pneumonia

30
Pneumonia pada Anak Inge Pradita 102010234 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731 e-mail : [email protected] Pendahuluan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme. Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru. Udara melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan oksigen ke Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

Upload: orlandds

Post on 17-Jan-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mklh

TRANSCRIPT

Page 1: Pneumonia

Pneumonia pada Anak

Inge Pradita

102010234

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

e-mail : [email protected]

Pendahuluan

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke

dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari

oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang

kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran,

mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.

Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru.

Udara melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan

oksigen ke jaringan tubuh dan pelepasan karbondioksida ke udara. Semua proses yang terjadi

juga dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan zat-zat yang terkandung dalam tubuh. Selain itu

pernapasan juga didukung oleh otot dan tulang pembentuk rongga dada. Jika pada sistem

pernapasan mengalami gangguan seperti infeksi ataupun non infeksi maka sistem pernapasan

tersebut tidak dapat berfungsi sempurna.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1

Page 2: Pneumonia

Anatomi Fisiologi Pernapasan

Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi.

Bagian konduksi adalah bagian dari sistem pernafasan yang berfungsi sebagai penghantar

udara (jalan nafas) sedangkan bagian respirasi adalah sistem pernafasan yang berfungsi

sebagai tempat pertukaran gas. Sistem konduksi meliputi cavum nasi ,rongga hidung sampai

bronchiolus terminalis sedangkan sistem respirasi meliputi bronchiolus respiratory, ductus

alveolaris, saccus alveolaris , dan alveolus.

Kelainan atau menurunnya sistem penafasan dapat mengganggu proses bernafas.

Untuk mengetahui sistem pernafasan apa yang terganggu maka perawat harus mampu

melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan sistem

pernafasan meliputi kulit dan kuku,mata, hidung, mulut, leher, dan dada (paru-paru). 2

a. Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat

septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.

Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis

media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.1

b. Faring

Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di

bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang

leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel

getah bening. 1

c. Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan

bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh

sel epitelium berlapis.1

d. Trakea

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2

Page 3: Pneumonia

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang

rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas

agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut

sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama

dengan udara pernapasan.1

e. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis

IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin

dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.

Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat

gelembung paru yang disebut alveolli.1

f. Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah

tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari

darah.1

Skenario 1

Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas

sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk pilek sejak 1 minggu

yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun.

Pada pemeriksaan fisik didapati compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-), BB 12

kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5 derajat celcius, pernapasan

cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan

wheezing pada kedua lapang paru.

Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan

antara seorang dokter dengan pasiennya, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi

pansien dan untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Jenis

anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3

Page 4: Pneumonia

dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan sadar.Sedangkan bila pasien tidak

sadar,maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat terdekatnya yang

mengikuti perjalanan penyakitnya.3

Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga.

o Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi nama,tanggal lahir,umur,suku,agama,alamat,pendidikan,dan

pekerjaan

o Keluhan utama

keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk

pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan

pasien juga menurun Riwayat penyakit sekarang

1. Sesak terjadi pada waktu apa ? ada bunyi tambahan atau tidak saat menarik napas

atau membuang napas ?

2. Demamnya berapa lama ? terjadi waktu malam atau siang ?

3. Batuknya bagaimana ? kering atau berdahak ? seringnya malam atau siang ? terasa

gatal atau tidak pada tenggorokannya ?

o Riwayat Penyakit Dahulu

Menanyakan kondisi pasien pada waktu lampau apakah pasien pernah mengalami sakit

hingga dirawat atau mempunyai suatu penyakit yang dideritanya.

1. Adakah riwayat tbc sebelumnya?

2. Apakah pernah sakit seperti ini sebelumnya ?

3. Adakah pasien makan makanan kurang bersih dalam sebulan terakhir?

o Riwayat Penyakit Keluarga

Penting ditanyakan apakah ada penyakit yang sama dalam keluarga dan menanyakan

kondisi lingkungan dirumah.

