pneumonia
DESCRIPTION
mklhTRANSCRIPT
Pneumonia pada Anak
Inge Pradita
102010234
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : [email protected]
Pendahuluan
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran,
mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.
Sistem pernapasan meliputi organ-organ pernapasan dari hidung sampai paru-paru.
Udara melewati organ-organ pernapasan dan mengalami berbagai proses dari pelepasan
oksigen ke jaringan tubuh dan pelepasan karbondioksida ke udara. Semua proses yang terjadi
juga dipengaruhi oleh keadaan tubuh dan zat-zat yang terkandung dalam tubuh. Selain itu
pernapasan juga didukung oleh otot dan tulang pembentuk rongga dada. Jika pada sistem
pernapasan mengalami gangguan seperti infeksi ataupun non infeksi maka sistem pernapasan
tersebut tidak dapat berfungsi sempurna.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 1
Anatomi Fisiologi Pernapasan
Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu bagian konduksi dan bagian respirasi.
Bagian konduksi adalah bagian dari sistem pernafasan yang berfungsi sebagai penghantar
udara (jalan nafas) sedangkan bagian respirasi adalah sistem pernafasan yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas. Sistem konduksi meliputi cavum nasi ,rongga hidung sampai
bronchiolus terminalis sedangkan sistem respirasi meliputi bronchiolus respiratory, ductus
alveolaris, saccus alveolaris , dan alveolus.
Kelainan atau menurunnya sistem penafasan dapat mengganggu proses bernafas.
Untuk mengetahui sistem pernafasan apa yang terganggu maka perawat harus mampu
melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien. Pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan sistem
pernafasan meliputi kulit dan kuku,mata, hidung, mulut, leher, dan dada (paru-paru). 2
a. Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.1
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening. 1
c. Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.1
d. Trakea
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.1
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.1
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah.1
Skenario 1
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan sesak nafas
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk pilek sejak 1 minggu
yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapati compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-), BB 12
kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5 derajat celcius, pernapasan
cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan
wheezing pada kedua lapang paru.
Anamnesis
Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan
antara seorang dokter dengan pasiennya, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kondisi
pansien dan untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya. Jenis
anamnesis yang dapat dilakukan ialah autoanamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 3
dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan sadar.Sedangkan bila pasien tidak
sadar,maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat terdekatnya yang
mengikuti perjalanan penyakitnya.3
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga.
o Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama,tanggal lahir,umur,suku,agama,alamat,pendidikan,dan
pekerjaan
o Keluhan utama
keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk
pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan
pasien juga menurun Riwayat penyakit sekarang
1. Sesak terjadi pada waktu apa ? ada bunyi tambahan atau tidak saat menarik napas
atau membuang napas ?
2. Demamnya berapa lama ? terjadi waktu malam atau siang ?
3. Batuknya bagaimana ? kering atau berdahak ? seringnya malam atau siang ? terasa
gatal atau tidak pada tenggorokannya ?
o Riwayat Penyakit Dahulu
Menanyakan kondisi pasien pada waktu lampau apakah pasien pernah mengalami sakit
hingga dirawat atau mempunyai suatu penyakit yang dideritanya.
1. Adakah riwayat tbc sebelumnya?
2. Apakah pernah sakit seperti ini sebelumnya ?
3. Adakah pasien makan makanan kurang bersih dalam sebulan terakhir?
o Riwayat Penyakit Keluarga
Penting ditanyakan apakah ada penyakit yang sama dalam keluarga dan menanyakan
kondisi lingkungan dirumah.
Working Diagnosa : Pneumonia
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 4
Pneumonia
Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa
aveoli dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya kemampuan paru sebagai tempat
pertukaran gas akan terganggu. Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu
proses metabolisme tubuh. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan
akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan
atau nanah (efusi pleura atau emfisema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru
kempis (pneumotoraks) dan lain-lain. Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran
infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.4-6
Pneumonia dibagi beberapa golongan bedasarkan :
Pneumonia anatomis yaitu pneumonia yang biasanya terlihat pada pada anak dan di
bagi menjadi 3 bagian yaitu :4-6
1. Pneumonia lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan
bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial atau bronkiolitis
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.
