pp thypoid new.ppt
TRANSCRIPT
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan.
- Penyakit infeksi akut usus halus.
- Penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer, 1996).
- Penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung lebih kurang 3 minggu disertai dengan demam, toksemia, gejala-gejala perut,
pembesaran limpa dan erupsi kulit.
• Samonella Thposa/Eberthela Thyposa adalah penyebab penyakit Thypoid ini
• Merupakan kuman negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 700C dan antiseptik
• Bakteri salmonella thypi ini masuk ke saluran pencernaan dikarenakan personal hygiene yang lemah (cuci tangan yang kurang bersih) dan kebersihan makanan yang kurang
.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa, Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran.
PencegahanPencegahan
cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindai minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas
1. Pemeriksaan daerah tepi : leukopenia, aneosinofilia, anemia, trombositopenia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang : menunjukkan gambaran hiperaktif sumsum tulang.
3. Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhopsa pada urine dan tinja. Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4. Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk menengakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
A. Perawatan1. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam
tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
Diberikan Diet Lambung.
Tujuan Diet :
Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebihan.
1. Mudah cerna, PKTS2. Energi dan protein cukup, sesuai
kemampuan pasien untuk menerimanya3. Lemak rendah, yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.
4. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
5. Cairan cukup, terutama bila muntah
6. Tidak mengandung bahan makanan dan bumbu yang tajam
7. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa
8. Pada fase akut dpt diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam untuk memberi istirahat pada lambung.
Diet Lambung I
1. Diberikan pada penderita Tifus Abdominalis berat.
2. Makanan diberikan dalam bentuk saring
3. Makanan diberikan setiap 3 jam selama 1-2 hari saja karena membosankan serta kurang energi, zat besi, tiamin dan vit C.
Diet Lambung II
1. Diberikan bila fase akut dapat diatasi
2. Diberikan pada penderita Tifus Abdominalis dengan suhu tubuh tinggi.
3. Makanan diberikan tiap 3 jam.
4. Makanan berbentuk saring atau lunak tergantung pada toleransi pasien.
Diet lambung III
1. Diberikan pada penderita Tifus Abdominalis yang suhu tubuhnya sudah kembali normal.
2. Makanan diberikan 6 kali sehari dalam porsi kecil.
3. Makanan berbentuk lunak.
Diet lambung IV
1. Diberikan pada penderita Tifus Abdominalis yang hampir sembuh
2. Makanan diberikan 6 kali sehari dalam porsi kecil.
3. Makanan berbentuk lunak atau biasa tergantung pada toleransi pasien.
Diet lambung III
Pagi
Bubur nasi
Telur ceplok air
Setup wortel
Air teh
Pukul 10.00
Puding maizena + saos sirup
Pukul 16.00
Roti bakar
Orak arik telur
Pukul 20.00
Susu
Siang
Bubur nasi
Semur daging giling
Setup bayam
Jus pepaya
Malam
Bubur nasi
Sup ayam giling
Tumis labu siam + tomat
Pisang
Pagi
Nasi Tim
Telur Ceplok air + Saos tomat
Setup Wortel
Pukul 10.00
Puding maizena + saos susu
Pukul 16.00
Bubur kacang hijau
Siang
Bubur nasi
Semur ayam
Tahu bumbu tomat
Sayur bening bayam
Pepaya
Malam
Bubur nasi
Ikan bumbu tomat
Tim tempe
Cah sayuran
Pisang
Diet lambung IV
C. Obat-obatan1. Kloramfenikol 4 X 500 mg sehari/iv2. Tiamfenikol 4 X 500 mg sehari oral3. Kotrimok4. Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg
BB sehari oral/ivsazol 2 X 2 tablet sehari oral
KONSEP ASUHAN KEPERAWATANKONSEP ASUHAN KEPERAWATANI. Pengkajian
1. Anamnesaa. Data klien : nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, agama, status perkawinan.
b. Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan pasien saat pemeriksaan
2. Riwayat Kesehatan Pasiena. Riwayat Kesehatan SekarangMengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan
utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit
yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti
pasien.
d. Riwayat Psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas /
sedih) Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran dan keadaan umum pasien Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar – tidak sadar
(composmentis -coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
2. Tanda – tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala – kaki TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.
3. Masalah Keperawatan yang Muncul
a. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.
b. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
c. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
4. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan 1. :
*.Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi. Tujuan : Suhu tubuh normal Intervensi :
- Observasi suhu tubuh klien
Rasional : mengetahui perubahan suhu tubuh.
- Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila,lipat
paha, temporal bila terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
- Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat
menyerap keringat seperti katun
Rasional : menjaga kebersihan badan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik
Rasional : menurunkan panas dengan obat
b. Diagnosa Keperawatan 2. :
* Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :
- Kaji pola nutrisi klien
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
- Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.
- Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut
Rasional : penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.
- Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan.
- Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan
c. Diagnosa Keperawatan 3. : Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
- Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
- Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.
- Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
- Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat
Rasional : memberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan sakitnya.