pompa air energi termal menggunakan evaporator...
TRANSCRIPT
i
POMPA AIR ENERGI TERMAL MENGGUNAKAN
EVAPORATOR PELAT 20 cc
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh:
YUSUP AGUS SURYONO
NIM : 075214018
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
ii
THERMAL ENERGY WATER PUMP USING 20 cc PLATE
EVAPORATOR
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfilment of the requirement
as to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
By:
YUSUP AGUS SURYONO
NIM : 075214018
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2011
1
vi
INTISARI
Air sangat penting bagi kehidupan manusia, namun tidak semua tempat dapat memperoleh air dengan mudah. Banyak terdapat tempat sumber mata air lebih rendah dari tempat pemakaiannya sehingga diperlukan pompa untuk mengalirkannya. Pada umumnya pompa air digerakkan oleh energi listrik namun belum semua daerah mampu menikmati jaringan listrik. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk penggerak pompa air adalah energi termal menggunakan bahan bakar spirtus. Tetapi unjuk kerja pompa air energi termal di Indonesia belum banyak sehingga perlu dilakukan banyak penelitian untuk menjajagi kemungkinan pemanfaatannya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian yang dilakukan yaitu dapat mengetahui debit pemompaan, daya pompa dan efsiensi pompa air energi termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet)..
Pompa air energi termal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, (1) evaporator, (2) kompor, dan (3) tuning pipe (pipa osilasi). Pompa air energi termal yang digunakan untuk penelitian adalah pompa air energy termal menggunakan evaporator pelat dengan pelat tembaga dengan tebal 0,5 mm. Evaporator berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 70 cc dan disambung dengan pipa tembaga 1/2 inci sepanjang 31 cm. Pemanas dibuat menggunakan pelat tembaga 0,5 mm yang dibuat kubus dengan penampang atas terbuka dengan volume 125 cm3. Kompor ini digunakan sebagai tempat spirtus yang akan dibakar sebagai sumber panas. Spirtus yang digunakan sebanyak 100 cc. Variabel-variabel yang diukur pada pengujian pompa adalah volume air yang keluar ( V ) dan waktu ( t ), sedangkan variasi yang dilakukan pada pengujian pompa adalah ketinggian head ( 1,50 ; 1,80 dan 2,50 m) dan ukuran pipa osilasi ( ½ inci dan 3/8 inci ). Hasil penelitian menunjukkan debit maksimum (Q) 0.35 (liter/menit), daya pompa maksimum (Wp) 0,1 watt, efisiensi pompa maksimum (η pompa) 0,03 % pada head 1,8 m menggunakan pipa osilasi 3/8 inci.
vi
INTISARI
Air sangat penting bagi kehidupan manusia, namun tidak semua tempat dapat memperoleh air dengan mudah. Banyak terdapat tempat sumber mata air lebih rendah dari tempat pemakaiannya sehingga diperlukan pompa untuk mengalirkannya. Pada umumnya pompa air digerakkan oleh energi listrik namun belum semua daerah mampu menikmati jaringan listrik. Alternatif lain yang dapat digunakan untuk penggerak pompa air adalah energi termal menggunakan bahan bakar spirtus. Tetapi unjuk kerja pompa air energi termal di Indonesia belum banyak sehingga perlu dilakukan banyak penelitian untuk menjajagi kemungkinan pemanfaatannya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan penelitian yang dilakukan yaitu dapat mengetahui debit pemompaan, daya pompa dan efsiensi pompa air energi termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet)..
Pompa air energi termal terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, (1) evaporator, (2) kompor, dan (3) tuning pipe (pipa osilasi). Pompa air energi termal yang digunakan untuk penelitian adalah pompa air energy termal menggunakan evaporator pelat dengan pelat tembaga dengan tebal 0,5 mm. Evaporator berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 70 cc dan disambung dengan pipa tembaga 1/2 inci sepanjang 31 cm. Pemanas dibuat menggunakan pelat tembaga 0,5 mm yang dibuat kubus dengan penampang atas terbuka dengan volume 125 cm3. Kompor ini digunakan sebagai tempat spirtus yang akan dibakar sebagai sumber panas. Spirtus yang digunakan sebanyak 100 cc. Variabel-variabel yang diukur pada pengujian pompa adalah volume air yang keluar ( V ) dan waktu ( t ), sedangkan variasi yang dilakukan pada pengujian pompa adalah ketinggian head ( 1,50 ; 1,80 dan 2,50 m) dan ukuran pipa osilasi ( ½ inci dan 3/8 inci ). Hasil penelitian menunjukkan debit maksimum (Q) 0.35 (liter/menit), daya pompa maksimum (Wp) 0,1 watt, efisiensi pompa maksimum (η pompa) 0,03 % pada head 1,8 m menggunakan pipa osilasi 3/8 inci.
vii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Jesus Kristus dan Bunda Maria atas segala
berkah dan anugerah-Nya, sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Tugas
akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1
program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma.
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Pompa Air
Energi Termal Menggunakan Evaporator Pelat 20 cc ” ini karena adanya
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Budi Sugiharto S.T., M.T. selaku Ketua Program studi Teknik
Mesin.
3. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir
yang telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Ir. Rines, M.T. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi
selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Laboran ( Ag. Rony Windaryawan ) yang telah membantu memberikan
ijin dalam penggunakan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian ini.
ix
7. Rekan kerja Robertus Agung Setiawan, Heribertus Dwi Prihantoro dan
Nuri Hartarto yang saling membantu dalam penyelesaian tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
laporan ini karena keterbatasan pengetahuan yang belum diperoleh, Oleh karena
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun dalam penyempurnaan tugas ini. Semoga karya ini berguna
bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Apabila ada kesalahan dalam
penulisan naskah ini penulis mohon maaf. Terima kasih.
Yogyakarta, 19 Januari 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
TITLE PAGE .......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ v
INTISARI ................................................................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... .xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.l Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Penelitian yang Pernah Dialakukan ......................................................... 4
2.2 Dasar Teori ............................................................................................... 6
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... .15
3.1 Deskripsi Alat ........................................................................................... 15
x
3.2 Variabel yang Divariasikan ....................................................................... 16
3.3 Variabel Pengukuran ................................................................................. 18
3.4 Metode dan Langkah Pengambilan Data .................................................. 18
3.5 Analisa Data .............................................................................................. 19
3.6 Peralatan Pendukung ................................................................................. 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 21
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 21
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 35
BAB V. PENUTUP ................................................................................................... 63
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 63
5.2 Saran ......................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65
LAMPIRAN.............................................................................................................. 67
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Percobaan ke-1 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 1,5 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................21
Tabel 4.2. Percobaan ke-2 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 1,5 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................21
Tabel 4.3. Percobaan ke-3 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi
3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................22
Tabel 4.4. Percobaan ke-4 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................22
Tabel 4.5. Percobaan ke-5 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 2,5 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................23
Tabel 4.6. Percobaan ke-6 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 2,5 m dengan Volume Evaporator 70
cc......................................................................................................24
Tabel 4.7. Percobaan ke-7 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100
cc......................................................................................................25
Tabel 4.8. Percobaan ke-8 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8
inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100
cc......................................................................................................27
Tabel 4.9. Percobaan ke-9 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2
inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100
cc......................................................................................................29
xii
Tabel 4.10. Percobaan ke-10 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi
1/2 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100
cc......................................................................................................31
Tabel 4.11. Data Pengujian Daya Spirtus...........................................................34
Tabel 4.12. Perhitungan Daya Spirtus................................................................36
Tabel 4.13. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2
inci pada Evaporator berpenampang 8 x 8 cm2 dengan Volume
Evaporator 70 cc dan 100 cc ( setelah menggelembung )...............37
Tabel 4.14. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2
inci pada Evaporator berpenampang 10 x 10 cm2 dengan Volume
Evaporator 60 cc dan 170 cc ( setelah menggelembung )...............39
Tabel 4.15. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2
inci pada Evaporator berpenampang 10 x 10 cm2 dengan Volume
Evaporator 70 cc dan 150 cc ( setelah menggelembung )................39
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pompa Air Energi Termal Jenis Pulse Jet....... ...................................... 6
Gambar 2.2. Dimensi Evaporator .............................................................................. 7
Gambar 2.3. Pompa Air Energi Termal Jenis Pulse Jet ............................................. 8
Gambar 2.4. Pompa Air Energi Termal Jenis Fluidyn Pump .................................... 9
Gambar 2.5. Sistem Kerja Fluidyn Pump .................................................................. 10
Gambar 2.6. Pompa Air Energi Termal Jenis Nifte Pump ......................................... 11
Gambar 2.7. Sistem Kerja Nifte Pump ...................................................................... 12
Gambar 3.1. Skema Pompa Air Energi Termal ......................................................... 15
Gambar 3.2. Dimensi Evaporator .............................................................................. 16
Gambar 3.3. Variasi Diameter Selang Osilasi ....................................................... 17
Gambar 3.4. Variasi Ketinggian Head ................................................................... 17
Gambar 4.1. Evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume
70 cc ..................................................................................................... 38
Gambar 4.2. Evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume
60 cc ..................................................................................................... 38
Gambar 4.3. Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan Debit Pompa
menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2 ........... 40
Gambar 4.4. Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan Daya Pompa
menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2 ........... 41
Gambar 4.5. Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan Efisiensi Pompa
menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2 ........... 43
Gambar 4.6. Evaporator Pipa Tunggal dengan Volume 44 cc ............................ 44
Gambar 4.7. Evaporator 2 Pipa Pararel .................................................................. 45
Gambar 4.8. Perbandingan Debit Antar Evaporator pada head 1,5 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ..................................................................................... 45
Gambar 4.9. Perbandingan Debit Antar Evaporator pada head 1,8 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ..................................................................................... 47
Gambar 4.10. Perbandingan Debit Antar Evaporator pada head 2,5 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ................................................................................... 48
xiv
Gambar 4.11. Perbandingan Debit Antar Evaporator pada head 2,5 m dengan pipa
osilasi 1/2 inci ................................................................................... 49
Gambar 4.12. Perbandingan Daya Antar Evaporator pada head 1,5 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ................................................................................... 51
Gambar 4.13. Perbandingan Daya Antar Evaporator pada head 1,8 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ................................................................................... 52
Gambar 4.14. Perbandingan Daya Antar Evaporator pada head 2,5 m dengan pipa
osilasi 3/8 inci ................................................................................... 54
Gambar 4.15. Perbandingan Daya Antar Evaporator pada head 1,8 m dengan pipa
osilasi 1/2 inci ................................................................................... 55
Gambar 4.16. Perbandingan Efisiensi Antar Evaporator pada head 1,5 m dengan
pipa osilasi 3/8 inci ........................................................................... 56
Gambar 4.17. Perbandingan Efisiensi Antar Evaporator pada head 1,8 m dengan
pipa osilasi 3/8 inci ........................................................................... 57
Gambar 4.18. Perbandingan Efisiensi Antar Evaporator pada head 2,5 m dengan
pipa osilasi 3/8 inci ........................................................................... 58
Gambar 4.19. Perbandingan Efisiensi Antar Evaporator pada head 1,8 m dengan
pipa osilasi 1/2 inci ........................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan penting atau pokok bagi kehidupan
manusia. Air selama ini digunakan untuk mandi, memasak, pengairan
sawah, serta masih banyak lainnya. Ketersediaan air di Indonesia merupakan
salah satu keunggulan yang dimiliki bangsa kita yang belum digali dan
dioptimalkan. Tapi semua itu akan menjadi sia-sia jika apa yang kita punya
tidak kita olah dengan sebaik-baiknya. Selama ini kita selalu mempunyai
ketergantungan terhadap bangsa lain padahal potensi yang dimiliki bangsa
ini sangatlah mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Negara kita
sebenarnya sangatlah kaya, karena tidak hanya air yang tersedia dengan
melimpah, tapi sarana untuk mengolah atau mengelola pun sudah tersedia.
