cinderella
“Dalam Kelemahan, Kemuliaan Tuhan dinyatakan”
Felinsa Oktora Tanau
~Tunduina Puang~
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus,
yang tak pernah berhenti Menyertai, Melindungi, memberi kekuatan, dan
Menyatakan Kasih Setia Nya melalui Mujizat dan Berkat Nya
kepada ku.
Papah dan Mamah,
Yang selalu memberikan Cinta, Kasih, Doa, Dukungan, Semangat,
Dan telah sabar menantikan hasil dari karya ini.
Mba Adies, Benny, dan Tesa,
Terimakasih telah menjadi saudara yang luar biasa penuh kasih sayang
Dan dukungan dalam susah maupun senang.
B02,
Jarak tak pernah menjadi penghalang bagi kita
Untuk saling mendukung. ILY.
Teman-teman Psikologi,
Yang telah dan sedang berjuang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERBEDAAN TINGKAT KECENDERUNGAN PERILAKU ALTRUISME
PADA DEWASA AWAL DAN DEWASA MADYA
Felinsa Oktora Tanau
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa
awal dan dewasa madya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey. Subjek penelitian ini
berjumlah 200 subjek yang terdiri dari 100 subjek dari kelompok dewasa awal dan 100 subjek dewasa
madya dengan menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan skala kecenderungan perilaku altruisme yang dikembangkan oleh peneliti.
Skala kecenderungan perilaku altruisme ini memperoleh hasil reliabilitas alpha sebesar 0,925 (α=0,925). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik analisis uji beda Independent Sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan kecenderungan perilaku altruisme, yaitu t(198)= -7,657,
(p<0,05) antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya. Kelompok dewasa madya memiliki tingkat
kecenderungan perilaku altruisme yang lebih tinggi dibandingkan kelompok dewasa awal.
Kata kunci : kecenderungan perilaku altruisme, dewasa awal, dewasa madya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE DIFFERENCES OF ALTRUISM BEHAVIORAL TENDENCY
IN YOUNG ADULT AND MIDDLE ADULT
Felinsa Oktora Tanau
ABSTRACT
The purpose of this study was to understand the differences of Altruism behavioral tendency between young
adult and middle adult. This study uses survey research type. There were 200 subjects consist of 100 young
adult subjects and 100 middle adult subjects. The samples were obtained using convenience sampling
method. The data were obtained from altruism scales that developed by researcher. The scale of this
altruistic behavior tendency obtain the results of reliability alpha 0.925 (α = 0,925). This study was
quantitative difference test with Independent Sample t-test. The result showed that there was significance
diference altruism behavioral tendency t(198)= -7,657, (p<0,05) between young adult and middle adult. It
meant that middle adult had higher altruism behavioral tendency that the young adult.
Keywords: altruism behavioral tendency, young adult, middle adult
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Krisus atas Kasih dan CintaNya telah
menyertai hingga penulisan skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Kecenderungan
Perilaku Altruisme Pada Dewasa Awal Dan Dewasa Madya” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Selama penulisan skripsi ini, penulis merasa banyak mendapat bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widianto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
3. Bapak Hadrianus Wahyudi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang tidak
henti-hentinya mendukung dan memberi semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberikan dukungan, nasihat, saran, kritik dan menjadi ibu yang penuh kasih
mendampingi serta membantu dalam pengerjaan skripsi ini dengan baik. Ibu, ILY.
5. Bapak T.M. Raditya Hernawa M.Psi. yang telah berkenan meluangkan waktunya
untuk berdiskusi, memberikan nasihat, dan semangat untuk peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan banyak ilmu,
tidak hanya Ilmu Psikologi saja namun juga mengenai nilai-nilai kehidupan.
Terimakasih karna ilmu Psikologi dapat memberikan pelajaran dan makna hidup serta
sedikit demi sedikit dapat peneliti terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas segala
bantuan yang diberikan. Terimakasih Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gi (selamat
menikmati masa bahagia, Pak) dan student staff.
8. Kapolda Kalimantan Selatan beserta Jajaran yang telah berkenan menerima dan
memberikan izin kepada peneliti untuk menyebarkan skala penelitian kepada anggota
Polri wilayah Polda Kalimantan Selatan. Karo SDM Polda Kalsel yang telah
mendampingi dalam penyebaran data, terkhusus pada anggota divisi Psikologi Polda
Kalsel. Direktur Reskrimum Polda Kalsel, Direktur Reskrimsus Polda Kalsel,
Direktur polair Polda Kalsel, dan Direktur Resnarkoba Polda Kalsel.
9. Bapak Pendeta Joseph Bates Raku, M.Si. Fil. Yang telah memberikan izin serta
dukungan doa bagi peneliti dalam menyebarkan skala penelitian kepada jemaat GPIB
Effatha Guntung-Payung.
10. Kedua Orangtua yang ku Cintai, Frans Yullius Tanau dan Endah Mulia Sari, yang
tidak pernah berhenti memberi cinta dan kasih, dukungan, doa, dampingan, semangat,
nasihat dan memotivasi peneliti dalam mengerjakan skripsi.
11. Meydisa Utami Tanau, M.Psi. Psikolog dan Tesalonika Tanau, yang selalu
memberikan dukungan, cinta, doa, coklat, makanan dan menemani dalam susah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
maupun duka. Adikku Bennychar Saito Tanau yang sedang bertugas demi menjaga,
melindungi dan membela Nusa Bangsa di Papua, Tuhan Beserta mu. I Love You So.
12. Seluruh keluarga besar yang begitu besar Tanau dan Soedjiman, Oma, Om, Tante,
Sepupu, Ipar, Ponakan, dan Almarhum Eyang Bapak yang tutup usia saat peneliti
melakukan pengambilan data. Selamat Jalan Eyang, ini untuk Eyang.
13. B02 (Jessica, Romo Yullius, Indri, Tiffany, dan Agnes) atas kebersamaannya, cinta,
sayang, cerewet, semangat, makan-makan, jalan-jalan dan doanya kepada peneliti
meskipun satu persatu sudah mulai meninggalkan Jogja yang telah mempersatukan.
14. Agnes Wijaya, S.Psi. dan Yulius Sodah, S.Psi. atas dukungan, dampingan, nasihat dan
waktunya sehingga skripsi ini dapat berjalan dan selesai dengan baik. Maafkan atas
gangguan tidur yang dialami demi menanggapi berbagai pertanyaan seputar skripsi.
Semangat dan sukses S2 nya calon-calon Psikolog. God Speed.
15. Aji, Rifqi, Memel, Dewi, Bang Ganda, Bang Aulia, Mas Anton, Yosua, Erlin, Putri,
Dennis, Ade, Leo, Tyas Dia, Yuyu, Laras, Puput, Putra Jadoel, Onyedh, Mega,
SASIRUK dan seluruh Staff dan Student Staff Humas Universitas Sanata Dharma atas
segala dukungan, bantuan skoring, nasihat, serta doa sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik.
16. Rekan-rekan Psikologi angkatan 2012, yang telah saling mendukung, berbagi suka
duka, memberi semangat, petualangan dan berjuang bersama hingga saatnya masing-
masing dapat meraih cita dan cinta. Tuhan Menyertai kita.
17. Pihak-pihak lain yang terkait selama proses penulisan dan pelaksanaan penelitian
yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………..……. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ……..……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………… vii
ABSTRACT ................................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… ix
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… xiv
DAFTAR TABEL ……………………………………………..………… xvii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………….………... xix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis .................................................................... 7
2. Manfaat Praktis ..................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
A. ALTRUISME ............................................................................. 10
1. Definisi Altruisme ................................................................ 10
2. Aspek Altruisme ................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
a. Aspek Kognitif ………………………………………. 12
b. Aspek Afektif ………………………………………... 12
c. Aspek Tindakan ……………………………………... 13
3. Faktor yang Memengaruhi Altruisme ................................ 14
4. Dampak dari Altruisme ………………………………….. 16
5. Individu yang Altruis ……………………………………. 17
B. DEWASA ................................................................................ 19
1. Definisi Dewasa ................................................................. 19
2. Dewasa Awal ..................................................................... 21
3. Dewasa Madya .................................................................. 24
C. Dinamika Hubungan Altruisme dengan Dewasa Awal
dan Dewasa Madya .................................................................. 26
D. Kerangka Pikiran ..................................................................... 35
E. Hipotesis .................................................................................. 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 37
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 37
B. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................... 38
C. Definisi Operasional Penelitian …………………................... 38
D. Subjek Penelitian ..................................................................... 39
E. Instrumen Pengumpul Data ..................................................... 40
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 42
G. Analisis Data ............................................................................ 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 46
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 46
B. Hasil Penelitian ……………………………………………… 48
1. Hasil Uji Coba Skala ......................................................... 48
2. Deskripsi Subjek Penelitian ……………………………... 50
3. Tingkat Altruisme Subjek ………………………………. 52
4. Uji Asumsi ………………………………………………. 55
a. Uji Normalitas ............................................................. 55
b. Uji Homogenitas …………………………………….. 56
5. Uji Hipotesis ...................................................................... 57
C. Pembahasan ............................................................................. 59
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 63
A. Kesimpulan .............................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Skala Altruisme Sebelum Uji Coba ……………………….. 42
Tabel 2. Blue Print Skala Altruisme Setelah Uji Coba…………………………. 49
Tabel 3. Blue Print Skala Altruisme Setelah Uji Coba (Nomor Baru)…………. 49
Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas…………………………………………………... 50
Tabel 5. Deskripsi Usia Subjek Penelitian……………………………………... 51
Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin, Status Pernikahan, dan Pekerjaan Subjek …. 51
Tabel 7. Tingkat Altruisme Subjek …………………………………………….. 52
Tabel 8. Perbandingan Rerata Teoritis dan Empiris …………………………… 53
Tabel 9. Hasil Uji-t Tingkat Altruisme ………………………………………… 54
Tabel 10. Kategorisasi Tingkat Altruisme ……………………………………... 54
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ………………………........................................ 56
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas ……………………………………………… 57
Tabel 13. Hasil Uji Independent Sample t-test …………………………............ 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Hubungan antara Dewasa Awal dan Dewasa Madya dengan
Altruisme …………………………………………………………… 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Blue Print Skala Altruisme ……………………………………... 70
Lampiran 2. Skala Uji Coba ………………………………………………….. 75
Lampiran 3. Skala Altruisme ………………………………………………… 86
Lampiran 4. Korelasi Item Total Skala Altruisme …………………………… 95
Lampiran 5. Uji Reliabilitas Alpha Cronbach Skala Altruisme ………........... 97
Lampiran 6. Data Deskriptif Subjek Penelitian …………………………….... 98
Lampiran 7. Uji Normalitas …………………………………………………. 102
Lampiran 8. Uji Homogenitas …..…………………………………………… 103
Lampiran 9. Uji Hipotesis …………………………………………………… 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki suatu ciri khas khusus yang tidak dimiliki oleh negara
lain. Ciri khas tersebut berupa budaya gotong-royong, yang berarti masyarakatnya
saling tolong menolong tanpa menuntut imbalan (KBBI). Negara Indonesia yang
biasa disebut sebagai negara kolektif memiliki masyarakat yang bekerja keras
bersama kelompok, aktif dalam kegiatan kelompok, mudah membantu orang lain
yang membutuhkan bantuan, melakukan apa yang baik bagi orang lain dan berbagi
dengan orang lain tanpa mengaharapkan imbalan (McCarty & Shrum, 2001;
Widaty, 2014). Perilaku menolong orang lain tanpa menuntut imbalan disebut oleh
Taylor sebagai perilaku altruisme, dimana si penolong memberikan bantuan pada
orang lain tanpa mengharapkan keuntungan (Baron & Byrne, 2005; Batson, 2008
dalam Sarwono & Meinarno, 2009; Myers, 2012; Rahman, 2013). Dengan
demikian, perilaku menolong tanpa menuntut suatu imbalan merupakan suatu
varian dari masyarakat Indonesia yang dikenal dengan gotong royong, namun
perilaku altruisme memiliki ciri khusus yaitu empati dan perspective taking.
Seseorang yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela berkorban,
dan memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Hal tersebut menunjukkan
bahwa altruisme memiliki kesamaan konten dengan gotong royong. Menurut Freud
(dalam Irham & Wiryani, 2013), perilaku menolong terkait dengan motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Bierhoff (dalam Myers, 2012) menjelaskan bahwa tingkah laku altruis berdasar
pada motivasi individu yang menolong dan motivasi yang dimiliki untuk
bertingkah laku prososial karena adanya empati dan perspective taking. Menurut
Batson (dalam Arifin, 2015) altruisme mendorong munculnya positive feeling,
yaitu empati. Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan
untuk selalu menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic
motivation (Arifin, 2015).
Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) mencetuskan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku menolong yang altruis, yaitu suasana hati, meyakini
keadilan dunia, sosiobiologis dan situasional. Jenis kelamin, kepribadian, tempat
tinggal dan pola asuh juga mempengaruhi perilaku menolong seseorang (Sarwono,
2009). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2005) menemukan
bahwa usia memengaruhi perilaku menolong seseorang. Menurutnya, usia
perkembangan yang berbeda akan menghasilkan sikap menolong yang berbeda
pula. Menurut Erikson, seseorang akan melewati delapan tahapan kehidupan dan
pada setiap tahapnya mempunyai keunikan tersendiri (Erikson, 1989).
Tiap tahapan unik tersebut dicirikan oleh suatu tugas perkembangan
fundamental yang biasa disebut sebagai “krisis identitas”. Krisis identitas adalah
krisis psiko dan sosial, yang berarti suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas
empiris yang dapat diselidiki (Erikson, 1989).
Penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2005) menggunakan subjek
remaja. Menurut Erikson, individu pada tahap remaja memiliki pemikiran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
asbtrak dan idealis yang disebabkan oleh perubahan biologis yang memicu
peningkatan minat terhadap citra tubuh dan disibukan dengan pembentukan citra
tubuhnya (Santrock, 2012). Selain itu, pemikiran mereka cenderungan egosentris.
Menurut Retnaningsih (2005), faktor perubahan yang mengiringi pertambahan usia
pada remaja dapat menurunkan perilaku menolong. Erikson menyatakan bahwa
tahap dewasa awal dan dewasa madya lebih memiliki kecenderungan untuk terbuka
terhadap lingkungan sosial dibandingkan tahapan lainnya. Soldz dan Vaillant
(dalam Upton, 2012) individu dewasa dapat menyesuaikan diri dan merasa
bertanggungjawab terhadap orang lain pada pekerjaan dan hal yang diberikan
mereka untuk beramal.
Erikson dalam teori perkembangannya menunjukkan periode kritis dan
konflik-konflik akan muncul pada dewasa awal seputar pencarian mereka akan
identitasnya (Feist & Feist, 2008). Pada masa dewasa awal individu mengalami
konflik psikososial, yaitu keintiman vs isolasi. Jika perkembangan individu
berjalan dengan normal maka individu dewasa awal mampu membangun keintiman
dengan orang lain. Keintiman yang matang berarti melibatkan pengorbanan,
kompromi dan komitmen. Sebaliknya mereka yang tidak berkembang secara
normal mengalami isolasi, yaitu ketidakmampuan untuk berbagi. Pada masa
dewasa awal, mereka akan cenderung mempertahankan perasaan terisolasi karena
tidak sanggup menerima tanggung jawab orang-orang dewasa untuk bekerja secara
produktif, prokreativitas dan memiliki cinta yang matang (Feist & Feist, 2008).
Putri (2012) menunjukkan bahwa kaum dewasa awal lebih banyak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
beberapa permasalahan, yaitu seputar pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas
dalam pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Selain itu, memutuskan untuk
berkomitmen pada suatu hubungan merupakan sumber masalah bagi kaum dewasa
awal (Sari & Sunarti, 2013; Wibowo, Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut
disebut oleh Arnett (dalam Santrock, 2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi
pada masa dewasa awal yaitu dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan.
Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan hubungan mengatakan
bahwa kaum dewasa awal berada pada tahap berpusat pada diri sendiri (self-focused
level) yaitu, tahap pertama dari kematangan hubungan (Paul & White, dalam
Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung sulit untuk berkomitmen karena
mereka masih berpusat pada diri sendiri.
Individu yang berada dalam tahap perkembangan dewasa madya
mengalami konflik psikososial yaitu, generativitas vs stagnasi (Erikson, dalam
Feist & Feist, 2008). Apabila mereka berkembang secara normal, mereka akan
memiliki kualitas generativitas. Mereka akan membimbing orang lain melalui
aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orangtua, mengajar, memimpin,
dan melakukan sesuatu yang menguntungkan masyarakat (Santrock, 2011).
