politik hukum atas ruu tentang pembatasan … · 2018. 4. 17. · 1 | p a g e politik hukum atas...
TRANSCRIPT
1 | P a g e
POLITIK HUKUM
ATAS
RUU TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
H. Bambang Soesatyo, SE, MBA
KETUA DPR RI
Saat ini, tren perkembangan sistem transaksi keuangan non tunai
mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun volume transaksi.
Peningkatan transaksi keuangan non tunai tersebut melalui Kartu Kredit, Kartu
Debit, Uang Elektronik (E-money), SMS Banking, Internet Banking, dan Phone
Banking. Peningkatan ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan informatika (ICT). Perkembangan ini telah berhasil menciptakan
berbagai inovasi yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi
keuangan secara non tunai.
Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia 2017 yang diterbitkan Bank
Indonesia, tercatat bahwa uang kartal (kertas atau logam) yang diedarkan (UYD)
meningkat pada 2017 sejalan dengan kenaikan aktivitas ekonomi domestik.
Pertumbuhan uang yang diedarkan pada 2017 mencapai 13,4% menjadi Rp 694,8
triliun. Permintaan uang kartal oleh masyarakat (currency outside bank) dan bank
(cash in vault) mengalami peningkatan. Hal ini selain menunjukkan kenaikan
aktivitas ekonomi domestik, dapat juga diartikan bahwa masyarakat masih lebih
suka untuk melakukan transaksi keuangan secara tunai menggunakan uang kartal.
Fakta lain adalah aktivitas transaksi keuangan non tunai didominasi
masyarakat menengah ke atas yang berada di perkotaan, sebagaian besar
masyarakat menengah ke bawah di pedesaan akan cenderung bertransaksi secara
tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terlebih, fasilitas atau
infrastruktur yang mendukung terciptanya transaksi keuangan non tunai yang
terintegrasi belum secara merata tersedia diseluruh Indonesia.
Bagi masyarakat umum, transaksi dengan uang tunai memiliki beberapa
kelebihan dan sampai sekarang dianggap lebih menarik untuk digunakan
dibandingkan dengan melakukan transaksi secara non tunai. Beberapa kelebihan
2 | P a g e
tersebut antara lain: kepastian diterima; penyelesaian segera; tidak memerlukan
infrastruktur; kemudahan penggunaan; kemudahan pemantauan; anonimitas; dan
dijamin negara.
Manfaat Transaksi Non Tunai
Berbagai penelitian di dunia mengonfirmasi manfaat dari transaksi
nontunai bagi pemerintah maupun masyarakat. Penelitian pada 2007 di Brazil
menghasilkan kesimpulan bahwa transisi pembayaran ke sistem elektronik
menurunkan biaya 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hasil riset lembaga
penelitian internasional, McKinsey pada 2010 menyebutkan pembayaran
elektronik antara rumah tangga dan pemerintah di India dapat menghemat 8%
dari total pembayaran, sementara di sisi penerimaan pemerintah mengalami
peningkatan hampir 80%. Penelitian lainnya juga menyebutkan konversi dari
tunai kepada elektronik secara umum menurunkan biaya lebih dari 50% (Bold,
Porteus, & Rotman, 2012).
Dalam teori ekonomi khususnya teori kuantitas uang, Transaksi non tunai
merupakan salah satu bentuk peningkatan teknologi seperti mesin ATM.
Peningkatan teknologi dapat meningkatkan kecepatan perputaran uang karena
akan memudahkan masyarakat untuk bertransaksi dan terjadi peningkatan
konsumsi dan berdampak terhadap peningkatan transaksi (output riil) dan
pertumbuhan ekonomi.
Secara umum, manfaat yang dapat diperoleh dalam bertransaksi secara non
tunai, di antaranya, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, meningkatkan
keamanan dan kenyamanan, menciptakan kecepatan dalam membayar sehingga
meningkatkan efisiensi, mendorong peningkatan kemampuan masyarakat untuk
menabung dan mengelola uang, mendukung upaya pencegahan tindak pidana
pencucian uang dan pendanaan terorisme, serta meningkatkan kecepatan
perputaran uang dalam perekonomian (velocity of money).
Harus diakui bahwa perkembangan transaksi keuangan non tunai di
Indonesia sebagian besar didorong oleh perkembangan internet dan e-commerce
serta adanya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan secara resmi
oleh Bank Indonesia tanggal 14 Agustus 2014 lalu.
