portofolio sugianto 4 appendisitis akut

18
Berita Acara Presentasi Portofolio Pada hari ini, Rabu, 08 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh: Nama Peserta : dr Sugianto Mukmin Judul/Topik : Appendisitis Akut Pendamping : dr Mona Satriana Wahana : RSUD OKU TIMUR No Nama Tandatangan 1 dr. Richard Togi Lumban Tobing 1 2 dr. Meigi Medika 2 3 dr. Sugianto Mukmin 3 4 dr. Yuliana Sari 4 5 dr. Vanadia Nurul Meta 5 6 dr. Mona Satriana 6 7 7 Berita acara ini ditulis dan disampaikan dengan sesungguhnya. Belitang, 08 Juli 2015 Pendamping, 1

Upload: giggslibra

Post on 13-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

APP Akut

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari ini, Rabu, 08 Juli 2015 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama Peserta : dr Sugianto Mukmin

Judul/Topik : Appendisitis Akut

Pendamping : dr Mona Satriana

Wahana : RSUD OKU TIMUR

No Nama Tandatangan

1 dr. Richard Togi

Lumban Tobing

1

2 dr. Meigi Medika 2

3 dr. Sugianto Mukmin 3

4 dr. Yuliana Sari 4

5 dr. Vanadia Nurul Meta 5

6 dr. Mona Satriana 6

7 7

Berita acara ini ditulis dan disampaikan dengan sesungguhnya.

Belitang, 08 Juli 2015

Pendamping,

dr. Mona Satriana

1

Page 2: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Borang Portofolio

Nama Peserta : dr. Sugianto Mukmin

Nama Wahana : RSUD OKU Timur

Topik : Appendisitis Akut

Tanggal (kasus) : 07 Juli 2015

Nama Pasien : Tn.P No. RM : 133790

Tanggal Presentasi : 08 Juli 2015 Pendamping : dr. Mona Satriana

Tempat Presentasi : RSUD OKU Timur

Objektif Presentasi :

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi : Laki-laki, usia 41 th, nyeri perut kanan bawah.

□ Tujuan : Menegakkan diagnosis dan tatalaksana pada pasien Appendisitis Akut

Bahan

Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara

Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos

Data

Pasien :Tn.P No. Registrasi : KLS/VII/2015

Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :07 Juli 2015

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Diagnosis / Gambaran Klinis : Appendisitis Akut / Nyeri perut kanan bawah sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat demam (+), mual (+), muntah (-). Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan nyeri lepas di titik McBurney, Rovsing sign (+), Obturator sign (+), Psoas sign (+). Pada pemeriksaan rectal toucher ditemukan nyeri tekan pada arah jam 9 dan jam 11.

2. Riwayat Pengobatan :

Pasien sebelumnya belum pernah berobat untuk mengatasi keluhan ini

3. Riwayat Keluarga :

2

Page 3: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien

4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik :

Tinggal bersama suami.

5. Riwayat penyakit:

Pasien tidak pernah menderita penyakit yang membuat dirinya dirawat di RS. Keluarga Pasien juga

mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.

6. Riwayat penyakit keluarga :

Pasien tidak memiliki penyakit keturunan. Menurut keluarga pasien di keluarga pasien tidak ada yang

mengidap hipertensi, diabetes mellitus, dan asma.

7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb : 14,1 gr/dl (N)

Leukosit : 10.230 /µl

0/2/5/66/20/7

Trombosit : 301.000 /µl

Gol Darah : O

Rhesus: (+)

Daftar Pustaka :

1. Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis Apendisitis Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito Tahun 2004-2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id

2. Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK Unand. 2002.

3. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal 640- 645. Jakarta: EGC.

4. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.

5. Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.6. Junqueira, L.Carlos, dkk.1997. Histologi Dasar edisi ke-VIII.Jakarta : EGC.7. Tierney, McPhee, Papadakis. Current Medical Diagnosis & Treatment 2001 40th Edition.

Lange Medical Books/McGraw-Hill p949 -956.8. Arthur C. Guyton, dkk. 2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.9. Mansjoer, A.2000.Kapita Selekta Kedokteran “Appendisitis” hal.333-334. Media

Aesculapius. FKUI.