Individu yang berada pada tahap dewasa madya yang aktif dalam kegiatan
sosial memiliki kemampuan untuk mengelola diri dengan baik meskipun mereka
mengalami penurunan fungsi fisik, perubahan emosi psikologis, kemunduran
kognitif, dan konflik peran (Sartika, 2014). Hal tersebut dipertegas oleh
Rahayuningsih (2014) bahwa dewasa madya tetap mampu menghadapi kesulitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
psikologis dan sosial karena pengalaman hidup yang telah dilewati. Menurutnya,
mereka yang berada pada tahap dewasa madya memiliki kemauan tinggi untuk
berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orang-orang muda, mengajarkan makna
kehidupan dan menolong orang lain yang sedang kesusahan (Ellyazar, 2013;
Rahayuningsih, 2014). Dengan demikian, orang dewasa madya memiliki orientasi
untuk membantu dan berguna bagi orang lain. Menurut Erikson individu dewasa
madya yang berhasil melewati konflik psikososial memiliki kekuatan dasar yang
disebut dengan perhatian (Feist & Feist, 2008). Menurut Asih dan Pratiwi (2014)
keterlibatan dewasa madya dalam kegiatan sosial meningkatkan penghargaan diri,
kematangan emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang
matang. Selain itu, kematangan emosi dan empati memiliki hubungan yang
signifikan terhadap perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010).
Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), individu yang memiliki empati
akan lebih menunjukkan perilaku menolong. Penelitian yang dilakukan oleh
Ellyazar (2013) menunjukkan bahwa individu dewasa madya lebih memiliki
kemampuan untuk aktif dan berempati kepada orang lain dibandingkan dengan
dewasa awal. Seseorang dewasa madya yang aktif dalam berbagai kegiatan
memiliki orientasi yang positif secara rohani dan sosial (Limanto & Setiawan,
2007). McAdams dan kawan-kawan (dalam Baron & Byrne, 2005), mendefinisikan
generativitas atau dewasa madya sebagai ketertarikan dan komitmen orang dewasa
pada kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka cenderung lebih altruis di
bandingkan dengan orang-orang yang berada di tahap perkembangan yang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sedangkan, masa dewasa awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang
terlibat aktif dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan
orang lain (Santrock, 2012).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
usia dengan perilaku menolong (Peterson, dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009).
Seymour (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa di Australia pelayan
kesehatan yang berusia di atas 40 tahun memiliki motivasi altruistik yang lebih
tinggi dari pada pekerja yang berusia antara 18-28 tahun sehingga mereka lebih
memiliki kualitas pelayanan yang baik, sigap dan mengutamakan kepentingan
umum dari pada diri sendiri. Lebih lanjut lagi, Putri (2012) menemukan bahwa
perilaku menolong orang-orang pada usia dewasa awal menjadi terhambat karena
mereka kesulitan dalam menyesuakan diri dalam situasi baru karena masih
berfokus pada diri sendiri (Putri, 2012). Dari pada jenis kelamin, usia memiliki
pengaruh besar terhadap kecenderungan orang untuk prososial. Asih dan Pratiwi
(2010) serta Rohmah (2015) pernah melakukan penelitian tentang perilaku
menolong yang ditinjau dari perbedaan jenis kelamin, hasilnya menunjukkan tidak
ada perbedaan antara keduanya. Oleh sebab itu, peneliti tidak menguji perbedaan
jenis kelamin karena berdasarkan penelitian sebelumnya, meskipun teori Batson
(dalam Arifin, 2015) mengatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap
perilaku altruisme seseorang.
Kemudian, peneliti menemukan penelitian yang menunjukkan bahwa usia
mempengaruhi perilaku menolong (Retnaningsih, 2005). Penelitian tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
bertujuan untuk menguji peranan kualitas attachment, usia dan gender pada
perilaku prososial dengan subjek remaja dan usia sekolah yang hasilnya
menunjukkan ada peranan yang signifikan. Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah,
2009) menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, individu akan semakin dapat
memahami atau menerima norma-norma sosial, lebih empati dan lebih dapat
memahami nilai ataupun makna dari tindakan menolong yang ditunjukkan.
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, peneliti ingin menguji lebih
dalam terkait usia dan kecenderungan perilaku altruisme. Teori perkembangan
Erikson menunjukkan bahwa individu dalam tahap dewasa awal dan madya mulai
memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna.
Penelitian-penelitian sebelumnya hanya menguji perilaku menolong dengan
melibatkan satu kelompok usia tertentu saja, misalnya seperti penelitian yang
dilakukan oleh Sartika (2014), Rahayuningsih (2014), Ellyyazar (2013), Putri
(2012), Sari dan Sunarti (2013). Mengukur perilaku altruisme akan menjadi sulit
karena altruisme tidak hanya didasari oleh suatu bentuk perilaku, melainkan juga
melibatkan aspek lain, yaitu kognitif dan afektif. Sehingga peneliti akan mengukur
kecenderungan perilaku altruisme, yaitu hadirnya keinginan dari dalam diri
seseorang yang mendorong atau mengarahkan untuk memberikan pertolongan.
Melalui penelitian ini, peneliti akan menguji perbedaan tingkat kecenderungan
perilaku altruisme pada usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya
dengan menggunakan teori Erikson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan
tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji perbedaan tingkat
kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan di bidang psikologi
sosial secara khusus teori tentang altruisme. Penelitian ini juga dapat
menambah pengetahuan mengenai altruisme khususnya pada orang-orang yang
termasuk dalam usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Melalui
penelitian ini pula dapat menunjukkan bahwa usia perkembangan yang berbeda
akan menunjukkan perilaku altruis yang berbeda. Penelitian ini juga akan
menyajikan bagaimana tingkat kecenderungan perilaku altruisme orang dewasa
di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber acuan
bagi peneliti-peneliti selanjutnya, terutama para peneliti yang tertarik pada
bidang sosial dan perkembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Tingkah laku menolong adalah salah satu bentuk interaksi manusia yang
positif sehingga perlu dipelajari lebih dalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
b. Melalui penelitian ini, dapat menjadi suatu acuan bagi individu yang
memiliki pekerjaan-pekerjaan tertentu yang berkaitan dengan peran
individu dalam suatu pekerjaan.
c. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi dewasa awal atau dewasa
madya terkait fungsi individu yang berada di tahap dewasa madya pada
suatu pekerjaan.
d. Bagi Individu Dewasa Awal
Apabila terdapat perbedaan tingkat altruisme pada perkembangan
dewasa awal dan dewasa madya, maka individu yang berada pada tahap
dewasa awal bisa lebih mengembangkan diri serta terlibat aktif dalam
kehidupan sosial sehingga dapat mengelola krisis identitas yang berada
pada tahap perkembangan dewasa awal.
e. Bagi Individu Dewasa Madya
Apabila terdapat perbedaan tingkat altruisme pada perkembangan
dewasa awal dan dewasa madya, maka individu yang berada pada tahap
dewasa madya bisa lebih mengembangkan diri dan terlibat aktif dalam
kegiatan sosial sehingga penghargaan diri semakin meningkat dan memiliki
penerimaan diri yang semakin positif. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat membantu orang-orang yang berada pada tahap perkembangan
dewasa madya untuk dapat berbagi, mengajarkan dan menjadi panutan yang
baik bagi generasi muda berkaitan dengan kehidupan bersosial terutama
pada peningkatan perilaku altruisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Altruisme
1. Definisi Altruisme
Seseorang yang menolong dengan motivasi untuk meningkatkan
kesejahteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri disebut sebagai
altruisme (Arifin, 2015; Batson, dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Myers
(2012) menyatakan bahwa individu yang altruistis akan peduli dan mau
membantu meskipun tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada
harapan akan mendapatkan imbalan (Staub, 1978). Menurut teori Staub (1978),
seseorang yang bertindak altruis memiliki rasa empati, yaitu dapat merasakan
apa yang orang lain rasakan serta dapat memahami kondisi orang lain. Empati
ini merupakan hal yang cukup besar pengaruhnya terhadap perilaku menolong
seseorang karena empati dapat mendorong munculnya suatu tindakan yang
ditujukan kepada orang lain (Taufik, 2012). Selain itu, seseorang yang altruis
memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu menolong (Myers,
2012; Staub, 1978). Menurut Staub (1978), seseorang yang altruis digerakkan
oleh keinginan dari dalam diri individu tersebut untuk menolong orang lain.
Keinginan dari dalam diri individu tersebut membuat pelakunya memiliki
kecenderungan untuk menolong orang lain. Kecenderungan menurut KBBI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
adalah suatu kesudian, kecondongan, dan keinginan akan berbuat sesuatu.
Menurut Reber dan Reber (2010), kecenderungan adalah suatu kondisi internal
yang di dalamnya perilaku tertentu terdorong untuk muncul dan suatu dorongan
apapun yang mengarah pada suatu tindakan.
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa altrusime
adalah suatu kecenderungan untuk menolong orang lain dengan adanya rasa
empati, yaitu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan serta dapat
memahami kondisi yang dialami orang lain. Altruisme tersebut dimotivasi
untuk meningkatkan kesejaheteraan orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri.
Lebih lanjut lagi, altruisme didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
tanpa menuntut imbalan. Selain itu, altruisme dilakukan karena pelakunya
merasa peduli serta memiliki keinginan untuk menolong orang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa hal penting dalam altruisme yaitu adanya proses berpikir, merasakan,
hingga sampai pada bentuk kecenderungan untuk bertindak yang diwujudkan
dalam bentuk pertolongan yang sukarela. Hal ini berarti altruisme tidak hanya
suatu perilaku menolong, melainkan suatu kecenderungan yang didasari oleh
pikiran, perasaan dan dorongan bertindak untuk menolong. Berdasarkan
penjelasan tersebut, diperoleh aspek penting yang terkandung dalam altruisme,
yaitu kognitif, afektif dan tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Aspek Altruisme
a) Aspek Kognitif
Kognitif adalah suatu aktivitas berpikir, memahami dan bernalar
(Reber & Reber, 2010). Altruisme sendiri merupakan suatu tindakan
menolong yang didasari pula oleh proses berpikir, memahami, dan bernalar.
Hal tersebut berarti dapat memahami mengapa orang lain bertindak
demikian (Duan, dalam Baron & Byrne, 2005). Tindakan altruis tersebut
dapat termotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan orang
lain tanpa memerhatikan diri sendiri (Arifin, 2015; Batson, dalam Sarwono
& Meinarno, 2009).
Proses berpikir individu, yaitu didasarkan atas pengamatan yang
dilakukan oleh individu terhadap ekspresi wajah dan tubuh orang lain, apa
yang orang lain katakan, dan bagaimana seseorang bertindak (Staub, 1978).
Dengan demikian, individu menyadari bahwa orang lain membutuhkan
bantuannya dan meyakini bahwa orang lain membutuhkan bantuannya.
b) Aspek Afektif
Afektif adalah suatu emosi, perasaan, sikap, dan nilai (Reber &
Reber, 2010). Hal tersebut berarti, individu dapat merasakan apa yang orang
lain rasakan (Taufik, 2012). Menurut Staub (1978), altruisme menggerakan
individu untuk memberikan kasih sayang dan perhatian pada orang lain.
Kondisi afektif seseorang merupakan elemen yang penting sehingga ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
seseorang menolong maka akan meningkatkan perasaan positif di dalam
diri dan mengurangi perasaan negatif (Sarwono, 2009).
Selain itu, ketika menolong orang lain seseorang akan merasakan
suatu emosi positif di dalam diri dan merasa bahagia karena telah
memberikan pertolongan (Staub, 1978). Lebih lanjut lagi, Taylor (2009)
menyatakan bahwa menolong orang lain merupakan suatu ekspresi atas
keyakinan akan nilai yang dianut oleh penolongnya.
c) Aspek Tindakan
Tindakan adalah suatu bagian perilaku, yaitu berupa aktivitas,
respon, reaksi, gerakan dan proses (Reber & Reber, 2010). Setelah seseorang
berpikir, memahami, merasakan, peduli dan memiliki keinginan untuk
menolong maka mereka akan terdorong untuk bertindak, yaitu memberikan
pertolongan tanpa menuntut imbalan (Staub, 1978). Emosi positif yang
muncul dapat memotivasi tindakan positif untuk menolong orang lain
(Staub, 1978). Menurut Staub (1978), seseorang yang altruis digerakkan
oleh keinginan dari dalam diri individu tersebut untuk menolong orang lain.
Keinginan untuk menolong biasanya muncul berdasar pada suatu
situasi yang diobeservasi oleh individu tersebut. Individu yang memiliki
keinginan untuk menolong orang lain mengkespresikan nilai yang dianut
melalui pertolongan yang diberikan (Taylor, 2009). Keinginan untuk
menolong orang lain tersebut mendorong individu untuk mengekspresikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kepedulian dan mencoba sesuatu untuk meringkankan penderitaan orang
lain (Baron & Byrne, 2005).
Altruisme adalah suatu kepedulian individu terhadap orang lain
yang ditunjukkan melalui tindakan menolong tanpa pamrih, yang juga
disebut sebagai suatu tindakan sukarela (Myers, 2012; Staub, 1978).
Individu yang bergerak dengan sukarela merasa bahwa dirinya dibutuhkan
untuk menolong orang lain yang membutuhkan (Staub, 1978). Taylor
(2009) menyatakan bahwa menolong orang lain dengan sukarela
mendorong seseorang untuk mengekspresikan nilai personal seperti
perhatian kepada orang yang kurang beruntung. Selain itu, menolong
dengan sukarela juga meningkatkan harga diri dan membuat penolongnya
merasa bahagia (Sarwono, 2009; Staub, 1978).
3. Faktor yang Memengaruhi Altruisme
Perilaku menolong seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Myers (2012) menyebutkan bahwa pengaruh faktor eksternal sebagai
faktor situasional, yaitu bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban,
modeling, desakan waktu dan sifat kebutuhan korban. Sedangkan, faktor
internal atau disebut sebagai faktor dalam diri yaitu, suasana hati, empati, sifat,
jenis kelamin, tempat tinggal, dan meyakini keadilan dunia (Wortman, dkk
1992 dalam Arifin, 2015). Peterson (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menambahkan bahwa selain faktor-faktor di atas, usia juga memiliki pengaruh
yang besar terhadap perilaku menolong.
Lebih dalam lagi, Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) menjelaskan
bahwa di balik perilaku menolong seseorang, terdapat faktor-faktor yang dapat
memunculkan suatu altruisme, yaitu:
a. Suasana Hati
Seseorang akan menolong orang lain jika suasana hati sedang
merasa senang. Dorongan untuk menolong dilakukan karena orang tersebut
ingin memperpanjang suasana hati yang sedang dirasakan dengan
melakukan perilaku yang positif.
b. Meyakini Keadilan Dunia
Orang yang menolong mempersepsikan dunia sebagai tempat
yang adil dan percaya bahwa setiap tingkah laku yang baik akan diberi
imbalan dan tingkah laku yang buruk diberi hukuman. Kepercayaan ini
mengarah pada kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dan adanya pengharapan bahwa
orang yang menolong akan mendapat keuntungan suatu hari nanti dari
melakukan sesuatu yang baik, yaitu rasa bahagia telah bertindak benar. Hal
tersebut biasanya membuat penolong merasa puas dan berbahagia karena
perilaku menolong yang telah dilakukannya untuk orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
c. Sosiobiologis
Perilaku altruis memberikan kesan kontraproduktif karena
mengandung resiko tinggi bagi penolong untuk terluka bahkan mati. Ketika
yang ditolong dapat selamat, bisa saja yang menolong tidak selamat.
Perilaku seperti itu muncul karena ada proses adaptasi dengan lingkungan
terdekat, dalam hal ini orangtua. Selain itu, meskipun hal tersebut hanya
berkontribusi sangat sedikit, peran genetik juga memiliki kontribusi
terhadap perilaku altruis.
d. Situasional
Hal yang diyakini oleh para peneliti tentang perilaku altruis
seseorang adalah bahwa orang tersebut menjadi penolong lebih sebagai
produk lingkungan daripada faktor yang ada pada dirinya. Kepribadian
tidak terbukti berkaitan dengan altruisme. Penelitian yang pernah ada
menunjukkan bahwa dalam memberikan pertolongan, tidak ada bedanya
antara pelaku kriminal dan yang bukan. Oleh karena itu, faktor situasional
turut mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan kepada orang
lain.