Pada umumnya pompa air digerakkan energi listrik (motor listrik),
tetapi belum semua daerah di Indonesia dapat menikmati jaringan listrik.
Selain itu penggunaan energi listrik menyebabkan biaya penyediaan air
menjadi mahal, sehingga mengurangi kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Alternatif lain pompa air energi
termal, jenis pompa air energi termal yaitu pompa air energi termal dengan
jenis pulsajet (Water Pulse Jet).
2
Pada penelitian ini menggunakan pompa air energi termal jenis
pulsajet karena merupakan jenis pompa air yang paling sederhana serta
mempunyai komponen yang mudah dibuat dan bisa dikembangkan dengan
menggunakan energi surya. Untuk memanfaatkan energi surya tersebut salah
satunya bisa menggunakan kolektor surya plat datar jenis Compound
Parabolic Collector (CPC) sehingga perlu dilakukan penelitian berikutnya
tentang karakteristik kolektor tersebut yang merupakan teknologi sederhana
sehingga mempunyai peluang dimanfaatkan masyarakat untuk diaplikasikan
pada pompa tersebut. Unjuk kerja kolektor surya untuk memompa air atau
yang lebih sering disebut pompa air energi surya di Indonesia belum banyak
sehingga perlu dilakukan penelitian agar dapat diaplikasikan menjadi alat
yang berguna bagi masyarakat.
1.2. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka
perlu adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu:
1. Massa jenis air yang digunakan 1000 kg/m3 untuk berbagai kondisi.
2. Panas jenis air yang digunakan 4192,47 J/Kg ºC untuk berbagai
kondisi.
3. Rugi – rugi gesekan, belokan dan kekentalan fluida dalam pipa
diabaikan.
3
1.3. Tujuan Penelitian
1. Membuat pompa air energi termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet)
menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume
20 cc.
2. Mengetahui debit (Q), daya pompa (Wp) dan efisiensi (η pompa)
maksimum pompa air energi termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet)
menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume
20 cc.
3. Membadingkan hasil yang diperoleh dari pompa air energi termal jenis
pulsajet air (Water Pulse Jet) menggunakan evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 bervolume 20 cc dengan pompa air energi
termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet) menggunakan evaporator pelat
berpenampang 10 x 10 cm2 bervolume 60 cc dan pompa air energi
termal jenis pulsajet air (Water Pulse Jet) menggunakan evaporator pelat
berpenampang 10 x 10 cm2 bervolume 70 cc.
4. Membadingkan hasil yang diperoleh dari pompa air energi termal jenis
pulsajet air (Water Pulse Jet) menggunakan evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 bervolume 20 cc dengan penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya.
1.4. Manfaat Penelitian
Menambah kepustakaan tentang pompa air energi termal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian yang Pernah Dilakukan
Penelitian pada pompa air energi surya memperlihatkan bahwa
waktu pengembunan uap dipengaruhi oleh temperatur dan debit air
pendingin masuk kondensor ( Sumathy et. al., 1995 ). Penelitian pompa
energi panas berbasis motor stirling dapat secara efektif memompa air
dengan variasi head antara 2 – 5 m ( Mahkamov, 2003 ). Penelitian pompa
air energi panas oleh Smith menunjukkan bahwa ukuran kondenser yang
sesuai dapat meningkatkan daya output sampai 56% ( Smith, 2005 ).
Penelitian secara teoritis pompa air energi panas surya dengan dua macam
fluida kerja, yaitu n-pentane dan ethyl ether memperlihatkan bahwa
efisiensi pompa dengan ethyl ether 17% lebih tinggi dibanding n-pentane
untuk tinggi head 6 m ( Wong, 2000 ). Analisa termodinamika untuk
memprediksi unjuk kerja pompa air energi panas surya pada beberapa
ketingian head memperlihatkan bahwa jumlah siklus/ hari tergantung pada
waktu pemanasan fluida kerja dan waktu yang diperlukan untuk
pengembunan uap. Waktu pemanasan tergantung pada jumlah fluida awal
dalam sistem. Waktu pengembunan tergantung pada luasan optimum koil
pendingin ( Wong, 2001 ).
Penelitian lain yang pernah dilakukan seperti dalam Tugas Akhir
“Karakteristik Kolektor Surya CPC Untuk Pompa Air Energi Termal
5
Menggunakan Pompa Rendam” mampu menghasilkan Efisiensi sensibel
kolektor maksimum adalah 12,68 %, daya pemompaan maksimum adalah 0,0893
Watt, Efisiensi sistem maksimum sebesar 0,132 %, faktor efisiensi maksimum
adalah 57,218 % ( Yoanita, 2009 ).
Pada penelitian “Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 39
CC dan Pemanas 266 Watt” mampu menghasilkan daya pompa (Wp)
maksimum adalah 0.139 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum 0.060
% pada variasi bukaan kran 30 ºC, dan debit (Q) maksimum 0,697
liter/menit pada variasi ketinggian head 1,75 m dan bukaan kran penuh
atau 0 ºC dengan pendingin udara ( Suhanto, 2009 ).
Dalam penelitian “Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 44
CC dan Pemanas 78 Watt” mampu menghasilkan daya pompa (Wp)
maksimum adalah 0.167 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum
0,213 %, dan debit (Q) maksimum 0.584 liter/menit pada variasi
ketinggian head 1,75 m dan bukaan kran 0ºC dengan pendingin udara
(Nugroho, 2009).
Selanjutnya dalam penelitian “Pompa Air Energi Termal Menggunakan
Evaporator 2 Pipa Paralel” mampu menghasilkan daya pompa (Wp)
maksimum adalah 0.148 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum 0,03
%, dan debit (Q) maksimum 0.588 liter/menit pada variasi ketinggian head
1,5 m, selang osilasi 1/2 inci tanpa pendingin. ( Putra, 2010 ).
6
2.2 Dasar Teori
Pompa air energi termal pada umumnya menggunakan jenis pulsa jet
air (water pulse jet) seperti pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.3, pompa air
energi termal dengan jenis fluidyn pump seperti Gambar 2.4, serta pompa
air energi termal dengan jenis nifte pump pada Gambar 2.6. Pada
penelitian ini dibuat pompa energi termal jenis pulsa jet air (water pulse
jet) dengan menggunakan fluida kerja spirtus karena merupakan jenis
pompa air energi termal yang paling sederhana dibandingkan yang lain.