3

Page 4: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis Inversio Appendisitis Akut

2. Tatalaksana Inversio Appendisitis Akut

3. Edukasi untuk pasien Appendisitis Akut

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :

• Keluhan Utama: Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu.

• Awalnya nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Nyeri terasa semakin hebat sejak 1 hari ini.

• Demam ada sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus menerus,

dan tidak berkeringat.

• Nafsu makan berkurang semenjak sakit.

• Mual tidak ada, muntah tidak ada.

• Riwayat sakit maag tidak ada.

• BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu.

• BAK tidak ada kelainan.

• Pasien sering mengkonsumsi obat Antalgin bila sakit kepala atau sakit perut.

2. Objektif :

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Frekuensi Nafas : 22 x/ menit

4

Page 5: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Suhu : 37,90 C

Status Internus

Kepala : Tidak ada kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Thoraks

o Paru

Inspeksi : Gerakan nafas simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

o Jantung

Inspeksi : Iktus jantung tidak terlihat

Palpasi : Iktus jantung teraba di linea midclavicula sinistra RIC V

Perkusi : Batas jantung normal

Auskultasi : Bising tidak ada, bunyi jantung tambahan tidak ada

Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak membuncit

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri tekan (+) di titik

McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),

Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-),

Tidak teraba massa di perut kanan bawah

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Refilling capiller baik

5

Page 6: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Rectal Toucher :

- Anus : tenang

- Sfingter : menjepit

- Mukosa : licin

- Ampula : tidak teraba massa, nyeri pada arah jam 9 dan 11

- Handschoen : darah (-), feses (+)

Laboratorium:

Pemeriksaan Laboratorium:

Hb : 14,1 gr/dl (N)

Leukosit : 10.230 /µl

0/2/5/66/20/7

Trombosit : 301.000 /µl

Gol Darah : O

Rhesus: (+)

Ureum 21,4

Kreatinin 1,30

Waktu Perdarahan 3’

Waktu Pembekuan :11’

3. Assesment (penalaran klinis) :

Definisi

Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendiks vermiformis, penyebab sumbatan lumen yang paling sering adalah fecolit, diikuti hiperplasia jaringan limfoid submukosa yang dikenal dengan gut associate limphoid tissue (GALT), tumor, parasit usus atau benda asing seperti biji buah-buahan atau bubur barium dari pemeriksaan radiologi sebelumnya. Faktor lain yang sangat berperan dalam perjalanan penyakit appendisitis akut adalah kuman dalam lumen appendiks. Kuman yang ada dalam lumen apendiks sama dengan kuman yang ada di dalam kolon, seperti kuman E.coli, Klebsiella, Pseudomonas, Peptostrepcoccus, dll.

Setelah terjadi obstruksi lumen, appendiks akan menyerupai suatu kantong tertutup

6

Page 7: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

yang disebut closed loop, di dalam lumen akan terjadi penumpukan sekret appendiks dan pada saat bersamaan terjadi perkembangbiakan kuman-kuman dalam lumen, yang mengakibatkan terjadinya reaksi peradangan dan distensi appendiks. Distensi ini mengakibatkan bendungan aliran limfe, aliran vena dan arteri, yang pada akhir proses peradangan ini akan mengenai seluruh dinding appendiks.

Patogenesis

Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang mengalami gangren makan disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak dilakukan pertolongan akan menjadi appendisitis perforasi.

Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang, secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium supuratif – gangrenosa atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tandanya adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang oleh omentum (walling off) makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang disebut appendisitis infiltrat.

Manifestasi Klinis

Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.

Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau

7

Page 8: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

Pemeriksaan Fisik

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney. Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Dengan pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah jam11. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama bila appendiks melekat pada otot psoas.

Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.

Diagnosis

Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa

appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.

Skor Alvarado

Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan

diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan

Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan

hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.