4. Dampak dari Altruisme
Ketika menolong, seseorang mungkin tidak menyadari apa keuntungan
bagi dirinya. Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), dengan menolong orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
lain tanpa menuntut balasan dapat membantu meningkatkan ‘well being’.
Selain itu, individu yang memiliki altruisme akan memiliki harga diri yang
lebih tinggi, kompetensi tinggi, internal locus of control yang tinggi, rendah
dalam meminta persetujuan, memiliki perkembangan moral yang tinggi dan
memiliki kemungkinan yang lebih baik dalam perilaku prososial dibandingkan
dengan yang tidak memiliki altruisme (Wakefield, 1993).
Respon dari kecenderungan perilaku altruisme muncul sebagai positive
feeling, yaitu empati. Individu yang memiliki empati tinggi lebih termotivasi
untuk menolong orang lain daripada yang memiliki empati rendah (Schlenker
& Brit, dalam Perangin-angin, 2014). Perilaku altruisme selalu bersifat
konstruktif, membangun, mengembangkan dan menumbuhkan kehidupan
sesama (Arifin, 2015).
5. Individu yang Altruis
Seseorang yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela
berkorban, dan memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Seseorang
yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk selalu
menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic
motivation (Arifin, 2015).
Namun, memiliki perilaku altruis juga mendatangkan konsekuensi
negatif bagi pelakunya. Orang-orang yang altruis terkadang terlalu memikirkan
orang lain dan merasa bersalah jika tidak menolong, sehingga mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
melupakan kesejahteraannya sendiri (Arifin, 2015). Selain itu, berperilaku
altruis pada beberapa situasi membuat pelakunya harus menerima konsekuensi
berupa luka, kerugian waktu, materil dan sebagainya ketika berkorban bagi
orang lain (Myers, 2012; Staub, 1978). Akan tetapi, memiliki perilaku
menolong yang altruis justru mendatangkan lebih banyak konsekuensi yang
positif bagi pelakunya.
Orang-orang altruis yang menolong orang lain tanpa menuntut balasan
dapat membantu meningkatkan ‘well being’ (Dayaksini dan Hudaniah, 2009).
Selain itu, individu yang memiliki altruisme akan memiliki harga diri yang
tinggi, kompetensi yang tinggi, internal locus of control yang tinggi, rendah
dalam meminta persetujuan, memiliki perkembangan moral yang tinggi dan
memiliki kemungkinan lebih baik dalam perilaku prososial dibandingkan
dengan yang tidak memiliki altruisme (Wakefield, 1993).
Wortman, dkk (dalam Arifin, 2015) menambahkan bahwa dengan
memiliki altruisme, seseorang dapat memiliki suasana hati yang positif dan
empati memunculkan rasa bahagia bagi pelakunya. Lebih lanjut lagi, ketika
seseorang merasa empati, maka mereka tidak berfokus terlalu banyak pada
tekanan yang dirasakan, melainkan berfokus kepada mereka yang mengalami
penderitaan. Batson (dalam Myers, 2012) menyatakan bahwa ketika seseorang
dapat menilai kesejahteraan orang lain, memandang orang lain sebagai orang
yang membutuhkan, dan mengambil sudut pandang dari orang lain, maka orang
tersebut akan merasakan kepedulian yang kuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
B. Dewasa
1. Definisi Dewasa
Dewasa adalah seseorang yang telah mencapai usia 19 tahun (Erikson,
1989), orang yang telah dianggap matang yang bukan anak-anak, dan telah
menjadi pria dan wanita seutuhnya (Jahja, 2011) atau mereka yang telah matang
secara psikologis (Mappiare, 1983). Matang secara psikologis menurut
Mappiare (1983) adalah mereka yang diharapkan memiliki kesiapan kognitif,
afektif, dan psikomotor, serta dapat memainkan perannya bersama dengan
individu lain dalam masyarakat.
Anderson (dalam Mappiare, 1983) menyusun 7 ciri kematangan, yaitu;
a) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego,
b) Memiliki tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan yang efisien,
c) Mengendalikan perasaan pribadi,
d) Objektif,
e) Menerima kritik dan saran,
f) Bertanggungjawab terhadap usaha pribadi,
g) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru.
Akan tetapi, 7 ciri kematangan ini dianggap Anderson sebagai sesuatu yang
tidak mutlak karena adanya emosi yang kadang tidak stabil terjadi pada orang
dewasa.
Masa dewasa adalah masa bagi seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
2011). Pada masa dewasa ini, seseorang dituntut untuk memulai kehidupan dan
memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami/istri dan peran dalam
dunia kerja. Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena
pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya
terhadap orangtua dan berusaha untuk dapat mandiri. Jahja (2011) menyatakan
bahwa ciri-ciri seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang dewasa, yaitu
mereka yang mengalami masa pengaturan, masa usia produktif, masa
bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa
komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri
dengan hidup baru, dan masa kreatif. Beberapa faktor yang dapat menunjukkan
kedewasaan seseorang menurut Shyrock (dalam Jahja, 2011), yaitu fisik,
kemampuan mental, pertumbuhan sosial, emosi, dan pertumbuhan spiritual
serta moral. Dengan demikian, masa dewasa merupakan suatu masa yang cukup
panjang dengan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan seseorang.
Erikson (1989) mengatakan bahwa individu akan melewati delapan
tahap kehidupan dan pada setiap tahapnya mempunyai keunikan tersendiri.
Santrock (2011) menjelaskan delapan tahapan yang di cetuskan oleh Erikson,
yaitu masa bayi (satu tahun pertama), masa balita (1-3 tahun), masa kanak-
kanak awal (3-5 tahun), masa kanak-kanak pertengahan (6-pubertas), masa
remaja (10-18 tahun), masa dewasa awal (19-35), masa dewasa madya (36-60)
dan masa dewasa akhir (60 tahun ke atas). Pada masing-masing tahap, individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
akan dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas
perkembangan unik yang harus diselesaikan.
Menurut Erikson (1989), krisis bukanlah sebuah bencana namun
merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan
potensi seseorang. Krisis identitas adalah krisis psiko dan sosial, yang berarti
suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas empiris yang dapat diselidiki.
Selain itu, krisis identitas merupakan suatu karakteristik dari periode
perkembangan, yang sebelumnya tidak dapat muncul karena prasyarat-
prasyarat somatik, kognitif, dan sosial.
Erikson (dalam Santrock, 2011) mengungkapkan bahwa motivasi utama
manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan
manusia lain. Berdasarkan delapan tahapan perkembangan yang dicetuskan
oleh Erikson, dewasa awal dan dewasa madya adalah dua tahapan yang mulai
memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna.
2. Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal individu mengalami konflik psikososial, yaitu
keintiman vs isolasi. Menurut Erikson (dalam Santrock, 2011) perkembangan
dewasa awal dimulai dari usia 19-35 tahun. Masa dewasa awal merupakan masa
pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh
dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode
komitmen, masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Jahja, 2011). Individu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
tahapan ini mulai selektif dalam membina hubungan yang intim yaitu, hanya
dengan orang-orang tertentu yang sepaham dengannya (Sumanto, 2014). Lebih
lanjut lagi, pada tahap ini timbul suatu dorongan untuk membentuk hubungan
intim dengan orang-orang tertentu dan kurang akrab atau renggang dengan
yang lainnya.
Erikson (dalam Sumanto, 2014) mengatakan bahwa jenjang ini
merupakan suatu tahapan individu yang ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari kesendirian. Pemahaman kedekatan
dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan
orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda
apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk
menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga tumbuh sifat merasa
terisolasi. Individu dewasa awal cenderung mempertahankan perasaan
terisolasi karena tidak sanggup menerima tanggung jawab orang-orang dewasa
untuk bekerja secara produktif, prokreativitas dan cinta yang matang (Feist &
Feist, 2008). Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan
hubungan mengatakan bahwa kaum dewasa awal berada pada tahap berpusat
pada diri sendiri (self-focused level) yaitu, tahap pertama dari kematangan
hubungan (Paul & White, dalam Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung
sulit untuk berkomitmen karena mereka masih berpusat pada diri sendiri.
Erikson menyebutkan adanya kecenderungan maladaptif yang muncul
dalam periode ini, yaitu rasa cuek, merasa terlalu bebas, berbuat sesuka hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
tanpa memedulikan dan merasa bergantung pada orang lain. Selain itu, ada
kecenderungan untuk mengisolasi diri yang disebut oleh Erikson sebagai
keterkucilan, yaitu kecenderungan untuk menutup diri dari cinta, persahabatan,
masyarakat, dan merasa benci serta dendam sebagai bentuk kesendirian dan
kesunyiannya (Erikson, 1989).
Putri (2012) menunjukkan, bagi dewasa awal pekerjaan menjadi sumber
stress, yaitu seputar pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan
penyesuaian diri terhadap situasi kerja. Menurut Laobouvie (dalam Santrock,
2012) ketika seorang individu pada masa dewasa awal memasuki dunia kerja,
cara berpikir mereka pun berubah. Salah satu tanda perubahan cara pikir
mereka adalah saat mereka menghadapi paksaan realitas yang berakibat pada
penurunan idealisme yang mereka miliki. Selain pekerjaan, memutuskan untuk
berkomitmen pada suatu hubungan merupakan sumber stres bagi dewasa awal
(Sari & Sunarti, 2013; Wibowo, Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut
disebut oleh Arnett (dalam Santrock, 2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi
pada masa dewasa awal yaitu dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan
pendidikan.
Pada tahap perkembangan dewasa awal, penting bagi individu untuk
menyeimbangkan keintiman dan komitmen, serta kebebasan dan kemandirian.
Sejauh mana individu dewasa awal mampu mengembangkan otonomi,
memiliki implikasi yang penting bagi kehidupan mereka di masa yang akan
datang (Santrock, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Dewasa Madya
Individu yang berusia 36-60 tahun masuk dalam tahap perkembangan
dewasa madya (Santrock, 2011). Masa dewasa madya merupakan masa transisi,
dimana wanita dan pria meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa
dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri
jasmani dan perilaku yang baru (Jahja, 2011). Generativitas vs stagnasi
merupakan krisis psikososial yang terjadi pada tahap perkembangan dewasa
madya (Erikson, dalam Feist & Feist, 2008). Generativitas adalah perluasan
cinta pada masa depan yaitu sifat peduli terhadap generasi yang akan datang.
Sedangkan stagnasi berarti individu memuja diri sendiri dan sifat yang muncul
adalah ketidakpedulian terhadap siapa pun (Sumanto, 2014). Pada tahap ini,
manusia melampaui dunia yang awalnya terbatas pada keluarga inti, membuka
diri terhadap dunia masyarakat luas untuk memberikan sumbangan diri yang
berarti. Selain itu, individu dalam tahap ini sudah memiliki pengetahuan yang
cukup luas dan kemampuan yang cukup berkembang (Sumanto, 2014).
Perhatian pokok pada tahap ini ialah “produktivitas” yang berarti bukan
hanya menghasilkan keturunan dan produktif dalam pekerjaan, tetapi juga
produktif sebagai orangtua yang mengajar, mendidik, menurunkan dan
memelihara generasi mudanya (Erikson, 1989). Jahja (2011) mengungkapkan
bahwa dewasa madya memiliki perhatian terhadap agama lebih besar
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya, sehingga terkadang minat dan
perhatiannya terhadap agama dilandasi oleh kebutuhan pribadi dan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Rahayuningsih (2014) menyatakan bahwa dewasa madya mampu menghadapi
kesulitan psikologis dan sosial karena pengalaman hidup yang telah dilewati.
Menurutnya, mereka yang berada pada tahap dewasa madya memiliki kemauan
tinggi untuk berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orang-orang muda,
mengajarkan makna kehidupan dan menolong orang lain yang sedang
kesusahan (Ellyazar, 2013; Rahayuningsih, 2014).
Keterlibatan dewasa madya dalam berbagai kegiatan sosial
meningkatkan penghargaan terhadap diri, kematangan emosi, penerimaan diri
yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang (Asih & Pratiwi, 2010;
Rahayuningsih, 2014). Selain itu, kematangan emosi dan empati memiliki
hubungan yang signifikan terhadap perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010).
Individu dewasa madya yang merujuk pada generativitas cenderung
merasa dibutuhkan oleh orang lain, berusaha memastikan bahwa orang-orang
muda memperoleh kesempatan untuk berkembang serta aktif dalam komunitas
dan lingkungan (Santrock, 2012). Sebaliknya, mereka yang mengalami stagnasi
akan merasa diri sendiri, mengalami kebingungan terhadap hasrat dan
potensinya, serta mengalami kecemasan karena tidak bisa memanfaatkan
peluang yang ada.
Jika individu pada tahap dewasa madya tidak bisa berkembang dengan
baik, maka mereka akan mengalami stagnasi yang di tandai dengan regresi dan
sikap yang berorientasi pada diri sendiri (Erikson, 1989). Stagnasi yang dialami
oleh individu adalah perasaan bahwa hidupnya telah berhenti dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
membosankan, bahwa relasi dengan orang lain menjadi tertekan dan hatinya
diliputi dengan rasa cemas sehingga yang dipikirkan hanyalah dirinya sendiri.
Pada masa dewasa madya, individu akan mengalami penurunan
kreativitas, penurunan kemampuan fisik, dan meluasnya tanggungjawab
(Simonton, dalam Santrock, 2012). Baltes, Lindenberger, dan Staudinger
(dalam Santrock, 2012) mengungkapkan, sekalipun individu dalam dewasa
madya mengalami penurunan fungsi biologis, kehidupan sosial-kultural, karir,
dan relasi tetap seimbang.
C. Dinamika Hubungan Altruisme Dengan Dewasa Awal Dan Dewasa Madya
Menolong orang lain adalah suatu perilaku yang dapat kita jumpai dimana
pun dan kapanpun. Perilaku menolong tersebut biasanya terjadi karena ada suatu
situasi yang mensinyalkan untuk menghadirkan suatu bentuk pertolongan bagi
pemberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan pertolongan. Seseorang
yang menolong dengan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain
tanpa memerhatikan diri sendiri disebut sebagai altruisme (Arifin, 2015; Batson,
dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku
menolong altruis memiliki kesamaan dengan gotong royong, yaitu sebagai suatu
ciri dari masyarakat Indonesia.
Individu yang altruistis akan peduli dan mau membantu meskipun tidak ada
keuntungan yang ditawarkan atau tidak ada harapan akan mendapatkan imbalan
(Myers, 2012). Menurut Wilson dan Petruska (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009)
individu yang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menolong biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
memiliki karakteristik kepribadian, yakni memiliki harga diri yang tinggi,
rendahnya kebutuhan akan persetujuan orang lain, rendahnya menghindari
tanggungjawab, dan lokus kendali yang internal.
Individu yang altruis dapat berempati, peka, berinisiatif, rela berkorban, dan
memiliki rasa tanggungjawab sosial (Myers, 1994). Bierhoff (dalam Myers, 2012)
menjelaskan bahwa tingkah laku altruis berdasar pada motivasi individu yang
menolong dan motivasi yang dimiliki untuk bertingkah laku prososial karena
adanya empati dan perspective taking. Hal tersebut diperkuat oleh Dayaksini dan
Hudaniah (2009) yang menyatakan bahwa empati merupakan dasar dari lahirnya
perilaku menolong.
Seseorang yang altruis memiliki motivasi altruistik, yaitu keinginan untuk
selalu menolong. Alasan internal tersebut tidak akan memunculkan egoistic
motivation (Arifin, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menolong
yang altruis, yaitu suasana hati, meyakini keadilan dunia, sosiobiologis dan
situasional (Wortman dkk, dalam Arifin 2015). Sarwono (2009) menambahkan
bahwa jenis kelamin, kepribadian, tempat tinggal dan pola asuh mempengaruhi
perilaku menolong seseorang. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Retnaningsih (2005) menemukan bahwa usia memengaruhi perilaku menolong
seseorang. Menurutnya, perbedaan usia perkembangan akan menghasilkan sikap
menolong yang berbeda.
