pot ensio metri

17
Laporan Tetap Praktikum Biokimia Titrasi Potensiometri Asam Amino Nama : Syelli Ayu Friani NIM : 06101010030 Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya 2013

Upload: syelli-ayu-friani

Post on 02-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Pot Ensio Metri

Laporan Tetap Praktikum Biokimia

Titrasi Potensiometri Asam Amino

Nama : Syelli Ayu Friani

NIM : 06101010030

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sriwijaya

2013

Page 2: Pot Ensio Metri

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA

I. Nomor Percobaan : 3

II. Nama Percobaan : Titrasi Potensiometri Asam Amino

III. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui titik akhir dari asam amino

IV. Landasan Teori

Dalam suatu titrasi potensiometri, titik akhir ditemukan dengan menentukan

volume yang menyebabkan suatu perubahan relatif besar dalam potensial apabila

titran ditambahkan. Dalam titrasi manual potensial diukur setelah penambahan titran

berturutan, dan hasil pengamatan digambarkan pada suatu kertas grafik terhadap

volume titran untuk diperoleh suatu kurva titrasi. Dalam banyak hal, suatu

potensiometer sederhana dapat digunakan. Akan tetapi, jika tersangkut elektroda

gelas, seperti dalam kebanyakan titrasi asam-basa, suatu peralatan pengukur dengan

impedansi masukan tinggi diperlukan karena adanya tahanan tinggi dari gelas;

digunakan pH meter khusus. Karena pH meter ini telah menjadi demikian biasa, maka

pH meter ini dipergunakan untuk semua jenis titrasi, bahkan apabila penggunaannya

tidak diwajibkan.

Sekali kurva titrasi sudah tersedia, suatu unsure objektif masuk ke dalam

prosedur. Harus ada sedikit ketidaktentuan dalam prosedur ini, yang akan tercermin

pada pengamatan volume terakhir. Untuk suatu reaksi yang berlangsung dengan baik,

maka kurva titrasi demikian curamnya dekat pada titik ekuivalen, sehingga

ketidaktentuannya adalah kecil. Sedangkan untuk suatu reaksi dengan suatu tetapan

keseimbangan yang kecil, ketelitian untuk mebuat lagi titik akhirnya kemungkinan

lebih jelek.

Jika suatu gambar dari kemiringan kurva titrasi, yaitu perubahan potensial

dengan perubahan volume terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik sampai

V. Alat dan Bahan

Alat :

a. Pipet tetes

b. Erlenmeyer

c. Gelas ukur

d. Pengaduk

e. Biuret

Page 3: Pot Ensio Metri

f. PH meter

Bahan :

a.NaOH

b. H2SO4

c.Glisin

d. pH meter

VI. Prosedur Percobaan

Sebelumnya, praktikan harus memahami cara-cara bekerja dengan pH-meter

yang akan digunakan. Sesudah ini, larutkanlah 400 mg asam amino netral (mono

amino dan mono karboksilat) seperti glisin ke dalam 40 ml air aquadest. Dengan

menggunakan pH-meter, buiret dan pengaduk magnetic (apabila ada) maka larutan

asam amino tersebut dititrasi dengan 2 N H2SO4. tiap-tiap penambahan akan dicatat

dan juga perubahan pH yang dialami. Titrasi diteruskan sampai tercapai pH 1,2.

kemudian larutkan 400 mg asam amino yang sama ke dalam 40 ml air aquadest.

Sekranag larutan ini dititrasi dengan 2 N NaOH dicatat seperti percobaan di atas

sampai tercapai pH 10. apabila masih ada waktu maka ulangi lagi dengan glutamin

dan arginin.

Pada percobaan ini diperlukan titarsi-titrasi pelarut aquadest sebagai blanko

dan ini dilakukan pada percobaan diatas. Dengan demikian dapat dilakukan koreksi

sehingga dapat diketahui berapa banyak H2SO4 dan NaOH yang sebenarnya dipakai

oleh asam amino yang diselidiki.