8

Page 9: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Keterangan:0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil5-6 : bukan diagnosis Appendicitis7-8 : kemungkinan besar Appendicitis9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah sebaiknya dilakukan.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan penilaian Alvarado score:

Migration of pain : 1Anorexia : 1Nausea/vomiting : -RLQ tenderness : 2Rebound : 1Elevated temperatur : 1Leukocytosis : 2Left shift : -Total points : 8Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini

kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.

Penatalaksanaan

9

Page 10: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :

- Puasakan - Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.

- Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.- Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan

Laparotomy - Perawatan appendicitis tanpa operasi

Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi

- Rujuk ke dokter spesialis bedah.- Antibiotika preoperative

Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post operasi. Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob. Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi, seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.

Prognosis

Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9

per 100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor

yang bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan

produk darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan

sebelum bedah dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah

0,06%. Angka kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-

peningkatan 50 kali lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah

10

Page 11: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

sekitar 15% peningkatan lima kali lipat dari tingkat keseluruhan.

4. Plan :

DIAGNOSIS KERJA

Appendisitis Akut

TERAPI

- IVFD Tutofuchsin 28 tts/mnt

- Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV

- In Ranitidin 2x1 amp IV

RENCANA

Appendectomy emergency

Follow Up Pukul 11.30 WIB

Selesai dilakukan appendectomy emergency dalam spinal anestesi tanggal 7 September 2012. Anjuran post op sbb:

- Immobilisasi

- Sementara puasa

- Awasi VS

- Jika BU(+) test minum

- Rawat bangsal bedah

Terapi :

IVFD Tutofuchsin 28 gtt/i

Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV

Inj. Ranitidin 2x1 amp IV

Inj. Ketorolac 2x1 amp drip

Follow up, Tanggal 8 September 2012 (Hari Rawatan I) :

S / Demam tidak ada

Muntah tidak ada

Nyeri pada luka bekas operasi

Flatus (+)

O/ KU = sedang, Kes = CMC

11

Page 12: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Kulit : teraba hangat

Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

A/ Post Appendectomy H+1

P/ Mobilisasi miring kiri miring kanan

Boleh minum kembung (-)

Diet ML

IVFD Tutofuchsin 28 gtt/i

Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV

Inj Ranitidin 2x1 amp IV

Inj Ketorolac 2x1 amp drip

Follow up, Tanggal 9 September 2012 (Hari Rawatan II) :

S / Demam tidak ada

Muntah tidak ada

Nyeri pada luka bekas operasi

Kembung (-)

O/ KU = sedang, Kes = CMC

Kulit : teraba hangat

Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+)

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

A/ Post Appendectomy H+2

P/ Mobilisasi

Diet ML

IVFD Tutofuchsin 28 gtt/i

Inj Ceftriaxone 2x1 gr IV

Inj Ranitidin 2x1 amp IV

Inj Ketorolac 2x1 amp drip

12

Page 13: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

Follow up, Tanggal 10 September 2012 (Hari Rawatan III) :

S / Demam tidak ada

Muntah tidak ada

Nyeri pada luka bekas operasi

O/ KU = sedang, Kes = CMC

Kulit : teraba hangat

Thorax : cor dan pulmo dalam batas normal.

Abdomen : distensi (-), pain LBO (+), BU (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)

A/ Post Appendectomy H+3

P/ Mobilisasi aktif

Diet MB

Boleh pulang

Obat pulang : Ciprofloxacin 2x500 mg

Ranitidin 2x50 mg

Asam Mefenamat 3x500 mg

Pendidikan :

Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang dideritanya dan menjelaskan tindakan yang seharusnya diambil jika anggota keluarga yang lain mengalami gejala-gejala awal appendisitis akut.

Konsultasi : Pada saat ini belum dibutuhkan konsultasi.

Kontrol :

Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan

Kontrol post-operasi Tiga hari setelah pulang dari rumah sakit, dan jika diperlukan kunjungan lagi tiga hari berikutnya

Hasil operasi sesuai yang diharapkan dan tidak ada komplikasi yang timbul

Nasihat Setiap kali kunjungan Kualitas hidup pasien

13

Page 14: Portofolio Sugianto 4 Appendisitis Akut

membaik

14