Gambar 2.1. Pompa Air Energi Termal Jenis Pulsajet
( Nugroho, 2009 )
7
Gambar 2.2. Dimensi Evaporator
( Nugroho, 2009 )
Keterangan Gambar 2.1 :
1. Pipa osilasi 7. Selang keluaran
2. Kran osilasi 8. Evaporator
3. Gelas ukur 9. Pendingin
4. Tangki hisap 10. Kran pengisi fluida
5. Katup hisap satu arah 11. Rangka
6. Katup buang satu arah
8
Gambar 2.3. Pompa Air Energi Termal Jenis pulse jet
( Smith, T. C. B, 2005 )
Keterangan bagian-bagian pulse jet :
1. Fluida air 5. Pipa osilasi
2. Sisi uap 6. Katup hisap
3. Sisi panas 7. Katup buang
4. Sisi dingin
Pompa air yang digunakan adalah pompa air jenis pulsa jet (water
pulse jet pump). Evaporator dan sistem yang berisi air mula mula dipanaskan
dengan pemanas bahan bakar spritus. Evaporator berfungsi untuk menguapkan
fluida kerja air sehingga terjadi osilasi. Pada saat menerima uap bertekanan
yang cukup, air dalam sistem terdorong keluar melelui saluran buang,
9
kemudian uap mengalami pengembunan. Pengembunan uap ini menyebabkan
tekanan dalam pompa turun (dibawah tekanan atmosfir atau vakum) sehingga
air dari sumber masuk / terhisap mengisi sistem, dan proses langkah tekan
pompa akan terjadi kembali, karena uap yang baru dari evaporator masuk ke
dalam pompa. Setiap satu langkah tekan pompa (karena uap bertekanan masuk
pompa) dan satu langkah hisap (karena uap mengembun karena pendinginan)
disebut satu siklus namun siklus ini berlangsung cepat. Pompa dilengkapi
dengan dua katup satu arah masing-masing pada sisi hisap dan sisi tekan.
Fungsi katup adalah agar pada langkah tekan air mengalir ke tujuan dan tidak
kembali ke sumber.
Gambar 2.4. Pompa Air Energi Termal Jenis Fluidyn Pump
( Smith, T. C. B, 2005 )
10
Keterangan bagian-bagian Fluidyn Pump :
1. Displacer 6. Katup hisap
2. Penukar panas 7. Katup buang
3. Pemicu regenerasi 8. Sisi volume mati
4. Penukar panas 9. Pengapung
5. Pipa osilasi
Gambar 2.5. Sistem Kerja Fluidyn Pump
( Smith, T. C. B, 2005 )
Prinsip kerja jenis fluidyn pump ialah pada bagian yang
dipanasi menghasilkan uap, sehingga fluida di bagian sisi panas turun dan
memberikan tekanan pada bagian sisi dingin yang menyebabkan air
terdorong keluar. Selanjutnya pada proses penghisapan terjadi karena uap
di bagian sisi panas mengalami pengembunan disertai dengan bantuan
penukar panas, kemudian fluida pada sisi dingin menggantikan atau
mengisi kembali fluida sistem di bagian sisi panas.
11
Gambar 2.6. Pompa Air Energi Termal Jenis Nifte Pump
( Smith, T. C. B, 2005 )
Keterangan bagian-bagian Nifte Pump :
1. Kekuatan piston 6. Katup
2. Beban 7. Saturator
3. Silinder displacer 8. Difusi kolom
4. Evaporator 9. Perpindahan panas
5. Kondenser
12
Gambar 2.7. Sistem Kerja Nifte Pump
( Sumber : www.Wikipedia.co.id )
Nifte pump memiliki dua silinder vertikal (1 dan 2) yang terhubung
pada bagian atas (3), Sambungan lain terdapat di bagian bawah
menggunakan katup penghambat atau penutup (4). Pada saat tekanan uap
yang dihasilkan oleh evaporator meningkat (5), fluida (2) akan menekan
beban atau fluida sistem (7) mengalir keluar. Selanjutnya pada proses
penghisapan terjadi ketika uap air mengembun dengan bantuan kondenser,
hal ini terus terulang secara terus menerus.
Untuk menghitung unjuk kerja dari pompa air energi termal, dapat
dugunakan persamaan-persamaan yang tercantum di bawah ini.
Debit pemompaan yaitu jumlah volume yang dihasilkan tiap satuan
waktu (detik) dapat dihitung dengan persamaan ( Giles, 1986 )
t
VQ = (2.1)
13
Dengan:
V : volume air keluaran (ml)
t : waktu yang diperlukan (detik)
Daya pemompaan yang dihasilkan pompa air dapat dihitung dengan
persamaan ( Giles, 1986 )
HQgP
W ...ρ=
(2.2)
Dengan:
ρ : massa jenis air (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Q : debit pemompaan (m3/s)
H : head pemompaan (m)
Daya spritus yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan
seperti berikut ( Giles, 1986 )
t
TcmW p
spirtus
∆=
.. (2.3)
Dengan :
mair : massa air yang dipanasi (kg)
Cp : panas jenis air (J/Kg ºC)
∆ T : kenaikan temperatur (o C)
t : waktu yang diperlukan untuk pemanasan (detik)
14
Efisiensi pompa didefinisikan sebagai perbandingan antara daya
pemompaan yang dihasilkan selama waktu tertentu dengan besarnya daya
fluida yang dihasilkan. Efisiensi pompa dapat dihitung dengan persamaan
( Giles, 1986 )
(2.4)
Dengan :
Wp : daya pemompaan (watt)
Wspritus : daya spritus (watt)
WspritusP
W
pompa=η
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Deskripsi Alat
Gambar 3.1. Skema Pompa Air Energi Termal
Keterangan :
1. Evaporator 6. Corong keluaran 11. Tangki air
2. Tempat spritus 7. Pipa osilasi 1/2 inci 12. Gelas ukur
3. Katup tekan 8. Pipa osilasi 3/8 inci 13. Rangka
4. Katup hisap 9. Kran pipa osilasi 3/8 inci
5. Selang keluaran 10. Kran pipa osilasi 1/2 inci
16
Gambar 3.2. Dimensi Evaporator
Pompa termal pada penelitian ini terdiri dari 3 komponen utama yaitu:
1. Evaporator menggunakan bahan dari pelat tembaga sebagai bagian
yang dipanasi yang berukuran 8 x 8 cm2.
2. Pipa tembaga sebagai tempat masukknya air dan sebagai tempat kotak
pemanas.
3. Kotak pemanas / pembakaran yang terbuat dari plat tembaga sebagai
tempat bahan bakar spirtus.
3.2.Variabel Yang Divariasikan
Variabel yang divariasikan dalam pengujian yaitu:
1. Variasi diameter selang osilasi ( 3/8 inci dan 1/2 inci ).
2. Variasi ketinggian head ( 1,50 ; 1,80 dan 2,50 m ).
17
Gambar 3.3. Variasi Diameter Selang Osilasi
Gambar 3.4. Variasi Ketinggian Head
18
3.3.Variabel yang Diukur
Variabel-variabel yang diukur antara lain :
- Volum air yang keluar (V)
- Waktu (t)
Untuk selanjutnya dari variabel-variabel tersebut dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan debit (Q), daya pompa (Wp) dan efisiensi
pompa (η pompa) serta daya spirtus (W spirtus).
3.4.Langkah Penelitian
Metode pengumpulan data adalah cara-cara memperoleh data melalui
percobaan alat. Metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu
menggunakan metode langsung. Penulis mengumpulkan data dengan menguji
langsung alat yang telah dibuat.
Langkah – langkah pengambilan data pompa :
1. Alat diatur pada ketinggian head 1,80 m.
2. Uji diameter selang osilasi yang menghasilkan volume air keluaran
terbanyak.
3. Gunakan diameter selang osilasi yang menghasilkan volume air keluaran
terbanyak.
4. Mengisi fluida kerja evaporator dan sistem.
5. Mengisi bahan bakar spirtus.
6. Mulai penyalaan pemanas evaporator.
7. Mencatat waktu serta volume air yang dihasilkan pompa.
19
8. Ulangi no 3 – 7 pada pengujian selanjutnya dengan menggunakan head
1,5 m kemudian dilanjutkan kembali dengan head 2,5 m.
3.5.Analisa Data
Data yang diambil dan dihitung dalam penelitian pompa yaitu : volume
output air (V) dan waktu pemompaan (s) untuk menghitung debit aliran air
(Q) pada variasi tertentu. Tinggi head (H) dan hasil perhitungan debit aliran
(Q) untuk menghitung daya pompa (Wp) dan efisiensi pompa (η pompa).
Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik debit pompa,
daya pemompaan, dan efisiensi pompa.
3.6.Peralatan Pendukung
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
a. Stopwatch
Alat ini digunakan untuk mengukur waktu air mengalir.
b. Gelas Ukur Besar
Gelas ukur besar dipakai untuk mengukur banyaknya air yang keluar
dari pompa air setelah jangka waktu tertentu.
c. Gelas Ukur Kecil
Gelas ukur kecil dipakai untuk mengukur volume spritus yang
digunakan sebagi bahan bakar pembakaran agar waktu padamnya api
sama.
20
d. Ember
Ember digunakan untuk menampung air yang akan dihisap. Air
didalam ember ini juga dijaga ketinggiannya agar sama dari waktu ke
waktu dengan cara diisi secara terus menerus.
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Pengambilan data pada penelitian pompa air energi termal
menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 bervolume 20 cc
dengan volume spirtus 100 ml diperoleh data-data pompa seperti tabel 4.1
sampai dengan tabel 4.10.