Hal tersebut di perkuat oleh pernyataan Staub (dalam Dayaksini &
Hudaniah, 2009) bahwa dengan bertambahnya usia, maka seseorang menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
empati dan memahami makna dari suatu tindakan menolong. Soldz dan Vaillant
(dalam Upton, 2012) individu dewasa dapat menyesuaikan diri dan merasa
bertanggungjawab terhadap orang lain pada pekerjaan dan hal yang diberikan
mereka merupakan suatu bentuk amal. Papalia, Olds, dan Feldman (2009)
menyatakan bahwa bagi tahap dewasa, kecerdasan emosional mengacu pada
kemampuan untuk mengenali dan menghadapi perasaan sendiri dan orang lain.
Selain itu, Goleman (2007) kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain
mencakup beberapa kualitas seperti optimism, kecermatan, motivasi, empati, dan
kompetensi sosial.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
usia dengan perilaku menolong (Peterson, 1983, dalam Dayaksini & Hudaniah,
2009). Menurut William (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009), pengalaman
berperan penting sebagai penentu pemberian pertolongan kepada orang lain dan
perilaku menolong yang altruis dapat di tunjukkan oleh orang dewasa (Baron &
Byrne, 2005). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009), orang-orang dewasa
memiliki kompetensi sosial yangmeliputi kesadaran sosial, yaitu empati, orientasi
untuk melayani, kesadaran, dan organisasional. Selain itu, pengalaman dapat
menuntun orang dewasa mengevaluasi ulang kriteria mereka tentang apa yang
benar dan salah. Mereka lebih spontan menggunakan pengalaman pribadinya
sebagai jawaban atas dilema sosialnya (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009).
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, hubungan antara perilaku
menolong dengan usia menjadi hal yang menarik untuk dipelajari lebih dalam. Usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
atau umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati (KBBI). Usia
tersebut terhitung sejak seseorang lahir sampai meninggal. Usia seseorang biasanya
berkisar antara 0 sampai 75 tahun atau lebih, dimana seseorang melewati masa
hidup dengan berbagai perkembangan yang halus sepanjang rentang kehidupan
atau serangkaian perubahan mendadak (Kail & Cavanugh, 2010). Selama masa
kehidupan tersebut, seseorang akan terus berubah. Bagaimana seseorang bertindak,
berperilaku dan mengembangkan apa yang mereka lakukan, dapat dijelaskan
melalui perkembangan hidup seseorang. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan
Kail dan Cavanaugh (2010) bahwa seseorang yang berlaku baik secara biologis,
psikologis dan sosikultural dipengaruhi oleh perkembangan hidupnya.
Seseorang akan melewati delapan tahapan kehidupan dan pada setiap
tahapnya mempunyai keunikan tersendiri (Erikson, 1989). Pada masing-masing
tahap, individu akan dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas
perkembangan unik yang harus diselesaikan. Krisis bukanlah sebuah bencana tapi
merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan
potensi seseorang (Erikson, 1989). Krisis identitas adalah krisis psiko dan sosial,
yang berarti suatu perasaan subjektif dan juga suatu kualitas empiris yang dapat
diselidiki.
Berdasarkan delapan tahapan perkembangan yang dicetuskan oleh Erikson,
dewasa awal dan dewasa madya adalah dua tahapan perkembangan yang mulai
memiliki keterbukaan untuk berelasi dengan orang lain dan menjadi berguna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Individu dewasa berada pada kondisi psikologis dimana mereka merasa mampu
mengambil tanggungjawab atas tindakan-tindakan dan mampu berinteraksi dengan
orang lain (Sassler, Ciambrone, & Benway 2008 dalam Upton, 2012). Erikson
dalam teori perkembangannya menunjukkan periode kritis dan konflik-konflik
akan muncul pada dewasa awal seputar pencarian mereka akan identitasnya (Feist
& Feist, 2008). Individu pada tahapan ini mulai selektif dalam membina hubungan
yang intim, yaitu hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham dengannya
(Sumanto, 2014).
Menurut Erikson (dalam Sumanto, 2014), bagi orang dewasa awal jenjang
ini merupakan suatu tahapan individu yang ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari kesendirian. Pemahaman kedekatan
dengan orang lain mengandung arti adanya kerjasama yang terjalin dengan orang
lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila
seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi
dengan orang lain secara baik sehingga tumbuh sifat merasa terisolasi. Individu
dewasa awal cenderung mempertahankan perasaan terisolasi karena tidak sanggup
menerima tanggungjawab orang-orang dewasa untuk bekerja secara produktif,
prokreativitas dan cinta yang matang (Feist & Feist, 2008). Putri (2012)
menunjukkan dewasa awal sering mengalami stress, yaitu seputar pemilihan
pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian diri terhadap situasi
kerja. Selain pekerjaan, memutuskan untuk berkomitmen pada suatu hubungan
merupakan sumber stres bagi kaum dewasa awal (Sari & Sunarti, 2013; Wibowo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Yuliadi, & Karyanta, 2014). Hal tersebut disebut oleh Arnett (dalam Santrock,
2012) sebagai ketidakstabilan yang terjadi pada masa dewasa awal yaitu dalam hal
relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan.
Teori White (dalam Santrock, 2011) tentang kematangan hubungan
mengatakan bahwa dewasa awal berada pada tahap berpusat pada diri sendiri (self-
focused level) yaitu, tahap pertama dari kematangan hubungan (Paul & White,
dalam Santrock, 2011) sehingga mereka cenderung sulit untuk berkomitmen karena
mereka masih berpusat pada diri sendiri. Beberapa teori dan penelitian yang
berbicara tentang dewasa awal menunjukkan bahwa pada masa tersebut individu
akan mengalami banyak tantangan dalam kehidupannya. Mereka dihadapkan
dengan berbagai tantangan dalam kehidupan, dituntut untuk dapat berkomitmen
dan bertanggungjawab atas suatu hubungan yang di jalankan, serta memulai suatu
kehidupan yang berbeda dengan masa remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa
krisis pada masa dewasa awal membuatnya sulit untuk peduli kepada lingkungan
serta orang-orang di sekelilingnya karena mereka memiliki masa peralihan yang
cukup dramatis, yaitu peralihan dari masa remaja ke masa dewasa awal (Santrock,
2011). Krisis psikososial tidak hanya terjadi pada dewasa awal, tetapi juga pada
masa dewasa madya. Generativitas vs stagnasi merupakan krisis psikososial yang
terjadi pada tahap perkembangan dewasa madya (Erikson, dalam Feist & Feist,
2008). Generativitas adalah perluasan cinta pada masa depan yaitu sifat peduli
terhadap generasi yang akan datang, sedangkan stagnasi berarti individu memuja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
diri sendiri dan sifat yang muncul adalah ketidakpedulian terhadap siapa pun
(Sumanto, 2014).
Apabila mereka berkembang secara normal, mereka akan memiliki kualitas
generativitas. Mereka akan membimbing orang lain melalui aspek-aspek penting
kehidupan seperti menjadi orangtua, mengajar, memimpin, dan melakukan sesuatu
yang menguntungkan masyarakat (Santrock, 2011). Individu yang berada pada
tahap dewasa madya yang aktif dalam kegiatan sosial memiliki kemampuan untuk
mengelola diri dengan baik meskipun mereka mengalami penurunan fungsi fisik,
perubahan emosi psikologis, kemunduran kognitif, dan konflik peran (Sartika,
2014). Hal tersebut dipertegas oleh Rahayuningsih (2014) bahwa individu dewasa
madya mampu menghadapi kesulitan psikologis dan sosial karena pengalaman
hidup yang telah dilewati. Menurutnya, mereka yang berada pada tahap dewasa
madya memiliki kemauan tinggi untuk berbagi, mencarikan pekerjaan untuk orang-
orang muda, mengajarkan makna kehidupan dan menolong orang lain yang sedang
kesusahan (Ellyazar, 2013; Rahayuningsih, 2014).
Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa individu dewasa madya
memiliki krisis seputar hubungan kepeduliannya terhadap dunia di luar dirinya dan
kecenderungan untuk berorientasi pada diri sendiri. Jika individu pada tahap
dewasa madya tidak bisa berkembang dengan baik, maka mereka akan mengalami
stagnasi yang ditandai dengan regresi dan sikap yang berorientasi pada diri sendiri
(Erikson, 1989). Stagnasi yang dialami oleh individu adalah perasaan bahwa
hidupnya telah berhenti dan membosankan, bahwa relasi dengan orang lain menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
tertekan, dan hatinya diliputi dengan rasa cemas sehingga yang dipikirkan hanyalah
dirinya sendiri.
Selain itu, pada masa dewasa madya, individu akan mengalami penurunan
kreativitas, penurunan kemampuan fisik, dan meluasnya tanggungjawab
(Simonton, dalam Santrock, 2012). Baltes, Lindenberger, dan Staudinger (dalam
Santrock, 2012) menyatakan, sekalipun individu dalam dewasa madya mengalami
penurunan fungsi biologis, namun kehidupan sosial-kultural, karir, dan relasi akan
tetap seimbang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekalipun masa dewasa madya
mengalami berbagai masalah seperti penurunan fungsi fisik, psikologis dan
masalah kehidupan, mereka cenderung stabil dalam membina hubungan dengan
orang-orang di lingkungannya. Menurut Asih dan Pratiwi (2014) keterlibatan
dewasa madya dalam kegiatan sosial meningkatkan penghargaan diri, kematangan
emosi, penerimaan diri yang positif, dan memiliki konsep diri yang matang.
Kematangan emosi dan empati memiliki hubungan yang signifikan terhadap
perilaku prososial (Asih & Pratiwi, 2010).
Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2009), individu yang memiliki empati
akan lebih menunjukkan perilaku menolong. Penelitian yang dilakukan oleh
Ellyazar (2013) menunjukkan bahwa dewasa madya lebih memiliki kemampuan
untuk aktif dan berempati kepada orang lain dibandingkan dengan dewasa awal.
Seorang dewasa madya yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial memiliki
orientasi yang positif secara rohani dan sosial (Limanto & Setiawan, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
McAdams dan kawan-kawan (dalam Baron & Byrne, 2005),
mendefinisikan generativitas atau dewasa madya sebagai ketertarikan dan
komitmen orang dewasa pada kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka
cenderung lebih altruis dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
sedangkan masa dewasa awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang
terlibat aktif dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan
orang lain (Santrock, 2012).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
usia dengan perilaku menolong (Peterson, dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009).
Pada usia dewasa awal perilaku menolong menjadi terhambat karena penyesuaian
diri terhadap jenjang kehidupan baru yang sangat berbeda dari sebelumnya, yaitu
terlepas dari orangtua dan menjadi mandiri (Putri, 2012). Akan tetapi hal ini
berbeda dengan dewasa madya, sekalipun individu pada masa dewasa madya
memiliki banyak hambatan, mereka akan cenderung menunjukkan perilaku
menolong karena mereka juga telah matang secara usia dan memiliki peran yang
berbeda dengan dewasa awal. Staub (dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009)
menyebutkan bahwa dengan bertambahnya usia, individu akan semakin dapat
memahami atau menerima norma-norma sosial, lebih empati dan lebih dapat
memahami nilai ataupun makna dari tindakan menolong yang ditunjukkan. Dengan
demikian, individu dewasa madya memiliki kecenderungan untuk berperilaku
altruis lebih tinggi dibandingkan dengan individu dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
D. Kerangka Pikiran
Gambar 1. Alur Hubungan antara Dewasa Awal dan Dewasa Madya dengan
Altruisme
DEWASA
DEWASA AWAL DEWASA MADYA
Keintiman Vs Isolasi
Selektif dalam membina
hubungan
Berorientasi pada diri
Sulit menerima
tanggungjawab
Masa pemilihan pekerjaan,
dan penyesuaian diri dengan
lingkungan pekerjaan
Ketidakstabilan pekerjaan,
cinta dan pendidikan
Penuh masalah dan
ketegangan emosional
Periode isolasi sosial, periode
komitmen, dan
ketergantungan.
Generativitas Vs Stagnasi
Membuka diri terhadap dunia
masyarakat luas untuk
memberikan sumbangan diri
yang berarti
Mengajar, mendidik,
menolong, menurunkan dan
memelihara generasi mudanya
Penurunan kreativitas,
penurunan kemampuan fisik,
dan meluasnya tanggungjawab
Kematangan emosi,
penerimaan diri yang positif,
dan memiliki konsep diri yang
matang.
ALTRUISME DEWASA
MADYA LEBIH TINGGI
DIBANDINGKAN
DEWASA AWAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah terdapat perbedaan tingkat kecenderungan perilaku altruisme antara individu
dewasa awal dan dewasa madya. Perbedaan tersebut ditunjukkan dengan dewasa
madya memiliki tingkat altruisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian survey. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang didasari oleh
falsafah positivism yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun secara empiris,
teramati, terukur, menggunakan logika matematika dan membuat generalisasi atas
rerata (Sedaryanti & Hidayat, 2011). Metode penelitian kuantitatif tepat dilakukan
untuk menguji suatu tingkatan permasalahan (Widi, 2010) sehingga peneliti
memilih metode ini untuk menguji tingkat kecenderungan perilaku altruisme.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah komparatif yaitu
penelitian yang bersifat membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok
penelitian yang berbeda namun masih dengan variabel yang sama (Siregar, 2013).
Penelitian yang akan dilakukan bersifat cross-sectional, yaitu variabel yang sama
diukur hanya satu kali pada sejumlah kelompok partisipan (Supratiknya, 2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kecenderungan
perilaku altruisme dewasa awal dan dewasa madya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan, maka yang menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah:
o Variabel tergantung : Altruisme
o Variabel bebas : Usia Perkembangan Dewasa Awal dan Dewasa Madya
C. Definisi Operasional Variabel
1. Altruisme
Altrusime adalah suatu kecenderungan bertindak menolong orang lain
karena adanya rasa empati, yaitu dapat merasakan apa yang orang lain rasakan,
memahami kondisi yang dialami orang lain dan memberikan pertolongan tanpa
pamrih. Altruisme tersebut dimotivasi untuk meningkatkan kesejaheteraan
orang lain tanpa memerhatikan diri sendiri. Altruisme juga merupakan suatu
tindakan yang dilakukan tanpa menuntut imbalan, yaitu sukarela. Selain itu,
altruisme dilakukan karena pelakunya merasa peduli serta memiliki keinginan
untuk menolong orang lain. Variabel ini akan diungkap melalui skala penelitian
yang dibuat berdasarkan dengan aspek-aspek kecenderungan altruisme, yaitu
kecenderungan altruisme yang di dasari oleh aspek kognitif, afektif, dan
tindakan. Pada penelitian ini, tingkat kecenderungan perilaku altruisme diukur
melalui kualitas atau tinggi rendahnya skor (nilai) total yang diperoleh dari
skala altruisme. Jadi, semakin tinggi skor total yang diperoleh pada skala
kecenderungan altruisme, maka semakin tinggi pula kecenderungan perilaku
altruisme yang dimiliki seseorang. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diperoleh pada skala kecenderungan altruisme, maka semakin rendah
kecenderungan perilaku altruisme yang dimiliki seseorang.
2. Usia Perkembangan Dewasa Awal dan Dewasa Madya
Usia perkembangan dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu usia
perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Usia perkembangan dewasa
awal berarti individu yang berusia antara 19-35 tahun. Sedangkan, individu usia
perkembangan dewasa madya yang berarti berusia antara 36-60 tahun.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah individu-individu yang berjenis kelamin
perempuan dan laki-laki yang berusia 19-60 tahun, yaitu mereka yang tergolong
dalam usia perkembangan dewasa awal dan dewasa madya. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik Convenience Sampling, yaitu teknik penentuan
sampel berdasarkan anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia menjadi
subjek penelitian (Siregar, 2013).
Populasi antara individu dewasa awal dan dewasa madya diperkirakan
masing-masing lebih dari 100 orang. Oleh sebab itu, peneliti memilih
menggunakan sampel yang dapat mewakili populasi dari subjek sasaran peneliti.
Berpedoman dari Arikunto (2006), jika subjek melebihi 100 orang maka dapat
menggunakan sampel. Menurutnya, sampel diambil antara 10% - 15% hingga 20%
- 25%. Berdasarkan penentuan pengambilan sampel tersebut, sampel yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
diambil dalam penelitian ini, yaitu 100 orang untuk masing-masing kelompok
dewasa awal dan dewasa madya.