3 | P a g e
Perkembangan teknologi komunikasi dan informatika yang pesat dan
mendorong terciptanya transaksi keuangan non tunai harus dapat dioptimalkan
untuk mendorong efisiensi ekonomi nasional, serta mendukung terciptanya
sistem pembayaran yang aman, handal, lancar, serta dapat memberikan akses
keuangan secara luas sesuai kepentingan Nasional. Dan, pada akhirnya akan
memperbaiki efisiensi perekonomian. Bank Indonesia harus terus mendorong
implementasi Gerakan Nasional Non Tunai agar dapat menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat kita sehari-hari baik di perkotaan hingga di pedesaan.
Perlu juga dilakukan perluasan penggunaan elektronifikasi yang diartikan
sebagai upaya untuk mengubah semua metode pembayaran dari manual menjadi
elektronik, mengubah sebagian besar mekanisme pembayaran dari fisik menjadi
digital dan meningkatkan akses keuangan yang terbatas menjadi luas (inklusif).
Elektronifikasi ini juga sejalan dengan iklim transparansi, governance pengelolaan
keuangan, peningkatan kualitas layanan publik, dan upaya perbaikan iklim usaha
yang lebih ramah.
Perluasan elektronifikasi dilakukan melalui beragam instrumen dan
channel pembayaran, hingga mampu menyentuh seluruh aktivitas pembayaran
secara luas mulai dari person to person (ptp), person to business (ptb), business to
business (btb), government to person (gtp), person to government (ptg).
Transaksi Non Tunai dan Pencegahan Korupsi
Besaran jumlah transaksi tunai di suatu negara dipercaya memiliki korelasi
atau hubungan terhadap beberapa aspek atau kondisi di negara tersebut.
Sebagaimana terlihat dari data yang dipublikasikan masing-masing oleh
Transparency International’s 2011 Global Corruption Perceptions Index dan
MasterCard Advisors’ Analysis, yang menunjukkan terdapat korelasi positif antara
aktivitas transaksi uang tunai dengan persepsi masyarakat dunia terhadap tingkat
korupsi di suatu negara.
Negara dengan jumlah transaksi tunainya tinggi, memiliki persepsi tingkat
korupsi yang lebih buruk bila dibandingkan dengan negara yang transaksi
tunainya rendah. Sebagai contoh India, Bulgaria, Rusia, dan termasuk Indonesia
yang transaksi tunainya di atas 60%, memiliki persepsi tingkat korupsi yang
4 | P a g e
buruk. Sementara Denmark, Swedia, dan Finlandia yang transaksi tunainya
rendah (10-20%), memiliki persepsi tingkat korupsi sangat rendah.
Hal yang sama juga berlaku pada korelasi antara penggunaan tunai dan
kemudahan berbisnis (Ease of Doing Business) di suatu negara. Tingginya
penggunaan tunai di suatu negara, menempatkan negara tersebut berada di
peringkat yang rendah dalam hal kemudahan berbisnis.
Arah Politik Hukum Atas Penyusunan RUU tentang Pembatasan Transaksi
Uang Kartal
Berdasarkan kondisi transaksi keuangan yang saat ini berkembang baik
secara tunai maupun non tunai, menunjukkan bahwa:
▪ masyarakat Indonesia menengah ke atas sudah lebih menyadari manfaat
penting yang dapat diperoleh dari transaksi keuangan non tunai.
▪ Berdasarkan hasil penelitian, transaksi non tunai memperlihatkan manfaat
yang sangat baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dapat
menurunkan tingkat korupsi dan menunjukkan tingkat kemudahan berbisnis
yang tinggi.
▪ Pemerintah, Bank Indonesia dan Perbankan negeri atau swasta harus dapat
menyediakan infrastruktur transaksi non tunai bagi masyarakat yang dijamin
keamanannya dan memiliki jaringan yang luas dan terintegrasi.
▪ Sementara itu, OJK harus dapat melakukan pengawasan secara efektif
terhadap praktek pengelolaan transaksi non tunai agar masyarakat semakin
yakin akan keamanannya dalam setiap bertransaksi non tunai.
Oleh karena itu, melihat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan
penerapan transaksi keuangan non tunai, maka DPR tentunya akan mendukung
agar masyarakat membiasakan diri untuk bertransaksi keuangan secara non
tunai. Salah satu upaya konkret akan dukungan DPR ini adalah dengan
memastikan RUU tentang Pembatasan Transaksi Uang Kartal sebagai RUU yang
masuk dalam prioritas tahunan 2018.
