pola komunikasi guru pendidikan agama islam dalam … · 2020. 8. 12. · mulai dari penyusunan...

135
POLA KOMUNIKASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KARAKTER ISLAMI SISWA SMA NEGERI 1 JENEPONTO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh: SRI HARDIYANTI 105191106116 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 05-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • iv

    POLA KOMUNIKASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    DALAM MEMBINA KARAKTER ISLAMI SISWA

    SMA NEGERI 1 JENEPONTO

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar SarjanaPendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi

    Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh:

    SRI HARDIYANTI

    105191106116

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS AGAMA ISLAM

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    1441 H/ 2019 M

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Sri Hardiyanti

    NIM : 105191106116

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Fakultas : Agama Islam

    Kelas : B

    Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,

    saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

    2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi

    3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya

    bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

    Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

    Makassar, 12 Sya‟ban 1441 H

    6 April 2020 M

    Yang Membuat Pernyataan

    Sri Hardiyanti

    NIM:105191106116

  • vii

    ABSTRAK

    SRI HARDIYANTI, NIM: 105191106116 “Pola Komunikasi Guru

    Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1

    Jeneponto”. (Dibimbing oleh Mustahidang Usman, dan Elli)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pola komunikasi

    guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada

    pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto, dan untuk

    mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru

    pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada pembelajaran

    pendidikan agama Islam .

    Adapun jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif analisis deskriptif.

    Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi,

    wawancara, dan dokumenasi. Teknik analisis datanya yaitu reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun sumber data pada penelitian

    ini yaitu satu guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto, lima belas

    peserta didik, dan dua peserta didik anggota rohis.

    Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terkait penerapan pola komunikasi

    guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami peserta didik di

    SMA Negeri 1 Jeneponto yaitu sudah tercipta dengan baik, dan ada tiga bentuk

    pola komunikasi yang diterapkan, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua

    arah, komunikasi banyak arah. Faktor pendukung diterapkannya pembinaan

    karakter Islami Siswa di SMA Negeri 1 Jeneponto: Peserta didik cenderung cepat

    merespon apa yang diarahkan. Adanya visi dan misi yang menjadi acuan dalam

    membina karakter Islami peserta didik. Adanya perencanaan dalam kegiatan

    dalam membina karakter Islami peserta didik. Adanya kerjasama antara kepala

    sekolah, guru, dan para staff dalam kegiatan membina karakter peserta

    didik.Tenaga kependidikan yang berkompeten dan profesional. Faktor

    penghambat diterapkannya pembinaan karakter Islami Siswa di SMA Negeri 1

    Jeneponto: Peserta didik yang cukup sulit untuk dibina, juga mempengaruhi

    temannya. Kurangnya sarana dan prasarana. Masih kurangnya kerjasama dan

    koordinasi antara guru dengan orang tua .

    KATA KUNCI: Pola Komunikasi Guru, Karakter Islami

  • viii

    KATA PENGANTAR

    ِحين ْحَوِي الره ِ الره بِْسِن َّللاه

    ًْبِيَاِء َواْلُوْرَسلِْيَي َوَعلَى اَلِهِ اَلُم َعلَى أَْشَرِف اْأَل الَةُ َوالسه ا بَْعُد اْلَحْوُد ِهللِ َربِّ اْلَعالَِوْيَي َوالصه َوَصْحبِِه أَْجَوِعْيَي أَهه

    Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan

    nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

    skripsi ini. Shalawat menyertai salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi

    Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan juga para

    pengikut-pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya hingga akhir

    zaman.

    Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kendala yang

    penulis alami, tetapi berkat petolongan Allah Shubhanahu Wata‟ala, doa,

    motivasi, serta dukungan dari berbagai pihak, hingga sampai di titik akhir

    penyelesaian skripsi ini. Meskipun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

    jauh dari kata kesempurnaan.

    Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

    terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    1. Kedua orang tua, ayahanda Muhammad. Sayuti, dan Ibunda Kamaria, beserta

    keluarga.

    2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Prof. Dr. H. Abd.

    Rahman Rahim, S.E,. M.M. beserta wakil-wakil Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd. I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam,

    Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta Wakil Dekan I, Dra.

    Mustahidang U. M.Si., Wakil Dekan II, Drs. Abd. Samad T., Wakil Dekan III,

    Dr. Ferdinan S.Pd.I., M.Pd.I, Wakil Dekan IV, Ahmad Nasir S.Pd.I., M.Pd.I.

    4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.A. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama

    Islam, Fakultas Agama Islam,Universitas Muhammadiyah Makassar.

  • ix

    5. Dra. Mustahidang U, M.Si., dan Elli, S.Pd.I, M.Pd.I., selaku pembimbing

    penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Para Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang merupakan sumber

    ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis selama proses perkuliahan,

    hingga skripsi ini selesai.

    7. Seluruh Staff Fakultas agama Islam, yang telah banyak memberikan

    kemudahan selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    8. Semua lembaga di Fakultas Agama Islam, yaitu Ikatan Mahasiswa

    Muhammadiyah Fakultas Agama Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

    Agama Islam, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    9. Semua sahabat dan kepada seluruh teman kelas PAI.B, yang telah

    memenjatkan do‟a dan memberi motivasi atas kesuksesan peneliti.

    10. Pengelola dan teman- teman Fasilitator Rumah Qur‟an Al-Kamal di Jl. Sunu

    No.33. Kel. Suangga. Kec. Tallo Kota Makassar Sulawesi Selatan.

    11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak

    memberikan sumbangsihnya kepada peneliti selama kuliah hingga skripsi ini

    selesai.

    Akhirnya, hanya kepada Allah Shubhanahu Wata‟ala jualah peneliti

    serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu peneliti mendapat

    pahala serta kebaikan di sisi Allah Shubhanahu Wata‟ala., serta semoga skripsi

    ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya, terkhusus bagi peneliti

    sendiri.

  • x

    Makassar, Senin 6 April 2020

    Peneliti,

    Sri Hardiyanti

    NIM: 105191106116

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii

    BERITA ACARA MUNAQSYAH ................................................................. iv

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ v

    ABSTRAK ....................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

    A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

    A. Tinjauan Tentang Pola Komunikasi ..................................................... 7 B. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam ............................... 12 C. Tinjauan Tentang Karakter Islami ....................................................... 25

    BAB III METODOLOGI .............................................................................. 34

    A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 34 B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 34 C. Fokus Penelitain ................................................................................... 35 D. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 35 E. Sumber Data ......................................................................................... 36 F. Instumen Penelitian .............................................................................. 37 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38 H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 38

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 41

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 41 1. Identitas Sekolah.............................................................................. 41 2. Visi dan Misi ................................................................................... 42 3. Data Kepala Sekolah ....................................................................... 42

  • xii

    4. Keadaan Guru .................................................................................. 43 5. Keadaan Siswa ................................................................................. 49 6. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 49

    B. Pembahasan .......................................................................................... 51 1. Bentuk Penerapan Pola Komunikasi Guru Pendidikan Agama

    Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa Pada Mata

    Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 1 Jeneponto .. 51

    2. Ragam Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Pola Komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam Pada Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam ................................................................. 103

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 105

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 105 B. Saran ..................................................................................................... 107

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108

    DAFTAR INFORMAN .................................................................................. 110

    RIWYAT HIDUP ........................................................................................... 111

    LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 112

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Data kepala sekolah dari periode didirikan sekolah sampai sekarang.

    Tabel 2 Keadaan guru SMA Negeri 1 Jeneponto

    Tabel 3 Keadaaan siswa SMA Negeri 1 Jeneponto berdasarkan jenis kelamin

    Tabel 4 Fasilitas di SMA Negeri 1 Jeneponto

    Tabel 5 Waktu Pelaksanaan Observasi Di Kelas XII MIPA 2, XII MIPA 5,

    Dan XII IPS 1 Di SMA Negeri 1 Jeneponto Tentang Pola

    Komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina

    Karakter Islami Siswa.

    Tabel 6 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama

    Malikul Hakkul Mubin Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 7 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama

    Ariyadi Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 8 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama

    Deni Supratminto Syarif Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 9 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama Sri

    Wahyuni Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 10 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama

    Syarifa Ananda Tentang Pembinaan Karakter.

  • xiv

    Tabel 11 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama

    Ardiyansah Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 12 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama

    Annisa Husnudzon Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 13 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama

    Putra Yusuf Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 14 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama

    Muhammad Aan Farid Fatur Rahman Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 15 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama

    Syamsinar Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 16 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama

    Khaeratul Mu‟minin Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 17 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama

    Ronaldy Try Saputra S. Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 18 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Riska

    Ade Thalia Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 19 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Anisha

    Wulandari Alfian Tentang Pembinaan Karakter.

    Tabel 20 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Rian

    Pramadani Tentang Pembinaan Karakter.

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Di era industri saat ini, dimana seluruh aspek kehidupan mengalami

    perubahan, baik dari segi fisik maupun psikis lingkungan yang ada di dalamnya.

    Dan di zaman ini banyak sekali kemerosotan moral yang terjadi pada umat Islam.

    Banyak orang Islam yang mengeyampingkan ketepatan waktu dalam sholat

    bahkan dengan ringan meninggalkan sholatnya. Banyak pula adu domba yang

    tujuannya untuk memecah umat Islam.

    Dampak kemerosotan moral juga dapat dirasakan dalam dunia pendidikan

    saat ini. Walaupun pendidikan karakter sudah menjadi tujuan utama pendidikan di

    Indonesia, tapi dalam pelaksanaannya masih belum maksimal tercapai. Padahal,

    pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan

    perlu ditanamkan kepada peserta didik dengan maksimal. Ketidak maksimalan ini

    dapat dilihat dari berbagai hal, di antaranya adalah masih masih banyaknya

    peserta didik yang datang terlambat tanpa merasa bersalah, peserta didik

    mencontek ketika ujian, peserta didik tidak mengerjakan tugas sekolahnya, tidak

    sopan dalam berbicara bahkan ada peserta didik yang berani kepada guru, dan

    maasih ada peserta didik yang belum berpakaian sesuai syariat agama, dan masih

    banyak perilaku-perilaku yang dianggap sepele tetapi dapat merusak karakter

    peserta didik yang seharusnya tidak dibiasakan.

    Dengan adanya realita seperti ini menjadi sebuah tantangan bagi sistem

    pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan rumusan pengertian pendidikan

  • 2

    Nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20

    Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional pada bab 1, pasal 1 yang

    menyatakan bahwa :

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

    Ki Hajar Dewantara mendefenisikan pendidikan bahwa berupa daya

    upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,

    karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. 2

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan

    terdapat proses pembentukan karakter. Dalam hal ini pembentukan karakter dapat

    diwujudkan melalui kajian teori dari bidang pendidikan, yaitu pendidikan agama

    Islam. Pendidikan Islam merupakan aspek yang dapat mengarahkan manusia ke

    arah yang lebih baik. Dalam pengajaran agama Islam dapat menumbuhkan dan

    membentuk manusia yang hampir mencapai kata sempurna dari berbagai aspek.

    Ibnu Maskawai mendefinisikan pendidikan bahwa pendidikan yang

    bertumpu pada pendidikan akhlak guna terwujudnya sikap batin yang

    mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan

    yang memiliki nilai yang baik sehinggga mencapai kesempurnaan dan

    kebahagiaan yang sejati.3

    Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan

    seharusnya bertumpu pada pendidikan akhlak yang mampu mendorong perbuatan

    1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan

    Peraturan Pemerintahan RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib belajar.

    (Bandung: Itra Umbara 2014), h. 3. 2Moch. Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: [PT. LkiS

    Printing Cemerlang, 2015). H. 30 3Ibn Maskawai, Al- Sa‟dah. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, ( Jakarta: Raja

    Grafindo Peresada, 2000), h 11.

  • 3

    yang benilai baik sehingga menjadi kebiasaan hingga akhirnya menjadi

    kebahagiaan sejati.

    Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang wajib diajarkan pada

    sekolah formal nasional dan sekolah swasta Islam. Dan pendidikan di sekolah

    merupakan tahap lanjutan dari pendidikan keluarga, karena pada dasarnya

    keluarga sudah menyumbangkan pendidikan kepada anak berupa pendidikan

    karakter. Di dalam sekolah khusunya guru adalah pihak yang mengembangkan

    pendidikan yang telah diperoleh peserta didik dari keluarganya dan memberbaiki

    bila pendidikan tersebut tidak baik. Disamping itu, pendidikan di sekolah

    bertujuan untuk membina karakter yang baik untuk kehidupan peserta didik di

    masyarkat kelak.

    Pendidikan karakter adalah sebuah penanaman nilai pendidikan kepada

    sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui

    kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk mendidik dalam membentuk

    melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

    sendiri, sesama, lingkungan, naupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang

    baik. Untuk membantu peserta didik dalam membentuk karakter Islami tersebut,

    sehingga kecakapan guru pendidikan. Dan tujuan pendidikan nasional dapat

    tercapai melalui pendidik atau seorang guru. Hal ini sesuai dengan defenisi guru

    oleh beberapa ahli, salah satunya :

    Syaiful Bahri Djamarh mengungkapkan guru adalah tenaga pendidik yang

    memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain

    sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai

    dan sikap kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang paripurna.

  • 4

    Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam

    mengembangkan potensinya.4

    Dari pengertian dia atas, dapat penulis pahami bahwa, tugas guru bukan

    hanya sebagai pengajar yang hanya mentransfer atau memindahkan pengetahuan

    berupa materi, tetapi hal yang tidak kalah penting yakni membimbing peserta

    didik agar memiliki kepribadian yang paripurna atau lebih kepada penanaman

    karakter sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.

    Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping

    memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui

    dan melakukan hal-hal yang bersifat teknis. Ha-hal yang bersifat teknis ini,

    terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Untuk

    itu, pendidikan perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses

    belajar mengajar.5

    Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh faktor guru. Tugas

    guru adalah menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa melalui interaksi

    komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru

    dalam meyampaikan materi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi

    antara guru dan siswanya. Ketidak lancaran dan kesalahan dalam pemilihan pola

    komunikasi akan membawa akibat pada pesan yang disampaikan guru. Untuk

    4Pupuh Faturrohman, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, PT Refika Aditama, 2017), h

    43. 5Ibid, h. 39.

  • 5

    mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara

    guru dengan siswa.6

    Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap

    muka dengan kelompok kecil, meskipun komunikasi antara guru dengan

    kelompok, sang guru bisa merubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan

    menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog di mana guru menjadi

    komunikan. Atau bahkan komunikasi tidak hanya melibatkan interkasi dinamis

    antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara

    siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

    Berangkat dari pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik , dan

    pola komunikasi yang sangat menunjang dalam pencapaian pendidikan karakter

    tersebut, sebagai latar belakang masalah, maka penulis ingin mengetahui lebih

    jauh, sehingga penelitian ini berjudul “ Pola Komunikasi Guru Pendidikan

    Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1

    Jeneponto”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana penerapan pola komunikasi guru pendidikan agama Islam dalam

    membina karakter Islami siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam

    SMA Negeri 1 Jeneponto ?

    2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru

    pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada

    pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto?

    6Skripsi Citra Wulandari Sugarsih ( Mahasiswa UIN Sumatra Utara Medan, Fakultas

    Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam) Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran Di SMP

    IT Al- Hujrah Laut Dedang Keamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui penerapan pola komunikasi guru pendidikan agama

    Islam dalam membina karakter Islami siswa pada pembelajaran pendidikan

    agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto.

    2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru

    pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada

    pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto.

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

    1. Secara teoritis, dapat menjadi kontribusi pemikiran dan menambah

    kepustakaan tentang bentuk pola komunikasi dan pendidikan karakter di

    Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

    2. Secara praktis

    a. Dapat menjadi gambaran dan mesukan bagi orang tua, guru, dan

    masyarakat agar senantiasa berusaha untuk membina kualitas karakter

    peserta didik

    b. Dapat dijadikan acuan oleh para guru Pendidikan Agama Islam yang

    menyampaikan materi dan membina karakter Islami peserta didik.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Tinjauan Tentang Pola Komunikasi

    1. Pengertian Pola Komunikasi

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pada arti bentuk

    atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola itu sendiri bisa

    dikatakan sebagai contoh atau cetakan.7

    Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang artinya

    membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal

    dari akar kata communico yang artinya membagi.

    Everet M. Rogers, seorang pakar pedesaan yang kemudian lebih banyak

    memberi perhatian pada studi riset komunikasi khususnya dalam hal

    penyebaran inovasi membuat defenisi komunikasi, yaitu: Komunikasi

    adalah proses di mana ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima

    atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

    Defenisi tersebut kemudian dikembangkan bersama dengan Laurance D.

    Kincaid. Sehingga melahirkan satu defenisi yang lebih maju dengan menyatakan :

    Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk

    atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada

    gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.8

    Jadi, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses

    pengiriman dan penerimaan informasi antara dua orang atau lebih yang nantinya

    akan terjadi saling pengertian dan dapat merubah tingkah laku.

    7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

    Balai Pustaka, 1996). h. 885. 8Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).

    h. 33.

  • 8

    Adapun pengertian pola komunikasi yaitu sebagai bentuk atau struktur

    hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pertukaran informasi dengan

    cara yang tepat, sehingga pesan atau informasi yang dimaksud dapat dipahami.

    Pola komunikasi juga merupakan salah satu gambar yang sederhana dari proses

    komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara suatu komponen komunikasi

    dengan komponen lainnya.

    2. Bentuk- Bentuk Komunikasi

    Pada dasarnya ada tiga bentuk komunikasi, yaitu komunikasi

    intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi interpersonal

    (komunikasi antar pribadi), dan komunikasi kelompok.9

    a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan sendiri)

    Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu

    proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan

    informasi melalui panca indra dan sistem saraf. Proses komunikasi ini juga karena

    adanya seseorang yang mengintrpretasikasn sebuah objek dan apa yang

    dipikirkannya. Objek itu dapat berwujud benda, informasi, alam, peristiwa,

    pengalaman, atau fakta yang dianggap berarti bagi manusia. Kemudian objek itu

    diberi arti kemudian diintepretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh

    pada sikap dan prilaku.dirinya.

    b. Komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi)

    Komunikasi interpersonal adalah proses panduan penyampaian pikiran

    dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan

    9Onong Uchjana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung. PT. Remaja

    Rosdakarya, 1990), h 126.

  • 9

    melakukan kegiatan tertentu. Dibandingkan dengan macam-macam komunikasi

    lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah

    sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikasi. Komunikasi antarpribadi juga

    merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh oarng lain dengan

    efek dan umpan balik yang langsung.

    c. Komunikasi kelompok

    Komunikasi kelompok adalah komunikasi antar seseorang komunikator

    dengan sejumlah (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk

    kelompok.

    3. Pendidikan Sebagai Proses Komunikasi

    Dilihat dari prosesnya, pendidikan adalah komuniaksi dalam arti bahwa

    dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari manusia yang saling

    bertukar informasi berupa pengetahuan, yaitu pengajar sebagai komunikator dan

    pelajar sebagai komunikan atau sebaliknya. Lazimnya, pada tingkatan bawah dan

    menegah pengajar itu sendiri disebut guru, sedangkan pelajar disebut murid. Pada

    umumnya pendidikan berlangsung secara di dalam kelas secara tatap muka.

    Karena kelompoknya relative kecil, meskipun komunikasi antara pengajar dengan

    pelajar dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang pengajar

    sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal.10

    4. Pola-Pola Komunikasi

    Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan

    interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:

    10

    Ibid, h. 101.

  • 10

    a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

    Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta

    didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan peseta didik pasif. Ceramah pada

    dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi

    sebagai interaksi atau dua arah.

    b. Komunikasi dua arah

    Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi

    aksi dan siswa penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi

    terbatas antara guru dengan peserta didik secara individual. Antara pelajar dan

    pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau

    bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima.

    c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai interaksi.

    Nana Sudjana, mengemukakan bahwa komunikasi ini tidak hanya

    melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga

    melibatkan interaksi yang dinamis antar pesera didik yang satu dengan

    yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini

    mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa

    yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.Diskusi dan

    simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan kegiatan siswa

    yang optimal, sehingga menumbuhkan peserta didik belajar aktif. Diskusi

    dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi

    ini.11

    5. Strategi Membangun Komunikasi Efektif Antara Guru Dan Peserta

    Didik Dalam Proses Belajar Mengajar

    Terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya

    untuk menciptakan/ membangun komunikasi efektif, seperti disebutkan berikut

    ini.

    11

    Pupuh Fathurrahman, op.cit., h 40.

  • 11

    a. Respek

    Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya

    penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dengan peserta didik bila

    ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun

    akan melakukan hal yang sama ketika kita berkomunikasi dengan guru.

    b. Empati

    Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan

    kondisi yang dihadapai orang lain. Syarat uttama dari sikap empati adalah

    kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan

    dimengerti orang lain.

    Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti

    keinginannya. Tetapi ia akan memahami peserta didiknya terlebih dahulu. Di sisni

    berarti seseorang guru tidak hanya melibatkan indrawinya saja, tapi melibatkan

    pua mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada

    peserta didiknya.

    c. Audibel

    Audibel berarti “dapat didengarkan”atau bisa dimengerti dengan baik.

    Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima

    oleh penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata

    yang sopan, atau cara menunjuk termasuk dalam komunikasi yang audibel.

    d. Jelas Maknanya

    Pesan yang disamapaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan

    banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi

  • 12

    dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan

    jelas maknanya. Salah-satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka

    pahami (melihat tingkatan usia).

    e. Rendah Hati

    Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak

    memandang rendah, lemah lembut, sopan santun, dan penuh pengendalian diri.12

    B. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Guru Pendidikan Agama

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang

    Guru dan Dosen pada bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa:

    Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

    membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

    didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan

    dasar, dan pendidikan menengah.13

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah tenaga pendidik yang

    memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah.

    Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas

    menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik

    memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya,

    guru membimbing anak didik yang mengembangkan potensinya. 14

    Oemar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefenisikan pendidikan

    Islam dengan prsoses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan

    pribadi, mesyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajar suatu

    aktivitas asasi dan sebagai profesi diantaranya profesi-profesi asas dalam

    masyarakat.15

    12

    Pupuh Fathurrahman, op. cit, h. 41-42. 13

    Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal

    1. 14

    Pupuh Fathurrahman, op.cit., h. 43 15

    Abul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada

    Media. 2006) h, 26.

  • 13

    Cara mengubah tingkah laku itu melalui proses pengajaran. Perubahan

    tingkah laku ini tidak berhenti pada level individual (etika profesional) yang

    menghasilkan kesalahan individual, tetapi juga mencakup level masyarakat (etika

    sosial), sehingga menghasilkan keshalehan sosial.16

    Dari pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa hakikat pendidikan

    seharusnya lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, tidak sekedar

    mentransfer pengetahuan. Yang sifatnya penigkatan, yaitu dari yang buruk

    menuju yang baik, dari yang minimal menuju maksimal, dari yang potensial

    menjadi aktual, dari yang pasif menuju yang aktif. Dan bersifat umum, tidak

    hanya untuk diri pribadi, tapi bagi orang lain.

    2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

    Dasar pendidikan Islam merupakan landasan optimal untuk merealisasikan

    dasar ideal/sumber pendidikan Islam.17

    a. Dasar Historis

    Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan

    masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan,

    agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga

    dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar ini

    memberi data input tentang kelebihan dan kekurangan kebijakan serta

    maju mundurnya prestasi pendidikan yang telah ditempuh.

    Firman Allah Shubhanahu Wata‟ala dalam al-Quran Surah Al-Hasyr (59)

    ayat 18:

    َ يَا أَيَُّها َ ۚ إِنَّ َّللاَّ َ َوْلتَْنظُْر نَْفٌس َما قَدََّمْت لَِغٍد ۖ َواتَّقُىا َّللاَّ َبِيٌٌر مَِاا تَْمَاوُىنَ الَِّذيَن آَمنُىا اتَّقُىا َّللاَّ

    Terjemahannya:

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah

    setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnnya untuk hari esok

    16

    Ibid, h. 26. 17 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Amzah. 2017), h. 46.

  • 14

    (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

    Mengetahui.18

    Berdsarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa hendaknya setiap manusia,

    hendaknya senantiasa memperhatikan dan belajar dari sejarah setiap peristiwa

    dalam, sehingga dapat melakukan yang lebih baik untuk hari esok atau di masa

    depan.Terkhusus bagi tenaga pendidik hendaknya senantiasa memperhatikan dan

    belajar dari berbagai sejarah pendidikan, sehingga dapat menjadi acuan dalam

    mengambil tindakan yang lebih baik dalam dunia pendidikan kedepannya, yang

    tidak sekedar mengacu pada tujuan dunia, namun tujuan akhir yaitu akhirat dalam

    hal ini, terkait melakukan komunikasi yang baik dalam membina karakter Islami

    pesert didik.

    b. Dasar Sosiologis

    Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya,

    yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini

    juga berfungsi sebgai tolak ukur dari tingkat relevansi ouptut pendidikan

    dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik adalah

    pendidikan yang tidak kahilangan konteks atau tercabut dari akar

    masyarakatnya. Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika prestasi itu

    merusak tatanan masyarakat. Demikian juga, masyarakat yang baik akan

    menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula.

    c. Dasar Ekonomi

    Dasar ekonomi adalah dasar yang memberikan perspektif tentang potensi-

    potensi finansial, menggali, dan mengatur sumber-sumber serta

    bertanggungjawab terhadap rencana dan anggaran pembelajarannya.

    Dikarenakan pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang luhur maka

    sumber-sumber finansial dalam menghidupkan pendidikan yang bersih,

    suci, dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi

    yang kotor menjadikan ketidak berakahan hasil pendidikan. Misalnya,

    untuk pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium

    pendidik maupun biaya oprasional sekolah, uatu lembaga pendidikan

    mengembangkan sistem rentenir.

    18

    Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Madinah Raihan Makmur.2013). h 548

  • 15

    d. Dasar Politik dan Administratif

    Dasar politik dan adminitrasi adalah dasar yang memberikan bingkai

    idiologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan

    yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar politik menjadi

    penting untuk pemerataan pendidikan, baik seara kuantitatif maupun

    kualitatif. Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan umum

    („ammah) dalm rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan hanya

    untuk golongan atau kelompok tertentu. Sedangkan dasar administrasi

    berguna untuk memudahkan peayanan pendidikan, agar pendidikan dapat

    berjalan dengan lancar tanpa ada gangguann teknis dalam pelaksanaannya.

    e. Dasar Psikologi

    Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat,

    minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik,

    tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini

    berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan

    batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu menigkatkan prestasi dan

    kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang

    memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah, di lingkungan

    pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa

    terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan

    lembaga pendidikan.

    f. Dasar Filosofis

    Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memilih yang

    terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada

    semua dasar-dasar oprasional lainnya. Bagi masyarakat sekuler dasar ini

    menjadi acuan terpenting dalam pendidikan. Sebab, filsafat bagi mereka

    merupakan induk dari segala dasar pendidikan. Sementara bagi masyarakat

    religious, seperti mayarakat muslim, dasar ini sekedar menjadi bagian dan

    cara berpikir di bidang pendidikan secara sistematik, radikal, dan

    universal, yang asas-asasnya diturunkan dari nilai iladiyah.

    g. Dasar Religious

    Dasar religious adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini

    menjadi penting dalam peniddikan Islam. Sebab dengan dasar ini, semua

    kegiatan pendidikan menjadi bermakna. Konstruksi agama membutuhkan

    aktualisasi dalam berbagai dasar pendidikan yang lain. Agama menjadi

    frame bagi semua dasar pendidikan Islam. Aplikasi dasar-dasar yang lain

    merupakan bentuk realisasi dari yang bersumber dari agama dan bukan

    sebaliknya. Apabila agama menjadi frame bagi semua pendidikan Islam,

  • 16

    maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai ibadah. Sebab

    ibadah merupakan aktuaisasi dari (selfactualization) yang paling ideal

    dalam dalam pendidikan Islam.

    Dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa ada bebrapa dasar

    pendidikan agama Islam yang mencakup berbagai aspek yang dimana semua

    dasar tersebut saling berkaitan untuk menjadikan pendidikan agama Islam sebagai

    dasar yang ideal dalam pencapaian tujuan pendidikan Nasional.

    Ali Ashaf menawarkan tujuan pendidikan Islam yaitu dengan

    “terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah Shubhanahu Wata‟ala pada

    tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya”.19

    Tujuan umum tersebut merupakan kristalisasi dari tujuan khusus

    pendidikan Islam. Menurutnya, tujuan khusus pendidikan Islam adalah sebagai

    berikut:20

    1. Mengembagkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta

    mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks

    kehidupan modern.

    2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan kebijakan, baik

    pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan

    pembangunan nasional.

    3. Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk mneghargai

    dan membenarkan superioritas komperaif kebudayaan dan peradaban

    Islami di atas kebudayaan lain

    19

    Ibid, h. 60 20

    Bukhari Umar, op. cit, h. 60

  • 17

    4. Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalama imajinstif, sehingga

    kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-

    norma Islam yang benar dan yang salah.

    5. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir logis

    dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan

    konsep-konsep tentang pengetahuan yang diatur.

    6. Mengembangkan wawasan rasional dan lingkungan sebagaimana yang

    dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan yang baik.

    7. Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan

    berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.

    Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar

    pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islambad adalah:

    Arifin H.M Educated should aim at the balanced growth of total

    personality of man thouhg the treaning of man’s spirit, inttelect the

    retional self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for

    the growth of man in all its aspects, spiritual, intellectual, imaginative,

    physical, scientific, linguistic, both individually and collecyively, and

    motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection.

    The ultimate aim of education ;ies in the realization of complate

    submission to Allah on the level of individual, the community and

    humanity at large.21

    Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam mempunyai

    tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai

    makhluk individual dan sebagai makhluk sosial yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran

    agamanya.

    21

    Bukhari Umar, op. cit, h. 62

  • 18

    Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan untuk menimbulkan pola

    kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak,

    penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia

    dalam semua asspeknya, baik aspek spiritual, intelektuall, imajinasi, jasmaniah,

    ilmiah, maupun bahasanya. Tujuan terakhir dari pendidikan Islam itu teletak

    dalam realisasi sikap penyerahan dan sepenuhnya kepada Allah, baik secara

    perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.

    Sebagai hamba Allah Shubhanahu Wata‟ala yang berserah kepada

    Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman kecara

    bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya, agar terealisasi cita-cita yang terkandung

    dalam kalimat ajaran Allah.22

    3. Ruang Lingkup Penddikan Agama Islam

    Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,

    dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Sahubhanahu

    Wata‟ala, hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan manusia dengan

    dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain (lingkungannya).

    Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan

    agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah sebagai berikut: 23

    a. Pengajaran Keimanan Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek

    kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menuruti ajaran Islam,

    inti dari pengajaran itu adalah rukun Islam.

    22

    Bukhari Umar, op. cit, h. 62. 23 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media,2007), h.10

  • 19

    b. Pengajaran Akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada

    pemebentukan yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap

    individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar

    mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.

    c. Pengajaran Ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tetang segala bentuk ibadah dan tata

    cara pelaksanaanya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu

    melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk

    ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.

    d. Pengajaran Fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi

    tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-

    Qur‟an dan Sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini

    adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang tantangan hukum-

    hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

    e. Pengajaran Al-Qur‟an Pengajaran Al-Qur‟an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat

    membaca Al-Qur‟an dan mengerti arti keandungan yang terdapat di setiap

    ayat-ayat Al-Qur‟an . Akan tetapi dalam nya hanya ayat-ayat tertentu yang

    dimasukkan dalam materi pendidikan agama Islam yang disesuaikan

    dengan penidikan.

    f. Pengajaran Sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat

    mengetahui tentanag pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari

    awal sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan

    mencintai agama Islam.

    Dari penjelasan di atas, dapat peneliti pahami bahwa ruang lingkup

    pendidikan agama Islam identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam

    karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling

    melengkapi satu dengan yang lainnya yang mencakup kehidupan dunia dan

    akhirat.

  • 20

    4. Guru dan Pendidikan Karakter

    Dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, guru memiliki

    posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa dtiru

    atau menjadi idola begi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inspirasi dan

    motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas

    dalam diri peserta didiknya, sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru

    menjadi cermin peserta didik. Dengan demikian guru memiliki tanggungjawab

    besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

    Tugas-tugas menusiawi itu merupakan transformasi, identifikasi, dan pengertian

    tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan

    yang organis harmonis, dan dinamis. Ada beberapa strategi yang dapat

    memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan perananya

    secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta didik di

    sekolah, sebagai berikut:

    a. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran

    Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan

    didengar oleh peserta didik tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara

    yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran,

    sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.

    b. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran

    Guru dituntut untuk peduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep

    pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang

    diempunya. Dalam hal ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan

  • 21

    ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat

    diintegerasikan dalam proses pembelajaran.

    c. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan yang berwawasan pengembangan

    budi pekerti dan akhlak mulia.

    Para guru melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan kepada

    kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual,

    kegiatannya menjurus pada pengembangn kemampuan efektif, dan psikomotorik.

    d. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan

    berkembangnya karakter peserta didik.

    Lingkungan terbukti sangat penting dalam pembentukan pribadi manusia,

    baik lingkungan fisik, maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru

    perlu untuk melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan

    pengembangan pendidikan karakter.

    e. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam

    mengembangan pendidikan karakter

    Bentuk kerjasama yang bisa diakukan adalah menempatkan orang tua

    peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan narasumber dalam kegiatan-

    kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.24

    5. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

    Menurut Langgulung, Di era modern ini peran guru bukan hanya sebagai

    pengajar (mu’allim, transfer knowledge) saja, tetapi mempunyai tugas

    sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar, yaitu relasi dan

    aktualisasi sifat-sifat Ilahi manusia, dengan cara aktualisasi potensi-potensi

    manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilliki.25

    24

    https://www.kompasiana.com/amp/ah 25

    Heri Gunawan, Pendidikan Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2014) h. 169.

  • 22

    Selain itu, tugas pendidik juga sebagai pengelola(human of learning),

    pengaruh (director of learning), fasilitator, dan perencana (the utur society). Oleh

    karena itu, tugas pendidikan dapat disimpullkan menjadi:26

    a. Sebagai pengajar (mu’allim, instruksional) yang bertugas merencanakan

    program pengajaran, dan melaksanakan program penilaian (evaluation)

    setelah program dilaksanakan;

    b. Sebagai pendidik (murbbi, educator) yang mengarahkan anak didik pada

    tingkat kedewasaan yang berkepribadianinsan kamil, seiring dengan tujuan

    Allah menciptakannya;

    c. Sebagai pemimpin (manager) yang memimpin dan mengendalikan diri

    sendiri dan anak didik serta masyarakat terkait, yang menyangkut upaya

    pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan antisipasi atau

    program yang telah dilakukan

    Jadi, penulis berpendapat bahwa guru memiliki tanggungjawab yang besar

    dan luas, karena perannya tidak sekedar menjadi pengajar yang hanya

    memindahkan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif, tapi yang cukup penting

    yaitu sebagai pendidik dan pemimpin yang berusaha mengarahkan peserta didik

    agar memperbaiki akhlaknya dengan memberi motivasi-motivasi pengarahan, dan

    pengontrolan.

    6. Guru Sebagai Tenaga Profesional

    Sebagai tenaga profesional, guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan

    tugasnya secara profesional. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan

    26 Heri Gunawan. op. cit. h. 169

  • 23

    profesional tenaga kependidikan yang dilaksanakan oleh PPS IKIP Bandung

    tahun 1990 lalu, dirumuskan 10 ciri suatu profesi yaitu, (1) memiliki fungsi dan

    signifikansi sosial; (2) memiliki keahlian dan keterampilan tertentu; (3)

    keahlian/keterampilan diperoleh melalui teori dan metode ilmiah tertentu; (4)

    didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas; (5) diperoleh dalam masa pendidikan

    yang cukup lama (6) aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.(7) memiliki

    kode etik; (8) kebebasan untuk memberikan judgemen dalam menyelesaikan

    masalah dalam lingkungan kerjanya (9) memiliki tanggungjawab profesional dan

    ekonomis;(10) ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan yang laayak atas

    profesinya.27

    Jika ciri-ciri profesionalisme tersebut di atas ditujukan pada pofesi pada

    umumnya, maka khusus untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga.

    Pertama, seorang guru yang profesional harus menguasai ilmu

    pengetahuan yang diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam

    bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang pengetahuan apapun

    yang selalu mengalami perkembagan, maka seorang guru harus profesional juga

    harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya,

    sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan dan meningkatkan

    perkembagan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru harus seara terus menerus

    melakukan penelitian dengan melakukan berbagai macam metode.

    Kedua, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan

    menyampaikan menyampaikan dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya, kepada

    27

    Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta, Kencana Pemuda Media Group,

    2008), h 154.

  • 24

    murud-muridnya secara efektif dan efisien. Untuk itu, seorang guru harus

    memiliki ilmu keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang

    keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik, dan metodik. Istilah pedagogik

    diterjemahkan dengan istilah ilmu mendidik, dan yang dibahas terkait mengasuh

    dan membesarkan seorang anak. Sedangkan didktik adalah pengetahuan tentang

    interaksi belajar mengajar secara umum. Yang dibahas disini adalah antara lain

    bagaimana cara membuat persiapan pengaajaran sesuatu yang sangat perlu, cara

    menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara menilai hasil pembelajaran. Adapun

    metodik adalah pengetahuan tentang cara mengajarkan bidang engethuan tertentu.

    Beberapa matapeajaran dipandang memerulukan cara-cara khusus menyajikannya,

    dan untuk ini disajikan metodik khusus. Pelajaran yang memerlukan metodik

    yang khusus ini misalnya menggambar, pekeraan tangan, dan olahraga.

    Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh pada kode

    etik profesional sebagaimana tersebut di atas. Kode etik di sisi lebih dikhususkan

    lagi tekanannya paa perlunya memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang

    mulia itu, serang guru akan dijadikan panutan, contoh dan teladan. Dengan cara

    yang demikian ilmu yang diajarkan atau nasiahat yang diberikannya pada para

    peserta didik akan didengarkan dan dilaksanaakannya dengan baik. Tentang

    perlunya akhlak yang baik bagi seorang guru yang profesional ini sudah ama

    menjadi perhatian dan kajian para ulama di zaman klasik. Sebagaimana pendapat

    ahli terkait guru yang baik yaitu :

    Ibn Muqaffah ( Lahir di Persia tahun 106 H) misalnya, mengatakan bahwa

    guru yang baik adalah guru yang mau berusaha memulai dengan mendidik

  • 25

    , memperbaiki tingkah lakunya, meluruskan pikirannya, dan menjaga kata-

    katanya terlebih dahulu sebelum menyampaikan kepada orang lain. 28

    Sehingga penulis berpendapat bahwa guru yang profesional atau guru yang

    baik, ialah guru yang senantiasa berusaha memberikan yang terbaik kepada

    peserta didiknya, yang dimana sebelum memberikan ilmu dan nasihat ia terlebih

    dulu harus memperbaiki dirinya, baik dari segi ilmu dan akhlak.

    Guru harus selalu mengontrol, menasihati, memberikan pesan-pesan moral

    tentang ilmu untuk masa depan anak diidknya dan tidak memberikan mereka

    melanjutkan pelajarannya kepada yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran

    sebeumnya.

    Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, seorang guru disamping

    sebagai pengajar juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian disamping

    membimbing peserta didik untuk menguasai sejumlah pegetahuan, keterampilan,

    (mengajar). Seyogiyanya guru juga membimbing peserta didiknya

    mengembangkan segenap potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (mendidik).

    C. Tinjauan Tentang Karakter Islami

    1. Pengertian Pendidikan Karakter

    Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi

    bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui prilaku baik, jujur,

    bertanggung jawab , menghargai orang lain, dan nilai-nilai karakter lainnya.

    Dalam konteks pemikiran Islam, karakter terkait iman dan ikhsan. Hal ini

    sejalan dengan ungkapan Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan

    28

    Ibid.h. 156

  • 26

    “habit” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan

    diamalkan.

    Wynne, mengungkapkan bahwa karakter berasal daari bahasa Yunani yang

    berarti to mark (menandai) atau memfokuskan pada bagaimana

    menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau prilaku sehari-

    hari29

    Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama Islam,

    Kementrian Republik Indonesia, mengemukakan bahwa karakter dapat diartikan

    sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada

    perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini

    menbedakan antara satu individu dengan yang lainnya.

    Pendidikan karakter yang Islami adalah suatu usaha yang disengaja untuk

    membantu seseorang sehingga ia dapat berpikir, memahami, memperhatikan,

    berucap, bertindak, dan mengamalkan nilai-nilai etik sesuai dengan ajaran Islam.

    Dengan kata lain, “pendidikan karakter Islami” Sesungguhnya itulah “ pendidikan

    akhlak mulia” (tarbiyat al- akhlaq al- mahmudah) baik dalam hubungannya

    dengan Allah, sesama manusia, diri sendiri maupun dengan lingkungan.30

    Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S

    Luqman ayat 12-14, Walaupun terdapat banyak ayat al-Quran yang memiliki

    keterkaitan dengan pendidikan karakter, namun Q.S Luqman ayat 12-14 karena

    ayat ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat

    dengan konsep pendidikan karakter.

    29

    E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2016) hlm 3. 30

    Https:// baiturrahmanonlone,.com/khutbah-jumat/pendidikan-karakter-Islam/

  • 27

    Allah Shubhanahu Wata‟ala berfirman dalam Q.S. Luqman : 31 ayat 12-

    14:

    ِِۚ َوَهي يَۡشُنۡر فَإًِهَوا يَۡشُنُر لٌَِۡفِسهِۦۖ َوَهي َمفََر َي ٱۡلِحۡنَوتَ أَِى ٱۡشُنۡر هلِله َ َولَقَۡد َءاتَۡيٌَا لُۡقَوَٰ َغٌِيٌّ َحِويٞد َوإِۡذ قَاَه فَإِىه ٱهلله

    ُي ِلِۡبٌِهِۦ وَ لَِدۡيِه َحوَ لُۡقَوَٰ َي بَِوَٰ ًَسَٰ ۡيٌَا ٱۡۡلِ ۡرَك َلظُۡلٌن َعِظيٞن َوَوصه ِۖ إِىه ٱلشِّ بٌَُيه ََل تُۡشِرۡك بِٱهلله هُۥ َوۡهٌاا هَُو يَِعظُهُۥ يََٰ هُ أُهه ۡۡ لَ

    لَِدۡيَل إَِليه ٱۡلَوِصيُر لُهُۥ فِي َعاَهۡيِي أَِى ٱۡشُنۡر لِي َولَِوَٰ َعلَىَٰ َوۡهٖي َوفَِصَٰ

    Terjemahannya:

    “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:

    bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada

    Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang

    siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

    Maha Terpuji”. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di

    waktu ia memberi pengajaran kepadanya:“Hai anakku,

    janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya memperseku-tuk

    an (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan kami

    perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

    bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

    bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

    kepada-Ku dan keada kedua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah

    kembalimu.”31

    Adapun nilai karakter yang termaktub dalam Q.S. Luqman ayat 12-14 tadi,

    yang pertama, dari seorang Luqman, pendidik hendaknya mempunyai karakter

    hikmah, yakni berpengetahuan dan berilmu. Artinya, selain mempunyai

    pengetahuan, pendidik juga dituntut untuk mengamalkan pengetahuannya. Kedua,

    pendidikan karakter yang terdapat dalam Q.S. Luqman di atas adalah anjuran

    untuk menjadikan individu-individu yang bersyukur, syukur dalam artian tidak

    hanya mengucapkan Alhamdulillah, melainkan menkmati segala karunia Allah

    Shubhanahu Wata‟ala untuk pemicu dalam meningkatkan prestasi. Ketiga, nilai

    karakter yang ada pada ayat ini adalah menjadikan tauhid atau aqidah sebagai

    pondasi awal bagi anak sebelum anak mengenal disiplim ilmu pengetahuan yang

    31

    Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT Madinah Raihan Makmur.2013. h 412.

  • 28

    lain. Keempat, Luqman memanggil anaknya dengan sebutan Ya Bunayya, padahal

    bahasa Aran yang biasa digunakan adalah Ya Ibnii, Ya Bunayya adalah bahasa

    yang sangat halus yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya, nilai karakter

    yang ada pada ayat ini adalah, hendaknya bagi para pendidikuntuk bertutur halus

    kepada anak didiknya. Kelima, pada ayat diatas juga diperintahkan untuk

    merenungi penderitaan seorang ibu yang mengandung anaknya dalam keadaan

    wahnan “ala wahnin, nilai karakter pada ayat ini adalah nilai bakti seoranganak

    untuk orang tuanya, khususnya kepada ibu. Keenam, penutup ayat ini Ilayyal

    Mashiir semua akan kembaki kepada Allah Shubhanahu Wata‟la, nilai karakter

    darinya adalah siapapun kita sebagai manusia pasti akan kembali kepada Allah,

    dan ini melahirkan nilai-nilai keqakwaan, karena hanya taqwalah yang akan

    menjadikan manusia berbeda di hadapan Allah Shubhanahu Wata‟la ketika

    kembali kehadapannya.32

    Adapun hadits yang berkaitan dengan pendidikan karater, yaitu:

    32

    https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an

    https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an

  • 29

    Artinya:

    Dari „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata:

    Rasululloh SAW Bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian yang sudah

    berumur tujuh tahun. Dan pukulah mereka karena meninggalkannya

    ketika telah berumur 10 tahun. Serta pisahkanlah mereka dalam tempat

    tidur mereka. (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad

    yang Hasan)

    Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling penting

    dalam fase kehidupan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan para pakar

    anak usia dini, bahwa usia dini adalah usia emas atau the golden age. Pada usia

    ini, anak harus diberi stimulus secara kontinu. Terutama pada sensor panca

    indra anak yang berfungsi menangkap rangsang. Dengan demikian,

    perkembangan anak akan berkembang secara optimal.

    Pada fase ini sangat cocok untuk orangtua atau pun pendidik

    mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Potensi-potensi ini dapat

    berkembang apabila seluruh kegiatan anak mendapatkan arahan dan bimbingan

    dari orangtua atau pun guru. Mendidik dan mengarahkan anak bisa dilakukan

    dengan banyak cara, bisa melalui pemberian keteladanan, pembiasaan, atau pun

    pengajaran secara langsung. Melihat banyak fenomena atau tren masa sekarang

    bahwa banyak anak yang nakal, melawan pada orangtua, bahkan ada anak yang

    membunuh orangtuanya. Hal ini tidak lain dikarenakan pendidikan sejak usia

    dini. Pendidikan pada usia dini inilah yang memberikan banyak sumbangsih

    pada perkembangan anak ketika dewasa nantinya.

    Beberapa cara dilakukan baik oleh orangtua, lingkungan masyarakat, mau

    pun lembaga pendidikan baik formal mau pun non formal, agar anak-anak di

    lingkungannya menjadi generasi baik. Salah satunya di lembaga pendidikan

    anak usia dini yang mengajarkan tentang nilai-nilai karakter dan pengetahuan

    pada anak usia dini. Dari sinilah, anak mendapatkan pendidikan. 33

    33

    Diana Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada media ,

    Group, 2012). h 47.

    .

  • 30

    2. Hakikat Pendidikan Karakter

    Jurus utama yang harus diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan

    karakter di sekolah adalah dengan memahami hakikat pendidikan karakter

    dengan baik. Hal ini penting karena pendidikan karakter bergerak dari kesadaran

    (awarenss), pemahaman (understanding), kepedulian (concern) dan komitmen

    (commitment), menuju tindakan (doing to acting).Oleh karena itu, keberhasilan

    pendidikan karakter di sekolah sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan

    praktik dalam proses pembelajaran , jangan terlalu teoritis, dan membatasi

    aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas.

    Moral understanding, sebagai aspek yang harus diperhatikan dalam

    pendidikan karakter ada enam unsur, yaitu kesadaran moral ( moral awaress)

    pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing about moral values), penentuan

    sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian

    mengambil keputusan (decision macing) dan pengenalan diri( self knowladge).

    Keenam unsur tersebut harus ditekankan dalam pendidikan karakter, serta

    diajarkan pada peserta didik dan diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran

    secara kaffah.

    Moral loving/ moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta

    didik untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan

    bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran

    akan jatih diri, percaya diri, (self-discipline), kepekaan terhadap penderitaan orang

    lain (empty), cinta kebenaran (loving the good) pengendalian diri (self-control),

    dan kerendahan hati (humility).

  • 31

    Heritage Fundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi

    tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah sebagai berikut

    :34

    a. Cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,

    b. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri,

    c. Jujur,

    d. Hormat dan santun,

    e. Kasih sayang, hormat, peduli sesama,

    f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.

    3. Tujuan Pendidikan Karakter

    Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil

    pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta

    didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Sesuai dengan standar kompentensi dan

    lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik

    diharapkan mampu secara mandiri menigkatkan dan menggunakan

    pengeratuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan

    nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga erujud dalam kehidupan sehari-hari.

    Pendidikan karakter pada satuan pendidikan mengarah pada pembentukan

    budaya sekolah atau madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,

    kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang diperaktikkan oleh semua maraga

    sekolah atau madrasah dan semua masyarakat disekitarnya. Budaya sekolah atau

    34

    E.Mulyasa, op, cit, h 15.

  • 32

    madrasah merupakn ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah atau

    madrasah tersebut di mata masyarakat luas.

    4. Pendidikan Karakter Dalam Islam

    Dalam jurnal internasional, The Journal of Ma]oral Education, nilai- nilai

    dalam ajaran Islam pernah diangkat sebagai hot issue yang dikupas secara khusus

    dalam volume 36 tahun 2007. Dalam diskursus pendidikan karakter ini

    memberikan pesan bahwa spiritualitas dan nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan

    dari pendidikan karakter. Moral dan nilai-nilai spiritual sangat fundamental dalam

    membangun kesejahteraan dalam organisasi sosial manapun. Tanpa keduanya,

    maka elemen vital yang mengikat kehidupan masyarkat dapat dipastikan lenyap.35

    Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika Islam. Dan

    pentingnya komperasi antara akal dan wahyu dalam menentukan nilai- nilai moral

    terbuka untuk diperdebatkan. Bagi kebanyakan muslim segala yang dianggap

    halal dan haram dalam Islam, dipahami sebagai keputusan Allah tentang benar

    dan baik. Dalam Islam terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, adab, dan

    keteladanan.

    Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggungjawab selain syari‟ah dan

    ajaran Islam secara umum. Sedangkan adab merujuk kepada sikap yang

    dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladananya merujuk kepada

    sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan yang

    merujuk kepada kulaitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang

    35

    Abdul Majid, Pendidikan Krakter Perspektif Islam, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,

    2012), h 57.

  • 33

    baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

    Ketiga nilai inilah yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam.

    Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter

    dalam Islam memiliki keunikan dan peredaan dengan pendidikan karakter di

    dunia Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap pinsip-

    prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalama memperkuat moralitas,

    perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral

    sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai

    motivasi perilaku bermoral. Inti dari perbedaan-perbedaan ini adalah keberadaan

    wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam Islam.

    36

    36 36Ibid. h. 58

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kualitatif analisis deskriptif karena berdasarkan pada tujuan penelitian serta hasil

    yang ingin dicapai yang cenderung untuk memperoleh pemahaman mendalam

    tentang hal yang dikaji, menggambarkan teori, dan bagaimana menggambarkan

    realitas terhadap sasaran yang dikaji.

    Penelitian deskriptif berarti memecahkan masalah yang aktual dengan

    mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasikannya, menganalisa dan

    menginterpretasikannya.37

    Penelitian kualitatif boleh juga diartikan sebagai suatu penelitian yang

    mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, temuan lapangan yang dikemukakan

    dengan berpegang pada prinsip etnis dan memahami realitas, penulis tidak bersifat

    penafsiran atau evaluasi.

    B. Lokasi Penelitian Dan Objek Penelitian

    Lokasi penelitian ini berada di SMA Negeri 1 Jeneponto, Kelurahan

    Pabiringa, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Alasan yang

    melatarbelakangi penulis memilih lokasi ini karena berdasarkan hasil observasi

    yang dilakukan peneliti bahwa di SMA Negeri 1 Jeneponto terdapat masalah

    mengenai pola komunikasi guru pendidikan agama Islam dalam membina

    37

    Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmuah, (Bandung: Tarsito, 1994) h. 147

  • 35

    karakter Islami pesetrta didik, dan penulis adalah alumni dari sekolah tersebut

    sehingga akan memudahkan akses dalam melakukan penelitian, peneliti akan

    lebih mudah memahami kondisi sosial dan adat kebiasaan pada sekolah tersebut

    serta peneliti merasa bahwa pembinaan karakter Islami di SMA Negeri 1

    Jeneponto perlu untuk terus ditingkatkan.

    C. Fokus Penelitian

    1. Pola komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam

    2. Karakter Islami siswa

    D. Deskripsi Fokus Penelitian

    Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk menyamakan persepsi,

    maka terlebih dahulu penulis mengemukakan deskripsi fokus penelitian yang akan

    dikaji:

    1. Pola komunikasi guru pendidikan agama Islam adalah bentuk atau struktur

    hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat

    proses belajar mengajar berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu

    hubungan aktif antara pendidik (guru pendidikan Agama Islam) dengan

    peserta didiik.

    2. karakter Islami yang dimaksud adalah totalitas cirri pribadi individu yang

    berupa kemampuan berpikir, memahami, memperhatikan, berucap,

    bertindak, dan mengamalkan nilai-nilai etik sesuai dengan ajaran Islam.

    Dengan kata lain, “pendidikan karakter Islami” Sesungguhnya itulah “

    pendidikan akhlak mulia” (tarbiyat al- akhlaq al- mahmudah) baik dalam

    hubungannya dengan Allah, sesama manusia, diri sendiri maupun dengan

  • 36

    lingkungan. Atau dengan kata lain berupa nilai religious, nilai jujur, nilai

    disiplin, dan toleransi, nilai santun, dan nilai demokratis.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi fokus

    penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana Pola Komunikasi Guru

    Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1

    Jeneponto”.

    E. Sumber Data

    1. Sumber data primer

    Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

    atau sebagai tempat penelitian yang ingin kita teliti. Sedangkan sumber data

    utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari

    lapangan dengan mewawancarai langsung satu guru pendidikan agama Islam dan

    mengamati peserta didik yang terpilih sebagai informan. Peneliti menggunakan

    data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pola komunikasi guru

    pendidikan Agama Islam dalam membina karakter Islami peserta didik di SMA

    Negeri 1 Jeneponto.

    2. Sumber data sekunder

    Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan

    data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.38

    Data

    sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, hasil survey, studi historis, dan

    sebagainya.

    38

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

    (Cet. 27; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 225.

  • 37

    F. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian, sebagai alat bantu untuk mengumpulkan dan

    memverifikasi data yang diperlukan, untuk menjawab rumusan masalah penelitian

    yang diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang peneliti gunakan dam

    penelitian ini berupa :

    1. Pedoman wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya

    jawab langsung dengan para informan. Pedoman tersebut berisi sejumlah

    pertanyaan menyangkut masalah yang diteliti dalam proposal ini.

    Menurut Surya: “Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan

    untuk mendapatkan secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan

    pertanyaan pada para informan dan kegiatannya dilakukan secara

    langsung”. 39

    Adapun alat yang digunakan dalam wawancara seperti buku tulis/catatan,

    dan pulpen

    2. Pedoman observasi adalah berupa teknik yang digunakan sebagai pencatat

    dalam melaksanakan observasi baik secara langsung maupun tidak

    langsung. Berdasarkan keterangan di atas teknik observasi sangat

    sederhana tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Berhubungan

    dengan penelitian penulis. Dalam observasi ini peneliti menggunakan hp

    untuk merekam kejadian yang penting suatu peristiwa baik dalam bentuk

    foto ataupun video.

    3. Dokumentasi catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

    berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

    Metode tersebut digunakan untuk mendapatkan sumber data yang

    39

    Surya, Pengajaran Ramediasi (Jakarta: Percetakan Negeri RI, 1978), h. 55

  • 38

    berkaitan dengan penelitian seperti latar belakang berdirinya remaja

    masjid, aktivitas remaja masjid pada umumnya dan remaja pada

    khususnya.

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

    Riset lapangan, yaitu cara pengumpulan data dengan penulis turun langsung ke

    lapangan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian

    dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan

    data, sebagai berikut;

    1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

    fenomena-fenomena yang diselidiki.

    2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam

    percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.

    3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi

    yang membahas tentang objek peneliitian.40

    H. Teknik Analisi Data

    Data yang diolah dan dianalisis dengan kualitatif deskriptif. Hasil yang

    diperoleh di lapangan akan diolah dan dianalisis guna mendapat hasil penelitian

    yang refresentif tentang pola komunikasi guru pendidikan Agama Islam dalam

    membina karaker Islami siswa. Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan

    selama penelitian dan analisis data yang berlangsung dapat mengarahakan data

    40

    Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu

    sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121.

  • 39

    apa saja yang mesti didapatkan dari lapangan. Pengumpulan dan analisis data

    dalam penelitian kualitatif merupakan proses induktif.

    Penelitin ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan

    langkah penelitin Miles dan Huberman, yaitu reduksi data ( Data Reduction),

    penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Tiga proses di lapangan sangat

    esensial dalam analisis data kualitatif, yaitu:

    1. Reduksi Data

    Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertajam atau

    memperdalam dan menyortir data dengan mengambil hal-hal yang diperlukan dan

    membuang yang tidak diperlukan. Data yang diperlukan maksudnya, data yang

    dapat secara langsung digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau

    rumusan masalah. Sedangkan data yang tidak diperlukan adalah data yang tidak

    releven dengan pokok kajian, data yang sama, atau data yang digolongkan sama.41

    Proses reduksi data alam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai

    berikut :

    a. Peneliti menerangkan hasil catatan lapangan selama proses penelitian

    berlangsung yang masih bersifat kasa atau acak ke dalam bentuk yang

    lebih mudah dipahami

    b. Peneliti menyusun satuan dalam wujud kalimat faktual sederhna

    berkaitan dengan fokus dan masalah. Langkah ini dilakukan dengan

    terlebih dahulu peneliti membaca dan mempeleajari semua jenis data

    41

    Muhammad Yaumi, ACTION RESEARCH: Teori, Model, dan Aplikasi, h 156-157.

  • 40

    yang sudah terkumpul. Penyususnan satuan tersebut hanya dalam bentuk

    kalimat faktual.

    2. Penyajian Data

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendyiplay

    data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan tersususn dalam

    pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif,

    penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat., bagan, hubungan

    antar kategori, dan sejenisnya. Selain itu, dengan adanya penyajian data, maka

    akan memudahkan untuk memahami apa yanng terjadi, merencanakan kerja

    selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.Penyajian data dalam

    penelitian ini peneliti paparkan dengan yang bersift naratif.

    3. Verifikasi

    Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selnjutnya adalah

    penarikan kesipuan atau verifikasi ini didasarkan pada reduksi data yang

    merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan

    awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak

    ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

    berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

    didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

    lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

    kesimpulan yang kredibel.

    Jadi, peneliti dalam pengolahan dan analisis data dalam peneltian ini

    melalui beberapa tahapan. Pertama, melakukan reduksi data. Kedua, peneliti

  • 41

    melakukan penyajian data. Ketiga, peneliti melakukan penarikan kesimpulan,

    yaitu merumusakan kesimpulan dari data yang sudah direduksi dan disajikan

    dalam bentuk naratif deskriptif.

  • 42

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Identitas Sekolah

    Nama Sekolah: SMA Negeri 1 Jeneponto

    NPSN : 40301859

    Jenjang Pendidikan : SMA

    Status Sekolah : Negeri

    Alamat Sekolah : JL. PEDIDIKAN NO. 50

    RT / RW : 1/1

    Kode Pos : 92316

    Kelurahan : Pabiringa

    Kecamatan : Kec. Binamu

    Kabupaten/Kota : Kab. Jeneponto

    Provinsi : Prov. Sulawesi Selatan

    Negara: Indonesia

    Posisi Geografis : -5.690797 Lintang

    119.725283 Bujur42

    Nomor Telepon : 041921257

    Nomor Fax : 041921257

    Email : [email protected]

    Website : http://sman1binamu.sch.id

    42

    Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMA Negeri 1 Jeneponto

    mailto:[email protected]://sman1binamu.sch.id/

  • 43

    2. Visi dan Misi

    a. Visi

    SMA yang unggul dalam mutu dan berakar pada lingkungan yang asri,

    aman, dan nyaman dengan mempertahankan seni dan budaya local berdasarkan

    keimanan dan ketaqwaan serta mampu bersaing di era globalisasi melalui

    penngkatan penguasaan ilmu dan teknologi.

    b. Misi

    1) Melakukan pembelajaran yang efektif dan tambahan yang efektif.

    2) Mengoptimalkan potensi tenaga pengajar dalam kegiatan pebelajaran,

    bimbingan dan keterampilan.

    3) Mengoptimalkan kerja sama orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah

    dalam mewujudkan kedisiplinan.

    4) Melakukan pelatihan (treaning) dan uji coba olahraga dan seni.

    5) Menumbuhkan rasa toleransi akan tanggungjawab terhadap

    sekolah.

    6) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai

    pedoman berprilaku mula di sekolah dan lngkungan sekolah.43

    43

    Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMA Negeri 1 Jeneponto

  • 44

    3. Data Kepala Sekolah

    Tabel 1 data kepala sekolah dari periode didirikan sekolah sampai

    sekarang.44

    No Nama Jabatan Priode

    1 Dinente, B.A Kepala sekolah 1961-1963

    2 Y. M. Paranoan, B.A Kepala Sekolah 1963-1966

    3 Drs. Ramada Tea Kepala Sekolah 1966-1969

    4 D.Rantetasak, B.A Kepala Sekolah 1969-19