E. Instrumen Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
altruisme yang disertai dengan identitas subjek yang diperlukan, terutama
mengenai usia subjek. Skala atau bisa disebut sebagai angket merupakan teknik
pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap,
keyakinan, perilaku, dan karakteristik (Siregar, 2013). Skala yang digunakan
adalah skala tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada subjek
sudah dalam bentuk pilihan ganda (Siregar, 2013). Skala altruisme menggunakan
metode likert yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable dengan empat
alternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S),
Sangat Sesuai (SS). Pemilihan berdasarkan tingkat kesesuaian ini bertujuan agar
subjek benar-benar mempertimbangkan sejauh mana isi pernyataan dalam skala
kesejahteraan psikologis benar-benar menggambarkan keadaan dirinya atau
mengenai perilakunya (Azwar, 2012; Supratiknya, 2014).
Peneliti tidak menggunakan alternatif jawaban Netral (N) dengan tujuan
agar menghindari kecenderungan subjek untuk memilih alternatif jawaban yang
berada di tengah dengan alasan mencari aman (Supratiknya, 2014). Respon
jawaban yang terdapat dalam skala terdiri atas empat respon, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Pada pernyataan favorable, jawaban “SS” memperoleh skor 4, jawaban “S”
memperoleh skor 3, jawaban “TS” memperoleh 2, dan jawaban “STS”
memperoleh skor 1.
2. Pada pernyataan unfavorable, jawaban “SS” memperoleh skor 1, jawaban “S”
memperoleh skor 2, jawaban “TS” memperoleh 3, dan jawaban “STS”
memperoleh skor 4.
Kemudian, tinggi rendahnya tingkat altruisme dapat dilihat dari skor total jawaban
yang subjek berikan pada skala.
Pada penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menyusun skala baru
dengan teori yang dinyatakan oleh Leeds (dalam Staub, 1978) dan Myers dan
Sampson (dalam Garliah & Wulandari, 2003) yang kemudian peneliti
mengelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan tindakan. Peneliti
menemukan skala altruisme, namun tidak dapat digunakan karena skala tersebut
diperuntukan bagi subjek yang berusia sekolah, sehingga tidak sesuai digunakan
untuk subjek sasaran peneliti yang berusia dewasa. Selain itu, peneliti juga
menemukan skala altruisme yang dicetuskan oleh Organ, Podsakoff, MacKenzie
(2006). Pada skala tersebut hanya terdiri atas lima pernyataan yang menurut
peneliti hasilnya sulit untuk dapat menguji perbedaan tingkat altruisme dewasa
awal dan madya. Pertimbangan lainnya peneliti tidak menggunakan skala Organ,
Podsakoff, MacKenzie (2006) karena jika dilakukan uji coba pada skala yang
memiliki item sedikit, ditakutkan akan banyak item gugur sehingga skala memiliki
jumlah item yang kurang memadai, serta berdampak pada validitas dan reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
skala. Skala kecenderungan perilaku altruisme disusun oleh peneliti berjumlah 52
item, yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable.
Tabel 1
Blue Print Skala Altruisme sebelum Uji Coba
Aspek
Altruisme
Nomor Item Jumlah
Item
Bobot
Item Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 7, 13,
19, 25,
31, 37,
4, 10, 16,
22, 28, 34,
40
14 26,9%
2. Afektif 5, 11, 17,
23, 29,
35, 41,
43, 47,
49, 51
2, 8, 14, 20,
26, 32, 38,
45, 48, 50,
52
22 42,3%
3.Tindakan 3, 9, 15,
21, 27,
33, 39,
44,
6, 12, 18,
24, 30, 36,
42, 46,
16 30,7%
Total 52 100%
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur
Supratiknya (2014) mengatakan untuk memastikan bahwa bentuk final tes
sungguh-sungguh menghasilkan pengukuran yang bisa mencerminkan atribut
psikologis dalam taraf tertentu, maka perlu adanya pemeriksaan pada alat ukur
yang digunakan.
1. Validitas
Validitas adalah suatu kualitas esensial yang menunjukkan sejauhmana
akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar,
2012; Supratiknya, 2014). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah validitas isi (Content Validity), yang menurut Azwar (2012) merupakan
suatu validitas alat ukur yang ditentukan oleh orang-orang yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
kompetensi keilmuan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti (Expert
Judgement). Penyusunan skala dalam penelitian ini akan di konsultasikan
dengan seorang yang kompeten. Peneliti melakukan konsultasi berkaitan
penyusunan skala dengan dosen pembimbing.
2. Seleksi Item
Menurut Azwar (2012) hal yang perlu diperhatikan dalam melihat
validitas pada sebuah skala, yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan
skor item total, yang akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rxx).
Koefisien korelasi dikatakan baik apabila nilai korelasi item-total (rxx) >0,30.
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu konsistensi, kestabilan, keajegan, dan
keterandalan yang berarti sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 2012). Lebih lanjut lagi, Supratiknya (2014) menambahkan
bahwa hasil suatu pengukuran akan dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama
diperoleh hasil yang relatif sama.
Reliabilitas di uji berdasarkan data jawaban yang subjek berikan pada
saat uji coba item. Reliabilitas dapat dinyatakan dengan koefisien reliabilitas,
yaitu (Rxx) yang berkisar antara angka 0,0 sampai dengan 1,0 (Azwar, 2012).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,0, maka akan semakin tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
untuk memperkirakan tinggi rendahnya reliabilitas dengan menggunakan
teknik estimasi Alpha (α) dari Cronbach.
G. Analisis Data
1. Uji Asumsi
Pengujian asumsi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
model analisis yang tepat dalam suatu penelitian (Santoso, 2014).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk memastikan
data penelitian berasal dari populasi yang seharusnya (Santoso, 2014).
Untuk menguji apakah data-data yang dikumpulkan terdistribusi normal
atau tidak dapat dilakukan dengan metode uji statistik sederhana yang
sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas, yaitu menggunakan uji
normalitas dari Kolmogorov Smirnov.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk
menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari
populasi yang memiliki varians yang sama (Santoso, 2014). Uji ini
dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Independent Sample t-test dan
ANOVA. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
adalah sama. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah tidak
sama.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
Independent Sample t-test dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. pada
prinsipnya tujuan pengujian Independent Sample t-test adalah mengetahui
apakah ada perbedaan rata-rata (Mean) dari kelompok yang di uji (Santoso,
2014). Independent Sample t-test untuk melihat perbedaan mean pada hasil
analisis faktor di antara kelompok usia dewasa awal dan dewasa madya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, ada beberapa hal yang disiapkan oleh
peneliti demi mendukung proses penelitian, yaitu menentukan topik penelitian,
mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan topik penelitian yang dibahas,
menyusun rancangan penelitian, hingga menyusun sebuah skala penelitian.
Penelitian ini menggunakan penelitian komparatif yang bersifat
membandingkan hasil penelitian dari dua kelompok penelitian yang berbeda namun
masih dengan variabel yang sama (Siregar, 2013). Penelitian yang dilakukan
bersifat cross-sectional, yaitu variabel yang sama diukur hanya satu kali pada
sejumlah kelompok partisipan (Supratiknya, 2015).
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 oktober 2016 hingga 8 Desember
2016. Pada tanggal 28 Oktober 2016 hingga 16 November 2016 peneliti menyusun
blue print skala altruisme yang berdasar pada tiga aspek dari altruisme, yaitu
kognitif, afektif dan tindakan. Setelah itu, pada tanggal 17 November 2016 hingga
22 November 2016 dilaksanakan uji coba skala kecenderungan altruisme yang
melibatkan 100 subjek penelitian yang berusia dewasa. Kemudian, pengambilan
data dilaksanakan pada tanggal 28 November 2016 hingga 8 Desember 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Subjek penelitian terdiri dari anggota Polri wilayah Polda Kalimantan Selatan
dan jemaat GPIB Effatha Guntung Payung. Pada subjek anggota Polri, peneliti
memperoleh perizinan melalui kantor SDM Polda Kalimantan Selatan dengan
membawa surat izin penyebaran skala penelitian yang dikeluarkan oleh Fakultas.
Peneliti di dampingi oleh ayah peneliti yang merupakan salah satu anggota
kepolisian di tempat tersebut untuk dapat bertemu dan menyerahkan surat izin
penelitian. Pihak SDM Polda Kalsel menentukan empat direktorat yang menjadi
wadah peneliti untuk menyebarkan skala penelitian, yaitu Direktorat Kriminal
Umum, Direktorat Kriminal Khusus, Direktorat Polisi Air, dan Direktorat Narkoba.
Kemudian, pada tanggal 1 Desember 2016 peneliti memulai penelitian dengan
menyebarkan skala di wilayah Polda Kalimantan Selatan dengan di damping oleh
pihak Humas dan SDM, yaitu Ketua Bagian Psikologi dan anggota Humas.
Pada subjek anggota jemaat GPIB Effatha Guntung Payung, peneliti membawa
surat izin penyebaran skala penelitian yang kemudian diterima dan izinkan oleh
ketua majelis jemaat GPIB Effatha Guntung Payung untuk menyebarkan skala bagi
jemaat gereja. Penyebaran skala ditempuh peneliti dengan cara ikut serta dalam
beberapa kegiatan gereja, seperti ibadah keluarga, ibadah pemuda, ibadah
Persekutuan Kaum Perempuan (PKP) dan ibadah Persekutuan Kaum Bapak (PKB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji coba Skala
Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 17 November 2016 sampai 22
November 2016. Uji coba dilakukan di lingkungan kampus satu dan kampus
tiga Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan melibatkan 100 subjek
dewasa yang terdiri dari staff dan mahasiswa. Sebagian besar subjek uji coba
skala merupakan subjek yang ditemui oleh peneliti secara tidak sengaja di
lingkungan kampus. Peneliti melakukan perizinan langsung kepada subjek.
Peneliti memberikan skala uji coba yang sebelumnya telah disetujui oleh subjek
setelah mendengar tujuan penelitian dari peneliti. Kemudian, skala langsung di
isi oleh subjek dan dikembalikan kepada peneliti. Beberapa subjek tidak
ditemui secara langsung oleh peneliti, namun peneliti menitipkan beberapa
skala kepada beberapa kepala bagian staff Universitas Sanata Dharma.
a. Validitas Alat Ukur
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi
(Content Validity), yang menurut Azwar (2012) merupakan suatu validitas
alat ukur yang ditentukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi
keilmuan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti (Expert
Judgement). Penyusunan skala dalam penelitian ini di konsultasikan dengan
seorang yang kompeten, yaitu dosen pembimbing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Seleksi Item
Skala kecenderungan perilaku altruisme disusun oleh peneliti berjumlah
52 item, yang terdiri dari 26 item favorable dan 26 item unfavorable.
Peneliti mengugurkan 13 item karena kurang memenuhi standar yang
dikhawatirkan akan menurunkan konsistensi internal dari skala yang dibuat.
Tiga belas (13) item yang digugurkan adalah item-item dengan nilai
korelasi item-total (rxx) < 0,30. Berikut penyajian 13 item yang telah
digugurkan:
Tabel 2
Blue Print Skala Altruisme setelah Uji Coba
Aspek Altruisme Nomor Item Jumlah Item
Favorable Unfavorable
1. Kognitif 1, 7, 13, 19, 25, 31,
37,
4, 10, 16, 22, 28, 34,
40 9
2. Afektif 5, 11, 17, 23, 29, 35,
41, 43, 47, 49, 51
2, 8, 14, 20, 26, 32,
38, 45, 48, 50, 52 17
3.Tindakan 3, 9, 15, 21, 27, 33,
39, 44,
6, 12, 18, 24, 30, 36,
42, 46,
13
Total 39
Tabel 3
Blue Print Skala Altruisme setelah Uji Coba (Nomor Baru)
Aspek Altruisme Nomor Item Jumlah Item
Favorable Unfavorable
1. Kognitif 3, 7, 13, 23, 29 10, 16, 26, 31 9
2. Afektif 1, 5, 11, 17, 21, 27,
32, 33, 35, 38
8, 14, 19, 24, 36, 37,
39 17
3.Tindakan 4, 9, 15, 20, 25, 30,
34
2, 6, 12, 18, 22, 28 13
Total 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu konsistensi, kestabilan, keajegan, dan
keterandalan yang berarti sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 2012). Berdasarkan analisis dengan menggunakan SPSS
20 for Windows terhadap 39 item skala altruisme, diperoleh Cronbach
Alpha sebesar 0,925.
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha N of Items
0,925 39
2. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek yang terdapat dalam penelitian ini berjumlah 200 subjek dewasa
yang terdiri dari 100 subjek dewasa awal dan 100 subjek dewasa madya.
Penghitungan data demografik subjek dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui persebaran data subjek penelitian berdasarkan kelompok usia, jenis
kelamin, status pernikahan dan pekerjaan subjek pada kelompok dewasa awal
dan dewasa madya. Berdasarkan data demografik subjek diperoleh hasil
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 5
Deskripsi Usia Subjek Penelitian
Usia
Mean 35,46
Median 35,50
Modus 25
SD 10,572
N 200
Tabel 6
Deskripsi Jenis Kelamin, Status Pernikahan dan Pekerjaan Subjek
Jumlah
Subjek
Persentase
Jenis Kelamin Laki-laki 125 62,5%
Perempuan 75 37,5%
Status
Pernikahan
Belum Menikah 58 29%
Menikah 142 71%
Pekerjaan Cpns 1 0,5%
Honorer 1 0,5%
Irt 8 4%
Pensiunan Bumn 1 0,5%
Pensiunan Polri 1 0,5%
Phl Polda 1 0,5%
Pns 16 8%
Polri 121 60,5%
Psikolog 1 0,5%
Security 1 0,5%
Swasta 41 20,5
Tidak Bekerja 4 2%
Wiraswasta 3 1,5%
Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa rata-rata usia subjek pada
penelitian ini adalah 35,46 tahun. Selain itu, subjek dengan usia 25 tahun
merupakan subjek dengan jumlah terbanyak dalam penelitian ini. Dari 200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
subjek yang terlibat dalam penelitian ini, terdapat 125 subjek atau 62,5% laki-
laki dan 75 subjek atau 37,5% perempuan (tabel 6). Sebagian besar subjek
dalam penelitian ini telah menikah, yaitu sebesar 71% atau sebanyak 142
subjek. Lebih lanjut lagi, dari 13 jenis pekerjaan subjek dalam penelitian ini,
Polri merupakan jenis pekerjaan yang memiliki jumlah subjek terbanyak, yaitu
sebesar 121 subjek atau 60,5%.
3. Tingkat Altruisme Subjek
Pada penelitian ini, peneliti menyajikan data tingkat altruisme subjek,
yaitu mean, median, modus dan Standart Deviasi kecenderungan perilaku
altruisme yang ditinjau dari jenis kelamin laki-laki, perempuan, kelompok
dewasa awal dan dewasa madya. Hasil tingkat altruisme subjek dapat dilihat
pada tabel 7.
Tabel 7
Tingkat Altruisme Subjek
Laki-laki
(n=125)
Perempuan
(n=75)
Dewasa
Awal
(n=100)
Dewasa
Madya
(n=100)
Mean 129,88 130,39 124,76 135,38
Median 128,00 126,00 122,00 134,00
Modus 118 125 118 122
SD 11,397 11,166 8,374 11,354
Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat bahwa subjek laki-laki memiliki rata-
rata kecenderungan altruisme sebesar 129,88 dan subjek perempuan 130,39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Pada kelompok subjek dewasa awal, rata-rata kecenderungan altruisme sebesar
124,76 yang dapat terlihat dari nilai mean kelompok dewasa awal. Sedangkan
pada kelompok subjek dewasa madya adalah sebesar 135,38.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data
hasil penelitian yang membandingkan antara rerata teoritis dan data empiris.
Kedua data ini dibandingkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel
kecenderungan perilaku altruisme tergolong dalam kategori rendah, sedang
atau tinggi. Berikut ini adalah tabel 8 yang menyajikan perbandingan rerata
teoritis dan empiris:
Tabel 8
Perbandingan Rerata Teoritis dan Empiris
Pengukuran Teoritis Empiris Kategori
Min Max Mean Min Max Mean SD
Altruisme 39 156 82,5 114 156 130,07 11,285 Tinggi
Skala kecenderungan perilaku altruisme terdiri dari 39 item dengan
rentangan skor 1 sampai 4. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa skor
terendah skala adalah 1 x 39 = 39, sedangkan skor tertinggi adalah 4 x 39 =
156. Dengan demikian rentangan skor dimulai dari 39 sampai 156. Mean
teoritis diperoleh dari 39 + 156 / 2 = 82,5 dan mean empiris sebesar 130,07. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai rerata empiris lebih besar daripada teoritis 130,07
> 82,5. Lebih lanjut lagi, peneliti melakukan uji-t yang hasilnya dapat dilihat
pada tabel 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 9
Hasil Uji-t Tingkat Altruisme
Test Value = 82.5
T Df Sig. Mean
Difference
95 Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Altruisme 59,614 199 0,000 47,570 46,00 49,14
Berdasarkan hasil uji t, yaitu t(199) = 59,614, (p=0,00), dapat
disimpulkan bahwa rerata empiris memiliki perbedaan yang signifikan dengan
rerata teoritis karena memiliki signifikansi <0,05 atau p = 0,00.