Tujuan utama penyusunan RUU tentang Pembatasan Transaksi Uang Kartal
ini adalah untuk memperkuat upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana pencucian uang di Indonesia. Oleh karena itu, DPR memandang bahwa
tujuan utama ini sangat penting untuk didukung oleh seluruh stakeholders agar
5 | P a g e
dapat memberikan kepastian hukum. DPR sangat mengharapkan agar RUU ini
nantinya akan dapat diterapkan dan mampu menjadi kebijakan atau aturan yang
manfaatnya sesuai dengan tujuan.
MENELISIK LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI
UANG KARTAL
YASONNA H. LAOLY MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
Jakarta, 17 April 2018
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
Telah disusun sejak tahun 2014 oleh Kementerian Hukum dan HakAsasi Manusia
Telah mengikutsertakan PPATK, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Kejaksaan Agung, Otoritas jasa keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Kepolisian Negara Republik Indonesia, BPHN, Akademisi, dan tenaga ahli
Telah masuk Prolgenas prioritas Tahun 2018
Posisi Rancangan Undang-Undang ini dalam proses ParafPersetujan Menteri/Pimpinan Lembaga
TUJUAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Memperkuat Upaya Pencegahan dan PemberantasanTindak Pidana Pencucian Uang
Mengubah Perilaku dan pola pikir masyarakat terhadaptransaksi penggunaan uang kartal menjadi sistem
transaksi non tunai
LANDASAN PENYUSUNAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG
FILOSOFIS
SOSIOLOGIS
YURIDIS
ASAS PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
Kepentingan Umum
Pelindungan Masyarakat
Efektif Efisien
Manfaat
FILOSOFIS
PANCASILA NAWACITAUNDANG-UNDANG
DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
SOSIOLOGISMENGURANGI TINDAK
PIDANA TRANSAKSI KEUANGAN
PENGHEMATAN JUMLAH UANG KARTAL YANG
DICETAK
MENDIDIK DAN MENDORONG MASYARAKAT UNTUK
MENGGUNAKAN JASA SISTEM PEMBAYARAN
YURIDISMENYATUKAN BEBERAPA REGULASI DI
BIDANG UANG KARTALMENGATUR KEMBALI SECARA
KOMPREHENSIF DALAM SATU UNDANG-UNDANG
Terima Kasih
KONSTRUKSI HUKUM KEBIJAKAN PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
DISAMPAIKAN OLEH:
DR. YUNUS HUSEIN, S.H., LL.MKETUA TIM PENYUSUN RUU PTUK
MENCEGAH KASUS-KASUS OTTYANG MELIBATKAN UANG TUNAI
KASUS BUPATI JOMBANG, NYONO SUHARLI WIHANDOKO
Perizinan pengurusan jabatan di Pemerintah Kabuapten Jombang
Uang tunai Rp25 juta dan USD9.500
WALI KOTA KENDARI, ADRIATMA DWI PUTRA
Pengadaan barang dan jasa padaPemerintah Kota Kendari tahun
2017-2018Suap Rp 1,3 miliar
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, ABDUL LATIF
Proyek pengadaan pekerjaanpembangunan RSUD Damanhuri,
Barabai tahun anggaran 2017
Rp 65.650.000 yang ditemukan di dalam brankas
BUPATI KEBUMEN, MOHAMMAD YAHYA FUAD
Proyek pengadaan barang dan jasayang anggarannya diperoleh dari
APBD Kabupaten Kebumen.Suap gratifikasi senilai Rp 2,3 miliar
BUPATI NGADA, MARIANUS SAE Proyek di Kabupaten Ngada sejak2011.
Suap Rp 4,1 miliar yang diberikansecara tunai ataupun lewat transfer
bank.