VII. Hasil Pengamatan

Jumlah Tetesan

NaOH pada Glisin

pH Jumlah Tetesan

NaOH pada

Blanko

pH

0 6,87 0 5,31

1 7,89 1 11,08

2 8,15 2 11,42

3 8,58 3 11,59

4 9,00 4 11,77

5 9,09 5 11,81

6 9,20 6 11,95

Page 4: Pot Ensio Metri

7 9,28 7 12,02

8 9,35 -

9 9,37 - -

10 9,44 - -

11 9,51 - -

12 9,56 - -

13 9,63 - -

14 9,66 - -

15 9,69 - -

16 9,77 - -

17 9,80 - -

18 9,83 - -

19 9,87 - -

Jumlah Tetesan H2SO4 pada Glisin

pH Jumlah Tetesan H2SO4 pada

Blanko (H2O)

pH

0 6,99 0 5,531 4,55 1 3,412 4,16 2 3,133 4,07 3 3,114 3,09 4 2,965 3,02 5 2,88

VIII. Persamaan Reaksi

Glisin + NaOH

O O

C – OH C – OH

2NH2 – C – H + NaOH 2NH3+ - C – H + Na- + H2O

H H

Page 5: Pot Ensio Metri

Glisin + H2SO4

O O

C – OH C – OH

2NH2 – C – H + H2SO4 2NH3+ - C – H + SO4

2-

H H

IX. Analisa Data

1. Titrasi glisin dengan NaOH

Menghitung volume NaOH secara teori.

Glisin

Dik :

berat glisin = 400 mg

Mr glisin = 75 gr/mol

Mmol glisin = gr/ Mr

= 400 mg/75 gr/mol = 5,33 mmol

Mmol NaOH =5,33 mmol

M NaOH = 2 M

Untuk pH = 9,87

pOH = 14 – pH

= 14 – 9,87 = 4,13

[OH-] = 10-4,13 M

V NaOH = mmol/M = 5,33 mmol/10-4,13 M

= 5,33 x 104,13 ml

Volume teori :

V1.M1 = V2.M2

V1. 2 = 5,33 x 104,13 ml x 10-4,13

V1 = 2,665 ml,

Jadi volume NaOH 2M yang seharusnya (menurut teori) dibutuhkan untuk

mentitrasi glisin pada pH 9,87 adalah 2,665 ml.

Volume NaOH 2M yang didapat secara praktek pada pH 9,87 adalah 0,95 ml.

Page 6: Pot Ensio Metri

Menghitung persentase % kesalahan

V teori - V praktek

% Kesalahan Titrasi = x 100%

V teori

Pada pH 9,87 volume praktek 0,95 ml, volume teori 2,665 ml.

2,665 ml - 0,95 ml

% Kesalahan Titrasi = x 100%

2,665 ml

= 64,35 %

Volume NaOH untuk mencapai pH 12

pH = 12

pOH = 14 -12 = 2

[OH-] = 10-2

[NaOH] = 10-2 = 0,01 M

n NaOH mula – mula = x L .(2M) = 2x

+NH3CH2COO- + OH- → NH2CH2COO- + H2O

m 0,00525 2x - -

b 0,00525 0,00525 0,00525 0,00525

s - 2x – 0,00525 mol 0,00525 mol 0,00525 mol

[ NaOH ] = 2 x− 0 ,00525x + 0 ,04

0 ,01 = 2 x− 0 ,00525x + 0 ,04

0 ,01 x + 0 ,0004= 2 x− 0 ,00525

Page 7: Pot Ensio Metri

0 ,0004 + 0 ,00525= 2 x− 0 ,01 x

0 ,00565= 1 ,99 x

x≈ 0 ,00284

V NaOH = 0,00284 L = 2,84 ml

2. Titrasi glisin dengan H2SO4

Menghitung volume H2SO4 secara teori

Dik :

berat glisin = 400 mg

Mr glisin = 75 gr/mol

Mmol glisin = gr/ Mr

= 400 mg/75 gr/mol = 5,33 mmol

Mmol H2SO4 = ½ mmol glisin

= ½ 5,33 mmol = 2,665 mmol

M H2SO4 = 1 M

Untuk pH = 3,02

[H+] = 10-3,02 M

V H2SO4 = mmol/M = 2,665 mmol/10-3,02 M

= 2,665 x 103,02 ml

Volume teori :

V1.M1 = V2.M2

V1. 1 = 2,665.103,02 x 10-3,02

V1 = 2,665 ml

Jadi volume H2SO4 yang seharusnya (menurut teori) dibutuhkan untuk mentitrasi

glisin pada pH 3,02 adalah 2,665 ml.