Selain itu, tingkat kecenderungan altruisme juga dapat dikategorikan
berdasarkan standar deviasi (σ) dan rerata teoritik (µ). Penggunaan kategori
jenjang bertujuan untuk menempatkan subjek ke dalam kelompok terpisah
secara berjenjang pada suatu data kontinum berdasarkan variabel yang diukur.
Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga kategori, yaitu tinggi,
sedang, dan rendah (Azwar, 2012). Norma kategori tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 10
Kategorisasi Tingkat Altruisme
Skor Kategori N Persentase
(µ + 1,0 σ) ≤ X 102 ≤ X Tinggi 200 100%
(µ - 1,0 σ) < X <
(µ + 1,0 σ) 63 < X < 102 Sedang - 0%
X < (µ - 1,0 σ) X < 82,5 Rendah - 0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Skala tingkat kecenderungan perilaku altruisme mempunyai rentang
minimum 1x39 = 39 dan rentang maksimum 4x39 = 156, sehingga jarak luas
sebaran sebesar 156-39 = 117. Diperoleh standar deviasi skala tingkat
kecenderungan perilaku altruisme sebesar 117:6 = 19,5, serta rerata teoritik
sebesar 82,5.
Berdasarkan kategorisasi pada tabel 10, maka dapat dilihat bahwa
sebanyak 200 subjek atau 100% subjek berada dalam kategori tinggi.
Sementara itu sebanyak 0 subjek atau 0% subjek berada pada kategori sedang
dan rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa subjek dalam
penelitian ini berada pada kategori tinggi.
4. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk memastikan data
penelitian berasal dari populasi yang seharusnya (Santoso, 2014). Untuk
menguji apakah data-data yang dikumpulkan terdistribusi normal atau tidak
dapat dilakukan dengan metode uji statistik sederhana yang sering
digunakan untuk menguji asumsi normalitas, yaitu menggunakan uji
normalitas dari Kolmogorov Smirnov. Jika nilai p < 0,05 atau α = 5% dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara signifikan dan memiliki
sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p>0,05 atau α = 5% maka data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tersebut dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki
sebaran data yang normal (Santoso, 2010).
Berdasarkan hasil uji normalitas yang telah dilakukan, dapat
ditunjukkan dari tabel sebagai berikut:
Tabel 11
Hasil Uji Normalitas
N Mean SD Sig. (2-tailed)
Dewasa Awal 100 11,1635 0,37017 0,032
Dewasa MAdya 100 2,1301 0,03586 0,291
Berdasarkan hasil uji normalitas yang terlihat pada tabel 11, diperoleh
normalitas data >0,05, yaitu 0,291. Maka dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menunjukkan
bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki varian yang sama (Santoso, 2014). Uji ini dilakukan sebagai
prasyarat dalam analisis Independent Sample t-test dan ANOVA. Sebagai
kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama.
Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah tidak sama. Berikut
ini adalah hasil uji homogenitas pada penelitian ini:
Tabel 12
Hasil Uji Homogenitas
Levene Statistic Df Sig.
4,165 198 0,043
Berdasarkan hasil uji homogenitas pada tabel 12, diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,043 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa asumsi
homogenitas tidak terpenuhi, yaitu ada perbedaan varian antara kelompok
dewasa awal dan dewasa madya. Namun demikian, peneliti tetap
melanjutkan uji-t karena menurut Djudin (2013) asalkan sebaran data
terdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas, maka dapat
dilakukan uji statistik inferensial, yaitu uji-t. Selain itu, jika dilihat dari nilai
signifikansi uji homogenitas di atas, hasilnya tidak begitu jauh dari 0,05.
5. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
Independent Sample t-test dengan menggunakan program SPSS versi 20.0. pada
prinsipnya tujuan pengujian Independent Sample t-test adalah mengetahui
apakah ada perbedaan rata-rata (Mean) dari kelompok yang diuji (Santoso,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
2014). Independent Sample t-test digunakan untuk melihat perbedaan mean
pada hasil analisis faktor di antara kelompok dewasa awal dan dewasa madya.
Berikut hasil uji hipotesis dengan menggunakan Independent Sample t-test :
Tabel 13
Hasil Uji Independent Sample t-test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Diffe
rence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal
variances
assumed
4,165 ,043 -7,657 198 ,000 -11,450 1,495 -14,399 -8,501
Equal
variances
not
assumed
-7,657 192,420 ,000 -11,450 1,495 -14,400 -8,500
Berdasarkan hasil pengujian Independent Sample t-test di atas,
diperoleh nilai t(198)= -7,657, (p = 0,000). Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok dewasa awal dan dewasa
madya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui apakah terdapat perbedaan tingkat
kecenderungan perilaku altruisme pada kelompok dewasa awal dan dewasa madya.
Penelitian ini menggunakan tehnik analisis data Independent Sample t-test yang
memperoleh nilai sebesar t(198) = -7,657, (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecenderungan perilaku
pada dewasa awal dan dewasa madya. Hipotesis dalam penelitian ini yang
menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kecenderungan
perilaku altruisme antara dewasa awal dan dewasa madya terbukti.
Berdasarkan tabel 8, diperoleh data hasil perbandingan data teoretis dan
data empiris, yaitu mean empiris lebih besar dari mean teoritis. Lebih lanjut lagi,
signifikansi uji-t, yaitu t(199) = 59,614, (p=0,00). Dengan demikian,
kecenderungan perilaku altruisme yang dimiliki oleh subjek berada dalam kategori
tinggi. Ryff dan Singer (1995) menyatakan bahwa masyarakat dalam budaya yang
kolektif, memiliki orientasi kepada orang lain. Oleh sebab itu, tidak diragukan
bahwa rakyat Indonesia memiliki kecenderungan untuk berlaku altruis. Selain itu,
hasil dari penelitian ini memperkuat pernyataan Widaty (2014) dalam bukunya
yang menyatakan bahwa negara Indonesia yang disebut sebagai negara kolektif
memiliki masyarakat yang bekerja keras bersama kelompok, aktif dalam kegiatan
kelompok, mudah membantu orang lain yang membutuhkan bantuan, melakukan
apa yang baik bagi orang lain dan berbagi dengan orang lain tanpa mengaharapkan
imbalan (McCarty & Shrum, 2001; Widaty, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada kelompok subjek dewasa awal, diperoleh mean kecenderungan
perilaku altruisme sebesar 124,76 yang dapat terlihat dari nilai mean kelompok
dewasa awal. Sedangkan pada kelompok subjek dewasa madya adalah sebesar
135,38. Mean kelompok subjek dewasa madya lebih tinggi daripada kelompok
subjek dewasa awal yang berarti bahwa kecenderungan perilaku altruisme
kelompok dewasa madya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok dewasa
awal. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan Ellyazar (2013)
bahwa dewasa madya lebih memiliki kemampuan untuk aktif dan berempati
kepada orang lain dibandingkan dengan dewasa awal. Selain itu, McAdams dan
kawan-kawan (dalam Baron & Byrne, 2005), mendefinisikan generativitas atau
dewasa madya sebagai ketertarikan dan komitmen orang dewasa pada
kesejahteraan generasi berikutnya sehingga mereka cenderung lebih altruis
dibandingkan dengan tahap perkembangan yang lainnya, sedangkan masa dewasa
awal cenderung berfokus pada diri sendiri dan kurang terlibat aktif dalam
kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen dengan orang lain (Santrock,
2012). Dengan demikian, hasil penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian
Retnaningsih (2005) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi perilaku
menolong seseorang.
Penelitian ini tidak lepas dari kmungkinan terjadinya bias karena self report
yang merupakan metode pengambilan data memiliki kelemahan. Self report
merupakan suatu jenis pengumpulan data yang dapat disebar hanya satu kali pada
sejumlah kelompok sasaran peneliti (Cohen & Swerdlik, 2005). Namun jenis ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
memiliki kemungkinan subjek memberikan jawaban yang tidak sesungguhnya
karena hal yang dianggap bersifat pribadi sehingga menimbulkan suatu
kekhawatiran akan mendatangkan penilaian negatif dari orang lain (Cohen &
Swerdlik, 2005). Sehingga bagi penelitian selanjutnya perlu memperhatikan dan
mempertajam yang mungkin dapat ditempuh dengan menggunakan desain
penelitian eksperimen dan metode proyektif.
Berdasarkan tabel tingkat altruisme subjek, dibandingkan subjek laki-laki,
subjek perempuan memiliki nilai rata-rata yang sedikit lebih tinggi. Rata-rata
kecenderungan perilaku altruisme perempuan sebesar 130,39 dan subjek laki-laki
sebesar 129,88. Perbedaan rata-rata antar keduanya memang tidak jauh, namun jika
dilihat jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin maka jumlah subjek perempuan
adalah 75 subjek dan memperoleh rata-rata sedikit lebih tinggi daripada subjek laki-
laki yang berjumlah 125 subjek. Asih dan Pratiwi (2010) serta Rohmah (2015)
pernah melakukan penelitian tentang perilaku menolong yang ditinjau dari
perbedaan jenis kelamin, hasil penelitiannya menunjukkan tidak ada perbedaan
antara keduanya. Hal tersebut berbeda dari pernyataan Batson (dalam Arifin, 2015)
dalam teorinya yang menyatakan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap
perilaku altruisme seseorang. Selain itu, dari 100 subjek dewasa madya terdapat 71
subjek dengan pekerjaan sebagai Polri dan Gereja sebanyak 29 subjek. Sedangkan,
pada subjek dewasa awal, terdapat 50 subjek Polri dan 50 subjek anggota Gereja.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mungkin saja jenis pekerjaan dapat
mempengaruhi kecenderungan perilaku seseorang seperti pekerjaan yang memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
bertugas untuk melayani seperti Polri dan lainnya. Dengan demikian, penelitian ini
memiliki kelemahan karena kurangnya variasi dari subjek penelitian.
Data subjek pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia subjek
adalah 35 tahun. Subjek dengan usia 25 tahun merupakan subjek terbanyak dalam
penelitian ini, hal ini dapat terlihat pada tabel data subjek pada bagian modus dari
usia. Subjek yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 125 subjek atau 62,5% dan
subjek perempuan berjumlah 75. Dari 200 subjek, 142 subjek telah menikah atau
sudah berkeluarga. Lebih lanjut lagi, Polri adalah salah satu jenis pekerjaan dengan
jumlah subjek terbanyak, yaitu 121.
Pada konteks perilaku menolong orang dewasa, bagi dewasa awal perilaku
untuk menolong menjadi terhambat karena penyesuaian diri terhadap jenjang
kehidupan baru yang sangat berbeda dari sebelumnya, yaitu terlepas dari orangtua
dan menjadi mandiri (Erikson, 1989; Putri, 2012). Akan tetapi hal ini berbeda
dengan dewasa madya, sekalipun individu pada masa dewasa madya memiliki
banyak hambatan, mereka akan cenderung menunjukkan perilaku menolong. Staub
(dalam Dayaksini & Hudaniah, 2009) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya
usia, individu akan semakin dapat memahami atau menerima norma-norma sosial,
lebih empati dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan
menolong yang ditunjukkan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat
mendukung serta menjadi bukti dari teori yang di cetuskan oleh Erikson dan Staub.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
tingkat kecenderungan perilaku altruisme pada kelompok dewasa awal dan
dewasa madya. Penelitian ini menggunakan pengujian Independent Sample t-
test yang memperoleh nilai t(198)= -7,657, (p = 0,000). Hasil ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecenderungan
perilaku pada dewasa awal dan dewasa madya. Hipotesis dalam penelitian ini
yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat
kecenderungan perilaku altruisme antara dewasa awal dan dewasa madya
terbukti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
B. Saran
1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini mengungkap tingkat kecenderungan altruisme
menggunakan jenis pengumpulan data self report. Hal tersebut berarti
bahwa penelitian ini tidak dapat lebih jauh menyimpulkan tingkat
kecenderungan perilaku altruisme pada dewasa awal dan dewasa madya
yang juga menggunakan metode survey, mengingat bahwa penggunaan
jenis ini memiliki kecenderungan subjek untuk menjawab pertanyaan
dengan jawaban positif untuk menghindari penilaian negatif atas diri
mereka. Untuk semakin mempertajam hasil penelitian berikutnya,
peneliti berikutnya mungkin dapat menggunakan desain penelitian
eksperimen dan metode proyektif.
b. Penelitian ini dapat memberikan saran bagi pekerjaan-pekerjaan
tertentu yang berkaitan dengan peran dan fungsi kepada dewasa awal
dan dewasa madya. Selain itu, dapat menjadi acuan bagi individu
dewasa berkaitan dengan perilaku dan kecenderungan apa saja yang
akan muncul pada tahap dewasa, sehingga dapat mempersiapkan serta
belajar untuk menjadi lebih baik dan bermakna.
2. Saran Bagi Individu Dewasa Awal
Bisa lebih mengembangkan diri serta terlibat aktif dalam kehidupan
sosial. Dapat mengelola krisis identitas yang berada pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perkembangan dewasa awal. Perilaku altruisme adalah baik jika sedari usia
dewasa awal dapat berkembang baik dengan melibatkan diri lebih aktif
dalam dunia sosial. Melibatkan diri pada situasi sosial dengan memberikan
pertolongan berdampak pada meningkatnya empati dan membantu diri
untuk lebih menghargai diri serta orang lain.
3. Saran Bagi Individu Dewasa Madya
Lebih mengembangkan diri dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial
sehingga penghargaan diri semakin meningkat dan memiliki penerimaan
diri yang semakin positif. Selain itu, individu dewasa madya diharapkan
dapat membantu orang-orang yang berada pada tahap perkembangan
dewasa awal untuk dapat lebih banyak berbagi melalui pertolongan dan
menumbuhkan rasa empati serta mengajarkan dan menjadi panutan yang
baik bagi generasi muda berkaitan dengan kehidupan bersosial terutama
pada peningkatan perilaku altruisme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Dr. Bambang Syamsul. 2015. Psikologi sosial. Bandung: Pustaka Setia.
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Asih, Gusti Yuli dan Pratiwi, Margaretha Maria Shinta. 2010. Perilaku prososial
ditinjau dari empati dan kematangan emosi. Semarang: Universitas Semarang.
Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, Robert A. and Byrne, Donn. 2004. Psikologi sosial Ed. Kesepuluh, Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Cohen, Ronald and Swerdik, Mark. 2005. Psychological testing and assessment: an
indtroduction to test and measurement. 6th edition. McGraw-Hill International.
Dayaksini, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM Press.
Darlington, P. J. 1978. Altruism: its characteristics and evolution. Journal. Vol. 75.
No. 1, pp. 385-389. United Stated: National Academy Of Sciences.
Djudin, Dr. Tomo. 2013. Statistika parametrik. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ellyazar, Yoyok. 2013. Hubungan antara orientasi religius dan dukungan sosial
dengan kedisiplinan beribadah pada warga gereja. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Mercu Buana.
Erikson, Erik H. 1989. Identitas dan siklus hidup manusia. Terj. Jakarta: Gramedia.
Feist, Jess dan Feist, Gregory J. 2008. Theories of personality, Ed. Keenam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Garliah, L. & Wulandari, B. (2003). Hubungan antara religiusitas dengan altruisme
pada mahasiswa universitas sumatera utara yang beragama islam. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 1(2) 115-127.
Goleman, Daniel. 2007. Social intelligence. Ilmu baru tentang hubungan antar-
manusia. Terj. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana, Prenada Media
Group.
Kail, Robert V. dan Cavanaugh, John C. 2010. Human development: a life-span view.
USA: Wadsworth, Cengage Learning.
Limanto, Yennie dan Setiawan, Jenny L. 2007. Orientasi religius dewasa madya
kristen dalam pelayanan gereja. Skripsi. Surabaya: Universitas Surabaya.