BUPATI HALMAHERA TIMUR, RUDI ERAWAN
Proyek infrastruktur di bawahKementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat tahun 2016.Suap Rp 6,3 miliar
Sumber: berbagai media, seperti Kompas
LATAR BELAKANG KEBIJAKAN PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
•Dalam rangka mendorongpenggunaan transaksikeuangan lebih sederhana, cepat, murah, tepat guna, dan berdaya guna
•Dalam rangka memberikanmanfaat secara luas bagikepentingan masyarakat, bangsa, dan negara
•Dalam rangka memberikanpelindungan kepadamasyarakat darikemungkinandipergunakannya uangkartal sebagai sarana untukmelakukan tindak pidana
•Dalam rangkamendahulukan kepentinganmasyarakat dibandingkandengan kepentinan individuatau kelompok
KEPENTINGAN UMUM
PERLINDUNGAN MASYARAKAT
EFEKTIF DANEFISIEN
MANFAAT
KEBIJAKAN PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DALAM NAWACITA PRESIDEN
“Kami berkomitmen untukmembentuk regulasi yang
mendukung pemberantasan korupsimelalui RUU Perampasan Aset, RUU
Perlindungan Saksi dan Korban, RUU Kerjasama Timbal Balik (MLA), dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai”
KOMITMEN PRESIDEN TERTUANG DALAM NAWACITA NOMOR 4, yaitu
menolak negara lemah dengan melakukanreformasi sistem dan penegakan hukum
yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
KONSTRUKSI HUKUM KEBIJAKAN PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL
DEFINISI TRANSAKSI UANG KARTAL DAN UANG KARTAL
KEGIATAN
Penarikan
Pencairan
Pembelian
Pembayaran
Pemberian
Penjualan
Kegiatan lainnya
MENGGUNAKAN UANG KARTAL
Uang Kertas
Uang Logam
RUPIAH / MATA UANG ASING
BATASAN NILAIT
RA
NSA
KSI
UA
NG
KA
RT
AL
SATU KALI ATAU LEBIH TRANSAKSI DALAM 1 HARI DI
WILAYAH NKRI
NILAI PALING BANYAK RP100JUTA ATAU YANG
SETARADIPERBOLEHKAN
NILAI LEBIH DARI RP100JUTA ATAU YANG SETARA
DILARANG
WAJIB DILAKUKAN SECARA NON TUNAI
MELALUI PJK YANG MENYELENGGARAKAN JASA
PEMBAYARAN
BANK PENYELENGGARA POS
PENYELENGGARA ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU
(APMK)
PENYELENGGARA TRANSFER DANA
PJK LAIN YANG MENYELENGGARAKAN
JASA PEMBAYARAN
PJK YANG MENYELENGGARAKAN JASA PEMBAYARAN
KONSEKUENSI HUKUM ATAS PELANGGARAN
KONSEKUENSI HUKUM ATAS
PELANGGARAN
SANKSI ADMINISTRATIF
BAGI SETIAP ORANG
ORANG PERORANGAN
KORPORASI
PEJABAT UMUM (NOTARIS, PPAT,
PEJABAT LELANG)BATAL DEMI HUKUM SUATU
PERJANJIAN
TIDAK MEMBATASI PERJANJIAN
HANYA MEMBATASI MEKANISME
TRANSAKSI YANG WAJIB DILAKUKAN
SECARA NON-TUNAI
TIDAK MENGHAMBAT EASE OF DOING BUSSINES
(EODB)
BEST PRACTICE SANKSI ATAS PELANGGARAN DI BEBERAPA NEGARA
ITALIA: tidak lebih dari 40% dari transaksi keuangan tunai
yang dilanggar
BULGARIA: kesalahan pertamabesar denda 25%-50% dari
transaksi keuangan tunai yang dilanggar, kesalahan berulangbesar denda 50%-100% dari
transaksi keuangan tunai yang dilanggar
BELGIA: denda sebesarEUR250-EUR 225.000 tetapi
tidak lebih dari 10% transaksikeuangan tunai yang dilanggar
SANKSI ADMINISTRATIF
BEST PRACTICE SANKSI ATAS PELANGGARAN DI BEBERAPA NEGARA
SANKSI PIDANA
MAURITIUS: dendatidak lebih dari
2juta rupees dan pidana penjarapaling lama 10
tahun
SLOVAKIA: dendapaling banyakEUR150.000
NIGERIA: individual pidana denda250ribu-1juta
dan/atau pidanapejara 2-3 tahun, korporasi pidana
denda 250ribu-1juta
TRANSAKSI YANG DIKECUALIKAN DARI KEBIJAKAN PEMBATASAN
• Transaksi Uang Kartal yang dilakukan oleh PJK dengan pemerintah dan bank sentral