Tabel 4.1. Percobaan ke-1 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,5 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:00:49 0:01:08 160 0:04:11 0:04:26 330 0:04:30 0:04:43 420 0:05:00 0:08:07 1860 0:08:12 0:27:21 9350
Tabel 4.2 Percobaan ke-2 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,5 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:00:38 0:01:01 170 0:03:30 0:03:42 280 0:03:48 0:04:00 360 0:04:26 0:06:44 1360 0:06:50 0:27:12 8140
22
Tabel 4.3. Percobaan ke-3 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:01:15 0:01:41 160 0:03:24 0:03:34 240 0:04:10 0:25:46 8290
Tabel 4.4. Percobaan ke-4 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:00:41 0:00:57 160 0:03:07 0:03:10 170 0:03:39 0:04:24 440 0:04:28 0:05:04 700 0:05:15 0:07:12 1590 0:07:20 0:28:30 9890
23
Tabel 4.5. Percobaan ke-5 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 2,5 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:03:44 0:03:45 50 0:04:07 0:04:10 80 0:04:20 0:04:30 120 0:04:55 0:05:10 240 0:05:25 0:05:40 360 0:05:58 0:06:10 770 0:07:20 0:08:17 1000 0:08:33 0:08:42 1120 0:08:55 0:09:09 1190 0:09:21 0:09:40 1300 0:09:58 0:10:50 1580 0:11:22 0:11:25 1640 0:11:42 0:12:40 2000 0:12:50 0:14:09 2500 0:14:16 0:14:20 2560 0:14:30 0:16:36 3240 0:16:44 0:16:48 3300 0:17:02 0:17:36 3460 0:17:45 0:18:30 3580 0:18:38 0:21:42 4700 0:21:50 0:22:54 5000 0:23:00 0:23:30 5200 0:23:38 0:27:50 6600
24
Tabel 4.6. Percobaan ke-6 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 2,5 m dengan Volume Evaporator 20 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:00:50 0:01:07 120 0:02:44 0:02:48 200 0:03:24 0:03:32 240 0:03:42 0:04:12 370 0:04:27 0:04:53 500 0:05:10 0:05:27 580 0:05:40 0:05:42 600 0:05:51 0:06:00 660 0:06:16 0:06:22 710 0:06:38 0:06:40 740 0:06:52 0:06:56 780 0:07:06 0:07:10 820 0:07:21 0:07:25 840 0:07:36 0:07:38 880 0:07:45 0:07:47 920 0:08:05 0:08:20 1040 0:08:37 0:09:12 1240 0:09:22 0:09:32 1300 0:09:42 0:09:56 1400 0:10:09 0:10:46 1610 0:11:00 0:11:40 1850 0:11:52 0:12:00 1900 0:12:14 0:12:28 2000 0:12:30 0:13:00 2100 0:13:23 0:13:48 2330 0:13:56 0:13:58 2360 0:14:19 0:14:35 2460 0:14:44 0:14:50 2520 0:15:00 0:15:15 2580 0:15:28 0:16:12 2760 0:16:32 0:18:30 3300 0:18:42 0:19:54 3580 0:20:04 0:21:50 4000 0:22:08 0:24:00 4920
25
Setelah mengalami beberapa kali pemanasan, evaporator mengalami
penggelembungan dan setelah dilakukan pengukuran ulang terhadap volume
evaporator, ternyata volumenya naik menjadi 100 cc.
Tabel 4.7. Percobaan ke-7 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:01:44 0:01:50 20 0:01:55 0:02:01 160 0:02:08 0:02:14 200 0:03:36 0:03:38 240 0:04:12 0:04:18 280 0:04:30 0:04:33 340 0:04:50 0:04:54 370 0:05:04 0:04:08 400 0:05:13 0:05:16 440 0:05:27 0:05:35 550 0:05:48 0:05:54 610 0:06:06 0:06:20 780 0:06:31 0:06:35 840 0:06:46 0:06:50 870 0:07:00 0:07:05 940 0:07:22 0:07:26 1000 0:07:38 0:07:41 1060 0:07:51 0:07:53 1090 0:08:04 0:08:08 1140 0:08:22 0:08:24 1180 0:08:36 0:08:38 1220 0:08:55 0:09:00 1340 0:09:14 0:09:18 1380 0:09:28 0:09:34 1460 0:09:44 0:10:04 1600 0:10:18 0:10:25 1700
26
Tabel 4.7. Percobaan ke-7 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
Waktu berhenti
keluarnya air
Keluaran (ml)
0:10:36 0:10:48 1800 0:10:59 0:10:06 1860 0:11:14 0:11:17 1940 0:11:30 0:11:38 2100 0:12:09 0:12:15 2300 0:12:30 0:12:34 2400 0:12:53 0:12:57 2460 0:13:14 0:13:18 2500 0:13:25 0:13:29 2560 0:13:40 0:13:42 2600 0:14:00 0:14:06 2700 0:14:14 0:14:18 2760 0:14:34 0:13:40 2860 0:14:54 0:15:04 2960 0:15:12 0:15:17 3020 0:15:25 0:15:32 3120 0:15:44 0:15:47 3160 0:15:55 0:16:09 3260 0:16:20 0:16:24 3300 0:16:30 0:16:33 3360 0:16:40 0:16:44 3400 0:16:50 0:16:53 3460 0:17:04 0:17:12 3500 0:17:20 0:17:28 3580 0:17:37 0:17:56 3720 0:18:02 0:18:26 3880 0:18:55 0:19:03 4100 0:19:28 0:19:36 4260 0:19:44 0:19:48 4360 0:20:10 0:20:26 4500 0:20:32 0:20:38 4580 0:20:46 0:21:00 4620 0:21:10 0:21:15 4800
27
Tabel 4.7. Percobaan ke-7 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Tabel 4.8. Percobaan ke-8 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:01:42 0:02:14 200 0:03:15 0:03:21 240 0:03:36 0:03:40 270 0:04:04 0:04:09 320 0:04:20 0:04:26 410 0:04:49 0:04:53 440 0:05:00 0:05:05 480 0:05:13 0:05:17 500 0:05:32 0:05:44 600 0:05:56 0:06:02 640 0:06:09 0:06:15 700 0:06:24 0:06:35 800 0:07:07 0:07:19 960 0:07:25 0:07:33 1060 0:07:39 0:07:51 1140 0:07:57 0:08:25 1260 0:08:33 0:08:41 1340 0:08:49 0:09:00 1400 0:09:05 0:09:14 1460
Waktu air mulai keluar
Waktu berhenti
keluarnya air
Keluaran (ml)
0:21:25 0:21:29 4880 0:21:36 0:23:00 5340 0:23:08 0:23:16 5400 0:23:20 0:33:30 9020
28
Tabel 4.8. Percobaan ke-8 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
(ml)
0:09:22 0:09:41 1590 0:09:47 0:09:59 1680 0:10:07 0:10:15 1710 0:10:27 0:10:40 1820 0:10:49 0:10:55 1840 0:10:58 0:11:03 1880 0:11:07 0:11:25 1950 0:11:27 0:11:51 2080 0:12:00 0:12:04 2100 0:12:12 0:12:16 2140 0:12:26 0:12:32 2180 0:12:39 0:12:49 2260 0:12:53 0:12:59 2280 0:13:10 0:13:16 2340 0:13:21 0:13:26 2380 0:13:31 0:13:43 2460 0:13:50 0:14:00 2510 0:14:08 0:14:14 2610 0:14:22 0:14:29 2660 0:14:35 0:14:42 2700 0:14:48 0:14:55 2710 0:15:00 0:15:12 2800 0:15:22 0:15:42 2900 0:15:49 0:16:00 2960 0:16:07 0:16:19 3060 0:16:28 0:16:39 3120 0:16:48 0:17:00 3320 0:17:07 0:17:19 3300 0:17:32 0:17:43 3400 0:17:52 0:17:56 3440 0:18:00 0:18:08 3500 0:18:15 0:18:27 3560 0:18:34 0:18:39 3600
29
Tabel 4.8. Percobaan ke-8 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
(ml)
0:18:46 0:18:48 3640 0:18:52 0:19:00 3700 0:19:04 0:19:12 3760 0:19:20 0:19:29 3840 0:19:40 0:20:06 3980 0:20:09 0:20:22 4080 0:20:33 0:20:41 4160 0:20:56 0:32:55 7500
Tabel 4.9. Percobaan ke-9 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inci
dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:02:40 0:02:44 180 0:03:51 0:03:59 280 0:04:12 0:04:18 340 0:04:33 0:04:38 420 0:05:18 0:05:22 440 0:05:29 0:05:35 460 0:05:44 0:05:48 470 0:06:10 0:06:13 500 0:07:40 0:07:53 520 0:08:02 0:08:12 540 0:08:55 0:09:00 580 0:09:22 0:09:24 600 0:09:43 0:09:47 650 0:10:04 0:10:07 680 0:10:26 0:10:29 720 0:10:48 0:10:51 760
30
Tabel 4.9. Percobaan ke-9 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inhi dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:11:00 0:11:18 860 0:11:34 0:11:46 980 0:12:02 0:12:12 1060 0:12:18 0:12:22 1100 0:12:35 0:12:37 1140 0:12:55 0:13:04 1220 0:13:16 0:13:25 1350 0:13:38 0:13:38 1380 0:13:54 0:14:05 1540 0:14:18 0:14:21 1580 0:14:35 0:14:48 1600 0:14:54 0:14:57 1700 0:15:04 0:15:09 1740 0:15:25 0:15:27 1780 0:15:36 0:15:38 1820 0:15:47 0:15:50 1860 0:16:02 0:16:05 1920 0:16:20 0:16:26 1940 0:16:32 0:16:34 1960 0:18:26 0:18:27 2040 0:20:29 0:20:38 2120 0:20:49 0:20:54 2150 0:21:25 0:21:30 2200 0:21:53 0:22:00 2260 0:22:08 0:22:10 2340 0:22:38 0:22:42 2380 0:23:04 0:23:12 2400 0:22:16 0:22:19 2480 0:23:33 0:23:35 2580 0:23:46 0:23:51 2590 0:24:02 0:24:08 2660 0:24:25 0:24:30 2760 0:24:50 0:24:53 2800 0:25:00 0:25:10 2920