Working Diagnosa : Pneumonia

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4

Page 5: Pneumonia

Pneumonia

Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri,

virus, jamur, dan parasit. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa

aveoli dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat

pertukaran gas akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu

proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan

akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan

atau nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru

kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran

infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.4-6

Pneumonia dibagi beberapa golongan bedasarkan :

Pneumonia anatomis yaitu pneumonia yang biasanya terlihat pada pada anak dan di

bagi menjadi 3 bagian yaitu :4-6

1. Pneumonia lobaris

Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan

bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris

2. Pneumonia interstisial atau bronkiolitis

Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.

3. Pneumonia lobularis Bronkopneumonia.

Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh

eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus

Pneumonia Berdasarkan umur dapat di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu :4,5

1) Kelompok usia < 2 bulan

a. Pneumonia Berat

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat

lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam

hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau

spesimen yang berasal dari paru disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu

(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit

bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh

yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5

Page 6: Pneumonia

dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan

abdomen tegang.

b. Bukan Pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda

pneumonia seperti di atas.

2) Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun

a. Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum,

adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.

b. Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis

sentral dan dapat minum.

c. Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.

d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.

e. Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari

dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan

dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO, 2003).

Pada anak dapat dilihat juga pada pernapasannya :

1. Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.

2. Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis

a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)

b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial

pneumonia).

c. Pneumonia Aspirasi.

d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.

Berdasarkan agen penyebab

a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik,

staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.

b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

c. Pneumonia virus

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6

Page 7: Pneumonia

d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama

pada penderita daya tahan tubuh lemah

Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung,

distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu

menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit

atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.3,6

2. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat

pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.3,6

3. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut

bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan

terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada

masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek

pleura 3,6

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000

– 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan

tenggorokan dan 30% dari darah. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.3,6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7

Page 8: Pneumonia

Peningkatan LED ,Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan

karna suhu yang naik. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang

disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.

2. Pemeriksaan Radiologis

Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram

(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental

disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial

(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus

bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak

sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,

tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus

atau bakteriemia.3,6

3. Pemeriksaan Bakteriologis

Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum

transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris

dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen3-6

4. Pemeriksaan Khusus

Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer

tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai

tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.3-6

Etiologi

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh faktor infeksi

bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Sebagian

kecil oleh penyebab lain atau non infeksi seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8

Page 9: Pneumonia

sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran

pernapasan (aspirasi). Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan

golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya. Awalnya,

mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran

mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian

kecil karena penyebaran melalui aliran darah.

Faktor infeksi :

1. Bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.

Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus

pneumoniae yang sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh

menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan

menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat,

napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.6-8

2. Virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering

menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini

kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa

memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat

dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus

influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.6-8

3. Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia.

Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki

karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar

luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan

usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.6-8

4. Protozoa

Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat

lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9

Page 10: Pneumonia

hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau

spesimen yang berasal dari paru.6-8

Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara

lain:

a. Status gizi bayi

b. Riwayat persalinan

c. Kondisi sosial ekonomi orang tua

d. Lingkungan tumbuh bayi

e. Konsumsi ASI

Epidemiologi

Pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit,

terutama di negara berkembang.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian

keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya

angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan

pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk

pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka

berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara

25 – 44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68 – 114 per 1000 orang. Di

rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia

muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya

disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B;

tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat

diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan

antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi

pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun

2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat

ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.

Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia

di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.9

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10

Page 11: Pneumonia

Patofisiologis

Pada umumnya Penyakit pneumonia merupakan manifestasi dari rendahnya daya

tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang

menyerang saluran pernapasan serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk

sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke

alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Pneumonia

termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah

penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam

bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia

kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga

cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat

batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga

melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran

pernapasan penderita 3,6,7,8

Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan

(droplet). Bakteri masuk ke dalam paru-paru melalui udara, akan tetapi kadang kala juga

masuk melalui sistem peredaran darah apabila pada bagian tubuh kita ada yang terinfeksi.