• Transaksi Uang Kartal antar PJK dalam rangka kegiatan usahamasing-masing
• Transaksi Uang Kartal untuk penarikan tunai dari bank dalamrangka pembayaran gaji atau pensiun
• Transaksi Uang Kartal untuk pembayaran pajak dan kewajibanlain kepada negara
• Transaksi Uang Kartal untuk melaksanakan putusanpengadilan
• Transaksi Uang Kartal untuk kegiatan pengolahan uang
• Transaksi Uang Kartal untuk biaya pengobatan
• Transaksi Uang Kartal untuk penanggulangan bencana alam
• Transaksi Uang Kartal untuk pelaksanaan penegakan hukum
• Transaksi Uang Kartal untuk penempatan atau penyetoran ke PJK
• Transaksi Uang Kartal untuk penjualan dan pembelian matauang asing
• Transaksi Uang Kartal yang dilakukan di daerah yang belum tersedia PJK atau sudah tersedia PJK namun belum memiliki infrastruktur sistem pembayaran yang memadai
KEWAJIBAN PENGUNGKAPAN INFORMASI DALAM RANGKA PELAKSANAAN TRANSAKSI YANG DIKECUALIKAN
INFORMASI
PJK WAJIB MEMINTA
SETIAP ORANG WAJIB MEMBERIKAN KE PJK
identitas diri
sumber dana
tujuan transaksi
dokumen pendukung
PJK WAJIB MENOLAK TRANSAKSIPJK WAJIB MELAPORKAN TRANSAKSI
KEUANGAN MENCURIGAKAN KE PPATK
KONSEKUENSI HUKUM ATAS PELANGGARAN
PJK WAJIB MEMBUAT DAN MENYIMPAN INFORMASI
DAFTAR TRANSAKSI UANG KARTAL YANG DIKECUALIKAN
UPAYA PENCEGAHAN
Setiap Orang
Mengetahui adanya Transaksi Uang Kartal yang melebihi Batasan
Nilai
Wajib untuk melaporkan pelanggaran
tersebut
Secara lisandan/atau tertulis ke PPATK
PENGAWASAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
BANK INDONESIA –PENGAWASAN UMUM
PPATK –PENGAWASAN DALAM
RANGKA PENCEGAHAN &
PEMBERANTASAN TPPU
Menetapkan regulasi
Melakukan pemeriksaan terhadap PJK dan/atau setiap orang
Melakukan tukar menukar informasi hasil pengawasan atas pelaksanaan UU ini dengan PPATK dan/atau lembaga pengawas dan pengatut
Menetapkan dan mengenakan sanksi administratif
Memberikan penghargaan dan/atau insentif kepada PJK dan/atau setiap orang untuk mendorong kepatuhan penggunaan transaksi nontunai
Mengeluarkan ketentuan atau pedoman pelaporan
Melakukan audit jepatuhan
Memantau kewajiban pelaporan
Mengenakan sanksi administrasi
Menetapkan dan mengadministrasikan daftar orang tercela
Merekomendasikan pemberian penghargaan dan/atau insentif kepada PJK dan/atau setiap orang yang mendorong kepatuhan penggunaan transaksi non tunai
“Dalam melaksanakan kewenangan dalam
kebijakan, terhadap BI dan PPATK tidak
berlaku ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kode etik yang mengatur
kerahasiaan”
TERIMA KASIH
16/04/2018
1
Rancangan Undang-Undang Tentang Pembatasan Transaksi Uang Kartal
Kesiapan Bank IndonesiaMenghadapi Tantangan dalam Pelaksanaan
2
1. Tujuan Pengaturan PTUK
2. Peran dan Fungsi BI sebagai Otoritas Sistem Pembayaran
3. Substansi Pengaturan RUU PTUK
4. Tantangan dan Kesiapan BI dalam Implementasi RUU PTUK
Outline
16/04/2018
2
Tujuan Pengaturan RUU PTUK
3
“Penggunaan transaksi keuangan nontunai
dimaksudkan untuk mengurangi risiko
masyarakat dalam bertransaksi, mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap uang
kartal, serta mendukung program pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang & tindak pidana lainnya.” – KonsideransRUU PTUK.
Sesuai dengan Naskah Akademik, salah satu
dasar pemikiran PTUK adalah untuk
mendorong efisiensi perekonomian. Untuk itu,
harus dipastikan bahwa tidak terdapat unsuratau klausul dalam RUU PTUK yang dapatmengganggu kegiatan perekonomian.