Mappiare, Drs. Andi. 1983. Psikologi orang dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
McCarty, John A. and Shrum L.J. 2001. Journal of public policy & marketing, Vol. 20,
No. 1, Competition Policy and Antitrust Law. pp. 93-10. United Stated:
American Marketing Assosiation.
Myers, David G. 1994. Exploring social psychlogy. United States: McGraw-Hill, Inc.
Myers, David G. 2012. Psikologi sosial Ed. 10, Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Myers, David G. 2012. Psikologi sosial Ed. 10, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Organ, Dennis W., Podsakoff, Philip M., dan MacKenzie. Scott B. 2006.
Organizational citizenship behavior: its nature, antecedants, and
consequences. London: SAGE Publications.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Papalia, Diane E., Olds, Selley Wendkos dan Feldman, Ruth Duskin. 2009.
Perkembangan manusia. Terj. Jakarta: Salemba.
Perangin-angin, Eva Emenita Br. 2014. Hubungan antara kecerdasan emosional
dengan perilaku prososial pada polisi. SKRIPSI. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Putri, Siska Adinda Prabowo. 2012. Karir dan pekerjaan di masa dewasa awal dan
dewasa madya. Skripsi. Semarang: Universitas AKI Semarang.
Rahayuningsih, Retno. 2014. Konsep diri waria dewasa madya yang sukses mencapai
tugas perkembangan. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma
Rahman, Dr. Agus Abdul. 2013. Psikologi sosial: integrasi pengetahuan wahyu dan
pengetahuan empirik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Retnaningsih. 2005. Peranan kualitas aitachment, usia dan gender pada perilaku
prososial. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Rohmah, Ainur. 2015. Perilaku menolong ditinjau dari latar belakang jenis kelamin
dan bias kelompok agama pada siswa SMA A. Wahid Hasyim. Skripsi. Malang:
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim.
Ryff, C. D. (1995). Psychological well-being in adult life. Current Directions in
Psychological Science, Vol. 4, No. 4 (Aug., 1995), pp. 99-104.
Santoso, Singgih. 2014. Panduan lengkap SPSS Versi 20, Edisi Revisi. Jakarta:
Gramedia.
Santrock, John W. 2011. Life-span development, 13rd ed. Universitas of Texas, Dallas:
McGraw-Hill.
Santrock, Jhon W. 2012. Perkembangan masa hidup, Edisi Ketigabelas, Jilid 2. Terj.
Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Sarlinto W. dan Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sedarmayanti, Prof. DR. Hj. dan Hidayat, Drs. Syarifudin. 2011. Metodologi
penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Seymour, Alan Shiell Janelle. 2002. Preferences for public health insurance: egotism
or altruism?. International Journal of Social Economics, Vol. 29 Iss 5 pp. 356
– 369. United Kingdom: Emerald Insight.
Shaw, Gary C. 1980. Studies in soviet thought. Vol. 21, No. 4, pp. 331-339. Journal.
United Stated: Springer.
Siregar, Ir. Syofian. 2013. Metode penelitian kuantitatif: dilengkapi perbandingan
perhitungan manual & SPSS. Jakarta: Prenada Media.
Staub, Ervin. 1978. Positive social behavior and morality. United Stated of America:
Academic Press, Inc.
Sumanto, M. A. 2014. Psikologi perkembangan, fungsi dan teori. Yogyakarta: CAPS.
Supratiknya, Prof. DR. Agustinus. 2014. Pengukuran psikologis. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, Prof. DR. Agustinus. 2015. Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Taufik M.Si., Dr. 2012. Empati: pendekatan psikologi sosial. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Upton, Penney. 2012. Psikologi perkembangan. Terj. Jakarta: Erlangga.
Wakefield, Jerome C. 1993. Is altruism part of human nature? toward a theoretical
foundation for the helping professions. Journal. Vol. 67, No. 3, pp. 406-458.
Chicago: The University of Chicago Press.
Wibowo, Agus ferry, Yuliadi, Istar., dan Karyanta, Nugraha Arif. 2014. Perbedaan
derajat ereksi pria dewasa di tinjau dari tingkat stress di kelurahan jagalan
surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Widaty, Cucu. 2014. Perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di
kecamatan padaherang kabupaten pangandaran. Skripsi. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas metodologi penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Lampiran 1
Blue Print Skala Altruisme
No. Aspek Indikator Item
Favorable Unfavorable
1. Kognitif:
Dapat memahami
orang lain,
menyadari dan
meyakini bahwa
orang lain
membutuhkan
bantuannya serta
memiliki keinginan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
orang lain.
Dapat memahami
orang lain.
1, Saya akan
berusaha
memberikan
pertolongan kepada
orang yang sedang
menangis, karena
saya dapat
memahami perasaan
orang tersebut
4 Ketika ada orang lain
menangis, saya
kesulitan memahami
alasan dibalik
kesedihannya
7 Hati saya tergerak
untuk menolong
orang lain yang
sedang mengalami
kesusahan
10 Ketika ada orang
lain bercerita tentang
masalahnya, saya
kesulitan memahami
ceritanya
Menyadari orang
lain membutuhkan
bantuan
13 Ketika melihat
orang lain terjatuh,
saya akan segera
menolongnya,
karena saya sadar ia
membutuhkan saya
16 Saya hanya akan
memberikan
pertolongan jika orang
lain meminta kepada
saya
Memiliki
keyakinan bahwa
orang lain
membutuhkan
bantuan
19 Setiap manusia
tidak dapat hidup
sendiri, sehingga
saya akan berusaha
untuk terus
memberikan
pertolongan pada
orang lain
22 Saya yakin setiap
orang bisa
berkembang sendiri,
sehingga saya tidak
perlu memberikan
pertolongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Memiliki
keinginan untuk
meningkatkan
kesejahteraan
orang lain
25 Saya menolong
orang lain, karena
saya ingin orang lain
memiliki hidup yang
lebih sejahtera
28 Yang paling
penting adalah
kesejahteraan diri saya
31 Saya tergerak
untuk menolong
orang yang sedang
mengalami
kesulitan, agar
mereka terlepas dari
penderitaan
34 Saya yakin setiap
orang bisa
menyelesaikan
masalahnya sendiri,
sehingga saya tidak
perlu mengurangi
bebannya
Berusaha
memberikan
perhatian pada
orang lain yang
membutuhkan 14
37 Saya akan
berusaha untuk
memberikan
perhatian pada orang
lain, terlebih saat
mereka sedang
mengalami
kesulitan.
40 Saya tidak perlu
memperhatikan orang
lain, karena setiap
orang memiliki urusan
masing-masing
2. Afektif:
Dapat merasakan
apa yang orang lain
rasakan. Berusaha
memberikan kasih
sayang, perhatian,
dan kepedulian
pada orang lain.
Selain itu memiliki
nilai-nilai dalam
memberikan
pertolongan kepada
orang lain.
Meningkatnya
perasaan dan emosi
positif di dalam
Dapat merasakan
apa yang orang
lain rasakan
5 Saya dapat
merasakan
kebutuhan orang
lain, sehingga saya
tergerak untuk
menolong
2Saya kesulitan untuk
merasakan apa yang
orang lain rasakan
Berusaha
menunjukan
perasaan kasih
sayang dan
perhatian pada
orang lain
11 Saya akan
berusaha
memberikan
pertolongan kepada
orang lain dengan
perhatian dan penuh
kasih sayang
8 Menolong orang lain
tidak perlu didasari
dengan rasa kasih
sayang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diri, serta merasa
dibutuhkan.
Memberikan
pertolongan karena
merasa peduli
kepada orang lain
17 Saya akan segera
menolong orang lain
ketika mengalami
masalah, karena saya
merasa peduli pada
orang tersebut
14 Saya tidak mudah
tergerak untuk
menolong orang lain,
karena setiap orang
memiliki urusan
masing-masing
23 Saya tergerak
untuk menolong
orang lain yang tidak
dikenal, karena saya
merasa peduli
20 Saya tidak mudah
menolong orang yang
tidak dikenal
29 Rasa kepedulian
yang saya miliki
akan saya tunjukkan
melalui pertolongan
yang akan saya
berikan kepada
orang yang
membutuhkan
26 Saya tidak akan
menunjukkan
kepedulian saya
dengan memberikan
pertolongan, apalagi
kepada orang yang
tidak saya kenal
Memiliki
keyakinan atas
nilai dari
pertolongan.
35 Menolong orang
lain adalah tindakan
yang bernilai
sehingga saya
tergerak untuk
memberikan
pertolongan
32 Menolong orang
lain adalah tindakan
yang sia-sia
Memiliki perasaan
dan emosi positif
41 Menolong orang
lain akan
memberikan dampak
positif bagi saya
38 Menolong orang
lain tidak akan
berdampak apa-apa
terhadap diri saya
43 Suasana hati saya
akan berubah
menjadi lebih baik
dan bersemangat
ketika saya
menolong orang
lain.
45 Menolong orang
lain tidak mengubah
perasaan saya menjadi
lebih positif
47 Saya akan merasa
berharga ketika
dapat menolong
50 Menurut saya,
memberi pertolongan
tidak membuat saya
merasa lebih berharga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Merasa dibutuhkan
22
51 Saya merasa
pertolongan saya
akan sangat
dibutuhkan oleh
orang lain, sehingga
saya akan berusaha
membantu orang
lain
48 Menurut saya,
setiap orang dapat
memecahkan
masalahnya sendiri,
sehingga saya tidak
perlu memberikan
pertolongan kepada
orang yang memiliki
masalah
49 Orang lain
membutuhkan
pertolongan saya
52 Saya merasa orang
lain tidak
membutuhkan bantuan
saya, sehingga saya
tidak perlu menolong
3. Tindakan:
Memiliki keinginan
untuk menolong
maka mereka akan
menindaklanjutinya
dengan bertindak,
yaitu memberikan
pertolongan tanpa
menuntut imbalan
dalam bentuk
apapun.
mengekspresikan
kepedulian dan
mencoba sesuatu
untuk
meringkankan
penderitaan orang
lain. Bentuk
pertolongan yang
diberikan adalah
pertolongan yang
sukarela.
Memberikan
pertolongan karena
memiliki
keinginan dari
dalam diri
3 Saya akan
memberikan
pertolongan kepada
orang lain yang
didasari oleh
keinginan saya
sendiri.
6 Saya perlu
diingatkan orang lain
untuk memberikan
pertolongan
9 Saya ingin
menolong orang lain
tanpa paksaan dari
pihak manapun
12 Saya menolong
orang lain jika
terpaksa
15 Saya akan
menyempatkan diri
untuk menolong
orang lain yang
mengalami
kesulitan, meskipun
saya sedang sibuk
18 Saya tidak akan
berusaha untuk
menolong orang lain
ketika saya sedang
sibuk
Menolong untuk
meringankan
penderitaan orang
lain
21 Saya ingin
meringankan
penderitaan orang
lain, sehingga saya
24 Setiap orang dapat
meringankan
penderitaannya
sendiri, sehingga saya
tidak perlu menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tergerak untuk
menolong
Memberikan
pertolongan tanpa
menuntut imbalan
apapun dan dengan
sukarela 16
27 Saya tidak akan
meminta imbalan
dalam bentuk apapun
atas bantuan yang
saya berikan.
30 Saya
mempertimbangkan
keuntungan dan
kerugian dalam
memberikan
pertolongan
33 Meskipun tidak
ada keuntungan yang
saya dapat, saya akan
tetap menolong
36 Jika menolong tidak
menguntungkan saya,
saya tidak akan mau
memberi pertolongan
39 Saya akan
memberikan
pertolongan kepada
orang lain, karena
didasari oleh
keikhlasan dan tanpa
pamrih
42 Menurut saya, tidak
ada pertolongan yang
diberikan dengan
cuma-cuma
44 Dilihat atau tidak
dilihat orang lain,
saya akan tetap
memberi
pertolongan
46 Saya suka
memberitahu orang
lain bahwa saya
adalah orang suka
menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lampiran 2
Skala Uji Coba
SKALA PENELITIAN PSIKOLOGI
Disusun oleh :
Felinsa Oktora Tanau
129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Salam Sejahtera.
Perkenalkan, saya Felinsa Oktora Tanau. Saya adalah mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan partisipasi
anda untuk mengisi skala ini. Topik penelitian saya adalah tentang relasi antar individu.
Informasi yang anda berikan akan menjadi informasi yang berguna apabila
anda memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban
yang benar atau yang salah, maka silakan anda memberikan jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang anda berikan
bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban
yang telah anda berikan. Saya hanya akan menggunakan informasi dari anda untuk
kepentingan penelitian ini saja.
Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk
mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sdri. Felinsa Oktora Tanau, saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan tanpa paksaan atau tekanan dari
pihak tertentu.
Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian merupakan jawaban
yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya, dan bukan berdasarkan
apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam masyarakat.
Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Menyetujui,
…………, ……………. 2016
(Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
IDENTITAS
Inisial :
Usia : Tahun
Jenis Kelamin : P / L (lingkari yang sesuai)
Status Pernikahan : Belum / Menikah (lingkari yang sesuai)
Pekerjaan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PETUNJUK
1. Skala ini bertujuan untuk meneliti tentang relasi antar individu.
2. Skala ini terdiri atas pernyataan-pernyataan. Di samping setiap pernyataan,
disediakan pilihan jawaban berkisar antara:
SS = Sangat Setuju,
S = Setuju,
TS = Tidak Setuju,
STS = Sangat Tidak Setuju.
Tugas Anda adalah menyatakan kesetujuan/ketidaksetujuan Anda
terhadap masing-masing pernyataan dengan memilih salah satu pilihan jawaban
dengan cara memberi tanda X pada kolom pilihan jawaban yang sesuai.
Contoh pengisian
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah seorang yang pemalu X
Contoh penggantian jawaban
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah seorang yang pemalu X X
3. Kerjakanlah secara langsung pada lembar skala yang disediakan.
4. Dalam mengerjakan skala ini, bekerjalah secara spontan. Tidak ada jawaban
benar atau salah, yang penting kerjakanlah sesuai keadaan Anda yang
sebenarnya. Skala ini tidak berpengaruh terhadap penilaian pribadi Anda.
5. Jangan ada pernyataan yang terlewati.
=Selamat Mengerjakan=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya akan berusaha memberikan pertolongan
kepada orang yang sedang menangis, karena
saya dapat memahami perasaan orang tersebut.
2. Saya kesulitan untuk merasakan apa yang orang
lain rasakan.
3. Saya akan memberikan pertolongan kepada
orang lain yang didasari oleh keinginan saya
sendiri.
4. Ketika ada orang lain menangis, saya kesulitan
memahami alasan dibalik kesedihannya.
5. Saya dapat merasakan kebutuhan orang lain,
sehingga saya tergerak untuk menolong.
6. Saya perlu diingatkan orang lain untuk
memberikan pertolongan.
7. Hati saya tergerak untuk menolong orang lain
yang sedang mengalami kesusahan.
8. Menolong orang lain tidak perlu didasari
dengan rasa kasih sayang.
9. Saya ingin menolong orang lain tanpa paksaan
dari pihak manapun.
10. Ketika ada orang lain bercerita tentang
masalahnya, saya kesulitan memahami
ceritanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
11. Saya akan berusaha memberikan pertolongan
kepada orang lain dengan perhatian dan penuh
kasih sayang.
12. Saya menolong orang lain jika terpaksa.
13. Ketika melihat orang lain terjatuh, saya akan
segera menolongnya, karena saya sadar ia
membutuhkan saya.
14. Saya tidak mudah tergerak untuk menolong
orang lain, karena setiap orang memiliki urusan
masing-masing.
15. Saya akan menyempatkan diri untuk menolong
orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun
saya sedang sibuk.
16. Saya hanya akan memberikan pertolongan jika
orang lain meminta kepada saya.
17. Saya akan segera menolong orang lain ketika
mengalami masalah, karena saya merasa peduli
pada orang tersebut.
18. Saya tidak akan berusaha untuk menolong orang
lain ketika saya sedang sibuk.
19. Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri,
sehingga saya akan berusaha untuk terus
memberikan pertolongan pada orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
20. Saya tidak mudah menolong orang yang tidak
dikenal.
21. Saya ingin meringankan penderitaan orang lain,
sehingga saya tergerak untuk menolong.
22. Saya yakin setiap orang bisa berkembang
sendiri, sehingga saya tidak perlu memberikan
pertolongan.
23. Saya tergerak untuk menolong orang lain yang
tidak dikenal, karena saya merasa peduli.