Volume H2SO4 yang didapat secara praktek pada pH 3,02 adalah 5 tetes x 0,05

ml/tetes = 0, 25 ml.

Menghitung persentase % kesalahan

Maka % kesalahannya :

V teori - V praktek% Kesalahan Titrasi = x 100%

V teori

Page 8: Pot Ensio Metri

2,665 ml - 0,25 ml% Kesalahan Titrasi = x 100%

2,665 ml

= 90,61 %

Kurva titrasi

1. Titrasi Glisin Vs NaOH

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 200

2

4

6

8

10

12

Tetes NaOH Ke-

pH

2. Tirasi Blanko Vs NaOH

0 1 2 3 4 5 6 7 80

2

4

6

8

10

12

14

Tetes NaOH Ke-

pH

Page 9: Pot Ensio Metri

3. Titrasi Glisin Vs H2SO4

0 1 2 3 4 5 60

1

2

3

4

5

6

7

8

Tetes H2SO4 ke-

PH

4. Titrasi Blanko Vs H2SO4

0 1 2 3 4 5 60

1

2

3

4

5

6

Tetes H2SO4 ke-

PH

Page 10: Pot Ensio Metri

X. Pembahasan

Pada percobaan kali ini yaitu titrasi potensiometri, praktikan menentukan titik

akhir titrasi suatu asam amino melalui uji potensiometri. Teknis titrasi potensiometri

ini yaitu larutan sampel dititrasi dengan larutan baku penitrasi kedalam larutan sampel

dicelupkan elektroda indikator dan pembanding. Selisih potensial antara kedua

elektroda diamati selama titrasi . kurva titrasi dihasilkan dengan jalan mengalurkan

harga potensial / pH terhadap volume. Dimana larutan sampel adalah asam amino dan

titrannya berupa basa NaOH 2 M dan asam H2SO4 2 M . Sebagai pembandingnya

digunakan air/aquadest sebagai blanko. Karena dengan adanya perbandingan antara

volume larutan blanko dengan larutan asam amino yang telah dititrasi, maka kita akan

mengetahui seberapa besar kita melakukan penyimpangan dalam melakukan

praktikum. Sehingga dapat dilihat dari volume koreksi serta % koreksi yang didapat.

Namun karena pada percobaan yang kami lakukan, pH glisin yang dititrasi dengan

NaOH 2M belum mencapai pH 12 hanya sampai pH 9,87. Volume koreksi itu sendiri

adalah selisih antara volume NaOH pada glisin saat pH 12 dan volume NaOH pada

blanko saat pH 12. Begitu juga dengan pH glisin yang dititrasi dengan H2SO4 belum

mencapai pH 1,2 hanya sampai pH 3,02. Oleh karena itu untuk volume koreksi dan %

koreksi tidak dihitung.

Pada percobaan ini, praktikan mengamati adanya perubahan harga potensial dan

titik ekivalen titrasi seiring dengan penambahan titran pada larutan asam amino

tersebut. Larutan asam amino yang digunakan adalah glisin. Karakteristik glisin yaitu

memiliki gugus R bersifat polar dan tidak bermuatan. Percobaan ini dilakukan untuk

membuktikan bahwa asam amino memiliki sifat amfoter, yaitu sifat senyawa yang

dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Sifat amfoter dari asam amino ini

disebabkan karena asam amino memiliki gugus amina yang bersifat basa dan gugus

karboksilat yang bersifat asam. Dalam titrasi ini ketika asam amino dilarutkan ke

dalam air maka asam amino akan membentuk zwitter ion atau ion dipolar, di mana

dalam hal ini asam amino tersebut memiliki ion positif pada gugus amina dan ion

negatif pada gugus karboksilat.