3. Pneumonia lobularis Bronkopneumonia.
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
Pneumonia Berdasarkan umur dapat di kelompokan menjadi 2 bagian yaitu :4,5
1) Kelompok usia < 2 bulan
a. Pneumonia Berat
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau
spesimen yang berasal dari paru disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit
bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau suhu tubuh
yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 5
dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan
abdomen tegang.
b. Bukan Pneumonia
Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda
pneumonia seperti di atas.
2) Kelompok usia 2 bulan sampai < 5 tahun
a. Pneumonia sangat berat
Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum,
adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
b. Pneumonia berat
Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak disertai sianosis
sentral dan dapat minum.
c. Pneumonia
Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
e. Pneumonia persisten
Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama 10-14 hari
dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan
dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi, dan demam ringan. (WHO, 2003).
Pada anak dapat dilihat juga pada pernapasannya :
1. Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
2. Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.
Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia Komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia Nosokomial (hospital-acquired pneumonia/ Nosocomial
pneumonia).
c. Pneumonia Aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
Berdasarkan agen penyebab
a. Pneumonia Bakterial / tipikal. Klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 6
d. Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama
pada penderita daya tahan tubuh lemah
Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung,
distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit
atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.3,6
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat
pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.3,6
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut
bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan
terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada
masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura 3,6
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada pneumonia pneumococcus gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000
– 40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan
tenggorokan dan 30% dari darah. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.3,6
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 7
Peningkatan LED ,Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan
karna suhu yang naik. Pneumonia pneumokokus tidak dapat dibedakan dari pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri lain atau virus, tanpa pemeriksaan mikrobiologis.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram
(airspace disease) misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia (segmental
disease) oleh antara lain staphylococcus, virus atau mikoplasma; dan pneumonia interstisial
(interstitial disease) oleh virus dan mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus
bawah atau inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yang tidak
sadar, lokasi ini bisa dimana saja. Infiltrat di lobus atas sering ditimbulkan Klebsiella,
tuberkulosis atau amiloidosis. Pada lobus bawah dapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus
atau bakteriemia.3,6
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi jarum
transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi empiris
dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen3-6
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer
tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai
tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.3-6
Etiologi
Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh faktor infeksi
bakteri, virus, mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa. Sebagian
kecil oleh penyebab lain atau non infeksi seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 8
sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran
pernapasan (aspirasi). Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan
golongan umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya. Awalnya,
mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi penyebaran
mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan sebagian
kecil karena penyebaran melalui aliran darah.
Faktor infeksi :
1. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus
pneumoniae yang sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh
menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat,
napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.6-8
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa
memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat
dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus
influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.6-8
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar
luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.6-8
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat
lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 9
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau
spesimen yang berasal dari paru.6-8
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara
lain:
a. Status gizi bayi
b. Riwayat persalinan
c. Kondisi sosial ekonomi orang tua
d. Lingkungan tumbuh bayi
e. Konsumsi ASI
Epidemiologi
Pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingan sangat sedikit,
terutama di negara berkembang.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian
keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya
angka kematian padan pneumonia sudah dikenal sejak lama, bahkan ada yang menyebutkan
pneumonia sebagai “teman pada usia lanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk
pneumonia, hal ini juga tergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka
berada. Pada orang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara
25 – 44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68 – 114 per 1000 orang. Di
rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia
muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya
disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B;
tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat
diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan
antibiotik. Pada penderita kritis dengan penggunaan ventilator mekanik dapat terjadi
pneumonia nosokomial sebanyak 10% sampai 70%. Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun
2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat
ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa.
Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia
di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus.9
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 10
Patofisiologis
Pada umumnya Penyakit pneumonia merupakan manifestasi dari rendahnya daya
tahan tubuh seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang
menyerang saluran pernapasan serta konsumsi obat obatan yang dapat menekan refleks batuk
sebagai akibat dari upaya pertahanan saluran pernapasan terhadap serangan kuman dan virus.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke
alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Pneumonia
termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah
penderita pneumonia yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam
bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia
kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga
cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat
batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga
melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran
pernapasan penderita 3,6,7,8
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan
(droplet). Bakteri masuk ke dalam paru-paru melalui udara, akan tetapi kadang kala juga
masuk melalui sistem peredaran darah apabila pada bagian tubuh kita ada yang terinfeksi.
Sering kali bakteri itu hidup pada saluran pernafasan atas yang kemudian masuk ke dalam
arteri. Ketika masuk ke dalam alveoli, bakteri melakukan perjalanan diantara ruang antar sel
dan juga diantara alveoli. Dengan adanya hal tersebut, sistem imun melakukan respon dengan
cara mengirim sel darah putih untuk melindungi paru-paru. Sel darah putih (neutrofil)
kemudian menelan dan membunuh organisme tersebut serta mengeluarkan sitokin yang
merupakan hasil dari aktivitas sistem imun itu. Hal ini yang mengakibatkan terjadinya
demam, rasa dingin (menggigil), lemah yang merupakan gejala umum dari pneumonia yang
disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Neutrofil, bakteri, dan cairan mempengaruhi keadaan
sekitarnya dan juga mempengaruhi transportasi O2. 3,6,7,8
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang
meliputi empat stadium, yaitu :3,6,8
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 11
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-
mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga
mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan
prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di
antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. Di dalam alveolus terdapat eksudat
jernih, Bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)3-6,8
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak menggabung udara oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada
perabaan seperti hepar, di dalam alveolus didapatkam fibrin, leukosit neutrofil eksudat dan
banyak sekali eritrosit dan kuman. pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera
dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi,
lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu,
permukaan alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. 3-6,8
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
menglami nekrosis dan degenarasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Secara patologi
anatomis bronkopneumonia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal lokalisasi sebagai
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 12
bercak-bercak dengan distribusi yang tidak teratur. Dengan pengobatan antibiotika urutan
stadium khas ini tidak terlihat. 3-6,8
Differential Diagnosis :
1. Bronkiolitis
Mula-mula terjadinya bronkiolitis akut didahului dengan infeksi saluran napas bagian atas
yang relatif ringan. Infeksi saluran nafas ini dapat berupa batuk-batuk paroksismal, pilek
encer, bersin-bersin dan bisa disertai demam subfebril atau tanpa demam. Kadang-kadang,
pada bayi yang tidak mempunyai riwayat ataupun demam sama sekali, dapat terjadi suatu
keadaan hipotermi. Gejala-gejala ini biasanya berlangsung beberapa hari. Kemudian timbul
distres pernafasan yang ditandai dengan keadaan dimana anak-anak menunjukkan gejala,
seperti sesak nafas yang sifatnya progresif, pernafasan cuping hidung yang disertai dengan
retraksi interkostal dan suprasternal. Pada keadaan yang berat dapat terdengar suara mengi.
Keadaan ini dikompensasi dengan pernafasan Kussmaul’s (pernafasan cepat dan dalam).
Pada akhirnya, anak-anak menjadi gelisah, iritabel dan tampak sianosis. Selain itu, gejala
lainnya dapat berupa kesulitan minum terutama pada bayi. Hal ini disebabkan karena
frekuensi napas yang cepat sehingga menghalangi terjadinya proses menelan dan menghisap.
Pada kasus yang ringan, gejala-gejala tersebut menghilang dalam kurun waktu satu sampai
tiga hari hari. Sementara, pada kasus yang berat, gejalanya dapat tetap ada sampai beberapa
hari dan perjalanan penyakitnya berlangsung cepat. 12
Pada pemeriksaan fisik, dapat dilihat adanya distres pernapasan (keadaan dimana
frekuensi napas sekitar 60 x/menit, dengan pernapasan cuping hidung, penggunaan otot
pernapasan tambahan, retraksi dan juga sianosis). Namun, pada bronkiolitis akut retraksi
biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru).