UU BANK INDONESIA
Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, Bank Indonesia berwenang antara lain untuk
menetapkan penggunaan alat pembayaran (tunai dannontunai).
PBI PENGATURAN DAN PENGAWASAN SP
KETENTUAN TENTANG KEBIJAKAN UTAMA BI
UU BANK INDONESIA Bank Indonesia melakukan
pengaturan dan pengawasan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah.
BI menetapkan dan melaksanakan kebijakan utama yang
salah satunya berupa kebijakan sistem pembayaran danpengelolaan uang rupiah.
Peran dan FungsiBank Indonesia sebagai Otoritas
Sistem Pembayaran
Rp
RpR
p
Rp R
p
4
16/04/2018
3
Substansi Pengaturan RUU PTUK yang Memberikan Amanat Kepada BI
5
Transaksi menggunakan uang kartal
maksimal Rp 100 juta.
Perubahan batasan nilai TransaksiUang Kartal ditetapkan oleh BIsetelah berkoordinasi dengan PPATK
dan instansi terkait.
BATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL1 PENGAWASAN3
TRANSAKSI YANG DIKECUALIKAN2Perubahan Transaksi Uang Kartalyang dikecualikan ditetapkan olehBI setelah berkoordinasi dengan
PPATK dan instansi terkait.
Vide Pasal 9 ayat (2) RUU PTUK
Vide Pasal 3 ayat (4) RUU PTUK
PEMBAWAAN UKA4Untuk mendukung implementasi PTUK,
setiap pembawaan Uang KertasAsing (UKA) ke dalam dan atau ke
luar daerah pabean Indonesia harusmendapat izin dari BI.
Vide Pasal 18 RUU PTUK
Pengawasan atas RUU PTUK dilakukanoleh BI kecuali dalam rangka untuk
mencegah dan memberantas TPPU
dilakukan oleh PPATK.
Lingkup pengawasan a.l penetapan regulasi,
pemeriksaaan, dan pengenaan sanksi.
Vide Pasal 14 s/d Pasal 17 RUU PTUK
Penerbitan PBI dilatarbelakangi tingginyaaktivitas Pembawaan UKA lintas batasyang belum diimbangi oleh ketersediaandata dan informasi yang memadai bagiotoritas moneter, khususnya mengenai
underlying transaksi pembawaan UKA.
BI telah menerbitkan PBI No.19/7/PBI/2017 tentangPembawaan Uang Kertas Asing ke Dalam dan ke LuarDaerah Pabean Indonesia sebagaimana telah diubahdengan PBI No.20/2/PBI/2018.
Pengaturan lalu lintas pembawaan UKA
nantinya dapat menjadi instrumen yangmemonitor sekaligus mengendalikan lalulintas pembawaan UKA sehingga diharapkan
dapat mendukung efektivitas kebijakan
moneter, khususnya dalam pengendalian nilai
tukar.
Pembawaan Uang Kertas Asing ke Dalam dan ke Luar Daerah Pabean Indonesia
6
“Setiap Orang dilarang melakukan Pembawaan UKA dengan jumlah yang nilainya paling sedikit setara dengan
Rp 1 Milyar, kecuali mendapat izin dari BI.”
“Pelaksanaan kewajiban perizinankepada Bank Indonesia akan berlakumulai tanggal 4 Juni 2018. Sementara
pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
PBI akan berlaku mulai tanggal 3September 2018. ”
1
3
16/04/2018
4
Tantangan dan Kesiapan BI dalam Implementasi RUU PTUK
7
Perilaku masyarakat yang masih senang bertransaksi
secara tunai.
Komitmen PJK dan pelaku usaha lainnya untuk
mendukung program ini masih perlu didorong.
TANTANGAN
Rp
Edukasi secara luas & intensif kepada masyarakat mengenai tujuan & manfaat
PTUK dan transaksi secara nontunai
Terus mendorong penggunaan transaksi nontunai melalui gerakan nasional
nontunai (less cash society)
KESIAPAN
Terus membangun instrumen & infrastruktur untuk memfasilitasi
pembayaran nontunaiTerus memperkuat sistem, infrastruktur,
maupun kapabilitas SDM untuk melakukan pengawasan sistem
pembayaran termasuk kewajiban PJK dalam mendukung implementasi PTUK
Terima Kasih
8