Sering kali bakteri itu hidup pada saluran pernafasan atas yang kemudian masuk ke dalam

arteri. Ketika masuk ke dalam alveoli, bakteri melakukan perjalanan diantara ruang antar sel

dan juga diantara alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun melakukan respon dengan

cara mengirim sel darah putih untuk melindungi paru-paru. Sel darah putih (neutrofil)

kemudian menelan dan membunuh organisme tersebut serta mengeluarkan sitokin yang

merupakan hasil dari aktivitas sistem imun itu. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya

demam, rasa dingin (menggigil), lemah yang merupakan gejala umum dari pneumonia yang

disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Neutrofil, bakteri, dan cairan mempengaruhi keadaan

sekitarnya dan juga mempengaruhi transportasi O2. 3,6,7,8

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang

meliputi empat stadium, yaitu :3,6,8

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada

daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11

Page 12: Pneumonia

permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-

mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.

Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga

mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan

prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas

kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium

sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Di dalam alveolus terdapat eksudat

jernih, Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)3-6,8

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan

fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus

dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara oleh karena adanya

penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada

perabaan seperti hepar, di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan

banyak sekali eritrosit dan kuman. pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat

minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

selama 48 jam.

3. Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah

paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera

dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,

lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu,

permukaan alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus dan

kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. 3-6,8

4. Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,

sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit

menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi

anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12

Page 13: Pneumonia

bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan

stadium khas ini tidak terlihat. 3-6,8

Differential Diagnosis :

1. Bronkiolitis

Mula-mula terjadinya bronkiolitis akut didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas

yang relatif ringan. Infeksi saluran nafas ini dapat berupa batuk-batuk paroksismal, pilek

encer, bersin-bersin dan bisa disertai demam subfebril atau tanpa demam. Kadang-kadang,

pada bayi yang tidak mempunyai riwayat ataupun demam sama sekali, dapat terjadi suatu

keadaan hipotermi. Gejala-gejala ini biasanya berlangsung beberapa hari. Kemudian timbul

distres pernafasan yang ditandai dengan keadaan dimana anak-anak menunjukkan gejala,

seperti sesak nafas yang sifatnya progresif, pernafasan cuping hidung yang disertai dengan

retraksi interkostal dan suprasternal. Pada keadaan yang berat dapat terdengar suara mengi.

Keadaan ini dikompensasi dengan pernafasan Kussmaul’s (pernafasan cepat dan dalam).

Pada akhirnya, anak-anak menjadi gelisah, iritabel dan tampak sianosis. Selain itu, gejala

lainnya dapat berupa kesulitan minum terutama pada bayi. Hal ini disebabkan karena

frekuensi napas yang cepat sehingga menghalangi terjadinya proses menelan dan menghisap.

Pada kasus yang ringan, gejala-gejala tersebut menghilang dalam kurun waktu satu sampai

tiga hari hari. Sementara, pada kasus yang berat, gejalanya dapat tetap ada sampai beberapa

hari dan perjalanan penyakitnya berlangsung cepat. 12

Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat adanya distres pernapasan (keadaan dimana

frekuensi napas sekitar 60 x/menit, dengan pernapasan cuping hidung, penggunaan otot

pernapasan tambahan, retraksi dan juga sianosis). Namun, pada bronkiolitis akut retraksi

biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru).

Hepar dan limpa dapat teraba karena terdorong oleh diafragma akibat hiperinflasi paru-paru.

Kadang terdengar ronki basah byaring halus pada akhir fase inspirasi atau pada permulaaan

fase ekpirasi. Fase ekpirasinya memanjang dan mengi pada keadaan tertentu dapat terdengar

dengan jelas. Pada keadaan yang amat beratm suara pernafasan dapat tidak terdengar. Hal ini

dapat dikarenakan obstruksi yang terjadi sifatnya hampir menyeluruh.12

2. Bronchitis.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13

Page 14: Pneumonia

Definisi klinis dari bronchitis pada anak sampai saat ini masih belum jelas, tetapi

banyak para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan gejala batuk, dengan

atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum. Bronkitis akut biasanya didahului

oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Khasnya anak datang dengan batuk yang sering,

kering, tidak produktif, dan timbulnya relative bertahap, 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis

(setelah 2-3 hari, batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lender). Batuk dapat

disertai muntah. Rasa nyeri atau panas pada daerah substernal bawah atau dada depan sering

ada dan dapat diperparah oleh batuk. Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan

sputum berubah dari jernih ke purulen setelah 10 hari mukus menjadi encer dan batuk

menghilang secara bertahap batuk dapat disertai muntah. Biasanya hilang setelah 1 atau 2

minggu.9

3. Tuberkulosis

Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyekit

mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa

keluhan atau bencana. Dengan melakukan uji tuberculin secar rutin, dapat ditemukan

penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang

naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.