Hepar dan limpa dapat teraba karena terdorong oleh diafragma akibat hiperinflasi paru-paru.
Kadang terdengar ronki basah byaring halus pada akhir fase inspirasi atau pada permulaaan
fase ekpirasi. Fase ekpirasinya memanjang dan mengi pada keadaan tertentu dapat terdengar
dengan jelas. Pada keadaan yang amat beratm suara pernafasan dapat tidak terdengar. Hal ini
dapat dikarenakan obstruksi yang terjadi sifatnya hampir menyeluruh.12
2. Bronchitis.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 13
Definisi klinis dari bronchitis pada anak sampai saat ini masih belum jelas, tetapi
banyak para klinisi membuat diagnosis bronchitis untuk anak dengan gejala batuk, dengan
atau tanpa demam serta adanya produksi dahak/sputum. Bronkitis akut biasanya didahului
oleh infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Khasnya anak datang dengan batuk yang sering,
kering, tidak produktif, dan timbulnya relative bertahap, 3-4 hari sesudah munculnya rhinitis
(setelah 2-3 hari, batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara adanya lender). Batuk dapat
disertai muntah. Rasa nyeri atau panas pada daerah substernal bawah atau dada depan sering
ada dan dapat diperparah oleh batuk. Dalam beberapa hari, batuk menjadi produktif dan
sputum berubah dari jernih ke purulen setelah 10 hari mukus menjadi encer dan batuk
menghilang secara bertahap batuk dapat disertai muntah. Biasanya hilang setelah 1 atau 2
minggu.9
3. Tuberkulosis
Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis karena penyekit
mulai secara perlahan-lahan. Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa
keluhan atau bencana. Dengan melakukan uji tuberculin secar rutin, dapat ditemukan
penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis primer dapat juga berupa panas yang
naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek.
Gambaran klinis tuberculosis primer yang lain ialah panas, batuk, anoreksia dan berat
badan yang menurun. Kadang-kadang dijumpai panas yang menyerupai tifus abdominalis
atau malaria yang disertai atau tanpa hepatosplenomegali. Oleh karena itu bila dijumpai
panas seperti tifus abdominalis pada bayi atau anak kecil, harus dipikirkan juga kemungkinan
tuberculosis sebagai penyebab panas tersebut.
Tuberculosis juga dapat menunjukkan gejala seperti bronkopneumonia, sehingga pada
anak dengan gejala bronkopneumonia yang tidak menunjukka perbaikan dengan pengobatan
bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis.
Konjungtivitis flikenularis juga dapat dijumpai pada anak dengan tuberculosis,
terutama tuberculosis tonsil, adenoid dan telinga tengah. Flikten pada mata diduga gejala
hipersensitivitas dan dalam fliken tidak terdapat basil tuberculosis. Selama tuberculosis atau
fokus tuberculosis masih ada, flikten masih tetap hilang timbul. Eritema nodosum jarang
dijumpai di Indonesia, tetapi bila terdapat di kulit menunjukkan bahwa penyakit masih aktif.
Manifestasi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 14
Pada pneumonia dapat ditemukan beberapa gejala seperti :
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru
meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak
50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan
40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada
anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat
ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau
penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai
kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat,
dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas
disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.7,8
pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang
menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan
atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami
demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya
keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas
dan nyeri kepala,iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal.7
Gejala Umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum,
napas cuping hidung, sesak napas, air hunger, merintih, dan sianosis. Anak yang lebih
besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada. 7,8
Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak,
fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. 7
Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus(meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas,
nyeri abdomen(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus
kanan bawah). Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.efusi
pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.7,8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 15
Komplikasi
1. Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang
sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena
adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga
penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat
oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa bekerja karena
inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa
meninggal 7
2. Pneumonia kronik
3. Bronkaltasis
4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang
diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
5. Komplikasi sistemik (meningitis)
Penatalaksanaan
Medicamentosa dan non medicamentosa :
1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5 hari. Diberikan kotrimoksazol 2 x 2 tablet.
Dosis anak :
a) 2 – 12 bulan : 2 x ¼ tablet
b) 1 – 3 tahun : 2 x ½ tablet
c) 3 – 5 tahun : 2 x 1 tablet
2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
Bila penderita alergi terhadap golongan penisilin dapat diberikan eritromisin 500mg 4 x
sehari. Demikian juga bila diduga penyebabnya mikoplasma (batuk kering). Tergantung jenis
batuk dapat diberikan kodein 8 mg 3 x sehari atau brankodilator (teofilin atau salbutamol).11
3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus segera kembali.
4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.
Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit, diperlukan
rencana perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu :
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 16
1). efektivitas pola napas, rencana perawatan yang diperlukan adalah :
Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.
Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai jadwal.
Observasi tanda vital
Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis.
Periksa dan catat hasil x-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.
Lakukan suction bila perlu.
Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2). Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :
1. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
2. Catat secara akurat intake dan output.
3. Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.
4. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.
5. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.
6. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan
output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
7. Ciptakan situasi yang nyaman.
Pencegahan
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau keluarga
terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh kebersihan di dalam
dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk menghindari terjadinya penyakit
pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk mencegah terjadinya penyakit
pneumonia:9,10,11
1. Perawatan Selama Masa Kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi ibu selama
kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup bagi kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan serta pencegahan terhadap hal-hal yang
memungkinkan terkenanya infeksi selama kehamilan.
2. Perbaikan Gizi Balita
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 17
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena malnutrisi,
sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi neonatal sampai umur 2 tahun.
Karena ASI terjamin kebersihannya, tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-
faktor antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi
virus dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif lebih tahan
infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi yang
memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur 9 bulan, imunisasi DPT (Difteri,
Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai untuk mencegah
terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk yang disertai dengan napas
cepat/sesak napas.
5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap diturunkan dengan
cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak membawa balita ke dapur serta membuat
lubang ventilasi yang cukup. Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas,
cuaca dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang memberi
kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran pernapasan,
karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang penyakit batuk. Udara napas
seperti batuk dan bersin-bersin dapat menularkan pneumonia pada orang lain. Karena
bentuk penyakit ini menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran napas yang berat.
Semua anak yang sehat sesekali akan menderita salesma (radang selaput lendir pada
hidung), tetapi sebagian besar mereka menjadi pneumonia karena malnutrisi.
Kesimpulan :
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pada kasus skenario 1 ini dengan gejala keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 18
lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun, batuk pilek sejak 1 minggu yang lalu. Batuk
disertai dengan dahak berwarna kuning. Nafsu makan pasien juga menurun. Pada
pemeriksaan fisik didapati compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-), BB 12 kg,
frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5 derajat celcius, pernapasan
cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan
wheezing pada kedua lapang paru. Dapat dikatakan anak tersebut terkena pneumonia.
Daftar Pustaka
1. Djojodibroto D. respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2009.h.57-9
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2009
3. Gleadle Jonathan. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik : Pneumonia.
Jakarta :Erlangga ;2005.h.95
4. Markum, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
5. Behrman RE, Vaughan VC, 1992, Nelson Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Edisi 12,
Penerbit EGC, Jakarta, hal: 617-628.
6. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : media aesculapius.
7. Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan,
Jakarta : Salemba Medika.
8. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Pneumonia Bab. 35, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).
9. Mochfoedz, Irchan. 2005. Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan
Kebidanan. Yogyakarta : Kayon.
10. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
11. Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
12. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jidil 3. Bronkitis Bab. 35, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; Jakarta : 1985 (hal. 1197-1201).
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 19