31
Tabel 4.9. Percobaan ke-9 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inhi dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:25:26 0:25:28 2940 0:25:37 0:25:42 3040 0:25:58 0:26:04 3120 0:26:18 0:26:21 3160 0:26:30 0:26:34 3240 0:26:52 0:27:04 3350 0:27:14 0:27:28 3490 0:27:42 0:27:42 3750 0:27:52 0:27:56 3760 0:28:05 0:28:17 3640 0:28:36 0:28:40 3700 0:29:04 0:29:06 3806 0:29:15 0:29:18 3860 0:29:45 0:29:48 3900 0:30:00 0:30:09 4020 0:30:36 0:30:42 4180 0:31:34 0:31:36 4200 0:32:54 0:34:00 5160
Tabel 4.10. Percobaan ke-10 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:01:38 0:01:42 180 0:03:22 0:03:30 340 0:03:53 0:03:55 380 0:04:19 0:04:22 430 0:04:53 0:05:02 540 0:05:25 0:05:28 600 0:09:35 0:09:37 650
32
Tabel 4.10. Percobaan ke-10 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:06:01 0:06:10 740 0:06:39 0:06:42 770 0:06:54 0:06:58 830 0:07:09 0:07:13 880 0:07:30 0:07:44 1000 0:08:12 0:08:20 1130 0:08:39 0:08:48 1240 0:09:02 0:09:08 1360 0:09:20 0:09:23 1400 0:09:53 0:09:59 1460 0:10:07 0:10:10 1500 0:10:16 0:10:22 1560 0:10:38 0:10:44 1650 0:11:00 0:11:12 1780 0:11:25 0:11:30 1820 0:11:37 0:11:42 1860 0:11:52 0:12:01 1930 0:12:09 0:12:13 1960 0:12:20 0:12:24 2000 0:12:34 0:12:38 2040 0:12:50 0:12:53 2100 0:13:03 0:13:07 2160 0:13:22 0:13:25 2200 0:13:36 0:13:39 2240 0:13:50 0:13:53 2280 0:14:13 0:14:17 2340 0:14:26 0:14:28 2380 0:14:37 0:14:42 2440 0:15:14 0:15:17 2460 0:15:31 0:15:39 2530 0:16:08 0:16:10 2620 0:16:27 0:16:34 2710 0:17:10 0:17:24 2900 0:17:49 0:17:51 2950
33
Tabel 4.10. Percobaan ke-10 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:18:11 0:18:13 3000 0:18:28 0:18:34 3120 0:18:54 0:18:57 3140 0:19:09 0:19:13 3220 0:19:21 0:19:24 3260 0:19:33 0:19:39 3360 0:19:54 0:20:04 3600 0:20:33 0:20:40 3600 0:21:02 0:21:15 3740 0:21:42 0:21:47 3800 0:21:53 0:21:55 3860 0:22:08 0:22:18 3940 0:22:33 0:22:40 4060 0:23:00 0:23:02 4100 0:23:15 0:23:17 4120 0:23:25 0:23:27 4160 0:23:57 0:24:00 4200 0:24:12 0:24:19 4300 0:24:40 0:24:50 4380 0:25:22 0:25:25 4400 0:25:43 0:25:46 4470 0:25:55 0:26:03 4560 0:26:16 0:26:18 4630 0:26:32 0:26:38 4720 0:26:55 0:27:00 4800 0:27:14 0:27:19 4880 0:27:35 0:27:38 4920 0:27:48 0:27:54 5000 0:28:14 0:28:18 5060 0:28:29 0:28:32 5100 0:28:44 0:28:50 5200 0:29:07 0:29:10 5240 0:29:16 0:29:24 5300 0:29:38 0:29:42 5340
34
Tabel 4.10. Percobaan ke-10 Volume Air Keluaran Menggunakan Pipa Osilasi 1/2 inci dan Head 1,8 m dengan Volume Evaporator 100 cc ( lanjutan )
Waktu air mulai keluar
( menit )
Waktu berhenti
keluarnya air ( menit )
Volume Air Keluaran
( ml )
0:30:08 0:30:11 5360 0:30:22 0:30:25 5420 0:30:35 0:30:44 5500 0:31:10 0:31:14 5580 0:31:30 0:31:36 5640 0:31:40 0:31:50 5760 0:32:09 0:32:11 5780 0:32:24 0:32:27 5840 0:32:46 0:32:54 5960 0:33:22 0:33:29 6000 0:33:35 0:33:40 6100
Data pengujian daya spirtus diperoleh dengan memanaskan 1 kg air
menggunakan bahan bakar spirtus. Air yang dipanaskan tidak boleh sampai mendidih
dan diukur suhunya setiap satu menit.
Tabel 4.11. Data Pengujian Daya Spirtus
Waktu (detik) Suhu (⁰C) 0 27,1 60 30,2 120 39,1 180 44,7 240 49,2 300 52,5 360 59,1 420 66,8 480 67,4 540 72,0 600 78,4
35
4.2. Pembahasan
Dari data-data yang diperoleh pada Tabel 4.1 sampai Tabel 4.10 dapat
dihitung unjuk kerja pompa air energi termal dengan menggunakan persamaan 2.1
samppai 2.4.
Berikut ini adalah contoh perhitungan pada pengambilan data Tabel 4.1
Percobaan ke-I variasi head 1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci.
Perhitungan nilai Q ( debit )
Dimana besarnya volume keluaran sebesar 9350 ml , dan waktu yang
diperlukan selama 27 menit 21 detik atau 1641 detik, sehingga debit yang
dihasilkan :
Q = detik 1641
9350 mililiter
= 5,697 mililiter/detik
= 341,82 mililiter/menit
= 0,342 liter/menit
Daya pemompaan yang dihasilkan dapat dihitung dengan ρ sebesar 1000
kg/m3 dan g sebesar 9,8 m/s2 :
Wp = 1000 kg/m3 . 9,8 m/s2 . 0,0000057 m3/s . 1,5 m
= 0,084 watt
Daya spritus dapat dihitung dari Tabel 4.11. Tabel 4.11 diperoleh dengan
memanaskan 1 kg air dengan menggunakan spirtus. Air yang dipanaskan tidak boleh
sampai mendidih dan diukur suhunya setiap satu menit. Daya spritus yang dihasilkan
36
dapat dihitung setelah diketahui mair 1 kg dan ∆T 51,3 ºC dengan Cp sebesar 4192,47
J/kg ºC melalui persamaan seperti berikut :
W spirtus ik
CkgJkg
det600
C3,51./47,4192.1 00
=
= 358,44 watt
Hasil dari perhitungan daya spirtus tiap menit terdapat dalam Tabel 4.12.
Efisiensi pompa dapat dihitung dengan persamaan :
η pompa = Watt358,44
0,084 x 100 %
= 0,023 %
Hasil perhitungan dari data-data Tabel 4.1 sampai 4.10 dapat dilihat dalam
Tabel 4.13.
Tabel 4.12. Perhitungan Daya Spirtus
T (⁰C) ∆T (⁰C) waktu (detik) W spirtus 27,1 0 0 30,2 3,1 60 216,600 39,1 8,9 120 621,850 44,7 5,6 180 391,277 49,2 4,5 240 314,419 52,5 3,3 300 230,574 59,1 6,6 360 461,148 66,8 7,7 420 538,005 67,4 0,6 480 41,923 72 4,6 540 321,406
78,4 6,4 600 447,173
W spirtus total 3584,370
W spirtus rata-rata
358,440
37
Setelah melakukan perhitungan terhadap data-data yang terdapat dalam Tabel
4.1 sampai Tabel 4.10 maka diperoleh hasil perhitungan yang meliputi debit, daya,
dan efisiensi pompa yang terdapat dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2 inci pada Evaporator berpenampang 8 x 8 cm2 dengan Volume Evaporator 20 cc dan 100 cc ( setelah menggelembung )
Percobaan Ke-
Head (m)
Pipa osilasi (inci)
Volume Evaporator
(cc)
Debit Q
(liter/menit)
Daya pompa
Wp(watt)
η Pompa
(%) 1 1,5 3/8 70 0,342 0,084 0,023 2 1.5 3/8 70 0,299 0,073 0,020 3 1,8 3/8 70 0,322 0,095 0,026 4 1,8 3/8 70 0,347 0,102 0,028 5 2,5 3/8 70 0,237 0,097 0,027 6 2,5 3/8 70 0,205 0,084 0,023 7 1,8 3/8 100 0,269 0,079 0,022 8 1,8 3/8 100 0,228 0,067 0,019 9 1,8 1/2 100 0,152 0,045 0,0124 10 1,8 1/2 100 0,181 0,053 0,0149
Selain melakukan perhitungan pada data untuk pompa menggunakan
evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc, juga dilakukan
perhitungan pada data pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10
cm2 dengan volume 60 cc dan pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang
10 x 10 cm2 dengan volume 70 cc. Hasil dari perhitungan pompa menggunakan
evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc terdapat dalam
Tabel 4.14 dan hasil dari perhitungan pompa menggunakan evaporator pelat
berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc terdapat dalam Tabel 4.15.
38
Gambar 4.1. Evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc
Gambar 4.2. Evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 70 cc
39
Tabel 4.14. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2 inci pada Evaporator berpenampang 10 x 10 cm2 dengan Volume Evaporator 60 cc dan 170 cc ( setelah menggelembung )
Head (m)
Pipa Osilasi (m)
Volume Evaporator
(cc)
Debit Q
(liter/menit)
Daya pompa
Wp(watt)
η Pompa(%)
1,8 1/2 60 0,190 0,0559 0,0156 1,8 1/2 60 0,352 0,1035 0,0289 1,8 1/2 60 0,104 0,0305 0,0085 1,8 3/8 60 0,285 0,0837 0,0233 1,8 3/8 60 0,155 0,0454 0,0127 1,5 3/8 60 0,179 0,0439 0,0123 1.5 3/8 60 0,123 0,0302 0,0084 2,5 3/8 60 0,062 0,0255 0,0071 2,5 3/8 60 0,059 0,0243 0,0068 1,8 1/2 170 0,090 0,0265 0,0074 1,8 1/2 170 0,122 0,0360 0,0100
Tabel 4.15. Perhitungan Pompa Menggunakan Pipa Osilasi 3/8 inci dan 1/2 inci pada Evaporator berpenampang 10 x 10 cm2 dengan Volume Evaporator 70 cc dan 150 cc ( setelah menggelembung )
Head (m)
Pipa Osilasi (m)
Volume Evaporator
(cc)
Debit Q
(liter/menit)
Daya pompa
Wp(watt)
η Pompa
(%) 1,8 1/2 70 0,032 0,009 0,003 1,8 1/2 70 0,029 0,009 0,002 1,8 3/8 70 0,129 0,038 0,011 1,8 3/8 70 0,122 0,036 0,010 1,5 3/8 70 0,175 0,043 0,012 1.5 3/8 70 0,206 0,051 0,014 2,5 3/8 150 0,063 0,026 0,007 2,5 3/8 150 0,047 0,019 0,005 1,8 1/2 150 0,121 0,035 0,010 1,8 1/2 150 0,104 0,030 0,008
40
Untuk mempermudah dalam pembahasan maka perlu dibuat grafik
yang menunjukkan debit maksimum pompa, daya maksimum pompa, dan
efisiensi maksimum pompa untuk setiap variasi pengambilan data yang
diambil dari Tabel 4.13.
Gambar 4.3. Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan Debit Pompa menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2
Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa debit pompa maksimum adalah
0,347 liter/menit yang terdapat pada variasi ketinggian head 1,8 m pada
pipa osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 20 cc. Sedangkan untuk
variasi ketinggian head 1,8 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan volume
evaporator 100 cc memiliki debit pompa maksimum 0,269 watt. Ini
menunjukkan bahwa peningkatan volume evaporator berpengaruh
terhadap turunnya debit pompa. Untuk variasi head 1,5 m pada pipa
osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 20 cc mampu menghasilkan
0.342 0.347
0.181
0.269
0.237
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
de
bit
po
mp
a (
lite
r/m
en
it)
1,5 1,8 1,8 1,8 2,5
pipa osilasi 3/8 inci volume
evaporator 20 cc
pipa osilasi 1/2 inci volume
evaporator 100 cc
pipa osilasi 3/8 inci volume
evaporator 100 cc
head (m)
debit maksimum sebesar 0,342
osilasi 3/8 inci
maksimum 0,237
pada head 1,8 m
yang cukup jauh antara debit yang dihasilkan oleh
1/2 inci. Pipa
1,8 m hanya mempunyai debit 0,181 lite
3/8 inci menghasilkan debit yang lebih baik bila dibandingkan dengan
osilasi 1/2 inci. Hal ini
osilasi 3/8 inci lebih cepat dan tinggi sehingga tekanan yang dihasi
lebih tinggi dan volume air yang keluar menjadi lebih banyak.
Gambar 4.4. Hubungan menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm
0.084
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
da
ya
po
mp
a (
wa
tt)
1,5 1,8 1,8 1,8 2,5
maksimum sebesar 0,342 liter/menit dan pada head 2,5
osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 20 cc hanya memiliki d
maksimum 0,237 liter/menit. Dari data yang terlihat pada
pada head 1,8 m dengan volume evaporator 100 cc terdapat perbedaan
yang cukup jauh antara debit yang dihasilkan oleh pipa osilasi 3/8 inci dan
osilasi 1/2 inci dengan volume evaporator 100 cc
1,8 m hanya mempunyai debit 0,181 liter/menit. Dalam hal ini,
3/8 inci menghasilkan debit yang lebih baik bila dibandingkan dengan
inci. Hal ini bisa terjadi karena osilasi yang terjadi pada
osilasi 3/8 inci lebih cepat dan tinggi sehingga tekanan yang dihasi
lebih tinggi dan volume air yang keluar menjadi lebih banyak.
Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm
0.084
0.102
0.053
0.079
0.097
1,5 1,8 1,8 1,8 2,5
pipa osilasi 3/8 inci
volume evaporator 20 cc
pipa osilasi 1/2 inci
volume evaporator 100 cc
pipa osilasi 3/8 inci
volume evaporator 100 cc
41
dan pada head 2,5 m pada pipa
nya memiliki debit
i data yang terlihat pada Gambar 4.1.
terdapat perbedaan
osilasi 3/8 inci dan
dengan volume evaporator 100 cc pada head
r/menit. Dalam hal ini, pipa osilasi
3/8 inci menghasilkan debit yang lebih baik bila dibandingkan dengan pipa
terjadi karena osilasi yang terjadi pada pipa
osilasi 3/8 inci lebih cepat dan tinggi sehingga tekanan yang dihasilkan
lebih tinggi dan volume air yang keluar menjadi lebih banyak.
Daya Pompa menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2
pipa osilasi 3/8 inci
volume evaporator 20 cc
pipa osilasi 1/2 inci
volume evaporator 100 cc
pipa osilasi 3/8 inci
volume evaporator 100 cc
42
Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa daya pompa maksimum adalah
0,102 Watt yang terdapat pada variasi ketinggian head 1,8 m pada pipa
osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 20 cc. Sedangkan untuk variasi
ketinggian head 1,8 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator
100 cc memiliki daya pompa maksimum 0,079 watt. Ini menunjukkan
bahwa peningkatan volume evaporator berpengaruh terhadap turunnya
daya pompa. Untuk variasi head 1,5 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan
volume evaporator 20 cc mampu menghasilkan daya maksimum sebesar
0,084 Watt dan pada head 2,5 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan volume
evaporator 20 cc hanya memiliki daya maksimum 0,097 Watt. Sedangkan
pada ketinggian head 1,8 m pada pipa osilasi 1/2 inci dengan volume
evaporator 100 cc memiliki daya pompa yang paling kecil yaitu 0,053
watt. Daya maksimum pada pipa osilasi 3/8 inci lebih besar bila
dibandingkan dengan pipa osilasi 1/2 inci karena fluida yang berosilasi
pada pipa ukuran 3/8 inci mampu menghasilkan tekanan yang lebih cepat
dan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pipa osilasi 1/2 inci.
43
Gambar 4.5. Hubungan Variasi Head, Pipa Osilasi dengan Efisiens Pompa menggunakan Evaporator Pelat berpenampang 8 x 8 cm2
Dari Gambar 4.5 efisiensi maksimum pompa sebesar 0,028 % yang
terdapat pada variasi head 1,8 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan volume
evaporator 20 cc. Sedangkan untuk variasi ketinggian head 1,8 m pada
pipa osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 100 cc memiliki efisiensi
0,022 %. Ini menunjukkan bahwa peningkatan volume evaporator
berpengaruh terhadap turunnya efisiensi. Untuk variasi ketinggian head 1,5
m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan volume evaporator 20 cc memiliki
efisiensi 0,023 % dan variasi ketinggian head 2,5 m pada pipa osilasi 3/8
inci dengan volume evaporator 20 cc memiliki efisiensi 0,027 %. Dalam
grafik tersebut terlihat bahwa efisiensi pada head ketinggian 1,8 m pada
pipa osilasi 1/2 inci dengan volume evaporator 100 cc mempunyai
efisiensi lebih kecil bila dibandingkan efisiensi pada head ketinggian 1,8 m
maupun head ketinggian 1,5 m dan 2,5 m pada pipa osilasi 3/8 inci dengan
0.023
0.028
0.015
0.022
0.027
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
efi
sie
nsi
(%
)
1,5 1,8 1,8 1,8 2,5
pipa osilasi 3/8 inci volume
evaporator 20 cc
pipa osilasi 1/2 inci volume
evaporator 100 cc
pipa osilasi 3/8 inci volume
evaporator 100 cc
head ( m )
44
volume evaporator 20 cc. Pada head 1,8 m pada pipa osilasi 1/2 inci
dengan volume evaporator 100 cc hanya mampu menghasilkan efisiensi
maksimum 0,015 %. Ini menunjukkan bahwa pipa osilasi 3/8 inci memiliki
efisiensi yng lebih baik bila dibandingkan dengan selang osilasi 1/2 inci.
Selain melakukan pembahasan terhadap hasil dari pompa air
menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume
20 cc, juga dilakukan perbandingan dengan pompa air menggunakan
evaporator pelat dengan ukuran yang berbeda dan pompa air dengan
evaporator pipa. Evaporator pelat yang digunakan sebagai pembanding
adalah evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc
(Gambar 4.1) dan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan
volume 70 cc (Gambar 4.2). Sedangkan evaporator pipa yang digunakan
adalah evaporator pipa tunggal dengan volume 44 cc dan evaporator
menggunakan 2 pipa pararel dengan volume 135 cc.
Gambar 4.6. Evaporator pipa tunggal dengan volume 44 cc
45
Gambar 4.7. Evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc
Pada Gambar 4.8. sampai Gambar 4.11. dapat dilihat perbandingan debit
pompa maksimum antar evaporator untuk setiap variasi yang sama, yaitu head
yang sama dan ukuran pipa osilasi yang sama. Kecuali pada evaporator pipa
tunggal dengan volume 44 cc, variasi yang sama hanya pada head 1,5 m, namun
dengan pipa osilasi yang berbeda.
Gambar 4.8. Perbandingan Debit antar Evaporator pada Head 1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
0.342
0.1790.206
0.539
0.299
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
0.500
0.600
de
bit
po
mp
a (
lite
r/m
en
it)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
evaporator pipa tunggal
dengan volume 44 cc pipa
osilasi 1/2 inci
46
Dari Gambar 4.8 debit maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,342 liter/menit,
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan debit maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc karena
merupakan pompa yang menghasilkan debit terbaik dibandingkan
evaporator lain pada head 1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci. Debit yang
dihasilkan pompa dengan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc
adalah 0,539 liter/menit. Dari Gambar 4.8. terlihat bahwa terdapat
perbedaan yang cukup jauh antara debit yang dihasilkan oleh pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc dengan
evaporator yang lain. Hal ini kemungkinan terjadi karena osilasi yang
terjadi pada pompa yang menggunakan 2 pipa pararel dengan volume 135
cc lebih stabil sehingga volume air yang keluar lebih stabil dan lebih
banyak.
47
Gambar 4.9. Perbandingan Debit antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.9. debit maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,347 liter/menit,
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan debit maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc karena
merupakan pompa yang menghasilkan debit terbaik dibandingkan
evaporator lain pada head 1,8 m dengan pipa osilasi 3/8 inci. Debit yang
dihasilkan pompa dengan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc
adalah 0,423 liter/menit. Hal ini kemungkinan terjadi karena osilasi yang
terjadi pada pompa yang menggunakan 2 pipa pararel lebih stabil sehingga
volume air yang keluar lebih stabil dan lebih banyak. Dari Gambar 4.9.
terlihat bahwa pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x
10 cm2 dengan volume 70 cc memiliki debit paling kecil yaitu 0,129
0.347
0.285
0.129
0.423
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
de
bit
po
mp
a (
lite
r/m
en
it)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
48
liter/menit. Hal ini kemungkinan terjadi karena proses penguapan yang
terjadi lebih lama sehingga berpengaruh terhadap kestabilan osilasi.
Gambar 4.10. Perbandingan Debit antar Evaporator pada Head 2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.10. debit maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,237 liter/menit,
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan debit maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc karena
merupakan pompa yang menghasilkan debit terbaik dibandingkan
evaporator lain pada head 2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci. Debit yang
dihasilkan pompa dengan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc
adalah 0,37 liter/menit. Dari Gambar 4.10. terlihat bahwa pompa
menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan voume
0.237
0.062 0.063
0.37
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
de
bit
po
mp
a (
lite
r/m
en
it)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
49
70 cc dan pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10
cm2 dengan volume 60 cc memiliki debit yang hampir sama dan yang
terkecil diantara semua evaporator. Hal ini kemungkinan terjadi karena
proses penguapan yang terjadi lebih lama sehingga berpengaruh terhadap
kestabilan osilasi.
Gambar 4.11. Perbandingan Debit antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 1/2 inci
Dari Gambar 4.11. debit maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,181 liter/menit,
masih lebih kecil bila dibandingkan dengan debit maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc karena
merupakan pompa yang menghasilkan debit terbaik dibandingkan
evaporator lain pada head 1,8 m dengan pipa osilasi 1/2 inci. Debit yang
0.181
0.352
0.032
0.369
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
de
bit
po
mp
a (
lite
r/m
en
it)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
50
dihasilkan pompa dengan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc
adalah 0,369 liter/menit. Selain itu, debit maksimum pompa yang
menggunakan evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc juga lebih
kecil bila dibandingkan dengan debit pompa menggunakan evaporator
pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc yang hampir
menyamai debit pompa yang menggunakan evaporator 2 pipa pararel
dengan volume 135 cc yaitu 0,352 liter/menit. Namun pompa
menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan voume
70 cc memiliki debit yang paling kecil dibanding yang lain. Hal ini
kemungkinan terjadi karena penangaruh kekakuan pengelasan karena
kekakuan pengelasan berpengaruh terhadap kembang kempis pelat yang
membantu dalam pemompaan.
51
Pada Gambar 4.12. sampai Gambar 4.15. dapat dilihat perbandingan daya
pompa maksimum antar evaporator untuk setiap variasi yang sama, yaitu head
yang sama dan ukuran pipa osilasi yang sama. Kecuali pada evaporator pipa
tunggal dengan volume 44 cc, variasi yang sama hanya pada head 1,5 m, namun
dengan pipa osilasi yang berbeda.
Gambar 4.12. Perbandingan Daya antar Evaporator pada Head 1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.12. daya maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,084 watt, masih
lebih kecil bila dibandingkan dengan daya maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc namun
lebih besar bila dibandingkan dengan pompa yang menggunakan pipa
tunggal maupun evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2. Pompa yang
0.084
0.0440.051
0.132
0.073
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
da
ya
po
mp
a (
wa
tt)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
evaporator pipa tunggal
bervolume 44 cc pipa
osilasi 1/2 inci
52
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc pada head
1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci memiliki daya maksimum yang paling
baik dibandingakan dengan evaporator jenis lain. Daya yang dihasilkan
oleh pompa yang menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume
135 cc adalah 0,132 watt. Hal ini dipengaruhi oleh debit pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc merupakan
debit yang terbaik. Perbedaan daya yang dihasilkan oleh pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc dengan
evaporator yang lain cukup besar.
Gambar 4.13. Perbandingan Daya antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.13. daya maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,102 watt, masih
0.102
0.084
0.038
0.124
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
da
ya
po
mp
a (
wa
tt)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
53
lebih kecil bila dibandingkan dengan daya maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc namun
lebih besar bila dibandingkan dengan pompa yang menggunakan
evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2. Pompa yang menggunakan
evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc pada head 1,8 m dengan
pipa osilasi 3/8 inci memiliki daya maksimum yang paling baik
dibandingakan dengan evaporator jenis lain. Daya yang dihasilkan oleh
pompa yang menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135
cc adalah 0,124 watt. Pompa yang menggunakan evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc menghsilkan daya 0,102
watt, memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar, namun perbedaan
dengan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc
maupun 70 cc cukup besar.
54
Gambar 4.14. Perbandingan Daya antar Evaporator pada Head 2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.14. daya maksimum pompa yang menggunakan
evaporator pelat 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc sebesar 0,097 watt, masih
lebih kecil bila dibandingkan dengan daya maksimum pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc. Pompa
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc pada head
2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci memiliki daya maksimum yang paling
baik dibandingakan dengan evaporator jenis lain. Daya yang dihasilkan
pompa yang menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135
cc adalah 0,151 watt. Hal ini dipengaruhi oleh debit pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc merupakan
debit yang terbaik. Perbedaan daya yang dihasilkan oleh pompa yang
menggunakan evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc dengan
0.097
0.026 0.026
0.151
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0.160
da
ya
po
mp
a (
wa
tt)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
55
pompa yang menggunakan evaporator lain cukup besar, apalagi dengan
evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 yang hanya menghasilkan
daya 0,026 watt, jadi perbedaannya sangat besar.
Gambar 4.15. Perbandingan Daya antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 1/2 inci
Dari Gambar 4.15. pompa menggunakan evaporator 2 pipa pararel
dengan volume 135 cc pada head 2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
memiliki daya maksimum yang paling baik dibandingakan dengan
evaporator jenis lain. Daya yang dihasilkan pompa yang menggunakan
evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc adalah 0,104 watt. Hal ini
dipengaruhi oleh debit pompa yang menggunakan evaporator 2 pipa
pararel dengan volume 135 cc merupakan debit yang terbaik. Namun daya
tersebut hampir sama dengan daya yang dihasilkan oleh pompa yang
0.053
0.104
0.009
0.109
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
da
ya
po
mp
a (
wa
tt)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
56
menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume
60 cc yaitu sebesar 0,104 watt dan memiliki daya pompa yang lebih besar
bila dibandingkan dengan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2
dengan volume 20 cc dan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2
dengan volume 70 cc.
Pada Gambar 4.16. sampai Gambar 4.19. dapat dilihat perbandingan
efisiensi pompa maksimum antar evaporator untuk setiap variasi yang
sama, yaitu head yang sama dan ukuran pipa osilasi yang sama. Kecuali
pada evaporator pipa tunggal dengan volume 44 cc, variasi yang sama
hanya pada head 1,5 m, namun dengan pipa osilasi yang berbeda.