Bila larutan asam amino dititrasi dengan basa yaitu NaOH 2M, dimna ion

hidrogen dari gugus amonium yang dititrasi sehingga satu ion H+ dari gugus amina

Page 11: Pot Ensio Metri

pada zwitter ion asam amino lepas dan bereaksi dengan ion OH- dari NaOH dan

membentuk air sehingga mengakibatkan ion yang terdapat pada asam amino hanya

ion negatif. Maka dapat dikatakan asam amino menjadi penerima proton dari senyawa

lain dan bersifat basa. Dalam proses titrasi ini, titrasi seharusnya dihentikan pada pH

12 karena gugus amonium dari asam amino adalah buffer pada pH tinggi yaitu di atas

pH 11. Tetapi di dalam praktikum yang kami lakukan, kami menghentikan titrasi pada

pH 9,87. Hal ini dikarenakan hanya terdapat satu alat untuk mengukur pH larutan

yaitu indikator universal sedangkan kelompok praktikan ada enam sehingga harus

bergilir dalam menggunakannya. Sehingga praktikan tidak mempunyai waktu yang

cukup untuk meneruskan titrasi.

Kemudian larutan asam amino dititrasi dengan asam H2SO4, ini berarti yang

dititrasi adalah gugus karboksilat. Dalam hal ini ion H+ dari asam sulfat akan

menyerang gugus karboksilat dari asam amino sehingga asam amino hanya memiliki

ion positif dari gugus amina. Ini berarti asam amino akan mendonorkan protonnya pada

senyawa lain, dan ini menunjukkan bahwa asam amino bersifat asam. Dalam proses

titrasi ini titrasi seharusnya dihentikan ketika pH larutan telah mencapai 1,2 karena

gugus karboksil adalah buffer pada pH rendah sehingga titrasi dihentikan. Tetapi di

dalam praktikum yang kami lakukan, kami menghentikan titrasi pada pH 3,02. Hal ini

dikarenakan hanya terdapat satu alat untuk mengukur pH larutan yaitu indikator

universal sedangkan kelompok praktikan ada enam sehingga harus bergilir dalam

menggunakannya. Sehingga praktikan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

meneruskan titrasi

Pada praktikum kali ini, praktikan memperoleh persen kesalahan untuk titrasi

glisin dengan NaOH bernilai 64,35% dan titrasi glisin dengan H2SO4 bernilai 90,61%.

Hal ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam mengukur pH larutan dan

kurang telitinya praktikan pada saat melakukan titrasi. Serta kurang sterilnya alat yang

digunakan.

Titrasi ini juga dilakukan untuk mencari titik isoelektrik pada asam amino,

dimana asam amino mempunyai muatan listrik netral. Jika pH yang terjadi terdapat di

atas titik isoelektriknya maka asam amino tersebut bermuatan negatif, dan jika pHnya

berada dibawah titik isoelektriknya maka asam amino tersebut akan bermuatan

positif.

XI. Kesimpulan

Page 12: Pot Ensio Metri

1. % Kesalahan Titrasi glisin dengan NaOH pada percobaan ini sebesar 64,35 %, dan

titrasi glisin dengan H2SO4 sebesar 90, 61 %.

2. Volume NaOH 2M seharusnya dibutuhkan untuk mencapai pH 12 adalah sebesar

2,48 ml

3. Asam amino bermuatan negative jika pH nya berada di atas titik isoelektrik

Sebaliknya, jika pH asam amino berada di bawah titik isoelektriknya maka asam

amino tersebut bermuatan positif.

4. Jika asam amino dilarutkan ke dalam pelarut air maka asam amino tersebut akan

membentuk zwitter ion atau ion dipolar karena memiliki ion positif pada gugus

amina dan ion negatif pada gugus karboksilat

5. Asam amino bersifat amfoter dimana memiliki gugus amina yang bersifat basa

dan gugus karboksilat yang bersifat asam.

6. Titrasi dengan larutan asam dan basa yaitu untuk menentukan titik isoelektrik

pada asam amino dimana asam amino bersifat netral.

7. Berdasarkan pengelompokkan gugus R nya, glisin merupakan asam amino yang

polar dan tidak bermuatan sehingga bersifat netral.

Page 13: Pot Ensio Metri

XII. Daftar Pustaka

Deman, John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung; ITB.

Lehninger. Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta; Erlangga.

Underwood /R.A. Day, Jr. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta;

Erlangga.