ppt

35
Karakteristik Ibu yang Tidak Melakukan ASI Ekslusif di Kelurahan Klender I Tahun 2014 Disusun oleh : Kelompok Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Isty Qomariah 1061050144 Mauren Lusi Selfiana 0961050115 Agnes Meyta Arpinda Tampobolon 1061050109 Riris Rismawati 1061050107 Ela Anggraini 1161050216 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Duren Sawit – Jakarta Timur Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Periode Kepaniteraan 11 Mei – 25 Juli 2015

Upload: ella-anggraini

Post on 06-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

penelitian dr paul

TRANSCRIPT

Karakteristik Ibu yang Tidak Melakukan ASI Ekslusif di Kelurahan Klender I Tahun 2014

Disusun oleh :Kelompok Puskesmas Kecamatan Duren

SawitIsty Qomariah 1061050144Mauren Lusi Selfiana 0961050115Agnes Meyta Arpinda Tampobolon 1061050109Riris Rismawati 1061050107Ela Anggraini 1161050216

 

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan MasyarakatPuskesmas Kecamatan Duren Sawit – Jakarta TimurFakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Periode Kepaniteraan 11 Mei – 25 Juli 2015

BAB I ( PENDAHULUAN)

ASI Eksklusif

World Health Organization (WHO)

Di Indonesia 2013 (54,3%) -> 2012 (48,6%) Nusa Tenggara Barat 79,74%, Sumatera Selatan 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur 74,37%. Provinsi Maluku 25,21%, Jawa Barat 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%.

Faktor yang mempengarui pemberian ASI

Puskesmas Kecamatan Duren Sawit tahun 2014, cakupan bayi yang diberi ASI eksklusif Kecamatan Duren Sawit sebanyak 62,08% dan di Kelurahan Pondok Bambu 1 87,41% sedangkan cakupan ASI eksklusif yang terendah terdapat pada puskesmas Kelurahan Klender I yaitu 32,41%.4

karakteristik ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif di Kelurahan Klender I Tahun 2014??

merekomendasikan agar ASI eksklusif diberikan kepada bayi yang baru lahir minimal selama enam bulan

Rumusan MasalahBagaimana karakteristik ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif di Kelurahan Klender I Tahun 2014?

Tujuan PenilitianTujuan Umum

Mengetahui karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di kelurahan klender I tahun 2014. 

Tujuan Khusus usia

pendidikan terakhirproduksi ASIpekerjaan terakhirsuku pendapatan keluargapengetahuanpenyakit payudarajumlah anak kondisi anak i

Mengetahuikarakteristik

tidak memberikan ASI eksklusif di kelurahan klender I tahun 2014.

Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai karakteristik ibu yang tidak memberikan ASI eksklusifdi Puskesmas Kelurahan Klender I, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur tahun 2014, penelitian ini menggunakan metode yang datanya di ambil dari pengumpulan hasil kuesioner kepada ibu-ibu yang tidak melakukan ASI eksklusif di Kelurahan Klender I tahun 2014.

Bagi pelayanan kesehatanBagi penelitiBagi peneliti lainBagi ibu dan masyarakat

BAB II ( TINJAUAN PUSTAKA)

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain.

ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan.

Definisi

TUJUAN PEMBERIAN ASI

Menurunkan resiko terjadinya penyakit

infeksi

Menurunkan dan mencegah penyakit non

infeksi

Menciptakan ikatan psikologis

Mengurangi tingkat kematian

bayi yang dikarenakan

berbagai penyakit

Membantu menjarangkan

kelahiranMemberikan semua energi dan gizi yang dibutuhkan oleh bayi selama 6 bulan

pertama setelah kelahiran.

MANFAAT ASI

IBU

BAYI MASYARAKAT DAN NEGARA

KELUARGA

BAGI IBUmempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa pra kehamilan

mengurangi resiko perdarahan.

Resiko terhadap kanker rahim dan kanker payudara lebih rendah.

Menyusui bayi lebih menghemat waktu

ASI lebih praktis.

ASI lebih murah.

ASI selalu bebas kuman.

Ibu yang menyusui memperoleh manfaat fisik dan emosional.

BAGI BAYI

ASI bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.

ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.

Dengan pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta alergi.

Bayi yang diberi ASI memiliki kekebalan lebih daripada bayi yang tidak mendapat ASI.

Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.

ASI selalu siap ketika bayi membutuhkannya.

Mendekatkan hubungan antara ibu dan bayinya.

BAGI KELUARGA

Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula

Jika bayi sehat, maka keluarga lebih sedikit mengeluarkan biaya untuk perawatan kesehatan

Penjarangan kehamilan

Menghemat waktu keluarga, karena ASI selalu siap sedia.

Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula, air panas dan lain sebagainya saat bepergian

BAGI MASYARAKAT DAN NEGARA

Menghemat devisa negara lantaran tidak perlu mengimpor susu formula dan peralatan lain.

Bayi sehat membuat negara sehat

Penghamatan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit

Memperbaiki kelangsungan hidup anak karena menurunkan angka kematian.

ASI merupakan sumber daya yang terus menerus di produksi.

• Bayi sering menangis

• Bayi bingung putting

• Bayi prematur

• Bayi sumbing

• Bayi kuning

• Bayi kembar

• Bayi sakit

• Bayi lidah pendek

Puting susu nyeri atau

lecet

Payudara bengkak

Saluran susu

tersumbatMastitis

Abses payudara

Budaya Pemberian

ASIPositif

Negatif

• Kebiasaan minum jamu• Kepercayaan minum

“wejah” • Kepercayaan bahwa

menyusui harus dalam keadaan bersih

• ASI tidak boleh dibuang sembarangan karena dalam ASI terkandung unsur manusia.

• Kebiasaan untuk tidak memisahkan bayi dari ibunya.

• Kebiasaan membuang kolostrum

• Memberikan ASI diselingi minuman atau makanan lain

• Tahayul pantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu pada masa menyusui

Pekerjaan

Kota besar ibu aktif melakukan kegiatan komersial (bekerja di kantor atau pabrik, usaha pribadi, dan ikut serta dalam kegiatan sosial)

Penggunaan susu

formula

BAB III Kerangka Teori, Kerangka Konsep & Definisi Operasional

BAB IV (Metode Penelitian)Jenis PenelitianDekskriptif Retrospektif -> Cross Sectional Study.

Waktu, Tempat dan Sasaran Penelitian

Populasi dan SampelPopulasi : ibu yang tidak melakukan ASI Eksklusif

pada periode Januari sampai Desember 2014.

• Sampel ▫ Kriteria Eksklusi:

Ibu yang tidak mau mengikuti penelitian Ibu yang tidak melakukan ASI Eksklusif di Keluarahan

Klender I diluar tahun 2014.▫ Krtiteria Inklusi:

Bersedia mengikuti penelitian Ibu yang sedang dalam masa menyusui di Kelurahan

Klender I. Ibu yang tidak melakukan ASI Eksklusif di Kelurahan

Klender I tahun 2014.

Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan dengan teknik non random sampling

Teknik Pengumpulan Data : Data primer adalah data yang diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner. 

Instrumen Penelitian : kuesioner Pengolahan dan Analisis Data : Data yang diperoleh

dari jawaban kuesioner responden akan diolah sesuai dengan prosedur SPSS.

 Pelaksana Penelitian : dokter muda kepaniteraan Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur 2015.

BAB IV ( HASIL PENELITIAN)

BAB V (PEMBAHASAN)Dari Tabel. 4.1. berusia 25-30 tahun (42%) atau 42 resp.

Menurut tinjauan kepustakaan, dari beberapa hasil penelitian memperlihatkan tidak terdapat hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Sebanyak 4,4% ibu berusia kurang dari 25 tahun memberikan ASI eksklusif dan tidak ada ibu yang berusia lebih dari 25 tahun memberikan ASI eksklusif.

Dari Tabel. 4.2. tidak bekerja/ IRT (36%) atau 18 resp.Hasil tersebut bertolak belakang dengan tinjauan kepustakaan yang menyatakan bahwa ibu-ibu yang mempunyai pekerjaan memilih untuk menggunakan susu formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka. Dengan adanya susu formula, mereka tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak.

Dari Tabel. 4.3. pendidikan terakhir SD/ Sederajat (42%) atau 21 resp. Hal ini kemungkinan dikarenakan dengan rendahnya pendidikan terakhir maka tingkat pengetahuan dan kesadaran akan pengtingnya melakukan ASI Eksklusif juga rendah.

Dari Tabel. 4.4. suku Jawa (42%) atau 21 resp. Hal ini kemungkinan mayoritas dari suku jawa mempunyai kepercayaan atau tradisi memberikan makanan tambahan kecuali ASI akan memberikan manfaat untuk anak.

Dari Tabel. 4.5. pengetahuan ASI Eksklusif baik dan buruk adalah sama (34%) atau 17 resp. Hal ini seuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahawa rendahnya pengetahuan ASI Eksklusif akan mempengarui pemberian ASI eksklusif.

Dari Tabel. 4.6. pendapatan keluarga rata-rata per bulan 500.000 sampai dengan 1 juta rupiah (42%) atau 21 resp. Hal ini tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan rendahnya hasil pengahasilan keluarga setiap bulan akan cenderung membuat orang tua memilik untuk melakukan ASI Eksklusif, dikarekan jika tidak melakukan ASI eksklusif orang tua akan menyisihkan beberapa uang lagi untuk membeli susu formula atau pun makanan pendamping lainnya.

Dari Tabel. 4.7. jumlah anak satu dan dua (34%) atau sebanyak 17 resp. Hal ini mungkin dikarenakan dengan mempunyai satu dan dua anak masih belum punya banyak pengalaman dan pengetahuan akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif.