24. Setiap orang dapat meringankan penderitaannya
sendiri, sehingga saya tidak perlu menolong.
25. Saya menolong orang lain, karena saya ingin
orang lain memiliki hidup yang lebih sejahtera.
26. Saya tidak akan menunjukkan kepedulian saya
dengan memberikan pertolongan, apalagi
kepada orang yang tidak saya kenal.
27. Saya tidak akan meminta imbalan dalam bentuk
apapun atas bantuan yang saya berikan.
28. Kesejahteraan diri saya adalah yang terpenting.
29. Rasa kepedulian yang saya miliki akan saya
tunjukkan melalui pertolongan yang akan saya
berikan kepada orang yang membutuhkan.
30. Saya mempertimbangkan keuntungan dan
kerugian dalam memberikan pertolongan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
31. Saya tergerak untuk menolong orang yang
sedang mengalami kesulitan, agar mereka
terlepas dari penderitaan.
32. Menolong orang lain adalah tindakan yang sia-
sia.
33. Meskipun tidak ada keuntungan yang saya
dapat, saya akan tetap menolong.
34. Saya yakin setiap orang bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu
mengurangi bebannya.
35. Menolong orang lain adalah tindakan yang
bernilai sehingga saya tergerak untuk
memberikan pertolongan.
36. Jika menolong tidak menguntungkan saya, saya
tidak akan mau memberi pertolongan.
37. Saya akan berusaha untuk memberikan
perhatian pada orang lain, terlebih saat mereka
sedang mengalami kesulitan.
38. Menolong orang lain tidak akan berdampak apa-
apa terhadap diri saya.
39. Saya akan memberikan pertolongan kepada
orang lain, karena didasari oleh keikhlasan dan
tanpa pamrih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
40. Saya tidak perlu memperhatikan orang lain,
karena setiap orang memiliki urusan masing-
masing.
41. Menolong orang lain akan memberikan dampak
positif bagi saya.
42. Menurut saya, tidak ada pertolongan yang
diberikan dengan cuma-cuma.
43. Suasana hati saya akan berubah menjadi lebih
baik dan bersemangat ketika saya menolong
orang lain.
44. Dilihat atau tidak dilihat orang lain, saya akan
tetap memberi pertolongan.
45. Menolong orang lain tidak mengubah perasaan
saya menjadi lebih positif.
46. Saya suka memberitahu orang lain bahwa saya
adalah orang suka menolong.
47. Saya akan merasa berharga ketika dapat
menolong.
48. Menurut saya, setiap orang dapat memecahkan
masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu
memberikan pertolongan kepada orang yang
memiliki masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
49. Orang lain membutuhkan pertolongan saya.
50. Menurut saya, memberi pertolongan tidak
membuat saya merasa lebih berharga.
51. Saya merasa pertolongan saya akan sangat
dibutuhkan oleh orang lain, sehingga saya akan
berusaha membantu orang lain.
52. Saya merasa orang lain tidak membutuhkan
bantuan saya, sehingga saya tidak perlu
menolong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 3
Skala Altruisme
SKALA PENELITIAN PSIKOLOGI
Disusun oleh :
Felinsa Oktora Tanau
129114015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Salam Sejahtera.
Perkenalkan, saya Felinsa Oktora Tanau. Saya adalah mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam rangka memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir, maka saya mengharapkan partisipasi
anda untuk mengisi skala ini. Topik penelitian saya adalah tentang relasi antar individu.
Informasi yang anda berikan akan menjadi informasi yang berguna apabila
anda memberikan jawaban yang jujur, spontan, dan apa adanya. Tidak ada jawaban
yang benar atau yang salah, maka silakan anda memberikan jawaban yang paling sesuai
dengan diri anda. Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang anda berikan
bersifat rahasia. Oleh karena itu, saya akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban
yang telah anda berikan. Saya hanya akan menggunakan informasi dari anda untuk
kepentingan penelitian ini saja.
Saya mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan kesediaan anda untuk
mengisi skala ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
LEMBAR PERNYATAAN KESEDIAAN
Setelah membaca dan memahami informasi yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sdri. Felinsa Oktora Tanau, saya bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini. Saya berpartisipasi secara suka rela dan tanpa paksaan atau tekanan dari
pihak tertentu.
Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian merupakan jawaban
yang jujur dan murni berasal dari diri saya yang sesungguhnya, dan bukan berdasarkan
apa yang benar atau salah dan apa yang baik atau buruk dalam masyarakat.
Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban yang
saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Menyetujui,
…..…………, ……………. 2016
(Tanda Tangan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
IDENTITAS
Inisial :
Usia : Tahun
Jenis Kelamin : P / L (lingkari yang sesuai)
Status Pernikahan : Belum Menikah / Menikah (lingkari yang sesuai)
Pekerjaan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PETUNJUK
1. Skala ini bertujuan untuk meneliti tentang relasi antar individu.
2. Skala ini terdiri atas pernyataan-pernyataan. Di samping setiap pernyataan,
disediakan pilihan jawaban berkisar antara:
SS = Sangat Setuju,
S = Setuju,
TS = Tidak Setuju,
STS = Sangat Tidak Setuju.
Tugas Anda adalah menyatakan kesetujuan/ketidaksetujuan Anda
terhadap masing-masing pernyataan dengan memilih salah satu pilihan jawaban
dengan cara memberi tanda X pada kolom pilihan jawaban yang sesuai.
Contoh pengisian
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah seorang yang pemalu X
Contoh penggantian jawaban
Pernyataan SS S TS STS
Saya adalah seorang yang pemalu X X
3. Kerjakanlah secara langsung pada lembar skala yang disediakan.
4. Dalam mengerjakan skala ini, bekerjalah secara spontan. Tidak ada jawaban
benar atau salah, yang penting kerjakanlah sesuai keadaan Anda yang
sebenarnya. Skala ini tidak berpengaruh terhadap penilaian pribadi Anda.
5. Jangan ada pernyataan yang terlewati.
=Selamat Mengerjakan=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya dapat merasakan kebutuhan orang lain,
sehingga saya tergerak untuk menolong.
2. Saya perlu diingatkan orang lain untuk memberikan
pertolongan.
3. Hati saya tergerak untuk menolong orang lain yang
sedang mengalami kesusahan.
4. Saya ingin menolong orang lain tanpa paksaan dari
pihak manapun.
5. Saya akan berusaha memberikan pertolongan
kepada orang lain dengan perhatian dan penuh kasih
sayang.
6. Saya menolong orang lain jika terpaksa.
7. Ketika melihat orang lain terjatuh, saya akan segera
menolongnya, karena saya sadar ia membutuhkan
saya.
8. Saya tidak mudah tergerak untuk menolong orang
lain, karena setiap orang memiliki urusan masing-
masing.
9. Saya akan menyempatkan diri untuk menolong
orang lain yang mengalami kesulitan, meskipun
saya sedang sibuk.
10. Saya hanya akan memberikan pertolongan jika
orang lain meminta kepada saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
11. Saya akan segera menolong orang lain ketika
mengalami masalah, karena saya merasa peduli
pada orang tersebut.
12. Saya tidak akan berusaha untuk menolong orang
lain ketika saya sedang sibuk.
13. Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, sehingga
saya akan berusaha untuk terus memberikan
pertolongan pada orang lain.
14. Saya tidak mudah menolong orang yang tidak
dikenal.
15. Saya ingin meringankan penderitaan orang lain,
sehingga saya tergerak untuk menolong.
16. Saya yakin setiap orang bisa berkembang sendiri,
sehingga saya tidak perlu memberikan pertolongan.
17. Saya tergerak untuk menolong orang lain yang tidak
dikenal, karena saya merasa peduli.
18. Setiap orang dapat meringankan penderitaannya
sendiri, sehingga saya tidak perlu menolong.
19. Saya tidak akan menunjukkan kepedulian saya
dengan memberikan pertolongan, apalagi kepada
orang yang tidak saya kenal.
20. Saya tidak akan meminta imbalan dalam bentuk
apapun atas bantuan yang saya berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
21. Rasa kepedulian yang saya miliki akan saya
tunjukkan melalui pertolongan yang akan saya
berikan kepada orang yang membutuhkan.
22. Saya mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
dalam memberikan pertolongan.
23. Saya tergerak untuk menolong orang yang sedang
mengalami kesulitan, agar mereka terlepas dari
penderitaan.
24. Menolong orang lain adalah tindakan yang sia-sia.
25. Meskipun tidak ada keuntungan yang saya dapat,
saya akan tetap menolong.
26. Saya yakin setiap orang bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu
mengurangi bebannya.
27. Menolong orang lain adalah tindakan yang bernilai
sehingga saya tergerak untuk memberikan
pertolongan.
28. Jika menolong tidak menguntungkan saya, saya
tidak akan mau memberi pertolongan.
29. Saya akan berusaha untuk memberikan perhatian
pada orang lain, terlebih saat mereka sedang
mengalami kesulitan.
30. Saya akan memberikan pertolongan kepada orang
lain, karena didasari oleh keikhlasan dan tanpa
pamrih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
No Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S TS STS
31. Saya tidak perlu memperhatikan orang lain, karena
setiap orang memiliki urusan masing-masing.
32. Menolong orang lain akan memberikan dampak
positif bagi saya.
33. Suasana hati saya akan berubah menjadi lebih baik
dan bersemangat ketika saya menolong orang lain.
34. Dilihat atau tidak dilihat orang lain, saya akan tetap
memberi pertolongan.
35. Saya akan merasa berharga ketika dapat menolong.
36. Menurut saya, setiap orang dapat memecahkan
masalahnya sendiri, sehingga saya tidak perlu
memberikan pertolongan kepada orang yang
memiliki masalah.
37. Menurut saya, memberi pertolongan tidak membuat
saya merasa lebih berharga.
38. Saya merasa pertolongan saya akan sangat
dibutuhkan oleh orang lain, sehingga saya akan
berusaha membantu orang lain.
39. Saya merasa orang lain tidak membutuhkan bantuan
saya, sehingga saya tidak perlu menolong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 4
Korelasi Item Total Skala Altruisme
Item Total Statistic
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
X5 119.09 122.325 .521 .922
X6 119.04 123.857 .303 .924
X7 118.87 122.397 .462 .923
X9 118.64 123.223 .380 .924
X11 119.08 122.175 .447 .923
X12 118.79 122.390 .421 .923
X13 118.99 121.949 .491 .923
X14 119.15 119.301 .539 .922
X15 119.25 121.866 .528 .922
X16 119.23 122.825 .390 .924
X17 119.08 121.145 .514 .922
X18 119.29 121.703 .581 .922
X19 118.89 123.008 .318 .925
X20 119.43 122.530 .411 .923
X21 119.02 120.909 .662 .921
X22 119.13 121.730 .472 .923
X23 119.15 122.250 .463 .923
X24 119.15 121.866 .478 .923
X26 119.09 122.063 .385 .924
X27 118.82 123.078 .309 .925
X29 119.03 122.514 .434 .923
X30 119.08 122.579 .400 .923
X31 119.12 122.309 .593 .922
X32 118.58 121.923 .514 .922
X33 118.92 120.438 .617 .921
X34 119.11 121.634 .481 .923
X35 118.92 121.428 .451 .923
X36 118.79 122.168 .472 .923
X37 119.01 122.515 .438 .923
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
X39 118.80 120.848 .568 .922
X40 119.13 118.680 .609 .921
X41 118.69 122.923 .407 .923
X43 118.84 122.681 .383 .924
X44 118.81 121.489 .559 .922
X47 118.94 120.602 .507 .922
X48 119.14 120.202 .568 .922
X50 119.05 121.967 .430 .923
X51 119.17 121.435 .466 .923
X52 119.01 120.778 .586 .922
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Lampiran 5
Uji Reliabilitas alpha cronbach Skala Altruisme
Reliability Statistic
Cronbach's Alpha N of Items
0,925 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 6
Data Deskriptif Subjek Penelitian
Statistics
Kelompok Usia Jenis Kelamin Status
Pernikahan
Pekerjaan TOTAL
N Valid 200 200 200 200 200 200
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.50 35.46 1.38 1.71 130.07
Std. Error of Mean .035 .748 .034 .032 .798
Median 1.50 35.50 1.00 2.00 127.00
Mode 1a 25 1 2 118a
Std. Deviation .501 10.572 .485 .455 11.285
Variance .251 111.767 .236 .207 127.352
Skewness .000 .459 .520 -.933 .750
Std. Error of Skewness .172 .172 .172 .172 .172
Kurtosis -2.020 -.765 -1.747 -1.142 -.300
Std. Error of Kurtosis .342 .342 .342 .342 .342
Range 1 40 1 1 42
Minimum 1 20 1 1 114
Maximum 2 60 2 2 156
Sum 300 7091 275 342 26014
Percentiles
25 1.00 26.00 1.00 1.00 121.00
50 1.50 35.50 1.00 2.00 127.00
75 2.00 42.75 2.00 2.00 137.00
Kelompok
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
AWAL 100 50.0 50.0 50.0
MADYA 100 50.0 50.0 100.0
Total 200 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
20 4 2.0 2.0 2.0
21 6 3.0 3.0 5.0
22 7 3.5 3.5 8.5
23 11 5.5 5.5 14.0
24 7 3.5 3.5 17.5
25 13 6.5 6.5 24.0
26 4 2.0 2.0 26.0
27 7 3.5 3.5 29.5
28 8 4.0 4.0 33.5
29 8 4.0 4.0 37.5
30 4 2.0 2.0 39.5
31 9 4.5 4.5 44.0
32 5 2.5 2.5 46.5
33 1 .5 .5 47.0
34 3 1.5 1.5 48.5
35 3 1.5 1.5 50.0
36 12 6.0 6.0 56.0
37 6 3.0 3.0 59.0
38 9 4.5 4.5 63.5
39 4 2.0 2.0 65.5
40 7 3.5 3.5 69.0
41 5 2.5 2.5 71.5
42 7 3.5 3.5 75.0
43 5 2.5 2.5 77.5
44 1 .5 .5 78.0
45 4 2.0 2.0 80.0
46 4 2.0 2.0 82.0
47 4 2.0 2.0 84.0
48 3 1.5 1.5 85.5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
49 7 3.5 3.5 89.0
50 2 1.0 1.0 90.0
51 3 1.5 1.5 91.5
53 3 1.5 1.5 93.0
54 1 .5 .5 93.5
55 3 1.5 1.5 95.0
56 3 1.5 1.5 96.5
57 2 1.0 1.0 97.5
58 2 1.0 1.0 98.5
59 1 .5 .5 99.0
60 2 1.0 1.0 100.0
Total 200 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 125 62.5 62.5 62.5
Perempuan 75 37.5 37.5 100.0
Total 200 100.0 100.0
Status Pernikahan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Belum Menikah 58 29.0 29.0 29.0
Menikah 142 71.0 71.0 100.0
Total 200 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
CPNS 1 .5 .5 .5
HONORER 1 .5 .5 1.0
IRT 8 4.0 4.0 5.0
PENSIUNAN
BUMN 1 .5 .5 5.5
PENSIUNAN
POLRI 1 .5 .5 6.0
PHL POLDA 1 .5 .5 6.5
PNS 16 8.0 8.0 14.5
POLRI 121 60.5 60.5 75.0
PSIKOLOG 1 .5 .5 75.5
SECURITY 1 .5 .5 76.0
SWASTA 41 20.5 20.5 96.5
TIDAK BEKERJA 4 2.0 2.0 98.5
WIRASWASTA 3 1.5 1.5 100.0
Total 200 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 7
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
AWAL MADYA
N 100 100
Normal Parametersa,b
Mean 11,1635 2,1301
Std.
Deviation ,37017 ,03586
Most Extreme
Differences
Absolute ,144 ,098
Positive ,144 ,098
Negative -,097 -,080
Kolmogorov-Smirnov Z 1,439 ,981
Asymp. Sig. (2-tailed) ,032 ,291
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 8
Uji Homogenitas
Levene Statistic Df Sig.
4,165 198 0,043
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 9
Uji Hipotesis
Group Statistic
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
A 100 123.85 9.632 .963
B 100 135.30 11.439 1.144
Independent Sample t-test
Levene's Test
for Equality
of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Diffe
rence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal
variances
assumed
4,165 ,043 -7,657 198 ,000 -11,450 1,495 -14,399 -8,501
Equal
variances
not
assumed
-7,657 192,420 ,000 -11,450 1,495 -14,400 -8,500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI