pola komunikasi guru pendidikan agama islam dalam … · 2020. 8. 12. · mulai dari penyusunan...
TRANSCRIPT
-
iv
POLA KOMUNIKASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MEMBINA KARAKTER ISLAMI SISWA
SMA NEGERI 1 JENEPONTO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SarjanaPendidikan (S. Pd.) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
SRI HARDIYANTI
105191106116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2019 M
-
iii
-
iv
-
v
-
vi
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sri Hardiyanti
NIM : 105191106116
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas : B
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 12 Sya‟ban 1441 H
6 April 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Sri Hardiyanti
NIM:105191106116
-
vii
ABSTRAK
SRI HARDIYANTI, NIM: 105191106116 “Pola Komunikasi Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1
Jeneponto”. (Dibimbing oleh Mustahidang Usman, dan Elli)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pola komunikasi
guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada
pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto, dan untuk
mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru
pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada pembelajaran
pendidikan agama Islam .
Adapun jenis penelitian ini adalah pendekatan kualitatif analisis deskriptif.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi,
wawancara, dan dokumenasi. Teknik analisis datanya yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Adapun sumber data pada penelitian
ini yaitu satu guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto, lima belas
peserta didik, dan dua peserta didik anggota rohis.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terkait penerapan pola komunikasi
guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami peserta didik di
SMA Negeri 1 Jeneponto yaitu sudah tercipta dengan baik, dan ada tiga bentuk
pola komunikasi yang diterapkan, yaitu komunikasi satu arah, komunikasi dua
arah, komunikasi banyak arah. Faktor pendukung diterapkannya pembinaan
karakter Islami Siswa di SMA Negeri 1 Jeneponto: Peserta didik cenderung cepat
merespon apa yang diarahkan. Adanya visi dan misi yang menjadi acuan dalam
membina karakter Islami peserta didik. Adanya perencanaan dalam kegiatan
dalam membina karakter Islami peserta didik. Adanya kerjasama antara kepala
sekolah, guru, dan para staff dalam kegiatan membina karakter peserta
didik.Tenaga kependidikan yang berkompeten dan profesional. Faktor
penghambat diterapkannya pembinaan karakter Islami Siswa di SMA Negeri 1
Jeneponto: Peserta didik yang cukup sulit untuk dibina, juga mempengaruhi
temannya. Kurangnya sarana dan prasarana. Masih kurangnya kerjasama dan
koordinasi antara guru dengan orang tua .
KATA KUNCI: Pola Komunikasi Guru, Karakter Islami
-
viii
KATA PENGANTAR
ِحين ْحَوِي الره ِ الره بِْسِن َّللاه
ًْبِيَاِء َواْلُوْرَسلِْيَي َوَعلَى اَلِهِ اَلُم َعلَى أَْشَرِف اْأَل الَةُ َوالسه ا بَْعُد اْلَحْوُد ِهللِ َربِّ اْلَعالَِوْيَي َوالصه َوَصْحبِِه أَْجَوِعْيَي أَهه
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan
nikmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat menyertai salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan juga para
pengikut-pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya hingga akhir
zaman.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kendala yang
penulis alami, tetapi berkat petolongan Allah Shubhanahu Wata‟ala, doa,
motivasi, serta dukungan dari berbagai pihak, hingga sampai di titik akhir
penyelesaian skripsi ini. Meskipun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, ayahanda Muhammad. Sayuti, dan Ibunda Kamaria, beserta
keluarga.
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, bapak Prof. Dr. H. Abd.
Rahman Rahim, S.E,. M.M. beserta wakil-wakil Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd. I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam,
Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta Wakil Dekan I, Dra.
Mustahidang U. M.Si., Wakil Dekan II, Drs. Abd. Samad T., Wakil Dekan III,
Dr. Ferdinan S.Pd.I., M.Pd.I, Wakil Dekan IV, Ahmad Nasir S.Pd.I., M.Pd.I.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.A. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Agama Islam,Universitas Muhammadiyah Makassar.
-
ix
5. Dra. Mustahidang U, M.Si., dan Elli, S.Pd.I, M.Pd.I., selaku pembimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Para Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang merupakan sumber
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis selama proses perkuliahan,
hingga skripsi ini selesai.
7. Seluruh Staff Fakultas agama Islam, yang telah banyak memberikan
kemudahan selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Semua lembaga di Fakultas Agama Islam, yaitu Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah Fakultas Agama Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Agama Islam, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam.
9. Semua sahabat dan kepada seluruh teman kelas PAI.B, yang telah
memenjatkan do‟a dan memberi motivasi atas kesuksesan peneliti.
10. Pengelola dan teman- teman Fasilitator Rumah Qur‟an Al-Kamal di Jl. Sunu
No.33. Kel. Suangga. Kec. Tallo Kota Makassar Sulawesi Selatan.
11. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan sumbangsihnya kepada peneliti selama kuliah hingga skripsi ini
selesai.
Akhirnya, hanya kepada Allah Shubhanahu Wata‟ala jualah peneliti
serahkan segalanya, semoga semua pihak yang membantu peneliti mendapat
pahala serta kebaikan di sisi Allah Shubhanahu Wata‟ala., serta semoga skripsi
ini bermanfaat bagi semua orang yang membacanya, terkhusus bagi peneliti
sendiri.
-
x
Makassar, Senin 6 April 2020
Peneliti,
Sri Hardiyanti
NIM: 105191106116
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQSYAH ................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7
A. Tinjauan Tentang Pola Komunikasi ..................................................... 7 B. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam ............................... 12 C. Tinjauan Tentang Karakter Islami ....................................................... 25
BAB III METODOLOGI .............................................................................. 34
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 34 B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 34 C. Fokus Penelitain ................................................................................... 35 D. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 35 E. Sumber Data ......................................................................................... 36 F. Instumen Penelitian .............................................................................. 37 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38 H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 41
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 41 1. Identitas Sekolah.............................................................................. 41 2. Visi dan Misi ................................................................................... 42 3. Data Kepala Sekolah ....................................................................... 42
-
xii
4. Keadaan Guru .................................................................................. 43 5. Keadaan Siswa ................................................................................. 49 6. Sarana dan Prasarana ....................................................................... 49
B. Pembahasan .......................................................................................... 51 1. Bentuk Penerapan Pola Komunikasi Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 1 Jeneponto .. 51
2. Ragam Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Pola Komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ................................................................. 103
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 105
A. Kesimpulan .......................................................................................... 105 B. Saran ..................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108
DAFTAR INFORMAN .................................................................................. 110
RIWYAT HIDUP ........................................................................................... 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 112
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data kepala sekolah dari periode didirikan sekolah sampai sekarang.
Tabel 2 Keadaan guru SMA Negeri 1 Jeneponto
Tabel 3 Keadaaan siswa SMA Negeri 1 Jeneponto berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4 Fasilitas di SMA Negeri 1 Jeneponto
Tabel 5 Waktu Pelaksanaan Observasi Di Kelas XII MIPA 2, XII MIPA 5,
Dan XII IPS 1 Di SMA Negeri 1 Jeneponto Tentang Pola
Komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina
Karakter Islami Siswa.
Tabel 6 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama
Malikul Hakkul Mubin Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 7 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama
Ariyadi Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 8 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama
Deni Supratminto Syarif Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 9 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama Sri
Wahyuni Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 10 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 2 Atas Nama
Syarifa Ananda Tentang Pembinaan Karakter.
-
xiv
Tabel 11 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama
Ardiyansah Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 12 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama
Annisa Husnudzon Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 13 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama
Putra Yusuf Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 14 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama
Muhammad Aan Farid Fatur Rahman Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 15 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII MIPA 5 Atas Nama
Syamsinar Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 16 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama
Khaeratul Mu‟minin Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 17 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama
Ronaldy Try Saputra S. Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 18 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Riska
Ade Thalia Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 19 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Anisha
Wulandari Alfian Tentang Pembinaan Karakter.
Tabel 20 Hasil Observasi Peserta Didik Di Kelas XII IPS 1 Atas Nama Rian
Pramadani Tentang Pembinaan Karakter.
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era industri saat ini, dimana seluruh aspek kehidupan mengalami
perubahan, baik dari segi fisik maupun psikis lingkungan yang ada di dalamnya.
Dan di zaman ini banyak sekali kemerosotan moral yang terjadi pada umat Islam.
Banyak orang Islam yang mengeyampingkan ketepatan waktu dalam sholat
bahkan dengan ringan meninggalkan sholatnya. Banyak pula adu domba yang
tujuannya untuk memecah umat Islam.
Dampak kemerosotan moral juga dapat dirasakan dalam dunia pendidikan
saat ini. Walaupun pendidikan karakter sudah menjadi tujuan utama pendidikan di
Indonesia, tapi dalam pelaksanaannya masih belum maksimal tercapai. Padahal,
pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan
perlu ditanamkan kepada peserta didik dengan maksimal. Ketidak maksimalan ini
dapat dilihat dari berbagai hal, di antaranya adalah masih masih banyaknya
peserta didik yang datang terlambat tanpa merasa bersalah, peserta didik
mencontek ketika ujian, peserta didik tidak mengerjakan tugas sekolahnya, tidak
sopan dalam berbicara bahkan ada peserta didik yang berani kepada guru, dan
maasih ada peserta didik yang belum berpakaian sesuai syariat agama, dan masih
banyak perilaku-perilaku yang dianggap sepele tetapi dapat merusak karakter
peserta didik yang seharusnya tidak dibiasakan.
Dengan adanya realita seperti ini menjadi sebuah tantangan bagi sistem
pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan rumusan pengertian pendidikan
-
2
Nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Republik Indonesia No.20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional pada bab 1, pasal 1 yang
menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Ki Hajar Dewantara mendefenisikan pendidikan bahwa berupa daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. 2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan
terdapat proses pembentukan karakter. Dalam hal ini pembentukan karakter dapat
diwujudkan melalui kajian teori dari bidang pendidikan, yaitu pendidikan agama
Islam. Pendidikan Islam merupakan aspek yang dapat mengarahkan manusia ke
arah yang lebih baik. Dalam pengajaran agama Islam dapat menumbuhkan dan
membentuk manusia yang hampir mencapai kata sempurna dari berbagai aspek.
Ibnu Maskawai mendefinisikan pendidikan bahwa pendidikan yang
bertumpu pada pendidikan akhlak guna terwujudnya sikap batin yang
mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan
yang memiliki nilai yang baik sehinggga mencapai kesempurnaan dan
kebahagiaan yang sejati.3
Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan
seharusnya bertumpu pada pendidikan akhlak yang mampu mendorong perbuatan
1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan
Peraturan Pemerintahan RI Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib belajar.
(Bandung: Itra Umbara 2014), h. 3. 2Moch. Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, (Yogyakarta: [PT. LkiS
Printing Cemerlang, 2015). H. 30 3Ibn Maskawai, Al- Sa‟dah. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, ( Jakarta: Raja
Grafindo Peresada, 2000), h 11.
-
3
yang benilai baik sehingga menjadi kebiasaan hingga akhirnya menjadi
kebahagiaan sejati.
Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang wajib diajarkan pada
sekolah formal nasional dan sekolah swasta Islam. Dan pendidikan di sekolah
merupakan tahap lanjutan dari pendidikan keluarga, karena pada dasarnya
keluarga sudah menyumbangkan pendidikan kepada anak berupa pendidikan
karakter. Di dalam sekolah khusunya guru adalah pihak yang mengembangkan
pendidikan yang telah diperoleh peserta didik dari keluarganya dan memberbaiki
bila pendidikan tersebut tidak baik. Disamping itu, pendidikan di sekolah
bertujuan untuk membina karakter yang baik untuk kehidupan peserta didik di
masyarkat kelak.
Pendidikan karakter adalah sebuah penanaman nilai pendidikan kepada
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui
kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk mendidik dalam membentuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, naupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang
baik. Untuk membantu peserta didik dalam membentuk karakter Islami tersebut,
sehingga kecakapan guru pendidikan. Dan tujuan pendidikan nasional dapat
tercapai melalui pendidik atau seorang guru. Hal ini sesuai dengan defenisi guru
oleh beberapa ahli, salah satunya :
Syaiful Bahri Djamarh mengungkapkan guru adalah tenaga pendidik yang
memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain
sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai
dan sikap kepada peserta didik agar memiliki kepribadian yang paripurna.
-
4
Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam
mengembangkan potensinya.4
Dari pengertian dia atas, dapat penulis pahami bahwa, tugas guru bukan
hanya sebagai pengajar yang hanya mentransfer atau memindahkan pengetahuan
berupa materi, tetapi hal yang tidak kalah penting yakni membimbing peserta
didik agar memiliki kepribadian yang paripurna atau lebih kepada penanaman
karakter sehingga dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping
memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui
dan melakukan hal-hal yang bersifat teknis. Ha-hal yang bersifat teknis ini,
terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Untuk
itu, pendidikan perlu mengembangkan pola komunikasi efektif dalam proses
belajar mengajar.5
Keberhasilan proses belajar mengajar ditentukan oleh faktor guru. Tugas
guru adalah menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa melalui interaksi
komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru
dalam meyampaikan materi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi
antara guru dan siswanya. Ketidak lancaran dan kesalahan dalam pemilihan pola
komunikasi akan membawa akibat pada pesan yang disampaikan guru. Untuk
4Pupuh Faturrohman, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, PT Refika Aditama, 2017), h
43. 5Ibid, h. 39.
-
5
mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara
guru dengan siswa.6
Pada umumnya proses belajar mengajar merupakan suatu komunikasi tatap
muka dengan kelompok kecil, meskipun komunikasi antara guru dengan
kelompok, sang guru bisa merubahnya menjadi komunikasi interpersonal dengan
menggunakan metode komunikasi dua arah atau dialog di mana guru menjadi
komunikan. Atau bahkan komunikasi tidak hanya melibatkan interkasi dinamis
antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara
siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.
Berangkat dari pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik , dan
pola komunikasi yang sangat menunjang dalam pencapaian pendidikan karakter
tersebut, sebagai latar belakang masalah, maka penulis ingin mengetahui lebih
jauh, sehingga penelitian ini berjudul “ Pola Komunikasi Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1
Jeneponto”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pola komunikasi guru pendidikan agama Islam dalam
membina karakter Islami siswa pada pembelajaran pendidikan agama Islam
SMA Negeri 1 Jeneponto ?
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru
pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada
pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto?
6Skripsi Citra Wulandari Sugarsih ( Mahasiswa UIN Sumatra Utara Medan, Fakultas
Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam) Komunikasi Guru Dalam Pembelajaran Di SMP
IT Al- Hujrah Laut Dedang Keamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
-
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan pola komunikasi guru pendidikan agama
Islam dalam membina karakter Islami siswa pada pembelajaran pendidikan
agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pola komunikasi guru
pendidikan agama Islam dalam membina karakter Islami siswa pada
pembelajaran pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Jeneponto.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Secara teoritis, dapat menjadi kontribusi pemikiran dan menambah
kepustakaan tentang bentuk pola komunikasi dan pendidikan karakter di
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Secara praktis
a. Dapat menjadi gambaran dan mesukan bagi orang tua, guru, dan
masyarakat agar senantiasa berusaha untuk membina kualitas karakter
peserta didik
b. Dapat dijadikan acuan oleh para guru Pendidikan Agama Islam yang
menyampaikan materi dan membina karakter Islami peserta didik.
-
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Tentang Pola Komunikasi
1. Pengertian Pola Komunikasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pada arti bentuk
atau sistem, cara atau bentuk (struktur) yang tetap dimana pola itu sendiri bisa
dikatakan sebagai contoh atau cetakan.7
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang artinya
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal
dari akar kata communico yang artinya membagi.
Everet M. Rogers, seorang pakar pedesaan yang kemudian lebih banyak
memberi perhatian pada studi riset komunikasi khususnya dalam hal
penyebaran inovasi membuat defenisi komunikasi, yaitu: Komunikasi
adalah proses di mana ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima
atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Defenisi tersebut kemudian dikembangkan bersama dengan Laurance D.
Kincaid. Sehingga melahirkan satu defenisi yang lebih maju dengan menyatakan :
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.8
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses
pengiriman dan penerimaan informasi antara dua orang atau lebih yang nantinya
akan terjadi saling pengertian dan dapat merubah tingkah laku.
7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1996). h. 885. 8Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi. (Jakarta: Rajawali Pers, 2013).
h. 33.
-
8
Adapun pengertian pola komunikasi yaitu sebagai bentuk atau struktur
hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pertukaran informasi dengan
cara yang tepat, sehingga pesan atau informasi yang dimaksud dapat dipahami.
Pola komunikasi juga merupakan salah satu gambar yang sederhana dari proses
komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara suatu komponen komunikasi
dengan komponen lainnya.
2. Bentuk- Bentuk Komunikasi
Pada dasarnya ada tiga bentuk komunikasi, yaitu komunikasi
intrapersonal (komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi interpersonal
(komunikasi antar pribadi), dan komunikasi kelompok.9
a. Komunikasi Intrapersonal (komunikasi dengan sendiri)
Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi dalam diri sendiri, yaitu
proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan
informasi melalui panca indra dan sistem saraf. Proses komunikasi ini juga karena
adanya seseorang yang mengintrpretasikasn sebuah objek dan apa yang
dipikirkannya. Objek itu dapat berwujud benda, informasi, alam, peristiwa,
pengalaman, atau fakta yang dianggap berarti bagi manusia. Kemudian objek itu
diberi arti kemudian diintepretasikan berdasarkan pengalaman yang berpengaruh
pada sikap dan prilaku.dirinya.
b. Komunikasi interpersonal (komunikasi antar pribadi)
Komunikasi interpersonal adalah proses panduan penyampaian pikiran
dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan
9Onong Uchjana Effendi, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), h 126.
-
9
melakukan kegiatan tertentu. Dibandingkan dengan macam-macam komunikasi
lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah
sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikasi. Komunikasi antarpribadi juga
merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh oarng lain dengan
efek dan umpan balik yang langsung.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi antar seseorang komunikator
dengan sejumlah (komunikasi) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk
kelompok.
3. Pendidikan Sebagai Proses Komunikasi
Dilihat dari prosesnya, pendidikan adalah komuniaksi dalam arti bahwa
dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari manusia yang saling
bertukar informasi berupa pengetahuan, yaitu pengajar sebagai komunikator dan
pelajar sebagai komunikan atau sebaliknya. Lazimnya, pada tingkatan bawah dan
menegah pengajar itu sendiri disebut guru, sedangkan pelajar disebut murid. Pada
umumnya pendidikan berlangsung secara di dalam kelas secara tatap muka.
Karena kelompoknya relative kecil, meskipun komunikasi antara pengajar dengan
pelajar dalam ruang kelas itu termasuk komunikasi kelompok, sang pengajar
sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersonal.10
4. Pola-Pola Komunikasi
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan
interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu:
10
Ibid, h. 101.
-
10
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan peserta
didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan peseta didik pasif. Ceramah pada
dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi
sebagai interaksi atau dua arah.
b. Komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi
aksi dan siswa penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua arah, tetapi
terbatas antara guru dengan peserta didik secara individual. Antara pelajar dan
pelajar tidak ada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau
bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling memberi dan menerima.
c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai interaksi.
Nana Sudjana, mengemukakan bahwa komunikasi ini tidak hanya
melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga
melibatkan interaksi yang dinamis antar pesera didik yang satu dengan
yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini
mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa
yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.Diskusi dan
simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan kegiatan siswa
yang optimal, sehingga menumbuhkan peserta didik belajar aktif. Diskusi
dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi
ini.11
5. Strategi Membangun Komunikasi Efektif Antara Guru Dan Peserta
Didik Dalam Proses Belajar Mengajar
Terdapat minimal lima strategi yang dapat dikembangkan dalam upaya
untuk menciptakan/ membangun komunikasi efektif, seperti disebutkan berikut
ini.
11
Pupuh Fathurrahman, op.cit., h 40.
-
11
a. Respek
Komunikasi harus diawali dengan rasa saling menghargai. Adanya
penghargaan biasanya akan menimbulkan kesan serupa dengan peserta didik bila
ia melakukannya dengan penuh respek. Bila ini dilakukan maka peserta didik pun
akan melakukan hal yang sama ketika kita berkomunikasi dengan guru.
b. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan
kondisi yang dihadapai orang lain. Syarat uttama dari sikap empati adalah
kemampuan untuk mendengar dan mengerti orang lain, sebelum didengar dan
dimengerti orang lain.
Guru yang baik tidak akan menuntut peserta didiknya untuk mengerti
keinginannya. Tetapi ia akan memahami peserta didiknya terlebih dahulu. Di sisni
berarti seseorang guru tidak hanya melibatkan indrawinya saja, tapi melibatkan
pua mata hati dan perasaannya dalam memahami berbagai perihal yang ada pada
peserta didiknya.
c. Audibel
Audibel berarti “dapat didengarkan”atau bisa dimengerti dengan baik.
Sebuah pesan harus dapat disampaikan dengan cara atau sikap yang bisa diterima
oleh penerima pesan. Raut muka yang cerah, bahasa tubuh yang baik, kata-kata
yang sopan, atau cara menunjuk termasuk dalam komunikasi yang audibel.
d. Jelas Maknanya
Pesan yang disamapaikan harus jelas maknanya dan tidak menimbulkan
banyak pemahaman, selain harus terbuka dan transparan. Ketika berkomunikasi
-
12
dengan peserta didik, seorang guru harus berusaha agar pesan yang disampaikan
jelas maknanya. Salah-satu caranya adalah berbicara sesuai bahasa yang mereka
pahami (melihat tingkatan usia).
e. Rendah Hati
Sikap rendah hati mengandung makna saling menghargai, tidak
memandang rendah, lemah lembut, sopan santun, dan penuh pengendalian diri.12
B. Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pada bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.13
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah tenaga pendidik yang
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah.
Selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas
menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik
memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya,
guru membimbing anak didik yang mengembangkan potensinya. 14
Oemar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefenisikan pendidikan
Islam dengan prsoses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan
pribadi, mesyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajar suatu
aktivitas asasi dan sebagai profesi diantaranya profesi-profesi asas dalam
masyarakat.15
12
Pupuh Fathurrahman, op. cit, h. 41-42. 13
Undang-Undang Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal
1. 14
Pupuh Fathurrahman, op.cit., h. 43 15
Abul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam,( Jakarta: Kencana Prenada
Media. 2006) h, 26.
-
13
Cara mengubah tingkah laku itu melalui proses pengajaran. Perubahan
tingkah laku ini tidak berhenti pada level individual (etika profesional) yang
menghasilkan kesalahan individual, tetapi juga mencakup level masyarakat (etika
sosial), sehingga menghasilkan keshalehan sosial.16
Dari pengertian di atas, penulis berpendapat bahwa hakikat pendidikan
seharusnya lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, tidak sekedar
mentransfer pengetahuan. Yang sifatnya penigkatan, yaitu dari yang buruk
menuju yang baik, dari yang minimal menuju maksimal, dari yang potensial
menjadi aktual, dari yang pasif menuju yang aktif. Dan bersifat umum, tidak
hanya untuk diri pribadi, tapi bagi orang lain.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan Islam merupakan landasan optimal untuk merealisasikan
dasar ideal/sumber pendidikan Islam.17
a. Dasar Historis
Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan
masa lalu, baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan,
agar kebijakan yang ditempuh masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga
dapat dijadikan acuan untuk memprediksi masa depan, karena dasar ini
memberi data input tentang kelebihan dan kekurangan kebijakan serta
maju mundurnya prestasi pendidikan yang telah ditempuh.
Firman Allah Shubhanahu Wata‟ala dalam al-Quran Surah Al-Hasyr (59)
ayat 18:
َ يَا أَيَُّها َ ۚ إِنَّ َّللاَّ َ َوْلتَْنظُْر نَْفٌس َما قَدََّمْت لَِغٍد ۖ َواتَّقُىا َّللاَّ َبِيٌٌر مَِاا تَْمَاوُىنَ الَِّذيَن آَمنُىا اتَّقُىا َّللاَّ
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnnya untuk hari esok
16
Ibid, h. 26. 17 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Amzah. 2017), h. 46.
-
14
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui.18
Berdsarkan ayat di atas dapat diketahui bahwa hendaknya setiap manusia,
hendaknya senantiasa memperhatikan dan belajar dari sejarah setiap peristiwa
dalam, sehingga dapat melakukan yang lebih baik untuk hari esok atau di masa
depan.Terkhusus bagi tenaga pendidik hendaknya senantiasa memperhatikan dan
belajar dari berbagai sejarah pendidikan, sehingga dapat menjadi acuan dalam
mengambil tindakan yang lebih baik dalam dunia pendidikan kedepannya, yang
tidak sekedar mengacu pada tujuan dunia, namun tujuan akhir yaitu akhirat dalam
hal ini, terkait melakukan komunikasi yang baik dalam membina karakter Islami
pesert didik.
b. Dasar Sosiologis
Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosiobudaya,
yang mana dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan. Dasar ini
juga berfungsi sebgai tolak ukur dari tingkat relevansi ouptut pendidikan
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak kahilangan konteks atau tercabut dari akar
masyarakatnya. Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika prestasi itu
merusak tatanan masyarakat. Demikian juga, masyarakat yang baik akan
menyelenggarakan format pendidikan yang baik pula.
c. Dasar Ekonomi
Dasar ekonomi adalah dasar yang memberikan perspektif tentang potensi-
potensi finansial, menggali, dan mengatur sumber-sumber serta
bertanggungjawab terhadap rencana dan anggaran pembelajarannya.
Dikarenakan pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang luhur maka
sumber-sumber finansial dalam menghidupkan pendidikan yang bersih,
suci, dan tidak bercampur dengan harta benda yang syubhat. Ekonomi
yang kotor menjadikan ketidak berakahan hasil pendidikan. Misalnya,
untuk pengembangan pendidikan, baik untuk kepentingan honorarium
pendidik maupun biaya oprasional sekolah, uatu lembaga pendidikan
mengembangkan sistem rentenir.
18
Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT Madinah Raihan Makmur.2013). h 548
-
15
d. Dasar Politik dan Administratif
Dasar politik dan adminitrasi adalah dasar yang memberikan bingkai
idiologis yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan
yang dicita-citakan dan direncanakan bersama. Dasar politik menjadi
penting untuk pemerataan pendidikan, baik seara kuantitatif maupun
kualitatif. Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan umum
(„ammah) dalm rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan hanya
untuk golongan atau kelompok tertentu. Sedangkan dasar administrasi
berguna untuk memudahkan peayanan pendidikan, agar pendidikan dapat
berjalan dengan lancar tanpa ada gangguann teknis dalam pelaksanaannya.
e. Dasar Psikologi
Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat,
minat, watak, karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik,
tenaga administrasi, serta sumber daya manusia yang lain. Dasar ini
berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kesejahteraan
batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu menigkatkan prestasi dan
kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang
memberikan suasana batin yang damai, tenang, dan indah, di lingkungan
pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan ketenangan itu senantiasa
terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi pengembangan
lembaga pendidikan.
f. Dasar Filosofis
Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memilih yang
terbaik, memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada
semua dasar-dasar oprasional lainnya. Bagi masyarakat sekuler dasar ini
menjadi acuan terpenting dalam pendidikan. Sebab, filsafat bagi mereka
merupakan induk dari segala dasar pendidikan. Sementara bagi masyarakat
religious, seperti mayarakat muslim, dasar ini sekedar menjadi bagian dan
cara berpikir di bidang pendidikan secara sistematik, radikal, dan
universal, yang asas-asasnya diturunkan dari nilai iladiyah.
g. Dasar Religious
Dasar religious adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Dasar ini
menjadi penting dalam peniddikan Islam. Sebab dengan dasar ini, semua
kegiatan pendidikan menjadi bermakna. Konstruksi agama membutuhkan
aktualisasi dalam berbagai dasar pendidikan yang lain. Agama menjadi
frame bagi semua dasar pendidikan Islam. Aplikasi dasar-dasar yang lain
merupakan bentuk realisasi dari yang bersumber dari agama dan bukan
sebaliknya. Apabila agama menjadi frame bagi semua pendidikan Islam,
-
16
maka semua tindakan kependidikan dianggap sebagai ibadah. Sebab
ibadah merupakan aktuaisasi dari (selfactualization) yang paling ideal
dalam dalam pendidikan Islam.
Dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa ada bebrapa dasar
pendidikan agama Islam yang mencakup berbagai aspek yang dimana semua
dasar tersebut saling berkaitan untuk menjadikan pendidikan agama Islam sebagai
dasar yang ideal dalam pencapaian tujuan pendidikan Nasional.
Ali Ashaf menawarkan tujuan pendidikan Islam yaitu dengan
“terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah Shubhanahu Wata‟ala pada
tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya”.19
Tujuan umum tersebut merupakan kristalisasi dari tujuan khusus
pendidikan Islam. Menurutnya, tujuan khusus pendidikan Islam adalah sebagai
berikut:20
1. Mengembagkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta
mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks
kehidupan modern.
2. Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan kebijakan, baik
pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial, dan
pembangunan nasional.
3. Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk mneghargai
dan membenarkan superioritas komperaif kebudayaan dan peradaban
Islami di atas kebudayaan lain
19
Ibid, h. 60 20
Bukhari Umar, op. cit, h. 60
-
17
4. Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalama imajinstif, sehingga
kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-
norma Islam yang benar dan yang salah.
5. Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir logis
dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak pada hipotesis dan
konsep-konsep tentang pengetahuan yang diatur.
6. Mengembangkan wawasan rasional dan lingkungan sebagaimana yang
dicita-citakan dalam Islam dengan melatih kebiasaan yang baik.
7. Mengembangkan, menghaluskan, dan memperdalam kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.
Rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilkan dari seminar
pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islambad adalah:
Arifin H.M Educated should aim at the balanced growth of total
personality of man thouhg the treaning of man’s spirit, inttelect the
retional self, feeling and bodily sense. Education should therefore cater for
the growth of man in all its aspects, spiritual, intellectual, imaginative,
physical, scientific, linguistic, both individually and collecyively, and
motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection.
The ultimate aim of education ;ies in the realization of complate
submission to Allah on the level of individual, the community and
humanity at large.21
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Islam mempunyai
tujuan yang luas dan dalam. Seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai
makhluk individual dan sebagai makhluk sosial yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran
agamanya.
21
Bukhari Umar, op. cit, h. 62
-
18
Oleh karena itu, pendidikan Islam bertujuan untuk menimbulkan pola
kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak,
penalaran, perasaan, dan indra. Pendidikan harus melayani pertumbuhan manusia
dalam semua asspeknya, baik aspek spiritual, intelektuall, imajinasi, jasmaniah,
ilmiah, maupun bahasanya. Tujuan terakhir dari pendidikan Islam itu teletak
dalam realisasi sikap penyerahan dan sepenuhnya kepada Allah, baik secara
perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan.
Sebagai hamba Allah Shubhanahu Wata‟ala yang berserah kepada
Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman kecara
bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya, agar terealisasi cita-cita yang terkandung
dalam kalimat ajaran Allah.22
3. Ruang Lingkup Penddikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah Sahubhanahu
Wata‟ala, hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan manusia dengan
dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain (lingkungannya).
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup pendidikan
agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah adalah sebagai berikut: 23
a. Pengajaran Keimanan Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menuruti ajaran Islam,
inti dari pengajaran itu adalah rukun Islam.
22
Bukhari Umar, op. cit, h. 62. 23 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Prenada Media,2007), h.10
-
19
b. Pengajaran Akhlak Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pemebentukan yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap
individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c. Pengajaran Ibadah Pengajaran ibadah adalah pengajaran tetang segala bentuk ibadah dan tata
cara pelaksanaanya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu
melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk
ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran Fiqih Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi
tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-
Qur‟an dan Sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini
adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang tantangan hukum-
hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengajaran Al-Qur‟an Pengajaran Al-Qur‟an adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat
membaca Al-Qur‟an dan mengerti arti keandungan yang terdapat di setiap
ayat-ayat Al-Qur‟an . Akan tetapi dalam nya hanya ayat-ayat tertentu yang
dimasukkan dalam materi pendidikan agama Islam yang disesuaikan
dengan penidikan.
f. Pengajaran Sejarah Islam Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentanag pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari
awal sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan
mencintai agama Islam.
Dari penjelasan di atas, dapat peneliti pahami bahwa ruang lingkup
pendidikan agama Islam identik dengan aspek-aspek pengajaran agama Islam
karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan perpaduan yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya yang mencakup kehidupan dunia dan
akhirat.
-
20
4. Guru dan Pendidikan Karakter
Dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah, guru memiliki
posisi yang strategis sebagai pelaku utama. Guru merupakan sosok yang bisa dtiru
atau menjadi idola begi peserta didik. Guru bisa menjadi sumber inspirasi dan
motivasi peserta didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru sangat membekas
dalam diri peserta didiknya, sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru
menjadi cermin peserta didik. Dengan demikian guru memiliki tanggungjawab
besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.
Tugas-tugas menusiawi itu merupakan transformasi, identifikasi, dan pengertian
tentang diri sendiri, yang harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan
yang organis harmonis, dan dinamis. Ada beberapa strategi yang dapat
memberikan peluang dan kesempatan bagi guru untuk memainkan perananya
secara optimal dalam hal pengembangan pendidikan karakter peserta didik di
sekolah, sebagai berikut:
a. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran
Guru tidak seharusnya menempatkan diri sebagai aktor yang dilihat dan
didengar oleh peserta didik tetapi guru seyogyanya berperan sebagai sutradara
yang mengarahkan, membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran,
sehingga peserta didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya.
b. Integrasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran
Guru dituntut untuk peduli, mau dan mampu mengaitkan konsep-konsep
pendidikan karakter pada materi-materi pembelajaran dalam mata pelajaran yang
diempunya. Dalam hal ini, setiap guru dituntut untuk terus menambah wawasan
-
21
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter, yang dapat
diintegerasikan dalam proses pembelajaran.
c. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan yang berwawasan pengembangan
budi pekerti dan akhlak mulia.
Para guru melalui program pembiasaan diri lebih mengedepankan kepada
kegiatan-kegiatan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia yang kontekstual,
kegiatannya menjurus pada pengembangn kemampuan efektif, dan psikomotorik.
d. Penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya karakter peserta didik.
Lingkungan terbukti sangat penting dalam pembentukan pribadi manusia,
baik lingkungan fisik, maupun lingkungan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru
perlu untuk melaksanakan berbagai jenis kegiatan yang mendukung kegiatan
pengembangan pendidikan karakter.
e. Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam
mengembangan pendidikan karakter
Bentuk kerjasama yang bisa diakukan adalah menempatkan orang tua
peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator dan narasumber dalam kegiatan-
kegiatan pengembangan pendidikan karakter yang dilaksanakan di sekolah.24
5. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Menurut Langgulung, Di era modern ini peran guru bukan hanya sebagai
pengajar (mu’allim, transfer knowledge) saja, tetapi mempunyai tugas
sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar, yaitu relasi dan
aktualisasi sifat-sifat Ilahi manusia, dengan cara aktualisasi potensi-potensi
manusia untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan yang dimilliki.25
24
https://www.kompasiana.com/amp/ah 25
Heri Gunawan, Pendidikan Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2014) h. 169.
-
22
Selain itu, tugas pendidik juga sebagai pengelola(human of learning),
pengaruh (director of learning), fasilitator, dan perencana (the utur society). Oleh
karena itu, tugas pendidikan dapat disimpullkan menjadi:26
a. Sebagai pengajar (mu’allim, instruksional) yang bertugas merencanakan
program pengajaran, dan melaksanakan program penilaian (evaluation)
setelah program dilaksanakan;
b. Sebagai pendidik (murbbi, educator) yang mengarahkan anak didik pada
tingkat kedewasaan yang berkepribadianinsan kamil, seiring dengan tujuan
Allah menciptakannya;
c. Sebagai pemimpin (manager) yang memimpin dan mengendalikan diri
sendiri dan anak didik serta masyarakat terkait, yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan antisipasi atau
program yang telah dilakukan
Jadi, penulis berpendapat bahwa guru memiliki tanggungjawab yang besar
dan luas, karena perannya tidak sekedar menjadi pengajar yang hanya
memindahkan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif, tapi yang cukup penting
yaitu sebagai pendidik dan pemimpin yang berusaha mengarahkan peserta didik
agar memperbaiki akhlaknya dengan memberi motivasi-motivasi pengarahan, dan
pengontrolan.
6. Guru Sebagai Tenaga Profesional
Sebagai tenaga profesional, guru bukan saja dituntut untuk melaksanakan
tugasnya secara profesional. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan
26 Heri Gunawan. op. cit. h. 169
-
23
profesional tenaga kependidikan yang dilaksanakan oleh PPS IKIP Bandung
tahun 1990 lalu, dirumuskan 10 ciri suatu profesi yaitu, (1) memiliki fungsi dan
signifikansi sosial; (2) memiliki keahlian dan keterampilan tertentu; (3)
keahlian/keterampilan diperoleh melalui teori dan metode ilmiah tertentu; (4)
didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas; (5) diperoleh dalam masa pendidikan
yang cukup lama (6) aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional.(7) memiliki
kode etik; (8) kebebasan untuk memberikan judgemen dalam menyelesaikan
masalah dalam lingkungan kerjanya (9) memiliki tanggungjawab profesional dan
ekonomis;(10) ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan yang laayak atas
profesinya.27
Jika ciri-ciri profesionalisme tersebut di atas ditujukan pada pofesi pada
umumnya, maka khusus untuk profesi seorang guru dalam garis besarnya ada tiga.
Pertama, seorang guru yang profesional harus menguasai ilmu
pengetahuan yang diajarkannya dengan baik. Ia benar-benar seorang ahli dalam
bidang ilmu yang diajarkannya. Selanjutnya karena bidang pengetahuan apapun
yang selalu mengalami perkembagan, maka seorang guru harus profesional juga
harus terus menerus meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang diajarkannya,
sehingga tidak ketinggalan zaman. Untuk dapat melakukan dan meningkatkan
perkembagan ilmu yang diajarkannya itu, seorang guru harus seara terus menerus
melakukan penelitian dengan melakukan berbagai macam metode.
Kedua, seorang guru yang profesional harus memiliki kemampuan
menyampaikan menyampaikan dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya, kepada
27
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta, Kencana Pemuda Media Group,
2008), h 154.
-
24
murud-muridnya secara efektif dan efisien. Untuk itu, seorang guru harus
memiliki ilmu keperguruan. Dahulu ilmu keguruan ini terdiri dari tiga bidang
keilmuan, yaitu pedagogik, didaktik, dan metodik. Istilah pedagogik
diterjemahkan dengan istilah ilmu mendidik, dan yang dibahas terkait mengasuh
dan membesarkan seorang anak. Sedangkan didktik adalah pengetahuan tentang
interaksi belajar mengajar secara umum. Yang dibahas disini adalah antara lain
bagaimana cara membuat persiapan pengaajaran sesuatu yang sangat perlu, cara
menjalin bahan-bahan pelajaran, dan cara menilai hasil pembelajaran. Adapun
metodik adalah pengetahuan tentang cara mengajarkan bidang engethuan tertentu.
Beberapa matapeajaran dipandang memerulukan cara-cara khusus menyajikannya,
dan untuk ini disajikan metodik khusus. Pelajaran yang memerlukan metodik
yang khusus ini misalnya menggambar, pekeraan tangan, dan olahraga.
Ketiga, seorang guru yang profesional harus berpegang teguh pada kode
etik profesional sebagaimana tersebut di atas. Kode etik di sisi lebih dikhususkan
lagi tekanannya paa perlunya memiliki akhlak yang mulia. Dengan akhlak yang
mulia itu, serang guru akan dijadikan panutan, contoh dan teladan. Dengan cara
yang demikian ilmu yang diajarkan atau nasiahat yang diberikannya pada para
peserta didik akan didengarkan dan dilaksanaakannya dengan baik. Tentang
perlunya akhlak yang baik bagi seorang guru yang profesional ini sudah ama
menjadi perhatian dan kajian para ulama di zaman klasik. Sebagaimana pendapat
ahli terkait guru yang baik yaitu :
Ibn Muqaffah ( Lahir di Persia tahun 106 H) misalnya, mengatakan bahwa
guru yang baik adalah guru yang mau berusaha memulai dengan mendidik
-
25
, memperbaiki tingkah lakunya, meluruskan pikirannya, dan menjaga kata-
katanya terlebih dahulu sebelum menyampaikan kepada orang lain. 28
Sehingga penulis berpendapat bahwa guru yang profesional atau guru yang
baik, ialah guru yang senantiasa berusaha memberikan yang terbaik kepada
peserta didiknya, yang dimana sebelum memberikan ilmu dan nasihat ia terlebih
dulu harus memperbaiki dirinya, baik dari segi ilmu dan akhlak.
Guru harus selalu mengontrol, menasihati, memberikan pesan-pesan moral
tentang ilmu untuk masa depan anak diidknya dan tidak memberikan mereka
melanjutkan pelajarannya kepada yang lebih tinggi sebelum menguasai pelajaran
sebeumnya.
Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, seorang guru disamping
sebagai pengajar juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian disamping
membimbing peserta didik untuk menguasai sejumlah pegetahuan, keterampilan,
(mengajar). Seyogiyanya guru juga membimbing peserta didiknya
mengembangkan segenap potensi-potensi yang ada dalam diri mereka (mendidik).
C. Tinjauan Tentang Karakter Islami
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi
bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui prilaku baik, jujur,
bertanggung jawab , menghargai orang lain, dan nilai-nilai karakter lainnya.
Dalam konteks pemikiran Islam, karakter terkait iman dan ikhsan. Hal ini
sejalan dengan ungkapan Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan
28
Ibid.h. 156
-
26
“habit” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan
diamalkan.
Wynne, mengungkapkan bahwa karakter berasal daari bahasa Yunani yang
berarti to mark (menandai) atau memfokuskan pada bagaimana
menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau prilaku sehari-
hari29
Sejalan dengan pendapat tersebut, Dirjen Pendidikan Agama Islam,
Kementrian Republik Indonesia, mengemukakan bahwa karakter dapat diartikan
sebagai totalitas ciri-ciri pribadi yang melekat dan dapat diidentifikasi pada
perilaku individu yang bersifat unik, dalam arti secara khusus ciri-ciri ini
menbedakan antara satu individu dengan yang lainnya.
Pendidikan karakter yang Islami adalah suatu usaha yang disengaja untuk
membantu seseorang sehingga ia dapat berpikir, memahami, memperhatikan,
berucap, bertindak, dan mengamalkan nilai-nilai etik sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan kata lain, “pendidikan karakter Islami” Sesungguhnya itulah “ pendidikan
akhlak mulia” (tarbiyat al- akhlaq al- mahmudah) baik dalam hubungannya
dengan Allah, sesama manusia, diri sendiri maupun dengan lingkungan.30
Salah satu ayat yang menerangkan tentang pendidikan karakter adalah Q.S
Luqman ayat 12-14, Walaupun terdapat banyak ayat al-Quran yang memiliki
keterkaitan dengan pendidikan karakter, namun Q.S Luqman ayat 12-14 karena
ayat ini mewakili pembahasan ayat yang memiliki keterkaitan makna paling dekat
dengan konsep pendidikan karakter.
29
E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta, PT.Bumi Aksara, 2016) hlm 3. 30
Https:// baiturrahmanonlone,.com/khutbah-jumat/pendidikan-karakter-Islam/
-
27
Allah Shubhanahu Wata‟ala berfirman dalam Q.S. Luqman : 31 ayat 12-
14:
ِِۚ َوَهي يَۡشُنۡر فَإًِهَوا يَۡشُنُر لٌَِۡفِسهِۦۖ َوَهي َمفََر َي ٱۡلِحۡنَوتَ أَِى ٱۡشُنۡر هلِله َ َولَقَۡد َءاتَۡيٌَا لُۡقَوَٰ َغٌِيٌّ َحِويٞد َوإِۡذ قَاَه فَإِىه ٱهلله
ُي ِلِۡبٌِهِۦ وَ لَِدۡيِه َحوَ لُۡقَوَٰ َي بَِوَٰ ًَسَٰ ۡيٌَا ٱۡۡلِ ۡرَك َلظُۡلٌن َعِظيٞن َوَوصه ِۖ إِىه ٱلشِّ بٌَُيه ََل تُۡشِرۡك بِٱهلله هُۥ َوۡهٌاا هَُو يَِعظُهُۥ يََٰ هُ أُهه ۡۡ لَ
لَِدۡيَل إَِليه ٱۡلَوِصيُر لُهُۥ فِي َعاَهۡيِي أَِى ٱۡشُنۡر لِي َولَِوَٰ َعلَىَٰ َوۡهٖي َوفَِصَٰ
Terjemahannya:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang
siapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pengajaran kepadanya:“Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya memperseku-tuk
an (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan keada kedua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Ku lah
kembalimu.”31
Adapun nilai karakter yang termaktub dalam Q.S. Luqman ayat 12-14 tadi,
yang pertama, dari seorang Luqman, pendidik hendaknya mempunyai karakter
hikmah, yakni berpengetahuan dan berilmu. Artinya, selain mempunyai
pengetahuan, pendidik juga dituntut untuk mengamalkan pengetahuannya. Kedua,
pendidikan karakter yang terdapat dalam Q.S. Luqman di atas adalah anjuran
untuk menjadikan individu-individu yang bersyukur, syukur dalam artian tidak
hanya mengucapkan Alhamdulillah, melainkan menkmati segala karunia Allah
Shubhanahu Wata‟ala untuk pemicu dalam meningkatkan prestasi. Ketiga, nilai
karakter yang ada pada ayat ini adalah menjadikan tauhid atau aqidah sebagai
pondasi awal bagi anak sebelum anak mengenal disiplim ilmu pengetahuan yang
31
Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: PT Madinah Raihan Makmur.2013. h 412.
-
28
lain. Keempat, Luqman memanggil anaknya dengan sebutan Ya Bunayya, padahal
bahasa Aran yang biasa digunakan adalah Ya Ibnii, Ya Bunayya adalah bahasa
yang sangat halus yang digunakan oleh orang tua kepada anaknya, nilai karakter
yang ada pada ayat ini adalah, hendaknya bagi para pendidikuntuk bertutur halus
kepada anak didiknya. Kelima, pada ayat diatas juga diperintahkan untuk
merenungi penderitaan seorang ibu yang mengandung anaknya dalam keadaan
wahnan “ala wahnin, nilai karakter pada ayat ini adalah nilai bakti seoranganak
untuk orang tuanya, khususnya kepada ibu. Keenam, penutup ayat ini Ilayyal
Mashiir semua akan kembaki kepada Allah Shubhanahu Wata‟la, nilai karakter
darinya adalah siapapun kita sebagai manusia pasti akan kembali kepada Allah,
dan ini melahirkan nilai-nilai keqakwaan, karena hanya taqwalah yang akan
menjadikan manusia berbeda di hadapan Allah Shubhanahu Wata‟la ketika
kembali kehadapannya.32
Adapun hadits yang berkaitan dengan pendidikan karater, yaitu:
32
https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an
https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an
-
29
Artinya:
Dari „Amr bin Syu‟aib dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata:
Rasululloh SAW Bersabda “Perintahkanlah anak-anak kalian yang sudah
berumur tujuh tahun. Dan pukulah mereka karena meninggalkannya
ketika telah berumur 10 tahun. Serta pisahkanlah mereka dalam tempat
tidur mereka. (Hadis hasan. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad
yang Hasan)
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling penting
dalam fase kehidupan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan para pakar
anak usia dini, bahwa usia dini adalah usia emas atau the golden age. Pada usia
ini, anak harus diberi stimulus secara kontinu. Terutama pada sensor panca
indra anak yang berfungsi menangkap rangsang. Dengan demikian,
perkembangan anak akan berkembang secara optimal.
Pada fase ini sangat cocok untuk orangtua atau pun pendidik
mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak. Potensi-potensi ini dapat
berkembang apabila seluruh kegiatan anak mendapatkan arahan dan bimbingan
dari orangtua atau pun guru. Mendidik dan mengarahkan anak bisa dilakukan
dengan banyak cara, bisa melalui pemberian keteladanan, pembiasaan, atau pun
pengajaran secara langsung. Melihat banyak fenomena atau tren masa sekarang
bahwa banyak anak yang nakal, melawan pada orangtua, bahkan ada anak yang
membunuh orangtuanya. Hal ini tidak lain dikarenakan pendidikan sejak usia
dini. Pendidikan pada usia dini inilah yang memberikan banyak sumbangsih
pada perkembangan anak ketika dewasa nantinya.
Beberapa cara dilakukan baik oleh orangtua, lingkungan masyarakat, mau
pun lembaga pendidikan baik formal mau pun non formal, agar anak-anak di
lingkungannya menjadi generasi baik. Salah satunya di lembaga pendidikan
anak usia dini yang mengajarkan tentang nilai-nilai karakter dan pengetahuan
pada anak usia dini. Dari sinilah, anak mendapatkan pendidikan. 33
33
Diana Mutiah. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada media ,
Group, 2012). h 47.
.
-
30
2. Hakikat Pendidikan Karakter
Jurus utama yang harus diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan
karakter di sekolah adalah dengan memahami hakikat pendidikan karakter
dengan baik. Hal ini penting karena pendidikan karakter bergerak dari kesadaran
(awarenss), pemahaman (understanding), kepedulian (concern) dan komitmen
(commitment), menuju tindakan (doing to acting).Oleh karena itu, keberhasilan
pendidikan karakter di sekolah sebaiknya diajarkan melalui berbagai tindakan
praktik dalam proses pembelajaran , jangan terlalu teoritis, dan membatasi
aktivitas pembelajaran, apalagi hanya terbatas di dalam kelas.
Moral understanding, sebagai aspek yang harus diperhatikan dalam
pendidikan karakter ada enam unsur, yaitu kesadaran moral ( moral awaress)
pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing about moral values), penentuan
sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian
mengambil keputusan (decision macing) dan pengenalan diri( self knowladge).
Keenam unsur tersebut harus ditekankan dalam pendidikan karakter, serta
diajarkan pada peserta didik dan diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran
secara kaffah.
Moral loving/ moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta
didik untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jatih diri, percaya diri, (self-discipline), kepekaan terhadap penderitaan orang
lain (empty), cinta kebenaran (loving the good) pengendalian diri (self-control),
dan kerendahan hati (humility).
-
31
Heritage Fundation merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi
tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut adalah sebagai berikut
:34
a. Cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya,
b. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri,
c. Jujur,
d. Hormat dan santun,
e. Kasih sayang, hormat, peduli sesama,
f. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. Sesuai dengan standar kompentensi dan
lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik
diharapkan mampu secara mandiri menigkatkan dan menggunakan
pengeratuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga erujud dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter pada satuan pendidikan mengarah pada pembentukan
budaya sekolah atau madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang diperaktikkan oleh semua maraga
sekolah atau madrasah dan semua masyarakat disekitarnya. Budaya sekolah atau
34
E.Mulyasa, op, cit, h 15.
-
32
madrasah merupakn ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah atau
madrasah tersebut di mata masyarakat luas.
4. Pendidikan Karakter Dalam Islam
Dalam jurnal internasional, The Journal of Ma]oral Education, nilai- nilai
dalam ajaran Islam pernah diangkat sebagai hot issue yang dikupas secara khusus
dalam volume 36 tahun 2007. Dalam diskursus pendidikan karakter ini
memberikan pesan bahwa spiritualitas dan nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan
dari pendidikan karakter. Moral dan nilai-nilai spiritual sangat fundamental dalam
membangun kesejahteraan dalam organisasi sosial manapun. Tanpa keduanya,
maka elemen vital yang mengikat kehidupan masyarkat dapat dipastikan lenyap.35
Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika Islam. Dan
pentingnya komperasi antara akal dan wahyu dalam menentukan nilai- nilai moral
terbuka untuk diperdebatkan. Bagi kebanyakan muslim segala yang dianggap
halal dan haram dalam Islam, dipahami sebagai keputusan Allah tentang benar
dan baik. Dalam Islam terdapat tiga nilai utama, yaitu akhlak, adab, dan
keteladanan.
Akhlak merujuk kepada tugas dan tanggungjawab selain syari‟ah dan
ajaran Islam secara umum. Sedangkan adab merujuk kepada sikap yang
dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladananya merujuk kepada
sikap yang dihubungkan dengan tingkah laku yang baik. Dan keteladanan yang
merujuk kepada kulaitas karakter yang ditampilkan oleh seorang muslim yang
35
Abdul Majid, Pendidikan Krakter Perspektif Islam, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,
2012), h 57.
-
33
baik yang mengikuti keteladanan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ketiga nilai inilah yang menjadi pilar pendidikan karakter dalam Islam.
Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter
dalam Islam memiliki keunikan dan peredaan dengan pendidikan karakter di
dunia Barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap pinsip-
prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalama memperkuat moralitas,
perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral
sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai
motivasi perilaku bermoral. Inti dari perbedaan-perbedaan ini adalah keberadaan
wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu pendidikan karakter dalam Islam.
36
36 36Ibid. h. 58
-
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif analisis deskriptif karena berdasarkan pada tujuan penelitian serta hasil
yang ingin dicapai yang cenderung untuk memperoleh pemahaman mendalam
tentang hal yang dikaji, menggambarkan teori, dan bagaimana menggambarkan
realitas terhadap sasaran yang dikaji.
Penelitian deskriptif berarti memecahkan masalah yang aktual dengan
mengumpulkan data, menyusun atau mengklarifikasikannya, menganalisa dan
menginterpretasikannya.37
Penelitian kualitatif boleh juga diartikan sebagai suatu penelitian yang
mendeskripsikan data dalam bentuk uraian, temuan lapangan yang dikemukakan
dengan berpegang pada prinsip etnis dan memahami realitas, penulis tidak bersifat
penafsiran atau evaluasi.
B. Lokasi Penelitian Dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di SMA Negeri 1 Jeneponto, Kelurahan
Pabiringa, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto. Alasan yang
melatarbelakangi penulis memilih lokasi ini karena berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan peneliti bahwa di SMA Negeri 1 Jeneponto terdapat masalah
mengenai pola komunikasi guru pendidikan agama Islam dalam membina
37
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmuah, (Bandung: Tarsito, 1994) h. 147
-
35
karakter Islami pesetrta didik, dan penulis adalah alumni dari sekolah tersebut
sehingga akan memudahkan akses dalam melakukan penelitian, peneliti akan
lebih mudah memahami kondisi sosial dan adat kebiasaan pada sekolah tersebut
serta peneliti merasa bahwa pembinaan karakter Islami di SMA Negeri 1
Jeneponto perlu untuk terus ditingkatkan.
C. Fokus Penelitian
1. Pola komunikasi Guru Pendidikan Agama Islam
2. Karakter Islami siswa
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk menyamakan persepsi,
maka terlebih dahulu penulis mengemukakan deskripsi fokus penelitian yang akan
dikaji:
1. Pola komunikasi guru pendidikan agama Islam adalah bentuk atau struktur
hubungan atau interaksi antara pendidik dengan peserta didik pada saat
proses belajar mengajar berlangsung, atau dengan istilah lain yaitu
hubungan aktif antara pendidik (guru pendidikan Agama Islam) dengan
peserta didiik.
2. karakter Islami yang dimaksud adalah totalitas cirri pribadi individu yang
berupa kemampuan berpikir, memahami, memperhatikan, berucap,
bertindak, dan mengamalkan nilai-nilai etik sesuai dengan ajaran Islam.
Dengan kata lain, “pendidikan karakter Islami” Sesungguhnya itulah “
pendidikan akhlak mulia” (tarbiyat al- akhlaq al- mahmudah) baik dalam
hubungannya dengan Allah, sesama manusia, diri sendiri maupun dengan
-
36
lingkungan. Atau dengan kata lain berupa nilai religious, nilai jujur, nilai
disiplin, dan toleransi, nilai santun, dan nilai demokratis.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi fokus
penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana Pola Komunikasi Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1
Jeneponto”.
E. Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau sebagai tempat penelitian yang ingin kita teliti. Sedangkan sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari
lapangan dengan mewawancarai langsung satu guru pendidikan agama Islam dan
mengamati peserta didik yang terpilih sebagai informan. Peneliti menggunakan
data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pola komunikasi guru
pendidikan Agama Islam dalam membina karakter Islami peserta didik di SMA
Negeri 1 Jeneponto.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.38
Data
sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, hasil survey, studi historis, dan
sebagainya.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Cet. 27; Bandung: Alfabeta, 2017), h. 225.
-
37
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian, sebagai alat bantu untuk mengumpulkan dan
memverifikasi data yang diperlukan, untuk menjawab rumusan masalah penelitian
yang diperoleh melalui instrumen. Instrumen yang peneliti gunakan dam
penelitian ini berupa :
1. Pedoman wawancara adalah pengumpulan data dengan melakukan tanya
jawab langsung dengan para informan. Pedoman tersebut berisi sejumlah
pertanyaan menyangkut masalah yang diteliti dalam proposal ini.
Menurut Surya: “Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk mendapatkan secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan
pertanyaan pada para informan dan kegiatannya dilakukan secara
langsung”. 39
Adapun alat yang digunakan dalam wawancara seperti buku tulis/catatan,
dan pulpen
2. Pedoman observasi adalah berupa teknik yang digunakan sebagai pencatat
dalam melaksanakan observasi baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berdasarkan keterangan di atas teknik observasi sangat
sederhana tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar. Berhubungan
dengan penelitian penulis. Dalam observasi ini peneliti menggunakan hp
untuk merekam kejadian yang penting suatu peristiwa baik dalam bentuk
foto ataupun video.
3. Dokumentasi catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Metode tersebut digunakan untuk mendapatkan sumber data yang
39
Surya, Pengajaran Ramediasi (Jakarta: Percetakan Negeri RI, 1978), h. 55
-
38
berkaitan dengan penelitian seperti latar belakang berdirinya remaja
masjid, aktivitas remaja masjid pada umumnya dan remaja pada
khususnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
Riset lapangan, yaitu cara pengumpulan data dengan penulis turun langsung ke
lapangan. Oleh karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian
dalam penelitian lapangan ini penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan
data, sebagai berikut;
1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.
2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.
3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi
yang membahas tentang objek peneliitian.40
H. Teknik Analisi Data
Data yang diolah dan dianalisis dengan kualitatif deskriptif. Hasil yang
diperoleh di lapangan akan diolah dan dianalisis guna mendapat hasil penelitian
yang refresentif tentang pola komunikasi guru pendidikan Agama Islam dalam
membina karaker Islami siswa. Analisis dalam penelitian kualitatif dilakukan
selama penelitian dan analisis data yang berlangsung dapat mengarahakan data
40
Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
sosial lainnya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 121.
-
39
apa saja yang mesti didapatkan dari lapangan. Pengumpulan dan analisis data
dalam penelitian kualitatif merupakan proses induktif.
Penelitin ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan
langkah penelitin Miles dan Huberman, yaitu reduksi data ( Data Reduction),
penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Tiga proses di lapangan sangat
esensial dalam analisis data kualitatif, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertajam atau
memperdalam dan menyortir data dengan mengambil hal-hal yang diperlukan dan
membuang yang tidak diperlukan. Data yang diperlukan maksudnya, data yang
dapat secara langsung digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau
rumusan masalah. Sedangkan data yang tidak diperlukan adalah data yang tidak
releven dengan pokok kajian, data yang sama, atau data yang digolongkan sama.41
Proses reduksi data alam penelitian ini dapat peneliti uraikan sebagai
berikut :
a. Peneliti menerangkan hasil catatan lapangan selama proses penelitian
berlangsung yang masih bersifat kasa atau acak ke dalam bentuk yang
lebih mudah dipahami
b. Peneliti menyusun satuan dalam wujud kalimat faktual sederhna
berkaitan dengan fokus dan masalah. Langkah ini dilakukan dengan
terlebih dahulu peneliti membaca dan mempeleajari semua jenis data
41
Muhammad Yaumi, ACTION RESEARCH: Teori, Model, dan Aplikasi, h 156-157.
-
40
yang sudah terkumpul. Penyususnan satuan tersebut hanya dalam bentuk
kalimat faktual.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendyiplay
data. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan tersususn dalam
pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif,
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat., bagan, hubungan
antar kategori, dan sejenisnya. Selain itu, dengan adanya penyajian data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yanng terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.Penyajian data dalam
penelitian ini peneliti paparkan dengan yang bersift naratif.
3. Verifikasi
Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selnjutnya adalah
penarikan kesipuan atau verifikasi ini didasarkan pada reduksi data yang
merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Jadi, peneliti dalam pengolahan dan analisis data dalam peneltian ini
melalui beberapa tahapan. Pertama, melakukan reduksi data. Kedua, peneliti
-
41
melakukan penyajian data. Ketiga, peneliti melakukan penarikan kesimpulan,
yaitu merumusakan kesimpulan dari data yang sudah direduksi dan disajikan
dalam bentuk naratif deskriptif.
-
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah: SMA Negeri 1 Jeneponto
NPSN : 40301859
Jenjang Pendidikan : SMA
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : JL. PEDIDIKAN NO. 50
RT / RW : 1/1
Kode Pos : 92316
Kelurahan : Pabiringa
Kecamatan : Kec. Binamu
Kabupaten/Kota : Kab. Jeneponto
Provinsi : Prov. Sulawesi Selatan
Negara: Indonesia
Posisi Geografis : -5.690797 Lintang
119.725283 Bujur42
Nomor Telepon : 041921257
Nomor Fax : 041921257
Email : [email protected]
Website : http://sman1binamu.sch.id
42
Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMA Negeri 1 Jeneponto
mailto:[email protected]://sman1binamu.sch.id/
-
43
2. Visi dan Misi
a. Visi
SMA yang unggul dalam mutu dan berakar pada lingkungan yang asri,
aman, dan nyaman dengan mempertahankan seni dan budaya local berdasarkan
keimanan dan ketaqwaan serta mampu bersaing di era globalisasi melalui
penngkatan penguasaan ilmu dan teknologi.
b. Misi
1) Melakukan pembelajaran yang efektif dan tambahan yang efektif.
2) Mengoptimalkan potensi tenaga pengajar dalam kegiatan pebelajaran,
bimbingan dan keterampilan.
3) Mengoptimalkan kerja sama orang tua siswa, masyarakat, dan pemerintah
dalam mewujudkan kedisiplinan.
4) Melakukan pelatihan (treaning) dan uji coba olahraga dan seni.
5) Menumbuhkan rasa toleransi akan tanggungjawab terhadap
sekolah.
6) Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sebagai
pedoman berprilaku mula di sekolah dan lngkungan sekolah.43
43
Arsip Bagian Umum Tata Usaha SMA Negeri 1 Jeneponto
-
44
3. Data Kepala Sekolah
Tabel 1 data kepala sekolah dari periode didirikan sekolah sampai
sekarang.44
No Nama Jabatan Priode
1 Dinente, B.A Kepala sekolah 1961-1963
2 Y. M. Paranoan, B.A Kepala Sekolah 1963-1966
3 Drs. Ramada Tea Kepala Sekolah 1966-1969
4 D.Rantetasak, B.A Kepala Sekolah 1969-19