Dari Tabel. 4.8. produksi ASI (90%) atau 45 resp. Dari hasil ini ternyata ada atau tidaknya produksi ASI pada ibu tidak mempengarui tidak melakukan Asi eksklusif.

Dari Tabel. 4.9. tidak mempunya penyakit payudara (100%) atau 50 resp. hal ini berarti ada tidaknya penyakit pada payudara tidak mempengarui rendahnya pemberian ASI Eksklusif.

Dari Tabel.4.10 kondisi anak normal (100%) atau 50 responden. Dari tabel ini berarti kondisi anak yang sehat atau normal tidak mempengaruhi rendahnya memberian ASI Eksklusif.

BAB VI ( KESIMPULAN DANSARAN)Kesimpulanberusia 25-30 tahun, dengan pendidikan terakhir adalah SD/

Sederajat, suku adalah jawa dan pengetahuan ibu-ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif yang masih rendah.

Serta kami juga menyimpulkan karakteristik persentase yang terbanyak adalah pendapatan keluarga yang tidak melakukan ASI Eksklusif Rp. 500.000-1.000.000, jumlah anak 1-2, produksi ASI ada, tidak ada kasus penyakit payudara dan kondisi anak dalam keadaan normal yang seharusnya karakteristik tersebut dapat lebih membuat para ibu-ibu dapat memberikan ASI Eksklusif. Sehingga peneliti menyarankan kepada seluruh petugas kesehatan khususnya dokter umum, perawat, bidan, kader, serta tenaga kesehatan lainnya lebih memberikan pengetahuan kepada ibu-ibu tentang akan manfaat dan pentingnya memberikan ASI Eksklusif.

SaranBagi Petugas KesehatanPagi petugas kesehatan khususnya dokter umum yang

bekerja di Puskesmas, perawat, bidan, kader, dan semua yang bergerak dalam bidang keehatan dapat memberikan pengetahuan akan manfaat dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada anak.

Bagi Peneliti LainPeneliti berharap bahwa dengan adanya penelitian ini

dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjutan dengan populasi sampel yang lebih besar dab waktu penelitian yang lebih lama. 

DAFTAR PUSTAKA1. World Health Organization. Guiding Principles on Feeding Nonbreastfed Children 6

to 24 Months of Age. Geneva: World Health Organization.2005.2. Ministry of Health (MOH) [Indonesia]. Balanced Nutrition for Under Five Healthy

Living Children. Jakarta, Indonesia: MOH.20033. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Tersedia dari http ://

www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KESEHATAN_INDONESIIA_2013.pdf (diunduh 18 Agustus 2015)

4. Utami R. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: 2010.5. Puskesmas Kecamatan Duren Sawit. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan

Duren Sawit Tahun 2014. Suku Dinas Kesehatan Masyarakan Kota Administrasi Jakarta Timur. Jakarta: 2015.

6. LINKAGES. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja: satu satunya sumber cairan yang dibutuhkan bayi usia dini. Academy for Educational Development. 2002

7. Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. INFODATIN (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI). Kemenkes RI. Jakarta. 2014.

8. KEPMENKES RI NO. 450/MENKES/SK/VI/2004 http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf diunduh tanggal 1 September 2015

9. Soetjiningsih.Tumbuh Kembang Anak. ASI Eksklusif. EGC, Jakarta. 201210.Wulandari F.I, Iriana N.R. Karakteristik Ibu Menyusui Yng Tidak Memberikan ASI

Eksklusif di UPT Puskesmas Banyudono I Kabupaten Boyolali. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan. INFOKES Vol.3 No.2. Boyolali. 2013

 

11. Prasetyono. Buku Pintar ASI Ekslusif. Yogyakarta: 201212. Marmi SST. Panduan Lengkap Manajemen Laktasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

2012.13. Ryan AS, Zhou W, Acosta A. Breastfeeding continues to increase into the new

millennium. Pediatrics. 2002; 110:1103. 28. 14. Bailey J, Clark M, Shepherd R. Duration of breastfeeding in young women:

psychological influences. British Journal of Midwifery. 2008; 16(3):172-178. 29. 15. Wuthrich-Reggio A. Demographic factors that predict breastfeeding in the early

postpartum period in Utah Women. All Graduate Theses and Dissertations. 2008; Paper 30.

16. Nommsen-Rivers L, Chantry C, Peerson J, Cohen R, Dewey K. Delayed onset of lactogenesis among first-time mothers is related to maternal obesity and factors associated with ineffective breastfeeding. American Journal of Clinical Nutrition. 2010; 10:1-11. 31.

17. Hruschka DJ, Sellen DW, Stein AD, Martorell R. Delayed onset of lactation and risk of ending full breast-feeding early in rural Guatemala. Journal of Nutrition. 2003; 133:2592-2599.

18. Sigarlaki H.J.O. Epidemiologi. Infomedika. Jakarta. 200719. Sigarlaki H.J.O. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2.

Infomedika. Jakarta. 2009.