Gambar 4.16. Perbandingan Efisiensi antar Evaporator pada Head 1,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
0.023
0.012 0.014
0.027
0.094
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
0.080
0.090
0.100
efi
sie
nsi
(%
)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
evaporator pipa tunggal
dengan volume 44 cc pipa
osilasi 1/2 inci
57
Dari Gambar 4.16. efisiensi pada pompa yang menggunakan
evaporator pipa tunggal dengan volume 44 cc merupakan efisiensi terbaik
dibandingakan pompa yang menggunakan evaporator lain pada head 1,5
namun pipa osilasi 1/2 inci, sedangkan evaporator lain menggunakan pipa
osilasi 3/8 inci. Pompa yang menggunakan evaporator pipa tunggal
memiliki efisiensi 0,094 %. Terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
efisiensi evaporator pipa tunggal dengan evaporator lain. Hal ini terjadi
karena daya pemanas yang digunakan pada pompa dengan evaporator pipa
tunggal lebih kecil dibandingkan dengan yang lain.
Gambar 4.17. Perbandingan Efisiensi antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
Dari Gambar 4.17. efisiensi pada pompa yang menggunakan
evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc
0.028
0.023
0.011
0.025
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
efi
sie
nsi
(%
)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
58
merupakan efisiensi terbaik dibandingakan pompa yang menggunakan
evaporator lain pada head 1,8 dengan pipa osilasi 3/8 inci. Pompa yang
menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume
20 cc memiliki efisiensi 0,028 %. Perbedaan efisiensi yang terjadi antara
evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc,
evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60 cc, dan
evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc tidak terlalu besar.
Namun dengan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan
volume 70 cc sangat besar. Hal ini terjadi karena debit dan daya yang
dihasilkan pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 70 cc juga
yang paling kecil diantara yang lain.
Gambar 4.18. Perbandingan Efisiensi antar Evaporator pada Head 2,5 m dengan pipa osilasi 3/8 inci
0.027
0.007 0.007
0.031
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
efi
sie
nsi
(%
)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
59
Dari Gambar 4.18. efisiensi pada pompa yang menggunakan
evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc merupakan efisiensi
terbaik dibandingakan pompa yang menggunakan evaporator lain pada
head 2,5 dengan pipa osilasi 3/8 inci. Pompa yang menggunakan
evaporator 2 pipa pararel dengan volume 135 cc memiliki efisiensi 0,031
%. Perbedaan efisiensi yang terjadi antara evaporator 2 pipa pararel
dengan volume 135 cc dengan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2
dengan volume 20 cc tidak terlalu besar karena evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc memiliki efisiensi 0,027 %.
Sedangkan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 60
cc dan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan volume 70 cc
memiliki perbedaan yang sangat besar dengan evaporator yang lain. Hal
ini terjadi karena debit dan daya yang dihasilkan pelat berpenampang 10 x
10 cm2 dengan volume 60 cc maupun 70 cc juga yang paling kecil diantara
yang lain.
60
Gambar 4.19. Perbandingan Efisiensi antar Evaporator pada Head 1,8 m dengan pipa osilasi 1/2 inci
Dari Gambar 4.19. evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2
dengan volume 60 cc memiliki efisiensi terbaik dengan 0,029 %.
Evaporator menggunakan 2 pipa pararel dengan volume 135 cc memiliki
efisiensi 0,022 % merupakan evaporator terbaik kedua. Selanjutnya
evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc dengan
efisiensi 0,015 % dan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2 dengan
volume 70 cc memiliki efisiensi terkecil dengan 0,03 %. Hal ini terjadi
karena debit dan daya yang dihasilkan pelat berpenampang 10 x 10 cm2
dengan volume 70 cc juga yang paling kecil diantara yang lain.
0.015
0.029
0.003
0.022
0.000
0.005
0.010
0.015
0.020
0.025
0.030
0.035
efi
sie
nsi
(%
)
evaporator pelat
penampang 8 x 8 cm²
bervolume 20 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 60 cc
evaporator pelat
penampang 10 x 10 cm²
bervolume 70 cc
evaporator 2 pipa pararel
bervolume 135 cc
61
Penelitian pompa air energi termal menggunakan evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume 20 cc pada awalnya berlangsung baik
karena osilasi berlangsung stabil sehingga volume air keluaran stabil dan banyak.
Namun setelah mangalami pemanasan beberapa kali, pelat mengalami
penggelembungan dan volume air dalam evaporator meningkat. Dengan
peningkatan volume evaporator menyebabkan volume air dalam evaporator juga
meningkat sehingga penguapan yang terjadi dalam evaporator berlangsung lebih
lama dari semula. Hal ini mengakibatkan osilasi tidak stabil dan volume air yang
keluar juga tidak stabil dan volume air yang keluar juga mengalami pengurangan.
Sebelum melakukan percobaan menggunakan evaporator pelat
berpenampang 8 x 8 cm2 ,percobaan dilakukan dengan berbagai jenis evaporator.
Percobaan yang pernah dilakukan adalah menggunakan evaporator berbentuk
spiral dengan bahan pipa stainless steel, namun gagal. Kegagalan ini disebabkan
oleh pemanasan yang kurang sempurna karena tidak semua permukaan spiral
yang terbakar sehingga penguapan hanya terjadi pada titik-titik tertentu yang
terkena api. Setelah itu dicoba pula menggunakan evaporator pelat tembaga
dengan penampang 5 x 5 cm 2 dan 6 x 6 cm2. Tidak terjadi osilasi selama
percobaan karena luasan penampang yang terlalu kecil sehingga penguapan yang
dibutuhkan untuk osilasi tidak cukup untuk menaikkan tekanan yang digunakan
untuk menyedot air.
Selain karena penguapan yang terjadi di evaporator yang dapat menaikkan
tekanan di evaporator, proses osilasi juga dibantu oleh kembang kempisnya pelat.
Pelat mengalami kembang kempis seperti bernapas yang dapat membantu proses
62
penyedotan dan pendorongan air. Proses seperti ini terlihat saat kondisi pelat
masih dalam keadaan baik dan belum mengalami penggelembungan terlalu besar.
Namun proses kembang kempis ini juga merupakan salah satu penyebab
penggelembungan yang terjadi pada evaporator. Dilakukan pula pengepresan
terhadap evaporator agar evaporator tidak mengelembung. Namun pengepresan
menyebabkan proses osilasi tidak berlangsung karena tidak terjadi kembang
kempis pada evaporator yang membantu terjadinya osilasi.
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Telah berhasil dibuat pompa air energi termal menggunakan evaporator
jenis pulse jet pump dengan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2
dengan volume 20 cc.
2. Debit (Q) maksimum 0.347 liter/menit, daya pompa (Wp) maksimum
adalah 0,102 watt, efisiensi pompa (ηpompa) maksimum 0,028 % pada
variasi ketinggian head 1,8 m, diameter selang osilasi 3/8 inci.
3. Pompa dengan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2 dengan volume
20 cc memiliki debit, daya, dan efisiensi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pompa menggunakan evaporator pipa tungal dengan volume 44 cc
dan pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang 10 x 10 cm2
dengan volume 60 cc maupun 70 cc.
4. Pompa dengan dengan evaporator dua pipa pararel dengan volume 135 cc
memiliki debit, daya, dan efisiensi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan pompa menggunakan evaporator pelat berpenampang 8 x 8 cm2
dengan volume 20 cc.
64
5.2 Saran
1. Evaporator sebaiknya dibuat dengan pelat yang lebih tebal dari pelat 0,5
mm agar pelat tidak mudah menggelembung karena akan mengganggu
kestabilan volume air yang keluar.
2. Ukur volume awal dan volume akhir evaporator untuk mengetahui
pangaruh perubahan volume evaporator terhadap kestabilan volme air
yang keluar.
65
DAFTAR PUSTAKA Mahkamov, K.; Djumanov, D., Thermal Water Pumps On The Basis Of Fluid
Piston Solar Stirling Engine. 1st International Energy Conversion
Engineering Conference, 17-21 August 2003, Portsmouth, Virginia
Putra, Sukmarta. 2010. Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 2 Pipa
Pararel, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Setiyo Nugroho,, Triyono. 2009. Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator
44 CC dan Pemanas 78 Watt, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Smith, Thomas. C. B, (2005), Asymmetric Heat Transfer In Vapour Cycle
Liquid-Piston Engines . Pages 1-3
Suhanto, Mohammad. 2009. Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 39 CC
dan Pemanas 266 Watt, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sukoto, Leo. 2010. Pompa Air Energi Termal dengan Evaporator 4 Pipa Pararel,
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sumathy, K.; Venkatesh, A.; Sriramulu, V., (1995). The importance of the
condenser in a solar water pump, Energy Conversion and Management,
Volume 36, Issue 12, December 1995, Pages 1167-1173
66
Wong, Y.W.; Sumathy, K., (2000). Performance of a solar water pump with n-
pentane and ethyl ether as working fluids, Energy Conversion and
Management, Volume 41, Issue 9, 1 June 2000, Pages 915-927.
Wong, Y.W.; Sumathy, K., (2001). Thermodynamic analysis and optimization of
a solar thermal water pump, Applied Thermal Engineering, Volume 21,
Issue 5, April 2001, Pages 613-627.
V. Giles, Ranald. 1986. Mekanika Fluida dan Hidraulika, Jakarta: Erlangga.
Venti Yoanita, Yulia. 2009. Karakteristik Kolektor Surya CPC Untuk Pompa Air
Energi Termal Menggunakan Pompa Rendam, Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
67
LAMPIRAN
Sistem Pompa Air Energi Termal
Evaporator sebelum pemanasan
Evaporator sesudah pemanasan
68
Spirtus
Kompor
Tangki Penampung Air
69
Gelas ukur dan corong
Termokopel
Evaporator bentuk spiral dengan bahan pipa stainless steel 3/8 inci