Gambaran klinis tuberculosis primer yang lain ialah panas, batuk, anoreksia dan berat

badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis

atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai

panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan

tuberculosis sebagai penyebab panas tersebut.

Tuberculosis juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada

anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukka perbaikan dengan pengobatan

bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis.

Konjungtivitis flikenularis juga dapat dijumpai pada anak dengan tuberculosis,

terutama tuberculosis tonsil, adenoid dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga gejala

hipersensitivitas dan dalam fliken tidak terdapat basil tuberculosis. Selama tuberculosis atau

fokus tuberculosis masih ada, flikten masih tetap hilang timbul. Eritema nodosum jarang

dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat di kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif.

Manifestasi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14

Page 15: Pneumonia

Pada pneumonia dapat ditemukan beberapa gejala seperti :

Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru

meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak

50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan

40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada

anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat

ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau

penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai

kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat,

dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas

disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.7,8

pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang

menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan

atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami

demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya

keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas

dan nyeri kepala,iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan

gastrointestinal.7

Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,

napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih

besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut

tertekuk karena nyeri dada. 7,8

Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke

dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak,

fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. 7

Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah

efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler

tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri

berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku

kuduk/meningismus(meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas,

nyeri abdomen(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus

kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.efusi

pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.7,8

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 15

Page 16: Pneumonia

Komplikasi

1. Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang

sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena

adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga

penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat

oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa bekerja karena

inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa

meninggal 7

2. Pneumonia kronik

3. Bronkaltasis

4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang

diserang tidak mengandung udara dan kolaps).

5. Komplikasi sistemik (meningitis)

Penatalaksanaan

Medicamentosa dan non medicamentosa :

1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5 hari. Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet.

Dosis anak :

a) 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet

b) 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet

c) 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet

2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.

Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x

sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis

batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol).11

3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus segera kembali.

4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.

Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit, diperlukan

rencana perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu :

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 16

Page 17: Pneumonia

1). efektivitas pola napas, rencana perawatan yang diperlukan adalah :

Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.

Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai jadwal.

Observasi tanda vital

Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis.

Periksa dan catat hasil x-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.

Lakukan suction bila perlu.

Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,

pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2). Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :

1. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.

2. Catat secara akurat intake dan output.

3. Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.

4. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.

5. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.

6. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan

output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.

7. Ciptakan situasi yang nyaman.

Pencegahan

Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga

terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam

dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit

pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit

pneumonia:9,10,11

1. Perawatan Selama Masa Kehamilan

Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama

kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan

pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang

memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.

2. Perbaikan Gizi Balita

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 17

Page 18: Pneumonia

Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,

sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun.

Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-

faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi

virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan

infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.

3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak

Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang

memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri,

Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.

4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk

Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah

terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas

cepat/sesak napas.

5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah

Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan

cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat

lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas,

cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi

kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.

6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,

karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas

seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena

bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.

Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat.

Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada

hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.

Kesimpulan :

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pada kasus skenario 1 ini dengan gejala keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 18

Page 19: Pneumonia

lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk

disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun. Pada

pemeriksaan fisik didapati compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-), BB 12 kg,

frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5 derajat celcius, pernapasan

cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan

wheezing pada kedua lapang paru. Dapat dikatakan anak tersebut terkena pneumonia.

Daftar Pustaka

1. Djojodibroto D. respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC;2009.h.57-9

2. Gunardi S. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009

3. Gleadle Jonathan. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik : Pneumonia.

Jakarta :Erlangga ;2005.h.95

4. Markum, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

5. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12,

Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.

6. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : media aesculapius.

7. Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan,

Jakarta : Salemba Medika.

8. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan  Anak Jidil 3. Pneumonia Bab. 35, Fakultas Kedokteran 

Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).

9. Mochfoedz, Irchan. 2005. Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan

Kebidanan. Yogyakarta : Kayon.

10. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

11. Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

12. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan  Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas Kedokteran 

Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 19